Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

TUGAS KHUSUS PENYAKIT PARKINSON DI APOTEK


KIMIA FARMA NOMOR 95, 96 DAN 110

Disusun oleh :
Apotek 95
Ade Fauziah (ISTN)
Rizkiya Amalia (Universitas Pancasila)
Rosyatul Munawwaroh (ISTN)
Yuni Anggriani (Universitas Pancasila)
Apotek 96
Abdul Manaf (ISTN)
Apotek 110
Dede Yuniawati ()
Kristina Bungsu ()
Siska Dintiani ()
Zulfa Atqiya ()

Jakarta
Oktober 2017

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur peneliti haturkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, karunia, dan ridha-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek
Kimia Farma periode Oktober 2017 dengan judul “Parkinson Disease”. Tugas
khusus ini merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan selama Praktek Kerja
Profesi Aopteker di Apotek Kimia Farma.

Tugas khusus ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan
dukungan dari beberapa pihak, untuk itu kami menyampaikan terma kasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. Apoteker Penanggung Jawab Apotek Kimia Farma No. 95, Drs. Tatag
Mulyadi., Apt.
2. Apoteker Penanggung Jawab Apotek Kimia Farma No. 96, Bapak Nana
Setia Permana, S.Si, Apt.
3. Apoteker Penanggung Jawab Apotek Kimia Farma No. 110
(......................................)
4. Seluruh karyawan Apotek Kimia Farma No. 95, Apotek Kimia Farma No.
96 dan Apotek Kimia Farma No. 110

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas khusus ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena itu kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
laporan ini sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat diterima dan
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, Oktober 2017

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Parkinson adalah salah satu penyakit neurodegeneratif yang

bersifat progresif. Penyakit ini merupakan penyakit neurodegeneratif tersering

kedua setelah demensia Alzheimer. Penyakit Parkison paling banyak dialami pada

usia lanjut dan jarang ditemukan pada umur dibawah 30 tahun. Sebagian besar

kasus ditemukan pada usia 40-70 tahun, rata-rata pada usia 58-62 tahun dan kira-

kira 5% muncul pada usia dibawah 40 tahun[1].

Penyakit Parkinson mempunyai gejala yang khas berupa adanya tremor,

bradikinesia, rigiditas dan abnormalitas postural. Disamping itu terdapat pula

gejala psikiatri berupa depresi, cemas, halusinasi, penurunan fungsi kognitif,

gangguan sensorik, akathesia dan sindrom restless legs, gangguan penciuman,

gangguan otonom serta gangguan tidur yang disebabkan oleh efek samping obat

antiparkinson maupun bagian dari perjalanan penyakitnya. Perjalanan penyakit

atau derajat keparahan dari penyakit Parkinson diukur berdasarkan stadium Hoehn

dan Yahr atau Unified Parkinson’s Disease Rating Scale[1].

Walaupun penyebab penyakit Parkinson belum diketahui, tetapi penyakit

sindrom rigiditas-akinetik lainnya, walaupun jarang, telah diketahui penyebabnya,

seperti trauma serebelar, inflamasi (ensefalitis), neoplasia (tumor ganglia basalis),

infark lakunar multipel, penggunaan obat-obatan (neuroleptik, antiemetik,

amiodaron) dan toksin. Diketahui bahwa toksin eksogen yang tidak umum dapat

3
meneyebabkan kerusakan SSP tertentu dan Parkinsonism, menunjukkan bahwa

penyakit Parkinson idiopatik mungkin disebabkan oleh pajanan faktor lingkungan

yang lebih sering, namun belum teridentifikasi[2].

Pengobatan penyakit parkinson saat ini bertujuan untuk mengurangi gejala

motorik dan memperlambat progresivitas penyakit. Tetapi selain gangguan

motorik penyakit parkinson juga mengakibatkan gejala non motorik seperti

depresi dan penurunan kognitif, disamping terdapat efek terapi obat jangka

panjang. Hal tersebut tentu saja mempengaruhi kualitas hidup penderita penyakit

parkinson. Oleh karena itu, peningkatan kualitas hidup adalah penting sebagai

tujuan pengobatan[1].

Berdasarkan latar-belakang diatas, penulis menganggap perlu pemahaman

seorang Apoteker memahami pengobatan penyakit parkinson sehingga

pengobatan menjadi efektif, aman dan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

Salah satu cara untuk memahaminya dengan membuat makalah tentang penyakit

parkinson dengan menghubungkannya dengan resep yang ada di Apotek Kimia

Farma.

B. Tujuan

Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan dari pembuatan makalah ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk menyelesaikan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)

di Apotek Kimia Farma.

4
2. Memahami definisi, patofisiologis, diagnosa dan penatalaksanaan Parkinson

Disease.

3. Menghubungkan penyakit parkinson dengan resep yang ada di Apotek

Kimia Farma dan melakukan analisa terhadap resep tersebut.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Parkinson

Penyakit parkinson merupakan proses degeneratif yang melibatkan neuron

dopaminergik dalam substansia nigra (daerah ganglia basalis yang memproduksi

dan menyimpan neurotransmitter dopamin). Daerah ini memainkan peran yang

penting dalam sistem ekstrapiramidal yang mengendalikan postur tubuh dan

koordinasi gerakan motorik volunter, sehingga penyakit ini karakteristiknya

adalah gejala yang terdiri dari bradikinesia, rigiditas, tremor dan ketidakstabilan

postur tubuh (kehilangan keseimbangan). Penyakit Parkinson (Parkinson’s

Disease, PD) memiliki karakteristik gejala klinis maupun hasil pemeriksaan

neuropatologi yang sangat khas, termasuk gangguan motorik dan pada beberapa

kasus berupa gangguan kejiwaan/mental[3].

Parkinsonism adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor waktu

istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat penurunan

kadar dopamin dengan berbagai macam sebab.

B. Patofisiologi[4]

Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit parkinson terjadi karena

penurunan kadar dopamin akibat kematian neuron di substansia nigra pars

compacta (SNc) sebesar 40-50% yang disertai dengan inklusi sitoplamik

eosinofilik (Lewy bodies) dengan penyebab multifaktor. Penurunan aktivasi

6
reseptor dopamine 1 (D1) dan dopamine 2 (D2) menghasilkan penghambatan

thalamus yang lebih besar dan penurunan aktivasi korteks motorik. Aktivasi

reseptor D2 tampaknya merupakan mediator yang sangat penting sebagai

perantara perbaikan klinis maupun beberapa efek samping (mis: halusinasi).

Reseptor D1 tampaknya terlibat dalam menyebabkan gejala diskinesia.

C. Manifestasi Klinis[4]

Parkinson Disease berkembang secara bertahap dan lambat. Gejala awal

dapat melibatkan fungsi sensorik, tetapi seiring dengan perjalanan penyakit, satu

atau lebih gejala primer muncul (misal : tremor saat istirahat/saat tidak

beraktivitas, kekakuan, bradikinesia, dan perubahan postur/ ketidakseimbangan

postur dapat mengakibatkan pasien jatuh.). Karakteristik lain meliputi mikografia

(tulisan tangan yang berukuran kecil), berkurangnya gerakan wajah (hipomimia)

dan tingkat kedipan mata, sulit melangkah dan keterampilan pada tangan

berkurang.

Tremor pada saat istirahat merupakan gejala khas pada Parkinson Disease

dan seringkali menjadi satu-satunya keluhan pasien. Namun hanya dua per tiga

pasien yang mengalami tremor pada saat diagnosis, dan beberapa pasien yang lain

tidak pernah mengalami tanda ini. Tremor tampak terutama pada tangan,

seringkali bermula dari satu sisi tubuh (unilateral), dan kadang-kadang

mempunyai karakteristik seperti gerakan memelintir pil (“pill-rolling”). Tremor

saat istirahat ini umumnya hilang, jika dilakukan suatu gerakan dengan sengaja

dan tidak tampak pada saat pasien tidur.

7
Kekakuan otot meliputi peningkatan resistensi otot terhadap gerakan pasif

dan dapat menyerupai putaran roda gigi. Biasanya mempengaruhi ekstremitas atas

dan bawah, dan mungkin otot wajah akan terpengaruh. Gangguan intelektual

tidak nyata, tetapi beberapa pasien menunjukkan gangguan yang sifatnya tidak

dapat dibedakan dari penyakit Alzheimer.

D. Klasifikasi Penyakit Parkinson

Klasifikasi penyakit Parkinson pada umumnya diagnosis sindrom Parkinson

mudah ditegakkan, tetapi harus diusahakan menentukan jenisnya untuk mendapat

gambaran tentang etiologi, prognosis dan penatalaksanaannya.

1. Parkinsonismus primer/ idiopatik/paralysis agitans

Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya

belum jelas. Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini. Etiologi belum

diketahui, masih belum diketahui. Terdapat beberapa dugaan, di antaranya ialah:

infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum diketahui), reaksi abnormal

terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum

diketahui, terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.

2. Parkinsonismus sekunder atau simtomatik

Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain : tuberkulosis,

sifilis meningovaskuler, iatrogenik atau drug induced, misalnya golongan

fenotiazin, reserpin, tetrabenazin dan lain-lain yang merupakan obat-obatan yang

menghambat reseptor dopamin dan menurunkan cadangan dopamin misalnya

8
perdarahan serebral petekial pasca trauma yang berulang-ulang pada petinju,

infark lakuner, tumor serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.

3. Sindrom paraparkinson ( Parkinson plus )

Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari gambaran

penyakit keseluruhan. Jenis ini bisa didapat pada Progressive supranuclear palsy,

Multiple system atrophy, degenerasi kortikobasal ganglionik, sindrom demensia,

Hidrosefalus normotensif, dan Kelainan herediter (Penyakit Wilson, Penyakit

Huntington, Perkinsonisme familial dengan neuropati peripheral). Klinis khas

yang dapat dinilai dari jenis ini pada penyakit Wilson (degenerasi

hepatolentikularis), hidrosefalus normotensif, sindrom Shy-drager, degenerasi

striatonigral, atropi palidal (parkinsonismus juvenilis).

E. Diagnosis[4, 5]

Diagnosis Parkinson Disease dilakukan dengan tepat bila ada bradikinesia

(bersamaan dengan tremor saat istirahat/saat tidak beraktivitas, kekakuan),

asimetri yang menonjol, dan respons positif terhadap pengobatan dopaminergik.

Gejala lainnya meliputi penurunan ketangkasan, kesulitan yang timbul dari kursi,

ketidakseimbangan postur, fajar, sesak napas, disartria, sulit menelan, mengurangi

ekspresi wajah, pembekuan saat inisiasi gerakan, hipofonia, mikrografia,

gangguan kandung kemih, konstipasi, perubahan tekanan darah, demensia,

Kecemasan, depresi, mengantuk, insomnia, apnea tidur obstruktif.

Beberapa kondisi lain kecuali, seperti Parkinsonisme yang diinduksi obat

(misalnya, diinduksi oleh antipsikotik, antiemetik fenotiazine, atau

9
metoklopramid), tremor esensial, degenerasi ganglionik kortikobasal, atrofi sistem

ganda, dan kelumpuhan supranuklear progresif.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu Pemeriksaan EEG dapat

menunjukkan perlambatan yang progresif dengan memburuknya penyakit. CT-

scan otak menunjukkan atrofi kortikal difus dengan melebarnya sulsi dan

hidrosefalus eks vakuo pada kasus lanjut.

Untuk kepentingan klinis diperlukan adanya penetapan berat ringannya

penyakit dalam hal ini digunakan stadium klinis berdasarkan Hoehn and Yahr

(1967) yaitu:

1. Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan,

terdapat gejala yang mengganggu tetapi menimbulkan kecacatan, biasanya

terdapat tremor pada satu anggota gerak, gejala yang timbul dapat dikenali

orang terdekat (teman)

2. Stadium 2: Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap/cara

berjalan terganggu

3. Stadium 3: Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu

saat berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang

4. Stadium 4: Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk

jarak tertentu, rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri tremor

dapat berkurang dibandingkan stadium sebelumnya.

5. Stadium 5: Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak

mampu berdiri dan berjalan walaupun dibantu.

10
F. Penatalaksanaan

1. Tujuan Terapi

Tujuan pengobatan adalah untuk meminimalkan gejala, cacat dan efek

samping sekaligus mempertahankan kualitas hidup. Keluarga dan pasien

harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan terkait pengobatan,

pentingnya olahraga dan nutrisi pada pasien, serta memberikan edukasi atau

penyuluhan bagi pasien dan orang yang merawatnya.

2. Terapi Farmakologi[4]

Secara umum terapi atau penatalaksanaan dari Parkinson Disease baik

kasus baru maupun yang sudah berkembang ke tingkat lanjut dapat dilihat

pada gambar 1.1

11
Gambar 1.1 Algoritma Penatalaksanaan Parkinson Disease

a
Usia tidak menjadi pertimbangan dalam pemilihan obat, namun faktor lain seperti fungsi
kognitif, keamanan dan toleransi dari obat (terutama pada lansia) akan mempengaruhi

Monoterapi dimulai dengan aminoamine oxidase-B (MAO-B)

inhibitor. Pertimbangan penambahan inhibitor catechol-o-methyltranferase

(COMT) jika fluktuasi motor berkembang untuk memperpanjang durasi

aktivasi L-dopa. Alternatif pertimbangan tambahan inhibitor MAO-B atau

antagonis dopamine. Untuk dyskinesias dosis puncak yang

12
dipicu/disebabkan oleh L-dopa, pertimbangkan dengan penambahan

amantadine.

3. Penggolongan Obat Parkinson Disease[4]

Obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan penyakit parkinson

dapat digolongkan menjadi:

a. Antikolinergik

Antikolinergik dapat mengatasi gejala tremor dan distonik secara

efektif pada beberapa pasien, tetapi jarang menunjukkan manfaat yang besar

untuk bradikinesia atau bentuk ketidakmampuan lain. Obat tersebut dapat

digunakan secara tunggal ataupun dikombinasikan dengan obat

antiparkinson yang lain. Setiap obat dalam kelompok ini hanya sedikit

berbeda dalam hal potensi terapetik dan efek sampingnya.

Efek samping antikolinergik meliputi mulut kering, penglihatan kabur,

sembelit, dan retensi urin. Reaksi yang lebih serius meliputi mudah lupa,

sedasi, depresi dan kecemasan. Pasien yang sebelumnya telah mengalami

gangguan kognitif dan pasien lansia memiliki resiko lebih besar terhadap

efek samping antikolinegik.

13
Tabel 1.1. Obat yang digunakan pada Penyakit Parkinson

14
b. Amantadin

Amantadin sering efektif untuk gejala ringan, terutama tremor. Juga

dapat menurunkan diskinesia pada dosis yang relatif tinggi (400 mg/hari).

Mekanisme kerja amantadin yang pasti belum diketahui, tetapi mungkin

melibatkan mekanisme dopaminergik atau non-dopaminergik seperti

hambatan reseptor N-metil-d-aspartat. Efek samping amantadin meliputi

sedasi, mimpi buruk, mulut kering, depresi, halusinasi, kecemasan, pusing,

psikosis dan kebingungan. Livedo reticularis (bercak pada kulit yang

menyebar/bersifat diffuse) merupakan efek samping yang sering terjadi,

namun bersifat reversibel. Dosis harus dikurangi pada pasien dengan

disfungsi ginjal.

c. Levodova dan Karbidova/Levodopa

Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit parkinson. Di

dalam otak levodopa dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan diubah

menjadi dopamine pada neuron dopaminergic oleh L-aromatik asam amino

dekarboksilase (dopadekarboksilase). Walaupun demikian, hanya 1-5% dari

L-Dopa memasuki neuron dopaminergik, sisanya dimetabolisme di

sembarang tempat, mengakibatkan efek samping yang luas. Karena

mekanisme feedback, akan terjadi inhibisi pembentukan L-Dopa endogen.

Carbidopa dan benserazide adalah dopa dekarboksilase inhibitor, membantu

mencegah metabolisme L-Dopa sebelum mencapai neuron dopaminergik.

Levodopa mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki

gerakan. Penderita penyakit parkinson ringan bisa kembali menjalani

15
aktivitasnya secara normal. Obat ini diberikan bersama carbidopa untuk

meningkatkan efektivitasnya & mengurangi efek sampingnya. Banyak

dokter menunda pengobatan simtomatis dengan levodopa sampai memang

dibutuhkan. Bila gejala pasien masih ringan dan tidak mengganggu,

sebaiknya terapi dengan levodopa jangan dilakukan. Hal ini mengingat

bahwa efektifitas levodopa berkaitan dengan lama waktu pemakaiannya.

Levodopa melintasi sawardarah-otak dan memasuki susunan saraf pusat dan

mengalami perubahan enzimatik menjadi dopamin. Dopamin menghambat

aktifitas neuron di ganglia basal.

Komplikasi motorik akibat penggunaan jangka panjang L-dopa dapat

dihindari. Komplikasi motorik yang paling sering adalah “end-of-dose

wearing off” dan “peak-dose dyskinesias”. Resiko terjadinya fluktuasi

motorik atau dyskinesias berkisar 10% per tahun penggunaan l-dopa.

Walaupun demikian, komplikasi motorik dapat terjadi setelah 5 sampai 6

bulan setelah memulai terapi l-dopa, khususnya pada inisial terapi dengan

dosis tinggi. Tabel 1.3 menunjukan kmpilkasi motorik yang dapat terjadi

dan strategi penanganannya.

Efek samping levodopa pada pemakaian bertahun-tahun adalah

diskinesia yaitu gerakan motorik tidak terkontrol pada anggota gerak

maupun tubuh. Respon penderita yang mengkonsumsi levodopa juga

semakin lama semakin berkurang. Untuk menghilangkan efek samping

levodopa, jadwal pemberian diatur dan ditingkatkan dosisnya, juga dengan

16
memberikan tambahan obat-obat yang memiliki mekanisme kerja berbeda

seperti dopamin agonis, COMT inhibitor atau MAO-B inhibitor.

Tabel 1.2 Komplikasi Motorik yang umum dan mungkin terjadi pada
inisial terapi

Komplikasi Motorik Kemungkinan Penanganan

End-of-dose "wearing Meningkatkan frekuensi dosis karbidopa/l-


off” (Fluktuasi motorik) dopa; Tambahkan COMT Penghambat
inhibitor atau MAO-B atau agonis dopamin
“Delayed on” or “no on” Berikan karbidopa/l-dopa saat perut kosong;
respons Gunakan carbidopa /
L-dopa ODT; Hindari karbidopa/l-dopa CR;
Gunakan apomorphine Subkutan
Start Meningkatkan dosis karbidopa/l-dopa;
Hesitation("pembekuan") Tambahkan agonis dopamin atau MAO-B
inhibitor; Memanfaatkan terapi fisik bersama
dengan bantuan Perangkat berjalan atau isyarat
sensorik (mis., Perintah berirama, Menginjak
benda)
Peak-dose dyskinesia Berikan dosis karbidopa / l-dopa yang lebih
kecil; Tambahkan amantadine

d. Monoamin Oxidase B Inhibitor (MAO-B Inhibitor)

Selegilin adalah penghambat MAO-B secara ireversibel yang

memblok pemecahan dopamin dan sedikit dapat memperpanjang lama kerja

levodopa (sampai 1 jam). Sehingga seringkali dosis levodopa dapat

dikurangi menjadi separuh. Selegilin juga dapat meningkatkan efek

puncak levodopa dan dapat memperburuk diskinesia yang telah ada

sebelumnya atau gejala psikiatrik seperti delusi/waham dan halusinasi.

Metabolit selegilin adalah 1-metamfetamin dan 1-amfetamin. Efek

17
sampingnya minimal, meliputi insomnia dan kecemasan. Penelitian yang

mengevaluasi sifat neuroprotektif, mendapakan bahwa selegilin dapat

menunda kebutuhan terhadap levodopa selama 9 bulan dan mempunyai efek

yang bersifat simptomatik, tetapi tidak ada bukti yang kuat bahwa dapat

memperlambat neurodegenerasi.

MAO-B Inhibitor yang lainnya, Rasagilin mempunyai efek yang mirip

dengan selegilin dalam meningkatkan efek L-dopa dan sedikit memiliki

keuntungan sebagai monoterapi.

e. Catechol-O-Mthyltransferase Inhibitor (COMT Inhibitor)

Tolkapon dan entakapon digunakan hanya sebagai terapi tambahan

dengan karbidopa/levodopa untuk mencegah konversi perifer levodopa

menjadi metabolitnya 3-0-metildopa (3OMD) dan sekaligus memperlama

aksi levodopa, yaitu meningkatkan masa "on" menjadi lebih paujang 1 jam.

Obat ini secara bermakna dapat menurunkan masa "off" sehingga

menurunkan kebutuhan terhadap levodopa. Pemakaian bersamaan dengan

penghambat MAO yang tidak selektif harus dihindari untuk mencegah

inhibisi / hambatan pada jalur metabolisme katekolamin normal.

Inhibisi COMT lebih efektif dibandingkan dengan sediaan karbidopa-

L-dopa lepas berkala dalam menghasilkan efek perpanjangan masa kerja

secara konsisten serta tidak menunda pemberian. Obat ini lebih

menguntungkan dan biayanya lebih efektif daripada memaksimalkan terapi

dengan hanya menggunakan karbidopa/L-dopa.

18
Dosis awal dan anjuran untuk tolkapon adalah 100 mg tiga kali sehari

sebagai terapi tambahan untuk karbidopa/levodopa. Penggunaanya diba,asi

oleh potensi efek samping serius; disfungsi liver; dilaporkan terjadi

beberapa kematian. Diperlukan pemantauan ketat terhadap fungsi liver, dan

pemberian tolkapon harus dihentikan jika hasil uji fungsi liver di atas nilai

normal atau terdapat gejala atau tanda yang mengarah kepada gagal liver.

Karena entakapon memiliki waktu paruh lebih pendek, diberikan dosis

200 mg pada setiap dosis karbidopa/levodopa sampai dengan 8 kali sehari.

Efek samping Dopaminergik dapat muncul dan dapat diatasi dengan mudah

dengan cara menurunkan dosis karbidopa/levodopa. Wama air seni jingga-

kecoklatan dapat terjadi (misalnya, dengan tolkapon), tetapi tidak terdapat

bukti hepatotoksisitas entakapon.

f. Dopamin Agonis

Derivat ergot bromokriptin dan nonergot pramipeksol, rotigotin,

ropinirol merupakan terapi tambahan yang bermanfaat untuk pasien yang

tidak memberi respon terhadap levodopa, mengalami fluktuasi respon

terhadap levodopa, dan pasien dengan respon klinis yang terbatas terhadap

levodopa akibat tidak mampu mentoleransi dosis yang lebih besar. Obat ini

dapat menurunkan frekuensi masa "off' dan memberikan efek yang

mendukung levodopa (levodopa-sparing effect). Dosis agonis dopamine

paling baik ditentukan melalui titrasi dosis perlahan untuk nieningkatkan

toleransi dan menetapkan dosis efektif terkecil yang bermanfaat optimal.

19
Nonergot lebih aman dan efektif sebagai monoterai pada penyakit

parkinson ringan hingga sedang dan sebagai terapi tambahan pada L-Dopa

pada pasien yang mengalami fluktuasi motorik. Resiko komplikasi motorik

pada pengguaan monoterapi dopamin agonis lebih rendah jika dibandingkan

dengan L-Dopa. Hal ini disebabkan karena pasien yang lebih mudah lebih

mudah mengalami fluktuasi motorik, dopamin lenih tepat digunakan pada

populasi ini. Sedangkan untuk pasien lansia carbidopa/l-dopa merupakan

pilihan terbaik sebagai terapi inisial untuk penyakit parkinson, karena

dopamin agonis lebih sering menyebabkan psikosis, ortostatik dan

hipotensi.

4. Terapi Non- Farmakologis[5]

Selain terapi farmakologis, pengobatan Parkinson Disease juga dapat

dilakukan dengan terapi non-farmakologi yang meliputi operasi

(talamotomi, palidotomi, transplantasi substansia nigra, ablasi dan stimulasi

otak), rehabilitasi medis dan psikoterapi.

G. Evaluasi Hasil Pengobatan[4]

Pasien dan orang yang merawatnya harus diberi penluhan sehingga mereka

dapat berpartisipasi dalam pengobatan dengan cara mencatat waktu pemberian

obat dan lamanya periode “on” dan”off”. Gejala, efek samping obat dan aktifitas

harian harus dipantau dengan baik dan terapi disesuaikan secara individual.

20
BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan

Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan pada tanggal 2-31

Oktober 2017 di Apotek Kimia Farma No. 95, Apotek Kimia Farma No. 96,

dan Apotek Kimia Farma No. 110.

B. Metode Pelaksanaan Kegiatan

Resep diperoleh dari tiga Apotek Kimia Farma. Selain itu, acuan teoritis

yang digunakan diperoleh dari buku dan situs resmi dari internet yang

dapat dipercaya.

C. Cara Kerja

Resep diperoleh dari dari Apotek Kimia Farma pada bulan Oktober 2017.

Objek yang digunakan adalah resep untuk penyakit Parkinson yang ada di

apotek pada bulan Oktober.

Prosedur dari pelaksanaan tugas khusus adalah pengambilan resep yang

kemudian dijelaskan alur pelayanan resep sesuai dengan pelayanan farmasi

klinik yang tertera pada standar pelayanan kefarmasian di apotek.

21
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Resep 1 (KF 95)


1. Foto Resep dan Kajian Administratif Resep

Copy Resep

R/ Trihexyphenidyl 2 mg No.LX

S 2dd1

R/ Sifrol 0,25 mg No.XX

S 1dd1

R/ Citicoline 1000 mg No.XI

S 2dd½

Pro : Tn.Suminto

Dokter : dr. Dian Cahyani, Sp.S

Tangerang, 5-10-2017

p.c.c

Gambar 4.1 Resep I Obat Parkinson di Apotek Kimia Farma 95


[Sumber : Dokumentasi Pribadi]

22
Tabel 4.1 Kajian Administratif Resep I
Kajian Administratif Ada Tidak
Nama dokter √
SIP √
Alamat dokter √
Tanggal penulisan resep √
Tanda tangan/paraf dokter √
Nama pasien √
Umur √
Berat badan √
Jenis kelamin pasien √
Nama obat √
Aturan pemakaian √

2. Kajian Kesesuaian Farmasetika

Tabel 4.2 Kajian Kesesuaian Farmasetika Resep I


Kajian Farmasetika Keterangan
Bentuk sediaan √
Jumlah obat √
Kekuatan/dosis obat √
Cara penggunaan √

23
Tabel 4.3 Kajian Kelengkapan Farmakologi Resep I
Kajian Klinis Keterangan
Adanya alergi obat Obat-obat yang diberikan sesuai pada
resep, pasien tidak ada keterangan alergi
Adanya efek samping Pasien dapat diberikan informasi tentang
obat efek samping yang mungkin terjadi
sehingga pasien tidak kaget jika
mengalami efek samping
Adanya interaksi obat Dari obat yang diresepkan tidak
ditemukan adanya interaksi obat
Indikasi/kontraindikasi Pemberian obat dalam resep sesuai
indikasi pasien dan tidak menunjukkan
adanya kontraindikasi pasien pada
penggunaan obat dalam resep

3. Pertimbangan Klinis
Berdasarkan resep pasien didiagnosis parkinson dengan pemberian
obat . Trihexyphenidyl, Sifrol, dan Citicoline merupakan obat parkinson
oral. Obat trihexyphenidyl merupakan obat antiparkinson golongan
antikolinergik yang dapat mengatasi gejala tremor dan distonik secara
efektif. Obat tersebut dapat digunakan secara tunggal atau kombinasi
dengan obat antiparkinson lain. Efek samping dari trihexyphenidyl dapat
menyebabkan Gangguan pencernaan, Glaukoma, Midriasis, Retensi urin,
Gangguan mental. Dosis per hari: 6-10 mg. Sedangkan dosis untuk
mengobati efek samping yang diakibatkan oleh pengobatan lain adalah 5-15
mg per hari.. Informasi yang dapat diberikan kepada pasien/keluarga pasien
dalam menggunakan obat ini adalah, obat harus diminum sesuai anjuran
dokter dan bila terdapat efek samping yang timbul setelah mengkonsumsi
obat, maka pasien dapat menginformasikan kepada dokter.

Obat sifrol (prapimexole) merupakan obat antiparkinson golongan


agonis dopamin yang dapat mengatasi parkinson idiopati. Obat tersebut
dapat digunakan secara tunggal atau kombinasi dengan levodopa saat terjadi

24
fluktuasi dan efek terapi yang tidak konsisten. Efek samping dari sifrol
(prapimexole) dapat menyebabkan Perilaku dan mimpi abnormal, bingung,
konstipasi, delusi, pusing, diskinesia, kelelahan yang menyeluruh,
halusinasi, sakit kepala, hiperkinesia, hipotensi, gangguan makan,
hiperfagia, insomnia, gangguan libido, mual, edema perifer, paranoia,
somnolen, peningkatan BB. Dosis Awal : 0.375 mg/hari dibagi dalam 3
dosis. Dosis dapat ditingkatkan tiap 5-7 hari sampai maksimal : 4.5 mg/hari.
Pemeliharaan : 0.375-4.5 mg/hari. Informasi yang dapat diberikan kepada
pasien/keluarga pasien dalam menggunakan obat ini adalah, obat harus
diminum sesuai anjuran dokter dan bila terdapat efek samping yang timbul
setelah mengkonsumsi obat, maka pasien dapat menginformasikan kepada
dokter dan lama penggunaan obat ini dapat diberikan selama 10 hari, jika
sampai 10 hari pengobatan tidak terdapat perubahan, maka pasien dapat
menginformasikan kepada dokter.

Obat citicoline merupakan terapi tambahan dalam gejala parkinson.


Efek samping dari citicoline dapat menyebabkan Hipotensi, ruam, insomnia,
sakit kepala, diplopia. Dosis yang dapat diberikan, Gangguan kesadaran
karena cedera kepala: 1 – 2 kali sehari 100 – 500 mg secara intra vena drip
atau injeksi. Gangguan kesadaran karena infark selebral : 1 kali sehari 1000
mg, secara injeksi Intra Vena... Informasi yang dapat diberikan kepada
pasien/keluarga pasien dalam menggunakan obat ini adalah, obat harus
diminum sesuai anjuran dokter dan bila terdapat efek samping yang timbul
setelah mengkonsumsi obat, maka pasien dapat menginformasikan kepada
dokter.

25
Resep Nama Obat Komposisi Indikasi Dosis Efek Konseling
Samping
R/ Trihexyphenidyl Trihexyphenidyl Trihexyphenidyl parkinson Dosis per Gangguan Obat
2 mg 2 mg 2 mg yang hari: 6-10 pencernaan digunakan
disebabkan mg. , dua kali
S 2dd1 oleh obat- Sedangkan sehari satu
Glaukoma,
obatan. dosis untuk Midriasis, tablet pada
Gangguan mengobati Retensi pagi dan
ekstrapiramida efek samping urin, malam hari
l karena obat yang Gangguan sesudah
(kecuali diakibatkan mental. makan.
tardive oleh
dyskinesia). pengobatan
lain adalah 5-
15 mg per
hari.

R/ Sifrol 0,25 mg R/ Sifrol 0,25 mg R/ Sifrol 0,25 Pengobatan Awal : 0.375 Perilaku Obat
mg tanda dan mg/hari dan mimpi digunakan
gejala penyakit dibagi dalam abnormal, satu kali
S 1dd1
Parkinson 3 dosis. bingung, sehari satu
idiopatik lanjut Dosis dapat konstipasi, tablet pada
dalam ditingkatkan delusi, pagi dan
kombinasi tiap 5-7 hari pusing, malam hari
dengan sampai diskinesia, sesudah
levodopa. maksimal : kelelahan makan.
Terapi 4.5 mg/hari. yang
simtomatik Pemeliharaan menyeluruh
idiopathic : 0.375-4.5 , halusinasi,
restless legs mg/hari sakit
syndrome. kepala,
hiperkinesi
a,
hipotensi,
gangguan
makan,
hiperfagia,
insomnia,
gangguan
libido,
mual,
edema
perifer,
paranoia,
somnolen,

26
R/ Citicoline 1000 R/ Citicoline 1000 R/ Citicoline Gangguan Gangguan Hipotensi, Obat
mg mg 1000 mg kesadaran kesadaran ruam, digunakan
yang diikuti karena insomnia, dua kali
S 2dd½ S 2dd½ S 2dd½
kerusakan atau cedera sakit sehari
cedera kepala: 1 – 2 kepala, setengah
serebral, kali sehari diplopia. tablet pada
operasi otak 100 – 500 pagi dan
dan infark mg secara malam hari
selebral. intra vena sesudah
Mempercepat drip atau makan.
rehabilitasi injeksi.
tungkai atas Gangguan
dan bawah kesadaran
pada pasien karena infark
hemiplegia selebral : 1
apopleksi. kali sehari
1000 mg,
secara injeksi
Intra Vena..

4. Kesimpulan
1. Pada kajian administratif, resep belum lengkap karena tidak tercantum
berat badan dan umur.
2. Pada kajian farmasetika, sudah lengkap.
3. Pada pertimbangan klinis, resep yang diberikan kepada pasien sudah
rasional karena obat-obat yang diberikan sesuai dengan tatalaksana terapi
parkinson.

27
B. Resep 2 (KF 96)
1. Foto Resep dan Pengkajian resep

RS. PERTAMEDIKA SENTUL CITY


Jl. MH. Thamrin Kav. 57 Sentul City

Bogor, Jawa Barat. Telp. 021-29672977

Resep Dokter
Dokter: dr. Sendjaja, Sp.S
Bogor, 17/7/2017
R/ Madopar 125 mg No. X
S½-½-0
R/Trihexyfenidil 2 mg No. XX
S1–1-0
R/ Sifrol 0.375 mg No. X
S1–0-0
R/ Ubi-Q No. X
S1–0–0
Pro : Bp. Sujadi Slamet
Umur : Dewasa

Tabel 4.4 Kajian Administrasi

Persyaratan Administrasi Keterangan


Nama Dokter Ada
No. SIP Tidak Ada
Alamat Praktek dan No. Telp Ada
Paraf Tidak Ada
Nama Pasien Ada
Umur Tidak Ada
Jenis Kelamin Ada
Berat Badan Tidak Ada

28
Tabel 4.5 Kajian Kesesuaian Farmasetik

Persyaratan Farmasetik Keterangan


Madopar
Bentuk & Kekuatan Sediaan Tablet 100 mg/25 mg Sesuai
Stabilitas Stabil pada penyimpanan di Sesuai
tempat yang kering pada suhu
dibawah 25°C.
Kompatibilitas Tidak Ada Incompatibilitas Sesuai
Trihexyfenidil
Bentuk & Kekuatan Sediaan Tablet 2 mg Sesuai
Stabilitas Stabil pada penyimpanan di Sesuai
tempat yang kering pada suhu
kamar terkendali (15°C - 30°C)
Kompatibilitas Tidak Ada Incompatibilitas Sesuai
Sifrol
Bentuk & Kekuatan Sediaan Tablet 0.375 mg Sesuai
Stabilitas Stabil pada penyimpanan di Sesuai
tempat yang kering pada suhu
kamar terkendali (15°C - 30°C)
Kompatibilitas Tidak Ada Incompatibilitas Sesuai
Ubi-Q
Bentuk & Kekuatan Sediaan Kapsul 100 mg Sesuai
Stabilitas Stabil pada penyimpanan di Sesuai
tempat yang kering pada suhu
kamar terkendali (15°C - 30°C)
Kompatibilitas Tidak Ada Incompatibilitas Sesuai

29
Tabel 4.6 Pertimbangan Klinis

Pertimbangan Klinis Keterangan


Madopar 100 mg/25 mg
Indikasi Parkinson Disease Sesuai
Dosis Inisial: 50 mg 3-4 x sehari dan Sesuai
dapat ditingkatkan 100 mg
perhari hingga didapatkan
respon yang diinginkan,
pemeliharaan 400 – 800
mg/hari dalam dosis terbagi

Lansia: Inisial 50 mg 1 – 2 x
sehari dan dapat ditingkatkan
bertahap 50 mg per hari tiap 3
– 4 hari berdasarkan respon
Aturan Pakai 1 – 2 x sehari 50 mg Sesuai
Cara & Lama penggunaan Peroral, 10 hari Sesuai
Duplikasi Tidak ada duplikasi Sesuai
ROTD (Alergi, Efek Tidak ada alergi, Efek Sesuai
Samping) Samping: Mimpi buruk,
anoreksia, cemas, aritmia,
bingung, demensia, depresi,
mulut kering, insomnia,
muntah
Kontraindikasi  Hipersensitif terhadap
levodopa atau benserazide
 Jangan diberikan bersamaan
dengan non-selektif MAO
Inhibitor (selegiline dan
rasagiline)
 Gangguan fungsi ginjal dan
hati
 Kelainan Jantung
 Penderita penyakit psikiatri
 Pasien kurang dari 30 tahun
Interaksi Obat  Antasida dapat menurunkan Sesuai
absorbsi levodopa hingga

30
32%
 Ferrous Sulfat menurun
konsentrasi maksimum dan
AUC levodova sebanyak 30
-50%
 Metoclopramide dapan
meningkatkan kecepatan
absorbsi levodopa
 Domperidon dapat
meningkatkan bioavaibilitas
levodopa dengan
menstimulasi waktu
pengosongan lambung
 Potensiasi jika diberikan
bersamaan dengan
simpathomimetik seperti
adrenalin, noradrenalin atau
amfetamin
Trihexyfenidil 2 mg
Indikasi Parkinson Disease, Sesuai
Parkinsonism
Dosis Parkinson Disease Sesuai
Jika digunakan dalam
kombinasi dengan
Levodopa/Benserazid atau
Levodopa/Carbidopa: Dewasa
untuk pemeliharaan 2 – 6 mg/
hari dalam dosis terbagi.
Parkinsonism
Inisial: 1 mg per oral pada hari
pertama, ditingkatkan 2 mg
setiap 3 – 5 mg hingga
mencapai 6 – 10 mg/hari.
Maintenance: 5 – 15 mg/hari
peroral dalam dosis terbagi tiap
6 – 8 jam
Aturan Pakai 2 – 3 x sehari (2 – 6 mg) Sesuai
Cara & Lama penggunaan Peroral, 10 hari Sesuai

31
Duplikasi Tidak Ada Sesuai
ROTD (Alergi, Efek Tidak ada alergi, Efek samping Sesuai
Samping) antikolinergik, Rash
Kontraindikasi Obstruksi Gastrointestial, Sesuai
Mysthenia gravis
Interaksi Obat Tidak Ada Interaksi Sesuai
Sifrol SR 0.375 mg
Indikasi Penyakit Parkinson Idiopati, Sesuai
yang digunakan tunggal
maupun sebagai terapi
tambahan dengan Levodopa
saat terjadi fluktuasi dan efek
terapi yang tidak konsisten
Dosis Dimulai dengan 0.375 mg per Sesuai
hari dan ditingkatkan setiap 5 –
7 hari hingga timbul efek
samping yang tidak dapat
ditolerir. Dosis Maksimum 4.5
mg per hari.
Perlu penyesuaian dosis untuk
pasien yang memiliki gangguan
fungsi hati dan ginjal.
Aturan Pakai 1 x sehari 1 tablet Sesuai
Cara & Lama penggunaan Peroral (ditelan utuh, tidak Sesuai
boleh dikunyah), 10 hari
Duplikasi Tidak Ada
ROTD (Alergi, Efek Abnormal Behavior
Samping) (hiperseksualitas, gambling,
mimpi buruk, bingung,
konstipasi, pusing, mual,
pruritus, rash, muntah)
Kontraindikasi Wanita menyusui, hipersensitif
terhadap pramipeksol
Interaksi Obat Dengan Simetidin akan
meningkatkan kadar obat

32
pramipexol
Ubi-Q
Indikasi Body Energizer dan Sesuai
Antioksidan
Dosis 1 – 3 kapsul sehari Sesuai
Aturan Pakai 1 x sehari 1 kapsul Sesuai
Cara & Lama penggunaan Peroral, 10 hari
Duplikasi Tidak Ada Sesuai
ROTD (Alergi, Efek Lambung tidak nyaman, Sesuai
Samping) Berkurang nafsu makan, Diare,
Mual, Skin Rash, Heart Burn
Kontraindikasi Ibu hamin dan menyusui perlu Sesuai
peringatan dan monitoring
Interaksi Obat Tidak Ada Sesuai

Mekanisme Kerja Obat

Madopar kapsul merupakan kombinasi dari levodopa dan berserazide

dengan perbandingan 4 : 1. Dopamin, neurotransmiter di otak tidak memiliki

jumlah yang memadai di ganglia basal pada penderita parkinson. Levodopa

merupakan biosintetis dopamin. Levodopa digunakan sebagai prodrug untuk

meningkatkan level dopamin kerena memiliki kemampuan untuk memasuki

sistem saraf pusat dimana dopamin tidak bisa melintasi sawar otak. Levodopa

dimetabolisme menjadi dopamin oleh asam aromatis L-amino decarboksilase.

Setelah diberikan, levodopa dimetabolisme menjadi dopamin di extraserebral

sama cepatnya di jaringan serebral, sehingga sebagian beasr levodopa yang

diberikan tidak tersedia di basal ganglia dan dopamin yang dihasilkan pada

jaringan perifer dapat menyebabkan efek yang tidak diinginkan. Kombinasi

33
dengan benseramide (decarboksilase inhibitor) sangat menguntungkan, karena

dekarboksilasi levodova pada jaringan perifer dapat dihambat sehingga levodopa

yang masuk ke dalam susunan syaraf pusat lebih banyak.

Sifrol SR 0.375 mg mengandung 0.375 mg Pramipexole, agonis dopamine

dan terikat sangat selektif dan spesifik pada reseptor Dopamin D2 dan memiliki

afinitas preferensial dengan reseptor Dopamin D3. Sifrol SR mengurangi defisit

motorik parkinsonism dengan menstimulasi reseptor dopamin pada striatum.

Ubi-Q mengandung Ubi-Quinon 30 mg. Mekanisme kerja Ubi-Q yaitu

dengan meningkatkan produksi energi (ATP), menstabilkan membran sel dan

sebagai antioksidan kuat (mennghambat inisiasi dan propagasi dari oksidasi lemak

dan protein, yang tidak ditemukan pada antioksidan lainnya).

Pemberian Komunikasi, Informasi dan Edukasi

Seorang Apoteker wajib melakukan kominukasi, pemberian informasi dan

edukasi pasien terkait cara pemakaian, efek samping obat, dan penyimpanan obat

yang benar sehingga tujuan dari pengobatan dapat dicapai.

Madopar harus ditelan utuh bersama dengan sedikit air putih atau dilarutkan

dalam sedikit air, diminum 30 menit atau 1 jam setelah makan. Madopar disimpan

pada suhu dibawah 25°C dalam kemasan tertutup rapat dan jauhkan dari

jangkauan anak-anak.

Sifrol SR diminum 1 X Sehari pada jam yang sama untuk tiap harinya.

Harus ditelan utuh dengan air dan tidak boleh dikunyah atau dihancurkan

(digerus). Bisa digunakan bersamaan dengan makanan atau tidak. Jangan

34
menghentikan penggunaan sifrol tanpa konsultasi dari dokter (dapat menyebabkan

neuroleptic maglinant syndrome).

Trihexyfenidil ditelan utuh dengan segelas air putih dengan atau tanpa

makananan namun lebih dianjurkan dengan makananan karena konsumsi obat

dengan makanan dapat mengurangi efek samping pada saluran cerna terutama

pasien yang memiliki masalah dengan lambung. Obat disimpan pada pada suhu 25

– 30 °C.

Ubi-Q diminum 1 x sehari 1 kapsul setelah makan, disimpan terlindung dari

cahaya dan kelembapan, pada suhu dibawah 30°C. Tidak boleh digunakan pada

wanita hamil/menyusui dan anak-anak.

35
C. Resep 3 (KF 110)

1. Foto Resep dan Pengkajian resep

36
Tabel 4.6 Kajian Administratif
Pada Resep
No. Uraian
Ada Tidak Ada
Inscriptio
1. Nama dokter √
2. SIP dokter √
3. Alamat dokter √
4. Tempat dan tanggal resep √
Invocatio
1. Tanda R/ √
Praescriptio
1. Nama obat √
2. Kekuatan obat √
3. Jumlah obat √
4. Aturan pakai √
Signatura
1. Nama pasien √
2. Umur pasien √
3. Jenis kelamin √
4. Berat badan √
5. Alamat pasien v
Subscriptio
1. Paraf dokter √

37
Tabel 4.7 Kajian Farmasetika

Bentuk
No. Nama Obat Kekuatan Jumlah Dosis (literatur) Keterangan
sediaan

Dosis 1 mg/hari, dinaikan


bertahap. Dosis
pemeliharaan 5-15
Truhexyphenidr
1. 2 mg Tablet 60 tab mg/hari, terbagi dalam 3-4 Sesuai
yl HCl
kali pemberian. Lansia
dosis dibatas bawah dari
kisaran dosis [6]
Dosis awal 5 mg satu
kali sehari menjelang
tidur malam hari,
Almen
ditingkatkan jika
2. (Donezepil 5 mg Tablet 30 tab Sesuai
diperlukan setelah satu
Hidroklorida)
bulan menjadi 20 mg
sehari. Maksimal 10 mg
per hari. [6]

38
2. Tinjauan Obat

a. Trihexyphenidryl HCl

Trihexyphenidryl merupakan obat golongan antikolinergik.

Antikolinergik dapat mengatasi gejala tremor dan distonik secara efektif

pada beberapa pasien, tetapi jarang menunjukkan manfaat yang besar

untuk bradikinesia atau bentuk ketidakmampuan lain. Obat tersebut

dapat digunakan secara tunggal ataupun dikombinasikan dengan obat

antiparkinson yang lain. Setiap obat dalam kelompok ini hanya sedikit

berbeda dalam hal potensi terapetik dan efek sampingnya.

1) Komposisi

Trihexyphenidryl HCl

2) Indikasi

- Parkinsonisme, gangguan ekstrapiramidal karena obat (kecuali

tardive dyskinesia).

39
- Mengobati kekakuan, tremor, kejang, dan kontrol otot yang buruk

padapenyakit Parkinson.

- Mengobati dan mencegah kondisi otot yang sama seperti di atas

akibat menggunakan obat-obatan seperti chlorpromazine (CPZ),

fluphenazine (Prolixin), perphenazine (Trilafon), haloperidol

(Haldol), thiothixene (Navane), dan lainnya.

- Gangguan ekstrapiramidal karena obat (kecuali tardive dyskinesia).

3) Kontra Indikasi

- Retensi urin, glaucoma (sudut sempit), dan obstruksi saluran

cerna

- Hipersensitivitas terhadap triheksifenidil atau bahan lainnya

yang terkandung dalam obat.

- Harap berhati-hati bagi penderita gangguan jantung, gangguan

hati, gangguan ginjal, tekanan darah tinggi, prostat, psikosis,

glaukoma, myasthenia gravis, konstipasi, atau pembuluh darah.

- Bagi ibu hamil dan menyusui, atau para calon ibu yang sedang

merencanakan kehamilan disarankan untuk tidak mengonsumsi

triheksifenidil

4) Efek samping

Mulut kering, gangguan saluran cerna, pusing, penglihatan kabur, retensi

urin, takikardia,hipersensitivitas., gugup. Dosis tinggi pada pasien peka :

bingung, eksitasi, gangguan jiwa.

40
5) Dosis Trihexyphenidyl dan Cara Pemakaian

a) Dosis Trihexyphenidyl

- Dosis yang dianjurkan oleh dokter pada umumnya adalah

sebagai berikut: Dosis biasa untuk Parkinsonisme adalah 6-10mg

per hari walaupun beberapa pasien terutama di kelompok post-

encephalitic mungkin memerlukan dosis total rata-rata 12-15mg

setiap hari. Harus diberikan secara oral dengan dosis terbagi, tiga

atau empat kali sehari pada waktu makan.

- Dosis normal untuk drug-induced Parkinsonism biasanya antara

5mg dan 15mg per hari, walaupun beberapa kasus telah dikontrol

1mg sehari.

- Dalam semua kasus, dosis triheksifenidil harus ditingkatkan atau

dikurangi hanya dengan sedikit penambahan selama beberapa

hari. Pada terapi awal, dosis harus 1mg di hari pertama, hari

kedua 2mg dengan kenaikan lebih lanjut 2mg per hari pada

interval tiga sampai lima hari sampai dosis optimum tercapai.

b) Cara pemakaian obat Trihexyphenidyl:

- Minum obat sesuai anjuran yang diperintahkan oleh dokter. Jika

Anda tidak mengerti petunjuk ini, mintalah dokter Anda untuk

menjelaskannya secara detail agar Anda mengerti.

- Minum setiap dosis obat dengan segelas air putih.

- Triheksifenidil dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan.

Namun lebih dianjurkan dengan makanan, karena konsumsi obat

41
Trihexyphenidyl bersama dengan makanan dapat mengurangi

sakit perut. Terutama bagi yang memiliki sakit maag.

- Jika Anda minum obat dalam bentuk cair, takarlah obat yang

hendak diminum menggunakan sendok atau cangkir pengukur

dosis khusus, bukan dengan sendok biasa.

- Simpan triheksifenidil pada suhu kamar.

c) Interaksi Obat

Perhatian ekstra harus dilakukan saat obat Trihexyphenidyl

diberikan bersamaan dengan obat-obatan lain, seperti:

- Fenotiazin, clozapine, antihistamin, disopyramide, nefopam dan

amantadine karena kemungkinan efek samping antimuskarinik

meningkat.

- Obat trisiklik, disebabkan karena adanya efek aditif pada lokasi

reseptor yang menyebabkan mulut kering, konstipasi dan

penglihatan kabur. Pada orang tua, ada bahaya pengendapan

retensi urin, glaukoma akut atau ileus paralitik.

- Monoamine oxidase inhibitor dapat berinteraksi dengan agen

antikolinergik yang diberikan bersamaan termasuk

triheksifenidil. Pemakaian bersamaan ini dapat menyebabkan

mulut kering, penglihatan kabur, anyang-anyangan, retensi urin

dan konstipasi.

- Penyerapan levodopa dapat dikurangi bila digunakan bersamaan

dengan triheksifenidil.

42
- Triheksifenidil bisa menjadi antagonis dengan tindakan

parasympathomimetik.

b. Almen (Donezepil Hidroklorida)

1) Komposisi : Donezepil Hidroklorida

2) Indikasi : Demensi ringan sampai sedang pada penyakit Alzheimer.

3) Kontra Indikasi : Kehamilan dan menyusui

4) Efek Samping : Mual, muntah, anorexia, diare : fatigue, insomnia, sakit

kepala, pusing, pingsan, gangguan kejiwaan, , kram otot, inkotinensia

urin, ruam kulit, pruritus: kurang sering terjadi, bradikardi, kejang dan

tukak gastric dan duodenum, pendarahan gastrointestinal: jarang, sino

arterial block, AV block, hepatitis, potensi mengalami obstruksi aliran

keluar dari kandung kemih.

43
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis resep penyakit Parkinson di Apotek Kimia


Farma 95, Apotek Kimia Farma 96 dan Apotek Kimia Farma 110, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Obat Parkinson yang digunakan adalah Trihexylphenidyl, Sifrol,


Manadopar.
2. Masih banyak ditemukan adanya kejadian ketidaksesuaian dalam
penulisan resep menurut PERMENKES RI No. 73 tahun 2016 tentang
Standard Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

B. Saran
1. Perlu adanya kerjasama dan kolaborasi yang tepat antara dokter, apoteker,
dan tenaga kesehatan lainnya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kefarmasian dan pengobatan pada pasien, sehingga didapatkan terapi yang
tepat, efektif, dan aman.

44
DAFTAR PUSTAKA

1. PERDOSSI, 2008. Modul Gangguan Gerak Penyakit Parkinson

2. Silitonga R. 2007, Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup


Penderita penyakit parkinson di poliklinik saraf rs dr kariadi. Semarang:
Universitas Diponegoro

3. Anonim, 2012, Buku Ajar Patofisiologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC:


Jakarta

4. Wells, Barbara G. Et al. 2015, Pharmacotherapy Handbook, McGraw-Hill


Education: New York.

5. PERDOSSI, Standar Pelayanan Medik (SPM) Neurologi.

45

Anda mungkin juga menyukai