Anda di halaman 1dari 25

Asuhan Keperawatan Penyakit Parkinson

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Neurovaskuler

Oleh :

Zatil Khairi
(2007201072)

Dosen Pembimbing: Ns. Sri Andala, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH
LHOKSEUMAWE
TAHUN 2022

Kata pengantar
Assalamualaikum,wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Askep
Penyakit Parkinson ” tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas yang di berikan kepada kami sebagai materi kuliah yang harus di
pahami dan di mengerti maksudnya. Dalam penulisan makalah ini kami merasa
masih banyak kekurangan - kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi
untuk itu kritik dan saran yang membangun semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan makalah kami.
Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini. Maka saya selaku
penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Lhokseumawe, Januari 2022

Penyususn

Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................
1.2 Tujuan Penulisan..........................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS


2.1 Konsep Penyakit Parkinson.......................................................
2.1.1 Pengertian Penyakit Parkinson..................................................
2.1.2 Etiologi......................................................................................
2.1.3 Epidemiologi.............................................................................
2.1.4 Patofisiologi...............................................................................
2.1.5 Manifestasi Klinis......................................................................
2.1.6 Komplikasi.................................................................................
2.1.7 Data Penunjang..........................................................................
2.1.8 Penatalaksanaan Medis..............................................................
2.2 Prosekep Penyakit Parkinson....................................................
2.2.1 Pengkajian.................................................................................
2.2.2 Diagnosa....................................................................................
2.2.3 Intervensi...................................................................................
2.2.4 Evaluasi.....................................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1 Biodata..........................................................................................
3.2 Riwayat Kesehatan.......................................................................
3.3 Pemeriksaan Fisik.........................................................................
3.4 ROS (Review Of System).............................................................
3.5 Pengkajian Saraf Kranial..............................................................
3.6 Diagnosa Keperawatan.................................................................
3.7 Intervensi......................................................................................

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...................................................................................
4.2 Saran.............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis
progresif, merupakan penyakit terbanyak kedua setelah demensia Alzheimer.
Penyakit ini memiliki dimensi gejala yang sangat luas sehingga baik langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup penderita maupun keluarga.
Pertama kali ditemukan oleh seorang dokter inggris yang bernama James
Parkinson pada tahun 1887. Penyakit ini merupakan suatu kondisi ketika
seseorang mengalami ganguan pergerakan.
Tanda-tanda khas yang ditemukan pada penderita diantaranya resting
tremor, rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural. Tanda-tanda motorik
tersebut merupakan akibat dari degenerasi neuron dopaminergik pada system
nigrostriatal. Namun, derajat keparahan defisit motorik tersebut beragam. Tanda-
tanda motorik pasien sering disertai depresi, disfungsi kognitif, gangguan tidur,
dan disfungsi autonom.
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria
dan wanita seimbang. 5 – 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala
awalnya muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada
usia 65 tahun. Secara keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di
seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 – 64 tahun
sampai 3,5 % pada usia 85 – 89 tahun.
Penyakit Parkinson dimulai secara samar-samar dan berkembang secara
perlahan. Pada banyak penderita, pada mulanya Penyakit Parkinson muncul
sebagai tremor (gemetar) tangan ketika sedang beristirahat, tremor akan
berkurang jika tangan digerakkan secara sengaja dan menghilang selama tidur.
Stres emosional atau kelelahan bisa memperberat tremor. Pada awalnya tremor
terjadi pada satu tangan, akhirnya akan mengenai tangan lainnya, lengan dan
tungkai. Tremor juga akan mengenai rahang, lidah, kening dan kelopak mata.
Penderita Penyakit Parkinson mengalami kesulitan dalam memulai suatu
pergerakan dan terjadi kekakuan otot. Jika lengan bawah ditekuk ke belakang atau
diluruskan oleh orang lain, maka gerakannya terasa kaku. Kekakuan dan
imobilitas bisa menyebabkan sakit otot dan kelelahan. Kekakuan dan kesulitan
dalam memulai suatu pergerakan bisa menyebabkan berbagai kesulitan. Otot-otot
kecil di tangan seringkali mengalami gangguan, sehingga pekerjaan sehari -hari
(misalnya mengancingkan baju dan mengikat tali sepatu) semakin sulit dilakukan.
Penderita Penyakit Parkinson mengalami kesulitan dalam melangkah dan
seringkali berjalan tertatih-tatih dimana lengannya tidak berayun sesuai dengan
langkahnya.
Jika penderita Penyakit Parkinson sudah mulai berjalan, mereka
mengalami kesulitan untuk berhenti atau berbalik. Langkahnya bertambah cepat
sehingga mendorong mereka untuk berlari kecil supaya tidak terjatuh. Sikap
tubuhnya menjadi bungkuk dan sulit mempertahankan keseimbangan sehingga
cenderung jatuh ke depan atau ke belakang. Wajah penderita Penyakit Parkinson
menjadi kurang ekspresif karena otot-otot wajah untuk membentuk ekspresi tidak
bergerak. Kadang berkurangnya ekspresi wajah ini disalah artikan sebagai
depresi, walaupun memang banyak penderita Penyakit Parkinson yang akhirnya
mengalami depresi. Pandangan tampak kosong dengan mulut terbuka dan
matanya jarang mengedip.
Penderita Penyakit Parkinson seringkali ileran atau tersedak karena
kekakuan pada otot wajah dan tenggorokan menyebabkan kesulitan menelan.
Penderita Penyakit Parkinson berbicara sangat pelan dan tanpa aksen (monoton)
dan menjadi gagap karena mengalami kesulitan dalam mengartikulasikan
fikirannya. Sebagian besar penderita memiliki intelektual yang normal, tetapi ada
juga yang menjadi pikun.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Untuk Mengetahui Konsep Penyakit Parkinson
1.2.2 Untuk Mengetahui Konsep Askep Penyakit Parkinson
1.2.3 Untuk Mengetahui Tinjaun Kasus Penyakit Parkinson
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Penyakit Parkinson
2.1.1 Pengertian Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson merupakan suatu gangguan neurologis progsesif
yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan
mengatur gerakan karateristik yang mucul berupa bradikinesia (perlambatan
gerakan), tremor dan kekakuan otot.
Parkinsonisme merupakan istilah dari suatu sindrom yang ditandai
dengan tremor ritmik, bradikinesia, kekakuan otot dan hilangnya refleks-
refleks postural. Kelainan pergerakan diakibatkan oleh defek jalur
dopaminergic (produksi dopamine) yang menghubungkan subtansia nigra
dengan korpus striatum (nucleus kaudatus dan nucleus lentikularis). Basal
ganglia adalah bagian dari sistem ekstrapiramidal dan berpengaruh untuk
mengawali, modulasi, mengakhiri pergerakan, serta mengatur gerakan-
gerakan otomatis.

2.1.2 Etiologi
Etiologi Parkinson primer masih belum diketahui. Terdapat beberapa
dugaan, di antaranya ialah infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum
diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan
terhadap zat toksik yang belum di ketahui, terjadinya penuaan yang prematur
atau dipercepat.
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi
nigara. suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak
dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa
mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Mekanis-me
bagaimana kerusakan itu belum jelas benar.
Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai
berikut:
1. Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200
dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahu. Hal ini berkaitan dengan reaksi
mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada
substansia nigra, pada penyakit perkinson.
2. Geografi
Di Libya 31 dari 100.000 orang, di Buinos aires 647 per 100.000 orang.
Faktor resiko yang mempengaruhi perbedaan angka secara geogerafis ini
termasuk adanya perbedaan genetik, kekebalan terhadap penyakit dan
paparan terhadap faktor lingkungan.
3. Periode
Fluktuasi jumlah penderita penyakit partinson tiap periode mungkin
berhubungan dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik,
misalnya proses infeksi, industrialisasi ataupun gaya hidup.
4. Genetik
Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningkatkan faktor
resiko menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang
dari 70 tahun. Meskipun sangat jarang, jika disebabkan oleh keturunan,
gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.
5. Faktor Lingkungan
a. Perkerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan mental yang lebih tinggi
dan lama
b. Infeksi
Paparan Virus influenzaintrautero diduga turut menjadi faktor
predesposisi penyakit parkinso melalui kerusakan substansia nigra.
Penelitian pada hewan menunjukan adanya kerusakan subtansia nigra
oleh infeksi nocaridia astroides.
c. Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan setress oksidatif,
salah satu mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson,
sebaliknya, kopi merupakan neuroprotektif.
d. Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penykit parkinson, meski
peranannya masih belum jelas benar.
e. Stress dan depresi
Beberapa penelitian menunjukan depresi dapat mendahului gejala
motorik. Depresi dan setress dihubngkan dengan penyakit parkinson
karena pada stress dan depresi terjadi peningkatan turnover
katekolimin yang memacu stress oksidatif.
2.1.3 Epidemiologi
Penyakit parkinson lebih sering pada usia 60 tahun. Perubahan
psikologis pada SSP mencakup hilangnya neuron berpigmen dan adanya
badan Lewy pada substansia nigra tanpa penyebab yang diketahui. Seiring
dengan penyakit memburuk, seluruh pergerakan semakin lamban, termasuk
mengunyah, menelan dan bicara dan pasien menjadi emobil. Diam atau
emobilitas penuh akan terlihat paling sering saat pasien mulai bergerak.
2.1.4 Patofisiologi
Penyakit parkinson diakibatkan oleh pembusukan dopaminergik
neurons di dalam substansia nigra, bagian dari basal ganglia yang
menhasilkan dan menyimpan neurotransmitter dopamine. Substansi nigra
memainkan suatu peran kritis di dalam extrapyramidal sistem motor, yang
mana bertanggung jawab untuk mengendalikan postur dan koordinasi dan
pergerakan volunter.
Basal ganglia menjadi anggota caudate nucleus, putamen, dan globus
pallidus. Di bawah ini adalah strukturdari nucleus yang Lebih kecil,
termasuk, nucleus yang subthlamic, nukleus merah, dan substansia nigra.
Secara normal rangsangan basal ganglia mengakibatkan perbaikan dari
aktivitas motor volunter melalui keseimbangan neurotransmitters acetylcolin
dan dopamin.
Dopamine, yang mana diproduksi oleh substansia nigra, diteruskan
kepada putamen dan caudate nucleus dan mempunyai suatu efek yang bersifat
mencegah pergerakan. Acetylcholine, yang mana diproduksi sepanjang
seluruh basal ganglia, mempunyai suatu excitatory yang mempengaruhi
pergerakan. Pembusukan substansia nigra mengakibatkan ketidak seimbangan
excitatory acetylcholin dan bersifat mencegah dopamin. Penghabisan
dopamin yang relatif itu mengakibatkan dominasi oleh aktivitas cholinergic,
menimbulkan karakteristik gejala kekakuan otot, tremor, dan bradykinesia
(melambatnya gerakan).

2.1.5 Manifestasi Klinis


Tanda-tanda dan gejala utama penyakit Parkinson:
1. Menggeletar (pada jari, tangan, kaki, rahang dan / atau muka)
2. Kaku pada anggota badan (tangan, kaki dan / atau tubuh badan –
Rigidity)
3. Pergerakan badan yang perlahan (Bradykinesia)
4. Masalah ketidakseimbangan postur dan koordinasi badan yang
dapat mengakibatkan jatuh.
Penyakit Parkinson dimulai secara samar-samar dan berkembang secara
perlahan. Pada banyak penderita, pada mulanya Penyakit Parkinson muncul
sebagai tremor (gemetar) tangan ketika sedang beristirahat, tremor akan
berkurang jika tangan digerakkan secara sengaja dan menghilang selama
tidur.Stress emosional atau kelelahan bisa memperberat tremor. Pada
awalnya tremor terjadi pada satu tangan, akhirnya akan mengenai tangan
lainnya, lengan dan tungkai. Tremor juga akan mengenai rahang, lidah,
kening dan kelopak mata.
Pada sepertiga penderita Penyakit Parkinson, tremor bukan merupakan
gejala awal; pada penderita lainnya tremor semakin berkurang sejalan
dengan berkembangnya penyakit dan sisanya tidak pernah mengalami
tremor.
Penderita Penyakit Parkinson mengalami kesulitan dalam memulai
suatu pergerakan dan terjadi kekakuan otot. Jika lengan bawah ditekuk ke
belakang atau diluruskan oleh orang lain, maka gerakannya terasa kaku.
Kekakuan dan imobilitas bisa menyebabkan sakit otot dan kelelahan.
Kekakuan dan kesulitan dalam memulai suatu pergerakan bisa menyebabkan
berbagai kesulitan. Otot-otot kecil di tangan seringkali mengalami gangguan,
sehingga pekerjaan sehari -hari (misalnya mengancingkan baju dan mengikat
tali sepatu) semakin sulit dilakukan.
Penderita Penyakit Parkinson mengalami kesulitan dalam melangkah
dan seringkali berjalan tertatih-tatih dimana lengannya tidak berayun sesuai
dengan langkahnya. Jika penderita Penyakit Parkinson sudah mulai berjalan,
mereka mengalami kesulitan untuk berhenti atau berbalik. Langkahnya
bertambah cepat sehingga mendorong mereka untuk berlari kecil supaya
tidak terjatuh. Sikap tubuhnya menjadi bungkuk dan sulit mempertahankan
keseimbangan sehingga cenderung jatuh ke depan atau ke belakang.

2.1.6 Komplikasi
Komplikasi terbanyak dan tersering dari penyakit Parkinson yaitu
demensia, aspirasi, dan trauma karena jatuh.

2.1.7 Data Penunjang


Data penunjang pada penderita Parkinson diantaranya:
1. Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi
neuropatologi. Secara umum didapatkan atropi yang bilateral, simetris,
sering kali berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr).
2. Pemeriksaan neuropsikologik
Penyakit alzheimer selalu menimbulkan gejala demensia. Fungsi
pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya
gangguan fungsi kognitif umum dan mengetahui secara rinci pola defisit
yang terjadi. Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang
ditampilkan oleh beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti
gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian dan
pengertian berbahasa.
3. CT Scan dan MRI
Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk
melihat kwantifikasi perubahan volume jaringan otak pada penderita
alzheimer antemortem. Pemeriksaan ini berperan dalam menyingkirkan
kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya selain alzheimer seperti
multiinfark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh danpembesaran
ventrikel keduanya merupakan gambaran marker dominan yang sangat
spesifik pada penyakit ini. Tetapi gambaran ini juga didapatkan pada
demensia lainnya seperti multiinfark, parkinson, binswanger sehingga kita
sukar untuk membedakan dengan penyakit alzheimer.
4. EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis.
Sedang pada penyakit alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat
pada lobus frontalis yang non spesifik.
5. PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan penurunan aliran
darah, metabolisma O2, dan glukosa didaerah serebral. Up take I.123
sangat menurun pada regional parietal, hasil ini sangat berkorelasi dengan
kelainan fungsi kognisi danselalu dan sesuai dengan hasil observasi
penelitian neuropatologi.
6. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)
Aktivitas I. 123 terendah pada refio parieral penderita alzheimer.
Kelainan ini berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit
kogitif. Kedua pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara
rutin.
2.1.8 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada penderita Parkinson dapat dilakukan
dengan medikamentosa seperti:
1. Antikolinergik untuk mengurangi transmisi kolinergik yang
berlebihan ketika kekurangan dopamin.
2. Levodopa, merupakan prekursor dopamine, dikombinasi dengan
karbidopa, inhibitor dekarboksilat, untuk membantu pengurangan
L-dopa di dalam darah dan memperbaiki otak.
3. Bromokiptin, agonis dopamine yang mengaktifkan respons
dopamine di dalam otak.
4. Amantidin yang dapat meningkatkan pecahan dopamine di dalam
otak.
5. Menggunakan monoamine oksidase inhibitor seperti deprenil untuk
menunda serangan ketidakmampuan dan kebutuhan terapi
levodopa.
2.2 Prosekep Penyakit Parkinson
2.2.1 Pengkajian
Pengumpulan data subjektif dan objektif pada klien dengan
gangguan system persarafan meliputi anamnesis riwayat
penyakit,pemeriksaan fisik,pemeriksaan diagnostic, dan pengkajian
psikososial.
1. Kaji saraf kranial, fungsi serebral (koordinasi) dan fungsi motorik.
2. Observasi gaya berjalan dan saat melakukan aktivitas.
3. Kaji riwayat gejala dan efeknya terhadap fungsi tubuh.
4. Kaji kejelasan dan kecepatan bicara.
5. Kaji tanda depresi.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang
yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas,
amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran
anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan
pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
b. Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang) Kifosis
(kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada) Lordosis
(membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang
berlebihan)
c. Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif,
deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan
sendi
d. Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan
koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas
untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
e. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal.
Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai
kondisi neurologist yang berhubungan dengan caraberjalan
abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis – stroke, cara
berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron,
cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih
panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi
perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu
dan waktu pengisian kapiler.
g. Mengkaji fungsional klien
1) KATZ Indeks Termasuk katagori yang mana:
 Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK),
menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah,dan mandi.
 Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas.
 Mandiri, kecuali mandi, dan satu lagi fungsi yang lain.
 Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu lagi fungsi yang
lain.
 Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu
 Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan
satu fungsi yang lain.
 Ketergantungan untuk semua fungsi diatas.
Keterangan:
Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan
aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu
fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap
mampu.
2) Indeks ADL BARTHEL (BAI)
No Fungsi Sko Keterangan
r
1 Mengendalikan rangsang 0 Tak terkendali/ tak teratur
pembuangan tinja 1 (perlu pencahar).
2 Kadang-kadang tak terkendali
(1x seminggu).
Terkendali teratur
2 Mengendalikan rangsang 0 Tak terkendali atau pakai
berkemih 1 kateter
Kadang-kadang tak terkendali
2 (hanya 1x/24 jam)
Mandiri
3 Membersihkan diri (seka muka, 0 Butuh pertolongan orang lain
sisir rambut, sikat gigi) 1 Mandiri
4 Penggunaan jamban, masuk dan 0 Tergantung pertolongan orang
keluar (melepaskan, memakai 1 lain
celana, membersihkan, Perlu pertolongan beberapa
menyiram) kegiatan tetapi dapat
2 mengerjakan sendiri beberapa
kegiatan yang lain
Mandiri
5 Makan 0 Tidak mampu
1 Perlu ditolong memotong
2 makanan
Mandiri
6 Berubah sikap dari berbaring ke 0 Tidak mampu
duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk
2 bisa duduk
3 Bantuan minimal 1 orang
Mandiri

TOTAL SKOR (SKOR BAI):


20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
1.4 : Ketergantungan total

2.2.2 Diagnosa
1. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan bradikinesia,
regiditas otot dan tremor.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan kesulitan.
3. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan
penurunan kemampuan bicara dan kekakuan otot wajah ditandai
dengan.
2.2.3 Intervensi
Dx.1 Tujuan : meningkatkan mobilitas
Kriteria Hasil:
1. Bantu klien melakukan olah raga setiap hari seperti berjalan,
bersepeda, berenang, atau berkebun.
2. Anjurkan klien untuk merentangkan dan olah raga postural
sesuai petunjuk terapis.
3. Mandikan klien dengan air hangat dan lakukan pengurutan
untuk membantu relaksasi otot.
4. Instruksikan klien untuk istirahat secara teratur agar
menghindari kelemahan dan frustasi.
5. Ajarkan untuk melakukan olah raga postural dan teknik
berjalan untuk mengurangi kekakuan saat berjalan dan
kemungkinan belajar terus.
6. Instruksikan klien berjalan dengan posisi kaki terbuka.
7. Buat klien mengangkat tangan dengan kesadaran, mengangkat
kaki saat berjalan, menggunakan sepatu untuk berjalan, dan
berjalan dengan langkah memanjang.
8. Beritahu klien berjalan mengikuti irama musik untuk
membantu memperbaiki sensorik.
Dx.2 Tujuan : mengoptimalkan status nutrisi.
Kriteria Hasil:
1. Ajarkan klien untuk berpikir saat menelan-menutup bibir dan
gigi bersama-sama, mengangkat lidah dengan makanan di
atasnya, kemudian menggerakkan lidah ke belakang dan
menelan sambil mengangkat kepala ke belakang.
2. Instruksikan klien untuk mengunyah dan menelan,
menggunakan kedua dinding mulut.
3. Beritahu klien untuk mengontrol akumulasi saliva secara sadar
dengan memegang kepala dan menelan secara periodik.
4. Berikan rasa aman pada klien, makan dengan stabil dan
menggunakan peralatan.
5. Anjurkan makan dalam porsi kecil dan tambahkan makanan
selingan (snack).
6. Monitor berat badan.
Dx.3 Tujuan: memaksimalkan kemampuan berkomunikasi.
Kriteria Hasil:
1. Jaga komplikasi pengobatan.
2. Rujuk ke terapi wicara.
3. Ajarkan klien latihan wajah dan menggunakan metoda
bernafas untuk memperbaiki kata-kata, volume, dan intonasi.
4. Nafas dalam sebelum berbicara untuk meningkatkan volume
suara dan jumlah kata dalam kalimat setiap bernafas.
5. Latih berbicara dalam kalimat pendek, membaca keras di
depan kaca atau ke dalam perekam suara (tape recorder) untuk
memonitor kemajuan.
2.2.4 Evaluasi
1. Klien mengikuti sesi terapi fisik, melakukan latihan wajah 10 menit
2 kali sehari.
2. Klien dapat makan 3 kali dalam porsi kecil dan dua kali snack,
tidak ada penurunan berat badan.
3. Tidak adanya kesulitan dalam berbicara, kata-kata dapat dipahami
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 BIODATA
1. Identitas pasien
Nama, Usia : terjadi pada umur 40 - 60 tahun, jenis kelamin : dapat
terjadi pada wanita dan laki – laki, alamat, pekerjaan.
3.2 RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Biasanya pasien dan keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sulit
untuk berjalan.
2. Riwayat penyakit sekaran
Sulit melakukan aktifitas sehari-hari , tidak bisa menelan, terjadi tremor
dan penurunan ketajaman penglihatan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada pasien dan keluarga apakah pasien pernah menderita
penyakit yang menyerang saraf pusat seperti ensefalitis dan meningitis.
4. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya keluarga pasien ada yang mengalami penyakit seperti pasien.
3.3 PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum: klien lemah
2. Kesadaran: composmentis
3. Tanda-tanda vital: S: normal (36,50- 37,50C)C; N : Bradikardi (60-100 x/
menit); RR : Takipneu (18-24x/ menit),TD : 130/85mmHg.
4. Kepala : biasanya mesosepal, rambut hitam, bersih, biasanya adanya nyeri
kepala.
5. Mata : anemis, ikterik tidak ada , reflek pupil terhadap cahaya ada.
6. Hidung : biasanya ada pernapasan Cuping hidung,tidak ada secret dan
epitaksis.
7. Telinga : biasanya tidak ada serumen, bentuk simetris.
8. Leher: Palpasi :biasanya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
9. Dada
inspeksi : biasanya bentuk dada normal, pengembangan dada simetris,
tidak ada retraksi dinding dada,tidak ada otot bantu pernafasan,tidak ada
nyeri pada dada, tidak ada pembesaran jantung, pengembangan paru
kanan – kiri simetris.
Palpasi :pada jantung tidak teraba ictus cordis,
Perkusi : bunyi jantung pekak, bunyi paru – paru sonor seluruh lapang
pandang.
Auskultasi :biasanya tidak ada suara bising atau gallop dan pernafasan
vesikuler.
10. Abdomen
Inspeksi :biasanya abdomen tampak rata, tidak ada pembesaran
Auskultasi : Bising usus menurun (5-12x/menit)
Palpasi :biasanya ada pengerasan pada regio kiri bawah,
Perkusi :hypertimpani
11. Genetalia
Inspeksi :biasanya tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid
Palpasi :biasanya tidak ada pembesaran genetalia
Ekstremitas : terjadi kekakuan dan kelemahan karena penyakitnya dan
kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi.
3.4 ROS (Review Of System)
1. B1 (Breathing)
a. Sistem pernafasan meningkat ( normal : 18- 24 x/mnt )
b. Palpasi taktil premitus seimbang kanan dan kiri
c. Perkusi resonan pada seluruh lapangan paru
d. Auskultasi tidak terdengar bunyi nafas tambahan.
2. B2 (Blood)
Nadi meningkat ( normal : 60-100x/mnt), tekanan darah meningkat
(normal : 110/70 – 120/80 mmHg), tidak terdengar bunyi jantung
tambahan.
3. B3 (Brain )
Pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada
sistemlainnya.
4. B4 ( Bladder )
Berkurangnya volume pengeluaran urin berhubungan dengan penurunan
perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
5. B5 ( Bowel )
Pemenuhan Nutrisi menurun dikarenakan disfagia.
6. B6 ( Bone )
Ada penurunan aktifitas disebabkan karena ada penurunan kekuatan otot.
3.5 PENGKAJIAN SARAF KRANIAL
1. Saraf I : tidak ada kelainan pada fungsi penciuman
2. Saraf II: tes ketajaman penglihatan turun
3. Saraf III,IV,VI : Gangguan konstruksi otot – otot bola mata.
4. Saraf V : Terjadi kekakuan pada wajah, wajah seperti topeng
5. Saraf VII : terjadi penurunan rasa pada lidah
6. Saraf VIII : tidak ada tuli konduksi dan tuli persepsi.
7. Saraf IX danX :paralisis otot orofaring, kesulitan berbicara,mengunyah
dan menelan.
8. Saraf XI : tidak ada atrofi sterno kleidomastoideus dan trapezius,
kemampuan mobilisasi leher baik
9. Saraf XII : Lidah simetris, indra pengecapan mengalami kelumpuhan dan
pengecapan pada dua pertiga lidah sisi kelumpuhan kurang tajam.
3.6 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan otot.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan menelan
3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan
aktivitas fisik umum.
3.7 INTERVENSI
1. Dx 1 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Kelemahan otot
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam pasien
mampu melakukan aktifitas fisik sesuai kemampuannya.
Kriteria hasil:
K : Pasien mampu menunjukkan peningkatan kemampuan dan
berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan.
A : Pasien mengatakan tidak terjadi kekakuan saat beraktivitas
P : Pasien melakukan aktifitas sehari – hari dengan sendiri sesuai
kemampuanya.
P : Pasien pada saat beraktifitas tidak mengalami kekakuan,dan
kelemahan otot ,Kekuatan Otat : mengalami peningkatan atau normal
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji mobilitas yang ada dan 1. Mengidentifikasi
observasi terhadap peningkatan kemungkinan kerusakan
kerusakan secara fungsional dan
2. Lakukan program latihan mempengaruhi pilihan
meningkatkan kekuatan otot. intervensi yang akan
3. Anjurkan mandi hangat dan dilakukan
masase otot. 2. Dengan mengikiti latihan
4. Bantu pasien melakukan latihan peningkatan kekuatan
ROM, perawatan diri sesuai otot mencengah
toleransi terjadinya kontraktur
5. Kolaborasi ahli fisioterapi untuk sendi dan otot
latihan fisik 3. Meningkatkan sirkulasi
dan elastisitas kulit dan
menurunkan resiko
terjadinya ekskoriasi
kulit.
4. Mempertahankan
mobilisasi dan fungsi
sendi/ posisi normal
ekstremitas dan
mencegah terjadinya
vena yang statis
5. Membantu dalam
peningkatan fungsi sendi
dan meningkatkan
kekuatan otot.

2. Dx 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan kesulitan menelan


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x24 jam
diharapkan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil:
K: Pasien mengetahui cara meningkatkan nafsu makan.
A : Pasien tidak malas untuk makan.
P : Pasien menghabiskan makanan porsi makan yang diberikan.
P : BB seimbang ,Hb (12-14g/dl), Albumin (4- 5,2 g/dl) klien tidak
nampak lemas.
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan 1. Kelemahan otot dan reflek yang
mengunyah, menelan pada hipoaktif dapat
keadaan teratur
menindentifikasikan kebutuhan
2. Auskultasi bising usus,
evaluasi adanya distensi akan metode alternative misalnya
abdomen melalui selang NGT.
3. Catat makanan yang
2. Perubahan fungsi lambung sering
disukai/tidak disukai oleh
pasien dan termasuk dalam terjadi sebagai akibat dari
pilihan diet yang paralis/mobilisasi.
dikehendakinya. Berikan
3. Meningkatkan rasa control dan
makanan setengah
padat/cair mungkin juga dapta
4. Anjurkan orang terdekat meningkatkan usaha untuk
untuk ikut berpartisipasi makan. Makanan lunak atau cair
pada waktu makan seperti
member makan atau menurunkan resiko terjadinya
membawa makanan aspirasi.
kesukan pasien dari rumah 4. Memnerikan waktu bersosialisasi
5. Timbang berat badan
yang dapta meningkatkan jumlah
setiap hari
6. Kolaborasi dalam diet masukan makanan pada pasien.
tinggi kalori atau protein 5. Mengkaji keefektifan aturan diet.
nabati
6. Makanan suplementasi dapat
7. Kolaborasi dalam
pemasangan NGT, berikan meningkatkan pemasukan nutrisi.
makanan 7. Untuk pemasukan makanan.
enteral/parenteral.
3. Dx 3 : Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan
penurunan aktivitas fisik umum
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam
diharapkan pola defekasi klien bisa normal kembali
Kriteria hasil:
K : pasien mengetahui cara mengatasi kesulitan BAB
A : pasien mengatakan BAB normal kembali
P : pasien mampu mendemonstrasikan cara mengatasi kesulitan BAB.
P : Bising usus normal 5-12 x/mnt, feses normal, tidak teraba massa pada
kuadran kiri bawah.
Intervensi Rasional
1. Auskultasi bising usus, catat 1. Penurunan atau hilangnya
adanya tau tidak adanya atau bising usus merupan
perubahan bising usus. indikasi ileus peristaltic
2. Catat frekuensi, karakteristik dan yang bearti hilangnya
jumlah feses. motolitas usus
3. Anjuran pasien untuk pemasukan 2. Mengidentifikasi derajat
cairan yang lebih banyak minimal gangguan/disfungsi dan
2000,l/hari termasuk sari buah. kemungkinan bantuan
4. Lakukan latihan defekasi secara yang diperlukan
teratur 3. Meningkatkan
5. Kolaborasi dalam pemberian obat konsistensi feses untuk
laksatif, pelembek feses sesuai dapat melewati usus
kebutuhan dengan mudah
6. Kolaborasi dalam pemberian 4. Kemampuan mengontrol
selang rental, supositoria dan enem pengeluaran feses untuk
jika diperlukan. kemamdirian fisik pasien
dan penerimaan social
5. Melembekkan feses,
meningkatkan fungsi
defekasisesuai kebiasan.
Menurunkan ketengangan
6. Mungkin perlu untuk
menghilanmgkan distensi
abdomen, meningkatkan
kebiasaan defekasi yang
normal.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Parkinson (paralysis agitans) atau sindrom Parkinson (Parkinsonismus)
merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis
akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia
nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency).
Tanda dan gejala yang timbul biasanya adalah tremor,kekakuan,
melemahnya gerakan, akinesia/bradikinesia ,ketidakseimbangan. Penyebab
penyakit ini adalah usia, ras, genetic, toksin, cedera kranio serebral.
Penatalaksanaan medis yaitu Anti kolinergik, Levodopa, Bromokiptin,
Amantidi.

4.2 Saran
Orang yang menderita Parkinson ini harus segera dilakukan pengobatan
baik dengan terapi obat kimia atau herbal.Selain itu juga harus
memperhatikan etiologi seperti ras genetik,toksin usia serta gejala yang
muncul seperti tremor,ketidakseimbangan daya tahan tubuh.Oleh karena itu
dijaga keadaan tubuh kita dalam memenuhi gizi yang cukup.

DAFTAR PUSTAKA
DOENGES,ME.2000,Rencana Asuhan Keperawatan,edisi 3,Jakarta:EGC
Kemp Charles. 2010: Klien Sakit Sterminal Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Nanda Internasional. 2009-2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Wilkinson,JM,2007,buku saku diagnosis keperawatan,edisi 7,Jakarta:EGC
Penyakit Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Prince & Wilson Lorraine M. 2005: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses.
Saputra Lindon. 2009: Kapita Salekta Kedokteran Klinik Edisi Terbaru. Binarupa
Aksara.

Anda mungkin juga menyukai