Oleh:
NPM : 1906325570
2020
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
Pendahuluan
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945).
Negara kesatuan merupakan suatu negara tunggal yang tidak terdiri dari
beberapa negara bagian seperti negara federal (federal state), dimana negara
federal dibentuk oleh sejumlah negara atau wilayah independen yang sejak
Indonesia merupakan negara kesatuan yang luas dan terdiri atas puluhan ribu
pulau dan keaneka ragaman suku bangsa, maka urusan pemerintah tidak
1
Marwan Mas, Hukum Konsitusi dan Kelembagaan Negara (Depok: Rajawali Pers, 2018) hlm.54.
2
Sadu Wasistiono, Kajian Hubungan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah
(Tinjauan dari Sudut Pandang Manajemen Pemerintahan)", dalam Jurnal Adminirtasi Pemerintahan
Daerah, Volume I, Edisi Kedua 2004, hlm.9, dalam Ni'matul Huda, SH,M.Hum, Desentralisasi
Asimetris dalam NKRI, Nusa Media, Bandung, Cetakan 1, 2014, hlm.1
daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya dan
Pasal 18 Ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa pemerintahan daerah
provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Oleh karena itu,
3
Fahmi Amrusyi, Otonomi Dalam Negara Kesatuan, dalam Abdurrahman Beberapa Pemikiran
Tentang Otonomi Daerah, (Jakarta: Media Sarana Press, 1987), hlm.56,
4
Indonesia, Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014, Pasal 1 Butir 12, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587 Tahun 2014
desentralisasi, dimana pemerintahan daerah mempunyai hak untuk mengatur
5
Mastur, Implementasi Otonomi Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Jurnal Ilmiah Imu Hukum, hlm.50.
6
Ibid, hlm.52.
7
Ibid
Adapun selain terdapat daerah otonom yang berlaku secara umum untuk
kemudian dikenal dengan istilah otonomi khusus. Daerah khusus atau daerah
diamanatkan dalam ketentuan Pasal 18B Ayat (1) UUD 1945. Paads pasal
satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersigat istimewa yang
8
Robert Endi Jaweng, Kritik Terhadap Desentralisasi Asimetris di Indonesia, Jurnal Centre For
Strategic and International Studies, (Volume XL-Nomor 2, Juni 2011), hlm.162-163.
9
Perubahan Kedua UUD 1945 diputuskan dalam Rapat Paripurna Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) Republik Indonesia pada 18 Agustus 2000. Dalam Buku Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, (Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI, 2002), hlm.25-27.
10
Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, Bab VI, Pasal
18B.
Salah satu contoh dari implementasi Pasal 18B Ayat (1) UUD 1945 tersebut
ini dilatarbelakangi oleh dua faktor. Pertama, berkaitan dengan konflik Aceh
yang timbul akibat adanya Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sejak tahun 1976.
Istimewa Aceh.12 Selanjutnya, pada Sidang Tahunan MPR tahun 2000 melalui
11
Al Yasa’ Abubakar dan M. Daud Yoesoef, Qanun Sebagai Peraturan Pelaksanaan Otonomi
Khusus Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Jurnal Legislasi Indonesia, (Volume 1, Nomor 5,
2004), hlm.15.
12
Ibid, hlm.16.
Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/2000, kembali merekomendasikan agar
tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi
tersebut berada dalam Pasal 31 Ayat (2) yang menyatakan bahwa “Ketentuan
demikian, walaupun dari saru sisi Qanun merupakan Peraturan Daerah, tetapi
13
Indonesia, Undang-Undang tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh
sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001, Pasal 31
Ayat (2), Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2001.
14
Indonesia, Undang-Undang tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh
sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001, Pasal 1
Butir 8, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2001.
di sisi lain Qanun tidak tunduk kepada peraturan pemerintah karena Qanun
Adapun pembentukan dan isi pengaturan Qanun tidak dapat terpisah dari
antara lain menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu
dengan mengakui dan menghormati hukum agama dan hukum adat serta
(Qanun Jinayat.) Hal ini dikarenakan basis pengaturan Qanun bersandar pada
ajaran-ajaran syariat Islam, dalam arti tindak tunduk pada pengaturan hukum
15
Haw. Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia (Penjelasan Atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah), (Jakarta: Rajawali
Pers, 2005), hlm.425.
16
Ibid, hlm.432.
Hal inilah yang kemudian dikhawatirkan menimbulkan adanya dualisme sistem
hukum di Indonesia.
hukum di Indonesia, termasuk dari segi legal structure dan legal substance.
Untuk itu, penelitian ini akan berjudul “Kedudukan Qanun Jinayat sebagai
Indonesia?
peraturan perundang-undangan.
yuridis apabila peninjauan dilakukan aari sisi isi atau struktur negara
tersebut.17
17
Moh. Kusnardi dan Bintan Saragih, Ilmu Negara, (Jakarta: Gaya Media Pertama), hlm.160.
menggabungkan bentuk negara dengan bentuk pemerintahan. Paham
Serikat (Federalisme).
Negara kesatauan adalah negara yang hanya terdiri atas satu negara
18
Bouger, Masalah-Masalah Demokrasi, (Jakarta: Yayasan Pembangunan, 1952) hlm.32-33.
19
Ibid, hlm.35.
menjalankan pemerintahan negara baik di pusat maupun di daerah. 20
negara yang semula telah berdiri sendiri sebagai negara yang merdeka
dan pemerintahan.
politik. Definisi ini tetap berlaku bahkan untuk pemerintahan yang tidak
bentuk pemerintahan.
20
Moh. Mahfud M.D., Dasar dan Struktur Kenegaraan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), hlm.22.
hlm., 2
21
M.Solly Lubis, Op.Cit, hlm.47.
Pada berbagai literatur hukum da, konsep Bentuk Negara seringkali
Indonesia.
Bentuk dari negara kesatuan Indonesia itu ialah republik. Jadi jelaslah
kekuasaan maka istilah yang lebih tepat dipakai adalah istilah bentuk
22
Moh. Kusnardi dan Bintan Saragih, Op.Cit, hlm.173.
Penggunaan kata government dalam bahasa Inggris juga sering
bahwa kata itu mengandung dua arti, yaitu arti luas dan arti sempit.
negara yang sifatnya tunggal artinya tidak ada negara di dalam negara,
23
CF Strong, Konstitusi-Konstitusi Politik Modern: Studi Perbandingan tentang Sejarah danBentuk-
Bentuk Konstitusi Dunia, terjemahan dari Modern Political Constitutions: An Introduction to the
Comparative Study of Their History and Existing Form, (Bandung: Nuansa dan Nusamedia, 2004),
hlm. 115.
memiliki kekuasaan serta kewenangan tertinggi dalam negara
tersebut.24
yang satu.
antara daerah yang satu dengan yang lain sukar diketahui dan sukar
27
Ibid
28
Sri Sumantri M, Bentuk Negara dan Implementasinya Berdasarkan UUD 1945, (Jakarta: Ghalia
Indonesia), hlm. 40
alasan sentralisasi semua pelayanan harus sama. Konsekuensinya,
29
K. Ramanathan, Asas Sains Politik, (Selangor, Malaysia, 2003), hlm. 342.
30
Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik Pemerintahan Dan Otonomi Daerah, (Jakarta: Grasindo, 2007),
hlm.19.
fauna,adat-istiadat, kehidupan ekonomi, dialek/bahasa, tingkat
pendidikan/pengajaran,dan sebagainya). 31
dinas-dinas daerah;
dinas-dinas daerah;
31
Noer Fauzi dan R.Yando Zakaria, Mensiasati Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Konsorsium
Pembaruan Agraria bekerjasama dengan INSIST “Press”, 2000), hlm.11.
32
Josef Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, (Jakarta:Rajawali
Pers, 1991), hlm.14.
1.4.1.4 Teori Otonomi Khusus
agar daerah ‘tertentu’ dapat menata daerah dan bagian dari daerah
tersebut agar lebih baik lagi di bidang tertentu sesuai dengan aspirasi
karena otonomi ini diberikan kepada daerah ‘tertentu’ yang berarti daerah
pemberian otonomi yang berbeda atas satu daerah atau wilayah dari
banyak negara.34
33
Jacobus Perviddya Solossa, Otonomi Khusus Papua, Mengangkat Martabat Rakyat Papuadi
Dalam NKRI, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2006),hlm. 53
34
Mastur, Op.Cit, hlm.62.
Pengalaman ini berlangsung baik di dalam bentuk negara kesatuan
intergovernmental arrangements.35
35
Agung Djojosoekarto, Kebijakan Otonomi Khusus di Indonesia, Pembelajaran dari Kasus Aceh,
Papua, Jakarta, dan Yogyakarta, (Jakarta: Kemitraan, 2012) hlm. 10.
bagian tak terpisahkan darikesatuan sistem Perundang-undangan
umum36
“To begin with, the legal sytem has the structure of a legal system
consist of elements of this kind: the number and size of courts; their
39
Lawrence M.Friedman, American Law, (New York: W.W.Norton & Co., 1986), hlm. 5.
Struktur dari sistem hukum terdiri atas: jumlah dan ukuran
lembaga legislatif, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh
patterns of people inside the system ...the stress here is on living law,
aturan, norma, dan pola perilaku nyata manusia yang berada dalam
penegak hukum.40
bahwa:41
40
Ibid
41
Ibid, hlm.6.
“The third component of legal system, of legal culture. By this we
mean people’s attitudes toward law andlegal system their belief ...in
other word, is the climinate of social thought and social force wicch
lain hanya merupakan ide-ide yang ingin diwujudkan oleh hukum itu.
42
Ibid
atas fundamental hukum dan sistem hukum. 43 Beberapa fundamental
dibuat.
1.4.2.1 Qanun
Istilah Qanun dalam bahasa Arab merupakan bentuk kata kerja dari
qanna. Hal ini sebagaimana penjelsan Ridwan, dalam bahasa Arab kata
kata qanun berarti hukum (law), peraturan (rule, regulation), dan Undang-
43
Winarno Yudho, Efektivitas Hukum dalam Masyarakat, Jurnal Hukum dan Pembangunan,
(Februari, 1987), hlm.59.
44
Ridwan, Positivisasi Hukum Pidana Islam (Analisis atas Qanun No. 14/2003 Tentang
Khalwat/Mesum Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Adapun dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001, diatur
45
Indonesia, Undang-Undang tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh
sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001, Pasal 1
Butir 8, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2001.
46
M. Solly Lubis, Aceh Mencari Format Khusus. Jurnal Hukum, Vol. 01. No.1 Tahun 2005, Hlm. 6
Adapun pada masyarakat Aceh, penyebutan Qanun terhadap suatu
aturan hukum atau untuk penamaan suatu adat telah lama dipakai dan
telah menjadi bagian dari kultur adat dan budaya Aceh. Aturan-aturan
hukum dan juga adat yang dikeluarkan oleh Kerajaan Aceh banyak yang
undangan yang lebih tinggi, dengan melihat ciri khas dari masing-masing
daerah.
47
Ibid, hlm.8.
48
Maria Farida Indrati S, lmu Perundang-undangan, (Yokyakarta: Kanisiu, 2007), hlm. 202.
undangan pada umumnya antara lain: 49 (i) Memihak kepada
kepentingan rakyat, (ii) menunjung tinggi hak asasi manusia, serta, (iii)
Soekanto dan Sri Mamudji, penelitian hukum normatif atau disebut juga
52
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, hlm. 29
53
Ibid., hlm. 136.
dengan isu yang sedang dibahas.54 Pendekatan sejarah dilakukan untuk
Indonesia.
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer
otoritas56. Contoh dari bahan hukum primer ini antara lain adalah:
54
Ibid., hlm. 177
55
Ibid., hlm. 166
56
Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit, hlm.181.
57
Ibid.
3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah
Peraturan Perundang-Undangan
Sekunder juga dapat dicari dari data dan informasi yang diperoleh
penelitian kali ini meliputi buku-buku teks yang relevan dengan hukum
dan data dan informasi yang didapat melalui internet. Bahan hukum
58
Salim HS dan Erlies Nurbaini, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Disertasi dan Tesis,
(Jakarta: Rajawali Press, 2018), hlm.19.
1.6 Sistematika Penulisan
Penelitian ini akan terdiri dari lima bab. Bab pertama berisi
akan berisi kerangka teori dan konsep sebagai batasan atas teori dan
Bab II
Otonomi Khusus
2.1 Pengantar
telah mengakui adanya satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus dan
istimewa sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 18B Ayat (1) UUD 1945.
tersebut, diberikan hak otonomi yang berbeda dengan daerah otonom yang
Salah satu daerah khusus yang diberikan otonomi khusus ini adalah Provinsi
Khusus, dalam hal ini adalah Qanun. Adapun prinsip-prinisp dalam Qanun
segala urusan negara diatur oleh pemerintah pusat secara sentralistik, maka
dengan pemerintahan daerah bersumber pada Pasal 18A UUD 1945 yang
61
Dian Agung Wicaksono, Transformasi Pengaturan Distribusi Urusan Pemerintahan Dari
Pemerintah Pusat Kepada Pemerintahan daerah, Jurnal Ilmu Hukum, Volume II-Nomor 3, 2015,
hlm 465.
62
Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, BabBI, Pasal 18 A
(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber
daya alam dan sumber daya lainnya antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah diatur dan dilaksanakan secara adil
dan selaras berdasarkan undang -undang.”
63
Abdul Rauf Alauddin Said, Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat-Pemerintah Daerah
Dalam Otonomi Seluas-Luasnya Menurut UUD 1945, Jurnal Ilmu Hukum, Volume IX-Nomor 4,
Oktober-Desember 2015, hlm 592-593.
64
Ibid, hlm 466.
65
Indonesia, Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014, Pasal 1 Butir 5, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587 Tahun 2014
Pemerintahan Daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan harus
dan moneter dan fiskal nasional sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 9 ayat
daerah.
pemerintahan pilihan.
67
Dinoroy Marganda Aritonang, Pola Distribusi Urusan Pemerintah Daerah Pasca Berlakunya
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan daerah, Jurnal Legislasi Indonesia,
Volume XIII-Nomor 1, Maret 2016, hlm 48.
68
Sani Safitri, Sejarah Perkembangan Otonomi Daerah Di Indonesia, Jurnal Criksetra (Volume 5,
Nomor 9, Februari 2016), hlm.80.
69
Indonesia, Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014, Pasal 1 Butir 14, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587 Tahun 2014
Pasal 1 butir 16 UU Pemerintahan Daerah, pelayanan dasar yang dimaksud
70
Indonesia, Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014, Pasal 12 Ayat (1), Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587 Tahun 2014
daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota didasarkan pada
dapat diperoleh;
71
Indonesia, Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014, Pasal 13 Ayat (2), Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587 Tahun 2014
Pemerintahan daerah.72 Apabila terdapat urusan pemerintahan yang tidak
tersebut terdapat di dalam Pasal 18B Ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan
72
Sani Safitri, Op.Cit., hlm.83.
73
Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bab VI, Pasal 18 B Ayat (1)
NKRI. Otonomi yang berbeda atau khusus memiliki perbedaan utama
1945 yang masih diakui dan berlaku atau sebutan daerah istimewa berlaku
Sampai dengan saat ini, pemerintahan daerah yang bersifat khusus dan
istimewa yang dimaksud dalam Pasal 18B ayat (1) UUD 1945 adalah
Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat.
istimewa.
sebagai berikut:77
77
Indonesia, Undang-Undang tentang Otonomi Khusus Aceh, Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2006, Pasal 16 Ayat (2) dan Pasal 17 Ayat (2), Lembaran Negara Indonesia, Nomor 114 Tahun
2001
a. Penyelenggaraan kehidupan beragama rakyat NAD harus
Qanun;
di NAD;
syariat islam di Aceh, dalam hal ini istilah Peraturan Daerah di Aceh
tersendiri bagi masyarakat Aceh dan tidak tunduk pada peraturan nasional
yang ada.
78
Indonesia, Undang-Undang tentang Otonomi Khusus Aceh, Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2006, Pasal 1 Butir 8, Lembaran Negara Indonesia, Nomor 114 Tahun 2001
yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan masyarakat
kabupaten/kota di Aceh.79
harus berlandaskan pada syariat Islam yang menjadi kekhususan dari NAD,
hal ini berbeda dengan daerah lain yang aturan-aturan dalam Perdanya
Syar’iah.
yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-
79
Indonesia, Undang-Undang tentang Otonomi Khusus Aceh, Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2006, Pasal 9 Ayat (1), Lembaran Negara Indonesia, Nomor 114 Tahun 2001
payung hukum dilegalkannya pembentukan Peraturan Daerah Khusus,
NAD Aceh bersama dengan Pemerintah Daerah Aceh yang bersandar pada
80
Jum Anggriani, Kedudukan Qanun dalam Sistem Pemerintahan Daerah dan Mekanisme
Pengawasannya, Jurnal Hukum, (Volume 18, Nomor 3, Juli 2011). Hlm.325.
81
Ibid, hlm.330.
kedudukan Qanun sendiri sebagai Peraturan Daerah yang diakui
Bab III
aturan syariat islam yang telah beradaptasi menjadi adat istiadat Aceh.
Adapun isi muatan Qanun hanya mengatur mengenai ketentuan-
pada norma hukum yang lebin tinggi, dan kaidah hukum yang tertinggi
(grundnorm).83
Artinya, norma hukum yang dibawah berlaku dan bersumber dari norma di
atasnya, dan norma di atasnya juga bersumber dan berdasar dari norma
yang lebih tinggi lagi begitu seterusnya sampai berhenti pada suatu norma
82
Indonesia, Undang-Undang tentang Otonomi Khusus Aceh, Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2006, Pasal 31, Lembaran Negara Indonesia, Nomor 114 Tahun 2001
83
Wikipedia Indonesia, Teori Stufenbau, diakses pada laman
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Stufenbau, pada 12 April 2020
tertinggi yang disebut sebagai Norma Dasar (Grundnorm) dan hal tersebut
dianggap masih bersifat dinamis. Oleh sebab itu, hukum selalu dibentuk dan
lebih rendah (Inferior ) dapat dibentuk berdasarkan norma yang lebih tinggi
norma hukum dalam suatu negara itu menjadi empat kelompok besar yang
terdiri atas:85
1945)
konvensi ketatanegaraan
“General Theori of Law” yang juga digagas oleh Hans Kelsen. Pada teori
kekhasan lebih lanjut dari hukum. Dan dalam hal ini, hukum mengatur
pembentukannya sendiri karena suatu norma hukum menentukan cara
untuk membuat norma hukum yang lain hingga sampai derajat tertentu. 88
1 Angka 8;
masyarakat Aceh.
3.2 Materi Muatan Syariat Islam Qanun dan hubunganya dalam Sistem
Hukum Indonesia
88
Bambang Setia Merpati, Pemikiran Hans Kelsen dalam Teori Hukum Murni, Tesis Magister
Hukum Universitas Indonesia, Program Studi Ilmu Filsafat, 2004, hlm.52.
89
Hasan Basri, Kedudukan Syariat Islam Di Aceh Dalam Sistem Hukum Indonesia, Jurnal Kajian
Ilmu Hukum, (Volume 13, Nomor 55, 2011), hlm.87.
bertentangan dengan peraturan di atasnya. Namun, perlu diingat
terpadu.
Pemerintah Daerah.91
yang diberlakukan di Aceh tidak hanya dalam aspek aqidah dan ibadah
mahdhah, tetapi juga dalam bidang muamalah dalam arti luas dan
90
Andi Asrun, Mempertanyakan Legalitas Qanun Aceh: Sesuaikah Dengan Sistem Peraturan
Perundang-Undangan, Jurnal Ilmu Hukum, (Volume 21, Nomor 2, 2019), hlm.275.
91
Ibid, hlm.298.
92
Indonesia, Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Aceh, Undang-
Undang Nomor 44 Tahun 1999, Lembaran Negara Nomor 3893
yang memerlukan kekuasaan negara dalam pelaksanaannya dan
tidaklah semua Qanun Aceh merupakan bagian dari syariat yang oleh
sebagai produk hukum yang berada di dua sistem hukum, Islam dan
Indonesia.93
93
Andri Asrun, Op.Cit., hlm.291.
94
Soerjono Soekanto, Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008), hlm.19.
95
Hasran Basri, Op.Cit., hlm.93.
96
Ibid
Namun materi fiqih tidak semuanya aplikatif dalam kontek
negara melalui aparat penagak hukum yaitu polisi, jaksa, dan Hakim
99
Ibid
100
Didik Sukriono, Hukum Konstitusi dan Konsep Otonomi, Kajian Politik Hukum tentang Konstitusi,
Otonomi Daerah dan Desa Pasca Perubahan Konstitusi, (Malang: Setara Press,2013), hlm.103.
dikatakan bahwasanya baik dari segi struktur maupun substansi,
Bab IV
Analisa Perbandingan
nasional.
dengan sistem hukum pidana nasional adalah Qanun Nomor 13 Tahun 2003
yang mengaur secara khusus tentang maisir (perjudian). Adapun ketentuan
dalam Qanun tersebut, para pelaku perjudian diancam dengan pidana berupa
diancam dengan pidana penjara dan denda. 102 Artinya, dalam hal ini terdapat
hukum).
1. Asas persamaan di muka hukum. Asas ini juga dipegang dalam proses
prinsip legalitas ini sejak lama. Maka, prinsip legalitas ini juga ada dalam
Qanun Jinayat Aceh dan Qanun Acaranya. 104 Meskipun dalam Al-Qur’an
101
Al-Yasa Abu Bakar dan Marah Halim, Hukum Pidana Islam di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam (Banda Aceh: Dinas Syari’at Islam Provinsi NAD), hlm.118.
102
Pada Pasal 303 KUHP, Pelaku Judi diancam dengan hukuman penjara paling lama 10 tahun
atau denda sebesar Rp 25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah)
103
Al-Yasa Abu Bakar dan Marah Halim, Op.Cit., hlm.120-124.
104
Pasal 2 Hurus a Qanun Aceh Nomor 7 Tahun 2013 tentang Hukum Acara Jinayat Lembaran
Aceh Tahun 2013 Nomor 7, menyebutkan bahwa penyelenggaraan hukum acara Jinayat
dilaksanakan berdasarkan asas legalitas.
dan Sunah suatu perbuatan telah dilarang, ia tidak dapat ditegakkan
3. Asas praduga tidak bersalah. Prinsip praduga tidak bersalah ini bahkan
secara umum dua alat bukti sudah cukup bagi Hakim untuk
mendapat ganti rugi dan rehabilitasi. Qanun Jinayat juga mengatur hal
5. Asas peradilan cepat, sederhana, biaya ringan, bebas, jujur, dan tidak
105
Prinsip ini tertuang dalam Pasal 2 huruf e Qanun Aceh Nomor 7 Tahun 2013 tentang Hukum
Acara Jinayat. Lembaran Aceh Tahun 2013 Nomor 7.
Qanun juga mengakomodir hal-hal semacam ini. Hal ini tidak lain agar
didasarkan padal Pasal 18B UUD 1945 yang pada akhirnya melahirkan UU
Otsus Aceh. Dan pengaturan dalam Qanun tersebut hanya terbatas pada
nasional.
dengan hukum islam. Tidak hanya itu, Aceh juga memiliki lembaga
final hal ini ditegaskan dalam Pasal 18 ayat (1) Peraturan Gurbernur Aceh
“Putusan Peradilan Adat bersifat damai dan mengikat.” 107 Berdasarkan hal
106
Hukum Online, Kekuatan Putusan Penradilan Gampong Aceh, diakses dari laman
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5d51136391178/kekuatan-putusan-peradilan-
adat-gampong-di-aceh/ pada 12 April 2020
107
Pasal 18 Ayat (1) Peraturan Gurbernur Aceh Nomor 60 tahun 2013
masih belum jelas dalam sistem hukum nasional, atau tidak diakui
seutuhnya.
diterima terlebih dahulu oleh hukum adat. Adapun teori tersebut kemudian
bahwa hanya hukum yang sanggup menghadapi ujian akal akan bertahan
hidup.109 Unsur kekal dari hukum adalah pernyataan akal yang berdasar
108
Hukum Online, Arti Teor Receptio A Contario, diakses dari laman
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5add48d9a8a43/arti-teori-ireceptio-a-contrario-i/
pada 13 April 2020
109
Anonim, Negara Hukum, Dinamisasi dan Pengaruh Social Jurisprudence, diakses dari laman
https://www.negarahukum.com/hukum/sosiological-jurisprudence.html pada 13 April 2020
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa penerapan hukum
postif yang efektif ialah hukum yang sesuai dengan living law atau budaya
Dengan kata lain, hukum positif baru akan berlaku secara efektif apabila
kasus kriminal pada yang terjadi di Aceh pada tahun 2018 mencapai 411
kasus, sedangkan terjadi penurunan banyak 87 kasus atau 324 kasus pada
sebesar 36,7%.
kriminalitas karena hal ini sesuai dengan legal culture yang ada di Aceh.
materi muatan syariat islam dalam Qanun Aceh adalah abash, namun harus
110
Philippe Nonet dan Philip Selznick , Hukum Responsif, Terjemahan dari Raisul Mutaqien,
(Bandung: Nusa Media, 2010, hlm.37.
111
Umul Rahmah, Makalah Penelitian Statistik Kriminal Di Kota Banda Aceh Tahun 2017-2018
(Suatu Penelitian Di Wilayah Hukum Polresta Banda Aceh, diakses dari
lamanhttps://etd.unsyiah.ac.id/index.php?p=show_detail&id=62798 pada 13 April 2020
tetap diseleraskan dengan ketentuan-ketentuan dalam sistem hukum pidana
nasional.
Bab V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Daerah yang bersifat khusus yang diberikan kepada Provinsi Aceh selaku
pengaturan dalam Pasal 18B UUD 1945, dimana dinyatakan bahwa Negara
Provinsi NAD. Mengacu pada teori receptive in complex yang digagas oleh Van
berarti materi muatan syariat islam yang di dalam Qanun Jinayah disesuaikan
dengan legal culture yang ada di Aceh. Adapun beberapa materi muatan
Qanun Jinayah memang tidak sejalan dengan pengaturan dalam hukum pidan
anasional, seperti hal nya dalam hukuman Cambuk, tetapi hal tersebut sah
hal ini kedudukan Qanun Jinayah termasuk materi syariat islam di dalamnya
5.2 Saran
masyarakat Aceh.
Daftar Pustaka