Anda di halaman 1dari 62

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn.

Y
YANG MENGALAMI PARKINSON DI RUANG RAWAT INAP
PENYAKIT DALAM RSD GUNUNG JATI CIREBON
TAHUN 2021

LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan guna melengkapi tugas akhir keperawatan gerontik

Oleh :
Uswatun Hasanah
NIM. CKX0200026

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2021
DAFTAR ISI

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN .............................................................. 1


A. Pengertian Parkinson.............................................................................. 1
B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf ..................................................... 2
C. Etiologi Parkinson .................................................................................. 8
D. Manifestasi Klinis Parkinson ................................................................ 10
E. Patofisioligis Parkinson ......................................................................... 12
F. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................ 14
G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan .......................................... 14
H. Komplkasi Parkinson ............................................................................. 19

BAB II KONSEP GERONTIK ......................................................................... 20


A. Pengertian ............................................................................................... 20
B. Batasan-batasan Lanjut Usia ................................................................ 20
C. Tipe Lanjut Usia di Indonesia ............................................................... 21
D. Penggolongan Lanjut Usia Berdasarkan Kelompok .......................... 22
E. Perubahan Akibat Proses Menua ......................................................... 22
F. Masalah Yang Bisa Muncul Pada Lansia ............................................ 24

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA


LANSIA YANG MENGALAMI PARKINSON .............................................. 25
A. Pengkajian Khusus ................................................................................. 30
1. SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionnaire)
2. Indeks Katz
3. Apgar Keluarga
4. Indeks Barthel
B. Diagnosa Keperawatan .......................................................................... 35
C. Intervensi Keperawatan ........................................................................ 37
D. Implementasi ........................................................................................... 39
E. Evaluasi ................................................................................................... 39
BAB IV LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TN. Y DENGAN
PARKINSON ...................................................................................................... 41
A. Pengkajian .............................................................................................. 41
B. Diagnosa .................................................................................................. 49
C. Intervensi Keperawatan ........................................................................ 50
D. Catatan Keperawatan ............................................................................ 52

BAB V SATUAN ACARA PENYULUHAN PASIEN NY.Y DENGAN


PARKINSON
A. Satuan Acara Penyuluhan Parkinson .................................................. 54
B. Leaflet Penanganan dan Pencegahan Parkinson ................................ 58
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Parkinson
Penyakit parkinson adalah gangguan neurologik progresif yang mengenai
pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan.
Karakteristik yang muncul berupa bradikinesia (pelambatan gerakan), tremor
dan kekakuan otot.
Parkinsonisme merupakan istilah dari suatu sidrom yang ditandai dengan
tremor ritmik, bradikinesia, kekakuan otot, dan hilangnya refleks-refleks
postural. Kelainan pergerakan diakibatkan oleh defek jalur dopamnergik
(produksi dopamin) yang menghubungkan substansia nigra dengan korpus
striatum (nukleus kaudatus dan nukleus lentikularis). Ganglia basalis adalah
bagian dari sistem ekstrapiramidal dan berpengaruh untuk mengawali,
modulasi, dan mengakhiri pergerakan serta mengatur gerakan-gerakan
otomatis karekteristik yang muncul berupa bradikinesia (pelambatan gerakan),
tremor, dan kekakuan otot. Penyakit ini bersifat progresif lambat yang
menyerang usia pertengahan atau lanjut, dengan onset khas pada 50-an dan
60-an.
Parkinson adalah penyakit neurologik kronik, progresif yang disebabkan
karena hilangnya neurotranmitter dopamine di otak sehingga terjadi gangguan
kontrol pergerakan yang ditandai adanya tremor pada tangan, kekakuan,
bradikinesia (lambat dalam pergerakan) (Black, 2009).
Parkinson (paralisis agitans) merupakan penyakit/sindrome pergerakan
yang disebabkan oleh gangguan pada ganglia basalis dan substansia nigra
dalam menghasilkan dopamin, ditandai dengan adanya tremor ritmik,
bradikinesia, kekakuan otot dan hilangnya refleks-refleks postural. Basal
ganglia adalah bagian dari sistem ekstrapiramidal dan berpengaruh untuk
mengawali, modulasi dan mengakhiri pergerakan serta pengaturan gerakan-
gerakan otomatis. Penyakit parkinson pertama kali ditemukan oleh james

1
parkinson tahun 1817 dengan istilah paralisis agitans dan baru pada tahun
1887 jean matin charcot memberi nama penyakit parkinson.
Angka kejadian pada penyakit parkinson meningkat seiring
meningkatnya usia. Usia yang paling banyak adalah pada 50 tahun ke atas.
Jenis kelamin laki-laki dan perempuan hampir seimbang (Hickey, 2003).
Sindrom yang ditandai dengan adanya tremor waktu istirahat, rigiditas,
bradikinesia dan hilangnya reflex postural akibat penurunan kadar dopamine
oleh berbagai macam sebab. Disebut juga dengan sindrom Parkinson. (Sudoyo
W, dkk, 2006).
Parkinsonisme adalah gangguan yang paling sering melibatkan sistem
ekstrapiramidal, dan beberapa penyebab lain. sangat banyak kasus besar yang
tidak diketahui sebabnya atau bersifat idiopatik. parkinsonisme idiopatik
mengarah pada penyakit parkinson atau agitasi paralisis. (Sylvia A. Prince,
dkk, 2006).

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf


Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan
serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Sistem persarafan merupakan salah
satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan kerjasama yang rapi
dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh
Fungsi sistem saraf yaitu :
1. Mendeteksi perubahan dan merasakan sensasi.
2. Menghantarkan informasi.
3. Mengolah informasi
Susunan saraf terdiri dari: Susunan Saraf Pusat (SSP) dan Susunan Saraf
Tepi (Nn. Craniales + Nn. Spinales) .Susunan Saraf Pusat terdiri Encephalon
dan Medulla Spinalis.
Otak atau ensefalon secara konvensional dibagi dalam 5 bagian utama:
telensefalon atau otak besar, diensefalon atau otak antara, mesensefalon atau
otak tengah, metensefalon atau otak belakang, dan mielensefalon atau medulla
oblongata (sambungan sumsum tulang). Telensefalon dan diensefalon

2
membentuk prosensefalon atau otak depan. Metensefalon dan mielensefalon
membentuk rombensefalon atau otak belah ketupat. Metensefalon terdiri dari
pons dan serebelum. Serebrum mencakup telensefalon, diensefalon dan otak
tengah bagian atas.
Serebrum sebagiannya terbagi dalam dua belahan hemisfer oleh suatu
fisura longitudinal vertical yang dalam. Sebuah hemisfer serebrum adalah
setengah bagian otak depan. Hemisfer serebrum meliputi struktur telensefalon
seperti korteks serebrum, zat putih yang dalam terhadap korteks, ganglia basal,
dan korpus kalosum. Sistem ventrikulus ialah rongga-rongga di dalam otak
yang berisi cairan serebrospinal. Sistem itu dibagi sebagai berikut: ventrikel
lateral ialah rongga di dalam hemisfer serebrum, ventrikel ketiga ialah rongga
di dalam diensefalon, akuaduktus serebrum (akuaduktus sylvii) ialah rongga di
dalam mesensefalon dan ventrikel keempat ialah rongga rombensefalon.
Serebelum (otak kecil) ialah bagian dorsal metensefalon yang mengembang.
Batang otak ialah istilah kolektif untuk diensefalon, mesensefalon dan
rombensefalon tanpa serebelum. Diensefalon kadang-kadang tidak
dimasukkan ke dalam batang otak. Batang otak dibagi menurut hubungan
topografiknya dengan tentorium dalam bagian supratentorium dan
infratentorium.
Diensefalon ialah bagian bagian supratentorium dan otak tengah, pons
dan sambungan sumsum tulang belakang merupakan bagian infratentorium.
Semua saraf otak kecuali saraf penghidu dan saraf optik, muncul dari batang
otak bagian infratentorium.

Gambar 21.2: Parkinson disease


(Sumber: Esther,neurologic Disorder, Mosby, 1992)

3
Fisiologi Susunan Saraf Pusat
Sistem saraf terdiri dari:
1. Reseptor sensoris reaksi segera memori pada otak.
2. Informasi ( medulla spinalis, substansia retikularis).
3. Efektor ke otot & kelenjar.
Fungsi sistem saraf adalah:
1. Menghantarkan informasi dari satu tempat ke tempat yang lain.
2. Mengelola informasi sehingga dapat digunakan atau dapat menjadi
jelas.
Tingkatan sistem saraf :
1. Tingkat medulla spinalis, sinyal sensoris dihantarkan melalui saraf
saraf spinal menuju ke setiap segment Medulla Spinalis dan
menyebabkan respons motorik lokal.
2. Tingkat Otak Bagian. Bawah (Medulla Oblongata, pons,
mesensephalon, hipotalamus, talamus, serebellum, dan ganglia basalis)
mengatur aktivitas tubuh yang terjadi di bawah kesadaran.
3. Tingkat otak bagian atas atau tingkat kortikal, daerah tempat
penyimpanan informasi dan proses berpikir.
Patokan anatomis yag digunakan dalam pemetaan korteks serebri terdiri dari 4
lobus yaitu :
1. Lobus oksipitalis, untuk pengelolaan awal masukan
penglihatan.
2. Lobus temporalis, untuk sensasi suara (Pendengaran).
3. Lobus parietalis, untuk menerima & mengolah masukan sensorik
seperti sentuhan, panas, tekanan, dingin dan nyeri dari permukaan
tubuh.
4. Lobus frontalis, berfungsi :
a. Aktifitas motorik volunter.
b. Kemampuan berbicara.
c. Elaborasi pikiran.
Fungsi korteks serebri :

4
1. Persepsi sensorik
2. Kontrol gerakan volunter
3. Bahasa
4. Sifat pribadi
5. Proses berpikir, mengingat, kreatifitas
Fungsi Talamus :
1. Menerima impuls eksteroseptif dan proprioseptif
2. Stasiun penyambung yang mengirim impuls ke korteks serebri
3. Beberapa tingkat kesadaran
4. Pusat koordinasi timbulnya gerakan afektif, ekspresif yang terjadi
sebagai rangsangan emosional
5. Kontrol motorik yang termodifikasi
6. Bagian penting darir sistem aktivasi retikular ascedens
Fungsi Hipotalamus :
1. Mengatur fungsi homeostatik seperti kontrol suhu, rasa haus,
pengeluaran urin dan asupan makanan.
2. Pusat primer dari sistem saraf otonom perifer.
3. Mengontrol emosi dan pola perilaku.
Fungsi Batang Otak :
Dibentuk oleh medulla oblongata, pons, dan mesencephalon.
1. Penyalur asenden dan desendens yang menghubungkan medulla
spinalis dengan pusat yang lebih tinggi.
2. Pusat-pusat refleks penting yang mengatur sistem respirasi,
kardiovaskuler dan kendali tingkat kesadaran.
3. Mengandung nuclei saraf kranial III sampai XII.
4. Memodulasi rasa nyeri.
5. Pusat yg bertanggungjawab untuk tidur.
6. Mengatur refleks-refleks otot yang terlibat dlm keseimbangan dan
postur.

Medulla Spinalis

5
Berjalan melalui kanalis vertebralis dan dihubungkan dengan saraf spinalis.
Terdiri dari :
1. Substansia Grisea berbentuk seperti kupu-kupu (H) terdiri dari badan
sel saraf dan dendritnya
2. Substansia Alba tersusun menjadi traktus (jaras) yaitu :
a. Traktus Asendens (dari Medulla Spinalis
ke Otak), menyalurkan sinyal dari aferen ke otak.
b. Traktus Desendens (dari Otak ke Medulla
Spinalis), menyampaikan pesan - pesan dari otak ke neuron eferen.
Medulla Spinalis bertanggung jawab untuk integrasi banyak refleks dasar,
mempunyai 2 fungsi utama :
1. Sebagai penghubung untuk menyalurkan informasi antara otak dan
bagian tubuh lainnya.
2. Mengintegrasikan aktifitas refleks antara masukan aferen dan keluaran
eferen tanpa melibatkan otak, jenis aktifitas refleks ini dikenal sebagai
refleks spinal.
Serebelum
Serebelum penting dalam keseimbangan serta merencanakan dan
melaksanakan gerakan volunter. Terdiri dari :
1. Vestibuloserebellum, mempertahankan keseimbangan dan mengontrol
gerakan.
2. Spinoserebellum, mengatur tonus otot dan gerakan volunter yang
terampil dan terkoordinasi.
3. Serebroserebellum, dalam perencanaan dan inisiasi gerakan volunter
dengan memberikan masukan ke daerah motorik korteks. Bentuk
gangguan diskoordinasi gerakan otot akibat gangguan pada serebellum
a. Asinergia: hilangnya kerjasama antar kelompok otot.
b. Disdiadokokinesis: ketidakmampuan untuk melakukan gerakan
yang berganti-ganti dangan cepat.
c. Dismetria: Gangguan kecepatan untuk memulai
dan menghentikan gerakan.

6
d. Ataksia: gangguan dalam kecepatan, kekuatan dan jurusan dari
gerakan.
e. Tremor: sangat irreguler.
f. Nistagmus: Gangguan pergerakan bola mata.
g. Disartria: Gangguan akibat diskoordinasi gerakan otot-otot
pernapasan, otot pita suara & lidah.
Ganglia Basalis
Termasuk Ganglia basalis: nukleus kaudatus, putamen, & globus pallidus
(substansia nigra, korpus subtalamikus dan nukleus ruber). Fungsi motorik
ganglia basalis:
1. Mengatur aktifitas motorik yang kompleks bersama dengan korteks
serebri dan traktus kortikospinalis.
2. Pengaturan kognitif dari aktifitas motorik (nukleus kaudatus).
3. Menentukan kecepatan gerakan yang harus dilakukan.
4. Mengatur berapa besar gerakan tersebut harus dilakukan (bersama
korteks serebri terutama daerah parietal).
Kelainan akibat kerusakan ganglia basalis:
1. Chorea disebabkan degenerasi nukleus kaudatus. Gerakan seperti
menari involunter (involuntery dancing movement).
2. Athetosis disebabkan kerusakan nukleus lentikularis ditandai gerakan
lambat dan menggeliat.
3. Ballismus terjadi kerusakan nuclei subthalamic ditandai pergerakan
tiba-tiba pada salah satu sisi tubuh.
4. Parkinson (paralisis agitans) terjadi degenerasi neuron
dopaminergicdari system nigrostriatal, gejalanya berupa akinesia,
bradikinesia, rigidity, dan tremor.

7
C. Etiologi Parkinson
Penyebab parkinson adalah adanya kemunduran atau kerusakan selsel
saraf pada basal ganglia sehingga pembentukan serta sumber dopamine
menjadi sedikit atau berkurang. Faktor penyebab kemunduran dari basal
ganglia itu sendiri masih belum diketahui, namun kemungkinan disebabkan
karena faktor keturunan, trauma, infeksi, pengobatan, terpapar racun,
atherosklerosis dan tumor basal ganglia (Ginsberg Lionel, 2008).
Etiologi parkinson primer belum diketahui. Terdapat beberapa dugaan,
diantaranya ialah: infeksi oleh virus yang non- konvensional (belum
diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan
terhadap zat anti toksin yang belum di ketahui, terjadinya penuaan yang
prematur atau dipercepat.
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, terpatnya di substansi
nigra. Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak
dikehendaki. Akibatnya penderita tidak bisa mengatur/ menahan gerakan–
gerakan yang tidak disadari. Mekanisme bagaimana kerusakan itu belum jelas
benar.
Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai
berikut:
1. Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai
200 dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan
dengan reaksi mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neurona,
terutama pada substansi nigra, pada penyakit parkinson.
2. Geografi
Faktor resiko yang mempengaruhi perbedaan angka secara geografis
ini termaksud adanya perbedaan genetik, kekebalan terhadap
penyakit dan paparan terhadap faktor lingkungan.
a. Periode
Flukultasi jumlah penderita pnyakit arkinson tiap periode
mungkin berhubungan dengan hasil pemaparan lingkungan yang

8
episodik, misalnya proses infeksi, indistrialisasi ataupun gaya
hidup.
b. Genetik
Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningkatkan
faktor resiko penderita menderita penyakit parkinson sebesar 8,8
kali pada usia lebih dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari
70 tahun, Meskipun sangat jarang. jika disebakan oleh keturunan,
gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.
c. Faktor lingkungan
Xenobiotik berhubungan erat dengan paparan pestisida yang
dapat menimbulkan kerusan mitokondria.
d. Pekerjaan
e. Lebih banyak orang dengan paparan mental yang lebih tinggi dan
lama.
f. Infeksi
Paparan virus influensa intrautero turut menjadi faktor faktor
presdiposis penyakit parkinson melalui kerusakan substansia
nigra.
g. Diet
Komsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif,
salah satu mekanisma kerusakan neuronal pada penyakit
parkinson. Sebaliknya kopi merupakan neuroprotektif.
h. Trauma kepala
Cidera kranio serebral bisa menyebakan penyakit parkinson,
meski perannya masih belum jelas benar.
i. Stress dan depresi
Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului
gejala motorik. Depresi dan stress dihubungkan dengan penyakit
parkinson karena pada stress dan depresi terjadi peningkatan
turnover kotekolamin yang memacu stress oksidati.

9
Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan
neurotransmitter di otak dan faktor-faktor lainnya seperti :
1. Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan
respon gejala penyakit Parkinson.
2. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus,
genetik, toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui.
3. Parkinson juga disebabkan oleh obat antara lain: reserpin (serpasil),
phenithiszzives, butrophenous (contohnya haloperidol).

D. Manifestasi Klinis Parkinson


Manifestasi utama penyakit parkinson adalah gangguan gerakan, kaku
otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural.
Tanda awal meliputi kaku ekstremitas dan menjadi kaku pada bentuk semua
gerakan. Pasien mempunyai kesukaran dalam memulai, mempertahankan, dan
membentuk aktifitas motorik dan pengalaman lambat dalam menghasilkan
aktivitas normal. Bersamaan dengan berlanjutnya penyakit, mulai timbul
tremor, seringkali pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian
yang lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral.
Karekteristik tremor dapat berupa: lambat, gerakan membalik (pronasi-
supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu jari terhadap
jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil di antara jari-jari. Keadaan ini
meningkat bila pasien sedang berkonsentrasi atau merasa cemas, dan muncul
pada saat pasien istirahat.
Karakteristik lain penyakit ini mempengaruhi wajah, sikap tubuh, dan
gaya berjalan. Terdapat kehilangan ayunan tangan normal. Akhirnya
ekstremitas kaku dan menjadi terlihat lemah. Karena hal ini menyebabkan
keterbatasan otot, wajah mengalami sedikit ekspresi dimana saat bicara wajah
seperti topeng (sering mengedipkan mata), raut wajah yang ada muncul
sekilas.
Terdapat kehilangan refleks postural, dan pasien berdiri dengan kepala
cenderung ke depan dan berjalan seperti didorong. Kesukaran dalam berputar

10
dan hilangnya ke seimbangan (salah satunya kedepan atau kebelakang) dapat
menimbulkan sering jatuh.
Gambaran Klinis Parkinsonisme :
1. Kepala membungkuk kedepan.
2. Tremor kepala dan tangan.
3. Gerakan tangan memutar.
4. Cara berjalan dengan kaki terseret dan seperti didorong.
5. Berdiri kaku.
6. Hilangnya reflek postural.
7. Akinesia.
8. Ekspresi wajah seperti topeng.
9. Kehilangan berat badan.
10. Mengeluarkan air liur.

Gambar 21.4: karakteristik pasien dengan parkinson


(sumber: prigma sidharta. Jakarta: Dian Rakyat, 1985)

11
Seringkali pasien ini memperlihatkan tanda-tanda depresi, depresi ini
belum ditetapkan apakah depresi sebagai reaksi terhadap gangguan atau
berhubungan dengan abnormalitas biokimia. Manifestasi mental muncul
dalam bentuk penurunan kognitif, persepsi dan penurunan memori (ingatan).
Beberapa manifestasi psikiatrik (perubahan kepribadian, psikosis, demensia,
konfusi akut) umumnya terjadipada lansia. Komplikasi dari imbolisasi
(pneumonia, infeksi saluran kemih) dan akibat jatuh dan kecelakaan adalah
penyebab utama kematian.

E. Patofisiologis Parkinson
Menurut Hall dan Guiton, (2008). Lesi utama tampak menyebabkan
hilangnya neuron pigmen, terutama neuron didalam substansia nigra pada
otak. Substansia nigra merupakan kumpulan nukleus otak tengah yang
memproyeksikan, serabut-serabut korpus striatum). Salah satu
neurotransmiter mayor didaerah otak ini dan bagian-bagian lain pada sistem
persarafan pusat adalah dopamin, yang mempunyai fungsi penting dalam
menghambat gerakan pada pusat kontrol gerakan. Walaupun dopamin
normalnya ada dalam konsentrasi tinggi dibagian-bagian otak tertentu, pada
penyakit parkinson dopamin menipis dalam substansia nigra dan korpus
striatum. Penipisan kadar dopamin dalam basal ganglia berhubungan dengan
adanya bradikinesia, kekakuan, dan tremor. Aliran darah serebral regional
menurun pada klien dengan penyakit parkinson, dan ada kejadian demensia
yang tinggi. Data patologik dan biokimia menunjukan bahwa klien demensia
dengan penyakit parkinson mengalami penyakit penyerta Alzheimer.
Pada kebanyakan klien, penyebab penyakit tersebut tidak diketahui
parkinsonisme arteriosklerotik terlihat lebih sering pada kelompok usia lanjut.
Kondisi ini menyertai ensefalitis, keracunan, atau tosisitas (mangan, karbon
monoksida), hipoksia atau dapat akibat pengaruh obat. Krisis oligurik
menyertai parkinsonisme jenis pasca-ensetalitis spasme otot-otot konjugasi
mata, mata terfiksasi biasanya keatas, selama beberapa menit sampai beberapa

12
jam. Sekarang jarang ditemukan karena semakin sedikit klien dengan tipe
parkinsonisme ini yang masih hidup.

13
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Tarwoto, 2013
1. EEG ( terjadi perlambatan yang progresif).
2. CT Scan kepala (terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar, hidrosefalua
eks vakuo).

G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


1. Penatalaksanaan Medis
Sasaran tindakan adalah untuk meninggikan transmisi dopamin, terapi

obat-obatan mencakup antihistamin, antikolinergik, amantidin, levodopa,

inhibitor monoamin oksidasi (MOA) dan antidepresi. Beberapa obat-obat

ini meyebabkan efek samping psikiatrik pada lansia.

a. Antihistamin

Antihistimin mempunyai efek sedatif dan antikolinergik pusat ringan,

dapat membantu dalam menghilangkan tremor.

b. Terapi Antikolinergik

Agens-agens antikolinergik (triheksifenidil, prosiklidin, danbenztropin

mesilat) efektif untuk mengontrol tremor dan kekakuan parkinson.

Obat-obatan ini dapat digunakan dalam kombinasi dengan levodopa.

Agens ini meniadakan aksi asetilkolin pada sistem saraf pusat. Efek

samping mencakup penglihatan kabur, wajah memerah, ruam pada

wajah, konstipasi, retensi urine, dan kondusi akut. Tekanan intraokular

dipantau ketat karena obat-obat ini kontraindikasi pada pasien dengan

glaukoma sedikit sekalipun. Pasien-pasien dengan hiperplasia prostatik

dipantau terhadap adanya tanda-tanda retensi urine.

14
c. Amantadin hidrokhlorida

Amantadin hidrokhlorida (symmetrel), agens-agens antivirus yang

digunakan pada awal pengobatan penyakit parkinson untuk

menurunkan kekakuan, tremor dan bradikinesia. Agens ini di

perkirakan bekerja melalui pelepasan dopamin dari daerah

penyimpanan di dalam saraf. Reaksi efek samping terdiri dari

gangguan psikiatrik (perubahan perasaan hati, konfusi, halusinasi),

muntah, adanya tekanan pada epigastrium, pusing, dan gangguan

penglihatan.

d. Terapi levodopa

Walaupun levodopa bukan untuk pengobatan, saat ini merupakan

agens yang paling efektif untuk pengobatan dan penyakit parkinson.

Levodopa diubah dari (MD4)L(MD4)dopa menjadi dopamin pada

basal ganglia. Seperti disebutkan diatas dopamin dengan konsentrasi

normal yang terdapat dalam sel-sel substansia nigra menjadi hilang

yaitu pada pasien dengan penyakit parkinson. Bisa saja gejala yang

hilang diperoleh akibat kadar dopamin yang lebih tinggi yang ada

bersamaan dengan levodopa.

Efek yang menguntungkan dari levodopa paling nyata dalam

pengobatan tahun pertama. Keuntungan bagi pasien mulai menyusut

dan pengaruh efek samping menjadi lebih berat sepajang waktu.

Konfusi, halusinasi, depresi, dan perubahan tidur dihubungkan dengan

lamanya penggunaan agens ini. Pasien mengalami reaksi on-off

15
dimana periode tiba-tiba hampir imobilitas, berakhir beberapa menit

sampai jam, diikuti oleh kembalinya keefektifan tiba-tiba.

e. Diskinesia (gerakan involunter abnormal) adalah efek samping yang

hampir umum, dan meliputi wajah meringis, gerakan tangan menjejak

berirama, gerakan kepala singkat, gerakan mengunyah dan memukul,

dan gerakan involunter batang tubuh dan ekstremitas. Kondisi ini

kemungkinan berkaitan dengan kegagalan untuk menyesuaikan

kembali dengan tepat terhadap hilangnya dopamin. Salah satu metoda

untuk menghadapi fluktuasi on-off adalah memberikan “bebas obat”

dengan menghindari pasien tidak minum obat. Kondisi ini biasanya

memerlukan hospitalisasi dan perawatan medis serta keperawatan yang

tepat.

f. Levodopa selalu diberikan dalam kombinasi dengan inhibitor

boksilase, karbidopa (sinemet), yang memungkinkan konsentrasi

levodopa lebih besar untuk mencapai otak dan menurunkan efek

samping perifer. Derivat ergoet-agonis dopamin. Agens-agens

ini (bromokriptin dan pergolid) dianggap menjadi agonis reseptor

dopamin agens ini bermanfaat bila ditambahkan pasien yang

mengalami reaksi on-off terhadap fluktuasi klinis ringan.

g. Porgolid (permax)

Porgolid (permax) adalah agens paling baru dari klasifikasi ini. Agens

ini sepuluh kali lebih poten dari pada bromokriptin, walaupun

demikian terapi ini umumnya tidak dipilih. Respons pasien terhadap

16
obat ini sangat individual, dan untuk alasan-alasan yang tidak dipahami

dengan baik respons terhadap satu agens mungkin labih baik dari pada

agens lain.

h. Inhibitor MAO

Eldepril (disebut Deprenyl di Eropa, dan dipasarkan di Amerika

Serikat sebagai selegilene) adalah salah satu dari perkembangan dalam

farmakoterapi penyakit parkinson. Obat ini menghabat pemecahan

dopamin, sehingga peningkatan jumlah dopamin tercapai. Telah

ditemukan untuk memperhalus fluktuasi dalam fungsi yang terjadi

pada penyakit ini, tidak seperti bentuk terapi lain agens ini secara nyata

memperlambat progresi penyakit.

i. Antidepresan

Antidepresan trisiklik dapat diberikan untuk mengurangi depresi yang

juga biasa terjadi pada penyakit parkinson

2. Keperawatan
Penanganan penyakit parkinson yang tidak kalah pentingnya ini sering
terlupakan mungkin dianggap terlalu sederhana atau terlalu canggih.
a. Perawatan Penyakit Parkinson
Sebagai salah satu penyakit parkinson kronis yang diderita oleh
manula, maka perawatan tidak bisa hanya diserahkan kepada profesi
paramedis, melainkan kepada semua orang yang ada di sekitarnya.
b. Pendidikan
Dalam arti memberi penjelasan kepada penderita, keluarga dan care
giver tentang penyakit yang diderita. Hendaknya keterangan diberikan
secara rinci namun supportif dalam arti tidak makin membuat
penderita cemas atau takut. Ditimbulkan simpati dan empati dari

17
anggota keluarganya sehingga dukungan fisik dan psikik mereka
menjadi maksimal.
c. Rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita dan menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta
mengatasi masalah-masalah sebagai berikut :
1) Abnormalitas gerakan
2) Kecenderungan postur tubuh yang salah
3) Gejala otonom
4) Gangguan perawatan diri (Activity of Daily Living – ADL)
d. Perubahan psikologik
Untuk mencapai tujuan diatas dapat dilakukan tindakan sebagai
berikut:
1) Terapi fisik: ROM ( range of motion)
 Peregangan
 Koreksi postur tubuh
 Latihan koordinasi
 Latihan jalan (gait training)
 Latihan buli-buli dan rectum
 Latihan kebugaran kardiopulmonar
 Edukasi dan program latihan di rumah
2) Terapi okupasi
Memberikan program yang ditujukan terutama dalam hal
pelaksanaan aktivitas kehidupan sehari-hari.
 Terapi wicara
Membantu penderita Parkinson dengan memberikan program
latihan pernapasan diafragma, evaluasi menelan, latihan
disartria, latihan bernapas dalam sebelum bicara. Latihan ini
dapat membantu memperbaiki volume berbicara, irama dan
artikulasi.

18
 Psikoterapi
Membuat program dengan melakukan intervensi psikoterapi
setelah melakukan asesmen mengenai fungsi kognitif,
kepribadian, status mental ,keluarga dan perilaku.
 Terapi sosial medik
Berperan dalam melakukan asesmen dampak psikososial
lingkungan dan finansial, untuk maksud tersebut perlu
dilakukan kunjungan rumah/ lingkungan tempat bekerja.
 Orthotik Prosthetik
Dapat membantu penderita Parkinson yang mengalami
ketidakstabilan postural, dengan membuatkan alat. Bantu jalan
seperti tongkat atau walker.
3) Diet
Pada penderita parkinson ini sebenarnya tidaklah diperlukan suatu
diet yang khusus, akan tetapi diet penderita ini yang diberikan
dengan tujuan agar tidak terjadi kekurangan gizi, penurunan berat
badan, dan pengurangan jumlah massa otot, serta tidak terjadinya
konstipasi. Penderita dianjurkan untuk memakan makanan yang
berimbang antara komposisi serat dan air untuk mencegah
terjadinya konstipasi, serta cukup kalsium untuk mempertahankan
struktur tulang agar tetap baik. Apabila didapatkan penurunan
motilitas usus dapat dipertimbangkan pemberian laksan setiap
beberapa hari sekali. Hindari makanan yang mengandung alkohol
atau berkalori tinggi.
H. Komplikasi Parkinson
Menurut Deem Steven, 2007 Komplikasi Parkinson adalah :
1. Gangguan motorik
2. Kerusakan berjalan, keseimbangan dan postur
3. Gangguan autonom
4. Dimensia
5. Depresi

19
BAB II
KONSEP GERONTIK

A. Pengertian
Gerontik atau lansia adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu, anak, dewasa, dan tua.
Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki
usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang
ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat
dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2008).
WHO dan UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada
Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia
permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008).
Dalam buku ajar Geriatri, Prof. Dr .R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi
Martono (1994) mengatakan bahwa "menua" (mejadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan dan memperbaiki kerusakan yang di deritannya.

B. Batasan-batasan Lanjut Usia


Ada beberapa sumber batasan lansia yang ada dalam buku Padilla (2013)
diantaranya yaitu:
1. Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO)
lanjut usia meliputi:

20
a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun
b. Lanjut usia (elderly) = antara 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) = antara 75 sampai 90 tahun
d. Sangat tua (very old) = diatas 90 tahun

C. Tipe Lanjut Usia di Indonesia


Menurut Nugroho (2008) di kelompokkan dalam beberapa tipe yang
bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik,
mental, sosial, dan ekonominnya. Antara lain :
1. Optimis
Lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, mereka
memandang masa lanjut usia dalam bentuk bebas dari tanggung
jawab dan sebagai kesempatan untuk menuruti kebutuhan pasifnya.
2. Konstruktif
Lanjut usia ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup,
mumpunyai toleransi yang tinggi, humoristik, fleksibel, dan tahu diri.
Mereka dengan tenang menghadapi proses menua dan mengadapi
akhir.
3. Ketergantungan
Masih dapat diterima ditengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak
mempunyai inisiatif dan bila bertindak selalu yang praktis.
4. Defensif
Mempunyai riwayat pekerjaan yang tidak stabil, bersifat selalu
menolak bantuan, emosi sering tidak terkontrol.
5. Militan dan Serius
Tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang, dan bisa menjadi
panutan.
6. Pemarah Frustasi

21
Pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu menyalahkan orang
lain, menunjukkan penyesuaian yang buruk, dan sering
mengekspresikan kepahitan hidupnya.
7. Bermusuhan
Selalu menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalan, selalu
mengeluh, bersikap agresif, dan curiga.
8. Putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri
Bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai ambisi,
mengalami penurunan sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri.
Selain mengalami kemarahan, tetapi juga depresi, memandang lanjut
usia sebagai berguna karena masa yang tidak menarik, membenci diri
sendiri, dan ingin cepat mati.

D. Penggolongan Lanjut Usia berdasarkan Kelompok


Menurut Nugroho (2008) meliputi :
1. Lanjut usia mandiri sepenuhnya
2. Lanjut usia mandiri dengan bantuan langsung keluargannya
3. Lanjut usia mandiri dengan bantuan tidak langsung
4. Lanjut usia dibantu oleh badan sosial
5. Lanjut usia panti asuhan tresna werdha
6. Lanjut usia yang dirawat di rumah sakit
7. Lanjut usia yang mengalami gangguan mental

E. Perubahan Akibat Proses Menua


Menurut Nugroho (2008) meliputi :
1. Sel
a. Jumlah sel menurun/lebih sedikit
b. Ukuran sel lebih besar
c. Jumlah cairan tubuh dan cairan intraselular berkurang
d. Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun
e. Jumlah sel otak menurun

22
f. Mekanisme perbaikan sel terganggu
g. Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%
h. Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar
2. Sistem persyarafan
a. Menurun hubungan persarafan
b. Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang
setiap harinnya
c. Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khusunya terhadap
stress
d. Saraf panca indera mengecil
e. Penglihatan, pendengaran menghilang, saraf penciuman dan
perasa mengecil
f. Kurang sensitif terhadap sentuhan
g. Defisit memori
3. Sistem Pendengaran
a. Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis
b. Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi
atau rendah, bisa terus menerus atau intermiten)
c. Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau
berputar)
4. Sistem Penglihatan
a. Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar
menghilang
b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan
5. Sistem Kardiovaskular
a. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
b. Elastisitas dinding aorta menurun
c. Curah jantung menurun

23
d. Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer
meningkat Sistole normal ± 170 mmHg, diastole ± 90 mmHg

F. Masalah Yang Bisa Muncul Pada Lansia


Menurut Nugroho (2008) meliputi :
1. Depresi mental
2. Gangguan pendengaran
3. Bronkitis kronis
4. Gangguan pada tungkai/sikap berjalan
5. Gangguan pada koksa/sendi panggul
6. Anemia
7. Demensia
8. Gangguan penglihatan
9. Ansietas/kecemasan
10. Dekompensasi kordis
11. Diabetes mellitus, osteo malasia, dan hipotiroidisme
12. Gangguan defekasi

24
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA YANG
MENGALAMI PARKINSON

A. Pengkajian Umum
Pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan dasar proses
keperawatan diperlukan pengkjian yang cermat untuk mengenal masalah klien
agar dapat memberikan tindakan keperawatan. Keberhasilan keperawatan
sangat tergantung kepada kecermatan dan ketelitian dalam pengkajian. Tahap
pengkajian ini terdiri dari 4 komponen antara lain pengelompokan data,
analisis data, perumusan diagnosa keperawatan.
Identitas meliputi : Nama, Umur (lebih sering pada kelompok usia
lanjut, pada usia 50-an dan 60-an), Jenis kelamin (lebih banyak pada laki-
laki), Pendidikan, Alamat Pekerjaan, Agama, Suku bangsa,
Tanggal dan jam MRS,Nomor register, dan Diagnosis Medis.
1. Keluhan Utama
Hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah gangguan gerakan, kaku otot, dan hilangnya refleks
postural.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pada anamnesis klien sering mengeluhkan adanya tremor,sering kali pada
salah satu tangan dan lengan, kemudian kebagian yang lain dan akhirnya
bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. Karakteristik tremor
dapat berupa lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan
bawah dan telapak tangan. Keluhan lainnya pada penyakit meliputi adanya
perubahan pada sensasi wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan. Adanya
keluhan regiditas deserebrasi, berkeringat, kulit berminyak dan sering
menderita dermatitis peboroik, sulit menelan, konstipasi, serta gangguan
kandung kemih yang diperberat oleh obat-obat antikolinergik dan
hipertron prostat.

25
3. Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi,
diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat
antikolinergik dalam jangka waktu yang lama.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Walaupun penyakit parkinson tidak ditemukan hubungan sebab genetik
yang jelas tetapi pengkajian adanya anggota generasi terdahulu yang
menderita hipertensi dan diabetes melitus diperlukan untuk melihat adanya
komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya penyakit.
5. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
6. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai
respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga atapun
dalam masyarakat.
Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti ketakutan
akan untuk kecacatan, rasa cemas, rasa ketidak mampuan untuk
melakukan aktivitas secara opitimal, dan pandangan terhadap dirinya yang
salah (gangguan citra tubuh). Adanya perubahan hubungan dan peran
karena klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan
bicara. Pola persepsi dan konsep diri didapatkan klien merasa tidak
berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif. Perubahan
yang terpenting pada klien dengan penyakit parkinson adalah tanda
depresi. Manifestasi mental muncul dalam bentuk penurunan kognitif,
persepsi, dan penurunan memori (ingatan). Beberapa manifestasi psikiatrik
(perubahan kepribadian, psikosis, demensia, konfusi akut) umumnya
terjadi pada lansia.

26
7. Pemeriksaan fisik
Klien dengan penyakit parkinson umumnya tidak mengalami penurunan
kesadaran. Adanya perubahan pada tanda-tanda vital, meliputi bradikardia,
hipotensi, dan penurunan frekuensi pernapasan.
a. B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernapasan: berkaitan dengan hipoventilasi,
inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi
pembersihan saluran napas.
1) Inspeksi umum
Didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk
efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napas, dan penggunaan
otot bantu napas.
2) Palpasi Taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
3) Perkusi : Adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.
4) Auskultasi
Bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi stridor, ronki pada
klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk
yang menurun yang sering didapatkan pada klien dengan inaktifitas.
b. B2 (blood)
Hipotensi postural:berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan
juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem persarafan
otonom. Rasa lelah berlebihan dan otot terasa nyeri, otot-otot lelah
karena rigiditas.
c. (Brain)
1) Inspeksi umum: Didapatkan perubahan pada gaya berjalan, tremor
secara umum pada seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan.
2) Pengkajian tingkat kesadaran. Tingkat kesadaran klien biasanya
compos mentis dan juga tergantung pada aliran darah serebral
regional menurun yang mengakibatkan perubahan pada status
kognitif klien.

27
3) Pengkajian fungsi serebral. Status mental: biasanya status mental
klien mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan
status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori, baik
jangka pendek maupun jangka panjang.
4) Pemeriksaan saraf kranial. Pengkajian saraf kranial meliputi
pemeriksaan saraf kranial I-XII
a) Saraf I: Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak ada
kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.
b) Saraf II: Tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan,
dimana sesuai tingkat usia yang tuanya biasanya klien dari
penyakit parkinson mengalami penurunan ketajaman
penglihatan.
c) Saraf III, IV, dan VI: Gangguan saraf okulomotorius:
sawaktu mempertahankan kontraksi otot-otot bola mata. Gerakan
kedua bola mata untuk menatapkan mata pada sesuatu tidak
selalu berjalan searah, melainkan bisa juga berjalan kearah yang
berlawanan, gerakan bola mata yang sinkron dengan arah yang
berlawanan hanyalah gerakan kedua bola mata ke arah nasal.
Dalam gerakan itu, bola mata kiri begerak kekanan dan gerakan
bola mata kanan bergerak kekiri. Gerakan kedua bola mata
kearah nasal dinamakan gerakan konvergen, yang terjadikarena
kedua otot rektus medialis (internus) berkontraksi.
d) Saraf V: Pada klien dengan penyakit parkinson umumnya
didapatkan perubahan pada otot wajah. Adanya keterbatasan otot
wajah maka terlihat ekspresi wajah mengalami penurunan
dimana saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan
mata).
e) Saraf VII: Persepsi pengecapan dalam batas normal.
f) Saraf VIII: Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan
proses senilis dan penurunan aliran darah regional.
g) Saraf IX dan X: Di dapatkan kesulitan dalam menelan makanan.

28
h) Saraf XI: Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
i) Saraf XII: Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikula. Indra pengecapan normal.
d. Sistem Motorik
1) Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor
secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.
Klien sering mengalami rigiditas deserebrasi.
2) Tonus otot ditemukan meningkat.
3) Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan
karena adanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya
berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada
seluruh gerakan.
e. Pemeriksaan Refleks
Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk
berdiri, klien akan berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan
berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam
berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya kedepan atau
kebelakang) dapat menimbulkan sering jatuh.
f. Sistem Sensorik
Sesuai berlanjutnya usia Klien dengan penyakit Parkinson mengalami
penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan
sensorik yang ada merupakan hasil dari neuropati.
g. B4 (Bladder) Perkemihan
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan
disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum. Ketidakmampuan
untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik
dan postural.

29
h. B5 (Bowel) Pencernaan
Penurunan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi
yang kurang karena kelemahan fisik umum dan kesulitan dalam
menelan, konstipasi karena penurunan aktivitas.
i. B6 (Bone) Muskulus
Adanya kesulitan untuk beraktivitas untuk beraktivitas karena
kelemahan, kelelahan otot, tremor dan kaku pada seluruh gerakan
memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.
j. Laboratorium
1) X-ray spinal: Menentukan adanya lesi dan kerusakan vertebra.
2) Myelografi: Mengidentifikasi adanya kejang, derajat tumor.
3) CT Scan: Identifikasi lokasi tumor.
4) Lumbal Pungsi: Menganalisa cairan serebrospinalis, peningkatan
jumlah protein menunjukkan adanya tumor.
5) MRI: Mengidentifikasi lokasi,ukuran dan keadaan tumor.

B. Pengkajian Khusus
1. Pola Sensori dan Kognitif
Klien mengalami kebingungan, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan minat dan motivasi, mudah lupa, gagal dalam melaksanakan
tugas, cepat marah, disorientasi. Untuk mengetahui status mental klien
dapat dilakuan pengkajian menggunakan tabel Short Portable Mental
Status Quesionere (SPSMQ).
Tabel Pengkajian SPSMQ
Short Potable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Skore
No Pertanyaan Jawaban
+ -
Verbal - 1 Tanggal berapa hari ini?
Hari apa sekatang ini? (Hari
2
tanggal, tahun)

30
Short Potable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Skore Pertanyaan Jawaban
No
+ -
3 Apa nama tempat ini?
4 Berapa nomor telepon Anda?
Dimana alamat anda? (bila klien
5
tidak mempunyai telepon)
6 Berapa umur anda?
7 Kapan anda lahir?
Siapa presiden Indonesia
8
sekarang?
9 Siapa presiden sebelumnya?
10 Siapa nama kecil ibu anda?
Jumlah kesalahan total

Penilaian SPMSQ
(1) Kesalahan 0-2 fungsi intelktual utuh
(2) Kesalahan 3-4 fungsi intelktual ringan
(3) Kesalahan 5-7 fungsi intelktual sedang
(4) Kesalahan 8-10 fungsi intelktual berat

a) Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan bila subjek hanya
berpendidikan sekolah dasar.
b) Bisa dimaklumi bila kurang dari satu kesalahan bila subjek mempunyai
pendidikan di atas sekolah menengah atas.
c) Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan untuk subjek kulit hitam
dengan menggunakan kriteria pendidikan yang sama

31
2. Pola aktivitas
Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari karena
penurunan minat. Pengkajian kemampuan klien dalam memenuhi
kebutuhan aktivitas sehari-hari dapat menggunakan Indeks KATZ.
Tabel Pengkajian Indeks KATZ
INDEKS KATZ
SKORE KRITERIA
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
A
kecil, beipakaian dan mandi
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
B
satu dari fungsi tersebut
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
C
mandi dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
D
mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
E
mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
F
mandi, berpakaian, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
Lain-lain
diklasifikasikan sebagai C, D, E, F dan

Menurut Asyikah (2017) menyatakan bahwa kemandirian pada lansia


bergantung pada kemampuan individu dalam melakukan aktivitas harian.

32
3. Pola Hubungan dan Peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya
rumah, dan masalah keuangan. Menggunakan pengkajian APGAR
Keluarga.
Tabel Pengkajian APGAR Keluarga
APGAR Keluarga
No Fungsi Uraian Skore
1 Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali
pada keluarga (teman-teman) saya
untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya membicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3 Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-
teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas atau arah baru
4 Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi-emosi saya,
seperti marah, sedih atau mencintai
5 Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman
saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama

Status sosial lansia dapat diukur dengan menggunakan APGAR Keluarga.


Penilaian: jika pertanyaan-pertanyaan yang dijawab selalu (poin 2),
kadang-kadang (poin 1), hampir tidak pernah (poin 0).

33
4. Personal Hygine
Uuntuk mengetahui tingkat ketergantungan pola personal hygine klien
dapat dilakukan dengan pengkajian Bathel Index.
Tabel Pengkajian Indeks Bathel
No Item yang dinilai Skor Nilai
1 Makan 0= Tidak mampu
Butuh bantuan memotong,
1=
mengoles mentega, dll
2= Mandiri
2 Mandi 0= Tergantung orang lain
1= Mandiri
0= Membutuhkan bantuan orang
3 Perawatan diri
lain
Mandiri dalam perawatan
1= muka, rambut, gigi, dan
bercukur
4 Berpakaian 0= Tergantung orang lain
Sebagian dibantu (missal
1=
mengancing baju)
2= Mandiiri
0= Inkontinensia atau pakai kateter
5 Buang air kecil
atau tidak terkontrol
1= Kadang inkonentisia
2= Kontinensia
0= Inkontinensia (tidak teratur
6 Buang air besar
atau perlu enema)
1= Kadang Inkontensia
2= Kontinensia
7 Penggunaan toilet 0= Tergantung bantuan orang lain
Membutuhkan bantuan, tapi
1= dapat melakukan beberapa hal
sendiri
2= Mandiri
8 Transfer 0= Mandiri
Butuh bantuan untuk bisa
1=
duduk (2 orang)
2= Bantuan kecil
3= Mandiri

34
No Item yang dinilai Skor Nilai

9 Mobilitas 0= Immobile (tidak mampu)


1= Menggunakan kursi roda
Berjalan dengan bantuan satu
2=
orang
Mandiri (meskipun
3= menggunakan alat bantu
seperti, tongkat)
10 Naik turun tangga 0= Tidak mampu
1= Membutuhkan bantuan
2= Mandiri

Interpretasi hasil
1) 20 : Mandiri
2) 12-19 : Ketergantungan Ringan
3) 9-11 : Ketergantungan Sedang
4) 5-8 : Ketergantungan Berat
5) 0-4 : Ketergantungan Total

C. Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan
kelemahan otot ( Edisi jilid 1 NANDA NIC NOC Hal 283).
2. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan
neuromuskular, menurunnya kekuatan, kehilangan kontrol otot/koordinasi
(NANDA Hal 258).
3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi
dan penurunan aktivitas (NANDA Hal 208).
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan tremor, pelambatan dalam proses makan, kesulitan menguyah dan
menelan (Edisi jilid 3 NANDA NIC NOC Hal 294).
5. Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan
volume bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-
otot wajah (NANDA hal. 278).

35
6. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan
disfungsi karena perkembangan penyakit (NANDA hal. 346).
7. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber informasi prosedur
perawatan rumah yang tidak adekuat (NANDA hal. 260).

36
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Hambatan mobilitas fisik Joint movement : active Exercise therapy:ambulation
Definisi: Mobility level 1. Monitoring vital sign
Keterbatasan pada pergerakanSelf care : ADLs sebelum/sesudah latihan dan
fisik tubuh atau satu atau lebihTransfer performance Kriteria hasil : lihat respon pasien saat
ekstremitas secara mandiri dan Klien meningkat dalam latihan.
terarah a. aktivitas fisik 2. Konsultasikan dengan terapi
Batasan karakteristik: Mengerti tujuan dari peningkatan fisik tentang rencana
• Penurunan waktu b. mobilisasi Memverbalisasi perasaan ambulansi sesuai dengan
reaksi. dalam peningkatan kekuatan dan kebetuhan.
• Kesulitan membolak c. balik kemampuan berpindah. Memperagakan 3. Bantu klien untuk
penggunaan alat. menggunakan tongkat saat
posisi.
Bantu untuk mobilisasi (walker). berjalan dan cegah terhadap
• Melakukan aktivitas lain cedera.
sebagai pengganti 4. Ajarkan pasien atau tenaga
pergerakan (mis. d. kesehatan lain tentang teknik
meningkatkan perhatian ambulansi.
pada aktivitas orang lain, 5. Kaji kemampuan pasien
e. mengendalikan perilaku, dalam mobilisasi.
fokus pada ketunadayaan 6. Latih pasien dalam pemenuhan
atau aktivitas sebelum kebutuhan ADLs secara
sakit) mandiri sesuai dengan
• Dispenia setelah kemampuan.
Beraktivitas. 7. Dampingi dan bantu pasien
• Perubahan cara berjalan saat mobilisasi dan bantu
• Gerakan bergetar penuhi kebutuhan ADL
• Keterbatasan pasien.
kemampuan melakukan 8. Berikan alat bantu jika klien
memerlukan.
keterampilan motorik halus

37
9. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan.
10. Communication enhancement
:hearing Deficit.
2 Defisit perawatan diri berpakaian Batasan Karakteristik: a. Mengungkapkan kepuasan dalam
Defisit: • Ketidakmampuan berpakian dan menata rambut.
Hambatan kemampuan untuk mengancingkan pakaian. b. Menggunakan alat bantu untuk
melakukan atau menyelesaikan • Ketidakmampuan memudahkan dalam berpakaian.
aktivitas berpakain dan berias untuk mendapatkan pakaian. c. Dapat memilih pakaian dan
diri sendiri. • Ketidakmampuan mengambilnya dari lemari atau
mendapatkan atribut laci.
Pakaian. d. Mampu meritsleting dan Self
• Ketidakmampuan Care Assitance:
mengenakan sepatu. Dressing/Gromming:
e. Pantau tingkat kekuatan dan
toleransi aktivitas.
f. Pantau peningkatan dan
penurunan kemampuan untuk
berpakaian ungtuk berpakaian dan
melakukan perawatan rambut.
g. Pertimbangkan budaya pasien
ketika mempromosikan aktivitas
perawatan diri.
h. Pertimbangkan usia pasien ketika
mempromosikan aktivitas
perawatan diri.

38
E. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Terdapat 3 tahap dalam tindakan
keperawatan, yaitu persiapan, perencanaan dan dokumentasi (Nursalam, 2009 : 127).
Kegiatan implementasi pada klien dengan parkinson adalah membantunya
mencapai kebutuhan dasar seperti :
1. Melakukan pengakajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau
mamantau status atau masalah yang ada.
2. Melakukan penyuluhan untuk membantu klien mamperoleh pengetahuan baru
mangenai kesehatan mereka sendiri atau penatalaksanaan penyimpangan.
3. Membantu klien membuat keputusan tentang perawatan kesehatan dirinya
sendiri.
4. Konsultasi dan rujuk pada profesional perawatan kesehatan lainnya untuk
memperoleh arahan yang tepat.
5. Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan, mengurangi
atau mengatasi masalah kesehatan.
6. Membantu klien untuk melaksanakan aktivitas mereka sendiri.

F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yan menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan
mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan
(Nursalam, 2009:135).

39
Evaluasi dapat dibagi dua, yaitu evaluasi hasil atau formatif dilakukan setiap
selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil sumatif dilakukan dengan
membandingkan respons klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan.
Problem-Intervention-Evaluation adalah suatu singkatan masalah, intervensi dan
evaluasi. Sistem pendokumentasian PIE adalah suatau pendekatan orientasi-proses
pada dokumentasi dengan penekanan pada proses keperawatan dan diagnosa
keperawatan (Nursalam, 2009:207)
Proses dokumentasi PIE dimulai pengkajian waktu klien masuk diikuti
pelaksanaan pengkajian sistem tubuh setiap hari setiap pergantian jaga (8 jam), data
masalah hanya dipergunakan untuk asukan keperawatan klien jangka waktu yang
lama dengan masalah yang kronis, intervensi yang dilaksanakan dan rutin dicatat
dalam “flowsheet”, catatan perkembangan digunakan untuk pencatatan nomor
intervensi keperawatan yang spesifik berhubungan dengan masalah, intervensi
langsung terhadap penyelesaian masalah ditandai dengan “I” (intervensi) dan nomor
masalah klien, keadaan klien sebagai pengaruh dari intervensi diidentifikasikan
dengan tanda “E” (Evaluasi) dan nomor masalah klien, setiap masalah yang
diidentifikasi dievaluasi minimal setiap 8 jam (2009 : 208).

40
BAB IV
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TN.Y DENGAN PARKINSON

A. Pengkajian
1. Riwayat klien
Nama : Tn. Y
Tempat/TGL Lahir : Cirebon 01- 07- 1965
Umur : 66 Tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki - laki
Suku : Jawa
Status pernikahan : Cerai mati
Pendidikan : SMP
Orang yang dapat di hubungi : Ny. E
Hubungan dengan usila : Anak
Alamat : Cirebon
Jenis kelamin : Perempuan

2. Riwayat keluarga

x x x
GI : x

G2 :

x x x x x

G3 :

41
Ket :
GI : Ibu dan Ayah klien. Menurut klien, klien tidak mengetahui penyebab Ibu dan
Ayah klien meninggal klien hanya mengatakan bahwa penyebabnya karena
sakit. Sedang Ibu dan Ayah istri klien, klien juga mengatakan bahwa dia tidak
mengetahui penyebab meninggalnya Ibu dan Ayah Istri klien.

G2 : Klien bersaudara empat dan klien anak terakhir, dan ketiga saudara klien telah
meninggal menurut klien saudaranya meninggal karena sakit klien juga tidak
mengetahui sakit yang di derita saudaranya. Sedangkan istri klien bersaudara
empat menurut klien istrinya telah meninggal, dan yang masih hidup tinggal
saudara istri klien yang ke tiga.

G3 : Klien mempunyai anak dua, laki – laki dan perempuan, dan keduanya telah
berkeluarga, menurut klien yang membiayai kebutuhan hidupnya adalah anaknya.

3. Riwayat Pekerjaan
Status Pekerjaan saat ini : Tidak ada
Pekerjaan sebelumnya : Petani
Sumber pendapatan : Mengaharapkan sumber pendapatan dari anak Tn. Y
4. Sistem pelayanan kesehatan yang digunakan
Dokter/perawat : Dokter dan Perawat
Rumah sakit /Puskesmas : Puskesmas
Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak ada
5. Kebiasaan Spiritual
Menurut klien setiap hari klien sholat 5 waktu sendiri di rumah
6. Status kesehatan
Keluhan : Susah BAB, Pusing–pusing
Provokatif : Menurut klien pusingnya karena di pengaruhi oleh penyakitnya
Qualitatif : Menurut klien nyerinya tidak ada hanya pusing
Region : Menurut klien terasa di seluruh kepala

42
Severity/scala : Hasil demonstrasi nyeri 1 sampai 10, menurut klien nyerinya 5,
yaitu nyeri sedang
Timming : Waktunya menurut klien tidak menentu biasanya timbulnya
setiap hari
Pengetahuan tentang penyakit saat ini : Parkinson
7. Riwayat kesehatan masa lalu
Penyakit yang pernah di alami : Tidak ada
Status kesehatan setahun yang lalu : Tidak ada
Riwayat perawatan : Tidak pernah
Riwayat operasi : Riwayat operasi
Riwayat alergi : Tidak ada
8. Obat-obatan
Nama obat : Levodopa
Dosis : 50 Mg
Bagaimana/kapan mengkonsumsinya : 1 kali sehari
9. Masalah yang berkaitan dengan konsumsi obat
Efek samping : tidak ada
Cara memperoleh obat : Menurut klien, klien mendapatkan obat dari dokter yang
pernah Klien datangi
10. Kebutuhan dasar pola kebiasaan sehari-sehari
a. Makan : 3x/hari makan seperti biasa tidak ada pantangan makanan
b. Minum : 3x/hari minum teh pada saat pagi hari menggunakan gula
tropica
c. naslim
d. Tidur : Tidur siang, biasanya klien tidur jam 9 samapai jam 10
pagi,
e. Tidur malam, Jam 9 malam sampai jam 4 subuh, Kesulitan tidur, saat waktu
tidur malam klien sering bangun malam untuk BAK
f. Eliminasi fekal/bab : Sulit BAB, waktu, 1x/5 hari, konsistensi warna kuning
g. kecoklatan, penggunaan obat pencahar, Dulcolax, bau khas

43
h. Eliminasi urine/bak : 3-4x/hari, kejernihan warna kuning, bau amoniak, tidak
ada penggunaan alat bantu
i. Personal Hygiene : kebiasaan mandi 2x/hari, mencuci rambut pada saat
mandi, kerapihan Penampilan terlihat rapi
11. Tinjauan system
a. Keadaan umum : Compos menti
b. Tanda-tanda Vital : TD : 120/70 mmhg N : 73x/m P : 18x/m S : 37,2ᵒC

Leher Ya Tidak
Kekakuan 
Nyeri / nyeri tekan 
Benjolan / massa 
Keterbatasan gerak 

Hemoptik Ya Tidak
Perubahan / memar 
Pembengkakan kelenjar linfe 
Anemia 
Riwayat transfusi 

Kepala Ya Tidak
Sakit kepala 
Trauma 
Pusing 
Gatal pada kulit kepala 

Mata Ya Tidak
Perubahan penglihatan 
Kaca mata / lensa kontak 
Nyeri 

44
Air mata berlebih 
Bengkak sekitar mata 
Kabur 
Riwayat infeksi 
Dampak pada aktifitas sehari-hari 

Telinga Ya Tidak
Prubahan pendengaran 
Frekuensi membersihkan telinga 

Mulut dan Tenggorokan Ya Tidak


Sakit tenggorokan 
Lesi/ulkus 
Serak 
Perubahan suara 
Kesulitan 
Gigi palsu 
Frek. Menggosok gigi 

Kardiovaskuler Ya Tidak
Nyeri / ketidaknyamanan dada 
Palpitasi 
Sesak nafas 
Dispnea pada aktifitas 
Mur-mur 
Edema 

Pernapasan Ya Tidak
Batuk 
Sesak nafas 

45
Sputum 
Mengi 
Asma/alergi pernafasan 

Gastrointestinal Ya Tidak
Disfagia 
Nyeri ulu hati 
Perubahan pola kebiasaan defekasi 
Konstipasi 

Perkemihan Ya Tidak
Menetes 
Dorongan 
Batu 
Infeksi 

46
12. Pengkajian status funsional
INDEKS KATZ
SKORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, berpakaian kontinensia,
berpindah ke kamar kecil dan mandi.
B Kemandirian dalam semua hal aktifitas hidup sehari-hari kecuali
satu dari fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua aktifitas sehari-hari, kecuali mandi
dan satu fungsi tambahan.
D Kemandirian dalam semua aktifitas sehari-hari kecuali mandi,
berapakaian dan satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam semua aktifitas sehari-hari kecuali mandi
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam semua aktifitas sehari-hari kecuali mandi
berpakaian kekamar kecil dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.

13. Pengkajian status kognitif dan efektif


Short Portable mental status questionnaire (SPMSQ)
SKORE
NO PERTANYAAN KETERANGAN
+ -
1 Tanggal berapa hari ini ? 17
2 Hari apa sekarang ? Selasa
3 Apa nama tempat ini ? Rumah
4 Berapa nomor telpon anda ? Tidak ada
5 Di mana alamat anda ? Tangeban
6 Berapa umur anda ? 75
7 Kapan anda lahir ? 1939
8 Siapa presiden Indonesia sekarang Jokowi
9 ? Lupa

47
Siapa nama kecil ibu anda ?

Penilaian SPMSQ :
Kesalahan 1 : Fungsi intelektual utuh

14. Pengkajian status social


APGAR KELUARGA
No Fungsi Uraian Skore
Saya puas bahwa saya dapat kembali
1 Adaptasi pada keluarga saya
8
Saya puas dengan cara keluarga
2 Hubungan membicarakan sesuatu dengan saya
3
mengungkapkan masalah dengan saya
Saya puas bahwa keluarga saya
3 Pertumbuhan menerima dan mendukung keinginan
5
saya untuk melakukan aktifitas atau
hal baru
4 Afeksi Saya puas dengan keluarga saya
5
mengekspresikan afek dan berespon
terhadap emosi
5 Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman
3
saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama

48
15. Identifikasi data
1. Keluhan (DS) : Pusing, Susah BAB, Mata kabur
2. Hasil Pemeriksaan (DO)
 Inspeksi : tremor pada kedua tangan, klien terlihat hati-hati pada saat
berjalan kaki
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada daerah abdomen
 Perkusi : tidak ada bunyi abnormal bada daerah abdomen
 auskultasi : -

16. Analisa data


Data Masalah
1. Ds :
 Pusing-pusing  Pusing B/d penyakit yang di derita
 Susah BAB 1x/5 hari  Gangguan pola eliminasi b/d
 Mata kabur kurangnya mengkonsumsi makanan
berserat
2. Do :
 Tremor
 Klien terlihat hati-hati saat  Tremor b/d penyakit yang di derita
berjalan yaitu Parkinson

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola eliminasi B/d kurangnya mengkonsumsi makanan berserat
2. Kerusakan mobilitas fisik B/d efek kekuatan otot tremor dan perlambatan gerakan
beraktifitas kehidupan sehari-hari

49
C. Intervensi Keperawatan
Nama klien : Tn. Y
Nama mahasiswa : Uswatun Hasanah
Nim : CKX0200026

NDX dan data Rencana


Tanggal Tujuan Rasional
penunjang tindakan
08-10- 1. Gangguan pola Tujuan : 1. Pemberian 1. Pemberian
2021 eliminasi BAB gangguan pola obat obat
B/d kurangnya eliminasi pencahar dulcolax
mengkonsumsi BAB DULCOLA dapat
makanan berkurang X melancarka
berserat atau hilang 2. Pemberian n BAB
Kriteria: Klien makanan 2. Untuk
mengatakan berserat melancarka
susah BAB 3. Kaji pola n BAB
berkurang eliminasi klien
atau hilang BAB klien 3. Untuk
mengetahui
peningkatan
kelancaran
BAB klien

50
NDX dan data Rencana
Tanggal Tujuan Rasional
penunjang tindakan
08-10- 2. Kerusakan Tujuan : 1. Jelaskan 1. Pengertian
2021 mobilitas fisik kerusakan penyebab klien dapat
B/d efek mobilitas gejala membantu
kekuatan otot fisik dapat 2. Anjurkan meningkatk
tremor dan berkurang klien untuk an
perlambatan berjalan kepatuhan
gerakan tegak, pada
beraktivitas pandangan program
sehari-hari lurus kaki kepatuhan
renggang di rumah
dan tangan 2. Upaya
mengayun ssadar
dengan untuk
normal menstimula
3. Instruksikan si gaya
klien untuk 3. Latihan
latihan 3-5 teratur
kali dalam dapat
seminggu mencegah
setidaknya kondisi
30 menit yang di
setiap kali sebabkan
oleh
inaktivitas /
melambatny
a gerakan

51
D. Catatan Keperawatan
Nama pasien : Tn. Y Nama mahasiswa : Uswatun Hasanah
Nim : CKX0200026
Tanggal,
Dx Kep, Tuk Implementasi Evaluasi
Jam
08-10-2021 Gangguan pola 1. Mengobservasi pola S : Klien
09.00 eliminasi BAB B/d kebiasaan BAB klien mengatakan sudah
kurangnya 2. Menganjurkan klien lancar untuk BAB
mengkonsumsi untuk banyak O : setelah
makanan berserat mengkonsumsi mengkonsumsi obat
makanan berserat pencahar klien
3. Memberikan obat tampak legah dan
pencahar yaitu Dulcolax merasa tenang
A : gangguan pola
eliminasi teratasi
P : Intervensi di
hentikan

Nama Pasien : Tn. Y Nama mahasiswa : Uswatun Hasanah


Nim : CKX0200026
Tanggal, Jam Dx Kep, TUK Implementasi Evaluasi
08-10-2021 Kerusakan 1. Mengobservasi S : Menurut klien
09.00 mobilitas fisik B/d pola kegiatan klien sering
efek kekuatan otot sehari-hari klien melakukan kegiatan
tremor dan 2. Memberikan yang di anjurkan
perlambatan bimbingan pada setiap sore hari
gerakan beraktifitas klien tentang gaya O : gaya berjalan
kehidupan sehari- berjalan klien tamapak tegak
hari 3. Memberikan obat dan dapat
sesuai yang di menyeimbangi

52
anjurkan dokter A : Masalah belum
yaitu obat teratasi
Levazide P : Intervensi di
lanjutkan
2. Anjurkan klien
untuk berjalan
tegak, pandangan
lurus kaki
renggang dan
tangan mengayun
dengan normal
3. Instruksikan
klien untuk
latihan 3-5 kali
dalam seminggu
setidaknya 30
menit setiap kali

53
BAB V
SATUAN ACARA PENYULUHAN PASIEN NY.Y DENGAN PARKINSON

A. Satuan Acara Penyuluhan


Pokok bahasan : Parkinson
Sub Pokok Bahasan : Penanganan dan Pencegahan Parkinson
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Waktu : 20 menit
Tempat : Ruang Kiansantang
Hari/Tanggal Pelaksanaan : Jumat, 08 Oktober 20121
Jam Pelaksanaan : Pukul 08.30 – 08.50 WIB

1. Latar Belakang
Penyakit Parkinson (paralisis agitans) atau sindrom Parkinson
(parkinsonismus) merupakan suatu penyakit atau sindrom karena gangguan pada
ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari
substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum.
Penyakit Parkinson dijumpai pada semua bangsa, dan 1-5 diantara 1.000
penduduk menderita penyakit ini. Kebanyakan para penderita mulai dilanda
penyakit ini pada usia 40-60 tahun dengan perbandingan laki-laki dan wanita 5:4.
Faktor genetic mungkin mempunyai peranan penting khususnya bila terdapat pada
usia dibawah 40 tahun (parkinsonismus juvenilis).
Faktor risiko terkena Parkinson ini antara lain adalah usia diatas 60 tahun,
mempunyai anggota keluarga yang menderita Parkinson, terpapar dengan
senyawa kimia yang beracun, orang yang terus-menerus dan biasa
menggunakan obat amfetamin, kokain, dan heroin, selanjutnya pada orang
yang menderita ensefalitis, orang yang mengalami cedera otak parah, orang yang
menderita penyakit gaucher.
Gejala penyakit Parkinson ini meliputi gemetar terutama pada jari tangan
dan kaki atau bibir, kekakuan (misalnya gerakan putar siku dan pergelangan

54
tangan, ekspresi wajah kaku), melemahnya gerakan (misalnya langkah
pendek-pendek, kesulitan menulis, lambaian tangan berkurang),
ketidakseimbangan tubuh sehingga sering terjatuh.
Pada penyakit Parkinson diperlukan terapi lebih dini untuk meminimalisir
kecacatan dan meningkatkan kualitas hidup semaksimal mungkin. Obat-obat yang
ada sekarang hanya menekan gejala-gejala Parkinson, sedangkan perjalanan
penyakit itu belum bias dihentikan hingga saat ini. Jika sekali terkena penyakit ini
akan selamanya diderita oleh seseorang tersebut. Sehingga perlu dilakukan
pencegahan agar meminimalisir risiko terkena Parkinson ini yakni dengan
menerapkan pola hidup sehat dengan olahraga teratur 3-4 kali seminggu selama
satu jam, jaga pola makan, hindari paparan senyawa beracun (pestisida),
mengurangi penyebab jatuh.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus

3. Sasaran
Pasien dan keluarga pasien

4. Target
Peserta dapat mengetahui tentang pengertian Parkinson, faktor risiko, gejala,
penanganan, dan pencegahan Parkinson

5. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi

6. Media
Dalam penyuluhan ini menggunakan media cetak berupa leaflet

55
7. Strategi Pelaksanaan
a. Waktu : Jumat, 08 Oktober 2021
b. Tempat : Ruang Kiansantang RSD Gunung Jati Cirebon

8. Susunan Acara
No Tahap/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. Pra interaksi 5 a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
menit pembuka b. Perkenalan

b. Memperkenalkan diri c. Mendengarkan

c. Menjelaksan maksud
dan tujuan
2. Interaksi 10 a. Menyebutkan pengertian a. Mendengarkan
menit
Parkinson b.
Memperhatikan
b. Menjelaskan faktor risiko
c. Berdiskusi
Parkinson

c. Menyebutkan
dan menjelaskan
gejala Parkinson
d. Menjelaskan
penanganan dan
pencegahan Parkinson
3. Post interaksi 5 e. Memberi
a. Diskusi dengan
masukan a. Memperhatikan
menit b. Menyimpulkan
peserta penyuluhan b.
hasil penyuluhan Member
c. Mengevaluasi i
peserta d. Salam tanggap
penutup an
c. Menjawab
pertanyaan
yang diajukan
d. Menjawab
56 salam penutup
9. Materi
Terlampir

10. Kriteria Evaluasi


Evaluasi struktur
Tim penyuluh dating 30 menit sebelum waktu yang ditetapkan untuk
mempersiapkan sarana dan prasarana kegiatan penyuluhan.
Evaluasi proses
Pelaksanaan penyuluhan berjalan sesuai rencana. Peserta antusias
mendengarkan materi penyuluhan dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
pemateri.
Evaluasi hasil
Target peserta lebih dari 50% mampu menjawab pertanyaan yang diajukan
pemateri meliputi:
a. Apakah pengertian Parkinson?
b. Apa saja factor risiko Parkinson?
c. Apa saja gejala Parkinson?
d. Bagaimana penanganan pada Parkinson?
e. Bagaimana pencegahan dari Parkinson?

57
B. Leaflet Penanganan dan Pencegahan Parkinson

Apakah itu PENYAKIT Penyebab Penyakit Parkinson


PARKINSON ? masih belum diketahui, tapi ada
beberapa faktor resiko, antara lain:
Penyakit gangguan saraf kronis
dan progressif yang ditandai dengan  Usia  40 tahun
PENANGANAN DAN gemetar, kekakuan, berkurangnya  Mempunyai anggota keluarga
PENCEGAHAN PARKINSON kecepatan gerakan, dan ekspresi menderita parkinson.
wajah kosong seperti topeng.  Terpapar pada senyawa kimia
beracun (kadar dan lamanya
terpapar)

Bagaimana tanda-tanda
PENYAKIT PARKINSON ?

• Kejadian meningkat dengan - Gemetar : pada saat istirahat,


Nama : Uswatun Hasanah meningkatnya usia tingkat keparahan relatif stabil,
NIM : CKX0200026 biasanya dimulai pada tangan
• Kejadian terjadi pada sekitar
usia 40 tahun atau jari
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KUNINGAN Apa penyebab
2021 PENYAKIT PARKINSON ?

58
- Kekakuan : gerakan putar siku
dan pergelangan tangan Tujuan Terapi ?
berkurang, ekspresi wajah kaku
Meminimalisir kecacatan (disability)
dan juga efek samping, serta me-
ningkatkan kualitas hidup se-
maksimal mungkin.

Obat-obatan yang ada sekarang


- Perlambatan gerakan :
hanya menekan gejala-gejala
langkah pendek-pendek, parkinson, sedangkan perjalanan
lambaian tangan berkurang penyakit itu belum bisa dihentikan
sampai saat ini. Sekali terkena
parkinson, maka penyakit ini akan
menemani sepanjang hidupnya

• Stimulasi dalam otak


- Ketidakseimbangan tubuh  • Diet seimbang dengan konsumsi
sering terjatuh Cara mengurangi kalsium dan vitamin D untuk
- terjadinya PENYAKIT kekuatan tulang
Ciri – ciri lainnya ?
PARKINSON • Terapi fisik (latihan gerak dengan
berjalan, bersepeda dll) untuk
• Olahraga teratur 3-4 kali membantu keseimbangan
• Sikap tubuh bengkok/bungkuk
seminggu selama 1 jam
• Tulisan tangan menjadi kecil
• Bicara menjadi terganggu dan • Jaga pola makan
monoton • Mengurangi penyebabjatuh
TERIMA KASIH

59

Anda mungkin juga menyukai