Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PATOLOGI

ANTIOKSIDAN DAN RADIKAL BEBAS

Dosen Pengampu :

dr. Hasty Widyastari

Disusun Oleh :

Rahma Dwi Ardiani (P1337431118016)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2020
A. Pengertian
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan
(unpaired electron). Adanya elektron yang tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut
sangat reaktif mencari pasangan, dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang
berada di sekitarnya. Target utama radikal bebas adalah protein, asam lemak tak jenuh dan
lipoprotein, serta unsur DNA termasuk karbohidrat. Dari molekul-molekul target tersebut, yang
paling rentan terhadap serangan radikal bebas adalah asam lemak tak jenuh. Senyawa radikal
bebas di dalam tubuh dapat merusak asam lemak tak jenuh ganda pada membran sel sehingga
dinding sel menjadi rapuh, merusak basa DNA sehingga mengacaukan sistem genetika, dan
berlanjut pada pembentukan sel kanker (Winarsi, 2007).

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor) atau reduktan. Senyawa
ini memiliki berat molekul kecil tetapi mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi,
dengan cara mencegah terbentuknya radikal.

Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat
radikal bebas. Akibatnya kerusakan sel dapat dihambat (Winarsi, 2007).

Kebanyakan senyawa ini (misalnya tokoferol) digunakan sebagai pengawet dalam berbagai
produk (misalnya dalam lemak, minyak dan produk makanan untuk menunda ketengikan dan
perubahan-perubahan yang tidak diinginkan, dalam karet untuk menunda oksidasi). Pengertian
antioksidan yang lebih relevan secara biologis ialah senyawa alami atau sintetik yang
ditambahkan ke dalam produk untuk mencegah atau menunda kerusakan yang disebabkan oleh
udara.

B. Mekanisme Antioksidan
Secara garis besar, mekanisme penangkapan radikal bebas dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu secara enzimatik dan non-enzimatik. Enzim yang dapat berperan sebagai
antioksidan adalah superoksida dismutase, katalase, glutation peroksidase, dan glutation
reduktase (Winarsi, 2007).

Secara non-enzimatik, senyawa antioksidan bekerja melalui empat cara, yaitu sebagai berikut:

a. penangkap radikal bebas, misalnya vitamin C dan vitamin E,

b. pengkelat logam transisi, misalnya EDTA,

c. inhibitor enzim oksidatif, misalnya aspirin dan ibuprofen, dan


d. kofaktor enzim antioksidan, misalnya selenium sebagai kofaktor glutation peroksidase.

Aktivitas senyawa polifenol sebagai antioksidan meliputi tiga mekanisme sebagai berikut.

(a) Aktivitas penangkapan radikal seperti reactive oxygen species (ROS) ataupun radikal yang
dihasilkan dari peroksidasi lipid seperti R’, RO’ dan ROO’ dengan proses transfer elektron
melalui atom hidrogen,

(b) mencegah spesies senyawa reaktif produksi katalisis transisi metal seperti reaksi melalui
khelasi metal, dan

(c) interaksi dengan antioksidan lainnya, seperti lokalisasi dan penggabungan dengan
antioksidan lainnya.

C. Penggolongan Antioksidan
Menurut sumbernya, antioksidan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu antioksidan
sintetik dan alami.

a. Antioksidan sintetik

Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang dibuat melalui sintesis secara kimia,
contohnya: ter-butyl hidroquinone (tBHQ), butylated hydroxyanisole (BHA), butylated
hydroxytoluene (BHT), dan propil galat (PG). Konsentrasi rendah dari antioksidan tBHQ dan
BHA telah lama digunakan untuk mencegah oksidasi dari produk makanan sehingga dapat
menstabilkan produk tersebut (nutrisi, rasa, maupun warna). Dalam konsentrasi yang tinggi,
tBHQ dapat menyebabkan kanker. Penyebabnya adalah metabolit dari oksidasi tBHQ, yaitu 2-
tertbutyl-1,4-benzoquinone (tBBQ) dan ROS (Gharavi, Haggarty, dan El-Kadi, 2007). Peters,
Rivera, Jones, Monks, dan Lau pada tahun 1996 melaporkan bahwa antioksidan sintetik, yaitu
tBHQ dan 3-tert-butyl-4-hydroxyanisole dapat mempromosi karsinogenesis renal dan kandung
kemih pada tikus. Walaupun dalam penelitian tersebut tidak diketahui secara pasti mekanisme
karsinogenesisnya. Begitu pula dengan BHA dan BHT, dalam konsentrasi tinggi dan
penggunaan yang lama, BHA dapat menginduksi tumor pada perut hewan uji sedangkan BHT
dapat menginduksi tumor pada liver hewan uji. Semua publikasi juga setuju dengan fakta
tersebut. Lain halnya vitamin E yang merupakan antioksidan alami tidak memiliki sifat
karsinogenik (Parke dan Lewis, 1992; Kahl dan Kappus, 1993). BHT yang diadministrasikan
secara kronis terhadap mencit menyebabkan menurunnya konsentrasi alpha isozyme of protein
kinase C (PKCa) dalam paru-paru sehingga dapat menginisiasi terjadinya tumor (Kahl, 1984;
dan Malkinson, 1999).

Antioksidan Buatan : BHA (Butylated Hydroxyanisole), BHT (Butylated Hydroxytoluene),


TBHQ (Tertiary-Butylhydroquinone), PG (Propyl Gallate), OG (Octyl gallate)
b. Antioksidan alami

Antioksidan alami merupakan antioksidan yang diproduksi langsung oleh tanaman maupun
tubuh, contohnya: senyawa polifenol flavonoid, tanin, katalase dan glutation peroksidase bekerja
dengan cara mengubah H2O2 menjadi H2O dan O2, sedangkan superoksid dismutase bekerja
dengan cara mengkatalisis reaksi dismutasi dari radikal anion superoksida menjadi H2O2.

Antioksidan Alami : vit.A, vit.C, vit E, selenium dan karotenoid

D. Manfaat Antioksidan
Antioksidan bermanfaat dalam mencegah kerusakan oksidatif yang disebabkan radikal
bebas dan ROS sehingga mencegah terjadinya berbagai macam penyakit seperti penyakit
kardiovaskuler, jantung koroner, kanker, serta penuaan dini. Penambahan antioksidan ke dalam
formulasi makanan, juga efektif mengurangi oksidasi lemak yang menyebabkan ketengikan,
toksisitas, dan destruksi biomolekul yang ada dalam makanan.

E. Metode Pengujian Aktivitas Antioksidan


Terdapat beberapa metode pengujian aktivitas antioksidan baik secara kualitatif maupun
secara kuantitatif. Uji kualitatif untuk mengetahui apakah suatu senyawa memiliki aktivitas
antioksidan dapat dilakukan dengan metode kromatografi baik kromatografi lapis tipis atau
kromatografi kertas. Metode ini dapat untuk memisahkan campuran antioksidan yang kompleks
sekalipun. Pereaksi semprot yang digunakan untuk deteksi dapat dibedakan menjadi empat
kelompok, yaitu sebagai berikut.

(a) Senyawa-senyawa yang dapat membentuk warna ketika tereduksi (kalium permanganat, ferri-
sianida, ferri-dipiridil, dan asam fosfomolibdat);

(b) senyawa yang dapat berikatan dengan senyawa fenol, seperti senyawa diazo, pereaksi diazo,
magnesium sulfat, aldehid aromatic-anisaldehid, vanillin dan pereaksi Gibbs yang membentuk
indofenol (akan membentuk garam berwarna dalam kondisi basa);

(c) radikal bebas stabil yang menerima radikal hidrogen dari antioksidan (1,1-difenil-2-
pikrilhidrazil); dan

(d)senyawa-senyawa yang membentuk senyawa adisi yang berwarna (palladium klorida dan
pentadium klorida) (Davidek, 1997).

Uji aktivitas antioksidan dapat dilakukan secara spektrofotometri. Uji tersebut dilakukan secara
in-vitro.
i. Metode conjugated diene

Metode ini mengukur absorbansi konjugasi dari diena sebagai hasil dari oksidasi asam lemak tak
jenuh pada panjang gelombang UV 234 nm. Prinsip metode ini adalah selama oksidasi asam
linoleat, ikatan rangkap terkonversi ke bentuk ikatan rangkap terkonjugasi, yang dikarakterisasi
dengan absorpsi kuat pada panjang gelombang UV 234 nm. Aktivitasnya diekspresikan dengan
istilah inhibitory concentration (IC50).

ii. Metode penangkapan radikal hidroksil

Kapasitas penangkapan radikal hidroksil dari suatu ekstrak berhubungan langsung dengan
aktivitas antioksidannya. Metode ini memerlukan generation in-vitro dari radikal hidroksil
menggunakan Fe3+/ascorbate/EDTA/H2O2 menggunakan reaksi Fenton. Penangkapan radikal
hidroksil sebagai tanda adanya aktivitas antioksidan. Radikal hidroksil akan bereaksi dengan
dimetil sulfoksida (DMSO) untuk membentuk formaldehid. Formaldehid akan menghasilkan
warna kuning dengan reagen Nash (2M ammonium asetat dengan 0,05M asam asetat dan 0,02M
asetil aseton dalam air destilasi). Intensitas warna kuning diukur secara spektrofotometri pada
panjang gelombang 412 nm. Aktivitas antioksidan diekspresikan dengan %penangkapan radikal
hidroksil.

iii. Metode Ferric Reducing Ability of Plasma (FRAP)

Aktivitas antioksidan diestimasi dengan mengukur peningkatan absorbansi dari pembentukan


ion-ion fero dari reagen FRAP yang mengandung 2,4,6- tri(2-piridil)-s-triazin (TPTZ) dan
FeCl3.6H2O. Absorbansi diukur secara spektrofotometri pada 595nm.

iv. Metode Trapping Antioxidant Parameter (TRAP)

Metode ini didefinisikan sebagai pengukuran parameter total radikal yang terjebak antioksidan.
Fluororesen dari R-phycoerythrin yang dipadamkan oleh 2,2’-azo-bis (2-amidino-propan)
hidroklorida (ABAP) sebagai generator radikal. Reaksi pemadaman ini diukur sebagai adanya
aktivitas antioksidan.

Selain metode-metode di atas, terdapat metode lain yang dapat digunakan dalam uji kuantitatif
untuk mengetahui aktivitas suatu antioksidan, yaitu metode DPPH

F. Penghasil Radikal Bebas


1. Asap rokok

2. Polusi Udara

3. Radiasi Sinar UV
4. Pestisida

5. Obat-obatan (antibiotika kelompok quinoid atau berikatan logam untuk aktivitasnya


(nitrofurantoin), obat kanker seperti bleomycin, anthracyclines (adriamycin), dan methotrexate,
yang memiliki aktifitas pro-oksidan. Selain itu, radikal juga berasal dari fenilbutason, beberapa
asam fenamat dan komponen aminosalisilat dari sulfasalasin dapat menginaktifasi protease, dan
penggunaan asam askorbat dalam jumlah banyak mempercepat peroksidasi lemak)

6. Olahraga Berlebihan

7. Radiasi

8. Autooksidasi

9. Oksidasi Enzimatik (xanthine oxidase (activated in ischemia-reperfusion), prostaglandin


synthase, lipoxygenase, aldehyde oxidase, dan amino acid oxidase

10. Respiratory Burst (Sel fagositik menggunakan oksigen dalam jumlah yang besar selama
fagositosis. Lebih kurang 70-90 persen penggunaan oksigen tersebut dapat diperhitungkan dalam
produksi superoksida)

G. Dampak Radikal Bebas


1. Stres oksidatif menjadi faktor utama penyebab inflamasi, seperti sindrom gangguan
pernapasan pada orang dewasa, artritis, penyakit iskemik (stroke dan sakit jantung), tekanan
darah tinggi, preeklamsia, Alzheimer, dan banyak penyakit lain.

2. Penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas bersifat kronis, yaitu dibutuhkan waktu bertahun-
tahun untuk penyakit tersebut menjadi nyata.

3. Paparan sinar matahari berlebihan dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada sel-sel kulit.
Sementara radikal bebas dapat menyerang organ dalam, seperti radikal bebas pada rokok
menyerang sel paru-paru.

4. Kanker dan aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah adalah dua pembunuh utama
yang dikaitkan dengan serangan radikal bebas.

5. Radikal bebas menyebabkan kerusakan sel yang erat hubungannya dengan penuaan.

H. Gejala Kelebihan Radikal Bebas


Berdasarkan artikel yang dimuat pada Methods of Molecular Biology, pada orang yang
mengalami stress oksidatif atau memiliki radikal bebas yang terlalu banyak, tidak terdapat gejala
tertentu yang terlihat.

Namun, beberapa gejala yang mungkin muncul adalah kelelahan, sakit kepala, pusing,
nyeri pada persendian, gangguan penglihatan, mudah sakit atau penurunan sistem kekebalan
tubuh, timbul tanda-tanda penuaan pada wajah, serta penurunan kemampuan mengingat.

Radikal bebas yang terakumulasi agak susah untuk dihilangkan dan menimbulkan kondisi
stress oksidatif.

Stress oksidatif adalah suatu proses di dalam sel tubuh yang menghancurkan struktur sel
seperti protein, lemak, serta DNA. Jika stress oksidatif ini tidak ditangani dan dihilangkan dari
tubuh maka bisa menimbulkan berbagai penyakit, seperti stroke, penyakit jantung koroner,
bahkan kanker.

Jumlah radikal bebas di tubuh diukur dari hasil produksi dari reaksi radikal bebas, yaitu
MDA dan 4-hidroksinonenal.

I. Bahaya radikal bebas


Radikal bebas dalam jumlah banyak dapat merusak sel, melalui proses stres oksidatif.
Kerusakan tersebut membuat sel tidak berfungsi dengan baik, sehingga dapat berujung pada
beragam penyakit dan gangguan medis.

Beberapa penyakit yang berkaitan dengan stres oksidatif dan radikal bebas, yakni:

1. Gangguan sistem saraf pusat, seperti penyakit Alzheimer dan jenis demensia lain
2. Penyakit jantung karena tersumbatnya pembuluh darah
3. Penyakit autoimun, seperti rheumatoid artritis
4. Kanker
5. Penurunan kemampuan penglihatan, seperti penyakit katarak
6. Penyakit diabetes
7. Penyakit yang mengiringi proses penuaan, seperti penyakit Huntington dan Parkinson.
8. Aterosklerosis, atau penyempitan pembuluh darah arteri akibat penyumbatan plak
9. Tekanan darah tinggi
10. Selain dapat memicu berbagai penyakit di atas, radikal bebas juga berkontribusi terhadap
penuaan kulit. Paparan radikal bebas membuat kolagen menjadi lemah, sehingga
membentuk keriput di kulit.
J. Pencegahan terhadap Radikal Bebas
1. Pola hidup sehat dan cerdas dapat menghindari ancaman bahaya radikal bebas dalam
tubuh seperti hindari polusi dan berhenti merokok. Tubuh manusia dapat menetralisir
radikal bebas ini, hanya saja bila jumlahnya berlebihan, maka kemampuan untuk
menetralisirnya akan semakin berkurang
2. Olahraga teratur dan tidak berlebihan dapat membantu mengatasi radikal bebas dalam
tubuh. Tetapi sebaliknya olahraga berlebihan akan membuat tubuh membutuhkan suplai
oksigen yang sangat banyak, sehingga peningkatan ini akan memicu timbulnya radikal
bebas dalam tubuh
3. Konsumsi sayur dan buah, karena buah dan sayur adalah sumber antioksidan terbaik

Anda mungkin juga menyukai