Anda di halaman 1dari 77

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) secara langsung

merupakan momentum penting bagi pembangunan sistem politik lokal ke arah yang lebih

demokratis. Melalui Pemilukada langsung banyak harapan yang disandarkan bagi perbaikan

kesejahteraan rakyat di daerah, kepala daerah lebih dekat dengan rakyat karena mendapatkan

legitimasi politik secara langsung dari rakyat.

Pilkada secara langsung dinilai banyak pihak sebagai kemajuan penting yang bisa

dicapai oleh bangsa Indonesia di era transisi yang sedang berlangsung. Makna terpenting dari

pemilihan langsung tersebut antara lain: pertama, merupakan pengakuan konstitusional atas

hak rakyat sebagai pemegang kedaulatan rakyat. Kedua, pelembagaan politik peran

substansial rakyat sebagai subjek hukum dan ketiga, diharapkan terciptanya keseimbangan

politik makro dan mikro dalam kehidupan ketatanegaraan, khususnya antara eksekutif dan

legislatif.

Peran Tokoh Adat dalam pemilukada merupakan koreksi terhadap pelaksanaan

pemilukada melalui perwakilan (oleh DPRD) sebagaimana pernah diamanatkan Undang-

Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan daerah. Dimana untuk memimpin jalannya

pemerintahan di suatu daerah maka di pilih dan di angkat seorang kepala daerah di masing-

masing daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Koreksi ini semakin nampak dengan diimplementasikannya payung hukum

pelaksanaan pemilukada secara langsung, yakni Undang-Undang No. 32 Tahun 2004

sebagaimana perubahannya dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan

Daerah. Lahirnya Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang pemerintahan daerah ini

1
merupakan perkembangan dari hasil dialektis dan masukan berbagai elemen masyarakat

(dalam hal ini Organisasi Non-Pemerintahan/Lembaga Swadaya Masyarakat).

Menguatnya institusi lokal tradisional (lembaga adat) dalam berbagai aspek

kehidupan masyarakat akhir-akhir ini merupakan sebuah fenomena yang sangat menarik

untuk dicermati. masyarakat adat yang bertumbuh kembang dalam masyarakat desa yang

terkesan tradisional ini, ternyata dalam tataran realita mampu berperan sebagai sarana yang

potensial dan efektif dalam pelaksanaan pembangunan demokrasi di desa. Hal ini dibuktikan

dengan berbagai aktifitas pembangunan yang telah dilakukan baik berupa pembangunan

demokrasi serta pembangunan sarana maupun prasarana fisik desa secara mandiri. Tokoh

tokoh adat merupakan bagian dari sistem pemerintahan dimana dalam pemerintahan desa

maupun kecamatan terdapat masyarakat adat atau bahkan tokoh masyarakat yang merupakan

bagian dari masyarakat adat itu sendiri.

Dalam perkembangannya eksistensi tokoh tokoh adat telah mengalami banyak

perubahan/pergeseran dari masa ke masa. Pada awalnya tokoh adat hadir dari peradaban

masyarakat dalam sebuah kelompok adat yang di warisi secara turun temurun, tokoh adat

hadir sebagai tokoh yang dituahkan bahkan menjadi panutan dalam kelompok adat tersebut.

Tokoh adat hadir sebagai jembatan atas perselisihan pendapat, permusyawaratan dan

mufakat, bahkan dalam menyelesaikan konflik antar anggota kelompok adat tersebut. Dalam

hal ini tokoh adat hadir dengan berbagai kebudayaan sebagai pemersatu.

Menurut Jamie Davidson dan David Hanley (2010:13), lembaga adat pada masa orde

baru sebagian besar dibatasi pada tingkat nasional, seperti yang dilihat pada ideal-ideal

tradisional tentang keselarasan (harmony) dan solidaritas dimanipulasi dalam propaganda,

yang dirancang untuk mempromosikan kesatuan bangsa dan melegitimasi penindasan

terhadap unsur yang dianggap membahayakan kesatuan tersebut dan bekerja dalam sebuah

2
struktur birokrasi nasional yang seragam dan pada masa orde baru juga, komunitas-komunitas

masyarakat adat umumnya dikenal sebagai masyarakat terasing.

Eksistensi tokoh adat pada masa reformasi berbeda dengan pada masa orde baru.

Pada masa ini kebangkitan adat baru sanggup berpencar dalam suasana kebebasan politik

baru. Menurut Bowen sebagaimana Jamie Davidson,dkk (2010:20) era reformasi telah

membuka jalan bagi kembalinya sisi lain adat yang selama ini direpresi, yaitu klaim-klaim

untuk menyediakan suatu landasan normatif komunitas politik lokal yang tidak bergantung

pada negara.

Maribeth Erb sebagaimana Jamie Davidson, dkk (2010:269) pada era reformasi juga

kebangkitan politik dari adat sejajar dengan kebangkitan praktik-praktik kepercayaan

tradisional yang sudah ditindas demi kepentingan ortodoksi keagamaan. Era reformasi

menyusul kejatuhan Soeharto pada Mei 1998.

Para petani yang kehilangan tanah untuk kepentingan pertambangan, perusahaan

penebangan kayu dan berbagai bentuk “pembangunan” lainnya, kini berani menuntut kembali

tanahnya atau meminta kompensasi atau tanah tersebut, atas nama hukum adat dan bukannya

hukum negara. Muncul pula reaksi yang tertunda atas penindasan terhadap adat itu sendiri di

bawah pemerintahan soeharto, sebuah penolakan terhadap modernitas atau paling tidak

terhadap bentuk modernitas yang dipromosikan oleh kebijakan negara sejak 1965 sampai

1998, yang sudah membawa kematian bagi lembaga-lembaga adat (institusi nasional lokal)

dan sangat dihormati di daerah-daerah. Sementara itu, orang-orang secara adat memang

memenuhi syarat untuk menduduki posisi dalam kepemimpinan lembaga tradisional (Jamie

Davodson,dkk 2010:18)

Menurut Rufus Patty Wutun, dkk (2010:8), eksistensi lembaga adat kembali mendapat

pengakuan secara formal dan lebih tegas setelah adanya Undang-undang No. 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah, secara khusus dalam bidang pemerintahan desa. Pasal 100

3
huruf e menegaskan bahwa “Pemerintah provinsi wajib memfasilitasi keberadaan kesatuan

masyarakat hukum adat, nilai-nilai adat, lembaga adat serta hak-hak tradisionalnya dalam

pelaksanaan Pemerintah Desa “ Eksistensi lembaga adat bertambah kuat lagi secara formal

bersamaan dengan ditetapkannya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah dan dalam Undang Undang No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan Daerah, Desa

adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa,

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yangberwenang untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan

prakarsa masyarakat, hak asal usul, danhak tradisional yang diakui dan dihormati dalam

sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sesuai dengan amanat Undang-undang tersebut maka sudah menjadi suatu keharusan

untuk lebih menghidupkan kembali fungsi dan eksistensi tokoh adat, hal itu dapat dilakukan

hanya bila masyarakat desa diberi ruang yang luas untuk berpartisipasi aktif dan diakui

sebagai mitra sejajar oleh pemerintah formal. Seperti yang diamanatkan dalam undang –

undang No. 6 Tahun 2014 ditegaskan untuk meningkatakan ketahanan sosial budaya

masyarakat desa guna mewujutkan masyarakat desa yang mampu memelihara kesatuan sosial

sebagai sebagian dari ketahanan nasional serta memperkuat masyarakat desa sebagai subjek

pembangunan.

Adapun beberapa peraturan tentang lembaga adat desa :

Berdasarkan pancasila dan Undang –Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

Aktif mengembangkan nilai dan adat istiadat setempat yang tidak bertentangan

dengan hak asasi manusia dan di patuhi oleh masyarakat :

1) Berkedudukan di Desa setempat

2) Keberadaanya bermanfaat dan di butuhkan masyarakat Desa.

4
3) Memiliki kepengurusan yang tetap

4) Memiliki skretariat yang bersifat tetap

5) Tidak berafisliasasi kepada partai politik (Rischtunong.blogspot.com.)

Tokoh tokoh adat merupakan basis kekuatan politik lokal, karena memiliki kedekatan dengan

masyarakat secara interpersonal. Tokoh adat mempunyai peranan besar dalam bidang

kebudayaan, ini dikarenakan tokoh adat merupakan kelompok yang terorganisir untuk

menjaga adat-istiadat, nilai/norma yang diwariskan secara turun temurun. Selain itu lembaga

adat juga mempunyai peranan yang besar dalam bidang politik, lembaga adat mampu

memengaruhi masyarakatnya dalam penentuan pilihan yang sesuai dengan pilihan lembaga

adat itu sendiri. Hal ini juga berlangsung seperti halnya pada kelembagaan adat di Desa Oan

Mane, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka.

Tokoh adat di Desa Oan Mane berperan penting sebagai suatu bentuk kekuatan

masyarakat untuk dapat menjadi mediator sekaligus wadah permusyawaratan dan

permufakatan oleh para tokoh adat dan anggota-anggota adat yang terikat di dalamnya.

Lembaga adat di desa Oan Mane memiliki kontribusi yang besar dalam pembangunan

demokrasi di desa dalam proses pemilukada. Di setiap kelompok dalam persekutuan adat

mempunyai “clan-clan” dimana mereka bisa mengetahui asal-usul mereka dan dari clan

terbentuklah tokoh tokoh adat. Lembaga adat di desa Oan Mane dipimpin oleh tua adat, atau

seringkali disebut sebagai “Fukun”. Fukun mempunyai peranan penting dalam mengambil

kebijakan, fukun juga berfungsi sebagai mediator jika dalam suau pertemuan adat terjadi

perselisihan dan sebagai penunjuk jalan kepada masyarakat dalam penyelesaian masalah.

Fukun memiliki andil dalam mempengaruhi pilihan masyarakat dalam menentukan pilihan

politik dalam pilkada yang sesuai dengan pilihan fukun. Sama halnya fenomena ini terjadi

pada pemilukada kabupaten malaka tahun 2015. Para calon kepala daerah mendatangi kepala

suku di desa oan mane untuk mengkempanyekan visi misi yang di usung setiap bakal calon.

5
Dari ketiga calon yang berkompetisi di kabupaten malaka, salah satu calon berhasil

mengambil hati masyarakat dari desa oan mane melalui pendekatannya dengan kepala suku

yang ada di desa tersebut. Kemudian selain tertarik dengan visi misi calon kepala daerah

tersebut, hubungan tali persaudaraan antara setiap suku di desa oan mane dengan salah satu

calon kepala daerah masih memiliki kedekatan. Atas dasar hal itu, kepala suku dari desa oan

mane yang berjumlah enam orang sesuai jumlah rumah adat yang ada, mengajak semua

anggota sukunya untuk ikut memilih paket calon kepala daerah yang telah mendapat simpati

dari kepala suku di desa oan mane. Hal ini dibuktikan dengan perolehan suara dari ketiga

calon kepala daerah tersebut 80 persennya jatuh pada salah satu paket yang awalnya telah

mendapat dukungan dari ke enam kepala suku.

Eksistensi tokoh adat pada awalnya sebatas urusan antar masyarakat mengenai adat

akan tetapi di masa sekarang tokoh adat juga eksis dalam ranah politik. Eksistensi tokoh adat

dalam ranah politik sangat populer dengan menjadikan lembaga adat sebagai perantara dalam

menyampaikan pendapat, mentransfer visi-misi dan progam kerja, bahkan tokoh adat mampu

merespon isu-isu yang sedang terjadi di masyarakat. Sesuai uraian di atas pengamatan dari

penyusun menemukan beberapa permasalahan sebagai berikut:

Keterlibatan tokoh adat atau fukun pada pilkada di Kabupaten Malaka memberikan

kesan bahwa pilihan rasional dalam memilih pemimpinnya cendrung dikesampingkan. Hal

ini berakibat masyarakat memilih bukan berdasarkan pilihan yang ideal, masyarakat pada saat

mencoblos masih didasarkan pada pertimbangan yang bersiat subyektif emosional, memilih

hanya karna masih adanya ikatan kekeluargaan, kekerabatan dan persahabatan.Selanjutnya

masyarakat pemilu lebih mengikuti kemauan kepalah suku. Hal tersebut di atas dipengaruhi

karena faktor etnisitas ataupun kekerabatan yang masih amat kental saat penentuan pilihan

oleh pemuka adat dan tokoh masyarakat, yang mengakibatkan masyarakat juga ikut

berpengaruh pada pilihan tersebut. Jika hal itu masih tetap berlangsung maka akan

6
menghambat pembangunan dan memperhambat proses demokratisasi yang diharapkan

mampu membawa perubahan untuk kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan suatu

penelitian tentang Eksistensi tokoh Adat dalam Pemilihan Kepalah Daerah (Studi kasus

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Malaka di Desa Oan Mane, Kecamatan

Malaka Barat, Kabupaten Malaka).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimanakah Eksistensi tokoh adat dalam pemilukada di Desa Oan Mane, Kecamatan

Malaka Barat, Kabupaten Malaka?”

1.3 Tujuan Dan manfaat penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

untuk mendeskripsikanEksistensi Tokoh adat dalam Pemilukada di Desa Oan Mane,

Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka.

1.3.2 Kegunaan penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan tujuan penelitian maka kegunaan

penelitian dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan referensi bagi pemerintahan desa

dan tokoh adat dalam rangkah melaksanakan pemelihan kepalah daerahdi Desa

Oan Mane, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka.

2. Dapatmenjadi literatur yang berguna bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang akan

melakukan penelitian tentang latar belakang diatas, maka menjadi perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:Eksistensi Toko Adat Dalam Pemilihan

7
Umum Kepalah Daerah Di Desa Oan Mane, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten

Malaka.

8
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Eksistensi

Secara etimologi, eksistensialisme berasal dari kata eksistensi, eksistensi berasal dari

bahasa Inggris yaitu excitence; dari bahasa latin existere yang berarti muncu, ada, timbul,

memilih keberadaan aktual. Dari kata ex berarti keluar dan sistere yang berarti muncul atau

timbul. Beberapa pengertian secara terminologi, yaitu pertama, apa yang ada, kedua, apa

yang memiliki aktualitas (ada), dan ketiga adalah segala sesuatu (apa saja) yang di dalam

menekankan bahwa sesuatu itu ada. Berbeda dengan esensi yang menekankan kealpaan

sesuatu (apa sebenarnya sesuatu itu seseuatu dengan kodrat inherennya). Sedangakan

eksistensialisme sendiri adalah gerakan filsafat yang menentang esensialisme, pusat

perhatiannya adalah situasi manusia. Memahami eksistensialisme, memang bukan hal yang

mudah. Banyak pendapat perihal definisi dari eksistensi. Tapi, secara garis besar, dapat

ditarik benang merah, diantara beberapa perbedaan devinisi tersebut. Bahwa, para

eksistensialis dalam mendefinisikan eksistensialisme, merujuk pada sentral kajiannya yaitu

cara wujud manusia.

Pemahaman secara umum, eksistensi berarti keberadaan. Akan tetapi, eksistensi

dalam kalangan filsafat eksistensialisme memiliki arti sebagai cara berada manusia, bukan

lagi apa yang ada, tapi, apa yang memiliki aktualisasi (ada). Cara manusia berada di dunia

berbeda dengan cara benda-benda. Bendabenda tidak sadar akan keberadaannya, tak ada

hubungan antara benda yang satu dengan benda yang lainnya, meskipun mereka saling

berdampingan. Keberadaan manusia di antara benda-benda itulah yang membuat manusia

berarti. Cara berada benda-benda berbeda dengan cara berada manusia. Dalam filsafat

eksistensialisme, bahwa benda hanya sebatas “berada”, sedangkan manusia lebih apa yang

dikatakan “berada”, bukan sebatas ada, tetapi “bereksistensi”. Hal inilah yang menunjukan

9
bahwa manusia sadar akan keberadaanya di dunia, berada di dunia, dan mengalami

keberadaanya berada di dunia. Manusia menghadapi dunia, mengerti apa yang dihadapinya,

dan mengerti akan arti hidupnya. Artinya, manusia adalah subjek, yang menyadari, yang

sadar akan keberadaan dirinya. Dan barang-barang atau benda yang disadarinya adalah

objek.Manusia mancari makna keberadaan di dunia bukan pada hakikat manusia sendiri,

melainkan pada sesuatu yang berhubungan dengan dirinya. Manusia dalam dunianya,

menggunakan benda-benda yang ada disekitarnya.

Di sinilah peran aktif manusia yang harus menentukan hakikat keberdaan dirinya di

dunia ini dan mendorong dirinya untuk selalu beraktifitas sesuai dengan pilihan dirinya

dalam mengambil jalan hidup di dunia. Dengan segala peristiwa kesibukannya, maka

manusia dapat menemukan arti keberadaanya. Manusia dengan segala aktivitasnya, berani

menghadapi tantangan dunia di luar dirinya. Seperti halnya pendapat dari Heigdegger

tentang Desain, bahwa manusia selalu menempatkan dirinya diatara dunia sekitarnya. Yang

mana Desain terdiri dari dua kata, da : di sana dan sein : berada, berada disana yaitu di

tempat. Manusia selalu berinteraksi dan terlibat dalam alam sekitarnya. Namun, manusia

tidak sama dengan dunia sekitarnya, tidak sama dengan benda-benda, dan memiliki keunikan

tersendiri, karena manusia sadar akan keberadaan dirinya. Manusia adalah makhluk yang

sadar akan dirinya, maka ia tak dapat dilepaskan dari dirinya. Manusia harus menemukan diri

dalam situasi dan berhadapan dengan berbagai kemungkinan atau alternative yang dia

punyai. Bagi Jasper dan Hiedegger, situasi itu menentukan pilihan, kemudian manusia

membuat pilihan dari berbagai kemungkinan tersebut.

Manusia itu terbuka bagi dunianya. Kemampuan untuk berinteraksi dengan hal-hal

diluar dirinya karena memiliki seperti kepekaan, pengertian, pemahaman, perkataan, dan

pembicaraan. Dengan mengerti dan memahami itulah manusia beserta kesadarannya akan

berpotensi di antara benda-benda lainya, harus berbuat sesuatu untuk mengaktualisasikan

10
potensi atau kemungkinan-kemungkinan yang ada pada dirinya dan memberi manfaat pada

dunianya dengan berbagai pilihan kemungkinan-kemungkinannya. Para pengamat

eksistensialisme tidak mempersoalakan tentang esensia dari segala yang ada. Karena

memang sudah ada, tak pernah ada persoalan. Tetapi bagaimana segala yang ada berada dan

untuk apa berada. Konsep adadalam dunia juga diperkenalkan oleh Heidegger untuk

memahami gejala keberadaan manusia. Bahwa manusia hidup dan mengungkap akan

keberadaannya dengan meng-ada di dunia. Manusia, menurut Heidegger tidak menciptakan

dirinya sendiri, tetapi ia “dilemparkan” ke dalam keberadaan.

Dengan cara demikian manusia bergantung jawab atas dirinya yang tidak diciptakan

sendiri itu. Jadi, di satu pihak manusia tidak mampu menyebabkan adanya dirinya, tetapi di

lain pihak ia tetap bertanggung jawab sebagai yg “bertugas” untuk meng-ada-kan

dirinya.Ada- dalam yang digunakan oleh Heideggger, mengandung arti yang dinamis. Yakni

mengacu pada hadirnya subjek yang selalu berproses. Begitu juga dunia yang dihadirkan

oleh Heidegger merupakan dunia yang dinamis, hadir dan menampakan diri, bukan dunia

tertutup, terbatas dan membatasi manusia. Jadi, ada dalam dunia itu tidak menunjuk pada

beradanya manusia di dalam dunia seperti berada karung atau baju dalam almari, melainkan

mewujud dalam realitas dasar bahwa manusia hidup dan mengungkapkan keberadaanya di

dunia smbil merancang, mengola, atau membangun dunianya. Persoalan tentang “berada” ini

hanya dapat dijawab melalui ontologi, dalam artian; jika persoalan ini dihubungkan dengan

manusia dan dicari artinya dalam hubungan tersebut. Satu-satunya “berada”, yang dapat

dimengerti sebagai “berada” adalah “beradanya” manusia.

Perbedaan antara “berada” (Sein) dan “yang berada” (Seiende). Istilah “yang berada”

(Seiende) hanya berlaku bagi benda-benda, yang bukan manusia, jika di pandang pada

dirinya sendiri, terpisah dari yang lain, hanya berdiri sendiri. Benda-benda hanya sekedar

ada, hanya terletak begitu saja di depan orang, tanpa ada hubungannya dengan orang

11
tersebut. Benda-benda akan berarti jika dihubungkan dengan manusia, jika manusia

menggunakan dan memeliharanya. Maka dengan itu benda-benda baru memiliki arti dalam

hubungan itu. Sedangkan manusia juga berdiri sendiri, namun ia berada di tempat di antara

dunia sekitarnya. Manusia tidak termasuk dalam istilah “yang berada”, tetapi ia “berada”.

Keberadaan manusia inilah yang disebut oleh Heidegger sebagai Desain. Manusia

bertanggung jawab untuk meng-ada-kan dirinya, sehingga istilah “berada” dapat diartikan

mengambil atau menempati tempat.

Sehingga manusia memang harus keluar dari dirinya sendiri dan berada di antara atau

di tengah-tengah segala “yang berada” , untuk mencapai eksistensinya. Ajaran

eksistensialisme sangat beragam, tidak hanya satu. Dari beberapa penjelasan di atas belum

sepenuhnya kita dapat memahami devinisi eksistensialisme yang universal, karena pemikiran

para filsuf mengenai eksistensialisme memiliki latar belakang yang beragam. Sebenarnya,

eksistensialisme adalah aliran filsafat yang bersifat teknis, yang tergambar dalam berbagai

system, yang berbeda satu sama lain. Namun, ada beberapa subtansi atau hal yang sama

diantaranya sehingga bisa dikatakan sebagai filsafat eksistensialisme. Substansi-substansi

tersebut adalah:

1. Motif pokoknya adalah cara manusia berada atau eksistensi. Hanya manusialah

yang bereksistensi. eksistensi adalah cara yang khas manusia berada. Pusat perhatian

terletak pada manusia. Oleh karena itu bersifat humanistik.

2. Bereksistensi harus diartikan secara dinamis. Bereksistensi berarti menciptakan

dirinya secara aktif. Bereksistensi berarti berbuat, menjadi, merencanakan. Setiap saat

manusia menjadi lebih atau kurang dari keadaannya semula.

3. Di dalam filsafat eksistensialisme, manusia dipandang sebagai terbuka. Manusia

adalah realitas yang belum selesai, yang masih harus dibentuk. Pada hakikatnya

manusia terikat pada dunia sekitarnya, terlebih-lebih kepada sesamanya manusia.

12
4. Filsafat eksistensialisme memberikan tekanan yang sangat besar kepada

pengalaman yang eksistensial. Arti pengalaman ini berbeda-beda antara satu filosof

dengan filosof yang lainnya.

Heidegger memberi tekanan kepada kematian yang menyuramkan segala sesuatu.

Marchel kepada pengalaman keagamaan dan Jaspers kepada pengalaman hidup yang

bermacam-macam seperti kematian, penderitaan, kesalahan, dan lain sebagainya.Untuk

menerangkan eksistensialisme dengan mengambil ide-ide utama dari tulisan-tulisan para

tokoh, akan mendatangkan kebingungan, karena setiap penulis ini mempunyai pikiran

tersendiri tentang apa yang mereka maksud dengan ide “Eksistensialisme”. Namun, pada

initinya eksitensialisme diawal Kierkegaard ke belakang, sepaham dengan apa yang

dikatakan oleh Paul Tillich, adalah “sebuah gerakan pemberontakan selama lebih dari seratus

tahun terhadap dehumanisasi manusia dalam masyarakat industri”.

2.1. 1 Eksistensi Adat

Eksistensi menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah keberadaan, kehadiran yang

mengandung unsur bertahan.

Menurut Abidin Zaenal (2007:16) :“Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, menjadi

atau mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakin eksistere yang artinya

keluar dari, melampaui atau mengatasi. Jadi esksitensi tidak bersifat kaku atau terhenti,

melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya mengalami

kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya”.

Menurut Nadia Juli Indrani (2010:29) eksistensi bisa kita kenal juga dengan satu kata

yaitu keberadaan. Dimana keberadaan yang di maksud adalah adanya pengaruh atas ada atau

tidak adanya kita. Istilah buka “ hukuman” merupakan istilah umum atau konfensional yang

mempunyai arti yang luas dan dapat berubah-ubah karena istilah itu dapat berkonotasi dengan

13
bidang yang cukup luas. Istilah tersebut tidak hanya digunakan dalam bidang hukum, tetapi

juga dalam istilah sehari-hari seperti di bidang moral, agama dan lain sebagainnya.

Istilah “adat” dalam bahasa Indonesia memiliki arti “kebiasaan” atau “tradisi”, dan

mengandung konotasi tata tertib yang terteram dan konsensus. Adat adalah aturan, kebiasaan-

kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu masyarakat atau daerah yang dianggap

memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi masyarakatnya.

Adat atau kebiasaan dapat diartikan sebagai tingkah laku seseorang yang terus menerus

dilakukan dengan cara tertentu dan diikuti oleh masyarakat luar dalam waktu yang lama.

Unsur-unsur terciptanya adat adalah:

1. Adanya tingkah laku seseorang

2. Dilakukan terus-menerus

3. Adanya dimensi waktu

4. Diikuti oleh orang lain/masyarakat.

Sesuai dengan hal tersebut menurut Kantoroweiz sebagaimana Ihromi (1993:56)

mendefinisikan adat (kebiasaan) adalah seperangkat aturan yang sedikit banyak terumus dan

jelas, yang menganut supaya hubungan antara manusia harus memenuhi syarat tertentu dan

syarat itu pula umumnya ditaati.

Di samping itu adat juga melibatkan kaidah dan peraturan yang terikat. Oleh karena itu Riwu

Kaho (2000:90) mengungkapkan bahwa adat-istiadat adalah sistem nilai yang sudah

menjelma menjadi norma-norma (kaidah-kaidah) atau peraturan hidup yang bermasyarakat

yang meskipun tidak tertulis, akan tetapi ditaati dan dijunjung tinggi dan barang siapa yang

melanggarnya akan terkena sanksi.

Selain itu, adat bukan saja terbentuk dari nilai, norma dan peraturan yang dibuat oleh

masyarakat. Pada hakekatnya adat terbentuk atas kehendak sang pencipta. Sesuai dengan hal

tersebut Anwar (1997:56) mengatakan yang dimaksud dengan adat-istiadat adalah segalah

14
sesuatu yang demikian terjadi menurut Kehendak Allah, jadi yang telah merupakan undang-

undang alam, yang selalu abdi dan tidak berubah-ubah, jadi merupakan hukum kodrat.

Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa adat atau kebiasaan merupakan

seperangkat aturan yang harus ditaati oleh manusia dalam berperilaku guna mempertahankan

keutuhan serta tujuan hidup. Dengan demikian tujuan adat adalah terciptanya kelangsungan

hidup suatu masyarakat yang harmonis.

Dari uraian diatas penulis mengartikan eksistensi adat adalah kebiasaan/adat

masyarakat yang semakin eksis dilingkungan masyarakat, kebiasaan yang sedang eksis di

desa oan mane yaitu “lia mate” adalah ritual kedukaan anggota suku, “lia moris” adalah ritual

kelahiran yang menyangkut perkawinan dan kelahiran anggota suku.

2.2 Tokoh Adat

Pada dasarnya suatu hukum adat itu memiliki tokoh yang mengakomodir

pelaksanaannya ,salah satunya ialah adanya tokoh adat selaku pemimpin atau penegendali

hukum adat dalam kehidupan sosial tokoh adat ini mempunyai peranan yang sangat besar

seperti menyelesaikan sengketa adat, menegakan sanksi adat,menjamin berjalannya fungsi

hukum adat,serta sebagai penyambung aspirasi masyarakat hukum adat.terkait problematika

yang di hadapinya (Munandar,2019)

2.2.1 Masyarakat adat

Masyarakat adat adalah sekelompok orang yang memiliki jejak sejarah dengan

masyarakat sebelum masa invasi dan penjajahan, yang berkembang di daerah mereka,

menganggap diri mereka beda dengan komunitas lain yang sekarang berada di daerah mereka

atau bukan bagian dari komunitas tersebut. Mereka bukan merupakan bagian yang dominan

dari masyarakat yang bertekad untuk memelihara, mengembangkan, dan mewariskan daerah

leluhur dan identitas etnik mereka kepada generasi selanjutnya; sebagai dasar bagi

15
kelangsungan keberadaan mereka sebagai suatu suku bangsa, sesuai dengan pola budaya,

lembaga sosial dan sistem hukum mereka.

Menurut Kingsbury sebagaimana Jamie Davidson dkk, (2010:348) memberikan ciri

untuk mengenali kelompok-kelompok yang disebut masyarakat adat (indigenous people)

memiliki karakteristik pokok, yaitu:

1. Mengidentifikasi dirinya secara otonom sebagai kelompok suku yang berbeda;

2. Pengalaman historis dalam hubungan dengan kerentanan kondisi kehidupan

mereka terhadap gangguan, dislokasi, dan eksploitasi;

3. Memiliki hubungan yang panjang dengan wilayah yang didiaminya; dan

4. Berkeinginan mempertahankan ideologi yang berbeda.

Pengertian menurut AMAN (Analisis Masyarakat Adat Nusantara) pada Kongres I

Tahun 1999 dan masih dipakai sampai saat ini adalah: “komunitas-komunitas yang hidup

berdasarkan asal-usul leluhur secara turun-temurun di atas suatu wilayah adat, yang memiliki

kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial budaya yang diatur oleh hukum

adat dan lembaga adat yang mengelolah keberlangsungan kehidupan masyarakatnya.

2.2.2 Tokoh Masyarakat

1. Pengertian Tokoh Masyarakat

Dalam kamus umum bahasa Indonesia, tokoh diartikan sebagai rupa, wujud dan

keadaan, bentuk dalam arti jenis badan, perawakan, orang yang terkemuka atau kenamaan

didalam lapangan politik suatu masyarakat. Tokoh masyarakat, tentunya merupakan

representasi dari adanya sifat-sifat kepemimpinan yang menjadi acuan bagi masyarakat dalam

mewujudkan harapan serta keinginan-keinginan masyarakat sehingga tokoh masyarakat,

tidak bisa dilepaskan dari sifat kepemimpinan yang tercermin didalam diri tokoh masyarakat

tersebut. Kepemimpinan ini kemudian menjadi panutan, sebab warga masyarakat

16
mengidentifikasikan diri kepada sang pemimpin, dan ia dianggap sebagai penyambung lidah

masyarakat.

Berdasarkan masyarakat yang tengah membebaskan diri dari belenggu penjajahan,

biasanya muncul pemimpin yang kharismatik untuk menggerakkan masa rakyat mencapai

kemerdekaannya. Kemudian pemimpin ini muncul sebagai simbol persatuan bangsa, seperti

tokoh dwitunggal Soekarno-Hatta di Indonesia dan Joseph Bros Tito di Yugoslavia. Dalam

hal ini tokoh masyarakat adalah merupakan orang-orang yang dihormati dan disegani dalam

masyarakatnya. Karena aktifitas dalam kelompoknya serta kecakapan-kecakapan dan sifat-sifat

tertentu yang dimilikinya.Akan tetapi, pemimpin saja mungkin tidak menjamin bagi terbentuknya

suatu bangsa-negara sebab pengaruh pemimpin bersifat sementara. Dalam hal ini ada dua

penyebab. Pertama, umur manusia (pemimpin) terbatas, dan khususnya pemimpin kharismatik

tidak dapat di wariskan. Pemimpin tidak hanya yang masih hidup dapat berfungsi sebagai symbol

persatuan bangsa, tetapi juga yang sudah menjadi pahlawan. Namun, sifat permasalahan yang

tengah dihadapi masyarakat memerlukan tipe kepemimpinan yang sesuai. Kedua, tipe

kepemimpinan berkaitan erat dengan perkembangan masyarakat. Masyarakat yang berubah

menghendaki tipe pemimpin yang berubah pula.

Pada pihak lain tidak hanya di Negara-negara berkembang seorang pemimpin kharismatik

dipandang sebagai symbol persatuan bangsa, tetapi juga di Negara-negara yang maju seorang

pemimpin diharapkan tampil sebagai “wakil” atau personifikasi bangsa di dalam maupun di luar

negeri.Ketokohan tersebut merupakan aktualisasi dari masyarakat yang mendambakan sosok

pemimpin yang kharismatik, yang memungkinkan tercapainya keinginan dan harapan

masyarakat di daerah tempatnya bermukim. Masyarakat tentunya menurut Wikipedia bahasa

Indonesia

Menurut Taqiyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah

masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan

kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan

17
kemaslahatan. Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya:

berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan

masyarakat negara.

2. Relasi Tokoh dengan masyarakat

Kata society berasal dari bahasa latin societas, yang berarti hubungan persahabatan

dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti

society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna

bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai

tujuan bersama.

Dapat kita telaah korelasi hubungan antara ketokohan didalam masyarakat, dengan

masyarakat itu sendiri. Dari sejumlah asumsi dasar tersebut maka secara esensial pendekatan

secara sosiologis ini mengkaji kehidupan sosial manusia sebagai berikut:

Masyarakat merupakan sistem yang kompleks yang terdiri dari bagian-bagian yang

saling berhubungan dan tergantung satu sama lain, serta setiap bagian tersebut berpengaruh

secara signifikan terhadap bagian-bagian lainnya. Setiap bagian dari suatu masyarakat eksis

karena bagian tersebut memiliki fungsi dalam memelihara eksistensi dan stabilitas

masyarakat secara keseluruhan.

Semua masyarakat mempunyai mekanisme untuk mengintegrasikan dirinya yaitu

mekanisme yang dapat merekatkannya menjadi satu. Mekanisme ini adalah komitmen para

anggota masyarakat kepada serangkaian kepercayaann dan nilai yang sama. Masyarakat

cenderung mengarah pada suatu keseimbangan (equilibrium) dan gangguan pada salah satu

bagiannya cenderung menimbulkan penyesuaian pada bagian lain agar tercipta harmoni atau

stabilitas

Masyarakat adalah kumpulan individu yang tinggal pada satu wilayah. Kumpulan

individu ini mempunyai karakteristik tersendiri yang dapat dibedakan dengan masyarakat lain. Ia

mencoba memahami tingkah laku individu dalam masyarakat, dan tingkah laku masyarakat

18
sebagai kumpulan individu dengan kelompok masyarakat yang lain. Ia mencoba memahami,

meneliti, menemukan perbedaan dan persamaan interaksi individu dalam masyarakat dan

interaksi masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lain.

Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal

tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-

hal tertentu, akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal

Selama dalam suatu masyarakat ada sesuatu yang dihargai, dan setiap masyarakat pasti

mempunyai sesuatu yang dihargai, sesuatu itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan

adanya system lapisan dalam masyarakat itu. Sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat dapat

berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis, tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan,

kesalehan dalam agama atau mungkin juga keturunan yang terhormat. Hal inilah yang menjadi

salah Satu faktor timbulnya pelapisan dalam masyarakat/stratifikasi social, Stratifikasi dapat

terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari proses pertumbuhan masyarakat, juga dapat

dibentuk untuk tercapainya tujuan bersama. Faktor yang menyebabkan stratifikasi sosial dapat

tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian, usia, sistem kekerabatan, dan harta dalam batas-

batas tertentu.

Tokoh masyarakat yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat itu

sendiri merupakan instrumen politik yang sangat erat kaitannya dengan perkembangan

masyarakat terutama masyarakat yang masih berada pada lingkungan pedesaan. Peran ini

kemudian menjadi factor yang signifikan didalam proses memilih pemimpinnya.

Pada hakikatnya tokoh masyarakat ialah orang yang mempunyai peranan yang besar

dalam suatu kelompok masyarakat dan memiliki kekuasaan yaitu kemampuan mempengaruhi

orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dirinya. Dalam kaitannya dengan

hubungan sosial-budaya dari perspektif ilmu sosial biasa disebut dengan budaya

paternalistik, di mana peran seorang tokoh/elite dalam masyarakat desa adalah sangat

dominan dalam hubungan-hubungan sosial maupun dalam ranah politik yang bertalian

19
dengan pengambilan kebijakan pada aras desa. Sementara itu, apa yang disebut dengan elit

desa setidaknya dapat dipilah menjadi beberapa jenis elit, diantaranya elit pemerintahan, elit

agama, elit ekonomi, elit ormas, elit intelektual, dan elit adat sebagai para stakeholders

dengan fungsi dan peranan yang berbeda-beda.

Elit pemerintahan ditunjukkan dengan adanya kepala desa, kepala dusun, sekretaris

desa, dan perangkat desa lainnya. Elit agama adalah tokoh panutan dalam agama seperti kyai,

ustadz, pendeta, romo, dan tokoh agama lainnya. Elit ekonomi adalah golongan yang kaya

secara ekonomi di desa termasuk para pemilik lahan. Elit Ormas merupakan tokoh dalam

organisasi kemasyarakatan atau politik yang ada di desa, elit intelektual adalah ditokohkan

karena kecerdasan dan kepandaiannya atau karena pendidikannya,

20
sedangkan mereka bisa berprofesi guru, pegawai/pejabat pemerintahan, sedangkan elit adat

merupakan tokoh yang sangat dihormati dalam tradisi-tradisi atau adat setempat yang masih

hidup dalam keseharian masyarakat pedesaan.

Berkenaan dengan posisi mereka sebagai elit desa, sangat mungkin mereka menyandang

lebih dari 1 (satu) jenis elit, misalnya seorang kepala desa selain elite pemerintahan juga

sebagai elit ekonomi dan elit agama, begitu pula untuk tokoh/elit yang lain. Kecenderungan

seseorang untuk ditokohkan ialah kemampuan-kemampuan dalam berbagai hal yang

terwujud lewat perilaku kehidupan praktisnya.

Kecenderungan seseorang untuk ditokohkan ialah karena berbagai kelebihan yang

dimiliki serta kecakapan dalam bertindak dan tentunya kemampuan intelektual, spiritual,

serta komunikasinya. Manusia-manusia yang terlahir sebagai sosok cakap dalam berbagai

kemampuan, kemudian menjadi perhatian masyarakat sebagai sosok yang dalam pandangan

umum masyarakat sebagai manusia yang hebat.

Pemimpin (leader) dalam bahasa Indonesia sering diberi arti macam-macam seperti

kepala, ketua, raja, pemuka, pembina, penghulu, pelopor, pemuka, pemandu, pembimbing,

pengurus, penggerak, penuntun, tua-tua, dan sebagainya. Maka pemimpin ialah seorang

pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan – khususnya kecakapan-kelebihan di satu

bidang , sehingga diamampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan

aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu atau beberapa tujuan.

Sedangkan kepemimpinan (leadership) menurut Derry Eka Ardhiansyah (2013) adalah suatu

cara untuk mempengaruhi dan memotivasi orang lain, bawahan atau kelompok untuk saling

bekerja sama dalam upaya mencapai suatu tujuan bersama tanpa adanya unsur paksaan. Dari

pengertian kepemimpinan yang disebutkan diatas, dapat ditarik 4 hal, yaitu :

1. Kepemimpinan merupakan sebuah proses

2. Kepemimpinan melibatkan pengaruh

21
3. Kepemimpinan muncul di dalam kelompok

4. Kepemimpinan untuk mencapai tujuan bersama

3. Dasar Tokoh Masyarakat

Tokoh masyarakat adalah mereka yang memiliki kedudukan sosial dan dihormati di

lingkungannya. Mereka disebut tokoh masyarakat karena memiliki kedudukan serta pengaruh

dan diakui oleh masyarakat. Menurut UU Nomor 8 Tahun 1987 pasal 1 ayat 6 Tentang

Protokol bahwa tokoh masyarakat adalah seseorang yang karena kedudukan sosialnya

menerima kehormatan dari masyarakat dan/atau Pemerintah. Sedang pengertian tokoh

masyarakat menurut UU Nomor 2 Tahun 2002 pasal 39 ayat 2 Tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia) bahwa bahwa tokoh masyarakat ialah pimpinan informal masyarakat

yang telah terbukti menaruh perhatian terhadap kepolisian. Untuk memahami dengan baik,

siapa dan apa yang menyebabkan seseorang disebut sebagai tokoh masyarakat paling tidak

disebabkan oleh lima hal yaitu:

a. Kiprahnya di masyarakat sehingga yang bersangkutan ditokohkan oleh masyarakat

yang berada dilingkungannya. Dengan ketokohannya itu, maka masyarakat memilihnya

untuk menduduki posisi-posisi penting di masyarakat mulai dari ketua RT, ketua RW, ketua

organisasi kepemudaan, ketua masjid, pemimpin organisasi kemasyarakatan yang berakar di

masyarakat seperti NU, Muhammadiyah, Persis dan lain-lain, termasuk tokoh agama, tokoh

adat, tokoh organisasi kedaerahan, tokoh lingkungan, tokoh dari suatu kawasan, tokoh

keturunan darah biru, tokoh pekerja, tokoh pergerakan dan lain-lain. Dengan ketokohannya,

ada yang mencalonkan diri dan dicalonkan oleh partai politik untuk menjadi calon anggota

parlemen di semua tingkatan.

b. Memiliki kedudukan formal di pemerintahan seperti Lurah/Wakil Lurah, Camat/Wakil

Camat, Walikota/Wakil Walikota, Gubernur/Wakil Gubernur dan lain-lain. Karena memiliki

kedudukan, maka sering blusukan dan bersama masyarakat yang dipimpinnya. Ketokohannya

22
menyebabkan dihormati, dipanuti, diikuti, diteladani oleh masyarakat. Pemimpin formal

semacam ini, pada suatu waktu bisa disebut tokoh masyarakat, apakah masih memiliki

jabatan/kedudukan atau sudah pensiun/tidak lagi memiliki kedudukan formal.

c. Mempunyai ilmu yang tinggi dalam bidang tertentu atau dalan berbagai bidang sehingga

masyarakat dan pemimpin pemerintahan dari tingkatan paling bawah – sampai ke atas selalu

meminta pandangan dan nasihat kepadanya. Karena kepakarannya, maka yang bersangkutan

diberi kedudukan dan penghormatan yang tinggi, kemudian disebut tokoh masyarakat.

d. Ketua partai politik yang dekat masyarakat, rajin bersilaturrahim kepada masyarakat,

menyediakan waktu untuk berinteraksi dengan masyarakat, suku menolong masyarakat diminta

atau tidak. Ketua partai politik seperti ini, dapat disebut sebagai tokoh masyarakat.

e. Usahawan/pengusaha yang rendah hati, suka berzakat, berinfak dan bersedekah, peduli kepada

masyarakat, serta suka bersilaturrahim, pada umumnya masyarakat menyebut yang bersangkutan

sebagai tokoh masyarakat.

Tokoh Masyarakat (1) adalah seseorang yang karena kedudukan sosialnya menerima

kehormatan dari masyarakat dan/atau Pemerintah. (Pasal 1 Angka 6 UU Nomor 8 Tahun 1987

Tentang Protokol). Tokoh Masyarakat (2) ialah pimpinan informal masyarakat yang telah

terbukti menaruh perhatian terhadap kepolisian. (Pasal 39 Angka 2 UU Nomor 2 Tahun 2002

Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia).

23
2.2.3 Lembaga Adat

Kata lembaga dalam bahasa Inggris disebut institution yang bermakna pendirian,

lembaga, adat dan kebiasaan. Dari pengertian literal ini, lembaga dapat diartikan sebagai

sebuah istilah yang menunjukan kepada pola perilaku manusia yang mapan terdiri dari

interaksi sosial yang memiliki struktur dalam suatu kerangka nilai yang relevan. Sesuai

dengan hal tersebut Duverger (2010:147) menyebutkan bahwa konsep “lembaga” yakni

sebagai model hubungan manusia darimana hubungan-hubungan individu mengambil

polanya, dengan itu mendapatkan stabilitas, kelangsungan, dan kekohesifan.

Menurut Maran (2001:48) lembaga bisa didefinisikan sebagai pola perilaku manusia

yang mapan, terdiri atas interaksi sosial berstruktur dalam suatu kerangka nilai yang relevan.

Keberadaan lembaga-lembaga dibatasi oleh dua unsur dasar. Pertama, unsur struktural,

mengacu pada sistem hubungan yang diatur suatu lembaga. Lembaga pendidikan misalnya

mengatur hubungan yang bersifat intelektual dan sebagainya.

Sesuai pendapat Robert Mac Iver dan Charles H. Page sebagaimana Soekanto (1990:189)

mengartikan lembaga adat sebagai suatu tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk

mengatur hubungan antar manusia yang berkelompok dalam suatu kelompok masyarakat

yang dinamakan asosiasi.

Dari beberapa definisi di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa lembaga adat

adalah suatu lembaga sosial kemasyarakatan yang menunjukan pola-pola kebudayaan berupa

tindakan, ide dan sikap serta segala aktivitas manusia untukmemenuhi kebutuhan hidupnya,

dengan memeihara adat-istiadat dan mengontrol nilai dan norma sosial yang ada di dalam

masyarakat.

Bangsa Indonesia dikenal dengan keragaman masyarakat dan budayanya, yang

dibuktikan dengan adanya berbagai sukubangsa, ras, bahasa, seni, adat istiadat, sistem

kepercayaan (religi) dan juga sistem nilai budayanya. Keragaman budaya yang menjadi

24
kebanggaan bangsa Indonesia tersebut pada dasarnya tidak luput dari dinamika atau

mengalami perkembangan dan perubahan menyangkut unsur-unsur budaya yang dimilikinya.

Namun demikian, pada setiap masyarakat diantara unsur-unsur budaya tersebut biasanya

masih ada yang relatif tidak berubah karena merupakan inti dari kebudayaan tersebut. Dalam

hal ini, biasanya adalah sistem nilai budaya yang berlaku pada masyarakat tersebut secara

turun temurun. Sistem nilai budaya, merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak

dari adat istiadat.

Hal itu disebabkan karena nilai -nilai budaya itu merupakan konsep-konsep mengenai

segala sesuatu yang dinilai berharga dan penting oleh suatu masyarakat, sehingga dapat

berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para

warga masyarakat tadi (Koentjaraningrat, 1979; 204). Unit atau kesatuan sosial yang

biasanya tetap mempertahankan sistem nilai budaya yang diwarisi dari leluhurnya adalah

komunitas (masyarakat) adat yang tersebar di berbagai tempat. Masyarakat atau komunitas

adat itu masih memelihara sistem nilai budaya yang terimplementasi dalam kehidupan

mereka sehari-hari berupa norma-norma adat yang telah diwarisi turun temurun, serta adanya

suatu institusi atau pranata yang mengawal atau mengatur pelaksanaannya ditengah

masyarakat tersebut. Hal tersebut berwujud dalam bentuk suatu kelembagaan adat yang biasa

disebut dengan lembaga adat. 2 Lembaga adat, dilihat dari padanan katanya, berasal dari

gabungan antara kata “lembaga” dan kata “adat”. Kata lembaga dalam bahasa Inggris disebut

dengan institution yang berarti pendirian, lembaga, adat dan kebiasaan, sedangkan adat

merujuk pada kebiasaan pada suatu masyarakat yang telah berlangsung secara turun temurun.

Dengan demikian, lembaga adat mengandung pengertian adanya lembaga atau organisasi

kemasyarakatan (sosial) yang berkaitan dengan adat yang berlaku di suatu daerah atau

kesatuan masyarakat adat. Pengertian lembaga adat adalah sebuah organisasi kemasyarakatan

baik yang sengaja dibentuk maupun yang secara wajar telah tumbuh berkembang didalam

25
sejarah masyarakat yang bersangkutan atau dalam suatu masyarakat hukum adat tertentu

dengan wilayah hukum dan hak atas harta kekayaan di dalam wilayah hukum adat tersebut. 1,

Menurut ilmu budaya, lembaga adat diartikan sebagai suatu bentuk organisasi adat yang

tersusun relatif tetap atas pola-pola kelakuan, peranan-peranan, dan relasi-relasi yang terarah

dan mengikat individu, mempunyai otoritas formal dan sanksi hukum adat guna tercapainya

kebutuhan-kebutuhan dasar. Sedangkan menurut pengertian lainnya, lembaga adat adalah

suatu organisasi kemasyarakatan adat yang dibentuk oleh suatu masyarakat hukum adat

tertentu, mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak dan berwenang

untuk mengatur dan mengurus serta menyelesaikan hal- hal yang berkaitan dengan adat.

Peraturan Mendagri (Permendagri) No. 23 Tahun 1997, menyebutkan lembaga adat sebagai

sebuah organisasi kemasyarakatan baik yang sengaja dibentuk maupun yang secara wajar

telah tumbuh dan berkembang didalam masyarakat yang bersangkutan atau dalam suatu

masyarakat hukum adat tertentu dengan wilayah hukum dan hak atas harta kekayaan di dalam

wilayah hukum adat tersebut yang berhak dan berwenang mengatur, mengurus dan

menyelesaikanberbagai permasalahan kehidupan yang berkaitan dengan adat istiadat dan

hukum adat setempat didalam wilayah Republik Indonesia.

Dalam hal ini, lembaga adat berkedudukan sebagai wadah organisasi

permusyawaratan/permufakatan para pengurus adat, pemuka-pemuka adat/masyarakat yang

berada di luar susunan organisasi pemerintahan.4 Keberadaan lembaga adat pada dasarnya

tidak bisa dilepaskan dari kebudayaan suatu masyarakat, dan fungsinya adalah untuk

menjaga, melaksanakan dan melestarikan adat yang berlaku pada masyarakatnya turun

temurun. Peran lembaga adat dalam pewarisan budaya adalah mensosialisasikan norma dan

adat yang berlaku dalam masyarakat. Oleh karenanya, keberadaan lembaga adat dalam setiap

masyarakat pada prinsipnya selalu dijaga dan diberdayakan, agar khasanah budaya setiap

masyarakat serta nilainilai yang dikandungnya tetap terjaga dan lestari. Hal itu disebabkan

26
karena lembaga adat sebagai organisasi kemasyarakatan bertugas mengatur pelaksanaan adat

sebagaimana diwarisi dari generasi sebelumnya, dan akan memberikan sanksi bagi warga

yang melanggarnya. Lembaga adat sebagai tempat pewarisan kebudayaan mengajarkan

betapa pentingnya menjaga kelestarian adat, agar generasi muda tidak melupakan begitu saja.

Di Indonesia, sebagaimana telah diungkapkan, kelembagaan adat itu sesungguhnya telah

ada pada setiap masyarakat/suku bangsanya semenjak dahulu yang tugas dan fungsinya

antara lain menjaga, menyelenggarakan dan melestarikan budaya atau adat istiadat yang

berlaku di tengah masyarakatnya. Bahkan, biasanya lembaga adat itu sekaligus berfungsi

sebagai sistem pemimpin dalam pengertian yang umum yakni penguasa didaerahnya, atau

merupakan bentuk sistem kepemimpinan tradisional masyarakat tersebut. Dalam

perkembangan kemudian, atas inisiatif pemerintah yang bekerjasama dengan tokoh adat

setempat dibuat kelembagaan adat baru yang tujuannya agar pelaksanaan adat tetap

berjalanbagaimana mestinya dan diupayakan pelestariannya.

Pembentukan kelembagaan adat tersebut bertitik tolak dari lembaga adat yang sudah ada

dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sekarang ini. Pada hakikatnya fungsi lembaga

adat itu sama dengan kelembagaan adat yang sudah ada sebelumnya. Tugas dan fungsi

kelembagaan adat tersebut pada dasarnya sama dengan kelembagaan tradisional yakni berhak

dan berwenang untuk mengatur dan mengurus serta menyelesaikan hal- hal yang berkaitan

dengan adat. Aneka kelembagaan adat yang yang terdapat di Indonesia dengan sendirinya

menunjukkan bahwa keragaman bangsa Indonesia tidak saja dari keragaman budaya,

melainkan juga keragaman kelembagaan adat setiap sukubangsa yang tersebar dari Sabang ke

Merauke.

27
2.2.1 Eksistensi Tokoh Adat

Eksistensi tokoh adat adalahhadir dan aktifnya tokoh adat dalamMasyarakat. Awalnya

eksistensi tokoh adat sebagai perantara antar masyarakatnya dalam hal adat yang di warisi

secara turun temurun. Dalam hal ini posisi tokoh adat sangat berperan penting karena

merupakan tokoh yang dipercayai penuh dalam segala ritual, seperti di desa Ona Mane tokoh

adat sebagai perantara antara masyarakat adat dalam ritual “lia moris” atau pun “lia mate”

dalam ritual adat posisi tokoh adat sangat penting sebgai perangkul masyarakat kelompok

adat untuk turut ambil bagian dalam ritual adat seperti mentransfer progam kerja dalam ritual

adat , tokoh adat mampu merespon masalah-masalah yang terjadi dan tokoh adat juga

sebagai tempat bertukar pendapat/aspirasi diselesaikan secara hukum adat.

Posisi tokoh adat sangat penting di tataran masyarakat adat, seiring berjalannya waktu

posisi tokoh adat sangat eksis dalam ruang politik yakni dipergunakan sebagai perantara para

calon kepala daerah dengan masyarakat adat. Kepentingan politik menumpangi ritual adat

melalui tokoh adat untuk merangkul kelompok adat serta menyampaikan aspirasi, visi-misi

serta progam kerja dari partai dan calon kepala daerah, serta merespon setiap isu-isu dalam

kelompok masyarakat adat. Dengan demikian eksistensi tokoh adat dalam ranah politik

sangat menonjol di kalangan masyarakat adat.

2.2.2 Pemilhan Umum Kepala Daerah

Pemilihan umum dianggap lambang sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu sendiri.

Pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan

berpendapat dan kebebasan berserikat, dapat dianggap mencerminkan akuratnya partisipasi

dan aspirasi masyarakat (Miriam Budiardjo, 2010:461)

Setelah sukses bangsa Indonesia menyelenggarakan pemilu 2004 secara langsung, dan

disusul dengan pemilihan di tingkat lokal, yakni pemilihan umum kepala daerah

(pemilukada) secara langsung.secara khusus perubahan yang terjadi dalam sistem

28
pemilukada, yakni dari sistem pengangkatan langsung oleh pejabat pusat, kemudian menjadi

sistem pemilihan perwakilan oleh Dean Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang senantiasa

mengandung kultur vested interest (kepentingan pribadi) dikalangan elit dan akhirnya

menjadi pemilihan secara langsung oleh rakyat.

Pemilihan umum Banyak para ahli yang menjelaskan tentang pengertian pemilu,

antara lain dikemukakan oleh Ramlan Surbakti (1992:181) Pemilu diartikan sebagai

mekanisme penyeleksi dan pendelegasian atau penyerahan kedaulatan kepada orang atau

partai yang dipercayai, tetapi penulis menetapkan pengertian pemilu sebagaimana

dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012 pasal 1 ayat (1) yang dimaksud

Pemilihan Umum (Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945. Pemilihan umum yang diselenggarakan untuk memilih

anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota disebut pemilihan umum

legislatif. Pemilihan umum legislatif merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk

memilih wakil rakyat yang dapat mewakili aspirasinya yang tata cara pelaksanaanya diatur

dalam sebuah peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada demokrasi perwakilan,

rakyat memegang kedaulatan penuh, namun dalam pelaksanaanya dilakukan oleh wakil wakil

rakyatnya melalui lembaga legislatif atau parlemen. .

Tujuan Pemilihan Umum Menurut Prihatmoko (2003:19) pemilu dalam

pelaksanaanya memiliki tiga tujuan yakni:

a) sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan dan

alternatif kebijakan umum (public policy).

b) pemilu sebagai pemindahan konflik kepentingan dari masyarakat kepada

badan badan perwakilan rakyat melalui wakil wakil yang terpilih atau partai

yang memenangkan kursi sehingga integrasi masyarakat tetap terjamin.

29
c) pemilu sebagai sarana memobilisasi, menggerakan atau menggalang

dukungan rakyat terhadap Negara dan pemerintahan dengan jalan ikut serta

dalam proses politik. Selanjutnya Menurut Humtingthon (2001:18) pemilu

dalam pelaksanaanya memiliki lima tujuan yakni:

1. Pemilu sebagai implementasi perwujudan kedaulatan rakyat.

Asumsi demokrasi adalah kedaulatan terletak di tangan rakyat.

Karena rakyat yang berdaulat itu tidak bisa memerintah secara

langsung maka melalui pemilu rakyat dapat menentukan wakil-

wakilnya dan para wakil rakyat tersebut akan menentukan siapa

yang akan memegang tampuk pemerintahan.

2. Pemilu sebagai sarana untuk membentuk perwakilan politik.

Melalui pemilu, rakyat dapat memilih wakil-wakilnya yang

dipercaya dapat mengartikulasikan aspirasi dan

kepentingannya. Semakin tinggi kualitas pemilu, semakin baik

pula kualitas para wakil rakyat yang bisa terpilih dalam

lembaga perwakilan rakyat.

3. Pemilu sebagai sarana untuk melakukan penggantian

pemimpin secara konstitusional. Pemilu bisa mengukuhkan

pemerintahan yang sedang berjalan atau untuk mewujudkan

reformasi pemerintahan. Melalui pemilu, pemerintahan yang

aspiratif akan dipercaya rakyat untuk memimpin kembali dan

sebaliknya jika rakyat tidak percaya maka pemerintahan itu

akan berakhir dan diganti dengan pemerintahan baru yang

didukung oleh rakyat.

30
4. Pemilu sebagai sarana bagi pemimpin politik untuk

memperoleh legitimasi. Pemberian suara para pemilih dalam

pemilu pada dasarnya merupakan pemberian mandat rakyat

kepada pemimpin yang dipilih untuk menjalankan roda

pemerintahan. Pemimpin politik yang terpilih berarti

mendapatkan legitimasi (keabsahan) politik dari rakyat.

5. Pemilu sebagai sarana partisipasi politik masyarakat untuk

turut serta menetapkan kebijakan publik. Melalui pemilu rakyat

secara langsung dapat menetapkan kebijakan publik melalui

dukungannya kepada kontestan yang memiliki program-

program yang dinilai aspiratif dengan kepentingan rakyat.

Kontestan yang menang karena didukung rakyat harus

merealisasikan janji-janjinya itu ketika telah memegang tampuk

pemerintahan. Selanjutnya tujuan pemilu dalam pelaksanaanya

berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012 pasal 3

yakni pemilu diselenggarakan untuk memilih anggota DPR,

DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dalam Negara 12

Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Dari berbagai pendapat para ahli mengenai tujuan pemilu diatas dapat diketahui

bahwa tujuan dari pemilu adalah untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan baik di

eksekutif (pemerintah) maupun legislatif, serta untuk membentuk pemerintahan yang

demokratis, kuat dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan

nasional sebagai mana diamanatkan dalam UUD 1945.

31
Asas-Asas Pemilu Dalam pelaksanaan pemilihan umum asas-asas yang digunakan

diantara sebagai berikut :

a) Langsung Langsung, berarti masyarakat sebagai pemilih memiliki hak untuk

memilih secara langsung dalam pemilihan umum sesuai dengan keinginan diri

sendiri tanpa ada perantara.

b) Umum Umum, berarti pemilihan umum berlaku untuk seluruh warga negara

yang memenuhi persyaratan, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, jenis

kelamin, golongan, pekerjaan, kedaerahan, dan status sosial yang lain.

c) Bebas Bebas, berarti seluruh warga negara yang memenuhi persyaratan

sebagai pemilih pada pemilihan umum, bebas menentukan siapa saja yang

akan dicoblos untuk membawa aspirasinya tanpa ada tekanan dan paksaan

dari siapa pun.

d) Rahasia Rahasia, berarti dalam menentukan pilihannya, pemilih dijamin

kerahasiaan pilihannya. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara

dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapa pun suaranya

diberikan.

e) Jujur Jujur, berarti semua pihak yang terkait dengan pemilu harus bertindak

dan juga bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

f) Adil Adil, berarti dalam pelaksanaan pemilu, setiap pemilih dan peserta

pemilihan umum mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan

pihak mana pun. . Sistem Pemilihan Umum Sistem pemililihan Umum

merupakan metode yang mengatur serta memungkinkan warga negara

memilih/mencoblos para wakil rakyat diantara warga masyarakat sendiri.

32
Metode berhubungan erat dengan aturan dan prosedur merubah suara ke kursi

di legislatif.

Menurut Miriam Budiarjo (2012:461) Sistem pemilihan umum dapat dikategorikan

menjadi dua yaitu:

a. Sistem Distrik (Single-member Constituenty) Didalam sistem distrik sebuah daerah

kecil menentukan satu wakil tunggal berdasarkan suara terbanyak. Sistem Distrik bisa

dimaknai bahwa satu dapil memilih satu wakil. sistem distrik memiliki karakteristik,

antara lain :

1. First past the post : sistem yang menerapkan single memberdistrict dan

pemilihan yang berpusat pada calon, pemenangnya adalah calon yang

mendapatkan suara terbanyak.

2. The two round system : sistem ini menggunakan putaran kedua sebagai dasar

untuk menentukan pemenang pemilu. ini dijalankan untuk memperoleh

pemenang yang mendapatkan suara mayoritas.

3. The alternative vote : sama dengan first past the post bedanya adalah para

pemilih diberikan otoritas untuk menentukan preverensinya melalui penentuan

ranking terhadap calon-calon yang ada

4. Block vote : para pemilih memiliki kebebasan untuk memilih calon-calon

yang terdapat dalam daftar calon tanpa melihat afiliasi partai dari caloncalon

yang ada. Kelebihan Sistem Distrik a. Sistem ini mendorong terjadinya

integrasi antar partai, karena kursi kekuasaan yang diperebutkan hanya satu.

b. Perpecahan partai dan pembentukan partai baru dapat dihambat, bahkan dapat

mendorong penyederhanaan partai secara alami. . Distrik merupakan daerah kecil,

karena itu wakil terpilih dapat dikenali dengan baik oleh komunitasnya, dan

hubungan dengan pemilihnya menjadi lebih akrab.

33
Bagi partai besar, lebih mudah untuk mendapatkan kedudukan mayoritas di parlemen.

Jumlah partai yang terbatas membuat stabilitas politik mudah diciptakan Kelemahan

Sistem Distrik

a. Ada kesenjangan persentase suara yang diperoleh dengan jumlah kursi di partai,

hal ini menyebabkan partai besar lebih berkuasa.

b. Partai kecil dan minoritas merugi karena sistem ini membuat banyak suara

terbuang.

c. Sistem ini kurang mewakili kepentingan masyarakat heterogen dan pluralis.

d. Wakil rakyat terpilih cenderung memerhatikan kepentingan daerahnya daripada

kepentingan nasional.

Sistem Proporsional (Multy-member Constituenty) Sistem proporsional merupakan

sistem yang melihat pada jumlah penduduk yang merupakan peserta pemilih. Sistem

proporsional dapat dimaknai bahwa satu dapil memilih beberapa wakil. Sistem ini juga

dinamakan perwakilan berimbang ataupun multi member constituenty. ada dua jenis sistem di

dalam sistem proporsional, yaitu ;

1. Sistem Proporsional Tertutup (List proportional representation) disini partai-

partai peserta pemilu menunjukan daftar calon yang diajukan, para pemilih

cukup memilih partai. alokasi kursi partai didasarkan pada daftar urut yang

sudah ada.

2. Sistem Proporsional Terbuka (the single transferable vote) : para pemilih

diberi otoritas untuk menentukan pilihannya.

pemenangnya didasarkan atas penggunaan kuota yang sudah diatur sesuai perundang-

undangan yang berlaku. Kelebihan Sistem Proporsional :

1. Dipandang lebih mewakili suara rakyat sebab perolehan suara partai sama

dengan persentase kursinya di parlemen.

34
2. Setiap suara dihitung & tidak ada yang terbuang, hingga partai kecil dan

minoritas memiliki kesempatan untuk mengirimkan wakilnya di parlemen.

Hal ini sangat mewakili masyarakat majemuk(pluralis). Kelemahan Sistem

Proporsional:

1. Sistem proporsional tidak begitu mendukung integrasi partai politik. Jumlah

partai yang terus bertambah menghalangi integrasi partai.

2. Wakil rakyat kurang dekat dengan pemilihnya, tapi lebih dekat dengan

partainya. Hal ini memberikan kedudukan kuat pada pimpinan partai untuk

menentukan wakilnya di parlemen.

3. Banyaknya partai yang bersaing menyebabkan kesulitan bagi suatu partai

untuk menjadi partai mayoritas.

2.2 Kerangka Berpikir

Sebagaimana sudah dijelaskan pada latar belakang, tentang fungsi dan eksistensi dari tokoh

adat masyarakat di desa Oan Mane, dalam ranah dan interaksi sosial politik yang berperan

sebagai sosialisasi politik, partisipasi politik, komunikasi politik dan rekrutmen politik. tokoh

adat memberikan efek kepada demokrasi lokal, termasuk di dalamnya adalah penentuan

pilihan politik masyarakat dalam pemilukada.

35
Gambar 01.

Skema Kerangka Perpikir Penelitian

Masyarakat Adat Tokoh Adat

Adat istiadat

Aturan- aturan

Eksistensi Tokoh
Adat Suku Oan
Mane

Sosialisasi Partisipasi
Komunikasi
Politik Politik
Politik

1.Kemampuan mempengaruhi kelompok


2.kemampuan menyampaikan pendapat/ ide

3.kemampuan mentransfer visi-misi dan program kerja

4.kemampuan merespon isu yang dihadapi

Demokrasi Lokal

*Sumber: Olahan Peneliti

Peran penting dalam mengambil kebijakan, fukun juga berfungsi sebagai mediator

jika dalam suatu pertemuan adat terjadi perselisihan dan sebagai penunjuk jalan kepada

masyarakat dalam penyelesaian masalah. Tokoh adat (Fukun) memiliki andil dalam

36
memengaruhi pilihan masyarakat dalam menentukan pilihan politik dalam pemilukada yang

sesuai dengan pilihan fukun.

Keterlibatan Tokoh adat (Fukun) pada pemilukada di kabupaten Malaka,

memberikan kesan bahwa pilihan rasional dalam memilih pemimpinnya cenderung

dikesampingkan. Hal ini berakibat masyarakat juga memilih bukan berdasarkan pilihan yang

ideal, masyarakat pada saat mencoblos masih didasarkan pada pertimbangan yang bersifat

subjektif emosional, memilih hanya karena masih adanya ikatan kekeluargaan, kekerabatan

dan persahabatan.

37
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam rangka menjawab permasalahan adalah

bersifat kualitatif dengan memberikan fokus penelitian pada peranan tokoh adat dalam

pemilukada dengan menggunakan pendekatan fenomenalogi yaitu berusaha memahami

peristiwa pemilihan dan kaitannya terhadap masyarakat dalam situasi tertentu. peneliti akan

melihat sejauh mana eksistensi tokoh adat dalam pemilukada. Selanjutnya peneliti akan

melihat masalah urgensi terhadap peranan tokoh adat dalam pemilukada.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka penelitian ini pada dasarnya

menggunakan jenis penelitian yang mendeskripsikan keadaan atau objek penelitian

deskriptif , maka metode pendekatan yang digunakan adalah penelitian deskriptif, maka

metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.(Maleong, 1998: 3). Jadi dengan metode

ini dihasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari fenomena sosial

atau orang-orang yang diamati, baik melalui observasi,wawancara maupun dokumentasi yang

relevan.

1. Definisi konseptual

Penjelasan konseptual adalah berisi istilah-istilah dari konsep-konsep yang digunakan,

tujuannya untuk menjelaskan atau paling tidak mendeskripsikan hal-hal yang berhubungan

dengan masalah yang dikaji. Melalui penjelasan konseptual diharapkan membantu peneliti

untuk memahami masalah yang dikaji seperti teori atau pendekatan.

38
a. Mayarakat adat

Masyarakat adat adalah sekelompok orang yang memiliki jejak sejarah dengan

masyarakat sebelum masa invasi dan penjajahan, yang berkembang di daerah mereka,

menganggap diri mereka beda dengan komunitas lain yang sekarang berada di daerah

mereka atau bukan bagian dari komunitas tersebut.

b. Tokoh Adat

Tokoh adat adalah pemimpin atau penegendali hukum adat dalam kehidupan

sosial tokoh adat ini mempunyai peranan yang sangat besar seperti menyelesaikan

sengketa adat,

c. Eksistensi Tokoh Adat

Eksistensi Tokoh Adat adalah :Suatu keberadaan atau kehadiran pranata pranata

masyarkat adat yang di warisi secara turun temurun dan memiliki peran penting dalam

memberikan kontribusi pemikiran untuk pemecahann masalah yang di hadapi dalam

kehidupan masyarkat.

d. Pemilihan Kepalah Daerah

Pemilihan kapalah Daerah secara langsung sering di sebut sebagai Pilkada

menjadi sebuah perjalanan sejarah baru dalam dinamika kehidupan berbangsa di

Indonesia.Perubahan sistem mulai dari Legislatif,Presiden dan Wakil Presiden dan

kepalah Daerah di harapkan mampu melahirkan kepemimpinan yang dekat dan menjadi

idaman bagi seluruh lapisan masyarakat minimal dalam moral dan ikatan

pertanggungjawaban kepada pemilih yang notabene adalah masyarakat yang di

pimpinya.

e. Eksistensi Tokoh adat dalam pemilihan kepalah Daerah di Kabupaten Malaka.

Tokoh adat memiliki peran penting dalam mengambil kebijakan, fukun juga

berfungsi sebagai mediator jika dalam suatu pertemuan adat terjadi perselisihan dan sebagai

39
penunjuk jalan kepada masyarakat dalam penyelesaian masalah. tokoh adat (fukun) memiliki

andil dalam memengaruhi pilihan masyarakat dalam menentukan pilihan politik dalam

pemilukada yang sesuai dengan pilihan fukun. Keterlibatan tokoh adat (fukun) pada

pemilukada di kabupaten Malaka, memberikan kesan bahwa pilihan rasional dalam memilih

pemimpinnya cenderung diutamakan. Eksistensi tokoh adat dalam pemilihan kepalah daerah

kabupaten Malakaadalah:keberadaan tokoh adat dalam mempengarui pranata pranata sosial

sebagai pengikut untuk memilih pemimpin daerah dalam hal ini kepalah daerah yang

memiliki kemampuan dan konsisten dalam menyelesaikan masalah masalah yang di hadapi

masyarakat kususnya masyarkat kabupaten Malaka.

2. Definisi operasional

Sesuai dengan defenisi konsepsioner yang di uraikan di atas maka yang menjadi

operasionalisasi konsep dalam penelitian ini dapat di ukur dengan beberapa indikator sebagai

berikut:

1. Kemampuan tokoh adat dalam mempengaruhi kelompok

2. Kemampuan tokoh adat dalam menyampaikan pendapat atau ide

3. Kemampuan tokoh adat mentransfer visi-misi dan program kerja

4. Kemampuan tokoh adat merespon isu yang dihadapi

Pemilihan umum dianggap lambang sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu sendiri.

Pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan

berpendapat dan kebebasan berserikat, dapat dianggap mencerminkan akuratnya partisipasi

dan aspirasi masyarakat (Miriam Budiardjo, 2010:461)

a. Pemetaan Informan

Informan adalah orang yang benar- benar tahu dan terlihat langsung dalam permasalahan

penelitian.Informan yang bertindak sebagai sumber data di lihat dari kapasitas dan posisi

strategis pada masalah tersebut,kriteria yang di pakai dalam pemilihan informan adalah

40
kelompok orang atau individu yang terlibat langsung dalam mengimplementasikan serta

mengetahui permasalahan antara lain:Tokoh adat,tokoh masyarakat,tua tua

adat(fukun)dengan demikian yang menjadi informan dalam penelitian yang yang di telitih

adalah :tokoh adat 9 orang,tokoh masyarkat 5 orang ,masyarakat 10 orang dengan jumlah :24

orang sehingga teknik penentuan informan ini adalah menggunakan teknik purposive

sampling ,dimana dalam penentuana informan di dasarkan pada pertimbangan –petimbangan

tertentu

3.3Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Pengamatan (Observasi)

Penelitian ini juga melakukan pengamatan langsung dilokasi penelitian, untuk

mengetahui gambaran umum lokasi penelitian dan deskripsi permasalahan.

b. Wawancara

Wawancara yaitu teknik yang digunakan melalui penetuan informasi dilakukan secara

purposive sampling atau melalui kontak hubungan pribadi antara peneliti dengan sumber

data (informan). Pihak-pihak yang terkait adalah tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh

pemuda, dan pihak yang diteliti (informan) diharapkan dapat memberi arah dalam

berjalannya riset.

c. Studi Literatur

Data yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian dicari dalam dokumen atau

bahan pustaka.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis Data yang digunakan adalah analisis kualitatif yaitu dengan mengkaji berbagai

informasi dari berbagai data yang diperoleh pada saat penelitian. Data tersebut diinterpretasi

41
berdasarkan pembahasan persoalan dalam rangka menawab permasalahan penelitian dengan

mencari hubungan antar satu fenomena/gejala dengan fenomena/gejala lain.

Dalam teknik analisis data menggunakan tiga cara yaitu:

1. Kategorisasi

Adalah proses analisis data, dimana data-data yang telah dikmpulkan kemudian

dikategorikan secara sistematis selain itu data-data tersebut kemudian

diinterpretasikan.

2. Interpretasi

Adalah proses pemberian makna terhadap pola-pola atau keteraturan-keteraturan

yang ditemukan dalam sebuah penelitian.

3. Induktif

Adalah cara berpikir dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan atas gejala-

gejala yang bersifat K

42
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Gambaran umum Desa Oan Mane Kabupaten Malaka

Kabupaten Malaka adalah salah satu daerah otonomi baru di propinsi Nusa Tenggara

Timur Indonesia .yang ibu kotanya Betun ,dan Malaka merupakan hasil pemekaran dari

kabupaten Belu yang di sah kan dalam sidang paripurna DPR RI Pada 14 Desember 2012

terbentuk dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2013, tentang pembentukan daerah

otonomi baru kabupaten Malaka di Nusa Tenggara Timur

Kabupaten Malaka terletak pada 9⁰ - 10⁰ Lintang Selatan dan 124⁰ - 126⁰ bujur

Timur. Luas Kabupaten Malaka adalah 1160,62 km2. Secara Geografis, Sebelah Timur

berbatasan dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste, Sebelah Utara berbatasan

dengan Kabupaten Belu, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Timor, dan sebelah barat

berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan,Dan jumlah jiwah 186.822 jiwa.dan

pembagian administratif,12 kecamatan 128 desa:

a) Administrasi Dan PemerintahanDesa Oan Mane

1. Desa Oan Mane Merupakan salah satu Desa dari enam belas Desa yang ada di

wilayahKecamatan Malaka Barat,Dengan luas wilayah 2,99km2.

2. Kependudukan

Jumblah penduduk di Desa Oan Mane adalah 1.124 jiwa dengan komposisi 567

penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 557 jiwa penduduk berjenis kelamin

perempuan.

43
a. Jumlah penduduk berdasarkan penganut Agama

 Katolik :10.98

 Protestan:24

 Islam :-

 Hindu :-

 Budha :-

b. Jumlah Kk: 315 kk

3. Pendidikan

a. Sekolah Dasar (SD)

 Nama sekolah:SDK Sukabilulik

 Jumlah murid laki –laki :74

 Jumlah murid perempuan:63

 Jumlah Tenaga Pendidikan /Guru:

 Perempuan:11 dan Laki –laki: 4

b. Sekolah Menengah Pertama (SMP)

 Nama Sekolah :SMPK, ST.ISIDORUS

 Jumlah Murid Laki- Laki: 41

 Jumlah Murid Perempuan: 49

 Jumlah Tenaga Pendidikan: Laki –laki :6 dan Perempuan : 8

c. Sekolah Menegah Atas (SMA)

 Nama Sekolah:SMA .ST .PIUS

 Jumlah Murid Laki –laki :19

 Jumlah Murid Perempuan :30

 Jumlah Guru Laki- Laki :9 dan Jumlah Guru Perempuan :8

44
d. Pertanian

 Luas Lahan

Luas Lahan Basa : -

Luas Lahan Kering :280

Luas Lahan Tidur :140

 Nama Mantri Tani :Paulus Nahak Seran S.pt

 Nama - Nama Kelompok Tani :

I. We’Knamon

Ketua Kelompok :Yakobus Seran

Jumlah anggota :27

Tahun Berdiri :2016

Luas Laha :27 ha

Alat Mesin pertanian :Traktor 2 Yunit ,Hands rayer 5 yunit

II. Sinar Benenai

ketua Kelompok : Emanuel Seran

Jumlah anggota :29 orang

Tahun berdiri :2017

Luas Lahan :15 ha

Alat Mesin Pertanian :2 yunit Traktor dan 5 Yunit Hands layer.

III. Oan Kiak

Ketua :Helmud Eggebu

Jumlah Anggota :30 Orang

Tahun Berdiri ; 2017

Luas Lahan : 15 ha

Alat Mesin Pertanian :2 yunit Traktor,dan 5 Yunit Hands Layer.

45
Sejarah terbentuknya Desa Oan Mane, Awalnya Desa Oan Mane merupakan salah

satu wilayah dari Desa Sikun, Dan pemekaran sendiri pada Tanggal 14 Oktober 2003.Dari

Desa induk yaitu Desa Sikun untuk menjadi desa persiapan yang di beri nama Oan Mane

yang artinya Oan:anak dan Mane artinya Laki Laki, jadi Oan Mane di artikan sebagai( Anak

laki -laki) pemegang tongkat kekusaan di Desa Oan Mane. Perjuangan untuk pemekaran

sendri membutukan kerja sama yang kuat di dalam masyarakat,sehingga pada Tahun 2009

menjadi deveritif dengan wilayah kekusaan 5 dusun 5 RT dan 5 RW dan Bapak Nikolas

Seran sebagai Desa terpilih perdana pada Desa OAN Mane, dengan masa jabatan dari, 2003-

2009 . Adapun nama-nama yang menjadi kepala desa adalah sebagai berikut: Nikolas Seran

(2003-2009), Helmut Nggebu (2009-2014), Maria Yosefina (2014-2017), Lukas Leki (2017-

sekarang).

Desa Oan Mane adalah wilayah kesatuan adat yang memegang peranan penting

dalam wilayah adat Wesey-Wehali (sejak jaman Kerajaan Maromak Oan yang menguasai

hampir seluruh Pulau Timor) dengan tradisi kuat Sabete Saladi yang dihidupi oleh sebagian

besar masyarakat Malaka (Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan

Weliman, Kecamatan Wewiku dan Kecamatan Kobalima) dan hingga saat ini masih

terlestarikan dalam banyak aspek kehidupan masyarakat.

Dapat disebutkan bahwa yang menyebabkan Desa Oan mane memiliki kedudukan

penting dalam tradisi Sabete Saladi atau memiliki eksistensi penting sebagai Tokoh Adat

dalam pemilihan umum kepala daerah dengan wilayah adat Wesey – Wehali Karena Setiap

ada kunjungan raja, Pejabat Negara atau Pejabat lainnya seperti dalam rangka

kampanyaepolitik, warga Oan manelah yang harus menyanyikan “Manukakae “ sebagai yel-

yel adat untukmelakukan Hase Hawaka (Sapaan adat terhadap tamu terhormat).

4.1.2. Keadaan Geografis Desa Oan Mane

Secara geografis, batas wilayah Desa Oan Mane adalah sebagai berikut:

46
 sebelah utara:berbatasan dengan Desa Forekmodok

 sebelah selatan : berbatasan dengan Desa Fafoe,

 sebelah timur: berbatasan dengan Desa Sikun,

 sebelah barat: berbatasan dengan Desa Lamudur.

4.1.3. Keadaan Pemerintahan Desa Oan Mane

4.1.3.1. Tugas Pokok dan Fungsi Pemerintah Desa Oan Mane

1. KEPALA DESA

a) Menyelenggarakan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan

bersama BPD

b) Mengajukan rancangan peraturan Desa

c) Menetapkan peraturan-peraturan yang telah mendapatkan persetujuan bersama

BPD

d) Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengnenai APB Desa

untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD

e) Membina kehidupan masyarakat Desa

f) Membina ekonomi desa

g) Mengordinasikan pembangunan desa secara partisipatif

h) Mewakili desanya di dalam dan luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa

hukum untuk mewakilinya sesuai dengan paeraturan perundang-undangan; dan

i) Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. SEKRETARIS DESA

a) Tugas Pokok :

Membantu Kepala Desa dalam mempersiapkan dan melaksanakan pengelolaan

administrasi Desa, mempersiapkan bahan penyusunan laporan penyelenggaraan

Pemerintah Desa.

47
b) Fungsi :

 Penyelenggara kegiatan administrasi dan mempersiapkan bahan untuk kelancaran

tugas Kepala Desa

 Melaksanakan tugas kepala desa dalam hal kepala desa berhalangan

 Melaksanakan tugas kepala desa apabila kepala desa diberhentikan sementara

 Penyiapan bantuan penyusunan Peraturan Desa

 Penyiapan bahan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

 Pengkoordinasian Penyelenggaraan tugas-tugas urusan; dan

 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.

3. KEPALA URUSAN (KAUR) UMUM

1. Tugas Pokok :

Membantu Sekretaris Desa dalam melaksanakan administrasi umum, tata usaha

dan kearsipan, pengelolaan inventaris kekayaan desa, serta mempersiapkan

bahan rapat dan laporan.

2. Fungsi :

 Pelaksanaan, pengendalian dan pengelolaan surat masuk dan surat keluar serta

pengendalian tata kearsipan

 Pelaksanaan pencatatan inventarisasi kekayaan Desa

 Pelaksanaan pengelolaan administrasi umum

 Pelaksanaan penyediaan, penyimpanan dan pendistribusian alat tulis kantor

serta pemeliharaan dan perbaikan peralatan kantor

 Pengelolaan administrasi perangkat Desa

 Persiapan bahan-bahan laporan; dan

48
 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa.

4. KAUR KEUANGAN

1. Tugas Pokok :

Membantu Sekretaris Desa dalam melaksanakan pengelolaan sumber pendapatan

Desa, pengelolaan administrasi keuangan Desa dan mempersiapkan bahan

penyusunan APB Desa.

2. Fungsi :

 Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan Desa

 Persiapan bahan penyusunan APB Desa; dan

 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa.

5. KAUR PEMERINTAHAN

1. Tugas Pokok :

Membantu Kepala Desa dalam melaksanakan pengelolaan administrasi

kependudukan, administrasi pertanahan, pembinaan, ketentraman dan ketertiban

masyarakat Desa, mempersiapkan bahan perumusan kebijakan penataan,

Kebijakan dalam Penyusunan produk hukum Desa.

2. Fungsi :

 Pelaksanaan kegiatan administrasi kependudukan

 Persiapan bahan-bahan penyusunan rancangan peraturan Desa dan keputusan

Kepala Desa

 Pelaksanaan kegiatan administrasi pertanahan

49
 Pelaksanaan Kegiatan pencatatan monografi Desa

 Persiapan bantuan dan melaksanakan kegiatan penataan kelembagaan

masyarakat untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Desa

 Persiapan bantuan dan melaksanakan kegiatan kemasyarakatan yang

berhubungan dengan upaya menciptakan ketentraman dan ketertiban

masyarakat dan pertahanan sipil; dan

 Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan kepada Desa.

Administrasi Pemerintahan Desa :

o Pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP)

o Pembuatan Kartu Keluarga (KK)

o Pembuatan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) bagi warga Desa yang

berkehidupan ekonomi kurang mampu agar mendapatkan penangguhan-

penangguhan. Misalkan penangguhan atau pengurangan beban biaya di rumah

sakit. Pembuatan surat ini tidak memerlukan biaya, digratiskan bagi warga

Desa yang memerlukan. Dalam perkembangannya SKTM ini berubah menjadi

Kartu Multiguna, Kartu ini dapat digunakan oleh satu keluarga yang diwakili

oleh kepala keluarga sebagai pemegang kartu

o Surat Keterangan Lalu Lintas

o Surat Keterangan NTCR

o Surat Pengantar Pernikahan

o Surat Keterangan Domisili

o Surat Keterangan Pengantar Kepolisian

o Surat Keterangan Pindah

o Surat Keterangan Lahir/Mati

50
6. KAUR EKONOMI PEMBANGUNAN

1. Tugas Pokok :

Membantu Kepala Desa dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan

kebijakan teknis pengembangan ekonomi masyarakat dan potensi desa,

pengelolaan administrasi pembangunan, pengelolaan pelayanan masyarakat serta

penyiapan bahan usulan kegiatan dan pelaksanaan tugas pembantuan.

2. Fungsi :

 Penyiapan bantuan-bantuan analisa & kajian perkembangan ekonomi

masyarakat

 Pelaksanaan kegiaatan administrasi pembangunan

 Pengelolaan tugas pembantuan; dan

 Pelaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.

7. KAUR KESRA (KESEJAHTERAAN RAKYAT)

1. Tugas Pokok :

Membantu Kepala Desa dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan

kebijakan teknis Penyusunan Program Keagamaan serta melaksanakan Program

pemberdayaan masyarakat dan sosial kemasyarakatan.

2. Fungsi :

 Penyiapan bahan untuk pelaksanaan program kegiatan keagamaan

 Penyiapan dan pelaksanaan program perkembangan kehidupan beragama

51
 Penyiapan bahan dan pelaksanaan program, pemberdayaan masyarakat dan

sosial kemasyarakatan; dan

 Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Desa.

8. KEPALADUSUN(KADUS)

Tugas :

1. Membantu pelaksanaan tugas kepala desa dalam wilayah kerjanya

2. Melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan swadaya dan gotong

royong masyarakat

3. Melakukan kegiatan penerangan tentang program pemerintah kepada

masyarakat

4. Membantu kepala desa dalam pembinaan dan mengkoordinasikan kegiatan

RW (Rukun Wilayah) dan RT (Rukun Tetangga) diwilayah kerjanya

5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala desa.

Fungsi :

1. Melakukan koordinasi terhadap jalannya pemerintah desa, pelaksanaan

pembangunan dan pembinaan masyarakat diwilayah dusun

2. Melakukan tugas dibidang pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan

yang menjadi tanggung jawabnya

3. Melakukan usaha dalam rangka meningkatkan partisipasi dan swadaya gotong

royong masyarakat dan melakukan pembinaan perekonomian

4. Melakukan kegiatan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan ketrentaman

dan ketertiban masyarakat

5. Melakukan fungsi-fungsi lain yang dilimpahkan oleh kepala desa.

52
9. BPD (BADANPERWAKILAN DESA)

BPD mempunyai fungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa,

menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

Tugas :

1. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa

2. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan

kepala desa

3. Mengusulkan, pengangkatan dan pemberhentian kepala desa

4. Membentuk panitia pemilihan kepala desa

5. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi

masyarakat

6. Menyusun tata tertib BPD.

Hak :

1. Meminta keterangan kepada pemerintah desa

2. Menyatakan pendapat Kewajiban

3. Mengamalkan pancasila, melaksanakan UUD 1945 dan mentaati segala

peraturan perundang-undangan

4. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan

desa

5. Mempertahankan dan memelihara hukum nasional sera keutuhan NKRI

6. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi

masyarakat

7. Memproses pemilihan kepala desa

53
8. Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompok dan

golongan

9. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat

10. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga

kemasyarakatan.

Tabel. Struktur Pemerintah Tradisional (Adat)

No Nama Suku Fukun Ferik Fukun

1 Suku Uma Lae Atua Agustinus Seran Blandina Hoar

2 Suku Manu’oan Stanislaus Klau Nahak Aplonia Seuk

3 Suku Terik Feto Nimbrot Bria Seran Yuliana Hoar

4 Suku Uma Lo’o Fransiskus Kwaik Maria Hoar

5 Suku Lo’o Rae Alfridus Seran Fahik Wilhelmina Luruk

6 Suku Uma Ferik Blasius Seran Megan Bria

Feto Hitu

Sumber: Suku – suku Oan Mane Tahun 2019

1. Fukun

a) Sebagai ketua suku yang bertugas memelihara kehidupan

masyarakat adat. karena kerukunan di dalam masyarakat adat akan

lebih mudah bagi fukun mengkoordinasikan segalah hal yang

menyangkut kegiatan politik/kampanye politik untuk membina atau

menyampaikan agar masyarakat lebih pintar dan bijak dalam

memilih pemimpin yang baik menjelang pemilukada,

54
b) Fukun/ketua suku selalu menjaga supaya selalu memelihara

ketentraman, perdamaian, serta keseimbangan lahir dan batin di

dalam kehidupan masyarakat adat dalam menyambut hari besar

seperti pemilukada.

2. Ferik Fukun.

Bersama fukun dan pemangku adat lainnya dalam penyambutan raja atau

pejabat yang berkunjung di desa, ferik fukun menyajikan siri pinang atau

dikenal dengan mama, ferik fukun juga diberikan kesempatan untuk

menyampaikan dan mengambil suatu keputusan.

55
4.1.3.2. Struktur Pemerintahan Desa Oan Mane

Gambar 2. Struktur Pemerintah Desa Oan Mane

KEPALA DESA
LUKAS LEKI

SEKRETARIS DESA
AGUSTINUS SERAN

KAUR TANI KAUR KESRA KAUR PEMERINTAHAN KAUR KEUANGAN KAUR PEMBANGUNAN
MARIA BRIA YAKOBUS SERAN ANTONIUS SERAN TITUS GABRIEL SALOMON LEKI
BRIA

KEPALA DUSUN 01 KEPALA DUSUN 02 KEPALA DUSUN 03 KEPALA DUSUN 04 KEPALA DUSUN 05
ANASTASYA HOAR IMANUEL NAHAK PELIPUS SERAN FERDI FAHIK PATRISIUS SERAN

Sumber: Kantor Desa Oan Mane Tahun 2019

4.1.3.3. Visi Misi Desa Oan Mane

1) VISI

Terwujudnya Masyarakat Desa Oan Mane yang maju, mandiri, cerdas,

sehat dan berbudaya.

2) MISI

a) Meningkatkan pelayanan Pemerintahan Desa yang bermutu

b) Meningkatkan sarana dan prasarana dasar dan infrastruktur Desa

c) Meningkatkan kelembagaan desa untuk menunjang penyelenggaraan

pemerintah desa, pembangunan, pembinaan serta pemberdayaan desa

d) Meningkatkan potensi perekonomian dan SDM yang bermutu.

56
4.1 HASIL PENELITIAN

4.2.1. Eksistensi Tokoh Adat dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah di Desa Oan

Mane Kecamatan Malaka Barat Kabupaten Malaka.

Dalam upaya menyukseskan Pemilihan Umum Kepala Daerah di Desa Oan Mane

Kecamatan Malaka Barat Kabupaten Malaka yang santun dan penuh perdamaian antara

masyarakat dan pemerintah salah satunya dengan cara melibatkan tokoh-tokoh adat We Sei-

We Hali, karena sampai saat ini tokoh adat masih sangat berperan penting dalam Pilkada dan

memiliki eksistensi yang sangat kuat dan masih di dengar baik oleh masyarakat adat

setempat. Eksistensi tokoh adat sangat penting karena merupakan tokoh yang dipercayai

penuh dalam segala ritual, seperti di Desa Oan Mane tokoh adat sebagai perantara antara

masyarakat adat dalam ritual “lia moris” atau pun “lia mate” dalam ritual adat posisi tokoh

adat sangat penting sebagai perangkul masyarakat kelompok adat untuk turut ambil bagian

dalam ritual adat seperti mentransfer progam kerja dalam ritual adat tokoh adat mampu

merespon masalah-masalah yang terjadi dan tokoh adat juga sebagai tempat bertukar

pendapat/aspirasi diselesaikan secara hukum adat.

Posisi tokoh adat sangat penting di tataran masyarakat adat, seiring berjalannya waktu

posisi tokoh adat sangat eksis dalam ruang politik yakni dipergunakan sebagai perantara para

calon kepala daerah dengan masyarakat adat. Kepentingan politik menumpangi ritual adat

melalui tokoh adat untuk merangkul kelompok adat serta menyampaikan aspirasi, visi-misi

serta progam kerja dari partai dan calon kepala daerah, serta merespon setiap isu-isu dalam

kelompok masyarakat adat. Dengan demikian eksistensi tokoh adat dalam ranah politik

sangat menonjol di kalangan masyarakat adat.

Seperti di Desa Oan Mane tokoh adat sebagai perantara antara masyarakat adat dalam

ritual adat” lia maten” atau” lia moris” lia maten artinya acara kematian lia moris acara

pesta,ketika kedua peristiwa tersebut terjadi tokoh adatlah yang sebagai pemandu dimana

57
peranannya sangat dibutukan untunk melakukan ritual adat,sehingga parah kandidat politik

mengambil kesempatan untuk mendaptkan dukungan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini

penyusun dapat menyajikan data penelitian dengan mengacu pada indikator-indikator sebagai

berikut:

1. Kemampuan Mempengaruhi Kelompok Atau Pengikut

Kemampuan untuk mempengaruhi kelompok atau pengikut merupakan suatu tindakan

yang dilakukan untuk menyatukan semua elemen dalam suatu kelompok masyarakat guna

memperkuat kedudukan politik dalam memperjuangkan suatu tujuan yang hendak dicapai

dan berusaha dengan berbagai cara untuk meyakinkan masyarakat pemilih dengan

menyampaikan kepribadian sang figur.

Untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang indikator tersebut maka Penulis

melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan: “Menurut Bapak/Ibu bagaimana

cara mempengaruhi kelompok anggota suku ataupun pengikut yang dilakukan setiap Tim

Sukses dalam upaya memenangkan setiap paket calon kepala daerah di desa oan mane?

Terhadap pertanyaan ini salah satu kepala suku di desa oan mane atas nama Blasius

Seran (kepala suku ferik feto hitu) mengatakan bahwa:

“Yang dilakukan untuk mempengaruhi kelompok atau pengikut adalah dengan


meyakinkan setiap pemilih yang ada di suku ini mengenai cara kerja calon
Bupati Malaka (figur) yang kita usung, tentang kejujurannya, wibawa, atau
kepribadiannya, serta semua program kerja yang akan dikerjakan selama 5
tahun ke depan, akan lebih baik dan memihak kepada masyarakat. Hal hal itu
kita ketahui melalui jejak hidup dari calon kepala daerah yang kita dukung”.
(hasil wawancara di rumah tanggal 12 Oktober 2019)

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak agustinus seran selaku kepala suku uma

Laeatua, ia mengatakan bahwa:

“Kita Melakukannya dengan berbagai cara untuk menarik minat masyarakat


(anggota suku) untuk mendukung calon Bupati Malaka yang disenangi dengan
menawarkan berbagai macam program unggulan calon Bupati Malaka kepada
seluruh masyarakat secara keseluruhan terkhusus lagi mengadakan pendekatan

58
disetiap kepala suku lainnya dan stakeholder – stakeholder yang ada di desa
Oan Mane”. (hasil wawancara di rumah tanggal 12 Oktober 2019)

Seperti yang dikatakan oleh kepala suku uma Laeatua diatas, bapak Stanislaus klau

nahak selaku kepala suku manu oan mengatakan bahwa:

“ dalam hal mempengaruhi setiap anggota suku di desa ini, kami selaku fukun
atau kepala suku dalam hal ini yang berperan sebagai tokoh adat yang memiliki
legitimasi dari setiap anggota suku, kami memberikan penjabaran yang jelas
berkaitan dengan program dari visi misi dari calon kepala daerah yang di
dukung pada masa itu. Semua penjabaran terkait visi misi tersebut sosialisasikan
kepada semua anggota suku sekalian meyakinkan mereka tentang pilihan kami
para tokoh adat ini”. (Wawancara di Rumah tanggal 15 Oktober 2019)

Selanjutnya dengan pertanyaan yang sama Penulis mengajukan pertanyaan kepada

Bapak Stefanus Nahak selaku Tokoh masyarakat dalam pemilihan Bupati Malaka, ia

mengatakan bahwa:

“Para Tim pemenangan dari setiap calon kepala daerah tersebut


mendatangi maupun mengundang masyarakat dan lembaga-lembaga
adat dalam desa Oan Mane dan menyampaikan visi misi dan program
kerjanya calon Bupati Malaka”. (hasil wawancara di rumah tanggal 13
Oktober 2019).
Kemudian peneliti mengajukan pertanyaan kepada salah satu masyarakat pemilih atas nama

Dari beberapa penyataan di atas, Penulis menyimpulkan bahwa demi menyatukan

seluruh elemen masyarakat untuk memenangkan Stefanus Bria Seran sebagai Bupati Malaka

para Tim Pemenangan melakukan berbagai cara untuk meyakinkan masyarakat yaitu dengan

mengundang masyarakat, para kepala suku dan lembaga adat Desa dan menyampaikan visi

misi dan program kerja serta kepribadian atau sifat sang calon Bupati Malaka itu.

2. Kemampuan Menyampaikan Pendapat Atau Ide

Mengemukakan pendapat merupakan suatu bentuk komunikasi yang dilakukan oleh

seseorang.. Menurut Donald dalam (Sardiman A.M., 2009: 73-74) mengemukakan

kemampuan adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

59
pikiran dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Spencer and Spencer (dalam

Hamzah B. Uno, dkk. 2010: 62) mendefinisikan kemampuan sebagai karakteristik yang

menonjol dari seseorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan/superior

dalam suatu pekerjaan atau situasi. Poerwadarminta (2007: 742) mempunyai pendapat lain

tentang kemampuan yaitu mampu artinya kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu,

sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Dari beberapa definisi

tentang kemampuan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan merupakan

kesanggupan, kecakapan, 13 kekuatan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau

pekerjaan.

Dalam hal ini kemampuan siswa dapat diartikan sebagai suatu kecakapan dan

kesanggupan dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan proses pembelajaran yang dilakukan.

Pendapat adalah suatu hasil interaksi dan pemikiran manusia tentang suatu hal yang

kemudian dinyatakan atau diekspresikan (Sastropoetro Santoso, 1990: 41). Pendapat adalah

suatu hasil pemikiran manusia yang diekspresikan atau diungkapkan dengan kata-kata

sebagai suatu respon dalam menanggapi suatu permasalahan (Henrika Dewi Anindawati,

2013: 11). Tommy Suprapto (2011: 11) mengemukakan bahwa opini atau pendapat

merupakan sebuah aktualisasi yang telah diekspresikan atau dinyatakan secara verbal maupun

non verbal baik melalui perilaku, bahasa tubuh, raut muka, simbol-simbol tertulis, pakaian

yang dikenakan dan tanda-tanda lain melalui referensi, nilai-nilai, sikap, pandangan dan

sebagainya.

Menurut Cutlip dan Center (dalam Tommy Suprapto, 2011: 44) bahwa opini atau

pendapat merupakan kecenderungan untuk memberikan respon terhadap suatu masalah dan

masih ada dalam diri seseorang. Sedangkan Parera (1987: 185) menjelaskan bahwa

mengemukakan pendapat adalah kemampuan mengutarakan pendapat mempergunakan

bahasa dengan baik, tepat dan seksama dan kemampuan mengutarakan pendapat secara

60
analitis, logis dan kreatif. Eka Puspita (2014: 4) mengungkapkan bahwa mengemukakan

pendapat adalah suatu 14 keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat

mengusulkan, menganjurkan atau menganjukan pesan berupa isi pikiran melalui bahasa lisan

untuk dapat merundingkan atau mendiskusikan sesuatu. Lebih lanjut menurut Heli Handono

(2015:1) mengemukakan pendapat pada hakikatnya berarti menyampaikan gagasan atau

pikiran secara logis sesuai dengan konteks. Dalam hal ini tersirat hubungan antara orang yang

menyampaikan gagasan dengan orang yang diajak berkomunikasi mengenai persoalan yang

sedang dibahas.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa mengemukakan pendapat

adalah suatu bentuk pengekspresian pikiran dan perasaan dari hasil interaksi yang diutarakan

secara lisan dengan menggunakan bahasa yang baik, tepat dan seksama serta merupakan

respon terhadap suatu masalah yang ada dalam diri seseorang.

Strategi yang digunakan oleh Tim Pemenangan dari Bapak Stefanus Bria Seran untuk

menyampaikan pendapat atau ide di hadapan masyarakat banyak tentu sudah di bahas

bersama sebelumnya, terutama hal penting yang harus diperhatikan saat mengemukakan

pendapat di masyarakat. Jadi, Penentuan strategi penyampaian pendapat atau ide merupakan

salah satu bagian terpenting dalam berbagai proses pemilihan.

Untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang indikator tersebut maka Penulis

melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan: “Bagaimana cara menyampaikan

pendapat atau ide di hadapan masyarakat banyak agar bisa mempengaruhi masyarakat

untuk memenangkan Bapak Stefanus Bria Seran sebagai Bupati Malaka”?

Terhadap pertanyaan ini salah satu Tim Pemenangan Stefanus Bria Seran, Bapak

Paulus Fahik mengatakan bahwa:

“Kami sebagai tim pemenang Bapak Stefanus Bria Seran selalu berusaha untuk
menyampaikan pendapat dengan baik dan tidak menyinggung perasaan orang lain,”
(hasil wawancara di rumah tanggal 14 Oktober 2019)

61
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Nikolas Seran yang juga salah satu Tim

Pemenangan Stefanus Bria Seran, ia mengatakan bahwa:

“Kita selalu berusaha memberikan solusi pada setiap pertemuan dalam membahas
setiap persoalan sehingga masyarakat benar-benar berpihak pada kita” (hasil
wawancara di rumah tanggal 14 Oktober 2019)
Selanjutnya Bapak Mikhael Taek Seran sebagai salah satu Tim Pemenangan juga

mengatakan bahwa:

“salah satu strategi yang kita gunakan adalah bekerja keras dan keluar masuk rumah
(dor to dor) untuk mengajak masyarakat memenangkan Stefanus Bria Seran sebagai
Bupati Malaka”. (hasil wawancara di rumah tanggal 14 Oktober 2019)
Terkait dengan Kemampuan Menyampaikan Pendapat Atau Ide Penulis mengajukan

pertanyaan yang sama kepada masyarakat pemilih pendukung Stefanus Bria Seran yaitu

Bapak Silvester Klau Taek, ia mengatakan bahwa:

“Para tim sukses bapak Stefanus Bria Seran kerja keras dengan melakukan “dor to
dor” (masuk keluar rumah) untuk mengajak masyarakat mendukung Bapak Stefanus
Bria Seran sebagai Bupati Malaka” (hasil wawancara di rumah tanggal 14 Oktober
2019)

Dari beberapa pernyataan di atas, Penulis menyimpulkan bahwa dalam upaya

pemenangan Stefanus Bria Seran para aktor menggunakan berbagai strategi dalam upaya

memenangkan Stefanus Bria Seran sebagai Bupati Malaka yaitu mulai dari pola komunikasi,

mengemukakan pendapatan di muka umum hingga pola “dor to dor” untuk mengajak

masyarakat. Bahkan, Tim pemenang juga mendengar, menerima dan mempertimbangkan

aspirasi dari masyarakat. Jadi peran aktor menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan dalam

dalam pemenangan Stefanus Bria Seran sebagai Bupati Malaka.

3. Kemampuan mentransferkan visi-misi dan program kerja

Ketika menyampaikan Visi –Misi Dan Program kerja, Tim Sukses atau

relawan,masuk melalui kepalah Desa , tokoh tokoh adat ,,dan kepalah desa dan tokoh adat

ikut membantu menyampaikan /mentransfer visi misi kepada msayarakat ,dengan

megumpulkan kelompok kelompok tani,pemuda pemudi,dan masayarakt lainnya,dengan

62
menyampaikan visi misi dan program kerja yang ada dan yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat Desa Oan Mane.

Dan visi misi dan program kerja dari bakal calon atau kandidat SBS adalah sebagai

berikut:

 Visi “:TERWUJUTNYA MALAKA SEBAGAI KAWASAN PERBATASAN

YANG “BERBUDAYA”, PROFESIONAL ,DEMOKRATIS DAN

SEJAHTERA”.

 MISI 1:Meningkatkan kwalitas sumber daya manusia melalui pelayanan

pendidikan dan kesehatan

MISI 2 :Meningkatkan Infrastruktur berbasis tata ruang dan lingkungan

hidup

MISI 3:Meningkatkan perlindungan Hak hidup masyarkat melalui

pengembangan ekonomi,,penenuhan kebutuahan hidup,penegaka

n hukum dan keadilan,serta kehidupan berdemokrasi

MISI 4 : Meningkatkan kwalitas kehidupan masyarkat malaka yang

beraklak mulia dan berbudaya dengan memperhatikan

penegembangan ilmu pengetahuan dan teknologi .

Visi misi dan program kerja merupakan salah satu produk politik sangat penting yang

harus dimiliki oleh seorang/salah satu paket yang akan mencalonkan diri dalam

memperebutkan suatu jabatan / kedudukan dalam kehidupan sosial masyarakat.

Untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang indikator tersebut maka Penulis

melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan: “apasajakah visi-misi dan program

kerja yang ditawarkan oleh calon Bupati Malaka”?

Terkait pertanyaan ini salah satu Tim Pemenangan Stefanus Bria Seran Bapak

Yohanes Klau Seran mengatakan bahwa:

63
“visi-misi dan program kerja yang ditawarkan Stefanus Bria Seran selaku calon
Bupati Malaka adalah yang pertama: pembiayaan setiap siswa yang berprestasi dan
pengobatan gratis serta melanjutkan program revolusi pertanian Malaka”. (hasil
wawancara di rumah tanggal 15 Oktober 2019)

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Yakobus Taek, yang juga adalah salah satu

Tim Pemenangan Stefanus Bria Seran, ia mengatakan bahwa:

“visi-misi yang ditawarkan oleh calon Bupati Malaka yaitu bapak Stefanus Bria Seran itu
adalah membangun infrastruktur di setiap desa untuk membuka akses masyarakat”. (hasil
wawancara di rumah tanggal 15 Oktober 2019)

Sesuai dengan beberapa peryataan di atas, Penulis menyimpulkan bahwa peran

Tim Sukses dalam mensosialisasikan visi-misi, program kerja maupun kepribadian

Stefanus Bria Seran kepada masyarakat cukup berhasil dimana masyarakat menganggap

Stefanus Bria Seran lebih pantas untuk memimpin Kabupaten Malaka karena

menawarkan berbagai program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.

Selain itu juga, Dari pendapat di atas jelas bahwa pemimpin daerah dan masyarakat

adat desa oan mane saling mendukung dan saling membutuhkan pihak masing-masing.

Dimana jelas bahwa masyarakat mendukung penuh karena ada harapan penuh kebutuhan

hidup mereka akan diperhatikan oleh orang yang mereka percayakan, sebaliknya demikian

pemerintah sangat membutuhkan masyarakat desa oan mane untuk mendukung segalah

urusannya dalam menjabat terlebih memberikan suara dan aspirasi yang besar dari

masyarakat.

Saat ini pembangunan di kabupaten malaka semakin membaik, seperti yang dilihat

Adanya pengerjaan infrastruktur yang berjalan lancar, baik itu jalan raya aspal ataupun

pemabangunan tanggul,parah petani di bantu dengan traktor pacul gratis. Pemerintah dan

masyarakat Desa Oan Mane sangat berharap agar kelangsungan hidup saat ini dapat mereka

64
pertahankan bahkan lebih berkembang membaik agar dapat bersama-sama membangun Rai

Malaka lebih baik dan dapat dikenal diwilayah luar atau wilayah tetangga.

4. Respon atau tanggapan dari kandidat/bakal calon

pengertian Respon atau tanggapan Menurut Djalaludin Rakhmat, respon adalah suatu

kegiatan(activity)dari organisme itu bukanlah semata-mata suatu gerakan yang positif, dari

setiap jeniskegiatan yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat juga disebut

respon.Secara umum respon atau tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan

yangdidapat (ditinggal) dari pengamatan tentang subjek, peristiwa atau hubungan-hubungan

yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkanpesan-pesan (Jalaludin

Rahmat,, 1999: 51).

Menurut Soenarjo, istilah respon dalam komunikasi adalah kegiatankomunikasi yang

diharapkan mempunyai hasil atau setelah komunikasi dinamakanefek. Suatu kegiatan

komunikasi itu memberikan efek berupa respon darikomunikasi terhadap suatu pesan yang

dilancarkan oleh komunikator (Soenarjodan Djoenarsih S. Soenajo, 1983: 25).Ahmad

Subandi mengemukakan respon dengan istlah balik(feedback)Yang memiliki peranan atau

pengaruh ynag besar dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi (Ahmad

Subandi, 1982:50). Dengan adanya respon yang disampaikan dari komunikan kepada

komunikator maka akan menetralisirkesalahan penafsiran dalam sebuah proses komunikasi

Untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang indikator tersebut maka Penulis

melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan: “Isu – isu politik apasajakah yang

ditawarkan kepada masyarakat untuk memenangkan Stefanus Bria Seran sebagai Bupati

Malaka”?

Terhadap pertanyaan ini salah satu Tim Pemenangan Stefanus Bria Seran Bapak

Egidius Fahik mengatakan bahwa:

65
“Isu politik yang kita tawarkan adalah Transparansi yaitu segala bentuk
pengelolaan keuangan di Kabupaten Malaka dari tingkat Kabupaten,
Kecamatan maupun tingkat Desa akan disampaikan secara terbuka kepada
masyarakat” (hasil wawancara di rumah tanggal 19 Oktober 2019)

Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu Tim Pemenangan Stefanus Bria Seran

yaitu Bapak Yakobus Leki, ia mengatakan bahwa:

“Isu politik yang ditawarkan adalah keterbukaan yaitu: keterbukaan dalam


perencanaan, pelaksanaan, dan keterbukaan dalam evaluasi”. (hasil
wawancara di rumah tanggal 19 Oktober 2019)

Selanjut Penulis mengajukan pertanyaan yang sama kepada masyarakat pemilih di

Desa Oan Mane yaitu Bapak Blasius Klau Taek, ia mengatakan bahwa:

“Salah satu isu politik yang ditawarkan oleh Calon Bupati Malaka melalui
para Tim Sukses yaitu “apabila Bapak Stefanus Bria Seran menang dalam
Pemilihan Bupati Malaka maka Bapak / Ibu akan mendapatkan bantuan
benih setiap tahun secara gratis. Pemerintah juga akan membuka kases
pasar agar masyarakat bisa menjual hasil panen”. (hasil wawancara di
rumah tanggal 19 Oktober 2019)

Terkait dengan isu politik Bapak Hironimus Seran mengungkapkan bahwa:

“Akan ada pemberdayaan masyarakat pada setiap kegiatan yang akan


dilaksanakan di tingkat Desa. Membuka akses pasar agar masyarakat bisa
menjual hasil pertanian,” (hasil wawancara di rumah tanggal 20 Oktober
2019)

Jadi dari beberapa pernyataan di atas, Penulis menyimpulkan bahwa isu politik yang

ditawarkan adalah isu yang bersifat menyerang lawan dengan membuat perbandingan

terhadap lawan politik maupun mempertahankan dukungan, yang tujuannya adalah untuk

memperluas dukungan kepada masyarakat pemilih.

5. Kemampuan merespon issu yang dihadapi

Salah satu cara untuk memperluas dukungan sampai menembus lapisan masyarakat

adalah dengan memainkan isu-isu politik yang dimainkan oleh para aktor, karena sebagai

seorang politisi dituntut untuk mencari, mengelola atau memainkan isu yang tujuannya

66
adalah untuk memperluas arus dukungan maupun mempertahankan dukungan basis sudah

ada.

Untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang indikator tersebut maka Penulis

melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan: “Isu – isu politik apasajakah yang

ditawarkan kepada masyarakat untuk memenangkan Stefanus Bria Seran sebagai Bupati

Malaka”?

Terhadap pertanyaan ini salah satu Tim Pemenangan Stefanus Bria Seran Bapak

Egidius Fahik mengatakan bahwa:

“Isu politik yang kita tawarkan adalah Transparansi yaitu segala bentuk
pengelolaan keuangan di Kabupaten Malaka dari tingkat Kabupaten,
Kecamatan maupun tingkat Desa akan disampaikan secara terbuka kepada
masyarakat” (hasil wawancara di rumah tanggal 19 Oktober 2019)

Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu Tim Pemenangan Stefanus Bria Seran

yaitu Bapak Yakobus Leki, ia mengatakan bahwa:

“Isu politik yang ditawarkan adalah keterbukaan yaitu: keterbukaan dalam


perencanaan, pelaksanaan, dan keterbukaan dalam evaluasi”. (hasil
wawancara di rumah tanggal 19 Oktober 2019)
Selanjut Penulis mengajukan pertanyaan yang sama kepada masyarakat pemilih di

Desa Oan Mane yaitu Bapak Blasius Klau Taek, ia mengatakan bahwa:

“Salah satu isu politik yang ditawarkan oleh Calon Bupati Malaka melalui
para Tim Sukses yaitu “apabila Bapak Stefanus Bria Seran menang dalam
Pemilihan Bupati Malaka maka Bapak / Ibu akan mendapatkan bantuan
benih setiap tahun secara gratis. Pemerintah juga akan membuka kases
pasar agar masyarakat bisa menjual hasil panen ,menyediakan traktor untuk
olah gratis kebun masyarkat tani ”. (hasil wawancara di rumah tanggal 19
Oktober 2019)

Terkait dengan isu politik Bapak Hironimus Seran mengungkapkan bahwa:

“Akan ada pemberdayaan masyarakat pada setiap kegiatan yang akan


dilaksanakan di tingkat Desa. Membuka akses pasar agar masyarakat bisa
menjual hasil pertanian,” (hasil wawancara di rumah tanggal 20 Oktober
2019)”

67
Jadi dari beberapa pernyataan di atas, Penulis menyimpulkan bahwa isu politik yang

ditawarkan adalah isu yang bersifat menyerang lawan dengan membuat perbandngan

terhadap lawan politik maupun mempertahankan dukungan, yang tujuanna adalah untuk

memperluas dukungan kepada masyarakat pemilih.

4.2.2 Pembahasan

Eksistensi tokoh adat adalah hadir dan aktifnya tokoh adat dalam Masyarakat.

Awalnya eksistensi tokoh adat sebagai perantara antar masyarakatnya dalam hal adat yang di

warisi secara turun temurun. Dalam hal ini posisi tokoh adat sangat berperan penting karena

merupakan tokoh yang dipercayai penuh dalam segala ritual, seperti di desa Ona Mane tokoh

adat sebagai perantara antara masyarakat adat dalam ritual “lia moris” atau pun “lia mate”

dalam ritual adat posisi tokoh adat sangat penting sebgai perangkul masyarakat kelompok

adat untuk turut ambil bagian dalam ritual adat seperti mentransfer progam kerja dalam ritual

adat , tokoh adat mampu merespon masalah-masalah yang terjadi dan tokoh adat juga

sebagai tempat bertukar pendapat/aspirasi diselesaikan secara hukum adat.

Sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan beberapa tokoh diatas

mengungkapkan, Posisi tokoh adat sangat penting di tataran masyarakat adat, seiring

berjalannya waktu posisi tokoh adat sangat eksis dalam ruang politik yakni dipergunakan

sebagai perantara para calon kepala daerah dengan masyarakat adat. Kepentingan politik

menumpangi ritual adat melalui tokoh adat untuk merangkul kelompok adat serta

menyampaikan aspirasi, visi-misi serta progam kerja dari partai dan calon kepala daerah,

serta merespon setiap isu-isu dalam kelompok masyarakat adat. Dengan demikian eksistensi

tokoh adat dalam ranah politik sangat menonjol di kalangan masyarakat adat.

A. Kemampuan Mempengaruhi Kelompok Atau Pengikut

Kemampuan untuk mempengaruhi kelompok atau pengikut merupakan suatu

tindakan yang dilakukan untuk menyatukan semua elemen dalam suatu kelompok

68
masyarakat guna memperkuat kedudukan politik dalam memperjuangkan suatu tujuan

yang hendak dicapai dan berusaha dengan berbagai cara untuk meyakinkan

masyarakat pemilih dengan menyampaikan kepribadian sang figur.

Sesuai dengan hasil wawancara dari penulis dengan beberapa nara sumber

terdapat beberapa cara dan strategi yang digunakan oleh para Tim Sukses untuk

memenangkan calon Bupati Malaka, Stefanus Bria Seran di Desa Oan Mane,

Kecamatan Malaka Barat. Terutama, mengenalkan cara kerja dari calon bupati malaka

kepada masyarakat dan memperkenalkan pula tentang kepribadian dari figur tersebut.

Pada indikator ini, Peran tokoh adat untuk mempengaruhi kelompok maupun

pengikut sangat penting. Pasalnya, di Desa Oan Mane, Kecamatan Malaka Barat

masyarakat lebih mendengar tokoh adat ketimbang tokoh Pemerintahan sehingga

sebagian besar publik figur menggunakan kesempatan itu dengan melakukan

pendekatan dengan para tokoh adat untuk mendapatkan dukungan yang maksimal.

B. Kemampuan Menyampaikan Pendapat Atau Ide

Mengemukakan pendapat merupakan suatu bentuk pengekspresian pikiran dan

perasaan dari hasil interaksi yang diutarakan secara lisan dengan menggunakan

bahasa yang baik, tepat dan seksama serta merupakan respon terhadap suatu masalah

yang ada dalam diri seseorang.

Strategi yang digunakan oleh Tim Pemenangan dari Bapak Stefanus Bria

Seran untuk menyampaikan pendapat atau ide di hadapan masyarakat banyak tentu

sudah di bahas bersama sebelumnya, terutama hal penting yang harus diperhatikan

saat mengemukakan pendapat di masyarakat. Jadi, Penentuan strategi penyampaian

pendapat atau ide merupakan salah satu bagian terpenting dalam berbagai proses

pemilihan.

69
Terdapat beberapa pola yang digunakan oleh para Tim Pemenang dalam

menyampaikan pendapat atau ide agar bisa mempengaruhi masyarakat untuk

memenangkan Stefanus Bria Seran sebagai Bupati Malaka seperti, menyampaikan

pendapat dengan baik dan tidak menyinggung perasaan orang lain,memberikan solusi

pada setiap pertemuan dalam membahas setiap persoalan sehingga masyarakat benar-

benar berpihak pada kita dan bekerja keras dan keluar masuk rumah (dor to dor)

untuk mengajak masyarakat memenangkan Stefanus Bria Seran sebagai Bupati

Malaka.

Karena itu, dalam upaya pemenangan Stefanus Bria Seran para aktor

menggunakan berbagai strategi dalam upaya memenangkan Stefanus Bria Seran

sebagai Bupati Malaka yaitu mulai dari pola komunikasi, mengemukakan pendapatan

di muka umum hingga pola “dor to dor” untuk mengajak masyarakat. Bahkan, Tim

pemenang juga mendengar, menerima dan mempertimbangkan aspirasi dari

masyarakat. Jadi peran aktor menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan dalam dalam

pemenangan Stefanus Bria Seran sebagai Bupati Malaka.

C. Kemampuan mentransferkan visi-misi dan program kerja

Ketika menyampaikan Visi –Misi Dan Program kerja, Tim Sukses atau

relawan,masuk melalui kepalah Desa , tokoh tokoh adat ,,dan kepalah desa dan tokoh adat

ikut membantu menyampaikan /mentransfer visi misi kepada msayarakat ,dengan

megumpulkan kelompok kelompok tani,pemuda pemudi,dan masayarakt lainnya,dengan

menyampaikan visi misi dan program kerja yang ada dan yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat Desa Oan Mane.

70
Dengan visi “Terwujutnya Malaka Sebagai Kawasan Perbatasan Yang “Berbudaya”,

Profesional ,Demokratis Dan Sejahtera” dan misi Meningkatkan kwalitas sumber daya

manusia melalui pelayanan pendidikan dan kesehatan, Meningkatkan Infrastruktur berbasis

tata ruang dan lingkungan hidup, Meningkatkan perlindungan Hak hidup masyarkat melalui

pengembangan ekonomi,penenuhan kebutuahan hidup,penegakan hukum dan keadilan,serta

kehidupan berdemokrasi dan Meningkatkan kwalitas kehidupan masyarkat malaka yang

beraklak mulia dan berbudaya dengan memperhatikan penegembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi .

Visi misi dan program kerja merupakan salah satu produk politik sangat penting yang

harus dimiliki oleh seorang/salah satu paket yang akan mencalonkan diri dalam

memperebutkan suatu jabatan / kedudukan dalam kehidupan sosial masyarakat.

Untuk itu, Tim pemenang dari calon Bupati Malaka, Stefanus Bria Seran selalu

menyampaikan keunggulan dari visi-misi serta program kerja yang ditawarkan oleh Stefanus

Bria Seran selaku calon Bupati Malaka seperti pembiayaan setiap siswa yang berprestasi dan

pengobatan gratis serta melanjutkan program revolusi pertanian Malaka,membangun

infrastruktur di setiap desa untuk membuka akses masyarakat.

Sesuai dengan beberapa peryataan di atas, Penulis menyimpulkan bahwa peran

Tim Sukses dalam mensosialisasikan visi-misi, program kerja maupun kepribadian

Stefanus Bria Seran kepada masyarakat cukup berhasil dimana masyarakat menganggap

Stefanus Bria Seran lebih pantas untuk memimpin Kabupaten Malaka karena

menawarkan berbagai program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.

Selain itu juga, Dari pendapat di atas jelas bahwa pemimpin daerah dan masyarakat

adat desa oan mane saling mendukung dan saling membutuhkan pihak masing-masing.

Dimana jelas bahwa masyarakat mendukung penuh karena ada harapan penuh kebutuhan

71
hidup mereka akan diperhatikan oleh orang yang mereka percayakan, sebaliknya demikian

pemerintah sangat membutuhkan masyarakat desa oan mane untuk mendukung segalah

urusannya dalam menjabat terlebih memberikan suara dan aspirasi yang besar dari

masyarakat.

Saat ini pembangunan di kabupaten malaka semakin membaik, seperti yang dilihat

Adanya pengerjaan infrastruktur yang berjalan lancar, baik itu jalan raya aspal ataupun

pemabangunan tanggul,parah petani di bantu dengan traktor pacul gratis. Pemerintah dan

masyarakat Desa Oan Mane sangat berharap agar kelangsungan hidup saat ini dapat

mereka pertahankan bahkan lebih berkembang membaik agar dapat bersama-sama

membangun Rai Malaka lebih baik dan dapat dikenal diwilayah luar atau wilayah

tetangga.

D. Respon atau tanggapan dari kandidat/bakal calon

Sesuai dengan hasil wawancara antara penulis dengan beberapa tim pemenang

calon Bupati Malaka, Stefanus Bria Seran di Desa Oan Mane, Kecamatan Malaka Barat,

Tim pemenang selalu berusaha menawarkan adanya transpransi dalam segala bentuk

pengelolaan keuangan di Kabupaten Malaka dari tingkat Kabupaten, Kecamatan maupun

tingkat Desa apabial figur yang diusung itu terpilih memimpin di daerah itu.

Selain itu juga, Tim Pemenangan dari Stefanus Bria Seran menawarkan adanya

keterbukaan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan keterbukaan dalam evaluasi. Salah satu isu

politik yang ditawarkan oleh Calon Bupati Malaka, Stefanus Bria Seran melalui para Tim

Sukses yaitu apabila Bapak Stefanus Bria Seran menang dalam Pemilihan Bupati Malaka

maka Bapak / Ibu akan mendapatkan bantuan benih setiap tahun secara gratis. Pemerintah

juga akan membuka kases pasar agar masyarakat bisa menjual hasil panen.

E. Kemampuan merespon issu yang dihadapi

72
Salah satu cara untuk memperluas dukungan sampai menembus lapisan masyarakat

adalah dengan memainkan isu-isu politik yang dimainkan oleh para aktor, karena sebagai

seorang politisi dituntut untuk mencari, mengelola atau memainkan isu yang tujuannya

adalah untuk memperluas arus dukungan maupun mempertahankan dukungan basis sudah

ada.

Untuk itu, Tim pemenang bakal calon Bupati Malaka, Stefanus Bria Seran selalu

menawarkan adanya Transparansi yaitu segala bentuk pengelolaan keuangan di Kabupaten

Malaka dari tingkat Kabupaten, Kecamatan maupun tingkat Desa akan disampaikan secara

terbuka kepada masyarakat. Selain itu juga, Tim pemenangan Calon Bupati Malaaka,

Stefanus Bria Seran selalu menawarkan isu yang bersifat menyerang lawan dengan membuat

perbandngan terhadap lawan politik maupun mempertahankan dukungan, yang tujuanna

adalah untuk memperluas dukungan kepada masyarakat pemilih.

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian di atas, penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian ini

sebagai berikut:

73
Eksistensi tokoh adat Desa Oan Mane dalam kehidupan Pemilukada di Kabupaten

Malaka terwujud dengan baik dimana Raja/fukun/tokoh adat mempengaruhi atau mengajak

dan menginstruksikan masyarakat Desa Oan Mane untuk memilih dan mendukung pejabat

politik yang mereka yakini dapat memerhatikan segalah kebutuhan dan melengkapi segalah

kekurangan yang terjadi di Desa Oan Mane. Misalkan pada Pemilukada Tahun 2016 Bupati

terpilih Stefanus Bria Seran meraih perolehan suara terbanyak di Desa Oan Mane dan

memenangkan Pemilukada Kabupaten Malaka tersebut.

Masyarakat adat Desa Oan Mane mengakui bahwa mereka memberikan hak suara

berdasarkan apa yang menjadi Visi Misi pejabat politik dan memiliki kesinambungan

terhadap segalah kebutuhan dan kekurangan masyarakat Desa Oan Mane. Adanya sikap

saling percaya dan saling mendukung antara pejabat politik dan para tokoh adat ini sangat

memberikan dampak yang sangat positif bagi kedua pihak. Dimanapejabat politik merasa

bahwa tujuan dan visi misinya didukung penuh dan masyarakat adatpun merasa bahwa

eksistensinya masih sangat diharapkan dan dihargai serta menjadi salah satu bagian yang

sangat dibutuhkan dalam beberapa kalangan terkhususnya dalam Pemilu dan Pemilukada di

Kabupaten Malaka.

5.2 SARAN

Adapun saran yang disampaikan:

Eksistensi masyarakat adat Desa Oan Mane dalam Pemilukada yang sudah

berlangsung bertahun-tahun hingga saat ini masih tetap di pertahankan. Sangat diharapkan

agar keadaan seperti ini masih terus dijaga dan dipertahankan, oleh karena itu peran dari

fukun/ferik fukun/tokoh adat ataupun petinggi adat lainnya yang ada di Desa Oan Mane harus

74
tetap berpedoman pada hak dan wewenang aslinya yaitu dengan membawahi masyarakat

adatnya tanpa ada konflik politik yang justru bisa menimbulkan perpecahan atau bahkan

mengekang hak individu masyarakat dalam memanfaatkan kekuasaan.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks

Anwar, Carul. 1997. Hukum adat indonesia (menuju hukum adat minangkabau). Rineke

Cipta, Jakarta.

Ahmad Tafsir, Filsafat Umum; Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung : Rosda

Karya, 2006.

75
Ali Maksum, Pengantar Filsafat, Jakarta : Ar-Ruzz Media, 2008.

Ali maksum, 218-220. Harun Hadiwijiono, Sari Sejarah Filsafat.

Erich From, Konsep Manusia Menurut Marx. Trjm Agung Prihantono.Yogyakarta : Pusataka

Pelajar, 2004.

Budiardjo, Miriam. 2010. Dasar-dasar Ilmu Politik. PT Ikrar Mandiri Abadi, Jakarta.

Duverger, Maurice.2010. Sosiologi Politik. Rajawali Press, Jakarta.

Duverger, 2010:147. Sosiologi Politik. Raja Grapindo Persada: Jakarta.

Harun Hadiwijiono, Sari Sejarah Filsafat, Yogyakarta : Kanisius, 1980.

Harun Hadiwijiono, Sari Sejarah Filsafat.

Harun Hadiwijiono, Sari Sejarah Filsafat.

Hari Hammersma, Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern Jakarta : Gramedia, 1984.

Hanley, David. Davidson, Jamie. 2010. Adat Dalam Politik Indonesia,Yayasan Pustaka Obor

Indonesia: Jakarta.

Ihromi T,O. 1993. Antropologi Hukum.Yayasan Obor Indonesia: Jakarata.

Lorens Bagus, Kamus Filsafat Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005.

Kartono, Kartini, Bimbingan dan Dasar-DasarPelaksanaannya; Tekhnik Bimbingan Praktis,

Jakarta : Rajawali, 1994.

Muzairi, Eksistensialisme Jean Paul Sartre,Yogyakarta : Pusataka Pelajar, 2002.

Maran, Rafael Raga.2001.Pengantar Sosiologi Politik:Rineka Cita: jakarta

Munandar, Aris. 2019. Pohon Impian Masyarakat Adat. Uwais Inspirasi Indonesia:

Ponorogo.

Loekisno Choiril Warsito, Paham Ketuhanan Modern; Sejarah dan Pokok-Pokok Ajarannya

Surabaya : eLKAF.

Philipus Ng. Nurul Aini, , Sosiologi dan Politik, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta 2006

76
Soerjono soekanto, SOSIOLOGI Suatu Pengantar,PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,

2007Ibid, 199. Blog at Wordpress.com, diakses pada tanggal 7 Mei 2009

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar ilmu politik,PT. Gramedia Pustaka, Jakarta, 1972,10.

Artikel oleh Agus Supriyadi, di akses pada tanggal 30 maret 2009.

Wutun, Rufus dkk, 2010.Lemabaga Adat di TTS; Psikologi Terapan, Kupang.

Soekanto 1990 .sosiologi suatu pengantar: PT Raja Gravindo Persada. Jakarta

Syaifuddin Iskandar. Eksistensi Lembaga Adat sebagai Mitra Kerja Pemerintah Daerah.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

Undang-undang No. 32 Tahun 2004 sebagaimana perubahannya dalam undang-undang No.

12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah.

Undang –undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah.

Internet

http//mega.subhanagung.net/revitalisasi-kepemimpinan-masyarakat-asli/Indran Nadian Juli

http//infosulawesitengah.wordpress.com/2010/08/kulawihttp://nadzzukamu.wordpress.com/2

010/07/29/Eksistensi/kemal,yuma.

Hlm 5. 4 Irwan. http://www.ireyogya.org/adat/peranan.htm.Peranan Lembaga Adat dalam


Era.Otonomi Luas.5http://muslikhatun

antropologi.blogspot.com/2010/11/pewarisanbudaya.html Lembaga Ada Loekisno Choiril


Warsito, 104.http://id.wikipedia.org, diakses pada tanggal 26 april 2009 pukul3:46 Surbakti
Memahami ilmu politik,PT.Grasindo,Jakarta 1992.
45.http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat

77

Anda mungkin juga menyukai