Parkinson Disease
Disusun Oleh:
201570020
Pembimbing:
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan referat yang berjudul “Parkinson
Disease”. Penulisan dan penyusunan refarat ini disusun sebagai salah satu tugas dalam menjalani
Kepaniteraan Klinik pada Bagian/SMF Neurologi.
Pada kesempatan baik ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. A R Irawan
Santosa, Sp.S sebagai pembimbing referat, atas kesabaran dan bimbingan beliau dalam
mengarahkan penulis. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua penulis yang
senantiasa mendoakan penulis. Terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman yang selalu
mendukung dan memberikan semangat.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman serta waktu yang tersedia dalam proses penyusunan
referat sangat terbatas, penulis menyadari masih banyak kekurangan dari segi isi, susunan bahasa
maupun sistematika penulisannya. Sehingga penulis mengharapkan para pembaca dapat
memberikan saran dan kritik yang membangun.
Akhir kata, penulis berharap semoga referat ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan
memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya bidang kedokteran dan berguna bagi pembaca
dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu.
Penulis
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Papua
Diajukan Pada :
Mengetahui,
Pembimbing Referat
iii
DAFTAR ISI
iv
5
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Penyakit Parkinson adalah penyakit yang mengganggu sistem gerak tubuh dan merupakan
salah satu penyakit degenerasi otak terbanyak setelah Alzheimer. Penyakit Parkinson
ditemukan oleh seorang ilmuwan Inggris yang bernama James Parkinson pada tahun 1817.
Adapun tanda-tanda dari penyakit ini yaitu, bradikinesia (melambatnya gerak anggota tubuh),
kekakuan dan tremor serta adanya gejala mental. Pada Penyakit Parkinson terjadi penurunan
jumlah dopamin di otak yang berperan dalam mengontrol gerakan sebagai akibat kerusakan
sel saraf di substansia nigra pars kompakta di batang otak.1,2
Parkinson biasanya terjadi pada usia 65 hingga 70 tahun sedangkan kasus sebelum usia 40
tahun terjadi <5%. Onset yang lebih awal bisa terjadi pada seseorang yang memiliki riwayat
genetik. Secara umum faktor genetik terlibat sekitar 5-10% dari kasus parksinson. Parkinson
terjadi lebih sering pada pria daripada wanita. Prevalensi penyakit ini berkisar 100-200 per
100.000 orang dan insiden tahunannya sekitar 15 per 100.000 orang.5
Penyakit ini berlangsung kronik dan progresif yang belum ditemukan obat untuk
menghentikan progresifitasnya. Progresifitas penyakit bervariasi dari satu orang ke orang
yang lain. Selain penyakit Parkinson ternyata ada banyak penyakit terkait degenerasi otak
yang harus dipahami sehingga pada referat ini akan dijelaskan teori dan klinis terkait
penyakit Parkinson.4
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan referat dengan judul “Parkinson Disease” dibuat antara lain untuk
membantu penulis memahami salah satu penyakit neurodegeneratif yang sering terjadi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit parkinson (PD) adalah suatu penyaakit neurodegeneratif kronik dan progresif yang
dicirikan dengan kelainan pergerakan hipokinetik yang disebabkan oleh hilangnya neuron
dopaminergik dari subtansia nigra. Parkinsonisme merupakan sindrom klinis yang ditandai
oleh adanya tremor istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural/hilangnya
refleks tubuh. Gangguan motorik yang terjadi disebabkan karena hilangnya neuron
dopaminergik di sepanjang substantia nigra pars kompakta hingga striatum. Parkinsonisme
dapat diinduksi oleh obat seperti antagonis dopamine atau toksin yang secara selektif
merusak neuron dopaminergik. Diantara penyakit neurodegeneratif, sebagian besar kasus
parkinsonisme disebabkan oleh penyakit parkinson yang berhubungan dengan inklusi khusus
berisi α-synuclein.1,2
2.2 Patogenesis
Agregasi synuclein dihilangkan secara autofagi dan beberapa mutase terkait dengan PD ada
pada gen-gen yang produknya LRRK2, Parkin dan lain-lain tampaknya memiliki peran pada
jalur transport endosom yang terlibat dalam autofagi. Telah dibuktikan bahwa
heterozigositas penyakit Gaucher- menyebabkan mutase di glukoserebrosidase yang
merupakan faktor risiko PD. Glukoserobrosidase adalah suatu enzim lisosomal yang
7
merupakan petunjuk tambahan untuk menunjukkan pergantian abnormal dari kandungan sel
yang berperan dalam terjadinya penyakit parkinson. 2
Perubahan patologi mayor pada PD adalah hilangnya neuron dopaminergik dalam subtansia
nigra dan nukleus berpigmen lain sehingga menyebabkan penurunan dopamine dalam saraf
terminal traktus nigrostrial yaitu korpus striatum. Hal ini membuat terganggunya
keseimbangan normal neurotransmitter dopamin (penghambat) dan asetil kolin
(pembangkit). 2
Temuan klinis mikroskopis yang khas saat otopsi adalah subtansia nigra dan ceruleus yang
pucat gambar A-B. Gambaran mikroskopik berupa hilangnya neuron dopaminergik
berpigmen pada region tersebut yang dihubungkan dengan gliolisis. Jisim lewy gambar C,
dapat ditemukan pada neuron yang tersisa berupa inklusi tunggal atau multiple,
intrasitoplasma, eosinofilik, berbentuk bulat hingga lonjong. Pada pemeriksaan ultrastruktur
jisim lewy terdiri dari filament halus yang tersusun oleh α-synuclein dan protein lainnya
yaitu neurofilamen dan ubiquitin. Temuan histologi utama adalah neurit lewy yang
merupakan neuritik distrofik yang juga berisi agregrasi α-synuclein. 2
Gambar 1. Penyakit Parkinson. (A) Subtansia nigra normal. (B) Depigmentasi subtansia nigra PD
idiopatik. (C) Jisim Lewy pada sebuah neuron subtansia nigra yang terpulas merah muda.2
Pada pulasan histokimia untuk α-synuclein memperjelas jisim lewy dan neurit lewy
dibanyak region otak diluar subtansia nigra dan pada neuron-neuron nondopaminergik
termasuk pada region medulla, pons, amigdala, dan korteks serebri. Kemudian pada
akhirnya akan muncul pada area korteks serebri dan subkortikal. Dengan adanya
keterlibatan korteks serebri maka gejala khas yang muncul adalah demensia selain gangguan
pergerakan. 2
2.3 Anatomi-Patofisiologi
8
Otak merupakan pusat sistem saraf yang terbagi menjadi korteks serebral, ganglia basalis,
talamus dan hipotalamus, mesencephalon, pons, serebelum. Korteks serebral tersusun
menjadi dua hemisfer yang masing-masing dibagi menjadi empat lobus yaitu: lobus frontal,
parietal, occipital, dan temporal. Serebrum bertanggung jawab untuk fungsi motorik,
asosiatif, dan fungsi mental. Ganglia basalis terdiri dari nukleus caudatus dan lentikularis,
kapsula interna, dan amigdala yang merupakan struktur extrapiramidal. Struktur ini berfungsi
untuk modulasi gerakan volunter tubuh, perubahan sikap tubuh, dan integrasi otonom.
Ganglia basal berperan khusus dalam gerakan extremitas secara halus. Kerusakan ganglia
basal akan mengakibatkan kaku dan tremor.1,4
Talamus merupakan stasiun pemancar impuls sensorik dan motorik yang berjalan dari dan ke
otak. Talamus berperan dalam kontrol respon primitif seperti rasa takut, perlindungan diri,
pusat persepsi nyeri, dan suhu. Hipotalamus terletak dibawah talamus terdiri dari kiasma
optikum dan neurohipofisis. 1,4
Neurohipofisis bertanggung jawab pada pengaturan suhu, cairan, nutrisi, dan tingkah laku
seksual. Kesadaran merupakan fungsi utama susunan saraf pusat. Interaksi antara hemisfer
serebri dan formatio retikularis yang konstan dan efektif diperlukan untuk mempertahankan
fungsi kesadaran. 1,4
Ganglia basalis sering ikut terlibat di dalam proses degeneratif dan mengakibatkan gangguan
gerakan, yang dapat berupa gerakan menjadi lamban atau gerakan menjadi berlebihan. Gerak
lamban di sebut sebagai gerak involunter yang abnormal, hiperkinesia atau diskinesia.
Ganglia basalis itu sendiri terdiri dari : 1,4
Jika otak memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-sel saraf di
dalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan tersebut dan mengatur
perubahan sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke
talamus, yang akan menyampaikan informasi yang telah diolah kembali ke korteks serebri.
9
Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter sebagai impuls
listrik di sepanjang jalur saraf dan diantara saraf-saraf. Neurotransmiter yang utama pada
ganglia basalis adalah dopamin. 3,4
Gerakan otot tubuh dikendalikan oleh neuron otak di daerah korteks motorik. Jalur motorik
utama disebut sistem piramid, berjalan dari korteks motorik ke medulla spinalis. Lower
motor neuron akan membawa perintah dari medulla spinalis ke otot untuk melakukan
gerakan. Sistem piramid ini bekerja dipengaruhi oleh sirkuit ekstrapiramid, yang termasuk
disini adalah substansia nigra, striatum, nukleus subtalamik, globus palidus internus dan
eksternus, dan thalamus. Sistem ekstrapiramid ini dapat memfasilitasi atau menghambat
gerakan, tergantung dari tonus inervasi dopamin pada striatum. 3,2
Gerakan normal ditentukan oleh produksi dopamin yang memadai dari substansia nigra yang
mempersarafi striatum. Degenerasi yang terjadi pada penyakit Parkinson mencapai 60-80%
dari neuron substansia nigra, menyebabkan sistem ekstrapiramid tidak lagi efektif untuk
memfasilitasi gerakan, sehingga muncul gejala penyakit Parkinson. 5
Ada dua jalur di dalam sistem ekstrapiramid yang keluar dari striatum, yaitu jalur langsung
(direct ) dan tidak langsung (indirect ). Jalur langsung memiliki sifat inhibisi, sedangkan
jalur tidak langsung bersifat eksitatorik terhadap globus palidus internus atau substansia
nigra. Keluaran dari jalur ini ke thalamus ventrolateral bersifat inhibitorik dalam kondisi
normal, namun bisa berubah tergantung hasil akhir kekuatan jalur langsung dan jalur tidak
langsung. 4,5
Neuron di striatum mengandung dua jenis reseptor dopamin, yaitu D1 yang terletak di jalur
langsung, dan D2 yang terletak di jalur tidak langsung. Efek dopamin terhadap jalur langsung
melewati reseptor D1 adalah eksitatorik, dan terhadap jalur tidak langsung lewat reseptor D2
adalah inhibitorik. 4,5
Patologi dan biokimiawi penyakit Parkinson telah dikaji secara luas, dan disepakati pula
bahwa kelainannya adalah perubahan pada sel neuron dopaminergik di substansia nigra pars
kompakta (SNc) dengan akibat hilangnya neuron dopaminergik nigrostriatum disertai dengan
inklusi sitoplasmik eosinofilik ( Lewy bodies) dengan penyebab multifaktorial. Degenerasi
10
SNc diyakini mendasari kelainan motorik dari penyakit Parkinson, terlebih lagi dikarenakan
penyakit ini akan membaik dengan pemberian obat golongan dopamin.4
Substansia nigra (sering disebut black substance), adalah suatu regio kecil di otak (brain
stem) yang terletak sedikit di atas medulla spinalis. Bagian ini menjadi pusat
kontrol/koordinasi dari seluruh pergerakan. Sel-selnya menghasilkan neurotransmitter yang
disebut dopamin, yang berfungsi untuk mengatur seluruh gerakan otot dan keseimbangan
tubuh yang dilakukan oleh sistem saraf pusat.2,4
Dopamin diperlukan untuk komunikasi elektrokimia antara sel-sel neuron di otak terutama
dalam mengatur pergerakan, keseimbangan dan refleks postural, serta kelancaran komunikasi
(bicara). Pada penyakit Parkinson sel-sel neuron di SNc mengalami degenerasi, sehingga
produksi dopamin menurun dan akibatnya semua fungsi neuron di sistem saraf pusat (SSP)
menurun dan menghasilkan kelambatan gerak (bradikinesia), kelambatan bicara dan berpikir
(bradifrenia), tremor dan kekauan (rigiditas). 2,4
Tanda dan gejala awal Penyakit Parkinson sangat ringan dan perjalanan penyakitnya
berlangsung perlahan-lahan, sehingga sering terlepas dari perhatian. Biasanya hanya
mengeluhkan perasaan kurang sehat atau sedikit murung atau hanya sedikit gemetar. Seiring
waktu gejala menjadi lebih nyata sehingga pasien berobat ke dokter dalam kondisi yang
sedikit lebih parah. Tanda dan gejala penyakit Parkinson bisa berbeda untuk setiap orang.
Gejala sering dimulai di satu sisi tubuh dan biasanya tetap buruk di sisi tersebut, bahkan
setelah gejala mulai mempengaruhi kedua sisi.1,5
Tremor
Getaran atau gemetar, biasanya dimulai pada anggota badan yang seringkali terjadi pada
tangan atau jari. Biasanya saat gejala ini muncul aka ada fenomena menggosok ibu jari
dan jari telunjuk maju mundur yang dikenal sebagai pil-rolling tremor. Selain itu tangan
dapat gemetar saat istirahat.
Gerakan melambat (bradikinesia).
11
Seiring waktu, penyakit Parkinson dapat memperlambat gerakan, membuat tugas-tugas
sederhana menjadi sulit dan memakan waktu. Langkah kaki menjadi lebih pendek saat
berjalan, menyeret kaki saat mencoba berjalan, ataupun sulit untuk bangkit dari kursi.
Kekakuan otot
Kekakuan otot dapat terjadi di bagian tubuh mana pun. Otot-otot yang kaku bisa
menyebabkan nyeri dan membatasi ruang gerak.
Postur dan keseimbangan terganggu.
Postur tubuh akan tampak menjadi bungkuk, atau mungkin dapat terjadi masalah
keseimbangan akibat penyakit Parkinson.
Hilangnya gerakan otomatis.
Terjadi penurunan kemampuan untuk melakukan gerakan tidak sadar, termasuk
mengedipkan mata, tersenyum, atau mengayunkan tangan saat berjalan.
Perubahan dalam berbicara
Perubahan dalam mengucapkan kalimat menjadi lembut, cepat, cercaan atau ragu-ragu
sebelum berbicara sehingga mengeluarkan kalimat yang tidak dipahami maknanya.
Usia
12
Orang dewasa muda jarang mengalami penyakit Parkinson. Ini biasanya dimulai pada
pertengahan atau akhir kehidupan, dan risiko meningkat seiring bertambahnya usia. Orang
biasanya mengembangkan penyakit ini sekitar usia 60 tahun atau lebih.
Genetik
Memiliki kerabat dekat dengan penyakit Parkinson meningkatkan kemungkinan Anda
terkena penyakit tersebut. Namun, risiko Anda masih kecil kecuali Anda memiliki banyak
kerabat di keluarga Anda dengan penyakit Parkinson.
Seks
Pria lebih mungkin mengembangkan penyakit Parkinson daripada wanita.
Faktor lingkungan
Paparan herbisida dan pestisida yang berkelanjutan dapat sedikit meningkatkan risiko
penyakit Parkinson.
Gangguan Karakteristik
Tremor Predominan tremor aksi ekstremitas atas yang khas simetris. Mengenai juga kepala
Esensial dan pita suara. Biasanya tidak ada defisit neurologis lain. Dapat ditemukan riwayat
keluarga yang positif, dan tremor berkurang dengan minum alkohol
Tremor Postur distonik (seperti, tangan yang distonik pada posisi tertentu). Diagnosis
Distonik biasanya cukup sulit ditegakkan.
Penyakit Awitan neurologis Penyakit Wilson biasanya dimulai dari saat kecil atau dewasa
Wilson muda. Pasien memperlihatkan gejala tremor, parkinsonism dan/atau distonia.
Sebagai peraturan umum, pasien yang memperlihatkan gangguan gerak dibawah 50
tahun harus menjalani pemeriksaan untuk mengeksklusi penyakit ini. Manifesti
psikiatris sering berupa gangguan perilaku, ansietas dan psikosis. Pemeriksaan
meliputi: MRI kepala (abnormal dalam 90% kasus; kelainan lain yang dapat
ditemukan berupa hiperintensitas basal ganglia pada sekuen T2); pemeriksaan slit
lamp oleh seorang dokter mata ditemukan cincin KayserFleischer pada hampir
semua kasus; pemeriksaan
caeruloplasmin pada serum dan copper pada urin 24 jam.
13
Progressive Ciri khas berupa defisit gerakan bola mata vertikal (restriksi atau pada tahap awal
supranuclear penyakit terdapat perlambatan sakadik ke bawah). Riwayat jatuh sering ditemukan
palsy pada fase awal (dalam 1 tahun pertama). Dapat ditemukan rigiditas aksial (leher)
yang lebih dominan dibanding ekstremitas. Pasien dapat memperlihatkan tanda
disartria/disfagia pada fase awal penyakit. MRI Kepala dapat ditemukan atrofi
mesensefalon tanda “hummingbird”
Parkinsonism Parkinsonism mengenai terutama badan bagian bawah. Tidak ada tremor istirahat
Vaskuler yang tipikal. Gambaran seperti stroke dapat ditemukan. Pasien biasanya memiliki
faktor risiko vaskuler yang nyata dan MRI kepala biasanya memperlihatkan
perubahan iskemik luas (lebih jarang, parkinsonism ini dapat disebabkan oleh
stroke pembuluh darah kecil di lokasi strategik seperti di substansia nigra.
2.8 Diagnosis
Bradikinesia
Ditambah paling sedikit satu dari gejala berikut : tremor istirahat, bradikinesia, instabilitas
postural yang tidak disebabkan karena gangguan visual, vestibuler, propioseptif dan
serebeler.
Tahap II. Memastikan tidak ada gejala atau tanda yang menjelaskan ada penyebab
lain:
14
Riwayat ensefalitis
Krisis okulogirik
Terapi neuroleptik saat awitan gejala,
Lebih dari satu anggota keluarga
Remisi yang terus berlanjut
Gejala unilateral menetap lebih dari 3 tahun
Supranuclear gaze palsy
Gejala cerebellar
Gangguan otonom berat pada awal penyakit
Dementia berat pada awal penyakit dengan gangguan memori, bahasa dan praksis
Tanda Babinski, ada tumor otak atau hidrosefalus komunikans dari hasil pencitraan otak
Tidak memberikan respon terhadap terapi levodopa dosis besar, meskipun tanpa disertai
gangguan malabsorbsi saluran cerna
Paparan bahan kimia mengandung komponen MPTP (1-methyl-4-phenyl1,2,3,6-
tetrahydropyridine
Tahap III: Kriteria penyokong positif prospektif Penyakit Parkinson. Dibutuhkan 3 atau
lebih kriteria dibawah ini untuk diagnosis definit penyakit parkinson dalam kombinasi
dengan tahap pertama:
Awitan unilateral
Tremor istirahat
Penyakit progresif
Gejala sejak awitan menetap secara asimetris
Memberikan respon baik (70-100%) terhadap pemberian levodopa
Timbul diskinesia yang diinduksi levodopa
Respon terhadap levodopa 5 tahun atau lebih
Perjalanan klinis berlangsung 10 tahun atau lebih.
Adapun stadium klinis berdasarkan Hoehn dan Yahr untuk menentukan berat ringannya
penyakit parkinson adalah sebagai berikut
15
Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala ringan, terdapat gejala yang
mengganggu tetapi menimbulkan kecacatan yang biasanya terdapat tremor pada satu
anggota gerak, gejala yang timbul dapat dikenali orang terdekat (teman).
Stadium 2: Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap/cara berjalan
terganggu
Stadium 3: Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu saat
berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang
Stadium 4: Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak tertentu,
rigiditas dan bradykinesia, tidak mampu berdiri sendri, tremor dapat berkurang
dibandingkan stadium sebelumnya
Stadium 5: Stadium kakhetik (cachectic stage), kecacatan total, tidak mampu berdiri dan
berjalan walaupun dibantu.
Selain tahapan klinis dan stadium penyakit parkinson ada juga kriteria diagnosis yang perlu
diperhatikan menurut Hughes yaitu:
2.8.1 Anamnesis
16
Merasakan tubuh kaku dan berat
Gerakan lebih kaku dan lambat
Tulisan tangan mengalami mengecil dan tidak terbaca
Ayunan lengan berkurang saat berjalan
Kaki diseret saat berjalan
Suara bicara pelan dan sulit dimengerti
Tangan atau kaki gemetar
Merasa goyah saat berdiri
Merasakan kurang bergairah
Berkurang fungsi penghidu / penciuman
Keluar air liur berlebihan
4. Faktor yang memperingan gejala : istirahat, tidur, suasana tenang
5. Faktor yag memperberat gejala : kecemasan, kurang istirahat
6. Riwayat penggunaan obat antiparkinson dan respon terhadap pengobatan.
7. Anamnesis yang mengarah ke penyebab lain seperti:
Riwayat stroke
Riwayat trauma kepala
Riwayat infeksi otak
Riwayat ada tumor otak
Riwayat gangguan keseimbangan
Riwayat mengkonsumsi obat-obat tertentu seperti obat anti muntah, obat
Psikosis
17
Tremor dapat ditemukan di anggota tubuh lain (meskipun relatif jarang) misalnya
kepala, rahang bawah, lidah, leher atau kaki.
2. Pemeriksaan bradikinesia
Kesulitan / tampak ragu-ragu saat mulai berjalan (hesitancy), berjalan dengan kaki
diseret (shuffling), jalan makin lama makin cepat (festination),
Ayunan lengan berkurang baik pada 1 sisi anggota gerak maupun dikeduanya.
4. Ditemukan rigiditas pada pemeriksaan tonus otot: gerakan secara pasief oleh pemeriksa,
dengan melakukan fleksi-ekstensi secara berurutan, maka akan dirasakan tonus otot
seperti ‘roda gigi’. Biasanya dikerjakan di persendian siku dan lengan.
5. Pemeriksaan instabilitas postural / tes retropulsi : pasien ditarik dari belakang pada
kedua bahunya untuk melihat apakah pasien tetap mampu mempertahankan posisi
tegak.
6. Pemeriksaan fisik lain untuk menemukan tanda negatif dari Penyakit Parkinson:
Pengujian pre klinik dan klinik yang dapat dipercaya banyak membantu untuk
mengidentifikasi pasien dengan penyakit Parkinson atau orang yang berisiko terkena
penyakit Parkinson. Beberapa uji diagnostik yang telah diusulkan bermanfaat untuk
menegakkan diagnosis penyakit Parkinson dan atau membedakan antara penyakit
Parkinson dengan sindrom parkinson yang lain. Namun demikian, sampai sekarang ini
belum ada satu uji yang memperlihatkan mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang
cukup yang dapat dipercaya untuk diagnosis penyakit Parkinson atau membedakan
penyakit. 7
Secara tradisional, ada beberapa pemeriksaan pencitraan otak yang sering digunakan
untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit Parkinson dan atau membedakannya
dari sindroma parkinson yang lain. Secara umum pemeriksaan pencitraan otak dibagi 2
yaitu pencitraan struktural (CT scan kepala, MRI kepala , Ultrasonografi transkranial)
dan pencitraan fungsional (PET, SPECT). 7
2.9 Tatalaksana
Secara garis besar konsep terapi farmakologis maupun pembedahan pada penyakit
Strategi terapi ini ditujukan untuk meningkatkan, atau paling sedikit mempertahankan
kualitas hidup penderitanya.
Tatalaksana Farmakologi4,7
1. Dopaminergik
19
a. Obat pengganti dopamine (Levodopa, Carbidopa)
Levodopa (dopamine precursor ) merupakan pengobatan utama untuk penyakit
parkinson. Levodopa akan melintasi blood brain barrier dan memasuki susunan saraf
pusat. Di sini, levodopa akan mengalami perubahan oleh L-aromatik asam amino
dekarboksilase atau enzim dopa-dekarboksilase menjadi dopamin. Dopamin
menginhibisi aktivitas neuron di ganglia basalis. Neuron ini juga dipengaruhi oleh
aktivitas eksitasi dari sistem kolinergik. Jadi, berkurangnya inhibisi oleh sistem
dopaminergik pada nigrastriatal dapat diatasi oleh meningkatnya jumlah dopamin, dan
keseimbangan antara inhibisi dopaminergik dan eksitasi kolinergik dipulihkan. Obat ini
sangat efektif untuk menghilangkan gejala karena langsung mengganti neuron
dopaminergik yang produksinya sangat menurun akibat proses degenerasi.
Efek samping levodopa dapat berupa:
- Neusea, muntah, distress abdominal
- Hipotensi postural
- Aritmia jantung, terutama pada penderita yang berusia lanjut. Efek ini diakibatkan oleh
efek beta-adrenergik dopamin pada sistem konduksi jantung. Ini bisa diatasi dengan
obat beta blocker seperti propanolol.
- Diskinesia, yang paling sering ditemukan melibatkan anggota gerak, leher atau muka.
Diskinesia sering terjadi pada penderita yang berespon baik terhadap terapi levodopa.
Beberapa penderita menunjukkan gejala on-off yang sangat mengganggu karena
penderita tidak tahu kapan gerakannya mendadak menjadi terhenti, membeku, sulit.
Jadi gerakannya terinterupsi sejenak. Pola waktu timbulnya diskinesia ini bisa saat peak
dose, pagi hari, yo-yoing, atau off period . Diskinesia dijumpai pada 25- 45% kasus
setelah 5 tahun pemakaian levodopa.
- Abnormalitas laboratorium. Granulositopenia, fungsi hati abnormal, dan ureum darah
yang meningkat merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada terapi levodopa.
- Fluktuasi respons (on-off, wearing off ) Fluktuasi respons ini terdiri dari fenomena
wearing off atau fenomena on-off . Pasien usia muda lebih cepat mengalami efek
samping ini daripada lansia. Pada usia muda, timbulnya diskinesia dan fluktuasi sekitar
3 tahun, sedangkan pada lansia akan muncul pada 4-6 tahun.
20
Untuk menghilangkan efek samping levodopa, jadwal pemberian diatur dan ditingkatkan
dosisnya, juga dengan memberikan tambahan obat-obat yang memiliki mekanisme kerja
berbeda seperti dopamin agonis, COMT inhibitor, atau MAO-B inhibitor. 4,7
b. Agonis Dopamin4,7
Merupakan obat yang mempunyai efek serupa dopamine pada reseptor D1 maupun D2,
tetapi tidak akan dikonversi di dalam tubuh seperti levodopa. Biasanya obat ini sering
dipakai sebagai kombinasi utama dengan levodopa-carbidopa agar menurunkan dosis
levodopa, sehingga mengurangi efek samping yang ditimbulkan.
Agonis dopamin seperti Bromokriptin (Parlodel), Pergolid (Permax), Pramipexol
(Mirapex), Ropinirol, Kabergolin, Apomorfin, dan lisurid dianggap cukup efektif untuk
mengobati gejala Parkinson. Obat ini bekerja dengan merangsang reseptor dopamin, akan
tetapi obat ini juga menyebabkan penurunan reseptor dopamin secara progresif yang
selanjutnya akan menimbulkan peningkatan gejala Parkinson.
Obat ini dapat berguna untuk mengobati pasien yang pernah mengalami serangan yang
berfluktuasi dan diskinesia sebagai akibat dari levodopa dosis tinggi. Apomorfin dapat
diinjeksikan subkutan. Dosis rendah yang diberikan setiap hari dapat mengurangi fluktuasi
gejala motorik. Efek samping obat ini adalah halusinasi, psikosis, eritromelalgia, edema
kaki, mual dan muntah
c. Penghambat Monoamin Oksidase (MAO Inhibitor ) 4,7
Selegiline (Eldepryl), Rasagaline (Azilect). Inhibitor MAO diduga berguna pada penyakit
Parkinson karena dapat mencegah terjadinya degradasi dopamin menjadi 3-4
dihydroxyphenilacetic di otak. Selegiline dapat pula memperlambat memburuknya
sindrom Parkinson, dengan demikian terapi levodopa dapat ditangguhkan selama beberapa
waktu. Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit Parkinson yaitu untuk
menghaluskan pergerakan.
Selegilin dan rasagilin mengurangi gejala dengan menginhibisi monoamine oksidase B
(MAO-B), sehingga menghambat perusakan dopamin yang dikeluarkan oleh neuron
dopaminergik. Metabolitnya mengandung L-amphetamin and L-methamphetamin. Biasa
dipakai sebagai kombinasi dengan gabungan levodopa-carbidopa. Selain itu obat ini juga
berfungsi sebagai antidepresan ringan. Efek sampingnya adalah insomnia, penurunan
tekanan darah, dan aritmia.
21
d. DA release enhancer / DA reuptake blocker (Amantadine) 4,7
Berperan sebagai pengganti dopamin, tetapi bekerja di bagian lain otak. Obat ini diketahui
dapat menghilangkan gejala penyakit Parkinson yaitu menurunkan gejala
tremor, bradikinesia, dan fatigue pada awal penyakit Parkinson dan dapat menghilangkan
fluktuasi motorik (fenomena on-off ) dan diskinesia pada penderita Parkinson lanjut.
Dapat dipakai sendirian atau sebagai kombinasi dengan levodopa atau agonis dopamine.
Efek sampingnya dapat mengakibatkan mengantuk.
e. Penghambat Catechol 0-Methyl Transferase/COMT4,7
Entacapone (Comtan), Tolcapone (Tasmar). Obat ini masih relatif baru, berfungsi
menghambat degradasi dopamine oleh enzim COMT dan memperbaiki transfer levodopa
ke otak. Mulai dipakai sebagai kombinasi levodopa saat efektivitas levodopa menurun.
Diberikan bersama setiap dosis levodopa.
Obat ini memperbaiki fenomena on-off, memperbaiki kemampuan aktivitas kehidupan
sehari-hari. Efek samping obat ini berupa gangguan fungsi hati, sehingga perlu diperiksa
tes fungsi hati secara serial. Obat ini juga menyebabkan perubahan warna urin berwarna
merah orange.
f. Neuroproteksi Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel yang
diinduksi progresifitas penyakit. Yang sedang dikembangkan sebagai agen neuroprotektif
adalah apoptotic drugs (CEP 1347 and CTCT346), lazaroids, bioenergetics,
antiglutamatergik agents, dan dopamine receptors. Adapun yang sering digunakan di
klinik adalah MAOinhibitor (selegiline atau rasagiline), dopamin agonis, dan komplek I
mitochondrial fortifier coenzyme Q10. 4,7
2. Nondopaminergik4,7
Non-dopaminergik/ Antikolinergik Obat ini menghambat sistem kolinergik di basal ganglia
dan menghambat aksi neurotransmitter otak yang disebut asetilkolin. Obat ini mampu
membantu mengoreksi keseimbangan antara dopamine dan asetilkolin, sehingga dapat
mengurangi gejala tremor.
Ada dua preparat antikolinergik yang banyak digunakan untuk penyakit parkinson, yaitu
thrihexyphenidyl (artane) dan benztropin mesilat (Kogentin). Efek samping obat ini adalah
mulut kering dan pandangan kabur. Sebaiknya obat jenis ini tidak diberikan pada penderita
22
penyakit Parkinson usia lanjut, karena kadang-kadang dapat dijumpai halusinasi dan
psikosis. 4,7
Terapi pembedahan yang bertujuan untuk memperbaiki atau mengembalikan seperti semula
proses patologis yang mendasari (neurorestorasi). Terapi pembedahan dapat berupa terapi
ablasi lesi di otak, deep brain stimulation, transplantasi. 4,7
2.10 Prognosis
Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala parkinson, sedangkan perjalanan
penyakitnya belum bisa dihentikan hingga saat ini. Sekali terkena parkinson, maka
penyakit ini akan menemani sepanjang hidup. Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi
mengalami progress hingga terjadi total disabilitas, sering disertai dengan ketidak
mampuan fungsi otak general, dan dapat menyebabkan kematian. 2,4,7
PD sendiri tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal, tetapi berkembang sejalan dengan
waktu. Rata-rata harapan hidup pada pasien PD pada umumnya lebih rendah dibandingkan
yang tidak menderita PD. Pada tahap akhir, PD dapat menyebabkan komplikasi seperti
tersedak, pneumoni, dan memburuk yang dapat menyebabkan kematian. Progresifitas
gejala pada PD dapat berlangsung 20 tahun atau lebih. Namun demikian pada beberapa
orang dapat lebih singkat Tidak ada cara yang tepat untuk memprediksikan lamanya
penyakit ini pada masing-masing individu. Dengan tatalaksana yang tepat, kebanyakan
pasien PD dapat hidup produktif beberapa tahun setelah diagnosis. 2,4,7
BAB III
KESIMPULAN
23
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang dicirikan dengan gangguan motorik
(bradikinesia, tremor istirahat, kekakuan, dan instabilitas postural), onset gejala asimetris, dan
respon yang baik untuk levodopa. Neuropatologis utama PD adalah keberadaan Lewy bodies
yang mengandung α-synuclein dan hilangnya neuron dopaminergik di substantia nigra, yang
bermanifestasi penurunan fasilitasi gerakan sadar. Dengan perkembangan PD, patologi Lewy
bodies menyebar ke daerah neokortikal dan kortikal. Patologi pada PD ditandai oleh hilangnya
intervasi neuron dopaminergik di subsantia nigra.
Neurodegerasi PD tidak terbatas hanya pada neuron dopaminergik di substantia nigra, namun
juga melibatkan sel-sel yang berlokasi di area otak lain yang saling terkoneksi. Gangguan
motorik terjadi pada PD. Namun, seiring dengan perkembangan penyakit, dapat terjadi gangguan
non-motorik seperti penurunan indra penciuman, disfungsi otonom, nyeri, kelelahan, gangguan
tidur, gangguan kognitif dan psikiatrik.
Penyebab dan faktor risiko meliputi usia >60 tahun, genetik, umumnya terjadi pada laki-laki, dan
faktor lingkungan karena paparan racun. Diagnosis penyakit Parkinson ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan klinis, berupa ditemukannya kumpulan gejala berupa tremor, bradikinesia, rigiditas
dan ketidakseimbangan postural. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium
maupun imaging biasanya dalam batas normal. Orang-orang yang dicurigai menderita penyakit
Parkinson harus dirujuk segera, tanpa pengobatan ke spesialis yang ahli (dokter spesialis saraf)
dalam menegakkan diagnosis dan diagnosis bandingnya.
Penyakit ini merupakan penyakit yang bersifat kronis progresif yang menimbulkan berbagai
macam gejala klinis, seperti gangguan motorik, disfungsi otonom, dan gangguan neuropsikiatri.
Secara klinis, penyakit ini dapat didiagnosis apabila timbul dua dari tiga gejala cardinal, yaitu
adanya resting tremor , bradikinesia, dan rigiditas. Penatalaksanaan dari penyakit ini secara garis
besar meliputi terapi medikamentosa, pembedahan, dan nonmedika mentosa, tatapi belum ada
terapi yang secara definitive dapat menyembuhkan Parkinson. Obat-obatan yang ada hanya dapat
menekan gejala yang ditimbulkan saja, sehingga tujuan utama terapi adalah untuk meningkatkan
kualitas hidup penderitanya.
24
DAFTAR REFERENSI
1. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi, Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Alih
Bahasa: Pendit BU, Hartanto H, Wulansari P, Mahanani DA. Jakarta: EGC. 2005. h. 1141-44.
2. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Buku ajar patologi Robbins. Edisi ke 10. Alih Bahasa: Ham
MF, Saraswati M. Indonesia: Elsevier Singapore. 2020. h. 864-66.
3. Rahayu RA. Penyakit Parkinson. In: Sudoyo AW, Setiyoohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S, Editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing. 2015.
h. 851-7.
4. Joesoef AA. Parkinson’s Disease: Basic Science. In: Sjahrir H, Nasution D, Gofir A, Editors.
Parkinson’s Disease and Other Movement Disorders. Medan: Pustaka Cendekia; 2007. p. 4, 7,
14-8.
5. Suharti. Patofisiologi penurunan kognitif pada penyakit Parkinson. UMI Medical Journal
Vol.5 Issue:1; Juni, 2020. Sitasi 12 Okt 2021.
6. Mayo Clinic. Parkinson Disease. 08 Dec 2020. [cited on 12 Okt 2021]. Available from:
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/parkinsons-disease/symptoms-causes/syc-
20376055
7. Perhimpunan dokter spesialis saraf Indonesia. Panduan Praktis Klinis Neurologi. 2016. h.
218-27.
25
xxvi