SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH LATAR BELAKANG Alergi makanan mempengaruhi sekitar 4% anak-anak di AS pada usia kurang dari 18 tahun dan 1%-2% pada orang dewasa. Menelan alergen makanan dapat menyebabkan respon kutan akut, seperti flushing dan urtikaria. Kulit adalah organ target yang paling sering dalam reaksi hipersensitivitas makanan yang dimediasi IgE, dan gejala kulit terjadi 80% - 90% reaksi alergi yang dimediasi IgE. Bab ini akan membahas penyakit kulit yang diinduksi makanan dan akan mengeksplorasi berbagai jenis reaksi kulit yang berhubungan dengan alergi makanan .1 DEFINISI Kelainan kulit akibat alergi makanan ialah dermatosis akibat reaksi imunologik terhadap makanan atau bahan pelengkap makanan. Reaksi simpang makanan adalah setiap reaksi yang tidak diinginkan akibat ingesti makanan atau bahan aditif makanan. EPIDEMIOLOGI Alergi makanan digambarkan sebagai penyakit yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Secara umum mengenai sekitar 2,5% dari populasi. EPIDEMIOLOGI Sebuah penelitian kohort EuroPrevall melibatkan 9 negara mendata 12.049 bayi, 77,5% diikuti hingga usia 2 tahun. Ditemukan kejadian rata-rata alergen telur sebesar 1,23% dengan tingkat tertinggi di Inggris (2,18%) dan terendah di Yunani (0,07%). Mengenai susu, rata-rata lebih rendah (0,54%; 95% CI, 0,41% menjadi 0,70% ), dengan nilai tertinggi di Belanda dan Inggris (1%) dan tingkat terendah di Lithuania, Jerman, dan Yunani (<0,3%) 4. FAKTOR RESIKO Seperti semua penyakit kronis, alergi makanan dipengaruhi oleh genetik, lingkungan, dan interaksi genome-lingkungan. Banyak faktor risiko telah diidentifikasi atau diusulkan untuk berkontribusi terhadap alergi makanan atau sensitisasi. Faktor yang tidak dapat diubah : seks, ras, genetik. Faktor yang dapat dirubah. PATOFISIOLOGI 1. INISIASI SENSITIVITAS v Makanan v sawar mekanis v / non-imunologis (as.lambung, enzim v proteolitik, gerakan peristaltik) v sawar imunologis (folikel v limfoid, v limfosit intraepitel, sel plasma, sel v mast lamina propia) v IgA sekretori v pada lumen + protein v makanan v absorpsi berkurang (2% terabsorpsi v alergen utuh) v T CD8+ v 2. MEKANISME HIPERSENSITIVITAS : PERAN IgE
Antigen sel makrofag/sel dendritik Sel T (CD4)/Th IgA / IgE
(atopi). Sintesis IgE dikontrol sel Th2 oleh keseimbangan IL-4 (sel fagosit MN) & Interferon-gama (sel NK) 3. PERAN MASTOSIT (SEL MAST) DAN EOSINOFIL Pada manusia, SM terdapat pada lamina propia dan lapisan submukosa mulai dari esofagus sampai colon. SM dapat diaktifkan melalui ikatan Antigen/allergen-IgE (Ab-dependent), tidak bergantung Ab (Ab- independent), produk eosinofil, dan beberapa faktor yang berasal dari limfosit T. Sitoplasma SM mempunyai banyak granula yang berisi jenis mediator khemis GEJALA KLINIS IgE-mediated • Beberapa menit sampai beberapa jam setelah konsumsi makanan. Reaksi yang dimediasi IgE terhadap daging yang mengandung antigen karbohidrat yakni galaktosa-alfa-1,3-galaktosa (alfa-gal) biasanya tertunda 4-6 jam setelah konsumsi. Flushing / pruritus Flushing dan pruritus adalah gejala kulit akut yang umumnya terjadi selama reaksi IgE-mediated terhadap makanan, sering sebagai tanda awal terjadinya reaksi. Urtikaria dan Angioedema Urtikaria akut dan angioedema adalah manifestasi kulit yang paling umum dari reaksi alergi makanan. Gejala-gejala ini umumnya dimulai dalam beberapa menit hingga 1 - 2 jam setelah konsumsi alergen makanan • Lesi kulit : urtikaria ( wheals , kecil <1cm, besar >8cm, eritema atau putih dengan tepi eritema, bulat, oval, annular dan serpiginous ). Angioedeme ( skin colored, pembesaran sementara dari bagian wajah seperti kelopak mata, bibir, lidah ) • Terapi : ANTIHISTAMIN. H1-blocker contoh, hydroxyzine, terfenadine; atau loratadine, cetirizine, fexofenadine; 180 mg/d offexofenadine atau 10-20 mg/d ofloratadin. Jika gagal kombinasi H1 dan H2 blocker (cimetidine) atau sel mast stabilizer (ketotifen) 4 • Urtikaria Kontak Kontak urtikaria terjadi melalui aktivasi IgE spesifik pada sel mast / urtikaria kontak dapat terjadi melalui aktivasi langsung sel mast pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya Gejala lokal / sistemik. Lesi urtikaria berkembang hanya pada area kulit yang bersentuhan langsung dengan makanan. Pajanan: daging mentah, makanan laut, sayuran mentah, dan buah- buahan. Tatalaksana : Menghindari zat yang menyinggung adalah yang terbaik, tetapi jika ini tidak mungkin, antihistamin bermanfaat. Jika urtikaria timbul atau reaksi asma terjadi, glukokortikoid sistemik adalah yang terbaik. Untuk anafilaksis dapat diberikan epinefrin TIDAK DIMEDIASI IgE Dermatitis kontak alergi Dermatitis kontak alergi yang disebabkan oleh protein makanan telah dilaporkan pada individu tanpa antibodi IgE. Reaksi terbatas pada area kontak dengan kulit, sedikit atau tidak ada risiko perkembangan gejala sistemik. • Pajanan: ikan, kerang, daging, kentang mentah, dan telur. • Diagnosis ditegakkan dari riwayat dan uji tempel positif pada makanan yang dicurigai Fixed food eruption Reaksi kulit yang diperantarai sel, terutama pada pasien dewasa. Prevalensi fixed food eruption tidak diketahui, dan laporan kasus jarang. Pajanan: konsumsi stroberi, lentil, asparagus, keripik keju (tartrazine), air tonik (kina), laktosa, kerang, dan kacang jambu. • Lesi dideskripsikan sebagai lesi eritematosa yang berbatas tegas dengan sensasi panas/terbakar biasanya pada ekstremitas, bibir, atau lidah. • Lesi biasanya terjadi beberapa jam setelah konsumsi dan berlangsung selama beberapa hari hingga minggu setelah terpapar, sering memudar secara spontan dengan tanda sisa hiperpigmentasi. • Kekambuhan dapat timbul kembali dari area yang sama dari lesi awal Dermatitis herpetiformis (DH) Manifestasi kulit enteropati sensitiv-gluten atau penyakit celiac. DH adalah blistering skin rash yang kronis ditandai dengan lesi papulovesikular kronis Predileksi: permukaan ekstensor ekstremitas dan pada bokong, simetris Dermatitis kontak sistemik Sensitisasi awal melalui kontak kulit dan gejala sistemik yang terjadi setelah paparan parenteral atau oral terhadap alergen. Gejala-gejala termasuk demam, sakit kepala, rinitis, dan gejala gastrointestinal. Pajananan alkohol, buah jeruk, cokelat, sayuran acar, rempah-rempah, dan tomat yang telah dikaitkan dengan dermatitis kontak sistemik. Diagnosis dapat dibuat dari riwayat dan pengujian patch atopi. Reaksi yang diperantarai sel dan Ig-E (mixed) • Dermatitis atopik Dermatitis atopik adalah kelainan kulit yang diperantarai oleh sistem kekebalan tubuh yang biasanya dimulai pada masa bayi atau anak usia dini dan terjadi sebagai akibat dari disregulasi imun yang melibatkan mekanisme yang diperantarai sel dan IgE. Pajanan: susu, telur, kacang, gandum, dan kedelai Reaksi kulit: makula, morbilliform, dan pruritic. Ruam terlokalisir ke daerah-daerah yang umumnya terkena dermatitis atopik. DIAGNOSA • ANAMNESA • UJI IN VIVO dan IN VITRO • SAFT • DBPBFC TATALAKSANA • Menghindari alergen makanan • Farmakoterapi Epinefrin untuk pengobatan anafilaksis. Pengobatan tambahan termasuk antihistamin H1 dan H2, kortikosteroid, dan inhibitor sintetase prostaglandin. Terapi antibodi monoklonal anti-IgE dilisensikan untuk digunakan pada asma dan untuk urtikaria kronis di banyak negara. KESIMPULAN • Manifestasi kulit akibat alergi makanan timbul melalui berbagai mekanisme kekebalan tubuh. • Tes diagnostik yang tepat, diet eliminasi makanan atau membatasi kontak makanan merupakan tatalaksana yang tepat .