Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN MOW

Dosen Pengampu : Ns. Yeti Septiasari, S,Kep, M.Kes

Disusun Oleh :
Amanda Febrianti (2020206203001)
Annisa Aprilia (2020206203003)
Indah Puspita Sari (2020206203018)
M. Dicky Gunawan (2020206103023)
M. Leon Pratama (2020206203024)
Shindy Amelia Putri (2020206203032)

Kelas 5A

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Maternitas II
mengenai “Konsep dan Asuhan Keperawatan Tubektomi (MOW)”.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih
kepada pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas
dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan Fakultas
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

Pringsewu, 20 Desember 2022

Penyusun

2
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
B. INDIKASI TINDAKAN
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
D. KOMPLIKASI
E. TINDAKAN KEPERAWATAN
BAB 3 KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
II. ANALISA DATA
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN
V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari dua macam yaitu Metode Operatif Wanita
(MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). Metode Operatif Wanita (MOW) atau disebut
dengan tubektomi adalah tindakan memotong tuba fallopii/tuba uterina. Sedangkan Metode
Operatif Pria (MOP) sering dikenal dengan vasektomi yaitu tindakan memotong atau
mengikat saluran vasdeferens (Meilani dkk, 2010).
Sterilisasi (tubektomi) merupakan salah satu cara KB modern yang paling efektif.
Keefektifan metode sterilisasi tidak perlu diragukan lagi (98,85%) asal dilakukan sesuai
dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan. Di dalam pelaksanaan program,
animo masyarakat terhadap sterilisasi sangat kurang. Peserta sterilisasi sejak program KB
dicanangkan pada tahun 1970 hingga saat ini masih menunjukkan angka yang sangat sedikit.
Rendahnya proporsi peserta KB sterilisasi tentu saja tidak memberikan kontribusi yang nyata
terhadap penurunan angka kelahiran di Indonesia (BKKBN, 2011).
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) memperlihatkan bahwa
pencapaian peserta KB mantap tubektomi hingga saat ini masih belum menggembirakan.
Hasil survei berskala nasional lain, yaitu Pemantauan PUS Melalui Mini Survei Tahun 2010
menunjukan pencapaian peserta KB sterilisasi masih rendah yaitu 2,2 % untuk tubektomi
(BKKBN, 2011).
Peserta KB baru secara Nasional sampai dengan bulan Agustus 2012 sebanyak
6.152.231 peserta. Untuk peserta tubektomi hanya sekitar 1,42%. Mayoritas peserta KB baru
bulan Agustus 2012, didominasi oleh peserta KB yang menggunakan Non Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP), yaitu sebesar 82,26% dari seluruh peserta KB.
Sedangkan peserta KB baru yang menggunakan metode jangka panjang seperti IUD, MOW,
MOP dan Implant hanya sebesar 17,74% (BKKBN, 2012).
Sekitar 180 juta wanita di seluruh dunia menggunakan tubektomi untuk mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan, dengan lebih dari tiga-perempat akseptor tubektomi berada
di Cina dan India. Di Inggris pada tahun 2001, prevalensi tubektomi sebagai metode
kontrasepsi tinggi pada wanita yang lebih tua, diperkirakan 44% dari mereka berusia antara
45-49 tahun. Namun, sekarang tampaknya mulai menurun sampai 30% sejak tahun 1996,
prevalensi vasektomi pada pria telah melampaui tubektomi di Inggris secara keseluruhan
(Glasier, Gebbie, 2008).

4
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari tubektomi
2. Mengetahui kekurangan dan kelebihan dari metode tubektomi
3. Mengetahui pelayanan yang harus diberikan kepada akseptor tubektomi

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Tubektomi adalah tindakan oklusi atau pengambilan sebagian saluran telur wanita
untuk mencegah proses fertilisasi. Setelah tubektomi fertilitas dari pasangan tersebut akan
terhenti secara permanen. Waktu yang terbaik untuk melakukan tubektomi pasca persalinan
yaitu tidak lebih dari 48 jam sesudah melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai oleh sub
umbilicus dan rendahnya resiko infeksi. Bila masa 48 jam pasca persalinan telah terlampaui
maka pilihan untuk memillih tetap tubektomi, dilakukan setelah 6-8 minggu persalinan atau
pada masa interval (Saifuddin, 2007)
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur yang mengakibatkan orang
atau pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi. Kontrasepsi ini untuk
jangka panjang dan sering disebut tubektomi atau sterilisasi (Handayani, 2010).
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan)
seorang perempuan yang dilakukan dengan cara eksisi atau menghambat tuba fallopi yang
membawa ovum dari ovarium ke uterus. Tindakan ini mencegah ovum dibuahi oleh sperma
di tuba falopii (Everett, 2008)
Tubektomi atau juga dapat disebut dengan sterilisasi merupakan tindakan penutupan
terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati
saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga
tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu gairah seks wania tidak akan turun (BKKBN, 2008).

B. Indikasi Tindakan
Yang Dapat Menjalani Tubektomi :
1. Usia > 26 tahun.
2. Paritas (jumlah anak) minimal 2 dengan umur anak terkecil > 2 thn.
3. Yakin telah mempunyai keluarga besar yang sesuai dengan kehendak
4. Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius.
5. Pascapersalinan.
6. Pascakeguguran.
7. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini

6
Indikasi sterilisasi (tubektomi) dapat dibagi lima macam, yaitu :
1. Indikasi medis
Adalah penyakit yang berat dan kronik seperti penyakit jantung (termasuk derajat 3 dan 4)
ginjal, paru dan penyakit kronik lainnya. Penyakit jantung, gangguan pernafasan, diabetes
mellitus tidak terkontrol, hipertensi, maligna, anemia gravis, tumor ginekologik, infeksi
panggul 3 bulan terakhir, riwayat penyakit operasi yang sulit observasi (Santoso, 2006).
2. Indikasi obsetri
Adalah keadaan dimana risiko kehamilan berikutnya meningkat. Meskipun secara medis
tidak menunjukkan apa-apa seperti multiparitas (banyak anak) dengan usia relatif lanjut
(grandemultigravida) yakni paritas umur 35 tahun atau lebih, seksio sesarea dua kali atau
lebih.
3. Indikasi genetik
Adalah penyakit herediter yang membahayakan keselamatan dan kesehatan anak seperti :
Huntington`s chorea, Tayschs disease dan lain-lain.
4. Indikasi kontrasepsi
Adalah indikasi yang murni ingin menghentikan (mengakhiri) kesuburan artinya pasangan
tersebut tidak menginginkan kelahiran anak lagi.
5. Indikasi ekonomi
Adalah pasangan suami istri menginginkan sterilisasi karena merasa beban ekonomi
keluarga menjadi terlalu berat dengan bertambahnya anak dalam keluarga.

C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi
2. Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca bedah.

D. Komplikasi
1. Komplikasi selama operasi
a. Perdarahan dan syok.
b. Sesak nafas (apnoe).
2. Komplikasi pasca bedah
A. Nyeri perut, perut kembung, nyeri dada.
B. Infeksi dan febris.
C. Disparenea karena pertumbuhan jaringan granulasi pada bekas luka kolpotomi
7
D. Tindakan Keperawatan
1) Tahap Pre Operasi
Untuk melihat sepenuhnya syarat kesehatan bagi pasien kontrasepsi mantap.
a) Anamnesis
(1) Identitas pasien dan penanggung
(2) Jumlah anak
(3) Metode kontrasepsi yang pernah digunakan
(4) Perhatikan penyakit yang pernah diderita perilaku seksual
b) Pmeriksaan fisik
c) Pemeriksaan laboratorium
d) Persiapan pasien kontrasepsi mantap:
(1) Inform Consent
(2) Pemasangan infuse IVFD
(3) Puasa 6 jam sebelum operasi
(4) Mencukur rambut kemaluan pasien
(5) Mandi dengan memakai sabun
(6) Tidak memakai perhiasan
(7) Tidak boleh memakai kosmetik seperti pernah pemerah bibir, pemerah pipi
dan kuteks.
2) Tahap Operasi
Premedikasi dan anastesi
a) Laparoskopi
Cara visualisasi rongga perut dan panggul melalui insisi kecil pada dinding perut
setelah dibuat dalam keadaan memoperitoneum.
b) Minilaparotomi dengan cara memodifikasi pomercy
(1) Evaluasi lagi keadaan pasien seacara umum
(2) Anestesi umum dengan lidokain
(3) Dengan posisi operator dikiri calon akseptor dan asisten di kanannya, dibuat
insisi sepanjang 2 cm setinggi fundus.
(4) Cari tuba lalu angkat pada pertengahannya sampai membentuk lengkungan
dasarnya dapat diklem.
(5) Bagian yang berada dibawah klem diikat dengan benang dan bahan yang dapat
diserap oleh jaringan.
(6) Lakukan pemotongan (tubektomi) pada bagian atas ikatan.
8
(7) Setelah luka sembuh dan benang ikatan diserap, kedua ujung akan terpisah
dengan lainnya.
3) Pasca Operasi
a) Setelah tindakan pembedahan, pasien dirawat diruang pulih selama ±4-6 jam.
b) Bila dilakukan anestesi local, pemindahan pasien dari meja operasi ke brankar di
ruang pulih dilakukan 2 orang perawat. Bila pasien memperoleh anestesi umum
maka pemindahan pasien dilakukan oleh 3-4 orang perawat.
c) Selam di ruang pulih pasien diamati dan dinilai :
(1) Nadi , TD, RR, tiap ¼ jam 1 jam pertama, tiap ½ jam pada kedua, selanjutnya
tiap jam hingga pasien dipulangkan.
(2) Rasa nyeri yang timbul yang mungkin memerlukan tambahan analgetik.
(3) Perdarahan dari luka dan kemaluannya.
(4) Suhu badannya.
d) Dua jam setelah minilaparatomi dengan anestesi pasiem diizinkan minum dan
maka makanan lunak.
e) Jika kondisi pasien stabil dan tidak memperoleh anastesi umum makan tubektomi
pada masa interval atau pasca keguguran dapat dipulangkan ±4-6 jam pasca
bedah, dengan ditemani keluarganya, asalkan saja pasien tidak pusing bila duduk
atau berdiri.
f) Berikan KIE pada pasien :
(1) Perawatan luka : diusahakan agar luka tetap kering, dan jangan sampai basah
sebelum sembuh karena dapat menimbulkan infeksi.
(2) Jaga kebersihan diri terutama daerah sekitar luka operasi.
(3) Segera kembali ke Rumah Sakit apabila terjadi perdarahan, badan panas
(demam), nyeri yang hebat, pusing muntah, atau sesak.
(4) Memakn obat yang diberikan, yaitu antibiotik dan analgetik.
(5) Hubungan seksual dapat dilakukan setelah 1-2 hari, namun sebaiknya setelah
1 minggu pasca tubektomi.
(6) Boleh makan biasa esok harinya, tidak ada pantangan.
(7) Datang untuk kontrol memeriksakan dirinya sesuai nasehat.

9
BAB III
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN Ny.S DENGAN P4004 SPONTAN BELAKANG KEPALA DAN TUBEKTOMI
DI RUANG NIFAS RSUD SANJIWANI GIANYAR

I. Pengkajian
1. Biodata
Identitas Pasien Penanggung
Nama Ny.S O.S
Umur 35 Tahun 36 Tahun
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki
Status Sudah menikah Sudah menikah
Agama Hindu Hindu
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan IRT Buruh Bangunan
Suku/bangsa Bali / Indonesia Bali / Indonesia
Alamat Br. Triwangsa Br. Triwangsa
Bitra Gianyar Bitra Gianyar

2. Keluhan Utama
Ibu mengeluh sakit perut, mau melahirkan.
3. Riwayat Obsterti
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas saat ini.
Pada kehamilan yang keempat ini ibu tidak merencanakan untuk hamil,
tetapi karena kegagalan kontrasepsi sehingga ibu hamil, ibu mengetahui
dirinya hamil pada umur kehamilan kurang lebih 1 bulan, ibu
mengatakan HPHT tanggal 08 Agustus 2022 dan tafsiran partus (TP) 15
Mei 2022. Ibu rajin memeriksakan kehamilannya, pada umur kehamilan
1-4 bulan ibu memeriksakannya ke praktek bidan dan umur kehamilan 4
bulan sampai lahir ibu memeriksakannya ke praktek dokter spesialis
kandungan. Ibu sudah mendapatkan imunisasi TT dua kali yaitu pada
kehamilan 4 bulan dan 6 bulan, ibu juga mendapatkan vitamin penambah
darah (ibu lupa nama obatnya) yang diminum secara teratur 1 kali sehari.
Ibu juga mengatakan sudah melakukan pemeriksaan USG sebanyak 3
10
kali yaitu di dokter spesialis kandungan dengan hasil janin letak kepala,
pergerakan janin aktif. Pada tanggal 07 Mei 2022 pukul 16.00 witasuhu
36° C. TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, perdarahan tidak ada
dan mendapat terapi oral : Amoxilin 3 kali 500 mg. asam mefenamat 3
kali 500 mg, Sf 2 kali 1 tab. Pada pukul 20.00 wita ibu dipindahkan
keruang nifas untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Karena ibu
ingin disteril pada malam harinya pukul 22.00 wita ibu mulai dipuasakan
dan dipasang infuse IVFD RL 28 tts/menit untuk dilakukan operasi
besok pagi tanggal 08 Mei 2022. Keesokan harinya saat dokter visite,
rencana operasi dibatalkan karena ada upacara adapt di rumah sakit
Sanjiwani Gianyar dan direncanakan pada tanggal 09 Mei 2022, dan
dianjurkan puasa kembali pada malam harinya.
Diagnosa medis : P4004 Spontan Belakang Kepala dan Pre Tubektomi
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Umur Proses Jenis Tempat Berat
Kehamilan Umur Ket
Kehamilan Persalinan kelamin Persalinan Badan
1 9 bulan Spontan 16 th Perempuan Bidan 2800 kg Hidup
2 9 bulan Spontan 12 th Perempuan Bidan 2600 kg Hidup
3 8 bulan SC 5 th Perempuan RS 2800 kg Hidup

4. Riwayat Menstruasi
Ibu mengatakan menstruasi pertama kali pada umur 14 tahun, siklus haid 28
hari, lama haid 4-5 hari dengan keadaan darah warna merah kehitaman,
konsistensi encer, bau amis, volume kurang lebih 50 cc per pembalut
dengan mengganti pembalut 3-4 Χ/hari dan kadang-kadang disertai nyeri
saat haid.
5. Riwayat Perkawinan
Ibu mengatakan menikah satu kali dengan suami sekarang, ibu
menikah umur 19 tahun dan lama pernikahan sudah 16 tahun.
6. Riwayat penggunaan kontrasepsi
Ibu mengatakan setelah anak pertama lahir, ibu menggunakan alat
kontrasepsi suntik yang 3 bulan sebanyak 10, dengan keluhan tidak ada.
Karena ingin mempunyai anak kedua, akhirnya ibu berhenti

11
menggunakanalat kontrasepsi suntik. Setelah anak kedua lahir, ibu
menggunakan alat kontrasepsi jenis IUD selama 3 tahun dan akhirnya
dilepas karena ingin mempunyai anak lagi. Setelah anak ketiga lahir, ibu
lagi menggunakan kontrasepsi jenis pil KB secara teratur. Tetapi karena
keteledoran ibu yang telat minum pil KB selama sehari akhirnya ibu pun
hamil tanpa direncanakan terlebih dahulu
7. Riwayat penyakit obstetri
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit kandungan seperti kanker
rahim, kanker payudara, kista pada indung telur dan tumor rahim,
perdarahan setelah melahirkan dan penyakit hubungan seksual seperti
sipilis, gonorhae dan riwayat eklampsia tidak ada.
8. Penyakit yang pernah diderita
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti penyakit
jantung, asma, tekanan darah tinggi, kencing manis dan penyakit menular
seperti TBC dan HIV AIDS
9. Aktivitas Sehari-Hari
a. Kebutuhan Eliminasi
BAK : Sebelum hamil ibu biasa BAK 4-5 kali/hari (800- 1000 cc/hari).
Warna kuning jernih, bau pesing. Saat hamil ibu mengatakan 7-9
kali/hari (1400- 1800 cc/hari). Saat pengkajian ibu mengatakan
belum BAK dari tadi pagi.
BAB : Sebelum hamil dan saat hamil ibu mengatakan biasa BAB 1-2
kali/hari dengan konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan dan
bau khas feces. Saat pengkajian ibu mengatakan belum ingin BAB
terakhir sebelum dating ke RS.
b. Kebutuhan Istirahat Tidur
Sebelum hamil dan saat hamil ibu mengatakan biasa tidur malam pukul
20.00 wita dan bangun pukul 06.00 wita, serta tidak pernah tidur siang.
Saat pengkajian ibu mengatakan tidur malam pada pukul 21.00 wita dan
bangun pukul 06.00 wita.
c. Gerak dan Aktivitas
Sebelum hamil dan saat hamil ibu mengatakan tidak mengalami
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari- hari, ibu biasa melakukan
aktivitasnya sebagai seorang ibu rumah tangga. Saat pengkajian ibu
12
mengatakan badannyaterasa lemas, tetapi ibu masih bisa memenuhi
kebutuhannya secara mandiri.
d. Kebersihan Diri
Sebelum hamil dan saat hamil ibu mengatakan biasa mandi 2 kali sehari
dengan menggunakan sabun mandi, gosok gigi 2 kali sehari dengan
memakai pasta gigi dan keramas 2 kali sehari dengan menggunakan
shampoo. Saat pengkajian ibu mengatakan sudah mandi dengan gosok
gigi, kebersihan ibu cukup.
10. Pemeriksaan Fisik
a) Kesadaran : Composmentis
b) Tanda Tanda Vital
(1) Tekanan Darah : 130/80 mmHg
(2) Nadi : 76 Χ/menit
(3) Respirasi : 16 x/menit
(4) Suhu : 36ºC
c) Ukuran – ukuran lain
(1) BB sebelum hamil : 60 kg
(2) BB saat hamil : 69 kg
(3) BB saat pengkajian : 63 kg
(4) TB : 158 cm
d) Keadaan Fisik
(1) Kepala : Warna rambut hitam, persebaran rambut merata,
rambut dan kulit kepala bersih, benjolan tidak ada,
nyeri tekan tidak ada.
(2) Muka : Cloasma gravidarum tidak ada.
(3) Mata : Bentuk simetris, konjungtiva merah muda, pupil
isokor, skelera putih, edema pada kelopak mata
tidak ada, secret tidak ada, nyeri tekan tidak ada.
(4) Hidung : Bentuk simetris, mukosa hidung merah muda, secret
tidak ada, pernafasan cuping hidung tidak ada.
(5) Telinga : Bentuk simetris, serumen tidak ada, nyeri tekan tidak
ada, dites dengan menggunakan arloji dapat didengar
dengan baik.
(6) Mulut : Mukosa bibir lembab, stomatis tidak ada, caries
13
tidak ada, sariawan tidak ada, lidah bersih.
(7) Leher : Pembesaran kelenjar tiroid dan bendungan vena
jugularis tidak ada, pergerakan leher baik.
(8) Abdomen : Kontraksi uterus baik, dinding perut lembek, dan
kendor, TFU 2 jari dibawah pusat, nyeri tekan
didaerah simpisis, distensi kandung kemih tidak ada,
bising usus 10/menit
(9) Ekstermitas
- Atas : Pergerakan terkoordinir, cyanosis tidak ada, edema tidak
ada, akral hangat, tangan kanan terpasang infuse IVFD
28tts/menit.
- Bawah : Pergerakan terkoordinir, cyanosis tidak ada, edema
tidak ada, akral hangat.
(10) Genetalia : Edema dan varises tidak ada, kebersihan cukup,
terdapat pengeluaran lochea rubra kurang lebih 50 cc dengan
warna merah kehitaman, bau amis, terdapat luka jaringan
episiotomi kurang lebih 3 cm. daerah di sekitar luka jaringan
episiotomi lembab, perdarahan tidak ada.

11. Data Tambahan


a) Intra Tubektomi
Ibu masuk ruang operasi tanggal 09 Mei 2022 pukul 10.00 wita. Ibu
di ruang operasi dilakukan operasi tubektomi, posisi terlentang, jenis
anastesi Regional Anastesi (RA), dengan tehnik Blok Spinal
Anastesi (BSA), obat medikasi : marcain 0,5%, kaltrofen suf II
operasi berjalan dari pukul 10.00 – 11.00 wita dan ibu berada di
ruang pemulihan kurang lebih 15 menit, saat berada di ruang
pemulihan keadaan umum ibu baik, kesadaran penuh
(composmentis), tekanan darah 130/80 mmHg. Nadi 80 Χ/menit,
suhu 36°C. kemudian ibu dibawa ke ruang nifas pukul 11.45 wita.
b) Post Operasi Tubektomi
Pengkajian dilakukan pada hari senin, tanggal 09 Mei 2022, pukul
12.00 wita di ruang nifas RSUD Gianyar.
(1) Keluhan utama
14
Keluhan utama saat pengkajian :
Ibu mengeluh badannya sulit untuk digerakan, karena setengah
badannya kebawah tidak terasa apa-apa
Diagnosa medis :
P4004 Spontan Belakang Kepala dan Post Tubektomi
(2) Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
- Data Biologis Bernafas
Saat pengkajian ibu mengatakan tidak mengalami kesulitan
dalam bernafas, baik saat menarik nafas maupun
mengeluarkan nafas.
- Makan dan minum
Saat pengkajian ibu belum diperbolehkan untuk makan dan
minum karena masih dalam pengaruh anastesi. Tetapi bila
dalam waktu 6 jam dan pengaruh anastesi tidak dirasakan
lagi, ibu dianjurkan untuk minum sedikit demi sedikit
(MSS).
- Eliminasi
Saat pengkajian ibu mengatakan belum sempat BAK dan
BAB.
- Gerak dan Aktivitas
Saat pengkajian ibu mengeluh badannya terasa lemas dan
setengah badannya ke bawah tidak terasa apa-apa. Dan
semua kebutuhan ibu sepenuhnya dibantu oleh keluarga dan
perawat, ibu tampak berbaring di tempat tidur dengan posisi
V.
- Kebersihan Diri
Saat pengkajian ibu terlihat masih menggunakan baju dan
selimut operasi.
- Pengaturan Suhu Tubuh
Saat pengkajian ibu tampak kedinginan tetapi ibu tidak
mengalami peningkatan suhu tubuh
- Data Psikososial
- Rasa nyaman
Saat pengkajian ibu mengeluh badannya terasa lemas dan
15
setengah badannya ke bawah tidak terasa apa-apa, ibu
juga mengatakan badannya terasa kedingginan dan
kakinya terasa kesemutan, ibu tampak lemah.
- Rasa Aman
Saat pengkajian ibu mengatakan hatinya terasa lega
karena operasi telah selesai dan berjalan dengan lancer.
- Pengetahuan
Ibu mengatakan tidak tau tentang cara perawatan luka
setelah operasi, ibu tampak bingung, ibu tampak antusias
menanyakan cara perawatan dan menjaga luka setelah
operasi kepada perawat.
(3) Pemeriksaan fisik
(a) Kesadaran :
komposmentis
(b) Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80
mmHg Nadi : 79x/mnt
Respirasi : 16x/mnt
Suhu : 36°C
(c) Keadaan Fisik
1) Mata : bentuk simetris, konjungtiva merah muda, pupil
isokor, sclera putih, edema pada kelopak mata
tidak ada, secret tidak ada, nyeri tekan tidak ada.
2) Mulut : mukosa bibir kering, stomatitis tidak adaaa,
caries tidak ada, sariawan tidak ada, lidah bersih.
3) Thorax : retraksi otot dada tidak ada, pergerakan dada
simetris, wheezing tidak ada, ronchi tidak ada,
bunyi jantung S1S2 tunggal leguler
4) Abdomen : terdapat luka jaritan post operasi tubektomi
dengan panjang kurang lebih 4 cm tertutup,
distensi kandung kemih tidak ada, bising usus 8
x/menit.
5) Ektermitas
- Atas : Pergerakan terkoordinir, cyanosis tidak ada,
16
edema tidak ada, akral hangat, tangan kanan terpasang
infuse IVRD 28 tts/mnt
- Bawah : pergerakan terbatas karena masih dalam
pengaruh anastesi, edema tidak ada, akral hangat,
cyanosis tidak ada.
6) Genetalia : Edema dan varies tidak ada, kebersihan cukup,
terdapat pengeluaran lochea rubra kurang lebih
50 cc dengan warna merah kehitaman, bau amis.

17
II. Analisa Data
1. Pre Operasi Tubektomi
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Agen pencedera Nyeri akut
- Ibu mengeluh nyeri diabdomen fisiologis
daerah sisi kanan, nyeri dirasakan
bila dilakukan penekanan skala nyeri
2 dari 10 skala yang diberikan.

DO :
- Terdapat nyeri tekan di daerah
simpisis.
- Nadi 76 X / mnt.
- TFU 2 jari dibawah pusat
- Tampak meringis
2 DS : Efek Prosedur Resiko Infeksi
- Ibu mengatakan terasa gatal di Invasif
daerah reproduksinya

DO :
- Terdapat luka jaritan episiotomi
kurang lebih 3 cm
- Suhu 36,5º C
- Terdapat lochea rubra kurang
lebih 50 cc
- Derah di sekitar luka jaritan
episiotomi lembab.
- Kontraksi uterus baik.
- TFU 2 jari dibawah pusat.
3 DS : Kurang terpapar Ansietas
- Ibu mengatakan belum mengetahui informasi
dan belum mendapatkan informasi
tentang persiapan yang dilakukan

18
sebelum operasi steril.
DO :
- Ibu tampak antusias menanyakan
kepada dokter tentang persiapan
operasi steril
- Ibu tampak gelisah
- Ibu terlihat sering bengong
- Tekanan darah : 130/80
mmHg

2. Post Operasi Tubektomi


No Data Etiologi Masalah
1 DS : Agen pencedera fisik Nyeri akut
- Ibu mengatakan nyeri pada (luka insisi)
abdomen bekas operasi tubektomi
DO :
- Posisi menghindari nyeri
- Tampak meringis
- Gelisah
- Tekanan darah 120/80 mmHg
- Nadi : 79 X / mnt
- Respirasi : 16 X / mnt
- Suhu : 36,5º C
- Ibu tampak lemah
2 DS : Kelemahan Intoleransi Aktivitas
- Ibu mengatakan kesulitan untuk
bergerak karena setengah badannya
ke bawah belum terasa
- Ibu mengatakan badannya lemas
DO :
- Ibu tampak berbaring di tempat
tidur dengan posisi V
- Ibu tampak lemah

19
- Kebutuhan ibu tampak dibantu oleh
bidang / perawat dan keluarganya.

III. Diagnosa Keperawatan


1. Pre Operasi Tubektomi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis (D. 0077)
b. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur
invasif ((D.0142)
c. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar
informasi (D.0080)
2. Post Operasi Tubektomi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (luka insisi) (D. 0077)
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)

IV. Intervensi Keperawatan


1. Pre Operasi Tubektomi
No Diagnosa Kep Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubungan keperawatan selama 3x24 Observasi
dengan agen jam diharapkan nyeri akut 1.Identifikasi lokasi, karakteristik,
pencedera menurun dengan kriteria durasi, frekuensi, kualitas,
fisiologis hasil : intensitas nyeri
(D. 0077) Tingkat nyeri (L.08066) 2.Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 3.Identifikasi factor yang
2. Meringis menurun memperberat dan memperingan
3. Gelisah menurun Terapeutik
4. Sikap protektif menurun 1. Berikan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Edukasi

20
1. Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi (I.14539)
berhubungan keperawatan selama 3x24
Observasi
dengan efek jam diharapkan resiko
prosedur infeksi menurun dengan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
invasif kriteria hasil : lokal dan sistemik
((D.0142) Tingkat infeksi (L.14137)
Terapeutik
1. Gatal menurun
2. Kebersihan tangan 1. Batasi jumlah pengunjung
meningkat 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
3. Kerbersihan badan kontak dengan pasien dan
meningkat lingkungan pasien
4. Demammenurun
Edukasi
5. Kemerahan menurun
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
3. Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
4. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
5. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
3. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas (I.09314)
berhubungan keperawatan selama 3x24 Observasi
dengan kurang jam diharapkan ansietas 1. Monitor tanda-tanda ansietas
terpapar menurun dengan kriteria Terapeutik
informasi hasil 1. Ciptakan suasana terapeutik
(D.0080) Tingkat ansietas ( (L09093) untuk menumbuhkan kepercayaan
1. Perilaku gelisah 2. Dengarkan dengan penuh

21
menurun perhatian
2. Perilaku tegang menurun 3. Gunakan pendekatan yang tenang
3. Tekanan darah membaik dan meyakinkan
4. Verbalisasi kebingungan Edukasi
menurun 1. Jelaskan prosedur, termasuk
5. Konsentrasi membaik sensasi yang mungkin dialami
2. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
3. Anjurkan keluarga untuk tetap
Bersama pasien, jika perlu
4. Latih Teknik relaksasi

2. Post Operasi Tubektomi


No Diagnosa Kep Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubungan keperawatan selama 3x24 Observasi
dengan agen jam diharapkan nyeri akut 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
pencedera fisik menurun dengan kriteria durasi, frekuensi, kualitas,
(luka insisi) hasil : intensitas nyeri
(D. 0077) Tingkat nyeri (L.08066) 2. Identifikasi skala nyeri
a.5. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi factor yang
6. Meringis menurun memperberat dan memperingan
7. Gelisah menurun Terapeutik
Sikap protektif menurun 1. Berikan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
Kolaborasi

22
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi (I.05718)
aktivitas keperawatan selama 3x24
Observasi
berhubungan jam diharapkan intoleransi
dengan aktivitas meningkat dengan 1. Monitor pola dan jam tidur
kelemahan kriteria hasil 2. Monitor lokasi dan
(D.0056) Toleransi aktivitas ketidaknyamanan selama
a. (L.05047) melakukan aktivitas
1. Kemudahan melakukan
Terapeutik
aktivitas sehari-hari
meningkat 1. Sediakan lingkungan nyaman dan
2. Perasaan lemah menurun rendah stimulus (mis: cahaya,
suara, kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan

Edukasi

1. Anjurkan melakukan aktivitas


secara bertahap

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan ahli gizi


tentang cara meningkatkan
asupan makanan

23
V. Emplementasi dan Evaluasi

1. Pre Operasi

No Diagnosa Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi


1 Nyeri akut Sabtu 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S:
7 Mei 2022 Ibu mengatakan masih nyeri abdomen
berhubungan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
dengan agen 2. Mengidentifikasi skala nyeri O:
- Terdapat nyeri tekan di daerah
pencedera 3. Mengidentifikasi factor yang memperberat
simpisis.
fisiologis dan memperingan
- Nadi 76 X / mnt.
(D. 0077) 4. Memberikan teknik nonfarmakologi untuk
- TFU 2 jari dibawah pusat
mengurangi rasa nyeri
- Tampak meringis
5. Memfasilitasi istirahat dan tidur
6. Mengontrol lingkungan yang memperberat
A : Masalah belum teratasi
rasa nyeri
7. Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu P : Lanjutkan Intervensi
nyeri
8. Berkolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Resiko infeksi Sabtu 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan S:
7 Mei 2022 Ibu mengatakan masih terasa gatal di
berhubungan sistemik
daerah reproduksinya
dengan efek 2. Membatasi jumlah pengunjung
prosedur invasif 3. Menuci tangan sebelum dan sesudah kontak
O:
((D.0142) dengan pasien dan lingkungan pasien - Terdapat luka jaritan episiotomi

24
4. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi kurang lebih 3 cm
5. Mengajarkan cara mencuci tangan dengan - Terdapat lochea rubra kurang
benar lebih 50 cc
6. Mengajarkan cara memeriksa kondisi luka - Derah di sekitar luka jaritan
atau luka operasi episiotomi lembab.
7. Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi
A : Masalah belum teratasi
8. Menganjurkan meningkatkan asupan cairan
P : Lanjutkan Intervensi
3 Ansietas Sabtu 1. Memonitor tanda-tanda ansietas S:
7 Mei 2022 Ibu mengatakan masih belum tenang
berhubungan 2. Menciptakan suasana terapeutik untuk
meskipun sudah mendapatkan
dengan kurang menumbuhkan kepercayaan
informasi operasi tubektomi
terpapar 3. Mendengarkan dengan penuh perhatian
informasi 4. Menggunakan pendekatan yang tenang dan
O:
(D.0080) meyakinkan - Ibu tampak gelisah
5. Menjelaskan prosedur, termasuk sensasi yang - Ibu terlihat sering bengong
mungkin dialami
6. Menganjurkan mengungkapkan perasaan dan A : Masalah belum teratasi
persepsi P : Lanjutkan Intervensi
7. Menganjurkan keluarga untuk tetap Bersama
pasien, jika perlu
8. Melatih Teknik relaksasi

25
2. Post Operasi

No Diagnosa Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi


1 Nyeri akut Senin 1. Mengidentifikasi lokasi, S:
9 Mei 2022 Ibu mengatakan nyeri pada abdomen bekas operasi
berhubungan karakteristik, durasi, frekuensi,
tubektomi
dengan agen kualitas, intensitas nyeri
pencedera fisik 2. Mengidentifikasi skala nyeri O:
(luka insisi) 3. Mengidentifikasi factor yang - Posisi menghindari nyeri
(D. 0077) memperberat dan - Tampak meringis
memperingan - Gelisah
4. Memberikan teknik
A : Masalah belum teratasi
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri P : Lanjutkan Intervensi

5. Memfasilitasi istirahat dan


tidur
6. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
7. Menjelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
8. Berkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Intoleransi Senin 1. Monitor pola dan jam tidur S:
9 Mei 2022 - Ibu mengatakan kesulitan untuk bergerak karena
aktivitas 2. Monitor lokasi dan

26
berhubungan ketidaknyamanan selama luka bekas operasi
dengan melakukan aktivitas - Ibu mengatakan badannya lemas
kelemahan 3. Sediakan lingkungan nyaman
(D.0056) dan rendah stimulus (mis: O:
- Ibu tampak lemah
cahaya, suara, kunjungan)
- Kebutuhan ibu tampak dibantu oleh bidang / perawat
4. Lakukan latihan rentang
dan keluarganya.
gerak pasif dan/atau aktif
5. Berikan aktivitas distraksi
A : Masalah belum teratasi
yang menenangkan
6. Fasilitasi duduk di sisi tempat P : Lanjutkan Intervensi
tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan

7. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
8. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

27
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur yang mengakibatkan orang
atau pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi. Kontrasepsi ini untuk
jangka panjang dan sering disebut tubektomi atau sterilisasi (Handayani, 2010).
Indikasi sterilisasi (tubektomi) dapat dibagi lima macam, yaitu :
1. Indikasi medis
2. Indikasi obsetri
3. Indikasi genetik
4. Indikasi kontrasepsi
5. Indikasi ekonomi

28
DAFTAR ISI

T i m P o k j a   S D K I   D P P P P N I .   2 0 1 7 . Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia Defnisi dan Indikator  Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.

T i m P o k j a S I K I D P P   P P N I . 2 0 1 7 . Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia Defnisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.


2017.Standar Luaran Keperawatan Indonesia Defnisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan Edisi 1 . Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Bobak, 2005, Rencana Asuhan Keperawatan Maternitas, Jakarta, EGC. Doengoes, Marilyn
E. 2000.

Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian


Perawatan Pasien.Ed 3. Jakarta : EGC.

29

Anda mungkin juga menyukai