Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

MANIFESTASI ALERGI MAKANAN PADA KULIT

Pembimbing:
dr.Rahimah, Sp.KK

Oleh:
Erick Prasetya
2017.04.200.241

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSU HAJI SURABAYA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
LATAR BELAKANG
Alergi makanan mempengaruhi sekitar 4% anak-anak di AS pada
usia kurang dari 18 tahun dan 1%-2% pada orang dewasa. Menelan
alergen makanan dapat menyebabkan respon kutan akut, seperti
flushing dan urtikaria.
Kulit adalah organ target yang paling sering dalam reaksi
hipersensitivitas makanan yang dimediasi IgE, dan gejala kulit terjadi
80% - 90% reaksi alergi yang dimediasi IgE.
Bab ini akan membahas penyakit kulit yang diinduksi makanan
dan akan mengeksplorasi berbagai jenis reaksi kulit yang berhubungan
dengan alergi makanan .1
DEFINISI
Kelainan kulit akibat alergi makanan ialah dermatosis akibat
reaksi imunologik terhadap makanan atau bahan pelengkap makanan.
Reaksi simpang makanan adalah setiap reaksi yang tidak diinginkan
akibat ingesti makanan atau bahan aditif makanan.
EPIDEMIOLOGI
Alergi makanan digambarkan sebagai penyakit yang semakin meningkat
dari waktu ke waktu. Secara umum mengenai sekitar 2,5% dari
populasi.
EPIDEMIOLOGI
Sebuah penelitian kohort EuroPrevall melibatkan 9 negara mendata
12.049 bayi, 77,5% diikuti hingga usia 2 tahun. Ditemukan kejadian
rata-rata alergen telur sebesar 1,23% dengan tingkat tertinggi di Inggris
(2,18%) dan terendah di Yunani (0,07%). Mengenai susu, rata-rata lebih
rendah (0,54%; 95% CI, 0,41% menjadi 0,70% ), dengan nilai tertinggi di
Belanda dan Inggris (1%) dan tingkat terendah di Lithuania, Jerman,
dan Yunani (<0,3%) 4.
FAKTOR RESIKO
Seperti semua penyakit kronis, alergi makanan dipengaruhi oleh
genetik, lingkungan, dan interaksi genome-lingkungan. Banyak faktor
risiko telah diidentifikasi atau diusulkan untuk berkontribusi terhadap
alergi makanan atau sensitisasi.
Faktor yang tidak dapat diubah : seks, ras, genetik.
Faktor yang dapat dirubah.
PATOFISIOLOGI
1. INISIASI SENSITIVITAS
v
Makanan v sawar mekanis v / non-imunologis (as.lambung, enzim
v
proteolitik, gerakan peristaltik) v sawar imunologis (folikel
v limfoid,
v
limfosit intraepitel, sel plasma, sel v mast lamina propia)
v IgA sekretori
v
pada lumen + protein
v makanan v absorpsi berkurang (2% terabsorpsi
v
alergen utuh) v T CD8+
v
2. MEKANISME HIPERSENSITIVITAS : PERAN IgE

Antigen sel makrofag/sel dendritik Sel T (CD4)/Th IgA / IgE


(atopi).
Sintesis IgE dikontrol sel Th2 oleh keseimbangan IL-4 (sel fagosit
MN) & Interferon-gama (sel NK)
3. PERAN MASTOSIT (SEL MAST) DAN EOSINOFIL
Pada manusia, SM terdapat pada lamina propia dan lapisan submukosa
mulai dari esofagus sampai colon. SM dapat diaktifkan melalui ikatan
Antigen/allergen-IgE (Ab-dependent), tidak bergantung Ab (Ab-
independent), produk eosinofil, dan beberapa faktor yang berasal dari
limfosit T. Sitoplasma SM mempunyai banyak granula yang berisi jenis
mediator khemis
GEJALA KLINIS
IgE-mediated
• Beberapa menit sampai beberapa jam setelah konsumsi makanan.
Reaksi yang dimediasi IgE terhadap daging yang mengandung antigen
karbohidrat yakni galaktosa-alfa-1,3-galaktosa (alfa-gal) biasanya
tertunda 4-6 jam setelah konsumsi.
Flushing / pruritus
Flushing dan pruritus adalah gejala kulit akut yang umumnya
terjadi selama reaksi IgE-mediated terhadap makanan, sering sebagai
tanda awal terjadinya reaksi.
Urtikaria dan Angioedema
Urtikaria akut dan angioedema adalah manifestasi kulit yang
paling umum dari reaksi alergi makanan. Gejala-gejala ini umumnya
dimulai dalam beberapa menit hingga 1 - 2 jam setelah konsumsi
alergen makanan
• Lesi kulit : urtikaria ( wheals , kecil <1cm, besar >8cm, eritema atau
putih dengan tepi eritema, bulat, oval, annular dan serpiginous ).
Angioedeme ( skin colored, pembesaran sementara dari bagian wajah
seperti kelopak mata, bibir, lidah )
• Terapi : ANTIHISTAMIN. H1-blocker contoh, hydroxyzine, terfenadine;
atau loratadine, cetirizine, fexofenadine; 180 mg/d offexofenadine
atau 10-20 mg/d ofloratadin. Jika gagal kombinasi H1 dan H2 blocker
(cimetidine) atau sel mast stabilizer (ketotifen) 4
• Urtikaria Kontak
Kontak urtikaria terjadi melalui aktivasi IgE spesifik pada sel mast /
urtikaria kontak dapat terjadi melalui aktivasi langsung sel mast
pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya Gejala lokal /
sistemik.
Lesi urtikaria berkembang hanya pada area kulit yang bersentuhan
langsung dengan makanan.
Pajanan: daging mentah, makanan laut, sayuran mentah, dan buah-
buahan.
Tatalaksana : Menghindari zat yang menyinggung adalah yang terbaik,
tetapi jika ini tidak mungkin, antihistamin bermanfaat. Jika urtikaria
timbul atau reaksi asma terjadi, glukokortikoid sistemik adalah yang
terbaik. Untuk anafilaksis dapat diberikan epinefrin
TIDAK DIMEDIASI IgE
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi yang disebabkan oleh protein makanan telah
dilaporkan pada individu tanpa antibodi IgE. Reaksi terbatas pada area
kontak dengan kulit, sedikit atau tidak ada risiko perkembangan gejala
sistemik.
• Pajanan: ikan, kerang, daging, kentang mentah, dan telur.
• Diagnosis ditegakkan dari riwayat dan uji tempel positif pada
makanan yang dicurigai
Fixed food eruption
Reaksi kulit yang diperantarai sel, terutama pada pasien dewasa.
Prevalensi fixed food eruption tidak diketahui, dan laporan kasus jarang.
Pajanan: konsumsi stroberi, lentil, asparagus, keripik keju (tartrazine),
air tonik (kina), laktosa, kerang, dan kacang jambu.
• Lesi dideskripsikan sebagai lesi eritematosa yang berbatas tegas
dengan sensasi panas/terbakar biasanya pada ekstremitas, bibir, atau
lidah.
• Lesi biasanya terjadi beberapa jam setelah konsumsi dan berlangsung
selama beberapa hari hingga minggu setelah terpapar, sering
memudar secara spontan dengan tanda sisa hiperpigmentasi.
• Kekambuhan dapat timbul kembali dari area yang sama dari lesi awal
Dermatitis herpetiformis (DH)
Manifestasi kulit enteropati sensitiv-gluten atau penyakit celiac. DH
adalah blistering skin rash yang kronis ditandai dengan lesi
papulovesikular kronis
Predileksi: permukaan ekstensor ekstremitas dan pada bokong, simetris
Dermatitis kontak sistemik
Sensitisasi awal melalui kontak kulit dan gejala sistemik yang terjadi
setelah paparan parenteral atau oral terhadap alergen. Gejala-gejala
termasuk demam, sakit kepala, rinitis, dan gejala gastrointestinal.
Pajananan alkohol, buah jeruk, cokelat, sayuran acar, rempah-rempah,
dan tomat yang telah dikaitkan dengan dermatitis kontak sistemik.
Diagnosis dapat dibuat dari riwayat dan pengujian patch atopi.
Reaksi yang diperantarai sel dan Ig-E (mixed)
• Dermatitis atopik
Dermatitis atopik adalah kelainan kulit yang diperantarai oleh sistem
kekebalan tubuh yang biasanya dimulai pada masa bayi atau anak usia
dini dan terjadi sebagai akibat dari disregulasi imun yang melibatkan
mekanisme yang diperantarai sel dan IgE.
Pajanan: susu, telur, kacang, gandum, dan kedelai
Reaksi kulit: makula, morbilliform, dan pruritic. Ruam terlokalisir ke
daerah-daerah yang umumnya terkena dermatitis atopik.
DIAGNOSA
• ANAMNESA
• UJI IN VIVO dan IN VITRO
• SAFT
• DBPBFC
TATALAKSANA
• Menghindari alergen makanan
• Farmakoterapi
Epinefrin untuk pengobatan anafilaksis. Pengobatan tambahan
termasuk antihistamin H1 dan H2, kortikosteroid, dan inhibitor
sintetase prostaglandin. Terapi antibodi monoklonal anti-IgE
dilisensikan untuk digunakan pada asma dan untuk urtikaria kronis di
banyak negara.
KESIMPULAN
• Manifestasi kulit akibat alergi makanan timbul melalui berbagai
mekanisme kekebalan tubuh.
• Tes diagnostik yang tepat, diet eliminasi makanan atau membatasi
kontak makanan merupakan tatalaksana yang tepat .

Anda mungkin juga menyukai