Anda di halaman 1dari 64

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DISMENORE

PADA REMAJA DENGAN KESIAPAN PENINGKATAN KOPING


KOMUNITAS MENGGUNAKAN TERAPI MUSIK MOZART
PRODI S1 KEBIDANAN STIKES KENDEDES MALANG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Disusun Oleh :
ELCHA AGUSTIN PRIMARIANDA
2001070351

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES
2022

i
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DISMENORE
PADA REMAJA DENGAN KESIAPAN PENINGKATAN KOPING
KOMUNITAS MENGGUNAKAN TERAPI MUSIK MOZART
PRODI S1 KEBIDANAN STIKES KENDEDES MALANG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ners

Disusun Oleh :
ELCHA AGUSTIN PRIMARIANDA
2001070351

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES
2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DISMENORE


PADA REMAJA DENGAN KESIAPAN PENINGKATAN KOPING
KOMUNITAS MENGGUNAKAN TERAPI MUSIK MOZART
PRODI S1 KEBIDANAN STIKES KENDEDES MALANG

Telah disetujui dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk


diujikan pada tanggal 17 Maret 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Siti Kholifah, M.Kep Ns. Nurul Anjarwati, M.Kep.,Sp.Kep.An


NIDN.0726068301 NIDN.0725128802

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners

Ns. Eny Rahmawati, M.Kep


NIDN.0728097503

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh :

Nama : Elcha Agustin Primarianda

NIM : 2001070351

Program Studi : Profesi Ners

Judul : Asuhan Keperawatan Komunitas Dismenore Pada Remaja

Dengan Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas

Menggunakan Terapi Musik Mozart Prodi S1 Kebidanan

STIKes Kendedes Malang.

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Penguji dan diterima sebagai bagian


persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program Ners
Keperawatan STIKes Kendedes.

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Siti Kholifah, M.Kep Ns. Nurul Anjarwati, M.Kep.,Sp.Kep.An


NIDN.0726068301 NIDN.0725128802

Ditetapkan di :
Tanggal :

iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik STIKES Kendedes, saya yang bertanda tangan dibawah
ini:
Nama : Elcha Agustin Primarianda
NIM : 2001070351
Program Studi : Profesi Ners
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
STIKES Kendedes Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non exclusive royalty-Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DISMENORE


PADA REMAJA DENGAN KESIAPAN PENINGKATAN KOPING
KOMUNITAS MENGGUNAKAN TERAPI MUSIK MOZART
PRODI S1 KEBIDANAN STIKES KENDEDES MALANG

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini STIKes Kendedes berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya
buat dengan sebenarnya.

Dibuat di :
Tanggal :
Yang menyatakan,

( Elcha Agustin Primarianda )

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
kesempatan dan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dengan judul “Asuhan Keperawatan Komunitas Dismenore Pada Remaja Dengan
Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas Menggunakan Terapi Musik Mozart
Prodi S1 Kebidanan STIKes Kendedes Malang”
Karya ini dapat terselesaikan karena bantuan berbagai pihak, sehingga
selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Muljo Hadi Soengkono, SpOG (K), selaku Pembina Yayasan Kendedes
Malang.
2. Drg. Suharwati, selaku Ketua Yayasan Kendedes Malang.
3. Dr. Endah Puspitorini, MscIH, DTMPH, selaku PLH Ketua Yayasan
Kendedes Malang.
4. Dr. Edi Murwani, AMd. Keb., SPd. MMRS, selaku Ketua STIKes Kendedes
Malang.
5. Ns. Eny Rahmawati, M. Kep selaku Ketua Prodi Profesi Ners STIKes
Kendedes Malang.
6. Ns. Siti Kholifah, M. Kep selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan Proposal Karya Ilmiah Akhir.
7. Ns. Nurul Anjarwati, M. Kep., Sp. Kep. An selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Proposal Karya
Ilmiah Akhir.
8. Ns. Nadhifah Rahmawati, M. Tr. Kep selaku penguji yang telah memberikan
masukkan guna kesempurnaan Karya Ilmiah Akhir ini.
9. Tim dosen pengajar di Prodi Profesi Ners Kendedes Malang, terima kasih atas
ilmu yang telah diberikan pada saya sehingga saya tahu tentang banyak hal.
10. Ayah dan ibu yang telah memberikan dukungan dan dorongan semangat serta
doanya

Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik
dan saran yang membangun penulis harapkan guna kesempurnaan tulisan ini
dikemudian hari. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Malang, ….. 2022


Penulis

Elcha Agustin Primarianda

v
ABSTRAK

“ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DISMENORE


PADA REMAJA DENGAN KESIAPAN PENINGKATAN KOPING
KOMUNITAS MENGGUNAKAN TERAPI MUSIK MOZART
PRODI S1 KEBIDANAN STIKES KENDEDES MALANG”
“Oleh : Elcha Agustin Primarianda, S.Kep”

Banyak wanita khususnya remaja yang mengalami masalah menstruasi,


diantaranya adalah nyeri saat menstruasi yang dikenal dengan dismenore. Dismenore
tidak hanya menyebabkan gangguan aktivitas tetapi juga memberi dampak yang
menyeluruh, mulai dari segi fisik, psikologis, sosial dan ekonomi terhadap perempuan
diseluruh dunia. Tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui tentang asuhan
keperawatan komunitas dismenore pada remaja dengan kesiapan peningkatan koping
komunitas menggunakan terapi musik mozart prodi s1 kebidanan stikes kendedes
malang.
Metode jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan asuhan keperawatan berupa
pengkajian, analisis data, merumuskan diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi dalam penanganan manajemen kesehatan keluarga tidak efektif. Waktu yang
dilakukan selama pengelolaan asuhan keperawatan ini yaitu selama 1 minggu dengan
jumlah 2 responden. karakteristik responden tersebut yaitu mengalami nyeri dismenore.
Hasil yang di dapatkan selama melakukan asuhan keperawatan dan pemberian
terapi komplementer yaitu terapi musik mozart, responden pertama sebelum diberikan
terapi musik mozart mengalami skala nyeri 4 dan setelah diberikan terapi musik mozart
penurunan skala nyeri menjadi 3. Responden kedua sebelum diberikan terapi musik
mozart mengalami skala nyeri 3 dan setelah diberikan terapi musik mozart penurunan
skala nyeri menjadi 0.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah nyeri dismenore
dengan diagnosis kesiapan peningkatan koping komunitas dapat diatasi dengan
melakukan terapi musik mozart dapat menurunkan nyeri dismenore secara signifikan.

Kata kunci : dismenore, kesiapan peningkatan koping komunitas, terapi musik mozart

vi
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................... i
Halaman Persetujuan........................................................................................... ii
Halaman Pengesahan.......................................................................................... iii
Kata Pengantar.................................................................................................... iv
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi........................................................ v
Abstrak................................................................................................................ vi
Daftar Isi.............................................................................................................. vii
Daftar Tabel........................................................................................................ ix
Daftar Gambar..................................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum......................................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................... 4
1.4.1 Manfaat Teoritis...................................................................................... 4
1.4.2 Manfaat Aplikatif.................................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Medis Nyeri Dismenore............................................................. 5
2.1.1 Definisi Nyeri.......................................................................................... 5
2.1.2 Skala Nyeri.............................................................................................. 5
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi nyeri........................................................... 7
2.1.4 Dismenore…………………………....................................................... 9
2.1.5 Pathway …………………………………............................................. 15
2.2 Konsep Dasar Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas...................... 16
2.2.1 Definisi Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas ............................... 16
2.2.2 Data Mayor dan Data Minor................................................................... 16
2.3 Terapi Musik Klasik................................................................................ 17
2.3.1 Sejarah Terapi Musik ............................................................................. 17
2.3.2 Definisi Terapi Musik............................................................................. 17
2.3.3 Terapi Musik Klasik................................................................................ 18
2.3.4 Manfat Terapi Klasik.............................................................................. 19
2.3.5 Waktu Yang Dilakukan Dalam Pemberian Terapi Musk........................ 20
2.3.6 Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Nyeri Dismenore................... 20
2.4 Asuhan Keperawatan............................................................................... 24
2.4.1 Fokus Pengkajian.................................................................................... 24
2.4.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................ 24
2.4.3 Intervensi................................................................................................. 28
2.4.4 Implementasi……………………………………………………........... 29
2.4.5 Evaluasi................................................................................................... 30

vii
2.4.6 Kerangka Konsep.................................................................................... 31

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian..................................................................................... 32
3.2 Subjek Studi Kampus.............................................................................. 32
3.3 Lokasi dan Waktu.................................................................................... 33
3.4 Fokus Studi Kampus…………………………………………………… 33
3.5 Definisi Operasional…………………………………………………… 34
3.6 Instrumen Studi Kampus………………………………………………. 34
3.7 Metode Pengumpulan Data……………………………………………. 34
3.8 Analisis Data Penyajian Data………………………………………….. 35
3.9 Etika Studi Kampus……………………………………………………. 35
3.9.1 Informed Consent……………………………………………………… 35
3.9.2 Anonimity……………………………………………………………… 36
3.9.3 Confidentiality…………………………………………………………. 36

BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN


4.1 Profil Lahan Praktek................................................................................ 37
4.1.1 Sejarah STIKes Kendedes Malang.......................................................... 37
4.2 Ringkasan Proses Asuhan Keperawatan................................................. 39
4.3 Hasil Penerapan Tindakan Keperawatan................................................. 40
4.4 Pembahasan............................................................................................. 42
4.5 Keterbatasan Studi Kasus........................................................................ 44

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 45
5.2 Saran........................................................................................................ 45

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... . 47
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas................................ 16


Tabel 1.2 Perencanaan (Intervensi)................................................................ 28

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Numeric Rating Scale (NRS)....................................................6


Gambar 2.2 Visual Analog Scale (VAS).......................................................6
Gambar 2.3 Verbal Rating Scale (VRS).......................................................7
Gambar 2.4 Skala Wajah dan Barker............................................................7
Gambar 2.5 Pathway Dismenore..................................................................15
Gambar 3.1 Kerangka Konsep......................................................................31

x
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak wanita khususnya remaja yang mengalami masalah menstruasi,
diantaranya adalah nyeri saat menstruasi yang dikenal dengan dismenore. Rasa
nyeri dismenore merupakan keluhan yang paling umum dan banyak dialami oleh
wanita. Sifat dan tingkat rasa nyeri bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang
berat, Kondisi ini dinamakan dismenore. Dismenore adalah nyeri saat haid,
biasanya dengan rasa kram dan terpusat di abdomen bawah (Prawirohardjo,
2011). Nyeri dismenore ini jika tidak segera ditangani dapat menimbulkan
dampak yang dimana dismenore membuat perempuan tidak bisa beraktivitas
secara normal. Dismenore tidak hanya menyebabkan gangguan aktivitas tetapi
juga memberi dampak yang menyeluruh, mulai dari segi fisik, psikologis, sosial
dan ekonomi terhadap perempuan diseluruh dunia, Dampak psikologis dari
dismenore dapat berupa konflik emosional, ketegangan dan kegelisahan. Hal
tersebut menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan asing (Iswari, 2014).
Menurut data dari WHO 2010, didapatkan angka kejadian sebesar
1.769.425 jiwa (90%) wanita mengalami dismenore dengan 10-15% mengalami
dismenore berat. Prevalensi kejadian dismenore masih tinggi, dimana angka
kejadian dismenore di dunia mencapai 90% (Holder, 2014). Penelitian Klien dan
Lift di Amerika, menunjukkan bahwa prevalensi nyeri haid 59% dengan nyeri
haid berat sebanyak 12% nyeri sedang 37% dan nyeri ringan 49% (Anurogo,
2011). Angka kejadian dismenore di Indonesia berkisar 45 – 95% di kalangan
wanita usia produktif (Hendarini, 2014).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada tanggal 17 Maret 2022 di


Kelas S1 Bidan Moringga dari hasil wawancara pada remaja perempuan terdapat
dari 8 remaja perempuan, didapatkan 1 Tidak Nyeri, 1 Nyeri Berat, 3 Nyeri
Ringan, 3 Nyeri Sedang dan sebagian dari mereka belum mengerti tentang cara
mengatasi nyeri dismenore tersebut. Meskipun tidak berbahaya secara garis besar,

1
2

tapi sangat mengganggu aktivitas dan keseharian wanita yang mengalaminya.


Derajat nyeri atau kualitas keluhan yang dialami setiap wanita pasti berbeda-beda.
Masih ada wanita yang dapat melakukan aktifitas meskipun kadang merintih
kesakitan, hingga tak dapat melakukan aktifitas akibat dismenore. Terapi yang
digunakan untuk mengurangi dismenore yaitu dengan terapi musik salah satu
musik yaitu musik klasik Mozart (Ratmawati, 2016).
Menurut Musbikin irama klasik biasanya diiringi dengan nada pelan yang
bersifat merilekskan sebagai bentuk pengobatan yang memiliki aspek terapeutik,
sehingga sering digunakan untuk proses penyembuhan, menenangkan, dan
memperbaiki kondisi fisik maupun kondisi psikologis pasien dan tenaga
kesehatan. Hal ini bisa terjadi karena berdasarkan penelitian ditemukan adanya
kesamaan antara system penghubung irama dengan system penghubung rasa sakit
itu sendiri.
Musik klasik ialah Salah satu metode terapi non farmakologis yang bisa
diberikan dengan teknik distraksi (Laily dan Siti, 2013). Alunan nada atau irama
musik klasik itu sendiri memiliki manfaat sangat besar seperti merilekskan
pikiran, kelegaan batin, dan memaksimalkan alunan, melodi, irama, serta
keseimbangan yang berirama dan mendapatkan alunan beta dan gelombang alva
masuk ke bagian dalam telinga maka akan memunculkan rasa ketenangan dan
menyiapkan otak untuk mendapatkan dampak rileksasi sehingga biasa membuat
seseorang tertidur. Alunan nada atau musik pada umumnya memunculkan
frekuensi getaran agar bisa menghasilkan respon untuk gendang telinga. Respon
tersebut kemudian dihantarkan ke lapisan saraf sentral (limbic system) yang
berfungsi sebagai media pengigat, dan kelenjar sentral di hypothalamus
mempunyai lapisan saraf sentral, semuanya dapat melibatkan irama serta respon
yang beragam.
Musik klasik yang digunakan yaitu musik klasik Mozart (Musbikin, 2009).
Musik klasik Mozart sangat memberikan dampak positif untuk mengurangi
dismenore primer. Berdasarkan sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh
Prasetia (2015) di depok, menemukan adanya pengaruh terapi musik klasik
mozart terhadap penurunan dismenore. Dimana skala nyeri saat haid (dismenore)
3

responden terlihat ada perubahan dari yang sebelumnya mengalami dismenore


berat sebanyak 20 %, dismenore sedang 75 %, dan dismenore ringan sebanyak 5
%.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas maka masalah pada
penulisan ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan komunitas dismenore
pada Remaja dengan Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas Menggunakan
Terapi Musik Mozart Prodi S1 Kebidanan STIKes Kendedes Malang.”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Memberikan Asuhan Keperawatan Komunitas dismenore pada Remaja


dengan Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas Menggunakan Terapi
Musik Mozart Prodi S1 Kebidanan STIKes Kendedes Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan Pengkajian dismenore pada Remaja dengan Kesiapan
Peningkatan Koping Komunitas Menggunakan Terapi Musik Mozart Prodi
S1 Kebidanan STIKes Kendedes Malang
2. Menyusun diagnosa Keperawatan sesuai dengan prioritas dismenore pada
Remaja dengan Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas Menggunakan
Terapi Musik Mozart Prodi S1 Kebidanan STIKes Kendedes Malang
3. Merencanakan asuhan Keperawatan secara continue dismenore pada
Remaja dengan Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas Menggunakan
Terapi Musik Mozart Prodi S1 Kebidanan STIKes Kendedes Malang
4. Melaksanakan implementasi asuhan Keperawatan yang telah dilakukan
dismenore pada Remaja dengan Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas
Menggunakan Terapi Musik Mozart Prodi S1 Kebidanan STIKes
Kendedes Malang
5. Melakukan evaluasi asuhan Keperawatan yang telah dilakukan dismenore
pada Remaja dengan Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas
4

Menggunakan Terapi Musik Mozart Prodi S1 Kebidanan STIKes


Kendedes Malang
5

6. Mendokumentasikan asuhan Keperawatan yang telah dilakukan dismenore


pada Remaja dengan Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas
Menggunakan Terapi Musik Mozart Prodi S1 Kebidanan STIKes
Kendedes Malang
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis


Dapat menjadi sumber masukkan dan dapat menambah pengetahuan
terhadap penelitian terkait yang mana akan menambah informasi tentang
penanganan Dismenore. Bisa dijadikan sebagai program pembelajaran dan bisa
dipraktekkan Terapi Musik Mozart.
1.4.2 Manfaat Aplikatif
1. Bagi Rumah Sakit/Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan perawat tentang terapi musik mozart, terutama terapi musik
mozart dalam menurunkan dismenore.
2. Bagi Institusi
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan atau sumber data untuk
penelitian berikutnya, serta pendorong bagi pihak yang berkepentingan
untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai terapi musik mozart
terhadap penurunan dismenore.
3. Bagi Peneliti
Merupakan wadah untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam
rangka penerapan teori yang telah diterima. Serta membuktikan teori dan
kenyataan di lapangan tentang pengaruh terapi musik mozart terhadap
penurunan dismenore.
4. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan penderita dalam menurunkan dismenore dengan
menggunakan metode terapi musik mozart.
6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Medis Dismenore


2.1.1 Definisi Nyeri
Muttaqin (2008) mengatakan bahwa nyeri adalah suatu pengalaman
sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan
yang bersifat subjektif. Walaupun rasa nyeri hanya bersifat protopatik (primer),
namun pada hakekatnya apa yang tersirat dalam nyeri itu adalah rasa majemuk
yang diwarnai oleh nyeri, panas/dingin, dan rasa tekan. Nyeri harus dimengerti
sebagai pengertian yang mewakili rasa majemuk, yaitu merupakan kombinasi
segala komponen rasa protopatik (kepekaan terhadap rangsangan sakit dan suhu
yang daya pembedanya rendah atau kurang).
Menurut pendapat Muttaqin (2008) tentang nyeri yaitu nyeri akut dan
nyeri kronis, Nyeri akut berlangsung tiba-tiba pada umumnya berhubungan
dengan adanya suatu trauma atau cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan
adanya suatu kerusakan atau cedera yang baru saja terjadi. Sedangkan nyeri kronis
merupakan suatu keadaan yang berlangsung secara konstan atau intermitten dan
menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung diluar waktu
penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan
penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis adalah suatu keadaan
ketidaknyamanan yang dialami individu yang berlangsung selama enam bulam
atau lebih.
2.1.2 Skala Nyeri
1. Numeric Rating Scale (NRS)
Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah divalidasi. Berat dan
ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan
mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numeric dari 0 (nol)
hingga 10 (sepuluh) (Potter & Perry, 2005 dalam Handayani, 2015).
Skala 0 : Tidak nyeri
Skala 1-3 : Nyeri ringan
7

Skala 4-6 : Nyeri sedang


Skala 7-10 : Nyeri berat

Gambar 2.1 Numeric Rating Scale (NRS) Sumber : (Potter & Perry, 2005
dalam Handayani, 2015)

2. Visual Analog Scale (VAS)


Skala sejenis yang merupakan garis lurus, tanpa angka. Bisa bebas
mengekspresikan nyeri, ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit
tak tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri sedang (Potter & Perry,
2005 dalam Handayani, 2015).

Gambar 2.2 Visual Analog Scale (VAS) Sumber : (Potter & Perry, 2005
dalam Handayani, 2015)

3. Verbal Rating Scale (VRS)


Skala ini untuk menggambarkan rasa nyeri, efektif untuk menilai nyeri
akut, dianggap sederhana dan mudah dimengerti, ranking nyerinya dimulai
dari tidak nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan (Khoirunnisa &
Novitasari, 2015).
Tidak nyeri nyeri sangat hebat
Gambar 2.3 Verbal Rating Scale (VRS) Sumber : (Khoirunnisa &
Novitasari, 2015)

4. Skala Wajah dan Barker


Skala nyeri enam wajah dengan eskpresi yang berbeda, menampilkan
wajah bahagia hingga wajah sedih. Digunakan untuk mengekspresikan
rasa nyeri pada anak mulai usia 3 (tiga) tahun (Potter & Perry, 2005 dalam
Handayani, 2015).

Gambar 2.4 Skala Wajah dan Barker Sumber : (Potter & Perry, 2005
dalam Handayani, 2015)

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri


Faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri antara lain :
1. Usia
Tidak ada batasan usia secara pasti yang menunjukkan bahwa nyeri haid
hanya terjadi pada usia tertentu. Setiap perempuan yang masih berusia
produktif dan mengalami haid berpotensi mengalami nyeri haid.
Sedangkan menurut teori Hendrik (2009) usia perempuan semakin tua
kejadian nyeri haid jarang di temukan.
2. Lama Menstruasi
Semakin lama menstruasi terjadi, maka makin sering uterus berkontraksi,

7
8

akibatnya semakin banyak pula prostagladin yang dikeluarkan. Akibat


produksi prostagladin yang berlebihan, maka timbul rasa nyeri. Selain itu
kontraksi uterus yang terus-menerus juga menyebabkan suplay darah ke
uterus berhenti sementara sehingga terjadilah nyeri menstruasi (Shanon,
2009).
3. Siklus Haid
Siklus haid yang normal adalah jika seorang wanita memiliki jarak haid
yang setiap bulanya relativ tetap yaitu selama 28 hari. Jika berlebihanpun
perbedaan waktunya tidak terlalu jauh berbeda, tetapi pada kisaran 21-35
hari dihitung pada hari pertama haid sampai bulan berikutnya (Judha
Mohammad, 2012).
4. Kejiwaan
Kondisi kejiwaan yang tidak stabil pada wanita akan mengaktivasi
hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem yaitu simpatis
dan sistem korteks adrenal. Paparan ketidak stabilan kondisi emosional ini
akan meningkatkan hormon adrenalin, tiroksin dan kortisol yang
berpengaruh secara signifikan pada hemeostasis. Hal inilah yang
menyebabkan vasokontriksi pada daerah yang terkena nyeri. Sehingga
menimbulkan efek penekanan pada pembulu darah yang dapat
menyebabkan nyeri haid.
5. Keletihan atau cemas
Keletihan dapat meningkatkan persepsi nyeri dan rasa kelelahan
menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurukan kemampuan
koping. Hal ini terjadi karena masalah pada setiap individu yang menderita
penyakit dalam jangka waktu yang lama.
6. Berat Badan
Faktor lain yang mempengaruhi nyeri menstruasi adalah kelebihan berat
badan yang disebabkan oleh berbagai faktor termasuk yang di warisi,atau
di peroleh dirinya sendiri. Hal ini disebabkan oleh produksi hormon
ekstrogen akibat adanya kelebihan kolestrol, dimana kolestrol merupakan
prekusor dari ektrogen. Perubahan hormon bisa terjadi akibat timbunan
9

lemak pada perempuan yang mengalami obesitas. Timbunan lemak


memicu pembuatan hormon terutama ekstrogen. Pada perempuan obesitas
ektrogen tidak hanya diproduksi oleh ovarium tetapi juga diproduksi oleh
lemak yang berada dibawah kulit. Ekstrogen ini menyebabkan
meningkatkan kontraksi uterus. Dimana akan menyebabkan nyeri pada
saat menstruasi.
2.1.4 Dismenore
a. Definisi
Dismenore (dysmenorrhea) berasal dari bahasa yunani, dimana “dys”
berarti sulit, nyeri, abnormal, “meno” yang berarti bulan, dan “orrhea” yang
berarti yang berarti aliran. Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi pada
saat haid atau menstruasi yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah
perut dan panggul yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan
memerlukan pengobatan (Judha, 2012).
b. Klasifikasi Dismenore
Klasifikasi dismenore menurut Anurogo & Wulandari (2011) dibagi
menjadi dua, yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder.
1. Dismenorea Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid yang di jumpai tanpa
kelainan alat- alat genetalia yang nyata. Dismenore primer biasanya
terjadi dalam 6-12 bulan pertama setelah haid pertama.
A. Penyebab Dismenore Primer
1) Faktor endokrin. Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase
corpus luteum. Hormon progesteron menghambat atau
mencegah kontraktilias uterus sedangkan hormon ekstrogen
merangsang kontraktilitas uteus. Di sisi lain, endometrium
dalam fase sekresi memproduksi prostagladin F2 sehingga
menyebabkan kontraksi otot- otot polos. Jika kadar
prostagladin yang berlebihan memasuki peredaran darah maka
selain dismenore dapat juga di jumpai efek lainya seperti
nausea (mual), muntah, diare flushing (respon invulenter tak
10

terkontrol) dari sistem syaraf yang memicu pelebaran pembulu


kapiler kulit, dapat berupa warna kemerahan atau sensasi
panas. Jelaslah bahwa peningkatan kadar prostagladin
memegang peranan penting pada timbulnya dismenore primer.
2) Kelainan organik, seperti retrofleksia uterus (kelainan letak
arah anatomis rahim), hipospadia uterus (perkembangan rahim
yang lengkap), obtruksi kanalis servikalis (sumbatan saluran
jalan lahir), mioma submukosa bertangkai (tumor jinak yang
terdiri dari jaringan otot), dan polip endometrium.
3) Faktor kejiwaan atau gangguan pisikis, seperti rasa bersalah,
ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat berteduh,
konflik dengan maslah jenis kelaminnya, dan imaturitas
(belum mencapai kematangan)
4) Faktor konstitusi, seperti anemia dan penyakit menahun juga
dapat mempengaruhi timbulnya dismenore
5) Faktor alergi, penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut
riset, ada hubungan antara dismenore dengan urtikaria
(biduran), migrain, dan asma
B. Faktor Resiko Dismenore Primer
1) Usia saat menstruasi pertama kurang dari 12 tahun
2) Belum pernah melahirkan anak
3) Haid memanjang atau dalam waktu lama
4) Merokok
5) Riwayat keluarga positif terkena penyakit
6) Kegemukan
C. Manifestasi Klinis Dismenore Primer
Dismenore primer hampir selalu terjadi saat siklus ovulasi
(ovulatory cycles) dan biasanya muncul dalam setahun setelah haid
pertama. Pada dismenore primer klasik, nyeri di mulai bersamaan
dengan onset haid atau hanya sesaat sebelum haid dan bertahan atau
menetap selama 1-2 hari. Nyeri di deskripsikan sebagai spasmodik
11

dan menyebar ke bagian belakang (punggung) atau paha atas atau


tengah.

Berhubungan dengan gejala-gejala umum, seperti berikut :


1) Malaise (rasa tidak enak badan)
2) Fartigue (lelah)
3) Nausea (mual) dan vomiting (muntah)
4) Diare
5) Nyeri punggung bawah
6) Sakit kepala
7) Kadang-kadang dapat juga di sertai vertigo atau sensasi
jatuh, perasaan cemas, gelisah, hingga jatuh pingsan
8) Potret klinis dismenore primer termasuk onset segera
setelah haid pertama dan biasanya berlangsung sekitar 48-
72 jam, sering mulai beberapa jam sebelum atau sesudah
setelah haid.
D. Ciri-ciri Dismenore Primer
Ciri-ciri dismenore primer menurut Edmundson (2006), dismenore
primer memiliki ciri khas sebagai berikut :
1) Onset dalam 6-12 bulan setelah haid pertama
2) Nyeri pelvis atau perut bawah di mulai dengan onset haid dan
berakhir selama 8-72 jam
3) Nyeri punggung
4) Nyeri paha di medial atau interior
5) Sakit kepala
6) Diare
7) Nausea (mual) vomiting (muntah)
12

E. Karakteristik Dismenore Primer


Menurut (Badziad, 2003), karakteristik dismenore primer dapat
diuraikan sebagai berikut :
1) Nyeri sering di temukan pada usia muda
2) Nyeri sering timbul segera setelah haid mulai teratur
3) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan kadang di
sertai mual, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala
4) Nyeri haid timbul mendahului haid dan meningkat pada
hari pertama atau kedua haid
5) Jarang ditemukan kelainan genetalia pada pemeriksaan
ginekologis
6) Cepat memberikan respon terhadap pengobatan
medikametosa
2. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder merupakan suatu nyeri pada bagian abdomen
yang disebabkan karena adanya kelainan pada panggul. Dismenore
sekunder bisa terjadi setelah remaja mengalami menstruasi, tetapi
paling sering datang pada usia 20-30 tahunan. Penyebab yang paling
sering dialami oleh remaja adalah endometriosis, adenomyosis, polip
endometrium, chronic pelvic inflammatory disease dan penggunaan
peralatan kontrasepsi atau intra uterine device (IUD) (Anurogo,
2011).
Dismenore sekunder yang dirasakan oleh penderita berlangsung
dari 2 sampai 3 hari selama menstruasi, namun penderita dismenore
sekunder biasanya terjadi pada remaja yang memiliki umur lebih tua
dan sebelumnya mengalami siklus menstruasi yang normal (Reeder,
2013).
1. Penyebab Dismenore Sekunder
Beberapa penyebab dismenore sekunder antara lain:
1) Intrauterine contraceptive devices (alat kontrasepsi dalam
rahim).
13

2) Adenomyosis (adanya endometrium selain di rahim).


3) Uterine myoma (tumor jinak rahim yang terdiri dari
jaringan otot), terutama mioma submukosum (bentuk
mioma uteri).
4) Uterine polyps (tumor jinak di rahim).
5) Adhesions (pelekatan).
6) Stenosis atau striktur serviks, striktur kanalis servikals,
varikosis pelvik, dan adanya AKDR (alat kontrasepsi dalam
rahim).
7) Ovarian cysts (kista ovarium).
8) Ovarian torsion (sel telur terpuntir atau terpelintir).
9) Pelvic congestion syndrome (gangguan atau sumbatan di
panggul).
10) Uterine leiomyoma (tumor jinak otot rahim).
11) Mittelschmerz (nyeri saat pertengahan siklus ovulasi).
12) Psychogenic pain (nyeri psikogenik).
13) Endometriosis pelvis (jaringan endometrium yang berada di
panggul
14) Penyakit radang panggul kronis.
15) Tumor ovarium, polip endometrium.
16) Kelainan letak uterus seperti retrofleksi, hiperantefleksi,
dan retrofleksi terfiksasi.
17) Faktor psikis, seperti takut tidak punya anak, konflik
dengan pasangan, gangguan libid.
18) Allen-masters syndrome (kerusakan lapisan otot di panggul
sehingga pergerakan serviks (leher rahim) meningkat
abnormal). Sindrom masters allen di tandai dengan nyeri
perut bagian bawah yang akut, nyeri saat bersenggama
(dyspareunia), kelelahan yang sangat (excessive fartigue),
nyeri panggul secara umum (general pelvice pain), dan
nyeri punggung (backache).
2. Manifestasi Klinis Dismenore Sekunder
Nyeri dengan pola yang berbeda di dapatkan pada dismenore
sekunder yang terbatas pada onset haid. Ini biasanya berhubungan
dengan perut besar atau kembung, pelvis terasa berat, dan nyeri
punggung. Secara klinis, nyeri meningkat secara progresif selama fase
luteal dan akan memuncak sekitar onset haid.
Berikut adalah gejala klinis dari dismenore sekunder :
1) Dismenore terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah
haid pertama
2) Dismenore dimulai setelah usia 25 tahun
3) Dismenore ketidaknormalan pelvis dengan pemeriksaan
fisik, pertimbangkan kemungkinan endometriosis, pelvis
inflammatory disease (penyakit radang panggul), dan pelvis
adhesion (perlengketan pelvis)
4) Sedikit atau tidak ada respons terhadap obat golongan
NSAID (nonstreroidal Anti-infalammatory drug) atau obat
anti inflamasi non-steroid, kontrasepsi oral, atau keduanya.
15

2.1.5 Pathway
16

2.2 Konsep Dasar Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas

2.2.1 Definisi Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas


Pola adaptasi dan penyelesaian masalah komunitas yang memuaskan untuk
memenuhi tuntutan atau kebutuhan masyarakat, serta dapat ditingkatkan untuk
penatalaksanaan masalah saat ini dan mendatang.
2.2.2 Data Mayor dan Data Minor

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
1. Perencanaan aktif oleh komunitas 1. Terdapat sumber-
mengenai prediksi stressor sumber daya yang
2. Pemecahan masalah aktif oleh adekuat untuk
komunitas saat menghadapi mengatasi stresor
masalah
Gejala dan Tanda Minor Objektif
Subjektif 1. Tersedia program untuk
1. Bersepakat bahwa komunitas rekreasi
bertanggung jawab terhadap 2. Tersedia program untuk
penatalaksanaan stres relaksasi/bersantai
2. Berkomunikasi positif diantara
anggota komunitas
3. Berkomunikasi positif diantara
komunitas
17

2.3 Terapi Musik Klasik

2.3.1 Sejarah Terapi Musik


Penggunaan musik untuk terapi sudah ada pada abad ke-19 musik telah
dipraktikkan sebagai bagian dari intervensi keperawatan oleh florence nightingale
(Schou, 2008). Nightingale menemukan bahwa bunyi-bunyian bisa membantu
sebagai milieu therapy dalam menyembuhkan karena meningkatkan relaksasi.
Pada saat menyembuhkan tentara yang mengalami cedera atau sakit di perang
krim, Nightingale menggunakan live musik karena belum ada tape recorder pada
jaman itu (Schou, 2008). Nightingale menggunakan bunyi-bunyi natural seperti
suara angin, air mengalir. Jelaslah bahwa terapi musik digunakan sebagai bagian
dari terapi komlementer adalah kontribusi dari perawat.

2.3.2 Definisi Terapi Musik


Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan
rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan
gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat
untuk kesehatan fisik dan mental tubuh untuk mengeluarkan opioid endogen yaitu
endorphin dan enfekalin yang memiliki sifat seperti morfin dengan efek analgetik.

Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi, musik dapat


meningkatkan, memulihkan, memelihara kesehatan fisik, mental emosional,
sosial, dan spiritual. Hal ini disebabkan musik memiliki beberapa kelebihan, yaitu
karena musik bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks, berstruktur, dan
universal. Sejalan dengan nafas, detak jantung, dan pulsasi dari organ manusia
yang semuanya berulang dan berirama, sehingga musik dapat membantu
menyembuhkan dan mencegah rasa sakit.

Seorang terapis menggunakan musik dan aktifitas musik untuk


memfasilitasi proses terapi dalam membantu kliennya, digunakan untuk
memperjelas media yang digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi.
Berbeda dengan berbagai terapi dalam lingkup psikologi yang justru
mendorong klien untuk bercerita tentang permasalahannya. Jenis musik
18

yang digunakan dalam terapi musik dapat disesuaikan dengan keinginan,


seperti musik klasik, instrumentalia, dan slow musik, (Potter, 2005 dalam
efendi, 2009).

Menurut (Djohan 2006), fungsi terapi musik diantaranya adalah:

1. Membantu mengeksperikan perasaan.


2. Memberikan pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan
emosi.
3. Membantu mengatasi stress dan mengurangi nyeri.

2.3.3 Terapi Musik Klasik

Terapi musik membantu mengatasi berbagai keluhan gangguan terutama


intelektual dan kesulitan belajar namun mereka yang memiliki gangguan cacat
fisik juga bisa memperoleh manfaat terutama mereka yang perlu meningkatkan
kemampuan nafas atau ingin meningkatkan kemampuan geraknya seperti pasien
hipertensi yang menderita kelumpuhan, tetapi hal ini tidak berlaku apabila
seseorang tidak gemar musik, karena hasil yang didapat tidak akan semaksimal
dengan seseorang yang gemar dengan musik (James & Robbins, 2008 dalam
Ratih 2014).

Dalam penelitian ini Musik Klasik yang digunakan untuk


penelitian adalah musik klasik intstrumental karena dipenjelasan
sebelumnya efek musik klasik mampu mengurangi rasa nyeri dan
relaksasi.

Dan dari penjelasan tentang musik diatas peneliti mendapatkan


hasil dalam pemilihan lagu yang akan digunakan yaitu musik Klasik
Mozart yang telah peneliti dengarkan dengan seksama, peneliti
memutuskan mengambil judul Mozart Clarinet Concerto in A major,
K.622 – Adagio, untuk digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan
kepada mahasiswa S1 Kebidanan, karena memiliki tempo yang lambat,
pitch yang harmoni dan dinamika yang lembut.
19

2.3.4 Manfaat Terapi Musik


Menurut (Erwin, 2015) musik mempunyai manfaat sebagai berikut:
1) Relaksasi, mengisitrahatkan tubuh dan pikiran
Manfaat yang pasti dirasakan setelah melakukan terapi musik
adalah perasaan rileks, tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih
fresh. Terapi musik memberikan kesempatan bagi tubuh dan
pikiran untuk mengalami relaksasi yang sempurna.
2) Meningkatkan motivasi, hal yang hanya bisa dilahirkan dengan
perasaan mood tertentu, apabila ada motivasi semangat pun akan
muncul dan segala kegiatan bisa dilakukan.
3) Meningkatkan kemampuan mengingat, terapi musik bisa
meningkatkan daya ingat dan mencegah kepikunan. Hal ini bisa
terjadi karena bagian otak memproses musik terletak berdekatan
dengan memori.
4) Mengurangi rasa sakit, musik bekerja pada sistem saraf otonom
dan fungsi otak yang apabila kedua sistem tersebut bereaksi
sensitif terhadap musik, jika mendengarkan musik secara teratur
membantu tubuh relaks secara fisik dan mental, sehingga
membantu menyembuhkan dan mencegah rasa sakit.
Musik klasik mozart memberikan ketenangan, memperbaiki
persepsi spesial dan kemungkinan pasien untuk berkomunikasi
baik dengan hati maupun pikiran. Musik klasik Mozart juga
memiliki irama, melodi, dan frekuensi tinggi yang dapat
merangsang dan menguatkan wilayah kreatif dan motivasi di
otak. Musik klasik Mozart memiliki kekuatan yang
membebaskan, mengobati dan menyembuhkan (Musbikin, 2009).
20

2.3.5 Waktu yang dibutuhkan dalam pemberian Terapi Musik


Belum ada rekomendasi mengenai durasi yang optimal dalam
pemberian terapi musik. Seringkali durasi yang diberikan dalam
pemberian terapi musik adalah selama 20-35 menit, tetapi untuk masalah
kesehatan yang lebih spesifik terapi musik diberikan dengan durasi 30
sampai 45 menit. Ketika mendengarkan terapi musik berbaring dengan
posisi yang nyaman, sedangkan tempo harus lebih lambat, 50-7-
ketukan/menit, menggunakan irama yang tenang (Schou, 2008).
Sedangkan Bellavia (2010) mencatat penggunaan waktu yang ideal bagi
setiap pasien dalam melakukan terapi musik 10 menit hingga 30 menit tiap
harinya. Musik klasik mozart merupakan salah satu jenis musik relaksasi
yang bertempo 60 ketukan per menit. Musik yang memiliki tempo antara
60 sampai 80 ketukan per menit mampu mambuat seseorang yang
mendengarkannya menjadi rileks Oritz yang mempengaruhi pikiran dan
tubuh dalam berbagai tingkatan.
Hal ini senada juga pada (Rihiantoro dalam yuhana 2010), dalam
waktu 30 menit mendengarkan musik lembut memiliki efek terapi yang
sama dengan menggunakan obat penenang valium 10mg. Utomo (dalam
yuhana, 2010) mengatakan bahwa karakteristik musik klasik yang
menimbulkan relaksasi adalah musik klasik yang tempo lambat atau musik
klasik yang mempunyai bunyi lebih panjang dan lambat karena akan
menyebabkan detak jantung pendengaranya menjadi lebih lambat sehingga
ketegangan fisik menjadi lebih rendah dan menciptakan ketenangan fisik.

2.3.6 Pengaruh terapi musik klasik terhadap nyeri dismenore

Terdapat banyak teori, hipotesa, dan asumsi bagaimana musik


bekerja, Don Campbell (2006) dalam bukunya “Music: Physician For
Times to Come” mengemukakan bahwa stimulus musik memiliki efek
21

biologis pada perilaku manusia dengan melibatkan fungsi otak yang


spesifik seperti memori, belajar, motivasi, emosi dan stress. Campbell
mengemukakan bahwa bunyi yang mengalir dalam bentuk gelombang
elektromagnetik melalui udara dan dapat diukur berdasarkan frekuensi
bunyi dan intensitas musik. Lebih jauh dijelaskan efek musik dirasakan di
hemisfer kanan, akan tetapi hemisfer kiri akan mendapatkan fungsi
analisis yang luar biasa dari musik. Persepsi auditori dari musik bekerja
dipusat auditori di lobus temporal, yang akan mengirimkan sinyal ke
talamus, otak tengah, pons, amigdala, medulla dan hipotalamus.

Saat seseorang mendengarkan musik, gelombangya ditransmisikan


melalui ossicles di telinga tengah dan melalui cairan cochlear berjalan
menuju telinga dalam. Membran basilaris cochlea merupakan area
resonansi dan berespon terhadap frekuensi getaran yang bervariasi.
Rambut silia sebagai sensori reseptor yang mengubah frekuensi getaran
menjadi getaran elektrik dan langsung terhubung dengan ujung nervus
pendengaran. Nervus auditori menghantarkan sinyal ini ke korteks auditori
di lobus temporal. Korteks auditori primer menerima input dan
mempersepsikan pitch dan melodi yang rumit, dan dipengaruhi oleh
pengalaman seseorang. Korteks auditori sekunder lebih lanjut memproses
interprestasi musik sebagai gabungan harmoni, melodi, dan rhytm
(Wilgram, 2002 dalam Novita, 2012).

Finnerty (2006) melakukan studi kualitatif yang diberi judul


“Music Therapy As An Intervention For Pain Perception”, dengan
pernyataan hasil penelitianya yaitu : Terapi musik bisa menjadi distraksi
dari nyeri seseorang dan mengurangi efek samping analgesik, terapi musik
juga bisa menurunkan kecemasan, gejala depresi, meningkatkan motivasi,
sehingga bekontribusi meningkatkan kualitas hidup pasien.

Mitchell dan MacDonald (2006) mengemukakan terapi musik pada


nyeri adalah distraksi terhadap pikiran tentang nyeri, menurunkan
kecemasan, menstimulasi ritme nafas lebih teratur, menurunkan
22

ketengangan tubuh, memberikan gambaran positif pada visual imagery,


relaksasi, dan mengingkatkan mood yang positif. Terapi musik dengan
pendekatannya yang unik dan universal membantu mencapai tujuan
dengan penurunan stress, ketakutan akan penyakit dan cedera,
menurunkan tingkat depresi, kecemasan, stress dan insomnia. Terapi
musik juga mendorong perilaku kesehatan yang positif, mendorong
kemajuan pasien selama pengobatan dan pemulihan (Schou, 2008).

Mekanisme musik dalam memberikan efek menurunkan nyeri telah


dijelaskan dalam teori Gate Control, dimana kesan yang muncul bahwa
transmisi dari hal yang berpotensi sebagai implus nyeri bisa
dimodulasikan oleh “cellular gating mechanism” ditemukan di spinal
cord. Gate Control Theory menyatakan bahwa sinyal nyeri yang
ditransmisikan dari bagian yang mengalami cedera melalui reseptor-
reseptor nervus di spinal, lalu sinaps-sinaps menyampaikan informasi ke
otak (Nilssons, 2008; Novita, 2012).

Saat gerbang (gate) tertutup, sinyal nyeri akan dicegah mencapai


otak. Namun saat gerbang membuka, impuls-impuls tersebut akan mampu
mencapai otak dan menginformasikan pesan sebagai nyeri. Saat implus
sensori lain yang dikirim (musik) bersamaan dengan berjalannya implus
nyeri, maka implus-implus ini akan berkompetisi untuk mencapai otak.
Pada keadaan gerbang baik terbuka maupun tertutup, musik dipercaya
dapat mengurangi persepsi nyeri pasien (Dunn, 2004; Huss, 2007 dalam
Ernawati 2010).

Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai karakteristik empat


jenis gelombang otak yang umunya muncul pada setiap orang:

1. Gelombang Alpha: Kreativitas, relaksasi, visualisasi gelombang


otak Alpha (8-13 Hz) sangat kontras dibanding dengan kondisi
Beta. Kondisi relaks mendorong aliran energi kreaktivitas dan
perasaan segar, sehat. Kondisi gelombang otak Alpha ideal untuk
23

perenungan, memecahkan masalah, dan visualisasi, bertindak


sebagai gerbang kreativitas kita.
2. Gelombang Beta: waspada, konsentrasi. Kondisi gelombang otak
Beta (13-30 Hz) menjaga pikiran kita tetap tajam dan terfokus.
Dalam kondisi Beta, otak akan mudah melakukan analisis dan
penyusunan informasi, membuat koneksi, dan menghasilkan
solusi-solusi serta ide-ide baru. Beta sangat bermanfaat untuk
produktivitas kerja, belajar untuk ujian, persiapan presentasi, atau
aktivitas lain yang membutuhkan konsentrasi dan kewaspadaan
tinggi.
3. Gelombang Theta: relaksasi mendalam, meditasi, peningkatan
memori. Lebih lambat dari Beta, kondisi gelombang otak Theta (4-
8 Hz) muncul saat kita bermimpi sebagai mengalami mimpi secara
sadar. Frekuensi Theta ini dihubungkan dengan pelepasan stress
dan peningkatan kembali memori yang telah lama. Kondisi
“senjakala” (twilight) dapat digunakan untuk meditasi yang lebih
dalam, menghasilkan peningkatkan kesehatan secara keseluruhan,
kebutuhan kurang tidur, meningkatkan kreaktivitas dan
pembelajaran.
4. Gelombang Delta: penyembuhan, tidur sangat nyenyak. Kondisi
Delta (0.5-4 Hz), saat gelombang otak semakin melambat, sering
dihubungkan dengan kondisi tidur yang sangat dalam. Beberapa
frekuensi dalam jangkauan Delta ini diiringi dengan pelepasan
hormon pertumbuhan manusia (Human Growth Hormone), yang
bermanfaat dalam penyembuhan. Kondisi Delta, jika dihasilkan
dalam kondisi terjaga, akan menyediakan peluang untuk
mengakses aktivitas bawah sadar, mendorong alirannya ke pikiran
sadar. Kondisi Delta juga sering dihubungkan dengan manusia-
manusia yang memiliki perasaan kuat terhadap empati dan intuisi.
Oleh sebab itu bagi siswi, yang mengalami nyeri disminore
dengan salah satu upaya agar berkurangnya nyeri yang dialami
24

secara berlebihan dapat dilakukan dengan cara mendengarkan


musik klasik mozart. Dengan adanya rileksasi musik klasik
diharapkan mampu mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pada
saat datang bulan atau nyeri haid.
25

2.4 Asuhan Keperawatan


2.4.1 Fokus Pengkajian
Pengkajian komunitas adalah untuk mengidentifikasi faktor (positif dan
negatif) yang berhubungan dengan kesehatan dalam rangka membangun strategi
untuk promosi kesehatan. Dimana menurut model Betty Neuman (Anderson and
Mc Farlane, 2000) yang dikaji meliputi demografi, populasi, nilai keyakinan dan
riwayat kesehatan individu yang dipengaruhi oleh subsystem komunitas yang
terdiri dari lingkungan fisik, perumahan, pendidikan, keselamatan dan
transportasi, politik pemerintahan, kesehatan, pelayanan sosial, komunikasi,
ekonomi, data statistik, angket dan wawancara.
2.4.2 Analisa dan Diagnosa Keperawatan Komunitas
Data-data yang dihasilkan dari pengkajian kemudian dianalisa
seberapa besar stresor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat
reaksi yang timbul dalam masyarakat tersebut. Kemudian dijadikan dasar
dalam pembuatan diagnosa atau masalah keperawatan. Diagnosa
keperawatan menurut Muecke (1995) terdiri dari masalah kesehatan,
karakteristik populasi dan lingkungan yang dapat bersifat aktual, ancaman
dan potensial.
1. Nyeri
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lamat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang 3 bulan.
26

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
Tidak tersedia 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi
meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor Objektif
Subjektif 1. Tekanan darah
(Tidak tersedia) meningkat
2. pola napas berubah
3. nafsu makan berubah
4. proses berpikir
terganggu
5. menarik diri
6. berfokus pada diri
sendiri
7. diaforesis

Penyebab :

1. Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma)


2. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
27

2. Intoleransi Aktivitas

Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari

Penyebab

1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen


2. Tirah baring
3. Kelemahan
4. Imobilitas
5. Gaya hidup monoton

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
1. Mengeluh lelah 1. Frekuensi jantung
meningkat >20% dari
kondisi sehat
Gejala dan Tanda Minor Objektif
Subjektif 1. Tekanan darah
1. Dispnea saat/setelah aktivitas berubah >20% dari
2. Merasa tidak nyaman setelah kondisi istirahat
beraktivitas 2. Gambaran EKG
3. Merasa lemah menunjukan aritmia
saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG
menunjukan iskemia
4. Sianosis
28

3. Ansietas
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif terhadap objek yang tidak jelas
dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.

Penyebab.
1. Krisis situasional.
2. Kebutuhan tidak terpenuhi.
3. Krisis maturasional.
4. Ancaman terhadap konsep diri.
5. Ancaman terhadap kematian.
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan.
7. Disfungsi sistem keluarga.
8. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan.
9. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10. Penyalahgunaan zat.
11. Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan lain-lain).
12. Kurang terpapar informasi.

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
1. Merasa bingung. 1. Tampak gelisah.
2. Merasa khawatir dengan akibat. 2. Tampak tegang.
3. Sulit berkonsenstrasi. 3. Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor Objektif


Subjektif 1. Frekuensi napas
1. Mengeluh pusing. meningkat.
2. Anoreksia. 2. Frekuensi nadi
3. Palpitasi. meningkat.
4. Merasa tidak berdaya. 3. Tekanan darah
meningkat.
4. Diaforesis.
5. Tremor.
6. Muka tampak pucat.
7. Suara bergetar.
8. Kontak mata buruk.
9. Sering berkemih.
29

10. Berorientasi pada


masa lalu.

2.4.3 Perencanaan (Intervensi)


Perencanaan merupakan tindakan pencegahan primer, sekunder, tersier
yang cocok dengan kondisi klien (keluarga, masyarakat) yang sesuai dengan
diagnosa yang telah ditetapkan. Proses didalam tahap perencan
aan ini meliputi penyusunan, pengurutan masalah berdasarkan diagnosa
komunitas sesuai dengan prioritas (penapisan masalah), penetapan tujuan dan
sasaran, menetapkan strategi intervensi dan rencana evaluasi.

No Diagnosa Luaran Intervensi


Keperawatan Keperawatan

1. Nyeri Setelah diberikan asuhan  Jelaskan dan bantu klien dengan


keperawatan selama 1x24 tindakan pereda nyeri
jam diharapkan nyeri klien nonfarmakologi dan non invasif.
berkurang   dengan  Ajarkan Terapi Musik
kriteria hasil: Nyeri Instrumental
berkurang/dapat diadaptasi,  Tingkatkan pengetahuan
Dapat mengindentifikasi tentang : sebab-sebab nyeri, dan
aktivitas yang menghubungkan berapa lama
meningkatkan/menurunkan nyeri akan berlangsung.
nyeri, skala nyeri ringan.
2. Intoleransi Setelah diberikan asuhan  Hindari seringnya melakukan
Aktivitas keperawatan selama 1x24 aktivitas yang tidak penting yang
jam diharapkan dapat membuat lelah,    berikan
klien menunjukan perbaikan istirahat yang cukup:
toleransi aktivitas dengan  Berikan istirahat cukup dan tidur
kriteria hasil : Klien dapat 8 – 10 jam tiap malam
melakukan aktivitas
3. Ansietas Setelah diberikan asuhan  Jelaskan prosedur yang diberikan
keperawatan selama 1x24 dan ulangi dengan sering-
jam diharapkan kecemasan  Anjurkan orang terdekat
menurun dengan berpartisipasi dalam asuhan
kriteria hasil : Klien tenang  Ajarkan teknik terapi musik
dan dapat mengekspresikan instrumentasl
perasaannya.  Informasikan tentang perawatan,
dan pengobatan
 Jelaskan pada klien tentang
etiologi/faktor dismenore.
30

 Jelaskan pada klien bahwa


tindakan tersebut dilakukan untuk
menjamin keamanan

2.4.4 Pelaksanaan (Implementasi)


Pelaksanaan kegiatan komunitas berfokus pada tiga tingkat pencegahan
(Anderson dan Mc Farlane, 1985), yaitu:

1. Pencegahan Primer
Pencegahan sebelum sakit atau disfungsi dan diaplikasikan ke populasi
sehat pada umumnya, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum
dan pelindungan khusus terhadap suatu penyakit. Misalnya kegiatan
penyuluhan gizi, imunisasi, stimulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan
keluarga.
2. Pencegahan Sekunder
Kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat kesehatan
masyarakat dan ditemukannya masalah kesehatan. Pencegahan sekunder
ini menekankan pada diagnosa dini dan intervensi yang tepat untuk
menghambat proses penyakit atau kelainan sehingga memperpendek
waktu sakit dan tingkat keparahan. Misalnya mengkaji dan memberi
intervensi segera terhadap tumbuh kembang anak usia bayi sampai balita.
3. Pencegahan Tersier
Kegiatan yang menekan pada pengembalian individu pada tingkat
fungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga. Pencegahan ini
dimulai ketika terjadinya kecacatan atau ketidakmampuan yang menetap
bertujuan untuk mengembalikan ke fungsi semula dan menghambat proses
penyakit.
31

2.4.5 Evaluasi
Evaluasi perbandingan antara status kesehatan klien dengan hasil yang
diharakan. Evaluasi terdiri dari tiga yaitu evaluasi struktur, evaluasi proses dan
evaluasi hasil. Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi
data sesuai dengan kriteria evaluasi menggunakan penemuan dari evaluasi untuk
membuat keputusan dalam memberikan asuhan keperawatan.
32

2.4.6 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Jenis desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi kasus dengan metode observasional. Rancangan penelitian observasi
merupakan penelitian yang datanya dihimpun dengan cara peneliti
melakukan observasi atau pengamatan. Penelitian observasi juga diartikan
sebagai suatu proses penyelidikan dengan menggunakan metode
pengamatan. Prinsip dari metode penelitian ini adalah mengamati perilaku
subyek. Kegiatan mengamati tidak hanya dengan menggunakan panca
indra mata (visual) tetapi juga bisa melibatkan beberapa paca indera.
Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian
satu unit penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok,
komunitas, atau institusi (Nursalam, 2008). Tujuan dari penelitian studi kasus
adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang
dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga atau
masyarakat. Kelemahan dalam studi kasus adalah tidak memungkinkan
generalisasi yang obyektif pada populasi sebab perincian kasus memang sangat
terbatas representatifnya dan hasilnya kurang obyektif (Setiadi, 2013).

3.2 Subjek Studi Kasus


Subjek penelitian dapat meliputi kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria
inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Alimul Aziz, 2012)

1) Mahasiswa di STIKes Kendedes Malang (Kelas S1 Bidan Moringga).


2) Mahasiswa yang mengalami nyeri haid pada saat menstruasi
3) Mahasiswa yang berusia 18 - 21 tahun
4) Mahasiswa yang mengalami menstruasi tidak lebih dari 1 minggu
5) Siklus mens yang teratur setiap bulannya (28 hari)
34

6) Mahasiswa yang bersedia menjadi responden


3.3 Lokasi dan Waktu
Studi kasus ini dilakukan di kampus STIKes Kendedes Malang
(Kelas S1 Bidan Moringga). Penelitian di lakukan 1 minggu 2 kali. Pada
Bulan Juli 2022

3.4 Fokus Studi Kasus


Studi Kasus ini berfokus pada klien dengan diagnosa Kesiapan Peningkatan
Koping Komunitas supaya dapat memberikan Asuhan Keperawatan Komunitas
Dismenore Pada Remaja Dengan Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas
Menggunakan Terapi Musik Mozart Prodi S1 Kebidanan STIKes Kendedes
Malang. .
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. (Nursalam, 2014). Definisi
operasional yaitu mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.
Batasan istilah atau definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Intensitas Nyeri Dismenore
Ketidaknyamanan dan rasa nyeri yang dirasakan pada saat wanita
mengalami menstruasi yang jika tidak segera ditangani dapat
mengganggu aktifitas fisik dan menggagu rasa nyaman bagi para wanita
khususnya remaja.
2. Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas
Pola adaptasi dan penyelesaian masalah komunitas yang memuaskan
untuk memenuhi tuntutan atau kebutuhan masyarakat, serta dapat
ditingkatkan untuk penatalaksanaan masalah saat ini dan mendatang.
3. Terapi Musik
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan
rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk
dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang
bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental tubuh. Terapi musik
dilakukan 1 minggu 2 kali dengan durasi 10 menit.
3.6 Instrumen Studi Kasus
Instrumen pada studi kasus ini menggunakan Format Pengkajian
Komunitas. Standart Operasional Prosedur (SOP) dan lembar pengukuran skala
nyeri NRS (numeric rating scale).
3.7 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah kegiatan penelitian untuk
mengumpulkan data. Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat
alat ukur pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian
36

(Nursalam, 2018). Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah
sebagai berikut :

1 Wawancara studi kasus ini sumber data diperoleh dari hasil


wawancara terhadap klien.
2 Observasi pada klien yang akan kita jadikan responden
3 Studi dokumentasi dari melihat atau mengalisis dokumen-dokumen
hasil dari data yang relevan.
3.8 Analisis data Penyajian data
Analisis data dilakukan sejak penelitian dilapangan sewaktu pengumpulan
data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data dilakukan dengan cara
mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan
selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan (Notoadmodjo, 2010).
Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi
dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterprestasikan dan
dibandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan
rekomendasi dalam intervensi tersebut.
3.9 Etika Studi Kampus
Pada laporan tugas akhir ini terdapat etika yang menjadi dasar penyusunnan
yaitu terdiri dari:
3.9.1 Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (Alimul Aziz,
2012). Sebelum memberikan lembar persetujuan penelitian akan
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak
yang mungkin akan terjadi selama dan sesudah dilakukan pengumpulan
data. Apabila responden menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan
tetap menghormati hak responden.
37

3.9.2 Anonimity (Tanpa nama)


Pasien mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus
dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama,data cukup menggunakan
inisial atau kode sehingga karakteristik pribadi menjadi tidak dikenali.
(Nursalam, 2016).
3.9.3 Confidentiality
Masalah ini merupakan suatu etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan
dari hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
(Nasrullah, 2014). Semua informasi yang telah dikumpukan dijamin
kerahasiaanya oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil penelitian.
38

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil lahan praktek

4.1.1 Sejarah STIKes Kendedes Malang


Sekolah Tinggi Kesehatan Kendedes Malang terletak di Jl. R. Panji
Suroso No. 6 Malang, memiliki luasan area kampus dengan luas 11.583
M2 dengan bangunan seluas 804 M2 yang terdiri 2 (dua) gedung
bangunan dengan masing-masing 3 (tiga) lantai dan 2 (dua) lantai dengan
jumlah lokal kelas 20 lokal dan 4 (empat) Program Studi yaitu Program
Studi S1 Keperawatan, Program Studi D3 Keperawatan,Program Studi D3
Kebidanan, dan D1 Pekarya Kesehatan.
Awal mula berdirinya STIKes Kendedes adalah dari Akademi
Kebidanan (AKBID) Rajekwesi yang merupakan pendidikan tinggi
profesional bidangkesehatan milik Yayasan Kendedes, berdasarkan SK
Menkes RI no. HK.00.SJ.JK.H.0081 tanggal 9 Januari 2002 tentang Ijin
Penyelenggaraan AKBID Rajekwesi. Kemudian AKBID Rajekwesi
berubah namanya menjadi AKBID Kendedes berdasarkan SK Menkes RI
no. HK.03.2.4.1.01676 pada tanggal 18 Mei 2004. Pada tanggal 5
September 2006 melalui SK Kepmendiknas RI no. 200/D/O/2006
pembinaan AKBID Kendedes dialihkan dari Depkes ke Depdiknas.
Kemudian didirikan Akademi Keperawatan (AKPER) yang
merupakan pendidikan tinggi profesional pemula bidang keperawatan
milik Yayasan Kendedes, berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional no. 2361/D2.2/2003 pada tanggal 10 November
2003, dan SK Menteri Kesehatan RI no. NK.03.23.4.1.2678 pada tanggal
3 Juli 2003, yang diperpanjang ijinnya dengan SK Dirjen Dikti no.
3130/D/T/2006.
Akhirnya berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI
no. 47/D/O/2009 tentang Pemberian Ijin Penyelenggaraan Program Studi
39

S1 Keperawatan dan penggabungan AKBID dengan AKPER Kendedes


menjadi Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKes) Kendedes di Malang yang
diselenggarakan oleh Yayasan Kendedes Malang, berdirilah STIKes
Kendedes Malang. Akbid Kendedes Malang dan Akper Kendedes Malang
telah memperoleh Penetapan Strata Akreditasi B dari Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
STIKes Kendedes  memiliki bukti dengan memberikan kontribusi
positif untuk bangsa dan negara dengan melahirkan generasi muda yang
ber-basis Pendidikan dan Kesehatan dalam rangka menciptakan sumber
daya manusia khususnya dalam bidang kesehatan yang handal dan
profesional serta tanggap darurat. Dengan motto Pencetak Tenaga
Kesehatan Profesional STIKes Kendedes Malang selalu meningkatkan
kemampuan untuk peningkatan kinerja secara berkelanjutan dalam rangka
menjaga mutu lulusan tetap relevan dengan kebutuhan dunia kerja serta
mampu  menghadapi persaingan dunia Internasional. Melalui komitmen
tersebut STIKes Kendedes telah mendapatkan Sertifikat SMM ISO
9001:2008 dari badan sertifikasi Jerman (TUV NORD).

1. Berikut Visi dan Misi dari STIKes Kendedes Malang :


Visi :
“Menjadi Perguruan Tinggi Kesehatan yang Berjiwa Pancasila
Bermutu serta Inovatif di Bidang Kesehatan pada Tingkat Nasional”
Misi :

1. Meningkatkan layanan pendidikan bermutu yang profesional,


terpadu serta berinovasi yang berlandaskan nilai-nilai luhur dengan
didukung teknologi informasi
2. Mengembangkan penelitian yang inovatif pada bidang kesehatan
dan meningkatkan kualitas dan publikasi penelitian
3. Meningkatkan kualitas pelayanan dan pengabdian pada masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan program pembangunan di bidang
kesehatan
40

4. Menyelenggarakan tata kelola yang baik, bersih, akuntabel dalam


pelaksanaan otonomi Perguruan Tinggi
5. Menyelenggarakan kerjasama dengan berbagai pihak untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan Tridharma di STIKes
Kendedes

4.2 Ringkasan Proses Asuhan Keperawatan


Asuhan Keperawatan dilakukan pada 2 responden dengan diagnosa
kesiapan peningkatan koping komunitas, dilakukan pada tanggal 13 Juli 2022,
pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 13 juli 2022 dengan cara
bergantian dan melakukan observasi serta wawancara kepada responden. Keluhan
utama dari responden adalah nyeri perut, mules berlebihan pada perut dan susah
untuk tidur (Peneliti, 2022).
Kesiapan peningkatan koping komunitas adalah Pola adaptasi dan
penyelesaian masalah komunitas yang memuaskan untuk memenuhi tuntutan atau
kebutuhan masyarakat, serta dapat ditingkatkan untuk penatalaksanaan masalah
saat ini dan mendatang (PPNI, 2016). Dalam TIM Pokja SDKI DPP PPNI, 2016
menyebutkan penyebab dari kesiapan peningkatan koping komunitas yaitu :
1. Perencanaan aktif oleh komunitas mengenai prediksi stressor
2. Pemecahan masalah aktif oleh komunitas saat mengahdapi masalah
3. Terdapat sumber-sumber daya yang adekuat untuk mengatasi
stressor
Setelah dilakukan pengkajian peneliti mulai menyusun intervensi
dan melakukan implementasi yang akan dilakukan kepada setiap
responden dengan tujuan membantu mereka mengurangi keluhan mereka
yang merasa tidak nyaman yaitu dengan meminimalisir nyeri perut dan
mules berlebihan pada perut. Implementasi yang diterapkan oleh peneliti
juga memasukkan terapi komplementer berupa terapi musik mozart selama
10 menit, peneliti mengajarkan kepada responden bagaimana cara dan
tahapan dalam terapi musik mozart supaya nantinya responden mampu
41

melakukan implementasi secara mandiri meskipun tanpa di damping oleh


peneliti.

Dalam proses implementasi peneliti melaksanakan secara daring


dengan 2 responden selama 2 hari sekali dan dilakukan pemantauan setiap
hari, setelah dilakukan implementasi selama 2 hari dan dari hasil evaluasi
didapatkan pada 2 responden mengalami berkurangnya nyeri dan mules
berlebihan pada perut (Peneliti, 2022).

4.3 Hasil Penerapan Tindakan Keperawatan


Diagnosis keperawatan pada kasus ini adalah kesiapan peningkatan koping
komunitas, intervensi yang dilakukan untuk mengatasi kesiapan peningkatan
koping komunitas pada nyeri dismenore dengan menggunakan terapi musik
mozart dengan hasil implemantasi di hari pertama pengkajian dan di hari terakhir
setelah dilakukannya implementasi terapi musik mozart.

Tabel 4.1 Hasil Implementasi terapi musik mozart pada Nn. N

Hari /tanggal Sebelum Hari / tanggal Sesudah

Rabu, 13 Juli 2022 Subjektif : Kamis 14 Juli Subjektif :


klien mengatakan 2022 klien mengatakan
mules berlebihan mules berkurang
pada perut dan merasa
nyaman setelah
dilakukan terapi
Objektif : musik mozart
TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/mnt Obobjektif :
S : 36,°C TD : 110/70
N : 88x/mnt mmHg
RR : 20x/mnt
Skala nyeri : 4 S : 35°C
N : 88x/mnt

Skala nyeri : 3
42

Tabel 4.2 Hasil Implementasi terapi musik mozart pada Nn. C

Hari /tanggal Sebelum Hari / tanggal Sesudah

Rabu, 13 Juli 2022 Subjektif : Kamis 14 Juli Subjektif :


klien mengatakan 2022 klien mengatakan
nyeri, tidak ada rasa sudah tidak nyeri
mual muntah setelah dilakukan
terapi musik
mozart.
Objektif :
TD : 120/80 mmHg Obbjektif :
RR : 20x/mnt TD : 120/80
S : 36,°C mmHg
N : 88x/mnt RR : 18x/mnt
S : 36,5°C
Skala nyeri : 3 N : 90x/mnt

Skala nyeri : 0

Dari data diatas disimpulkan bahwa dengan implementasi yang telah


dilakukan yaitu terapi musik mozart selama 10 menit, didapatkan bahwa terdapat
penurunan tingkat nyeri. Sehingga dapat dilakukan bahwa implemnetasi sudah
berhasil.
4.3
43

4.4 Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Menurut Kemenkes RI (2019) mengemukakan bahwa sekitar 40-
70% wanita pada masa reproduksi mengalami dismenore dan sebesar
10% hingga mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. Puncak
nyeri haid primer terjadi pada masa remaja akhir (usia 20-an) dimana
sekitar 92% remaja mengalami nyeri haid. Sekitar 70-90% kasus
dismenore dialami pada wanita usia remaja yang dimungkinkan dapat
mempengaruhi aktivitas akademis, sosial dan aktivitas.
Dari hasil penelitian sebelumnya, saya menemukan kesamaan
karakteristik dari 2 responden yaitu responden 1 dengan usia 20 tahun,
responden 2 usia 20 tahun dengan jenis kelamin perempuan.
2. Analisis Masalah Keperawatan
Dalam SDKI masalah keperawatan kesiapan peningkatan koping
komunitas ditandai dengan :
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif :
1. Perencanaan aktif oleh komunitas mengenai prediksi stressor
2. Pemecahan masalah aktif oleh komunitas saat menghadapi masalah
Objektif :
1. Terdapat sumber-sumber daya yang adekuat untuk mengatasi
stresor
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif :
1. Bersepakat bahwa komunitas bertanggung jawab terhadap
penatalaksanaan stres
2. Berkomunikasi positif diantara anggota komunitas
3. Berkomunikasi positif diantara komunitas
Objektif :
1. Tersedia program untuk rekreasi
2. Tersedia program untuk relaksasi/bersantai
44

(SDKI, 2017)

Hasil diatas sesuai dengan apa yang ditemukan peneliti pada


responden dengan keluhan utama yaitu nyeri perut, mules berlebihan
pada perut. (Peneliti, 2022)

3. Analisis Tindakan Keperawatan


Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh peneliti dalam
mengatasi masalah keperawatan yang muncul yaitu dengan cara
mengajarkan terapi musik mozart kepada responden sebagai upaya
mengurangi nyeri dismenore (Peneliti, 2022).
Manfaat yang didapatkan dari terapi musik mozart menurut para
ahli:
1. Relaksasi, mengisitrahatkan tubuh dan pikiran
2. Meningkatkan motivasi
3. Meningkatkan kemampuan mengingat
4. Mengurangi rasa sakit

Dari penjelasan tentang musik diatas peneliti mendapatkan hasil


dalam pemilihan lagu yang akan digunakan yaitu musik Klasik Mozart
yang telah peneliti dengarkan dengan seksama, peneliti memutuskan
mengambil judul Mozart Clarinet Concerto in A major, K.622 – Adagio
dilakukan selama 10 menit untuk digunakan dalam penelitian yang akan
dilakukan kepada mahasiswa S1 Kebidanan, karena memiliki tempo
yang lambat, pitch yang harmoni dan dinamika yang lembut.

4. Analisis Tindakan Keperawatan Sesuai dengan Hasil Penelitian


Berdasarkan data yang sudah diperoleh dapat kita lihat bahwa
adanya pengaruh dari intervensi yang diberikan kepada 2 responden
yaitu berupa penurunan tingkat nyeri pada masing-masing responden
setelah dilakukan terapi musik mozart, responden mampu memahami
dan mengikuti dengan baik. Untuk menilai keberhasilan dari intervensi
peneliti mengukur tingkat atau skala nyeri responden dengan Numeric
45

Rating Scale (NRS) yang ditanyakan langsung kepada responden


setelah dilakukan terapi musik mozart. Responden Nn. N sebelum
diberkan terapi musik mozart saat pengkajian mengatakan bahwa skala
nyeri 4, setelah dilakukan terapi dan evaluasi Nn. N mengatakan bahwa
skala nyeri menjadi 3. Responden Nn. C sebelum diberikan terapi
mengatakan bahwa skala nyeri 3, setelah dilakukan terapi dan evaluasi
Nn. C mengatakan bahwa skala nyeri menjadi 0.
Hal tersebut dikarenakan ketika mendengarkan musik mozart
menyebabkan persepsi atau perasaan tenang, meningkatkan hormon
scrotonin dan endhorphin yang menyebabkan seseorang semakin
merasa nyaman, terjadi perbaikan sel dalam uterus sehingga
menurunkan kram otot uterus dan respon nyeri haid pun menurun
(Djohan, 2016)
4.5 Keterbatasan Studi Kasus
Penelitian ini telah diusahakan dan dilakukan sesuai dengan prosedur ilmiah
yang ada. Namun dalam penelitian ini peneliti menyadari masih banyak
kekurangan, beberapa keterbatasan yang peneliti sadari antara lain adalah :
1. Peneliti belum melakukan terapi dengan maksimal dikarenakan kesulitan
mencari responden
2. Peneliti kesulitan menghubungi dan meminta izin kepada lahan praktek
untuk melakukan penelitian.
4.6
46

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Kasus kelolaan pada 2 responden dengan diagnosis kesiapan
peningkatan koping komunitas didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Nn. N. Nyeri dismenore saat pengkajian mengatakan skala nyeri
4, setelah diberi terapi musik mozart selama 10 menit mengalami
penurunan tingkat nyeri 3 dan Nn. N melakukan terapi secara
mandiri.
b. Nn. C. Nyeri dismenore saat pengkajian mengatakan skala nyeri
3, setelah diberi terapi musik mozart selama 10 menit mengalami
penurunan yang signifikan yaitu skala nyeri 0 dan Nn. C
melakukan terapi secara mandiri.
2. Peneliti memberikan terapi musik mozart hanya sekali setelah itu
mengajarkan kepada responden sehingga dapat diharapkan secara
mandiri.
3. Hasil analisa penerapan terapi musik mozart pada responden dengan
diagnosis kesiapan peningkatan koping komunitas menunjukkan
bahwa terjadi penurunan skala nyeri pada kedua responden tersebut.
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan hasil kesimpulan penelitian, maka peneliti
dapat mengemukakan saran sebagai berikut :
1. Bagi Responden
Diharapkan responden mampu menerapkan secara teratur terapi musik
mozart supaya dapat meningkatkan derajat kesehatan terutama pada
Asuhan Keperawatan Komunitas Dismenore Pada Remaja dengan
Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas Menggunakan Terapi
Musik Mozart Prodi S1 Kebidanan STIKes Kendedes Malang
47

2. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat digunakan sebagai
bahan referensi perpustakaan STIKes Kendedes dan sebagai acuan
dasar untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan Komunitas
Dismenore Pada Remaja dengan Kesiapan Peningkatan Koping
Komunitas Menggunakan Terapi Musik Mozart Prodi S1 Kebidanan
STIKes Kendedes Malang
3. Bagi Instansi Kesehatan
Dapat dijadikan usaha promotif dan informasi mengenai Asuhan
Keperawatan Komunitas Dismenore Pada Remaja dengan Kesiapan
Peningkatan Koping Komunitas Menggunakan Terapi Musik Mozart
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan menjadi acuan bahan referensi
dalam penelitian selanjutnya serta terlebih baik lagi dalam
memberikan Asuhan Keperawatan Komunitas Dismenore Pada
Remaja dengan Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas
Menggunakan Terapi Musik Mozart
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, Aziz. (2012). Riset Keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Salemba Medika.
Anugroho, Dito, dan Wulandari, Ari. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid.
Yogyakarta: CV. Anai OFFSET.
Batubara J.R.L. (2012). Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Vol.
12. No 1. Sari Pedriati
Fahmi. 2014. Hubungan Antara Dismenore dengan Usia Menarche dan Indeks
Massa Tubuh. (Online). (http://repository.usu.ac.id/, diakses 11 Januari 2017
Handayani. Trisna Yuni dan Dewi Rokhanawati. 2011. Hubungan Dismenorea
Terhadap Aktivitas Belajar Siswi SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta Tahun
2011. Jurnal Kebidanan, (Online). (http://opac.unisayogya.ac.id/), diakses 06
Juni 2017
Icemi Sukarni K, & Wahyu P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas
dilengkapi Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
Icesmi Sukarni K, MargarethZh. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta: Nuha Medika
Mohammad Judha, S. A. 2012. Teori Pengukuran Nyeri. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Nursalam. 2020. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
NANDA NIC-NOC 2015-2017
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Patricia A. Potter & Perry, Anne G. (2010). Fundamental of Nursing:
Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Jakarta : EGC
Rangga, Y. B., Trishinta, S. M., & Ka’arayeno, A. J. (2021). Efektivitas
Penerapan Terapi Musik Mozart (Violin Concerto) Terhadap Nyeri Haid
Primer. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 5(2), 63-74.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem adisi 6. Jakarta:
EGC
Widayarti. 2011. Pengaruh Bacaan Al-Qur’an Terhadap Intensitas Kecemasa
Pasien Sindroma Koroner akut di RS Hasan Sadikin. Tesis: Universitas
Padjajaran
Buku SDKI 2017,. Tim PokjaSDKIDPPPPNI,.
Buku SIKI 2017,. Tim PokjaSDKIDPPPPNI,.
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Elcha Agustin Primarianda
NIM : 2001070351

Adalah mahasiswa Profesi Ners STIKes Kendedes Malang, akan


mengadakan penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan Komunitas
Dismenore Pada Remaja Dengan Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas
Menggunakan Terapi Musik Mozart Prodi S1 Kebidanan STIKes Kendedes
Malang.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetauhi adanya pengaruh Terapi
Musik Mozart Terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore.
Untuk itu saya mengharapkan saudara berkenan untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini dengan bersedia mengisi kuesioner yang telah
dipersiapkan, dengan sejujur-jujurnya. Kerahasiaan informasi ini akan
dijamin. Untuk itu, dalam pengisian kuisioner ini tidak perlu
mencantumkan nama dan alamat.
Sebagai bukti kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, saya
mohon kesediaan saudara menandatangani persetujuan yang telah saya
sediakan. Patisipasi saudara menjadi responden dalam penelitian ini sangat
saya hargai dan sebelumnya saya ucapkan terima kasih.

Malang, 2022

Elcha Agustin Primarianda


Lampiran 2
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)

Setelah mendapatkan penjelasan tentang tujuan penelitian ini, maka saya


Nama :
Usia :

Menyatakan bersedia menjadi responden dari penelitiaan saudari Elcha Agustin


Primarianda yang berjudul :

“Asuhan Keperawatan Komunitas Dismenore Pada Remaja Dengan


Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas Menggunakan Terapi Musik
Mozart Prodi S1 Kebidanan STIKes Kendedes Malang.” Persetujuan ini saya
buat dengan sadar tanpa paksaan dari siapapun, Demikian pernyataan ini saya
buat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Malang, 2022
Responden

……………………
Lampiran 3

SOP TERAPI MUSIK

1. PENGERTIAN Pemanfaatan kemampuan musik dan elemen musik oleh


terapis kepada klien
2. TUJUAN Memperbaiki kondisi fisik, emosional, dan kesehatan
spiritual pasien.
3. INDIKASI Pasien cemas.
4. KONTRAINDIKASI -
5. PERSIAPAN KLIEN 1. Pastikan identitas pasien yang akan diberikan
intervensi.
2. Kaji keadaan umum pasien.
3. Jelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang
akan dilakukan.

6. PERSIAPAN ALAT 1. Tape musik / Radio


2. Headset
3. Alat-alat musik yang sesuai
7. CARA KERJA
1. Mengucapkan salam terapeutik.
2. Menanyakan perasaan pasien saat ini.
3. Menjelaskan tujuan kegitan.
4. Beri kesempatan pasien untuk bertanya sebelum kegiatan dilakukan.
5. Pertahankan privasi selama tindakan dilakukan.
6. Pilih pilihan musik yang mewakili pilihan klien
7. Berikan posisi nyaman kepada pasien.
8. Gunakan headphone
9. Nyalakan musik dan lakukan terapi musik
10. Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras
8. TAHAP AKHIR
1. Evaluasi respon pasien.
2. Berikan reinforcement positif.
3. Mengahiri kegiatan dengan cara yang baik.
9. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Pastikan lingkungan nyaman dan tenang
LAMPIRAN 4

SKALA PENGUKURAN NYERI


(pre-test & post-test)
Numerical Rating Scale (NRS)
Nama :
Usia :
Usia pertama kali menstruasi :
Rentang usia pertama kali menstruasi :
Petunjuk pengukuran nyeri
Berilah tanda silang (X) pada salah satu angka dibawah ini yang menggambarkan

tingkat nyeri yang anda rasakan pada saat mengalami nyeri haid (Dismenore).

Semakin besar angka maka semakin berat keluhan.

Skala 0 = Tidak Nyeri :

Skala 1-3 = Nyeri Ringan :

Skala 4-6 = Nyeri Sedang :

Skala 7-10 = Nyeri Berat :

Anda mungkin juga menyukai