Anda di halaman 1dari 127

PROPOSAL

PENERAPAN SENAM KAKI UNTUK MENINGKATKAN SENSITIVITAS


KAKI PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELITUS (DM) TIPE 2
DIKELUARGA WILAYAH PUSKESMAS SRONDOL SEMARANG
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh:

Dian Puspita Sari

20101440119036

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN


TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA
PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA DIII KEPERAWATAN
STIKES KESDAM IV DIPONEGORO SEMARANG
2022
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dian Puspita Sari

NIM : 20101440119036

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Institusi : Stikes Kesdam IV/Diponegoro Semarang

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini

adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan

pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil

tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Semarang, 18 Februari 2022

Mengetahui,

Pembimbing Pembuat Pernyataan

Ns. NOVITA WULAN SARI, M.Kep. DIAN PUSPITA SARI

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Dian Puspita Sari NIM 20101440119036

dengan judul “PENERAPAN SENAM KAKI UNTUK MENINGKATKAN

SENSITIVITAS KAKI PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELITUS (DM)

TIPE 2 DI KELUARGA WILAYAH PUSKESMAS SRONDOL SEMARANG”

telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Semarang, 18 Februari 2022

Pembimbing

Ns. Novita Wulan Sari, M.Kep

NIDN : 0624118603

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Dian Puspita Sari NIM 20101440119036 denga

n judul “Penerapan Senam Kaki Untuk Meningkatkan Sensitivitas Kaki Pada

Klien Dengan Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 Di Keluarga Wilayah Puskesmas

Srondol Semarang”, telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 4

Maret 2022

Dewan Penguji

Penguji Ketua Penguji Anggota

Ns . MARGIYATI, M.Kep Ns. NOVITA WULAN S, M.Kep


NIDN : 0619078003 NIDN : 0624118603

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Penerapan Senam Kaki Untuk

Meningkatkan Sensitivitas Kaki Pada Klien Dengan Diabetes Melitus (DM) Tipe

2 Di Keluarga Wilayah Puskesmas Srondol Semarang”.

Dengan segala keterbatasan, Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat

diselesaikan berkat bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk

itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah membantu dan menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Adapun pihak tersebut antara lain:

1. Letnan Kolonel CKM (K) Indah Setyawati., S.K.M., M.M. selaku Ketua

Stikes Kesdam IV/Diponegoro Semarang yang telah memberikan izin penulis

melakukan penelitian.

2. Ns. Novita Wulan Sari M. Kep selaku pembimbing dalam penyusunan yang

telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing dan mengarahkan

serta memberi motivasi kepada penulis hingga terselesaikannya penyusunan

Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan tepat waktu

3. Ns. Margiyati M. Kep selaku penguji yang telah meluangkan waktu dan

tenaga untuk menguji proposal dan memberikan masukan agar Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini menjadi sebuah Proposal Karya Tulis yang baik.

v
4. Bapak dan ibu dosen serta staff Stikes Kesdam IV/Diponegoro Semarang yang

telah memberikan bekal ilmu pengetahuan serta membantu penulis dalam

proses penelitian ini.

5. Orang tua saya bapak Damidjan, ibu Yati dan kakak saya Siti Suwarni serta

seluruh keluarga yang selalu mendoakan, memotivasi serta membantu penulis

baik secara moral, spiritual, dan materil, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan tepat waktu.

6. Saudara sepupu dan sahabat yang selalu membantu memberi semangat dan

dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal Karya

Tulis Ilmiah.

7. Teman-teman angkatan XXV di Stikes Kesdam IV/Diponegoro Semarang

yang selalu mendukung dan memberi motivasi dalam pembuatan Proposal

Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita

semua dan semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa

saja yang memerlukan dan membutuhkannya. Penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini sangat jauh dari kesempurnaan,

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak guna

penyempurnaan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

vi
“PENERAPAN SENAM KAKI UNTUK MENINGKATKAN
SENSITIVITAS KAKI PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELITUS
(DM) TIPE 2 DI KELUARGA WILAYAH PUSKESMAS SRONDOL
SEMARANG”
“APPLICATION OF FOOT EXERCISE TO INCREASE FEET
SENSITIVITY IN CLIENTS WITH DIABETES MELLITUS (DM) TYPE 2
IN THE FAMILY OF THE SRONDOL PUSKESMAS AREA,
SEMARANG”
Dian Puspita Sari, Novita Wulan Sari

ABSTRAK
DM merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi
insulin, kerja insulin, atau bisa dari keduanya. Komplikasi yang paling sering
dialami penderita diabetes adalah neuropati. Neuropati menimbulkan gejala
berupa penurunan sensitivitas terhadap sentuhan ringan terutama pada kaki.
Penanganan DM secara non-farmakologi dengan mencegah terjadinya neuropati
salah satunya adalah dengan senam kaki. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
dengan metode pendekatan studi kasus. Studi kasus ini melibatkan dua subjek
dengan kriteria umur 40-75 tahun. Instrumen yang digunakan adalah kapas, sikat
dan jarum. Pengolahan data menggunakan analisa deskriptif. Hasil studi kasus
menunjukkan peningkatan sensitivitas kaki setelah dilakukan terapi senam kaki
selama 6 hari berturut-turut selama 15 menit dengan peningkatan senisitivitas kaki
sebanyak 2 pada kaki kanan dan 1 pada kaki kiri pada subjek I, sedangkan pada
subjek II mengalami peningkatan senisitivitas kaki sebanyak 1 pada kaki kanan
dan 1 pada kaki kiri. Terapi senam kaki dapat meningkatkan sensitivitas kaki
dengan Diabetus Melitus (DM) setelah 6 hari pelaksanaan. Terapi senam kaki
direkomendasikan sebagai intervensi keperawatan dalam meningkatkan
sensitivitas kaki dengan Diabetus Melitus (DM), karena mudah untuk diterapkan
dalam keluarga dirumah dan hasilnya signifikan.

Kata Kunci: Senam Kaki, Sensitivitas Kaki, Diabetus Melitus (DM)

ABSTRACT
DM is a group of metabolic disorders characterized by increased blood glucose
levels (hyperglycemia) due to defects in insulin secretion, insulin action, or both.
The most common complication experienced by diabetics is neuropathy.
Neuropathy causes symptoms in the form of decreased sensitivity to light touch,
especially on the feet. One of the non-pharmacological management of DM by
preventing the occurrence of neuropathy is by foot exercise. This type of research
is descriptive with a case study approach. This case study involved two subjects
with age criteria 40-75 years. The instruments used are cotton, brush and needle.
Data processing using descriptive analysis. The results of the case study showed

vii
an increase in foot sensitivity after foot exercise therapy for 6 consecutive days
for 15 minutes with an increase in foot sensitivity by 2 on the right foot and 1 on
the left foot in subject I, while in subject II there was an increase in foot
sensitivity by 1 in the foot. right foot and 1 on the left. Foot exercise therapy can
increase the sensitivity of the feet with Diabetes Mellitus (DM) after 6 days of
implementation. Foot exercise therapy is recommended as a nursing intervention
in increasing foot sensitivity with Diabetes Mellitus (DM), because it is easy to
apply in the family at home and the results are significant.
Keywords: Foot Exercise, Foot Sensitivity, Diabetes Mellitus (DM)

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...............................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................x
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................14
A. LATAR BELAKANG.............................................................................14
B. Rumusan Masalah...................................................................................18
C. Tujuan......................................................................................................18
D. Manfaat....................................................................................................19
BAB II TINJAUAN PUATAKA...........................................................................20
A. Konsep Keluarga.....................................................................................20
B. Konsep DM Tipe 2..................................................................................27
C. Konsep Sensitivitas.................................................................................43
D. Konsep Senam Kaki................................................................................47
BAB III METODE STUDI KASUS......................................................................54
A. Rencana Studi Kasus...............................................................................54
B. Obyek Studi Kasus..................................................................................54
C. Fokus Studi..............................................................................................55
D. Definisi Operasional Studi Kasus............................................................55
E. Instrument Studi Kasus...........................................................................57
F. Metode Pengumpulan Data.........................................................................57
G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus...............................................................58
H. Analisa Dan Penyajian Data....................................................................58
I. Etika Studi Kasus........................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................81

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan .

Lampiran 2 Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian .

Lampiran 3 Informed Concent .

Lampiran 4 Lembar Observasi Sensitivitas Kaki

Lampiran 5 Lembar Observasi Senam Kaki

Lampiran 6 SOP Pengukuran Sensitivitas Kaki Pada Penderita DM Tipe 2.

Lampiran 7 SOP Penerapan Senam Kaki Pada Penderita DM Tipe 2.

Lampiran 8 Lembar Bimbingan

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Cara Pengukuran Sensitivitas kaki


Tabel 4.1 Hasil Pengkajian Gula Darah Sewaktu (gds) dan Sensitivitas Kaki Pada
Kedua Subjek
Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Sensitivitas Kaki Pada Subjek I
Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Sensitivitas Kaki Pada Subjek II

xi
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Hasil Evaluasi Sensitivitas Kaki Kanan Subjek I
Diagram 4.2 Hasil Evaluasi Sensitivitas Kaki Kiri Subjek I
Diagram 4.3 Hasil Evaluasi Sensitivitas Kaki Kanan Subjek II
Diagram 4.4 Hasil Evaluasi Sensitivitas Kaki Kiri Subjek II

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pasien duduk diatas kursi


Gambar 2.2 Tumit kaki di lantai dan jari-jari kaki diluruska ke atas

Gambar 2.3 Tumit kaki di lantai sedangkan telapak kaki dangkat

Gambar 2.4 Ujung kaki diangkat diatas


Gambar 2.5 Jari-jari kaki di lantai

Gambar 2.6 kaki diluruskan dan diangkat


Gambar 2.7 Robek kertas koran kecil kecil dengan menggunakan jari jari kaki lalu
lipat menjadi bentuk bola

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan

aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang

merupakan bagian dari keluarga. Sebuah keluarga terdapat tujuan, tugas

dan fungsi serta peran-peran anggota keluarga. Fungsi keluarga salah

satunya adalah fungsi pemenuhan kesehatan. Faktor yang dapat

mempengaruhi fungsi pemenuhan kesehatan keluarga yaitu faktor

keturunan, lingkungan pelayanan, dan perilaku dari keluarga itu sendiri

dalam melakukan pemeliharaan kesehatan guna mengatasi masalah yang

muncul terutama masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang dapat terjadi

pada anggota keluarga salah satunya adalah diabetes melitus. (1)(1)

Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat dikembangkan

sebagai bentuk upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat yang mencakup

upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan

(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang bersifat menyeluruh, terpadu

dan berkesinambungan. Perlu adanya perhatian dalam upaya perawatan

ini, perawat melaksanakan suatu asuhan keperawatan dengan

memperhatikan seseorang secara menyeluruh baik fisik, mental, sosial

maupun spiritual, dimana perawat harus berusaha untuk meningkatkan

mutu pelayanan dalam proses pertumbuhan dan pemulihan, terutama pada

14
seseorang dengan gangguan sistem endokrin khususnya diabetes mellitus

(DM). (2)(2)

DM merupakan sekelompok penyakit metabolik yang ditandai

dengan hiperglikemi kronis akibat efek pada sekresi insulin, aksi insulin,

atau keduanya. Penyakit DM memiliki dua macam yaitu DM tipe 1 dan

DM tipe 2. DM tipe 2 merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia, terjadi karena kelainan sekresi insulin,


(3)
kerja insulin atau kedua-duanya. (3) Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2018, menunjukkan bahwa secara nasional, prevalensi

DM berdasarkan diagnosis dokter pada rentang usia 55-64 tahun

menempati posisi tertinggi sebesar 6,3%, disusul usia 65-74 tahun sebesar

6,0%. Prevalensi nasional DM berdasarkan hasil pengukuran kadar gula

darah pada penduduk umur ≥ 15 tahun yang bertempat tinggal di

perkotaan adalah 10,6%.(4)(4) International Diabetes Federation (IDF)

pada tahun 2019 indonesia menduduki peringkat ke 7 dunia dari 10 besar

negara dengan diabetes melitus tertinggi yaitu 10, 7 juta. Jumlah 3 tersebut

akan terus meningkat hingga tahun 2030 yaitu 13, 7 juta. Jumlah serangan

diabetes di Indonesia mencapai 18 juta pada tahun 2020. (5)(5) Prevalnsi dm

tipe 2 di Dinas Kesehatan Kota Semarang pada tahun 2020 adalah dengan

jumlah kasus 5075 kasus. Prevalensi dm tipe 2 di Puskesmas Srondol

Timur pada tahun 2020 adalah sebesar dengan jumlah 53 kasus. (6)(6)

Penyakit DM tipe 2 secara signifikan meningkatkan resiko

gangguan pada sistem kardiovaskuler, penyakit ginjal stadium akhir,

15
kebutaan, amputasi sampai kematian. Dimana terjadi peningkatan jumlah

penderita dari tahun ke tahun. DM merupakan penyakit yang

membutuhkan pengelolaan seumur hidup terkait monitoring kadar gula

darah. Salah satu pengelolaan DM adalah melakukan aktivitas fisik

termasuk di dalamnya senam kaki. Kebiasaan melakukan aktivitas fisik

diharapkan akan mempengaruhi tingkat sensitivitas kaki penderita DM

tipe 2. (3)(3)

Jumlah penderita diabetes selalu bertambah setiap tahunnya, dan

apabila DM ini tidak segera ditangani akan dapat menyebabkan timbulnya

penyulit (komplikasi) pada bagian organ tubuh. Komplikasi diabetes pada

dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh tubuh. Komplikasi

yang dapat terjadi adalah stroke, kebutaan, penyakit jantung koroner,

penyakit ginjal kronik, luka sukar sembuh sampai amputasi, dan penyakit

syaraf dan rentan infeksi. (6)(6)

Sensitivitas kaki adalalı komplikasi DM yang diakibatkan

tingginya insulin dalam tubuh sehingga sirkulasi daralı pada kaki

terganggu dan menyebabkan kurangnya rangsangan pada daerah telapak

kaki. Bertambahnya reativitas ekstremitas bawah akan menyebabkan

tingginya agresi sel darah merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat

dan mengakibatkan gangguan sirkulasi darah. Alat yang digunakan untuk

mengukur tingkat sensitivitas kaki menggunakan alat pengecekan

sensitivitas kaki adalah kapas, jarum dan sikat. (7)(7) Kerusakam pada saraf

sensorik kaki berdampak pada penurunan sensitivitas saraf kaki yang

16
berfungsi sebagai sensasi protektif. Kehilangan sensasi protektif

menyebabkan pasien DM lebih mudah mengalami ulkus kaki diabetic.


(7)
(7)

Peran tenaga kesehatan khususnya peran perawat keluarga dalam

mengatasi kasus diabetes mellitus tersebut agar tidak semakin meningkat

adalah dapat berperan sebagai pengenal kesehatan (health monitor),

pemberi pelayanan pada anggota keluarga yang sakit, koordinator layanan

kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga, fasilitator, pendidik

kesehatan, penyuluh serta konsultan. (8)(8)

Salah satu latihan yang dianjurkan adalah senam kaki yang

dilakukan dengan cara menggerakkan otot dan sendi kaki. Tujuan dari

senam kaki agar dapat memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot-otot

kecil, otot paha dan betis, mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki, serta

mengatasi keterbatasan gerak sendi. Sensitivitas sel otot yang berkontraksi

terhadap insulin akan meningkat sehingga glukosa darah yang kadarnya

tinggi pada pembuluh darah dapat digunakan oleh otot sebagai energi.

Turunnya kadar glukosa darah akan mengurangi timbunan glukosa,

sorbitol, dan fruktosa pada sel saraf. Senam kaki dapat meningkatkan

aliran darah dan memperlancar sirkulasi darah yang dapat membuat lebih

banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak reseptor insulin

yang tersedia dan aktif sehingga peredaran darah bagian kaki lancar, hal

ini menyebabkan sensitivitas kaki meningkat. (8)(8)

17
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Paojah dan Imas Yoyoh

(2019), menyimpulkan bahwa dari hasil pengukuran rata-rata sensitivitas

kaki pada kelompok eksperimen sebelum melakukan senam kaki DM

dengan koran sebesar 2,09. Setelah diberikan perlakuan dengan melakukan

senam kaki dengan koran selama 6 hari berturut-turut selama 15 menit

terjadi peningkatan sensitivitas kaki rata-rata pada kelompok eksperimen

sebesar 2,66. Penelitian dari Candra Nur, dkk 2021 menyatakan sebelum

dilakukan senam kaki diabetes pada pasien diabetes mellitus tipe II

didapatkan 1.40. Tingkat sensitivitas kaki setelah dilakukan senam kaki

diabetes pada pasien diabetes mellitus tipe II didapatkan 2.87. Sehingga

senam kaki efektif meningkatkan sensitivitas kaki pada pasien diabetes

mellitus tipe II. sehingga dapat disimpulkan bahwa melakukan senam kaki

DM dengan koran dapat meningkatkan sensitivitas kaki pada pasien DM

tipe 2. (9)(9)

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk

menerapkan senam kaki terhadap sensitivitas kaki pada pasien DM tipe 2.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka rumusan

masalah studi kasus ini “Bagaimana penerapan senam kaki untuk

sensitivitas kaki pada pasien diabetes melitus (dm)?”

18
C. Tujuan
Menggambarkan penerapan senam kaki terhadap sensitivitas kaki

pada penderita diabetes melitus di Wilayah Puskesmas srondol.

D. Manfaat
Karya Tulis Ilmiah ini, diharapkan memberikan manfaat bagi:
1. Bagi Masyarakat

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi alternatif untuk

meningkatkan sensitivitas kaki diabetes melitus dengan menggunakan

pemberian senam kaki terhadap sensitivitas kaki pada penderita

diabetes melitus untuk mencegah komplikasi akibat diabetes melitus

lebih lanjut.

2. Bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memperluas ilmu

pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan dalam memberikan

senam kaki terhadap sensitivitas kaki pada penderita diabetes melitus.

3. Bagi Penulis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi sumber data dan

informasi untuk melakukan studi kasus selanjutnya tentang manfaat

lain dari penerapan senam kaki terhadap sensitivitas kaki.

19
BAB II
TINJAUAN PUATAKA

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga

Pengertian dari keluarga sangat variatif sesuai dengan orientasi yang

dijadikan sebagai dasar pendefinisiannya, berikut pengertian dari

keluarga (10)(10)(11)(11):

a. Pendapat yang menganut teori interaksiaonal, memandang

keluarga sebagai suatu arena berlangsungnya interaksi kepribadian.

Mereka yang berorientasi pada perspektif sistem sosial

memandang bahwa Pendapat teori interaksiaonal keluarga adalah

sebagai bagian sosial terkecil yang terdiri dari seperangkat

komponen yang sangat tergantung dan dipengaruhi oleh struktur

internal dan sistem-sistem lainnya.

b. Spradley dan Allender (1996) mengemukakan bahwa keluarga

adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga

mempunyai ikatan emosional dan mangembangkan dalam ikatan

sosial, atau ibu dan anaknya.

c. Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat

penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Keluarga

dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan

keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama

20
anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga- keluarga

yang ada di sekitarnya atau masyarakat.

2. Tipe Keluarga

Tipe keluarga dibagi menjadi beberapa yakni sebagai berikut: (12)

a. Nuclear family (Keluarga inti). Tipe keluarga ini terdiri dari

orang tua dan anak yang masih menjadi tanggung jawab dan

tinggal dalam saturumah, terpisah dari sanak keluarga lainnya.

b. Extended family (Keluarga inti, keluarga besar). Tipe ini terdiri

dari satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti

yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang satu sama

lain.

c. Single parent family. Tipe ini terdiri dari satu keluarga yang

dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan

anak – anak yang masih bergantung kepadanya.

d. Nuclear dyed. Tipe ini terdiri dari sepasang suami istri tanpa

anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.

e. Blended family. Keluarga yang terbentuk dari perkawinan

pasangan, yang masing – masing pernah menikah dan

membawa anak dari perkawinan terdahulu.

f. Three generation family. Keluarga yang terdiri dari tiga

generasi, yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu

rumah.

21
g. Three generation family, Single adult living alone, Middle age

atau elderly couple. Bentuk keluarga yang hanya terdiri dari

satu orang dewasa yang hidup dalam rumahnya.

h. Middle age atau elderly couple. Keluarga yang terdiri dari

sepasang suami istri parah baya.

3. Fungsi Keluarga

Fungsi dasar keluarga dibagi menjadi lima fungsi, yakni (10)(10)

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga

yang merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi ini

berguna sebagai pemenuh kebutuhan psikososial. Komponen

yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk memenuhi fungsi

afektif adalah:

1. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima

dan mendukung titik setiap anggota keluarga yang

mendapat kasih sayang dan dukungan, maka

kemampuannya untuk memberi akan meningkat sehingga

tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung.

2. Saling menghargai, dengan mempertahankan iklim yang

positif di mana setiap anggota keluarga baik orang tua

maupun anak diakui dan dihargai keberadaannya dan

haknya.

22
3. Ikatan dan identifikasi, ikatan ini muncul mulai sejak

pasangan sepakat hidup baru. Kemudian dikembangkan

dan disesuaikan dengan berbagai aspek kehidupan dan

keinginan yang tidak dapat dicapai sendiri, misalnya

mempunyai anak.

Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan

kebahagiaan keluarga titik sering perceraian, kenakalan anak

atau masalah keluarga lainnya timbul akibat fungsi afektif

keluarga yang tidak terpenuhi.

b. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang

dialami individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar

berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi adalah suatu

proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari

norma-norma masyarakat di mana dia menjadi anggota.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan

dan meningkatkan sumber daya manusia titik dengan adanya

program Keluarga Berencana, maka fungsi ini sedikit dapat

terkontrol.

d. Fungsi ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makan,

pakaian dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber

23
keuangan titik fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga di bawah

garis kemiskinan.

e. Fungsi perawatan Kesehatan

Fungsi lain dari keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan.

Selain keluarga menyediakan makanan pakaian dan rumah,

keluarga juga berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap

anggotanya baik untuk mencegah terjadinya gangguan maupun

merawat anggota yang sakit.

4. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan terhadap

anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang


(10)
dilaksanakan titik tugas kesehatan keluarga tersebut adalah (10)(11)

(11):

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga

secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab

keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu

segera dicatat Kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan

seberapa besar perubahannya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk

mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan

24
keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang

mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan

tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat

agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.

Jika keluarga mempunyai keterbatasan sehingga hanya

meminta bantuan orang lain di sekitar keluarga.

c. Memberikan perawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak

dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang

terlalu muda.

Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga

memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan

pertama atau ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh

tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan suasana di rumah, Mempertahankan

hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan

(pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

Kelima tugas kesehatan tersebut saling terkait dan perlu dilakukan oleh

keluarga.

5. Peran Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Keluarga

Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, ada

beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain (11):

25
a. Pengenalan kesehatan (health monitor), Perawat membantu

keluarga untuk mengenal penyimpangan dari keadaan normal

tentang kesehatannya dengan menganalisa data secara objektif

serta membuat keluarga sadar akan akibat masalah tersebut

dalam perkembangan keluarga.

b. Pengenalan Kesehatan, Pemberi pelayanan, Fasilitator,

Pendidik kesehatan, Penyuluh dan konsultan pada anggota

keluarga yang sakit, dengan memberikan asuhan keperawatan

kepada anggota keluarga yang sakit. Seringkali kontak pertama

kali dengan keluarga dimulai dengan adanya anggota keluarga

yang sakit baik melalui penemuan langsung maupun rujukan.

c. Fasilitator, yaitu dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan

itu mudah dijangkau oleh keluarga dan membantu mencarikan

jalan pemecahannya.

d. Fasilitator, Pendidik kesehatan, Penyuluh dan konsultan yaitu

untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat

menjadi perilaku sehat.

e. Penyuluh dan konsultan, yang berperan dalam memberikan

petunjuk tentang asuhan keperawatan dasar dalam keluarga.

Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga,

perawat tidak dapat bekerja sendiri melainkan bekerja sama

secara tim dan bekerja sama dengan profesi lain untuk

mencapai Asuhan Keperawatan Keluarga dengan baik.

26
6. Tingkat Kemandirian Keluarga (24)(24)

a. Keluarga mandiri tingkat I (KM-I)

1. Menerima petugas kesehatan komunitas

2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai

dengan rencana keperawatan

b. Keluarga mandiri tingkat II (KM-II)

1. KM-I ditambah tahu dan dapat mengungkapkan masalah

kesehatan secara benar

2. Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang

dianjurkan

c. Keluarga mandiri tingkat III (KM-III)

1. KM-II ditambah memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan secara aktif

2. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif

d. Keluarga mandiri tingkat IV(KM-IV)

1. KM-III ditambah melaksanakan tindakan promotif secara

aktif

B. Konsep DM Tipe 2
1. Pengertian

Diabetes melitus adalah ketidakseimbangan kadar gula dalam

darah karena gangguan pada hormon insulin di mana tubuh tidak

memiliki kemampuan untuk menghasilkan cukup insulin untuk

kebutuhannya, atau tidak mampunya penderita untuk menghasilkan

27
insulin sama sekali, atau penderita mampu menghasilkan insulin yang

cukup namun sel tidak dapat menerima insulin tersebut karena reseptor

yang berfungsi sebagai penangkap insulin mengalami penurunan

fungsi. Insulin merupakan salah satu hormon yang dihasilkan oleh

organ pankreas tepatnya di sel beta pulau langerhans. (13)(13)

Tubuh yang mengalami gangguan pada hormon tersebut maka

secara otomatis akan mengalami gangguan keseimbangan kadar gula.

Kadar gula dalam darah apabila lebih dari 200 mg/dl pada pemeriksaan

gula darah sewaktu maupun kadar gula darah 2 jam setelah pembebanan

glukosa / gula, atau kadar gula darah puasa (GDP) lebih dari 126 mg/dl

merupakan tanda positif bahwa seseorang mengalami penyakit diabetes

melitus. (13)(13)

Diabetes melitus merupakan kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi dikarenakan adanya kelainan

sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik

pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi

atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf,

jantung dan pembuluh darah. (14)(14)

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Diabetes melitus dibagi menjadi 4 tipe yaitu diabetes melitus tipe 1,

diabetes melitus tipe 2, diabetes melitus gestational dan diabetes

melituskarena syndrome lainnya. (13)(13) Berikut adalah penjelasannya:

a. Diabetes Melitus Tipe 1 (IDDM)

28
Diabetes tipe 1 atau disebut dengan insulin dependent

diabetes melitus merupakan diabetes yang terjadi dikarenakan

tubuh tidak mampu menghasilkan insulin sama sekali sehingga

mengakibatkan gula tidak mampu dihantarkan ke sel. Tipe ini

membutuhkan suntikan insulin agar mampu menjalani kehidupan

serta beraktivitas secara normal kembali. Apabila tidak

mendapatkan suntikan insulin makan tubuh penderita akan

mengalami keluhan yang khas seperti lemah hingga penurunan

kesadaran. Diabetes melitus tipe ini sering diderita oleh usia di

bawah 15 tahun karena faktor keturunan. Kondisi gawat seperti

asidosis metabolik sering terjadi pada diabetes tipe ini. Diabetes

tipe 1 merupakan destruksi sel beta, yang umumnya berhubungan

dengan defisiensi insulin absolut. (15)(15)

b. Diabetes Melitus Tipe 2 (NIDDM)

Diabetes melitus tipe 2 atau noninsulin dependent diabetes

melitus merupakan tipe diabetes melitus di mana tubuh mampu

menghasilkan insulin namun insulin tersebut tidak mencukupi


(13)
kebutuhan / kurang. (13) Diabetes tipe 2 ini menghasilkan

jumlah insulin yang normal, namun mengalami kekurangan jumlah

reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel sehingga jumlah

glukosa yang masuk ke dalam sel dan jaringan menjadi sedikit dan

menjadi penyebab meningkatnya jumlah glukosa dalam darah.


(16)
(16)

29
c. Diabetes Melitus Gestational

Diabetes melitus gestasional adalah ketidakseimbangan

kadar glukosa dalam darah pada masa kehamilan. Saat seseorang

hamil, hormon di dalam tubuh memiliki risiko ketidakseimbangan

yang tinggi. Akibat tidak seimbangannya hormon seperti hormon

insulin, kadar gula dalam darah juga dapat mengalami peningkatan.

Selama tubuh mampu mentoleransi gula darah berlebih maka

kondisi initidak akan memberikan dampak bahaya yang berarti.


(13)
(13) Diabetes melitus gestational didiagnosis pada trisemester

kedua atau ketiga kehamilan dimana sebelum kehamilan tidak

didapatkan diabetes. (15)(15)

d. Diabetes Melitus Syndrome Lainnya

Diabetes melitus syndrom lainnya adalah jenis diabetes

yang terjadi dikarenakan banyak faktor, faktor tersebut bisa berasal

dari kanker pankreas atau karena mengkonsumsi obat-obatan yang

dapat meningkatkan gula darah. (13)(13)

3. Etiologi DM Tipe 2

Faktor risiko yang menyebabkan seseorang menderita diabetes melitus

antara lain:

a. Usia

Terjadinya diabetes melitus tipe 2 bertambah dengan pertambahan

usia (jumlah sel beta yang produktif berkurang seiring dengan

bertambahnya usia). (17)(17)

30
b. Obesitas / Kegemukan

Obesitas dapat terjadi karena tidak seimbangnya jumlah asupan

energi yang didapat dengan jumlah energi yang dikeluarkan.

Energi tersebut apabila tidak digunakan maka akan menjadi lemak

yang menumpuk di dalam tubuh, sehingga menyebabkan

penambahan berat badan yang dikatakan sebagai obesitas.

Penumpukan lemak akibat obesitas akan mengganggu kerja dari

reseptor penerima insulin. Dampak dari hal tersebut adalah gula

yang dibawa oleh insulin tetap tidak dapat masuk ke dalam sel,

akibatnya adalah gula darah akan tertimbun di dalam aliran darah.

Penimbunan gula darah yang berlebih dan terus menerus dalam

waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya diabetes melitus.


(13)
(13)

c. Riwayat Keluarga

Orang tua atau saudara kandung apabila mengidap diabetes Melitus

diperkirakan sekitar 40 % terlahir dari orang tua yang menderita

diabetes melitus dan kurang lebih 60 % - 90 % kembar indentik


(17)
merupakan penyandang diabetes melitus. (17) Faktor keturunan

sangat berpengaruh pada terjadinya diabetes melitus. Keturunan

dari orang yang mengidap diabetes melitus lebih besar

kemungkinannya dari pada keturunan dari orang yang tidak


(6)
diabetes. Statistik tentang faktor keturunan: (6) Apabila salah

satu orang tua mengidap diabetes melitus tipe 2, maka

31
kemungkinan untuk mendapat penyakit itu adalah 15 %. Apabila

kedua orang tua mengidap diabetes melitus tipe 2, maka

kemungkinannya menjadi 75 % untuk mendapat penyakit diabetes.

Apabila saudara kandung anda menyandang diabetes,

kemungkinan mendapatkannya adalah sekitar 10 %.

d. Gaya Hidup

Gaya hidup yang sering mengkonsumsi makanan cepat saji (junk

food), makanan manis, kurangnya olahraga dan minum-minuman

yang bersoda erta minuman yang manis merupakan faktor

pemicuterjadinya diabetes melitus tipe 2. (13)(13)

e. Pekerjaan / Profesi

Pekerjaan/Profesi menentukan mobilitas atau pergerakan

seseorang. Aktifitas yang sedikit akan mempengaruhi berat badan

dan penumpukan lemak tubuh sehingga dapat menurunkan

kemampuan kerja hormon insulin dalam menghantarkan zat gula

atau glukosa ke dalam sel sehingga gula dalam darah akan

mengalami peningkatan. (13)(13)

f. Jenis Kelamin

Perempuan memiliki risikolebi tinggi dari laki-laki untuk

menderita diabetes melitus dikarenakan seorang perempuan

mengalami siklus menstruasi dan menopause yang berkontribusi

membuat distribusi peningkatan jumlah lemak tubuh menjadi

sangat mudah terakumulasi akibat proses tersebut. (18)(18)

32
g. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang tinggi biasanya memiliki pengethauan

tentang kesehatan sehingga orang akan memiliki kesadaran dalam

menjaga kesehatan. (19)(19)

h. Tingkat Ekonomi

Tingkat ekonomi yang tinggi dapat bersifat pritektif terhdap

penyakit diabetes melitus artinya masyarakat yang berpendapatan

tinggi dapat memenuhi zat gizinya sesuai dengan kebutuhan serta

dapat terus mengontrol kadar gula darah. (20)(20)

i. Stress

Stress akan meningkatkan hormon kortisol kemudian diikuti

dengan peningkatan hipotalamus pituitari adrenal hingga berakhir

pada peningkatan hormon glucocorticoid yang mengakibatkan

tubuh merubah protein menjadi gula, sehingga gula dalam darah

ikut meningkat. Stress menurunkan daya btahan tubuh dan

mendukung terjadinya kegemukan karena tubuh resisten terhadap

insulin dan glukosa. (13)(13)

4. Manifestasi Klinis

Tanda dari seseorang mengalami diabetes melitus dapat dilihat dari

tanda khas dan tidak khas. Tanda- tanda tersebut diantaranya: (13)(13)

a. Keluhan atau Tanda Khas Penderita Diabetes Melitus

1. Poliuri / banyak buang air kecil

33
Poliuri (banyak kencing), merupakan gejala umum pada

penderita diabetes melitus. Banyaknya jumlah air kencing ini

disebabkan oleh gula dalam darah (glukosa) yang terlalu

banyak, sehingga membuat tubuh harus segera mengeluarkan

kelebihan gula tersebut melalui ginjal bersama urine / air

kencing. Gejala ini muncul terutama pada malam hari, kondisi

ini terjadi karena di malam hari kadar gula darah relatif lebih

tinggi.

2. Polidipsi / Banyak minum

Merupakan akibat dari reaksi tubuh karena banyak

mengeluarkan urine. Gejala ini merupakan usaha dari tubuh

untuk menghindari kekurangan cairan atau dehidrasi. Karena

tubuh banyak mengeluarkan air dalam bentuk urine, secara

otomatis akan menimbulkan rasa haus yang digunakan untuk

menggantikan cairan yang keluar. Selama kadar gula dalam

darah belum dapat terkontrol dengan baik maka akan terus

menimbulkan keinginan untuk minum terus-menerus.

Sebaliknya minum dalam jumlah yang banyak akan terus

menimbulkan keinginan untuk selalu kencing.

3. Polifagi / Banyak makan

Gejala ini terjadi karena disebabkan oleh berkurangnya

cadangan gula dalam tubuh meskipun kadar gula dalam darah

tinggi. Ketidakmampuan insulin dalam menyalurkan gula

34
sebagai sumber tenaga dalam sel sehingga membuat tubuh

merasa lemas seperti kurang tenaga. Perasaan kurang tebaga

tersebutlah yang menyebabkan tubuh untuk terus-menerus

meminta tubuhnya untuk mengkonsumsi makanan. Penderita

diabetes melitus pada saat makan akan merasa sulit kenyang.

4. Penurunan Berat Badan

Kandungan gula dalam darah yang tinggi dan kurangnya

hormone insulin akan menyebabkan tubuh memecah lemak

yang digunakan sebagai energi setiap harinya. Pemecahan

lemak yang terjadi secara terus menerus akan menyebabkan

pasokan lemak penderita diabetes melitus akan berkurang dan

diikuti dengan penurunan berat badan hingga hingga akhirnya

penderita diabetes melitus terlihat semakin kurus.

b. Keluhan Tidak Khas Penderita Diabetes Melitus

1. Kesemutan pada kaki dan pruritus (gatal pada kulit)

Kesemutan pada kaki disebabkan oleh tidak lancarnya

peredaran darah. Gatal yang dirasakan penderita diabetes

melitus disebabkan oleh keringnya kulit penderita diabetes

melitus, dengan keringnya bagian kulit maka penderita

penderita wajib untuk waspada dengan terjadinya luka.

Semakin kering kulit seseorang maka resiko terjadinya luka

dengan infeksi akan semakin besar.

2. Pandangan Kabur

35
Tingginya kadar gula darah akan menyebabkan meningkatnya

kekentalan darah yang akan menyebabkan darah menjadi tidak

lancar. Gangguan pada aliran darah dalam waktu yang lama

akan mempengaruhi mikrovaskuler ke retina. Terganggunya

kerja retina akan menyebabkan pandangan menjadi kabur.

3. Disfungsi Ereksi

Disfungsi ereksi adalah masalah seksual di mana penis laki-laki

tidak mampu ereksi dengan maksimal. Besar kaitannya dengan

penurunan fungsi saraf pada bagian alat kelamin yang

disebabkan oleh kadar gula dalam darah yang tinggi.

5. Patofisiologi

Diabetes melitus tipe 2 pankreas mampu menghasilkan insulin

tetapi glukosa sulit masuk ke dalam sel. Penderita diabetes melitus

tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa membawa

glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang

merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang

pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat

produksi glukosa oleh hati. (17)

pankreas mampu menghasilkan insulin tetapi glukosa sulit masuk

ke dalam sel. Terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin sudah

tidak aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah) akan

mengakibatkan defisiensi relatif insulin. Akibatnya adalah

berkurangnya sekresi insulin dengan adanya glukosa bersama bahan

36
sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan mengalami

desensitisasi terhadap adanya glukosa. (17)

Diabetes melitus tipe 2 ini disebabkan oleh karena kegagalan

relatif sel beta pankreas dan resistensi insulin. Resistensi insulin

adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan

glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa

oleh hati. Sel beta pankreas tidak mampu mengimbangi resistensi

insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin yang

menyebabkan sekresi insulin menjadi berkurang pada rangsangan

glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang

sekresi insulin lainnya. (17)

6. Komplikasi DM Tipe 2

Beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh penyakit diabetes

melitus: (13)

a. Komplikasi Akut Penyakit DM Tipe 2

1. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah menurunnya kadar glukosa dalam

darah. Penyebabnya adalah aktivitas fisik yang berlebihan

yang dilakukan oleh penderita. Penyebab yang lain yakni takut

mengkonsumsi makanan setelah terdiagnosis diabetes melitus

atau mengkonsumsi obat penurun gula darah / insulin berlebih

tanpa ada pemantauan berkala. Tanda – tandanya adalah lelah,

pusing, pucat, gemetar, merasa lapar, jantung berdebar,

37
konsentrasi menurun, dan penurunan tingkat kesadaran.

Seseorang akan merasakan gejala tersebut jika kadar gula

darah berada di bawah 80 mg / dL.

2. Ketoasidosis diabeteik

Merupakan kondisi gaat apabila tidak segera dilakukan

penanganan secara benar dan efektif. Komplikasi ini sering

ditemukan pada diabetes melitus tipe 1 dan jarang ditemukan

pada penderita diabetes melitus tipe 2. Tanda – tanda dari

ketoasidosis diabetes melitus adalah nafas sesak, kelelahan,

kebingungan, nafas berbau buah, kadah gula sangat tinggi,

peningkatan ketone di dalam darah, Ph darah berada di

bawah 7,35. Penyebab utama komplikasi ini adalah karena

terjadinya pemecahan lemak secara berlebihan yang

kemudian menghasilkan keton dari pemecahan tersebut.

3. Menurunnya tingkat kesadaran

Terjadi karena tingginya kadar gula darah atau rendahnya

kadar gula darah. Tanda - tanda seseorang yang mengalami

penurunan kesadaran adalah tidak responsif ketika dipanggil

(apatis), terlihat bingung saat diajak berkomunikasi.

4. Hiperglikemi, Menurunnya tingkat kesadaran

Hiperglikemi adalah tingginya kadar gula darah lebih dari

200 mg/dL. Tanda khas dari hiperglikemi adalah banyak

minum dan sering ke kamar kecil untuk BAK. Terjadinya

38
hiperglikemi disebabkan karena penderita diabetes melitus

makan yang berlebihan tanpa diimbangi dengan aktivitas. Gula

yang dikonsumsi dan tidak terpakai maka akan menumpuk di

tubuh dan kelamaan akan menyababkan terjadinya

hiperglikemi.

b. Komplikasi Kronis Penyakit DM Tipe 2

1. Jantung coroner

Jantung koroner adalah gangguan pembuluh darah besar

(markovaskular) pada penderita diabetes melitus karena

kekentalah darah yang meningkat. Penderita diabetes melitus

dengan hipertensi, merokok, gemuk, kelebihan lemak

memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami masalah

pada jantung.

2. Stroke

Stroke merupakan penyakit yang terjadi karena gangguan

peredaran darah pada otak. Stroke dibedakan menjadi 2 yaitu

stroke hemoragik (pecahnya pembuluh darah otak) dan stroke

non hemoragik (penurunan suplai oksigen ke jaringan otak

sehingga sel otak mati). Kekentalan darah pada penderita

diabetes melitus dapat menyebabkan tekanan darah tinggi

(hipertensi) pada penderitanya, yang mempunyai pengaruh

besar terhadap kejadian stroke. Akibat dari kakunya

pembuluh darah, tidak lancarnya peredaran darah karena

39
darah kental serta tingginya tekanan darah ke otak karena

hipertensi, otak dapat mengalami kekurangan oksigen

(iskemia) bahkan pembuluh darahnya dapat pecah yang

disebut dengan stroke. Akibat dari stroke adalah defisit

neurologis yang ditunjukkan dengan mulut pelo, anggora

gerak tubuh tidak dapat bergerak total atau sebagaian, bahkan

dapat berakhir pada kematian.

3. Hipertensi

Hipertensi disebabkan oleh kentalnya darah pada penderita

diabetes melitus. Tekanan darah normal adalah 120/80

mmHg. Seseorang dengan tekanan darah 140/80 mmHg

maka seseorang tersebut dapat digolongkan dalam kondisi

hipertensi.

4. Kerusakan ginjal, Retinopati, Ulkus Diabetes Melitus,

Neuropati diabetik perifer

Kerusakan ginjal merupakan penyebab penderita diabetes

melitus meningglal dunia. Tanda bahwa seorang penderita

diabetes melitus mengalami gangguan ginjal adalah adanya

proteinuria (kandungan protein dalam air kencing).

5. Retinopati

Terjadi karena sorbitol yang menumpuk pada lensa mata

sehingga cairan akan tertarik dan menyebabkan lensa mata

tidak jernih kembali.

40
6. Ulkus Diabetes Melitus

Luka/ulkus diabetes melitus yang terjadi di bagian tubuh

penderita dapat menyebabkan kerusakan pada bagian

epidermis, dermis, subkutan hingga dapat menyebar ke

jaringan yang lebih dalam seperti otot hingga tulang. Lapisan

kulit seperti dermis akan lebih tebal dibandingkan dengan

kulit normal. Kulit penderita yang mengalami degradasi

kolagen akan menjadi tidak elastis seperti biasanya. Kondisi

kulit akan terlihat mengkilap, tegang, sendi terbatas dalam

bergerak, kulit dapat berubah warna menjadi abu-abu hingga

gelap dan menjadi eritema saat iritasi. Pasien dengan

neuropati akan terjadi pengurangan produksi kelenjar

keringat sehingga resiko terjadi infeksi semakin besar.

7. Neuropati diabetik perifer

Neuropati merupakan gangguan fungsi saraf yang

disebabkan oleh kerusakan seluler dan molekuler akibat

diabetes melitus, gangguan ini dapat mengenai banyak saraf

tepi yang berada pada bagian kaki. Gangguan saraf tepi pada

bagian kaki dapat mengenai kedua bagian kaki dengan

keluhan seperti gangguan motorik, otonom maupun sensoris.

7. Empat Pilar Penatalaksanaan Diabetes Melitus (22)(22)

41
Penatalaksanaan pasien diabetes mellitus dikenal 4 pilar penting dalam

mengontrol perjalanan penyakit dan komplikasi. Empat pilar tersebut

adalah edukasi, terapi nutrisi, aktifitas fisik dan farmakologi.

a. Edukasi

Edukasi yang diberikan adalah pemahaman tentang perjalanan

penyakit, pentingnya pengendalian penyakit, komplikasi yang

timbul dan resikonya, pentingnya intervensi obat dan pemantauan

glukosa darah, cara mengatasi hipoglikemia, perlunya latihan fisik

yang teratur, dan cara mempergunakan fasilitas kesehatan.

Mendidik pasien bertujuan agar pasien dapat mengontrol gula

darah, mengurangi komplikasi dan meningkatkan kemampuan

merawat diri sendiri.

b. Terapi Nutrisi

Perencanaan makan yang baik merupakan bagian penting dari

penatalaksanaan diabetes secara total. Diet seimbang akan

mengurangi beban kerja insulin dengan meniadakan pekerjaan

insulin mengubah gula menjadi glikogen. Keberhasilan terapi ini

melibatkan dokter, perawat, ahli gizi, pasien itu sendiri dan

keluarganya. (15)(15)

Intervensi gizi yang bertujuan untuk menurunkan berat badan,

perbaikan kadar glukosa dan lemak darah pada pasien yang gemuk

dengan DM tipe 2 mempunyai pengaruh positif pada morbiditas.

42
Orang yang kegemukan dan menderita diabetes militus mempunyai

resiko yang lebih besar dari pada mereka yang hanya kegemukan.

c. Aktifitas Fisik

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-

4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah

satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari

seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun

harus tetap dilakukan Latihan jasmani selain untuk menjaga

kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki

sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa

darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani

yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging,

dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur

dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat,

intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah

mendapat komplikasi diabetes militus dapat dikurangi.

d. Farmakologi

Terapi farmakologi diberikan bersama dengan pengaturan makan

dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri

dari obat oral dan bentuk suntikan.

C. Konsep Sensitivitas
1. Pengertian Sensitivitas

43
Sensitivitas kaki adalah rangsangan di daerah telapak kaki yang

dipengaruhi oleh saraf dan menyebabkan beragam masalah yang

disebut neuropati. Bertambahnya reativitas ekstremitas bawah akan

menyebabkan tingginya agresi sel darah merah sehingga sirkulasi

darah menjadi lambat dan mengakibatkan gangguan sirkulasi darah.

Sensitivitas kaki adalah meningkatkan sensitivitas sel-sel tubuh

terhadap insulin sehingga menurunkan kadar gula dan kadar lemak

darah, Ditambahkan, bahwa salah satu komplikasi Diabetes Melitus

adalah neuropati, yang dapat Sensitivitas kaki adalah rangsangan di

daerah telapak kaki yang dipengaruhi oleh saraf menyebabkan pasien

diaberes mengalami penurunan sensitivitas di kaki.

Sensitivitas kaki adalah komplikasi diabetes mellitus diakibatkan

tingginya insulin dalam tubuh sehingga sirkulasi darah pada kaki

terganggu dan menyebabkan kurangnya rangsangan pada daerah

telapak kaki. (23)(23)

2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sensitivitas Kaki

Faktor-fakor yang mempengaruhi sensitivitas kaki antara lain : (23)(23)

a. Usia

b. Kadar Gula Darah

c. Diit makanan

d. Stress

e. Olahraga

f. Obesitas

44
3. Cara Pengukuran Sensitivitas Kaki

Pengukuran sensitivitas kaki menggunakan kapas, sikat, dan jarum

dengan cara sebagai berikut (9)(9):

Pengukuran atau penilaian sensitivitas dilakukan dengan

memberikan sensasi atau rangsang pada ujung jari kaki dengan cara

menggoreskan kapas pada ujung jari kaki. Selanjutnya dilakukan

penilaian, jika terdapat respon yaitu didapatkan adanya gerakan kaki

atau divalidasi lansia ditanya mengatakan terasa ada rangsang maka

nilai 3 dan penilaian selesai; jika tidak ada rangsang maka diteruskan

dengan menggoreskan sikat pada ujung jari kaki. Selanjutnya

dilakukan penilaian, jika terdapat respon yaitu didapatkan adanya

gerakan kaki atau divalidasi lansia ditanya mengatakan terasa ada

rangsang maka nilai 2 dan penilaian selesai; jika tidak ada rangsang

maka diteruskan dengan menusukan pada ujung jari kaki dengan

menggunakan jarum lanset yang terpasang pada pena khusus untuk

penusukan daerah kapiler tanpa harus melukai responden. Selanjutnya

dilakukan penilaian, jika terdapat respon yaitu didapatkan adanya

gerakan kaki atau divalidasi lansia ditanya mengatakan terasa ada

rangsang maka nilai 1, jika tidak ada respon yaitu tidak didapatkan

adanya gerakan kaki atau divalidasi lasia ditanya mengatakan tidak

terasa ada rangsang maka nilainya 0 dan penilaian selesai selesai

dilakukan. Penilaian sensitivitas kaki dilakukan sebelum diberikan

intervensi dan setelah diberikan intervensi.

45
Variabel Definisi Alat dan cara Hasil Skala
operasional ukur ukur
Sensitivitas Kepekaan Alat :
daerah kaki dari Kapas , sikat 0-3 Rasio
rangsangan dan jarum
pada a. Nilai 0 tidak
ekstremitas ada respon
bawah sensitivitas
(ujung jari b. Nilai 1
kaki). sensitivitas
Sebelum dan dinilai
sesudah menggunak
pelaksanaan an jarum
senam kaki ada respon
selama 5-10 c. Nilai 2
menit. sensitivitas
dengan cara di nilai
mengoleskan menggunak
kapas, sikat an sikat ada
dan jarum ke respon
telapak kaki. d. Nilai 3
sensitivitas
di nilai
menggunak
an kapas
ada respon

Tabel 2.1 Cara Pengukuran Sensitivitas Kaki

4. Gejala Akibat Terjadinya Sensitivitas

Karena kadar glukosa di dalam darah demikian tingginya, keadaan

ini akan merusak urat saraf penderita, lebih-lebih jika prosesnya

berlangsung lama. Rusaknya urat saraf ini akan berakibat luas.

Kelainan urat saraf akibat penyakit Diabetes Mellitus ini disebut

neuropati diabetik. Salah satu keadaan neuropati diabaetik yang sangat

mengganggu diabetesi adalah neuropati diabetik tipe nyeri/ painful

diabetic neuropathy (PDN). PDN dapat ini merupakan kurang lebih

46
10% dari Neuropati Diabetik. Diabetisi dengan PDN akan merasa

nyeri sekali terutama pada kaki. Pengobatan PDN dapat diberikan

dengan “DALANG” (Diabetes, Antiagregasi trombosit, Lipid,

Amitriptilin, Neutropik, Gabapentin). Tetapi yang terpenting dari

DALANG ini adalah pengaturan gula darah. (10)(10)

Gejala neuropatik diabetik yang sering muncul adalah:

a. Kesemutan.

b. Rasa panas atau rasa tertusuk-tusuk jarum.

c. Nila rasa tebal terjadi di telapak kaki, penderita merasa seperti

berjalan di atas kasur bahkan sering kali sandalnya tertinggal di

tempat tertentu, di toko, di tempat praktek dokter, dan lain-lain.

d. Kram.

e. Badan skut semua terutama “pada maalam hari” (cekot-cekot).

f. Bila kerusakan ini terjadi pada banyak urat saraf yang disebut

polineuropati diabetik, jalan penderita akan pincang dan otot-

otot kakinya mengecil yang disebut atrofi.

Semua kelainan saraf akibat diabetes mellitus dapat diatasi bila

keadaan belum terlambat. Karena penderita sering lengah, biasanya

kelainan urat saraf, sehingga memperlambat kesembuhan. Karena itu,

pencegahan dan perawatan sedini mungkin merupakan cara paling baik

untuk mengatasinya. (23)(23)

D. Konsep Senam Kaki


1. Pengertian

47
Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien

diabetes mellitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu

melancarakan peredaran darah bagian kaki. Senam kaki dapat

membantu memperbaiki terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu

dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi

keterbatasan pergerakan sendi. Senam kaki diabetik yang dilakukan

pada telapak kaki terutama diarea organ yang bermasalah akan

memberikan rangsangan pada titik-titik saraf yang berhubungan

dengan pankreas agar menjadi aktif sehingga menghasilkan insulin

melalui titik-titik saraf yang berada di telapak kaki. Sehingga dengan

adanya peningkatan sirkulasi darah perifer dapat meminimalkan

kerusakan saraf perifer sehingga neuropati dapat menurun dan

sensitivitas kaki meningkat. (23)(23)

Latihan fisik merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan

penyakit diabetes mellitus. Kegiatan fisik sehari-hari dan latihan fisik

teratur (3-4 kali seminggu lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar

dalam pengelolaan diabetes. Latihan fisik yang dimaksud adalah

berjalan, bersepeda santai, jogging, senam dan berenang. Latihan fisik

sebaiknya disesuaikan dengan unsur dan status kesegaran jasmani.


(23)
(23)

2. Tujuan Senam Kaki Diabetes Melitus

Ada 6 tujuan dilakukan senam kaki : (23)(23)

a. Membantu melancarkan peredaran darah

48
b. Memperkuat otot-otot

c. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki

d. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha

e. Mengatasi keterbatasan gerak sendi

f. Menjaga terjadinya luka

3. Indikasi dan Kontrindikasi

Indikasi dari senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita

Diabetes melitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan

sejak pasien didiagnosa menderita Diabetes Melitus sebagai tindakan

pencegahan dini. Senam kaki ini juga dikontraindikasi pada klien yang

mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dispnea atau sesak.

Orang yang depresi, khawatir atau cemas. Keadaan-keadaan seperti hal

ini perlu diperhatikan sebelum dilakukan tindakan senam kaki.

Selain itu kaji keadaan umum dan keadaaan pasien apakah layak untuk

dilakukan senam kaki tersebut, cek tanda-tanda vital dan status

respiratori (adakah Dispnea atau nyeri dada), kaji status emosi pasien

(suasana hati/mood, motivasi). (23)(23)

4. Prosedur senam kaki Diabetik

Prosedur Senam Diabetes adalah sebagai berikut : (23)(23)

1. Persiapan

a. Persiapan alat dan lingkungan:

1. Kertas koran dua lembar

2. Kursi (jika tindakan dilakukan dalam posisi duduk)

49
3. Sarung tangan

4. Lingkungan yang nyaman dan jaga privasi

b. Persiapan Klien :

Lakukan kontrak topik, waktu, tempat, dan tujuan

dilaksanakan senam kaki diabetes kepada klien.

2. Prosedur

a. Perawat cuci tangan

b. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien

duduk tegakdiatas bangku dengan kaki menyentuh lantai.

Dapat juga dilakukan dalamposisi berbaring dengan

meluruskan kaki. serta perhatikan indikasi dan

kontraindikasi dalam pemberian tindakan senam kaki.

Gambar 2.1

Pasien duduk di atas kursi

c. Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah

kaki diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali ke

bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali. Pada posisi

tidur, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu

50
dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam

sebanyak 10 kali.

Gambar 2.2

Tumit kaki di lantai dan jari-jari kaki

diluruska ke atas

d. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat

telapak kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki

diletakkan di lantai dengan tumit kakidiangkatkan ke atas.

Dilakukan pada kaki kiri dan kanan secara bergantiandan

diulangi sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, menggerakkan

jari dan tumit kaki secara bergantian antara kaki kiri dan

kaki kanan sebanyak 10 kali.

Gambar 2.3

Tumit kaki di lantai sedangkan telapak kaki

dangkat

51
e. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat

ke atas dan buatgerakan memutar dengan pergerakkan pada

pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, kaki

lurus ke atas dan buat gerakan memutardengan pergerakkan

pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

Gambar 2.4

Ujung kaki diangkat ke atas

f. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat

gerakan memutardengan pergerakkan pada pergelangan

kaki sebanyak 10 kali. Pada posisitidur kaki harus diangkat

sedikit agar dapat melakukan gerakan memutarpada

pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

Gambar 2.5

Jari-jari kaki di lantai

52
g. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada

pergelangan kaki, tuliskan pada udara dengan kaki dari

angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian . Gerakan ini

sama dengan posisi tidur.

Gambar 2.6

Kaki diluruskan dan diangkat

h. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi

seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola

itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua

belah kaki. Cara ini dilakukan sekalisaja, lalu robek Koran

menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian Koran.Sebagian

Koran di sobek- sobek menjadi kecil kecil dengan kedua

kaki. Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut

dengan kedua kaki, lalu letakkan sobekkan kertas

pada bagian kertas yang utuh.

Bungkussemuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola.

53
Gambar 2.7

Robek kertas koran kecil kecil dengan

menggunakan jari jari kaki lalu lipat menjadi bentuk

bola

54
BAB III
METODE STUDI KASUS

A. Rencana Studi Kasus


Metode penelitian ini bersifat deskriptif berupa studi kasus.

Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengkajian fenomena secara lebih

rinci atau membedakannya dengan fenomena yang lain. (25)(25) Studi kasus

ini bertujuan untuk menggambarkan penerapan senam kaki untuk

sensitivitas kaki pada keluarga dengan dm tipe 2.

B. Obyek Studi Kasus


Subjek dalam studi kasus ini adalah klien yang mengalami dm tipe 2

dengan kriteria subjek sebagai berikut ini (26)(26):

1. Kriteria inklusi

a. Penderita diabetes melitus tipe 2 yang dapat berkomunikasi

secara verbal

b. Penderita diabetes melitus yang dapat berinteraksi sosial

c. Penderita diabetes melitus yang tidak memiliki gangguan fisik

apapun

d. Penderita diabetes melitus yang dapat membaca

e. Penderita diabetes melitus yang bersedia menjadi responden

f. Pasien dengan 3 jam sebelum atau sesudah mengkonsumsi obat

DM Tipe 2

g. GDS: 160-240 mg/dL

h. Usia : 40-75 tahun

55
2. Kriteria eksklusi subjek

a. Penderita diabetes melitus dengan komplikasi

b. Penderita diabetes melitus yang obesitas

c. Penderita diabetes melitus yang tidak bisa membaca

d. Penderita diabetes melitus yang tidak bersedia menjadi subjek

e. Pasien yang mengundurkan diri

f. Pasien dengan ulkus diabetikum

g. GDS > 250 mg/dL

C. Fokus Studi
Penerapan senam kaki untuk meningkatkan sensitivitas kaki pada

pasien diabetes melitus tipe 2.

D. Definisi Operasional Studi Kasus


a. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan

keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran

masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Sebuah

keluarga terdapat tujuan, tugas dan fungsi serta peran-peran anggota

keluarga.

b. Diabetes melitus merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah

yang tinggi yaitu 160-240 mg/dL. Pada penderita diabetes melitus

kekentalah darah akan meningkat sehingga dapat menyebabkan

56
berbagai macam komplikasi seperti hipertensi, jantung koroner, strok

dan sebagainya.

c. Sensitivitas kaki adalah rangsangan di daerah telapak kaki yang

dipengaruhi oleh saraf dan menyebabkan beragam masalah yang

disebut neuropati. Menyebabkan tingginya agresi sel darah merah

sehingga sirkulasi darah menjadi lambat dan mengakibatkan gangguan

sirkulasi darah. Pengukuran sensitivitas kaki menggunakan kapas,

sikat, dan jarum dengan respon:

Penilaian sensitivitas kaki menggunakan skala didapat dengan cara

memberi rangsangan pada ujung kaki dengan cara menggoreskan

kapas. Selanjutnya dilakukan penilaian jika terdapat respon yaitu

didapat adanya gerakan kaki atau ditanya mengatakan terasa ada

rangsangan maka nilai 3 jika tidak ada rangsangan maka diteruskan

dengan menggoreskan sikat pada ujung jari kaki. Selanjutnya

dilakukan penilaian, jika terdapat respon yaitu didapatkan adanya

gerakan kaki atau ditanya mengatakan terasa ada rangsangan maka

nilai 2 dan penilaian selesai. Jika tidak ada rangsang maka diteruskan

dengan menusukkan pada ujung jari kaki dengan menggunakan jarum

untuk penusukkan pada daerah kapiler tanpa harus melukai responden.

Selanjutnya dilakukan penilaian, jika terdapat respon yaitu didapatkan

adanya gerakan kaki atau ditanya mengatakan terasa ada rangsang

maka nilai 1, jika tidak ada respon yaitu tidak didapatkan adanya

57
gerakan kaki atau ditanya mengatakan tidak terasa ada rangsang maka

nilai 0 dan penilaian selesai dilakukan.

d. Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien

diabetes mellitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu

melancarakan peredaran darah bagian kaki. Senam kaki dapat

membantu memperbaiki terjadinya kelainan bentuk kaki. Senam kaki

dilakukan 6 hari berturut-turut selama 15 menit.

E. Instrument Studi Kasus


Pada studi kasus ini penulis menggunakan alat pengukur kadar

gula darah glukometer merk Easy Touch, kertas koran, kursi, kapas, sikat,

dan jarum untuk memonitor kemajuan yang dialami subjek.

F. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan pada subjek dan

pengkarakteristikan subjek yang diperlukan dalam studi kasus, langkah -

langkah pengumpulan data tergantung rencana dan teknik yang digunakan

peneliti.

Langkah - langkah pengumpulan data:

1. Menjelaskan maksud, tujuan dan waktu studi kasus kepada pihak

puskesmas Srondol Timur dan wilayah yang akan dijadikan tempat

penelitian.

2. Mengukur kadar gula darah untuk menentukan subjek yang sesuai

dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

58
3. Menjelaskan cara senam kaki diabetes melitus

4. Hari pertama mengukur sensitivitas kaki untuk mengetahui tingkat

sensitivitas kaki objek.

5. Mengimplementasikan senam kaki diabetes melitus di hari pertama

selama 6 hari berturut - turut dengan didampingi oleh keluarga klien,

dimana waktu yang dibutuhkan adalah 15 menit setiap pelaksanaan

senam kaki.

6. Setelah dilakukan senam kaki di ukur kembali tingkat sensitivitas kaki

objek.

7. Mengukur sensitivitas kaki di hari ke 2 sebelum dan sesudah

melakukan senam kaki diabetes mellitus.

8. Mengajarkan dan mendampingi klien untuk melakukan senam kaki

9. Mengukur sensitivitas kaki di hari ke 3 sebelum dan sesudah

melakukan senam kaki diabetes melitus

10. Mendampingi klien untuk melakukan senam kaki

11. Mengolah dan menganalisis data rata-rata perubahan sensitivitas kaki

setelah 6 hari pemberian senam kaki.

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus


Studi kasus dilakukan di wilayah puskesmas Srondol Timur selama 6

hari tanggal 4 – 16 april 2022.

59
H. Analisa Dan Penyajian Data
Analisa data studi kasus menggunakan analisa deskriptif. Analisa

deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan

keadaan objek pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta sebagaimana

adanya, kemudian di analisis dan diinterpretasikan, cara yang digunakan

untuk menganalisis data dengan cara mendiskripsikan data yang sudah

terkumpul untuk membuat suatu kesimpulan. Pengolahan data ini

dilakukan dengan mengukur tingkat sensitivitas kaki sebelum dan sesudah

dilakukan senam kaki untuk meningkatkan sensitivitas kaki pada penderita

diabetes melitus. Data kemudian diolah dengan merata-rata dan data

disajikan menggunakan tabel untuk mengetahui perubahan sensitivitas

kaki yang terjadi.

I. Etika Studi Kasus


Penulis menerapkan prinsip etika studi kasus yaitu meliputi :

1. Informed Consent

Klien diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau

tidak untuk mengikuti kegiatan studi kasus. Sebelum dilakukan

pengambilan data pada subjek, peneliti menjelaskan kepada subjek

tentang studi kasus yang dilakukan. Lembar persetujuan di berikan

kepada subjek yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi, bila

subjek menolak, penulis harus menghormati.

2. Anonymity

60
Untuk menjaga keberhasilan subjek, penulis tidak mencantumkan

nama subjek pada lembar observasi hanya ditulis dengan nama inisial

atau nomor dan kode tertentu.

3. Confidentiality

Studi kasus menjaga kerahasiaan identitas subjek dan informasi

yang di berikan. Semua catatan dan dan data subjek di simpan sebagai

dokumentasi studi kasus.

4. Non maleficiency

Penulis menjelaskan kepada subjek, bahwa studi kasus yang

dilakukan tidak membahayakan bagi status keseharan klien karena

bukan studi kasus dengan perlakuan yang berakibat fatal.

5. Justice

Penulis tidak melakukan diskriminasi pada kriteria yang tidak

relevan. Prinsip terbuka adil dan jujur dan kehati-hatian. Setiap subjek

penulis mendapat perlakuan yang sama selama pelaksanaan studi

kasus.

61
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil studi kasus beserta pembahasanya yang meliputi

penjabaran data umum dan data khusus serta analisa mengenai peningkatan

sensitivitas kaki sebelum dan sesudah dilakukan terapi senam kaki pada penderita

diabetes melitus tipe 2 di wilayah binaan Puskesmas Serondol

A. Hasil Studi Kasus

1. Gambaran Lokasi Studi Kasus

Studi kasus ini dilakukan di Wilayah Binaan Puskesmas Srondol

Semarang yang terletak di jalan Setia Budi No.209 Srondol Kulon Kecamatan

Banyumanik Semarang.Puskesmas Srondol membawahi 3 keluarahan yaitu

keluarahan Srondol Kulon, Srondoln Wetan dan Banyumanik. Puskesmas

Srondol memiliki batas wilayah kerja yaitu sebelah utara wilayah kerja

puskesmas Ngesrep, sebelah timur puskesmas Padangsari, sebelah selatan

puskesmas Pudak Payung, sebelah barat puskesmas Gunung Pati. Fasilitas

yang dimiliki puskesmas ini meliputi ruang pemeriksaan umum, ruang

pemeriksaan gigi dan mulut, ruang KIA, KB dan Imunisasi, ruang gizi, ruang

TBC, farmasi, laboratorium dan ruang rawat inap untuk ibu bersalin.

62
Puskesmas Srondol juga mempunyai program Kesehatan seperti prolanis

yang di ikuti oleh lansia yang memiliki berbagai penyakit, biasanya program

tersebut menangani pasien yang mengalami diabetes melitus tipe II dan

hipertensi . Lokasi kedua subyek berada di wilayah Kelurahan Srondol Wetan

RT 04/Rw 04, Kecamatan Banyumanik, Semarang, Subjek I dan II

merupakan warga diwilayah Srondol Wetan, lokasi kedua subjek berada

saling berdekatan. Subjek I tinggal Bersama suami dan kedua anaknya.

Kondisi rumah subyek I memiliki teras rumah yang cukup luas, pencahayaan

yang cukup, ventilasi cukup, bersih, terdapat 3 kamar, ruang tamu, kamar

mandi dan jemuran didepan teras rumah. Subjek II memiliki 3 orang anak

dan yang tinggal serumah dengan subyek anak yang nomer 3, untuk anak

yang lainnya sudah menikah dan tinggal di kota lain. Keadaan rumah subyek

II terletak di pinggir jalan, teras rumah yang cukup kecil, lingkungan bersih,

terdapat 3 kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu, kamar mandi, garasi dan

jemuran didepan rumah.

2. Gambaran Subyek Studi Kasus

Studi kasus ini dipilih 2 orang yang berusia diatas 40 tahun sebagai subjek

penelitian yang telah dipilih berdasarkan kesesuaian terhadap kriteria inklusi

dan ekslusi studi kasus ini.

A. Subjek I

Pengkajian subjek I dilakukan pada tanggal 16 juni 2022 pukul 09.30

WIB. Subyek I Ny.R usia 67 tahun dengan berlatar belakang SD,

pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yang memiliki riwayat diabetes

63
melitus tipe 2 sejak 5 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan kadar gula

darah sewaktu pada pengkajian pertama yaitu 230 mg/dL. Subjek I tidak

memiliki riwayat penyakit lainnya. Pasien sebelumnya bekerja sebagai

pegawai pabrik di wilayah Semarang . Subjek I tinggal bersama suami

dan kedua anaknya.

Pengkajian Hasil pemeriksaan GDS subjek I pada tanggal 16 juni

2022 pukul 09.30 WIB adalah 230 mg/dL. Berdasarkan hasil

pemeriksaan sensitivitas kaki dengan menggunakan kapas, sikat, jarum

yang dilakukan dengan memberikan sensasi atau rangsang pada ujung

jari kaki dengan cara menggoreskan kapas pada ujung jari kaki sebelum

dilakukan terapi senam kaki pada subjek I didapatkan hasil nilai 1 pada

kaki kanan dan nilai 2 pada kaki kiri. Dalam kehidupan sehari-hari klien

menyampaikan selalu menjaga pola makan supaya kadar gula darahnya

stabil tetapi klien tidak menyadari bahwa makanan yang di makan

mengandung banyak glukosa, klien juga jarang berolahraga. keluarga

klien pada sibuk bekerja semua sehingga untuk mengontrol pola makan

klien tidak terlalu diperhatikan.

Keluarga subjek I menerima kedatangan peneliti untuk memberikan

pelayanan kesehatan akan tetapi kelurga subjek I belum bisa

mengungkapkan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya

dan keluarga subjek I belum dapat mamanfaatkan fasilitas kesehatan

secara aktif. Subyek memiliki tingkat kemandirian keluarga tingkat I.

Subjek I tidak mengkonsumsi obat dari dokter tetapi mengkonsumsi

64
rebusan daun sirsak ketida gula darah naik. Subjek I mengatakan

gejalanya dari diabetes melitus itu iyalah mengeluh lemas, nafsu makan

meningkat 4-5 kali per hari, dan banyak buang air kecil lebih dari 8 kali

per hari, serta kesemutan pada kaki. Subjek I tidak pernah memeriksakan

penyakitnya dikarenakan tidak mau mengkonsumsi obat-obatan akan

tetapi lebih suka dengan terapi nonfarmakologi. Subjek I memiliki tinggi

badan 155 cm dan berat badan 60 kg dengan hasil IMT sebesar 25,

Subjek I termasuk dalam kategori obesitas tingkat I sedangkan

B. Subyek II

Pengkajian subyek II dilakukan pada tanggal 16 juni 2022 pukul

10.30 WIB. Subyek II Tn.R usia 70 tahun dengan berlatar belakang

SD, dulu bekerja di pabril di wilayah semarang dan sekarang hanya

di rumah yang memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2 sejak 4 tahun

yang lalu. Hasil pemeriksaan kadar gula darah sewaktu pada

pengkajian pertama yaitu 210 mg/dL. Subyek II tidak memiliki

riwayat penyakit lainnya. Pasien sebelumnya bekerja sebagai

pegawai pabrik di wilayah Semarang. Subjek I tinggal bersama Istri

dan cucunya.

Pengkajian Hasil pemeriksaan GDS subjek I pada tanggal 16

juni 2022 pukul 10.30 WIB adalah 210 mg/dL. Berdasarkan hasil

pemeriksaan sensitivitas kaki dengan menggunakan kapas, sikat,

jarum yang dilakukan dengan memberikan sensasi atau rangsang

pada ujung jari kaki dengan cara menggoreskan kapas pada ujung

65
jari kaki sebelum dilakukan terapi senam kaki pada subjek I

didapatkan hasil nilai 2 pada kaki kanan dan kaki kiri. Dalam

kehidupan sehari-hari klien menyampaikan selalu menjaga pola

makan supaya kadar gula darahnya stabil tetapi klien tidak

menyadari bahwa makanan yang di makan mengandung banyak

glukosa, klien rutin jalan kaki setiap pagi. keluarga klien pada sibuk

bekerja semua sehingga untuk mengontrol pola makan klien tidak

terlalu diperhatikan.

Subyek II didapatkan data subjek mampu mengenali penyakit

yang dialami serta mengetahui penyebabnya dari dokter. Subjek II

tidak mengkonsumsi obat dari dokter tetapi Menerapkan terapi non

farmakologi seperti berjalan kaki setiap pagi. Subjek II mengatakan

gejalanya dari diabetes melitus itu iyalah merasakan sering lapar dan

gatal serta kesemutan pada kaki. Keluarga subjek II menerima

kedatangan peneliti untuk memberikan pelayanan kesehatan akan

tetapi kelurga subjek II belum bisa mengungkapkan masalah

kesehatan yang dialami anggota keluarganya dan keluarga subjek II

belum dapat mamanfaatkan fasilitas kesehatan secara aktif. Keluarga

subyek memiliki tingkat kemandirian keluarga tingkat 2. Subjek II

Jarang memeriksakan penyakitnya ke dokter dikarenakan tidak

keluarga sibuk bekerja. Subjek II memiliki tinggi badan 167 cm dan

berat badan 80 kg dengan hasil IMT sebesar 28, Subjek II termasuk

dalam kategori obesitas.

66
3. Pemaparan Fokus Studi

a. Hasil Pengkajian Awal

Berdasarkan tahapan proses keperawatan dilakukan pengkajian

kepada subjek. Pada pengkajian awal didapatkan gula darah sewaktu

(gds) dan sensitivitas kaki subjek dapat dilihat pada tabel

Tabel 4.1 Hasil Pengkajian Gula Darah Sewaktu (gds) dan

Sensitivitas Kaki Pada Kedua Subjek

Subjek Sensitivitas kaki Gula darah


sewaktu
(gds)
Kaki kanan Kaki kiri
Subjek I 1 2 230 mg/dL
Subjek II 2 2 210 mg/dL

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa subjek I pada kaki kanan

mengalami penurunan sensitivitas kaki kategori 1 (sedang) dan kaki

kiri mengalami penurunan sensitivitas kaki kategori 2 (ringan) untuk

subjek II Pada kaki kanan kaki kanan mengalami penurunan

sensitivitas kaki kategori 2 (ringan) dan kaki kiri mengalami

penurunan sensitivitas kaki kategori 2 (ringan). Setelah melakukan

observasi, kedua subjek masuk dalam kriteria inklusi. Tindakan yang

direncanakan untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut yaitu

dengan terapi senam kaki. Tindakan ini dilakukan selama 15 menit.

Kedua subjek dilakukan terapi senam kaki selama 6 hari mulai

tanggal 16-21 Juni 2022 dan dilakukan evaluasi setiap hari sebelum

67
dan sesudah diberikan intervensi untuk mengetahui peningkatan

sensitivitas kaki pada subjek.

b. Hasil Evaluasi Sensitivitas Kaki Subjek Sesudah Dilakukan

Intervensi Keperawatan

Berdasarkan hasil studi, diketahui bahwa sesudah dilakukan

keperawatan dengan terapi senam kaki maka sensitivitas kaki pada

subjek yang diobservasi sebelum dan sesudah intervensi

keperawatan dengan terapi senam kaki dapat di gambarkan pada

tabel dan diagram berikut.

Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Sensitivitas Kaki Pada Subjek I

Kaki kanan Kaki Kiri


Hari ke Tanggal
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 16 1 1 2 2
2 17 1 2 2 2
3 18 2 2 2 2
4 19 2 2 2 3
5 20 2 3 3 3
6 21 3 3 3 3

68
Hasil evaluasi sensitivitas kaki kanan
subjek 1

3.5
3 3 3
3
2.5
2 2 2 2 2 2
2
1.5
1 1 1
1
0.5
0
kari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6

Sebelum sesudah

Diagram 4.1 Hasil Evaluasi Sensitivitas Kaki Kanan Subjek I

Hasil evaluasi sensitivitas kaki kiri subjek 1


3.5
3 3 3 3 3
3

2.5
2 2 2 2 2 2 2
2

1.5

0.5

0
hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6

sebelum sesudah

Diagram 4.2 Hasil Evaluasi Sensitivitas Kaki Kiri Subjek I

69
Berdasarkan hasil studi, diketahui bahwa sesudah dilakukan

keperawatan dengan terapi senam kaki maka sensitivitas kaki pada

subjek yang diobservasi sebelum dan sesudah intervensi

keperawatan dengan terapi senam kaki dapat di gambarkan pada

tabel dan diagram di atas. Hasil evaluasi sensitivitas kaki pada

subjek I setelah dilakukan terapi senam kaki selama 6 hari terjadi

peningkatan sensitivitas kaki sebanyak 2 pada kaki kanan dan pada

kaki kiri mengalami peningkatan 1.

Subjek II dilakukan terapi senam kaki selama 6 hari mulai tanggal

16-21 juni 2022.

Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Sensitivitas Kaki Pada Subjek II

Kaki kanan Kaki kiri


Hari ke Tanggal
Sebelum Sesudah Sesudah Sesudah
1 16 2 2 2 2
2 17 2 2 2 2
3 18 2 3 2 2
4 19 3 3 2 3
5 20 3 3 3 3
6 21 3 3 3 3

70
Hasil evaluasi sensitivitas kaki kanan subjek II
3.5
3 3 3 3 3 3 3
3

2.5
2 2 2 2 2
2

1.5

0.5

0
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6

sebelum sebelum2

Diagram 4.3 Hasil Evaluasi Sensitivitas Kaki Kanan Subjek II

Hasil Evaluasi Sensitivitas Kaki Kiri Subjek II


3.5
3 3 3 3 3
3

2.5
2 2 2 2 2 2 2
2

1.5

0.5

0
Hari 1 Hari2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6

Sebelum Sesudah

Diagram 4.4 Hasil Evaluasi Sensitivitas Kaki Kiri Subjek II

71
Berdasarkan hasil studi, diketahui bahwa sesudah dilakukan

keperawatan dengan terapi senam kaki maka sensitivitas kaki pada

subjek yang diobservasi sebelum dan sesudah intervensi

keperawatan dengan terapi senam kaki dapat di gambarkan pada

tabel dan diagram di atas. Hasil evaluasi sensitivitas kaki pada

subjek II setelah dilakukan terapi senam kaki selama 6 hari terjadi

peningkatan sensitivitas kaki sebanyak 1 pada kaki kanan dan pada

kaki kiri mengalami peningkatan 1.

c. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan senam kaki diabetes

untuk meningkatkan tingkat sensitivitas kaki pada pasien dengan

diebetes melitus didapatkan gambaran usia subjek I adalah 62 tahun,

dan subjek II berusia 70 tahun. Usia kedua subjek sudah tidak

dikatakan muda lagi, dan usia kedua subjek sudah masuk dalam

kategori sebagai lanjut usia, dikatakan lanjut usia (geriatric age)


(35)
adalah usia diatas 60 tahun. (35) Seiring bertambahnya usia maka

memiliki risiko besar terjadinya diabetes melitus tipe 2 diarenakan

jumlah sel beta yang produktif juga akan berkurang, sehingga

kemampuan tubuh untuk melakukan metabolisme glukosa akan

menurun yang berdampak pada menurunnya produksi insulin dari sel

beta. (32)(32)

72
Selain usia Faktor lain penyebab diabetes melitus adalah riwayat

keluarga, data pengkajian menyebutkan bahwa subjek II adalah

seorang yang memiliki keluarga dengan riwayat diabetes melitus.

Orang tua atau saudara kandung apabila mengidap diabetes Melitus

diperkirakan sekitar 40 % terlahir dari orang tua yang menderita

diabetes melitus dan kurang lebih 60 % - 90 % kembar indentik


(32)
merupakan penyandang diabetes melitus. (32) Faktor keturunan

sangat berpengaruh pada terjadinya diabetes melitus. Keturunan dari

orang yang mengidap diabetes melitus lebih besar kemungkinannya

dari pada keturunan dari orang yang tidak diabetes. Statistik tentang
(6)
faktor keturunan: (6) Apabila salah satu orang tua mengidap

diabetes melitus tipe 2, maka kemungkinan untuk mendapat penyakit

itu adalah 15 %. Apabila kedua orang tua mengidap diabetes melitus

tipe 2, maka kemungkinannya menjadi 75 % untuk mendapat

penyakit diabetes. Apabila saudara kandung anda menyandang

diabetes, kemungkinan mendapatkannya adalah sekitar 10 %.

Faktor lain dari diabetes melitus adalah gaya hidup. Hasil

pengkajian menyebutkan bahwa subjek I suka mengkonsumsi

makanan dan minuman yang manis, dan subjek II selalu makan

makanan (karbohidrat) dalam porsi yang banyak. Gaya hidup yang

sering mengkonsumsi makanan cepat saji (junk food), makanan

manis, kurangnya olahraga dan minum-minuman yang bersoda serta

minuman yang manis merupakan faktor pemicu terjadinya diabetes

73
(31)
melitus tipe 2. (31) Pekerjaan atau profesi seseorang juga dapat

menjadi faktor penebab seseorang menderita diabetes melitus, subjek

I adalah seorang ibu rumah tangga dimana mobilitasnya lebih sedikit

dibandingkan dengan pekerjaann lain seperti olahragawan. Subjek II

merupakan seorang kepala keluarga yang bekerja di pabrik dan

jarang sekali melakukan olahraga. Pekerjaan/Profesi menentukan

mobilitas atau pergerakan seseorang. Aktifitas yang sedikit akan

mempengaruhi berat badan dan penumpukan lemak tubuh sehingga

dapat menurunkan kemampuan kerja hormon insulin dalam

menghantarkan zat gula atau glukosa ke dalam sel sehingga gula

dalam darah akan mengalami peningkatan.(31)(31)

Tingkat ekonomi juga memiliki peran besar seseorang menderita

diabetes melitus, subjek I memiliki tingkat ekonomi menengah

kebawah dibuktikan dengan suami subjek I sebagai pekerja pabrik di

daerah semarang, sedangkan subjek II memilki tingkat ekonomi

menengah kebawah, ditandai dengan subjek II adalah seorang

pekerja pabrik di daerah semarang. Tingkat ekonomi yang tinggi

dapat bersifat protektif terhadap penyakit diabetes melitus artinya

masyarakat yang berpendapatan tinggi dapat memenuhi zat gizinya

sesuai dengan kebutuhan serta dapat terus mengontrol kadar gula

darah.(34)(34)

Selain faktor-faktor diatas tingkat pendidikan juga dapat

menyebabkan seseorang menderita diabetes melitus. Tingkat

74
pendidikan subjek I dan subjek II adalah sekolah dasar. Tingkat

pendidikan yang tinggi biasanya memiliki pengetahuan tentang

kesehatan sehingga orang akan memiliki kesadaran dalam menjaga

kesehatan. (33)(33)

Faktor-faktor diatas merupakan faktor risiko yang menyebabkan

seseorang menderita diabetes melitus. Seseorang yang menderita

diabetas melitus dapat diketahui dari tanda-tanda awal, subjek I pada

awal menderita diabetes melitus adalah mengeluh lemas, nafsu

makan meningkat 4-5 kali per hari, dan banyak buang air kecil lebih

dari 8 kali per hari, serta kesemutan pada kaki. Subjek II tidak

mengetahui bahwa dirinya menderita diabetes melitus, tetapi subjek

II merasakan sering lapar dan gatal serta kesemutan pada kaki.

Manifestasi klinis atau tanda dan gejala pada diabetes melitus adalah

poliuri/banyak buang air kecil, polidipsi/banyak

minum,polifagi/banyak makan, penurunan berat badan, pandangan

kabur, kesemutan pada kaki dan priuritas, serta disfungsi ereksi. (31)

(31)

Sesuai kajian teori sebelumnya sudah dijelaskan bahwa Senam

kaki dapat meningkatkan sensitivitas kaki, pada latihan jasmani akan

terjadi peningkatan aliran darah, menyebabkan lebih banyak tersedia

reseptor insulin dan reseptor menjadi lebih aktif sehingga terjadi

peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif yang pada

gilirannya akan mempengaruhi peningkatan sensitivitas kaki. (28)(28)

75
sebelum dilakukan intervensi senam kaki diabetes melitus

dengan. Tingkat sensitivitas kaki sebelum diberikan intervensi,

subjek I pada kaki kanan 1 (sedang) dan kaki kiri 2 (ringan) dan

subjek II pada kaki kanan 2 (ringan) dan kaki kiri 2 (ringan). Tingkat

sensitivitas kaki dari kedua subjek terdapat perbedaan, tentunya

terdapat faktor yang mempegaruhi tingginya kadar gula darah yaitu

pengendalian asupan makanan, dan kurangnya olahraga, serta

bertambahnya usia.

Olahraga yang teratur dapat mengurangi terjadinya resistensi

insulin akibatnya insulin dapat dipergunakan lebih baik oleh sel- sel

tubuh. Olahraga juga dapat digunakan sebagai pembakar lemak

dalam tubuh yang berdampak pada penurunan berat badan bagi

penderita obesitas, terdapat faktor yang mempengaruhi gerak fisik

seseorang yaitu pekerjaan dan usia. Bertambahnya usia

mempengaruhi fisik dan penurunan fungsi organ tubuh yang akan

berdampak pada konsumsi dan penyerapan zat gizi. Penelitian

menunjukan bahwa masalah gizi pada usia lanjut sebagian besar

mempunyai masalah gizi berlebih dan kegemukan/obesitas yang

memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk diabetes melitus.


(35)
(35)

Setelah diberikan intervensi senam kaki, terjadi peningkatan

sensitivitas kaki pada kedua subjek yaitu subjek I pada kaki kanan 3

(normal) dan kaki kiri 3 (normal) dengan jumlah peningkatan 2 pada

76
kaki kanan dan 1 pada kaki kiri. subjek II pada kaki kanan 3

(normal) dan kaki kiri 3 (normal) dengan jumlah peningkatan 1 pada

kaki kanan dan 1 pada kaki kiri. Terdapat perbedaan jumlah

penurunan dari kedua subjek yang dipengaruhi oleh bedanya jenis

makanan yang dikonsumsi dan ketepatan gerakana pada olahraga

senam kaki. Jenis makanan yang dikonsunsi dapat mempengaruhi

naiknya kadar gula darah sebagai akibat dari makanan yang tinggi

energi atau kaya karbohidrat dan serat yang rendah dapat

mengganggu stimulasi sel-sel beta pankreas dalam memproduksi


(35)
insulin, (35) makanan yang mengandung banyak energi yang

masuk ke dalam tubuh tersebut seharusnya digunakan untuk berolah

raga sehingga tidak menumpuk di dalam tubuh dan menyebabkan


(31)
obesitas yang dapat mengganggu kerja reseptor insulin. (31)

Subjek I sudah dapat mengontrol asupan makannya dengan

mengurangi makan dan minum manis, serta dapat menggurangi

jumlah karbohidrat yang dikonsumsi, sedangkan pada subjek II

mengatakan bahwa sudah dapat mengontrol asupan makanannya

dengan mengurangi makan tetapi masih belom bisa untuk

mengontrol minum minuman yang manis.

Olahraga yang teratur dapat mengurangi terjadinya resistensi

insulin akibatnya insulin dapat dipergunakan lebih baik oleh sel-sel

tubuh. Perubahan kadar glukosa darah setelah melakukan senam kaki

disebabkan oleh perubahan metabolik yang dipengaruhi oleh lama

77
latihan, berat latihan. Saat senam kaki tubuh memerlukan energi,

sehingga pada otot yang tadinya tidak aktif menjadi aktif, karena

terjadi peningkatan kebutuhan glukosa. Kepekaan ini akan

berlangsung lama, bahkan hingga latihan telah berakhir. Pada latihan

jasmani akan terjadi peningkatan aliran darah, menyebabkan lebih

banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor menjadi lebih aktif

sehingga terjadi peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif

yang pada gilirannya akan mempengaruhi penuruna kadar glukosa


(28)
darah. (28) Proses senam kaki subjek I dilakukan dengan runtut

sesuai urutan, tidak ada langkah yang hilang, sehingga waktu yang

digunakan sesuai dengan prosedur yaitu 15 menit setiap kali

melakukan senam kaki dari hari ke 1 sampai hari ke 6, sedangkan

subjek II juga melakukan dengan runtut sesuai urutan, tidak ada

Langkah yang hilang.

Keluarga subjek I termasuk dalam tipe Nuclear Family atau

keluarga inti karena berada pada satu atap yang terdiri dari suami,
(23)
istri, dan anak. (23) Hubungan dalam keluarga terjalin baik jika

terjadi masalah dalam keluarga mereka selalu menyelesaikan secara

bersama-sama. Peran keluarga subjek I dalam mengatasi masalah

diabetes melitus, keluarga sering mengingatkan subjek I agar

memeriksakan kesehatannya ke Puskesmas tetapi klien tetap tidak

mau untuk memeriksakan penyakitnya, keluarga juga aktif

membantu dalam proses intervensi cara melakukan senam kaki yang

78
benar dan sesuai dengan urutan agar keluarga dapat melakukanya
(27)
sendiri setiap saat. (27)(29) (29) Keluarga subjek I belum bisa

mengungkapkan masalah kesehatan yang dialami anggota

keluarganya dan keluarga subjek I belum dapat mamanfaatkan

fasilitas kesehatan secara aktif, sehingga keluarga subjek I berada

dalam kategori keluarga mandiri tingkat I. (30)(30)

Tipe keluarga subjek II yaitu Extended Family atau keluarga

besar dimana subjek tinggal bersama istri dan cucunya, hubungan

mereka sangat baik cucunya selalu membantu pekerjaan rumah

subjek dan sebaliknya subjek selalu membimbing dan menyayangi


(23)
cucunya. (23) Peran keluarga subjek II dalam mengatasi masalah

diabetes melitus, keluarga sering mengingatkan subjek II agar

memeriksakan kesehatannya ke rumah sakit, subjek II tinggal

bersama istri dan cucunya dimana suaminya jarang di rumah

dikarenakan bekeja, dan sehari-hari subjek tinggal bersama dengan


(27)
cucunya. (27)(29)(29) Cucu subjek mengatakan belum memahami

tentang masalah kesehatan tetapi cucu subjek aktif membantu dalam

proses intervensi cara melakukan senam kaki yang benar dan sesuai

dengan urutan agar keluarga dapat melakukanya sendiri setiap saat.

Keluarga subjek II menerima kedatangan peneliti untuk memberikan

pelayanan kesehatan akan tetapi kelurga subjek II belum bisa

mengungkapkan masalah kesehatan yang dialami anggota

keluarganya dan keluarga subjek II belum dapat memanfaatkan

79
fasilitas kesehatan secara aktif sehingga keluarga subjek II termasuk

dalam kategori keluarga mandiri tingkat I. (30)(30)

d. Keterbatasan Studi Kasus

Dalam melaksanakan studi kasus ini peneliti tidak mengalami

hambatan atau masalah yang menjadi mempersulit penelitian. Subjek

dan peneliti dapat melaksanakan penelitian dengan baik sampai

akhir.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

80
Berdasarkan pembahasan tentang peningkatan sensitivitas kaki pada

penderita diabetes melitus intervensi keperawatan dengan edukasi senam kaki

maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pegukuran sensitivitas kaki sebelum dilakukan pemberian senam kaki

subjek I Pada kaki kanan kategori 1 (sedang) dan kaki kiri kategori 2

(ringan). subjek II Pada kaki kanan kategori 2 (ringan) dan kaki kiri

kategori 2 (ringan)

2. Pegukuran sensitivitas kaki sesudah dilakukan pemberian senam kaki

subjek I Pada kaki kanan kategori 3 (normal) dan kaki kiri kategori 3

(normal). subjek II Pada kaki kanan kategori 3 (normal) dan kaki kiri

kategori 3 (normal)

3. Terdapat peningkatan sensitivitas kaki pada kedua subjek setelah

dilakukan tindakan senam kaki, subjek I terjadi peningkatan sensitivitas

kaki dari kategori 1 (sedang) ke kategori 3 (normal) pada kaki kanan dan

dari kategori 2 (ringan) ke kategori 3 (normal) pada kaki kiri. dan subjek

II terjadi peningkatan sensitivitas kaki dari kategori 2 (ringan) ke

kategori 3 (normal) pada kaki kanan dan dari kategori 2 (ringan) ke

kategori 3 (normal) pada kaki kiri.

B. Saran

1. Bagi Masyarakat :

Penderita diabetes melitus diharapkan dapat mempelajari

menerapkan terapi senam kaki dirumah serta tetap menjaga gaya hidup

sehat dengan berolahraga dan tidak mengkonsumsi makanan cepat saji

81
yang tinggi karbohidrat dan tinggi glukosa agar dapat dirasakan

manfaatnya secara optimal. Keluarga juga diharapkan dapat terlibat aktif

dalam merawat anggota keluarga lainnya yang menderita diabetes

melitus.

2. Bagi Pengembang Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Perawat dapat menjadikan senam kaki sebagai salah satu intervensi

keperawatan dalam manajemen diabetes melitus. Terapi ini dapat

diterapkan pada keluarga dengan diabetes melitus melalui pemberdayaan

keluarga, terapi ini perlu dijadikan SOP saat melaksanakan asuhan

keperawatan keluarga dalam diabetes melitus.

3. Bagi Peneliti Lain

Peneliti yang akan mengangkat kasus tentang terapi senam kaki

disarankan untuk mencari responden yang sesuai dengan kriteria inklusi

dan ekslusi.

DAFTAR PUSTAKA

82
(1)(1)
Kertika Lia & Rantung Jeanny. Keperawatan Keluarga. Jakarta: Yayasan Kita Menulis. 2020

Damhari. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Tn.S Dengan Kasus Diabetes Mellitus
(2)(2)

Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Dekauman Banjarmasin. 2017

Yunianti Ratnasari Nita. Upaya Pemberian Penyuluhan Kesehatan Tentang Diabetes Mellitus
(3)(3)

Dan Senam Kaki Diabetik Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Masyarakat Desa
Kedungringin Wonogiri. 2019 volume 1 No 1. Indonesian Journal Of Community Services

(4)(4)
Decroli, Eva. Diabetes melitus Tipe 2. Padang: Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas. 2019

Kompas.Com Pasien Diabetis Meningkat Selama Pandemi, Indonesia Peringkat 7 Tertinggi Di


(5)(5)

Dunia. 2021

(6)(6)
Anggota IKAPI. Upaya Pencegahan Diabetes Tipe 2 (Pengetahuan Yang Diperlukan Semua
Orang Agar Sehat Dan Terhindar Dari Penyakit Diabetes Tipe 2 dan Penyakit Degeneratif Diabetes
Tipe 2 dan Penyakit Degeneratif lain). Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015

Yunianti Ratnasari Nita. Upaya Pemberian Penyuluhan Kesehatan Tentang Diabetes Mellitus
(3)(3)

Dan Senam Kaki Diabetik Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Masyarakat Desa
Kedungringin Wonogiri. 2019 volume 1 No 1. Indonesian Journal Of Community Services

(6)(6)
Anggota IKAPI. Upaya Pencegahan Diabetes Tipe 2 (Pengetahuan Yang Diperlukan Semua
Orang Agar Sehat Dan Terhindar Dari Penyakit Diabetes Tipe 2 dan Penyakit Degeneratif Diabetes
Tipe 2 dan Penyakit Degeneratif lain). Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015

(7)(7)
SIRANDU. Dinas Kesehatan Kota Semarang Sistem Pelaporan Terpadu Simpus. 2020

(7)(7)
SIRANDU. Dinas Kesehatan Kota Semarang Sistem Pelaporan Terpadu Simpus. 2020

(8)(8)
Wahyu, Tijayanti Leni. Pengaruh Senam Kaki Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Pada
Lansia Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Posyandu Mawar Desa Balerejo Kecamtan Kebonsari
Kabupaten Madiun. 2019

(8)(8)
Wahyu, Tijayanti Leni. Pengaruh Senam Kaki Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Pada
Lansia Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Posyandu Mawar Desa Balerejo Kecamtan Kebonsari
Kabupaten Madiun. 2019

(9)(9)
Harnilawati. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan. Puataka As Salam.
2013

(10)(10)
Paojoh & Imas Yoyoh. Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sensitivitas Kaki Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSU Kabupaten Tangerang. 2019 volume 4 No 1 Universitas
Muhammadiyah Tangerang

(11)(11)
Padila. Buku Ajar: Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika. 2012
(10)(10)
Paojoh & Imas Yoyoh. Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sensitivitas Kaki Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSU Kabupaten Tangerang. 2019 volume 4 No 1 Universitas
Muhammadiyah Tangerang

(10)(10)
Paojoh & Imas Yoyoh. Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sensitivitas Kaki Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSU Kabupaten Tangerang. 2019 volume 4 No 1 Universitas
Muhammadiyah Tangerang

(11)(11)
Padila. Buku Ajar: Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika. 2012

(24)(24)
Angga Apriliana, Adilah. Efektifitas Senam Kaaki Diabetes Mellitus Terhadap Sensitivitas
Kaki Pada Penderita Diabetes Melitus Di Puskesmas Tawangrejo Kota Madiun. 2018

(13)(13)
Zaidin Ali. Penganntar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC. 2010

(13)(13)
Zaidin Ali. Penganntar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC. 2010

(14)(14)
Satriya Pranata DUK. Merawat Penderita Diabetes Melitus. Pertama. Yogyakarta: Pustaka.
2017

(13)(13)
Zaidin Ali. Penganntar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC. 2010

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Penata Laksana Diabetes Melitus Terpadu (Panduan
(15)(15)

Penatalaksanaan Diabetes Melites Bagi Dokter Dan Edukator). Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015

Zaidin Ali. Penganntar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC. 2010


(13)(13)

(16)(16)
Soelistijo SA, dkk. Pedoman Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa Di
Indonesia. 2019

Zaidin Ali. Penganntar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC. 2010


(13)(13)

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Penata Laksana Diabetes Melitus Terpadu (Panduan
(15)(15)

Penatalaksanaan Diabetes Melites Bagi Dokter Dan Edukator). Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015

(13)(13)
Zaidin Ali. Penganntar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC. 2010

(17)(17)
Rimah, Awaludin Mahyudin. Efektifitas Senam Diabetes Terhadap Penurunan Kadar Glukosa
Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbio Jaya.
Keperawatan Abdurrab. 2020, 4 (1): 2-6

(13)(13)
Zaidin Ali. Penganntar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC. 2010

Rimah, Awaludin Mahyudin. Efektifitas Senam Diabetes Terhadap Penurunan Kadar Glukosa
(17)(17)

Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbio Jaya.
Keperawatan Abdurrab. 2020, 4 (1): 2-6
Anggota IKAPI. Upaya Pencegahan Diabetes Tipe 2 (Pengetahuan Yang Diperlukan Semua
(6)(6)

Orang Agar Sehat Dan Terhindar Dari Penyakit Diabetes Tipe 2 dan Penyakit Degeneratif Diabetes
Tipe 2 dan Penyakit Degeneratif lain). Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015

(13)(13)
Zaidin Ali. Penganntar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC. 2010

(13)(13)
Zaidin Ali. Penganntar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC. 2010

(18)(18)
Simatupang R. Pedoman Diet Penderita Biabetes Melitus. Rahman A, editor. Banten: Yayasan
Pendidikan dan Sosial. 2020

(19)(19)
Isnaini N & Ratnasari R. Faktor Resiko Mempengaruhi Kejadian Diabetes Mellitus Tipe Dua.
Journal Kebidanan dan Keperawatan Aisyiyah. 2018, 14 (1): 59-68

Isabela V, dkk. Kapantow BTR Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dan Riwayat Keluarga
(20)(20)

Menderita DM Dengan Kejadian DM Tipe 2 Pada Pasien Rawat Jalan DI Poliklinik Penyakit
Dalam BLU RSUP Prof. Dr. P. Kandou Manado. 2014

(13)(13)
Zaidin Ali. Penganntar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC. 2010

(13)(13)
Zaidin Ali. Penganntar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC. 2010

Trijayanti LW. Pengaruh Senam Kaki Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Posyandu
(22)(22)

Mawar Desa Balerejo Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun. 2019

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Penata Laksana Diabetes Melitus Terpadu (Panduan
(15)(15)

Penatalaksanaan Diabetes Melites Bagi Dokter Dan Edukator). Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015

(23)(23)
I Wayan A.P KN. Empat Pilar Penastalaksanaan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Majority.
2015

(23)(23)
I Wayan A.P KN. Empat Pilar Penastalaksanaan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Majority.
2015

Harnilawati. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan. Puataka As Salam.
(9)(9)

2013

Paojoh & Imas Yoyoh. Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sensitivitas Kaki Pada Pasien Diabetes
(10)(10)

Melitus Tipe 2 Di RSU Kabupaten Tangerang. 2019 volume 4 No 1 Universitas Muhammadiyah


Tangerang

I Wayan A.P KN. Empat Pilar Penastalaksanaan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Majority.
(23)(23)

2015

I Wayan A.P KN. Empat Pilar Penastalaksanaan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Majority.
(23)(23)

2015
I Wayan A.P KN. Empat Pilar Penastalaksanaan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Majority.
(23)(23)

2015

I Wayan A.P KN. Empat Pilar Penastalaksanaan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Majority.
(23)(23)

2015

I Wayan A.P KN. Empat Pilar Penastalaksanaan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Majority.
(23)(23)

2015

I Wayan A.P KN. Empat Pilar Penastalaksanaan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Majority.
(23)(23)

2015

(25)(25)
Siyuto, Sandu & Ali Sodik. Dasar Metodologi Penelitian: Literasi Media Publishing. 2015

(26)(26)
Agung Utomo Jefri. Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sirkulasi Darah Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Di Praktik Klinik dr. Siti Fatma, Sp.PD. Madiun. 2017
(35) (35)
Infodatin. Situasi Lanjut Usia (LANSIA) di Indonesia. Drug Ther Bull. 2016;10(16):63–4

Simatupang R. Pedoman Diet Penderita Diabetes Melitus. Rahman A, editor. Banten: Yayasan
(32)(32)

Pendidikan dan Sosial; 2020

Simatupang R. Pedoman Diet Penderita Diabetes Melitus. Rahman A, editor. Banten: Yayasan
(32)(32)

Pendidikan dan Sosial; 2020

Anggota IKAPI. Upaya Pencegahan Diabetes Tipe 2 (Pengetahuan Yang Diperlukan Semua
(6)(6)

Orang Agar Sehat Dan Terhindar Dari Penyakit Diabetes Tipe 2 dan Penyakit Degeneratif Diabetes
Tipe 2 dan Penyakit Degeneratif lain). Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015

Satriya Pranata DUK. Merawat Penderita Diabetes Melitus. Pertama. Yoyakarta: Pustaka
(31)(31)

Panasea; 2017. 32–37

Satriya Pranata DUK. Merawat Penderita Diabetes Melitus. Pertama. Yoyakarta: Pustaka
(31)(31)

Panasea; 2017. 32–37


(34)(34)
Musdalifah, Nugroho PS. Hubungan Jeis Kelamin dan Tingkat Ekonomi dengan Kejadian
Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran Kota Samarinda Tahun 2019. Borneo
Student Res [Internet]. 2019;1(1):1–5. Available from:
http://journals.umkt.ac.id/index.php/bsr/article/view/479
(33)(33)
Isabella V. Mamangkey, Nova H. Kapantow BTR. Hubungan Antara Tingkat Pendidikaan Dan
Riwayat Keluarga Menderita DM Dengan Kejadian DM Tipe 2 Pada Pasien Rawat Jalan Di
Polikliik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof. Dr. D. Kandou Manado. 2014
(31)(31)
Satriya Pranata DUK. Merawat Penderita Diabetes Melitus. Pertama. Yoyakarta: Pustaka
Panasea; 2017. 32–37

Nuraeni IPDA. Pengarh Senam Kaki Pengaruh Senam Kaki Diabet Terhadap Penurunan Kadar
(28)(28)

Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Type II. 2018;(20).


(35)(35)
Faizal Y. Kadar Gula Darah. 2017;

(35)(35)
Faizal Y. Kadar Gula Darah. 2017;

Satriya Pranata DUK. Merawat Penderita Diabetes Melitus. Pertama. Yoyakarta: Pustaka
(31)(31)

Panasea; 2017. 32–37

Nuraeni IPDA. Pengarh Senam Kaki Pengaruh Senam Kaki Diabet Terhadap Penurunan Kadar
(28)(28)

Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Type II. 2018;(20).

(23)(23)
Zaidin Ali. Pengantar Keperawatan Keluarga. Fruriolina Ariani, editor. Jakarta: EGC; 2010.

Harnilawati. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan: Pustaka As Salam;
(27)(27)

2013.

(29) (29)
Padila. Buku ajar: Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika; 2012.

Irma Suswati, Febri Endra Budi Setiawan, Yoyok Bekti Prasetyo AT. Interprofessional
(30)(30)

Education (IPE) Panduan Tutorial dan Homevisit Kesehatan Keluarga. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang; 2018.

(23)(23)
Zaidin Ali. Pengantar Keperawatan Keluarga. Fruriolina Ariani, editor. Jakarta: EGC; 2010.

Harnilawati. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan: Pustaka As Salam;
(27)(27)

2013.

(29)(29)
Padila. Buku ajar: Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika; 2012.

Irma Suswati, Febri Endra Budi Setiawan, Yoyok Bekti Prasetyo AT. Interprofessional
(30)(30)

Education (IPE) Panduan Tutorial dan Homevisit Kesehatan Keluarga. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang; 2018.

Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN
Nama : Dian Puspita Sari
NIM : 20101440119036
Judul Penelitian : Penerapan Senam Kaki Untuk Sensitivitas Kaki Pada Keluarga Dengan
Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Srondol Semarang
Dosen Pembimbing : Ns.Novita Wulan Sari , M.Kep
Kegiatan Tanggal

Peminatan KTI 8-20 November 2021

Penyusunan Proposal KTI 3-29 Januari 2022

Ujian Dan Revisi Proposal 31 Januari – 2 April 2022

Pengurusan Ethical Clearence 31 Januari – 2 April 2022

Pengambilan Kasus KTI 4 – 16 April 2022

Penyusunan KTI 18 April – 14 Mei 2022

Ujian Dan Revisi KTI 16 Mei – 11 Juni 2022

Yudisium 24 Juni 2022

Lampiran 2

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN (PSP)

1. Kami adalah Peneliti berasal dari Stikes Kesdam IV/Diponerogo Program Studi DIII Keperawat
an Semarang, dengan ini meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian b
erjudul “Penerapan Senam Kaki Untuk Meningkatkan Sensitivitas Kaki Pada Klien Dengan
Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 Di Keluarga Wilayah Puskesmas Srondol Semarang”
2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini yaitu untuk menerapkan intervensi keperawatan dengan te
rapi senam kaki pada klien dengan diabetes melitus tipe 2 untuk meningkatkan sensitivitas kaki.
Penelitian ini berlangsung selama 1 minggu.
3. Prosedur pengambilan bahan data dengan wawancara terpimpin menggunakan pedoman wawan
cara yang akan berlangsung selama 15 menit. Melakukan terapi 6 kali pertemuan berturut-turut
selama 15 menit setiap pertemuan.
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian ini adalah anda turut te
rlibat aktif dalam perkembangan / tindakan yang diberikan.
5. Nama dan identitas anda beserta seluruh informasi yang anda sampaikan akan tetap terjaga kera
hasiannya.
Jika saudara membutuhkan informasi sesungguhnya dengan penelitian ini silahkan menghubungi pe
neliti pada nomor HP 0895416078647

Lampiran 3

INFORMED CONCENT

(Persetujuan menjadi Partisipan)

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapatkan penjelasan
secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh Dian Puspita Sari
dengan judul “PENERAPAN SENAM KAKI UNTUK MENINGKATKAN SENSITIVITAS
KAKI PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELITUS (DM) TIPE 2 DI KELUARGA
WILAYAH PUSKESMAS SRONDOL SEMARANG “
Saya memutuskan untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela tanpa paksaan. Bila
selama penelitian ini saya menginginkan mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan
sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.
Semarang,……2022

Saksi Yang memberi persetujuan

(………….) (……………….)
Peneliti

Dian Puspita Sari


20101440119036

Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI
PENILAIAN SENSITIVITAS KAKI

Penerapan Senam Kaki Untuk Meningkatkan Sensitivitas Kaki Pada Klien Dengan Diabetes
Melitus (DM) Tipe 2 Di Keluarga Wilayah Puskesmas Srondol Semarang

PETUNJUK PENILAIAN SENSITIVITAS KAKI:

1. Nilai 0 tidak ada respon sensitivitas


2. Nilai 1 sensitivitas dinilai menggunakan jarum ada respon
3. Nilai 2 sensitivitas di nilai menggunakan sikat ada respon
4. Nilai 3 sensitivitas di nilai menggunakan kapas ada respon

Nama Subjek: Subjek I

Pada Kaki Kanan


Hari Dilakukan
Tanggal
ke Sebelum Sesudah
1 16 Juni 2022 1 1
2 17 Juni 2022 1 2
3 18 Juni 2022 2 2
4 19 Juni 2022 2 2
5 20 Juni 2022 2 3
6 21 Juni 2022 3 3

LEMBAR OBSERVASI
PENILAIAN SENSITIVITAS KAKI

Penerapan Senam Kaki Untuk Meningkatkan Sensitivitas Kaki Pada Klien Dengan Diabetes
Melitus (DM) Tipe 2 Di Keluarga Wilayah Puskesmas Srondol Semarang

PETUNJUK PENILAIAN SENSITIVITAS KAKI:

1. Nilai 0 tidak ada respon sensitivitas


2. Nilai 1 sensitivitas dinilai menggunakan jarum ada respon
3. Nilai 2 sensitivitas di nilai menggunakan sikat ada respon
4. Nilai 3 sensitivitas di nilai menggunakan kapas ada respon

Nama Subjek: Subjek I

Pada Kaki Kiri


Hari Dilakukan
Tanggal
ke Sebelum Sesudah
1 16 Juni 2022 2 2
2 17 Juni 2022 2 2
3 18 Juni 2022 2 2
4 19 Juni 2022 2 3
5 20 Juni 2022 3 3
6 21 Juni 2022 3 3

LEMBAR OBSERVASI
PENILAIAN SENSITIVITAS KAKI

Penerapan Senam Kaki Untuk Meningkatkan Sensitivitas Kaki Pada Klien Dengan Diabetes
Melitus (DM) Tipe 2 Di Keluarga Wilayah Puskesmas Srondol Semarang

PETUNJUK PENILAIAN SENSITIVITAS KAKI:

1. Nilai 0 tidak ada respon sensitivitas


2. Nilai 1 sensitivitas dinilai menggunakan jarum ada respon
3. Nilai 2 sensitivitas di nilai menggunakan sikat ada respon
4. Nilai 3 sensitivitas di nilai menggunakan kapas ada respon

Nama Subjek: Subjek II

Pada Kaki Kanan


Hari Dilakukan
Tanggal
ke Sebelum Sesudah
1 16 Juni 2022 2 2
2 17 Juni 2022 2 2
3 18 Juni 2022 2 3
4 19 Juni 2022 3 3
5 20 Juni 2022 3 3
6 21 Juni 2022 3 3

LEMBAR OBSERVASI
PENILAIAN SENSITIVITAS KAKI

Penerapan Senam Kaki Untuk Meningkatkan Sensitivitas Kaki Pada Klien Dengan Diabetes
Melitus (DM) Tipe 2 Di Keluarga Wilayah Puskesmas Srondol Semarang

PETUNJUK PENILAIAN SENSITIVITAS KAKI:

1. Nilai 0 tidak ada respon sensitivitas


2. Nilai 1 sensitivitas dinilai menggunakan jarum ada respon
3. Nilai 2 sensitivitas di nilai menggunakan sikat ada respon
4. Nilai 3 sensitivitas di nilai menggunakan kapas ada respon

Nama Subjek: Subjek II

Pada Kaki Kiri


Hari Dilakukan
Tanggal
ke Sebelum Sesudah
1 16 Juni 2022 2 2
2 17 Juni 2022 2 2
3 18 Juni 2022 2 2
4 19 Juni 2022 2 3
5 20 Juni 2022 3 3
6 21 Juni 2022 3 3

Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI

SENAM KAKI DIABETES MELITUS

Penerapan Senam Kaki Untuk Meningkatkan Tingkat Sensitivitas kaki Pada Penderita Diabetes

Melitus Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Tlogosari Serondol

PETUNJUK PENILAIAN KETEPATAN SENAM KAKI DIABETES

MELITUS:

Beri tanda (√) pada YA apabila langkah-langkah dilakukan

Beri tanda (√) pada TIDAK apabila langkah-langkah tidak dilakukan

Tambahkan pada keterangan apabila langkah-langkah dilakukan tidak sesuai urutan Skor ditulis
oleh peneliti

Nama Subjek : Subjek I


Hari ke :1

Urutan Langkah-langkah Dilakukan


Ya Tidak
1 pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh 
lantai

2 Letakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki 


diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali ke bawah
seperti cakar ayam sebanyak 10kali. Pada posisi tidur, jari-
jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan
kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

3 Letakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak 


kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di
lantai dengan tumit kakidiangkatkan ke atas. Dilakukan
pada kaki kiri dan kanan secara bergantiandan diulangi
sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, menggerakkan jari dan
tumit kaki secara bergantian antara kaki kiri dan kaki
kanan sebanyak 10 kali.

4 Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki 


diangkat ke atas dan buatgerakan memutar dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada
posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan
memutardengan pergerakkan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali.

5 Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat 


gerakan memutardengan pergerakkan pada pergelangan
kaki sebanyak 10 kali. Pada posisitidur kaki harus diangkat
sedikit agar dapat melakukan gerakan memutarpada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

6 Kemudian angkat salah satu kaki, dan luruskan. Lalu 


gerakan jari-jari kaki kedepan kemudian turunkan kembali
secara bergantian kekiri dan kanan. Ulangi gerakan ini
sebanyak 10 kali

7 Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk koran itu menjadi 


seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka
bola itu menjadi lembaran seperti semula

Subjek melakukan senam kaki, dengan jumlah skor yang dilakukan 7


LEMBAR OBSERVASI

SENAM KAKI DIABETES MELITUS

Penerapan Senam Kaki Untuk Meningkatkan Tingkat Sensitivitas kaki Pada Penderita Diabetes

Melitus Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Tlogosari Serondol

PETUNJUK PENILAIAN KETEPATAN SENAM KAKI DIABETES

MELITUS:

Beri tanda (√) pada YA apabila langkah-langkah dilakukan

Beri tanda (√) pada TIDAK apabila langkah-langkah tidak dilakukan

Tambahkan pada keterangan apabila langkah-langkah dilakukan tidak sesuai urutan Skor ditulis
oleh peneliti

Nama Subjek : Subjek I

Hari ke :2
Urutan Langkah-langkah Dilakukan
Ya Tidak
1 pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh 
lantai

2 Letakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki 


diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali ke bawah
seperti cakar ayam sebanyak 10kali. Pada posisi tidur, jari-
jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan
kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

3 Letakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak 


kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di
lantai dengan tumit kakidiangkatkan ke atas. Dilakukan
pada kaki kiri dan kanan secara bergantiandan diulangi
sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, menggerakkan jari dan
tumit kaki secara bergantian antara kaki kiri dan kaki
kanan sebanyak 10 kali.

4 Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki 


diangkat ke atas dan buatgerakan memutar dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada
posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan
memutardengan pergerakkan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali.

5 Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat 


gerakan memutardengan pergerakkan pada pergelangan
kaki sebanyak 10 kali. Pada posisitidur kaki harus diangkat
sedikit agar dapat melakukan gerakan memutarpada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

6 Kemudian angkat salah satu kaki, dan luruskan. Lalu 


gerakan jari-jari kaki kedepan kemudian turunkan kembali
secara bergantian kekiri dan kanan. Ulangi gerakan ini
sebanyak 10 kali

7 Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk koran itu menjadi 


seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka
bola itu menjadi lembaran seperti semula

Subjek melakukan senam kaki, dengan jumlah skor yang dilakukan 7


LEMBAR OBSERVASI

SENAM KAKI DIABETES MELITUS

Penerapan Senam Kaki Untuk Meningkatkan Tingkat Sensitivitas kaki Pada Penderita Diabetes

Melitus Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Tlogosari Serondol

PETUNJUK PENILAIAN KETEPATAN SENAM KAKI DIABETES

MELITUS:

Beri tanda (√) pada YA apabila langkah-langkah dilakukan

Beri tanda (√) pada TIDAK apabila langkah-langkah tidak dilakukan

Tambahkan pada keterangan apabila langkah-langkah dilakukan tidak sesuai urutan Skor ditulis
oleh peneliti

Nama Subjek : Subjek I

Hari ke :3
Urutan Langkah-langkah Dilakukan
Ya Tidak
1 pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh 
lantai

2 Letakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki 


diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali ke bawah
seperti cakar ayam sebanyak 10kali. Pada posisi tidur, jari-
jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan
kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

3 Letakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak 


kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di
lantai dengan tumit kakidiangkatkan ke atas. Dilakukan
pada kaki kiri dan kanan secara bergantiandan diulangi
sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, menggerakkan jari dan
tumit kaki secara bergantian antara kaki kiri dan kaki
kanan sebanyak 10 kali.

4 Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki 


diangkat ke atas dan buatgerakan memutar dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada
posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan
memutardengan pergerakkan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali.

5 Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat 


gerakan memutardengan pergerakkan pada pergelangan
kaki sebanyak 10 kali. Pada posisitidur kaki harus diangkat
sedikit agar dapat melakukan gerakan memutarpada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

6 Kemudian angkat salah satu kaki, dan luruskan. Lalu 


gerakan jari-jari kaki kedepan kemudian turunkan kembali
secara bergantian kekiri dan kanan. Ulangi gerakan ini
sebanyak 10 kali

7 Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk koran itu menjadi 


seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka
bola itu menjadi lembaran seperti semula

Subjek melakukan senam kaki, dengan jumlah skor yang dilakukan 7


LEMBAR OBSERVASI

SENAM KAKI DIABETES MELITUS

Penerapan Senam Kaki Untuk Meningkatkan Tingkat Sensitivitas kaki Pada Penderita Diabetes

Melitus Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Tlogosari Serondol

PETUNJUK PENILAIAN KETEPATAN SENAM KAKI DIABETES

MELITUS:

Beri tanda (√) pada YA apabila langkah-langkah dilakukan

Beri tanda (√) pada TIDAK apabila langkah-langkah tidak dilakukan

Tambahkan pada keterangan apabila langkah-langkah dilakukan tidak sesuai urutan Skor ditulis
oleh peneliti

Nama Subjek : Subjek I

Hari ke :4
Urutan Langkah-langkah Dilakukan
Ya Tidak
1 pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh 
lantai

2 Letakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki 


diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali ke bawah
seperti cakar ayam sebanyak 10kali. Pada posisi tidur, jari-
jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan
kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

3 Letakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak 


kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di
lantai dengan tumit kakidiangkatkan ke atas. Dilakukan
pada kaki kiri dan kanan secara bergantiandan diulangi
sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, menggerakkan jari dan
tumit kaki secara bergantian antara kaki kiri dan kaki
kanan sebanyak 10 kali.

4 Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki 


diangkat ke atas dan buatgerakan memutar dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada
posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan
memutardengan pergerakkan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali.

5 Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat 


gerakan memutardengan pergerakkan pada pergelangan
kaki sebanyak 10 kali. Pada posisitidur kaki harus diangkat
sedikit agar dapat melakukan gerakan memutarpada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

6 Kemudian angkat salah satu kaki, dan luruskan. Lalu 


gerakan jari-jari kaki kedepan kemudian turunkan kembali
secara bergantian kekiri dan kanan. Ulangi gerakan ini
sebanyak 10 kali

7 Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk koran itu menjadi 


seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka
bola itu menjadi lembaran seperti semula

Subjek melakukan senam kaki, dengan jumlah skor yang dilakukan 7


LEMBAR OBSERVASI

SENAM KAKI DIABETES MELITUS

Penerapan Senam Kaki Untuk Meningkatkan Tingkat Sensitivitas kaki Pada Penderita Diabetes

Melitus Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Tlogosari Serondol

PETUNJUK PENILAIAN KETEPATAN SENAM KAKI DIABETES

MELITUS:

Beri tanda (√) pada YA apabila langkah-langkah dilakukan

Beri tanda (√) pada TIDAK apabila langkah-langkah tidak dilakukan

Tambahkan pada keterangan apabila langkah-langkah dilakukan tidak sesuai urutan Skor ditulis
oleh peneliti

Nama Subjek : Subjek I

Hari ke :5
Urutan Langkah-langkah Dilakukan
Ya Tidak
1 pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh 
lantai

2 Letakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki 


diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali ke bawah
seperti cakar ayam sebanyak 10kali. Pada posisi tidur, jari-
jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan
kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

3 Letakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak 


kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di
lantai dengan tumit kakidiangkatkan ke atas. Dilakukan
pada kaki kiri dan kanan secara bergantiandan diulangi
sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, menggerakkan jari dan
tumit kaki secara bergantian antara kaki kiri dan kaki
kanan sebanyak 10 kali.

4 Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki 


diangkat ke atas dan buatgerakan memutar dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada
posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan
memutardengan pergerakkan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali.

5 Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat 


gerakan memutardengan pergerakkan pada pergelangan
kaki sebanyak 10 kali. Pada posisitidur kaki harus diangkat
sedikit agar dapat melakukan gerakan memutarpada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

6 Kemudian angkat salah satu kaki, dan luruskan. Lalu 


gerakan jari-jari kaki kedepan kemudian turunkan kembali
secara bergantian kekiri dan kanan. Ulangi gerakan ini
sebanyak 10 kali

7 Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk koran itu menjadi 


seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka
bola itu menjadi lembaran seperti semula

Subjek melakukan senam kaki, dengan jumlah skor yang dilakukan 7


LEMBAR OBSERVASI

SENAM KAKI DIABETES MELITUS

Penerapan Senam Kaki Untuk Meningkatkan Tingkat Sensitivitas kaki Pada Penderita Diabetes

Melitus Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Tlogosari Serondol

PETUNJUK PENILAIAN KETEPATAN SENAM KAKI DIABETES

MELITUS:

Beri tanda (√) pada YA apabila langkah-langkah dilakukan

Beri tanda (√) pada TIDAK apabila langkah-langkah tidak dilakukan

Tambahkan pada keterangan apabila langkah-langkah dilakukan tidak sesuai urutan Skor ditulis
oleh peneliti

Nama Subjek : Subjek I

Hari ke :6
Urutan Langkah-langkah Dilakukan
Ya Tidak
1 pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh 
lantai

2 Letakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki 


diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali ke bawah
seperti cakar ayam sebanyak 10kali. Pada posisi tidur, jari-
jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan
kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

3 Letakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak 


kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di
lantai dengan tumit kakidiangkatkan ke atas. Dilakukan
pada kaki kiri dan kanan secara bergantiandan diulangi
sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, menggerakkan jari dan
tumit kaki secara bergantian antara kaki kiri dan kaki
kanan sebanyak 10 kali.

4 Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki 


diangkat ke atas dan buatgerakan memutar dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada
posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan
memutardengan pergerakkan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali.

5 Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat 


gerakan memutardengan pergerakkan pada pergelangan
kaki sebanyak 10 kali. Pada posisitidur kaki harus diangkat
sedikit agar dapat melakukan gerakan memutarpada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

6 Kemudian angkat salah satu kaki, dan luruskan. Lalu 


gerakan jari-jari kaki kedepan kemudian turunkan kembali
secara bergantian kekiri dan kanan. Ulangi gerakan ini
sebanyak 10 kali

7 Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk koran itu menjadi 


seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka
bola itu menjadi lembaran seperti semula

Subjek melakukan senam kaki, dengan jumlah skor yang dilakukan 7


LEMBAR OBSERVASI

SENAM KAKI DIABETES MELITUS

Penerapan Senam Kaki Untuk Meningkatkan Tingkat Sensitivitas kaki Pada Penderita Diabetes

Melitus Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Tlogosari Serondol

PETUNJUK PENILAIAN KETEPATAN SENAM KAKI DIABETES

MELITUS:

Beri tanda (√) pada YA apabila langkah-langkah dilakukan

Beri tanda (√) pada TIDAK apabila langkah-langkah tidak dilakukan

Tambahkan pada keterangan apabila langkah-langkah dilakukan tidak sesuai urutan Skor ditulis
oleh peneliti

Nama Subjek : Subjek II

Hari ke :1
Urutan Langkah-langkah Dilakukan
Ya Tidak
1 pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh 
lantai

2 Letakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki 


diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali ke bawah
seperti cakar ayam sebanyak 10kali. Pada posisi tidur, jari-
jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan
kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

3 Letakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak 


kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di
lantai dengan tumit kakidiangkatkan ke atas. Dilakukan
pada kaki kiri dan kanan secara bergantiandan diulangi
sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, menggerakkan jari dan
tumit kaki secara bergantian antara kaki kiri dan kaki
kanan sebanyak 10 kali.

4 Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki 


diangkat ke atas dan buatgerakan memutar dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada
posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan
memutardengan pergerakkan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali.

5 Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat 


gerakan memutardengan pergerakkan pada pergelangan
kaki sebanyak 10 kali. Pada posisitidur kaki harus diangkat
sedikit agar dapat melakukan gerakan memutarpada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

6 Kemudian angkat salah satu kaki, dan luruskan. Lalu 


gerakan jari-jari kaki kedepan kemudian turunkan kembali
secara bergantian kekiri dan kanan. Ulangi gerakan ini
sebanyak 10 kali

7 Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk koran itu menjadi 


seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka
bola itu menjadi lembaran seperti semula

Subjek melakukan senam kaki, dengan jumlah skor yang dilakukan 7


LEMBAR OBSERVASI

SENAM KAKI DIABETES MELITUS

Penerapan Senam Kaki Untuk Meningkatkan Tingkat Sensitivitas kaki Pada Penderita Diabetes

Melitus Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Tlogosari Serondol

PETUNJUK PENILAIAN KETEPATAN SENAM KAKI DIABETES

MELITUS:

Beri tanda (√) pada YA apabila langkah-langkah dilakukan

Beri tanda (√) pada TIDAK apabila langkah-langkah tidak dilakukan

Tambahkan pada keterangan apabila langkah-langkah dilakukan tidak sesuai urutan Skor ditulis
oleh peneliti

Nama Subjek : Subjek II

Hari ke :2
Urutan Langkah-langkah Dilakukan
Ya Tidak
1 pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh 
lantai

2 Letakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki 


diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali ke bawah
seperti cakar ayam sebanyak 10kali. Pada posisi tidur, jari-
jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan
kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

3 Letakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak 


kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di
lantai dengan tumit kakidiangkatkan ke atas. Dilakukan
pada kaki kiri dan kanan secara bergantiandan diulangi
sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, menggerakkan jari dan
tumit kaki secara bergantian antara kaki kiri dan kaki
kanan sebanyak 10 kali.

4 Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki 


diangkat ke atas dan buatgerakan memutar dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada
posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan
memutardengan pergerakkan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali.

5 Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat 


gerakan memutardengan pergerakkan pada pergelangan
kaki sebanyak 10 kali. Pada posisitidur kaki harus diangkat
sedikit agar dapat melakukan gerakan memutarpada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

6 Kemudian angkat salah satu kaki, dan luruskan. Lalu 


gerakan jari-jari kaki kedepan kemudian turunkan kembali
secara bergantian kekiri dan kanan. Ulangi gerakan ini
sebanyak 10 kali

7 Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk koran itu menjadi 


seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka
bola itu menjadi lembaran seperti semula

Subjek melakukan senam kaki, dengan jumlah skor yang dilakukan 7


LEMBAR OBSERVASI

SENAM KAKI DIABETES MELITUS

Penerapan Senam Kaki Untuk Meningkatkan Tingkat Sensitivitas kaki Pada Penderita Diabetes

Melitus Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Tlogosari Serondol

PETUNJUK PENILAIAN KETEPATAN SENAM KAKI DIABETES

MELITUS:

Beri tanda (√) pada YA apabila langkah-langkah dilakukan

Beri tanda (√) pada TIDAK apabila langkah-langkah tidak dilakukan

Tambahkan pada keterangan apabila langkah-langkah dilakukan tidak sesuai urutan Skor ditulis
oleh peneliti

Nama Subjek : Subjek II

Hari ke :3
Urutan Langkah-langkah Dilakukan
Ya Tidak
1 pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh 
lantai

2 Letakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki 


diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali ke bawah
seperti cakar ayam sebanyak 10kali. Pada posisi tidur, jari-
jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan
kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

3 Letakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak 


kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di
lantai dengan tumit kakidiangkatkan ke atas. Dilakukan
pada kaki kiri dan kanan secara bergantiandan diulangi
sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, menggerakkan jari dan
tumit kaki secara bergantian antara kaki kiri dan kaki
kanan sebanyak 10 kali.

4 Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki 


diangkat ke atas dan buatgerakan memutar dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada
posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan
memutardengan pergerakkan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali.

5 Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat 


gerakan memutardengan pergerakkan pada pergelangan
kaki sebanyak 10 kali. Pada posisitidur kaki harus diangkat
sedikit agar dapat melakukan gerakan memutarpada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

6 Kemudian angkat salah satu kaki, dan luruskan. Lalu 


gerakan jari-jari kaki kedepan kemudian turunkan kembali
secara bergantian kekiri dan kanan. Ulangi gerakan ini
sebanyak 10 kali

7 Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk koran itu menjadi 


seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka
bola itu menjadi lembaran seperti semula

Subjek melakukan senam kaki, dengan jumlah skor yang dilakukan 7


LEMBAR OBSERVASI

SENAM KAKI DIABETES MELITUS

Penerapan Senam Kaki Untuk Meningkatkan Tingkat Sensitivitas kaki Pada Penderita Diabetes

Melitus Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Tlogosari Serondol

PETUNJUK PENILAIAN KETEPATAN SENAM KAKI DIABETES

MELITUS:

Beri tanda (√) pada YA apabila langkah-langkah dilakukan

Beri tanda (√) pada TIDAK apabila langkah-langkah tidak dilakukan

Tambahkan pada keterangan apabila langkah-langkah dilakukan tidak sesuai urutan Skor ditulis
oleh peneliti

Nama Subjek : Subjek II

Hari ke :4
Urutan Langkah-langkah Dilakukan
Ya Tidak
1 pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh 
lantai

2 Letakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki 


diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali ke bawah
seperti cakar ayam sebanyak 10kali. Pada posisi tidur, jari-
jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan
kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

3 Letakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak 


kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di
lantai dengan tumit kakidiangkatkan ke atas. Dilakukan
pada kaki kiri dan kanan secara bergantiandan diulangi
sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, menggerakkan jari dan
tumit kaki secara bergantian antara kaki kiri dan kaki
kanan sebanyak 10 kali.

4 Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki 


diangkat ke atas dan buatgerakan memutar dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada
posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan
memutardengan pergerakkan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali.

5 Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat 


gerakan memutardengan pergerakkan pada pergelangan
kaki sebanyak 10 kali. Pada posisitidur kaki harus diangkat
sedikit agar dapat melakukan gerakan memutarpada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

6 Kemudian angkat salah satu kaki, dan luruskan. Lalu 


gerakan jari-jari kaki kedepan kemudian turunkan kembali
secara bergantian kekiri dan kanan. Ulangi gerakan ini
sebanyak 10 kali

7 Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk koran itu menjadi 


seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka
bola itu menjadi lembaran seperti semula

Subjek melakukan senam kaki, dengan jumlah skor yang dilakukan 7


LEMBAR OBSERVASI

SENAM KAKI DIABETES MELITUS

Penerapan Senam Kaki Untuk Meningkatkan Tingkat Sensitivitas kaki Pada Penderita Diabetes

Melitus Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Tlogosari Serondol

PETUNJUK PENILAIAN KETEPATAN SENAM KAKI DIABETES

MELITUS:

Beri tanda (√) pada YA apabila langkah-langkah dilakukan

Beri tanda (√) pada TIDAK apabila langkah-langkah tidak dilakukan

Tambahkan pada keterangan apabila langkah-langkah dilakukan tidak sesuai urutan Skor ditulis
oleh peneliti

Nama Subjek : Subjek II

Hari ke :5
Urutan Langkah-langkah Dilakukan
Ya Tidak
1 pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh 
lantai

2 Letakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki 


diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali ke bawah
seperti cakar ayam sebanyak 10kali. Pada posisi tidur, jari-
jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan
kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

3 Letakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak 


kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di
lantai dengan tumit kakidiangkatkan ke atas. Dilakukan
pada kaki kiri dan kanan secara bergantiandan diulangi
sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, menggerakkan jari dan
tumit kaki secara bergantian antara kaki kiri dan kaki
kanan sebanyak 10 kali.

4 Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki 


diangkat ke atas dan buatgerakan memutar dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada
posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan
memutardengan pergerakkan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali.

5 Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat 


gerakan memutardengan pergerakkan pada pergelangan
kaki sebanyak 10 kali. Pada posisitidur kaki harus diangkat
sedikit agar dapat melakukan gerakan memutarpada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

6 Kemudian angkat salah satu kaki, dan luruskan. Lalu 


gerakan jari-jari kaki kedepan kemudian turunkan kembali
secara bergantian kekiri dan kanan. Ulangi gerakan ini
sebanyak 10 kali

7 Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk koran itu menjadi 


seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka
bola itu menjadi lembaran seperti semula

Subjek melakukan senam kaki, dengan jumlah skor yang dilakukan 7


LEMBAR OBSERVASI

SENAM KAKI DIABETES MELITUS

Penerapan Senam Kaki Untuk Meningkatkan Tingkat Sensitivitas kaki Pada Penderita Diabetes

Melitus Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Tlogosari Serondol

PETUNJUK PENILAIAN KETEPATAN SENAM KAKI DIABETES

MELITUS:

Beri tanda (√) pada YA apabila langkah-langkah dilakukan

Beri tanda (√) pada TIDAK apabila langkah-langkah tidak dilakukan

Tambahkan pada keterangan apabila langkah-langkah dilakukan tidak sesuai urutan Skor ditulis
oleh peneliti

Nama Subjek : Subjek II

Hari ke :6
Urutan Langkah-langkah Dilakukan
Ya Tidak
1 pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh 
lantai

2 Letakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki 


diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali ke bawah
seperti cakar ayam sebanyak 10kali. Pada posisi tidur, jari-
jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan
kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

3 Letakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak 


kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di
lantai dengan tumit kakidiangkatkan ke atas. Dilakukan
pada kaki kiri dan kanan secara bergantiandan diulangi
sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, menggerakkan jari dan
tumit kaki secara bergantian antara kaki kiri dan kaki
kanan sebanyak 10 kali.

4 Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki 


diangkat ke atas dan buatgerakan memutar dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada
posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan
memutardengan pergerakkan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali.

5 Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat 


gerakan memutardengan pergerakkan pada pergelangan
kaki sebanyak 10 kali. Pada posisitidur kaki harus diangkat
sedikit agar dapat melakukan gerakan memutarpada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

6 Kemudian angkat salah satu kaki, dan luruskan. Lalu 


gerakan jari-jari kaki kedepan kemudian turunkan kembali
secara bergantian kekiri dan kanan. Ulangi gerakan ini
sebanyak 10 kali

7 Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk koran itu menjadi 


seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka
bola itu menjadi lembaran seperti semula

Subjek melakukan senam kaki, dengan jumlah skor yang dilakukan 7


Lampiran 6
SOP PENGUKURAN
SENSITIVITAS KAKI PADA
PENDERITA DM TIPE 2

Pengertian rangsangan di daerah telapak kaki yang


dipengaruhi oleh saraf dan
menyebabkan beragam masalah yang
disebut neuropati
Tujuan Untuk mengetahui tingkat sensitivitas
kaki
Indikasi dan Kontra Indikasi Indikasi
a. Pengukuran Sensitivitas kaki dapat
diberikan kepada penderita diabetes
mellitus yang mengalami penurunan
sensitivitas kaki.
kontra indikasi
a. Klien mengalami perubahan fungsi
fisiologis seperti dispnea atau nyeri
dada
b. Orang yang depresi, khwatir atau
cemas
Prosedur 1. Persiapan alat : kapas, jarum,
sikat.
2. Persiapan klien : Kontrak topik,
waktu, tempat, dan tujuan
dilaksanakan senam kaki.
3. Persiapan lingkungan :
Ciptakan lingkungan yang
nyaman bagi pasien, jaga
privacy pasien.
4. Pengukuran sensitivitas kaki
dilakukan sebelum dan
sesudah melakukan senam kaki
selama 6 hari.
Pelaksanaan 1. Berikan responden posisi nyaman
dan rileks atau tidak tegang
2. Sampaikan kepada responden
Lampiran 7
SOP PENERAPAN SENAM KAKI
PADA PENDERITA DM TIPE 2

Pengertian Senam Kaki Diabetik Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang
dilakukan oleh pasien diabetes mellitus untuk
mencegah terjadinya luka dan membantu
memperlancar peredaran darah bagian kaki
Tujuan Senam Kaki Diabetik 1. Memperbaiki sirkulasi darah
2. Memperkuat otot-otot kecil
3. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
4. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha
5. Mengatasi keterbatasan gerak sendi
Indikasi dan Kontra Indikasi 1. Indikasi
Senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh
penderita diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2.
Namun sebaiknya diberikan sejak pasien
didiagnosa menderita diabetes mellitus
sebagai tindakan pencegahan dini.
2. Kontra Indikasi
a. Klien mengalami perubahan fungsi
fisiologis seperti dispnue dan nyeri dada
b. Orang yang depresi, khawatir atau cemas
Prosedur 5. Persiapan alat : Kertas Koran 2 lembar,
kursi (jika tindakan dilakukan dalam posisi
duduk).
6. Persiapan klien : Kontrak topik, waktu,
tempat, dan tujuan dilaksanakan senam
kaki.
7. Persiapan lingkungan : Ciptakan
lingkungan yang nyaman bagi pasien, jaga
privacy pasien.
8. Senam kaki ini dilakukan 6 hari berturut-
turut selama 15 menit.
Pelaksanaan
Lampiran 8

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


REPUBLIK INDONESIA
STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG
DIPLOMA III KEPERAWATAN

LEMBAR KONSULTASI

BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : DIAN PUSPITA SARI


JUDUL KTI : “PENERAPAN SENAM KAKI UNTUK MENINGKATKAN
SENSITIVITAS KAKI PADA KLIEN DENGAN DIABETES
MELITUS (DM) TIPE 2 DI KELUARGA WILAYAH
PUSKESMAS SRONDOL SEMARANG”
NIM : 20101440119036

NAMA PEMBIMBING : Ns. NOVITA WULAN SARI, M. Kep.


NO TANGGAL REKOMENDASI PARAF PEMBIMBING
PEMBIMBING
1. 30 Desember 2021 ACC Judul Jurnal

2. 10 Janurai 2022 Konsul BAB I, judul


sesuaikan dengan isi
dan tambah lagi
materinya

3. 13 Januari 2022 Konsul revisi BAB I


dan tambahan BAB II
dan III, revisi perbaiki
kata sambung dan
typo juga tambahan
materi lagi
4 28 Januari 2022 Konsul BAB I, II dan
III, revisi perbaiki
kata typo yg masih
ada dan tambahkan
literatur,
5 04 Februari 2022 Konsul BAB I, II, III
dan
SOP juga Lembar
Observasi dan
kelengkapan lainnya
6 14 Februari 2022 Konsul BAB I, II, III
dan
SOP juga Lembar
Observasi dan
kelengkapan lainnya
7 18 Februari 2022 ACC Proposal
Lampiran 9

DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN

Hari 1
Hari 2

Hari 3

Hari 4

Hari 5
Hari 6

Anda mungkin juga menyukai