Anda di halaman 1dari 18

Kelompok X

OTONOMI DAERAH
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Kewarganegaraan & Moderasi Beragama
Dosen Pengampu : Rabiatul Adawiyah, S. Pd.I., M.Pd.

Disusun oleh

ANDRI SYAIFUL RAHMAN


2112130198
AMELIA HERLINA
2112130

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (2-A)
TAHUN 1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan
rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyajikan makalah sederhana ini yang
berjudul “OTONOMI DAERAH”. Tak lupa sholawat serta salam selalu
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga,
kerabat, dan pengikut beliau hingga hari akhir.

Pada kesempatan kali ini izinkan penulis untuk menyampaikan rasa


terimakasih kepada Ibu Rabiatul Adawiyah, S. Pd.I., M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Kewarganegaraan & Moderasi Beragama yang sudah
memberikan kepercayaan kepada penulis yaitu membuat makalah dalam bentuk
sederhana sebagai tugas yang belum mencapai kata sempurna.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih mempunyai


kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan
untuk kesempurnaannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, dapat
dimengerti dan diambil pelajaran yang positif dari makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Palangka Raya, Juni 2022

Penulis

i
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Otonomi daerah merupakan kewenangan untuk mengatur sendiri
kepentingan masyarakat atau kepentingan untuk membuat aturan guna
mwngurus daerahnya sendiri. Disamping itu otonomi Daerah merupakan titik
fokus yang penting dalam rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat.
Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah
dengan potensi dan kekhaasan daerah masing-masing.
Pada Saat ini diera reformasi Otonomi daerah dilaksanakn berdasar pada
acuan hukum yang berlaku, Pelaksanaan otonomi daerah juga merupakan
implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakann, yaitu dengan
memberikan kewenangan yang lenbih luas, nyata dan bertanggung jawab.
dengan adanya otonomi daerah, suatu daerah memiliki hak yang lebih besar
dalam penyelenggaraan daerahnya sendiri.
Mempelajari Otonomi daerah sangatlah penting, dengan kita memahami
Otonomi daerah kita bisa memahami tentang sistem ketata Negaraan, Negara
kita. Maka dari itu kami penulis bertujuan menyusun makalah ini agar
menjadi pintu gerbang pengetahuan bagi pembaca untuk memahami Segala
hal tentang Otonomi daerah agar menjadi bekal dan pembelajaran terkhusus
bagi mahasiswa untuk mengahadapi masa depan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud otonomi daerah ?
2. Apa tujuan, prinsip, asas, landasan serta Manfaat otonomi daerah?
3. Bagaimana sejarah otonomi daerah dari masa ke masa ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari otonomi daerah
2. Mengetahui tujuan, prinsip, asas, landasan serta manfaat otonomi daerah
3. Mengetahui sejarah otonomi daerah di indonesis
D. Metode Penulisan

1
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode
pengumpulan data melalui (library research) dengan melakukan penelusuran
pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dari jurnal, artikel, maupun
buku yang berhubungan dengan tema makalah yang dibuat.

2
3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN OTONOMI DAERAH


Otonomi Daerah berasal dari bahasa yunani yaitu authos yang berarti
sendiri dan namos yang berarti undang-undang atau aturan. Dengan
demikian otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur
dan mengurus rumah tangga sendiri.1
Otonomi dalam makna sempit dapat diartikan sebagai “mandiri”,.
Sedangkan makna yang lebih luas diartikan sebagai “berdaya”. Otonomi
daerah dengan demikian berarti kemandirian suatu daerah dalam kaitan
pembuatan dan pengambilan keputusan mengenai kepentingan daerahnya
sendiri. Jika daerah sudah mampu mencapai kondisi sesuai yang
dibutuhkan daerah maka dapat dikatakan bahwa daerah sudah berdaya
(mampu) untuk melakukan apa saja secara mandiri tanpa tekanan dan
paksaan dari pihak luar dan tetunya disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan daerah.
Sedangkan yang dimaksud dengan daerah otonomi sendiri adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu
berwenang mengatur dan mengurus masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu aspek penting otonomi daerah
adalah pemberdayaan masyarakat, sehingga mereka dapat berpatisipasi
dalam proses perencanaan, pelaksanaan, penggerakan, dan pengawasan
dalam pengelolaan pemerintah daerah dalam penggunaan sumber daya
pengelola dan memberikan pelayanan prima kepada publik2. Dalam
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 5, Pengertian otonomi
1
Marzuki, M. Laica, 2007. “Hakikat Desentralisasi Dalam Sistem Ketatanegaraan RI –
Jurnal Konstitusi Vol. 4 Nomor 1 Maret 2007″, Jakarta : Sekretariat Jenderal & Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi RI.

4
daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonomi untuk
mengatur dan mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Otonomi Daerah sering disamakan dengan kata desentralisasi,karena
biarpun secara teori terpisah namun dalam praktiknya keduanya sukar
dipisahkan. Desentralisasi pada dasarnya mempersoalkan pembagian
kewenangan kepada organ-organ penyelenggara negara, sedang otonomi
daerah menyangkut hak yangbmengikuti. Perserikatan Bangsa-Bangsa
mendefinisikan desentrilisasi adalah pemerintah pusat yang berada di ibu
kota, melalui cara dekonsentrasi antara lain pendelegasian kepada pejabat
di bawahnya maupun pendelegasian kepada pemerintah atau perwakilan
daerah, sedang otonomi daerah adalah kemandirian suatu ddaerah dalam
kaitan pembuatan dan pengambilan keputusan mengenai kepentingan
daerahnya sendiri.
Beberapa pendapat ahli yang dikutip Abdulrahmah (1997) mengemukakan
bahwa :
1. F. Sugeng istianto
Mengartikan otonomi daerah sebagai hak dan wewenang
untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah.
2. Ateng Syarifuddin
Mengemukanan bahwa otonomi mempunyai makna
kebebasan atau kemandirian tetapi bukan kemerdekaan (tidak
terikan atau tidak bergantung kepada orang lain atau pihak
tertentu). Kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu terwujud
pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan.
3. Syarif Saleh

2
Widjaja,Otonomi Daerah dan Daerah Otonom ,Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada,2002,hlm. 76

5
Berpendapat bahwa otonomi daerah adalah hak mengatur dan
memerintah daerah sendiri. Hak mana diperoleh dari pemerintah
pusat.
Berbagai definisi tentang Otonomi Daerah telah banyak
dikemukakan oleh para pakar. Dan dapat disimpulkan bahwa
Otonomi Daerah yaitu kewenangan daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus kepentikan masyarakat setempat menurut prakarsa
(inisiatif) sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

B. SEJARAH OTONOMI DAERAH DARI MASA KE MASA


Dalam buku otonomi Daerah dalam negara Kesatuan (2002) karya
Syaukani, pada pemerintah Hindia Belanda sudah mengeluarkan peraturan
mengenai otonomi daerah, yaitu Reglement op het Beleid der Regering
van Nederlandsch Indie (peraturan tentang administrasi Negara Hindia
Belanda). Kemudian pada 1903, belanda mengeluarkan Decentralisatiewet
yang memberi peluang dibentuknya satuan pemerintahan yang memiliki
keuangan sendiri. Penyelenggaraan pemerintahan diserahkan pada dewan
di masing-masing daerah.3 Namun kenyataanya, pemerintah daerah
hampitr tidak memiliki kewenangan. Bahkan hanya ssetengah amggota
dewan daerah yang diangkat dari daerah dan sebagian lainnya pejabat
pemerintah.
Dewan daerah hanya berhak membentuk peraturan setempat yang
menyangkut hal-hal yang belum diatur oleh pemerintah kolonial. Dewan
daerah mendapatkan pengawasan sepenuhnya dari Gouverneur-General
Hindia Belanda yang berkedudukan di Batavia. Kemudian pada 1922
pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan baru mengenai administrasi.
Dari ketentuan S 1922 No 216 munculah sebutan provincie
(provinsi), regentschap (kabupaten), stadsgemeente (kota) dan

3
A.W.Widjaja, Otonomi Daerah Dan Daerah Otonom, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2002, hlm. 32

6
groepmeneenschap (kelompok masyarakat). Sistem otomi di era Belanda
hanya untuk kepntingan penjajah saja, agar daerah tidak mengganggu
koloni dalam meraup kekayaan di Indonesia. Namun ada beberaapa yang
bisa dipelajari dari sistem otoni daerah era Belanda, yaitu klecendrungan
sentralisasi kekuasaan dan pola penyelenggaraan pemerkintah daerah yang
bertingkat. Hal inilah yang masih dipraktikan dalam Penyelenggaraan
pemerintah Indonesia dari masa ke masa.
1. Era Jepang
Meski hanya dalam waktu 3,5 tahun (1941-1945) ternyata
Pemerintah Jepang banyak melakukan perubahan yang cukup
Fundamental. Pembagian daerah pada masa jepang jauh lebih
terperinci ketimbang pembagian di era belanda. Awal mula masuk ke
Indonesia, Jepang membagi daerah bekas jajahan Belanda menjadi
tiga wilayah kekuasaan. Wilayah tersebut yaitu Sumatera di Bukit
tinggi, Jawa dan Madura dengan kedudukan di Jakarta, serta wilayah
timur, seperti Sulawesi, Kalimantan, Sunda Kecil, dan Maluku. Di
jawa, Jepang mengatur penyelenggaraan pemerintah daerah dalam
beberapa bagian, dikenal dengan sebutan Syuu (tiga wilayah
kekuasaan jepang) dibagi dalam Ken (kabupaten) dan Si (kota).
Jepang tidak mengenal provinsi dan sistem dewan. Pemerintah
daerah hampir sama sekali tidak memiliki kewenangan. Penyebutan
otonomi daerah pada masa itu bersifat menyesatkan.
2. Orde Lama
Untuk menyusun kembali Pemerintahan Daerah di Indonesia,
sementara pemerintah mengeluarkan Penetapan Presiden No. 6 Tahun
1959 dan Penetapan Presiden tahun 1960. Peraturan tersebut mengatur
tentang Pemerintahan Daerah. Di era Orde Lama Indonesia hanya
mengenal satu jenis daerah otonomi.
Daerah otonomi tersebut dibagi menjadi tiga tingkat daerah, yaitu :
1) Kotaraya
2) Kotamadya

7
3) Kotapraja
3. Orde Baru
Pada era ini secara tegas menyebutkan ada dua tingkat daerah
Otonom, yaitu Daerah tingkat i dan Daerah Tingkat II. Selama Orde
Baru berlangsung, pemerintah pusat memperketat pengawasan atas
pemerintah daerah sebgai pengejaantahan dari pelaksanaan tanggung
jawab pemerintah pusat. Dalam era tersebut dikenal tiga jenis
pengawasan, yaitu pengawasan preventif, pengawasan refresif, dan
pengawasan umum.
4. Era Reformasi
Era awal reformasi pemerintah telah mengeluarkan dua kebijakan
tentang Otonomi Daerah,Yaitu :
1) UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
2) UU No 25 Tahun 1999 tentang PerimbangaN Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.4
Otonomi Daerah di Eera Reformasi menjadi jawaban dari
persoalan otonomi daerah di Era Orde Baru. Seperti masalah
Desentralisasi Politik, Desentralisasi Administrasif, dan Desentra;isasi
Ekonomi. Agar pelaksanaan otonomi daerah tidak kebablasan,
pemerintah melakukan beberapa revisi pada UU No. 22 Tahun 1999
yang kemudian dikenal dengan UU No. 32 Tahun 2004.
Untuk mengatur keuangan di daerah, pemerintah mengeluarkan
UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah. Dari situlah yang dimaksud dengan
ototnomi seluas-luasnya adalah daerah diberikan kewenangan
mengurus dan mengatur semua urusan pemerintah diluar yang
menjadi urusan pemerintah.
Daerah memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan dalam
memberikan pelayanan, peningkatan peran serta prakarssa, an

4
Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia,Op. Cit, hlm. 24

8
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan
kesejahteraan rakyat.
C. TUJUAN DAN PRINSIP OTONOMI DAERAH
1) Tujuan Otonomi Daerah
Tujuan di adakannya Otonomi Daerah dilatar belakangi
pengalaman dalam pelaksanaan bidang-bidang tugas tertentu sistem
Sentralistik yang tidak Optimal. Maka untuk mengatasi hal ini,
pemerintah kita menganut sistem Desentralisasi atau Otonomi Daerah.
Hal ini disebabkan wilayah kita terdiri dari berbagai daerah yang
masing-masing memiliki sifat-sifat khusus tersendiri yang dipengaruhi
oleh faktor geografis (keadaan alam, iklim, flora-fauna, adat-istiadat,
kehidupan ekonomi dan bahasa), tingkat pendidikan dan lain
sebagainya. Dengan sistem Desentralisasi diberikan kekuasaan kepada
daerah untuk melaksanakan kebijakan pemerintah sesuai dengan
keadaan khusus di daerah kekuasaannya masing-masing, dengan catatan
tetap tidak boleh menyimpang dari garis-garis aturan yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Jadi pada dasarnya, maksud dan
tujuan diadakannya pemerintah di daerah adalah untuk mencapau
efektivitas pemerintahan.
Otonomi yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada daerah ini
bersifat mandiri dan bebas. Pemerintah daerah bebas dan mandiri untuk
membuat peraturan bagi wilayahnya. Namun, harus tetap
mempertanggungjawabkannya di hadapan Negara dan pemerintah
pusat.
Selain tujuan diataas, masih terdapat beberapa point sebagai tujuan
dari otonomi daerah. Dibawah ini adalah beberapa tujuan dari otonomi
daerah dilihat dari segi politik, ekonomi, pemerintahan dan sosial
budaya, yaitu sebagai berikut :
a) Dilihat dari segi Politik, penyelenggaraan otonomi dimaksudkan
untuk mencegah penumpukan kekuasaan dipusat dan
membangun masyarakat yang demokratis, untuk menarik rakyat

9
ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam
menggunakan hak-hak demokrasi.
b) Dilihat dari segi Pemerintahan, penyelenggaraan otonomi
daerah untuk mencapai pemerintahan yang efisien.
c) Dilihat dari segi sosial budaya, penyelenggaraan otonomi daerah
untuk mencapai pemerintahan yang efisien.
d) Dilihat dari segi sosial budaya, Penyelenggaraan otonomi
daerah diperlukan agar perhatian lebih fokus kepada daerah.
e) Dilihat dari segi ekonomi, otonomi perlu diadakan agar
masyarakat dapat turut berpatisipasi dalam pembangunan
ekonomi di daerah masing-masing.5

2) Prinsip Otonomi Daerah


Atas dasar pencapaian tujuan diatas, prinsip-prinsip yang
dijadikan pedoman dalam pemberian Otonomi Daerah adalah sebagai
berikut :
a) Prinsip tonomi Seluas-luasnya
Prinsip otonomi seluas-luasnya memiliki arti bahwa suatu
daerah akan diberikan sebuah wewenang. Kewenangan tersebut
dipakai untuk mengatur serta mengurus urusan rumah tangganya
sendiri. Kewenangan ini juga membuat daerah dapat mengatur
pemerintahannya sendiri. Akan tetapi, harus tetap sesuai dengan
peraturan Perundang-undangan. Seperti ketika sebuah hal
menjadi kewenangan pemerintah pusat. Maka pemerintah
daerah harus mengikuti aturan dari Undang-undang tersebut.
b) Prinsip otonomi nyata
Berdasarkan prinsip otonomi nyata, suatu daerah akan diberikan
sebuah wewenang. Kewenangan tersebut digunakan untuk

5
Raharjo Adisasmita, Pengembangan Wilayah : Konsep&Teori, Graha Ilmu, Yogyakarta,
2008, hlm.28

10
menangani urusan-urusan dari pemerintahan. Urursan tersebut
didasarkan dari sebuah tugas, wewenang serta kewajiban.
Ketiga hall tersebut secara nyata sudah ada dan memiliki ptensi
untuk teerus bertumbuh. Selain itu, memiiki potensi untuk terus
berkembang,. Serta hidup sesuai dengan potensi dari daerah
tertentu.
c) Prinsip otonomi yang bertanggung jawab
Prinsip Otonomi daerah yang bertanggung jawab ini memiliki
makna dalam suatu sistem penyelenggaraan pemerinthaan.
Prinsip ini harus disesuaikan serta diperhatikan. Mengenai
tujuan dan maksud dari pemberian ototnomi.
Tujuan-tujuan yang akan dicapaimenurut prinsip otonomi yang
bertanggung jawab adalah mampu dan dapat memberdayakan
daerahnya masing-masing. Ini dilakukan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan dari masyarakat yang luas.
D. ASAS OTONOMI DAERAH
Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 mengenai
Pemerintah Daerah, terdapat 3 jenis Penyelenggaraan urusan pemerintahan
yang menjadi dasar bagi pemerintah daerah dalam pelaksanaan otonomi
daerah. Adapun Asas-asas Tersebut fiangtaranya sebagai berikut :
1) Asas Desentralisasi
Asas desentralisasi adalah sebuah penyerahan wewenang.
Penyerahan wewenang. Penyerahan tersebut dilakukan oleh
pemerintah pusat pada pemerintah daerah. Pemerintah daerah
memiliki wewenang untuk mengurus daerahnya tersebut secara
mandiri. Hal ini berdasarkan dari asas otonom.6
2) Asas Dekonsentrasi
Asas dekonsentrasi adalah sebagian urusan dari pemerintah
yang menjadi wewenang pemerintah pusat pada gubernur. Hal
tersebut karena gubernur adalah wakil dari pemerintah pusat.

6
Prof. Drs. HAW. Widjaja Otonomi Daerah Dan Daerah Otonom, hal 14

11
Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat pada instansi vertikal di
sebuah wilayah tertentu, dan pada gubernur dan walikota atau bupati
sebagai penanggung jawab daari urusan pemerintah umum.
3) Tugas Pembantuan
Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat
kepada daerah otonom untuk melaksanakn sebagian urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat atau dari
pemerintah daerah provinsi kepada daerah kabupaten/kota untuk
melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah provinsi.

E. LANDASAN DAN MANFAAT OTONOMI DAERAH


Adapun landasan atau dasar hukum dari penerapan otonomi daerah
adalah sebagai berikut :
1. Undang-undang Dasar Tahun 1945 Amandemen ke-2, terdiri dari :
Pasal 18 Ayat 1 sampai 7, Pasal 18 A ayat 1 dan 2 dan Pasal 18 B
ayat 1 dan 2.
2. Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 mengenai
Penyelenggaraan Otonomki Daerah.
3. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi
Kebijakan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
4. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
5. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 mengenai Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Daerah dan Pusat.
Dengan kewenangan untuk mengatur pemerintahan daerahnya secara
mandiri, Otonmi Daerah Memiliki manfaat seperti :
1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah.
2. Meningkatkan kreativitas dan inovasi masyarakat agar bisa
membuat daerah sendiri lebih unggul.
3. Meningkatkan pengawasan dan kontrol terhadap kegiatan
masyarakat.

12
4. Memudahkan Pengaturan administrasi yang ditetapkan
peemerintah pusat.
5. Mendapatkan Pendapatan daerah secara mandiri.
6. Tidak terjadi tumpang tindih kekuasaan ketika ada kebijakan dari
pemerintah pusat.7
7. Meningkatkan Efisiensi kinerja pemerintah pusat.
8. Pemerintah daerah lebih leluasa dalam melakukan pembangunan,
tetapi tetap sesuai dengan aturan yang ada.
9. Kebijakan akan lebih tepat sasaran karena pemerintah daerah pasti
lebih mengetahui kondisi daerahnya sendiri
10. Pelaksanaan kebijakan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan
masyarakat

7
Raharjo Adisasmita, Pengembangan Wilayah : Konsep&Teori, Graha Ilmu, Yogyakarta,
2008, hlm.28

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

14
DAFTAR PUSTAKA
Marzuki, M. Laica, 2007. “Hakikat Desentralisasi Dalam Sistem Ketatanegaraan
RI – Jurnal Konstitusi Vol. 4 Nomor 1 Maret 2007″, Sekretariat Jenderal &
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI.

Widjaja,Otonomi Daerah dan Daerah Otonom ,Jakarta, PT Raja Grafindo Persada


2002

A.W.Widjaja, Otonomi Daerah Dan Daerah Otonom, PT Raja Grafindo Persada,


Jakarta, 2002

Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia,Op. Cit,

Raharjo Adisasmita, Pengembangan Wilayah : Konsep&Teori, Graha Ilmu,


Yogyakarta, 2008

Prof. Drs. HAW. Widjaja Otonomi Daerah Dan Daerah Otonom

Raharjo Adisasmita, Pengembangan Wilayah : Konsep&Teori, Graha Ilmu,


Yogyakarta

15

Anda mungkin juga menyukai