Anda di halaman 1dari 127

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
RISIKO KETIDAKSETABILAN KADAR GLUKOSA DARAH DI RUANG
OLEG RSD MANGUSADA

Diajukan Oleh:

I PUTU GEDE ARI PUSPA ASTIKA


NIM: 16E11536

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
DENPASAR
2019
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
RISIKO KETIDAKSETABILAN KADAR GLUKOSA DARAH DI RUANG
OLEG RSD MANGUSADA

Karya Tulis Ilmiahini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk


mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan (A. Md., Kep.)
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bali

Diajukan Oleh:

I PUTU GEDE ARI PUSPA ASTIKA


NIM: 16E11536

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
DENPASAR
2019

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Na m a : I Putu Gede Ari Puspa Astika
NIM : 16E11536
Program Studi : DIII Keperawatan
Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bali

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar mnerupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambil
alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran
saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Denpasar, 14 Mei 2019


Pembuat Pernyataan

I PUTU GEDE ARI PUSPA ASTIKA


NIM: 16E11536

iii
MOTTO

“Perubahan besar berawal dari perubahan kecil dan perubahan kecil terjadi
ketika kita berusaha, berusahalah untuk mencapai perubahan besar pada diri kita
sendiri, ingat Tuhan tidak akan merubah mereka yang tidak ingin berubah”

iv
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh I Putu Gede Ari Puspa Astika, NIM 16E11536
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Dengan Diagnosa Keperawatan Risiko Ketidaksetabilan Kadar Glukosa Darah
Di Ruang Oleg RSD Mangusada” telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Denpasar, 14 Mei 2019


Mengetahui

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(Ns. Ni Made Candra Citra Sari, S.Kep) (Ns. Ni Wayan Karmi, S. Kep)
Nir. 19133 NIP.197108111994032004

v
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh I Putu Gede Ari Puspa Astika, NIM: 16E11536 dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Risiko
Ketidaksetabilan Kadar Glukosa Darah Di Ruang Oleg RSD Mangusada ” telah
dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 20 Mei 2019

Denpasar, 20 Mei 2019


Disahkan Oleh:
Dewan Penguji Ujian Karya Tulis Ilmiah

1. I Gusti Ayu Puja Astuti Dewi, S. Kp., M. Kep. (…………………….)


NIDN.0815097501

2. Ns. Ni Wayan Karmi, S.Kep (…………………….)


NIP.197108111994032004

3. Ns. Ni Made Candra Citra Sari, S. Kep (…………………….)


NIR. 19133

Mengetahui
Ketua STIKES Bali

I Gede Putu Darma Suyasa, S. Kp., M. Ng., Ph.D.


NIDN. 0823067802

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa /
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nyalah Karya Tulis Ilmiah dengan
judul : “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS
TIPE 2 DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN RISIKO
KETIDAKSETABILAN KADAR GLUKOSA DARAH DI RUANG OLEG RSD
MANGUSADA” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan ( STIKES ) Bali.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapat masukan
dan bimbingan baik materi maupun teknik penulisan dari berbagai pihak, untuk itu
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp.,M.Ng.,Ph. D., selaku ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Bali yang telah memberikan izin dan petunjuk kepada
penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah .

2. Bapak dr. I Nyoman Gunarta, MPH., selaku direktur utama RSD Mangusada
beserta staf yang telah memberikan izin dan kesempatan pada penulis untuk
mengambil data dalam rangka penyusunan karya tulis Ilmiah ini.

3. Bapak I Gede Satria Astawa, S.Kep. M. Kes, selaku ketua program studi DIII
keperawatan STIKes Bali beserta staf yang telah memberikan berbagai ilmu
pengetahuan dan ketrampilan kepada penulis khususnya yang terkait dengan
karya tulis lmiah ini.

vii
4. Ibu IGA Puja Astuti Dewi,S.Kp.,M.Kep, selaku dosen penguji dalam karya tulis
ilmiah ini yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberi masukan
kepada penulis.

5. Ibu Ns. Ni Made Candra Citra Sari,S.Kep. selaku dosen pembimbing dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini yang telah banyak meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, petunjuk, teori, dan motivasi kepada penulis.

6. Ibu Ns. Ni Wayan Karmi, S.Kep., selaku pembimbing ruangan yang telah banyak
membantu dan mengarahkan penulis dalam penyusunan karya tulis Ilmiah ini.

7. Bapak, ibu, adik, serta keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan
semangat kepada penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa program studi DIII Keperawatan STIKES Bali yang


telah membantu penulis baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa laporan Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna,
oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk
kesempurnaan selanjutnya, dan semoga laporan proposal ini bermanfaat bagi kita
semua

Denpasar, 09 Maret 2019

Penulis

viii
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS
(DM)TIPE 2 DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
RISIKO KETIDAKSETABILAN KADAR GLUKOSA DARAH
DI RUANG OLEG RSD MANGUSADA

I Putu Gede Ari Puspa Astika


Program Studi DIII Keperawatan STIKES BALI
Korespondensi: 0878 6052 4143/ gedeari994@gmail.com

Abstrak

Latar belakang : Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang
ditandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein, mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi) (Black &
Hawks, 2014). Diabetes melitus menjadi masalah kesehatan masyarakat utama
karena komplikasinya bersifat jangka pendek dan jangka panjang, menurut
International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2015 mencatat 415 juta
pengidap diabetes melitus di dunia dan Indonesia menduduki peringkat ketujuh di
dunia dengan jumlah penderita diabetes 10,0 juta atau sebesar 6,2 %, menurut
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia di provinsi Bali pada tahun 2013 terdapat
sekitar 46.021 atau 1,5% penderita Diabetes Melitus pada orang dewasa. Tujuan :
Memberikan asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan
diagnosa keperawatan risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah di Ruang Oleg
RSD Mangusada Badung dan diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi DIII Keperawatan STIKES Bali.
Metode : Studi kasus yang dilakukan pada dua pasien yang berbeda dengan dengan
diagnosa yang sama yaitu pasien yang mengalami Diabetes Melitus Tipe 2 dengan
diagnosa keperawatan Risiko Ketidaksetabilan Kadar Glukosa Darah. Hasil :
Asuhan keperawatan pada pasien Tn. IB dan Tn. KS dengan Diabetes Melitus (DM)
tipe 2 dengan diagnosa keperawatan Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
dimana pada Tn. IB mengluh mual setelah makan sedangkan pada TN. KS tidak ada
mengeluh mual setelah makan. Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x24
jam didapatkan kondisi pasien membaik. Kesimpulan : Terdapat beberapa masalah
keperawatan baik Tn. IB dan Tn. KS dengan Diabetes Melitus Tipe 2.

Kata Kunci: Asuhan Keperawatan, Diabetes Melitus (DM) Tipe 2.

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN ............................................................................ i
HALAMAN SAMPUL DALAM .......................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.............................................................. iii
MOTTO.................................................................................................................. iv
LAMPIRAN PERSETUJUAN .............................................................................. v
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
C. Tujuan Studi Kasus .......................................................................................... 3
D. Manfaat Studi Kasus ........................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Anatomi Fisiologi ...................................................................................... 6
2. Konsep Dasar Diabetes Melitus
a. Definisi ................................................................................................ 8
b. Klasifikasi Diabetes Melitus ............................................................... 8
c. Patofisiologi ........................................................................................ 9

x
d. Komplikasi .......................................................................................... 13
e. Pemeriksaan Diagnostik ...................................................................... 15
f. Penatalaksanaan .................................................................................. 14
3. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan
Diagnosa Keperawatan Reisiko Ketidaksetabilan Kadar Glukosa Darah
a. Pengkajian ........................................................................................... 19
b. Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 21
c. Perencanaan ......................................................................................... 21
d. Implementasi ....................................................................................... 24
e. Evaluasi ............................................................................................... 24
4. Pemenuhan NutrisiDan Penelolaan Insulin Pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Dengan Diagnosa Keperawatan Risiko Ketidaksetabilan Kadar
Glukosa Darah
a. Pengertian Nutrisi Dan Insulin ............................................................ 25
b. Gangguan Pemenuhan ......................................................................... 25
c. Pengaturan Pemenuhan Nutrisi Dan Insulin ....................................... 26
d. Edukasi Pemenuhan Nutrisi Dan Insulin ............................................ 27
e. Kebutuhan Kalori Rata-Rata Orang Indonesia.................................... 28
f. Jadwal Makan Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 .......................... 29
5. WOC.......................................................................................................... 31

BAB III METODOLOGI PENULISAN

A. Rencana Studikasus .......................................................................................... 33


B. Subyek Studikasus ........................................................................................... 33
C. Fokus Studi Kasus ............................................................................................ 33
D. Definisi Oprasional .......................................................................................... 33
E. Tempat dan waktu ............................................................................................ 34
F. Pengumpulan Data ........................................................................................... 34
G. Penyajian Data ................................................................................................. 34

xi
H. Etika Studi Kasus ............................................................................................. 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ................................................................................................................. 36
1. Gambar Lokasi Pengambilan Data ............................................................ 36
2. Karakteristik Partisipan ............................................................................. 37
3. Pengkajian ................................................................................................. 38
4. Identitas Pasien .......................................................................................... 38
5. Riwayat Penyakit....................................................................................... 38
6. Perubahan Pola Kebiasaan ........................................................................ 41
7. Pemeriksaan Fisik ..................................................................................... 45
8. Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................ 48
9. Analisa Data Keperawatan ........................................................................ 51
10. Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 53
11. Rencanaan Keperawatan ........................................................................... 56
12. Implementasi Keperawatan ....................................................................... 59
13. Evaluasi Keperawatan ............................................................................... 75
B. Pembahasan ...................................................................................................... 78
1. Pengkajian Keperawatan ........................................................................... 78
2. Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 82
3. Rencana Keperawatan ............................................................................... 83
4. Tindakan Keperawatan .............................................................................. 85
5. Evaluasi Keperawatan ............................................................................... 86
C. Keterbatasan ..................................................................................................... 87

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................... 88
B. Saran ................................................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Kebutuhan Kalori Rata-Rata Orang Indonesia ............................................ 28
Tabel 2.2 Jadwal Makan Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 ................................... 29
Tabel 4.1 Identitas Pasien ............................................................................................ 38
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit ......................................................................................... 38
Tabel 4.3 Perubahan Pola Kebiasaan ........................................................................... 41
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik ........................................................................................ 45
Tabel 4.5 Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................... 48
Tabel 4.6 Analisa Data Keperawatan ........................................................................... 51
Tabel 4.7 Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 53
Tabel 4.8 Rencana Keperawatan .................................................................................. 56
Tabel 4.9 Pelaksanaan Keperawatan ........................................................................... 59
Tabel 4.10 Evaluasi Keperawatan ................................................................................ 75

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Pankreas .................................................................................... 6

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian (PSP)


Lampiran 2 : Informed Consent
Lampiran 3 : Daftar Singkatan
Lampiran 4 : Bukti Fisik Bimbingan
Lampiran 5 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus menjadi masalah kesehatan masyarakat utama karena

komplikasinya bersifat jangka pendek dan jangka panjang. Defisiensi absolute

dari insulin menyebabkan ketoasidosis dan koma yang diikuti dengan kematian,

bahkan di Inggris ataupun negara maju lainnya. Koma hiperosmolar

hiperglikemik (sekarang dikenal dengan status hiperosmolar hiperglikemik) tidak

sering terjadi dan lebih bersifat tersembunyi, namun membahayakan. Meskipun

demikian, kondisi tersebut tetap merupakan masalah yang serius pada penderita

diabetes. (Bilous & Donelly, 2014).

Dari data International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2015

mencatat bahwa dari prediksi 415 juta pengidap diabetes melitus dewasa berusia

20-79 tahun di seluruh dunia, terdapat 193 juta (hampir 50%) di antaranya tidak

tahu bahwa mereka terkena diabetes. Bahkan, diperkirakan ada 318 juta orang

dewasa lainnya yang sebenarnya sudah mengalami gangguan toleransi gula

(prediabetes, calon pengidap diabetes). Angka tersebut melampaui populasi

penduduk di Indonesia dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi 642 juta

jiwa pada tahun 2040 (Tandara, 2018).

1
2

Berdasarkan data dari IDF Diabetes Atlas (2015), dalam Tandra (2018)

Indonesia menduduki peringkat ketujuh di dunia dengan jumlah penderita 10,0

juta atau sebesar 6,2 % dan diperkirakan akan menjadi peringkat keenam pada

tahun 2040 dengan jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 16, 2 juta jiwa.

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesi (2014), di Bali pada

tahun 2013 terdapat sekitar 46.021 atau (1,5%) penderita diabetes melitus pada

orang dewasa yang ber umur 15 tahun ke atas dengan jumlah orang dewasa

berumur 15 tahun ke atas di Bali sekitar 3.068.044 orang .

Data penyakit diabetes melitus tipe 2 di RSD Mangusada Badung di

ruang Oleg dari bulan September 2018 sampai dengan bulan Januari 2019

terdapat 181 kunjungan yang penderita diabetes melitus tipe 2.

Komplikasi akibat diabetes melitus dapat bersifat akut dan kronis.

Komplikasi akut dapat terjadi jika kadar glukosa darah seseorang meningkat

atau menurun tajam dalam waktu relative singkat. Kadar glukosa darah bisa

menurun drastis jika penderita menjalani diet yang terlalu ketat. Perubahan yang

besar dan mendadak dapat mengakibatkan hipoglikemia atau kadar gula darah

dibawah normal, ketosidosis diabetic atau koma diabetik, koma hiperosmoler

non ketotik atau KHNK dan koma lakto asidosis atau keadaan tubuh dengan

asam laktat tidak diubah menjadi bikarbonat. Sedangkan komplikasi kronis

berupa kelainan pembuluh darah yang akhirnya bisa menakibatkan serangan

jantung, ginjal, saraf, dan penyakit berat lainnya (Novitasari, 2012).


3

Peran perawat dalam penatalaksanaan diabetes melitus adalah

menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah untuk mengurangi

komplikasi yang ditimbulkan DM. Caranya yaitu menjaga kadar glukosa dalam

batas normal tanpa terjadi hipoglikemia serta memelihara kualitas hidup yang

baik. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes tipe 2, yaitu terapi

nutrisi (diet), latihan fisik, pemantauan, terapi farmakologi dan pendidikan

(Samaltzer, et all, 2008, dalam Damayanti, 2015).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk membuat laporan

kasus tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

Dengan Diagnosa Keperawatan Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa

Darah Di Ruang Oleg RSD Mangusada” sehingga mengetahui lebih dalam

tentang cara menangani pasien dengan risiko ketidakstabilan kadar glukosa

darah.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus tipe 2

dengan diagnosa keperawatan risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah di

ruang Oleg RSD Mangusada .

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan

diagnosa keperawatan risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah di Ruang

Oleg RSD Mangusada .


4

2. Tujuan Khusus

a. Dapat membandingkan pengkajian pada dua pasien diabetes melitus tipe

2 dengan diagnosa keperawatan risiko ketidakstabilan kadar glukosa

darah di Ruang Oleg RSD Mangusada.

b. Dapat membandingkan diagnosis keperawatan pada dua pasien diabetes

melitus tipe 2 dengan diagnosa keperawatan risiko ketidakstabilan kadar

glukosa darah di Ruang Oleg RSD Mangusada.

c. Dapat membandingkan perencanaan keperawatan pada dua pasien diabetes

melitus tipe 2 dengan diagnosa keperawatan risiko ketidakstabilan kadar

glukosa darah di Ruang Oleg RSD Mangusada .

d. Dapat membandingkan implementasi keperawatan pada dua pasien

diabetes melitus tipe 2 dengan diagnosa keperawatan risiko

ketidakstabilan kadar glukosa darah di Ruang Oleg RSD Mangusada.

e. Dapat membandingkan evaluasi keperawatan pada dua pasien diabetes

melitus tipe 2 dengan diagnosa keperawatan risiko ketidakstabilan kadar

glukosa darah di Ruang Oleg RSD Mangusada.

D. Mamfaat Studi Kasus

Studi kasus ini diharapkan memberikan manfaat bagi :


1. Manfaat Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam meningkatkan kemandirian

pasien diabetes melitus dalam menyetabilkan kadar glukosa darah dengan

diet dan mengelola insulin.


5

2. Manfaat Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Keperawatan.

Menambah keluasan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan bidang

keperawatan dalam meningkatkan kemandirian pasien dengan risiko

ketidaksetabilan kadar glukosa darah dengan cara diet dan mengelola

insulin.

3. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur

keperawatan pada risiko ketidaksetabilan kadar glukosa darah dengan cara

diet dan mengelola insulin.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Pankreas

Pankreas adalah suatu alat tubuh yang agak panjang terletak

retroperitoneal dalam abdomen bagian atas di depan vertebra lumbalis I dan

II. Pankreas terdiri dari tiga bagian: caput (menempel pada duodenum),

corpus, cauda (yang bersinggungan dengan ginjal bagian kiri). Kepala

pankreas terletak dekat kepala duodenum, sedangkan ekornya sampai ke

lien. Pankreas menghasilkan kelenjar endokrin bagian dari kelompok sel

yang membentuk pulau-pulau lengerhans. Dalam tubuh manusia normal

pulau lengerhans menghasilkan empat jenis sel:

6
7

a. Sel A (alfa) sekitar 20-40% memproduksi glukagon, menjadi faktor

hiperglikemik, mempunyai anti-insulin aktif.

b. Sel B (beta) 60-80% fungsinya membuat insulin.

c. Sel D (delta) 5-15% membuat somatostatin.

d. Sel F 1% mengandung dan menyekresi pankreatik polipeptida.

Insulin merupakan protein kecil terdiri dari dua rantai asam amino, satu

sama lainnya dihubungkan oleh ikatan disulfide. Mekanisme kerja insulin:

a. Insulin meningkatkan transport glukosa ke dalam sel/jaringan tubuh

kecuali otak, tubulus ginjal, mukosa mucus halus, dan sel darah merah.

Masuknya glukosa adalah suatu proses difusi, karena perbedaan

konsentrasi glukosa bebas antara luar sel dan dalam sel.

b. Meningkatkan transpor asam amino dalam sel.

c. Meningkatkan sentesis protein di otak dan hati.

d. Menghambat kerja hormon yang sensitif terhadap lipase, meningkatkan

sintesis lipid.

e. Meningkatkan pengambilan kalsium dari cairan sekresi.

Kekurangan insulin dapat menyebabkan kelainan yang di kenal dengan

diabetes melitus, yang mengakibatkan glukosa tertahan di luar sel (cairan

ekstraseluler), mengakibatkan sel jaringan mengalami kekurangan

glukosa/energi dan akan merangsang glikogenolisis di sel hati dan sel

jaringan (Syaifuddin, 2012).


8

2. Konsep Dasar Diabetes Melitus

a. Definisi

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang

ditandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein, mengarah ke hiperglikemia (kadar

glukosa darah tinggi) (Black & Hawks, 2014).

Diabetes melitus merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan

peningkatan konsentrasi glukosa darah disertai munculnya gejala utama

yang khas, yakni urin berasa manis dalam jumlah yang besar (Bilous &

Donelly, 2015).

Diabetes melitus atau sering disebut kencing manis, yaitu gangguan

metabolik yang terjadi ketika glukosa (gula sederhana) di dalam darah

kadarnya tinggi. Hal ini terjadi karena tubuh tidak dapat melepaskan

atau menggunakan insulin secara proporsional (Indriasari, 2013).

b. Klasifikasi DM

Diabetes melitus diklasifikasikan sebagai salah satu dari empat status

klinis berbeda yang meliputi tipe 1, tipe 2, gestasional, dan tipe DM

spesifik lainnya. Diabetes melitus tipe 1 merupakan hasil destruksi

autoimun sel beta, mengarah kepada defisiensi insulin absolut. DM tipe

2 adalah akibat dari defek sekresi insulin progresif diikuti dengan

resistansi insulin, umumnya berhubungan dengan obesitas. DM

gestasional adalah DM yang didiagnosis selama hamil. DM tipe lain


9

mungkin sebagai akibat dari defek genetik fungsi sel beta, penyakit

pankreas (misalnya kista fibrosis), atau penyakit yang diinduksi oleh

obat-oabtan (Black& Hawks, 2014).

c. Patofisiologi

1). Etiologi

a). Beberapa etiologi dari DM yaitu (Andra & Yessie , 2013)

(1). DM tipe I (IDDM/Insulin Dependent Diabetes Melitus)

(a). Factor genetik

Peningkatan kerentanan sel-sel beta dan

perkembangan antibody autoimun terhadap

penghancuran sel-sel beta

(b). Factor infeksi virus

Infeksi virus coxsakie pada individu yang peka secara

genetik

(c). Factor imunologi

Respon autoimun abnormal: antibody menyerang

jaringan normal yang dianggap jaringan asing

(2). DM tipe II (NIDDM)

Disebakan oleh kegagalan relative sel beta dan

resistensi insulin. Faktor resiko yang berhubungan dengan

proses terjadinya diabetes tipe II : usia, obesitas, riwayat

dan keluarga. DM tipe II terdiagnosis setelah usia 40


10

tahun dan lebih umum diantara dewasa tua, dewasa

obesitas, dan etnik serta populasi ras tertentu. Pada awal

perkembangan diabetes mellitus tipe II, sel B menujukkan

gangguan pada sekresi insulin fase pertama artinya sekresi

insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin.

Kerusakan sel B pankreas terjadi secara progresif

seringkali akan menyebabkkan defisiensi insulin,

sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen.

Diabetes tipe II umum ditemukan faktor tersebut, yaitu

resistensi insulin dan defisiensi insulin (Restyna, 2015).

2). Proses terjadi

DM tipe 1 tidak berkembang pada semua orang yang

mempunyai predisposisi genetik. Pada mereka yang memiliki

indikasi resiko penanda gen (DR3 dan DR4 HLA), DM terjadi

kurang dari 1%. Lingkungan telah lama dicurigai sebagai pemicu

DM tipe 1. Insiden meningkat, baik pada musim semi maupun

gugur, dan onset sering bersamaan dengan epidemic berbagai

penyakit virus. Autoimun aktif langsung menyerang sel beta

pankreas dan produknya. ICA dan anti bodi insulin secara progresif

menurunkan keefektifan kadar sirkulasi insulin. Hal ini secara

pelan-pelan terus menyerang sel beta dan molekul insulin endogen

sehingga menimbulkan onset mendadak DM.


11

Patogenesis DM tipe 2 berbeda signifikan dari DM tipe 1.

Respon terbatas sel beta terhadap hiperglikemia tampak menjadi

faktor mayor dalam perkembangannya. Sel beta terpapar secara

kronis terhadap kadar glukosa darah tinggi menjadi secara progresif

kurang efisien ketika merespon peningkatan glukosa lebih lanjut.

Fenomena ini dinamai desensitisasi, dapat kembali dengan

menormalkan kadar glukosa.

Proses patofisiologi kedua dalam DM tipe 2 adalah resitensi

terhadap aktivitas insulin biologis, baik di hati maupun jaringan

perifer. Keadaan ini disebut sebagai resitensi insulin. Orang dengan

DM tipe 2 memiliki penurunan sensitivitas insulin terhadap kadar

glukosa, yang mengakibatkan produksi glukosa hepatik berlanjut,

bahkan sampai dengan kadar glukosa darah tinggi. Hal ini bersama

dengan ketidakmampuan otot dan jaringn lemak untuk

meningkatkan ambilan glukosa. Mekanisme penyebab resistansi

insulin perifer tidak jelas: namun, ini tampak terjadi setelah insulin

berikatan terhadap reseptor pada permukaan sel (Black & Hawks,

2014).

3). Manifestasi klinis

a). Poliuria (banyak buang air kecil)

Hal ini terjadi ketika kadar gula (glukosa) melebihi ambang

batas ginjal dan sesuai dengan sifat glukosa yang menarik air
12

sehingga menarik air dari urin kemudian urin menjadi banyak.

Biasanya penderita diabetes buang air kecil dengan intensitas

dan volume melebihi normal.

b). Polidipsi (banyak minum)

Akibat dari poliuria (banyak buang air kecil), maka penderita

diabetes melitus akan merasa haus sehingga akan banyak

minum untuk mengganti air yang banyak keluar melalui urin

tadi.

c). Poliphagia (banyak makan)

Para penderita diabetes, meskipun banyak makan, tetapi sari

makanan yang berupa glukosa itu tidak dapat masuk ke dalam

sel untuk memproduksi energi, karena kekurangan hormon

insulin. sehingga menyebabkan tubuh akan selalu merasa

kelaparan, tubuh sering merasa lemah. Kompensasinya

penderita diabetes makan lebih banyak.

d). Berat badan turun

Karena pankreas kurang mencukupi kebutuhan hormon insulin

untuk mengubah gula menjadi tenaga, tubuh akan

menggunakan simpanan lemak dan protein yang ada, sehingga

simpenan lemak dan protein terkuras dan berat badan turun.


13

e). Cepat lelah

Karena gula di dalam darah tidak dapat diubah menjadi tenaga

sel-sel tubuh, maka badan cepat merasa lelah, kurang

bertenaga dan bahkan mengantuk.

f). Gatal di daerah kemaluan

Tingginya kadar gula dalam darah memberikan ruang potensial

berkembangnya jamur. Oleh karena itu penderita diabetes

rentan terhadap infeksi jamur di tempat tertentu, seperti

disekitar kemaluan, terutama pada wanita (Indriasari, 2013).

d. Komplikasi Diabetes

Komplikasi diabetes melitus dapat dibagi dua yaitu makrovaskular

dam mikrovaskular.

1). Komplikasi makrovaskular

Penyakit makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar)

mencerminkan aterosklerosis dengan penumpukan lemak pada

lapisan dalam dinding pembuluh darah, adapun komplikasi yang

termasuk makrovaskular yaitu:

a). Penyakit arteri koroner

Pada pasien DM penyakit arteri koroner terjadi dua kali lebih

memungkinkan dibandingkan dengan pasien nonDM, ini dapat

terjadi karena peningkatan liposis sehingga meningkatkan


14

gliserol asam lemak bebas sehingga terjadi penumpukan lemak

didalam pembuluh darah yang terjadi di arteri.

b). Penyakit serebrovaskular

Penyakit serebrovaskular, terutama infark aterotromboembolik

dimanifestasikan dengan serangan iskemik transien dan

cerebrovascular attact (stroke), hal ini dapat terjadi ketika

terjadi penumpukan lemak di pembuluh darah otak sehingga

terjadi stroke.

c). Infeksi

Pasien DM rentan terhadap infeksi, hal ini terjadi karena

kerusakan pembuluh darah sehingga tidak dapat membawa

cukup oksigen, sel darah putih, zat gizi, dan antibody ke

tempat luka sehingga terjadi infeksi.

2). Komplikasi mikrovaskular

Komplikasi mikrovaskular terjadi pada pembuluh darah kecil,

ada beberapa komplikasai mikrovaskular, yaitu:

a). Retinopati diabetik

Retinopati diabetik adalah penyebab utama kebutaan pada

pasien DM, hal ini terjadi ketika retina kehilangan darah

pembawa oksigen yang dikarenakan hiperglikemia, sehingga

jaringan retina kekurangan oksigen dan terjadi retinopati

diabetik.
15

b). Nefropati

Nefropati dapat terjadi pada pasien DM dengan gula darah

yang tidak terkontrol, hal ini dapat terjadi ketika gula darah

menyerapa cairan intra sel kedalam pembuluh darah sehingga

melebihi batas ginjal yang mengakibatkan pengeluaran urine

yang mengandung glukosa lebih sering, hal ini dapat

mengakibatkan kerusakan pada glomerulus ginjal.

c). Neuropati

Serabut saraf tidak memiliki suplai darah sendiri, sehingga

saraf bergantung pada difusi zat gizi dan oksigen lintas

membran. Ketika akson dan dendrit tidak mendpat zat gizi,

saraf mentranmisikan implus pelan-pelan, selain itu

peningkatan akumulasi sorbitol di jaringan saraf yang akan

mengakibatkan fungsi sensori dan motoris menurun (Black &

Hawks, 2014).

e. Pemeriksaan diagnostik

1). Pemeriksaan gula darah

a). Gula darah puasa (normalnya: < 110 mg/dl).

b). Gula darah 2 jam setelah makan (normalnya: < 140 mg/dl).

c). Gula darah sewaktu (normalnya: < 200 mg/dl).

2). Pemeriksaan HbA1c atau hemoglobin glikosilase, nilai normalnya

5,7-6,4 %. Glukosa secara normal melekat dengan sendirinya pada


16

molekul hemoglobin dalam sel darah merah. Sekali melekat,

glukosa ini tidak dapat dipisahkan, oleh karena itu lebih tinggi

kadar glukosa darah maka kadar hemoglobin glikosilase juga lebih

tinggi.

3). Pemeriksaan ketonuria, adanya keton dalam urin mengindikasikan

bahwa tubuh memakai lemak untuk sumber energy utama, yang

mungkin mengakibatkan ketoasidosis (Black & Hawks, 2014).

f. Penatalaksanaan

Ada lima pilar penatalaksanaan pada pasien DM, yaitu terapi nutrisi,

latihan fisik, pemantauan, terapi farmakologi dan pendidikan, yang

dapat dibagi menjadi dua yaitu farmakologi dan non farmakologi.

1). Penatalaksanaan Farmakologi

a). Obat hipoglikemik oral (OHO)

OHO saat ini terbagi dala dua kelompok, yaitu:

(1). Obat yang memperbaiki kerja insulin, seperti metformin,

glitazone, dan akarbose, obat-oabatan ini bekerja ditempat

dimana terdapat insulin yang mengatur glukosa darah.

(2). Obat yang meningkatkan produksi insulin, seperti sulfonil,

repaglinid, nateglinid, obat-obatan ini bekerja dengan cara

meningkatkan pelepasan insulin yang menambah kadar

insulin di pembuluh darah (Konsensus Parkeni, 2006,

dalam Damayanti, 2015).


17

b). Insulin

Insulin dapat dikelompokan menjadi dua yaitu insulin kerja

pendek atau cepat dan insulin kerja panjang.

(1). Insulin kerja pendek atau cepat

Lama kerja dari insulin ini adalah 4-8 jam, insulin jenis ini

diberikan 30 menit sebelum makan untuk mengendalikan

kadar gula darah sesudah makan, contoh insulin manusia

kerja pendek (Humulin S dan Actrapid)

(2). Insulin kerja panjang

Lama kerja daridari insulin ini adalah 12-24 jam, insulin

jenis ini paling lambat diserap oleh tubuh dan bertujuan

untuk mengendalikan kadar gula darah puasa. Umumnya

hanya digunakan satu kali (sebelum tidur malam), contoh

insulin analog kerja panjang (Lantus, Levemir, Ezelin).

Biasanya insulin disuntikan pada pasien diabetes melitus

tipe 1 karena pada diabetes melitus tipe 1 insulin tidak

dapat dihasilkan, tetapi insulin bisa diberikan pada pasien

diabetes melitus tipe 2, apabila gula darah pasien tidak

dapat dikontrol menggunakan obat oral, diet dan olahraga,

selain itu indikasi penyuntikan insulin pada pasien

diabetes melitus tipe 2 yaitu ketika gula darah pasien lebih

dari 250 mg/dl (Bilous & Donelly, 2015).


18

2). Non farmakologi

a). Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan pada pasien DM diperlukan karena

penatalaksanaan DM memerlukan prilaku penanganan yang

khusus seumur hidup. Pasien tidak hanya belajar keterampilan

untuk merawat diri sendiri guna menghindari fluktuasi kadar

gula darah yang mendadak, tetapi juga harus memiliki prilaku

preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi

diabetik jangka panjang (Damayanti, 2015).

b). Pemantauan kadar gula darah

Penentuan kadar glukosa darah secara mandiri atau self-

monitoring blood glucose (SMBG) memungkinkan untuk

deteksi dan mencegah hiperglikemia atau hipoglikemia, pada

akhirnya akan mengurangi komplikasi diabetic jangka panjang,

hal ini berhubungan dengan pemberian insulin dan dosis

insulin yang diperlukan pasien DM (Damayanti, 2015).

c). Manajemen diet

Tujuan umum penatalaksanaan diet pasien DM antara lain:

mencapai kadar glukosa darah dan lipid mendekati normal,

berat badan normal, mencegah komplikasi, serta meningkatkan

kualitas hidu (Damayanti, 2015).


19

d). Olahraga atau latihan fisik

Olahraga mengaktifkan ikatan insulin dan reseptor insulin di

membrane plasma sehingga dapat menurunkan kadar glukosa

darah (Damayanti, 2015).

3. Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Diagnosa

Keperawatan Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah.

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari

berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien (Nursalam, 2013).

Adapun pengkajian yang perlu dilakukan pada pasien diabetes melitus

menurut (Kardiyudiani & Susanti, 2019).

1). Dalam pemeriksaan riwayat kesehatan pasien dengan gangguan

sistem endokrin, perawat harus mencurigai setiap tanda dan gejala:

a). Gejala hiperglikemia, hipoglikemia.

b). Hasil pemeriksaan gula darah.

c). Status, gejala, dan perawatan komplikasi diabetes kronis,

meliputi pemeriksaan mata, pemeriksaan ginjal, pemeriksaan

saraf, pemeriksaan genitourinary dan fungsi seksual,

pemeriksaan gastrointestinal. selain itu diperlukan pemeriksaan


20

mendalam terhadap fungsi jantung, vaskular peripheral, dan

komplikasi ulkus kaki yang berkaitan dengan diabetes.

d). Kepatuhan pada/kemampuan untuk mengikuti rencana

pengelolaan diet yang ditentukan.

e). Kepatuhan terhadap regimen latihan yang ditentukan.

f). Kepatuhan/kemampuan untuk mengikuti pengobatan

farmakologi yang diresepkan (insulin atau agen antidiabetik

oral).

g). Penggunaan tembakau, alkohol, dan obat-obatan.

h). Faktor gaya hidup, budaya, psikososial, dan ekonomi yang

dapat mempengaruhi perawatan diabetes.

i). Efek diabetes atau komplikasinya pada status fungsional

(misalnya, mobilitas, penglihatan).

2). Pemeriksaan fisik

a). Tekanan darah (duduk dan berdiri untuk mendeteksi

perubuhan ortostatik).

b). Indeks masa tubuh (tinggi dan berat badan).

c). Pemeriksaan funduskopi dan ketajaman visial.

d). Pemeriksaan kaki (lesi, tanda-tanda infeksi, denyut).

e). Pemeriksaan kulit (lesi dan tempat suntikan insulin).


21

f). Pemeriksaan neurologis

(1). Pemeriksaan vibrasi dan sensorik menggunakan

monofilament.

(2). Replek tendon dalam.

g). Pemeriksaan oral.

b. Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari

individu atau kelompok di mana perawat secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga

status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan mengubah

(Nursalam, 2013).

Data yang terkumpul akan dikelompokkan dan dianalisa sehingga

ditemukan diagnosa keperawatan menurut (Nanda-I, 2018).

1). Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah.

c. Perencanaan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk

pencegahan, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang telah

diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah

menemukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana

dokumentasi (Nursalam ,2013).


22

Adapun rencana keperawatan yang perlu dilakukan menurut

(Kardiyudiani & Susanti, 2019).

Rencana Keperawatan:

1). Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah dengan faktor risiko

asupan diet kurang, rata-rata aktivitas harian kurang dari yang

dianjurkan menurut gender dan usia.

Kriteria hasil:

a). Penerimaan kondisi kesehatan

b). Kepatuhan diet sehat

c). Dapat mengontrol glukosa darah

d). Dapat mengontrol stress

e). Dapat memanajemen dan mencegah penyakit semakin parah

f). Pemahaman pencegahan komplikasi meningkat

g). Dapat meningkatkan istirahat

h). Mengontrol perilaku berat badan

i). Pemahaman manajemen diabetes meningkat

j). Status nutrisi adekuat

k). Olahraga teratur.

Intervensi:

a). Pantau kadar glukosa darah

Rasional: mengetahui kadar glukosa darah dan untuk

memberikan terapi selanjutnya.


23

b). Pantau keton urine

Rasional: mengetahui sumber energy utama tubuh.

c). Pantau berat badan

Rasional: mengurangi komplikasi

d). Pantau tanda-tanda dan gejala hiperglikemia: polyuria,

polydipsia, polifagia, lemah, kelesuan, malaise, sakit kepala.

Rasional: mencegah terjadinya hiperglikemia.

e). Kelola insulin.

Rasional: menyeimbangkan kadar glukosa darah.

f). Batasi latihan ketika kadar glukosa darah > 250

Rasional: mengontrol glukosa darah.

g). Rawat kebersihan mulut

Rasional: mencegah terjadinya infeksi

h). Dorong pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri

Rasional: meningkatkan kemandirian pasien.

i). Berikan HE tentang kondisi kesehatan saat ini (pengertian,

penyebab, tanda gejala dan cara penanganan secara mandiri)

Rasional: pasien mengetahui kondisi kesehatan dan

mengurangi stress.

j). Berikan HE tentang diet dan aktivitas.

Rasional: menyeimbangkan kadar gula darah.


24

k). Klaborasi dalam pemberian obat

Rasional: menyetabilkan kadar glukosa darah

l). Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala

hiperglikemia menetap atau menurun.

Rasional: memberikan penanganan yang tepat selanjutnya.

d. Implementasi

Pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang

spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun

dan ditunjukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai

tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2013).

e. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa

keperawatan, rencana intervensi, dan inplementasinya. Tahap evaluasi

memungkinkan perawat untuk memonitor keadaan yang terjadi selama

tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan inplementasi intervensi

(Nursalam, 2013).
25

4. Pemenuhan Nutrisi Dan Pengelolaan Insulin Pada Pasien DM Tipe 2

Dengan Diagnosa Keperawatan Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa

Darah.

a. Pengertian nutrisi dan insulin

Penatalaksanaan diet adalah komponen esensial dari

penatalaksanaan dan perawatan diabetik. Tujuan umum dari

penatalaksanaan diet adalah membantu klien dengan DM meningkatkan

pengendalian metabolisme dengan mengubah prilaku makan. Tujuan

khusus meliputi:

1). Memperbaiki kadar lemak dan glukosa.

2). Menyediakan asupan makanan hari ke hari secara konsisten (pada

DM tipe 1).

3). memfasilitasi pengelolaan berat badan (pada DM tipe 2).

4). Memberikan nutrisi adekuat untuk seluruh tahap kehidupan (Black

& Hawks, 2014).

Insulin adalah hormon pembangun (anabolik). Tanpa insulin, tiga

masalah metabolik mayor terjadi yaitu: penurunan pemanfaatan

glukosa, peningkatan mobilisasi lemak, dan peningkatan pemanfaatan

protein (Black & Hawks, 2014).

b. Gangguan pemenuhan

Gangguan di dalam status mental, kemampuan fungsi, dan fungsi

sensori mungkin memengaruhi kemampuan klien untuk memahami dan


26

mengikuti rencana pengobatan, pada klien lebih tua, risiko komplikasi

akut hipoglikemia mungkin lebih berat dari pada mamfaat pengendalian

glukosa yang ketat (Black & Hawks, 2014).

c. Pengaturan pemenuhan nutrisi dan insulin

1). Secara umum pola makan penderita diabetes yang harus diingat

yakni 3J (jumlah, jadwal, jenis).

a). Jumlah

Memperhatikan jumlah dan kandungan gizi dalam makanan,

disesuaikan dengan berat badan, tinggi badan, dan aktivitas

fisik.

b). Jadwal

Jadwal makan penderita diabetes harus ditepati, karena hal ini

berhubungan dengan proses metabolisme dan pengeluaran

insulin dalam tubuh.

c). Jenis

Jenis makanan bagi penderita diabetes harus dipilih yang tidak

member efek kenaikan gula darah secara mendadak dan tinggi

(Indriasari, 2013).

2). Pengelolaan insulin

Insulin bekerja untuk menurunkan kadar glukosa darah dengan

memperbaiki transpor glukosa ke dalam sel, dan menghambat

perubahan glikogen dan asam amino ke dalam glukosa. Secara


27

umum insulin diklasifikasikan menjadi dua yaitu insulin kerja

pendek atau cepat dan insulin kerja panjang.

a). Insulin kerja pendek atau cepat

Lama kerja dari insulin ini adalah 4-8 jam, insulin jenis ini

diberikan 30 menit sebelum makan untuk mengendalikan

kadar gula darah sesudah makan, contoh insulin manusia kerja

pendek (Humulin S dan Actrapid).

b). Insulin kerja panjang

Lama kerja daridari insulin ini adalah 12-24 jam, insulin jenis

ini paling lambat diserap oleh tubuh dan bertujuan untuk

mengendalikan kadar gula darah puasa. Umumnya hanya

digunakan satu kali (sebelum tidur malam), contoh insulin

analog kerja panjang ,lantus, levemir, ezelin (Bilous &

Donelly, 2015).

d. Edukasi pemenuhan nutrisi dan pengelolaan insuli

Standar komposisi makanan untuk pasien DM tipe 2 yang

dianjurkan oleh Konsensus Perkeni (2006) dalam Damayanti. S. (2015)

adalah karbohidrat 45-46%, protein 10-20%, lemak 20-25%, kolestrol <

300 mg/hari, serat 25 g/hari, garam dan pemanis dapat diunakan

secukupnya.

Sumber karbohidrat yaitu pasta, umbi-umbian seperti singkong,

kentang, ketela, sereal, susu, buah atau sayuran. Saat gula darah rendah,
28

nasi atau roti adalah pilihan karbohidrat yang baik karena karena tinggi

kalori. Apabila kadar gula terlalu tinggi maka pilihlah sayur,

karbohidrat yang kaya serat dan rendah kalori. Lengkapi menu dengan

protein yang bisa memberikan rasa kenyang yang lebih lama (Tandra,

2014).

Mengajarkan pasien tentang pemberian insulin secara cepat, klien

harus sudah terbiasa dengan konsentrasi insulin, jarum suntik,

penyimpanan, persiapan penyuntikan, dan teknik penyuntikan sendiri.

Selain itu perlu disampaikan kepada pasien tentang bahaya yang dapat

terjadi akaibat penyalahgunaan insulin (Black & Hawks, 2014).

e. Kebutuhan kalori rata-rata orang Indonesia

Kebutuha kalori rata-rata orang Indonesia menurut (Tandra, 2014).

Jenis Usia Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan

Kelamin (Tahun) Fisik Ringan Fisik Sedang Fisik Berat

< 20 2.400 2.600 2.800

Pria 20-29 2.200 2.400 2.600

30-49 2.000 2.200 2.400

50 + 1.800 2.000 2.000

< 20 1.800 2.000 2.200

Wanita 20-29 1.700 1.900 2.100

30-49 1.600 1.800 2.000


29

50 + 1.500 1.700 1.900

Tabel 2.1 Kebutuhan Kalori Rata-Rata Orang Indonesia

f. Jadwal makan pada pasien diabetes melitus tipe 2

Jadwal makan satu hari pada pasien diabetes melitus tipe 2 menurut

Novitasari (2012).

Waktu Makanan Jumlah

Makanan pagi 1). Nasi 1). 110 g

(06.30) 2). Daging 2). 25 g

3). Tempe 3). 25 g

4). Sayuran A 4). 100 g

5). Sayuran B 5). 25 g

6). Minyak goring 6). 5 g

Selingan 1). Pisang 1). 200 g

(09.30)

Makanan 1). Nasi 1). 150 g

siang (12.30) 2). Daging 2). 40 g

3). Tempe 3). 25 g

4). Sayur A 4). 100 g

5). Sayur B 5). 50 g

6). Minyak goreng 6). 10 g

Selingan 1). Pisang atau kentang 1). 200 g


30

(15.30) 2). Pepaya 2). 100 g

Makanan 1). Nasi 1). 150 g

malam (18.30) 2). Daging 2). 25 g

3). Tempe 3). 25 g

4). Sayuran A 4). 100 g

5). Sayuran B 5). 50 g

6). Minyak goreng 6). 10 g

Selingan 1). Pisang 1). 200 g

(21.30) 2). Pepaya 2). 100 g

Tabel 2.2 Jadwal Makanan Pada Pasien Diabetes Melitus

Keterangan:

Sayuran A : Bayam, buncis, kacang panjang, jagung muda, labu siam, wortel,

pare, dan nangka muda.

Sayuran B: Kembang kol, jamur, seledri, tauge, mentimun, gambas, cabai hijau,

labu air, teron, tomat dan sawi.


31

5. WEB OF CAUSATION (WOC) DIABETES MELITUS (DM)


Faktor genetik obesitas, usia, tidak ada aktivitas fisik,
setres
Kelainan autoimun DM tipe 2 Peningkatan kadar insulin yang kurang
tepat

Gangguan sekresi hipoglikemia


Sel beta pankreas hancur
insulin

Resistensi
DM tipe 1 Risiko ketidak stabilan kadar glukosa
insulin
darah
Definisi
insulin

Risiko ketidak stabilan kadar glukosa hiperglike Liposis


darah mi meningkat

Gliserol asam lemak bebas meningkat


Kurang Glukosa menumpuk
informasi Tekanan osmotic
dalam darah
meningkat
ateroskelori ketogenesis
Defisiensi Viskosistas darah Air melebihi Cairan dalam intra sel ditarik ss
pengetahuan meningkat ambang batas kedalam pembuluh darah
Ketonuri
ginjal makrovaskul neuropati mikrovaskule a
Alirandarah er
glukosuria Tubuh perlu dehidrasi r
melambat ketoasidosi
cairan
s
Iskemik jaringan serebral Saraf perifer, Retina
Keseimbanga polidips Kekurangan volume
nkalori i otonom,spina Nyeri
cairan l
negatif Gangguan abdomen,
Ketidakefektifan perfusi poliuria
jaringan perifer Penyumbatan nekrosis penglihatan hipervent
BB menurun pembuluh ilasimual
Gangguan otak muntah
tidur
Resiko ketidak seimbangan nutrisi Ulkus kaki Gangguan
stroke
keletihan persepsi sensori
32

Amputasi Kerusakan
Risiko ketidak seimbangan
integritas kulit
nutrisi kurang dari kebutuhan

Gangguan citra
tubuh

(Sumber: Black & Hawks,


2014; Nanda, 2018; )
BAB III

METODOLOGI PENULISAN

A. Rancangan Studi Kasus

Studi kasus ini mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada dua pasien

DM tipe 2 dengan diagnosa keperawatan risiko ketidaksetabilan kadar glukosa

darah di Ruang Oleg RSD Mangusada.

B. Subyek Studi Kasus

Dalam studi kasus ini yang dilakukan pada dua orang pasien diabetes melitus

tipe 2 dengan diagnosa keperawatan risiko ketidakseimbangan kadar glukosa

darah.

C. Fokus Studi Kasus

Membandingkan 2 studi kasus pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 dengan

Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah di Ruang Oleg RSD Mangusada.

D. Definisi Operasional

1. Diabetes melitus merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan

peningkatan konsentrasi glukosa darah disertai munculnya gejala utama

yang khas, yakni urin berasa manis dalam jumlah yang besar (Bilous. R. &

Donelly, 2015).

2. Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas

sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada

dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta

33
34

pankreas, maka diabetes melitus tipe 2 dianggap sebagai non insulin

dependen diabetes melitus (Restyana, 2015).

3. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah merupakan rentan terhadap

variasi kadar glukosa atau gula darah dari rentan normal, yang dapat

mengganggu kesehatan (Nanda-I, 2018).

E. Tempat Dan Waktu

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Dalam studi

kasus DM tipe 2 ini lokasi yang digunakan yaitu di Ruang Oleg RSD

Mangusada. Waktu penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 3 hari

perawatan .

F. Pengumpulan Data

Jenis pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara,

obserview, dan catatan medis (Notoatmojo, 2014).

G. Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dengan table, gambar, bagan maupun teks

naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari

klien (Notoatmojo, 2014).

H. Etika Studi Kasus

Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari:

1. Information sheet berisi informasi tentang proses dari studi kasus yang

dilaksanakan oleh penulis dan responden bentuk mendapatkan penjelasan.


35

2. Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Imformed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed concent

adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui

dampaknya.

3. Anonimity (tanpa nama): masalah etik penelitian merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau menempatkan nama responden pada lembar pengumpulan

data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

4. Confidentiality (kerahasiaan): masalah ini merupakan masalah etika dengan

memberi jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Gambaran Lokasi Pengambila Data

Lokasi penelitian dilakukan di RSD Mangusada yang berdiri pada

tahun 1998 yang masih berbentuk klinik dengan nama klinik Dharma

Asih yang diklola oleh yayasan Hindu Rsi Markendeya.

RSD Mangusada memiliki fasilitas yaitu berupa 23 pelayanan

poliklinik yang terdri dari : klinik anak, klinik anastesi, klnik bedah

digestif, klinik bedah plastic, klinik bedah saraf, klinik bedah, klinik

fisioterapi, klinik gigi dan mulut, klinik penyakit dalam, klinik jantung,

klinik jiwa/psikiatri, klinik kebidanan dan kandungan, klinik kulit dan

kelamin, klinik mata, klinik PMTCT, klinik filter, klinik saraf, klinik

THT, klinik urologi, klinik VCT, klonik adiksi, dan klinik TB dots,

klinik orthopedic. Pelayanan rawat inap terdiri dari 4 ruangan perawatan

biasa, ruang perawatan intensif (ICU, ICCU, HCU, NICU) dan ruang

VIP/Paviliun Mangusada dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 264

buah. Ruang cilinaya terdiri dari kelas 1 (2 buah tempat tidur),Janger

terdiri dari kelas 2 (6 tempat tidur), kelas 3 (53 tempat tidur), Oleg

terdiri dari kelas 2 (6 tempat tidur), kelas 3 (49 tempat tidur) dan non

kelas (4 tempat tidur), Margapati kelas 2 (4 tempat tidur), kelas 3 (18

tempat tidur), Kecak kelas 3 (29 tempat tidur), ICCU non kelas (4

36
37

tempat tidur), HCU non kelas (4 tempat tidur), Pendet non kelas (15

tempat tidur), Puspanjali (7 tempat tidur), Panyembrahma (4 tempat

tidur) dan Pavilium Mangusada terdiri dar VIP (32 tempat tidur), VVIP

(5 tempat tidur), super VIP (2 tempat tidur). Memiliki layanan

penunjang medis yang terdiri dari IGD (Instalansi Gawat Darurat),

laboratorium, Radologi, instalansi farmasi, intalansi gizi. Memiliki

layanan unggulan terdiri dari hemodialisa, endoscopy, cath lab, trauma

center dan tim disaster, adapun fasilitas lainnya yaitu laundry, Central

Sterile Supply Department (CSSD), Incenerator, Instalansi Pengolahan

Air Limbah (IPAL), ambulance, rekam medis dan pemulasaraan

jenazah.

Lokasi pengambilan data yaitu di ruang Oleg yang terdiri dari kelas

2 (6 tempat tidur) dan kelas 3 (49 tempat tidur), dan non kelas (4 tempat

tidur) ruang Oleg dibagi menjadi 2 yaitu Oleg timur terdiri dari Oleg 1,

Oleg 2, Oleg 3, Oleg 4 dan Oleg 5 sedangkan Oleg barat terdiri dari

Oleg 9, Oleg 10, Oleg 11 dan Oleg 12. Oleg 10 merupakan ruang isolasi

yang terdiri dari 4 tempat tidur. Ruang Oleg merupakan ruangan yang

digunakan untuk perawatan pasien dengan penyakit dalam atau interne.

2. Karakteristik Partisipan

Pasien dalam penelitian ini berjumlah 2 orang, yang pertama adalah

pasien Tn. I B, umur 47 Tahun, beragama Hindu, pendidikan SD,

alamatBr. Denkayu Baleran dan pasien yang kedua adalah Tn. K S, umur
38

50 Tahun, beragama Hindu, pendidikan SMK, alamat Br. Kangkang

Pererenan.

3. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 Maret 2019pada Pukul 20.00

Wita pada pasien 1, dan tanggal 03 April 2019pada Pukul 14.00 Wita

pada pasien 2 di Ruang Oleg RSD Mangusada dengan teknik wawancara,

observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.

4. Identitas
Tabel4.1 Identitas Pasien

Identitas Pasien Pasien 1 Pasien 2


Nama TN. I.B Nn. K.S
Umur 47tahun 50 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki
Status Menikah Menikah
Pekerjaan Kuli bangunan Wiraswasta
Pendidikan SD SMK
Agama Hindu Hindu
Suku/Bangsa Bali/ Indonesia Bali/Indonesia
Alamat Br. Denkayu Baleran Br.Kangkang Pererenan
No. Telepon - 085792024373
No.CM 063825 160625
Tanggal MRS 19 Maret 2019 20Maret 2019

5. Riwayat Penyakit
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit

Riwayat Penyakit Pasien 1 Pasien 2

Keluhan Utama
a. Saat MRS Pasien mengeluh mual Pasienmengeluh lemas

b. Saat Pengkajian Pasien mengeluh lemas Pasien mengatakan lemas

Riwayat Penyakit Pasien mengatakan lemas, Pasien mengatakan kakinya


mual, nafsumakan menurun luka dua minggu yang lalu
dari selasa (12 Maret 2019) (05 Maret 2019) karena
dan pasien dibawa ke tertusuk duri dan hanya di
39

puskesmas pembantu obati di rumah


mengwi dan diberikan menggunakan betadin
vitamin, tetapi tidak ada namun tidak kunjung
perubahan, pada hari senin sembuh, pasien juga rajin
18 Maret 2019 jam 11: 30 menyuntikan insulin
wita pasien dibawa ke novorapid 3x8 unit dan
puskesmas mengwi 1 dan lantus 1x10 unit. Pada hari
dilakukan pemeriksaan gula rabu tanggal 20 Maret 2019
darah puasa yang didapatkan jam 19:00 Wita pasien
hasil 261 mg/dL, tekanan mengatakan lemas dan
darah yang didapatkan hasil dibawa ke IGD RSD
90/60 mmHg. Pasien dirujuk Mangusada jam 20:16 Wita,
dari puskesmas mengwi 1 ke sampai di IGD pasien
IGD RSD Mangusada jam dilakukan pemeriksaan gula
12:30 wita, sampai di IGD darah sewaktu dengan hasil
dilakukan pemeriksaan gula 283 mg/dL dan pemeriksaan
darah puasa dengan hasil tanda-tanda vital dengan
240 mg/dL, dan tanda-tanda hasil (TD: 110/60 mmHg,
vital dengan hasil (TD: N: 80 x/menit, RR: 18
110/80 mmHg, nadi : 80 x/menit, S: 37,2 oC), dan
x/menit, respirasi: 20 pasien diberikan terapi
x/menit, suhu: 36,5oC) dan MRS: IVFD NaCl 0,9 % 20
diberikan terapi MRS: IVFD tpm, Cefriaxone 2x1 gr,
NaCl 0,9 % 20 tpm, Novorapid 3x8 unit, Lantus
Ceftriaxone 2 x 1 gr, 1x10 unit, dan pasien
Ondancentron 3 x 4 mg, dan dirawat di ruang Oleg timur
pasien dirawat di ruang Oleg pada tanggal 22 Maret 2019
barat pada tanggal 19 Maret jam 16.30 wita. Di ruangan
2019 jam 17.00 wita. Di pasien di priksa gula darah
ruangan pasien dipriksa gula acak dan didapatkan hasil
darah acak dan didapatkan 270 mg/dL, TTV (TD:
hasil 444 mg/dL, TTV (TD: 120/80 mmHg, N: 75
120/80 mmHg, N: 88 x/menit, RR: 20 x/menit,
x/menit, S: 36,7oC, RR: 20 S:36,5oC, dan diberikan
x/menit), saturasi oksigen 98 terapi obat: IVFD NaCl 0,9
x/menit dan diberikan terapi % 20 tpm, Ceftriaxone 2x1
obat: IVFD NaCl 0,9 % 20 gr, Novorapid 3x8 unit,
tpm, Ceftriaxone 2 x 1gr, Lantus 1x10 unit.
Levemir 1 x 10 Unit,
Novorapid 3 x 6 Unit,
Ondancentron 3 x 4 mg.
Riwayat Penyakit
Sebelumnya Pasienmengatakan terkena Pasien mengatakan terkena
penyakit diabetes melitus penyakit diabetes sejak 5
sejak 15 tahun yang lalu, tahun yang lalu, pasien
pasien tidak teratur minum teratur menyuntikan insulin
obat, pasien juga biasa Novorapid 3x8 unit dan
merokok 2 bungkus dalam 1 lantus 1x10 unit di rumah
hari. Satu tahun yang lalu namun makan tidak teratur,
pada tahun 2018 pasien pasien juga memiliki
pernah dirawat di RSD riwayat minum-minuman
Mangusada oleh karena keras tetapi sudah berhenti
diabetes melitus tipe 2, lama minum sejak di diagnosa
dirawat ± 1 mingg. DM. Dua tahun yang lalu
pada tahun 2017 pasien
40

pernah dirawat di RSD


Mangusada karena diabetes
melitus tipe 2 dan terdapat
luka pada kaki yang sudah
infeksi karena tertusuk paku
dan tidak dirawat dengan
baik, lama dirawat kurang
lebih 2 minggu
Riwayat penyakit keluarga Pasien mengatakan dalam Pasien mengatakan dalam
keluarganyaada yang keluarganya ada yang
memiliki riwayat darah memiliki riwayat Diabetes
tinggi yaitu ayahnya, dan melitus tipe 2 yaitu ibunya,
dalam keluarganya tidak ada dan dalam keluarganya
penyakit genetik lainya tidak ada yang memiliki
seperti, DM, asma, kanker. penyakit genetik lainnya
seperti hipertensi, asma
kanker.

Genogram

Keterangan: Keterangan:

: Laki-laki : Laki-laki

: Perempuan : Perempuan

: Pasien : Pasien

: Keluarga memiliki : Keluarga memiliki


riwayat penyakit riwayat penyakit
keturunan. Pasien keturunan. Pasien
mengatakan mengatakan
ayahnya memiliki ibunya memiliki
riwayat penyakit riwayat penyakit
keturunan dan keturunan dan
sudah meninggal sudah meninggal
sejak 5 tahun yang sejak 4 tahun yang
lalu (tahun 2014) lalu (tahun 2015)
oleh karena oleh karena DM
hipertensi. Tipe 2
41

: Keturunan
: Keturunan
: Pernikahan
: Pernikahan
: Tinggal serumah
: Tinggal serumah

: Meninggal
: Meninggal

6. Perubahan Pola Kebiasaan

Tabel 4.3 Perubahan Pola Kebiasaan

Pola Kesehatan Pasien 1 Pasien 2


a. Data Biologis
1) Bernafas Pasien mengatakan Pasien mengatakan
sebelum pengkajian dan sebelum pengkajian
saat pengkajian tidak dan saat pengkajian
mengalami kesulitan tidak mengalami
dalam bernafas baik kesulitan dalam
dalam menghirup dan bernafas baik dalam
menghembuskan nafas. menghirup dan
menghembuskan
nafas.

2) Makan dan minum Pasien mengatakan Pasien mengatakan


Makan sebelum pengkajian sebelum pengkajian
pasien makan tidak pasien makan tidak
teratur, kadang-kadang teratur, kadang-kadang
makan 3-4 kali sehari, makan 3-4 kali sehari,
kadang-kadang 1-2 kali kadang-kadang 1-2
sehari dengan menu kali sehari dengan
nasi, sayur, lauk-lauk, menu nasi, sayur,
pasien jarang lauk-lauk, pasien
mengkonsumsi buah. jarang mengkonsumsi
Pasien suka makan buah.
makanan yang manis. Saat pengkajian pasien
Saat pengkajian pasien mengatakan nafsu
mengatakan nafsu makannya menurun,
makanyamenurun,pasien pasien makan hanya
hanya makan- makanan habis setengah porsi
dari rumah sakit dan dari makanan yang
habis setengah porsi, diberikan di
setelah makan pasien rumahsakit.
merasa mual.

Minum Pasien mengatakan Pasien mengatakan


sebelum pengkajian dan sebelum pengkajian
saat pengkajian pasien dan saat pengkajian
mengatakan biasa pasien mengatakan
42

minum ± 8-9gelas sehari biasa minum ± 6-7


(± 1500-1600 cc). gelas sehari (± 1000-
1200 cc).
3) Eliminasi Sebelum dan sesudah Pasien mengatakan
pengkajian pasien sebelum pengkajian
mengatakan biasa buang pasien mengatakan
air besar 1-2 kali setiap biasa buang air besar
hari dengan konsistensi 1-2 kali setiap hari
lembek, warna kuning, dengan konsistensi
bau khas feses, tidak ada lembek, warna kuning,
lendir dan darah. bau khas feses, tidak
ada lendir dan darah.
Saat pengkajian pasien
mengatakan sudah
BAB 1 kali.

BAK Sebelum pengkajian Sebelum pengkajian


pasien mengatakan biasa pasien mengatakan
BAK ± 5-7 kali sehari biasa BAK ± 4-6 kali
(±1000 cc/hari) dengan sehari (±900 cc/hari)
warna kuning dan bau dengan warna kuning
pesing. Saat pengkajian dan bau pesing.
pasien mengatakanbaru Saat pengkajian pasien
kencing 2 kali (± 200 cc/ mengatakan baru
6 jam ) dengan kencing 3 kali (± 300
komsistensi cair, warna cc/ 8 jam ) dengan
kuning, dan bau pesing. komsistensi cair,
warna kuning, dan bau
pesing.
4) Gerak dan aktivitas Pasien mengatakan Pasien mengatakan
sebelum pengkajian sebelum pengkajian
biasa melakukan biasa melakukan
aktivitas sehari-hari.Saat aktivitas sehari-
pengkajian pasien hari.Saat pengkajian
mengatakan badanya pasien mengatakan
lemas dan ADLnya lemas dan ADLnya
dibantu sebagian oleh dibantu sebagian oleh
istrinya dan terdapat keluarganya dan luka
luka pada ibujari kaki pada kaki kirinya
kanannya.

5) Istirahat dan tidur Sebelum pengkajian dan Sebelum pengkajian


saat pengkajian pasien dan saat pengkajian
mengatakan tidak pasien mengatakan
mengalami kesulitan tidak mengalami
dalam istirahat dan tidur. kesulitan dalam
Pasien biasa tidur 7-8 istirahat dan tidur.
jam sehari,tidur mulai Pasien biasa tidur
pukul 22.00 wita dan malam pada pukul
bangun pukul 06.00 22.00 wita dan bangun
Wita. pukul 06.00 Wita.
43

6) Kebersihan diri Sebelum pengkajian Sebelum pengkajian


pasien mengatakan biasa pasien mengatakan
mandi 2 x sehari di biasa mandi 2 x sehari
kamar mandi dengan di kamar mandi
menggunakan sabun, dengan menggunakan
gosok gigi 2 x sehari sabun, gosok gigi 2 x
dengan menggunakan sehari dengan
pasta gigi, mencuci menggunakan pasta
rambut 1 x seminggu gigi, mencuci rambut 1
dengan menggunakan x seminggu dengan
shampo, dan memotong menggunakan shampo,
kukunya sendiri jika dan memotong
sudah panjang. saat kukunya sendiri jika
pengkajian pasien hanya sudah panjang, saat
di lap oleh istrinya 2 x pengkajian pasien
sehari. hanya di lap oleh
keluarga 2 x sehari.

7) Pengaturan suhu tubuh Sebelum pengkajian Sebelum pengkajian


pasien mengatakan tidak pasien mengatakan
mengalami masalah tidak mengalami
dengan suhu tubuhnya, masalah dengan suhu
dan saat pengkajian tubuhnya, dan saat
suhu tubuhpasien pengkajian suhu tubuh
normal. pasien normal.
b. Data Psikologis
1) Rasa nyaman (nyeri) Pasien mengatakan tidak Pasien mengatakan
merasakan nyeri pada tidak merasa nyeri
lukanya. pada lukanya.

2) Rasa aman (cemas) Pasien dan keluarga Pasien dan keluarga


takut dan cemas karena takut dan cemas
penyakit klien dan luka karena penyakit klien
pada kaki klien. dan luka pada kaki
klien.

c. Data Sosial
1) Sosial Hubungan pasien Hubungan pasien
dengan keluarga, dengan keluarga,
perawat dan pasien yang perawat dan pasien
lain baik, pasien yang lain baik, pasien
kooperatif dalam kooperatif dalam
memberikan informasi memberikan informasi
data dan kooperatif data dan kooperatif
dalam menerima setiap dalam menerima setiap
tindakan yang diberikan. tindakan yang
diberikan, tapi pasien
berhenti bekerja
semenjak kakinya
terluka, kurang lebih 2
minggu yang lalu ( 05
Maret 2019)
44

2) Prestasi Pasien mengatakan Pasien mengatakan


hanya tamatan SD dan sekolah sampai
sampai saat ini pasien jenjang SMK dan
mengatakan tidak sampai saat ini pasien
memiliki prestasi yang mengatakan tidak
dapat dibandingkan. memiliki prestasi yang
dapat dibandingkan.

3) Bermain dan rekreasi Pasien mengatakan jika Pasien mengatakan


ada waktu luang, pasien jika ada waktu luang,
biasanya menghabiskan pasien biasanya
waktu dengan menonton menghabiskan waktu
tv bersama dengan dengan menonton tv
keluarganya. bersama dengan
keluarganya.

4) Pengetahuan belajar Pasien dan keluarganya Pasien dan keluarga


mengatakan tida mengerti dengan
tidakmengetahu cara cara mengontrol gula
mengontrol gula drahnya namun
darahnya. keluarga dan pasien
mengerti cara
menyintikan dan
lokasi penyuntikan
insulin.

Saat pengkajian pasien Saat pengkajian pasien


tampak bertanya-tanya tampak betanya-tanya
tentang penyakitnya, tentang, diet yang
tanda gejala diberikan, cara
penyakitnya, diet yang mengontrol gula
diberikan, cara darahnya dan proses
penyuntikan insulin, penyembuhan
lokasi penyuntikan penyakitnya.
insulin dan proses
penyembuhan
penyakitnya.

d. Data Spiritual Pasien beragama hindu, Pasien beragama


sebelum sakit pasien hindu, sebelum sakit
mengatakan biasa pasien mengatakan
sembahyang jika ada biasa sembahyang jika
odalan (upacara agama), ada odalan (upacara
dan saat pengkajian agama), dan saat
pasien mengatakan pengkajian pasien
hanya bisa berdoa di mengatakan hanya
tempat tidur saja, pasien bisa berdoa di tempat
menganut kepercayaan tidur saja, pasien
hindu menganut kepercayaan
hindu
45

7. Pemeriksaan fisik
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik

Observasi Pasien 1 Pasien 2


a. Keadaan Umum
1) Kesadaran CM (compos mentis) CM (compos mentis)
E4V5M6 E4V5M6
2) Postur tubuh Sedang Sedang
3) Bangun tubuh Tegak Tegak
4) Gerak motorik Terkoordinir Terkoordinir
5) Keadaan kulit Warna kulit normal (sawo Warna kulit normal (sawo
matang), lembab, tidak ada matang), lembab, tidak ada
sianosi, turgor elastis, dan sianosi, turgor elastis, dan
kebersihannya cukup kebersihannya cukup

b. Gejala Kardinal
1) Suhu 36,7ºC 36,5ºC
2) Nadi 88 x/menit 80x/menit
3) Respirasi 20 x/menit 20x/menit
4) Tekanan darah 120/80 mmHg 120/70 mmHg
c. Ukuran Lain
1) BB sebelum 60 kg 60kg
sakit
2) BB saat 55 kg 60 kg
pengkajian
3) Tinggi badan 170cm 165 cm

4) IMT 𝐵𝐵 (𝐾𝑔) 55 (𝐾𝑔) 𝐵𝐵 (𝐾𝑔) 60 (𝐾𝑔)


= = 19 Kg/ m2 = = 22 Kg/
𝑇𝐵2 (𝑚) 2,86 (𝑚) 𝑇𝐵2 (𝑚) 2,72 (𝑚)
2
m

d. Keadaan Fisik
1) Kepala Inspeksi : bentuk simetris, Inspeksi : bentuk simetris,
lesi tidak ada, benjolan tidak lesi tidak ada, benjolan
ada, penyebaran rambut tidak ada, penyebaran
merata, rambut tidak rontok, rambut merata, rambut
warna rambut hitam tidak rontok, warna rambut
keputihan, dan kepala bersih. hitam keputihan, dan
Palpasi : nyeri tekan tidak kepala bersih.
ada. Palpasi : nyeri tekan tidak
ada.
2) Wajah Inspeksi : bentuk oval, lesi Inspeksi : bentuk oval, lesi
tidak ada, oedem tidak ada, tidak ada, oedem tidak
benjolan tidak ada. ada, benjolan tidak ada.
Palpasi : nyeri tekan tidak Palpasi : nyeri tekan tidak
ada. ada.
3) Mata Inspeksi : bentuk simetris, Inspeksi : bentuk simetris,
pergerakan bola mata pergerakan bola mata
terkoordinasi, refleks pupil terkoordinasi, refleks pupil
baik, pupil isokor, baik, pupil isokor,
46

konjungtiva merah muda, konjungtiva merah muda,


klera putih. klera putih.
Palpasi : nyeri tekan tidak Palpasi : nyeri tekan tidak
ada. ada.
4) Hidung Inspeksi : bentuk simetris, Inspeksi : bentuk simetris,
sekret tidak ada, kebersihan sekret tidak ada,
cukup. kebersihan cukup.
Palpasi : nyeri tekan tidak Palpasi : nyeri tekan tidak
ada. ada.
5) Telinga Inspeksi : bentuk simetris, Inspeksi : bentuk simetris,
kebersihan cukup. kebersihan cukup.
Palpasi : nyeri tekan tidak Palpasi : nyeri tekan tidak
ada. ada.
6) Mulut Inspeksi : bentuk simetris, Inspeksi : bentuk simetris,
mukosa bibir lembab, mukosa bibir lembab,
stomatitis tidak ada, stomatitis tidak ada,
pembesaran tonsil tidak ada, pembesaran tonsil tidak
lidah bersih, kebersihan gigi ada, lidah bersih,
cukup, caries tidak ada, dan kebersihan gigi cukup,
secara umum kebersihan caries tidak ada, dan
mulut pasien cukup. secara umum kebersihan
Palpasi : tidak ada nyeri mulut pasien cukup.
tekan Palpasi : tidak ada nyeri
tekan
7) Leher Inspeksi : pembesaran Inspeksi : pembesaran
kalenjar tirod tidak ada, kalenjar tirod tidak ada,
bendungan vena jugularis bendungan vena jugularis
tidak ada, dan pergerakan tidak ada, dan pergerakan
terkoordinasi. terkoordinasi.
Palpasi : nyeri tekan tidak Palpasi : nyeri tekan tidak
ada, pembesaran kelenjar ada, pembesaran kelenjar
limfe tidak ada. limfe tidak ada.
8) Thorax
a) Paru-paru Inspeksi : bentuk dada Inspeksi : bentuk dada
simetris, retraksi otot dada simetris, retraksi otot dada
tidak ada. tidak ada.
Palpasi : tidak ada nyeri Palpasi : tidak ada nyeri
tekan. tekan.

Perkusi : suara paru sonor. Perkusi : suara paru sonor.


Auskultasi : whezing tidak Auskultasi : whezing tidak
.ada, ronching tidak ada, .ada, ronching tidak ada,
suara napas vesikular suara napas vesikular
reguler. reguler.
Inspeksi : iktuskordis tidak
a) Jantung Inspeksi : iktuskordis tidak tampak.
tampak. Palpasi : ictus cordisteraba
Palpasi : ictus cordisteraba di di sebelah medial linea
sebelah medial linea midklavikulais.
midklavikulais. Perkusi : terdengar pekak.
Perkusi : terdengar pekak. Auskultasi : suara jantung
Auskultasi : suara jantung S1 S1 S2 tunggal legular.
S2 tunggal legular.
47

b) Abdomen Inpeksi : Bentuk simetris, Inpeksi : Bentuk simetris,


Auskultasi : Bising usus Auskultasi : Bising usus
6x/menit. 5x/menit.
Palpasi : tidak ada nyeri Palpasi : tidak ada nyeri
tekan tekan
Perkusi : Suara tympani Perkusi : Suara tympani
sebagian besar perut, sebagian besar perut,
dullness di atas hepar. dullness di atas hepar.

c) Genetalia Tidak terobservasi Tidak terobservasi

d) Anus Tidak terobservasi Tidak terobservasi

e) Ekstremitas
(1). Atas Edematidak ada, sianosis Edematidak ada, sianosis
pada ujung kuku tidak ada, pada ujung kuku tidak ada,
lesitidak ada, pergerakan lesitidak ada, pergerakan
pada tangan kanan dan kiri pada tangan kanan dan kiri
terkoordinasi, CRT<2 detik, terkoordinasi, CRT<2
terpasang infus di tangan detik, terpasang infus di
kanan pasien. tangan kanan pasien.

(2). Bawah Edema tidak ada, kuku Edema tidak ada, kuku
pendek dan bersih, CRT<2 pendek dan bersih, CRT<2
detik, pasien mengatakan detik , pasien mengatakan
tidak terasa apa-apa pada tidak terasa apa-apa pada
kedua kakinya, terdapat luka kedua kakinya, pasien
pada ibu jari kaki kananya, mengatakan terdapat luka
luas luka ± 3cm, pada tumit kaki bagian
kedalamanya ± 0,5 cm, tidak kiri, luas luka ± 5 cm,
terdapat jaringan nekrotik, kedalaman luka ± 1 cm,
terdapat pus pada luka, tidak terdapat jaringan nekrotik
terdapat edema pada kaki, berwarna putih, terdapat
pasien mengatakan tidak pus pada luka, tidak
terasa nyeri pada luka. terdapat edema pada kaki,
Kekuatan otot : pasien tidak merasakan
555 555 nyeri pada luka.
555 555 Kekuatan otot :
555 555
Keterangan : 555 555
0 : tidak ada kontraksi
1 : hanya terdapat kontraksi
otot Keterangan :
2 : ada pergerakan tetapi 0 : tidak ada kontraksi
tidak mampu melawan 1 : hanya terdapat
gravitasi kontraksi otot
3 : ada pergerakan, tetapi 2 : ada pergerakan tetapi
hanya dapat mengatasi gaya tidak mampu melawan
gravitasi gravitasi
48

4 : mampu melawan 3 : ada pergerakan, tetapi


gravitasi dan melawan hanya dapat mengatasi
sedikit tahanan gaya gravitasi
5 : mampu melawan 4 : mampu melawan
gravitasi dan tahanan penuh gravitasi dan melawan
sedikit tahanan
5 : mampu melawan
gravitasi dan tahanan
penuh

8. Pemeriksaan Diagnostik

Tabel 4.5 Pemeriksaan Diagnostik


Pasien 1 Pasien 2
Hasil pemeriksaan darah lengkap tanggal 18 Hasil pemeriksaan darah lengkap tanggal 1 April
Maret 2019, pukul 14.59 wita 2019, pukul 05.50 wita

Jenis Hasil Satu Nilai Jenis Hasil Satu Nilai


Pemeriksaan an Rujukan Pemeriksaan an Rujukan
HGB 12.5 g/dL 13.2 – 17.3 HGB 10.6 g/dL 13.2 – 17.3
RBC 4.64 [10^ 4.40 – 5.90 RBC 3.90 [10^ 4.40 – 5.90
6/ul] 6/ul]
HCT 37.2 % 40.0 – 52.0 HCT 31.2 % 40.0 – 52.0
MCV 80.1 Fl 80.0 – MCV 80.0 Fl 80.0 –
100.0 100.0
MCH 27.0 pg 26.0 – 34.0 MCH 27.1 pg 26.0 – 34.0
MCHC 33.8 g/dL 32.0 – 36.0 MCHC 33.8 g/dL 32.0 – 36.0

RDW-CV 10.4 % 11.5 - 14.5 RDW-CV 11.3 % 11.5 - 14.5

WBC 12.63 10^3 3.80 – WBC 31.16 10^3 3.80 –


/ul 10.60 /ul 10.60
Hitung Jenis Hitung Jenis
NEUT % 67.9 % 50.0 – 70.0 NEUT % 85.9 % 50.0 – 70.0
LYMPH% 22.2 % 25.0 – 40.0 LYMPH% 7.2 % 25.0 – 40.0
BASO% 0.6 % 0.0 – 1.0 BASO% 0.5 % 0.0 – 1.0
MONO% 7.4 % 2.0 – 8.0 MONO% 5.6 % 2.0 – 8.0
EOS% 2.0 % 2 .0– 4.0 EOS% 0.8 % 2 .0– 4.0
NEUT# 8.6 10^3 1.5– 7.0 NEUT# 26.8 10^3 1.5– 7.0
/ul /ul
LYMPH# 2.8 10^3 1.0 – 3.7 LYMPH# 2.2 10^3 1.0 – 3.7
/ul /ul
ASO# 0.1 10^3 0.0-0.1 ASO# 0.2 10^3 0.0-0.1
/ul /ul
MONO# 0.9 10^3 0.0-0.7 MONO# 1.7 10^3 0.0-0.7
/ul /ul
EOS# 0.2 10^3 0.0-0.4 EOS# 0.3 10^3 0.0-0.4
/ul /ul
PLT 255 10^3 150-440 PLT 425 10^3 150-440
/ul /ul
49

PDW 20.5 FL 9.0-17.0 PDW 18.1 FL 9.0-17.0


MPV 6.8 FL 9.0-13.0 MPV 4.8 FL 9.0-13.0
GLUKOSA GLUKOSA
DARAH DARAH
Glukosa 261 Mg/ 70-100 Glukosa 215 Mg/ 70-200
Darah Puasa dL Darah dL
HbA1C 9.1 % Sewaktu
HbA1C 8.0 %

Hasil pemeriksaan Kimia Darah tanggal 18 Hasil pemeriksaan Kimia Darah tanggal 2 April
Maret 2019, pukul 14.59WITA 2019, pukul 12.46WITA
Pemeriksaan Hasil Satuan Pemeriksaan Hasil Satuan
Glukosa darah 213 Mg/Dl Glukosa darah 212 Mg/Dl
sewaktu sewaktu
Gula darah 261 Mg/Dl Gula darah 151 Mg/Dl
puasa puasa

Hasil pemeriksaan Urin Lengkap tanggal 18


Maret 2019, pukul 15.23 WITA
Pemeriksaan Hasil Satua Nilai
n Rujuk
an
Warna Kunin Kuning
g
Kejernihan Jernih Jernih

Berat Jenis 1.010 1.000-


1.030
pH 6.0 5.0-9.0

Leukosit Negat /uL Negatif


if
Nitrit Negat Negatif
if
Protein Negat mg/dL Negatif
if
Glukosa 3+ mg/dL Negatif

Keton Negat mg/dL Negatif


if
Urobilin Negat mg/dL Negatif
if
Bilirubin Negat mg/dL Negatif
if
Eritrosit Negat /uL Negatif
if
Sedimen
50

Eritrosit NEG /LPB 0-2

Leukosit 2-3 /uL 0-5

Sel Epitel SQU


AMO
US 1-
2
Bakteria Negat Negatif
if
Kristal Negat /LPB Negatif
if
Lain-lain Negat Negatif
if
51

Tabel 4.6
ANALISA DATA KEPERAWATAN
PADA PASIENDIABETES MELITUS (DM) TIPE 2
DENGAN RISIKO KETIDAKSETABILAN KADAR GLUKOSA DARAH
DI RUANG OLEG RSD MANGUSADA

9. Analisa data pasien 1


Data Etiologi Masalah
Tanggal 19 Maret 2019
DS Hiperglikemia Risiko ketidakstabilan
1. Pasien mengatakan badannya kadar glukosa darah
lemas Pembatasan diet
2. Pasien mengatakan nafsu
Intake tidak adekuat
makan menurun
3. Pasien mengatakan makanya Risiko ketidakstabilan
habis setengah porsi setiap kadar glukosa darah
kali makan
4. Pasien mengatakan mual
setelah makan
5. Pasien mengatakan belum
mengerti dengan penyakitnya,
tanda gejala penyakitnya, diet
yang diberikan, cara
penyuntikan insulin, lokasi
penyuntikan insulin dan
proses penyembuhan
penyakitnya dan cara
mengontrol gula darahnya.
DO
1. Pasien terlihat lemas
2. Kadar glukosa darah puasa
261 mg/dL
3. Kadar glukosa darah sewaktu
213 mg/dL
4. HbA1C 9,1%
5. Glukosa urine 3+ mg/dL
6. Berat badan pasien turun 5 Kg
dari berat badan awal 60 Kg
7. IMT 19 Kg/m2
8. Pasien selalu menanyakan
cara mengontrol gula
darahnya
52

DS: Hiperglikemia Kerusakan integritas


1. Pasien mengatakan terdapat kulit b/d cedera
luka pada kaki bagian kanan kimiawi
2. Pasien mengatakan tidak Neuropati
terasa nyeri pada lukanya
DO:
1. Tampak terdapat luka pada Cedera kimiawi
ibu jari kaki kanannya, luas
luka ± 3 cm, kedalaman luka ±
0,5 cm, tidak terdapat jaringan Kerusakan integritas
nekrotik, terdapat pus pada kulit
luka, tidak terdapat edema
pada kaki.
PASIEN 2

Data Etiologi Masalah

Tanggal 03 April 2019


DS Hiperglikemia Risiko ketidakstabilan
1. Pasien mengatakan badannya kadar glukosa darah
lemas Pembatasan diet
2. Pasien mengatakan nafsu
Intake tidak adekuat
makannya menurun
3. Pasien mengatakan makan Risiko
hanya habis setengah porsi ketidakstabilan kadar
4. Pasien mengatakan belum glukosa darah
mengerti dengan cara
mengontrol gula darahnya,
diet yang diberikan dan
proses penyembuhan
penyakitnya.
DO
1. Pasien terlihat lemas
2. Kadar glukosa darah puasa
151 mg/dL
3. Kadar glukosa darah sewaktu
212 mg/dL
4. HbA1C 8,0%
5. IMT 22 Kg/m2
6. Pasien selalu menanyakan
cara mengontrol gula
darahnya
53

DS: Hiperglikemia Kerusakan integritas


1. Pasien mengatakan terdapat kulit b/d cedera
luka pada kaki bagian kiri kimiawi
2. Pasien mengatakan tidak Neuropati
terasa nyeri pada lukanya
DO:
1. tampak terdapat luka pada Cedera kimiawi
tumit kaki kirinya, luas luka ±
5 cm, kedalaman luka ± 1 cm,
terdapat jaringan nekrotik Kerusakan integritas
berwarna putih, terdapat pus kulit
pada luka, tidak terdapat
edema pada kaki.

10. Diagnosis Keperawatan

Tabel 4.7 Diagnosa Keperawatan


Data Problem Diagnosa Keperawatan
(masalah)

PASIEN 1

DS Risiko Risiko ketidakstabilan kadar


ketidakstabilan glukosa darah b/d faktor risiko
1. Pasien mengatakan kadar glukosa asupan diet yang kurang tepat
badannya lemas darah ditandai dengan pasien
2. Pasien mengatakan mengatakan lemas,pasien
mengatakan nabsumakanya
nafsumakanya menurun
menurun, pasien mengatakan
3. Pasien mengatakan mual mual setelah makan, pasien
setelah makan mengatakan belum mengerti
4. Pasien mengatakan belum dengan penyakitnya, tanda gejala
mengerti dengan penyakitnya, diet yang diberikan,
penyakitnya, tanda gejala cara penyuntikan insulin, lokasi
penyakitnya, diet yang penyuntikan insulin, proses
diberikan, cara penyuntikan penyembuhan penyakitnya dan
insulin, lokasi penyuntikan cara mengontrol gula darahnya,
insulin dan proses pasien terlihat lemas, kadar
penyembuhan penyakitnya glukosa darah puasa 261 mg/dL,
dan cara mengontrol gula kadar glukosa darah sewaktu 213
darahnya. mg/dL, HbA1C 9,1 %, glukosa
urine 3+ mg/dL, berat badan
pasien turun 5 Kg dari berat badan
DO awal 60 Kg, IMT 19 Kg/m2,
pasien selalu menanyakan cara
1. Pasien terlihat lemas mengontrol gula darahnya.
2. Kadar glukosa darah puasa
261 mg/dL
3. Kadar glukosa darah
sewaktu 213 mg/dL
4. HbA1C 9,1 %
54

5. Glukosa urine 3+ mg/dL


6. Berat badan pasien turun 5
Kg dari berat badan awal 60
Kg
7. IMT 19
8. Pasien selalu menanyakan
cara mengontrol gula
darahnya

DS: Kerusakan Kerusakan integritas kulit b/d


integritas kulit cedera kimiawi ditandai dengan
1. Pasien mengatakan terdapat Pasien mengatakan terdapat luka
luka pada kaki kanannya pada kaki kanannya, pasien
2. Pasien mengatakan tidak mengatakan tidak terasa nyeri
pada luka, tampak terdapat luka
terasa nyeri pada luka
pada ibu jari kaki kanan pasien,
luas luka ± 3 cm, kedalaman luka
DO:
± 0,5 cm, tidak terdapat jaringan
nekrotik, terdapat pus pada luka,
1. Tampak terdapat luka pada
tidak terdapat edema pada kaki.
ibu jari kaki kanan pasien,
luas luka ± 3 cm, kedalaman
luka ± 0,5 cm, tidak terdapat
jaringan nekrotik, terdapat
pus pada luka, tidak terdapat
edema pada kaki.

PASIEN 2

Data Problem Diagnosa Keperawatan


(masalah)
DS Risiko Risiko ketidakstabilan kadar
ketidakstabilan glukosa darah b/d faktor risiko
1. Pasien mengatakan kadar glukosa asupan diet yang kurang tepat
badannya lemas darah
ditandai dengan pasien
2. Pasien mengatakan nafsu mengatakan lemas,pasien
makanya menurun mengatakan nafsu makannya
3. Pasien mengatakan makan menurun, pasien mengatakan
hanya habis setengah porsi makan hanya habis setengah
4. Pasien mengatakan belum porsi, pasien mengatakan belum
mengerti dengan cara
mengerti dengan cara mengontrol
mengontrol gula darahnya,
diet yang diberikan dan gula darahnya, diet yang diberikan
proses penyembuhan dan proses penyembuhan
penyakitnya. penyakitnya, pasien terlihat lemas,
55

DO kadar glukosa darah puasa 151


mg/dL, kadar glukosa darah
1. Pasien terlihat lemas sewaktu 212 mg/dL, HbA1C 8,0
2. Kadar glukosa darah puasa %, , IMT 22 Kg/m2, pasien selalu
151 mg/dL menanyakan cara mengontrol gula
3. Kadar glukosa darah darahnya.
sewaktu 212 mg/dL
4. HbA1C 8,0%
5. IMT 22 Kg/m2
6. Pasien selalu menanyakan
cara mengontrol gula
darahnya

DS: Kerusakan Kerusakan integritas kulit b/d


integritas kulit cedera kimiawi ditandai dengan
1. Pasien mengatakan terdapat Pasien mengatakan terdapat luka
luka pada kaki kirinya pada kaki kirinya, pasien
2. Pasien mengatakan tidak mengatakan tidak terasa nyeri
pada luka, tampak terdapat luka
terasa nyeri pada luka
pada tumit kaki kirinya, luas luka
± 5 cm, kedalaman luka ± 1 cm,
DO:
terdapat jaringan nekrotik
berwarna putih, terdapat pus pada
1. Tampak terdapat luka pada
luka, tidak terdapat edema pada
tumit kaki kirinya, luas luka kaki.
± 5 cm, kedalaman luka ± 1
cm, terdapat jaringan
nekrotik berwarna putih,
terdapat pus pada luka, tidak
terdapat edema pada kaki.
56

Tabel 4.8
RENCANA KEPERAWATAN PADA PASIEN
DIABETES MELITUS (DM) TIPE 2
DENGAN RISIKO KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH
DIRUANG OLEG RSD MANGUSADA
11. Perencanaan

Dx Keperawatan Kriteria Hasil Perencanaan & Rasional

PASIEN 1

Diagnosa 1 Setelah diberikan asuhan 1. Observasi tanda-tanda vital pasien


Risiko keperawatan selama 3x24 Rasional: Mengetahui keadaan
ketidakstabilan jam diharapkan kadar umum pasien.
kadar glukosa glukosa/gula darah pasien
2. Observasi kadar glukosa darah.
darah b/d faktor dalam rentang normal Rasional : untuk mengetahui kadar
risiko asupan diet dengan kriteria hasil : gula darah klien agar dapat
yang kurang tepat 1. Pasien dapat menentukan tindakan selanjutnya.
ditandai dengan mengontrol kadar gula
pasien darah tetap dalam 3. Monitor tanda – tanda dan gejala
mengatakan batas normal. hiperglikemia dan hipoglikemia.
Rasional : mencegah terjadinya
lemas,pasien a. GDS 70 – 200
hiperglikemia dan hipoglikemia.
mengatakan mg/dL
nabsumakanya b. DGP 70 – 120 4. Timbang berat badan pasien.
menurun, pasien mg/dL Rasional: mengetahui perkembangan
mengatakan mual 2. Status nutrisi adekuat. status nutrisi pasien.
setelah makan, 3. Dapat memanajemen
pasien dan mencegah 5. Berikan HE tentang penyakit yang
diderita pasien, diet yang
mengatakan penyakit semakin
diberikan,tanda gejala, cara
belum mengerti parah. penanggulangan hiperglikemia dan
dengan 4. Pasien tidak lemas hipoglikemia, dan lokasi
penyakitnya, lagi. penyuntikan insulin.
tanda gejala 5. Pasien mengatakan Rasional : agar dapat memanajemen
penyakitnya, diet tidak mual lagi diabtes yang dialami oleh klien dan
mengetahui cara penanganan
yang diberikan, 6. Pasien mengatakan
terhadap hiperglikemia dan
cara penyuntikan mengerti dengan hipoglikemia.
insulin, lokasi penjelasan yang
penyuntikan diberikan 6. Kolaborasi dengan dokter tentang
insulin dan proses pemberian therapy insulin,
penyembuhan antiemetik dan antibiotik
penyakitnya dan Rasional : pemberian insulin akan
meningkatkan pemasukan glukosa
cara mengontrol
kedalam jaringan sehingga kadar
gula darahnya, gula dalam darah menurun,
pasien terlihat antiemetik dapat mengurangi mual
lemas, kadar pasien, dan antibiotik mencegah
terjadinya infeksi.
57

glukosa darah
puasa 261 mg/dL, 7. Konsultaskan dengan dokter jika
kadar glukosa tanda gejala hiperglikemia dan
darah sewaktu hipoglikemia menetap atau menurun.
213 mg/dL, Rasional: memberikan penanganan
HbA1C 9,1 %, yang tepat selanjutnya
glukosa urine 3+
mg/dL, berat 8. Kelaborasi dengan ahligizi dalam
badan pasien pemberian diet.
turun 5 Kg dari Rasional: memperbaiki status nutrisi
berat badan awal pasien
60 Kg, IMT 19,
pasien selalu
menanyakan cara
mengontrol gula
darahnya.

PASIEN 2

Dx Keperawatan Kriteria Hasil Perencanaan & Rasional


Diagnosa 1 Setelah diberikan asuhan 1. Observasi tanda-tanda vital pasien
keperawatan selama 3x24 Rasional: Mengetahui keadaan
Risiko jam diharapkan kadar umum pasien.
glukosa/gula darah pasien
ketidakstabilan
dalam rentang normal 2. Observasi kadar glukosa darah.
kadar glukosa dengan kriteria hasil : Rasional : untuk mengetahui kadar
darah b/d faktor 1. Pasien dapat gula darah klien agar dapat
risiko asupan diet mengontrol kadar gula menentukan tindakan selanjutnya.
yang kurang tepat darah tetap dalam
ditandai dengan batas normal. 3. Monitor tanda – tanda dan gejala
pasien c. GDS 70 – 200 hiperglikemia dan hipoglikemia.
mg/dL Rasional : mencegah terjadinya
mengatakan
d. DGP 70 – 120 hiperglikemia dan hipoglikemia.
lemas,pasien mg/dL
mengatakan nafsu 2. Status nutrisi adekuat. 4. Timbang berat badan pasien.
makannya 3. Dapat memanajemen Rasional: mengetahui perkembangan
menurun, pasien dan mencegah status nutrisi pasien.
mengatakan penyakit semakin
makan hanya parah. 5. Berikan HE tentang penyakit yang
4. Pasien tidak lemas diderita pasien, diet yang
habis setengah
lagi. diberikan,tanda gejala, cara
58

porsi, Pasien 5. Pasien mengatakan penanggulangan hiperglikemia dan


mengatakan mengerti dengan hipoglikemia.
belum mengerti penjelaskan yang Rasional : agar dapat memanajemen
diberikan diabtes yang dialami oleh klien dan
dengan cara
mengetahui cara penanganan
mengontrol gula terhadap hiperglikemia dan
darahnya, diet hipoglikemia.
yang diberikan
dan proses 6. Kolaborasi dengan dokter tentang
penyembuhan pemberian therapy insulin dan
penyakitnya, antibiotik
Rasional : pemberian insulin akan
pasien terlihat
meningkatkan pemasukan glukosa
lemas, kadar kedalam jaringan sehingga kadar
glukosa darah gula dalam darah menurun dan
puasa 151 mg/dL, antibiotik mencegah terjadinya
kadar glukosa infeksi.
darah sewaktu
212 mg/dL, 7. Konsultaskan dengan dokter jika
tanda gejala hiperglikemia dan
HbA1C 8,0 %, ,
hipoglikemia menetap atau menurun.
IMT 22 Kg/m2, Rasional: memberikan penanganan
pasien selalu yang tepat selanjutnya
menanyakan cara
mengontrol gula 8. Kelaborasi dengan ahligizi dalam
darahnya. pemberian diet.
Rasional: memperbaiki status nutrisi
pasien
59

Tabel 4.9

PELAKSANAAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DIABETES MELITUS (DM) TIPE 2

DENGAN RISIKO KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH

DIRUANG OLEG RSD MANGUSADA

12. Implementasi

PASIEN 1 Tanggal : 20 Maret 2019

Hari / Tgl Tindakan


Dx Evaluasi Paraf
/ Jam Keperawatan

1 2 3 4 5
Rabu, 20 1 Mengobservasi DS : - pasien mengatakan lemas Ari
Maret keadaan umum pasien DO :- pasien terlihat lemas, TD: 110/80
2019 dan TTV. mmHg, N: 80 x/menit, S;
Pkl. 07.30 36,5oC, RR: 20 x/menit.
Wita

Pk. 07.45 Mengecek kadar DS : - Ari


Wita 1 glukosa darah puasa
DO :
- glukosa darah puasa pasien
261 mg/dL.

Pk.07.55 1 Memonitor tanda – DS : Perawat


wita tanda dan gejala - Pasien mengatakan lemas dan
hiperglikemia dan berat badan turun 5 kg
hipoglikemia. DO :
- Pasien mengalami
hiperglikemia yaitu psien
merasa lemas dan berat bada
turun 5 kg
Pk.08.00 1 Memastikan pasien DS : -Pasien mengatakan sudah Ari
Wita sudah makan dan makan dan merasa mual
delegatif pemberian DO:- Obat insulin sudah masuk
insulin Novorapid 1x6
unit melalui SC
60

1 2 3 4 5
Pk. 08. 20 1 Memberikan HE DS : Ari
Wita tentang pennyakit yang - Pasien mengatakan sudah
diderita pasien saat ini, mengerti
tanda gejala DO :
hiperglikemia,
hipoglikemia dan cara - Pasien terlihat sudah paham
penanggulangnnya dengan penjelasan perawat
dan pasien mampu mengulang
penjelasan yang diberikan

Pk. 08. 40 2 Mengobserpasi luka DS : Ari


Wita pasien dan melakukan
rawat luka pasien - pasien mengatakan tidak
terasa nyeri pada lukanya

DO :

- luka pasien tampak terdapat


pus, tidak ada jaringan
nekrotik, luas uka ± 3 cm,
kedalaman ± 0,5 cm

Pk. 09.30 1 Delegatif dalam DS : - Perawat


wita pemberian obat
Ceftriaxone 1 gr dan DO : - Obat sudah masuk dan
Ondancentron 4 mg tidak ada tanda-tanda alergi
melalui IV/set
Pk. 10.30 1 Menimbang berat DS : - Perawat
wita badan dan tinggi badan
pasien DO :

- berat badan pasien 55 kg dan


tinggi badan pasien 170 cm

Pk. 11.00 1 Memberi HE tentang DS : - pasien mengatakan mengerti Ari


Wita diet yang diberikan (
diet 3j, 1900 kkal)
DO :
- Pasien tampak mengerti dan
mampu mengulangi
penjelasan yang diberikan

Pk. 11.20 1 Mengecek kadar DS : - Ari


Wita glukosa darah sewaktu
DO :
- glukosa darah sewaktu pasien
213 mg/dL.

Pk. 13.00 1 Memastikan pasien DS :- pasien mengatakan sudah makan Ari


Wita sudah makan dan 1 porsi dan pasien
delegatif pemberian mengatakan mual setelah
insulin Novorapid 1x6 makan
unit melalui SC
61

1 2 3 4 5
DO : - Obat sudah masuk 6 unit

Pk. 13.20 1 Memberikan HE DS: - Pasien mengatakan belum Ari


Wita tentang cara dan lokasi mengerti
penyuntikan insulin DO: - Pasien tampak binggung
Pk. 14.20 1 Melakukan tindakan DS : - Perawat
Wita delegatif dalam
pemberian obat : DO :
- Ondancentron 4
mg melalui IV/set - Obat sudah diberikan tidak
ada tanda – tanda alergi.

Pk. 15.00 1 Mengkaji kembali HE DS : - Pasien mengatakan masih Perawa


Wita yang diberikan mengingat penjelasan yang
sebelumnya dibrikan sebelumnya

DO:

- Pasien tampak ingat dengan


HE yang di berikan
sebelumnya dan pasien
mampu mengulang kembali
penjelasan sebelumnya
Pk. 16.30 1 Mengobservasi DS : - Pasien mengatakan masih Perawat
Wita keadaan umum pasien lemas
dan tanda-tanda vital
pasien DO: - Pasien tampak lemas, TD:
110/80 mmHg, N: 80x/
menit, S: 36,5oC, RR:
20x/menit
Pk. 17.40 1 Mengecek kadar gula DS : - Perawat
Wita darah sewaktu
DO : - Gula daras sewaktu pasien
213 mg/dL
Pk. 17.50 1 Memantau tanda-tanda DS : - Pasien mengatakan Perawat
Wita hiperglikemia dan badanya terasa lemas
hipoglikemia DO : - Pasien mengalami tanda
gejala hiperglikemia yaitu
badan terasa lemas
Pk. 18.30 1 Memastikan pasien DS : - Pasien mengatakan sudah Perawat
wita sudah makan dan makan 1 porsi dan merasa
melakukan tindakan mual setelah makan
delegatif dalam
pemberian insulin DO : - Obat sudah masuk dan
Novorapid 1x6 unit tidak ada tanda-tanda alergi
(SC) dan
Ondancentron 4 mg
(IV/set)
62

1 2 3 4 5
Melakukan tindakan DS : - Perawat
delegatif dalam
pemberian obat: DO :
- Ceftriaxone 1
Pk. 21.30 gr melalui - Obat sudah masuk dan tidak
1 IV/set ada tanda-tanda alergi
Wita
- Levemir 1x10
unit melalui
SC

Pk.21.35 1 Mengkaji ulang HE DS : - Pasien mengatakan masih Perawat


Wita yang diberikan ingat dengan penjelasan yang
sebelumnya diberikan sebelumnya

DO : - Pasien mampu mengulang


penjelasan sebelumnya

Pk. 06.00 1 Mengukur gula darah DS : - Perawat


Wita puasa pasien

DO: - Gula darah puasa pasien 261


mg/dL

Pk. 07.00 1 Mengukur tanda-tanda DS: - Perawat


Wita vital pasien
DO: - TD: 120/80 mmHg, N: 85
x/menit, S: 37oC, RR: 20
x/menit

Kamis, 21 1 Memonitor tanda – DS : Perawat


Maret tanda dan gejala - Pasien mengatakan lemas
2019, PK hiperglikemia dan DO :
07. 30 hipoglikemia. - Pasien mengalami tanda
hiperglikemia yaitu psien
merasa lemas
Pk.08.00 1 Memastikan pasien DS : - Pasien mengatakan sudah Perawat
Wita sudah makan dan makan dan merasa mual
delegatif pemberian
insulin Novorapid 1x6 DO:- Obat insulin sudah masuk
unit melalui SC

Pk. 09.30 1 Delegatif dalam DS : - Perawat


wita pemberian obat
Ceftriaxone 1 gr dan DO : - Obat sudah masuk dan
Ondancentron 4 mg tidak ada tanda-tanda alergi
melalui IV/set

Pk. 10.30 1 Menimbang berat DS : - Perawat


wita badan dan tinggi badan
pasien DO :
- berat badan pasien 55 kg dan
63

1 2 3 4 5
tinggi badan pasien 170 cm

Pk. 11.20 1 Mengecek kadar DS : - Perawat


Wita glukosa darah sewaktu
DO :
- glukosa darah sewaktu pasien
213 mg/dL.

Pk. 13.00 1 Memastikan pasien DS :- pasien mengatakan sudah makan Perawat


Wita sudah makan dan 1 porsi dan pasien
delegatif pemberian mengatakan mual setelah
insulin Novorapid 1x6 makan
unit melalui SC
DO : - Obat sudah masuk 6 unit

Pk. 14.20 1 Melakukan tindakan DS : - Perawat


Wita delegatif dalam
pemberian obat : DO :
- Ondancentron 4 - Obat sudah diberikan tidak
mg melalui IV/set ada tanda – tanda alergi.

Pk. 15.00 1 Mengkaji kembali HE DS : - Pasien mengatakan masih Ari


Wita yang diberikan mengingat penjelasan yang
sebelumnya dibrikan sebelumnya

DO:

- Pasien tampak ingat dengan


HE yang di berikan
sebelumnya dan pasien
mampu mengulang kembali
penjelasan sebelumnya
Pk. 15.30 2 Mengobservasi DS : - Pasien mengatakan tidak Ari
Wita keadaan luka dan nyeri di bagian luka
melakukan perawatan
luka DO :
- luka pasien masih terdapat
pus, luas luka ± 3 cm,
kedalaman luka ± 0,5 cm,
tidak ada jaringan nekrotik
Pk.16.00 1 Memberikan HE DS : - Pasien mengatakan Perawat
Wita tentang cara dan lokasi mengerti dengan penjelasan
penyuntikan insulin yang diberikan

DO :
- Pasien tampak mengerti dan
mampu mengulangi
penjelasan yang diberikan
64

1 2 3 4 5
Pk. 16.30 1 Mengobservasi DS : - Pasien mengatakan masih Ari
Wita keadaan umum pasien lemas
dan tanda-tanda vital
pasien
DO: - Pasien tampak lemas, TD:
110/80 mmHg, N: 80x/
menit, S: 36,5oC, RR:
20x/menit
Pk. 17.40 1 Mengecek kadar gula DS : - Ari
Wita darah sewaktu
DO : - Gula daras sewaktu pasien
214 mg/dL
Pk. 17.50 1 Memantau tanda-tanda DS : - Pasien mengatakan Ari
Wita hiperglikemia dan badanya terasa lemas
hipoglikemia DO : - Pasien mengalami tanda
gejala hiperglikemia yaitu
badan terasa lemas
Pk. 18.30 1 Memastikan pasien DS : - Pasien mengatakan sudah Ari
wita sudah makan dan makan 1 porsi dan merasa
melakukan tindakan mual setelah makan
delegatif dalam
pemberian insulin DO : - Obat sudah masuk dan
Novorapid 1x6 unit tidak ada tanda-tanda alergi
(SC) dan
Ondancentron 4 mg
(IV/set)
Melakukan tindakan DS : - Perawat
delegatif dalam
pemberian obat: DO :
- Ceftriaxone 1
Pk. 21.30 gr melalui - Obat sudah masuk dan tidak
1 IV/set ada tanda-tanda alergi
Wita
- Levemir 1x10
unit melalui
SC

Pk.21.35 1 Mengkaji ulang HE DS : - Pasien mengatakan masih Perawat


Wita yang diberikan ingat dengan penjelasan yang
sebelumnya diberikan sebelumnya

DO : - Pasien mampu mengulang


penjelasan sebelumnya

Pk. 06.00 1 Mengukur gula darah DS : - Perawat


Wita puasa pasien

DO: - Gula darah puasa pasien 200


mg/dL

Pk. 07.00 1 Mengukur tanda-tanda DS: - Perawat


Wita vital pasien
DO: - TD: 120/80 mmHg, N: 85
65

1 2 3 4 5
x/menit, S: 37oC, RR: 20
x/menit

Jumat, 22 1 Mengobservasi DS : - pasien mengatakan lemas Perawat


Maret keadaan umum pasien
2019, Pk dan TTV. DO :- pasien terlihat lemas, TD:
07.30 110/80 mmHg, N: 80
x/menit, S; 36,5oC, RR: 20
x/menit

Pk.07.50 1 Memonitor tanda – DS : Perawat


wita tanda dan gejala - Pasien mengatakan tidak
hiperglikemia dan lemas lagi
hipoglikemia. DO :
- Pasien tidakmengalami tanda
hiperglikemia
Pk.08.00 1 Memastikan pasien DS : - Pasien mengatakan sudah Perawat
Wita sudah makan dan makan dan merasa mual
delegatif pemberian
insulin Novorapid 1x6 DO:- Obat insulin sudah masuk
unit melalui SC

Pk. 08. 40 2 Mengobserpasi luka DS : Perawat


Wita pasien dan melakukan
rawat luka pasien - pasien mengatakan tidak
terasa nyeri pada lukanya

DO :

- luka pasien tampak terdapat


pus, luas luka ± 3 cm,
kedalaman luka ± 0,5 cm,
tidak ada jaringan nekrotik

Pk. 09.30 1 Delegatif dalam DS : - Perawat


wita pemberian obat
Ceftriaxone 1 gr dan DO : - Obat sudah masuk dan
Ondancentron 4 mg tidak ada tanda-tanda
melalui IV/set alergi

Pk. 11.20 1 Mengecek kadar DS : - Perawat


Wita glukosa darah sewaktu
DO :
- glukosa darah sewaktu pasien
213 mg/dL.

Pk. 13.00 1 Memastikan pasien DS :- pasien mengatakan sudah makan Perawat


Wita sudah makan dan 1 porsi
delegatif pemberian
insulin Novorapid 1x6 DO : - Obat sudah masuk 6 unit
unit melalui SC
66

1 2 3 4 5
Pk. 14.20 1 Melakukan tindakan DS : - Perawat
Wita delegatif dalam
pemberian obat : DO :
- Ondancentron 4 - Obat sudah diberikan tidak
mg melalui IV/set ada tanda – tanda alergi.

Pk. 15.00 1 Mengkaji kembali HE DS : - Pasien mengatakan masih Perawat


Wita yang diberikan mengingat penjelasan yang
sebelumnya dibrikan sebelumnya

DO:

- Pasien tampak ingat dengan


HE yang di berikan
sebelumnya dan pasien
mampu mengulang kembali
penjelasan sebelumnya
Pk. 16.30 1 Mengobservasi DS : - Pasien mengatakan masih Perawat
Wita keadaan umum pasien lemas
dan tanda-tanda vital
pasien
DO: - Pasien tampak lemas, TD:
110/80 mmHg, N: 80x/
menit, S: 36,5oC, RR:
20x/menit
Pk. 18.30 1 Memastikan pasien DS - Pasien mengatakan sudah makan Perawat
wita sudah makan dan 1 porsi
melakukan tindakan
delegatif dalam DO : - Obat sudah masuk dan tidak
pemberian insulin ada tanda-tanda alergi
Novorapid 1x6 unit
(SC)
Pk. 21.00 1 Mengkaji setatus DS : - Pasien mengatakan makan Perawat
Wita nutrisi pasien dan gula habis satu porsi dan tidak
darah sewaktu merasa mual

DO : - gula darah sewaktu pasien 212


mg/dL
Melakukan tindakan DS : - Ari
delegatif dalam
pemberian obat: DO :
- Ceftriaxone 1 - Obat sudah masuk dan tidak
Pk. 21.15 gr melalui ada tanda-tanda alergi
1
Wita IV/set
- Levemir 1x10
unit melalui
SC
67

1 2 3 4 5
Pk.21.20 1 Mengkaji ulang HE DS : - Pasien mengatakan masih Ari
Wita yang diberikan ingat dengan penjelasan yang
sebelumnya diberikan sebelumnya

DO : - Pasien mampu mengulang


penjelasan sebelumnya

Pk. 06.00 1 Mengukur gula darah DS : - Ari


Wita puasa pasien
DO: - Gula darah puasa pasien 135
mg/dL

Pk. 06.20 1 Mengukur tanda-tanda DS: - Ari


Wita vital pasien DO: - TD: 120/80 mmHg, N: 85
x/menit, S: 37oC, RR: 20
x/menit

Pk. 07.00 2 Mengobservasi luka DS : - Pasien mengatakan tidak Ari


Wita pasien dan melakukan terasa nyeri dilukanya
rawat luka DO : - luka pasien tampak bersih
dan tidak terdapat pus, tidak
terdapat jaringan nekrotik,
luas luka ± 3 cm, kedalaman
luka ± 0,5 cm.

PASIEN 2

Hari / Tgl Tindakan


Dx Evaluasi Paraf
/ Jam Keperawatan
1 Mengobservasi DS : - pasien mengatakan lemas Ari
Kamis, 4
keadaan umum pasien DO :- pasien terlihat lemas, TD:
April 2019
dan TTV. 100/80 mmHg, N: 80
Pkl. 07.30
x/menit, S; 36,5oC, RR: 20
Wita
x/menit.
Pk.07.55 1 Memonitor tanda – DS : Perawat
wita tanda dan gejala - Pasien mengatakan lemas
hiperglikemia dan DO :
hipoglikemia. - Pasien mengalami
hiperglikemia yaitu psien
merasa lemas
Pk.08.00 1 Memastikan pasien DS : -Pasien mengatakan sudah Ari
Wita sudah makan dan makan namun hanya
delegatif pemberian setengah porsi
insulin Novorapid 1x8 DO:- Obat insulin sudah masuk 8
unit melalui SC unit
68

Pk. 08. 20 1 Memberikan HE DS : Perawat


Wita tentang pennyakit yang - Pasien mengatakan sudah
diderita pasien saat ini, mengerti
tanda gejala DO :
hiperglikemia, - Pasien terlihat sudah paham
hipoglikemia dan cara dengan penjelasan perawat
penanggulangnnya dan pasien mampu
mengulang penjelasan yang
diberikan

Pk. 08. 40 2 Mengobserpasi luka DS : Ari


Wita pasien dan melakukan - pasien mengatakan tidak
rawat luka pasien terasa nyeri pada lukanya
DO :
- luka pasien tampak
terdapat pus dan terdapat
jaringan nekrotik berwarna
putih, luas luka ± 5cm,
kedalam luak ± 1 cm.
Pk. 09.30 1 Delegatif dalam DS : - Ari
wita pemberian obat DO : - Obat sudah masuk dan
Ceftriaxone 1 gr tidak ada tanda-tanda
melalui IV/set alergi

Pk. 10.30 1 Menimbang berat DS : - Perawat


wita badan dan tinggi badan DO :
pasien - berat badan pasien 55 kg
dan tinggi badan pasien
165 cm
Pk. 11.00 1 Memberi HE tentang DS : - pasien mengatakan mengerti Ari
Wita diet yang diberikan (
diet 3j, 1900 kkal)
DO :
- Pasien tampak mengerti
dan mampu mengulangi
penjelasan yang diberikan

Pk. 11.20 1 Mengecek kadar DS : - Ari


Wita glukosa darah sewaktu
DO :
- glukosa darah sewaktu
pasien 220 mg/dL.

Pk. 13.00 1 Memastikan pasien DS :- pasien mengatakan sudah Ari


Wita sudah makan dan makan setengah porsi
delegatif pemberian DO : - Obat sudah masuk 8 unit
insulin Novorapid 1x8
unit melalui SC

Pk. 14. 20 1 Memonitor tanda – DS : Perawat


Wita tanda dan gejala - Pasien mengatakan lemas
hiperglikemia dan DO :
hipoglikemia. - Pasien mengalami
hiperglikemia yaitu psien
merasa lemas
69

Pk. 16.30 1 Mengobservasi DS : - pasien mengatakan lemas Perawat


Wita keadaan umum pasien DO :- pasien terlihat lemas, TD:
dan TTV. 110/80 mmHg, N: 80
x/menit, S; 36,5oC, RR:
20 x/menit.

Pk. 17.40 1 Mengecek kadar DS : - Perawat


Wita glukosa darah sewaktu
DO :
- glukosa darah sewaktu
pasien 210 mg/dL.

Pk. 18.30 1 Memastikan pasien DS : - pasien mengatakan sudah Perawat


Wita sudah makan dan makan setengah porsi
delegatif pemberian DO : - Obat sudah masuk 8 unit
insulin Novorapid 1x8
unit melalui SC

Pk. 21.15 1 Mengecek kadar DS : - Perawat


Wita glukosa darah sewaktu
DO :
- glukosa darah sewaktu
pasien 220 mg/dL.

Pk. 21.30 1 Delegatif dalam DS : - Perawat


Wita pemberian obat insulin DO : - Obat sudah masuk dan
Lantus 1 x 10 unit tidak ada tanda-tanda
melalui SC dan alergi
Ceftriaxone 1 gr
melalui IV/set
Pk. 21. 45 1 Mengkaji kembali HE DS: - Pasaien mengatakan masih Perawat
Wita yang sudah diberikan mengingat penjelasan
yang diberikan
DO: - Pasien masih mengingat
HE yang diberikan dan
mampu mengulang
kembali penjelasan yang
diberikan

Pk. 06.00 Mengecek kadar DS : - Perawat


1 glukosa darah puasa
DO :
- glukosa darah puasa
pasien 134 mg/dL.

Pk. 07.00 1 Mengobservasi DS : - pasien mengatakan lemas Perawat


keadaan umum pasien DO :- pasien terlihat lemas, TD:
dan TTV. 110/80 mmHg, N: 80
x/menit, S; 36oC, RR:
18x/menit.

Jumat, 5 1 Memonitor tanda – DS : Ari


April 2019 tanda dan gejala - Pasien mengatakan lemas
Pkl. hiperglikemia dan DO :
07.20Wita hipoglikemia. - Pasien mengalami
70

hiperglikemia yaitu psien


merasa lemas

Pk.07.50 1 Memastikan pasien DS : -Pasien mengatakan sudah Ari


Wita sudah makan dan makan namun hanya
delegatif pemberian setengah porsi
insulin Novorapid 1x8 DO:- Obat insulin sudah masuk 8
unit melalui SC unit

Pk. 08. 15 1 Mengkaji kembali HE DS : Ari


Wita yang diberikan ke - Pasien mengatakan masih
pasien mengingat penjelasan yang
diberikan kemarin
DO :
- Pasien masih mengingat
HE yang diberikan dan
pasien mampu mengulang
penjelasan yang diberikan

Pk. 08. 30 2 Mengobserpasi luka DS : Ari


Wita pasien dan melakukan - pasien mengatakan tidak
rawat luka pasien terasa nyeri pada lukanya
DO :
- luka pasien tampak
terdapat pus dan terdapat
jaringan nekrotik, luas
luka ± 5 cm, kedalaman
luka ± 1 cm
Pk. 09.20 1 Delegatif dalam DS : - Perawat
wita pemberian obat DO : - Obat sudah masuk dan
Ceftriaxone 1 gr tidak ada tanda-tanda
melalui IV/set alergi

Pk. 11.00 1 Mengkaji ulang DS : - pasien mengatakan masih Ari


Wita tentang HE yang mengingat tentang
diberikan sebelumnya penjelasan yang diberikan
tentang diet 3j, 1900 sebelumnya
kkal

DO :
- Pasien tampak mengingat
HE yang diberikan
sebelumnya dan mampu
mengulangi penjelasan
yang diberikan

Pk. 11.25 1 Mengecek kadar DS : - Ari


Wita glukosa darah sewaktu
DO :
- glukosa darah sewaktu
pasien 212 mg/dL.
71

Pk. 13.05 1 Memastikan pasien DS :- Pasien mengatakan sudah Ari


Wita sudah makan dan makan setengah porsi
delegatif pemberian DO : - Obat sudah masuk 8 unit
insulin Novorapid 1x8
unit melalui SC

Pk. 14. 30 1 Memonitor tanda – DS : Perawat


Wita tanda dan gejala - Pasien mengatakan lemas
hiperglikemia dan DO :
hipoglikemia. -
Pasien mengalami
hiperglikemia yaitu psien
merasa lemas
Pk. 16.30 1 Mengobservasi DS : - pasien mengatakan lemas Perawat
Wita keadaan umum pasien DO :- pasien terlihat lemas, TD:
dan TTV. 120/80 mmHg, N: 80
x/menit, S; 36,5oC, RR:
18 x/menit.

Pk. 17.40 1 Mengecek kadar DS : - Perawat


Wita glukosa darah sewaktu
DO :
- glukosa darah sewaktu
pasien 210 mg/dL.

Pk. 18.30 1 Memastikan pasien DS : - pasien mengatakan sudah Perawat


Wita sudah makan dan makan setengah porsi
delegatif pemberian DO : - Obat sudah masuk 8 unit
insulin Novorapid 1x8
unit melalui SC

Pk. 21.20 1 Mengecek kadar DS : - Perawat


Wita glukosa darah sewaktu
DO :
- glukosa darah sewaktu
pasien 212 mg/dL.

Pk. 21.30 1 Delegatif dalam DS : - Perawat


Wita pemberian obat insulin DO : - Obat sudah masuk dan
Lantus 1 x 10 unit tidak ada tanda-tanda
melalui SC dan alergi
Ceftriaxone 1 gr
melalui IV/set
Pk. 21. 45 1 Mengkaji kembali HE DS: - Pasaien mengatakan Perawat
Wita yang sudah diberikan masih mengingat
penjelasan yang
diberikan
DO: - Pasien masih mengingat
HE yang diberikan dan
mampu mengulang
kembali penjelasan yang
diberikan
72

Pk. 06.05 Mengecek kadar DS : - Perawat


1 glukosa darah puasa DO :
- glukosa darah puasa
pasien 145 mg/dL.

Pk. 07.10 1 Mengobservasi DS : - pasien mengatakan lemas Perawat


keadaan umum pasien DO :- pasien terlihat lemas,
dan TTV. TD: 110/80 mmHg, N: 80
x/menit, S; 36oC, RR:
18x/menit.

Sabtu, 6 1 Memonitor tanda – DS : Ari


April 2019 tanda dan gejala - Pasien mengatakan tidak
Pkl. hiperglikemia dan lemas lagi
07.45Wita hipoglikemia. DO :
- Pasien tidak mengalami
hiperglikemia ataupun
hipoglikemia

Pk.08.05 1 Memastikan pasien DS : - Pasien mengatakan sudah Perawat


Wita sudah makan dan makan satu porsi
delegatif pemberian DO:- Obat insulin sudah masuk
insulin Novorapid 1x8 8 unit
unit melalui SC
Pk. 08. 25 1 Mengkaji kembali DS : Ari
Wita tentang HE yang sudah - Pasien mengatakan masih
diberikan ingat dengan penjelasan
yang sudah diberikan
sebelumnya
DO :
- Pasien terlihat sudah paham
dengan penjelasan yang
sudah diberikan dan pasien
mampu mengulang
penjelasan yang diberikan

Pk. 08. 40 2 Mengobservasi luka DS : Ari


Wita pasien dan melakukan - pasien mengatakan tidak
rawat luka pasien terasa nyeri pada lukanya
DO :
- luka pasien tidak terdapat
pus dan terdapat jaringan
nekrotik, luas luka ± 5 cm,
kedalaman luka ± 1 cm
Pk. 09.25 1 Delegatif dalam DS : - Perawat
wita pemberian obat DO : - Obat sudah masuk dan
Ceftriaxone 1 gr tidak ada tanda-tanda
melalui IV/set alergi

Pk. 10.30 1 Menimbang berat DS : - Ari


wita badan dan tinggi badan DO :
pasien - berat badan pasien 55 kg
dan tinggi badan pasien
165 cm
73

Pk. 11.00 1 Mengkaji ulang HE DS : - pasien mengatakan masih Ari


Wita tentang diet yang mengingat penjelasan
diberikan ( diet 3j, yang diberikan
1900 kkal)

DO :
- Pasien tampak mengingat
HE sebelumnya dan
mampu mengulangi
penjelasan yang diberikan

Pk. 11.25 1 Mengecek kadar DS : - Perawat


Wita glukosa darah sewaktu
DO :
- glukosa darah sewaktu
pasien 140 mg/dL.

Pk. 13.20 1 Memastikan pasien DS : - pasien mengatakan Ari


Wita sudah makan dan sudah makan 1 porsi
delegatif pemberian DO : - Obat sudh maasuk 8
insulin Novorapid 1x8 unit
unit melalui SC

Pk. 14. 30 1 Memonitor tanda – DS : Perawat


Wita tanda dan gejala - Pasien mengatakan tidak
hiperglikemia dan lemas lagi
hipoglikemia. DO :
-
Pasien tidak mengalami
tanda gejala hiperglikemia
Pk. 16.30 1 Mengobservasi DS : - pasien mengatakan lemas Perawat
Wita keadaan umum pasien DO :- pasien terlihat lemas, TD:
dan TTV. 110/80 mmHg, N: 80
x/menit, S; 36,5oC, RR:
20 x/menit.

Pk. 17.40 1 Mengecek kadar DS : - Perawat


Wita glukosa darah sewaktu
DO :
- glukosa darah sewaktu
pasien 200 mg/dL.

Pk. 18.30 1 Memastikan pasien DS : - pasien mengatakan sudah Perawat


Wita sudah makan dan makan setengah porsi
delegatif pemberian DO : - Obat sudah masuk 8 unit
insulin Novorapid 1x8
unit melalui SC

Pk. 21.20 1 Mengecek kadar DS : - Perawat


Wita glukosa darah sewaktu
DO :
- glukosa darah sewaktu
pasien 140 mg/dL.
74

Pk. 21.30 1 Delegatif dalam DS : - Perawat


Wita pemberian obat insulin DO : - Obat sudah masuk dan
Lantus 1 x 10 unit tidak ada tanda-tanda
melalui SC dan alergi
Ceftriaxone 1 gr
melalui IV/set
Pk. 21. 45 1 Mengkaji kembali HE DS: - Pasaien mengatakan Perawat
Wita yang sudah diberikan masih mengingat
penjelasan yang
diberikan
DO: - Pasien masih mengingat
HE yang diberikan dan
mampu mengulang
kembali penjelasan yang
diberikan

Pk. 06.05 Mengecek kadar DS : - Perawat


1 glukosa darah puasa DO :
- glukosa darah puasa pasien
110 mg/dL.

Pk. 07.10 1 Mengobservasi DS : - pasien mengatakan tidak Perawat


keadaan umum pasien lemas lagi
dan TTV. DO :- pasien terlihat tidak lemas,
TD: 110/80 mmHg, N: 80
x/menit, S; 36oC, RR:
18x/menit.
75

Tabel 4.10
EVALUASI KEPERAWATAN
PADA PASIEN DIABETES MELITUS (DM) TIPE 2
DENGAN RISIKO KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH
DI RUANG OLEG RSD MANGUSADA

13. Evaluasi

Dx Hari 1 tanggal 21 Hari 2 tanggal 22 Hari 3 tanggal 23


Maret 2019, Pk. 07.30 Maret 2019, Pk. 07.30 Maret 2019, Pk. 07.30
Pasien 1
Risiko S: S: S:
ketidakstabilan - Pasien - Pasien - Pasien
kadar glukosa mengatakan mengatakan mengatakan tidak
darah b/d faktor lemas lemas lemas lagi
risiko asupan diet - Pasien - Pasien - Pasien
yang kurang tepat mengatakan mengatakan mengatakan tidak
ditandai dengan mual setelah mual setelah mual lagi
pasien mengatakan makan makan - Pasien
lemas, pasien - Pasien - Pasien mengatakan
mengatakan mengatakan mengatakan mengerti dengan
nabsumakanya berat badanya mengerti dengan penjelasan yang
menurun, pasien turun penjelasan yang diberikan
mengatakan mual - Pasien diberikan
setelah makan, mengatakan
pasien mengatakan mengerti dengan
belum mengerti penjelasan yang
dengan diberikan
penyakitnya, cara
mengontrol gula O: O: O:
darahnya, diet - Pasienn tampak - Pasienn tampak - Pasienn tidak
yang dibrikan, lemas lemas lemas lagi
lokasi penyuntikan - Tanda-tanda vital - Tanda-tanda - Tanda-tanda vital
insulin dan proses (TD:110/80 vital (TD:110/80 (TD:120/80
penyembuhan, mmHg, N: 80 mmHg, N: 80 mmHg, N: 80
pasien terlihat x/menit, S: 36,5o x/menit, S: 36,5o x/menit, S: 37o C,
lemas, kadar C, RR: 20 C, RR: 20 RR: 20 x/menit)
glukosa darah x/menit) x/menit) - Gula darah
puasa 261 mg/dL, - Gula darah puasa - Gula darah sewaktu pasien
kadar glukosa pasien 261 sewaktu pasien 212 mg/dL
darah sewaktu 213 mg/dL 214 mg/dL - Gula darah puasa
mg/dL, HbA1C 9,1 - Gula darah - Gula darah pasien 135 mg/dL
%, glukosa urine sewaktu pasien puasa pasien 200 - Pasien mampu
3+ mg/dL, berat 213 mg/dL mg/dL mengulang
badan pasien turun - BB pasien turun - Pasien mampu penjelasan yang
5 Kg dari berat 5 Kg mengulang diberikan
badan awal 60 Kg, - Pasien mampu penjelasan yang
IMT 19, pasien mengulang diberikan
76

selalu menanyakan penjelasan yang


cara mengontrol diberikan
gula darahnya.
A: A: A:
tujuan 6 tercapai, tujuan 6 tercapai, tujuan 2, 3, 4, 6 tercapai,
tujuan 1, 2, 3, 4 dan 5 tujuan 1, 2, 3, 4dan 5 tujuan 1 belum tercapai,
belum tercapai, belum tercapai, masalah risiko
masalah Risiko masalah Risiko ketidakstabilan kadar
ketidakstabilan kadar ketidakstabilan kadar gluksa darah teratasi
glukosa darah belum glukosa darah belum sebagian.
teratasi. teratasi.

P: P: P:
lanjutkan renpra no 1, lanjutkan renpra no 1, lanjutkan renpra no 1
2, 3, 4 dan 5 . 2, 3, 4 dan 5.

PASIEN 2

Dx Hari 1 tanggal Hari 2 tanggal Hari 3 tanggal


05April 2019, Pk. 06April 2019, Pk. 07April 2019, 07. 30
07.30 Wita 07.30 Wita Wita
Risiko S: S: S:
ketidakstabilan - Pasien - Pasien - Pasien
kadar glukosa mengatakan mengatakan mengatakan tidak
darah b/d faktor lemas lemas lemas lagi
risiko asupan diet - Pasien - Pasien - Pasien
yang kurang tepat mengatakan mengatakan mengatakan
ditandai dengan mengerti dengan mengerti dengan mengerti dengan
pasien mengatakan penjelasan yang penjelasan yang penjelasan yang
lemas, pasien diberikan diberikan diberikan
mengatakan makan
hanya habis O: O: O:
setengah porsi, - Pasien tampak - Pasienn tampak - Pasienn tidak
pasien mengatakan lemas lemas lemas lagi
belum mengerti - Tanda-tanda vital - Tanda-tanda vital - Tanda-tanda vital
dengan cara (TD:100/80 (TD:110/80 (TD:120/80
mengontrol gula mmHg, N: 80 mmHg, N: 80 mmHg, N: 80
darahnya, diet yang x/menit, S: 36,5o x/menit, S: 36 o x/menit, S: 36,5o
diberikan dan C, RR: 20 C, RR: C, RR: 20
penyakit yang x/menit) 18x/menit) x/menit)
dideritanya, pasien - Gula darah puasa - Gula darah puasa - Gula darah
terlihat lemas, pasien 134 pasien 145 sewaktu pasien
kadar glukosa mg/dL mg/dL 140 mg/dL
darah puasa 151 - Gula darah - Gula darah - Gula darah puasa
mg/dL, kadar sewaktu pasien sewaktu pasien pasien 110
glukosa darah 220 mg/dL 212 mg/dL mg/dL
sewaktu 212 - Pasien mampu - Pasien mampu - Pasien mampu
mg/dL, HbA1C 8,0 mengulang mengulang mengulang
%, , IMT 22 penjelasan yang penjelasan yang penjelasan yang
Kg/m2, pasien diberikan diberikan diberikan
selalu menanyakan
cara mengontrol
gula darahnya,.
77

A: A: A:
tujuan 5 tercapai, tujuan 5 tercapai, tujuan 1, 2, 3, 4 dan 5
tujuan 1, 2, 3, dan 4 tujuan 1, 2, 3, dan 4 tercapai, masalah risiko
belum tercapai, belum tercapai, ketidakstabilan kadar
masalah Risiko masalah Risiko gluksa darah teratasi.
ketidakstabilan kadar ketidakstabilan kadar
glukosa darah belum glukosa darah belum P:
teratasi. teratasi. lanjutkan pemberian
HE perawatan di rumah
P: P:
lanjutkan renpra no 1, lanjutkan renpra no 1,
2, 3, dan 4. 2, 3, dan 4.
78

B. PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini akan menguraikan tentang perbandingan asuhan

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi keperawatan. Pada bab ini penulis akan

menbandingkan asuhan keperawatan pada dua pasien yaitu pada Tn. IB dengan

Diabetes Melitus (DM) tipe 2 dan Tn.KS dengan Diabetes Melitus (DM) tipe 2

di ruangan Oleg RSD Mangusada.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. (Nursalam,

2013).

Adapun teknik yang dilakukan saat pengkajian adalah wawancara,

observasi, pemereksaan fisik, dan dokumeentasi. Dalam tinjauan teoritis

pada pasien Diabetes Melitus (DM) terdapat tanda dan gejala: pasien

banyak buang air kecil (poliuria), pasien banyak minum (polidipsi), pasien

banyak makan (polipahgia), berat badan turun, cepat lelah, dan gatal di

daerah kemaluan.

Pada Tn. IB dengan Diabetes Melitus (DM) tipe 2 dilakukan

pengkajian pada tanggal 19 Maret 2019 didapatkan hasil data yaitu pasien

mengatakan badanya lemas, pasien mengatakan nafsu makannya menurun,

pasien mengatakan makanya habis stengah porsi setiap kali makan, pasien

mengatakan mual setelah makan, pasien mengatakan belum mengerti


79

dengan cara mengontrol gula darahnya, pasien mengatakan terdapat luka

pada kaki kanannya, pasien terlihat lemas, kadar glukosa darah puasa 261

mg/dL, kadar glukosa darah sewaktu 213 mg/dL, HbA1C 9,1 %, glukosa

urin 3+ mg/dL, berat badan pasien turun 5 Kg dari berat badan awal 60 Kg,

IMT 19 Kg/ m2, pasien selalu menanyakan cara mengontrol gula darahnya,

diet yang diberikan, penyakit yang dialami, tanda gejala, pemberian insuin

dan lokasi penyuntikan insulin, dan tampak terdapat luka pada ibu jari kaki

kanan pasien, luas luka ± 3 cm, kedalaman luka ± 0,5 cm, terdapat pus, dan

tidak terasa nyeri pada luka.

Pada Tn. KS dengan Diabetes Melitus (DM) tipe 2 dilakukan

pengkajian pada tanggal 3 April 2019 didapatkan data pasien mengatakan

badanya lemas, pasien mengatakan nafsu makannya menurun, pasien

mengatakan makanya habis stengah porsi setiap kali makan, pasien

mengatakan belum mengerti dengan cara mengontrol gula darahnya, pasien

mengatakan terdapat luka pada kaki kirinya, pasien terlihat lemas, kadar

glukosa darah puasa 151 mg/dL, kadar glukosa darah sewaktu 212 mg/dL,

HbA1C 8,0 %, IMT 22 Kg/m2, pasien selalu menanyakan cara mengontrol

gula darahnya dan diet yang diberikan, dan tampak terdapat luka pada tumit

kaki kiri pasien, luas luka ± 5 cm, kedalaman luka ± 1 cm, terdapat pus,

terdapat jaringan nekrotik, tidak terasa nyeri pada luka.

Pada pasien Tn. IB dan Tn. KS tidak mengalami tanda gejala poliuria,

polidipsi, polipahgia, dan gatal-gatal di daerah kemaluan hal ini dikarenakan

Tn. IB dan Tn. KS saat dikaji tidak ada mengeluh tanda gejala poliuria,
80

polidipsi, polipahgia, dan gatal-gatal di daerah kemaluan, pada pasien

Diabetes Melitus (DM) tipe 2 tidak selalu mengalami tanda gejala poliuria,

polidipsi, polipahgia, dan gatal-gatal di daerah kemaluan (Black & Hawks,

2014).

Pada Tn. IB mengalami mual setelah makan dan penurunan berat badan

5 Kg sedangkan pada Tn.KS tidak mengalami mual setelah makan dan

penurunan berat badan, jika dilihat dari data tersebut keadaan Tn.IB dan Tn.

KS tidak sama hal ini dikarenakan Tn. IB mengalami komplikasi gastropati

diabetik, gastropati diabetik merupakan pengosongan lambung yang

terlambat hal ini dikarenakan oleh gangguan fungsi saraf motorik

gastrointestinal yang disebabkan oleh Diabetes Melitus (DM) tipe 1 maupun

tipe 2 yang tidak terkontrol dalam jangka waktu lebih dari 12 tahun,

gastropati diabetik juga dapat mengakibatkan penurunan berat badan

(Bilous & Donelly, 2014).

Pada Tn. IB didapatkan hasil perhitungan indeks massa tubuh (IMT) 19

Kg/m2 dan pada Tn. KS didapatkan hasil IMT 22 Kg/m2, berdasarkan

perhitungan IMT, Tn. IB dan Tn. KS memiliki berat badan yang normal,

namun angkanya berbeda, hal ini dikarenakan perhitungan IMT

menggunakan BB (Kg) : TB (m2) sehingga hasilnya dapat berbeda-beda

pada setiap individu, karena berat dan tinggi badan seseorang berbeda-beda

sehingga mepengaruhu hasil IMT (Bilous & Donelly, 2014).

Pada Tn. IB pada tanggal 18 Maret 2019 didapatkan hasil gula darah

puasa 261 Mg/dL dan gula darah sewaktu 213 Mg/dL sedangkan pada Tn.
81

KS pada tanggal 2 April 2019 didapatkan hasil gula darah puasa 151 Mg/dL

dan gula darah sewaktu 212 Mg/dL, perbedaan data gula darah tersebut

dikarenakan kadar guladarah dipengaruhi oleh asupan nutrisi dari makanan

dan minuman, serta jumlah insulin dan kepekaan sel-sel terhadap insulin,

pada Tn. IB tidak pernanh menggunakan insulin sedangkan Tn. KS setiap

hari menyuntikan insulin novoravid 3 x 8 unit dan lantus 1 x 10 unit secara

mandiri di rumh, hali ini yang menyebabkan erbedaan hasil gula darah pada

Tn. IB dan Tn. KS (Black & Hawks, 2014)

Pada Tn. IB tidak mengetahui tentang penyakitnya, cara mengontrol

gula darahnya, cara menyuntikan insulin dan lokasi penyuntikan insulin

sedangkan pada Tn. KS mengetahui tentang penyakitnya, cara menyuntikan

insulin dan lokasi penyuntikan insulin namun Tn. KS tidak mengetahui cara

mengontrol gula darahnya, hal ini dikarenakan Tn. IB tidak mau kontrol ke

pelayanan kesehatan dan kurang mendapatkan informasi sedangkan Tn. KS

kontrol setiap bulan ke pelayanan kesehatan dan mengunakan insulin secara

mandiri di rumah dan dilihat dari latar belakang pendidikan dimana Tn. IB

tamatan SD sedangkan Tn. KS tamatan SMK sehingga Tn.KS lebih

mengerti dengan penyakitnya.

Pada Tn. IB dilakukan pemeriksaan urin lengkap sedangkan pada

Tn.KS tidak dilakukan pemeriksaan urin lengkap, hal ini dikarenakan pada

Tn. IB gula darah puasanya 261 mg/dL sedangkan pada Tn. KS gula darah

puasanya 151 mg/dL, semua klien dengan pasien Diabetes Melitus (DM)

seharusnya perlu dilakukan pemeriksaan urin lenkap untuk mengetahui


82

jumlah keton dalam urin, namun pemeriksaan urin lengkap bukanlah

metode yang reliable untuk pemantauan namun pemeriksaan urin lengkap

wajib dilakukan ketika gula darah > 240 mg/dL dan ketika hamil (Black &

Hawks, 2014).

Pada Tn. IB terdapat luka pada ibu jari kaki kanannya, luas luka ± 3

cm, kedalaman luk ± 0,5 cm, terdapat pus, tidak ada jaringan nekrotik dan

tidak terasa nyeri pada luka, sedangkan pada Tn. KS terdapat luka pada

tumit kaki kirinya, luas luka ± 5 cm, kedalaman luka ± 1 cm, terdapat pus

dan jaringan nekrotik, tidak terasa nyeri pada luka, dari karakteristik luka

pada Tn. IB dan Tn. KS terdapat perbedaan yang dimana luka pada Tn. KS

lebih serius dibandingkan pada Tn. IB, hal ini dikarenakan pada Tn. KS

sudah mengalami luka 2 minggu yang lalu (5 Maret 2019) karena tertusuk

duri dan hanya diobati menggunakan betadin tanpa dibawa ke pelayanan

kesehatan, sedangkan pada Tn. IB mengalami luka sejak 4 hari yang lalu

(15 Maret 2019) karena terkena batu tajam, diama dari lamanya luka yang

tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan infeksi dan luka menjadi

semakin parah, sehingga luka Tn. KS lebih parah dibandingkan luka Tn. IB

(Bilous & Donelly, 2014).

2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu

atau kelompok di mana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi


83

dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,

menurunkan, membatasi, mencegah, dan mengubah (Nursalam, 2013).

Pada teoritis ditegakan diagnosa keperawatan risiko ketidaksetabilan

kadar glukosa darah, pada Tn. IB dan Tn KS ditegakan diagnosa

keperawatan risiko ketidaksetabilan kadar glukosa darah dan kerusakan

integritas kulit, tapi diagnosa utama yang diangkat adalah risiko

ketidakstabilan kadar glukosa darah hal ini dikarenakan diagnosa

keperawatan risiko ketidaksetabilan kadar glukosa darah merupakan

diagnosa utama dari penyakit Diabetes Melitus (DM) yang menjadi

pencetus utama dalam menimbulkan masalah-masalah lainnya (Nanda–I,

2018).

3. Perencanaan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk pencegahan,

mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang telah diidentifikasi

pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menemukan

diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi (Nursalam

,2013).

Dalam tinjauan teoritis disusun beberapa rencana keperawatan yaitu:

pantau kadar glukosa darah, pantau keton urine, pantau berat badan, pantau

tanda-tanda dan gejala hiperglikemia, kelola insulin, batasi latihan ketika

kadar glukosa darah > 250 mg/dL, rawat kebersihan mulut, dorong

pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri, berikan HE tentang

kondisi kesehatan saat ini, berikan HE tentang diet dan aktivitas, klaborasi
84

dalam pemberian obat, konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala

hiperglikemia menetap atau menurun.

Pada Tn. IB dilakukan penyusunan rencan asuhan keperawatan 3 x 24

jam dan sudah disusun rencana tindakan sesuai dengan teori yaitu: pantau

tanda-tanda vital pasien, observasi kadar glukosa darah, monitor tanda-

tanda hiperglikemia dan hipoglikemia, observasi luka pasien, rawat luka

pasien, timbang berat badan pasien, berikan HE tentang penyakit yang di

derita pasien, diet yang diberikan, tanda gejala, cara penanggulangan,

hiperglikemia dan hipoglikemia, lokasi penyuntikan insulin, klaborasi

dengan dokter dalam pemberian therapy insulin, antiemetik, antibiotik,

konsultasikan dengan dokter jika tanda gejala hiperglikemia dan

hipoglikemia menetap atau menurun, kelaborasi dengan ahligizi dalam

pemberian diet.

Sedangkan pada Tn. KS dilakukan penyusunan rencana asuhan

keperawatan 3 x 24 jam dan sudah disusun rencana tindakan sesuai dengan

teori yaitu: pantau tanda-tanda vital pasien, observasi kadar glukosa darah,

monitor tanda-tanda hiperglikemia dan hipo likemia, observasi luka pasien,

rawat luka pasien, timbang berat badan pasien, berikan HE tentang penyakit

yang di derita pasien, diet yang diberikan, tanda gejala, cara

penanggulangan hiperglikemia dan hipoglikemia, klaborasi dengan dokter

dalam pemberian therapy insulin, antibiotik, konsultasikan dengan dokter

jika tanda gejala hiperglikemia dan hipoglikemia menetap atau menurun,

kelaborasi dengan ahligizi dalam pemberian diet.


85

Pada Tn IB dan Tn KS sudah disusun rencana keperawatan sesuai

dengan teoritis namu ada beberapa yang tidak di susun sesuai dengan

teoritis seperti rawat kebersihan mulut pada Tn IB dan Tn KS, karena hal

ini sudah dilakukan oleh pasien dan dibantu oleh keluarga pasien dan pada

Tn. KS tidak dilakukan pemantauan keton urin karen pada Tn. KS gula

darah puasanya tidak melebihi 240 mg/dL sehingga tidak perlu dilakukan

pemeriksaan keton urin (Blck & Hawks, 2014).

4. Tindakan Keperawatan

Pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang

spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun

dan ditunjukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan

yang diharapkan (Nursalam, 2013).

Tindakan keperawatan merupakan realisasi dari rencana yang telah

disusun sebelumnya dimana tujuan dari pelaksanaan adalah memenuhi

kebutuhan pasien secara optimal dan mengatasi masalah keperawatan yang

muncul. Pelaksanaan keperawatan pada Tn. IB dan Tn. KS sudah sesuai

dengan rencana keperawatan namu pada Tn IB diberikan Ondancentron 3 x

4 mg melalui IV/set, sedangkan pada Tn. KS tidak diberikan obat

Ondancentron, hal ini dikarenakan Tn KS tidak mengeluh mual sedangkan

Tn. IB mengeluh mual sehingga diberikan obat Ondancentron untuk

mengatasi mual Tn. IB.

Pada Tn. IB dan Tn. KS diberikan tindakan mengobservasi luka dan

rawat luka karena Tn. IB dan Tn. KS sama-sama terdapat luka pada
86

kakinya, sehingga harus diberikan rawat luka sehingga lukanya tidak

semakin parah.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan,

rencana intervensi, dan inplementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan

perawat untuk memonitor keadaan yang terjadi selama tahap pengkajian,

analisa, perencanaan, dan inplementasi intervensi (Nursalam, 2013).

Pada Tn. IB dilakukan evaluasi formatif hari pertama pada tanggal 21

Maret 2019 didapatkan hasil diagnosa keperawatan risiko ketidksetabilan

kadar glukosa darah berhubungan dengan faktor risiko asupan diet yang

kurang tepat belum teratasi diama tujuan 6 tercapai dan tujuan 1, 2, 3, 4, 5

belum tercapai, evaluasi formatif hari kedua pada tanggal 22 Maret 2019

didapatkan hasil diagnosa keperawatan risiko ketidksetabilan kadar glukosa

darah berhubungan dengan faktor risiko asupan diet yang kurang tepat

belum teratasi diama tujuan 6 tercapai dan tujuan 1, 2, 3, 4, 5 belum

tercapai, evaluasi sumatif hari ketiga pada tanggal 23 Maret 2019

didapatkan hasil diagnosa keperawatan risiko ketidksetabilan kadar glukosa

darah berhubungan dengan faktor risiko asupan diet yang kurang tepat

teratasi sebagian diama tujuan 2, 3, 4, 5, 6 tercapai dan tujuan 1 belum

tercapai.

Pada Tn. KS dilakukan evaluasi formatif hari pertama pada tanggal 04

April 2019 didapatkan hasil diagnosa keperawatan risiko ketidksetabilan


87

kadar glukosa darah berhubungan dengan faktor risiko asupan diet yang

kurang tepat belum teratasi diama tujuan 5 tercapai dan tujuan 1, 2, 3, 4

belum tercapai, evaluasi formatif hari kedua pada tanggal 05 April 2019

didapatkan hasil diagnosa keperawatan risiko ketidksetabilan kadar glukosa

darah berhubungan dengan faktor risiko asupan diet yang kurang tepat

belum teratasi diama tujuan 5 tercapai dan tujuan 1, 2, 3, 4 belum tercapai,

evaluasi sumatif hari ketiga pada tanggal 06 April 2019 didapatkan hasil

diagnosa keperawatan risiko ketidksetabilan kadar glukosa darah

berhubungan dengan faktor risiko asupan diet yang kurang tepat teratasi

diama tujuan 1, 2, 3, 4, 5 tercapai.

Pada Tn. IB tujuan 1 belum tercapai, diama tujuan 1 yaitu kadar gula

darah pasien dalam rentang normal, sedangkan pada Tn. KS semua tujuan

tercapai, hal ini terjadi karena Tn. IB memiliki riwayat Diabetes Melitus

(DM) tipe 2 sejak 15 tahun yang lalu dan tidak pernah kontrol dan

mengikuti pengobatan secara teratur sehinga sulit menyetabilkan kadar gula

darah pasien (Indriasari, 2013).

C. KETERBATASAN

Dalam pembuatan studi kasus ini tidak terdapat keterbatasan baik dari

pembuatan proposal, pencarian pasien, pengumpulan data hingga kerjasama

dengan tenaga kesehatan yang lain di ruang Oleg RSD Mangusada tidak

mengalami kesulitan, pasien koopratif dalam mengikuti rencana tindakan

yang telah disusun sehingga studi kasus ini telah selesai tepat waktu.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada bab pembahasan penulis dapat menyimpulkan

secara garis besar perbandingan asuhan keperawatan pada Tn. IB dengan

Diabetes Melitus (DM) tipe 2 dengan diagnosa keperawatan risiko

ketidaksetabilan kadar glukosa darah dan Tn. KS dengan Diabetes Melitus

(DM) tipe 2 dengan diagnosa keperawatan risiko ketidaksetabilan kadar

glukosa darah sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Data yang

diperoleh saat pengkajian meliputi wawancara, observasi, pemereksaan fisik,

dan dokumentasi di Ruangan Oleg RSD Mangusada, namun ada beberapa

perbedaan yang ditemukan dalam pengkajian seperti tidak ditemukan tanda

gejala poliuria, polidifsi, polipagia, dan gatal di daerah kemaluan pada Tn. IB

dan Tn. KS, selain itu Tn. IB mengalami mual setelah makan dan Tn. KS

tidak mengalami mual setelah makan.

Diagnosa keperawatan pada Tn. IB dan Tn. KS sama-sama ditegakan

diagnosa keperawatan risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah yang sudah

sesuai dengan teoritis.

Perencanaan disusun sesuai dengan diagnosa keperawatan dan tanda

gejala pada pasien, pada Tn. IB dan Tn. KS disusun rencana keperawatan

yaitu observasi TTV, observasi kadar glukosa darah, observasi luka pasien,

pantau tanda-tanda hiperglikemia dan hipoglikemia, timbang berat badan

88
89

pasien, rawat luka, kelaborasi dalam pemberian insulin, antibiotik dan

berikan HE tentang penyakit pasien. Pada perencanaan pada Tn. IB diberikan

tambahan obat antiemetik dikarenakan Tn. IB mengeluh mual.

Pelaksanaan diberikan setelah menyusun rencana keperawatan,

pelaksanaan pada Tn. IB dimulai pada tanggal 19 Maret 2019 sedangkan

pada Tn. KS dimula pada tanggal 03 April 2019 dan tindakan yang

dilakukan sudah sesuai dengan renpra.

Evaluasi dilakukan setelah pelaksanaan, pada Tn. IB tujuan 1 dan 6 belum

tercapai, masalah risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah teratasi

sebagaian dan pada Tn. KS tujuan 5 belum tercapai, masalah risiko

ketidakstabilan kadar glukosa darah teratasi sebagian.

B. SARAN

Adapun saran dari penulis yang ditujukan pada peneliti selanjutnya, Tn. IB

dan Tn. KS yaitu :

1. Kepada Peneliti Selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat memfokuskan

pengkajian sehingga dapat menyusun asuhan keperawatan dengan benar

dan menemukan kesenjangan pada pasien dan yang perlu di perhatikan

dalam pengumpulan data harus ada data pemeriksaan penunjang sehingga

dapat menegakan diagnosa yang akurat.


90

2. Kepada Tn. IB dan Tn. KS

Kepada pasien diharapkan agar selalu memperhatikan nasihat maupun

saran dari tenaga kesehatan untuk rajin kontrol ke poliklinik interne atau

pelayanan kesehatan terdekat sehingga kondisi kesehatan dapat

dipertahankan secara optimal.


DAFTAR PUSTAKA

Andra & Yessie. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Bilous & Donelly. (2015). Buku Pegangan Diabetes. Jakarta. Bumi Medika.

Black. & Hawks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis Untuk

Hasil Yang Diharapkan. Jakarta. Salemba Medika.

Damayanti. (2015). Diabetes Mellitus & Penatalaksanaan Keperawatan.

Yogyakarta. Nuha Medika.

Indriasari. (2013). 100% Sembuh Tanpa Dokter A-Z Deteksi, Obati, Dan Cegah

Penyakit. Yogyakarta. Grahatama.

Kardiyudiani & Susanti. (2019). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta. PT

Pustaka Baru.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Situasi Dan Analisa Diabetes.

Jakarta Selatan. Infodatin. Di unduh pada tanggal 27 Februari 2019, dari

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-

diabetes.pdf

Nanda-1. (2018). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.

Notoatmodjo. (2014). Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Nooe. F. R. (2015). Diabetes Melitus Tipe 2. Medical Faculty: Lampung

Novitasari. (2012). Diabetes Mellitus. Yogyakarta. Nuha Medika.


Nursalam. (2013). Proses Dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta. Salemba

Medika.

Syaifuddin. (2012). Anatomi Fisiologi. Jakarta. EGC.

Tandra. (2018). Dari Diabetes Menuju Jantung Dan Stroke. Jakarta. PT Gramedia

Pustaka Utama.
Lampiran 1

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

(PSP)

1. Kami adalah peneliti berasal dari institusi /jurusan program studi Diploma III

Keperawatan dengan ini meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela

dalam penelitian yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN DIAGNOSA

KEPERAWATAN RISIKO KETIDAKSETABILAN KADAR

GLUKOSA DARAH DI RUANG OLEG RSD MANGUSADA.

2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah mampu melaksanakan dan

mendapatkan gambaran umum tentang asuhan keperawatan pada pasien

dengan gangguan sistem endokrin (Diabetes Melitus Tipe 2) yang dapat

memberi manfaat berupa cara perawatan dan pencegahan dalam penyakit

diabetes melitus (DM) tipe 2 dimana penelitian ini akan berlangsung selama

35 hari.

3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin dengn

menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung kurang lebih 15-

20 menit. Cara ini menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak perlu

khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan asuhan atau

pelayanan keperawatan.
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian ini

adalah anda turut terlibat aktif perkembangan asuhan atau tindakan yang

diberikan.

5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan

akan tetap dirahasiakan.

6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini

silakan menghubungi peneliti pada nomor HP: 087860524143

Partisipan Peneliti

(pasien)

………………………… (I Putu Gede Ari Puspa Astika)

NIM. 16E11536

Saksi

(wali atau orang tua peneliti)

……………………………………….
Lampiran 1

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

(PSP)

1. Kami adalah peneliti berasal dari institusi /jurusan program studi Diploma III

Keperawatan dengan ini meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela

dalam penelitian yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN DIAGNOSA

KEPERAWATAN RISIKO KETIDAKSETABILAN KADAR

GLUKOSA DARAH DI RUANG OLEG RSD MANGUSADA.

2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah mampu melaksanakan dan

mendapatkan gambaran umum tentang asuhan keperawatan pada pasien

dengan gangguan sistem endokrin (Diabetes Melitus Tipe 2) yang dapat

memberi manfaat berupa cara perawatan dan pencegahan dalam penyakit

diabetes melitus (DM) tipe 2 dimana penelitian ini akan berlangsung selama

35 hari.

3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin dengn

menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung kurang lebih 15-

20 menit. Cara ini menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak perlu

khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan asuhan atau

pelayanan keperawatan.
jgerdhfk
Lampiran 2

INFORMED CONSENT
(persetujuan menjadi partisipasi)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah menndapat
penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan
oleh I Putu Gede Ari Puspa Astika dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN DEFISIEN
DIAGNOSA KEPERAWATAN RISIKO KETIDAKSETABILAN KADAR
GLUKOSA DARAH DI RUANG OLEG RSD MANGUSADA”. Saya
memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela tanpa
paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan mengundurkan diri makan
saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.
Denpasar,…………………………….2019

Saksi yang memberikan persetujuan

……………………… …………………………………..

Denpasar, ………………………2019

Peneliti

(I Putu Gede Ari Puspa Astika)

NIM. 16E11536
Lampiran 2

INFORMED CONSENT
(persetujuan menjadi partisipasi)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah menndapat
penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan
oleh I Putu Gede Ari Puspa Astika dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN DEFISIEN
DIAGNOSA KEPERAWATAN RISIKO KETIDAKSETABILAN KADAR
GLUKOSA DARAH DI RUANG OLEG RSD MANGUSADA”. Saya
memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela tanpa
paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan mengundurkan diri makan
saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.
Denpasar,…………………………….2019

Saksi yang memberikan persetujuan

……………………… …………………………………..

Denpasar, ………………………2019

Peneliti

(I Putu Gede Ari Puspa Astika)

NIM. 16E11536
Lampiran 3

DAFTAR SINGKATAN

DM : Diabetes Melitus

IDF : International Diabetes Federation

Kemenkes RI : KementrianKesehatanRepublik Indonesia

KHNK : KomaHiperosmoler Non Ketotik

Sel A : SelAlpa

Sel B : Sel Beta

Sel D : Sel Delta

IDDM : Insulin Dependent Diabetes Melitus

NIDDM : Non Insulin Dependent Diabetes Melitus

GDS : GulaDarahSewaktu

GDP : GulaDarahPuasa

HbA1c : HemoglobilnGlikosilase

OHO : ObatHipoglikemik Oral

SMBG : Self-Monitoring Blood Glucose

CRT : Capillary Refill Time

HE : Health Education

IMT : IndekMasaTubuh

SC : Sub Cutan
IV : Intra Vena

Tn : Tuan

RSD : RumahSakit Daerah

MRS : MasukRumahSakit

3J : Jumlah, Jenis, Jadwal

TTV : Tanda-Tanda Vital

TD : TekananDarah

S : Suhu

N : Nadi

RR : Respirasi

BB : BeratBadan

TB : TinggiBadan

BAB : Buang Air Besar

BAK : Buang Air Kecil

Kg : Kilogram

Cm : Centimeter

Mg : Miligram

± : Kurang lebih
Lampiran 4
Lampiran 4
Lampiran 5

SATUAN ACARA PENYULUHAN


DIABETES MELITUS (DM)

A.PENGANTAR
Materi : Penyakit Diabetes Melitus
Pokok Bahasan : Perawatan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Hari/tanggal : Rabu 19 Maret 2019 & Kamis 04 April 2019
Waktu pertemuan : 35 menit
Tempat : Ruang Oleg RSD Mangusada
Sasaran : Tn, IB & Tn. KS

B.TUJUAN
1.Tujuan Umum
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan pasien Tn. IB & Tn. KS dapat
melakukan perawatan pada penyakit DM
2.Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 3 x 35 menit, Tn. IB dan Tn.
KS dapat menjelaskan kembali tentang :
a. Pengertian DM
b. Penyebab DM
c. Klasifikasi DM
d. Tanda dan gejala DM
e. Pengelolaan DM
f. Pemeriksaan penunjang
g. Makanan yang di pantang dan juga yang diperbolehkan.
C.MATERI
(Terlampir)
D.MEDIA
1. Materi SAP
2. Brosur

E.METODE
1.Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi

F. KEGIATAN PENYULUHAN
No Kegiatan Penyuluhan Respon klien Waktu
1 Pembukaan Menjawab salam 5 Menit
 Memberi salam
 Memberi pertanyaan apersepsi Memberi salam
 Menjelaskan tujuan penyuluhan
 Menyebutkan materi/pokok Menyimak
bahasan
yang akan disampaikan

2 Pelaksanaan Menjelaskan materi Menyimak dan 20 Menit


penyuluhan secara berurutan dan Memperhatikan
teratur. Materi :
 Pengertian DM
 Penyebab DM
 Klasifikasi DM
 Tanda dan gejala DM
 Pengelolaan DM
3 Evaluasi Memperhatikan 5 Ment
 Menyimpulkan inti penyuluhan
 Menjawab
Menyampaikan secara singkat materi
penyuluhan
 Memberi kesempatan kepada pasien
untuk bertanya
 Memberi kesempatan kepada ibu-ibu
untuk menjawab pertanyaan yang
dilontarkan

4 Penutup 5 Menit
 Menyimpulkan materi penyuluhan Menyimak dan
yang telah disimpulkan mendengarkan
 Menyampaikan terimakasih atas
perhatian dan waktu yang telah Menjawab
diberikan kepada peserta
 Mengucapkan salam
Menjawab salam

G.REFERENSI
1. Soeparman dkk, 2009, Ilmu Penyakit dalam, Jilid 1, edisi 2. UI Press, Jakarta.
2. http://us.geocities.com/mauzurahm., Penyakit Kencing Manis, Oleh : Mohamed
Yosri Mohamed Yong
3. http://www.interna.fk.ui.ac.id/referensi/pedoman/001PD.htm# ,2010, Konsensus
Pengelolaan Diabete Melitus Di Indonesia. Universitas Indonesia, Jakarta.
Lampiran Materi
LAMPIRAN MATERI
DIABETES MELITUS

A. PENGERTIAN
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di
dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan
insulin secara efektif.
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pancreas, yang
bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal.
Insulin memasukkan gula kedalam sel sehingga bias menghasilkan energy
atau disimpan sebagai cadangan energi.

B. PENYEBAB
1. Keturunan
2. Usia
3. Kegemukan
4. Kurang gerak
5. Kehilangan insulin
6. Alkoholisme
7. Obat-obatan

C. TANDA DAN GEJALA


1. Sering merasa haus (Polidipsi)
2. Sering kencing terutama malam hari (Poliuria)
3. Sering lapar (polipaghia)
4. Pandangan menjadi kabur
5. Sering merasa lelah tanpa sebab yang jelas dan mengantuk
6. Penurunan berat badan
7. Kulit terasa kering
8. Sering menderita sariawan atau infeksi (misalnya bisul) yang sulit sembuh
9. Mati rasa atau kesemutan di kaki dan tangan
10. Mual dan muntah

D. PENGELOLAAN DM
Perawatan DM dirumah saat ini sangat dianjurkan karena pengobatan
dan perawatan DM membutuhkan waktu yang lama.
Cara Perawatan Pasien DM di Rumah adalah dengan jalan :
1. Minum obat secara teratur sesuai program
2. Diet yang tepat
3. Olahraga yang teratur
4. Kontrol GD teratur
5. Pencegahan komplikasi

E. MAKAN YANG DIPANTANG DAN DIPERBOLEHKAN


Proporsi diet/ makanan harian yang benar bagi penderita DM :
Berdasarkan anjuran dari PERKENI ( perkumpulan Endokrinologi Indonesia )
diet harian penderita DM disusun sebagai berikut:
1. Karbohidrat : 60-70 %
2. Protein : 10-15%
3. Lemak : 20-25%

Jenis makanan yang harus dikonsumsi oleh penderita DM,


diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Jenis Makanan yang tidak boleh dikonsumsi :
a. Manisan Buah
b. Gula pasir
c. Susu Kental Manis
d. Madu
e. Abon
f. Kecap
g. Sirup
h. Es Krim
2. Jenis makanan yang boleh dimakan tetapi harus dibatasi ;
a. Nasi
b. Singkong
c. Roti
d. Telur
e. Tempe
f. Tahu
g. Kacang Hijau
h. Kacang Tanah
i. Ikan
3. Jenis Makanan yang dianjurkan untuk dimakan :
a. Kol
b. Tomat
c. Kangkung
d. Oyong
e. Bayam
f. Kacang Panjang
g. Pepaya
h. Jeruk
i. Pisang
j. Labu Siam
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi bila penderita DM tidak dirawat dengan
baik sehingga gula darah selalu tinggi adalah :
1. Ginjal : Gagal Ginjal, Infeksi
2. Jantung : Hipertensi, Gagal Jantung
3. Mata : Glaukoma, Katarak, Retinopati
4. Syaraf : Neuropati, mati rasa
5. Kulit : Luka lama, gangren
6. Hipoglikemi
7. Ketoasidosis

Untuk mencegah komplikasi sebaiknya yang dilakukan adalah :


1. Diet dengan benar
2. Minum obat teratur
3. Kontrol gula darah teratur
4. Olahraga ( jalan kaki, senam, sepeda santai, dsb) 5.
5. Bila saat aktifitas kemudian pusing, keringat dingin maka cepat minum teh
manis.
6. Mencegah kulit terluka : pakai alas kaki, lingkungan rumah tidak licin, tangga
( undak-undakan tidak tinggi)
7. Cegah Kegemukan

Cara mencegah atau menghindari agar tidak terjadi luka pada kaki pada
penderita DM :
1. Hindari terlalu sering merendam kaki
2. Hindari penggunaan botol panas/penghangat kaki dari listrik
3. Hindari penggunaan pisau/silet untuk memotong kuku atau menghilangkan
kalus
4. hindari kaos kaki / sepatu yang terlalu sempit
5. Hindari Rokok

Mengapa pengidap DM beresiko terhadap Ulkus Diabetik


1. Sirkulasi darah kaki kurang baik
2. Indera rasa kedua kaki berkurang sehingga kaki mudah terluka
3. Daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun

Tindakan yang bisa dilakukan bila kaki terluka:


1. Bila luka kecil : bersihkan dengan antiseptik, tutup luka dengan kasa steril dan
bila dalam waktu dua hari tidak sembuh segera periksa ke dokter
2. Bila luka cukup besar / kaki mengalami kelainan segera pergi ke dokter.

Perawatan kaki Diabetik :


1. Saat mandi bersihkan dengan sabun, bila perlu gunakan batu apung / sikat
halus
2. Keringkan dengan handuk terutama sela-sela jari
3. Periksa kaki kemungkinan adanya perubahan warna ( pucat,kemerahan ),
bentuk (pecah-pecah,lepuh,kalus,luka),Suhu (dingin,lebih panas)
4. Bila kaki kering,olesi dengan lotion
5. Potong kuku / kikir tiap 2 hari,jangan terlalu pendek. Bila kuku terlalu keras
kaki direndam dahulu dalam air hangat ( 37,5’C ) selama 5 menit.
6. Gunakan kaos kaki yang terbuat dari katun / wol
7. Pakailah alas kaki, periksa alas kaki sebelum dipakai, mungkin ada sesuatu
didalamnya. Lepas alas kaki setiap 4-6 jam dan gerakkan pergelangan kaki
dan jari-jari kaki agar sirkulasi darah lancar
8. Lakukan senam kaki
9. Jangan biarkan luka sekcil apapun
Cara memilih sepatu yang baik bagi penderita DM :
1. Ukuran : Jangan terlalu sempit/ longgar kurang lebih ½ inchi lebih panjang
dari kaki
2. Bentuk : Ujung sepatu jangan runcing,tinggi tumit < 2 inchi
3. Bahan sepatu terbuat dari bahan yang lembut
4. Insole terbuat dari bahan yang tidak licin

Anda mungkin juga menyukai