Anda di halaman 1dari 35

ii

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja merupakan masa perkembangan pada diri remaja yang sangat
penting, diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga nantinya
mampu bereproduksi. Pada masa remaja terdapat perubahan-perubahan yang
terjadi seperti perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial, dimana
kondisi tersebut dinamakan dengan masa pubertas. Salah satu tanda pubertas pada
remaja putri yaitu terjadinya menstruasi (Batu bara, 2012).

Menstruasi terjadi saat lapisan dalam dinding rahim luruh dan keluar
dalam bentuk yang dikenal dengan istilah darah menstruasi. Dalam keadaan
normal, setiap bulan seorang wanita yang telah memasuki usia subur akan
melepaskan satu sel telur (ovum) dan ovum akan dihasilkan dan dilepaskan oleh
indung telur (ovarium) (Atikah & Siti, 2009). Setelah mengalami menstruasi
biasanya terlihat perubahan fisik seorang perempuaan seperti pada pinggul dan
payudara, menstruasi akan berhenti dengan sendirinya pada saat wanita sudah
berusia 40-50 tahun, yang dikenal dengan istilah menopause (Icemi & Wahyu,
2013).

Pada saat menstruasi, masalah yang dialami oleh hampir sebagian besar
wanita adalah rasa tidak nyaman atau rasa nyeri yang hebat. Hal ini biasa disebut
dengan nyeri haid (dismenore). Menurut data WHO (Word Health Organitation)
angka kejadian dismenore di indonesia sebanyak 55% dikalangan usia produktif,
dimana 15% diantaranya mengeluhkan aktivitas menjadi terbatas akibat
dismenore (Fahmi, 2014).

Angka kejadian nyeri dismenore di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari
50% perempuan disetiap Negara mengalami nyeri menstruasi. Di Amerika angka
prosentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia

1
2

angkanya diperkirakan 55 % perempuan usia produktif yang tersiksa oleh nyeri


selama menstruasi angka kejadian (prevalensi) nyeri menstruasi berkisar 45-95%
dikalangan wanita usia produktif (Atika & Siti, 2009).

Faktor-faktor yang menyebabkan nyeri Dismenore yaitu faktor endokrin,


kelainan organik, faktor kejiwaan, faktor konstitusi dan alergi. Rasa nyeri yang
ditimbulkan selama haid disebabkan karena terjadinya kontraksi yang kuat atau
lama pada dinding rahim, hormon prostaglandin yang cenderung tinggi dan
perlebaran leher rahim saat mengeluarkan darah haid dan terjadinya kontraksi
miometrium yang terlalu kuat saat mengeluarkan darah haid (peluruhan lapisan
endometrium uteri,bekuan darah (stolsel), sel sel epitel dan stoma dari dinding
uterus dan vagina serta cairan dan lendir dari dinding uterus, vagina dan vulva)
sehingga menyebabkan ketegangan otot saat berkontraksi dan terjadilah nyeri saat
menstruasi. Dampak yang terjadi apabila dismenore tidak ditangani adalah
gangguan rasa nyaman dan aktivitas hidup sehari-hari.
Cara mengatasi nyeri dismenore saat menstruasi pada umumnya
menggunakan terapi secara farmakologi atau non farmakologi. Pengobatan
farmakologi pada nyeri haid dapat menggunakan obat analgetika (obat anti sakit)
dan obat non-steroidanti inflamasi (NSAID) seperti asam mefenamat, ibu profen,
piroxicam dan lain-lain. Penanganan dismenore dapat juga dilakukan dengan
nonfarmakologi, yaitu melakukan olahraga ringan, teknik relaksasi dan kompres
hangat atau dingin pada daerah yang nyeri (Marlina, 2009). Upaya penanganan
dismenore tidak hanya dengan non farmakologi tetapi dapat dilakukan dengan
penanganan farmakologi, siswi biasanya membeli obat analgesik yang dijual
diwarung seperti feminax yang mengandung paracetamol dan hyoscyami extract
merupakan spasmolitik yang dapat mengurangi rasa nyeri, sakit kepala, dan mulas
yang timbul pada waktu haid (Dianawati, 2003).

Menurut Tamsuri (2007) penatalaksanaan nyeri secara nonfarmakologi


salah satunya adalah dengan teknik distraksi. Pada mekanisme distraksi, terjadi
penurunan perhatian atau persepsi terhadap nyeri dengan memfokuskan perhatian
pasien pada stimulasi lain atau menjauhkan pikiran terhadap nyeri. Salah satu
3

teknik distraksi yang efektif adalah mendengarkan musik. Musik dapat


menurunkan nyeri fisiologis, stress dan kecemasan dengan mengalihkan perhatian
seseorang dari nyeri (Kartika, 2008). Seperti halnya musik, Al-Qur’an juga
mempunyai fungsi sebagai media yang dapat menimbulkan ketenangan seperti
tercantum dalam surat 13 ayat 28 yang artinya "Ingatlah, hanya dengan mengingat
Allah hati menjadi tentram" (Q.S. Ar Ra’d/13: 28). Ayat lain dalam Al-Qur’an
juga menjelaskan bahwa Al-Qur’an dapat menjadi obat (penawar) yaitu "dan
Kami telah menurunkan dari Al-Qur’an, suatu yang menjadi penawar (obat) dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah
kepada orang-orang yang zalim selain kerugian" (Q.S. Al Isra’/17: 82).

Berbagai penelitian dilakukan untuk mengetahui manfaat Al-Qur’an


terhadap kesehatan. Al Qadhi (1984) dalam Hoesodo (2008) membuktikan bahwa
dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an, seorang muslim baik yang
berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat
besar seperti penurunan depresi dan kesedihan serta memperoleh ketenangan jiwa.
Hal tersebut membuktikan bahwa Al-Qur’an memiliki pengaruh yang kuat
terhadap kesehatan, terutama dalam menimbulkan perasaan rileks dan memberi
kenyamanan. Jika perasaan seseorang dalam keadaan rileks dan nyaman,
diharapkan intensitas nyeri dapat berkurang (Kartika, 2008).

Murottal merupakan salah satu musik yang memiliki pengaruh positif bagi
pendengarnya (Widayarti, 2011). Terapi murottal dapat mempercepat
penyembuhan, hal ini telah dibuktikan oleh berbagai ahli seperti yang telah
dilakukan Ahmad Al Khadi direktur utama Islamic Medicine Institute for
Education and Research di Florida, Amerika Serikat. Dalam konferensi tahunan
ke XVII Ikatan Dokter Amerika, dengan hasil penelitian bahwa mendengarkan
ayat suci Al-Quran memiliki pengaruh yang signifikan dalam menurunkan
ketegangan urat saraf reflektif dan hasil ini tercatat dan terukur secara kuantitatif
dan kualitatif oleh alat berbasis computer (Remodal, 2009).

Terapi murottal bekerja pada otak, dimana ketika didorong dengan


rangsangan dari luar (terapi Al-Quran) maka otak memproduksi zat kimia yang
4

disebut neuropeptide. Molekul-molekul ini mengangkut reseptor-reseptor mereka


yang ada didalam tubuh sehingga tubuh memberi umpan balik berupa rasa
nyaman. Mendengarkan bacaan ayat-ayat suci Al-Quran secara murottal
mempunyai efek relaksasi dan dapat menurunkan nyeri haid (dismenore) apabila
didengarkan dalam tempo murottal berada antara 60-70 menit secara konstan,
tidak ada perubahan irama yang mendadak dan dalam nada yang lembut
(Widayarti, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Faradisi, terapi
murottal terbukti lebih efektif menurunkan nyeri haid (dismenore) dibandingkan
dengan terapi musik lainnya.

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti pada SMK


Telkom Malang. Didapatkan bahwa pada SMK Telkom Malang diperoleh jumlah
siswi kelas XII sebanyak 23 orang siswi. Dari banyaknya siswi yang mengalami
nyeri dismenore sebanyak 10 orang atau 43% didapatkan data bahwa mereka tidak
mengetahui penanganan nyeri dismenore. Cara penanganan nyeri dismenor yang
biasa mereka lakukan adalah dengan cara tidur/istirahat. Mereka belum
mengetahui bahwa dengan cara Terapi Murottal dapat mengurangi nyeri
dismenore.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas maka masalah pada
penulisan ini adalah bagaimanakah asuhan keperawatan komunitas nyeri
dismenore pada remaja dengan defisit pengetahuan terapi murottal di smk telkom
malang.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Keperawatan Komunitas Nyeri Dismenore Pada
Remaja dengan Defisit Pengetahuan Menggunakan Terapi Murottal di SMK
Telkom Malang
5

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Melakukan Pengkajian Nyeri Dismenore pada Remaja dengan Defisit
Pengetahuan Menggunakan Terapi Murottal di SMK Telkom Malang.
2. Menyusun diagnosa Keperawatan sesuai dengan prioritas Nyeri
Dismenore pada Remaja dengan Defisit Pengetahuan Menggunakan
Terapi Murottal di SMK Telkom Malang.
3. Merencanakan asuhan Keperawatan secara continue Nyeri Dismenore
pada Remaja dengan Defisit Pengetahuan Menggunakan Terapi Murottal
di SMK Telkom Malang.
4. Melaksanakan implementasi asuhan Keperawatan yang telah dilakukan
Nyeri Dismenore pada Remaja dengan Defisit Pengetahuan Menggunakan
Terapi Murottal di SMK Telkom Malang.
5. Melakukan evaluasi asuhan Keperawatan yang telah dilakukan Nyeri
Dismenore pada Remaja dengan Defisit Pengetahuan Menggunakan
Terapi Murottal di SMK Telkom Malang.
6. Mendokumentasikan asuhan Keperawatan yang telah dilakukan Nyeri
Dismenore pada Remaja dengan Defisit Pengetahuan Menggunakan
Terapi Murottal di SMK Telkom Malang.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Dapat menjadi sumber masukkan dan dapat menambah pengetahuan
terhadap penelitian terkait yang mana akan menambah informasi tentang
penanganan Nyeri Dismenore. Bisa dijadikan sebagai program pembelajaran dan
bisa dipraktekkan Terapi Murottal.
1.4.2 Manfaat Aplikatif
1. Bagi Rumah Sakit/Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan perawat tentang terapi murottal, terutama terapi murottal
dalam menurunkan nyeri dismenore.
2. Bagi Institusi
6

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan atau sumber data untuk
penelitian berikutnya, serta pendorong bagi pihak yang berkepentingan
untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai terapi murottal terhadap

penurunan nyeri dismenore.

3. Bagi Peneliti
Merupakan wadah untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam
rangka penerapan teori yang telah diterima. Serta membuktikan teori dan
kenyataan di lapangan tentang pengaruh terapi murottal terhadap
penurunan
nyeri dismenore.
4. Bagi Remaja
Menambah pengetahuan penderita dalam menurunkan nyeri dismenore
dengan menggunakan metode terapi murottal.
7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Medis Nyeri Dismenore

2.1.1 Definisi Nyeri


Muttaqin (2008) mengatakan bahwa nyeri adalah suatu pengalaman
sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan
yang bersifat subjektif. Walaupun rasa nyeri hanya bersifat protopatik (primer),
namun pada hakekatnya apa yang tersirat dalam nyeri itu adalah rasa majemuk
yang diwarnai oleh nyeri, panas/dingin, dan rasa tekan. Nyeri harus dimengerti
sebagai pengertian yang mewakili rasa majemuk, yaitu merupakan kombinasi
segala komponen rasa protopatik (kepekaan terhadap rangsangan sakit dan suhu
yang daya pembedanya rendah atau kurang).
Menurut pendapat Muttaqin (2008) tentang nyeri yaitu nyeri akut dan
nyeri kronis, Nyeri akut berlangsung tiba-tiba pada umumnya berhubungan
dengan adanya suatu trauma atau cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan
adanya suatu kerusakan atau cedera yang baru saja terjadi. Sedangkan nyeri kronis
merupakan suatu keadaan yang berlangsung secara konstan atau intermitten dan
menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung diluar waktu
penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan
penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis adalah suatu keadaan
ketidaknyamanan yang dialami individu yang berlangsung selama enam bulam
atau lebih.
2.1.2 Skala Nyeri
1. Numeric Rating Scale (NRS)
Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah divalidasi. Berat dan
ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan
mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numeric dari 0 (nol)
hingga 10 (sepuluh) (Potter & Perry, 2005 dalam Handayani, 2015).
Skala 0 : Tidak nyeri
8

Skala 1-3 : Nyeri ringan


Skala 4-6 : Nyeri sedang
Skala 7-10 : Nyeri berat

Gambar 2.1 Numeric Rating Scale (NRS) Sumber :(Potter& Perry, 2005
dalam Handayani, 2015)

2. Visual Analog Scale (VAS)


Skala sejenis yang merupakan garis lurus, tanpa angka. Bisa bebas
mengekspresikan nyeri, ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit
tak tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri sedang (Potter & Perry,
2005 dalam Handayani, 2015).

Gambar 2.2 Visual Analog Scale (VAS) Sumber :(Potter& Perry, 2005
dalam Handayani, 2015)

3. Verbal Rating Scale (VRS)


Skala ini untuk menggambarkan rasa nyeri, efektif untuk menilai nyeri
akut, dianggap sederhana dan mudah dimengerti, ranking nyerinya dimulai
dari tidak nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan (Khoirunnisa &
Novitasari, 2015).
9

Tidak nyeri nyeri sangat hebat


Gambar 2.3 Verbal Rating Scale (VRS) Sumber : (Khoirunnisa &
Novitasari, 2015)

4. Skala Wajah dan Barker


Skala nyeri enam wajah dengan eskpresi yang berbeda, menampilkan
wajah bahagia hingga wajah sedih. Digunakan untuk mengekspresikan
rasa nyeri pada anak mulai usia 3 (tiga) tahun (Potter & Perry, 2005 dalam
Handayani, 2015).

Gambar 2.4 Skala Wajah dan Barker Sumber :(Potter & Perry, 2005
dalam Handayani, 2015)

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri


Faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri antara lain :
1. Usia
Tidak ada batasan usia secara pasti yang menunjukkan bahwa nyeri haid
hanya terjadi pada usia tertentu. Setiap perempuan yang masih berusia
produktif dan mengalami haid berpotensi mengalami nyeri haid.
Sedangkan menurut teori Hendrik (2009) usia perempuan semakin tua
kejadian nyeri haid jarang di temukan.
2. Lama Menstruasi
Semakin lama menstruasi terjadi, maka makin sering uterus berkontraksi,
akibatnya semakin banyak pula prostagladin yang dikeluarkan. Akibat
produksi prostagladin yang berlebihan, maka timbul rasa nyeri. Selain itu
kontraksi uterus yang terus-menerus juga menyebabkan suplay darah ke
10

uterus berhenti sementara sehingga terjadilah nyeri menstruasi (Shanon,


2009).
3. Siklus Haid
Siklus haid yang normal adalah jika seorang wanita memiliki jarak haid
yang setiap bulanya relativ tetap yaitu selama 28 hari. Jika berlebihanpun
perbedaan waktunya tidak terlalu jauh berbeda, tetapi pada kisaran 21-35
hari dihitung pada hari pertama haid sampai bulan berikutnya (Judha
Mohammad, 2012).
4. Kejiwaan
Kondisi kejiwaan yang tidak stabil pada wanita akan mengaktivasi
hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem yaitu simpatis
dan sistem korteks adrenal. Paparan ketidak stabilan kondisi emosional ini
akan meningkatkan hormon adrenalin, tiroksin dan kortisol yang
berpengaruh secara signifikan pada hemeostasis. Hal inilah yang
menyebabkan vasokontriksi pada daerah yang terkena nyeri. Sehingga
menimbulkan efek penekanan pada pembulu darah yang dapat
menyebabkan nyeri haid.
5. Keletihan atau cemas
Keletihan dapat meningkatkan persepsi nyeri dan rasa kelelahan
menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurukan kemampuan
koping. Hal ini terjadi karena masalah pada setiap individu yang menderita
penyakit dalam jangka waktu yang lama.
6. Berat Badan
Faktor lain yang mempengaruhi nyeri menstruasi adalah kelebihan berat
badan yang disebabkan oleh berbagai faktor termasuk yang di warisi,atau
di peroleh dirinya sendiri. Hal ini disebabkan oleh produksi hormon
ekstrogen akibat adanya kelebihan kolestrol, dimana kolestrol merupakan
prekusor dari ektrogen. Perubahan hormon bisa terjadi akibat timbunan
lemak pada perempuan yang mengalami obesitas. Timbunan lemak
memicu pembuatan hormon terutama ekstrogen. Pada perempuan obesitas
ektrogen tidak hanya diproduksi oleh ovarium tetapi juga diproduksi oleh
11

lemak yang berada dibawah kulit. Ekstrogen ini menyebabkan


meningkatkan kontraksi uterus. Dimana akan menyebabkan nyeri pada
saat menstruasi.
2.1.4 Dismenore
a. Definisi
Dismenore (dysmenorrhea) berasal dari bahasa yunani, dimana “dys”
berarti sulit, nyeri, abnormal, “meno” yang berarti bulan, dan “orrhea” yang
berarti yang berarti aliran. Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi pada
saat haid atau menstruasi yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah
perut dan panggul yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan
memerlukan pengobatan (Judha, 2012).
b. Klasifikasi Dismenore
Klasifikasi dismenore menurut Anurogo & Wulandari (2011) dibagi
menjadi dua, yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder.
1. Dismenorea Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid yang di jumpai tanpa
kelainan alat- alat genetalia yang nyata. Dismenore primer biasanya
terjadi dalam 6-12 bulan pertama setelah haid pertama.
A. Penyebab Dismenore Primer
1) Faktor endokrin. Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase
corpus luteum. Hormon progesteron menghambat atau
mencegah kontraktilias uterus sedangkan hormon ekstrogen
merangsang kontraktilitas uteus. Di sisi lain, endometrium
dalam fase sekresi memproduksi prostagladin F2 sehingga
menyebabkan kontraksi otot- otot polos. Jika kadar
prostagladin yang berlebihan memasuki peredaran darah maka
selain dismenore dapat juga di jumpai efek lainya seperti
nausea (mual), muntah, diare flushing (respon invulenter tak
terkontrol) dari sistem syaraf yang memicu pelebaran pembulu
kapiler kulit, dapat berupa warna kemerahan atau sensasi
12

panas. Jelaslah bahwa peningkatan kadar prostagladin


memegang peranan penting pada timbulnya dismenore primer.
2) Kelainan organik, seperti retrofleksia uterus (kelainan letak
arah anatomis rahim), hipospadia uterus (perkembangan rahim
yang lengkap), obtruksi kanalis servikalis (sumbatan saluran
jalan lahir), mioma submukosa bertangkai (tumor jinak yang
terdiri dari jaringan otot), dan polip endometrium.
3) Faktor kejiwaan atau gangguan pisikis, seperti rasa bersalah,
ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat berteduh,
konflik dengan maslah jenis kelaminnya, dan imaturitas
(belum mencapai kematangan)
4) Faktor konstitusi, seperti anemia dan penyakit menahun juga
dapat mempengaruhi timbulnya dismenore
5) Faktor alergi, penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut
riset, ada hubungan antara dismenore dengan urtikaria
(biduran), migrain, dan asma
B. Faktor Resiko Dismenore Primer
1) Usia saat menstruasi pertama kurang dari 12 tahun
2) Belum pernah melahirkan anak
3) Haid memanjang atau dalam waktu lama
4) Merokok
5) Riwayat keluarga positif terkena penyakit
6) Kegemukan
C. Manifestasi Klinis Dismenore Primer
Dismenore primer hampir selalu terjadi saat siklus ovulasi
(ovulatory cycles) dan biasanya muncul dalam setahun setelah haid
pertama. Pada dismenore primer klasik, nyeri di mulai bersamaan
dengan onset haid atau hanya sesaat sebelum haid dan bertahan atau
menetap selama 1-2 hari. Nyeri di deskripsikan sebagai spasmodik
dan menyebar ke bagian belakang (punggung) atau paha atas atau
tengah.
13

Berhubungan dengan gejala-gejala umum, seperti berikut :


1) Malaise (rasa tidak enak badan)
2) Fartigue (lelah)
3) Nausea (mual) dan vomiting (muntah)
4) Diare
5) Nyeri punggung bawah
6) Sakit kepala
7) Kadang-kadang dapat juga di sertai vertigo atau sensasi
jatuh, perasaan cemas, gelisah, hingga jatuh pingsan
8) Potret klinis dismenore primer termasuk onset segera
setelah haid pertama dan biasanya berlangsung sekitar 48-
72 jam, sering mulai beberapa jam sebelum atau sesudah
setelah haid.
D. Ciri-ciri Dismenore Primer
Ciri-ciri dismenore primer menurut Edmundson (2006), dismenore
primer memiliki ciri khas sebagai berikut :
1) Onset dalam 6-12 bulan setelah haid pertama
2) Nyeri pelvis atau perut bawah di mulai dengan onset haid dan
berakhir selama 8-72 jam
3) Nyeri punggung
4) Nyeri paha di medial atau interior
5) Sakit kepala
6) Diare
7) Nausea (mual) vomiting (muntah)
14

E. Karakteristik Dismenore Primer


Menurut (Badziad, 2003), karakteristik dismenore primer dapat
diuraikan sebagai berikut :
1) Nyeri sering di temukan pada usia muda
2) Nyeri sering timbul segera setelah haid mulai teratur
3) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan kadang di
sertai mual, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala
4) Nyeri haid timbul mendahului haid dan meningkat pada
hari pertama atau kedua haid
5) Jarang ditemukan kelainan genetalia pada pemeriksaan
ginekologis
6) Cepat memberikan respon terhadap pengobatan
medikametosa
2. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder merupakan suatu nyeri pada bagian abdomen
yang disebabkan karena adanya kelainan pada panggul. Dismenore
sekunder bisa terjadi setelah remaja mengalami menstruasi, tetapi
paling sering datang pada usia 20-30 tahunan. Penyebab yang paling
sering dialami oleh remaja adalah endometriosis, adenomyosis, polip
endometrium, chronic pelvic inflammatory disease dan penggunaan
peralatan kontrasepsi atau intra uterine device (IUD) (Anurogo,
2011).
Dismenore sekunder yang dirasakan oleh penderita berlangsung
dari 2 sampai 3 hari selama menstruasi, namun penderita dismenore
sekunder biasanya terjadi pada remaja yang memiliki umur lebih tua
dan sebelumnya mengalami siklus menstruasi yang normal (Reeder,
2013).
1. Penyebab Dismenore Sekunder
Beberapa penyebab dismenore sekunder antara lain:
1) Intrauterine contraceptive devices (alat kontrasepsi dalam
rahim).
15

2) Adenomyosis (adanya endometrium selain di rahim).


3) Uterine myoma (tumor jinak rahim yang terdiri dari
jaringan otot), terutama mioma submukosum (bentuk
mioma uteri).
4) Uterine polyps (tumor jinak di rahim).
5) Adhesions (pelekatan).
6) Stenosis atau striktur serviks, striktur kanalis servikals,
varikosis pelvik, dan adanya AKDR (alat kontrasepsi dalam
rahim).
7) Ovarian cysts (kista ovarium).
8) Ovarian torsion (sel telur terpuntir atau terpelintir).
9) Pelvic congestion syndrome (gangguan atau sumbatan di
panggul).
10) Uterine leiomyoma (tumor jinak otot rahim).
11) Mittelschmerz (nyeri saat pertengahan siklus ovulasi).
12) Psychogenic pain (nyeri psikogenik).
13) Endometriosis pelvis (jaringan endometrium yang berada di
panggul
14) Penyakit radang panggul kronis.
15) Tumor ovarium, polip endometrium.
16) Kelainan letak uterus seperti retrofleksi, hiperantefleksi,
dan retrofleksi terfiksasi.
17) Faktor psikis, seperti takut tidak punya anak, konflik
dengan pasangan, gangguan libid.
18) Allen-masters syndrome (kerusakan lapisan otot di panggul
sehingga pergerakan serviks (leher rahim) meningkat
abnormal). Sindrom masters allen di tandai dengan nyeri
perut bagian bawah yang akut, nyeri saat bersenggama
(dyspareunia), kelelahan yang sangat (excessive fartigue),
nyeri panggul secara umum (general pelvice pain), dan
nyeri punggung (backache).
2. Manifestasi Klinis Dismenore Sekunder
Nyeri dengan pola yang berbeda di dapatkan pada dismenore
sekunder yang terbatas pada onset haid. Ini biasanya berhubungan
dengan perut besar atau kembung, pelvis terasa berat, dan nyeri
punggung. Secara klinis, nyeri meningkat secara progresif selama fase
luteal dan akan memuncak sekitar onset haid.
Berikut adalah gejala klinis dari dismenore sekunder :
1) Dismenore terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah
haid pertama
2) Dismenore dimulai setelah usia 25 tahun
3) Dismenore ketidaknormalan pelvis dengan pemeriksaan
fisik, pertimbangkan kemungkinan endometriosis, pelvis
inflammatory disease (penyakit radang panggul), dan pelvis
adhesion (perlengketan pelvis)
4) Sedikit atau tidak ada respons terhadap obat golongan
NSAID (nonstreroidal Anti-infalammatory drug) atau obat
anti inflamasi non-steroid, kontrasepsi oral, atau keduanya.
17

2.1.5 Pathway
18

2.2 Konsep Dasar Defisit Pengetahuan

2.2.1 Definisi Pengetahuan


Pengetahuan merupakan suatu pembentukan yang selalu
terusmenerus oleh seseorang yang setiap saat akan mengalami proses
pembentukan yang dimana adanya pehaman baru dan berkaitan dengan
proses belajar (Budiman & Agus, 2012).

2.2.2 Definisi Defisit Pengetahuan


Defisit pengetahuan yaitu kurangnya informasi tentang sesuatu yang
berkatian dengan topik. Karakteristik dari defisit pengetahuan yaitu
ketidakakuratan tentang melakukan tes, ketidakakuaratan untuk mengikuti
perintah dan kurangnya pengetahuan. Ada juga faktor yang berhubungan dengan
defisit pengetahuan yaitu gangguan fungsi kognitif, gangguan memori, kurang
informasi, kurang minat untuk selalu belajar, kurangnya sumber pengetahuan dan
selalu salah pengertian terhadap seseorang (Herdman, 2015).

2.2.3 Data Mayor dan Data Minor

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
1. Menanyakan masalah yang 1. Menunjukkan perilaku
dihadapi tidak sesuai anjuran
2. Menunjukkan persepsi
yang keliru terhadap
masalah
Gejala dan Tanda Minor Objektif
Subjektif 1. Menjalani pemeriksaan
(Tidak tersedia) yang tidak tepat
2. Menunjukkan perilaku
berlebihan (mis. Apatis,
bermusuhan, agitasi,
histeria)
19

2.2.4 Faktor Penyebab


1. Keterbatasan kognitif
2. Gangguan fungsi kognitif
3. Kekeliruan mengikuti anjuran
4. Kurang terpapar informasi
5. Kurang minat dalam belajar
6. Kurang mampu mengingat
7. Ketidaktahuan menemukan sumber informasi

2.3 Terapi Murottal


2.3.1 Definisi
Murottal adalah lantunan ayat-ayat suci Al Quran yang di lagukan
oleh seorang qori (pembaca Al-Qur’an) direkam serta di perdengarkan
dengan tempo yang lambat serta (Purna, 2006 dalam Handayani, dkk,
2014). Murottal merupakan salah satu musik yang memiliki pengaruh
positif bagi pendengarnya (Handayani, dkk, 2014). Murottal adalah cara
membaca Al-Qur’an dengan irama sedang, tidak terlalu lambat dan tidak
terlalu cepat (tartil) (Salim, 2000 dalam Wahyuni, Deswita, 2013)

Bacaan Al-Qur’an yang mempunyai irama yang konstan, teratur


dan tidak ada perubahan irama yang mendadak. Tempo murottal Al-
Qur’an berada antara 60-70/ menit, serta nadanya rendah (Handayani, dkk,
2014). Murottal juga merupakan salah satu musik dengan intensitas 50
desibel yang membawa pengaruh positif bagi pendengarnya (Handayani,
dkk, 2014). Suara yang dapat meredakan stress dan meningkatkan
ketahanan terhadap stress, meningkatkan relaksasi, ketenangan dan
kenyamanan, membantu mengatasi insomnia, meningkatkan imunitas, dan
meningkatkan kecerdasan spiritual (Rilla, dkk, 2014).

2.3.2 Manfaat
20

1. Meredakan stress dan meningkatkan ketahanan terhadap stress,


meningkatkan relaksasi, ketenangan dan kenyamanan, membantu
mengatasi insomnia, meningkatkan imunitas (Rilla, dkk, 2014)
2. Menurunkan ketegangan urat saraf reflektif (Zulkurnaini, dkk,
2012 dalam Rilla, dkk, 2014).
3. Membantu individu untuk mengembangkan koping mengatasi
nyeri (Rilla, dkk, 2014).
4. Menurunkan hormon stress, mengaktifkan hormon endorphin
secara alami sehingga meningkatkan perasaan rileks dan
mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang (Wahida,
dkk, 2015)
5. Penyembuh penyakit jasmani dan rohani melalui suara, intonasi,
makna ayat-ayat yang ditimbulkan (Handayani, dkk, 2014)
6. Memberikan efek distraksi dan relaksasi (Handayani, dkk, 2014)
7. Mampu merelaksasi ketegangan urat syaraf (Mahmudi, 2011 dalam
Handayani, dkk, 2014).
21

2.4 Asuhan Keperawatan


2.4.1 Fokus Pengkajian
Pengkajian komunitas adalah untuk mengidentifikasi faktor (positif dan
negatif) yang berhubungan dengan kesehatan dalam rangka membangun strategi
untuk promosi kesehatan. Dimana menurut model Betty Neuman (Anderson and
Mc Farlane, 2000) yang dikaji meliputi demografi, populasi, nilai keyakinan dan
riwayat kesehatan individu yang dipengaruhi oleh subsystem komunitas yang
terdiri dari lingkungan fisik, perumahan, pendidikan, keselamatan dan
transportasi, politik pemerintahan, kesehatan, pelayanan sosial, komunikasi,
ekonomi, data statistik, angket dan wawancara.
2.4.2 Analisa dan Diagnosa Keperawatan Komunitas
Data-data yang dihasilkan dari pengkajian kemudian dianalisa seberapa
besar stresor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang timbul
dalam masyarakat tersebut. Kemudian dijadikan dasar dalam pembuatan diagnosa
atau masalah keperawatan. Diagnosa keperawatan menurut Muecke (1995) terdiri
dari masalah kesehatan, karakteristik populasi dan lingkungan yang dapat bersifat
aktual, ancaman dan potensial.

2.4.3 Perencanaan
Perencanaan merupakan tindakan pencegahan primer, sekunder, tersier
yang cocok dengan kondisi klien (keluarga, masyarakat) yang sesuai dengan
diagnosa yang telah ditetapkan. Proses didalam tahap perencanaan ini meliputi
penyusunan, pengurutan masalah berdasarkan diagnosa komunitas sesuai dengan
prioritas (penapisan masalah), penetapan tujuan dan sasaran, menetapkan strategi
intervensi dan rencana evaluasi.

2.4.4 Pelaksanaan (Implementasi)


Pelaksanaan kegiatan komunitas berfokus pada tiga tingkat pencegahan
(Anderson dan Mc Farlane, 1985), yaitu:

1. Pencegahan Primer
Pencegahan sebelum sakit atau disfungsi dan diaplikasikan ke populasi
sehat pada umumnya, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum
22

dan pelindungan khusus terhadap suatu penyakit. Misalnya kegiatan


penyuluhan gizi, imunisasi, stimulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan
keluarga.
2. Pencegahan Sekunder
Kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat kesehatan
masyarakat dan ditemukannya masalah kesehatan. Pencegahan sekunder
ini menekankan pada diagnosa dini dan intervensi yang tepat untuk
menghambat proses penyakit atau kelainan sehingga memperpendek
waktu sakit dan tingkat keparahan. Misalnya mengkaji dan memberi
intervensi segera terhadap tumbuh kembang anak usia bayi sampai balita.
3. Pencegahan Tersier
Kegiatan yang menekan pada pengembalian individu pada tingkat
fungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga. Pencegahan ini
dimulai ketika terjadinya kecacatan atau ketidakmampuan yang menetap
bertujuan untuk mengembalikan ke fungsi semula dan menghambat proses
penyakit.

2.4.5 Evaluasi
Evaluasi perbandingan antara status kesehatan klien dengan hasil yang
diharakan. Evaluasi terdiri dari tiga yaitu evaluasi struktur, evaluasi proses dan
evaluasi hasil. Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi
data sesuai dengan kriteria evaluasi menggunakan penemuan dari evaluasi untuk
membuat keputusan dalam memberikan asuhan keperawatan.
23

2.4.6 Kerangka Konsep


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Jenis desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi kasus dengan metode observasional. Rancangan penelitian observasi
merupakan penelitian yang datanya dihimpun dengan cara peneliti melakukan
observasi atau pengamatan. Penelitian observasi juga diartikan sebagai suatu
proses penyelidikan dengan menggunakan metode pengamatan. Prinsip dari
metode penelitian ini adalah mengamati perilaku subyek. Kegiatan
mengamati tidak hanya dengan menggunakan panca indra mata (visual) tetapi
juga bisa melibatkan beberapa paca indera.
Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup
pengkajian satu unit penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga,
kelompok, komunitas, atau institusi (Nursalam, 2008). Tujuan dari penelitian
studi kasus adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang
keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial, individu,
kelompok, lembaga atau masyarakat. Kelemahan dalam studi kasus adalah
tidak memungkinkan generalisasi yang obyektif pada populasi sebab
perincian kasus memang sangat terbatas representatifnya dan hasilnya kurang
obyektif (Setiadi, 2013).

3.2 Subjek Studi Kasus


Subjek penelitian dapat meliputi kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria
inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Alimul Aziz, 2012)

1) Remaja SMK Telkom Malang


2) Remaja yang mengalami nyeri haid pada saat menstruasi
3) Remaja yang berusia 11-19 tahun
4) Remaja yang mengalami menstruasi tidak lebih dari 1 minggu
25

5) Siklus mens yang teratur setiap bulannya (28 hari)


6) Remaja yang bersedia menjadi responden
3.3 Lokasi dan Waktu
Studi kasus ini dilakukan kepada pasien Nyeri Dismenore
menggunakan Terapi Murottal di SMK Telkom Malang.

3.4 Fokus Studi Kasus


Studi Kasus ini berfokus pada klien dengan diagnosa Nyeri Dismenore
supaya dapat memberikan Asuhan Keperawatan Komunitas Nyeri Dismenore
pada Remaja dengan Defisit Pengetahuan menggunakan Terapi Murottal di SMK
Telkom Malang
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. (Nursalam, 2014). Definisi
operasional yaitu mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.
Batasan istilah atau definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Intensitas Nyeri Dismenore
Ketidaknyamanan dan rasa nyeri yang dirasakan pada saat wanita
mengalami menstruasi yang jika tidak segera ditangani dapat mengganggu
aktifitas fisik dan menggagu rasa nyaman bagi para wanita khususnya
remaja.
2. Terapi Murottal
Terapi dengan mendengarkan alunan ayat-ayat suci al-qur’an yang
dibacakan oleh ‘qori
3.6 Instrumen Studi Kasus
Instrumen pada studi kasus ini menggunakan Format Pengkajian
Komunitas. Standart Operasional Prosedur (SOP) dan lembar pengukuran skala
nyeri NRS (numeric rating scale).
3.7 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah kegiatan penelitian untuk
mengumpulkan data. Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat
alat ukur pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian
(Nursalam, 2018). Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah
sebagai berikut :

1 Wawancara studi kasus ini sumber data diperoleh dari hasil


wawancara terhadap klien.
2 Observasi pada pasien yang akan kita jadikan responden
27

3 Studi dokumentasi dari melihat atau mengalisis dokumen-dokumen


hasil dari data yang relevan.
3.8 Analisis data Penyajian data
Analisis data dilakukan sejak penelitian dilapangan sewaktu pengumpulan
data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data dilakukan dengan cara
mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan
selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan (Notoadmodjo, 2010).
Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi
dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterprestasikan dan
dibandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan
rekomendasi dalam intervensi tersebut.
3.9 Etika Studi Kampus
Pada laporan tugas akhir ini terdapat etika yang menjadi dasar penyusunnan
yaitu terdiri dari:
3.9.1 Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (Alimul Aziz,
2012). Sebelum memberikan lembar persetujuan penelitian akan
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak
yang mungkin akan terjadi selama dan sesudah dilakukan pengumpulan
data. Apabila responden menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan
tetap menghormati hak responden.
3.9.2 Anonimity (Tanpa nama)
Pasien mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus
dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama,data cukup menggunakan
inisial atau kode sehingga karakteristik pribadi menjadi tidak dikenali.
(Nursalam, 2016).
3.9.3 Confidentiality
Masalah ini merupakan suatu etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan
dari hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
(Nasrullah, 2014). Semua informasi yang telah dikumpukan dijamin
28

kerahasiaanya oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Atika Proverawati dan Siti Misaroh. (2009). Menarche Menstruasi Pertama Penuh
Makna. Yogyakarta: Nuha Medika
Alimul Hidayat, Aziz. (2009). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Tekhnik
Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
Alimul Hidayat, Aziz. (2012). Riset Keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Salemba Medika.
Anugroho, Dito, dan Wulandari, Ari. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid.
Yogyakarta: CV. Anai OFFSET.
Batubara J.R.L. (2012). Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Vol.
12. No 1. Sari Pedriati
Badziah, A. 2003. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta: EGC
Dianawati, Ajen. 2003. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Jakarta : Kawan Pustaka.
Fahmi. 2014. Hubungan Antara Dismenore dengan Usia Menarche dan Indeks
Massa Tubuh. (Online). (http://repository.usu.ac.id/, diakses 11 Januari 2017
Handayani. Trisna Yuni dan Dewi Rokhanawati. 2011. Hubungan Dismenorea
Terhadap Aktivitas Belajar Siswi SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta Tahun
2011. Jurnal Kebidanan, (Online). (http://opac.unisayogya.ac.id/), diakses 06
Juni 2017
Hendrik, H. (2009). Problema Haid (Tinjauan Syariat Islam dan Medis). Solo:
Tiga Serangkai.
Icemi Sukarni K, & Wahyu P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas
dilengkapi Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
Icesmi Sukarni K, MargarethZh. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta: Nuha Medika
Mohammad Judha, S. A. 2012. Teori Pengukuran Nyeri. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Keperawatan Klien Dengn Gangguan Sistem
Imunologi. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Nursalam. 2020. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
NANDA NIC-NOC 2015-2017
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Potter&Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Patricia A. Potter & Perry, Anne G. (2010). Fundamental of Nursing:
Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Jakarta : EGC
Remolda, P. 2009. Pengaruh Al-qur'an terhadap Fisiologi dan Psikologi Manusia
(Online).http://www.medicalzone.org/index. Diakses tanggal 21 Desember
2013.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem adisi 6. Jakarta:
EGC
Widayarti. 2011. Pengaruh Bacaan Al-Qur’an Terhadap Intensitas Kecemasa
Pasien Sindroma Koroner akut di RS Hasan Sadikin. Tesis: Universitas
Padjajaran
Buku SDKI 2017,. Tim PokjaSDKIDPPPPNI,.
Buku SIKI 2017,. Tim PokjaSDKIDPPPPNI,.
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Elcha Agustin Primarianda
NIM : 2001070351

Adalah mahasiswa Profesi Ners STIKes Kendedes Malang, akan


mengadakan penelitian dengan judul “Asuhan Keparawatan komunitas Nyeri
Dismenore pada Remaja dengan Defisit Pengetahuan menggunakan Terapi
Murottal di SMK Telkom Malang” Penelitian ini bertujuan untuk mengetauhi
adanya pengaruh Terapi Murottal Terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore.
Untuk itu saya mengharapkan saudara berkenan untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini dengan bersedia mengisi kuisioner yang telah
dipersiapkan, dengan sejujur-jujurnya. Kerahasiaan informasi ini akan
dijamin. Untuk itu, dalam pengisian kuisioner ini tidak perlu
mencantumkan nama dan alamat.
Sebagai bukti kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, saya
mohon kesediaan saudara menandatangani persetujuan yang telah saya
sediakan. Patisipasi saudara menjadi responden dalam penelitian ini sangat
saya hargai dan sebelumnya saya ucapkan terima kasih.

Malang, 2022

Elcha Agustin Primarianda


Lampiran 2
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)

Setelah mendapatkan penjelasan tentang tujuan penelitian ini, maka saya


Nama :
Usia :

Menyatakan bersedia menjadi responden dari penelitiaan saudari Elcha Agustin


Primarianda yang berjudul :

“Asuhan Keparawatan komunitas Nyeri Dismenore pada Remaja dengan


Defisit Pengetahuan menggunakan Terapi Murottal di SMK Telkom
Malang” Persetujuan ini saya buat dengan sadar tanpa paksaan dari siapapun,
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Malang, 2022
Responden

……………………
Lampiran 3

SOP TERAPI MUROTTAL AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA

1. PENGERTIAN Murottal Ar-Rahman dan terjemahnya adalah bacaan surah


Ar-Rahman yang dibaca oleh qori’ dan dilengkapi dengan
terjemahnya, direkam, dan digunakan seagai terapi religi.
2. TUJUAN 1. Pasien mampu menikmati Murottal Ar-Rahman dan
terjemahnya yang didengar.
2. Pasien mampu mengerti terjemah ayat Ar-Rahman
yang didengarnya.
3. Pasien mampu menceritakan perasaan setelah
mendengarkan MurottalAr-Rahman dan terjemahnya.
3. INDIKASI Pasien cemas.
4. KONTRAINDIKASI -
5. PERSIAPAN KLIEN 1. Pastikan identitas pasien yang akan diberikan
intervensi.
2. Kaji keadaan umum pasien.
3. Jelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang
akan dilakukan.

6. PERSIAPAN ALAT 1. MP3 Surah Ar-Rahman dan terjemahnya


2. Headphone
7. CARA KERJA
1. Mengucapkan salam terapeutik.
2. Menanyakan perasaan pasien saat ini.
3. Menjelaskan tujuan kegitan.
4. Beri kesempatan pasien untuk bertanya sebelum kegiatan dilakukan.
5. Pertahankan privasi selama tindakan dilakukan.
6. Bawa peralatan ke dekat pasien.
7. Berikan posisi nyaman kepada pasien.
8. Gunakan headphone agar tidak mengganggu pasien lain dan membantu
pasien berkonsentrasi pada murottal Ar-Rahman dan terjemahnya.
9. Anjurkan pasien untuk napas dalam.
10. Anjurkan pasien untuk menutup mata dan menikmati murottal Ar-
Rahman dan terjemahnya.
11. Murottal Ar-Rahman dan terjemahnya diperdengarkan selama 15-20
menit.
8. TAHAP AKHIR
1. Evaluasi respon pasien.
2. Berikan reinforcement positif.
3. Mengahiri kegiatan dengan cara yang baik.
9. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Pastikan lingkungan nyaman dan tenang
LAMPIRAN 4

SKALA PENGUKURAN NYERI


(post-test & pre-test)
Numerical Rating Scale (NRS)
Nama :
Usia :
Petunjuk pengukuran nyeri
Berilah tanda silang (X) pada salah satu angka dibawah ini yang menggambarkan

tingkat nyeri yang anda rasakan pada saat mengalami nyeri haid (Dismenore).

Semakin besar angka maka semakin berat keluhan.

Skala 0 = Tidak Nyeri :

Skala 1-3 = Nyeri Ringan :

Skala 4-6 = Nyeri Sedang :

Skala 7-10 = Nyeri Berat :

Anda mungkin juga menyukai