Anda di halaman 1dari 113

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN Tn.Km DENGAN


MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI:
HALUSINASI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS I DENPASAR
SELATAN

Diajukan Oleh:

I GEDE AGUS SANTOSA PUTRA

(17E10022)

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

DENPASAR

2020
i

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN Tn.Km DENGAN


MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI:
HALUSINASI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS I DENPASAR
SELATAN

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya


Keperawatan (A.Md.Kep) Pada ITEKES BALI

Diajukan Oleh:
I GEDE AGUS SANTOSA PUTRA
(17E10022)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

2020
ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Na m a : I Gede Agus Santosa Putra
NIM : 17E10022
Program Studi : D III Keperawatan
Institusi : Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya


tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan
merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku
sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ilmiah ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Mengetahui : Denpasar,3 Maret 2020

Pembimbing Utama Pembuat Pernyataan

Ns. I Putu Gde Yudara Sandra Putra,S.Kep.,M.Kep I Gede Agus Santosa Putra

NIDN. 0820068301 NIM: (17E10022)


iii

MOTTO

JANGAN JADIKAN KEKURANGAN MU SEBAGAI KELEMAHAN


JADIKANLAH KEKURANGAN SEBAGAI MOTIVASI KE ARAH YANG
LEBIH BAIK
iv

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh I Gede Agus Santosa Putra dengan judul Karya Tulis

Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Tn.Km Dengan Masalah Keperawatan

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Di Wilayah Kerja Uptd Puskesmas I

Denpasar Selatan telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 10

Maret 2020

Penguji Denpasar, 10 Maret 2020

Pembimbing Utama

Ns. IGA. Rai Rahayuni, S.Kep., MNS. Ns. I Putu Gde Yudara Sandra Putra, S.Kep.,M.Kep.

NIDN. 0820068301
NIDN.0806048001

Rektor

Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali

I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kep.,M.Ng.,Ph.D

NIDN.0823067802
v

LEMBAR PENGESAHAN

Studi Kasus oleh I Gede Agus Santosa Putra, NIM : 17E10022 dengan judul

Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Tn.Km Dengan Masalah Keperawatan

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Di Wilayah Kerja Uptd Puskesmas I

Denpasar Selatan telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 10

Maret 2020

Denpasar, 10 Maret 2020

Disahkan Oleh:

Dewan Penguji Ujian Akhir Program

1. Ns. I G A. Rai Rahayuni, S.Kep., MNS


NIDN.0806048001

2. Ns. I Putu Gde Yudara Sandra Putra, S.Kep., M.Kep


NIDN. 0820068301

Rektor

Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali

I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kep.,M.Ng.,Ph.D

NIDN.0823067802
vi

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah yang

berjudul ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN Tn.Km DENGAN

MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI:

HALUSINASI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS I DENPASAR

SELATAN

Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bmbingan,

pengarahan dan bantuan dari semua pihak sehingga proposal karya tuis ilmiah ini

dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu penulis sangat ingin

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu menyelesaikan

laporan kasus ini antara lain kepada:

1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kep., M.Ng., Ph.D. selaku Rektor

ITEKES Bali yang telah banyak membina, membimbing penulis dari awal

mengikuti pendidikan sampek sekarang ini.

2. Ibu Ns. NLP Dina Susanti, S.Kep., M.Kep. selaku Wakil Rektor I ITEKES

Bali yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam menyelasaikan

proposal karya tulis ilmiah ini.

3. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Kep., S.Pd., MNS Selaku Wakil Rektor

II ITEKES Bali yang telah memberikan arahan dan motivasi untuk

menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini.


vii

4. Ibu Ida Ayu Lysandari, SE.,MM selaku Sekertaris Rektor ITEKES Bali

yang telah memberikan kesempatan serta arahan khususnya di bidang

administrasi kepada penulis dalam menyelesaikan proposal karya tulis

ilmiah ini.

5. Bapak Ns. I Gede Satri Astawa, S.Kep., M.Kes. selaku Kepala Program

Studi DIII Keperawatan ITEKES Bali yang telah memberikan arahan dan

motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini.

6. Ibu Ns. IGA. Rai Rahayuni, S.Kep., MNS. Selaku penguji utama yang

telah memberikan arahan dan masukan maupun saran yang diberikan

kepada penulis, serta pernyataan pengesahan yang diberikan kepada

penulis.

7. Bapak Ns. I Putu Gde Yudara Sandra Putra, S.Kep.,M.Kep. Selaku

pembimbing yang telah banya memberikan masukan, arahan, dan motivasi

dalam pembuatan proposal karya tulis ilmiah ini.

8. Seluruh teman-teman Diploma III Keperawatan tingkat III, sahabat

tercinta beserta semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moral,

material, motivasi, serta spiritual dalam penyusunan proposal karya tulis

ilmiah ini.

9. Keluarga di rumah Bapak, Ibu, Kakak, Adik yang telah memberikan

dukungan baik moral, material, spiritual, dan motivasi dalam penyusunan

proposal karya tulis ilmiah ini.


viii

Penulis menyadari bahwa proposal karya tulis ilmiah ini jauh dari yang

namanya sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif

perlu diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan proposal karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih

Om Santhi Santhi Santhi Om

Denpasar, 3 Maret 2020

Penulis
ix

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN Tn.Km DENGAN


MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI:
HALUSINASI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS I DENPASAR
SELATAN

I GEDE AGUS SANTOSA PUTRA

PROGRAM STUDI D III KEPERAWTAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

agussantosa2801@gmail.com

Latar Belakang : Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana
klien merasakan suatu stimulus yang sebenarnya tidak ada. Klien mengalami
perubahan sensori persepsi;merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penciuman.

Hasil data dokumentasi di wilayah kerja UPTD Puskesmas I Denpasar Selatan

pada tahun 2020 terdapat 12 orang terdiagnosa Halusinasi.

Tujuan: Menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan Halusinasi

dengan tahapan proses keperawatan ( Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan,

Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan).

Metode : Studi kasus dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui

suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal.

Hasil : Asuhan keperawatan jiwa pada Tn.Km terdapat 1 prioritas diagnosa yaitu :

Halusinasi dan Strategi pelaksanaan (sp1p,sp1k, sp2p,sp2k,sp3p,sp3k).


x

Kesimpulan : Penerapan proses asuhan keperawatan pada Tn.Km dengan

masalah keperawatan Halusinasi di wilayah kerja UPTD Puskesmas I Denpasar

Selatan secara umum sudah dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan proses

asuhan keperawatan.

Kata kunci : Asuhan keperawatan jiwa, Halusinasi.


xi

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM............................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................. ii

MOTTO.............................................................................................................. iii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iv

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

ABSTRAK ......................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR BAGAN ........................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Rumusan masalah..................................................................................... 3
C. Tujuan studi kasus .................................................................................... 3
D. Manfaat studi kasus .................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5

A. Tinjauan teori kasus.................................................................................. 5


1. Konsep dasar teori Skizofrenia ............................................................. 5
a. Pengertian ....................................................................................... 5
b. Klasifikasi ....................................................................................... 5
xii

2. Konsep dasar halusinasi ....................................................................... 6


a. Pengertian ....................................................................................... 6
b. Rentang respon biologis .................................................................. 6
c. Jenis-jenis halusinasi ....................................................................... 9
d. Patofisiologi halusinasi .................................................................. 10
e. Penatalaksanaan ............................................................................ 15
B. Tinjauan teori asuhan keperawatan ......................................................... 18
1. Pengkajian ..................................................................................... 18
2. Diagnosa keperawatan ................................................................... 32
3. Perencanaan .................................................................................. 33
4. Pelaksanaan ................................................................................... 35
5. Evaluasi keperawatan .................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 39

A. Desain stadi kasus .................................................................................. 39


B. Subyek stadi kasus ................................................................................. 39
C. Fokus studi kasus ................................................................................... 39
D. Definisi operasional studi kasus .............................................................. 40
E. Metode Pengumpulan Data..................................................................... 40
F. Lokasi Dan Waktu Studi Kasus .............................................................. 41
G. Penyajian data ........................................................................................ 41
H. Etika Studi Kasus .................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 44
xiii

DAFTAR TABEL

1. Analisa Keperawatan ................................................................................ 72

2. Rencana Keperawatan ............................................................................... 75

3. Pelaksanaan Keperawatan ......................................................................... 82

4. Evaluasi Keperawatan ............................................................................... 87


xiv

DAFTAR BAGAN

1. Rentang Respon Sosial ...............................................................................

2. Pohon Masalah Keperawatan Halusinasi ....................................................

3. Genogram ..................................................................................................
xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn.Km Dengan Halusinasi di Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas I Denpasar Selatan Tanggal 15 – 17 Januari 2020

2. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Klien Tn.Km di Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas I Denpasar Selatan Tanggal 15-17 Januari 2020 Pertemuan 1

3. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Klien Tn.Km di Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas I Denpasar Selatan Tanggal 15-17 Januari 2020 Pertemuan 2

4. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Klien Tn.Km di Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas I Denpasar Selatan Tanggal 15-17 Januari 2020 Pertemuan 3


xvi

DAFTAR SINGKATAN

1. TAKS : Terapi Aktivitas Kelompok

2. UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah

3. SPTK : Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

4. BAB : Buang Air Besar

5. BAK : Buang Air Kecil

6. SP : Strategi Pelaksanaan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penderita gangguan jiwa mengalami perubahan dalam hal orientasi

realitas. Salah satu manifestasi yang muncul adalah halusinasi yang

membuat klien tidak dapat menjalankan pemenuhan dalam kehidupan

sehari-hari. (Yusuf, Rizky, & Hanik, 2015). Menurut Direja (2011) salah

satu jenis skizofrenia adalah skizofrenia Hebefrenik dengan gejala utama

yaitu gangguan proses fikir gangguan kemauan dan depersonalisasi. Jenis

Skizofreia ini banyak mengakibatkan masalah keperawatan yaitu waham

dan halusinasi.

Menurut data yang didapat dari UPTD. Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Bali, jumlah pasien yang mengalami halusinasi dalam tiga bulan terakhir

berjumlah 97orang. (Parjana, 2019). Dari hasil studi pengkajian

Puskesmas I Denpasar Selatan tahun 2020 terdapat sebanyak 28 orang

dengan gangguan jiwa melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan

puskesmas I Denpasar Selatan. Dari data tersebut didapatkan klien dengan

halusinasi masih mendominasi yaitu sebanyak 12 orang, kemudian di ikuti

dengan risiko prilaku kekerasan sebanyak 6 orang, waham sebanyak 4

orang, retradasi mental sebanyak 3 orang, isolasi sosial sebanyak 3 orang,

defisit perawatan diri sebanyak 2 orang, deperesi sebanyak 1 orang, dan

risiko bunuh diri sebanyak 1 orang.

1
2

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien

merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada. Klien mengalami

perubahan sensori persepsi merasakan sensasi palsu berupa suara,

penglihatan, pengecapan, perabaan atau penciuman. (Sutejo, 2017).

Penatalaksanaan yang diberikan pada klien yang mengalami halusinasi

meliputi terapi farmakologi, ECT dan non farmakologi. Sedangkan terapi

farmakologi lebih mengarah pada pengobatan antipsikotik dan pada terapi

non farmakologi lebih pada pendekatan terapi modalitas. Klien dengan

halusinasi memiliki kesulitan dalam menjalankan pekerjaan bahkan dalam

merawat diri sendiri, sehingga klien cenderung tergantung pada orang lain

yang akan berdampak pada keluarga (Agustina & Handayani, 2017 dalam

Parjana, 2019).

Menurut Hayani et al, 2013 dalam Parjana, 2019), Keluarga

berfungsi sebagai sistem pendukung yang utama dalam menentukan cara

atau perawatan yang diperlukan penderita di rumah. Keberhasilan perawat

di rumah sakit akan sia-sia jika tidak diteruskan di rumah. Pada

keperawatan jiwa di komunitas sangat diperlukan dukungan keluarga

dalam membantu proses penyembuhan klien apabila dalam keluarga

belum mampu memberikan perawatan yang optimal maka besar

kemungkinan klien dengan halusinasi kembali akan mengalami

kekambuhan sehingga perlu untuk dirawat.

Kekambuhan adalah suatu keadaan dimana timbulnya kembali

suatu penyakit yang sudah sembuh dan disebabkan oleh berbagai macam
3

faktor penyebab. Pencegahan kekambuhan adalah mencegah terjadinya

peristiwa timbulnya kembali gejala-gejala yang sebelumnya sudah

memperoleh kemajuan. Kekambuhan pasien menimbulkan dampak yang

buruk bagi keluarga, pasien dan rumah sakit. Dampak kekambuhan bagi

keluarga yakni menambah beban keluarga dari segi biaya perawatan dan

beban mental bagi keluarga karena anggapan negatif masyarakat kepada

pasien. Sedangkan bagi pasien adalah sulit diterima oleh lingkungan atau

masyarakat sekitar. Dari pihak rumah sakit beban akan bertambah berat

karena bertambahnya pasien yang dirawat sehingga perawatan yang

diberikan oleh tim medis menjadi kurang maksimal karena jumlah tenaga

kesehatan tidak seimbang dengan banyaknya pasien gangguan jiwa yang

dirawat. (Susanti, 2019).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas maka muncul pertanyaan

penelitian sebagai berikut : “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Jiwa

Pada Klien Dengan Halusinasi”

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Mengeksplorasi asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan

Halusinasi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengeksplorasi pengkajian dan analisa data keperawatan jiwa

dengan Halusinasi.
4

b. Mengeksplorasi diagnosa keperawatan jiwa pada klien dengan

Halusinasi.

c. Mengeksplorasi rencana keperawatan jiwa pada klien dengan

Halusinasi.

d. Mengeksplorasi tindakan keperawatan jiwa pada klien dengan

Halusinasi.

e. Mengeksplorasi evaluasi tindakan keperawatan jiwa pada klien

dengan Halusinasi.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan dalam ilmu keperawatan mengenai peran

perawat dalam upaya memberi asuhan keperawatan jiwa pada klien

dengan Halusinasi.

b. Sebagai bahan acuan untuk studi kasus lebih lanjut dan dapat

menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Halusinasi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perawat

Mendapat pengalaman dan mengetahui asuhan keperawatan jiwa

pada klien dengan Halusinasi.

b. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pemberian pelayanan

kesehatan berkaitan dengan Halusinasi.

c. Bagi Institusi Pendidikan


5

Sebagai bahan menambah wawasan dan sebagai acuan atau

referensi dalam pembelajaran di Institusi.

d. Bagi Klien dan Keluarga Klien

Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit

Skizofrenia dan cara merawat klien dengan Skizofrenia khususnya

Halusinasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI KASUS

1. Konsep dasar teori skizofrenia

a. Pengertian

Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan

gangguan utama pada proses fikir serta disharmoni (keretakan,

perpecahan) antara proses fikir, afek / emosi, kemauan dan psikomotor

disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi :

asosiasi terbagi - bagi sehingga timbul inkoherensi (Direja, 2011).

b. Klasifikasi

Menurut Direja (2011) jenis skizofrenia di bagi menjadi :

1) Skizofrenia Simplex : dengan gejala utama kadangkala emosi dan

kemunduran kemauan

2) Skizofrenia Hebefrenik : Gejala utama gangguan proses fikir

gangguan kemauan dan depersonalisasi. Banyak terdapat waham

dan halusinasi.

3) Skizofrenia Katatatonik : Dengan gejala utama pada psikomotor

seperti stupor maupun gaduh gelisah katatatonik.

4) Skizofrenia Paranoid : Dengan gejala utama kecurigaan yang

ekstrim disertai waham kejar atau kebesaran.

5) Episode Skizofrenia akut ( Lir Skizofrenia ) : Kondisi akut

mendadak yang disertai dengan perubahan kesadaran, kesadaran

mungkin berkabut.

6
7

6) Skizofrenia psiko - afektif : Adanya gejala utama Skizofrenia yang

menonjol dengan disertai gejala depresi atau mania

7) Skizofrenia residual : Skizofrenia dengan gejala - gejala primernya

muncul setelah beberapa kali serangan Skizofrenia.

2. Konsep Dasar Teori Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

a. Pengertian

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien

merasakan suatu stimulus yang sebenarnya tidak ada. Klien mengalami

perubahan sensori persepsi;merasakan sensasi palsu berupa suara,

penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciuman. (Sutejo, 2017)

b. Rentang Respon Neurobiologis

Menurut (Stuart, 2013 dalam Sutejo, 2017) rentang respon

neurobiologis dapat digambarkan :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

1.Pikiran logis 1. Pikiran 1. Gangguan


kadang proses
2. Persepsi
menyimpang pikir:waham
akurat
2. Ilusi 2. Halusinasi
3. Emosi
konsisten 3. Emosi tidak 3. Ketidak
dengan stabil mampuan
pengalaman untuk
4. Perilaku aneh mengalami
4. Prerilaku
5. Menarik diri emosi
sesuai
4. Ketidak
5.Hubungan
teraturan
sosial
5. Isolasi sosial
8

Gambar 2.1 Rentang Respon Neurobiologis


(Stuart, 2013 dalam Sutejo, 2017)

Menurut Azizah (2016) rentang respon neurobiologis pada gambar

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Respon adaptif

Respon adaftif adalah respon yang dapat diterima norma -

norma sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu

tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah

akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon adaptif :

a) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada

kenyataan.

b) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada

kenyataan.

c) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang

timbul dari pengalaman ahli

d) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih

dalam batas kewajaran.

e) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan

orang lain dan lingkungan.

2) Respon psikososial

Respon psikososial meliputi :

a) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang

menimbulkan gangguan.
9

b) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah

tentang penerapan yang benar - benar terjadi (objek nyata)

karena rangsangan panca indera.

c) Emosi berlebihan atau berkurang.

d) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang

melebihi batas kewajaran.

e) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi

dengan orang lain.

3) Respon maladaptif

Respon maladaptif adalah respon individu dalam

menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma - norma

sosial budaya dan lingkungan, adapun respon maladaptif

meliputi :

a) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh

dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain

walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan

dengan kenyataan sosial.

b) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau

persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.

c) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang

timbul dari hati.

d) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak

teratur.
10

e) Isolasi Sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh

individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan

sebagai suatu kecelakaan yang negatif mengancam.

c. Jenis – Jenis Halusinasi

Menurut (Prabowo, 2017) halusinasi terdiri atas beberapa jenis, dengan

karakteristik tertentu, diantaranya :

1) Halusinasi pendengaran (akustik, audiotorik) : Gangguan stimulus

dimana pasien mendengar suara - suara orang, biasanya pasien

mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang

sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan

sesuatu.

2) Halusinasi penglihatan (visual) : Stimulus visual dalam bentuk

beragam seperti bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik,

gambar kartun dan atau panorama yang luas dan kompleks.

Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan.

3) Halusinasi penghidu (Olfaktori) : Gangguan stimulus pada

penghidu, yang ditandai dengan adanya bau busuk, amis, dan bau

yang menjijikkan seperti : darah, urine, atau feses. Kadang –

kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke,

tumor, kejang dan demensia.

4) Halusinasi peraba (Taktil, Kineastatik) : Gangguan stimulus yang

ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
11

yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah,

benda mati atau orang lain.

5) Halusinasi pengecap (Gustatorik) : Gangguan stimulus yang

ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis, dan

menjijikkan.

6) Halusinasi sintestik : gangguan stimulus yang ditandai dengan

merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau

arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine (Yosep, 2007

dalam Prabowo, 2017).

d. Fatofisiologi Halusinasi

1) Etiologi Halusinasi

Menurut Yosep (2016) etiologi terdiri dari beberapa faktor antara

lain:

a) Faktor Predisposisi :

(1) Faktor Perkembangan

Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya

rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan

klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi,

hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.

(2) Faktor Sosiokultural


12

Seseorang yang merasa tidak diterima di lingkungannya

sejak bayi (unwanted child) akan merasa disingkirkan,

kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.

(3) Faktor Biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.

Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di

dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat

halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan

Dimentytranferase (DMP). Akibat stress berkepanjangan

menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.

Misalnya terjadi ketidakseimbangnya acetylcholine dan

dopamin.

(4) Faktor Psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab

mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini

berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil

keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih

memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju

alam hayal.

(5) Faktor Genetik dan pola asuh

Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh

orang tua Skizofrenia cenderung mengalami Skizofrenia.

Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga


13

menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada

penyakit ini.

b) Faktor Presipitasi

Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,

ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku

merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil

keputusan serta tidak dapat dapat membedakan keadaan nyata

dan tidak nyata. Menurut (Rawlins dan Heacock, 1993 dalam

yosep 2016) mencoba memecahkan masalah halusinasi

berlandakan atas hakikat keberadaan seseorang individu

sebagai makhluk yang dibangun atas dasar unsur - unsur bio -

psiko - sosio - spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari

lima dimensi yaitu :

(1) Dimensi fisik

Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik

seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat -

obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan

kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.

(2) Dimensi emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang

tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu

terjadi. Isi berupa halusinasi berupa perintah, memaksa dan

menakutkan.
14

(3) Dimensi Intelektual

Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu

dengan halusinasi akan memperlihatkan penurunan fungsi

ego.

(4) Dimensi sosial

Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal

dan comforting, klien menganggap hidup bahwa hidup

bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan.

(5) Dimensi spiritual

Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kemampuan

hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah

dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri.

c) Proses terjadinya Halusinasi

Menurut Direja (2011) Halusinasi berkembang melalui empat fase,

yaitu sebagai berikut :

a) Fase pertama

Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase yang

menyenangkan. Pada tahap ini masuk dalam golongan non

psikotik. Karakteristik : klien mengalami stress, cemas,

perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak,

dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan

memikirkan hal - hal yang menyenangkan.


15

Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,

menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon

verbal yang lambat jika asyik dengan halusinasinya.

b) Fase kedua

Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu

halusinasi menjadi menjijikkan, termasuk dalam psikotik

ringan. Karakteristik : pengalaman sensori menjijikkan dan

menakutkan, kecemasan meningkat, melamun dan berfikir

sendiri menjadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang

tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu dan dia tetap dapat

mengontrolnya.

Perilaku klien : meningkatnya tanda - tanda system syaraf

otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.

Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan

realitas.

c) Fase ketiga

Adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu

pengalaman sensori menjadi berkuasa. Termasuk dalam

gangguan psikotik. Karakteristik : bisikan suara isi halusinasi

semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien

menjadi biasa dan tidak berdaya.

Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang

perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda - tanda fisik


16

berupa berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi

perintah.

d) Fase keempat

Adalah fase conquering atau panik klien lebur dengan

halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat.

Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam,

memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut tidak

berdaya, hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara

nyata dengan orang lain di lingkungan.

Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh

diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau kakatonik,

tidak mampu merespon terhadap perintah komplek, dan tidak

mampu berespon lebih dari satu orang.

e. Penatalaksanaan

Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran

keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ

pasien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan

yang sangat penting didalam hal merawat pasien, menciptakan

lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat

(Maramis, 2004 dalam Prabowo, 2017)

1) Psikofarmakologis, obat yang lazim digunakan pada gejala

halusinasi pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien

skizofrenia adalah obat anti psikosis. Adapun kelompok umum


17

yang digunakan adalah Fenotazin Azetofenazin (tindal),

klorpromazin (thorazin), Flufenazine (Prolixine,Permitil),

Mesoridazin (Serentil), prefenazin (Trilafon), Prokloklorperazin,

(Compazine), Promazin (Vesprin) 16 -120 mg, Tioksanten

Klorprotiksen (Taractan), Tioktisen (Navane) 75 - 600 mg,

Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1 – 100 mg, Dibenzodiazepin

Klozapin (Clorazil) 300 - 900 mg, Dibenzokasazepin Loksapin

(Loxitane) 20 - 150 mg, Dihidroindolon Molindone (Moban) 15 –

225 mg (Muhith, 2015).

2) Terapi kejang listrik/ Electro compulsive therapy (TCP)

ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall

secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode

yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik

diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi

neurolapitika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4 - 5 joule

perditik (Prabowo, 2017)

3) Psikoterapi dan rehabilitasi

Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat karena

berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan

pasien kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik

untuk mendorong pasien bergaul dengan orang lain, pasien lain,

perawata dan dokter. Maksudnya supaya pasien tidak

mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang


18

kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan

bersama, seperti terapi modalitas yang terdiri dari :

a. Terapi aktivitas

a. Terapi musik

Fokus : mendengar, memainkan alat musik, bernyanyi.

Yaitu menikmati dengan relaksasi musik yang disukai

pasien.

b. Terapi seni

Fokus : mengekspresikan berbagai perasan melalui

berbagai pekerjaan seni.

c. Terapi menari

Fokus : mengekspresikan perasaan melalui gerakan

tubuh.

d. Terapi relaksasi

Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok rasional :

untuk koping / perilaku mal adaftif / deskriptif,

meningkatkan partisipasi dan kesenangan pasien dalam

kehidupan.

b. Terapi sosial

Pasien belajar bersosialisasi

c. Terapi Kelompok :

a. Terapi group (kelompok terapeutik)


19

b. Terapi aktivitas kelompok (adjunctive group activity

therapy)

c. TAK Stimulus Persepsi Halusinasi :

a. Sesi 1 : mengenal halusinasi

b. Mengontrol halusinasi dengan menghardik

c. Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan

d. Mencegah halusinasi dengan bercakap - cakap

e. Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

d. Terapi lingkungan

B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan jiwa. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan

perumusan kebutuhan atau masalah pasien. Data yang dikumpulkan

meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Data pada

pengkajian keperawatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor

predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping

dan kemampuan koping yang dimiliki pasien. Cara pengkajian lain

berfokus pada 5 dimensi yaitu : fisik, emosional, intelektual, sosial dan

spiritual kemampuan perawat yang diharapkan dalam melakukan

pengkajian adalah mempunyai kesadaran atau tilik diri (Self - awareness)

kemampuan mengobservasi dengan akurat, kemampuan komunikasi

terapeutik dan senantiasa mampu berespon secara efektif.


20

Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap

pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau

masalah pasien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis,

sosial dan spiritual (Prabowo, 2017).

Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :

a. Pengumpulan data

1) Identitas klien

Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama

mahasiswa, nama panggilan, nama pasien, nama panggilan pasien,

tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.

Tanyakan dan catat pasien usia pasien dan NO RM, tanggal

pengkajian dan sumber data yang didapat.

2) Alasan masuk

Apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang, atau dirawat di

rumah sakit, apakah sudah tau penyakit sebelumnya, apa yang

sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini.

3) Riwayat penyakit sekarang dan faktor presipitasi

Menanyakan bagaimana pasien bisa mengalami gangguan jiwa.

Faktor yang memperberat kejadian seperti putus pengobatan.

4) Faktor predisposisi

Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa,

bagaimana hasil pengobatan apakah pernah melakukan atau

mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,


21

kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal. Menanyakan

kepada pasien dan keluarga apakah ada yang mengalami gangguan

jiwa, menanyakan pasien tentang pengalaman yang tidak

menyenangkan.

5) Pemeriksaan Fisik

Memeriksa TTV, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah

ada keluahan fisik yang dirasakan klien.

6) Pengkajian psikososial

a) Genogram

Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari

pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh

b) Konsep Diri

(1) Gambaran Diri

Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh

yang disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak

disukai dan bagian yang disukai.

(2) Identitas Diri

Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan

klien terhadap status dan posisinya, kepuasan kliensebagai

laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai

dengan jenis kelaminnya dan posisinya.

(3) Fungsi Peran


22

Tugas atau peran klien dalam keluarga atau pekerjaan atau

kelompok masyarakat, kemampuan klien dalam

melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi

saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien

akibat perubhan tersebut.

(4) Ideal Diri

Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi,

tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah,

harapan klien terhadap lingkungan, harapan klien terhadap

penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan

harapannya.

(5) Harga Diri

Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi,

dampak pada klien dalam berhubungan dengan orang lain,

harapan, identitas diri tidak sesuai harapan, fungsi peran

tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan,

penilaian klien terhadap pandangan atau penghargaan orang

lain.

c) Hubungan Sosial

Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien,

tanyakan upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah,

tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam

masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan


23

kelompok atau masyarakat, hambatan dalam berhubungan

dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan orang

lain.

d) Spiritual

Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah atau menjalankan

keyakinan, kepuasan dalam menjalankan keyakinan.

7) Status Mental

a) Penampilan

Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki

apakah ada yang tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai,

cara berpakaian tida seperti biasanya, kemampuan klien dalam

berpakaian, dampak ketidakmampuan berpenampilan baik atau

berpakaian terhadap status psikologi klien.

b) Pembicaraan

Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru,

gagap, sering terhenti atau bloking, apatis, lambat, membisu,

menghindar, tidak mampu menyelesaikan masalah.

c) Aktivitas motorik

(1) Lesu, tegang, gelisah

(2) Agitasi: gerakan mototorik yang mneunjukkan kegelisahan

(3) Tik : Gerakan-gerakan kecil otot muka yang tidak terkontrol

(4) Grimasem : gerakan otot muka yang berubah-ubah yang

tidak terkontrol klien


24

(5) Tremor : jari - jari yang bergetar ketika klien menjulurkan

tangan dan merentangkan jari - jari

(6) Kompulsif : kegiatan yang dilakukan berulang-ulang

d) Afek dan Emosi

(1) Afek

Kaji afek klien yang meliputi:

(a) Adekuat : perubahan roman-roman muka sesuai dengan

stimulus eksternal

(b) Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada

stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan

(c) Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang

sangat kuat

(d) Labil : emosi klien cepat berubah-ubah

(e) Tidak sesuai: emosi bertentangan atau berlawanan

dengan stimulus

(2) Emosi

Pada status emosi klien perlu dikaji apa klien merasakan

kesepian, apatis, marah, anhedonia, eforia, depresi atau sedih

dan cemas.

e) Interaksi selama wawancara

(1) Kooperatif: berespon dengan baik tergadap pewawancara

(2) Tidak kooperatif : tidak dapat menjawab pertanyaan

pewawancara dengan spontan


25

(3) Mudah tersinggung

(4) Bermushan : kata-kata atau pandangan yang tidak

bersahabat atau tidak ramah

(5) Kontak kurang: tidak mau menatap lawan bicara

(6) Curiga : menunjukkan sikap atau peran tidak percaya kepada

pewawancara atau orang lain

f) Persepsi sensori

(1) Halusinasi

Ditanyakan apakah klien mengalami gangguan sensori

persepsi halusinasi diantaranya : pendengaran, penglihatan,

perabaan, pengecapan, penciuman

(2) Ilusi

Perlu ditanyakan apakah klien mengalami halusinasi

(3) Depersonalisasi

Perlu ditanyakan apakah klien mengalami dipersonalisasi

(4) Derealisasi

Perlu ditanyakan apakah klien mengalami derealisasi

g) Proses pikir

(1) Bentuk pikir

(a) Otistik

Hidup dalam dunianya sendiri dan cenderung tidak

memperdulikan lingkungan sekitarnya

(b) Dereistik
26

Proses mental tidak diikuti dengan kenyataan logika atau

pengalaman

(c) Non realistik

Pikiran yang tidak didasarkan pada kenyataan

(2) Arus pikir

(a) Sirkumtansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi

sampai pada tujuan

(b) Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak

sampai pada tujuan

(c) Kehilangan asosiasi : pembicaraan tidak ada hubungan

antara satu kalimat dengan kalimat lainnya

(d) Flight of ideas : pembeciraan yang meloncat dari satu

topik ke topik yang lainnya

(e) Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan

dari luar kemudia dilanjutkan kembali

(f) Perseferasi : kata-kata yang diulang berkali-kali

(g) Perbigerasi : kalimat yang diulang berkali-kali

(3) Isi pikir

(a) Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien

berusaha untuk menghilangkannya

(b) Phobia : ketakutan yang patologis atau tidak logis

terhadap objek atau situasi tertentu


27

(c) Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan

organ tubuh yang sebenarnya tidak ada

(d) Depersonalisasi : perasaan klien yang asing tehadap diri

sendiri, orang lain, dan lingkungan

(e) Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang

terjadi dilingkungan yang terkait pada dirinya

(f) Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya

hal-hal yang mustahil atau diluar kemampuannya

(g) Waham :

i. Agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara

berlebihan dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak

sesuai dengan kenyataan

ii. Somatik : keyakinan klien terhadap tubuhnya dan

diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan

keyakinan

iii. Kebesaran : keyakinan klien yang berlebihan terhadap

kemampuannya dan diucapkan berulang-ulang tetapi

tidak sesuai dengan kenyataan

iv. Curiga : keyakinan klien bahwa ada seseorang yang

berusaha merugikan, mencederai dirinya, diucapkan

berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan


28

v. Nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada

didunia atau meninggal yang dinyatakan secara

berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan

Waham yang bizar

vi. Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain

yang disisipkan didalam pikirannya, disampaikan

secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan

kenyataan

vii. Siar pikir : klien yakin ada orang lain yang

menegetahuiapa yang klien pikirkan walaupun klien

tidak pernah menceritakannya kepada orang,

disampaikan secara berulang-ulang dan sesuai

kenyataan

viii. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh

kekuatan dari luar, disampaikan secara berulang-ulang

dan tidak sesuai dengan kenyataan

h) Tingkat kesadaran

(1) Bingung : tampak bingung dan kacau (perilaku yang tidak

pada tujuan)

(2) Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar

atau tidak sadar

(3) Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan yang

diulang-ulang, anggota tubuh klien dalam sikap yang


29

canggung dan dipertahankan klien tapi klien mengerti

semua yang terjadi dilingkungannya

i) Orientasi: waktu, tempat dan orang

Jelaskan apa yang dikatakan klien saat wawancara

j) Memori

(1) Gangguan mengingat jangka panjang: tidak dapat

mengingat kejadian lebih dari 1 bulan

(2) Gangguan mengingat jangka pendek: tidak dapat

mengingat kejadian dalam minggu terakhir

(3) Gangguan mengingat saat ini: tidak dapat mengingat

kejadian yang baru saja terjadi

(4) Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan

dengan memasukan cerita yang tidak benar untuk

menutupi gangguan daya ingatnya

k) Tingkat konsentrasi

(1) Mudah beralih : perhatian mudah berganti dari satu objek

ke objek lainnya

(2) Tidak mampu berkonsentrasi: klien selalu minta agar

pertanyaan diulang karena tidak menangkap apa yang

ditanyakan atau tidak dapat menjelaskan kembali

pembicaraan
30

(3) Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan

penambahan atau pengurangan pada benda-benda yang

nyata

l) Kemampuan penilaian

Kaji bagaimana kemampuan klien dalam melakukan penilaian

terhadap situasi, kemudian dibandingkan dengan yang

seharusnya.

m) Daya tilik diri

(1) Mengingkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari

gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya

dan merasa tidak perlu minta pertolongan atau klien

menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak mau

bercerita tentang penyakitnya

(2) Menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang

lain atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya

penyakit atau masalah sekarang

8) Kebutuhan persiapan pulang

a) Makan

Tanyakan frekuensi, jumlah, variasi, macam dan cara makan,

obsevasi kemampuan klien menyiabkan dan membersihkan alat

makan.

b) Buang air besar dan buang air kecil


31

Observasi kemampuan klien untuk buang air besar (BAB) dan

buang air kecil (BAK), menggunakan WC atau membersihkan

WC.

c) Mandi

Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat

gigi, cuci rambut, gunting kuku, observasi kebersihan tubuh dan

bau badan pasien

d) Berpakaian

Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan

mengenakan pakaian, observasi penampilan dandanan klien

e) Istirahat dan tidur

Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang atau malam,

persiapan sebelum tidur dan aktivitas sesudah tidur

f) Penggunaan obat

Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan

cara pemberian

g) Pemeliharaan kesehatan

Tanyakan kepada klien tentang bagaimana, kapan perawatan

lanjut, siapa saja sistem pendukung yang dimiliki

h) Aktivitas di dalam rumah

Tanyakan kemampuan klien dalam mengolah dan menyajikan

makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri, mengatur

kebutuhan biaya sehari-hari


32

i) Aktivitas di luar rumah

Tanyakan kemampuan klien dalam belanja untuk keperluan

sehari-hari, aktivitas lain yang dilakukan diluar rumah

9) Mekanisme koping

Data didapat melalui wawancara dengan klien atau keluarganya

10) Masalah psikososial dan lingkungan

Perlu dikaji tentang masalah dengan dukungan kelompok, masalah

berhubungan dengan lingkungan dan masalah dengan pendidikan,

pekerjaan, perumahan ekonomi, pelayanan kesehatan

11) Pengetahuan kurang

Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan

pengetahuan yang kurang tentang: penyakit atau gangguan jiwa,

sistem pendukung, faktor predisposisi dan presipitasi, mekanisme

koping, penyakit fisik, obat-obatan dan lain-lain.

12) Aspek medis

Tulis diagnosa medis yang telah diterapkan oleh dokter, tuliskan

obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi

lain.

b. Analisa Data

1) Data subjektif

Mengatakan mendengar suara - suara, dan melihat sesuatu yang

tidak nyata, tidak percaya, terhadap lingkungan, sulit tidur, tidak

dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi, rasa berdosa,


33

menyesal dan bingung terhadap halusinasi, perasaan tidak aman,

merasa cemas, takut dan kadang - kadang panik kebingungan.

2) Data objektif

Tidak dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata, pembicara

kacau dan kadang tidak masuk akal, sulit membuat keputusan, tidak

perhatian terhadap perawatan dirinya, sering menyangkal dirinya

sakit, atau kurang menyadari adanya masalah, ekspresi wajah sedih,

ketakutan dan gembira, klien tampak gelisah, insting kurang, tidak

ada minat untuk makan.

c. Pohon Masalah

Pohon masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi

Menurut Prabowo, 2017

Resiko perilaku kekerasan Effect

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Core problem

Isolasi Sosial : menarik diri Causa

2. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan klien yang muncul klien dengan

gangguan persepsi sensori : halusinasi adalah sebagai berikut :

a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi.


34

b. Isolasi sosial .

c. Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan

verbal).

3. Perencanaan

Menurut Damaiyanti, (2012) rencana keperawatan yang dilakukan

pada pasien halusinasi yaitu :

Strategi Pelaksanaan

SP1P (Pasien) SP1K (Keluarga)

1. Mengidentifikasi jenis halusinasi 1. Mendiskusikan masalah yang

klien diraskan keluarga dan merawat

2. Mengidentifikasi isi halusinasi klien.

klien. 2. Memberikan pendidikan

3. Mengidentifikasi waktu halusinasi kesehatan tentang pengertian

klien halusinasi, jenis halusinasi yang

4. Mengidentifikasi frekuensi dialami klien, tanda dan gejala

halusinasi klien halusinasi, serta proses

5. Mengidentifikasi situasi yang terjadinya halusinasi.

dapat menimbulkan halusinasi 3. Menjelaskan cara merawat klien

klien. dengan halusinasi.

6. Mengidentifikasi respon klien

terhadap halusinasi klien.

7. Mengajarkan klien menghardik

halusinasi klien.
35

8. Menganjurkan klien memasukkan

cara menghardik ke dalam

kegiatan harian.

SP2P (Pasien) SP2K (Keluarga)

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. melatih keluarga mempraktikkan

harian klien. cara merawat klien dengan

2. Melatih klien mengendalikan halusinasi.

halusinasi dengan cara bercakap - 2. melatih keluarga melakukan cara

cakap dengan orang lain. merawat langsung kepada klien

3. Menganjurkan klien memasukkan halusinasi.

kedalam jadwal kegiatan harian.

SP3P (Pasien) SP3K (Keluarga)

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Membantu keluarga membuat

harian klien. jadwal aktivitas dirumah

2. Melatih klien mengendalikan termasuk minum obat.

halusinasi dengan cara melakukan 2. menjelaskan follow up klien

kegiatan. setelah pulang.

3. Menganjurkan klien memasukkan

kedalam jadwal kegiatan harian

klien.

SP4P (Pasien)

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan

harian.
36

2. memberikan pendidikan

kesehatan tentang penggunaan

obat secara teratur.

3. menganjurkan klien memasukkan

kedalam jadwal kegiatann harian.

4. Pelaksanaan

Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana

tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah

direncanakan, perawat perlu mevalidasi dengan singkat, apakah rencana

tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh pasien saat ini. Semua tindakan

yang telah dilaksanakan beserta respons pasien didokumentasikan

(Prabowo, 2017).

Berdasarkan perencanaan tindakan selanjutnya yaitu

mengimplementasikan intervensi tersebut dalam bentuk strategi

pelaksanaan (SP) menurut (Damaiyanti, 2012) terdiri atas :

a. Strategi Pelaksanaan Untuk Pasien :

1) SP1P

a) Mengidentifikasi jenis halusinasi klien.

b) Mengidentifikasi isi halusinasi klien.

c) Mengidentifikasi waktu halusinasi klien.

d) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien.


37

e) Mengidentifikasi situasi yang dapat nenimbulkan halusinasi

klien

f) Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi klien.

g) Mengajarkan klien menghardik halusinasi.

h) Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik kedalam

kegiatan harian.

2) SP2P

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien

b) Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap

– cakap dengan orang lain.

c) Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan

harian.

3) SP3P

a) Mengevaluasai jadwal kegiatan harian klien

b) Melatih klien mengendalikan halusinasinya dengan cara

melakukan kegiatan.

c) Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan

harian.

4) SP4P

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien

b) Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat

secara teratur
38

c) Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan

harian.

b. Strategi Pelaksanaan Untuk Keluarga:

1) SP1K

a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam

merawat klien.

b) Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian

halusinasi, jenis halusinasi yang dialami klien, tanda dan gejala

halusinasi, serta proses terjadinya halusinasi.

c) Menjelaskan cara merawatklien dengan halusinasi.

2) SP2K

a) Melatih keluarga mempraktikan cara merawat klien dengan

halusinasi.

b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada klien

halusinasi.

3) SP3K

a) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah

termasuk minum obat (discharge planning).

b) Menjelaskan follow up klien setelah pulang.

5) Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan

keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi

proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan,


39

evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara

respons klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan

(Prabowo, 2017). Evaluasi dapat dilakukan dengan SOAP sebagai pola

pikir :

a. S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan dapat diukur dengan menanyakan langsung kepada klien.

b. O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan dapat diukur dengan mengobservasi perilaku klien pada

saat tindakan dilakukan.

c. A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan

apakah masalah masih tetap atau mucul masalah baru atau ada data

yang kontraindikasi dengan masalah yang ada

d. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada

respon pasien yang terdiri dari tindak lanjut pasien dan tindak lanjut

perawat.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Studi Kasus

Penelitian merupakan penelitian studi kasus (case study). Studi kasus

dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang

terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal ini dapat satu orang, sekelompok

penduduk yang terkena suatu masalah, misalnya keracunan, atau sekelompok

di suatu daerah (Notoatmodjo, 2010).

Dalam studi kasus ini penulis melakukan studi untuk melakukan

eksplorasi masalah Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan

Persepsi Sensori : Halusinasi di wilayah kerja UPTD Puskesmas I Denpasar

Selatan.

B. Subjek Studi Kasus

Dalam penulisan studi kasus ini mendeskripsikan mengenai karakteristik

atau unit analisis atau subjek studi kasus yang akan diteliti. Unit analisis atau

subjek studi kasus dalam keperawatan umumnya adalah klien atau keluarga.

Dalam penelitian ini adapun yang menjadi subjek studi kasus yaitu 1

orang klien dengan dengan diagnosa medis skizofrenia dengan masalah

keperawatan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

C. Fokus Studi

Fokus studi kasus ini yaitu Penderita gangguan jiwa dengan masalah

keperawatan Halusinasi

D. Definisi Operasional Fokus Studi

40
41

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien

merasakan suatu stimulus yang sebenarnya tidak ada. Klien mengalami

perubahan sensori persepsi merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,

pengecapan, perabaan atau penciuman. (Sutejo, 2017).

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan studi kasus

yaitu:

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapat keterangan atau informasi

secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap –

cakap berhadap muka dengan orang tersebut (face to face). Jadi data

tersebut diperoleh langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau

percakapan (Notoadmodjo, 2010).

2. Observasi dan pemeriksaan fisik

Observasi atau pengamatan adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara

aktif dan penuh perhatian untuk menyadari rangsangan. Dari luar

mengenai indra, dan dan terjadilah pengindraan kemudian apabila

rangsangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya

pengamatan (Notoadmodjo, 2010). Dalam studi kasus ini adapun

pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu dengan teknik IPPA (Inspeksi,

Palpasi, Perkusi, Auskultasi).

3. Studi Dokumentasi
42

Studi dokumentasi yaitu metode yang digunakan dengan melihat hasil

dari pemeriksaan diagnostik dan data – data yang relevan dengan kondisi

klien.

F. Lokasi Dan Waktu Studi Kasus

Lokasi penelitian menjelaskan tempat atau lokasi tersebut dilakukan

lokasi penelitian ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian tersebut,

misalnya apakah ditingkat provinsi, kabupaten, kecamatan, atau tingkat

institusi tertentu : Sekolah rumah sakit, atau puskesmas (Notoadmodjo, 2010).

Sedangkan waktu penelitian merupakan kurun waktu beberapa lama penelitian

tersebut dilakukan. Untuk studi kasus ini, adapun yang menjadi lokasi

studi kasus yaitu di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan studi kasus

ini dilakukan dalam bentuk home visite.

G. Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, gambar, bagan,

maupun teks naratif dan kerahasian klien dijamin dengan hanya mencantukan

inisial dan mengaburkan identitas dari klien.

H. Etika Studi Kasus

Dalam penelitian, banyak hal yang harus dipertimbangkan, tidak hanya

metode, desain, dan aspek lainnya, tetapi ada hal yang sangat penting dan

serius yang harus diperhatikan oleh peneliti yaitu “Ethical Principles”. Hal ini

menjadi pertimbangan dan hal mutlak yang harus dipatuhi oleh peneliti

dibidang apapun, termasuk bidang kesehatan, keperawatan, kebidanan,

kedokteran, dan lain - lain (Swarjana, 2015)


43

Etika yang mendasari penyusunan studi kasus ini, terdiri atas :

1. Information sheet

Lembar informasi yang berisi informasi yang akan disampaikan kepada

calon subyek penelitian dan atau keluarganya sebelum mereka

memutuskan bersedia menjadi subyek atau tidak.

2. Informed Consent

Informed consent berarti partisipan punya informasi yang adekuat tentang

penelitian, mampu memahami informasi, bebas menentukan pilihan,

memberikan kesempatan meraka untuk ikut atau tidak ikut berpatisipasi

dalam penelitian secara suka rela (Swarjana, 2015).

3. Anonymity

Kerahasiaan dijaga dengan tanpa menyebutkan nama (Swarjana, 2015).

Artinya saat melakukan penelitian tidak boleh menyebutkan nama klien

hanya inisial saja.

4. Confidentiality

a. Mencantumkan identifikasi informasi (nama, alamat) ketika memang

sangat dibutuhkan (sangat penting)

b. Membuat atau mencantumkan ID number

c. Menyimpan data dalam a locked file

d. Hanya boleh dilihat oleh orang-orang tertentu yang sangat

berkepentingan.

e. Tidak memasukkan identitas kedalam komputer

f. Menghapus identifikasi informasi dengan cepat dan praktis


44

g. Personal sign confidentiality

h. Jika terdapat informasi yang sangat spesifik, dapat dibuatkan nama

fiktif

5. Justice

Dalam swarjana (2015) menjelaskan bahwa peneliti semestinya mampu

menerapkan prinsip keadilan terutama terhadap subjek maupun partisipan

dalam penelitian yang dilakukan. Menurut Swarjana (2015) hal yang

terkait dengan keadilan tersebut yaitu, the right to fair treatment diaman

partisipan berhak untuk diperlakukan adil dan mendapatkan perlakuan

yang sama sebelum, selama, dan sesudah mereka berpatisipasi dalam

penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah kerja UPTD Puskesmas

I Denpasar Selatan yang beralamat di Jalan Gurita No. 8 Denpasar Selatan,

Bali. Puskesmas I Denpasar Selatan memiliki 52 orang petugas yang

mendukung kegiatan operasional puskesmas. Puskesmas I Denpasar Selatan

merupakan puskesmas induk yang memiliki puskesmas pembantu yaitu

pustu panjer dan pustu sesetan. Puskesmas I Denpasar Selatan memiliki enam

upaya kesehatan masyarakat esensial yaitu pelayanan promosi kesehatan,

pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga

berencana, pelayanan gizi, dan pelayanan pencegahan dan pengendalian

penyakit. Selain itu, upaya kesehatan masyarakat pengembangan yang

dimiliki oleh Puskesmas I Denpasar Selatan yaitu upaya kesehatan jiwa,

upaya kesehatan lansia upaya, kesehatan indra, upaya kesehatan gigi

masyarakat, kesehatan tradisional dan komplementer dan upaya kesehatan

kerja. Di samping upaya kesehatan masyarakat, puskesmas I Denpasar

Selatan juga melaksanakan upaya kesehatan perorangan meliputi

pendaftaran, rekam medis, ruang pemeriksaan umum, ruang kesehatan gigi

dan mulut, ruang tindakan dan ruang kesehatan ibu dan anak.

2. Karakteristik Partisipan

Dalam penelitian ini partisipan yang diambil penulis adalah 1 klien

dengan diagnosa medis skizofrenia dengan masalah keperawatan Halusinasi

45
46

Pendengaran inisial Tn.Km laki - laki berumur 30 tahun, beragama hindu dan

beralamat di Jl. Dukuh Sari Gg. Banteng

3. Pengkajian

Terlampir

B. PEMBAHASAN

Pembahasan dalam bab ini akan membahas tentang kesenjangan antara

konsep teori dengan kenyataan yang terjadi dalam kasus. argumentasi terhadap

kesenjangan yang terjadi dan solusi atau pemecahan yang diambil untuk

mengatasi masalah yang terjadi saat memberikan asuhan keperawatan pada Tn.

Km dengan Halusinasi Pendengaran Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas I

Denpasar Selatan. Asuhan keperawatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 16

Januari 2020 pada Tn. Km Pembahasan ini meliputi pengkajian, diagnosa,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan jiwa. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan

perumusan kebutuhan atau masalah pasien. Data pada pengkajian jiwa dapat

dikelompokan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian

terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki pasien

(Prabowo, 2017). Proses keperawatan yang dilaksanakan pada Tn. Km melalui

beberapa teknik yaitu wawancara, observasi, pemerikasaan fisik dan home visit.

Menurut tinjauan teori ada 11 tanda dan gejala halusinasi menurut (prabowo,

2017) adapun gejala yang muncul dari halusinasi yaitu : Bicara, senyum, dan
47

ketawa sendiri, menggerakan bibir tanpa suara, menarik diri dari orang

lain dan berusaha untuk menghindari diri dari orang lain, tidak dapat

membedakan keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata, terjadi peningkatan

denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah, perhatian dengan lingkungan

yang kurang atau hanya beberapa detik dan berkosentrasi dengan pengalaman

sensorinya, curiga, sulit berhubungan dengan orang lain, ekspresi muka tegang

mudah tersinggung dan cepat marah, tidak mampu mengikuti perintah perawat,

tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton. Hal ini

berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang

tepat demi masa depannya, teori ini didukung oleh penelitian Rinawati (2016)

yang menyatakan bahwa orang dengan kepribadian tertutup akan cenderung

menyimpan segala permasalahan sendiri sehingga masalah akan semakin

menumpuk. Keadaan ini yang akan membuat klien bingung dengan

permasalahannya dan dapat membuat klien depresi.

Data pengkajian yang diperoleh pada klien Tn. Km dari 11 tanda dan

gejala halusinasi menurut tinjauan teori yang muncul pada Tn. Km adalah 4

tanda dan gejala yaitu : bicara, senyum dan ketawa sendiri, menggerakan bibir

tanpa suara, tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang

tidak nyata, mudah tersinggung dan cepat marah. Sedangkan 7 tanda dan gejala

yang tidak muncul pada Tn. Km yaitu : menarik diri dari orang lain, terjadi

peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah, perhatian

lingkungan yang kurang, curiga, sulit berhubungan dengan orang lain, tidak

mampu mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor dan berkeringat.

47
48

Dari data pengkajian lainnya yang diperoleh pada Tn. Km seperti status

mental, hubungan sosial, spiritual dan kultural, aktivitas sehari - hari,

mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan serta

aspek medis hanya beberapa saja yang diperoleh dari data - data yang mengacu

pada halusinasi yaitu : pada status mental afek emosi klien adekuat perubahan

muka sesuai dengan stimulus yang ada klien mudah tersinggung jika

halusinasinya dibantah, persepsi sensori klien mengatakan dirinya sering

mendengarkan suara aneh yang memanggil namanya dan mengajaknya

berbicara tanpa objek yang nyata, proses pikir klien : klien merasa takut jika

mendengarkan suara - suara yang menyeramkan, cara berpikir klien (autistik)

atau cara berpikir klien berdasarkan halusinasi klien, mekanisme koping klien

maladaptif karena klien tidak bisa menyelesaikan masalahnya sehingga klien

tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.

Jika dilihat berdasarkan data yang diperoleh dari klien tidak semua tanda

dan gejala halusinasi yang didapat penulis sesuai dengan tinjauan teori hal ini

dikarenakan sifat manusia yang unik dan kemampuan mekanisme koping setiap

individu yang berbeda dalam artian setiap individu memiliki respon yang

berbeda dalam menghadapi stressor sehingga tidak semua perilaku yang ada

pada teori ditemukan pada klien begitupun sebaliknya.

Perbedaan hasil data pengkajian dari klien Tn. Km pada halusinasi

pendengaran diperoleh hasil : tanda dan gejala yang muncul atau terlihat pada

kasus Tn. Km yaitu ada 4 tanda dan gejala dari 11 tanda dan gejala menurut

konsep teori.
49

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu cara menghadapi

mengidentifikasi memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta

respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi mencakup respon adaptif

maupun maladaptif serta stressor yang menunjang (Prabowo, 2017).

Pada tinjauan teori dapat dirumuskan 3 diagnosa keperawatan pada klien

dengan Halusinasi pendengaran yaitu : Isolasi Sosial (causa), Halusinasi (core

problem), Resiko Perilaku Kekerasan (effect). Pada klien Tn. muncul 3 masalah

keperawatan yaitu Harga Diri rendah (causa), Halusinasi pendengaran (core

problem), Resiko perilaku kekerasan (effect) dari ketiga masalah tersebut jika

dibandingkan dengan tinjauan teori asuhan keperawatan dua diagnosa sudah

sesuai dengan teori yaitu halusinasi pendengaran sebagai core problem dan

resiko perilaku kekerasan sebagai effect. Namun terdapat satu diagnosa yaitu

isolasi sosial tidak ditemukan pada klien Tn. Km karena tidak ditemukan tanda

- tanda isolasi sosial. Namun penulis menemukan satu diagnosa yang tidak

terdapat pada teori yaitu Harga diri rendah pada Tn. Km yang memicu

munculnya diagnosa halusinasi. Pernyataan ini didukung oleh pernyataan

Dalami (2010) bahwa Harga diri rendah jika tidak ditanggulangi akan

menyebakan Halusinasi.

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk pencegahan,

mengurangi atau mengoreksi masalah - masalah yang telah diidentifikasi pada

diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menemukan diagnosa


50

keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi (Nursalam, 2013).

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan kasus, yang

menjadi prioritas utama adalah Halusinasi. Penulis memprioritaskan diagnosa

keperawatan berdasarkan masalah utama (core problem) dalam tinjauan kasus,

prioritas diagnosa keperawatan sudah sesuai dengan tinjauan teori.

Rencana tindakan asuhan keperawatan pada Tn. Km dibuat sesuai dengan

tinjauan teori yang meliputi empat strategi pelaksanaan (SP) pada pasien dan

tiga (SP) untuk keluarga. Adapun strategi pelaksanaan yang dimaksud meliputi

: SP1.P : Mengidentifikasi jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi yang dapat

menimbulkan, respon klien terhadap halusinasi, mengajarkan klien

menghardik, menganjurkan klien untuk memasukan kedalam jadwal kegiatan

harian klien. SP2.P : mengevaluasi kegiatan sebelumnya, melatih klien

mengendalikan halusinasinya dengan cara bercakap – cakap, menganjurkan

klien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian klien. SP3.P : mengevaluasi

kegiatan sebelumnya, mengajarkan klien mengendalikan halusinasinya dengan

cara melakukan kegiatan harian, menganjurkan klien untuk memasukan ke

dalam jadwal kegiatan harian klien. SP4.P : mengevaluasi jadwal kegiatan

sebelumnya, memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya

penggunaan obat, menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegiatan

harian klien. Hal ini diperkuat dengan adanya pendapat dari Zelika, (2015)

yang menyatakan bahwa peneliti menggunakan pedoman strategi pelaksanaan

SP 1 sampai dengan SP 4 halusinasi. SP1.P : membantu mengenal halusinasi

klien, menjelaskan cara mengontrol halusinasi klien dengan cara menghardik,


51

SP2.P : melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap - cakap

dengan orang lain. SP3.P melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara

melakukan aktivitas, SP4.P melatih klien menggunakan obat secara teratur.

Perencanaan untuk keluarga terdiri dari SP1K : Mendiskusikan masalah yang

diraskan keluarga dan merawat klien, Memberikan pendidikan kesehatan

tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami klien, tanda dan

gejala halusinasi, serta proses terjadinya halusinasi, Menjelaskan cara merawat

klien dengan halusinasi. SP2.K : melatih keluarga mempraktikkan cara

merawat klien dengan halusinasi, melatih keluarga melakukan cara merawat

langsung kepada klien halusinasi. SP3.K : Membantu keluarga membuat

jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat, menjelaskan follow up klien

setelah pulang.

Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.

Tahap implementasi dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan

pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan

(Nursalam, 2013). Tindakan keperawatan merupakan implementasi dari

rencana keperawatan yang telah disusun sebelumnya dimana tujuan dari

pelaksanaan.

Pelaksanaan keperawatan pada Tn. Km sudah sesuai dengan rencana

tindakan yang dibuat semua strategi pelaksanaan (SP) pasien dan keluarga

dapat dilaksanakan dalam 4 kali kunjungan dengan interval waktu 1 kali

kunjungan selama 30 menit sesuai dengan waktu yang telah ditentukan pada
52

rencana tindakan. Pada tahap pelaksanaan peneliti bekerja sama dengan pihak

pemegang program upaya kesehatan jiwa puskesmas I Denpasar Selatan dalam

melakukan intervensi. Pihak puskesmas membantu memberikan informasi dan

gambaran tentang kondisi klien sebelum peneliti melakukan home visit

sehingga proses bina hubungan saling percaya (BHSP) lebih mudah dilakukan.

Selain itu pihak puskesmas juga memberikan beberapa masukan dan saran

kepada peneliti agar strategi pelaksanaan (SP) yang dijalankan dapat berjalan

dengan baik ehingga saat pelaksanaan semua SP pasien dan keluarga dapat

dilaksanakan dengan baik dan berjalan lancar.

4. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan

keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses

atau formatif dan yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan,

evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara

respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan. ( Prabowo,

2017). Evaluasi keperawatan dapat dilakukan dengan menggunakan

pendekatan SOAP sebagai acuan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya

tindakan keperawatan yang dilakukan. Pada evaluasi keperawatan Tn. Km

semua SP pasien dan keluarga dapat tercapai.

Evaluasi formatif SP1.P pada Tn. Km dilaksanakan pada hari Jumat, 17

Januari 2020 pukul 15.30 wita dimana didapatkan hasil SP1.P tercapai, dan

dilanjutkan pada pukul 11.00 dengan melaksanakan SP1.K pada keluarga dan

didapatkan hasil SP1.K tercapai. Kemudian pada pertemuan kedua pada hari
53

Senin, 20 Januari 2020 pukul 16.00 wita dengan melaksanakan SP2.P

didapatkan hasil SP2.P tercapai dan dilanjutkan pada pukul 16.30 dengan

melaksanakan SP2.K pada keluarga didapatkan hasil SP2.K tercapai.

Kemudian dilanjutkan pada pertemuan ketiga pada hari rabu, 22 Januari, 2020

pukul 15.30 wita dengan melaksanakan SP3.P dan didapatkan hasil SP3.P

tercapai lalu dilanjutkan pada pukul 16.00 dengan melaksanakan SP3.K pada

keluarga didapatkan hasil SP3.K tercapai. Kemudian dilanjutkan pada

pertemuan ke 4 pada hari jumat, 24 Januari 2020 dengan melaksanakan SP4.P

dan didapatkan hasil SP4.P tercapai. Selanjutnya tingkatkan dan pertahankan

kondisi klien dan keluarga dalam merawat klien.

C. Keterbatasan

Keterbatasan studi kasus meliputi aspek teoritis, metodelogius, maupun hal - hal

yang menghambat jalannya studi kasus. Adapun hal - hal yang menghambat

jalannya studi kasus ini yaitu :

1. Keterbatasan berkomunikasi dengan keluarga klien saat kunjungan, hal ini

dikarenakan keluarga klien harus bekerja sehingga harus meluangkan waktu

untuk kunjungan.
54

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan di bab sebelumnya, penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut. Perubahan dalam tatanan

masyarakat yang semakin modern, memicu timbulnya stress psikososial,

karena tidak mampu menghadapi perubahan yang terjadi. Perilaku

manusia banyak dijumpai pada kasus skizofrenia. Faktor yang mendukung

timbulnya halusinasi selain karena faktor genetik juga karena faktor

lingkungan, sikap dan perilaku. Asuhan keperawatan jiwa yang diberikan

pada klien Tn. Km dilakukan melalui 5 tahap dari proses keperawatan

yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi

Tahap pengkajian dilakukan dengan teknik wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik, dokumentasi, dan keterangan dari keluarga yang

didapat saat kunjungan kerumah klien. Pada tinjauan teori terdapat tiga

masalah keperawatan yang muncul yaitu Isolasi Sosial sebagai (causa),

Halusinasi sebagai (core problem), dan Resiko perilaku kekerasan sebagai

(effect). Pada klien Tn. Km ditemukan tiga diagnosa yaitu harga diri

rendah (causa), halusinasi pendengaran (core problem) dan resiko perilaku

kekerasan (effect) jika dibandingkan dengan konsep teori asuhan

keperawatan jiwa dua masalah sudah sesuai dengan teori yaitu halusinasi

dan resiko perilaku kekerasan namun satu masalah yaitu isolasi sosial

54
55

tidak ditemukan pada kedua klien. Perencanaan disusun berdasarkan

diagnosa

keperawatan yang ditemukan dan berpedoman pada standar asuhan

keperawatan jiwa. Pada klien Tn. Km mengalami Halusinasi fase 1

comporting.

Secara umum dalam penyusunan perencanaan tidak ditemukan

kesenjangan. Penyusunan rencana keperawatan yang disesuaikan dengan

teori yang telah ditetapkan dan dilihat dari keadaan klien dalam kasus.

Masalah diprioritaskan berdasarkan core problem atau masalah utama

sehingga prioritas diagnosa keperawatan yaitu Halusinasi Pendengaran.

Pada perencanaan ini menggunakan 4 SP pada pasien dan 3 SP pada

keluarga, dan didapatkan hasil pada kedua klien Semua SP tercapai.

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien Tn. Km telah

disesuaikan dengan perencanaan yang dibuat merupakan aplikasi dari

rencana tindakan yang telah disusun. Dalam laporan kasus ini semua

intervensi dapat dilaksanakan tepat waktu serta mendapat hasil yang

maksimal.

Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan

tindakan keperawatan sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam rencana

tujuan. Evaluasi pada diagnosa dapat dipantau dari perubahan perilaku

klien, sehingga dari semua masalah dapat teratasi semua SP tercapai

dengan rencana yang sudah ditetapkan. Untuk dapat mempertahankan dan

meningkatkan keadaan klien memerlukan tindakan yang intensif dan


56

membutuhkan waktu yang lama, maka pelaksanaan rencana

perawatan selanjutnya diserahkan kepada petugas puskesmas I Denpasar

Selatan dan keluarga klien.

B. Saran

Dalam rangka meningkatkan pelayanan keperawatan pada klien

dengan gangguan jiwa khusunya klien dengan Halusinasi Pendengaran di

wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan, maka penulis menyiapkan

saran sebagai berikut :

1. Kepada institusi pendidikan

Masalah keperawatan yang muncul pada teori yaitu Isolasi Sosial,

Halusinasi dan Resiko Perilaku Kekerasan. Namun saat ini penulis

menemukan masalah dilapangan yaitu Harga Diri Rendah,

Halusinasi Pendengaran dan Resiko Perilaku Kekerasan, sehingga

kedepannya bisa dijadikan referensi bagi mahasiswa maupun orang

lain yang akan membahas masalah tentang Halusinasi.

2. Kepada Puskesmas I Denpasar Selatan

Diharapkan dapat mempertahankan pemberian asuhan keperawatan

yang sudah dilakukan dan meningkatkan kondisi klien Tn. Km guna

mencegah timbulnya masalah keperawatan yang lebih berat seperti

terjadinya perilaku kekerasan.

3. Kepada keluarga dan Klien

Kepada keluarga Tn. Km diharapkan dalam usaha mempercepat

proses penyembuhan klien, keluarga ikut berperan dalam perawatan

klien dan selalu memberikan support atau motivasi kepada klien


57

dengan memenuhi kebutuhan klien dan selalu memberikan

perawatan dirumah seperti yang sudah diajarkan perawat untuk

mendapatkan terapi aktivitas dari keluarga guna untuk mencegah

kekambuhan. Kepada Klien diharapkan teratur minum obat, melatih

kemampuan yang dimiliki, tetap mengikuti jadwal kegiatan harian

yang telah disusun bersama. Meningkatkan interaksi dengan orang

lain serta kooperatif terhadap tenaga kesehatan. Hal tersebut bisa

mencegah terjadinya kekambuhan.


58

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti Muhripah dan Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.


Bandung: Refika Aditama.

Direja, A.H.S (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: CV ANDI


OFFSET.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Parjana, I.W.E, dkk. (2019). Gambaran Peran Keluarga Dalam Merawat Pasien
Dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Di Poliklinik Jiwa Uptd.
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. Diperoleh pada tangga 13 Februari
2020. Dari
http://ejurnal.akperkesdamudayana.ac.id/index.php/jmu/issue/download/
10/16

Prabowo, E. (2017). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Susanti. (2019). Determinan Kekambuhan Pasien Gangguan Jiwa Yang Dirawat


Keluarga Di Wilayah Kerja Uptd Puskesmas Suak Ribee Aceh Barat.
Diperoleh pada tanggal 2 Maret 2020. Dari
http://ojs.serambimekkah.ac.id/index.php/MaKMA/article/view/887

Sutejo, (2017). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan jiwa:


GAngguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Swarjana, I Ketut. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi Tuntutan


Praktis Pembuatan Proposal Penelitian untuk Mahasiswa keperawatan,
Kebidanan, Dan Profesi Bidang Kesehatan Lainnya. Yogyakarta: Andi
Offset.

Yosep, I & Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.

Yusuf.Ah, FK Rizki Fitryasari, dan Nihayati Hanik Endang. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:Salemba Medika.

58
59

LAMPIRAN
60

3. Data Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada hari Jumat, tanggal 16 Januari 2020 pada klien

Tn. Km pukul 15.00 wita. Di rumah klien dengan teknik yang dilakukan

adalah metode wawancara, dengan klien dan keluarga klien, observasi

pemeriksaan fisik, dan home visit. Dari hasil pengkajian didapatkan hasil

sebagai berikut :

a. Pengumpulan Data

1) Tabel 4.1 Identitas Klien

Identitas Tn. Km
Nama Tn. Km
Umur 30 Tahun
Jenis Kelamin Laki - laki
Agama Hindu
Status Belum Menikah
Pendidikan -
Suku/Bangsa Indonesia
Alamat Jl. Dukuh Sari gg Banteng
Pekerjaan -
Tanggal 16 Januari 2020
Pengkajian

2) Tabel 4.2 Alasan Home Visit

Tn. Km

Alasan dilakukan home visit pada Tn. Km karena Tn. Km masih


sering medengar suara - suara aneh yang mengajaknya mengobrol,
tanpa ada objek yang nyata.

3) Tabel 4.3 Faktor Presipitasi / Riwayat Penyakit Sekarang

Tn. Km
61

Hasil pengkajian diperoleh :


Pada hari Kamis 16 Januari 2020 perawat datang ke rumah Tn.Km
untuk melakukan home visit pada saat pengkajian klien tampak tenang
dan kooperatif.
Saat ditanya keluarga klien mengatakan pada saat kecil anaknya
biasa tumbuh seperti anak - anak lainnya dan bersekolah di sekolah
yang normal, lalu ketika memasuki kelas 6 SD anaknya mulai marah-
marah tidak jelas.
Keluarga klien mengatakan klien mengalami gangguan jiwa karena
stress saat bersekolah, klien mengatakan sering dan mulai
mendengarkan suara - suara aneh yang mengajak dirinya berbicara
tanpa ada objek yang nyata, Lalu keluarga mengatakan pada umur 20
tahun sempat masuk RSJ.
Tabel 4.4 Faktor Predisposisi

N Faktor
Tn. Km
o Predisposisi
1 Riwayat Penyakit Hasil pengkajian diperoleh : Ibu klien
Lalu mengatakan
anaknya mulai mengalami gangguan
jiwa pada kelas 6 SD, ibu klien
mengatakan anaknya marah-marah tidak
jelas.
Klien mengatakan sering
mendengarkan suara - suara aneh yang
memanggil namanya dan mengajak
dirinya berbicara, tanpa ada objek yang
nyata.
Ibu klien mengatakan anaknya tidak
mengalami gangguan tumbuh kembang
klien terlahir secara normal dan sebelum
memasuki masa sekolah ibu klien
mengatakan anaknya biasa bermain
dengan anak - anak lainnya.
2 Riwayat Hasil pengkajian
Psikososial diperoleh :
Ibu klien mengatakan sebelum anaknya
seperti ini, anaknya tidak pernah
mengalami masa lalu yang tidak
menyenangkan seperti aniaya fisik,
aniaya seksual maupun kekerasan dalam
rumah tangga.
Masalah
Keperawatan Halusinasi pendengaran
62

N Faktor
Tn. Km
o Predisposisi
3 Riwayat Penyakit Ibu klien mengatakan di
Keluarga keluarganya tidak ada yang
pernah mengalami gangguan
jiwa seperti yang dialami
anaknya.
Masalah
-
Keperawatan

4) Tabel 4.5 Status Mental

N Tn. Km
Status Mental
o
1 Penampilan Hasil pengkajian diperoleh :
Penampilan klien cukup rapi, baju
yang dipakai bersih dan cara
penggunaan pakian yang sesuai.
-
Masalah
Keperawatan
2 Kesadaran Hasil pengkajian diperoleh :
Orientasi klien terhadap nama
klien tempat dan mampu
mengenali orang - orang
disekitarnya Kesadaran klien
compos mentis atau kesadaran
penuh.

Masalah -
Keperawatan
3 Disorientasi Hasil pengkajian diperoleh :
Klien mampu menyebutkan hari,
tanggal, dan tahun saat
pengkajian dilakukan.
Masalah -
Keperawatan
4 Aktivitas Hasil pengkajian diperoleh :
Motorik/ Klien tampak bersemangat,
Psikomotor kontak mata klien bagus klien
63

N Tn. Km
Status Mental
o
tampak tenang.

Masalah -
Keperawatan
5 Afek/ Emosi Hasil pengkajian diperoeh :
Afek emosi adekuat perubahan
muka klien sesuai dengan
stimulus yang ada. keluarga klien
mengatakan anaknya cepat marah
jika halusinasinya dibantah.
Masalah Resiko Perilaku Kekerasan
keperawatan (RPK).
6 Persepsi Hasil Pengkajian diperoleh :
Klien mengatakan dirinya
sering mendengarkan suara -
suara aneh yang memanggil
namanya dan mengajaknya
berbicara tanpa objek yang
nyata.
Klien mengatakan suara itu
muncul 1 kali dengan durasi
cukup lama selama 10 - 15 menit.
Klien mengatakan halusinasi itu
muncul ketika dia sendiri dan
ketika ke tempat - tempat
tertentu.
Masalah Halusinasi Pendengaran
Keperawatan

7 Proses Pikir Hasil pengkajian didapatkan :


a. Arus pikir
Pada saat diwawancara klien mau
menjawab pertanyaan dan sesuai
dengan arah pembicaran (koheren).
b. Isi Pikir
Klien merasa takut jika mendengar
suara - suara yang menyeramkan.
c. Bentuk pikir
Cara berpikir klien (Autistik) cara
berpikir berdasarkan halusinasi klien.
64

N Tn. Km
Status Mental
o
Masalah Halusinasi Pendengaran
Keperawatan

8 Memori Hasil pengkajian didapatkan :


Klien masih bisa mengingat
kejadian yang pernah dialaminya
baik sekarang maupun di masa
lalu, Klien juga dapat mengingat
nama perawat.
Masalah -
Keperawatan
9 Tingkat Hasil pengkajian didapatkan :
Konsentrasi dan Klien mampu berkonsentrasi
Berhitung dengan baik. klien mampu
menjawab semua pertanyaan
yang diberikan perawat, dan klien
mampu berhitung secara
sederhana seperti tiga ditambah
tiga sama dengan enam.

Masalah -
Keperawatan

1 Kemampuan Hasil pengkajian didapatkan :


0 Penilaian Klien mampu mengambil
keputusan sederhana seperti klien
mengatakan cuci tangan dulu
baru makan.
Masalah -
Keperawatan
1 Daya Tilik Diri Hasil pengkajian didapatkan :
1 Klien menyadari dirinya
mengalami gangguan kejiwaan
dan sekarang klien ingin berusaha
meningkatkan kondisinya agar
bisa kembali menjadi orang
normal pada umumnya.
Masalah -
Keperawatan
65

N Tn. Km
Status Mental
o
1 Interaksi Selama Hasil Pengkajian didapatkan :
2 Wawancara Interaksi klien saat wawancara
kooperatif. Jika ditanya klien
langsung menjawab dan mau
bercerita tentang masalahnya
Kontak mata bagus saat diajak
berkomunikasi.

Masalah -
Keperawatan

5) Tabel 4.6 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik Tn. Km


Keadaan umum Hasil pengkajian didapatkan :
Kesadaran penuh (compos mentis)

Tanda – tanda vital Hasil pengkajian didapatkan :


TD : 110/80 mmHg
S : 36,5C
N : 80x/ menit
RR : 20x/ menit
Ukuran Hasil pengkajian didapatkan :
BB : 55kg
TB : 165 cm

Keluhan Fisik Tidak ada keluhan fisik.


Masalah Keperawatan -

6) Tabel 4.7 Psikososial

a) Konsep Diri

N Konsep Diri Tn. Km


o
66

N Konsep Diri Tn. Km


o
1 Citra Tubuh Hasil pengkajian didapatkan :
Organ tubuh klien lengkap dan
berfungsi dengan baik klien
mengatakan menyukai semua
anggota tubuhnya.

2 Identitas Diri Hasil pengkajian didapatkan :


Klien mengatahui dia bernama
“Tn.Km” klien menyadari
dirinya seorang laki – laki.

3 Peran Diri Hasil Pengkajian didapatkan :


Klien mengatakan dirinya
berperan sebagai seorang anak.

4 Ideal Diri Hasil pengkajian didapatkan :


Klien mengatakan ingin sekali
hidup bahagia seperti orang-
orang pada umumnya.
5 Harga Diri Klien terkadang malas ke luar
rumah karena malu dengan
tetangganya.
Masalah Harga Diri Rendah
Keperawatan
67

b) Genogram

Klien Tn. Km

Gambar 4.1 Genogram Klien

Keterangan :

: Laki – laki

: Perempuan

------ : Tinggal Serumah

: Meninggal

: Klien
68

Penjelasan :

Klien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, klien tinggal bersama dengan

orang tua dan adiknya yang ketiga, dan ibunya adalah orang yang paling dekat

dengan klien, ibunya selalu memperhatikan klien dan semua keperluannya.

Keuarga klien mengatakan di kelurganya tidak ada yang mengalami gangguan

jiwa seperti anaknya.

c) Tabel 4.8 Hubungan Sosial

N Hubungan Tn. Km
o Sosial
1 Hubungan Hasil pengkajian didapatkan :
Terdekat Klien mengatakan orang
terdekatnya adalah ibunya.

2 Peran Serta Hasil pengkajian didapatkan :


Dalam Klien mengatakan dirinya
Kelompok jarang ikut kegiatan di
masyarakat sekitar.

3 Hambatan Hasil pengkajian didapatkan :


dalam Klien mengatakan tidak
Berhubungan mempunyai hambatan dalam
Dengan Orang berhubungan dengan teman -
Lain temannya.

Masalah -
Keperawatan

d) Tabel 4.9 Spiritual Dan Kultural

N Spiritual Dan Tn. Km


o Kultural
69

1 Nilai dan Hasil pengkajian didapatkan :


Keyakinan Klien mengatakan klien
mengatakan beragama Hindu
dan percaya adanya tuhan.

2 Kegiatan Ibadah Hasil pengkajian didapatkan :


Klien mengatakan
sembahyang setiap hari dan
hari - hari tertentu.
3 Masalah -
Keperawatan

7) Tabel 4.10 Aktifitas Sehari - hari ( ADL)

N Aktifitas Tn. Km
o Sehari – hari
1 Makan dan Hasil pengkajian didapatkan :
minum Klien mengatakan makan dan
minum sendiri, klien makan 3
kali sehari dengan porsi nasi,
lauk pauk, dan buah. Selesai
makan sisa makanan dibuang
dan piring dicuci.
Klien mengatakan minum air
putih 7 - 8 gelas sehari.
2 BAB dan BAK Hasil pengkajian didapatkan :
Klien tidak mengalami
kesulitan dalam BAB dan
BAK. klien BAB 1 Kali sehari
dan BAK 4 - 5 hari sekali.
Klien biasa BAB dan BAK
dikamar mandi.
3 Mandi Hasil pengkajian didapatkan :
Klien biasa mandi 2x sehari
pagi dan sore hari.
4 Berpakian atau Hasil pengkajian didapatkan :
berhias Cara berpakaian klien sesuai
dan berpenampilan cukup
rapi, baju yang dipakai bersih
dan sesuai, klien
menggunakan celana selutut
dan baju kaos, rambut disisir
dengan rapi. Kuku tangan dan
kaki cukup bersih dan
terpotong klien ganti baju 2x
70

N Aktifitas Tn. Km
o Sehari – hari
sehari.
5 Istirahat dan Hasil pengkajian didapatkan :
tidur Klien mengatakan biasa tidur
malam pukul 22.30 wita dan
bangun biasanya jam 07.00 -
08.30 wita dan klien
mengatakan biasanya tidur
siang kurang lebih 1- 2 jam
sehari.
6 Penggunaan Obat Hasil pengkajian didapatkan :
Klien mengatakan minum
obat secara teratur dan rutin,
klien mengatakan minum obat
sendiri dan minum obat 1 x
sehari dengan jenis obat
risperidone 2 mg.
7 Pemeliharaan Hasil pengkajian didapatkan :
Kesehatan Klien mengatakan mengerti
tentang penyakitnya dan klien
tau harus minum obat setiap
hari. Keluarga klien biasa
mencari obat ke puskesmas I
Denpasar selatan. Jika
obatnya habis.
8 Aktifitas Di Hasil pengkajian didapatkan :
Dalam Rumah Klien mengatakan pada saat di
rumah klien biasa
membersihkan rumah.

9 Aktifitas Di Luar Hasil pengkajian didapatkan :


Rumah Klien mengatakan biasa
keluar rumah.
Masalah -
Keperawatan

8) Tabel 4.11 Mekanisme Koping

Mekanisme Tn. Km
Koping
71

Hasil pengkajian didapatkan:


Klien menggunakan mekanisme koping
maladaptif karena klien tidak bisa
menyelesaikan masalahnya sehingga
klien merasa tidak percaya diri sehingga
dapat mengalami gangguan persepsi
halusinasi dan jika halusinasinya
dibantah klien tampak marah.

Masalah Koping Individu Tidak Efektif


Keperawatan

9) Tabel 4.12 Masalah Psikososial Dan Lingkungan

Masalah Tn. Km
Psikososial Dan
Lingkungan
Hasil pengkajian didapatkan:
Klien mengatakan jika ada masalah
klien selalu menceritakan pada ibunya.
Hubungan klien dan keluarga sangat
baik.
Masalah -
Keperawatan

10) Tabel 4.13 Kurang Pengetahuan Tentang

Kurang Tn. Km
Pengetahuan
Tentang
Hasil pengkajian didapatkan:
Klien mengetahui dirinya menalami
gangguan jiwa sehingga klien rutin
meminum obatnya 1 x 1 sehari.
Masalah -
Keperawatan

11) Tabel 4.14 Aspek Medis

Aspek Medis Tn. Km


72

Diagnosa Medis : Skizofrenia


Hebefrenik
Terapi Medik :
Haloperidol 5mg 1 x 1 sehari.
Trihexyphenidyl Hcl 2mg 1x1 sehari.
Masalah -
Keperawatan

12) Tabel 4.15 Daftar Masalah Keperawatan

Tn. Km

(1) Halusinasi pendengaran


(2) Harga Diri Rendah
(3) Resiko Perilaku Kekerasan

13) Tabel 4.16 Analisa Data

ANALISA DATA KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN “Tn. Km” DENGAN

DIAGNOSA MEDIS SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN

HALUSINASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN

TANGGAL 16 JANUARI 2020

Analisa Data Subjektif Data Objektif Kesimpulan


Data
1 2 3 4
Klien a. Klien mengatakan a. Klien terlihat Halusinasi
Tn. Km sering mendengar mengumik Pendengaran
suara - suara aneh b. Klien terlihat
yang memanggil bengong dengan
namanya dan tatapan mata
mengajaknya kosong.
berbicara tanpa ada c. Klien terlihat senang
objek yang nyata. saat halusinasinya
b. Klien mengatakan muncul dan kadang
suara itu muncul 1 klien terlihat
kali selama kurang ketakutan saat
lebih 10 - 15 menit. halusinasinya
c. Klien mengatakan muncul.
suara itu muncul
73

Analisa Data Subjektif Data Objektif Kesimpulan


Data
1 2 3 4
ketika sedang
sendiri dan berada
di tempat - tempat
tertentu.
klien mengatakan a. Klien terlihat Harga Diri
malas keluar rumah menyendiri Rendah
karena malu dengan b. Klien terlihat
orang-orang mudah
disekitarnya. tersinggung.
a. Keluarga klien a. Klien terlihat cepat Resiko Perilaku
mengatakan klien emosi ketika Kekerasan
marah ketika halusinasinya itu
halusinasinya itu di dibantah oleh
bantah oleh keluarganya.
keluarganya.

14) Tabel 4.17 Pohon Masalah

Tn. Km
74

Resiko Perilaku Kekerasan Effect

Halusinasi
Core Problem
Pendengaran

Harga Diri Rendah causa

4. Tabel 4.18 Diagnosa Keperawatan

Tn. Km

Halusinasi pendengaran
Harga Diri Rendah
Resiko Perilaku Kekerasan

5. Tabel 4.19 Perencanaan Keperawatan

Prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan masalah utama yang diperoleh

dari pengkajian dan akibat dari masalah utama sebagai berikut :

Tn. Km
Halusinasi Pendengaran
75

5. Perencanaan Tabel 4.19

RENCANA KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN “Tn. Km”

DENGAN DIAGNOSA MEDIS SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HALUSINASI

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN

TANGGAL 16 JANUARI 2020

Hari/ Diagnosa
Tanggal/ Keperaw Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Jam atan
1 2 3 4 5 6
Kamis 16 Halusinas Tujuan 1 klien Setelah diberikan SP1.P : 1. Hubungan saling
Januari i mampu : asuhan 1. Bina hubungan saling percaya
202 Pendenga 1. Mengenali keperawatan percaya dengan merupakan dasar
Pukul ran halusinasi yang selama 1 x menggunakan prinsip untuk kelancaran
14.00 dialaminya. pertemuan masing komunikasi terapeutik hubungan
wita. 2. Mengontrol - masing selama 2. Bantu klien mengenal interaksi
halusinasi yang 30 menit halusinasi selanjutnya
dialaminya. diharapkan klien : (isi, waktu terjadinya, 2. Dengan
3. Mengikuti 1. Dapat menyebutkan frekuensi, situasi mengetahui
program jenis, isi, waktu, yang dapat waktu, isi, dan
pengobatan. frekuensi, situasi menimbulkan frekuensi
yang menyebabkan halusinasi, perasaan munculnya
76

Hari/ Diagnosa
Tanggal/ Keperaw Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Jam atan
1 2 3 4 5 6
halusinasi, dan saat timbul halusinasi
perasaan yang timbul halusinasi. mempermudah
saat halusinasi. 3. Latih mengontrol tindakan.
2. Mampu halusinasi dengan cara 3. Menghardik
memperagakan cara menghardik. merupakan
dalam mengontrol Tahapan tindakannya upaya
halusinasi. meliputi : memutuskan
4. Jelaskan cara menghardik siklus
halusinasi halusinasi
5. Peragakan cara sehingga
menghardik. halusinasi tidak
6. Minta klien berlanjut.
memperagakan ulang.
7. Pantau penerapan cara
ini, beri penguatan
perilaku klien
8. Masukan dalam jadwal
kegiatan klien.
Setelah diberikan SP2.P 1. Evaluasi akan
Asuhan 1. Evaluasi Kegiatan yang membantu
Keperawatan Jiwa lalu (SP1.P). perawat untuk
selama 1 x 2. Latih berbicara/ bercakap mengetahui
pertemuan masing - cakap dengan orang lain sejauh mana
-masing selama 30 saat halusinasi muncul kemampuan
77

Hari/ Diagnosa
Tanggal/ Keperaw Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Jam atan
1 2 3 4 5 6
menit diharapkan 3. Masukan dalam jadwal klien mengingat
klien mampu: kegiatan klien. kegiatan
1. Klien mampu sebelumnya.
menyebutkan 2. Berbicara atau
kegiatan yang sudah bercakap-cakap
dilakukan. dengan orang
2. Memperagakan cara lain adalah salah
bercakap - cakap satu upaya
dengan orang lain. alternative untuk
dapat
mengendalikan
halusinasi.
Setelah diberikan SP3.P 1. Evaluasi akan
asuhan 1. Evaluasi kegiatan yang membantu
keperawatan jiwa lalu (SP1.P dan SP2.P) perawat untuk
selama 1 x 2. Latih kegiatan agar mengetahui
pertemuan masing halusinasi tidak muncul. sejauh mana
- masing selama Tahapannya : kemampuan
30 menit klien 3. Jelaskan pentingnya klien
mampu : aktivitas yang teratur melakukan
1. Menyebutkan untuk mengatasi kegiatan
kegiatan yang sudah halusinasi sebelumnya.
dilakukan. 4. Diskusikan aktivitas yang 2. Memberikan
2. Membuat jadwal biasa dilakukan oleh klien kegiatan
78

Hari/ Diagnosa
Tanggal/ Keperaw Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Jam atan
1 2 3 4 5 6
kegiatan sehari - hari 5. Latih klien melakukan kepada klien
dan mampu aktivitas merupakan
memperagakannya. 6. Susun jadwal aktivitas upaya
sehari - hari sesuai alternative agar
dengan aktivitas yang klien bisa
telah dilatih (dari melupakan
bangun pagi, sampai pikiran yang
tidur malam). menyebabkan
7. Pantau pelaksanaan halusinasi itu
jadwal kegiatan berikan muncul.
penguatan terhadap
perilaku yang positif.
Setelah diberikan SP4.P 1. Evaluasi akan
asuhan 1. Evaluasi kegiatan yang membantu
keperawatan jiwa lalu (SP1.P, SP2.P, perawat untuk
selama 1 x SP3.P). mengetahui
pertemuan masing 2. Tanyakan program sejauh mana
– masing dalam pengobatan. perkembangan
jangka waktu 30 3. Jelaskan pentingnya klien
menit diharapkan penggunaan obat pada melakukan
klien mampu : gangguan jiwa. kegiatan
1. Menyebutkan 4. Jelaskan akibat bila sebelumnya.
kegiatan klien yang tidak digunakan sesuai 2. Dengan
sudah dilakukan. program. menyebutkan
79

Hari/ Diagnosa
Tanggal/ Keperaw Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Jam atan
1 2 3 4 5 6
2. Menyebutkan 5. Jelaskan akibat bila dosis,
manfaat dari program putus obat. frekuensi dan
pengobatan. 6. Jelaskan cara mendapat manfaat
obat/ berobat. minum obat
7. Jelaskan pengobatan (5 diharapkan
B). klien dapat
8. Latih klien minum obat. melaksanakan
9. Masukan dalam jadwal program
kegiatan harian klien. pengobatannya
sendiri.
Tujuan 2 Setelah diberikan SP1.K Dengan
keluarga asuhan 1. Mendiskusikan masalah memberikan
mampu keperawatan jiwa yang dirasakan keluarga pendidikan
merawat selama 1 x dalam merawat klien. kesehatan jiwa
klien pertemuan masing kepada keluarga
dirumah -masing pertemuan 2. Memberikan pendidikan diharapkan
dan 30 menit kesehatan tentang keluarga lebih bisa
menjadi diharapkan pengertian masalah peduli kepada klien.
sistem keluarga mampu : halusinasi, jenis
pendukung 1. Mengerti tentang halusinasi, yang dialami
yang apa itu halusinasi. klien, tanda dan gejala
efektif 2. Mampu merawat halusinasi yang dialami
untuk klien yang mengalami klien tanda dan gejala
klien. halusinasi. halusinasi serta proses
80

Hari/ Diagnosa
Tanggal/ Keperaw Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Jam atan
1 2 3 4 5 6
terjadinya halusinasi.
Setelah diberikan SP2.K Upaya untuk ikut
asuhan 1. Melatih keluarga membantu
keperawatan jiwa mempraktikan cara kesembuhan klien
selama 1 x merawat klien dengan
pertemuan masing halusinasi.
– masing 30 menit 2. Melatih keluarga
diharapkan melakukan cara merawat
keluarga mampu : langsung kepada klien
Memperagakan cara halusinasi.
merawat klien dengan
halusinasi.
Setelah diberikan SP3.K
asuhan 1. Membantu keluarga
keperawatan jiwa membuat jadwal
selama 1 x aktivitas dirumah
pertemuan masing termasuk minum obat.
– masing 2. Menjelaskan follow up
pertemuan selama klien setelah pulang.
30 menit
diharapkan
keluarga mampu :
1. Mampu membuatkan
jadwal aktivitas
81

Hari/ Diagnosa
Tanggal/ Keperaw Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Jam atan
1 2 3 4 5 6
dirumah termasuk
minum obat.
2. Mampu memberikan
rencana tindak lanjut
jadwal keluarga
merawat klien dengan
halusinasi.
82

6. Pelaksanaan Tabel 4.20

PELAKSANAAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN “Tn. Km”

DENGAN DIAGNOSA MEDIS SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HALUSINASI DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN

TANGGAL 17 S/D 24 JANUARI 2020

Klien “Tn.Km”

Diagnosa
Hari/ Tanggal/ Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf
Keperawatan
1 2 3 4 5
Jumat, Januari 2020 Halusinasi Melakukan SP1.P Halusinasi S : Agus
pukul 15.30 Wita. Pendengaran Pendengaran : 1. Klien mau menyebutkan
1. Membina hubungan saling namanya dan mau berbat
percaya dengan tangan, kontak mata bagus.
menggunakan prinsip 2. Klien mengatakan namanya
komunikasi terapeutik. Tn. “S” biasa dipanggil “S”
2. Mengidentifikasi jenis 3. klien mengatakan sering
halusinasi mendengar suara - suara
3. Mengidentifikasi isi aneh yang memanggil
halusinasi klien namanya dan mengajaknya
83

Diagnosa
Hari/ Tanggal/ Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf
Keperawatan
1 2 3 4 5
4. Mengidentifikasi waktu bercakap - cakap.
halusinasi klien 4. Klien mengatakan suara itu
5. Mengidentifikasi mucul berkali - kali selama
frekuensi halusinasi klien 10 - 15 menit.
6. Mengidentifikasi situasi 5. Klien mengatakan suara itu
yang dapat meenimbulkan muncul ketika klien sedang
halusinasi klien. sendiri dan berada di tempat
7. Mengidentifikasi respon tertentu.
klien terhadap halusinasi. 6. Klien mengatakan terkadang
8. Mengajarkan klien cara takut dan terkadang biasa
menghardik. saja jika mendengarkan
suara aneh itu.
O : klien terlihat mau menghardik
mengikuti perintah yang
diajarkan perawat.
A : SP1.P Tercapai
P : Pertahankan SP1.P lanjutkan
SP2.P.
Senin, 20 Januari Melakukan SP2.P Halusinasi S : Agus
2020 Pendengaran : 1. Klien mengatakan hal - hal
Pukul 16.00 1. Mengevaluasi kegiatan yang sudah diajarkan
yang lalu (SP1.P). perawat jika halusinasinya
2. Melatih klien berbicara muncul.
atau bercakap - cakap 2. Klien sering bercakap - cakap
dengan orang lain saat dengan perawat.
84

Diagnosa
Hari/ Tanggal/ Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf
Keperawatan
1 2 3 4 5
halusinasi muncul. O:
3. Menganjurkan klien 1. Klien terlihat dapat melakukan
memasukan dalam jadwal hal yang diajarkan perawat
kegiatan. ketika disuruh mengulang.
2. Klien terlihat senang bercakap
- cakap dengan perawat.
3. Klien terlihat mau mengikuti
instruksi yang diajarkan
perawat.
A : SP2.P Tercapai
P : Pertahankan SP2.P lanjutkan
SP3.P.
Rabu, 22 Januari Melakukan SP3.P Halusinasi S : Agus
2020 Pukul 15.30 Pendengaran : 1. Klien mengatakan sudah
Wita. 1. Mengevaluasi kegiatann melakukan hal yang
yang lalu (SP1.P, SP2.P) diajarkan perawat jika
2. Melatih kegiatan agar halusinasinya muncul.
halusinasi tidak mucul 2. Klien mengatakan sering
3. Menganjurkan klien merapikan tempat tidurnya
memasukan dalam jadwal dan menyapu rumahnya.
kegiatan. O:
1. Klien terlihat dapat melakukan
apa yang diajarkan perawat
kemarin ketika disuruh
mengulang kegiatan kemarin.
85

Diagnosa
Hari/ Tanggal/ Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf
Keperawatan
1 2 3 4 5
2. Klien terlihat melakukan
kegiatan membersihkan rumah.
A : SP3.P Tercapai
P : Pertahankan SP3.P lanjutkan
SP4.P
Jumat, 24 Januari Melakukan SP4.P Halusinasi S : Agus
2020 pukul 15.00 Pendengaran : 1. Klien mengatakan sudah
wita. 1. Mengevaluasi kegiatan melakukan apa yang
yang lalu (SP1.P, SP2.P, diajarkan perawat ketika
dan SP3.P) halusinasinya muncul.
2. Klien mengatakan sudah
2. Menjelaskan tentang paham tentang manfaat obat.
pentingnya pengobatan 3. Klien mengatakan akan
3. Menganjurkan memasukannya penggunaan
memasukan ke jadwal obat secara teratur kedalam
kegiatan klien. jadwal kegiatannya.
O:
1. Klien terlihat dapat
menyebutkan nama obat dan
manfaat obat.
2. Klien terlihat sudah paham
paham tentang pentingnya
penggunaan obat.
A : SP4.P Tercapai
P : Pertahankan SP4.P.
86

Diagnosa
Hari/ Tanggal/ Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf
Keperawatan
1 2 3 4 5
Jumat, 5 April 2019 Halusinasi Melakukan SP1.K Halusinasi S : Agus
Pukul 11.00 Wita. Pendengaran Pendengaran : 1. Keluarga klien mengatakan
1. Mendiskusikan masalah sering mencari di internet
yang dirasakan keluarga tentang cara merawat anaknya
dalam merawat klien. yang mengalami gangguan
2. Memberikan pendidikan jiwa
kesehatan tentang 2. Keluarga klien mengatakan
pengertian halusinasi, mengerti tentang pendidikan
jenis - jenis halusinasi, kesehatan yang dijelaskan
tanda - tanda halusinasi, perawat.
cara mengontrol 3. Keluarga klien mengatakan
halusinasi dan cara mengerti tentang cara
merawat klien dirumah. merawat klien.
3. Menjelaskan cara merawat O : Keluarga klien terlihat
klien dengan halusinasi. kooperatif.
A : SP1.K tercapai.
P : Pertahankan SP1.K lanjutkan
SP2.K.
Senin, 27 Januari Halusinasi Melakukan SP2.K Halusinasi S : Keluarga klien mengatakan Agus
2020 Pukul 16.30 Pendengaran Pendengaran : mengerti tentang cara
wita 1. Melatih keluarga merawat merawat klien dirumah.
klien dengan halusinasi O: keluarga klien terlihat
2. Melatih keluarga kooperatif, dan langsung
melakukan cara merawat menunjukan cara
langsung kepada klien mengendalikan halusinasi
87

Diagnosa
Hari/ Tanggal/ Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf
Keperawatan
1 2 3 4 5
halusinasi. anaknya saat diberikan
intruksi oleh perawat.
A : SP2.K tercapai.
P : Pertahankan SP2.K lanjutkan
SP3.K.
Rabu, 29 Januari Halusinasi Melakukan SP3.K Halusinasi S : keluarga klien mengatakan Agus
2020 Pukul 16.00 Pendengaran pendengaran : sudah membuatkan jadwal
wita. 1. Membantu keluarga aktivitas anaknya dirumah
membuat jadwal aktivitas termasuk minum obat.
dirumah termasuk minum O: keluarga klien terlihat
obat. kooperatif.
2. Menjelaskan follow up A : SP3.K Tercapai.
klien setelah pulang. P : Pertahankan SP3.K.

7. Evaluasi Tabel 4.21

EVALUASI KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.Km

DENGAN DIAGNOSA MEDIS SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN

HALUSINASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN

PADA TANGGAL 16 JANUARI 2020


88

Hari / Tanggal / Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf


Kamis 16 Januari 2020 Halusinasi Pendengaran S: Agus
Pukul 15.00 wita. SP1.P :
1. Klien mengatakan namanya “Tn.Km” biasa
dipanggil “Km”
2. klien mengatakan sering mendengar suara - suara
aneh yang memanggil namanya dan mengajaknya
bercakap - cakap.
3. Klien mengatakan suara itu mucul berkali - kali
selama 10 - 15 menit, klien mengatakan suara itu
muncul ketika klien sedang sendiri dan berada di
tempat tertentu.
4. Klien mengatakan terkadang takut dan terkadang
biasa saja jika mendengarkan suara aneh itu.
SP2.P :
1. Klien mengatakan hal - hal yang sudah diajarkan
perawat jika halusinasinya muncul.
2. Klien sering bercakap - cakap dengan perawat.

SP3.P :
1. Klien mengatakan sudah melakukan hal yang
diajarkan perawat jika halusinasinya muncul.
2. Klien mengatakan sering merapikan tempat
tidurnya dan menyapu rumahnya.
SP4.P :
1. Klien mengatakan sudah melakukan apa yang
89

Hari / Tanggal / Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf


diajarkan perawat ketika halusinasinya muncul.
2. Klien mengatakan sudah paham tentang manfaat
obat.
3. Klien mengatakan akan memasukannya
penggunaan obat secara teratur kedalam jadwal
kegiatannya.
SP1.K :
1. Keluarga klien mengatakan sering mencari di
internet cara merawat anaknya.
2. Keluarga mengatakan mengerti tentang
pendidikan kesehatan yang dijelaskan perawat.
3. Keluarga klien mengatakan mengerti tentang cara
merawat klien.
SP2.K : Keluarga klien mengatakan mengerti tentang cara
merawat klien dirumah.
SP3.K : keluarga klien mengatakan sudah membuatkan
jadwal aktivitas anaknya dirumah termasuk minum
obat.
O:
SP1.P :
1. klien mau menyebutkan namanya dan mau
berjabat tangan, kontak mata bagus.
2. Klien terlihat mau menghardik.
SP2.P :
1. Klien terlihat dapat melakukan hal apa yang
diajarkan perawat.
2. Klien terlihat senang bercakap - cakap dengan
90

Hari / Tanggal / Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf


perawat.
3. Klien terlihat mau melakukan intruksi yang
diajarkan perawat.
SP3.P :
1. Klien terlihat dapat melakukan apa yang
diajarkan perawat kemarin ketika disuruh
mengulang.
2. Klien terlihat melakukan kegiatan membersihan
rumah.
SP4.P : Klien terlihat dapat menyebutkan nama, manfaat dan
dosis obat.
SP1.K : Keluarga klien terlihat kooperatif.
SP2.K : Keluarga klien terlihat kooperatif, dan langsung
menunjukan cara mengendalikan halusinasi
anaknya saat diberikan intruksi oleh perawat.
SP3.K : Keluarga klien terlihat kooperatif.
A : SP Pasien dan SP Keluarga tercapai.
P : Tingkatkan dan pertahankan kondisi klien. Pantau
(follow up) dilanjutkan puskesmas.
91

LEMBAR KONSULTASI

BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : I Gede Agus Santosa Putra

NIM/NPM : 17E10022

NAMA PEMBIMBING : Ns. I Putu Gde Yudara Sandra Putra, S.Kep.,M.Kep.

NO TANGGAL REKOMENDASI PEMBIMBING PARAF


PEMBIMBING

1 14 Februari Perbaikan Bab I


2020

2 15Februari Perbaikan Bab Ilatarbelakang


2020

3 16Februari Perbaikan Bab II


2020
92

4 18Februari Perbaikan Bab II tambahkantinjauanteori


2020

5 21Februari Perbaikan Bab II tambahkantinjauanaskep


2020

6 22Februari Perbaikan Bab II tambahkandiagnosa


2020

7 24Februari Perbaikan Bab III


2020

8 2Maret 2020 Perbaikan Bab III


93

Mengetahui

Ketua Program Studi

Ns. I Gede Satri Astawa, S.Kep., M.Kes.

NIR.83011
94

LEMBAR KONSULTASI

BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : I Gede Agus Santosa Putra

NIM/NPM : 17E10022

NAMA PEMBIMBING : Ns. I Putu Gde Yudara Sandra Putra, S.Kep.,M.Kep.

NO TANGGAL REKOMENDASI PEMBIMBING PARAF


PEMBIMBING

1 19 April 2020 KonsultasiPengambilan Data

2 20 April 2020 Konsul Bab IV

3 21 April 2020 Perbaikan Bab IV pengkajian - diagnosa


95

4 22 April 2020 Perbaikan Bab IV pengkajiandanrenpra

5 23 April 2020 Perbaikan Bab IV renpra

6 24 April 2020 Perbaikan Bab IV implementasi - evaluasi

7 25 April 2020 Perbaikan Bab IV pembahasan

8 26 April 2020 Perbaikan Bab IV pembahasan


96

Mengetahui

Ketua Program Studi

Ns. I Gede Satri Astawa, S.Kep., M.Kes.

NIR.83011

Anda mungkin juga menyukai