Anda di halaman 1dari 125

PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

MODUL
PELATIHAN PENYEGARAN TPP
PENDAMPING DESA DAN
PENDAMPING LOKAL DESA

EVALUASI DAN REFLEKSI


PENDAMPINGAN PROGRAM
PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN
MASAYARAKAT DESA (P3MD)

DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA


KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGALDAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
2017

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 1


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Modul
PelatihanPenyegaranPenda
mpingDesa dan Pendamping
Lokal Desa

Evaluasi dan Refleksi Pendampingan Program


Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD)

2| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

MODUL PELATIHAN PENYEGARAN


PENDAMPING DESA dan PENDAMPING LOKAL
DESA
tentang Evaluasi dan Refleksi Pendampingan Program Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa (P3MD)

PENGARAH : Eko Putro Sandjojo(Menteri Desa, Pembangunan Daerah


Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia)

PENANGGUNG JAWAB: Taufik Madjid(Dirjen, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat


Desa)

TIM PENULIS : Roni Budi Sulistyo, Nurahman Joko Wiryanu, Hasan Rofiki, Harbit Manika,
Mohamad Zaini, Nurul Hadi, Mohammad Arwani, Mulus Budianto, Mohammad Sabri, Panji
Pradana, Hasim Adnan, Wahyu Hananto Pribadi, Dindin Abdullah A, Nur Kholid, Muflihun.

REVIEWER :Taufik Madjid, Muhammad Fachry, Saefulloh Ma’shum, Wilopo, Sukoyo

COVER &LAYOUT :Roni Budi Sulistyo

Cetakan Pertama, Oktober 2017

Diterbitkan oleh:
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,
DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
Jl. TMP. Kalibata No. 17 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12740
Telp. (021) 79172244, Fax. (021) 7972242
Web: www.kemendesa.go.id

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 3


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Daftar Istilah dan Singkatan

1. DESAadalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut
Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. KEWENANGAN DESA adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan di bidang
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan
Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa.
3. PEMERINTAHAN DESA adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. PEMERINTAH DESA adalah kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
5. BADAN PERMUSYAWARATAN DESA atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga
yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk
Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
6. LEMBAGA KEMASYARAKATAN adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai
dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah dalam memberdayakan masyarakat.
7. MUSYAWARAH DESA atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan
Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh
Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
8. MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA atau yang disebut dengan nama
lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur
masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk menetapkan prioritas,
program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
9. KESEPAKATAN MUSYAWARAH DESA adalah suatu hasil keputusan dari Musyawarah Desa
dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam Berita Acara kesepakatan Musyawarah
Desa yang ditandatangani oleh Ketua Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa.
10. PERATURAN DESA adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala
Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.
11. PEMBANGUNAN DESA adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
12. PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA adalah proses tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa
dan unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya
desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa.
13. RPJM DESA (Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Desa) adalah dokumen perencanaan
untuk periode 6 (enam) tahun yang memuat arah pembangunan desa, arah kebijakan
keuangan desa, kebijakan umum dan program dan program Satuan Kerja Perangkat (SKPD)
atau lintas SKPD, dan program prioritas kewilayahan disertai dengan rencana kerja.
14. RKP DESA (Rencana Kerja Pemerintah Desa) adalah dokumen perencanaan untuk periode 1
(satu) tahun sebagai penjabaran dari RPJM Desa yang memuat rancangan kerangka
ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimutakhirkan,
program prioritas pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaan serta prakiraan maju,
baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan
mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah dan
RPJM Desa.

4| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
15. DAFTAR USULAN RKP DESA adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari RKP
Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan Pemerintah Desa kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme perencanaan pembangunan
Daerah.
16. KEUANGAN DESA adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang
serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak
dan kewajiban Desa.
17. ASET DESA adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya
yang syah.
18. APB DESA (Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa) adalah rencana keuangan tahunan
Pemerintahan Desa.
19. DANA DESA adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara
yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja
daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan
Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaanmasyarakat Desa.
20. ALOKASI DANA DESA, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang diterima
kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah
dikurangi Dana Alokasi Khusus.
21. PROGRAM INOVASI DESA, selanjutnya disingkat PID, adalahProgram yang
diselenggarakan Kementrian Desa PDTT untuk meningkatkan kualitas penggunaan Dana
Desa melalui berbagai kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa yang
lebih inovatif dan peka terhadap kebutuhan masyarakat Desa.
22. DANA OPERASIONAL KEGIATAN, selanjutnya disingkat DOK, adalah bantuan pemerintah
dalam bentuk anggaran kegiatan untuk pelaksanaan kegiatan PID.
23. BURSA INOVASI DESA, selanjutnya disingkat BID, adalah adalah kegiatan untuk pameran
kegiatan pembangunan masyarakat dan Desa yang telah dinilai inovatif sekaligus
sebagai ajang pertukaran pengetahuan bagi masyarakat dan Desa.
24. TIM INOVASI KABUPATEN, selanjutnya disingkat TIK, adalah Kelompok Kerja dibentuk oleh
Bupati/Walikota untuk melaksanakan kegiatan Inovasi dalam PID di kabupaten/kota.
25. TIM PELAKSANA INOVASI DESA, selanjutnya disingkat TPID, adalah Tim Pelaksana yang
berkedudukan di Kecamatan dan terdiri dari perwakilan warga desa yang memiliki minat
besar dalam pengembangan kegiatan/ fasilitas/ sumberdaya manusia dan inovasi desa yang
ada di wilayahnya, mendokumentasikan, membagikan, serta mempromosikannya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 5


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kata Sambutan
Direkturat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT dengan rahmatnya bahwa Modul Pelatihan
Penyegaran Bagi Pendamping Desa dalam rangka mendukung pelaksanaan Undang-Undang No.
6 Tahun 2014 telah hadir dihadapan pembaca. Secara umum modul pelatihan ini dimaksudkan
untuk menyiapkan tenaga pendamping profesional di tingkat Kabupaten/Kota dalam rangka
mendukung kebijakan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat melalui upaya pendampingan masyarakat
secara efektif dan bekelanjutan.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desapasal 128 huruf (2) dijelaskan
bahwa secara teknis dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota dan dapat
dibantu oleh tenaga pendamping profesional, kader pemberdayaan masyarakat Desa, dan/atau
pihak ketiga. Khusus untuk Tenaga Pendamping Profesional diantaranya: Tenaga ahli
pemberdayaan masyarakat yang bertugas meningkatkan kapasitas tenaga pendamping dalam
rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Peningkatan kapasitas Tenaga Pendamping Profesional menjadi salah satu faktor penentu
keberhasilan pendampingan Desa yang pada akhirnya akan menentukan pencapaian tujuan dan
target pelaksanaan Undang-Undang Desa. Kapasitas Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat yang
dimaksud mencakup: (1) pengetahuan tentang kebijakan Undang-Undang Desa; (2) keterampilan
memfasilitasi pemerintah desa dalam mendorong tatakelola pemerintah desa yang baik; (3)
keterampilan tugas-tugas teknis pemberdayaan masyarakat; dan (4) sikap kerja yang sesuai
dengan standar kompetensi pendamping khususnya Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat
sesuai tuntutan Undang-Undang Desa. Dalam meningkatkan kinerja pendampingan tercermin dari
komitmen, tanggung jawab dan keterampilan untuk mewujudkan tatakelola Desa yang mampu
mendorong kemandirian Pemerintah Desa dan masyarakat melalui pendekatan partisipatif.
Terkait hal tersebut dirasakan perlu untuk menyusun sebuah modul pelatihan penyegaran
Pendamping Desayang dapat memberikan acuan evaluasi dan refleksi kerja di lapangan dalam
rangka membangun kemandirian Desa. Harapan dari kehadiran modul pelatihan ini dapat
memenuhi kebutuhan semua pihak dalam rangka mendorong peningkatan kapasitas Tenaga Ahli
Pemberdayaan Masyarakat sesuai dengan kebutuhan, kondisi di daerah dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DESA

Taufik Madjid, S.Sos, M.Si

6| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Daftar Isi

Daftar Istilah x
Kata Sambutan Direktorat Jenderal Pembangunan dan xii
Pemberdayaan Masyarakat Desa
Daftar Isi
xv
Panduan Pelatih
xvii

Pokok Bahasan 1: Dinamika Kelompok dan Pengorganisasian


Kelas
1.1. Perkenalan 1
1.2. Ungkapan dan Harapan Peserta 15
1.3. Tujuan dan Alur Pelatihan 22
1.4. Aturan Main Pelatihan 25

Pokok Bahasan 2: Manajemen Pendampingan


2.1. Jati Diri TPP, Kode Etik 29
2.2. Struktur, SOP Pendampingan 39
2.3. Pelaporan Kinerja 54
2.4. Sistem Informasi Pembangunan Desa 59

Pokok Bahasan 3: Evaluasi Fasilitasi Dukungan Regulasi


Implementasi Undang Undang Desa
3.1. Fasilitasi Analisis dan Pengembangan Regulasi Desa 72
3.2. Musyawarah Desa Dalam Pengambilan Keputusan Regulasi 76
Desa

Pokok Bahasan 4: Pembangunan Desa


4.1. Evaluasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Desa 104
4.2. Arah dan Orientasi Pengembangan Ekonomi Desa 111

Pokok Bahasan 5: Pokok Kebijakan Program Inovasi Desa


5.1. Pokok Kebijakan Program Inovasi Desa 127
5.2. Mekanisme Tahapan Program Inovasi Desa 130
5.3. Penggunaan Dana Oprasional Kegiatan Program Inovasi Desa 133

Pokok Bahasan 6: Rencana Tindak lanjut Hasil Bursa Inovasi di


Desa
6.1. Sosialisasi Komitmen Hasil Bursa Inovasi Desa 166
6.2. Rencana Tindak lanjut Adaptasi Inovasi 173

Pokok Bahasan 7: Pengelolaan Inovasi Desa


7.1. Pengenalan Model Inovasi 180
7.2. Identifikasi Inovasi Desa 187

Daftar Pustaka

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 7


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Pokok Bahasan 1
DINAMIKA KELOMPOK DAN
PENGORGANISASIAN PESERTA

8| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Pokok Bahasan 2
MANAJEMEN PENDAMPINGAN DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 9


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lembar Informasi
SPB
Jati Diri Tenaga Pendamping
2.1.1 Profesional P3MD dan Kode
Etik Pendamping

Latar Belakang
Pembangunan tidak hanya menyisakan kemiskinan di perkotaan.Data Badan Pusat Statistik
tahun 2014 menunjukan jumlah penduduk miskin di Indonesia kebanyakan adalah penduduk
yang bermata pencaharian petani.Artinya data tersebut bisa dibaca bahwa kemiskinan lebih
banyak dijumpai di pedesaan yang nota bene masih merupakan sektor penyerap tenaga kerja
terbanyak.Kondisi tersebut boleh dikatakan belum pernah mengalami perubahan berarti dari
waktu ke waktu.Ironis, desa sebagai sumber daya utama negeri agraris justru hidup dalam
kemiskinan.Sejarah desa adalah sejarah kemiskinan petani di atas tanahnya sendiri yang
kaya.Kemiskinan pedesaan merupakan kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan akibat dari sistem
tata kelola dan kebijakan yang tidak adil.Kemiskinan struktural di pedesaan sudah dimulai dari
sejak pemerintah kolonial memberikan secara berlebihan hak penguasaan tanah kepada
pengusaha-pengusaha swasta melalui Undang-undang Agraria (Agrarische Wet) tahun 1870.Di
masa kemerdekaan produk hukum dan peraturan yang menyakut tata kelola pedesaan banyak
dipengaruhi peraturan yang diproduksi pemerintah kolonial. Ambil contoh, makna desentralisasi
desa yang menjadi amanat UU No.1 Tahun 1945 tidak berbeda dengan desentralisasi desa yang
dimaksud dalam peraturan perundangan yang diberlakukan pemerintah kolonial. UU No. 18
Tahun 1965 yang mendudukan desa sebagai daerah yang memiliki kekuasaan hukum, politik dan
pemerintahan otonom.Posisi desa menjadi semakin kuat ketika pemerintah menetapkan Undang-
undang No.19 Tahun 1965 tentang Desa Swapraja.Amanat Undang-undang ini menghadirkan
semangat untuk menjunjung nilai-niali demokrasi, kemandirian dan kemerdekaan desa.Namun
sayang, implementasi amanat Undang-undang belum sempat terwujud Orde Baru sudah
mengambil alih kekuasaan. Kepemimpinan Orde Baru segera membekukan Undang-undang
tersebut melalui ketetapan Undang-undang No. 6 Tahun 1969 yang menyabut pemberlakukan
seluruh Undang-undang tentang desa. Sementara belum ada peraturan perundangan tentang
desa yang menggantikan.Akibatnya banyak tanah-tanah desa yang dikuasai oleh elit desa dan
pemilik modal.
Produk perundangan Orde Baru lain yang melemahkan keberadaan desa adalah UU No.5
Tahun 1979. Undang-undang ini jelas menunjukkan karakter kekuasaan otoritarian pemerintah
pusat yang memberangus kewenangan desa untuk bisa mengatur dan menguasai.Salah satu
amanatnya adalah menyeragamkan bentuk dan susunan desa.Akibatnya desa kehilangan karakter
social budayanya. Kebijakan Orde Baru lain yang menambah beban kemiskinan desa adalah
kebijakan ditetapkannya industrialisasi pertanian melalui revolusi hijau. Dalam jangka pendek
kebijakan revolusi hijau memang terbukti mampu meningkatkan produksi pertanian secara
nasional.Namun dalam jangka panjang industrialisasi pertanian menyisakan penderitaan
berkepanjangan.Kearifan budaya yang menyertai siklus tanam sampai panen tergerus oleh sikap
pragmatis petani yang lebih mengandalkan teknologi dari pada keterlibatan sosial masyarakat

10| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
desa.Pengetahuan dan keterampilan perempuan tani tidak lagi diperhitungkan.Kebiasaan
memanfaatkan pestisida dan teknologi pengolahan tanah menggerus tingkat kesuburan ternak.

Memasuki era reformasi banyak pihak berharap akan ada angin kebijakan pembangunan yang
segar yang juga menghentikan pemiskinan desa. Namun harapan tinggal harapan.Pemerintahan
semasa reformasi masih belum menunjukkan kesungguhan niat politik untuk melakukan
perubahan desa. Dua produk hukum, UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No.32 Tahun 2004 belum
mampu menjawab hakekat kedudukan desa. Desa masih didudukkan sebagai pemerintahan
terkecil bagian dari pemerintahan di atasnya.Posisi desa adalah obyek yang tidak memiliki
kewenangan mengatur kehidupannya sendiri.

UU Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Undang-undang No.6 tahun 2014 tentang Desa (UU Desa) merupakan produk perundangan
terbaru yang dihasilkan sesudah lebih dari lima belas tahun pemerintahan reformasi. Ada
sebagian pihak yang menyambut kehadiran UU Desa dengan keraguan (skeptis).Tapi sebagian
terbesar menyambutnya dengan penuh harapan (optimistik). Para pihak yang optimistik melihat
UU Desa sebagai gerbang harapan bagi desa, atau yang disebtu dengan nama lain.
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa telah mengatur bahwa pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa ditempuh melaui upaya pendampingan.Pendampingan
merupakan salah satu langkah penting yang perlu dilakukan untuk percepatan pencapaian
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.Kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dapat
dicapai diantaranya melalui peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,
kesadaran serta memanfaatkan sumber daya sesuai dengan esensi masalah dan prioritas
kebutuhan masyarakat desa.
Pendampingan masyarakat dalam konteks implementasi Undang-Undang Desa berada dalam
ranah pembelajaran politik.Karenanya, tidak dimungkinkan lagi adanya pola-pola pendampingan
desa yang bersifat apolitis sebagai sekedar urusan penyelesaian urusan proyek pembangunan. Ke
depan dituntut adanya pendamping masyarakat desa yang mampu hadir sebagai guru kader
untuk melahirkan kekuatan rakyat desa sebagai benteng NKRI. Pendamping masyarakat desa
harus didudukkan sebagai bagian dari upaya menegakkan kedaulatan bangsa dan negara
sebagaimana diwujudkan dengan mengimplementasikan Undang-Undang Desa secara sistematis,
konsisten, dan berkelanjutan.
Pendampingan masyarakat desa merupakan bagian utama dari proses pengembangan
kapasitas masyarakat desa. Core business pemberdayaan masyarakat Desa adalah penguatan
rakyat sebagai proses belajar sosial yaitu learning by capacity dan learning by doing yang menyatu
dalam seluruh praktek pembangunan di tingkatan komunitas. Pemberdayaan masyarakat
merupakan varian dari proses reformasi tatanan ekonomi-politik melalui sebuah proses
transformasi sosial.
Pendampingan masyarakat merupakan sebuah proses kaderisasi desa. Sebuah upaya
menciptakan kader desa sebagai orang-orang kunci yang mampu menggerakkan dinamika
kehidupan di desa yang berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan
berkepribadian di bidang budaya.Kader desa ini juga mampu hadir sebagai agen-agen perubahan
(the agent of changes) yang terdidik dan terlatih untuk mengorganisir dan memimpin rakyat desa
bergerak menuju pencapaian cita-cita normatif.
Pendampingan masyarakat desa yang berkarakter politis ini diharapkan mampu melahirkan
partisipasi masyarakat yang bersifat substansial.Ukuran partisipasi masyarakat desa tidak sekedar
jumlah kehadiran orang-orang dalam forum musyawarah atau sekedar perhitungan kehadiran
orang dalam kegiatan gotong-royong.Partisipasi masyarakat hendaknya dimaknai secara baru
dengan memfokuskan diri pada kemampuan rakyat untuk menyampaikan aspirasi dan
mengartikulasikan kepentingannya secara demokratis dalam ruang publik politik.
Dalam PermendesaPDTT nomor 3 tahu n2015 tentang Pemdampingan Desa dirumuskan
bahwa Pengertian Pendampingan Desa adalah kegiatan untuk melakukan tindakan
pemberdayaan masyarakat melalui asistensi, pengorganisasian, pengarahan dan fasilitasi Desa.
Sedang tujuan pendampingan Desa dalam meliputi: 1). Meningkatkan kapasitas, efektivitas dan
akuntabilitas pemerintahan desa dan pembangunan Desa; 2). Meningkatkan prakarsa, kesadaran
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 11
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
dan partisipasi masyarakat Desa dalam pembangunan desa yang partisipatif; 3). Meningkatkan
sinergi program pembangunan Desa antarsektor; dan 4). Mengoptimalkan aset lokal Desa secara
emansipatoris. Untuk Ruang lingkup pendampingan Desa meliputi: 1). Pendampingan masyarakat
Desa dilaksanakan secara berjenjang untuk memberdayakan dan memperkuat Desa; 2).
Pendampingan masyarakat Desa sesuai dengan kebutuhan yang didasarkan pada kondisi
geografis wilayah, nilai APB Desa, dan cakupan kegiatan yang didampingi; dan 3). Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan Pemerintah Desa melakukan
upaya pemberdayaan masyarakat Desa melalui pendampingan masyarakat Desa yang
berkelanjutan, termasuk dalam hal penyediaan sumber daya manusia dan manajemen.
Secara yuridis, landasan hukum pendampingan Desa, meliputi: Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

Karakter Pendamping Desa dalam Pemberdayaan


UU Desa tegas mengakui kedudukan desa subyek hukum yang memiliki hak dan
kewenangan untuk mengatur dan mengurus pemerintahannya sendiri (Psl 1, at 1).Desa boleh dan
berhak merencanakan dan melaksanakan pembangunannya sendiri dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.Pengakuan desa sebagai subyek tidak hanya diungkapkan secara
jelas pada pasal tertentu, tetapi juga tersirat pada setiap pasal.Salah satu rumusan yang
menyiratkan semangat pengakuan sebagai subyek adalah pasal yang menyatakan amanat tentang
pemberdayaan masyarakat desa (Psl 1, at 12).
Pemberdayaan masyarakat desa merupakan amanat yang sesungguhnya
menjungkirbalikkan pendekatan pembangunan yang selama ini berorientasi pada
kekuasaan.Pemberdayaan adalah sebuah konsep pembangunan yang manghadirkan karakter dan
nilai-nilai kemanusiaan.Karakter pertama, pemberdayaan mewujudkan pembangunan yang
berpusat pada masyarakat. Masyarakat menjadi pelaku utama sekaligus tujuan (people centre).
Dalam konteks ini pemberdayaan merupakan bagian dari gerakan budaya.Salah satu karakter dari
pemberdayaan adalah kesadaran kritis masyarakat tentang makna pembangunan.Karakter ini
mengandaikan tumbuh dari sikap kesediaan masyarakat untuk senantiasa belajar memahami
beragam aspek yang mempengaruhi dampak pembangunan bagi masyarakat dan lingkungan.

Karakter berikutnya adalah partisipatif, yaitu menyertakan keterlibatan aktif masyarakat untuk
menggagas, merencanakan, melaksanakan dan mempertanggungjawabkan proses pembangunan.
Dalam UU Desa karakter ini jelas dan tegas terlihat pada azas pengaturan desa (Pasal 3).Di
samping itu karakter partisipatif juga sejalan dengan kearifan desa yang menghormati
musyawarah desa sebagai forum pengambilan keputusan tertinggi desa.Berikutnya
pemberdayaan memiliki karakter memampukan (empowering) masyarakat yang terlibat dalam
aktivitas pembangunan. Sejalan dengan karakter ini maka bisa dipahami kalau amanat pasal
pemberdayaan dalam UU Desa disertai dengan Peraturan Pemerintah yang menegaskan perlunya
para pihak, utamanya pemerintah untuk melakukan pendampingan terhadap masyarakat dan
aparatus desa (Psl 128, PP No. 43 Tahun 2014). Tujuan pendampingan adalah untuk meningkatkan
kapasitas pendamping dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa (Psl
129 at 1 C, PP. No 43 Tahun 2014).
Di samping itu pemberdayaan merupakan model pembangunan yang berkarakter
berkelanjutan (sustainable).Karakter ini mendorong pelaku pembangunan untuk tidak bersikap
pragmatis (aji mumpung) dalam merencanakan dan melakukan pembangunan.Pembangunan
berkelanjutan merupakan konsep yang menuntut kemampuan visioner, kemampuan melihat
manfaat pembangunan tidak saja untuk kebutuhan saat ini, tetapi mampu terus menerus
memenuhi kebutuhan jangka panjang.Di samping itu kerberlanjutan juga berarti sifat
pembangunan yang memperhatikan dampak kehancuran lingkungan.Artinya perencanaan
pembangunan perlu disertai dengan upaya menjaga keberlangsungan ketahanan sumber daya
alam dan lingkungan.
Karakter-karakter tersebut juga menegaskan bahwa pemberdayaan merupakan sebuah
konsep gerakan budaya, yaitu sebuah gerakan yang dilakukan secara sadar dilakukan terus
menerus untuk menghormati martabat manusia dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan asasi

12| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
dan menjaga lingkungan tempat manusia berada.Dalam kerangka implementasi Undang-undang
Desa pemberdayaan merupakan sebuah konsep pembangunan yang menjujung tinggi nilai
kedaulatan masyarakat desa sebagai subyek, kesatuan masyarkat hukum yang memiliki hak dan
kewenangan.Karena itu keberhasilan pemberdayaan masyarakat desa tidak hanya diukur secara
materialistik, terpenuhinya sarana dan prasarana fisik, tetapi juga diukur dari tingkat pemerataan
kesejahteraan.Di atas itu semua ukuran yang terpenting adalah perubahan sikap dan perilaku
masyarakat. Pemberdayaan merupakan wujud lain dari pendidikan karakter yang mendorong
masyarakat tidak hanya semakin mampu atau terampil, tetapi juga berkembang menjadi
masyarakat yang memiliki integritas sosial.

PENGELOLAAN PENDAMPING PROFESIONAL

Mekanismekontrakindividual mensyaratkanadanyapengelolaanPendampingProfesional secara


efektifdanefisien.PengelolaanPendamping Profesional inimeliputi mobilisasi, penetapan haridan
jamkerja,relokasiPendamping Profesional, perijinancuti danpenentuanhari libur,persetujuan
pengundurandiri,PHK,sampaidengantahapandemobilisasi padasaat program berakhir ataulokasi
programberkurang jumlahnya.Untukitu,Satker P3MD ProvinsibersamaKPWberkewajiban
mengelolaPendampingProfesional secaraketat dan berdisiplin agar pelaksanaan program di
tingkatlapanganberjalan optimal.

Satker Ditjen PPMD mensupervisi danmengawasipengelolaanPendampingProfesional


secaranasional dengan menerapkanstandarkontrakkerjayang bakusecaranasional untukmengatur
hubunganlegal administrasif,sertamemberlakukanTataPerilaku (CodeofConduct) dan Etika
Profesi, sebagaistandarnormatifdalampengelolaan Pendamping Profesional.

A. TATA PERILAKU DAN ETIKA PROFESI

Dalam rangka menjaga perilaku Pendamping Profesional, sesuai norma moral maka secara
khusus ditetapkan standar normatif perilaku Pendamping Profesionalyang meliputi: Tata Perilaku
dan Etika Profesisebagai aturan nornatif sesuaiprinsip-
prinsipmoralyangadapadaBangsaIndonesia.Tata Perilaku merupakan nilai-nilai normatif yang
diatur dalam SPK; sedangkan Etika Profesi merupakan nilai-nilai normatif umum yang melekat
dalam diri seorang profesional.

Aturan Normatifinimerupakanalatkendali diri(selfcontrol) bagiPendampingProfesional


berunjukkerja secara profesional sebagai pendamping masyarakat.Acuanstandarisasi perilaku
PendampingProfesional yang diberlakukan adalahTata Perilaku dan Etika Profesi yang akan
disebut di bawah ini,sehingga padasaat dibutuhkan aturannormatifini akan difungsikan
sebagaialat untukjadi panduan penyelesaian terhadap segala tindakanyangsecaralogika-rasional
umum(commonsense)dinilaimenyimpang darietika.RincianStandarNormatif
PerilakuPendampingProfesional adalahsebagai berikut:

1. Tata Perilaku(Codeof Conduct) Pendamping Profesional

a) Tunduk Terhadap Hukum,Peraturan dan Adat-istiadat

PendampingProfesional tidakdiperbolehkanuntuk melakukanaktivitas atau berpartisipasi


dalamaktivitasyang melawanhukum,peraturansertaadat istiadat masyarakatsetempatyang akan
berpengaruh buruk terhadapcitra Satker/Pemerintah.

b) Kebenaran Data Pribadi

Data pribadiPendampingProfesional yangdiberikankepadaSatker/Pemerintah harusbenar dan


dijaminkebenarannyasehinggasecarayuridis tidak merugikanSatker/Pemerintah sebagai Pihak
PemberiKerja.

c) KonflikKepentinganPribadi

SetiapPendampingProfesional,dalammenjalankantugas dantanggung jawabnya,harus


selaluberpedomanpadapanduanyang digariskanserta melakukankoordinasi denganpihak-

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 13


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
pihakterkait.Konflikkepentinganpribadi baikyang menyangkut keuanganmaupunproses
pelaksanaantugasharusdihindarkan.

d) Menerima Imbalan

Pendamping Profesional tidak diperbolehkan menerima atau meminjam uang dan/atau barang
sebagai imbalan pengerjaan sesuatu atau kegiatan yang bersumber dari APBDes yang
berindikasikan dan berimplikasi pada penyalahgunaan posisi, tanggung jawab dan
profesionalitas.

e) Tingkat Kehadiran diLokasiPekerjaan

SetiapPendampingProfesional harusmenjalankantugas dantanggung jawabnyaserta berada di


lokasi tugas secara purna waktu, sehinggatidak adakeluhandari masyarakat atau pihak terkait
tentangsulitnya melakukanpertemuandankoordinasi.
f) Laporan danAkurasiData

 SetiapPendamping
Profesionalharusmenyampaikanlaporansesuaidenganketentuan yangberlaku;

 PermintaandatadaninformasiyangdibutuhkanolehmanajemenSatker/Pemerintahha
russegera dipenuhi;

 PendampingProfesional harusmemberikandataalamat, nomor


handphonedannomorrekeningtabungan yang
benargunamenjaminkelancarankomunikasidantransfer pembayaran honorarium
dan tunjangan;

 Setiapperubahanalamat, nomor
handphonedannomorrekeningtabunganharusdiberitahukan secara
cepatdantertulis;

g) JabatanPublik

SetiapPendamping Profesionaltidakdiperbolehkan mendudukijabatanpublik


termasukdalamkepengurusanpartaipolitik.
h) Fitnah,Hasutan,PropagandaNegatif

SetiapPendamping Profesionalharusmenghindarkandiri dari penyebaran fitnah,hasutan,


propagandadantindakan-tindakantersembunyiyangbertendensi negatifdan
merugikankepentingan Satker/Pemerintah dan program.

2. EtikaPendamping Profesional

1) Tidakmemaksakankehendak: Peran Pendamping Profesional dalam memfasilitasi


musyawarah atau kegiatan hanya bersifat fasilitasi dan mediasi, boleh memberikan
masukan sesuai etika profesi dan tidak diperbolehkan memaksakan kehendak apalagi
mengambil atau menetukan keputusan.

2) Tidakmanipulatif: PendampingProfesional melakukan manipulasi data bik yang


bersipat dokumen administrative maupun yang bersipat informative untk
memberikan keuntunngan kepada pihak tertentu atau pendamping dan dapat
merugikan masyarakat.

3) Tidakmelakukan propaganda negative di depan masyarakat: Orang akan


menganggapPendamping Profesional yang menjelekkan pihak lainakan konplik di
maasyarakat.

4) Menghormati pendapat dan kedudukan orang lain : Pendamping Profesionalharus


hormati pendaat dan kedudukan orang lain dalam menlaksanakan tugasnya.

5) Netral,tidakberpihak: PendampingProfesional tidak boleh berpihak pada satu


kelompok atau golongan tertentu,

14| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
6) Tidak bertindak sebagai suplier bahan dan alat, menunjuk salah satu suplier atau
berfungsi sebagai perantara;

7) Tidak
bertindaksebagaijurubayar,menerimatitipanuang,ataumerekayasapembayaranatau
administrasi atas pemerintah desa;

8) TidakmembantuataumenyalahgunakanAnggaranPendapatandanBelanjaDesa(APBDes
a) untuk kepentingan pribadi, keluarga, atau kelompok;

9) Dengan sengaja membiarkan, tidak melaporkan, atau menutupi proses


penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan pembangunan desayang
mengakibatkankerugian Negara dan masyarakat ;

10) TidakMenjadi pengurus partai politik manapun dan/atau terlibat dalam kegiatan
partai politik yang dapat mengganggu kinerja

11) Tidak Terlibat kontrak dengan institusi lain, baik pemerintah maupun swasta yang
menyebabkan tidak maksimalnya pekerjaan sebagai pendamping profesional

12) Tidak Terlibat dalam penggunaan dan peredaran Narkoba;

13) TidakMelakukan perbuatan amoral yang dapat merugikan dan meresahkan


masyarakat;

14) TidakTerlibat dalam kegiatan human traffickiing;

15) TidakTerlibat dalam kegiatan terorisme;

16) TidakTerlibat dalam kegiatan penyebaran isu SARA.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 15


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

SPB Lembar Informasi

2.2.1 Struktur, SOP Pendamping

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015 – 2019 dan Rencana Kerja Pemerintah 2016
mengamanatkan bahwa percepatan pembangunan desa akan dilaksanakan melalui implementasi
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014tentang Desa.
Dalam rangka menjalankan urusan di bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa
maka dikeluarkan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2015 tentang Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang mengamanatkan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemen Desa DPTT) untuk melaksanakan tugas
dan fungsi tersebut.
Sebagai tindak lanjut dari amanat tersebut, maka Kemen Desa PDTTakan melaksanakan kegiatan
pendampingan melalui penyediaan tenaga pendamping profesional. Pasal 129 PP 43 Tahun 2014
sebagaimana sudah diubah dengan PP 47 Tahun 2015 menyatakan bahwa tenaga tenaga
pendamping profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 Ayat (2) terdiri atas: (a) tenaga
pendamping lokal desa yang bertugas di desa untuk mendampingi desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa, kerja sama desa, pengembangan BUM Desa, dan pembangunan yang
berskala lokal desa; (b) tenaga pendamping desa yang bertugas di kecamatan untuk
mendampingi desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, kerjasama desa, pengembangan
BUM Desa, dan pembangunan yang berskala lokal desa; (c) tenaga pendamping teknis yang
bertugas di kecamatan untuk mendampingi desa dalam pelaksanaan program dan kegiatan
sektoral; dan (d) tenaga ahli pemberdayaan masyarakat yang bertugas meningkatkan kapasitas
tenaga pendamping dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat

Penyediaan tenaga pendamping profesional dilakukan melalui rekrutmen secara terbuka


berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pendampingan Desa.
Mengingat pentingnya pendampingan desa sebagai faktor penentu keberhasilan implementasi
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014Tentang Desa, maka Kemen Desa PDTT memandang perlu
untuk melakukan pembinaan dan pengendalian tenaga pendamping profesional.
Dalam rangka melakukan pembinaandan pengendalian tenaga pendamping profesional, maka
perlu disusun Standar Operasional Prosedur.

16| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Standar Operasional dan Prosedur (SOP) Pembinaan dan Pengendalian Tenaga Pendamping
Profesional ini dimaksudkan dan mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Sebagai pedoman dalam rangka pembinaan tenaga pendamping profesional
2. Sebagai pedoman pengendalian tenaga pendamping profesional

C. LANDASAN HUKUM
Seluruh kerja Pendamping Profesional harus mengacu dan berpijak pada regulasi dan kebijakan
Pemerintah, khususnya yang terkait dengan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.
Regulasi regulasi pokok yang menjadi rujukan utama dalam pelaksanaan pendampingan desa
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
2. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan ke dua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa, Pembangunan
daerah Tertinggal dan Transmigrasi;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah;
7. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun 2015 Tentang
Pendampingan Desa;
8. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi;
9. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 01 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan tata Kerja Sekretariat Nasional Pendampingan Masyarakat Direktorat
Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, tahun 2016 dan aturan
perubahannya;
10. Permendesa No 8 Tahun 2016 tentang Dekon
11. Surat Ditjen PPMD Nomor 330/DPPMD.6/VII/2016 Tanggal 22 Juli 2016 tentang
Penetapan SOP HAP Tahun 2016
12. Kerangka Acuan Kerja / TOR PPA Konsultan Nasional Pengembangan Program (KN-PP);
13. Kerangka Acuan Kerja / ToR PPA Konsultan Nasional Pengendalian Pembangunan Desa (
KN-PPD);
14. Kerangka Acuan Kerja / ToR PPA Konsultan Nasional Pengembangan Kapasitas
Masyarakat Desa ( KN-PKMD);
15. Kerangka Acuan Kerja / ToR Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Desa (TAPM);
16. Kerangka Acuan Kerja / ToR Pendamping Desa Pemberdayaan ( PDP );
17. Kerangka Acuan Kerja / ToR Pendampng Desa Teknik Infrastruktur (PD-TI);
18. Kerangka Acuan Kerja / ToR Pendamping Lokal Desa.

D. PELAKSANA PROGRAM PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


(P3MD)

1. SATKER DITJEN PPMD


Satuan Kerja (Satker) Direktorat Jenderal (Ditjen) Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa (PPMD) Kemen Desa PDTT atau yang disebut Satker Ditjen PPMD adalah dibentuk dalam
rangka mendukung implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014tentang Desa secara
nasional dari aspek manajemen administrasi, bantuan teknis (technical assistance), pembinaan
dan pengelolaan program. Selain itu, Satker Ditjen PPMD juga memiliki tugas dan fungsi
mengelola konsultan yang berkedudukan di pusat dan provinsi. Merujuk pada Permendes

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 17


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Nomor 11 Tahun 2015 tentangPedoman Perencanaan, Pelaksanaan, Pengendalian dan
Pelaporan Program dan Anggaran, Satker Ditjen PPMD beranggotakan para pejabat pengelola
keuangan Ditjen PPMD yang terdiri atas:
a. Pejabat Pengguna Anggaran (PPA);
b. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
c. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK);
d. Kepala Bagian Keuangan Ditjen PPMD selaku Pejabat Penguji SPP dan Penandatanganan
SPM; dan
e. Staf Bagian Keuangan Ditjen PPMD yang bersertifikat bendahara selaku Bendahara
Pengeluaran.

2. SEKRETARIAT PROGRAM
Sekretariat Program yang selanjutnya disebut (Sekpro), yang dipimpin oleh seorang Kepala
Sekretariat dibantu oleh beberapa Deputy, Tenaga Ahli, Staf Teknis dan staf administrasi, yang
mengkoordinasikan Konsultan Nasional dan Konsultan Pendampingan Program Provinsi.

3. SATKER P3MD PROVINSI


Satker P3MD Provinsi dibentuk dalam rangka mendukung implementasi Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dari aspek manajemen administrasi dan pengelolaan
tenaga pendamping profesional pada tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa sesuai
Tipoksi pada Bab II.Satker P3MD Provinsi berkedudukan di provinsi.Satker P3MD Provinsi
beranggotakan pejabat pengelola keuangan badan provinsi yang terdiri atas:
a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA);
b. PejabatPembuatKomitmen (PPK)
c. PejabatPengujiSPPdan PenandatangananSPM
d. Bendahara Pengeluaran yaitu staf pada Badan/Dinas/Kantor Pemberdayaan Masyarakat
dan Pemerintahan Desa Provinsi yang mempunyai sertifikat bendahara dan ditunjuk serta
diserahi tugas untuk menerima, menyimpan, menyetor dan menatausahakan administrasi
dekonsentrasi.

4. SEKRETARIAT SATKER P3MD PROVINSI


Dalam rangka menjalankan tugasnya Satker P3MD Provinsi khususnya Pejabat Pembuat
Komitmen akan didukung oleh Sekretariat Satker P3MD Provinsi yang beranggotakan Staf
Dinas PMD/Nama lain Provinsi serta dibantu oleh staf teknis dan administrasi.

5. SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) KABUPATEN/KOTA YANG


MEMBIDANGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
Dalam rangka pembinaandan pengendalian tenaga pendamping professional, di
Kabupaten/Kota, SKPD yang membidangi pemberdayaan masyarakat dan desadapat
membentuk Satuan Kerja yang bertugas untuk mengoordinasikan pendamping profesional
dengan stakeholder di wilayahnya.

6. CAMAT
Camat sebagai pemangku wilayah kecamatan yang dalam pelaksanaan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat dibantu oleh kepala seksi yang membidangi pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa bertugas untuk mengkoordinasikan pendamping profesional
dengan stakeholder di wilayahnya.

7. KEPALA DESA
Kepala Desa/Nama Lain sebagai pemangku wilayah Desa dalam pelaksanaan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat, melakukan koordinasi dengan semua pihak termasuk pendamping
profesional di Desa dengan stakeholderlainnya

E. PENDAMPING PROFESIONAL

Dalam rangka memenuhi kebutuhan pendampingan desa disusun komposisi pendamping


professional sebagai berikut:
a. Konsultan Nasional P3MD
1. Bidang Pendampingan Regional :
18| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Bidang ini akan dikoordinasikan oleh 7 (tujuh) orang Koordinator Pendamping Regional,
sesuai pembagian wilayah pendampingan. Koordinator Bidang Pendampingan Regional,
yang bertanggungjawab langsung kepada Program Leader TA P3MD. Koordinator Bidang
Pendampingan Regional tidak dibantu secara langsung oleh TA P3MD Pusat, namun
langsung membawahi TA P3MD di wilayah dan atau provinsi yaitu :
a. KPR - 1 : Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau;
b. KPR - 2 : Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Sumatera Selatan,
Lampung, Banten;
c. KPR - 3 : Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, KalimantanSelatan,
Kalimantan Timur, Kalimantan Utara;
d. KPR - 4 : Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali;
e. KPR - 5 : Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, SulawesiSelatan, Sulawesi
Barat, Maluku;
f. KPR - 6 : Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku
Utara;
g. KPR - 7 : Papua, Papua Barat.

2. Bidang Pengembangan Kapasitas dan Kaderisasi


Bidang Pengembangan Kapasitas dan Kaderisasi dikoordinasikan oleh 1 (satu) orang Deputi
Bidang Pengembangan Kapasitas dan Kaderisasi, yang bertanggungjawab langsung kepada
Program Leader TA P3MD. Deputi ini mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam
koordinasi pelaksanaan tugas, terkait dengan pengembangankapasitas dan kaderisasi, dan
dibantu oleh beberapa tenaga ahli P3MD, sebagai berikut:
a. TA Utama Pengembangan Metode Pembelajaran : 1 orang
b. TA Utama Pengembangan Bahan Ajar : 1 orang
c. TA Utama Kerjasama Pengembangan KapasitasPerangkat Desa : 1 orang
d. TA Utama Kaderisasi Masyarakat Desa : 1 orang
e. TA Madya Kaderisasi Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa : 1 orang
f. TA Utama Kaderisasi Bidang Infrastruktur Desa (Kader Teknik): 1 orang
Semua tenaga ahli ini bertanggungjawab kepada Deputi Bidang Pengembangan Kapasitas
dan Kaderisasi.

3. Bidang Manajemen Keuangan dan Tata Kelola Desa


Bidang ini dikoordinir oleh 1 (satu) orang Deputi Bidang Manajemen Keuangan dan Tata
Kelola Desa, yang bertanggungjawab langsung kepada Program Leader TA P3MD. Deputi ini
mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam koordinasi pelaksanaan tugas, terkait dengan
manajemen keuangan dan tata kelola desa, dan dibantu oleh beberapa tenaga ahli P3MD,
sebagai berikut:
a. TA Utama Manajemen Risiko dan Pencegahan Korupsi : 1 orang
b. TA Utama Pengawasan dan Audit Berbasis Masyarakat : 1 orang
c. TA Utama Pemantauan dan Evaluasi Pembangunan Desa : 1 orang
d. TA Utama Analisa dan Advokasi Kebijakan Publik : 1 orang
e. TA Utama Pengadaan Barang dan Jasa di Desa : 1 orang
Semua tenaga ahli ini bertanggungjawab kepada Deputi Bidang Manajemen Keuangan dan
Tata Kelola Desa.

4. Bidang Fasilitasi Pembangunan Desa Partisipatif


Bidang ini dikoordinir oleh 1 (satu) orang Deputi Bidang Fasiltiasi Pembangunan Desa
Partisipatif, yang bertanggungjawab langsung kepada Program Leader TA P3MD. Deputi ini
mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam koordinasi pelaksanaan tugas, terkait dengan
fasilitasi pembangunan desa partisipatif, dan dibantu oleh beberapa tenaga ahli P3MD,
sebagai berikut:
a. TA Utama Perencanaan dan Pelaksanaan PembangunanDesa Partisipatif: 1 orang
b. TA Madya Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Desa Partisipatif: 1 orang
c. TA Utama Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan : 1 orang
Semua tenaga ahli ini bertanggungjawab kepada Deputi Bidang Fasilitiasi Pembangunan
Desa Partisipatif.

5. Bidang Hukum, Penanganan Pengaduan dan Masalah

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 19


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Bidang ini dikoordinir oleh 1 (satu) orang Deputi Bidang Hukum, Penanganan Pengaduan
dan Masalah yang bertanggungjawab langsung kepada Program Leader TA P3MD. Deputi
ini mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam koordinasi pelaksanaan tugas, terkait
dengan hukum, penanganan pengaduan dan masalah, dan dibantu oleh beberapa tenaga
ahli P3MD, sebagai berikut:

a. TA Utama Bantuan Hukum Masyarakat, Kewarganegaraan dan PengembanganParalegal


: 1 orang
b. TA Utama Penanganan Pengaduan dan Masalah : 1 orang
c. TA Madya Penanganan Pengaduan dan Masalah: 7 orang
Semua tenaga ahli ini bertanggungjawab kepada Deputi Bidang Hukum, Penanganan
Pengaduan dan Masalah.

6. Bidang Manajemen Data dan Informasi


Bidang ini dikoordinir oleh 1 (satu) orang Deputi Bidang Manajemen Data dan Informasi
yang bertanggungjawab langsung kepada Program Leader TA P3MD. Deputi ini mempunyai
tugas dan tanggungjawab dalam koordinasi pelaksanaan tugas, terkait dengan manajemen
data dan informasi serta dibantu oleh beberapa tenaga ahli P3MD, sebagai berikut:
a. TA Utama Manajemen Sistem Informasi (Programer) : 1 orang
b. TA Utama Manajemen Data (Analisa & Statistik) : 1 orang
c. TA Madya Manajemen Data : 7 Orang
d. TA Utama Bidang Campaign dan Branding : 1 orang
e. TA Utama Bidang Media dan Sosial : 1 orang
Semua tenaga ahli ini bertanggungjawab kepada Deputi Bidang Manajemen Data dan
Informasi.

b. Konsultan Program Inovasi Desa (PID)


TA PID akan dikoordinatori oleh 1 (satu) Koordinator Program (Program Leader) yang bertugas
memastikan bahwa semua TA PID mampu mengelola pengembangan kapasitas masyarakat
desa. Program Leader akan mensupervisi fungsi-fungsi dan kinerja setiap TA PID maupun
manajemen TA PID secara keseluruhan. Dalam menjalankan tugasnya Program Leader TA PID
akan dibantu oleh tenaga-tenaga ahli yang memiliki bidang keahlian yang dibutuhkan.

Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi, serta memastikan pengendalian program
dikelola dengan baik, maka organisasi TA PID terdiri dari beberapa bidang kerja, serta tenta-
tenaga ahli di masing-masing bidang kerja, sebagai berikut:

1. Bidang Pengembangan Inovasi Kewirausahaan dan Ekonomi Lokal


Bidang ini dikoordinir oleh 1 (satu) orang koordinator dengan posisi sebagai Tenaga Ahli
Utama Pengembangan Inovasi Kewirausahaan. Koordinator bertanggungjawab
mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi tenaga ahli bidang pengembangan inovasi
kewirausahaan dan ekonomi lokal. Komposisi tenaga ahli (TA) bidang ini, sebagai berikut:
a. TA Utama Pengembangan Inovasi Kewirausahaan,(Koordinator Bidang): 1 orang
b. TA Utama Fasilitasi Pengembangan Inovasi Produk Unggulan Kawasan dan Desa: 1 orang
c. TA Utama Fasilitasi Pengembangan Inovasi BUMDesdan Holding BUMDes : 1 orang

2. Bidang Pengembangan Inovasi Infrastruktur dan Pelayanan Sosial Dasar


Bidang ini dikoordinir oleh 1 (satu) orang koordinator dengan posisi sebagai Tenaga Ahli
Utama Inovasi Infrastruktur, dan memiliki keahlian dalam bidang infrastruktur embung desa
dan atau bangunan air. Koordinator bertanggungjawab mengkoordinasikan pelaksanaan tugas
dan fungsi tenaga ahli bidang pengembangan inovasi infrastruktur dan pelayanan sosial dasar.
Komposisi tenaga ahli (TA) bidang ini, sebagai berikut:
a. TA Utama Inovasi Infrastruktur Embung Desa/Bangunan Air, (Koordinator Bidang): 1 orang
b. TA Utama Inovasi Sarana Prasarana Olah Raga: 1 orang
c. A Utama Inovasi Pendidikan : 1 orang
d. TA Utama Fasilitasi Pengembangan Inovasi Pelayanan Kesehatan: 1 orang

3. Bidang Pengembangan Kapasitas Masyarakat

20| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Bidang ini dikoordinir oleh 1 (satu) orang koordinator dengan posisi sebagai Tenaga Ahli
Utama Pengembangan Kapasitas Bidang Kewirausahaan dan Ekonomi Lokal. Koordinator
bertanggungjawab mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi tenaga ahli bidang
pengembangan kapasitas masyarakat. Komposisi tenaga ahli (TA) bidang ini, sebagai berikut:
a. TA Utama Pengembangan Kapasitas Bidang Kewirausanaandan Ekonomi Lokal
(Koordinator Bidang) : 1 orang
b. TA Utama Pengembangan Kapasitas bidang Infrastruktur: 1 orang
c. TA Utama Pengembangan Kapasitas bidang PSD dan Sumberdaya Manusia: 1 orang
d. TA Utama Peningkatan Kapasitas Bidang Pengembangan Produk Unggulan Desa dan
Kawasan Perdesaan (Prudes dan Prukades) : 1 orang

4. Bidang Manajemen Data, Informasi dan Pengelolaan Pengetahuan


Bidang ini dikoordinir oleh 1 (satu) orang koordinator dengan posisi sebagai Tenaga Ahli
Utama Inovasi Pengelolaan Pengetahuan. Koordinator bertanggungjawab mengkoordinasikan
pelaksanaan tugas dan fungsi tenaga ahli bidang manajemen data, informasi dan pengelolaan
pengetahuan. Komposisi tenaga ahli (TA) bidang ini, sebagai berikut:
a. TA Utama Inovasi Pengelolaan Pengetahuan (Koordinator Bidang) : 1 orang
b. TA Utama Manajemen Data : 1 orang
c. TA Utama Management Information System (MIS) : 1 orang
d. TA Utama Pengelolaan Informasi dan Media : 1 orang
Seluruh tenaga ahli bertanggungjawab kepada Koordinator Bidang masing-masing, dan
Koordinator Bidang bertanggungjawab kepada Program LeaderPID Pusat.

c. Tenaga Ahli Program Provinsi (TAPP)


Komposisi tenaga ahli program di tingkat provinsi, berada dalam satu struktur manajemen
kerja antara TA P3MD dan TA PID. Posisi dan jumlah TAPP, sebagai berikut:

1. TAPP P3MD
a. Koordinator Program : 33 orang
b. TA Madya Infrastruktur Desa : 33 orang
c. TA Madya Pengembangan Kapasitas dan Kaderisasi : 33 orang
d. TA Madya Pengelolaan SDM : 33 orang
e. TA Madya Pengelolaan Keuangan Desa dan Pengembangan Ekonomi Lokal: 33 orang
f. TAMadya Penanganan Pengaduan dan Masalah : 33 orang
g. TA Madya Pelayanan Sosial Dasar : 33 orang
h. TAMadya Pengelolaan Sistem Informasi, Pendataan dan Komunikasi : 33 orang

2. TAPP PID:
a. TA Madya Pengembangan Kapasitas PID : 33 orang
b. TA Madya MIS PID : 33 orang
c. TA MAdya Pengelolaan Pengetahuan PID : 33 orang

d. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)


Komposisi tenaga ahli program di tingkat Kabupaten, berada dalam satu struktur manajemen
kerja antara TA P3MD dan TA PID. Posisi dan jumlah TAPP, sebagai berikut:

1. TA P3MD
Sesuai dengan tugas dan fungsinya Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM P3MD),
dibedakan atas:
a. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Desa (TA-PMD);
b. Tenaga Ahli Infrastruktur Desa (TA-ID);
c. Tenaga Ahli Pembangunan Partisipatif (TA-PP);
d. Tenaga Ahli Pengembangan Ekonomi Desa (TA-PED);
e. Tenaga Ahli Pengembangan Teknologi Tepat Guna (TA-TTG);
f. Tenaga Ahli Pelayanan Sosial Dasar (TA-PSD).

2. TA dan Tenaga Pendukung PID


Komposisi TA dan Tenaga Pendukung PID Kabupaten/Kota sebagai berikut:
a. Tenaga Ahli PID Kabupaten/Kota

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 21


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
1. Koordinator PID
2. TA Madya Bidang Pengelolaan Informasi dan Media
b. Tenaga Pendukung PID Kabupaten/Kota:
1. Data Operator (1 Orang per Kabupaten)
2. Data Kolektor (3 orang Per Kabupaten)

Pembinaan dan pengelolaan Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat akan dilaksanakan oleh
Satker P3MD Provinsi melalui mekanisme dekonsentrasi.

e. Pendamping Desa
Dalam rangka mendukung implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014tentang Desa,
Pemerintah menyediakan Pendamping Desa yang berkedudukan di kecamatan, terdiri dari :
1. Pendamping Desa Pemberdayaan (PDP)
2. Pendamping Desa Teknik Infrastruktur (PDTI), untuk setiap
Kecamatan 1 (satu) orang

Pembinaan, pengelolaan dan pengendalian PDP dilaksanakan oleh Satker P3MD Provinsi
melalui mekanisme dekonsentrasi.

f. Pendamping Lokal Desa (PLD)


Dalam rangka mendukung implementasi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014tentang Desa,
Pemerintah menyediakan Pendamping Lokal Desa (PLD) yang berkedudukan di desa.
Pembinaan dan pengelolaan PLD akan dilaksanakan oleh Satker P3MD Provinsi melalui
mekanisme dekonsentrasi.

BAB II TUPOKSI
1. PENDAMPINGDESA (PD)

Pendamping Desa (PD) pada Program Pembangunan dan Pemberdayaan


Masyarakat Desa (P3MD) ini pada dasarnya besifat kolektif (team work) yang
dikoordinir oleh salah seorang diantara Pendamping Desa itu sendiri dan dipilih oleh
mereka sendiri dan atau difasilitasi oleh supervisornya. PDmempunyai tugas pokok
dan fungsi mendampingi desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa,
kerjasama antar desa, pengembangan BUMDes, dan fasilitasi pembangunan yang
bersekala lokal desa, diantarnya sebagai berikut :
1. Tugas Pendampingan

No Tugas Pokok Output Kerja Indikator Output


1) Mendampingi Proses Pelaksanaan a) Terlaksananya
pemerintah Undang-Undang Nomor sosialisasi Undang-
kecamatan dalam 6 Tahun 2014 tentang Undang No. 6 Tahun
implementasi Desa terlaksana dengan
2014 tentang Desa dan
Undang-Undang No. benar.
6 Tahun 2014 tentang peraturan turunannya;
Desa.
b) Terfasilitasinya reviu
dan evaluasi dokumen
RPJMDes, RKPDes,
APBDes dan laporan
pertanggung jawaban;

2) Melakukan Meningkatnya kapasitas a) Terlaksananya pelatihan


pendampingan dan PLD dalam memfasilitasi dan On the Job
pengendalian PLD proses pembangunan Trainning (OJT) bagi
dalam menjalankan dan pemberdayaan
PLD;
tugas pokok dan masyarakat di desa.
b) Dokumentasi kegiatan
fungsinya.
pengembangan
kapasitas dan evaluasi
kinerja PLD;

22| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
c) Tersedianya RKTL PLD
dan laporan kegiatan;
d) Terlaksananya
koordinasi yang baik
antara PD dengan PLD.

3) Fasilitasi kaderisasi Adanya sejumlah kader a) Rencana kegiatan


masyarakat desa pemberdayaan kaderisasi masyarakat
dalam rangka masyarakat desa yang desa di desa dan/atau
pelaksanaan UU mendukung
antardesa;
Desa. pelaksanaan Undang-
b) Terselenggaranya
Undang No. 6 tahun
2014 tentang Desa. kaderisasi masyarakat
desa di desa dan/atau
antardesa;
c) Setiap desa memiliki
kader desa sesuai
kebutuhan.

4) Fasilitasi Musyawarah desa a) Terselenggaranya


musyawarah- berjalan sesuai aturan berbagai musyawarah
musyawarah desa. dan perundang-undang desa, musrenbang dan
yang berlaku.
musyawarah antardesa

b) Masyarakat desa
berpartisipasi aktif
dalam musyawarah
desa.

5) Fasilitasi Proses pelaksanaan a) Terfasilitasinya


penyusunan produk penyusunan produk penyusunan peraturan
hukum di desa hukum desa berjalan desa, peraturan
dan/atau antardesa. sesuai ketentuan dan
bersama kepala desa
peraturan yang berlaku.
dan/atau surat
keputusan kepala
desa;

b) Masyarakat desa
berpartisipasi aktif
dalam penyusunan
produk hukum di desa
dan/atau antardesa.

c) Terfasilitasinya peran
BPD dalam proses
penyusunan produk
hukum desa

6) Fasilitasi kerjasama Proses fasilitasi a) Terfasilitasinya


antardesa dan dengan kerjasama antar desa penyusunan rencana
pihak ketiga dalam dan dengan pihak ketiga kerjasama antardesa
rangka pembangunan dalam rangka
dan dengan pihak
dan pemberdayaan pembangunan dan
masyarakat desa. pemberdayaan ketiga dalam rangka
masyarakat desa pembangunan dan
berjalan dengan baik. pemberdayaan
masyarakat desa;

b) Terfasilitasinya
kerjasama antardesa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 23


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
dan dengan pihak
ketiga dalam rangka
pembangunan dan
pemberdayaan
masyarakat desa.

7) Mendampingi desa Proses pelaksanaan a) Tersedianya dokumen


dalam perencanaan, Pembangunan dan hasil Identifikasi
pelaksanaan dan pemberdayaan kebutuhan
pemantauan terhadap masyarakat berjalan
pengembangan
pembangunan desa sesuai aturan yang
dan pemberdayaan berlaku. kapasitas bagi
masyarakat desa. masyarakat desa;

b) Tim Penyusun RPJM


Desa dan RKP Desa
terbentuk;

c) Pelatihan Tim
Penyusun RPJM Desa
dan RKPDesa;

d) Adanya dokumen
proses penyusunan
RPJM Desa dan
RKPDesa dan
memastikan dokumen
tersebut diperdeskan;

e) Terlaksananya
evaluasi dan
monitoring oleh
pemerintah dan
masyarakat desa;

f) Terselenggaranya
pelatihan peningkatan
kapasitas kinerja BPD.

8) Fasilitasi koordinasi Adanya koordinasi dan Terfasilitasinya kegiatan


kegiatan sektoral di sinkronisasi desa koordinasi dan
desa dan pihak terkait dengan sektor dan pihaksinkronisasi pembangunan
terkait dan pemberdayaan
masyarakat desa dengan
sektor dan pihak terkait.
9) Fasilitasi Meningkatnya akses dan Terfasilitasinya kegiatan-
pemberdayaan pelayanan dasar bagi kegiatan pemberdayaan
perempuan, anak dan perempuan, anak dan perempuan, anak, dan
kaum kaum kaum
difabel/berkebutuhan difabel/berkebutuhan difabel/berkebutuhan
khusus, kelompok khusus, kelompok khusus, kelompok miskin
miskin dan miskin dan masyarakat dan masyarakat marginal;
masyarakat marginal. marginal.

2. PENDAMPING DESA TEKNIK INFRASTRUKTUR (PD-TI)

Pendamping Desa Teknik Infrasturktur (PD-TI) pada Program Pembangunan dan


Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) mempunyai Tugas Pokok dan Fungsi
mendampingi desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa bidang inftrastruktur

24| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
dasar, peningkatan kapasitas kader desa teknis, fasilitasi pembangunan yang
bersekala lokal desa, diantarnya sebagai berikut :

No Tugas Pokok Output Kerja Indikator


1) Fasilitasi Kader teknik dan tim a) Tersedianya data
pembentukan, pelaksana kegiatan kader-kader teknik
pelatihan dan desa mampu desa yang telah
pembimbingan Kader menjalankan tugas dan
terlatih;
Teknik terkait teknis fungsinya dengan baik.
konstruksi secara b) Terlaksananya
sederhana kepada
pendampingan dalam
kader teknik dan
masyarakat sesuai pelaksanaan
dengan kondisi pembangunan,
kekhususan pengelolaan dan
setempat. pemeliharaan sarana
prasarana desa.

2) Memberikan Tim pelaksana kegiatan a) Tersedianya desain


bimbingan teknis dan kader teknik desa dan RAB untuk setiap
dalam pembuatan mampu membuat kegiatan
desain dan RAB. desain dan RAB.
pembangunan sarana
prasarana desa;

b) Tersedianya jadwal
pelaksanaan kegiatan
pembangunan sarana
dan prasarana desa.

3) Fasilitasi pelaksanaan Proses fasilitasi a) Terfasilitasinya


pembangunan, pelaksanaan pembentukan dan
pengelolaan, dan pembangunan, pelatihan Tim
pemeliharaan sarana pengelolaan, dan
Pelaksana, Tim Lelang,
prasarana desa. pemeliharaan sarana
prasarana desa berjalan Tim Pemelihara, dan
dengan baik. Tim Monitoring;
b) Terfasilitasinya proses
survey harga dan
lokasi, pengadaan
barang dan jasa serta
pengadaan tenaga
kerja setempat.
c) Tersedianya papan
informasi kegiatan.
d) Tersusunnya Perdes
tentang pengelolaan
dan pemeliharaan
sarana prasarana desa
(bekerjasama dengan
PD Pemberdayaan).

4) Fasilitasi sertifikasi Adanya jaminan kualitas Semua infrastruktur hasil


infrastruktur desa terhadap hasil kegiatan pembangunan di
hasil pelaksanaan pembangunan sarana desa di sertifikasi.
kegiatan dan prasarana desa.
pembangunan Desa.
5) Fasilitasi koordinasi Adanya koordinasi a) Terlaksananya
pembangunan, perencanaan, koordinasi dan
pengelolaan, dan pelaksanaan, sinkronisasi
pemeliharaan sarana pengelolaan dan
pembangunan sarana
prasarana desa/ pemeliharaan sarana
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 25
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
antardesa dengan prasarana desa/ prasarana desa/
sektor atau pihak lain antardesa dengan sektor antardesa;
yang terkait. atau pihak lain yang b) Tersedianya informasi
terkait. pembangunan sarana
prasarana desa/
antardesa.

3. TUGAS ADMINSTRATIF

Berkaitan dengan pelaksanaan dekonsentrasi dari aspek pembinaan dan


pengendalian pendamping profesional, maka Pendamping Desa berkewajiban
melaksanakan tugas pokok danfungsi sebagai berikut:

a. Menyusun laporan individuyang dilampiri dengan dokumen:LWK, realisasi


kerja harian, formulirkunjungan, rencana kerja harian,SPPD,sertabukti
pendukunglainnya;

b. Menyampaikan laporan individu kepada Tenaga Ahli Pemberdayaan


Masyarakat (TAPM)dan Satker P3MD Provinsi dengandilampiri olehdokumen:
LWK, realisasi kerja harian, formulirkunjungan,rencana kerja
harian,SPPD,sertabukti pendukunglainnya;

c. Menyerahkan copy NPWP dan Polis Asuransi pribadi, dan bukti pembayaran
pajak Tahunan (SPT) kepada Satker P3MD Provinsi melalui TA Kabupaten;

d. MenyampaikandokumenrencanakerjaharianPendampingDesakepadaTenaga
Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)untukdimintakan persetujuan;

e. Mengurussecaramandiri klaimasuransi atasdirinya;

f. Menyampaikan laporan kegiatan bulanan Pendamping Desa kepada Camat


danSatker P3MD Provinsi melalui Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat
(TAPM) secaratepatwaktu;

g. Menerima dan memverifikasi laporan individu Pendamping Lokal Desa untuk


disampaikan kepada TA dan Satker Kabupaten.

26| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 27


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lembar Informasi
SPB
SOP Pelaporan Kinerja
2.3.1
Pendamping Desa

A. PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah mengatur bahwa pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa ditempuh melalui upaya pendampingan.Pendampingan menjadi
salah satu langkah penting yang harus dilakukan untuk percepatan pencapaian kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat.Kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dapat dicapai diantaranya
melalui peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran serta
memanfaatkan sumber daya sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat
Desa.

Bentuk pembinaan, pengelolaan dan pengendalian Pendamping Profesional khususnya untuk


menjamin tertib aturan, tata laksana administrasi dan keuangan, hubungan antar pelaku dalam
rangka tercapainya kinerja Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa secara efektif dan
efisien, maka Ditjen PPMD Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
menetapkan dan menerbitkan Standar Operasional dan Prosedur (SOP) Pelaporan Pendampingan
Profesional. Standar Operasional dan Prosedur (SOP) ini memuat hal-hal pokok terkait dengan
terselenggaranya pelaksanaan Pendampingan Desa melalui upaya yang dilakukan oleh
Pendamping Profesional. SOP ini juga digunakan sebagai sarana untuk membantu menjamin
terciptanya transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan Pendampingan Desa sehingga
dapat mencerminkan tata kelola pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa yang
mencerminkan Self Governing Community.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan pendampingan implementasi Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014tentang Desa, disusun komposisi pendamping professional sebagai berikut:

1. Konsultan Nasional P3MD yang berkedudukan di Jakarta


a. Satu (1) orang Program Leader
b. Tujuh (7) Koordinator Bidang Pendampingan Regional
c. Deputi dan Tenaga Ahli Bidang Pengembangan Kapasitas dan Kaderisasi
d. Deputi dan Tenaga Ahli Bidang Manajemen Keuangan dan Tata Kelola Desa
e. Deputi dan Tenaga Ahli Bidang Fasilitasi Pembangunan Desa Partisipatif
f. Deputi dan Tenaga Ahli Bidang Hukum, Penanganan Pengaduan dan Masalah
g. Deputi dan Tenaga Ahli Bidang Manajemen Data dan Informasi
2. Konsultan Nasional Program Inovasi Desa (PID) yang berkedudukan di Jakarta
a. Satu (1) orang Program Leader
b. Koordinator Bidang dan Tenaga Ahli Program Inovasi Desa
3. Koordinator dan Tenaga Ahli Program Provinsi yang berkedudukan di Provinsi;
4. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat, yang berkedudukan di Kabupaten;
4. Pendamping Desa dan Pendamping Teknis, yang berkedudukan di Kecamatan;
5. Pendamping Lokal Desa, yang berkedudukan di Desa.

Bahwa untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan pendampingan desa ini, perlu adanya standart
pelaporan yang akurat, tepat dan cepat, berjenang sesuai tingkatannya.

B. JENIS PELAPORAN
Salah satu kewajiban Pendamping Profesional yang sudah dikontrak oleh Satker P3MD Provinsi
adalah membuat Laporan, pengabaian terhadap laporan dapat dikenakan sanksi penundaan
pembayaran homorarium dan biaya operasioonal, sampai pada PHK. Dalam pelaksanaan
pendampingan desa yang dilakukan oleh Pendamping Profesional dalam hal ini Pendamping
Lokal Desa, Pendamping Desa, Tenaga Ahli Kabupaten, maupun yang dilakukan oleh Konsultan
Provinsi dan Konsultan Nasional, dibagi dalam beberapa jenis laporan yakni :

28| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
1. Laporan Bulanan Individual, baik pendamping professional maupun konsultan dalam
melaksanakan tugas pendampingannya terikat kontrak individual dengan Satker Provinsi
maupun PPA, maka sebagai pertanggungjawaban administrasi harus membuat laporan
bulanan individual yang memuat beberapa hal sebagai berikut :
a. Surat Pengantar Laporan
b. Narasi Laporan yang singkat padat dan akurat.
c. Lembar Waktu Kerja
d. Realisasi Kerja Bulan Berjalan
e. Rencana Kerja Bulan Yang Akan Datang
f. Bukti Kunjungan Lapangan baik Form Kunjungan
g. Bukti-bukti/dokumen lainnya yang diperlukan
2. Laporan Mingguan Pendampingan. Laporan ini memuat khusus terkait dengan laporan
pencairan dan penggunaan Dana Desa (DD) dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Laporan melalui email kepada jenjang setingkat diatasnya, PLD ke PD, PD ke
TAPM, TAPM ke KPP Provinsi, KPP Provinsi ke KPP Pusat dan KPP Pusat ke MN-
P3MD, ke Koodinator;
b. Waktu Pelaporan Mingguan :
i. PLD ke PD pada setiap hari Senin
ii. PD ke TAPM pada setiap hari Selasa
iii. TAPM ke KPP Provinsi setiap hari Rabu
iv. KPP Provinsi ke Koordinator Pendampingan Regional (KPR) setiap hari
Kamis
v. Koordinator Koordinator Pendampingan Regional (KPR) ke Program
Leader P3MD Pusat dan Program Leader PID Pusat setiap hari Jum’at
vi. Program Leader P3MD dan Program Leader PID ke Koordinator
Operasional Program dan Kepala Manajemen Nasional Pengendali
Program Pendampingan Desa setiap Hari Senin
c. Format Laporan Mingguan sebagaimana terlampir

3. Laporan Bulanan Pendampingan, laporan ini memuat hal-hal apa saja yang terkait
dengan pendampingan sesuai levelnya masing masing, yang menggambarkan capaian
kinerja dan tupoksi pendampingan, data-data dana desa, data-data kegiatan prioritas
pembangunan, kegiatan pemberdayaan, kegiatan pelatihan, kegiatan pendampingan,
supervise, legislasi, kaderisasi dan lain sebagainya yang bisa menggambarkan kegiatan
secara utuh beserta capaiannya dalam waktu sampai dengan bulan berjalan. Laporan
bulanan kegiatan pendampingan memuat beberapa hal sebagai berikut :
a. Surat Pengantar Laporan
b. Narasi laporan yang singkat padat dan akurat dengan sistematika sbb:
i. Pendahuluan
ii. Kegiatan pendampingan bulan berjalan
iii. Rencana kegiatan pendampingan bulan yang akan datang
iv. Kendala dan Masalah
v. Rekomendasi
vi. Penutup
c. Lampiran
i. Data Dasar/Data APBDes (bulanan)
ii. Data Dana Desa (Alokasi, Pencairan dan Penggunaan) (bulanan)
iii. Data Regulasi Desa (tiga bulanan)
iv. Data Progres Kegiatan Desa (bulanan)
v. Data Pelatihan dan Kegiatan Pengkaderan (tiga bulanan)
vi. Data Bumdes/Pengembangan Ekomomi Desa (tiga bulanan)
vii. Data Tahapan, Perencanaan dan Pelaksanaan Kegiatan (bulanan)
viii. Data Kegiatan terkait TTG (tiga bulanan)
ix. Data Pengembangan Pelayanan Dasar (tiga bulanan)
x. Data Masalah dan Penanganannya (bulanan)
xi. Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) (bulanan)
xii. Dan lain lain yang diperlukan (bila diperlukan)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 29


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Laporan kegiatan bulanan pendampingan bagi TA Kabupaten, KPP Provinsi, dan Manajemen
Nasional, disamping melaporkan kegiatan yang dilakukan secara mandiri, juga harus merekap
kegitan yang dilakukan oleh pendamping level di bawahnya.
4. Laporan Insidental, laporan yang dibuat atas dasar peristiwa tertentu seperti adanya
penyelewengan, force majoure atau peristiwa yang diluar rencana dan tidak diprediksi
sebelumnya, format laporan ini disesusikan dengan peristiwa yang terjadi.

C. JENJANG PELAPORAN
Pelaporan yang dibuat oleh pelaku pendampingan desa, dilakukan secara berjenjang dengan
tujuan utama adalah Pihak Pertama sebagai pihak yang memberi kerja.Namun juga ditujukan
kepada jajaran birokrasi pada levelnya masing-masing dengan tembusan kepada supervisornya.
Jenjang Pelaporan untuk Pendamping Profesional dan Konsultan dapat digambarkan dalam
bagan sebagai berikut :

KOORDINATOR
OPERASIONAL PROGRAM SATKER PUSAT

PROGRAM LEADER
KONSULTAN NASIONAL
P3MD dan PID PPA Pusat

KOODINATOR WILAYAH

SATKER PROVINSI
KPP PROVINSI PPA Provinsi

SATKER TA KABUPATEN
KABUPATEN

SATKER PROVINSI
PD dan PDTI

CAMAT

PENDAMPING LOKAL DESA

D. WAKTU PELAPORAN
Pelaporan pendamping professional dan konsultan provinsi maupun konsultan nasional diatur
waktunya sebagai berikut :
1. Pendamping Lokal Desa dan Pendamping Desa/Pendamping Desa Teknik Infrastruktur
melaporkan kegiatan pendampingan dan laporan individualnya ke Satker Provinsi dan
Camat paling lambat tanggal 3 setiap bulannya
2. Tenaga Ahli Kabupaten melaporkan kegiatan pendampingan dan laporan individualnya
ke Satker Provinsi dan Satker Kabupaten paling lambat tanggal 5 setiap bulannya
3. KoordinatorProgram Provinsi (KPP) Provinsi melaporkan kegiatan pedampingan dan
laporan individualnya ke PPA dan Satket Provinsi paling lambat tanggal 10 tiap
bulannnya
4. Konsultan Nasional P3MD dan PID serta Koordinator Bidang Pendamping Regional
(KPR) Pusat menyampaikan laporan kegiatan pendampingan dan laporan individualnya
ke PPA dan Satker Pusat paling lambat tanggal 15 setiap bulannya
5. Program Leader menyampaikan laporan individualnya paling lambat tanggal 15 setiap
bulannya dan laporan kegiatan pendampingan paling lambat tanggal 20 setiap
bulannya

30| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

E. PENUTUP
Demikian SOP Pelaporan Pendamping Profesional dibuat untuk bisa dilaksakan oleh seluruh
Tenaga Pendamping Profesional se wilayah Indonesia, sebagai alat ukur capaian kinerja
Pendamping dan alat pengendali bagi supervisor dan Satker P3MD, baik Kabupaten, Provinsi
maupun Pusat. Pengabaian atas Pelaporan Pendamping Profesional berakibat pada evaluasi
kinerja.

Hal hal yang belum diatur dalam SOP Pelaporan ini, dan dirasa perlu untuk dilaporkan, bisa
dilampirkan dalam laporan yang bersifat bulanan maupun insidensial.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 31


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lembar Informasi
SPB
Sistem Informasi
2.3.1.
Pembangunan Desa dan
Pelaporannya

Sistem Informasi Pembangunan Desa merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk memantau
proses pelaporan sekaligus memberikan informasi Perencanaan Kegiatan desa bersumber
APBDes, pendanaan (7 Sumber Pendanaan) sampai dengan hasil-hasil kegiatan Pembangunan
Desa. Adapun fokus monitoring Keuangan APBN (Dana Desa) dapat disajikan secara detail beserta
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Kegiatan yang dimaksud dapat dikategorikan sesuai dengan
Bidang dan Prioritas penggunaan Danana Desa.Untuk mengenal dan menjalanakan aplikasi,
silahkan berikut ini tatacaranya:

Pastikan SIPD dapat diakses di alamat: http://sipede.ppmd.kemendesa.go.id

1. Dashboard

1.1. Data Tematik Provinsi Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah

1.2. Data Tematik Provinsi Rekening Kas Umum Daerah ke Rekening Kas Desa

1.3. Grafik Penggunaan Dana Desa sesuai Bidang dan Sub Bidang Pembanguan Desa per Tahun
Anggaran.

32| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

1.4. Data Kegiatan bersumber Dana Desa (APBN) per Tahun Anggaran

1.5. Masuk Aplikasi


Untuk masuk ke Aplikasi adalah user yang terdaftar sebagai pendamping dengan Login dan
Password sesuai lokus-masing-masing.

2. APBDesa

Sistem pengadministrasian APBDesa pada dasarnya terbagi pada pengelolaan Pendapatan,


Belanja, Pembiayaan, Perencanaan, Pelaporan dan Penatausahaan keuangan Desa.

Sistem menyediakan 3 cara Input data APBdesa:

1. Mengisi secara manual

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 33


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
2. Upload file format excel pada lembar kerja:

I. PLD : Lembar Kerja 8.3.1. APBDES-Prov-Kab-Kec (dalam bentuk soft copy)


II. PD-PDTI : Lembar Kerja 8.3.1. APBDES-Prov-Kab-Kec (dalam bentuk soft copy)
III. TAM : Lembar Kerja 8.3.1. APNDES-Prov-Kab-Kec (dalam bentuk soft copy)

Catatan:
1) input data diisikan oleh PLD;jika PLD kosong diisikan PD;dan jika PD kosongdiisikan oleh
TA Kab.
2) TA Kab bertugas meverifikasi, validasi data dan melaporkan secara berjenjang

3. Untuk Desa yang sudah menggunakan SISKEUDES dapat melakukan ekport pada menu Laporan
Penganggaran:

dan pilih pada Laporan 1b- Ringkasan APBDes dan selanjutnya sesuai dengan
SISKEUDES Desa. pilih parameter yang sesuai, print to file di cek box, pilih ke file excel,
kemudian isikan sumber pendanaan secara manual sesuai kreteria kemudian di upload.
Sebagai catatan: untuk kegiatan-kegiatan diisikan nilai Sumary (Kode 3 Digit) dan untuk
Detai Rab dalam Laporan ini belum di perlukan (capture Data Keguiatan berdasar APBDes
SISKEUDES)

Berikut ini contoh upload format excel berdasar lembar kerja form APBdes

3. RKUD ke RK Desa

34| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Pemantauan Transfer Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) ke RK Desa sesuai dengan kesiapan
Desa untuk mengakses Dana Desa. Pendamping dapat melaporkan progres ke dalam aplikasi
dengan melaukan Edit Data

4. Kegiatan dari dana Desa

Kegiatan Dana Desa adalah realisasi dari perencanaan berdasar APBDesa yang dilengkapi oleh
pendamping sesuai dengan Laporan progres Kegiatan berdasar LPJ. adapun kegiatan-kegiatan
yang memiliki nomenklatur yang perlu di sesuaikan dengan keperluan Kementrian Desa PDTT
akan disesuaikan dengan pilihan-pilih kegiatan untuk singkronisasi.

5. Profil Desa

Profil Desa memuat informasi terkait Desa menggunakan Dana Desa (APBN)

CATATAN:
Sistem Pelaporan Yang sedang Di Kembangkan P3MD Pusat

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 35


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Pokok Bahasan 3
PENDALAMAN DAN PRAKTEK FASILITASI
REGULASI DALAM IMPLEMENTASI
UNDANG UNDANG DESA

Bahan Bacaan
PB
36| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

3 Perspektif Regulasi Desa

1. Kewenangan Desa
Berbeda dengan kewenangan pemerintah, ada beberapa prinsip penting yang
terkandung dalam kewenangan desa: (1) Baik kewenangan asal usul maupun
kewenangan lokal bukanlah kewenangan yang diserahkan oleh pemerintah, bukan juga
merupakan sisa (residu) yang dilimpahkan oleh pemerintah kabupaten/kota
sebagaimana pernah diatur dalam UU No. 32/2004 dan PP No. 72/2005. Sesuai dengan
asas rekognisi dan subsidiaritas, kedua jenis kewenangan itu diakui dan ditetapkan
langsung oleh undang-undang dan dijabarkan oleh peraturan pemerintah. Peraturan
pemerintah dalam ini bukanlah perintah yang absolut melainkan sebagai pandu arah
yang di dalamnya akan membuat daftar positif (positive list), dan kemudian
menentukan pilihan atas positive list itu dan ditetapkan dengan peraturan desa sebagai
kewenangan desa. (2) Sebagai konsekuensi desa sebagai masyarakat yang
berpemerintahan (self governing community), kewenangan desa yang berbentuk
mengatur hanya terbatas pada pengaturan kepentingan lokal dan masyarakat setempat
dalam batas-batas wilayah administrasi desa. Mengatur dalam hal ini bukan dalam
bentuk mengeluarkan izin baik kepada warga maupun kepada pihak luar seperti
investor, melainkan dalam bentuk keputusan alokatif kepada masyarakat, seperti alokasi
anggaran dalam APB Desa, alokasi air kepada warga, dan lain-lain. Desatidak bisa
memberikan izin mendirikan bangunan, izin pertambangan, izin eksploitasi air untuk
kepentingan bisnis dan sebagainya. (3) Kewenangan desa lebih banyak mengurus,
terutama yang berorientasi kepada pelayanan warga dan pemberdayaan masyarakat.
Sebagai contoh desa melayani dan juga membiayai kegiatan kelompok tani, melatih
kader perempuan, membiayai Posyandu, mengembangkan hutan rakyat bersama
masyarakat, membikin bagan ikan untuk kepentingan nelayan, dan sebagainya. (4)
Selain mengatur dan mengurus, desa dapat mengakses urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan kabupaten/kota untuk dimanfaatkan memenuhi kepentingan
masyarakat. Selain contoh di atas tentang beberapa desa menangkap air sungai Desa
dapat mengakses dan memanfaatkan lahan negara berskala kecil (yang tidak
termanfaatkan atau tidak bertuan) untuk memenuhi kepentingan masyarakat setempat.
Lahan sisa proyek pembangunan, tanggul dan bantaran sungai, maupun tepian jalan
kabupaten/kota merupakan contoh konkret. Desa dapat memanfaatkan dan menanam
pohon di atas lahan itu dengan cara mengusulkan dan memperoleh izin dari
bupati/walikota.
Prinsip-prinsip itu dapat digunakan untuk memahami jenis-jenis kewenangan desa yang
tertulis secara eksplisit dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Ada
perubahan pengaturan tentang kewenangan desa antara UU No. 32/2004 dengan UU
No. 6/2014. Pertama, UU No. 32/2004 menegaskan urusan pemerintahan yang sudah
ada berdasarkan asal-usul desa, sedangkan UU No. 6/2014 menyatakan kewenangan
beradasarkan hak asal-usul. Pada dasarnya kedua pengaturan ini mengandung isi yang
sama, hanya saja UU No. 32/2004 secara tersurat membatasi pada urusan
pemerintahan. Kedua, UU No. 32/2004 menyatakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, sedangkan
UU No. 6/2014 menegaskan kewenangan lokal berskala desa. Jenis kewenangan kedua
inilah yang membedakan secara jelas dan tegas antara kedua UU tersebut.
Tabel
Kewenangan desa menurut UU No. 32/2004 dan UU No. 6/2014
UU No. 32/2004 UU No. 6/2014

Urusan pemerintahan yang sudah ada Kewenangan berdasarkan hak asal usul
berdasarkan hak asal-usul desa

Urusan pemerintahan yang menjadi Kewenangan local berskala Desa


kewenangan kabupaten/kota yang

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 37


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
diserahkan pengaturannya kepada desa

Tugas pembantuan dari Pemerintah, Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah,


pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah
kabupaten/kota Daerah Kabupaten/Kota

Urusan pemerintahan lainnya yang oleh Kewenangan lain yang ditugaskan oleh
peraturan perundangperundangan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
diserahkan kepada desa Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan

Kewenangan desa sebenarnya tidak hanya mencakup empat butir besar tersebut. Ada
satu jenis kewenangan lagi yang dimiliki oleh desa, yaitu kewenangan melekat atau
sering disebut sebagai kewenangan atributif yang tidak tersurat dalam UU No. 6/2014.
Sebagai organisasi pemerintahan, desa memiliki sejumlah kewenangan melekat
(atributif) tanpa harus disebutkan secara tersurat (eksplisit) dalam daftar kewenangan
desa. Ada sejumlah kewenangan melekat milik desa yang sudah dimandatkan oleh UU
No. 6/2014, yakni: (1) Memilih kepala desa dan menyelenggarakan pemilihan kepala
desa. (2) Membentuk dan menetapkan susunan dan personil perangkat desa. (3)
Menyelenggarakan musyawarah desa. (4) Menyusun dan menetapkan perencanaan
desa.Menyusun, menetapkan dan melaksanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa. (5) Menyusun, menetapkan dan melaksanakan peraturan desa. (6) Membentuk
dan membina lembaga-lembaga kemasyarakatan maupun lembaga adat. (7)
Membentuk dan menjalankan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
2. Kewenangan lokal berskala desa.
Kewenangan lokal terkait dengan kepentingan masyarakat setempat yang sudah
dijalankan oleh desa atau mampu dijalankan oleh desa, karena muncul dari prakarsa
masyarakat. Dengan kalimat lain, kewenangan lokal adalah kewenangan yang lahir
karena prakarsa dari desa sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan kondisi lokal
desa. Kewenangan yang terkait dengan kepentingan masyarakat ini mempunyai
cakupan yang relatif kecil dalam lingkup desa, yang berkaitan sangat dekat dengan
kebutuhan hidup sehari-hari warga desa, dan tidak mempunyai dampak keluar
(eksternalitas) dan kebijakan makro yang luas. Jenis kewenangan lokal berskala desa ini
merupakan turunan dari konsep subsidiaritas, yang berarti bahwa baik masalah
maupun urusan berskala lokal yang sangat dekat dengan masyarakat sebaik mungkin
diputuskan dan diselesaikan oleh organisasi lokal (dalam hal ini adalah desa), tanpa
harus ditangani oleh organisasi yang lebih tinggi. Menutut konsep subsidiaritas, urusan
yang terkait dengan kepentingan masyarakat setempat atas prakarsa desa dan
masyarakat setempat, disebut sebagai kewenangan lokal berskala desa.
Tabel Daftar positif kewenangan lokal berskala desa
No Mandat Pembangunan Daftar Kewenangan Lokal

1 Pelayanan dasar Posyandu, penyediaan air bersih, sanggar belajar dan seni,
perpustakaan desa, poliklinik desa.

2 Sarana dan prasarana Jalan desa, jalan usaha tani, embung desa, rumah ibadah,
sanitasi dan drainase, irigasi tersier, dan lainlain.

3 Ekonomi lokal Pasar desa, usaha kecil berbasis desa, karamba ikan, lumbung
pangan, tambatan perahu, wisata desa, kios, rumah potong
hewan dan tempat pelelangan ikan desa, dan lain-lain.

4 SDA dan lingkungan Hutan dan kebun rakyat, hutan bakau, dll.

Daftar positif kewenangan desa juga bisa dijabarkan secara sektoral. Kewenangan lokal desa
secara sektoral ini meliputi dimensi kelembagaan, infastruktur, komoditas, modal dan
pengembangan. Pada sektor pertanian misalnya, desa mempunyai kewenangan mengembangkan
dan membina kelompok tani, pelatihan bagi petani, menyediakan infrastruktur pertanian berskala
desa, penyediaan anggaran untuk modal, pengembangan benih, konsolidasi lahan, pemilihan bibit
unggul, sistem tanam, pengembangan teknologi tepat guna, maupun diversifikasi usaha tani [.]

38| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
LEMBAR BACAANKAIDAH PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA

KAIDAH PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA

1. Indonesia Sebagai Negara Hukum


Dalam rangka perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
maka dalam Perubahan Keempat pada tahun 2002, konsepsi Negara Hukum atau
“Rechtsstaat” yang sebelumnya hanya tercantum dalam Penjelasan UUD 1945, dirumuskan
dengan tegas dalam Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan, “Negara Indonesia adalah Negara
Hukum.”
Dalam konsep Negara Hukum itu, diidealkan bahwa yang harus dijadikan panglima dalam
dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan politik ataupun ekonomi.Karena
itu, jargon yang biasa digunakan dalam bahasa Inggeris untuk menyebut prinsip Negara
Hukum adalah ‘the rule of law, not of man’.Yang disebut pemerintahan pada pokoknya
adalah hukum sebagai sistem, bukan orang per orang yang hanya bertindak sebagai
‘wayang’ dari skenario sistem yang mengaturnya.
Gagasan Negara Hukum itu dibangun dengan mengembangkan perangkat hukum itu
sendiri sebagai suatu sistem yang fungsional dan berkeadilan, dikembangkan dengan
menata supra struktur dan infra struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial yang
tertib dan teratur, serta dibina dengan membangun budaya dan kesadaran hukum yang
rasional dan impersonal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.Untuk itu, sistem hukum itu perlu dibangun (law making) dan ditegakkan (law
enforcing) sebagaimana mestinya, dimulai dengan konstitusi sebagai hukum yang paling
tinggi kedudukannya.1
Sebagai negara hukum, segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan,
kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan harus berdasarkan atas hukum
yang sesuai dengan sistem hukum nasional. Sistem hukum nasional merupakan hukum
yang berlaku di Indonesia dengan semua elemennya yang saling menunjangsatu dengan
yang lain dalam rangka mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.2

2. Pengertian dan Konsep Dasar Peraturan Perundang-undangan


Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011, maka definisi peraturan perundang-undangan adalah
peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk
atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur
yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.

a. Berbentuk peraturan tertulis


Pada hakekatnya, hukum dikelompokkan ke dalam hukum tertulis berupa peraturan
perundang-undangan, dan hukum tidak tertulis berupa hukum kebiasaan (hukum adat),
norma agama, atau putusan hakim (yurisprudensi). Oleh karenanya, peraturan
perundang-undangan hanya merupakan sebagian dari hukum yakni dalam arti hukum
tertulis. Pengertian ini mengandung makna masih diakui, perlu dihormati dan wajib ditaati
ketentuan-ketentuan hukum adat (kebiasaan) yang secara empiris berlaku dan
berkembang dalam kehidupan masyarakat. Misal, masih dikenal dan diakui keberadaan
Lembaga Subak di Bali, hak ulayat, dan sebagainya.

b. Pembentukannya harus dilakukan Lembaga Negara atau pejabat


yang berwenang.

1
Jimly Asshiddiqie, Gagasan Negara Hukum Indonesia, hal. 1,
http://jimly.com/makalah/namafile/57/Konsep_Negara_Hukum_Indonesia.pdf, diakses 12nApril 2015
2
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 39
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Pengertian ini mengandung makna suatu peraturan perundang-undangan hanya sah
secara hukum apabila dibuat oleh pejabat yang berwenang membuatnya.

c. Mengikat secara umum.


Isi peraturan perundang-undangan mengikat secara umum, tidak mengikat orang
tertentu (untuk hal-hal tertentu) saja. Ciri umum ini dimaksudkan untuk membedakan
dengan keputusan tertulis dari pejabat berwenang, yang biasanya bersifat individual,
konkret, dan einmalig3, yang lebih dikenal sebagai “keputusan/penetapan” (beschikking).
Pengertian mengikat umum dalam peraturan perundang-undangan tidak harus dimaknai
sebagai mengikat semua orang, tetapi hanya untuk menunjukkan bahwa peraturan
perundang-undangan tidak berlaku terhadap peristiwa konkret atau individu tertentu.
Karena itu, tidak disebut sebagai ”sesuatu yang mengikat umum” melainkan ”sesuatu
yang mengikat secara umum”.

Secara teoritis istilah perundang-undangan (legislation, wetgeving, atau gesetzgebung),


mempunyai beberapa pengertian berikut:
1. Sebagai proses pembentukan atau proses membentuk peraturan-peraturan
negara, baik di tingkat Pusat maupun Daerah4;
2. Segala peraturan negara yang merupakan hasil pembentukan peraturan-
peraturan, baik di tingkat Pusat maupun Daerah5;
3. Peraturan yang berkaitan dengan Undang-Undang, baik peraturan itu
berupa Undang-Undang sendiri, Undang-Undang Dasar yang memberi
delegasi konstitusional maupun peraturan di bawah Undang-Undang
sebagai atribusi atau delegasi dari Undang-Undang tersebut 6. Atas dasar
atribusi dan delegasi kewenangan perundang-undangan, yang tergolong
peraturan perundang-undangan di Indonesia berdasarkan UUD 1945
sebelum diamandemen, adalah7 :
a. Undang-Undang, dan
b. Peraturan perundangan yang lebih rendah daripada Undang-Undang,
seperti:
1) Peraturan Pemerintah;
2) Keputusan Presiden yang berisi peraturan;
3) Keputusan Menteri yang berisi peraturan;
4) Keputusan Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen yang
berisi peraturan;
5) Keputusan Direktur Jenderal Departemen yang dibentuk dengan
Undang-Undang yang berisi peraturan;
6) Peraturan Daerah Provinsi;
7) Keputusan Gubernur Kepala Daerah yang berisi peraturan yang
melaksanakan ketentuan Peraturan Daerah Provinsi;
8) Peraturan Daerah Kabupaten dan Keputusan Bupati/Walikota
Kepala Daerah, yang berisi peraturan yang melaksanakan
ketentuan Peraturan Daerah Tingkat II.
4. Semua peraturan yang bersifat mengikat secara umum yang dikeluarkan
oleh Badan Perwakilan Rakyat bersama Pemerintah, baik di tingkat Pusat
maupun di Daerah, serta semua Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara, baik di tingkat Pusat maupun Daerah8.

3
Artinya hanya berlaku sesaat dan sekali saja yakni pada saat ditetapkannya produk hukum tersebut.
4
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, 2003, hal. 99.
5
Maria Farida Idrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan, Kanisius, Yogyakarta, 1998, hal. 3.
6
A.Hamid S.Attamimi, Hukum tentang Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Kebijaksanaan,
Makalah Pidato Purna Bakti, Fakultas Hukum UI, Jakarta, 20 September 1993.
7
A.Hamid S.Attamimi, Perbedaan antara Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Kebijakan,
Makalah disampaikan pada Pidato Dies Natalis PTIK ke-46, Jakarta 17 Juni 1992, hal. 3.
8
Penjelasan Pasal 1 angka 2 UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
sebagaimana telah diubah berdasarkan UU No. 9 Tahun 2004.
40| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Peraturan perundang-undangan yang bersifat mengikat umum (algemeen verbinden


voorshrift) disebut juga dengan istilah Undang-Undang dalam arti materiil (wet in
materiele zin)9, yaitu semua hukum tertulis dari Pemerintah yang mengikat umum (ieder
rechtsvoorschrift van de overheid met algemeen strekking)10.
Sebagai sebuah bentuk peraturan hukum yang bersifat in abstracto atau general norm,
maka perundang-undangan mempunyai ciri mengikat atau berlaku secara umum dan
bertugas mengatur hal-hal yang bersifat umum (general)11.

Kata perundang-undangan apabila merupakan terjemahan wetgeving berarti sebagai:


1. perbuatan membentuk peraturan-peraturan negara tingkat pusat atau
tingkat daerah menurut tata cara yang ditentukan.
2. keseluruhan peraturan-peraturan negara tingkat pusat dan tingkat
daerah.

3. Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan


Secara Teoritis
Asas peraturan perundang-undangan, termasuk produk hukum desa, secara teoritis dapat
dikemukakan sebagai berikut :

a. Asas Tingkatan Hirarki

Suatu perundang-undangan isinya tidak boleh bertentangan dengan isiperundang-


undangan yang lebih tinggi tingkatan atau derajatnya. Berdasarkan asas ini dapatlah
dirinci hal-hal berikut :
a. Perundang-undangan yang lebih rendah derajatnya tidak dapat mengubah atau
mengesampingkan ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang lebih tinggi,
tetapi yang sebaliknya dapat;
b. Perundang-undangan hanya dapat dicabut, diubah atau ditambah oleh atau dengan
perundang-undangan yang sederajat atau yang lebih tinggi tingkatannya;
c. Ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang lebih rendah tingkatannya tidak
mempunyai kekuatan hukum dan tidak mengikat apabila bertentangan dengan
perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya;
d. Ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang lebih tinggi tetap berlaku dan
mempunyai kekuatan hukum serta mengikat, walaupun diubah, ditambah diganti atau
dicabut oleh perundang-undangan yang lebih rendah;
e. Materi yang seharusnya diatur oleh perundang-undangan yang lebih tinggi
tingkatannya tidak dapat diatur oleh perundang-undangan yang lebih rendah, tetapi
yang sebaliknya dapat. Namun demikian, tidak tepat apabila perundang-undangan
yang lebih tinggi mengambil alih fungsi perundang-undangan yang lebih rendah.
Apabila terjadi demikian, pembagian wewenang mengatur dalam suatu negara
menjadi kabur. Di samping itu, badan pembentuk perundang-undangan yang lebih
tinggi tersebut akan teramat sibuk dengan persoalan-persoalan yang selayaknya
diatur oleh badan pembentuk perundang-undangan yang lebih rendah.

Asas-asas tersebut di atas penting untuk ditaati. Tidak ditaatinya asas dimaksud akan
menimbulkan ketidaktertiban dan ketidakpastian dari sistem perundang-undangan,
bahkan dapat menimbulkan kekacauan atau kesimpangsiuran perundang-undangan.

b. Peraturan Perundang-undangan tidak dapat Diganggu Gugat

9
Di samping istilah Undang-Undang dalam arti materiil, dikenal juga istilah Undang-Undang dalam arti formal ( wet
in formele zin) yaitu keputusan yang dibuat bersama-sama antara Presiden dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
10
NE. Algra en HCJG Jansenn, Rechtsingang, Een Orientatie in het Recht, HD Tjeenk Willink bv., Groningen, 1974,
hal. 59.
11
SF. Marbun dan Moh. Mahfud, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty Yogyakarta, 1987, hal. 94.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 41
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Asas ini berkaitan dengan hak menguji perundang-undangan (toetsingsrecht).


Sebagaimana diketahui hak menguji perundang-undangan ada 2 (dua) macam yakni:
a. Hak menguji secara materiel (materieletoetsingsrech) yaitu, menguji materi atau isi dari
perundang-undangan apakah bertentangan dengan ketentuan-ketentuan perundang-
undangan yang lebih tinggi derajatnya.
b. Hak menguji secara formal (formele toetsingsrecht) yaitu menguji apakah semua
formalitas atau tata cara pembentukan sudah dipenuhi.

Dalam hal ini, materi atau isi peraturan perundang-undangan tidak dapat diuji oleh
siapapun, kecuali oleh badan pembentuk sendiri atau badan yang berwenang yang lebih
tinggi. Jadi yang dapat menguji dan mengadakan perubahan hanyalah badan pembentuk
peraturan perundang-undangan itu sendiri atau badan yang berwenang yang lebih tinggi.
Namun, dalam perkembangannya, asas peraturan perundang-undangan tidak dapat
diganggu gugat tersebut sudah memiliki penyimpangan. Dalam hal ini konsep judicial
review meletakkan lembaga peradilan (misalnya Mahkamah Agung, atau Mahkamah
Konstitusi) dapat menjadi lembaga yang menguji konstitusionalitas peraturan
perundangan. Dalam konsep demikian badan pembentuk peraturan perundangan
menjadi positive legislator sedangkan lembaga pelaksana judicial review bertindak sebagai
negative legislator.

Perlu diketahui, asas peraturan perundang-undangan tidak dapat diganggu gugat tetap
konsisten diterapkan di negara-negara yang menganut prinsip kedaulatan parlemen
(parliamentary sovereignty). Di negara-negara demikian – seperti Inggris dan Perancis,
sebagai perwujudan kedaulatan parlemen, produk parlemen – termasuk undang-undang
– dinyatakan tidak dapat diganggu-gugat.

c. Peraturan Perundang-undangan yang Bersifat Khusus


Mengesampingkan
Peraturan Perundang-undangan yang Bersifat Umum (Lex Specialis Derogat Lex
Generalis)

Pada prinsipnya, peraturan perundang-undangan yang bersifat umum mengatur


persoalan-persoalan pokok dan berlaku secara umum pula. Selain itu ada juga peraturan
perundang-undangan yang menyangkut persoalan pokok dimaksud, tetapi
pengaturannya secara khusus menyimpang dari ketentuan peraturan perundang-
undangan yang umum tersebut .

Kekhususan itu dikarenakan sifat hakikat dari masalah atau persoalan atau karena
kepentingan yang hendak diatur mempunyai nilai intrinsic yang khusus, sehingga
diperlukan pengaturan secara khusus pula. Sebagai contoh, di Indonesia terdapat hukum
pidana umum yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang
berlaku umum (berlaku bagi setiap penduduk). Sungguhpun demikian, bagi golongan
tertentu, dalam hal ini misalnya untuk militer, disebabkan sifat hakikat tugasnya yang
khusus yaitu bertempur dengan menggunakan kekerasan (senjata), perlu bagi militer
tersebut dalam beberapa hal mengenai hukum pidana diatur secara khusus, menyimpang
dari hukum pidana umum. Masalah yang khusus dimaksud, antara lain misalnya apa yang
dikenal dengan tindak pidana desersi, yaitu perbuatan meninggalkan kesatuannya untuk
selama-lamanya tanpa izin atau tindak pidana melarikan diri dari pertempuran, dan lain
sebagainya. Oleh karenanya untuk kalangan militer ditetapkan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana Militer (KUHPM) yang bersifat khusus di samping KUHP yang bersifat
umum.

42| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Dalam KUHP telah diatur misalnya mengenai tindak pidana pencurian (Pasal 362 dan
seterusnya), tetapi pencurian yang dilakukan oleh militer di dalam kesatuan militer diatur
pula dalam KUHPM (Pasal 140). Dengan demikian terhadap militer yang melakukan
pencurian dalam kesatuan militer berlaku 2 (dua) ketentuan hukum, yaitu Pasal 362 KUHP
dan Pasal 140 KUHPM. Dalam keadaan tersebut yang digunakan atau berlaku adalah
Pasal 140 KUHPM. Perbedaannya adalah ancaman hukuman dalam Pasal 140 KUHPM
lebih berat daripada ancaman hukuman Pasal 362 KUHP. Jadi dalam hal ini Undang-
Undang yang bersifat khusus mengesampingkan Undang-Undang yang bersifat umum
dalam persaingannya dengan Undang-Undang yang bersifat umum tersebut.

Kekhususan dimaksud dapat dilihat dari rumusan Undang-Undang itu sendiri. Misalnya,
Pasal 1 KUHPM merumuskan tentang berlakunya KUHP (Undang-Undang yang umum),
kecuali jika ditetapkan secara khusus dalam KUHPM menyimpang dari KUHP. Demikian
juga mengenai hubungan hukum yang khusus dengan hukum yang umum dalam bidang
perdata yaitu, antara hukum dagang dengan hukum perdata, tercantum dalam rumusan
Pasal 1 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yang menyatakan bahwa KUH
Perdata berlaku terhadap persolan-persoalan yang diatur oleh KUHD, kecuali yang
ditentukan menyimpang.

d. Peraturan Perundang-undangan tidak Berlaku Surut

Asas ini berkaitan dengan lingkungan kuasa hukum (geldingsgebied van het recht),
meliputi:
a. Lingkungan kuasa tempat (ruimtegebied, territorial sphere), yang menunjukkan tempat
berlakunya hukum atau perundang-undangan. Suatu ketentuan hukum atau
perundang-undangan berlaku untuk seluruh wilayah negara atau hanya untuk
sebagian wilayah negara.
b. Lingkungan kuasa personel (zakengebied, material sphere), yaitu menyangkut masalah
atau persoalan yang diatur. Misalnya, apakah mengatur persoalan perdata atau
mengatur persoalan publik. Lebih sempit lagi, apakah mengatur persoalan pajak
ataukah mengatur persoalan kewarganegaraan, dan lain sebaginya.
c. Lingkungankuasa orang (personengebied, personal sphere), yaitu menyangkut orang
yang diatur, apakah berlaku untuk setiap penduduk atau hanya untuk Pegawai Negeri
atau hanya untuk kalangan anggota ABRI saja, dan lain sebagainya;
d. Lingkungan kuasa waktu (tijdsgebied, temporal sphere), yang menunjukkan sejak kapan
dan sampai kapan berlakunya sesuatu ketentuan hukum atau perundang-undangan.

Asas “Peraturan Perundang-undangan tidak berlaku surut” berkaitan dengan lingkungan


kuasa waktu atau tijdsgebied atau temporal sphere sebagaimana tersebut di atas.
Peraturan perundang-undangan dibuat dengan maksud untuk keperluan masa depan
sejak peraturan perundang-undang tersebut diundangkan. Tidaklah layak apabila materi
yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan diberlakukan untuk masa silam
sebelum peraturan perundang-undangan itu dibuat dan diundangkan. Karena apabila
diberlakukan surut akan dapat menimbulkan berbagai akibat yang tidak baik.

e. Peraturan Perundang-undangan yang Baru Mengesampingkan


Peraturan Perundang-undangan yang Lama (Lex Posteriori Derogat
Lex Priori)

Apabila ada suatu masalah yang diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan yang
lama diatur pula dalam peraturan perundang-undangan yang baru, maka ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan yang baru yang berlaku. Dalam hal ini tentunya
apabila ada perbedaan, baik mengenai maksud, tujuan maupun maknanya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 43


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Secara Normatif

Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011, maka dalam membentuk Peraturan Perundang-


undanganharus dilakukan berdasarkan pada asas PembentukanPeraturan Perundang-
undangan yang baik, yangmeliputi:
a. kejelasan tujuan.
setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas
yang hendak dicapai.
b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat.
Setiap jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga negara atau
pejabat Pembentuk Peraturan Perundang-undangan yang berwenang. Peraturan
Perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum apabila dibuat
oleh lembaga negara atau pejabat yang tidak berwenang.
c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan.
Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan
materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki Peraturan Perundang-
undangan.
d. dapat dilaksanakan.
Setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus memperhitungkan efektivitas
Peraturan Perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis,
sosiologis, maupun yuridis
e. kedayagunaan dan kehasilgunaan.
Setiap Peraturan Perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan
dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
f. kejelasan rumusan.
Setiap Peraturan Perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan
Peraturan Perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum
yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam
interpretasi dalam pelaksanaannya.
g. keterbukaan.
dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mulai dari perencanaan,
penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan bersifat
transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat mempunyai
kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan

Materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan asas:


a. pengayoman.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus berfungsi memberikan
pelindungan untuk menciptakan ketentraman masyarakat.
b. Kemanusiaan.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan pelindungan
dan penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan
penduduk Indonesia secara proporsional
c. Kebangsaan.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan
watak bangsa Indonesia yang majemuk dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
d. Kekeluargaan.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan musyawarah
untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.
e. Kenusantaraan.

44| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan senantiasa memperhatikan
kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan Materi Muatan Peraturan Perundang-
undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
f. bhinneka tunggal ika.
Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus memperhatikan keragaman
penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah serta budaya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
g. Keadilan.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan keadilan
secara proporsional bagi setiap warga negara.
h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan tidak boleh memuat hal yang
bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras, golongan,
gender, atau status sosial
i. ketertiban dan kepastian hukum.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus dapat mewujudkan
ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum
j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu, masyarakat dan
kepentingan bangsa dan negara.
Selain mencerminkan asas tersebut, Peraturan Perundang-undangan tertentu dapat berisi
asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang
bersangkutan. Antara lain:
a. dalam Hukum Pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa
kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah;
b. dalam Hukum Perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain, asas
kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad baik.

4. Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-undangan

Hierarki peraturan perundang-undangan adalahpenjenjangan setiap jenis Peraturan


Perundang-undangan yangdidasarkan pada asas bahwa Peraturan Perundang-
undanganyang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan PeraturanPerundang-
undangan yang lebih tinggi.

Mengacu pada Pasal 7 ayat (1) UU No.12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undanganterdiri atas:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 45


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
HIERARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Desa adalah


Peraturan Perundang-
Bagan 1 undangan yang ditetapkan
oleh Kepala Desa setelah
Sedangkan Jenis Peraturan Perundang-undangan dibahas dan disepakati
selainsebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat bersama BPD.
(1)mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Peraturan Bersama Kepala
MajelisPermusyawaratan Rakyat, Dewan Desa adalah Peraturan yang
ditetapkan oleh dua atau lebih
Perwakilan Rakyat,Dewan Perwakilan Daerah, Kepala Desa dan bersifat
Mahkamah Agung,Mahkamah Konstitusi, Badan mengatur.
Pemeriksa Keuangan,Komisi Yudisial, Bank Peraturan Kepala Desa
Indonesia, Menteri, badan,lembaga, atau komisi adalah Peraturan yang
yang setingkat yang dibentukdengan Undang- ditetapkan oleh Kepala Desa
Undang atau Pemerintah atasperintah Undang- dan bersifat mengatur.
Undang, Dewan Perwakilan RakyatDaerah
Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan
RakyatDaerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.

Peraturan Perundang-undangan ini diakuikeberadaannya danmempunyai kekuatan


hukum mengikat sepanjangdiperintahkan oleh Peraturan Perundang-undanganyang lebih
tinggi atau dibentuk berdasarkankewenangan.
Dalam hal suatu Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah
Konstitusi. Sedangkan dalam hal suatu Peraturan Perundang-undangan di bawah
Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang, pengujiannya dilakukan
oleh Mahkamah Agung.

5. Jenis dan Kedudukan Peraturan Di Desa dalam sistem hukum nasional

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 111 Tahun 2014 tentang
Pedoman Teknis Penyusunan Peraturan di Desa, jenis peraturan di desa meliputi:
1) Peraturan Desa;
2) Peraturan Bersama Kepala Desa; dan
3) Peraturan Kepala Desa.

46| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Peraturan Desa berisi materi pelaksanaan kewenangan desa dan penjabaran lebih lanjut
dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Adapun Peraturan bersama Kepala
Desa berisi materi kerjasama desa. Sedangkan Peraturan Kepala Desa berisi materi
pelaksanaan peraturan desa, peraturan bersama kepala desa dan tindak lanjut dari
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Selain mengeluarkan produk hukum yang bersifat pengaturan, Kepala Desa juga dapat
menetapkan Keputusan Kepala Desa untuk pelaksanaan Peraturan di desa, peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi dan dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa
yang bersifat penetapan.Keputusan Kepala Desa adalah penetapan yang bersifat konkrit,
individual, dan final.

6. Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam Penyusunan Peraturan Di Desa

Badan Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi:


1) membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala
Desa;
2) menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan
3) melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

Anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil dari penduduk Desa


berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis dengan
masa keanggotaan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan
sumpah/janji.Jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dengan jumlah
gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang, dengan
memperhatikan wilayah, perempuan, penduduk, dan kemampuan Keuangan Desa.

Adapun mekanisme musyawarah Badan Permusyawaratan Desa sebagai berikut:


1) musyawarah Badan Permusyawaratan Desa dipimpin oleh pimpinan Badan
Permusyawaratan Desa;
2) musyawarah Badan Permusyawaratan Desa dinyatakan sah apabila dihadiri
oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota Badan
Permusyawaratan Desa;
3) pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah guna mencapai
mufakat;
4) apabila musyawarah mufakat tidak tercapai, pengambilan keputusan
dilakukan dengan cara pemungutan suara;
5) pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam huruf d dinyatakan sah
apabila disetujui oleh paling sedikit ½ (satu perdua) ditambah 1 (satu) dari
jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa yang hadir; dan
6) hasil musyawarah Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dengan
keputusan Badan Permusyawaratan Desa dan dilampiri notulen musyawarah
yang dibuat oleh sekretaris Badan Permusyawaratan Desa.

Badan Permusyawaratan Desa juga memiliki tugas penting lain yaitu menyelenggarakan
Musyawarah Desa. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur
masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati
hal yang bersifat strategismeliputi:
1) penataan Desa;
2) perencanaan Desa;
3) kerja sama Desa;
4) rencana investasi yang masuk ke Desa;
5) pembentukan BUM Desa;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 47


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
6) penambahan dan pelepasan Aset Desa; dan
7) kejadian luar biasa.

Musyawarah Desa dilaksanakan paling kurang sekali dalam 1 (satu) tahun dengan dibiayai
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

7. Kewenangan Bupati/Walikota melakukan Evaluasi dan Klarifikasi Peraturan


Desa

Berdasarkan Pasal 112 UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota membina dan mengawasi
penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Adapun Pembinaan dan pengawasan
yangdilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota meliputi:
1) memberikan pedoman pelaksanaan penugasan urusan
Kabupaten/Kota yang dilaksanakan oleh Desa;
2) memberikan pedoman penyusunan Peraturan Desa dan
Peraturan Kepala Desa;
3) memberikan pedoman penyusunan perencanaan
pembangunan partisipatif;
4) melakukan fasilitasi penyelenggaraan Pemerintahan
Desa; dan
5) melakukan evaluasi dan pengawasan Peraturan Desa.
Evaluasi disini termasuk juga melakukan pembatalan
terhadap Peraturan Desa.

Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama
Badan Permusyawaratan Desa merupakan kerangka hukum dan kebijakan dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Pembangunan Desa. Penetapan Peraturan Desa
merupakan penjabaran atas berbagai kewenangan yang dimiliki Desa mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Sebagai sebuah produk
hukum, Peraturan Desa tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi dan
tidak boleh merugikan kepentingan umum, yaitu:
1) terganggunya kerukunan antarwarga masyarakat;
2) terganggunya akses terhadap pelayanan publik;
3) terganggunya ketenteraman dan ketertiban umum;
4) terganggunya kegiatan ekonomi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa; dan
5) diskriminasi terhadap suku, agama dan kepercayaan,
ras, antar golongan, serta gender.12

a. Evaluasi rancangan Peraturan desa ke Bupati/Walikota

Evaluasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap rancangan Peraturan Desa untuk
mengetahui bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi.

Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, pungutan,
tata ruang, dan organisasi Pemerintah Desa yang telah dibahas dan disepakati oleh
Kepala Desa dan BPD, disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota Melalui
camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk
dievaluasi.Dalam hal Bupati/Walikota tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu,
Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya.

Penjelasan Umum UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa.


12

48| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Hasil evaluasi rancangan Peraturan Desa diserahkan oleh Bupati/Walikota paling lama 20
(dua puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan Peraturan tersebut oleh
Bupati/Walikota.Dalam hal Bupati/Walikota telah memberikan hasil evaluasi, Kepala Desa
wajib memperbaikinya.

Kepala Desa memperbaiki rancangan peraturan desa paling lama 20 (dua puluh) hari sejak
diterimanya hasil evaluasi.Kepala Desa dapat mengundang BPD untuk memperbaiki
rancangan peraturan desa.Hasil koreksi dan tindaklanjut disampaikan Kepala Desa kepada
Bupati/Walikota melalui camat.
Dalam hal Kepala Desa tidak meninjaklanjuti hasil evaluasi, dan tetap menetapkan
menjadi Peraturan Desa, Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dengan
Keputusan Bupati/Walikota.

b. Klarifikasi Peraturan Desa

Klarifikasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap Peraturan di Desa untuk mengetahui
bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau Peraturan Perundang-undangan
yang lebih tinggi.

Peraturan Desa yang telah diundangkan disampaikan oleh Kepala Desa kepada
Bupati/Walikota paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak diundangkan untuk
diklarifikasi.Bupati/Walikota melakukan klarifikasi Peraturan Desa dengan membentuk tim
klarifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterima.

Hasil klarifikasi oleh Bupati/Walikota dapat berupa:


1) hasil klarifikasi yang sudah sesuai dengan kepentingan
umum, dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi; dan
2) hasil klarifikasi yang bertentangan dengan kepentingan
umum dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi.

Dalam hal hasil klarifikasi Peraturan Desa tidak bertentangan dengan kepentingan umum,
dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi Bupati/Walikota
menerbitkan surat hasil klarifikasi yang berisi hasil klarifikasi yang telah sesuai. Sedangkan
dalam hal hasil klarifikasi bertentangan dengan kepentingan umum,dan/atau ketentuan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi Bupati/Walikota membatalkan
Peraturan Desa tersebut dengan Keputusan Bupati/Walikota.

8. Kerjasama Antar-Desa Menurut UU Desa dan Peraturan Pelaksanaannya

Berdasarkan Pasal 91 UU No. 6 tahun 2014, Desa dapat mengadakan kerja sama dengan
Desa lain dan/atau kerja sama dengan pihak ketiga.Kerja sama antar-Desa sendiri
meliputi:
1) pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa
untuk mencapai nilai ekonomi yang berdaya saing;
2) kegiatan kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan, dan
pemberdayaan masyarakat antar-Desa; dan/atau
3) bidang keamanan dan ketertiban.

Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa melalui
kesepakatan musyawarah antar-Desa.Kerja sama antar-Desa dilaksanakan oleh badan
kerja sama antar-Desa yang dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala
Desa.Musyawarah antar-Desa sendiri membahas hal yang berkaitan dengan:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 49


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
1) pembentukan lembaga antar-Desa;
2) pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah
yang dapat dilaksanakan melalui skema kerja sama antar-
Desa;
3) perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan program
pembangunan antar-Desa;
4) pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa, antar-
Desa, dan Kawasan Perdesaan;
5) masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat
Desa tersebut berada; dan
6) kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja
sama antar-Desa.

Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa, badan kerja sama antar-Desa dapat


membentuk kelompok/lembaga sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan dalam pelayanan
usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang merupakan milik 2 (dua) Desa atau
lebih.

Selain kerjasama antar desa, Desa juga dapat mengadakan kerja sama dengan pihak
ketiga untuk mempercepat dan meningkatkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa.Kerja sama dengan pihak ketiga tersebut sebelumnya perlu
dimusyawarahkan dalam Musyawarah Desa.

Pelaksanaan kerja sama antar-Desa diatur dengan peraturan bersama kepala Desa.
Sedangkan pelaksanaan kerja sama Desa dengan pihak ketiga diatur dengan perjanjian
bersama.Peraturan bersama dan perjanjian bersama tersebut paling sedikit memuat:
1) ruang lingkup kerja sama;
2) bidang kerja sama;
3) tata cara dan ketentuan pelaksanaan kerja sama;
4) jangka waktu;
5) hak dan kewajiban;
6) pendanaan;
7) tata cara perubahan, penundaan, dan pembatalan; dan
8) penyelesaian perselisihan.

Badan kerja sama antar-Desa terdiri atas Pemerintah Desa, anggota Badan
Permusyawaratan Desa, lembaga kemasyarakatan Desa, lembaga Desa lainnya, dantokoh
masyarakat dengan mempertimbangkan keadilan gender. Adapun susunan organisasi,
tata kerja, dan pembentukan badan kerja sama ditetapkan dengan peraturan bersama
kepala Desa. Secara organisasi, badan kerja samabertanggung jawab kepada kepala Desa.

Perubahan atau berakhirnya kerja sama Desa harus dimusyawarahkan dengan


menyertakan para pihak yang terikat dalam kerja sama Desa.Kerja sama Desa dapat
berakhir apabila:
1) terdapat kesepakatan para pihak melalui prosedur yang
ditetapkan dalam perjanjian;
2) tujuan perjanjian telah tercapai;
3) terdapat keadaan luar biasa yang mengakibatkan
perjanjian kerja sama tidak dapat dilaksanakan;
4) salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar
ketentuan perjanjian;
5) dibuat perjanjian baru yang menggantikan perjanjian lama;
6) bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;

50| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
7) objek perjanjian hilang;
8) terdapat hal yang merugikan kepentingan masyarakat
Desa, daerah, atau nasional; atau
9) berakhirnya masa perjanjian.

Setiap perselisihan yang timbul dalam kerja sama Desa diselesaikan secara musyawarah
serta dilandasi semangat kekeluargaan.Apabila terjadi perselisihan kerja sama Desa dalam
satu wilayah kecamatan, penyelesaiannya difasilitasi dan diselesaikan oleh camat.Apabila
terjadi perselisihan kerja sama Desa dalam wilayah kecamatan yang berbeda pada satu
kabupaten/kota difasilitasi dan diselesaikan oleh bupati/walikota.Penyelesaian
perselisihan tersebut bersifat final dan ditetapkan dalam berita acara yang ditandatangani
oleh para pihak dan pejabat yang memfasilitasi penyelesaian perselisihan.

Sementara pada perselisihan dengan pihak ketiga yang tidak dapat terselesaikan setelah
dilakukan fasilitasi sesuai peraturan perundang-undangan, dilakukan penyelesaian melalui
proses hukum.

9. Prosedur Penyusunan Peraturan Di Desa

a. Penyusunan Peraturan Desa


Tahap Perencanaan. Perencanaan penyusunan rancangan Peraturan Desa ditetapkan
oleh Kepala Desa dan BPD dalam rencana kerja Pemerintah Desa. Selain itu, Lembaga
kemasyarakatan, lembaga adat dan lembaga desa lainnya di desa juga dapat memberikan
masukan kepada Pemerintah Desa dan atau BPD untuk rencana penyusunan rancangan
Peraturan Desa.

Tahap Penyusunan oleh Kepala Desa.


Penyusunan rancangan Peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah Desa.Rancangan
Peraturan Desa yang telah disusun, wajib dikonsultasikan kepada masyarakat desa (sesuai
pasal 6 ayat 2 permendagri 111/2014) dan dapat dikonsultasikan kepada camat untuk
mendapatkan masukan. Rancangan Peraturan Desa yang dikonsultasikan diutamakan
kepada masyarakat atau kelompok masyarakat yang terkait langsung dengan substansi
materi pengaturan.
Masukan dari masyarakat desa dan camat digunakan Pemerintah Desa untuk tindaklanjut
proses penyusunan rancangan Peraturan Desa. Rancangan Peraturan Desa yang telah
dikonsultasikan disampaikan Kepala Desa kepada BPD untuk dibahas dan disepakati
bersama.

Tahap Penyusunan Peraturan Desa oleh BPD.


Selain diprakarsai oleh Pemerintah Desa, BPD dapat menyusun dan mengusulkan
rancangan Peraturan Desa,kecuali untuk rancangan Peraturan Desa tentang rencana
pembangunan jangka menengah Desa, rancangan Peraturan Desa tentang rencana kerja
Pemerintah Desa, rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa dan rancangan Peraturan
Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa.

Tahap Pembahasan.
BPD mengundang Kepala Desa untuk membahas dan menyepakati rancangan Peraturan
Desa.Dalam hal terdapat rancangan Peraturan Desa prakarsa Pemerintah Desa danusulan
BPD mengenai hal yang sama untuk dibahas dalam waktu pembahasan yang sama, maka
didahulukan rancangan Peraturan Desa usulan BPD sedangkan Rancangan Peraturan Desa
usulan Kepala Desa digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 51


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Rancangan Peraturan Desa yang belum dibahas dapat ditarik kembali oleh pengusul.
Rancangan Peraturan Desa yang telah dibahas tidak dapat ditarik kembali kecuali atas
kesepakatan bersama antara Pemerintah Desa dan BPD.
Rancangan peraturan Desa yang telah disepakati bersama disampaikan oleh pimpinan
Badan Permusyawaratan Desa kepada kepala Desa untuk ditetapkan menjadi peraturan
Desa paling lambat 7 (tujuh) Hari terhitung sejak tanggal kesepakatan. Rancangan
peraturan Desa wajib ditetapkan oleh kepala Desa dengan membubuhkan tanda tangan
paling lambat 15 (lima belas) Hari terhitung sejak diterimanya rancangan peraturan Desa
dari pimpinan Badan Permusyawaratan Desa.

Tahap Penetapan.
Rancangan Peraturan Desa yang telah dibubuhi tanda tangan disampaikan kepada
Sekretaris Desa untuk diundangkan.Dalam hal Kepala Desa tidak menandatangani
Rancangan Peraturan Desa tersebut, Rancangan Peraturan Desa tersebut wajib
diundangkan dalam Lembaran Desa dan sah menjadi Peraturan Desa.

Tahap Pengundangan.
Sekretaris Desa mengundangkan peraturan desa dalam lembaran desa. Peraturan Desa
dinyatakan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat sejak
diundangkan.

Tahap Penyebarluasan.
Penyebarluasan dilakukan oleh Pemerintah Desa dan BPD sejak penetapan rencana
penyusunan rancangan Peraturan Desa, penyusunan Rancangan Peratuan Desa,
pembahasan Rancangan Peraturan Desa, hingga Pengundangan Peraturan Desa.
Penyebarluasan dilakukan untuk memberikan informasi dan/atau memperoleh masukan
masyarakat dan para pemangku kepentingan.

Tahap Perencanaan, Penyusunan, Pembahasan, Penetapan, Pengundangan dan


Penyebarluasan Peraturan Desa

52| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lembar Informasi Musayawarah Desa

a. Pengertian Musyawarah Desa


Istilah musyawarah berasal dari kata Syawara yaitu berasal dari Bahasa Arab yang berarti
berunding, urun rembuk atau mengatakan dan mengajukan sesuatu. Istilah lain dalam tata
Negara Indonesia dan kehidupan modern tentang musyawarah dikenal dengan sebutan
“syuro”, “rembug desa”, “kerapatan nagari” bahkan “demokrasi”. Kata Musyawarah
menurut bahasa berarti "berunding" dan "berembuk".Pengertian musyarawarah menurut
istilah adalah perundingan bersama antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan
keputusan yang terbaik.Musyawarah adalah pengambilan keputusan bersama yang telah
disepakati dalam memecahkan suatu masalah.Cara pengambilan keputusan bersama
dibuat apabila keputusan tersebut menyangkut kepentingan orang banyak atau
masyarakat luas.
Musyawarah Desa merupakan forum tertinggi di Desa yang berfungsi untuk mengambil
keputusan atas hal-hal yang bersifat strategis.Menempatkan Musyawarah Desa sebagai
bagian dari kerangka kerja demokratisasi dimaksudkan untukmengedepankan
Musyawarah Desa yang menjadi mekanisme utama pengambilan keputusan Desa.Dengan
demikian, perhatian khusus terhadap Musyawarah Desa merupakan bagian integral
terhadap kerangka kerja demokratisasi Desa. Dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014
tentang Desa mendefinisikan musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain
adalah musyawarah antara BPD, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat
strategis.
b. Dasar Pemikiran Muswarah Desa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 53


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Musyawarah desa merupakan institusi dan proses demokrasi deliberatif yang berbasis
desa. Secara historis musyawarah desa merupakan tradisi masyarakat lokal Indonesia.Salah
satu model musyawarah desa yang telah lama hidup dan dikenal di tengahtengah
masyarakat desa adalah Rapat Desa (rembug Desa) yang ada di Jawa.Dalam tradisi rapat
desa selalu diusahakan untuk tetap memperhatikan setiap aspirasi dan kepentingan warga
sehingga usulan masyarakat dapat terakomodasi dan memperkecil munculnya konflik di
masyarakat.
Beberapa pembelajaran dari pelaksanaan musyawarah dibeberapa tempat seperti
Kerapatan Adat Nagari di Sumatera Barat, Saniri di Maluku, Gawe rapah di Lombok,
Kombongan di Toraja, Paruman di Bali. Menunjukkan tradisi musyawarah masa lalu
cenderung elitis, bias gender dan tidak melibatkan kaum miskin dan kelompk rentan
lainnya.
c. Tujuan Muswarah Desa
Musyawarah desa dilaksanakan untuk membuka kebekuan atau kesulitan dalam
pengambilan keputusan dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melihat
sebuah persoalan pembangunan dari berbagai sudut pandang.Melalui musyawarah desa,
keputusan yang dihasilkan sesuai dengan standar dan persepsi seluruh peserta. Keputusan
yang diperoleh dengan musyawarah akan lebih berbobot karena di dalamnya terdapat
pendapat, pemikiran dan ilmu dari para peserta. Musyawarah desa dilakukan untuk
memperoleh kesepakatan bersama sehinggakeputusan yang akhirnya diambil bisa
diterima dan dijalankan oleh semua peserta dengan penuh rasa tanggung jawab.Dengan
demikian, pemaksanaan desa sebagai self governing community (SGC) direpresentasikan
oleh Musyawarah Desa.
d. Prinsip-Prinsip Muswarah Desa
1) Partisipatif
Partisipasi berarti keikutsertaan masyarakat Desa dalam setiap kegiatan dan
pengambilan keputusan strategis Desa.Partisipasi dilaksanakan tanpa memandang
perbedaan gender (laki-laki/perempuan), tingkat ekonomi (miskin/kaya), status sosial
(tokoh/orang biasa), dan seterusnya. Dalam Musyawarah Desa, pelaksanaan partisipasi
tersebut dijamin sampai dalam tingkat yang sangat teknis.
2) Demokratis
Setiap warga masyarakat berhak untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan
Musyawarah Desa. Masyarakat diberikan kesempatan sesuai hak dan kewajibannya
untuk menyatakan pandangan, gagasan, pendapat dan sarannya terkait pembahasan
hal-hal yang bersifat startegis di desa.Musyawarah desa merupakan representasi
keterwakilan masyarakat dalam penentuan kebijakan pembangunan di
desa.Musyawarah mendorong kerjasama, kolektivitas, kelembagaan dan hubungan
sosial yang lebih harmonis.
3) Transparan
Proses Musyawarah Desa berlangsung sebagai kegiatan yang berlangsung demi
kepentingan masyarakat Desa. Sebab itu masyarakat Desa harus mengetahui apa yang
tengah berlangsung dalam proses pengambilan keputusan di desa. Prinsip transparan
berarti tidak ada yang disembunyikan dari masyarakat Desa, kemudahan dalam
mengakses informasi, memberikan informasi secara benar, baik dalam hal materi
permusyawaratan.
4) Akuntabel
Dalam setiap tahapan kegiatan Musyawarah Desa yang dilaksanakan harus dikelola
secara benar dan dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat atau pemangku
kepentingan baik secara moral, teknis, administratif dan sesuai dengan peraturan dan
ketentuan yang berlaku atau yang disepakati bersama oleh masyarakat, pemerintah
desa dan Badan Permusyawaratan Desa.
e. Hak dan Kewajiban Masyarakat

54| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Hak masyarakat dalam penyelenggaraan Musyawarah Desa diantaranya mendapatkan
informasi secara lengkap dan benar tentang hal-hal bersifat strategis, pengawasan dan
perlakuan yang sama dalam menyampaikan aspirasi. Kewajiban masyarakat mendorong
swadaya gotong-royong dalam penyusunan kebijakan publik melalui Musyawarah Desa.
Mendorong terciptanya situasi yang aman, nyaman, dan tenteram selama proses
berlangsungnya Musyawarah Desa. Melaksanakan komitmen hasil dari musyawarah.
Secara ringkas dapat digambarkan pada bagan berikut:
f. Karakteristik Musyawarah Desa
Musyawarah Desa mempunyai empat karakteristik, yaitu:
Pertama, Musyawarah Desa sebagai wadah demokrasi asosiatif.Artinya seluruh elemen
desa merupakan asosiasi yang berdasar pada asas kebersamaan, kekeluargaan dan
gotongroyong.Mereka membangun aksi kolektif untuk kepentingan desa.Kekuatan
asosiatif ini juga bisa hadir sebagai masyarakat sipil yang berhadapan dengan negara dan
modal.
Kedua, Musyawarah Desa sebagai wadah demokrasi inklusif atau demokrasi untuk
semua.Berbagai elemen desa tanpa membedakan agama, suku, aliran, golongan,
kelompok maupun kelas duduk bersama dalam pembahasan hal-hal startegis di desa.
Ketiga, Musyawarah Desa sebagai wadah demokrasi deliberatif.Artinya Musyawarah Desa
menjadi tempat untuk tukar informasi, komunikasi, diskusi atau musyawarah untuk
mufakat mencari kebaikan bersama.
Keempat, Musyawarah Desa mempunyai fungsi demokrasi protektif. Artinya Musyawarah
Desa dapat menyeimbangkan kedudukan desa dari intervensi negara, modal atau pihak
lain yang merugikan desa dan masyarakat.
g. Manfaat Muswarah Desa
Berikut diuraikan beberapa manfaat dari sebuah musyawarah desa, diantaranya:
1) Melatih untuk menyuarakan pendapat (ide)
2) Masalah dapat segera terpecahkan
3) Keputusan yang diambil memiliki nilai keadilan
4) Hasil keputusan yang diambil dapat menguntungkan semua pihak
5) Dapat menyatukan pendapat yang berbeda
6) Adanya kebersamaan
7) Dapat mengambil kesimpulan yang benar
8) Mencari kebenaran dan menjaga diri dari kekeliruan
9) Menghindari celaan
10) Menciptakan stabilitas emosi

h. Tata Tertib Musyawarah Desa

Beberapa unsur-unsur pokok yang perlu diperhatikan dalam Musyawarah Desa, yaitu
peserta, undangan dan pendamping. Digambarkan sebagai berikut:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 55


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

1) Pimpinan Musyawarah
Pimpinan Musyawarah Desa menjaga agar permusyawaratan Desa berjalan sesuai
dengan ketentuan dalam peraturan tentang Tata Tertib Musyawarah Desa.
2) Pendamping Desa
Pimpinan Musyawarah Desa dapat meminta pendamping Desa yang berasal dari
satuan kerja prangkat daerah kabupaten/kota, pendamping profesional dan/atau
pihak ketiga untuk membantu memfasilitasi jalannya Musyawarah Desa.
Pendamping Desa tidak memiliki hak untuk berbicara yang bersifat memutuskan
sebuah kebijakan publik terkait hal strategis yang sedang
dimusyawarahkan.Pendamping Desa melakukan tugas sebagai berikut:
(1) Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang pokok pembicaraan;
(2) Mengklarifikasi arah pembicaraan dalam musyawarah desa yang sudah
menyimpang dari pokok pembicaraan;
(3) Membantu mencarikan jalan keluar; dan
(4) Mencegah terjadinya konflik dan pertentangan antarpeserta yang dapat
berakibat pada tindakan melawan hukum.
3) Undangan, Peninjau dan Wartawan
Undangan Musyawarah Desa terdiri dari:
(1) Mereka yang bukan warga Desa yang hadir dalam Musyawarah Desa atas
undangan Ketua Badan Permusyawaratan Desa; dan
(2) Anggota masyarakat Desa yang hadir dalam Musyawarah Desa atas undangan
tidak resmi tetapi tidak mendaftar diri kepada panitia.
Undangan dapat berbicara dalam Musyawarah Desa atas persetujuan pimpinan
Musyawarah Desa, tetapi tidak mempunyai hak suara dalam pengambilan
keputusan Musyawarah Desa.Undangan disediakan tempat tersendiri.Undangan
harus menaati tata tertib Musyawarah Desa.
Peninjau dan wartawan adalah mereka yang hadir dalam Musyawarah Desa tanpa
undangan Ketua Badan Permusyawaratan Desa.
4) Pengaturan Pembicaraan
Pembicara dalam mengajukan aspirasinya tidak boleh menyimpang dari pokok
pembicaraan tentang hal yang bersifat strategis.Apabila peserta menurut
pendapat pimpinan Musyawarah Desa menyimpang dari pokok pembicaraan,
kepada yang bersangkutan oleh pimpinan Musyawarah Desa diberi peringatan
dan diminta supaya pembicara kembali kepada pokok pembicaraan.
56| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
5) Pelanggaran Tata Tertib Musyawarah
Pimpinan Musyawarah Desa menjaga agar ketentuan tata tertib musyawarah
tetap dipatuhi oleh undangan, peninjau dan wartawan. Pimpinan Musyawarah
Desa dapat meminta agar undangan, peninjau, dan/atau wartawan yang
mengganggu ketertiban Musyawarah Desa meninggalkan ruang musyawarah dan
apabila permintaan itu tidak diindahkan, yang bersangkutan dikeluarkan dengan
paksa dari ruang musyawarah atas perintah pimpinan Musyawarah Desa.

6) Menutup dan Menunda Musyawarah


Pimpinan Musyawarah Desa dapat menutup atau menunda acara musyawarah
apabila terjadi peristiwa yang tidak diduga dan dapat mengganggu kelancaran
musyawarah. Lamanya penundaan acara musyawarah tidak boleh lebih dari 24
(dua puluh empat) jam.
7) Risalah, Catatan dan Laporan Singkat
Sekretaris Musyawarah Desa bertugas untuk menyusun risalah, catatan dan
laporan singkat Musyawarah Desa.Sekretaris Musyawarah Desa menyusun risalah
untukdibagikan kepada peserta dan pihak yang bersangkutan setelah acara
Musyawarah Desa selesai.Risalah Musyawarah Desa secara terbuka dapat
dipublikasikan melalui media komunikasi yang ada di desa agar diketahui oleh
seluruh masyarakat desa.
8) Penutupan Acara Musyawarah Desa
Pimpinan Musyawarah Desa menutup rangkaian acara Musyawarah
Desa.Penutupan dilakukan oleh pimpinan sidang dengan terlebih dahulu
dilakukan penyampaian catatan sementara dan laporan singkat hasil Musyawarah
Desa.Sekretaris Musyawarah Desa menyampaikan catatan sementara dan laporan
singkat hasil Musyawarah Desa.Apabila seluruh peserta atau sebagian besar
peserta yang hadir dalam Musyawarah Desa menyepakati catatan sementara dan
laporan singkat, catatan sementara diubah menjadi catatan tetap dan laporan
singkat ditetapkan sebagai hasil Musyawarah Desa.Catatan tetap dan laporan
singkat ditandatangani oleh pimpinan Musyawarah Desa, sekretaris Musyawarah
Desa, Kepala Desa, dan salah seorang wakil peserta Musyawarah Desa.Selanjutnya
jika sudah dicapai keputusan Musyawarah Desa, pimpinan Musyawarah Desa
menutup secara resmi acara Musyawarah Desa.
i. Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa
Dalam Permendesa No. 2/2015 tentang Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan
Keputusan Musyawarah Desa Pasal 45-56 Pengambilan keputusan dalam Musyawarah
Desa pada dasarnya dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat. Dalam hal
cara pengambilan keputusan tidak terpenuhi, keputusan diambil berdasarkan suara
terbanyak.
a. Keputusan Berdasarkan Mufakat
Pengambilan keputusan berdasarkan mufakat dilakukan setelah peserta yang hadir
diberikan kesempatan untuk mengemukakan gagasan, pendapat dan saran,
kemudian dipandang cukup untuk diterima oleh seluruh peserta musyawarah.
b. Keputusan Berdasarkan Suara Terbanyak
Keputusan berdasarkan suara terbanyak diambil apabila keputusan berdasarkan
mufakat sudah tidak terpenuhi karena adanya pendirian sebagian peserta
Musyawarah Desa yang tidak dapat dipertemukan lagi dengan pendirian peserta
Musyawarah Desa yang lain.
c. Pemungutan Suara
Keputusan berdasarkan suara terbanyak adalah sah apabila diambil dalam
Musyawarah Desa dihadiri dan disetujui oleh separuh ditambah 1 (satu) orang dari
jumlah peserta yang hadir.Jika dalam keputusan tidak tercapai dengan 1 (satu) kali

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 57


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
pemungutan suara, diupayakan agar ditemukan jalan keluar yang disepakati atau
dapat dilakukan pemungutan suara secara berjenjang.
d. Berita Acara Penetapan Keputusan
Setiap keputusan Musyawarah Desa, baik berdasarkan musyawarah untuk
mencapai mufakat maupun berdasarkan suara terbanyak bersifat mengikat bagi
semua pihak yang terkait dalam pengambilan keputusan.Hasil keputusan
Musyawarah Desa dituangkan dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh Ketua
Badan Permusyawaratan Desa, Kepala Desa dan salah seorang perwakilan peserta
Musyawarah Desa.
e. Tindak Lanjut Keputusan Musyawarah Desa
Setelah Berita Acara dan keputusan ditetapkan, langkah selanjutnya menindaklanjti
hasil keputusan sebagau bentuk komitmen bersama atas kesepakatan yang
dibuat.Hasil Musyawarah Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam
keputusan hasil musyawarah dijadikan dasar oleh Badan Permusyawaratan Desa
dan Pemerintah Desa dalam menetapkan kebijakan Pemerintahan Desa.
f. Penyelesaian Perselisihan
Seringkali dalam penyelesaian masalah tidak ditemukan titik temu atau
kesepakatan para pihak meskipun sudah dilakukan pertemuan atau musyawarah
secara intensif.Demikian halnya dalam Musyawarah Desa.Apabila terjadi
perselisihan, maka perlu ditemukan jalan keluarnya dengan mengedepankan nilai-
nilai atau semangat kebersamaan dan kekeluargaan[.]

58| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Pokok Bahasan 4
PEMBANGUNAN DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 59


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

PB LembarInforamsi

4 PEMBANGUNAN DESA

RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA

Pemerintah Desa menyusun RKP Desa sebagai penjabaran RPJM Desa. RKP Desa disusun oleh
Pemerintah Desa sesuai dengan informasi dari pemerintah daerah kabupaten/kota berkaitan
dengan pagu indikatif Desa dan rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten/kota. RKP Desa mulai disusun oleh pemerintah Desa pada bulan
Juli tahun berjalan. RKP Desa ditetapkan dengan peraturan Desa paling lambat akhir bulan
September tahun berjalan. RKP Desa menjadi dasar penetapan APB Desa.
Kegiatan Penyusunan RKPDesa
Kepala Desa menyusun RKP Desa dengan mengikutsertakan masyarakat Desa, dilakukan dengan
kegiatan yang meliputi:
a. penyusunan perencanaan pembangunan Desa melalui musyawarah Desa;
b. pembentukan tim penyusun RKP Desa;
c. pencermatan pagu indikatif Desa dan penyelarasan program/kegiatan masuk ke Desa;
d. pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
e. penyusunan rancangan RKP Desa;
f. penyusunan RKP Desa melalui musyawarah perencanaan pembangunan Desa;
g. penetapan RKP Desa;
h. perubahan RKP Desa; dan
i. pengajuan daftar usulan RKP Desa.
Penyusunan
Penyusunan Perencanaan Pembangunan Desa melalui Musyawarah Desa. Musyawarah Desa
dalam rangka penyusunan rencana pembangunan Desa, melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
a. mencermati ulang dokumen RPJM Desa;
b. menyepakati hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa; dan
c. membentuk tim verifikasi sesuai dengan jenis kegiatan dan keahlian yang dibutuhkan.
Tim Penyusun
Kepala Desa membentuk tim penyusun RKP Desa, terdiri dari:
a. kepala Desa selaku pembina;
b. sekretaris Desa selaku ketua;
c. ketua lembaga pemberdayaan masyarakat sebagai sekretaris; dan
d. anggota yang meliputi: perangkat desa, lembaga pemberdayaan masyarakat, kader
pemberdayaan masyarakat desa, dan unsur masyarakat.
Tim penyusun RKP Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
(i) pencermatan pagu indikatif desa dan penyelarasan program/kegiatan masuk ke desa;
(ii) pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
(iii) penyusunan rancangan RKP Desa; dan
(iv) penyusunan rancangan daftar usulan RKP Desa.
Keterangan masing-masing kegiatan di atas adalah sebagai berikut:
60| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
a. Pencermatan Pagu Indikatif Desa dan Penyelarasan Program/Kegiatan Masuk ke
Desa.
Kepala Desa mendapatkan data dan informasi dari kabupaten/kota tentang: pagu indikatif
Desa; dan rencana program/kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten/kota yang masuk ke Desa. Data dan informasi diterima kepala
Desa dari kabupaten/kota paling lambat bulan Juli setiap tahun berjalan.
Tim penyusun RKP Desa melakukan pencermatan pagu indikatif Desa yang meliputi:
 rencana dana Desa yang bersumber dari APBN;
 rencana alokasi dana Desa (ADD) yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota;
 rencana bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota; dan
 rencana bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi dan
anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten/kota.
b. Pencermatan Ulang RPJM Desa
Tim penyusunan RKP Desa mencermati skala prioritas usulan rencana kegiatan pembangunan
Desa untuk 1 (satu) tahun anggaran berikutnya sebagaimana tercantum dalam dokumen
RPJM Desa. Hasil pencermatan menjadi dasar bagi tim penyusun RKP Desa dalam menyusun
rancangan RKP Desa.
c. Penyusunan Rencana RKP Desa
Penyusunan rancangan RKP Desa berpedoman kepada:
1. hasil kesepakatan musyawarah Desa;
2. pagu indikatif Desa;
3. pendapatan asli Desa;
4. rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota;
5. jaring aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh DPRD kabupaten/kota;
6. hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
7. hasil kesepakatan kerjasama antar Desa; dan
8. hasil kesepakatan kerjasama Desa dengan pihak ketiga.
Rancangan RKP Desa dituangkan dalam format rancangan RKP Desa, dilampiri rencana
kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya. Rencana kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya untuk
kerjasama antar Desa disusun dan disepakati bersama para kepala desa yang melakukan kerja
sama antar Desa dan diverifikasi oleh tim verifikasi.
Tim penyusun RKP Desa menyusun usulan prioritas program dan kegiatan. Usulan prioritas
program dan kegiatan dituangkan dalam rancangan daftar usulan RKP Desa. Rancangan daftar
usulan RKP Desa menjadi lampiran berita acara laporan tim penyusun rancangan RKP Desa.
Tim penyusun RKP Desa membuat berita acara tentang hasil penyusunan rancangan RKP Desa
yang dilampiri dokumen rancangan RKP Desa dan rancangan daftar usulan RKP Desa.Berita
acara disampaikan oleh tim penyusun RKP Desa kepada kepala Desa.
Rancangan RKP Desa memuat rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Rancangan
RKP Desa, berisi prioritas program dan kegiatan yang didanai:
a. pagu indikatif Desa;
b. pendapatan asli Desa;
c. swadaya masyarakat Desa;
d. bantuan keuangan dari pihak ketiga; dan
e. bantuan keuangan dari pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah
kabupaten/kota.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 61


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
d. Perubahan RKP Desa
RKP Desa dapat diubah dalam hal:
a. terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau
kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau
b. terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota.
Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa yang diadakan
secara khusus untuk kepentingan pembahasan dan penyepakatan perubahan RKP Desa.
Penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan Desa disesuaikan dengan
terjadinya peristiwa khusus dan/atau terjadinya perubahan mendasar.
Hasil kesepakatan dalam musyawarah perencanaan pembangunan Desa ditetapkan dengan
peraturan Desa tentang RKP Desa perubahan sebagai dasar dalam penyusunan perubahan
APB Desa.
e. Pengajuan Daftar Usulan RKP Desa
Kepala Desa menyampaikan daftar usulan RKP Desa kepada bupati/walikota melalui camat.
Penyampaian daftar usulan RKP Desa aling lambat 31 Desember tahun berjalan. Daftar usulan
RKP Desa menjadi materi pembahasan di dalam musyawarah perencanaan pembangunan
kecamatan dan kabupaten/kota.
Bupati/walikota menginformasikan kepada pemerintah Desa tentang hasil pembahasan daftar
usulan RKP Desa. Informasi tentang hasil pembahasan daftar usulan RKP Desa diterima oleh
pemerintah Desa setelah diselenggarakannya musyawarah perencanaan pembangunan di
kecamatan pada tahun anggaran berikutnya.Informasi diterima pemerintah desa paling lambat
bulan Juli tahun anggaran berikutnya

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA


Dalam perencanaan pembangunan Desa, pemerintah Desa melaksanakan tahapan yang meliputi:
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa); dan penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa). RPJM Desa, ditetapkan dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak pelantikan Kepala Desa. RKP Desa mulai disusun oleh
pemerintah Desa pada bulan Juli tahun berjalan.
Rancangan RPJM Desa memuat visi dan misi kepala Desa, arah kebijakan pembangunan Desa,
serta rencana kegiatan yang meliputi bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Langkah-Langkah Penyusunan RPJM Desa
Kepala Desa menyelenggarakan penyusunan RPJM Desa dengan mengikutsertakan unsur
masyarakat Desa. Penyusunan RPJM Desa dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi
objektif Desa dan prioritas program dan kegiatan kabupaten/kota.
Penyusunan RPJM Desa, dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:
 pembentukan tim penyusun RPJM Desa;
 penyelarasan arah kebijakan perencanaan pembangunan kabupaten/kota;
 pengkajian keadaan Desa;
 penyusunan rencana pembangunan Desa melalui musyawarah Desa;
 penyusunan rancangan RPJM Desa;
 penyusunan rencana pembangunan Desa melalui musyawarah perencanaan pembangunan
Desa; dan
 penetapan RPJM Desa.
1. Pembentukan Tim Penyusun RPJM Desa
Kepala Desa membentuk tim penyusun RPJM Desa, yang terdiri dari:
 kepala Desa selaku pembina;
62| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
 sekretaris Desa selaku ketua;
 ketua lembaga pemberdayaan masyarakat selaku sekretaris; dan
 anggota yang berasal dari perangkat Desa, lembaga pemberdayaan masyarakat, kader
pemberdayaan masyarakat Desa, dan unsur masyarakat lainnya. Jumlah anggota tim penyusun
RPJM Des, paling sedikit 7 (tujuh) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang.Tim penyusun
RPJM Des, harus mengikutsertakan perempuan. Tim penyusun RPJM Des ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Desa. Tim penyusun RPJM Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
penyelarasan arah kebijakan pembangunan Kabupaten/ Kota; pengkajian keadaan Desa;
penyusunan rancangan RPJM Desa; danpenyempurnaan rancangan RPJM Desa.
2. Penyelarasan Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten/Kota
Tim penyusun RPJM Desa kemudian melakukan penyelarasan arah kebijakan pembangunan
kabupaten/ kota untuk mengintegrasikan program dan kegiatan pembangunan Kabupaten/Kota
dengan pembangunan Desa. Penyelarasan arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota
dilakukan dengan mengikuti sosialisasi dan/atau mendapatkan informasi tentang arah kebijakan
pembangunan kabupaten/kota. Informasi arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota
sekurang-kurangnya meliputi:
 rencana pembangunan jangka menengah daerah kabupaten/kota;
 rencana strategis satuan kerja perangkat daerah;
 rencana umum tata ruang wilayah kabupaten/kota;
 rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota; dan
 rencana pembangunan kawasan perdesaan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 63


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
3. Pengkajian Keadaan Desa
Tim penyusun RPJM Desa melakukan pengkajian keadaan Desa dalam rangka
mempertimbangkan kondisi objektif Desa. Pengkajian keadaan Desa, meliputi kegiatan sebagai
berikut:
 penyelarasan data Desa;
 penggalian gagasan masyarakat; dan
 penyuunan laporan hasil pengkajian keadaan Desa.
Laporan hasil pengkajian keadaan desa menjadi bahan masukan dalam musyawarah Desa dalam
rangka penyusunan perencanaan pembangunan Desa.
4. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa melalui musyawarah Desa
Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah Desa berdasarkan laporan hasil
pengkajian keadaan desa.Musyawarah Desa, membahas dan menyepakati sebagai berikut:
 laporan hasil pengkajian keadaan Desa;
 rumusan arah kebijakan pembangunan Desa yang dijabarkan dari visi dan misi
kepala Desa; dan
 rencana prioritas kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Desa, pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
5. Penyusunan Rancangan RPJM Desa
Tim penyusun RPJM Desa menyusun rancangan RPJM Desa berdasarkan berita acara
sebagaimana dimaksud di atas. Rancangan RPJM Desa, dituangkan dalam format rancangan RPJM
Desa.Tim penyusun RPJM Desa membuat berita acara tentang hasil penyusunan rancangan RPJM
Desa yang dilampiri dokumen rancangan RPJM Desa. Berita acara rancangan RPJM Desa
disampaikan oleh tim penyusun RPJM Desa kepada kepala Desa. Kepala Desa memeriksa
dokumen rancangan RPJM Desa yang telah disusun oleh Tim Penyusun RPJM Desa. Tim penyusun
RPJM Desa melakukan perbaikan berdasarkan arahan kepala Desa dalam hal kepala Desa belum
menyetujui rancangan RPJM Desa. Dalam hal rancangan RPJM Desa telah disetujui oleh kepala
Desa, maka langsung dilaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa.
6. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa.
Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa yang diadakan
untuk membahas dan menyepakati rancangan RPJM Desa.Musyawarah perencanaan
pembangunan Desa diikuti oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan unsur
masyarakat. Unsurmasyarakat terdiri atas: tokoh adat; tokoh agama;tokoh masyarakat; tokoh
pendidikan; perwakilan kelompok tani; perwakilan kelompok nelayan; perwakilan kelompok pera-
jin; perwakilan kelompok perempuan; perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak; dan
perwakilan kelompok masyarakat miskin. Selain unsur masyarakat tersebut, musyawarah
perencanaan pembangunan Desa dapat melibatkan unsur masyarakat lain sesuai dengan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat.
Musyawarah perencanaan pembangunan Desa membahas dan menyepakati rancangan RPJM
Desa.Hasil kesepakatan musyawarah perencanaan pembangunan Desa dituangkan dalam berita
acara.

7. Penetapan dan perubahan RPJM Desa


Kepala Desa mengarahkan Tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan dokumen rancangan
RPJM Desa berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah perencanaan pembangunan
Desa.Rancangan RPJM Desa menjadi lampiran rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa.
Kepala Desa menyusun rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa.Rancangan peraturan Desa
tentang RPJM Desa dibahas dan disepakati bersama oleh kepala Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa untuk ditetapkan menjadi Peraturan Desa tentang RPJM Desa.
Kepala Desa dapat mengubah RPJM Desa dalam hal:

64| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
 terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau
kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau
 terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota[. ]

LEMBAR INFORMASI ORIENTASI PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

A. Pendahuluan
Sebelum UU Desa lahir, pemerintah memiliki dua konsep (pembangunan desa dan pembangunan
perdesaan) yang tidak dikonseptualisasikan dan dikonsolidasikan secara baik. Pembangunan desa
merupakan urusan internal desa, yang diselenggarakan oleh pemerintah desa dan masyarakat
desa, yang ditopang dengan biaya APBDesa, swadaya masyarakat dan bantuan pemerintah.
Namun pembangunan desa, yang pada umumnya bias pada pembangunan fisik, tidak dilandasi
dengan kewenangan desa yang jelas dan kemampuan fiskal yang memadai. Pada saat yang sama
banyak Kementerian/Lembaga mempunyai program-program pembangunan di desa (masuk ke
desa), yang hanya menempatkan desa sebagai lokasi dan obyek penerima manfaat. Akibatnya
desa sebagai kesatuan masyarakat tidak pernah tumbuh menjadi entitas dan institusi yang kuat
dan mandiri dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan.
Karena bersifat mikro-lokal, pembangunan desa tidak dilembagakan ke dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang maupun Menengah Nasional. RPJMN 2004-2009 dan 2009-2014
tidak mengenal pembangunan desa, melainkan pembangunan perdesaan. Secara teoretis
pembangunan perdesaan (rural development) memadukan pendekatan ruang (spasial), sektoral
dan institusi (desa). Pembangunan perdesaan juga memasukkan dimensi pembangunan desa,
tetapi tidak menyentuh dimensi posisi dan hakekat penguatan desa, sebab pembangunan
perdesaan lebih banyak berbicara tentang aspek-aspek sektoral (pendidikan, kesehatan, pertanian,
energi, dan sebagainya) dalam ruang desa dan masyarakat desa.
Karena itu UU Desa tidak memakai lagi konsep pembangunan perdesaan, melainkan
mengedepankan pembangunan desa (dalam desa atau skala lokal desa) dan pembangunan
kawasan perdesaan (antardesa). Konsep kawasan perdesaan diambil dari UU No. 26/2007 tentang
Tata Ruang, yang menegaskan bahwa kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai
kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi. UU Desa juga menegaskan bahwa pembangunan kawasan perdesaan
dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan,
dan pemberdayaan masyarakat desa di kawasan perdesaan melalui pendekatan pembangunan
partisipatif.
Pada dasarnya kawasan perdesaan merupakan sebuah ruang (spatial) atau area yang
mempunyai fungsi pelayanan, pemukiman, pembangunan dan pemberdayaan. Pengertian dan
praktik pembangunan kawasan perdesaan seperti ini tentu bukan hal baru, karena sudah lama
dijalankan oleh pemerintah. Tetapi UU Desa menambahkan aspek pemberdayaan masyarakat dan
yang lebih penting adalah pendekatan pembangunan partisipatif. Dengan lebih bersemangat, UU
Desa menyebut pembangunan desa sebagai “desa membangun” dan pembangunan kawasan
perdesaan sebagai “membangun desa”.
Apa visi, misi dan platform pembangunan kawasan perdesaan? Pertanyaan ini bisa dijawab
dengan spirit “membangun desa” dan pendekatan “pembangunan partisipatif” yang terdapat
dalam pengertian pembangunan kawasan perdesaan. “Membangun desa” adalah menghadirkan
negara ke ranah desa, bukan dalam pengertian negara melakukan campur tangan secara
berlebihan ke dalam desa seperti yang sudah terjadi di masa lalu, bukan pula negara
melaksanakan pembangunan kawasan perdesaan dari atas (top down) tanpa memperhatikan
partisipasi desa dan masyarakat desa.
Dalam konsep “membangun desa” terdapat perspektif pembangunan dan perspektif desa.
Melihat “membangun desa” dengan perspektif pembangunan melahirkan misi dan platform
pemerataan pembangunan yang menyentuh ranah perdesaan, desa dan masyarakat. Sedangkan
melihat “membangun desa” dengan perspektif desa berarti memperkuat desa dalam

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 65


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
memanfaatkan, mengakses dan memiliki ruang dan sumberdaya kawasan perdesaan. Dalam dua
perspektif itu terdapat misi dan platform pembangunan partisipatif dan pemberdayaan
masyarakat.
Perspektif “membangun desa” tersebut juga bermakna sebagai pengarustamaan desa
(village mainstreaming) dalam pembangunan kawasan perdesaan. Misalnya ada pertanyaan: apa
yang membedakan otoritas-peran Kementerian Desa dengan Kementerian lain (misalnya
Pertanian, UKM dan Koperasi, Perdagangan, Perindustrian, Pariwisata) dalam ekononomi lokal dan
pembangunan kawasan perdesaan? Berbagai Kementerian sektoral itu selain berkiprah dalam
ekonomi sektoral juga melakukan pemberdayaan masyarakat. Lantas, apa perbedaan
pemberdayaan masyarakat antara Kementerian Desa dengan Kementerian lain? Jawaban atas
pertanyaan ini adalah “pengarustamaan desa” yang menjadi cirikhas pembeda Kemendesa
dengan kementerian lain. Pengarustamaan desa berkayakinan, meskipun ujung dari
pembangunan kawasan perdesaan adalah ekonomi, tetapi aktor dan institusi juga penting untuk
diperhatikan agar kue pembangunan tidak secara timpang hanya dinikmati oleh investor besar
tetapi desa hanya terkena dampak buruh dan hanya menjadi penonton. Oleh karena itu
pembangunan kawasan perdesaan tidak hanya berbicara tentang lokasi, ruang, lokus,
perencanaan, produk dan komoditas unggulan, tetapi juga berbicara tentang eksistensi dan
partisipasi desa, pembangunan partisipatif dan pemberdayaan masyarakat.

B. Memeratakan Pembangunan
Pembangunan kawasan perdesaan bukan hanya berbentuk kegiatan tetapi juga sebagai
pendekatan untuk mengimbangi pembangunan perkotaan. Mengapa demikian? Selama ini ada
ketimpangan antara perkotaan dan perdesaan, karena pembangunan yang bias perkotaan (urban
bias). Kota merupakan pusat pemerintahan, pelayanan publik, industri, jasa, perdagangan,
keuangan dan pusat pertumbuhan. Sebaliknya desa merupakan ranah pertanian dan
perkampungan yang selalu identik dengan keterbelakangan, ketertinggalan dan kemiskinan. Desa
menghadapi kekurangan input dan output pertumbuhan sehingga merupakan sumber dan hulu
kemiskinan. Desa menghadapi keterbatasan dalam hal infrastruktur, transportasi, komunikasi, dan
lain sebagainya yang membuat desa terisolasi dari kemajuan dan pertumbuhan. Karena
ketimpangan itu kota menjadi “daya tarik” dan desa menjadi “daya dorong” urbanisasi orang desa
ke kota. Secara demografis, urbanisasi terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yang
membuat pengurangan penduduk desa dan penambahan penduduk kota. Pada tahun 1995,
penduduk desa masih sebesar 64%, kemudian turun menjadi 58% pada tahun 2000, 52% pada
tahun 2005 dan menurun lagi menjadi 46% pada tahun 2010. Sebaliknya penduduk kota
mengalami peningkatan dari 36% pada tahun 1995 menjadi 54% pada tahun 2010. Saat ini ada
prediksi bahwa penduduk kota akan mencapai 68% pada tahun 2025.
Fakta ketimpangan pembangunan dan urbanisasi itu selalu menjadi pembicaraan publik, kajian
akademik dan perhatian pemerintah. Kini pemerintahan Jokowi-JK menaruh perhatian terhadap
isu ketimpangan pembangunan dan urbanisasi, yang mengedepankan resolusi membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat desa dan daerah. Pembangunan desa (desa
membangun) melalui dana desa dan pembangunan kawasan perdesaan (membangun desa).
Pembangunan kawasan perdesaan dalam konteks ini berarti menghadirkan negara ke ranah
perdesaan, melakukan pemerataan pembangunan, untuk mengurangi ketimpangan dan
urbanisasi. Pusat-pusat pertumbuhan (agroindustri, agrobisnis, agropolitian, agrowisata,
industrialisasi, minapolitan, dan sebagainya) yang berkala menangah dan besar merupakan
bentuk nyata pemerataan pembangunan. Arena ini akan mendatangkan dua keuntungan
langsung bagi masyarakat desa, yaitu lapangan pekerjaan dan kesempatan bisnis bagi pelaku
(wirausaha) ekonomi loka (setempat) yang berasal dari desa.

C. Memperkuat Desa
Memperkuat desa merupakan jantung membangun desa. Dalam formasi pembangunan
partisipatif, pembangunan kawasan perdesaan bukan hanya menempatkan desa sebagai lokasi
dan obyek penerima manfaat, tetapi juga memperkuat posisi desa sebagai subyek yang terlibat
mengakses dalam arena dan kegiatan pembangunan kawasan perdesaan.

66| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Ada dua ranah yang menjadi arena partisipasi desa dalam pembangunan kawasan
perdesaan. Pertama, sumberdaya milik bersama (common pool resources) yang secara alamiah
(by nature) merupakan kawasan perdesaan dan dalam kehidupan sehari-hari menjadi sumber
kehidupan-penghidupan masyarakat setempat. Sumber-daya kategori ini antara lain meliputi
sungai, mata air, mineral nonlogam atuan (galian tambang C), pesisir dan lain-lain. Kedua,
kawasan yang sengaja disiapkan (by design) oleh pemerintah sebagai arena investasi
pembangunan kawasan perdesaan baik oleh pemerintah maupun pihak swasta seperti
agropolitan, minapolitan, agroindustri, pertambangan dan sebagainya.
UU Desa mengharuskan ruang partisipasi desa (pemerintah desa dan masyarakat) dalam
dua ranah kawasan perdesaan itu. Dilihat dari perspektif desa, ada tiga platform penting
memperkuat desa dalam pembangunan kawasan perdesaan.
Pertama, kerjasama (kolaborasi) desa. Perspektif dan formasi “desa membangun” sangat
penting tetapi tidak cukup. Pola ini bisa menjebak desa tersilosasi dengan dunianya sendiri atau
seperti katak dalam tempurung. Karena itu kerjasama desa harus dibangun, yang didasarkan pada
kesamaan kepentingan dan tujuan. Kerjasama desa bisa berbentuk kerjasama antara satu desa
dengan desa lain maupun kerjasama desa dengan pihak ketiga. Kerjasama antardesa, baik yang
diwadahi dengan Badan Kerjasama Antar Desa maupun yang non-BKAD, membentang dari
kegiatan pembangunan desa hingga kegiatan bisnis untuk ekonomi produktif dengan skala yang
lebih besar-luas. Ada sejumlah desa bekerjasama membangun jalan poros desa dengan dana
desa, sejumlah desa menangkap air sungai untuk keperluan irigasi dan budidaya perikanan darat,
sejumlah desa membangun minapolitan secara bersama, sejumlah desa bersama warga petani
menanam sawit secara mandiri, sejumlah desa bersama perajin membangun pasar dan distribusi,
dan sebagainya. Kerjasama antardesa juga penting untuk keperluan proteksi, negosiasi dan
advokasi dalam dunia bisnis. Kolaborasi antara organisasi (asosiasi) pelaku ekonomi desa berskala
kecil-lokal dengan asosiasi desa menjadi jalan baik untuk proteksi, negosiasi dan advokasi.
Kedua, Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Bersama sebagai lembaga ekonomi desa yang
berbasis pada kerjasama antardesa. Kenapa BUM Desa Bersama? Bukankah sudah ada koperasi
dan UMKM? Antara BUM Desa Bersama dengan koperasi dan UMKM mempunyai watak, konteks,
relevansi dan keterbatasan yang berbeda. Koperasi merupakan institusi ekonomi yang secara
swadaya (mandiri) berbasis dan digerakkan oleh anggota untuk kepentingan privat dan kolektif
anggota itu. UMKM berupakan bisnis privat, baik oleh seorang individu, keluarga maupun kongsi
beberapa orang, yang memberikan keuntungan privat dan lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Berbeda dengan koperasi dan UMKM, BUM Desa Bersama merupakan representasi desa yang
mempunyai otoritas langsung untuk memiliki dan mengelola sumberdaya publik (tanah desa,
dana desa, dana bergulir, hibah pemerintah, sumberdaya alam bersama) sebagai modal untuk
menjalankan bisnis. BUM Desa Bersama dapat menjadi wadah dan patron yang menyatukan
sekaligus melindungi banyak pelaku ekonomi kecil menjadi bisnis yang lebih besar, tanpa harus
mencaplok usaha bisnis yang sudah berkembang.
Ketiga, keterlibatan desa dalam bagi saham dan bagi hasil (shareholding) dalam investasi
pembangunan kawasan perdesaan. NAWACITA maupun RPJMN sudah mengamanatkan hal ini.
Selama ini investasi pembangunan kawasan perdesaan menempatkan desa sebagai pemangku
kepentingan (stakeholder) yang sebenarnya hanya menempatkan desa sebagai “teman diskusi”.
Sedangkan investor dari luar yang bertindak sebagai shareholder utama. Tetapi karena teori
stakeholding itu merugikan desa, maka sekarang berubah menjadi shareholding. Desa, maupun
orang desa, tidak hanya sebagai lokasi, buruh, dan penerima manfaat tetapi juga sebagai pemilik
atas investasi melalui bagi saham dan bagi hasil. Tanah desa maupun tanah warga tidak dibeli
habis oleh investor, melainkan disertakan sebagai modal/saham dalam investasi. Sebagai contoh,
Desa Panggungharjo Bantul membangun shareholding dengan swasta dalam bisnis SPBU. Desa
menyertakan tanah desa seluas 3000 meter untuk saham/modal yang dinilai sebesar 20% dari
total saham. Hasil ini dari investasi ini mendatangkan Pendapatan Asli Desa yang digunakan untuk
membiayai pemerintahan, pelayanan publik, sekaligus juga pembangunan desa dan
pemberdayaan masyarakat desa.
Pola shareholding berbasis desa itu memang tidak memberikan keuntungan langsung
kepada rakyat. Rakyat hanya memperoleh manfaat tidak langsung karena pelayanan yang
diberikan oleh desa. Karena itu perlu juga shareholding berbasis warga yang bisa dikonsolidasikan
oleh desa. Tanah warga merupakan saham yang disertakan untuk modal bisnis yang berkongsi
dengan perusahaan. Pola serupa ini sudah lama terjadi dalam perkebunan inti-plasma. Perusahaan
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 67
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
sebagai inti dan petani menjadi plasma. Tetapi skema inti-plasma ini mengandung dua masalah.
Pertama, inti-plasma bukan model bisnis shareholding yang sempurna, sebab perusahaan inti
memperoleh konsesi dari pemerintah untuk menanam kebun di tanah negara, tanah adat dan
tanah desa. Orang desa bukan sebagai shareholder yang menyertakan tanahnya secara mandiri
dan kuat. Pemerintah mengatur perusahaan inti itu untuk berbagai sebagian lahan kebun kepada
petani plasma. Dengan demikian petani plasma – yang sering mereklaim sebagai pemilik atas
tanah adat – hanya memperoleh residu dari bisnis itu. Kedua, dalam praktik pembagian lahan-
hasil dan proses bisnis tidak adil, yang merugikan para petani plasma. Ketiga, konsesi perkebunan
itu telah menciptakan aneksasi wilayah yurisdiksi desa menjadi yurisdiksi perkebunan.

D. Memberdayakan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dari bawah (bottom up) merupakan komponen penting pendekatan
pembangunan partisipatif dalam pembangunan kawasan perdesaan. Dalam konteks ini ada
pertanyaan penting: siapa yang disebut masyarakat, bagaimana memberdayakan masyarakat, dan
apa keterkaitan antara memberdayakan masyarakat dengan memperkuat desa?
Pemberdayaan masyarakat sebenarnya merupakan sebuah teori canggih, tetapi dalam
praktik hanya berbentuk pengembangan kapasitas dan pembentukan kelompok masyarakat
(terdiri dari sejumlah orang) sebagai kanalisasi program pemerintah. Pembentukan kelompok ini
merupakan pendekatan usang sejak 1990-an, yang hanya mampu membuahkan institusi prematur
penerima manfaat proyek pemerintah. Setelah proyek berakhir kelompok masyarakat juga
berakhir.
Dalam pemberdayaan masyarakat yang lebih progresif, pembentukan kelompok oleh
pengelola program harus diakhiri. Ada agenda penting pemberdayaan masyarakat desa dalam
pembangunan kawasan pedesaan.
1. Pengorganisasian pelaku ekonomi desa (petani, nelayan, peternak, perajin dan lain-lain)
yang memiliki kesamaan kepentingan dan tujuan. Organisasi ini menjadi tempat untuk
pembelajaran, konsolidasi kepentingan dan tujuan, institusi bisnis, kerjasama ekonomi dan
yang lainnya.
2. Pengorganisasian kolaborasi antardesa yang memiliki potensi, kepentingan dan tujuan yang
sama, termasuk untuk membentuk BUM Desa Bersama.
Pengorganisasian kolaborasi antara desa, BUM Desa Bersama, dengan asosiasi pelaku
ekonomi desa.
3. Pengembangan kapasitas terhadap asosiasi/organisasi kolobarasi yang telah diorganisir.
Tentu pengembangan kapasitas tidak hanya berhenti pada pelatihan, misalnya pelatihan
tentang kapasitas wirasaha desa. Agenda ini mencakup tiga level: (a) sistem (visi, kebijakan,
aturan main yang dimiliki organisasi); (b) institusi (manajemen organisasi, SDM, keuangan,
bisnis yang dimiliki organisasi); (c) individu (komitmen, kemauan, kemampuan, motivasi
orang per orang dalam organisasi).
Pendekatan pengarusutamaan desa juga penting untuk diterapkan dalam pemberdayaan
masyarakat, untuk memastikan cirikhas Kementerian Desa. Artinya pemberdayaan masyarakat
tidak hanya secara sektoral dalam bentuk pelatihan para pekerja maupun pelatihan wirausaha
seperti yang dilakukan kementerian terkait, tetapi juga menghadirkan institusi desa ke dalam
ranah pemberdayaan masyarakat, atau merajut kolaborasi antara desa dengan asosiasi pelaku
ekonomi desa maupun kerjasama antara BUM Desa dengan institusi ekonomi lainnya.***

Daftar Pustaka
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum.
Undang-Undang Nomor 41, tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan. Departemen Pertanian.
Keputusan Direktur Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan Nomor: 14/DPKP/ SK/07/2016
Tentang Penyelenggaraan Pembangunan Kawasan Perdesaan

68| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 69


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Pokok Bahasan 5
KEBIJAKAN PROGRAM
INOVASI DESA

70| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lembar Informasi
SPB
Kebijakan Program
5.
Inovasi Desa

BABI
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentangDesa,yangselanjutnya
disebutUUDesa,memberikankewenangan kepada Desa,antaralain
kewenangan berdasarkan hakasal usul dankewenangan lokal skala Desa.
PemerintahberupayameningkatkankapasitaskeuanganDesa melalui,
khususnya,melaluitransfer DanaDesadanAlokasiDanaDesa(ADD).
Desadiharapkan meningkatkemampuannyauntukmengaturdan mengurus
kepentinganmasyarakatnyasecara efektif,guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Desa.
Kapasitas Desa dalam menyelenggarakan pembangunan dalam perspektif
“DesaMembangun”disadarimasih memilikiketerbatasan.Keterbatasan itu
tampak dalamkapasitas aparatPemerintah Desadan masyarakat, kualitas
tata kelolaDesa,maupunsistempendukung yang mewujud melalui regulasi
dankebijakan Pemerintahyang terkaitdengan Desa. Sebagai
dampaknya,kualitas perencanaan,pelaksanaan, pengedalian dan
pemanfaatan kegiatanpembangunan Desakurang optimal dankurang
memberikan dampakterhadappeningkatankesejahteraanmasyarakat Desa.
Menanggapi kondisi diatas, Pemerintah melaluiKementerian Desa,
PembangunanDaerahTertinggal,dan Transmigrasi,yangselanjutnya disebut
KementerianDesaPDTT,sesuaiamanatUUDesa, menyediakan tenaga
pendampingprofesional,yaitu:PendampingLokalDesa(PLD), Pendamping
Desa (PD),sampaiTenaga Ahli(TA)ditingkatKabupaten, Provinsidan
Pusat,untukmemfasilitasi PemerintahDesamelaksanakan
UUDesasecarakonsisten. Pendampingandanpengelolaantenaga pendamping
profesional dengandemikian menjadiisu krusial dalam pelaksanaan UU
Desa.Penguatan kapasitas PendampingProfesional dan efektivitas
pengelolaantenaga pendampingmenjadi agendastrategis Program
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD).
Aspek lainyang juga harusdiperhatikan secara serius dalampengelolaan
pembangunan Desa adalah ketersediaan data yang memadai,
menyakinkan, danup todate, mengenaikondisi objektifmaupun
perkembangan Desa-Desayang menunjukkanpencapaian pembangunan
Desa. Ketersediaandata sangat pentingbagi semua pihak yang
berkepentingan, khususnya bagi Pemerintah dalam merumuskan
kebijakanpembangunan. Pegelolaandata dimaksuddalamskala nasional,
dengan kondisiwilayah,khususnya Desa-Desa diIndonesia yang sangat
beragam, tentu memiliki tantangan dan tingkat kesulitan yang besar.
Koreksiataskelemahan/kekurangandanupayaperbaikanterkaitisu-isu
diatasterus dilakukanKementerianDesaPDTTsecaraproaktif,salah
satunyadengan meluncurkanProgramInovasiDesa,yangselanjutnya
disebutPID.PID dirancanguntukmendorongdan memfasilitasipenguatan
kapasitas Desa yang diorientasikan untuk memenuhi pencapaian target
RPJM,dan programprioritas Kementerian DesaPDTT,melalui peningkatkan
produktivitas perdesaan dengan bertumpu pada:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 71


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

1. pengembanganekonomilokaldankewirausahaan,baikpadaranah
pengembangan usahamasyarakat,maupunusahayangdiprakarsai Desa
melaluiBadanUsaha MilikDesa(BUMDesa)danBadan Usaha Milik
DesaBersama(BUMDesaBersama),sertaProduk UnggulanDesa (Prudes)
danProdukUnggulanKawasanPerdesaan(Prukades)guna
menggerakkandan mengembangkan perekonomian Desa;
2. peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kaitan antara
produktivitas perdesaandengankualitasSDMini, diharapkanterjadi
dalam jangka pendek maupun dampak signifikan dalam jangka
panjang melaluiinvestasidibidangpendidikandankesehatandasar.
Produktivitas perdesaan,dengandemikian,tidakhanya ditilikdari
aspek/strategi peningkatan pendapatansaja, tetapi jugapengurangan
beban biaya,danhilangnyapotensidimasayangakandatang.
Disampingitu, penekanan isupelayanansosialdasar(PSD)dalam
konteks kualitas SDM ini, juga untuk merangsang kepekaanDesa
terhadap permasalahan krusial terkait pendidikan dan kesehatan
dasardalam penyelenggaraan pembangunan Desa;dan
3. pemenuhan dan peningkatan infrastruktur perdesaan, khususnya
yang secaralangsungberpengaruhterhadap perkembangan
perekonomian Desa,danmemilikidampakmenguat-rekatkankohesi
sosialmasyarakat perdesaan.

Selain itu,PIDjugamemberidukunganpenguatanmanajemenP3MDdan
pengembangan sistem informasi pembangunan Desa.
Halmendasardalamrancangbangun PIDadalah:a)inovasi/kebaruan dalam
praktik pembangunan dan pertukaranpengetahuan. Inovasi ini
dipetikdarirealitas/hasilkerjaDesa-Desadalammelaksanakan kegiatan
pembangunan yang didayagunakan sebagai pengetahuan untuk
ditularkansecarameluas;danb) dukunganteknisdaripenyediajasa
layananteknis secara profesional.Kedua unsuritu diyakiniakan memberikan
kontribusisignifikanterhadappemenuhankebutuhan masyarakat melalui
pembangunan yang didanai dari Anggaran PendapatandanBelanjaDesa
(APBDesa), khususnyaDD.Dengan demikian, PID diharapkan dapat
menjawab kebutuhan Desa-Desa terhadap layanan teknis yang
berkualitas,merangsangmunculnya inovasi dalampraktik
pembangunan,dansolusiinovatif untukmenggunakanDD secara tepat dan
seefektif mungkin.
PIDdiselenggarakanoleh KementerianDesa PDTT dengandukungan
pendanaan dan perancangan program bersama dengan Bank Dunia,
melaluirestrukturisasi programyangsebelumnyadifokuskanpada
Pendampingan Desa dalam pelaksanaan Undang-Undang Desa.
B.Dasar Pelaksanaan
PIDdiselenggarakanberdasarkanperjanjianpinjaman(LoanIBRD8217-ID)
antara Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia.
C.Prinsip Pengelolaan PID
Pengelolaan PID didasarkan pada prinsip-prinsip:
1.taat hukum;
2.transparansi;
3.akuntabilitas;
4.partisipatif
5.inklusif; dan
6.kesetaraan Jender.
D.Para Pihak
Para Pihak yangterlibatdalamperancangan,pelaksanaan maupun
pemantauan program,meliputi Kementerian/LembagaPemerintahsebagai
berikut:
1. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan

72| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Kebudayaan,sebagai koordinator pemangku kepentinganantarpihak;
2. Kementerian Desa,PembangunanDaerahTertinggaldanTransmigrasi,
sebagaipenanggungjawabdalampelaksanaankegiatanPID(Executing
Agency);
3. KementerianDalamNegeri,sebagaipembinaPemerintahDaerahdan
PemerintahDesa;
4. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, sebagai koordinator
perencanaanprogram;
5. KementerianKeuangan,sebagaiwakildariPemerintahIndonesiayang
menandatangani perjanjian pinjaman dengan Bank Dunia,
Kementerian Keuanganbertugasuntukmemastikan bahwaseluruh
pengaturan terkait denganprinsip dan prosedurpenggunaan anggaran
program yangbersumberdarianggaranpemerintahsesuaidengan
peraturanyang berlaku.
6. BPKP,adalah AuditorPemerintah yangmelakukan auditprogramdan
reviewInterimFinancialReport(IFR)yangdisampaikanoleh Executing
Agency;dan
7. Bank Dunia, sebagai mitra kerja dan lembaga donor dalam
pembiayaanPID.
E.Tujuan
PID bertujuanuntukmeningkatkan kualitaspenggunaanDana Desa melalui
berbagaikegiatanpembangunandan pemberdayaanmasyarakat Desa
yanglebih inovatifdanpeka terhadap kebutuhanmasyarakatDesa. Dalam
jangka menengah, upayaini diharapkan mendorong produktivitas
danpertumbuhanekonomi perdesaansertamembangun kapasitasDesa yang
berkelanjutanuntukmeningkatkan kesejahteraansosial-ekonomi
masyarakatdankemandirianDesa,sesuaidenganarah dankebijakandan
sasaran Kementerian Desa PDTT pada RPJMN 2015-2019.
F.Manfaat
Melalui pelaksanaan PID, Desa akan menerimamanfaat,antara lain:
1. Fasilitasidan pendampinganuntuk salingbertukarpengetahuandan
belajar kegiatan pembangunandanpemberdayaan masyarakatyang
inovatifdengan Desa lainnya;
2. Fasilitasidanpendampinganuntukmerencanakandanmelaksanakan
kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang lebih
inovatifdan sesuai dengan prioritas kebutuhan masyarakat Desa;
3. Desadapatmemanfaatkanjasalayananteknisuntukmeningkatkan
kualitaskegiatan pembangunan dan pemberdayaan diDesa;dan
4. Desa memperoleh kesempatan dan akses untuk meningkatkan
kapasitaskegiatan perekonomiannya
G.Penerima Manfaat
Penerima manfaat utama dari PID adalah Desa dan Penyedia Jasa
Layanan Teknis, sesuai dengan ketentuan program.
H.Ruang Lingkup
PID mencakup:
1.pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa
a. penyediaanDanaBantuanPemerintahPengelolaanPengetahuan
danInovasi Desa;
b. peningkatanKapasitas Penyedia Jasa Layanan Teknis; dan
c. pengembanganSistemInformasiPembangunan Desa.
2.Program Penguatan P3MD dan PID
Program Penguatan P3MD dimaksudkan untuk meningkatkan
efektivitas pengelolaanpendampinganDesa,sedangkan PIDuntuk
meningkatkan kualitas penggunaan Dana Desa melalui berbagai
kegiatan pembangunan dan pemberdayaanmasyarakat Desa yang lebih
inovatif dan peka terhadap kebutuhan masyarakat Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 73


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
3.Program Pengembangan Eksekutif (PPE)
PPE merupakan kegiatan peningkatan kapasitas untuk pejabatdi
lingkunganKementerianDesa PDTTterkaitdenganvisioning,decision
making, program manajemen dan mitigasi risiko.
4.Pilot Inkubasi Program Inovasi Desa
Pilot InkubasiPID dimaksudkan untuk memberikan dana stimulan dan
technical assistant kepadaDesaterpilihagardapatmengembangkan
produktivitas perekonomiannya.
I. Lokasi
PID dilaksanakandi seluruh Kecamatan,pada 434 (empatratus tiga puluh
empat)Kabupaten/Kotadi33(tigapuluhtiga)Provinsi(kecualiProvinsi DKI
Jakarta), sedangkanuntuk PJLT akan dilaksanakandi 246 (dua ratus empat
puluh enam) Kabupaten (Lampiran tentang daftar lokasi dan alokasi).
J.Jangka Waktu Pelaksanaan Program
Pelaksanaan PID terhitung sejak Loan Agreement PID (IBRD 8217-ID)
berlaku efektif sampai dengan 31 Desember 2018.

74| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
BAB II
RANCANGAN, PENGELOLAAN,DAN PENGENDALIAN

A.Komponen Pembiayaan
Dana pinjaman/loan IBRD 8217 ID difokuskan dan hanya dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan sesuai komponen, sebagai berikut:
1.komponen 1a. Hibah Inovasi Desa
Hibah Inovasi Desa berupa Dana Bantuan Pemerintah yang
dialokasikan di kecamatan sebagai biaya operasional dan kegiatan
untuk mendorong munculnya inovasi dalam pelaksanaan
pembangunan dan pemberdayaan Desa.
2.komponen 1b. Hibah Inkubasi Inovasi Desa
HibahInkubasiInovasiDesaberupaDanaBantuanPemerintahyang
dialokasikan di500 Desa terpilih,sebagai stimulandalam rangka
pengembangan ekonomi lokal desa.
3.komponen 2 – Bantuan Teknis dan Peningkatan Kapasitas
Penyediaantenagaahliuntukkonsultandantenagadukunganteknis
dankegiatan peningkatankapasitasuntukmendoronginovasidalam
pembangunandan pemberdayaanDesadanpeningkatanefektivitas
pengelolaan program pendampingan Desa.
4.komponen 3 - Penguatan Manajemen
Penguatan manajemenuntukmendukung penguatankelembagaan dalam
pengelolaan PID, Pendampingan Desa, Pengawasan
Pembangunan Desa dan Pengembangan Sistem Informasi
Pembangunan Desa.
B.Kegiatan Prioritas
Mengacupadakomponenpembiayaandiatas,bidangkegiatandantarget
capaian PID ditetapkan sebagai berikut:
No Bidang Kegiatan Prioritas
1 PengelolaanPengetahuandanInovasiDesa
1.1 Bantuan Pemerintah 1. Menyediakandana untukoperasionaldan kegiatan
PPID inovasi dan pengelolaan pengetahuan Desadalam
bidang:i) pengembanganekonomi lokal dan
kewirausahaan;ii) pengembangansumberdaya
manusia; iii)infrastrukturdesa;
2. Pertukaran pengetahuan dan kegiatan inovasi
melalui bursainovasi desa.

1.2 Penyedia Jasa Layanan Meningkatkan kapasitas Penyedia JasaLayanan Teknis


Teknis (PJLT)yang profesional kepada Desa,melalui
penyediaandirektoridan peningkatan kapasitas PJLT
dalam bidang: i) pengembanganekonomilokaldan
kewirausahaan;ii)pengembangansumberdaya manusia;
iii)infrastruktur desa.

1.3 PengembanganSistem 1. PengembanganSistemInformasiPembangunan


Informasi Desa
PembangunanDesa 2. PenyediaanInfrastrukturpengelola Data
3. Penyediaan tenaga pengelola data dan tenaga
analisis data

2 PenguatanP3MDdanPelaksanaan PID
2.1 Penyediaan TA P3MD 1.Rekrutmen dan remunerasi TAP3MDdi Pusatdan
danPID Provinsi;
2.Rekruitmen dan remunerasi TA PID diPusat,
Provinsi danKabupaten
2.2 Peningkatan 1. Evaluasi kinerjaTenagaAhli Pusatdan Provinsi
manajemen 2. Rapatkoordinasi dan evaluasi diPusatdan Provinsi
pendampingan desa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 75


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
2.3 Peningkatankapasitas 1. Pelatihan PraTugasPID
dankualitastenaga 2. PeningkatanKapasitasTA PM Kabupaten dalam PID
pendampingprofesional
3 PenguatanManajemen
3.1 ProgramPelatihan 1.Pelatihan khusus pejabat eselon I dan II di
Eksekutif Senior lingkunganKementerianDesa PDTT
3.2 Penyediaan dukungan 1.Penyediaan tenagaahli
untukUnit Kerja 2.Penyediaan gaji dan tunjangan serta biaya
PengembanganInovasi operasional
Desa danPengendalian
sertaPengawasan
PembangunanDesa
3.3 Penguatanmanajemen 1.Penyediaan biaya operasional pelaksanaan kegiatan
Satker Pusat dan 2.Penyelenggaraan Sosialisasi, Rapat Koordinasi,
Provinsi Monitoring& Evaluasi, Pelaporan

3.4 PenguatanKapasitas 1. Pelatihan jabatan fungsional audit dan Aparat


InternalAudit Inspektorat JenderalKementerianDesa PDTT
2. Pengembangan Panduan Pengawasan Berbasis
MasyarakatdanSistem ManajemenRisiko
PembangunanDesa
4 ProgramInkubasiPID
4.1 Uji Coba Inkubasi Menyediakan DanaBantuan Pemerintah untuk
PeningkatanEkonomi stimulanbagiDesaterpilih dalam pengembangan
Lokal ekonomilokal

C.Daftar Larangan
Hal-halyang dilaranguntukdilakukandalam pelaksanaanPID antaralain:
1. membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang berkaitan dengan
politikpraktis;
2. membiayaidan/ataumendukungkegiatanyangmempekerjakananak;
dan
3. membiayaidan/ataumendukungkegiatanyangberdampakmerusak
lingkunganhidup.
D.Pengelolaan Program Inovasi Desa
PengelolaanPIDmengacudandikembangkanberdasarpadaaspek-aspek
sebagai berikut.
1.Pokok-pokok Pengelolaan
a.PIDdikelola olehSatuanKerjaDirektoratJenderal PPMDdan
dilaksanakan oleh 2 (dua) Project Implementing Unit (PIU) yang
beradadibawahSekretariat JenderaldanDirektoratPemberdayaan
MasyarakatDesa, DirektoratJenderal PPMD,Kementerian Desa PDTT;
b. Mengacu secara konsisten pada kerangka kerja PID.

76| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

2.Struktur Organisasi Pengelola

Bagan1.StrukturOrganisasi UK PID-P3D

3.Tugas dan Fungsi Pengelola


PengelolaPIDmencakuppelakuindividualdanlembagasesuaistruktur
organisasi di atas, mengemban fungsi dan tugas, sebagai berikut:
a.Unit Kerja Pengembangan Inovasi Desa dan Pengendalian serta
Pengawasan Pembangunan Desa (UK PID-P3D) yang terdiri dari:
1) Dewan Penasihat
Dewan Penasehat adalah sejumlah ahli yang direkrut sesuai
bidangnyamasing-masing yang berfungsi:
a) menilaikemajuanPIDdanmemberikanrekomendasikepada
Menterimelalui Sekjen untuk perbaikan Program;
b) memberikanmasukankepadaMenterimelaluiSekjendalam
menentukanarahdanstrategiProgramuntukenambulan
kedepan.
c) memberikan masukan kepada Menterimelalui Sekjen dalam
membuat keputusanterkaitpenangananmasalahteknisdan
manajemen PID yang tidak dapat diselesaikan ditingkat
SatuanKerja Ditjen PPMD.
d) memberikanmasukandansarankepadaMenteriberkenaan
dengan hal-halterkait hubunganPusat-Daerah dalam
pelaksanaanprogram dan kegiatan Kementerian Desa PDTT;
e) hal-hallain yang bersifat khusus dan mendesak.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 77


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

2) TimPelaksana,merupakanunsurpelaksanadalamUKPID-3PD
yangmemiliki tugas:
a) melaksanakaninstruksidan/atauarahanMenteribaik yang
disampaikansecara langsung ataupunmelaluiSekjen/Irjen;
b) merumuskan isu-isu penting lintas unit eselon I terkait
dengan pelaksanaanprogram;
c) menyiapkanbahan-bahanyangdibutuhkanuntukdibahas
dalampertemuandanpembahasan Dewan Penasehat.
d) menyajikantelaahataskeadaan,perkembangan,dan
permasalahan pelaksanaanprogramdankegiatan di
lingkunganKementerian Desa PDTT;
e) memantaupelaksanaanprogramdankegiatanKementerian
terutama kegiatan prioritasyangmenentukanpencapaian
kinerjaKementerian; dan
f) melakukankoordinasi,harmonisasidansinergiantarunit
eselon1 Kementerian Desa PDTT.
b.Satker Direktorat Jenderal PPMD bertanggungjawab untuk:
1) merumuskan kebijakanoperasional PID;
2) mengeloladanmelaksanakankegiatanstrategisdalamPIDdan
PengelolaanPengetahuan Desa;
3) memantau danmengendalikankinerjaProgram;dan
4) membuat laporan kepada Menteri melalui Sekjen dengan
tembusan kepadaUKPID-P3Ddanpemangkukepentingan terkait.
c. Unitpelaksanaprogram,bertanggungjawabmelaksanakankegiatan
teknis implementasi PID, terdiri dari:
1) DirektoratPemberdayaanMasyarakatDesa,DirektoratJenderal
PPMD, bertindakselaku UnitPelaksana Programdi tingkat
nasional dan bertanggung jawabuntuk:
a) mengelolaadministrasi umum dan perencanaanteknisPID;
b) mengelolaanggaranuntukPID,termasukmengontrakpara
konsultandan PerusahaanPengelolaAdministrasi(PPA);
c) mengkoordinasikan pengelolaan dana dekonsentrasiPID dan
komponen programlainnya dengan satkerP3MDProvinsi,
sesuaiRKA DIPA Dekonsentrasi; dan
d) menjalankanregulasidanmengimplementasikankebijakan
terkaitpengelolaan aset-aset program.
2) SekretariatJenderalbertindaksebagaiUnitPelaksanaProgram,
bertanggungjawab untuk:
a) melakukansupervisi terhadap UKPID-P3D;
b) mengelolaadministrasi umum dan perencanaanteknisPPE;
c) mengelola anggaranuntukPPE,termasukmengontrakpara
konsultan, pakardan/atauLembagapenyedia jasa
peningkatankapasitas dari dalam dan/atau luar negeri
d) mengelolaprogrampengembangankapasitasuntukpejabat
pengawasan/audit;
e) mengembangkankegiatansosialisasidanpublikasiPIDdan
pelaksanaanPembangunanDesapada umumnya.
3) Dinas PMD Provinsimerupakan Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) Provinsiyang ditunjukuntukmelaksanakankegiatan PID
yangdianggarkan melalui DIPA Dekonsentrasi.

78| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
4) TimInovasiDesaKabupaten(TIK)adalahTimyangdibentukdi
kabupaten yang didanai dan difasilitasi oleh Satker
DekonsentrasiProvinsi.TIKdiketuaiolehOPD Kabupaten/Kota
yang menangani pembangunan danpemberdayaan masyarakat
Desa. TIKterdiridariPokjaPengelolaanPengetahuandanInovasi
Desa (Pokja PPID) dan Pokja Penyedia Jasa Layanan Teknis
(PokjaPJLT).
5) Koordinator Program mengelola dukungan teknis dan
implementasiprogram sertamengkoodinir danmengendalikan
seluruh kegiatandan kinerjaseluruhtim operasionalbaik pada
P3MDdan PID.
6) Sekretariat Program (Sekpro) adalah suatu gugus tugas
dipimpin oleh KepalaSekretariat berfungsimemberikan
dukungan
administrasidankesekretariatanyangterdiriatasTenagaAhli dan
memilikikeahliansertaketerampilandibidangtugasdan fungsi
tersebut. Sekpro bekerjamembantu Satkerdan bertanggung
jawab dalam pengelolaanadministrasi dan Sumber DayaPID
baik dalam struktur UK PID-P3D, P3MD dan PPID.
7) TimPelaksanaInovasiDesa (TPID) adalahkelompokmasyarakat
pengelolaDana Bantuan Pemerintah PPID.
4.Hubungan Antar Pihak
Relasi antar pihak dalam pengelolaan PID diatur dalam Standar
Operasional Prosedur, selanjutnya disebut SOP Hubungan Antar
Pihak.
5.Strategi Pengelolaan
Strategi pengelolaan program dilaksanakan melalui:
a. penguatankapasitaskelembagaandanmanajerialterkaitdengan
pengelolaanPID, termasukpenguatankapasitaspejabatsenior
Kementerian Desa PDTT; dan
b. membangun jaringan para pihak yang semuanya berkontribusi
untuk tata kelola yang lebih baik.
E.Pengendalian
1.Rencana Aksi Tata Kelola yang Lebih Baik
a.Tata Kelola dan kerangka kerja integritas mengacu kepada
pengalaman lapangan dan uji coba penelitian yang spesifik di
bawah programpemberdayaanmasyarakatsebelumnya.Rencana
AksiTata Kelola ini merupakan kerangka sistem pengendalian dan
manajemen risiko standar yang digunakan oleh PID.
b.Rencana AksiTataKelolaini memberikanarahan danpedomantata
kelola yang menyeluruh, untuk meminimalkan risiko,
terutamarisiko penyimpangan/korupsi, dengan mengidentifikasi
potensi risiko.
c. Langkah-langkah mitigasi risiko berfokus pada:
1) pembuatan Sistem Informasi Manajemen yang handal. Basis data
terintegrasi dan aplikasi berbasis jaringan yang akan
dikembangkan untuk memudahkanpengumpulan data,analisis
datadan pelaporan termasuk penyediaan dashboard.
2) pembuatanSistemPenangananPengaduandanMasalah.SOP
Penanganan Pengaduan dan Masalahdidukung aplikasi
ComplaintsHandlingSystemakan dikembangkan untuk
memfasilitasi partisipasi masyarakatdalam mengawasi
pelaksanaanprogram.
3) menjalankan pengendalian keuangan/fiduciary yang ada meliputi:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 79


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
a) setiap levelpengelolaprogramakantersediapersonildengan
fungsimanajemen keuangan danpengawasan;
b) internal audit akan dilaksanakan secara berkala menggunakan
SOP yangmemadai;
c) laporan disbursement bulanandireviewolehKonsultan
bekerjasamadengan Satker Provinsi/Pusat;
d) auditeksternalolehBPKPbekerjasamadenganInspektorat
Daerah;
e) pengelolaprogramberkewajibanmengumumkanposisi
keuangandan hasil auditmelaluimedia publik;
f) penyelenggaraan pelatihan mengenai fiduciary dan
pengawasan bagikonsultandanfasilitatorsertapelaksana
programterkait;
g) sanksiprogram bagi penyimpangan keuangan; dan
h) supervisirutin oleh PMU dan Bank Dunia.
4) Penyediaantenagaahliyangberkualitasmelalui:
a) Kerangka Acuan Kerja (KAK) disusun secara cermat
mendeskripsikan persyaratan yang ketat dengan kinerja
yangterukur;
b) rekrutmen secara profesional dan transparan untuk
mendapatkansumber daya yangberkualitas;
c) penyelenggaraanPelatihanpratugasdan penyegaran;
d) penyusunan SOP pengendalian Konsultan dan fasilitator;
dan
e) penyusunankode etik dansanksi bagitenaga ahli.

d.Laporan Tata Kelola disusun setiap semester untuk:


1) menyajikan data dan informasi tentang tingkat kepatuhan
pelaksanaantata kelola yang baik

2) mengidentifikasi tantangan baru yang muncul dalam


pelaksanaanprogram;
3) menyediakan forum untuk membahas kinerja Tata kelola
penyelenggaraanprogram; dan
4) menganalisatatakeloladantrenkorupsiselamapelaksanaan
kegiatan.
2.Struktur Pengendalian Manajemen
Program ini memiliki berbagai sistem pengelolaan dan pemantauan
yangdigabungkandenganupayameningkatkanakuntabilitassistem.
Hal iniuntuk memastikan bahwaprogram ini dikelola dengantepat.
Dalam rangka pengendalian yang efektif maka perludikembangkan
dan diperkuatsistem pengelolaan sebagai berikut:

Sistem Perangkat/ Mekanisme / PenanggungJawab


Pengelolaan Kontrol
Sistem MISandCHS SatkerKementerianDesa, PDTT
Manajemen (Satker),KonsultanNasional (KN)
danKonsultanProvinsi(KP)

80| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Sistem Deteksi 1.Pengawasan& PemantauanCHS 1.Setjen, Irjen,Satker
danRespon 2.Konsultan Pengawas 2.Satker,KN danKP
3.Tenaga Dukungan Teknis 3.SatkermelaluiKN danKP
4.Pengawasanoleh Media 4.SatkermelaluiKN danKP

3.Manajemen Risiko
a. manajemen risiko bertujuan untuk mencegah hal-hal yang
berpotensi menghambat atau bahkan menghentikan
pelaksanaan program/kegiatan (risiko);
b. manajemen risiko dilakukan mulaidariperencanaan,pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi; dan
c. manajemen risiko dilakukan melalui tahap/langkah:
mengidentifikasi (identify), mengkualifikasi (qualify),
mengevaluasi (evaluate) dan memitigasi (mitigate).
4.Pengawasan
a. pengawasan PID dilaksanakan sesuaistrukturmanajemen program
melibatkan partisipasi masyarakat, dan menerapkan
transparansi;
b. pengawasan serta audit (internal oleh Inspektorat Jenderal
Kementerian DesaPDTT dan eksternaloleh BPKP)
dilakukanuntuk memastikan risikodiminimalkan terutama
untukmencegah penyimpangan/korupsi;
c. Tenaga Ahli di semua tingkatan memiliki tanggung jawab
pengawasan;
d. audit atas Laporan Keuangan disepakati oleh Satker Pusat dan
Bank Dunia yang akan dilaksanakan oleh BPKP; dan
e. BankDunia memberikanlayananpengawasan tambahanterutama
melalui Tim Kerja yang secara teratur melakukan reviu
ataspelaksanaanprogram
danpencapaiantujuanprogramdanmelalui Tim Fiduciaryyang
memperkuat kapasitas Pemerintah Indonesia di
bidangpengawasan keuangandanpengadaan barang/jasadan
penanganan pengaduan/masalah.
5.Pengadaan Barang dan Jasa
a. pelaksanaanpengadaanbarangdanjasa diSatkerPusatdanSatker
DekonsentrasiProvinsi,yang bersumberdariLoanIBRD mengacu
kepada ketentuan pengadaan barang/jasa Bank Dunia.
b. pengadaan barang dan jasa di kelompok masyarakat dilaksanakan
secara swakelola dan pengadaan langsung dengan prinsip efisien,
ekonomis dan transparan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 81


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
BAB III
PENGUATANMANAJEMEN

A.Komponen Kegiatan
Penguatan manajemendimaksudkan agar pengelolaanPID secara terintegrasi
dengan program prioritas Kementerian Desa PDTT.Selain itu, penguatan
manajemenjuga dimaksudkan untukmendorong terwujudnya integrasi
seluruhlinidan unitkerjasehingga pelaksanaanPembangunan dan
PemberdayaanMasyarakat Desadapatberjalan secaraefektif dan efisien.
Kebutuhan dan isu-isu di atas direspon PID melalui rangkaian kegiatan
program yangdikelompokkansesuaikomponenkegiatan yangdiuraikan
dibawah ini.
B.Program Pengembangan Eksekutif (Executive TransformationProgram)
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pejabat di
lingkunganKementerianDesa,PDTT,denganprioritaspadapejabateselon
1 dan 2 meliputi:
1. Pelatihan dan/ataulokakarya didalamdan/atau diluar negeridalam
bentuk program pengembangan profesional bersertifikasi sesuai
subyek dansumberdaya yangdibutuhkan, yangberhubunganerat dengan
kapasitas dan prioritas Kementerian.Kegiatan ini akan dilaksanakan
melalui kerja sama dengan perguruan tinggi atau
lembagapenyelenggara pelatihan lokal maupun internasional.
2. Executive Coaching
Kegiatan ini dikhususkan untuk mengawal aplikasi hasil dari
pelatihan maupun lokakaryayangtelah diikutioleh parapejabat
Kementerian Desa, PDTTdengan coach ataupakar yangmemiliki
pengalaman dankapasitasdalammanajemen tingkat eksekutif.
3. Local danInternationalKnowledge Exchange
Kegiatan ini untuk meningkatkan peran global Kementerian Desa
PDTT dalamkerangka Kerjasama Selatan-Selatan,sebagaibentuk
knowledgeexchangedan terciptanyajaringan kerjasamadalam
pengembangan Desa dengan negaralain. Kegiatan ini juga untuk
meningkatkan kapasitasstaf Kementerian dalammerancangdan
melaksanakanprogram, sertamempromosikanInovasi Desa.
4. Menyelenggarakan kegiatan circular forum antar eksekutif atau
pimpinan lembagadalambentuk seminarinternaldi mana narasumbernya
adalahstaf yangtelahmengikutipelatihan atau kegiatan
eksternaldanpesertanya adalahstafdiunitnya yangterkait,
pimpinannya,maupun stafunitlainyangdiundang.Kegiatanini
menjadibentuk pelatihaninternalbagistaflainnya,diseminasi informasidan
pengetahuanbaru,sertamedia untuk menindaklanjuti rencanaaksi dari
tiap kegiatan.

C.PenyediaanTenagaAhliuntukKementerianDesa,PembangunanDaerah
Tertinggal, dan Transmigrasi
Program jugamenyediakansejumlah TenagaAhli untukmembantu
pimpinanKementerianDesa PDTT dalammelakukanpengawasandan
pengendalian dalam pelaksanaan program dan kegiatan PID.

82| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


-
8383

Bagan 2.SatkerdalamHirarkhiKementerianDesaPDTT (Pusat-Daerah)

D.Penguatan Satker Pusat dan Provinsi


Kegiatan Penguatan Satker Pusat dan Provinsi mencakup:
1. penguatan manajemen;
2. peningkatan kapasitas dan pembinaan;
3. penyelenggaraan sosialisasi, rapat-rapat koordinasi dan workshop;
4. pemantauan (monitoring) danevaluasi; dan
5. pelaporan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 83


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
BAB IV
PENGELOLAAN PENGETAHUAN DAN INOVASI
DESA

A.Strategi Kegiatan
Strategi yang dikembangkan dalam rangka munculnya inovasi desa
adalah dengan mengoptimalkandibidang: (i)Kewirausahaandan
Pengembangan Ekonomi Lokal, (ii) Pengembangan Sumber Daya
Manusia (pelayanan sosial dasar, dan kewirausahaan sosial) dan
(iii) Infrastruktur desa melalui:
1. PenyediaandanaoperasionalkegiatanPengelolaanPengetahuandan
InovasiDesa
2. PengembanganKapasitas Penyedia Jasa Layanan
Teknis.
3. PengembanganSistemInformasiPembangunan
Desa.

Bagan 3. Akses pada Data Pembangunan Desa (Sistem Informasi Manajemen dengan
Kemampuan Pemantauansecara Langsung)

B.Komponen Kegiatan
1.Dana Bantuan Pemerintah Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa
DanaBantuanPemerintahPPIDmerupakandana operasionalkegiatan
yangdialokasikan dikecamatandandigunakan untukmembiayai
berbagai kegiatan pengelolaanpengetahuan. Kegiatan
inidiharapkan dapat mendorong munculnya inovasi dalam
pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakatDesa;
khususnya terkait dengan peningkatan kapasitas kewirausahaan
danpengembangan ekonomi lokal,
peningkatankualitasinfrastruktur danpengembangankapasitas
sumber dayamanusia. Penggunaandanaini melaluiproses
pengelolaan pengetahuan secara sistematis, terencana dan
partisipatif, yang meliputi proses:i)identifikasi, ii) validasi,
iii)dokumentasi, iv) pertukaran pengetahuan atau eksposisi dan, v)
replikasi.
2.Pengembangan Kapasitas Penyedia Jasa Layanan Teknis (PJLT)
PJLTadalah organisasiataulembagayang memilikikeahliantertentu
dan diakuisecara profesional sertaberkomitmen membantudesa
dalam meningkatkan kualitaspembangunan dan pemberdayaan
masyarakat
Desa.JenislayananteknisyangdisediakanPJLTmeliputitigabidangkeg
iatan utama yang tidak dapat diberikan oleh pendamping
profesional:(1)KewirausahaandanPengembanganEkonomiLokal,(2)
Pengembangan Sumber Daya Manusia (pelayanan sosial dasar,
84| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa
dan kewirausahaansosial)
dan(3)infrastrukturDesa.PJLTmemberikan
pelayanandalambentukdukunganteknisberupapelatihan,konsultas
i,
bimbinganteknis,mentoring,danstudisesuaidengankebutuhanDesa
.
PJLTdapatmemfasilitasiDesadalammengidentifikasi,mengorganisir
dan memanfaatkan jaringan kerja yang mendukung peningkatan
produktivitas dan hasil guna kegiatan di Desa. Program akan
mendukung Pemerintah/Pemerintah Daerah dalam
mengidentifikasi
kebutuhandanmenginventarisasiketersediaan,pendaftaran,verifika
si dan sertifikasi PJLT.
3.Pengembangan Sistem Informasi Pembangunan Desa (SIPD)
SIPD merupakansalahsatu upayauntuk pengelolaan,evaluasidan
analisa data Desa, yang ditujukan untuk mendukung
tujuan percepatanpembangunanDesa danproduktivitas
desaberbasispada pengelolaandata pembangunanDesa.
Pengelolaandanpengembangan SIPD akan terkoneksidengandata
dasaryang selama ini dihasilkan di Kementerian Desa PDTT dan
aplikasi pengolah data yang sudah berjalan diDesa.
Pengelolaandanpengendalian databertujuanuntuk
menyediakanmodel danplatformuntukmendukungpengolahan
data PID.
MelaluiSIPD,datapembangunandesaakandikumpulkan,dianalisa
dan disajikandengan mengacu kepadavariabelIndikatorKinerja
KeberhasilanProgramdataDesa (targetoutputdata).SIPDakan
menyajikan status danpeningkatan level Desa sebagaidampak
intervensi program terhadap Desa.

C.Target Pencapaian
Secara teknis target pencapaian ini akan dituangkan dalam petunjuk
teknis operasioanalpengelolaanpelaksanaan dan inovasidesa,adapun
bidang-bidang dalam target capaianini adalah:
1.bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi
Lokal;
2.bidang Sumber Daya
Manusia;
3.bidang
Infrastruktur;
4.program Pilot Inkubasi Inovasi Desa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 85


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Program Pilot ini direncanakan akan dikembangkan di 500 desa,
berkenaanpemilihanlokasiakanditetapkandandisusunpetunjuk
teknis secara tersendiri; dan
5.bidang Manajemen Data dan Informasi
Desa
PenyediaanSistemInformasiPembangunanDesayangdapatdiakses
oleh berbagai pihak.

D.Lokasi Program
1.PengelolaanPengetahuan danInovasiDesadilaksanakandiseluruh
Kecamatan, di 434 Kabupaten /kota, di 33 Provinsi (kecuali Provinsi
DKI),
2.Untuk pengembangan kapasitas PJLT dilaksanakan di 246
Kabupaten/Kota yang disesuaikan dengan lokasi program prioritas
Kementerian DesaPDTT; dan
3.Program PilotInkubasiInovasi Desaakandilaksanakandi500Desa.

E.Pelaksana Program
PIDdilaksanakanolehSatkerDitjenPPMD, KementerianDesa,
PembangunanDaerah Tertinggal,dan Transmigrasi,didukungoleh
SekretariatProgram,dan sejumlah tenaga ahlidi tingkatpusat,provinsi,
TAPMdan TAPIDditingkat Kabupaten,TIKdan TPID. Padasetiap
Kabupaten lokasiakan disediakanTenaga Ahliuntuk ProgramPilot
Inkubasi Inovasi Desa.

F.Mekanisme Keuangan
1.Pencairan Dana Bantuan Pemerintah
PPID
Mekanismeiniakandiaturtersendiridalampetunjukteknisbantuan
pemerintah PPID.

2.Pencairan Dana Operasional Kabupaten


a.mekanisme penganggaran dan pembayaran adalah melalui
Dekonsentrasi.
b.SatkerPusatakanmenerbitkanJuknisDekon,ProgramSOP,dan
Juknis Penggunaan Dana Block Grantke Satker Provinsi.
86| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa
c. dalamrangkapembayarandanaoperasionalTimInovasiKabupaten
maka Satker Provinsi menugaskan Bendahara Pengeluaran
Pembantuuntuk
memfasilitasipembayarandanaoperasionalproyek di kabupaten.
d.dana operasionalproyek menggunakanmekanisme
UangPersediaan (UP) yang diajukanoleh
BendaharaPengeluaran Pembantu kepada PPK/Satker Provinsi.
e. berdasarkanDIPADekonsentrasiyangditerimaolehSatkerProvinsi
maka BendaharaPengeluaran Pembantumengajukan Uang
Persediaanke SatkerProvinsi.BesaranUangPersediaan
yangdapat diajukan olehBendaharaPengeluaran
Pembantumengacukepada PMK 190 tahun 2012.
f. berdasarkan pengajuan dari Bendahara Pengeluaran Pembantu
maka SatkerProvinsimemprosespermintaan tersebutdengan
mengajukan SPM UP ke KPPN.
g. selanjutnyaKPPNakanmemverifikasiSPMUPyangdiajukanoleh
Satker ProvinsidanmenerbitkanSP2D UP.BerdasarkanSP2D UP
yangditerbitkanolehKPPNmakamakamentransferdanaUP ke
rekening Bendahara Pengeluaran Pembantu.

h.dana UP adalahdana yang bersifat revolvingyang harus


digunakan, dipertanggungjawabkan dandimintakan
kembalidalam2 bulan dengan maksimum pembayaran per
transaksi Rp 50 juta.
i. dalam rangka pembayaran biaya operasional di
kabupaten maka Pokja
InovasiKabupatendapatmengajukanpermintaanpembayar
an kepada BendaharaPengeluaran Pembantu
dengancatatan nilai per transaksi tidak melebihi Rp 50
juta.
j. uang Persediaandapat diminta kembali keSatker
Provinsisetelah digunakan 50%.
k.uangPersediaan yangberadadiBendaharaPengeluaran
Pembantu diadministrasikan, dicatatdan
dilaporkanolehBendahara Pengeluaran Pembantu sesuai
penggunaan di kabupaten.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 87


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

G.Koordinasi
1.Program Inovasi Desa dikelola secara terpadu dengan
melibatkan berbagai pemangku kepentingan,baik dari unsur
pelaku pemerintah, konsultan/pendamping, dan pelaku
masyarakat.
2.
koordinasidilakukansesuaijalurstruktural(Pemerintah),fungsi
onal (Konsultan/Pendamping),maupunlintas
jalur(strukturaldan fungsional).
3.koordinasi antar pihak terkait dilakukan secara berjenjang
sesuai tingkat pemerintahan dari tingkat nasional sampai
kabupaten.
H.Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan Program
1. pemantauan akan dilakukan secara periodik dengan
pengawasan secara melekat, fungsional dan eksternal.
Pendekatan pemantauan dapat dilakukan dengan
pendekatan pemantauan (monitoring) partisipatifdan
studiberkelanjutan selama pelaksanaan program.
Pemantauan dapat dilakukan juga melalui kerja sama
denganPerguruan Tinggi dan atau LSM lokal khususnya
dalam proses pemantauan (monitoring)partisipatif.
2.evaluasiakandilakukandengan melibatkanberbagaipihak khususnya
dalammendukungproses pengembangandankeberhasilanProgram Inovasi
Desa(PID). Evaluasiini dilakukansecara menyeluruhbaik
terhadap(i)kinerjapelaku program,(ii)operasionalkegiatandan(iii)
subtsansi PID yang diidasarkan atas Indikator Keberhasilan Program.
3.pelaporandilakukansecara periodikdanberjenjang.Laporanterdiri
darilaporanbulanan,laporan 6(enam)bulanan,danlaporanakhir.
Pelaksanaan laporanakandilakukan secaradigitaldan manualyang akan
dikoordinasikan olehTANasionalBidang Monitoringdan Evaluasi dan TA
Inovasi Kabupaten bagian pendataan.
PenjelasanlebihlanjuttentangProgramInovasiDesainidituangkan dalam
Petunjuk Teknis dan Panduan.

88| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


BAB V
PROGRAM PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
(P3MD)

A.Gambaran Umum
ProgramPembangunan danPemberdayaanMasyarakatDesa (P3MD)
merupakan upaya untukmendukung pelaksanaanUU Desamelalui
penyediaan pendampinganprofesionalbagi Desa. Saatini telahtersedia
sekitar 30.000 (tigapuluh ribu)Pendamping ditingkat Kabupaten,
Kecamatan dan Desa yang didanai dari DIPA Ditjen PPMD (Rupiah Murni).
Untuk mengelola pendampingan ini dibutuhkan tim manajemen atau
tenaga ahlidi tingkat Provinsidan Pusat yangdikelola oleh Perusahaan
PenyediaJasaAdministrasi (PPA).Disampingitu,untukmendukung ketertiban
dan kelancaran administrasi maka dibentuk Sekretariat Program yang
bertanggungjawab atas administrasi keuangan dan kepegawaian program.
Sebagiandana pinjaman,yangbersumberdariIBRD Loan8217-ID akan
digunakanuntukmendanai1(satu)PPAditingkatPusatdan6(enam) PPAdi
tingkatWilayahsertakontrakindividupersonilSekretariatProgram.
B.Komponen Kegiatan
Komponen kegiatanberupapembiayaan atasSekretariatProgram(personil
danoperasional),PPA (kontrakperusahaaan)danTenagaAhli (gaji,
tunjangan,biaya operasional),terdiri dari1(satu) PPAPusatdan 6(enam) PPA
Wilayah.
Di tingkat pusat akan disediakan 19 (sembilan belas) personil di
SekretariatProgram, 47(empatpuluhtujuh)TenagaAhlidibawahPPA
Pusatdan371(tigaratustujuhpuluhsatu)TenagaAhlipada33(tiga
puluhtiga)ProvinsidibawahPPAWilayahdan2.604 (duaribuenamratus empat)
TenagaAhlidi Kabupatendantenagapendukungdikabupatendi bawah Satker
Dekonsentrasi Provinsi.
C.Target Pencapaian
Outputyangdiharapkan dari SekretariatProgram adalahtersedianya
dokumen anggaran, laporan disbursement, dokumenterkait Tenaga Ahli
dan Laporan program.
OutputparaPPA adalahterselenggaranyaadministrasikepegawaian,
dukungan kebutuhan operasional dan penggajian atas para Tenaga Ahli.
Outputdaripara Tenaga AhlidinyatakandalamToRmasing-masing posisi,
antara lain berupa SOP, Modul Pelatihan, Laporan Supervisi, Data,
Laporan lainnyadanoutputlainsesuaibidang tugasdan tanggungjawabnya.
D.Pelaksana dan Koordinasi antar Pihak
PelaksanaprogramadalahSatkerDitjen PPMDKementerianDesa,
PembangunanDaerahTertinggal,dan Transmigrasi.TenagaAhliP3MD dalam
menjalankan tugas saling berkoordinasi dan bekerjasama dengan Tenaga
Ahli Program Inovasi Desa serta dengan Instansi Pemerintah Pusat/
Daerah terkait,sebagaimana terdapat ddalamketentuan SOP Hubungan
Antar Pihak.
E.Mekanisme Keuangan dan Pertanggungjawaban
Mekanisme keuangan dan pertanggungjawaban untuk pembiayaan
kegiatanP3MDadalahmelaluiSatker PusatbaikuntukSekretariat Program,
PPA Pusat maupun PPA Wilayah.
F.Lokasi Kegiatan (Project)
Lokasi kegiatan (project) berkedudukan diPusat dan 33 (tigapuluh tiga)
Provinsi (kecuali DKI Jakarta).
G.Pemantauan (Monitoring) dan Evaluasi

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 89


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
1.SatkerDitjenPPMDakanmelakukanpemantauan(monitoring) berkala
(bulanan) terhadap pelaksanaan tugas tiap unsur yang didanai.
Pemantauan(monitoring) dapatmelibatkanpihaklainyang berkepentingan
sepertiKemenko PMK,KementerianKeuangan, Kementerian
PPN/Bappenas, BPKP dan Bank Dunia;
2.evaluasiKinerjaSekretariatProgramdilaksanakantiap3(tiga)bulan oleh
Satker P3MD Pusat;
3.evaluasiKinerjaPPAakandilaksanakantiap3(tiga)bulanolehSatker
P3MD Pusat; dan
4.evaluasiKinerjaTenagaAhliakandilaksanakantiap3(tiga)bulanoleh
Satker P3MD Pusat dan Provinsi.

90| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
BAB VI
PENGELOLAANKEUANGAN

A.Sumber Pembiayaan

Pembiayaan PID bersumber dari IBRDLoan8217-ID.


B.Penganggaran
1.setiap pembiayaan PIDdengan menggunakanLoanIBRD8217-IDharus
dianggarkan melalui mekanisme penganggaran Pemerintah Republik
Indonesia dan dimasukkan ke dalam DIPA APBN.
2.untuk keperluan penganggaran Loan IBRD 8217-ID, Direktorat PMD
harusmenyerahkanAnnual WorkPlanandBudget (AWPB)keBank
Duniauntuk mendapatkanpersetujuan(NoObjectionLetter; NOL) sebelum
dituangkan ke dalam DIPA.
3.setiap revisi DIPA yang akan berakibat berubahnya kegiatan dan
alokasi anggaran di atas 15%maka Direktorat PMD harus
menyampaikan revisiAWPBterlebih dahulukeBank Duniauntuk
mendapatkan persetujuan.
C.Penyaluran dan Pencairan Dana
1.mekanisme pembayaranPIDkepada pihakIIIyang dibiayaimelaluiloan
menggunakan mekanisme pembayaran yang digunakan oleh
Pemerintah Republik Indonesiadengansistempenggantianmelalui
mekanisme Rekening Khusus.
2.pembayarandapatdilakukan (eligibleexpenditure)terhadapbiayayang telah
dianggarkandidalamAPBN/APBD dansesuaidengan komponen biaya dan
eligibilitycriteriayang diaturdalamLoan Agreement.
3.prosedur pembayaran diuraikan lebih rinci dalam Petunjuk Teknis
Bantuan Pemerintah PPID.
D.Pelaporan Keuangan
1. SatkerDitjenPPMDharusmenyusunLaporanKeuanganPIDsecara triwulan
(Interim Financial Report; IFR) sesuai format yang telah disetujui oleh
BankDunia dan disampaikankepada BankDunia dan
KementerianKeuangansebagaiwakilpemangku kepentingan Pemerintah
Indonesia.
2.laporan keuangan triwulananharus disampaikanpaling lambat 45 (empat
puluhlima)harisetelahperiodepelaporanberakhirdandireviu oleh BPKP
yang juga bertindak untuk melakukan audit keuangan setiap tahunnya
untuk memberikan opini.

30| Modul Pelatihan Pra Tugas Pendamping Desa


BAB VII PEMANTAUAN DAN
EVALUASI
A.Pokok-pokok Pemantauan dan Evaluasi
1.Pemantauan (Monitoring)
a. dilaksanakan secara berjenjang untuk menjamin pengelolaan
Programsesuai dengan tujuan dan sasaran.
b. pengembangan sistem dan proses pemantauan (monitoring)
dilakukansesuai tahapankegiatan yangdilaksanakan.
c. pemantauan(monitoring)dilakukansecaraperiodikmelalui pengawasan
secaramelekat,fungsionaldaneksternaldilakukan melalui
pendekatanpartisipatif,danstudiberkelanjutanselama
pelaksanaanprogram.
d. pemantauan(monitoring)dapatdilakukanjugamelaluikerjasama
dengan Perguruan Tinggidan atau LSMlokal khususnya dalam
proses pemantauan(monitoring) partisipatif.
e. pemantauan (monitoring) atas pengumpulan data dilaksanakan tiap
bulandandibuattampilan pemantauan(monitoring) terhadap
datayang terdapat pada aplikasi yang telah dibuat.
2.Evaluasi
a. evaluasidilakukansetiapkuartal oleh pengelola Program.
b.evaluasi akandilakukandenganmelibatkanberbagaipihak khususnya
dalammendukungprosespengembangandan keberhasilanPID.
c. hasilevaluasidibahasditingkatPusatolehSatkerDitjenPPMD,
Sekretariat Program, tim tenaga ahli danKementerian/Lembaga
terkait(Kementerian KoordinatorBidang PembangunanManusia dan
Kebudayaan,Kementerian Desa,PembangunanDaerah Tertinggal,
dan Transmigrasi, Kementerian DalamNegeri, Perencanaan
PembangunanNasional/Bappenas, Kementerian Keuangan,BPKP,
danKSP).
d.evaluasi dilakukansecaramenyeluruhbaikitukinerjapelaku program,
operasionalkegiatandansubtansiPIDyangdidasarkan atasIndikator
Kunci Keberhasilan Program.
B.Indikator Kunci Keberhasilan (Key PerformanceIndicators;KPI)
Indikator dan target kinerja ditetapkanbersama oleh Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, dan Bank Dunia
antaralainmencakupindikatorterkait kinerjasistem,kinerjadata,
pemanfaatan hasil, kepuasan pemanfaat, dan keterlibatan masyarakat
(lihatlampiranIndikatorKunci Keberhasilan).
C.Pelaporan
Pelaporan Programdilakukan secaraberkaladanberjenjangmelalui jalur
struktural (organisasipemerintahan) danjalur fungsionalsesuai struktur
pendamping profesional(konsultandan fasilitator)guna menjaminaliran
informasi secara cepat, tepat danakurat kepada setiap pemangku
kepentingan.

Pelaporan berkalaadalah pelaporanyang dilakukan setiapperiode waktu


tertentu, sedangkan pelaporan berjenjang adalah pelaporan yang
dilakukandari satuanunit kerjatingkatmasyarakatsampaitingkatTim
Pengendali.
Pelaporan Programmencakup(i)Laporan Bulanan,(ii)Laporan Semester, dan
(iii) LaporanAkhir Tahun. KementerianDesa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, danTransmigrasidimungkinkanuntuk menyajikanlaporan
khusus terkait dengan hal-hal dan/atau kebutuhan khusus program.
D.Penanganan dan Pengaduan Masalah
Prinsip pengelolaanpengaduanmasyarakatadalah berjenjangyaitu
penangananpengaduanmulaipada tingkatyangterdekatdengan lokasi
pengaduan agarpenanganan dapat dilakukan dengancepat dan sedekat
mungkin dari lokasi pengaduan.
Untukmemastikan pengaduanmasyarakatdapat cepatditanganimaka
dibentukSistem Pengelolaan PengaduanMasyarakat (SPPM)secara
berjenjang yang dikoordinasikan dengan pihak terkait di berbagai
tingkatan,termasuk aparatpengawasan fungsional danaparat penegak
hukum.
SPPMmenyediakaninformasi baikkepadapelapormaupunmasyarakat
luasmengenaitindakanpenyelesaian yangdiambildanhasilnya. Mekanisme
SPPM akan diuraikan secara rinci dalam Petunjuk Teknis.
BAB VIII
PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN
(SOCIALANDENVIRONMENTALSAFEGUARD)

PelaksanaanProgram InovasiDesadirancangdenganserangkaian pengamanan


untuk mencegahdampak negatif, baiksecara sosial maupun
terhadaplingkungan. Programakanmenyediakantenagaahli yang bertanggung
jawab mengelola permasalahanmengenai Pengamanan Sosial dan Lingkungan
(Social and Environmental Safeguards).

Di SatkerPusat danProvinsijuga akanada penangungjawabterhadap


permasalahan ini. Program akan menyediakanPanduan Pengamanan Sosial
danLingkungan sebagaiacuan parapelaksanakegiatanuntukmenjamin
keterlibatan parapemangku kepentingan,khususnya kaum marjinaldan
masyarakat adat, kelompok masyarakat dengan kebutuhan khusus dan
rumah tangga miskin.

Program juga akan menyediakan program peningkatankapasitas terkait


Pengamanan Sosial dan Lingkungan (misal tentang pelibatan sosial,
pelibatan warga,hibahtanah,konstruksiyang aman,konsultasipublik,dan
sebagainya).Kepatuhan terhadappengamanan sosialdanlingkungan akan
menjadi salah satu syarat bagi pemberian Dana Bantuan Pemerinta

BAB IX PENUTUP
Pedoman UmumPIDtelah mencakup semua aspek penyelenggaraanPIDdan
memuat pokok-pokok ketentuan yang selanjutnya diuraikan lebih rinci.
Pedoman Umum ini menjadi dasardan rujukan bagi pengelola danpihak- pihak
terkait dalam pengelolaanPID, guna menyusun dokumen-dokumen teknis yang
dipersyaratkansebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan- kegiatanPID,baik
yangdituangkansebagaiPetunjukTeknis,SOP,maupun Kerangka Acuan Kerja.
Pokok Bahasan 6
RENCANA TINDAK LANJUT HASIL
BURSA INOVASI DI DESA

Lembar Informasi
PB
Rencana Tindak Lanjut
6.
Hasil Bursa Inovasi

BAB I. KEBIJAKAN POKOK

A.Pendahuluan
Undang-UndangNo.6/2014 tentangDesa(selanjutnyadisebutUUDesa),
memberikan kewenangankepada Desa, antara lain: kewenangan berdasarkan
hak asal usul dan kewenangan lokal skala Desa. Pemerintah berupaya
meningkatkan kapasitas keuangan Desa melalui, khususnya, melalui
transferDanaDesa (DD)danAlokasi DanaDesa(ADD). Diharapkan,Desa
meningkatkemampuannya untuk mengaturdanmenguruskepentingan
masyarakatnya secara efektif, gunameningkatkan kesejahteraan masyarakat
Desa.
Namun disadari bahwa kapasitas Desa dalam menyelenggarakan
pembangunan dalam perspektif “Desa Membangun”, masih terbatas.
Keterbatasan itutampak dalam kapasitas aparat Pemerintah Desa dan
masyarakat,kualitastatakelolaDesa, maupunsistempendukung yang mewujud
melalui regulasi dan kebijakan Pemerintah yang terkait dengan Desa.
Sebagaidampaknya,kualitasperencanaan,pelaksanaan,pengedalian dan
pemanfaatan kegiatan pembangunanDesa kurang optimaldan kurang
memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa.
Menanggapai kondisi di atas,Pemerintah melaluiKementerian Desa,
PembangunanDaerahTertinggaldanTransmigrasi (selanjutnya disingkat
Kementerian Desa,, PDTT), sesuai amanat UU Desa, menyediakan tenaga
pendampingprofesional,yaitu:PendampingLokalDesa (PLD),Pendamping Desa
(PD), sampai Tenaga Ahli (TA) di tingkat Kabupaten, Provinsi dan Pusat, untuk
memfasilitasi Pemerintah Desa melaksanakan UU Desa secara
konsisten. Pendampingan dan pengelolaan tenaga pendamping profesional
dengan demikianmenjadiisukrusialdalampelaksanaan UUDesa.Penguatan
kapasitas Pendamping Profesional dan efektivitas pengelolaan tenaga
pendamping menjadi agenda strategis Pendampingan Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD).
Aspeklainyangjugaharusdiperhatikansecaraserius dalampengelolaan
pembangunan Desaadalah ketersediaan data yang memadai, menyakinkan,
dan up to date, mengenai kondisi objektif maupun perkembangan Desa-Desa
yangmenunjukkanpencapaian pembangunan Desa.Ketersediaandatasangat
pentingbagisemuapihakyangberkepentingan,khususnya bagiPemerintah dalam
merumuskan kebijakan pembangunan. Pegelolaan data dimaksud dalam
skala nasional, dengan kondisi wilayah, khususnya Desa-Desa di Indonesia
yang sangat beragam, tentu memilikitantangan dan tingkat kesulitan yang
besar.
Koreksiataskelemahan/kekurangandanupayaperbaikan terkaitisu-isudi atas
terus dilakukanKementerian Desa,PDTT secara pro aktif,salah satunya
denganmeluncurkanProgram InovasiDesa(PID).PID dirancanguntuk mendorong
dan memfasilitasi penguatan kapasitas Desa yang diorientasikan untuk
memenuhi pencapaian targetRPJM,dan programprioritas Kementerian Desa
PDTT, melalui peningkatkan produktivitas perdesaan dengan bertumpu
pada:
1.Pengembangan ekonomi lokal dan kewirausahaan , baik pada ranah
pengembangan usaha masyarakat, maupun usaha yang diprakarsai Desa
melaluiBadanUsahaMilikDesa (BUMDesa)danBadanUsahaMilikDesa
Bersama (BUMDesa Bersama), serta ProdukUnggulan Desa(Prudes) dan
Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades)guna menggerakkan dan
mengembangkan perekonomian Desa;
2.Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kaitan antara
produktivitasperdesaandengankualitas SDMini,diharapkanterjadidalam
jangkapendekmaupundampaksignifikandalamjangkapanjangmelaluiinvestas
i di bidangpendidikan dan kesehatan dasar. Produktivitas perdesaan,
dengan demikian, tidak hanya ditilik dari aspek/strategi peningkatan
pendapatan saja, tetapi juga pengurangan beban biaya, dan hilangnya
potensi di masa yang akan datang. Disamping itu, penekanan isu pelayanan
sosial dasar (PSD) dalam konteks kualitas SDMini, juga untuk
merangsangkepekaanDesa terhadap permasalahan krusial terkait
pendidikan dan kesehatan dasar dalam penyelenggaraan pembangunan
Desa, dan;
3.Pemenuhan dan peningkatan infrastruktur perdesaan, khususnya yang
secaralangsung berpengaruh terhadapperkembangan perekonomian Desa,
danmemilikidampak menguat-rekatkan kohesi sosialmasyarakat perdesaan.
Selain itu, PID juga memberi dukunganpenguatan manajemen Program
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) dan
pengembangan sistem informasi pembangunan Desa.
Halmendasardalamrancang bangun PIDadalah:a)inovasi/kebaruan dalam
praktik pembangunan dan pertukaran pengetahuan. Inovasi ini dipetik dari
realitas/hasilkerjaDesa-Desadalammelaksanakan kegiatanpembangunan
yangdidayagunakan sebagaipengetahuanuntukditularkansecarameluas; dan b)
dukungan teknis dari penyedia jasa layanan teknis secara professional. Dua
unsur itu diyakini akan memberikan kontribusi signifikan terhadap
pemenuhankebutuhanmasyarakatmelaluipembangunan yangdidanaidari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), khususnyaDD. Dengan
demikian, PID diharapkan dapat menjawab kebutuhan Desa-Desa terhadap
layanan teknis yang berkualitas, merangsang munculnya inovasi dalam
praktik pembangunan, dan solusi inovatif untuk menggunakan Dana Desa
secara tepat dan seefektif mungkin.
PID diselenggarakan oleh Kementerian Desa, PDTT dengan dukungan
pendanaandanperancangan programbersamadenganBankDunia,melalui
restrukturisasi program yang sebelumnya difokuskan pada Pendampingan
Desa dalam pelaksanaan Undang-Undang Desa.
Salah satu strategi yang dikembangkan PID adalahPengelolaan Pengetahuan
danInovasiDesaadalahsebagaibentukdukungankepadadesa-desaagar lebih
efektif dalammenyusun penggunaan DDsebagai investasi yang mendorong
peningkatan produktifitas dan kesejahteraan masyarakat, maka
melaluikegiataninidisediakanbantuan pemerintahdalam bentukDana
Operasional Kegiatan (DOK)untuk pelaksanaan kegiatan.

B.Tujuan
Tujuan umum kegiatanini adalah;
1.Pengarusutamaan kegiatan-kegiatan inovasi yang dapat mendorong
efektivitas penggunaan atau investasi dana di Desamenuju peningkatan
produktivitas Desa melalui proses pengelolaan pengetahuan secara
sistematis, terencana dan partisipatif;
2.Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan dan pengelolaan program.
Prosespengelolaanpengetahuansecarasistematismeliputiprosesidentifikasi
inovasi, validasi, dokumentasi,proses pertukaran pengetahuan atau eksposisi
dan replikasi. Melalui proses ini diharapkan adanya bursapengetahuan dan
inovasi desa pembangunan perdesaan.

C.Prinsip
Beberapa prinsip yang menjadi dasar pelaksanaan Pengelolaan Pengetahuan
dan Inovasi Desa meliputi:
1.Partisipatif– Dalamproses pelaksanaannya harusmelibatkan masyarakat,
termasuk kelompok miskin atau terpinggirkan dan kelompok disabilitas.
Masyarakat didorongberperan aktif dalam proses atau alur tahapan
program dan pengawasannyadengan memberikansumbangan tenaga,
pikiran, atau materil;
2.Transparansi dan Akuntabilitas – Masyarakat memiliki akses terhadap
segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan
kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis, legal, maupun
administratif;
3.Kolaboratif – Semua pihak yang berkepentingan dalam kegiatan
pembangunandidesa didoronguntuk bekerjasamadanbersinergidalam
menjalankan kegiatan yang disepakati;
4.Keberlanjutan – kegiatan yang dilakukan memiliki potensi untuk
dikembangkandandilanjutkansecara mandiri,sertamendorongkegiatan
pembangunan yang berkelanjutan;
5.Keadilan dan Kesetaraan Gender – Masyarakat, baik laki-laki dan
perempuan,mempunyaikesetaraandalamperannya disetiaptahapan program
dan dalam menikmati manfaat kegiatan pembangunan,serta memiliki
kesejajaran kedudukan.

D.Sasaran
1.Terdokumentasidanterdesiminasi300kegiataninovasiDesa dalambidang
kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal.
2.Terdokumentasidanterdesiminasi500kegiataninovasiDesa dalambidang
sumber daya manusia.
3.Terdokumentasidanterdesiminasi500kegiataninovasiDesa dalambidang
infrastruktur DesaDesa.
Selain itu, melalui Program Inovasi Desayang dilakukandengan strategi;(1).
Penyediaan dana hibah inovasi desa; (2).Pengelolaan penyedia layanan teknis;
(3).Pengelolaan dan akses pada data pembangunan desa,target pencapaian
yang diharapkan adalah:
a.Bidang Kewirausahaan dan PengembanganEkonomi Lokal;
1)Berkembangnya usaha ekonomi Desa (BUMDesa dan BUMDesa
Bersama) yang berkelanjutan di 5000 Desa:
2)Berkembangnya produk unggulan di5000 Desa
b.Bidang Sumber Daya Manusia;
1)Meningkatnya kualitas pelayanan di 10000 Posyandu
2)Meningkatnya kualitas pelayanan di 10.000 PAUD
3)Meningkatnya kapasitas pelaku BUMDesa dan BUMDesa Bersama,
Prudes dan Prukades di 5000 Desa
4)Meningkatnya kapasitas pengelola embung dan prasarana olah raga
Desa di 5000 Desa
c. Bidang Infrastruktur;
1)Meningkatnyadampakekonomipada5000embungdesaataubangunan
penampung air lainnya.
2)Meningkatnya dampak ekonomi pada 5000prasarana olah ragaDesa.

d.Ketentuan Dasar
1.AlokasiBantuanPemerintahDOKPengelolaanPengetahuandanInovasi
Desa
DOKPengelolaanPengetahuandanInovasiDesa(DOKPPID)dialokasikan
disetiapkecamatanyangbesarnyaditentukanberdasarkanjumlahdesa
dantingkatkesulitan.(DaftarLokasi danalokasi ditetapkanoleh Kementerian
Desa, PDTdan Transmigrasi)
2.Pencairan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah DOK PPID
a.DOK dikelola oleh Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID) yang
berkedudukan di Kecamatan
b.Pencairan dana dilakukan secara bertahap, dimana pengajuan
pencairandana menyertakanrencanapengajuan dana tahapberikutnya
dan laporan perkembangan realisasi kegiatanserta bukti pengeluaran.
3.Prioritas Penggunaan Bantuan Pemerintah DOK PPID
Penggunaan dana operasional meliputi:
a.Penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa. Bursa Inovasi Desa adalah
kegiatanuntuk pamerankegiatanpembangunan masyarakatdanDesa yang
telah dinilai inovatif sekaligus sebagai ajang pertukaran
pengetahuan bagi masyarakat dan Desa. Pembiayaan kegiatan dalam
penyelenggaran Bursa Inovasi Desa meliputi:
1)Transportasi pelakuprogram tingkat Desa dan Kabupaten,
2)Biaya operasional penyelenggaraan Bursa,
3)Administrasi dan pelaporan kegiatan.
Secara teknis aturan pencairan dan penggunaan dana operasinal
kegiatanPPIDdiaturtersendirimelalui petunjukteknisbantuan pemerintah
PPID.
b.Kegiatandalamrangkaprosespengelolaanpengetahuan daninovasidi desa
dan kecamatan. Pembiayaan kegiatan yang dapat dilakukan
meliputi:
1)Peningkatan kapasitas TimPelaksana Inovasi Desa,
2)Operasional transportasi TimPelaksanaInovasi Desa,
3)Administrasi Keuangan dan Pelaporan,
4)Penyelenggaraan Musyawarah Antar Desa,
5)Dukungan kepada Desa yang akan melakukan replikasi seperti:
pelatihanteknis,lokakaryapembelajaraninovasi,pembiayaan tenaga
ahli/ pakar dan atau penyedia layanan teknis,
6)Pendokumentasiankegiatan yang dinilai inovatif (cetak, foto, video), dan
7) Diseminasiataupenyebarluasaninovasi(radio,sosialisasi,festival
inovasi).

4.Kriteria Kegiatan Inovatif


Kriteria ini digunakan sebagai referensi untuk melakukan penilaian atas
berbagai kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa yang
masuk dalam kategori inovatif atauinovasi desa. Kriteriayang digunakan
sebagai berikut:
a.Kategori kegiatanpembangunan dibidanginfrastruktur, kewirausahaan
dan pengembangan ekonomi lokal dan sumberdaya manusia
yangmemberi manfaat secara luas bagi masyarakat dan diketahui oleh
masyarakat;
b.Kegiatan yang berhasil mendorong terwujudnya kegiatan pembangunan
berkualitas, serta mendrongpartisipasidan kegotongroyongan masyarakat
dalam pembangunan;
c. Kegiatanpengembangansistemyangberdampakterhadappeningkatan
ekonomi dan sosial budaya.
d.Kegiatan pembangunan yang memiliki nilai keunikan karena
mengadopsiunsur budaya/potensilokaldanpemanfaatanyanglebih luas
serta memiliki nilai keberlanjutan.
e. Kegiatanyangmempunyaisifatkebaruanataupenggabunganunsur baru
dengan yang sudah ada dan memberikan perubahan yang
signifikan dari cara-cara sebelumnya dan memiliki nilai keberlanjutan.
f. Kegiatan pembangunan yang dikembangkan dengan menyesuaikan
terhadap kondisigeografis, keberadaansumberdaya dan fasilitas yang
tersedia.
5.Sinergi Pendampingan
Dalam melakukan program inovasi desa dilakukan melalui sinergitas
dengan pendamping program pemberdayaan masyarakat dan desa dan
penyedia layanan teknis yang ada.TIKberkoordinasi dengan pendamping
lokal di wilayahnya masing-maisng seperti halnya pendamping P3MD,
pendampingkawasan,danpendamping darisektor-sektorlainyangterkait.
Pengaturan lebih lanjut akan dituangkan dalam SOP KerjasamaHubungan
Antar Pihak (HAP).
6.Sanksi
Sanksiadalahsalah satubentukpemberlakuankondisiyangdikarenakan
adanya pelanggaran atas peraturan dan tata cara yang telah ditetapkan
dalam program inovasi dan pengelolaan pengetahuan desa. Sanksi
bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab berbagai pihak
terkait dalam pengelolaan program. Sanksi dapat berupa:
a.Sanksi program dengan pemberhentian bantuan apabila kecamatan
atau desa menyalahi prinsip-prinsip dan menyalahgunakan dana atau
wewenang;
b. Sanksihukumyaitusanksiyangdiberikansesuaidenganperaturan
perundangan yangberlakubagiyangmelakukan penyalahgunaan dana
dan wewenang.
BAB II. PELAKU PROGRAM

A.Tenaga Ahli Program Inovasi Desa (TA PID) Kabupaten


Tenaga ahli PID adalah sebuah team ahli yang ditempatkan di setiap
kabupaten untukmemfasilitasi proses inovasi.TugasTenaga AhliPID Kabupaten
1.Menangkap gambaran besar, mendokumentasikan praktik-inovasi desa
program-program inovasi,
2.Memfasilitasi pembentukan TIK dan TPID,
3.Berkoordinasi dan melaporkan perkembangan PID kepada pemerintah
daerah secara berkala,
4.Bersama TIK menganalisa praktek-inovasi desa khususnya padaPID dan
potensial lokasi prioritasprogram Kementerian Desa, PDTT,
5.Memberikan informasiinovasi desa, prioritas programKementerian Desa,
PDTT kepadamasyarakatmelaluimusyawarahantardesaataumedia lainnya,
6.Memfasilitasi pengelolaan Penyedia Jasa Layanan Teknis (PJLT) untuk
melakukan proses tahapan kegiatan inovasi desa,
7.Mengembangkan jaringan dengan stakeholder(governmentdancorporate),
8.Memberikan peningkatan kapasitas TPID, dan
9.Melakukan koordinasidankerjasamadengan pendamping programlainnya
yang terkait di wilayahnya masing-masing.
Tenaga AhliPID Kabupatenterdiri dari 6 orang dengan tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut:
1.Koordinator TenagaAhli (TA) PID (1 orang per kabupaten/kota)
a.menggordinasikan dan memfasilitasiproses pengelolaan pengetahuan/
inovasi, mulai dari identifikasi, validasidan verifikasi, dokumentasi,
penyebaran, hingga replikasi;
b.memfasilitasi pengelolaan penyedia layanan teknis;
2.TA Komunikasi danPublikasi(1 orang per kabupaten/kota)
a.Bersama Koordinator TA PID membantu proses pengelolaan
pengetahuan/inovasi
b.Mengembangkan media dalam format yang sesuai kebutuhan untuk
penyebaran pengetahuan; memfasilitasi pengelolaan penyedia layanan
teknis.
3.Operator Data/Analis Data (4 orangper kabupaten/kota)
a.Mengelola data pembangunan desa
b. Membantu mengelola dokumentasi pengetahuan dan inovasi yang
berkembang

B.Tim Inovasi Kabupaten (TIK)


TIKdibentukoleh Bupati/Walikotauntukmelaksanakan kegiatanInovasi dalam
PIDdi kabupaten/kota. PembentukanTIKPID ditetapkan dengan Surat
Keputusan Bupati/Walikota dan berlaku selama 1 (satu) tahun anggaran.
Timterdiridari perwakilan para pemangku kepentingandari berbagai bidang
pembangunan yang mendorongmunculnya inovasi dalam penggunaan di
daerah melalui proses pengelolaan pengetahuan secara sistematis dan
terencana, yang meliputi proses identifikasi, validasi, dokumentasi, serta
proses pertukaran pengetahuan dan replikasi. Tim ini berkedudukan di
Kabupaten. Anggota tim dapat terdiri atas perwakilan institusi yang
dipilih/diusulkanolehinstansiterkaitdenganmempertimbangkankualitas dan
kemampuan individu, fasilitator program yang bertugas di lokasi dan/atau
wakil masyarakat yang memiliki ketertarikandalam pengembangan
inovasidaninovasidesadanmemilikiaksespada penyimpanandan penyebaran
informasi. Tim dikukuhkanoleh Kepala Daerah.
1.TugasTIK
TIK PID memiliki tugas sebagai berikut:
a.Melakukan koordinasi dan sinkronisasi penyelenggaraan kegiatan
inovasi di kabupaten/Kota.
b.Melakukan pengendalian pelaksanaan kegiatan Inovasi di
Kabupaten/kota.
c. Memberikandukunganterhadappengelolaanpertukaranpengetahuan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
d.Melakukan pembinaan terhadap penyedia jasa layanan teknis agar
dapat lebih professional dan mandiri serta memperhatikan aspek
safeguard.
2.Susunan TIK
Susunan TIK PID terdiri atas Koordinatordan 2 (dua) Kelompok Kerja, yaitu
Kelompok Kerja (Pokja Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa(Pokja
PPID) dan Pokja Penyedia Jasa Layanan Teknis (PJLT). Struktur Organisasi
TIK PID tercantumdalamlampiran 2PTOPPID.
Pokja PPID bertugas merencanakan,melaksanakan danmengendalikan
kegiatan Inovasi melalui pengelolaan pertukaran pengetahuan dan memiliki
fungsi sebagai berikut:
a.Memberikan dukungan agar TPID bekerja dengan baik;
b.Mengidentifikasi,memvalidasidanmemverifikasiinovasiatauinovasi
desaagarsesuaidengankaidahperundangan atauperaturanyang berlaku
dan safeguard;
c. Membantucarapendokumentasiandanpublikasiinovasidesasecara efektif
melalui berbagai media dan saluran/forum yang tersedia;
d.Memfasilitasi eksposisi bursa inovasi di tingkat Kabupaten/Kota;
e. Menjembatani, memberi arahan dan memfasilitasi desa/kecamatan yang
berminatmengadopsiataumereplikasiinovasidesadari lokasilain melalui
instrumen pertukaran pengetahuan yang sesuai; dan
f. Menjalankan percontohan kegiatan inovatif yang disepakati/didanai.
PokjaPJLTbertugasmerencanakan,melaksanakan,danmengendalikan
Kegiatan Peningkatan Kapasitas PJLT dalam upaya menyediakan
kebutuhan desa akan jasa layanan teknis yang professional dan memiliki
fungsi sebagai berikut:
a.Mempersiapkan pelaksanaan verifikasi PJLT yang meliputi: kriteria,
pengumuman dan pendaftaran calon PJLT;
b.MelakukanverifikasiPJLT untukpenyusunandirektorisesuaidengan kriteria
yang sudah ditetapkan;
c. MempersiapkanberitaacaradandaftarcalonPJLTterpilihberdasarkan hasil
verifikasi;
d.MempersiapkanpenyusunandanpublikasidirektoriPJLTperbidang kegiatan
secaraoff-linedan on-line;
e. Melakukan seleksi peserta pelatihan PJLT; dan
f. Melakukan updatingdirektori PJLT.
3.Komposisi Keanggotaan TIK
a.Pokja PPID dengan anggota:
1) Bappeda
2) Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
3) Dinas Kesehatan
4) Dinas Pendidikan dan Olah Raga
5) Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten
6) TA P3MD yang ditunjuk dan TA PID Kabupaten
7) Wakil masyarakat; LSM, perguruan tinggi, Organisasi Masyarakat
yang relevan dan pihak lainyang kompeten
b.Pokja PJLT, dengananggota:
1)Bappeda
2)Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
3)Dinas Kesehatan
4)Dinas Pendidikan dan Olah Raga
5)Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten
6)TA P3MD yang ditunjuk dan TA PID Kabupaten
7)Asosiasi Profesi
Catatan: Apabila di daerah masing-masing telah ada lembaga/ Tim
Koordinasiyangefektifyangberkenaan denganinovasidesamakaPID dapat
melibatkantim yang telah ada dengan beberapa penyesuaian.
4.Sekretariat Tim Inovasi Kabupaten PID (Sekretariat TIK-PID)
a.Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas TimInovasi Kabupaten
PIDdibentukSekretariatTIK-PIDyang dipimpinolehSekretarisTim
InovasiKabupaten.SekretariatTIK-PIDberkedudukan diDinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten/Kota;
b.Sekretariat TIK-PID mempunyai tugas memberikan dukungan
administrasi teknis kepada Tim Inovasi Kabupaten PID;
c. SekretariatTIK-PIDdalammelaksanakantugasnyabertanggungjawab
kepada Ketua Tim Inovasi Kabupaten PID; dan
d.Pembentukan Sekretariat TIK-PID ditetapkan dengan Keputusan
Bupati/Walikota.

C.Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID)


TPID berkedudukan di Kecamatandan terdiri dari perwakilanwarga desayang
memiliki minat besar dalam pengembangan kegiatan/fasilitas/sumberdaya
manusiadaninovasidesayangada diwilayahnya,mendokumentasikan,
membagikan, serta mempromosikannya.TPIDjuga merupakan kelompok
masyarakat yang akan mengelola Dana Bantuan Pemerintah PPID. TPID
dipilihmelaluiforummusyawarahditingkatKecamatandandikukuhkan oleh
Camat a.n Bupati /Walikota melalui surat keputusan.
1.Kriteria TPID:
a.Tidak terdaftar sebagai pengurus daripartai politik;
b.Memiliki dedikasi terhadap pembangunan desa dan kawasan;
c. Diutamakanmasyarakatyangmemilikikreatifitasdalamproses-proses
kegiatan pembangunan desa; dan
d. AnggotaTPIDberasaldaritokohmasyarakatdenganmengutamakan
keterwakilan perempuan.
2.TugasTPID:
a.Menerima dan menyalurkan dana operasioanl kegiatan inovasi dan
pengelolaan pengetahuan desa;
b.Memfasilitasi pertemuan-pertemuan musyawarah masyarakat;dan
c. Memfasilitasi tahapan pelaksanaan pengelolaan inovasi Desa
(identifikasi, dokumentasi, eskposisi dan replikasi).
3.Tim Pelaksana Inovasi Desa terdiri atas:
a.Ketua; bertugas untuk memimpin tim dalammengelola pelaksanaan
kegiataninovasidesadanmenandatanganidokumen pencairanDOK PPID
dan laporan pertanggungjawaban;
b. Bendahara; bertugas untuk mengadministrasikan pengelolaan dan
transaksi keuangan DOK PPID, serta membantu Ketua Tim dalam
menyiapkan laporan pertanggungjawaban;
c. BidangPengelolaanInovasidesa;bertugasdalamfasilitasitahapan
identifikasiPendokumentasian,Promosi dan Penyebaran(Publikasi) inovasi
desa yang ada di desa-desa serta penyebaraninovasi desadari tempat lain
yang telah direkomendasikan oleh TimInovasi Kabupaten; dan
d.Bidang Verifikasi Inovasi; bertugas untuk memeriksa dan memberikan
rekomendasi kepada musyawarah antar desa bagidesa-desa yang
berminat melakukan replikasikegiatan inovasi melalui APBDesa.

TIPS:BagaimanaTim PelaksanaInovasi Desabekerja dalampelaksanaanInovasiDesa?


- Membantu Tim Inovasi Kabupaten dalam mengidentifikasi, memvalidasi,
mendokumentasikaninovasi desadi lingkup kecamatandalamberbagaiformat;
- Membantumenyebarkan(mempublikasikan) inovasidesadalamberbagaimediadan
saluran/forumyangtersedia;
- Memfasilitasi desa/ kecamatan/ group/ pihak lain yang berminat mengadopsi atau
mereplikasiinovasidesa;
- Mengujikelayakandankesesuaianinovasidesaatauinovasiyangakandikembangkandi
wilayahnya;
- Melaksanakan kegiatan inovasiyangdisepakati/terdanai;dan
- Memonitor danevaluasi kegiataninovasi yangdijalankan.
- Melaporkan pelaksanaan kegiatan sebagai pertanggungjawaban

D.Pendamping Desa dan Tenaga Ahli KabupatenP3MD


DalammelaksanakanPIDtentunya harus melibatkanperan serta dari
pendamping dan tenaga ahli P3MD. Sesuaidengantugastanggungjawab
sebagai pendamping desa maka koordinasi dengan TA program inovasi dan
pelaku program inovasi desa lainnya perlu dilakukan.
BAB III. TAHAPAN PROGRAMPENGELOLAAN PENGETAHUAN
DAN INOVASI DESA

Gambar 1: Alur Tahapan Program

Orientasi
&Persiapa
n

Pelaksanaan PeningkatanKapasitas

Rapat Pencairan
TPID DOK MAD2
Pelaksanaan Pengelolaan
MAD1 Pengetahuan dan Inovasi:

Identifikasi

Dokumentasi

Eksposisi

Replikasi

ForumPerencanaan Desa Secara Reguler

A.Tahap Persiapan, Orientasi Lapangan dan Sosialisasi


1.Tingkat Kabupaten
a.TA PID Kabupaten mengidentifikasi kegiatan-kegiatan inovasi yang
telah terjadi baik dilokasi dampingan maupun ditempat lain yang
terkait dengan kegiatan kewirausahaandan pengembangan ekonomi
lokal,infrastruktur perdesaanmaupun bidangsumberdayamanusia.
Informasikegiatan inovasijugaberasaldarikonsultanataupelaku program
nasional.
b.TAPID Kabupaten berkoordinasi dengan TenagaAhli P3MD,SKPD
Kabupaten yang menangani Bidang Pemberdayaan Masayarakat dan
Desa untuk membahas rencana pembentukanTim Inovasi Kabupaten
dengan melibatkan SKPD lain yang relevan, dan anggota masyarakat
lainnya.
c. TAPIDKabupatenmemfasilitasirapatorientasitugasdanperanTim
InovasiKabupatensekaligussosialisasi program Inovasi dan Pengelolaan
pengetahuan.
d. TimInovasiKabupatenmelakukanpendataan,pengelolaandata,dan
dokumentasi kegiatan-kegiatan inovasi desa.
e. Tim Inovasi Kabupaten melakukan review dan analisa terhadap
dokumen program inovasi yang sudah ada sebagai bahan sosialisasi.
f. TA PID menyiapkan bahan-bahan untuk pelatihan terhadap Tim
Pelaksana Inovasi Desa.
g. TAPIDbersamaTimInovasiKabupatenmelakukankunjunganke kecamatan-
kecamatanlokasiprogramuntuk melakukan orientasi dan sosialisasi
programpengelolaan pengetahuandan inovasi desa.
2.Tingkat Desa
Data-data yang disiapkan Desa-Desa sebelum MAD -1
a.Bidang Sumber Daya Manusia:
1)Ibu Hamil dengan kondisi Kekurangan Energi Kronik (KEK), yaitu ibu
hamil yang memiliki ukuran lingkar lengan atas (LILA)di bawah
standar kesehatan ibu hamil;
2)Bayi atau Balita yang jarang dibawa ke posyandu, yaitubayi atau balita
yang tidak pernah dibawa ke Posyandu berturut-turut dalam 3 bulan
terakhir;
3)Bayi atau Balita yang berat badanyamasih di bawahgaris merah
(indikasi gizi buruk atau gizi kurang) pada Kartu Menuju Sehat
(KMS);
4)Anakusia SDdan SMPyang tidakbersekolah,yaituanakyangpada saat
pendataan berusia minimum 8 tahun dan maksimal 14 tahun tidak
bersekolah SD atau SMP, termasuk mereka yang masuk kategori
berkebutuhan khusus;
5)Anak usia SD atau SMP (8 s/d 14 tahun) yang putus sekolah,
termasuk yang berkebutuhan khusus.
6)Tingkat pendidikanpelaku pengembangan usaha ekonomi desa
7)Anak usia 3 s/d 6 tahun yang tidak terdaftar di PAUD
8)Jumlah pengangguran di Desa
9)Tingkat urbanisasimasyarakat
b.Bidang Infrastruktur:
1)Akses masyarakat dalam mendapatkan listrik (prosentase
masyarakat menggunakan listrik)
2)Akses masyarakat dalam mendapatkan air bersih (prosentase
masyarakat menggunakan air bersih)
3)Aksesmasyarakatdalam sanitasi(prosentasepenggunaanjamban atau
MCK)
4)Akses masyarakat dalam irigasi pertanian dan perikanan
5)Akses masyarakat terhadap ruang public dan sarana olah raga
6)Akses prasarana terhadap perekonomian desa
7)Akses komunikasi dan informasi Desa
8)Keberadaan perumahan yang tidak layak huni (Jumlah rumah tidak
layak huni)
c. Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal
1)Data potensi unggulan Desa
2)Data kegiatan BUMDesa
3)Data kelompok usaha ekonomi masyarakat dan kewirausahaan
4)Akses masyarakat ke lembaga keuangan
B.Tahap Perencanan
1.Musyawarah Antar Desa I(MADI)
a.TA Inovasi Kabupaten memfasilitasi proses pelaksanaan MAD Imelalui
koordinasi denganCamat. MAD Imerupkan forum ditingkat kecamatan
yangterdiridariminimal6orangperwakilandesa (Kepala Desa,Unsur BPD
dan tokoh masyarakat, minimal 3 orang wakil desa adalah
perempuan. Musyawarah ini juga melibatkan perwakilan UPTD tingkat
kecamatan yang relevan (Puskesmas, UPTD Pendidikan,PUkecamatan,
dll)
b.Tujuan MAD I:
1)Sosialisasi konsep program inovasi dan penggunaan Banmtuan
PemerintahDanaOperasional KegiatanPengelolaan Pengetahuan dan
Inovasi Desa.
2)Diseminasi informasi kegiatan-kegiatan inovasi yang sudah
teridentifikasi sebelumnya, baik yang ada di lokasi dampingan
maupun tempat lain
3)Pembentukan Tim Pelaksana Inovasi Desa
4)Kesepakatan Pokok-pokok kegiatan yang akan dibiayai melalui dana
Inovasi(Kebijakan umumpenggunaandanadiaturdalamPetunjuk
Teknis PenggunaanDOKPPID).
2.Rapat Tim Pelaksana Inovasi Desa (Rapat TPID)
Rapat TPIDdilakukan untuk melakukanPerumusan Proposal dan
Penyusunan RAB PenggunaanBantuan PemerintahDOK PPID. Sebelum
merumuskan kegiatan dan RAB,TimPelaksana mendapatkan pelatihan
terlebih dahulu dari TA Inovasi Kabupaten.Tim Pelaksana Inovasi desa
mengadakan pertemuan untuk menyusun detailproposal kegiatan dan
RencanaAnggaran Biayaberdasarkan hasilkeputusanMAD.Selanjutnya
Camat mengeluarkan surat penetapan(SPC) yang didasarkanatas Berita
Acara MAD dan hasil rapat perumusan kegiatan.
3.Forum Desa
Forum ini dilakukan melalui proses perencanaan desa secara reguler
sebagai media untukpengarusutamaan replikasi program-program inovasi
dalam APBDes. Pengarusutamaan ini dilakukan melalui proses pengelolaan
inovasidan peningkatan kapasitas pelaku masyarakat dan Desa dan
diharapkan kegiatan replikasi dapat dilakukan pada tahun berikutnya.
4.Pencairan Dana Bantuan PemerintahPPID
Gambar 2: Alur Pencairan dan Penyaluran Dana
MEKANISMEPENCAIRANDAN PENYALURANBANTUANPEMERINTAHDOKPID
Kemendesa

DIPA,JuknisDekon,ProgramSOP,
Juk nisPenggunaanDanaBantuan
SatkerPus at
/
Pemerintah DitjenPPMD
Satker Prinsi
ov
Provinsi

4 SPM

KPPN
1.SuratPermintaanDOKPID
5 SP2D 2.SPD
3.ProposalKegiatan&RAB
BANK 3 4.Hasil verifikasi

6
Kabupaten

Transfer
SatkerKabupaten
BANK 1.SPD

2 2.ProposalKegiatandanRAB
3.Hasil verifikasi

TimInovasiKabupaten
Kecamatan

Transfer 7
1.SPD
1 2.ProposalKegiatandanRAB
TimPelaksana InovasiDesa
BANK Keterangan:
GarisDokumen
GarisDana
Keterangan:
Sebelum dilakukannya pencairan danpenyaluran makaSatker Provinsi
membuat Surat Nota Kesepahaman atau MOU dengan SatkerKabupaten
yang isinya berkenaan dengan perikatandantata caraBantuan Pemerintah
DOK PPID.
Tahapan pencairandana bantuan pemerintah PPID sebagaiberikut:
a.Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID) yang telah dibentuk di tingkat
Kecamatan dan telah melakukan Perjanjian Kerjasama dengan
PPK/Satker P3MD Provinsi (lihat syarat untuk menjadi TPID)
mengajukan permohonan pencairandana ke Satker Kabupaten melalui
TIKdengan dilampiri(1)SuratpermintaanDana(SPD)dan(2)Proposal
Kegiatan yang disertai RAB untuk diverifikasi.
b.DokumenSPDdan proposaldisertaiRAByangtelahdiverifikasiolehTIK
dibantu TA Kabupaten, diserahkan ke Satker Kabupaten untuk
selanjutnya dibuatkan surat pengantarpermintaanpencairan danake
Satker Provinsi.
c. SatkerKabupatenmengirimkansuratpengantarpermintaanpencairan dana
secara kolektif,SPD,proposalkegiatan, RAB danhasilverifikasi ke
PPKSatkerP3MDProvinsi.Pengajuan awalmaksimal30%daridana DOK
PPID dan permintaan dana tahap selanjutnya TPID wajib
menyerahkanRABdisertaiLaporanPenggunaanDana(LPD) sebelumnya dan
menyertakan kwitansi bermateraidan data dukung (dokumen) asli.
d.Berdasarkan surat pengantar permintaan pencairan dana, SPD,
proposal kegiatan, RAB dan hasil verifikasi maka PPK SatkerP3MD
Provinsi memproses pembayaran dengan menerbitkan SPMLSmelalui
Pejabat Penerbit SPMyang ditujukan ke KPPN dengan catatan dokumen
akan diproses lebih lanjut oleh SatkerP3MD Propinsi apabila sudah
benar dan lengkap.
Apabila terdapat kesalahan atau/dankekurangan, dokumen akan
dikembalikan ke satker kabupaten guna dilengkapi atau di revisi.
Terhadap dokumenyang kurang lengkap atau/dan terdapat kesalahan,
SatkerKabupaten bersamadengan TIKsegeramelakukanperbaikan untuk
diserahkan kembali ke SatkerP3MD Provinsiapabila sudah dinyatakan
lengkap dan benar oleh TIK.
5.Penyaluran Dana Bantuan PemerintahPPID
a.BerdasarkanSPMyangditerima,KPPNmenerbitkanSP2DLSkeBank
Operasional KPPN.
b.BankOperasionalKPPNmelakukantransferkeBankSatkerKabupaten.
Transfer yangditerima oleh SatkerKabupaten bukan merupakan
penerimaan APBD Kabupaten.
c. SatkerKabupatenmaksimal3harisetelahdanamasukkerekening segera
menyalurkan dengan melakukan transfer ke rekening bank TPID sesuai
dokumen-dokumen RAB dan atau RPD pada masing-masing TPID di
kecamatan.

C.Tahap Pelaksanaan
1.Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas
Peningkatan kapasitas dilakukan kepadaTPIDsebelum mereka memfasilitasi
dan mengelola Dana Bantuan Pemerintah PPID. Pelaksanaan peningkatan
kapasitasdiawalidengan trainingpratugas.Selanjutnyadapat
dilakukanmelalui on the job training maupunpendekatanpeningkatan
kapasitas lainnya.
2.Pelaksanaan Kegiatan DalamRangka PPID
a.Pelaksanaan kegiatan pengelolaan pengetahuan dan inovasi desa
dilakukan melalui proses:
1)Identifikasi
Tim pelaksana inovasi desa melakukan kunjungan lapangan untuk
melakukan assessment/ penilaian kegiatan-kegiatan inovasi di
bidang infrastruktur,kewirausahaandanpengembanganekonomi lokal
dan pengembangan sumber daya manusia.Kunjungan ke desa sebagai
forum konsultasi dengan para pelaku program yang
berpotensi dinilai sebagai program inovasi. Kriteria program inovasi
mengacu padaKetentuan Dasarkegiataninovatif sebagaimana yang
tercantum dalam Petunjuk Teknis ini Bab I; Kebijakan Pokok.
2)Dokumentasi
Hasil identifikasi dari masing-masing desa terutama yang masuk
kriteriakegiataninovatifdidokumentasikan dalambentukmedia visual/
video, album photo, artikel/ tulisandan media cetaklainnya.
Selanjutnya dilakukan proses analisa sesuai dengan kearifan lokal
untuk disusun sebagai daftarinovasi desadi wilayah lokasi sasaran.
Daftar inovasi desadianalisa lebih lanjut oleh tim inovasi kabupaten.
3)Pameran/eksposisi kegiatan inovasi yang sudah dilakukan.
Inovasidesayang sudahdirekomendasikanolehtiminovasi kabupaten
digunakan sebagai bahan untukpameran/eksposisi
kegiataninovasi.Pamerankegiataninovasidilakukan diKecamatan
denganmelibatkanseluruhdesadan dilaksanakansebelumdesa- desa
menetapkan APBDes. Kegiatan eksposisi ini dapat berupa festival
desa,“talk show”, lokakarya dengan praktisi program inovasi,
promosimelaluiradioatauTV.Sebisamungkinhasildariinovasi desa juga
dapat mengikuti event pameran/Festival yang ada di wilayah
kabupaten.
4)Replikasi
Replikasi akan dilakukan oleh desa-desa yang berminatdan
berkomitment. Untuk mendukung replikasi ini beberapa kegiatan
antara lain: mengundang pakar ahli, lembaga penyedia layanan
teknisataupraktisiinovasiyangrelevan,workshop,training,dan lain-lain.
b.Secara paralel, Tim Pelaksana juga memfasilitasi kepada desa-desa
berkomitmen dan berinisiatif untuk melakukan kegiatan-kegiatan
inovasidiluarkegiatan-kegiatanyangselamainisudah biasa dilakukan
melalui APBDes atau swadaya masyarakat.
Contoh:
Beberapa instrumen dasar pertukaran inovasi desa yang dapat
dimodifikasi dan digunakan sesuai kebutuhan;

Kelompok Pertemuankelompoksecararegulardanmemilikikesamaan
Belajar minat untuk saling belajar satu dengan lain, misalkan
sebulan sekali atau sesuai kesepakatan

Konferensi Mengirimperwakilandesa/daerah untukmenghadiri


pertemuandimanasejumlahbesarpesertadatangbersama-
sama untuk berbagipengetahuan danpengalamanmereka
tentangtopik/temakhusus,terutama pengetahuanyang
dimilikidesa/daerah atauyangmungkindibutuhkandesa/
daerah.
Kunjungan Mengirimataumengundangpraktisiataupakar khusus dari
pakar sebuahdesa/kabupaten/organisasipenyediapengetahuan
kesebuahdesa/ kabupaten/ organisasiyang
membutuhkannyauntukmenilai kondisi riil saatinidan
memberikanbimbingandalam penyelesaianmasalahatau
tantangan yang dihadapi

Dialog Memfasilitasi perbincangan antara pihak yang memiliki


Pengetahuan pengetahuandenganpihak yangmembutuhkan(agen
perubahan)gunamenggaliakarmasalah danmembuka
wawasanhingga menghasilkansebuahtindakanatauhasil
nyata

Studi tur Kunjunganatauserangkaiankunjungan,baikoleh individu


ataugroup,kesatuataulebihdesa/kecamatan/kabupaten
atautempat-tempat dikecamatan/kabupatenyangsama,
dengantujuanuntukmempelajaridan mendalami hal/
bidangkhusussecara langsungdarisumbernya, misalkan
bagaimana satuhal dapatdilaksanakan denganbaikdan
berhasil

Tandem Menggandengdesa/lembagadenganpotensisama,namun lebih


matang dan berpengalaman, untuk bermitra guna
menghasilkan sesuatu yang menguntungkan kedua belah
pihak

Workshop Kegiatanterstrukturuntukmendorongpesertamemecahkan
sebuah isuataupermasalahandengancara bekerjasama.
Dapatdilakukanditingkatkecamatan, kabupaten, bahkan
provinsi

D.Tahap Pertanggungjawaban
TIPD menyampaikanlaporan pertanggung jawaban dan penggunaan Dana
BantuanPemerintahPPIDmelaluiMusyawarahAntaraDesaKedua(MAD II).
Laporan pertanggung jawaban ini selanjutnya disampaikan kepadaTIK yang
ditembuskan kepada Satker Provinsi.
BAB IV. PELAPORAN,MONITORINGDAN EVALUASI

A.Pelaporan
Pelaporan pelaksanaan PPIDdilakukan secaraberkaladan berjenjang:
1.Pelaporan TA Kabupaten ke Provinsi dilakukan setiap akhir bulan,
2.Pelaporan TA Provinsi ke Pusat dilakukan setiap 2 (dua) bulan dan
ditujukan kepada Koordinator Bidang Manajemen Data,Informasi dan
Pengelolaan Pengetahuan.
3.Pelaporan PPID dikoordinasikan oleh Koordinator Bidang Manajemen Data,
Informasi dan Pengelolaan Pengetahuansetiap 4 (empat) bulan.

B.Monitoring / Pemantauan
Pemantauan akandilakukan secaraperiodik dengan pengawasan secara
melekat, fungsional dan eksternal.Pendekatan pemantauandapat dilakukan
dengan pendekatan antara lain: monitoring partisipatif danstudi
berkelanjutan selama pelaksanaan program. Pemantauan dapat dilakukan
juga melalui kerja samadengan Perguruan Tinggidanatau LSM lokal khususnya
dalam proses monitoring partisipatif.

C.Evaluasi:
Evaluasiakandilakukan denganmelibatkanberbagaipihakkhususnya dalam
mendukung prosespengembangan dankeberhasilan program Inovasi Desa.
Evaluasi ini dilakukan secara menyeluruh baik itukinerjapelakuprogram,
operasionalkegiatandansubtansiprogramInovasi desayangdiidasarkanatas
Indikator Keberhasilan Program.
BAB V.
PENUTUP

PTOPPIDinisebagaipedomansemua pelakukepentingan
yangterlibatagar memahami secara teknis, filosofis, sertamemandu
pendamping professional dalam memfasilitasi proses pelaksanaan
kegiatan PPIDdari pusat hingga daerah. Jika diperlukan
penambahan dan pengayaan terkait isi dari PTOini dapat
diskusikan bersama agar pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai
dengantujuanyangdiharapkan.
Apabila terdapat perubahan kebijakanberkenaan denganpelaksanaan
PPID pada Program Inovasi Desa, makaPTO iniakandilakukan
perubahan berdasarkan perubahan kebijakan tersebut.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |1


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Pokok Bahasan 7
Pengelolaan
Inovasi Desa

2| Modul Pelatihan Penyegaran Pendampingan Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lembar Informasi
PB
Pengelolaan Inovasi
7.
MODEL PENGELOLAAN INOVASI

1. PENDAHULUAN

Berdasarkan diagnosa yang dilakukan di sejumlah lokasi, banyak pengetahuan dan kegiatan
inovatif yang telah dilakukan atas inisiatif masyarakat, Pemerintah Desa maupun Kabupaten
dalam menjawab sebuah tantangan atau dalam menjalankan kegiatan pembangunan.
Pertukaran pengetahuan dan pembelajaran antar-desa maupun dengan kabupaten pun telah
terjadi. Inisiatif tersebut dilakukan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan mendapat
dukungan dari berbagai program.

Meski demikian, seiring berhentinya sebuah program, tidak sedikit inisiatif yang hilang. Untuk
itu, perlu ada sistem pengelolaan inisiatif yang memiliki nilai-nilai inovasi. Selain untuk
menjamin keberlanjutan inisiatif tersebut, pengelolaan yang baik dapat memungkinkan pihak
lain mengakses informasi terkait inisiatif atau inovasi tersebut, menjadikan inspirasi atau
bahkan rujukan bagi penyelesaian masalah mereka atau pengayaan kegiatan pembangunan
yang lebih efektif dan inovatif.

Ilustrasi 1 – Inisiatif yang


inovatif terhenti di satu
atau beberapa lokus,
hanya diketahui kalangan
terbatas

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 3


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Ilustrasi 2 – Melalui
pengelolaan yang
baik, inisiatif atau
praktik cerdas yang
memiliki nilai-nilai
inovasi tersebut dapat
diakses dan diketahui
berbagai pihak dari
berbagai lokus

2. DEFINISI, KRITERIA DAN KATEGORI INOVASI

1) Apa yang dimaksud Inovasi dalam model ini?


a. Pertama, inovasi tidak sama dengan praktik cerdas (best practice)
b. Kedua, inovasi disini merujuk pada cara atau pendekatan yang berbeda dari
biasanya (apakah itu cara baru atau cara yang dikembangkan dari yang sudah
ada sebelumnya) yang ditempuh oleh (kelompok) masyarakat atau instansi,
dalam menjawab suatu masalah/tantanganyang dihadapi atau dalam
mengerjakan sesuatu, aplikatif dan terbukti berhasil

2) Apa saja yang termasuk Kriteria Inovasi dalam model ini? Kriteria Inovasi adalah segala
bentuk inisiatif atau “gebrakan” dari masyarakat/ group/ satuan kerja, baik dalam
perencanaan dan pengembangan PSD sebagai akibat dari intervensi Generasi maupun
aktivitas lainnya yang:
a. Sangat Dibutuhkan (ada permintaan) di masyarakat
b. Terdefinisi dengan baik
c. Dapat direkam
d. Dapat/layak untuk dibagikan
e. Dapat diulang dan dikembangkan
f. Relevan

3) Apa saja Kategori Inovasi dalam model ini?


a. Kategori kegiatan pembangunan di bidang infrastruktur, kewirausahaan atau
pengembangan ekonomi lokal dan sumberdaya manusia yang memberi
manfaat secara luas bagi masyarakat dan diketahui oleh masyarakat;
b. Upaya-upaya yang berhasil mendorong terwujudnya kegiatan pembangunan
berkualitas, serta mendorong partisipasi dan kegotongroyongan masyarakat
dalam pembangunan;
c. Kegiatan pengembangan sistem yang berdampak terhadap peningkatan
ekonomi dan sosial budaya;

4| Modul Pelatihan Penyegaran Pendampingan Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

d. Kegiatan pembangunan yang memiliki nilai keunikan karena mengadopsi unsur


budaya/potensi lokal dan pemanfaatan yang lebih luas serta memiliki nilai
keberlanjutan;
e. Kegiatan yang mempunyai sifat kebaruan atau penggabungan unsur baru
dengan yang sudah ada dan memberikan perubahan yang signifikan dari cara-
cara sebelumnya dan memiliki nilai keberlanjutan;
f. Kegiatan pembangunan yang dikembangkan dengan menyesuaikan terhadap
kondisi geografis, keberadaan sumberdaya dan fasilitas yang tersedia.

3. MODEL PENGELOLAAN INOVASI

a. Model Pengelolaan Inovasi di Tingkat Kabupaten


b. Model Pengelolaan Inovasi di Tingkat Kecamatan

3.a. Model Pengelolaan Inovasi di Tingkat Kabupaten

1) Apa itu Model Pengelolaan Inovasi di Tingkat Kabupatan? Sebuah model pengelolaan
inovasi serta upaya diseminasi, monitoring dan evaluasinya, yang dilaksanakan di
tingkat Kabupaten;

2) Apa tujuannya?
a. Mendorong Kabupaten mengelola inovasi, serta menjadikannya sebagai Aset
Daerah yang bermanfaat bagi percepatan pembangunan desa melalui
penggunaan dana desa yang lebih efektif dan inovatif;
b. Mendorong Kabupaten memiliki media dan forum komunikasi dan belajar
melalui pertukaran inovasi secara regular dan berkelanjutan.

3) Siapa yang mengelola model ini? Sebuah Tim Inovasi di Tingkat Kabupaten

4) Bagaimana Pengelolaan Inovasi di Tingkat Kabupaten Dilakukan?

a. Pengidentifikasian, verifikasi dan pemilihan minimal satu praktik cerdas yang


memiliki muatan inovasi per kecamatan;
b. Pendokumentasian inovasi-inovasi terpilih dalam berbagai format, baik
dokumen pembelajaran tertulis, gambar, audio atau video;
c. Pengemasan inovasi menjadi materi sosialisasi, publikasi atau promosi dan
pelatihan;
d. Pengunggahan dan penyimpanan dokumen pembelajaran (inovasi-inovasi yang
telah didokumentasikan) pada aplikasi;
e. Pengidentifikasianmedia promosi/publikasi/penyebaran dokumen inovasidan
materi lainnya, serta penjalinan kerjasama
promosi/publikasi/penyebarandokumen inovasi dan materi lainnya;
f. Penyebaran dokumen pembelajaran antar-desa dan kabupaten melalui
berbagai saluran komunikasi (Lihat Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi)
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 5
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

g. Pengelolaan, penyelenggaraan, dan pendokumentasian pelaksanaan Bursa


Inovasi;
h. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan serta dampak pelaksanaan Bursa Inovasi;
i. Tindak lanjut pasca-Bursa Inovasi –follow up komitmen desa, fasilitasi
kebutuhan replikasi desa (Lihat Lampiran: Instrumen dasar kegiatan belajar),
fasilitasi kebutuhan pengelolaan inovasi di tingkat kecamatan

3.b. Model Pengelolaan Inovasi di Tingkat Kecamatan

1) Apa itu Model Pengelolaan Inovasi di Tingkat Kecamatan? Sebuah model pengelolaan
dan diseminasi inovasi yang dikelola dan dilaksanakan di tingkat Kecamatan.

2) Apa tujuannya?
a. Melanjutkan bahkan mengembangkan upaya-upaya inovatif yang lahir di
masyarakat untuk mencapai kemandirian desa melalui penggunaan dana desa
yang lebih efektif dan inovatif;
b. Mendokumentasikan praktik cerdas yang memiliki muataan inovasi dari setiap
desa dan menjadikannya sebagai Aset Kecamatan;
c. Menyediakan media pembelajaran atau forum pertukaran inovasi di tingkat
kecamatan untuk kemajuan bersama.

3) Siapa yang mengelola model ini? Sebuah Tim Pelaksana Inovasi Desa yang
berkedudukan di Kecamatan

4) Bagaimana Pengelolaan Inovasi di Tingkat Kecamatan Dilakukan?


a. Pengidentifikasian dan pemilihan inisiatif yang bermuatan inovasi dari desa-
desa;
b. Pendokumentasian secara sederhana dari inisiatif atau kegiatan-kegiatan
inovatif di desa-desa, dalam berbagai bentuk yang memungkinkan. Bisa dalam
bentuk tulisan, gambar, video, maupun audio;
c. Pengemasan inovasi sesuai tema menjadi materi sosialisasi dan komunikasi
sederhana;
d. Penyimpanan dokumen-dokumen pembelajaran dalam tempat/ruangan
tertentu;
e. Penyebaran dokumen-dokumen pembelajaran ke desa-desa melalui berbagai
saluran komunikasi (Lihat Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi) dan/atau melalui
forum-forum pertemuan masyarakat antar-desa
f. Penentuan minimal satu inovasi per kecamatan untuk diajukan, diverivikasi dan
dikelola oleh Tim Inovasi Kabup

Lampiran – Contoh-Contoh instrumen dasar kegiatan belajar

6| Modul Pelatihan Penyegaran Pendampingan Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Berikut ini adalah contoh beberapa instrumen dasar kegiatan peningkatan kapasitas bagi desa
yang dapat dimodifikasi dan digunakan sesuai kebutuhan dalam memfasilitasi kebutuhan desa
yang akan mereplikasi inovasi.

Kelompok Pertemuan kelompok secara regular dan memiliki kesamaan minat untuk saling belajar satu
Belajar dengan lain, misalkan sebulan sekali atau sesuai kesepakatan

Konferensi Mengirim perwakilan desa/ daerah untuk menghadiri pertemuan dimana sejumlah besar
peserta datang bersama-sama untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka tentang
topik/ tema khusus, terutama pengetahuan yang dimiliki desa/ daerah atau yang mungkin
dibutuhkan desa/ daerah.

Kunjungan pakar Mengirim atau mengundang praktisi atau pakar khusus dari sebuah desa/ kabupaten/
organisasi penyedia pengetahuan ke sebuah desa/ kabupaten/ organisasiyang
membutuhkannya untuk menilai kondisi riil saat ini dan memberikan bimbingan dalam
penyelesaian masalah atau tantangan yang dihadapi

Bincang Memfasilitasi perbincangan antara pihak yang memiliki pengetahuan dengan pihak yang
Pengetahuan membutuhkan (agen perubahan) guna menggali akar masalah dan membuka wawasan hingga
menghasilkan sebuah tindakan atau hasil nyata

Studi tur Kunjungan atau serangkaian kunjungan, baik oleh individu atau group, ke satu atau lebih desa/
kecamatan/ kabupaten atau tempat-tempat di kecamatan/ kabupaten yang sama, dengan
tujuan untuk mempelajari dan mendalami hal/ bidang khusus secara langsung dari sumbernya,
misalkan bagaimana satu hal dapat dilaksanakan dengan baik dan berhasil

Tandem Menggandeng desa/lembaga dengan potensi sama, namun lebih matang dan berpengalaman,
untuk bermitra guna menghasilkan sesuatu yang menguntungkan kedua belah pihak

Workshop Kegiatan terstruktur untuk mendorong peserta memecahkan sebuah isu atau permasalahan
dengan cara bekerjasama. Dapat dilakukan di tingkat kecamatan, kabupaten, bahkan provinsi

Lampiran – Contoh-contoh materi yang dapat digunakan untuk sosialisasi, promosi, publikasi
atau pelatihan

1) Baliho/backwall 9) Buletin
2) Backdrop 10) Website
3) Spanduk 11) Cerita bergambar
4) Banner 12) Infografik
5) Brosur/flier 13) Videografik/animasi/dokumenter
6) Poster 14) Buku Pembelajaran
7) Press release 15) Dll
8) Infokit

Lampiran – Contoh-contoh kegiatan sosialisasi, promosi atau publikasi yang dapat dilakukan

1) Penyebaran informasi dan materi/dokumen inovasi melalui berbagai saluran


komunikasi, sosialisasi/promosi/publikasi antar-desa dan kabupaten, baik yang dimiliki
sendiri maupun dimiliki pihak lain melalui jalinan kerjasama (Lihat Pedoman
Pelaksanaan Sosialisasi;
2) Pembuatan dan mengiriman press release kegiatan ke media massa;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 7


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

3) Penyelenggaraan jumpa pers terkait kegiatan tertentu;


4) Pemasangan baliho, spanduk, banner, poster, umbul-umbulkegiatan;
5) Pendistribusian soft copy dan hardcopy dokumentasi inovasi ke berbagai pihak;
6) Kontribusi konten atau pengisian acara di media massa lokasl: talkshow, running text,
dll;
7) Kerjasama peliputan kegiatan dengan media local;
8) Penayangan dokumen inovasi pada website dan media tayang lain;
9) Kerjasama sosialisasi, promosi, publikasi dengan berbagai instansi;
10) Media field visit –mengundang media atau pihak tertentu ke salah satu desa innovator;
11) Dll

8| Modul Pelatihan Penyegaran Pendampingan Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Pokok Bahasan 8
RENCANA KERJA TINDAK LANJUT

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 9


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Daftar Pustaka

Anom Surya Putra, (2015). Buku 7 Badan Usaha Milik Desa: Spirit Usaha Kolektif Desa.
Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesia.
Bappenas, edisi III (2011). Perkembangan Perdagangan dan Investasi, Jakarta.
Borni Kurniawan, (2015). Buku 5 Desa Mandiri Desa, Desa Membangun. Jakarta:
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia.
Denhardt, Kathryn G. (1988). The ethics of Public Service. Westport, Connecticut:
Greenwood Press.
Didin Abdullah Ghozali, (2015). Buku 4 Penggerak Prakarsa Masyarakat Desa. Jakarta:
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia.
Dwiyanto, Agus dkk., (2003). Reformasi Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah,
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Eko Sri Haryanto (2016). Panduan Pendamping Kawasan Perdesaan. Jakarta: Direkorat
Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan Kementerian Desa Pembangunan
Daerah Twertinggal dan Transmigrasi Bekerjasama dengan KOMPAK.
Idham Arsyad, (2015). Buku 9 Membangun Jaringan Sosial dan Kemitraan. Jakarta:
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia.
Kartasasmita, Ginandjar, (2004), Administrasi Pembangunan, Jakarta: LP3ES.
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 050-187/Kep/Bangda/2007 tentang Pedoman
Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang). Jakarta: Departemen Dalam Negeri.
M. Silahuddin, (2015). Buku 1: Kewenangan Desa dan Regulasi Desa. Jakarta:
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia.
Mochammad Zaini Mustakim, (2015). Buku 2 Kepemimpinan Desa. Jakarta: Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Naeni Amanulloh, (2015). Buku 3 Demokrasi Desa. Jakarta: Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Nyoman Oka (2009). Perencanaan Pembangunan Desa: Seri Panduan Fasilitator CLAPP
(Community Learning And Action Participatory Process), MITRA SAMYA dengan
dukungan AusAID ACCESS.

10| Modul Pelatihan Penyegaran Pendampingan Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Osborne, David dan Ted Gaebler, (1996). Mewirausahakan Birokrasi, Jakarta: Pustaka
Binaman Pressindo.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54/2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. Jakarta: Direktur
jenderl Bina Pembangunan Deerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5539).
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang
Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5558) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5864);
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 247/PMK.07/2015 tentang Tatacara
Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1967);
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
RepublikIndonesia Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pedoman Kewenangan
Berdasarkan Hak AsalUsul dan Kewenangan Berskala Lokal Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 158);
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
RepublikIndonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Pedoman Tata Tertib dan
Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 159);
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
RepublikIndonesia Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pendampingan Desa (Berita
Negara RepublikIndonesia Tahun 2015 Nomor 160);
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
RepublikIndonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 11
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Pengelolaan, danPembubaran Badan Usaha Milik Desa (Berita Negara Republik


Indonesia Tahun 2015Nomor 161);
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis
Peraturan Di Desa, Jakarta;
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa,
Jakarta;
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa, Jakarta;
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan
Desa, Jakarta;
Said, Mas’ud, (2007). Birokrasi di Negara Birokratis, Malang: UMM Press.
Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan dan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor: 900/5356/SJ. Nomor
959/KMK.07/2015. Nomor 49 Tahun 2015 tentang Percepatan, Penyaluran,
Pengelolaan dan Penggunaan Dana Desa Tahun 2015;
Sutoro Eko, (2015). Regulasi Baru, Desa Baru: Ide, Misi dan Semangat UU Desa. Jakarta:
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia.
Syarief, Reza M. (2002). Mengembangkan Inovasi dan Kreativitas Berpikir : pada Diri dan
Organisasi Anda.Bandung: Asy Syamiamil Cipta Media.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5495);
Wahyuddin Kessa, (2015). Buku 6 Perencanaan Pembangunan Desa. Jakarta:
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia.
Wahjudin Sumpeno, dkk., (2015) Modul Pelatian Penyegaran Pendamping Desa dalam
rangka Pengakhiran PNPM Mandiri Perdesaan dan Implementasi Undang-Undang
Desa, Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Republik Indonesia.
Wahjudin Sumpeno. editor (2016) Draft Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa,
Jakarta: PMK, Bappenas, Kemendesa PDTT, Kemendagri, BPKP, PSF-World Bank
dan KOMPAK.
Wahjudin Sumpeno. Dkk., (2015) Modul Pelatihan untuk Pelatih Pendamping Desa,
Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesia.

12| Modul Pelatihan Penyegaran Pendampingan Desa


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Wahjudin Sumpeno, (2012) Modul Pelatihan Harmonisasi dan Integrasi Perencanaan


Pembangunan Daerah, Banda Aceh: Kerjasama Bappeda Aceh dan The World
Bank.
Wahjudin Sumpeno, (2012) Modul Pelatihan Aparatur Pemerintah Daerah: Pengelolaan
Forum SKPD, Banda Aceh: Kerjasama BKPP Aceh dan The World Bank.
Wahjudin Sumpeno, (2010) Panduan Penyusunan RPJM Desa Berbasis Perdamaian,
Banda Aceh: The World Bank.
Wahjudin Sumpeno, (2001) Perencanaan Desa Terpadu, Banda Aceh: Read Indonesia.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 13


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

14| Modul Pelatihan Penyegaran Pendampingan Desa

Anda mungkin juga menyukai