Anda di halaman 1dari 300

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |i

PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

ii| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Modul Pelatihan
Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa

Pengembangan
Sumber Daya Manusia
Bidang Layanan Dasar di Desa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | iii


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

iv| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Modul Pelatihan
Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa

Pengembangan
Sumber Daya Manusia Bidang
Layanan Dasar di Desa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | v


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

MODUL PELATIHAN
PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
BIDANG LAYANAN DASAR DI DESA

PENGARAH: Eko Putro Sanjoyo (Menteri Desa, Pembangunan Daerah


Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia)

PENANGGUNG JAWAB: Taufik Madjid (Dirjen, Pembangunan dan Pemberdayaan


Masyarakat Desa)

TIM PENULIS: Wahjudin Sumpeno, Lendy Wahyu Wibowo, Octaviera Herawati,


Bambang Warsito, Marnia Nez, Early, Ratih Nurmala Dewi, Didik Farinto, Rusdin M. Nur,
Adang Rujiana, Susilawati, Muhammad Fuad, Nur Kholis, Ismail A. Zainuri, Borni
Kurniawan, Wafa Patria Umma, Riza Surya Kusuma, Rospita Sihombing.

REVIEWER: Muhammad Fachry, Bambang Soetono, Yoseph Lucky, Wahyuddin Kessa

COVER & LAYOUT: Wahjudin Sumpeno

Cetakan Pertama, Juli 2018

Diterbitkan oleh:
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,
DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
Jl. TMP. Kalibata No. 17 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12740
Telp. (021) 79172244, Fax. (021) 7972242
Web: www.kemendesa.go.id

vi| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Daftar Istilah dan Singkatan

1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan di
bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,
Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa.
3. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
4. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
5. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan
wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara
demokratis.
6. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai
dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah dalam memberdayakan
masyarakat.
7. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna
mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa.
8. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara
Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang
bersifat strategis.
9. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut dengan nama
lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa,
dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk
menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa
yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat
Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | vii


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

10. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh


Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan
Desa.
11. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
12. Perencanaan pembangunan Desa adalah proses tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawarat-
an Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan
pengalokasian sumber daya Desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
Desa.
13. RPJM Desa (Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Desa) adalah dokumen
perencanaan untuk periode 6 (enam) tahun yang memuat arah pembangunan
Desa, arah kebijakan keuangan Desa, kebijakan umum dan program dan program
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) atau lintas OPD, dan program prioritas
kewilayahan disertai dengan rencana kerja.
14. RKP Desa (Rencana Kerja Pemerintah Desa) adalah dokumen perencanaan untuk
periode 1 (satu) tahun sebagai penjabaran dari RPJM Desa yang memuat
rancangan kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka
pendanaan yang dimutakhirkan, program prioritas pembangunan Desa, rencana
kerja dan pendanaan serta prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh
Pemerintah Desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah dan RPJM Desa.
15. Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari
RKP Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan Pemerintah Desa
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme perencanaan
pembangunan Daerah.
16. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
17. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa, adalah
rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
18. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran
pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaanmasyarakat Desa.
19. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

viii| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

20. Program Inovasi Desa disingkat PID merupakan salah satu upaya Pemerintah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui peningkatan
kapasitas desa dalam mengembangkan rencana dan pelaksanaan pembangunan
desa secara berkualitas.
21. Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa disingkat P2KTD adalah lembaga
profesional yang menyediakan jasa keahlian teknis tertentu di bidang
Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, Pengembangan Sumber Daya
Manusia, dan Infrastruktur Desa.
22. Tim Inovasi Kabupaten adalah Tim yang dibentuk oleh Bupati/Walikota untuk
melaksanakan kegiatan Inovasi dalam program Inovasi Desa di kabupaten/kota.
Pembentukan Tim Inovasi Kabupaten PID ditetapkan dengan Surat Keputusan
Bupati/Walikota dan berlaku selama 1 (satu) tahun anggaran.
23. Kelompok Kerja Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa disingkat Pokja PPID
adalah tim yang dibentuk dibawah koordinasi Tim inovasi Kabupaten bertugas
merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan Inovasi melalui
pengelolaan pertukaran pengetahuan.
24. Kelompok Kerja Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa yang disingkat Pokja
P2KTD, adalah Tim yang dibentuk dibawah koordinasi Tim Inovasi Kabupaten
bertugas merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan Kegiatan
Peningkatan kapasitas P2KTD dalam upaya menyediakan kebutuhan desa akan
penyedia peningkatan kapasitas teknis yang profesional

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | ix


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

x| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kata Sambutan
Direkturat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa

Bismillahirrahmanirrahiim
Atas berkat rahmat Alloh SWT, Kami panjatkan puji dan syukur Alhamdulillah yang telah
memberikan kekuatan lahir dan bathin sehingga Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa Program Inovasi Desa (PID) TA 2017 telah hadir sebagai panduan
peningkatan kapasitas bagi Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa dalam rangka
mendukung peningkatan kualitas pembangunan Desa.
Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) diinisiasi
oleh Direktorat Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD),
Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kementerian
Desa, PDT, dan Transmigrasi. Modul pelatihan ini sebagai panduan dalam mendorong
peningkatan kualitas pemanfaatan Dana Desa dengan memberikan ruang kepada
Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa terlibat dalam mendorong inovasi dalam
pelaksanaan pembangunan Desa khususnya di bidang pengembangan potensi ekonomi
lokal dan kewirausahaan, pengembangan sumber daya manusia serta infrastruktur Desa.
Melalui dukungan PKTD ini, Desa diharapkan mampu memicu munculnya inovasi dan
pertukaran pengetahuan dalam peningkatan kualitas pembangunan.
Secara khusus modul pelatihan ini sebagai panduan bagi penyelenggara dalam
memfasilitasi proses pelatihan bagi P2KTD agar memahami secara filosofis, teknis serta
memandu proses pelaksanaan pendampingan teknis di Desa. Jika diperlukan
penambahan dan pengayaan terkait topik-topik pembahasan dapat diskusikan bersama
agar pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Modul Pelatihan P2KTD ini. Semoga Alloh SWT
senantiasa memberkati dan membimbing kita semua. Amien.

DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DESA

Taufik Madjid

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xi


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

xii| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Daftar Isi

Daftar Istilah
Kata Sambutan Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan vii
Masyarakat Desa xi
Daftar Isi xiii

Pokok Bahasan 1: Kebijakan Pembangunan Desa


1.1. Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa dalam Progam
Inovasi Desa 1
1.2. Tata Kelola Desa 5
1.3. Kewirausahaan Sosial 9

Pokok Bahasan 2: Peluang Penyedia Peningkatan Kapasitas


Pengembangan Sumber Daya Manusia
2.1. Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Manusia Bidang
Layanan Dasar 15
2.2. Kondisi dan Tantangan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis
Posyandu dan PAUD 31
2.3. Peluang Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Bidang
Layanan Dasar Posyandu dan PAUD 43

Pokok Bahasan 3: Membangun Kapasitas Kelembagaan


3.1. Analisis Potensi Pasar Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis
Pengembangan Sumber Daya Manusia 61
3.2. Pengembangan Organisasi 67
3.3. Strategi Promosi Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa 73
3.4. Pelayanan Pelanggan 79
3.5. Dokumentasi Kegiatan Peningkatan Kapasitas Teknis Desa
Pemnegmabngan Sumber Daya Manusia 85
3.6. Pengelolaan Keuangan 95

Pokok Bahasan 4: Rencana Bisnis dan Tindak Lanjut


4.1. Rencana Bisnis (Business Plan) Penyedia Peningkatan Kapasitas
Teknis Desa 111
4.2. Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) 117

Lembar Informasi 125 - 283

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xiii


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

xiv| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Pokok Bahasan 1
KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xv


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

xvi| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


Rencana Pembelajaran
SPB Penyedia Peningkatan
1.1 Kapasitas Teknis Desa
dalam Program Inovasi
Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran tentang Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis
Desa dalam Program Inovasi Desa, peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan latar belakang, tujuan, prinsip, ruang lingkup,
mekanisme dan komponen PID;
2. Menjelaskan kebijakan P2KTD.

Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Pemaparan, Tanya Jawab, dan Pleno.

Media
 Media Tayang 1.1.1: “Program Inovasi Desa”;
 Media Tayang 1.1.2: “Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa
(P2KTD)”;
 Lembar Informasi 1.1.1: “Pokok-Pokok Kebijakan Program Inovasi
Desa”;
 Lembar Informasi 1.1.2: “Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis
Desa dalam Program Inovasi Desa”.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |1


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Alat Bantu
Flipt chart, Lembar Kerja Individu, spidol, laptop, dan infocus.

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Program Inovasi Desa
1. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembahasan tentang “kebijakan pembangunan desa” sebagai
landasan bagi P2KTD dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa;
2. Lakukan pemaparan tentang kebijakan umum Program Inovasi
Desa mencakup larat belakang, tujuan, prinsip-prinsip dan ruang
lingkupnya dengan menggunakan Media Tayang 1.1.1;
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan
mengajukan pendapat terkait hasil paparan yang telah dilakukan;
4. Catatlah hal-hal pokok yang berkembang dalam tanya jawab.
5. Lakukan pembulatan atau penegasan terkait isu-isu krusial dalam
Program Inovasi Desa;
6. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan.

Disarankan pelatih atau penyelenggara membagikan bahan


bacaan kepada peserta tentang Pokok-Pokok Kebijakan
Program Inovasi Desa dan Penyedia Peningkatan Kapasitas
Teknis Desa dalam Program Inovasi Desa dilakukan sebelum
pembelajaran dimulai (jika dimungkinkan pada sesi malam
atau istirahat). Hal ini perlu dipertimbangkan agar tidak mengganggu
proses pembelajaran karena kesibukan membaca lembar informasi yang
dibagikan. Dengan demikian peserta memiliki cukup waktu untuk
mempelajari dan memberikan catatan kritis yang akan disampaikan pada
saat pembelajaran berlangsung.

Kegiatan 2: Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


7. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembahasan tentang “kebijakan umum tentang penyedia
peningkatan kapasitas teknis desa dalam pelaksanaan Program
Inovasi Desa” dengan mengkaitkan pembelajaran sebelumnya;

2| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

8. Lakukan pemaparan tentang kebijakan umum Program Inovasi


Desa mencakup larat belakang, tujuan, prinsip-prinsip dan ruang
lingkupnya dengan menggunakan Media Tayang 1.1.2;
9. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan
mengajukan pendapat terkait hasil paparan yang telah dilakukan;
10. Catatlah hal-hal pokok yang berkembang dalam tanya jawab;
11. Lakukan penegasan tentang isu-isu krusial terkait Penyedia
Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) dalam pelaksanaan
Program Inovasi Desa;
12. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 3


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

4| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
1.2 Tata Kelola Desa

Tujuan
Setelah mengikuti pembelajaran tentang tata kelola desa, peserta
diharapkan dapat:
1. Menjelaskan ruang lingkup tata kelola desa (Hakekat, Azas,
Kewenangan);
2. Menjelaskan siklus perencanaan dan penganggaran desa;
3. Menjelaskan proses pengambilan keputusan di desa.

Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Pemaparan, Diskusi Kelompok, dan Pleno.

Media
 Media Tayang 1.2.1: “Tata Kelola Desa”;
 Lembar Diskusi Kelompok 1.2.1: Siklus Perencanaan dan
Penganggaran Desa”;
 Lembar Diskusi Kelompok 1.2.1: “Perencanaan dan Penganggaran
Desa”;
 Lembar Informasi 1.2.1: “Tata Kelola Desa dalam Perspektif Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa”.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 5


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Alat Bantu
Flipt chart, Lembar Kerja Individu, spidol, laptop, dan infocus.

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Tata Kelola Desa
1. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembahasan tentang “tata kelola desa”;
2. Lakukan pemaparan secara ringkas dan jelas tentang hakikat,
azas, dan kewenangan desa berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dengan menggunakan Media
Tayang 1.2.1;
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan
mengajukan pendapat terkait hasil paparan yang telah dilakukan;
4. Catatlah hal-hal pokok yang berkembang dalam tanya jawab;
5. Lakukan pembulatan atau penegasan tentang isu-isu krusial terkait
tata kelola Desa;
6. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan.

Kegiatan 2: Siklus Perencanaan dan Penganggaran Desa


7. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembahasan tentang “Siklus Perencanaan dan Penganggaran
Desa” dengan mengkaitkan pembelajaran sebelumnya;
8. Lakukan pemaparan tentang siklus perencanaan dan penganggar-
an Desa berdasarkan Permendagri Nomor 20 tahun 2018 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa dan Permendagri Nomor 114 tahun
2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa, dengan mengguna-
kan Media Tayang 1.2.1;
9. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan
mengajukan pendapat terkait hasil paparan yang telah dilakukan;
10. Catatlah hal-hal pokok yang berkembang dalam tanya jawab;
11. Lakukan penegasan tentang isu-isu krusial terkiat perencanan dan
penganggaran desa serta mengkaitkan peran P2KTD dalam
mendukung pembangunan Desa;
12. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

6| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kegiatan 3: Memahami Proses Pengambilan Keputusan di Desa


13. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembahasan tentang “proses pengambilan keputusan di desa”;
14. Minta beberapa orang peserta untuk menjelaskan tentang
mekanisme pengambilan keputusan di desa dengan mengajukan
pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah prinsip-prinsip pengambilan keputusan di desa?
b. Apakah hakikat diselenggarakannya Musyawarah desa?
c. Bagaimana proses pengambilan keputusan di desa?
d. Siapa saja yang terlibat dalam pengambilan keputusan di desa?
15. Berikan penegasan terkait hal-hal di atas;
16. Akhiri sesi ini dengan menegaskan pentingnya memahami topik ini
dalam kaitannya dengan pembahasan materi selanjutnya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 7


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 1.2.2

Siklus Perencanaan dan Penganggaran Desa

Kegiatan Kapan Siapa yang Bagaimana Output


dilakukan? melakukan? melakukannya?

8| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
1.3 Kewirausahaan Sosial

Tujuan
Setelah mengikuti pembelajaran tentang kewirausahaan sosial, peserta
diharapkan dapat:
1. Menjelaskan konsep kewirausahaan sosial dalam P2KTD;
2. Menguraikan karakteristik kewirausahaan sosial;
3. Merefleksikan nilai-nilai kewirausahaan sosial dalam organisasi.

Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Curah Pendapat, Diskusi Film, dan Tanya Jawab.

Media
 Media Tayang 1.3.1: “Konsep dan Karakteristik Kewirausahaan
Sosial”;
 Media Tayang 1.3.2: “Film Grameen Bank – Muhaman Yunus”;
 Lembar Informasi 1.3.1: “Kewirausahaan Sosial”.

Alat Bantu
Flipt chart, Lembar Kerja Individu, spidol, laptop, dan infocus.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 9


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Kewirausahaan Sosial dalam Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa
1. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembahasan tentang “kewirausahaan sosial dalam Penyedia
Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD)” dalam rangka
mendorong upaya perubahan masyarakat di Desa;
2. Awali dengan curah pendapat tentang pengertian kewirausahaan
sosial dengan mengajukan beberapa pertanyaan kunci sebagai
berikut:
a. Apa yang dimaksud kewirausahaan sosial?
b. Mengapa kewirausahaan sosial sangat penting bagi P2KTD?
c. Hal-hal apa saja yang menjadi tantangan dalam membangun
jiwa kewirausahaan sosial bagi P2KTD?
3. Gunakan kertas plano untuk mencatat hal-hal pokok yang
dikemukakan peserta;
4. Lakukan pembulatan atau penegasan tentang isu-isu krusial terkait
konsep kewirausahaan sosial bagi P2KTD;
5. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan.

Kegiatan 2: Mengidentifikasi Karakteristik Kewirusahaan Sosial


6. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembahasan tentang “mengidentifikasi karakteristik kewirausaha-
an sosial” dengan mengkaitkan pembelajaran sebelumnya;
7. Dimulai dengan penayangan film pendek tentang Grameen Bank
(Muhamad Yunus).
8. Setelah penayangan film tersebut, selanjutnya ajaklah peserta
untuk membahasnya dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kunci sebagai berikut:
a. Apa ukuran keberhasilan (kinerja) dari Grameen Bank?
b. Apa tujuan utama Muhammad Yunus mengembangkan
Grameen Bank?
c. Hal-hal apa saja yang dibangun dalam mencapai tujuan
tersebut?
d. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan tersebut?
e. Bagaimana memobilisasi kegiatan?

10| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

f. Tantangan apa saja yang dihadapi?


g. Darimana sumber dana pengembangan Grameen Bank?
9. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan
mengajukan pendapat terkait hasil penayangan film dan
pembahasan yang telah dilakukan;
10. Lakukan penegasan dengan menayangkan Media Tayang 1.3.1
terkait konsep dan karakteristik kewirausahaan sosial;
11. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan.

Kegiatan 3: Refleksi Nilai-Nilai Kewirausahaan Sosial


12. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembahasan tentang “refleksi nilai-nilai kewirausahaan sosial”
dengan menggali sesuai dengan konteks lembaga masing-masing;
13. Lakukan refleksi bersama dengan mengajukan pertanyaan sebagai
berikut:
a. Apa nilai–nilai kewirusahaan sosial yang sudah diterapkan
dalam organisasi/lembaga masing-masing?
b. Apa nilai–nilai kewirusahaan sosial yang belum diterapkan?
c. Bagaimana cara untuk menerapkan nilai-nilai kewirausahaan
sosial dalam organisasi/lembaga?
14. Catatlah dalam kertas plano agar mudah diamati oleh seluruh
peserta terkait hal-hal pokok yang berkembang dalam refleksi;
15. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 11


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

12| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Pokok Bahasan 2
PELUANG PENYEDIA
PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 13


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

14| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


Rencana Pembelajaran
SPB Kebijakan Pengembangan
2.1 Sumber Daya Manusia
Bidang Layanan Dasar

Tujuan
Setelah pembelajaran kebijakan pengembangan sumber daya manusia
peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan kebijakan Kementrian Desa dan Kementerian terkait
dalam pembangunan layanan dasar desa bidang PAUD dan
Posyandu;
2. Menjelaskan prioritas dan optimalisasi fungsi dan tugas pokok
Posyandu dan PAUD serta keterkaitan dengan mengatasi masalah
kesehatan dan pendidikan anak usia dini di desa

Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Pemaparan, Curah Pendapat, Diskusi Kelompok, dan Pleno.

Media
 Media Tayang 2.1.1: “Pokok-Pokok Kebijakan dalam Pengembangan
Sumber Daya Manusia Bidang Sosial Dasar”.
 Lembar Informasi 2.1.2: “Pokok-Pokok Kebijakan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Bidang Layanan Dasar”

Alat Bantu
Flipt chart, Lembar Kerja Individu, spidol, laptop, dan infocus.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |15


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Kebijakan Pemerintah dalam Layanan Dasar Bidang
Posyandu dan PAUD
1. Menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari pokok
bahasan tentang “kebijakan pemerintah dalam layanan dasar
bidang Posyandu dan PAUD” sebagai perspektif yang akan
melandasi seluruh proses pembelajaran selanjutnya;
2. Membuka kelas dengan mengajukan pertanyaan pada peserta
kebijakan-kebijakan apa saja yang diketahui oleh peserta terkait
layanan dasar bidang kesehatan dan pendidikan di desa (Posyandu
dan PAUD). Pelatih menuliskan di kertas plano kebijakan yang
disampaikan peserta, beserta pesan inti kebijakan tersebut;
3. Lakukan pemaparan tentang kebijakan pemerintah terkait
Posyandu dan PAUD di desa.
 UU Desa no 6 thn 2016 tentang Desa Pasal 4, 74, 78
 Permendes no 4 tahun 2017: Prioritas Penggunaan Dana Desa
tahun 2018
 Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Th 2015-2019
 Rencana Strategis Kementrian Pendidikan tentang PAUD Th
2015-2019
 Posisi Isu Strategis Kesehatan dan Pendidikan dalam Skala
Kewenangan Desa
 Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 60 tahun 2013
tentang pengembangan anak usia dini holistik-integratif
 Perpu Kemendagri no 11 /2011 – Integrasi Posyandu dan
PAUD
 10 Bidang Integrasi Posyandu
 Prioritas dalam pembangunan layanan dasar Desa terkait
Posyandu dan PAUD
 Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 137
Tahun 2014 Tentang Standar Nasional PAUD
 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146
Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 PAUD
4. Membuka kesempatan pada peserta untuk bertanya, kemudian
memfasilitasi kesimpulan dari pendapat peserta dan menuliskan
poin-poin penting dari kebijakan tersebut.
5. Peningkatan kualitas layanan dan sumber daya manusia di Posyandu
dan PAUD di Desa ini akan dapat mempengaruhi peningkatan
Indeks Desa Membangun/Kemandirian Desa:Dari Desa yang
tertinggal menjadi Desa mandiri;

16| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Beberapa poin kunci yang perlu mendapat perhatian


diantaranya: (a) Kontribusi yang signifikan pembangunan
pada Desa sebagai entitas pemerintahan yang paling kecil
merupakan kontribusi yang sangat bernilai pada pencapaian
target isu di tingkat nasional (kementerian kesehatan dan
pendidikan), (b) Posyandu dan PAUD merupakan salah satu wadah
pemberdayaan masyarakat Desa untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia di Desa.

Kegiatan 2: Optimalisasi Tugas Pokok Posyandu dan PAUD dalam


Mengatasi Masalah Kesehatan serta Pendidikan di Desa
6. Menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari pokok
bahasan tentang “prioritas Kementerian Desa PDTT dalam
pengembangan sumber daya manusia bidang layanan dasar”
dengan mengkaitkan kegiatan belajar sebelumnya;
7. Menyampaikan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari sesi
tentang “tantangan posyandu dan PAUD dalam mengatasi masalah
kesehatan dan pendidikan di desa;
8. Menempelkan 2 kertas flipchart besar di depan kelas dengan
masing-masing diberi bentuk lingkaran besar. Satu buah lingkaran
bertuliskan “kesehatan” dan satu kertas lainnya bertuliskan
“pendidikan”. Peserta dapat dibagi dalam kelompok kesehatan dan
pendidikan, sehingga kelompok pendidikan akan memfokuskan
pada isu pendidikan dan kelompok kesehatan akan fokus pada isu
kesehatan;
9. Bagilah kertas meta plan atau sticky note warna warni pada peserta,
mintalah pada peserta untuk menuliskan isu-isu atau masalah apa
yang terjadi di Desa dari sisi kesehatan dan pendidikan setahun
terakhir atau sering terjadi di Desa. Satu lembar kertas metaplan
/sticky note ditulis dengan satu isu/masalah. Mintalah peserta untuk
menempelkan pada kertas lingkaran yang tersedia sesuai dengan
bidangnya;
10. Setelah semua kertas telah ditempel pada kertas plano dalam
lingkaran, pelatih membuat gambar rumah yang bertuliskan
Posyandu di bagian tengah pada lembar lingkaran kesehatan dan
menggambar rumah yang bertuliskan Pos PAUD pada bagian
tengah di lingkaran bidang pendidikan. Sampaikan pada peserta
bahwa: “Ada beragam permasalahan kesehatan dan pendidikan di
Desa, berdasarkan UU Desa, Desa memiliki kewenangan untuk
mengelola dan mengatur layanan dasar bidang kesehatan dan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 17


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

pendidikan pada tingkat yang paling kecil, yaitu Posyadu dan PAUD
sebagai layanan dasar di Desa”
11. Mintalah peserta untuk mengingat-ingat apa yang menjadi peran
dan tugas pokok Posyandu dan PAUD di Desa, kemudian
menuliskannya di lembar plano yang ada disampingnya. Pelatih
dapat menggunakan lembar pegangan pelatih tentang tugas
pokok Posyandu dan PAUD sebagai acuan untuk mengisi tugas
pokok Posyandu dan PAUD;
12. Mintalah peserta untuk membuat membaca fungsi dan tugas
Posyandu dan PAUD, kemudian memfasilitasi masukan peserta
dalam memahami peran dan fungsi Posyandu dan PAUD di Desa
dan mintalah peserta menuliskan kembali peran dan fungsi
Posyandu pada sisi plano disamping plano lingkaran;
13. Memfasilitasi peserta untuk menghubungkan masalah-masalah
atau isu pendidikan dan kesehatan yang ada di Desa peran dan
tugas pokok Posyandu dan PAUD dengan membuat garis
penghubung langsung berupa garis lurus dari titik tengah di
Posyandu dan PAUD menuju titik kertas isu yang disebutkan, bila
antara tugas pokok Posyandu dapat langsung memberikan
pelayanan untuk mengatasi isu tersebut. Misalnya: antara pos PAUD
dibuat garis lurus dengan isu gizi pada balita, dan pos PAUD dibuat
garis putus-putus pada isu kesehatan gigi orang dewasa;
14. Membuat garis putus-putus dari titik tengah di Posyandu dan
PAUD bila tugas pokok dapat memberikan layanan tidak langsung
atau berpeluang untuk memberikan layanan pada isu. Contoh:
 “Di area isu bidang kesehatan tertulis bahwa dalam satu tahun
terakhir di Desa ditemui 4 kasus remaja perempuan dibawah 18
tahun yang hamil sebelum menikah”
 Pelatih mengajukan pertanyaan pada peserta “Apabila di Desa
memiliki kasus kehamilan remaja dibawah usia 18 tahun,
apakah kasus tersebut juga dapat menjadi tugas pokok/utama
Posyandu?” Jawab: Ya atau Tidak?
 “Apa bila Ya, pada poin tugas pokok Posyandu bagian mana
yang menjadi peran Posyandu untuk mengatasi hal tersebut?
Apa yang harus dilakukan sebagai contoh? “
 “Apakah contoh yang diberikan sebagai bagian tugas Posyandu
secara langsung atau tidak langsung?”
 “Berilah garis penghubung antara isu dengan garis tegas, bila
antara isu dan tugas Posyandu memiliki hubungan langsung
atau masuk sebagai tugas utama Posyandu”

18| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

 “Berilah garis penghubung putus-putus, bila antara isu dan tugas


Posyandu memiliki hubungan tidak langsung sebagai tugas
utama Posyandu.”
15. Mintalah peserta untuk melakukan hal yang sama dengan
mendiskusikan setiap isu di Desa dan kaitannya tugas pokok
Posyandu atau paud, sehingga akan tampak relasi dalam bentuk
garis putus-putus dan garis tegas antara isu kesehatan di Desa dan
tugas pokok Posyandu atau PAUD.
16. Buatlah penegasan dan kesimpulan terkait hal-hal sebagai berikut:
 Kewenangan Desa dalam bidang kesehatan dan pendidikan
ada di Posyandu dan pos PAUD. Layanan Posyandu dan
PAUD sudah memiliki tugas-tugas pokok masing-masing,
yang harus ditingkatkan kualitas layanannya.
 Pesan Utama 1. Optimalkanlah tugas pokok Posyandu dan
PAUD dengan memfokuskan pada peningkatan layanan pada
target sasaran yang diprioritaskan.
 Pesan Utama 2. Sesuaikan layanan Posyandu dan PAUD sesuai
dengan kebutuhan /permasalahan masyarakat Desa yang
paling penting
 Pesan Utama 3. Jadikan tantangan sebagai peluang untuk
melakukan inovasi peningkatan layanan poysandu dan PAUD
di Desa
Contoh Posyandu 1:
Posyandu tidak hanya untuk penimbangan bayi, pemeriksaan
ibu hamil, pembagian vitamin/imunisasi saja, namun bila gizi
buruk menjadi masalah utama di Desa tersebut maka edukasi
gizi secara meluas pada balita, remaja, lansia tentang
makanan sehat juga dapat dilakukan oleh Posyandu.

Contoh Posyandu 2:
Posyandu memang memfokuskan pada keluarga berencana,
pasangan usia subur. Namun bila kasus kehamilan remaja
dibawah 18 tahun menjadi masalah utama di Desa, maka
Posyandu dapat memperluas cakupan dengan memberikan
edukasi pula pada remaja tentang kesehatan reproduksi
remaja. Ini bisa menjadi ide untuk merintis Posyandu remaja.
Pada Desa lain sudah mulai upaya pengembangan Posyandu
untuk memperluas cakupan seperti Posyandu remaja,
Posyandu lansia, Posyandu kesehatan jiwa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 19


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Contoh PAUD 1:
Di Desa tersebut angka buta huruf masih tinggi, maka penting
bagi Desa untuk meningkatkan partisipasi anak usia 2-6 tahun
sejak dini ke PAUD untuk mencegah keberlangsungan buta
huruf pada generasi muda. Selain itu, keberadaan PAUD dapat
dioptimalkan untuk meningkatkan kepedulian membaca dan
minat belajar membaca pada yang lebih dewasa pula,
misalnya pos PAUD selain dijadikan taman bermain anak
namun juga dapat dijadikan sebagai pusat perpustakaan Desa
untuk warga.

Siapkan 4 plano, metaplan dan spidol. Pasanglah dua plano


berjejer masing-masing untuk mendeskripsikan isu pendidian
dan kesehatan di desa. Satu pasang plano bidang kesehatan dan
satu pasang plano lain bidang pendidikan. Tulis dan tempelkan
semua masalah atau isu pada seluruh lingkaran.
Tuliskan pada bagian tengah rumah kecil dengan tulisan Posyandu dan
pada kertas lain bertuliskan pos PAUD
Mintalah peserta mengaitkan masalah di desa dengan peran Posyandu dan
PAUD sebagai layanan dasar di desa.
Pelatih dapat menggunakan daftar cek isu kesehatan dan pendidikan
sebagai pegangan untuk memancing peserta menggali cakupan masalah
kesehatan dan pendidikan yang ada di desa.

20| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Pegangan Pelatih 2.1.1

Isu Strategis Bidang Kesehatan dan Pendidikan

Lembar pegangan ini adalah lingkup ragam kasus atau masalah bidang kesehatan dan
pendidikan yang menjadi prioritas Kementrian Kesehatan dan Pendidikan dengan
lingkup yang menjadi kewenangan di Desa berdasarkan Permendesa no 5 tahun 2015.
Panduan ini dapat menjadi acuan pelatih untuk dapat menggali atau memfasilitasi
peserta tentang ragam masalah atau kasus kesehatan dan pendidikan yang ada di Desa.
Gunakan panduan ini untuk memancing peserta bila respon peserta masih minim dalam
mendeteksi masalah-masalah atau kasus yang ada di Desa.

Isu Strategis Bidang Kesehatan di Desa Isu Strategis Bidang Pendidikan di Desa:
(sumber : Isu Strategis Nasional –sumber Sumber : Isu Strategis Nasional –sumber
Target Prioritas Kementrian Kesehatan RI) Target Prioritas Kementrian Pendidikan RI
A. Kesehatan Ibu dan Anak A. Partisipasi pendidikan anak usia dini
bagi : Anak laki-laki & perempuan
1. Kasus Kematian Ibu saat melahirkan i. Jumlah anak perempuan ikut di pos
PAUD
2. Kasus Kematian Bayi ii. Jumlah anak laki-laki ikut pos PAUD
3. Kasus Kematian bayi karena prematur iii. Apakah anak – anak yang penyandang
dissabilitas (cacat) dapat ikut bersekolah
di PAUD?
4. Kasus kematian bayi karena kurang gizi iv. Apakah anak-anak yang memiliki kondisi
khusus (anak berkebutuhan khusus
seperti: ADHD/Autis/HIV) dapat ikut
berpartisipasi /sekolah di PAUD?
5. Kasus Kematian Balita v. Apakah anak-anak yang berasal dari
kelompok khusus (misalnya suku tertentu
dapat ikut berpartisipasi /bersekolah di
PAUD?
6. Kasus Kematian Balita karena vi. Apakah anak-anak dari kelompok rentan
kecelakaan (anak jalanan, anak-anak yang ditinggal
orangtua sebagai TKI, anak yatim piatu,
dll) dapat ikut berpartisipasi/bersekolah
di PAUD?
B. Gizi Buruk C. Isu-Isu lain terkait Pendidikan (Renstra
Kemendikdud)
1. Bayi (Stunting/ Bayi Pendek –Bayi i. Literasi /keaksaraan
Wasting/Kelebihan Nutrisi

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 21


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Isu Strategis Bidang Kesehatan di Desa Isu Strategis Bidang Pendidikan di Desa:
(sumber : Isu Strategis Nasional –sumber Sumber : Isu Strategis Nasional –sumber
Target Prioritas Kementrian Kesehatan RI) Target Prioritas Kementrian Pendidikan RI
2. Balita Stunting /Pendek atau Wasting ii. Pendidikan 9 tahun (lulus SMP) untuk
/Kelebihan Nutrisi perempuan & laki-laki
3. Gizi Buruk pada Wanita hamil iii. Akses Pendidikan Kejuruan/Teknis bagi
anak perempuan & laki-laki
4. Gizi Buruk pada Wanita Menyusui iv. Akses pengetahuan berkelanjutan
(Apakah Desa memiliki perpustakaan,
sarana /ruang bermain/belajar anak? )
5. Gizi buruk pada Remaja v. Sarana lapangan untuk aktivitas
fisik/taman bermain yang jaraknya
terjangkau
6. Gizi Buruk pada Lansia vi. Beasiswa Pendidikan
C. Kesetaraan Jender D. Isu lain bidang pendidikan yang
khas/spesifik di Desa, sebutkan :
1. Kasus kekerasan terhadap Perempuan
2. Kasus kekerasan terhadap Anak
3. Kasus – kasus khusus (disabilitas,
HIV/AIDS, penyakit menular Khusus
lainnya)
E. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
1. Diare
2. Sanitasi
F. Peningkatan Ekonomi

Peningkatan Usaha Bersama


G. Isu Kesehatan lain yang spesifik di
Desa, sebutkan:

22| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Pegangan Pelatih 2.1.2

Lingkup Tugas Posyandu dan PAUD


Lembar ini merupakan Pegangan Pelatih untuk mempermudah memahami ruang
lingkup di Posyandu dan PAUD. Pelatih dapat menggunakan lembar ini sebagai acuan
kegiatan apa saja yang sudah dilakukan di Posyandu atau PAUD di Desa.

Lingkup Tugas : Lingkup Tugas


Layanan Kesehatan di Posyandu Layanan Pos PAUD
1. Layanan KIA- Kesehatan Ibu dan 1. Layanan Taman Penitipan Anak
Anak oleh Bidan Desa dan Kader Desa
i. Layanan K4 ( K1-K4) - Kepengasuhan
– Kunjungan Bidan - Pemberian makanan sehat
 Kunjungan pasca persalinan yang
disebut KN (kunjungan neonatal);
 KF (kunjungan nifas) yang dilakukan
minimal tiga kali oleh bidan Desa
ii. Layanan 7T Pada Ibu hamil- Standar 2. Layanan Pendidikan Anak Usia Dini
7T. - Kepengasuhan
– Penimbangan berat badan, - Belajar sambil bermain
– Pengukuran tekanan darah, - Pemberian makanan sehat
– Pemeriksaan golongan darah &
Hb
– Pemberian imunisasi TT (tetanus
toksoid), MR
– Pemeriksaan laboratorium,
– Wawancara dan konseling
iii. Layanan Gizi (ASI, PMTASI) 3. Manajemen PAUD
- Layanan Gizi pada Balita - Ketersediaan guru dan pengasuh
- Layanan Gizi pada Anak - Kelengkapan Sarana (Tempat)
- Layanan Gizi pada Remaja /Prasarana
- Layanan Gizi pada Lansia - Permainan Anak di Luar
Ruangan
- Permainan Dalam Ruangan
iv. Pelaporan : v. Kelengkapan Prasarana 6 sentra
– Pencatatan PAUD:
– Pelaporan Data ke Puskesmas - Sentra Iman dan Taqwa;
– Pelaporan Data ke Desa - Sentra Persiapan;
– Lokakarya Bulanan - Sentra Balok;
- Sentra Bahan Alam;
- Sentra Peran;
- Sentra Seni dan Kreativitas

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 23


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lingkup Tugas : Lingkup Tugas


Layanan Kesehatan di Posyandu Layanan Pos PAUD
2. Layanan Kesehatan Reproduksi vi. Dokumen Kurikulum PAUD- dengan
standar STTPA
i. Keluarga Berencana (Perempuan& vii. Implementasi Kurikulum PAUD
laki-laki Pasangan Usia Subur) (Standar STTPA)
- Kompetensi moral
- Kompetensi kognitif
- Komptensi Bahasa
- Kompetensi fisik dan motorik
- Kompetensi Sosial- Emosional
- Kompetensi Seni
ii. Layanan Kontrasepsi (Perempuan dan viii. Pembuatan program, dan Rencana
laki-laki Pasangan Usia Subur) Program pembelajaran Harian
(RPPH)
iii. Layanan khusus (Calon Pasangan Usia ix. Pemanfaatan APE basis Lokal
Subur Remaja Perempuan & Laki-Laki)
Konseling Diskriminasi atas layanan
kesehatan Reproduksi;
Konseling kasus kekerasan pada anak-
anak, remaja perempuan,
Konseling pernikahan usia dini
4. Pelayanan Kesehatan Universal x. Edukasi Kepengasuhan– Parenting
/Keikutsertaan BPJS
5. Pelayanan Sanitasi/kontaminasi xi. Manajemen Administrasi PAUD
polusi udara, air, dan tanah
6. Manajemen Posyandu xii. SOP PAUD Bidang program &
manajemen
i. Ketersediaan kader dan bidan xiii. Implementasi 8 standar PAUD
(Permendikbud 137-2014)
ii. Administrasi/Pencatatan - Standar Tingkat Pencapaian
Posyandu Perkembangan Anak (STPPA)
iii. SOP Posyandu - Standar Isi
iv. Pengelolaan Keuangan - Standar Proses
v. Kerjasama pihak luar - Standar Penilaian
7. Peningkatan Kualitas Kader Posyandu - Standar Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan
vi. Pelatihan Dasar Bidan - Standar Sarana dan Prasarana
vii. Pelatihan Lanjut - Standar Pengelolaan
viii. Pelatihan Kader - Standar Pembiayaan
ix. Pelatihan Kepemimpinan
8. Bina Keluarga Remaja xiv. Kerjasama Pihak Luar

24| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lingkup Tugas : Lingkup Tugas


Layanan Kesehatan di Posyandu Layanan Pos PAUD
- Kegiatan Remaja 4. Peningkatan Kualitas Guru/ Pengasuh
PAUD

9. Bina Keluarga Lansia xv. Pelatihan Dasar PAUD


- Senam Lansia xvi. Pelatihan Lanjut PAUD
- Gizi Lansia xvii. Sertifikasi Guru PAUD
xviii. Pelatihan Kepemimpinan
10. Penyuluhan/Promosi Edukasi 5. Promosi Edukasi Layanan Pendidikan
Layanan Kesehatan untuk - Minat Baca
Pengendalian Penyakit - Literasi
- Penyakit tak menular (diabetes,
tekanan darah tinggi, obesitas,
dll)
- Penyakit menular (TB, HIV),
endemik : mis. malaria
- Sanitasi
- Perilaku hidup Sehat (mis.
merokok) dll

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 25


Lembar Pegangan Pelatih 2.1.3

Dimensi Layanan Sosial dasar dan Indikator Indeks Desa Membangun


NO DIMENSI VARIABEL INDIKATOR
INDEKS KESEHATAN Pelayanan 1 Waktu tempuh ke prasarana
SOSIAL Kesehatan kesehatan < 30 menit
DASAR 2 Tersedia tenaga kesehatan, bidan,
dokter dan Tenaga Kesehatan
(nakes) lain
Keberdayaan 3 Akses ke poskesdes, polindes dan
Masyarakat untuk Posyandu
Kesehatan 4 Tingkat aktivitas Posyandu

Jaminan 5 Tingkat kepesertaan BPJS


Kesehatan
PENDIDIKAN Akses Pendidikan 6 Akses ke Pendidikan Dasar SD/MI
Dasar dan <3 KM
Menengah 7 Akses ke SMP/MTS < 6 km
8 Akses ke SMU/SMK < 6 km

Akses Pendidikan 9 Kegiatan pemberantasan buta


Non Formal aksara
10 kegiatan PAUD
11 Kegiatan PKBM/Paket ABC
Akses ke 12 Taman Bacaan Masyarakat atau
Pengetahuan Perpustakaan Desa
MODAL SOSIAL Memiliki 13 Kebiasaan gotong royong di
Solidaritas Sosial Desa
14 Keberadaan ruang publik
terbuka bagi warga yg tidak
berbayar
15 Ketersediaan fasilitas/lapangan
olahraga
16 Terdapat kelompok kegiatan
olahraga
Toleransi 17 Warga Desa terdiri dari beberapa
suku/etnis
18 Warga Desa berkomunikasi
sehari-hari menggunakan bahasa
yg berbeda
19 Agama yang dianut sebagian
besar warga di Desa
Rasa Aman 20 Warga Desa membangun
Penduduk pemeliharaan poskamling
lingkungan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |26


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

NO DIMENSI VARIABEL INDIKATOR


21 Partisipasi warga mengadakan
siskamling
22 Tingkat kejadian perkelahian
massal di Desa
23 Penyelesaian/perdamaian
perkelahian massal ygsering terjadi
Kesejahteraan 24 Terdapat akses ke Sekolah Luar
Sosial Biasa
25 Terdapat Penyandang
Kesejahteraan Sosial (AnakJalanan,
Pekerja Seks Komersial dan
Pengemis)
26 Terdapat Penduduk yang bunuh
diri
PERMUKIMAN Akses ke Air 27 Mayoritas penduduk Desa
Bersih dan Air memiliki sumber air minum yang
Minum Layak layak.
28 Akses Penduduk Desa memiliki
air untuk mandi dan mencuci
Akses ke Sanitasi 29 Mayoritas penduduk Desa
memiliki Jamban.
30 Terdapat tempat pembuangan
sampah.
Akses ke Listrik 31 Jumlah keluarga yang telah
memiliki aliran listrik.

Akses Informasi 32 Penduduk Desa memiliki telepon


dan Komunikasi selular dan sinyal yang kuat.
33 Terdapat siaran televisi lokal,
nasional dan asing
34 Terdapat akses internet
KETAHANAN Keragaman 35 Terdapat lebih dari satu jenis
EKONOMI Produksi kegiatan ekonomi penduduk
Masyarakat Desa
Tersedia Pusat 36 Akses penduduk ke pusat
Pelayanan perdagangan (pertokoan, pasar
Perdagangan permanen dan semi permanen)
37 Terdapat sektor perdagangan di
permukiman (warung dan
minimarket)
Akses 38 Terdapat kantor pos dan jasa
Distribusi/Logistik logistik
Akses ke 39 Tersedianya lembaga perbankan
Lembaga umum (Pemerintah dan Swasta)
Keuangan dan 40 Tersedianya BPR
Perkreditan 41 Akses penduduk ke kredit

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 27


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

NO DIMENSI VARIABEL INDIKATOR


Lembaga 42 Tersedianya lembaga ekonomi
Ekonomi rakyat (koperasi)
43 Terdapat usaha kedai makanan,
restoran, hotel dan penginapan
Keterbukaan 44 Terdapat moda transportasi
Wilayah umum (Transportasi Angkutan
Umum, trayek reguler dan jam
operasi Angkutan Umum)
45 Jalan yang dapat dilalui oleh
kendaraan bermotor oda empat
atau lebih (sepanjang tahun kecuali
musim hujan, kecuali saat tertentu)
46 Kualitas Jalan Desa (Jalan terluas
di Desa dengan aspal, kerikil, dan
tanah)
EKOLOGI Kualitas 47 Ada atau tidak adanya
Lingkungan pencemaran air, tanah dan udara
48 Terdapat sungai yg terkena
limbah
Potensi/Rawan 49 Pencemaran air, tanah dan udara
Bencana Alam
50 kejadian Bencana Alam (banjir,
tanah longsong,kebakaran hutan)
51 Upaya/Tindakan terhadap
potensi bencana alam (Tanggap
bencana, jalur evakuasi, peringatan
dini dan ketersediaan peralatan
penanganan bencana)
52 Upaya Antisipasi,Mitigasi
bencana alam yg ada di Desa

Cara Perhitungan Indek Desa Membangun


IDM = 1/3 ( IS + IEK + IL )
IDM : Indeks Desa Membangun
IS : Indeks Sosial
IEK : Indeks Ekonomi
IL : Indeks Lingkungan (Ekologi)
Penghitungan Indeks Desa Mandiri (IDM) pada 73.709 Desa berdasar data Potensi Desa
2014 dengan angka rata-rata IDN Nasional 0,566 menghasilkan data sebagai berikut:
(Sumber : indeks Desa Membangun 2015, Kementrian Desa Tertinggal dan Transmigrasi)

28| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

No Kategori IDM Jumlah Desa %


1 Desa Sangat Tertinggal < 0,491 13.453 18,25 %
2 Desa Tertinggal > 0,491 dan < 0,599 33.592 45,57 %
3 Desa Berkembang > 0,599 dan < 0,707 22.882 31,04 %
4 Desa Maju > 0,707 dan < 0,815 3.608 4,89 %
5 Desa Mandiri > 0,815 174 0,24%

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 29


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

30| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Rencana Pembelajaran
SPB Kondisi dan Tantangan
2.2 Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Posyandu
dan PAUD

Tujuan
Setelah pembelajaran tentang kondisi dan tantangan penyedia
peningkatan kapasitas teknis Posyandu dan PAUD, peserta diharapkan
dapat:
1. Identifikasi kondisi dan tantangan layanan dasar Posyandu dan
PAUD;
2. Menyebutkan contoh/model inovasi layanan dasar Posyandu dan
PAUD.

Waktu
6 JP (270 menit)

Metode
Curah pendapat, Sajian Video, Diskusi Kelompok dan Pleno.

Media
 Media Tayang 2.2.1: “Kondisi dan Tantangan Layanan Dasar
Posyandu dan PAUD”;
 Media Tayang 2.2.2: “Inovasi Posyandu dan PAUD”;
 Lembar Kerja 2.2.1: “Matrik Analisis Kondisi Layanan Dsar Desa
(Posyandu dan PAUD) berdasarkan Katagori”;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 31


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

 Lembar Kerja 2.2.2: Matrik Analisis Kondisi dan Tantangan Posyandu


di Desa”;
 Lembar Kerja 2.2.3: Matrik Analisis Kondisi dan Tantangan PAUD di
Desa”.
Alat Bantu
Flipt chart, Lembar Kerja Individu, spidol, laptop, dan infocus

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Identifikasi Kondisi dan Tantangan Posyandu dan PAUD
1. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pokok bahasan tentang “identifikasi kondisi dan tantangan
Posyandu dan PAUD”;
2. Pada sesi ini pelatih meminta kelas membagi dalam dua kelompok,
yaitu kelompok Posyandu dan kelompok PAUD. Setiap kelompok
diminta untuk menganalisis kondisi layanan Posyandu dan PAUD di
desa dan tantangan pelaksanaan Posyandu dan PAUD di desa
dengan menggunakan kertas plano dengan rincian pada contoh.
3. Mintalah kelompok untuk melakukan curah pendapat dengan
peserta bagaimana kondisi secara umum dan tantangan layanan
Posyandu dan PAUD di desa;
4. Poin-poin curah pendapat dituliskan pada plano dengan membuat
kategori;
5. Berikan kesempatan kepada kelompok untuk mendiskusikannya
dan menuliskan hasil telaahannya dalam Lembar Kerja 2.2.1;
6. Mintalah peserta untuk memaparkan hasil diskusi kelompok
Posyandu dan kelompok PAUD di kelas besar;
7. Menegaskan hasil diskusi kelompok dengan memberikan
penjelasan berupa paparan tentang tantangan umum Posyandu
dan PAUD di desa.
8. Sajian video dengan pesan ragam Posyandu dan PAUD yang
berhasil dan kurang aktif;
9. Lakukan pemaparan dengan menggunakan media tayang tentang
tantangan layanan Posyandu dan PAUD:
a) Desa belum memiliki layanan Posyandu dan PAUD  Dirikan
layanan Posyandu dan PAUD, banyak terjadi di desa tertinggal.

32| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

b) Desa yang sudah memiliki layanan Posyandu dan PAUD 


Aktifkan;
Berapa % cakupan jangkauan layanan: Masih besar tantangan
untuk menjangkau cakupan 80%-100% pelayanan dasar
kesehatan dan pendidikan, terutama pada kelompok penduduk
yang miskin, rentan dan berkebutuhan khusus.
c) Desa yang sudah memiliki layanan dan aktif:  Tingkatkan
kualitas layanan
Cakupan Kualitas /Standar Layanan Kesehatan/Pendidikan:
Masih besar tantangan untuk memenuhi:
 Standar layanan minimum yang ditetapkan Kementrian
Kesehatan melalui Posyandu dan Kementerian Pendidikan
melalui PAUD.
 Standar layanan tingkat lanjut/terpadu.
d) Minimnya inovasi di desa tentang pelaksanaan PAUD dan
Posyandu.
e) Pentingnya peran P2KTD untuk berkontribusi/ mendukung atau
mengambil peran/mengisi kesenjangan untuk meningkatkan
kualitas layanan dasar di desa sehingga dapat berkontribusi
dalam pencapaian target nasional dan membantu desa untuk
mengatasi masalah kesehatan dan pendidikan di yang paling
diperlukan dan sesuai dengan kebutuhan desa.
10. Lakukan pemaparan dengan menggunakan media tayang tentang
tantangan layanan Posyandu dan PAUD:
11. Pelatih memfasilitasi pertanyaan peserta secara singkat dengan
menegaskan tantangan Posyandu dan PAUD secara umum;
12. Meminta peserta untuk melanjutkan kerja kelompok dengan
membagi dalam 4 kelompok untuk membahas secara khusus
tantangan pengembangan sumber daya manusia untuk menggali
kondisi dan tantangan layanan PAUD dan Posyandu di Desa secara
mendalam dengan mengacu pada daftar cek Layanan Posyandu
dan PAUD;
13. Tim dapat dibagi berdasarkan kelompok bidang PAUD dan
Posyandu (2-3 kelompok PAUD, 2-3 kelompok Posyandu). Gunakan
panduan Lembar Kerja sesuai dengan kelompok bidang layanan
Posyandu atau PAUD untuk mendiskusikan bersama kelompok;
14. Beberapa pertanyaan kunci yang harus dijawab adalah:
a. Apa saja tantangan secara khusus pada Posyandu dan PAUD?

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 33


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

b. Kelompok bidang Posyandu menggunakan Lembar Kerja


2.2.2: Analisis Kondisi dan Tantangan Posyandu di Desa
c. Kelompok bidang PAUD menggunakan Lembar Kerja 2.2.3:
Analisis Kondisi dan Tantangan PAUD di Desa
d. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi?
e. Apa saja yang dapat menjadi solusi bagi Posyandu/PAUD yang
sudah ada layanan di desa untuk meningkatkan kualitas
layanan?
15. Peserta di tiap kelompok diminta untuk membuat ringkasan pada
planodan mempresentasikan hasil diskusi dan kerja kelompok;
16. Pelatih mencatat poin-poin yang dapat menjadi kesimpulan atas
tantangan pengembangan SDM pada Posyandu dan PAUD, dan
menekankan bahwa tantangan ini akan menjadi peluang bagi
P2KTD untuk membantu desa dengan memberikan layanan teknis
ke Desa sesuai dengan kemampuan lembaga/organisasi.

Kegiatan 3: Pentingnya Inovasi untuk Mengatasi Tantangan dan


Meningkatkan Kualitas Layanan
17. Pelatih membuka sesi dengan menyampaikan pada peserta tentang
tujuan sesi ini tentang pola pikir dan konsep inovasi yang akan
menjadi poin penting sebagai P2KTD dalam memberikan pelayanan
ke Desa;
18. Mintalah peserta untuk membuat lingkaran dimana masing-masing
peserta menyebutkan penemu di dunia yang dikagumi dan
menuliskan nama penemu beserta temuan inovasinya pada
selembar kertas. Secara bergantian, pelatih meminta peserta
menyampaikan alasan-alasan mengapa mengagumi penemu dan
apa yang menjadi ciri khas atau karakteristik penemu inovasi);
19. Lakukan curah pendapat tentang ciri-ciri sosok yang inovatif
berdasarkan pendapat yang telah disampaikan peserta pada plano;
20. Pelatih menampilkan poin-poin penting dalam paparan tentang
pola pikir inovator dan pentingnya pola pikir inovator ini sebagai
landasan bagi P2KTD untuk memberikan nilai lebih dalam
memberikan pelayanan inovatif kepada Desa;
21. Beberapa poin kunci tentang Inovasi diantaranya:
 Apa makna dari menjadi kreatif atau inovatif?
Kreativitas adalah kemampuan untuk merancang, membentuk,
membuat atau melakukan sesuatu dengan cara yang baru atau

34| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

berbeda. Ini merupakan kemampuan untuk menghasilkan solusi


inovatif untuk kebutuhan/masalah dan untuk memasarkannya.
 Sebagai bagian dari proses ini, penting untuk merencanakan
desain terlebih dahulu dengan membuat sketsa ide-ide atau
membuat prototipe (atau model) ide tersebut. Kreativitas seorang
wirausahawan sosial biasanya menjadi pembeda antara
keberhasilan dan kegagalan dalam memberikan pelayanan.
 Bagaimana kreativitas berhubungan dengan pelayanan?
Kreativitas sering menjadi pembeda sebuah layanan dengan
pertumbuhan tinggi atau yang dinamis dari layanan yang
biasanya, yang rata-rata. Untuk menjadi kreatif, individu harus
menjaga pikiran dan mata mereka tetap terbuka terhadap
lingkungan dan selalu mempertimbangkan ide-ide yang baru
dan berbeda. Kreativitas dapat membantu penyedia layanan
menjadi lebih mudah beradaptasi, tangguh dan sukses dengan
memungkinkan mereka menemukan solusi alternatif.
22. Memfasilitasi pertanyaan peserta tentang konsep inovasi;
23. Menegaskan kesimpulan tentang konsep inovasi.

Kegiatan 4: Model Inovasi dalam Layanan Posyandu dan PAUD


24. Pelatih menyampaikan tujuan sesi ini untuk mengaitkan sesi
sebelumnya tentang kondisi atau dan tantangan yang dihadapi
oleh Posyandu dan PAUD dengan konsep inovasi yang dipelajari di
sesi sebelumnya;
25. Mintalah peserta melingkar, selanjutnya jelasakan tentang tujuan
sesi mengenal ragam inovasi layanan dasar di Desa;
26. Tayangkan 2 video singkat tentang ragam inovasi layanan dasar
dengan durasi maksimum 3 menit dan meminta peserta
menyampaikan komentar singkat tentang video tersebut;
27. Pasangkan lembar plano yang bertuliskan Inovasi layanan dasar
bidang pendidikan dasar pra sekolah (PAUD) dan layanan
kesehatan dasar (Posyandu) di pusat kertas. Peserta mendapatkan
ballpoint/spidol untuk menuliskan ragam inovasi yang diketahui
selama ini dengan metode peta pikiran;
28. Peserta berdiri melingkar dan sambil bernyanyi kemudian bila
pelatih memberi aba-aba berhenti maka kelompok akan berhenti
disalah satu plano dan mulai menambahkan jenis-jenis inovasi yang
dapat dilakukan di pada lembar Pendidikan dan Kesehatan. Setiap
berhenti, peserta kelompok akan mendapatkan waktu sekitar 3
menit untuk menambahkan jenis-jenis inovasi. Pada akhir putaran,

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 35


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

setiap plano akan berisi ragam inovasi pendidikan dan kesehatan


yang dapat dilakukan di Desa;
29. Pada akhir putaran, kelompok yang berada pada plano tersebut
diminta untuk mengkategorikan jenis-jenis inovasi yang ada pada
kategori inovasi di plano tersebut, dengan pertanyaan kunci,
kemudian mempresentasikan kategori inovasi yang berhasil
dihimpun;
30. Pertanyaan untuk diskusi kelompok:
a. Apa saja kategori dari inovasi yang muncul?
b. Apa yang menjadi pembeda dari masing-masing kategori
inovasi ini?
c. Kategori inovasi mana yang paling sering atau banyak
dilakukan? dan Mengapa?
d. Kategori inovasi mana yang paling sedikit dilakukan? dan
Mengapa?

31. Pelatih memfasilitasi untuk mengambil kesimpulan tentang ragam


inovasi berdasarkan hasil pemaparan kelompok dan menegaskan
dalam sajiannya tentang ragam inovasi pada bidang Posyandu dan
PAUD.

36| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 2.2.1

Matrik Analisis Kondisi Layanan Dsar Desa (Posyandu dan PAUD)


berdasarkan Katagori

Posyandu PAUD
Kondisi
Layanan
Dasar Desa
Tantangan Solusi Tantangan Solusi
Kategori
Belum
tersedia
layanan

Layanan
tersedia
namun
tidak aktif

Layanan
Tersedia
dan Aktif
layanan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 37


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 2.2.2

Matrik Analisis Kondisi dan Tantangan Posyandu di Desa

Aspek Layanan Tantangan Faktor-Faktor yang Solusi


Kesehatan di Posyandu Mempengaruhi
Khusus
1.Layanan KIA-
Kesehatan Ibu dan Anak
– Bidan Desa
a) Layanan K4 ( K1-K4)
– Kunjungan Bidan
 Kunjungan pasca
persalinan yang
disebut KN
(kunjungan
neonatal);
 KF (kunjungan
nifas) yang
dilakukan minimal
tiga kali oleh
bidan desa
b) Layanan 7T Pada Ibu
hamil- Standar 7T.
– Penimbangan
berat badan,
– Pengukuran
tekanan darah,
– Pemeriksaan
golongan darah
& Hb
– Pemberian
imunisasi TT
(tetanus toksoid),
MR
– Pemeriksaan
laboratorium,
– Wawancara dan
konseling
c) Layanan Gizi
(ASI,PMTASI)
- Layanan Gizi Ibu
Hamil
- Layanan Gizi Bayi

38| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Aspek Layanan Tantangan Faktor-Faktor yang Solusi


Kesehatan di Posyandu Mempengaruhi
- Layanan Gizi
Balita

d) Pelaporan :
– Pencatatan
– Pelaporan Data
ke Puskesmas
– Pelaporan Data
ke Desa
– Lokakarya
Bulanan
2.Layanan Kesehatan
Reproduksi
a.Keluarga Berencana
(Perempuan& laki-laki
Pasangan Usia Subur)
b.Layanan Kontrasepsi
(Perempuan& laki-laki
Pasangan Usia Subur)
c.Layanan khusus
-Calon Pasangan Usia
Subur
- Remaja Perempuan &
Laki-Laki
- Konseling Diskriminasi
atas layanan kesehatan
Reproduksi
-Konseling kasus
kekerasan pada anak-
anak, remaja perempuan,
-Konseling pernikahan
usia dini
3.Pelayanan Kesehatan
Universal
/Keikutsertaan BPJS
4.Pelayanan Sanitasi
/kontaminasi polusi
udara, air, dan tanah
5.Manajemen Posyandu
a)Administrasi/Pencatatan
Posyandu
b)SOP Posyandu
c)Pengelolaan Keuangan
d)Kerjasama pihak luar
e)Kepemimpinan
6.Bina Keluarga Remaja

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 39


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Aspek Layanan Tantangan Faktor-Faktor yang Solusi


Kesehatan di Posyandu Mempengaruhi
-Kegiatan Remaja
7.Bina Keluarga Lansia
-Senam Lansia
-Gizi Lansia

8.Peningkatan Kualitas
Kader Posyandu
a) Pelatihan Dasar Bidan
b) Pelatihan Lanjut
c)Pelatihan Kader
9.Promosi Edukasi
Layanan Kesehatan
-Pengendalian Penyakit
Menular (TB, HIV)
-Pengendalian Penyakit
tidak Menular (Diabetes,
Tekanan Darah Tinggi, dll)
- Sanitasi dan Perilaku
Hidup Sehat

40| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 2.2.3

Matrik Analisis Kondisi dan Tantangan PAUD di Desa

Aspek Layanan Tantangan Faktor-Faktor Dominan Solusi


yang Pengaruhi Kondisi Untuk
Layanan di Desa Mengatasi
(Pengetahuan/Sikap/Nilai Masalah
Budaya /Perilaku/Kebiasaan)
Layanan Taman Penitipan
Anak (TPA)
-Kepengasuhan
-Pemberian makanan sehat
Layanan Pendidikan Anak
Usia Dini /Kelompok
Bermain/KB
- Bermain sambil belajar
Manajemen PAUD
i.Ketersediaan guru dan
pengasuh
ii.Kelengkapan Sarana (Tempat)
/Prasarana
iii.Permainan Anak di Luar
iv.Permainan Dalam Ruangan
v.Kelengkapan Prasarana (6
sentra PAUD) :
1.Sentra Iman& Taqwa,
2.Sentra Persiapan,
3.Sentra Balok,
4.Sentra Bahan Alam,
5.Sentra Peran,
6.Sentra Seni & Kreativitas
vi.Dokumen Kurikulum PAUD
dengan standar STTPA
berdasarkan 6 kompetensi
vii.Implementasi Kurikulum
PAUD (Standar STTPA)
berdasarkan 6 kompetensi)
-Kompetensi moral
-Kompetensi kognitif
-Komptensi Bahasa
-Kompetensi fisik dan motorik
-Kompetensi Sosial- Emosional
-Kompetensi Seni
viii.Pembuatan program, dan
Rencana Program
pembelajaran Harian (RPPH)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 41


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Aspek Layanan Tantangan Faktor-Faktor Dominan Solusi


yang Pengaruhi Kondisi Untuk
Layanan di Desa Mengatasi
(Pengetahuan/Sikap/Nilai Masalah
Budaya /Perilaku/Kebiasaan)
ix.Pemanfaatan APE basis Lokal
x.Edukasi Kepengasuhan–
Parenting
xi.Manajemen Administrasi
PAUD
xii.SOP PAUD Bidang program
dan manajemen
xiii.Implementasi 8 standar
PAUD (Permendikbud 137-
2014)
- Standar Tingkat
Pencapaian Perkembangan
Anak (STPPA)
- Standar Isi
- Standar Proses
- Standar Penilaian
- Standar Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan
- Standar Sarana dan
Prasarana
- Standar Pengelolaan
- Standar Pembiayaan
xiii.Kerjasama Pihak Luar
Peningkatan Kualitas
Guru/Pengasuh PAUD
xviii. Pelatihan Dasar PAUD
xix. Pelatihan Lanjut PAUD
xx. Sertifikasi Guru PAUD
i. Pelatihan Kepemimpinan
1. Promosi dan Edukasi

42| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Rencana Pembelajaran
SPB Peluang Penyedia
2.3 Peningkatan Kapasitas
Teknis Bidang Layanan
Dasar Posyandu dan PAUD

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap pengembangan sumber daya
manusia bidang layanan dasar Posyandu dan PAUD;
2. Merumuskan strategi pengembangan penyedia peningkatan kapasitas
teknis dalam rangka menangkap peluang pengembangan sumber
daya manusia dibidang bidang layanan dasar Posyandu dan PAUD;
3. Mengidentifikasi peluang penyedia peningkatan kapasitas teknis
dalam mendukung pengembangan sumber daya manusia bidang
ayanan dasar Posyandu dan PAUD;

Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Pemaparan, Curah Pendapat, Studi Kasus dan Diskusi Kelompok, Pleno.

Media
 Media Tayang 2.3.1: “Peluang Penyedia peningkatan kapasitas teknis
Pengembangan sumber daya manusia di Desa”;
 Lembar Kerja 2.3.1” “Analisis Kasus dan Peluang Penyedia peningkatan
kapasitas teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia Bidang
Layanan Dasar di Desa”;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 43


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

 Lembar Kerja 2.3.2: “Matrik Kajian Peluang Penyedia peningkatan


kapasitas teknis Pengembangan sumber daya manusia Bidang
Layanan Dasar Posyandu di Desa”;
 Lembar Kerja 2.3.3: “Matrik Kajian Peluang Penyedia peningkatan
kapasitas teknis Pengembangan sumber daya manusia Bidang
Layanan Dasar PAUD di Desa”;
 Lembar Kerja 2.3.4: “Matrik Strategi Pengembangan Penyedia
peningkatan kapasitas teknis Pengembangan sumber daya manusia
Bidang Layanan Dasar Posyandu dan PAUD Berdasarkan Peluang di
Desa”;
 Lembar Informasi 2.3.1: “Peluang Penyedia peningkatan kapasitas
teknis Pengembangan Layanan Dasar”.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus.

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Analisis Kebutuhan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Bidang Layanan Dasar Posyandu dan PAUD di Desa
1. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembelajaran tentang “analisis kebutuhan pengembangan sumber
daya manusia bidang layanan dasar di desa” dengan mengkaitkan
pembelajaran sebelumnya;
2. Mintalah kepada kelompok untuk mempelajari kembali hasil kajian
yang telah dilakukan sebelumya terkait studi kasus dengan
mempelajari kondisi layanan dasar di salah satu kabupaten yang
menggambarkan kondisi umum desa. Selanjutnya lakukan telaah
untuk mengidentifikasi kebutuhan penyedia peningkatan kapasitas
teknis pengembangan sumber daya manusia bidang layanan dasar
Posyandu dan PAUD di desa;
3. Masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk mendiskusi-
kan dan menuliskan hasilnya menggunakan Lembar Kerja 2.3.1;
4. Mintalah kepada beberapa perwakilan kelompok untuk memapar-
kan hasil kajiannya dalam pleno;
5. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapi dan
memberikan masukan terhadap paparan yang dilakukan oleh
kelompok;

44| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

6. Buatlah catatan terkait hal-hal pokok yang berkembang dalam


pembahasan, jika masih ada hal-hal yang perlu pendalaman lebih
lanjut dapat disepakati bersama peserta;
7. Lakukan penegasan dan buatlah kesimpulan dengan membacakan
kembali hasil rumusan penting terkait kebutuhan penyedia
peningkatan kapasitas teknis pengembangan sumber daya manusia
bidang layanan dasar Posyandu dan PAUD di desa.

Kegiatan 2: Strategi Pengembangan Penyedia peningkatan kapasitas


teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia Bidang Layanan Dasar
Posyandu dan PAUD di Desa
8. Pelatih menegaskan kembali jenis kebutuhan dukungan teknis
dalam pengembangan sumber daya manusia di desa;
9. Mengingatkan kembali kepada masing-masing kelompok tentang
hasil kajian pada pokok bahasan sebelumnya terkait kebutuhan
penyedia peningkatan kapasitas teknis dasar bagi masyarakat di
desa, dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
a. Tindakan apa yang diperlukan guna meningkatkan layanan
dasar khususnya Posyandu dan PAUD di desa?
b. Potensi apa saja yang tersedia untuk mendorong peningkatan
layanan dasar khususnya Posyandu dan PAUD di desa?
c. Siapa saja yang dapat mendukung upaya tersebut?
10. Berikan kesempatan kepada kelompok untuk mendiskusikannya dan
menuliskan dalam Lembar Kerja 2.3.2;
11. Hasilnya kemudian dipaparkan dalam pleno dengan memberikan
kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapinya;
12. Buatlah catatan terkait hal-hal pokok yang muncul dalam diskusi
atau pembahasan dalam pleno;
13. Lakukan penegasan dan kesimpulan tentang strategi
pengembangan penyedia peningkatan kapasitas teknis dalam
Layanan dasar di desa.

Kegiatan 3: Peluang Penyedia peningkatan kapasitas teknis


Berdasarkan Peluang di Desa
14. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pokok bahasan tentang “Peluang Penyedia peningkatan kapasitas
teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia Bidang Layanan Dasar

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 45


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

untuk Merespon Peluang di desa”, Hal ini terkait topik kegiatan atau
pembahasan sebelumnya;
15. Awali sesi ini dengan pemaparan tentang peran penyedia
peningkatan kapasitas teknis dengan beberapa poin penting
sebagai berikut:

Jenis peluang penyedia peningkatan kapasitas teknis


Pelayanan langsung:
P2KTD memberikan layanan langsung atas pelaksanaan posyandu dan PAUD
di desa. Hal ini dilakukan ketika Desa tidak memiliki sumber daya yang dapat
melakukan pekerjaan yang diperlukan. Misalnya:
 Desa meminta pada P2KTD untuk kerjasama mengisi posisi bidan di sebuah
posyandu yang dibayar oleh Desa kepada P2KTD. Dalam konteks ini,
kerjasama P2KTD dan Desa adalah layanan langsung pelayanan bidan oleh
P2KTD.
 Desa meminta P2KTD untuk membuatkan materi promosi tentang
pentingnya pengasuhan anak dan sekaligus memberikan penyuluhan di
desa. Kerjasama antara JPLT dan Desa adalah bentuk pelayanan langsung,
dimana P2KTD yang langsung memberikan pelayanan ke masyarakat desa
dan membuatkan media promosinya.
b)
c) Pelatihan:
P2KTD memberikan pelatihan pada desa untuk peningkatan sumber daya
manusia di desa sehingga desa dapat melakukan tugas yang menjadi tanggung
jawab desa pada masyarakat. Misalnya: P2KTD memberikan pelatihan untuk
kader, pelatihan untuk pelatih, pelatihan untuk penyuluh desa tentang ASI,
pelatihan pembuatan media promosi bagi kader posyandu dan PAUD.

d) Konsultansi:
P2KTD memberikan layanan jasa konsultansi atas kegiatan yang akan dilakukan
oleh Desa. Misalnya: Desa ingin mengembangkan inovasi di PAUD dengan
mengolah bahan-bahan lokal di desa. Maka, Desa dan P2KTD dapat bersepakat
memberikan pelayanan pada desa dalam bentuk konsultansi dalam kurun
waktu tertentu. Jasa yang dibayarkan adalah jasa konsultansi P2KTD kepada
Desa dapat berupa serangkaian kegiatan. Dalam pelaksanaannya, P2KTD
berperan sebagai konsultan, namun pelaksananya adalah Desa. Bentuk
kerjasama ini bisa dalam bentuk konsultasi satu kali atau beberapa kali sesuai
kesepakatan. Pada umumnya layanan konsultasi ini dapat dibuat sesuai
dengan bentuk yang ditawarkan oleh P2KTD. Konsultan dibayar sesuai dengan
jasa konsultansi yang ditawarkan dan dibeli.

e) Pendampingan/Asistensi:
P2KTD memberikan layanan pendampingan atau asistensi kepada Desa dalam
kurun waktu tertentu secara intensif (misalnya dalam waktu 6 bulan) dengan
bentuk kegiatan yang jelas dan indikator layanan yang jelas dan terukur.

46| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Misalnya: dalam kurun waktu 3 bulan, Desa akan mempromosikan masalah gizi
secara intensif, kemudian desa meminta P2KTD untuk mendampingi para
penyuluh desa yang telah dilatih sebelumnya oleh P2KTD. Peluang kerjasama
dalam bentuk pendampingan/asistensi ini dapat disepakati area apa yang perlu
diasistensi/didampingi, misalnya: konsultan akan hadir secara berkala saat sesi
penyuluhan berlangsung dan langsung memberikan masukan kepada
penyuluh, atau melakukan refleksi dan pemberian materi-materi baru pada
penyuluh agar dapat memberikan penyuluhan dengan benar dan tepat.
Jenis layanan yang telah disediakan oleh pihak-pihak terkait, seperti
Kementerian Kesehatan, Kementrian Pendidikan, dan penyedia peningkatan
kapasitas teknis lainnya serta peluang layanan lainnya.

16. Lakukan penegasan kembali oleh pelatih tentang hal-hal sebagai


berikut:
a. Kebutuhan pengembangan sumber daya manusia bidang
layanan dasar Posyandu dan PAUD di Desa.
b. Strategi pengembangan penyedia peningkatan kapasitas teknis
bidang layanan dasar Posyandu dan PAUD bagi P2KTD.

17. Selanjutnya masih dalam kegiatan kelompok berdasarkan wakil


P2KTD, berikan penugasan kepada kelompok untuk mendiskusikan
Matrik “Peluang Penyedia peningkatan kapasitas teknis dalam
Pengembangan sumber daya manusia Bidang Layanan Dasar
Posyandu dan PAUD”. Hasil diskusi dan kerja kelompok dituliskan
dalam Lembar Kerja 2.3.3;
18. Tunjuklah satu kelompok untuk memaparkan hasil diskusinya, beri
kesempatan pada peserta lain untuk menanggapi, menambahkan
dan mengkritisi kelompok pemapar;
19. Buatlah catatan terkait hal-hal pokok yang muncul dalam
pembahasan, kemudian fasilitasi peserta untuk membuat
kesepakatan terkait peluang yang dapat dilakukan P2KTD dalam
memberikan layanan teknis pengembangan sumber daya manusia
bidang layanan dasar Posyandu dan PAUD di Desa;
20. Pada akhir sesi lakukan penyimpulan atas pembahasan yang telah
dilakukan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 47


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 2.3.1


Analisis Kasus Kondisi Penyedia peningkatan kapasitas teknis Pengembangan
Sumber Daya Manusia Bidang Layanan Dasar di Desa

Desa/Kec/Kab :
Nama P2KTD :

No Aspek Isian
1. Deskripsi Masalah
Utama (hasil diskusi
kasus)
2. Metode Analisis Awal

3. Temuan Hasil Analisis


Awal – Kebutuhan
Pengembangan SDM

4. Faktor–faktor
Pendukung

5. Faktor-Faktor
Penghambat

6. Peluang-peluang Inovasi

7. Rekomendasi untuk
Desa

8. Peluang Penyedia
peningkatan kapasitas
teknis yang dapat
diberikan
9. Informasi yang masih
perlu diketahui lebih
lanjut
10. Pihak-pihak yang perlu
digali informasi
tambahan

48| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 2.3.2

Matrik Kajian Kebutuhan Pengembangan Sumber Daya Manusia Bidang Layanan


Dasar Posyandu dan PAUD Di Desa

No Kebutuhan Potensi Pemangku Tindakan yang


Pengembangan Pengembangan Kepentingan yang Perlu dilakukan
SDM di Desa Terlibat

dst

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 49


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 2.3.3

Matrik Kajian Strategi Penyedia peningkatan kapasitas teknis


Pengembangan Sumber Daya Manusia Bidang Layanan Dasar Posyandu dan
PAUD di Desa

No Kebutuhan Jenis Spesialisasi Layanan Peluang atau Bentuk


Pengembangan Teknis yang Dibutuhkan Layanan yang dapat
SDM di Desa diberikan P2KTD

dst

50| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kasus 2.3.1


Profil Kabupaten Lebak dalam Pengembangan Layanan Dasar di Desa

Demografi
Kab. Lebak) adalah sebuah kabupaten di Provinsi Banten, Indonesia. Ibukotanya adalah
Rangkasbitung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Kabupaten
Tangerang di utara, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi di timur, Samudra
Hindia di selatan, serta Kabupaten Pandeglang di barat.
Kabupaten Lebak adalah kabupaten yang berada di provinsi Banten dengan luas
wilayah 3.426,56 Km². Secara geografis wilayah Kabupaten Lebak berada pada 105 25' -
106 30 BT dan 6 18' - 7 00' LS. Bagian utara kabupaten ini berupa dataran rendah, sedang
di bagian selatan merupakan pegunungan, dengan puncaknya Gunung Halimun di
ujung tenggara, yakni di perbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Sukabumi. Sungai Ciujung mengalir ke arah utara, merupakan sungai terpanjang di
Banten. Pegunungan dengan ketinggian 3 gunung masing-masing Gunung NyungCung
dengan ketinggian 1,045 dpl, Gunung Halimun 1,929, dpl , Gunung Endut 1,297 dpl.
Kabupaten Lebak terdiri atas 28 kecamatan, yang dibagi lagi atas 340 desa dan 5
kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Rangkasbitung, yang berada di bagian
utara wilayah kabupaten. Kota ini dilintasi jalur kereta api Jakarta-Merak. Jumlah
populasi mencapai 1.305.430 Jiwa, dengan 640 002 laki-laki dan 607 904 perempuan.
Kabupaten Lebak terdiri dari 28 kecamatan yang dibagi menjadi 340 desa dan
5 keluarahan, dibentuk berdasarkan undang-undang No.14 tahun 1950 dipimpin oleh
Bupati Tb. Surya Atmaja. Pada masa itu (1950) Kabupaten Lebak terdiri dari empat
Kewedanaan, 15 kecamatan, dan 130 desa.

Potensi Ekonomi
Potensi ekonomi di kabupaten Lebak yaitu Pertanian, pertambangan, perkebunan karet,
kelapa sawit, kakao, kopi robusta, aren, cengkeh, kelapa dalam, kelapa hybrid, lada,
pandan, teh, jambu mete, panili, jarak pagar, kapuk. Selain potensi perkebunan, terdapat
potensi perikanan yang sangat potensial. Lebak adalah usaha perikanan tangkap,
dimana potensi lestari untuk perikanan pantai sebesar 3.712,4 ton/tahun dan potensi
ZEE sebesar 6.884,84 ton/tahun. Ada juga potensi pariwisata seperti air terjun, arung
jeram, pemandian air panas, pantai bagedur, pantai Sawarna yang telah terkenal ke
mancanegera dan masih banyak lagi jenis pariwisata yang ada di Lebak.

Kondisi Infrastruktur Lebak


Kondisi 162 Ruas Jalan Kabupaten sepanjang 933,95 Km hanya 45,82% (427,5 Km) yang
berada dalam kondisi baik, sedangkan 55,18% (506,45 Km) berada dalam kondisi rusak
dan rusak berat. Pembangunan dan peningkatan jalan menjadi prioritas utama program

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 51


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

pembangunan pemerintah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten – tertuang dalam Rencana


Strategis Daerah (Renstrada) Kabupaten Lebak Peningkatan jalan menjadi prioritas
utama karena merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi sekaligus modal
dasar dalam proses percepatan pembangunan kabupaten Lebak.

Sosial Budaya, dan Pariwisata


Baduy merupakan salah satu objek wisata yang dimiliki Kabupaten Lebak dan sering
dikunjungi wisatawan mancanegara karena memiliki keunikan tersendiri. Selain wisata
pantai, wisata budaya suku Baduy merupakan salah satu daya tarik budaya di Kabupaten
Lebak.

Kesehatan dan Pendidikan


Berdasarkan data balita gizi buruk di Kabupaten Lebak pada Dinas Kesehatan Provinsi
Banten tercatat 772 orang, sebelumnya mencapai 1.250 orang. Kabupaten Lebak,
Provinsi Banten merupakan salah satu kabupaten dengan AKI yang masih tinggi dan
juga masih memiliki kantong-kantong cakupan imunisasi yang rendah. Oleh karena itu
peran kader posyandu dalam upaya untuk menurunkan AKI, AKB serta meningkatkan
cakupan imunisasi perlu untuk ditingkatkan, termasuk pengetahuannya seputar KIA dan
imunisasi. (Kemenkes, 2017) Pengembangan Model Pendampingan Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) Bekerja Sama dengan Institusi Pendidikan Kesehatan dalam Upaya
Peningkatan Cakupan dan Kualitas Pelayanan KIA termasuk Imunisasi”.
Layanan kesehatan di Kabupaten Lebak terdiri dari 1.929 posyandu aktif dengan
kader sebanyak 9.645 orang tersebar di 345 desa/keluarahan, 41 puskesmas, 103
puskemas pembantu dan tidak ada puskesmas keliling. Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, menargetkan pada 2015 semua desa
memiliki pendidikan anak usia dini (PAUD). Saat ini, jumlah PAUD di Kabupaten Lebak
tercatat 579 unit, tersebar di 295 desa/kelurahan.

Tebel Jumlah Sekolah Islam


Kategori TK Ibtidaiyah (SD) Tsanawiyah (SMP) Aliyah (SMU)
Jenis Negeri Negeri Swasta Negeri Swasta Negri Swasta
Jumlah 125 2 208 4 187 2 57

Tabel Jumlah Karang Taruna Per 2013


Katagori KarangTauruna
Jenis Tumbuh/Baru Berkembang Maju Percontohan Total
Jumlah 106 234 5 0 345

52| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Contoh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun Anggaran 2016

Nama Desa: Warung Banten


Kecamatan : Cibeber, Kabupaten : Lebak

No Keterangan Jumlah
1 Pendapatan Desa 956.859.000
2 Belanja Desa 926.491.500
A Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa . 519.257.500

B Bidang Pembangunan 309.829.000

C Bidang Pembinaan Masyarakat 25.951.000

D Bidang Pemberdayaan Masyarakat 66.460.000


E Bidang Tak Terduga 5.494.000
Jumlah Belanja
Surplus / Defisit 30.367.500
3 Pembiayaan Desa
a. Silpa 4.632.500
b. Penyertaan Modal BUM Desa 35.000.000
Selisih Pembiayaan ( a – b )

Berita Media tentang Informasi PAUD

Lebak - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten,


menargetkan pada 2015 semua desa memiliki pendidikan anak usia dini (PAUD).
"Kami optimistis semua desa/kelurahan di Lebak tahun depan terdapat pendidikan
usia dini," kata Kepala Seksi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Lebak Unang Muslihat di Lebak, Senin (24/11).
Menurut dia, saat ini pendidikan sejak usia dini yang belum ada tersebar di 64 desa,
namun ditargetkan 2015 sudah didirikan oleh masyarakat. Pihaknya menggandeng
pengurus Bunda Kabupaten Lebak, HimPAUDi, pengelola pendidikan usia dini, aparat
camat dan desa untuk melakukan sosialisasi guna mendorong masyarakat mendirikan
PAUD.
Ia menjelaskan pendidikan sejak usia dini menjadi hal penting bagi perkembangan
anak-anak. Apabila anak memiliki akses terhadap pendidikan sejak dini, katanya,
mereka memiliki harapan besar untuk meraih keberhasilan di masa yang akan datang.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 53


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Oleh karena itu, katanya, partisipasi anak pada PAUD harus mencapai 100 persen
tersebar di 345 desa/kelurahan di Lebak.
Ia menjelaskan pendidikan sejak dini memiliki harapan yang lebih besar untuk sukses
karena mereka akan mengalami perkembangan intelegensi dan kecerdasan sosial
yang jauh lebih baik. "Kami yakin jika 64 desa itu berdiri PAUD maka semua
desa/kelurahan di Lebak sudah terlayani," katanya.
Saat ini, jumlah PAUD di Kabupaten Lebak tercatat 579 unit, tersebar di 295
desa/kelurahan. Dari 579 pendidikan dini itu, melibatkan tenaga pengajar 1.230 orang
dengan jumlah siswa sebanyak 15.217 siswa.
Sebetulnya, ujar dia, pendidikan usia dini akan menjadikan anak-anak lebih siap untuk
mengikuti proses belajar pada tahap berikutnya. Pihaknya meminta anak usia di
bawah 7 tahun bisa mengikuti PAUD di semua desa/kelurahan di Lebak.
Ketua Bunda Kabupaten Lebak Ani Sumardi mengatakan pihaknya terus
mengoptimalkan sosialisasi ke seluruh kecamatan agar semua desa/kelurahan
terlayani pendidikan sejak dini. Pendidikan anak sejak dini, katanya, merupakan bagian
program Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya yang meluncurkan "Lebak Pintar". Pihaknya
berharap, semua elemen masyarakat mendukung PAUD guna mempersiapkan
generasi yang lebih baik untuk

Berita tentang Posyandu

Lebak, 26/2 - Posyandu di Kabupaten Lebak, Banten, berperan mengatasi balita


penderita gizi buruk dengan memberikan makanan tambahan, pemeriksaan
kesehatan dan penimbangan. "Kami terus mengoptimalkan kader-kader Posyandu
agar bergerak menekan kasus gizi buruk," kata kepala Seksi Promosi Kesehatan Dinas
Kesehatan Kabupaten Lebak Tata Sudita di Rangkasbitung, Selasa.
Ia mengatakan, saat ini jumlah Posyandu aktif di Kabupaten Lebak tercatat 1.929
dengan kader sebanyak 9.645 orang tersebar di 345 desa/keluarahan. Keberadaan
para kader Posyandu tersebut sangat membantu pemerintah daerah dalam mengatasi
penderita gizi buruk. Apabila mereka ditemukan menderita gizi buruk, maka
dilaporkan ke petugas Puskesmas setempat dan ditangani secara medis jika terjangkit
penyakit penyerta. "Saya kira kader Posyandu sangat membantu petugas kesehatan,"
katanya. Ia menjelaskan, tugas-tugas Posyandu yang ada di masyarakat menyiapkan
alat dan bahan seperti alat penimbangan bayi dan balita, kartu menuju sehat (KMS),
alat peraga, alat pengukur, obat-obatan yang dibutuhkan dan vitamin A. Selain itu
juga mengundang dan menggerakkan masyarakat dengan memberitahu kepada ibu-

54| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

ibu untuk datang ke Posyandu serta menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor
desa/keluarahan.
"Saat ini para kader Posyandu di Lebak berjalan aktif untuk menekan balita gizi buruk,"
katanya. Kokom (35), salah seorang kader Posyandu Cemara di Kampung Cihiyang,
Desa Rangkasbitung Timur, mengatakan hingga saat ini di wilayahnya yang
teridentifikasi sebagai penderita gizi buruk relatif kecil. Untuk mengantisipasinya, ia
setiap bulan selalu mengadakan pemeriksaan kesehatan, penimbangan berat badan
juga pemberian makanan tambahan.
"Kami terus bersama ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita menghimpun dana secara
swadaya untuk membeli makanan tambahan, berupa kacang hijau maupun sayuran,"
katanya. Berdasarkan data balita gizi buruk di Kabupaten Lebak pada Dinas Kesehatan
Provinsi Banten tercatat 772 orang, sebelumnya mencapai 1.250 orang.
Sumber: Antara News

LEBAK— Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi masih menjadi PR besar di
Indonesia. Permasalahan tersebut tidak hanya bisa diselesaikan oleh sektor kesehatan
namun juga stakeholder terkait seperti perguruan tinggi, lembaga swasta dan
masyarakat bahkan dukungan dari media.
Di awal tahun 2017 ini, Kemenkes bersama Global Alliance for Vaccine and Imunization
(GAVI) dan Perguruan Tinggi Kesehatan di 10 provinsi terpilih bekerjasama untuk
meningkatkan kemampuan mahasiswa dan kader posyandu melalui “Pengembangan
Model Pendampingan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Bekerja Sama dengan Institusi
Pendidikan Kesehatan dalam Upaya Peningkatan Cakupan dan Kualitas Pelayanan KIA
termasuk Imunisasi”.
Terdapat tiga kegiatan yang diusung dalam pengembangan model ini, antara lain
pembekalan mahasiswa, orientasi kader posyandu serta pendampingan mahasiswa
kepada ibu hamil dan ibu baduta. Ketiga kegiatan tersebut menjadi salah satu upaya
untuk meningkatkan cakupan imunisasi dan pelayanan KIA di daerah-daerah fokus
imunisasi rendah dan jumlah kematian ibu serta kematian bayi yang masih tinggi.
Kabupaten Lebak, Provinsi Banten merupakan salah satu kabupaten dengan AKI yang
masih tinggi. Selain itu, kabupaten Lebak juga masih memiliki kantong-kantong
cakupan imunisasi yang rendah. Oleh karena itu peran kader posyandu dalam upaya
untuk menurunkan AKI, AKB serta meningkatkan cakupan imunisasi perlu untuk
ditingkatkan, termasuk pengetahuannya seputar KIA dan imunisasi.
Pada tanggal 1-2 Pebruari 2017 lalu dilaksanakan pertemuan orientasi kader
Posyandu di Kabupaten Lebak. Orientasi ini merupakan salah satu kegiatan yang
ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan kader posyandu tentang kesehatan ibu
dan anak termasuk imunisasi. Kegiatan ini melibatkan 200 orang kader posyandu yang
merupakan perwakilan dari empat puskesmas di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 55


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak , Sukirman, S.Sos, M.Si, dalam sambutannya
pada pembukaan Orientasi Kader mengatakan bahwa keberhasilan bidang kesehatan
di kabupaten Lebak sangat bergantung pada peran kader posyandu. Selain itu, Dinas
Kesehatan Kabupaten juga tidak bisa berjalan sendiri tanpa dukungan lintas program,
lintas sektor, media, masyarakat termasuk kader Posyandu. “Upaya pelayanan
kesehatan saat ini dititikberatkan pada akar masalah kesehatan, yaitu keluarga.
Sehingga peran kader untuk melakukan pendekatan dan pendampingan keluarga
sangat penting”, tambahnya.
Selama dua hari pertemuan, kader posyandu diberikan materi terkait kesehatan ibu
dan anak termasuk imunisasi dan didampingi oleh fasilitator dan narasumber dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak , Puskesmas serta Poltekes Banten. Selain itu,
kegiatan ini juga melibatkan mahasiswa yang nantinya bersama kader posyandu akan
melakukan pendampingan kepada ibu hamil dan ibu baduta. Pada kesempatan yang
sama juga dilakukan penandatangan komitmen bersama antara Kementerian
Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Poltekes Banten, Puskesmas, dan kader
Posyandu untuk bersama-sama meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan KIA
termasuk imunisasi.
Semoga seiring dengan meningkatnya pengetahuan kader posyandu dan komitmen
bersama dari semua pihak dapat membantu untuk menurunkan AKI dan AKB di
Indonesia. (EW)
Banten Hits - Pemerintah Desa (Pemdes) Cilograng, Kecamatan Cilograng, Kabupaten
Lebak mengucurkan dana sebesar Rp69 juta untuk membangun Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu). Kepala Desa Cilograng Darya menjelaskan, pembangunan
posyandu yang berlokasi di Kampung Cibunar tersebut agar memudahkan
masyarakat mendapat pelayanan kesehatan, terutama bagi ibu hamil, menyusui dan
balita. "Jarak ke puskesmas memang lumayan jauh. Jadi, kalau sudah ada posyandu
masyarakat tidak harus pergi puskesmas untuk mendapat layanan kesehatan yang
bisa dilakukan di posyandu," ujar Darya, Rabu (5/9/2016). Pembangunan posyandu
yang ditargetkan selesai 45 hari ini juga bukti Desa Cilograng yang ingin
menyukseskan Lebak Sehat 2019 yang menjadi salah satu program Pemkab Lebak
bidang kesehatan."Saya berharap keberadaan posyandu bisa berdampak positif,
terutama terhadap pembangunan kesehatan masyarakat," katanya. "Ini sangat baik.
Karena jarak dari desa ke puskesmas memang jauh," kata Jumarta salah seorang
warga.(Nda)

Referensi Studi Kasus:


http://PAUDdikmas.simplesite.com/
https://lebakkab.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/26
http://www.beritasatu.com/kesra/227447-lebak-targetkan-semua-desa-miliki-PAUD-
pada-2015.html

56| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

http://warungbanten.desa.id/
https://bantenprov.go.id/read/berita-pimpinann/431/Posyandu-Di-Lebak-Berperan-
Atasi-Gizi-Buruk.html
https://lebakkab.bps.go.id/
http://www.kesmas.kemkes.go.id/portal/konten/~rilis-berita/020914-orientasi-kader-
posyandu-di-kabupaten-lebak
http://www.kmpdeskablebak.info/index.php/posyandu
http://warungbanten.desa.id/2017/04/21/perdes-warungbanten-nomor-2-tahun-2017-
tentang-apbdes-warungbanten-tahun-anggaran-2017/

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 57


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

58| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Pokok Bahasan 3
MEMBANGUN KAPASITAS
KELEMBAGAAN

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 59


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

60| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

SPB Rencana Pembelajaran

3.1 Analisis Potensi Pasar


Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis
Pengembangan Sumber
Daya Manusia

Tujuan
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang analisis pasar, diharapkan
peserta dapat:
1. Menjelaskan tujuan, manfaat, dan tahapan analisis pasar penyedia
peningkatan kapasitas teknis pengembangan sumber daya manusia
di bidang pelayanan dasar di Desa;
2. Mampu melakukan analisis pasar P2KTD dibidang pengembangan
sumber daya manusia dengan menggunakan pendekatan Rapid
Market Analysis (RMA).

Waktu
4 JP (180 menit)

Metode
Pemaparan, Studi kasus, Diskusi Kelompok, Praktik RMA, dan Pleno.

Media
 Media Tayang 3.1.1: “Analisis Potensi Pasar P2KTD”;
 Lembar Kerja 3.1.1: “Matrik Analisis Potensi Pasar Penyedia
peningkatan kapasitas teknis Bidang Pengembangan Sumber Daya
Manusia”.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 61


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

 Lembar Informasi 3.1.1 “Penerapan Rapid Market Analysis (RMA) dalam


Pengembangan Kapasitas Teknis Desa”.
Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus.

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Tujuan dan Manfaat Analisis Potensi Penyedia
peningkatan kapasitas teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam pembahasan tentang “tujuan dan manfaat analisis
potensi penyedia peningkatan kapasitas teknis pengembangan
sumber daya manusia”;
2. Pelatih memaparkan tujuan dan manfaat analisis poteni pasar P2KTD
khususnya dibidang pengembangan sumber daya manusia dengan
menggunakan media tayang yang tersedia;
3. Berikan kesempatan peserta untuk bertanya, mengajukan pendapat,
mengkritisi dan saran atas pemaparan yang dilakukan;
4. Lakukan penegasan secara ringkas dan jelas terkait isu-isu penting
yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis potensi pasar
penyedia peningkatan kapasitas teknis bagi P2KTD;
5. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan dengan mengkaitkan
kegiatan belajar selanjutnya.

Kegiatan 2: Praktek Analisis Potensi Pasar dengan Menggunakan


Pendekatan RMA
6. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam kegiatan praktek “analisis potensi penyedia
peningkatan kapasitas teknis pengembangan sumber daya manusia
bidang layanan dasar (Posyandu dan (PAUD)”;
7. Lakukan penjelasan tentang langkah-langkah dalam melakukan
analisis potensi pasar penyedia peningkatan kapasitas teknis di Desa
dengan menggunakan pendekatan RMA;
8. Minta peserta membentuk kelompok (5-6 orang per kelompok).
Bagikan Lembar Kasus (Lihat PB 2, Profil Kabupaten dan Desa) kepada
setiap kelompok untuk dikaji;

62| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

9. Berikan kesempatan masing-masing kelompok untuk menelaah


kasus dan bahan bacaan lainnya yang relevan. Hasilnya dirangkum
dengan menggunakan Lembar Kerja 3.1.1;
10. Setelah selesai, mintalah beberapa kelompok untuk memaparkan
hasil /studi kasus yang telah dilakukan dalam pleno;
11. Berikan kesempatan kepada kelompok lain memberikan tanggapan;
12. Lakukan penegasan secara ringkas dan jelas dibantu dengan media
tayang yang telah disediakan;
13. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan dengan mengkaitkan
kegiatan belajar selanjutnya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 63


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 3.1.1

Matrik Potensi Pasar Penyedia peningkatan kapasitas teknis


Pengembangan Sumber Daya Manusia
Bidang Layanan Dasar (Posyandu dan PAUD)

No Langkah Analisis Pertanyaan Kunci Catatan Hasil Analisis


Pasar
1 Langkah 1:  Apa itu gagasan produk
Menemukan jasa yang ditawarkan?
gagasan untuk  Temukan tiga gagasn
produk jasa baru produk jasa baru?
dan yang lebih baik
2 Langkah 2:  Tinjau ulang tiap-tiap
Menganalisis gagasan tersebut dan
gagasan produk pastikan apakah anda
penyedia benar-benar dapat
peningkatan membuatnya.
kapasitas teknis  Bila anda memiliki
sejumlah uang lebih untuk
peralatan dan bahan baku,
apakah anda memiliki
keterampilan untuk
membuatnya?
 Apakah gagasan tersebut
praktis?
3 Langkah 3: Penelaahan awal
Mempersiapkan  Bagaimanakah
Penilaian Pasar ketersediaan produk
tersebut di pasaran?
 Apakah produk jasa anda
tersedia luas di pasar?
 Apakah produk jasa anda
mengikuti trend?
 Bagaimana penggunaan
produk jasa tersebut?
 Apakah produk jasa anda
mudah untuk digunakan?
 Bagaimanakan kualitas
produk jasa tersebut?

64| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

No Langkah Analisis Pertanyaan Kunci Catatan Hasil Analisis


Pasar
 Apakah produk jasa anda
kualitasnya lebih baik dari
yang ada di pasar?
Analisis lebih mendalam
 Bagaimana anda
menyediakan apa yang
diinginkan konsumen
anda?
 Bagaimana anda membuat
konsumen tahu dan
mengerti gagasan anda?
 Bagaimanakah persiapan
bahan baku atau peralatan
untuk membuat barang
(atau menawarkan jasa)
ini?
 Apakah ada pasar untuk
gagasan anda?
4. Langkah 4:  Siapakan konsumen
Melaksanakan potensial dari produk
Penilaian Pasar anda?
Secara Cepat  Apakah anda akan
(Rapid Market memenuhi kebutuhan dari
Appraisal) suatu kelompok spesifik
seperti petani, nelayan,
usaha kecil dan rumah
tangga?
 Apa kebutuhan konsumen
Anda?
 Bagaimana kualitasnya?
 Bagaimana harga yang
ditawarkan?
5. Langkah 5:  Siapa yang akan menjadi
Menganalisis hasil konsumen produk jasa
anda?
 Kebutuhan konsumen apa
yang dipenuhi produk itu?
 Apa yang diinginkan
konsumen dari produk
jasa ini (kualitas, harga,
kemasan, bagaimana dan
dimana barang itu dijual)?

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 65


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

No Langkah Analisis Pertanyaan Kunci Catatan Hasil Analisis


Pasar
 Apakah yang anda ketahui
tentang rancangan produk
jasa ini?
 Siapa informan kunci yang
paling penting?
 Informasi apa yang
disediakan?
 Apa lagi yang anda
temukan?
 Apakah ada pasar untuk
produk jasa ini?
6. Langkah 6:  Tepatnya produk apa yang
Merencanakan akan anda buat
masa depan (rancangan dari produk
jasa tersebut)?
 Apakah anda memiliki
keahlian untuk membuat
produk jasa ini? Bila tidak,
bagaimana anda
mendapatkan keahlian itu?
 Apa bahan yang akan
dibutuhkan?
 Apa alat dan peralatan
yang akan anda butuhkan?
 Apa yang anda harus
lakukan untuk
mendapatkan bahan, alat
atau peralatan yang
dibutuhkan?
 Dimanakah anda akan
menjual produk itu?
 Bagaimana anda akan
mengemas dan
mengiklankan produk jasa
itu?
 Berapa lama dibutuhkan
untuk menyelesaikan tiap-
tiap dari langkah diatas?
Buatlah tabel waktu
(timeframe).

66| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

SPB Rencana Pembelajaran

3.2 Pengembangan Organisasi

Tujuan
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang pengembangan
organisasi P2KTD, diharapkan peserta dapat:
1. Menjelaskan tujuan dan manfaat pengembangan organisasi;
2. Menguraikan kondisi internal dan ekternal organisasi dalam
mendukung Penyedia peningkatan kapasitas teknis ;
3. Merumuskan strategi peningkatan kapasitas SDM dalam mendukung
Penyedia peningkatan kapasitas teknis (pengembangan sumber
daya manusia bidang layanan dasar).

Waktu
4 JP (180 menit)

Metode
Pemaparan, Studi kasus, Diskusi Kelompok, Praktik SWOT, dan Pleno.

Media
 Media Tayang 3.2.1: “Pengembangan Organisasi P2KTD”;
 Lembar Kerja 3.2.1: “Matrik Analisis SWOT Peningkatan Kapasitas
P2KTD”;
 Lembar Kerja 3.2.2: “Matrik Aternatif Strategi Peningkatan Kapasitas
P2KTD”.
 Lembar Informasi 3.2.1 “Pengembangan Organisasi dalam Mendukung
Penyedia peningkatan kapasitas teknis di Desa”.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 67


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus.

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Tujuan dan Manfaat Pengembangan Organisasi (P2KTD)
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam pembahasan tentang “tujuan dan manfaat
pengembangan organisasi”;
2. Ajukanlah beberapa pertanyaan penggerak untuk menggali
pemahaman peserta tentang konsep pengembangan organisasi
P2KTD. “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan organisasi dan
kenapa kita perlu melakukan pengembangan terhadap organisasi
tersebut?”.
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab dan
menanggapi pertanyaan tersebut. Selanjutnya catat hal-hal pokok
dari jawaban yang dilontarkan peserta.
4. Selanjutnya, bagi peserta kedalam kelompok diskusi dan setiap terdiri
dari 5 – 6 orang. Setiap kelompok mendiskusikan hal-hal sebagai
berikut:
 Mengapa organisasi P2KTD perlu dikembangkan?
 Apa tujuan pengembangan organisasi P2KTD?
 Bagaimana langkah-langkah dan strategi pengembangan
organisasi P2KTD?;
5. Ajak peserta merumuskan kesimpukan tentang pengertian, tujuan
dan manfaat pengembangan organisasi;
6. Rumuskan secara Bersama-sama dengan peserta tentang langkah-
langkah dan strategi pengembangan organisasi untuk mendukung
P2KTD
7. Sepakati dan tegaskan kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah
dilakukan.

Kegiatan 2: Memahami Kondisi Internal dan Eksternal Organisasi


8. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam kegiatan belajar tentang “memahami kondisi internal
dan eksternal organisasi dalam mendukung penyedia peningkatan
kapasitas teknis pengembangan sumber daya manusia di desa”;

68| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

9. Lakukan penjelasan tentang langkah-langkah dalam melakukan


kajian internal dan eksternal organisasi P2KTD dengan menggunakan
analisis SWOT;
10. Tetaplah peserta dalam kelompok. Bagikan Lembar Kerja 3.2.1
kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan;
11. Gunakan lembar kasus atau dokumen RPJMD/Profil Kabupaten
masing-masing untuk melakukan analisis faktor internal dan
eksternal dilakukan dengan mengidentifikasi kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman/tantangan dalam sistem kelembagaan atau
organisasi P2KTD;
12. Berikan kesempatan masing-masing kelompok untuk menelaah
kasus dan bahan bacaan lainnya yang relevan. Hasilnya dirangkum
dengan menggunakan Lembar Kerja 3.2.1.

Kegiatan 3: Merumuskan Strategi Pengembangan Organisasi


13. Jelaskan tujuan, hasil dan proses yang akan dilakukan dalam
merumuskan strategi peningkatan kapasitas SDM dalam mendukung
penyedia peningkatan kapasitas teknis pengembangan ekonomi
lokal dan kewira-usahaan di desa;
14. Lakukan penjelasan rinci tentang langkah-langkah dalam
merumuskan strategi pengembangan organisasi P2KTD berdasarkan
hasil analisis SWOT yang telah dilakukan pada kegiatan belajar
sebelumnya;
15. Tetaplah peserta dalam kelompok. Bagikan Lembar Kerja 3.2.2
kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan;
16. Setelah selesai, mintalah beberapa kelompok dalam pleno untuk
memaparkan hasil/studi kasus pengembangan organisasi P2KTD
yang telah dilakukan;
17. Berikan kesempatan kepada kelompok lainnya memberikan
tanggapan;
18. Lakukan penegasan secara ringkas dan jelas dibantu dengan media
tayang yang telah disediakan;
19. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan dengan mengkaitkan
kegiatan belajar selanjutnya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 69


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 3.2.1

Matrik Analisis SWOT Peningkatan Kapasitas P2KTD

Langkah 1 : Lakukan identifikasi masing-masing 5 (lima) faktor ekssternal


organisasi/Lembaga P2KTD, dengan menggunakan Dokumen
RPJMD/Profil Kabupaten asal Lembaga Anda

Faktor Eksternal
Kekuatan Organisasi Kode
1 S1
2 S2
3 S3
4 S4
5 S5

Kelemahan Organisasi
1 W1
2 W2
3 W3
4 W4
5 W5

Langkah 2 : Lakukan identifikasi masing-masing 5 (lima) faktor internal


organisasi/Lembaga P2KTD, dengan menggunakan Dokumen
RPJMD/Profil Kabupaten asal Lembaga Anda

Faktor Internal
Peluang Kode
1 Q1
2 Q2
3 Q3
4 Q4
5 Q5

Ancaman
1 T1
2 T2
3 T3
4 T4
5 T5

70| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 3.2.2

Matrik Alternatif Strategi Peningkatan Kapasitas P2KTD

Langkah 3 : Masukkan hasil identifikasi faktor eksternal dan internal Lembaga


anda kedalam Matriks Strength, Weakness, Oportunity and Threat
(SWOT) sebagai dasar untuk menyususun alternatif strategi
penguatan kapasitas kelembagaan P2KTD Anda

KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)

Internal Eksternal 1. 1.
2. 2.
3, 3,
4. 4.
5. 5.
PELUANG (O) (S – O) (W-O)

1. 1. 1.
2. 2. 2.
3, 3, 3,
4. 4. 4.
5. 5. 5.
ANCAMAN (T) (S – T) (W-T)

1. 1. 1.
2. 2. 2.
3, 3, 3,
4. 4. 4.
5. 5. 5.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 71


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

72| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

SPB Rencana Pembelajaran

3.3 Strategi Promosi Penyedia


Peningkatan Kapasitas
Teknis Desa

Tujuan
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang strategi promosi penyedia
peningkatan kapasitas teknis, diharapkan peserta dapat:
1. Menjelaskan tujuan dan manfaat promosi dalam penyelenggaraan
kegiatan peningkatan kapasitas teknis di desa;
2. Merumuskan strategi promosi P2KTD dalam penyediaan layanan
peningkatan kapasitas teknis di desa;
3. Mengembangkan media promosi dalam mendukung penyediaan
layanan peningkatan kapasitas teknis di desa.

Waktu
4 JP (180 menit)

Metode
Pemaparan, Studi kasus, Diskusi Kelompok, dan Pleno.

Media
 Media Tayang 3.3.1: “Strategi Promosi Penyedia peningkatan
kapasitas teknis ”;
 Media Tayang 3.3.2: “Pengembangan Media Promosi P2KTD”;
 Lembar Kerja 3.3.1: “Matrik Strategi Promosi”;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 73


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

 Lembar Kerja 3.3.2: “Lembar Kerja Studi Kasus”;


 Lembar Informasi 3.3.1: “Promosi Penyedia Kapasitas Teknis Desa”;
 Lembar Informasi 3.3.2: “Pengembangan Media Promosi”.
Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus.

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Tujuan dan Manfaat Promosi dalam Penyelenggaraan
Peningkatan Kapasitas Teknis di Desa
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam pembahasan tentang “tujuan dan manfaat promosi
dalam penyelenggaraan kegiatan peningkatan kapasitas teknis di
desa”;
2. Meminta peserta untuk berpasangan dengan teman yang
bersebelahan (buzz group). Masing-masing pasangan diminta untuk
membahas pengertian, tujuan dan pendekatan promosi;
3. Fasilitasi proses pengungkapan hasil diskusi buzz group dalam pleno
kelas dengan menggunakan meta plan. Kelompokan jawaban
peserta berdasarkan pengertian tujuan dan pendekatan promosi.
4. Memaparkan Media Tayang 3.3.1 “Strategi Promosi Penyedia
Peningkatan Kapasitas Teknis Desa”;
5. Lakukan curah pendapat dengan peserta mengenai tujuan dan
manfaat promosi dalam Penyediaan layanan peningkatan kapasitas
teknis ;
6. Buatlah penegasan terkait isu-isu krusial dalam promosi penyedia
peningkatan kapasitas teknis
7. Sepakati kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah dilakukan.

Kegiatan 2: Merumuskan Strategi Promosi P2KTD dalam Penyediaan


Layanan Peningkatan Kapasitas Teknis di Desa
8. Menjelaskan tentang tujuan,proses dan hasil yang diharapkan dari
topik tentang “strategi promosi penyedia peningkatan kapasitas
teknis desa” dengan mengkaitkan kegiatan belajar pada materi
khusus hasil kajian tentang peluang layanan yang dapat diberikan
kepada desa;

74| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

9. Peserta dibagi ke dalam tiga kelompok, masing-masing kelompok


bertugas untuk menyusun strategi promosi dengan menggunakan
matrik dalam lembar kerja 3.3.1;
10. Mintalah masing-masing kelompok untuk memaparkan hasil
kerjanya dalam pleno;
11. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk menanggapi dan
bertanya;
12. Menegaskan dan menyimpulkan hasil diskusi kelompok.

Kegiatan 3 : Mengembangkan Media Promosi


13. Menjelaskan tentang tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
topic tentang “pengembangan media promosi” dengan mengkaitkan
pada kegiatan sebelumnya;
14. Memfasilitasi curah pendapat peserta mengenai kebutuhan P2KTD
dalam mengembangkan media promosi kepada pihak desa;
15. Lakukan pemaparan tentang pengembangan media promosi dengan
menggunakan Media Tayang 3.3.2;
16. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan
mengklarifikasi hal-hal yang perlu penjelasan lebih lanjut;
17. Selanjutnya, peserta diberikan kesempatan untuk mengembangkan
salah satu media promosi berupa brosur, poster, pamflet, film pendek
(iklan) P2KTD masing-masing;

Peserta dibagi ke dalam kelompok berdasarkan asal lembaga


(P2KTD). Setiap kelompok memilih satu pesan yang akan
disampaikan mengenai penyedia peningkatan kapasitas teknis
kepada P2KTD yang bisa diberikan kepada desa serta
pengalaman dan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing
P2KTD.
Setiap kelompok menuangkan pesan promosi ke dalam bentuk brosur,
pamflet, dan poster dengan menggunakan laptop atau merancang film
pendek (iklan) dengan menggunakan HP atau VTR. Alternatif lain dengan
menggunakan tulisan/gambar manual dalam kertas.
Setelah selesai mintalah kepada setiap kelompok untuk menempelkan hasil
kerjanya pada white board atau dinding ruangan dengan menggunakan
selotip kertas.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 75


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

18. Hasil kerja kelompok kemudian dipamerkan dan ditayangkan untuk


dibahas bersama dalam pleno;
19. Berikan kesempatan untuk membahas hal-hal yang harus diperbaiki
dan diperhatikan dalam mengembangkan media promosi;
20. Catatlah hal-hal pokok yang berkembangan dalam pembahasan;
21. Buatalah penegasan dan kesimpulan.

76| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 3.3.1

Matrik Strategi Promosi P2KTD

Khalayak Sasaran Tujuan Pesan Bauran Saluran Biaya Evaluasi


Promosi Kunci Promosi komunikasi

Kepala Desa

Perangkat Desa

BPD

Tokoh masyarakat

Tokoh Agama

Masyarakat miskin
dan kelompok
rentan

Penyandang
disabilitas

Dst

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 77


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

78| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

SPB Rencana Pembelajaran

3.4 Pelayanan Pelanggan

Tujuan
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang pelayanan pelanggan,
diharapkan peserta dapat:
1. Menjelaskan tujuan dan manfaat pelayanan pelanggan dalam
penyediaan peningkatan kapasitas teknis di desa;
2. Mengidentifikasi karakteristik pelanggan;
3. Merumuskan strategi pelayanan pelanggan dalam mendukung
penyedia peningkatan kapasitas teknis bidang pengembangan
sumber daya manusia di desa.

Waktu
3 JP (135 menit)

Metode
Pemaparan, Curah Pendapat, Studi kasus, dan Diskusi Kelompok.

Media
 Media Tayang 3.4.1: “Pelayanan Pelanggan”;
 Lembar Kerja 3.3.1 : “Matrik Strategi Promosi”;
 Lembar Kerja 3.3.2: “Lembar Kerja Studi Kasus”;
 Lembar Informasi 3.3.1: “Memahami Perilaku Pelanggan”.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 79


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Tujuan dan Manfaat Pelayanan Pelanggan dalam
Peningkatan Kapasitas teknis di Desa
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam pembahasan tentang “tujuan dan manfaat pelayanan
pelanggan dalam peningkatan kapasitas teknis di desa”;
2. Lakukan curah pendapat tentang tujuan dan manfaat pelayanan
pelanggan dengan menggali hal-hal sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud pelanggan?
b. Mengapa P2KTD perlu memahami pelanggan?
c. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam memahami
pelanggan?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pendapat,
gagasan atau saran;
4. Catatlah hal-hal pokok yang muncul dalam curah pendapat;
5. Buatlah penegasan terkait isu-isu krusial dalam pelayanan pelanggan
bagi P2KTD;
6. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah dilakukan.

Kegiatan 2: Mengidentifikasi Karakteristik Pelanggan


7. Menjelaskan tentang tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
kegiatan pembelajaran tentang “mengidentifikasi karakteristik
pelangga” dengan mengkaitkan hasil kajian kasus profil penyedia
peningkatan kapasitas teknis di tingkat kabupaten;
8. Peserta tetap dibagi ke dalam tiga kelompok, masing-masing
kelompok ditugaskan untuk melakukan identifikasi karakteristik
pelanggan Lembar Kerja 3.4.1;
9. Mintalah masing-masing kelompok untuk memaparkan hasil
kerjanya dalam pleno;
10. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk menanggapi dan
bertanya;
11. Menegaskan dan menyimpulkan hasil diskusi kelompok.

80| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kegiatan 3: Merumuskan Strategi Pelayanan Pelanggan dalam


Mendukung Penyediaan Pelayanan Teknis di Desa
12. Menjelaskan tentang tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
kegiatan pembelajaran tentang “merumuskan strategi pelanggan
dalam mendukung pelayanan peningkatan kapasitas teknis di desa”
dengan mengkaitkan hasil kajian terhadap karakteristik pelanggan
pada kegiatan belajar sebelumnya;
13. Peserta tetap dalam kelompok, masing-masing kelompok ditugaskan
untuk merumuskan strategi pelayanan pelanggan berdasarkan hasil
analisis terhadap karakteristik pelanggan. Fasilitasi diskusi
menggunakan Lembar Kerja 3.4.2;
14. Mintalah masing-masing kelompok untuk memaparkan hasil
kerjanya dalam pleno;
15. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk menanggapi dan
bertanya;
16. Menegaskan dan menyimpulkan hasil diskusi kelompok.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 81


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 3.4.1

Matrik Analisis Karakteristik Pelanggan

No Karakteritik Pelanggan Pelanggan


Pelanggan Eksisting Potensial
A. Geografis
Wilayah
B. Demografis
Rata-tata usia
Pekerjaaan
Siklus hidup
C. Psikografis
Budaya atau Pola hidup
masyarakkat
Pola kepemimpinan
D. Perilaku
Manfaat layanan peningkat-
an kapasitas teknis yang
diberikan
Alasan menggunakan
layanan
Tingkat pemanfaatan
layanan
Layalitas terhadap layanan
Kesiapan pembeli layanan
Sikap terhadap produk
Pembuat keputusan untuk
membeli layanan
Pemberi pengaruh

82| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 3.4.2

Matrik Strategi Pelayanan Pelanggan

Elemen Uraian Kebutuhan Alternatif


Pelanggan Tindakan
Realibilitas Aspek ini mencerminkan
kemampuan untuk
memberikan apa yang
dijanjikan – dengan andal
dan tepat serta akurat.
Untuk mampu
memberikan reliabilitas
maka langkah yang harus
dilakukan yakni: (1)
pastikan bahwa anda
telah mengidentifikasi
kebutuhan pelanggan
dengan benar; (2) janjikan
hanya apa yang dapat
anda berikan dan (3)
tindak lanjuti untuk
memastikan bahwa
produk dan service telah
diberikan sesuai dengan
janji.
Assurance Aspek ini mencerminkan
kemampuan untuk
memberikan sesuatu yang
dapat dipercaya (terjamin
keandalan-nya).
Tangibel Aspek ini berkaitan
dengan aspek fasilitas
fisik/peralatan serta
penampilan personal dari
penyedia layanan. Strategi
tindakan yang layak
dilakukan antara lain
adalah menjaga ruang
kerja – apalagi yang
langsung berhadapan
dengan pelanggan — agar
tetap rapi. Lalu susunlah

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 83


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Elemen Uraian Kebutuhan Alternatif


Pelanggan Tindakan
barang-barang dengan
teratur serta berperilaku
dan berpakaian secara
profesional
Empati Aspek ini berkaitan
dengan tingkat kepedulian
dan perhatian individu
yang diberikan kepada
pelanggan.
Responsif Aspek ini mencerminkan
kemampuan untuk
membantu pelanggan dan
memberikan layanan yang
cepat/responsif. Agar
mampu bersikpa responsif,
maka kita perlu
menampilkan sikap positif
atau “can-do attitude” ;
serta mengambil langkah
dengan segera untuk
membantu pelanggan,
dan memenuhi kebutuhan
mereka.

84| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

SPB Rencana Pembelajaran

3.5 Dokumentasi Kegiatan


Peningkatan Kapasitas
Teknis Desa Pengembangan
Sumber Daya Manusia

Tujuan
Setelah mengikuti pembelajaran tentang dokumentasi kegiatan
peningkatan kapasitas teknis desa, peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tujuan, manfaat dan metode pendokumentasian
kegiatan peningkatan kapasitas teknis pengembangan sumber daya
manusia di desa;
2. Membuat pendokumentasian peningkatan kapasitas teknis
pengembangan sumber daya manusia di Desa.

Waktu
3 JP (135 menit)

Metode
Curah Pendapat, Pemaparan, Video/film, Pleno.

Media
 Media Tayang 3.5.1 “Pendokumentasian Penyedia peningkatan
kapasitas teknis ”;
 Lembar Kerja 3.5.1: “Outline Penyusunan Dokumentasi Pembelajaran
Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Bidang Pengembangan
Sumber Daya Manusia di Desa”;
 Lembar Informasi 3.5.1 “Dokumentasi Penyedia Peningkatan Kapasitas
Teknis Desa”.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 85


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus.

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Tujuan, Manfaat dan Teknik Pendokumentasian Kegiatan
Peningkatan Kapasitas Teknis di Desa
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam pembelajaran tentang “tujuan, manfaat dan teknik
pendokomentasian kegiatan peningkatan kapasitas teknis di desa”;
2. Lakukan curah pendapat tentang tujuan dan manfaat pendokumen-
tasian penyedia peningkatan kapasitas teknis dengan menggali hal-
hal sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud pendokumentasian jsa layanan teknis?
b. Mengapa P2KTD perlu melakukan pendokumentasian kegiatan
peningkatan kapasitas teknis di desa?
c. Apa saja manfaat dari pendokumentasian yang dilakukan oleh
P2KTD?
d. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam mendokumen-
tasikan kegiatan peningkatan kapasitas teknis oleh P2KTD?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pendapat,
gagasan atau saran terkait curah pendapat yang dilakukan;
4. Catatlah hal-hal pokok yang muncul dalam pembahasan tersebut;
5. Selanjutnya, paparkan beberapa teknik pendokumentasian penyedia
peningkatan kapasitas teknis P2KTD;
6. Buatlah penegasan terkait isu-isu krusial dari pendokumentasian
kegiatan peningkatan kapasitas teknis oleh P2KTD;
7. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah dilakukan.

Kegiatan 2: Mendokumentasikan Kegiatan Peningkatan Kapasitas


Teknis di Desa
8. Menjelaskan tentang tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembelajaran tentang praktek pendokumentasian kegiatan
peningkatan kapasitas teknis di desa oleh P2KTD dengan
mengkaitkan pada kegiatan sebelumnya;

86| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

9. Bagilah peserta dalam tiga kelompok, masing-masing diberikan


sebuah video atau film pendek untuk diamati dan dibuatkan
dokumentasinya dengan menggunakan Lembar Kerja 3.5.1.
10. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengamati video dan
mencatat hal-hal yang penting, kemudian secara berkelompok
membuat rancangan hasil pendokumentasian untuk dipaparkan
dalam pleno;
11. Selanjutnya hasil dari pendokumentasian tersebut dipaparkan dalam
pleno untuk mendapatkan tanggapan dari peserta;
12. Buatlah penegasan dan kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah
dilakukan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 87


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 3.5.1

Outline Penyusunan Dokumentasi Pembelajaran Penyedia Peningkatan Kapasitas


teknis Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia di Desa

JUDUL: ………………………………………..

A. Pendahuluan
(Jelaskan secara umum dasar pemikiran, dan kondisi umum kegiatan inovasi dan layanan
peningkagtan kapasitas teknis yang diberikan oleh P2KTD)

B. Latar Belakang Masalah


(Identifikasikan permasalahan yang dihadapi masyarakat atau desa terkait dukungan
kegiatan peningkatan kapasitas teknis dan intervensi inovasi yang difasilitasi P2KTD)

C. Solusi
(Jelaskan solusi yang diambil oleh Desa untuk menyelesaikan permasalahan tersebut)

D. Manfaat
(Jelaskan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat setelah mendapatkan bantuan teknis
dari P2KTD berupa bimbingan, teknologi dan kegiatan pendukung lainnya)

E. Proses Penyelesaian Masalah


(Jelaskan langkah-langkah dari proses penyelesaian masalah berdasarkan solusi yang
dipilih termasuk pola dukungan layanan teknis yang diberikan kepada masyarakat mulai
dari tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan dan keberlanjutan)

F. Pendanaan
(Jelaskan jumlah dan sumber pendanaan tersebut)

G. Pelaku
(Jelaskan pihak-pihak yang terlibat dalam program dan penerima manfaat dari kegiatan
tersebut)

88| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

H. Hasil
(Jelaskan perubahan yang terjadi dalam masyarakat sebagai dampak (jangka pendek dab
jangka panjang) dari kegiatan atau solusi yang dipilih)

I. Pembelajaran
(jelaskan pembelajaran yang dapat diambil dari kegiatan tersebut)

J. Rekomendasi
(Uraikan saran dan masukan dari hasil intervensi yang telah dilakukan baik kepada para
pemangku kepentingan baik pemerintah, masyarakat, swasta dan pihak lainnya)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 89


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kebijakan Ternak Kambing untuk


Pendidikan

Desa Barabali, Kab. Lombok Tengah,


NTB, memiliki tanah yang luas dan
subur, namun angka drop-out sekolah
anak cukup tinggi di Dusun Pondok
Pande karena alasan biaya. Pemerintah
Desa mencetuskan ide beternak
kambing sebagai mata pencaharian dan
tabungan pendidikan. Sosialisasi dan
pelatihan diberikan kepada warga, dan
desa mengalokasikan dana untuk
membeli bibit unggul untuk stimulan
bagi warga. Hasilnya, Dusun Pondok
Pande menjadi dusun rujukan terkait
pengelolaan ternak kambing dan anak
putus sekolah pun menjadi nol.

LATAR BELAKANG MASALAH


Selain bercocok tanam, warga desa Barabali memiliki potensi beternak kambing. Beternak
kambing jenis tertentu menjanjikan keuntungan besar, tingkat reproduktivitas tinggi, dapat
berkembang biak tiga kali dalam dua tahun dengan peluang kembar dua atau tiga. Desa
Barabali memiliki tanah tropis luas dan subur,yang cocok untuk mengembang-biakan ternak.
Telah adanya pasar ternak tradisional. Tingkat drop-out anak sekolah, terutama di Dusun
Pondok Pande cukup tinggi karena masalah biaya.

SOLUSI
Kebijakan mendorong warga beternak kambing untuk mendukung biaya pendidikan anak.

90| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

MANFAAT
a. Meningkatkan pendapatan keluarga
b. Untuk cadangan biaya pendidikan anak sekolah
c. Investasi lebih aman, mudah didapat, mudah dipelihara, mudah dijual dan lebih aman
d. dibandingkan dengan ternak lainnya, karena tidak disukai pencuri
e. Sumber gizi keluarga berupa daging dan susu perah
f. Dapat digunakan sendiri bila ada hajatan atau keperluan lain Kotorannya menjadi pupuk
kompos tanaman

PROSES PENYELESAIAN MASALAH


(1) Ditemukannya angka putus sekolah dan drop ouT yang cukup tinggi memotivasi
Pemerintah Desa untuk mencari solusi bersama;
(2) Slogan “Ternak Sejuta Sapi” yang diusung Provinsi memberikan motivasi bagi Pemerintah
Desa hingga memunculkan inisiatif untuk mengusung ternak kambing sebagai alternatif
tambahan penghasilan bagi keluarga;
(3) Pemerintah Desa menyeriusi inisiatif terebut hingga dalam musyawarah desa muncul
slogan “Ternak 1000 Kambing”;
(4) Pemerintah Desa dan perangkat desa kemudian membuat formulasi dan kebijakan-
kebijakan untuk merealisasikan slogan tersebut:
a. Pemerintah Desa secara kontinyu menyosialisasikan manfaat beternak Kambing
melalui berbagai kesempatan pertemuan warga, termasuk resepsi pernikahan, zikiran
dan pertemuan warga lainnya.
b. Kepala Desa dan perangkat juga mendatangi dusun-dusun, hingga 23 dusun yang
ada di desa tersebut mengikuti ajuran mengembangkan ternak Kambing. Diantara
yang paling sukses dan berkelanjutan adalah dusun Pondok Pande, sehingga dusun
ini dipilih sebagai dusun tematik Ternak Kambing.
(5) Desa memberikan berbagai pelatihan, penyuluhan, bahkan fasilitas bagi warga yang
serius beternak kambing:
a. Mulai 2015, desa melakukan pembinaan terhadap lembaga-lembaga kelompok
ternak yang ada dimasing-masing dusun agar lembaganya dapat berkembang dan
memberdayakan anggotanya.
b. Desa memfasilitasi pembentukan dan pengelolaan administrasi kelompok ternak
dimasing-masing dusun
c. Desa melakukan penyuluhan kepada peternak tentang pentingnya kotoran untuk
dapat dijadikan sebagai pupuk organik dan lain sebagainya.
d. Pada 2017 ini desa membangun kandang kolektif mengingat populasi kambing yang
relative bertambah daritahun ke tahuan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 91


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

e. Desa mengalokasikan dana Rp 50 juta


untuk mendukung bibit unggul melalui
APB Desa 2017 perubahan. Dana tersebut
untuk pengadaan bibit Kambing jenis
Batangan
(6) Menyediakan Bantuan Kelompok Usaha
Bersama (KUBE);
(7) Pemerintah Desa juga melakukan advokasi
anggaran di Pemerintah Kabupaten;
(8) Pemerintah Desa membuat kelompok
unggulan dan percontohan ternak kambing
di dusun Pondok Pande dengan memberikan
pendampingan khusus.

PELAKU
 Pemerintah Desa
 Warga Masyarakat

PNDANAAN
 Pemerintah Desa

HASIL
a. Setiap Kepala Keluarga (KK) rata-rata memiliki 4 – 6 ekor kambing
b. Dusun Pondok Pande dikenal oleh desa-desa lain atau daerah lain yang ingin membeli
kambing;
c. Dusun Pondok Pande menjadi lokasi study banding bagi dusun dan desa lain terkait
dengan pengelolaan Ternak Kambing;
d. Anak putus sekolah sudah nol, dan umumnya anak tamat SD melanjutkan ke SMP, serta
anak yang tamat SMP melanjutkan ke SLTA, yang kuliah pun sudah banyak berkat Ternak
Kambing ini;
e. Peternak mampu melihat peluang sesuai potensi yang dimilikinya, akan mengembangkan
peluang ternak kambing perahan, kambing bibit ungul Otawa dan Batangan.

PEMBELAJARAN
a. Pemberian bantuan dan pengembangan produk di dusun dan desa harus disesuaikan
dengan potensi dan apa yang diminiti oleh masyarakat;

92| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

b. Sosialisasi sangat penting baik secara formal maupun informal di setiap pertemuan
warga;
c. Kesadaran an motivasi harus ditumbuhkan pada warga, tanpa motivasi dan kesadaran
yang tinggi, seberapapun besar bantuan yang diberikan kepada warga tidak akan
berkesinambungan;
d. Masyarakat perlu diberikan contoh dan praktek nyata untuk dapat memulai sebuah
kegiatan besar, dalam hal ini kades dan perangkat desa siap menjadi pionir dan
memberikan contoh beternak Kambing, hasilnya masyarakat mulai termotivasi dan
mengikuti program tersebut;
e. Kegiatan pengembangan ekonomi produktif dituntut untuk inovatif dan keberhasilannya
dapat membantu mengatasi permasalahan kebutuhan dasar termasuk masalah kesehatan
dan pendidikan;
f. Masyarakat peternak Kambing perlu diberikan pelatihan peningkatan kapasitas,
difasilitasi Jaringan pemasaran dan pengelolaan hasil ternak agar semakin berkembang;
g. Dusun Pondok Pande menjadi lokasi study banding bagi dusun dan desa lain terkait
dengan pengelolaan Ternak Kambing.
.

REKOMENDASI
a. Menumbuhkan motivasi dan semangat gotong royong masyarakat diperlukan integritas
dan jiwa kepedulian yang tinggi dari pemdes, sosialisasi terus dilakukan baik formal
maupun informal di setiap pertemuan warga;
b. Pemberian bantuan oleh siapapun kepada masyarakat harus disesuaikan dengan potensi
dan minat masyarakat. Bantuan selama ini ada beberapa yang salah sasaran, seperti
bantuan ternak diberikan kepada pedagang asongan dan pedagang kecil, maka
ternaknya tidak dapat dikembangkan karena mereka tidak dapat mengelolanya dengan
baik. Jadi bantuan Ternak diberikan kepada peternak supaya dapat merawat
mengelolanya dengan baik;
c. Produk-produk ekonomi produktif dan inovatif sangat bagus untuk dikembangkan di
desa untuk membantu pemecahan masalah yang dihadapi warga termasuk masalah
kesehatan dan pendidikan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 93


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

94| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

SPB Rencana Pembelajaran

3.6 Pengelolaan Keuangan

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tujuan, manfaat dan prinsip-pronsip pengelolaan
keuangan organisasi;
2. Menilai kondisi keuangan organisasi;
3. Menyusun rencana keuangan organisasi dalam mendukung kegiatan
penyediaan layanan peningkatan kapasitas teknis di desa.

Waktu
3 JP (135 menit)

Metode
Pemaparan, curah pendapat, praktek, pleno.

Media
 Media Tayang 3.6.1: “Pengelolaan Keuangan”;
 Lembar Kerja 3.6.1: “Formulir Identifikasi Kinerja Keuangan Organisasi”;
 Lembar Kerja 3.6.2: “Menyusun Rencana Keuangan P2KTD”;
 Lembar Informasi 3.6.1 “Mengelola Keuangan”.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 95


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Tujuan, manfaat dan prinsip-prinsip pengelolaan
keuangan P2KTD
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam pembelajaran tentang “Tujuan, Manfaat dan Prinsip-
prinsip Pengelolaan Keuangan P2KTD”;
a. Awali kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan
sebagai berikut:
b. Apa yang Anda pahami tentang pengelolan keuangan P2KTD?
c. Mengapa P2KTD perlu memiliki kemampuan dalam mengelola
keuangan?
d. Bagaimana ruang lingkup pengelolaan keuangan P2KTD?
2. Lakukan tanya jawab dan curah pendapat, catat pendapat peserta
latih di kertas plano. Pelatih memberikan penegasan kembali dari
jawaban peserta;
3. Paparkan konsep dasar (tujuan, manfaat dan prinsip-prinsip dasar)
pengelolaan keuangan menggunakan media tayang yang telah
disediakan.
4. Setelah pemaparan, bandingkan dengan hasil curah pendapat
peserta mengenai definisi dan konsep dasar pengelolaan keuangan.
Berikan kesempatan pada peserta untuk sesi tanya-jawab;
5. Pelatih menutup sesi dengan menegaskan kembali konsep dasar dan
pengertian pengelolaan keuangan.

Kegiatan 2: Menilai Kondisi Keuangan P2KTD


6. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam pembelajaran tentang “Menilai Kondisi Keuangan
P2KTD” dengan mengkaitkan pembelajaran sebelumnya;
7. Ajukan beberapa pertanyan pembuka kepada peserta:
a. apakah organisasinya mempunyai laporan keuangan?
b. apakah laporan keuangan selalu diperbaharui?
c. apakah pernah di audit?
8. Kemudian tanyakan kembali kepada peserta “apa pentingnya
mengetahui kondisi keuangan P2KTD”. Beri kesempatan untuk saling
memberikan pendapat dan komentar;

96| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

9. Buatlah catatan pokok dari penjelasan atau jawaban peserta;


10. Tayangkan dan jelaskan secara singkat tentang siklus pengelolaan
keuangan yang sudah disediakan. Kemudian integrasikan hasil
paparan siklus dengan kesimpulan yang sudah dibuat sebelumnya
(berdasarkan hasil curah pendapat sebelumnya);
11. Selanjutnya mintalah peserta untuk mengisi lembar kerja yang sudah
disediakan untuk menilai kinerja keuangan organisasi. Jika ada
beberapa peserta yang berasal dari satu organisasi yang sama bisa
dikelompokkan. Berikan waktu sekitar 10 menit untuk mengisi
formulir tersebut;
12. Secara pleno, mintalah beberapa peserta untuk memaparkan hasil
analisis terhadap kinerja keuangan organisasinya dengan menjawab
pertanyaan berikut:
a. Dengan melihat hasil analisis laporan keuangan organisasi
tersebut, apa kesan anda?
b. Hal-hal apa yang masih lemah dalam pengelolaan keuangan
organisasi tersebut dan berikan alternatif solusi?
13. Berikan penegasan terhadap pentingnya mengenal kondisi keuangan
dalam mendorong keberlangsung kegiatan organisasi.

Kegiatan 3: Menyusun Rencana Keuangan Usaha


14. Menyampaikan tujuan sesi ini tentang pentingnya melakukan
perhitungan yang benar dalam menyusun rencana keuangan P2KTD;
15. Menjelaskan poin-poin penting dalam perencanaan usaha dari sisi
perhitungan, yaitu dengan menghitung semua pembiayaan yang
diperkirakan akan dikeluarkan dalam memulai usahadengan
menghitung semua sumber dana dan pembiayaan, sehingga
dihasilkan rencana keuangan yang dibutuhkan, mencakup:
a. Penentuan modal usaha – sumber modal usaha
b. Perhitungan harga produk atau jasa
c. Biaya promosi
d. Biaya tenaga kerja
e. Biaya langsung – biaya tidak langsung
16. Bagilah peserta dalam kelompok, masing-masing diberikan Lembar
Kerja 3.6.1;
17. Meminta kelompk untuk mendikusikan dan menyusun rencana
keuangan P2KTD berupa pembiayaan, modal usaha, prediksi

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 97


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

perhitungan keuntungan dan perencanaan arus kas dalam setahun.


Pelatih melakukan supervisi kepada masing-masing kelompok untuk
membantu peserta mempertajam perencanaan keuangan usaha:
18. Hasil kerja kelompok kemudian dipaparkan dalam pleno untuk
mendapatkan tanggapan dan masukan dari peserta;
19. Pada akhir sesi lakukan penegasan terkait hal-hal pokok yang terkait
penyusunan rencana keuangan P2KTD;
20. Pada akhir sesi buatlah kesimpulan.

98| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 3.6.1

Formulir Identifikasi Kinerja Keuangan Organisasi


jar
Pernyataan Tidak Ya Selalu Kadang- Sangat
kadang jarang
Memiliki sumber pendanaan organisasi
yang variatif
Organisasi mampu menyediakan dana
sesuai dengan kebutuhan
program/proyek
Organisasi memiliki kegiatan fundraising
yang berhasil menunjang pembiayaan
program/proyek
Melibatkan seluruh staf atau bagian
dalam penyusunan anggaran organisasi
Secara periodik membahas laporan
keuangan dengan semua bidang/unit,
sehingga dapat melakukan pengendalian
biaya
Secara periodik menyusun estimasi
anggaran untuk tahun depan
Menerapkan prinsip penganggaran yang
menempatkan dana sesuai dengan tujuan
organisasi dan prioritas program
Memiliki sistem keuangan yang menjamin
keamanan dalam penggunaan dana
Melaksanakan sistem dan prosedur
pengelolaan keuangan sesuai dengan
standar akuntansi.
Sistem dan prosedur keuangan dipahami
dan diikuti oleh seluruh staf secara teratur
Sistem dan prosedur pengelolaan
keuangan organisasi memperhatikan
kepentingan pengelolaan
program/proyek.
Setiap transaksi keuangan dapat
dipertanggungjawabkan (akuntabilitas).
Menerapkan prosedur pengadaan barang
dan jasa dalam pelaksanaan program
Laporan keuangan organisasi tepat waktu.
Laporan keuangan organisasi secara
teratur diaudit oleh auditor independen.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 99


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 3.6.2

Menyusun Rencana Keuangan P2KTD

1. Menentukan Biaya Produk dan Jasa Usaha


Biaya : adalah semua uang yang dikeluarkan utuk membuat dan menjual produk atau
jasa usaha.
Perhitungan biaya adalah cara menghitung total dari biaya yang dikeluarkan untuk
membuat atau menjual produk barang atau penyediaan jasa.
Penentuan biaya bertujuan untuk:
 Menentukan harga;
 Menurunkan dan mengendalikan harga;
 Membuat keputusan yang lebih baik untuk usaha
 Merencanakan masa yang akan datang
Jenis Biaya:
Biaya Langsung: semua biaya yang secra langsung terkait dengan produk atau layanan
yang dibuat. Biaya langsung dapat meliputi:
 Biaya bahan langsung: semua uang yang dikeluarkan untuk bahan-bahan yang
terkait barang atau jasa yang akan dijual
 Biaya Tenaga Kerja langsung: semua uang yang dikeluarkan usaha untuk upah,
gaji, tunjangan orang yangsecara langsung terlibat dalam memproduksi barang
atau jasa usaha. Waktu yang dihabskan untuk membuat produk haruslah mudah
untuk dihitung dan biaya tenaga kerja lagsung harus cukup besar untuk
menambahkan biaya tenaga kerja langsung total
Biaya Tidak langsung: adalah semua iaya lain yang dikeluarkan untuk menjalankan
usaha, misalnya biaya sewa, bunga, listrik. Biaya tidak langsung biasanya tidak terkait
langsung dengan satu produk barang atau jasa tertentu. Biaya tidak langsung sering
disebut biaya operasional atau pengeluaran.

Biaya Total = biaya bahan langsung + biaya tenaga kerja langsung + biaya
tidak langsung

100| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

2. Menentukan Harga untuk Usaha Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis


Langkah 1. Tuliskan semua kebutuhan operasional yang diperlukan untuk
menghasilkan sebuah produk atau layanan teknis: Misalnya: Produk: Jasa Pelatihan 3 hari
untuk 20-30 peserta:

Kegiatan unit unit Hari Jumlah Sub- Total


Total
A. Bahan
1. Kebutuhan
pelatihan (kertas
plano, spidol) 1 unit x 1 kalli x 1 300.000 300.000
2. Sewa LCD 1 unit x 1 kali x 3 100.000 300.000
3. Spanduk pelatihan 2 unit x 1 kali x 1 100.000 200.000
4. Souvenir peserta,
tas peserta, materi 1 pack x 1 time x 30 50.000 1.500.000
5. Cetak sertifikat 1 pack x 1 kali x 30 7.000 210.000
Sub-total 2.510.000
B.Transport Implementasi pelatihan ( 3 days)
6. Transport pelatih
reguler dan staf 3 orang x 1 kali x 3 150.000 1.350.000
7. Transport
narasumber 2 pack x 1 kali x 1 150.000 300.000
8. Lumpsum 5 pack x 1 kali x 3 50.000 750.000
Sub total 2.400.000
C. Honor SDM
9. Pelatih Senior 2 orang x 1 kali x 3 1.000.000 6.000.000
10. Tenaga
Ahli/Narasumber
Tambahan 2 orang x 1 kali x 1 750.000 1.500.000
11. Notulen & Admin
staff 1 orang x 1 kali x 3 500.000 1.500.000
Sub-total 9.000.000
Total Per Unit
Pelatihan 3 hari 13.910.000

Biaya yang dikeluarkan untuk satu unit pelatihan untuk 30 peserta selama 3 hari di desa
adalah Rp 13.910.000,- . Selanjutnya hitung dan kelompokkan satu persatu

Kegiatan unit unit Hari Jumlah Sub- Total


Total
A. Bahan
1. Kebutuhan pelatihan
(kertas plano, spidol) 1 unit x 1 kalli x 1 300.000 300.000
2. Sewa LCD 1 unit x 1 kali x 3 100.000 300.000
3. Spanduk pelatihan 2 unit x 1 kali x 1 100.000 200.000

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 101


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kegiatan unit unit Hari Jumlah Sub- Total


Total
4. Souvenir peserta, tas
peserta, materi 1 pack x 1 time x 30 50.000 1.500.000
5. Cetak sertifikat 1 pack x 1 kali x 30 7.000 210.000
Sub-total 2.510.000
B.Transport Implementasi pelatihan ( 3 days)
6. Transport pelatih
reguler dan staf 3 orang x 1 kali x 3 150.000 1.350.000
7. Transport narasumber 2 pack x 1 kali x 1 150.000 300.000
8. Lumpsum 5 pack x 1 kali x 3 50.000 750.000
Sub total 2.400.000
Total 4.910.000

Langkah 2. Menghitung Biaya Tenaga Kerja Langsung


Hitunglah biaya upah, gaji, dan tunjangan untuk pegawai yang bekerja langsung dalalm
memproduksi barang atau jasa. Setiap usaha memerlukan semua informasi tentang
biaya tenaga kerja yang diperlukan. Gunakanlah formulir biaya tenaga kerja untuk
perencanaan usaha. Berikut formulir Penentuan biaya tenaga kerja untuk Konsultan XYZ
1. Nama dari tiap orang yang bekerja untuk usaha jasa yang dibuka
2. Jumlah jam kerja tiap orang dalam usaha per bulan
3. Berapa besar upah yang dibayarkan ke tiap orang per bulannya
4. Berapa jam yang digunakan tiap orang dalam produksi per bulan
5. Berapa besar upah bulanan untuk waktu yang dihabiskan dalam memproduksi
/menjalankan layanan
6. Berapa jam yang digunakan tiap orang untuk bekerja namun bukan untuk
memproduksi
7. Berapa besar upah bulanan tiap orang untuk waktu yang dihabiskan, tidak terkait
dengan produksi

Formulir Penentuan Biaya Tenaga Kerja

1 2 3 Biaya Tenaga Kerja Biaya Tenaga Kerja


Langsung Tidak Langsung
1 2 3 4 5 6 7
No SDM Jam Gaji /Bulan Waktu Upah untuk Waktu Upah
Kerja yang waktu Yang untuk
Total digunakan produksi/ digunakan waktu
/bulan untuk pelayanan bukan yang
produksi/ untuk digunakan
bulan bukan

102| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

1 2 3 Biaya Tenaga Kerja Biaya Tenaga Kerja


Langsung Tidak Langsung
1 2 3 4 5 6 7
produksi/ untuk
bulan produksi
1 Budi, tenaga 160 7.500.000 160 7.500.000 - -
Ahli Full time,
Pelatih Utama
2 Kartika, Pelatih 160 3.000.000 160 5.500.000 - -
Yunior
3 Vivi, Pelatih 40 3.000.000
/Tenaga Ahli
Tambahan
4 Doni, Pelatih 40 3.000.000
tenaga Ahli
tambahan
5. Narasumber 1 20 2.000.000
6 Narasumber 2 20 2.000.000
7 Notulen 40 1.500.000
Pelatihan
5 Dina, staf 160 2.000.000 - - 160 2.000.000
administrasi
6 Dodi, 160 2.000.000 - - 160 2. 000.000
Marketing

Total 480 jam 24.500.000,- 320 jam 4.000.000

Biaya tenaga kerja langsung per jam


Jumlah yang dibayarkan tiap bulan untuk waktu dalam produksi /Jumlah Jam yang
digunakan untuk produksi per bulan = 24.500.000/ 480 jam = Rp 51.041,- per jam. Biaya
tenaga kerja langsung per jam memberikan informasi kepada Anda berapa biaya yang
dikeluarkan dari usaha untuk staf yang bekerja langsung dalamproduksi tiap jamnya.
Anda memerlukan informasi ini untuk menghitung biaya tenaga kerja langsung untuk
tiap produk yang dibuat usaha Anda, atau tiap jasa yang disediakan usaha Anda.

Biaya tenaga kerja langsung per unit


Untuk menghitung biaya tenaga kerja langsung per unit, Anda harus mengetahui waktu
yang dipakai untuk membuat tiap unit dan biaya tenaga kerja langsung per jam, baru
kemudian And adapat menggunakan Formulir Penentuan Biaya Produk untuk
menghitung biaya tenaga kerja langsung per unit.
Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan layanan teknis pelatihan 3 hari adalah
meliputi 1 hari persiapan, 3 hari pelatihan dan 1 hari pelaporan, maka setiap unit 3 hari
pelatihan waktu yang digunakan dari persiapan sampai pelaporan adalah 5 hari x 8 jam
= 40 jam. Dengan demikian, waktu yang diperlukan per unit produk layanan pelatihan 3

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 103


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

hari membutuhkan 40 jam, maka biaya untuk menghitung biaya tenaga kerja langsung
per unit sebagai berikut:
Menghitung Biaya Tenaga Kerja Langsung per unit:

Waktu per unit produk x Biaya tenaga kerja langsung per Biaya TKL Per
jasa jam Unit
40 jam x Rp Rp 51.041,- Rp 2.041.640,-

Langkah 3. Menghitung biaya tidak langsung


Biaya total untuk satu unit terdiri dari biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung
dan biaya tidak langsung.

Biaya Bahan + Biaya tenaga Kerja + Biaya Tidak = Biaya Total


Langsung langsung Langsung

Biaya tidak langsung adalah semua biaya lain yang dimiliki organisasi untuk menjalankan
usaha, misalnya sewa dan listrik.

Contoh Formulir Biaya Tidak Langsung

No Biaya Tidak Langsung per bulan Biaya


1 Sewa ruang usaha 0,-
2 Listrik dan Air 500.000,-
3 Langganan Internet 500.000,-
4 Asuransi BPJS Tenagakerja (4 x 250.000) 1.000.000,-
5 Bunga Pinjaman 0,-
6 Tenaga Kerja Tidak Langsung 4.000.000,-
7 Kertas, tinta, dan peralatan kantor 1.000.000,-
8 Penyusutan (1 laptop, 1 PC, 1 LCD) 368.000,-
9 Biaya transport (bensin) 1.000.000,-
10 Biaya lain-lain 1.000.000,-
Total Biaya Tidak Langsung per bulan 9.368.000,-

Penyusutan adalah hilangnya nilai peralatan dan ini merupakan biaya pada usaha
Anda. Biaya total membeli peralatan dibagi jumlah tahun yang anda harapkan peralatan
tersebut dapat digunakan. Di dalam ragam usaha, biaya penyusutan cukup tinggi,
sehingga penting untuk memasukkan penyusutan ke dalam biaya tidak langsung. Biaya
penyusutan biasanya diberlakukan untuk biaya peralatan yang memiliki nilai tinggi dan
tahan untuk waktu yang lama

Contoh perhitungan biaya penyusutan:

104| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

 Laptop – diperkirakan akan digunakan selama 5 tahun, harga laptop 7 juta,maka


biaya penyusutan dalam waktu 5 tahun yang harus dipersiapkan dalam pembiataan
bulanan adalah (Rp 7 juta : 5 tahun) ; 12 bulan = Rp 166.666,- (Rp 117.000,-)
 Personal Komputer – PC : 8 juta – perkiraan biaya penyusutan: (Rp 8 juta : 5 tahun):
12 bulan = 133.333,- ( Rp 134.000,-)
 LCD – harga 7 juta : perkiraan biaya penyusutan : (Rp 7 juta : 5 tahun ) ; 12 bulan =
116.666 (Rp 117.000,-)
 Maka total biaya penyusutan untuk 1 laptop, LCD dan PC adalah : Rp 117.000+ Rp
134.000+ 117.000 = Rp 368.000,-

Langkah 3. Menghitung biaya tidak langsung per unit


Biaya tidak langsung total utuk sebuah bisnis baru hars dibagidan ditangung oleh setiap
produk barang atau jasa yang dibuat. Biaya tidak langsung untuk sebuah barang (unit)
tergantung dari berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk emmbuat unit tersebut.
Semakin lama dibuatnya, semakin tinggi biaya tidak langsung untuk satu unit. Bila
terhitung dalam formulir perhitungan biaya tidak langsung sebesar Rp 9.368.000,- per
bulan, maka biaya tidak langsung tersebut harus ditambahkan ke biaya tiap unit yang
dibuat pada usaha tersebut. Untuk menghitung biaya tidak langsung untuk tiap unit,
lembaga XYZ menggunakan formulir penentuan biaya produk.
Pertama, menghitung biaya tidak langsung per jam untuk semua unit yang dibuat
bisnisnya.
Menghitung biaya tidak langsung per jam:
Biaya tidak langsung Dibagi dengan Jumlah total jam Biaya Tidak
total per bulan dalam produksi per Langsung Per Jam
bulan
Rp 9.368.000,- : 480 Rp 19.516,-

Kedua : Menghitung biaya tidak langsung per unit


Total waktu per Dikalikan Biaya Tidak Langsung Per Biaya Tidak Langsung
unit dengan Jam per Unit
40 jam x Rp 19.516,- Rp 780.640,-

Langkah 4. Menjumlahkan Biaya Total


Setelah melakukan langkah 1,2,3 dari menentukan biaya memberikan pelayanan paket
jasa pelatihan, maka Anda memiliki semua jumlah yang dibutuhkan untuk menghitung
biaya total paket pelatihan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 105


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Jumlahkan semua ke dalam formulir Penentuan Biaya Produk


Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4
Biaya Bahan Langsung Biaya Tenaga Kerja Biaya Tidak Biaya Total
langsung Langsung
Rp 4.910.000,- Rp 2.041.640,- Rp 9.368.000,- Rp 16.319.640,-

Maka, biaya total per unit atau biaya produksi jasa pelatihan selama tiga hari untuk 30
peserta adalah Rp 16.319.640,-

3. Menentukan Rencana Harga Pemasaran Produk Jasa

Produk atau Jasa


Aspek - Aspek Produk A. Produk B Produk C.
Paket Pelatihan 3 hari Paket Pelatihan Paket Pelatihan
untuk 30 orang untuk 20 peserta Untuk 15 peserta
A.Biaya Produksi
Total Biaya Produksi Rp 16.319.640,-
Per Unit (3 hari)
Biaya produksi per Rp 543.988,- Rp 815.982,- Rp 1.087.000,-
orang selama 3 hari
Biaya produksi per Rp 181.329,- Rp 271.994,- Rp 362.658,-
orang per hari

B. Harga Pesaing Harga Terendah : Rp 150.000,-/orang/hari


(cek harga di pasaran Harga Tertinggi: Rp 1.000.000,-/orang per hari
dengan jasa peatihan
yang sama, dengan
target konsumen yang
sama)
C. Alasan dalam 1. Harga murah agar bersaing dengan target konsumen di Desa
penetapan harga (Cek 2.Adanya keunggulan dari sisi pengalaman
dengan Nilai 3. Kekhasan untuk pelayanan konsultasi paska pelatihan
Lebih/Preposisi nilai 4. Temanya masih jarang, penyedia jasa lain belum menguasai
Produk Jasa Anda)
Referensi 20 % minimum – 50%
 diambil rerata 30% untuk grup dan 50% untuk penjualan
produk per orang
D. Harga Jual Produk
1.Harga Jual per Rp 707.184,-  Rp 1.060.776,- Rp 1.413.100
orang selama 3 hari Rp 750.000,- Rp 1.075.000,-
(30%) 
2.Harga Jual per Rp 271.993  Rp 407.991 Rp 543.987,-
orang per hari (50%) Rp 275.000,-  Rp 410.000,- Rp 545.000

106| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Produk atau Jasa


Aspek - Aspek Produk A. Produk B Produk C.
Paket Pelatihan 3 hari Paket Pelatihan Paket Pelatihan
untuk 30 orang untuk 20 peserta Untuk 15 peserta
E. Potongan Harga
Potongan harga Ada harga Diskon 5% Tidak Ada Diskon Tidak Ada Diskon
diberikan pada
pelanggan khusus
Alasan memberikan Masa promosi Tidak Ada Tidak Ada
potongan harga
Pemberian kredit Tidak Ada Tidak Ada Tidak ada
diperbolehkan pada
pelangga atau jenis
tertentu
Alasan Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
memperbolehkan
pembayaran kredit

Dana Yang Harus Dipenuhi sebagai Modal Awal


Contoh : Produk Jasa Pelatihan
Pembiayaan Pra Operasi Operasi Keterangan
Usaha Usaha Awal (Beli/ Sewa/ Hibah)
Beri Tanda V Beri tanda V B/S/H Jumlah Biaya
Pendaftaran usaha
Gaji pegawai bulan
pertama
(admin/keuangan,
marketing, tenaga
ahli, pelatih)
Komputer
Laptop
LCD
Ruang Usaha
Meja
Rak
Kursi
Pesanan sovenir/ tas
Promosi (flyer, brodur,
profile usaha, banner)
Keikutsertaan
Pameran

Asuransi pegawai
BPJS
Mobil /kendaraan
Promosi penjualan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 107


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Pembiayaan Pra Operasi Operasi Keterangan


Usaha Usaha Awal (Beli/ Sewa/ Hibah)
Beri Tanda V Beri tanda V B/S/H Jumlah Biaya
Tagihan telepon
Tagihan listrik
Tagihan internet
Stok kertas, spidol,
alat tulis
Biaya perjalanan
promosi
Pembayaran pinjaman
Pembuatan modul
Lain-lain
Total

108| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Pokok Bahasan 4
RENCANA BISNIS DAN
TINDAK LANJUT

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 109


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

110| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

SPB Rencana Pembelajaran

4.1 Rencana Bisnis (Bussiness


Plan) Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa

Tujuan
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang rencana bisnis penyedia
peningkatan kapasitas teknis , diharapkan peserta dapat:
1. Menjelaskan tujuan dan manfaat rencana bisnis dalam penyeleng-
garaan kegiatan peningkatan kapasitas teknis di desa;
2. Menyusun rencana bisnis P2KTD dibidang pengembangan sumber
daya manusia bidang layanan dasar di desa dengan menggunakan
Bussiness Model Canvas.

Waktu
10 JP (450 menit)

Metode
Pemaparan, Studi kasus, Praktik Bussiness Model Canvas, dan Pleno.

Media
 Media Tayang 4.1.1: “Analisis Potensi Pasar P2KTD”;
 Lembar Kerja 4.1.1: “Matrik Business Model Canvas”;
 Lembar Informasi 4.1.1 “Penerapan Bussiness Model Canvas dalam
Rencana Bisnis Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa”.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, dan infocus.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 111


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Tujuan dan Manfaat Rencana Bisnis dalam Penyelenggara-
an Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis P2KTD
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang ingin
dicapai dalam pembahasan tentang “tujuan dan manfaat rencana
bisnis penyedia peningkatan kapasitas teknis di desa” dengan
mengkaitkan hasil pembelajaran sebelumnya (PB 2 dan PB 3);
2. Pelatih memaparkan tujuan dan manfaat Rencana Bisnis dalam
pengembangan penyedia peningkatan kapasitas teknis berdasarkan
hasil analisis potensi dan peluang pasar khususnya dibidang
pengembangan sumber daya manusia di Desa dengan menggunakan
media tayang yang tersedia;
3. Berikan kesempatan peserta untuk bertanya, mengajukan pendapat,
mengkritisi dan saran atas pemaparan yang dilakukan;
4. Lakukan penegasan secara ringkas dan jelas terkait isu-isu penting
yang perlu diperhatikan dalam melakukan penyusunan rencana bisnis
layanan teknis bagi P2KTD;
5. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan dengan mengkaitkan
kegiatan belajar selanjutnya.

Kegiatan 2: Menyusun Rencana Bisnis Penyedia Peningkatan Kapasitas


Teknis Menggunakan Bussiness Model Canvas
6. Menjelaskan tentang tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
kegiatan pembelajaran tentang “menyusun rencana bisnis penyedia
peningkatan kapasitas teknis menggunakan Bussiness Model Canvas”.
7. Awali dengan penjelasan tentang konsep dan tahapan Bussiness
Model Canvas dengan menggunakan media tayang yang telah
disediakan;
8. Berikan kesempatan kepada peserta bertanya, menggapi dan
mengklarifikasi hal-hal yang perlu penjelasan lebih lanjut;
9. Selanjutnya mintalah masing-masing peserta sesuai asal organisasi-
nya untuk menyusun rencana bisnis penyedia peningkatan kapasitas
teknis bidang pengembangan sumber daya manusia di desa dengan
menggunakan hasil kajian yang telah dilakukan pada sesi-sesi
sebelumnya;

112| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

10. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menyusunnya sesuai


dengan hasil analisis yang telah dilakukan pada pokok bahasan
sebelumnya dengan mengambil kasus lembaga/P2KTD bersangkut-
an. Hasil rumusan rencana bisnis di tuangkan dalam Lembar Kerja
4.1.1 dan 4.1.2;
11. Mintalah beberapa wakil dari peserta untuk memaparkan hasil
kerjanya dalam pleno;
12. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya, menanggapi
dan mengkiritisi;
13. Lakukan penegasan terhadap beberapa hal yang perlu mendapatkan
perhatian khusus. Berikan catatan terhadap masing-masing paparan
sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan;
14. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 113


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 4.1.1

Matrik Bussiness Model Canvas

Mitra Utama Kegiatan Pokok Nilai Hubungan Kelompok


(Key Partners) (Key Activities) Ditawarkan Pelanggan Sasaran
(Values (Costomer (Customer
Propositions) Relationships) Segment)

Sumber Daya Saluran


Utama (Channels)
(Key Resources)

Struktur BIaya Arus Keuntungan


(Cost Structures) (Revenue Streams)

114| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 4.1.2

Matrik Strength, Opportunities, Aspiration, Result (SOAR) Analysis

Aspek Kekuatan Peluang Aspirasi Hasil


(Strength) (Opportunities) (Aspiration) (Result)
Kelompok Sasaran
(Customer
Segments)
Nilai ditawarkan
(Value
Propositions)
Saluran (Channels)
Arus Keuntungan
(Revenue Streams)
Sumberdaya
Utama (Key
Resources)
Kegiatan Pokok
(Key Activities)
Mitra Utama (Key
Partners)
Struktur Biaya
(Cost Structure)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 115


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

116| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

SPB Rencana Pembelajaran

4.2 Rencana Kerja Tindak Lanjut

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menyusun Rencana
Kerja Tindak Lanjut (RKTL) paska pelatihan untuk mendukung peningkatan
kapasitas organisasi dalam memberikan penyedia peningkatan kapasitas
teknis kepada Desa.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Rencana Kerja Tindak Lanjut.

Media
 Media Tayang 4.2.1;
 Lembar Kerja 4.2.1: Matrik Diskusi Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL);

Alat Bantu
Kertas plano, metaplan, spidol dan Lakban, LCD, Laptop, dan WhiteBoard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 117


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Proses Pembelajaran
1. Jelaskan kepada peserta tentang tujuan, proses dan hasil dari
penyusunan RKTL kepada peserta;
2. Mintalah kepada masing-masing peserta untuk menyusun rencana
tindak lanjut pasca pelatihan bagi masing-masing P2KTD untuk
mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa atau secara tim
yang telah dibentuk di lokasi atau wilayah kerja masing-masing;
3. Diskusikan hasil reaksi masing-masing peserta dan buatlah
kesepakatan terkait rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam
rangka menindaklanjuti hasil pelatihan dengan menggunakan
Lembar Kerja 4.2.1;
4. Hasilnya rumusan RKTL kemudian ditempelkan di dinding untuk
dibahas dalam pleno;
5. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapinya dan
kumpulkanlah gagasan pokok tentang tindak lanjut yang mungkin
dapat dilakukan baik secara individu maupun kelompok atau tim;
6. Tutup acara ini dengan permainan ringan untuk menyegarkan
suasana, untuk menimbulkan kesan yang positif pada akhir sesi
pelatihan;
7. Serahkan kembali kendali acara kepada panitia penyelenggara
untuk menutup secara resmi dan diakhiri dengan do’a.

118| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Kerja 4.2.1

Matrik Diskusi: Rencana Kerja Tindak Lanjut

No. Aspek penting yang Perlu Langkah- Pemangku


Potensi Waktu
ditindaklanjuti Langkah Kepentingan

1. Menyempurnaan Bussiness Plan di


tingkat lembaga

2. Sosialisasi keberadaan P2KTD


(lembaga) ke Kecamatan dan Desa

3. Keterlibatan dalam Forum P2KTD di


tingkat Kabupaten

4. Dll.

5.

6.

7.

8.

Catatan:
(1) Tabel ini sebagai acuan umum saja, peserta diskusi dapat memodifikasi sesuai
kebutuhan dengan menambah penjelasan atau aspek kajian lain tentang rencana
tindak lanjut bagi P2KTD dalam mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa;
(2) Jelaskan proses atau langkah-langkah yang perlu dilakukan di setiap aspek yang
perlu ditindaklanjuti, seperti rapat internal, penyiapan dokumen pendukung
kelembagaan, konsultasi dengan pemerintah daerah, analisis dokumen
perencanaan Desa, kerjasama Pendamping Desa, berpartisipasi dalam bursa
inovasi dan lain-lain;
(3) Identifikasikan pemangku kepentingan yang terlibat baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam mendorong kegiatan tersebut baik internal maupun
eksternal;
(4) Identifikasikan potensi atau sumber daya pendukung disetiap aspek yang perlu
ditindaklanjuti;
(5) Tetapkan perkiraan waktu masing-masing tahapan yang telah direncanakan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 119


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

120| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 121


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

122| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Pokok Bahasan 1
KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 123


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

124| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


Lembar Informasi
SPB
Pokok-Pokok Kebijakan
1.1.1
Program Inovasi Desa

A. Latar Belakang
Undang-Undang No 6/2014 tentang Desa (selanjutnya disebut UU Desa), memberikan
kewenangan, antara lain: kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal
skala Desa, disamping meningkatkan kapasitas finansial Desa melalui, khususnya: Dana
Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD), agar Desa-Desa meningkat kemampuannya
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat secara efektif guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa.
Namun demikian, disadari bahwa kapasitas Desa dalam menyelenggarakan
pembangunan dalam perspektif “Desa Membangun”, masih terbatas. Keterbatasan itu
dapat dideteksi pada aras pelaku (kapasitas aparat Pemerintah Desa dan Masyarakat),
kualitas tata kelola Desa, maupun support system yang mewujud melalui regulasi dan
kebijakan Pemerintah yang terkait dengan Desa. Hal itu, pada akhirnya mengakibatkan
kualitas perencanaan, pelaksanaan, pengedalian dan pemanfaatan kegiatan
pembangunan kurang optimal, sehingga kurang memberikan dampak terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa.
Merespon kondisi itu, Pemerintah sesuai amanat UU Desa, menyediakan tenaga
pendamping profesional, yaitu: Pendamping Lokal Desa (PLD), Pendamping Desa (PD),
sampai Tenaga Ahli (TA) di tingkat Pusat, untuk memfasilitasi Pemerintah Desa
melaksanakan UU Desa secara konsisten. Pendampingan dan pengelolaan tenaga
pendamping profesional dengan demikian menjadi isu krusial dalam pelaksanaan UU
Desa. Penguatan kapasitas Pendamping Profesional dan efektivitas pengelolaan tenaga
pendamping menjadi agenda strategis Pendampingan Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD).
Aspek lain yang juga harus diperhatikan secara serius dalam pengelolaan
pembangunan Desa adalah ketersediaan data yang memadai, menyakinkan, dan up to
date, mengenai kondisi objektif maupun perkembangan Desa-Desa yang menunjukkan
pencapaian pembangunan Desa. Ketersediaan data sangat penting bagi semua pihak
yang berkepentingan, khususnya bagi Pemerintah dalam merumuskan kebijakan
pembangunan. Pegelolaan data dimaksud dalam skala nasional, dengan kondisi wilayah,

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |125


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

khususnya Desa-Desa di Indonesia yang sangat beragam, tentu memiliki tantangan dan
tingkat kesulitan yang besar.
Koreksi atas kelemahan/kekurangan dan upaya perbaikan terkait isu-isudi atas
terus dilakukan Kemendesa PDTT secara pro aktif, salah satunya dengan meluncurkan
Program Inovasi Desa (PID). PID dirancang untuk mendorong dan memfasilitasi
penguatan kapasitas Desa yang diorientasikan untuk memenuhi pencapaian target
RPJM Kemendesa PDTT-Program prioritas Menteri Desa PDTT, melalui peningkatkan
produktivitas perdesaan dengan bertumpu pada tiga bidang kegiatan utama:
1. Pengembangan kewirausahaan, baik pada ranah pengembangan usaha
masyarakat, maupun usaha yang diprakarsai Desa melalui Badan Usaha Milik Desa
(BUM Desa), Badan Usaha Milik antar Desa, Produk unggulan desa guna
mendinamisasi perekonomian Desa.
2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kaitan antara produktivitas
perdesaan dengan kualitas SDM ini, diharapkan terjadi dalam jangka pendek
maupun dampak signifikan dalam jangka panjang melalui investasi di bidang
pendidikan dan kesehatan dasar. Produktivitas perdesaan, dengan demikian, tidak
hanya ditilik dari aspek/strategi peningkatan pendapatan saja, tetapi juga
pengurangan beban biaya, dan hilangnya potensi di masa yang akan datang.
Disamping itu, penekanan isu pelayanan sosial dasar (PSD) dalam konteks kualitas
SDM ini, juga untuk merangsang sensitivitas Desa terhadap permasalahan krusial
terkait pendidikan dan kesehatan dasar dalam penyelenggaraan pembangunan
Desa, dan
3. Pemenuhan dan peningkatan infrastruktur perdesaan, khususnya yang secara
langsung berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian Desa, dan yang
memiliki dampak menguat-rekatkan kohesi sosial masyarakat perdesaan.
Selain itu, PID juga menjadi sarana memfasilitasi penguatan manajemen
Pendampingan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) dan
pengembangan sistem informasi pembangunan Desa.
Hal mendasar dalam rancang bangun PID adalah inovasi/kebaruan dalam praktik
pembangunan dan pertukaran pengetahuan. Inovasi ini dipetik dari realitas/hasil kerja
Desa-Desa dalam melaksanakan kegiatan pembangunan yang didayagunakan sebagai
pengetahuan untuk ditularkan secara meluas. PID juga memberikan perhatian terhadap
dukungan teknis dari penyedia jasa teknis secara professional. Dua unsur itu diyakini
akan memberikan kontribusi signifikan terhadap investasi Desa, yaitu pemenuhan
kebutuhan masyarakat melalui pembangunan yang didanai dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APB Desa), khususnya DD. Dengan demikian, PID diharapkan dapat
menjawab kebutuhan Desa-Desa terhadap layanan teknis yang berkualitas, merangsang
munculnya inovasi dalam praktik pembangunan, dan solusi inovatif untuk menggunakan
Dana Desa secara tepat dan seefektif mungkin.
PID adalah tindak lanjut dari dukungan Bank Dunia terhadap pelaksanaan Undang-
Undang Desa dan komitmen untuk mendukung program Kemendesa PDTT dalam
membangun Desa kreatif dan berinovasi untuk mendorong pengembangan ekonomi

126| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

lokal, replikasi tehnologi percepatan pembangunan Desa guna mewujudkan


kesejahteraan masyarakat. PID diselenggarakan oleh Kemendesa PDTT dengan
dukungan pendanaan dari Bank Dunia melalui restrukturisasi program yang sebelumnya
difokuskan pada Pendampingan Desa dalam pelaksanaan Undang-Undang Desa.

B. Tujuan
Kegiatan PID bertujuan untuk mendorong peningkatan kualitas pemanfaatan dana desa
dengan memberikan banyak referensi dan inovasi pembangunan desa dalam rangka
mendorong produktivitas dan pertumbuhan ekonomi perdesaan, serta membangun
kapasitas desa yang berkelanjutan.

C. Sasaran
1. Menguatkan kepemimpinan dan pengelolaan PID berfokus pada hasil
2. Mengefektifkan pengelolaan program P3MD, PID dan Pengelolaan Data.
3. Meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan dalam mengelola pembangunan
dan kegiatan produktif yang didanai melalui Dana Desa.
4. Meningkatkan produktivitas ekonomi desa dan kawasan perdesaan

D. Prinsip-Prinsip Pengelolaan
Pengelolaan PID didasarkan pada prinsip-prinsip:
1. Taat hukum;
2. Transparansi;
3. Akuntabilitas;
4. Partisipatif;
5. Kesetaraan Jender.

E. Ruang Lingkup
Secara skematis ruang lingkup Program Inovasi Desa digambarkan sebagai berikut:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 127


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

1. Kegiatan Inovasi dan Pengelolaan Pengetahuan Desa.

Merupakan kegiatan pengelolaan pengetahuan untuk mendorong munculnya inovasi


dalam pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan Desa khususnya terkait dengan
peningkatan kapasitas kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal, peningkatan
kualitas infrastruktur dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia. Pengelolaan
pengetahuan dilakukan secara sistematis, terencana dan partisipatif meliputi proses,
identifikasi, validasi, dokumentasi, pertukaran pengetahuan atau eksposisi dan replikasi.
Kegiatan ini didukung dengan Dana Operasional Kegiatan (DOK) bantuan Pemerintah
pengelolaan pengetahuan inovasi desa.

2. Pengembangan Kapasitas Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa

Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) adalah organisasi atau lembaga
yang memiliki keahlian tertentu dan diakui secara profesional serta berkomitmen
membantu desa dalam meningkatkan kualitas pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat Desa di bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal,
Pengembangan Sumber Daya Manusia, dan Infrastruktur. Jenis layanan teknis yang
disediakan P2KTD meliputi tiga bidang kegiatan utama yang tidak dapat diberikan oleh
pendamping profesional dalam mendukung kemandirian desa, antara lain: (1)
Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal, (2) Pengembangan Sumber Daya
Manusia (pelayanan sosial dasar, dan kewirausahaan sosial) dan (3) infrastruktur desa.
P2KTD memberikan pelayanan dalam bentuk dukungan teknis berupa pelatihan,
konsultasi, bimbingan teknis, mentoring, dan studi sesuai dengan kebutuhan Desa,
P2KTD dapat memfasilitasi Desa dalam mengidentifikasi, mengorganisir dan
memanfaatkan jaringan kerja yang mendukung meningkatkan produktivitas dan hasil
guna kegiatan di Desa. Program akan mendukung Pemerintah RI dalam identifikasi

128| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

kebutuhan dan inventarisasi ketersedian P2KTD, pendaftaran, verifikasi dan sertifikasi


P2KTD.

3. Pengembangan Sistem Informasi Pembangunan Desa

Sistem Informasi Pembangunan desa merupakan solusi bagi percepatan pengelolaan,


evaluasi dan Analisa data desa, untuk tujuan percepatan pembangunan desa dan
produktivitas desa berbasis pada pengelolaan data pembangunan desa. Pengelolaan
dan pengembangan sistem informasi pembangunan desa tidak terlepas dengan data
dasar yang selama ini dihasilkan di kementerian desa dan aplikasi pengolah data yang
sudah berjalan di desa. Pengelolaan dan pengendalian data bertujuan untuk
menyediakan model dan platform untuk mendukung pengolahan data program Inovasi
Desa.
Sistem informasi pengelolaan data ditujukan untuk penyediaan data dan informasi
tentang desa dan pengolahan data untuk tujuan penyajian data peningkatan kapasitas
desa, dengan mengolah data-data berdasarkan variabel KPI data (target output data)
desa yang akan diolah untuk melihat status dan peningkatan level desa serta melihat
secara utuh dampak intervensi program terhadap desa (program inovasi desa, program
pendampingan dan dana desa) terhadap perubahan dan dinamika partumbuhan desa
dalam skala indeks ukur status desa serta perubahan kondisi desa atas pertumbuhan
peluang kerja di desa, pengurangan angka kemiskinan dan peningkatan pendapatan di
tingkat desa.

F. Bidang Kegiatan
Bidang kegiatan Program Inovasi Desa, meliputi:
1. Pengembangan kewirausahaan, baik pada ranah pengembangan usaha masyarakat,
maupun usaha yang diprakarsai Desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa),
Badan Usaha Milik antar Desa, Produk unggulan desa guna mendinamisasi
perekonomian Desa;
2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kaitan antara produktivitas
perdesaan dengan kualitas SDM ini, diharapkan terjadi dalam jangka pendek maupun
dampak signifikan dalam jangka panjang melalui investasi di bidang pendidikan dan
kesehatan dasar. Produktivitas perdesaan, dengan demikian, tidak hanya ditilik dari
aspek/strategi peningkatan pendapatan saja, tetapi juga pengurangan beban biaya,
dan hilangnya potensi di masa yang akan datang. Disamping itu, penekanan isu
pelayanan sosial dasar (PSD) dalam konteks kualitas SDM ini, juga untuk merangsang
sensitivitas Desa terhadap permasalahan krusial terkait pendidikan dan kesehatan
dasar dalam penyelenggaraan pembangunan Desa; dan
3. Pemenuhan dan peningkatan infrastruktur perdesaan, khususnya yang secara
langsung berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian Desa, dan yang
memiliki dampak menguat-rekatkan kohesi sosial masyarakat perdesaan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 129


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

G. Daftar Larangan
Hal-hal yang dilarang untuk dilakukan dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa antara
lain:
1. membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang berkaitan dengan politik praktis.
2. Membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang mempekerjakan anak.
3. Membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang berdampak merusak lingkungan
hidup.

130| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Informasi
SPB
Penyedia Peningkatan
1.1.2
Kapasitas Teknis Desa
dalam Program Inovasi
Desa

A. Dasar Pemikiran
Program Inovasi Desa merupakan salah satu upaya Kemendesa PPDT dalam
mempercepat penanggulangan kemiskinan di Desa melalui pemanfaatan dana desa
secara lebih berkualitas dengan strategi pengembangan kapasitas desa secara berke-
lanjutan khususnya dalam bidang pengembangan sumber daya manusia,
pengembangan sumber daya manusia: Pelayanan Sosial Dasar , serta Infrastruktur Desa.
Dana Desa menumbuhkan kebutuhan penyedia peningkatan kapasitas teknis
yang beragam yang tidak dapat dipenuhi oleh OPD terkait dan pemangku kepentingan
professional. Sementara itu, Desa memiliki keterbatasan dalam mengakses Penyedia
Peningkatan Kapasitas Teknis Desa professional yang berasal dari lembaga swadaya
masyarakat, Universitas, Asosiasi profesi dan perusahaan. Kondisi tersebut mendorong
kebutuhan pasar akan penyedia peningkatan kapasitas teknis dalam mendukung
pembangunan desa. Di sisi lain, lembaga Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa
yang profesional belum memanfaatkan peluang layanan ini karena keterbatasan
informasi serta kurangnya dukungan dari pemangku kepentingan terkait.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mendekatkan kebutuhan desa dengan
pihak Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa dan menjamin tersedianya layanan
peningkatan kapasitas yang berkualitas diperlukan sistem layanan yang dapat diakses
dengan mudah oleh desa. Oleh karena itu, penyedia peningkatan kapasitas teknis yang
sudah ada perlu diorganisir dan diperkuat kapasitasnya agar dapat memberikan
pelayanan secara lebih berkualitas dan berkelanjutan sesuai kebutuhan Desa. Desa
diharapkan memiliki pilihan untuk mendapatkan penyedia peningkatan kapasitas teknis
yang berkualitas dalam mendukung pelaksanaan pembangunan Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 131


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5495). (4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2014 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2010 tentang Komite Inovasi
Nasional(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 97);
4. Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia Dan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor: 03 Tahun 2012, Nomor: 36
Tahun 2012 Tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah(Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 484);
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2012 Tentang Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 338).
6. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan
Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 161);
7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pemangku kepentinganan Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 160);
8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 Tentang Penetapan Prioritas
Penggunaan Dana Desa Tahun 2018 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 1359).

C. Maksud dan Tujuan


Penyedia Jasa Pelayanan Teknis (P2KTD) dimaksudkan untuk membantu desa
mewujudkan kegiatan inovasi desa yang membutuhkan keahlian teknis tertentu dalam
meningkatkan kualitas pembangunan Desa, di bidang pengembangan ekonomi lokal
dan kewirausahaan, pengembangan sumber daya manusia, serta infrastruktur Desa.

132| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Secara khusus tujuan P2KTD, yaitu:


1. Mewujudkan kegiatan pembangunan desa yang inovatif dan lebih berkualitas.
2. Membantu pemerintah daerah dalam menyediakan layanan teknis yang
dibutuhkan desa.
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan kader pemberdayaan masyarakat desa.

D. Pengertian
Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) dalam Program Inovasi Desa
adalah lembaga profesional yang menyediakan jasa keahlian teknis tertentu di bidang
Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, Pengembangan Sumber Daya
Manusia, dan Infrastruktur Desa. P2KTD bersifat mendukung pendampingan teknis yang
dilakukan oleh OPD kabupaten/kota dan tenaga Pendamping Profesional.

E. Kedudukan dan Lokasi


P2KTD berkedudukan di Kabupaten/kota, diorganisir oleh Tim Inovasi Kabupaten/kota
untuk memberikan pelayanan teknis pembangunan desa dalam bidang pengembangan
ekonomi lokal dan kewirausahaan, pengembangan sumber daya manusia, dan
infrastruktur desa serta terdaftar dalam direktori P2KTD kabupaten/kota. Keberadaaan
P2KTD diharapkan dapat mempercepat pencapaian target RPJMN 2015-2019 dan
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus. Lokasi P2KTD di 33 provinsi dan 434
kabupaten/kota, dan ditetapkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi.

F. Target Capaian
Dalam rangka mendukung Program Inovasi Desa (PID) perlu disediakan 2.604 P2KTD
meliputi bidang Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, pengembangan
sumber daya manusia, dan infrastruktur desa yang diharapkan dapat mendampingi
14,000 desa.

G. Prinsip-Prinsip
Dalam menjalankan perannya, P2KTD bekerja atas dasar prinsip-prinsip, sebagai berikut:
1. Profesional, memberikan pelayanan teknis berkualitas teknis sesuai standar
safeguard dan peraturan yang berlaku.
2. Tanggungjawab Sosial, pelayanan didasarkan atas komitmen menumbuhkan
kewirausahaan sosial (sosial entrepreneurship);
3. Inklusi Sosial (Social Inclusion), menghormati kesetaraan, berpihakan pada
perempuan, berkebutuhan khusus, dan mendorong kohesi sosial;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 133


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

4. Ramah Lingkungan, mendorong penerapan teknologi yang tepat guna dan ramah
lingkungan;
5. Tata kelola, layanan teknis yang diberikan harus bersifat transparan, partisipatif,
dan akuntabel.

H. Pemangku Kepentingan
1. Satker Dekonsentrasi P3MD/PID Provinsi
Satker Dekonsentrasi P3MD/PID dalam Program Inovasi Desa memiliki tugas dan
tanggungjawab sebagai berikut:
(a) Mensosialisasikan P2KTD.
(b) Menyelenggarakan orientasi P2KTD.
(c) Menyelenggarakan orientasi Pokja P2KTD.
(d) Mengkoordinasikan kegiatan pembinaan dan pengendalian P2KTD.
(e) Melaporkan kegiatan orientasi dan layanan teknis P2KTD.
(f) Melaporkan seluruh kegiatan yang terkait dengan penggunaan dana
dekonsentrasi P2KTD.

2. Pemerintah Kabupaten/Kota
Pemerintah kabupaten/kota melalui OPD terkait memiliki tugas dan tanggungjawab
sebagai berikut:
(a) Memfasilitasi pembentukan Pokja P2KTD;
(b) Melakukan sosialisasi P2KTD;
(c) Memberikan dukungan regulasi untuk keberlanjutan P2KTD;
(d) Menyelenggarakan rapat koordinasi P2KTD;
(e) Melakukan pembinaan dan pengendalian kepada P2KTD dalam memberikan
layanan teknis kepada desa;
(f) Melaporkan kegiatan P2KTD ke provinsi.

3. Pokja P2KTD
Pokja P2KTD merupakan struktur dibawah Tim Inovasi Kabupaten yang dibentuk oleh
pemerintah kabupaten/kota untuk mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa.
Pokja P2KTD terdiri dari OPD terkait dan mempunyai tugas sebagai berikut:
(a) Melaksanakan identifikasi dan verifikasi P2KTD untuk kebutuhan direktori yang
meliputi: kriteria, pengumuman dan pendaftaran calon P2KTD. Kriteria P2KTD

134| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

meliputi aspek legalitas, kapasitas teknis dan ketersediaan tenaga, serta


pengalaman.
(b) Mempersiapkan penyusunan direktori P2KTD per bidang kegiatan secara off-line
dan on-line.
 Melakukan verifikasi dan rekomendasi atas usulan TPID terhadap
kebutuhan desa akan penyedia peningkatan kapasitas teknis .
 Memberikan rekomendasi kepada Satker Provinsi untuk peserta pelatihan.
 Melakukan updating direktori P2KTD.
 Melakukan koordinasi dan pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan
P2KTD.

4. Tenaga Ahli PID Provinsi

Tenaga ahli PID Provinsi untuk peningkatan kapasitas program Inovasi Desa memiliki
tugas dan tanggungjawab sebagai berikut:
(a) Mengkoordinasikan identifikasi,verifikasi, dan publikasi direktori P2KTD.
(b) Membantu tugas-tugas Satker Dekonsentrasi Provinsi terutama dalam kegiatan
sosialisasi, publikasi P2KTD dan pelatihan.
(c) Melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap TAPM dalam seluruh proses
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan P2KTD.
(d) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap progress dan hasil pelaksanaan
kegiatan P2KTD .
(e) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan P2KTD

5. Tenaga Ahli Pemberdayaa Masyarakat (TAPM)


TAPM yang memfasilitasi P2KTD terdiri dari TA Infrastruktur, TA Pelayanan Sosial Dasar
dan TA Pengembangan Ekonomi Desa. TAPM tersebut memiliki tugas dan
tanggungjawab sebagai berikut:
(a) Melakukan koordinasi dengan Pemda Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan PID
temasuk pembentukan Pokja P2KTD Tim Inovasi Kabupaten, dan orientasi kepada
Pokja P2KTD;
(b) Membantu Tim Inovasi Kabupaten (TIK) khususnya Pokja P2KTD dalam kegiatan
sosialisasi, seleksi P2KTD, orientasi dan rapat koordinasi P2KTD;
(c) Mengidentifikasi kebutuhan dan ketersediaan P2KTD sesuai bidang layanan teknis.
(d) Memfasilitasi penyusunan Direktori P2KTD;
(e) Memastikan layanan jasa P2KTD sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Desa;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 135


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

(f) Melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap PD dan PLD terkait dengan
P2KTD;
(g) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap progress dan hasil pengembangan
kapasitas P2KTD termasuk penyediaan data dan informasi terkait P2KTD;
(h) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan P2KTD.

6. Pendamping Desa (PD) dan Pendamping Lokal Desa (PLD)

Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desa memiliki tugas dan tanggungjawab
sebagai berikut:
(a) Memfasilitasi kegiatan sosialisasi P2KTD di Kecamatan dan Desa;
(b) Memfasilitasi TPID dalam proses identifikasi, perumusan dan prioritas, serta
penetapan P2KTD sesuai kebutuhan Desa;
(c) Memfasilitasi forum Musyawarah Desa untuk pertanggungjawaban hasil kerja
P2KTD;
(d) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan P2KTD.

I. Ruang Lingkup
Jenis layanan teknis yang disediakan P2KTD meliputi tiga bidang kegiatan utama dalam
mendukung kegiatan inovasi desa yang tidak dapat diberikan oleh pendamping
profesional dalam mendukung kemandirian desa. Bidang kegiatan dimaksud terdiri dari:
(1) Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, (2) Pengembangan Sumber Daya
Manusia, serta (3) Infrastruktur Desa. P2KTD memberikan pelayanan dalam bentuk
dukungan teknis berupa pelatihan, konsultasi, bimbingan teknis, mentoring, dan studi
sesuai dengan kebutuhan inovasi Desa. Layanan P2KTD dapat diberikan dalam tahapan
perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, dan evaluasi.

1. Layanan Jasa Teknis Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan


Penyedia peningkatan kapasitas teknis kewirausahaan dan pengembangan ekonomi
lokal disesuaikan dengan kebutuhan dan karekteristik desa dalam pendukung
pengembangan Produk Unggulan Desa (Prudes) dan Produk Unggulan Kawasan
Perdesaan (prukades) serta BUM Desa atau BUM Desa Bersama. Bentuk layanan teknis
pengembangan ekonomi lokal dan kewirausahaan dapat berupa analisis dan identifikasi
sumberdaya lokal, analisis keberlanjutan usaha, pengembangan SDM dan kelembagaan,
pengembangan produksi, dan mata rantai usaha (market chain) yang dikelola secara
mandiri, serta pengelolaan keuangan mikro.

136| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

2. Layanan Jasa Teknis Pelayanan Pengembangan Sumber Daya Manusia


Penyedia peningkatan kapasitas teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia yang
diberikan P2KTD disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan SDM khususnya
layanan sosial dasar (antara lain: PAUD, Posyandu, dan kegiatan lain yang menjadi
kewenangan lokal berskala desa) dan kewirausahaan sosial.
Wirausahawan Sosial adalah individu yang memberikan solusi inovatif untuk
menyelesaikan permasalahan sosial di masyarakat Desa dengan menawarkan ide-ide
kreatif berorientasi bisnis. Misalnya: pengelolaan sampah, pengelolaan air bersih,
pemanfaatan biogas, dan produk daur ulang, dan Desa Wisata.
Bentuk kegiatan layanan teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia dapat
berupa pelatihan dan bimbingan untuk mendorong kemandirianDesa dalam
memberikan pelayanan sosial dasar yang berkualitas (seperti: Posyandu Mandiri,
Pengelolaan PAUD), serta menumbuhkan kewirausahaan sosial di Desa.

3. Layanan Jasa Teknis Infrastruktur Desa


Penyedia peningkatan kapasitas teknis yang diberikan P2KTD mencakup semua jenis
sarana prasarana skala desa dan antardesa yang memiliki dampak ekonomi. Prioritas
layanan jasa teknis infrastruktur Desa diarahkan untuk mendukung pelaksanaan
Program Inovasi Desa yang meliputi:
a. Penyedia peningkatan kapasitas teknis pengembangan dan pemeliharaaan sarana
prasarana Embung Desa untuk kebutuhan air rumah tangga, irigasi, dan kebutuhan
air lainnya yang mendukung ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi;
b. Penyedia peningkatan kapasitas teknis pengembangan dan pemeliharaan Sarana
Olah Raga di Desa yang mendukung peningkatan ekonomi dan ikatan sosial;
c. Penyedia peningkatan kapasitas teknis pengembangan, dan pemeliharaan sarana
prasarana lainnya yang memiliki dampak ekonomi besar, seperti: jalan, jembatan,
pasar desa, pengelolaan air bersih.

J. Mekanisme Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan P2KTD di dalam Program Inovasi Desa meliputi: (1) sosialisasi di
Provinsi dan Kabupaten, (2) Pembentukan Pokja P2KTD, (3) Pelatihan Pokja P2KTD-TIK
(4) Penyusunan direktori P2KTD, (5) Pemanfaatan P2KTD.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 137


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Alur Mekanisme Kegiatan P2KTD

1. Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi dilakukan untuk memperkenalkan arti penting keberadaan P2KTD
kepada OPD Provinsi dan Kabupaten, calon-calon potensial P2KTD maupun kepada
Desa sebagai calon pengguna penyedia peningkatan kapasitas teknis . Secara khusus,
kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk: (a) mensosialisasikan program PID, (b)
menginfomasikan adanya kebutuhan pasar penyedia peningkatan kapasitas teknis
kepada lembaga penyedia jasa professional (LSM, Perusahaan, lembaga penelitian,
Universitas dan perusahaan, (c) menginfomasikan kepada desa mengenai keberadaaan
penyedia peningkatan kapasitas teknis untuk meningkatkan kualitas perencananaan
dan pelaksanaan pembangunan desa.

a. Sosialisasi di provinsi
Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan di provinsi dan akan difasilitasi oleh Satker Propinsi
dengan dibantu oleh tenaga ahli provinsi. Peserta sosialisasi terdiri dari OPD terkait dan
calon P2KTD dari provinsi dan kabupaten.
b. Sosialisasi di Kabupaten/kota
Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan di kabupaten/kota dan akan difasilitasi oleh Tim
Inovasi Kabupaten (TIK) dengan dibantu oleh tenaga ahli kabupaten. Peserta sosialisasi

138| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

terdiri dari OPD terkait, Camat, TPID, kepala desa dan BPD, perguruan tinggi, LSM,
organisasi profesi, organisasi sosial dan pihak swasta.
2. Pembentukan Pokja P2KTD - TIK
Pokja P2KTD dapat terdiri dari perwakilan OPD (Dinas PMD/Bappeda), OPD Teknis,
Asosiasi Profesi terkait. Susunan Pokja P2KTD Tim Inovasi Kabupaten terdiri dari :
a. Ketua Pokja: OPD yang membidangi bidang pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat desa
b. Koordinator bidang peningkatan ekonomi lokal dan kewirausahaan: OPD yang
membidangi bidang pengembangan ekonomi dan kewirausahaan, dan dibantu
oleh maksimal 2 orang anggota dari unsur perwakilan asosiasi dunia
usaha/perbankan.
c. Koordinator bidang PSDM: OPD yang membidangi bidang pendidikan atau
kesehatan, dan dibantu maksimal 3 orang anggota dari unsur OPD
Pendidikan/Kesehatan, asosiasi PAUD, Tim penggerak Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) Kabupaten/Kota
d. Koordinator bidang Infrastruktur Desa: OPD yeng membidangi bidang dinas
pekerjaan umum, dan dibantu maksimal 3 orang anggota dari unsur asosiasi jasa
konstruksi, asosiasi profesi pemberdayaan masyarakat dan perwakilan dewan
inovasi sejauh tersedia di tingkat kabupaten.

3. Pelatihan Pokja P2KTD – TIK


Pelatihan bertujuan untuk memberikan pembekalan kepada Pokja P2KTD-TIK dalam
melaksanakan tugasnya. Pelatihan dilaksanakan di provinsi selama 3 hari efektif. Peserta
pelatihan terdiri dari 3 orang anggota P2KTD yang mewakili bidang Kewirausahaan dan
Pengembangan ekonomi Lokal, Pengembangan SDM dan Infrastruktur serta 2 – 3 orang
TA yang bertugas memfasilitasi pelaksanaan kegiatan P2KTD.

4. Penyusunan Direktori P2KTD


Inventarisasi dan verifikasi penyusunan direktori P2KTD
Pokja P2KTD dengan dibantu Tenaga Ahli Kabupaten P3MD/PID akan melakukan
inventarisasi ketersediaan P2KTD untuk mendukung pembangunan dan pemberdayaan
Desa dalam bidang: pengembangan ekonomi lokal dan kewirausahaan/pengembangan
sumber daya manusia/infrastruktur. Hasil inventarisasi digunakan untuk menentukan
P2KTD potensial yang akan diundang untuk mengikuti verifikasi P2KTD.
Pelaksanaan verifikasi bertujuan untuk memilih P2KTD yang akan ditetapkan dalam
direktori P2KTD. Pelaksanaan verifikasi dilakukan terhadap aspek lembaga dan aspek
keahlian teknis dengan cara pemeriksaan profil lembaga P2KTD maupun kunjungan
lapangan. Pelaksanaan Verifikasi untuk 3 jenis bidang P2KTD dilaksanakan oleh
masing-masing bidang Pokja P2KTD sesuai tugas dan tanggungjawabnya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 139


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Hasil verifikasi P2KTD yang memenuhi kriteria disusun dalam bentuk direktori sesuai
dengan 3 bidang kegiatan oleh masing-masing bidang Pokja P2KTD. Selanjutnya daftar
tersebut disahkan oleh BPMD Kabupaten.

Penyusunan dan Publikasi Direktori P2KTD


Direktori P2KTD adalah koleksi rujukan yang memuat nama-nama atau organisasi
penyedia layanan teknis yang disusun secara sistematis yang dilengkapi dengan alamat,
kompetensi atau keahlian, pengalaman organisasi, kegiatan dan data lainnya yang
bermanfaat sebagai infomasi bagi desa. Direktori P2KTD meliputi bidang layanan P2KTD
yaitu : Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, Peningkatan Sumber Daya
Manusia dan Infrastruktur Desa. Penyusunan direktori dilakukan oleh Pokja P2KTD
bersama TA Kabupaten untuk dicetak dan dipublikasikan oleh Satker Dekonsentrasi
Provinsi. .

5. Pemanfaatan P2KTD
Identifikasi Kebutuhan P2KTD ke Desa-Desa (TPID)
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi kegiatan Desa yang membutuhkan
Penyedia peningkatan kapasitas teknis . Identifikasi dilakukan oleh TPID yang menangani
kegiatan P2KTD dengan mengecek APB Desa 2017 khususnya untuk bidang kegiatan
ekonomi lokal dan kewirausahaan, Pengembangan Sumber Daya Manusia, dan
Infrastruktur. Kegiatan yang membutuhkan P2KTD adalah kegiatan yang tidak bisa
dilaksanakan oleh Kader Pembangunan Desa maupun oleh tenaga Pendamping
profesional karena membutuhkan keahlian khusus. Kegiatan penyedia peningkatan
kapasitas teknis yang dapat diberikan oleh P2KTD meliputi pelatihan, konsultasi,
bimbingan teknis, mentoring, studi kelayakan dan pengembangan jejaring sesuai
dengan kebutuhan inovasi Desa.

Verifikasi Kebutuhan P2KTD dalam APB Desa


Verifikasi kebutuhan P2KTD dimaksudkan untuk menilai kelayakan terhadap usulan
kegiatan yang diajukan oleh TPID terhadap desa-desa membutuhkan layanan P2KTD.
Verifikasi dilakukan oleh TIK-Pokja P2KTD berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan
layanan P2KTD. Hasil verifikasi yang dilakukan oleh TIK-Pokja P2KTD disampaikan
kepada TPID berupa daftar usulan kegiatan yang layak untuk mendapat dukungan
layanan teknis serta P2KTD yang direkomendasikan sesuai dengan kebutuhan Desa. Jika
P2KTD yang dibutuhkan tidak tersedia dalam direktori, maka TIK dapat
merekomendasikan P2KTD dari luar wilayah kerjanya.

Perumusan dan Prioritas Kegiatan P2KTD


Hasil verifikasi kebutuhan P2KTD yang telah diterima TPID selanjutnya dirumuskan
berdasarkan jenis kegiatan dan keahlian yang dapat diberikan oleh P2KTD. Prioritas

140| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

kegiatan yang akan mendapat layanan P2KTD ditetapkan dalam rapat TPID dengan
kriteria sebagai berikut: (a) Desa berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan replikasi;
(b) kegiatan inovasi yang selaras dengan kebijakan pemerintah; (c) kegiatan yang
memiliki dampak langsung terhadap masyarakat; (d) kegiatan yang pelaksanaannya
melibatkan masyarakat; (e) mendukung prioritas layanan sosial dasar khususnya PAUD
dan Posyandu.

Pelaksanaan Kegiatan P2KTD


Berdasarkan kontrak kerjasama dengan TPID, P2KTD akan mulai melakukan kegiatan
persiapan, pelaksanaan bimbingan, capaian hasil kegiatan dalam memberikan layanan
teknis kepada desa. Dalam menjalankan tugasnya P2KTD wajib mendorong pelibatan
masyarakat dan mempersiapkan kader desa untuk keberlanjutan kegiatan
pembangunan.

Orientasi P2KTD
Orientasi P2KTD bertujuan untuk mempersiapkan P2KTD dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan ketentuan program inovasi desa. Penyelenggaraan orientasi dilaksanakan
di provinsi. Peserta orientasi P2KTD terdiri dari maksimal 6 orang per kabupaten yang
mewakili 6 P2KTD. Pemilihan peserta orientasi dilakukan oleh TIK- Pokja P2KTD
berdasarkan usulan TPID dengan mempertimbangkan penyedia peningkatan kapasitas
teknis yang paling banyak dibutuhkan oleh desa dalam skala kabupaten.

Pertanggungjawaban kegiatan P2KTD


P2KTD wajib menyusun laporan hasil kegiatan dan disampaikan kepada TPID dengan
tembusan pada desa-desa penerima layanan. Laporan pertanggungjawaban terdiri dari
laporan kemajuan kegiatan dan hasil penyedia peningkatan kapasitas teknis P2KTD.
Selain itu TPID selaku pengelola dana operasional P2KTD pada DOK PPID wajib
menyusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan dan penggunaan dana dalam forum
musyawarah antar desa (MAD) dengan tembusan kepada TIK.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 141


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

142| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

SPB Lembar Informasi

1.2.1 Tatakelola Desa

A. Pendahuluan
Dalam Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Definisi Desa dijelasakan
bahwa Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Desa berkedudukan di wilayah Kabupaten/Kota.
Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentangg Desa, membuka harapan
bahwa desa didudukkan kembali posisinya sebagai kesatuan masyarakat hukum adat
sesuai hak asal usul desa, sehingga otonomi desa diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Repubik Indonesia.
Dengan konstruksi menggabungkan fungsi self-governing community dengan
local self government, diharapkan kesatuan masyarakat hukum adat yang selama ini
merupakan bagian dari wilayah Desa, ditata sedemikian rupa menjadi Desa dan Desa
Adat. Desa dan Desa Adat pada dasarnya melakukan tugas yang hampir sama.
Sedangkan perbedaannya hanyalah dalam pelaksanaan hak asalusul, terutama
menyangkut pelestarian sosial Desa Adat, pengaturan dan pengurusan wilayah adat,
sidang perdamaian adat, pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban bagi masyarakat
hokum adat, serta pengaturan pelaksanaan pemerintahan berdasarkan susunan asli.
Dengan demikian, kewenangan desa selain berupa urusan pemerintahan yang
sudah ada berdasarkan hak asal usul Desa, juga memperoleh kewenangan dari
pemerintah tingkat atasnya (Pemerintah Pusat, Provinsi dan/atau Kabupaten/kota)
untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan tertentu, yaitu penugasan. Pasal 22 UU.
No.6 Tahun 2014, Penugasan dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada
Desa meliputi penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Penugasan
tersebut disertai dengan biaya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 143


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

B. Paradigama Desa Lama dan Desa Baru


Secara garis besar perubahan ditunjukkan dengan pembalikan paradigma dalam
memandang Desa, pemerintahan dan pembangunan yang selama ini telah mengakar di
Indonesia. Pembalikan itu membuahkan perspektif “Desa Lama” yang berubah menjadi
“Desa Baru” sebagaimana tersaji dalam tabel berikut:

Tabel Desa Lama Vs Desa Baru

Unsur-Unsur Desa Lama Desa Baru


Dasar konstitusi UUD 1945 Pasal 18 ayat 7 UUD 1945 Pasal 18 B ayat 2 dan
Pasal 18 ayat 7
Payung hukum UU No. 32/2004 dan PP No. UU No. 6/2014
72/2005
Visi-misi Tidak ada Negara melindungi dan
memberdayakan Desa agar menjadi
kuat, maju, mandiri, dan demokratis
sehingga dapat menciptakan
landasan yang kuat dalam
melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat
yang adil, makmur, dan sejahtera
Asas utama Desentralisasi-residualitas Rekognisi-subsidiaritas
Kedudukan Desa sebagai organisasi Sebagai pemerintahan masyarakat,
pemerintahan yang berada hybrid antara self governing
dalam sistem pemerintahan community dan local self
kabupaten/kota (local state government.
government)
Delivery Target: pemerintah menentukan Mandat: negara memberi mandat
kewenangan dan target-target kuantitatif dalam kewenangan, prakarsa dan
program membangun Desa pembangunan
Kewenangan Selain kewenangan asal usul, Kewenangan asal-usul (rekognisi)
menegaskan tentang sebagian dan kewenangan lokal berskala Desa
urusan kabupaten/kota yang (subsidiaritas).
diserahkan kepada Desa
Politik tempat Lokasi: Desa sebagai lokasi Arena: Desa sebagai arena bagi
proyek dari atas orang Desa untuk
menyelenggarakan pemerintahan,
pembangunan, pemberdayaan dan
kemasyarakatan
Posisi dalam Obyek Subyek
pembangunan
Model Government driven development Village driven development Village
pembangunan atau community driven driven development, dengan
development penekanan pada peningkatan
kapasitas, kepemilikan aset ekonomi
dan revitalisasi budaya Desa.

144| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Unsur-Unsur Desa Lama Desa Baru


Karakter politik Desa parokhial, dan Desa Desa Inklusif
korporatis
Demokrasi Demokrasi tidak menjadi asas Demokrasi menjadi asas, nilai, sistem
dan nilai, melainkan menjadi dan tatakelola. Membentuk
instrumen. Membentuk demokrasi inklusif, deliberatif dan
demokrasi elitis dan mobilisasi partisipatif
partisipasi

C. Kelembagaan Desa
Pembagian tugas dan fungsi setiap lembaga desa ditujukan untuk mengefektifkan
pelaksanaan seluruh kewenangan desa, sehingga senantiasa dihindari kemungkinan
adanya tumpang tindih tugas dan fungsi antar lembaga desa. Namun, mengingat
pelaksanaan kewenangan desa merupakan satu kesatuan sistemik yang terbagi habis ke
dalam tugas dan fungsi setiap lembaga desa, maka pasti akan terjadi hubungan kerja
antar lembaga-lembaga desa tersebut. Oleh karena itu, keberadaan lembaga desa
senantiasa berperan untuk melaksanakan kewenangan desa sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing-masing, dan mengingat kewenangan desa merupakan suatu kesatuan
sistemik, maka pasti akan terjadi hubungan kerja antara lembaga-lembaga desa
tersebut, serta dihindari kemungkinan adanya tumpang tindih tugas antar lembaga-
lembaga desa tersebut.
Kepala desa/desa Adat sebagaimana UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa,
berkedudukan sebagai kepala Pemerintah Desa/Desa Adat dan sebagai pemimpin
masyarakat. Meskipun Kepala desa memperoleh banyak penugasan dari pemerintah,
tetapi harus ditegaskan bahwa ia bukanlah petugas atau pesuruh pemerintah. Kepala
desa adalah pemimpin masyarakat.Artinya kepala desa memperoleh mandat dari rakyat,
yang harus mengakar dekat dengan masyarakat, sekaligus melindungi, mengayomi dan
melayani warga masyarakat.Kepala desa berbeda dengan camat maupun lurah.Camat
merupakan pejabat administratif yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
Bupati/Walikota.Bupati/Walikota yang berwenang mengangat dan memberhentikan
Camat.
UU Desa mengkonstruksikan pemerintahan Desa sebagai gabungan fungsi
masyarakat berpemerintahan (self governing community) dengan pemerintahan lokal
(local self government).Dalam rangka self governing community Kepala Desa (Kades)
sebagai pemimpin masyarakat bukan bawahan bupati, posisi bupati adalah pembinaan
dan pengawasan tetapi tidak memerintah.Sedangkan dalam rangka local self
government Kades merupakan kepala pemerintahan organisasi pemerintahan paling
kecil dan paling bawah dalam pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Masa jabatan kepala Desa diatur dalam Pasal 39 UU No. 6/2014 yakni;
(2) Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelantikan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 145


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

(3) Kepala Desa dapat menjabat paling banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara
berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.

Perangkat Desa terdiri atas sekretariat Desa; pelaksana kewilayahan; dan pelaksana
teknis. Perangkat desa bertugas membantu dan bertanggungjawab kepada Kepala Desa.
Perangkat desa diangkat oleh Kepala Desa setelah dikonsultasikan dengan Camat atas
nama Bupati/Walikota. Persyaratan pengangkatan perangkat desa:
(1) berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum atau yang sederajat;
(2) berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42 (empat puluh dua) tahun;
(3) terdaftar sebagai penduduk Desa dan bertempat tinggal di Desa paling kurang 1
(satu) tahun sebelum pendaftaran; dan
(4) syarat lain yang ditentukan dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan institusi demokrasi perwakilan


desa, meskipun ia bukanlah parlemen atau lembaga legislatif seperti DPR. Ada
pergeseran (perubahan) kedudukan BPD dari UU No. 32/2004 ke UU No. 6/2014 (Tabel
1).Menurut UU No. 32/2004 BPD merupakan unsur penyelenggara pemerintahan desa
bersama pemerintah desa, yang berarti BPD ikut mengatur dan mengambil keputusan
desa.Ini artinya fungsi hukum (legislasi) BPD relatif kuat. Namun, UU No. 6/2014
mengeluarkan (eksklusi) BPD dari unsur penyelenggara pemerintahan dan melemahkan
fungsi legislasi BPD.
BPD menjadi lembaga desa yang melaksanakan fungsi pemerintahan, sekaligus
juga menjalankan fungsi menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa;
melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa serta menyelenggarakan musyawarah
desa.Ini berarti bahwa eksklusi BPD dan pelemahan fungsi hukum BPD digantikan
dengan penguatan fungsi politik (representasi, kontrol dan deliberasi).

D. Asas dan Prinsip Desa Sebagai Masyarakat Berpemerintahan


Kedudukan (posisi) desa dalam bangunan besar tatanegara Indonesia, sekaligus relasi
antara negara, desa dan warga merupakan jantung persoalan UU Desa. Jika regulasi
sebelumnya menempatkan desa sebagai pemerintahan semu bagian dari rezim
pemerintahan daerah, dengan asas desentralisasi-residualitas, maka UU Desa
menempatkan desa dengan asas rekognisi-subsidiaritas. Rekognisi memang tidak lazim
dibicarakan dalam semesta teori hubungan pusat dan daerah; ia lebih dikenal dalam
pembicaraan tentang multikulturalisme. Dalam masyarakat multikultur, senantiasa
menghadirkan perbedaan dan keragaman identitas baik suku, agama, warna kulit, seks
dan lain-lain. Bahkan juga menghadirkan pemilahan antara mayoritas versus minoritas,
dimana kaum minoritas sering menghadapi eksklusi secara sosial, budaya, ekonomi dan
politik. Kaum minoritas merasa menjadi warga negara kelas dua yang tidak memiliki hak
dan kedudukan yang sama dengan kaum mayoritas. Karena menghadapi eksklusi,
kelompok atau komunitas yang berbeda maupun kaum minoritas memperjuangkan

146| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

klaim atas identitas, sumberdaya, legitimasi dan hak. Tindakan negara menghadapi
klaim-klaim itu menjadi isu penting dalam pembicaraan tentang rekognisi.
Meskipun rekognisi lahir dari konteks multikulturalisme, tetapi ia terkait dengan
keadilan, kewargaan dan kebangsaan; bahkan mempunyai relevansi dengan
desentralisasi. Pada titik dasar, rekognisi terletak pada jantung kontestasi ganda di
seputar kewargaan, hak, politik identitas, klaim redistribusi material dan tuntutan akan
kerugian masa silam yang harus diakui dan ditebus (Janice McLaughlin, Peter Phillimore
dan Diane Richardson, 2011).
Rekognisi terhadap desa yang dilembagakan dalam UU Desa tentu bersifat
kontekstual, konstitusional, dan merupakan hasil dari negosiasi politik yang panjang
antara pemerintah, DPR, DPD dan juga desa. Sesuai amanat konstitusi negara (presiden,
menteri, lembaga-lembaga negara, tentara, polisi, kejaksaan, perbankan, dan lembaga-
lambaga lain), swasta atau pelaku ekonomi, maupun pihak ketiga (LSM, perguruan
tinggi, lembaga internasional dan sebagainya) wajib melakukan pengakuan dan
penghormatan terhadap keberadaan (eksistensi) desa sebagai kesatuan masyarakat
hukum. Eksistensi desa dalam hal ini mencakup hak asal-usul (bawaan maupun prakarsa
lokal yang berkembang) wilayah, pemerintahan, peraturan maupun pranata lokal,
lembaga-lembaga lokal, identitas budaya, kesatuan masyarakat, prakarsa desa, maupun
kekayaan desa.
Rekognisi bukan saja mengakui dan menghormati terhadap keragaman desa,
kedudukan, kewenangan dan hak asal-usul maupun susunan pemerintahan, namun UU
Desa juga melakukan redistribusi ekonomi dalam bentuk alokasi dana dari APBN
maupun APBD. Di satu sisi rekognisi dimaksudkan untuk mengakui dan menghormati
identitas, adat-istiadat, serta pranata dan kearifan lokal sebagai bentuk tindakan untuk
keadilan kultural. Di sisi lain redistribusi uang negara kepada desa merupakan resolusi
untuk menjawab ketidakailan sosial-ekonomi karena intervensi, eksploitasi dan
marginalisasi yang dilakukan oleh negara. Bahkan UU Desa juga melakukan proteksi
terhadap desa, bukan hanya proteksi kultural, tetapi juga proteksi desa dari imposisi dan
mutilasi yang dilakukan oleh supradesa, politisi dan investor.
Penerapan asas rekognisi tersebut juga disertai dengan asas subsidiaritas. Asas
subsidiaritas berlawanan dengan asas residualitas yang selama ini diterapkan dalam UU
No. 32/2004. Asas residualitas yang mengikuti asas desentralisasi menegaskan bahwa
seluruh kewenangan dibagi habis antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan
terakhir di tangan pemerintah kabupaten/kota. Dengan asas desentralisasi dan
residualitas itu, desa ditempatkan dalam sistem pemerintahan kabupaten/kota, yang
menerima pelimpahan sebagian (sisa-sisa) kewenangan dari bupati/walikota.
Prinsip subsidiaritas menegaskan bahwa dalam semua bentuk koeksistensi
manusia, tidak ada organisasi yang harus melakukan dominasi dan menggantikan
organisasi yang kecil dan lemah dalam menjalankan fungsinya. Sebaliknya,
tanggungjawab moral lembaga sosial yang lebih kuat dan lebih besar adalah
memberikan bantuan (dari bahasa Latin, subsidium afferre) kepada organisasi yang lebih
kecil dalam pemenuhan aspirasi secara mandiri yang ditentukan pada level yang lebih

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 147


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

kecil-bawah, ketimbang dipaksa dari atas (Alessandro Colombo, 2012). Dengan kalimat
lain, subsidiarity secara prinsipil menegaskan tentang alokasi atau penggunaan
kewenangan dalam tatanan politik, yang notabene tidak mengenal kedaulatan tunggal
di tangan pemerintah sentral. Subsidiaritas terjadi dalam konteks transformasi institusi,
sering sebagai bagian dari tawar-menawar (bargaining) antara komunitas/otoritas yang
berdaulat (mandiri) dengan otoritas lebih tinggi pusat. Prinsip subsidiarity juga hendak
mengurangi risiko-risiko bagi subunit pemerintahan atau komunitas bawah dari
pengaturan yang berlebihan (overruled) oleh otoritas sentral. Berangkat dari ketakutan
akan tirani, subsidiarity menegaskan pembatasan kekuasaan otoritas sentral (pemerintah
lebih tinggi) dan sekaligus memberi ruang pada organisasi di bawah untuk mengambil
keputusan dan menggunakan kewenangan secara mandiri (Christopher Wolfe, 1995;
David Bosnich, 1996; Andreas Føllesdal, 1999).
Tiga makna subsidiaritas. Pertama, urusan lokal atau kepentingan masyarakat
setempat yang berskala lokal lebih baik ditangani oleh organisasi lokal, dalam hal ini
desa, yang paling dekat dengan masyarakat. Dengan kalimat lain, subsidiaritas adalah
lokalisasi penggunaan kewenangan dan pengambilan keputusan tentang kepentingan
masyarakat setempat kepada desa. Kedua, negara bukan menyerahkan kewenangan
seperti asas desentralisasi, melainkan menetapkan kewenangan lokal berskala desa
menjadi kewenangan desa melalui undang-undang. Dalam penjelasan UU No. 6/2014
subsidiaritas mengandung makna penetapan kewenangan lokal berskala desa menjadi
kewenangan desa. Penetapan itu berbeda dengan penyerahan, pelimpahan atau
pembagian yang lazim dikenal dalam asas desentralisasi maupun dekonsentrasi.
Sepadan dengan asas rekognisi yang menghormati dan mengakui kewenangan asal-
usul desa, penetapan ala subsidiaritas berarti UU secara langsung menetapkan sekaligus
memberi batas-batas yang jelas tentang kewenangan desa tanpa melalui mekanisme
penyerahan dari kabupaten/kota. Ketiga, pemerintah tidak melakukan campur tangan
(intervensi) dari atas terhadap kewenangan lokal desa, melainkan melakukan dukungan
dan fasilitasi terhadap desa. Pemerintah mendorong, memberikan kepercayaan dan
mendukung prakarsa dan tindakan desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat. Tindakan ini sejalan dengan salah satu tujuan penting UU No.
6/2014, yakni memperkuat desa sebagai subyek pembangunan, yang mampu dan
mandiri mengembangkan prakarsa dan aset desa untuk kesejahteraan bersama.

E. Kewenangan Desa
Kewenangan Desa dalam Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa, diatur di Bab
IV Kewenangan Desa yang meliputi 5 (lima) pasal, yaitu pasal 18 sampai pasal 22.
Ketentuan lebih lanjut dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintahan Nomor 43 Tahun 2014 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah di atas,
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi menerbitkan
Peraturan Menteri No. 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak

148| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa. Sampai awal tahun 2016, Peraturan
Menteri ini menjadi acuan legal dalam penyusunan regulasi di tingkat daerah dalam
menerbitkan Peraturan tentang Kewenangan Desa.
Tanggal 15 Juli 2016 Menteri Dalam Negeri menerbitkan Peraturan Menteri Nomor
44 Tahun 2016 tentang Kewenangan Desa. Dengan terbitnya Peraturan tersebut,
ketentuan teknis terkait kewenangan Desa selanjutnya mengacu pada Permendagri No.
44 tahun 2016. Bacaan di bawah ini merupakan ringkasan atas Permendagri tentang
Kewenangan Desa tersebut.

1. Ruang Lingkup
Peraturan Menteri tentang Kewenangan Desa dimaksudkan dalam rangka
meningkatkan efektivitas dan akuntabilitas Desa dalam menata kewenangan Desa sesuai
asas rekognisi dan asas subsidiaritas dan pelaksanaan penugasan dari Pemerintah
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota kepada Desa.
Tujuan penetapan Peraturan Menteri tentang Kewenangan Desa dalam rangka
mendorong proporsionalitas pelaksanaan bidang kewenangan desa yang meliputi: (1)
penyelenggaraan Pemerintahan Desa; (2) pelaksanaan Pembangunan Desa; (3)
pembinaan kemasyarakatan Desa; dan (4) pemberdayaan masyarakat Desa.

2. Penataan Kewenangan Desa


Ketentuan tentang pelaksanaan kewenangan Desa dilaksanakan melalui penataan
kewenangan Desa, sebagai berikut.
(1) Kewenangan Desa dilaksanakan melalui penataan kewenangan Desa.
(2) Penataan kewenangan Desa meliputi:
a. jenis dan perincian kewenangan Desa; dan
b. kriteria kewenangan Desa.
Jenis kewenangan Desa meliputi:
a. kewenangan berdasarkan hak asal usul;
b. kewenangan lokal berskala Desa;
c. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan
d. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Masing-masing jenis di atas dirinci, sebagai berikut:
Kewenangan berdasarkan hak asal usul

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 149


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

(1) Perincian kewenangan Desa berdasarkan hak asal-usul paling sedikit terdiri atas:
a. sistem organisasi masyarakat adat;
b. pembinaan kelembagaan masyarakat;
c. pembinaan lembaga dan hukum adat;
d. pengelolaan tanah kas Desa; dan
e. pengembangan peran masyarakat Desa.
(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud di atas, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dapat melakukan identifikasi dan inventarisasi kewenangan
berdasarkan hak asal usul lainnya dengan mengikutsertakan Pemerintah Desa.
(3) Berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi kewenangan, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota menetapkan kewenangan hak asal usul lainnya dengan
memperhatikan situasi, kondisi, dan kebutuhan.
(4) Kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul diatur dan diurus oleh Desa.

Kewenangan lokal berskala Desa


(1) Perincian kewenangan lokal berskala Desa, paling sedikit terdiri atas:
a. pengelolaan tambatan perahu;
b. pengelolaan pasar Desa;
c. pengelolaan tempat pemandian umum;
d. pengelolaan jaringan irigasi;
e. pengelolaan lingkungan permukiman masyarakat Desa;
f. pembinaan kesehatan masyarakat dan pengelolaan pos pelayanan terpadu;
g. pengembangan dan pembinaan sanggar seni dan belajar;
h. pengelolaan perpustakaan Desa dan taman bacaan;
i. pengelolaan embung Desa;
j. pengelolaan air minum berskala Desa; dan
k. pembuatan jalan Desa antarpermukiman ke wilayah pertanian.
(2) Selain kewenangan di atas, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat melakukan
identifikasi dan inventarisasi kewenangan lokal berskala Desa lainnya dengan
mengikutsertakan Pemerintah Desa.
(3) Berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi kewenangan lokal berskala Desa di
atas, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menetapkan kewenangan lokal berskala
Desa lainnya dengan memperhatikan situasi, kondisi, dan kebutuhan.
(4) Kewenangan Desa berskala lokal diatur dan diurus oleh Desa.

150| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kewenangan yang ditugaskan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau


Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota kepada Desa.
(1) Perincian Kewenangan yang ditugaskan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota kepada Desa meliputi:
a. penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
b. pelaksanaan Pembangunan Desa;
c. pembinaan kemasyarakatan Desa; dan
d. pemberdayaan masyarakat Desa.
(2) Kewenangan penugasan sebagaimana dimaksud diurus oleh Desa sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

F. Musyawarah Desa dan Pengambilan Keputusan


Pasal 54 ayat (1) UU nomor 6 tahun 2014 tentang Desa menyatakan Musyawarah Desa
merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh Badan Permusyawaratan Desa,
Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat Desa untuk memusyawarahkan hal yang
bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Hal yang bersifat strategis
dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa itu antara lain; penataan Desa, perencanaan
Desa, kerja sama Desa, rencana investasi yang masuk ke Desa, pembentukan BUM Desa,
penambahan dan pelepasan aset Desa serta kejadian luar biasa.
Selanjutnya, Permen Desa PDTT nomor 2 tahun 2015 tersebut juga menyaratkan
penyelenggaraan Musyawarah Desa dilaksanakan secara partisipatif, demokratis,
transparan dan akuntabel dengan berdasarkan kepada hak dan kewajiban masyarakat.
Penyelenggaraan Musyawarah Desa (Musdes) dilakukan dengan mendorong
partisipatif atau melibatkan seluruh unsur masyarakat baik itu tokoh agama, tokoh
masyarakat, perwakilan petani, nelayan, perempuan maupun masyarakat miskin. Setiap
orang dijamin kebebasan menyatakan pendapatnya, serta mendapatkan perlakuan yang
sama. Penyelenggaran Musdes dilakukan secara transparan, setiap informasi
disampaikan secara terbuka dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat.
Terminologi Kepala Desa sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Desa
cukup jelas mengatakan “Kepala Desa sebagai pemimpin masyarakat”. Istilah tersebut
memiliki arti Kepala Desa bukan hanya milik sebagian kelompok, keluarga ataupun
dinasti tertentu tapi Kepala Desa adalah milik seluruh masyarakat Desa. Dalam
penyelenggaraan Musdes Kepala Desa harus senantiasa mengakomodir dan
memperjuangkan aspirasi masyarakatnya salah satunya dengan melibatkan mereka
secara penuh dalam forum Musdes.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 151


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Faktor kunci lain dalam pelaksanaan Musdes adalah peran Ketua Badan
Permusyawarat Desa (BPD) sebagai pimpinan rapat, hal ini sebagaimana diatur dalam
Permen Desa, PDT dan Transmingrasi Nomor 2 tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib
dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa. Selain memimpin
penyelenggaran Musyawarah Desa, Ketua BPD bertugas menetapkan panitia,
mengundang peserta Musdes, serta menandatangi berita acara Musyawarah Desa.
Undang-Undang Desa mensyaratkan pelaksanaan Musyawarah Desa berlangsung
secara partisipatif, demokratis, transparan dan akuntabel. Beberapa tipe kepemimpinan
yang ada di Desa dalam pelaksanaanya tergambar dalam tindakan sebagai berikut;
Partisipatif. Musyawarah Desa yang diharapkan sebagaimana amanat Undang-
Undang Desa adalah adanya pelibatan masyarakat secara keseluruhan, bagi pemimpin
dengan tipe kepemimpinan regresif partisipasi masyarakat dalam Musdes tidak
diharapkan, bahkan pemimpin tipe ini cenderung menolak menyelenggarakan
Musyawarah Desa. Kepemimpinan konservatif-involutif melaksanakan Musyawarah
Desa sesuai tata tertib atau aturan yang ada, daftar peserta akan diseleksi terlebih dahulu
dipilih dari sekian calon peserta Musdes yang dapat dikendalikannya. Sedangkan
kepemimpinan inovatif-progresif dalam peleksanaan Musdes akan melibatkan setiap
unsur masyarakat, tokoh agama, tokok masyarakat, perwakilan perempua, hingga
perwakilan masyarakat miskin dalam Musyawarah Desa.
Demokratis. Setiap orang dijamin kebebasan berpendapat serta mendapatkan
perlakuan yang sama dalam forum Musdes. Pada kepemimpinan regresif biasanya tidak
mengingginkan pendapat, masukan dari orang lain bila ada masyarakat yang kritis
cenderung akan di intimidasi. Kepemimpinan konservatif-involutif, cenderung akan
melakukan seleksi siapa yang diinginkan pendapatnya, masukan terutama dari atasan
akan lebih diperhatikan, dalam forum Musdes pendapat atau masukan cenderung di
setting atau diatur terlebih dahulu agar dapat menguntungkan dirinya. Pada
kepemimpinan inovatif-progresif, Setiap warga dijamin kebebasan berpendapatnya dan
mendapatkan perlakuan yang sama, serta akan melindunginya dari ancaman dan
intimidasi.
Transparan. Peserta Musdes mendapatkan informasi secara lengkap dan benar
perihal hal-hal bersifat strategis yang akan dibahas. Pada kepemimpinan regresif
cenderung menolak untuk transparan, tidak akan memberikan informasi apapun kepada
masyarakatnya meskipun menyangkut kepentingan masyarakatnya sendiri. Sedangkan
kepemimpinan konservatif-involutif, transparansi akan dilakukan terbatas, informasi
hanya diberikan kepada pengikut atau pendukungnya saja. Tipe kepemimpinan inovatif-
progresif akan membuka akses seluas-luasnya kepada masyarakatnya, semakin luas
serta lengkap informasi yang disampaikan kepada masyarakat dianggap akan dekat
dengan kesuksesan program Desa.
Akuntabel, Hasil Musdes termasuk tindaklanjutnya harus dipertanggung-
jawabkan kepada masyarakat Desa. Kepemimpinan regresif cenderung tidak akan
menyampaikan keputusan musyawarah Desa, kecenderungan untuk menolak
mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada masyarakat. Pada kepemimpinan

152| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

konservatif-involutif, Hasil musyawarah Desa maupun tindak lanjutnya hanya akan


disampaikan kepada pengikutnya saja. Sedangkan kepemimpinan inovatif-progresif,
Hasil Musyawarah Desa serta tindak lanjut keputusan musyawarah akan disampaikan
kepada masyarakat dan dilakukan setiap saat.

Daftar Pustaka
Inu Kencana (2003) Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia. Jakarta: PT. Refika.
Mochammad Zaini Mustakim (2015) Buku 2: Kepemimpinan Desa. Jakarta: Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Tahun 2015-2019.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan,
Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2010 tentang Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Pengelolaan Teknologi Tepat Guna.
Soetoro Eko., dkk. (2015). Regulasi Baru Desa Baru: Ide, Misi dan Semangat Undang-
Undang Desa. Jakarta: Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5495);
http://spikir.blogspot.co.id/2014/05/peran-kepemimpinan-kepala-desa-dalam.html
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/governance/article/viewFile/1566/1259
http://regulasidesa.blogspot.co.id/2016/03/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 153


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

154| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

SPB Lembar Informasi

1.3.1 Kewirausahaan Sosial

A. Pendahuluan

Angka pengangguran dan kemiskinan masih terbilang tinggi, salah satu penyebabnya
karena geliat kewirausahaan yang kurang memiliki kemanfaatan dan nilai sosial bagi
masyarakat banyak. Kewirausahaan yang berjalan selama ini hanya mampu menciptakan
lapangan kerja dan menciptakan hubungan dua arah antara penguasa dan pekerja.
Masyarakat hanya sekedar menjadi objek menjadi pelanggan atau konsumen.
Persaingan bisnis yang begituketat, membuat sebagian pengusaha mengabaikan nilai-
nilai sosial dan kemanusiaan.
Kondisi ini memunculkan pendekatan baru dalam dunia kewirausahaan yang
disebut dengan kewirausahaan sosial. Kewirausahaan Sosial atau Social Enterpreneurship
merupakan sebuah istilah turunan dari kewirausahaan. Orang yang bergerak di bidang
kewirausahaan sosial disebut Social Entrepreneur. Santosa (2007) mendefinisikan Social
enterpreneur sebagai seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan menggunakan
kemampuan kewirausahaanuntuk melakukan perubahan sosial, terutama meliputi
bidang kesejahteraan pendidikan dan kesehatan .
Perbedaan pokok antara business entrepreneur dengan social entrepreneur
terletak pada pemanfaatan hasil investasi dan pola hubungan antara pekerja dan pelaku
usaha, Business entrepreneur menggunakan keuntungan yang diperoleh dimanfaatkan
untuk ekspansi usaha dan pola hubungan di antara para pelaku sebagaia subjek dan
objek dari usahanya. Dalam Kewirausahaan sosial masyarakat berperan sebagai mitra
strategis usahanya, bukan sekedar sebagai pelanggan atau konsumen. Pola yang terjadi
dalam kewirausahaan sosial adalah antara pengusaha – pekerja – masyarakat. Ketiganya
bersinergi dalam membentuk simbiosis mutualisme. Dampaknya adalah kesejahteraan,
keadilan sosial dan pemerataan pendapatan. Social entrepreneur menggunakan
keuntungan yang didapat, sebagian atau seluruhnya, diinvestasikan kembal untuk
pemberdayaan masyarakat/para pelaku.
Kewirausahaan sosial menawarkan kelebihan manfaat dari sekedar menciptakan
lapangan kerja, tetapi memiliki kebermanfaatan yang luas karena wirausahawan bukan
hanya berhadapan kepada karyawan yang menjadi mitra kerja tetapi juga masyarakat

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 155


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

luas. Oleh karenanya pendekatan ini dinilai sebagai solusi dalam upaya mempercepat
penurunan angka pengangguran dan kemiskinan.
Seorang wirausaha sosial mengembangkan usaha bukan hanya untuk
mendapatkan suatu keuntungan tetapi juga merubah masyarakat menjadi lebih baik.
Jadi yang terpenting adalah faktor sosialnya yaitu masyarakat. Seorang entrepreneur
social sangat memperhatikan dampak apa yang akan terjadi bagi kesejahteraan
masyarakat bukan pada penciptaan kekayaan pribadi. Mereka yang berjuang merajut
hidup demi dan atas nama kemaslahatan sosial. Mereka berikhtiar membentangkan
serangkaian tindakan untuk membantu penciptaan masyarakat sosial yang makmur dan
bermartabat.

B. Peran Wirausaha Sosial

Kegiatan yang dilakukan oleh wirausahawan sosial haruslah merupakan kegiatan yang
dapat bermanfaat secara sosial baik itu untuk kepentingan nirlaba maupun prolaba.
Kewirausahaan sosial menitikberatkan usahanya sejak awal dengan melibatkan
masyarakat dengan memberdayakan masyarakat termasuk masyarakat yang kurang
mampu secara finansial maupun keterampilan untuk secara bersama-sama
menggerakkan usahanya agar menghasilkan keuntungan, dan kemudian hasil usaha
atau keuntungannya dikembalikan kembali ke masyarakat untuk meningkatkan
pendapatannya. Melalui metode tersebut, kewirausahaan sosial bukan hanya mampu
menciptakan banyak lapangan kerja, tetapi juga menciptakan multiplier effect untuk
menggerakkan roda perekonomian, dan menciptakan kesejahteraan sosial.
Namun dalam tren global, dikotomi semacam itu kian kabur, sebab business
entrepreneur dan social entrepreneur sesungguhnya berbicara dalam bahasa yang
sama, yaitu inovasi, manajemen, efektivitas, mutu, dan kompetensi untuk mencapai
tujuan bagi para pengusaha sosial. Namun pada seorang wirasuaha bisnis yang selalu
dituntut oleh pasar untuk menghasilkan seberapa besar nilai tambah yang mereka
peroleh dari hasil usaha sebagai ukuran keberhasilan mereka.
Seorang wirausaha sosial memainkan peran sebagai agen perubahan di sektor
sosial, seperti:
 Mengadopsi misi untuk menciptakan dan mempertahankan nilai sosial (tidak
hanya nilai pribadi),
 Mengenali dan terus-menerus mengejar peluang baru untuk melayani misi sosial
tersebut.
 Terlibat dalam proses inovasi yang berkelanjutan, adaptasi, dan belajar.
 Bertindak berani tanpa dibatasi oleh sumber daya yang dimiliki saat ini, dan
Menunjukkan rasa akuntabilitas yang tinggi kepada konstituen yang dilayani dan
sumberdaya yang bekerja samaMeski terbilang baru, namun geliat kewirausahaansosial
kini sudah menjadi tren baru di kehidupan masyarakat global, tak terkecuali di Indonesia.
Mulai dikenal secara luas sejak keberhasilan tokoh kewirausahaan sosial Muhammad

156| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Yunus menjadi pemenang nobel perdamaian pada tahun 2006. Kepiawaiannya dalam
mengelola Grameen Bank dan memberdayakan masyarakat miskin di Bangladesh telah
membuka jutaan mata masyarakat global akan arti penting kewirausahaan sosial.
Muhammad Yunus dinilai mampu memberdayakan masyarakat miskin melalui pinjaman
tanpa jaminan. Grameen bank memberdayakan masyarakat kurang mampu secara
finansial, sehingga ribuan tenaga kerja mampu terserap, dan jutaan lainnya merasakan
dampak tidak langsung sebagai multiplier effect ekonomi dengan tumbuhnya Usaha
Kecil Menengah Baru (UKM).
Di Indonesia, salah satu penggerak kewirausahaan sosial diantaranya Bambang
Ismawan, pendiri Yayasan Bina Swadaya. Bambang Ismawan mendirikan sebuah yayasan
yang semula bernama Yayasan Sosial Tani Membangun bersama I Sayogo dan Ir
Suradiman pada tahun 1967. Upaya yang dilakukannya melalui pemberdayaan
masyarakat miskin melalui kegiatan keuangan mikro dan usaha mikro dengan
mengutamakan pendidikan anggota, memupuk kemampuan diri dan sosial.
Nalacity Foundation, organisasi kewirausahaan sosial yang didirikan sebagai
bentuk kepedulian kepada kaum marjinal ibu-ibu mantan penderita kusta di Sitanala,
Tangerang. Nalacity memberdayakan komunitas tersebut melalui kerajinan tangan
berupa jilbab. Produk yang dihassilkan dijual di Jakarta, dan keuntungan yang diperoleh
digunakan kembali untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di Sitanala. Ibu-ibu
yang menjadi penerima manfaat program dari Nalacity ini meningkat pendapatannya.
mereka bisa menghidupi keluarga dan menabung . Sebagian dari tabungan mereka
gunakan untuk mengembangkan usaha lainnya seperti pertanian, peternakan, dan bisnis
lainnya.
Selain Yayasan Bina Swadaya dan Nalacity Foundation, ada banyak organisasi atau
perseorangan yang memiliki perhatian di bidang kewirausahaan sosial seperti; Erie
Sudewo, dkk (Dompet Dhuafa), Tri Mumpuni, dkk (IBEKA), Rhenald Kasali, dkk (Rumah
Perubahan), Septi Peni Wulandani, dkk (Sinergi Kreatif). Kesemuanya memiliki perhatian
di bidang kewirausahaan sosial masing-masing dengan memberdayakan masyarakat
melalui optimalisasi potensi lokal masyarakat yang diberdayakan.
Ada tiga aspek penting dalam kewirausahaan sosial, yaitu:
1. Voluntary Sector bersifat suka rela.
2. Public Sector menyangkut kepentingan publik bersama.
3. Private Sector adalah unsur pribadi atau individual yang bersangkutan, bisa
termasuk unsur kepentingan profit.
Kemampuan social-entreprenuers untuk memberikan nilai tambah baik kepada
lingkungan sosial-nilai dan ekonomi di lingkungan sekitarnya telah membuat kegiatan
seperti ini semakin mengambil peran vital dalam pembangunan nasional secara luas.
Berkembangnya social-entreprenuers dapat menciptakan kesempatan kerja dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat, memberikan nilai inovasi dan kreasi baru
terhadap lingkungan sosial-ekonomi masyarakat, dapat menjadi modal sosial

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 157


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

pembangunan nasional, dan membantu upaya peningkatan kesetaraan (equity


promotion) dan pemerataan kesejahteraan (spreading welfare) kepada masyarakat luas.

C. Model Kewirausahaan Sosial

Dalam buku The Power of Unreasonable People yang ditulis oleh direktur non eksekutif
SustainAbility, John Elkington dan Managing Director Schwab Foundation, Pamela
Hartigan, entrepreneur sosial berhasil menciptakan struktur yang termasuk dalam tiga
kategori atau model bisnis berbeda:
Pertama, model usaha "nirlaba pengungkit". Usaha jenis ini bisa kita lihat dalam
gerakan yang dilakukan oleh LSM, komunitas peduli, badan amal, dan sebagainya.
Model bisnis ini menggantungkan keberlangsungan pendanaan pada kedermawanan
orang lain, yang biasanya datang dari inidividu, yayasan atau pemerintah. Pendekatan
ini akan jauh lebih sulit dibandingkan dengan model bisnis pro-laba karena akan
menghalangi peluang ekspansi, penghentian dana dari para filantropis akan mematikan
kinerja.
Kedua, usaha "nirlaba hibrida". Model bisnis ini mengalami eksperimentasi paling
besar yang merupakan penggabungan strategi nirlaba dan pendapatan yang dihasilkan
dalam satu kesatuan dan membentuk kekuatan hibrida. Usaha ini menyediakan
barang/jasa bagi penduduk yang tidak terjangkau oleh pasar pada umumnya., dimana
keuntungan bukan sesuatu yang harus dihindari. Organisasi jenis ini memiliki dua sisi,
seperti Waste Concern di Bangladesh yang merupakan prototipe usaha hibrida, memiliki
divisi nirlaba yang berfokus pada proyek percontohan energi bersih dan daur ulang,
sedangkan divisi pro-labanya berfokus pada bidang energi lestari, proyek limbah, dan
konsultan.
Ketiga, bisnis sosial, yaitu badan usaha pro-laba yang berfokus pada misi sosial.
Keuntungan dihasilkan, tetapi tujuan utamanya bukanlah memaksimalkan
pengembalian finansial bagi pemegang saham melainkan untuk memberi keuntungan
secara finansial kepada kelompok berpenghasilan rendah serta menumbuhkan usaha
sosial dengan investasi ulang. Dengan kemandirian penghasilan tersebut, bisnis sosial
mampu menjangkau dan terus berekspansi hingga melayani lebih banyak orang.
Entrepreneur pendiri harus menerapkan peran kepemimpinan yang kuat, tetapi hal ini
eringkali menyulitkan susksesi. Hal tersebut dapat teratasi dengan inisiatif entrepreneur
sosial yang terlibat untuk menyalurkan visi dan misinya kepada generasi selanjutnya.
Terdapat kesamaan umum dari semua model kewirausahaan sosial, yaitu tentang
hal yang mendorong dan mendasari kewirausahaan sosial untuk menciptakan nilai
sosial, bukan untuk menciptakan kekayaan pribadi atau kekayaan para pemegang saham
(Zadek & Thake, 1997).
Kewirausahaan sosial juga ditandai oleh adanya suatu inovasi, atau penciptaan
sesuatu yang baru, bukan hanya melakukan replikasi semata terhadap praktik bisnis
yang sudah ada. Pemicu utama dari kegiatan kewirausahaan sosial adalah masalah sosial
aktual yang sedang ditanganinya, dimana organisasi mengambil keputusan dalam

158| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

pengelolaan sumber daya berdasarkan format yang paling efektif yang dibutuhkan
untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan demikian, kegiatan kewirausahaan sosial
tidak ditentukan oleh badan hukum, dimana suatu kegiatan dapat ditempuh melalui
berbagai kendaraan organisasi atau lembaga, baik melalui organisasi nirlaba, sektor
bisnis, maupun sektor pemerintah.

D. Tantangan Kewirausahaan Sosial

Mencetak entrepreneur. Sosiolog David McClelland menyebut, bila ingin menjadi negara
maju, maka 2 persen warga harus menjadi entrepreneur, dengan rumus; satu orang
wirausaha member pekerjaan kepada 8 orang lainnya. seseorang yang dapat melihat
tantangan sebagai peluang dan memperjuangan penciptaan nilai multidimensi dalam
setiap bentuk usaha mereka. Tantangannya bagaimana mendorong para entrepreneur
yang sudah ada dan menciptakan entrepreneur baru agar menggunakan pendekatan
kewirausahaan sosial, tidak semata-mata bisnis tetapi juga mempunyai kepedulian sosial
untuk perubahan sosial. Entrepreneur yang hanya menciptakan kapitalisme baru,
termasuk didalamnya technopreneur dan creativepreneur tanpa tujuan sosial, hanya akan
menambah riwayat panjang yang menjebak rakyat terhadap pencarian kerja, tanpa
sedikitpun mendapat kesempatan menjadi aktor dalam peningkatan ekonomi negara.
(pendidikan untuk para pemimpin)
Dinamika permasalahan sosial. Permasalahan sosial semakin lama semakin
kompleks. Perkembangan penduduk memberikan tekanan pada pembukaan dan
pemanfaatan lahan yang cenderung eksploittaif menyebabkan semakin parahnya
kerusakan lingkungan. Sumberdaya alam yang sifatnya tetap dan sebagian tidak
terbarukan diperebutkan oleh lebih banyak populasi. Pada sisi lain tuntutan kebutuhan
manusia juga semakin tinggi dan lebih bervariasi, kesenjangan sosial ekonomi
masyarakat semakin tinggi sehingga menimbulkan banyak tekanan, pengangguran, dan
kemiskinan.
Teknologi. Daya saing perusahaan pada era globalisasi ini secara signifikan sangat
ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dalam menerapkan teknologi. Teknologi
akan sangat menentukan keberhasilan perusahaan dalam menguasai pasar,
menghasilkan laba, dan bertahan hidup. Teknologi yang ada sifatnya mudah usang
sebagai akibat dari inovasi yang semakin maju dan semakin cepat sehingga siapa pun
pengusaha atau perusahaan yang tidak secara cepat mengimbangi perkembangan
teknologi akan ditinggalkan pasar. Sebagai contoh produsen telepon seluler yang agak
lambat mengeluarkan modelnya akan ditinggalkan oleh konsumen (Nokia merupakan
pemimpin pasar dan yang lainnya, seperti Siemen, Motorola hanya sebagai pengikut
pasar). Perkembangan teknologi informasi mempengaruhi perubahan cara-cara
pemasaran yang selama ini dilakukan, dan pada saat ini merebak pemasaran yang
menggunakan jasa internet.
Mobilisasi sumberdaya. Kewirausahaan sosial sering menemui kesulitan dalam
memberikan kompensasi terhadap para pekerja secara kompetitif sebagaimana terjadi
pada pasar komersial. Bahkan, banyak para pekerja dari organisasi kewirausahaan sosial

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 159


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

justru memperoleh nilai kompensasi “non-keuangan” dari pekerjaan mereka. Dengan


demikian dapat dirumuskan suatu proposisi, yakni: adanya perbedaan dalam mobilisasi
sumber daya manusia dan keuangan, yang secara fundamental akan menyebabkan
perbedaan pendekatan dalam mengelola sumber daya keuangan dan manusia.
Pengukuran kinerja. Kewirausahaan sosial akan menghadapi tantangan yang lebih
besar dalam mengukur kinerja, ketimbang kewirausahaan komersial yang lebih dapat
mengandalkan langkah-langkah yang relatif lebih nyata dalam mengukur kinerja,
dengan menggunakan indikator keuangan, pangsa pasar, kepuasan pelanggan, dan
kualitas. Disamping itu, berbagai pemangku kepentingan finansial dan nonfinansial
dalam organisasi kewirausahaan sosial jumlahnya relatif lebih besar dan bervariasi,
sehingga para wirausahawan sosial perlu mengelola hubungan dan tanggung jawab
dalam kompleksitas yang lebih besar (Kanter & Summers, 1987). Dalam kaitan ini,
terbuka tantangan untuk mengukur perubahan sosial, mengingat adanya aspek non-
kuantitatif, multi-kausal, dimensi temporal, dan perbedaan perseptif dari dampak sosial
yang ditimbulkannya. Dengan demikian, dapat dirumuskan suatu proposisi, yakni:
dengan adanya aspek dampak sosial akan tetap menjadi perbedaan mendasar dalam
mengukur kinerja, khususnya yang berkenaan dengan akuntabilitas yang rumit dan
adanya hubungan yang bervariasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders).

Daftar Pustaka
Luthfi Destianto, Kewirausahaan Sosial: Solusi Kemiskinan di Indonesia-http://www.
kompasiana.com/luthfidestianto/kewirausahaan-sosial-solusi-kemiskinan-di-
indonesia_552a44fd6ea8340f70552cfc
Faisal Afiff, . Mencermati Kewirausahaan Sosial, http://sbm.binus.ac.id/2015/02/28/men-
cermati-kewirausahaan-sosial-bagian-1/
Elkington John, Pamela H. 2008. “The Power of Unresonable People : How Social
Entrepreneur creates markets that changes the world”. Havard Business Press.
Santosa, Setyanto. 2007. ”Peran Social Entrepreneurship dalam Pembangunan”.
http://ashoka.org
http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2011/02/13/social-entrepreneurship-
membangun-negara-dan-menye
Desti Wulandari - Kewirausahaan sosial (social entrepreneur), http://destiwd.blogspot.
co.id/2012/02/kewirausahaan-sosial-social.html?m=1

160| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Informasi
SPB
Strategi Peningkatan
1.4.1
Kapasitas P2KTD dalam
Program Inovasi Desa

A. Dasar Pemikiran
Pengembangan kapasitas P2KTD bertujuan mendorong profesionalitas dan kemandirian
P2KTD dalam memberikan layanan kepada Desa. Pengembangan profesionalitas
diarahkan pada pengembangan kapasitas teknis agar memenuhi standar teknis yang
dipersyaratkan, sedangkan pengembangan kemandirian lembaga diarahkan untuk
menjamin keberlanjutan P2KTD. Pengembangan kapasitas ini dapat melibatkan
berbagai pihak yang berpengalaman dalam bidangnya, seperti Praktisi, Dunia Usaha,
NGO/LSM, lembaga penelitian, dan Universitas.
Pengembangan kapasitas P2KTD tentu tidak hanya berorientasi pada kemampuan
pemangku kepentingan saja, namun mencakup keseluruhan lingkup sistem dan
kelembagaan yang terdiri dari struktur penataan organisasi atau sering dikenal dengan
sistem manajemen, kebijakan, target capaian, strategi pencapaian, dan peraturan
operasional. Hal demikian mengisyaratkan adanya tingkat pengembangan kapasitas
(capacity development) yang berarti mengembangkan kemampuan yang sudah ada
(existing capacity), dan pengembangan kapasitas yang mengedepankan proses kreatif
untuk membangun kapasitas yang belum terlihat atau constructing capacity.
Pengembangan kapasitas P2KTD merupakan suatu proses atau serangkaian
kegiatan untuk melakukan perubahan di berbagai tingkatan organisasi atau lembaga
yang meliputi pada individu, kelompok, organisasi, dan sistem guna memperkuat
kemampuan penyesuaian P2KTD dalam menghadapi dinamika perubahan lingkungan.
Oleh karena itu, peningkatan kapasitas P2KTD dapat dilakukan dengan mempertimbang
kan peran dan kedudukan dalam program (PID), analisis lingkungan strategis,
mengidentifikasi masalah, menemukenali kebutuhan jasa layanan, isu-isu strategis
dalam masyarakat dan peluang yang dapat diperankan P2KTD, membuat formulasi
strategi dalam proses mengatasi masalah, serta merancang sebuah rencana aksi P2KTD
agar dapat dilaksanakan guna pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 161


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

B. Tujuan Peningkatan Kapasitas


Secara umum tujuan peningkatan kapasitas P2KTD dalam pelakanaan Program Inovasi
Desa di setiap wilayah kerja (Kabupaten/Kota) untuk mengembangkan kompetensi
organisasi dalam memberikan pelayanan teknis kepada Desa di bidang pengembangan
ekonomi lokal dan kewiraurahaan, pengembangan suber daya manusia serta
infrastruktur desa sesuai dengan standar teknis yang dipersyaratkan.
Salah satu peran Forum P2KTD diantaranya memfasilitasi anggota dalam
meningkatkan kapasitas baik pengethaun, ketermapilan dan sikap dalam memberikan
layanan teknis kepada Desa dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa. Hal ini penitng
agar Forum P2KTD memperoleh informasi yang cukup terkait kebutuhan dalam
menentukan jenis pelatihan dan bimbingan yang di perlukan bagi tenaga ahli dan
pengambil keputusan sesuai standar kompetensi dan uraian tugas yang telah
ditetapkan. Secara rinci tujuan peningkatan kapasitas P2KTD dalam pelaksanaan
Program Inovasi Desa diuraikan sebagai berikut:
1. Diperolehnya informasi tentang kemampuan baik pengetahuan, sikap dan
keterampilan masing-masing anggota, pengelola dan pembina forum P2KTD yang
diperlukan sesuai peran atau tugasnya dalam mendukung Program inovasi Desa;
2. Dasar untuk menyelenggarakan pembinaan, pembimbingan dan pengembangan
kapasitas masing-masing anggota Forum P2KTD;
3. Pedoman bagi Forum P2KTD dalam merumuskan kebutuhan pengembangan
kompetensi dan kinerja bagi anggotanya;
4. Acuan bagi pemerintah, pemerintah daerah dan lembaga terkait dalam
memfasilitasi peningkatan kompetensi Tim Inovasi Kabupaten/Kota dan Pokja
P2KTD serta menjamin kualitas penyelenggaraan pelatihan dan Pembimbingan
kinerja sesuai dengan peran dan tugas pokoknya.

C. Jenis Kegiatan Pengembangan Kapasitas


Kegiatan Pengembangan kapasitas P2KTD, meliputi:
1. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Teknis
Peningkatan kapasitas kelembagaan dan teknis diberikan kepada P2KTD sesuai dengan
kebutuhan dan permintaan. Program peningkatan kapasitas dan teknis dilaksanakan
dalam bentuk pelatihan dasar dan lanjutan, pertukaran pengetahuan melalui forum-
forum P2KTD, maupun melalui Wokrshop.
2. Pengembangan Rencana Usaha /Bisnis
P2KTD yang sudah memiliki kapasitas kelembagaan dan teknis yang kuat dapat
mengikuti bimbingan pengembangan usaha Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis
agar mampu mengakses permodalan melalui kredit perbankan.

162| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

3. Pemantapan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis


Pemerintah daerah mendorong personil P2KTD untuk memiliki sertifikasi sesuai dengan
keahlian yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi. Pemerintah juga perlu
memberikan perangkat/toolkit sesuai kebutuhan dalam mendukung pelaksanaan tugas
P2KTD.

4. Kemandirian P2KTD
Forum P2KTD dibentuk dalam rangka mendukung kemandirian P2KTD dalam bentuk
upaya memperkuat kerjasama antaranggota dan lembaga lainnya, memfasilitasi
peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan bimbingan, promosi layanan teknis serta
dukungan pengelolaan sumber daya dan pendanaan bagi P2KTD.

D. Tingkatan Peningkatan Kapasitas Organisasi


Pengembangan kapasitas harus dilaksanakan secara efektif dan berkesinambungan
pada 3 (tiga) tingkatan-tingkatan menurut Riyadi (2006:15) adalah:
Dimensi dan tingkatan Individu, adalah tingkatan dalam sistem yang paling kecil.
Dalam tingkatan ini aktivitas pengembangan kapasitas ditekankan pada aspek
membelajarkan individu dalam rangka mendapatkan sumber daya manusia yang
berkualitas. pengembangan diarahkan pada kompetensi teknis dan kompetensi
manajerial melalui pengelompokan pekerjaan. Harus diketahui bahwa kompetensi
merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, yang dimiliki seseorang terkait dengan pekerjaannya untuk
dapat diaktualisasikan dalam bentuk tindakan nyata. Kompetensi diukur dengan standar
kompetensi pekerjaan yang sudah baku untuk bidang keahlian/profesi tertentu.
Pengakuan kompetensi ini biasanya diakui dengan sertifikasi.
Dimensi dan tingkatan pada kelembagaan atau organisasi. Pada tingkatan ini,
pengembangan dilakukan untuk mengembangkan prosedur dan mekanisme-
mekanisme pekerjaan serta membangun hubungan atau jejaring kerja organisasi,
struktur organisasi, proses pengambilan keputusan , pengaturan sarana prasarana,
hubungan-hubungan dan jaringan-jaringan organisasi. Dalam organisasi, jejaring kerja
jelas sangat dibutuhkan untuk setiap tingkatan manajemen yang biasa dikenal dengan
perencanaan, pengorganisasian, pembagian kerja, pengawasan. Oleh karena itu, dalam
setiap tahapan harus didukung adanya penguasaan tentang cara-cara berinteraksi
dengan orang lain untuk dapat menciptakan jejaring kerja dengan siapa saja, agar
mendapatkan respon positif dalam organisasi.
Dimensi dan tingkatan pada sistem organisasi yang merupakan tingkatan yang
paling tinggi, dimana seluruh komponen masuk didalamnya. Tingkatan sistem, seperti
kerangka kerja yang berhubungan dengan pengaturan, kebijakan-kebijakan dan kondisi
dasar yang mendukung pencapaian obyektivitas kebijakan tertentu; Komponen-
komponen tersebut diantaranya seperti kebijakan dan sumber daya manusia dan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 163


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

lainnya. Contoh organisasi yang memiliki target capaian menjadi organisasi yang
berkualitas dan berintegritas, maka pada tingkatan ini perlu dibangun adanya
pengaturan sistem kediklatan yang baik sesuai dengan standarisasi manajemen kualitas
ISO 9001.

E. Strategi Peningkatan Kapasitas


Salah satu faktor kunci dalam pengembangan kapasitas adalah pembelajaran.
Pembelajaran terjadi pada tingkat individu, tingkat organisasi dan tingkat masyarakat.
Pengembangan kapasitas adalah suatu proses yang berlangsung dalam jangka panjang
secara berkesinambungan dimana orang-orang belajar untuk lebih capable (lebih
mampu melaksanakan pekerjaannya).
Tujuan pembelajaran adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,
dan mengubah perilaku pelaku organisasi untuk mencapai kualiatas pelayanan dan
pada akhirnya mencapai visi misi organisasi. Upaya pengembangan kapasitas dilakukan
dengan berbagai cara dan juga mencakup berbagai macam aspek, bilamana merujuk
pada tingkatan tersebut diatas, maka upaya pengembangan kapasitas dapat dilakukan
melalui:
Pada Tingkatan individual; Secara umum dilakukan dengan pendidikan,
pengajaran dan pembelajaran secara luas kepada individu itu sendiri dengan berbagai
macam metode baik metode pendidikan dengan pendekatan pedagogi maupun dengan
pendekatan andragogi. Tidak hanya dilakukan melalui pendidikan formal tapi juga
melalui nonformal seperti kursus-kursus, pelatihan, magang, sosialisasi dll
Pada Tingkatan Organisasi; Secara umum dilakukan dengan pengembangan
aturan main organisasi, sistem kepemimpinan, sistem manajemen, pengembangan
sumberdaya manusia, serta pengembangan jaringan organisasi.
Pada tingkatan sistem; Terutama dilakukan baik melalui pengembangan kebijakan,
peraturan (Regulasi dan deregulasi) agar sistem yang ada dapat berjalan secara efektif
dan efisien untuk menjamin tercapainya tujuan individu maupun organisasi tersebut
Dalam proses pengembangan kapasitas kita tidaklah mengubah kemampuan
pelaku organisasi dengan hanya menambah atau mengganti kemampuan yang sudah
mereka miliki, namun yang kita lakukan adalah menciptakan suatu pengetahuan,
keterampilan atau sikap yang baru, yang dikembangkan dari apa yang telah mereka
miliki dengan cara berbagi. Dalam proses pengembangan kapasitas di bidang tertentu
setiap orang belajar bersama, dan terbuka kemungkinan dalam proses ini mereka juga
memperoleh input dari orang-orang yang ahli dalam bidang yang dikembangkan
tersebut.
Pengembangan kapasitas memiliki aktifitas tersendiri yang memungkinkan
terjadinya pengembangan pada sebuah sistem, organisasi, atau individu, dimana ada
aktifitas tersebut terdiri atas beberapa fase umum. Adapun fase tersebut menurut
Gandara (2008 : 18) adalah:

164| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Fase Persiapan. Pada fase ini terdapat lima langkah kerja, yaitu: (1) identifikasi
kebutuhan untuk pengembangan kapasitas, langkah kerja ini memiliki kegiatan utama
yaitu mengenali alasan dan kebutuhan nyata untuk mengembangkan kapasitas; (2)
Menentukan tujuan, kegiatan utama yaitu melakukan konsultasi dengan stakeholder
utama untukmengidentifikasi isu utama pengembangan kapasitas; (3) memberikan
tanggung jawab, kegiatan utama menetapkan penanggungjawab kegiatan
pengembangan kapasitas, misalnya membentuk tim teknis atau satuan kerja; (4)
merancang proses pengembangan kapasitas, kegiatan utama yaitu menentukan
metodologi pemetaan sesuai permasalahan yang muncul dan membuat penjadwalan
kegiatan tentang proses pemetaan dan tahapan perumusan berikutnya tentang rencana
tindak pengembangan kapasitas; (5) pengalokasian sumber daya, mengidentifikasi
pendanaan kegiatan proses pengembangan kapasitas dan mengalokasikan sumber
daya dengan membuat formulasi kebutuhan sumber daya sesuai anggaran yang
dibutuhkan dan dapat disetujui oleh pihak berwenang
Fase Analisis. Pada fase ini terdapat lima langkah kerja, yaitu: (1) mengidentifikasi
permasalahan dalam hal ini kegiatan utamanya berupa melakukan pemeriksaan
terhadap masalah untuk penyelidikan lebih lanjut; (2) analisis terhadap proses dalam hal
ini kegiatan utamanya berupa menghubungkan permasalahan untuk pemetaan
kapasitas dengan proses kinerja system, organisasi dan individu; (3) analisis organisasi
dalam hal ini kegiatan utamanya berupa memilih organisasi untuk diselidiki lebih dalam
(pemetaan organisasional); (4) memetakan kesenjangan (gap) dalam kapasitas dalam hal
ini kegiatan utamanya berupa memetakan jurang pemisah antara kapasitas ideal dengan
kenyataannya; (5) menyimpulkan kebutuhan pengembangan kapasitas yang mendesak
dalam hal ini kegiatan utamanya berupa menyimpulkan temuan dan mengumpulkan
usulan-usulan untuk rencana tindak pengembangan kapasitas.
Fase Perencanaan. Pada fase ini terdapat tiga langkah kerja yaitu: (1) perencanaan
tahunan, kegiatan utamanya adalah merumuskan draf rencana tindak pengembangan
kapasitas; (2). membuatrencana jangka menengah, kegiatan utamanya berupa
pertemuan-pertemuan konsultatif; (3) menyusun skala prioritas, kegiatan utamanya
berupa menetapkan skala prioritas pengembangan kapasitas dan tahapan
implementasinya.
Fase Implementasi. Pada fase ini terdapat lima langkah kerja, yaitu: (1)
pemrograman, kegitan utamanya berupa mengalokasikan sumber daya yang dimiliki
saat ini; (2) perencanaan program pengembangan kapasitas, kegiatan utamanya berupa
merumuskan kebijakan implementasi pengembangan kapasitas; (3) penyeleksian
penyedia layanan peningkatan kapasitas, kegiatan utamanya berupa mengidentifikasi
layanan dan produk luar terkait kebutuhan implementasi pengembangan kapasitas yang
akan dikerjanakan; (4) implementasi proyek, kegiatan utamanya berupa implementasi
program tahunan pengembangan kapasitas sesuai sumber daya yang ada dan jadwal
yang tersedia; (5) monitoring proses, kegiatan utamanya berupa melakukan monitoring
terhadap aktifitas-aktifitas pengembangan kapasitas.
Fase Evaluasi. Pada fase ini terdapat dua langkah kerja yaitu: (1) evaluasi dampak,
kegiatan utamanya berupa mengevaluasi pencapaian pengembangan kapasitas, seperti

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 165


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

peningkatan kinerja; (2) merencanakan ulang rencana tindak pengembangan kapasitas,


kegiatan utamanya melakukan analisa terhadap temuan monitoring proses dan evaluasi
dampak dalam konteks kebutuhan perencanaan ulang pengembangan kapasitas.

F. Metodologi Pengembangan kapasitas


1. Training Need Assesment (TNA)
Kegiatan pengembangan kapasitas P2KTD dapat dilakukan oleh pengelola program
atau secara mandiri oleh forum yang dibentuk oleh P2KTD berdasarkan hasil TNA untuk
masing-masing bidang P2KTD, yaitu: bidang kewirausahaan, bidang PSDM, dan bidang
Infrastruktur. Kegiatan TNA dilaksanakan oleh tenaga ahli pengembangan kapasitas di
provinsi dibawah koordinasi tenaga ahli pengembangan kapasitas di pusat. Hasil TNA
dirumuskan menjadi rancangan kebutuhan pelatihan P2KTD dalam bentuk kurikulum
pelatihan yang selanjutnya dipergunakan sebagai dasar untuk menyusun modul
pelatihan P2KTD

2. Persiapan
Kegiatan persiapan pelatihan meliputi: materi pelatihan, tenaga pelatih, dan
penyelenggaraan pelatihan.

a. Materi Pelatihan.
Materi pelatihan yang diharapkan sesuai dengan pengembangan kapasitas teknis,
Manajemen, pengenalan program Inovasi Desa, serta praktek P2KTD. Selain materi yang
bersifat generik, juga perlu disediakan materi yang bersifat pilihan sesuai kebutuhan
pengembangan kapasitas P2KTD. Tenaga ahli pelatihan pusat bertanggungjawab
mempersiapkan materi pelatihan yang terdiri dari Modul Pelatihan P2KTD untuk bidang
kewirausahaan, Modul Pelatihan untuk bidang PSDM, dan Modul Pelatihan bidang
Infrastruktur.

b. Peserta Pelatihan P2KTD

Pokja P2KTD dengan dibantu tenaga ahli Kabupaten melakukan seleksi peserta
pelatihan P2KTD yang meliputi bidang pengembangan ekonomi lokal dan
kewirausahaan, pengembangan sumber daya manusia dan infrastruktur desa. Seleksi
peserta pelatihan P2KTD dilaksanakan dengan memperhatikan minat dari P2KTD dan
kebutuhan desa akan Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis. Pokja P2KTD dengan
dibantu dengan TA Kabupaten akan menyeleksi 36 peserta pelatihan P2KTD yang
berasal dari 12 P2KTD per Kabupaten (2 P2KTD bidang Kewirausahaan, 4 P2KTD bidang
peningkatan sumber daya manusia, dan 6 P2KTD bidang infrastruktur desa. Setiap
P2KTD dapat mengirimkan 3 orang peserta yang terdiri dari 2 orang Pengurus Lembaga
dan 1 orang Pelaksana. Kriteria pemilihan P2KTD sebagai berikut:

166| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

(1) Terdaftar dalam direktori.


(2) Memiliki keinginan kuat untuk mengembangkan bisnis Penyedia Peningkatan
Kapasitas teknis.
(3) Memiliki pengurus dan pelaksana teknis yang full time.
(4) Jenis layanan teknis sesuai dengan kebutuhan desa di kabupaten.
(5) Mengikuti pelatihan secara penuh.

c. Tenaga Pelatih
Tenaga ahli pelatihan program inovasi di Jakarta bertanggung-jawab mempersiapkan
Master Trainer dan Trainer P2KTD untuk masing-masing bidang. Master Trainer dan
Trainer P2KTD harus memenuhi sejumlah kualifikasi minimal diantaranya, memiliki
pengalaman sebagai pelatih Nasional, dan memiliki pengetahuan yang memadai.
Master Trainer (MT) dan Trainer P2KTD dapat berasal dari NGO/LSM, Perguruan Tinggi,
Dunia Usaha yang telah berpengalaman dalam memberikan Penyedia Peningkatan
Kapasitas terkait dengan dibantu tenaga ahli pelatihan pada program. Kebutuhan
jumlah Master Trainer dan Trainer dapat dilihat dalam tabel dibawah ini

Tabel 2
Perkiraan Kebutuhan Pelatih P2KTD

Jumlah Kebutuhan Pelatih


Jenis dan jumlah P2KTD
peserta Trainer MT
P2KTD bidang Kewirausahaan (490) 1.470 176 9
P2KTD Bidang PSDM (980) 2.490 353 18
P2KTD Bidang Infrastruktur (1.470) 4.410 529 26

d. Penyelenggaraan Pelatihan
Pelatihan Master Trainer dan TOT diselenggarakan oleh Satker Pusat, sedangkan untuk
pelatihan P2KTD diselenggarakan oleh Satker Dekonsentrasi di 33 Provinsi. Selain
pelatihan dasar, juga akan dilakukan pelatihan lanjutan dengan fokus pada kemandirian
P2KTD khususnya melalui pengembangan bisnis plan dan membangunan jaringan
kerjasama untuk keberlanjutan P2KTD. Tenaga ahli pengembangan kapasitas di setiap
provinsi juga bertanggungjawab untuk menemukan metode pengembangan kapasitas
yang sesuai dengan kebutuhan P2KTD.

3. Pelaksanaan
Dalam rangka pencapaian tujuan pelatihan, maka perlu dilakukan evaluasi khususnya
terhadap materi pelatihan, tenaga pelatih, pemahaman peserta, dan dukungan panitia

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 167


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

penyelenggara. Selain itu, Konsolidasi pelatih selama proses pelatihan berlangsung juga
penting dilakukan evaluasi untuk memastikan bahwa tujuan dan proses pelatihan
berjalan sesuai dengan rencana. Tenaga ahli pengembangan kapasitas bertanggung-
jawab untuk memastikan semua kegiatan pelaksanaan pelatihan berjalan dengan baik.
Kegiatan pelatihan dapat dibiayai oleh Pemerintah dalam hal ini Kemendesa PDTT
melalui APBN dan Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas PMD atau sebutan lain melalui
APBD, dan swadaya P2KTD.

4. Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan monitoring dan evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui progress
perkembangan P2KTD dari aspek teknis dan kelembagaan sebagai masukan untuk
pengembangan profesionalitas dan kemandirian P2KTD. Kegiatan monitoring dan
evaluasi dilaksanakan oleh Pokja P2KTD -Tim Inovasi Kabupaten dan Satker
Dekonsentrasi dengan dibantu oleh Tenaga ahli Provinsi sesuai dengan jenis kegiatan
yang dilakukan.
Monitoring terhadap kegiatan P2KTD dilakukan untuk mengetahui : (i) Jumlah dan
jenis P2KTD per bidang kegiatan, (ii) Jumlah P2KTD yang sudah mendapatkan pelatihan
per bidang kegiatan, (iii) Jumlah P2KTD yang mengikuti bimbingan pengembangan
bisnis, (iv) dan proses pengembangan kapasitas P2KTD.
Evaluasi bertujuan untuk menilai (i) peningkatan profesionalitas dan kemandirian
P2KTD, (ii) dampak penggunaan P2KTD terhadap peningkatan kualitas kegiatan
pembangunan desa, serta (iii) tingkat kepuasan masyarakat desa atas layanan yang
diberikan oleh P2KTD.

5. Pelaporan
Pelaporan kegiatan pengembangan kapasitas dibuat secara berkala dalam 3 (tiga) bulan,
dan disampaikan secara berjenjang.

168| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Pokok Bahasan 2
PELUANG PENYEDIA
PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 169


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

170| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


Lembar Informasi
SPB
Pokok-Pokok Kebijakan
2.1.1
Layanan Dasar di Desa
(Posyandu dan PAUD)

A. Kebijakan Pemerintah Tentang Posyandu dan PAUD


UU NO 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 4: Tujuan Pengaturan Desa
a. memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan
keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia;
c. melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa;
d. mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk
pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama;
e. memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan
keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
f. memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia;
g. melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa;
h. mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk
pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama;

UU Desa Pasal 74
(1) Belanja Desa diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang
disepakati dalam Musyawarah Desa dan sesuai dengan prioritas Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |171


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

(2) Kebutuhan pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi, tetapi
tidak terbatas pada kebutuhan primer, pelayanan dasar, lingkungan, dan kegiatan
pemberdayaan masyarakat Desa.

UU Desa Pasal 78 – Pembangunan Desa


Pasal 78
(1) Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan
kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan
kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan
potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan
secara berkelanjutan.
(2) Pembangunan Desa meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
(3) Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengedepankan
kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan
pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial.

UU Desa Pasal 80 – ayat 4


(4) Prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dirumuskan berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan
masyarakat Desa yang meliputi:
a. peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar;
b. pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan berdasarkan
kemampuan teknis dan sumber daya lokal yang tersedia;
c. pengembangan ekonomi pertanian berskala produktif;
d. pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk kemajuan
ekonomi; dan
e. peningkatan kualitas ketertiban dan ketenteraman masyarakat Desa
berdasarkan

B. Kebijakan tentang Kewenangan Desa


Peraturan Mentri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi No 4 tahun
2017 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2018
Kewenangan Lokal Berskala Desa:
Kewenangan Lokal Berskala Desa adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat Desa yang telah dijalankan oleh Desa atau mampu dan efektif

172| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

dijalankan oleh Desa atau yang muncul karena perkembangan Desa dan prakasa
masyarakat Desa.
Pasal 4
1. Prioritas Penggunaan Dana Desa untuk membiayai pelaksanaan program dan
kegiatan di bidang pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa.
2. Prioritas penggunaan Dana Desa diutamakan untuk membiayai pelaksanaan
program dan kegiatan yang bersifat lintas bidang.
Pasal 3
Penetapan prioritas penggunaan Dana Desa didasarkan pada prinsip-prinsip:
a. Keadilan, dengan mengutamakan hak dan kepentingan seluruh warga Desa tanpa
membeda-bedakan;
b. Kebutuhan prioritas, dengan mendahulukan kepentingan Desa yang lebih
mendesak, lebih dibutuhkan dan berhubungan langsung dengan kepentingan
sebagian besar masyarakat Desa;
c. Kewenangan Desa, dengan mengutamakan kewenangan hak asal usul dan
kewenangan lokal berska
d. Partisipatif, dengan mengutamakan prakarsa dan kreatifitas Masyarakat;
e. Swakelola dan berbasis sumber daya Desa mengutamakan pelaksanaan secara
mandiri dengan pendayagunaan sumberdaya alam Desa, mengutamakan tenaga,
pikiran dan keterampilan warga Desa dan kearifan lokal; dan
f. Tipologi Desa, dengan mempertimbangkan keadaan dan kenyataan karakteristik
geografis, sosiologis, antropologis, ekonomi, dan ekologi Desa yang khas, serta
perubahan atau perkembangan dan kemajuan Desa

Permendesa No 4, 2017 – Bidang Pembangunan Desa – Pasal 5


Dana Desa digunakan untuk membiayai pembangunan Desa yang ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa, peningkatan kualitas hidup manusia
serta penanggulangan kemiskinan dengan prioritas penggunaan Dana Desa diarahkan
untuk pelaksanaan program dan kegiatan Pembangunan Desa, yang meliputi antara
lain:
a. pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana
dasar untuk pemenuhan kebutuhan:
1. lingkungan pemukiman;
2. transportasi;
3. energi; dan
4. informasi dan komunikasi.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 173


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

b. pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana


pelayanan sosial dasar untuk pemenuhan kebutuhan:
1. kesehatan masyarakat; dan
2. pendidikan dan kebudayaan.

Permendesa No 4, 2017 - Pasal 6


Desa dalam perencanaan program dan kegiatan pembangunan Desa yang dibiayai Dana
Desa, dapat mempertimbangkan tipologi Desa berdasarkan tingkat perkembangan
kemajuan Desa
a. Desa Tertinggal dan/atau Desa Sangat Tertinggal memprioritaskan kegiatan
pembangunan Desa pada:
1. pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana
prasarana dasar; dan
2. pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana
ekonomi serta pengadaan produksi, distribusi dan pemasaran yang
diarahkan pada upaya mendukung pembentukan usaha ekonomi pertanian
berskala produktif, usaha ekonomi pertanian untuk ketahanan pangan dan
usaha ekonomi lainnya yang difokuskan kepada pembentukan dan
pengembangan produk unggulan desa dan/atau produk unggulan kawasan
perdesaan
b. Desa Berkembang memprioritaskan kegiatan pembangunan Desa pada
1. pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur ekonomi
serta pengadaan sarana prasarana produksi, distribusi dan pemasaran untuk
mendukung penguatan usaha ekonomi pertanian berskala produktif, usaha
ekonomi untuk ketahanan pangan dan usaha ekonomi lainnya yang
difokuskan kepada pembentukan dan pengembangan produk unggulan
desa dan/atau produk unggulan kawasan perdesaan; dan
2. pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur serta pengadaan sarana
prasarana sosial dasar dan lingkungan yang diarahkan pada upaya
mendukung pemenuhan akses masyarakat Desa terhadap pelayanan sosial
dasar dan lingkungan
c. Desa Maju dan/atau Desa Mandiri memprioritaskan kegiatan pembangunan
pada:
1. Pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur ekonomi
serta pengadaan sarana prasarana produksi, distribusi dan pemasaran untuk
mendukung perluasan/ekspansi usaha ekonomi pertanian berskala
produktif, usaha ekonomi untuk ketahanan pangan dan usaha ekonomi
lainnya yang difokuskan kepada pembentukan dan pengembangan produk
unggulan desa dan/atau produk unggulan kawasan perdesaan; dan

174| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

2. Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur serta pengadaan sarana


prasarana sosial dasar dan lingkungan yang diarahkan pada upaya
mendukung peningkatan kualitas pemenuhan akses masyarakat Desa
terhadap pelayanan sosial dasar dan lingkungan.

Permendesa No 4, 2017 Bidang Pemberdayaan Masyarakat - Pasal 7


(1) Dana Desa digunakan untuk membiayai program dan kegiatan bidang
Pemberdayaan Masyarakat Desa yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas
dan kapabilitas masyarakat Desa dengan mendayagunakan potensi dan
sumberdayanya sendiri sehingga Desa dapat menghidupi dirinya secara mandiri.
(2) Kegiatan pemberdayaan masyarakat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diprioritaskan meliputi:
a. peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan pembangunan Desa;
b. pengembangan kapasitas di Desa meliputi: pendidikan, pembelajaran,
pelatihan, penyuluhan dan bimbingan teknis, dengan materi tentang
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa;
c. pengembangan ketahanan masyarakat Desa;
d. pengelolaan dan pengembangan sistem informasi Desa;
e. dukungan pengelolaan kegiatan pelayanan sosial dasar di bidang
pendidikan, kesehatan, pemberdayaan perempuan dan anak, serta
pemberdayaan masyarakat marginal dan anggota masyarakat Desa
penyandang disabilitas;
f. dukungan pengelolaan kegiatan pelestarian lingkungan hidup;
g. dukungan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam dan penanganannya;
h. dukungan permodalan dan pengelolaan usaha ekonomi produktif yang
dikelola oleh BUM Desa dan/atau BUM Desa Bersama;
i. dukungan pengelolaan usaha ekonomi oleh kelompok masyarakat, koperasi
dan/atau lembaga ekonomi masyarakat Desa lainnya;

Permendesa No 4, 2017 Bidang Pemberdayaan Masyarakat - Pasal 8 (d)


Desa Tertinggal dan/atau Desa Sangat Tertinggal, Desa Berkembang maupun Desa Maju
dan/atau Desa Mandiri memprioritaskan kegiatan pemberdayaan masyarakat Desa
untuk merintis dan mengembangkan Jaring Komunitas Wira desa, meliputi:
1. Pengelolaan secara partisipatif kegiatan pelayanan sosial dasar di bidang
pendidikan, kesehatan, pemberdayaan perempuan dan anak, serta pemberdayaan
masyarakat marginal dan anggota masyarakat Desa penyandang disabilitas;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 175


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

2. Pengelolaan secara partisipatif kegiatan pelestarian lingkungan hidup;


3. Pengelolaan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam, penanganan bencana
alam, serta penanganan kejadian luar biasa lainnya;
4. Pengembangan kapasitas masyarakat Desa untuk berpartisipasi dalam mengelola
Dana Desa secara transparan dan akuntabel; dan
5. Peningkatan partisipatif masyarakat dalam memperkuat tata kelola Desa yang
demokratis dan berkeadilan sosial.

C. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan Nawa Cita


Pembangunan kesehatan di Indonesia kini bervisi global. Pada era millenium ada visi
yang disebut Millenium development goals (MDGs) yang ditargetkan selesai tahun 2015
dengan MDGs yang memiliki delapan target pembangunan, antara lain: menanggulangi
kemiskinan dan kelaparan; mencapai pendidikan dasar untuk semua; mendorong
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; menurunkan angka kematian anak,
meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular
lainnya; memastikan kelestarian lingkungan hidup; dan mengembangkan kemitraan
global untuk pembangunan.
Saat ini, sejak tahun 2015, Indonesia meneruskan perjuangan dengan misi global
baru setelah MDGs, yaitu Sustainable Development Goals (SDGs) yang ditargetkan
selesai pada tahun 2030 atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Dalam misi SDGs
terdapat 17 tujuan yang terbagi ke dalam 169 target dan kurang lebih 300 indikator
dalam tiga dimensi, yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi. Ketujuh belas tujuan itu
adalah:

Tujuan Global.
1. Tanpa Kemiskinan: Tidak ada kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh
penjuru dunia.
2. Tanpa Kelaparan: Tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan,
perbaikan nutrisi, serta mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan.
3. Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan: Menjamin kehidupan yang sehat serta
mendorong kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat di segala umur.
4. Pendidikan Berkualitas: Menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas dan
meningkatkan kesempatan belajar untuk semua orang, menjamin pendidikan yang
inklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi
semua orang.
5. Kesetaraan Gender: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum ibu
dan perempuan.

176| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

6. Air Bersih dan Sanitasi: Menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang
berkelanjutan untuk semua orang.
7. Energi Bersih dan Terjangkau: Menjamin akses terhadap sumber energi yang
terjangkau, terpercaya, berkelanjutan dan modern untuk semua orang.
8. Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak: Mendukung perkembangan
ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, lapangan kerja yang penuh dan
produktif, serta pekerjaan yang layak untuk semua orang.
9. Industri, Inovasi dan Infrastruktur: Membangun infrastruktur yang berkualitas,
mendorong peningkatan industri yang inklusif dan berkelanjutan serta
mendorong inovasi.
10. Mengurangi Kesenjangan: Mengurangi ketidaksetaraan baik di dalam sebuah
negara maupun di antara negara-negara di dunia.
11. Keberlanjutan Kota dan Komunitas: Membangun kota-kota serta pemukiman
yang inklusif, berkualitas, aman, berketahanan dan bekelanjutan.
12. Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab: Menjamin keberlangsungan
konsumsi dan pola produksi.
13. Aksi Terhadap Iklim: Bertindak cepat untuk memerangi perubahan iklim dan
dampaknya.
14. Kehidupan Bawah Laut: Melestarikan dan menjaga keberlangsungan laut dan
kehidupan sumber daya laut untuk perkembangan pembangunan yang
berkelanjutan.
15. Kehidupan di Darat: Melindungi, mengembalikan, dan meningkatkan
keberlangsungan pemakaian ekosistem darat, mengelola hutan secara
berkelanjutan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi
penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta
menghentikan kerugian keanekaragaman hayati.
16. Institusi Peradilan yang Kuat dan Kedamaian: Meningkatkan perdamaian
termasuk masyarakat untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses
untuk keadilan bagi semua orang termasuk lembaga dan bertanggung jawab
untuk seluruh kalangan, serta membangun institusi yang efektif, akuntabel, dan
inklusif di seluruh tingkatan.
17. Kemitraan untuk Mencapai Tujuan: Memperkuat implementasi dan menghidup-
kan kembali kemitraan global untuk pembangunan yang berkelanjutan.
Dari 17 tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) tersebut terdapat empat poin
penting yang menjadi perhatian khusus sektor kesehatan, yaitu:
1. Poin 2: Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi,
serta mendorong pertanian yang berkelanjutan.
2. Poin 3: Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi
semua orang di segala usia.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 177


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

3. Poin 5: Menjamin kesejahteraan gender serta memberdayakan seluruh wanita dan


perempuan.
4. Poin 6: Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang
berkelanjutan bagi semua orang.
Selanjutnya terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang
ingin diwujudkan pada Kabinet Kerja, yakni:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

D. Kebijakan Pemerintah Tentang Pos Pelayanan Terpadu


Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019
Kementerian Kesehatan mempunyai peran dan berkonstribusi dalam tercapainya
seluruh Nawa Cita terutama terutama dalam meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan RI memiliki dua tujuan pada tahun
2015-2019, yaitu: (1) meningkatnya status kesehatan masyarakat dan; (2) meningkatnya
daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan
finansial di bidang kesehatan. Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan pada
semua kontinum siklus kehidupan (life cycle), yaitu bayi, balita, anak usia sekolah, remaja,
kelompok usia kerja, dan lansia.

Arah kebijakan dan strategi nasional bidang kesehatan


Arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 merupakan
bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan (RPJPK) 2005-
2025, yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

178| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang
ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara
adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh
wilayah Republik lndonesia.
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukkan oleh meningkatnya Umur
Harapan Hidup, menurunnya Angka Kematian Bayi, menurunnya Angka Kematian Ibu,
menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita. Untuk mencapai tujuan dan sasaran
pembangunan kesehatan, maka strategi pembangunan kesehatan 2005- 2025 adalah:
1) pembangunan nasional berwawasan kesehatan; 2) pemberdayaan masyarakat dan
daerah; 3) pengembangan upaya dan pembiayaan kesehatan; 4) pengembangan dan
dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan; dan 5) penanggulangan keadaan
darurat kesehatan.

Strategi pembangunan kesehatan 2015-2019 meliputi:


1. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan Lanjut
Usia yang Berkualitas.
2. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat.
3. Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
4. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas
5. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas
6. Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, dan Kualitas Farmasi
dan Alat Kesehatan
7. Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan
8. Meningkatkan Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya Manusia
Kesehatan.
9. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
10. Menguatkan Manajemen, Penelitian Pengembangan dan Sistem Informasi
11. Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Bidang
Kesehatan
12. Mengembangkan dan Meningkatkan Efektifitas Pembiayaan Kesehatan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 179


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kebijakan terkait pengintegrasian Posyandu


Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 tahun 2011 tentang Pedoman
Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Pos Pelayanan Terpadu
1. Pos Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebut Posyandu adalah salah satu
bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat
dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
2. Bina Keluarga Balita yang selanjutnya disingkat BKB adalah upaya peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan kesadaran ibu serta anggota keluarga lain dalam
membina tumbuh kembang balitanya melalui rangsangan fisik, motorik,
kecerdasan, sosial, emosional serta moral yang berlangsung dalam proses interaksi
antara ibu/anggota keluarga lain nya dengan anak balita.
3. Pos Pendidikan Anak Usia Dini yang selanjutnya disebut Pos PAUD adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6
(enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
4. Penganekaragaman konsumsi pangan adalah proses pemilihan pangan yang di
konsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap
bermacam-macam bahan pangan.
5. Keluarga bermasalah sosial psikologis adalah keluarga yang hubungan antar
keluarganya antara suami, istri, anak, kurang serasi sehingga tugas-tugas dan
fungsi keluarga tidak dapat berjalan.
6. Pengintegrasian layanan sosial dasar di Posyandu adalah suatu upaya
mensinergikan berbagai layanan yang dibutuhkan masyarakat meliputi perbaikan
kesehatan dan gizi, pendidikan dan perkembangan anak, peningkatan ekonomi
keluarga, ketahanan pangan keluarga dan kesejahteraan sosial.
7. Kelompok Kerja Operasional Pembinaan Pos Pelayanan Terpadu yang selanjutnya
disebut Pokjanal Posyandu adalah kelompok kerja yang tugas dan fungsinya
mempunyai keterkaitan dalam pembinaan penyelenggaraan/ pengelolaan
Posyandu yang berkedudukan di pusat, provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan.
8. Kelompok Kerja Posyandu yang selanjutnya disebut Pokja Posyandu adalah
Kelompok Kerja yang tugas dan fungsinya mempunyai keterkaitan dalam
pembinaan penyelenggaraan/pengelolaan Posyandu yang berkedudukan di
desa/kelurahan.
9. Pengelola Posyandu adalah unsur masyarakat, lembaga kemasyarakatan,
organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga mitra

180| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

pemerintah, dan dunia usaha yang dipilih, bersedia, mampu, dan memiliki waktu
dan kepedulian terhadap pelayanan sosial dasar masyarakat di Posyandu.
10. Kader Posyandu yang selanjutnya disebut kader adalah anggota masyarakat yang
bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan
Posyandu secara sukarela.
11. Kader Posyandu terlatih yang selanjutnya disebut kader terlatih adalah kader
Posyandu yang telah mengikuti pelatihan terkait bidang layanan Posyandu.
12. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.

E. Kebijakan Pemerintah Tentang Pendidikan Anak Usia Dini


Rencana Strategis Kementrian Pendidikan 2015-2019
Selama periode 2010—2014, pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan bekerja
sama dengan pemerintah daerah dan masyarakat berhasil meningkatkan partisipasi
PAUD (usia 3-6 tahun) menjadi 68,10% pada tahun 2014 atau naik 17,89% dari capaian
pada tahun 2010 yaitu sebesar 50,21%. Capaian tersebut didukung oleh Program PAUD
yang merupakan gerakan pemerintah untuk mewujudkan perluasan akses PAUD dengan
sasaran satu desa memiliki minimal satu satuan pendidikan PAUD.
Untuk mendukung program ini, Kemendikbud mengalokasikan bantuan untuk
25.774 rintisan PAUD baru dengan alokasi bantuan rata-rata sebesar Rp45 juta untuk
setiap satuan pendidikan PAUD. Program ini juga didukung melalui kerjasama dengan
pemerintah daerah, perusahaan swasta, BUMN, dan organisasi mitra untuk
mengembangkan PAUD.
Sebagai bentuk komitmen pemerintah pada pengembangan akses dan mutu
PAUD, pada tahun 2013 Presiden telah menerbitkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia (Perpres) Nomor 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini
Holistik-Integratif yang bertujuan menjamin (a) terpenuhinya kebutuhan esensial anak
usia dini secara utuh meliputi kesehatan dan gizi, rangsangan pendidikan, pembinaan
moral-emosional dan pengasuhan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal sesuai kelompok umur; serta (b) terselenggaranya pelayanan anak usia
dini secara terintegrasi dan selaras antar lembaga layanan terkait, sesuai kondisi wilayah
dengan mendorong komitmen seluruh lapisan masyarakat di dalam mengembangkan
PAUD. (Renstra Kementrian Pendidikan Tahun 2015-2019).

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 181


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Target Kementrian Pendidikan Nasional khusus tentang PAUD berdasarkan


Rencana Strategis Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019

NO Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis


(IKSS)
1 Meningkatnya akses pendidikan anak APK (Angka Partisipasi) PAUD usia 3-6
usia dini dan pendidikan masyarakat di tahun sekurang- kurangnya 78,70%
seluruh provinsi, kabupaten, dan kota Sejumlah minimal 54,60% kabupaten dan
kota memiliki lembaga PAUD terpadu
pembina holistik integratif
Jumlah lembaga kursus dan pelatihan yang
terakreditasi sebanyak 7.871 lembaga
Angka melek aksara penduduk usia dewasa
di atas 15 tahun sekurang-kurangnya
96,10% Sejumlah minimal 15,60%
kabupaten dan kota memiliki minimal 1
lembaga masyarakat rujukan (PKBM, kursus
dan pelatihan, atau UPTD)

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)


Pendidikan Anak Usia Dini Selama periode 2010—2014, pemerintah bekerja sama
dengan pemerintah daerah dan masyarakat berhasil meningkatkan partisipasi PAUD
(usia 3-6 tahun) menjadi 68,10% pada tahun 2014 atau naik 17,89% dari capaian pada
tahun 2010 yaitu sebesar 50,21%. Capaian tersebut didukung oleh Program Paudisasi
yang merupakan gerakan pemerintah untuk mewujudkan perluasan akses PAUD dengan
sasaran satu desa memiliki minimal satu satuan pendidikan PAUD. Untuk mendukung
program ini, Kemendikbud mengalokasikan bantuan untuk 25.774 rintisan PAUD baru
dengan alokasi bantuan rata-rata sebesar Rp45 juta untuk setiap satuan pendidikan
PAUD. Program ini juga didukung melalui kerjasama dengan pemerintah daerah,
perusahaan swasta, BUMN, dan organisasi mitra untuk mengembangkan PAUD.

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


Pasal 28 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum
jenjang pendidikan dasar.

Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini
Holistik- Integratif
Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini
Holistik-Integratif mengamanatkan PAUD sebagai bagian dari program pengembang-
an anak usia dini untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak yang men-

182| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

cakup layanan kesehatan dan gizi, pendidikan, pengasuhan, perlindungan, dan


kesejahteraan.
Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif yang bertujuan menjamin; (a)
terpenuhinya kebutuhan esensial anak usia dini secara utuh meliputi kesehatan dan gizi,
rangsangan pendidikan, pembinaan moral-emosional dan pengasuhan sehingga anak
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai kelompok umur; serta (b)
terselenggaranya pelayanan anak usia dini secara terintegrasi dan selaras antar lembaga
layanan terkait, sesuai kondisi wilayah dengan mendorong komitmen seluruh lapisan
masyarakat di dalam mengembangkan PAUD.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan


Penyelenggaraan Pendidikan
Pasal 60 menyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan formal meliputi:
 pendidikan anak usia dini;
 pendidikan dasar;
 pendidikan menengah; dan
 pendidikan tinggi.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 84 Tahun 2014 Tentang


Pendirian Satuan PAUD
Peraturan ini mengatur seluk-beluk pendirian PAUD. Pasal 2 ayat 1 menyatakan bahwa
satuan PAUD dapat didirikan oleh:
 pemerintah kabupaten/kota;
 pemerintah desa;
 orang perseorangan;
 kelompok orang; atau
 badan hukum.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 31 Tahun 2014 tentang
Kerjasama Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan oleh Lembaga Pendidikan
Asing dengan Lembaga Pendidikan di Indonesia. Saat ini telah diterbitkan 106 izin
Satuan Pendidikan Kerjasama TK dan Kelompok Bermain.

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 Tentang
Standar Nasional PAUD
Peraturan ini mengatur standar-standar nasional pendidikan yang harus dipenuhi dalam
penyelenggaraan PAUD, mulai dari standar tingkat pencapaian perkembangan; standar

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 183


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

isi, proses, dan penilaian; standar pendidik dan tenaga kependidikan; hingga
standar sarana prasarana, pengelolaan dan pembiayaan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146 Tahun 2014 Tentang
Kurikulum 2013 PAUD
Peraturan ini memaparkan seluk-beluk Kurikulum 2013 PAUD, yang isinya mencakup
kerangka dasar kurikulum, struktur kurikulum, pedoman deteksi dini tumbuh kembang
anak, pedoman pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan, pedoman
pembelajaran, pedoman penilaian, dan buku-buku panduan pendidik.

Program Satu Desa Satu PAUD


Sejumlah regulasi yang mengatur pendirian dan pengembangan PAUD tersebut bisa
menjadi acuan bagi kepala desa dalam menyusun Peraturan Desa (Perdes). Di dalam
Perdes yang akan disusun, hendaknya memuat unsur pendirian PAUD desa sebagai
bagian dari layanan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat desa.
Gerakan PAUD nasional sejak tahun 2011 yang berwujud pada program Satu Desa
Satu PAUD. Program ini sangat relevan dan sejalan dengan UU Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa maupun yang lebih dirinci lagi melalui Peraturan Menteri Desa, PDT dan
Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2017 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana
Desa Tahun 2018.

Daftar Pustaka
http://www.id.undp.org/content/dam/indonesia/2017/doc/INS-
HDR2016%20indonesia%20summary-final.pdf
https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/26
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/RenstraKemdikbud2015-2019.pdf
http://ppsp.nawasis.info/dokumen/panduan/PermenDesaPDTTrans%20Nomor%2022%
20Tahun%20%20%20%202016.pdf
Kemenkes RI. Profil kesehatan indonesia 2014 [Internet]. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI; 2015 [cited 2016 Jul 26]
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf
http://kompak.or.id/userfiles/publication/download/Feb2017_brief-dana-desa-ID-
Final.pdf

184| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Informasi
SPB
Kondisi dan Tantangan
2.2.1
Layanan Dasar di Desa
(Posyandu dan PAUD)

A. Pendahuluan

Pelayanan dasar kesehatan di desa seperti Posyandu merupakan garda terdepan


pelayanan kesehatan dari kementrian kesehatan RI di tingkat desa. Posyandu ini
merupakan pelayanan berbasis masyarakat yang berada pada tingkat masyarakat yang
paling kecil yaitu di desa. Walaupun berbasis masyarakat, dimana pelayanan dilakukan
oleh masyarakat, namun capaian dari pelayanan Posyandu ini merupakan bagian dari
capaian indikator dari perpanjangan pelayanan di tingkat puskesmas yang berada di
tingkat kecamatan. Artinya, capaian keberhasilan yang didapat oleh Posyandu
merupakan juga bagian keberhasilan puskesmas dalam upaya mempromosikan
kesehatan masyarakat di tingkat desa.
Posyandu dalam hal ini memiliki peran sebagai wadah promosi layanan kesehatan
di tingkat masyarakat yang paling kecil. Dengan demikian keberhasilan Posyandu dapat
diukur dengan indikator capaian jangkauan masyarakat yang sudah menerima promosi
untuk melakukan upaya pencegahan terhafap penyakit.
Dalam perkembangan upaya promosi kesehatan pada masyarakat, masih terdapat
beragam tantang dari sisi pencapaian cakupan jangkauan promosi kesehatan dan
jangkauan layanan di Posyandu yang sebagian besar merupakan bagian dari
pencegahan. Kegiatan Posyandu masih belum dapat menjangkau semua masyarakat di
desa untuk mempromosikan upaya pencegahan penyakit. Sebagai contoh: 1; kegiatan
Posyandu masih minim misalnya sebulan sekali dan itu pn tergantung pada keaktifan
puskesmas, 2; partisipasi masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan Posyandu masih
minim, dimana kader yang terlibat hanya itu-itu saja,3; jenis kegiatan yang dilakukan
adalah hal minim yang menjadi instruksi dari puskesmas, namun belum memfokuskan
pada kebutuhan masyarakat yang sungguh-sungguh dibutuhkan sesuai kondisi
kesehatan masyarakat di desa tersebut.
Pendidikan di Indonesia menghadapi beragam tantangan, baik lingkungan
internal dan respon terhadap keperluan eksternal dunia pendidikan nasional dan global.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 185


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Di satu sisi arus globalisasi menuntut masyarakat untuk melakukan perubahan karena
besarnya arus informasi yang membuat beragam informasi tak terbendung dan menjadi
konsumsi pendidikan. Di sisi lain keberagaman arus informasi yang masuk juga bertemu
dengan keberagaman budaya dan kearifan lokal yang juga kaya penuh dengan nilai-
nilai edukatif.
Konsep dasar pendidikan anak usia pra sekolah, yang didominasi oleh dunia
bermain sambil belajar, memiliki peluang yang sangat besar dalam mengoptimalisasi
semangat mengedukasi pada anak-anak usia pra-sekolah. Pada beberapa beberapa pos
paud di area urban, beberapa bentuk pelayanan pendidikan anak usia dini memiliki
beragam pendekatan. Sayangnya, konsep pendidikan anak usia dini yang ada di desa ini
masih jauh dari inovasi. Masih minim bentuk-bentuk inovasi yang muncul di PAUD desa
yaang seusai dengan kebutuhan pendidikan anak usia dini. Hal ini ditandai dengan
masih banyak ditemui PAUD-PAUD desa yang sepi dan kurang diminati oleh warga,
kegiatan paud dengan frekuensi yang minim, pendekatan pendidikan anak usia dini
yang tidak memanfaatkan sumber daya dan kearifan lokal. Untuk itu penting bagi dunia
pendidikan dasar, khususnya pra-sekolah untuk menemukan beragam inovasi yang
dapat mendukung perbaikan dalam mendidik anak-anak.
Untuk itu, inovasi layanan dasar baik pendidikan prasekolah dan Posyandu di desa
ini sangat dibutuhkan selain untuk menjangkau masyarakat lebih banyak yang
mendapat merubah perilaku dan mengaksses lebih awal layanan kesehatan yang paling
dekat dengan masyarakat sehingga dapat mencegah tingkat penannganan dari sisi
kesehatan.

B. Tujuan

1. Memahami tantangan Posyandu dan PAUD;


2. Memahami pentingnya pola pikir inovatif untuk memberikan solusi pada
tantangan Posyandu dan PAUD;
3. Memahami konsep inovasi layanan sosial dasar bidang pendidikan pra sekolah
(PAUD) dan kesehatan dasar (Posyandu) di Desa.

C. Tantangan Posyandu

Kondisi umum, potensi dan permasalahan kesehatan di Indonesia mengacu pada Rencana
Strategi Kementrian Kesehatan RI tahun 2015-2019
Gambaran kondisi umum, potensi dan permasalahan pembangunan kesehatan
dipaparkan berdasarkan dari hasil pencapaian program kesehatan, kondisi lingkungan
strategis, kependudukan, pendidikan, kemiskinan dan perkembangan baru lainnya.
Potensi dan permasalahan pembangunan kesehatan akan menjadi input dalam
menentukan arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan.

186| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kesehatan Ibu dan Anak. Angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan,
namun masih jauh dari target MDGs tahun 2015, meskipun jumlah persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan. Kondisi ini kemungkinan
disebabkan oleh antara lain kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai,
kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya. Penyebab utama
kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan post partum. Penyebab
ini dapat diminimalisir apabila kualitas Antenatal Care dilaksanakan dengan baik.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat antara
lain adalah penanganan komplikasi, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes,
hipertensi, malaria, dan empat terlalu (terlalu muda <20 tahun, terlalu tua >35 tahun,
terlalu dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak anaknya > 3 tahun). Sebanyak 54,2 per
1000 perempuan dibawah usia 20 tahun telah melahirkan, sementara perempuan yang
melahirkan usia di atas 40 tahun sebanyak 207. per 1000 kelahiran hidup. Hal ini
diperkuat oleh data yang menunjukkan masih adanya umur perkawinan pertama pada
usia yang amat muda (<20 tahun) sebanyak 46,7% dari semua perempuan yang telah
kawin.
Potensi dan tantangan dalam penurunan kematian ibu dan anak adalah jumlah
tenaga kesehatan yang menangani kesehatan ibu khususnya bidan sudah relatif tersebar
ke seluruh wilayah Indonesia, namun kompetensi masih belum memadai. Demikian juga
secara kuantitas, jumlah Puskesmas PONED dan RS PONEK meningkat namun belum
diiringi dengan peningkatan kualitas pelayanan. Peningkatan kesehatan ibu sebelum
hamil terutama pada masa remaja, menjadi faktor penting dalam penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan AKB (Angka Kematian Bayi).
Peserta KB cukup banyak merupakan potensi dalam penurunan kematian ibu,
namun harus terus digalakkan penggunaan kontrasepsi jangka panjang.
Keanekaragaman makanan menjadi potensi untuk peningkatan gizi ibu hamil, namun
harus dapat dikembangkan paket pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang
tinggi kalori, protein dan mikronutrien.
Kematian Bayi dan Balita. Dalam 5 tahun terakhir, Angka Kematian Neonatal
(AKN) tetap sama yakni 19/1000 kelahiran, sementara untuk Angka Kematian Pasca
Neonatal (AKPN) terjadi penurunan dari 15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran hidup,
angka kematian anak balita juga turun dari 44/1000 menjadi 40/1000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian pada kelompok perinatal disebabkan oleh Intra Uterine Fetal Death
(IUFD) sebanyak 29,5% dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 11,2%, ini berarti
faktor kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan amat menentukan kondisi bayinya.
Tantangan ke depan adalah mempersiapkan calon ibu agar benar-benar siap untuk
hamil dan melahirkan dan menjaga agar terjamin kesehatan lingkungan yang mampu
melindungi bayi dari infeksi.
Untuk usia di atas neonatal sampai satu tahun, penyebab utama kematian adalah
infeksi khususnya pnemonia dan diare. Ini berkaitan erat dengan perilaku hidup sehat
ibu dan juga kondisi lingkungan setempat.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 187


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Usia Sekolah dan Remaja. Penyebab kematian terbesar pada usia ini adalah
kecelakaan transportasi, disamping penyakit demam berdarah dan tuberkulosis.
Masalah kesehatan lain adalah penggunaan tembakau dan pernikahan pada usia dini
(10-15 tahun) dimana pada laki-laki sebesar 0,1% dan pada perempuan sebesar 0,2%.
Untuk status gizi remaja, hasil Riskesdas 2010, secara nasional prevalensi remaja
usia 13-15 tahun yang pendek dan amat pendek adalah 35,2% dan pada usia 16-18
tahun sebesar 31,2%. Sekitar separuh remaja mengalami defisit energi dan sepertiga
remaja mengalami defisit protein dan mikronutrien.
Pelaksanaan UKS harus diwajibkan di setiap sekolah dan madrasah mulai dari
TK/RA sampai SMA/ SMK/MA, mengingat UKS merupakan wadah untuk
mempromosikan masalah kesehatan. Wadah ini menjadi penting dan strategis, karena
pelaksanaan program melalui UKS jauh lebih efektif dan efisien serta berdaya ungkit
lebih besar. UKS harus menjadi upaya kesehatan wajib Puskesmas. Peningkatan
kuantitas dan kualitas Puskesmas melaksanakan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) yang menjangkau remaja di sekolah dan di luar sekolah. Prioritas program UKS
adalah perbaikan gizi usia sekolah, kesehatan reproduksi dan deteksi dini penyakit tidak
menular.
Usia Kerja dan Usia Lanjut. Selain penyakit tidak menular yang mengancam pada
usia kerja, penyakit akibat kerja dan terjadinya kecelakaan kerja juga meningkat. Jumlah
yang meninggal akibat kecelakaan kerja semakin meningkat hampir 10% selama 5 tahun
terakhir. Proporsi kecelakaan kerja paling banyak terjadi pada umur 31-45 tahun. Oleh
karena itu program kesehatan usia kerja harus menjadi prioritas, agar sejak awal faktor
risiko sudah bisa dikendalikan. Prioritas untuk kesehatan usia kerja adalah
mengembangkan pelayanan kesehatan kerja primer dan penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja, selain itu dikembangkan Pos Upaya Kesehatan Kerja
sebagai salah satu bentuk UKBM pada pekerja dan peningkatan kesehatan kelompok
pekerja rentan seperti Nelayan, TKI, dan pekerja perempuan.
Gizi Masyarakat. Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat
ini, selain masih menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga
menjadi persoalan yang harus kita tangani dengan serius. Dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional 2010-2014, perbaikan status gizi masyarakat merupakan
salah satu prioritas dengan menurunkan prevalensi balita gizi kurang (underweight)
menjadi 15% dan prevalensi balita pendek (stunting) menjadi 32% pada tahun 2014.
Hasil Riskesdas dari tahun 2007 ke tahun 2013 menunjukkan fakta yang memprihatinkan
dimana underweight meningkat dari 18,4% menjadi 19,6%, stunting juga meningkat dari
36,8% menjadi 37,2%, sementara wasting (kurus) menurun dari 13,6% menjadi 12,1%.
Riskesdas 2010 dan 2013 menunjukkan bahwa kelahiran dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) <2500 gram menurun dari 11,1% menjadi 10,2%. Stunting terjadi karena
kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kemiskinan dan pola asuh tidak tepat, yang
mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal, mudah sakit dan
berdaya saing rendah, sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan. Seribu hari pertama
kehidupan seorang anak adalah masa kritis yang menentukan masa depannya, dan pada
periode itu anak Indonesia menghadapi gangguan pertumbuhan yang serius.

188| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Permasalhan yang dihadapi lewat dari 1000 hari, dampak buruk kekurangan gizi sangat
sulit diobati. Untuk mengatasi stunting, masyarakat perlu dididik untuk memahami
pentingnya gizi bagi ibu hamil dan anak balita. Secara aktif turut serta dalam komitmen
global (SUN-Scalling Up Nutrition) dalam menurunkan stunting, maka Indonesia fokus
kepada 1000 hari pertama kehidupan (terhitung sejak konsepsi hingga anak berusia 2
tahun) dalam menyelesaikan masalah stunting secara terintergrasi karena masalah gizi
tidak hanya dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan saja (intervensi spesifik) tetapi juga
oleh sektor di luar kesehatan (intervensi sensitif). Hal ini tertuang dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.
Peningkatan gizi yang pertama, indikatornya ditunjukkan oleh angka kematian ibu dan
angka kematian bayi. Angka kematian ibu ditargetkan pemerintah akan menurun dari
3559/100.000 kelahiran menjadi 70/100.000 kelahiran di tahun 2030.
Tidak hanya terjadi pada usia balita, prevalensi obesitas yang meningkat juga
terjadi di usia dewasa. Terbukti dari perkembangan prevalensi obesitas sentral (lingkar
perut >90 cm untuk laki2 dan >80 cm untuk perempuan) tahun 2007 ke tahun 2013
antar provinsi. Untuk tahun 2013, tertinggi di Provinsi DKI Jakarta (39,7%) yaitu 2,5 kali
lipat dibanding prevalensi terendah di Provinsi NTT (15.2%). Prevalensi obesitas sentral
naik di semua provinsi, namun laju kenaikan juga bervariasi, tertinggi di Provinsi DKI
Jakarta, Maluku dan Sumatera Selatan. Mencermati hal tersebut, pendidikan gizi
seimbang yang proaktif serta PHBS menjadi suatu kewajiban yang harus dilaksanakan di
masyarakat.
Tujuan indikator Kementerian Kesehatan bersifat dampak (impact atau outcome).
Dalam peningkatan status kesehatan masyarakat, indikator yang akan dicapai adalah:
1. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.00 kelahiran hidup (SP 2010),
346 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).
2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup.
3. Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%.
4. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.
5. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.
Dalam rangka meningkatkan daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan
masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan, maka ukuran yang
akan dicapai adalah:
1. Menurunnya beban rumah tangga untuk membiayai pelayanan kesehatan setelah
memiliki jaminan kesehatan, dari 37% menjadi 10%
2. Meningkatnya indeks responsiveness terhadap pelayanan kesehatan dari 6,80
menjadi 8,00.
Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan yang terkait dengan layanan kesehatan
dasar di desa sebagai berikut:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 189


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

1. Meningkatnya Kesehatan Masyarakat, dengan sasaran yang akan dicapai adalah:


a. Meningkatnya persentase persalinan di fasilitas kesehatan sebesar 85%.
b. Menurunnya persentase ibu hamil kurang energi kronik sebesar 18,2%.
c. Meningkatnya persentase kabupaten dan kota yang memiliki kebijakan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebesar 80%.
2. Meningkatnya Pengendalian Penyakit, dengan sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Persentase kab/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan sebesar
40%.
b. Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
tertentu sebesar 40%.
c. Kab/Kota yang mampu melaksanakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan
kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah sebesar 100%.
d. Menurunnya prevalensi merokok pada pada usia ≤ 18 tahun sebesar 5,4%.
Dalam RPJMN 2015-2019, sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan derajat
kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan
kesehatan.
Sasaran pembangunan kesehatan pada RPJMN 2015-2019 dengan indikator yang terkait
dengan layanan dasar di desa, sebagai berikut:
No Indikator Status Awal Target 2019
1 Meningkatnya status kesehatan gizi masyarakat
Angka kematian ibu per 100.000 346 (SP 306
kelahiran hidup 2010)
Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran 32 24
hidup (2012/2013)
Prevalensi kekurangan gizi (underweight) 19,6 (2013 17,0
pada anak balita (persen)
Prevalensi stunting (pendek dan sangat 32,9 (2013) 28,0
pendek) pada anak baduta (bawah dua
tahun) (persen)
2 Meningkatnya Pengendalian Penyakit Menular dan
Tidak Menular
Prevalensi Tuberkulosis (TB) per 100.000 297 (2013) 245
penduduk
Prevalensi HIV (persen) 0,46 (2014) <0,50
Jumlah kabupaten/kota mencapai 212 (2013) 300
eliminasi malaria
Prevalensi tekanan darah tinggi (persen) 25,8 (2013) 23,4
Prevalensi obesitas pada penduduk usia 15,4 (2013) 15,4
18+ tahun (persen)
merokok penduduk usia < 18 tahun 7,2 (2013) 5,4

190| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Selama ini kematian ibu yang baru melahirkan dikarenakan kualitas pelayanan
kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor
determinan lainnya. Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan
dan perdarahan setelah melahirkan (post partum). Penyebab ini dapat diminimalisasi
apabila kualitas Antenatal Care dilaksanakan dengan baik. Selain itu, pemberian tablet
tambah darah, pemberian makanan tambahan, dan pengadaan kelas hamil juga telah
dicanangkan untuk mengurangi angka kematian ibu. Namun, pada kenyataannya, masih
jarang yang mengetahui tentang kelas hamil ini, sehingga masyarakat kurang teredukasi
tentang masalah kehamilannya, harus berbuat apa untuk memberdayakan dirinya
selama kehamilan, setelah melahirkan harus seperti apa. Masyarakat Amerika Serikat
sudah familiar dengan kelas kehamilan dan istilah doula (tenaga non medis pendamping
persalinan). Mungkin ini patut dicontoh, misalnya tidak hanya memberdayakan
puskesmas, tetapi juga harus ada kerja sama dengan pihak swasta. Dengan demikian,
ibu hamil tahu nutrisi apa yang dibutuhkan, gerakan-gerakan yang bermanfaat untuk
proses persalinan, sampai tentang ASI. Biasanya ibu-ibu minim sekali pengetahuan
tentang ASI, karena kelas hamil hanya membahas tentang kehamilan saja.
Dalam 5 tahun terakhir, Angka Kematian Neonatal (AKN) tetap sama yakni 19/1000
kelahiran, sementara untuk Angka Kematian Pasca Neonatal (AKPN) terjadi penurunan
dari 15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran hidup, angka kematian anak balita juga turun
dari 44/1000 menjadi 40/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian pada kelompok
perinatal disebabkan oleh Intra Uterine Fetal Death (IUFD) sebanyak 29,5% dan Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 11,2%, ini berarti faktor kondisi ibu sangat
berpengaruh. Kembali lagi pada edukasi ibu selama hamil dan pemberian makanan
tambahan tinggi protein sangatlah penting.
Kejadian balita kurus (wasting) pada tahun 2013 sebesar 12,1%. Pemerintah
menargetkan persentase ini akan turun menjadi 5% pada 2025. Untuk gizi bayi pada
1000 hari pertama kehidupannya, nutrisi setelah lahir perlu diperhatikan, yaitu hanya ASI
selama 6 bulan pertama yang disebut ASI Eksklusif. Pemerintah menargetkan ASI Ekslusif
dan inisiasi menyusui dini menjadi 50% di tahun 2019.
Masih banyak hambatan untuk bisa ASI Eksklusif. Edukasi memang sangat
diperlukan, terutama bagi ibu hamil. Mereka harus tahu bahwa di balik ASI yang seolah-
olah tidak keluar di hari pertama bayi lahir sebenarnya ada kolostrum yang tak terasa
mengalir dalam jumlah yang sangat sedikit. Namun, bayi bisa bertahan selama 3 hari
tanpa tambahan makanan lain. Di sinilah lingkaran setan dimulai. Saat si ibu panik ASI
tidak keluar, kemudian bidan atau tenaga kesehatan lain yang biasanya ditarget oleh
perusahaan susu, menawarkan susu formula pada ibu. Pemerintah harus mengeluarkan
sanksi untuk tenaga kesehatan seperti ini. Dan peraturan di fasilitas kesehatan seperti
puskesmas atau rumah sakit harus disosialisasikan dengan baik agar menjadi fasilitas
yang ramah ibu dan ramah bayi. Jika bayi sudah tercemar susu formula, maka ASI tidak
terangsang keluar, dan inilah yang akan dijadikan alasan kebanyakan ibu tidak bisa
memberi ASI. Selain sanksi pada tenaga medis yang menghambat ASI eksklusif,
pemerintah juga harus mengeluarkan peraturan cara pembelian susu formula. Indonesia
patut mencontoh luar negeri, dimana susu untuk bayi harus diresepkan dokter.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 191


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

D. Sistem Kesehatan Nasional

Kehidupan yang sehat dinilai dari bebas penyakit menular maupun tidak menular. Untuk
penyakit menular, diprioritaskan pada penyakit HIV/AIDS, tuberculosis (TBC), malaria,
demam berdarah, influenza dan flu burung. Tingkat kasus penyakit HIV/AIDS terus
meningkat pada usia 15-49 tahun. Pada awal tahun 2009, prevalensi kasus HIV pada
penduduk usia 15 – 49 tahun hanya 0,16% dan meningkat menjadi 0,30% pada tahun
2011, meningkat lagi menjadi 0,32% pada 2012, dan terus meningkat manjadi 0,43%
pada 2013. Angka CFR AIDS juga menurun dari 13,65% pada tahun 2004 menjadi 0,85
% pada tahun 2013.
Pemerintah juga masih berjuang mengendalikan penyakit neglected diseases
seperti kusta, filariasis, leptospirosis, dan lain-lain. Angka kesakitan dan kematian yang
disebabkan oleh penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti polio,
campak, difteri, pertusis, hepatitis B, dan tetanus baik pada maternal maupun neonatal
sudah sangat menurun. Pada tahun 2014 Indonesia sudah mendapat sertifikat bebas
polio.
Penyakit tidak menular utama meliputi hipertensi, diabetes melitus, kanker dan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Jumlah kematian akibat rokok terus meningkat
dari 41,75% pada tahun 1995 menjadi 59,7% di 2007. Rokok telah menjadi gaya hidup
yang konsumtif. Bukan bagi orang kaya saja. Menurut survei ekonomi nasional 2006
disebutkan penduduk miskin menghabiskan 12,6% penghasilannya untuk konsumsi
rokok. Untuk masalah rokok ini kini ada kewajiban peringatan yang lebih menyeramkan
melalui visualisasi organ terinfeksi kanker di kemasan rokok. Beberapa public figure dan
cancer survivor dilibatkan dalam kampanye anti rokok agar banyak yang sadar. Peraturan
pemerintah seperti Pemda juga sudah dilibatkan untuk melarang merokok di ruang
publik.

E. Program Indonesia Sehat

Peraturan Mentri Kesehatan no 39 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Program


Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga terdiri atas 4 (empat) area prioritas yang meliputi:
a. penurunan angka kematian ibu dan bayi;
b. penurunan prevalensi balita pendek (stunting);
c. penanggulangan penyakit menular; dan
d. penanggulangan penyakit tidak menular.

Area prioritas dilaksanakan dengan pendekatan upaya promotif dan preventif tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif oleh tenaga kesehatan sesuai kompetensi
dan kewenangannya.

192| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Dalam rangka penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan


Keluarga, ditetapkan 12 (dua belas) indikator utama sebagai penanda status kesehatan
sebuah keluarga sebagai berikut:
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB);
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;
4. Bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar;
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan;
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok;
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN);
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat.
Adapun strategi pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 meliputi 12 (duabelas)
pokok strategi berikut:
1. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan Lanjut
Usia yang Berkualitas.
2. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat.
3. Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
4. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas.
5. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas.
6. Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, dan Kualitas Farmasi
dan Alat Kesehatan.
7. Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan.
8. Meningkatkan Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya Manusia
Kesehatan.
9. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
10. Menguatkan Manajemen, Penelitian dan Pengembangan, serta Sistem Informasi
Kesehatan.
11. Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Bidang
Kesehatan atau JKN
12. Mengembangkan dan Meningkatkan Efektivitas Pembiayaan Kesehatan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 193


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

F. Bina Keluarga Lansia

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2016 tentang Rencana
Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019
Adanya prioritas pada pengembangan Posyandu dengan target lansia menjadi prioritas
pada Kementrian kesehatan. Tujuannya meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia
untuk mencapai lanjut usia yang sehat, mandiri, aktif, produktif dan berdayaguna bagi
keluarga dan masyarakat. Tujuan Khusus dari Posyandu lansia:
1. Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan santun lanjut usia :
2. Persentase puskesmas yang telah membina Posbindu lanjut usia yang terintegrasi
3. Meningkatnya ketersediaan data dan informasi di bidang kesehatan lanjut usia :
4. Adanya sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan lanjut usia
5. Meningkatnya koordinasi dengan lintas program, lintas sektor, profesi/organisasi
profesi, organisasi masyarakat, dunia usaha, media massa dan pihak terkait lainnya.
6. Meningkatnya peran serta dan pemberdayaan keluarga, masyarakat dan lanjut usia
dalam upaya peningkatan kesehatan lanjut usia
7. Meningkatnya peran serta lanjut usia dalam upaya peningkatan kesehatan
keluarga dan masyarakat:
- adanya kegiatan peningkatan pengetahuan lanjut usia tentang kesehatan
dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat
- Kegiatan puskesmas mendukung kelompok lanjut usia agar aktif di setiap desa

Sasaran Program Bagi Lanjut Usia:


Sasaran langsung adalah pra lanjut usia (45-59 tahun), lanjut usia (60-69 tahun), dan
lanjut usia risiko tinggi (lanjut usia >70 tahun atau usia >= 60 tahun dengan masalah
kesehatan). Sedangkan sasaran tidak langsung adalah keluarga, masyarakat, lembaga
swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, kelompok khusus, dan swasta, lintas
program, dan lintas sektor. Untuk tingkat desa, berdasarkan peraturan mentri tentang
lansia ini menyebutkan bahwa pentingnya puskesmas melakukan kegiatan di tingkat
desa, yaitu:
1. Pemantauan dan evaluasi secara langsung di lapangan pada tingkat pelaksana
kegiatan, misalnya pada kegiatan di Kelompok Lanjut Usia, Panti Wredha atau
kegiatan-kegiatan kesehatan lanjut usia di tempat-tempat tertentu yang dilakukan
secara insidentil maupun berkala.
2. Pertemuan dengan pelaksana kegiatan, kader kesehatan lanjut usia, Tim
Penggerak PKK, Pramuka, pengurus Kelompok Lanjut Usia atau kelompok lain
yang melakukan kegiatan kesehatan lanjut usia untuk membahas pelaksanaan
program, hambatan dan kendala yang ada, serta menetapkan alternatif solusinya

194| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

G. Keberadaaan Layanan Posyandu Saat ini dan Tantangan ke depan

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri no 19 tahun 2011, Pos Pelayanan Terpadu
atau Posyandu adalah suatu upaya kesehatan yang bersumberdayakan masyarakat yang
dijalankan dengan konsep dari, oleh dan untuk masyarakat sebagai bentuk
pembangunan kesehatan yang memberikan kemudahan untuk masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Pada dasarnya, Posyandu merupakan suatu
wadah untuk membangun masyarakat di lingkup yang paing kecil yaitu desa.
Keberadaannya di setiap desa menjadi harapan pembangunan kesehatan, namun
sudahkah Posyandu dimiliki semua penduduk Indonesia?
Di Indonesia, kesehatan menjadi fokus utama pembangunan yang
diselenggarakan di Posyandu. Fasilitas ini menjadi suatu sarana penyebaran informasi
kesehatan bagi masyarakat mulai dari pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak,
perilaku hidup bersih dan sehat, pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
serta berperan sebagai sarana pemberdayaan dan penggerakan masyarakat.
Kementerian Kesehatan menyebutkan terdapat 289.635 Posyandu di Indonesia pada
tahun 2014. Proporsi jumlah Posyandu di setiap desa/kelurahan hampir semuanya
melebihi angka 1 kecuali Papua dan Papua Barat. Pemerataan jumlahnya belum tercapai
dengan baik melihat jumlahnya yang terhitung banyak berada di DKI Jakarta
dibandingkan dengan provinsi lainnya.
Indonesia masih memiliki angka kematian bayi dan angka kematian usia di bawah
lima tahun yang cukup tinggi. Menurut Badan Pusat Statistik, di Papua dan Papua Barat
angka kematian usia di bawah lima tahun melampaui angka 100 di tahun 2012.
Kebutuhan pelayanan kesehatan dasar yang dapat disediakan oleh salah satu upaya
kesehatan bersumberdaya masyarakat ini sangat diperlukan untuk memperbaiki kondisi
tersebut. Pemerataan Posyandu sebagai lini pertama pembangunan kesehatan
masyarakat perlu dibenahi dan ditingkatkan kembali. Apalagi kegiatan Layanan masih
minim seperti Posyandu dan paud dilakukan hanya sekali sebulan dengan jumlah kader
dan kemampuan kader yang terbatas.

H. Tantangan PAUD Ke depan:

Belum Semua Penduduk Memperoleh Layanan Akses PAUD yang Berkualitas. Belum
semua anak usia PAUD memperoleh layanan pendidikan, sebagaimana ditunjukkan
dengan capaian APK PAUD yang baru sebesar 68,1% pada tahun 2014. Kualitas
penyelenggaraan PAUD pun masih harus ditingkatkan sejalan dengan peningkatan
akses, antara lain dengan Standarisasi layanan PAUD.
Peningkatan pendidikan keluarga belum seperti yang diharapkan saat ini program
keluarga yang dilaksanakan melalui pendidikan keorangtuaan baru berhasil menjangkau
45% kabupaten dan kota. Selain itu, capaian keberhasilan itu pun belum memadai
karena baru terbatas pada pemangku kepentingan untuk memberikan peningkatan
wawasan. Wawasan tentang pentingnya peran ayah dan bunda dalam mendidik anak
sedini mungkin, meningkatkan ketahanan pangan keluarga, mencegah perilaku

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 195


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

destruktif, dan memahami gizi dan pola hidup sehat. Program belum menyentuh sasaran
akhir serta belum meningkatkan peran orang tua dalam mencapai hasil belajar yang
optimal. Tantangan ke depan dalam penyediaan pelayanan PAUD yang berkualitas:
(1) meningkatkan akses PAUD terutama untuk masyarakat miskin;
(2) meningkatkan kompetensi guru, guru pendamping, dan pengasuh PAUD melalui
pendidikan dan pelatihan;
(3) memperluas pemenuhan standar pelayanan PAUD;
(4) meningkatkan koordinasi antarsektor dan pemberdayaan peran swasta dalam
penyelenggaraan PAUD holistik dan integratif.

I. Target Gerakan satu Desa Satu PAUD


Sampai awal tahun 2015, sudah terdapat 188.647 lembaga PAUD, yang terdiri dari
79.631 Taman Kanak-kanak (TK), 77.184 Kelompok Bermain (KB), 3.467 Tempat
Penitipan Anak (TPA), dan 28.365 Satuan PAUD Sejenis (SPS). Meski demikian, jumlah
lembaga PAUD masih perlu ditambah. Sebab, dari sekitar 18 juta anak usia 3-6 tahun,
masih sekitar 6,5 juta anak yang belum terlayani. Sebagian besar merupakan anak-anak
yang tinggal di desa.
Bagi desa pendirian PAUD diarahkan agar anak-anak usia 2 - 6 tahun di desanya
bisa terlayani pendidikan. Sedangkan bagi desa yang telah memiliki PAUD penting untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Melalui layanan PAUD diharapkan mampu
membentuk manusia Indonesia yang tumbuh, cerdas, berbudaya dan berkarakter.
Sumber daya manusia dan ekosistem kebudayaan yang berkarakter dimaknai sebagai
berikut:
1. Terwujudnya pemahaman mengenai pluralitas sosial dan keberagaman budaya
dalam masyarakat, yang diindikasikan oleh kesediaan membangun harmoni sosial,
toleransi, dan menjaga kesatuan dalam keanekaragaman;
2. Terbentuknya wawasan kebangsaan di kalangan anak-anak usia sekolah yang
diindikasikan oleh menguatnya nilai-nilai nasionalisme dan rasa cinta tanah air;
3. Terwujudnya budaya dan aktivitas riset, budaya inovasi, budaya produksi serta
pengembangan ilmu dasar dan ilmu terapan yang sesuai kebutuhan dunia usaha
dan industri untuk mendukung pusat-pusat pertumbuhan ekonomi;
4. Terwujudnya pelestarian warisan budaya baik bersifat benda (tangible) maupun
tak benda (intangible);
5. Terbentuknya karakter yang tangguh dengan melestarikan, memperkukuh, dan
menerapkan nilai-nilai kebudayaan Indonesia;
6. Tingginya apresiasi terhadap keragaman seni dan kreativitas karya budaya, yang
mendorong lahirnya insan kebudayaan yang profesional yang lebih banyak;
7. Berkembangnya promosi dan diplomasi budaya

196| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


Lembar Informasi
SPB
Pentingnya Inovasi untuk
2.2.2
Menghadapi Tantangan
Peningkatan Kualitas
Posyandu dan PAUD

A. Pendahuluan
Tilaar seorang pakar pendidikan di Indonesia menyampaikan bahwa bangsa yang tidak
inovatif akan dilanda oleh gelombang globalisasi yang terus menerus berubah dengan
adanya ide-ide yang baru. Kemajuan ilmu pengetahuan khususnya teknologi informasi
dan komunikasi akan melahirkan berbagai jenis inovasi. Bangsa yang inovatif akan
menjadi bangsa yang unggul di dalam persaingan global.
Pola pikir inovatif merupakan landasan dari terbentuknya layanan yang inovatif di
bidang-bidang yang dikuasai. Lembaga yang inovatif memiliki sumber daya manusia
yang inovatif pula, individu tersebut memiliki kombinasi pengetahuan, keterampilan dan
sikap serta cara yang inovatif. Sosok individu yang memiliki pola pikir inovatif memiliki
sifat:
Empati – Seorang inovator berusaha memahami beragam hal dari perspektif atau
cara pikir orang lain. Mereka berupaya untuk memahami apa yang orang lain inginkan
dan rasakan. Mereka bersedia mengajukan pertanyaan untuk bisa memahami apa yang
sesungguhnya diperlukan untuk dapat membantu mempermudah dan memenuhi apa
yang diperlukan. Mereka lebih bersedia mendengarkan kebutuhan pelanggan atau
warga, bukan hanya sekedar untuk melaksanakan tugas namun ingin memberikan
kebutuhan pengguna layanan.
Penemu/pemecah masalah–Hampir semua inovasi dimulai dari pertanyaan-
pertanyaan kritis untuk mencari jawaban. Misalnya; Mengapa, Mengapa Tidak,
Bagaimana, Bagaimana yang lain, Seberapa mungkin, Bagaimana jika. Mereka memiliki
keinginan untuk menemukan opsi tambahan - dan kemudian menemukan bahkan
dengan porsi lebih. Sosok individu inovatif melihat masalah sebagai peluang dan
mengembangkan ide-ide pelayanan berbasis pada pemecahan masalah ini (bukan
hanya membentuk sebuah bisnis berdasarkan kemampuan dan kepentingan mereka
sendiri). Idealnya, mereka mampu menemukan cara untuk menggabungkan keduanya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |197


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Pengambil risiko - Inovator menantang asumsi dan keyakinan yang ada dan
bersedia berurusan dengan ambiguitas dan ketidakpastian. Mereka bersedia mengalami
kegagalan - mereka menerimanya, mencoba untuk memahaminya, dan belajar darinya.
Dalam upaya untuk memberikan pelayanan terbaik, mereka melihat risiko sebagai
hambatan yang diperlukan untuk jalan yang lebih besar tetapi juga mampu
membedakan antara hal tersebut dan risiko yang tidak layak diambil.
Memiliki jaringan - "Peluang datang dari pikiran yang terhubung" Inovasi tidak
terjadi dalam situasi terisolasi, ide-ide yang dibagikan menghasilkan ide-ide baru dan
lebih baik. Inovator mengakui pentingnya jaringan dan secara aktif mencari koneksi,
kemitraan, sekutu dan mentor baru. Sosok inovator bersedia bekerja sama dan memeluk
konsep yang terbuka, berbagi pengetahuan dan kemitraan strategis. Mereka mampu
mengakses informasi, sumber daya dan penelitian.
Jeli - Praktek yang biasanya ditemukan pada orang-orang yang dianggap
"inovatif" adalah bahwa mereka terus-menerus melihat dunianya dan membuat koneksi.
Mereka sangat sadar terhadap lingkungan mereka-dan sengaja, sehingga
memungkinkan mereka melihat dan bertindak terhadap adanya peluang. Dalam
kewirausahaan, mereka tidak membiarkan diri mereka terjebak dalam operasional harian
bisnis sehingga mereka gagal melihat kecenderungan yang muncul atau risiko yang
akan datang.
Kreator - Banyak inovator memiliki ide-ide besar yang tidak pernah membuahkan
hasil. Wirausahawan inovator memiliki kemampuan untuk mengembangkan ide-ide
mereka menggunakan proses yang jelas dan terstruktur seperti penelitian, pengujian,
pembuatan prototipe dan memperhalus desain dan mengubah ide-ide mereka menjadi
bisnis yang menguntungkan.
Tahan banting - Inovator akan mengulangi proses kreatif mereka berulang-ulang
sampai tiba pada ide terbaik. Untuk hanya mencoba sesuatu dan menyerah saat gagal
tidak pernah mengantarkan pada inovasi. Wirausahawan inovatif mengakui bahwa dan
meluangkan waktu untuk menjadikan produk atau jasa mereka sesuai - bahkan jika itu
harus menunda keuntungan. Mereka tidak menyerah disaat pertama kali mereka
menghadapi hambatan atau kendala.
Reflektif - Inovator akan merefleksikan proses mereka untuk mengajukan
pertanyaan seperti: Apa yang berfungsi? Apa yang tidak? Apa yang bisa kita lakukan lain
kali? Jika kita mulai lagi, apa yang harus kita lakukan secara berbeda? Apa yang bisa kita
bangun? Wirausahawan inovator membangun refleksi ini pada setiap aspek bisnis
mereka dan berusaha untuk terus berkembang.

B. Konsep Inovasi
Inovasi menurut pendapat Bannet adalah segala pemikiran, ide-ide, perilaku atau
sesuatu yang baru, yang secra kualitatif berbeda dengan kondisi sebelumnya. Inovasi
adalah adalah suatu perubahan, pembaharuan, menciptakan sesuatu yang baru, yang
dilakukan secara sengaja, terencana untuk memperbaiki atau memecahkan masalah.

198| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Ahli lain berpendapat bahwa inovasi adalah sebagai suatu usaha yang dilakukan secara
sengaja untuk meningkatkan praktik dalam mencapai tujuan dan selanjutnya dinyatakan
suatu pembaharuan adalah suatu inovasi dari suatu sistem dalam skala yang luas.

Perbedaan Inovasi dan Perubahan


Beberapa ahli berpendapat bahwa inovasi itu bukan dari sekedar perubahan, namun
lebih dari sekedar perubahan, walaupun semua inovasi melibatkan perubahan. Berikut
ini adalah beberapa pandangan ahli tentang perbedaan inovasi dan perubahan.

Ahli Inovasi Perubahan


Kluchnikov (1976) Penemuan, perubahan, Perubahan, mempunyai arti yang sangat
pergantian cara-cara lama luas dan tidak selalu harus berarti suatu
dengan cara-cara baru yang peningkatan. Istilah ini mempunyai
bertujuan untuk peningkatan konotasi baik dengan kemajuan
hal-hal kecil, perbaikan dan maupun dengan kemunduran.
pemecahan masalah.
Nichols Ide, obyek, penemuan atau Perubahan mengacu kepada
praktik sesuatu yang baru kelangsungan penilaian, penafsiran dan
oleh seseorang atau pengharapan kembali dalam perbaikan
sekelompok orang yang pelaksanaan pendidikan yang ada yang
bermaksud untuk diangap sebagai bagian aktivitas yang
memperbaiki tujuan yang biasa.
diharapkan.
Drucker Inovasi adalah kemampuan
manusia untuk menemukan
dan menciptakan adalah
bersifat universal. Inovasi
sebagai perubahan yang
menciptakan satu dimensi
baru dari kinerja.
Contoh-contoh “alat berhitung”: Dulu (1) pergeseran paradigma dari teaching
berhitung menggunakan kepada learning, atau dari
kerikil, atau lidi kelapa, pengajaran kepada pembelajaran,
kemudian berubah menjadi (2) perubahan dari pemahaman
sempoa selanjutnya monokecerdasan kepada multi
berkembang pula kalkulator. kecerdasan anak,
(3) pergantian pusat pembelajaran dari
berpusat kepada guru kepada
berpusat kepada anak didik,
(4) pergantian pola mengajar deduktif
kepada induktif, dan
(5) perubahan dari verbal kepada
tindakan (Suyatno, 2009:15).

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 199


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa inovasi adalah suatu
ide, hal-hal yang praktis, metode, cara, barang-barang buatan manusia, yang diamati
atau dirasakan sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau kelompok orang
(masyarakat). Hal yang baru itu dapat berupa invensi atau penemuan, yang digunakan
untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan
mencapai keuntungan atau kemajuan.
Kreativitas adalah kemampuan untuk merancang, membentuk, membuat atau
melakukan sesuatu dengan cara yang baru atau berbeda. Ini merupakan kemampuan
untuk menghasilkan solusi inovatif untuk kebutuhan/masalah dan untuk memasarkan-
nya. Sebagai bagian dari proses ini, penting untuk merencanakan desain terlebih dahulu
dengan membuat sketsa ide-ide atau membuat prototipe (atau model) ide tersebut.
Kreativitas seorang wirausahawan sosial biasanya menjadi pembeda antara keberhasilan
dan kegagalan dalam memberikan pelayanan.
Penemuan (invention) dapat meliputi penemuan-penemuan/penciptaan tentang
suatu hal yang sama sekali baru. Sedangkan discovery diartikan sebagai adaptasi dari
apa yang yang telah ada. Discovery mempunyai makna penemuan sesuatu yang
sebenarnya sesuatu itu telah ada sebelumnya, tetapi belum diketahui.
Inovasi merupakan bagian dari penyesuaian manusia dalam menghadapi
tantangan secara global untuk selalu dapat memperbaiki, menyelesaikan masalah, dan
meningkatkan kinerja. Seiring dengan kemajuan teknologi, penemuan-penemuan baru
terus berjalan untuk meningkatkan kinerja manusia. Berikut ini beberapa contoh inovasi
seiring dengan kemajuan teknologi yang berkembang meningkatkan efisiensi
penggunaan, mempercepat penyampaian tujuan atau meningkatkan kualitas
penggunaan:

Komunikasi Tertulis Surat Fax Email Whats App


Komunikasi Verbal Microphone Telpon Kabel Telpon Tanpa Kabel Video Call
/Toa
Rapat /Pelatihan Teleconferen Skype Webinar
Tatap Muka ce Conference
Penerangan Api/Obor Bohlam (T.A Lampu Dioda LED Tenaga
Edison) cahaya (LED) Surya

Ciri-Ciri Inovasi :
King dan Anderson (1995) menjelaskan ciri inovasi, mencakup: (1) suatu inovasi adalah
hasil yang dapat dilihat, proses atau hasil dalam suatu organisasi. Suatu gagasan baru
yang memiliki titik permulaan bagi suatu inovasi, (2) suatu inovasi harus merupakan
suatu latar sosial baru yang diperkenalkan terhadap kelompok kerja, bidang atau seluruh
organisasi, (3) suatu inovasi harus bertujuan jangka panjang bukan sekedar bersifat
sesaat. Jika suatu pabrik mengurangi produksinya hal itu karena akan mempengaruhi

200| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

terhadap peralatan, staf dan bukan merupakan suatu inovasi, (4) suatu inovasi bukan
merupakan perubahan rutin. Rogers menguraikan ciri-ciri inovasi sebagai berikut:
(1) Adanya keuntungan relatif, yaitu sejauh mana satu inovasi dianggap
menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu
inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya atau dari faktor sosial,
kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat penting.
Dengan semakin menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya inovasi.
Dalam hal ini penggunaan kompor gas yang lebih hemat telah memberikan
keuntungan pada banyak pihak.
(2) Bersifat “kompatibel”, yaitu tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai, pengalaman
lalu dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau
norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai
dengan norma yang ada di masyarakat. Misalnya penyebarluasan penggunaan alat
kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan agamanya melarang penggunaan alat
tersebut maka tentu saja penyebaran inovasi akan lambat, bahkan terhambat.
(3) Bersifat “kompleksitas”, yaitu suatu inovasi memiliki tingkat kesukaran untuk
memahami dan menggunakan inovasi bagi penerimanya. Misalnya, penyuluh
kesehatan memberitahu masyarakat pedesaan untuk membiasakan memasak air
yang akan diminum. Sedangkan masyarakat tidak mengetahui tentang teori
penyebaran penyakit melalui kuman yang terdapat pada air minum, tentu saja
penyuluhan, ajakan atau imbauan tersebut sukar untuk diterima, sebelum
penyuluh kesehatan memberikan pengarahan tentang penyebaran berbagai
penyakit yang berasal dari air minum dan sanitasi yang tidak sehat.
(4) Bersifat “triabilitas”, yaitu suatu inovasi yang ada apakah dapat dicoba atau tidak
dalam kehidupan penerima. Suatu inovasi harus benar-benar dapat dicobakan
oleh penerima. Misalnya, penyebaran secara luas penggunaan bibit unggul padi
“gogo” akan cepat diterima oleh masyarakat jika masyarakat dapat mencoba dulu
untuk menanam dan dapat melihat hasilnya.
(5) Bersifat “observabilitas”, yaitu suatu inovasi benar-benar dapat diamati hasilnya
atau keuntungannya. Karena itu inovasi harus mudah diamati hasil yang
ditimbulkannya. Misalnya, untuk mengajak para petani yang tidak dapat membaca
dan menulis dalam belajar membaca dan menulis. Namun tindakan tersebut tidak
segera diikuti oleh para petani karena mereka tidak cepat melihat hasilnya secara
nyata.

C. Tujuan Inovasi
Tujuan utama inovasi mencakup perbaikan kualitas kehidupan manusia supaya
mencapai kehidupan lebih baik. Secara rinci tujuan inovasi, yaitu: (1) meningkatkan
kualitas; (2) menciptakan pasar baru; (3) memperluas jangkauan produk; (4) mengurangi
biaya tenaga kerja; (5) meningkatkan proses produksi; (6) mengurangi bahan baku; (7)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 201


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

mengurangi kerusakan lingkungan; (8) mengganti produk atau pelayanan; (9)


mengurangi konsumsi energi; (10) menyesuaikan diri dengan undang-undang.

D. Tipe Inovasi
Ada 5 tipe inovasi menurut para ahli dari sisi bentuk inovasi yaitu:
1. Inovasi produk; yang melibatkan pengenalan barang baru, pelayanan baru yang
secara substansial meningkat. Melibatkan peningkatan karakteristik fungsi juga,
kemampuan teknisi, mudah menggunakannya.
Contoh produk barang:
Produk mainan anak model baru yang berasal dari modifikasi mainan tradisional.

Contoh inovasi bidang jasa:


 Layanan kelompok bermain juga menyediakan layanan teknis antar-jemput
anak sekolah, menjual produk makanan sehat.
 Lokasi PAUD dikombinasikan dengan tempat arena olahraga dan bermain
bagi anak-anak
 Ada pelatihan yang menawarkan pembuatan permainan dengan
menggunakan barang-barang lokal.
2. Inovasi proses; melibatkan implementasi peningkatan proses yang lebih baik
dalam menghasilkan produk barang atau jasa;
Contoh:
 Pembuatan program layanan administrasi tentang data siswa PAUD yang
biasanya dicatat di buku, namun diubah dengan menggunakan sistem
komputerisasi menggunakan program excel, sehingga data anak setiap 3
bulan dapat dengan mudah didapatkan.
 Pembuatan aplikasi berbasis android untuk mendata administrasi hasil
penimbangan balita di Posyandu pada umumnya hanya dicatat di buku,
sehingga rekapitulasi data mudah dikompilasi dan segera dapat diolah tanpa
manual /bekerja dua kali.
3. Inovasi pemasaran atau menjangkau partisipasi warga ke Posyandu atau anak yang
ikut PAUD; mengembangkan metoda mencari pangsa pasar baru dengan
meningkatkan kualitas desain, pengemasan, promosi, lomba;
Contoh:
 Membuat lomba masak balita sehat untuk meningkatkan partisipasi
kehadiran di Posyandu

202| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

 Membuat lomba masak nasi goreng bagi bapak-bapak untuk meningkatkan


kepedulian bapak tentang pendidikan anak
 Membuat lomba kader berprestasi untuk Posyandu untuk menawarkan
program pelatihan kader bagi desa
4. Inovasi organisasi; kreasi organisasi baru, praktek bisnis, cara menjalankan
organisasi atau perilaku berorganisasi;
Contoh:
 Inovasi pada cara mengelola komunitas orangtua PAUD, dengan
mengaktifkan partisipasi orangtua murid PAUD untuk terlibat atau
berkontribusi untuk berbagi ilmu tentang menu makanan sehat sesama
orangtua murid setiap bulan bergantian.
 Program bonus yang memberikan pelatihan berkelanjutan gratis pada kader
setiap kali kader atau pengajar membuat variasi ide kegiatan di Posyandu
secara rutin.
 Inovasi P2KTD dalam mengelola konsumen, mis: memberikan layanan
konsultasi atau biaya khusus pada PAUD atau Posyandu desa yang terdaftar
pada komunitas edukasi yang diberikan oleh P2KTD
5. Inovasi model bisnis; mengubah cara berbisnis berdasarkan nilai yang dianut.

E. Inovasi Layanan Kesehatan (Posyandu)


1. Inovasi peningkatan cakupan jangkauan layanan
Di dalam perkembangan 5 tahun terakhir, seiring dengan strategi Kementerian
Kesehatan tentang ada upaya beragam yang terkait dengan upaya peningkatan cakupan
jangkauan layaanan Posyandu, yang tak hanya menjangkau balita, namun juga
menjangkau target sasaran yang terkait dengan isu kesehatan yang terjadi di desa sesuai
kebutuhan masyarakat di desa. Beberapa pentuk upaya peningkatan cakupan jangkauan
layanan adalah dengan adanya :
 Posyandu Lansia
 Posyandu Kesehatan Mental
 Posyandu Remaja
 Bidan & Dokter Keliling

2. Inovasi bidang layanan Kesehatan


Berikut ini beberapa contoh dan referensi dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasidari sisi bidang kesehatan tentang Top 99 Inovasi
Pelayanan Publik Indonesia tahun 2014:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 203


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Puskesmas Lembang


Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Puskesmas Lembang Kabupaten Majene drg. Hj.
Gufria Darma Irasanty, MPH Nama Layanan Pelayanan Kesehatan Alamat Jl. Surulla Lembang
Dhua Lingk. Lembang Kel. Lembang Kec. Banggae Timur Kab. Majene Sulawesi Barat Link
Website Telp
Pos Kesehatan Wisata Pos Kesehatan Wisata melakukan Pelayanan Kesehatan & merupakan
jejaring Puskesmas selain Pustu dan Polindes. Latar belakang terbentuknya adalah Kasus
Emergency yang membutuhkan penanganan cepat. Tujuannya adalah mendekatkan akses
masyarakat terhadap Pelayanan Kesehatan khusus bagi pengunjung Pantai Barane. Kegiatan
yang dilakukan di Pos Kesehatan adalah Pelayanan Kesehatan, Media Promosi & tempat
konsultasi. Jam pelayanan yaitu hari sabtu & minggu dengan jam pelayanan jam 08.00-10.00
wita & jam 16.00 -17.30 wita.

Sejak Pos Kesehatan Wisata ini dibuka pada bulan mei 2012, pengunjung yang datang
sebanyak 22 orang & pada thn 2013 sebanyak 30 orang. Meskipun kunjungan ke Pos
Kesehatan Wisata masih sedikit, tetapi Pos Kesehatan ini sangat membantu dalam hal Promosi
Kesehatan. 2. Rumah Kesehatan Ibu dan Anak (R.K.I.A) Rumah Kesehatan Ibu & Anak
merupakan rumah yang diperuntukkan bagi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan secara
lengkap & komprehenship. Rumah K.I.A ini digagas oleh Tim Puskesmas Lembang dengan
berbagai bahan pertimbangan yaitu tingginya angka kematian ibu di Majene dalam 3 tahun
terakhir, mendekatkan akses masyarakat terhadap pelayanan persalinan yang profesional &
hasil Riskesdas thn 2010 yang menyatakan bahwa persalinan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan disarana kesehatan baru mencapai 55,4 %.

Sejak di bukanya Rumah K.I.A ini pada awal Februari 2012. Jumlah kunjungan persalinan
semakin hari semakin meningkat terlihat dengan data thn 2012 kunjungan pemeriksaan
kehamilan sebanyak 1605 orang & thn 2013 sebanyak 1569 orang. Sedangkan data persalinan
normal yag dilakukan di Rumah K.I.A pada thn 2012 sebanyak 143 dan thn 2013 sebanyak
200orang. Selain data tersebut di atas data kematian ibu diwilayah kerja Puskesmas Lembang
juga mengalami penurunan, berdasarkan data KIA thn 2012 kematian ibu sebanyak 3 orang &
thn 2013 kematian ibu nihil. Rumah K.I.A sangat membantu program pemerintah untuk
menurunkan angka kematian ibu & meningkatkan persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan.

Program Kesehatan Reproduksi (Kespro) di Kab. Bondowoso Dalam Rangka Penurunan


Angka Pernikahan Dini
Program Kesehatan Reproduksi (Kespro) di Kab. Bondowoso Dalam Rangka Penurunan
Angka Pernikahan Dini - Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso - dr. Mohammad Imron,
M.Mkes.
Nama Layanan Pelayanan Kesehatan- Alamat Jl.Imam Bonjol, 13 Bondowoso Link Website.
Telp 0332421341
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kabupaten Bondowoso berada di peringkat kedua
terbawah di Jawa Timur, yaitu 63.47 (2011). Berdasarkan hasil evaluasi pemerintah kabupaten,
rendahnya angka IPM ini salah satunya disebabkan oleh tingginya drop out, terutama bagi
perempuan.

Selain berdampak pada IPM, pernikahan dini ini juga mengakibatkan tingginya angka

204| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

kematian ibu dan bayi. Berdasarkan dari dinas kesehatan, pada tahun 2011, sejumlah 5 orang
ibu yang melahirkan di bawah umur meninggal dunia pada saat persalinan. Tingginya angka
pernikahan dini salah satunya disebabkan oleh faktor budaya untuk segera menikahkan anak
perempuan.

Untuk itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso berinisiatif untuk membuat program
pendidikan kesehatan reproduksi yang melibatkan masyarakat, seperti tokoh agama, guru,
lembaga swadaya masyarakat, remaja dan melalui kerjasama dengan instansi pemerintah
lainnya untuk mengubah faktor budaya ini. Melalui program ini, dinas kesehatan juga
melibatkan umpan balik dari remaja dan sekolah, yang selama ini seringkali ditinggalkan dalam
program pemerintah, dan memberdayakan mereka untuk melakukan pendidikan sebaya.
Dua tahun setelah program ini dijalankan, berdasarkan survey dari Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB), angka pernikahan dini di kabupaten Bondowoso
menurun dari 50.9% (2011) menjadi 43.34% (2013). Selain itu, program ini berpotensi
keberlanjutan dengan adanya dukungan regulasi dan munculnya komunitas independen yang
aktif melakukan penyuluhan tentang pencegahan pernikahan dini.

Manajemen Pengaduan Masyarakat- Pinrang Sulawesi Selatan

Manajemen Pengaduan Masyarakat : Satu Elemen Kunci Peningkatan Pelayanan Publik di


Puskesmas Lampa Kabupaten Pinrang Puskesmas Lampa Kabupaten Pinrang dr. H. Ramli
Yunus Nama Layanan Pelayanan Kesehatan Alamat Lampa. Jl. Kesehatan Telp 085394045499,
Pinrang Sulawesi Selatan
Sejalan dengan perkembangan manajemen penyelenggaraan negara dan untuk mewujudkan
pelayanan prima serta berkualitas, paradigma pelayanan pubik berkembang dengan fokus
pengelolaan yang berorientasi pada kepuasan masyarakat.Untuk itu,salah satu unsur utama
dalam proses peningkatan pelayanan publik yang harus dilakukan adalah dengan memberikan
akses kepada masyarakat untuk terlibat langsung dalam setiap perubahan ke arah yang lebih
baik dan terencana. Dalam konteks ini partisipasi merupakan salah satu bentuk yang sangat
mendasar,sekaligus mengajak seluruh komponen masyarakat bertanggungjawab dalam setiap
proses peningkatan pelayanan publik mulai dari tahap perencanaan sampai pengawasan dan
evaluasi. Manajemen pengaduan masyarakat Puskesmas Lampa merupakan suatu cara untuk
memberikan kesempatan kepada masyarakat terlibat langsung dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan melalui saran, kritik maupun masukan yang bersifat konstruktif.

Pelaksanaan manajemen pengaduan masyarakat di Puskesmas Lampa telah diterapkan sejak


tahun 2012 dengan menyediakan beberapa alternatif saluran pengaduan antara lain kotak
saran di Puskesmas Lampa dan Poskesdes, telepon/SMS (call center), penyampaian langsung
kepada petugas informasi puskesmas, tatap muka dengan Kepala Puskesmas atau Kepala Tata
Usaha dan melalui blog www. puskesmaslampa.blogspot.com/ email puskesmas
www.puskesmas_lampa@yahoo. co.id.
Tindak lanjut pengaduan berupa jawaban langsung, perbaikan, rencana perbaikan maupun
rekomendasi ke Dinas Kesehatan, diumumkan setiap bulan dengan cara ditempelkan di
mading yang letaknya mudah dilihat dan dibaca oleh masyarakat. Manajemen pengaduan
masyarakat di Puskesmas Lampa secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan
dampak positif yang dibuktikan dengan menurunnya keluhan menyangkut kenyamanan
pelayanan di tahun 2013. Selain itu, Sejak tahun 2013, Puskesmas Lampa juga dipilih oleh
Program Emas Kementerian Kesehatan sebagai pendamping Puskesmas di Kabupaten

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 205


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Bulukumba dan Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan. Direkomendasikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Pinrang sebagai contoh manajemen pengaduan masyarakat yang dapat
direplikasi serta menjadi tempat study banding seluruh puskesmas di Kabupaten Pinrang.
Dengan demikian, penanganan pengaduan masyarakat ini menjadi satu elemen kunci
peningkatan pelayanan publik di Puskesmas Lampa Kabupaten Pinrang

Pelayanan Tumbuh Kembang Anak- Kota Solok- Sumatera Barat

Pelayanan Tumbuh Kembang Anak Puskesmas Tanah Garam Kota Solok dr. Afdhal Nama
Layanan Pelayanan Kesehatan Alamat Jl. Ki Hajar Dewantara No. 168 B , Sumatra Barat
Kota Solok rutin melakukan SDIDTK ( Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang)
di TK/PAUD 2 kali setahun, Posyandu setiap bulan, dipoli anak setiap hari kerja. Hasil kegiatan
ini sering ditemui kasus-kasus anak yang mengalami gangguan tumbuh kembang, orangtua
mengeluh karena tindak lanjut untuk anak mereka belum ada. Solusi untuk rujukan hanya ke
RS, tapi di RSUD yang ada di Kota Solok belum ada pelayanan khusus untuk gangguan tumbuh
kembang. Ide pendirian dari Klinik Pelayanan Tumbuh Kembang Permata Hati ini berawal dari
dr.Sp.A yang peduli terhadap anak yang berkebutuhan khusus ini.

Pendirian Klinik Tumbuh Kembang ini didukung oleh Dinas Kesehatan, Lintas Sektoral.
Pelaksanaannya dilaksanakan oleh tim yang terdiri dari dokter anak, dokter umum, fisioterapis,
bidan, perawat, tenaga refraksionis, tenaga gizi. Dinas kesehatan juga mendatangkan referal
dokter jiwa anak 1 kali sebulan, tenaga terapis bicara 1 kali seminggu. Kerjasama lintas sektoral
juga dilakukan diantaranya dengan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Dinas Pendidikan, Kantor
Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan. Kerjasama dengan Dinas
Pendidikan diarahkan untuk mendirikan sekolah inklusi.

Sumber dana berasal dari Dinas Kesehatan, pihak swasta, dana BOK puskesmas. Monitoring
Evaluasi bulanan dan tahunan dilakukan untuk menilai berjalannya klinik Pelayanan Tumbuh
Kembang. Seiring dengan berjalannya waktu klinik tumbuh kembang ini mulai dilirik oleh
instansi lain dan sudah dikunjung oleh 2 kabupaten/kota dan 2 rumah sakit. Harapannya
puskesmas lain dapat mendirikan klinik tumbuh kembang ini karena jangkauan puskesmas
lebih dekat ke masyarakat. Terapi anak berkebutuhan khusus ini membutuhkan waktu yang
lama bahkan sampai seumur hidup, kenyataan ini membuat orang tua putus asa sehingga anak
tidak lagi untuk terapi. Akibatnya terapi banyak yang tidak tuntas. Mengatasi kenyataan ini
puskesmas berencana untuk membangun komunikasi dengan orangtua dengan membentuk
persatuan orangtua anak berkebutuhan khusus. Langkah selanjutnya membentuk kelurahan
binaan dan Posyandu binaan penyantun anak berkebutuhan khusus.

Rumah Pemulihan Gizi

Rumah Pemulihan Gizi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dr. Fita Yulia Kisworini, M.Kes Nama
Layanan Pelayanan Kesehatan Alamat Jalan Kenari No.56 Yogyakarta Link Website Telp
(0274) 515868
Maksud dan Tujuan
1. Menyediakan tempat penanganan komprehensif bagi balita gizi buruk/ kurang di Kota
Yogyakarta.
2. Menangani kasus balita gizi buruk secara komprehensif sesuai kewenangannya.

206| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

3. Mendidik keluarga dan orangtua untuk perawatan kesehatan anaknya MEKANISME

Operasional
1. Menerima balita dengan masalah gizi dari orangtua, masyarakat, Puskesmas, dan Paska
perawatan Rumah sakit.
2. Melaksanakan pemeriksaan sesuai permasalahannya.
3. Melaksanakan penanganan sesuai permasalahannya.
4. Melibatkan orangtua/keluarga dalam penanganan.

Pendanaan
1. APBD Kota melalui SKPD yang terlibat yakni: a. Dinas Kesehatan b. Bagian Kesmas dan PUG
c. Dinas Kesejahteraan Sosial d. BPBD
2. TP PKK Kota Yogyakarta.
3. IDAI Yogyakarta
4. Mitra Kerja yang mendukung

Tugas
1. Upaya Promotif berupa penyuluhan kepada masyarakat, orangtua balita antara lain
mengenai keberadaan RPG, pola asuh anak, psikologi dan tumbuh kembang anak.
2. Upaya Preventif : berupa demonstrasi pengasuhan anak antara lain dalam hal penyiapan
makanan anak, penyuapan makanan, pertolongan pertama pada penyakit.
3. Upaya Kuratif: berupa penanganan dan pengobatan sesuai instruksi dokter.
4. Upaya Rehabilitatif: berupa penatalaksanaan paska perawatan Rumah Sakit.

Posyandu Berbasis inovasi

Posyandu Wijayakusumah merupakan Posyandu berbasis inovasi, lebih dari 15 inovasi yang
dinilai oleh tim verifikasi mulai dari tingkat kota, tingkat provinsi sampai menjadi delegasi Jawa
Barat pada Lomba Posyandu tingkat nasional, melalui berbagai tahapan menyisihkan lebih dari
3 ribu Posyandu tingkat kota Bandung dan tingkat Jawa Barat bersaing dengan sekitar 15 ribu
Posyandu.

Inovasi yang menonjol di Posyandu Wijayakusumah salah satunya adalah KaSaBa (Kader
Sayang Balita) merupakan program inovatif yang melayani pijat bayi sekaligus memberikan
pelatihan kepada orang tua bayi untuk memijat bayinya sendiri, bekerjasama dengan Rumah
Sakit Borromeus agar bayi selalu sehat, nyaman, dan meningkatkan kualitas penyerapan Air
Susu Ibu (ASI).

Selain melakukan pijat bayi di Posyandu, ada pula layanan online Kasaba di mana para kader
bisa dipanggil untuk melakukan pijat di rumah. Pada saat memberikan pelayanan, para kader
juga akan memberikan penyuluhan dan konsultansi mengenai kesehatan dasar bagi ibu dan
anak.

Sejalan dengan konsep smart city yang diusung pemerintah kota, Posyandu Wijayakusumah
juga sudah terkoneksi dengan e-Posyandu. Program ini merupakan portal database kesehatan
bayi dan balita se-Kota Bandung yang langsung terkoneksi ke Dinas Kesehatan untuk
memantau kualitas gizi bayi dan balita.

Selain program-program kesehatan dasar, program inovatif lainnya di Posyandu


Wijayakusumah adalah menambah meja baru yang setiap hari bertugas dengan desk layanan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 207


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

konsultansi bagi anak berkebutuhan khusus oleh psikolog yang didanai dari swadaya
masyarakat.

Dana swadaya

Tanpa dipungut biaya apapun untuk melakukan konsultasi, di meja lainnya warga juga bisa
mendapatkan pengetahuan tentang perlindungan ibu dan anak serta kesehatan reproduksi.

Ada pula meja layanan konsultansi ekonomi bagi dimana disediakan ruang pamer dan promosi
untuk warga yang memiliki karya untuk dijual untuk warga lainnya, tak jarang warga
memanfaatkan desk ini untuk berbagi informasi seputar bidang sosial dan ekonomi.

Inovasi lainnya yang dilakukan Posyandu Wijayakusumah adalah program Dana Sehat.
Program ini semacam dana asuransi kesehatan bagi warga. Dengan premi sebesar Rp500 per
jiwa, Posyandu ini telah memiliki dana kesehatan untuk masyarakat sebesar Rp15.250.000.
dengan anggota mencapai 80 persen dari jumlah penduduk sekitar.

Melalui dana swadaya masyarakat dan donasi, Posyandu Wijayakusumah juga memiliki fasilitas
ambulans yang tidak hanya digunakan untuk RW 13 saja, tetapi untuk siapapun yang
membutuhkan. Ambulans tersebut seringkali digunakan untuk mengantar jenazah dan untuk
keadaan darurat.

Penghargaan

Sehari sebelumnya dalam rangkaian Acara Puncak Hari Keluarga Nasional (HARGANAS) XXIV
tahun 2017, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kota
Bandung Ibu Atalia Ridwan Kamil menerima tanda penghargaan Manggala Karya Kencana.

Sebuah Tanda Kehormatan dan Penghargaan Bidang kependudukan keluarga berencana dan
pembangunan keluarga (KKBPK) yang merupakan penghargaan yang tertinggi dari
pemerintah pusat kepada sosok yang dinilai memiliki dedikasi tinggi terhadap program
kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga.

Sumber:

http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2017/07/15/Posyandu-berbasis-inovasi-kota-
bandung-jadi-yang-terbaik-di-tingkat-nasional

Daftar Contoh-contoh Jenis Inovasi Layanan Kesehatan Dasar Posyandu dalam tautan
Youtube.com
Kategori Nama Akses tautan Youtube
Posyandu Dahlia : https://www.youtube.com/watch?v=24g-eugDtro
Posyandu Posyandu remaja https://www.youtube.com/watch?v=npVRuuTNLkw
Remaja akar tunas :
Posyandu remaja https://www.youtube.com/watch?v=CROAOiZOcbs
kesunean
Posyandu Posyandu https://www.youtube.com/watch?v=fu-R7S1NB8s
Perempuan perempuan kreatif
Manajemen Sistem informasi https://www.youtube.com/watch?v=O16HW36ZKew
Posyandu berbasis

208| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kategori Nama Akses tautan Youtube


manajemen Achlif Nugroho Widi Utomo S.Kom - Wakil Ketua Komisi
Posyandu berbasis D Kabupaten Blora & Dian Budi Santoso, M.P.H. pengajar
elektronik di Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada-Agasi Gilang
Persada, penggiat open source-penghargaan kategori e-
Government Application pada ajang Indonesia ICT
Awards (INAICTA) 2012.
Manajemen Pendataan Dalam mendukung peningkatan kualitas tumbuh
Posyandu Posyandu dengan kembang dan gizi anak Indonesia, Wahana Visi
Handphone Indonesia (WVI), didukung oleh HSBC, telah
mengembangkan sebuah inovasi terbaru bernama
mPosyandu. Aplikasi berbasis Android ini diciptakan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan Posyandu
melalui pemantauan tumbuh kembang dan konseling
gizi berbasis masyarakat. Aplikasi mPosyandu ini
diluncurkan oleh keduanya pada 1 Maret 2016 di
Wisma Antara, Jakarta Pusat, dalam rangka
memperingati hari gizi dunia yang jatuh setiap tanggal
25 Januari. http://wahanavisi.org/mhealth/

Posyandu Puskesmas Laren https://www.youtube.com/watch?v=TkT1zMJV42I


Kesehatan
Jiwa
Posyandu https://www.youtube.com/watch?v=m2Y8hz8xZXA
kesehatan jiwa
“pelita harapan”
Bongkot
kecamatan
peterongan
kabupaten
jombang
085303210057

3. Inovasi Dalam Dunia Pendidikan


Konsep inovasi mengacu pada ide-ide baru untuk melakukan perbaikan dan
memecahkan permasalahan, untuk itu, kunci utama adalah pada aspek sumber daya
manusia. Ketika sumber daya manusia mendapat kesempatan untuk membebaskan ide-
ide kreasinya, maka hal ini akan membuka muncunya bentuk-bentuk inovasi dari
berbagai aspek. Inovasi dalam pendidikan dapat beragam pula, yaitu menciptakan,
mengkondisikan, membuka kesempatan untuk berpikir inovatif sehingga dapat tercipta
bentuk-bentuk baru yang beragam dalam memecahkan masalah pendidikan. Bentuk-
bentuk inovasi dalam pendidikan:
 Inovasi kurikulum
 Manajemen
 Administrasi

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 209


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

 Kepemimpinan
 Kebijakan dalam pembelajaran dan profesionalisme guru.
Fokus inovasi dalam pendidikan ini menjadi bagian penting dari kajian inovasi
pendidikan bagi para guru, peminat dan pengkaji pentingnya pendidikan yang cerdas
dan tercerahkan yang berpangkal pada guru-guru dan tenaga kependidikan yang
inovatif.
Inovasi manajemen administrasi pendidikan merupakan bagian yang tak kalah
penting pula karena ini berkaitan dengan implementasi kurikulum yang berfokus pada
pendidikan anak, seperti guru, fasilitas, keuangan, hubungan sekolah dengan orang tua
murid dan masyarakat, perencanaan pengembangan sekolah, dan lain-lain. Inovasi
manajemen administrasi pendidikan ini menjadi menjadikan pelayanan pada
pendididikan anak, komunikasi orang tua, penguatan guru dapat terukur dan tertata
dengan baik.

Ragam Inovasi Pendidikan Terkait Digital


1. SIAP online: Layanan sistem informasi & aplikasi pendidikan online
menghubungkan orangtua, siswa, guru, sekolah, dinas daerah dan pusat secara
terpadu dan akuntabel untuk Kemajuan Pendidikan Indonesia. (http://siap-
online.com/)
2. Qbaca: Aplikasi buku dan perpustakaan digital. Untuk dapat selalu membawa
semua buku kesayangan berapapun jumlahnya, membaca di mana saja dan kapan
saja, tetap dalam kenyamanan dan keakraban membaca buku.
(https://qbaca.com/)
3. QJournal: Solusi untuk memperoleh akses materi akademis berkualitas dunia,
sekaligus akses publikasi hasil riset dan wacana akademis Indonesia ke seluruh
penjuru dunia (http://www.telkom.co.id/qjournal-telkom-canangkan-1000-jurnal-
akademis-2.html)
4. English Bean: Cara baru belajar bahasa inggris yang fun dan interaktif dengan
berbasis IT, yang memungkinkan siapa saja belajar bahasa Inggris secara mudah
dan di mana saja. (http://www.telkom.co.id/en/telkom-luncurkan-program-
connected-learning-bahasa-inggris-english-bean.html)
5. UmeetMe: Layanan multimedia conference berupa video yang berkualitas
tinggi dan hemat konsumsi bandwidth untuk mendukung program pendidikan
jarak jauh. (https://www.umeetme.id/)
6. IndiSchool: Pemberian akses internet wifi untuk mengakses konten edukasi bagi
komunitas pendidikan di zona edukasi dengan cepat dan murah.
(http://www.myindischool.com/)

210| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

7. Smart Campus Award: Sebuah program self assessment untuk mengukur


pemanfaatan Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK) perguruan tinggi di
Indonesia dengan menggunakan metode “ZEN Framework”.
8. IndiLearning, Bagimu Guru Kupersembahkan: Pelatihan TIK bagi berbagai
komunitas di Indonesia, dimana salah satunya adalah komunitas guru.
Berikut ini adalah beberapa pilihan contoh inovasi di bidang pendidikan yang bisa jadi
referensi berdasarkan Top 99 Inovasi Pelayanan Publik Indonesia Tahun 2014, keluaran
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi:
1. Taman Pintar- Yogyakarta
Pengembangan Taman Pintar Yogyakarta Kantor Pengelolaan Taman Pintar Kota Yogyakarta
Drs. Yunianto Dwisutono Nama Layanan Pelayanan Pendidikan dan Pariwisata Alamat Jl. P.
Senopati No. 1 – 3 Yogyakarta 55122 Link Website Telp 0274 - 583 631
Yogyakarta merupakan kota yang mempunyai predikat Kota Pendidikan dan Kota Wisata. Pada
saat itu, Kota Yogyakarta belum memiliki ikon yang dapat mengemban sebutan yang sudah
lama melekat dan berkembang di masyarakat. Sehingga, diperlukan sebuah tools berupa
fasilitas layanan publik yang dapat mencerminkan keunggulan kompetitif sekaligus untuk
menguatkan kapasitas warganya sebagai Kota pendidikan dan Kota wisata. Taman Pintar
merupakan lembaga layanan publik dibawah Pemerintah Kota Yogyakarta yang menerapkan
sistem pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Dalam tugas dan
fungsinya, Taman Pintar memiliki fungsi melayani masyarakat untuk mengembangkan
pemahaman tentang ilmu pengetahuan sains dan teknologi serta mendukung peningkatan
kualitas pendidikan melalui berbagai pembelajaran dan kegiatan sains dan teknologi. Sebagai
lembaga layanan publik, Taman Pintar memiliki komitmen untuk menyediakan sarana
pembelajaran sekaligus alternatif wisata serta layanan masyarakat yang berkualitas, komitmen
tersebut diupayakan secara terus menerus dan berkesinambungan. Komitmen tersebut
tentunya berdampak dalam beberapa hal, baik pada peningkatan kinerja dan akuntabilitas
yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan publik. Mengingat
sebagai BLUD dengan status penuh sejak tahun 2010, kunjungan masyakat ke Taman Pintar
merupakan urat nadi yang harus terus dipertahankan demi kelangsungan Taman Pintar, dan
kualitas layanan adalah kunci utamanya.

2. Rumah Belajar Kemendikbud


Rumah Belajar (belajar.kemdikbud.go.id) Pusat Teknologi dan Komunikasi Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dr.Ir. Ari Santoso, DEA. Nama Layanan Pelayanan
Pendidikan Alamat Jalan RE Martadinata, Ciputat Tangerang Selatan 15411 Link Website Telp
(021) 741 8808
Portal Rumah Belajar merupakan portal pembelajaran resmi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, dengan alamat url http://belajar.kemdikbud. go.id. Portal Rumah Belajar
menyediakan fasilitas Kelas Maya, Sumber Belajar, Pengembangan Profesi Berkelanjutan,
Kurikulum 2013 dan Jelajah Luar Angkasa. Rumah Belajar dapat dimanfaatkan siswa, guru, dan
masyarakat luas. Portal Rumah Belajar ini pula diharapkan menjadi milik komunitas, dengan
pengisian konten dan aktivitas dari dan untuk komunitas belajar. Pengembangan portal Rumah
Belajar berorientasi objek pembelajaran dimana di dalamnya menyediakan objek pembelajaran
sebagai objek sharable, reusable dan interoperable dan mampu menjalankan mekanisme share
dan reuse objek pembelajaran. Dengan demikian bahan belajar yang tersedia di Rumah Belajar

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 211


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

merupakan bahan belajar yang dapat di share dan reuse oleh pengguna (guru, siswa dan
masyarakat) untuk dikembangkan.

Sedangkan arah pengembangan Rumah Belajar yaitu: 1. Layanan pendidikan dengan konsep
belajar sepanjang hayat; 2. Layanan pendidikan dengan konsep komputasi awan (edu cloud
computing); 3. Layanan pendidikan dengan fleksibilitas tinggi (demand scalable). Dengan
adanya Rumah Belajar ini guru, siswa dan masyarakat dapat terfasilitasi untuk mendapatkan
berbagai fasilitas dan sumber belajar yang berkualitas. Salah satu kebutuhan guru dalam
mempersiapkan kegiatan pembelajaran adalah merancang dan mengembangkan
pembelajaran. Portal Rumah Belajar memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengembangkan inovasi dan meningkatkan kreativitasnya dalam membuat rencana
pembelajaran, membuat materi ajar dan membuka kelas maya melalui fasilitas Kelas Maya
serta dilengkapi dengan sumber belajar untuk guru dan siswa dalam mendukung
terselenggaranya kelas maya. Dalam usulan inisiatif ini yang kami tonjolkan layanan
pengembangan profesi berkelanjutan yaitu: fasilitas peningkatan kapasitas SDM bidang
pendidikan dan atau dapat dimanfaatkan untuk bidang-bidang lain secara berkelanjutan.

3. Kantin Kejujuran
Kantin Kejujuran SMK Negeri 1 Lumajang Winhatno Hari Surya Nama Layanan Pelayanan
Pendidikan Alamat Jalan Hos Cokroaminoto Nomor 161 Lumajang Link Website Telp
0334881866
Moralitas dan kejujuran seakan barang mewah dalam era globalisasi yang penuh dengan
tantangan dan persaingan tajam ini. Peran SMK yang dituntut menghasilkan manusia yang
berjiwa wirausaha khususnya peserta didik, sekaligus memiliki kejujuran bukanlah hal yang
ringan untuk diwujudkan. Kendala dunia pendidikan dalam menyiapkan SDM yang berkualitas
dan cukup kompleks, antara lain keterbatasan tenaga professional yang beriman, sumber dana,
dan kebijakan-kebijakan terpadu. Oleh sebab itu, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai
pranata utama dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) harus dikelola secara
professional yang beriman dan terpadu agar dapat berperan membentuk peserta didik (siswa)
menjadi asset bangsa, yaitu SDM yang memiliki keahlian professional, produktif dan mandiri
serta beriman khususnya mempunyai watak berjiwa wirausaha dalam menghadapi globalisasi.
Bertitik tolak dari potensi yang dimiliki serta untuk menghadapi tantangan masa depan yang
komplekini maka SMK Negeri 1 Lumajang membentuk dan menumbuhkan mental, sikap serta
perilaku yang jujur untuk itu diperlukan mengembangkan wirausaha yang berdasarkan
kejujuran dengan mendirikan Usaha Kantin Kejujuran SMK Negeri 1 Lumajang.

4. Perpustakaan Terapung Dukung Musi Rawa Cerdas 2011


Diposting Tanggal: 05 Apr 2017 - Musirawaskab.go.id – Program Musi Rawas Cerdas
yang diluncurkan oleh Bupati Musi Rawas H. Hendra Gunawan terus digalakkan.
Program kerakyatan ini juga didukung oleh seluruh instansi dan element masyarakat.
Untuk merealisasikan Program ini, Dinas Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah
Kabupaten Musi Rawas telah mengefektifkan dengan membuat perpustakaan terapung
yang ditempatkan di Obyek Wisata Danau Aur Kecamatan Sumber harta Kabupaten
Musi Rawas.

212| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Bupati Musi Rawas, H. Hendra Gunawan pada saat mengunjungi Perpustakaan


terapung di Danau Aur mengatakan, keberadaan perpustakaan ini sangat penting
karena dapat menambah pengetahuan dan informasi bagi yang memanfaatkannya.”kita
berharap fasilitas ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh masyarakat, khususnya
bagi pelajar.
Metode Perpustakaan terapung ini, kata Hendra sangat baik untuk dikembangkan,
karena berada di alam terbuka dan obyek wisata, sehingga para siswa dan masyarakat
dalam menggali ilmu dan pengetahuan melalui buku tidak jenuh dan
membosankan.”Kita terus mendorong agar perpustakaan out door ini terus
dikembangkan, karena manfaatnya sangat banyak. Kita berharap tidak hanya di Danau
Aur, namun perpustakaan seperti ini juga bisa diciptakan di wilayah lainnya,”papar
Bupati Musi Rawas ini.
Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah
Kabupaten Musi Rawas, Supriadi, SH, M.Hum mengatakan perpustakaan terapung ini
bertujuan untuk menumbuhkan minat baca bagi masyarakat khususnya pelajar.”Koleksi
buku di Perpustakaan terapung ini, sebanyak 300 buku dengan bebagai judul yang di
bagi atas beberapa kategori seperti Pertanian, Perkebunan, Hiburan, Pendidikan dan
lainnya,”jelas Supriadi
Dijelaskan Supriadi, buku-buku di perpustakaan terapung ini setiap bulannya akan
di evaluasi dan diganti sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyakat dan
pelajar.”setiap harinya pengunjung perpustakaan terapung ini berkisar antara 50 sampai
100 orang, namun pada saat hari libur, seperti hari sabtu dan minggu pengunjungnya
mencapai 300 sampai 500 orang,”pungkas Supriadi. (Diskominfo dan Statistik)

Contoh-contih Inovasi bidang PAUD dalam tautan internet


No Nama Tautan
1. Pendidikan Alternatif di https://www.salamyogyakarta.com/
Jogja- Sanggar Anak Alam
2. Pendidikan anak inklusif – https://eccd-rc.blogspot.co.id/
ECCDRC Yogyakarta
3. Sekolah berkonsep alam- https://www.youtube.com/watch?v=cCJx2omrFMQ
Green School Bali
4. Pendidikan Guru PAUD- https://www.youtube.com/watch?v=yz5h7Tilq3U
APE Bahan Bekas- SoloPos
TV

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 213


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Daftar Pustaka
http://www.musirawaskab.go.id/berita/perpustakaan-terapung-dukung-mura-cerdas-
2021/
http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2017/07/15/Posyandu-berbasis-inovasi-
kota-bandung-jadi-yang-terbaik-di-tingkat-nasional
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2016/04/12/7-inovasi-pendidikan-indonesia-
di-era-digital
http://repository.uinsu.ac.id/140/6/ISI%20INOVASI%20PENDIDIKAN.pdf
http://the-arinugraha-centre.blogspot.co.id/2012/01/karakteristik-keberhasilan-
dan.html
Kusmana, Suherli. (2010). Manajemen Inovasi Pendidikan. Pascasarjana Unigal Press
Sederhana, tapi kaya manfaat : https://www.youtube.com/watch?v=UZfAvhIV0RU
http://sinovik.menpan.go.id/uploads/unduhan/Buku_TOP_99_2014.pdf
http://sinovik.menpan.go.id/uploads/unduhan/Buku_TOP_99_2014.pdf
http://www.depkes.go.id/article/view/17042800002/kemenkes-menuju-top-40-inovasi-
pelayanan-publik.html

214| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Informasi
SPB
Peluang Penyedia
2.3.1
Peningkatan Kapasitas
Teknis Pengembangan
Layanan Dasar

Ada prioritas-prioritas kebutuhan peningkatan yang ada di pelayanan sosial dasar di


desa. Setiap prioritas kebutuhan memiliki kekhasan masing-masing dalam strategi
pendekatannya.

NO Kebutuhan Pertanyaan Kunci Ragam Strategi Peningkatan


Prioritas Layanan

(1) Peningkatan Bagaimana  Keberadaan Data Desa


Kesadaran & meningkatkan  Promosi
Pengetahuan pada kepedulian tentang isu /Edukasi/Penyuluhan Isu-
Isu Strategis kesehatan/pendidikan isu kesehatan/pendidikan
sesuai dengan kondisi  Lomba-lomba/kompetisi
lokal?  dll

(2) Peningkatan Bagaimana menjangkau  Peningkatan/Pendekatan


Cakupan Layanan kelompok-kelompok Akses Layanan
masyarakat yang  Keragaman Model
terisolir, berkebutuhan Pendekatan Sesuai Target
khusus, memiliki Sasaran
karakteristik pendekatan  Dukungan alat/metode
khusus? /SDM baru
 Layanan Satu
Atap/Integrasi
 Dll

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 215


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

NO Kebutuhan Pertanyaan Kunci Ragam Strategi Peningkatan


Prioritas Layanan

(3) Peningkatan Bagaimana  Pendekatan Instansi


Kualitas Layanan meningkatkan kualitas  Pelatihan Organisasi
Minimum & pelayanan ? (minimum /Manajemen
Peningkatan atau berkelanjutan)  Pelatihan Pelayanan
Kualitas Layanan Prima
Lanjutan  Peningkatan kapasitas
pengetahuan/ketrampil
an
 Kurikulum/Program
 Koordinasi dengan
Dinas Terkait –
Standar2 Layanan
Minimum- SOP
 Pelatihan Kompetensi
/Sertifikasi keahlian
 Dll

(4) Peningkatan Bagaimana  Keberadaan Data


Koordinasi Lintas meningkatkan  Pertemuan Koordinasi
Sektor/isu/Instansi koordinasi lintas  Pertemuan Reguler
isu/sektor/Instansi?  Kebjiakan Bersama
 dll

Pentingnya Membangun Kerjasama


Di dalam melakukan pemberian layanan ke pengguna layanan, lembaga penyedia
layanan penting untuk mengetahui apa yang menjadi keahlian khusus dari lembaga.
Dalam konteks tertentu, dapat saja ada keahilian yang tidak dimiliki oleh penyedia
peningkatan kapasitas teknis sehingga harus bekerja sama dengan pihak lain.

216| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Pokok Bahasan 3
MEMBANGUN KAPASITAS
KELEMBAGAAN

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 217


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

218| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Informasi
PB
Penerapan
2.3.1
Rapid Market Appraisal
(RMA) dalam Pengembangan
Kapasitas Teknis di Desa

A. Pendahuluan
Penilaian Pasar Secara Cepat atau Rapid Market Appraisal (RMA) merupakan salah satu
pendekatan atau cara yang dapat membantu P2KTD untuk mengenal lebih dalam
tentang potensi pasar terkait penyedia peningkatan kapasitas teknis yang dapat
diberikan berdasarkan informasi pasar itu. Melalui cara ini, P2KTD dapat belajar untuk
mengembangkan gagasan-gagasan baru, kemudian menguji tingkat kepatutan pasar
(marketability) dengan cara langsung dan menanyakan kepada konsumen tentang
pendapatnya tentang produk jasa baru yang akan ditawarkan. Pada akhirnya P2KTD
akan memiliki produk jasa baru untuk ditawarkan kepada Desa dengan tetap
memberikan kemungkinan untuk menghasilkan laba dari jasa yang akan ditawarkan.
P2KTD secara langsung akan memahami dan menyadaribetapa penting untuk
mendengarkan konsumen dan berhati-hati meneliti pasar potensialnya.
RMA merupakan cara yang dapat dilakukan oleh P2KTD untuk mengumpulkan
informasi pasar dan mengidentifikasikan serta mengembangkan produk penyedia
peningkatan kapasitas teknis atau memasarkan jasa baru kepada konsumen dalam hal
ini Desa. Konsumen merupakan sumber utama informasi yang dapat memabntu P2KTD
untuk menentukan permintaan pasar terhadap suatu produk jasa yang akan diberikan.
Permintaan pasar merupakan gambaran seberapa banyak orang yang tertarik atau mau
membeli dengan sejumlah harga tertentu terkait produk penyedia peningkatan
kapasitas teknis yang ditawarkan P2KTD.
Banyak P2KTD belum mencoba untuk menggunakan cara yang lebih terstruktur
dan sistematis dengan mempelajari pasarnya sama sekali. Kebanyakan organisasi atau
lembaga cenderung berorientasi dalam membuat produk jasa yang sama dengan
pesaingnya, dan semua berkompetisi untuk pangsa pasar yang semakin lama semakin
kecil. Beberapa organisasi atau lembaga layanan teknis bahkan tidak pernah berbicara

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 219


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

dengan konsumennya sama sekali, namun hanya menjual produk jasa melalui ”orang
tengah atau perantara”. Sesungguhnya konsumen diharapkan dapat memberikan
gagasan yang berharga kepada P2KTD tentang bagaimana memperbaiki suatu produk
layanan teknis baru dengan menjelaskan keunggulan dan spesifikasinya kepada calon
pengguna. Semakin puas konsumen pada produk layanan teknis yang diberikan P2KTD
maka akan semakin banyak gagasan yang dibeli oleh Desa.
Kajian Cepat terhadap Pasar (RMA) tumbuh dari keterbatasan yang dimiliki oleh
survei formal, yaitu dilakukan secara intensif dan dalam waktu relatif lama, yang di
Negara-negara berkembang jarang sekali memberikan hasil analisis yang sesuai
kebutuhan. Melakukan RMA untuk penyedia peningkatan kapasitas teknis merupakan
cara yang efisien untuk mendapatkan informasi yang lebih baik untuk arah kebijakan
yang relevan bagi P2KTD, khususnya intervensi mengenai jenis layanan teknis teknsi dan
kompensi yang dibutuhkan yang memiliki potensi pasar. Hal ini menghindari biaya,
keterlambatan, dan beban pengelolaan survei formal yang memerlukan tenaga ahli
dengan sejumlah alat analisis untuk mengidentifikasi kendala dan peluang, pengamatan
silang, dan perencanaan atau monitoring intervensi strategi.

B. Tujuan Analisis Potensi Pasar


RMA menguatkan kesadaran pentingnya informasi pasar. Metode ini merupakan alat
untuk memahami bagaimana produk jasa sampai ke pengguna akhir dan bagaimana
suatu sistem bisnis yang dikelola, diusahakan dan diselenggarakan. Hal ini dapat
menginspirasi P2KTD untuk mengembangkan pemahaman baru mengenai layanan
teknis yang dikembangkan, dan mengevaluasi daya jual jasa yang ditawarkan dengan
mencari masukan secara langsung dari konsumen dan pelaku pasar. Melalui RMA P2KTD
akan mulai melihat pentingnya memahami konsumen dan penelitian informasi pasar.
Secara umum RMA bertujuan untuk menyediakan cara yang cepat, fleksibel, dan
efektif dalam mengumpulkan, mengolah dan menganalisis informasi dan data pasar dan
sistem pemasaran. RMA merupakan cara efisien untuk memahami sistem pemasaran,
dengan menginformasikan produk jasa dan strategi pemasaran, proses kebijakan, serta
desain dan pelaksanaan intervensi yang relevan. RMA merupakan metodologi penelitian
yang 'itireratif' dan interaktif, yang digunakan untuk memahami dengan lebih baik
sistem pasar yang kompleks dalam waktu yang singkat (diadopsi dari Young, 1994).
RMA merupakan suatu proses untuk menemukenali peluang pasar dan bagaimana
mendapatkan peluang tersebut berfokus pada keseluruhan 'rantai nilai (value chain)'.
Berdasarkan uraian tersebut, RMA merupakan suatu cara yang dapat dilakukan
oleh P2KTD untuk:
(1) Mendapatkan informasi mengenai bagaimana suatu komoditi sub-sektor diatur,
dioperasikan dan dihasilkan;
(2) Mengidentifikasi kendala dan peluang pasar;

220| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

(3) Mengidentifikasi dan mendiagnosis persoalan terkait kebijakan dan peraturan


lainnya yang memerlukan analisis, perhatian dan aksi dari pemerintah (dan
lembaga donor) serta pihak swasta;
(4) Merekomendasikan intervensi dalam sisten organisasi dan teknologi terhadap
pengembangan produk layanan teknis kepada masyarakat.

C. Manfaat Analisis Potensi Pasar


Berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan oleh beberapa lembaga dan mitra
kerjanya ILO dalam menerapkan RMA, terutama di Kenya, Uganda, dan Tanzania. Dalam
beberapa kasus, setelah pelatihan para para peserta melakukan praktek dengan
melakukan kunjungan langsung kepada konsumen untuk mencari tahu tentang produk
jasa apa yang mereka harapkan dapat membantu meningkatkan pendapatannya.
Dibawah ini adalah beberapa dari temuan-temuannya. Secara umum manfaat dari analis
pasar bagi P2KTD diantaranya:
(1) RMA dapat membantu melakukan penelitian pasar secara mandiri dan
mengembangkan potenai produk jasa baru. Disamping itu, RMA mendorong
pelakunya untuk belajar tentang berharganya berbicara dengan konsumen untuk
mempelajari produk jasa yang akan ditawarkan, bagaimana mengembangkan
produknya, dan mengenal secara dalam harapan konsumen dengan
mempertimbangkan kebutuhannya. Melalui RMA, peneliti dapat mengenal
karakter konsumen atau calon pelanggan dengan pendekatan personal yang
mampu memberikan penghargaan dan akan membawa konsumen baru. Secara
bertahap mulai mencari konsumen baru dan tidak hanya sekedar menunggu
konsumen untuk datang kepada lembaga yang memiliki gagasan produk jasa itu;
(2) Membangun hubungan yang baik dengan konsumen dalam hal ini masyarakat di
Desa dan pemangku kepentingan yang terkait dengan posisi organisasi.
Hubungan P2KTD dengan konsumen penerima layanan teknis menjadi lebih baik,
dan mendorong mendapatkan konsumen baru serta angka permintaan meningkat.
Ini berarti usaha mereka bertumbuh;
(3) Membantu P2KTD dalam mendapatkan kontak bisnis baru termasuk Pemasok
bahan baku, LSM, Pemerintah, perusahaan dan informasi tentang pasar baru.
Selain berbicara dengan konsumen;
(4) Membantu P2KTD untuk berbicara dengan pemangku kepentingan yang terlibat
dalam pembangunan Desa dengan pengetahuan tentang produk layanan teknis
dan pemasarannya. Beberapa hasil survey juga melaporkan adanya peningkatan
kepercayaan diri dan “perluasan wawasan” bagi organisasi. Beberapa menemukan
pemecahan untuk masalah-masalah bisnis yang lebih spesifik.
(5) RMA memungkinkan bagi P2KTD untuk merubah cara melihat produk jasa dari
orientasi produksi ke permintaan pasar (kuantitas, kualitas, pengolahan, dan
pengemasan), mengidentifikasi ceruk pasar dari suatu produk yang memiliki
keunggulan komparatif, reorientasi produksi untuk merespon perubahan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 221


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

permintaan dan untuk membantu mengubah pola pikir dari 'orientasi produksi' ke
'orientasi pasar', membantu perubahan perilaku 'pedagang perantara yang tidak
adil kepada petani' ke persepsi saling menguntungkan, dimana setiap pelaku pasar
memiliki peran dalam rantai pasar.

D. Peluang Pasar untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Lokal


Adanya perekonomian pasar dan perbaikan infrastruktur perdesaan telah memperluas
peluang usaha bagi petani dan banyak pelaku usaha lain di Desa. Namun, pengelolaan
usaha secara tradisional seringkali melemahkan kemampuan pelaku usaha untuk
memproduksi produk berkualitas tinggi dalam jumlah yang diinginkan sesuai dengan
spesifikasi pasar. Petani kecil umumnya kurang terkait dengan pasar dan akses terhadap
informasi pasar yang lemah (Hammett 1994; Arocena-Fransico et al. 1999). Di Filipina,
Predo (2002) menemukan bahwa bertani dalam sistem Agroforestry lebih menguntung-
kan daripada produksi tanaman tahunan, namun ketidakpastian pemasaran
menghambat penanaman pohon. Akses pasar yang tersedia bagi produk kayu
merupakan kriteria penting dalam pemilihan lokasi (Scherr 1999 dan 1995; Landell-Mills
2002).
Pengalaman di Indonesia mengindikasikan bahwa masalah yang dihadapi bagi
petani dan pengusaha berskala kecil secara umum: (a) kurang akses terhadap informasi
pasar (permintaan produk, spesifikasi dan harga); (b) kurang pemahaman saluran
pemasaran; (c) memproduksi layanan teknis dengan kualitas dan kuantitas yang tidak
menentu; (d) jarang melakukan pemilahan untuk meningkatkan kualitas produk jasa
(dan tingkat keuntungannya); serta (e) menjual produk jasanya secara individu (Roshetko
dan Yulianti, 2002; Roshetko et al. 2002).
Kondisi ini memiliki konsekuensi kurang menguntungkan bagi para agen pasar.
Pada umumnya menghabiskan banyak waktu dan sumber daya untuk mencari,
mengumpulkan dan mengelompokkan hasil produk jasa yang sedikit jumlahnya dan
beragam kualitasnya. Sebagian besar pelaku usaha tidak memahami kondisi pasarnya.
Biasanya menjual produknya melalui pedagang perantara dan tidak mengetahui
konsumen akhirnya. Jarang terlibat dalam kegiatan pasca produkasi. Sebagai contoh,
petani cenderung memproduksi dan menjual hasil taninya secara lokal, bersaing dengan
petani lain untuk pangsa pasar yang kecil.
Oleh karena itu penelitian pasar melalui mengumpulkan, mengolah, dan
menganalisis data dan informasi mengenai sistem pemasaran produk jasa menjadi
sangat penting dalam mendukung keberhasilan suatu bisnis. Pasar terus berkembang
dan berubah, dan oleh karena itu kegiatan penelitian pasar perlu dilakukan oleh P2KTD
secara berkala.

222| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

E. Tahapan Pelaksanaan Analisis Pasar untuk Pengembangan Penyedia


Peningkatan Kapasitas Teknis di Desa
Penrapan RMA bagi P2KTD merupakan salah satu upaya untuk mengenal potensi pasar
bagi pengembangan penyedia peningkatan kapasitas teknis yang akan diberikan
kepada Desa. RMA terdiri dari sejumlah metode dan alat sederhana untuk
mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif. Metode ini dapat meminimasi biaya dan
keterlambatan penyajian informasi sebagaimana survei kuisioner formal yang seringkali
gagal menyediakan informasi yang tepat waktu dan cukup lengkap. Keluwesan dan
sederhana menjadi ciri utama dari metode RMA. Tidak ada ketentuan yang baku
berkaitan dengan ukuran dan komposisi tim yang terlibat dalam RMA, komposisi tim
akan bergantung pada ketersediaan sumberdaya dan tujuan dari survei pasar. Demikian
juga dengan jumlah dan tipe pasar yang dikunjungi, serta jumlah dan kriteria “informan
kunci*” yang dipilih, akan bervariasi sesuai dengan tujuan pelaksanaan RMA dan
sumberdaya yang tersedia. Ketentuan yang sama dapat digunakan berdasarkan waktu
yang dibutuhkan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi pasar.
Terdapat enam langkah utama untuk melakukan RMA, yaitu:
(1) Menentukan tujuan;
(2) Menyusun tim;
(3) Mengumpulkan data dan informasi sekunder;
(4) Membuat kuisioner dan mengatur waktu wawancara;
(5) Melatih dan berdiskusi dengan tim serta melakukan wawancara;
(6) Menilai peluang pasar yang tersedia dan memformulasikan strategi dan rencana
untuk menangkap peluang tersebut.

Daftar Pustaka
Tukan, C.M.J, J.M. Roshetko, S. Budidarsono, dan G.S. Manurung (2006). Market Chain
Improvement: Linking Farmers to Markets in Nanggung, West Java, Indonesia. Acta
Horticulturae.699: I International Symposium on Improving the Performance of
Supply Chains in the Transitional Economies.
Landell-Mills, N. (2002). Marketing Forest Environmental Services Who Benefits?,
Gatekeeper Series No. 104. International Institute for Environment and
Development (IIED), London.
Predo, C. (2002). Bioeconomic Modeling of Alternatives Land Uses For Grasslands Areas
and Farmers' Tree-Growing Decisions in Misamis Oriental, Philippines, Ph.D.
Dissertation, Los Baños, Laguna, Philippines. University of the Philippines at Los
Baños.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 223


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Roshetko, J.M. dan Yuliyanti. (2002). Pemasaran Untuk Hasil-Hasil Wanatani Di Tingkat
Petani. Dalam: J.M. Roshetko, Mulawarman, W.J. Santoso dan I.N. Oka. Wanatani
di Nusa Tenggara-Prosiding Lokakarya Wanatani Se-Nusa Tenggara, 11-14
November 2001. Denpasar, Bali. International Centre for Research in Agroforestry
(ICRAF) dan Winrock International.
Roshetko, J. M., E. Nugraha, J.C.M. Tukan, G. Manurung, C. Fay dan M. van Noordwijk,
(2002). Agroforestry for Livelihood Enhancement and Enterprise Development.
Manuscript. Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) dan Winrock International.
Betser, L. Dan Degrande, A. (2001) Marketing Surveys. Lecture note. In: Tree
Domestication in Agroforestry Module 2, Session 5. The World Agroforestry Center
(ICRAF). Nairobi.
ILO (International Labor Organization) (2000) Rapid Market Appraisal: A Manual for
Entrepreneurs. The FIT Manual Series. International Labor Organization. Geneva.
Arocena-Francisco, H., de Jong, W., Le Quoc Doanh, de Guzman, R.S., Koffa, S. Kuswanda,
M., Lawrence, A., Pagulon, A., Rantan, D., Widawati, E. (1999) 'Working Group 1
External factors affecting the domestication of agroforestry trees (economics and
policy)' dalam J.M. Roshetko and D.O. Evans. (eds), Domestication of agroforestry
trees in Southeast Asia. Forest, Farm, and Community Tree Research Reports,
special issue 1999, pp 212-213.
Scherr, S.J. (1999). 'The economic context for agroforestry development: evidence from
Central America and the Caribbean', Outlook on Agriculture 28(3): 163-170. Scherr,
S.J. 1995. 'Economic factors in farmer adoption of agroforestry: Patterns observed
in western Kenya', World Development 23(5): 787-804.
Hammett, A.L. 1994. ‘Developing community-based market information systems'. dalam
J.B. Raintree and H.A. Francisco (eds), Marketing Multipurpose Tree Species in Asia.
Proceedings of an International Workshop, Baguio City, Philippines, 6-9 December
1993. Winrock International. Bangkok, Thailand. Pp 289-300.
Young Simon, 1994. Rapid Market Appraisal (RMA): A Tool for Market Systems Research
in Agricultural Development, Malakand Fruit and Vegetable Development Project
(MFVDP), Interco-operation

224| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Informasi

SPB
Pengembangan Organisasi
3.2.1 Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa

A. Pendahuluan
Penguatan Kapasitas kelembagaan P2KTD, harus dipahami sebagai bagian dari proses
pengorganisasian penyelenggaraan pembangunan perdesaan secara lebih baik dalam
kesatuan sistem pembangunan di tingkat daerah, yang merupakan bagian dari kesatuan
sistem pembangunan nasional. Pelaksanaan pembangunan yang baik, berbasis hak-hak
dasar dan berpihak kepada masyarakat perdesaan, memahami peraturan berupa sistem,
mekanisme dan prosedur yang memungkinkan P2KTD mampu menjalankan peran dan
fungsinya secara efektif dan akseptabel serta pelaksanaan kebijakan pembangunan
kawasan perdesaan sebagaimana amanat UU. No. 6/2014 Tentang Desa, Peraturan
Pemerintah No. 43/2014 Tentang Pelaksanaan UU. No. 6/2014, PP. No. 60/2014 Tentang
Dana Desa yang bersumber dari APBN serta Keputusan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi No. 83/2017 Tentang Program Inovasi Desa.
Perlu dipahami bahwa pembangunan kawasan perdeesaan bersifat multi-
dimensional. Hal ini menyangkut hubungan yang bersifat lintas sektoral, lintas dinas,
lintas kepentingan dan lintas kewilayahan. Mempertemukan berbagai sektor dan
kepentingan menjadi esensi dari kegiatan yang diharapkan layanan dari P2KTD,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelaksanaan pembangunan desa,
meningkatkan kemandirian desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Penguatan kapasitas P2KTD juga terkait dengan kepentingan penataan peran,
fungsi dan pemanfaatan kelembagaan atau organisasi dalam memberi layanan teknis
didesa. Dengan demikian, maka erat kaitannya dengan kepentingan publik dan
perkembangan sosial masyarakat pada kawasan perdesaan. Oleh sebab itu, sensitivitas
terhadap sentimen publik, perkembangan sosial masyarakat dan politik pemerintahan
dituntut dalam segenap usaha dan kegiatan pengembangan dan penguatan kapasitas
organisasi P2KTD. Pemahaman dan kesadaran terhadap eksistensi P2KTD harus
tertanam dalam hati dan pikiran para pelaku yang berkompeten dan pelaku
pembangunan desa lainnya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 225


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

B. Tujuan Penguatan Kapasitas Kelembagaan


Tujuan penguatan kapasitas kelembagaan P2KTD, secara substansi merupakan tujuan
dan sasaran strategis Program Inovasi Desa (PID), yaitu untuk meningkakan kualitas
pelaksanaan Dana Desa. Hal ini berarti langkah pengembangan dan penguatan
kapasitas kelembagaan atau organisasi P2KTD harus diwujudkan dalam suatu
pelembagaan sistem pembangunan kawasan perdesaan dalam tata pemerintahan yang
baik dan berpihak kepada masyarakat (pro-poor good governance).

C. Sasaran Penguatan Kapasitas Kelembagaan


Esensi Penguatan Kelembagaan P2KTD adalah terinternalisasikannya paradigma
pembangunan kawasan perdesaan yang pro-poor good governance untuk menjadi
landasan sikap, pikiran dan tindakan seluruh pihak yang berkompeten, baik dari unsur
pemerintahan, masyarakat maupun pelaku non-pemerintahan. Penguatan kelembagaan
P2KTD dituntut untuk memahami pentingnya membangun relasi yang baik pada
dimensi struktural, kultural maupun peran dan fungsi P2KTD, sebagai berikut:

1. Dimensi Struktural.
Diperlukan struktur organisasi/lembaga yang sesuai untuk menjalankan tugas
pemberian Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis sesuai mandat UU. No. 6 tahun 2014
Tentang Desa, Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan UU. No.
6 Tahun 2014, PP. No.60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN
serta Kepmen No. 83 Tahun 2017 Tentang Program Inovasi Desa. Unsur struktural
kelembagaan yang harus ada, adalah keberadaan sistem, lembaga dan personil, yang
dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Sistem.
Substansi penguatan kelembagaan P2KTD terkait dengan pelaku-pelaku (subyek) dan
bidang kerja/garapan (obyek). Kejelasan dalam pengelolaan tata hubungan antar pihak,
antar bidang dan antar unsur dengan tugas pokok, peran dan fungsinya penting
dilakukan, sehingga akseptabel bagi pelaksanaan peran dan fungsi P2KTD dalam
pembangunan desa.

b. Lembaga.
Pembangunan desa secara esensi menyangkut hak dasar dan peningkatan
kesejahteraan hidup warga pada kawasan perdesaan. Hal ini secara teknis memerlukan
intensitas pengorganisasian lintas sektoral, lintas pelaku dan lintas kepentingan.
Pembangunan kawasan perdesaan sebagai suatu sistem pelayanan kebutuhan warga
dan sub-sistem pembangunan daerah, memerlukan dukungan kelembagaan P2KTD
yang sesuai untuk menanganinya.

226| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

c. Personil
Diperlukan personil yang kompeten dan kapabel sesuai kemampuannya dan tanggung
jawab yang jelas dalam mengelolaan kegiatan pembangunan perdesaan secara pro-
poor, mengoperasikan lembaga sesuai dengan peran dan fungsinya serta menjalankan
sistem dengan baik sesuai kebijakan pemerintah daerah dan desa. Keberadaan personil
sangat menentukan bagaimana sistem dan struktur kelembagaan berjalan dan
berfungsi. Penguatan terhadap personil P2KTD diantaranya adalah upaya peningkatan
kemampuan kerja, keterampilan teknis, keahlian manajerial, pengetahuan/wawasan luas,
kesadaran dan sikap-pikir kritis, perhatian dan keberpihakan sebagai sikap dan daya
tanggap terhadap realitas sosial, serta keteguhan menjaga nilai etik, moral dan kaidah
konstitusional.
Penguatan kapasitas personil P2KTD juga dapat dilakukan dengan pendekatan
pembelajaran mengikuti berjalannya proses kerja, dengan menjalankan proses aksi-
refleksi atau sharing dan dialog berlandaskan aktifitas dan program kerja. Sharing dan
dialog dapat dilakukan berdasar wilayah kompetensi maupun bidang keahlian masing-
masing, dilakukan secara lintas bidang dan dapat diperkuat dengan keterlibatan pelaku-
pelaku lain yang kompeten di luar kelembagaan P2KTD.

2. Dimensi Kultural
Aspek kultural kelembagaan P2KTD yang dimaksud , adalah bangunan sikap, perilaku
dan kebiasaan dalam kegiatan teknis yang dalam pelayanan kepentingan warga tidak
dapat mengabaikan atau meninggalkan antara satu dengan lainnya. Program atau
kegiatan pembangunan desa. Hal ini menyangkut urusan yang saling berkaitan, baik
dalam teknis pembangunan desa maupun upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Bangunan kultural kelembagaan P2KTD terkait kesadaran sebagai basis
penyelenggaraan pembangunan, profesionalitas dan etos kerja personil sebagai
pelaksana kegiatan, diantaranya sebagai berikut:

a. Keterpaduan dan sinergitas


Proses penguatan kapasitas Lembaga P2KTD dituntut agar mampu memberi
pembelajaran dan penguatan bersama dalam membangun keterpaduan (kohesifitas)
dan sinergitas antar institusi anggota P2KTD maupun dengan institusi pemerintahan
desa.

b. Perspektif Paradigmatik
Sikap, perilaku dan tindakan kelembagaan dalam memberikan Penyedia Peningkatan
Kapasitas teknis sangat dipengaruhi oleh cara pandang, sikap pikir dan tindakan
personil. Pokok mendasar dalam penguatan kapasitas P2KTD terkait dengan bagaimana
pemahaman personil terhadap masalah pembangunan desa secara terpadu dan
berkelanjutan sesuai amanat UU. No. 6 tahun 2014 Tentang Desa, Peraturan Pemerintah

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 227


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

No. 43 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan UU. No. 6 Tahun 2014, PP. No. 60 Tahun 2014
Tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN serta Kepmen No. 83 Tahun 2017
Tentang Program Inovasi Desa.

c. Profesionalitas dan Etos Kerja


Pembangunan perdesaan memiliki sifat spesifik, memiliki keterkaitan dengan berbagai
bidang urusan lain, dan pembangunan perdesaan merupakan bidang pelayanan hak
dasar masyarakat desa yang menuntut profesionalitas dan etos kerja tinggi.
Profesionalitas dan etos kerja P2KTD pada esensinya merupakan landasan nilai dan
semangat dalam melaksanakan pembangunan perdesaan dalam tata pemerintahan
yang baik dan berpihak kepada masyarakat. Profesionalitas dan etos kerja menjadi
tuntutan bagi sikap, perilaku dan tindakan dalam menjalankan tugas, peran dan fungsi
P2KTD, baik secara kelembagaan maupun personal. Upaya penguatan profesionalitas
dan etos kerja P2KTD, sebagai berikut:
(1) Struktur kelembagaan dengan tugas, peran dan fungsi.
(2) Sistem, mekanisme dan prosedur ketatalaksanaan;
(3) Keberadaan personil pelaksana yang kompeten untuk menjalankan tugas dan
fungsi kelembagaan dengan acuan kerja yang jelas;
(4) Sistem informasi dan jaminan akan akuntabilitas, transparansi dan keterbukaan;

3. Dimensi Peran dan Fungsi


P2KTD dituntut untuk menjalankan peran dan fungsinya dalam membantu desa dalam
menyediakan Penyedia Peningkatan Kapasitas teknis atau melaksanakan pekerjaan-
pekerjaan teknis yang memerlukan keahlian khusus, yang tidak dapat dilakukan desa
dan pendamping desa. Pendalaman pemahaman tehadap bidang keahlian tertentu yang
menjadi aspek peran dan fungsi kelembagaan P2KTD penting dilakukan atau diperkuat.
Pelaksanaan dana desa menciptakan kebutuhan desa akan layanan jasa terknis
yang spesifik dan beragam. Sementara tenaga pendamping profesional yang ada
memiliki keahlian terbatas. Kondisi ini tentu saja mengakibatkan kurag optimalnya
capaian pembangunan desa khususnya yang terkait dengan peningkatan produktivitas
dan pertumbuhan ekonomi desa yang berkelanjutan. Sementara itu diluar desa ada
banyak Lembaga yang mempunyai keahlian yang diperlukan oleh desa, namun desa
tidak memiliki akses informasi yang cukup tentang jenis Penyedia Peningkatan Kapasitas
tersebut.

228| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Informasi
SPB
Promosi Layanan teknis
3.3.1
P2KTD

A. Pendahuluan

Promosi adalah suatu aktivitas komunikasi dari pemilik produk atau jasa yang ditujukan
kepada calon konsumen dengan tujuan supaya calon konsumen membeli/memakai
produk barang atau jasa yang ditawarkan. Proses ini merupakan bagian dari pemasaran
yang di dalamnya ada kegiatan mempengaruhi secara persuasif (membujuk) dengan
memperkenalkan kelebihan/kegunaan produk atau jasa dan dimana produk/jasa
tersebut dapat diperoleh.

B. Tujuan Promosi

Secara umum tujuan dari promosi penyedia peningkatan kapasitas teknis yaitu:
(1) menyebarkan informasi terkait produk atau layanan teknis yang dapat diebrikan
oleh P2KTD;
(2) memperoleh konsumen baru dan menjaga kesetiaan konsumen. Jadi konsumen
tetap setia untuk membeli dan menggunakan produk atau layanan teknis yang
ditawarkan oleh P2KTD;
(3) meningkatkan permintaan atas penyedia peningkatan kapasitas teknis dari P2KTD;
(4) memberi pembeda dan mengunggulkan produk P2KTD dibanding pesaing
lainnya;
(5) membentuk citra produk layanan teknis P2KTD dimata para konsumen.

C. Bauran Promosi

Bauran promosi adalah gabungan dari berbagai jenis promosi untuk produk dan jasa
yang sama supaya hasil dari kegiatan promosi yang dilakukan dapat membuahkan hasil

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 229


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

maksimal. Bauran promosi dapat menggunakan beberapa pendekatan salah satunya


dengan media promosi yang tepat diantaranya:
(1) Iklan adalah bentuk promosi bersifat masal dan nonpersonal. Oleh karena
sirkulasinya luas maka biaya per-unit menjadi lebih murah. Tetapi karena bersifat
non personal maka iklan tidak mampu responsive. Oleh karena itu iklan tidak
diharapkan sebagai media komunikatif interaktif.
(2) Penjualan Personal adalah aktivitas penjualan yang bersifat promosional. Karena
bersifat personal, promosi ini sangat efektif membina komunikasi dua arah dengan
audiens.
(3) Promosi Penjualan adalah bentuk promosi personal maupun nonpersonal untuk
mendongkrak penjualan dalam jangka pendek. Promosi penjualan memang
dirancang dengan berbagai cara (personal maupun non personal) untuk
mendorong penjualan pada saat-saat tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan sampel, ikut serta dalam pameran yang sesuai dengan target pasar.
(4) Publisitas adalah bentuk promosi yang lebih banyak dilakukan oleh masyarakat.
Audiens sering berpendapat bahwa informasi produk dari sumber non-produsen
tentu akan lebih fair atau jujur.
(5) Identitas Produk adalah desain produk yang bersifat khas yang mempunyai daya
tarik tersendiri. Identitas produk adalah bentuk penampilan promosi produk secara
konkrit menunjukkan kelebihan-kelebihan yang ada.
(6) Public relation (humas) yaitu mengupayakan produk yang dijual dapat diterima
oleh calon konsumen dan personal selling yaitu promosi dengan tatap muka
langsung. Contoh kehumasan yang bisa dilakukan untuk mempromosikan layanan
teknis adalah lobby dan negosiasi.

D. Promosi P2KTD

Dalam rangka promosi untuk memperkenalkan dan membujuk pemerintah desa dan
masyarakat agar mau membeli jasa/gagasan yang dikembangkan dibutuhkan proses
komunikasi. Proses komunikasi dimulai dari menyediakan informasi baik itu mengenai
gagasan sosial untuk mendorong perubahan sosial di tingkat desa maupun
menggunakan layanan teknis untuk mengimplementasikan gagasan sosial yang
direncanakan pihak desa/ditawarkan pihak luar.
Komunikasi dengan pelanggan bisa dilakukan dengan berbagai cara baik itu
melalui iklan, penjualan pribadi, pameran, pengumuman/pemberitaan melalui Humas,
dan pemasaran melalui internet. Dalam konteks mempromosikan gagasan sosial dan
penyedia peningkatan kapasitas teknis kepada desa cara komunikasi yang bisa
dilakukan melalui cara-cara yang lebih berorientasi pada ‘pembelajaran’ bukan dalam
konteks iklan produk komersial.
Pendekatan pemasaran sosial dengan cara (1) komunikasi yang lebih personal
(tatap muka) akan lebih efektif sehingga media yang dikembangkan sebagai alat bantu

230| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

digunakan untuk membantu menjelaskan informasi agar mudah dipahami oleh


pemerintah desa dan pihak-pihak terkait di masyarakat; (2) menggunakan pendekatan
lobby dan negosiasi; (3) menciptakan hubungan baik dengan berbagai pihak yang bisa
mempengaruhi keputusan/kebijakan desa.
Komunikasi yang dilakukan tidak bisa disamakan antara satu desa dengan desa
lainnya. Mengingat karakteristik personal, sosial dan budaya masing-masing wilayah
berbeda. Artinya pemahaman terhadap khalayak sasaran menjadi bagian yang penting
dalam kerangka mempromosikan gagasan sosial dan layanan teknis yang bisa diberikan.
Jika hubungan baik antara P2KTD dengan pemerintah dan komunitas yang ada di
desa sudah terbina, inisiatif komunikasi bisa jadi bukan dari pihak P2KTD saja akan tetapi
juga dari pihak pemerintah desa atau komunitasnya. Jalinan hubungan akan bertambah
baik ketika sudah pihak desa sudah mempunyai pengalaman yang positif pasca layanan
yang diberikan dan mereka akan bersedia menggunakan kembali layanan teknis yang
dibutuhkan pada kegiatan/program lainnya.

E. Langkah Strategi Komunikasi/Promosi

Langkah strategi promosi dalam hal ini sama dengan langkah yang dilakukan pada
tahapan pengembangan strategi komunikasi , yaitu (1) Identifikasi khalayak sasaran; (2)
menentukan tujuan komunikasi; (3) mengembangkan pesan; (4) menyeleksi saluran
komunikasi; (4) menetukan biaya; (5) mengembangkan media komunikasi; dan (5)
mengukur hasil komunikasi/promosi.
Identifikasi Khalayak Sasaran
Dalam kerangkan promosi penyedia peningkatan kapasitas teknis , khalayak sasaran
primer adalah kepala desa dan jajaran pemerintahan desa sebagai penentu kebijakan
pembangunan dan penggunaan dana desa. Selain jajaran pemerintahan desa, BPD, dan
Komunitas desa menjadi khalayak sekunder mengingat mereka menjadi bagian dari
forum musyawarah yang terlibat dalam proses perencanaan dan penganggaran
pembangunan desa dalam forum musrenbang.
Menentukan Tujuan Komunikasi /Promosi
Tujuan Komunikasi/promosi harus spesifik dan bisa terukur serta berkaitan dengan
tujuan pengembangan gagasan sosial yang ditawarkan. Tujuan dari promosi yang
dilakukan P2KTD adalah gagasan sosial yang ditawarkan masuk ke dalam dokumen
perencanaan dan penganggaran desa, serta menerima P2KTD sebagai rekanan pemberi
penyedia peningkatan kapasitas teknis untuk mengimplementasikan gagasan tersebut.
Merancang Pesan
Tujuan komunikasi diturunkan ke dalam pesan-pesan khusus untuk setiap khalayak
sasaran. Pesan yang akan disampaikan bisa jadi umum untuk semua khalayak, akan
tetapi ada pesan-pesan untuk khalayak sasaran tertentu disesuaiken dengan tugas,
peran dan fungsi mereka dalam pembangunan desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 231


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Pesan yang disampaikan idealnya harus memenuhi prinsip AIDA, yaitu bisa memberikan
perhatian (attention) , menarik (interest), membangkitkan keinginan (desire), dan
menghasilkan tindakan (action). Pesan yang efektif harus dapat menyelesaikan 4
masalah, yaitu bagaimana, apa, dimana, dan siapa.
Menyeleksi Saluran Komunikasi
Saluran komunikasi bisa personal dan non personal. Saluran komunikasi personal
biasanya dilakukan melalui lobby, negosiasi, diskusi, obrolan dalam media sosial, dan
lainnya. Saluran komunikasi non personal dilakukan dengan melalui media massa, media
sebar, media baru berbasis internet seperti sosial media, blog, dan media lainnya.
Menetapkan jumlah anggaran promosi
Anggaran untuk promosi harus ditetapkan berdasarkan kemampuan lembaga (P2KTD)
dan berorientsi pada tujuan promosi. Anggaran yang tersedia akan menentukan jenis
media dan saluran yang akan digunakan .
Menentukan bauran promosi
Menentukan alat promosi yang akan digunakan yaitu advertising, personal selling, sales
promotion, atau public relation, atau bauran dari berbagai perangkat tersebut. Dalam hal
ini harus juga ditentukan media bantu yang akan digunakan misalnya poster, brosur,
dan lain-lain.
Mengukur hasil promosi
Mengukur hasil promosi sangat penting untuk dilakukan. Hasil pengukuran dapat
dijadikan acuan kebehasilan promosi yang dilakukan. Beberapa pertanyaan bisa menjadi
acuan dalam melakukan pengukuran hasil promosi :
 Apakah mereka mengenal dan mengingat pesan-pesan yang diberikan?
 Berapa kali melihat pesan tersebut?
 Apa saja yang masih diingat?
 Bagaimana sikap mereka terhadap produk/jasa?
Mempromosikan layanan teknis memang berbeda dengan mempromosikan
produk karena layanan tidak kasat mata dan hanya bisa diukur oleh kepuasan pelayanan
yang diberikan. Kepuasan dapat dibuktikan dengan memperlihatkan karya-karya yang
sudah dilakukan dan testimony dari berbagai pihak yang pernah mempunyai
pengalaman sebagai mitra kerja.

F. Kiat Promosi

Ada beberapa kiat yang bisa digunakan agar para pelanggan akan menggunakan jasa
yang diberikan secara berkelanjutan dan calon pelanggan percaya dan mtertarik
menggunakan jasa yang ditawarkan.

232| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

1. Berikan pelayanan prima

Selalu berikan pelayanan prima atau pelayanan yang terbaik kepada pelanggan . Buatlah
pelanggan merasa puas menggunakan jasa yang ditawarkan supaya pelanggan akan
memberikan rekomendasi kepada orang terdekatnya bahkan kepada orang yang baru
di kenal untuk menggunakan jasa P2KTD. Dengan begitu P2KTD akan merasa sangat
diuntungkan karena dapat menghemat cukup banyak biaya promosi.

2. Dapat dipercaya

Jika lembaga bergerak di bidang jasa, maka kepercayaan adalah hal yang sangat
penting. Maka dari itu buatlah hubungan yang erat dengan para pelanggan. Misalnya
saja dengan melakukan pendekatan secara personal agar dapat menanyakan kesan
mereka terhadap jasa yang pernah ditawarkan dan jangan lupa untuk menanyakan saran
supaya lembaga dapat lebih berkembang. Dengan begitu,P2KTD dapat mengetahui apa
yang diinginkan oleh pelanggan.

3. Manfaatkan jejaring sosial

Pada era digital ini, penggunaan internet merupakan suatu hal yang sudah lazim di
masyarakat. Hampir rata-rata semua orang sudah memiliki akun jejaring sosial. Besar
kemungkinan bahwa pelanggan sudah lebih dulu masuk di jejaring sosial. Oleh karena
itu tidak ada salahnya jika P2KTD mulai merambah ke jejaring sosial. Karena hal ini dapat
digunakan sebagai media promosi bisnis layanan yang diberikan. Dengan menggunakan
metode tertentu, Anda dapat pula mencari tahu seberapa banyak rekomendasi dari
pengguna jejaring sosial terhadap jasa yang di tawarkan.

4. Bergabung dengan komunitas

Contohnya saja jika lembaga adalah jasa perawatan hewan peliharaan (grooming,
tempat penitipan hewan, dan lain sebagainya) maka lembaga bisa menjadi salah satu
anggota dari perkumpulan pecinta anjing atau kucing. Di dalamnya, dengan
menggunakan beberapa teknik pendekatan, dapat mulai sedikit demi sedikit
menawarkan jasa yang diberikan. Atau ketika sumberdaya lembaga dapat dikategorikan
cukup maka dapat membentuk komunitas sendiri yang bersinergi dengan jasa yang
akan ditawarkan.

5. Melakukan kegiatan yang bersinergi dengan bidang layanan lembaga secara tulus

Jika lembaga melakukan segala aktifitas yang berhubungan dengan layanan teknis
lembaga, maka kerjakanlah secara tulus apalagi ketika jasa lembaga dapat digunakan
untuk membantu seseorang dalam mencapai tujuannya. Contohnya ketika lembaga
mempunyai bengkel mobil , dan memiliki rekan yang ingin memodifikasi mobilnya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 233


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Suatu saat mobil tersebut mengikuti kejuaraan dan mendapatkan penghargaan, lalu
beritanya dimuat di media massa. Maka secara tidak terduga, bisa saja jasa lembaga
akan dimuat di media tersebut. Sehingga akan semakin banyak yang mengenal jasa
lembaga.
Ingatlah bahwa segala sesuatunya didasari oleh kepercayaan. Segala sesuatu yang
dilakukan itu diharapkan dapat memberikan pelayanan yang terbaik agar pelanggan
percaya kepada jasa yang ditawarkan. Karena pada dasarnya semua jenis bisnis memiliki
prinsip yang sama, yaitu bagaimana memberikan kepuasan kepada pelanggan supaya
mereka dapat merekomendasikan jasa pelayanan lembaga ke lingkungan mereka.

Daftar Pustaka
Strategi Komunikasi Pemasaran dalam Dunia Usaha https://modulmakalah.blogspot.
co.id/2017/03/Strategi.Komunikasi.Pemasaran.dalam.Menjalankan.Dunia.Usaha.ht
ml
Zahir, 5 Strategi Promosi dalam Bisnis Bidang Jasa, dalam ttps://zahiraccounting.
com/id/blog/5-strategi-promosi-pada-bisnis-di-bidang-jasa/

234| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Informasi
SPB
Pengembangan Media
3.3.2
Promosi

A. Pendahuluan

Media promosi adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
informasi atau pesan mengenai produk yang ditawarkan kepada khalayak umum
(masyarakat). Dalam menjalankan promosi pemilihan media didasarkan kepada
beberapa pertimbangan yaitu: (1) jenis dan karakter produk yang dipasarkan; (2) perilaku
khalayak, dan (3) program promosi pesaing.
Pilihan Media Berdasarkan Produk. Misalnya: produk yang mempunyai tampilan
unik dan mampu membangkitkan emosional akan lebih pas bila dipromosikan dengan
iklan.
Pilihan media berdasarkan karakteristik khalayak. Dalam hal ini harus diketahui
saluran media yang biasa digunakan oleh khalayak sasaran dalam berkomunikasi,
misalnya apakah khalayak terbiasa menggunakan saluran media audio, visual, atau audio
visual.
Pilihan Media Berdasarkan Pesaing. Seringkali, perancang pilihan media diambil
untuk menanggapi promosi pesaing. Karena pesaing gencar memberikan hadiah kepada
pelanggannya, tentu perusahaan harus merespons dengan program yang seimbang
agar supaya tidak ditinggalkan oleh pelanggan.

B. Katagori Media Promosi

Strategi media promosi dapat dikategorikan ke dalam dua saluran yaitu media online
dan media offline. Strategi promosi dengan cara online yaitu promosi dengan
memanfaatkan media digital untuk memperluas jaringan dan jangkauan pemassaran
yang luas dan tidak terjangkau dengan media offline. Strategi promosi offline adalah
promosi yang memanfaatkan sumberdaya media fisik untuk menyebarkan informasi
yang berhubungan dengan spesifikasi produk kepada konsumen yang berada pada area

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 235


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

tertentu, sesuai dengan karakteristik media offline yang mempunyai batasan


dibandingkan dengan media online.

1. Media Promosi Online

Dalam era digital saat ini promosi tidak lagi dilakukan dengan cara-cara yang tradisional.
Teknologi komunikasi melalui internet semakin berkembang yang kemudian
mempengaruhi juga kepada strategi promosi yang bisa dilakukan. Dengan melalui
internet, promosi dapat menjangkau khalayak sasaran yang tanpa batas. Promosi online
dapat menggunakan beberapa media seperti berikut.
 Website. Tingkat keberhasilan media ini tergantung kepada besaran traffic visitors
setiap harinya dan popularitas web yang dikembangkan.
 Media Sosial seperti facebook, twitter, instagram, google+, dll. Sosial media yang
sebelumnya hanya dikenal sebagai alat komunikasi biasa, update status dan
lainnya, sekarang beralih dan semakin banyak yang menggunakan untuk membuat
fans page dengan kategori produk baik barang maupun jasa. Promosi sosial media
sangat tergantung kepada sumberdaya manusia yang dimiliki, banyaknya like,
komentar dan tweet dari khalayak. Namun seperti web tetap saja yang paling
berpengaruh adalah traffic visitors setiap harinya.
 Adwords/PPC (Paid Per Click). Promosi langsung menggunakan layanan search
engine google, yaitu menempatkan promo pada hasil pencarian non-organik.
Kelebihan promosi ini adalah pasar tertarget sesuai dengan produk, dan bayar
promo hanya jika di klik oleh pengunjung. Kekurangannya traffic visitors minialis,
dan akan boros biaya jika iklan di-klik oleh pengunjung yang tidak potensial.
 Kontrak iklan advertiser. Berdasarkan hasil riset media ini paling banyak digunakan
untuk promosi di internet. Hal ini disebabkan jika bisa memilih web publisher yang
bagsu dengan traffic yang tinggi yang ditampilkan dalam traffic visitors melalui
histats. Pemilik web akan mendapatkan limpahan traffic visitors instans, minimal
1000 sampai 4000 visitors per-hari. Ini dimungkinkan karena semakin banyak yang
mengunjungi web, maka order dan penjualan akan semakin tinggi. Produk baru
maupun produk lama akan mempunyai kesempatan yang sama dengan adanya
traffic visitors yang tinggi. Pemilihan web atau publisher menjadi penting dalam
hal ini, harus diperhatikan jumah traffic visitors yang bisa dilihat melalui histats.

2. Media Promosi Offline

Media offline sudah dikenal sejak lama sehingga disebut juga medi tradisional. Media
ini terdiri dari media yang berbentuk visual, audio dan audio-visual. Berikut media-media
tradisional yang bisa digunakan sebagai saluran promosi.

236| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Media Cetak
Promosi melalui media cetak adalah cara promosi yang paling banyak digunakan.
Promosi jenis ini sangat mudah dijangkau oleh masyarakat kalangan atas hingga bawah.
Biaya untuk promosi menggunakan media cetak ini cukup terjangkau tetapi sangat
tergantung kepada jenis media, design, dan material kertas serta tinta yang digunakan.
Promosi ini biasanya dilakukan dengan membuat :
 Poster, Media promosi cetak ini merupakan sarana komunikasi pemasaran yang
paling umum dan sering dijumpai di banyak tempat, terutama di tempat-tempat
umum dan strategis. Ukuran poster yang relatif besar berpotensi untuk menarik
perhatian pembaca dan mengarahkan mereka pada pesan merek. Poster harus
didesain semenarik mungkin agar menarik perhatian orang karena media ini
biasanya dibaca sambil lalu.
 Banner, Berkembangnya mesin percetakan yang semakin maju dan canggih
semakin memudahkan orang dalam mencetak materi promosi dalam ukuran besar.
Banner umumnya dicetak dalam ukuran besar dan ditempatkan pada tempat-
tempat yang mudah dilihat orang. Bentuk banner dan teknik pemasangannya
bervariasi. Banner yang dipasang pada rangka berbentuk seperti huruf X mudah
dipindahkan dan dikenal dengan X-banner. Ukurannya pun bermacam-macam,
ada pula yang berukuran kecil dan biasa ditempatkan di meja, disebut dengan mini
X-banner.
 Brosur (pamflet), Brosur berupa lembaran yang bisa dibaca lebih lama
dibandingkan dengan poster. Brosur umumnya dicetak dalam jumlah yang relatif
banyak, dicetak dengan kualitas yang bagus, dan diterbitkan secara tidak berkala
pada kesempatan tertentu, misalnya pada event pameran. Brosur yang berupa
lembaran satu muka atau bolak balik dan mempunyai lipatan disebut dengan
leaflet.
 Flyer, Media yang satu ini sangatlah praktis dan cocok untuk menampilkan
informasi yang singkat namun padat. Ia berupa selebaran yang biasanya dibagikan
kepada khalayak dan berupa informasi tentang program promosi seperti diskon
atau kegiatan tertentu. Flyer yang merupakan satu lembar kertas tanpa lipatan
seringkali dicetak dalam jumlah yang banyak agar mudah menjangkau banyak
orang.
 Kalender, Kita dapat menggunakan kalender sebagai media promosi cetak yang
cukup ampuh. Orang cenderung suka menyimpan kalender sebagai alat penunjuk
tanggal dan hari serta bulan sehingga media ini dapat menampilkan pesan-pesan
merek yang mempunyai umur panjang. Jumlah lembaran kalender bervariasi. Ada
kalender yang hanya berupa satu lembar mirip poster dan ada pula yang berupa
banyak lembaran.
 Katalog, Katalog dapat menjadi alternatif pilihan media promosi cetak yang
mampu menampilkan banyak informasi. Media ini sangat cocok untuk produk
yang mempunyai banyak spesifikasi dan detail sehingga pembaca dapat

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 237


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

mendapatkan informasi yang lengkap tentang produk yang ditawarkan. Dengan


katalog, pembaca umumnya membutuhkan waktu yang lebih panjang untuk
memutuskan produk yang akan dibelinya.
 Kartu Nama, Walau teknologi canggih seperti ponsel pintar dapat menyimpan
berbagai informasi dengan mudah, namun kartu nama masih tetap diperlukan.
Ibaratnya, kartu nama adalah duta bisnis yang mencerminkan dan mewakili
perusahaan sobat. Informasi yang harus ada dalam kartu nama yaitu nama
perusahaan dan kontak yang bisa dihubungi.
 T-shirt, Kaos atau T-shirt merupakan media promosi cetak yang populer dan
sangat mudah diterima oleh khalayak. Umumnya, orang secara suka rela memakai
kaos promosi karena sifatnya yang nyaman dipakai dan dapat dipakai dalam
banyak kesempatan, terutama dalam situasi yang tidak formal. Nah, dengan
menampilkan logo merek pada kaos, maka secara langsung ataupun tidak, kita
telah mempromosikan merek pada banyak orang.

Media Elektronik
Media elektronik adalah media yang menggunakan elektronik atau energi
elektromekanis bagi pengguna akhir untuk mengakses kontennya. Contoh promosi
melalui media elektronik adalah iklan TV, radio dan film. Iklan bisa dimuat di berbagai
media termasuk radio. jasa iklan di radio mengeluarkan biaya cukup murah daripada
iklan televisi akan tetapi sehubungan dengan perkembangan zaman penggemar iklan
radio sudah mengurang, dikarenakan sudah kurang praktis dan kalah dengan media
yang lain
Televisi adalah media kedua yang bisa menampung iklan dalam jumlah yang
sangat banyak, televisi bisa menampung iklan cukup besar dengan syarat harga iklan
lumayan mahal, mahalnya iklan televisi dikarenakan iklan televisi mengeluarkan cukup
banyak waktu untuk pembuatannya pengiklanannya juga harus bergantian dengan
iklan-iklan yang lain, maka dari itu iklan televisi maksimal berdurasi 1 menit.

C. Promosi Media Produk

Maksud adalah promosi yang dilakukan melalui sebuah produk seperti tas, kaos, topi,
dll. Nah, biasanya ketika Anda mengikuti seminar, Anda akan mendapatkan sebuah tas
dengan logo sebuah perusahaan. Itu selain sebagai souvenir juga dapat dimanfaatkan
sebagai media promosi. Biasanya tas-tas semacam ini bisa dipesan di pabrik tas,
sehingga dapat memesan sesuai selera.

D. Evaluasi Promosi

Untuk melihat efektivitas promosi yang sudah dilakukan dapat dilakukan dengan melalui
proses evaluasi. Evaluasi pada dasarnya dapat dilihat dari tiga hal, yaitu :

238| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

 Evaluasi berbasis standar Promosi. Pada dasarnya tindak evaluasi adalah


pembandingan nilai. Untuk dasar pembandingan diperlukan standar atau ukuran
keberhasilan yaitu pernyataan tujuan atau anggaran promosi.
 Evaluasi Berbasis Pola Efek Pengaruh. Kampanye program promosi tidaklah begitu
saja langsung saat yang bersamaan memberikan pengaruh. Selalu ada tenggang
waktu antara eksekusi program dengan hasil kinerja program.
 Evaluasi Berbasis Metodologi. Penentuan saat atau waktu evaluasi akan
memberikan inforamsi yang berbeda. Metode evaluasi dapat dilakukan sebelum
(pre-test), pada saat (pro-test) atau sesudah (post-test) program promosi
dilaksanakan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 239


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

240| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Informasi
SPB
Memahami Karakteristik
3.4.1
Pelanggan

A. Kepuasan Pelanggan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), pelanggan memiliki arti membeli atau
menggunakan barang secara tetap. Menurut Greenberg (2010:8), pelanggan atau
customer adalah individu atau kelompok yang terbiasa membeli sebuah produk atau
jasa berdasarkan keputusan mereka atas pertimbangan manfaat maupun harga yang
kemudian melakukan hubungan dengan perusahaan melalui telepon, surat, dan fasilitas
lainnya untuk mendapatkan suatu penawaran baru dari perusahaan. Dari definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa pelanggan adalah individu atau kelompok yang membeli atau
menggunakan sebuah produk atau jasa secara tetap yang kemudian melakukan
hubungan dengan perusahaan untuk mendapatkan suatu penawaran baru dari
perusahaan.
Kepuasan pelanggan adalah sebuah pendahuluan dari pembelian kembali
konsumen, loyalitas pelanggan, dan bertahannya konsumen yang akhirnya menguntung
kan organisasi. Kepuasan konsumen memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan
dimana salah satu yang penting yaitu memungkinkan tercapainya loyalitas pelanggan
(Lovelock et al 2005:395). Sementara Kotler & Keller (2013:194) mengartikan kepuasan
pelanggan sebagai tingkat keadaan perasaan seseorang yang merupakan hasil
perbandingan antara penilaian kinerja/hasil akhir produk dalam hubungannya dengan
harapan pelanggan.
Kepuasan merupakan fungsi dari harapan dan kinerja yang dirasakan. Jika kinerja
produk atau jasa lebih rendah dari yang diharapkan, konsumen akan merasa tidak puas.
Jika kinerja produk atau jasa sesuai harapan maka konsumen akan merasa puas
(satisfied), dan jika kinerja produk atau jasa melebihi harapan maka konsumen akan
merasa sangat puas (delighted). Teori ini didukung oleh Service Quality Gap Model yang
menyatakan bahwa:
Customer satisfaction Expectation = Perception
Ketika konsumen membeli suatu produk atau jasa memiliki harapan mengenai
bagaimana produk atau jasa tersebut dapat berfungsi memenuhi kebutuhan dan
keinginan yang dikehendakinya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 241


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

The Expectancy Disconfirmation Theory menjelaskan bagaimana kepuasan dan


ketidakpuasan terbentuk. Teori ini mengemukakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan
pelanggan merupakan dampak dari perbandingan dari harapan konsumen sebelum
proses pembelian barang atau jasa dengan proses pembelian sesungguhnya yang
diterima oleh konsumen tersebut. Produk atau jasa dapat berfungsi sebagai berikut
(Sumarwan 2003):
(1) Positive Disconfirmation, terjadi apabila produk atau jasa berfungsi lebih baik dari
yang diharapkan. Jika hal ini terjadi, maka konsumen akan merasa puas;
(2) Simple Confirmation, atau konfirmasi sederhana terjadi apabila produk atau jasa
berfungsi seperti apa yang diharapkan. Konsumen tidak memiliki rasa puas dan
tidak juga memiliki perasaan kecewa, namun konsumen akan memiliki perasaan
netral;
(3) Negative Disconfirmation, atau diskonfirmasi negatif terjadi apabila produk atau
jasa berfungsi lebih buruk dari yang diharapkan. Produk atau jasa yang berfungsi
buruk dan tidak sesuai dengan harapan konsumen akan menyebabkan
kekecewaan atau ketidakpuasan konsumen.
Keuntungan dari Kepuasan Pelanggan Menurut Lovelock dan Wright (2005:72)
pihak manajemen akan memperoleh beberapa keuntungan dari kepuasan
pelanggannya, yaitu: (a) Menciptakan keuntungan yang berkelanjutan; (b) Mengurangi
biaya kegagalan; (c) Meningkatkan loyalitas; (d) Meningkatkan word of mouth yang
positif ditengah masyarakat; (e) Biaya yang lebih rendah untuk menarik konsumen baru
Tjiptono (2012) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan berpotensi memberikan
sejumlah manfaat spesifik, di antaranya:
(1) Berdampak positif terhadap loyalitas pelanggan;
(2) Berpotensi menjadi sumber pendapatan masa depan, terutama melalui pembelian
ulang, cross-selling, dan up-selling;
(3) Menekan biaya transaksi pelanggan di masa depan, terutama biaya komunikasi
pemasaran, penjualan, dan layanan pelanggan;
(4) Menekan volatilitas dan resiko berkenaan dengan prediksi aliran kas masa depan;
(5) Meningkatkan toleransi harga, terutama kesediaan pelanggan untuk membayar
harga premium dan pelanggan cenderung tidak mudah tergoda untuk beralih
pemasok;
(6) Menumbuhkan rekomendasi getok tular positif;
(7) Pelanggan cenderung lebih reseptif terhadap product-line extensions, brand
extensions, dan new add-on services yang ditawarkan;
(8) Meningkatkan bargaining power relative terhadap jaringan pemasok, mitra bisnis,
dan saluran distribusi. Dari beberapa manfaat yang diatas, dapat disimpulkan
bahwa perusahaan yang memberikan kepuasan kepada pelanggannya akan

242| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

memperoleh keuntungan bagi perusahaan itu sendiri baik dari segi materi,
maupun dari sisi moral atau nama baik perusahaan dalam persepsi masyarakat.
Menurut Irawan (2009:37) terdapat lima faktor yang mempengaruhi kepuasan
pelanggan, yaitu:
(1) Kualitas produk pelanggan akan merasa puas apabila hasil evaluasi mereka
menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. Konsumen
rasional selalu menuntut produk yang berkualitas pada setiap pengorbanan yang
dilakukan untuk memperoleh produk tersebut. Dalam hal ini kualitas produk yang
baik akan membarikan nilai tambah di benak konsumen;
(2) Kualitas pelayanan kualitas pelayanan di bidang jasa akan membuat pelanggan
merasa puas apabila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai
dengan yang mereka harapkan. Pelanggan yang puas akan menunjukkan
kemungkinan untuk kembali membeli produk atau jasa yang sama. Pelanggan
yang puas cenderung akan memberikan persepsi terhadap produk atau jasa
sebuah perusahaan;
(3) Emosional pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa
orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek
tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi nilai sosial atau
self-esteem yang membuat pelanggan menjadi puas terhadap merek tertentu;
(4) Harga produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang
relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada konsumennya.
Elemen ini mempengaruhi konsumen dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya
semakin mahal harga suatu produk atau jasa, maka pelanggan atau konsumen
memiliki nilai ekspektasi yang lebih tinggi;
(5) Kemudahan pelanggan akan semakin puas apabila relatif mudah, nyaman, dan
efisien dalam mendapatkan produk atau pelayanan.

B. Perilaku Pelanggan
Pelanggan adalah orang atau organisasi yang membeli barang atau jasa untuk
dikonsumsi atau dijual kembali atau diolah menjadi barang lain lebih lanjut. Dengan
demikian yang disebut pelanggan tidak hanya meliputi pelanggan akhir, tetapi juga
pelanggan antara dan pelanggan industri. Untuk mencapai tujuannya setiap perusahaan
baik dagang, jasa maupun industri sudah tentu memerlukan kehadiran pelanggan.
Bahkan untuk mencapai tujuan tersebut, para pelaku bisnis rela mengeluarkan biaya
besar untuk menarik perhatian pelanggan seperti melakukan promosi dan riset
pelanggan dalam rangka menyusun strategi pemasaran yang tepat. Perilaku pelanggan
dalam membeli jasa sedikit berbeda dengan perilaku pelanggan dalam membeli produk
barang. Bila dibandingkan dengan produk barang, maka penilaian pelanggan terhadap
jasa cenderung lebih subjektif. Sebab karakteristik jasa bersifat abstrak, tidak bisa dilihat
secara kasad mata dan tidak ada tenggang waktu antara masa produksi dan masa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 243


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

konsumsi. Pada saat jasa itu diproduksi maka pada saat yang sama jasa tersebut
dikonsumsi. Agar memperoleh gambaran yang jelas tentang perilaku pelanggan, berikut
akan dikemukakan definisi perilaku pelanggan menurut beberapa penulis dalam
Sudarmiatin (2009:2).
Hawkins (1998) mengemukakan bahwa perilaku pelanggan (consumer behavior)
adalah studi terhadap individu, kelompok atau organisasi dan proses yang mereka
gunakan untuk memilih, mengamankan menggunakan dan menentukan produk, service
pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhan dan dampak proses tersebut pada
pelanggan atau masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: (1)
Perilaku pelanggan menyoroti perilaku baik individu maupun rumah tangga; (2) Inti dari
perilaku pelanggan adalah proses pengambilan keputusan pembelian barang atau jasa;
(3) Tujuan mempelajari perilaku pelanggan adalah untuk menyusun strategi pemasaran
yang berhasil.

C. Model Perilaku Pelanggan


Banyak faktor yang mempengaruhi pelanggan dalam membeli barang atau jasa. Faktor-
faktor tersebut sangat bervariasi tergantung dari sudut mana pemasar menilai. Teori
yang mempelajari tentang berbagai faktor yang mempengaruhi pelanggan dalam
membeli barang atau jasa inilah yang disebut sebagai model perilaku pelanggan.
Terdapat banyak model perilaku pelanggan, namun pada penulisan ini hanya
memfokuskan pada model perilaku pelanggan dari Assael. Menurut Assael dalam
Sudarmiatin (2009:3), ada tiga faktor yang mempengaruhi pelanggan dalam membuat
keputusan pembelian yaitu pelanggan individu, lingkungan dan penerapan strategi
pemasaran.
Gambar Model Perilaku Pelanggan menurut Assael

Sumber: Assael dalam Sudarmiatin (2009:3)

Pada gambar tersebut dijelaskan tiga faktor yang mempengaruhi pilihan pelanggan
dalam membeli barang/jasa yaitu: (1) Pelanggan individual; (2) lingkungan; dan (3)
penerapan strategi pemasaran.

244| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Faktor pertama pelanggan individual artinya pilihan untuk membeli barang/jasa


dipengaruhi oleh hal-hal yang ada pada diri pelanggan seperti kebutuhan, persepsi,
sikap, kondisi geografis, gaya hidup dan karakteristik kepribadian individu.
Faktor kedua, yaitu lingkungan artinya pilihan pelanggan terhadap barang/jasa
dipengaruhi oleh lingkungan yang mengitarinya. Ketika pelanggan membeli barang/jasa
mereka didasari oleh banyak pertimbangan misalnya karena meniru desa tetangga,
karena tetangganya telah membeli lebih dulu, dan sebagainya. Dengan demikian,
interaksi sosial yang dilakukan oleh kepala desa atau perwakilannya akan turut
mempengaruhi pilihan produk yang akan dibeli.
Faktor ketiga, yaitu penerapan strategi pemasaran ini merupakan stimuli
pemasaran yang dikendalikan oleh pemasar/pelaku bisnis. Dalam hal ini pemasar
berusaha mempengaruhi pelanggan dengan menggunakan stimuli pemasaran seperti
iklan, dan sejenisnya agar pelanggan bersedia memilih produk yang ditawarkan. Strategi
pemasaran yang lazim dikembangkan oleh pemasar biasanya berhubungan dengan
produk yang ditawarkan, harga jual produknya, strategi pemasaran yang dilakukan dan
dan bagaimana pemasar melakukan distribusi produk kepada pelanggan. Strategi
pemasaran tersebut biasa disebut bauran pemasaran (marketing mix). Marketing mix
merupakan elemen pengendalian organisasi yang dapat memberikan kepuasan atau
sebagai sarana komunikasi dengan pelanggan. Marketing mix jika diterapkan dalam
bidang jasa, maka ada penambahan unsur people, process dan physical evidence dari
unsur product, price, place dan promotion. Oleh karena, karakteristik jasa biasanya
diproduksi dan dikonsumsi secara simultan (bersama-sama), maka pelanggan sering
bertanya langsung kepada pemberi jasa tentang proses pemberian jasa tersebut.
Selanjutnya pemasar harus mengevaluasi strategi pemasaran yang dilakukan
dengan melihat respon pelanggan untuk memperbaiki strategi pemasaran di masa
depan. Sementara itu pelanggan individual akan melakukan evaluasi pembelian yang
telah dilakukannya. Jika pembelian yang dilakukan mampu memenuhi kebutuhan dan
keinginannya, dengan kata lain mampu memuaskan kebutuhannya, maka di masa yang
akan datang akan terjadi pembelian berulang. Bahkan lebih jauh dari itu pelanggan yang
merasa puas akan menyampaikan kepuasannya itu kepada orang lain, dan inilah yang
disebut sebagai pengaruh dari mulut ke mulut (word of mouth communication).

D. Pribadi Pelanggan
Faktor pribadi yang menjadi dimensi dalam perilaku pelanggan yaitu: motivasi,
pengamatan (persepsi), pembelajaran, dan sikap.

1. Motivasi

Istialh motivasi (Swasta dan Handoko, 2000: 77) merupakan dorongan kebutuhan dan
keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan. Perilaku
manusia sebenarnya hanyalah cerminan yang paling sederhana dari motivasi dasar

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 245


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

mereka, perilaku manusia ditimbulkan atau dimulai dengan adanya motif. Motivasi
mempunyai arti yang berbeda-beda, ada yang menyebut motif, kebutuhan, desakan,
keinginan, dan dorongan. Motivasi merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri
seseorang yang mempengaruhi perilaku mereka terhadap keputusan tentang produk
atau jasa yang akan dibeli untuk memenuhi kebutuhannya atau sesuatu yang membuat
seseorang untuk bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu. Keputusan yang
diambil pelanggan terhadap barang/jasa yang akan dipilihnya dipengaruhi oleh motivasi
pelanggan, kebutuhan yang ingin dipuaskan mendorongnya memilih barang/jasa yang
akan memberikan kepuasan dalam memenuhi keinginannya.

2. Pengamatan (persepsi)

Pengamatan adalah suatu proses dengan mana pelanggan menyadari dan


menginterprestasikan aspek lingkungannya. Seluruh proses akal manusia yang sadar
tersebut sering disebut dengan persepsi (Swasta dan Handoko, 2000: 84).

3. Pembelajaran

Ketika seseorang bertindak, mereka belajar agar tindakannya tersebut tidak


menyimpang dari apa yang diinginkannya. Menurut Swasta dan Handoko (2000:86),
pembelajaran diartikan sebagai perubahan-perubahan perilaku yang terjadi sebagai
akibat dari adanya pengalaman.
Proses pembelajaran terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan
lingkungannya. Sebagai interaksi maka terbentuklah hubungan antara kebutuhan-
kebutuhan dan tanggapan-tanggapan, antara tegangan dengan perilaku yang
mengubah tegangan tersebut. Proses pembelian yang dilakukan oleh pelanggan
merupakan sebuah proses pembelajaran, dimana hal ini merupakan bagian dari
kehidupan pelanggan. Proses belajar pada suatu pembelian terjadi apabila pelanggan
ingin menanggapi dan memperoleh suatu kepuasan. Tanggapan pelanggan merasa
puas, maka tanggapannya akan diperkuat, serta ada kecenderungan bahwa tanggapan
yang sama akan terulang. Jadi proses pembelian senantiasa mempelajari sesuatu.

4. Sikap

Sikap merupakan salah satu konsep yang sangat penting dalam perilaku pelanggan
karena sikap memberikan pengaruh terhadap keputusan yang diambil seseorang. Sikap
merupakan tanggapan seseorang terhadap rangsangan lingkungan yang dapat
membimbing tingkah lakunya. Sikap adalah hasil dari faktor genesis dan proses belajar
yang selalu berhubungan dengan suatu obyek atau produk. Menurut Swasta dan
Handoko (2000:93), sikap adalah suatu keadaan jiwa (mental) dan keadaan pikir (neural)
yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu obyek, yang
diorganisir melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung dan atau secara
dinamis pada perilaku.

246| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

E. Pelanggan dan Bauran Pemasaran


Bauran pemasaran atau marketing mix merupakan inti dari sistem pemasaran
perusahaan. Bauran pemasaran menurut Kotler (2000:18), yaitu ada empat yang sering
disebut dengan 4P, yaitu: product (produk), price (harga), place (tempat), promotion
(promosi). Lebih lanjut, pakar pemasaran Kotler dan Fox seperti yang dikutip oleh
Lupiyoadi (2001:126), mempertegas bahwa bauran pemasaran jasa terdiri dari tujuh
yaitu: kompetensi teknis, harga, tempat, promosi, orang, proses, dan fasilitas fisik.
Adapun unsur-unsur tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1. Kompetensi Teknis

Jasa utama dari P2KTD adalah menunjukkan keahlian di bidang tertentu. Layanan atau
jasa yang banyak ditawarkan oleh P2KTD diantaranya adalah di bidang infrastruktur :
perencanaan bangunan, pembangunan infrastruktur dan pengelolaan atau
pemeliharaan, di bidang Kewirausahaan : konsultasi, pelatihan, teknologi terapan,
bimbingan teknis dan studi-studi, di bidang sumber daya manusia: konsultasi, pelatihan,
bimbingan, dan pendampingan. Kualitas layanan teknis akan sangat menentukan
keberhasilan lembaga atau organisasi yang berberan sebagai P2KTD tersebut.

2. Harga

Pelanggan P2KTD adalah desa. Pengukuran terhadap harga yang ditetapkan oleh P2KTD
tersebut dapat dilihat dari perbandingan biaya dan manfaat yang diterima. Biaya
tersebut diperhitungkan terhadap waktu dan tenaga yang dibutuhkan serta juga
mempertimbangkan kondisi dan kemampuan desa. Walaupun harga adalah salah satu
dari bauran pemasaran, namun dengan kualitas yang tinggi dan manfaat yang didapat
maka calon pelanggan (desa) cenderung berani membayar lebih tinggi, sepanjang biaya
yang ditawarkan masih dalam batas keterjangkauan desa.

3. Tempat

Konsep tempat dalam pemasaran jasa P2KTD adalah kantor. Kantor atau tempat dimana
P2KTD berada harus pasti dak tetap sehingga akan memudahkan desa jika ingin
berkunjung atau menghubungi P2KTD yang bersangkutan.

4. Promosi

Promosi merupakan bagian penting dari program pemasaran, dimana dengan promosi
para P2KTD dapat menginformasikan kepada pelanggan tentang tujuan, aktivitas, dan
menawarkan untuk memotivasi mereka agar tertarik dengan layanan teknisnya.
Kebanyakan dalam berkomunikasi dengan pasar menggunakan public relations,

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 247


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

marketing publications, dan advertising yang merupakan tipe utama dari program
komunikasi pemasaran formal.

5. Orang

Dalam hal ini yang dimaksud orang adalah karyawan ataupun orang-orang yang
menyediakan jasa. Untuk P2KTD orang-orang yang memberikan jasa adalah para tenaga
ahli yang ada sesuai dengan bidangnya.

6. Proses

Proses adalah gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri dari prosedur, jadwal
kegiatan, pekerjaan, mekanisme, aktivitas dan hal lain, dimana jasa dihasilkan dan
disampaikan kepada pelanggan.

7. Fasilitas Fisik

Fasilitas fisik diartikan sebagai lingkungan fisik tempat jasa diciptakan dan langsung
berinteraksi dengan pelanggan. Fasilitas ini berhubungan dengan gedung, lokasi,
fasilitas penunjang penyedia peningkatan kapasitas teknis.

F. Pelanggan dan Lingkungan


Pelanggan hidup dan berinteraksi dalam lingungan yang sangat komplek. Dimana
aktivitasnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dimana mereka berada, begitu pula
dengan proses keputusan membeli mereka akan dipengaruhi oleh lingkungan mereka.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keputusan pelanggan dalam mengambil
keputusan terdiri dari kelas sosial dan kelompok referensi.
Kelas sosial merupakan sebuah kelompok atau bagian-bagian kelompok yang
relatif homogen dan tetap dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hirarkis dan
para anggota disetiap tingkat memiliki tata nilai, minat, dan perilaku yang hampir sama.
Menurut Engel (1994:121), bahwa kelas sosial mengacu pada pengelompokan orang
yang sama dalam perilaku mereka berdasarkan posisi ekonomi mereka. Pengaruh kelas
sosial pada perilaku pelanggan adalah pada kegiatan membelanjakan uang, produk atau
jasa yang mereka beli, dan dimana mereka membeli barang-barang atau jasa yang
mereka butuhkan.
Kelompok referensi menurut Swasta dan Handoko (2000:68), adalah kelompok
sosial yang menjadi ukuran seseorang untuk membentuk kepribadian perilakunya.
Dengan kata lain kelompok referensi merupakan kelompok dimana orang ingin menjadi
anggotanya atau kelompok dimana seseorang mengidentifikasikan dirinya. Kelompok
referensi juga mempengaruhi seseorang dalam pembeliannya dan sering dijadikan
pedoman oleh pelanggan dalam bertingkah laku. Menurut Kotler (2000:187) kelompok

248| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

referensi adalah kelompok-kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak


langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Jadi kelompok referensi ini dapat
mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan tentang produk atau jasa yang
akan dibelinya.

G. Proses Pengambilan Keputusan


Perilaku pelanggan akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian
mereka. Proses tersebut merupakan sebuah pendekatan terhadap penyelesaian masalah
dalam membeli barang dan jasa dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Proses
keputusan membeli seseorang dimulai dengan pengenalan masalah atau kebutuhan
yang disadari sebagai perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dengan keadaan
yang diinginkan. Berdasarkan pengalamannya, seseorang belajar untuk mengatasi
dorongan yang terjadi dan kemudian didorong ke arah satu jenis obyek yang
diketahuinya sehingga dapat memuaskan dorongan yang timbul. Lebih jauh Kotler
(2000:204) menyatakan bahwa pelanggan akan melewati lima tahap untuk mencapai
keputusan membeli suatu produk atau jasa. Tahap-tahap dalam proses pengambilan
keputusan pembelian dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar Model Lima Tahap Proses Pembelian

Sumber: Kotler (2000:204)

1. Pengenalan Masalah (menganalisa kebutuhan dan keinginan)

Penganalisaan kebutuhan dan keinginan ini ditunjukkan terutama untuk mengetahui


adanya kebutuhan dan keinginan yang belum terpenuhi atau terpuaskan. Jika
kebutuhan tersebut diketahui, maka pelanggan akan memahami adanya kebutuhan
yang belum segera terpenuhi atau masih dapat ditunda pemenuhannya, serta
kebutuhan-kebutuhan yang masih sama-sama harus segera dipenuhi. Dengan demikian,
pada saat inilah proses pembelian mulai dilakukan. Suatu kebutuhan dapat dipicu dari
stimuli intern dan ekstern. Stimuli intern timbul apabila seseorang merasa memiliki
kebutuhan seperti kebutuhan akan makan dan minum sehingga menjadi sebuah
dorongan untuk menuju suatu obyek tertentu untuk memenuhi dorongan tersebut.
Sedangkan stimuli ekstern diperoleh pelanggan apabila seseorang mendapatkan
informasi dari lingkungannya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 249


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

2. Pencarian Informasi

Tahap kedua dalam proses pembelian ini sangat berkaitan dengan pencarian informasi
tentang sumber-sumber dan nilainya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan yang
dirasakan. Sumber informasi pelanggan digolongkan ke dalam empat kelompok:
(1) Sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan)
(2) Sumber komersial (iklan, pramuniaga, penyalur, kemasan, pajangan)
(3) Sumber publik (media massa, organisasi pelanggan)
(4) Sumber pengalaman (pemakaian produk, pengkajian)

Secara umum, pelanggan mendapatkan sebagian besar informasi tentang suatu


produk dari sumber komersial yaitu sumber yang mendominasi pemasar. Namun
informasi yang paling efektif berasal dari sumber pribadi. Melalui pengumpulan
informasi, pelanggan mengetahui merek-merek yang bersaing dan keistimewaan
masing-masing merek.

3. Evaluasi Alternatif

Dalam tahap ini terbagi menjadi dua tahap, yaitu menetapkan tujuan pembelian dan
menilai serta mengadakan seleksi terhadap alternative pembelian. Setelah tujuan
pembelian ditetapkan, pelanggan perlu mengidentifikasi alternatif pembeliannya.
Pengidentifikasian alternatif pembelian tersebut tidak dapat dipisahkan dari pengaruh
sumbersumber yang dimiliki maupun kekeliruan dalam penelitian.

4. Keputusan Pembelian

Keputusan untuk membeli disini merupakan proses dalam pembelian secara nyata. Jadi
setelah tahap-tahap tersebut, maka pelanggan harus mengambil keputusan apakah
membeli atau tidak. Bila pelanggan memutuskan untuk membeli, maka ia akan
menjumpai serangkaian keputusan yang harus diambil menyangkut jenis produk, merk,
penjual, outlet, kuantitas, waktu pembelian, cara pembayaran, dan sebagainya.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah tahap yang ada dalam proses pembelian sampai pada tahap kelima adalah
bersifat operatif. Bagi perusahaan, perasaan dan perilaku setelah pembelian juga sangat
penting karena perilaku para pelanggan dapat mempengaruhi penjualan ulang dan juga
mempengaruhi ucapan-ucapan pembeli kepada pihak lain tentang produk perusahaan.

250| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Daftar Pustaka

Kotler, Philip dan A.B Susanto (2000). Manajemen Pemasaran Jasa Di Indonesia, Analisis
Perencanaan, Implementasi dan pengendalian. (Edisi pertama), Jakarta: Salemba
Empat.
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani (2006). Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Salemba
Empat.
Aviliani, R dan Wilfridus, L. (1997). Membangun Kepuasan Pelanggan Melalui Kualitas
Pelayanan. Usahawan, No.5
Freddy Rangkuti (2002). “Measuring Customer Satisfaction”. (cetakan ketiga). Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Rambat Lupiyoadi (2004). Manajemen Pemasaran Jasa: Teori dan Pratek. Jakarta: PT
salemba Empat.
Fandy Tjiptono (2004). Pemasaran Jasa. Malang: Bayumedia.
Wisnalmawati (2005). Pengaruh Persepsi Dimensi Kualitas Layanan Terhadap Niat
pembelian Ulang. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, No. 3 Jilid 10 2005
Nanang Tasunar (2006). Kualitas Layanan Sebagai Strategi Menciptakan Kepuasan pada
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Morodemak. Jurnal Sains Pemasaran Indonesia,
Vol. V, No. 1 Mei 2006
Sunarto (2003). Perilaku Pelanggan. Yogyakarta: AMUS Jogyakarta dan CV Ngeksigondo
Utama.
http://digilib.unila.ac.id/8193/6/Bab%20II.pdf

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 251


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

252| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Lembar Informasi
SPB
Dokumentasi Kegiatan
3.5.1
Penyedia peningkatan
kapasitas teknis

A. Pendahuluan
Istilah Dokumentasi dari kata document (Belanda), document (Inggris), documentum
(Latin). Sebagai kata kerja document berarti: menyediakan dokumen, membuktikan
dengan menunjukkan adanya dokumen; sebagai kata benda berarti: wahana (wahana =
kebenaran, alat pengangkut, angkutan, alat untuk mencapai tujuan) informasi, data yang
terekam atau dimuat dalam wahana tersebut beserta maknanya yang digunakan untuk
belajar, kesaksian, penelitian, rekreasi, dan sebaginya.
Ensiklopedi Umum (1977): Dokumen adalah surat, akta, piagam, surat resmi dan
bahan rekaman lain baik tertulis atau tercetak yang memberi keterangan untuk
penyelidikan ilmiah, dalam arti yang luas termasuk segala macam benda yang dapat
memberikan keterangan mengenai sesuatu hal. Dokumentasi dapat diartikan semua
tulisan yang dikumpulkan dan disimpan yang dapat digunakan bila diperlukan, juga
gambar dan foto. Mendokumentasikan: mengatur dan menyimpan tulisan atau gambar
atau foto sebagai dokumen. Dalam arti yang luas, segala macam benda yang dapat
memberikan keterangan, yang sifatnya tidak terbatas hanya tertulis atau tercetak saja.
Pendokumentasian kegiatan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa yang
dimaksud sebagai berikut:
(2) Tulisan atau catatan penting yang berisi komunikasi tentang fakta, kenyataan, dan
peristiwa yang esensial terkaik pelaksanaan kegiatan dukungan layanan teknis
yang terjadi terjadi untuk suatu periode tertentu;
(3) Menyiapan dan memeliharan kejadian atau peristiwa yang diperhitungkan melalui
lembaran catatan dokumen sebagai bahan pembelajaran;
(4) Membuat catatan kegiatan layanan teknis yang otentik tentang kebutuhan
layanan, identifikasi masalah, merencanakan, menyelenggarakan dan meng-
evaluasi;
(5) Memantau catatan profesional dan data dari penerima manfaat atas jasa yang
diberikan P2KTD.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 253


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

(6) Melaksanakan kegiatan penyedia peningkatan kapasitas teknis dalam mendukung


pembanguan Desa, misalnya: pembangunan sarana prasarana, pengembangan
layanan dasar di Desa, peningkatan kesehatan, pengembangan budidaya,
pemanfaatan inovasi dan teknologi dan lain-lain.

B. Tujuan
Pendokumentasian kegiatan penyedia peningkatan kapasitas teknis bertujuan:
(1) Mencatat seluruh fakta, kejadian, dan peristiwa terkait pemeberian penyedia
peningkatan kapasitas teknis yang dilakukan oleh P2KTD kepada Desa;
(2) Memberikan informasi terkait pengembangan model atau produk layanan teknis
kepada masyarakat sebagai salah satu bentuk pelayanan terhadap pelanggan;
(3) Pembelajaran baik bagi pengembangan layanan teknis dan pengguna layanan
teknis;
(4) Memberikan informasi spesifik terkait penigkatan kapasitas dan kinerja penyedia
peningkatan kapasitas teknis yang diberikan;
(5) Kesinambungan dan sarana pembelajaran bagi organisasi, pelaksana dan
pemangku kepentingan lainnya;
(6) Memenuhi persyaratan hukum, akreditasi dan professional.

C. Komponen Pokok
Terdapat tiga komponen penting yang berperan dalam pembuatan dokumentasi
kegiatan penyedia peningkatan kapasitas teknis , yaitu:
(1) Sarana komunikasi: Komunikasi yang baik antara P2KTD dengan klien atau
penggunan jasa akan diperoleh informasi yang akurat sehingga dokumentasi
kegiatan dapat dilaksanakan secara optimal. Dengan komunikasi yang baik akan
memudahkan dalam proses pengumpulan data serta tercipta hubungan yang
harmonis antara P2KTD dan pengguna jasa, sehingga akan membantu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi oleh penggunan jasa;
(2) Dokumentasi proses penyediaan layanan peningkatan kapasitas teknis: Proses
penyedia layanan peningkatan kapasitas teknis merupakan inti dari praktik yang
dilakukan P2KTD sebagai isi pokok dokumentasi layanan yang diberikan. Beberapa
tahap proses penyedia peningkatan kapasitas teknis meliputi beberapa
pengelompokan dokumentasi diantaranya: a) dokumentasi pengkajian kebutuhan
penyedia peningkatan kapasitas teknis, b) diagnosis permasalahan teknis yang
dihadapi Desa, c) perencanaan, pelaksanaan bimbingan, dan tindakan
professional, d) dokumentasi evaluasi P2KTD;
(3) Standar layanan P2KTD: Standar layanan merupakan gambaran dari kualitas,
karakteristik, sifat, dan kompetensi yang diharapkan dari beberapa aspek dalam

254| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

praktik P2KTD. Standar layanan teknis bagi pengguna jasa diperlukan oleh P2KTD
karena sebagai dasar menentukan arah atau petunjuk dalam dokumentasi
kegiatan serta dalam pembuatan format pencatatan yang tepat.

D. Dokumen, Akses, dan Pemanfaatan Informasi


Dalam dunia perpustakan pengertian informasi lebih dikaitkan kepada penanganan
dokumen dan terfokus pada isi, lokasi, anotasi, klasifikasi, dan pengindeksan. Sedangkan
dalam ilmu informasi, perhatian terfokus kepada abstraksi dokumen, pemrosesan
dokumen elektronik, sosiologi pengetahuan, prinsip-prinsip manajemen informasi, dsb.
(1) Dokumen sebagai rekamam memori manusia, dimana manusia menuangkan
gagasan-gagasan melalui berbagai media mulai yang konvensional sampai ke
elektronik.
(2) Rekaman Analog dan Digital. Memori manusia sangat terbatas, oleh karenanya
gagasan dalam bentuk dokumen mulai dari yang konvensional (analog = rekaman
yang tidak dihubungkan dengan teknologi komputer) dan sampai penerapan
teknologi (digital = rekaman yang dihubungkan dengan teknologi komputer).
(3) Wadah Rekaman Memori. Buku merupakan bentuk fisik pertama yang merupakan
bukti fisik wadah rekaman memori manusia.
(4) Berkas/Rekaman Analog merupakan jenis rekaman yang tidak dihubungkan
dengan teknologi komputer, misalnya dokumen/berkas konvensional.
(5) Berkas/Rekaman Digital yang pada awal perkembangannya, dibuat rekaman
analog ke dalam komputer. Perkembangan selanjutnya penyimpanan analog ke
digital, misalnya buku, film, kaset, VCD, DVD, foto, kertas koran, sehingga dalam
bentuk file-file komputer.

E. Prinsip-Prinsip Pendokumentasian Kegiatan


1. Dasar Faktual
Informasi tentang pengguna jasa (klien) dan penyedia peningkatan kapasitas teknis
harus berdasarkan fakta. Catatan harus berdasarkan derkripsi, informasi objektif tentang
apa yang diamati, didengar, dan dirasakan. Suatu deskripsi objektif adalah hasil dari
pengamatan dan pengukuran langsung. Informasi faktual tentang penyedia
peningkatan kapasitas teknis tidak akan menyebabkan salah arah atau salah
interperensi.

2. Kelengkapan
Informasi dalam entri yang dicatatkan atau dilaporan harus lengkap, mengandung
informasi singkat, lengkap tentang layanan teknis yang diberikan kepada klien. Data
yang singkat mudah di pahami. Catatan yang panjang sulit untuk dibaca. Catatan yang

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 255


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

singkat atau tidak jelas dapat memberikan kesan bahwa kegiatan layanan yang diberikan
P2KTD dilakukan dengan tidak professional, tergesa=gesa atau tidak lengkap.

3. Keterkinian
Mengentri data secara benar dan waktu yang tepat dalam memberikan jasa layannan
teknis kepada klien. Aktivitas atau temuan yang dilaksanakan pada saat bimbingan harus
dikomunikasikan pada waktu terjadinya sehingga dapat segera dilakukan tindakan yang
sesuai dengan karakteristik masalah.

4. Organisasi

P2KTD menkomunikasikan informasi tentang layanan teknisnya dalam format atau


urutan yang logis. Setiap pihak yang berkepentingan dapat memahami informasi lebih
baik bila informasi tersebut disajikan sesuai. Sebagai contoh, suatu catatan yang
berkesinambung an menggambarkan kebutuhan klien, pengkajian kebutuhan teknis
dan intervensi yang diperlukan, teknologi yang diperlukan dan tindakan yang logis.

5. Keterbukaan
Komunikasi yang terbuka kepada klien dan masyarakat sangat penting untuk menjaga
kredibilitas P2KTD. Membantu mendorong perubahan yang lebih cepat, partisipasi
masyarakat dan perlindungan hukum terhadap kekayaan intelektual.

6. Metode Pencatatan
Kualitas dokumentasi secara konstan sesuai dengan standar dokumentasi dengan upaya
mereka untuk menemukan cara untuk membantu memperbaiki pencatatan informasi.
P2KTD dapat secara langsung terlibat dalam membantu permasalahan yang dihadapi
klien. Pendokumentasian yang baik kan memberikan rujukan berupa catatan dan
pembelajaran dalam memperbaiki hal-hal penting yang dihadapi klien. Berikut beberapa
metode pencatatan yang umum digunakan;
Dokumentasi naratif merupakan metode kuno untuk pencatatan layanan kepada
konsumen atau klien. Metode ini hanya menggunakan format seperti cerita untuk
mendokumentasikan informasi spesifik tentang kondisi klien dan kebutuhan layanan
teknis. Pencatatan naratif jarang menjadi metode pendokumentasian primer dan telah
digantikan dengan format lain seperti digital dan online.
Catatan sumber, catatan klien diatur sehingga setiap layanan atau bimbingan yang
diberikan P2KTD memiliki bagian yang terpisah untuk menjelaskan data.
Pencatatan dengan pengecualian adalah suatu pendekatan inovatif yang digunakan
untuk meringkas dokumentasi. Pencatatan dengan pengecualian mengurangi
pengulangan dan waktu yang digunakan dalam pencatatan.

256| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Format lain untuk dokumentasi adalah pencetakan fokus. Format pencatatan ini
memungkinkan pendokumentasian segala situasi klien. Setiap entri termasuk data,
tindakan, dan respons dari pengguna jasa atau klien.
Model menejemen kasus dari pemberian penyedia peningkatan kapasitas teknis
memadukan pendekatan multidisiplin ilmu untuk mendokumentasikan layanan teknis di
bidang tertentu. Menggali permasalahan yang dihadapi oleh Desa kemudian
menguraikannya secara logis dan kritis sehingga menjadi acauan dalam perencanaan,
perbaikan dan pengambilan keputusan Hal ini menggambarkan kebuthan spesifik dari
setiap masasalah dan kondisi yang dihadapi klien.

F. Format Penulisan dan Pembelajaran Baik


Mempertimbangkan pentingnya Best Practice diketahui khalayak luas, bahwa format
tulisan Best Practice paling pas adalah FEATURE, Karena, feature adalah sebuah tulisan
yang lebih luwes daripada artikel/opini, lebih fokus dan informatif daripada cerita,
serta lebih deskriptif daripada berita/straight news. Namun, unsur informasinya
tetap lengkap layaknya berita. Jadi, harus tetap memenuhi 5W + 1H (What, Where, Why,
Who, When dan How). Untuk itu, sebuah tulisan Best Practice (juga) hendaknya
memenuhi:

What = Apa
Apa bentuk kegiatan Best Practice tersebut, apakah termasuk ke dalam kategori
kegiatan jenis kegiatan fisik/infrastruktur apa, misal bangunan Jalan, bangunan
Gedung PAUD, Jembatan, bangunan lainnya.

Where = Di mana
Di mana tempat kegiatan Best Practice berlangsung.
Dengan demikian, nama tempat harus dijelaskan secara detail. Mulai dari nama
dusun, RT/RW-nya, desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota hingga provinsi.
Jika perlu, dilengkapi pula dengan karakteristik masyarakat bersangkutan (profesi
umumnya, jumlah penduduknya, dan prosentase masyarakat/KK miskinnya).
Akurasi data sangat penting agar informasi diterima secara lengkap oleh khalayak,
sehingga memudahkan para peduli yang mungkin membaca tulisan ini turut
berpartisipasi di wilayah bersangkutan.

Why = Mengapa
Hal ini penting diketahui, agar khalayak mengerti faktor-faktor apa saja yang
memotivasi masyarakat hingga mencetuskan kegiatan tersebut, hingga akhirnya
masuk ke dalam kategori Best Practice.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 257


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Who = Siapa
Siapa saja para pelaku penggerak kegiatan Best Practice ini (masyarakat? Aparatur
Desa? Pemda? Tokoh masyarakat? Kelompok Peduli?) Setidaknya, jati diri “siapa”
ini ditulis lengkap dalam satu paragraf.

When = Kapan
Kapan periode pelaksanaan kegiatan. Ungkapkan pula mengenai proses dan
periode proses tersebut, mulai dari rembug, penyusunan PJM Pronangkis, hingga
pelaksanaan kegiatan. Yang lebih penting lagi, masih berlanjutkah kegiatan
tersebut? Bagaimana caranya masyarakat melestarikan tindak lanjut kegiatan?

How = Bagaimana
Ini berkaitan dengan kapan/periode di atas. Yaitu, bagaimana cara masyarakat me-
maintain (mengelola) setelah kegiatan rampung dilaksanakan, sehingga hasil
kegiatan tersebut terus lestari dan bertahan.
Demikian enam hal di atas adalah syarat standar tulisan Best Practice, yang wajib
dipenuhi. Namun, perlu diingat, bahwa detil/rinci, bukan berarti sangat panjang. Yang
diperlukan adalah kelugasan. Hindari bahasa “bunga” yang pengertiannya rancu, jadi
gunakan kata-kata yang maknanya jelas. Kata-kata “romantis” hanya boleh digunakan
untuk menggambarkan keindahan alam tempat berlangsungnya kegiatan.

G. Subtansi Tulisan
1. Realitas dilapang, merupakan kondisi riil peristiwa, atau kegiatan program yang
ada dan terjadi dilapang yang diungkapkan dengan jujur, utuh dan proporsional.
2. Inovasi, dan kreatifitas, perluasan daya upaya untuk memperkaya strategi,
metode, teknik, dan fasilitasi, dst untuk tetap menjamin tercapainya tujuan
pelaksanaan kegiatan secara optimal.
3. Peluang Keberlanjutan, pelaksanaan kegiatan secara terpola dan mampu
menjadi pranata sosial, secara nyata dan sengaja melibatkan secara aktif lembaga
masyarakat lain, aparat pemerintah, perusahaan swasta dalam pelaksanaan
kegiatan.
4. Kemanfaatan optimal, pelaksanaan kegiatan nyata memberikan manfaat bagi
kelompok sasaran program; pengetahuan, kemudahan, kenyamanan, kelayakan
yang diperoleh keluarga miskin.

258| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

5. Partisipasi KK miskin (PS-2), keluarga miskin (PS-2) tergambarkan dengan jelas


partisipasi aktif, posisi, kontribusi, dan perannya dalam pelaksanaan kegiatan.
6. Kualitas tulisan, mengunakan kalimat efektif, fokus pada tema, padat isi, alur
runut, uraian lengkap, jelas dan informatif, mudah untuk dipahami oleh pembaca
dari kalangan manapun.
Daftar Pustaka
http://www.p2kp.org/pustaka/files/pedoman/jul10/POB_Pengelolaan_best_practice_020710.pdf
https://kotakubengkulu.wordpress.com/2016/03/08/ini-jalanku-mana-jalanmu/

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 259


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

260| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

SPB Lembar Informasi

3.6.1 Pengelolaan Keuangan

A. Pengertian dan Prinsip-Prinsip Pengelolaan Keuangan


Pengelolaan keuangan adalah serangkaian kegiatan perencanaan, penganggaran,
pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang
dimiliki oleh organisasi atau perusahaan. Dalam prakteknya, pengelolaan keuangan
sebagai tindakan yang diambil oleh organisasi dalam rangka menjaga kesehatan
keuangannya. Oleh karena itu, dalam membangun sistem pengelolaan keuangan yang
baik, maka diperlukan didasarkan pada prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang baik
pula. Adapun prinsip dari pengelolaan keuangan sebagai berikut:
(1) Konsistensi (Consistency): Sistem dan kebijakan keuangan dari organisasi harus
konsisten dari waktu ke waktu. Ini tidak berarti bahwa sistem keuangan tidak boleh
disesuaikan apabila terjadi perubahan di organisasi. Pendekatan yang tidak
konsisten terhadap manajemen keuangan merupakan suatu tanda bahwa terdapat
manipulasi di dalam pengelolaan keuangan.
(2) Akuntabilitas (Accountability): Akuntabilitas adalah kewajiban moral atau hukum
yang melekat pada individu, kelompok, atau organisasi untuk menjelaskan
bagaimana dana, peralatan, atau kewenangan yang diberikan pihak ketiga telah
digunakan. Organisasi harus dapat menjelaskan bagaimana dia menggunakan
sumber dayanya dan apa yang telah dia capai sebagai pertanggungjawaban
kepada pemangku kepentingan dan penerima manfaat. Semua pemangku
kepentingan berhak untuk mengetahui bagaimana dana dan kewenangan
digunakan.
(3) Transparansi (Transparency): Organisasi harus terbuka dengan pekerjaannya,
menyediakan informasi berkaitan dengan rencana dan aktivitasnya kepada para
pemangku kepentingan. Termasuk di dalamnya menyiapkan laporan keuangan
yang akurat, lengkap, dan tepat waktu serta dapat dengan mudah diakses oleh
pemangku kepentingan dan penerima manfaat. Apabila organisasi tidak
transparan, hal ini mengindikasikan ada sesuatu hal yang disembunyikan.
(4) Kelangsungan Hidup (Viability): Agar keuangan terjaga, pengeluaran organisasi di
tingkat strategic maupun operasional harus sejalan/disesuaikan dengan dana yang

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 261


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

diterima. Kelangsungan hidup (viability) merupakan suatu ukuran tingkat


keamanan dan keberlanjutan keuangan organisasi. Manager organisasi harus
menyiapkan sebuah rencana keuangan yang menunjukkan bagaimana organisasi
dapat melaksanakan rencana strategik dan memenuhi kebutuhan keuangannya.
(5) Integritas (Integrity): Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, individu yang
terlibat harus mempunyai integritas yang baik. Selain itu, laporan dan catatan
keuangan juga harus dijaga integritasnya melalui kelengkapan dan keakuratan
pencatatan keuangan.
(6) Pengelolaan (Stewardship): Organisasi harus dapat mengelola dengan baik dana
yang telah diperoleh dan menjamin bahwa dana tersebut digunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara praktek, organisasi dapat
melakukan pengelolaan keuangan dengan baik melalui berhati-hati dalam
perencanaan strategic, identifikasi resiko-resiko keuangan, dan membuat sistem
pengendalian dan sistem keuangan yang sesuai dengan organisasi.
(7) Standar Akuntansi (Accounting Standards): Sistem akuntansi dan keuangan yang
digunakan organisasi harus sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi yang
berlaku secara umum. Hal ini berarti bahwa setiap akuntan di seluruh dunia dapat
mengerti sistem yang digunakan organisasi.

B. Pentingnya Pengelolaan Keuangan bagi Organisasi


Seorang manajer keuangan dalam suatu organisasi harus mengetahui bagaimana
mengelola segala unsur dan segi keuangan. Hal ini wajib dilakukan karena keuangan
merupakan salah satu fungsi penting dalam mencapai tujuan organisasi. Unsur
pengelolaan keuangan harus diketahui oleh seluruh perangkat organisasi terutaa para
pengelola. Misalkan manajer keuangan tidak mengetahui apa-apa saja yang menjadi
unsur-unsur manajemen keuangan, maka akan muncul kesulitan dalam menjalankan
suatu organisasi tersebut. Oleh sebab itu, manajer keuangan harus mampu mengetahui
segala aktivitas pengelolaan keuangan, khususnya penganalisisan sumber dana dan
penggunaan-nya untuk merealisasikan keuntungan maksimum bagi perusahaan
tersebut. Seorang manajer keuangan harus memahami arus peredaran uang baik
eksternal maupun internal.

C. Kegiatan Utama Pengelolaan Keuangan


Ada tiga kegiatan utama dalam mengelola keuangan organisasi, yaitu:
1. Mendapatkan Dana untuk Organisasi
Terdapat dua sumber utama pendanaan usaha, yaitu ekuitas dan utang. Ekuitas yaitu
pemilik mengiventasikan laba perusahaannya untuk ditempatkan dalam perusahaan
guna memperkecil resiko pengembalian dalam tingkat yang rendah, sedangkan utang
adalah mengandung resiko, pemberi pinjaman pertama kali menarik laba dan harus
dibayar sekalipun perusahaan tidak ada laba atau dalam kondisi merugi.

262| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Kedua sumber pendanaan tersebut dapat diperoleh melalui :


a. Pendanaan ekuitas (modal sendiri). Dapat diperoleh dari tabungan individu, teman
dan atau saudara, investor perorangan lain, perusahaan-perusahaan besar,
perusahaan modal ventura, dan penjualan saham.
b. Pendanaan dari utang (pinjaman). Dapat diperoleh dari teman atau saudara,
investor perorangan lainnya, para pemasok bahan baku pemberi pinjaman
berbentuk asset, bank-bank komersial, program-program yang didukung oleh
pemerintah, lembaga-lembaga keuangan swadaya masyarakat, perusahaan-
perusahaan besar dan perusahaan modal ventura.

2. Penggunaan Dana Organisasi


Penggunaan dana adalah laporan perubahan yang disusun atas dasar dua neraca untuk
dua waktu. Laporan tersebut menggambarkan perubahan dari masing-masing elemen
tersebut yang mencerminkan adanya sumber atau penggunaan dana. Pada umumnya
rasio keuangan yang dihitung bisa dikelompokkan menjadi enam jenis yaitu:
a. Rasio Likuiditas, rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya.
b. Rasio Leverage, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak dana yang
di-supply oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang
diperoleh dari kreditur perusahaan.
c. Rasio Aktivitas, rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen dalam
menggunakan sumber dayanya. Semua rasio aktifitas melibatkan perbandingan
antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis harta.
d. Rasio Profitabilitas, rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen
yang dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi
perusahaan.
e. Rasio Pertumbuhan, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa baik
perusahaan mempertahankan posisi ekonominya pertumbuhan ekonomi dan
industri.
f. Rasio Penilaian, rasio ini merupakan ukuran prestasi perusahaan yang paling
lengkap oleh karena rasio tersebut mencemirkan kombinasi pengaruh dari rasio
risiko dengan rasio hasil pengembalian.

3. Membagi Keuntungan
Dalam sebuah bisnis, mengelola karyawan adalah hal yang sangat penting. Karena
dengan pengelolaan karyawan yang benar maka bisnis akan bisa berjalan dengan benar.
Akan tetapi ada juga orang yang berkat ,"di perusahaan saya mengelola karyawan tidak
penting, karena hanya saya sendirian yang mengerjakannya"

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 263


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Memang benar, jika hanya mengerjakan sendiri maka mengelola karyawan


memang tidak penting. Bisnis yang seperti ini disebut self employee. Bisa tidak kita
menjadi kaya dari self employee? Jawabannya bisa. Apakah bisa menjadi kaya raya?
Jawabannya tidak. Jika anda ingin menjadi kaya raya, maka bisnis anda harus memiliki
karyawan. Nah, ketika kita sudah memiliki karyawan ini maka mengelola karyawan
menjadi sangat penting. Mengelola 10 karyawan tentu berbeda dengan mengelola 100
karyawan. Mengelola 1000 karyawan tentu berbeda dengan mengelola 10.000
karyawan.
Jika organisasi telah memiliki karyawan yang banyak maka pengontrolan karyawan
menjadi sangat penting. Tentu lebih kompleks? Jawabannya iya. Akan tetapi dengan
banyaknya karyawan ini, sebenarnya bisnis malah bisa kita tinggalkan, asalkan cara
mengelolanya benar. Bisa dikatakan, jika memiliki usaha yang besar dan pengelolannya
benar maka perusahaan akan bisa jalan sendiri, sementara kita bisa jalan-jalan.
Setiap orang yang membangun bisnis, tentunya dia ingin kaya raya. Untuk
mencapai tujuan ini setiap pengusaha memiliki cara yang berbeda-beda. Secara umum
ada dua macam; Pertama, pengusaha mengusahakan agar karyawan adalah orang yang
digaji saja, sementara jika ada keuntungan yang besar maka itu menjadi milik
pengusaha. Kedua, pengusaha membagi keuntungan dengan karyawan, jadi jika
keuntungan besar maka karyawan juga mendapat bagian keuntungan.
Cara pertama memang kelihatan logis, karena dengan mendapat keuntungan
yang besar tanpa berbagi dengan karyawan, maka pengusaha memliki kuntungan besar.
Akan tetapi dalam prakteknya cara kedua malah lebih efektif. Dengan berbagi
keuntungan dengan karyawan maka karyawan akan lebih merasa memiliki bisnis.
Sehingga karyawan akan bekerja dengan setulus hati dan sepenuh jiwa.
Cara berbagi dengan karyawan ternyata pengontrolan karyawan akan jauh lebih
mudah. Jika karyawan hanya menjadi orang yang digaji, maka tingkat kehilangan barang
di perusahaan lebih tinggi, tetapi jika karyawan mendapatkan bagian dari keuntungan
maka tingkat kehilangan barang akan menurun. Kenapa? Karena biasanya pencurian
terbesar dilakukan oleh orang dalam alias karyawan sendiri. Jika karyawan hanya
menjadi orang yang digaji, ketika temannya mencuri maka dia akan santai-santai saja.
Akan tetapi, jika dia mendapat bagian keuntungan, maka dia akan bertindak tegas jika
temannya mencuri, karena hal ini akan mengurangi keuntungan buat dia.
Seringkali mobil kantor cepat rusak. Akan tetapi jika karyawan bisa menganggap
bahwa itu mobil dia sendiri maka mobil tidak lebih cepat rusaknya. Mobil akan lebih
awet. Dengan adanya profit sharing ini maka pengontrolan akan jauh lebih baik.
Alangkah lebih baik lagi jika para karyawan yang memiliki level tinggi mereka
mendapatkan bagian saham. Dengan cara seperti ini maka mereka akan bertindak
seolah-olah mereka memiliki perusahaan. Akan tetapi, pembagian saham ini jangan
dilakukan pada saat awal perusahaan berdiri. Pembagian saham ini sebaiknya dilakukan
ketika perusahaan sudah terbukti untung. Cara membagi keuntungan usaha yang
seperti ini akan menjadikan karyawan termotivasi dan organisasi juga menjadi untung.

264| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

D. Peran Manajemen Keuangan


Manajemen keuangan adalah pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap fungsi-
fungsi keuangan organisasi. Fungsi-fungsi keuangan meliputi, bagaimana memperoleh
dana (raising of fund) dan bagaimana menggunakan dana tersebut (allocation of fund).
Untuk memperoleh dana, manajer keuangan bisa memperolehnya dari dalam maupun
luar perusahaan. Sumber dari luar perusahaan berasal dari pasar modal, bisa berbentuk
hutang atau modal sendiri.
Manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang layak
dari investasi pada berbagai aktiva dan memilih sumber-sumber dana untuk
membelanjai aktiva tersebut. Kegiatan penting lain yang harus dilakukan manajer
keuangan menyangkut empat aspek: 1) perencanaan dan prakiraan, di mana manajer
keuangan harus bekerja sama dengan para manajer yang ikut bertanggung jawab atas
perencanaan umum perusahaan, 2) manajer keuangan harus memusatkan perhatian
pada berbagai keputusan investasi dan pembiayaannya, serta segala hal yang berkaitan
dengannya, 3) manajer keuangan harus bekerja sama dengan para manajer lain
diperusahaan agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin dan 4) penggunaan
pasar uang dan pasar modal.
Salah satu kepentingan di dalam manajemen yang merencanakan, melaksanakan
dan mengendalikan pemanfaatan sumber daya keuangan dalam kegiatan entitas secara
efisien dan efektif, dalam kerjasama secara terpadu dengan fungsi-fungsi lainnya seperti
riset dan penelitian, produksi, pemasaran dan sumberdaya manusia. Dalam menjalankan
fungsinya, tugas manajer keuangan berkaitan langsung dengan keputusan pokok
perusahaan dan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Fungsi Manajemen Keuangan
keuangan diantaranya adalah :
(1) Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis, dan
pengendalian kegiatan keuangan. Dengan demikian dalam perusahaan, kegiatan
tersebut tidak terbatas pada "Bagian Keuangan"
(2) Manajer keuangan perlu memperoleh dana dari pasar keuangan atau financial
market. Dana yang diperoleh kemudian diinvestasikan pada berbagai aktiva
perusahaan, untuk mendanai kegiatan perusahaan. Kalau kegiatan memperoleh
dana berarti perusahaan menerbitkan aktiva finansial, maka kegiatan menanamkan
dana membuat perusahaan memiliki aktiva riil.
(3) Dari kegiatan menanamkan dana (disebut investasi), perusahaan mengharapkan
akan memperoleh hasil yang lebih besar dari pengorbanannya. Dengan kata lain,
diharapkan memperoleh "laba". Laba yang diperoleh perlu diputuskan untuk
dikembalikan ke pemilik dana (pasar keuangan), atau diinvestasikan kembali ke
perusahaan.
(4) Dengan demikian "manajer keuangan" perlu mengambil keputusan tentang:
penggunaan dana, memperoleh dana dan pembagian laba.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 265


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

E. Tujuan Pengelolan Keuangan


Menurut para ahli ada beberapa hal yang menjadi tujuan pengelolaan keuangan, antara
lain:
(1) Memaksimalkan keuntungan. Manajer keuangan mencoba mendapatkan
keuntungan yang maksimal bagi organisasi dalam jangka pendek dan jangka
panjang. Seorang manajer keuangan tidak bisa menjamin keuntungan jangka
panjang karena ketidakpastian bisnis. Namun, organisasi dapat memperoleh
keuntungan maksimal bahkan dalam janka panjang jika manajer keuangan
mengambil keputusan keuangan yang tepat dan menggunakan keuangan
organisasi dengan baik.
(2) Menjaga arus kas. Menjaga arus kas yang tepat merupakan tujuan jangka pendek
manajemen keuangan. Perusahaan harus memiliki arus kas yang tepat untuk
membayar biaya sehari-hari seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah dan
gaji, sewa kantor, tagihan listrik, dll. Arus kas yang baik tentunya akan
meningkatkan keberhasilan perusahaan.
(3) Kelangsungan hidup perusahaan. Kelangsungan hidup adalah tujuan yang paling
penting dari manajemen keuangan. Perusahaan harus bertahan hidup di dunia
bisnis yang kompetitif ini. Menager keuangan harus sangat hati-hati saat membuat
keputusan keuangan, Satu keputusan yang salah dapat membuat perushaaan
merugi dan bangkrut.
(4) Mengurangi resiko operasional, Menejemen keuangan juga mencoba untuk
mengurangi resiko operasional. Ada banyak resiko dan keidakpastian dalam dunia
bisnis manager keuangan harus mengambil langkah-langkah untuk mengurangi
resiko ini, misalnya dengan menghindari proyek-proyek berisiko tinggi.

F. Tanggung Jawab Manager Keuangan


Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer
keuangan. Kesuksesan suatu perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan Manajer
Keuangan untuk beradaptasi terhadap perubahan, meningkatkan dana perusahaan
sehingga kebutuhan perusahaan dapat terpenuhi, investasi dalam aset-aset perusahaan
dan kemampuan mengelolanya secara bijaksana. Apabila perusahaannya dapat
dikembangkan dengan baik oleh Manajer Keuangan, maka pada gilirannya kondisi
perekonomian secara keseluruhan juga menjadi lebih baik Seandainya secara lebih luas
dana-dana dialokasikan secara tidak tepat, maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi
lambat.
Tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi keputusan tentang
investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden suatu perusahaan,
dengan demikian tugas manajer keuangan adalah merencanakan untuk memaksimum-
kan nilai perusahaan. Meskipun tugas dan tanggung jawabnya berlainan di setiap
perusahaan, tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi: keputusan tentang

266| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian dividen suatu perusahaan


(Weston dan Copeland, 1992: 2)
Manajer keuangan mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap apa yang
telah dilakukannya. Adapun keputusan keuangan yang menjadi tanggung jawab
manajer keuangan dikelompokkan ke dalam tiga jenis:
(1) Mengambil keputusan investasi/pembelanjaan aktif (investment decision)
menyangkut masalah pemilihan investasi yang diinginkan dari sekelompok
kesempatan yang ada, memilih satu atau lebih alternatif investasi yang dinilai
paling menguntungkan.
(2) Mengambil keputusan pendanaan/pembelanjaan pasif (financing decision)
menyangkut masalah pemulihan berbagai bentuk sumber dana yang tersedia
untuk melakukan investasi, memilih satu atau lebih alternatif pembelanjaan yang
menimbulkan biaya paling murah.
(3) Mengambill keputusan dividen (dividend decision) menyangkut masalah
penentuan besarnya persentase dari laba yang akan dibayarkan sebagai dividen
tunai kepada para pemegang saham, stabilitas pembayaran dividen, pembagian
saham dividen dan pembelian kembali saham-saham.

G. Etika dalam Pengelolaan Keuangan


Manajemen keuangan dalam konteks pembahasan ini adalah berhubungan dengan
penganggaran. Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang
meliputi seluruh kegiatan bank yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter yang
berlaku untuk jangka waktu tertentu di masa mendatang. Anggaran berkaitan dengan
manajemen keuangan yang berkaitan dengan waktu realisasi, maka biasanya disebut
dengan rencana keuangan (budgetting).
Rencana keuangan adalah rencana keuangan lembaga bisnis yang merupakan
terjemahan program kerja lembaga bisnis ke dalam sasaran-sasaran (target) keuangan
yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu. Penganggaran merupakan langkah-
langkah yang menjadi dasar bagi penetapan strategi bisnis. Penganggaran merupakan
perencanaan strategi unit bisnis, terlebih lagi adalah berkaitan dengan masalah
keuangan lembaga bisnis.

H. Lembaga Keuangan dan Lingkungan Manajemen Keuangan


Lembaga keuangan dalam dunia keuangan bertindak selaku lembaga yang
menyediakan jasa keuangan bagi nasabahnya, dimana pada umumnya lembaga ini
diatur oleh regulasi keuangan dari pemerintah. Bentuk umum dari lembaga keuangan
ini adalah termasuk perbankan, building society (sejenis koperasi diInggris), Credit Union
, pialang saham, aset manajemen, modal ventura, koperasi , asuransi , dana pensiun ,
dan bisnis serupa lainnya. Di Indonesia lembaga keuangan ini dibagi kedalam 2
kelompok yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank (asuransi,

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 267


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

pegadaian, dana pensiun, reksa dana, dan bursa efek). Fungsi Lembaga keuangan ini
menyediakan jasa sebagai perantara antara pemilik modal dan pasar utang yang
bertanggung jawab dalam penyaluran dana dari investor kepada perusahaan yang
membutuhkan dana tersebut. Kehadiran lembaga keuangan inilah yang memfasilitasi
arus peredaran uang dalam perekonomian, dimana uang dari individu investor
dikumpulkan dalam bentuk tabungan sehingga risiko dari para investor ini beralih pada
lembaga keuangan yang kemudian menyalurkan dana tersebut dalam bentuk pinjaman
utang kepada yang membutuhkan. Ini adalah merupakan tujuan utama dari lembaga
penyimpan dana untuk menghasilkan pendapatan. Lembaga keuangan adalah suatu
badan yang bergerak dibidang keuangan untuk menyediakan jasa bagi nasabah atau
masyarakat. Lembaga Keuangan memiliki fungsi utama ialah sebagai lembaga yang
dapat menghimpun dana nasabah atau masyarakat ataupun sebagai lembaga yang
menyalurkan dana pinjaman untuk nasabah atau masyarakat.

Daftar Pustaka

http://www.kumpulanmakalah.com/2015/05/konsep-dasar-manajemen-keuangan.html

http://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-manajemen-keuangan-menurut-para-
ahli-terlengkap/

http://www.materiakuntansi.com/tujuan-manajemen-keuangan/

268| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Pokok Bahasan 4
RENCANA BISNIS DAN
TINDAK LANJUT

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 269


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

270| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


Lembar Informasi
SPB
Penerapan Bussiness Model
4.1.1
Canvas dalam Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa

A. Pendahuluan
Sejak munculnya praktik e-commerce, model bisnis menjadi salah satu konsep yang
paling menonjoldi antara konsep manajemen yang lain. Hadirnya e-commerce membuat
para praktisi bisnis mengubah total model bisnis lama menjadi model bisnis baru yang
lebih sesuai. Penyebab utama kepopuleran model bisnis adalah karena ditengarai
banyak organisasi yang tumbuh pesat karena kemampuannya menciptakan model bisnis
yang tepat.
Tulisan ini membahas penerapan model bisnis yang unik dan sederhana di
Indonesia, yaitu model bisnis kanvas, atau lebih dikenal dengan Business Model Canvas
(BMC). Konsep model bisnis yang dikembangkan oleh Alexander Osterwalder dan Yves
Pigneur, berhasil mengubah konsep model bisnis yang rumit menjadi sederhana.
Dengan pendekatan kanvas, model bisnis ditampilkan dalam satu lembar kanvas, berisi
peta sembilan elemen (kotak). Karena kesederhanaannya, metode kanvas dapat
mendorong sebanyak mungkin karyawan terlibat dalam pengembangan model bisnis
organisasinya.
Para akademisi menjelaskan pengertian model bisnis dalam tiga kelompok.
Pertama adalah model bisnis sebagai metode (cara), model bisnis dilihat dari aspek
komponennya, dan model bisnis sebagai strategi bisnis.
Model bisnis adalah jabaran strategi yang menyangkut berbagai aspek dalam
bisnis tersebut menjadi satu kesatuan strategi yang utuh untuk menghasilkan
keuntungan. Dulu kita mengenal model tradisional “Business Plan” yang membutuhkan
puluhan lembar untuk mendokumentasikan rencana bisnis. Pendekatan dokumen
“Business Plan” dianggap terlalu formal dan menghabiskan waktu yang lama dalam
pembuatannya. Saat ini telah ada model bisnis baru yang diperkenalkan oleh Alexander
Osterwalder yaitu “Business Model Canvas” berupa alat visual satu halaman yang
memungkinkan start-up tetap fokus pada penciptaan nilai, tidak lagi membuang-buang
waktu dalam berpuluh-puluh lembar.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |271


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

B. Beberapa Faktor Penggunaan Bisnis Model Canvas


(1) Visual Thinking: Cara terbaik untuk menggunakan BMC dengan mencetak versi
berukuran poster besar dan menempelkannya ke dinding. Setelah itu, founder
kemudian menggunakan sticky notes seperti post-it untuk mengisi Sembilan
bagian. Sticky notes memungkinkan grup thinking karena setiap orang dalam Tim
dapat berpartisipasi aktif.
(2) Iterasi dengan cepat: “Iterasi” adalah proses di mana founder “keluar dari kantor
atau labnya” dan mencoba memvalidasi idenya, kemudian kembali lagi ke kantor
untuk memperbaiki model bisnis dan produknya berdasarkan feedback yang
didapat dari market. Dengan sifat ringkas dan menyeluruh dari bisnis model
kanvas, founder bisa dengan cepat melakukan iterasi ini.
(3) Dengan cepat melihat kaitan dari sembilan komponen bisnis: Model ini
memungkinkan entrepreneur untuk secara visual menggambarkan kaitan dari
masing-masing komponen bisnis tersebut. Seringkali founder menggambar garis
dan ilustrasi di poster untuk mewakili potongan-potongan teka-teki dan
bagaimana organisasi bisnis bekerjasama. Tim dapat menemukan hubungan dari
peluang pasar dan/atau proposisi nilai yang unik. Selanjutnya, Tim kemudian dapat
mendokumentasikan ide-ide baru sebagai hipotesis baru untuk menguji BMC
sebagai iterasi baru.
(4) Memaksa Tim untuk dengan ringkas menyampaikan pikirannya: Karena informasi
dicatat dengan pendek pada post-it notes, Tim dipaksa untuk menjelaskan dengan
tepat dan ringkas apa yang mereka mau untuk menguji atau menindaklanjuti pada
iterasi berikutnya.
(5) Bentuk visual dari bisnis model canvas memudahkan startup untuk membaginya
dengan partner, rekan kerja: Karena bisnis model kanvas disajikan dalam bentuk
poster besar dan visual, mudah untuk berbagi melalui foto atau mengambil poster
dari dinding untuk bertemu dengan pihak lain yang berkepentingan.

C. Keuntungan Bisnis Model Canvas


(1) Bisa dipakai untuk semua jenis model bisnis, travelling, restoran, hotel,
perkebunan, mining dan lain sebagainya
(2) Mempercepat mengetahui keseluruhan kekuatan dan kekuragan bisnis
(3) Proses analisa kebutuhan dan profit dilakukan secara cepat
(4) Memetakan bisnis untuk mengetahui kelemahan semenjak dini dan memahami
kekuatan bisnis dari sudut pandang yang benar
(5) Pemetaan business model canvas menggambarkan secara sistematis bisnis yang
kemudian dapat digunakan untuk pengambilan keputusan pengembangan
manajemen strategis bisnis.

272| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

D. Cara Memanfaatkan Bisnis Model Canvas


(1) Membangun Relasi Konsumen. Bisnis Model Canvas (BMC) penting untuk
membangun relasi dengan konsumen. Relasi dengan konsumen penting agar
konsumen tidak lari ke pesaing;
(2) Meningkatkan Penjualan. Ketika strategi marketing disatukan dalam BMC ini,
diharapkan target penjualan tercapai. Customer Segment, Channel, Customer
Relationship (3 Blok di BMC) memiliki tujuan untuk meningkatkan Penjualan;
(3) Menghadapi Pesaing. Hal yang tidak kalah penting, ketika BMC sudah dijalankan
adalah upaya organisasi untuk membangun bisnis yang kokoh untuk menghadapi
pesaing;
(4) Memastikan Bisnis Berjalan. Seringkali kita bingung memulai dan menjalankan
bisnis, di BMC ini memasukkan siapa-siapa saja yang nantinya akan mendukung
bisnis. BMC ini penting untuk memetakan apa saja yang dibutuhkan agar bisnis
tetap berjalan;
(5) Mempunyai Sistem Bisnis. BMC merupakan cara yang efektif untuk membuat
sistem bisnis, tujuannya membuat bisnis makin efektif dan bisa menghasilkan
maksimal meskipun kita tidak rutin berada di bisnis kita.

E. Manfaat dan Kelebihan Business Model Canvas


BMC menjadi populer tidak hanya di perusahaan besar yang mapan, namun juga
populer di kalangan entrepreneur dan juga intrapreneur dalam memetakan,
menganalisis, validasi, dan melakukan inovasi di model bisnis yang telah ada. Secara
mendasar, sebagai praktisi, saya menemukan ada 3 manfaat utama dari BMC.
(1) FOKUS : Satu hal yang paling saya rasakan dengan membuat Business Model
Canvas ini adalah mampu menajamkan fokus dan membuat kejelasan mengenai
model bisnis yang diajukan, ketimbang membuat rencana bisnis yang tebalnya
berhalaman – halaman.
(2) FLEKSIBEL : BMC sangat bermanfaat karena mudah untuk dimodifikasi dengan
tetap memberi pandangan secara menyeluruh terhadap model bisnis
(3) TRANSPARANSI : Sebagai pendiri beberapa bisnis, BMC seringkali saya gunakan
untuk mengomunikasikan visi dan model bisnis kepada tim, dan dengan BMC tim
menjadi lebih mudah mengerti apa model bisnis di organisasi.

F. Pengaplikasian Bisnis Model Canvas


Penjelaskan pengertian model bisnis dalam tiga kelompok. Pertama adalah model bisnis
sebagai metode (cara), model bisnis dilihat dari aspek komponen-komponennya, dan
model bisnis sebagai strategi bisnis. Elemen dalam Business Model Canvas
mencakupCustomer Segment, Value Proposition, Channel, Customer Relationship,
Revenue Stream, Key Resourcess, Key Activities, Key Partnership dan Cost Structure. Untuk

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 273


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

menyusun model bisnis menggunakan pendekatan ini dimulai dari Customer Segment,
diikuti dengan Value Proposition, Channel, Customer Relationship, Revenue Streams, Key
Resources, Key Activities, Key Partners dan Cost Structure. Untuk mengembangkan BMC,
organisasi dapat mulai dari memotret kondisi saat ini, diikuti dengan analisis SWOT.
Hasil analisis SWOT dapat digunakan untuk merancang model bisnis perbaikan dan
prototipe model-model bisnis masa depan.
(1) Customer Segment. Dalam menjalankan roda bisnisnya, pertama-tama organisasi
harus menetapkan siapa yang harus dilayani. Organisasi dapat menetapkan untuk
melayani satu atau lebih segmen. Penetapan segmen ini akan menentukan
komponen lain dalam model bisnis. Siapa konsumen Anda? Seperti apa deskripsi
orang yang ingin masalahnya Anda pecahkan? Bagaimana karakteristik mereka?
Apa yang mereka pikirkan? Rasakan? Lakukan?;
(2) Value Proposition. Manfaat yang ditawarkan organisasi kepada segmen pasar yang
dilayani. Tentu saja, value proposition akan menentukan segmen pelanggan yang
dipilih atau sebaliknya. Value proposition juga akan mempengaruhi komponen lain
seperti Channel dan Customer Relationship. Solusi apa yang Anda tawarkan ke
konsumen Anda? Apa yang menarik dari solusi Anda? Apa yang membuat
konsumen mau memilih, membeli, dan menggunakan value Anda?;
(3) Channels. Sarana bagi organisasi untuk menyampaikan Value Proposition kepada
Customer Segment yang dilayani .Channel berfungsi dalam beberapa tahapan
mulai dari kesadaran pelanggan sampai ke pelayanan purna jual. Dua elemen lain
yang harus diperhitungkan secara cermat dalam membuat model Channel yaitu
Value Proposition dan Customer Segment. Bagaimana cara agar value/solusi
masalah Anda bisa sampai ke tangan konsumen?;
(4) Revenue Stream. Komponen yang dianggap paling vital. Umumnya organisasi
memperoleh pendapatan dari pelanggan. Meskipun demikian banyak organisasi
bisa membuka aliran masuk pendapatan dari kantong bukan pelanggan langsung.
Bagaimana cara bisnis menghasilkan uang dari valueyang ditawarkan?;
(5) Customer Relationship. Cara organisasi menjalin ikatan dengan pelanggannya.
Bagaimana cara Anda berinteraksi untuk menjaga loyalitas konsumen?;
(6) Key Activities. Kegiatan utama organisasi untuk dapat menciptakan Proposisi Nilai.
Apakah aktivitas kunci atau strategi kompetitif yang dilakukan untuk
menciptakan value proposition?;
(7) Key Resources. Smber daya milik organisasi yang digunakan untuk mewujudkan
proposisi nilai. Sumber daya umumnya berwujud manusia, teknologi, peralatan,
channel maupun brand. Apa saja sumber daya yang harus dimiliki perusahaan agar
dapat kompetitif dalam menciptakan value?;
(8) Key Partnership. Sumber daya yang diperlukan oleh organisasi untuk mewujudkan
proposisi nilai, tetapi tidak dimiliki oleh organisasi tersebut. Pemanfaatan Key
Partnershipoleh perusahaan dapat berbentuk outsourcing, joint venture, joint
operation, atau aliansi strategis. Siapa mitra yang mendukung organisasi agar

274| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

selalu kompetitif?, Pasokan atau sumber daya apa saja yang merekasediakan?,
Bagaimana mereka dapat membantu aktivitas bisnis Anda?, Bagaimana bentuk
kerjasamanya?;
(9) Cost Structure. Komposisi biaya untuk mengoperasikan organisasi mewujudkan
proposisi nilai yang diberikan kepada pelanggan. Struktur biaya yang efisien,
menjadi kunci besarnya laba yang diperoleh organisasi. Apa saja faktor – faktor
yang membentuk biaya yang harus dikeluarkan?.
Secara umum, BMC dikembangkan dengan mempertimbangkan 9 blok utama
yang harus diperhatikan dalam memetakan model bisnis. Kesembilan blok utama ini,
semua terangkum dalam satu canvas (1 halaman). Inilah yang juga membuat BMC
unggul karena dengan kesederhanaannya yang hanya terdiri dari 1 halaman ini,
ternyata powerful untuk memberikan pemahaman tentang model bisnis secara utuh.
Berikut gambar dari Business Model Canvas,

Tampilan halaman Business Model Canvas (BMC)

Secara sederhana, BMC terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: offering, customer, dan
infrastructure. Adapaun gambar pembagian hal tersebut ada di bagian berikut ini:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 275


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

3 aspek utama dalam BMC – offering, customer, infrastructure

G. Langkah-Langkah Aplikasi Bisnis Model Canvas


Disarankan dalam melakukan kegiatan penyusunan bisnis model Canvas untuk
mencetak template Business Model Canvas di kertas A3, mempersiapkan sticky
notesdengan dua warna berbeda, kemudian mulai mengisi BMC sesuai dengan bisnis
yang ingin (atau sudah) dijalankan. Berikut ini tutorial singkat yang yang dapat
digunakan untuk menyusun rencan bisnis:

LANGKAH 1 (dari 10): Customer Segments


Customer segments atau segmen konsumen yang ditarget merupakan hal terpenting
yang harus bisa dijawab dari Business Model Canvas. Kebanyakan model bisnis tidak
memberikan hasil yang diharapkan karena customer segment tidak dapat didefinisikan
dengan jelas. Untuk dapat mengisi customer segment dengan jelas, hal berikut ini perlu
diperhatikan:
(1) Customer Segment Dimensions (Dimensi Segmen Konsumen)

Perhatikan apakah bisnis yang dikelola menargetkan konsumen single atau multi-sided
market? Maksud multi-sided market, misalnya Facebook yang memiliki model bisnis
untuk melayani dua pihak: advertiser dan user. Multi-sided market umumnya memiliki
segmen tersendiri untuk setiap kategorinya.

276| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

(2) Customer Characteristics (Karakteristik Konsumen)

Setelah memetakan dimensi segmen, maka selanjutnya adalah mendefinisikan karakter


segmen di masing–masing dimensi tadi. Misalnya, apabila memiliki segmen user, maka
user yang karakteristiknya seperti apa? Beberapa pertimbangan untuk karakteristik,
misalnya:
 Usia dan gender
 Passion, habit, hobi
 Tingkat penghasilan
 Tingkat pendidikan
 Target yang ingin dicapai
 dan lain sebagainya.

(3) Customer Problems/Needs (Masalah/Kebutuhan Konsumen)

Apa masalah yang dirasakan konsumen yang telah dipetakan? Apa masalah yang sedang
ingin mereka sembuhkan? Apa target yang sedang ingin mereka kejar? Apa needs yang
mereka perlukan untuk mencapai impian – impian mereka?
Satu hal yang perlu dilakukan adalah mengurangi asumsi apa yang dibutuhkan
konsumen dengan bertanya langsung kepada mereka. Buat pengamatan lapangan atau
wawancara langsung agar semakin dekat dengan konsumen.
Output: Pada bagian ini akan menghasilkan daftar target konsumen berdasarkan
segmen yang berbeda, ditambah penjelasan detil tentang karakteristik masing – masing
konsumen. Jika segmen cukup banyak, disarankan untuk membuat prioritas dalam
melayani konsumen. Coba tanyakan, “seandainya saya hanya bisa melayani 1 konsumen
saja, siapakah yang ingin saya layani?”

Langkah 2 (dari 10): Value Propositions


Ketika pemetaan customer segment sudah jelas, maka selanjutnya memilih mana
masalah atau kebutuhan dari pelanggan itu yang ingin kita penuhi? Selain itu, di value
proposition juga harus mempertimbangkan keunikan/keunggulan solusi yang
ditawarkan dibandingkan solusi lainnya?
Sebagai contoh, salah satu startup, SignifierGames.com membuat value proposition
penyediaan Serious Games untuk pembelajaran konsep kompleks di bidang engineering,
khususnya industrial engineering. Solusi ini dibuat dengan harapan dapat
mengurangi pain berbagai institusi pendidikan di Indonesia dalam mengajarkan konsep
sulit kepada peserta didiknya. Beberapa game yang dikembangkan diantaranya
permainan bidang operation management, seperti Operation Management Game
(OMG), Project Management Game (PMG), dan Strategic Sourcing Management Game

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 277


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

(SSMG). Value proposition ini berbeda karena kebanyakan pengembang Serious


Games tidak mengembangkan permainan untuk bidang – bidang engineering.
Setelah menemukan value proposition, pastikan menghubungkan koneksi antara
VP yang dimiliki dengan customer segment yang telah dipetakan, seperti contoh berikut:

Hubungan value proposition dengan customer segment dalam BMC

Output: Daftar solusi atau “obat” yang lebih baik atau kompetitif dari yang sudah ada
berdasarkan masalah atau kebutuhan konsumen

LANGKAH 3 (dari 10): CHANNELS


Channels dalam BMC adalah entitas yang digunakan oleh organisasi bisnis untuk
membuat value proposition yang sudah dibuat itu ‘sampai’ ke konsumen. Biasanya saya
menggunakan framework AIDA (Attention – Interest – Desire – Action) sebagai tahap
awal, ditambah bagaimana proses pengiriman barang atau jasa tersebut ke konsumen.
Misalnya, apa yang bisa dilakukan untuk menarik attention konsumen terhadap value
proposition yang dibuat? Beberapa pilihan menarik, antara lain: membuat iklan dan
memasang FB Ads atau Google Adwords. Dua contoh tersebut merupakan
termasuk channels. Contoh lain, SignifierGames.com menggunakan media Website,
Brosur, dan Buku yang dijual di retailer seperti Amazon.com untuk menyampaikan value
proposition kepada konsumen.

278| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Output: Daftar dari channel yang penting untuk mendistribusikan informasi


dan value kepada konsumen. Biasanya, berbeda segmen konsumen maka akan berbeda
pula channelnya.
Langkah 4 (dari 10): Customer Relationship
Bagian customer relationship diisi tentang bagaimana kita berinteraksi kepada
konsumen setelah terjadi transaksi, untuk memastikan konsumen puas dengan
value yang kita tawarkan sepanjang hingga akhir life cycle nya.
Perusahaan penerbangan, misalnya setelah kita menggunakan jasa penerbangannya
umumnya akan ditawarkan berbagai email penawaran, memberikan membership
khusus, yang apabila sudah mencakup beberapa poin akan mendapatkan benefit
tertentu.
Output: penjelasan tentang bagaimana caranya organisasi menjalin hubungan dengan
konsumen yang sudah ‘membeli’ value yang ditawarkan agar tercipta loyalitas atau
transaksi kembali.

Langkah 5 (dari 10) : Revenue Stream


Revenue streams adalah pendapatan yang diterima oleh perusahaan atau organisasi
yang berasal dari value proposition yang ditawarkan. Hal paling penting adalah harus
terjadi koneksi yang clear antara revenue stream yang dihasilkan dari value
proposition, dan customer segment mana yang membayar untuk hal tersebut. Sebagai
contoh, Signifiergames.com, di mana revenue streams berasal dari penjualan paket game
dan buku untuk akademik, dan yang membayar adalah institusi pendidikan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 279


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Contoh pengisian revenue stream BMC pada SignifierGames.com

Output: Daftar dari revenue streams, yang berasal dari value proposition x yang
ditawarkan, dengan customer segmen y sebagai pihak yang bersedia membayar.

Langkah 6 (dari 10): Key Activities


Untuk menciptakan value proposition yang lebih baik dan kompetitif, tentunya ada
beragam aktivitas kunci untuk dapat menghasilkan value porposition sesuai dengan yang
diharapkan. Aktivitas ini berupa aktivitas pokok yang apabila hilang atau tidak ada,
maka value proposition yang kompetitif tidak dapat direalisasikan. Misalnya,
SignifierGames.com mengajukan value proposition yaitu serious game berkualitas yang
dikembangkan oleh expert di Universitas Indonesia, dan key activities yang diperlukan
adalah game design & development. Contoh lebih jelas dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:

Pengisian key activities dalam Business Model Canvas


Output: Daftar aktivitas utama / kunci untuk dapat menghasilkan value proposition yang
diinginkan.

280| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Langkah 7 (dari 10) : Key Resources


Key resources adalah sumber daya strategis yang dibutuhkan untuk menunjang key
activities agar bisa berjalan lancar untuk menghasilkan value propositionsesuai dengan
yang diharapkan. Dengan terpetakannya key resource, diharapkan sebuah bisnis dapat
menjadi lebih kompetitif dibandingkan pesainya.
Sebagai lembaga pengembang ‘serious games’, SignifierGames.com bergantung penuh
terhadap SDM bertalenta atau para expert di bidang pengembangan serious
games. Talented people ini kemudian menjadi key resources dari SignifierGames.com
Output: Daftar dari sumber daya utama yang dibutuhkan untuk menunjang key
activities agar dapat menghasilkan value proposition yang diinginkan.

Langkah 8 (dari 10): Key Partnership


Sebuah organisasi bisnis tentunya tidak bisa berjalan hanya mengandalkan dirinya
sendiri. Ketimbang mengembangkan dan menjalankan semuanya sendiri, ada baiknya
untuk bekerjasama dengan mereka yang telah expert di bidang masing–masing.
Misalnya, salah satu key activities dari SignifierGames.com adalah membuat dan
mencetak buku. Maka, daripada handling semuanya sendirian, ada baiknya
SignifierGames.com bekerjasama dengan penerbit yang memang sudah malang
melintang di bidang penerbitan buku. SignifierGames.com pun kemudian hanya
menyiapkan naskahnya saja, untuk nanti diubah dan di layout oleh penerbit utama.
Key activities lainnya di SignifierGames.com, misalnya adalah melakukan training
for trainer untuk kaderisasi. Namun, karena kaderisasi trainer dan fasilitator itu cukup
lama, maka SignifierGames.com bisa bekerjasama dengan trainer profesional yang sudah
berpengalaman untuk menjadi narasumber workshop atau seminar yang dibawakan
tentang bagaimana cara membuat game.
Output: Daftar rekanan kunci di luar organisasi yang dapat mendongkrak performa key
activities sehingga dapat menghasilkan value proposition dengan lebih kompetitif lagi.

Langkah 9 (dari 10) : Cost Structure


Cost structure adalah daftar biaya yang dikeluarkan oleh organisasi bisnis dalam rangka
menciptakan value proposition kepada konsumen. Biasanya, cost structure ini ‘ditarik’
dari key activities. Beberapa pertanyaan penting untuk diajukan saat memetakan biaya:
1. Apakah biaya yang dikeluarkan dalam rangka menciptakan value?
2. Mana jenis biaya yang lebih banyak, fixed cost atau variable cost?
3. Jika bisnis diskala menjadi lebih besar, apakah peningkatannya linear, eksponensial,
atau tetap?
Pemetaan struktur biaya perlu dilakukan dengan lebih hati – hati, karena sangat penting
apabila organisasi bisnis ingin dibuat dalam skala yang lebih besar dari sebelumnya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 281


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

Output: Daftar elemen struktur biaya yang dikeluarkan untuk membiayai key
activities dalam menciptakan value proposition.
Pada akhirnya, SignifierGames.com memiliki hasil akhir BMC dalam kerangka kerja
berikut:,

Contoh Pengisian Business Model Canvas SignifierGames.com


Bagaimana BMC versi organisasi? Apakah organisasi telah selesai membuatnya?

Langkah 10 (dari 10): Analisis dan Validasi Model Bisnis


Bagi organisasi yang telah menyelesaikan BMC, jangan senang dulu karena sebenarnya
menyelesaikan BMC itu barulah langkah awal saja, karena sebenarnya apa yang
dirancang dalam BMC (termasuk SignifierGames.com) baru sebatas ‘hipotesis’ dan
‘asumsi’ subjektif yang dianggap benar oleh perencana bisnis. Pada kenyataannya,
hipotesis ini perlu diuji apakah memang benar model bisnis yang direncanakan tersebut
berjalan sebagaimana mestinya.
Bagaimana cara mengujinya? Cara paling mudah adalah langsung bertanya ke
konsumen yang ditarget, berinteraksi secara langsung ke lapangan dan merasakan
langsung apa yang dirasakan konsumen. Interaksi langsung dengan konsumen itu dapat
memberikan banyak insight tambahan baru. Misalnya, SignifierGames.com sendiri
melakukan beberapa perubahan rencana model bisnis setelah berinteraksi langsung
dengan konsumennya.
Misalnya, dulu asumsi yang terbangun bahwa seluruh institusi pendidikan memiliki
kesulitan dalam mengajarkan konsep sulit ke peserta didik. Sehingga, kami berasumsi

282| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

bahwa Serious Game yang dibuat expert ini akan laku. Namun setelah dipelajari lagi,
ternyata yang lebih banyak mencari Serious Game ini adalah universitas swasta yang
memang sedang menjalin kerjasama dengan kampus besar seperti UI. Maka, kerjasama
tersebut dibundling dengan produk buku, games, dan workshop untuk universitas
tersebut. Sticky notes hijau menunjukkan ada beberapa tambahan/ perubahan dari BMC
sebelumnya.

Contoh Validasi Business Model Canvas SignifierGames.com

Daftar Pustaka
http://teorisingkat.blogspot.co.id/2015/11/business-model-canvas.html
http://arryrahmawan.net/panduan-business-model-canvas/

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 283


PROGRAM INOVASI DESA – PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA

284| Modul Pelatihan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa

Anda mungkin juga menyukai