DisusunOleh:
Kelompok 15
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan hidayah-
Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Obat Antiparkinson dan Alzheimer” sebagai bentuk pengajuan tugas dari mata
kuliah Farmakologi oleh Ibu Herlina M.Kes., Apt.
Setelah bergelut dengan perjuangan yang panjang, makalah ini akhirnya dapat
rampung juga. Tentu saja, kami sebagai tim penyusun makalah ini sangat bersyukur
atas rampungnya makalah ini. Kami menghaturkan syukur yang paling dalam bagi
Allah Yang Maha Pembimbing. Kami pun juga ingin menyampaikan terima kasih
kepada pihak-pihak yang terlibat untuk memberi dukungan bagi kami dalam
penyelesaian makalah ini.
Harapan kami, makalah ini bisa memberikan manfaat sebesar mungkin bagi
siapa pun yang membacanya. Semoga para pembaca juga berkenan memaafkan jika
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan. Kami pun akan merasa lebih
senang jika ada pembaca yang berkenan memberikan saran dan kririk membangun
bagi kami. Jadi, di penyusunan makalah berikutnya, kami bisa menyajikan sesuatu
yang lebih baik. Terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………...i
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………....2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.2 Etiologi………………………………………………………………………..3
2.2.2 Etimologi……………………………………………………………………..21
ii
2.2.3 Farmakodinamik Obat Alzheimer………………………………………...21-24
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………29
3.2 Saran……………………………………………………………………………..29
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Apa saja penggolongan obat Antiparkinson dan Alzheimer?
5. Bagaimana dosis obat Antiparkinson dan Alzheimer?
6. Apa efek samping, indikasi, farmakologi dari obat Antiparkinson dan
Alzheimer?
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.2 Etiologi
3
1. Parkinsonisme idiopatik:
Secara patologis ditemukan degenerasi di substansi anigra dan di
lintasan dopaminergic nigro-striatal (dari substanti anigrake
nucleus kaudatus dan putamen). Deplesi dopamine di striatum
menyebabkan aktivitas kolinergik yang berlebihan dan dapat
mengontribusikan gejala Parkinson (khususnya tremor).
2. Parkinsonisme akibat obat :
toksitas (ESO) obat-obat tertentu dapat menimbulkan gejala
Parkinsonisme antara lain:
a. Butirofenon, dan
b. Fenotiazin (suatu trankuilizer)
Kedua obat tersebut mungkin bekerja dengan menghambat
reseptor dopamine.
c. Reserpin
Merupakan perangsang yang sangat efektif untuk timbulnya
gejala parkinsonisme, terutama pada penggunaan dalamdosis
tingg. Hal ini kemungkinan karena reserpine menyebabkan
pengosongan simpanan transmitter dopamine. Toksisitas ini
bersifat sementara yang dapat hilang dengan menurunkan dosis
atau menghentikan obat penyebab.
d. MPTP (1-metil-4-fenil-1,2,5,6-tetrahydropyridin)
4
Timbulnya parkinsonisme sering ditemukan pada fase
pascaensefalitik dikarenakan daerah otak yang terkena
mengandung kusut neurofibrillary yang dapat menghambat atau
merusak system saraf otak.
4. Parkinsonisme pascastrok
Merupakan penyakit kelainan pembuluh darah di otak, kondisi ini
terjadi akibat adanya plak aterosklerosis yang menyumbat
pembuluh darah di otak sehingga bisa terjadi stroke. Saat stroke
terjadi banyak jaringan otak yang mengalami kematian hingga
tidak dapat berfungsi seperti sediakala.
1. Obat Antikolinergik
Obat ini menghambat secara kompetitif reseptor muskarinik di
dalam otak, termasuk yang terdapat dalam system ekstrapiramidal.
Obat-obat ini efektif untuk mengurangi tremor pada parkinsonisme,
tetapi efeknya tidak kuat pada bradikinesia
parkinsonisme.Diberikan secara oral. Penggunaan antikolinergik
harus di awasi atau dihindari oleh pasien Parkinson berusia lebih
dari 70 tahun karena dapat menyebabkan terjadinya perkembangan
efek samping yang tidak dapat ditoleransi, peningkatan risiko
memburuknya fungsi kognitif, serta munculnya masalah
neuropsikiatrik. Antikolinergik dapat digunakan sebagai terapi
tunggal maupun kombinasi dengan L-Dopa atau antiparkinson lain
(Collins, 2015).
Peningkatan aktivitas kolinergik tersebut dianggap
memberikan kontribusi terhadap terjadinya tremor pada
Parkinson.Antikolinergik, missal benztropin dan triheksifenidil,
merupakan salah satu terapi lini pertama yang efektif untuk
mengontrol tremor (Lyons,2000).
Reseptor-reseptor muskarinik, yang merupakan reseptor
kolinergik, berperan dalam respons jaringan dan organ terhadap
5
antikolinergik, karena antikolinergik menghambat kerja asetilkolin
dengan menempati tempat reseptor-reseptor ini. Gambar 1.1.
menggambarkan kerja obat-obat antikolinergik tersebut. Obat-obat
antikolinergik dapat menghambat efek parasimpatomimetik yang
bekerja langsung, seperti betanekol dan pilokarpin, dan dapat
menghambat parasimpatomimetik yang bekerja tidak langsung,
seperti fisostigmin dan neostigmin.
6
Farmakokinetik : Tidak banyak data larmakokinetik yang
diketahui mengenai obat-obat ini. Hal ini dapat dimengerti
sebab saat obat ditemukan, farmakokinetika belum
berkembang, Sekarang obat ini kurang diperhatikan setelah ada
levodopa dan bromokriptin. Kadar puncak triheksifenidil,
prosiklidin dan biperiden tercapai setelah 1-2 jam. Masa paruh
eliminasi terminal antara 10 dan 12jam, Jadi sebenarnya
pemberian 2 kali sehari rnencukupi, tidak 3 kali sehari
sebagaimana dilakukan saat ini ( Ganiswara, 1995 ).
Efek Terapi : Obat antikolinergik khususnya bermanlaat
terhadap parkinsonisme akibat obat. Misalnya oleh neuroleptik,
termasuk juga antiemetik turunan lenotiazin, yang
menimbulkan gangguan ekstrapiramidal akibat blokade
reseptor DA di otak. Pengalaman di klinik menunjukkan bahwa
pemberian antikolinergik lebih elektil daripada levodopa untuk
mengatasi gejala ini. Penambahan antikolinergik golongan ini
secara rutin pada pemberian neuroleptik tidak dibenarkan,
antara lain disebabkan kemungkinan timbulnya akinesia tardif.
Belum jelas perbedaan efek terapi antar obat antikolinergik
tetapi jelas ada perbedaan keterterimaan obat antar individu,
Triheksitenidil juga memperbaiki gejala beser ludah
(sialorrhoea) dan suasana perasaan (mood). Selain pada
penyakit Parkinson, triheksifenidil dapat pula digunakan pada
sindrom atetokoriatik, tortikolis spaslik dan spasme lasialis;
demikian juga lurunannya. Obat-obat ini digunakan sebagai
pengganti triheksilenidil bila terjadi toleransi. Berbeda dengan
yang lain, prosiklidin masih boleh digunakan pada pasien
glaukoma dan hipertropi prostat dengan pengawasan ketat.
Triheksilenidil terutama berpengaruh baik terhadap tremor,
tetapi bradikinesia/akinesia dan rigiditas juga membaik. Secara
keseluruhan triheksilenidil tidak seelektif levodopa pada
penyakit Parkinson bukan karena obat ( Ganiswara, 1995 ).
7
Dosis : obat yang diberikan adalah sebagai berikut: Dewasa (di
atas 12 tahun) dan lansia, 250–500 mikrogram sebanyak 3-4
kali sehari, tidak melebihi 2 mg.
2. Antagonis NMDA
Amantadine merupakan derivat adamantan (simetris amin
trisiklik).
Farmakodinamik : Mekanismenya belum sepenuhnya
dipahami, diperkirakan meningkatkan konsentrasi DA
ekstraseluler pada neuron dopaminergik, secara langsung
merangsang reseptor DA, atau meningkatkan sensitivitas
reseptor DA (McEvoy, 2011).
Dosis : Pemberian amantadin dimulai dengan 100 mg
sehari. Jika pasien cukup toleran setelah 1 minggu dosis
dapat ditambah menjadi 2 kali 100 mg sehari dan kemudian
meniadi 3 kali 100 mg sehari. Tetapi menurut Schwab dan
kawan-kawan dosis lebih dari 200 mg sehari tidak
memperlihatkan kenaikan manlaat terapi yang berarti.
3. Levodopa
8
Pada penderita Parkinson berdasarkan replesi kekurangan
Dopamin di striatum. Terdapat beberapa jenis reseptor
dopamine yaitu, reseptor D1 dan D2. Levodopa di otak
dikonversi melalui dekarboksilasi menjadi DA oleh l-amino
acid decarboxylase (L-AAD). Dopamin hasil konversi
tersebut kemudian disimpan di neuron presinaps sampai
kemudian dirangsang untuk dilepaskan ke celah sinaps,
kemudian akan berikatan dengan reseptor D1 dan D2.
Aktivitas DA diakhiri dengan reuptake ke neuron presinaps
melalui DA transporter atau dimetabolisme oleh MAO
dan COMT ( Ganiswara, 1995 ).
Farmakokinetik : Levodopa cepat diabsorpsi secara aktil
terutama dari usus halus. Kecepatan absorpsi sangat
tergantung dari kecepatan pengosongan lambung. yang
mencapai sirkulasi darah relatil sedikit karena : (1) levodopa
cepat mengalami pemecahan dalam lambung; (2) dirusak
oleh llora usus dalam dinding usus bigian distat;93n tS)
lambatnya mekanisme absorpsi di bagian distal duodenum.
Absorpsi juga dihambat oleh makanan tinggi protein akibat
kompetisi asam amino dengan levodopa dalam absorpsi
maupun transport ke otak. Levodopa yang dapat mencapai
sirkulasi kira-kira 22-gO% dosis-oral; sedangkan 60% atau
lebih mengalami biotransformasi di saluran cerna dan hati.
Hati mengandung sangat banyak enzim dopa-dekarbokpilase
(dekarboksilase asam amino-l-aromatik, DC). Selain di hati,
enzim ini tersebar di berbagaijaringan, juga dalam dinding
kapifer di otak ( Ganiswara, 1995 ).
Efek Terapi : Kira-kira 75% pasien parkinsonisme
berkurang gejalanya sebanyak 50%. Hasil pengobatan pada
orang-orang tertentu menakibatkan terutama pada awal
terapi. Boleh dikatakan semua gejala dan tanda membaik,
kecuali demensia dan instabilitas postural. Perbaikan terjadi
9
pada gejala bradikinesia dan rigiditas, lremor sedikit
diperbaiki atau malah memburuk karena berkurangnya
rigiditas. Manifestasi sekunder motorik yaitu ekspresi wajah,
bicara, menulis, menelan dan pernapasan mernbaik secara
proporsional dengan perbaikan rigiditas dan bradikinesia.
Kebanyakan pasien membaik alam perasaannya (mood).
Pada awal pengobalan pasien yang apatis berubah menjadi
bersemangat. Kewaspadaan membaik dan merasa segar. Hal
ini terlihat pada perbaikan lungsi mental, meningkatnya
perhatian pada diri sendiri, keluarga dan lingkungan
(Ganiswara, 1995).
Dosis Levodopa
Berikut ini adalah rincian dosis penggunaan levodopa oral:
Mengobati penyakit Parkinson
Dewasa: Dosis awal 125 mg dua kali sehari. Setelah itu
dosis dapat ditingkatkan setiap 3-7 hari. Dosis maksimum 8
g per hari.
Mengobati penyakit Parkinson jika dikombinasikan
bersama carbidopa
Dewasa: Dosis awal levodopa sebanyak 100 mg diminum 3
kali sehari. Dosis pemeliharaan: 750 mg -2 gram levodopa
setiap harinya.
Mengobati penyakit Parkinson jika dikombinasikan
bersama benserazide
Dewasa: Dosis awal 50 mg, 3-4 kali sehari. Dosis
pemeliharaan: 400-800 mg per hari.
Lansia: Dosis awal 50 mg, sekali sehari.
Banyak efek samping yang terjadi akibat dosis tinggi ini,
yaitu mual, muntah, diskinesia, hipotensi ortostatik, aritmia
jantung, dan psikosis. Levodopa mempunyai waktu paruh
yang singkat (1-2 jam) sehingga obat harus dipakai 3-4 kali
sehari. Obat ini mula-mula diberikan dalam dosis rendah
10
selama seminggu dan secara bertahap ditingkatkan dalam
beberapa minggu. Biasanya diperlukan waktu 2-4 bulan
untuk mencapai efek maksimum dari obat. Karena efek
samping dari levodopa dan kenyataan bahwa begitu banyak
levodopa yang dimetabolisme sebelum mencapai otak,
maka dikembangkan suatu obat alternative, yaitu karbidopa
yang menghambat enzim dopa dekarboksilase. Dengan
menghambat enzim ini di perifer, maka lebih banyak
levodopa yang sampai ke otak. Karbidova dikombinasi
dengan levodopa dalam perbandingan 1 bagian karbidopa
dengan 10 bagian levodopa. Gambar 1.2. meringkaskan
perbandingan kerja levodopa dengan karbidova-levodopa
(Tan, HT. 2007).
11
Monoaminoksidase B inhibitor merupakan salah satu terapi lini
pertama untuk mengatasi gejala Parkinson (Tuite,2003).
Monoamine Oksidase B inhibitor dengan struktur molekul
propargilamin telah diteliti memiliki sifat neuroprotektif.Obat
golongan ini menghambat deaminas ioksidatif DA yang
menghasilkan hydrogen peroksida dan akhirnya radikal bebas dapat
merusak neuron nigostriatal. Seleginele dan rasagiline merupakan
contoh obat Monoamin Oksidase B Inhibitor. Selegiline memiliki
keuntungan untuk mengatasi gejala Parkinson stadium awal.
PenghambatCatechol-O-Methyltransferase(Catechol-O
Methyltrans ferase Inhibitor) Catechol-O-Methyltransferase
Inhibitor, misal entacapone dan tolcapone, telah dikembangkan
sebagai terapi parkinsonism yang digunakan untuk meningkatkan
efek L-Dopa (Pahwa, 2006).
Mekanisme Kerja : Selegilin menghambat deaminasi
dopamin sehingga kadar dopamin di uiung saral
dopaminergik lebih tinggi. Selain itu ada hipotesis yang
mengemukakan bahwa selegilin mungkin mencegah
pembentukan neurotoksin endogen yang membutuhkan
aktivasi oleh MAO-B' Secaraeksperimental pada hewan,
selegilin mencegah parkinsonisme akibat MPTP.
Mekanisme lain diduga berdasarkan pengaruh metabolitnya
yaitu Ndesmetil selegilin, L-metamfetamin dan L-
amletamin. lsomer ini 3-10 kali kurang poten dari bentuk D.
Metamfetamin dan amletamin menghambat ambilan
dopamin dan meningkatkan penglepasan dopamine (
Ganiswara, 1995 ).
Efek Terapi : Pada pasien penyakit Parkinson laniut
penambahan selegilin pada levodopa meringankan lenomen
wearing off. Fenomen pasangsurut dan pembekuan gerakan
tidak jelas dipengaruhi. Penambahan selegilin
memungkinkan pengurangan dosis levodopa 10-30%.
12
Dengan demikian elek samping levodopa berkurang.
Pemberian selegilin tunggal pada awal penyakit agaknya
menghambat progresivitas penyakit Parkinson sehingga
menunda keperluan pengobatan dengan levodopa (
Ganiswara, 1995 ).
Phenelzine
Tranylcypromine
Selegiline
5. Catechol-O-Methyltransferase Inhibitor
13
Entacapone merupakan obat golongan COMT inhibitor yang
reversibel. Entacapone menghambat enzim COMT di jaringan
perifer yang mengubah L-Dopa menjadi metabolit yang tidak aktif,
yaitu 3-OMD, sehingga meningkatkan distribusi L-Dopa ke
sistem saraf pusat (McEvoy, 2011 ).
Dosis : Dosis oral untuk tambahan
pengobatan levodopa pada penyakit Parkinson :
Dewasa: 200 mg dengan setiap levodopa/dopa decarboxylase
inhibitor.
Maksimal: 200 mg 8 kali sehari (1.600 mg setiap hari). Secara
bertahap kurangi dosis levodopa sekitar 10-30% atau meningkatkan
interval pemberian dosis dalam beberapa minggu pertama memulai
pengobatan.
6. Agonis Dopamin
14
Beberapa zat kimia memiliki sifat dopaminergik, dengan
mekanisme kerja
merangsang reseptor dopaminergik sentral.
Obat yang termasuk golongan ini ialah : apomorlin,
piribedil, bromokriptin dan pergolin.
Mekanisme Kerja Obat : Bromokriptin merangsang
reseptor dopaminergik. Obat ini lebih besar alinitasnya
terhadap reseptor D2 dan merupakan antagonis reseptor D1.
Organ yang dipengaruhi ialah yang memiliki reseptor
dopamin yaitu SSP, kardiovaskular, poros hipotalamus-
hipofisis dan saluran cerna. Elektivitas bromokriptin pada
penyakit parkinson cukup nyata dan lebih nyata lagi pada
pasien dengan derajat penyakit lebih berat. Kenyataan ini
didukung oleh fakta : (1) efek terapi bromokriptin tidak
tergantung dari enzim dekarboksilase; pada penyakit
Parkinson terdapat defisiensi enzim tersebut di ganglia
basal dan respons terapi levodopa biasanya kurang
memuaskan dalam keadaan penyakit yang berat; (2)
bertambah beratnya penyakit akan lebih meningkatkan
sensitivitas reseptor dopaminergik (supersensitivitas
denervasi) (Sulistia, 1995).
Dosis : Dosis awal penggunaan dopamin adalah 2-5
mcg/kgBB per menit, melalui infus. Dosis dapat
ditingkatkan secara bertahap hingga 5-10 mcg/kgBB per
menit.
15
memiliki efek samping konstipasi. Levodopa triheksifenidil memiliki efek
sampuing pusing, mual, dan konstipasi (Barsia, 2013).
16
17
2.1.6 Gejala Penyakit Parkinson
Gejala klinis dari penyakit Parkinson dapat berupa gejala motorik dan
nonmotorik. Gejala motorik penyakit. Parkinson yang khas dan umumnya dikenal
sebagai parkinsonisme, terdiri dari empat gambaran utamaya itu brandikinesia,
tremor istirahat, rigiditas, dan gangguan postural maupun gait. Brandikines
iaialah melambatnya pergerakan dengan berkurangnya secara progresif amplitude
atau kecepatan saat dilakukannya gerakan yang bergantian. Perlu dibedakan
antara brandikinesia yang sesungguhnya dengan lambatnya gerakan tubuh yang
biasa terdapat pada pasien dengan menurunnya kekuatan otot (paresis),
spastisitas, atau kurangnya motivasi (misal oleh depresi). Brandikinesia dapat juga
di evaluasi secara umum saat pasien melakukan gerakan spontan seperti duduk,
berdiri dari kursi, atau berjalan. Bentuk brandikinesia yang lainnya ialah
hipomimia (berkurangnya ekspresi wajah dan mengedip mata, wajah topeng),
18
hipofonia (suara yang pelan), mikrografia (tulisan yang menjadi kecil), dan
kesulitan menelan. Tremor saat istirahat dimana gerakan osilatorin volunterritmik
yang muncul pada ektreminitas saat relaksasi dan bertumpu pada suatu
permukaan yang menghilangkan pengaruh gaya gravitasi pada ekstreminitas
tersebut. . Tremor paling baik diobservasi saat pasien difokuskan pada hal yang
lain seperti menghitung mundur dengan mata tertutup, dimana hal ini
memfasilitasi relaksasi dari otot-otot tubuh. Rigiditas yang dimaksudkan
ialahpeningkatan tonus otot saat pemeriksaan dengan gerakan pasif dari bagian
yang terlibat (anggota gerak atau leher), baik kelompok otot fleksor dan
ekstensor. Gangguan postural dan gait dimanapasien. Parkinson
biasanyamemilikiposturtubuh yang membungkuk yang disebabkan hilangnya
refleks postural. Berkurangnya gerakan mengayuntangan saat berjalan, lambat
dalam memutar tubuh dan dilakukan dengan beberapa langkah kecil. Gejala non-
motorik dapat muncul mendahului gambaran motorik yang khas. Gejala initer
kadang tidak disadari dan dapat membantu diagnosis pada awal perjalanan
penyakit. Parkinson. Gejala ini diantaranya seperti hiposmia, gangguan tidur saat
fase rapid eye movement, gangguan prilaku, konstipasi, dan depresi( Muliawan,
Jehosua,et.all, 2018 ).
19
1) Hilangnya pigmentasi neuron dopamine pada substantia nigra Dopamin
berfungsi sebagai pengantar antara 2 wilayah otak, yakni antara substantia
nigra dan korpus striatum dan berfungsi untuk menghasikan gerakan halus
dan motorik. Sebagian besar penyakit Parkinson disebabkan hilangnya sel
yang memproduksi dopamine di substantia nigra. Ketika kadar dopamine
terlalu rendah, komunikasi antar 2 wilayah tadi menjadi tidak efektif, terjadi
gangguan pada gerakan. Semakin banyak dopamin yang hilang, maka akan
semakin buruk gejala gangguan gerakan ( Gunawan, Dalhar.,et. all, 2017).
2) Lewy bodies Ditemukannya Lewy bodies dalam substantia nigra adalah
karakteristik penyakit parkinson. Alpha-synuclein adalah komponen
;structural utama dari Lewy bodies(Gunawan, Dalhar.,et. all, 2017).
20
Penyakit ini juga sering disebut Dementia senilis yaitu penyakit yang
melumpuhkan kemampuan otak sehingga orang tua bertingkahlaku kekanak-
kanakan. Penyakit Alzheimer ini salah satunya terjadi karena zat kimia
Acetylcholine mengalami gangguan dalam produksinya. Pedahal zat inilah yang
memainkan peranan penting dalam menggerakan kerja otak. Zat ini berfungsi
sebagai transmitter menghubungkan sinyal-sinyal antara sel-sel pembuluh saraf
yang ada pada otak (Muttaqin, 2008).
2.2.2 Etimologi
Terdapat dua gambaran khas yang ditemukan dalam otak pasien penyakit
Alzheimer, yaitu :
Mekanisme kerja obat, pada umunya obat bekerja dengan reseptor pada
permukaan sel atau enzim (yang mengatur laju reaksi kimia ) dalam sel.
21
Reseptor NMDA yang terletak di medulla spinalis terlibat
dalam penghantaran transmisi signal nyeri. Karenanya,
antagonisnya yaitu ketamin. Selain itu, reseptor NMDA juga
terlibat dalam patofisiologi beberapa penyakit, terutama yang
manifestasinya berupa degenerasi sel saraf, seperti penyakit
Alzheimer. Hal ini disebabkan karena stimulasi yang berlebihan
pada reseptor NMDA oleh glutamate dapat menyebabkan
masuknya ion Ca secara berlebihan kedalam sel saraf yang
kemudian memicu peristiwa biokimia yang menyebabkan
kematian sel saraf yang disebut eksitotoksisitas. Jika reseptor
NMDA di blockade, tentu akan mengurangi kejadian kematian sel
saraf sehingga bias mencegah penyakit-penyakit akibat degenerasi
sel saraf (Ikawati, 2014).
22
2. Donepezil
3. Rivastigmine
23
4. Galatamin
Mekanisme kerja galantamine bekerja selain utntuk
menghambat acetylcholinesterase, juga berperan sebagai
allosterically potentiating ligand pada nicotinic
acetylcholine reseptor. Galantamine dapat memperbaiki
nicotinic cholinergic neurotransmitter yang akan
berdampak baik dalam perbaikan fungsi kognitif
(Ikawati,2004).
Dosis : awal 4 mg dua kali sehari selama 4 minggu
ditingkatkan menjadi 8 mg dua kali sehari selama 4
minggu, dosis rumatan 8-12 mg.
24
2.2.6 Gejala Penyakit Alzheimer
25
pemecahan masalah dan menyatakan pendapat
Gangguan dalam Muncul pada tahap awal
kemampuan berhitung
Gangguan kepribadian Kehilangan rem, agitasi, mudah tersinggung
Gangguan isipikiran Waham
Gangguan afek Depresi
Gangguan berbahasa Sulit menemukan kata yang tepat, artikulasi dan
komprehensi relative masih baik
Gangguan persepsi Gangguan visual, peng hiduan, dan pendengaran
:halusinasi, ilusi
Gangguan praksis Apraksiaideasional dan ideomotor
Gangguan kesadaran dari Menolak pendapat bahwa diasakit, mungkin diikuti
penyakit waham,konfabulasi, dan indifference
Gangguan kemampuan Muncul dikemudian hari
social
Defisit motoric Muncul dikemudian hari, relative ringan
Inkontinensiaurin dan Muncul dikemudian hari
alvi
Kejang/epilepsy Muncul dikemudian hari
26
terjadinya penyakit, yaitu apolipoprotein E ε4. Sedangkan gen determinan secara
langsung menyebabkan demensia alzheimer, terdiri dari tiga protein yaitu amyloid
precursor protein (APP), presenilin-1 (PSEN-1), dan presenilin-2
(PSEN2).Penyakitalzheimer yang disebabkanolehketigavariasideterminandisebut
autosomal dominant alzheimer’s disease (ADAD).
27
mengakibatkan hilangnya kesadaran.Trauma Cedera Otak dikaitkan
dengan dua kali risiko mengembangkan Alzheimer dan demensia
lainnya dibandingkan dengan tidak ada cedera kepala. (Nisa, K. dan
Rika Lisiswanti, 2016)
28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dengan adanya tugas ini penulis dapat lebih memahami tentang bagaimana
penyakit Parkinson dan Alzheimer dan juga dapat melakukan perawatan yang
baik serta menegakkan asuhan keperawatan yang baik dengan adanya hasil
makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk menambah
wawasan dari ilmu yang telah didapatkan dan lebih baik dari sebelumnya.
29
DAFTAR PUSTAKA
alz.org.Availableat:https://www.alz.org/dementia/downloads/topicsheet_tb
i.pdf [Accesed 3 September 2020].
Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Cara Penyakit Saraf. Jakarta. EGC.
Ganiswara, Sulistia G, dkk. 1995, Farmakologi dan Terapi, Gaya Baru, Jakarta,
Indonesia.
Gunawan, G., Dalhar, M., & Kurniawan, Shahdevi N, 2017, Parkinson dan Terapi
Muliawan, E., Jehosua, S., & Tumewa, R., 2018, Diagnosis dan Terapi Deep
30
Brain Simulatio Pada Penyakit Parkinson, Jurnal Sinaps, Vol. 1, hal. 67-
84.
Nisa, Kandita M., & Lisiswanti, R., 2016, Faktor Risiko Demensia Alzheimer,
Tan HT, Rahardja K. 2007. Obat-obat penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek
hal.983.
Kedokteran EGC.
Rogers, S.L, Friedhoff, L.T & The Donepezil Study Group. 1996, The efficacy
Sylvia, A.P & Wilson, M, Lorraine. 2002, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
31
MAKALALAH FARMAKOLOGI
OBAT ANTIPARKINSON DAN ALZHEIMER
DisusunOleh Kelompok 15 :
Cindy Viola 08061381924076
NurnailiChoirunnisa 08061381924078
Fadillah Randasari 08061381924072
Adelia Vionita 08061381621066
Adelia Nursafaah 08061381924071
Dwi Tari Putri 08061381924073
Apa itu penyakit parkinson
dan Alzhaimer?
Penyakit Parkinson (Paralysis agitans) adalah suatu sindrom kelainan Gerakan
neurologisidiopatik yang di karakteristikan dengan bradykinesia, tremor dalam
keadaan istirahat (resting tremor), rigiditas dan bentuk tubuh yang tidak stabil
(postural instability). Gerakan halus yang memerlukan koordinasi kerja otot rangka
(seperti menyuap makanan, mengancingkan baju dan menulis) sukar dilakukan pasien.
Dengan demikian pasien sangat bergantung pada bantuan orang lain dalam kegiatan
hidup nya sehari-hari. Selain gejala utama tersebut sering ditemukan gangguan system
otonom berupa sialorea dan hyperhidrosis. Parkinson merupakan penyakit saraf ke-4
yang tersering pada usia lanjut (Rahardjo, 2008).
Penyebab Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson terjadi karena penurunan kadar dopamin yang
massif akibat kematian neuron di substansianigra pars kompakta. Dopamin
merupakan salahsatu neurotransmitter utama diotak yang memainkan
banyak fungsi berbeda di susunan saraf. Respon motorik yang abnormal
disebabkan oleh karena penurunan yang sifatnya progesif dari
neurotransmitter dopamin.
Secara umum, 2 temuan neuropatologis mayor pada penyakit Parkinson adalah:
1. Hilangnya pigmentasi neuron dopamine pada substantia nigra Dopamin
berfungsi sebagai pengantar antara 2 wilayah otak, yakni antara substantia
nigra dan korpus striatum dan berfungsi untuk menghasikan gerakan halus
dan motorik. Sebagian besar penyakit Parkinson disebabkan hilangnya sel
yang memproduksi dopamine di substantia nigra. Ketika kadar dopamine
terlalu rendah, komunikasi antar 2 wilayah tadi menjadi tidak efektif, terjadi
gangguan pada gerakan. Semakin banyak dopamin yang hilang, maka akan
semakin buruk gejala gangguan gerakan ( Gunawan, Dalhar.,et. all, 2017).
2. Lewy bodies Ditemukannya Lewy bodies dalam substantia nigra adalah
karakteristik penyakit parkinson. Alpha-synuclein adalah komponen
structural utama dari Lewy bodies(Gunawan, Dalhar.,et. all, 2017).
Berdasarkan etiologinya, dikenal beberapa
jenis penyakit Parkinson, yaitu :
1. Antikolinergik
2. Antagonis NMDA
3. Levodopa
Macanm- macam Obat
Anti Parkinson
4. Monoamine Oxidase B Inhibitor
5. Catechol-O-Methyltransferase Inhibitor
6. Agonis Dopamin
1. Antikolinergik
Dosis Levodopa
Berikut ini adalah rincian dosis penggunaan levodopa oral:
Mengobati penyakit Parkinson
Dewasa: Dosis awal 125 mg dua kali sehari. Setelah itu dosis dapat ditingkatkan
setiap 3-7 hari. Dosis maksimum 8 g per hari.
1. Mengobati penyakit Parkinson jika dikombinasikan bersama carbidopa
Dewasa: Dosis awal levodopa sebanyak 100 mg diminum 3 kali sehari. Dosis
pemeliharaan: 750 mg -2 gram levodopa setiap harinya.
Mengobati penyakit Parkinson jika dikombinasikan bersama benserazide Dewasa:
Dosis awal 50 mg, 3-4 kali sehari. Dosis pemeliharaan: 400-800 mg per hari.
Lansia: Dosis awal 50 mg, sekali sehari
Efek Terapi : Kira-kira 75% pasien parkinsonisme berkurang gejalanya
sebanyak 50%. Hasil pengobatan pada orang-orang tertentu menakibatkan
terutama pada awal terapi.
4. Monoamine Oxidase B Inhibitor
Mekanisme Kerja : Selegilin menghambat
deaminasi dopamin sehingga kadar dopamin
di uiung saral dopaminergik lebih tinggi.
Selain itu ada hipotesis yang mengemukakan
bahwa selegilin mungkin mencegah
pembentukan neurotoksin endogen yang
membutuhkan aktivasi oleh MAO-B'
Secaraeksperimental pada hewan, selegilin
mencegah parkinsonisme akibat MPTP.
Dosis : Isocarboxazid
Efek Terapi : Pada pasien penyakit
Dewasa: 30 mg/hari. Dosis
Parkinson laniut penambahan selegilin pada
maksimum adalah 60 mg/
levodopa meringankan lenomen wearing off.
Lansia: 5-10 mg/hari.
Fenomen pasangsurut dan pembekuan gerakan
Phenelzine
tidak jelas dipengaruhi. Penambahan selegilin
Dewasa: 15 mg, 3 kali sehari.
memungkinkan pengurangan dosis levodopa 10-
Dosis dapat ditingkatkan setelah 2
30%. Dengan demikian elek samping levodopa
minggu.
berkurang. Pemberian selegilin tunggal pada
Tranylcypromine
awal penyakit agaknya menghambat
Dewasa: 10-20 mg, 2 kali sehari.
progresivitas penyakit Parkinson sehingga
Selegiline
menunda keperluan pengobatan dengan
Dewasa: 10 mg/hari, atau 6
levodopa ( Ganiswara, 1995 ).
mg/hari jika diberikan dalam
5. Catechol-O-Methyltransferase Inhibitor
Entacapone merupakan obat golongan
COMT inhibitor yang reversibel.
Entacapone menghambat enzim COMT
di jaringan perifer yang mengubah L-
Dopa menjadi metabolit yang tidak aktif,
yaitu 3-OMD, sehingga meningkatkan
distribusi L-Dopa ke sistem saraf pusat
(McEvoy, 2011 ).
Dosis :
Dosis oral untuk tambahan pengobatan levodopa pada penyakit parkinson
:Dewasa: 200 mg dengan setiap levodopa/dopa decarboxylase inhibitor.
Maksimal: 200 mg 8 kali sehari (1.600 mg setiap hari). Secara bertahap
kurangi dosis levodopa sekitar 10-30% atau meningkatkan interval
pemberian dosis dalam beberapa minggu pertama memulai pengobatan.
6. Agonis Dopamin
Riwayat
keluarga
Pendidikan
Usia dan pekerjaan
Traumatic
Brain
Injury
(TBI)
Apa gejala penyakit Alzhaimer?
Gangguan memori Muncul pada tahap awal, gangguan
memori hal-hal yang baru lebih berat
dari yang lama, memori verbal dan
visual juga terganggu, memori
procedural relative masih baik
Gangguan perhatian Muncul pada tahapawal, sulit untuk mengubah
mental set, sulit untuk mendorong perhatian
dan perservasi, gangguan untuk
mempertahankan gerakan yang terus menerus
Gangguan fungsi visuo- Muncul pada tahap awal, gangguan dalam hal
menggambat dan mencari.menemukan alur
spasial
Gangguan dalam pemecahan Muncul pada tahapawal, gangguan
masalah halabstraksi dan menyatakan pendapat
Gangguan dalam kemampuan Muncul pada tahap awal
berhitung
Gangguan kepribadian Kehilangan rem, agitasi, mudah tersinggung
• Takrin
dosis awalnya 10 mg empat kali sehari. dokterdapat meningkatkan dosis secara bertahap jika hati
namun dosisnya tidak lebih dari 40 mg
Donepezil
Dosis Donepezil, untuk kondisi demensia ringan, dosis awal dewasa dan lansia adalah 5 m, diminum
1 kali sehari sebelum tidur malam. Jika di perluakan, setelah 4-6 minggu penggunaan, dosis dapat
ditingkatkan hingga 10 mg, 1 kali sehari. Untuk kondisi deminsia sedang hingga parah, dosis awal
adalah 5 mg/hari. Setelah 4-6 minggu dosis dapat ditingkatkaan hingga 10 mg/hari (Connolly,2014).
• Rivastigmine
dosis 1,5 mg dua kali sehari, ditingkatkan sebesar 1,5mg dua kali sehari dalam waktu sekurang-
kurangnya 2 minggu menurut respond yang baik, tentang dosis lazim 3-6 mg dua kali sehari,
maksimal 6 mg dua kali sehari
Galatamin
dosis awal 4 mg dua kali sehariselama 4 minggu ditingkatkan menjadi 8 mg dua kali sehari selama 4
minggu dosis rumatan 8-12mg
TERIMA
KASIH