Oleh :
Zatil Khairi
(2007201072)
Kata pengantar
Assalamualaikum,wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Askep
Penyakit Parkinson ” tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas yang di berikan kepada kami sebagai materi kuliah yang harus di
pahami dan di mengerti maksudnya. Dalam penulisan makalah ini kami merasa
masih banyak kekurangan - kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi
untuk itu kritik dan saran yang membangun semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan makalah kami.
Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini. Maka saya selaku
penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyususn
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................
1.2 Tujuan Penulisan..........................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...................................................................................
4.2 Saran.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.2 Etiologi
Etiologi Parkinson primer masih belum diketahui. Terdapat beberapa
dugaan, di antaranya ialah infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum
diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan
terhadap zat toksik yang belum di ketahui, terjadinya penuaan yang prematur
atau dipercepat.
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi
nigara. suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak
dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa
mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Mekanis-me
bagaimana kerusakan itu belum jelas benar.
Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai
berikut:
1. Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200
dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahu. Hal ini berkaitan dengan reaksi
mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada
substansia nigra, pada penyakit perkinson.
2. Geografi
Di Libya 31 dari 100.000 orang, di Buinos aires 647 per 100.000 orang.
Faktor resiko yang mempengaruhi perbedaan angka secara geogerafis ini
termasuk adanya perbedaan genetik, kekebalan terhadap penyakit dan
paparan terhadap faktor lingkungan.
3. Periode
Fluktuasi jumlah penderita penyakit partinson tiap periode mungkin
berhubungan dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik,
misalnya proses infeksi, industrialisasi ataupun gaya hidup.
4. Genetik
Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningkatkan faktor
resiko menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang
dari 70 tahun. Meskipun sangat jarang, jika disebabkan oleh keturunan,
gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.
5. Faktor Lingkungan
a. Perkerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan mental yang lebih tinggi
dan lama
b. Infeksi
Paparan Virus influenzaintrautero diduga turut menjadi faktor
predesposisi penyakit parkinso melalui kerusakan substansia nigra.
Penelitian pada hewan menunjukan adanya kerusakan subtansia nigra
oleh infeksi nocaridia astroides.
c. Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan setress oksidatif,
salah satu mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson,
sebaliknya, kopi merupakan neuroprotektif.
d. Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penykit parkinson, meski
peranannya masih belum jelas benar.
e. Stress dan depresi
Beberapa penelitian menunjukan depresi dapat mendahului gejala
motorik. Depresi dan setress dihubngkan dengan penyakit parkinson
karena pada stress dan depresi terjadi peningkatan turnover
katekolimin yang memacu stress oksidatif.
2.1.3 Epidemiologi
Penyakit parkinson lebih sering pada usia 60 tahun. Perubahan
psikologis pada SSP mencakup hilangnya neuron berpigmen dan adanya
badan Lewy pada substansia nigra tanpa penyebab yang diketahui. Seiring
dengan penyakit memburuk, seluruh pergerakan semakin lamban, termasuk
mengunyah, menelan dan bicara dan pasien menjadi emobil. Diam atau
emobilitas penuh akan terlihat paling sering saat pasien mulai bergerak.
2.1.4 Patofisiologi
Penyakit parkinson diakibatkan oleh pembusukan dopaminergik
neurons di dalam substansia nigra, bagian dari basal ganglia yang
menhasilkan dan menyimpan neurotransmitter dopamine. Substansi nigra
memainkan suatu peran kritis di dalam extrapyramidal sistem motor, yang
mana bertanggung jawab untuk mengendalikan postur dan koordinasi dan
pergerakan volunter.
Basal ganglia menjadi anggota caudate nucleus, putamen, dan globus
pallidus. Di bawah ini adalah strukturdari nucleus yang Lebih kecil,
termasuk, nucleus yang subthlamic, nukleus merah, dan substansia nigra.
Secara normal rangsangan basal ganglia mengakibatkan perbaikan dari
aktivitas motor volunter melalui keseimbangan neurotransmitters acetylcolin
dan dopamin.
Dopamine, yang mana diproduksi oleh substansia nigra, diteruskan
kepada putamen dan caudate nucleus dan mempunyai suatu efek yang bersifat
mencegah pergerakan. Acetylcholine, yang mana diproduksi sepanjang
seluruh basal ganglia, mempunyai suatu excitatory yang mempengaruhi
pergerakan. Pembusukan substansia nigra mengakibatkan ketidak seimbangan
excitatory acetylcholin dan bersifat mencegah dopamin. Penghabisan
dopamin yang relatif itu mengakibatkan dominasi oleh aktivitas cholinergic,
menimbulkan karakteristik gejala kekakuan otot, tremor, dan bradykinesia
(melambatnya gerakan).
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi terbanyak dan tersering dari penyakit Parkinson yaitu
demensia, aspirasi, dan trauma karena jatuh.
2.2.2 Diagnosa
1. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan bradikinesia,
regiditas otot dan tremor.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan kesulitan.
3. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan
penurunan kemampuan bicara dan kekakuan otot wajah ditandai
dengan.
2.2.3 Intervensi
Dx.1 Tujuan : meningkatkan mobilitas
Kriteria Hasil:
1. Bantu klien melakukan olah raga setiap hari seperti berjalan,
bersepeda, berenang, atau berkebun.
2. Anjurkan klien untuk merentangkan dan olah raga postural
sesuai petunjuk terapis.
3. Mandikan klien dengan air hangat dan lakukan pengurutan
untuk membantu relaksasi otot.
4. Instruksikan klien untuk istirahat secara teratur agar
menghindari kelemahan dan frustasi.
5. Ajarkan untuk melakukan olah raga postural dan teknik
berjalan untuk mengurangi kekakuan saat berjalan dan
kemungkinan belajar terus.
6. Instruksikan klien berjalan dengan posisi kaki terbuka.
7. Buat klien mengangkat tangan dengan kesadaran, mengangkat
kaki saat berjalan, menggunakan sepatu untuk berjalan, dan
berjalan dengan langkah memanjang.
8. Beritahu klien berjalan mengikuti irama musik untuk
membantu memperbaiki sensorik.
Dx.2 Tujuan : mengoptimalkan status nutrisi.
Kriteria Hasil:
1. Ajarkan klien untuk berpikir saat menelan-menutup bibir dan
gigi bersama-sama, mengangkat lidah dengan makanan di
atasnya, kemudian menggerakkan lidah ke belakang dan
menelan sambil mengangkat kepala ke belakang.
2. Instruksikan klien untuk mengunyah dan menelan,
menggunakan kedua dinding mulut.
3. Beritahu klien untuk mengontrol akumulasi saliva secara sadar
dengan memegang kepala dan menelan secara periodik.
4. Berikan rasa aman pada klien, makan dengan stabil dan
menggunakan peralatan.
5. Anjurkan makan dalam porsi kecil dan tambahkan makanan
selingan (snack).
6. Monitor berat badan.
Dx.3 Tujuan: memaksimalkan kemampuan berkomunikasi.
Kriteria Hasil:
1. Jaga komplikasi pengobatan.
2. Rujuk ke terapi wicara.
3. Ajarkan klien latihan wajah dan menggunakan metoda
bernafas untuk memperbaiki kata-kata, volume, dan intonasi.
4. Nafas dalam sebelum berbicara untuk meningkatkan volume
suara dan jumlah kata dalam kalimat setiap bernafas.
5. Latih berbicara dalam kalimat pendek, membaca keras di
depan kaca atau ke dalam perekam suara (tape recorder) untuk
memonitor kemajuan.
2.2.4 Evaluasi
1. Klien mengikuti sesi terapi fisik, melakukan latihan wajah 10 menit
2 kali sehari.
2. Klien dapat makan 3 kali dalam porsi kecil dan dua kali snack,
tidak ada penurunan berat badan.
3. Tidak adanya kesulitan dalam berbicara, kata-kata dapat dipahami
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 BIODATA
1. Identitas pasien
Nama, Usia : terjadi pada umur 40 - 60 tahun, jenis kelamin : dapat
terjadi pada wanita dan laki – laki, alamat, pekerjaan.
3.2 RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Biasanya pasien dan keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sulit
untuk berjalan.
2. Riwayat penyakit sekaran
Sulit melakukan aktifitas sehari-hari , tidak bisa menelan, terjadi tremor
dan penurunan ketajaman penglihatan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada pasien dan keluarga apakah pasien pernah menderita
penyakit yang menyerang saraf pusat seperti ensefalitis dan meningitis.
4. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya keluarga pasien ada yang mengalami penyakit seperti pasien.
3.3 PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum: klien lemah
2. Kesadaran: composmentis
3. Tanda-tanda vital: S: normal (36,50- 37,50C)C; N : Bradikardi (60-100 x/
menit); RR : Takipneu (18-24x/ menit),TD : 130/85mmHg.
4. Kepala : biasanya mesosepal, rambut hitam, bersih, biasanya adanya nyeri
kepala.
5. Mata : anemis, ikterik tidak ada , reflek pupil terhadap cahaya ada.
6. Hidung : biasanya ada pernapasan Cuping hidung,tidak ada secret dan
epitaksis.
7. Telinga : biasanya tidak ada serumen, bentuk simetris.
8. Leher: Palpasi :biasanya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
9. Dada
inspeksi : biasanya bentuk dada normal, pengembangan dada simetris,
tidak ada retraksi dinding dada,tidak ada otot bantu pernafasan,tidak ada
nyeri pada dada, tidak ada pembesaran jantung, pengembangan paru
kanan – kiri simetris.
Palpasi :pada jantung tidak teraba ictus cordis,
Perkusi : bunyi jantung pekak, bunyi paru – paru sonor seluruh lapang
pandang.
Auskultasi :biasanya tidak ada suara bising atau gallop dan pernafasan
vesikuler.
10. Abdomen
Inspeksi :biasanya abdomen tampak rata, tidak ada pembesaran
Auskultasi : Bising usus menurun (5-12x/menit)
Palpasi :biasanya ada pengerasan pada regio kiri bawah,
Perkusi :hypertimpani
11. Genetalia
Inspeksi :biasanya tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid
Palpasi :biasanya tidak ada pembesaran genetalia
Ekstremitas : terjadi kekakuan dan kelemahan karena penyakitnya dan
kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi.
3.4 ROS (Review Of System)
1. B1 (Breathing)
a. Sistem pernafasan meningkat ( normal : 18- 24 x/mnt )
b. Palpasi taktil premitus seimbang kanan dan kiri
c. Perkusi resonan pada seluruh lapangan paru
d. Auskultasi tidak terdengar bunyi nafas tambahan.
2. B2 (Blood)
Nadi meningkat ( normal : 60-100x/mnt), tekanan darah meningkat
(normal : 110/70 – 120/80 mmHg), tidak terdengar bunyi jantung
tambahan.
3. B3 (Brain )
Pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada
sistemlainnya.
4. B4 ( Bladder )
Berkurangnya volume pengeluaran urin berhubungan dengan penurunan
perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
5. B5 ( Bowel )
Pemenuhan Nutrisi menurun dikarenakan disfagia.
6. B6 ( Bone )
Ada penurunan aktifitas disebabkan karena ada penurunan kekuatan otot.
3.5 PENGKAJIAN SARAF KRANIAL
1. Saraf I : tidak ada kelainan pada fungsi penciuman
2. Saraf II: tes ketajaman penglihatan turun
3. Saraf III,IV,VI : Gangguan konstruksi otot – otot bola mata.
4. Saraf V : Terjadi kekakuan pada wajah, wajah seperti topeng
5. Saraf VII : terjadi penurunan rasa pada lidah
6. Saraf VIII : tidak ada tuli konduksi dan tuli persepsi.
7. Saraf IX danX :paralisis otot orofaring, kesulitan berbicara,mengunyah
dan menelan.
8. Saraf XI : tidak ada atrofi sterno kleidomastoideus dan trapezius,
kemampuan mobilisasi leher baik
9. Saraf XII : Lidah simetris, indra pengecapan mengalami kelumpuhan dan
pengecapan pada dua pertiga lidah sisi kelumpuhan kurang tajam.
3.6 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan otot.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan menelan
3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan
aktivitas fisik umum.
3.7 INTERVENSI
1. Dx 1 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Kelemahan otot
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam pasien
mampu melakukan aktifitas fisik sesuai kemampuannya.
Kriteria hasil:
K : Pasien mampu menunjukkan peningkatan kemampuan dan
berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan.
A : Pasien mengatakan tidak terjadi kekakuan saat beraktivitas
P : Pasien melakukan aktifitas sehari – hari dengan sendiri sesuai
kemampuanya.
P : Pasien pada saat beraktifitas tidak mengalami kekakuan,dan
kelemahan otot ,Kekuatan Otat : mengalami peningkatan atau normal
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji mobilitas yang ada dan 1. Mengidentifikasi
observasi terhadap peningkatan kemungkinan kerusakan
kerusakan secara fungsional dan
2. Lakukan program latihan mempengaruhi pilihan
meningkatkan kekuatan otot. intervensi yang akan
3. Anjurkan mandi hangat dan dilakukan
masase otot. 2. Dengan mengikiti latihan
4. Bantu pasien melakukan latihan peningkatan kekuatan
ROM, perawatan diri sesuai otot mencengah
toleransi terjadinya kontraktur
5. Kolaborasi ahli fisioterapi untuk sendi dan otot
latihan fisik 3. Meningkatkan sirkulasi
dan elastisitas kulit dan
menurunkan resiko
terjadinya ekskoriasi
kulit.
4. Mempertahankan
mobilisasi dan fungsi
sendi/ posisi normal
ekstremitas dan
mencegah terjadinya
vena yang statis
5. Membantu dalam
peningkatan fungsi sendi
dan meningkatkan
kekuatan otot.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Parkinson (paralysis agitans) atau sindrom Parkinson (Parkinsonismus)
merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis
akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia
nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency).
Tanda dan gejala yang timbul biasanya adalah tremor,kekakuan,
melemahnya gerakan, akinesia/bradikinesia ,ketidakseimbangan. Penyebab
penyakit ini adalah usia, ras, genetic, toksin, cedera kranio serebral.
Penatalaksanaan medis yaitu Anti kolinergik, Levodopa, Bromokiptin,
Amantidi.
4.2 Saran
Orang yang menderita Parkinson ini harus segera dilakukan pengobatan
baik dengan terapi obat kimia atau herbal.Selain itu juga harus
memperhatikan etiologi seperti ras genetik,toksin usia serta gejala yang
muncul seperti tremor,ketidakseimbangan daya tahan tubuh.Oleh karena itu
dijaga keadaan tubuh kita dalam memenuhi gizi yang cukup.
DAFTAR PUSTAKA
DOENGES,ME.2000,Rencana Asuhan Keperawatan,edisi 3,Jakarta:EGC
Kemp Charles. 2010: Klien Sakit Sterminal Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Nanda Internasional. 2009-2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Wilkinson,JM,2007,buku saku diagnosis keperawatan,edisi 7,Jakarta:EGC
Penyakit Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Prince & Wilson Lorraine M. 2005: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses.
Saputra Lindon. 2009: Kapita Salekta Kedokteran Klinik Edisi Terbaru. Binarupa
Aksara.