Anda di halaman 1dari 22

Food Allergy

Era Anggoro
Nur Latifah Rahmayanti
Tanty Tunjung Sari
Definisi menurut The American Academy of
Allergy and Immunology dan The National
Institute of Allergy and Infections Disease

Adverse food reactions : reaksi yang tidak


diinginkan terhadap makanan yang ditelan.
Reaksi sekunder terhadap food allergy
(hipersensitivitas) atau food intolerance
(Intoleransi makanan).
Food allergy : hasil reaksi imunologik yang
menyimpang. Reaksi hipersensitifitas tipe I (Gell
& Coombs) yang diperani oleh IgE.
Food intolerance : respons fisiologis yang abnormal
terhadap makanan/aditif makanan yang ditelan.
Reaksi non imunologik dan merupakan sebagian
besar penyebab reaksi yang tidak diinginkan
terhadap makanan.
Kontaminasi toksik (misalnya, histamin pada
keracunan ikan, toksin yang disekresi oleh
salmonella, shigela, dan campylobacter), zat
farmakologik yang terkandung dalam makanan
(misalnya, kafein pada kopi, tiramin pada keju) atau
karena kelainan pada pejamu sendiri, seperti
gangguan metabolisme (misalnya, defisiensi laktase)
Epidemiologi
Di Amerika penderita alergi makanan sekitar 2
2,5% pada dewasa, pada anak sekitar 6 8%.
Setiap tahunnya diperkirakan 100 hingga 175
orang meninggal karena alergi makanan.
Penyebab kematian tersebut biasanya karena
anafilaktik syok, tersering karena kacang tanah.
Lebih 160 makanan dikaitkan dengan alergi
makanan.
Para ahli berpendapat penderita alergi di
Negara berkembang mungkin lebih banyak
dibandingkan Amerika Serikat
ETIOLOGI
Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi
makanan, yaitu faktor genetik, imaturitas usus,
pajanan alergi.
faktor genetik :
bila salah satu orang tua menderita gejala alergi
maka resiko pada anak sekitar 17 40%.
bila ke dua orang tua alergi maka resiko pada
anak meningkat menjadi 53 - 70%.
imaturitas usus : system pertahanan tubuh masih
lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan
alergen masuk ke dalam tubuh.
Faktor pencetus : faktor fisik seperti dingin,
panas atau hujan, kelelahan, aktifitas
berlebihan tertawa, menangis,
berlari,olahraga. faktor psikis berupa
kecemasan, sedih, stress atau ketakutan.
Bila terdapat pencetus alergi disertai
terpapar penyebab alergi maka keluhan atau
gejala alergi yang timbul jadi lebih berat. Bila
tidak ada paparan alergi tdk akan muncul
alergi.
Patofisiologi
Peran IgE
Peran non IgE
Peran IgE
Kegagalan tubuh untuk dapat mentoleransi suatu makanan
akan merangsang imunoglobulin E (IgE), yang mempunyai
reseptor pada sel mast, basofil dan juga pada sel makrofag,
monosit, limfosit, eosinofil dan trombosit dengan afinitas
yang rendah. Ikatan IgE dan alergen makanan akan
melepaskan mediator histamin, prostaglandin dan leukotrien
dan akan menimbulkan vasodilatasi, kontraksi otot polos dan
sekresi mukus yang akan menimbulkan gejala reaksi
hipersensitivitas tipe I. Sel mast yang aktif akan melepaskan
juga sitokin yang berperan pada reaksi hipersensitivitas tipe I
yang lambat. Bila alergen dikonsumsi berulang kali, sel
mononuklear akan dirangsang untuk memproduksi histamin
releasing factor (HRF)yang sering terjadi pada seorang yang
menderita dermatitis atopi
Peran Non IgE
Banyak dilaporkan bahwa mekanisme imun yang lain.
(selain reaksi hipersensitivitas tipe I) dapat sebagai
penyebab alergi makanan, namun bukti secara ilmiah
sangat terbatas. Dilaporkan bahwa penelitian
membuktikan reaksi hipersensitivitas tipe III berperan,
tapi sedikit bukti yang menyokong penyakit kompleks
imun antigen makanan. Reaksi hipersensitivitas tipe
IV timbul beberapa jam kemudian, tetapi bukti yang
pasti juga belum cukup.
Manifestasi Klinis

Bayi baru lahir hingga 1 th Anak usia > 1th

Sistem pernapasan
Sistem pernapasan Sistem pencernaan
Sistem pencernaan Telinga, hidung,
Telinga hidung tenggorokan
tenggorokan Sistem pembuluh darah
Sistem pembuluh darah dan jantung
dan jantung Kulit
Kulit Sistem saluran kemih
Sistem saluran kemih dan kelamin
Sistem saluran saraf Sistem saluran saraf
pusat pusat
Mata Jaringan oto dan tulang
Mata
terapi
Penghentian makanan yang dicurigai
Obat-obatan simtomatis
Antihistamin (H1 dan H2)
Ketotifen
Ketotofen
Kortikosteroid
Inhibitor sintesaprostaglandin
Pemeriksaan penunjang
IgE total dan
Darah tepi spesifik
Eosinofil >5% Ige total dg
atau 500/ml PRIST (paper
Uji kulit alergi radioimmunosor
condong ke
Scratch test bent test)
alergi
Prict test IgE spesifik
Hitung leukosit
Intradermal test biasanya
<5000/ml dan
neutropenia dilakukan dg
<30% RAST (Radio
Allergosorbent
Test)
Provokasi double blind placebo
control food challenge (DBPCFC)
Makanan dieliminasi selama 2-3 minggu
Provokasi makanan yang dicurigai.
Diet provokasi 1 bahan makanan dalam 1
minggu bila timbul gejala dicatat.
Disebut allergen bila dalam 3 kali provokasi
menimbulkan gejala alergi.
Pengobatan dan pencegahan
alergi makanan
Pencegahan Primer (sebelum terjadi
sensitisasi) :
Diet penghindaran makanan hiperalergenik sejak
trimester kehamilan
Pencegahan Sekunder (sudah terjadi sensitisasi
tetapi belum terjadi penyakit alergi) :
Penentuan dan penghindaran jenis makanan
yang menyebabkan penyakit alergi
Pencegahan Tersier (sudah terjadi penyakit
alergi misalnya dermatitis, tetapi belum terjadi
penyakit alergi lain misalnya asma) :
Penggunaan obat
Penatalaksanaan
Diet eliminasi/provokasi adalah untuk diagnostik. Bila
alergen telah diketemukan maka harus dihindari
sebaik mungkin dan makanan-makanan yang
tergolong hipoalergenik dipakai sebagai pengganti.
Pada bayi dari keluarga atopik, disarankan menunda
pemberian makanan makanan yang dikenal sebagai
makanan alergenik utama, dengan cara :
Eliminasi susu sapi sampai usia 1 tahun
Eliminasi telur sampai usia 18-24 bulan
Eliminasi kacang-kacangan dan ikan sampai usia 3
tahun
Pengobatan
Kromolin, Nedokromil
Glukokortikoid
Beta adrenergic agonist
Metil Xantin aminofilin dan teofilin
Simpatomimetika
Efedrin : 0,5 1,0 mg/kg/dosis, 3 kali/24 jam
Orciprenalin : 0,3 0,5 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Salbutamol : 0,1 0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Penatalaksanaan reaksi anafilaksi
Eliminasi makanan harus dilakukan dengan
ketat
Penghentian makanan alergi
Ephineprin 0,01 mg/kg dalam larutan 1 : 1000
diberikan subkutan, dapat diulang setelah 10
15 menit, dan dirawat di UGD
Antihistamin parenteral
Kortikosteroid parenteral
Diawasi minimal selamna 4 jam setelah syok
dapat di atasi.
Pencegahan
Alergi tidak bisa disembuhkan, tapi dengan
pencegahan yang efektif akan mengendalikan
frekuensi dan intensitas serangan,
penggunaan obat, jumlah hari absen sekolah,
serta membantu memperbaiki kualitas hidup.
Pemberian ASI sangat dianjurkan
Sayur mayur bisa dianjurkan sebagai
pengganti buah, daging sapi atau kambing
sebagai pengganti telur ayam dan ikan.
Prognosis
Alergi makanan yang mulai pada usia 2 tahun
mempunyai prognosis yang lebih baik karena
ada kemungkinan kurang lebih 40% akan
mengalami grow out. Anak yang mengalami
alergi pada usia 15 tahun ke atas cenderung
untuk menetap.

Anda mungkin juga menyukai