Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

Disusun Oleh:
Kelompok 4

ANGGOTA KELOMPOK NIM


PUTRI RAISAH 210203096
NAFTALINE SHARELL NATASYA 210203124
LADY HUMAIRA 210203120
CUT DHEA ARISTIA 210203106

Dosen pembimbing :
Hazal Fitri,S.Pd.I.M.Pd.

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR – RANIRY
BANDA ACEH
2020 / 2021
KATA PENGHANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat – Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Kami ucapkan terima kasih kepada bapak
Hazal S.Pd.I.M.Pd. sebagai guru mata kuliah pendidikan dan kewarnegaraan atas bimbingan
beliau kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dan baik

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

ACEH , 13 NOVEMBER 2021


DAFTAR ISI

BAB 1 : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II : OTONOMI DAERAH


A. Hakikat Otonomi Daerah
B. Visi Otonomi Daerah
C. Asas-Asas Otonomi Daerah
D. Hubungan Otonomi Daerah dengan Demokrasi
E. Dampak Otonomi Daerah

BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di posisi strategis dengan dua lautan
yang mengelilinginya. Hal ini turut mempengaruhi mekanisme pemerintahan di Indonesia,
dimana sulitnya koordinasi pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hal ini pula yang
mendorong akan terwujudnya suatu sistem pemerintahan yang efisien dan mandiri untuk
memudahkan koordinasi antara kedua belah pihak tersebut.
Hal ini juga bertujuan untuk tetap menjaga keutuhan negara Indonesia mengingat banyaknya
ancaman yang menghadang bangsa Indonesia. Diantaranya yaitu munculnya beberapa daerah
yang ingin memisahkan diri dengan negara Indonesia untuk mengatur kehidupannya secara
mandiri. Selain itu, potensi sumber daya alam yang tidak merata di daerah-daerah juga
menjadi indikasi penyebab dibutuhkannya suatu sistem pemerintahan untuk mengatur dan
mengelola sumber daya alam sehingga dapat menjadi sumber pendapatan daerah dan bahkan
negara.
Disinilah peran pemerintah daerah untuk mengatur dan mengelola daerah yang jauh dari
jangkauan pemerintah pusat agar tidak terjadi pengabaian sumber daya dan potensi yang ada.
Maka dibentuklah suatu sistem yang dinamakan otonomi daerah oleh pemerintah.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas adalah:
1. Apa Hakikat Otonomi Daerah?
2. Apa saja Visi Otonomi daerah?
3. Apa saja Asas-asas Otonomi Daerah?
4. Apa Hubungan Otonomi Daerah dengan Demokrasi?
5. Apa dampak dari adanya Otonomi Daerah?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Hakikat Otonomi Daerah.
2. Untuk mengetahui apa saja Visi Otonomi daerah.
3. Untuk mengetahui apa saja Asas-asas Otonomi Daerah.
4. Untuk mengetahui Hubungan Otonomi Daerah dengan Demokrasi.
5. Untuk mengetahui dampak adanya Otonomi Daerah.
BAB II OTONOMI DAERAH

A. Hakikat Otonomi Daerah

Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa Yunani yang dalam makna sempitnya dapat
diartikan sebagai “Mandiri” dan dalam makna luasnya diartikan sebagai “berdaya”.
Otonomi daerah berarti kemandirian suatu daerah dalam kaitan perbuatan dan
pengambilan keputusan mengenai kepentingan daerahnya sendiri. Jika daerah sudah
mampu mencapai kondisi tersebut, maka daerah dapat dikatakan sudah berdaya untuk
melakukan apa saja secara mandiri tanpa tekanan dari luar (exsternal intervention).
Sarundajang menyatakan bahwa otonomi daerah pada hakekatnya adalah:
1. Hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonom. Hak tersebut
bersumber dari wewenang pangkal dan urusan-urusan pemerintah (pusat) yang
diserahkan kepada daerah. Istilah sendiri dalam hak mengatur dan mengurus rumah
tangga merupakan inti leotonomian suatu daerah.
2. Kebebasan menjalankan hak mengurus dan mengatur rumah tangga sendiri, daerah
tidak dapat menjalankan hak dan wewenang otonominya itu diluar batas-batas
wilayahnya daerah.
3. Daerah tidak mencampuri hak mengatur dan mengurus rumah tangga daerah lain sesuai
dengan wewenang pangkal dan urusan yang diserahkan kepadanya.
4. Otonomi tidak membawahi otonomi daerah lain, hak mengatur dan mengurus rumah
tangga sendiri merupakan hak mengatur dan mengurus rumah tangga daerah lain.
Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
denagan peraturan perundang-undangan, sedangkan daerah otonom selanjutnya disebut
daerah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Otonomi Daerah adalah faktor manusia
sebagai pelaksana, faktor keuangan daerah, faktor peralatan dan faktor
organisasi/manajemen. Faktor manusia sebagai pelaksana seperti Kepala Daerah, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, Partisipasi Masyarakat. Faktor keuangan daerah seperti Pajak
Daerah, Retribusi Daerah, Perusahaan Daerah dan Dinas Daerah serta Pendapatan
Lainnya. Faktor peralatan adalah peralatan atau alat yang digunakan untuk memperlancar
atau mempermudah pekerjaan atau gerak aktivitas Pemerintah Daerah. Faktor
organisasi/managemen adalah system of actions atau sebagai sistem kerjasama
sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama.

B. Visi Otonomi Daerah

Otonomi daerah sebagai kerangka menyelenggarakan pemerintahan mempunyai visi yang


dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama yang saling berhubungan satu dengan
yang lainnya: politik, ekonomi, dan sosial budaya.
Di bidang politik, visi otonomi daerah harus dipahami sebagai sebuah proses bagi
lahirnya kader-kader politik untuk menjadi kepala pemerintahan yang dipilih secara
demokratis serta memungkinkan berlangsungnya penyelenggaraan pemerintah yang
responsif terhadap kepentingan masyarakat luas.
Adapun di bidang ekonomi, visi otonomi daerah mengandung makna bahwa otonomi
daerah di satu pihak harus menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional
di daerah. Di pihak lain mendorong terbukanya peluang bagi pemerintah daerah
mengembangkan kebijakan lokal kedaerahan untuk mengoptimalkan pendayagunaan
potensi ekonomi di daerahnya. Dalam kerangka ini, otonomi daerah memungkinkan
lahirnya berbagai prakarsa pemerintah daerah untuk menawarkan fasilitas investasi,
memudahkan proses perizinan usaha, dan membangun berbagai infrastuktur yang
menunjang perputaran ekonomi di daerah.
Sedangkan visi otonomi daerah di bidang sosial dan budaya mengandung pengertian
bahwa otonomi daerah harus diarahkan pada pengelolaan, penciptaan dan pemeliharaan
integrasi dan harmoni sosial. Pada saat yang sama, visi otonomi daerah dibidang sosial
dan budaya adalah memelihara dan mengembangkan nilai, tradisi, karya seni, karya cipta,
bahasa, dan karya sastra lokal yang dipandang kondusif dalam mendorong masyarakat
untuk merespon positif dinamika kehidupan di sekitarnya dan kehidupan global.
Karenanya, aspek sosial budaya harus diletakkan secara cepat dan terarah agar kehidupan
sosial tetap terjaga secara utuh dan budaya lokal tetap eksis dan mempunyai daya
keberlanjutan.
C. Asas-asas otonomi daerah

Dalam pelaksanaan otonomi daerah tiga bentuk asas dalam penyelengaraan pemerintah
daerah yakni :

1. Asas Desentralisasi
Menurut Rondinelli, desentralisasi merupakan sebagai transfer tanggung jawab dalam
perencanaan, manajemen dan alokalisasi sumber-sumber dari pemerintah pusat dan agen-
agennya kepada unit kementrian pemerintahan pusat, unit yang ada di bawaah level
pemerintah, otoritas atau korporasi publik semi otonom, otoritas regional atau fungsional
dalam wilayah yang luas, atau lembaga privat non pemerintah dan organisasi nirlaba.
Menurut M. Turner dan D. Hulme berpandangan bahwa yang di maksud dengan
desantrilisasi adalah transfer kewenangan untuk menyelenggarakan beberapa pelayanan
kepada publik dari seseorang atau agen pemerintah pusat kepada beberapa individu atau
agen lain yang dekat yang dilayani.
Dari pemaparan asas desentralisasi tersebut dapat diklasifikasikan dalam beberapa hal,
diantaranya:
a. Desentralisasi sebagai penyerahan kewenangan dan kekuasaan
b. Desentralisasi sebagai perlimpahan kekuasaan dan kewenangan
c. Desentralisasi sebagai pembagian, penyebaran, pemencaran, dan pemberian kekuasan
dan kewenangan, dan
d. Desentralisasi sebagai dalam pembagian dan pembenukan daerah pemerintahan.

2. Asas Dekonsentrasi
Menurut Laicha Marzuki, dekonsentrasi merupakan pelimpahan kewenangan dari alat
perlengkapan Negara di pusat kepada instansi bawahan, guna melaksanakan pekerjaan
tertentu dalam penyelenggaraan pemerintah. Pemerintah pusat tidak kehilangan
kewenanganannya karena instansi bawahan melaksanakan tugas atas nama pemerintah
pusat.
Sedangkan menurut Bagir Manan, dekonsentrasi hanya bersangkutan dengan
penyelenggaraan administrasi negera, karena itu bersifat kepegawaian. kehadiran
dekonsentrasi semata-mata untuk melancarkan penyelenggaraan pemerintah sentral di
daerah. Penerapan asas dekonsentrasi dalam penyelenggaraan pemerintah mendapat
legitimasi yang kuat, mengingat keberadaanya telah diatur di dalam Pasal 1 ayat
(8) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, yang berbunyi
“Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat
kepada gubernur sebagai wakil dan atau kepada instansi vertikal di wilyahnya. (UU No.
32 Tahun 2004, pasal 1 ayat 8).

3. Asas Tugas Pembantuan


Daerah otonom selain melaksanakan tugas asas desentralisasi juga dapat diserahi
kewenangan umtuk melaksanakan tugas pembantuan (medebewind). Tugas pembantuan
dalam Pemerintahan daerah adalah tugas untuk ikut melaksanakan peraturan perundang-
undangan bukan saja yang ditetapkan oleh Pemerintah pusat akan tetapi juga yang
ditetapkan oleh Pemerintah daerah tingkat atasnya.
Menurut Irawan Soejito tugas pembantuan itu dapat berupa tindakan mengatur (tugas
legislatif) atau dapat pula berupa tugas eksekutif (beschien). Daerah yang mendapat tugas
pembantuan diwajibkan untuk mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskan.
Amrah Muslim tugas pembantuan (medebewind) adalah kewenangan pemerintah daerah
manjalankan sendiri aturan-aturan dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang
lebih tinggi tingkatannya. Daerah terikat melaksanakan peraturan perundang-undangan
termasuk yang diperinyahkan atau diminta (vorderen) dalam rangka tugas penbantuan.
Tugas pembantuan dalam hal-hal tertentu dapat dijadikan semacam terminal menuju
penyerahan penuh suatu urusan kepada daerah atau tugas pembantuan merupakan tahap
awal sebagai persiapan menuju kepada penyerahan penuh.

D. Hubungan Otonomi Daerah dengan Demokrasi

Memberikan otonomi daerah tidak saja berarti melaksanakan demokrasi, tetapi mendorong
berkembangnya auto-aktiviteit. Auto-aktiviteit artinya bertindak sendiri, melaksanakan
sendiri apa yang dianggap penting bagi lingkungan sendiri. Dengan berkembangnya auto-
aktiviteit tercapailah apa yang dimaksud dengan demokrasi menurut Abraham Lincon, yaitu;
Pemerintah yang dilaksanakan oleh rakyat, untuk rakyat. Rakyat tidak saja menentukan
nasibnya sendiri, melainkan juga dan terutama memperbaiki nasibnya sendiri.

E. Dampak Otonomi Daerah

a. Dampak Positif
Dampak positif otonomi daerah adalah bahwa dengan otonomi daerah maka pemerintah
daerah akan mendapatkan kesempatan untuk menampilkan identitas lokal yang ada di
masyarakat. Berkurangnya wewenang dan kendali pemerintah pusat mendapatkan respon
tinggi dari pemerintah daerah dalam menghadapi masalah yang berada di daerahnya sendiri.
Bahkan dana yang diperoleh lebih banyak dari pada yang didapatkan melalui jalur birokrasi
dari pemerintah pusat. Dana tersebut memungkinkan pemerintah lokal mendorong
pembangunan daerah serta membangun program promosi kebudayaan dan juga pariwisata.

b. Dampak Negatif
Dampak negatif dari otonomi daerah adalah adanya kesempatan bagi oknum-oknum di
pemerintah daerah untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan Negara dan rakyat
seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Selain itu terkadang ada kebijakan-kebijakan daerah
yang tidak sesuai dengan konstitusi Negara yang dapat menimbulkan pertentangan antar
daerah satu dengan daerah tetangganya, atau bahkan daerah dengan Negara, seperti contoh
pelaksanaan Undang-undang Anti Pornografi ditingkat daerah. Hal tersebut dikarenakan
dengan system otonomi daerah maka pemerintah pusat akan lebih susah mengawasi jalannya
pemerintahan di daerah, selain itu karena memang dengan sistem otonomi daerah membuat
peranan pemeritah pusat tidak begitu berarti.
Beberapa modus pejabat nakal dalam melakukan korupsi dengan APBD :
1. Korupsi Pengadaan Barang, Modus :
a. Penggelembungan (mark up) nilai barang dan jasa dari harga pasar.
b. Kolusi dengan kontraktor dalam proses tender.
2. Penghapusan barang inventaris dan aset negara, Modus :
a. Memboyong inventaris kantor untuk kepentingan pribadi.
b. Menjual inventaris kantor untuk kepentingan pribadi.
3. Pungli penerimaan pegawai, pembayaran gaji, keniakan pangkat, pengurusan pensiun
dan sebagainya. Modus :
a. Memungut biaya tambahan di luar ketentuan resmi.
4. Pemotongan uang bantuan sosial dan subsidi (sekolah, rumah ibadah, panti asuhan dan
jompo), Modus :
a. Pemotongan dana bantuan sosial biasanya dilakukan secara bertingkat (setiap meja).
5. Bantuan fiktif, Modus :
a. Membuat surat permohonan fiktif seolah-olah ada bantuan dari pemerintah ke pihak luar.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Otonomi daerah adalah suatu keadaan yang memungkinkan daerah dapat mengaktualisasikan
segala potensi terbaik yang dimilikinya secara optimal pemberian otonomi daerah adalah
mempercepat terwujudnya kesejahteraan mesyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan dan peran masyarakat serta peningkatan daya saing daerah dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan
suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Rebuplik Indonesia, sehingga pada hakikatnya
tujuan otonomi daerah adalah untuk memberdayakan daerah dan mensejahterakan rakyat.
DAFTAR PUSTAKA

Rusnila, Dra. M.Si, Pendidikan Kewarganegaraan, Menuju Masyarakat Madani di


Indonesia, Pontianak, 2010.
Modul Pengayaan, 2013 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, untuk SMA/MA
dan SMK/MAK. Surakarta: Grahadi
http://menulis-makalah.blogspot.com/2015/11/makalah-otonomi-daerah-
pengertian.html.
http://riantoivansky.blogspot.com/2012/11/makalah-otonomi-daerah.html.
https://yusufa17.blogspot.com/p/blog-page.html

Anda mungkin juga menyukai