Anda di halaman 1dari 11

Terapi Gizi

pada Alergi
Makanan

Prodi Ilmu Gizi


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Definisi

– Reaksi yang dimediasi oleh Ig-E yang muncul saat system imun
bereaksi terhadap protein makanan, dimana secara tidak menentu
tubuh mengidentifikasikannya sebagai zat yang berbahaya.

– Reaksi yang muncul dr Ig-E biasanya muncul secara langsung atau


sampai dengan 2 jam setelah terpapar dengan allergen dengan
tingkat keparahan sedang sampai berat.
– Anak dengan atopic dermatitis berpotensi 35% lebih beresiko
untuk memiliki alergi terhadap makanan dibandingkan dengan
jenis atopic yg lain

– Semakin bertambahnya umur maka alergi akan semakin berkurang

– Persentase alergi pada anak 5-8% dan pada dewasa sekitar 1.5%
– Reaksi antara Ig-E dan allergen menstimulasi keluarnya mediator
kimia seperti: histamine, sitokin, lipid-derived prostaglandin,
interleukin dll.
– Mediator kimiawi tersebut dapat menyebabkan : gatal, kontraksi
otot polos, vasodilatasi, sekresi mucus.
– Manifestasinya umumnya sistemik meliputi kulit, saluran
pencernan, dan system pernapasan.
Gejala Alergi
– Gejala dapat muncul pada kulit, pernapasan, cardiovascular, dan
pencernaan.
– Gejala yang paling sering timbul pada kulit dan system pernapasan.
– Reaksi alergi yang paling berbahaya adalah terjadinya anafilaksis sistemik
yang dapat menimbulkan rasa nyeri, mual muntah, sianosis, tekanan
darah turun, angioedema, nyeri dada, urticaria, diare, shock, dan
kematian.
– Seseorang yang memiliki reaksi anafilaksis harus membawa obat
epinephrine setiap saat.
– Food-dependent exercise-induced anaphylaxis (FEIAn) dapat muncul saat
2 jam setelah melakukan aktifitas berat dan makan 1 jenis atau lebih yg
dapat menimbulkan alergi.
Faktor Resiko Alergi
– Keturunan
Berperan pada timbulnya atopic disease
– Paparan terhadap makanan (antigen)
Paparan secara inhalasi, kontak dgn kulit, atau ingesti
– Permeabilitas gastrointestinal
Menyebabkan penetrasi antigen yg kemudian berinteraksi dengan
limfosit.
Gastrointestinal disease, malnutrisi, premature, dan imunodefisiensi
berhubungan dg permeabilitas gastrointestinal.
– Faktor lingkungan (misal paparan mikrobia)
Paparan dini terhadap mikrobia, rokok, stress, exercise, dan dingin dapat
meningkatkan gejala alergi makanan.
Diagnosis

– Diagnosis memerlukan identifikasi makanan yg diduga


menyebabkan alergi, bukti bahwa makanan tsb adalah
penyebabnya, dan verifikasi keterlibatan imunologi.
Diagnosis
1. Riwayat klinis
- Deskripsi gejala
- Waktu yg diperlukan sampai timbulnya gejala
- Deskripsi dari reaksi yg ditimbulkan
- List makanan yg dicurigai memberikan efek alergi
- Estimasi jumlah makanan yang dapat menimbulkan efek alergi
2. Penilaian fisik
- Pengukuran BB, TB, BMI
- Evaluasi simpanan lemak dan otot
3. 7-14-day food and symptom diary

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7


Gejala
Sarapan

Gejala
Makan
siang

dst
4. Tes biokimiawi
- tes feses/tes darah/tes keringat
5. Tes imunologi
6. Skin test
Paling efektif dan memberikan hasil yang cepat (15-30 menit)
7. Food elimination
- Dicoba untuk mengeliminasi makanan yg menyebabkan
alergi dan dilihat apakah kondisinya membaik
Treatment dan Pencegahan
- Menghindari makanan yang dapat menyebabkan alergi
Perlu diganti dengan makanan jenis lain yang dapat
mencukupi kebutuhan nutrisi yang tidak didapat dari
makanan yg menyebabkan alergi.
- Food immunotherapy vaccine
- Probiotik dapat mencegah alergi
- ASI dapat mencegah resiko terjadinya alergi
- Alergi akan berkurang dengan bertambahnya usia, sehingga anak
dapat diperkenalkan kembali dengan makanan yang menimbulkan
alergi saat anak sudah bertambah usianya.

Anda mungkin juga menyukai