Anda di halaman 1dari 4

2.2.

7 Komplikasi

Resiko komplikasi yang mungkin terjadi jika ruptur perineum tidak segera diatasi, yaitu:
5

a. Perdarahan
Seorang wanita dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam waktu satu
jam setelah melahirkan. Penilaian dan penataksanaan yang cermat selama kala satu dan kala
empat persalinan sangat penting. Menilai kehilangan darah yaitu dengan cara memantau tanda
vital, mengevaluasi asal perdarahan, serta memperkirakan jumlah perdarahan lanjutan dan
menilai tonus otot.

b. Fistula
Fistula dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya karena perlukaan pada vagina
menembus kandung kencing atau rektum. Jika kandung kencing luka, maka air kencing akan
segera keluar melalui vagina. Fistula dapat menekan kandung kencing atau rektum yang lama
antara janin dan panggul, sehingga terjadi iskemia.

c. Hematoma
Hematoma dapat terjadi akibat trauma partus pada persalinan karena adanya penekanan
kepala janin serta tindakan persalinan yang ditandai dengan rasa nyeri pada perineum dan vulva
berwarna biru dan merah. Hematoma dibagian pelvis bisa terjadi dalam vulva perineum dan fosa
iskiorektalis. Biasanya karena trauma perineum tetapi bisa juga dengan varikositasvulva yang
timbul bersamaan dengan gejala peningkatan nyeri.
Kesalahan yang menyebabkan diagnosis tidak diketahui dan memungkinkan banyak
darah yang hilang. Dalam waktu yang singkat, adanya pembengkakan biru yang tegang pada
salah satu sisi introitus di daerah ruptur perineum

d. Infeksi Nifas
Infeksi pada masa nifas adalah peradangan di sekitar alat genitalia pada kala nifas.
Perlukaan pada persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke dalam tubuh sehingga
menimbulkan infeksi. Dengan ketentuan meningkat suhu tubuh melebihi 38°C, tanpa
menghitung pireksia nifas. Setiap wanita yang mengalami pireksia nifas harus diperhatikan,
diisolasi dan dilakukan inspeksi pada traktus genetalis untuk mencari laserasi, robekan atau luka
episiotomi.

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan pada pasien maka di dapatkan diagnosis yaitu veruca
vulgaris. Pada penegakan diagnosis veruca vulgaris didapatkan data-data; Pasien Ny. Sumaeni,
45 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada benjolan di tangan. Benjolan pada tangan bersifat
residif. Sesuai dengan ciri dari penyakit veruka bahwa penyakit veruka disebabkan oleh virus,
sehingga lesi bersifat residif. Veruka atau yang lebih dikenal dengan “kutil” merupakan
ploriferasi jinak pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh infeksi human papilloma virus
(HPV).HPV merupakan virus DNA yang terdiri lebih dari 100 tipe.Dapat menyerang kulit dan
mukosa ekstremitas, genital serta mukosa laring dan mulut.Virus ini tidak menunjukkan gejala
dan tanda yang akut melainkan terjadi secara lambat serta adanya ekspansi fokal dari sel
epitel.Walaupun bersifat jinak, tetapi beberapa tipe HPV dapat bertransformasi menjadi
neoplasma.Bentuk klinis yang ditimbulkan bermacam-macam, yaitu veruka vulgaris (common
warts), veruka plana (flat warts), veruka plantaris (plantar warts), genital warts. Selain itu, HPV
dapat menyebabkan penyakit yang disebut epidermodysplasia verruciformis
Selain dari hasil anamnesis didapatkan pula hasil pemeriksaan fisik yang mengarahkan pada
diagnosis veruka. Pemeriksaan status dermatologis didapatkan lesi lentikular, sirkumskrip di
regio manus dextra et sinistra. Ujud kelainan kulit berupa papula, nodula dan papula dengan
makula eritem, hiperkeratosis. Sesuai dengan kepustakaan tanda dan gejala pada veruka adalah
Veruka biasa muncul 2-9 bulan setelah inokulasi. Terdapat periode infeksi subklinik yang
panjang dan mungkin awal terjadinya infeksi tidak tampak.Permukaan veruka yang kasar
mungkin mengganggu kulit yang berdekatan sehingga dapat terjadi inokulasi pada bagian kulit
yang berdekatan tersebut, timbulnya veruka baru berlangsung beberapa pekan hingga beberapa
bulan.Gambaran klinis yang muncul juga tergantung dari tipe HPV yang menginfeksi.Veruka
vulgaris atau common warts disebabkan oleh infeksi HPV tipe 2 dan sebagian kecil berasal dari
HPV tipe 1,4,7 serta tipe HPV lainnya juga mungkin bisa menyebabkan veruka vulgaris.
Biasanya veruka vulgaris berlokasi pada tangan terutama pada jari dan telapak tangan.Meskipun
sebenarnya dapat terjadi di bagian tubuh manapun dimana penyebarannya secara
autoinokulasi.Biasanya muncul tanpa gejala.Jika mengenai lipatan kuku ataupun bagian bawah
kuku maka dapat merusak pertumbuhan kuku. Periungual warts lebih sering terjadi pada orang
yang suka menggigit kukunya lesi biasanya konfluen dan melibatkan lipatan kuku bagian
proksimal dan lateral dan mungkin dapat menyebar ke bibir dan lidah biasanya pada separuh
bagian tengah. Jika tumbuh di dekat mata maka berhubungan dengan terjadinya konjungtivitis
dan keratitis.Dapat pula berlokasi disekitar genitalia, tetapi hanya sekitar 1-2%.Pada laki-laki
hampir selalu menyerang batang penis.
Pada veruka vulgaris terjadi hiperplasia semua lapisan epidermis, dapat terlihat
hiperkeratosis dengan area parakeratosis, serta lapisan malpighi dan granular menebal. Lesi
berupa papul atau nodul berduri, bersisik, kasar yang dapat ditemukan pada permukaan kulit di
berbagai tempat di tubuh, dapat tunggal maupun berkelompok, ukuran bervariasi mulai dari
pinpoint hingga lebih dari 1 cm, tetapi rata-rata 5 mm. Bertambahnya ukuran lesi berlangsung
beberapa pekan hingga beberapa bulan. Lesi berwarna abu-abu dengan permukaan yang kasar
sehingga disebut verrucous.Pada beberapa kasus didapatkan mother wart yang berkembang dan
tumbuh lambat dalam waktu yang lama.Dan kemudian secara tiba-tiba muncul veruka yang
baru.Pada permukaan veruka tersebut, terlihattitik-titik hitam yang kecil, yang merupakan
bekuan darah akibat dilatasi kapiler.
Histopatologi

Pemeriksaan hisyopatologis pada Verruca terdiri dari epidermis yang akantotik dengan
papillomatosis, hiperkeratosis, dan parakeratosis. Rete ridges yang memanjang seringkali tertuju
langsung pada pusat kutil. Pembuluh darah kapiler dermis ialah prominen dan mungkin
mengalami trombosis. Sel-sel mononuklear mungkin ada. Keratinosit besar dengan nukleus
piknosis eksentrik dikelilingi oleh halo perinukleus (sel koilositotik atau koilosit) merupakan
karakteristik dari papilloma yang dikaitkan dengan HPV. Koilosit yang divisualisasikan dengan
pengecatan Papanicolaou (Pap) menggambarkan tanda terjadinya infeksi HPV. Sel yang
terinfeksi PV mungkin memiliki granul-granul eosinofilik kecil dan kelompok padat granul-
granul keratohialin basofilik. Granul-granul tersebut dapat terdiri dari protein HPV E4 (E1-E4)
dan tidak menunjukkan banyaknya partikel-partikel virus. Kutil yang datar kurang memiliki
akantosis dan hiperkeratosis dan tidak memiliki parakeratosis atau papillomastosis. Sel
koilositotik biasanya sangat banyak, menunjukkan sumber lesi virus.
Diagnosis banding pasien ini antara lainMoluscum kontagiosum. Untuk membedakan
Moluskum kontagiosum dengan veruca vulgaris dapat ditemukan melalui anamnesis ,
pemeriksaan fisik dan penunjang. Moluskum kontagiosum merupakan penyakit kulit yang
disebabkan oleh virus poks,Masa inkubasi Moluskum kontagiosum didapatkan satu sampai
beberapa minggu hingga bulan. Lesi berupa papulae miliar, asimtomatis, berbentuk kubah
dengan delle, bila dipijat mengeluarkan massa putih seperti butiran nasi . Tempat
predileksi adalah wajah, badan serta ekstremitas. Lesi jarang didapatkan pada daerah telapak
tangan dan telapak kaki.Diagnosis moluskum kontagiosum pada sebagian besar kasus dapat
ditegakkan melalui pemeriksaan gejala klinis yang tampak. Pemeriksaan histopatologi melalui
biopsi dapat membantu menegakkan diagnosis pada beberapa kasus dengan gejala klinis
tidak khas. Pemeriksaan histopatologi moluskum kontagiosum menunjukkan gambaran
proliferasi sel -sel stratum spinosum yang membentuk lobulus disertai central cellular dan viral
debris . Lobulus intraepidermal dipisahkan oleh septa jaringan ikat dan didapatkan badan
moluskum di dalam lobulus; berupa sel berbentuk bulat atau lonjong yang mengalami
degenerasi keratohialin. Pada stratum basalis dijumpai gambaran mitosis sel dengan
pembesaran nukleus basofilik. Pada fase lanjut dapat ditemui sel yang mengalami proses
vakuolisasi sitoplasmik dan didapatkan globi eosinofilik. Beberapa kasus lesi moluskum
kontagiosum dengan infeksi sekunder, didapatkan gambaran inflamasi predominan limfosit
dan neutrofil pada pemeriksaan histopatologi.

Anda mungkin juga menyukai