Anda di halaman 1dari 3

SOP ALERGI MAKANAN

No.dokumen :
S No.Revisi:
O Tanggalterbit :
P Halaman :
UPTD
PUSKESMAS dr. Nelly Jessyca
SUNGAI PADUAN 19870429 201903 2 002
1. Pengertian Alergen makanan didefinisikan sebagai komponen-komponen
makanan atau bahan tertentu di dalam makanan (biasanya protein,
tetapi kadang-kadang juga kimiawi haptens) yang dikenali oleh sel-sel
imun spesifik alergen dan menimbulkan reaksi imunologik spesifik,
yang menghasilkan gejala-gejala khas. Beberapa alergen (paling
sering dari buah dan sayuran) menyebabkan reaksi alergi terutama
jika dimakan ketika mentah. Namun, sebagian besar alergen
makanan masih dapat menyebabkan reaksi bahkan setelah matang
atau telah mengalami pencernaan di lambung dan usus. Sebuah
fenomena yang disebut reaktivitas silang dapat terjadi ketika antibodi
bereaksi tidak hanya dengan alergen asli, tetapi juga dengan alergen
yang mirip. Pada alergi makanan, reaktivitas silang terjadi ketika
alergen makanan mempunyai kesamaan struktural atau sekuens
dengan alergen makanan atau aeroalergen yang berbeda, yang
kemudian dapat memicu reaksi buruk yang serupa seperti dipicu oleh
alergen makanan asli. Reaktivitas silang umum terjadi, misalnya, di
antara kerang yang berbeda dan kacang pohon yang berbeda.

2. Tujuan 1. Dokter mampu mendiagnosa alergi makanan


2. Memberikan terapi yang tepat, sehingga mampu mencegah
terjadinya komplikasi

3. Kebijakan
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 514 Tahun
2015 tentang Pedoman Pelayan Klinis
5. Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat
penyakit keluarga), seperti
 Pada kulit: bercak kemerahan pada kulit pada seluruh tubuh,
terasa gatal dan panas
 Keluhan pada saluran pernapasan : sesak nafas
 Keluhan pada saluran pencernaan : bengkak dan gatal pada
bibir, muntah, kram perut, diare dan perut terasa begah/
kembung
 Faktor risiko: terdapat riwayat alergi di keluarga
2. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan / yang
sesuai seperti
 Tanda Patognomonis : Kulit tampak macula eritema, urtikaria
 Pemeriksaan thorax : edema lidah, edema laring, wheezing
 Pemeriksaan abdomen : perut distensi , bising usus meningkat
4. Petugas menegakkan diagnosis dan diagnosis banding sesuai
anamnesis, pemeriksaan tanda vital, dan pemeriksaan fisik
5. Petugas memberikan terapi yang sesuai dengan diagnosis
a. Farmakologi
 Antihistamin sedatif : CTM 3 x 4 mg / hari selama 7 hari
 Antihistamin nonsedatif : Loratadin 1 x 10 mg/hari selama 1
minggu atau Cetirizine 1 x 1 tablet selama 7 hari
 Dexametasone 3 x 0,5 – 0,75 mg / hari selama 3 hari.
b. Hindari makanan penyebab
c. Jangan lakukan uji kulit atau uji provokasi makanan
d. Gunakan pemeriksaan in vitro (tes radioalergosorbent-RAST)
jika diperlukan
6. Jika ada indikasi petugas melakukan rujukan ke pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi (Rumah Sakit):
a. Reaksi anafilaktik atau reaksi alergi berat
b. Keadaan pasien makin memburuk
7. Petugas memberikan edukasi kepada pasien dan atau
keluarganya
 Edukasi pasien untuk kepatuhan diet pasien
 Menghindari makanan yang bersifat alergen sengaja mapun
tidak sengaja (perlu konsultasi dengan ahli gizi)
 Perhatikan label makanan
 Menyusui bayi sampai usia 6 bulan menimbulkan efek protektif
terhadap alergi makanan
8. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke
sub unit farmasi.
9. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis,
pemeriksaan, diagnosa, terapi, rujukan yang telah dilakukan
dalam rekam medis pasien dan e-puskesmas.
10. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas pendaftaran.
6. Diagram Alir
7. Unit Terkait 1. P e n d a f t a r a n
2. R u a n g U m u m
3. A p o t e k

8. Dokumenterkait 1 . R e k a m   m e d i s
2 . Catatan tindakan

3. RekamanHistoris No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggaldiberlakukan


Perubahan 1
2
3

Anda mungkin juga menyukai