Anda di halaman 1dari 56

MAKALAH FARMAKOLOGI I

OBAT ANTI PARKINSON DAN OBAT ALZHEIMER

DisusunOleh:

Kelompok 15

Fadillah Randasari 08061381924072

Cindy Viola 08061381924076

Nurnaili Choirunnisa 08061381924078

Adelia Vionita 08061381621066

Adelia Nursafaah 08061381924071

Dwi Tari Putri 08061381924073

DOSEN PEMBIMBING : Herlina, M.Kes, Apt.

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN FARMASI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan hidayah-
Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Obat Antiparkinson dan Alzheimer” sebagai bentuk pengajuan tugas dari mata
kuliah Farmakologi oleh Ibu Herlina M.Kes., Apt.

Setelah bergelut dengan perjuangan yang panjang, makalah ini akhirnya dapat
rampung juga. Tentu saja, kami sebagai tim penyusun makalah ini sangat bersyukur
atas rampungnya makalah ini. Kami menghaturkan syukur yang paling dalam bagi
Allah Yang Maha Pembimbing. Kami pun juga ingin menyampaikan terima kasih
kepada pihak-pihak yang terlibat untuk memberi dukungan bagi kami dalam
penyelesaian makalah ini.

Harapan kami, makalah ini bisa memberikan manfaat sebesar mungkin bagi
siapa pun yang membacanya. Semoga para pembaca juga berkenan memaafkan jika
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan. Kami pun akan merasa lebih
senang jika ada pembaca yang berkenan memberikan saran dan kririk membangun
bagi kami. Jadi, di penyusunan makalah berikutnya, kami bisa menyajikan sesuatu
yang lebih baik. Terima kasih.

Demikian beberapa contoh kata pengantar makalah yang dapat diuraikan


dalam artikel kali ini. Semoga pembahasan ini bermanfaat dan dapat dipahami
dengan baik. Selamat belajar

Indralaya, 07 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………..1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………….1

1.3 Tujuan…………………………………………………………………………....2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit Parkinson

2.1.1 Pengertian Penyakit Parkinson……………………………………………….3

2.1.2 Etiologi………………………………………………………………………..3

2.1.3 Penggolongan Obat Antiparkinson………………………………………..5-16

2.1.4 Efek Samping Obat Parkinson……………………………………………….16

2.1.5 Dosis Obat Antiparkinson…………………………………………………16-17

2.1.6 Gejala Penyakit Parkinson…………………………………………………...18

2.1.7 Faktor penyebab penyakit Parkinson…………………………………….19-20

2.2 Penyakit Alzheimer

2.2.1 Pengertian Penyakit Alzheimer……………………………………………....20

2.2.2 Etimologi……………………………………………………………………..21

ii
2.2.3 Farmakodinamik Obat Alzheimer………………………………………...21-24

2.2.4 Efek Samping Obat Alzheimer……………………………………………….24

2.2.5 Dosis Obat Alzheimer………………………………………………………...24

2.2.6 Gejala Penyakit Alzheimer……………………………………………………25

2.2.7 Faktor penyebab penyakit Alzheimer……………………………………..26-28

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………29

3.2 Saran……………………………………………………………………………..29

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegenerative yang mengganggu


sel saraf dopaminergik di suatu area otak yang disebut substantia nigra. Sel-sel
dopaminergik sendiri bertugas untuk memproduksi dopamin, sehingga ketika sel-
sel ini mengalami degenerasi seperti pada penyakit Parkinson, kadar dopamin pun
akan mengalami penurunan. Penyakit ini termasuk penyakit yang bersifat
progresif. Seseorang yang mengidap Penyakit Parkinson memiliki gerakan
berjalan yang khas, yaitu dengan posisi membungkuk dan ayunan lengan yang
berkurang atau tidak ada. Pengidap mungkin menjadi sulit untuk mulai berjalan
dan bergantian. Pengidap juga dapat menjadi kaku pada pertengahan langkah dan
jatuh ke depan saat berjalan.

Alzheimer merupakan penyakit progresif yang ditandai dengan gejala-gejala


demensia dan akan memburuk seiring berjalannya waktu, biasanya dalam
hitungan tahun. Pada stadium awal, pengidap akan mengalami turunnya daya
ingat yang ringan, sehingga sering kali tidak disadari baik oleh pengidap maupun
orang-orang terdekat. Pada stadium lanjut, gejala akan semakin parah sampai pada
tahap pengidap tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain dan merespons
terhadap lingkungan sekitarnya. Seperti sel-sel lain pada tubuh manusia, sel-sel
otak akan mengalami perubahan sepanjang hidup. Penurunan kemampuan
berpikir dan mengingat sesuatu yang terjadi terkadang merupakan proses penuaan
yang normal. Namun, penurunan daya ingat yang berat disertai dengan
kebingungan dan perubahan besar lainnya dalam cara pikir seseorang dapat
merupakan tanda-tanda adanya kerusakan sel-sel otak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari penyakit parkinson dan Alzheimer?


2. Bagaimana gejala penyakit Parkinson dan Alzheimer?
3. Apa saja faktor resiko dari penyakit Parkinson dan Alzheimer?

1
4. Apa saja penggolongan obat Antiparkinson dan Alzheimer?
5. Bagaimana dosis obat Antiparkinson dan Alzheimer?
6. Apa efek samping, indikasi, farmakologi dari obat Antiparkinson dan
Alzheimer?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi dari penyakit parkinson dan Alzheimer


2. Mengetahui gejala penyakit Parkinson dan Alzheimer
3. Mengetahui faktor resiko dari penyakit Parkinson dan Alzheimer
4. Mengetahui penggolongan obat Antiparkinson dan Alzheimer
5. Mengetahui dosis obat Antiparkinson dan Alzheimer
6. Mengetahui efek samping, indikasi, farmakologi dari obat Antiparkinson
dan Alzheimer

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyakit Parkinson

2.1.1 Pengertian Penyakit Parkinson

Penyakit Parkinson (Paralysis agitans) adalah suatu sindrom kelainan Gerakan


neurologisidiopatik yang di karakteristikan dengan bradykinesia, tremor dalam
keadaan istirahat (resting tremor), rigiditas dan bentuk tubuh yang tidak stabil
(postural instability). Gerakan halus yang memerlukan koordinasi kerja otot
rangka (seperti menyuap makanan, mengancingkan baju dan menulis) sukar
dilakukan pasien. Dengan demikian pasien sangat bergantung pada bantuan orang
lain dalam kegiatan hidup nya sehari-hari. Selain gejala utama tersebut sering
ditemukan gangguan system otonom berupa sialorea dan hyperhidrosis.
Parkinson merupakan penyakit saraf ke-4 yang tersering pada usia lanjut
(Rahardjo, 2008).

2.1.2 Etiologi

Pada umumnya, etiologic penyakit Parkinson initidakdiketahui (idiopatis).


Penyakit ini mempunyai kaitan dengan penurunan aktivitas inhinitor neuron
dopaminergic dalam substansianigra dan korpus striatum (bagiandari system
ganglia basalis otak yang berfungsi mengatur gerakan). Berdasarkan etiologinya,
dikenal beberapa jenis penyakit Parkinson, yaitu :

3
1. Parkinsonisme idiopatik:
 Secara patologis ditemukan degenerasi di substansi anigra dan di
lintasan dopaminergic nigro-striatal (dari substanti anigrake
nucleus kaudatus dan putamen). Deplesi dopamine di striatum
menyebabkan aktivitas kolinergik yang berlebihan dan dapat
mengontribusikan gejala Parkinson (khususnya tremor).
2. Parkinsonisme akibat obat :
 toksitas (ESO) obat-obat tertentu dapat menimbulkan gejala
Parkinsonisme antara lain:
a. Butirofenon, dan
b. Fenotiazin (suatu trankuilizer)
Kedua obat tersebut mungkin bekerja dengan menghambat
reseptor dopamine.
c. Reserpin
Merupakan perangsang yang sangat efektif untuk timbulnya
gejala parkinsonisme, terutama pada penggunaan dalamdosis
tingg. Hal ini kemungkinan karena reserpine menyebabkan
pengosongan simpanan transmitter dopamine. Toksisitas ini
bersifat sementara yang dapat hilang dengan menurunkan dosis
atau menghentikan obat penyebab.
d. MPTP (1-metil-4-fenil-1,2,5,6-tetrahydropyridin)

adalah senyawa yang menyebabkan Parkinsonisme


menetap dan kadang-kadang fatal karena MPTP ini
mendestruksi neuron dopaminergic pada system
ekstrapiramidal.

e. Neuroleptic, karbonmonoksida, dan keracunanmangan juga


dapat menimbulkan gejala Parkinsonisme.
3. Parkinsonisme pascaensefalitis
 Merupakan penyakit yang diyakini disebabkan oleh penyakit virus
yang memicu degenerasi sel saraf di substansia nigra. Secara
keseluruhan degenerasi ini emnyebabkan parkinsonisme klinis.

4
Timbulnya parkinsonisme sering ditemukan pada fase
pascaensefalitik dikarenakan daerah otak yang terkena
mengandung kusut neurofibrillary yang dapat menghambat atau
merusak system saraf otak.
4. Parkinsonisme pascastrok
 Merupakan penyakit kelainan pembuluh darah di otak, kondisi ini
terjadi akibat adanya plak aterosklerosis yang menyumbat
pembuluh darah di otak sehingga bisa terjadi stroke. Saat stroke
terjadi banyak jaringan otak yang mengalami kematian hingga
tidak dapat berfungsi seperti sediakala.

2.1.3 Penggolongan Obat Anti Parkinson

1. Obat Antikolinergik
Obat ini menghambat secara kompetitif reseptor muskarinik di
dalam otak, termasuk yang terdapat dalam system ekstrapiramidal.
Obat-obat ini efektif untuk mengurangi tremor pada parkinsonisme,
tetapi efeknya tidak kuat pada bradikinesia
parkinsonisme.Diberikan secara oral. Penggunaan antikolinergik
harus di awasi atau dihindari oleh pasien Parkinson berusia lebih
dari 70 tahun karena dapat menyebabkan terjadinya perkembangan
efek samping yang tidak dapat ditoleransi, peningkatan risiko
memburuknya fungsi kognitif, serta munculnya masalah
neuropsikiatrik. Antikolinergik dapat digunakan sebagai terapi
tunggal maupun kombinasi dengan L-Dopa atau antiparkinson lain
(Collins, 2015).
Peningkatan aktivitas kolinergik tersebut dianggap
memberikan kontribusi terhadap terjadinya tremor pada
Parkinson.Antikolinergik, missal benztropin dan triheksifenidil,
merupakan salah satu terapi lini pertama yang efektif untuk
mengontrol tremor (Lyons,2000).
Reseptor-reseptor muskarinik, yang merupakan reseptor
kolinergik, berperan dalam respons jaringan dan organ terhadap

5
antikolinergik, karena antikolinergik menghambat kerja asetilkolin
dengan menempati tempat reseptor-reseptor ini. Gambar 1.1.
menggambarkan kerja obat-obat antikolinergik tersebut. Obat-obat
antikolinergik dapat menghambat efek parasimpatomimetik yang
bekerja langsung, seperti betanekol dan pilokarpin, dan dapat
menghambat parasimpatomimetik yang bekerja tidak langsung,
seperti fisostigmin dan neostigmin.

Respon antikolinergik. Obat antikolinergik menempati tempat


reseptor sehingga menghambat asetilkolin

Antikolinergik, misalbenztropin dan triheksifenidil, merupakan


salah satu terapi lini pertama yang efektif untuk mengontrol tremor
(Lyons, 2000). Selain untuk mengatasi tremor, anti kolinergik juga
dapat digunakan sebagai terapi dystonia (Chen, 2014).
 Farmakodinamik : Triheksifenidil merupakan antimuskarinik
antiparkinsonian. Mekanisme kerjanya belum sepenuhnya
dipahami, diperkirakan memblok impuls efferent dan
menghambat pusat motor serebral. Triheksifenidil digunakan
bentuk garamnya, yaitu triheksifenidilhidroklorida, diabsorpsi
cepat oleh saluran pencernaan, onset of action(OOA) = 1 jam,
duration of action (DOA) = 6-12 jam, diekskresi di urine
sebagai unchanged drug(McEvoy, 2011).

6
 Farmakokinetik : Tidak banyak data larmakokinetik yang
diketahui mengenai obat-obat ini. Hal ini dapat dimengerti
sebab saat obat ditemukan, farmakokinetika belum
berkembang, Sekarang obat ini kurang diperhatikan setelah ada
levodopa dan bromokriptin. Kadar puncak triheksifenidil,
prosiklidin dan biperiden tercapai setelah 1-2 jam. Masa paruh
eliminasi terminal antara 10 dan 12jam, Jadi sebenarnya
pemberian 2 kali sehari rnencukupi, tidak 3 kali sehari
sebagaimana dilakukan saat ini ( Ganiswara, 1995 ).
 Efek Terapi : Obat antikolinergik khususnya bermanlaat
terhadap parkinsonisme akibat obat. Misalnya oleh neuroleptik,
termasuk juga antiemetik turunan lenotiazin, yang
menimbulkan gangguan ekstrapiramidal akibat blokade
reseptor DA di otak. Pengalaman di klinik menunjukkan bahwa
pemberian antikolinergik lebih elektil daripada levodopa untuk
mengatasi gejala ini. Penambahan antikolinergik golongan ini
secara rutin pada pemberian neuroleptik tidak dibenarkan,
antara lain disebabkan kemungkinan timbulnya akinesia tardif.
Belum jelas perbedaan efek terapi antar obat antikolinergik
tetapi jelas ada perbedaan keterterimaan obat antar individu,
Triheksitenidil juga memperbaiki gejala beser ludah
(sialorrhoea) dan suasana perasaan (mood). Selain pada
penyakit Parkinson, triheksifenidil dapat pula digunakan pada
sindrom atetokoriatik, tortikolis spaslik dan spasme lasialis;
demikian juga lurunannya. Obat-obat ini digunakan sebagai
pengganti triheksilenidil bila terjadi toleransi. Berbeda dengan
yang lain, prosiklidin masih boleh digunakan pada pasien
glaukoma dan hipertropi prostat dengan pengawasan ketat.
Triheksilenidil terutama berpengaruh baik terhadap tremor,
tetapi bradikinesia/akinesia dan rigiditas juga membaik. Secara
keseluruhan triheksilenidil tidak seelektif levodopa pada
penyakit Parkinson bukan karena obat ( Ganiswara, 1995 ).

7
 Dosis : obat yang diberikan adalah sebagai berikut: Dewasa (di
atas 12 tahun) dan lansia, 250–500 mikrogram sebanyak 3-4
kali sehari, tidak melebihi 2 mg.

2. Antagonis NMDA
Amantadine merupakan derivat adamantan (simetris amin
trisiklik).
 Farmakodinamik : Mekanismenya belum sepenuhnya
dipahami, diperkirakan meningkatkan konsentrasi DA
ekstraseluler pada neuron dopaminergik, secara langsung
merangsang reseptor DA, atau meningkatkan sensitivitas
reseptor DA (McEvoy, 2011).
 Dosis : Pemberian amantadin dimulai dengan 100 mg
sehari. Jika pasien cukup toleran setelah 1 minggu dosis
dapat ditambah menjadi 2 kali 100 mg sehari dan kemudian
meniadi 3 kali 100 mg sehari. Tetapi menurut Schwab dan
kawan-kawan dosis lebih dari 200 mg sehari tidak
memperlihatkan kenaikan manlaat terapi yang berarti.

3. Levodopa

 Mekanisme Kerja Obat Levodopa :




8
Pada penderita Parkinson berdasarkan replesi kekurangan
Dopamin di striatum. Terdapat beberapa jenis reseptor
dopamine yaitu, reseptor D1 dan D2. Levodopa di otak
dikonversi melalui dekarboksilasi menjadi DA oleh l-amino
acid decarboxylase (L-AAD). Dopamin hasil konversi
tersebut kemudian disimpan di neuron presinaps sampai
kemudian dirangsang untuk dilepaskan ke celah sinaps,
kemudian akan berikatan dengan reseptor D1 dan D2.
Aktivitas DA diakhiri dengan reuptake ke neuron presinaps
melalui DA transporter atau dimetabolisme oleh MAO
dan COMT ( Ganiswara, 1995 ).
 Farmakokinetik : Levodopa cepat diabsorpsi secara aktil
terutama dari usus halus. Kecepatan absorpsi sangat
tergantung dari kecepatan pengosongan lambung. yang
mencapai sirkulasi darah relatil sedikit karena : (1) levodopa
cepat mengalami pemecahan dalam lambung; (2) dirusak
oleh llora usus dalam dinding usus bigian distat;93n tS)
lambatnya mekanisme absorpsi di bagian distal duodenum.
Absorpsi juga dihambat oleh makanan tinggi protein akibat
kompetisi asam amino dengan levodopa dalam absorpsi
maupun transport ke otak. Levodopa yang dapat mencapai
sirkulasi kira-kira 22-gO% dosis-oral; sedangkan 60% atau
lebih mengalami biotransformasi di saluran cerna dan hati.
Hati mengandung sangat banyak enzim dopa-dekarbokpilase
(dekarboksilase asam amino-l-aromatik, DC). Selain di hati,
enzim ini tersebar di berbagaijaringan, juga dalam dinding
kapifer di otak ( Ganiswara, 1995 ).
 Efek Terapi : Kira-kira 75% pasien parkinsonisme
berkurang gejalanya sebanyak 50%. Hasil pengobatan pada
orang-orang tertentu menakibatkan terutama pada awal
terapi. Boleh dikatakan semua gejala dan tanda membaik,
kecuali demensia dan instabilitas postural. Perbaikan terjadi

9
pada gejala bradikinesia dan rigiditas, lremor sedikit
diperbaiki atau malah memburuk karena berkurangnya
rigiditas. Manifestasi sekunder motorik yaitu ekspresi wajah,
bicara, menulis, menelan dan pernapasan mernbaik secara
proporsional dengan perbaikan rigiditas dan bradikinesia.
Kebanyakan pasien membaik alam perasaannya (mood).
Pada awal pengobalan pasien yang apatis berubah menjadi
bersemangat. Kewaspadaan membaik dan merasa segar. Hal
ini terlihat pada perbaikan lungsi mental, meningkatnya
perhatian pada diri sendiri, keluarga dan lingkungan
(Ganiswara, 1995).
 Dosis Levodopa
Berikut ini adalah rincian dosis penggunaan levodopa oral:
Mengobati penyakit Parkinson
Dewasa: Dosis awal 125 mg dua kali sehari. Setelah itu
dosis dapat ditingkatkan setiap 3-7 hari. Dosis maksimum 8
g per hari.
Mengobati penyakit Parkinson jika dikombinasikan
bersama carbidopa
Dewasa: Dosis awal levodopa sebanyak 100 mg diminum 3
kali sehari. Dosis pemeliharaan: 750 mg -2 gram levodopa
setiap harinya.
Mengobati penyakit Parkinson jika dikombinasikan
bersama benserazide
Dewasa: Dosis awal 50 mg, 3-4 kali sehari. Dosis
pemeliharaan: 400-800 mg per hari.
Lansia: Dosis awal 50 mg, sekali sehari.
 Banyak efek samping yang terjadi akibat dosis tinggi ini,
yaitu mual, muntah, diskinesia, hipotensi ortostatik, aritmia
jantung, dan psikosis. Levodopa mempunyai waktu paruh
yang singkat (1-2 jam) sehingga obat harus dipakai 3-4 kali
sehari. Obat ini mula-mula diberikan dalam dosis rendah

10
selama seminggu dan secara bertahap ditingkatkan dalam
beberapa minggu. Biasanya diperlukan waktu 2-4 bulan
untuk mencapai efek maksimum dari obat. Karena efek
samping dari levodopa dan kenyataan bahwa begitu banyak
levodopa yang dimetabolisme sebelum mencapai otak,
maka dikembangkan suatu obat alternative, yaitu karbidopa
yang menghambat enzim dopa dekarboksilase. Dengan
menghambat enzim ini di perifer, maka lebih banyak
levodopa yang sampai ke otak. Karbidova dikombinasi
dengan levodopa dalam perbandingan 1 bagian karbidopa
dengan 10 bagian levodopa. Gambar 1.2. meringkaskan
perbandingan kerja levodopa dengan karbidova-levodopa
(Tan, HT. 2007).

4. Monoamine Oxidase B Inhibitor

11
Monoaminoksidase B inhibitor merupakan salah satu terapi lini
pertama untuk mengatasi gejala Parkinson (Tuite,2003).
Monoamine Oksidase B inhibitor dengan struktur molekul
propargilamin telah diteliti memiliki sifat neuroprotektif.Obat
golongan ini menghambat deaminas ioksidatif DA yang
menghasilkan hydrogen peroksida dan akhirnya radikal bebas dapat
merusak neuron nigostriatal. Seleginele dan rasagiline merupakan
contoh obat Monoamin Oksidase B Inhibitor. Selegiline memiliki
keuntungan untuk mengatasi gejala Parkinson stadium awal.
PenghambatCatechol-O-Methyltransferase(Catechol-O
Methyltrans ferase Inhibitor) Catechol-O-Methyltransferase
Inhibitor, misal entacapone dan tolcapone, telah dikembangkan
sebagai terapi parkinsonism yang digunakan untuk meningkatkan
efek L-Dopa (Pahwa, 2006).
 Mekanisme Kerja : Selegilin menghambat deaminasi
dopamin sehingga kadar dopamin di uiung saral
dopaminergik lebih tinggi. Selain itu ada hipotesis yang
mengemukakan bahwa selegilin mungkin mencegah
pembentukan neurotoksin endogen yang membutuhkan
aktivasi oleh MAO-B' Secaraeksperimental pada hewan,
selegilin mencegah parkinsonisme akibat MPTP.
Mekanisme lain diduga berdasarkan pengaruh metabolitnya
yaitu Ndesmetil selegilin, L-metamfetamin dan L-
amletamin. lsomer ini 3-10 kali kurang poten dari bentuk D.
Metamfetamin dan amletamin menghambat ambilan
dopamin dan meningkatkan penglepasan dopamine (
Ganiswara, 1995 ).
 Efek Terapi : Pada pasien penyakit Parkinson laniut
penambahan selegilin pada levodopa meringankan lenomen
wearing off. Fenomen pasangsurut dan pembekuan gerakan
tidak jelas dipengaruhi. Penambahan selegilin
memungkinkan pengurangan dosis levodopa 10-30%.

12
Dengan demikian elek samping levodopa berkurang.
Pemberian selegilin tunggal pada awal penyakit agaknya
menghambat progresivitas penyakit Parkinson sehingga
menunda keperluan pengobatan dengan levodopa (
Ganiswara, 1995 ).

Dosis : Berikut adalah pembagian dosis MAOI yang disesuaikan


dengan jenis-jenis obatnya:
Isocarboxazid

Dewasa: 30 mg/hari. Dosis maksimum adalah 60 mg/

Lansia: 5-10 mg/hari.

Phenelzine

Dewasa: 15 mg, 3 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan


setelah 2 minggu.

Tranylcypromine

Dewasa: 10-20 mg, 2 kali sehari.

Selegiline

Dewasa: 10 mg/hari, atau 6 mg/hari jika diberikan dalam


bentuk patch (koyo).

5. Catechol-O-Methyltransferase Inhibitor

13
Entacapone merupakan obat golongan COMT inhibitor yang
reversibel. Entacapone menghambat enzim COMT di jaringan
perifer yang mengubah L-Dopa menjadi metabolit yang tidak aktif,
yaitu 3-OMD, sehingga meningkatkan distribusi L-Dopa ke
sistem saraf pusat (McEvoy, 2011 ).
Dosis : Dosis oral untuk tambahan
pengobatan levodopa pada penyakit Parkinson :
Dewasa: 200 mg dengan setiap levodopa/dopa decarboxylase
inhibitor.
Maksimal: 200 mg 8 kali sehari (1.600 mg setiap hari). Secara
bertahap kurangi dosis levodopa sekitar 10-30% atau meningkatkan
interval pemberian dosis dalam beberapa minggu pertama memulai
pengobatan.

6. Agonis Dopamin

Agonis dopamin bekerja dengan menstimulasi dopamin


reseptor di substansia nigra dan efektif untuk memperlambat
munculnya komplikasi motorik sepertidiskinesia jika
dibandingkan dengan levodopa (Gunawan, Dahlar, et.all, 2017 ).
Dopamin Agonis yang bekerja langsung pada DA resepto
rmemiliki kelebihan dibandingkan dengan L-Dopa, yaitu tidak
memerlukan konversi enzim untuk menjadi metabolit aktif serta
tidak berkompetisi dengan senyawa lain yang melalui transport aktif
menuju darah dan menembus sawar darah otak (Gunawan, Dahlar,
et.all, 2017 ).

14
Beberapa zat kimia memiliki sifat dopaminergik, dengan
mekanisme kerja
merangsang reseptor dopaminergik sentral.
 Obat yang termasuk golongan ini ialah : apomorlin,
piribedil, bromokriptin dan pergolin.
 Mekanisme Kerja Obat : Bromokriptin merangsang
reseptor dopaminergik. Obat ini lebih besar alinitasnya
terhadap reseptor D2 dan merupakan antagonis reseptor D1.
Organ yang dipengaruhi ialah yang memiliki reseptor
dopamin yaitu SSP, kardiovaskular, poros hipotalamus-
hipofisis dan saluran cerna. Elektivitas bromokriptin pada
penyakit parkinson cukup nyata dan lebih nyata lagi pada
pasien dengan derajat penyakit lebih berat. Kenyataan ini
didukung oleh fakta : (1) efek terapi bromokriptin tidak
tergantung dari enzim dekarboksilase; pada penyakit
Parkinson terdapat defisiensi enzim tersebut di ganglia
basal dan respons terapi levodopa biasanya kurang
memuaskan dalam keadaan penyakit yang berat; (2)
bertambah beratnya penyakit akan lebih meningkatkan
sensitivitas reseptor dopaminergik (supersensitivitas
denervasi) (Sulistia, 1995).
 Dosis : Dosis awal penggunaan dopamin adalah 2-5
mcg/kgBB per menit, melalui infus. Dosis dapat
ditingkatkan secara bertahap hingga 5-10 mcg/kgBB per
menit.

2.1.4 Efek Samping Obat Antiparkinson

Beberapa gejala yang terjadi pada pasien parkinsonism diduga merupakan


efek samping dari obat antiparkinsom yang digunakan. Levodopa mrmiliki efek
samping sulit tidur, mimpi buruk, halusinasi, dan hipotensi ortostatik. Levodopa
pramipexole mempunyai efek samping pusing dan mual. Levodopa ropinirole

15
memiliki efek samping konstipasi. Levodopa triheksifenidil memiliki efek
sampuing pusing, mual, dan konstipasi (Barsia, 2013).

2.1.5 Dosis Obat Antiparkinson

Obat dopamigenerik (levodopa) dalam kombinasi denga suatu penghambat


dekarboksilase 200-800 mg/hari, sedapat mungkin dalam beberapa takaran dan
pemberian sebagai sediaan retard bila ada fluktuasi efek. Obat antikoligenerik
sentral (biperiden) digunakan ebagai larutan injeksi, serta pada keracunan nikotin
dan orgnof. Biperiden memiliki absorpsi oral cepat dan hamper lengkap,
konsentrasi plasma maksimal setelah kurang lebih 1,5 jam. Bioavailabilitasnya
kurang lebih 30% (metabolism first pass), ikatan protein plasma yang dimilikki
lebih kurang 93% dan metabolismenya sejumlah besar diuraikan secara oksidasi,
terakhir tereliminasi pada ginjal. Anagonis NMDA terdapat amantadine dan
budipin. Amantadine memiliki dosis 200-600 mg/hari . krisis akinetik sampai
1200 mg/hari, terabsorpsi 90% dalam paruh waktu 10-15 jam, tereliminasi melalui
renal. Budipin 30-60 mg/hari, terabsorpsi 100% dalam paruh waktu 27,5 jam dan
terliminasi melalui renal. Penghambat COMT terdapat tolkapon dan entakapon .
tolkapon memiliki dosis 3x 100-200 mg/hari. Entakapon memiliki dosi
200mg/hari bersama dengan setiap dosislevadopa / penghambat dekarboksilase
samapai maksimal 200 mg/hari. Penghambat MAO-B terdapat kandungan
selegilin. Seligilin mempunyai dosis 5-10 mg/hari dengan satu dosis tunggal pada
pagi hari atau terbagi 2 dosis, pagi dan sore dosis levadopa dalam kombinasi
dengan selegilin dapat dikurangi sampai 30% dan dapat dipertahankan lebih lama
pada tingkat rendah (DeMaagd,2015).

16
17
2.1.6 Gejala Penyakit Parkinson

Gejala Parkinson disebabkan adanya kerusakan jalur nigrostriatal atau


gangguan kerja dopamine dalam ganglia basalis. Ganglia basalis merupakan
bagian dari system ekstrapiramidal yang mempengaruhi awal, modulasi dan
akhir pergerakan, serta mengatur gerak anautomatis. (Sylvia & Wilson, 2002).

Gejala klinis dari penyakit Parkinson dapat berupa gejala motorik dan
nonmotorik. Gejala motorik penyakit. Parkinson yang khas dan umumnya dikenal
sebagai parkinsonisme, terdiri dari empat gambaran utamaya itu brandikinesia,
tremor istirahat, rigiditas, dan gangguan postural maupun gait. Brandikines
iaialah melambatnya pergerakan dengan berkurangnya secara progresif amplitude
atau kecepatan saat dilakukannya gerakan yang bergantian. Perlu dibedakan
antara brandikinesia yang sesungguhnya dengan lambatnya gerakan tubuh yang
biasa terdapat pada pasien dengan menurunnya kekuatan otot (paresis),
spastisitas, atau kurangnya motivasi (misal oleh depresi). Brandikinesia dapat juga
di evaluasi secara umum saat pasien melakukan gerakan spontan seperti duduk,
berdiri dari kursi, atau berjalan. Bentuk brandikinesia yang lainnya ialah
hipomimia (berkurangnya ekspresi wajah dan mengedip mata, wajah topeng),

18
hipofonia (suara yang pelan), mikrografia (tulisan yang menjadi kecil), dan
kesulitan menelan. Tremor saat istirahat dimana gerakan osilatorin volunterritmik
yang muncul pada ektreminitas saat relaksasi dan bertumpu pada suatu
permukaan yang menghilangkan pengaruh gaya gravitasi pada ekstreminitas
tersebut. . Tremor paling baik diobservasi saat pasien difokuskan pada hal yang
lain seperti menghitung mundur dengan mata tertutup, dimana hal ini
memfasilitasi relaksasi dari otot-otot tubuh. Rigiditas yang dimaksudkan
ialahpeningkatan tonus otot saat pemeriksaan dengan gerakan pasif dari bagian
yang terlibat (anggota gerak atau leher), baik kelompok otot fleksor dan
ekstensor. Gangguan postural dan gait dimanapasien. Parkinson
biasanyamemilikiposturtubuh yang membungkuk yang disebabkan hilangnya
refleks postural. Berkurangnya gerakan mengayuntangan saat berjalan, lambat
dalam memutar tubuh dan dilakukan dengan beberapa langkah kecil. Gejala non-
motorik dapat muncul mendahului gambaran motorik yang khas. Gejala initer
kadang tidak disadari dan dapat membantu diagnosis pada awal perjalanan
penyakit. Parkinson. Gejala ini diantaranya seperti hiposmia, gangguan tidur saat
fase rapid eye movement, gangguan prilaku, konstipasi, dan depresi( Muliawan,
Jehosua,et.all, 2018 ).

2.1.7 Penyebab Penyakit Parkinson

Penyakit Parkinson terjadi karena penurunan kadar dopamin yang massif


akibat kematian neuron di substansianigra pars kompakta. Dopamin merupakan
salahsatu neurotransmitter utama diotak yang memainkan banyak fungsi berbeda
di susunan saraf. Respon motorik yang abnormal disebabkan oleh karena
penurunan yang sifatnya progesif dari neurotransmitter dopamin.Kerusakan
progresif lebih dari 60% pada neuron dopamine ergi ksubstansianigra merupakan
factor dasar munculnya penyakit parkinson. Sebagai mana sel tersebut mengalami
kerusakan, maka kadar dopamine menjadi berkurang hingga di bawah batas
fisiologis. Jika jumlah neuron dopamine ergik hilang lebih dari 70 % maka gejala
penyakit Parkinson akan mulai muncul. Secara umum, 2 temuan neuropatologis
mayor pada penyakit Parkinson adalah:

19
1) Hilangnya pigmentasi neuron dopamine pada substantia nigra Dopamin
berfungsi sebagai pengantar antara 2 wilayah otak, yakni antara substantia
nigra dan korpus striatum dan berfungsi untuk menghasikan gerakan halus
dan motorik. Sebagian besar penyakit Parkinson disebabkan hilangnya sel
yang memproduksi dopamine di substantia nigra. Ketika kadar dopamine
terlalu rendah, komunikasi antar 2 wilayah tadi menjadi tidak efektif, terjadi
gangguan pada gerakan. Semakin banyak dopamin yang hilang, maka akan
semakin buruk gejala gangguan gerakan ( Gunawan, Dalhar.,et. all, 2017).
2) Lewy bodies Ditemukannya Lewy bodies dalam substantia nigra adalah
karakteristik penyakit parkinson. Alpha-synuclein adalah komponen
;structural utama dari Lewy bodies(Gunawan, Dalhar.,et. all, 2017).

2.2 Penyakit Alzheimer

2.2.1 Pengertian Penyakit Alzheimer

Penyakit Alzheimer adalah penyakit degenerasi neuron kolinergik yang


merusak dan menimbulkan kelumpuhan, terutama menyerang orang yang berusia
65 tahun keatas. Penyakit Alzheimer dikarenakan menurunnya somatostatin dan
neurotoksititasdari aluminium yang menurun pada pasien penyakit Alzheimer.
Penyakit Alzheimer merusak sels araf pada otak. Penderita bisa lumpuh, pikun,
kemudian meninggal (Muttaqin, 2008).

20
Penyakit ini juga sering disebut Dementia senilis yaitu penyakit yang
melumpuhkan kemampuan otak sehingga orang tua bertingkahlaku kekanak-
kanakan. Penyakit Alzheimer ini salah satunya terjadi karena zat kimia
Acetylcholine mengalami gangguan dalam produksinya. Pedahal zat inilah yang
memainkan peranan penting dalam menggerakan kerja otak. Zat ini berfungsi
sebagai transmitter menghubungkan sinyal-sinyal antara sel-sel pembuluh saraf
yang ada pada otak (Muttaqin, 2008).

2.2.2 Etimologi

Terdapat dua gambaran khas yang ditemukan dalam otak pasien penyakit
Alzheimer, yaitu :

1) Plaksenilis yang terdiri atas deposit β-amiloidektraseluler, suatu peptide yang


dibentuk oleh pembelahan precursor protein β-amiloid. Deposit β-amiloid
abnormal juga ditemukan dalam pembuluh darah.
2) Kekusutan neurofibriler adalah gumpalan serabut abnormal yang padat
dalam sitoplasma neuron yang mengandung suatu bentuk yang berbeda dari
protein yang berhubungan dengan mikrotubulus yaitu τ. Baik plaksenilis
maupun kekusutan neurofibriler tidak spesifik bagi penyakit Alzheimer.

2.2.3 Farmakodinamik Obat Alzheimer

Mekanisme kerja obat, pada umunya obat bekerja dengan reseptor pada
permukaan sel atau enzim (yang mengatur laju reaksi kimia ) dalam sel.

 Mekanisme Reseptor NMDA

Reseptor NMDA banyak dijumpai pada korteks serebral


dan hippocampus, sebagian juga ada di medulla spinalis. Reseptor
NMDA ini merupakan reseptor pasca sinaptik bagi glutamate yang
juga dapat diaktivasi oleh senyawa NMDA. Aktivasinya
menyebabkan pembukaan kanal ion dan memungkinkan masuknya
ion Na+dan Ca ke dalam sel (Ikawati, 2014).

21
Reseptor NMDA yang terletak di medulla spinalis terlibat
dalam penghantaran transmisi signal nyeri. Karenanya,
antagonisnya yaitu ketamin. Selain itu, reseptor NMDA juga
terlibat dalam patofisiologi beberapa penyakit, terutama yang
manifestasinya berupa degenerasi sel saraf, seperti penyakit
Alzheimer. Hal ini disebabkan karena stimulasi yang berlebihan
pada reseptor NMDA oleh glutamate dapat menyebabkan
masuknya ion Ca secara berlebihan kedalam sel saraf yang
kemudian memicu peristiwa biokimia yang menyebabkan
kematian sel saraf yang disebut eksitotoksisitas. Jika reseptor
NMDA di blockade, tentu akan mengurangi kejadian kematian sel
saraf sehingga bias mencegah penyakit-penyakit akibat degenerasi
sel saraf (Ikawati, 2014).

 Mekanisme Obat-Obat Alzheimer


1. Takrin
Merupakan suatu obat yang menarik perhatikan
karena diklaim dapat menghilangkan sejumlah
simtodemensiatipe Alzheimer. Takrin dapat
memacuneurosekresi dan motorendplates . Takrin
merupakan suatu senyawa antikolinesterase sentral,
penelitian menunjukan bahwa takrin dapat menghambat
progresivitas penyakit Alzheimer ( Marquis, 1990 ).
Dosis :
Dewasa : Pada awalnya, 10 mg empat kali sehari. Dokter
dapat meningkatkan dosis secara bertahap jika tubuh
merespon baik dan tes hati normal. Namun, dosis biasanya
tidak lebih dari 40 mg empat kali sehari
Efek samping : kebingungan, halusinasi, kejang, mual, sakit
perut

22
2. Donepezil

Merupakan antikolinesterase piperidine yang


digunakan untuk pengobatan penyakit Alzheimer ringan
hingga sedang. Donepezil merupakan inhibitor selektif
penghambat asetilkolinesterase yang dihidrolisis dalam
beberapa menit. Menghasilkan perubahan kognitif pada
pasien Alzheimer ( Rogers et all, 1996 ).

3. Rivastigmine

Mekanisme kerja pada pasien yang hiper sensitive


terhadap turunan carbamate, sebaiknya rivastigmine tidak
diberikan. Sedangkan pada pasien yang mempunyai riwayat
asma atau obstructive pulmonary disease, rivastigmine bias
digunakan. Rivastigmine juga biasanya digunakan pada
pasien dementia tipe Alzheimer yang tidak sensitive
terhadap acetylcholinesterase specific inhibitor
(Ikawati,2004).
Dosis : Awal, 1,5 mg dua kali sehari, ditingkatkan sebesar
1,5 mg dua kali sehari dalam waktu sekurang-kurangnya 2
minggu menurut respond an toleransi; rentang dosis lazim
3-6 mg dua kali sehari; maksimal 6 mg dua kali sehari.

23
4. Galatamin
Mekanisme kerja galantamine bekerja selain utntuk
menghambat acetylcholinesterase, juga berperan sebagai
allosterically potentiating ligand pada nicotinic
acetylcholine reseptor. Galantamine dapat memperbaiki
nicotinic cholinergic neurotransmitter yang akan
berdampak baik dalam perbaikan fungsi kognitif
(Ikawati,2004).
Dosis : awal 4 mg dua kali sehari selama 4 minggu
ditingkatkan menjadi 8 mg dua kali sehari selama 4
minggu, dosis rumatan 8-12 mg.

2.2.4 Efek Samping

Beberapa gejala yang terjadi pada pasien Alzheimer merupakan efek


samping dari obat Alzheimer yang digunakan. Donepezil memiliki efek samping
seperti insomnia, muntah, diare, dan infeksi. Rivastigmin memiliki efek samping
seperti gangguan pencernaan, mempemgaruhi kemampuan koorinasi otak.
Galantamin juga memiliki efek samping seperti ada beberapa reaksi pada kulit,
seperti ruam-ruam.(Connolly,2014)

2.2.5 Dosis Obat Alzheimer

Donepezil adalah obat yang digunakan untuk mengatasi demensia ringan


hingga parah yang disebabkan oleh penyalit Alzheimer. Dosis Donepezil, untuk
kondisi demensia ringan, dosis awal dewasa dan lansia adalah 5 m, diminum 1
kali sehari sebelum tidur malam. Jika di perluakan, setelah 4-6 minggu
penggunaan, dosis dapat ditingkatkan hingga 10 mg, 1 kali sehari. Untuk kondisi
deminsia sedang hingga parah, dosis awal adalah 5 mg/hari. Setelah 4-6 minggu
dosis dapat ditingkatkaan hingga 10 mg/hari (Connolly,2014).

24
2.2.6 Gejala Penyakit Alzheimer

Orang dengan Alzheimer disease mengalami gangguan progresif daya


ingat dan fungsi kognitif lainnya. Gangguan mula-mula mungkin samar dan
mudah disalah-sangka sebagai depresi, penyakit penting lain pada usia lanjut.
Gangguan kognitif berlanjut terus, biasanya dalam waktu 5 hingga 15 tahun, yang
menyebabkan disorientasi total dan hilangnya fungsi bahasa dan fungsi luhur
korteks lainnya. Pada sebagian kecil pasien, dapat muncul kelainan gerakan khas
parkinsonisme, biasanya berkaitan dengan adanya pembentukan badan lewy
(Alzheimer’sAssociation, 2015).

Gangguan memori Muncul pada tahap awal, gangguan memori hal-


hal yang baru lebih berat dari yang lama, memori
verbal dan visual juga terganggu, memori
procedural relative masih baik
Gangguan perhatian Muncul pada tahapawal, sulit untuk mengubah
mental set, sulit untuk mendorong perhatian dan
perservasi, gangguan untuk mempertahankan
gerakan yang terus menerus
Gangguan fungsi visuo- Muncul pada tahap awal, gangguan dalam hal
spasial menggambat dan mencari.menemukan alur
Gangguan dalam Muncul pada tahapawal, gangguan halabstraksi

25
pemecahan masalah dan menyatakan pendapat
Gangguan dalam Muncul pada tahap awal
kemampuan berhitung
Gangguan kepribadian Kehilangan rem, agitasi, mudah tersinggung
Gangguan isipikiran Waham
Gangguan afek Depresi
Gangguan berbahasa Sulit menemukan kata yang tepat, artikulasi dan
komprehensi relative masih baik
Gangguan persepsi Gangguan visual, peng hiduan, dan pendengaran
:halusinasi, ilusi
Gangguan praksis Apraksiaideasional dan ideomotor
Gangguan kesadaran dari Menolak pendapat bahwa diasakit, mungkin diikuti
penyakit waham,konfabulasi, dan indifference
Gangguan kemampuan Muncul dikemudian hari
social
Defisit motoric Muncul dikemudian hari, relative ringan
Inkontinensiaurin dan Muncul dikemudian hari
alvi
Kejang/epilepsy Muncul dikemudian hari

2.2.7 Faktor Penyebab Alzheimer

Faktor risiko demensia alzheimer yang terpenting adalah usia, riwayat


keluarga, dangenetik. Penuaan merupakan factor risiko terbesart erhadap kejadian
alzheimer. Kebanyakan orang usia 65tahun atau lebih tua memiliki risikoyang
lebih tinggi. Seseorang dengan riwayat orang tua, saudaralaki-laki maupun
perempuan dengan penyakit Alzheimer memiliki risiko lebih tinggi untuk
menderita penyakit alzheimer. Selain usia dan riwayat keluarga, genetik
(herediter) berperan penting dalam peningkatan factor risiko demensia Alzheimer
dimana terdapat dua jenis gen yang berperan dalam perkembangan alzheimer.
Kedua jenis gen tersebut adalah gen risiko dan gen determinan. Gen risiko
meningkatkan kemungkinan perkembangan penyakit namun tidak menjamin

26
terjadinya penyakit, yaitu apolipoprotein E ε4. Sedangkan gen determinan secara
langsung menyebabkan demensia alzheimer, terdiri dari tiga protein yaitu amyloid
precursor protein (APP), presenilin-1 (PSEN-1), dan presenilin-2
(PSEN2).Penyakitalzheimer yang disebabkanolehketigavariasideterminandisebut
autosomal dominant alzheimer’s disease (ADAD).

Penyebab ataupun faktor yang menyebabkan seseorang menderita penyakit


Alzheimer antara lain sebagai berikut:

1) Usia Faktor risiko terbesar untuk penyakit Alzheimer adalah usia.


Kebanyakan orang dengan penyakit Alzheimer di diagnosis pada usia
65 tahun atau lebih tua. Orang muda kurangdari 65 tahun juga dapat
terkena penyakit ini, meskipun hal ini jauh lebih jarang. Sementara usia
adalah factor risiko terbesar.
2) Riwayat keluarga dengan keluarga yang memiliki orang tua, saudara
atau saudari dengan Alzheimer lebih mungkin untuk mengembangkan
penyakit daripada mereka yang tidak memiliki kerabat dengan
Alzheimer's. Faktor keturunan (genetika), bersama factor lingkungan
dan gay ahidup, atau keduany adapat menjadi penyebabnya.
3) Pendidikan dan Pekerjaan Beberapa ilmuwan percaya factor lain dapat
berkontribusi atau menjelaskan peningkatan risiko demensia di antara
mereka dengan pendidikan yang rendah. Hal ini cenderung memiliki
pekerjaan yang kurang melatih rangsangan otak.Selain itu, pencapaian
pendidikan yang lebih rendah dapat mencerminkan status social
ekonomi rendah, yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang
mengalami gizi buruk dan mengurangi kemampuan seseorang untuk
membayar biaya perawatan kesehatan atau mendapatkan perawatan
yang disarankan.
4) Traumatic Brain Injury (TBI) Trauma Cedera Otak sedang dan berat
meningkatkan risiko perkembangan penyakit Alzheimer. Trauma Cedera
Otak adalah gangguan fungsi otak yang normal yang disebabkan oleh
pukulan atau tersentak ke kepala atau penetrasi tengkorak oleh benda
asing, juga dapat di definisikan sebagai cedera kepala yang

27
mengakibatkan hilangnya kesadaran.Trauma Cedera Otak dikaitkan
dengan dua kali risiko mengembangkan Alzheimer dan demensia
lainnya dibandingkan dengan tidak ada cedera kepala. (Nisa, K. dan
Rika Lisiswanti, 2016)

28
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit Parkinson terjadi karena penurunan kadar dopamin yang massif


akibat kematian neuron di substansianigra pars kompakta. Obat Antiparkinson
dapat digunakan dalam membantu penderita penyakit Parkinson ini yang telah
diketahui sebagai salah satu penyakit neurodegenerative. Beberapa golongan atau
jenis obat yang dapat diberikan seperti Antikolinergik, antagonis NMDA,
Levodopa, penghambat MOA B dan COMT, serta Dopamin yang masing-masing
memiliki dosis serta mekanismenya.

Penyakit Alzheimer adalah penyakit degenerasi neuron kolinergik yang


merusak dan menimbulkan kelumpuhan, terutama menyerang orang yang berusia
65 tahun keatas. Penyakit Alzheimer dikarenakan menurunnya somatostatin dan
neurotoksititasdari aluminium yang menurun pada pasien penyakit Alzheimer.
Penyakit Alzheimer merusak sels araf pada otak. Penderita bisa lumpuh, pikun,
kemudian meninggal. Penyakit ini juga sering disebut Dementia senilis yaitu
penyakit yang melumpuhkan kemampuan otak sehingga orang tua bertingkahlaku
kekanak-kanakan. Obat untuk penyakit alzheimer ini adalah takrin, donepezil,
rivatigmine, dan galamin. Beberapa gejala yang terjadi pada pasien Alzheimer
merupakan efek samping dari obat Alzheimer yang digunakan. Efek samping
yang akan muncul seperti insomnia, muntah, diare, infeksi , gangguan
pencernaan, mempemgaruhi kemampuan koorinasi otak dan reaksi pada kulit,
seperti ruam-ruam.

3.2 Saran

Dengan adanya tugas ini penulis dapat lebih memahami tentang bagaimana
penyakit Parkinson dan Alzheimer dan juga dapat melakukan perawatan yang
baik serta menegakkan asuhan keperawatan yang baik dengan adanya hasil
makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk menambah
wawasan dari ilmu yang telah didapatkan dan lebih baik dari sebelumnya.

29
DAFTAR PUSTAKA

Alzheimer’s Association. 2015, Parkinson’s Disease Dementia. [online]

alz.org.Availableat:https://www.alz.org/dementia/downloads/topicsheet_tb
i.pdf [Accesed 3 September 2020].

Barcia, C, 2003. Glial-mediated inflammation underlying parinsonm. Secientifica,

Vol. 2013,p. 1-15.

Chen, J.J, Swope, D.M 2014, Parkinson Disiase. Pharmacotherapy : A

Pathophysiologic Approach, Ninth.

Colins,L.,2015, Penyakit Parkinson, Presciber, hal.16-23. Dewanto, G. 2009.

Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Cara Penyakit Saraf. Jakarta. EGC.

Ganiswara, Sulistia G, dkk. 1995, Farmakologi dan Terapi, Gaya Baru, Jakarta,

Indonesia.

Gunawan, G., Dalhar, M., & Kurniawan, Shahdevi N, 2017, Parkinson dan Terapi

Stem Sel, Jurnal Majority, Vol.3, No. 1.

Ikawati, Zullies. 2014, Farmakologi Molekuler, UGM, Yogyakarta, Indonesia.

Lyons, M., Koller,W., 2000, Penyakit Parkinson Tremor, Jurnal Of Medicine,

Vol.16, No.4 Halaman 273.

Marquins, J.K. 1990, Pharmacological significane of acetylcholinesterase

inhibition by Tetrahydroaminoacridine, biochem Pharmacol, 40 (5):1071-


6. McEvory, G.K. 2011, AHFS Drug Information Essentials, Mayland;
American Society of Healt-System pharmacists, Amerika.

Muliawan, E., Jehosua, S., & Tumewa, R., 2018, Diagnosis dan Terapi Deep

30
Brain Simulatio Pada Penyakit Parkinson, Jurnal Sinaps, Vol. 1, hal. 67-
84.

Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Persarafan. Jakarta. Salemba Medika.

Nisa, Kandita M., & Lisiswanti, R., 2016, Faktor Risiko Demensia Alzheimer,

Jurnal Kesehatan, Vol.5, No.4, Hal.86.

Tan HT, Rahardja K. 2007. Obat-obat penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek

Sampingnya. Edisi ke-6. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Pahwa, R., 2006, Treatment Penyakit Parkinson, Jurnal Neurology,Vol.66,

hal.983.

Rahardjo, Rio. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi Edisi 2. Jakarta. Buku

Kedokteran EGC.

Rogers, S.L, Friedhoff, L.T & The Donepezil Study Group. 1996, The efficacy

and safety of donepezil in patients with Alzheimer’s disease: results of a


US multicentre, randomized, double-blind, placebo controlled trial,
Dementia, 7: 293-303.

Sylvia, A.P & Wilson, M, Lorraine. 2002, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit Edisi 6, EGC, Jakarta, Indonesia.

31
MAKALALAH FARMAKOLOGI
OBAT ANTIPARKINSON DAN ALZHEIMER

DisusunOleh Kelompok 15 :
Cindy Viola 08061381924076
NurnailiChoirunnisa 08061381924078
Fadillah Randasari 08061381924072
Adelia Vionita 08061381621066
Adelia Nursafaah 08061381924071
Dwi Tari Putri 08061381924073
Apa itu penyakit parkinson
dan Alzhaimer?
Penyakit Parkinson (Paralysis agitans) adalah suatu sindrom kelainan Gerakan
neurologisidiopatik yang di karakteristikan dengan bradykinesia, tremor dalam
keadaan istirahat (resting tremor), rigiditas dan bentuk tubuh yang tidak stabil
(postural instability). Gerakan halus yang memerlukan koordinasi kerja otot rangka
(seperti menyuap makanan, mengancingkan baju dan menulis) sukar dilakukan pasien.
Dengan demikian pasien sangat bergantung pada bantuan orang lain dalam kegiatan
hidup nya sehari-hari. Selain gejala utama tersebut sering ditemukan gangguan system
otonom berupa sialorea dan hyperhidrosis. Parkinson merupakan penyakit saraf ke-4
yang tersering pada usia lanjut (Rahardjo, 2008).
Penyebab Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson terjadi karena penurunan kadar dopamin yang
massif akibat kematian neuron di substansianigra pars kompakta. Dopamin
merupakan salahsatu neurotransmitter utama diotak yang memainkan
banyak fungsi berbeda di susunan saraf. Respon motorik yang abnormal
disebabkan oleh karena penurunan yang sifatnya progesif dari
neurotransmitter dopamin.
Secara umum, 2 temuan neuropatologis mayor pada penyakit Parkinson adalah:
1. Hilangnya pigmentasi neuron dopamine pada substantia nigra Dopamin
berfungsi sebagai pengantar antara 2 wilayah otak, yakni antara substantia
nigra dan korpus striatum dan berfungsi untuk menghasikan gerakan halus
dan motorik. Sebagian besar penyakit Parkinson disebabkan hilangnya sel
yang memproduksi dopamine di substantia nigra. Ketika kadar dopamine
terlalu rendah, komunikasi antar 2 wilayah tadi menjadi tidak efektif, terjadi
gangguan pada gerakan. Semakin banyak dopamin yang hilang, maka akan
semakin buruk gejala gangguan gerakan ( Gunawan, Dalhar.,et. all, 2017).
2. Lewy bodies Ditemukannya Lewy bodies dalam substantia nigra adalah
karakteristik penyakit parkinson. Alpha-synuclein adalah komponen
structural utama dari Lewy bodies(Gunawan, Dalhar.,et. all, 2017).
 Berdasarkan etiologinya, dikenal beberapa
jenis penyakit Parkinson, yaitu :

Parkinsonisme Parkinsonisme akibat


idiopatik obat

Parkinsonisme pascaensefalitis &


Parkinsonisme pascastrok
Apa gejala penyakit parkinson?

Gejala Parkinson disebabkan adanya kerusakan jalur


nigrostriatal atau gangguan kerja dopamine dalam ganglia basalis.
Ganglia basalis merupakan bagian dari system ekstrapiramidal yang
mempengaruhi awal, modulasi dan akhir pergerakan, serta mengatur
gerak anautomatis. (Sylvia & Wilson, 2002).

1. Antikolinergik
2. Antagonis NMDA
3. Levodopa
Macanm- macam Obat
Anti Parkinson
4. Monoamine Oxidase B Inhibitor
5. Catechol-O-Methyltransferase Inhibitor
6. Agonis Dopamin
1. Antikolinergik

misal benzotrofin dan triheksifenidil, merupakan salah satu


terapi lini pertama yang efektif untuk mengontrol tremor
(Lyons, 2000). Selain untuk mengatasi tremor, anti kolinergik
juga dapat digunakan sebagai terapi dystonia (Chen, 2014).
 Triheksifenidil merupakan antimuskarinik
antiparkinsonian. Mekanisme kerjanya belum sepenuhnya
dipahami, diperkirakan memblok impuls efferent dan
menghambat pusat motor serebral.
 Efek Terapi : Obat antikolinergik khususnya bermanlaat
terhadap parkinsonisme akibat obat. Misalnya oleh
neuroleptik, termasuk juga antiemetik turunan lenotiazin,
yang menimbulkan gangguan ekstrapiramidal akibat
blokade reseptor DA di otak.
 Dosis : obat yang diberikan adalah sebagai berikut: Dewasa
(di atas 12 tahun) dan lansia, 250–500 mikrogram
sebanyak 3-4 kali sehari, tidak melebihi 2 mg
2. Antagonis NMDA Amantadine merupakan derivat
adamantan (simetris amin trisiklik).

 Mekanismenya belum sepenuhnya dipahami,


diperkirakan meningkatkan konsentrasi DA ekstraseluler
pada neuron dopaminergik, secara langsung merangsang
reseptor DA, atau meningkatkan sensitivitas reseptor DA
(McEvoy, 2011).
 Dosis : Pemberian amantadin dimulai dengan 100 mg
sehari. Jika pasien cukup toleran setelah 1 minggu dosis
dapat ditambah menjadi 2 kali 100 mg sehari dan
kemudian meniadi 3 kali 100 mg sehari. Tetapi menurut
Schwab dan kawan-kawan dosis lebih dari 200 mg sehari
tidak memperlihatkan kenaikan manlaat terapi yang
berarti.
3. Levodopa

 Dosis Levodopa
Berikut ini adalah rincian dosis penggunaan levodopa oral:
Mengobati penyakit Parkinson
Dewasa: Dosis awal 125 mg dua kali sehari. Setelah itu dosis dapat ditingkatkan
setiap 3-7 hari. Dosis maksimum 8 g per hari.
1. Mengobati penyakit Parkinson jika dikombinasikan bersama carbidopa
Dewasa: Dosis awal levodopa sebanyak 100 mg diminum 3 kali sehari. Dosis
pemeliharaan: 750 mg -2 gram levodopa setiap harinya.
Mengobati penyakit Parkinson jika dikombinasikan bersama benserazide Dewasa:
Dosis awal 50 mg, 3-4 kali sehari. Dosis pemeliharaan: 400-800 mg per hari.
Lansia: Dosis awal 50 mg, sekali sehari
 Efek Terapi : Kira-kira 75% pasien parkinsonisme berkurang gejalanya
sebanyak 50%. Hasil pengobatan pada orang-orang tertentu menakibatkan
terutama pada awal terapi.
4. Monoamine Oxidase B Inhibitor
Mekanisme Kerja : Selegilin menghambat
deaminasi dopamin sehingga kadar dopamin
di uiung saral dopaminergik lebih tinggi.
Selain itu ada hipotesis yang mengemukakan
bahwa selegilin mungkin mencegah
pembentukan neurotoksin endogen yang
membutuhkan aktivasi oleh MAO-B'
Secaraeksperimental pada hewan, selegilin
mencegah parkinsonisme akibat MPTP.
Dosis : Isocarboxazid
Efek Terapi : Pada pasien penyakit
Dewasa: 30 mg/hari. Dosis
Parkinson laniut penambahan selegilin pada
maksimum adalah 60 mg/
levodopa meringankan lenomen wearing off.
Lansia: 5-10 mg/hari.
Fenomen pasangsurut dan pembekuan gerakan
Phenelzine
tidak jelas dipengaruhi. Penambahan selegilin
Dewasa: 15 mg, 3 kali sehari.
memungkinkan pengurangan dosis levodopa 10-
Dosis dapat ditingkatkan setelah 2
30%. Dengan demikian elek samping levodopa
minggu.
berkurang. Pemberian selegilin tunggal pada
Tranylcypromine
awal penyakit agaknya menghambat
Dewasa: 10-20 mg, 2 kali sehari.
progresivitas penyakit Parkinson sehingga
Selegiline
menunda keperluan pengobatan dengan
Dewasa: 10 mg/hari, atau 6
levodopa ( Ganiswara, 1995 ).
mg/hari jika diberikan dalam
5. Catechol-O-Methyltransferase Inhibitor
Entacapone merupakan obat golongan
COMT inhibitor yang reversibel.
Entacapone menghambat enzim COMT
di jaringan perifer yang mengubah L-
Dopa menjadi metabolit yang tidak aktif,
yaitu 3-OMD, sehingga meningkatkan
distribusi L-Dopa ke sistem saraf pusat
(McEvoy, 2011 ).

Dosis :
Dosis oral untuk tambahan pengobatan levodopa pada penyakit parkinson
:Dewasa: 200 mg dengan setiap levodopa/dopa decarboxylase inhibitor.
Maksimal: 200 mg 8 kali sehari (1.600 mg setiap hari). Secara bertahap
kurangi dosis levodopa sekitar 10-30% atau meningkatkan interval
pemberian dosis dalam beberapa minggu pertama memulai pengobatan.
6. Agonis Dopamin

Dopamin Agonis yang bekerja langsung


pada DA resepto rmemiliki kelebihan
dibandingkan dengan L-Dopa, yaitu tidak
memerlukan konversi enzim untuk
menjadi metabolit aktif serta tidak
berkompetisi dengan senyawa lain yang
melalui transport aktif menuju darah dan
menembus sawar darah otak (Gunawan,
Dahlar, et.all, 2017 ).
Obat yang termasuk golongan ini ialah :
Dosis : Dosis awal apomorlin, piribedil, bromokriptin
penggunaan dopamin dan pergolin
adalah 2-5 mcg/kgBB Mekanisme Kerja Obat :
per menit, melalui Bromokriptin merangsang reseptor
infus. Dosis dapat dopaminergik. Obat ini lebih besar
ditingkatkan secara alinitasnya terhadap reseptor D2 dan
bertahap hingga 5-10 merupakan antagonis reseptor D1. Organ
mcg/kgBB per menit. yang dipengaruhi ialah yang memiliki
reseptor dopamin yaitu SSP,
kardiovaskular, poros hipotalamus-
hipofisis dan saluran cerna.
• Efek Samping penggunaan obat
Antiparkinson
Beberapa gejala yang terjadi pada pasien
parkinsonism diduga merupakan efek samping dari
obat antiparkinsom yang digunakan. Levodopa
mrmiliki efek samping sulit tidur, mimpi buruk,
halusinasi, dan hipotensi ortostatik. Levodopa
pramipexole mempunyai efek samping pusing dan
mual. Levodopa ropinirole memiliki efek samping
konstipasi. Levodopa triheksifenidil memiliki efek
sampuing pusing, mual, dan konstipasi(Barcia,2013).
• Penyakit Alzhaimer?
Penyakit Alzheimer adalah penyakit
degenerasi neuron kolinergik yang merusak
dan menimbulkan kelumpuhan, terutama
menyerang orang yang berusia 65 tahun
keatas. Penyakit Alzheimer dikarenakan
menurunnya somatostatin dan
neurotoksititasdari aluminium yang
menurun pada pasien penyakit Alzheimer.
Penyakit Alzheimer merusak sels araf pada
otak. Penderita bisa lumpuh, pikun,
kemudian meninggal (Muttaqin, 2008).
 Terdapat dua gambaran khas yang ditemukan dalam otak pasien
penyakit Alzheimer, yaitu :

1. Plaksenilis yang terdiri atas deposit β-amiloidektraseluler, suatu peptide


yang dibentuk oleh pembelahan precursor protein β- amiloid. Deposit β-
amiloid abnormal juga ditemukan dalam pembuluh darah.

2. Kekusutan neurofibriler adalah gumpalan serabut abnormal


yang padat dalam sitoplasma neuron yang mengandung suatu
bentuk yang berbeda dari protein yang berhubungan dengan
mikrotubulus yaitu τ. Baik plaksenilis maupun kekusutan neurofibriler
tidak spesifik bagi penyakit Alzheimer.
Penyebab ataupun faktor yang menyebabkan seseorang menderita penyakit
Alzheimer antara lain sebagai berikut:

Riwayat
keluarga

Pendidikan
Usia dan pekerjaan

Traumatic
Brain
Injury
(TBI)
Apa gejala penyakit Alzhaimer?
Gangguan memori Muncul pada tahap awal, gangguan
memori hal-hal yang baru lebih berat
dari yang lama, memori verbal dan
visual juga terganggu, memori
procedural relative masih baik
Gangguan perhatian Muncul pada tahapawal, sulit untuk mengubah
mental set, sulit untuk mendorong perhatian
dan perservasi, gangguan untuk
mempertahankan gerakan yang terus menerus
Gangguan fungsi visuo- Muncul pada tahap awal, gangguan dalam hal
menggambat dan mencari.menemukan alur
spasial
Gangguan dalam pemecahan Muncul pada tahapawal, gangguan
masalah halabstraksi dan menyatakan pendapat
Gangguan dalam kemampuan Muncul pada tahap awal
berhitung
Gangguan kepribadian Kehilangan rem, agitasi, mudah tersinggung

Gangguan isipikiran Waham


Gangguan afek Depresi
Gangguan berbahasa Sulit menemukan kata yang tepat, artikulasi
dan komprehensi relative masih baik
Gangguan persepsi Gangguan visual, peng hiduan, dan
pendengaran :halusinasi, ilusi
Gangguan praksis Apraksiaideasional dan ideomotor
Gangguan kesadaran dari Menolak pendapat bahwa diasakit, mungkin
penyakit diikuti waham,konfabulasi, dan indifference
Gangguan kemampuan sosial Muncul dikemudian hari
Defisit motoric Muncul dikemudian hari, relative ringan
Inkontinensiaurin dan alvi Muncul dikemudian hari

Kejang/epilepsy Muncul dikemudian hari


1. Usia kebanyakan penderita berusia 65 tahun
keatas
2. Faktor genetic : mutase gen protein precursor
amyloid, gen presenilin 1 dan 2, serta apolipo
Factor-faktor risiko protein E 4.
penyakit Alzheimer
antara lain : 3. Faktor lingkungan seperti riwayat cedera
kepala berat
4. Penyakit metabolic : obesitas, hiperlipidemi,
dan diabetes mellitus
(Dewanto, 2009).

Macam - macam obat


1. Donepezil
allzhaimer 2. Takrin
3. Rivastigmine
4. Galatamin

Beberapa gejala yang terjadi pada pasien


Alzheimer merupakan efek samping dari obat Alzheimer
Efek samping obat
alzhaimer yang digunakan. Donepezil memiliki efek samping seperti
insomnia, muntah, diare, dan infeksi. Rivastigmin
memiliki efek samping seperti gangguan pencernaan,
mempemgaruhi kemampuan koorinasi otak. Galantamin
juga memiliki efek samping seperti ada beberapa reaksi
pada kulit, seperti ruam-ruam.(Connolly,2014)
Mekanisme Obat-Obat Alzheimer
• Takrin
Merupakan suatu obat yang menarik perhatikan karena diklaim dapat menghilangkan
sejumlah simtodemensiatipe Alzheimer. Takrin dapat memacuneurosekresi dan motorendplates .
Takrin merupakan suatu senyawa antikolinesterase sentral, penelitian menunjukan bahwa takrin
dapat menghambat progresivitas penyakit Alzheimer ( Marquis, 1990 ).
• Donepezil
Merupakan antikolinesterase piperidine yang digunakan untuk pengobatan penyakit
Alzheimer ringan hingga sedang. Donepezil merupakan inhibitor selektif penghambat
asetilkolinesterase yang dihidrolisis dalam beberapa menit. Menghasilkan perubahan kognitif pada
pasien Alzheimer ( Rogers et all, 1996 ).
• Rivastigmine
Mekanisme kerja pada pasien yang hiper sensitive terhadap turunan carbamate,
sebaiknya rivastigmine tidak diberikan. Sedangkan pada pasien yang mempunyai riwayat asma atau
obstructive pulmonary disease, rivastigmine bias digunakan. Rivastigmine juga biasanya digunakan
pada pasien dementia tipe Alzheimer yang tidak sensitive terhadap acetylcholinesterase specific
inhibitor (Ikawati,2004).
• Galatamin
Mekanisme kerja galantamine bekerja selain utntuk menghambat acetylcholinesterase,
juga berperan sebagai allosterically potentiating ligand pada nicotinic acetylcholine reseptor.
Galantamine dapat memperbaiki nicotinic cholinergic neurotransmitter yang akan berdampak baik
dalam perbaikan fungsi kognitif (Ikawati,2004).
Masing - masing dosis Obat – 0bat Alzheimer

• Takrin
dosis awalnya 10 mg empat kali sehari. dokterdapat meningkatkan dosis secara bertahap jika hati
namun dosisnya tidak lebih dari 40 mg

Donepezil
Dosis Donepezil, untuk kondisi demensia ringan, dosis awal dewasa dan lansia adalah 5 m, diminum
1 kali sehari sebelum tidur malam. Jika di perluakan, setelah 4-6 minggu penggunaan, dosis dapat
ditingkatkan hingga 10 mg, 1 kali sehari. Untuk kondisi deminsia sedang hingga parah, dosis awal
adalah 5 mg/hari. Setelah 4-6 minggu dosis dapat ditingkatkaan hingga 10 mg/hari (Connolly,2014).

• Rivastigmine
dosis 1,5 mg dua kali sehari, ditingkatkan sebesar 1,5mg dua kali sehari dalam waktu sekurang-
kurangnya 2 minggu menurut respond yang baik, tentang dosis lazim 3-6 mg dua kali sehari,
maksimal 6 mg dua kali sehari

Galatamin
dosis awal 4 mg dua kali sehariselama 4 minggu ditingkatkan menjadi 8 mg dua kali sehari selama 4
minggu dosis rumatan 8-12mg
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai