Anda di halaman 1dari 23

Molluskum Kontangiosum

Presentedy By:
Rosyidah Q A’yun (201570020)
Pembimbing : dr. Levina B. Sesa

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


PUSKESMAS KLASAMAN SORONG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PAPUA
2022
Outline
Definisi Diagnosis Banding

Etiologi Tatalaksana

Epidemiologi Komplikasi

Patofisiologi Prognosis

Penegakkan Diagnosis Pencegahan

Kesimpulan
Definisi Molluskum kontangiosum

 Salah satu penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh kelompok


Poxvirus genus Molluscipox.
 Infeksi ditandai dengan gambaran klinis berupa papul milier-lentikuler
dengan ukuran rata-rata 2-5 mm, berbentuk kubah (dome shape),
berkilat, dan pada permukaannya terdapat lekukan (delle/umbilikasi)
berisi massa yang mengandung badan moluskum.
Apabila massa tersebut dikeluarkan akan tampak massa bewarna
putih yang menyerupai butiran nasi.
Etiologi

 Virus moluskum kontagiosum merupakan kelompok Poxvirus


genus Molluscipox adalah double stranded DNA virus
berbentuk oval dengan ukuran 230 x 330 nm.
 Terdapat 4 subtipe Molluscum Contagiosum Virus (MCV)
 MCV I, MCV II, MCV III dan MCV IV.
 Penularan Molluscum contagiosum virus (MCV):
-Kontak kulit langsung
-Melalui benda yang terkontaminasi misalnya handuk, baju,
kolam renang dan mainan.
epidemiologi

 Data epidemiologi dari moluskum kontagiosum berkualitas rendah.


 Insiden terbesar pada anak usia 0 sampai 14 tahun Kejadiannya berkisar antara 12
sampai 14 episode per 1000 anak per tahun.
 Jumlah terbesar di AS adalah pada anak usia 1-4 tahun.
 Studi meta-analisis menyatakan bahwa prevalensi pada anak 0-16 tahun berkisar
antara 5,1% dan 11,5%.
 Di AS, kejadiannya hanya 1% dari semua penyakit kulit lainnya dan meningkat
menjadi 5-18% pada pasien HIV dan 33% pada pasien yang memiliki jumlah CD4 di
bawah 100/µL.
 Studi AS lainnya menunjukkan tingkat kejadian 2000 responden dalam 1 tahun
menunjukkan bahwa penyakit ini ditemukan 59% ditemukan pada anak-anak dan
41% pada orang dewasa dengan lesi genital.
Patofisiologi-Manifestasi klinis
Penegakkan diagnosis

 Tidak ada keluhan subyektif.


 Terutama menyerang anak usia sekolah, dewasa muda
yang aktif secara seksual, dan pasien imunokompromais.
 Kelainan kulit Papul khas berbentuk kubah, di
Kriteria Klinis
tengahnya terdapat lekukan (delle). Jika dipijat akan
tampak keluar massa berwarna putih seperti nasi yang
merupakan badan moluskum. Kadang berukuran lentikular
dan berwarna putih seperti lilin. Dapat terjadi infeksi
sekunder sehingga timbul supurasi.
Penegakkan diagnosis

 Lesi yang timbul berawal dari papul kecil yang membesar


sampai ukuran 3-6 mm dan jarang berukuran sampai 3
cm, keadaan ini disebut moluskum raksasa (giant
molluscum) pada penderita dengan immunocompromised.
Kriteria Klinis  Predileksi biasanya terdapat dikulit jarang terdapat
dimukosa (termasuk mata).
 Pada anak biasanya lesi terdapat area yang terekspos
(wajah, leher, lipatan ketiak, fossa poplitea, badan,
ekstremitas). Sedangkan dewasa, biasa didapatkan pada
daerah genitalia eksterna dan pubis.
Penegakkan diagnosis
Keluhan kelainan kulit berupa papul miliar yang
berlangsung beberapa hari hingga minggu.

Riwayat di keluarga

Jika pasiennya anak-anak biasanya orang tua


menjelaskan adanya eksposur dengan anak-anak
lain yang terinfeksi.

Anamnesis
Dewasa yang imunokompromais

Orang dewasa yang biasanya aktif secara


seksual dan tidak mengetahui bahwa pasangan
mereka terinfeksi.

Pada orang dewasa juga sering terjadi pada


orang yang memiliki banyak pasangan seksual
dengan frekuensi hubungan seksual yang
meningkat
Penegakkan diagnosis Pemeriksaan Fisik

 Ditemukan ruam berupa papul millier, kadang- kadang


lentikular dan berwarna putih seperti lilin, berbentuk kubah
yang kemudian direngahnya terdapat lekukan (delle).
 Jika dipijat akan tampak massa yang berwarna putih seperti
nasi.
 Biasanya dijumpai didaerah muka, badan dan ekstrimitas,
sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis dan genitalia
eksterna.
 Kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder sehingga timbul
supurasi
Penegakkan diagnosis

 Biasanya tidak diperlukan.


 Pada dermoskopi tampak gambaran orifisium dengan gambaran pembuluh
darah crown, punctiform, radial, dan flower pattern.
Pemeriksaan  Pemeriksaan Giemsa terhadap bahan massa putih dari bagian tengah papul
Penunjang menunjukkan badan inklusi moluskum di dalam sitoplasma.
 Pemeriksaan histopatologik dilakukan apabila gambaran lesi tidak khas MK.
Tampak gambaran epidermis hipertrofi dan hiperplasia. Di atas lapisan sel
basal didapatkan sel membesar yang mengandung partikel virus disebut
badan moluskum atau Henderson-Paterson bodies.
Diagnosis banding
Diagnosis Manifestasi Klinis Gambar

Varicella • Infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang


kulit dan mukosa
• Gejala klinis didahului gejala konstitusi (demam yang tidak terlalu
tinggi, malese, dan nyeri kepala), lalu timbul kelainan kulit
polimorf berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa
jam berubah menjadi vesikel.
• Bentuk vesikel ini khas seperti tetesan air mata (tear drop).
• Vesikel akan berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi
krusta. Selama proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel
baru.
• Lesi terutama dimulai pada bagian tubuh sentral dan menyebar
secara sentrifugal.
Diagnosis banding

Diagnosis Manifestasi Klinis Gambar

Veruka
• Veruka vulgaris disebabkan oleh Human Virus Papiloma
Vulgaris
(HPV) terutama tipe 2, tetapi dapat juga tipe 1 dan 4.
• Pada umumnya lesi tidak menimbulkan gejala subjektif,
tetapi terus bertambah besar, menebal membentuk lesi
keratotik.
• Lesi dapat memberikan rasa nyeri apabila terletak pada
lokasi yang terkena tekanan atau bila meregang dan
berdarah.
Diagnosis banding
Diagnosis Manifestasi Klinis Gambar

Milaria
• Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat yang
ditandai oleh adanya vesikel milier.
• Sinonim untuk penyakit ini adalah biang keringat, keringat
buntet, liken tropikus atau prickle heat.
• Keluhan dirasakan adalah gatal disertai timbulnya vesikel atau
bintil terutama pada saat berkeringat dan lokasi predileksi
biasanya didaerah yang tertutup pakaian seperti badan.

Acne
• Suatu peradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai
Vulgaris
dengan adanya komedo, papul, pustul, dan kista pada daerah-
daerah predileksi (wajah, bahu, lengan bagian atas, dada dan
punggung)
• Lesi bersifat nodulo-kistik disertai gatal dan nyeri tekan, bila
pecah dapat mengeluarkan pus.
Diagnosis banding
Diagnosis Manifestasi Klinis Gambar

Folikulitis
• Infeksi akut dari satu folikel rambut, bila jaringan sekitarnya juga
terkena disebut furunkel, bila yang terinfeksi beberapa folikel
rambut disebut karbunkel.
• Disebabkan oleh Staphylococcus aureus
• Folikulitis/furunkel awalnya nodula kecil yang mengalami
peradangan kemudian menjadi pustula dan mengalami nekrosis
setelah keluarnya pus. Biasanya disertai nyeri dan dapat muncul
berulang.
tatalaksana

Non-Medikamentosa:

 Jaga higiene kulit dengan mandi 2


kali sehari menggunakan sabun
Tatalaksana medikamentosa

Prinsip: mengeluarkan badan moluskum


1. Tindakan:
 Bedah kuretase/enukleasi. Setelah tindakan diberikan antibiotik topikal.
.
 Tindakan bedah beku/nitrogen cair.
2. Terapi Topikal
 Kantaridin** (0,7% atau 0,9%) dioleskan pada lesi dan dibiarkan selama 3-4 jam,
setelah itu dicuci. Setelah itu diberikan salep antibiotik untuk mencegah infeksi
sekunder. Dapat dilakukan sebulan sekali hinggga tidak ada lesi lagi.
 Pasta perak nitrat** 40%.
 Gel asam salisilat 12%.
Tatalaksana medikamentosa

 Podofilin (10%-25% dalam bentuk resin) atau (0,3% atau 0,5% dalam bentuk krim).
Dioleskan pada tiap lesi 2 kali sehari selama 3 hari berturutturut, jika lesi masih
persisten hingga hari ke-7, terapi yang sama dilanjutkan selama 3 minggu.
.
 Kalium hidroksida 10% 2 kali/hari selama 30 hari atau sampai terjadi inflamasi dan
ulserasi di permukaan papul.
 Krim adapalen 1% selama 1 bulan.
 Pulsed dye laser: untuk MK rekalsitran, tiap lesi menggunakan sinar laser 585 nm
single shot (3 mm, 300 ms, 8,0 J/cm2).
 Benzoil peroksida 10% dioleskan 2 kali sehari selama 4 minggu.
 Solusio povidon iodine 10% dan plester asam salisilat 50%.
komplikasi

 Konjungtivitis kronis
 Keratitis pungtata
 Infeksi bakteri sekunder
prognosis

Pada pasien imunokompeten dapat swasirna


dalam 6-9 bulan tanpa meninggalkan parut,
kecuali jika mengalami infeksi.
• Quo ad vitam: Bonam
• Quo ad functionam: Bonam
• Quo ad sanactionam: Bonam
pencegahan

• Pasien diminta menjaga menjaga


kebersihan diri

• Tidak saling meminjam alat mandi, misalnya


handuk, pakaian, dan mainan

• Mencegah kontak fisik sesama teman, dan


selama sakit dilarang berenang.
kesimpulan

 Moluskum kontagiosum merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh


Molluscum Contagiosum Virus (MCV)
 Angka kejadian moluskum kontagiosum di seluruh dunia diperkirakan sebesar
2% - 8%, dengan prevalensi 5% - 18% pada pasien HIV/AIDS.
 Moluskum kontagiosum bersifat endemis pada komunitas padat penduduk,
higiene buruk dan daerah miskin.
 Utama menyerang anak-anak, usia dewasa dengan aktivitas seksual aktif dan
status imunodefisiensi.
 Diagnosis biasanya dapat langsung ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan
pemeriksaan fisik.
 Evaluasi dengan konten sentra menggunakan persiapan crush dan pewarnaan
Giemsa dan pemeriksaan histopatologik dapat dilakukan jika diperlukan.
 Pasien akan sembuh spontan, tapi biasanya setelah waktu yang lama,
berbulan-bulan sampai tahunan.
referensi

1. Harlim A. Buku ajar ilmu kesehatan kulit dan kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia. 2019.
h. 45-47.
2. Leung AKC, Barankin B and Hon KLE. Review Article: Molluscum Contangiosum an update. Bentham Science.
Received: February 28, 2017; Accepted: May 16, 2017. DOI: 10.2174/1872213X11666170518114456.
3. Unair News. Diagnosis, manifestasi, dan penatalaksanaan Moluskum Kontagiosum.
4. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan
kesehatan primer. Edisi 1. 2017. 299-300.
5. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan praktik klinis bagi dokter
spesialis kulit dan kelamin di Indonesia. 2017. 114-115.
6. Departemen Kesehatan Kulit dan Kelamin. Atlas penyakit kulit dan kelamin edisi 2. 2014.
7. Harlim A. Buku ajar ilmu kesehatan kulit dan kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia. 2019.
h. 40-42.
8. Harlim A. Buku ajar ilmu kesehatan kulit dan kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia. 2019.
h. 47-48.
9. Pathogenesis-Pathophysiology of Molluskum Kontangiosum picture. Diunduh dari:
https://calgaryguide.ucalgary.ca/molluscum-contagiosum-pathogenesis-and-clinical-findings/molluscum-
contagiosum-pathogenesis-and-clinical-findings/

Anda mungkin juga menyukai