Anda di halaman 1dari 231

MODUL

PELATIHAN PENINGKATAN
KAPASITAS
PENDAMPING DESA DAN
PENDAMPING LOKAL DESA

EVALUASI DAN REFLEKSI


PENDAMPINGAN PROGRAM
PEMBANGUNAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
(P3MD)

DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA


KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
2017
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

ii| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Modul Pelatihan
Peningkatan Kapasitas
Pendamping Desa dan
Pendamping Lokal Desa
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Modul Pelatihan
Peningkatan Kapasitas
Pendamping Desa Dan
Pendamping Lokal Desa

Evaluasi dan Refleksi Pendampingan Program


Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
(P3MD)

vi| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | vii


MODUL PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS
PENDAMPING DESA dan
PENDAMPING LOKAL DESA
tentang Evaluasi dan Refleksi Pendampingan Program Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD)

PENGARAH : Eko Putro Sandjojo (Menteri Desa, Pembangunan


Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia)

PENANGGUNG JAWAB: Taufik Madjid (Dirjen, Pembangunan dan


Pemberdayaan Masyarakat Desa)

TIM PENULIS : Roni Budi Sulistyo, Nurahman Joko Wiryanu, Hasan Rofiki, Harbit
Manika, Mohamad Zaini, Nurul Hadi, Mohammad Arwani, Mulus Budianto, Mohammad
Sabri, Panji Pradana, Hasim Adnan, Wahyu Hananto Pribadi, Dindin Abdullah A, Nur
Kholid, Muflihun.

REVIEWER : Taufik Madjid, Muhammad Fachry, Saefulloh Ma’shum, Wilopo,


Sukoyo

COVER & LAYOUT : Roni Budi Sulistyo

Cetakan Pertama, Oktober 2017

Diterbitkan oleh:
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH
TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
Jl. TMP. Kalibata No. 17 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12740
Telp. (021) 79172244, Fax. (021) 7972242 Web:
www.kemendesa.go.id
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | ix


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Daftar Istilah dan Singkatan

1. DESA adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. KEWENANGAN DESA adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi
kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat
Desa.
3. PEMERINTAHAN DESA adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
4. PEMERINTAH DESA adalah kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
5. BADAN PERMUSYAWARATAN DESA atau yang disebut dengan nama lain
adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya
merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan
ditetapkan secara demokratis.
6. LEMBAGA KEMASYARAKATAN adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah dalam
memberdayakan masyarakat.
7. MUSYAWARAH DESA atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah
antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat
yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal
yang bersifat strategis.
8. MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA atau yang disebut
dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa,
Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Desa untuk menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan
Pembangunan Desa yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa,
swadaya masyarakat Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten/Kota.
9. KESEPAKATAN MUSYAWARAH DESA adalah suatu hasil keputusan dari
Musyawarah Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam Berita

x| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Acara kesepakatan Musyawarah Desa yang ditandatangani oleh Ketua Badan


Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa.
10. PERATURAN DESA adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan
Desa.
11. PEMBANGUNAN DESA adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
12. PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA adalah proses tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah Desa dengan melibatkan Badan
Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai
tujuan pembangunan desa.
13. RPJM DESA (Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Desa) adalah dokumen
perencanaan untuk periode 6 (enam) tahun yang memuat arah pembangunan
desa, arah kebijakan keuangan desa, kebijakan umum dan program dan program
Satuan Kerja Perangkat (SKPD) atau lintas SKPD, dan program prioritas
kewilayahan disertai dengan rencana kerja.
14. RKP DESA (Rencana Kerja Pemerintah Desa) adalah dokumen perencanaan untuk
periode 1 (satu) tahun sebagai penjabaran dari RPJM Desa yang memuat
rancangan kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka
pendanaan yang dimutakhirkan, program prioritas pembangunan desa, rencana
kerja dan pendanaan serta prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh
pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah dan RPJM Desa.
15. DAFTAR USULAN RKP DESA adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi
bagian dari RKP Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan
Pemerintah Desa kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme
perencanaan pembangunan Daerah.
16. KEUANGAN DESA adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
17. ASET DESA adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli
atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau
perolehan hak lainnya yang syah.
18. APB DESA (Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa) adalah rencana keuangan
tahunan Pemerintahan Desa.
19. DANA DESA adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran
pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaanmasyarakat Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xi


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

20. ALOKASI DANA DESA, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan
yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
21. PROGRAM INOVASI DESA, selanjutnya disingkat PID, adalah Program yang
diselenggarakan Kementrian Desa PDTT untuk meningkatkan kualitas
penggunaan Dana Desa melalui berbagai kegiatan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa yang lebih inovatif dan peka terhadap
kebutuhan masyarakat Desa.
22. DANA OPERASIONAL KEGIATAN, selanjutnya disingkat DOK, adalah bantuan
pemerintah dalam bentuk anggaran kegiatan untuk pelaksanaan kegiatan PID.
23. BURSA INOVASI DESA, selanjutnya disingkat BID, adalah adalah kegiatan untuk
pameran kegiatan pembangunan masyarakat dan Desa yang telah dinilai inovatif
sekaligus sebagai ajang pertukaran pengetahuan bagi masyarakat dan Desa.

24. TIM INOVASI KABUPATEN, selanjutnya disingkat TIK, adalah Kelompok Kerja
dibentuk oleh Bupati/Walikota untuk melaksanakan kegiatan Inovasi dalam PID di
kabupaten/kota.
25. TIM PELAKSANA INOVASI DESA, selanjutnya disingkat TPID, adalah Tim
Pelaksana yang berkedudukan di Kecamatan dan terdiri dari perwakilan warga
desa yang memiliki minat besar dalam pengembangan kegiatan/ fasilitas/
sumberdaya manusia dan inovasi desa yang ada di wilayahnya,
mendokumentasikan, membagikan, serta mempromosikannya.

xii| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kata Sambutan
Direkturat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT dengan rahmatnya bahwa Modul
Pelatihan Peningkatan Kapasitas Bagi Pendamping Desa dalam rangka mendukung
pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 telah hadir dihadapan pembaca.
Secara umum modul pelatihan ini dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga pendamping
profesional di tingkat Kabupaten/Kota dalam rangka mendukung kebijakan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi bidang
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat melalui upaya pendampingan
masyarakat secara efektif dan bekelanjutan.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pasal 128
huruf (2) dijelaskan bahwa secara teknis dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat
daerah kabupaten/kota dan dapat dibantu oleh tenaga pendamping profesional, kader
pemberdayaan masyarakat Desa, dan/atau pihak ketiga. Khusus untuk Tenaga
Pendamping Profesional diantaranya: Tenaga ahli pemberdayaan masyarakat yang
bertugas meningkatkan kapasitas tenaga pendamping dalam rangka penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan
Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Peningkatan kapasitas Tenaga Pendamping Profesional menjadi salah satu faktor
penentu keberhasilan pendampingan Desa yang pada akhirnya akan menentukan
pencapaian tujuan dan target pelaksanaan Undang-Undang Desa. Kapasitas Tenaga
Ahli Pemberdayaan Masyarakat yang dimaksud mencakup: (1) pengetahuan tentang
kebijakan Undang-Undang Desa; (2) keterampilan memfasilitasi pemerintah desa dalam
mendorong tatakelola pemerintah desa yang baik; (3) keterampilan tugas-tugas teknis
pemberdayaan masyarakat; dan (4) sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi
pendamping khususnya Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat sesuai tuntutan
Undang-Undang Desa. Dalam meningkatkan kinerja pendampingan tercermin dari
komitmen, tanggung jawab dan keterampilan untuk mewujudkan tatakelola Desa yang
mampu mendorong kemandirian Pemerintah Desa dan masyarakat melalui pendekatan
partisipatif.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xiii


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Terkait hal tersebut dirasakan perlu untuk menyusun sebuah modul pelatihan
Peningkatan Kapasitas Pendamping Desa yang dapat memberikan acuan evaluasi dan
refleksi kerja di lapangan dalam rangka membangun kemandirian Desa. Harapan dari
kehadiran modul pelatihan ini dapat memenuhi kebutuhan semua pihak dalam rangka
mendorong peningkatan kapasitas Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat sesuai
dengan kebutuhan, kondisi di daerah dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DESA

Taufik Madjid, S.Sos, M.Si

xiv| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Daftar Isi

Daftar Istilah x
Kata Sambutan Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan xii
Masyarakat Desa
Daftar Isi xv
Panduan Pelatih
xvii

Pokok Bahasan 1: Dinamika Kelompok dan Pengorganisasian


Kelas
1.1. Perkenalan 33
1.2. Ungkapan dan Harapan Peserta 35
1.3. Tujuan dan Alur Pelatihan 37
1.4. Aturan Main Pelatihan 39

Pokok Bahasan 2: Manajemen Pendampingan


2.1. Jati Diri TPP, Kode Etik 43
2.2. Struktur, SOP Pendampingan 53
2.3. Pelaporan Kinerja 69
2.4. Sistem Informasi Pembangunan Desa 75

Pokok Bahasan 3: Pendalaman Dan Praktek Fasilitasi Regulasi


Dalam Implementasi Undang Undang Desa
3.1. Evaluasi Fasilitasi Dukungan Regulasi Implementasi Undang
Undang Desa 87
3.2. Fasilitasi Analisis dan Pengembangan Regulasi Desa 90
3.3. Musyawarah Desa Dalam Pengambilan Keputusan Regulasi 94
Desa

Pokok Bahasan 4: Pembangunan Desa


4.1. Evaluasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Desa 122
4.2. Arah dan Orientasi Pengembangan Ekonomi Desa 129

Pokok Bahasan 5: Pokok Kebijakan Program Inovasi Desa


5.1. Pokok Kebijakan Program Inovasi Desa 145
5.2. Mekanisme Tahapan Program Inovasi Desa 148
5.3. Penggunaan Dana Oprasional Kegiatan Program Inovasi Desa 151

Pokok Bahasan 6: Rencana Tindak lanjut Hasil Bursa Inovasi di


Desa
6.1. Sosialisasi Komitmen Hasil Bursa Inovasi Desa 181
6.2. Rencana Tindak lanjut Adaptasi Inovasi 183
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xv
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Pokok Bahasan 7: Pengelolaan Inovasi Desa


7.1. Pengenalan Model Inovasi 207
7.2. Identifikasi Inovasi Desa 209

Daftar Pustaka

xvi| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


Panduan Pelatih

Latar Belakang
Dalam rangka mendukung pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang
Desa, Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota. berkewajiban
untuk melakukan Pendampingan Desa dalam rangka pembangunan, pemberdayaan
masyarakat desa. Salah satunya adalah menyangkut kesiapan pemerintah baik dalam
menyiapkan tata kelola dan penyesuaian kerja birokrasi, maupun dalam melakukan
pendampingan masyarakat Desa. Pendampingan yang dilakukan pemerintah
sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi 2015 bertujuan; (a) Meningkatkan kapasitas, efektivitas dan
akuntabilitas Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa; (b) Meningkatkan prakarsa,
kesadaran dan partisipasi masyarakat Desa dalam pembangunan desa yang partisipatif;
(c) Meningkatkan sinergi program pembangunan Desa antarsektor; dan (d)
Mengoptimalkan aset lokal Desa secara emansipatoris.
Peningkatan kapasitas pendamping desa menjadi salah satunya aspek penting
yang dapat membantu pencapai tujuan dan target pelaksanaan Undang-Undang Desa
secara optimal. Kapasitas pendampingan desa yang dimaksud mencakup:
(1) pengetahuan tentang kebijakan Undang-Undang Desa;
(2) keterampilan memfasilitasi Pemerintah Desa dalam mendorong tatakelola
Pemerintah Desa yang baik;
(3) keterampilan tugas-tugas teknis pemberdayaan masyarakat; dan
(4) sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi pendamping dan tuntutan
Undang-Undang Desa.
Dalam meningkatkan kinerja pendampingan tercermin dari komitmen, tanggung
jawab dan keterampilan untuk mewujudkan tatakelola desa yang mampu mendorong
kemandirian pemerintah desa dan masyarakat melalui pendekatan partisipatif.
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Pendamping Desa (PD) merupakan salah
satu bahan pelatihan bagi tenaga pendamping profesional yang bertugas di tingkat
Kabupaten/Kota dalam rangka mendampingi pelaksanaan Undang-Undang Desa.
Secara khusus, modul pelatihan ini disusun sebagai acuan bagi pelatih dalam
memfasilitasi kegiatan pelatihan Peningkatan Kapasitas bagi PD dalam pelaksanaan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xvii


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Undang-Undang Desa untuk tahun anggaran 2017. Pelatih Peningkatan Kapasitas


diharapkan memiliki pengetahuan tentang tujuan, hasil dan alur mekanisme pelatihan
termasuk kompetensi praktis dalam memfasilitasi pelatihan yang akan diselenggarakan
3 (tiga) hari efektif.

Mengapa Modul Pelatihan ini Dibutuhkan


Pelatihan Peningkatan Kapasitas PD dan PLD bertujuan membantu memahami
kebijakan terkait pembangunan dan pemberdayaan masyarakat sebagai bagian dari
mandat Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
(PPMD) Kementerian Desa PDTT dan mendukung pelaksanaan Undang-undang Desa.
Sekaligus memberikan pengalaman dan keterampilan praktis yang dibutuhkan dalam
memfasilitasi implementasi Undang-Undang Desa. Oleh karena, kebutuhan
pengembangan kurikulum dan modul pelatihan Peningkatan Kapasitas disusun dengan
maksud menjadi panduan penyelenggara pelatihan, terutama untuk mensosialisasikan
materi (substansi) kebijakan, mengevaluasi pendampingan dan meningkatkan kapasitas
PD terkait Undang-Undang Desa dan tugas pokoknya dalam mendampingi Pemerintah
Daerah di tingkat Kecamatan.

Maksud dan Tujuan


Maksud Pelatihan Peningkatan Kapasitas PD dan PLD, yaitu melakukan evaluasi, refleksi
dan merumukan rencana kerja dalam peningkatan kualitas pendampingan
implementasi undang undang desa dan pengembangan program pembangunan dan
pemberdayaan masayarakat desa.
Secara umum modul pelatihan ini dimaksud memberikan panduan dalam
penyelengaraan pelatihan Peningkatan Kapasitas bagi PD dan PLD dalam rangka
evaluasi, refleksi dalam peningkatan kualitas kinerja pendampingan implementasi
Undang-Undang Desa. Secara khusus modul pelatihan ini bertujuan;
(1) Menyamakan persepsi dan konsep peningkatan kapasitas PD dan PLD dalam
memfasilitasi masyarakat desa dalam mencapai kesejahteraan dan kedaulatan
Desa;
(2) Menyamakan persepsi dan konsep peningkatan kapasitas PD dan PLD dalam
memfasilitasi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam mendukung pelaksanaan
Undang-Undang Desa;

(3) Menyamakan materi, metode dalam evaluasi, refleksi kinerja dan


merumuskan rencana kerja dalam peningkatan kualitas pendampingan
implementasi undang undang desa pengembangan program
pembangunan dan pemberdayaan masayarakat desa.
(4) Menyamakan konsep, materi, prosedur dan mekanisme fasilitasi Program
Inovasi Desa.
(5) Menyelaraskan materi, modul dan metode pelaksanaan pelatihan Peningkatan
Kapasitas PD dan PLD di wilyah kerjanya;

xviii| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Sasaran Pengguna
Secara khusus modul pelatihan ini ditujukan bagi pendamping desa di
Kabupaten/Kota dalam rangka memandu penyelenggaraan pelatihan. Namun, dalam
prakteknya, Modul pelatihan ini juga dapat dimanfaatkan bagi pemangku kepentingan
lain dalam memfasilitasi kebutuhan pelatihan bagi tenaga ahli dengan latar belakang
pendidikan dan kapasitas yang beragam mulai dari fasilitator, pemandu, petugas
lapang, kelompok perempuan dan kelompok masyarakat lain.
Harapan lain melalui modul pelatihan ini dapat memberikan kontribusi bagi para
penggerak pembangunan agar mampu memfasilitasi dan menyelenggarakan pelatihan
sederhana sesuai keterampilan yang dimilikinya. Bahkan beberapa komunitas dan
organisasi lain mendapatkan manfaat dari modul pelatihan ini terutama untuk melatih
para pendamping desa. Diharapkan Modul pelatihan ini dapat dibaca pula oleh
kalangan yang lebih luas baik pemerintah, kelompok masyarakat, lembaga pendidikan,
pusat pelatihan, LSM, serta lembaga lain yang memberikan perhatian terhadap
penguatan desa.

Ruang Lingkup
Materi Pelatihan Peningkatan Kapasitas dirumuskan berdasarkan hasil kajian terhadap
kompetensi dasar yang harus dimiliki PD dan PLD sesuai kerangka acuan kerja yang
telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat. Selanjutnya hasil analisis terhadap kompetensi PD disusun sesuai tingkat
penguasaan kompetensi yang terdiri (K1) pengetahuan, (K2) Sikap dan (K3)
Keterampilan yang merujuk pada taksonomi Bloom dan Kartwohl (2001) dengan
indikator kedalaman materi sebagai berikut:

Tabel Cakupan Materi Berdasarkan Tingkat Kompetensi

K1 (Pengetahuan) K2 (Sikap) K3 (Keterampilan)


1. Mengetahui; 1. Penerimaan 1. Meniru

2. Memahami; 2. Menanggapi 2. Memanipulasi

3. Mengaplikasikan; 3. Penilaian (valuing) 3. Pengalamiahan

4. Menganalisis; 4. Mengorganisasikan 4. Artikulasi

5. Mensintesis; 5. Karakterisasi

6. Mengevaluasi.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xix


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Secara rinci setiap pokok-pokok materi ditetapkan tingkat keluasan dan


kedalamnya berupa kisi-kisi materi pelatihan yang akan memandu pelatih dalam
memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Kisi-kisi materi pelatihan pratugas TAPM
diuraikan sebagai berikut:

Tabel Kisi-Kisi Materi Kompetensi Umum PD & PLD


KOMPETENSI
No POKOK BAHASAN SUBPOKOK BAHASAN JP
K1 K2 K3
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Bina suasana Pembukaan 2 135’
Perkenalan 2 2
Ungkapan dan harapan peserta 2 4
Tujuan dan Alur Pelatihan 2 4
Aturan Main Pelatihan 2 4
2. Manajemen Pendampingan Jatidiri TPP & Kode Etik 5 5 3 90’
Struktur, SOP Pendampingan 5 4 3 90’
Pelaporan Kinerja Tenaga 4 4 3 90’
Pendamping Profesional
Sistem Informasi Pembangunan 4 4 3 90
Desa
3. Evaluasi Fasilitasi Dukungan Fasilitasi Analisis dan 4 2 2 90’
Regulasi Implementasi Pengembangan Regulasi Desa
Undang Undang Desa Musyawarah Desa Dalam 4 3 2 90’
Pengambilan Keputusan Regulasi
Desa
4. Pembangunan Desa Evaluasi Perencanaan dan 3 5 3 90’
Penganggaran Pembangunan Desa

Arah dan Orientasi Pengembangan 3 4 3 90’


Ekonomi Desa
5. Pokok Kebijakan Program Pokok Kebijakan Program Inovasi 4 2 1 45’
Inovasi Desa Desa
Mekanisme Tahapan Program 5 2 1 45’
Inovasi Desa
Penggunaan Dana Oprasional 5 2 1 45’
Kegiatan Program Inovasi Desa
6. Rencana Tindak lanjut Hasil Sosialisasi Komitmen Hasil Bursa 2 3 1 45’
Bursa Inovasi di Desa Inovasi Desa
Rencana Tindak lanjut Adaptasi 2 3 1 45’
Inovasi
7. Pengelolaan Inovasi Desa Pengenalan Model Inovasi 2 3 1 90’

Identifikasi Inovasi Desa 5 3 1 90’


8. Rencana Kerja Tindak Rencana Kerja Tindak Lanjut 5 4 2 45’
Lanjut
TOTAL 1.170
JUMLAH JAM PELAJARAN PB 1 – PB 10 26

xx| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Sistematika Isi Modul

Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian


Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mencoba melakukan inisiatif
untuk menyusun modul pelatihan ini melalui serangkaian kajian kebutuhan pelatihan
dan lokakarya dengan melibatkan pemangku kepentingan lain baik kalangan praktisi,
aktivis, akademisi dan peneliti. Sebagaimana diketahui, hasil analisis kebutuhan
pelatihan menunjukkan bahwa TAPM merupakan petugas yang baru dan akan
ditempatkan dengan latar belakang pengalaman, karakteristik wilayah, dan kondisi
sosial yang berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan sebuah panduan pelatihan
standar bagi TAPM yang mampu mempersiapkan kompetensinya sesuai tugas dan
tanggung jawabnya dalam memfasilitasi Pemerintah Kabupaten/Kota melalui strategi
pendmapingan dengan tema penting yang sesuai dengan regulasi dan kebutuhan di
lapangan.
Modul pelatihan ini telah mengalami berbagai perubahan melalui proses
perancangan, konsultasi, lokakarya, uji coba-revisi dan masukan dari berbagai pihak
bahkan langsung dari Pendamping Desa dalam menjalankan tugasnya di lapangan.
Hasil pelatihan awal akan memberikan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan
modul ini. Oleh karena itu modul pelatihan ini dapat diibaratkan sebagai buku berjalan
yang memberikan peluang bagi pembaca atau pengguna dalam memberikan warna
dan penyesuaian sesuai dengan kaidah pembelajaran dan kebutuhan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxi


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Modul dirancang menggunakan standar format yang dikembangkan oleh ASTD


(Association Sourcebook and Training Developmnet) yang menyertakan pokok-pokok
materi, panduan pelatih, lembar kerja dan media (presentasi atau beberan atau bahan
pemaparan) yang bermanfaat bagi siapa saja yang akan melaksanakan pelatihan atau
lokakarya sejenis. Modul pelatihan dirancang dalam bentuk modul bagi pelatih atau
TAPM sebagai pendamping profesional tingkat Kabupaten/Kota agar memudahkan
dalam penerapan dan penyesuaian sesuai dengan kondisi masing-masing wilayah kerja.
Modul pelatihan ini terdiri dari 10 Pokok Bahasan dan 27 Subpokok Bahasan yang
membahas latar belakang, kerangka isi, metode dan aplikasi praktis tentang bagaimana
Peran TAPM dalam mendukung pelaksanaan Undang-Undang Desa yang diberikan
dalam kegiatan pelatihan pratugas.

xxii| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Secara rinci struktur materi modul pelatihan ini digambarkan dalam gambar
sebagai berikut:

Gambar Struktur Materi Pelatih Peningkatan Kapasitas Tenaga Pendamping


Profesional

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxiii


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Skema Pelatihan
Modul pelatihan Peningkatan Kapasitas disajikan sesuai alur mekanisme pelatihan
pratugas Pendamping Desa mulai dari penyiapan GMT, MT, Pelatihan Pratugas Tenaga
Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM), Pelatihan Pratugas Pendamping Desa (PD) dan
Pelatihan Pratugas Pendamping Lokal Desa (PLD). Pelatihan pratugas diarahkan untuk
mempersiapkan pendamping baru dalam melaksanakan tugas pendampingan sesuai
dengan kewenangannya sekaligus memberikan pembekalan dalam menghadapi tugas-
tugas baru dalam memfasilitasi dukungan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam
pelaksanaan Undang-Undang Desa.

Cara Menggunakan Modul


Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan dalam memahami dan menggunakan
Modul pelatihan ini. Dalam setiap bagian atau pokok bahasan terdiri dari beberapa
subpokok bahasan atau modul dengan topik yang beragam dan dapat dipelajari secara
mandiri sesuai dengan materi yang diperlukan. Masing-masing subpokok bahasan
dalam modul ini menggambarkan urutan kegiatan pembelajaran dan hal-hal pokok
yang perlu dipahami tentang materi yang dipelajari serta keterkaitannya dengan topik
lainnya.
Dalam setiap subpokok bahasan dilengkapi dengan panduan pelatih yang
membantu dalam mengarahkan proses, media dan sumber belajar, lembar kerja,
lembar evaluasi dan lembar informasi atau bahan bacaan. Masing-masing disusun
secara kronologis yang agar memudahkan bagi pengguna dengan memberikan
alternatif dalam memanfaatkan setiap subpokok bahasan secara luas dan fleksibel.
Setiap pokok bahasan dilengkapi dengan lembar informasi pendukung yang
dapat dibagikan secara terpisah dari panduan pelatihan agar dapat dibaca peserta
sebelum pelatihan di mulai. Pelatih juga diperkenankan untuk menambah atau
memperkaya wawasan untuk setiap subpokok bahasan berupa artikel, buku,
juklak/juknis dan kiat-kiat yang dianggap relevan.
Disamping itu, pembaca di berikan alat bantu telusur berupa catatan diberikan
termasuk ikon-ikon yang akan memandu dalam memahami karakteristik materi dan
pola penyajian yang harus dilalukan dalam pelatihan.

xxiv| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Tabel Penjelasan Ikon

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxv


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan


Modul pelatihan ini tidak menguraikan materi pelatihan secara spesifik sesuai dengan
kurikulum pratugas TAPM dilengkapi ragam penugasan dan kasus tertentu tetapi lebih
mengarah pada refleksi pengalaman dan rencana tindak yang diperlukan. Modul ini
dilengkapi penjelasan bahan bacaan dan penerapan praktis yang lebih menonjolkan
kebermanfaatan dan keterpaduan dengan situasi yang dihadapi oleh pendamping
khususnya TAPM dalam mendampingi program pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat. Modul pelatihan ini disusun tidak dimaksudkan sebagai satu-satunya
rujukan yang wajib diikuti secara ketat oleh peserta, tetapi hanya sebagai panduan kerja
saja yang berisi kerangka kebijakan, strategi umum dan eksplanasi metodologis yang
dapat membantu mencapai tujuan yang diharapkan oleh TAPM.
Modul pelatihan ini disusun berdasarkan kaidah-kaidah pendidikan orang dewasa
di mana pelatih bertindak sebagai fasilitator menjadi pengarah atau pengolah proses
belajar dan mengakumulasikan secara partisipatif-kreatif dari pengalaman yang telah
dimiliki peserta. Sebagai suatu pengalaman, modul ini diperlakukan secara dinamis
disesuaikan dengan latar belakang, pengalaman dan kemampuan peserta.
Sebagian bahasan dalam modul pelatihan merupakan refleksi pengalaman para
pemangku kepentingan di tingkat Kabupaten/Kota yang terlibat dalam pendampingan
Desa. Penjelasan lebih diarahkan sebagai petunjuk praktis dan teknis bagi pelatih yang
akan menggunakannya untuk keperluan pelatihan. Manfaat yang diharapkan dari
modul ini, jika dipakai sebagai alat untuk menggali pengalaman dan merefleksikannya
dalam kehidupan nyata dalam memperkuat kemandirian Desa.
Modul pelatihan ini menguraikan setiap subpokok bahasan/topik secara generik
agar dapat diterapkan dalam situasi dan kebutuhan yang berbeda yang muncul dalam
kegiatan pendampingan. Harapannya, janganlah modul pelatihan ini dibaca layaknya
buku biasa. Sebagian besar materi pokok disajikan merupakan kerangka acuan dalam
pelatihan tetapi lebih sesuai sebagai bahan rujukan baik bagi pelatih atau
penyelenggara pelatihan. Bisa saja dilakukan modifikasi atau penyesuaian sesuai
kebutuhan di lapangan.
Proses kreatif sangat diharapkan untuk memperkaya dan memperbaiki kualitas
pelatihan yang dilaksanakan. Modul pelatihan ini lebih efektif, jika digunakan sepanjang
tidak menyalahi aturan atau prinsip-prinsip dasar pendidikan partisipatoris. Anda dapat
merubah atau memodifikasi metode atau media yang digunakan secara efektif.
Misalnya tidak memaksakan harus menggunakan LCD atau video, jika di lapangan tidak
mungkin disediakan. Anda dapat menggantikannya dengan media atau peralatan yang
tersedia secara lokal seperti papan tulis, kertas lebar, tanah dan kain. Dalam beberapa
kasus yang disajikan dapat diganti dengan pengalaman atau tema yang diajukan
langsung dari peserta.
Modul pelatihan ini akan efektif, jika diterapkan secara kreatif tergantung pada
kemampuan Anda sebagai pelatih dan pembimbing belajar. Janganlah ragu untuk
memodifikasi atau menyesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran di sekolah. Ingatlah
bahwa pelatih bukan untuk menjejalkan pengetahuan kepada orang lain tetapi lebih

xxvi| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

sebagai kreator, pemandu proses belajar peserta dan yang terpenting sebagai
‘pembelajar’ itu sendiri. Hal ini akan banyak belajar dari pengalaman dan pandangan
orang lain dalam menerapkan nilai yang terkandung dalam modul pelatihan ini. Oleh
karena itu, baca dan pahamilah dengan baik setiap langkah masing-masing pokok
bahasan dan uraian proses panduan. Jangan membatasi diri, kembangkan dan perkaya
proses secara kreatif serta memadukan dengan pengalaman peserta.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxvii


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

xxviii| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxix


Pokok Bahasan 1
DINAMIKA KELOMPOK DAN
PENGORGANISASIAN PESERTA
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxxi


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

xxxii| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


Rencana Pembelajaran
SPB
1.1 Perkenalan

Tujuan
Setelah sesi ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengatasi hambatan berkomunikasi;
2. Saling mengenal antar peserta, dengan fasilitator dan panitia.

Waktu
40 menit

Metode
Permainan

Media
Lembar permainan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 33


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan proses yang diharapkan dari subpokok bahasan
“Perkenalan”.
2. Mintalah setiap peserta menuliskan usia masing-masing pada metaplan dengan
angka yang besar agar bisa dilihat dari jarak jauh oleh pelatih dan peserta
lainnya. Minta juga agar semua buku catatan ditutup dan alat tulis yang lain
diletakkan (untuk mencegah peserta mencatat nama-nama peserta lain yang
tengah bicara).
3. Mintalah semua peserta berdiri dengan mengacungkan tulisan angka usia
masing-masing, membentuk lingkaran “U” dengan urutan dari yang tertua s/d
yang termuda searah jarum jam.
4. Lakukanlah perkenalan dimulai dari peserta pertama (tertua) dengan
menyebutkan nama panggilan dirinya dengan keras agar terdengar oleh semua
peserta: “BUDI...!”
5. Perkenalan dilanjutkan oleh peserta kedua dengan terlebih dahulu menyebutkan
nama peserta pertama (BUDI) kemudian disusul dengan menyebutkan nama
panggilan dirinya. Demikian seterusnya, setiap peserta menyebutkan nama
panggilan satu orang peserta sebelumnya sebelum meneriakkan nama dirinya.
6. Setelah semua peserta mendapatkan giliran perkenalan, maka lakukanlah uji
petik secara acak. Tunjuklah salah satu peserta agar menyebutkan nama peserta
lainnya secara acak, ke samping kiri atau ke samping kanan.
7. Terakhir, secara sukarela mintalah satu atau dua peserta yang dapat
menghafal/menyebutkan semua nama peserta dari yang tertua sampai yang
termuda.

Catatan:
Permainan lain dapat digunakan disesuaikan dengan situasi kelas.

34| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


SPB Rencana Pembelajaran

1.2. Ungkapan Harapan Peserta

Tujuan
Setelah sesi ini peserta diharapkan dapat:
1. Menuliskan kebutuhan dan harapan yang akan diwujudkan selama
pelatihan;
2. Menuliskan bentuk kontribusi yang akan diberikan dalam mewujudkan
harapan tersebut.

Waktu
25 menit

Metode
Curah pendapat, menyusun pohon harapan

Media
Metaplan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 35


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Sampaikan tujuan sesi ini kepada peserta, dan tegaskan bahwa keseluruhan
proses yang akan dilalui peserta dalam keseluruhan pelatihan pratugas ini
menggunakan metode Pembelajaran Orang Dewasa (POD). Sebab itu hasil dan
keberhasilan proses pelatihan ini turut ditentukan oleh partisipasi aktif peserta.
2. Bagikanlah kertas metaplan masing-masing 1 (satu) lembar kepada setiap
peserta.
3. Minta peserta agar menuliskan SATU harapan mereka dari pelatihan ini secara
landscape dan dengan huruf kapital.
4. Minta peserta untuk menempelkan kertas harapan mereka pada kertas
plano/papan tulis yang tersedia di depan kelas.
5. Mintalah salah seorang peserta untuk menyusun kertas harapan yang telah
tertempel di depan kedalam bentuk pohon. Pilah antara harapan yang paling
mendasar (sebagai akar), batang harapan, dan daun-daun harapan.
6. Fasilitator menegaskan harapan peserta secara singkat, dengan menekankan
harapan peserta yang paling mendasar. Ingatkan kembali prinsip orang dewasa
yang harus dijaga sepanjang pelatihan demi terpenuhinya harapan-harapan
tersebut.

36| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


SPB Rencana Pembelajaran

1.3 Tujuan Dan Alur Pelatihan

Tujuan
Setelah sesi ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tujuan pelatihan;
2. Menjelaskan alur pelatihan.

Waktu
15 menit

Metode
Paparan

Media
Bahan tayang alur pelatihan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 37


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Sampaikan kepada peserta tentang tujuan sesi ini. Ingatkan kepada peserta
tentang prinsip Pembelajaran Orang Dewasa yang digunakan dalam proses
pelatihan sepanjang beberapa hari ke depan.
2. Berikan penjelasan dengan mengacu pada media tayang tentang Tujuan Dan
Alur Pelatihan dan kaitannya dengan tugas dan fungsi Pendamping Desa.
3. Jelaskan dengan menggunakan media tayang tentang alur pelatihan yang akan
diikuti oleh Peserta.
4. Bila masih tersisa waktu, berikan kesempatan pada peserta untuk
mengkonfirmasi atau bertanya.

38| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


SPB Rencana Pembelajaran

1.4. Aturan Main Pelatihan

Tujuan
Setelah sesi ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan hal-hal yang dapat mendukung kelancaran proses pelatihan;
2. Menjelaskan hal-hal yang perlu diatur selama proses pelatihan.

Waktu
10 menit

Metode
Curah pendapat

Media
Metaplan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 39


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Tegaskan bahwa dalam pelatihan ini ada banyak unsur yang terlibat, mulai
Panitia, fasilitator, supervisor, dan unsur KPW.

2. Bagikan satu lembar kertas metaplan kepada setiap peserta. Mintalah mereka
untuk menuliskan aturan yang akan diberlakukan sepanjang pelatihan.

3. Minta peserta untuk menempelkan usulan mereka di kertas plano/papan tulis


yang tersedia di depan.

4. Pelatih mensortir (bila ada isian yang sama) dan mengklasifikasi setiap usulan.
Setelah itu bacakan usulan yang telah disortir dan diklasifikasi tersebut.
5. Pelatih menambahkan aturan yang belum tercakup dalam usulan peserta.
6. Sebelum sesi ditutup, lakukan review atas seluruh proses yang telah dilewati
dalam sesi-sesi di Pokok Bahasan 1 ini. Tegaskan tentang:
a) Komunikasi yang baik antar peserta, peserta dengan pelatih dan dengan
panitia;
b) Memegang teguh prinsip pembelajaran orang dewasa dan pentingnya bagi
mewujudkan harapan dalam pelatihan;
c) Tujuan pelatihan;
d) Komitmen bersama untuk mentaati aturan main pelatihan.

40| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 41


Pokok Bahasan 2
MANAJEMEN PENDAMPINGAN DESA
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

42| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


Rencana Pembelajaran

Jati Diri Tenaga


2.1
Pendamping Profesional
P3MD dan Kode Etik
Pendamping

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Evaluasi dan Evaluasi tugas pokok fungsi yang telah dilakukan seorang tenaga
pendamping profesional P3MD dalam melaksanakan tugas pendampingan desa;

2. Evaluasi dan reflleksi perilaku, sikap dan jati diri yang harus di miliki sebagai
seorang tenaga pendamping profesional P3MD;
3. Mengetahui dan dapat menyebutkan kode etik tenaga pendamping profesional
serta sanksi yang harus ditanggung seorang pendamping profesional P3MD jika
melanggar kode etik.
4. Mampu menjaga dan menegakkan kode etik pendamping profesional P3MD.

Waktu
2 JP ( 90 menit)

Metode
Pemaparan, Membaca Cepat, Curah Pendapat, Diskusi Kelompok, dan Pleno.

Media
 Media Tayang 8.1.1;

 Lembar Kerja 8.1.1: Matrik Diskusi Tupoksi TPP

 Lembar Kerja 8.1.2 : Kode Etik Tanaga Pendamping Profesional

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 43


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami tugas pokok fungsi tenaga pendamping profesional
P3MD
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
subpokok bahasan tentang Jati Diri Pendamping Profesional P3MD dan
Kode Etik Pendamping;
2. Berikan kesempatan kepada peserta untuk membaca cepat tupoksi PD sesuai
posisi jabatannya dari SOP
3. Lakukan curah pendapat tentang tugas, pokok fungsi PD dengan
mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa yang Anda lakukan dalam pelaskanaan tupoksi TPP?
b. Apa capaian dan hasil pelaksanaan Tupoksi?
c. Bagaimana peluang dan tantangan tupoksi dijalankan?
d. Bagiamana rencana perbaikan pelaksanaan Tupoksi?
4. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
5. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan utama
dari hasil pembahasan yang dilakukan dengan menuliskan dalam kartu,
kertas plano atau whiteboard;
6. Selanjutnya bagi peserta kedalam kelompok (4 sd 5 orang per kelompok),
pandulah peserta untuk diskusi kelompok terkait menganalisis
tentang titik kritis pelasaksanaan tupoksi dan strategi fasilitasi dengan
menggunakan Lembar Kerja 3.1.1;
7. Selanjutnya pleno hasil kelompok, berikan sessi perwakilan kelompok untuk
memaparkan hasil rumusan kelompok. Umpan balikkan.
8. Pada akhir kegiatan ini, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan
tentang materi dibantu dengan pemaparan media tanyang yang telah
disediakan.

Dalam pembahasan pelatih perlu memberikan penekanan


bahwa tupoksi merupakan ukuran kinerja secara professional
capaian tupoksi merupakan hasil yang dicapai dari pekerjaan
sesuai jabatannya Hasil atau capaian kinerja tersebut
merupakan tujuan bersama dari sebuah system organisasi.
.

44| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kegiatan 2: Perilaku, sikap dan jati diri tenaga pendamping profesional P3MD
9. Mulailah dinamika belajar dengan mendiskusikan secara berurutan beberapa
pertanyaan berikut;
a. Apa artinya sikap? Apa perilaku?
b. Sikap, perilaku itu sifat bawaan atau bisa dibentuk?
c. Kalau sikap dan perilaku merupakan sesuatu yang bisa dibentuk, bagaimana
caranya membentuk sikap seseorang?
10. Rangkumlah jawaban para peserta dalam kerangka pemahaman yang benar.
Jelaskan bahwa sikap merupakan bagian dari sifat seseorang yang bisa dibentuk.
Kaitkan penjelasan itu dengan pentingnya pendidikan karakter yang bertujuan
membangun integritas atau sikap-sikap ideal seseorang;
11. Jelaskan juga bahwa pendampingan pemberdayaan masyarakat desa merupakan
proses pendidikan bagi pendamping desa untuk belajar membangun integritas
atau sikap ideal dalam menjalankan perannya sebagai pendamping;
12. Bagilah selembar kertas kosong pada setiap peserta. Mintalah menjawab
pertanyaan berikut secara tertulis. Masing-masing peserta cukup memberikan
satu jawaban untuk setiap pertanyaan.
a. Peran penting apa saja yang bisa dilakukan PD dalam pemberdayaan
masyarakat desa?
b. Sikap ideal seperti apa yang seharusnya dimiliki PD dalam menjalankan peran
dan tanggungjawabnya sebagai pendamping desa?
13. Berikan kesempatan kepada setiap peserta untuk membacakan jawabannya.
14. Pada akhir kegiatan ini, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan tentang
materi dibantu dengan pemaparan media tanyang yang telah disediakan.

Kegiatan 3: Tahapan kode etik tenaga pendamping profesional serta sanksinya


15. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari kegiatan
belajar tentang kode etik tenaga pendamping profesional;
16. Diawali dengan penjelasan umum dari pelatih tentang kode etik tenaga
pendamping professional, umpan balikkan;
17. Pelatih Menayangkan point-point pembahasan yang merupakan kesimpulan dari
materi.
18. Sebelum mengakhiri sesi, pelatih meminta salah satu peserta untuk maju
kedepan membacakan kode Etik Pendamping Desa Profesional P3MD yang
diikuti oleh seluruh peserta;
19. Pada akhir kegiatan ini, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan tentang
materi dibantu dengan pemaparan media tanyang yang telah disediakan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 45


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lembar Kerja 2.1.1

Matrik Diskusi Strategi Fasilitasi Tupoksi


PRAKTEK TUPOKSI TITIK KTRITIS & STRATEGI RENCANA KERJA
PERMASALAHAN FASILITASI
1.
2.
1. DST

Catatan:
(1) Format di atas hanya sebagai panduan diskusi saja, kelompok dapat memberikan tambahan
atau menyesuaikan sesuai kebutuhan;

(2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk analisis Tupoksi dan mengidentifikasi
rumusan strtaegi fasilitasinya;
(3) Hasilnya dicatat dan dipaparkan dalam pleno.

46| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


Lembar Informasi
SPB
Jati Diri Tenaga Pendamping
2.1.1 Profesional P3MD dan Kode
Etik Pendamping

Latar Belakang
Pembangunan tidak hanya menyisakan kemiskinan di perkotaan. Data Badan Pusat
Statistik tahun 2014 menunjukan jumlah penduduk miskin di Indonesia kebanyakan adalah
penduduk yang bermata pencaharian petani. Artinya data tersebut bisa dibaca bahwa kemiskinan
lebih banyak dijumpai di pedesaan yang nota bene masih merupakan sektor penyerap tenaga
kerja terbanyak. Kondisi tersebut boleh dikatakan belum pernah mengalami perubahan berarti
dari waktu ke waktu. Ironis, desa sebagai sumber daya utama negeri agraris justru hidup dalam
kemiskinan. Sejarah desa adalah sejarah kemiskinan petani di atas tanahnya sendiri yang kaya.
Kemiskinan pedesaan merupakan kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan akibat dari sistem tata
kelola dan kebijakan yang tidak adil. Kemiskinan struktural di pedesaan sudah dimulai dari sejak
pemerintah kolonial memberikan secara berlebihan hak penguasaan tanah kepada pengusaha-
pengusaha swasta melalui Undang-undang Agraria (Agrarische Wet) tahun 1870. Di masa
kemerdekaan produk hukum dan peraturan yang menyakut tata kelola pedesaan banyak
dipengaruhi peraturan yang diproduksi pemerintah kolonial. Ambil contoh, makna desentralisasi
desa yang menjadi amanat UU No.1 Tahun 1945 tidak berbeda dengan desentralisasi desa yang
dimaksud dalam peraturan perundangan yang diberlakukan pemerintah kolonial. UU No. 18
Tahun 1965 yang mendudukan desa sebagai daerah yang memiliki kekuasaan hukum, politik dan
pemerintahan otonom. Posisi desa menjadi semakin kuat ketika pemerintah menetapkan Undang-
undang No.19 Tahun 1965 tentang Desa Swapraja. Amanat Undang-undang ini menghadirkan
semangat untuk menjunjung nilai-niali demokrasi, kemandirian dan kemerdekaan desa. Namun
sayang, implementasi amanat Undang-undang belum sempat terwujud Orde Baru sudah
mengambil alih kekuasaan. Kepemimpinan Orde Baru segera membekukan Undang-undang
tersebut melalui ketetapan Undang-undang No. 6 Tahun 1969 yang menyabut pemberlakukan
seluruh Undang-undang tentang desa. Sementara belum ada peraturan perundangan tentang
desa yang menggantikan. Akibatnya banyak tanah-tanah desa yang dikuasai oleh elit desa dan
pemilik modal.

Produk perundangan Orde Baru lain yang melemahkan keberadaan desa adalah UU No.5
Tahun 1979. Undang-undang ini jelas menunjukkan karakter kekuasaan otoritarian pemerintah
pusat yang memberangus kewenangan desa untuk bisa mengatur dan menguasai. Salah satu
amanatnya adalah menyeragamkan bentuk dan susunan desa. Akibatnya desa kehilangan karakter
social budayanya. Kebijakan Orde Baru lain yang menambah beban kemiskinan desa adalah
kebijakan ditetapkannya industrialisasi pertanian melalui revolusi hijau. Dalam jangka pendek
kebijakan revolusi hijau memang terbukti mampu meningkatkan produksi pertanian secara
nasional. Namun dalam jangka panjang industrialisasi pertanian menyisakan penderitaan
berkepanjangan. Kearifan budaya yang menyertai siklus tanam sampai panen tergerus oleh sikap
pragmatis petani yang lebih mengandalkan teknologi dari pada keterlibatan sosial masyarakat
desa. Pengetahuan dan keterampilan perempuan tani tidak lagi diperhitungkan. Kebiasaan
memanfaatkan pestisida dan teknologi pengolahan tanah menggerus tingkat kesuburan ternak.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 47


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Memasuki era reformasi banyak pihak berharap akan ada angin kebijakan pembangunan yang
segar yang juga menghentikan pemiskinan desa. Namun harapan tinggal harapan. Pemerintahan
semasa reformasi masih belum menunjukkan kesungguhan niat politik untuk melakukan
perubahan desa. Dua produk hukum, UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No.32 Tahun 2004 belum
mampu menjawab hakekat kedudukan desa. Desa masih didudukkan sebagai pemerintahan
terkecil bagian dari pemerintahan di atasnya. Posisi desa adalah obyek yang tidak memiliki
kewenangan mengatur kehidupannya sendiri.

UU Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Undang-undang No.6 tahun 2014 tentang Desa (UU Desa) merupakan produk perundangan
terbaru yang dihasilkan sesudah lebih dari lima belas tahun pemerintahan reformasi. Ada
sebagian pihak yang menyambut kehadiran UU Desa dengan keraguan (skeptis). Tapi sebagian
terbesar menyambutnya dengan penuh harapan (optimistik). Para pihak yang optimistik melihat
UU Desa sebagai gerbang harapan bagi desa, atau yang disebtu dengan nama lain.
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa telah mengatur bahwa pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa ditempuh melaui upaya pendampingan. Pendampingan
merupakan salah satu langkah penting yang perlu dilakukan untuk percepatan pencapaian
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. Kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dapat
dicapai diantaranya melalui peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,
kesadaran serta memanfaatkan sumber daya sesuai dengan esensi masalah dan prioritas
kebutuhan masyarakat desa.
Pendampingan masyarakat dalam konteks implementasi Undang-Undang Desa berada dalam
ranah pembelajaran politik. Karenanya, tidak dimungkinkan lagi adanya pola-pola pendampingan
desa yang bersifat apolitis sebagai sekedar urusan penyelesaian urusan proyek pembangunan. Ke
depan dituntut adanya pendamping masyarakat desa yang mampu hadir sebagai guru kader
untuk melahirkan kekuatan rakyat desa sebagai benteng NKRI. Pendamping masyarakat desa
harus didudukkan sebagai bagian dari upaya menegakkan kedaulatan bangsa dan negara
sebagaimana diwujudkan dengan mengimplementasikan Undang-Undang Desa secara sistematis,
konsisten, dan berkelanjutan.
Pendampingan masyarakat desa merupakan bagian utama dari proses pengembangan
kapasitas masyarakat desa. Core business pemberdayaan masyarakat Desa adalah penguatan
rakyat sebagai proses belajar sosial yaitu learning by capacity dan learning by doing yang menyatu
dalam seluruh praktek pembangunan di tingkatan komunitas. Pemberdayaan masyarakat
merupakan varian dari proses reformasi tatanan ekonomi-politik melalui sebuah proses
transformasi sosial.
Pendampingan masyarakat merupakan sebuah proses kaderisasi desa. Sebuah upaya
menciptakan kader desa sebagai orang-orang kunci yang mampu menggerakkan dinamika
kehidupan di desa yang berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan
berkepribadian di bidang budaya. Kader desa ini juga mampu hadir sebagai agen-agen
perubahan (the agent of changes) yang terdidik dan terlatih untuk mengorganisir dan memimpin
rakyat desa bergerak menuju pencapaian cita-cita normatif.
Pendampingan masyarakat desa yang berkarakter politis ini diharapkan mampu melahirkan
partisipasi masyarakat yang bersifat substansial. Ukuran partisipasi masyarakat desa tidak sekedar
jumlah kehadiran orang-orang dalam forum musyawarah atau sekedar perhitungan kehadiran
orang dalam kegiatan gotong-royong. Partisipasi masyarakat hendaknya dimaknai secara baru
dengan memfokuskan diri pada kemampuan rakyat untuk menyampaikan aspirasi dan
mengartikulasikan kepentingannya secara demokratis dalam ruang publik politik.
Dalam PermendesaPDTT nomor 3 tahu n2015 tentang Pemdampingan Desa dirumuskan
bahwa Pengertian Pendampingan Desa adalah kegiatan untuk melakukan tindakan pemberdayaan
masyarakat melalui asistensi, pengorganisasian, pengarahan dan fasilitasi Desa.
48| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Sedang tujuan pendampingan Desa dalam meliputi: 1). Meningkatkan kapasitas, efektivitas
dan akuntabilitas pemerintahan desa dan pembangunan Desa; 2). Meningkatkan prakarsa,
kesadaran dan partisipasi masyarakat Desa dalam pembangunan desa yang partisipatif; 3).
Meningkatkan sinergi program pembangunan Desa antarsektor; dan 4). Mengoptimalkan aset
lokal Desa secara emansipatoris.

Untuk Ruang lingkup pendampingan Desa meliputi: 1). Pendampingan masyarakat Desa
dilaksanakan secara berjenjang untuk memberdayakan dan memperkuat Desa; 2). Pendampingan
masyarakat Desa sesuai dengan kebutuhan yang didasarkan pada kondisi geografis wilayah, nilai
APB Desa, dan cakupan kegiatan yang didampingi; dan 3). Pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan Pemerintah Desa melakukan upaya
pemberdayaan masyarakat Desa melalui pendampingan masyarakat Desa yang berkelanjutan,
termasuk dalam hal penyediaan sumber daya manusia dan manajemen.
Secara yuridis, landasan hukum pendampingan Desa, meliputi: Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

Karakter Pendamping Desa dalam Pemberdayaan


UU Desa tegas mengakui kedudukan desa subyek hukum yang memiliki hak dan
kewenangan untuk mengatur dan mengurus pemerintahannya sendiri (Psl 1, at 1). Desa boleh dan
berhak merencanakan dan melaksanakan pembangunannya sendiri dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pengakuan desa sebagai subyek tidak hanya diungkapkan secara
jelas pada pasal tertentu, tetapi juga tersirat pada setiap pasal. Salah satu rumusan yang
menyiratkan semangat pengakuan sebagai subyek adalah pasal yang menyatakan amanat tentang
pemberdayaan masyarakat desa (Psl 1, at 12).
Pemberdayaan masyarakat desa merupakan amanat yang sesungguhnya
menjungkirbalikkan pendekatan pembangunan yang selama ini berorientasi pada kekuasaan.
Pemberdayaan adalah sebuah konsep pembangunan yang manghadirkan karakter dan nilai-nilai
kemanusiaan. Karakter pertama, pemberdayaan mewujudkan pembangunan yang berpusat pada
masyarakat. Masyarakat menjadi pelaku utama sekaligus tujuan (people centre). Dalam konteks ini
pemberdayaan merupakan bagian dari gerakan budaya. Salah satu karakter dari pemberdayaan
adalah kesadaran kritis masyarakat tentang makna pembangunan. Karakter ini mengandaikan
tumbuh dari sikap kesediaan masyarakat untuk senantiasa belajar memahami beragam aspek
yang mempengaruhi dampak pembangunan bagi masyarakat dan lingkungan.

Karakter berikutnya adalah partisipatif, yaitu menyertakan keterlibatan aktif masyarakat untuk
menggagas, merencanakan, melaksanakan dan mempertanggungjawabkan proses pembangunan.
Dalam UU Desa karakter ini jelas dan tegas terlihat pada azas pengaturan desa (Pasal 3). Di
samping itu karakter partisipatif juga sejalan dengan kearifan desa yang menghormati
musyawarah desa sebagai forum pengambilan keputusan tertinggi desa. Berikutnya
pemberdayaan memiliki karakter memampukan (empowering) masyarakat yang terlibat dalam
aktivitas pembangunan. Sejalan dengan karakter ini maka bisa dipahami kalau amanat pasal
pemberdayaan dalam UU Desa disertai dengan Peraturan Pemerintah yang menegaskan perlunya
para pihak, utamanya pemerintah untuk melakukan pendampingan terhadap masyarakat dan
aparatus desa (Psl 128, PP No. 43 Tahun 2014). Tujuan pendampingan adalah untuk meningkatkan
kapasitas pendamping dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa (Psl
129 at 1 C, PP. No 43 Tahun 2014).

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 49


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Di samping itu pemberdayaan merupakan model pembangunan yang berkarakter


berkelanjutan (sustainable). Karakter ini mendorong pelaku pembangunan untuk tidak bersikap
pragmatis (aji mumpung) dalam merencanakan dan melakukan pembangunan. Pembangunan
berkelanjutan merupakan konsep yang menuntut kemampuan visioner, kemampuan melihat
manfaat pembangunan tidak saja untuk kebutuhan saat ini, tetapi mampu terus menerus
memenuhi kebutuhan jangka panjang. Di samping itu kerberlanjutan juga berarti sifat
pembangunan yang memperhatikan dampak kehancuran lingkungan. Artinya perencanaan
pembangunan perlu disertai dengan upaya menjaga keberlangsungan ketahanan sumber daya
alam dan lingkungan.
Karakter-karakter tersebut juga menegaskan bahwa pemberdayaan merupakan sebuah
konsep gerakan budaya, yaitu sebuah gerakan yang dilakukan secara sadar dilakukan terus
menerus untuk menghormati martabat manusia dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan asasi
dan menjaga lingkungan tempat manusia berada. Dalam kerangka implementasi Undang-undang
Desa pemberdayaan merupakan sebuah konsep pembangunan yang menjujung tinggi nilai
kedaulatan masyarakat desa sebagai subyek, kesatuan masyarkat hukum yang memiliki hak dan
kewenangan. Karena itu keberhasilan pemberdayaan masyarakat desa tidak hanya diukur secara
materialistik, terpenuhinya sarana dan prasarana fisik, tetapi juga diukur dari tingkat pemerataan
kesejahteraan. Di atas itu semua ukuran yang terpenting adalah perubahan sikap dan perilaku
masyarakat. Pemberdayaan merupakan wujud lain dari pendidikan karakter yang mendorong
masyarakat tidak hanya semakin mampu atau terampil, tetapi juga berkembang menjadi
masyarakat yang memiliki integritas sosial.

PENGELOLAAN PENDAMPING PROFESIONAL

Mekanisme kontrak individual mensyaratkan adanya pengelolaan Pendamping Profesional secara


efektif dan efisien. Pengelolaan Pendamping Profesional ini meliputi mobilisasi, penetapan hari
dan jam kerja, relokasi Pendamping Profesional, perijinan cuti dan penentuan hari libur,
persetujuan pengunduran diri, PHK, sampai dengan tahapan demobilisasi pada saat program
berakhir atau lokasi program berkurang jumlahnya. Untuk itu, Satker P3MD Provinsi bersama
KPW berkewajiban mengelola Pendamping Profesional secara ketat dan berdisiplin agar
pelaksanaan program di tingkat lapangan berjalan optimal.

Satker Ditjen PPMD mensupervisi dan mengawasi pengelolaan Pendamping Profesional secara
nasional dengan menerapkan standar kontrak kerja yang baku secara nasional untuk mengatur
hubungan legal administrasif, serta memberlakukan Tata Perilaku (Code of Conduct) dan Etika
Profesi, sebagai standar normatif dalam pengelolaan Pendamping Profesional.

A. TATA PERILAKU DAN ETIKA PROFESI

Dalam rangka menjaga perilaku Pendamping Profesional, sesuai norma moral maka secara
khusus ditetapkan standar normatif perilaku Pendamping Profesional yang meliputi: Tata Perilaku
dan Etika Profesi sebagai aturan nornatif sesuai prinsip- prinsip moral yang ada pada Bangsa
Indonesia. Tata Perilaku merupakan nilai-nilai normatif yang diatur dalam SPK; sedangkan Etika
Profesi merupakan nilai-nilai normatif umum yang melekat dalam diri seorang profesional.

Aturan Normatif ini merupakan alat kendali diri (self control) bagi Pendamping Profesional
berunjuk kerja secara profesional sebagai pendamping masyarakat. Acuan standarisasi perilaku
Pendamping Profesional yang diberlakukan adalah Tata Perilaku dan Etika Profesi yang akan
disebut di bawah ini, sehingga pada saat dibutuhkan aturan normatif ini akan difungsikan sebagai
alat untuk jadi panduan penyelesaian terhadap segala tindakan yang secara logika-rasional
umum (common sense) dinilai menyimpang dari etika. Rincian Standar Normatif Perilaku
Pendamping Profesional adalah sebagai berikut:

50| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

1. Tata Perilaku (Code of Conduct) Pendamping Profesional

a) Tunduk Terhadap Hukum, Peraturan dan Adat-istiadat

Pendamping Profesional tidak diperbolehkan untuk melakukan aktivitas atau berpartisipasi dalam
aktivitas yang melawan hukum, peraturan serta adat istiadat masyarakat setempat yang akan
berpengaruh buruk terhadap citra Satker/Pemerintah.

b) Kebenaran Data Pribadi

Data pribadi Pendamping Profesional yang diberikan kepada Satker/Pemerintah harus benar dan
dijamin kebenarannya sehingga secara yuridis tidak merugikan Satker/Pemerintah sebagai Pihak
Pemberi Kerja.

c) Konflik Kepentingan Pribadi


Setiap Pendamping Profesional, dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, harus selalu
berpedoman pada panduan yang digariskan serta melakukan koordinasi dengan pihak-pihak
terkait. Konflik kepentingan pribadi baik yang menyangkut keuangan maupun proses
pelaksanaan tugas harus dihindarkan.

d) Menerima Imbalan

Pendamping Profesional tidak diperbolehkan menerima atau meminjam uang dan/atau barang
sebagai imbalan pengerjaan sesuatu atau kegiatan yang bersumber dari APBDes yang
berindikasikan dan berimplikasi pada penyalahgunaan posisi, tanggung jawab dan
profesionalitas.

e) Tingkat Kehadiran di Lokasi Pekerjaan

Setiap Pendamping Profesional harus menjalankan tugas dan tanggung jawabnya serta berada di
lokasi tugas secara purna waktu, sehingga tidak ada keluhan dari masyarakat atau pihak terkait
tentang sulitnya melakukan pertemuan dan koordinasi.
f) Laporan dan Akurasi Data

 Setiap Pendamping Profesional harus menyampaikan laporan sesuai dengan


ketentuan yang berlaku;

 Permintaan data dan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen
Satker/Pemerintah harus segera dipenuhi;

 Pendamping Profesional harus memberikan data alamat, nomor handphone dan
nomor rekening tabungan yang benar guna menjamin kelancaran komunikasi dan
transfer pembayaran honorarium dan tunjangan;

 Setiap perubahan alamat, nomor handphone dan nomor rekening tabungan harus
diberitahukan secara cepat dan tertulis;

g) Jabatan Publik

Setiap Pendamping Profesional tidak diperbolehkan menduduki jabatan publik termasuk dalam
kepengurusan partai politik.
h) Fitnah, Hasutan, Propaganda Negatif

Setiap Pendamping Profesional harus menghindarkan diri dari penyebaran fitnah, hasutan,
propaganda dan tindakan-tindakan tersembunyi yang bertendensi negatif dan merugikan
kepentingan Satker/Pemerintah dan program.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 51


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

2. Etika Pendamping Profesional

1) Tidak memaksakan kehendak: Peran Pendamping Profesional dalam memfasilitasi


musyawarah atau kegiatan hanya bersifat fasilitasi dan mediasi, boleh memberikan
masukan sesuai etika profesi dan tidak diperbolehkan memaksakan kehendak
apalagi mengambil atau menetukan keputusan.

2) Tidak manipulatif : Pendamping Profesional melakukan manipulasi data bik yang


bersipat dokumen administrative maupun yang bersipat informative untk
memberikan keuntunngan kepada pihak tertentu atau pendamping dan dapat
merugikan masyarakat.

3) Tidak melakukan propaganda negative di depan masyarakat : Orang akan


menganggap Pendamping Profesional yang menjelekkan pihak lain akan konplik di
maasyarakat.

4) Menghormati pendapat dan kedudukan orang lain : Pendamping Profesionalharus


hormati pendaat dan kedudukan orang lain dalam menlaksanakan tugasnya.

5) Netral, tidak berpihak : Pendamping Profesional tidak boleh berpihak pada satu
kelompok atau golongan tertentu,

6) Tidak bertindak sebagai suplier bahan dan alat, menunjuk salah satu suplier atau
berfungsi sebagai perantara;

7) Tidak bertindak sebagai juru bayar, menerima titipan uang, atau merekayasa
pembayaran atau administrasi atas pemerintah desa;

8) Tidak membantu atau menyalahgunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa


(APBDesa) untuk kepentingan pribadi, keluarga, atau kelompok;

9) Dengan sengaja membiarkan, tidak melaporkan, atau menutupi proses penyimpangan


yang terjadi dalam pelaksanaan pembangunan desa yang mengakibatkan kerugian
Negara dan masyarakat ;

10) Tidak Menjadi pengurus partai politik manapun dan/atau terlibat dalam kegiatan
partai politik yang dapat mengganggu kinerja

11) Tidak Terlibat kontrak dengan institusi lain, baik pemerintah maupun swasta yang
menyebabkan tidak maksimalnya pekerjaan sebagai pendamping profesional

12) Tidak Terlibat dalam penggunaan dan peredaran Narkoba;

13) Tidak Melakukan perbuatan amoral yang dapat merugikan dan meresahkan
masyarakat;

14) Tidak Terlibat dalam kegiatan human traffickiing;

15) Tidak Terlibat dalam kegiatan terorisme;

16) Tidak Terlibat dalam kegiatan penyebaran isu SARA.

52| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


SPB Rencana Pembelajaran

Struktur, SOP
2.2
Pendampingan

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta dapat:
1 Mengengetahui sistem organisasi dan pengelolaan pendampingan beserta
berbagai perangkat Standar operating Prosedur yang ada;
2 Mengevaluasi dan merefleksikan sistem koordinasi yang harus dilakukan sebagai
pendamping Desa
3 Mengetahui berbagai perangkat Standar operating Prosedur (SOP) yang ada dalam
pelaksanaan kegiatan Pendampingan P3MD
4 Mengetahui cara kerja dalam Standar operating Prosedur (SOP)
5 Mampu Melaksanakan Standar operating Prosedur (SOP) dalam melaksanakan
kegiatan Pendampingan P3MD

Waktu
2 JP ( 90 menit)

Metode
Pemaparan, Membaca Cepat, Diskusi Kelompok, dan Pleno.

Media
 Media Tayang 2.2.1;
 Lembar Informasi 3.2.1: Standar Operating Prosedure (SOP) Pembinaan dan
Pengendalian Tenaga Pendamping Profesional

Alat Bantu
Flipt Chart, kertas plano, spidol, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 53


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: sistem organisasi dan pengelolaan pendampingan
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari kegiatan
pembelajaran tentang sistem organisasi dan pengelolaan pendampingan;
2. Pelatih meminta peserta melakukan pembacaan SOP Pembinaan dan
Pengendalian Tenaga Pendamping Profesional secara cepat
3. Pelatih Memaparkan bahan Tayang Standar Operating Prosedur (SOP)
Pembinaan dan Pengendalian Tenaga Pendamping Profesional
4. Pelatih membuka sesi Tanya Jawab, umpan balikkan;
Kegiatan 2 : Pendalaman SOP Pembinaan dan Pengendalian Tenaga
Pendamping Profesional
5. Pelatih membagi peserta kedalam 3 kelompok besar ( 1 kelompok terdiri dari
10-13 orang) dan meminta kepada masing-masing kelompok untuk memilih
salah satu orang sebagaii ketua kelompok
6. Ketua kelompok diminta untuk membagi kelompoknya kedalam 3 sub kelompok
dan membagi bab yang ada dalam SOP kepada setiap sub kelompok untuk
membahas dan mendiskusikan
7. Hasil dari pembahasan dan diskusi sub kelompok dijadikan satu dan merupakan
produk kelompok yang akan dipresentasikan dalam Pleno.
8. Kelompok memaparkan Hasil pembahasan dan diskusi dalam Pleno;
9. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan, bertanya,
berpendapat dan masukan;
10. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan utama dari
hasil pembahasan yang dilakukan dengan menuliskan dalam kartu, kertas plano
atau whiteboard;
11. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan tentang materi
yang telah dibahas dan mengkaitkan dengan subpokok bahasan selanjutnya.

Lembar Kerja 2..2.1

Matrik Diskusi Fasilitasi SOP

ASPEK SOP TITIK KTRITIS & STRATEGI RENCANA KERJA


PERMASALAHAN FASILITASI
1.
2.
2. DST

54| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


SPB Lembar Informasi

2.2.1 Struktur, SOP Pendamping

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015 – 2019 dan Rencana Kerja Pemerintah 2016
mengamanatkan bahwa percepatan pembangunan desa akan dilaksanakan melalui implementasi
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Dalam rangka menjalankan urusan di bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa
maka dikeluarkan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2015 tentang Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang mengamanatkan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemen Desa DPTT) untuk melaksanakan tugas
dan fungsi tersebut.
Sebagai tindak lanjut dari amanat tersebut, maka Kemen Desa PDTT akan melaksanakan kegiatan
pendampingan melalui penyediaan tenaga pendamping profesional. Pasal 129 PP 43 Tahun 2014
sebagaimana sudah diubah dengan PP 47 Tahun 2015 menyatakan bahwa tenaga tenaga
pendamping profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 Ayat (2) terdiri atas: (a) tenaga
pendamping lokal desa yang bertugas di desa untuk mendampingi desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa, kerja sama desa, pengembangan BUM Desa, dan pembangunan yang
berskala lokal desa; (b) tenaga pendamping desa yang bertugas di kecamatan untuk
mendampingi desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, kerjasama desa, pengembangan
BUM Desa, dan pembangunan yang berskala lokal desa; (c) tenaga pendamping teknis yang
bertugas di kecamatan untuk mendampingi desa dalam pelaksanaan program dan kegiatan
sektoral; dan (d) tenaga ahli pemberdayaan masyarakat yang bertugas meningkatkan kapasitas
tenaga pendamping dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat
Penyediaan tenaga pendamping profesional dilakukan melalui rekrutmen secara terbuka
berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pendampingan Desa.
Mengingat pentingnya pendampingan desa sebagai faktor penentu keberhasilan implementasi
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, maka Kemen Desa PDTT memandang perlu
untuk melakukan pembinaan dan pengendalian tenaga pendamping profesional.

Dalam rangka melakukan pembinaan dan pengendalian tenaga pendamping profesional, maka
perlu disusun Standar Operasional Prosedur.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Standar Operasional dan Prosedur (SOP) Pembinaan dan Pengendalian Tenaga Pendamping
Profesional ini dimaksudkan dan mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Sebagai pedoman dalam rangka pembinaan tenaga pendamping profesional
2. Sebagai pedoman pengendalian tenaga pendamping profesional

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 55


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

C. LANDASAN HUKUM
Seluruh kerja Pendamping Profesional harus mengacu dan berpijak pada regulasi dan kebijakan
Pemerintah, khususnya yang terkait dengan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.
Regulasi regulasi pokok yang menjadi rujukan utama dalam pelaksanaan pendampingan desa
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
2. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan ke dua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa, Pembangunan
daerah Tertinggal dan Transmigrasi;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah;
7. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun 2015 Tentang
Pendampingan Desa;
8. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi;
9. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 01 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan tata Kerja Sekretariat Nasional Pendampingan Masyarakat Direktorat
Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, tahun 2016 dan aturan
perubahannya;
10. Permendesa No 8 Tahun 2016 tentang Dekon
11. Surat Ditjen PPMD Nomor 330/DPPMD.6/VII/2016 Tanggal 22 Juli 2016 tentang
Penetapan SOP HAP Tahun 2016
12. Kerangka Acuan Kerja / TOR PPA Konsultan Nasional Pengembangan Program (KN-PP);
13. Kerangka Acuan Kerja / ToR PPA Konsultan Nasional Pengendalian Pembangunan Desa (
KN-PPD);
14. Kerangka Acuan Kerja / ToR PPA Konsultan Nasional Pengembangan Kapasitas
Masyarakat Desa ( KN-PKMD);
15. Kerangka Acuan Kerja / ToR Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Desa (TAPM);
16. Kerangka Acuan Kerja / ToR Pendamping Desa Pemberdayaan ( PDP );
17. Kerangka Acuan Kerja / ToR Pendampng Desa Teknik Infrastruktur (PD-TI);
18. Kerangka Acuan Kerja / ToR Pendamping Lokal Desa.

D. PELAKSANA PROGRAM PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


(P3MD)

1. SATKER DITJEN PPMD


Satuan Kerja (Satker) Direktorat Jenderal (Ditjen) Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa (PPMD) Kemen Desa PDTT atau yang disebut Satker Ditjen PPMD adalah dibentuk dalam
rangka mendukung implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa secara
nasional dari aspek manajemen administrasi, bantuan teknis (technical assistance), pembinaan
dan pengelolaan program. Selain itu, Satker Ditjen PPMD juga memiliki tugas dan fungsi
mengelola konsultan yang berkedudukan di pusat dan provinsi. Merujuk pada Permendes
Nomor 11 Tahun 2015 tentang Pedoman Perencanaan, Pelaksanaan, Pengendalian dan
Pelaporan Program dan Anggaran, Satker Ditjen PPMD beranggotakan para pejabat pengelola
keuangan Ditjen PPMD yang terdiri atas:

56| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

a. Pejabat Pengguna Anggaran (PPA);


b. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
c. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK);
d. Kepala Bagian Keuangan Ditjen PPMD selaku Pejabat Penguji SPP dan Penandatanganan
SPM; dan
e. Staf Bagian Keuangan Ditjen PPMD yang bersertifikat bendahara selaku Bendahara
Pengeluaran.

2. SEKRETARIAT PROGRAM
Sekretariat Program yang selanjutnya disebut (Sekpro), yang dipimpin oleh seorang Kepala
Sekretariat dibantu oleh beberapa Deputy, Tenaga Ahli, Staf Teknis dan staf administrasi, yang
mengkoordinasikan Konsultan Nasional dan Konsultan Pendampingan Program Provinsi.

3. SATKER P3MD PROVINSI


Satker P3MD Provinsi dibentuk dalam rangka mendukung implementasi Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dari aspek manajemen administrasi dan pengelolaan
tenaga pendamping profesional pada tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa sesuai
Tipoksi pada Bab II. Satker P3MD Provinsi berkedudukan di provinsi. Satker P3MD Provinsi
beranggotakan pejabat pengelola keuangan badan provinsi yang terdiri atas: a. Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA);
b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
c. Pejabat Penguji SPP dan Penandatanganan SPM
d. Bendahara Pengeluaran yaitu staf pada Badan/Dinas/Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Provinsi yang mempunyai sertifikat bendahara dan ditunjuk serta
diserahi tugas untuk menerima, menyimpan, menyetor dan menatausahakan administrasi
dekonsentrasi.

4. SEKRETARIAT SATKER P3MD PROVINSI


Dalam rangka menjalankan tugasnya Satker P3MD Provinsi khususnya Pejabat Pembuat
Komitmen akan didukung oleh Sekretariat Satker P3MD Provinsi yang beranggotakan Staf
Dinas PMD/Nama lain Provinsi serta dibantu oleh staf teknis dan administrasi.

5. SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) KABUPATEN/KOTA YANG MEMBIDANGI


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
Dalam rangka pembinaan dan pengendalian tenaga pendamping professional, di
Kabupaten/Kota, SKPD yang membidangi pemberdayaan masyarakat dan desa dapat
membentuk Satuan Kerja yang bertugas untuk mengoordinasikan pendamping profesional
dengan stakeholder di wilayahnya.

6. CAMAT
Camat sebagai pemangku wilayah kecamatan yang dalam pelaksanaan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat dibantu oleh kepala seksi yang membidangi pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa bertugas untuk mengkoordinasikan pendamping profesional
dengan stakeholder di wilayahnya.

7. KEPALA DESA
Kepala Desa/Nama Lain sebagai pemangku wilayah Desa dalam pelaksanaan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat, melakukan koordinasi dengan semua pihak termasuk pendamping
profesional di Desa dengan stakeholder lainnya

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 57


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

E. PENDAMPING PROFESIONAL

Dalam rangka memenuhi kebutuhan pendampingan desa disusun komposisi pendamping


professional sebagai berikut:

a. Konsultan Nasional P3MD


1. Bidang Pendampingan Regional :
Bidang ini akan dikoordinasikan oleh 7 (tujuh) orang Koordinator Pendamping Regional,
sesuai pembagian wilayah pendampingan. Koordinator Bidang Pendampingan Regional,
yang bertanggungjawab langsung kepada Program Leader TA P3MD. Koordinator Bidang
Pendampingan Regional tidak dibantu secara langsung oleh TA P3MD Pusat, namun
langsung membawahi TA P3MD di wilayah dan atau provinsi yaitu :
a. KPR - 1: Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau;
b. KPR - 2 : Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Sumatera Selatan,
Lampung, Banten;
c. KPR - 3 : Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Kalimantan Utara;
d. KPR - 4: Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali;
e. KPR - 5 : Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Barat, Maluku;
f. KPR - 6 : Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara,
Gorontalo, Maluku Utara;
g. KPR - 7: Papua, Papua Barat.

2. Bidang Pengembangan Kapasitas dan Kaderisasi


Bidang Pengembangan Kapasitas dan Kaderisasi dikoordinasikan oleh 1 (satu) orang Deputi
Bidang Pengembangan Kapasitas dan Kaderisasi, yang bertanggungjawab langsung kepada
Program Leader TA P3MD. Deputi ini mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam
koordinasi pelaksanaan tugas, terkait dengan pengembangan kapasitas dan kaderisasi, dan
dibantu oleh beberapa tenaga ahli P3MD, sebagai berikut:
a. TA Utama Pengembangan Metode Pembelajaran : 1 orang
b. TA Utama Pengembangan Bahan Ajar : 1 orang
c. TA Utama Kerjasama Pengembangan Kapasitas Perangkat Desa : 1 orang
d. TA Utama Kaderisasi Masyarakat Desa : 1 orang
e. TA Madya Kaderisasi Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa : 1 orang
f. TA Utama Kaderisasi Bidang Infrastruktur Desa (Kader Teknik) : 1 orang
Semua tenaga ahli ini bertanggungjawab kepada Deputi Bidang Pengembangan Kapasitas
dan Kaderisasi.

3. Bidang Manajemen Keuangan dan Tata Kelola Desa


Bidang ini dikoordinir oleh 1 (satu) orang Deputi Bidang Manajemen Keuangan dan Tata
Kelola Desa, yang bertanggungjawab langsung kepada Program Leader TA P3MD. Deputi ini
mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam koordinasi pelaksanaan tugas, terkait dengan
manajemen keuangan dan tata kelola desa, dan dibantu oleh beberapa tenaga ahli P3MD,
sebagai berikut:
a. TA Utama Manajemen Risiko dan Pencegahan Korupsi : 1 orang
b. TA Utama Pengawasan dan Audit Berbasis Masyarakat : 1 orang
c. TA Utama Pemantauan dan Evaluasi Pembangunan Desa : 1 orang
d. TA Utama Analisa dan Advokasi Kebijakan Publik : 1 orang
e. TA Utama Pengadaan Barang dan Jasa di Desa : 1 orang
Semua tenaga ahli ini bertanggungjawab kepada Deputi Bidang Manajemen Keuangan dan
Tata Kelola Desa.

58| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

4. Bidang Fasilitasi Pembangunan Desa Partisipatif


Bidang ini dikoordinir oleh 1 (satu) orang Deputi Bidang Fasiltiasi Pembangunan Desa
Partisipatif, yang bertanggungjawab langsung kepada Program Leader TA P3MD. Deputi ini
mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam koordinasi pelaksanaan tugas, terkait dengan
fasilitasi pembangunan desa partisipatif, dan dibantu oleh beberapa tenaga ahli P3MD,
sebagai berikut:
a. TA Utama Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Desa Partisipatif
: 1 orang
b. TA Madya Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Desa Partisipatif
: 1 orang
c. TA Utama Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan : 1 orang

Semua tenaga ahli ini bertanggungjawab kepada Deputi Bidang Fasilitiasi Pembangunan
Desa Partisipatif.

5. Bidang Hukum, Penanganan Pengaduan dan Masalah


Bidang ini dikoordinir oleh 1 (satu) orang Deputi Bidang Hukum, Penanganan Pengaduan
dan Masalah yang bertanggungjawab langsung kepada Program Leader TA P3MD. Deputi
ini mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam koordinasi pelaksanaan tugas, terkait
dengan hukum, penanganan pengaduan dan masalah, dan dibantu oleh beberapa tenaga
ahli P3MD, sebagai berikut:

a. TA Utama Bantuan Hukum Masyarakat, Kewarganegaraan dan Pengembangan


b. TA Utama Penanganan Pengaduan dan Masalah : 1 orang
c. TA Madya Penanganan Pengaduan dan Masalah : 7 orang
Semua tenaga ahli ini bertanggungjawab kepada Deputi Bidang Hukum, Penanganan
Pengaduan dan Masalah.

6. Bidang Manajemen Data dan Informasi


Bidang ini dikoordinir oleh 1 (satu) orang Deputi Bidang Manajemen Data dan Informasi
yang bertanggungjawab langsung kepada Program Leader TA P3MD. Deputi ini mempunyai
tugas dan tanggungjawab dalam koordinasi pelaksanaan tugas, terkait dengan manajemen
data dan informasi serta dibantu oleh beberapa tenaga ahli P3MD, sebagai berikut:
a. TA Utama Manajemen Sistem Informasi (Programer) : 1 orang
b. TA Utama Manajemen Data (Analisa & Statistik) : 1 orang
c. TA Madya Manajemen Data : 7 Orang
d. TA Utama Bidang Campaign dan Branding : 1 orang
e. TA Utama Bidang Media dan Sosial : 1 orang

Semua tenaga ahli ini bertanggungjawab kepada Deputi Bidang Manajemen Data dan
Informasi.

b. Konsultan Program Inovasi Desa (PID)


TA PID akan dikoordinatori oleh 1 (satu) Koordinator Program (Program Leader) yang bertugas
memastikan bahwa semua TA PID mampu mengelola pengembangan kapasitas masyarakat
desa. Program Leader akan mensupervisi fungsi-fungsi dan kinerja setiap TA PID maupun
manajemen TA PID secara keseluruhan. Dalam menjalankan tugasnya Program Leader TA PID
akan dibantu oleh tenaga-tenaga ahli yang memiliki bidang keahlian yang dibutuhkan.

Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi, serta memastikan pengendalian program
dikelola dengan baik, maka organisasi TA PID terdiri dari beberapa bidang kerja, serta tenta-
tenaga ahli di masing-masing bidang kerja, sebagai berikut:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 59


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

1. Bidang Pengembangan Inovasi Kewirausahaan dan Ekonomi Lokal


Bidang ini dikoordinir oleh 1 (satu) orang koordinator dengan posisi sebagai Tenaga Ahli
Utama Pengembangan Inovasi Kewirausahaan. Koordinator bertanggungjawab
mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi tenaga ahli bidang pengembangan inovasi
kewirausahaan dan ekonomi lokal. Komposisi tenaga ahli (TA) bidang ini, sebagai berikut:
a. TA Utama Pengembangan Inovasi Kewirausahaan, (Koordinator Bidang) : 1 orang
b. TA Utama Fasilitasi Pengembangan Inovasi Produk Unggulan Kawasan Desa : 1 orang dan
c. TA Utama Fasilitasi Pengembangan Inovasi BUMDes dan Holding BUMDes : 1 orang

2. Bidang Pengembangan Inovasi Infrastruktur dan Pelayanan Sosial Dasar


Bidang ini dikoordinir oleh 1 (satu) orang koordinator dengan posisi sebagai Tenaga Ahli
Utama Inovasi Infrastruktur, dan memiliki keahlian dalam bidang infrastruktur embung desa
dan atau bangunan air. Koordinator bertanggungjawab mengkoordinasikan pelaksanaan tugas
dan fungsi tenaga ahli bidang pengembangan inovasi infrastruktur dan pelayanan sosial dasar.
Komposisi tenaga ahli (TA) bidang ini, sebagai berikut:
a. TA Utama Inovasi Infrastruktur Embung Desa/Bangunan Air, (Koordinator Bidang) : 1 orang
b. TA Utama Inovasi Sarana Prasarana Olah Raga : 1 orang
c. A Utama Inovasi Pendidikan : 1 orang
d. TA Utama Fasilitasi Pengembangan Inovasi Pelayanan Kesehatan : 1 orang

3. Bidang Pengembangan Kapasitas Masyarakat


Bidang ini dikoordinir oleh 1 (satu) orang koordinator dengan posisi sebagai Tenaga Ahli
Utama Pengembangan Kapasitas Bidang Kewirausahaan dan Ekonomi Lokal. Koordinator
bertanggungjawab mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi tenaga ahli bidang
pengembangan kapasitas masyarakat. Komposisi tenaga ahli (TA) bidang ini, sebagai berikut:
a. TA Utama Pengembangan Kapasitas Bidang Kewirausanaan dan Ekonomi Lokal (Koordinator
Bidang) : 1 orang
b. TA Utama Pengembangan Kapasitas bidang Infrastruktur : 1 orang
c. TA Utama Pengembangan Kapasitas bidang PSD dan Sumberdaya Manusia : 1 orang
d. TA Utama Peningkatan Kapasitas Bidang Pengembangan Produk Unggulan Desa dan
Kawasan Perdesaan (Prudes dan Prukades) : 1 orang

4. Bidang Manajemen Data, Informasi dan Pengelolaan Pengetahuan


Bidang ini dikoordinir oleh 1 (satu) orang koordinator dengan posisi sebagai Tenaga Ahli
Utama Inovasi Pengelolaan Pengetahuan. Koordinator bertanggungjawab mengkoordinasikan
pelaksanaan tugas dan fungsi tenaga ahli bidang manajemen data, informasi dan pengelolaan
pengetahuan. Komposisi tenaga ahli (TA) bidang ini, sebagai berikut:
a. TA Utama Inovasi Pengelolaan Pengetahuan (Koordinator Bidang) : 1 orang
b. TA Utama Manajemen Data : 1 orang
c. TA Utama Management Information System (MIS) : 1 orang
d. TA Utama Pengelolaan Informasi dan Media : 1 orang
Seluruh tenaga ahli bertanggungjawab kepada Koordinator Bidang masing-masing, dan
Koordinator Bidang bertanggungjawab kepada Program Leader PID Pusat.

c. Tenaga Ahli Program Provinsi (TAPP)


Komposisi tenaga ahli program di tingkat provinsi, berada dalam satu struktur manajemen
kerja antara TA P3MD dan TA PID. Posisi dan jumlah TAPP, sebagai berikut:

1. TAPP P3MD
a. Koordinator Program : 33 orang
b. TA Madya Infrastruktur Desa : 33 orang
c. TA Madya Pengembangan Kapasitas dan Kaderisasi : 33 orang
d. TA Madya Pengelolaan SDM : 33 orang

60| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

e. TA Madya Pengelolaan Keuangan Desa dan Pengembangan Ekonomi Lokal : 33 orang


f. TA Madya Penanganan Pengaduan dan Masalah : 33 orang
g. TA Madya Pelayanan Sosial Dasar : 33 orang
h. TA Madya Pengelolaan Sistem Informasi, Pendataan dan Komunikasi : 33 orang

2. TAPP PID:
a. TA Madya Pengembangan Kapasitas PID : 33 orang
b. TA Madya MIS PID : 33 orang
c. TA MAdya Pengelolaan Pengetahuan PID : 33 orang

d. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)


Komposisi tenaga ahli program di tingkat Kabupaten, berada dalam satu struktur manajemen
kerja antara TA P3MD dan TA PID. Posisi dan jumlah TAPP, sebagai berikut:

1. TA P3MD
Sesuai dengan tugas dan fungsinya Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM P3MD),
dibedakan atas:
a. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Desa (TA-PMD);
b. Tenaga Ahli Infrastruktur Desa (TA-ID);
c. Tenaga Ahli Pembangunan Partisipatif (TA-PP);
d. Tenaga Ahli Pengembangan Ekonomi Desa (TA-PED);
e. Tenaga Ahli Pengembangan Teknologi Tepat Guna (TA-TTG);
f. Tenaga Ahli Pelayanan Sosial Dasar (TA-PSD).

2. TA dan Tenaga Pendukung PID


Komposisi TA dan Tenaga Pendukung PID Kabupaten/Kota sebagai berikut:
a. Tenaga Ahli PID Kabupaten/Kota
1. Koordinator PID
2. TA Madya Bidang Pengelolaan Informasi dan Media
b. Tenaga Pendukung PID Kabupaten/Kota:
1. Data Operator (1 Orang per Kabupaten)
2. Data Kolektor (3 orang Per Kabupaten)

Pembinaan dan pengelolaan Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat akan dilaksanakan oleh
Satker P3MD Provinsi melalui mekanisme dekonsentrasi.

e. Pendamping Desa
Dalam rangka mendukung implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa, Pemerintah menyediakan Pendamping Desa yang berkedudukan di kecamatan, terdiri
dari :
1. Pendamping Desa Pemberdayaan (PDP)
2. Pendamping Desa Teknik Infrastruktur (PDTI), untuk setiap Kecamatan 1 (satu) orang

Pembinaan, pengelolaan dan pengendalian PDP dilaksanakan oleh Satker P3MD Provinsi
melalui mekanisme dekonsentrasi.

f. Pendamping Lokal Desa (PLD)


Dalam rangka mendukung implementasi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa, Pemerintah menyediakan Pendamping Lokal Desa (PLD) yang berkedudukan di desa.
Pembinaan dan pengelolaan PLD akan dilaksanakan oleh Satker P3MD Provinsi melalui
mekanisme dekonsentrasi.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 61


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

BAB II TUPOKSI

1. PENDAMPING DESA (PD)


Pendamping Desa (PD) pada Program Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa (P3MD) ini pada dasarnya besifat kolektif (team work) yang
dikoordinir oleh salah seorang diantara Pendamping Desa itu sendiri dan dipilih oleh
mereka sendiri dan atau difasilitasi oleh supervisornya. PD mempunyai tugas pokok
dan fungsi mendampingi desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa,
kerjasama antar desa, pengembangan BUMDes, dan fasilitasi pembangunan yang
bersekala lokal desa, diantarnya sebagai berikut :

1. Tugas Pendampingan

No Tugas Pokok Output Kerja Indikator Output


1) Mendampingi Proses Pelaksanaan a) Terlaksananya
pemerintah Undang-Undang Nomor sosialisasi Undang-
kecamatan dalam 6 Tahun 2014 tentang Undang No. 6 Tahun
implementasi Undang- Desa terlaksana dengan
2014 tentang Desa dan
Undang No. 6 Tahun benar.
2014 tentang Desa. peraturan turunannya;

b) Terfasilitasinya reviu
dan evaluasi dokumen
RPJMDes, RKPDes,
APBDes dan laporan
pertanggung jawaban;

2) Melakukan Meningkatnya kapasitas a) Terlaksananya


pendampingan dan PLD dalam memfasilitasi pelatihan dan On the Job
pengendalian PLD proses pembangunan Trainning (OJT) bagi
dalam menjalankan dan pemberdayaan PLD;
tugas pokok dan masyarakat di desa.
fungsinya. b) Dokumentasi kegiatan
pengembangan
kapasitas dan evaluasi
kinerja PLD;
c) Tersedianya RKTL PLD
dan laporan kegiatan;
d) Terlaksananya
koordinasi yang baik
antara PD dengan PLD
3) Fasilitasi kaderisasi Adanya sejumlah kader a) Rencana kegiatan
masyarakat desa pemberdayaan kaderisasi masyarakat
dalam rangka masyarakat desa yang desa di desa dan/atau
pelaksanaan UU mendukung
antardesa;
Desa. pelaksanaan Undang-
Undang No. 6 tahun b) Terselenggaranya
2014 tentang Desa.
kaderisasi masyarakat
desa di desa dan/atau
antardesa;

c) Setiap desa memiliki


kader desa sesuai
kebutuhan.

62| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

No Tugas Pokok Output Kerja Indikator Output


4) Fasilitasi Musyawarah desa a) Terselenggaranya
musyawarah- berjalan sesuai aturan berbagai musyawarah
musyawarah desa. dan perundang-undang desa, musrenbang dan
yang berlaku.
musyawarah antardesa

b) Masyarakat desa
berpartisipasi aktif
dalam musyawarah
desa.

5) Fasilitasi Proses pelaksanaan a) Terfasilitasinya


penyusunan produk penyusunan produk penyusunan peraturan
hukum di desa hukum desa berjalan desa, peraturan
dan/atau antardesa. sesuai ketentuan dan
bersama kepala desa
peraturan yang berlaku.
dan/atau surat
keputusan kepala
desa;

b) Masyarakat desa
berpartisipasi aktif
dalam penyusunan
produk hukum di desa
dan/atau antardesa.

c) Terfasilitasinya peran
BPD dalam proses
penyusunan produk
hukum desa

6) Fasilitasi kerjasama Proses fasilitasi a) Terfasilitasinya


antardesa dan dengan kerjasama antar desa penyusunan rencana
pihak ketiga dalam dan dengan pihak ketiga kerjasama antardesa
rangka pembangunan dalam rangka dan dengan pihak
dan pemberdayaan pembangunan dan
ketiga dalam rangka
masyarakat desa. pemberdayaan
masyarakat desa pembangunan dan
berjalan dengan baik. pemberdayaan
masyarakat desa;

b) Terfasilitasinya
kerjasama antardesa
dan dengan pihak
ketiga dalam rangka
pembangunan dan
pemberdayaan
masyarakat desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 63


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

No Tugas Pokok Output Kerja Indikator Output


7) Mendampingi desa Proses pelaksanaan a) Tersedianya dokumen
dalam perencanaan, Pembangunan dan hasil Identifikasi
pelaksanaan dan pemberdayaan kebutuhan
pemantauan terhadap masyarakat berjalan
pengembangan
pembangunan desa sesuai aturan yang
dan pemberdayaan berlaku. kapasitas bagi
masyarakat desa. masyarakat desa;

b) Tim Penyusun RPJM


Desa dan RKP Desa
terbentuk;

c) Pelatihan Tim
Penyusun RPJM Desa
dan RKPDesa;

d) Adanya dokumen
proses penyusunan
RPJM Desa dan
RKPDesa dan
memastikan dokumen
tersebut diperdeskan;

e) Terlaksananya
evaluasi dan
monitoring oleh
pemerintah dan
masyarakat desa;

f) Terselenggaranya
pelatihan peningkatan
kapasitas kinerja BPD.

8) Fasilitasi koordinasi Adanya koordinasi dan Terfasilitasinya kegiatan


kegiatan sektoral di sinkronisasi desa koordinasi dan
desa dan pihak terkait dengan sektor dan pihaksinkronisasi pembangunan
terkait dan pemberdayaan
masyarakat desa dengan
sektor dan pihak terkait.
9) Fasilitasi Meningkatnya akses dan Terfasilitasinya kegiatan-
pemberdayaan pelayanan dasar bagi kegiatan pemberdayaan
perempuan, anak dan perempuan, anak dan perempuan, anak, dan
kaum kaum kaum
difabel/berkebutuhan difabel/berkebutuhan difabel/berkebutuhan

64| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

2. PENDAMPING DESA TEKNIK INFRASTRUKTUR (PD-TI)


Pendamping Desa Teknik Infrasturktur (PD-TI) pada Program Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) mempunyai Tugas Pokok dan Fungsi
mendampingi desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa bidang inftrastruktur
dasar, peningkatan kapasitas kader desa teknis, fasilitasi pembangunan yang
bersekala lokal desa, diantarnya sebagai berikut :

No Tugas Pokok Output Kerja Indikator


1) Fasilitasi Kader teknik dan tim a) Tersedianya data
pembentukan, pelaksana kegiatan kader-kader teknik
pelatihan dan desa mampu desa yang telah
pembimbingan Kader menjalankan tugas dan
terlatih;
Teknik terkait teknis fungsinya dengan baik.
konstruksi secara b) Terlaksananya
sederhana kepada
pendampingan dalam
kader teknik dan
masyarakat sesuai pelaksanaan
dengan kondisi pembangunan,
kekhususan pengelolaan dan
setempat. pemeliharaan sarana
prasarana desa.

2) Memberikan Tim pelaksana kegiatan a) Tersedianya desain


bimbingan teknis dan kader teknik desa dan RAB untuk setiap
dalam pembuatan mampu membuat kegiatan
desain dan RAB. desain dan RAB.
pembangunan sarana
prasarana desa;

b) Tersedianya jadwal
pelaksanaan kegiatan
pembangunan sarana
dan prasarana desa.

3) Fasilitasi pelaksanaan Proses fasilitasi a) Terfasilitasinya


pembangunan, pelaksanaan pembentukan dan
pengelolaan, dan pembangunan, pelatihan Tim
pemeliharaan sarana pengelolaan, dan
Pelaksana, Tim
prasarana desa. pemeliharaan sarana
prasarana desa berjalan Lelang, Tim
dengan baik. Pemelihara, dan Tim
Monitoring;

b) Terfasilitasinya proses
survey harga dan
lokasi, pengadaan
barang dan jasa serta
pengadaan tenaga
kerja setempat.

c) Tersedianya papan
informasi kegiatan.

d) Tersusunnya Perdes
tentang pengelolaan
dan pemeliharaan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 65


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

sarana prasarana desa


(bekerjasama dengan
PD Pemberdayaan).

4) Fasilitasi sertifikasi Adanya jaminan kualitas Semua infrastruktur hasil


infrastruktur desa terhadap hasil kegiatan pembangunan di
hasil pelaksanaan pembangunan sarana desa di sertifikasi.
kegiatan dan prasarana desa.
pembangunan Desa.
5) Fasilitasi koordinasi Adanya koordinasi a) Terlaksananya
pembangunan, perencanaan, koordinasi dan
pengelolaan, dan pelaksanaan, sinkronisasi
pemeliharaan sarana pengelolaan dan
pembangunan sarana
prasarana desa/ pemeliharaan sarana
antardesa dengan prasarana desa/ prasarana desa/
sektor atau pihak lain antardesa dengan sektor antardesa;
yang terkait. atau pihak lain yang
terkait. b) Tersedianya informasi
pembangunan sarana
prasarana desa/
antardesa.

3. TUGAS ADMINSTRATIF
Berkaitan dengan pelaksanaan dekonsentrasi dari aspek pembinaan dan
pengendalian pendamping profesional, maka Pendamping Desa berkewajiban
melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:

a. Menyusun laporan individu yang dilampiri dengan dokumen: LWK, realisasi


kerja harian, formulir kunjungan, rencana kerja harian, SPPD, serta bukti
pendukung lainnya;

b. Menyampaikan laporan individu kepada Tenaga Ahli Pemberdayaan


Masyarakat (TAPM) dan Satker P3MD Provinsi dengan dilampiri oleh
dokumen: LWK, realisasi kerja harian, formulir kunjungan,rencana kerja harian,
SPPD, serta bukti pendukung lainnya;

c. Menyerahkan copy NPWP dan Polis Asuransi pribadi, dan bukti pembayaran
pajak Tahunan (SPT) kepada Satker P3MD Provinsi melalui TA Kabupaten;

d. Menyampaikan dokumen rencana kerja harian Pendamping Desa kepada


Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) untuk dimintakan persetujuan;

e. Mengurus secara mandiri klaim asuransi atas dirinya;

f. Menyampaikan laporan kegiatan bulanan Pendamping Desa kepada Camat


dan Satker P3MD Provinsi melalui Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat
(TAPM) secara tepat waktu;

g. Menerima dan memverifikasi laporan individu Pendamping Lokal Desa untuk


disampaikan kepada TA dan Satker Kabupaten.

66| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 67


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

68| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


SPB Rencana Pembelajaran

Pelaporan Kinerja Tenaga


2.3.
Pendamping Profesional

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat
1. Menjelaskan prosedur dan mekanisme pelaporan kinerja tenaga pendamping
professional;
2. Menerapkan pelaporan kinerja dalam rangka pelaksanaan P3MD.

Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Pemaparan, Curah Pendapat, dan Diskusi.

Media
 Media Tayang 3.4.1;

 Lembar Kerja 3.4.1: Matrik Diskusi;

 Lembar Informasi 3.4.1: SOP Pelaporan Kinerja Pendamping Desa.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 69


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
subpokok bahasan tentang pelaporan kinerja Pendamping Desa;

2. Pelatih memaparkan SOP tentang pelaporan kinerja, bagaimana prosedur,


mekanisme pelaporan;
3. Lakukan curah pendapat tentang SOP pelaporan kinerja;
4. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan, bertanya,
berpendapat dan masukan;
5. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika diperlukan
beberapa pokok pikiran penting dapat dituliskan di kertas plano atau
whiteboard;
6. Mintalah peserta membentuk kelompok untuk mendiskusikan tentang kerangka
kerja pelaporan
7. Berikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mendiskusikannya.
Hasilnya dituliskan dalam kertas plano untuk dipaparkan dalam pleno;
8. Setelah selesai mintalah beberapa kelompok untuk memaparkan hasil
diskusinya. Berikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi,
bertanya dan memberikan masukan;
9. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan utama dari
hasil pembahasan setiap kelompok dalam pleno dengan menuliskan dalam
kartu, kertas plano atau whiteboard;
10. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan tentang materi
yang telah dibahas.

70| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


Lembar Informasi

SPB
2.3.1 SOP Pelaporan Kinerja
Pendamping Desa

A. PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah mengatur bahwa pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa ditempuh melalui upaya pendampingan. Pendampingan menjadi
salah satu langkah penting yang harus dilakukan untuk percepatan pencapaian kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat. Kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dapat dicapai diantaranya
melalui peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran serta
memanfaatkan sumber daya sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat
Desa.

Bentuk pembinaan, pengelolaan dan pengendalian Pendamping Profesional khususnya untuk


menjamin tertib aturan, tata laksana administrasi dan keuangan, hubungan antar pelaku dalam
rangka tercapainya kinerja Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa secara efektif dan
efisien, maka Ditjen PPMD Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
menetapkan dan menerbitkan Standar Operasional dan Prosedur (SOP) Pelaporan Pendampingan
Profesional. Standar Operasional dan Prosedur (SOP) ini memuat hal-hal pokok terkait dengan
terselenggaranya pelaksanaan Pendampingan Desa melalui upaya yang dilakukan oleh
Pendamping Profesional. SOP ini juga digunakan sebagai sarana untuk membantu menjamin
terciptanya transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan Pendampingan Desa sehingga
dapat mencerminkan tata kelola pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa yang
mencerminkan Self Governing Community.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan pendampingan implementasi Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa, disusun komposisi pendamping professional sebagai berikut:

1. Konsultan Nasional P3MD yang berkedudukan di Jakarta


a. Satu (1) orang Program Leader
b. Tujuh (7) Koordinator Bidang Pendampingan Regional
c. Deputi dan Tenaga Ahli Bidang Pengembangan Kapasitas dan Kaderisasi
d. Deputi dan Tenaga Ahli Bidang Manajemen Keuangan dan Tata Kelola Desa
e. Deputi dan Tenaga Ahli Bidang Fasilitasi Pembangunan Desa Partisipatif
f. Deputi dan Tenaga Ahli Bidang Hukum, Penanganan Pengaduan dan Masalah
g. Deputi dan Tenaga Ahli Bidang Manajemen Data dan Informasi
2. Konsultan Nasional Program Inovasi Desa (PID) yang berkedudukan di Jakarta
a. Satu (1) orang Program Leader
b. Koordinator Bidang dan Tenaga Ahli Program Inovasi Desa
3. Koordinator dan Tenaga Ahli Program Provinsi yang berkedudukan di Provinsi;
4. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat, yang berkedudukan di Kabupaten;
4. Pendamping Desa dan Pendamping Teknis, yang berkedudukan di Kecamatan;
5. Pendamping Lokal Desa, yang berkedudukan di Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 71


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Bahwa untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan pendampingan desa ini, perlu adanya standart
pelaporan yang akurat, tepat dan cepat, berjenang sesuai tingkatannya.

B. JENIS PELAPORAN
Salah satu kewajiban Pendamping Profesional yang sudah dikontrak oleh Satker P3MD Provinsi
adalah membuat Laporan, pengabaian terhadap laporan dapat dikenakan sanksi penundaan
pembayaran homorarium dan biaya operasioonal, sampai pada PHK. Dalam pelaksanaan
pendampingan desa yang dilakukan oleh Pendamping Profesional dalam hal ini Pendamping
Lokal Desa, Pendamping Desa, Tenaga Ahli Kabupaten, maupun yang dilakukan oleh Konsultan
Provinsi dan Konsultan Nasional, dibagi dalam beberapa jenis laporan yakni :
1. Laporan Bulanan Individual, baik pendamping professional maupun konsultan dalam
melaksanakan tugas pendampingannya terikat kontrak individual dengan Satker Provinsi
maupun PPA, maka sebagai pertanggungjawaban administrasi harus membuat laporan
bulanan individual yang memuat beberapa hal sebagai berikut :
a. Surat Pengantar Laporan
b. Narasi Laporan yang singkat padat dan akurat.
c. Lembar Waktu Kerja
d. Realisasi Kerja Bulan Berjalan
e. Rencana Kerja Bulan Yang Akan Datang
f. Bukti Kunjungan Lapangan baik Form Kunjungan
g. Bukti-bukti/dokumen lainnya yang diperlukan
2. Laporan Mingguan Pendampingan. Laporan ini memuat khusus terkait dengan laporan
pencairan dan penggunaan Dana Desa (DD) dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Laporan melalui email kepada jenjang setingkat diatasnya, PLD ke PD, PD ke
TAPM, TAPM ke KPP Provinsi, KPP Provinsi ke KPP Pusat dan KPP Pusat ke MN-
P3MD, ke Koodinator;
b. Waktu Pelaporan Mingguan :
i. PLD ke PD pada setiap hari Senin
ii. PD ke TAPM pada setiap hari Selasa
iii. TAPM ke KPP Provinsi setiap hari Rabu
iv. KPP Provinsi ke Koordinator Pendampingan Regional (KPR) setiap hari
Kamis
v. Koordinator Koordinator Pendampingan Regional (KPR) ke Program Leader
P3MD Pusat dan Program Leader PID Pusat setiap hari Jum’at
vi. Program Leader P3MD dan Program Leader PID ke Koordinator
Operasional Program dan Kepala Manajemen Nasional Pengendali
Program Pendampingan Desa setiap Hari Senin
c. Format Laporan Mingguan sebagaimana terlampir
3. Laporan Bulanan Pendampingan, laporan ini memuat hal-hal apa saja yang terkait
dengan pendampingan sesuai levelnya masing masing, yang menggambarkan capaian
kinerja dan tupoksi pendampingan, data-data dana desa, data-data kegiatan prioritas
pembangunan, kegiatan pemberdayaan, kegiatan pelatihan, kegiatan pendampingan,
supervise, legislasi, kaderisasi dan lain sebagainya yang bisa menggambarkan kegiatan
secara utuh beserta capaiannya dalam waktu sampai dengan bulan berjalan. Laporan
bulanan kegiatan pendampingan memuat beberapa hal sebagai berikut :
a. Surat Pengantar Laporan
b. Narasi laporan yang singkat padat dan akurat dengan sistematika sbb:
i. Pendahuluan
ii. Kegiatan pendampingan bulan berjalan
iii. Rencana kegiatan pendampingan bulan yang akan datang
iv. Kendala dan Masalah
v. Rekomendasi
vi. Penutup

72| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

c. Lampiran
i. Data Dasar/Data APBDes (bulanan)
ii. Data Dana Desa (Alokasi, Pencairan dan Penggunaan) (bulanan)
iii. Data Regulasi Desa (tiga bulanan)

iv. Data Progres Kegiatan Desa (bulanan)


v. Data Pelatihan dan Kegiatan Pengkaderan (tiga bulanan)
vi. Data Bumdes/Pengembangan Ekomomi Desa (tiga bulanan)
vii. Data Tahapan, Perencanaan dan Pelaksanaan Kegiatan (bulanan)
viii. Data Kegiatan terkait TTG (tiga bulanan)
ix. Data Pengembangan Pelayanan Dasar (tiga bulanan)
x. Data Masalah dan Penanganannya (bulanan)
xi. Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) (bulanan)
xii. Dan lain lain yang diperlukan (bila diperlukan)

Laporan kegiatan bulanan pendampingan bagi TA Kabupaten, KPP Provinsi, dan Manajemen
Nasional, disamping melaporkan kegiatan yang dilakukan secara mandiri, juga harus merekap
kegitan yang dilakukan oleh pendamping level di bawahnya.

4. Laporan Insidental, laporan yang dibuat atas dasar peristiwa tertentu seperti adanya
penyelewengan, force majoure atau peristiwa yang diluar rencana dan tidak diprediksi
sebelumnya, format laporan ini disesusikan dengan peristiwa yang terjadi.

C. JENJANG PELAPORAN
Pelaporan yang dibuat oleh pelaku pendampingan desa, dilakukan secara berjenjang dengan
tujuan utama adalah Pihak Pertama sebagai pihak yang memberi kerja. Namun juga ditujukan
kepada jajaran birokrasi pada levelnya masing-masing dengan tembusan kepada supervisornya.
Jenjang Pelaporan untuk Pendamping Profesional dan Konsultan dapat digambarkan dalam
bagan sebagai berikut :
KOORDINATOR
OPERASIONAL PROGRAM SATKER PUSAT

PROGRAM LEADER
KONSULTAN NASIONAL
P3MD dan PID PPA Pusat
KOODINATOR WILAYAH

SATKER
KPP PROVINSI PPA Provinsi
PROVINSI

SATKER TA KABUPATEN
KABUPATEN
SATKER
PD dan PDTI PROVINSI
CAMAT

PENDAMPING LOKAL DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 73


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

D. WAKTU PELAPORAN
Pelaporan pendamping professional dan konsultan provinsi maupun konsultan nasional diatur
waktunya sebagai berikut :
1. Pendamping Lokal Desa dan Pendamping Desa/Pendamping Desa Teknik Infrastruktur
melaporkan kegiatan pendampingan dan laporan individualnya ke Satker Provinsi dan
Camat paling lambat tanggal 3 setiap bulannya
2. Tenaga Ahli Kabupaten melaporkan kegiatan pendampingan dan laporan individualnya
ke Satker Provinsi dan Satker Kabupaten paling lambat tanggal 5 setiap bulannya

3. Koordinator Program Provinsi (KPP) Provinsi melaporkan kegiatan pedampingan dan


laporan individualnya ke PPA dan Satket Provinsi paling lambat tanggal 10 tiap
bulannnya
4. Konsultan Nasional P3MD dan PID serta Koordinator Bidang Pendamping Regional
(KPR) Pusat menyampaikan laporan kegiatan pendampingan dan laporan individualnya
ke PPA dan Satker Pusat paling lambat tanggal 15 setiap bulannya
5. Program Leader menyampaikan laporan individualnya paling lambat tanggal 15 setiap
bulannya dan laporan kegiatan pendampingan paling lambat tanggal 20 setiap
bulannya

E. PENUTUP
Demikian SOP Pelaporan Pendamping Profesional dibuat untuk bisa dilaksakan oleh seluruh
Tenaga Pendamping Profesional se wilayah Indonesia, sebagai alat ukur capaian kinerja
Pendamping dan alat pengendali bagi supervisor dan Satker P3MD, baik Kabupaten, Provinsi
maupun Pusat. Pengabaian atas Pelaporan Pendamping Profesional berakibat pada evaluasi
kinerja.

Hal hal yang belum diatur dalam SOP Pelaporan ini, dan dirasa perlu untuk dilaporkan, bisa
dilampirkan dalam laporan yang bersifat bulanan maupun insidensial.

74| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


Rencana Pembelajaran
SPB
Sistem Informasi
2.4.
Pembangunan Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan dasar-dasar sistem pelaporan Tata Kelola Administrasi Keuangan
Desa dalam APB Desa;
2. Menjelasakan prinsip dan ketentuan pelaporan Sistim informasi Pembangunan
Desa;
3. Mampu mengimplementasikan Sistem Informasi Pembangunan Desa
secara berjenjang dilokasi tugas .

Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Paparan, diskusi, praktek

Media
Media Tayang: paparan power point
Lembar Kerja: Panduan Monitoring Dana Desa basis Kab/Kec/Desa, format
APBDes
Lembar Informasi: Bahan Bacaan,

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, dan infocus

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 75


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian

Kegiatan 1: Sistem Tata Kelola Administrasi Keuangan Desa berdasar APB


Desa dan pelaporannya
1. Menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari sesi ini.
2. Pandu peserta untuk memahami tata kelola keuangan desa dengan
pertanyaan pembuka:
a. Apakah yang diketahui dari APB Desa?
b. Bagaimana mekanisme dan prosedur pelaporan keuangan desa?
c. Bagaimana Dana Desa dilaksanakan, dipertangngungjawabkan dan
pelaporannya?
3. Umpan balikkan ke peserta, bagaimana pola dan model pelaporan APB Desa?
Apakah peserta mengenal sistem pelaporan APB Desa? Beri kesempatan beberapa
peserta menjawab dan catat point jawaban peserta pada whiteboard atau kertas
plano;
4. Tanyakan kepada peserta, apakah mengenal dan tahu SISKEUDES (Sistem
Keuangan Desa)? Umpan balikkan;
5. Tayangkan tentang system pelaporan APB Desa, Umpan balikkan ke peserta;
Catatan:
1. Pastikan peserta sudah memiliki pengetahuan APBDesa
(Pemendagri 113) dan telah membaca petunjuk
tersebut.
2. Pastikan peserta sudah memiliki pengetahuan "Transfer
Pemerintah Daerah dan Dana Desa" (PMK 50 tahun 2017) terkait
Dana Desa mulai Pasal 99.
3. Peserta sudah memahami (Permendesa No. 4 Tahun 2017)
Penetapan perubahan atas peraturan Menteri Desa,
Pembanguanan Daerah Tertinggal Transmigrasi No. 22 Tahun
2016 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan dana Desa.

Kegiatan 2:
6. Pelatih menjelaskan Sistem Informasi Pembangunan Desa dengan regulasi yang
mendasarinya dengan media tayang 8.3.1
7. Jelaskan secara singkat tentang beberapa hal berikut dari media tayang:
a. Jenis dokumen keuangan desa untuk dapat pencairan Dana Desa dari RKUD
(Lembar informasi :)
b. Proses Pelaporan perkembangan Jumlah Penyaluran Dan Desa (Agregasi )dari

a. Identifikasi dan perkembangan Jumlah Penyaluran (Agregasi) Penggunaan Dana


Desa sesuai bidang kegiatan (Pembanguan Desa, Pemberdayaan Masyarakat
Desa, Pemerintahan Desa, & Pembinaan Kemasyarakatan)
8. Fasilitasi umpan balik , dengan memberikan peserta kesempatan bertanya
dan berikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Kegiatan 3: Praktek Pengisian Format/ Matrik Sistem Informasi Pembangunan


Desa (SIPD)
9. Siapkan lembar kerja 8.3.1. (dalam bentuk soft copy) bagikan ke setiap peserta.
10. Jelaskan secara singkat tentang panduan tata cara praktek (dengan menayangkan
beberapa format isisan lokus Kabupaten) sebagaimana berikut ini:
a. Pengisian Form Monitoring Dana Desa (RKUD ke RK Desa) lembar kerja 8.3.1
b. Form APB Desa dan mengorganisasi file untuk keperluan upload untuk lokasi
desa yang belum menggunakan SISKEUDES
76| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

11. Fasilitasi praktek pengisian format SIPD oleh peserta. Minta seluruh
peserta mempraktekkan.
12. Umpan balikkan hasil praktek ke peserta, berikan ke peserta kesempatan bertanya
dan berikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Kegiatan 4: Penegasan
13. Tegaskan dan simpulkan beberapa hal yang menjadi penting untuk diperhatikan
yaitu:
a. Proses transfer RKUD ke RKDesa dan persyaratan administratifnya
serta konsolidasi agregasinya.
b. Pelaporan Penggunaan sesuai dengan Bidang dan bidang Pembanggunan desa
ke dalam 4 bidang lokus Kab/Kec/Desa.
c. Monitoring dilakukan berkala sesuai dengan update Pelaporan di Desa dan
di agregasi di kabuapten.

14. Beri kesimpulan akhir dan menutup sesi.

Catatan: lembar kerja 8.3.1. dalam bentuk softcopy yang menjadi bagian dari modul ini.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 77


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

78| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


Lembar Informasi

SPB
Sistem Informasi
2.3.1.
Pembangunan Desa dan
Pelaporannya

Sistem Informasi Pembangunan Desa merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk memantau
proses pelaporan sekaligus memberikan informasi Perencanaan Kegiatan desa bersumber
APBDes, pendanaan (7 Sumber Pendanaan) sampai dengan hasil-hasil kegiatan Pembangunan
Desa. Adapun fokus monitoring Keuangan APBN (Dana Desa) dapat disajikan secara detail beserta
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Kegiatan yang dimaksud dapat dikategorikan sesuai dengan
Bidang dan Prioritas penggunaan Danana Desa. Untuk mengenal dan menjalanakan aplikasi,
silahkan berikut ini tatacaranya:

Pastikan SIPD dapat diakses di alamat: http://sipede.ppmd.kemendesa.go.id

1. Dashboard

1.1. Data Tematik Provinsi Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah

1.2. Data Tematik Provinsi Rekening Kas Umum Daerah ke Rekening Kas Desa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 79


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

1.3. Grafik Penggunaan Dana Desa sesuai Bidang dan Sub Bidang Pembanguan Desa per
Tahun Anggaran.

1.4. Data Kegiatan bersumber Dana Desa (APBN) per Tahun Anggaran

1.5. Masuk Aplikasi


Untuk masuk ke Aplikasi adalah user yang terdaftar sebagai pendamping dengan Login dan
Password sesuai lokus-masing-masing.

2. APBDesa

Sistem pengadministrasian APBDesa pada dasarnya terbagi pada pengelolaan Pendapatan,


Belanja, Pembiayaan, Perencanaan, Pelaporan dan Penatausahaan keuangan Desa.

80| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Sistem menyediakan 3 cara Input data APBdesa:

1. Mengisi secara manual

2. Upload file format excel pada lembar kerja:

I. PLD : Lembar Kerja 8.3.1. APBDES-Prov-Kab-Kec (dalam bentuk soft copy)


II. PD-PDTI : Lembar Kerja 8.3.1. APBDES-Prov-Kab-Kec (dalam bentuk soft copy)
III. TAM : Lembar Kerja 8.3.1. APNDES-Prov-Kab-Kec (dalam bentuk soft copy)
Catatan:
1) input data diisikan oleh PLD; jika PLD kosong diisikan PD; dan jika PD kosong diisikan oleh
TA Kab.
2) TA Kab bertugas meverifikasi, validasi data dan melaporkan secara berjenjang

3. Untuk Desa yang sudah menggunakan SISKEUDES dapat melakukan ekport pada menu Laporan
Penganggaran:

dan pilih pada Laporan 1b- Ringkasan APBDes dan selanjutnya sesuai dengan
SISKEUDES Desa. pilih parameter yang sesuai, print to file di cek box, pilih ke file excel,
kemudian isikan sumber pendanaan secara manual sesuai kreteria kemudian di upload.
Sebagai catatan: untuk kegiatan-kegiatan diisikan nilai Sumary (Kode 3 Digit) dan untuk
Detai Rab dalam Laporan ini belum di perlukan (capture Data Keguiatan berdasar APBDes
SISKEUDES)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 81


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Berikut ini contoh upload format excel berdasar lembar kerja form APBdes

3. RKUD ke RK Desa

Pemantauan Transfer Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) ke RK Desa sesuai dengan kesiapan
Desa untuk mengakses Dana Desa. Pendamping dapat melaporkan progres ke dalam aplikasi
dengan melaukan Edit Data

4. Kegiatan dari dana Desa

Kegiatan Dana Desa adalah realisasi dari perencanaan berdasar APBDesa yang dilengkapi oleh
pendamping sesuai dengan Laporan progres Kegiatan berdasar LPJ. adapun kegiatan-kegiatan
yang memiliki nomenklatur yang perlu di sesuaikan dengan keperluan Kementrian Desa PDTT
akan disesuaikan dengan pilihan-pilih kegiatan untuk singkronisasi.

82| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

5. Profil Desa

Profil Desa memuat informasi terkait Desa menggunakan Dana Desa (APBN)

CATATAN:
Sistem Pelaporan Yang sedang Di Kembangkan P3MD Pusat

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 83


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

84| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


Pokok Bahasan 3
PENDALAMAN DAN PRAKTEK FASILITASI
REGULASI DALAM IMPLEMENTASI
UNDANG UNDANG DESA
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

86| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


Rencana Pembelajaran

SPB EVALUASI FASILITASI


3.1 DUKUNGAN REGULASI
IMPLEMENTASI UNDANG
UNDANG DESA

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Evaluasi dan Refleksi produk regulasi di Kabupaten dan
desa terkait implementasi undang undang desa
2. Mengidentifikasi dan Menjelaskan jenis-jenis Peraturan di
Kabupaten dan desa terkait implementasi undang undang
desa.
3. Memfasilitasi regulasi desa dalam mendukung pelaksanaan
implementasi undang undang desa.

Waktu
2 JPL 90 menit

Metode
Evaluasi-Refelktif, Pemaparan dan Curah Pendapat, diskusi

Media
Media Tayang

Alat Bantu
Spidol, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 87


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari sesi “Jenis Jenis Produk
Hukum Di Kabupaten dan Desa terkait P3MD”.
2. Ajaklah peserta untuk evaluasi dan merefleksikan kondisi regulasi desa saat ini
melalui pertanyaan;
 Apakah dilokasi tugas anda sudah ada perbup tentang kewenangan desa?
 Kalau belum ada, mengapa?
 Apakah dilokasi tugas anda sudah ada perdes tentang kewenangan desa?
 Kalau belum ada, mengapa?
 Apa yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten untuk mengembangkan
 regulasi P3MD, khussunya perbup kewenangan desa?
 Bagaimana kondisi regulasi Desa saat ini dan apa akibatnya bagi masyarakat
Desa?

 Mengapa regulasi desa belum berkembanga didesa anda?

 Apa yang sudah Anda lakukan sebagai pendamping desa tentang advokasi
regulasi desa?

3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk tanggapan, umpan balik dan
diskusikan.
4. Berikan tanggapan atas pendapat peserta kemudian lakukan pemaparan tentang
(i) regulasi Desa menurut implementasi undang-undang desa, (ii) perbedaan
desa di bawah regulasi desa lama dan di bawah undang-undang desa dengan
mengacu pada media tayang
5. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan lakukan penegasan.
6. Mintalah masing-masing peserta berkumpul dalam tim kerja kelompok untuk
mendiskusikan pengalaman dan pengamatan nya tentang kebijakan di daerah
dan desa dalam mendukung pelaksanaan Undang-Undang Desa. Diskusi dengan
format lembar kerja 2.1.1.
7. Berikan kesempatan dan waktu yang cukup kepada peserta untuk
mendiskusikannya dengan rekan sejawat di masing-masing Kabupaten/Kota;
8. Setelah diskusi, mintalah beberapa perwakilan kelompok untuk memaparkan
hasilnya dalam pleno secara bergantian;
9. Berikan kepada peserta lain untuk bertanya, mengkritisi dan memberikan saran
penyempurnaan;
10. Lakukan penegasan dan penyimpulan atas hasil pembahasan dikaitkan dengan
kegiatan belajar selanjutnya.

88| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lembar kerja 3.1.1


Matrik Diskusi Evaluasi Fasilitasi Regulasi Implementasi Undang-Undang No. 6 Tahun 2014
tentang Desa

No Regulasi di Tingkat Regulasi Daerah tingkat Praktek & Rencana


Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota dan Desa Permasalahan Fasilitasi
dan Desa Ada Tidak dalam
Fasilitasi
1. Penetapan APBD
tahun Berjalan
2. Tatacara Pembagian
dan Penetapan
Rincian Dana Desa

No Regulasi di Tingkat Regulasi Daerah tingkat Praktek & Rencana


Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota dan Desa Permasalahan Fasilitasi
dan Desa Ada Tidak dalam
Fasilitasi
3. Kewenangan Desa
4. Kerjasama Desa
5. Perencanaan
Pembangunan Desa
6. Kekayaan Desa
7. Pengadaan Barang
dan Jasa di Desa
8. Pajak dan Retribusi
di Desa
9. Struktur Pemerintah
Desa
10. Tata Ruang Desa
11. Dll.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 89


Rencana Pembelajaran

SPB
Fasilitasi Analisis dan
3.2
Pengembangan Regulasi Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan dasar-dasar penyusunan peraturan di Desa, Menyebutkan
azas dan prinsip penyusunan peraturan di Desa.
2. Menjelasakani sistematika penyusunan peraturan di Desa, menganalisa
dokumen dan Menguraikan tahapan Penyusunan Peraturan di Desa.
3. Menyusun Aspek-aspek Analisis Peraturan Desa.
4. Memfasilitasi pengembangan Peraturan Desa,

Waktu
2 JPL 90 menit

Metode
Ceramah interaktif, brainstorming, diskusi kelompok mengisi lembar kerja,
paparan

Media
Media Tayang

Alat Bantu
Spidol, LCD, Whiteboard

90| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian

1. Menjelaskan pokok bahasan, sub pokok bahasan dan tujuan yang ingin dicapai
bersama. Mengantar peserta memahami ruang lingkup pokok bahasan dengan
Tanya-jawab:
a. apa yang saudara ketahui tentang jenis peraturan di desa...?
b. mengapa perdes disusun?
c. Bagaimana menganalisa masalah di desa

2. Menawarkan pilihan metode atau cara pembelajaran yang dianggap peserta


paling menarik/effektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
(Fasilitator/pendamping menjelaskan berbagai pilihan metode dengan
menunjukkan kekurangan dan kelebihannya: curah pendapat, diskusi kelompok,
studi pribadi.

3. Memfasilitasi praktek pembelajaran peserta sesuai metode yang ditetapkan


bersama.

4. Memastikan fasilitasi praktek pembelajaran tetap berpusat pada tujuan


pembahasan sub pokok bahasan dengan menawarkan pertanyaan-pertanyaan
panduan.
a. Sampai dimana batas ruang lingkup peraturan desa?
b. Sampai dimana batas ruang lingkup kewenangan desa berdasar asal usul
diatur dalam perdes?
c. Sampai dimana batas ruang lingkup kewenangan lokal berskala desa
diaturdalam perdes?
d. Bagaimana masalah di desa dianalisa dan diregulasikan?
e. Apakah regulasi desa sudah dimanfaat secara optimal untuk mengatur
tata kehidupan dan pemerintahan desa?
f. Sebutkan produk-produk hasil regulasi desa?

5. Memfasilitasi proses review hasil pembahasan sub pokok bahasan dengan


memberikan kesempatan pada peserta untuk memaparkan temuannya.

6. Berikan kesempatan kepada peserta untuk berdiskusi, saling bertanya dan


menjawab.

7. Fasilitator memberikan penjelasan dengan bahan tayang, tentang:


 Pengertian peraturan di desa menurut UU No.6 Tahun 2014 dan PP 43
Tahun 2014 serta Permendagri Nomor 111 tahun 2014 tentang Pedoman
 Teknis Peraturan di Desa.
  Landasan penyusunan peraturan di Desa:
a. Landasan Filosofis
b. Landasan Yuridis
c. Landasan Sosiologis

8. Umpan balikkan ke peserta;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 91


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

9. Fasilitator melanjutkan memberikan penjelasan dengan bahan tayang, tentang:


a. Jenis peraturan di Desa;
b. Peraturan Desa
c. Peraturan Kepala Desa
d. Peraturan Bersama Kepala Desa
e. Keputusan Kepala Desa
 Materi Peraturan di desa dan keputusan kepala desa:
 Pelaksanaan kewenangan desa
 Penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih
 tinggi
 Tatacara penyusunan peraturan di desa dan pengadministrasian
 peraturan di desa
 Tahap penyusunan peraturan di desa
 Kerangka peraturan di desa dan keputusan kepala desa


10. Umpan balikkan, memberikan tanda (highlight) pada beberapa pendapat peserta
yang dinilai relevan dengan tujuan yang ingin dicapai dan memperkaya dengan
perspektif Undang-undang Desa.

11. Fasilitator menjelaskan tentang diskusi kelompok. Peserta diharapkan untuk


merumuskan analisa peraturan desa dengan form yang ada. Bagi peserta ke
dalam kelompok yang beranggota 4 – 5 orang. Bagikan Lembar Kerja 2.1.2.

12. Setelah selesai diskusi kelompok kurang lebih 30 menit, lalukan paparan hasil
diskusi kelompok dari masing-masing kelompok. Berikan kesempatan kelompok
lain untuk memberikan umpan balik, saran masukan dan rekomendasi.

13. Fasilitator memberikan catatn kritis dan meberikan kesimpulan dari proses
pemberlajaran.

14. Memberikan kesempatan pada peserta lainnya untuk mengajukan pertanyaan:


informative, klarifikasi.

15. Tutup dengan menyampaikan hal-hal yang menarik dalam proses pembelajaran,
kesimpulan dan sampaikan terimakasih atas proses pembelajaran bersama.

92| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Format Diskusi kelompok Lembar Kerja 3..2.1


PERMASALAHAN RENCANA
ASPEK YANG PENYEBAB REKOMENDASI
DALAM KERJA
DICERMATI PERDES PERMASALAHAN PERBAIKAN
IMPLEMENTASI
Perdes yang
ada:

Daftar
Kewenangan
Desa atau
Perdes
Kewenangan
Desa:
ATAU ISUE
LAIN DI
DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 93


Rencana Pembelajaran
SPB
Musyawarah Desa dalam
3.3
Pengambilan Keputusan
Penyusunan Regulasi Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelasakan pentingnya keterlibatan warga dalam penyusunan produk
hukum desa;
2. Menjelaskan hakikat Musyawarah Desa;
3. Menjelaskan hak dan kewajiban masyarakat dalam Musyawarah Desa;
4. Menguraikan mekanisme pengambilan keputusan dalam Musyawarah
Desa;

Waktu
2 JPL 90 menit

Metode
Pemaparan, Tanya Jawab, dan speed reading

Media

  Media Tayang
  Lembar Kerja:
 Lembar Informasi:

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

94| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Penyajian

1. Jelaskan pokok bahasan, sub pokok bahasan dan tujuan yang ingin dicapai
bersama. Mengantar peserta memahami ruang lingkup pokok bahasan
dengan Tanya-jawab:
a. Bagaimana proses dan praktek penyusunan dan pemutusan produk hukum
di desa selama ini?
b. Apakah sudah ada pengaturan prosedur dan mekanisme penyusunanan
dan pemutusan produk hukum desa?
2. Menawarkan pilihan metode atau cara pembelajaran yang dianggap peserta
paling menarik/effektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
(Fasilitator/ pendamping menjelaskan berbagai pilihan metode dengan
menunjukkan kekurangan dan kelebihannya: curah pendapat, diskusi
kelompok, studi pribadi.
3. Memfasilitasi praktek pembelajaran peserta sesuai metode yang ditetapkan
bersama.
4. Memastikan fasilitasi praktek pembelajaran tetap berpusat pada tujuan
pembahasan sub pokok bahasan dengan menawarkan pertanyaan-
pertanyaan panduan.
a. Siapa yang bertanggungjawab dalam penyusunan dan pemutusan produk
hukum di desa?
b. Siapa saja yang dilibatkan dalam penyusunan dan pemutusan produk
hukum di desa?
c. Bagaimana proses dan tata cara penyusunan dan pemutusan produk
hukum desa?
d. Bagaimana keterlibatan masayarakat dalam penyusunan dan pemutusan
produk hukum di desa?
5. Fasilitasi proses review hasil pembahasan sub pokok bahasan dengan
memberikan kesempatan pada peserta untuk memaparkan temuannya.

6. Berikan kesempatan kepada peserta untuk berdiskusi, saling bertanya dan


menjawab.

7. Memberikan tanda (highlight) pada beberapa pendapat peserta yang dinilai


relevan dengan tujuan yang ingin dicapai dan memperkaya dengan perspektif
Undang-undang Desa.

8. Memberikan kesempatan pada peserta untuk mengajukan pertanyaan:


informative, klarifikasi.
9. Tanyakan kepada peserta apakah ada yang pernah terlibat dalam
musyawarah desa dan apa yang bisa dijelaskan tentang musyawarah desa,
siapa saja yang terlibat, apa saja yang dibahas, bagaimana keterlibatan
masyarakat, dan bagaimana proses pengambilan keputusan.

10. Berikan tanggapan terhadap pendapat peserta dan berikan penegasan


dengan mengunakan media tayang tentang Musyawarah Desa, dengan
memberikan kesempatan tanya jawab.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 95


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

11. Membagi peserta ke dalam 3-4 kelompok, mendiskusikan hal positif dan hal
yang perlu ditingkatkan dari praktek musyawarah desa tersebut terkait
dengan :
 Keterwakilan peserta

 Agenda yang dibahas

 Keterlibatan masyarakat di dalam pengambilan keputusan

 Proses pengambilan keputusan
12. Minta satu atau dua kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi dan
kemudian kelompok lain untuk memberikan tanggapan
13. Fasilitator memberikan tanggapan dan penegasan mengenai peran
Pendamping Desa dalam Musyawarah Desa.

14. Tutup dengan menyampaikan hal-hal yang menarik dalam proses


pembelajaran dan sampaikan terimakasih atas proses pembelajaran bersama.

96| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PB Bahan Bacaan

3 Perspektif Regulasi Desa

1. Kewenangan Desa
Berbeda dengan kewenangan pemerintah, ada beberapa prinsip penting yang terkandung
dalam kewenangan desa: (1) Baik kewenangan asal usul maupun kewenangan lokal bukanlah
kewenangan yang diserahkan oleh pemerintah, bukan juga merupakan sisa (residu) yang
dilimpahkan oleh pemerintah kabupaten/kota sebagaimana pernah diatur dalam UU No.
32/2004 dan PP No. 72/2005. Sesuai dengan asas rekognisi dan subsidiaritas, kedua jenis
kewenangan itu diakui dan ditetapkan langsung oleh undang-undang dan dijabarkan oleh
peraturan pemerintah. Peraturan pemerintah dalam ini bukanlah perintah yang absolut
melainkan sebagai pandu arah yang di dalamnya akan membuat daftar positif (positive list),
dan kemudian menentukan pilihan atas positive list itu dan ditetapkan dengan peraturan desa
sebagai kewenangan desa. (2) Sebagai konsekuensi desa sebagai masyarakat yang
berpemerintahan (self governing community), kewenangan desa yang berbentuk mengatur
hanya terbatas pada pengaturan kepentingan lokal dan masyarakat setempat dalam batas-
batas wilayah administrasi desa. Mengatur dalam hal ini bukan dalam bentuk mengeluarkan
izin baik kepada warga maupun kepada pihak luar seperti investor, melainkan dalam bentuk
keputusan alokatif kepada masyarakat, seperti alokasi anggaran dalam APB Desa, alokasi air
kepada warga, dan lain-lain. Desatidak bisa memberikan izin mendirikan bangunan, izin
pertambangan, izin eksploitasi air untuk kepentingan bisnis dan sebagainya. (3) Kewenangan
desa lebih banyak mengurus, terutama yang berorientasi kepada pelayanan warga dan
pemberdayaan masyarakat. Sebagai contoh desa melayani dan juga membiayai kegiatan
kelompok tani, melatih kader perempuan, membiayai Posyandu, mengembangkan hutan
rakyat bersama masyarakat, membikin bagan ikan untuk kepentingan nelayan, dan
sebagainya. (4) Selain mengatur dan mengurus, desa dapat mengakses urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan kabupaten/kota untuk dimanfaatkan memenuhi kepentingan
masyarakat. Selain contoh di atas tentang beberapa desa menangkap air sungai Desa dapat
mengakses dan memanfaatkan lahan negara berskala kecil (yang tidak termanfaatkan atau
tidak bertuan) untuk memenuhi kepentingan masyarakat setempat. Lahan sisa proyek
pembangunan, tanggul dan bantaran sungai, maupun tepian jalan kabupaten/kota
merupakan contoh konkret. Desa dapat memanfaatkan dan menanam pohon di atas lahan itu
dengan cara mengusulkan dan memperoleh izin dari bupati/walikota.

Prinsip-prinsip itu dapat digunakan untuk memahami jenis-jenis kewenangan desa yang
tertulis secara eksplisit dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Ada perubahan
pengaturan tentang kewenangan desa antara UU No. 32/2004 dengan UU No. 6/2014.
Pertama, UU No. 32/2004 menegaskan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 97


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

asal-usul desa, sedangkan UU No. 6/2014 menyatakan kewenangan beradasarkan hak asal-
usul. Pada dasarnya kedua pengaturan ini mengandung isi yang sama, hanya saja UU No.
32/2004 secara tersurat membatasi pada urusan pemerintahan. Kedua, UU No. 32/2004
menyatakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang
diserahkan pengaturannya kepada desa, sedangkan No. 6/2014 menegaskan kewenangan
lokal berskala desa. Jenis kewenangan kedua inilah yang membedakan secara jelas dan tegas
antara kedua UU tersebut.
Tabel
Kewenangan desa menurut UU No. 32/2004 dan UU No. 6/2014
UU No. 32/2004 UU No. 6/2014

Urusan pemerintahan yang sudah ada Kewenangan berdasarkan hak asal usul
berdasarkan hak asal-usul desa

Urusan pemerintahan yang menjadi Kewenangan local berskala Desa


kewenangan kabupaten/kota yang
diserahkan pengaturannya kepada desa

Tugas pembantuan dari Pemerintah, Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah,


pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah
kabupaten/kota Daerah Kabupaten/Kota

Urusan pemerintahan lainnya yang oleh Kewenangan lain yang ditugaskan oleh
peraturan perundangperundangan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
diserahkan kepada desa Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan

Kewenangan desa sebenarnya tidak hanya mencakup empat butir besar tersebut. Ada satu
jenis kewenangan lagi yang dimiliki oleh desa, yaitu kewenangan melekat atau sering disebut
sebagai kewenangan atributif yang tidak tersurat dalam UU No. 6/2014. Sebagai organisasi
pemerintahan, desa memiliki sejumlah kewenangan melekat (atributif) tanpa harus disebutkan
secara tersurat (eksplisit) dalam daftar kewenangan desa. Ada sejumlah kewenangan melekat
milik desa yang sudah dimandatkan oleh UU No. 6/2014, yakni: (1) Memilih kepala desa dan
menyelenggarakan pemilihan kepala desa. (2) Membentuk dan menetapkan susunan dan
personil perangkat desa. (3) Menyelenggarakan musyawarah desa. (4) Menyusun dan
menetapkan perencanaan desa.Menyusun, menetapkan dan melaksanakan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa. (5) Menyusun, menetapkan dan melaksanakan peraturan desa.
(6) Membentuk dan membina lembaga-lembaga kemasyarakatan maupun lembaga adat. (7)
Membentuk dan menjalankan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

2. Kewenangan lokal berskala desa.


Kewenangan lokal terkait dengan kepentingan masyarakat setempat yang sudah dijalankan
oleh desa atau mampu dijalankan oleh desa, karena muncul dari prakarsa masyarakat. Dengan
kalimat lain, kewenangan lokal adalah kewenangan yang lahir karena prakarsa dari desa
sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan kondisi lokal desa. Kewenangan yang terkait
dengan kepentingan masyarakat ini mempunyai cakupan yang relatif kecil dalam lingkup
desa, yang berkaitan sangat dekat dengan kebutuhan hidup sehari-hari warga desa, dan tidak
mempunyai dampak keluar (eksternalitas) dan kebijakan makro yang luas. Jenis kewenangan
lokal berskala desa ini merupakan turunan dari konsep subsidiaritas, yang berarti bahwa baik
masalah maupun urusan berskala lokal yang sangat dekat dengan masyarakat sebaik
mungkin diputuskan dan diselesaikan oleh organisasi lokal (dalam hal ini adalah desa), tanpa
harus ditangani oleh organisasi yang lebih tinggi. Menutut konsep subsidiaritas, urusan yang
terkait dengan kepentingan masyarakat setempat atas prakarsa desa dan masyarakat
setempat, disebut sebagai kewenangan lokal berskala desa.

98| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Tabel Daftar positif kewenangan lokal berskala desa


No Mandat Pembangunan Daftar Kewenangan Lokal

1 Pelayanan dasar Posyandu, penyediaan air bersih, sanggar belajar dan seni,
perpustakaan desa, poliklinik desa.

2 Sarana dan prasarana Jalan desa, jalan usaha tani, embung desa, rumah ibadah,
sanitasi dan drainase, irigasi tersier, dan lainlain.

3 Ekonomi lokal Pasar desa, usaha kecil berbasis desa, karamba ikan, lumbung
pangan, tambatan perahu, wisata desa, kios, rumah potong
hewan dan tempat pelelangan ikan desa, dan lain-lain.

4 SDA dan lingkungan Hutan dan kebun rakyat, hutan bakau, dll.

Daftar positif kewenangan desa juga bisa dijabarkan secara sektoral. Kewenangan lokal desa
secara sektoral ini meliputi dimensi kelembagaan, infastruktur, komoditas, modal dan
pengembangan. Pada sektor pertanian misalnya, desa mempunyai kewenangan mengembangkan
dan membina kelompok tani, pelatihan bagi petani, menyediakan infrastruktur pertanian berskala
desa, penyediaan anggaran untuk modal, pengembangan benih, konsolidasi lahan, pemilihan bibit
unggul, sistem tanam, pengembangan teknologi tepat guna, maupun diversifikasi usaha tani[.]

LEMBAR BACAAN KAIDAH PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA

KAIDAH PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA

1. Indonesia Sebagai Negara Hukum


Dalam rangka perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
maka dalam Perubahan Keempat pada tahun 2002, konsepsi Negara Hukum atau
“Rechtsstaat” yang sebelumnya hanya tercantum dalam Penjelasan UUD 1945,
dirumuskan dengan tegas dalam Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan, “Negara Indonesia
adalah Negara Hukum.”
Dalam konsep Negara Hukum itu, diidealkan bahwa yang harus dijadikan panglima dalam
dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan politik ataupun ekonomi. Karena
itu, jargon yang biasa digunakan dalam bahasa Inggeris untuk menyebut prinsip Negara
Hukum adalah ‘the rule of law, not of man’. Yang disebut pemerintahan pada pokoknya
adalah hukum sebagai sistem, bukan orang per orang yang hanya bertindak sebagai
‘wayang’ dari skenario sistem yang mengaturnya.
Gagasan Negara Hukum itu dibangun dengan mengembangkan perangkat hukum itu
sendiri sebagai suatu sistem yang fungsional dan berkeadilan, dikembangkan dengan
menata supra struktur dan infra struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial yang
tertib dan teratur, serta dibina dengan membangun budaya dan kesadaran hukum yang
rasional dan impersonal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Untuk itu, sistem hukum itu perlu dibangun (law making) dan ditegakkan (law enforcing)
sebagaimana mestinya, dimulai dengan konstitusi sebagai hukum yang paling tinggi
1
kedudukannya.

1
Jimly Asshiddiqie, Gagasan Negara Hukum Indonesia, hal. 1,
http://jimly.com/makalah/namafile/57/Konsep_Negara_Hukum_Indonesia.pdf, diakses 12nApril 2015
2
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 99


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Sebagai negara hukum, segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan,


kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan harus berdasarkan atas hukum
yang sesuai dengan sistem hukum nasional. Sistem hukum nasional merupakan hukum
yang berlaku di Indonesia dengan semua elemennya yang saling menunjangsatu dengan
yang lain dalam rangka mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan
2
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Pengertian dan Konsep Dasar Peraturan Perundang-undangan


Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011, maka definisi peraturan perundang-undangan adalah
peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk
atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur
yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.

a. Berbentuk peraturan tertulis


Pada hakekatnya, hukum dikelompokkan ke dalam hukum tertulis berupa peraturan
perundang-undangan, dan hukum tidak tertulis berupa hukum kebiasaan (hukum adat),
norma agama, atau putusan hakim (yurisprudensi). Oleh karenanya, peraturan
perundang-undangan hanya merupakan sebagian dari hukum yakni dalam arti hukum
tertulis. Pengertian ini mengandung makna masih diakui, perlu dihormati dan wajib
ditaati ketentuan-ketentuan hukum adat (kebiasaan) yang secara empiris berlaku dan
berkembang dalam kehidupan masyarakat. Misal, masih dikenal dan diakui keberadaan
Lembaga Subak di Bali, hak ulayat, dan sebagainya.

b. Pembentukannya harus dilakukan Lembaga Negara atau pejabat


yang berwenang.
Pengertian ini mengandung makna suatu peraturan perundang-undangan hanya sah
secara hukum apabila dibuat oleh pejabat yang berwenang membuatnya.

c. Mengikat secara umum.


Isi peraturan perundang-undangan mengikat secara umum, tidak mengikat orang
tertentu (untuk hal-hal tertentu) saja. Ciri umum ini dimaksudkan untuk membedakan
dengan keputusan tertulis dari pejabat berwenang, yang biasanya bersifat individual,
3
konkret, dan einmalig , yang lebih dikenal sebagai “keputusan/penetapan” (beschikking).
Pengertian mengikat umum dalam peraturan perundang-undangan tidak harus dimaknai
sebagai mengikat semua orang, tetapi hanya untuk menunjukkan bahwa peraturan
perundang-undangan tidak berlaku terhadap peristiwa konkret atau individu tertentu.
Karena itu, tidak disebut sebagai ”sesuatu yang mengikat umum” melainkan ”sesuatu
yang mengikat secara umum”.

Secara teoritis istilah perundang-undangan (legislation, wetgeving, atau


gesetzgebung), mempunyai beberapa pengertian berikut:
1. Sebagai proses pembentukan atau proses membentuk peraturan-
4
peraturan negara, baik di tingkat Pusat maupun Daerah ;
2. Segala peraturan negara yang merupakan hasil pembentukan peraturan-
5
peraturan, baik di tingkat Pusat maupun Daerah ;

3
Artinya hanya berlaku sesaat dan sekali saja yakni pada saat ditetapkannya produk hukum tersebut.
4
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, 2003, hal. 99.
5
Maria Farida Idrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan, Kanisius, Yogyakarta, 1998, hal. 3.

100| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

3. Peraturan yang berkaitan dengan Undang-Undang, baik peraturan itu


berupa Undang-Undang sendiri, Undang-Undang Dasar yang memberi
delegasi konstitusional maupun peraturan di bawah Undang-Undang
6
sebagai atribusi atau delegasi dari Undang-Undang tersebut . Atas dasar
atribusi dan delegasi kewenangan perundang-undangan, yang tergolong
peraturan perundang-undangan di Indonesia berdasarkan UUD 1945
7
sebelum diamandemen, adalah :
a. Undang-Undang, dan
b. Peraturan perundangan yang lebih rendah daripada Undang-Undang,
seperti:
1) Peraturan Pemerintah;
2) Keputusan Presiden yang berisi peraturan;
3) Keputusan Menteri yang berisi peraturan;
4) Keputusan Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen
yang berisi peraturan;
5) Keputusan Direktur Jenderal Departemen yang dibentuk dengan
Undang-Undang yang berisi peraturan;
6) Peraturan Daerah Provinsi;
7) Keputusan Gubernur Kepala Daerah yang berisi peraturan yang
melaksanakan ketentuan Peraturan Daerah Provinsi;
8) Peraturan Daerah Kabupaten dan Keputusan
Bupati/Walikota Kepala Daerah, yang berisi peraturan yang
melaksanakan ketentuan Peraturan Daerah Tingkat II.
4. Semua peraturan yang bersifat mengikat secara umum yang dikeluarkan
oleh Badan Perwakilan Rakyat bersama Pemerintah, baik di tingkat Pusat
maupun di Daerah, serta semua Keputusan Badan atau Pejabat Tata
8
Usaha Negara, baik di tingkat Pusat maupun Daerah .

Peraturan perundang-undangan yang bersifat mengikat umum (algemeen verbinden


voorshrift) disebut juga dengan istilah Undang-Undang dalam arti materiil (wet in
9
materiele zin) , yaitu semua hukum tertulis dari Pemerintah yang mengikat umum (ieder
10
rechtsvoorschrift van de overheid met algemeen strekking) .
Sebagai sebuah bentuk peraturan hukum yang bersifat in abstracto atau general norm,
maka perundang-undangan mempunyai ciri mengikat atau berlaku secara umum dan
11
bertugas mengatur hal-hal yang bersifat umum (general) .

Kata perundang-undangan apabila merupakan terjemahan wetgeving berarti sebagai:


1. perbuatan membentuk peraturan-peraturan negara tingkat pusat
atau tingkat daerah menurut tata cara yang ditentukan.
2. keseluruhan peraturan-peraturan negara tingkat pusat dan
tingkat daerah.
6
A.Hamid S.Attamimi, Hukum tentang Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan
Kebijaksanaan, Makalah Pidato Purna Bakti, Fakultas Hukum UI, Jakarta, 20 September 1993.
7
A.Hamid S.Attamimi, Perbedaan antara Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Kebijakan,
Makalah disampaikan pada Pidato Dies Natalis PTIK ke-46, Jakarta 17 Juni 1992, hal. 3.
8
Penjelasan Pasal 1 angka 2 UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
sebagaimana telah diubah berdasarkan UU No. 9 Tahun 2004.
9
Di samping istilah Undang-Undang dalam arti materiil, dikenal juga istilah Undang-Undang dalam arti formal (wet
in formele zin) yaitu keputusan yang dibuat bersama-sama antara Presiden dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
10
NE. Algra en HCJG Jansenn, Rechtsingang, Een Orientatie in het Recht, HD Tjeenk Willink bv., Groningen, 1974,
hal. 59.
11
SF. Marbun dan Moh. Mahfud, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty Yogyakarta, 1987, hal. 94.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 101


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

3. Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Secara Teoritis


Asas peraturan perundang-undangan, termasuk produk hukum desa, secara teoritis
dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Asas Tingkatan Hirarki

Suatu perundang-undangan isinya tidak boleh bertentangan dengan isiperundang-


undangan yang lebih tinggi tingkatan atau derajatnya. Berdasarkan asas ini dapatlah
dirinci hal-hal berikut :
a. Perundang-undangan yang lebih rendah derajatnya tidak dapat mengubah atau
mengesampingkan ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang lebih tinggi,
tetapi yang sebaliknya dapat;
b. Perundang-undangan hanya dapat dicabut, diubah atau ditambah oleh atau
dengan perundang-undangan yang sederajat atau yang lebih tinggi
tingkatannya;
c. Ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang lebih rendah tingkatannya tidak
mempunyai kekuatan hukum dan tidak mengikat apabila bertentangan dengan
perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya;
d. Ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang lebih tinggi tetap berlaku dan
mempunyai kekuatan hukum serta mengikat, walaupun diubah, ditambah diganti
atau dicabut oleh perundang-undangan yang lebih rendah;
e. Materi yang seharusnya diatur oleh perundang-undangan yang lebih tinggi
tingkatannya tidak dapat diatur oleh perundang-undangan yang lebih rendah,
tetapi yang sebaliknya dapat. Namun demikian, tidak tepat apabila perundang-
undangan yang lebih tinggi mengambil alih fungsi perundang-undangan yang
lebih rendah. Apabila terjadi demikian, pembagian wewenang mengatur dalam
suatu negara menjadi kabur. Di samping itu, badan pembentuk perundang-
undangan yang lebih tinggi tersebut akan teramat sibuk dengan persoalan-
persoalan yang selayaknya diatur oleh badan pembentuk perundang-undangan
yang lebih rendah.

Asas-asas tersebut di atas penting untuk ditaati. Tidak ditaatinya asas dimaksud akan
menimbulkan ketidaktertiban dan ketidakpastian dari sistem perundang-undangan,
bahkan dapat menimbulkan kekacauan atau kesimpangsiuran perundang-undangan.

b. Peraturan Perundang-undangan tidak dapat Diganggu Gugat

Asas ini berkaitan dengan hak menguji perundang-undangan (toetsingsrecht).


Sebagaimana diketahui hak menguji perundang-undangan ada 2 (dua) macam yakni:
a. Hak menguji secara materiel (materieletoetsingsrech) yaitu, menguji materi atau isi
dari perundang-undangan apakah bertentangan dengan ketentuan-ketentuan
perundang-undangan yang lebih tinggi derajatnya.
b. Hak menguji secara formal (formele toetsingsrecht) yaitu menguji apakah
semua formalitas atau tata cara pembentukan sudah dipenuhi.
Dalam hal ini, materi atau isi peraturan perundang-undangan tidak dapat diuji oleh
siapapun, kecuali oleh badan pembentuk sendiri atau badan yang berwenang yang
lebih tinggi. Jadi yang dapat menguji dan mengadakan perubahan hanyalah badan
pembentuk peraturan perundang-undangan itu sendiri atau badan yang berwenang
yang lebih tinggi.

102| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Namun, dalam perkembangannya, asas peraturan perundang-undangan tidak dapat


diganggu gugat tersebut sudah memiliki penyimpangan. Dalam hal ini konsep judicial
review meletakkan lembaga peradilan (misalnya Mahkamah Agung, atau Mahkamah
Konstitusi) dapat menjadi lembaga yang menguji konstitusionalitas peraturan
perundangan. Dalam konsep demikian badan pembentuk peraturan perundangan
menjadi positive legislator sedangkan lembaga pelaksana judicial review bertindak
sebagai negative legislator.

Perlu diketahui, asas peraturan perundang-undangan tidak dapat diganggu gugat tetap
konsisten diterapkan di negara-negara yang menganut prinsip kedaulatan parlemen
(parliamentary sovereignty). Di negara-negara demikian – seperti Inggris dan Perancis,
sebagai perwujudan kedaulatan parlemen, produk parlemen – termasuk undang-undang
– dinyatakan tidak dapat diganggu-gugat.

c. Peraturan Perundang-undangan yang Bersifat Khusus


Mengesampingkan Peraturan Perundang-undangan yang Bersifat
Umum (Lex Specialis Derogat Lex Generalis)

Pada prinsipnya, peraturan perundang-undangan yang bersifat umum mengatur


persoalan-persoalan pokok dan berlaku secara umum pula. Selain itu ada juga
peraturan perundang-undangan yang menyangkut persoalan pokok dimaksud, tetapi
pengaturannya secara khusus menyimpang dari ketentuan peraturan perundang-
undangan yang umum tersebut .

Kekhususan itu dikarenakan sifat hakikat dari masalah atau persoalan atau karena
kepentingan yang hendak diatur mempunyai nilai intrinsic yang khusus, sehingga
diperlukan pengaturan secara khusus pula. Sebagai contoh, di Indonesia terdapat
hukum pidana umum yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) yang berlaku umum (berlaku bagi setiap penduduk). Sungguhpun demikian,
bagi golongan tertentu, dalam hal ini misalnya untuk militer, disebabkan sifat hakikat
tugasnya yang khusus yaitu bertempur dengan menggunakan kekerasan (senjata),
perlu bagi militer tersebut dalam beberapa hal mengenai hukum pidana diatur secara
khusus, menyimpang dari hukum pidana umum. Masalah yang khusus dimaksud,
antara lain misalnya apa yang dikenal dengan tindak pidana desersi, yaitu perbuatan
meninggalkan kesatuannya untuk selama-lamanya tanpa izin atau tindak pidana
melarikan diri dari pertempuran, dan lain sebagainya. Oleh karenanya untuk kalangan
militer ditetapkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM) yang
bersifat khusus di samping KUHP yang bersifat umum.

Dalam KUHP telah diatur misalnya mengenai tindak pidana pencurian (Pasal 362 dan
seterusnya), tetapi pencurian yang dilakukan oleh militer di dalam kesatuan militer
diatur pula dalam KUHPM (Pasal 140). Dengan demikian terhadap militer yang
melakukan pencurian dalam kesatuan militer berlaku 2 (dua) ketentuan hukum, yaitu
Pasal 362 KUHP dan Pasal 140 KUHPM. Dalam keadaan tersebut yang digunakan atau
berlaku adalah Pasal 140 KUHPM. Perbedaannya adalah ancaman hukuman dalam
Pasal 140 KUHPM lebih berat daripada ancaman hukuman Pasal 362 KUHP. Jadi
dalam hal ini Undang-Undang yang bersifat khusus mengesampingkan Undang-
Undang yang bersifat umum dalam persaingannya dengan Undang-Undang yang
bersifat umum tersebut.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 103


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kekhususan dimaksud dapat dilihat dari rumusan Undang-Undang itu sendiri.


Misalnya, Pasal 1 KUHPM merumuskan tentang berlakunya KUHP (Undang-Undang
yang umum), kecuali jika ditetapkan secara khusus dalam KUHPM menyimpang dari
KUHP. Demikian juga mengenai hubungan hukum yang khusus dengan hukum yang
umum dalam bidang perdata yaitu, antara hukum dagang dengan hukum perdata,
tercantum dalam rumusan Pasal 1 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
yang menyatakan bahwa KUH Perdata berlaku terhadap persolan-persoalan yang
diatur oleh KUHD, kecuali yang ditentukan menyimpang.

d. Peraturan Perundang-undangan tidak Berlaku Surut

Asas ini berkaitan dengan lingkungan kuasa hukum (geldingsgebied van het
recht), meliputi:
a. Lingkungan kuasa tempat (ruimtegebied, territorial sphere), yang menunjukkan
tempat berlakunya hukum atau perundang-undangan. Suatu ketentuan hukum
atau perundang-undangan berlaku untuk seluruh wilayah negara atau hanya
untuk sebagian wilayah negara.
b. Lingkungan kuasa personel (zakengebied, material sphere), yaitu menyangkut
masalah atau persoalan yang diatur. Misalnya, apakah mengatur persoalan
perdata atau mengatur persoalan publik. Lebih sempit lagi, apakah mengatur
persoalan pajak ataukah mengatur persoalan kewarganegaraan, dan lain
sebaginya.
c. Lingkungan kuasa orang (personengebied, personal sphere), yaitu menyangkut
orang yang diatur, apakah berlaku untuk setiap penduduk atau hanya untuk
Pegawai Negeri atau hanya untuk kalangan anggota ABRI saja, dan lain
sebagainya;
d. Lingkungan kuasa waktu (tijdsgebied, temporal sphere), yang menunjukkan sejak
kapan dan sampai kapan berlakunya sesuatu ketentuan hukum atau perundang-
undangan.

Asas “Peraturan Perundang-undangan tidak berlaku surut” berkaitan dengan


lingkungan kuasa waktu atau tijdsgebied atau temporal sphere sebagaimana tersebut
di atas. Peraturan perundang-undangan dibuat dengan maksud untuk keperluan
masa depan sejak peraturan perundang-undang tersebut diundangkan. Tidaklah
layak apabila materi yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
diberlakukan untuk masa silam sebelum peraturan perundang-undangan itu dibuat
dan diundangkan. Karena apabila diberlakukan surut akan dapat menimbulkan
berbagai akibat yang tidak baik.

e. Peraturan Perundang-undangan yang Baru Mengesampingkan


Peraturan Perundang-undangan yang Lama (Lex Posteriori
Derogat Lex Priori)

Apabila ada suatu masalah yang diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan
yang lama diatur pula dalam peraturan perundang-undangan yang baru, maka
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang baru yang berlaku. Dalam hal
ini tentunya apabila ada perbedaan, baik mengenai maksud, tujuan maupun
maknanya.

104| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Secara Normatif

Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011, maka dalam membentuk Peraturan Perundang-


undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan yang baik, yang meliputi:
a. kejelasan tujuan.
setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang
jelas yang hendak dicapai.
b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat.
Setiap jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga negara atau
pejabat Pembentuk Peraturan Perundang-undangan yang berwenang. Peraturan
Perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum apabila
dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang tidak berwenang.
c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan.
Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus benar-benar
memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki Peraturan
Perundang-undangan.
d. dapat dilaksanakan.
Setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus memperhitungkan
efektivitas Peraturan Perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara
filosofis, sosiologis, maupun yuridis
e. kedayagunaan dan kehasilgunaan.
Setiap Peraturan Perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar
dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara
f. kejelasan rumusan.
Setiap Peraturan Perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis
penyusunan Peraturan Perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah,
serta bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan
berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.
g. keterbukaan.
dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mulai dari perencanaan,
penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan bersifat
transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat mempunyai
kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan

Materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan asas:


a. pengayoman.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus berfungsi memberikan
pelindungan untuk menciptakan ketentraman masyarakat.
b. Kemanusiaan.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan
pelindungan dan penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap
warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional
c. Kebangsaan.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan
watak bangsa Indonesia yang majemuk dengan tetap menjaga prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 105


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

d. Kekeluargaan.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan
musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.
e. Kenusantaraan.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan senantiasa memperhatikan
kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan Materi Muatan Peraturan Perundang-
undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang
berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
f. bhinneka tunggal ika.
Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus memperhatikan keragaman
penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah serta budaya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
g. Keadilan.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan keadilan
secara proporsional bagi setiap warga negara.
h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan tidak boleh memuat hal yang
bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras,
golongan, gender, atau status sosial
i. ketertiban dan kepastian hukum.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus dapat mewujudkan
ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum
j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu, masyarakat
dan kepentingan bangsa dan negara.

Selain mencerminkan asas tersebut, Peraturan Perundang-undangan tertentu dapat berisi


asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang
bersangkutan. Antara lain:
a. dalam Hukum Pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa
kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah;
b. dalam Hukum Perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain,
asas kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad baik.

4. Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-undangan


Hierarki peraturan perundang-undangan adalah penjenjangan setiap jenis Peraturan
Perundang-undangan yangdidasarkan pada asas bahwa Peraturan Perundang-
undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Mengacu pada Pasal 7 ayat (1) UU No.12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

106| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

HIERARKI PERATURAN
Peraturan Desa adalah
PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Perundang-
undangan yang ditetapkan
oleh Kepala Desa setelah
dibahas dan disepakati
bersama BPD.
Peraturan Bersama Kepala
Desa adalah Peraturan yang
ditetapkan oleh dua atau
lebih Kepala Desa dan
bersifat mengatur.
Peraturan Kepala Desa
adalah Peraturan yang
ditetapkan oleh Kepala Desa
dan bersifat mengatur.

Bagan 1
Sedangkan Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial,
Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk
dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.

Peraturan Perundang-undangan ini diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan


hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang
lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.

Dalam hal suatu Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah
Konstitusi. Sedangkan dalam hal suatu Peraturan Perundang-undangan di bawah
Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang, pengujiannya dilakukan
oleh Mahkamah Agung.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 107


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

5. Jenis dan Kedudukan Peraturan Di Desa dalam sistem hukum nasional

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 111 Tahun 2014 tentang
Pedoman Teknis Penyusunan Peraturan di Desa, jenis peraturan di desa meliputi:
1) Peraturan Desa;
2) Peraturan Bersama Kepala Desa; dan
3) Peraturan Kepala Desa.
Peraturan Desa berisi materi pelaksanaan kewenangan desa dan penjabaran lebih
lanjut dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Adapun Peraturan
bersama Kepala Desa berisi materi kerjasama desa. Sedangkan Peraturan Kepala Desa
berisi materi pelaksanaan peraturan desa, peraturan bersama kepala desa dan tindak
lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Selain mengeluarkan produk hukum yang bersifat pengaturan, Kepala Desa juga
dapat menetapkan Keputusan Kepala Desa untuk pelaksanaan Peraturan di desa,
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan dalam rangka pelaksanaan
kewenangan desa yang bersifat penetapan.Keputusan Kepala Desa adalah penetapan
yang bersifat konkrit, individual, dan final.

6. Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam Penyusunan Peraturan Di Desa


Badan Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi:
1) membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala
Desa;
2) menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan
3) melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

Anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil dari penduduk Desa


berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis
dengan masa keanggotaan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pengucapan sumpah/janji.Jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan
dengan jumlah gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan)
orang, dengan memperhatikan wilayah, perempuan, penduduk, dan kemampuan
Keuangan Desa.
Adapun mekanisme musyawarah Badan Permusyawaratan Desa sebagai berikut:
1) musyawarah Badan Permusyawaratan Desa dipimpin oleh pimpinan
Badan Permusyawaratan Desa;
2) musyawarah Badan Permusyawaratan Desa dinyatakan sah apabila dihadiri
oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota Badan
Permusyawaratan Desa;
3) pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah guna mencapai
mufakat;
4) apabila musyawarah mufakat tidak tercapai, pengambilan
keputusan dilakukan dengan cara pemungutan suara;
5) pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam huruf d dinyatakan sah
apabila disetujui oleh paling sedikit ½ (satu perdua) ditambah 1 (satu) dari
jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa yang hadir; dan
6) hasil musyawarah Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dengan
keputusan Badan Permusyawaratan Desa dan dilampiri notulen
musyawarah yang dibuat oleh sekretaris Badan Permusyawaratan Desa.

107| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Badan Permusyawaratan Desa juga memiliki tugas penting lain yaitu


menyelenggarakan Musyawarah Desa. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan
nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah
Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan
Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategismeliputi:
1) penataan Desa;
2) perencanaan Desa;
3) kerja sama Desa;
4) rencana investasi yang masuk ke Desa;
5) pembentukan BUM Desa;
6) penambahan dan pelepasan Aset Desa; dan
7) kejadian luar biasa.

Musyawarah Desa dilaksanakan paling kurang sekali dalam 1 (satu) tahun dengan
dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

7. Kewenangan Bupati/Walikota melakukan Evaluasi dan Klarifikasi Peraturan


Desa
Berdasarkan Pasal 112 UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota membina dan mengawasi
penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Adapun Pembinaan dan pengawasan
yangdilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota meliputi:
1) memberikan pedoman pelaksanaan penugasan
urusan Kabupaten/Kota yang dilaksanakan oleh Desa;
2) memberikan pedoman penyusunan Peraturan Desa
dan Peraturan Kepala Desa;
3) memberikan pedoman penyusunan
perencanaan pembangunan partisipatif;
4) melakukan fasilitasi penyelenggaraan Pemerintahan
Desa; dan
5) melakukan evaluasi dan pengawasan Peraturan
Desa. Evaluasi disini termasuk juga melakukan
pembatalan terhadap Peraturan Desa.

Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama
Badan Permusyawaratan Desa merupakan kerangka hukum dan kebijakan dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Pembangunan Desa. Penetapan Peraturan
Desa merupakan penjabaran atas berbagai kewenangan yang dimiliki Desa mengacu
pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Sebagai sebuah
produk hukum, Peraturan Desa tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang
lebih tinggi dan tidak boleh merugikan kepentingan umum, yaitu:
1) terganggunya kerukunan antarwarga masyarakat;
2) terganggunya akses terhadap pelayanan publik;
3) terganggunya ketenteraman dan ketertiban umum;
4) terganggunya kegiatan ekonomi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa; dan
5) diskriminasi terhadap suku, agama dan
12
kepercayaan, ras, antar golongan, serta gender.

12
Penjelasan Umum UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 108


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

a. Evaluasi rancangan Peraturan desa ke Bupati/Walikota

Evaluasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap rancangan Peraturan Desa untuk
mengetahui bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa,


pungutan, tata ruang, dan organisasi Pemerintah Desa yang telah dibahas dan
disepakati oleh Kepala Desa dan BPD, disampaikan oleh Kepala Desa kepada
Bupati/Walikota Melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak
disepakati untuk dievaluasi. Dalam hal Bupati/Walikota tidak memberikan hasil
evaluasi dalam batas waktu, Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya.
Hasil evaluasi rancangan Peraturan Desa diserahkan oleh Bupati/Walikota paling lama
20 (dua puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan Peraturan tersebut
oleh Bupati/Walikota. Dalam hal Bupati/Walikota telah memberikan hasil evaluasi,
Kepala Desa wajib memperbaikinya.

Kepala Desa memperbaiki rancangan peraturan desa paling lama 20 (dua puluh) hari
sejak diterimanya hasil evaluasi.Kepala Desa dapat mengundang BPD untuk
memperbaiki rancangan peraturan desa. Hasil koreksi dan tindaklanjut disampaikan
Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui camat.
Dalam hal Kepala Desa tidak meninjaklanjuti hasil evaluasi, dan tetap menetapkan
menjadi Peraturan Desa, Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dengan
Keputusan Bupati/Walikota.

b. Klarifikasi Peraturan Desa

Klarifikasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap Peraturan di Desa untuk


mengetahui bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi.
Peraturan Desa yang telah diundangkan disampaikan oleh Kepala Desa kepada
Bupati/Walikota paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak diundangkan untuk diklarifikasi.
Bupati/Walikota melakukan klarifikasi Peraturan Desa dengan membentuk tim
klarifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterima.

Hasil klarifikasi oleh Bupati/Walikota dapat berupa:


1) hasil klarifikasi yang sudah sesuai dengan
kepentingan umum, dan/atau ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi; dan
2) hasil klarifikasi yang bertentangan dengan
kepentingan umum dan/atau ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Dalam hal hasil klarifikasi Peraturan Desa tidak bertentangan dengan kepentingan
umum, dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
Bupati/Walikota menerbitkan surat hasil klarifikasi yang berisi hasil klarifikasi yang
telah sesuai. Sedangkan dalam hal hasil klarifikasi bertentangan dengan kepentingan
umum, dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa tersebut dengan Keputusan
Bupati/Walikota.

109 | Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

8. Kerjasama Antar-Desa Menurut UU Desa dan Peraturan Pelaksanaannya


Berdasarkan Pasal 91 UU No. 6 tahun 2014, Desa dapat mengadakan kerja sama
dengan Desa lain dan/atau kerja sama dengan pihak ketiga. Kerja sama antar-Desa
sendiri meliputi:
1) pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa
untuk mencapai nilai ekonomi yang berdaya saing;
2) kegiatan kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan,
dan pemberdayaan masyarakat antar-Desa; dan/atau
3) bidang keamanan dan ketertiban.

Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa melalui
kesepakatan musyawarah antar-Desa.Kerja sama antar-Desa dilaksanakan oleh badan
kerja sama antar-Desa yang dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa.
Musyawarah antar-Desa sendiri membahas hal yang berkaitan dengan:
1) pembentukan lembaga antar-Desa;
2) pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah
Daerah yang dapat dilaksanakan melalui skema kerja
sama antar-Desa;
3) perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan program
pembangunan antar-Desa;
4) pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa, antar-
Desa, dan Kawasan Perdesaan;
5) masukan terhadap program Pemerintah Daerah
tempat Desa tersebut berada; dan
6) kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja
sama antar-Desa.

Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa, badan kerja sama antar-Desa dapat


membentuk kelompok/lembaga sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan dalam
pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang merupakan milik 2 (dua)
Desa atau lebih.

Selain kerjasama antar desa, Desa juga dapat mengadakan kerja sama dengan pihak
ketiga untuk mempercepat dan meningkatkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa. Kerja sama dengan pihak ketiga tersebut
sebelumnya perlu dimusyawarahkan dalam Musyawarah Desa.

Pelaksanaan kerja sama antar-Desa diatur dengan peraturan bersama kepala Desa.
Sedangkan pelaksanaan kerja sama Desa dengan pihak ketiga diatur dengan perjanjian
bersama.Peraturan bersama dan perjanjian bersama tersebut paling sedikit memuat:
1) ruang lingkup kerja sama;
2) bidang kerja sama;
3) tata cara dan ketentuan pelaksanaan kerja sama;
4) jangka waktu;
5) hak dan kewajiban;
6) pendanaan;
7) tata cara perubahan, penundaan, dan pembatalan; dan
8) penyelesaian perselisihan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 110


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Badan kerja sama antar-Desa terdiri atas Pemerintah Desa, anggota Badan
Permusyawaratan Desa, lembaga kemasyarakatan Desa, lembaga Desa lainnya,
dantokoh masyarakat dengan mempertimbangkan keadilan gender. Adapun
susunan organisasi, tata kerja, dan pembentukan badan kerja sama ditetapkan
dengan peraturan bersama kepala Desa. Secara organisasi, badan kerja sama
bertanggung jawab kepada kepala Desa.

Perubahan atau berakhirnya kerja sama Desa harus dimusyawarahkan dengan


menyertakan para pihak yang terikat dalam kerja sama Desa. Kerja sama Desa dapat
berakhir apabila:
1) terdapat kesepakatan para pihak melalui prosedur
yang ditetapkan dalam perjanjian;
2) tujuan perjanjian telah tercapai;
3) terdapat keadaan luar biasa yang mengakibatkan
perjanjian kerja sama tidak dapat dilaksanakan;
4) salah satu pihak tidak melaksanakan atau
melanggar ketentuan perjanjian;
5) dibuat perjanjian baru yang menggantikan perjanjian lama;
6) bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
7) objek perjanjian hilang;
8) terdapat hal yang merugikan kepentingan
masyarakat Desa, daerah, atau nasional; atau
9) berakhirnya masa perjanjian.

Setiap perselisihan yang timbul dalam kerja sama Desa diselesaikan secara musyawarah
serta dilandasi semangat kekeluargaan. Apabila terjadi perselisihan kerja sama Desa
dalam satu wilayah kecamatan, penyelesaiannya difasilitasi dan diselesaikan oleh
camat.Apabila terjadi perselisihan kerja sama Desa dalam wilayah kecamatan yang
berbeda pada satu kabupaten/kota difasilitasi dan diselesaikan oleh bupati/walikota.
Penyelesaian perselisihan tersebut bersifat final dan ditetapkan dalam berita acara yang
ditandatangani oleh para pihak dan pejabat yang memfasilitasi penyelesaian
perselisihan.

Sementara pada perselisihan dengan pihak ketiga yang tidak dapat terselesaikan
setelah dilakukan fasilitasi sesuai peraturan perundang-undangan, dilakukan
penyelesaian melalui proses hukum.

9. Prosedur Penyusunan Peraturan Di Desa


a. Penyusunan Peraturan Desa
Tahap Perencanaan. Perencanaan penyusunan rancangan Peraturan Desa
ditetapkan oleh Kepala Desa dan BPD dalam rencana kerja Pemerintah Desa. Selain
itu, Lembaga kemasyarakatan, lembaga adat dan lembaga desa lainnya di desa juga
dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Desa dan atau BPD untuk rencana
penyusunan rancangan Peraturan Desa.

111| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Tahap Penyusunan oleh Kepala Desa.


Penyusunan rancangan Peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah Desa.Rancangan
Peraturan Desa yang telah disusun, wajib dikonsultasikan kepada masyarakat desa
(sesuai pasal 6 ayat 2 permendagri 111/2014) dan dapat dikonsultasikan kepada
camat untuk mendapatkan masukan. Rancangan Peraturan Desa yang dikonsultasikan
diutamakan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat yang terkait langsung
dengan substansi materi pengaturan.

Masukan dari masyarakat desa dan camat digunakan Pemerintah Desa untuk
tindaklanjut proses penyusunan rancangan Peraturan Desa. Rancangan Peraturan
Desa yang telah dikonsultasikan disampaikan Kepala Desa kepada BPD untuk
dibahas dan disepakati bersama.

Tahap Penyusunan Peraturan Desa oleh BPD.


Selain diprakarsai oleh Pemerintah Desa, BPD dapat menyusun dan mengusulkan
rancangan Peraturan Desa, kecuali untuk rancangan Peraturan Desa tentang rencana
pembangunan jangka menengah Desa, rancangan Peraturan Desa tentang rencana
kerja Pemerintah Desa, rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa dan rancangan
Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB
Desa.

Tahap Pembahasan.
BPD mengundang Kepala Desa untuk membahas dan menyepakati rancangan
Peraturan Desa.Dalam hal terdapat rancangan Peraturan Desa prakarsa Pemerintah
Desa danusulan BPD mengenai hal yang sama untuk dibahas dalam waktu
pembahasan yang sama, maka didahulukan rancangan Peraturan Desa usulan BPD
sedangkan Rancangan Peraturan Desa usulan Kepala Desa digunakan sebagai bahan
untuk dipersandingkan.
Rancangan Peraturan Desa yang belum dibahas dapat ditarik kembali oleh pengusul.
Rancangan Peraturan Desa yang telah dibahas tidak dapat ditarik kembali kecuali
atas kesepakatan bersama antara Pemerintah Desa dan BPD.
Rancangan peraturan Desa yang telah disepakati bersama disampaikan oleh
pimpinan Badan Permusyawaratan Desa kepada kepala Desa untuk ditetapkan
menjadi peraturan Desa paling lambat 7 (tujuh) Hari terhitung sejak tanggal
kesepakatan. Rancangan peraturan Desa wajib ditetapkan oleh kepala Desa dengan
membubuhkan tanda tangan paling lambat 15 (lima belas) Hari terhitung sejak
diterimanya rancangan peraturan Desa dari pimpinan Badan Permusyawaratan Desa.

Tahap Penetapan.
Rancangan Peraturan Desa yang telah dibubuhi tanda tangan disampaikan kepada
Sekretaris Desa untuk diundangkan.Dalam hal Kepala Desa tidak menandatangani
Rancangan Peraturan Desa tersebut, Rancangan Peraturan Desa tersebut wajib
diundangkan dalam Lembaran Desa dan sah menjadi Peraturan Desa.

Tahap Pengundangan.
Sekretaris Desa mengundangkan peraturan desa dalam lembaran desa. Peraturan
Desa dinyatakan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat
sejak diundangkan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 112


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Tahap Penyebarluasan.
Penyebarluasan dilakukan oleh Pemerintah Desa dan BPD sejak penetapan rencana
penyusunan rancangan Peraturan Desa, penyusunan Rancangan Peratuan Desa,
pembahasan Rancangan Peraturan Desa, hingga Pengundangan Peraturan Desa.
Penyebarluasan dilakukan untuk memberikan informasi dan/atau memperoleh
masukan masyarakat dan para pemangku kepentingan.

Tahap Perencanaan, Penyusunan, Pembahasan, Penetapan, Pengundangan dan


Penyebarluasan Peraturan Desa

Lembar Informasi Musayawarah Desa

a. Pengertian Musyawarah Desa


Istilah musyawarah berasal dari kata Syawara yaitu berasal dari Bahasa Arab yang berarti
berunding, urun rembuk atau mengatakan dan mengajukan sesuatu. Istilah lain dalam tata
Negara Indonesia dan kehidupan modern tentang musyawarah dikenal dengan sebutan
“syuro”, “rembug desa”, “kerapatan nagari” bahkan “demokrasi”. Kata Musyawarah
menurut bahasa berarti "berunding" dan "berembuk".Pengertian musyarawarah menurut
istilah adalah perundingan bersama antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan
keputusan yang terbaik.

113| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Musyawarah adalah pengambilan keputusan bersama yang telah disepakati dalam


memecahkan suatu masalah. Cara pengambilan keputusan bersama dibuat apabila
keputusan tersebut menyangkut kepentingan orang banyak atau masyarakat luas.
Musyawarah Desa merupakan forum tertinggi di Desa yang berfungsi untuk mengambil
keputusan atas hal-hal yang bersifat strategis.Menempatkan Musyawarah Desa sebagai
bagian dari kerangka kerja demokratisasi dimaksudkan untuk mengedepankan
Musyawarah Desa yang menjadi mekanisme utama pengambilan keputusan Desa. Dengan
demikian, perhatian khusus terhadap Musyawarah Desa merupakan bagian integral
terhadap kerangka kerja demokratisasi Desa. Dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014
tentang Desa mendefinisikan musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain
adalah musyawarah antara BPD, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat
strategis.

b. Dasar Pemikiran Muswarah Desa


Musyawarah desa merupakan institusi dan proses demokrasi deliberatif yang berbasis
desa. Secara historis musyawarah desa merupakan tradisi masyarakat lokal Indonesia.Salah
satu model musyawarah desa yang telah lama hidup dan dikenal di tengahtengah
masyarakat desa adalah Rapat Desa (rembug Desa) yang ada di Jawa.Dalam tradisi rapat
desa selalu diusahakan untuk tetap memperhatikan setiap aspirasi dan kepentingan warga
sehingga usulan masyarakat dapat terakomodasi dan memperkecil munculnya konflik di
masyarakat.
Beberapa pembelajaran dari pelaksanaan musyawarah dibeberapa tempat seperti
Kerapatan Adat Nagari di Sumatera Barat, Saniri di Maluku, Gawe rapah di Lombok,
Kombongan di Toraja, Paruman di Bali. Menunjukkan tradisi musyawarah masa lalu
cenderung elitis, bias gender dan tidak melibatkan kaum miskin dan kelompk rentan
lainnya.

c. Tujuan Muswarah Desa


Musyawarah desa dilaksanakan untuk membuka kebekuan atau kesulitan dalam
pengambilan keputusan dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melihat
sebuah persoalan pembangunan dari berbagai sudut pandang.Melalui musyawarah desa,
keputusan yang dihasilkan sesuai dengan standar dan persepsi seluruh peserta. Keputusan
yang diperoleh dengan musyawarah akan lebih berbobot karena di dalamnya terdapat
pendapat, pemikiran dan ilmu dari para peserta. Musyawarah desa dilakukan untuk
memperoleh kesepakatan bersama sehinggakeputusan yang akhirnya diambil bisa
diterima dan dijalankan oleh semua peserta dengan penuh rasa tanggung jawab.Dengan
demikian, pemaksanaan desa sebagai self governing community (SGC) direpresentasikan
oleh Musyawarah Desa.

d. Prinsip-Prinsip Muswarah Desa


1) Partisipatif
Partisipasi berarti keikutsertaan masyarakat Desa dalam setiap kegiatan dan
pengambilan keputusan strategis Desa.Partisipasi dilaksanakan tanpa memandang
perbedaan gender (laki-laki/perempuan), tingkat ekonomi (miskin/kaya), status sosial
(tokoh/orang biasa), dan seterusnya. Dalam Musyawarah Desa, pelaksanaan partisipasi
tersebut dijamin sampai dalam tingkat yang sangat teknis.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 114


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

2) Demokratis
Setiap warga masyarakat berhak untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan
Musyawarah Desa. Masyarakat diberikan kesempatan sesuai hak dan kewajibannya
untuk menyatakan pandangan, gagasan, pendapat dan sarannya terkait pembahasan
hal-hal yang bersifat startegis di desa.Musyawarah desa merupakan representasi
keterwakilan masyarakat dalam penentuan kebijakan pembangunan di
desa.Musyawarah mendorong kerjasama, kolektivitas, kelembagaan dan hubungan
sosial yang lebih harmonis.
3) Transparan
Proses Musyawarah Desa berlangsung sebagai kegiatan yang berlangsung demi
kepentingan masyarakat Desa. Sebab itu masyarakat Desa harus mengetahui apa yang
tengah berlangsung dalam proses pengambilan keputusan di desa. Prinsip transparan
berarti tidak ada yang disembunyikan dari masyarakat Desa, kemudahan dalam
mengakses informasi, memberikan informasi secara benar, baik dalam hal materi
permusyawaratan.
4) Akuntabel
Dalam setiap tahapan kegiatan Musyawarah Desa yang dilaksanakan harus dikelola
secara benar dan dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat atau pemangku
kepentingan baik secara moral, teknis, administratif dan sesuai dengan peraturan dan
ketentuan yang berlaku atau yang disepakati bersama oleh masyarakat, pemerintah
desa dan Badan Permusyawaratan Desa.

e. Hak dan Kewajiban Masyarakat


Hak masyarakat dalam penyelenggaraan Musyawarah Desa diantaranya mendapatkan
informasi secara lengkap dan benar tentang hal-hal bersifat strategis, pengawasan dan
perlakuan yang sama dalam menyampaikan aspirasi. Kewajiban masyarakat mendorong
swadaya gotong-royong dalam penyusunan kebijakan publik melalui Musyawarah Desa.
Mendorong terciptanya situasi yang aman, nyaman, dan tenteram selama proses
berlangsungnya Musyawarah Desa. Melaksanakan komitmen hasil dari musyawarah.
Secara ringkas dapat digambarkan pada bagan berikut:

f. Karakteristik Musyawarah Desa


Musyawarah Desa mempunyai empat karakteristik, yaitu:
Pertama, Musyawarah Desa sebagai wadah demokrasi asosiatif.Artinya seluruh elemen
desa merupakan asosiasi yang berdasar pada asas kebersamaan, kekeluargaan dan
gotongroyong.Mereka membangun aksi kolektif untuk kepentingan desa.Kekuatan
asosiatif ini juga bisa hadir sebagai masyarakat sipil yang berhadapan dengan negara dan
modal.
Kedua, Musyawarah Desa sebagai wadah demokrasi inklusif atau demokrasi untuk
semua.Berbagai elemen desa tanpa membedakan agama, suku, aliran, golongan,
kelompok maupun kelas duduk bersama dalam pembahasan hal-hal startegis di desa.
Ketiga, Musyawarah Desa sebagai wadah demokrasi deliberatif.Artinya Musyawarah Desa
menjadi tempat untuk tukar informasi, komunikasi, diskusi atau musyawarah untuk
mufakat mencari kebaikan bersama.
Keempat, Musyawarah Desa mempunyai fungsi demokrasi protektif. Artinya Musyawarah
Desa dapat menyeimbangkan kedudukan desa dari intervensi negara, modal atau pihak
lain yang merugikan desa dan masyarakat.

115| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

g. Manfaat Muswarah Desa


Berikut diuraikan beberapa manfaat dari sebuah musyawarah desa, diantaranya:
1) Melatih untuk menyuarakan pendapat (ide)
2) Masalah dapat segera terpecahkan
3) Keputusan yang diambil memiliki nilai keadilan
4) Hasil keputusan yang diambil dapat menguntungkan semua pihak
5) Dapat menyatukan pendapat yang berbeda
6) Adanya kebersamaan
7) Dapat mengambil kesimpulan yang benar
8) Mencari kebenaran dan menjaga diri dari kekeliruan
9) Menghindari celaan
10) Menciptakan stabilitas emosi

h. Tata Tertib Musyawarah Desa


Beberapa unsur-unsur pokok yang perlu diperhatikan dalam Musyawarah Desa, yaitu
peserta, undangan dan pendamping. Digambarkan sebagai berikut:

1) Pimpinan Musyawarah
Pimpinan Musyawarah Desa menjaga agar permusyawaratan Desa berjalan sesuai
dengan ketentuan dalam peraturan tentang Tata Tertib Musyawarah Desa.
2) Pendamping Desa
Pimpinan Musyawarah Desa dapat meminta pendamping Desa yang berasal dari
satuan kerja prangkat daerah kabupaten/kota, pendamping profesional dan/atau
pihak ketiga untuk membantu memfasilitasi jalannya Musyawarah Desa.
Pendamping Desa tidak memiliki hak untuk berbicara yang bersifat memutuskan
sebuah kebijakan publik terkait hal strategis yang sedang
dimusyawarahkan.Pendamping Desa melakukan tugas sebagai berikut:
(1) Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang pokok pembicaraan;
(2) Mengklarifikasi arah pembicaraan dalam musyawarah desa yang sudah
menyimpang dari pokok pembicaraan;
(3) Membantu mencarikan jalan keluar; dan
(4) Mencegah terjadinya konflik dan pertentangan antarpeserta yang dapat
berakibat pada tindakan melawan hukum.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 116


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

3) Undangan, Peninjau dan Wartawan


Undangan Musyawarah Desa terdiri dari:
(1) Mereka yang bukan warga Desa yang hadir dalam Musyawarah Desa atas
undangan Ketua Badan Permusyawaratan Desa; dan
(2) Anggota masyarakat Desa yang hadir dalam Musyawarah Desa atas undangan
tidak resmi tetapi tidak mendaftar diri kepada panitia.
Undangan dapat berbicara dalam Musyawarah Desa atas persetujuan pimpinan
Musyawarah Desa, tetapi tidak mempunyai hak suara dalam pengambilan
keputusan Musyawarah Desa.Undangan disediakan tempat tersendiri.Undangan
harus menaati tata tertib Musyawarah Desa.
Peninjau dan wartawan adalah mereka yang hadir dalam Musyawarah Desa tanpa
undangan Ketua Badan Permusyawaratan Desa.
4) Pengaturan Pembicaraan
Pembicara dalam mengajukan aspirasinya tidak boleh menyimpang dari pokok
pembicaraan tentang hal yang bersifat strategis.Apabila peserta menurut
pendapat pimpinan Musyawarah Desa menyimpang dari pokok pembicaraan,
kepada yang bersangkutan oleh pimpinan Musyawarah Desa diberi peringatan
dan diminta supaya pembicara kembali kepada pokok pembicaraan.

5) Pelanggaran Tata Tertib Musyawarah


Pimpinan Musyawarah Desa menjaga agar ketentuan tata tertib musyawarah tetap
dipatuhi oleh undangan, peninjau dan wartawan. Pimpinan Musyawarah Desa
dapat meminta agar undangan, peninjau, dan/atau wartawan yang mengganggu
ketertiban Musyawarah Desa meninggalkan ruang musyawarah dan apabila
permintaan itu tidak diindahkan, yang bersangkutan dikeluarkan dengan paksa
dari ruang musyawarah atas perintah pimpinan Musyawarah Desa.
6) Menutup dan Menunda Musyawarah
Pimpinan Musyawarah Desa dapat menutup atau menunda acara musyawarah
apabila terjadi peristiwa yang tidak diduga dan dapat mengganggu kelancaran
musyawarah. Lamanya penundaan acara musyawarah tidak boleh lebih dari 24
(dua puluh empat) jam.
7) Risalah, Catatan dan Laporan Singkat
Sekretaris Musyawarah Desa bertugas untuk menyusun risalah, catatan dan
laporan singkat Musyawarah Desa.Sekretaris Musyawarah Desa menyusun risalah
untukdibagikan kepada peserta dan pihak yang bersangkutan setelah acara
Musyawarah Desa selesai.Risalah Musyawarah Desa secara terbuka dapat
dipublikasikan melalui media komunikasi yang ada di desa agar diketahui oleh
seluruh masyarakat desa.
8) Penutupan Acara Musyawarah Desa
Pimpinan Musyawarah Desa menutup rangkaian acara Musyawarah
Desa.Penutupan dilakukan oleh pimpinan sidang dengan terlebih dahulu
dilakukan penyampaian catatan sementara dan laporan singkat hasil Musyawarah
Desa.Sekretaris Musyawarah Desa menyampaikan catatan sementara dan laporan
singkat hasil Musyawarah Desa.Apabila seluruh peserta atau sebagian besar
peserta yang hadir dalam Musyawarah Desa menyepakati catatan sementara dan
laporan singkat, catatan sementara diubah menjadi catatan tetap dan laporan
singkat ditetapkan sebagai hasil Musyawarah Desa.

117| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Catatan tetap dan laporan singkat ditandatangani oleh pimpinan Musyawarah


Desa, sekretaris Musyawarah Desa, Kepala Desa, dan salah seorang wakil peserta
Musyawarah Desa.Selanjutnya jika sudah dicapai keputusan Musyawarah Desa,
pimpinan Musyawarah Desa menutup secara resmi acara Musyawarah Desa.
i. Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa
Dalam Permendesa No. 2/2015 tentang Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan
Keputusan Musyawarah Desa Pasal 45-56 Pengambilan keputusan dalam Musyawarah
Desa pada dasarnya dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat. Dalam hal cara
pengambilan keputusan tidak terpenuhi, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
a. Keputusan Berdasarkan Mufakat
Pengambilan keputusan berdasarkan mufakat dilakukan setelah peserta yang hadir
diberikan kesempatan untuk mengemukakan gagasan, pendapat dan saran,
kemudian dipandang cukup untuk diterima oleh seluruh peserta musyawarah.
b. Keputusan Berdasarkan Suara Terbanyak
Keputusan berdasarkan suara terbanyak diambil apabila keputusan berdasarkan
mufakat sudah tidak terpenuhi karena adanya pendirian sebagian peserta
Musyawarah Desa yang tidak dapat dipertemukan lagi dengan pendirian peserta
Musyawarah Desa yang lain.
c. Pemungutan Suara
Keputusan berdasarkan suara terbanyak adalah sah apabila diambil dalam
Musyawarah Desa dihadiri dan disetujui oleh separuh ditambah 1 (satu) orang dari
jumlah peserta yang hadir.Jika dalam keputusan tidak tercapai dengan 1 (satu) kali
pemungutan suara, diupayakan agar ditemukan jalan keluar yang disepakati atau
dapat dilakukan pemungutan suara secara berjenjang.
d. Berita Acara Penetapan Keputusan
Setiap keputusan Musyawarah Desa, baik berdasarkan musyawarah untuk
mencapai mufakat maupun berdasarkan suara terbanyak bersifat mengikat bagi
semua pihak yang terkait dalam pengambilan keputusan.Hasil keputusan
Musyawarah Desa dituangkan dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh Ketua
Badan Permusyawaratan Desa, Kepala Desa dan salah seorang perwakilan peserta
Musyawarah Desa.
e. Tindak Lanjut Keputusan Musyawarah Desa
Setelah Berita Acara dan keputusan ditetapkan, langkah selanjutnya menindaklanjti
hasil keputusan sebagau bentuk komitmen bersama atas kesepakatan yang
dibuat.Hasil Musyawarah Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam
keputusan hasil musyawarah dijadikan dasar oleh Badan Permusyawaratan Desa
dan Pemerintah Desa dalam menetapkan kebijakan Pemerintahan Desa.
f. Penyelesaian Perselisihan
Seringkali dalam penyelesaian masalah tidak ditemukan titik temu atau
kesepakatan para pihak meskipun sudah dilakukan pertemuan atau musyawarah
secara intensif.Demikian halnya dalam Musyawarah Desa.Apabila terjadi
perselisihan, maka perlu ditemukan jalan keluarnya dengan mengedepankan nilai-
nilai atau semangat kebersamaan dan kekeluargaan[.]

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 118


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

119| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


Pokok Bahasan 4
PEMBANGUNAN DESA
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

121| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


SPB Rencana Pembelajaran

4.1
Evaluasi Perencanaan Dan
Penganggaran Pembangunan
Desa (RPJM Des, RKP Des, APBDes)

Tujuan
Setelah sesi ini peserta diharapkan dapat:
1. Menguraikan berbagai isu yang muncul dalam perencanaan dan
penganggaran pembangunan desa;
2. Menjelaskan berbagai tantangan/ hambatan dalam perencanaan desa
(RPJM Desa dan RKP Desa);

Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Curah pendapat, penugasan kelompok, testimoni, simulasi

Media
Format evaluasi dokumen perencanaan dan penganggaran, Lembar
kerja, media fasilitasi.

Alat Bantu
Dokumen-dokumen RPJM Desa, RKP Desa dan APB Desa, Spidol, laptop, dan LCD.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 122


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1 : Pembukaan
1. Menjelaskan mengenai tujuan sub pokok bahasan yang akan disampaikan;
Kegiatan 2: Curah pendapat menguraikan Isu-isu Perencanaan dan
Penganggaran evaluasi dan refleksi
2. Minta peserta mengungkapkan pendapatnya tentang perencanaan dan
penganggaran pembangunan Desa;
3. Bagikan kertas metaplan kepada setiap peserta. Minta peserta menuliskan isu-isu
yang muncul dalam perencanaan dan penganggaran pembangunan Desa;
4. Pandu peserta mengelompokkan isu-isu yang muncul;
5. Berikan penegasan.
Kegiatan 3: Curah pendapat tentang prinsip-prinsip perencanaan
6. Minta peserta mengungkapkan pendapatnya tentang prinsip-prinsip
perencanaan pembangunan Desa;
7. Pandu peserta merumuskan prinsip-prinsip perencanaan pembangunan Desa
(Media Fasilitasi 4.1.1);
Kegiatan 4: Curah pendapat tentang dokumen Perencanaan
8. Minta peserta menjelaskan tentang dokumen perencanaan;
9. Berikan penegasan.
Kegiatan 5: Diskusi kelompok tentang Evaluasi tahap Penyusunan Perencanaan
dan tititk kritisnya
10. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok;
11. Bagikan Lembar Kerja 4..1.2 dan minta kepada setiap kelompok
mendiskusikannya;
12. Minta salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok
lain menanggapi;
13. Berikan penegasan (Media Fasilitasi 4.1.2).
Kegiatan 6: Diskusi kelompok tentang identifikasi tantangan, hambatan dan
strategi fasilitasi dalam perencanaan dan penganggaran.
14. Minta kelompok sebelumnya untuk berdiskusi (gunakan Lembar Kerja 4.1.3);
15. Minta salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok
lain menanggapi;
16. Berikan penegasan.
Kegiatan 9: Menutup Sesi
17. Sebelum sesi diakhiri, tutup dengan penegasan serta rangkuman atas (1) isu
perencanaan, (2) prinsip perencanaan, (3) tahapan perencanaan, (4) tantangan
dan hambatan dalam perencanaan dan penganggaran, (5) peran kecamatan, dan
(6) aspek-aspek kritis dalam evaluasi dokumen.

123| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Media Fasilitasi 4.1.1

PRINSIP PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

1. Belajar dari pengalaman dan menghargai perbedaan,


2. Berorientasi pada tujuan praktis dan strategis
3. Keberlanjutan
4. Penggalianinformasidesa dengan sumber utama dari masyarakat desa
5. Partisipatif dan demokratis
6. Pemberdayaan dan kaderisasi,
7. Berbasis kekuatan
8. Keswadayaan
9. Keterbukaan dan pertanggungjawaban

Media Fasilitasi 4.1.2 (Tahap Penyusunan Perencanaan)

No Kegiatan Perencanaan Tahap Langkah Kegiatan Output Pelaku


1 Penyusunan RPJM Desa a) Penyelarasan arah kebijakan perencanaan
pembangunan kabupaten/ kota
b) Pengkajian keadaan desa

c) Musyawarah Desa Penyusunan Rencana


Pembangunan Desa
d) Penyusunan Rancangan RPJMDesa

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa –


menyepakati rancangan RPJM Desa
2 Penyusunan RKP Desa 1) Penyusunan perencanaan pembangunan desa
melalui Musdes,

2) Pembentukan tim penyusunan RKP Desa,

3) Pencermatan pagu indikatif Desa dan penyelarasan


program/kegiatan masuk ke Desa
4) Pencermatan ulang dokumen RPJM Desa

5) Penyusunan rancangan RKP Desa dan rancangan


daftar usulan RKP Desa

6) Penyusunan RKP Desa melalui Musyawarah


Perencanaan Pembangunan Desa
7) Penetapan RKP Desa

8) Perubahan RKP Desa

9) Pengajuan daftar usulan RKP Desa

3 Penyusunan APB Desa

Media Fasilitasi 4.1.2.1 (RPJM Desa)

No Bab Cakupan Hal-Hal yang perlu Pokok-Pokok Materi


Materi dicermati
1 I 1.1. Latar Sudah/Belum mengaitkan Pokok-pokok pikiran:
PENDAHULUAN dengan perubahan  Memenuhi dan/atau
Belakang
peraturan/Regulasi: menyesuaikan dengan
UU No. 6/2014 dan ketentuan peraturan
Peraturan turunannya (PP perundang-undangan yang
43, Permendagri 111,113, terbaru.
dan 114, Permendesa  Perencanaan pembangunan
1/2015, … Desa sebagai sarana penting
untuk mewujudkan
pembangunan Desa yang
tepat, efektif, terencana, dan
terukur.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 124


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

No Bab Cakupan Hal-Hal yang perlu Pokok-Pokok Materi


Materi dicermati
1.2. Dasar Hukum Sudah/Belum Mencantumkan
mencantumkan Peraturan  UU No. 6/2014
(UU, PP, Permen, dan  PP 43, 60
Perda) baru yang terkait  Permendagri 111,113, dan
114,
 Permendesa 1/2015, …

1.3. Maksud Dan Jelas/Rancu antara Maksud Menegaskan rumusan Maksud dan
dan tujuan penyusunan Tujuan dari Penyusunan dokumen
Tujuan
dokumen RPJM Desa RPJM Desa
dengan Maksud dan
tujuan RPJM Desa
1.4. Proses Sudah/Belum Menegaskan pencantuman
mencantumkan Ketentuan langkah/tahap:
Penyusunan
dan langkah-tahap  Persiapan (Pembentukan Tim
kegiatan Penyusun)
 PKD
 Penyusunan naskah
Rancangan
 Musdes
2 II 2.1. Sejarah Desa Sudah/Belum Menambahkan/mencantumkan
KONDISI UMUM mencantumkan peristiwa- informasi tentang peristiwa-
DESA peristiwa penting yang peristiwa penting yang pernah
pernah terjadi terjadi

2.2. Kondisi Desa Sudah/belum memadai Menambahkan/mencantumkan


pemaparan tentang informasi tentang kondisi sosial-
kondisi sosial – budaya budaya masyarakat
masyarakat
2.3. Kondisi 1. Sudah/Belum 1. Penyesuaian struktur
Pemerintahan menyesuaikan organisasi pemerintahan Desa
Desa struktur pemerintahan sesuai UU No. 6/2014 dan
Desa dengan peraturan perundangan
peraturan yang baru turunannya.
2. Sudah/Belum 2. Menyajikan data dan informasi
menyajikan informasi tentang kondisi sarana dan
tentang “syarat prasarana pemerintahan Desa
minimum” bagi (kantor,dll), hari
penyelenggaraan kerja/pelayanan
pemerintahan Desa 3. Menyajikan informasi tentang
yang baik penggunaan computer,
3. Sudah/Belum jaringan internet, dalam
menyajikan informasi penyelenggaraan
tentang pemerintahan
“moderenisasi”
pengelolaan kegiatan
pemerintahan Desa
3 III 3.1. Aset Sudah/Belum menyajikan Menyajikan data hasil
ASET, POTENSI, data dan informasi tentang pendataan/inventarisasi asset yang
DAN aset dimiliki
PERMASALAHAN
3.2. Potensi Sudah/Belum Menambahkan data potensi:
mencantumkan potensi  Ekonomi
ekonomi dan sosial-  Sosial budaya
budaya
3.3. Permasalahan Sudah/Belum Menambahkan datan tentang
mencantumkan data permasalahan
permasalahan sosial-  Sosial (Pelayanan dasar)
budaya, lingkungan.  Ekonomi
 Lingkungan

125| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

No Bab Cakupan Hal-Hal yang perlu Pokok-Pokok Materi


Materi dicermati
IV 4.1. Visi dan Misi 1. Apakah rumusan visi 1. Visi:
POKOK-POKOK realistis dan terukur? Harus realistis untuk
RENCANA 2. Apakah rumusan misi diwujudkan dalam rentang
PEMBANGUNAN sudah mewakili dan waktu 6 tahun
JANGKA mencerminkan
MENENGAH DESA kebutuhan empat 2 Misi:
bidang pembangunan orientasi kegiatan sesuai
Desa? Bidang Pembangunan Desa:
 Pemerintahan
 Pembangunan
 Pemberdayaan masyarakat
 Pembinaan kemasyarakatan
4.2. Gambaran
KOndisi Desa yang
diharapkan

4.3. Kebijakan dan Jelas/Rancu rumusan Merumuskan secara jelas:


Strategi Kebijakan dan Strategi? 1. Arah kebijakan:
Pembangunan
Desa 2. Strategi/cara mencapai
mewujudkan rencana,
menekankan pada:
 Efektivitas dan efisiensi
 Keswadayaan masyarakat
 …………………
4.4. Program 1. Apakah program Memastikan:
Prioritas, Sasaran, prioritas sudah  Program prioritas mencakup
dan Target mengcover empat empat bidang pembangunan
Capaian bidang pembangunan Desa
Desa?  Mengelompokkan kegiatan
2. Apakah program sesuai Program dan sub
prioritas diurai dalam program
sub program yang  Merumuskan Target capaian
sesuai? yang terukur
3. Sudah/Belum
mencantumkan target
capaian sesuai kurun
waktu pelaksanaan
RPJM Desa?
5 V Kondisi dan syarat Sudah/Belum menegaskan Menegaskan pesan-pesan pokok:
PENUTUP pencapaian pesan tentang  Partisipasi efektif warga
kondisi/syarat pencapaian  Transparansi dan akuntabilitas
RPJM Desa  Sosialisasi

6 LAMPIRAN Dokumen Dokumen administratif:


administratif  Pembentukan Tim Penyusun
 Peaksanaan Musdes
Perencanaan Pembangunan
Desa/Penyusunan RPJM Desa
 Penetapan Rancangan RPJM
Desa menjadi Perdes tentang
RPJM Desa

Dokumen hasil Melengkapi:


PKD  Peta sosial Desa
 Data inventarisasi asset
 Data inventarisasi potensi
 Data hasil identifikasi
masalah
 …………………..

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 126


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Media Fasilitasi 4.1.2.2. (RKP Desa)

Hal-Hal yang perlu


No Aspek Uraian Pokok-Pokok Materi
dicermati
1 Legalisasi/ Perdes • Penomoran

• Konsideran

• Redaksi
Kesepakatan
Bersama BPD
dan Kades

• Batang tubuh

• Waktu
penetapan

• Dst

2 Naskah Bab I
Bab II

Media Fasilitasi 4.1.2.3. (APB Desa)

No Aspek Fokus Hal-Hal yang perlu dicermati


1 Perdes • Penomoran

• Konsideran

• Redaksi Kesepakatan Bersama BPD dan Kades

• Batang tubuh

2 Format • Kode Rekening • Penulisan kode rekening


sesuai digit
• Uraian
• Nomenklatur pendapatan,
• Penulisan angka pada kolom anggaran belanja, pembiayaan sesuai
ketentuan
• Pengisian kolom keterangan

127| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

LEMBAR KERJA

Lembar Kerja 4.1.2 (Tahap Penyusunan Perencanaan)

No Kegiatan Tahap Langkah Output Pelaku Titik Kritis &


Perencanaan Kegiatan Permasalahan
1 Penyusunan
RPJM Desa
2 Penyusunan RKP
Desa
3 Penyusunan APB
Desa

Lembar Kerja 4.1.3 (Tantangan & Hambatan Perencanaan)


No Kegiatan Tantangan Hambatan Srategi
Fasilitasinya
1 Penyusunan RPJM
Desa
2 Penyusunan RKP
Desa
3 Penyusunan APB
Desa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 128


Rencana Pembelajaran
SPB
4.2 Arah dan Orientasi
Pengembangan Ekonomi
Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan potensi pengembangan ekonomi desa;
2. Menjelaskan peran Desa dalam penguasaan aset-aset strategis di Desa;
3. Menjelaskan kepemilikan kolektif atas kegiatan usaha ekonomi Desa.

Waktu
2 JPL (90 Menit)

Metode
Penugasan perorangan, Curah pendapat, dan Presentasi

Media
Lembar curah pendapat dan Slide presentasi

Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus

129| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Pembukaan

1. Menjelaskan mengenai pokok bahasan serta tujuan sub pokok bahasan yang
akan disampaikan.

Kegiatan 2: Menggugah Kesadaran (Menyanyi bersama dan


curah pendapat)

2. Ajak seluruh peserta untuk berdiri dan minta salah satu peserta memimpin
menyanyikan lagu“DESA”karya Iwan Fals secara bersama-sama. Untuk
memudahkan proses, putarkan lagu dan tayangkan liriknya (Media Fasilitasi
5.1.1);
3. Usai menyanyi, lanjutkan dengan curah pendapat peserta dengan topik:
  Bagaimana kondisi pengembangan ekonomi desa saat ini?
 Dengan berlakunya UU No. 6/2014 tentang Desa, bagaimana pendapat
 peserta tentang arah kemajauan ekonomi desa?
4. Ajak peserta menemukenali potensi-potensi yang dapat didayagunakan untuk
pengembangan ekonomi desa;
5. Tayangkan media contoh Desa yang berhasil mengembangkan potensi
ekonominya.

Kegiatan 3: Pengembangan Aset Desa (penayangan video


tentang pengembangan ekonomi desa)

6. Tayangkan video, minta peserta mengikuti/mencermati secara seksama;


7. Minta beberapa peserta mengungkapkan hal-hal yang penting dan menarik dari
tayangan tersebut;
8. Catat hal-hal yang diungkapkan peserta;
9. Ajak peserta untuk mengelompokkan poin-poin penting hasil pemikirannya
(Media Fasilitasi 5.1.2);
10. Berikan pembulatan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 130


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Media Fasilitasi 5.1.1


DESA
Oleh Iwan Fals

Desa harus jadi kekuatan ekonomi


Agar warganya tak hijrah ke kota
Sepinya desa adalah modal utama
Untuk bekerja dan mengembangkan diri

Walau lahan sudah menjadi milik kota


Bukan berarti desa lemah tak berdaya
Desa adalah kekuatan sejati
Negara harus berpihak pada para petani

Entah bagaimana caranya


Desalah masa depan kita
Keyakinan ini datang begitu saja
Karena aku tak mau celaka

Desa adalah kenyataan


Kota adalah pertumbuhan
Desa dan kota tak terpisahkan
Tapi desa harus diutamakan

Di lumbung kita menabung


Datang paceklik kita tak bingung
Masa panen masa berpesta
Itulah harapan kita semua

Tapi tengkulak tengkulak bergentayangan


Tapi lintah darat pun bergentayangan
Untuk apa punya pemerintah
Kalau hidup terus terusan susah

Di lumbung kita menabung


Datang paceklik kita tak bingung
Masa panen masa berpesta
Itulah harapan kita semua

Desa harus jadi kekuatan ekonomi


Agar warganya tak hijrah ke kota
Sepinya desa adalah modal utama
Untuk bekerja dan mengembangkan diri

Desa harus jadi kekuatan ekonomi


***

131| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Media Fasilitasi 5.1.2

Identifikasi Strategi Pengembangan Aset Desa

Peran Pemerintah Strategi


No. Jenis Aset Aset Strategis
Desa Pengembangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Dst.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 132


PB Lembar Inforamsi

4 PEMBANGUNAN DESA

RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA

Pemerintah Desa menyusun RKP Desa sebagai penjabaran RPJM Desa. RKP Desa disusun oleh
Pemerintah Desa sesuai dengan informasi dari pemerintah daerah kabupaten/kota berkaitan
dengan pagu indikatif Desa dan rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten/kota. RKP Desa mulai disusun oleh pemerintah Desa pada bulan
Juli tahun berjalan. RKP Desa ditetapkan dengan peraturan Desa paling lambat akhir bulan
September tahun berjalan. RKP Desa menjadi dasar penetapan APB Desa.
Kegiatan Penyusunan RKPDesa
Kepala Desa menyusun RKP Desa dengan mengikutsertakan masyarakat Desa, dilakukan dengan
kegiatan yang meliputi:
a. penyusunan perencanaan pembangunan Desa melalui musyawarah Desa;
b. pembentukan tim penyusun RKP Desa;
c. pencermatan pagu indikatif Desa dan penyelarasan program/kegiatan masuk ke Desa;
d. pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
e. penyusunan rancangan RKP Desa;
f. penyusunan RKP Desa melalui musyawarah perencanaan pembangunan Desa;
g. penetapan RKP Desa;
h. perubahan RKP Desa; dan
i. pengajuan daftar usulan RKP Desa.
Penyusunan
Penyusunan Perencanaan Pembangunan Desa melalui Musyawarah Desa. Musyawarah Desa
dalam rangka penyusunan rencana pembangunan Desa, melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
a. mencermati ulang dokumen RPJM Desa;
b. menyepakati hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa; dan
c. membentuk tim verifikasi sesuai dengan jenis kegiatan dan keahlian yang dibutuhkan.
Tim Penyusun
Kepala Desa membentuk tim penyusun RKP Desa, terdiri dari:
a. kepala Desa selaku pembina;
b. sekretaris Desa selaku ketua;
c. ketua lembaga pemberdayaan masyarakat sebagai sekretaris; dan
d. anggota yang meliputi: perangkat desa, lembaga pemberdayaan masyarakat, kader
pemberdayaan masyarakat desa, dan unsur masyarakat.

133| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Tim penyusun RKP Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut:


(i) pencermatan pagu indikatif desa dan penyelarasan program/kegiatan masuk ke desa;
(ii) pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
(iii) penyusunan rancangan RKP Desa; dan
(iv) penyusunan rancangan daftar usulan RKP Desa.

Keterangan masing-masing kegiatan di atas adalah sebagai berikut:


a. Pencermatan Pagu Indikatif Desa dan Penyelarasan Program/Kegiatan Masuk ke
Desa.
Kepala Desa mendapatkan data dan informasi dari kabupaten/kota tentang: pagu indikatif
Desa; dan rencana program/kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten/kota yang masuk ke Desa. Data dan informasi diterima kepala
Desa dari kabupaten/kota paling lambat bulan Juli setiap tahun berjalan.
Tim penyusun RKP Desa melakukan pencermatan pagu indikatif Desa yang meliputi:
 rencana dana Desa yang bersumber dari APBN;

 rencana alokasi dana Desa (ADD) yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota;

 rencana bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota; dan

 rencana bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi dan
anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten/kota.
b. Pencermatan Ulang RPJM Desa
Tim penyusunan RKP Desa mencermati skala prioritas usulan rencana kegiatan pembangunan
Desa untuk 1 (satu) tahun anggaran berikutnya sebagaimana tercantum dalam dokumen RPJM
Desa. Hasil pencermatan menjadi dasar bagi tim penyusun RKP Desa dalam menyusun
rancangan RKP Desa.
c. Penyusunan Rencana RKP Desa
Penyusunan rancangan RKP Desa berpedoman kepada:
1. hasil kesepakatan musyawarah Desa;
2. pagu indikatif Desa;
3. pendapatan asli Desa;
4. rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota;
5. jaring aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh DPRD kabupaten/kota;
6. hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
7. hasil kesepakatan kerjasama antar Desa; dan
8. hasil kesepakatan kerjasama Desa dengan pihak ketiga.
Rancangan RKP Desa dituangkan dalam format rancangan RKP Desa, dilampiri rencana
kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya. Rencana kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya untuk
kerjasama antar Desa disusun dan disepakati bersama para kepala desa yang melakukan kerja
sama antar Desa dan diverifikasi oleh tim verifikasi.
Tim penyusun RKP Desa menyusun usulan prioritas program dan kegiatan. Usulan prioritas
program dan kegiatan dituangkan dalam rancangan daftar usulan RKP Desa. Rancangan daftar
usulan RKP Desa menjadi lampiran berita acara laporan tim penyusun rancangan RKP Desa.
Tim penyusun RKP Desa membuat berita acara tentang hasil penyusunan rancangan RKP Desa
yang dilampiri dokumen rancangan RKP Desa dan rancangan daftar usulan RKP Desa.Berita
acara disampaikan oleh tim penyusun RKP Desa kepada kepala Desa.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 134
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Rancangan RKP Desa memuat rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan


pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Rancangan
RKP Desa, berisi prioritas program dan kegiatan yang didanai:
a. pagu indikatif Desa;
b. pendapatan asli Desa;
c. swadaya masyarakat Desa;
d. bantuan keuangan dari pihak ketiga; dan
e. bantuan keuangan dari pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah
kabupaten/kota.
d. Perubahan RKP Desa RKP
Desa dapat diubah dalam hal:
a. terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau
kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau
b. terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota.
Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa yang diadakan
secara khusus untuk kepentingan pembahasan dan penyepakatan perubahan RKP Desa.
Penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan Desa disesuaikan dengan
terjadinya peristiwa khusus dan/atau terjadinya perubahan mendasar.
Hasil kesepakatan dalam musyawarah perencanaan pembangunan Desa ditetapkan dengan
peraturan Desa tentang RKP Desa perubahan sebagai dasar dalam penyusunan perubahan
APB Desa.
e. Pengajuan Daftar Usulan RKP Desa
Kepala Desa menyampaikan daftar usulan RKP Desa kepada bupati/walikota melalui camat.
Penyampaian daftar usulan RKP Desa aling lambat 31 Desember tahun berjalan. Daftar usulan
RKP Desa menjadi materi pembahasan di dalam musyawarah perencanaan pembangunan
kecamatan dan kabupaten/kota.
Bupati/walikota menginformasikan kepada pemerintah Desa tentang hasil pembahasan daftar
usulan RKP Desa. Informasi tentang hasil pembahasan daftar usulan RKP Desa diterima oleh
pemerintah Desa setelah diselenggarakannya musyawarah perencanaan pembangunan di
kecamatan pada tahun anggaran berikutnya.Informasi diterima pemerintah desa paling lambat
bulan Juli tahun anggaran berikutnya

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA


Dalam perencanaan pembangunan Desa, pemerintah Desa melaksanakan tahapan yang meliputi:
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa); dan penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa). RPJM Desa, ditetapkan dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak pelantikan Kepala Desa. RKP Desa mulai disusun oleh
pemerintah Desa pada bulan Juli tahun berjalan.
Rancangan RPJM Desa memuat visi dan misi kepala Desa, arah kebijakan pembangunan Desa,
serta rencana kegiatan yang meliputi bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Langkah-Langkah Penyusunan RPJM Desa
Kepala Desa menyelenggarakan penyusunan RPJM Desa dengan mengikutsertakan unsur
masyarakat Desa. Penyusunan RPJM Desa dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi
objektif Desa dan prioritas program dan kegiatan kabupaten/kota.

135| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Penyusunan RPJM Desa, dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:


 pembentukan tim penyusun RPJM Desa;

 penyelarasan arah kebijakan perencanaan pembangunan kabupaten/kota;
 pengkajian keadaan Desa;

 penyusunan rencana pembangunan Desa melalui musyawarah Desa;

 penyusunan rancangan RPJM Desa;

 penyusunan rencana pembangunan Desa melalui musyawarah perencanaan pembangunan
Desa; dan

 penetapan RPJM Desa.

1. Pembentukan Tim Penyusun RPJM Desa
Kepala Desa membentuk tim penyusun RPJM Desa, yang terdiri dari:
 kepala Desa selaku pembina;

 sekretaris Desa selaku ketua;

 ketua lembaga pemberdayaan masyarakat selaku sekretaris; dan

 anggota yang berasal dari perangkat Desa, lembaga pemberdayaan masyarakat, kader
pemberdayaan masyarakat Desa, dan unsur masyarakat lainnya. Jumlah anggota tim penyusun
RPJM Des, paling sedikit 7 (tujuh) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang.Tim penyusun
RPJM Des, harus mengikutsertakan perempuan. Tim penyusun RPJM Des ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Desa. Tim penyusun RPJM Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
penyelarasan arah kebijakan pembangunan Kabupaten/ Kota; pengkajian keadaan Desa;
penyusunan rancangan RPJM Desa; danpenyempurnaan rancangan RPJM Desa.

2. Penyelarasan Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten/Kota
Tim penyusun RPJM Desa kemudian melakukan penyelarasan arah kebijakan pembangunan
kabupaten/ kota untuk mengintegrasikan program dan kegiatan pembangunan Kabupaten/Kota
dengan pembangunan Desa. Penyelarasan arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota
dilakukan dengan mengikuti sosialisasi dan/atau mendapatkan informasi tentang arah kebijakan
pembangunan kabupaten/kota. Informasi arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota
sekurang-kurangnya meliputi:
 rencana pembangunan jangka menengah daerah kabupaten/kota;

 rencana strategis satuan kerja perangkat daerah;

 rencana umum tata ruang wilayah kabupaten/kota;

 rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota; dan

 rencana pembangunan kawasan perdesaan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 136


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

3. Pengkajian Keadaan Desa


Tim penyusun RPJM Desa melakukan pengkajian keadaan Desa dalam rangka
mempertimbangkan kondisi objektif Desa. Pengkajian keadaan Desa, meliputi kegiatan sebagai
berikut:
 penyelarasan data Desa;

 penggalian gagasan masyarakat; dan

 penyuunan laporan hasil pengkajian keadaan Desa.
Laporan hasil pengkajian keadaan desa menjadi bahan masukan dalam musyawarah Desa dalam
rangka penyusunan perencanaan pembangunan Desa.

4. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa melalui musyawarah Desa


Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah Desa berdasarkan laporan hasil
pengkajian keadaan desa.Musyawarah Desa, membahas dan menyepakati sebagai berikut:
 laporan hasil pengkajian keadaan Desa;

 rumusan arah kebijakan pembangunan Desa yang dijabarkan dari visi dan misi
kepala Desa; dan

 rencana prioritas kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Desa, pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

5. Penyusunan Rancangan RPJM Desa
Tim penyusun RPJM Desa menyusun rancangan RPJM Desa berdasarkan berita acara
sebagaimana dimaksud di atas. Rancangan RPJM Desa, dituangkan dalam format rancangan RPJM
Desa.Tim penyusun RPJM Desa membuat berita acara tentang hasil penyusunan rancangan RPJM
Desa yang dilampiri dokumen rancangan RPJM Desa. Berita acara rancangan RPJM Desa
disampaikan oleh tim penyusun RPJM Desa kepada kepala Desa. Kepala Desa memeriksa
dokumen rancangan RPJM Desa yang telah disusun oleh Tim Penyusun RPJM Desa. Tim penyusun
RPJM Desa melakukan perbaikan berdasarkan arahan kepala Desa dalam hal kepala Desa belum
menyetujui rancangan RPJM Desa. Dalam hal rancangan RPJM Desa telah disetujui oleh kepala
Desa, maka langsung dilaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa.

6. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui Musyawarah Perencanaan


Pembangunan Desa.
Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa yang diadakan
untuk membahas dan menyepakati rancangan RPJM Desa.Musyawarah perencanaan
pembangunan Desa diikuti oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan unsur
masyarakat. Unsurmasyarakat terdiri atas: tokoh adat; tokoh agama;tokoh masyarakat; tokoh
pendidikan; perwakilan kelompok tani; perwakilan kelompok nelayan; perwakilan kelompok pera-
jin; perwakilan kelompok perempuan; perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak; dan
perwakilan kelompok masyarakat miskin. Selain unsur masyarakat tersebut, musyawarah
perencanaan pembangunan Desa dapat melibatkan unsur masyarakat lain sesuai dengan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat.
Musyawarah perencanaan pembangunan Desa membahas dan menyepakati rancangan RPJM
Desa.Hasil kesepakatan musyawarah perencanaan pembangunan Desa dituangkan dalam berita
acara.

137| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

7. Penetapan dan perubahan RPJM Desa


Kepala Desa mengarahkan Tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan dokumen rancangan
RPJM Desa berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah perencanaan pembangunan
Desa.Rancangan RPJM Desa menjadi lampiran rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa.
Kepala Desa menyusun rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa.Rancangan peraturan Desa
tentang RPJM Desa dibahas dan disepakati bersama oleh kepala Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa untuk ditetapkan menjadi Peraturan Desa tentang RPJM Desa.

Kepala Desa dapat mengubah RPJM Desa dalam hal:


 terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau
kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau

 terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota[. ]

LEMBAR INFORMASI ORIENTASI PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

A. Pendahuluan
Sebelum UU Desa lahir, pemerintah memiliki dua konsep (pembangunan desa dan pembangunan
perdesaan) yang tidak dikonseptualisasikan dan dikonsolidasikan secara baik. Pembangunan desa
merupakan urusan internal desa, yang diselenggarakan oleh pemerintah desa dan masyarakat
desa, yang ditopang dengan biaya APBDesa, swadaya masyarakat dan bantuan pemerintah.
Namun pembangunan desa, yang pada umumnya bias pada pembangunan fisik, tidak dilandasi
dengan kewenangan desa yang jelas dan kemampuan fiskal yang memadai. Pada saat yang sama
banyak Kementerian/Lembaga mempunyai program-program pembangunan di desa (masuk ke
desa), yang hanya menempatkan desa sebagai lokasi dan obyek penerima manfaat. Akibatnya
desa sebagai kesatuan masyarakat tidak pernah tumbuh menjadi entitas dan institusi yang kuat
dan mandiri dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan.
Karena bersifat mikro-lokal, pembangunan desa tidak dilembagakan ke dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang maupun Menengah Nasional. RPJMN 2004-2009 dan 2009-2014
tidak mengenal pembangunan desa, melainkan pembangunan perdesaan. Secara teoretis
pembangunan perdesaan (rural development) memadukan pendekatan ruang (spasial), sektoral
dan institusi (desa). Pembangunan perdesaan juga memasukkan dimensi pembangunan desa,
tetapi tidak menyentuh dimensi posisi dan hakekat penguatan desa, sebab pembangunan
perdesaan lebih banyak berbicara tentang aspek-aspek sektoral (pendidikan, kesehatan, pertanian,
energi, dan sebagainya) dalam ruang desa dan masyarakat desa.
Karena itu UU Desa tidak memakai lagi konsep pembangunan perdesaan, melainkan
mengedepankan pembangunan desa (dalam desa atau skala lokal desa) dan pembangunan
kawasan perdesaan (antardesa). Konsep kawasan perdesaan diambil dari UU No. 26/2007 tentang
Tata Ruang, yang menegaskan bahwa kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai
kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi. UU Desa juga menegaskan bahwa pembangunan kawasan perdesaan
dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan,
dan pemberdayaan masyarakat desa di kawasan perdesaan melalui pendekatan pembangunan
partisipatif.
Pada dasarnya kawasan perdesaan merupakan sebuah ruang (spatial) atau area yang
mempunyai fungsi pelayanan, pemukiman, pembangunan dan pemberdayaan. Pengertian dan
praktik pembangunan kawasan perdesaan seperti ini tentu bukan hal baru, karena sudah lama
dijalankan oleh pemerintah. Tetapi UU Desa menambahkan aspek pemberdayaan masyarakat dan
yang lebih penting adalah pendekatan pembangunan partisipatif. Dengan lebih bersemangat, UU
Desa menyebut pembangunan desa sebagai “desa membangun” dan pembangunan kawasan
perdesaan sebagai “membangun desa”.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 138
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Apa visi, misi dan platform pembangunan kawasan perdesaan? Pertanyaan ini bisa dijawab
dengan spirit “membangun desa” dan pendekatan “pembangunan partisipatif” yang terdapat
dalam pengertian pembangunan kawasan perdesaan. “Membangun desa” adalah menghadirkan
negara ke ranah desa, bukan dalam pengertian negara melakukan campur tangan secara
berlebihan ke dalam desa seperti yang sudah terjadi di masa lalu, bukan pula negara
melaksanakan pembangunan kawasan perdesaan dari atas (top down) tanpa memperhatikan
partisipasi desa dan masyarakat desa.
Dalam konsep “membangun desa” terdapat perspektif pembangunan dan perspektif desa.
Melihat “membangun desa” dengan perspektif pembangunan melahirkan misi dan platform
pemerataan pembangunan yang menyentuh ranah perdesaan, desa dan masyarakat. Sedangkan
melihat “membangun desa” dengan perspektif desa berarti memperkuat desa dalam
memanfaatkan, mengakses dan memiliki ruang dan sumberdaya kawasan perdesaan. Dalam dua
perspektif itu terdapat misi dan platform pembangunan partisipatif dan pemberdayaan
masyarakat.
Perspektif “membangun desa” tersebut juga bermakna sebagai pengarustamaan desa
(village mainstreaming) dalam pembangunan kawasan perdesaan. Misalnya ada pertanyaan: apa
yang membedakan otoritas-peran Kementerian Desa dengan Kementerian lain (misalnya
Pertanian, UKM dan Koperasi, Perdagangan, Perindustrian, Pariwisata) dalam ekononomi lokal dan
pembangunan kawasan perdesaan? Berbagai Kementerian sektoral itu selain berkiprah dalam
ekonomi sektoral juga melakukan pemberdayaan masyarakat. Lantas, apa perbedaan
pemberdayaan masyarakat antara Kementerian Desa dengan Kementerian lain? Jawaban atas
pertanyaan ini adalah “pengarustamaan desa” yang menjadi cirikhas pembeda Kemendesa
dengan kementerian lain. Pengarustamaan desa berkayakinan, meskipun ujung dari
pembangunan kawasan perdesaan adalah ekonomi, tetapi aktor dan institusi juga penting untuk
diperhatikan agar kue pembangunan tidak secara timpang hanya dinikmati oleh investor besar
tetapi desa hanya terkena dampak buruh dan hanya menjadi penonton. Oleh karena itu
pembangunan kawasan perdesaan tidak hanya berbicara tentang lokasi, ruang, lokus,
perencanaan, produk dan komoditas unggulan, tetapi juga berbicara tentang eksistensi dan
partisipasi desa, pembangunan partisipatif dan pemberdayaan masyarakat.

B. Memeratakan Pembangunan
Pembangunan kawasan perdesaan bukan hanya berbentuk kegiatan tetapi juga sebagai
pendekatan untuk mengimbangi pembangunan perkotaan. Mengapa demikian? Selama ini ada
ketimpangan antara perkotaan dan perdesaan, karena pembangunan yang bias perkotaan (urban
bias). Kota merupakan pusat pemerintahan, pelayanan publik, industri, jasa, perdagangan,
keuangan dan pusat pertumbuhan. Sebaliknya desa merupakan ranah pertanian dan
perkampungan yang selalu identik dengan keterbelakangan, ketertinggalan dan kemiskinan. Desa
menghadapi kekurangan input dan output pertumbuhan sehingga merupakan sumber dan hulu
kemiskinan. Desa menghadapi keterbatasan dalam hal infrastruktur, transportasi, komunikasi, dan
lain sebagainya yang membuat desa terisolasi dari kemajuan dan pertumbuhan. Karena
ketimpangan itu kota menjadi “daya tarik” dan desa menjadi “daya dorong” urbanisasi orang desa
ke kota. Secara demografis, urbanisasi terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yang
membuat pengurangan penduduk desa dan penambahan penduduk kota. Pada tahun 1995,
penduduk desa masih sebesar 64%, kemudian turun menjadi 58% pada tahun 2000, 52% pada
tahun 2005 dan menurun lagi menjadi 46% pada tahun 2010. Sebaliknya penduduk kota
mengalami peningkatan dari 36% pada tahun 1995 menjadi 54% pada tahun 2010. Saat ini ada
prediksi bahwa penduduk kota akan mencapai 68% pada tahun 2025. Fakta ketimpangan
pembangunan dan urbanisasi itu selalu menjadi pembicaraan publik, kajian akademik dan
perhatian pemerintah. Kini pemerintahan Jokowi-JK menaruh perhatian terhadap isu ketimpangan
pembangunan dan urbanisasi, yang mengedepankan resolusi membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat desa dan daerah. Pembangunan desa (desa membangun) melalui
dana desa dan pembangunan kawasan perdesaan (membangun desa).

139| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Pembangunan kawasan perdesaan dalam konteks ini berarti menghadirkan negara ke ranah
perdesaan, melakukan pemerataan pembangunan, untuk mengurangi ketimpangan dan
urbanisasi. Pusat-pusat pertumbuhan (agroindustri, agrobisnis, agropolitian, agrowisata,
industrialisasi, minapolitan, dan sebagainya) yang berkala menangah dan besar merupakan
bentuk nyata pemerataan pembangunan. Arena ini akan mendatangkan dua keuntungan
langsung bagi masyarakat desa, yaitu lapangan pekerjaan dan kesempatan bisnis bagi pelaku
(wirausaha) ekonomi loka (setempat) yang berasal dari desa.

C. Memperkuat Desa
Memperkuat desa merupakan jantung membangun desa. Dalam formasi pembangunan
partisipatif, pembangunan kawasan perdesaan bukan hanya menempatkan desa sebagai lokasi
dan obyek penerima manfaat, tetapi juga memperkuat posisi desa sebagai subyek yang terlibat
mengakses dalam arena dan kegiatan pembangunan kawasan perdesaan.
Ada dua ranah yang menjadi arena partisipasi desa dalam pembangunan kawasan
perdesaan. Pertama, sumberdaya milik bersama (common pool resources) yang secara alamiah
(by nature) merupakan kawasan perdesaan dan dalam kehidupan sehari-hari menjadi sumber
kehidupan-penghidupan masyarakat setempat. Sumber-daya kategori ini antara lain meliputi
sungai, mata air, mineral nonlogam atuan (galian tambang C), pesisir dan lain-lain. Kedua,
kawasan yang sengaja disiapkan (by design) oleh pemerintah sebagai arena investasi
pembangunan kawasan perdesaan baik oleh pemerintah maupun pihak swasta seperti
agropolitan, minapolitan, agroindustri, pertambangan dan sebagainya.
UU Desa mengharuskan ruang partisipasi desa (pemerintah desa dan masyarakat) dalam
dua ranah kawasan perdesaan itu. Dilihat dari perspektif desa, ada tiga platform penting
memperkuat desa dalam pembangunan kawasan perdesaan.
Pertama, kerjasama (kolaborasi) desa. Perspektif dan formasi “desa membangun” sangat
penting tetapi tidak cukup. Pola ini bisa menjebak desa tersilosasi dengan dunianya sendiri atau
seperti katak dalam tempurung. Karena itu kerjasama desa harus dibangun, yang didasarkan pada
kesamaan kepentingan dan tujuan. Kerjasama desa bisa berbentuk kerjasama antara satu desa
dengan desa lain maupun kerjasama desa dengan pihak ketiga. Kerjasama antardesa, baik yang
diwadahi dengan Badan Kerjasama Antar Desa maupun yang non-BKAD, membentang dari
kegiatan pembangunan desa hingga kegiatan bisnis untuk ekonomi produktif dengan skala yang
lebih besar-luas. Ada sejumlah desa bekerjasama membangun jalan poros desa dengan dana
desa, sejumlah desa menangkap air sungai untuk keperluan irigasi dan budidaya perikanan darat,
sejumlah desa membangun minapolitan secara bersama, sejumlah desa bersama warga petani
menanam sawit secara mandiri, sejumlah desa bersama perajin membangun pasar dan distribusi,
dan sebagainya. Kerjasama antardesa juga penting untuk keperluan proteksi, negosiasi dan
advokasi dalam dunia bisnis. Kolaborasi antara organisasi (asosiasi) pelaku ekonomi desa berskala
kecil-lokal dengan asosiasi desa menjadi jalan baik untuk proteksi, negosiasi dan advokasi.
Kedua, Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Bersama sebagai lembaga ekonomi desa yang
berbasis pada kerjasama antardesa. Kenapa BUM Desa Bersama? Bukankah sudah ada koperasi
dan UMKM? Antara BUM Desa Bersama dengan koperasi dan UMKM mempunyai watak, konteks,
relevansi dan keterbatasan yang berbeda. Koperasi merupakan institusi ekonomi yang secara
swadaya (mandiri) berbasis dan digerakkan oleh anggota untuk kepentingan privat dan kolektif
anggota itu. UMKM berupakan bisnis privat, baik oleh seorang individu, keluarga maupun kongsi
beberapa orang, yang memberikan keuntungan privat dan lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Berbeda dengan koperasi dan UMKM, BUM Desa Bersama merupakan representasi desa yang
mempunyai otoritas langsung untuk memiliki dan mengelola sumberdaya publik (tanah desa,
dana desa, dana bergulir, hibah pemerintah, sumberdaya alam bersama) sebagai modal untuk
menjalankan bisnis. BUM Desa Bersama dapat menjadi wadah dan patron yang menyatukan
sekaligus melindungi banyak pelaku ekonomi kecil menjadi bisnis yang lebih besar, tanpa harus
mencaplok usaha bisnis yang sudah berkembang.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 140


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Ketiga, keterlibatan desa dalam bagi saham dan bagi hasil (shareholding) dalam investasi
pembangunan kawasan perdesaan. NAWACITA maupun RPJMN sudah mengamanatkan hal ini.
Selama ini investasi pembangunan kawasan perdesaan menempatkan desa sebagai pemangku
kepentingan (stakeholder) yang sebenarnya hanya menempatkan desa sebagai “teman diskusi”.
Sedangkan investor dari luar yang bertindak sebagai shareholder utama. Tetapi karena teori
stakeholding itu merugikan desa, maka sekarang berubah menjadi shareholding. Desa, maupun
orang desa, tidak hanya sebagai lokasi, buruh, dan penerima manfaat tetapi juga sebagai pemilik
atas investasi melalui bagi saham dan bagi hasil. Tanah desa maupun tanah warga tidak dibeli
habis oleh investor, melainkan disertakan sebagai modal/saham dalam investasi. Sebagai contoh,
Desa Panggungharjo Bantul membangun shareholding dengan swasta dalam bisnis SPBU. Desa
menyertakan tanah desa seluas 3000 meter untuk saham/modal yang dinilai sebesar 20% dari
total saham. Hasil ini dari investasi ini mendatangkan Pendapatan Asli Desa yang digunakan untuk
membiayai pemerintahan, pelayanan publik, sekaligus juga pembangunan desa dan
pemberdayaan masyarakat desa.
Pola shareholding berbasis desa itu memang tidak memberikan keuntungan langsung
kepada rakyat. Rakyat hanya memperoleh manfaat tidak langsung karena pelayanan yang
diberikan oleh desa. Karena itu perlu juga shareholding berbasis warga yang bisa dikonsolidasikan
oleh desa. Tanah warga merupakan saham yang disertakan untuk modal bisnis yang berkongsi
dengan perusahaan. Pola serupa ini sudah lama terjadi dalam perkebunan inti-plasma. Perusahaan
sebagai inti dan petani menjadi plasma. Tetapi skema inti-plasma ini mengandung dua masalah.
Pertama, inti-plasma bukan model bisnis shareholding yang sempurna, sebab perusahaan inti
memperoleh konsesi dari pemerintah untuk menanam kebun di tanah negara, tanah adat dan
tanah desa. Orang desa bukan sebagai shareholder yang menyertakan tanahnya secara mandiri
dan kuat. Pemerintah mengatur perusahaan inti itu untuk berbagai sebagian lahan kebun kepada
petani plasma. Dengan demikian petani plasma – yang sering mereklaim sebagai pemilik atas
tanah adat – hanya memperoleh residu dari bisnis itu. Kedua, dalam praktik pembagian lahan-
hasil dan proses bisnis tidak adil, yang merugikan para petani plasma. Ketiga, konsesi perkebunan
itu telah menciptakan aneksasi wilayah yurisdiksi desa menjadi yurisdiksi perkebunan.

D. Memberdayakan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dari bawah (bottom up) merupakan komponen penting pendekatan
pembangunan partisipatif dalam pembangunan kawasan perdesaan. Dalam konteks ini ada
pertanyaan penting: siapa yang disebut masyarakat, bagaimana memberdayakan masyarakat, dan
apa keterkaitan antara memberdayakan masyarakat dengan memperkuat desa?
Pemberdayaan masyarakat sebenarnya merupakan sebuah teori canggih, tetapi dalam
praktik hanya berbentuk pengembangan kapasitas dan pembentukan kelompok masyarakat
(terdiri dari sejumlah orang) sebagai kanalisasi program pemerintah. Pembentukan kelompok ini
merupakan pendekatan usang sejak 1990-an, yang hanya mampu membuahkan institusi prematur
penerima manfaat proyek pemerintah. Setelah proyek berakhir kelompok masyarakat juga
berakhir.
Dalam pemberdayaan masyarakat yang lebih progresif, pembentukan kelompok oleh
pengelola program harus diakhiri. Ada agenda penting pemberdayaan masyarakat desa dalam
pembangunan kawasan pedesaan.
1. Pengorganisasian pelaku ekonomi desa (petani, nelayan, peternak, perajin dan lain-lain)
yang memiliki kesamaan kepentingan dan tujuan. Organisasi ini menjadi tempat untuk
pembelajaran, konsolidasi kepentingan dan tujuan, institusi bisnis, kerjasama ekonomi dan
yang lainnya.
2. Pengorganisasian kolaborasi antardesa yang memiliki potensi, kepentingan dan tujuan yang
sama, termasuk untuk membentuk BUM Desa Bersama. Pengorganisasian kolaborasi antara
desa, BUM Desa Bersama, dengan asosiasi pelaku ekonomi desa.

141| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

3. Pengembangan kapasitas terhadap asosiasi/organisasi kolobarasi yang telah diorganisir.


Tentu pengembangan kapasitas tidak hanya berhenti pada pelatihan, misalnya pelatihan
tentang kapasitas wirasaha desa. Agenda ini mencakup tiga level: (a) sistem (visi, kebijakan,
aturan main yang dimiliki organisasi); (b) institusi (manajemen organisasi, SDM, keuangan,
bisnis yang dimiliki organisasi); (c) individu (komitmen, kemauan, kemampuan, motivasi
orang per orang dalam organisasi).
Pendekatan pengarusutamaan desa juga penting untuk diterapkan dalam pemberdayaan
masyarakat, untuk memastikan cirikhas Kementerian Desa. Artinya pemberdayaan masyarakat
tidak hanya secara sektoral dalam bentuk pelatihan para pekerja maupun pelatihan wirausaha
seperti yang dilakukan kementerian terkait, tetapi juga menghadirkan institusi desa ke dalam
ranah pemberdayaan masyarakat, atau merajut kolaborasi antara desa dengan asosiasi pelaku
ekonomi desa maupun kerjasama antara BUM Desa dengan institusi ekonomi lainnya.***

Daftar Pustaka
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum.
Undang-Undang Nomor 41, tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan. Departemen Pertanian.
Keputusan Direktur Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan Nomor: 14/DPKP/ SK/07/2016
Tentang Penyelenggaraan Pembangunan Kawasan Perdesaan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 142


Pokok Bahasan 5

KEBIJAKAN PROGRAM
INOVASI DESA
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

144| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


Rencana Pembelajaran
SPB
Konsep Program Inovasi
5.1 Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan latar belakang dikembangkannya Program Inovasi Desa
2. Menyebutkan tujuan dari Program Inovasi Desa
3. Membuat point-point penting atas prinsip dan ketentuan dari Program Inovasi Desa

Waktu
2 JP ( 45 menit)

Metode
Curah Pendapat, Diskusi Kelompok dan Paparan.

Media
 Media Tayang 8.4.1;

 Lembar Kerja 8.4.1: Matrik Diskusi;

 Lembar Informasi 8.4.1: SOP Pelaporan Kinerja Pendamping Desa.

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 145


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian

Kegiatan 1: Pembukaan (5 menit)

1. Menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari sesi ini.

2. Pastikan peserta sudah memiliki buku Petunjuk Teknis Program Inovasi Desa dan
telah membaca buku petunjuk tersebut.

Kegiatan 2: Review pembangunan desa (20 menit)

1. Tayangkan gambar kegiatan pembangunan desa, kemudian tanyakan kepada


peserta, “Kira-kira ini gambar apa?”. Beri kesempatan kepada beberapa peserta
untuk memberikan jawaban atau komentar. Selanjutnya berikan penjelasan
bahwa ini adalah salah satu kegiatan pembangunan desa yang menggunakan
pembiayaan yang bersumber dari APB desa
2. Tanyakan kepada peserta, kegiatan pembangunan apa saja yang ada di desa
dampingan anda yang bersumber dari APB desa? Beri kesempatan beberapa
peserta menjawab dan catat point jawaban peserta pada whiteboard atau kertas
plano
3. Tanyakan kepada peserta, menurut anda apakah jenis kegiatan yang dipilih oleh
desa sudah tepat menjawab kebutuhan ?. berikan alasan atas jawaban tersebut
4. Tanyakan kepada peserta, menurut anda apakah jenis kegiatan pembangunan
yang dipilih oleh desa ada yang dapat dikategorikan sebagai kegiatan inovatif?
Mengapa anda mengatakan kegiatan tersebut inovatif?
5. Ajak peserta untuk merumuskan tentang “kegiatan inovatif di desa”,
Panduan pelatih:

Kegiatan inovatif adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara yang


sebelumnya belum pernah dilakukan oleh desa bersangkutan atau dilakukan
secara unik dan memberikan hasil yng lebih baik

Kegiatan 3: Paparan Program Inovasi Desa (10 menit)

6. Jelaskan secara singkat tentang beberapa hal berikut ini dengan menayangkan
bebera media tayang:

a. Latar belakang di kembangkannya Program Inovasi Desa


b. Tujuan program inovasi desa
c. Prinsip-prinsip dan ketentuan dasar atas penerapan PID.
7. Fasilitasi Tanya jawab, dengan memberikan peserta kesempatan bertanya dan
berikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
8. Minta beberapa peserta

Kegiatan 4: Penegasan (5 menit)

9. Tegaskan beberapa hal yang menjadi penting untuk diperhatikan yaitu:


a. PID tidak berdiri sendiri, melainkan memperkuat proses pembangunan yang
ada di desa.
b. Fasilitasi kegiatan inovasi tidak hanya difasilitasi oleh pelaku PID melainkan
semua pelaku pembangunan yang ada di desa.
c. Program ini bersifat inisiasi yang diharapkan selanjutnya akan menjadi pola
bagi desa dalam mengelola pembangunan desa

146| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 147


Rencana Pembelajran
SPB
5.2 Mekanisme Tahapan
Program Inovasi Desa

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:


1. Menyusun alur tahapan mekanisme pelaksanaan Program Inovasi Desa
2. Mensinkronkan alur tahapan PID dengan alut tahapan pembangunan desa

Waktu

1 JPl (45 menit)

Metode

Review, paparan, diskusi

Media

Meta plan, Media tayang …., lembar kerja 1.2.1

Alat Bantu

Flipt Chart, spidol, laptop, dan infocus

148| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian

Kegiatan 1: Pembukaan (5 menit)

1. Jelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari sesi ini.

Kegiatan 2: Paparan Alur mekanisme tahapan PID (15 menit)

2. Penjelasan bahan tayang. alur mekanisme tahapan PID


3. Beri kesempatan untuk Tanya jawab dan konfirmasi.

Kegiatan 3: Sinkronisasi Alur tahapan program (20 menit)

4. Tayangkaan kembali alur mekanisme PID


5. Tanyakan kepada peserta kapan kegiatan PID dilakukan atau diterapkan pada
siklus pembangunan desa? Gunakan lembar kerja 5..2.1;
6. Ajak peserta untuk memikirkan cara memfasilitasi pelaksanaan setiap langkah
PID kedalam tahapan Pembangunan desa..

Kegiatan 4: penutup (5 menit)

7. Penegasan:
 Program Inovasi Desa, bukan program yang berdiri sendiri, melainkan
 berkolaborasi dengan pola pelaksanaan pembangunan di desa.
 Pada setiap pelaksanaan tahapan PID dilakukan dengan menyisipkan pada
 tahapan pelaksanaan pembangunan desa.
 Kunci keberhasilan pelaksanaan PID adalah dengan menyiapkan pelaku
 pembangunan di desa sebelum pelaksanaan dari setiap tahapan kegiatan.
 Pelaksanaan PID tidak terpaku pada tahapan formal yang telah ditetapkan
dalam panduan, melainkan dilakukan fasilitasi diluar formal meeting
akanlebih efektif.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 149


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lembar kerja 5.2.1

Penerapan tahapan PID dalam Mekanisme Pembangunan Desa

No Tahapan PID Tahapan Langkah Fasilitasi


Pembangunan Desa

150| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


Rencana Pembelajran
SPB
5.3 Penggunaan Dana
Operasional Kegiatan
(DOK) Program
Inovasi Desa

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:


1. Menuliskan daftar penggunaan DOK PID
2. Menyusun alur penyusunan rencana penggunaan DOK PID
3. Menyusun proses pencairan dan penyiapan dokumen pencairan DOK PID

Waktu

1 JPl (45 menit)

Metode

Review, paparan, diskusi kelompok, dan simulasi

Media

Meta plan, Media tayang …., lembar kerja 1.2.1, format pencairan dana, dan panduan
DOK PID

Alat Bantu

Flipt Chart, spidol, laptop, dan infocus

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 151


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian

Kegiatan 1: Pembukaan (5 menit)

1. Jelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari sesi ini.
2. Pastikan peserta sudah membaca panduan DOK PID

Kegiatan 2: Paparan Ketentuan Penggunaan dan Pencairan DOK Inovasi (PID)


(10 menit)

3. Jelaskan penggunaan DOK PID


4. Jelaskan proses dan persyaratan pencairan DOK PID

Kegiatan 3: Penyiapan dokumen pencairan DOK PID (15 menit)

5. Bagi peserta dalam beberapa kelompok kecil.


6. Minta semua peserta membuka panduan DOK Inovasi,
7. Minta kelompok untuk membuat daftar dokumen/format yang diperlukan
sebagai persyaratan pencairan DOK PID
8. Diskusikan cara mengisi format-format

Kegiatan 4: Simulasi penyiapan dokumen pencairan DOK PID (15 menit)

9. Tanyakan kepada kelompok, format mana yang belum bisa cara mengisi atau
menyiapkannya.

10. Berikan penjelasan atau simulasi cara pengisian format tersebut.


11. Ulangi untuk format atau dokumen yang lainnya
.
Kegiatan 5 : Penutup

12. Berikan kesimpulan dan penegasan dari poses yang dicapai dalam sessi ini.

152| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


Lembar Informasi
SPB
5. Kebijakan Program
Inovasi Desa

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang selanjutnya
disebut UU Desa, memberikan kewenangan kepada Desa, antara lain
kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal skala Desa.
Pemerintah berupaya meningkatkan kapasitas keuangan Desa melalui,
khususnya, melalui transfer Dana Desa dan Alokasi Dana Desa (ADD).
Desa diharapkan meningkat kemampuannya untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakatnya secara efektif, guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa.
Kapasitas Desa dalam menyelenggarakan pembangunan dalam perspektif
“Desa Membangun” disadari masih memiliki keterbatasan. Keterbatasan itu
tampak dalam kapasitas aparat Pemerintah Desa dan masyarakat, kualitas
tata kelola Desa, maupun sistem pendukung yang mewujud melalui
regulasi dan kebijakan Pemerintah yang terkait dengan Desa. Sebagai
dampaknya, kualitas perencanaan, pelaksanaan, pengedalian dan
pemanfaatan kegiatan pembangunan Desa kurang optimal dan kurang
memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat
Desa.
Menanggapi kondisi di atas, Pemerintah melalui Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, yang selanjutnya
disebut Kementerian Desa PDTT, sesuai amanat UU Desa, menyediakan
tenaga pendamping profesional, yaitu: Pendamping Lokal Desa (PLD),
Pendamping Desa (PD), sampai Tenaga Ahli (TA) di tingkat Kabupaten,
Provinsi dan Pusat, untuk memfasilitasi Pemerintah Desa melaksanakan
UU Desa secara konsisten. Pendampingan dan pengelolaan tenaga
pendamping profesional dengan demikian menjadi isu krusial dalam
pelaksanaan UU Desa. Penguatan kapasitas Pendamping Profesional dan
efektivitas pengelolaan tenaga pendamping menjadi agenda strategis
Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD).
Aspek lain yang juga harus diperhatikan secara serius dalam pengelolaan
pembangunan Desa adalah ketersediaan data yang memadai, menyakinkan,
dan up to date, mengenai kondisi objektif maupun perkembangan Desa-
Desa yang menunjukkan pencapaian pembangunan Desa. Ketersediaan
data sangat penting bagi semua pihak yang berkepentingan, khususnya
bagi Pemerintah dalam merumuskan kebijakan pembangunan. Pegelolaan
data dimaksud dalam skala nasional, dengan kondisi wilayah, khususnya
Desa-Desa di Indonesia yang sangat beragam, tentu memiliki tantangan
dan tingkat kesulitan yang besar.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 153


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Koreksi atas kelemahan/kekurangan dan upaya perbaikan terkait isu-isu


di atas terus dilakukan Kementerian Desa PDTT secara pro aktif, salah
satunya dengan meluncurkan Program Inovasi Desa, yang selanjutnya
disebut PID. PID dirancang untuk mendorong dan memfasilitasi penguatan
kapasitas Desa yang diorientasikan untuk memenuhi pencapaian target
RPJM, dan program prioritas Kementerian Desa PDTT, melalui
peningkatkan produktivitas perdesaan dengan bertumpu pada:
1. pengembangan ekonomi lokal dan kewirausahaan, baik pada ranah
pengembangan usaha masyarakat, maupun usaha yang diprakarsai
Desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) dan Badan Usaha
Milik Desa Bersama (BUMDesa Bersama), serta Produk Unggulan Desa
(Prudes) dan Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades) guna
menggerakkan dan mengembangkan perekonomian Desa;
2. peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kaitan antara
produktivitas perdesaan dengan kualitas SDM ini, diharapkan terjadi
dalam jangka pendek maupun dampak signifikan dalam jangka
panjang melalui investasi di bidang pendidikan dan kesehatan dasar.
Produktivitas perdesaan, dengan demikian, tidak hanya ditilik dari
aspek/strategi peningkatan pendapatan saja, tetapi juga pengurangan
beban biaya, dan hilangnya potensi di masa yang akan datang.
Disamping itu, penekanan isu pelayanan sosial dasar (PSD) dalam
konteks kualitas SDM ini, juga untuk merangsang kepekaan Desa
terhadap permasalahan krusial terkait pendidikan dan kesehatan
dasar dalam penyelenggaraan pembangunan Desa; dan
3. pemenuhan dan peningkatan infrastruktur perdesaan, khususnya
yang secara langsung berpengaruh terhadap perkembangan
perekonomian Desa, dan memiliki dampak menguat-rekatkan kohesi
sosial masyarakat perdesaan.

Selain itu, PID juga memberi dukungan penguatan manajemen P3MD dan
pengembangan sistem informasi pembangunan Desa.
Hal mendasar dalam rancang bangun PID adalah: a) inovasi/kebaruan
dalam praktik pembangunan dan pertukaran pengetahuan. Inovasi ini
dipetik dari realitas/hasil kerja Desa-Desa dalam melaksanakan kegiatan
pembangunan yang didayagunakan sebagai pengetahuan untuk ditularkan
secara meluas; dan b) dukungan teknis dari penyedia jasa layanan teknis
secara profesional. Kedua unsur itu diyakini akan memberikan kontribusi
signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui
pembangunan yang didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APB Desa), khususnya DD. Dengan demikian, PID diharapkan dapat
menjawab kebutuhan Desa-Desa terhadap layanan teknis yang
berkualitas, merangsang munculnya inovasi dalam praktik pembangunan,
dan solusi inovatif untuk menggunakan DD secara tepat dan seefektif
mungkin.

PID diselenggarakan oleh Kementerian Desa PDTT dengan dukungan


pendanaan dan perancangan program bersama dengan Bank Dunia,
melalui restrukturisasi program yang sebelumnya difokuskan pada
Pendampingan Desa dalam pelaksanaan Undang-Undang Desa.

B. Dasar Pelaksanaan
PID diselenggarakan berdasarkan perjanjian pinjaman (Loan IBRD 8 217-ID)
antara Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia.

154| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

C. Prinsip Pengelolaan PID


Pengelolaan PID didasarkan pada prinsip-prinsip:
1. taat hukum;
2. transparansi;
3. akuntabilitas;
4. partisipatif;
5. inklusif; dan
6. kesetaraan Jender.

D. Para Pihak
Para Pihak yang terlibat dalam perancangan, pelaksanaan maupun
pemantauan program, meliputi Kementerian/Lembaga Pemerintah sebagai
berikut:
1. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan, sebagai koordinator pemangku kepentingan antar pihak;
2. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,
sebagai penanggungjawab dalam pelaksanaan kegiatan PID (Executing
Agency);
3. Kementerian Dalam Negeri, sebagai pembina Pemerintah Daerah dan
Pemerintah Desa;
4. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, sebagai koordinator perencanaan program;
5. Kementerian Keuangan, sebagai wakil dari Pemerintah Indonesia yang
menandatangani perjanjian pinjaman dengan Bank Dunia, Kementerian
Keuangan bertugas untuk memastikan bahwa seluruh pengaturan
terkait dengan prinsip dan prosedur penggunaan anggaran program
yang bersumber dari anggaran pemerintah sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
6. BPKP, adalah Auditor Pemerintah yang melakukan audit program dan
review Interim Financial Report (IFR) yang disampaikan oleh Executing
Agency; dan
7. Bank Dunia, sebagai mitra kerja dan lembaga donor dalam pembiayaan
PID.

E. Tujuan
PID bertujuan untuk meningkatkan kualitas penggunaan Dana Desa
melalui berbagai kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
Desa yang lebih inovatif dan peka terhadap kebutuhan masyarakat Desa.
Dalam jangka menengah, upaya ini diharapkan mendorong produktivitas
dan pertumbuhan ekonomi perdesaan serta membangun kapasitas Desa
yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi
masyarakat dan kemandirian Desa, sesuai dengan arah dan kebijakan dan
sasaran Kementerian Desa PDTT pada RPJMN 2015-2019.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 155


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

F. Manfaat
Melalui pelaksanaan PID, Desa akan menerima manfaat, antara lain:
1. Fasilitasi dan pendampingan untuk saling bertukar pengetahuan dan
belajar kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang
inovatif dengan Desa lainnya;
2. Fasilitasi dan pendampingan untuk merencanakan dan melaksanakan
kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang lebih
inovatif dan sesuai dengan prioritas kebutuhan masyarakat Desa;
3. Desa dapat memanfaatkan jasa layanan teknis untuk meningkatkan
kualitas kegiatan pembangunan dan pemberdayaan di Desa; dan
4. Desa memperoleh kesempatan dan akses untuk meningkatkan
kapasitas kegiatan perekonomiannya.

G. Penerima Manfaat
Penerima manfaat utama dari PID adalah Desa dan Penyedia Jasa
Layanan Teknis, sesuai dengan ketentuan program.

H. Ruang Lingkup
PID mencakup:
1. pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa
a. penyediaan Dana Bantuan Pemerintah Pengelolaan Pengetahuan
dan Inovasi Desa;
b. peningkatan Kapasitas Penyedia Jasa Layanan Teknis; dan
c. pengembangan Sistem Informasi Pembangunan Desa.
2. Program Penguatan P3MD dan PID
Program Penguatan P3MD dimaksudkan untuk meningkatkan
efektivitas pengelolaan pendampingan Desa, sedangkan PID untuk
meningkatkan kualitas penggunaan Dana Desa melalui berbagai
kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa yang lebih
inovatif dan peka terhadap kebutuhan masyarakat Desa.
3. Program Pengembangan Eksekutif (PPE)
PPE merupakan kegiatan peningkatan kapasitas untuk pejabat di
lingkungan Kementerian Desa PDTT terkait dengan visioning, decision
making, program manajemen dan mitigasi risiko.
4. Pilot Inkubasi Program Inovasi Desa
Pilot Inkubasi PID dimaksudkan untuk memberikan dana stimulan dan
technical assistant kepada Desa terpilih agar dapat mengembangkan
produktivitas perekonomiannya.

I. Lokasi
PID dilaksanakan di seluruh Kecamatan, pada 434 (empat ratus tiga puluh
empat) Kabupaten/Kota di 33 (tiga puluh tiga) Provinsi (kecuali Provinsi
DKI Jakarta), sedangkan untuk PJLT akan dilaksanakan di 246 (dua ratus
empat puluh enam) Kabupaten (Lampiran tentang daftar lokasi dan
alokasi).

J. Jangka Waktu Pelaksanaan Program


Pelaksanaan PID terhitung sejak Loan Agreement PID (IBRD 8217-ID)
berlaku efektif sampai dengan 31 Desember 2018.

156| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

BAB II
RANCANGAN, PENGELOLAAN, DAN PENGENDALIAN

A. Komponen Pembiayaan
Dana pinjaman/loan IBRD 8217 ID difokuskan dan hanya dapat digunakan
untuk membiayai kegiatan sesuai komponen, sebagai berikut:
1. komponen 1a. Hibah Inovasi Desa
Hibah Inovasi Desa berupa Dana Bantuan Pemerintah yang dialokasikan
di kecamatan sebagai biaya operasional dan kegiatan untuk mendorong
munculnya inovasi dalam pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan
Desa.
2. komponen 1b. Hibah Inkubasi Inovasi Desa
Hibah Inkubasi Inovasi Desa berupa Dana Bantuan Pemerintah yang
dialokasikan di 500 Desa terpilih, sebagai stimulan dalam rangka
pengembangan ekonomi lokal desa.
3. komponen 2 – Bantuan Teknis dan Peningkatan Kapasitas
Penyediaan tenaga ahli untuk konsultan dan tenaga dukungan teknis
dan kegiatan peningkatan kapasitas untuk mendorong inovasi dalam
pembangunan dan pemberdayaan Desa dan peningkatan efektivitas
pengelolaan program pendampingan Desa.
4. komponen 3 - Penguatan Manajemen
Penguatan manajemen untuk mendukung penguatan kelembagaan
dalam pengelolaan PID, Pendampingan Desa, Pengawasan Pembangunan
Desa dan Pengembangan Sistem Informasi Pembangunan Desa.
B. Kegiatan Prioritas
Mengacu pada komponen pembiayaan di atas, bidang kegiatan dan target
capaian PID ditetapkan sebagai berikut:

No Bidang Kegiatan Prioritas


1 Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa
1.1 Bantuan Pemerintah 1. Menyediakan dana untuk operasional dan kegiatan
PPID inovasi dan pengelolaan pengetahuan Desa dalam
bidang:i) pengembangan ekonomi lokal dan
kewirausahaan; ii) pengembangan sumber daya
manusia; iii) infra struktur desa;
2. Pertukaran pengetahuan dan kegiatan inovasi
melalui bursa inovasi desa.

1.2 Penyedia Jasa Layanan Meningkatkan kapasitas Penyedia Jasa Layanan Teknis
Teknis (PJLT) yang profesional kepada Desa, melalui
penyediaan direktori dan peningkatan kapasitas PJLT
dalam bidang: i) pengembangan ekonomi lokal dan
kewirausahaan; ii) pengembangan sumber daya
manusia; iii) infrastruktur desa.

1.3 Pengembangan Sistem 1. Pengembangan Sistem Informasi Pembangunan


Informasi Desa
Pembangunan Desa 2. Penyediaan Infrastruktur pengelola Data
3. Penyediaan tenaga pengelola data dan tenaga
analisis data

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 157


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

2 Penguatan P3MD dan Pelaksanaan PID


2.1 Penyediaan TA P3MD 1. Rekrutmen dan remunerasi TA P3MD di Pusat dan
dan PID Provinsi;
2. Rekruitmen dan remunerasi TA PID di Pusat,
Provinsi dan Kabupaten
2.2 Peningkatan 1. Evaluasi kinerja Tenaga Ahli Pusat dan Provinsi
manajemen 2. Rapat koordinasi dan evaluasi di Pusat dan Provinsi
pendampingan desa
2.3 Peningkatan kapasitas 1. Pelatihan Pra Tugas PID
dan kualitas tenaga 2. Peningkatan Kapasitas TA PM Kabupaten dalam PID
pendamping profesional
3 Penguatan Manajemen
3.1 Program Pelatihan 1. Pelatihan khusus pejabat eselon I dan II di
Eksekutif Senior lingkungan Kementerian Desa PDTT
3.2 Penyediaan dukungan 1. Penyediaan tenaga ahli
untuk Unit Kerja 2. Penyediaan gaji dan tunjangan serta biaya
Pengembangan Inovasi operasional
Desa dan Pengendalian
serta Pengawasan
Pembangunan Desa
3.3 Penguatan manajemen 1. Penyediaan biaya operasional pelaksanaan kegiatan
Satker Pusat dan 2. Penyelenggaraan Sosialisasi, Rapat Koordinasi,
Provinsi Monitoring & Evaluasi, Pelaporan

3.4 Penguatan Kapasitas 1. Pelatihan jabatan fungsional audit dan Aparat


Internal Audit Inspektorat Jenderal Kementerian Desa PDTT
2. Pengembangan Panduan Pengawasan Berbasis
Masyarakat dan Sistem Manajemen Risiko
Pembangunan Desa
4 Program Inkubasi PID
4.1 Uji Coba Inkubasi Menyediakan Dana Bantuan Pemerintah untuk
Peningkatan Ekonomi stimulan bagi Desa terpilih dalam pengembangan
Lokal ekonomi lokal

C. Daftar Larangan
Hal-hal yang dilarang untuk dilakukan dalam pelaksanaan PID antara lain:
1. membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang berkaitan dengan
politik praktis;
2. membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang mempekerjakan anak;
dan
3. membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang berdampak merusak
lingkungan hidup.
D. Pengelolaan Program Inovasi Desa
Pengelolaan PID mengacu dan dikembangkan berdasar pada aspek-aspek
sebagai berikut.
1. Pokok-pokok Pengelolaan
a. PID dikelola oleh Satuan Kerja Direktorat Jenderal PPMD dan
dilaksanakan oleh 2 (dua) Project Implementing Unit (PIU) yang berada
dibawah Sekretariat Jenderal dan Direktorat Pemberdayaan
Masyarakat Desa, Direktorat Jenderal PPMD, Kementerian Desa
PDTT;
b. Mengacu secara konsisten pada kerangka kerja PID.

158| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

2. Struktur Organisasi Pengelola

Bagan 1. Struktur Organisasi UK PID-P3D

3. Tugas dan Fungsi Pengelola


Pengelola PID mencakup pelaku individual dan lembaga sesuai struktur
organisasi di atas, mengemban fungsi dan tugas, sebagai berikut:
a. Unit Kerja Pengembangan Inovasi Desa dan Pengendalian serta
Pengawasan Pembangunan Desa (UK PID-P3D) yang terdiri dari:
1) Dewan Penasihat
Dewan Penasehat adalah sejumlah ahli yang direkrut sesuai
bidangnya masing-masing yang berfungsi:
a) menilai kemajuan PID dan memberikan rekomendasi kepada
Menteri melalui Sekjen untuk perbaikan Program;
b) memberikan masukan kepada Menteri melalui Sekjen dalam
menentukan arah dan strategi Program untuk enam bulan ke
depan.
c) memberikan masukan kepada Menteri melalui Sekjen dalam
membuat keputusan terkait penanganan masalah teknis dan
manajemen PID yang tidak dapat diselesaikan di tingkat
Satuan Kerja Ditjen PPMD.
d) memberikan masukan dan saran kepada Menteri berkenaan
dengan hal-hal terkait hubungan Pusat-Daerah dalam
pelaksanaan program dan kegiatan Kementerian Desa PDTT;
e) hal-hal lain yang bersifat khusus dan mendesak.
2) Tim Pelaksana, merupakan unsur pelaksana dalam UK PID-3PD
yang memiliki tugas:
a) melaksanakan instruksi dan/atau arahan Menteri baik yang
disampaikan secara langsung ataupun melalui Sekjen/Irjen;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 159


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

b) merumuskan isu-isu penting lintas unit eselon I terkait


dengan pelaksanaan program;
c) menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk dibahas
dalam pertemuan dan pembahasan Dewan Penasehat.
d) menyajikan telaah atas keadaan, perkembangan, dan
permasalahan pelaksanaan program dan kegiatan di
lingkungan Kementerian Desa PDTT;
e) memantau pelaksanaan program dan kegiatan Kementerian
terutama kegiatan prioritas yang menentukan pencapaian
kinerja Kementerian; dan
f) melakukan koordinasi, harmonisasi dan sinergi antar unit
eselon 1 Kementerian Desa PDTT.
b. Satker Direktorat Jenderal PPMD bertanggungjawab untuk:
1) merumuskan kebijakan operasional PID;
2) mengelola dan melaksanakan kegiatan strategis dalam PID dan
Pengelolaan Pengetahuan Desa;
3) memantau dan mengendalikan kinerja Program; dan
4) membuat laporan kepada Menteri melalui Sekjen dengan
tembusan kepada UK PID-P3D dan pemangku kepentingan
terkait.
c. Unit pelaksana program, bertanggungjawab melaksanakan kegiatan
teknis implementasi PID, terdiri dari:
1) Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Desa, Direktorat Jenderal
PPMD, bertindak selaku Unit Pelaksana Program di tingkat
nasional dan bertanggung jawab untuk:
a) mengelola administrasi umum dan perencanaan teknis PID;
b) mengelola anggaran untuk PID, termasuk mengontrak para
konsultan dan Perusahaan Pengelola Administrasi (PPA);
c) mengkoordinasikan pengelolaan dana dekonsentrasi PID dan
komponen program lainnya dengan satker P3MD Provinsi,
sesuai RKA DIPA Dekonsentrasi; dan
d) menjalankan regulasi dan mengimplementasikan kebijakan
terkait pengelolaan aset-aset program.
2) Sekretariat Jenderal bertindak sebagai Unit Pelaksana Program,
bertanggung jawab untuk:
a) melakukan supervisi terhadap UK PID-P3D;
b) mengelola administrasi umum dan perencanaan teknis PPE;
c) mengelola anggaran untuk PPE, termasuk mengontrak para
konsultan, pakar dan/atau Lembaga penyedia jasa
peningkatan kapasitas dari dalam dan/atau luar negeri;
d) mengelola program pengembangan kapasitas untuk pejabat
pengawasan/audit;
e) mengembangkan kegiatan sosialisasi dan publikasi PID dan
pelaksanaan Pembangunan Desa pada umumnya.

160| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

3) Dinas PMD Provinsi merupakan Organisasi Perangkat Daerah


(OPD) Provinsi yang ditunjuk untuk melaksanakan kegiatan PID
yang dianggarkan melalui DIPA Dekonsentrasi.
4) Tim Inovasi Desa Kabupaten (TIK) adalah Tim yang dibentuk di
kabupaten yang didanai dan difasilitasi oleh Satker Dekonsentrasi
Provinsi. TIK diketuai oleh OPD Kabupaten/Kota yang menangani
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa. TIK terdiri
dari Pokja Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (Pokja PPID)
dan Pokja Penyedia Jasa Layanan Teknis (Pokja PJLT).
5) Koordinator Program mengelola dukungan teknis dan implementasi
program serta mengkoodinir dan mengendalikan seluruh kegiatan
dan kinerja seluruh tim operasional baik pada P3MD dan PID.
6) Sekretariat Program (Sekpro) adalah suatu gugus tugas dipimpin
oleh Kepala Sekretariat berfungsi memberikan dukungan
administrasi dan kesekretariatan yang terdiri atas Tenaga Ahli dan
memiliki keahlian serta keterampilan di bidang tugas dan fungsi
tersebut. Sekpro bekerja membantu Satker dan bertanggung
jawab dalam pengelolaan administrasi dan Sumber Daya PID baik
dalam struktur UK PID-P3D, P3MD dan PPID.
7) Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID) adalah kelompok masyarakat
pengelola Dana Bantuan Pemerintah PPID.
4. Hubungan Antar Pihak
Relasi antar pihak dalam pengelolaan PID diatur dalam Standar
Operasional Prosedur, selanjutnya disebut SOP Hubungan Antar Pihak.
5. Strategi Pengelolaan
Strategi pengelolaan program dilaksanakan melalui:
a. penguatan kapasitas kelembagaan dan manajerial terkait dengan
pengelolaan PID, termasuk penguatan kapasitas pejabat senior
Kementerian Desa PDTT; dan
b. membangun jaringan para pihak yang semuanya berkontribusi untuk
tata kelola yang lebih baik.
E. Pengendalian
1. Rencana Aksi Tata Kelola yang Lebih Baik
a. Tata Kelola dan kerangka kerja integritas mengacu kepada
pengalaman lapangan dan uji coba penelitian yang spesifik di bawah
program pemberdayaan masyarakat sebelumnya. Rencana Aksi Tata
Kelola ini merupakan kerangka sistem pengendalian dan manajemen
risiko standar yang digunakan oleh PID.
b. Rencana Aksi Tata Kelola ini memberikan arahan dan pedoman tata
kelola yang menyeluruh, untuk meminimalkan risiko, terutama risiko
penyimpangan/korupsi, dengan mengidentifikasi potensi risiko.

c. Langkah-langkah mitigasi risiko berfokus pada:


1) pembuatan Sistem Informasi Manajemen yang handal. Basis data
terintegrasi dan aplikasi berbasis jaringan yang akan
dikembangkan untuk memudahkan pengumpulan data, analisis
data dan pelaporan termasuk penyediaan dashboard.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 161


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

2) pembuatan Sistem Penanganan Pengaduan dan Masalah. SOP


Penanganan Pengaduan dan Masalah didukung aplikasi
Complaints Handling System akan dikembangkan untuk
memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam mengawasi
pelaksanaan program.
3) menjalankan pengendalian keuangan/fiduciary yang ada
meliputi:
a) setiap level pengelola program akan tersedia personil dengan
fungsi manajemen keuangan dan pengawasan;
b) internalaudit akan dilaksanakan secara berkala menggunakan
SOP yang memadai;
c) laporan disbursement bulanan direview oleh Konsultan
bekerjasama dengan Satker Provinsi/Pusat;
d) audit eksternal oleh BPKP bekerjasama dengan Inspektorat
Daerah;
e) pengelola program berkewajiban mengumumkan posisi
keuangan dan hasil audit melalui media publik;
f) penyelenggaraanpelatihan mengenai fiduciary dan
pengawasan bagi konsultan dan fasilitator serta pelaksana
program terkait;
g) sanksi program bagi penyimpangan keuangan; dan
h) supervisi rutin oleh PMU dan Bank Dunia.
4) Penyediaan tenaga ahli yang berkualitas melalui:
a) Kerangka Acuan Kerja (KAK) disusun secara cermat
mendeskripsikan persyaratan yang ketat dengan kinerja yang
terukur;
b) rekrutmen secara profesional dan transparan untuk
mendapatkan sumber daya yang berkualitas;
c) penyelenggaraan Pelatihan pratugas dan Peningkatan
Kapasitas;
d) penyusunan SOP pengendalian Konsultan dan fasilitator;
dan
e) penyusunan kode etik dan sanksi bagi tenaga ahli.

d. Laporan Tata Kelola disusun setiap semester untuk:

1) menyajikan data dan informasi tentang tingkat kepatuhan


pelaksanaan tata kelola yang baik;

2) mengidentifikasi tantangan baru yang muncul dalam


pelaksanaan program;
3) menyediakan forum untuk membahas kinerja Tata kelola
penyelenggaraan program; dan
4) menganalisa tata kelola dan tren korupsi selama pelaksanaan
kegiatan.

162| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

2. Struktur Pengendalian Manajemen


Program ini memiliki berbagai sistem pengelolaan dan pemantauan yang
digabungkan dengan upaya meningkatkan akuntabilitas sistem. Hal ini
untuk memastikan bahwa program ini dikelola dengan tepat. Dalam
rangka pengendalian yang efektif maka perlu dikembangkan dan
diperkuat sistem pengelolaan sebagai berikut:

Sistem Perangkat / Mekanisme / Penanggung Jawab


Pengelolaan Kontrol
Sistem MIS and CHS Satker Kementerian Desa, PDTT
Manajemen (Satker), Konsultan Nasional (KN)
dan Konsultan Provinsi (KP)
Sistem Deteksi 1. Pengawasan & Pemantauan CHS 1. Setjen, Irjen, Satker
dan Respon 2. Konsultan Pengawas 2. Satker, KN dan KP
3. Tenaga Dukungan Teknis 3. Satker melalui KN dan KP
4. Pengawasan oleh Media 4. Satker melalui KN dan KP

3. Manajemen Risiko
a. manajemen risiko bertujuan untuk mencegah hal-hal yang
berpotensi menghambat atau bahkan menghentikan pelaksanaan
program/kegiatan (risiko);
b. manajemen risiko dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi; dan
c. manajemenrisiko dilakukan melalui tahap/langkah: mengidentifikasi
(identify), mengkualifikasi (qualify), mengevaluasi (evaluate) dan
memitigasi (mitigate).
4. Pengawasan
a. pengawasan PID dilaksanakan sesuai struktur manajemen program
melibatkan partisipasi masyarakat, dan menerapkan transparansi;
b. pengawasan serta audit (internal oleh Inspektorat Jenderal
Kementerian Desa PDTT dan eksternal oleh BPKP) dilakukan untuk
memastikan risiko diminimalkan terutama untuk mencegah
penyimpangan/korupsi;
c. Tenaga Ahli di semua tingkatan memiliki tanggung jawab
pengawasan;
d. audit atas Laporan Keuangan disepakati oleh Satker Pusat dan
Bank Dunia yang akan dilaksanakan oleh BPKP; dan
e. Bank Dunia memberikan layanan pengawasan tambahan terutama
melalui Tim Kerja yang secara teratur melakukan reviu atas
pelaksanaan program dan pencapaian tujuan program dan melalui
Tim Fiduciary yang memperkuat kapasitas Pemerintah Indonesia di
bidang pengawasan keuangan dan pengadaan barang/jasa dan
penanganan pengaduan/masalah.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 163


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

5. Pengadaan Barang dan Jasa


a. pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di Satker Pusat dan Satker
Dekonsentrasi Provinsi, yang bersumber dari Loan IBRD mengacu
kepada ketentuan pengadaan barang/jasa Bank Dunia.
b. pengadaan barang dan jasa di kelompok masyarakat dilaksanakan
secara swakelola dan pengadaan langsung dengan prinsip efisien,
ekonomis dan transparan.

164| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

BAB III
PENGUATAN MANAJEMEN

A. Komponen Kegiatan
Penguatan manajemen dimaksudkan agar pengelolaan PID secara
terintegrasi dengan program prioritas Kementerian Desa PDTT. Selain itu,
penguatan manajemen juga dimaksudkan untuk mendorong terwujudnya
integrasi seluruh lini dan unit kerja sehingga pelaksanaan Pembangunan
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa dapat berjalan secara efektif dan
efisien.
Kebutuhan dan isu-isu di atas direspon PID melalui rangkaian kegiatan
program yang dikelompokkan sesuai komponen kegiatan yang diuraikan
dibawah ini.
B. Program Pengembangan Eksekutif (Executive Transformation Program)
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pejabat di
lingkungan Kementerian Desa, PDTT, dengan prioritas pada pejabat eselon
1 dan 2 meliputi:
1. Pelatihan dan/atau lokakarya di dalam dan/atau di luar negeri dalam
bentuk program pengembangan profesional bersertifikasi sesuai subyek
dan sumber daya yang dibutuhkan, yang berhubungan erat dengan
kapasitas dan prioritas Kementerian. Kegiatan ini akan dilaksanakan
melalui kerja sama dengan perguruan tinggi atau lembaga
penyelenggara pelatihan lokal maupun internasional.
2. Executive Coaching
Kegiatan ini dikhususkan untuk mengawal aplikasi hasil dari pelatihan
maupun lokakarya yang telah diikuti oleh para pejabat Kementerian
Desa, PDTT dengan coach atau pakar yang memiliki pengalaman dan
kapasitas dalam manajemen tingkat eksekutif.
3. Local dan International Knowledge Exchange
Kegiatan ini untuk meningkatkan peran global Kementerian Desa PDTT
dalam kerangka Kerjasama Selatan-Selatan, sebagai bentuk knowledge
exchange dan terciptanya jaringan kerjasama dalam pengembangan
Desa dengan negara lain. Kegiatan ini juga untuk meningkatkan
kapasitas staf Kementerian dalam merancang dan melaksanakan
program, serta mempromosikan Inovasi Desa.

4. Menyelenggarakan kegiatan circular forum antar eksekutif atau


pimpinan lembaga dalam bentuk seminar internal di mana
narasumbernya adalah staf yang telah mengikuti pelatihan atau
kegiatan eksternal dan pesertanya adalah staf di unitnya yang terkait,
pimpinannya, maupun staf unit lain yang diundang. Kegiatan ini
menjadi bentuk pelatihan internal bagi staf lainnya, diseminasi
informasi dan pengetahuan baru, serta media untuk menindaklanjuti
rencana aksi dari tiap kegiatan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 165


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

C. Penyediaan Tenaga Ahli untuk Kementerian Desa, Pembangunan Daerah


Tertinggal, dan Transmigrasi
Program juga menyediakan sejumlah Tenaga Ahli untuk membantu
pimpinan Kementerian Desa PDTT dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian dalam pelaksanaan program dan kegiatan PID.

Bagan 2. Satker dalam Hirarkhi Kementerian Desa PDTT (Pusat-Daerah)

D. Penguatan Satker Pusat dan Provinsi


Kegiatan Penguatan Satker Pusat dan Provinsi mencakup:
1. penguatan manajemen;
2. peningkatan kapasitas dan pembinaan;
3. penyelenggaraan sosialisasi, rapat-rapat koordinasi dan workshop;
4. pemantauan (monitoring) dan evaluasi; dan
5. pelaporan.

166 Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

BAB IV
PENGELOLAAN PENGETAHUAN DAN INOVASI DESA

A. Strategi Kegiatan
Strategi yang dikembangkan dalam rangka munculnya inovasi desa adalah
dengan mengoptimalkan di bidang: (i) Kewirausahaan dan Pengembangan
Ekonomi Lokal, (ii) Pengembangan Sumber Daya Manusia (pelayanan sosial
dasar, dan kewirausahaan sosial) dan (iii) Infrastruktur desa melalui:

1. Penyediaan dana operasional kegiatan Pengelolaan Pengetahuan dan


Inovasi Desa
2. Pengembangan Kapasitas Penyedia Jasa Layanan Teknis.
3. Pengembangan Sistem Informasi Pembangunan Desa.

Bagan 3. Akses pada Data Pembangunan Desa (Sistem Informasi Manajemen dengan
Kemampuan Pemantauan secara Langsung)

B. Komponen Kegiatan
1. Dana Bantuan Pemerintah Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa
Dana Bantuan Pemerintah PPID merupakan dana operasional kegiatan
yang dialokasikan di kecamatan dan digunakan untuk membiayai berbagai
kegiatan pengelolaan pengetahuan. Kegiatan ini diharapkan dapat
mendorong munculnya inovasi dalam pelaksanaan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa; khususnya terkait dengan peningkatan
kapasitas kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal, peningkatan
kualitas infrastruktur dan pengembangan kapasitas sumber daya
manusia. Penggunaan dana ini melalui proses pengelolaan
pengetahuan secara sistematis, terencana dan partisipatif, yang
meliputi proses: i) identifikasi, ii) validasi, iii) dokumentasi, iv) pertukaran
pengetahuan atau eksposisi dan, v) replikasi.
2. Pengembangan Kapasitas Penyedia Jasa Layanan Teknis (PJLT)
PJLT adalah organisasi atau lembaga yang memiliki keahlian tertentu dan
diakui secara profesional serta berkomitmen membantu desa dalam
meningkatkan kualitas pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
Desa. Jenis layanan teknis yang disediakan PJLT meliputi tiga bidang

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 167


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

kegiatan utama yang tidak dapat diberikan oleh pendamping profesional:


(1) Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal, (2)
Pengembangan Sumber Daya Manusia (pelayanan sosial dasar, dan
kewirausahaan sosial) dan (3) infrastruktur Desa. PJLT memberikan
pelayanan dalam bentuk dukungan teknis berupa pelatihan, konsultasi,
bimbingan teknis, mentoring, dan studi sesuai dengan kebutuhan Desa.
PJLT dapat memfasilitasi Desa dalam mengidentifikasi, mengorganisir
dan memanfaatkan jaringan kerja yang mendukung peningkatan
produktivitas dan hasil guna kegiatan di Desa. Program akan
mendukung Pemerintah/Pemerintah Daerah dalam mengidentifikasi
kebutuhan dan menginventarisasi ketersediaan, pendaftaran, verifikasi
dan sertifikasi PJLT.
3. Pengembangan Sistem Informasi Pembangunan Desa (SIPD)
SIPD merupakan salah satu upaya untuk pengelolaan, evaluasi dan
analisa data Desa, yang ditujukan untuk mendukung tujuan percepatan
pembangunan Desa dan produktivitas desa berbasis pada pengelolaan
data pembangunan Desa. Pengelolaan dan pengembangan SIPD akan
terkoneksi dengan data dasar yang selama ini dihasilkan di Kementerian
Desa PDTT dan aplikasi pengolah data yang sudah berjalan di Desa.
Pengelolaan dan pengendalian data bertujuan untuk menyediakan
model dan platform untuk mendukung pengolahan data PID.

Melalui SIPD, data pembangunan desa akan dikumpulkan, dianalisa


dan disajikan dengan mengacu kepada variabel Indikator Kinerja
Keberhasilan Program data Desa (target output data). SIPD akan
menyajikan status dan peningkatan level Desa sebagai dampak
intervensi program terhadap Desa.

168| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

C. Target Pencapaian
Secara teknis target pencapaian ini akan dituangkan dalam petunjuk teknis
operasioanal pengelolaan pelaksanaan dan inovasi desa, adapun bidang-
bidang dalam target capaian ini adalah:
1. bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal;
2. bidang Sumber Daya Manusia;
3. bidang Infrastruktur;
4. program Pilot Inkubasi Inovasi Desa
Program Pilot ini direncanakan akan dikembangkan di 500 desa,
berkenaan pemilihan lokasi akan di tetapkan dan disusun petunjuk
teknis secara tersendiri; dan
5. bidang Manajemen Data dan Informasi Desa
Penyediaan Sistem Informasi Pembangunan Desa yang dapat diakses
oleh berbagai pihak.

D. Lokasi Program
1. Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa dilaksanakan di seluruh
Kecamatan, di 434 Kabupaten /kota, di 33 Provinsi (kecuali Provinsi
DKI),
2. Untuk pengembangan kapasitas PJLT dilaksanakan di 246
Kabupaten/Kota yang disesuaikan dengan lokasi program prioritas
Kementerian Desa PDTT; dan
3. Program Pilot Inkubasi Inovasi Desa akan dilaksanakan di 500 Desa.

E. Pelaksana Program
PID dilaksanakan oleh Satker Ditjen PPMD, Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, didukung oleh
Sekretariat Program, dan sejumlah tenaga ahli di tingkat pusat, provinsi,
TAPM dan TA PID di tingkat Kabupaten, TIK dan TPID. Pada setiap
Kabupaten lokasi akan disediakan Tenaga Ahli untuk Program Pilot
Inkubasi Inovasi Desa.

F. Mekanisme Keuangan
1. Pencairan Dana Bantuan Pemerintah PPID
Mekanisme ini akan diatur tersendiri dalam petunjuk teknis bantuan
pemerintah PPID.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 169


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

2. Pencairan Dana Operasional Kabupaten


a. mekanisme penganggaran dan pembayaran adalah melalui
Dekonsentrasi.
b. Satker Pusat akan menerbitkan Juknis Dekon, Program SOP, dan
Juknis Penggunaan Dana Block Grant ke Satker Provinsi.
c. dalam rangka pembayaran dana operasional Tim Inovasi Kabupaten
maka Satker Provinsi menugaskan Bendahara Pengeluaran Pembantu
untuk memfasilitasi pembayaran dana operasional proyek di kabupaten.
d. dana operasional proyek menggunakan mekanisme Uang Persediaan
(UP) yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu kepada
PPK/Satker Provinsi.
e. berdasarkan DIPA Dekonsentrasi yang diterima Satker Provinsi, maka
Bendahara Pengeluaran Pembantu mengajukan Uang Persediaan ke
Satker Provinsi. Besaran Uang Persediaan yang dapat diajukan oleh
Bendahara Pengeluaran Pembantu mengacu pada PMK 190 Thn 2012.
f. berdasarkan pengajuan dari Bendahara Pengeluaran Pembantu maka
Satker Provinsi memproses permintaan tersebut dengan mengajukan
SPM UP ke KPPN.
g. selanjutnya KPPN akan memverifikasi SPM UP yang diajukan oleh
Satker Provinsi dan menerbitkan SP2D UP. Berdasarkan SP2D UP yang
diterbitkan oleh KPPN maka maka mentransfer dana UP ke
rekening Bendahara Pengeluaran Pembantu.

h. dana UP adalah dana yang bersifat revolving yang harus digunakan,


dipertanggungjawabkan dan dimintakan kembali dalam 2 bulan dengan
maksimum pembayaran per transaksi Rp 50 juta.
i. dalam rangka pembayaran biaya operasional di kabupaten maka Pokja
Inovasi Kabupaten dapat mengajukan permintaan pembayaran kepada
Bendahara Pengeluaran Pembantu dengan catatan nilai per transaksi
tidak melebihi Rp 50 juta.
j. uang Persediaan dapat diminta kembali ke Satker Provinsi setelah
digunakan 50%.
170| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

k. uang Persediaan yang berada di Bendahara Pengeluaran Pembantu


diadministrasikan, dicatat dan dilaporkan oleh Bendahara
Pengeluaran Pembantu sesuai penggunaan di kabupaten.

G. Koordinasi
1. Program Inovasi Desa dikelola secara terpadu dengan melibatkan
berbagai pemangku kepentingan, baik dari unsur pelaku pemerintah,
konsultan/pendamping, dan pelaku masyarakat.
2. koordinasi dilakukan sesuai jalur struktural (Pemerintah), fungsional
(Konsultan/Pendamping), maupun lintas jalur (struktural dan
fungsional).
3. koordinasi antar pihak terkait dilakukan secara berjenjang sesuai
tingkat pemerintahan dari tingkat nasional sampai kabupaten.
H. Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan Program
1. pemantauan akan dilakukan secara periodik dengan pengawasan secara
melekat, fungsional dan eksternal. Pendekatan pemantauan dapat
dilakukan dengan pendekatan pemantauan (monitoring) partisipatif dan
studi berkelanjutan selama pelaksanaan program. Pemantauan dapat
dilakukan juga melalui kerja sama dengan Perguruan Tinggi dan atau
LSM lokal khususnya dalam proses pemantauan (monitoring) partisipatif.
2. evaluasi akan dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak khususnya
dalam mendukung proses pengembangan dan keberhasilan Program
Inovasi Desa (PID). Evaluasi ini dilakukan secara menyeluruh baik
terhadap (i) kinerja pelaku program, (ii) operasional kegiatan dan (iii)
subtsansi PID yang diidasarkan atas Indikator Keberhasilan Program
3. pelaporan dilakukan secara periodik dan berjenjang. Laporan terdiri
dari laporan bulanan, laporan 6 (enam) bulanan, dan laporan akhir.
Pelaksanaan laporan akan dilakukan secara digital dan manual yang
akan dikoordinasikan oleh TA Nasional Bidang Monitoring dan Evaluasi
dan TA Inovasi Kabupaten bagian pendataan.
Penjelasan lebih lanjut tentang Program Inovasi Desa ini dituangkan
dalam Petunjuk Teknis dan Panduan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 171


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

BAB V
PROGRAM PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
(P3MD)
A. Gambaran Umum
Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD)
merupakan upaya untuk mendukung pelaksanaan UU Desa melalui
penyediaan pendampingan profesional bagi Desa. Saat ini telah tersedia
sekitar 30.000 (tiga puluh ribu) Pendamping di tingkat Kabupaten,
Kecamatan dan Desa yang didanai dari DIPA Ditjen PPMD (Rupiah Murni).
Untuk mengelola pendampingan ini dibutuhkan tim manajemen atau
tenaga ahli di tingkat Provinsi dan Pusat yang dikelola oleh Perusahaan
Penyedia Jasa Administrasi (PPA). Disamping itu, untuk mendukung
ketertiban dan kelancaran administrasi maka dibentuk Sekretariat Program
yang bertanggung jawab atas administrasi keuangan dan kepegawaian
program.
Sebagian dana pinjaman, yang bersumber dari IBRD Loan 8217-ID akan
digunakan untuk mendanai 1 (satu) PPA di tingkat Pusat dan 6 (enam) PPA
di tingkat Wilayah serta kontrak individu personil Sekretariat Program.
B. Komponen Kegiatan
Komponen kegiatan berupa pembiayaan atas Sekretariat Program (personil
dan operasional), PPA (kontrak perusahaaan) dan Tenaga Ahli (gaji,
tunjangan, biaya operasional), terdiri dari 1 (satu) PPA Pusat dan 6 (enam)
PPA Wilayah.
Di tingkat pusat akan disediakan 19 (sembilan belas) personil di Sekretariat
Program, 47 (empat puluh tujuh) Tenaga Ahli di bawah PPA Pusat dan 371
(tiga ratus tujuh puluh satu) Tenaga Ahli pada 33 (tiga puluh tiga) Provinsi
dibawah PPA Wilayah dan 2.604 (dua ribu enam ratus empat) Tenaga Ahli
di Kabupaten dan tenaga pendukung di kabupaten di bawah Satker
Dekonsentrasi Provinsi.
C. Target Pencapaian
Output yang diharapkan dari Sekretariat Program adalah tersedianya
dokumen anggaran, laporan disbursement, dokumen terkait Tenaga Ahli
dan Laporan program.
Output para PPA adalah terselenggaranya administrasi kepegawaian,
dukungan kebutuhan operasional dan penggajian atas para Tenaga Ahli.
Output dari para Tenaga Ahli dinyatakan dalam ToR masing-masing posisi,
antara lain berupa SOP, Modul Pelatihan, Laporan Supervisi, Data, Laporan
lainnya dan output lain sesuai bidang tugas dan tanggungjawabnya.

D. Pelaksana dan Koordinasi antar Pihak


Pelaksana program adalah Satker Ditjen PPMD Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Tenaga Ahli P3MD
dalam menjalankan tugas saling berkoordinasi dan bekerjasama dengan
Tenaga Ahli Program Inovasi Desa serta dengan Instansi Pemerintah
Pusat/Daerah terkait, sebagaimana terdapat didalam ketentuan SOP
Hubungan Antar Pihak.

172| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

E. Mekanisme Keuangan dan Pertanggungjawaban


Mekanisme keuangan dan pertanggungjawaban untuk pembiayaan
kegiatan P3MD adalah melalui Satker Pusat baik untuk Sekretariat
Program, PPA Pusat maupun PPA Wilayah.
F. Lokasi Kegiatan (Project)
Lokasi kegiatan (project) berkedudukan di Pusat dan 33 (tiga puluh tiga)
Provinsi (kecuali DKI Jakarta).
G. Pemantauan (Monitoring) dan Evaluasi
1. Satker Ditjen PPMD akan melakukan pemantauan (monitoring) berkala
(bulanan) terhadap pelaksanaan tugas tiap unsur yang didanai.
Pemantauan (monitoring) dapat melibatkan pihak lain yang
berkepentingan seperti Kemenko PMK, Kementerian Keuangan,
Kementerian PPN/Bappenas, BPKP dan Bank Dunia;
2. evaluasi Kinerja Sekretariat Program dilaksanakan tiap 3 (tiga) bulan
oleh Satker P3MD Pusat;
3. evaluasi Kinerja PPA akan dilaksanakan tiap 3 (tiga) bulan oleh Satker
P3MD Pusat; dan
4. evaluasi Kinerja Tenaga Ahli akan dilaksanakan tiap 3 (tiga) bulan oleh
Satker P3MD Pusat dan Provinsi.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 173


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

BAB VI
PENGELOLAAN KEUANGAN
A. Sumber Pembiayaan
Pembiayaan PID bersumber dari IBRD Loan 8217-ID.
B. Penganggaran
1. setiap pembiayaan PID dengan menggunakan Loan IBRD 8217-ID harus
dianggarkan melalui mekanisme penganggaran Pemerintah Republik
Indonesia dan dimasukkan ke dalam DIPA APBN.
2. untuk keperluan penganggaran Loan IBRD 8217-ID, Direktorat PMD
harus menyerahkan Annual Work Plan and Budget (AWPB) ke Bank
Dunia untuk mendapatkan persetujuan (No Objection Letter; NOL)
sebelum dituangkan ke dalam DIPA.
3. setiap revisi DIPA yang akan berakibat berubahnya kegiatan dan alokasi
anggaran di atas 15% maka Direktorat PMD harus menyampaikan revisi
AWPB terlebih dahulu ke Bank Dunia untuk mendapatkan persetujuan.

C. Penyaluran dan Pencairan Dana


1. mekanisme pembayaran PID kepada pihak III yang dibiayai melalui loan
menggunakan mekanisme pembayaran yang digunakan oleh Pemerintah
Republik Indonesia dengan sistem penggantian melalui mekanisme
Rekening Khusus.
2. pembayaran dapat dilakukan (eligible expenditure) terhadap biaya yang
telah dianggarkan di dalam APBN/APBD dan sesuai dengan komponen
biaya dan eligibility criteria yang diatur dalam Loan Agreement.
3. prosedur pembayaran diuraikan lebih rinci dalam Petunjuk Teknis
Bantuan Pemerintah PPID.
D. Pelaporan Keuangan
1. Satker Ditjen PPMD harus menyusun Laporan Keuangan PID secara
triwulan (Interim Financial Report; IFR) sesuai format yang telah
disetujui oleh Bank Dunia dan disampaikan kepada Bank Dunia dan
Kementerian Keuangan sebagai wakil pemangku kepentingan
Pemerintah Indonesia.

2. laporan keuangan triwulanan harus disampaikan paling lambat 45


(empat puluh lima) hari setelah periode pelaporan berakhir dan direviu
oleh BPKP yang juga bertindak untuk melakukan audit keuangan setiap
tahunnya untuk memberikan opini.

174| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

BAB VII PEMANTAUAN DAN


EVALUASI
A. Pokok-pokok Pemantauan dan Evaluasi
1. Pemantauan (Monitoring)
a. dilaksanakan secara berjenjang untuk menjamin pengelolaan
Program sesuai dengan tujuan dan sasaran.
b. pengembangan sistem dan proses pemantauan (monitoring)
dilakukan sesuai tahapan kegiatan yang dilaksanakan.
c. pemantauan (monitoring) dilakukan secara periodik melalui
pengawasan secara melekat, fungsional dan eksternal dilakukan
melalui pendekatan partisipatif, dan studi berkelanjutan selama
pelaksanaan program.
d. pemantauan (monitoring) dapat dilakukan juga melalui kerjasama
dengan Perguruan Tinggi dan atau LSM lokal khususnya dalam
proses pemantauan (monitoring) partisipatif.
e. pemantauan (monitoring) atas pengumpulan data dilaksanakan tiap
bulan dan dibuat tampilan pemantauan (monitoring) terhadap data
yang terdapat pada aplikasi yang telah dibuat.
2. Evaluasi
a. evaluasi dilakukan setiap kuartal oleh pengelola Program.
b. evaluasi akan dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak
khususnya dalam mendukung proses pengembangan dan
keberhasilan PID.
c. hasil evaluasi dibahas di tingkat Pusat oleh Satker Ditjen PPMD,
Sekretariat Program, tim tenaga ahli dan Kementerian/Lembaga
terkait (Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi, Kementerian Dalam Negeri,
Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Kementerian
Keuangan, BPKP, dan KSP).
d. evaluasi dilakukan secara menyeluruh baik itu kinerja pelaku
program, operasional kegiatan dan subtansi PID yang didasarkan
atas Indikator Kunci Keberhasilan Program.
B. Indikator Kunci Keberhasilan (Key Performance Indicators; KPI)
Indikator dan target kinerja ditetapkan bersama oleh Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, dan Bank Dunia antara
lain mencakup indikator terkait kinerja sistem, kinerja data, pemanfaatan
hasil, kepuasan pemanfaat, dan keterlibatan masyarakat (lihat lampiran
Indikator Kunci Keberhasilan).
C. Pelaporan
Pelaporan Program dilakukan secara berkala dan berjenjang melalui jalur
struktural (organisasi pemerintahan) dan jalur fungsional sesuai struktur
pendamping profesional (konsultan dan fasilitator) guna menjamin aliran
informasi secara cepat, tepat dan akurat kepada setiap pemangku
kepentingan.
Pelaporan berkala adalah pelaporan yang dilakukan setiap periode waktu
tertentu, sedangkan pelaporan berjenjang adalah pelaporan yang dilakukan
dari satuan unit kerja tingkat masyarakat sampai tingkat Tim Pengendali.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 175


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Pelaporan Program mencakup (i) Laporan Bulanan, (ii) Laporan Semester,


dan (iii) Laporan Akhir Tahun. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi dimungkinkan untuk menyajikan laporan
khusus terkait dengan hal-hal dan/atau kebutuhan khusus program.
D. Penanganan dan Pengaduan Masalah
Prinsip pengelolaan pengaduan masyarakat adalah berjenjang yaitu
penanganan pengaduan mulai pada tingkat yang terdekat dengan lokasi
pengaduan agar penanganan dapat dilakukan dengan cepat dan sedekat
mungkin dari lokasi pengaduan.
Untuk memastikan pengaduan masyarakat dapat cepat ditangani maka
dibentuk Sistem Pengelolaan Pengaduan Masyarakat (SPPM) secara
berjenjang yang dikoordinasikan dengan pihak terkait di berbagai
tingkatan, termasuk aparat pengawasan fungsional dan aparat penegak
hukum.
SPPM menyediakan informasi baik kepada pelapor maupun masyarakat
luas mengenai tindakan penyelesaian yang diambil dan hasilnya.
Mekanisme SPPM akan diuraikan secara rinci dalam Petunjuk Teknis.

176| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

BAB VIII
PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN
(SOCIAL AND ENVIRONMENTAL SAFEGUARD)

Pelaksanaan Program Inovasi Desa dirancang dengan serangkaian


pengamanan untuk mencegah dampak negatif, baik secara sosial maupun
terhadap lingkungan. Program akan menyediakan tenaga ahli yang
bertanggung jawab mengelola permasalahan mengenai Pengamanan Sosial
dan Lingkungan (Social and Environmental Safeguards).

Di Satker Pusat dan Provinsi juga akan ada penangung jawab terhadap
permasalahan ini. Program akan menyediakan Panduan Pengamanan Sosial
dan Lingkungan sebagai acuan para pelaksana kegiatan untuk menjamin
keterlibatan para pemangku kepentingan, khususnya kaum marjinal dan
masyarakat adat, kelompok masyarakat dengan kebutuhan khusus dan
rumah tangga miskin.

Program juga akan menyediakan program peningkatan kapasitas terkait


Pengamanan Sosial dan Lingkungan (misal tentang pelibatan sosial, pelibatan
warga, hibah tanah, konstruksi yang aman, konsultasi publik, dan
sebagainya). Kepatuhan terhadap pengamanan sosial dan lingkungan akan
menjadi salah satu syarat bagi pemberian Dana Bantuan Pemerinta

BAB IX PENUTUP
Pedoman Umum PID telah mencakup semua aspek penyelenggaraan PID dan
memuat pokok-pokok ketentuan yang selanjutnya diuraikan lebih rinci.
Pedoman Umum ini menjadi dasar dan rujukan bagi pengelola dan pihak-
pihak terkait dalam pengelolaan PID, guna menyusun dokumen-dokumen
teknis yang dipersyaratkan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan-
kegiatan PID, baik yang dituangkan sebagai Petunjuk Teknis, SOP, maupun
Kerangka Acuan Kerja.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 177


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

178| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


Pokok Bahasan 6

RENCANA TINDAK LANJUT HASIL


BURSA INOVASI DI DESA
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

180| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


Rencana Pembelajran
SPB
6.1 Sosialisasi Komitmen
Hasil Bursa Inovasi

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:


1. Menyiapkan bahan sosialisasi.
2. Melakukan sosialisasi hasil bursa Inovasi

Waktu

1 JPl (45 menit)

Metode

Review, paparan, diskusi kelompok,

Media

Meta plan, Media tayang ….,video, gambar kegiatan bursa inovasi

Alat Bantu

Flipt Chart, spidol, laptop, dan infocus

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 181


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian

Kegiatan 1: Pembukaan (2 menit)

1. Jelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari sesi ini.

Kegiatan 2:Penjelasan tentang Bursa Inovasi (10 menit)

2. Tayangkan video atau gambar-gambar kegiatan bursa inovasi di kabupaten.


3. Informasikan proses pelaksanaan bursa inovasi dan output yang diharapkan.

Kegiatan 3: Penyiapan rancangan sosialisasi hasil Bursa Inovasi (30 menit)

4. Bagi peserta dalam beberapa kelompok kecil.


5. Tugaskan kepada kelompok untuk:

ii. Mengidentifikasi kapan dan dimana sosialisasi hasil bursa inovasi dapat
dilakukan?
iii. Menyiapkan proses melakukan sosialisasi

6 Pleno hasil kerja kelompok

Kegiatan 4: Penegasan (3 menit)

7. Terdapat beberapa peluang untuk melakukan sosialisasi hasil Bursa Inovasi.


8. Ketika sosialisasi hal yang penting diperhatikan adalah adanya kesepakatan
forum untuk menindaklanjuti komoitmen hasil bursa inovasi
9. Pelatih menutup sessi dengan kesimpulan dan penegasan;

182| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


Rencana Pembelajran
SPB
Rencana Tindak Lanjut
6.2
Adaptasi Inovasi

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:


1. Menyiapkan proses fasilitasi penyusunan rencana tindaklanjut adaptasi inovasi
2. Mensimulasikan proses rencana tindaklanjut adaptasi inovasi

Waktu

1 JPl (45 menit)

Metode

Tayangan, kerja kelompok

Media

,video inovasi, lembar kerja, meta plan

Alat Bantu

Flipt Chart, spidol, laptop, dan infocus

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 183


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian

Kegiatan 1: Pembukaan (2 menit)

1. Jelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari sesi ini.

Kegiatan 2: Tayangan inovasi (20 menit)

2. Tayangkan video inovasi sebagai contoh bentuk tayangan saat bursa inovasi.
3. Minta peserta untuk mencatat point-point berikut:

a. Apa manfaat yangakan diperoleh jika inovasi tersebur di adaptasi.


b. Langkah-langkah penerapan inovasi
c. Siapa saja tokoh kunci keberhasilan pelaksanaan kegiatan inovasi
Kegiatan 2: langkah penyusunan rencana kerja adaptasi inovasi (20 menit)

4. Bagikan meta plan kepada peserta, Minta peserta untuk menuliskan langkah-
langkah mengadopsi atau mengadaptasi sebuah inovasi dikembangkan sisuatu
desa;
5. Minta 1-2 peserta untuk menyampaikan pemikiranya tenatng langkah
mengadopsi inovasi oleh desa;
6. Minta peserta lain untuk mengkritisinya
7. Buat simpulan bersama langkah-langkah memfasilitasi proses adaptasi inovasi
oleh desa, Gunakan lembar kerja 2.2.1 untuk memudahkan dalam menyusun
langkah fasilitasi adaptasi inovasi oleh desa

Kegiatan 4: Penegasan (3 menit)

8. Setiap desa mungkin akan memerlukan cara agak berbeda dalam memfasilitasi
proses adaptasi inovasi.;
9. Pada tahap awal mengidentifikasi tokoh kunci yang mudah dan terbuka terhadap
inovasi sebagai mitra kerja.
10. Fasilitator menyimpulkan dan memberikan penegasan. Menutup sessi.

184| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lembar kerja 6.2.1

Proses adaptasi inovasi

No Langkah kegiatan Pelaku yang dilibatkan Hasil yang ingin


dicapai

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 185


Lembar Informasi

PB
Rencana Tindak Lanjut
6. Hasil Bursa Inovasi

BAB I. KEBIJAKAN POKOK

A. Pendahuluan
Undang-Undang No. 6/2014 tentang Desa (selanjutnya disebut UU Desa),
memberikan kewenangan kepada Desa, antara lain: kewenangan berdasarkan
hak asal usul dan kewenangan lokal skala Desa. Pemerintah berupaya
meningkatkan kapasitas keuangan Desa melalui, khususnya, melalui transfer
Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD). Diharapkan, Desa
meningkat kemampuannya untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakatnya secara efektif, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Desa.
Namun disadari bahwa kapasitas Desa dalam menyelenggarakan
pembangunan dalam perspektif “Desa Membangun”, masih terbatas.
Keterbatasan itu tampak dalam kapasitas aparat Pemerintah Desa dan
masyarakat, kualitas tata kelola Desa, maupun sistem pendukung yang
mewujud melalui regulasi dan kebijakan Pemerintah yang terkait dengan Desa.
Sebagai dampaknya, kualitas perencanaan, pelaksanaan, pengedalian dan
pemanfaatan kegiatan pembangunan Desa kurang optimal dan kurang
memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa.
Menanggapai kondisi di atas, Pemerintah melalui Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (selanjutnya disingkat
Kementerian Desa,, PDTT), sesuai amanat UU Desa, menyediakan tenaga
pendamping profesional, yaitu: Pendamping Lokal Desa (PLD), Pendamping
Desa (PD), sampai Tenaga Ahli (TA) di tingkat Kabupaten, Provinsi dan Pusat,
untuk memfasilitasi Pemerintah Desa melaksanakan UU Desa secara
konsisten. Pendampingan dan pengelolaan tenaga pendamping profesional
dengan demikian menjadi isu krusial dalam pelaksanaan UU Desa. Penguatan
kapasitas Pendamping Profesional dan efektivitas pengelolaan tenaga
pendamping menjadi agenda strategis Pendampingan Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD).
Aspek lain yang juga harus diperhatikan secara serius dalam pengelolaan
pembangunan Desa adalah ketersediaan data yang memadai, menyakinkan,
dan up to date, mengenai kondisi objektif maupun perkembangan Desa-Desa
yang menunjukkan pencapaian pembangunan Desa. Ketersediaan data sangat
penting bagi semua pihak yang berkepentingan, khususnya bagi Pemerintah
dalam merumuskan kebijakan pembangunan. Pegelolaan data dimaksud
dalam skala nasional, dengan kondisi wilayah, khususnya Desa-Desa di
Indonesia yang sangat beragam, tentu memiliki tantangan dan tingkat
kesulitan yang besar.

186| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Koreksi atas kelemahan/kekurangan dan upaya perbaikan terkait isu-isu di


atas terus dilakukan Kementerian Desa, PDTT secara pro aktif, salah satunya
dengan meluncurkan Program Inovasi Desa (PID). PID dirancang untuk
mendorong dan memfasilitasi penguatan kapasitas Desa yang diorientasikan
untuk memenuhi pencapaian target RPJM, dan program prioritas Kementerian
Desa PDTT, melalui peningkatkan produktivitas perdesaan dengan bertumpu
pada:
1. Pengembangan ekonomi lokal dan kewirausahaan , baik pada ranah
pengembangan usaha masyarakat, maupun usaha yang diprakarsai Desa
melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) dan Badan Usaha Milik Desa
Bersama (BUMDesa Bersama), serta Produk Unggulan Desa (Prudes) dan
Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades) guna menggerakkan dan
mengembangkan perekonomian Desa;
2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kaitan antara
produktivitas perdesaan dengan kualitas SDM ini, diharapkan terjadi dalam
jangka pendek maupun dampak signifikan dalam jangka panjang
melaluiinvestasi di bidang pendidikan dan kesehatan dasar. Produktivitas
perdesaan, dengan demikian, tidak hanya ditilik dari aspek/strategi
peningkatan pendapatan saja, tetapi juga pengurangan beban biaya, dan
hilangnya potensi di masa yang akan datang. Disamping itu, penekanan isu
pelayanan sosial dasar (PSD) dalam konteks kualitas SDM ini, juga untuk
merangsang kepekaan Desa terhadap permasalahan krusial terkait
pendidikan dan kesehatan dasar dalam penyelenggaraan pembangunan
Desa, dan;
3. Pemenuhan dan peningkatan infrastruktur perdesaan, khususnya yang
secara langsung berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian Desa,
dan memiliki dampak menguat-rekatkan kohesi sosial masyarakat
perdesaan.
Selain itu, PID juga memberi dukungan penguatan manajemen Program
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) dan
pengembangan sistem informasi pembangunan Desa.
Hal mendasar dalam rancang bangun PID adalah: a) inovasi/kebaruan dalam
praktik pembangunan dan pertukaran pengetahuan. Inovasi ini dipetik dari
realitas/hasil kerja Desa-Desa dalam melaksanakan kegiatan pembangunan
yang didayagunakan sebagai pengetahuan untuk ditularkan secara meluas;
dan b) dukungan teknis dari penyedia jasa layanan teknis secara professional.
Dua unsur itu diyakini akan memberikan kontribusi signifikan terhadap
pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui pembangunan yang didanai dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), khususnya DD. Dengan
demikian, PID diharapkan dapat menjawab kebutuhan Desa-Desa terhadap
layanan teknis yang berkualitas, merangsang munculnya inovasi dalam
praktik pembangunan, dan solusi inovatif untuk menggunakan Dana Desa
secara tepat dan seefektif mungkin.
PID diselenggarakan oleh Kementerian Desa, PDTT dengan dukungan
pendanaan dan perancangan program bersama dengan Bank Dunia, melalui
restrukturisasi program yang sebelumnya difokuskan pada Pendampingan
Desa dalam pelaksanaan Undang-Undang Desa.
Salah satu strategi yang dikembangkan PID adalah Pengelolaan Pengetahuan
dan Inovasi Desa adalah sebagai bentuk dukungan kepada desa-desa agar
lebih efektif dalam menyusun penggunaan DD sebagai investasi yang
mendorong peningkatan produktifitas dan kesejahteraan masyarakat, maka
melalui kegiatan ini disediakan bantuan pemerintah dalam bentuk Dana
Operasional Kegiatan (DOK) untuk pelaksanaan kegiatan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 187


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

B. Tujuan
Tujuan umum kegiatan ini adalah;
1. Pengarusutamaan kegiatan-kegiatan inovasi yang dapat mendorong
efektivitas penggunaan atau investasi dana di Desa menuju peningkatan
produktivitas Desa melalui proses pengelolaan pengetahuan secara
sistematis, terencana dan partisipatif;
2. Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan dan pengelolaan program.
Proses pengelolaan pengetahuan secara sistematis meliputi proses identifikasi
inovasi, validasi, dokumentasi, proses pertukaran pengetahuan atau eksposisi
dan replikasi. Melalui proses ini diharapkan adanya bursa pengetahuan dan
inovasi desa pembangunan perdesaan.

C. Prinsip
Beberapa prinsip yang menjadi dasar pelaksanaan Pengelolaan Pengetahuan
dan Inovasi Desa meliputi:

1. Partisipatif – Dalam proses pelaksanaannya harus melibatkan masyarakat,


termasuk kelompok miskin atau terpinggirkan dan kelompok disabilitas.
Masyarakat didorong berperan aktif dalam proses atau alur tahapan program
dan pengawasannya dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau
materil;
2. Transparansi dan Akuntabilitas – Masyarakat memiliki akses terhadap segala
informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan
kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis, legal, maupun
administratif;
3. Kolaboratif – Semua pihak yang berkepentingan dalam kegiatan
pembangunan di desa didorong untuk bekerjasama dan bersinergi dalam
menjalankan kegiatan yang disepakati;
4. Keberlanjutan – kegiatan yang dilakukan memiliki potensi untuk
dikembangkan dan dilanjutkan secara mandiri, serta mendorong kegiatan
pembangunan yang berkelanjutan;
5. Keadilan dan Kesetaraan Gender – Masyarakat, baik laki-laki dan perempuan,
mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahapan program dan dalam
menikmati manfaat kegiatan pembangunan, serta memiliki kesejajaran
kedudukan.

D. Sasaran
1. Terdokumentasi dan terdesiminasi 300 kegiatan inovasi Desa dalam bidang
kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal.
2. Terdokumentasi dan terdesiminasi 500 kegiatan inovasi Desa dalam bidang
sumber daya manusia.
3. Terdokumentasi dan terdesiminasi 500 kegiatan inovasi Desa dalam bidang
infrastruktur Desa Desa.

188| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Selain itu, melalui Program Inovasi Desa yang dilakukan dengan strategi; (1).
Penyediaan dana hibah inovasi desa; (2). Pengelolaan penyedia layanan teknis;
(3).Pengelolaan dan akses pada data pembangunan desa, target pencapaian
yang diharapkan adalah:
a. Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal;
1) Berkembangnya usaha ekonomi Desa (BUMDesa dan BUMDesa
Bersama) yang berkelanjutan di 5000 Desa:
2) Berkembangnya produk unggulan di 5000 Desa
b. Bidang Sumber Daya Manusia;
1) Meningkatnya kualitas pelayanan di 10000 Posyandu
2) Meningkatnya kualitas pelayanan di 10.000 PAUD
3) Meningkatnya kapasitas pelaku BUMDesa dan BUMDesa Bersama,
Prudes dan Prukades di 5000 Desa
4) Meningkatnya kapasitas pengelola embung dan prasarana olah raga
Desa di 5000 Desa
c. Bidang Infrastruktur;
1) Meningkatnya dampak ekonomi pada 5000 embung desa atau bangunan
penampung air lainnya.
2) Meningkatnya dampak ekonomi pada 5000 prasarana olah raga Desa.

E. Ketentuan Dasar
1. Alokasi Bantuan Pemerintah DOK Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi
Desa
DOK Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (DOK PPID) dialokasikan
di setiap kecamatan yang besarnya ditentukan berdasarkan jumlah desa
dan tingkat kesulitan. (Daftar Lokasi dan alokasi di tetapkan oleh
Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi)
2. Pencairan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah DOK PPID
a. DOK dikelola oleh Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID) yang
berkedudukan di Kecamatan
b. Pencairan dana dilakukan secara bertahap, dimana pengajuan pencairan
dana menyertakan rencana pengajuan dana tahap berikutnya dan
laporan perkembangan realisasi kegiatan serta bukti pengeluaran.

3. Prioritas Penggunaan Bantuan Pemerintah DOK


PPID Penggunaan dana operasional meliputi:
a. Penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa.Bursa Inovasi Desa adalah kegiatan
untuk pameran kegiatan pembangunan masyarakat dan Desa yang telah
dinilai inovatif sekaligus sebagai ajang pertukaran pengetahuan bagi
masyarakat dan Desa. Pembiayaan kegiatan dalam penyelenggaran
Bursa Inovasi Desa meliputi:
1) Transportasi pelaku program tingkat Desa dan Kabupaten,
2) Biaya operasional penyelenggaraan Bursa,
3) Administrasi dan pelaporan kegiatan.
Secara teknis aturan pencairan dan penggunaan dana operasinal
kegiatan PPID di atur tersendiri melalui petunjuk teknis bantuan
pemerintah PPID.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 189
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

b. Kegiatan dalam rangka proses pengelolaan pengetahuan dan inovasi di


desa dan kecamatan. Pembiayaan kegiatan yang dapat dilakukan
meliputi:
1) Peningkatan kapasitas Tim Pelaksana Inovasi Desa,
2) Operasional transportasi Tim Pelaksana Inovasi Desa,
3) Administrasi Keuangan dan Pelaporan,
4) Penyelenggaraan Musyawarah Antar Desa,
5) Dukungan kepada Desa yang akan melakukan replikasi seperti:
pelatihan teknis, lokakarya pembelajaran inovasi, pembiayaan tenaga
ahli/ pakar dan atau penyedia layanan teknis,
6) Pendokumentasian kegiatan yang dinilai inovatif (cetak, foto, video),
dan
7) Diseminasi atau penyebarluasan inovasi (radio, sosialisasi, festival
inovasi).
4. Kriteria Kegiatan Inovatif
Kriteria ini digunakan sebagai referensi untuk melakukan penilaian atas
berbagai kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa yang
masuk dalam kategori inovatif atau inovasi desa. Kriteria yang digunakan
sebagai berikut:
a. Kategori kegiatan pembangunan dibidang infrastruktur, kewirausahaan
dan pengembangan ekonomi lokal dan sumberdaya manusia yang
memberi manfaat secara luas bagi masyarakat dan diketahui oleh
masyarakat;
b. Kegiatan yang berhasil mendorong terwujudnya kegiatan pembangunan
berkualitas, serta mendrong partisipasi dan kegotongroyongan
masyarakat dalam pembangunan;
c. Kegiatan pengembangan sistem yang berdampak terhadap peningkatan
ekonomi dan sosial budaya.
d. Kegiatan pembangunan yang memiliki nilai keunikan karena
mengadopsi unsur budaya/potensi lokal dan pemanfaatan yang lebih
luas serta memiliki nilai keberlanjutan.
e. Kegiatan yang mempunyai sifat kebaruan atau penggabungan unsur
baru dengan yang sudah ada dan memberikan perubahan yang
signifikan dari cara-cara sebelumnya dan memiliki nilai keberlanjutan.
f. Kegiatan pembangunan yang dikembangkan dengan menyesuaikan
terhadap kondisi geografis, keberadaan sumberdaya dan fasilitas yang
tersedia.
5. Sinergi Pendampingan
Dalam melakukan program inovasi desa dilakukan melalui sinergitas dengan
pendamping program pemberdayaan masyarakat dan desa dan penyedia
layanan teknis yang ada. TIK berkoordinasi dengan pendamping lokal di
wilayahnya masing-maisng seperti halnya pendamping P3MD, pendamping
kawasan, dan pendamping dari sektor-sektor lain yang terkait. Pengaturan
lebih lanjut akan dituangkan dalam SOP Kerjasama Hubungan Antar Pihak
(HAP).

190| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

6. Sanksi
Sanksi adalah salah satu bentuk pemberlakuan kondisi yang dikarenakan
adanya pelanggaran atas peraturan dan tata cara yang telah ditetapkan
dalam program inovasi dan pengelolaan pengetahuan desa. Sanksi
bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab berbagai pihak
terkait dalam pengelolaan program. Sanksi dapat berupa:
a. Sanksi program dengan pemberhentian bantuan apabila kecamatan atau
desa menyalahi prinsip-prinsip dan menyalahgunakan dana atau
wewenang;
b. Sanksi hukum yaitu sanksi yang diberikan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku bagi yang melakukan penyalahgunaan dana
dan wewenang.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 191


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

BAB II. PELAKU PROGRAM

A. Tenaga Ahli Program Inovasi Desa (TA PID) Kabupaten


Tenaga ahli PID adalah sebuah team ahli yang ditempatkan di setiap
kabupaten untuk memfasilitasi proses inovasi. Tugas Tenaga Ahli PID
Kabupaten
1. Menangkap gambaran besar, mendokumentasikan praktik-inovasi desa
program-program inovasi,
2. Memfasilitasi pembentukan TIK dan TPID,
3. Berkoordinasi dan melaporkan perkembangan PID kepada pemerintah
daerah secara berkala,
4. Bersama TIK menganalisa praktek-inovasi desa khususnya pada PID dan
potensial lokasi prioritas program Kementerian Desa, PDTT,
5. Memberikan informasi inovasi desa, prioritas program Kementerian Desa,
PDTT kepada masyarakat melalui musyawarah antar desa atau media
lainnya,
6. Memfasilitasi pengelolaan Penyedia Jasa Layanan Teknis (PJLT) untuk
melakukan proses tahapan kegiatan inovasi desa,
7. Mengembangkan jaringan dengan stake holder (government dan corporate),
8. Memberikan peningkatan kapasitas TPID, dan
9. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan pendamping program lainnya
yang terkait di wilayahnya masing-masing.
Tenaga Ahli PID Kabupaten terdiri dari 6 orang dengan tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut:
1. Koordinator Tenaga Ahli (TA) PID (1 orang per kabupaten/kota)
a. menggordinasikan dan memfasilitasi proses pengelolaan pengetahuan/
inovasi, mulai dari identifikasi, validasi dan verifikasi, dokumentasi,
penyebaran, hingga replikasi;
b. memfasilitasi pengelolaan penyedia layanan teknis;
2. TA Komunikasi dan Publikasi (1 orang per kabupaten/kota)
a. Bersama Koordinator TA PID membantu proses pengelolaan
pengetahuan/inovasi
b. Mengembangkan media dalam format yang sesuai kebutuhan untuk
penyebaran pengetahuan; memfasilitasi pengelolaan penyedia layanan
teknis.
3. Operator Data/Analis Data (4 orang per kabupaten/kota)
a. Mengelola data pembangunan desa
b. Membantu mengelola dokumentasi pengetahuan dan inovasi yang
berkembang

192| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

B. Tim Inovasi Kabupaten (TIK)


TIK dibentuk oleh Bupati/Walikota untuk melaksanakan kegiatan Inovasi
dalam PID di kabupaten/kota. Pembentukan TIK PID ditetapkan dengan Surat
Keputusan Bupati/Walikota dan berlaku selama 1 (satu) tahun anggaran.
Tim terdiri dari perwakilan para pemangku kepentingan dari berbagai bidang
pembangunan yang mendorong munculnya inovasi dalam penggunaan di
daerah melalui proses pengelolaan pengetahuan secara sistematis dan
terencana, yang meliputi proses identifikasi, validasi, dokumentasi, serta proses
pertukaran pengetahuan dan replikasi. Tim ini berkedudukan di Kabupaten.
Anggota tim dapat terdiri atas perwakilan institusi yang dipilih/diusulkan oleh
instansi terkait dengan mempertimbangkan kualitas dan kemampuan individu,
fasilitator program yang bertugas di lokasi dan/atau wakil masyarakat yang
memiliki ketertarikan dalam pengembangan inovasi dan inovasi desa dan
memiliki akses pada penyimpanan dan penyebaran informasi. Tim dikukuhkan
oleh Kepala Daerah.

1. Tugas TIK
TIK PID memiliki tugas sebagai berikut:
a. Melakukan koordinasi dan sinkronisasi penyelenggaraan kegiatan
inovasi di kabupaten/Kota.
b. Melakukan pengendalian pelaksanaan kegiatan Inovasi di
Kabupaten/kota.
c. Memberikan dukungan terhadap pengelolaan pertukaran pengetahuan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
d. Melakukan pembinaan terhadap penyedia jasa layanan teknis agar dapat
lebih professional dan mandiri serta memperhatikan aspek safeguard.

2. Susunan TIK
Susunan TIK PID terdiri atas Koordinator dan 2 (dua) Kelompok Kerja, yaitu
Kelompok Kerja (Pokja Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (Pokja
PPID) dan Pokja Penyedia Jasa Layanan Teknis (PJLT). Struktur Organisasi
TIK PID tercantum dalam lampiran 2 PTO PPID.
Pokja PPID bertugas merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan
kegiatan Inovasi melalui pengelolaan pertukaran pengetahuan dan memiliki
fungsi sebagai berikut:
a. Memberikan dukungan agar TPID bekerja dengan baik;
b. Mengidentifikasi, memvalidasi dan memverifikasi inovasi atau inovasi
desa agar sesuai dengan kaidah perundangan atau peraturan yang
berlaku dan safeguard;
c. Membantu cara pendokumentasian dan publikasi inovasi desa secara
efektif melalui berbagai media dan saluran/forum yang tersedia;
d. Memfasilitasi eksposisi bursa inovasi di tingkat Kabupaten/Kota;
e. Menjembatani, memberi arahan dan memfasilitasi desa/kecamatan yang
berminat mengadopsi atau mereplikasi inovasi desa dari lokasi lain
melalui instrumen pertukaran pengetahuan yang sesuai; dan
f. Menjalankan percontohan kegiatan inovatif yang disepakati/didanai.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 193


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Pokja PJLT bertugas merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan


Kegiatan Peningkatan Kapasitas PJLT dalam upaya menyediakan kebutuhan
desa akan jasa layanan teknis yang professional dan memiliki fungsi sebagai
berikut:
a. Mempersiapkan pelaksanaan verifikasi PJLT yang meliputi: kriteria,
pengumuman dan pendaftaran calon PJLT;
b. Melakukan verifikasi PJLT untuk penyusunan direktori sesuai dengan
kriteria yang sudah ditetapkan;
c. Mempersiapkan berita acara dan daftar calon PJLT terpilih berdasarkan
hasil verifikasi;
d. Mempersiapkan penyusunan dan publikasi direktori PJLT per bidang
kegiatan secara off-line dan on-line;
e. Melakukan seleksi peserta pelatihan PJLT; dan
f. Melakukan updating direktori PJLT.

3. Komposisi Keanggotaan TIK


a. Pokja PPID dengan anggota:
1) Bappeda
2) Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
3) Dinas Kesehatan
4) Dinas Pendidikan dan Olah Raga
5) Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten
6) TA P3MD yang ditunjuk dan TA PID Kabupaten
7) Wakil masyarakat; LSM, perguruan tinggi, Organisasi Masyarakat
yang relevan dan pihak lain yang kompeten
b. Pokja PJLT, dengan anggota:
1) Bappeda
2) Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
3) Dinas Kesehatan
4) Dinas Pendidikan dan Olah Raga
5) Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten
6) TA P3MD yang ditunjuk dan TA PID Kabupaten
7) Asosiasi Profesi
Catatan: Apabila di daerah masing-masing telah ada lembaga/ Tim
Koordinasi yang efektif yang berkenaan dengan inovasi desa maka PID
dapat melibatkan tim yang telah ada dengan beberapa penyesuaian.

4. Sekretariat Tim Inovasi Kabupaten PID (Sekretariat TIK-PID)


a. Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas Tim Inovasi Kabupaten
PID dibentuk Sekretariat TIK-PID yang dipimpin oleh Sekretaris Tim
Inovasi Kabupaten. Sekretariat TIK-PID berkedudukan di Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten/Kota;
b. Sekretariat TIK-PID mempunyai tugas memberikan dukungan
administrasi teknis kepada Tim Inovasi Kabupaten PID;

194| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

c. Sekretariat TIK-PID dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab


kepada Ketua Tim Inovasi Kabupaten PID; dan
d. Pembentukan Sekretariat TIK-PID ditetapkan dengan Keputusan
Bupati/Walikota.

C. Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID)


TPID berkedudukan di Kecamatan dan terdiri dari perwakilan warga desa yang
memiliki minat besar dalam pengembangan kegiatan/ fasilitas/ sumberdaya
manusia dan inovasi desa yang ada di wilayahnya, mendokumentasikan,
membagikan, serta mempromosikannya. TPID juga merupakan kelompok
masyarakat yang akan mengelola Dana Bantuan Pemerintah PPID. TPID dipilih
melalui forum musyawarah di tingkat Kecamatan dan dikukuhkan oleh Camat
a.n Bupati/Walikota melalui surat keputusan.

1. Kriteria TPID:
a. Tidak terdaftar sebagai pengurus dari partai politik;
b. Memiliki dedikasi terhadap pembangunan desa dan kawasan;
c. Diutamakan masyarakat yang memiliki kreatifitas dalam proses-proses
kegiatan pembangunan desa; dan
d. Anggota TPID berasal dari tokoh masyarakat dengan mengutamakan
keterwakilan perempuan.
2. Tugas TPID:
a. Menerima dan menyalurkan dana operasioanl kegiatan inovasi dan
pengelolaan pengetahuan desa;
b. Memfasilitasi pertemuan-pertemuan musyawarah masyarakat; dan
c. Memfasilitasi tahapan pelaksanaan pengelolaan inovasi Desa
(identifikasi, dokumentasi, eskposisi dan replikasi).
3. Tim Pelaksana Inovasi Desa terdiri atas:
a. Ketua; bertugas untuk memimpin tim dalam mengelola pelaksanaan
kegiatan inovasi desa dan menandatangani dokumen pencairan DOK
PPID dan laporan pertanggungjawaban;
b. Bendahara; bertugas untuk mengadministrasikan pengelolaan dan
transaksi keuangan DOK PPID, serta membantu Ketua Tim dalam
menyiapkan laporan pertanggungjawaban;
c. Bidang Pengelolaan Inovasi desa; bertugas dalam fasilitasi tahapan
identifikasi Pendokumentasian, Promosi dan Penyebaran (Publikasi)
inovasi desa yang ada di desa-desa serta penyebaran inovasi desa dari
tempat lain yang telah direkomendasikan oleh Tim Inovasi Kabupaten;
dan
d. Bidang Verifikasi Inovasi; bertugas untuk memeriksa dan memberikan
rekomendasi kepada musyawarah antar desa bagi desa-desa yang
berminat melakukan replikasi kegiatan inovasi melalui APBDesa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 195


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

TIPS: Bagaimana Tim Pelaksana Inovasi Desa bekerja dalam pelaksanaan Inovasi Desa?
- Membantu Tim Inovasi Kabupaten dalam mengidentifikasi, memvalidasi,
mendokumentasikan inovasi desa di lingkup kecamatan dalam berbagai format;
- Membantu menyebarkan (mempublikasikan) inovasi desa dalam berbagai media dan
saluran/forum yang tersedia;
- Memfasilitasi desa/ kecamatan/ group/ pihak lain yang berminat mengadopsi atau
mereplikasi inovasi desa;
- Menguji kelayakan dan kesesuaian inovasi desa atau inovasi yang akan dikembangkan di
wilayahnya;
- Melaksanakan kegiatan inovasi yang disepakati/terdanai; dan
- Memonitor dan evaluasi kegiatan inovasi yang dijalankan.
- Melaporkan pelaksanaan kegiatan sebagai pertanggungjawaban

D. Pendamping Desa dan Tenaga Ahli Kabupaten P3MD


Dalam melaksanakan PID tentunya harus melibatkan peran serta dari
pendamping dan tenaga ahli P3MD. Sesuai dengan tugas tanggung jawab
sebagai pendamping desa maka koordinasi dengan TA program inovasi dan
pelaku program inovasi desa lainnya perlu dilakukan.

196| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

BAB III. TAHAPAN PROGRAM PENGELOLAAN PENGETAHUAN


DAN INOVASI DESA

Gambar 1: Alur Tahapan Program

Orientasi
&
Persiapan

Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas

Rapat Pencairan
TPID DOK MAD 2
MAD 1
Pelaksanaan Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi:

Identifikasi

Dokumentasi

Eksposisi

Replikasi

Forum Perencanaan Desa Secara Reguler

A. Tahap Persiapan, Orientasi Lapangan dan Sosialisasi


1. Tingkat Kabupaten
a. TA PID Kabupaten mengidentifikasi kegiatan-kegiatan inovasi yang
telah terjadi baik dilokasi dampingan maupun ditempat lain yang
terkait dengan kegiatan kewirausahaan dan pengembangan ekonomi
lokal, infrastruktur perdesaan maupun bidang sumber daya manusia.
Informasi kegiatan inovasi juga berasal dari konsultan atau pelaku
program nasional.
b. TA PID Kabupaten berkoordinasi dengan Tenaga Ahli P3MD, SKPD
Kabupaten yang menangani Bidang Pemberdayaan Masayarakat dan
Desa untuk membahas rencana pembentukan Tim Inovasi Kabupaten
dengan melibatkan SKPD lain yang relevan, dan anggota masyarakat
lainnya.
c. TA PID Kabupaten memfasilitasi rapat orientasi tugas dan peran Tim
Inovasi Kabupaten sekaligus sosialisasi program Inovasi dan Pengelolaan
pengetahuan.
d. Tim Inovasi Kabupaten melakukan pendataan, pengelolaan data, dan
dokumentasi kegiatan-kegiatan inovasi desa.
e. Tim Inovasi Kabupaten melakukan review dan analisa terhadap dokumen
program inovasi yang sudah ada sebagai bahan sosialisasi.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 197


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

f. TA PID menyiapkan bahan-bahan untuk pelatihan terhadap Tim


Pelaksana Inovasi Desa.
g. TA PID bersama Tim Inovasi Kabupaten melakukan kunjungan ke
kecamatan-kecamatan lokasi program untuk melakukan orientasi dan
sosialisasi program pengelolaan pengetahuan dan inovasi desa.
2. Tingkat Desa
Data-data yang disiapkan Desa-Desa sebelum MAD -1
a. Bidang Sumber Daya Manusia:
1) Ibu Hamil dengan kondisi Kekurangan Energi Kronik (KEK), yaitu ibu
hamil yang memiliki ukuran lingkar lengan atas (LILA) di bawah
standar kesehatan ibu hamil;
2) Bayi atau Balita yang jarang dibawa ke posyandu, yaitu bayi atau
balita yang tidak pernah dibawa ke Posyandu berturut-turut dalam 3
bulan terakhir;
3) Bayi atau Balita yang berat badanya masih di bawah garis merah
(indikasi gizi buruk atau gizi kurang) pada Kartu Menuju Sehat (KMS);

4) Anak usia SD dan SMP yang tidak bersekolah, yaitu anak yang pada
saat pendataan berusia minimum 8 tahun dan maksimal 14 tahun
tidak bersekolah SD atau SMP, termasuk mereka yang masuk
kategori berkebutuhan khusus;
5) Anak usia SD atau SMP (8 s/d 14 tahun) yang putus sekolah,
termasuk yang berkebutuhan khusus.
6) Tingkat pendidikan pelaku pengembangan usaha ekonomi desa
7) Anak usia 3 s/d 6 tahun yang tidak terdaftar di PAUD
8) Jumlah pengangguran di Desa
9) Tingkat urbanisasi masyarakat
b. Bidang Infrastruktur:
1) Akses masyarakat dalam mendapatkan listrik (prosentase masyarakat
menggunakan listrik)
2) Akses masyarakat dalam mendapatkan air bersih (prosentase
masyarakat menggunakan air bersih)
3) Akses masyarakat dalam sanitasi (prosentase penggunaan jamban
atau MCK)
4) Akses masyarakat dalam irigasi pertanian dan perikanan
5) Akses masyarakat terhadap ruang public dan sarana olah raga
6) Akses prasarana terhadap perekonomian desa
7) Akses komunikasi dan informasi Desa
8) Keberadaan perumahan yang tidak layak huni (Jumlah rumah tidak
layak huni)
c. Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal
1) Data potensi unggulan Desa
2) Data kegiatan BUMDesa
3) Data kelompok usaha ekonomi masyarakat dan kewirausahaan
4) Akses masyarakat ke lembaga keuangan

198| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

B. Tahap Perencanan
1. Musyawarah Antar Desa I (MAD I)
a. TA Inovasi Kabupaten memfasilitasi proses pelaksanaan MAD I melalui
koordinasi dengan Camat. MAD I merupakan forum ditingkat kecamatan
yang terdiri dari minimal 6 orang perwakilan desa (Kepala Desa, Unsur
BPD dan tokoh masyarakat, min. 3 orang wakil desa adalah perempuan.
Musyawarah ini juga melibatkan perwakilan UPTD tingkat kecamatan
yang relevan (Puskesmas, UPTD Pendidikan, PU kecamatan, dll)
b. Tujuan MAD I:
1) Sosialisasi konsep program inovasi dan penggunaan Banmtuan
Pemerintah Dana Operasional Kegiatan Pengelolaan Pengetahuan dan
Inovasi Desa.
2) Diseminasi informasi kegiatan-kegiatan inovasi yang sudah
teridentifikasi sebelumnya, baik yang ada di lokasi dampingan
maupun tempat lain
3) Pembentukan Tim Pelaksana Inovasi Desa
4) Kesepakatan Pokok-pokok kegiatan yang akan dibiayai melalui dana
Inovasi (Kebijakan umum penggunaan dana diatur dalam Petunjuk
Teknis Penggunaan DOK PPID).
2. Rapat Tim Pelaksana Inovasi Desa (Rapat TPID)
Rapat TPID dilakukan untuk melakukan Perumusan Proposal dan
Penyusunan RAB Penggunaan Bantuan Pemerintah DOK PPID. Sebelum
merumuskan kegiatan dan RAB, Tim Pelaksana mendapatkan pelatihan
terlebih dahulu dari TA Inovasi Kabupaten. Tim Pelaksana Inovasi desa
mengadakan pertemuan untuk menyusun detail proposal kegiatan dan
Rencana Anggaran Biaya berdasarkan hasil keputusan MAD. Selanjutnya
Camat mengeluarkan surat penetapan (SPC) yang didasarkan atas Berita
Acara MAD dan hasil rapat perumusan kegiatan.
3. Forum Desa
Forum ini dilakukan melalui proses perencanaan desa secara reguler
sebagai media untuk pengarusutamaan replikasi program-program inovasi
dalam APBDes. Pengarusutamaan ini dilakukan melalui proses pengelolaan
inovasi dan peningkatan kapasitas pelaku masyarakat dan Desa dan
diharapkan kegiatan replikasi dapat dilakukan pada tahun berikutnya.
4. Pencairan Dana Bantuan Pemerintah PPID
Gambar 2: Alur Pencairan dan Penyaluran Dana
MEKANISME PENCAIRAN DAN PENYALURAN BANTUAN PEMERINTAH DOK PID
m

n
d
K
e

a
s

DIPA, Juknis Dekon, Program SOP,


Satker Prov Juknis Pengg unaan Da na Satker Pusat /
Bantuan
Pemerintah Ditjen PPMD
insi
4SPM
Provinsi

KPPN
5 SP2D 1. Surat Permintaan DOK PID
BANK 2. SPD
3 3. Proposal Kegiatan & RAB
6 4. Hasil verifikasi
Transfer
BANK Satker Kabupaten
Kecamatan Kabupaten

1. SPD
2 2. Proposal Kegiatan dan RAB
3. Hasil verifikasi

Tim Inovasi Kabupaten


Transfer 7
1. SPD
1 2. Proposal Kegiatan dan RAB

BANK Tim Pelaksana Inovasi Desa Keterangan :


Garis Dokumen
Garis Dana

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 199


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Keterangan:
Sebelum dilakukannya pencairan dan penyaluran maka Satker Provinsi
membuat Surat Nota Kesepahaman atau MOU dengan Satker Kabupaten
yang isinya berkenaan dengan perikatan dan tata cara Bantuan Pemerintah
DOK PPID.
Tahapan pencairan dana bantuan pemerintah PPID sebagai berikut:
a. Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID) yang telah dibentuk di tingkat
Kecamatan dan telah melakukan Perjanjian Kerjasama dengan
PPK/Satker P3MD Provinsi (lihat syarat untuk menjadi TPID)
mengajukan permohonan pencairan dana ke Satker Kabupaten melalui
TIK dengan dilampiri (1) Surat permintaan Dana (SPD) dan (2) Proposal
Kegiatan yang disertai RAB untuk diverifikasi.
b. Dokumen SPD dan proposal disertai RAB yang telah diverifikasi oleh TIK
dibantu TA Kabupaten, diserahkan ke Satker Kabupaten untuk
selanjutnya dibuatkan surat pengantar permintaan pencairan dana ke
Satker Provinsi.
c. Satker Kabupaten mengirimkan surat pengantar permintaan pencairan
dana secara kolektif, SPD, proposal kegiatan, RAB dan hasil verifikasi ke
PPK Satker P3MD Provinsi. Pengajuan awal maksimal 30% dari dana
DOK PPID dan permintaan dana tahap selanjutnya TPID wajib
menyerahkan RAB disertai Laporan Penggunaan Dana (LPD) sebelumnya
dan menyertakan kwitansi bermaterai dan data dukung (dokumen) asli.
d. Berdasarkan surat pengantar permintaan pencairan dana, SPD, proposal
kegiatan, RAB dan hasil verifikasi maka PPK Satker P3MD Provinsi
memproses pembayaran dengan menerbitkan SPM LS melalui Pejabat
Penerbit SPM yang ditujukan ke KPPN dengan catatan dokumen akan
diproses lebih lanjut oleh Satker P3MD Propinsi apabila sudah benar dan
lengkap.
Apabila terdapat kesalahan atau/dan kekurangan, dokumen akan
dikembalikan ke satker kabupaten guna dilengkapi atau di revisi.
Terhadap dokumen yang kurang lengkap atau/dan terdapat kesalahan,
Satker Kabupaten bersama dengan TIK segera melakukan perbaikan
untuk diserahkan kembali ke Satker P3MD Provinsi apabila sudah
dinyatakan lengkap dan benar oleh TIK.
5. Penyaluran Dana Bantuan Pemerintah PPID
a. Berdasarkan SPM yang diterima, KPPN menerbitkan SP2D LS ke Bank
Operasional KPPN.
b. Bank Operasional KPPN melakukan transfer ke Bank Satker Kabupaten.
Transfer yang diterima oleh Satker Kabupaten bukan merupakan
penerimaan APBD Kabupaten.
c. Satker Kabupaten maksimal 3 hari setelah dana masuk ke rekening
segera menyalurkan dengan melakukan transfer ke rekening bank TPID
sesuai dokumen-dokumen RAB dan atau RPD pada masing-masing TPID
di kecamatan.

C. Tahap Pelaksanaan
1. Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas
Peningkatan kapasitas dilakukan kepada TPID sebelum mereka
memfasilitasi dan mengelola Dana Bantuan Pemerintah PPID. Pelaksanaan
peningkatan kapasitas diawali dengan training pratugas. Selanjutnya dapat
dilakukan melalui on the job training maupun pendekatan peningkatan
kapasitas lainnya.
200| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

2. Pelaksanaan Kegiatan Dalam Rangka PPID


a. Pelaksanaan kegiatan pengelolaan pengetahuan dan inovasi desa
dilakukan melalui proses:
1) Identifikasi
Tim pelaksana inovasi desa melakukan kunjungan lapangan untuk
melakukan assessment/ penilaian kegiatan-kegiatan inovasi di
bidang infrastruktur, kewirausahaan dan pengembangan ekonomi
lokal dan pengembangan sumber daya manusia. Kunjungan ke desa
sebagai forum konsultasi dengan para pelaku program yang
berpotensi dinilai sebagai program inovasi. Kriteria program inovasi
mengacu pada Ketentuan Dasar kegiatan inovatif sebagaimana yang
tercantum dalam Petunjuk Teknis ini Bab I; Kebijakan Pokok.
2) Dokumentasi
Hasil identifikasi dari masing-masing desa terutama yang masuk
kriteria kegiatan inovatif didokumentasikan dalam bentuk media
visual/ video, album photo, artikel/ tulisan dan media cetak lainnya.
Selanjutnya dilakukan proses analisa sesuai dengan kearifan lokal
untuk disusun sebagai daftar inovasi desa di wilayah lokasi sasaran.
Daftar inovasi desa dianalisa lebih lanjut oleh tim inovasi kabupaten.
3) Pameran/eksposisi kegiatan inovasi yang sudah dilakukan.
Inovasi desa yang sudah direkomendasikan oleh tim inovasi
kabupaten digunakan sebagai bahan untuk pameran/eksposisi
kegiatan inovasi. Pameran kegiatan inovasi dilakukan di Kecamatan
dengan melibatkan seluruh desa dan dilaksanakan sebelum desa-
desa menetapkan APBDes. Kegiatan eksposisi ini dapat berupa
festival desa, “talk show”, lokakarya dengan praktisi program inovasi,
promosi melalui radio atau TV. Sebisa mungkin hasil dari inovasi
desa juga dapat mengikuti event pameran/Festival yang ada di
wilayah kabupaten.
4) Replikasi
Replikasi akan dilakukan oleh desa-desa yang berminat dan
berkomitment. Untuk mendukung replikasi ini beberapa kegiatan
antara lain: mengundang pakar ahli, lembaga penyedia layanan
teknis atau praktisi inovasi yang relevan, workshop, training, dan
lain-lain.

b. Secara paralel, Tim Pelaksana juga memfasilitasi kepada desa-desa


berkomitmen dan berinisiatif untuk melakukan kegiatan-kegiatan
inovasi diluar kegiatan-kegiatan yang selama ini sudah biasa dilakukan
melalui APBDes atau swadaya masyarakat.
Contoh:
Beberapa instrumen dasar pertukaran inovasi desa yang dapat
dimodifikasi dan digunakan sesuai kebutuhan;

Kelompok Pertemuan kelompok secara regular dan memiliki kesamaan


Belajar minat untuk saling belajar satu dengan lain, misalkan
sebulan sekali atau sesuai kesepakatan
Konferensi Mengirim perwakilan desa/ daerah untuk menghadiri
pertemuan dimana sejumlah besar peserta datang bersama-
sama untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka
tentang topik/ tema khusus, terutama pengetahuan yang
dimiliki desa/ daerah atau yang mungkin dibutuhkan desa/
daerah.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 201


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kunjungan Mengirim atau mengundang praktisi atau pakar khusus dari


pakar sebuah desa/ kabupaten/ organisasi penyedia pengetahuan
ke sebuah desa/ kabupaten/ organisasi yang
membutuhkannya untuk menilai kondisi riil saat ini dan
memberikan bimbingan dalam penyelesaian masalah atau
tantangan yang dihadapi

Dialog Memfasilitasi perbincangan antara pihak yang memiliki


Pengetahuan pengetahuan dengan pihak yang membutuhkan (agen
perubahan) guna menggali akar masalah dan membuka
wawasan hingga menghasilkan sebuah tindakan atau hasil
nyata

Studi tur Kunjungan atau serangkaian kunjungan, baik oleh individu


atau group, ke satu atau lebih desa/ kecamatan/ kabupaten
atau tempat-tempat di kecamatan/ kabupaten yang sama,
dengan tujuan untuk mempelajari dan mendalami hal/
bidang khusus secara langsung dari sumbernya, misalkan
bagaimana satu hal dapat dilaksanakan dengan baik dan
berhasil

Tandem Menggandeng desa/ lembaga dengan potensi sama, namun


lebih matang dan berpengalaman, untuk bermitra guna
menghasilkan sesuatu yang menguntungkan kedua belah
pihak

Workshop Kegiatan terstruktur untuk mendorong peserta memecahkan


sebuah isu atau permasalahan dengan cara bekerjasama.
Dapat dilakukan di tingkat kecamatan, kabupaten, bahkan
provinsi

D. Tahap Pertanggungjawaban
TIPD menyampaikan laporan pertanggung jawaban dan penggunaan Dana
Bantuan Pemerintah PPID melalui Musyawarah Antara Desa Kedua (MAD
II). Laporan pertanggung jawaban ini selanjutnya disampaikan kepada TIK
yang ditembuskan kepada Satker Provinsi.

202| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

BAB IV. PELAPORAN, MONITORING DAN EVALUASI

A. Pelaporan
Pelaporan pelaksanaan PPID dilakukan secara berkala dan berjenjang:
1. Pelaporan TA Kabupaten ke Provinsi dilakukan setiap akhir bulan,
2. Pelaporan TA Provinsi ke Pusat dilakukan setiap 2 (dua) bulan dan ditujukan
kepada Koordinator Bidang Manajemen Data, Informasi dan Pengelolaan
Pengetahuan.
3. Pelaporan PPID dikoordinasikan oleh Koordinator Bidang Manajemen Data,
Informasi dan Pengelolaan Pengetahuan setiap 4 (empat) bulan.

B. Monitoring / Pemantauan
Pemantauan akan dilakukan secara periodik dengan pengawasan secara
melekat, fungsional dan eksternal. Pendekatan pemantauan dapat dilakukan
dengan pendekatan antara lain: monitoring partisipatif dan studi berkelanjutan
selama pelaksanaan program. Pemantauan dapat dilakukan juga melalui kerja
sama dengan Perguruan Tinggi dan atau LSM lokal khususnya dalam proses
monitoring partisipatif.

C. Evaluasi:
Evaluasi akan dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak khususnya dalam
mendukung proses pengembangan dan keberhasilan program Inovasi Desa.
Evaluasi ini dilakukan secara menyeluruh baik itu kinerja pelaku program,
operasional kegiatan dan subtansi program Inovasi desa yang diidasarkan atas
Indikator Keberhasilan Program.

BAB V.
PENUTUP

PTO PPID ini sebagai pedoman semua pelaku kepentingan yang terlibat agar
memahami secara teknis, filosofis, serta memandu pendamping professional
dalam memfasilitasi proses pelaksanaan kegiatan PPID dari pusat hingga daerah.
Jika diperlukan penambahan dan pengayaan terkait isi dari PTO ini dapat
diskusikan bersama agar pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.
Apabila terdapat perubahan kebijakan berkenaan dengan pelaksanaan PPID
pada Program Inovasi Desa, maka PTO ini akan dilakukan perubahan
berdasarkan perubahan kebijakan tersebut.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 203


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

204| Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Pendampingan Desa


Pokok Bahasan 7

Pengelolaan
Inovasi Desa
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

206| Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Pendampingan Desa


Rencana Pembelajran
SPB
7.1 Pengenalan Model
Inovasi

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:


1. Menyiapkan proses fasilitasi penyusunan rencana tindaklanjut adaptasi inovasi
2. Mensimulasikan proses rencana tindaklanjut adaptasi inovasi

Waktu

2 JPl (90 menit)

Metode

Tayangan, kerja kelompok

Media

,video inovasi, lembar kerja, meta plan

Alat Bantu

Flipt Chart, spidol, laptop, dan infocus

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 207


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian

Kegiatan 1: Pembukaan (5 menit)

1. Jelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari sesi ini.

Kegiatan 2: Penyamaan persepsi tentang inovasi (20 menit)


2. Bagikan kepada peserta metaplan.

3. Minta peserta menuliskan bentuk kegiatan inovasi yang pernah dilihat.


4. Minta peserta untuk menyampaikan bentuk inovasi yang pernah di lihat dan
menceritakan bentuk kegiatannya dan lokasi kegiatannya.
5. Minta peserta lain untuk menanggapi atau melengkapi atas informasi inovasi
yang disampaikan.
6. Ajak peserta untuk membuat simpulan,
a. mengapa inovasi itu penting?
b. Apa manfaatnya jika suatu desa mengadaptasi inovasi?
c. Banyak desa telah berinovasi, kenapa inovasi tersebut tidak
terinfirmasikan atau terpublikasikan?

Kegiatan 3:Tayangan model-model inovasi desa (60 menit)

7. Jelaskan secara garis besar pembangunan didesa meliputi, bidang


infrastruktur bidang ekonomi, dan bidang Pelayanan Sosial Dasar.

8. Tayangkan video dari ketiga bidang pembangunan ini, sebagai contoh.


9. Selama tayangan video, minta peserta untuk mencatat eberapa hal:
a. Mengapa tayangan kegiatan ini dapat dikategorikan sebagai
kegiatan inovasi?
b. Pikirkan, apakah mungkin kegiatan ini dapat diadaptasi oleh
desa dampingan anda, dan sebutkan alasannya?
10. Pleno hasil catatan peserta atau diskusi kelompok.

Kegiatan 4: Penegasan (5 menit)

11. Contoh-contoh inovasi yang ditayangkan diharapkan dapat menginspirasi


desa dalam mengembangkan kegiatan pembangunan.

12. Contoh inovasi yang ditayangkan dapat diadaptasi dengan penyesuaian


kondisi desa
13. Pemangku kepentingan terutama pengambil keputusan merupakan kunci
dari terlaksananya adaptasi atau replikasi adaptasi di desa..

208| Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Pendampingan Desa


Rencana Pembelajaran
SPB
7.2 Identifikasi Inovasi

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:


1. Merumuskan kriteria kegiatan inovatif
2. Mensimulasikan cara menemukan inovasi

Waktu

2 JPl (90 menit)

Metode

Tayangan, kerja kelompok

Media

lembar kasus inovasi

Alat Bantu

Flipt Chart, spidol, laptop, dan infocus

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 209


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian

Kegiatan 1: Pembukaan (5 menit)

1. Jelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari sesi ini.

Kegiatan 2: Refleksi konsep kegiatan inovatif (10 menit)


2. Lakukan curah pendapat tentang kriteria kegiatan dikatakan inovatif;
3. Ingatkan rumusan kegiatan inovatif dari pokok bahasan sebelumnya dan buat
rumusan ulang, apakah rumusan tersebut sudah tepat.
4. Tanyakan kepada peserta mengapa kegiatan inovatif penting untuk
didokumentasikan?
5. Catat jawaban peserta, umpan balikkan dan diskusikan

Catatan:
Inovasi perlu ditemukan dan perlu didokumentasikan karena:
 Inovasi merupakan sebuah terobosan yang telah memberikan dampak hasil
yang baik, perlu didokumentasikan agar tidak hilang ketika pelaku-
pelakunya sudah tidak ada.

 Inovasi perlu diidentifikasi oleh bukan pelaku kegiatan tersebut, karena


inovasi akan terlihat oleh orang lain bukan oleh pelaku kegiatan.

 Perlu ketrampilan khusus untuk dapat mengidentifikasi


adanya inovasi.

 Kegiatan inovasi pada pembangunan desa ketika dapat didokumentasikan


dan disharingkan kepada desa lain akan memberikan percepatan perubahan
pembangunan desa.

 Pertukaran inovasi dapat berdampak pada perbaikan kualitas belanja APB


desa.

Kegiatan 3:Latihan mengenali kegiatan inovatif (60 menit)


6. Bagi peserta dalam beberapa kelompok kecil
7. Peserta mengidentifikasi model model pengembangan desa yang ditemui
selama ini, berdasarkan pengalaman peserta.
8. Minta kelompok untuk menilai apakah kegiatan tersebut inovatif, atau
menemukan kegiatan inovatif lainnya, apa alasanya?
9. Kelompok menyepakati model kegiatan inovatif. Buat satu usulan tulisan
kegiatan inovatif berdasarkan kasus yang diidentifikasi kelompok.
10. Presentasi hasil kerja kelompok, umpan balikkan;

210| Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Pendampingan Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kegiatan 4: Penutup (5 menit)

11. Jelaskan bahwa kegiatan identifikasi inovasi merupakan satu kegiatan dari
serangkaian kegiatan mengelola pengetahuan. Jelaskan dalam mengelola
pengetahuan ada beberapa tahapan langkah yaitu:

ii. Mengenali adanya inovasi


iii. Mengumpulkan informasi inovasi dari para pelaku
iv. Menuliskan skrip cerita inovasi.
v. Merumuskan cara/bentuk merekam/mendokumentasikan inovasi
vi. Melakukan perekaman atau pendokumentasian inovasi
vii. Validasi hasil pendokumentasian inovasi.
viii. Mensharingkan dan mengelola pertukaran kegiatan inovasi

12. JIka kegiatan mengelola inovasi ini dapat dilakukan oleh desa dan didukung
oleh Kabupaten dalam mengelola pengetahuan maka dimungkinakn akan
memudahkan bagi desa dalam mengembangkan kegiatan pembangunan
yang lebih baik.
13. Berikan kesimpulan dan penegasan dari sessi ini.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 211


PB Lembar Informasi

7. Pengelolaan Inovasi

MODEL PENGELOLAAN INOVASI

1. PENDAHULUAN

Berdasarkan diagnosa yang dilakukan di sejumlah lokasi, banyak pengetahuan dan kegiatan inovatif
yang telah dilakukan atas inisiatif masyarakat, Pemerintah Desa maupun Kabupaten dalam menjawab
sebuah tantangan atau dalam menjalankan kegiatan pembangunan.
Pertukaran pengetahuan dan pembelajaran antar-desa maupun dengan kabupaten pun telah terjadi.
Inisiatif tersebut dilakukan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan mendapat dukungan dari berbagai
program.

Meski demikian, seiring berhentinya sebuah program, tidak sedikit inisiatif yang hilang. Untuk itu, perlu
ada sistem pengelolaan inisiatif yang memiliki nilai-nilai inovasi. Selain untuk menjamin keberlanjutan
inisiatif tersebut, pengelolaan yang baik dapat memungkinkan pihak lain mengakses informasi terkait
inisiatif atau inovasi tersebut, menjadikan inspirasi atau bahkan rujukan bagi penyelesaian masalah
mereka atau pengayaan kegiatan pembangunan yang lebih efektif dan inovatif.

Ilustrasi 1 – Inisiatif
yang inovatif terhenti di
satu atau beberapa lokus,
hanya diketahui kalangan
terbatas

212| Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Pendampingan Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Ilustrasi 2 – Melalui
pengelolaan yang
baik, inisiatif atau
praktik cerdas yang
memiliki nilai-nilai
inovasi tersebut dapat
diakses dan diketahui
berbagai pihak dari
berbagai lokus

2. DEFINISI, KRITERIA DAN KATEGORI INOVASI

1) Apa yang dimaksud Inovasi dalam model ini?


a. Pertama, inovasi tidak sama dengan praktik cerdas (best practice)
b. Kedua, inovasi disini merujuk pada cara atau pendekatan yang berbeda dari
biasanya (apakah itu cara baru atau cara yang dikembangkan dari yang sudah ada
sebelumnya) yang ditempuh oleh (kelompok) masyarakat atau instansi, dalam
menjawab suatu masalah/tantangan yang dihadapi atau dalam mengerjakan
sesuatu, aplikatif dan terbukti berhasil

2) Apa saja yang termasuk Kriteria Inovasi dalam model ini? Kriteria Inovasi adalah segala
bentuk inisiatif atau “gebrakan” dari masyarakat/ group/ satuan kerja, baik dalam
perencanaan dan pengembangan PSD sebagai akibat dari intervensi Generasi maupun
aktivitas lainnya yang:
a. Sangat Dibutuhkan (ada permintaan) di masyarakat
b. Terdefinisi dengan baik
c. Dapat direkam
d. Dapat/layak untuk dibagikan
e. Dapat diulang dan dikembangkan
f. Relevan

3) Apa saja Kategori Inovasi dalam model ini?


a. Kategori kegiatan pembangunan di bidang infrastruktur, kewirausahaan atau
pengembangan ekonomi lokal dan sumberdaya manusia yang memberi manfaat
secara luas bagi masyarakat dan diketahui oleh masyarakat;
b. Upaya-upaya yang berhasil mendorong terwujudnya kegiatan pembangunan
berkualitas, serta mendorong partisipasi dan kegotongroyongan masyarakat
dalam pembangunan;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 213


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

c. Kegiatan pengembangan sistem yang berdampak terhadap peningkatan


ekonomi dan sosial budaya;
d. Kegiatan pembangunan yang memiliki nilai keunikan karena mengadopsi unsur
budaya/potensi lokal dan pemanfaatan yang lebih luas serta memiliki nilai
keberlanjutan;
e. Kegiatan yang mempunyai sifat kebaruan atau penggabungan unsur baru
dengan yang sudah ada dan memberikan perubahan yang signifikan dari cara-
cara sebelumnya dan memiliki nilai keberlanjutan;
f. Kegiatan pembangunan yang dikembangkan dengan menyesuaikan terhadap
kondisi geografis, keberadaan sumberdaya dan fasilitas yang tersedia.

3. MODEL PENGELOLAAN INOVASI

a. Model Pengelolaan Inovasi di Tingkat Kabupaten


b. Model Pengelolaan Inovasi di Tingkat Kecamatan

3.a. Model Pengelolaan Inovasi di Tingkat Kabupaten

1) Apa itu Model Pengelolaan Inovasi di Tingkat Kabupatan? Sebuah model pengelolaan
inovasi serta upaya diseminasi, monitoring dan evaluasinya, yang dilaksanakan di tingkat
Kabupaten;

2) Apa tujuannya?
a. Mendorong Kabupaten mengelola inovasi, serta menjadikannya sebagai Aset
Daerah yang bermanfaat bagi percepatan pembangunan desa melalui
penggunaan dana desa yang lebih efektif dan inovatif;
b. Mendorong Kabupaten memiliki media dan forum komunikasi dan belajar melalui
pertukaran inovasi secara regular dan berkelanjutan.

3) Siapa yang mengelola model ini? Sebuah Tim Inovasi di Tingkat Kabupaten

4) Bagaimana Pengelolaan Inovasi di Tingkat Kabupaten Dilakukan?

a. Pengidentifikasian, verifikasi dan pemilihan minimal satu praktik cerdas yang


memiliki muatan inovasi per kecamatan;
b. Pendokumentasian inovasi-inovasi terpilih dalam berbagai format, baik dokumen
pembelajaran tertulis, gambar, audio atau video;
c. Pengemasan inovasi menjadi materi sosialisasi, publikasi atau promosi dan
pelatihan;
d. Pengunggahan dan penyimpanan dokumen pembelajaran (inovasi-inovasi
yang telah didokumentasikan) pada aplikasi;
e. Pengidentifikasian media promosi/publikasi/penyebaran dokumen inovasi dan
materi lainnya, serta penjalinan kerjasama promosi/publikasi/penyebaran
dokumen inovasi dan materi lainnya;
f. Penyebaran dokumen pembelajaran antar-desa dan kabupaten melalui
berbagai saluran komunikasi (Lihat Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi)

214| Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Pendampingan Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

g. Pengelolaan, penyelenggaraan, dan pendokumentasian pelaksanaan Bursa


Inovasi;
h. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan serta dampak pelaksanaan Bursa Inovasi;
i. Tindak lanjut pasca-Bursa Inovasi –follow up komitmen desa, fasilitasi
kebutuhan replikasi desa (Lihat Lampiran: Instrumen dasar kegiatan belajar),
fasilitasi kebutuhan pengelolaan inovasi di tingkat kecamatan

3.b. Model Pengelolaan Inovasi di Tingkat Kecamatan

1) Apa itu Model Pengelolaan Inovasi di Tingkat Kecamatan? Sebuah model pengelolaan dan
diseminasi inovasi yang dikelola dan dilaksanakan di tingkat Kecamatan.

2) Apa tujuannya?
a. Melanjutkan bahkan mengembangkan upaya-upaya inovatif yang lahir di
masyarakat untuk mencapai kemandirian desa melalui penggunaan dana desa
yang lebih efektif dan inovatif;
b. Mendokumentasikan praktik cerdas yang memiliki muataan inovasi dari setiap
desa dan menjadikannya sebagai Aset Kecamatan;
c. Menyediakan media pembelajaran atau forum pertukaran inovasi di tingkat
kecamatan untuk kemajuan bersama.

3) Siapa yang mengelola model ini? Sebuah Tim Pelaksana Inovasi Desa yang berkedudukan
di Kecamatan

4) Bagaimana Pengelolaan Inovasi di Tingkat Kecamatan Dilakukan?


a. Pengidentifikasian dan pemilihan inisiatif yang bermuatan inovasi dari desa-
desa;
b. Pendokumentasian secara sederhana dari inisiatif atau kegiatan-kegiatan
inovatif di desa-desa, dalam berbagai bentuk yang memungkinkan. Bisa dalam
bentuk tulisan, gambar, video, maupun audio;
c. Pengemasan inovasi sesuai tema menjadi materi sosialisasi dan komunikasi
sederhana;
d. Penyimpanan dokumen-dokumen pembelajaran dalam tempat/ruangan
tertentu;
e. Penyebaran dokumen-dokumen pembelajaran ke desa-desa melalui berbagai
saluran komunikasi (Lihat Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi) dan/atau melalui
forum-forum pertemuan masyarakat antar-desa
f. Penentuan minimal satu inovasi per kecamatan untuk diajukan, diverivikasi dan
dikelola oleh Tim Inovasi Kabupaten.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 215


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lampiran – Contoh-Contoh instrumen dasar kegiatan belajar

Berikut ini adalah contoh beberapa instrumen dasar kegiatan peningkatan kapasitas bagi desa
yang dapat dimodifikasi dan digunakan sesuai kebutuhan dalam memfasilitasi kebutuhan
desa yang akan mereplikasi inovasi.

Kelompok Belajar Pertemuan kelompok secara regular dan memiliki kesamaan minat untuk saling belajar satu
dengan lain, misalkan sebulan sekali atau sesuai kesepakatan

Konferensi Mengirim perwakilan desa/ daerah untuk menghadiri pertemuan dimana sejumlah besar
peserta datang bersama-sama untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka tentang
topik/ tema khusus, terutama pengetahuan yang dimiliki desa/ daerah atau yang mungkin
dibutuhkan desa/ daerah.

Kunjungan pakar Mengirim atau mengundang praktisi atau pakar khusus dari sebuah desa/ kabupaten/
organisasi penyedia pengetahuan ke sebuah desa/ kabupaten/ organisasi yang
membutuhkannya untuk menilai kondisi riil saat ini dan memberikan bimbingan dalam
penyelesaian masalah atau tantangan yang dihadapi

Bincang Memfasilitasi perbincangan antara pihak yang memiliki pengetahuan dengan pihak yang
Pengetahuan membutuhkan (agen perubahan) guna menggali akar masalah dan membuka wawasan hingga
menghasilkan sebuah tindakan atau hasil nyata

Studi tur Kunjungan atau serangkaian kunjungan, baik oleh individu atau group, ke satu atau lebih desa/
kecamatan/ kabupaten atau tempat-tempat di kecamatan/ kabupaten yang sama, dengan
tujuan untuk mempelajari dan mendalami hal/ bidang khusus secara langsung dari sumbernya,
misalkan bagaimana satu hal dapat dilaksanakan dengan baik dan berhasil

Tandem Menggandeng desa/ lembaga dengan potensi sama, namun lebih matang dan berpengalaman,
untuk bermitra guna menghasilkan sesuatu yang menguntungkan kedua belah pihak

Workshop Kegiatan terstruktur untuk mendorong peserta memecahkan sebuah isu atau permasalahan
dengan cara bekerjasama. Dapat dilakukan di tingkat kecamatan, kabupaten, bahkan provinsi

Lampiran – Contoh-contoh materi yang dapat digunakan untuk sosialisasi, promosi, publikasi
atau pelatihan

1) Baliho/backwall 9) Buletin
2) Backdrop 10) Website

3) Spanduk 11) Cerita bergambar

4) Banner 12) Infografik

5) Brosur/flier 13) Videografik/animasi/dokumenter

6) Poster 14) Buku Pembelajaran

7) Press release 15) Dll

8) Infokit

216| Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Pendampingan Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lampiran – Contoh-contoh kegiatan sosialisasi, promosi atau publikasi yang dapat dilakukan

1) Penyebaran informasi dan materi/dokumen inovasi melalui berbagai saluran komunikasi,


sosialisasi/promosi/publikasi antar-desa dan kabupaten, baik yang dimiliki sendiri
maupun dimiliki pihak lain melalui jalinan kerjasama (Lihat Pedoman Pelaksanaan
Sosialisasi;
2) Pembuatan dan mengiriman press release kegiatan ke media massa;
3) Penyelenggaraan jumpa pers terkait kegiatan tertentu;
4) Pemasangan baliho, spanduk, banner, poster, umbul-umbul kegiatan;
5) Pendistribusian soft copy dan hardcopy dokumentasi inovasi ke berbagai pihak;

6) Kontribusi konten atau pengisian acara di media massa lokasl: talkshow, running text, dll;
7) Kerjasama peliputan kegiatan dengan media local;
8) Penayangan dokumen inovasi pada website dan media tayang lain;
9) Kerjasama sosialisasi, promosi, publikasi dengan berbagai instansi;

10) Media field visit –mengundang media atau pihak tertentu ke salah satu desa innovator;
11) Dll

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 207


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

208| Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Pendampingan Desa


Pokok Bahasan 8
RENCANA KERJA TINDAK LANJUT
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

210| Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Pendampingan Desa


SPB Rencana Pembelajaran

8.1 Rencana Kerja Tindak Lanjut

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menyusun Rencana
Kerja Tindak Lanjut (RKTL) untuk rencan kerja individu bagi Pendamping
Desa (PD & PLD) di wilayah kerja masing-masing.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Rencana Kerja Tindak Lanjut.

Media
 Media Tayang 8..1;

 Lembar Kerja 8.1.1: Matrik Diskusi Rencana Kerja Tindak Lanjut
(RKTL);

Alat Bantu
Kertas plano, metaplan, spidol dan Lakban, LCD, Laptop, dan WhiteBoard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 211


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Pembelajaran
1. Jelaskan kepada peserta tentang tujuan, proses dan hasil dari
penyusunan RKTL kepada peserta;
2. Mintalah kepada masing-masing peserta untuk menyusun rencana
tindak lanjut Kerja sesuai tupoksi secara individu dari kondisi
masing-masing lokasi atau wilayah kerja;
3. Diskusikan hasil rencana kerja dari masing-masing peserta dan
buatlah kesepakatan kelompok terkait rencana kegiatan yang akan
dilakukan dalam rencana kerjanya.
4. Hasilnya rumusan RKTL kemudian ditempelkan di dinding untuk
dibahas dalam pleno;
5. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapinya dan
kumpulkanlah gagasan pokok tentang tindak lanjut yang mungkin
dapat dilakukan baik secara individu maupun kelompok atau tim;
6. Tutup acara ini dengan permainan ringan untuk menyegarkan
suasana, untuk menimbulkan kesan yang positif pada akhir sesi
pelatihan;
7. Serahkan kembali kendali acara kepada panitia penyelenggara
untuk menutup secara resmi dan diakhiri dengan do’a.

212| Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Pendampingan Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lembar Kerja 8.1.1

Matrik Diskusi: Rencana Kerja Tindak Lanjut

No. Aspek penting yang Perlu Rincian


Output Waktu Keterangan
ditindaklanjuti dari Tupoksi Aktifitas

1.

2.

3.

dst.

Catatan:
(1) Tabel ini sebagai acuan umum saja, peserta diskusi dapat memodifikasi
sesuai kebutuhan dengan menambah penjelasan atau aspek kajian lain tentang
rencana tindak lanjut kinerja Pendamping Desa (PD & PLD);

(2) Jelaskan rincian aktifitas proses yang perlu dilakukan di setiap aspek yang perlu
ditindaklanjuti;

(3) Identifikasikan dan rumuskan ouput dari setiap aktifitas;


(4) Tetapkan perkiraan waktu masing-masing tahapan yang telah direncanakan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 213


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Daftar Pustaka
Anom Surya Putra, (2015). Buku 7 Badan Usaha Milik Desa: Spirit Usaha Kolektif Desa.
Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesia.
Bappenas, edisi III (2011). Perkembangan Perdagangan dan Investasi, Jakarta.
Borni Kurniawan, (2015). Buku 5 Desa Mandiri Desa, Desa Membangun. Jakarta:
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia.
Denhardt, Kathryn G. (1988). The ethics of Public Service. Westport, Connecticut:
Greenwood Press.
Didin Abdullah Ghozali, (2015). Buku 4 Penggerak Prakarsa Masyarakat Desa. Jakarta:
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia.
Dwiyanto, Agus dkk., (2003). Reformasi Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah,
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Eko Sri Haryanto (2016). Panduan Pendamping Kawasan Perdesaan. Jakarta: Direkorat
Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan Kementerian Desa Pembangunan
Daerah Twertinggal dan Transmigrasi Bekerjasama dengan KOMPAK.
Idham Arsyad, (2015). Buku 9 Membangun Jaringan Sosial dan Kemitraan. Jakarta:
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia.
Kartasasmita, Ginandjar, (2004), Administrasi Pembangunan, Jakarta: LP3ES.
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 050-187/Kep/Bangda/2007 tentang Pedoman
Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang). Jakarta: Departemen Dalam Negeri.
M. Silahuddin, (2015). Buku 1: Kewenangan Desa dan Regulasi Desa. Jakarta:
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia.

Mochammad Zaini Mustakim, (2015). Buku 2 Kepemimpinan Desa. Jakarta: Kementerian


Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Naeni Amanulloh, (2015). Buku 3 Demokrasi Desa. Jakarta: Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Nyoman Oka (2009). Perencanaan Pembangunan Desa: Seri Panduan Fasilitator CLAPP
(Community Learning And Action Participatory Process), MITRA SAMYA dengan
dukungan AusAID ACCESS.

Osborne, David dan Ted Gaebler, (1996). Mewirausahakan Birokrasi, Jakarta: Pustaka
Binaman Pressindo.

214| Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Pendampingan Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54/2010 tentang Pelaksanaan Peraturan


Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. Jakarta: Direktur
jenderl Bina Pembangunan Deerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5539).
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang
Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 tahun 2014
tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5558) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5864);
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 247/PMK.07/2015 tentang Tatacara
Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1967);
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak
Asal Usul dan Kewenangan Berskala Lokal Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 158);
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme
Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 159);
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pendampingan Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 160);
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan,
dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 161);

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 215


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis
Peraturan Di Desa, Jakarta;
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa,
Jakarta;
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa, Jakarta;
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan
Desa, Jakarta;
Said, Mas’ud, (2007). Birokrasi di Negara Birokratis, Malang: UMM Press.
Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan dan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor: 900/5356/SJ. Nomor
959/KMK.07/2015. Nomor 49 Tahun 2015 tentang Percepatan, Penyaluran,
Pengelolaan dan Penggunaan Dana Desa Tahun 2015;
Sutoro Eko, (2015). Regulasi Baru, Desa Baru: Ide, Misi dan Semangat UU Desa. Jakarta:
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia.
Syarief, Reza M. (2002). Mengembangkan Inovasi dan Kreativitas Berpikir : pada Diri dan
Organisasi Anda.Bandung: Asy Syamiamil Cipta Media.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5495);
Wahyuddin Kessa, (2015). Buku 6 Perencanaan Pembangunan Desa. Jakarta:
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia.

Wahjudin Sumpeno, dkk., (2015) Modul Pelatian Peningkatan Kapasitas Pendamping


Desa dalam rangka Pengakhiran PNPM Mandiri Perdesaan dan Implementasi
Undang-Undang Desa, Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Wahjudin Sumpeno. editor (2016) Draft Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa,
Jakarta: PMK, Bappenas, Kemendesa PDTT, Kemendagri, BPKP, PSF-World Bank
dan KOMPAK.
Wahjudin Sumpeno. Dkk., (2015) Modul Pelatihan untuk Pelatih Pendamping Desa,
Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesia.

216| Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Pendampingan Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Wahjudin Sumpeno, (2012) Modul Pelatihan Harmonisasi dan Integrasi Perencanaan


Pembangunan Daerah, Banda Aceh: Kerjasama Bappeda Aceh dan The World
Bank.
Wahjudin Sumpeno, (2012) Modul Pelatihan Aparatur Pemerintah Daerah: Pengelolaan
Forum SKPD, Banda Aceh: Kerjasama BKPP Aceh dan The World Bank.
Wahjudin Sumpeno, (2010) Panduan Penyusunan RPJM Desa Berbasis Perdamaian,
Banda Aceh: The World Bank.
Wahjudin Sumpeno, (2001) Perencanaan Desa Terpadu, Banda Aceh: Read Indonesia.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 217

Anda mungkin juga menyukai