OLEH
A RIANSYAH
024230806
MAKASSAR 2023
HALAMAN PENGESAHAN
Telah melaukan ujian Karya Tulis Ilmiah pada tanggal 24 Oktober 2023 di
ruangan Morning Meeting RS Hermina Makassar.
Mengetahui,
Penguji 1 Penguji 2
Disahkan oleh :
Komite Keperawatan
Rumah Sakit Hermina Makassar
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-
Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Ny.“M” dengan Diagnosa CKD”. Dalam menyusun makalah ini
saya juga ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. dr. Sulfikar selaku Direktur Rumah Sakit Hermina yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti diklat.
2. Kak Nia selaku kepala ruang Hemodialisa Rumah Sakit Hermina Makassar
yang telah memberikan masukan dan saran selama di ruangan.
3. Kak Utari Wulandari selaku perawat pembimbing di ruang Hemodialisa
Rumah Sakit Hermina Makassar yang telah memberikan banyak
bimbingan dari teori maupun praktik serta masukan dan arahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
4. Para perawat pendidik yang telah memberikan banyak masukan dan saran.
5. Kakak perawat, dokter dan teman-teman yang berdinas di ruang
Hemodialisa Rumah Sakit Hermina Makassar yang telah memberikan
banyak dukungan dalam penyusunan makalah ini.
A Riansyah, S.Kep.,Ns
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
BAB IV PEMBAHASAN 37
BAB V (PENUTUP 39
iv
A. Kesimpulan ...................................................................................... 39
B. Saran ................................................................................................ 40
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik merupakan suatu masalah kesehatan yang penting,
megagingat prevalensi dan angka kejadiannya semakin meningkat juga pengobatan
pengganti ginjak yang harus dialami olhe penderita gagal ginjal merupakan
pengobatan yang mahal,butuh waktu kesabaran yang harus ditanggung oleh
penderita gagal ginjal dan keluarganya (Harrison,2013). Gagal ginjal kronik
disebabkan oleh berbagai kondisi yang menyebabkan fungsi ginjal menurun,
produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin)
tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap system tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat
(Smeltzer dan Bare, 2011). Penderita gagal ginjal kronik harus melakukan terapi
hemodialisa untuk memperpanjang usia harapan hidup. Kegiatan ini akan
berlangsung terus-menerus sepanjang hidupnya (Smeltzer & Bare.2016). Oleh
karena itu, kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya
pemenuhan/pengobatan gejala fisik,namun juga pentingnya dukungan terhadap
kebutuhan psikologis,sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan
interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan (Dhina,2015).
1
2
dan 53 kasus pada bulan agustus. Dari 23 pasien rutin hemodialisis di RS Hermina
Makassar terdapat 21 pasien CKD yang di sebabkan oleh hipertensi.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan Asuhan keperawatan
Ny.”M” dengan CKD di ruang hemodialisa RS Hermina Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif pada
pasien dengan Diagnosa Medis Gagal Ginjal Kronik di RS Hermina
Makassar.
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Diagnosa
Medis Gagal Ginjal Kronik di RS Hermina Makassar.
c. Mampu menyusun intervensi atau rencana keperawatan pada pasien dengan
Diagnosa Medis Gagal Ginjal Kronik di RS Hermina Makassar.
d. Mampu melaksanaan implementasi atau tindakan keperawatan pada pasien
dengan Diagnosa Medis Gagal Ginjal Kronik RS Hermina Makassar.
e. Mampu mengevaluasi hasil tindakan yang dilaksanakan terhadap tindakan
pada pasien dengan Diagnosa Medis Gagal Ginjal Kronik di RS Hermina
Makassar.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Asuhan Medis (PPK)
1. Gagal Ginjal Kronik
a. Definisi
b. Anatomi Fisiologi
3
4
1) Anatomi Ginjal
Ginjal (Ren) adalah suatu organ yang mempunyai peran dalam mengatur
keseimbangan air dan metabolit dalam tubuh dan mempertahankan keseimbangan
asam basa dalam darah. Produk sisa berupa urin akan meninggalkan ginjal
menuju saluran kemih untuk dikeluarkan dari tubuh. Ginjal terletak di belakang
porituneom sehingga disebut organ retroperitoneal (Snell, 2016).
Ginjal berwarna cokelat kemerahan dan berada di sisi kanan dan kiri kolumna
vertebralis setingga vertebrata T12 sampai vertebrata L3. Ginjal dexter terletak
sedikit lebih rendah daripada sinistra karena adanya lobus hepatis yang besar.
Masing-masing ginjal memiliki fasies anterior, fasies interior, margo lateralis,
margo medialis, ekstremitas superior dan ekstremitas interior (Moore, 2017).
Bagian luar ginjal dilapisi oleh capsula fibrosa, capsula adipusa, fasia reanlis
dan corpus adiposum pararenal. Masing-masing ginjal memiliki bagian yang
berwarna cokelat gelap di bagian luar yang disebut korteks dan medulla renalis di
bagian dalam yang masing-masing memiliki pepilia renalis terdiri dari kira-kira
12 piramis renalis yang masing-masing memiliki pepilia renalis di bagian
apeknya. Di antara piramis renalis terdapat kolumna renalis yang memisahkan
setiap piramis renalis (Snell, 2016).
Pembuluh darah pada ginjal dimulai dari yang membawa darah dengan
kandungan tinggi CO2 masuk ke ginjal melalui hilum renalis. Secara khas, di
5
Arteri lobaris merupakan arteri yang berasal dari arteri segmentalis di mana
masing-masing ateri lobaris berada pada setiap piramis renalis. Selanjutnya arteri
bercabng menjadi 2 atau 3 arteri interlobaris yang berjalan menuju korteks di
antara piramis renalis. Pada perbatasan korteks dan meduka renalis, arteri
interlobaris bercabang menajdi arteri arkuata yang kemudian menyusuri
lengkunhan piramis renalis. Arteri arkuata mempercabangkan arteri interlobularis
yang kemudian menjadi arteriol aferen (Snell,2016)
c. Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak
nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan
bilateral.
d. Manifestasi Klinis
Klasifikasi gangguan
Stadium LFG (ml/min/1,73 m2)
ginjal
G1 > 90 ml Normal
G2 60 -89 Ringan
G3 30-59 Sedang
G4 15-29 Berat
G5 < 15 Gagal Ginjal
b) Menurut Nursalam (2008) ada beberapa tanda dan gejala atau manifestasi
klinis pada gagal ginjal kronik, antara lain :
e. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
Menurut Wijaya dan Putri (2013) untuk pemeriksaan penunjang gagal ginjal
kronik dalam pemeriksaan laboratorium, antara lain:
2) Rasio protein kreatin urin atau albumin kreatinin urin menurun, pada
penderita gagal ginjal kronik Nilai normal untuk pria < 17 mg
albumin/gram kreatinin, untuk wanita < 25 mg albumin/gram kreatinin.
3) Pemeriksaan sedimen urin atau tes celup urin (dipstick) pemeriksaan ini
digunakan untuk melihat adanya proteinuri, sel darah merah, dan sel
darah putih.
Natrium
Kalium
Magnesium
b) Pemeriksaan Radiologi
Menurut Setiati dkk. (2014) untuk pemeriksaan radiologi pada gagal ginjal
kronik, antara lain:
2) Pielografi intravena
5) Pemeriksaan USG
7) Pemeriksaan EKG
f. Patofisiologi
ekstraseluler dan sifat natrium adalah menarik air. Namun ginjal yang fungsinya
menurun juga terjadi retensi air. Maka air akan ditarik oleh natrium ke ruang
ekstraseluler lama kelamaan akan terjadi penimbunan natrium dan air sehingga
terjadi kelebihan volume cairan atau eodama. Pada LFG dibawa 15% pasien
sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara
lain dialisis atau transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien stadium gagal
ginjal (Setiati dkk, 2014).
11
g. Pathway
GGK
Tekanan kapiler ↑
Produksi RBC ↓
Sindrom uremia
Volume interstisial ↑
HB ↓
Ketidak seimbnga
cairan asam basa
Edema Anemia dalam darah
Mual muntah
h. Komplikasi
a) Perikarditis
b) Hipertensi
Hipertensi disebabkan oleh retensi cairan dan natrium, serta malfungsi sistem
renin angioldosteron.
c) Anemia
d) Penyakit tulang
Hal ini disebabkan oleh retensi fosfat kadar kalium serum yang rendah,
metabolime vitamin D abnormal, dan peningkatan kadar aluminium.
i. Penatalaksanaan
antara lain :
a) Deteksi dan obati penyakit gagal ginjal (kontrol DM, terapi hipertensi)
Dengan dekteksi dan obati penyakit ginjal diharapkan dapat meringankan
atau menghilangkan masalah – masalah yang timbul.
Diet yang diberikan pada gagal ginjal kronik yaitu diet teratur rendah protein
dengan asam amino esensial untuk meminimalkan keracunan uremia dan
cegah limbah serta malnutrisi.
5) Retensi fosfat : kurangi diet fosfat (bayam, susu, dan karbonat dalam
saluran pencernaan)
perawat akan meminta pasien untuk mencatat berat badan pasien setiap hari.
Berat badan yang meningkat secara tiba-tiba bisa berarti pasien minum
terlalu banyak cairan. Untuk pasien dialisis, komplikasi akibat kelebihan
cairan adalah: tekanan darah tinggi, penurunan tekanan darah secara tiba-tiba
(umumnya terjadi selama hemodialisis), sesak napas (dan dalam beberapa
kasus, akibat cairan di paru-paru), masalah jantung, yang dapat mencakup
denyut jantung cepat, otot-otot jantung melemah dan pembesaran jantung /
jantung bengkak. Rasa haus merupakan masalah yang sering dijumpai bagi
yang menjalani Hemodialisis dengan pembatasan cairan (Davita, 2015).
f) Hemodialisis
g) Transplantasi ginjal
1) Identitas
15
2) Keluhan utama
Penyakit ginjal kronis dimulai dengan masa penyakit ginjal akut karena
berbagai penyebab. Oleh karena itu, informasi penyakit sebelumnya
menegaskan penegakan masalah. Identifikasi riwayat infeksi saluran kemih,
gagal jantung, penggunaan obat berlebihan terutama obat nefrotoksik, BPH
dan obat lain yang mempengaruhi fungsi ginjal. Selain itu, ada beberapa
penyakit yang secara langsung memepengaruhi/menyebabkan penyakit ginjal
seperti diabetes, hipertensi, batu saluran kemih.
5) Pemeriksaan fisik
Respirasi : Ada peningkatan laju pernapasan dan bau napas urea. Jika terjadi
asidosis / alkalosis respiratorik, maka kondisi respiratori mengalami gangguan
patologis. Meningkatkan pola napas (kussmaul)
Leher :
17
JVP : Peningkatan JVP atau distensi vena jugularis biasanya meningkat pad
pasien yang mengidap hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit
yang berhubungan langsung dengan CKD, yang mempengaruhi volume
pembuluh darah yang menyebabkan retensi natrium dan air, sehingga sulit
bagi jantung untuk bekerja.
KGB : Sebab, kelenjar getah bening (dalam hal ini sistem limfatik)
memproduksi sel darah putih yang berfungsi menjaga sistem kekebalan tubuh
manusia
Kaku kuduk : Kaku kuduk merupakan suatu kondisi kekakuan pada leher
akibat perangsangan pada selaput otak, dan kondisi ini dapat ditemukan pada
Meningitis
Dada :
Bentuk dada : ketidak simetrisan dinding dada pada pasien CKD karena
penurunan kadar albumin / protein dalam darah sehingga terjadi penurunan
tekanan onkotik yang menahan cairan tetap di dalam pembuluh darah dan
akhirnya cairan merembes ke ruang potensial menimbulkan efusi pleura.
Suara nafas : pada pasien CKD biasanya ditemukan adanya suara naas
tambahan seperti ronchi karena adanya cairan dalam paru yang diebabkan ole
efusi pleura
Bunyi jantung : murmur mirip suara mendesis dan gallop seperti suara telpak
kaki kuda biasa di alami oleh pasien gagal jantung
Berat badan: biasnya pada pasien CKD berat badan cenderung naik
18
Akses vaskuler : Akses vaskular ada tiga jenis yaitu kateter lubang ganda
(CDL), hubungan arteri-vena (A-V fistula dan pencangkokan (Graft)
b. Diagnosa Keperawatan
1. Distensi vena jugularis - Identifikasi tanda-tanda hipervolemia (mis. dispnea, edema perifer, edema anasarka, JVP
meningkat, CVP meningkat, refleks hepatojugular positif, berat badan menurun dalam
2. Terdengar suara napas tambahan waktu singkat)
20
3. Hepatomegali - Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur pembedahan mayor,
trauma/perdarahan, luka bakar, aferesis, obstruksi intestinal, peradangan pankreas, penyakit
4. Kadar Hb/Ht turun
ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal)
5. Oliguria
Terapeutik
6. Intake lebih banyak dari output
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
(balans cairan positif)
- Dokumentasikan hasil pemantauan
7. Kongesti paru
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
2 Perfusi Perifer Tidak Efektif Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstermitas
(D.0009). Teraupetik
Gejala dan tanda mayor Subjektif: - Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di daerah keterbatasan perfusi
(tidak tersedia)
- Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstermitas dengan keterbatasan perfusi
Objektif:
- Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cidera
1. Pengisian kapiler >3 detik
- Lakukan pencegahan infeksi
2. Nadi perifer menurun atau tidak
teraba - Lakukan perawatan kaki dan kuku
Gejala dan tanda minor Subjektif: - Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
21
1. Parastesia - Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah, antikoagulan,dan penurun kolestrol, jika
perlu
2. Nyeri ekstremitas (klaudikasi
intermiten) - Anjurkan minum obat pengontrl tekanan darah secara teratur
Objektif: 1. Edema - Anjurkan menggunakan obat penyekat beta
2. Penyembuhan luka lambat - Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi ( mis. Rendah lemak jenuh, minyak
ikam omega 3)
3. Indeks anklebrachial
- Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis. Raasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)
I.06195 Manajemen Sensasi Perifer
Observasi
- Identifikasi penyebab perubahan sensasi
- Identifikasi penggunaan alat pengikat, prosthesis, sepatu, dan pakaian
- Periksa perbedaan sensasi tajam dan tumpul
- Periksa perbedaan sensasi panas dan dingin
- Periksa kemampuan mengidentifikasi lokasi dan tekstur benda
- Monitor terjadinya parestesia, jika perlu
- Monitor perubahan kulit - Monitor adanya tromboflebitis dan tromboemboli vena
Teraupetik
- Hindari pemakaian benda-benda yang berlebihan suhunya (terlalu panas atau dingin)
Edukasi
22
c. Intervensi Keperawatan
d. Implementasi
e. Evaluasi
APLIKASI KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Pasien mengatakan bengkak kedua kaki sejak 1 tahun yang lalu, sesak saat
beraktivitas, lemas dan kepala terasa pusing, mual dan nafsu makan menurun
5. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum :
Klien tampak lemah dan ekstrimitas bawah tampak edema kesadaran compos
menthis, akral teraba dingin, kulit tampak pucat, klien berbaring dengan posisi
semi fowler, penampilan rapi.
N = 60x/menit,
RR = 24x/menit
TD = 209/90 mmHg
25
26
Kepala : Simetris
Konjungtiva : anemis
Mukosa : Lembab
Leher :
Dada :
Abdomen : Simetris
Integumen : Anemis
TOTAL SKOR 8
Hasil : Skor > 3 pasien beresiko malnurtrisi dan rencana lanjutan asessmen oleh ahli
Gizi
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan lab
8. Terapi
Connecta
Ferrosulfat 1x1
28
B. Diagnosa Keperawatan
Analisa Masalah
No KEMUNGKINAN
DATA MASALAH
PENYEBAB
DS: Retensi Na
1 Hipervolemia
- Klien
mengatakan
Tekanan kapiler ↑
bengkak pada
kedua kaki
- Klien mengatakan Volume interstisial ↑
sesak
DO:
Edema
- Edema pada
ekstrimitas bawah
- Kreatinin : 10,87
mg/dl
(normal kreatinin
:0,35-0,95)
- ureum : 137,0
mg/dl
(normal ureum :
15,0-39,0)
- TTV
N = 60x/menit
TD=209/90
RR=26x/menit
TD=209/90
RR=26x/menit
Produksi asam ↑
3 Defisit Nutrisi
DS:
Klien mengatakan
mual dan nafsu makan Asam lambung ↑
menurun
DO:
Reflek mual muntah
- Skor resiko nutrisi
> 3 pasien
beresiko
Anoreksia
malnurtrisi
- Makan habis ½
porsi
- Kreatinin : 10,87
mg/dl
(normal kreatinin
:0,35-0,95)
- ureum : 137,0
mg/dl
(normal ureum :
15,0-39,0)
- TTV
N = 60x/menit
TD=209/90
RR=26x/menit
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipervolemia b/d gangguan mekanisme regulasi, kelebihan asupan cairan d/d edema
anasarka dan atau edema perifer, terdengar suara tambahan, Kadar HB/HT menurun.
(D.0022).
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif b/d Peninggkatan tekanan darah d/d akral teraba dingin,
warna kulit pucat, edema,(D.0009).
3. Defisit Nutrisi b/d kurangnya asupan makanan d/d berat badan menurun 10% dibawah
rentang ideal, napsu makan nafsu makan menurun. (D.0019).
30
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian continous renal
replacement therapy (CRRT)/ hemodialysis ,
jika perlu
2 12/10/ Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d Setelah dilakukan intervensi 1 x 5 jam maka Observasi
2023 Peninggkatan tekanan darah perfusi perifer meningkat, dengan kriteria - Observasi ku dan klinis
(D.0009). hasil:
- Observasi
Ditandai dengan: - Tekanan darah sistolik membaik
Teraupetik
DS: - Tekanan darah diastolic membaik
- Hindari pengukuran tekanan darah pada
Klien mengatakan pusing dan - Tekanan rata – rata arteri membaik ekstermitas dengan keterbatasan perfusi
lemas
- Oksigen secara adekuat
DO:
- HB 9,1 mg/dl - Posisikan pasien semi ekstensi untuk
- (normal hemoglobin : 11,7 – mengurangi dispnue
15,9) Edukasi
- KU sedang
- Kes : cm - Anjurkan minum obat pengontrol tekanan
- TTV darah, antikoagulan,dan penurun kolestrol,
N = 60x/menit jika perlu
TD=209/90
- Berikan edukasi untuk pembatasan
RR=26x/menit
aktivitas
- Anjurkan minum obat pengontrl tekanan
darah secara teratur
- Ajarkan program diet untuk memperbaiki
32
C. Implementasi
2.2 18.0s0 Memberikan Penkes keluarga dan pasien makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Hasil : keluarga mengerti
Balace cairan selama HD = intake 200 ml out put 1500 ml Balace cairan = -1300 ml
3.2 18.20 Berikan makanan yang menarik dengan suhu yang sesuai
Hasil : pasien makan habis ½ porsi
D. Evaluasi
Instruksi PPA :
- Batasi intake cairan
- Monitor tanda tanda vital
- Anjurkan diet rendah garam tinggi protein
- Monitor asupan makan
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Tahap pengkajian Berdasarkan teori pengkajian adalah tahap pemikiran dasar yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data subjektif maupun objektif tentang
keadaan kesehatan pasien. Adapun data yang didapat pada tahap pengkajian yaitu :
pada studi kasus ditemukan data pasien mengatakan bengkak kedua kaki sejak 1 tahun
yang lalu, sesak saat beraktivitas, lemas, kepala terasa pusing dan nafsu makan
menurun. Data objektif :klien nampak lemah, KU sedang kes CM akral hangat,edema
pada ekstrimitas bawah tanda-tanda vital : Tekanan darah : 209/90 mmHg, suhu tubuh
: 36,5 0C, nadi : 60x/menit, Pernafasan : 24x/menit. Jika dibandingan teori dengan
studi kasus tidak ada kesenjangan anatara teori dan studi kasus, karena data pada teori
semua ada di studi kasus, begitupun sebaliknya data yang ada pada studi kasus semua
terdapat pada teori.
36
37
Hipervolemia, dan defisit nutrisi yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x5
jam maka status cairan membaik dengan kriteria hasil : Warna kulit pucat menurun,
edema perifer menurun, pengisian kapiler membaik, Tekanan darah membaik,edema
sedang, tekanan darah membaik,berat badan membaik, porsi makan di habiskan, naf.
Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut kemudian penulis menyusun intervensi
keperawatan berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) Observasi
:Monitor panas, kemerahan atau bengkak pada ekstrimitas, Monitor intake dan output
cairan, Monitor tanda-tanda vital, Monitor berat badan. Terapeutik :periksa tanda dan
gejala hipervolemia, periksa sirkulasi perifer. Edukasi :ajarkan cara mengukur asupan
dan haluaran cairan. Kolaborasi : kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah nutrisi dan jenis nutrient jika perlu.
PENUTUP
A. Kesimpulan
38
39
B. Saran
Aisara, S., Azmi, S., & Yanni, M. (2018). Gambaran Klinis Penderita Penyakit Ginjal Kronik
yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas, 7(1), 42.
Arjani, I. (2017). Gambaran Kadar Ureum Dan Kreatinin Serum Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronis (Ggk)
Betz, C. L., & Sowden, L. A. (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatri (5th ed.). EGC.
Brunner, & Suddarth. (2016). Brunner & Sudarth‟s Canadian Textbook of Medical-Surgical
Nursing. In Brunner & Sudarth’s Canadian Textbook of Medical-Surgical Nursing.
Departemen of Health and Centers for Disease Control and Prevention. (2021). Chronic
Kidney Disease in the United States, 2021. Cdc, 1, 1–6.
Harmilah. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
Pustaka Baru Press.
Haryanti, I. A. P., & Nisa, K. (2015). Terapi Konservatif dan Terapi Pengganti Ginjal sebagai
Penatalaksanaan pada Gagal Ginjal Kronik. Majority, 4, 49–54.
Heriansyah, Aji Humaedi, N. W. (2019). Gambaran Ureum Dan Kreatinin Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronis Di Rsud Karawang. Binawan Student Journal, 01(01), 8–14.
Ignatavicious, D. D., Workman, M. L., Rebar, C., & Heimgartner, N. M. (2018) Medical
Surgical Nursing: Concepts for Interprofessional Collaborative Care.
KDIGO. (2021). Clinical Practice Guideline For The Management Of Blood Pressure In
Chronic Kidney Disease. Journal Of The International Society Of Nephrology
Kemenkes. (2018). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar, 1(1).
LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medika Bedah
(Edisi 5).
40
41
Muttaqin, A., & Sari, K. (2014). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Salemba Medika.
Nurhayati, Safira, R., Dani, H., Fandianta, & Handayani. (2021). Profil Ureum dan Kreatinin
Darah Serta Faktor Karakteristik Hipertensi di RS
Nurjanah, D. A., & Yuniartika, W. (2020). Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada Pasien Gagal
Ginjal. Seminar Nasional Keperawatan Universitas
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan indonesia. In Definisi
dan Indikator Diagnostik (Edisi 1 Ce, pp. 1–325). Dewan Pengurus Pusat.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. In Definisi
dan Tindakan Keperawatan (Edisi 1 Ce, pp. 1–523). Dewan pengurus Pusat.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat.
Sagita, T. C., Setiawan, A. A., & Hardian. (2018). Hubungan Derajat Keparahan Gagal
Ginjal Kronik Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner. Jurnal
Salgiya, D. N. (2017). Correlation of Serum T3, T4, TSH with Chronic Kidney Disease.
Journal of Medical Science And Clinical Research, 05(06), 23229–23229