Anda di halaman 1dari 24

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN ALERGI

Kelompok 2
Brigitta Julia
Danisa Alzura
Sistine Tumanan
Agatha Meilinda M B.
Cilia Defi
Donli Kristian
Sulfayani
Latar belakang

Alergi dikatakan respon abnormal dari sistem kekebalan


tubuh. Orang yang memiliki alergi memiliki sistem kekebalan
tubuh yang bereaksi terhadap suatu zat biasanya tidak
berbahaya di lingkungan. Biasa alergi disebabkan makan
seafood, bulu hewan, debu, dan lain-lain. Gejala-gejala umum
dari suatu reaksi alergi terhadap kulit seperti gatal, mata
berair, bersin, hidung beringus, merasa lelah atau sakit, dan
hives (gatal-gatal dengan bercak merah).
TINJAUAN PUSTAKA

ALERGI
Alergi merupakan suatu reaksi hipersensitivitas akibat induksi
oleh
imunoglobulin E (IgE) yang spesifik terhadap alergen tertentu
yang berikatan dengan sel mast atau sel basofil. Ketika antigen
terikat, terjadi silang molekul IgE,sel mast manusia dirangsang
untuk berdegranulasi dan melepaskan histamin,leukotrein, kinin,
Plateletes Activating Factor (PAF), dan mediator lain dari
hipersensitivitas, dimana histamin merupakan penyebab utama
berbagai macamalergi.
ETIOLOGI
Eiologi alergi multifaktorial. Diantaranya dapat berasal dari
agen,host,
dan lingkungan. Host dapat berupa daya tahan tubuh dan usia
dimana usia dini semakin rentan terhadap alergi. Lingkungan
dapat berupa suhu, musim. Agen
dapat berupa alergen. Reaksi alergi yang timbul akibat
paparan alergen pada
umumnya tidak berbahaya dan banyak ditemukan dalam
lingkungan dan sangat
beragam.
EPIDEMIOLOGI
Alergi Prevalensi alergi di dunia meningkat secara dramatis di
negara maju dan negara berkembang. Peningkatan alergi
terutama terjadi pada anak dari meningkatnya tren yang telah
terjadi selama dua dekade terakhir. Meskipun begitu, pelayanan
untuk pasien dengan penyakit alergi jauh dari ideal.1 Prevalensi
alergi telah meningkat, maka alergi harus dianggap sebagai
masalah kesehatan utama. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO). Diperkirakan 300 juta
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi alergi terjadi akibat pengaruh
mediator pada organ target. Mediator tersebut
dibagi dalam dua kelompok, yaitu mediator yang
sudah ada dalam granula sel mast (performed
mediator) dan mediator yang terbentuk kemudian
(newly fored mediator). Menurut asalnya
mediator ini dibagi dalam dua
kelompok, yaitu mediator dari sel mast atau basofil
(mediator primer), dan mediator dari sel lain
akibat stimulasi oleh mediator primer (mediator
sekunder).
FAKTOR RISIKO ALERGI

Penyebab alergi berasal dari dalam tubuh (intrinsik) yaitu faktor


genetic dan penyebab dari luar tubuh (ekstrinsik) yang terdiri atas
lingkungan dan gaya hidup termasuk pola makanan dan hygiene.
Pola makan terdiri dari konsumsi alkohol pada masa kehamilan, pola
diet atau komponen makanan ibu ketika masa kehamilan dan
menyusui, penggunaan antibiotik pada ibu hamil, dan nutrisi yang
diperoleh bayi. Sedangkan hygiene terdiri dari paparan asap rokok
dan hewan
peliharaan. Metode persalinan seksio sesarea, bayi lahir
premature(maturitas) dan berat badan bayi lahir termasuk ke
dalam faktor risiko alergi pada bayi.
MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi alergi tampak berbeda-beda sesuai


dengan letak dan rute paparan terhadap alergen
- Asma Bronkial
- Rhinitis alergi

- Dermatitis Atopik (Eksim)

- Urtikaria (kaligata, biduran)

- Alergi saluran pencernaan


● DIAGNOSIS ALERGI
Diagnosis alergi tergantung terutama pada riwayat klinis.
Anamnesis, diperjelas oleh pemeriksaan fisik, tes sensitivitas IgE, tes
kulit atau alergen spesifik serum. Skin prick testing (SPT) diujikan
pada kulit, dilakukan dengan ekstrak alergen. Pemeriksaan darah
dilakukan dengan memeriksa IgE total dan IgE spesifik Radio
Allergosorbent test (RAST). Pemeriksaan IgE total digunakan
sebagai marker diagnosis alergi, tetapi memiliki kelemahan karena
kurang spesifik. Hal tersebut disebabkan IgE meningkat pada
penyakit alergi dan juga non alergi seperti infestasi parasit.
Pemeriksaan IgE spesifik dilakukan dengan mengukur IgE spesifik
alergen dalam serum pasien. Selain itu, pemeriksaan lainnya untuk
menegakkan diagnosis penyakit alergi adalah skrining antibodi IgE
multi-alergen, triptase sel mast, dan Cellular antigen stimulation test
(CAST).28
● PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk
mengendalikan gejala alergi, meringankan intensitas serangan,
mengurangi frekuensi serangan, dan membatasi penggunaan
obat karena pada prinsipnya alergi tidak dapat
disembuhkan. Penatalaksanaan dermatitis atopik pada sebagian
penderita
mengalami perbaikan dengan sendirinya sesuai dengan
bertambahnya usia.
Menghindari atau mengurangi faktor penyebab menjadi langkah
pertama
penatalaksanaannya. Sedangkan untuk penatalaksanaan rinitis
alergi pada anak
dilakukan dengan penghindaran alergen penyebab dan kontrol
lingkungan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Uji kulit
- IgE total dan spesifik
- Tes intradermal nilainya terbatas, berbahaya.
- Tes hemaglutinin dan antibodi presipitat tidak sensitif.
- Biopsi usus
- Pemeriksaan/ tes D Xylose, proktosigmoidoskopi dan biopsi usus
- Diit coba buta ganda ( Double blind food chalenge ) untuk
diagnose,pasti
BABIII
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
- Anamnesa
-Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan, alamat, diagnosa medis.
-Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
-Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi:
Alasan masuk rumah sakit:
Keluhan utama
-Riwayat kesehatan dulu
-Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang berhubungan
dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien mengatakan pernah
mengalami nyeri perut,sesak nafas, demam,bibirnya bengkak,tibul kemerahan pada kulit,mual
muntah,dan terasa gatal dan pernah menjalani perawatan di RS atau pengobatan tertentu.
-Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang sama.
● Riwayat Psikososial dan Spiritual
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit pasien terhadap keluarga,
masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas
perkembangan menurut usia saat ini, dan sistem nilai kepercayaan
● Dikaji berdasarkan 14 kebutuhan dasar menurut Virginia Handerson, yaitu:
Pernapasan
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk, serta ukur respirasi rate.
Makan
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS, apakah pasien mengalami mual atau
muntah ataupun kedua-duanya.
Minum
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada perubahan (lebih banyak minum atau
lebih sedikit dari biasanya).
● Eliminasi (BAB / BAK)
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar.
● Gerak dan aktifitas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan aktivitasnya saat menderita suatu penyakit
(dalam hal ini adalah setelah didiagnosa mengalami alergi) atau saat menjalani perawatan di RS.
● Rasa Nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya, misalnya pasien merasa nyeri di perut
bagian kanan atas (dikaji dengan PQRST : faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala
nyeri)
● Rasa Aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani
keluarganya selama di RS.
● Sosial dan komunikasi
Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan lingkungan
sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).
● Pengetahuan
Dikaji tingkat peng etahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat ini
dan terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.
● Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.
● Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien
menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun
sebaliknya.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Tingkat kesadaran GCS
Tanda-tanda vital
● Kepala
Bentuk kepala, persebaran rambut, kebersihan rambut
● Mata
Bentuk mata (simetris atau tidak), ada sekret atau tidak, apakah ada kemerahan pada area mata
● Hidung
Ada/tidak nya sekret, ada/tidaknya cuping hidung, apakah ada kemerahan pada area hidung, rasa gatal pada
area hidung
● Mulut
Ada/tidaknya mukosa bibir, ada/tidaknya rasa gatal pada area mulut
● Abdomen
Bentuk, apakah terdengar bising usu, ada/tidak suara timpani, apakah ada nyeri tekan
● Genitalia
Rasa gatal pada area genitalia, apakah ada warna kemerahan
● Kulit
Apakah terdapat ruam bintik-bintik, kemerahan, timbul rasa gatal
ANALISIS DATA
Klasifikasi Data Data pengkajian:
● Data subyektif
Data yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga, mencakup hal-hal sebagai
berikut : klien mengatakan sesak napas ,sakit pada perut, gata-gatal, rasa mual,
muntah. Pusing, jenis makanan yang di konsumsi sesaat sebelum gejala muncul..
● Data obyektif
Data yang dilihat langsung atau melalui pengkajian fisik atau penunjang meliputi
:pembengkakan pada bibir, kemerahan pada kulit, dan, hasil pemeriksaan
laboratorium dan diagnostik

Analisa Data
● Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan
daya pikir yang berdasarkan ilmiah, pengetahuan yang sama dengan masalah
yang didapat pada klien
● DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan pada pada data pengkajian, diagnosa keperawatan


utama mencangkup hal hal ini, yaitu

○ Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan terpajan


allergen

○ Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

○ Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infalamasi


dermal,intrademal sekunder

○ Kekurangan volume cairan berhubungan dengan


kehilangan cairan berlebih
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DX 1 :
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 7 jam. diharapkan pasien menunjukkan pola nafas
efektif dengan frekuensi dan kedalaman rentang normal.
Kriteria hasil :
● Frekuensi pernapasan pasien normal (16-20 kali per menit)
● Pasien tidak merasa sesak lagi
● Pasien tidak tampak memakai alat bantu pernapasan
● Tidak terdapat tanda-tanda sianosis
Intervensi
● Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi paru. Catat upaya pernapasan, termasuk
pengguanaan otot bantu/ pelebaran masal.
● Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventisius seperti krekels, mengi, gesekan
pleura.
● Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun dari tempat tidur dan ambulansi
sesegera mungkin. .
● Observasi pola batuk dan karakter secret.
● Berikan oksigen tambahan.
● Berikan humidifikasi tambahan, mis: nebulizer ultrasonic
LANJUTAN….
Rasional
● kecepatan biasanya meningkat. Dispenea dan terjadi peningakatan kerja napas. Kedalaman
pernapasan berpariasi tergantung derajat gagal napas. Ekspansi dada terbatas yang
berhubungan dengan atelektasis atau nyeri dada pleuritik.
● bunyi napas menurun/ tak ada bila jalan napas obstruksi sekunder terhadap pendarahan,
bekuan/ kolaps jalan napas kecil (atelektasis). Ronci dan mengi menyertai obstruksi jalan
napas/ kegagalan pernapasan.
● duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan. Pengubahan
posisi dan ambulansi meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda sehingga
memperbaiki difusi gas.
● kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering atau iritasi. Sputum berdarah dapat
diakibatkan oleh kerusakan jaringan atau antikoagulan berlebihan.
● memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas
● memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran secret untuk
memudahkan pembersihan
NO DX 2:
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tujuan :
- setelah diberikan askep selama 3.x.24 jam diharapkan suhu tubuh pasien menurun
Kriteria hasil :
● Suhu tubuh pasien kembali normal ( 36,5 oC -37,5 oC)
● Bibir pasien tidak bengkak lagi
Intervensi
● Pantau suhu pasien ( derajat dan pola )
● Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi
● Berikan kompres mandi hangat; hindari penggunaan alcohol

RASIONAL
● Suhu 38,9-41,1C menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
● Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan mendekati normal
● Dapat membantu mengurangi demam
NO DX 3
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tujuan :
setelah diberikan askep selama 3x24 jam diharapkan pasien tidak akan mengalami kerusakan
integritas kulit lebih parah
Kriteria hasil :
● Tidak terdapat kemerahan,bentol-bentol dan odema
● Tidak terdapat tanda-tanda urtikaria,pruritus dan angioderma
● Kerusakan integritas kulit berkurang
INTERVENSI
● Lihat kulit, adanya edema, area sirkulasinya terganggu atau pigmentasi
● Hindari obat intramaskular
RASIONAL
● Kulit berisiko karena gangguan sirkulasi perifer
● Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorpsi obat dan predisposisi
untuk kerusakan kulit
NO DX 4
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tujuan :
setelah diberikan askep selama 3x24 jam diharapkan kekurangan volume cairan pada pasien dapat teratasi.
Kriteria hasil :
● Pasien tidak mengalami diare lagi
● Pasien tidak mengalami mual dan muntah
● Tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi
● Turgor kulit kembali normal
INTERVENSI
● Ukur dan pantau TTV, contoh peningakatan suhu/ demam memanjang, takikardia, hipotensi ortostatik.
● Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa (bibir, lidah).
● Monitor intake dan output cairan
● Beri obat sesuai indikasi misalnya antipiretik, antiemetic
● Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
RASIONAL
● peningkatan suhu atau memanjangnya demam meningkatkan laju metabolic dan kehilangan cairan melalui evaporasi.
TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan cairan sistemik.
● indicator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membrane mukosa mulut mungkin kering karena napas
mulut dan oksigen.
● mengetahui keseimbangan cairan
● berguna menurunkan kehilangan cairan
● pada adanya penurunan masukan/ banyak kehilangan, penggunaan parenteral dapat memperbaiki atau mencegah
kekurangan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai