Anda di halaman 1dari 37

DIABETES MELITUS PADA IBU HAMIL

Pengertian

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang di sebabkan
kurangnyainsulin. Diabetes melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik di sertai berbagai
kelainanmetabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
padamata, ginjal, saraf dan pembuluh darah di sertai lesi pada membran basalis
dalampemerikasaan dengan pemeriksaan mikroskop elektron.Diabetes melitus (DM) adalah
adalah suatu gangguan kronik yang bercirikan hiperglikemia (glukosa darah terlampau
meningkat ) dan khususnya menyangkut metabolisme lemah danprotein juga
terganggu.EtiologiDiabetes melitus bisa disebabkan oleh dua penyebab yaitu Diabetes yang
timbul akibatkurangnya insulin dari kelenjar pankreas disebut DM tipe I, di sebabkan oleh reaksi
autoniumberupa serangan antibodi terhadap sel beta pankreas.Sedangkan Diabetes karena insulin
tidak berfungsi dengan baik disebut DM tipe II, karenareseptor insulin pada sel berkurang atau
berubah struktur sehingga hanya sedikit glukosa yangberhasil masuk ke sel. Kondisi ini dalam
jangka panjang akan merusak pembuluh darah danmenimbulkan berbagai komplikasi.Faktor
prediposisi

Penyakit diabetes melitus yang biasa dikenal dengan kencing manis ataupun penyakit
gula ini dapat dibedakan menjadi 3 bagianya yaitu :

Diabetes melitus tipe 1 dikenal sebagai diabetes yang tergantung insulin. tipe ini berkembang
jika sel-sel beta pankreas memproduksi insulin terlalu sedikit atau bahkan tidak memproduksi
sama sekali. Jenis ini biasanya muncul sebelum usia 40 tahunan bahkan termasuk pada usia
anak-anak.
Sampai saat ini penyakit diabetes melitus tipe 1 tidak dapat dicegah karena penyebabnya bukan
dari pola makan yang tidak sehat melainkan karena adanya kesalahan reaksi autoimunitas yang
menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi
pada tubuh.
Diet dan olah raga tidak bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe 1.
Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat
penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin
umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.
dimana Penderita dirawat dengan menyuntikkan insulin dan dianjurkan untuk melakukan diet
khusus diabetes serta melakukan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui
alat monitor pengujian darah.

Diabetes Melitus Tipe 2 dikenal sebagai penyakit gula yang tidak tergantung Insulin. Diabet
tipe 2 ini berkembang ketika tubuh masih mampu menghasilkan insulin tetapi tidak cukup dalam
pemenuhannya atau bisa juga disebabkan karena insulin yang dihasilkan mengalami resistance
insulin dimana insulin tidak bekerja secara maksimal.
Sekitar 90-95% penderita diabetes melitus termasuk dalam tipe diabetes 2. Penderita dirawat
dengan mangatur pola makan, latihan dan menyuntikkan insulin untuk mencapai kadar gula dan
tekanan darah yang senormal mungkin. sedangkan 5-10 adalah diabetes melitus gestational dan
diabet tipe 1.

Gestational diabetes mellitus (GDM) diakibatkan oleh kombinasi dari kemampuan reaksi dan
pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, seperti Tipe 2 di beberapa kesaksian. Biasanya
terjadi selama kehamilan dan dapat sembuh setelah melahirkan. Diabetes gestasional meliputi
gestational impaired glucose tolerance (GIGT) dan gestational diabetes mellitus (GDM) dan
berdasarkan tahap klinis tanpa mempertimbangkan patogenesis dapat dibedakan menjadi 3 antara
lain :
1. Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus defisiensi peptida-C.
2. Insulin requiring for control diabetes. Pada tahap ini, sekresi insulin endogenus tidak
cukup untuk mencapai gejala normoglicemia, jika tidak disertai dengan tambahan
hormon dari luar tubuh.
3. Not insulin requiring diabetes
Meskipun bersifat temporer namun Gestational diabetes mellitus kemungkinan dapat
merusak kesehatan janin karena efeknya berhubungan dengan jantung, organ pernafasan yang
dapat menimbulkan kecacatan pada bayi ketika dilahirkan selain itu tentunya sangat
mengganggu kesehatan ibu hamil. Hanya sekitar 2050% dari wanita penderita diabetes melitus
tipe ini dapat bertahan hidup untuk itu bagi ibu hamil yang menderita tipe diabet ini sangat
memerlukan pengawasan secara medis sepanjang kehamilan dan sebagai pencegahan anda perlu
mengetahui gejala diabetes dan hal hala apa saja yang menjadi penyebab diabetes melitus dan
usahakan agar selalu memeriksa kadar gula secara berkala.

PRINSIP PERENCANAAN
MAKAN ORANG DENGAN DIABETES DI INDONESIA
A. Kebutuhan Kalori.
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mepertahankan berat badan ideal komposisi
energi adalah 60 70% dari karbohidrat, 10 15% dari protein dan 20 25% dari lemak.
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan orang dengan
diabetes. Diantaranya adalah dengan memperhitungkan berdasarkan kebutuhan kalori basal yang
besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal, ditambah dan dikurangi bergantung pada beberapa faktor
yaitu jenis kelamin, umur, aktifikasi, kehamilan/laktasi, adanya komplikasi dan berat badan.
Cara lain adalah seperti tabel 1. Sedangkan cara yang lebih gampang lagi adalah dengan
pegangan kasar, yaitu untuk pasien kurus 2300 2500 kalori, normal 1700 2100 kalori dan
gemuk 1300 1500 kalori.
Tabel 1. Kebutuhan Kalori Orang Dengan Diabetes
Kalori/kg BB ideal
Dewasa Kerja santai sedang berat
Gemuk 25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 40 40-50
Perhitungan Berat Badan Idaman.
Dengan rumus Brocca yang dimodifikasi adalah sebagai berikut :
Berat badan idaman = 90% x (TB dalam cm 100) x 1 kg.
Bagi pria dengan tinggi badan dibawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm, atau bagi mereka
yang berumur lebih dari 40 tahun, rumus dimodifikasi menjadi.
Berat badan ideal = (TB dalam cm 100) x 1 kg.
Sedangkan menurut Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu berat
badan (kg) TB2 sebagai berikut :
Berat ideal : BMI 21 untuk wanita
BMI 22,5 untuk pria.

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori.
1. Jenis Kelamin.
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria, untuk ini dapat dipakai angka 25
kal/kg BB untuk wanita dan angka 30 kal/kg BB untuk pria.
2. Umur.
Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori adalah jauh lebih tinggi daripada orang
dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kg/kg BB.
Umur 1 tahun membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada anakanak
lebih daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya.
Penurunan kebutuhan kalori diatas 40 tahun harus dikurangi 5% untuk tiap dekade
antara 40 dan 59 tahun, sedangkan antara 60 dan 69 tahun dikurangi 10%, diatas 70
tahun dikurangi 20%.
3. Aktifitas Fisik atau Pekerjaan.
Jenis aktifitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis aktifitas
dikelompokan sebagai berikut :
Keadaan istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10%.
Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah tangga, dan
lain-lain kebutuhan harus ditambah 20% dari kebutuhan basal.
Sedang : pegawai di insdustri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak perang,
kebutuhan dinaikkan menjadi 30% dari basal.
Berat : petani, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit, kebutuhan ditambah 40%.
Sangat berat : tukang beca, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus ditambah
50% dari basal.
4. Kehamilan/Laktasi.
Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/hari dan pada trimester II dan III
350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak 550 kalori/hari.
5. Adanya komplikasi. Infeksi,
Trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan tambahan kalori
sebesar 13% untuk tiap kenaikkan 1 derajat celcius.
6. Berat Badan.
Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30% bergantung kepada
tingkat/kekurusannya.
B. Gula.
Gula dan produk-produk lain dari gula dikurangi, kecuali pada keadaan tertentu, misalnya
pasien dengan diet rendah protein dan yang mendapat makanan cair, gula boleh diberikan untuk
mencukupi kebutuhan kalori, dalam jumlah terbatas. Penggunaaan gula sedikit dalam bumbu
diperbolehkan sehingga memungkinkan pasien dapat makan makanan keluarga. Penggunaaan
gula untuk minuman dapat diberikan sesuai petunjuk bila diperlukan.
C. Standard Diet Diabetes Mellitus.
Untuk perencanaan pola makan sehari, pasien diberi petunjuk berapa kebutuhan bahan
makanan setiap kali makan dalam sehari dalam bentuk Penukar (P). Lihat lampiran (satu) 1.
Berdasarkan pola makan pasien tersebut dan daftar bahan makanan penukar, dapat disuusn
menu makanan sehari-hari.
D. Daftar Makanan Penukar.
Daftar bahan makanan penukar adalah suatu daftar nama bahan makanan dengan
ukuran tertentu dan dikelompokkan berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak dan hidrat
arang. Setiap kelompok bahan makanan dianggap mempunyai nilai gizi yang kurang lebih sama .
Dikelompokkan menjadi 7 kelompok bahan makanan yaitu :
Golongan 1 : bahan makanan sumber karbohidrat.
Golongan 2 : bahan makanan sumber protein hewani.
Golongan 3 : bahan makanan sumber protein nabati.
Golongan 4 : sayuran.
Golongan 5 : buah-buahan.
Golongan 6 : Susu.
Dolongan 7 : Minyak
Golongan 8 : makanan tanpa kalori.

KLASIFIKASI DIABETES
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2009, klasifikasi Diabetes Melitus
adalah sebagai berikut:
1.) DM tipe 1 ( IDDM / INSULIN DEPENDENT DIABETES MELLITUS )
DM tipe 1 sering dikatakan sebagai diabetes Juvenile onset atau Insulin dependent atau
Ketosis prone, karena tanpa insulin dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang
disebabkan ketoasidosis. Istilah juvenile onset sendiri diberikan karena onset DM tipe 1 dapat
terjadi mulai dari usia 4 tahun dan memuncak pada usia 11-13 tahun, selain itu dapat juga terjadi
pada akhir usia 30 atau menjelang 40.
Karakteristik dari DM tipe 1 adalah insulin yang beredar di sirkulasi sangat rendah, kadar
glukagon plasma yang meningkat, dan sel beta pankreas gagal berespons terhadap stimulus yang
semestinya meningkatkan sekresi insulin.
DM tipe 1 sekarang banyak dianggap sebagai penyakit autoimun. Pemeriksaan histopatologi
pankreas menunjukkan adanya infiltrasi leukosit dan destruksi sel Langerhans. Pada 85% pasien
ditemukan antibodi sirkulasi yang menyerang glutamic-acid decarboxylase (GAD) di sel beta
pankreas tersebut. Prevalensi DM tipe 1 meningkat pada pasien dengan penyakit autoimun lain,
seperti penyakit Grave, tiroiditis Hashimoto atau myasthenia gravis. Sekitar 95% pasien
memiliki Human Leukocyte Antigen (HLA) DR3 atau HLA DR4.

Kelainan autoimun ini diduga ada kaitannya dengan agen infeksius/lingkungan, di mana
sistem imun pada orang dengan kecenderungan genetik tertentu, menyerang molekul sel beta
pankreas yang menyerupai protein virus sehingga terjadi destruksi sel beta dan defisiensi
insulin. Faktor-faktor yang diduga berperan memicu serangan terhadap sel beta, antara lain virus
(mumps, rubella, coxsackie), toksin kimia, sitotoksin, dan konsumsi susu sapi pada masa bayi.
Selain akibat autoimun, sebagaian kecil DM tipe 1 terjadi akibat proses yang idiopatik. Tidak
ditemukan antibodi sel beta atau aktivitas HLA. DM tipe 1 yang bersifat idiopatik ini, sering
terjadi akibat faktor keturunan, misalnya pada ras tertentu Afrika dan Asia.
Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan pemberian therapi
insulin yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan
faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita
diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya,
sebaiknya menggunakan alat test gula darah.

2 . DM tipe 2 ( NIDDM / NON- INSULIN DEPENDENT DIABETES MELLITUS )
Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan
semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini
dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap
insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sel
dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam
darah.
Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin,
diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula
darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan
pemberian tablet diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon penanganan
level gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan.
Jika dulu DM 2 sering dihubungkan dengan usia lanjut, sekarang anak- anak dan remaja juga
bisa mengalaminya, karena pola makan yang kurang sehat dan kurang olahraga. Di Indonesia
saja, sekitar 65. 000 anak menderita DM tipe 2 ini.

Tahap perkembangan DM tipe 2 terjadi yaitu:
Tahap 1. Genetic suspecbility, sebagai prerequisite
Tahap 2. Insulin resistance
Tahap 3. Impaired Glucuse Toleraance ( IGT )
Tahap 4. DM tipe 2
DM tipe 2 juga ditandai dengan 4 gangguan metabolik utama, yaitu:
Hiperglikemia kronik
Resistensi insulin
Reduksi respon insulin
Peningkatan penggeluaran glukosa hepar


Berikut ini, akan kami uraikan beberapa perbedaan antara DM tipe 1 dan DM tipe 2:

DM tipe 1 DM tipe 2
- Sel pembuat insulin rusak
- Mendadak, berat dan fatal
- Umumnya usia muda
- Insulin absolut dibutuhkan seumur
hidup
- Bukan turunan, tapi autoimun
- Lebih banyak di negara maju (
faktor genetika )
- Terjadi sekitar 10 15 % kasus
DM
- Lebih banyak diderita oleh pria
daripada wanita
- Menyebabkan autoantibodi
- Terjadi gangguan autoimun
- Lebih sering dari tipe 1
- Faktor turunan positif
- Muncul saat dewasa
- Biasanya diawala ( ttrigger )
dengan kegemukan
- Komplikasi kalau tidak terkendali
- Lebih tinggi di negara maju (
faktor gaya hidup dan status gizi )
- Terjadi sekitar 85- 90 % kasus
DM
- Lebih banyak diderita wanita
daripada laki- laki
- Tidak menyebabkan autoantibodi
- Terjadi gangguan metabolik

3.) DIABETES MELLITUS TIPE LAIN
Beberapa jenis DM lainnya yaitu:
a. Defek genetik fungsi sel beta
Beberapa bentuk diabetes dihubungkan dengan defek monogen pada fungsi sel beta, dicirikan
dengan onset hiperglikemia pada usia yang relatif muda (<25 tahun) atau disebut maturity-onset
diabetes of the young (MODY). Terjadi gangguan sekresi insulin namun kerja insulin di jaringan
tetap normal. Saat ini telah diketahui abnormalitas pada 6 lokus di beberapa kromosom, yang
paling sering adalah mutasi

kromosom 12, juga mutasi di kromosom 7p yang mengkode glukokinase. Selain itu juga telah
diidentifikasi kelaian genetik yang mengakibatkan ketidakmampuan mengubah proinsulin
menjadi insulin.
b. Defek genetik kerja insulin
Terdapat mutasi pada reseptor insulin, yang mengakibatkan hiperinsulinemia, hiperglikemia
dan diabetes. Beberapa individu dengan kelainan ini juga dapat mengalami akantosis nigricans,
pada wanita mengalami virilisasi dan pembesaran ovarium.
c. Penyakit eksokrin pankreas
Meliputi pankreasitis, trauma, pankreatektomi, dan carcinoma pankreas.
d. Endokrinopati
Beberapa hormon seperti GH, kortisol, glukagon dan epinefrin bekerja mengantagonis
aktivitas insulin. Kelebihan hormon-hormon ini, seperti pada sindroma Cushing, glukagonoma,
feokromositoma dapat menyebabkan diabetes. Umumnya terjadi pada orang yang sebelumnya
mengalami defek sekresi insulin, dan hiperglikemia dapat diperbaiki bila kelebihan hormon-
hormon tersebut dikurangi.
e. Karena obat/zat kimia
Beberapa obat dapat mengganggu sekresi dan kerja insulin. Vacor (racun tikus) dan
pentamidin dapat merusak sel beta. Asam nikotinat dan glukokortikoid mengganggu kerja
insulin.

f. Infeksi
Virus tertentu dihubungkan dengan kerusakan sel beta, seperti rubella, coxsackievirus B,
CMV, adenovirus, dan mumps.
g. Imunologi
Ada dua kelainan imunologi yang diketahui, yaitu sindrom stiffman dan antibodi
antiinsulin reseptor. Pada sindrom stiffman terjadi peninggian kadar autoantibodi GAD di sel
beta pankreas.
h. Sindroma genetik lain
Downs syndrome, Klinefelter syndrome, Turner syndrome, dan lain- lain.

Anatomi Fisiologi
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira kira 15 cm, lebar 5
cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata rata 60 90 gram.
Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik
hewan maupun manusia. Bagian depan ( kepala ) kelenjar pankreas terletak pada
lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian
badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan
bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan
embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel
yang membentuk usus.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :
1.Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
2.Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi
menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pamkreas tersebar
di seluruh pankreas dengan berat hanya 1 3 % dari berat total pankreas. Pulau
langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar pulau
langerhans yang terkecil adalah 50 m, sedangkan yang terbesar 300 m, terbanyak
adalah yang besarnya 100 225 m. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas
diperkirakan antara 1 2 juta.
Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu:
a.Sel sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20 40 % ; memproduksi glikagon yang
manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai anti insulin like
activity .
b.Sel sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60 80 % , membuat insulin.
c.Sel sel D ( delta ), jumlahnya sekitar 5 15 %, membuat somatostatin.
Masing masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifat
pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak berwarna pucat
dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Pada penderita DM, sel beha sering
ada tetapi berbeda dengan sel beta yang normal dimana sel beta tidak menunjukkan
reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi.
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin manusia.
Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu rantai A dan
B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan ( perangkai ), yang terdiri dari
disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino.
Insulin dapat larut pada pH 4 7 dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin
dapat berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar di dalam
membrana sel.
Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran
berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi
efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah
meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar
glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun.
Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon
gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi
metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui
membran sel ke jaringan terutama sel sel otot, fibroblas dan sel lemak.

C.Etiologi
Diabetes Melitus mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang
peranan penting pada mayoritas Diabetes Melitus. Faktor lain yang dianggap sebagai
kemungkinan etiologi DM yaitu :
1.Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel
beta melepas insulin.
2.Faktor faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang
dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang
diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3.Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang
disertai pembentukan sel sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan
sel sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4.Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap
insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang
responsir terhadap insulin.

Penatalaksanaan Medis
Pasien yang cukup terkendali dengan pengaturan makan saja tidak mengalami kesulitan kalau
berpuasa. Pasien yang cukup terkendali dengan obat dosis tunggal juga tidak mengalami
kesulitan untuk berpuasa. Obat diberikan pada saat berbuka puasa. Untuk yang terkendali
dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dosis tinggi, obat diberikan dengan dosis sebelum
berbuka lebih besar daripada dosis sahur. Untuk yang memakai insulin, dipakai insulin
jangka menengah yang diberikan saat berbuka saja. Sedangkan pasien yang harus
menggunakan insulin (DMTI) dosis ganda, dianjurkan untuk tidak berpuasa dalam bulan
Ramadhan.

1.Perencanaan Makan
Merupakan salah satu pilar penanganan pasien DM tipe
Prinsip:
Harus disesuaikan dengan kebiasaan tiap individu
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, stutus gizi, umur, ada tidaknya stress akut,
dan kegiatan jasmani
Jumlah kalori yang masuk lebih penting dari pada jenis asal kalori
Menghitung kebutuhan kalori dengan menggunakan:
Rumus Broca (yang dipakai di klinik)
BBI=(TB-100)-10%
Status gizi:
BB kurang BB<90%BBI BB normal BB90-110%BBI BB lebih BB110-120%BBI BB gemuk
BB>120% BbL
IMT (Index Massa Tubuh)

2.PERENCANAAN MAKAN
Contoh perhitungan Kalori dengan rumus Broca:
BBI=(TB-100)-10% dikalikan dengan kebutuhan kalori untuk metabolisme basal
(30kkal/kgBB untuk pria;24 kkal/kgBB untuk wanita)
Penambahan:
10-30% aktifitas
20% stress akut
Koreksi bila gemuk
Makanan dibagi atas 3 porsi besar: pagi (20%), siang(30%), sore (25%) dan sisa untuk snack
diantara makan pagi siang dan siang-sore. Selanjutnya perubahan disesuaikan dengan pola
makan pasien.
Standar yang dianjurkan untuk komposisi makanan:
KH 60-70%
Protein 10-15%
Lemak 20-25%

3.PERENCANAAN MAKAN
KH diklasifikasikan berdasarkan efeknya terhadap peningkatan glukosa (Index glikemik):
Lambat (a.l. roti whole grain, nasi, kentang, cereal, apel)
Sedang
Cepat
Untuk mencegah peningkatkan glukosa secara cepat maka dipilih makanan dengan index
glikemik lambat
Gula murni tidak perlu dihindari


4.INTERVENSI FARMAKOLOGIS
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran kadar glukosa darah belum tercapai dengan
pengaturan makan dan latihan jasmani
Intervensi Farmakologis meliputi:
OHO (Obat Hipoglikemik Oral)
Insulin
OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL
Lokasi kerja OHO pada tubuh
OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL
Digolongkan berdasarkan cara kerjanya:
Pemicu sekresi insulin/secretagogue (Sulfonilurea dan Glinit)
Penambah sensitifitas terhadap insulin: Metformin dan Tiazolidindion
Penghambat absorbsi glukosa:penghambat oksidase alfa
SULFONILUREA
Bekerja dengan cara meningkatkan sekresi insulin
Semua Sulfonilurea meningkatkan berat badan dan beresiko menyebabkan hipoglikemi
Menurunkan GDP sampai 5070 mg/dl dan menurunkan HbA1c sampai 0.81.7%
Semua obat menyebabkan hipoglikemi berat, maka dosis yang diberikan sekecil mungkin dan
harus dimonitor GDP sampai 110-140mg/dL.
ah
tidak digunakan lagi (terutama di US) karena meningkatkan reaksi obat dengan obat lain.

memanjang dan berat
TIAZOLIDINDION
2000 Troglitazone ditarik dari pasaran US karena terbukti menyebabkan 60 laporan
hepatotoksik.
Bekerja dengan cara meningkatkan sensitifitas insulin pada jaringan otot dan adipose dan
sedikit menghambat produksi glukosa di hati.
Relatif aman untuk pasien gangguan ginjal karena dimetabolisme di hati dan dikeluarkan
melalui feses.
Penggunaan pada pasien gangguan hati dapat menyebabkan akumulasi Tiazolidindion
CHF fc III dan IV
PENGHAMBAT
GLUKOSIDASE ALFA/
GLUKOSIDASE INHIBITORS
Generik:Acarbose (Glucobay)
an GDPP.
karbohidrat pada usus halus
Absorbsi dextrins, maltose, sucrose, and KH tergangu dengan pemberian Acarbose tetapi
tidak menghambat penyerapan glucose dan lactose.
Dimakan bersamaan suapan pertama
Pengobatan dengan Arcabose dapat menurunkan GDP sampai 3540 mg/dl dan HbA1c
sampai 0.40.7%.
Terapi Acarbose tidak menyebabkan peingkatan berat badan atau hipoglikemi (karena hanya
berefek lokal).
KI: gangguan hepar, ginjal (keatinin>2mg/dl) dan GI
Efek samping: peningkatan flatus, nyeri abdominal, dan diare.
BIGUANID
Mekanisme kerja terutama menurunkan pengeluaran glukosa hati.
Mampu meningkatkan sensitifitas terhadap insulin dengan meningkatkan aktifitas reseptor
insulin tirosin kinase, meingkatkan sistesis glikogen dan meningkatkan transport GLUT $4
transporter ke dalam plasma membran. Contoh: Metformin. Mampu menurunkan GDP
sampai 5070 mg/dl dan the HbA1c sampai 1.41.8%.
Tidak begitu berbahaya dalam menyebabkan hipoglikemi
Efek samping yang sering terjadi: ketidak nyamanan GI dan mual. Hampir 0.03 kasus/1,000
pasien-tahun, mengalami asidosis laktat terutama pada pasien yang mengalami renal
insufisiensi dan gangguan hati
Metformin tidak direkomendasikan untuk pasien dengan kreatinin >1.5 mg/dl.
Baik digunakan bagi pasien gemuk.
TERAPI KOMBINASI
INSULIN
Cara kerja Insulin: Fungsi utama mengkounter hormon peningkat glukosa dan
mempertahankan gula darah normal, menstimulasi lipogenesis, menurunkan lipolisis dan
meningkatkan transport asam amino ke dalam sel, menstimulasi pertumbuhan, sintesis DNA
dan replikasi sel.
Indikasi terapi insulin:
DM tipe 1/IDDM
DM tipe 2/NIDDM yang tidak berespon dengan pengobatan OHO
DM tipe 2 dengan stress
Penurunan BB yang cepat
Ketoasidosis diabetik
INSULIN
Penyuntikan: subkutan dan vena (dalam keadaan akut)
Lokasi subkutan, spt.gambar


KRITERIA PENGENDALIAN DM PENANGANAN DM DENGAN KOMPLIKASI
DIABETES DAN HIPERTENSI
Indikasi pengobatan: TD sistolik lebih atau sama dengan 130mmHg dan TD diastolik lebih
sama dengan 90mmHg
Pengelolaan
Non farmakologis: modifikasi gaya hidup. Menurunkan BB, OR, menghendtikan rokok dan
mengurangi konsumsi garam
Farmakologis:
Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih OAH (Obat Anti Hipertensi)):
Pengaruh OAH pada profil lipid
Pengaruh OAH pada metabolisme glukosa
Pengaruh OAH terhadap resisensi insulin
Pengaruh OAH terhadap hipoglikemi


2.3 Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi Pankreas
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster didalam ruang
retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa diarah kronio dorsal dan
bagian atas kiri kaput pankreas dihubungkan dengan corpus pankreas oleh leher pankreas
yaitu bagian pankreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena
mesentrika superior berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput pankreas ini disebut
processus unsinatis pankreas.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
1) Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
2) Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya namun
sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung kedalam darah.
Pankreas manusia mempunyai 1 2 juta pulau langerhans, setiap pulau langerhans hanya
berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah kapiler.
Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel-alfa, beta dan delta. Sel beta
yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak terutama ditengah setiap pulau dan
mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan bungkusan insulin dalam sitoplasma sel.
Tiap bungkusan bervariasi antara spesies satu dengan yang lain. Dalam sel B , molekul
insulin membentuk polimer yang juga kompleks dengan seng. Perbedaan dalam bentuk
bungkusan ini mungkin karena perbedaan dalam ukuran polimer atau agregat seng dari
insulin. Insulin disintesis di dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian diangkut ke
aparatus golgi, tempat ia dibungkus didalam granula yang diikat membran. Granula ini
bergerak ke dinding sel oleh suatu proses yang tampaknya sel ini yang mengeluarkan insulin
ke daerah luar dengan eksositosis. Kemudian insulin melintasi membran basalis sel B serta
kapiler berdekatan dan endotel fenestrata kapiler untuk mencapai aliran darah (Ganong,
1995). Sel alfa yang mencakup kira-kira 25 % dari seluruh sel mensekresikan glukagon. Sel
delta yang merupakan 10 % dari seluruh sel mensekresikan somatostatin (Pearce, 2000)

Gambar anatomi pankreas dapat dilihat berikut ini :
Corpus pankreatikus
Canalis Pylorica
Ductus pankreaticus
Ductus Coledukus


Cauda

Pankreatis


Duodenum Pars
asendens
Caput pankreatis
Duodenum pars horisontal
Processus uricinatus

Gambar 1. Gambar anatomi pankreas, duodenum.


b. Fisiologi Pankreas
Kelenjar pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh berupa hormon-
hormon yang disekresikan oleh sel sel dipulau langerhans. Hormon-hormon ini dapat
diklasifikasikan sebagai hormon yang merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan
hormon yang dapat meningkatkan glukosa darah yaitu glukagon.
Fisiologi Insulin :
Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel dipulau langerhans menyebabkan timbulnya
pengaturan secara langsung sekresi beberapa jenis hormone lainnya, contohnya insulin
menghambat sekresi glukagon, somatostatin menghambat sekresi glukagon dan insulin.
Insulin dilepaskan pada suatu kadar batas oleh sel-sel beta pulau langerhans. Rangsangan
utama pelepasan insulin diatas kadar basal adalah peningkatan kadar glukosa darah. Kadar
glukosa darah puasa dalam keadaan normal adalah 80-90 mg/dl. Insulin bekerja dengan cara
berkaitan dengan reseptor insulin dan setelah berikatan, insulin bekerja melalui perantara
kedua untuk menyebabkan peningkatan transportasi glukosa kedalam sel dan dapat segera
digunakan untuk menghasilkan energi atau dapat disimpan didalam hati (pearce, 2000)

Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akamn menimbulkan berbagai penyakit dan
diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan
tersebut dilakukan berbagai usaha dan akan diuraikan sebagai berikut :
a. Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal
karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu :
1) Karbohidrat sebanyak 60 70 %
2) Protein sebanyak 10 15 %
3) Lemak sebanyak 20 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan
jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah kalori dipakai rumus Broca
yaitu Barat Badan Ideal = (TB-100)-10%, sehingga didapatkan =
1) Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal
2) Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal
3) Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal
4) Gemuk = > 120% dari BB Ideal.
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan kalori basal yaitu
untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB, kemudian ditambah untuk
kebutuhan kalori aktivitas (10-30% untuk pekerja berat). Koreksi status gizi (gemuk
dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai dengan
kebutuhan.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut diatas dibagi dalam beberapa
porsi yaitu :
1) Makanan pagi sebanyak 20%
2) Makanan siang sebanyak 30%
3) Makanan sore sebanyak 25%
4) 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.
b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit
yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta.
Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit, olehraga sedang
berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat jogging.
c. Obat Hipoglikemik
1. Sulfonilurea
2. Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
a. Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.
b. Menurunkan ambang sekresi insulin.
c. Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal dan masih bisa dipakai
pada pasien yang beratnya sedikit lebih.
Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan orangtua karena resiko
hipoglikema yang berkepanjangan, demikian juga gibenklamid. Glukuidon juga dipakai
untuk pasien dengan gangguan fungsi hati atau ginjal.
3. Biguanid
Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin.
Sebagai obat tunggal dianjurkan pada pasien gemuk (imt 30) untuk pasien yang berat lebih
(imt 27-30) dapat juga dikombinasikan dengan golongan sulfonylurea
4. Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM) dalam keadaan
ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.
b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan diet (perencanaan
makanan).
c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif maksimal. Dosis
insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan perlahan lahan sesuai
dengan hasil glukosa darah pasien. Bila sulfonylurea atau metformin telah diterima sampai
dosis maksimal tetapi tidak tercapai sasaran glukosa darah maka dianjurkan penggunaan
kombinasi sulfonylurea dan insulin.
d) Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu pendidikan dan pelatihan mengenai
pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk
meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai
keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan psikologik kualifas hidup yang lebih baik.
Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan diabetes (Bare & Suzanne,
2002)



Penatalaksanaan
Pada Kehamilan
a. Deteksi dini.
Konseling prakonsepsi mencakup penundaan kehamilan 6-12 bulan pada ibu dengan DM
untuk mempertahankan stabilitas insulin dengan penanganan dari internis
Pemeriksaan reduksi urine dan kadar glukosa darah.
Waktu pemeriksaan (Varney, 1997)
- Trimester 1
- Minggu ke 28
- Minggu ke 34-36
Pemeriksaan reduksi urine menggunakan metoda benedict
- Warna biru jernih sedikit kehijauan normal
- Warna hijau endapan kuning Positif 1
- Endapan kuning jelas dan banyak Positif 2
- Tidak berwarna, endapan warna jingga Positif 3
- Tidak berwarna, endapan warna merah bata sampai kecoklatan
Positif 4 ( Riyani, 2006)

Persiapan pemeriksaan Glukosa darah (MNH,2002)
- Makan dengan karbohidrat cukup minimal 3 hari sebelumnya
- Semalam sebelum pemeriksaan puasa 8-12 jam, pagi-pagi diambil contoh darahnya.
- Diberi beban glukosa 75 gram dalam 200 ml air, selalu setelah 2 jam diambil contoh
darah.
Deteksi Kasus (Sullivan, 1973)
- Pasen diberi tes beban glukosa oral 50 gr, 1jam kemudian diperiksa kadar gula darahnya. Bila
nilai glukosa plasma > 150 mg/dl (130 mg/dl darah) maka perlu dilanjutkan dengan Glukosa
Toleransi Test (GTT) 3 jam.
- GTT
Pasen diberi beban glukosa oral 100 gr kemudian diperiksa kadar gula darah

Normal Abnormal
Puasa <90 mg/dl >/=90 mg/dl
Jam 1 <165 mg/dl >/=165 mg/dl
Jam 2 <145 mg/dl >/=145 mg/dl
Jam 3 <124 mg/dl >/=124 mg/dl


Pengaturan skrining DM (Varney,1997)
GD Puasa GD PP Hal yang
dilakukan
GTT
+ - GTT 2 Abnormal :
Konsultasi
+ - GTT 2 Abnormal : DMG:
Konsultasi
+ + DM : Konsultasi
- - Test ulang hamil 34-
36 mg



Kriteria DM (WHO)

Puasa 2 jam PP
Normal < 100 <140
DM >/= 140 >200
Toleransi Glukosa
Terganggu (TGT)
100-139 140-199

Menetapkan usia kehamilan berdasarkan HPHT dan kesesuaian dengan TFU. Apabila di
temukan TFU lebih besar dari ukuran normal, pertimbangkan makrosomia

b. Penanganan awal
Konseling tentang keadaan kehamilan dengan diabetes melitus mencakup tanda dan gejala,
komplikasi dan rencana penatalaksanaan
Kolaborasi dengan Ginekolog,Internis, Spesialis Anak Dan Ahli Gizi
Memelihara GD normal dengan (Varney,1997)
- Diet ( Kolaborasi dengan ahli gizi ) 30 kal/BB terdiri dari 50% karbohidrat, 20% ptotein,
30% lemak. PROTEIN 1-1,5/kg BB
- Monitoring GD dengan pemeriksaan laboratorium. Pada masa kehamilan 2 minggu sekali,
pada masa nifas 1 minngu sekali.
- Istirahat cukup dan olah raga sesuai kondisi
Pemantauan ibu dan janin
- Pengukuran TFU
- Monitor Denyut jantung janin
Konseling untuk memonitor gerakan janin, kehamilan < 28 minggu 10 gerakan dalam 2 jam,
kehamilan > 28 minggu 10 gerakan dalam 1 jam
Menghindari terjadi infeksi
Pada bulan ke- 7 , bila ditemukan aseton, gestose, di rawat di rumah sakit (MNH, 2002)
Kehamilan 34 minggu dirawat untuk persiapan persalinan (MNH,2002)
Menjelang akhir kehamilan lakukan USG dan Kardiografi secara serial setiap minggu
(MNH, 2002)


c. Penanganan Lanjut
Kolaborasi dengan ginekolog, internis dan ahli gizi
Pemberian insulin (human insulin) yaitu Humulin R dan Actrapid Human, bila GDP >105
dan GD PP > 120
- Dosis insulin perlu dirubah menurut keperluan sesuai dengan hasil pemeriksaan GD
kurang lebih antara 0,5 1,5 unit/BB
- Trimester I dosis insulin di kurangi kerena mudah terjadi hipoglikemi akibat emisis
- Trimester II & III dosis insulin di tanbah karena pola makan meningkat
- Pantau GD 3 kali/hari

Bila diperlukan dokter bisa melakukan amniosentesis untuk memeriksa keadaan paru-paru
janin sebelum persalinan

Pada Persalinan
Penanganan persalinan oleh ginekolog di rumah sakit dengan fasilitas operasi
bu hamil dengan DMG ringan partus spontan sampai dengan usia kehamilan 40 minggu
Ibu hamil dengan DMG berat (yang memerlukan insulin) kehamilan diakhiri pada 36-38
minggu dengan induksi atau SC
Indikasi SC (M.Tobing,2005)
- Gestosis
- Makrosomia
- Gawat janin
- Pertumbuhan janin terhambat
- Primi tua
- Riwayat still birth
Selama proses persalinan pemantauan DJJ dengan USG dan Kardiotokografi (KTG)
Bila akan dilakukan terminasi lakukan amniosentesis untuk memastikan kematangan
janin ( Bila usia kehamilan < 38 minggu )
Pada persalinan dosis insulin di kurangi, diberi infus glukosa dan insulin bila terjadi
hipoglikemi diberi insulin secara infus 2-4 satuan perjam
Pada Neonatus
a. Penanganan awal
(MNH,2002)
Perlakukan bayi sebagai bayi prematur, jaga kehangatan dan evaluasi segera :
- Nilai apgar
- Periksa K/U bayi
- Observasi kemungkinan hipoglikemia dengan tanda hipoglikemia : Gelisah, soanosis,
apatis, apnoe/trahipnoe intermiten, tangis lemah, lethargi, sulit minum dan memutar bola
mata.
- Periksa fisik untuk melihat cacat bawaan
- Periksa plasenta
- Periksa kadar glukosa bayi
- Periksa haematokrit tali pusat
- Biberi minum 60-90 ml/kgBB/hari pada jam pertama, selanjutnya tiap jam
b. Penanganan lanjut ( di Rumah sakit )
Periksa laboratorium :
- Kadar Glukosa serum tali pusat umur 1,2,4,8,12,24,36,48 jam
- Kadar kalsium dan magnesium umur 6,12,24,48 jam
- Haematokrit tali pusat umur 4,24 jam
- Kadar serum bilirubin bila tampak kuning
Lakukan penanganan sebagai berikut :
- Bila terjadi hipoglikemi ( glukosa < 25 mg/dl ) beri larutan glukosa IV 6 mg/kgBB/menit.
Kadar glukosa diperiksa tiap jam
- Bila hasi 25-44mg/dl bayi tidak tampak sakit, minum larutan glukosa 5%, periksa GD tiap
jam sampai stabil, setelah itu tiap 4 jam, bila tetap rendah, infus glukosa 6 mg/kgBB/menit
- Bila hipoglikemi dengan gejala, berikan larutan glukosa 10% 2-4 ml/kgBB/menit IV
selama 2-3 menit lanjutkan dengan 6-8 ml/kgBB/menit. Konsentrasi glukosa tidak boleh
lebih dari 12,5% karena dapat merusak vena.
Hipokalsemia dngan kejang, beri larutan kalsium glukonat 10% 1 ml/kgBB IV diencerkan
dengan glukosa 5% 1:4. Kadar kalsium dipantau setiap 12 jam. Peamantauan bradikardi,
aritmia jantung, nekrosis kulit dan alat infus
Hipomagnesemia, beri magnesium sulfat 50% 1,2 ml/kgBB/hari IM dalam dibagi dalam
2-3 dosis
Kelainan haematology
Haematokrit 60-70% tanpa gejala, minum 20-40 ml/kgBB/hari periksa tiap 6-12 jam sampai
dengan < 65%. Bila HT > 70% dengan gejala, transfusi tukar partial dengan plasma beku
segar.

6. PROGNOSA

Bila penyakit di tangani oleh internis dan kehamilan & persalinan di tangani ginekolog,
maka prognosis baik. DM berat yang di sertai komplikasi prognosis buruk. Faktor yang
meninggikan prognosis buruk pada bayi :
- Berat dan lamanya sakit serta asetonuria
- Insufisiensi plasenta
- Komplikasi dan distosia persalinan



DAPTAR PUSTAKA


Ben-Zion Taber MD, Kapita Selekta Obstetri dan Ginekologi, EGC 1994

Bobak, Maternity Nursing, EGC 2005

Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Binapustaka
Sarwono Prawiroharjo, 2003

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan
Binapustaka Sarwono Prawiroharjo, 2002

Dot Stables, Physiologi in Childbearing, Elsevier,2005

Evelyn C Pearce, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia, 1999

Guyton, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC, 1986

Hanifa Wiknjosastro, Ilmu Kebidanan, Yayasan Binapustaka Sarwono Prawiroharjo,
1994

Helen Varney, Varneys Midwiferry, 1997

Hotma Rumoharbo, Pemeriksaan Fisik, 2ooo

Luz Heller, Gawat darurat Obstetri dan Ginekologi, EGC, 1986

Manuaba, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC,
1998

Marigan DL Tobing, Obstetri Patologi, edisi II ,EGC,2005

Nakita, Tetap Sehat dan Prima Saat Berbadan Dua, 2001

Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSHS, FK UNPAD, 2005

Purnawan Junadi, Kapita selekta Kedokteran, Media Aesculapis, 1982

Rustam Muchtar, Sinopsis Obstetri, EGC, 1998

Seller, Midwiferry, Juta & Co Ltd, 1993

Supriyadi, Diktat Anatomi Fisiologi Untuk Kalangan Sendiri, POLTEKES, 2005

Winifred L Strar, Ambulatory Obstetries, third Edition, UCSF Nursing Press, 2001


II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama.
Mual, muntah, penambahan berat badan berlebihan atau tidak adekuat, polipdipsi, poliphagi,
poluri, nyeri tekan abdomen dan retinopati.
b. Riwayat kesehatan keluarga.
Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga.
c. Riwayat kehamilan
Diabetes mellitus gestasional, hipertensi karena kehamilan, infertilitas, bayi low gestasional
age, riwayat kematian janin, lahir mati tanpa sebab jelas, anomali congenital, aborsi spontan,
polihidramnion, makrosomia, pernah keracunan selama kehamilan.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sirkulasi
- Nadi pedalis dan pengisian kapiler ekstrimitas menurun atau lambat pada diabetes yang lama.
- Edema pada pergelangan kaki atau tungkai.
- Peningkatan tekanan darah.
- Nadi cepat, pucat, diaforesis atau hipoglikemi.
b. Eliminasi
Riwayat pielonefritis, infeksi saluran kencing berulang, nefropati dan poliuri.
c. Nutrisi dan Cairan
- Polidipsi.
- Poliuri.
- Mual dan muntah.
- Obesitas.
- Nyeri tekan abdomen.
- Hipoglikemi.
- Glukosuria.
- Ketonuria.
d. Keamanan
- Kulit : Sensasi kulit lengan, paha, pantat dan perut dapat berubah karena ada bekas injeksi
insulin yang sering
- Riwayat gejala-gejala infeksi dan/budaya positif terhadap infeksi, khususnya perkemihan atau
vagina.
e. Mata
Kerusakan penglihatan atau retinopati.
f. Seksualitas
- Uterus : tinggi fundus uteri mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari normal terhadap usia
gestasi.
- Riwayat neonatus besa terhadap usia gestasi (LGA),Hidramnion,anomaly congenital, lahir
mati tidak jelas
g. Psikososial
- Resiko meningkatnya komplikasi karena faktor sosioekonomi rendah.
- Sistem pendukung kurang dapat mempengaruhi kontrol emosi.
- Cemas, peka rangsang dan peningkatan ketegangan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
2. Kekurangan volume cairan dan elektrolite berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan dan tidak adekuatnya intake cairan
3. Gangguan psikologis, ansietas berhubungan dengan situasi kritis atau mengancam
pada status kesehatan maternal atau janin.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi diabetik, prognosa dan kebutuhan tindakan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, kesalahan informasi dan tidak
mengenal sumber informasi.
5. Resiko tinggi terhadap trauma, pertukaran gas pada janin berhubungan dengan
ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan
intra uterin.
6. Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan ketidakadekuatan
kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan perubahan
respon umum.
C. Rencana Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan
berhubungan dengan
ketidakmampuan
mencerna dan
menggunakan nutrisi
kurang tepat
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama ...x 24 jam
diharapkan kebutuhan nutrisi
terpenuhi dengan KH ;
- Meningkatkan 24-30 Ib pada masa
prenatal atau yang tepat untuk
berat badan sebelum hamil
- Mempertahankan gkulosa darah
puasa (FBS) antara 60-100 mg/dl,
dan 1 jam postprandial tidak lebih
1. Timbang BB klien
setiapkunjungan prenatal
2. Kaji masukkan kalori dan pola
makan dalam 24 jam
3. Tinjau ulang/ berikan informasi
mengenai perubahan yang
diperlukan pada penatalaksanaan
diabetic
4. Tinjau ulang pentingnya makan
dan kudapan yang teratur bila
1. Penambahan BB adalah kunci penunjuk
untuk memutuskan penyesuaian kalori
2. Membantu dalam mengevaluasi
pemahaman klien tentang mentaati
aturan diet
3. Kebutuhan metabolisme dan janin/
maternal membutuhkan perubahan besar
selama gestasi, memerlukan pemantauan
ketat dan adaptasi
4. Makan sedikit dan sering menghindari
dari 140 mg/dl
- Mengungkapkan pemahaman
tentang aturan tindakan individu
dan kebutuhan pemantauan diri
yang sering
menggunakan insulin
5. Perhatikan adanya mual dan
muntah, khususnya pada
trimester pertama
6. Kaji pemahaman tentang efek
stress pada diabetes
7. Ajarkan klien metode finger stick
untuk memantau glukosa sendiri
dengan menggunakan strip
enzim dan meter reflektan
8. Anjurkan pemantauan keton urin
pada saat terjaga dan bila
rencana makan atau kudapan
diperlambat
Kolaborasi:
1. Rujuk pada ahli diet
terdaftar pada diet
individu dan konseling
pertanyaan mengenai diet
2. Pantau keadaan glukosa
serum (FBS, preprandial,
1dan 2 jam postprandial)
pada kunjungan awal
kemudian sesuai kondisi
klien
3. Tentukan hasil HbAic
setiap 2-4 mgg
4. Siapkan untuk perawatan
di rumah sakit bila
diabetes tidak terkontrol
hiperglikemia postprandial dan ketosis
puasa/ kelaparan
5. Mual dan muntah dapat mengakibatkan
defisiensi karbohidrat, yang dapat
menimbulkan metabolism lemak dan
terjadinya ketosis
6. Stress dapat meningkatkan kadar glukosa,
menciptakan fluktuasi kebutuhan insulin
7. Kebutuhan insulin sehari dapat dinilai
berdasarkan temuan glukosa serum
periodic
8. Ketidakcukupan masukan kalori
ditunjukkan dengan ketonuria
Kolaborasi:
1. diet spesifik pada individu perlu untuk
mempertahankan normoglikemia, dan
untuk mendapatkan penambahan berat
badan yang diinginkan
2. Insiden abnormalitas janin dan bayi baru
lahir menurun bila kadar FBS direntang
antara 60 dan 100 mg/dl, kadar
prepandial antara 60 dan 105 mg/dl, 1
jam postprandial tetap rendah 140 mg/dl,
dan 2 jam postprandial kurang dari 120
mg/dl
3. Memberikan keakuratan gambaran rata-
rata control glukosa serum selama 60
hari sebelumnya. control glukosa serum
memerlukan waktu 6 minggu untuk
stabil.
4. Morbiditas bayi dihubungkan pada
hiperinsulinemia janin karena
hiperglikemia maternal.
2 Kekurangan volume
cairan dan elektrolite
berhubungan dengan
kehilangan cairan
berlebihan dan tidak
adekuatnya intake cairan
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama ...x 24 jam
diharapkan kesimbangan cairan
dan elektrolit dengan KH ;
1. Turgor kulit kembali
normal
2. Membrane mukosa lembab
3. BB stabil
4. Tanda vital dalam batas
normal
1. Kaji dan dokumentasikan turgor
kulit, kondisi membrane
mukosa, TTV
2. Timbang BB setiap hari hari
dengan menggunakan alat yang
sama
3. Catat intake dan output secara
adekuat
4. Jika klien mampu, najurkan untuk
mengonsumsi cairan peroral
dengan perlahan , dan tingkatkan
jumlah cairan sesuai order
5. Tes urine terhadap aseton,
albumin, dan glukosa
Kolaborasi
1. Berikan cairan intravena sesuai
order yang terdiri dari elektrolit,
glukosa, dan vitamin
1. Pengkajian status cairan dan elekrolit
yang akurat menjadi dasar rencana
asuhan keperawatan dan evaluasi
intervensi
2. Penimbangan berat bada perludilakukan
secara rutin untuk mengetahui
kesesuaian BB dengan umur kahamilan
3. Poliuri menyebabkan pasien benyak
kehilangan cairan. Pengkajian output dan
input yang tepat membantu menentukan
tindakan
4. Mencegah kekurangan cairandan
memperbaikai keseimbanganasam-basa,
perubahan kadar elektrolit, dan
hipovitaminosis
5. Menetapkan data dasar yang dilakukan
secara rutin untuk mendeteksi situasi
potensial risiko tinggi seperti
ketidakadekuatan intake karbohidrat,
diabetic ketoaidosis, dan hipertensi
dalam kehamilan
Kolaborasi
1. Selanjutnya guna
mempertahankan kesimbangan
asam-basa dan keadaan elektrolit
yang tidak seimbang
3. Gangguan psikologis,
ansietas berhubungan
dengan situasi kritis atau
mengancam pada status
kesehatan maternal atau
janin.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama ...x 24 jam
diharapkan pasien tenang dengan
KH ;
- Mengungkapkan kesadaran tentang
perasaan mengenai diabetes dan
1. Atur keberadaan perawat secara
kontinu selama persalinan.
2. Pastikan respon yang ada pada
pesalinan dan penatalaksanaan
medis. Kaji keefektifan sistem
pendukung.
1. Meningkatkan kontinuitas asuhan. Pasien
dan keluarga perlu mengetahui bahwa
mereka tidak sendiri dan tersedianya
tenaga bantuan dengan segera.
2. Memberikan pengkajian dasar untuk
perbandingan selanjutnya,
persalinan.
- Menggunakan strategi koping yang
tepat
3. Ajarkan tehnik relaksasi dan
distraksi
4. Jelaskan semua prosedur tindakan
perawatan
5. Fasilitasi semua keluhan atas
ungkapan perasaan
6. Informasikan kepada keluarga
tentang kemajuan persalinan dan
keadaan janin.
mengidentifikasi kekuatan dan masalah
yang potensial.
3. Memberikan perasaan kontrol terhadap
situasi.
4. Pengetahuan tentang apa yang terjadi
membantu menurunkan rasa takut.
5. Suasana terbuka dan mendukung
menurunkan intimidasi karena prosedur
atau peralatan.
6. Membantu untuk menghilangkan atau
meminimalkan rasa khawatir dan
mengembangkan rasa percaya.
4 Kurang pengetahuan
tentang kondisi diabetik,
prognosa dan kebutuhan
tindakan pengobatan
berhubungan dengan
kurangnya informasi,
kesalahan informasi dan
tidak mengenal sumber
informasi.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama ...x 24 jam
diharapkan pengetahuan pasien
meningkat terhadap penyakitnya
KH ;
- berpartisipasi dalam
penatalaksanaan diabetes selam
kehamilan.
- mengungkapkan pemahaman
tentang prosedur, tes laboratorium,
dan aktivitas yang melibatkan
pengontrolan diabetes
- mendemonstrasikan kemahiran
memantau sendiri dan pemberian
insulin
1. Kaji pengetahuan tentang proses
dan tindakan terhadap penyakit
dari klien
2. Berikan informasi tentang cara
kerja dan efek merugikan dari
insulin
3. Berikan informasi tentang
kebutuhan program latihan
eingan. Ingatkan untuk berhenti
latihan bila glukosa melebihi
300mg/dl
4. Berikan informasi mengenai
dampak kehamilan pada kondisi
diabetic dan harapan masa
datang
5. Anjurkan klien mempertahankan
pengkajian harian dirumah
terhadap kadar glukosa serum,
dosis insulin, diet, latihan,
reaksi, perasaan umum tentang
kesejahteraan, dan pemikiran
1. Keputusan berdasarkan informasi dapat
dibuat hanya bila terdapat pemahaman
yang jelas tentang proses penyakit dan
rasiuonal penatalaksanaanny
2. Perubahan metabolic prenatal
menyebabkan kebutuhan insulin berubah
3. Klien harus latihan setelah makan ntuk
membantu mencegah hipoglikemia dan
menstabilkan penyimpanan glukosa,
kecuali terjadi peningkatan glukosa
berlebih dimana latihan dapat
menyebabkan ketoasidosis
4. Peningkatan pengetahuan dapat
menurunkan rasa takut tentang
ketidaktahuan, meningkatkan
kemungkinan kerjasama, dan dapat
membantu menurunkan komplikasi
janin.
5. Bila ditinjau ulang oleh praktisi pemberi
perawatan, catatan harian klien dapat
membantu bagi evalusi dan perubahan
lain yang berhubungan
6. Bantu klien/ keluarga untuk
mempelajari pemberian
glucagon
7. Tinjau kadar Hb atau Ht
8. Jelaskan penambahan berat
badan normal pada klien.
anjurkan klien memantau
penambahan berat badannya
sendiri dirumah diantara waktu
kunjungan. Penambahan total
pada trimester pertama harus
2,5-4,5 Ib [1,1-2 kg] kemudian
0,8-0,9 Ib/mgg[360-400
g/mgg]setelahnya
terapi
6. Adanya gejala-gejal hipoglikemia dengan
kadar glukosa darah di bawah 70 mg/ dl
memerlukan intervensi segera
7. Anemia lebih diperhatikan pada klien
dengan diabetes yang ada sebelumnya
kerana peningkatan kadar glukosa
menggantikan oksigen pada molekul Hb
mengakibatkan penurunan kapasitas
pembawa oksigen
8. Pembatasan kalori dengan akibat
ketonemia dapat menyebakan kerusakan
janin dan menghambat penggunaan
protein optimal
5 Resiko tinggi terhadap
trauma, pertukaran gas
pada janin berhubungan
dengan
ketidakadekuatan
kontrol diabetik
maternal, makrosomnia
atau retardasi
pertumbuhan intra
uterin.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama ....x 24 jam
diharapkan trauma tidak terjadi
dengan KH ;
- Kehamilan cukup bulan.
- Meningkatkan keberhasilan
kelahiran dari bayi usia gestasi
yang tepat
- Bebas cedera
- Menunjukkan kadar glukosa normal,
bebas tanda hipoglikemia
1. Tinjau ulang riwayat pranatal dan
kontrol maternal.
2. Periksa adanya glukosa atau keton
dan albumin dalam urin ibu dan
pantau tekanan darah
3. Observasi tanda vital.
4. Anjurkan posisi rekumben lateral
selama persalinan.
5. Lakukan dan bantu dengan
pemeriksaan vagina untuk
menentukan kemajuan
persalinan..
Kolaborasi :
1. Tinjau hasil tes pranatal
seperti profil biofisikal,
tes nonstres dan tes stres
kontraksi.
1. Hiperglikemia maternal pada periode
pranatal meningkatkan makrosomia,
membuat janin berisiko terhadap cedera
kelahiran karena distosia atau disporsia
sefalopelvis. Kadar glukosa maternal
yang tinggi pada kelahiran meransang
pankreas janin, mengakibatkan
hiperinsulinemia.
2. Peningkatan glukosa dan kadar keton
menandakan ketoasidosis yang dapat
mengakibatkan asidosis janin dan
potensial cedera susunan syaeaf pusat.
3. Peningkatan infeksi asenden, dapat
mengakibatkan sepsis neonatal.
4. Meningkatkan perfusi plasenta dan
meningkatkan kesediaan oksigen untuk
janin.
5. Persalinan yang lama dapat meningkatkan
2. Dapatkan atau tinjau
ulang hasil dari
amniosentesis dan
ultrasonografi.
3. Pantai kadar glukosa
serum maternal dengan
finger stick setiap jam,
kemudian setiap 2-4 jam
sesuai indikasi.
4. Observasi frekuensi
denyut jantung janin.
5. Lakukan pemberian
cairan dekstrose 5% per
parenteral.
6. Siapkan untuk induksi
persalinan dengan
oksitosin atau seksio
saesar.
7. Kolaborasi dengan tim
medis lain sesuai
indikasi.


resiko distres janin
Kolaborasi
1. Memberikan informasi tentang cadangan
pada plasenta untuk oksigenasi janin
selama periode intrapartal.
2. Memberikan informasi tentang maturasi
paru janin.
3. Peningkatan kebutuhan energi, penurunan
kadar glikogen.
4. Tacikardi, bradikardi atau deselerasi
lambat pada penurunan variabilitas
menandakan kemungkinan hipoksia
janin.
5. Mempertahankan normoglikemia tanpa
pemberian glukosa sampai persalinan
aktif mulai.
6. Mendapatkan kelahiran dari bayi sesuai
usia gestasi yang tepat.
7. Profesionalisasi dapat memberikan
bantuan atau tindakan yang tepat.
6 Resiko tinggi terhadap
cedera maternal
berhubungan dengan
ketidakadekuatan
kontrol diabetik, profil
darah abnormal atau
anemia, hipoksia
jaringan dan perubahan
respon umum.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama ... x 24 jam
diharapkan cedera maternal tidak
terjadi dengan KH ;
etap normotensif

infeksi, pemisahan plasenta.
1. Perhatikan klasifikasi white untuk
diabetes. Kaji derajad kontrol
diabetik.
2. Kaji perdarahan pervaginam dan
nyeri tekan abdomen.
3. Pantau terhadap tanda dan gejala
persalinan preterm.
4. Bantu untuk belajar memantau
glukosa darah di rumah yang
dilakukan 6 kali sehari.
1. Klien dengan klasifikasi D, E atau F
adalah berisiko tinggi terhadap
komplikasi kehamilan.
2. Perubahan vaskuler yang dihubungkan
dengan diabetes menandakan resiko
abrupsi plasenta.
3. Distensi uterus berlebihan karena
makrosomia atau hidramnion dapat
mempredisposisikan pada persalinan
awal.
5. Periksa keton dalam urin setiap
hari.
6. Identifikasi kejadian hipoglikemia
dan hiperglikemia.
7. Pantau adanya edema dan
tentukan tinggi fundus uteri.
8. Kaji adanya infeksi saluran
kencing.
9. Pantau dengan ketat bila obat
tokolitik digunakan untuk
menghentikan persalinan..
Kolaborasi :
1. Pantau kadar glukosa serum
setiap kunjungan.
2. Dapatkan HbA1c setiap 2-4
minggu sesuai indikasi.
3. Kaji Hb dan Ht pada kunjungan
awal lalu selama trimester kedua
dan preterm.
4. Instruksikan pemberian insulin
sesuai indikasi.
5. Dapatkan urinalisa dan kultur
urin, kultur rabas vagina, berikan
antibiotika sesuai indikasi.
6. Kumpulkan spesimen untuk
ekskresi protein total, klirens
kreatinin nitrogen urea darah dan
kadar asam urat.
7. Jadwalkan pemeriksaan
oftalmologi selama trimester
pertama, trimester kedua dan
ketiga bila berada dalam
diabetes klasifikasi kelas D atau
4. Memungkinkan keakuratan tes urin yang
lebih besar karena ambang ginjal
terhadap glukosa menurun selama
kehamilan.
5. Ketonuria menandakan adanya kondisi
kelaparan yang secara negatif dapat
mempengaruhi perkembangan janin
6. Insiden hipoglikemia sering terjadi pada
trimester ketiga karena aliran glukosa
darah dan asam amino yang kontinue
pada janin dan untuk menurunkan kadar
insulin antagonis laktogen plasenta.
Insiden hiperglikemia memerlukan
regulasi diet atau insulin untuk
normoglikemia khususnya pada trimester
kedua dan ketiga karena kebutuhan
insulin sering meningkat dua kali.
7. Diabetes cenderung kelebihan cairan
karena perubahan vaskuler. Insiden
hidramnion sebanyak 6% 25% pada
kasus diabetes yang hamil kemungkinan
berhubungan dengan peningkatan
kontribusi janin pada cairan amnion dan
hiperglikemia meningkatkan haluaran
urin janin.
8. Deteksi awal adanya infeksi saluran
kencing dapat mencegah pielonefritis.
9. Obat tokolitik dapat meningkatkan
glukosa darah dan insulin plasma
Kolaborasi
1. Mendeteksi ancaman ketoasidosis,
menentukan adanya ancaman
hipoglikemia.
diatasnya.
8. Siapkan untuk ultrasonografi pada
gestesi ke-8, 12, 26, 36 dan 38
untuk menentukan ukuran janin
dengan menggunakan diameter
biparietal, panjang femur dan
perkiraan berat badan janin.
9. Mulai terapi intra vena dengan
dekstrose 5%, berikan glukogon
sub cutan bila dirawat di rumah
sakit dengan shock insulin dan
tidak sadar. Ikuti dengan
pemberian susu skim 8 oz bila
mampu menelan
2. Mengontrol secara akurat glukosa selama
60 hari terakhir.
3. Anemia mungkin ada dengan masalah
vaskuler.
4. Kebutuhan insulin menurun pada trimester
pertama kemudian meningkat dua kali
dan empat kali lipat pada trimester kedua
dan ketiga.
5. Membantu mencegah atau mengatasi
pielonefritis. Monilial vulvovaginitis
dapat menyebabkan sariawan oral pada
bayi baru lahir.
6. Kemajuan perubahan vaskuler dapat
merusak fungsi ginjal dengan diabetes
jangka panjang atau berat.
7. Latar belakang retinopati dapat berlanjut
selama kehamilan karena keterlibatan
vaskuler berat. Terapi koagulasi laser
dapat memperbaiki dan menurunkan
fibrosis optik.
8. Mengetahui adanya tanda makrosomia
dan diproporsi cephalopelvis.
9. Glukagon adalah substansi alamiah yang
bekerja pada glikogen hepar dan
mengubahnya menjadi glukosa yang
memperbaiki status hipoglikemik.


D. .Evaluasi Keperawatan
1. Kebutuhan nutrisi terpenuhi, Mempertahankan kadar gula darah puasa antara 60-100
mg/dl dan 2 jam sesudah makan tidak lebih dari 140 mg/dl.
2. Kebutuhan cairan pasien terpenuhi, turgor kulit kembali normal, membrane mukosa
lemba, BB stabil, tanda vital dalam batas normal
3. Pasien tenang, mengungkapkan kesadaran tentang perasaan mengenai diabetes dan
persalinan, Menggunakan strategi koping yang tepat
4. Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diabetes selama kehamilan, Mengungkapkan
pemahaman tentang prosedur
5. Bebas cedera, Menunjukkan kadar glukosa normal, bebas tanda hipoglikemia
6. Tetap normotensif, Mempertahankan normoglikemia., Bebas dari komplikasi seperti
infeksi, pemisahan plasenta



Penanganan
a. Pengobatan secara medis
Meningkatkan jumlah insulin
Sulfonilurea (glipizide GITS, glibenclamide, dsb.)
Meglitinide (repaglinide, nateglinide)
Insulin injeksi
Meningkatkan sensitivitas insulin
Biguanid/metformin
Thiazolidinedione (pioglitazone, rosiglitazone)
Memengaruhi penyerapan makanan
Acarbose
Hati-hati risiko hipoglikemia berikan glukosa oral (minuman manis atau permen)
b. Penatalaksanaan obstetrik
1. Persalinan dilakukan:
Pertahankan janin sampai aterm (cukup umur) dan lahir dengan spontan.
Usahakan lakukan persalinan pada minggu 37-38 kehamilan.
Bisa dilakukan Primer seksio sesarea.
2. Penanganan bayi dengan DM:
Bayi dengan DM disamakan penanganannya dengan bayi prematur.
Observasi kemungkinan hipoglisemia pada bayi.
Rawat bayi di Perawatan intensif: neonatus intensif unit care dengan pengawasan ahli
neonatologi.

Anda mungkin juga menyukai