Anda di halaman 1dari 176

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PERILAKU


KEKERASAN DI KELURAHAN
SURAU GADANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS NANGGALO
KOTA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

VANY ANGGRAINI
NIM : 143110272

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PERILAKU


KEKERASAN DI KELURAHAN
SURAU GADANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS NANGGALO
KOTA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar


Ahli Madya Keperawatan

VANY ANGGRAINI
NIM : 143110272

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan Judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Perilaku Kekerasan
Di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota
Padang Tahun 2017” Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini, sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan penyusunan
penelitian. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Renidayati, S.Kp, M.Kep, Sp. Kep. Jiwa selaku pembimbing I yang telah
mengarahkan membimbing dan memberikan masukan dengan penuh kesabaran
dan perhatian dalam menyusun penelitian ini.
2. Bapak Idrus Salim, SKM, M. Kes selaku pembimbing II yang telah
mengarahkan membimbing dan memberikan masukan dengan penuh kesabaran
dan perhatian dalam menyusun penelitian ini
3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang
4. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M. Kep selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang
5. Bapak Drg. Darius, selaku pimpinan Puskesmas Nanggalo Kota Padang beserta
staf yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian
6. Bapak Ibu dosen serta staf Prodi Keperawatan Padang yang telah memberikan
pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan
7. Teristimewa kepada orang tua dan saudara tercinta yang telah memberikan
semangat dan dukungan serta restu yang tak dapat ternilai dengan apapun
8. Rekan- rekan seperjuangan mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI Padang Program Studi D-III Keperawatan Padang, serta semua
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis menyelesaikan Proposal ini.
Akhir kata, peneliti berharap karya tulis ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi
peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan
semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah
SWT. Semoga nantinya dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
keperawatan. Amin.

Padang, Juni 2017

Peneliti
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017
Vany Anggraini
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Perilaku Kekerasan di Kelurahan
Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun
2017
Isi: xiii + 76 halaman +1 gambar + 2 bagan+ 2 tabel+10 lampiran

ABSTRAK
Hasil laporan yang didapatkan di Puskesmas Nanggalo pada tahun 2016 jumlah
kunjungan pasien jiwa berdasarkan wilayah kerja totalnya yaitu 525 orang,
diantaranya terdiri dari 251 orang pada Kelurahan Surau Gadang, 187 orang di
Kurao Pagang, 9 orang di Gurun Laweh dan 78 orang yang di luar Wilayah
(Puskesmas Nanggalo, 2016). Hasil laporan jumlah pasien skizofrenia yang
tertinggi ada di kelurahan Surau Gadang adalah 63 orang. Hasil survey yang
ditemukan klien dan keluarga datang ke Puskesmas Nanggalo untuk mengambil
obat saja ke Puskesmas dan keluarga tidak dilatih untuk penerapan strategi
pelaksanaan. Tujuan penelitian ini untuk menerapkan asuhan keperawatan pada
klien perilaku kekerasan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Kota Padang Tahun 2017.

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang berbentuk studi kasus,
populasi seluruh klien skizofrenia sebanyak 63 dan sampelnya sebanyak 15 nama
yang diambil untuk 2 partisipan sesuai kriteria yang ditentukan adalah Tn.F dan
Tn.A. Waktu penelitian yang dilakukan mulai dari bulan Januari sampai bulan
Juni 2017. Waktu pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan tanggal 22 Mei
2017 sampai 31 Mei 2017.

Hasil penelitian yang didapatkan pada klien dengan perilaku kekerasan klien
sering mengeluh marah tanpa sebab, klien melukai diri sendiri dan orang lain dan
klien tampak mondar mandir. Diagnosa keperawatan perilaku kekerasan,
halusinasi, harga diri rendah dan defisit perawatan diri telah dilakukan
implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan dalam
penerapan strategi pelaksanaan. Evaluasi keperawatan yang didapatkan keduanya
telah mampu secara mandiri menerapkan strategi pelaksanaan yang telah
diajarkan sebelumnya.

Melalui pemegang progam keperawatan jiwa Puskesmas Nanggalo diharapkan


dapat mengembangkan program kesehatan jiwa yang dapat memfasilitasi
penanganan masalah gangguan kesehatan jiwa yang dialami klien dan keluarga
dengan halusinasi

Kata Kunci (Key Word) : Perilaku kekerasan, Asuhan Keperawatan

Daftar Pustaka : 38 (2007- 2016)


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
LEMBAR ORISINALITAS ............................................................................ v
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ........................................................ 9


A. Konsep Dasar Perilaku Kekerasan ....................................................... 9
1. Pengertian Perilaku Kekerasan ........................................................ 9
2. Faktor Terjadinya Perilaku Kekerasan............................................ 10
3. Rentang Respon Perilaku Kekerasan ............................................... 13
4. Mekanisme Koping Perilaku Kekerasan ......................................... 14
5. Tanda dan gejala Perilaku Kekerasan .............................................. 15
6. Penatalaksanaan Perilaku Kekerasan............................................... 16
B. Konsep Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan .............................. 20
1. Pengkajian Keperawatan.................................................................. 20
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 28
3. Intervensi Keperawatan.................................................................... 29
4. Implementasi Keperawatan.............................................................. 37
5. Evaluasi Keperawatan..................................................................... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 39


A. Desain Penelitian ............................................................................ 39
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 39
C. Populasi dan Sampel........................................................................ 39
D. Instrumen Penelitian ........................................................................ 41
E. Pengumpulan Data........................................................................... 41
F. Prosedur Penelitian .......................................................................... 43
G. Analisa Data .................................................................................... 43
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS ................................ 44
A. Deskripsi Kasus .................................................................................... 44
1. Pengkajian Keperawatan ................................................................ 44
2. Diagnosa Keperawatan................................................................... 47
3. Intervensi Keperawatan .................................................................. 48
4. Implementasi Keperawatan ............................................................ 50
5. Evaluasi Keperawatan .................................................................... 53
B. Pembahasan .......................................................................................... 56
1. Pengkajian Keperawatan ................................................................ 56
2. Diagnosa Keperawatan................................................................... 61
3. Intervensi Keperawatan .................................................................. 63
4. Implementasi Keperawatan ............................................................ 66
5. Evaluasi Keperawatan .................................................................... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 74


A. Kesimpulan .......................................................................................... 74
B. Saran ..................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rentang Respon Perilaku Kekerasan ...............................................14


DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Psikodinamika Perilaku Kekerasan ............................................. 27

Bagan 2.2 Pohon Masalah Perilaku Kekerasan .............................................. 28


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan.................................................................. 29

Tabel 4.1 Deskripsi Kasus ............................................................................. 44


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ganchart

Lampiran 2. Surat Izin Pengambilan Data

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian

Lampiran 4. Informed Consent

Lampiran 5. Surat Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran 6. Lembar Format Skrining

Lampiran 7. Lembar Pengkajian Asuhan Keperawatan Jiwa

Lampiran 8. Lembar Bimbingan Proposal

Lampiran 9. Lembar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 10.Dokumentasi Kunjungan


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Vany Anggraini

Tempat, Tanggal Lahir : Padang Panjang, 1 Mei 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat : Komplek Griya Lestari Blok i no 5, Kp.Jua RT


04 RW 05 Kelurahan Batuang Taba Kecamatan
Lubuk Begalung

Nama Orang Tua

Ayah : Indra Kurnia

Ibu : Maiyarni

Riwayat Pendidikan

NO Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun


1 TK TK Sandy Putra 2001-2002
2 SD SD Kartika 1-10 Padang 2002-2005
SDN 22 Lubuk Begalung 2005-2008
3 SMP SMPN 24 Padang 2008-2011
4 SMA SMA Semen Padang 2011-2014
5 DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI padang 2014-2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental sejahtera yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian utuh dari
kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan
manusia. Kesehatan jiwa mempunyai rentang sehat – sakit jiwa yaitu sehat
jiwa, masalah psikososial dan gangguan jiwa ( Keliat et al., 2016).

Gangguan jiwa menurut American Phychiatric Association (APA) merupakan


sindrom atau pola psikologis atau pola perilaku yang penting secara klinis
yang terjadi pada individu dan sindrom itu dihubungkan dengan adanya
distress (misalnya gejala nyeri, menyakitkan) atau disabilitas
(ketidakmampuan pada salah satu bagian dan beberapa fungsi yang penting)
atau disertai dengan peningkatan resiko yang sera bermakna untuk mati, sakit,
ketidakmampuan atau kehilangan kebebasan (APA dalam Prabowo, 2014).
Gangguan jiwa merupakan suatu perubahan dan gangguan pada fungsi jiwa
yang menyebabkan timbulnya penderitaan pada individu atau hambatan
dalam melaksanakan peran sosial (Keliat et al., 2016).

Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO) terdapat sekitar 450
juta orang di dunia mengalami gangguan jiwa. WHO menyatakan setidaknya
ada satu dari empat orang didunia mengalami masalah mental, dan masalah
gangguan kesehatan jiwa yang ada di seluruh dunia sudah menjadi masalah
yang sangat serius (Yosep, 2013).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 di Indonesia didapatkan


prevalensi gangguan jiwa berat atau skizofrenia pada penduduk Indonesia
sebanyak 4,6% (Riskesdas, 2007). Tahun 2013, menunjukkan bahwa
prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia adalah 1,7 per 1000
penduduk atau sekitar 400.000 orang.
Berdasarkan laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 Sumatera
Barat merupakan urutan ketiga dengan gangguan jiwa berat atau skizofrenia
yaitu mencapai 16,7 permil. Pada tahun 2013 Sumatera Barat berada pada
urutan kesembilan yaitu sebesar 1,9% (Riskesdas, 2013). Namun hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadinya penurunan pada rentang tahun
2007 sampai 2013 prevalensi gangguan jiwa skizofrenia sekitar yaitu 6.4%.
Data Dinas Kesehatan Kota Padang (DKK) tahun 2014 didapatkan pasien
yang mengalami skizofrenia dan gangguan psikotik kronik lainnya itu sekitar
6489 orang, sedangkan pada tahun 2015 yang mengalami gangguan psikotik
secara keseluruhan mengalami peningkatan menjadi 7059 orang. Hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan dari tahun 2014 ke tahun 2015
sekitar 4,2% (DKK).

Menurut UU permenkes RI nomor 43 Tahun 2016, orang dengan gangguan


jiwa berat termasuk dalam 12 standar pelayanan minimal bidang kesehatan.
Setiap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar. Pelayanan kesehatan jiwa yang diberikan bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan jiwa ODGJ berat (psikotik). Pada orang
dengan gangguan jiwa berat dilakukan oleh perawat dan dokter diwilayah
kerjanya. Pelayanan yang diberikan meliputi edukasi dan evaluasi tentang
tanda dan gejala gangguan jiwa, kepatuhan minum obat, mencegah tindakan
pemasungan, sosialisasi, kegiatan rumah tangga dan aktivitas bekerja serta
tindakan kebersihan diri ( UU Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan,
2016).

Secara umum klasifikasi gangguan jiwa menurut hasil Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) gangguan jiwa berat atau
kelompok psikotik dan (2) gangguan jiwa ringan meliputi semua gangguan
mental emosional yang berupa kecemasan, gangguan alam perasaan dan
sebagainya. Sedangkan yang termasuk gangguan jiwa berat salah satunya
yaitu skizofrenia (Yusuf, dkk, 2015).
Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang ditandai adanya
penyimpangan dasar dan adanya perbedaan dari pikiran, disertai dengan
adanya ekspresi emosi yang tidak wajar (Sulistyono, dkk, 2013).Menurut
Videbeck (2008) klien dengan skizofrenia memiliki karakteristik gejala
positif yaitu meliputi adanya waham, halusinasi, disorganisasi pikiran, bicara
dan perilaku yang tidak teratur yaitu berupa perilaku kekerasan. Berdasarkan
gejala positif tersebut yang menyita perhatian cukup besar pada masalah
keperawatan jiwa adalah masalah perilaku kekerasan.

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk


melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut (Saragih,dkk, 2014).

Perilaku kekerasan ini dapat berupa muka masam, bicara kasar, menuntut dan
perilaku yang kasar disertai kekerasan (Saragih,dkk, 2014). Menurut
Kusumawati (2010), perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik
pada diri sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah
yang tak terkontrol (Direja, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian yang dialakukan Wardani tahun 2015 bahwa


menurut Dinas Kesehatan Kota Jawa Tengah (2012), mengatakan angka
kejadian penderita gangguan jiwa di Jawa Tengah berkisar antara 3.300 orang
hingga 9.300 orang. Angka kejadian ini merupakan penderita yang sudah
terdiagnosa. Dilihat dari angka kejadian diatas penyebab paling sering
timbulnya gangguan jiwa dikarenakan himpitan masalah ekonomi,
kemiskinan. Kemampuan dalam beradaptasi tersebut berdampak pada
kebingungan, kecemasan, frustasi dan perilaku kekerasan dan konflik batin
dan gangguan emosinal menjadi ladang subur bagi tumbuhnya penyakit
mental.
Menurut Keliat (2010) pasien perilaku kekerasan baik yang dirawat maupun
tidak dirawat, harusnya di pertimbangkan potensi terjadinya perilaku
kekerasan. Pada penanganan masalah gangguan jiwa terdapat salah satu
diagnosa keperawatan yaitu resiko perilaku kekerasan. Resiko perilaku
kekerasan adalah keadaan dimana seseorang pernah atau mempunyai riwayat
melakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain
atau lingkungan baik secara fisik atau emosional atau seksual dan verbal
(Sari, 2015).

Intervensi yang dapat dilakukan pada pasien dengan perilaku kekerasan


menurut Stuart & laraia (2005) bervariasi yaitu berada dalam rentang
preventive strategies, anticipatory strategies, dan contaiment strategies.
Strategi pencegahan ( preventive strategies), meliputi kesadaran diri,
psikoedukasi pada klien, dan latihan asertif. Strategi antisipasi (anticipatory
strategies) meliputi komunikasi, perubahan lingkungan, perilaku dan
psikofarmaka. Jika perilaku kekerasan tidak dapat dikontrol dengan terapi
psikofarmaka maka perlu dilakukan strategi penahanan (contaiment
strategies) yang meliputi manajemen krisis, pembatasan gerak, dan
pengikatan (Putri, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Keliat tahun 2003 tentang pentingnya edukasi
pada klien dengan menggunakan standar asuhan keperawatan (SAK) cara
mengontrol marah baik secara : 1. Fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal,
memukul bantal atau kasur, 2. Secara verbal : katakan secara verbal jika
sedang marah atau kesal, 3. Secara sosial : latihan manajemen perilaku, 4.
Secara spiritual (Putri, 2010). Selain itu, dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasaan dapat dilakukan dengan
berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial atau
aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan kesadaran
klien (Afnuhazi, 2015).
Menurut Keliat dan Akemat 2004 terapi Aktivitas Kelompok juga merupakan
salah satu bentuk terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan seperti pada pasien
perilaku kekerasan (Wibowo, dkk, 2013). Salah satu terapi aktivitas
kelompok yang dapat digunakan untuk mengatasi perilaku kekerasan adalah
stimulasi persepsi dalam upaya memotivasi dan mengurangi perilaku
maladaptif (Wibowo, dkk, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Feri Wibowo,dkk tahun


2013 didapatkan bahwa pemberian terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi yang dilakukan secara intensif dan efektif dapat meningkatkan
kemampuan klien dalam mengenal dan mengontrol perilaku kekerasan.
Disamping itu, pengaruh terapi keluarga sangat penting terhadap dukungan
keluarga dalam merawat klien dengan masalah perilaku kekerasan. Hal ini
dapat terjadi karena ketidakmampuan keluarga dalam menjalankan fungsi
keluarga dapat menjadi faktor penyebab ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga dengan masalah perilaku kekerasan (Nancye, 2015).

Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun
2015 bahwa puskesmas Nanggalo berada pada posisi kedua dari 22
puskesmas dengan jumlah didapatkan klien dengan gangguan psikotik dan
skizofrenia sebanyak 569 orang (DKK, 2015). Hasil laporan yang didapatkan
di Puskesmas Nanggalo pada tahun 2016 jumlah kunjungan pasien jiwa
berdasarkan wilayah kerja totalnya yaitu 525 orang, diantaranya terdiri dari
251 orang pada Kelurahan Surau Gadang, 187 orang di Kelurahan Kurao
Pagang, 9 orang di Kelurahan Gurun Laweh dan 78 orang yang di luar
Wilayah. Sedangkan kunjungan pasien jiwa berdasarkan kasus tahun 2016
yang tertinggi yaitu psikotik dengan jumlah 472 orang (Puskesmas Nanggalo,
2016).

Berdasarkan data diatas dan survey awal yang dilakukan peneliti pada saat
praktek lapangan keperawatan jiwa-komunitas di Puskesmas Nanggalo pada
bulan Oktober 2016 didapatkan hasil wawancara dengan klien dan keluarga
perilaku kekerasan mengatakan klien sering marah-marah tanpa sebab,
kadang klien kalau sedang marah memukul benda-benda yang ada
disekitarnya, dan kemudian ia merasa lega dan puas setelah melakukan itu.
Klien dan keluarga rutin kontrol ke puskesmas untuk mengambil obat.
Upaya yang telah dilakukan klien untuk mengontrol marahnya hanya dengan
menarik napas dalam dan pukul bantal. Keluarga klien masih kurang paham
tentang cara mengontrol marah pada pasien.

Hasil wawancara juga yang dilakukan kepada salah seorang pemegang


program keperawatan jiwa di Puskesmas Nanggalo yaitu klien kadang
ditemani oleh keluarga atau hanya keluarga yang datang ke Puskesmas
Nanggalo untuk mengambil obat saja ke Puskesmas dan saat itu keluarga
tidak ada dilatih untuk penerapan strategi pelaksanaan kepada klien. Klien
juga dikunjungi ke rumah-rumah oleh salah satu pemegang program
keperawatan untuk menerapkan strategi pelaksanaan sesuai dengan diagnosa
saat itu, disamping itu juga mengevaluasi perkembangan klien dan tindakan
apa saja yang telah diterapkan keluarga ke klien untuk mengontrol marahnya.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis telah melakukan penelitian


untuk menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Perilaku
Kekerasan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo
Padang tahun 2017

B. Rumusan Masalah
Bagaimana mendeskripsikan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Perilaku Kekerasan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang tahun 2017?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada klien dengan Perilaku
Kekerasan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang tahun 2017.
2. Tujuan khusus
a. Mampu mendeskripsikan konsep dasar asuhan keperawatan pada klien
dengan perilaku kekerasan.
b. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada klien dengan kasus
perilaku kekerasan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang.
c. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada klien
dengan perilaku kekerasan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang.
d. Mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan pada klien dengan
perilaku kekerasan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang.
e. Mampu mendeskripsikan implementasi keperawatan pada klien
dengan perilaku kekerasan di Keluraha Surau Gadang Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang.
f. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada klien dengan
perilaku kekerasan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang.
g. Mampu mendeskripsikan pendokumentasian pada klien dengan
perilaku kekerasan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang.
D. Manfaat Penulisan
1. Penulis
Penulisan ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan penulis dalam mendeskripsikan asuhan
keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan di Kelurahan Surau
Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang yang telah
dipelajari.
2. Pemenggang Program Puskesmas Nanggalo
Bagi pemegang Program Keperawatan Jiwa dapat mengembangkan
program kesehatan jiwa yang dapat memfasilitasi penanganan masalah
gangguan kesehatan jiwa pada klien dengan perilaku kekerasan.
3. Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan dapat memberikan gambaran dan wawasan
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam asuhan pada klien
dengan perilaku kekerasan di klinik maupun di komunitas masyarakat.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Perilaku Kekerasan


1. Pengertian
Kekerasan (violence) merupakan suatu bentuk perilaku agresi (aggressive
behavior) yang menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain,
termasuk terhadap hewan atau benda-benda. Ada perbedaan antara agresi
sebagai bentuk pikiran maupun perasaan dengan agresi sebagai bentuk
perilaku. Agresi adalah suatu respon terhadap kemarahan, kekecewaan,
perasaan dendam atau ancaman yang memancing amarah (Muhith, 2015).

Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi
terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman.
Marah juga merupakan reaksi atau ungkapan perasaan terhadap keadaan
yang tidak menyenangkan seperti kecewa, tidak puas, tidak tercapai
keinginan sehingga dapat membangkitkan suatu perilaku kekerasan sebagai
suatu cara untuk melawan dan menghukum (Dalami,dkk, 2014).

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang


bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Muhith,
2015). Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan
yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang
dapat membahayakan atau mencederai diri sendiri, orang lain bahkan
merusak lingkungan (Prabowo, 2014). Perilaku kekerasan adalah tingkah
laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu
lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Perilaku
kekerasan ini dapat berupa muka masam, bicara kasar, menuntut dan
perilaku yang kasar disertai kekerasan (Saragih,dkk, 2014).

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan hilangnya kendali perilaku


seseorang yang diarahkan pada diri sendiri (dapat berupa melukai diri
sendiri atau membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri), orang lain
(dengan melakukan tindakan agresif pada orang lain) atau lingkungan
seperti perilaku lingkungan (Yusuf, dkk, 2015).

2. Faktor terjadinya Perilaku Kekerasan


Proses terjadinya perilaku kekerasan itu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
a. Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi
perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu adalah:
1) Faktor Biologis
Dalam otak sistem limbik berfungsi sebagai regulator atau pengatur
perilaku. Adanya lesi pada hipotalamus dan amigdala dapat
mengurangi dan meningkatkan perilaku agresif. Perangsangan pada
sistem neurofisiologis dapat menimbulkan respon-respon emosional
dan ledakan agresif. Penurunan norepinefrin dapat menstimulasi
perilaku agresif misalnya pada peningkatan kadar hormon
testosteron atau progesteron. Pengaturan perilaku agresif adalah
dengan mengatur jumlah metabolisme biogenik amino- norepinefrin
(Dalami, dkk, 2014).
Berdasarkan faktor biologis, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu
sebagai berikut (Direja, 2011) :
a) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat
impuls agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam
menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respon
agresif.
b) Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epineprin,
norepineprin, dopamine, asetilkolin dan serotonin) sangat
berperan dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif.
Peningkatan hormone androgen dan norepineprin serta
penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada ciran
serebrospinal merupakan penyebab timbulnya perilaku agresif
pada seseorang.
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat
erat kaitanya dengan penghuni penjara tindak criminal
(narapidana).
d) Gangguan otak, sindrom otak organic berhubungan dengan
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbic dan
lobus temporal), trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsy
(lobus temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif
atau kekerasan.

2) Faktor Psikologis
Psychoanalitytical Theory; Teori ini mendukung bahwa perilaku
agresif merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat
bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting. Pertama,
insting hidup yang diekspresikan dengan seksualitas dan kedua,
insting kematian yang diekspresikan dengan agresivitas.
Frustation-agression theory; teori yang dikembangkan oleh
pengikut freud ini berawal dari asumsi bahwa bila usaha seseorang
untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan, maka akan
timbul dorongan agresif yang pada gilirannya akan memotivasi
perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau objek yang
menyebabkan frustasi. Jadi hampir semua orang yang melakukan
tindakan agresif mempunyai riwayat perilaku agresif.
Pandangan psikologi lainnya mengenai perilaku agresif,
mendukung pentingnya peran dari perkembangan predisposisi atau
pengalaman hidup. Ini menggunakan pendekatan bahwa manusia
mampu memilih mekanisme koping yang sifatnya tidak merusak.
Beberapa contoh pengalaman tersebut :
a) Kerusakan otak organik, retardasi mental, sehingga tidak
mampu untuk menyelesaikan secara efektif.
b) Severe emotional deprivation atau rejeksi yang berlebihan
pada masa kanak-kanak.
c) Terpapar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk
child abuse atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga.
Kemudian perilaku juga termasuk dalam faktor psikologi Perilaku
Reinforcment yang diterima pada saat melakukan kekerasan dan
sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua
aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan
(Keliat, 1996 dalam Muhith, 2015).

3) Faktor Sosial Budaya


Seseorang akan berespon terhadap peningkatan emosionalnya
secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya. Sesuai
dengan teori menurut Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan
respons-respons yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui
observasi dan semakin sering mendapatkan penguatan maka
semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat
mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu
mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak
dapat diterima.
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecendrungan menerima
perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam
masyarakat.

b. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan akan mengeluarkan respon marah apabila
dirinya merasa terancam. Ancaman tersebut dapat berupa luka secara
psikis. Ancaman dapat berupa internal dan eksternal. Contoh stressor
eksternal yaitu serangan secara psikis, kehilangan hubungan yang
dianggap bermakna, dan adanya kritikan dari orang lain. Sedangkan
contoh dari stressor internal yaitu merasa gagal dalam bekerja, merasa
kehilangan orang yang dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang
diderita (Muhith, 2015).
Faktor presipitasi dapat bersumber dari pasien, lingkungan atau
interaksi dengan orang lain. Kondisi pasien seperti ini kelemahan fisik
(penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang
kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula
dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah
pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintainya atau pekerjaan dan
kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi yang
proaktif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan (Prabowo,
2014).
Menurut Dalami,dkk tahun 2014 stressor presipitasi yang muncul pada
pasien perilaku kekerasan yaitu :
a. Ancaman terhadap fisik : pemukulan, penyakit fisik
b. Ancaman terhadap konsep diri : frustasi, harga diri rendah
c. Ancaman eksternal : serangan fisik, kehilangan orang atau benda
berarti
d. Ancaman internal : Kegagalan,kehilangan perhatian

3. Rentang Respon Perilaku Kekerasan


Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan tersebut
merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses penyampaian pesan dari
indivuidu. Rentang respons kemarahan individu dimulai dari respons
normal (asertif) sampai pada respons sangat tidak normal (maladaptif) .
Berikut rentang respon marah menurut (Direja, Ade Herman Surya, 2011).
Gambar 2.1

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan


Sumber: Direja, 2011
Keterangan :
a. Asertif
Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain
dan memberi ketenangan.
b. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatif.
c. Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
d. Agresif
Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut
tetapi masih terkonrol.
e. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol.
4. Mekanisme Koping Perilaku Kekerasan
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan
steress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme
pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. Kemarahan merupakan
ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman.Beberapa
mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri
antara lain (Afnuhazi, 2015):
a. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyaluran secara normal.
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai kesukaran atau keinginan yang tidak
baik.
c. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke
alam sadar.
d. Reaksi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan.
e. Displacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek
yang tidak begitu berbahaya.

5. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan


Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara
tentang perilaku berikut (Dermawan & Rusdi, 2013) :
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Menggepalkan tangan
e. Bicara kasar
f. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
g. Mengancam secara verbal dan fisik
h. Melempar atau memukul benda atau orang lain
i. Merusak barang atau benda
j. Tidak mempunyai kemampuan mencegah atau mengontrol perilaku
kekerasan.
Menurut Direja, 2013 tanda gejala pada perilaku kekerasan yaitu :
a. Fisik
Mata melotot, pandangan tajam,tangan menggepal, rahang mengatup,
wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
b. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan
nada keras, kasar dan ketus.
c. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain, merusak
lingkungan, amuk atau agresif.
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, menyalahkan dan
menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, dan meremehkan.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral
dan kreativitas terhambat.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
h. Perhatian
Bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual

6. Penatalaksanaan Perilaku Kekerasan


Penatalaksanaan pada pasien perilaku kekerasan bukan hanya meliputi
pengobatan dengan farmakoterapi, tetapi juga pemberian psikoterapi, serta
terapi modalitas yang sesuai dengan gejala pada perilaku kekerasan. Pada
terapi ini juga perlu dukungan keluarga dan sosial akan memberikan
peningkatan kesembuhan klien. Penatalaksanaan pada pasien perilaku
kekerasan terbagi dua yaitu :
a. Penatalaksanaan medik
1) Farmakoterapi
Salah satu farmakoterapi yang digunakan pada klien dengan
perilaku kekerasan biasanya diberikan antipsikotik. Obat
antipsikotik pertama yaitu klorpromazin, diperkenalkan tahun 1951
sebagai pramedikasi anestesi. Kemudian setelah itu, obat itu diuji
coba sebagai obat skizofrenia dan terbukti dapat mengurangi
skizofrenia. Antipsikotik terbagi atas dua yaitu antipsikotik tipikal
dan antipsikotik atipikal dengan perbedaan pada efek sampingnya.
Antipsikotik tipikal terdiri dari (butirofenon, Haloperidol/haldol,
Fenotiazine,Chlorpromazine, perphenazine (Trilafon), trifluoperazin
(stelazine), sedangkan untuk antipsikotik atipikal terdiri dari
(clozapine (clozaril), risperidone (Risperidal). Efek samping yang
ditimbulkan berupa rigiditas otot kaku, lidah kaku atau tebal disertai
kesulitan menelan. Biasanya sering digunakan klien untuk
mengatasi gejala-gejala psikotik (Perilaku kekersan, Halusinasi,
Waham), Skizofrenia, psikosis organik, psikotik akut dan
memblokade dopamine pada pascasinaptik neuron di otak (Katona,
dkk, 2012).
2) Terapi Somatis
Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan
gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif
menjadi perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang
ditujukan pada kondisi fisik klien. Walaupun yang diberi perlakuan
adalah fisik klien, tetapi target terapi adalah perilaku klien. Jenis
terapi somatis adalah meliputi pengikatan, ECT, isolasi dan
fototerapi (Kusumawati & Yudi, 2010).
a) Pengikatan
Merupakan terapi menggunakan alat mekanik atau manual
untuk membatasi mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk
melindungi cedera fisik pada klien sendiri dan orang lain.
b) Terapi Kejang listrik
Terapi kejang listrik atau Electro Convulsif Therapi (ECT)
adalah bentuk terapi kepada pasien dengan menimbulkan kejang
grand mall dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda
yang ditempatkan dipelipis pasien. Terapi ini ada awalnya untuk
menangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya
dilaksanakan setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali) dengan
kekuatan arus listrik (2-3 joule).
c) Isolasi
Merupakan bentuk terapi dengan menempatkan klien sendiri
diruang tersendiri untuk mengendalikan perilakunya dan
melindungi klien, orang lain dan lingkungan. Akan tetapi tidak
dianjurkan pada klien dengan risiko bunuh diri.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Strategi pelaksanaan pasien perilaku kekerasan
Startegi pelaksanaan dapat dilakukan berupa komunikasi terapeutik
kepada pasien perilaku kekerasan maupun pada keluarga. Tindakan
keperawatan terhadap pasien dapat dilakukan minimal empat kali
pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga dapat
mengontrol dan mengendalikan perilaku kekerasan. Pada masing-
masing pertemuan dilakukan tindakan keperawatan berdasarkan
strategi pelaksanaan (SP) sebagai berikut (Pusdiklatnakes, 2012) :
a) Latihan strategi pelaksanaan 1 untuk pasien : latihan nafas
dalam dan memukul kasur atau bantal.
b) Latihan strategi pelaksanaan 2 untuk pasien : latihan minum
obat
c) Latihan strategi pelaksanaam 3 untuk pasien : Latihan cara
sosial atau verbal
d) Latihan strategi pelaksanaan 4 untuk pasien : Latihan cara
spiritual
Tindakan keperawatan berdasarkan strategi pelaksanaan (SP)
sebagai berikut :
a) Latihan strategi pelaksanaan 1 untuk keluarga : Cara merawat
pasien dan melatih latihan fisik
b) Latihan strategi pelaksanaan 2 untuk keluarga : Cara memberi
minum obat
c) Latihan strategi pelaksanaan 3 untuk keluarga : Melatih
keluarga cara mengontrol marah dengan cara sosial atau verbal.
d) Latihan strategi pelaksanaan 4 untuk keluarga : cara mengontrol
rasa marah dengan cara spiritual, latih cara spiritual, jelaskan
follow up ke puskesmas, tanda kambuh.
2) Terapi modalitas
Terapi modalitas keperawatan jiwa dilakukan untuk memperbaiki
dan mempertahankan sikap klien agar mampu bertahan dan
bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat sekitar dengan
harapan klien dapat terus bekerja dan tetap berhubungan dengan
keluarga, teman, dan sistem pendukung yang ada ketika menjalani
terapi (Nasir & Muhits dalam Direja, 2011). Jenis-jenis terapi
modalitas adalah :
a) Psikoterapi
Merupakan suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional
terhadap pasien yang dilakukan oleh seseorang yang terlatih dan
sukarela. Psikoterapi dilakukan agar klien mengalami tingkah
lakunya dan mengganti tingkah laku yang lebih konstruktif
melalui pamhaman- pemahaman selama ini kurang baik dan
cenderung merugikan baik diri sendiri , orang lain maupun
lingkungan sekitar.
b) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi Aktivitas Kelompok sering digunakan dalam praktik
kesehatan jiwa, bahkan merupakan hal yang terpenting dari
keterampilan terapeutik dalam ilmu keperawatan. Pemimpin
atau leader kelompok dapat menggunakan keunikan individu
untuk mendorong anggota kelompok untuk mengungkapkan
masalah dan mendapatkan bantuan penyelesaian masalahnya
dari kelompok, perawat juga adapatif menilai respon klien
selamaberada dalam kelompok. Jenis Terapi Aktivitas
Kelompok yang digunakan pada klien dengan perilaku
kekerasan adalah Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
atau Kognitif. Terapi yang bertujuan untuk membantu klien
yang mengalami kemunduran orientasi, menstimuli persepsi
dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif serta
mengurangi perilaku maladaptif. Karakteristiknya yaitu pada
penderita gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai-
nilai, menarik diri dari realitas dan inisiasi atau ide-ide negatif.
3) Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi
masalah klien dengan memberikan perhatian :
a) Bina hubungan saling percaya (BHSP)
b) Jangan memancing emosi klien
c) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan
keluarga
d) Memberikan kesempatanpada klien dalam mengemukakan
pendapat
e) Anjurkan pada klien untuk mengemukakan maslah yang
dialami
f) Mendengarkan keluhan klien
g) Membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klien
h) Hindari penggunaan kata-kata yang menyinggung perasaan
klien
i) Jika klien melakukan kesalahan jangan langsung memvonis
j) Jika terjadi perilaku kekerasan yang dilakukan adalah : bawa
klien ketempat yang tenang dan aman, hindari benda tajam,
lakukan fiksasi sementara, rujuk ke pelayanan kesehatan
(Afnuhazi, 2015).
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Perilaku Kekerasan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan dan merupsksn proses yang sistematis dala pengumpulan
data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status kesehatan pasien (Iyer et.al dalam Muhith 2015). Tahap pengkajian
terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah
pasien.
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan
status mental, suku bangsa, tanggal masuk, tanggal pengkajian, ruang
rawat dan alamat.
b. Alasan Masuk
Alasan yang menyebabkan pasien atau keluarga datang atau dirawat di
rumah sakit. Faktor pencetus perilaku kekerasan meliputi ancaman
terhadap fisik, ancaman internal dan ancaman eksternal.
c. Riwayat Penyakit sekarang
Keluhan saat ini pada pasien perilaku kekerasan, faktor yang
memperberat kejadian seperti putus pengobatan, melukai orang lain,
diri sendiri maupun lingkungan.
d. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan
adalah faktor biologi (biasanya klien mempunyai keluarga yang
mempunyai riwayat perilaku kekerasan, klien pernah mengalami
gangguan jiwa) , psikologis ( harapan yang tidak sesuai, sering
melihat perilaku kekerasan atau mengalami perilaku kekerasan dan
sosiokultural (Dermawan, 2013).
Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu
yang bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar
(serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain-lain) maupun dalam
(putus hubungan dengan orang berarti, kehilangan rasa cinta, takut
terhadap penyakit fisik dan lain-lain). Selain itu lingkungan yang
terlalu ribut, padat, kritikan yang mencegah pada penghinaan,
tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan.
e. Pemeriksaan Fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan pasien.
f. Pengkajian Psikososial
1) Genogram
Genogram menggambarkan pasien dengan tiga generasi keluarga
dilihat dari pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola
asuh.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri
Menggambarkan persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian
tubuh yang tidak disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh
yang tidak disukai dan bagian yang disukai.
b) Identitas diri
Status dan posisi pasien sebelum pasien dirawat, kepuasan
pasien terhadap status dan posisinya, kepuasan pasien sebagai
laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai
dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
c) Fungsi peran
Tugas atau peran pasien dalam keluarga atau kelompok
masyarakat, kemampuan pasien dalam melaksanakan fungsi
atau perannya, perubahan yang terjadi saat pasien sakit dan
dirawat, bagaimana perasaan pasien akibat perubahan tersebut.
d) Ideal diri
Harapan pasien terhadap keadaan tubuh ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan pasien
terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai
dengan harapannya.
e) Harga diri
Hubungan pasien dengan orang lain sesuai dengan kondisi,
dampak pada pasien dalam berhubungan dengan orang lain,
harapan, identitas diri tidak sesuai harapan, fungsi peran tidak
sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan, penilaian pasien
terhadap pandangan atau penghargaan orang lain.

3) Hubungan Sosial
Menggambarkan orang yang paling berarti dalam hidup pasien,
dan upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah, kelompok apa
saja yang diikuti dalam masyarakat, peran dalam kelompok,
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
4) Spiritual
Nilai keyakinan, kegiatan ibadah atau menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan.
g. Status Mental
1) Penampilan
Melihat penampilan pasien dari ujung rambut sampai ujung kaki
apakah ada yang tidak rapi, penggunaan pakaian sesuai, cara
berpakaian.
2) Pembicaraan
Biasanya pada klien perilaku kekerasan ketika bicara nada suara
keras, tinggi, menjerit atau berteriak.
3) Aktivitas motorik
Agitasi (gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan),
kompulsif (kegiatan berulang-ulang), grimasem (otot-otot wajah
yang berubah-ubah dan tidak terkontrol). Seperti menggepalkan
tangan, merusak barang atau benda, rahang mengatup.
4) Afek dan Emosi
a) Afek
Biasanya klien labil, emosi cepat berubah-rubah dan tidak
sesuai, emosi bertentangan dan berlawanan dengan stimulus
a) Emosi
Biasanya klien memiliki emosi yang tidak adekuat, tidak aman
dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, bermusuhan,
mengamuk serta menuntut.
5) Interaksi selama wawancara
a) Kooperatif, berespon dengan baik terhadap pewawancara
b) Tidak kooperatif, tidak dapat menjawab pertanyaan dengan
spontan
c) Mudah tersinggung
d) Bermusuhan
e) Kontak kurang, tidak menantap lawan bicara
f) Curiga
6) Persepsi sensori
Persepsi ini meliputi persepsi mengenai pendengaran, penglihatan,
pengecapan, penghidu.
7) Proses pikir
a) Sirkumtansial, pembicaraan yang berbelit tapi sampai pada
tujuan.
b) Tangensial, pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai
pada tujuan.
c) Kehilangan asosiasi, pembicaraan tidak ada hubungan antara
satu kalimat dengan kalimat yang lain.
8) Isi pikir
Biasanya klien memiliki ambang isi fikir yang wajar, dimana ia
selalu menanyakan kapan ia akan pulang dan mengharapkan
pertemuan dengan keluarga dekatnya.
9) Tingkat kesadaran
Biasanya klien tampak bingung dan kacau (perilaku yang tidak
mengarah pada tujuan).
10) Memori
a) Gangguan mengingat jangka panjang, tidak dapat mengingat
kejadian.
b) Gangguan mengingat jangka pendek, tidak dapat mengingat
dalam minggu terakhir.
11) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Menilai tingkat konsentrasi klien apakah mudah beralih atau tidak
mampu berkonsentrasi.

12) Kemampuan penilaian


Menggambarkan kemampuan pasien dalam melakukan penilaian
terhadap situasi, kemudian dibandingkan dengan yang seharusnya.
13) Daya litik diri
a) Mengingkari penyakit yang diderita : pasien tidak
menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada
dirinya dan pasien menyangkal keadaan penyakitnya.
b) Menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain
atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit atau
masalah sekarang.
14) Kebutuhan persiapan pulang
a) Makan
Biasanya frekuensi makan, jumlah, variasi, macam dan cara
makan, observasi kemampuan pasien menyiapkan dan
membersihkan alat makan.
b) Buang Air Besar dan Buang Air Kecil
Observasi kemampuan pasien untuk Buang Air Besar
(BAB) dan BAK, pergi menggunakan WC.
c) Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi,
menyikat gigi, cuci rambut, gunting kuku, observasi
kebersihan tubuh.
d) Berpakaian
Observasi kemampuan pasien dalam mengambil, memilih dan
mengenakan pakaian, observasi penampilan dadanan pasien.
e) Istirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang,malam,
persiapan sebelum tidur dan aktivitas sesudah tidur.
f) Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan
cara pemberian.

g) Pemeliharaan kesehatan
Biasanya tentang perawatan lanjut yang dilakukan klien.
h) Aktivitas di dalam rumah
Observasi kemampuan pasien dalam mengolah dan
menyajikan makanan, merapikan rumah, mengatur kebutuhan
biaya sehari-hari.
i) Aktivitas di luar rumah
Biasanya menggambarkan kemampuan pasien dalam belanja
untuk keperluan sehari-hari.
h. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga
dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping
yang konstruktif dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme
koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego
seperti displacement, sublimasi, proyeksi, represi, dan resaksi formasi.
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Perlu dikaji tentang masalah dengan dukungan kelompok, maslah
berhubungan dengan lingkungan dan masalah pendidikan, pekerjaan,
perumahan ekonomi, pelayanan kesehatan.
j. Pengetahuan
Biasanya pasien mempunyai masalah yang berkaitan dengan
pengetahuan yang kurang tentang penyakit atau gangguan jiwa.
k. Aspek medis
Pada klien perilaku kekerasan biasanya mendapatkan obat untuk klien
skizofrenia seperti haloperidol, clorpromazine dan anti kolinergik.
2. Psikodinamika Gangguan Jiwa dengan Perilaku Kekerasan
Faktor Faktor
Predisposisi Presipitasi

Faktor Faktor Faktor Sosial Stresor Stresor


Biologi Psikologi Budaya internal eksternal

1. Genetik
2. Gangguan Timbulnya
otak

Ancaman atau kebutuhan

Stress

Ansietas

Marah

Merasa berkuasa Mengungkapkan


kemarahan Merasa tidak adekuat

Menantang Menyadarkan orla akan


Menantang
kebutuhannya

Tidak ada Memenuhi kebutuhannya Mengingkari kemarahan


penyelesaian
masalah

Marah Teratasi Tidak mengekspresikan

Marah
berkepanjangan

Pengembangan kemarahan

Bermusuhan

Kemarahan yang diarahkan keluar Kemarahan yang diarahkan kepada


diri sendiri

Perilaku Kekerasan Depresi


Sumber: (Dermawan & Rusdi, 2013)

3. Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan


terhadap diri sendiri dan orang lain Effect

Perilaku Kekerasan
Core problem

Harga Diri Rendah Causa

Bagan 2.2 Pohon Masalah Perilaku Kekerasan


Sumber: Prabowo, 2014

4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan diterapkan sesuai dengan data yang didapat,
walaupun saat ini tidak melakukan perilaku kekerasan tetapi pernah
melakukan atau mempunyai riwayat perilaku kekerasan dan belum
mempunyai kemampuan mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan
tersebut.
Masalah keperawatan yang mungkin muncul untuk masalah perilaku
kekerasan adalah :
a. Resiko perilaku kekerasan
b. Perilaku kekerasan
c. Harga diri rendah
5. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
Perilaku Outcome tambahan Manajemen Perilaku
untuk mengukur batasan 1. Berikan pasien
Kekerasan
karakteristik : tanggung jawab
1. Kepercayaan diri terhadap
2. Harga diri perilakunya
3. Afek sesuai 2. Komunikasi
situasi harapan bahwa
4. Pengendalian pasien dapat tetap
rangsangan mengontrol
5. Perasaan mampu 3. Konsultasikan
memperdayakan dengan keluarga
diri dalam rangka
6. Mengenali mendapatkan
adanya informasi
hubungan mengenai kondisi
bersifat kognisi dasar
kekerasan pasien
7. Kesadaran 4. Tahan diri dari
terhadap adanya mendebat atau
hubungan yang melakukan tawar-
bersifat menawar untuk
kekerasan menetapkan
8. Interaksi sosial batasan perilaku
positif 5. Batasi rutinitas
9. Hubungan 6. Hindari interupsi
interpersonal 7. Tingkatkan
positif aktivitas fisik,
10. Usaha bunuh dengan cara yang
diri tidak ada tepat
11. Perilaku 8. Gunakan suara
mencederai diri bicara yang
tidak ada lembut dan
rendah
9. Jangan
memojokan
pasien
10. Alihkan arah
perhatian dari
sumber yang
menyebabkan
agitasi
11. Hindari proyeksi
dari gambaran
yang mengancam
12. Turunkan
motivasi perilaku
agresif
13. Berikan
penghargaan
apabila pasien
dapat mengontrol
diri
14. Berikan obat
sesuai kebutuhan
15. Lakukan
penegkangan
pada tangan/kaki
sesuai dengan
kebutuhan.
2. Ketidakefektifan NOC : NIC :
koping individu Kontrol diri terhadap 1) peningkatan
depresi koping
1) Selalu a. bantu pasien dalam
mempertahankan mengidentifikasi
kebersihan diri tujuan jangka pendek
Pengetahuan; dan jangka panjang
menajemen stress yang tepat
1) Pengetahuan yang b. bantu pasien dalam
maksimal akan memeriksa sumber-
faktor penyebab sumber yang tersedia
stress untuk memenuhi
2) Pengetahuan yang tujuan-tujuannya
maksimal akan c. bantu pasien untuk
faktor yang menyelesaikan
meningkatkan masalah dengan cara
stress yang konstrukstif
3) Mengetahui teknik d. gunakan pendekatan
pengurangan stress yang tenang dan
yang efektif memberikan jaminan
4) Mengetahui teknik e. berikan suasana
relaksasi yang penerimaan
efektif f. bantu pasien untuk
Kesadaran diri mengidentifikasi
1) Mampu informasi yang dia
membedakan diri paling tertarik untuk
dengan orang lain dapatkan
2) Mampu g. dukung sikap
membedakan diri (pasien) terkait
dengan lingkungan dengan harapan yang
3) Mengakui realistis sebagai
kemampuan mental upaya untuk
pribadi mengatasi perasaan
4) mengenali ketidak berdayaan
keterbatasan h. evaluasi kemampuan
mental secara pasien dalam
pribadi membuat keputusan
i. cari jalan untuk
memahami
perspektif pasien
terhadap situasi yang
penuh stress
j. dukung aktivitas-
aktivitas sosial dan
komunitas (agar bisa
dilakukan
k. tumbuhkan cara
penyaluran
kemarahan yang
konstruktif
2) Manajemen
perilaku
a. Komunikasi harapan
bahwa pasien dapat
tetap mengontrol
perilakunya
b. Atur batasan
bersama pasien
c. Tahan diri dari
mendebat atau
melakukan tawar
menawar pada pasien
untuk menetapkan
batasan (prilaku)
d. Tingkatkan aktivitas
fisik dengan cara
yang tepat
e. Gunakan suara
bicara yang lembut
dan lemah
f. Acuhkan prilaku
yang tidak tepat
g. Berikan penghargaan
apabila pasien dapat
mengontrol diri
Sumber: Diagnosis Keperawatan NANDA,NIC-NOC 2016
Intervensi keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah atau mengontrol
perilaku kekerasannya
6) Pasien dapat mencegah atau mengontrol perilaku kekerasannya
secara fisik, spiritual, sosial dan dengan terapi psikofarmaka
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan
agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan
saudara. Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina
hubungan saling percaya adalah :
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini
dan yang lalu
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku
kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku pasien yang biasa dilakukan
pada saat marah secara :
a) Verbal
b) Terhadap orang lain
c) Terhadap diri sendiri
d) Terhadap lingkungan
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara :
a) Fisik : Pukul bantal, tarik nafas dalam
b) Obat
c) Spiritual : Shalat, berdoa sesuai kenyakinan pasien
7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
a) Latihan nafas dalam dan pukul bantal-kasur
b) Susun jadwal latihan nafas dalam dan pukul bantal-kasur
8) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial atau
verbal
a) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik.
b) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

9) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual


a) Latih mengontrol marah secara spiritual: shalat, berdoa.
b) Buat jadwal latihan shalat dan berdoa.
10) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum
obat
a) Latih pasien minum obat secara teratur dengan dengan prinsip
lima benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara
minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat)
disertai dengan penjelasan guna obat dan akibat berhenti
minum obat.
b) Susun jadwal minum obat secara teratur
11) Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi mengontrol Perilaku Kekerasan.
Tindakan keperawatan terhadap pasien dapat dilakukan minimal empat kali
pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga dapat mengontrol
dan mengendalikan perilaku kekerasan. Pada masing-masing pertemuan
dilakukan tindakan keperawatan berdasarkan strategi pelaksanaan (SP)
sebagai berikut (Kemenkes, 2012) :
a. Latihan strategi pelaksanaan 1 untuk pasien : pengkajian dan latihan
nafas dalam dan memukul kasur atau bantal.
Identifikasi penyebab, tanda dangejala perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibat perilaku kekerasan yang dilakukan, jelaskan cara
mengontrol perilaku kekerasan: fisik, obat, verbal dan spiritual. Latih
cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik (tarik nafas dalam dan
pukul kasur atau bantal, lalu masukan kedalam jadwal kegiatan untuk
latihan fisik.
b. Latihan strategi pelaksanaan 2 untuk pasien : latihan minum obat
Evaluasi tanda dan gejala perilaku kekerasan, validasi kemampuan
melakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur atau bantal, tanyakan
manfaatnya dan beri pujian, latih cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan obat ( jelaskan enam benar : benar nama, benar jenis, benar
obat, benar waktu, benar cara, kontiniutas minum obat), masukan pada
jadwal kegiatan latihan fisik dan minum obat.
c. Latihan strategi pelaksanaan 3 untuk pasien : Latihan cara sosial atau
verbal
Evaluasi tanda dan gejala perilaku kekerasan, validasi kemampuan
pasien melakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur atau bantal, mimun
obat dengan benar dan patuh, tanyakan manfaatnya dan beri pujian,
latih cara mengontrol perilaku kekerasan secara verbal ( tiga cara yaitu:
mengungkapkan dengan baik, meninta dengan baik dan menolak
dengan baik), masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum
obat dan verbal.
d. Latihan strategi pelaksanaan 4 untuk pasien : Latihan cara spiritual
Evaluasi tanda dan gejala perilaku kekerasan, validasi kemampuan
pasien melakukan tarik nafas dalam, pukul kasur atau bantal, minum
obat dengan bear, bicara yang baik, tanyakan manfaatnya, beri pujian,
latih mengontrol marah dengan cara spiritual ( shalat dan berdoa),
masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, verbal
dan spiritual.
Tindakan Keperawatan untuk keluarga pasien
1) Tujuan : Keluarga mampu
a) Mengenal masalah perilaku kekerasan
b) Memutuskan untuk melakukan perawatan pada pasien perilaku
kekerasan
c) Merawat pasien perilaku kekerasan dengan mengajarkan dan
mendampingi pasien melakukan kegiatan fisik, minum obat,
bicara dengan baik dan spiritual.
d) Memodifikasi lingkungan yang kondusif agar pasien mampu
mengontrol perilaku kekerasan dan mengurangi stresor yang
menimbulkan perilaku kekerasan
e) Mengenal tanda kekambuhan dan mencari pelayanan kesehatan
2) Tindakan Keperawatan kepada keluaraga :
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya
perilaku kekerasan
c) Melatih keluarga cara merawat perilaku kekerasan
d) Membimbing keluarga merawat perilaku kekerasan
e) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan
yang mendukung pasien untuk mengontrol emosinya.
f) Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan
rujukan segera ke fasilitas pelyanan kesehatan.
g) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur.

Tindakan keperawatan berdasarkan strategi pelaksanaan (SP) sebagai


berikut :
a. Latihan strategi pelaksanaan 1 untuk keluarga : Cara merawat pasien
dan latihan fisik
Diskusikan maslah yang dirasakan slam merawat pasien, jelaskan
pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya perilaku kekerasan
(gunakan booklet), jelaskan cara merawat perilaku kekerasan, latih satu
cara merawat pasien perilaku kekerasan: fisik 1,2, anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal dan beri pujian.

b. Latihan strategi pelaksanaan 2 untuk keluarga : Cara memberi minum


obat.
Evaluasi kemapuan keluarga mengidentifikasi gejala perilaku kekerasan
pasien, validasi kemampuan keluarga dalam merawat atau melatih
pasien cara fisik 1 dan 2, beri pujian, jelaskan 6 benar minum obat, latih
cara memberikan bimbingan minum obat, anjurkan membantu pasien
melakukan kegiatan atau latihan sesuai jadwal dan memberi pujian.
c. Latihan strategi pelaksanaan 3 untuk keluarga : Latih cara sosial atau
verbal
Evaluasi kemapuan keluarga mengidentifikasi gejala perilaku kekerasan
pasien, validasi kemampuan keluarga dalam merawat atau melatih
pasien cara fisik 1 dan 2, memberikan obat, beri pujian, jelaskan cara
mengontrol rasa marah dengan cara verbal atau sosial ( meminta,
menolak dan mengungkapkan perasaan dengan baik), latih cara verbal
atau sosial, anjurkan membantu pasien melakukan kegiatan atau latihan
sesuai jadwal dan memberi pujian.
d. Latihan strategi pelaksanaan 4 untuk keluarga :
Evaluasi kemapuan keluarga mengidentifikasi gejala perilaku kekerasan
pasien, validasi kemampuan keluarga dalam merawat atau melatih
pasien cara fisik 1 dan 2, memberikan obat dan cara verbal, beri pujian,
jelaskan cara mengontrol rasa marah dengan cara spiritual, latih cara
spiritual, jelaskan follow up ke puskesmas, tanda kambuh, identifikasi
kendala atau kesulitan dalam melakukan kegiatan dan jelaskan cara
mengontrol rasa marah pasien jika sudah terjadi perilaku merusak diri
atau lingkungan, latih cara pengekangan dan proses rujukan, anjurkan
membantu pasien melakukan kegiatan atau latihan sesuai jadwal dan
memberi pujian.

6. Implementasi Keperawatan
Sebelum tindakan keperawatan dimanifestasikan perawat perlu
memvalidasi apakah rencana tindakan yang ditetapkan masih sesuai
denagn kondisi pasien saat ini (here and now). Perawat juga perlu
mengevaluasi diri sendiri apakah mempunyai kemampuan interpersonal,
intelektual, dan teknikal sesuai denagn tindakan yang akan
dilaksanakan. Setelah tidak ada hambatan lagi, maka tindakan
keperawatan bisa diimplementasikan (Yusuf, dkk, 2015).
Saat memulai untuk implementasi tindakan keperawatan, perawat harus
membuat kontrak dengan pasien dengan menjelaskan apa yang akan
dikerjakan dan peran serta pasien yang diharapkan. Kemudian penting
untuk diperhatikan terkait dengan standar tindakan yang telah ditentukan
dan aspek legal yaitu mendokumentasikan apa yang telah dilaksanakan.

7. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi ada dua macam yaitu
evaluasi proses atau evaluasi formatif, yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, dan evaluasi hasil atau sumatif, yang dilakukan
dengan membandingkan respons pasien pada tujuan khusus dan umum
yang telah ditetapkan. Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP,
yaitu sebagai berikut (Yusuf, dkk, 2015) :
S: Respons subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O: Repons objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A: Analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data
yang kontraindikasi terhadap masalah yang ada.
P: Tindak lanjut berdasarkan analisis respons pasien.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah struktur penelitian sebagai pengikat semua unsur
dalam satu proyek penelitian untuk mencapai tujuan bersama. Desain
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang bersifat
deskriptif yang mendeskripsikan atau menguraikan fenomena atau situasi
masalah disuatu tempat (Lapau, 2012). Penelitian deskriptif yang berbentuk
studi kasus bertujuan untuk menggambarkan bagaimana asuhan keperawatan
pada klien perilaku kekerasan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Kota Padang tahun 2017.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang. Waktu penelitian di mulai dari bulan Januari sampai
dengan bulan Juni 2017. Penelitian dilakukan mulai tanggal 22 Mei 2017
sampai 31 Mei 2017 selama 10 hari dengan jumlah kunjungan sebanyak 14
kali kunjungan.
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau
individu individu yang karakteristiknya hendak diteliti (Djawranto dalam
Kuntjojo, 2009).Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien yang
menderita gangguan jiwa skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas
Nanggalo Kota Padang. Data skizofrenia yang tercatat dari Puskesmas
Nanggalo di Kelurahan Surau Gadang tahun 2016 sebanyak 63 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian individu yang ditarik atau diambil dari populasi,
yang benar-benar akan diteliti, diukur, yang kemudian akan digunakan
untuk menggambarkan kondisi atau sifat populasi (Bagyono, 2013).
terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling. Teknik sampling merupakan suatu
proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi
yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili populasi (Hidayat,
2012). Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien skzofrenia yang
mengalami perilaku kekerasan dengan halusinasi di Kelurahan Surau
Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Jumlah perilaku
kekerasan di Kelurahan Surau Gadang adalah 15 orang.

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Peneliti


mengumpulkan data pasien skizofrenia dengan perilaku kekerasan dari
Puskesmas Nanggalo Kota Padang, kemudian peneliti menelusuri alamat
klien sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan peneliti. Dalam
penelitian ini sampel yang diambil 2 orang , jika setelah dilakukan
skrining kepada klien terdapat lebih dari sampel yang didiinginkan maka,
dilakukan dengan random sampling dengan cara diundi. Berikut dengan
kriteria sampel adalah :
a. Kriteria inklusi
1) Partisipan dengan skizofrenia yang mengalami perilaku kekerasan
dengan halusinasi
2) Partisipan pernah dirawat atau rawat jalan di Rumah Sakit
3) Partisipan memiliki ≥5 tanda dan gejala dari perilaku kekerasan
4) Partisipan memiliki salah satu atau lebih tanda gejala halusinasi
5) Partisipan masih berkunjung untuk pengobatan di Puskesmas
Nanggalo dalam satu tahun terakhir.
6) Partisipan yang bersedia menjadi subjek dalam penelitian
b. Kriteria eksklusi
1) Partisipan perilaku kekerasan tanpa halusinasi
2) Partisipan yang tidak pernah dirawat atau rawat jalan di Rumah
Sakit
3) Partisipan yang anggota keluarganya menolak untuk dilakukan
penelitian.
C. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah format pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencananaan keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara anamnesa, observasi langsung, dan studi dokumentasi.
1. Format skrining dan pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas
klien, faktor predisposisi, fisik, psikososial, status mental, mekanisme
koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan, aspek
medik, analisa data, daftar masalah, pohon masalah, diagnosa
keperawatan.
2. Format diagnosa keperawatan terdiri dari: diagnosa keperawatan,
tanggal munculnya masalah, tanggal teratasi masalah dan tanda tangan.
3. Format intervensi keperawatan terdiri dari: diagnosa keperawatan,
rencana tindakan yang terdiri dari tujuan, kriteria evaluasi dan
intervensi.
4. Format implementasi dan evaluasi keperawatan terdiri dari: hari,
tanggal, jam, diagnosa keperawatan, implementasi keperawatan, dan
evaluasi keperawatan.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk mengumpulkan
data. Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat ukur
pengumpulan data.
1. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti secara
langsung dari responden (Supardi, 2013). Data primer ini diperoleh
dari hasil wawancara secara langsung klien perilaku kekerasan di
Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang telah tersedia dari hasil
pengumpulan data atau dari hasil penelitian orang lain. Data yang
diperoleh dari medical record Puskesmas Nanggalo.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah berbagai cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data, menghimpun, mengambil, atau menjaring data
penelitian. Sebelum mengumpulkan data, perlu dilihat alat ukur
pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian. Alat ukur
pengumpulan data tersebut antara lain observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatatan secara langsung kepada responden penelitian untuk
mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Pengumpulan
data dengan cara observasi ini dapat digunakan apabila objek
penelitian adalah perilaku manusia, proses kerja atau responden
kecil (Hidayat, 2012).
b. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan
mewawancarai langsung responden yang diteliti, metode ini
memberikan hasil secara langsung. Metode dapat dilakukan apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden secara mendalam
serta jumlah responden mendalam (Hidayat, 2012).
c. Pengukuran adalah cara pengumpulan data penelitian dengan
mengukur objek menggunakan alat ukur tertentu, misalnya berat
badan dengan timbangan badan, tensi darah dengan tensimeter, dan
sebagainya (Supardi, 2013).
d. Dokumentasi adalah cara pengumpulan data penelitian dengan
menyalin data tersedia ke dalam form isian yang telah disusun
Dokumentasi dapat berupa rekam medik hasil rumah sakit, kartu
stasus pasien (Supardi, 2013).
E. Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti
adalah:
1. Penulis mengurus izin penelitian dari institusi asal peneliti yaitu
Poltekkes Kemenkes Padang.
2. Penulis mendatangi Dinas Kesehatan Kota Padang dan menyerahkan
surat izin penelitian dari institusi ke ruangan Kepala Dinas Kesehatan
Kota Padang.
3. Mengurus surat rekomendasi ke Puskesmas Nanggalo kota Padang.
4. Mengurus izin ke Kepala Puskesmas Nanggalo kota Padang
5. Mendatangi responden dan menjelaskan tentang tujuan penelitian
6. Informed Consent diberikan kepada responden
7. Partisipan diberikan kesempatan untuk bertanya
8. Partisipan menandatangani Informed Consent, penulis meminta waktu
partisipan untuk melakukan asuhan keperawatan, dan kemudian
penulis pamit.
F. Analisis Data
Analisa data dalam penelitian ini meliputi pengkajian keperawatan,
diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi yang dijelaskan secara
deskriptif. Dari data yang dikumpulkan dan didokumentasikan
menggunakan format pengkajian kesehatan jiwa, perawat langsung
merumuskan masalah keperawatan pada setiap data yang dikumpulkan.
Umumnya sejumlah masalah klien saling berhubungan serta dapat
digambarkan sebagai pohon masalah. Agar penentuan pohon masalah
dapat dipahami dengan jelas, penting untuk memperhatikan tiga
komponen yang terdapat pada pohon masalah, yaitu penyebab (Causa) ,
masalah utama (Core problem) dan akibat (effect). Data yang telah
dikelompokan dianalisis untuk menentukan masalah yang akan munncul
berupa diagnosa keperawatan untuk menentukan intervensi yang diberikan
kemudian tindakan dilakukan sesuai intervensi yang telah direncanakan
dan selanjutnya tindakan di evaluasi berdasarkan respon klien.

BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Kasus
Deskripsi kasus menjelaskan pelaksanaan asuhan keperawatan mulai dari
pengkajian sampai evaluasi di kelurahan Surau Gadang yang dilakukan mulai
pada tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan 31 Mei 2017. Didapatkan 2 orang
partisipan dengan jumlah kunjungan sebanyak 14 kali kunjungan

Partisipan 1 dengan inisial Tn.F berusia 23 tahun berjenis kelamin laki-laki,


pendidikan terakhir SD, pekerjaan tidak bekerja bekerja, agama islam,
beralamat di jalan Agam Raya no 346 Kelurahan Surau Gadang, Siteba.
Mulai dilakukan pengkajian pada tanggal 22 Mei 2017 jam 10.00 WIB.

Partisipan 2 dengan inisial Tn.A berusia 33 tahun, jenis kelamin laki-laki,


pendidikan terakhir SMA, pekerjaan tidak bekerja, agama islam, beralamat di
jalan Berok Raya no 33 Kelurahan Surau Gadang, Siteba. Mulai dilakukan
pengkajian pada tanggal 22 Mei 2017 jam 12.00 WIB. Secara rinci hasil
deskripsi kasus dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4.1
Deskripsi Kasus dengan Perilaku Kekerasan di Kelurahan Surau Gadang
Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun 2017

Asuhan Partisipan 1 Partisipan 2


Keperawatan
Keluhan saat dikaji Partisipan mengeluh sering Partisipan mengeluh sering
marah-marah jika keinginannya marah tanpa sebab karena sudah
untuk membeli sesuatu tidak 2 minggu tidak minum obat
dipenuhi. Partisipan kadang saat karena obatnya belum diambil
sedang marah partisipan tampak oleh keluarga. Partisipan
bicara terdengar keras mengatakan sering melamun dan
(membentak), pandangan tampak bingung. Saat partisipan
partisipan tajam sering mondar- sedang marah partisipan sering
mandir bahkan pernah sampai mondar-mandir, partisipan juga
memukul ibunya dan berkata-kata mudah tersinggung, partisipan
kotor ke ibunya. Partisipan pernah berbicara dengan nada yang
mencederai diri nya sendiri dan keras. Keluarga partisipan
orang lain (ibu) karena mengatakan pada saat marah
keinginannya tidak dipenuhi. pernah sampai melemparkan
Partisipan sering mendengar barang-barang yang ada
suara-suara. Partisipan tampak dirumahnya. Partisipan juga
sering bicara dan tertawa sendiri. sering mendengar suara-suara
Partisipan mengatakan malas yang mengganggunya.
mandi. Partisipan minum obat
tidak teratur.
Faktor predisposisi Partisipan sebelumnya pernah Partisipan sebelumnya pernah
dirawat di RSJ. HB. Sa’anin dirawat di RSJ.HB Sa’anin
Padang sebanyak 4 kali, yaitu namun tidak lama keluarga
pada tahun 2007 3 kali dan partisipan minta untuk dirawat
terakhir pada tahun 2014. dirumah saja. Saat ini partisipan
Sekarang menjalani perawatan hanya kontrol ke puskesmas dan
dirumah namun jarang melakukan mengambil obat disana.
pengontrolan setiap bulannya ke Partisipan tidak pernah
Rumah Sakit Jiwa HB.Sa’anin mengalami aniaya fisik, seksual,
Padang, partisipan mengambil penolakan serta kekerasan dalam
obat di puskesmas, partisipan keluarga. Keluarga partisipan
tidak teratur minum obat dan juga mengatakan tidak ada
harus diawasi oleh keluarga anggota keluarga yang
terlebih dahulu. Partisipan pernah mengalami gangguan jiwa
mengalami aniaya fisik yaitu sebelumnya. Pengalaman masa
dipukul oleh kepala sekolahnya. lalu yang tidak menyenangkan
Keluarga partisipan juga yang dialami partisipan yaitu
mengatakan tidak ada anggota partisipan pernah dijodohkan
keluarga yang mengalami oleh seseorang dengan anaknya
gangguan jiwa sebelumnya. namun partisipan menolaknya
Pengalaman masa lalu yang tidak karena partisipan partisipan
menyenangkan yang dialami ingin bekerja terlebih dahulu
partisipan yaitu partisipan pernah untuk membahagiakan orang
dipukul oleh kepala sekolahnya tuanya.
pada tahun 2007 saat itu
partisipan berada dikelas 6 SD
karena partisipan memukul meja
kelas.
Pemeriksaan Fisik Hasil pemeriksaan tanda vital Hasil pemeriksaan tanda vital
pada partisipan normal pada partisipan normal. Data
didapatkan data tanda-tanda vital tanda-tanda vital yaitu, tekanan
yaitu, tekanan darah 110/70 darah 100/70 mmHg, frekuensi
mmHg, frekuensi nadi 81 kali per nadi 78 kali per menit, frekuensi
menit, frekuensi pernafasan 20 pernafasan 20 kali per menit,
kali per menit, suhu tubuh 36,80C, suhu tubuh 370C, dan keluhan
dan keluhan fisik sejauh ini tidak fisik tidak ada.
ada.

Psikososial Partisipan anak ke dua dari tiga Partisipan anak ke empat dari
bersaudara partisipan tinggal lima bersaudara partisipan
bersama kakak dan kedua orang tinggal bersama ibu dan adiknya.
tuanya. Partisipan belum menikah. Ayah partisipan sudah
Gambaran diri partisipan meninggal pada tahun 2013.
mengatakan menyukai seluruh Partisipan seorang laki-laki
anggota tubuhnya. Identitas diri, berusia 33 tahun dan belum
partisipan dulunya bersekolah. menikah. Gambaran diri
Peran diri, sekarang partisipan partisipan mengatakan tidak
hanya dirumah membantu orang menyukai bagian kakinya.
tua. Ideal diri, partisipan ingin Identitas diri partisipan dulunya
sembuh dari penyakitnya dan bisa seorang pemain bola. Peran diri
sekolah kembali. Harga diri, klien sekarang partisipan hanya
mengatakan tidak ada merasa bekerja membantu orang tua
malu dan tidak berguna. dirumah. Ideal diri partisipan
Hubungan sosial partisipan baik berharap bisa sembuh dan bisa
partisipan memiliki orang terdekat bermain bola lagi dan bekerja
yaitu ibu partisipan. Partisipan seperti teman-temannya. Harga
aktif dalam acara yang diadakan diri, partisipan merasa tidak
dilingkungannya. Tidak ada mampu, merasa tidak berguna,
hambatan partisipan dalam mudah putus asa dan kurang
berhubungan dengan orang lain. percaya diri.
Partisipan mengatakan partisipan Hubungan sosial partisipan baik
beragama islam namun partisipan kliem memiliki orang terdekat
tidak pernah melaksanakan yaitu ibu partisipan. Partisipan
ibadah. jarang mengikuti kegiatan
dimasyarakat dan tidak ada
hambatan partisipan dalam
berhubungan dengan orang lain
tidak ada. Partisipan beragama
islam partisipan rajin
melaksanakan ibadah.
Status Mental Penampilan partisipan tampak Penampilan partisipan kurang
tidak rapi dan kotor, klien malas rapi, kebersihan gigi dan mulut
mandi, partisipan jarang mandi, partisipan tampak bersih.
kebersihan gigi dan mulut Saat diajak interaksi selama
partisipan tampak kotor. wawancara kontak mata
Saat diajak interaksi selama partisipan kurang.
wawancara partisipan defensif Partisipan bicara lambat.
(selalu berusaha mempertahankan Afek partisipan labil. Aktivitas
pendapatnya). motorik partisipan lesu dan
Partisipan bicara cepat dan gelisah.
kadang-kadang inkoheren. Afek Alam perasaan partisipan sering
partisipan labil. merasa sedih dan putus asa.
Aktivitas motorik partisipan Proses pikir partisipan tampak
tampak gelisah. blocking.
Alam perasaan partisipan tampak Partisipan tidak mampu
gembira berlebihan. Proses pikir berkonsentrasi, saat interaksi
partisipan tampak flight of ideas partisipan tampak hipokondria
(pembicaraan partisipan meloncat (merasa adanya gangguan pada
dari satu topik ke topik lain). organ dalam tubuhnya).
Tingkat konsentrasi partisipan Partisipan tampak bingung.
mudah dialihkan, saat interaksi isi Persepsi partisipan sering
pikir partisipan tampak fobia pada mendengar suara- suara, suara-
kejadian masa lalu. suara itu meminta partisipan
Partisipan mengetahui orientasi untuk tidur, suara itu muncul
waktu, tempat dan orang. Persepsi hampir setiap hari. Klien hanya
partisipan sering mendengar diam dan menghindari suara itu.
suara-suara, suara yang menyuruh Partisipan mengalami gangguaan
klien untuk meminta membeli kemampuan penilaian ringan.
sesuatu, suaranya itu muncul 4 Partisipan menyadari gejala
kali sehari dan partisipan penyakit pada dirinya.
mengikuti suara itu.
Kemampuan penilaian pada
partisipan mengalami gangguan
kemampuan penilaian ringan.
Partisipan menyadari gejala
penyakit pada dirinya.
Mekanisme koping Partisipan memiliki mekanisme Partisipan memiliki mekanisme
maladaptif (Displacement) karena maladaptif (Displacement)
reaksi berlebihan mengamuk jika karena reaksi berlebihan/ lambat
keinginannya tidak segera dan kadang menghindar
dipenuhi bahkan kadang
mencederai diri
Masalah Partisipan mengalami masalah Partisipan mengalami masalah
dengan pendidikannya karena yang berhubungan dengan
psikososial dan
partisipan masih ingin lingkungan partisipan.
lingkungan melanjutkan sekolahnya namun Partisipan jarang ikut bergabung
karna kondisi partisipan saat ini dengan teman-temannya di
dan masalah ekonomi lingkungan sekitar, karena
merasa tidak percaya diri dan
merasa tidak mampu.
Aspek Medik Diagnosa medis partisipan adalah Diagnosa medis partisipan
skizofrenia. Partisipan meminum adalah skizofrenia. Partisipan
obat yaitu terdiri dari meminum obat yang terdiri dari
Chlorpromazine 100 mg 1 x 1 Chlorpromazine 100 mg
Haloperidol 3 x 1 Haloperidol 2x1, Diazepam 1x1
Diagnosa Diagnosa keperawatan yang Diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada partisipan yang ditemukan pada partisipan yang
Keperawatan
pertama adalah perilaku kekerasan pertama adalah perilaku
yang ditandai dengan partisipan kekerasan ditandai dengan
mengeluh sering marah-marah partisipan mengeluh sering
,partisipan tampak bicara marah tanpa sebab,saat
terdengar keras (membentak), partisipan sedang marah
pandangan partisipan tajam sering partisipan sering mondar-
mondar-mandir. mandir,partisipan berbicara
dengan nada yang keras.

Diagnosa keperawatan kedua Diagnosa kedua yang ditemukan


yang ditemukan yaitu gangguan yaitu gangguan persepsi:
persepsi:halusinasi pendengaran Halusinasi pendengaran ditandai
yang ditandai dengan partisipan dengan partisipan juga sering
sering mendengar suara-suara, mendengar suara-suara yang
suara yang menyuruh klien untuk mengganggunya, suara-suara itu
meminta membeli sesuatu, meminta partisipan untuk tidur,
suaranya itu muncul 4 kali sehari. suara itu muncul hampir setiap
hari.

Diagnosa ketiga yang ditemukan Diagnosa ketiga yang ditemukan


yaitu defisit perawatan diri yaitu harga diri rendah ditandai
ditandai dengan klien mengatakan dengan partisipan merasa tidak
malas mandi, penampilan mampu, merasa tidak berguna,
partisipan tampak tidak rapi dan mudah putus asa dan kurang
kotor, partisipan jarang mandi, percaya diri.
kebersihan gigi dan mulut
partisipan tampak kotor.
Intervensi Intervensi keperawatan pada Intervensi keperawatan perilaku
diagnosa perilaku kekerasan. kekerasan. Perawat membuat
Keperawatan
Perawat membuat intervensi intervensi keperawatan dengan
keperawatan dengan identfikasi identfikasi penyebab, tanda dan
penyebab, tanda dan gejala gejala perilaku kekerasan,
perilaku kekerasan, akibat akibat perilaku kekerasan dan
perilaku kekerasan dan melakukan melakukan strategi pelaksanaan
strategi pelaksanaan untuk untuk mengontrol rasa marah
mengontrol rasa marah dengan dengan cara minum obat secara
cara minum obat secara teratur teratur (jelaskan 6 benar, jenis,
(jelaskan 6 benar, jenis, fungsi,frekuensi), latihan fisik
fungsi,frekuensi), latihan fisik tarik napas dalam dan pukul
tarik napas dalam dan pukul bantal, latihan verbal
bantal, latihan verbal (mengungkapkan, meminta dan
(mengungkapkan, meminta dan menolak dengan cara yang baik)
menolak dengan cara yang baik) serta latihan cara spiritual.
serta latihan cara spiritual.

Intervensi keperawatan perilaku Intervensi keperawatan perilaku


kekerasan pada keluarga. kekerasan pada keluarga.
Diskusikan masalah yang Diskusikan masalah yang
dirasakan salam merawat pasien, dirasakan salam merawat pasien,
latih satu cara merawat pasien latih satu cara merawat pasien
perilaku kekerasan: cara memberi perilaku kekerasan: cara
minum obat (jelaskan 6 benar, memberi minum obat (jelaskan 6
jenis, fungsi,frekuensi),latihan benar,jenis,fungsi,frekuensi),lati
fisik 1 dan 2, beri pujian,latih cara han fisik 1 dan 2, beri
sosialatau verbal, latihan secara pujian,latih cara sosialatau
spiritual, Jelaskan follow up ke verbal, latihan secara spiritual,
puskesmas, tanda kambuh, Jelaskan follow up ke
identifikasi kendala atau kesulitan puskesmas, tanda kambuh,
dalam melakukan kegiatan dan identifikasi kendala atau
jelaskan cara mengontrol rasa kesulitan dalam melakukan
marah pasien jika sudah terjadi kegiatan dan jelaskan cara
perilaku merusak diri atau mengontrol rasa marah pasien
lingkungan. jika sudah terjadi perilaku
merusak diri atau lingkungan.

Intervensi keperawatan pada Intervensi keperawatan


gangguanpersepsi:halusinasi. gangguan persepsi:halusinasi
Perawat membuat rencana Perawat membuat rencana
keperawatan dengan tindakan keperawatan dengan tindakan
strategi pelaksanaan halusinasi strategi pelaksanaan halusinasi
yaitu identifikasi halusinasi, yaitu identifikasi halusinasi,
frekuensi, waktu terjadi, situasi frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan, respon, pencetus, perasaan, respon,
latihan strategi pelaksanaan untuk latihan strategi pelaksanaan
mengontrol halusinasi dengan untuk mengontrol halusinasi
cara minum obat secara teratur dengan cara minum obat secara
(jelaskan 6 benar, jenis, teratur (jelaskan 6 benar, jenis,
fungsi,frekuensi),latihan cara fungsi,frekuensi), latihan cara
menghardik, latihan cara menghardik, latihan cara
bercakap-cakap, dan latihan bercakap-cakap, dan latihan
dengan melakukan aktivitas dengan melakukan aktivitas
sehari-hari. sehari-hari.

Intervensi keperawatan gangguan Intervensi keperawatan


persepsi:halusinasi pada keluarga. gangguan persepsi:halusinasi
Diskusikan masalah yang pada keluarga. Diskusikan
dirasakan dalam merawat pasien, masalah yang dirasakan dalam
latih cara merawat halusinasi merawat pasien, latih cara
dengan cara minum obat (Jelaskan merawat halusinasi dengan cara
6 benar cara memberikan obat), minum obat (Jelaskan 6 benar
latih cara merawat halusinasi cara memberikan obat), latih
dengan menghardik, latih dan cara merawat halusinasi dengan
sediakan waktu bercakap-cakap menghardik, latih dan sediakan
dengan pasien terutama saat waktu bercakap-cakap dengan
halusinasi, latih partisipan pasien terutama saat halusinasi,
melakukan kegiatan, jelaskan latih partisipan melakukan
follow up ke PKM, tanda kambuh kegiatan, jelaskan follow up ke
dan rujukan. PKM, tanda kambuh, rujukan.
Intervensi keperawatan pada Intervensi keperawatan pada
defisit perawatan diri. Perawat harga diri rendah. Perawat
membuat rencana keperawatan membuat rencana keperawatan
dengan tindakan strategi dengan tindakan strategi
pelaksanaan defisit perawatan diri pelaksanaan harga diri rendah
yaitu membina hubungan saling yaitu membina hubungan saling
percaya, melatih partisipan cara- percaya,identifikasikemampuan
cara perawatan kebersihan melakukan kegiatan dan aspek
diri,melatih pasien positif pasien (buat daftar
berdandan/berhias, melatih pasien kegiatan), buat daftar kegiatan
makan dan minum secara mandiri, yang dapat dilakukan saat ini,
dan mengajarkan pasien latih kegiatan yang dipilih
melakukan BAB dan BAK secara menyapu (alat dan
mandiri. caramelakukanya), latih kegiatan
yang kedua mengelap kaca (alat
Intervensi keperawatan defisit dan cara), latih kegiatan ketiga
perawatan diri pada melipat kain ( alat-cara),latih
keluarga.Diskusikan cara menjaga kegiatan mengelap meja ( alat
kebersihan diri, jelaskan dan cara)
pengertian defisit perawatan ,
penyebab,tanda gejala defisit Intervensi keperawatan harga
perawatan diri, latih cara merawat diri rendah pada keluarga.
kebersihan diri, berdandan,makan Diskusikan masalah yang
dan minum dan BAB DAN BAK dirasakan dalam merawat
dan keluarga mampu follow up ke partisipan, diskusikan
fasilitas pelayanan kesehatan kemampuan atau aspek positif
secara teratur. partisipan yang pernah dimiliki
sebelum dan setelah sakit.Latih
keluarga memberikan tanggung
jawab kegiatan pertama yang
dipilih partisipan: bimbing dan
berikan pujian, bersama keluarga
melatih partisipan dalam
melakukan kegiatan kedua yang
dipilih partisipan, latih
partisipan dalam melakukan
kegiatan ketiga yang dipilih,
melatih partisipan dalam
melakukan kegiatan keempat
yang dipilih.. Jelaskan follow up
ke RSJ/PKM tanda kambuh,
rujukan
Implementasi Implementasi keperawatan Implementasi keperawatan
disesuaikan dengan rencana disesuaikan dengan rencana
Keperawatan
tindakan keperawatan. Strategi tindakan keperawatan. Strategi
pelaksanaan tindakan pelaksanaan tindakan
keperawatan pada keperawatan pada partisipan dan
partisipan.Tindakan ini dilakukan keluarga dilakukan 6 kali
6 kali kunjungan pada diagnosa kunjungan pada diagnosa
perilaku kekerasan. Pada perilaku kekerasan. Pada
pertemuan pertama yang perawat pertemuan pertama yaitu
lakukan pada partisipan yaitu membina hubungan saling
membina hubungan saling percaya dan melatih partisipan
percaya dan melatih partisipan minum obat (jelaskan 6 benar,
minum obat (jelaskan 6 benar, jenis, fungsi,frekuensi), kedua
jenis, fungsi,frekuensi), melatih perawat melatih partisipan
partisipan latihan tarik napas latihan fisik 1 dan 2, ketiga
dalam dan pukul bantal, ketiga perawat melatih secara verbal,
perawat melatih secara verbal, keempat perawat melatih secara
keempat perawat melatih secara spiritual. Kemudian dimasukan
spiritual. Kemudian dimasukan kedalam jadwal harian
kedalam jadwal harian partisipan. partisipan.

Implementasi keperawatan pada Implementasi keperawatan pada


keluarga yaitu pertemuan pertama keluarga yaitu pertemuan
perawat memberikan pendidikan pertama perawat memberikan
kesehatan tentang pengertian, pendidikan kesehatan tentang
tanda dan gejala, proses terjadinya pengertian, tanda dan gejala,
perilaku kekerasan dan melatih proses terjadinya perilaku
keluarga merawat partisipan kekerasan dan melatih keluarga
perilaku kekerasan dengan latihan merawat partisipan perilaku
minum obat (jelaskan 6 benar, kekerasan dengan latihan
jenis, fungsi,frekuensi), kedua minum obat (jelaskan 6 benar,
yaitu perawat bersama keluarga jenis, fungsi,frekuensi), perawat
melatih tarik napas dalam dan bersama keluarga melatih tarik
pukul bantal, ketiga yaitu perawat napas dalam dan pukul bantal,
bersama keluarga melatih secara ketiga melatih secara verbal dan
verbal dan keempat perawat keempat perawat melatih secara
melatih secara spiritual kemudian spiritual kemudian menjelaskan
menjelaskan follow up ke follow up ke pelayanan
pelayanan kesehatan masyarakat, kesehatan masyarakat, tanda
tanda kambuh, beserta rujukan. kambuh, beserta rujukan.

Implementasi pada diagnosa Implementasi pada diagnosa


keperawatan gangguan persepsi: keperawatan gangguan persepsi:
halusinasi. Tindakan dilakukan halusinasi dilakukan pertama
sebanyak 4 kali kunjungan. perawat membantu partisipan
Pertama perawat membantu mengenal halusinasi,
pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol
menjelaskan cara mengontrol halusinasi, mengajarkan
halusinasi, mengajarkan partisipan mengontrol halusinasi dengan
mengontrol halusinasiminum obat minum obat secara teratur
secara teratur (jelaskan 6 benar, (jelaskan 6 benar, jenis,
jenis, fungsi,frekuensi), kedua fungsi,frekuensi),kedua perawat
perawat melatih partisipan cara melatih cara menghardik, ketiga
menghardik, ketiga perawat perawat melatih mengontrol
melatih partisipan mengontrol halusinasi dengan bercakap-
halusinasi dengan bercakap-cakap cakap bersama orang lain,
bersama orang lain, keempat keempat perawat melatih
perawat melatih partisipan melakukan aktivitas terjadwal.
mengontrol halusinasi dengan Kemudian dimasukan kedalam
melakukan aktivitas terjadwal. jadwal harian partisipan.
Kemudian dimasukan kedalam
jadwal harian partisipan.

Implementasi keperawatan pada Implementasi keperawatan


keluarga strategi pelaksanaan strategi pelaksanaan tindakan
pada keluarga yaitu pertemuan keperawatan pada keluarga
pertama perawat memberikan partisipan yaitu pertemuan
pendidikan kesehatan tentang pertama perawat memberikan
pengertian, tanda dan gejala, pendidikan kesehatan tentang
proses terjadinya halusinasi dan pengertian, tanda dan gejala,
melatih keluarga merawat proses terjadinya halusinasi dan
partisipan halusinasi dengan melatih keluarga merawat
latihan minum obat (jelaskan 6 partisipan halusinasi dengan
benar, jenis, fungsi,frekuensi), latihan minum obat (jelaskan 6
kedua yaitu perawat bersama benar, jenis, fungsi,frekuensi),
keluarga melatih cara kedua yaitu perawat bersama
menghardik, ketiga yaitu perawat keluarga melatih cara
bersama keluarga melatih menghardik, ketiga melatih
bercakap-cakap dan keempat bercakap-cakap dan keempat
perawat melatih secara melakukan perawat melatih secara
aktivitaas kemudian menjelaskan melakukan aktivitaas kemudian
follow up ke pelayanan kesehatan menjelaskan follow up ke
masyarakat, tanda kambuh, pelayanankesehatan masyarakat,
beserta rujukan. tanda kambuh, beserta rujukan.

Implementasi pada diagnosa Implementasi pada diagnosa


keperawatan defisit perawatan diri keperawatan ketiga yaitu harga
dilakukan pertama perawat diri rendah. Implememntasi
membantu pasien mengenal dilakukan 4 kali kunjungan yaitu
defisit perawatan diri. Dengan 4 membantu mengarahkan pasien
kali kunjungan. Pertama perawat untuk mengidentifikasikan aspek
membantu pasien mengenal positif yang pasien miliki, lalu
defisit perawatan diri, menolong pasien untuk menilai
menjelaskan cara merawat kegiatan yang dapat pasien
kebersihan diri, mengajarkan lakukan yaitu menyapu,
partisipan cara merawat mengelap kaca,melipat kain dan
kebersihan diri, kedua perawat mengelap meja , membantu
melatih cara berhias, ketiga pasien untuk mengetahui alat
perawat melatih cara makan dan dan cara melakukan kegiatan
minum secara mandiri, keempat yang pasien pilih. Kemudian
perawat melatih partisipan BAB dimasukan kedalam jadwal
dan BAK secara mandiri. harian partisipan.
Kemudian dimasukan kedalam
jadwal harian partisipan.

Implementasi keperawatan defisit Implementasi keperawatan harga


perawatan diri pada diri rendah pada keluarga.
keluarga.mediskusikan cara Diskusikan masalah yang
menjaga kebersihan diri, jelaskan dirasakan dalam merawat
pengertian defisit perawatan , partisipan,diskusikankemampua
penyebab,tanda gejala defisit n atau aspek positif partisipan
perawatan diri, latih cara merawat yang pernah dimiliki sebelum
kebersihan diri, berdandan,makan dan setelah sakit.Latih keluarga
dan minum dan BAB DAN BAK memberikan tanggung jawab
dan keluarga mampu follow up ke kegiatan pertama yang dipilih
fasilitas pelayanan kesehatan partisipan: bimbing dan berikan
secara teratur. pujian, bersama keluarga melatih
partisipan dalam melakukan
kegiatan kedua yang dipilih
partisipan, latih partisipan dalam
melakukan kegiatan ketiga yang
dipilih, melatih partisipan dalam
melakukan kegiatan keempat
yang dipilih.. Jelaskan follow up
ke RSJ/PKM tanda kambuh,
rujukan.
Evaluasi Evaluasi tindakan keperawatan Evaluasi tindakan keperawatan
pada tindakan yang telah pada tindakan yang telah
Keperawatan
dilakukan untuk diagnosa perilaku dilakukan untuk diagnosa
kekerasan dengan 6 kali perilaku kekerasan dengan 6 kali
kunjungan partisipan mampu kunjungan partisipan mampu
mengontrol marah dengan minum mengontrol marah dengan
obat (jelaskan 6 benar, jenis, minum obat (jelaskan 6 benar,
fungsi,frekuensi) secara mandiri, jenis, fungsi,frekuensi) dengan
partisipan mampu menerapkan mandiri, partisipan mampu
tarik napas dalam dan pukul menerapkan tarik napas dalam
bantal secara mandiri , partisipan dan pukul bantal tanpa dibantu,
mampu mengungkapakan marah partisipan mampu
secara verbal secara mandiri dan mengungkapakan marah secara
partisipan mampu mengontrol verbal tanpa dibantu dan
marah dengan spiritual secara partisipan mampu mengontrol
mandiri. marah dengan spiritual secara
mandiri.

Evaluasi tindakan keperawatan Evaluasi tindakan keperawatan


pada keluarga dengan 6 kali pada keluarga dengan 6 kali
kunjungan, keluarga mau kunjungan, keluarga mau
berkenalan dengan perawat, berkenalan dengan perawat,
keluarga dapat mendiskusikan keluarga dapat mendiskusikan
masalah yang dialami saat masalah yang dialami saat
merawat pasien. Keluarga merawat pasien. Keluarga
mengerti tentang pengertian, mengerti tentang pengertian,
penyebab dan tanda gejala penyebab dan tanda gejala
perilaku kekerasan. Keluarga juga perilaku kekerasan. Keluarga
mampu membimbing partisipan juga mampu membimbing
dengan melatih minum obat partisipan dengan melatih
(jelaskan 6 benar, jenis, minum obat (jelaskan 6 benar,
fungsi,frekuensi) secara mandiri, jenis, fungsi,frekuensi) secara
keluarga mampu membimbing mandiri, keluarga mampu
tarik napas dalam dan pukul membimbing tarik napas dalam
bantal, keluarga mampu dengan dan pukul bantal secara mandiri,
cara verbal secara mandiri, keluarga mampu dengan cara
keluarga mampu membimbing verbal secara mandiri, keluarga
partisipan mengontrol marah mampu membimbing partisipan
dengan spiritual secara mandiri. mengontrol marah dengan
spiritual secara mandiri.

Evaluasi tindakan keperawatan Evaluasi tindakan keperawatan


untuk diagnosa halusinasi dengan untuk diagnosa halusinasi
4 kali kunjungan didapatkan dengan 4 kali kunjungan
partisipan mampu didapatkan partisipan mampu
mempraktekkan cara mengontrol mempraktekkan cara mengontrol
halusinasi dengan cara minum halusinasi dengan cara minum
obat (jelaskan 6 benar, jenis, obat (jelaskan 6 benar, jenis,
fungsi,frekuensi) secara mandiri, fungsi,frekuensi) secara mandiri,
partisipan mampu mengontrol partisipan mampu mengontrol
halusinasi dengan cara halusinasi dengan cara
menghardik secara mandiri, menghardik secara mandiri,
pertisipan mampu mengontrol pertisipan mampu mengontrol
dengan cara bercakap-cakap dengan cara bercakap-cakap
secara mandiri dan partisipan secara mandiri dan partisipan
mampu mengontrol halusinasi mampu mengontrol halusinasi
dengan melakukan aktivitas dengan melakukan aktivitas
secara mandiri. tanpa dibantu.

Evaluasi tindakan pada keluarga Evaluasi tindakan pada keluarga


dengan 4 kali kunjungan, keluarga dengan 4 kali kunjungan,
mau berkenalan dengan perawat, keluarga mau berkenalan dengan
keluarga dapat mendiskusikan perawat, keluarga dapat
masalah yang dialami saat mendiskusikan masalah yang
merawat pasien. Keluarga dialami saat merawat pasien.
mengerti tentang pengertian, Keluarga mengerti tentang
penyebab dan tanda gejala pengertian, penyebab dan tanda
halusinasi. Keluarga juga mampu gejala halusinasi. Keluarga juga
membimbing partisipan dengan mampu membimbing partisipan
melatih minum obat (jelaskan 6 dengan melatih minum obat
benar, jenis, fungsi,frekuensi), (jelaskan 6 benar, jenis,
keluarga mampu membimbing fungsi,frekuensi) secara mandiri,
mengontrol halusinasi dengan keluarga mampu membimbing
cara menghardik secara mandiri, mengontrol halusinasi dengan
keluarga mampu mengajak cara menghardik secara mandiri,
partisipan dengan bercakap-cakap, keluarga mampu mengajak
keluarga mampu membimbing partisipan dengan bercakap-
partisipan mengontrol halusinasi cakap secara mandiri, keluarga
dengan melakukan aktivitas mampu membimbing partisipan
secara mandiri. mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktivitas secara
mandiri.

Evaluasi tindakan keperawatan Evaluasi tindakan keperawatan


untuk diagnosa defisit perawatan untuk diagnosa harga diri rendah
diri dengan 4 kali kunjungan dengan 4 kali kunjungan
didapatkan partisipan mampu didapatkan partisipan sudah
mempraktekkan cara merawat mulai percaya diri, partisipan
kebersihan diri tanpa dibantu, mampu mempraktekkan
partisipan mampu berhias masih menyapu tanpa dibantu,
dibantu, pertisipan mampu partisipan mampu mengelap
mempraktekkan makan dan kaca secara mandiri, partisipan
minum secara mandiri dan mampu melipat kain secara
partisipan mampu melakukan mandiri dan partisipan mampu
BAB dan BAK masih dibantu. menglap meja secara mandiri.

Evaluasi tindakan pada keluarga Evaluasi tindakan pada keluarga


dengan 4 kali kunjungan, keluarga dengan 4 kali kunjungan,
mau berkenalan dengan perawat, keluarga mau berkenalan dengan
keluarga dapat mendiskusikan perawat, keluarga dapat
masalah yang dialami saat mendiskusikan masalah yang
merawat pasien. Keluarga dialami saat merawat pasien.
mengerti tentang pengertian, Keluarga mengerti tentang
penyebab dan tanda gejala defisit pengertian, penyebab dan tanda
perawatan diri. Keluarga juga gejala harga diri rendah.
mampu membimbing partisipan Keluarga juga mampu
dengan cara merawat kebersihan membimbing partisipan dengan
diri secara mandiri, keluarga kegiatan secara mandiri ,
mampu membimbing cara berhias keluarga mampu membimbing
secara mandiri, keluarga mampu aktivitas yang klien lakukan
membimbing cara makan dan dirumah.
minum secara mandiri, keluarga
mampu membimbing partisipan
BAB dan BAK secara mandiri.
B. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan ini penulis akan membahas perbandingan antara dua
partisipan 1 dan partisipan 2 dengan kasus yang sama berdasarkan teori
dengan asuhan keperawatan dengan masalah perilaku kekerasan yang telah
dilakukan pada tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan 31 Mei 2017.
Pembahasan ini meliputi tahap pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi sampai dengan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian dimulai dari pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah partisipan. Data yang dikumpulkan
meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Data pada
pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokan menjadi faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping
dan mekanisme koping (Keliat, 2005).

Hasil pengkajian pada partisipan 1 dengan perilaku kekerasan mengeluh


sering marah-marah jika keinginannya untuk membeli sesuatu tidak
dipenuhi. Partisipan kadang saat sedang marah partisipan bicara terdengar
keras (membentak), pandangan partisipan tajam sering mondar-mandir
bahkan pernah sampai memukul ibunya dan berkata-kata kotor ke ibunya.
Partisipan pernah mencederai diri nya sendiri dan orang lain (ibu) karena
keinginannya tidak dipenuhi. Partisipan tampak sering bicara dan tertawa
sendiri.

Hasil pengkajian pada partisipan 2 mengeluh sering marah tanpa sebab


karena sudah 2 minggu tidak minum obat karena obatnya belum diambil
oleh keluarga. Saat partisipan sedang marah partisipan sering mondar-
mandir, partisipan juga mudah tersinggung, partisipan berbicara dengan
nada yang keras .Keluarga partisipan mengatakan pada saat marah pernah
sampai melemparkan barang-barang yang ada dirumahnya.

Menurut Muhith (2015) data pengkajian awal yang harus diketahui pada
pasien perilaku kekerasan yaitu muka merah, pandangan tajam, nada
suara tinggi dan partisipan sering memaksakan kehendaknya.

Menurut Dermawan dan Rusdi (2013) data perilaku kekerasan dapat


diperoleh melalui observasi atau wawancara tentang perilaku
berikut,marah tanpa sebab, muka merah dan tegang, pandangan tajam,
mengatupkan rahang dengan kuat, menggepalkan tangan, bicara kasar,
suara tinggi, menjerit atau berteriak, mengancam secara verbal dan fisik,
melempar atau memukul benda atau orang lain, merusak barang atau
benda dan tidak mempunyai kemampuan mencegah atau mengontrol
perilaku kekerasan.

Berdasarkan teori diatas bahwa asumsi penulis dengan data fokus


pengkajian baik melaui wawancara dan observasi yang didapatkan pada
perilaku kekerasan yaitu marah-marah, pandangan tajam, nada suara
tinggi, melempar atau memukul benda atau orang lain.

Hasil pengkajian pada partisipan 1 dengan perilaku kekerasan mengeluh


sering marah-marah jika keinginannya untuk membeli sesuatu tidak
dipenuhi. Pada partisipan 2 mengeluh sering marah tanpa sebab karena
sudah 2 minggu tidak minum obat karena obatnya belum diambil oleh
keluarga.

Menurut Yosep (2010, dalam Damaiyanti 2012), faktor yang dapat


mencetuskan perilaku kekerasan berkaitan dengan ekspresi dari tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi ekonominya. Selain itu
menurut Direja (2011), faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku
kekerasan dapat terjadi karena stimulus lingkungan dan putus obat. Hasil
penelitian Saragih dkk (2014) juga mengatakan sikap responden tentang
perawatan anggota keluarga dengan perilaku kekerasan dirumah adalah
negatif sebanyak 21 responden (63,6%) dan sikap positif sebanyak 12
orang (36,4%). Disamping itu hasil penelitian Tarra dkk (2014) juga
mengatakan peran keluarga juga sangat membantu pasien dalam
memulihkan perasaan atau keadaanya yang telah mengalami perilaku
kekerasan.

Berdasarkan teori diatas bahwa asumsi peneliti tentang faktor pencetus


timbulnya perilaku kekerasan karena tidak terpenuhi kebutuhan dasar dan
adanya stimulus lingkungan dan putus obat disamping itu peran keluarga
juga sangat berpengaruh dalam proses penyembuhan.

Faktor predisposisi yang dialami pada partisipan 1 yaitu sebelumnya


pernah mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan berupa aniaya
fisik (partisipan sebagai korban) sedangkan pada partisipan 2 faktor
predisposisi karena mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan
berupa keinginan yang tidak sesuai dengan harapannya.

Salah satu faktor predisposisi timbulnya perilaku kekerasan adalah faktor


psikologis, artinya berbagai pengalaman yang dialami tiap orang
merupakan faktor predisposisi yang mungkin terjadi atau tidak terjadi
timbulnya perilaku kekerasan (Muhith, 2015).

Teori yang dikembangkan oleh Freud yang berawal dari asumsi bahwa
bila usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan,
maka akan timbul dorongan agresif yang akan dirancang untuk melukai
orang atau objek yang menyebabkan frustasi. Selain itu terpapar
kekerasan selama perkembangan juga akan menimbulkan perilaku
kekerasan (Muhith, 2015).
Berdasarkan teori diatas bahwa asumsi penulis adalah faktor predisposisi
yang dialami oleh partisipan 1 dan patisipan 2 ini merupakan bagian dari
faktor psikologis, bahwa pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
yang berupa frustasi terhadap diri sendiri, keinginan yang tidak tercapai
dan terpapar kekerasan selama masa perkembangan menjadi faktor
timbulnya perilaku kekerasan pada partisipan.

Berdasarkan hasil pengkajian status mental pada partisipan 1 penampilan


partisipan tampak tidak rapi dan kotor, partisipan jarang mandi,
kebersihan gigi dan mulut partisipan tampak kotor. Saat diajak interaksi
selama wawancara partisipan defensif (selalu berusaha mempertahankan
pendapatnya). Partisipan bicara cepat dan kadang-kadang inkoheren. Afek
partisipan labil. Aktivitas motorik partisipan tampak gelisah. Alam
perasaan partisipan tampak gembira berlebihan. Proses pikir partisipan
tampak flight of ideas (pembicaraan partisipan meloncat dari satu topik ke
topik lain). Tingkat konsentrasi partisipan mudah dialihkan, saat interaksi
isi pikir partisipan tampak fobia pada kejadian masa lalu. Partisipan
mengetahui orientasi waktu, tempat dan orang. Persepsi partisipan sering
mendengar suara-suara, suara yang menyuruh klien untuk meminta
membeli sesuatu, suaranya itu muncul 4 kali sehari. Kemampuan
penilaian pada partisipan mengalami gangguan kemampuan penilaian
ringan. Partisipan menyadari gejala penyakit pada dirinya.

Hasil pengkajian status mental yang didapatkan pada partisipan 2 yaitu


penampilan partisipan kurang rapi, kebersihan gigi dan mulut partisipan
tampak bersih. Saat diajak interaksi selama wawancara kontak mata
partisipan kurang. Partisipan bicara lambat. Afek partisipan labil.
Aktivitas motorik partisipan lesu dan gelisah. Alam perasaan partisipan
sering merasa sedih dan putus asa. Proses pikir partisipan tampak
blocking. Partisipan tidak mampu berkonsentrasi, saat interaksi partisipan
tampak hipokondria (merasa adanya gangguan pada organ dalam
tubuhnya). Partisipan mengenal tempat, waktu dan orang. Persepsi
partisipan sering mendengar suara- suara, suara-suara itu meminta
partisipan untuk tidur, suara itu muncul hampir setiap hari. Partisipan
mengalami gangguaan kemampuan penilaian ringan. Partisipan
menyadari gejala penyakit pada dirinya.

Menurut Direja (2011) tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dilihat
dari pengkajian status mental dalam pembicaraan dengan nada keras,
kasar, mengancam dan aktivitas motorik tanga mengepal, tegang, muka
merah, menyerang orang lain dan melukai diri sendiri dan orang lain.

Berdasarkan teori diatas asumsi penulis bahwa pada pengkajian status


mental hal utama yang perlu dikaji tanda dan gejala perilaku kekerasan
dapat dilihat melalui pembicaran dengan nada yang tinggi dan keras,
menyerang orang lain dan melukai diri sendiri dan orang lain.

Terapi medik yang diberikan pada partisipan 1 adalah Chlorpromazine


dan Haloperidol. Efek samping yang dirasakan pada partisipan yaitu
sering pusing, sering merasa haus, merasa kaku dan kadang sakit kepala
hal ini juga yang membuat klien malas minum. Klien tidak mendapatkan
obat Trihexyphenidyl.

Terapi medik yang diberikan pada partisipan 2 adalah Chlorpromazine ,


Haloperidol dan diazepam. Efek samping yang dirasakan partisipan yaitu
sering merasa haus, kaku, tenggorokan kering, pusing. Klien juga tidak
mendapatkan obat Trihexyphenidyl karena habis dipuskesmas.

Salah satu farmakoterapi yang digunakan pada klien dengan perilaku


kekerasan biasanya diberikan antipsikotik. Antipsikotik yang biasa
diberikan adalah antipsikotik tipikal terdiri dari (butirofenon,
Haloperidol/haldol, Fenotiazine,Chlorpromazine, perphenazine (Trilafon),
trifluoperazin (stelazine), sedangkan untuk antipsikotik atipikal terdiri
dari (clozapine (clozaril), risperidone (Risperidal). Efek samping yang
ditimbulkan berupa rigiditas otot kaku, lidah kaku atau tebal disertai
kesulitan menelan (Katona, 2012).

Berdasarkan teori diatas bahwa asumsi penulis tentang terapi medik yang
biasanya diberikan pada perilaku kekerasan adalah Chlorpromazine dan
haloperidol. Berdasarkan efek samping yang ditimbulkan harusnya
partisipan mendapatkan obat Trihexyphenidyl untuk mengatasi kaku atau
gangguan menelan yang ditimbulkan dari efek obat tersebut. Untuk itu,
peran perawat disini adalah perlunya kolaborasi dalam pemberian obat
Trihexyphenidyl untuk mencegah kaku dari efek samping obat.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan jiwa pada partisipan 1 dengan
perilaku kekerasan yaitu halusinasi sebagai penyebab, perilaku kekerasan
sebagai coreproblem, dan resiko menciderai lingkungan dan orang lain
sebagai akibat. Sedangkan pada partisipan 2 dengan perilaku kekerasan
yaitu harga diri rendah sebagai penyebab, perilaku kekerasan sebagai core
problem, dan halusinasi sebagai akibat. Teori menurut Prabowo (2014)
pohon masalah pada partisipan perilaku kekerasan yaitu harga diri rendah
(cause), perilaku kekerasan (core problem) dan resiko menciderai orang
lain dan lingkungan (effect).

Peneliti tidak menemukan adanya harga diri rendah pada partisipan 1.


Dimana pasien tidak ada menunjukan tanda-tanda objektif seperti kurang
percaya diri, merasa tidak mampu, pandangan negatif terhadap diri
sendiri. Menurut ( Keliat, 2011), tanda dan gejala harga diri rendah yaitu
mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang
pesimis, penurunan produktivitas, penolakan terhadap kemampuan diri.

Menurut Fitria (2009) Diagnosa keperawatan yang sering ditemukan


pada kasus perilaku kekerasan antara lain perilaku kekerasan, resiko
mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, perubahan persepsi
sensori : halusinasi, harga diri rendah kronis, isolasi sosial, dan berduka
disfungsional.

Berdasarkan hasil penelitian diagnosa keperawatan yang ditemukan pada


partisipan 1 adalah perilaku kekerasan dengan adanya data partisipan
mengatakan mudah marah jika keinginannya tidak dipenuhi, partisipan
sering marah tanpa sebab. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada
partisipan 2 adalah perilaku kekerasan dengan adanya data partisipan
mengatakan mudah marah jika, partisipan sering marah tanpa sebab,
partisipan sering mondar-mandir.

Menurut teori Dermawan & Rusdi (2013) tanda gejala perilaku kekerasan
muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengatupkan rahang dengan
kuat, bicara kasar, suara tinggi, menjerit atau berteriak, mengancam
secara verbal dan fisik, melempar atau memukul benda atau orang lain
dan merusak barang atau benda

Diagnosa kedua yang ditemukan pada pasrtisipan 1 yaitu gangguan


persepsi: Halusinasi pendengaran dengan ditemukannya data partisipan
sering mendengar suara-suara, suara-suara yang menyuruhnya untuk
membeli sesuatu, suara itu muncul 4 kali sehari, klien tampak tersenyum
sendiri. Diagnosa kedua yang ditemukan pada partisipan 2 yaitu gangguan
persepsi: Halusinasi dengan ditemukannya data kalau partisipan sering
mendengar suara-suara namun partisipan tidak menghiraukannya, klien
sering melamun, klien tampak sering mondar-mandir. Pernyataan dari
respon partisipan sesuai dengan teori oleh Wijayaningsih (2015) bahwa
tanda dan gejala adanya halusinasi adalah mengungkapkan adanya
halusinasi, menyeringai tertawa tidak sesuai, tampak gelisah.

Diagnosa ketiga yang ditemukan pada partisipan 1 yaitu defisit


perawatan diri dengan data partisipan tampak tidak rapi dan kotor
partisipan juga mengatakan jarang mandi. Diagnosa ketiga yang
ditemukan pada partisipan 2 yaitu harga diri rendah dengan data
partisipan sering merasa tidak percaya diri , mudah putus asa, merasa
tidak mampu.

Menurut Fitria (2009) diagnosa keperawatan yang sering ditemukan pada


kasus perilaku kekerasan antara lain perilaku kekerasan, resiko
menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, perubahan persepsi
sensori:halusinasi, harga diri rendah kronis dan isolasi sosial (Sari, 2016)

Sejumlah masalah akan saling berhubungan dan dapat digambarkan


dengan pohon masalah, minimal harus ada tiga masalah sebagai penyebab
(causa), masalah utama (core problem), dan akibat (effect)
(Yusuf,dkk,2015). Menurut Prabowo (2014) pohon masalah pada
partisipan perilaku kekerasan yaitu harga diri rendah (cause), perilaku
kekerasan (core problem) dan resiko menciderai orang lain dan
lingkungan (effect).

Berdasarkan teori diatas asumsi penulis bahwa diagnosa utama (Core


problem) atau yang menjadi prioritas adalah perilaku kekerasan dan
biasanya lebih digambarkan dalam bentuk pohon masalah untuk dapat
merumuskan diagnosa keperawatan. Untuk itu, peran perawat disini harus
mengetahui prinsip dalam merumuskan diagnosa utama pada masalah
perilaku kekerasan dan dapat bekerja sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
3. Intervensi Keperawatan
Rencana intervensi keperawatan disesuaikan dengan diagnosa
keperawatan yang muncul setelah melakukan pengkajian dan rencana
intervensi keperawatan dilihat pada tujuan khusus (Muhith, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian intervensi keperawatan prioritas pada
partisipan 1 dan 2 adalah perilaku kekerasan. Perawat membuat intervensi
keperawatan dengan identfikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku
kekerasan, akibat perilaku kekerasan dan melakukan strategi pelaksanaan
untuk mengontrol rasa marah dengan cara minum obat secara teratur
(jelaskan 6 benar, jenis, fungsi,frekuensi), latihan fisik tarik napas dalam
dan pukul bantal, latihan verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak
dengan cara yang baik) serta latihan cara spiritual.

Berdasarkan hasil penelitian intervensi keperawatan pada keluarga dengan


diagnosa perilaku kekerasan memiliki tujuan keluarga dapat meneruskan
melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien perilaku
kekerasan mengatasi masalah masalahnya dapat meningkat. Kriteria yang
diharapkan keluarga mengenal perilaku kekerasan, keluarga mampu
melatih merawat pasien dengan minum obat (jelaskan 6 benar, jenis,
fungsi,frekuensi), keluarga mampu melatih pasien dengan latihan fisik 1
dan 2, kleuarga mampu melatih pasien secara verbal dan keluarga mampu
melatih pasien secara spiritual, keluarga mampu melakukan follow up ke
fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.

Intervensi keperawatan pada klien perilaku kekerasan dilakukan dalam 4


macam jenis tindakan yaitu: mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
fisik yaitu tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal, mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara minum obat secara teratur, mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara verbal yaitu: menceritakan perilak kekerasan,
bicara baik (meminta, menolak dan mengungkapkan perasaan),
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spritual, pada setiap
pertemuan klien memasukkan kegiatan yang telah dilatih untuk mengatasi
masalah kedalam jadwal kegaiatan harian (Keliat & Akemat, 2010).

Hasil penelitian yang didapatkan pada intervensi keperawatan kedua pada


partisipan 1 dan 2 yang diambil pada halusinasi pendengaran karena
partisipan sangat terganggu dengan suara-suara yang didengarnya dan
terjadi saat ini. Perawat membuat rencana keperawatan dengan tindakan
strategi pelaksanaan halusinasi yaitu identifikasi halusinasi, frekuensi,
waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon, latihan strategi
pelaksanaan untuk mengontrol halusinasi dengan cara minum obat secara
teratur (jelaskan 6 benar, jenis, fungsi,frekuensi),latihan cara menghardik,
latihan cara bercakap-cakap, dan latihan dengan melakukan aktivitas
sehari-hari.
Intervensi keperawatan pada keluarga dengan diagnosa halusinasi
memiliki tujuan keluarga dapat mengenal halusinasi. Kriteria hasil yang
dijharapkan keluarga mampu melatih partisipan untuk minum obat
(jelaskan 6 benar, jenis, fungsi,frekuensi) mengontrol halusinasinya,
keluarga mampu melatih menghardik, keluarga mampu mengajak
bercakap-cakap, keluarga mampu mengajak partisipan untuk melakukan
aktivitas dan keluarga mampu follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan
secara teratur.

Intervensi keperawatan yang ketiga pada partisipan 1 defisit perawatan


diri karena partisipan tampak kotor dan tidak rapi. Perawat membuat
rencana keperawatan dengan tindakan strategi pelaksanaan defisit
perawatan diri yaitu Membina hubungan saling percaya, melatih
partisipan cara-cara perawatan kebersihan diri,melatih pasien
berdandan/berhias, melatih pasien makan dan minum secara mandiri, dan
mengajarkan pasien melakukan BAB dan BAK secara mandiri.
Intervensi keperawatan pada keluarga dengan diagnosa defisit perawatan
diri memiliki tujuan keluarga mampumerawat anggota keluarga yang
mengalami defisit perawatan diri. Kriteria hasil yang diharapkan yaitu
keluarga mampu melatih cara merawat kebersihan diri, berdandan,makan
dan minum dan BAB DAN BAK dan keluarga mampu follow up ke
fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.

Intervensi keperawatan ketiga pada partisipan 2 harga diri rendah.


Perawat membuat rencana keperawatan dengan tindakan strategi
pelaksanaan harga diri rendah yaitu membina hubungan saling
percaya,identifikasikan kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif
pasien (buat daftar kegiatan), buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan
saat ini, latih kegiatan yang dipilih (alat dan caramelakukanya), latih
kegiatan yang kedua (alat dan cara), latih kegiatan ketiga ( alat-cara),latih
kegiatan keempat ( alat dan cara).
Intervensi keperawatan perilaku kekerasan pada keluarga. Diskusikan
masalah yang dirasakan salam merawat pasien, latih satu cara merawat
lpasien perilaku kekerasan: cara memberi minum obat,latihan fisik 1 dan
2, beri pujian,latih cara sosialatau verbal, latihan secara spiritual, Jelaskan
follow up ke puskesmas, tanda kambuh, identifikasi kendala atau
kesulitan dalam melakukan kegiatan dan jelaskan cara mengontrol rasa
marah pasien jika sudah terjadi perilaku merusak diri atau lingkungan.

Berdasarkan hasil penelitian dan teori diatas bahwa asumsi penulis


tentang intervensi yang dapat dilakukan pada pasien perilaku kekerasan
adalah berupa prinsip strategi pelaksanaan yang harus dilakukan. Untuk
itu sebagai seorang perawat harus mengetahui prinsip dalam menerapkan
strategi pelaksanaan pada pasien dan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.

4. Implementasi Keperawatan
Pada partisipan 1 implementasi keperawatan yang telah dilakukan untuk
diagnosa keperawatan pertama perilaku kekerasan tindakan yang telah
dilakukan yaitu identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku
kekerasan, akibat perilaku kekerasan, latihan mengontrol rasa marah
strategi pelaksanaan 1 perilaku kekerasan dengan cara minum obat
,latihan strategi pelaksanaan 2 perilaku kekerasan dengan cara latihan
fisik tarik napas dalam dan pukul bantal, latihan strategi pelaksanaan 3
perilaku kekerasan dengan mengungkapkan, meminta dan menolak
dengan baik, latihan strategi pelaksanaan 4 perilaku kekerasan dengan
cara spiritual. Kemudian dimasukan kedalam jadwal harian.

Menurut Keliat (2009), strategi pelaksanaan klien perilaku kekerasan ada


lima yaitu strategi pelaksanaan pertama melatih cara mengendalikan
perilaku kekerasan dengan cara membantu klien latihan mengendalikan
perilaku kekerasan dengan minum obat. Strategi pelaksanaan kedua
membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara
fisik yaitu dengan tarik napas dalam dan cara pukul bantal atau kasur.
Strategi pelaksanaan ketiga membantu klien latihan mengendalikan
perilaku kekerasan secara verbal. Strategi pelaksanaan keempat
membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara
spiritual.

Berdasarkan teori diatas penulis melaksanakan sesuai dengan teori yaitu


tindakan yang dilakukan pada perilaku kekerasan dengan melatih 4
strategi pelaksanaan yaitu mengontrol marah dengan cara minum obat,
dengan cara latihan fisik, cara verbal dan cara spiritual.

Hasil penelitian yang didapatkan pada partisipan 1 implementasi


keperawatan kedua gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
yaitu identifikasi halusinasi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, respon, latihan mengontrol halusinasi strategi pelaksanaan 1
halusinasi dengan minum obat secara teratur, latihan strategi pelaksanaan
2 halusinasi dengan cara menghardik , latihan strategi pelaksanaan 3
halusinasi dengan cara bercakap-cakap ,latihan strategi pelaksanaan 4
halusinasi dengan cara melakukan aktivitas sehari-hari. Kemudian
dimasukan kedalam jadwal harian

Implementasi keperawatan ketiga defisit perawatan diri yaitu identifikasi


tanda dan gejala defisit perawatan diri, jelaskan pentingnya kebersihan
diri, strategi pelaksanaan 1 melatih pasien cara perawatan kebersihan diri,
latihan strategi pelaksanaan 2 melatih cara berhias pada pria, latihan
strategi pelaksanaan 3 melatih makan dan minum secara mandiri, dan
melatih strategi pelaksanaan 4 latihan BAB dan BAK secara mandiri.
Kemudian dimasukan kedalam jadwal harian
Pada partisipan 2 implementasi keperawatan yang telah dilakukan untuk
diagnosa keperawatan pertama perilaku kekerasan tindakan yang telah
dilakukan yaitu identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku
kekerasan, akibat perilaku kekerasan, latihan mengontrol rasa marah
strategi pelaksanaan 1 perilaku kekerasan dengan cara minum obat
,latihan strategi pelaksanaan 2 perilaku kekerasan dengan cara latihan
fisik tarik napas dalam dan pukul bantal, latihan strategi pelaksanaan 3
perilaku kekerasan dengan mengungkapkan, meminta dan menolak
dengan baik, latihan strategi pelaksanaan 4 perilaku kekerasan dengan
cara spiritual.

Implementasi keperawatan kedua gangguan persepsi sensori: halusinasi


pendengaran yaitu identifikasi halusinasi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan, respon, latihan mengontrol halusinasi strategi
pelaksanaan 1 halusinasi dengan minum obat secara teratur, latihan
strategi pelaksanaan 2 halusinasi dengan cara menghardik , latihan
strategi pelaksanaan 3 halusinasi dengan cara bercakap-cakap ,latihan
strategi pelaksanaan 4 halusinasi dengan cara melakukan aktivitas sehari-
hari.

Menurut penelitian Sari (2016) tentang upaya penurunan frekuensi


halusinasi dengan komunikasi terapeutik bahwa pengontrolan halusinasi
dapat dilakukan dengan empat cara yaitu, menghardik halusinasi,
mengkonsumsi obat dengan teratur,bercakap cakap dengan orang lain dan
melakukan aktivitas secara terjadwal. Salah satu upaya selain
dilakukannya strategi pelaksanaan yaitu dengan menerapkan komunikasi
terapeutik. Komunikasi sangat dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan
dalam penyembuhan pasien. Komunikasi bertujuan untuk membina
hubungan saling percaya, meningkatkan hubungan interpersonal,
mencapai tujuan personal yang realitas.
Berdasarkan teori diatas bahwa asumsi peneliti yaitu dengan
menggunakan komunikasi terapeutik pengontrolan halusinasi dengan
empat cara menghardik halusinasi, mengkonsumsi obat dengan
teratur,bercakap cakap dengan orang lain dan melakukan aktivitas secara
terjadwal. Dapat menunjang kesembuhan dalam penyembuhan dan
mengurangi frekuensi halusinasi.

Implementasi keperawatan pada diagnosa keperawatan ketiga yaitu harga


diri rendah. Implememntasi dilakukan 4 kali kunjungan yaitu membantu
mengarahkan pasien untuk mengidentifikasikan aspek positif yang pasien
miliki, lalu menolong pasien untuk menilai kegiatan yang dapat pasien
lakukan yaitu melipat kain, mengelap meja,menyapu dan mencuci piring,
membantu pasien untuk mengetahui alat dan cara melakukan kegiatan
yang pasien pilih.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada partisipan. Evaluasi dilakukan sesuai dengan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua
yaitu evaluasi proses dan evaluasi formatif, dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan
membandingkan respon partisipan pada tujuan yang telah ditentukan
(Afnuhazi, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian pada partisipan 1 evaluasi tindakan


keperawatan pada tindakan yang telah dilakukan untuk diagnosa perilaku
kekerasan dengan 6 kali kunjungan partisipan mampu mengontrol marah
dengan minum obat, partisipan mampu menerapkan tarik napas dalam dan
pukul bantal, partisipan mampu mengungkapakan marah secara verbal
dan partisipan mampu mengontrol marah dengan spiritual.

Hasil penelitian didapatkan pada partisipan 1 evaluasi tindakan


keperawatan pada keluarga dengan 6 kali kunjungan, keluarga mau
berkenalan dengan perawat, keluarga dapat mendiskusikan masalah yang
dialami saat merawat pasien. Keluarga mengerti tentang pengertian,
penyebab dan tanda gejala perilaku kekerasan. Keluarga juga mampu
membimbing partisipan dengan melatih minum obat, keluarga mampu
membimbing tarik napas dalam dan pukul bantal, keluarga mampu
dengan cara verbal, keluarga mampu membimbing partisipan mengontrol
marah dengan spiritual.

Evaluasi tindakan keperawatan untuk diagnosa halusinasi dengan 4 kali


kunjungan didapatkan partisipan mampu mempraktekkan cara mengontrol
halusinasi dengan cara minum obat, partisipan mampu mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik, pertisipan mampu mengontrol dengan
cara bercakap-cakap dan partisipan mampu mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktivitas.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Elyani (2011) di


Rumah Sakit Jiwa Surakarta, menunjukan adanya perubahan yang
signifikan antara frekuensi halusiansi sebelum diberikan terapi individu
dengan pendekatan strategi pelaksanaan komunikasi.

Beradasarkan teori diatas asumsi penulis dengan adanya terapi individu


berupa strategi pelaksanaan pada klien dengan halusinasi dapat
menunjukan adanya perubahan yang signifikan dibandingkan sebelum
diberikan pendekatan strategi pelaksanaan komunikasi.

Berdasarkan evaluasi tindakan pada partisipan 1 pada keluarga dengan 4


kali kunjungan, keluarga mau berkenalan dengan perawat, keluarga dapat
mendiskusikan masalah yang dialami saat merawat pasien. Keluarga
mengerti tentang pengertian, penyebab dan tanda gejala halusinasi.
Keluarga juga mampu membimbing partisipan dengan melatih minum
obat, keluarga mampu membimbing mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik, keluarga mampu mengajak partisipan dengan bercakap-
cakap, keluarga mampu membimbing partisipan mengontrol halusinasi
dengan melakukan aktivitas.

Evaluasi tindakan keperawatan pada partisipan 1 untuk diagnosa defisit


perawatan diri dengan 4 kali kunjungan didapatkan partisipan mampu
mempraktekkan cara merawat kebersihan diri, partisipan mampu berhias,
pertisipan mampu mempraktekkan makan dan minum secara mandiri dan
partisipan mampu melakukan BAB dan BAK secara mandiri.

Evaluasi tindakan pada keluarga dengan 4 kali kunjungan, keluarga mau


berkenalan dengan perawat, keluarga dapat mendiskusikan masalah yang
dialami saat merawat pasien. Keluarga mengerti tentang pengertian,
penyebab dan tanda gejala defisit perawatan diri. Keluarga juga mampu
membimbing partisipan dengan cara merawat kebersihan diri, keluarga
mampu membimbing cara berhias, keluarga mampu membimbing cara
makan dan minum secara mandiri, keluarga mampu membimbing
partisipan BAB dan BAK secara mandiri.

Berdasarkan hasil penelitian pada partisipan 2 evaluasi tindakan


keperawatan pada tindakan yang telah dilakukan untuk diagnosa perilaku
kekerasan dengan 6 kali kunjungan partisipan mampu mengontrol marah
dengan minum obat, partisipan mampu menerapkan tarik napas dalam dan
pukul bantal, partisipan mampu mengungkapakan marah secara verbal
dan partisipan mampu mengontrol marah dengan spiritual.

Berdasarkan hasil penelitian pada partisipan 2 evaluasi tindakan


keperawatan pada keluarga dengan 6 kali kunjungan, keluarga mau
berkenalan dengan perawat, keluarga dapat mendiskusikan masalah yang
dialami saat merawat pasien. Keluarga mengerti tentang pengertian,
penyebab dan tanda gejala perilaku kekerasan. Keluarga juga mampu
membimbing partisipan dengan melatih minum obat, keluarga mampu
membimbing tarik napas dalam dan pukul bantal, keluarga mampu
dengan cara verbal, keluarga mampu membimbing partisipan mengontrol
marah dengan spiritual.

Evaluasi keperawatan pada partisipan 2 untuk diagnosa halusinasi dengan


4 kali kunjungan didapatkan partisipan mampu mempraktekkan cara
mengontrol halusinasi dengan cara minum obat, partisipan mampu
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, pertisipan mampu
mengontrol dengan cara bercakap-cakap dan partisipan mampu
mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas.

Evaluasi keperawatan pada keluarga dengan 4 kali kunjungan, keluarga


mau berkenalan dengan perawat, keluarga dapat mendiskusikan masalah
yang dialami saat merawat pasien. Keluarga mengerti tentang pengertian,
penyebab dan tanda gejala halusinasi. Keluarga juga mampu
membimbing partisipan dengan melatih minum obat, keluarga mampu
membimbing mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, keluarga
mampu mengajak partisipan dengan bercakap-cakap, keluarga mampu
membimbing partisipan mengontrol halusinasi dengan melakukan
aktivitas.

Hasil penelitian evaluasi keperawatan pada partisipan 2 untuk diagnosa


harga diri rendah dengan 4 kali kunjungan didapatkan partisipan sudah
mulai percaya diri, partisipan mampu mempraktekkan menyapu,
partisipan mampu mengelap kaca, partisipan mampu melipat kain dan
partisipan mampu menglap meja.

Evaluasi keperawatan pada keluarga dengan 4 kali kunjungan, keluarga


mau berkenalan dengan perawat, keluarga dapat mendiskusikan masalah
yang dialami saat merawat pasien. Keluarga mengerti tentang pengertian,
penyebab dan tanda gejala harga diri rendah. Keluarga juga mampu
membimbing partisipan dengan , keluarga mampu membimbing aktivitas
yang klien lakukan dirumah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rivo (2011) tentang
kemampuan pasien meningkatkan harga diri rendah di Rumah Sakit Jiwa
Sumatera Utara, bahwa diberikan terapi individu dengan pendekatan
strategi pelaksanaan komunikasi dan terapi kelompok,didapatkan hasil
terapi individu dengan strategi pelaksanaan komunikasi lebih efektif
meningkatkan harga diri pasien dari terapi kelompok.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan diatas bahwa partisipan


sudah bisa mempraktekkan apa yang telah diajarkan namun kadang-
kadang masih dibantu dalam melakukannya. Hasil evaluasi yang
didapatkan partisipan 1 lebih cepat paham dari pada partisipan

Berdasarkan teori diatas asumsi penulis adalah strategi pelaksanaan


komunikasi yang diterapkan pada individu dengan harga diri rendah dapat
meningkatkan kembali harga diri dan rasa percaya diri. Oleh karena itu
peran perawat disini juga dapat mengetahui prinsip mengevaluasi
bagaimana respon terhadap pelaksanaan terapi individu atau kelompok
terhadap harga diri pasien.
BAB V
PENUTUP
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada partisipan 1 dan
partisipan 2 dengan perilaku kekerasan. Berdasarkan hasil penelitian asuhan
keperawatan yang dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2017 sampai tanggal 31 Mei
2017 maka dapat disimpulkan.

A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pada pengkajian prinsip yang harus diperhatikan pada data fokus yang
didapatkan berdasarkan observasi dan wawancara pada pengkajian data
fokus yang didapatkan yaitu sering marah-marah, pandangan tajam, nada
suara tinggi, melempar atau memukul benda tau orang lain. Pada faktor
predisposisi berdasarkan hasil penelitian bahwa data fokus yang perlu
dikaji yaitu faktor psikologis. Dimana pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan dapat menjadi alasan terjadinya perilaku kekerasan. Pada
pengkajian status mental juga dapat dilihat dari tanda gejala yang
muncul. Pengobatan pada perilaku kekerasan juga harus diperhatikan
jenis dan efek samping obat, untuk dapat melakukakan kolaborasi dalam
mengatasi efek samping obat agar klien tidak malas untuk minum obat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada partisipan 1 dan 2 yaitu diagnosa prioritas
perilaku kekerasan, halusinasi dan pada partisipan 1 defisit perawatan diri
sedangkan pada partisipan 2 harga diri rendah. Perbedaan yang didapatkan
pada diagnosa ketiga yaitu pada partisipan 1 defisit perawatan diri karena
berdasarkan pohon masalah yang menjadi core problem adalah perilaku
kekerasan dan tida ada memiliki tanda gejala harga diri rendah. Sedangkan
pada partisipan 2 ditemukan diagnosa harga diri rendah dan sesuai dengan
pohon masalah perilaku kekerasan yang menjadi core problem perilaku
kekerasan yang menjadi causa harga diri rendah dan effect halusinasi.
3. Intervensi keperawatan
Pada intervensi dapat disimpulkan penulis telah membuat perencanaan
sesuai teoritis yang ada dan diharapkan dapat mengatasi masalah pasien.
Pada diagnosa perilaku kekerasan melakukan strategi pelaksanaan untuk
mengontrol rasa marah dengan cara minum obat secara teratur (jelaskan 6
benar, jenis, fungsi,frekuensi), latihan fisik tarik napas dalam dan pukul
bantal, latihan verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak dengan
cara yang baik) serta latihan cara spiritual.
Pada diagnosa kedua halusinasi melatih partisipan untuk minum obat
(jelaskan 6 benar, jenis, fungsi,frekuensi) mengontrol halusinasinya,
keluarga mampu melatih menghardik, keluarga mampu mengajak
bercakap-cakap, keluarga mampu mengajak partisipan untuk melakukan
aktivitas dan keluarga mampu follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan
secara teratur.
Pada diagnosa defisit perawatan diri melatih partisipan cara-cara
perawatan kebersihan diri,melatih pasien berdandan/berhias, melatih
pasien makan dan minum secara mandiri, dan mengajarkan pasien
melakukan BAB dan BAK secara mandiri.
Pada diagnosa harga diri rendah membina hubungan saling
percaya,identifikasikan kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif
pasien (buat daftar kegiatan), buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan
saat ini, latih kegiatan yang dipilih (alat dan caramelakukanya), latih
kegiatan yang kedua (alat dan cara), latih kegiatan ketiga ( alat-cara),latih
kegiatan keempat ( alat dan cara).
Perawat dapat menerapakan intervensi yang telah dibuat sesuai dengan
SOP yang telah ditetapkan.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan merupakan implementasi dari
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun dengan harapan hasil
yang dicapai sesuai dengan tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil penelitian implementasi yang dilakukan baik kepada
individu maupun keluarga terdiri dari 4 strategi pelaksanaan yang harus
dilakukan dengan diagnosa utama perilaku kekerasan, halusinasi, defisit
perawatan diri dan harga diri rendah.
5. Evaluasi Keperawatan
Pada evaluasi untuk masalah keperawatan sudah dapat teratasi.Faktor
pendukung bagi peneliti dalam mengumpulkan data dimana klien dan
keluarga kooperatif dalam memberi informasi yang dibutuhkan untuk
kelengkapan data. Pada diagnosa keperawatan pertama keluarga dan
partisipan mampu mengontrol marah dengan latihan minum obat secara
mandiri, mampu latihan fisik secara mandiri, mampu latihan secara verbal
dan spiritual secara mandiri. Pada diagnosa keperawatan halusinasi
keluarga dan partisipan mampu mengontrol halusinasi secara mandiri
dengan minum obat, latihan menghardik, bercakap-cakap dan melakukan
aktivitas.
Pada diagnosa defisit perawatan diri melatih partisipan cara-cara
perawatan kebersihan diri,melatih pasien berdandan/berhias, melatih
pasien makan dan minum secara mandiri, dan mengajarkan pasien
melakukan BAB dan BAK masih dibantu. Pada diagnosa harga diri
rendah partisipan mampu menggali aspek positif pada diri klien dan
keluarga juga mampu secara mandiri membantu partisipan.
B. Saran
1. Penulis
Penulisan ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan penulis dalam mendeskripsikan asuhan
keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan di Kelurahan Surau
Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang yang telah dipelajari.
2. Pemenggang Program Puskesmas Nanggalo
Bagi pemegang Program Keperawatan Jiwa dapat mengembangkan
program kesehatan jiwa yang dapat memfasilitasi penanganan masalah
gangguan kesehatan jiwa pada klien dengan perilaku kekerasan.
3. Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan dapat memberikan gambaran dan wawasan
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam asuhan pada klien dengan
perilaku kekerasan di klinik maupun di komunitas masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Goysen Publishing.
Bagyono, Tuntas. 2013. Kunci Praktis untuk Metodologi Penelitian Kesehatan
Promotif- Preventif. Yogyakarta: Ombak Dua.
Bulechek, dkk. 2016. Nursing Interventions Clasification (NIC), 6thIndonesian
edition.
Dalami, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta:
TIM.

Damaiyanti, Mukhripah. 2010. Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik


Keperawatan. Penerbit Buku: PT Refika Aditama. Bandung
Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka
Kerja asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: GosyenPublishing.
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2014. Laporan Bulanan Program Kesehatan Jiwa.

--------------------------------------. 2015. Data program Kesehatan Jiwa Dinas


Kesehatan Kota Padang.
Direja, Ade Herman Surya.2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Eitdalwati dan Salmiwati. 2012. Hubungan Pengetahuan Keluarga Dalam
Merawat Klien Prilaku Kekerasan Dengan Kekambuhan Di Instalasi
Gawat Darurat Rs.Jiwa Prof. Dr. Hb.Sa’aninPadang. Diakses tanggal 10
Januari 2017, pukul 21.00
Fitria N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
Herdman & Kamitsuru. 2017. NANDA International Inc Diagnosis Keperawatan
: defenisi&klasifikasi 2015-2017.
Hidayat, Aziz Alimul. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah
Edisi kedua. Jakarta: Salemba Medika.
Katona, C, dkk. 2012. At a Glance Psikiatri edisi keempat. Erlangga.

Keliat, et al. 2016. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic


Course). Jakarta: EGC.
Kuntjojo. 2009. Metode Penelitian. Jakarta
Kusumawati, farida dan Yudi . (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta:Salemba Medika.
Lapau, Buchari. 2012. Metode Penelitian Kesehatan (Edisi I). Jakarta: Yayasan
Pustaka.

Medical record Puskesmas Nanggalo Padang. 2016.

Moorhead, dkk. 2016. Nursing Outcomes Clasification (NOC), 5thIndonesian


edition.
Mubarta, dkk. 2011. Gambaran Distribusi Penderita Gangguan Jiwa di Wilayah
Banjarmasin dan Banjarbaru. http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses
tanggal 10 Januari 2017, Pukul 19.45
Muhith A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta:
Penerbit ANDI.
Nancye, Pandeirot Marjory. 2015. Pengaruh Terapi Keluarga Terhadap
Dukungan Keluarga dalam Merawat Klien dengan Masalah Perilaku
Kekerasan di Kota Surabaya. Diakses tanggal 18 Januari 2017, pukul 10.21
Pusdiklatnakes. 2012. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Jakarta: Badan PPSDM Kesehatan.
Putri, Dewi Eka. 2010. Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap
Kemampuan Pasien Perilaku Kekerasan Dalam Mengendalikan Perilaku
Kekerasan Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. http://ui.ac.id.
Diakses tanggal 26 Januari 2017, pukul 10.58
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:
Nuha Medika.
Riset Kesehatan Dasar. 2007

---------------------------. 2013

Saragih, dkk. 2014. Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Keluarga


Tentang Perawatan Pasien Resiko Perilaku Kekerasan Di Rumah.
Diakses tanggal 11 Januari 2017, pukul 08.15
Sari, Cahyaning Fitria. 2016. Upaya Penurunan Frekuensi Halusinasi Penglihatan
Dengan Komunikasi Terapeutik Di Rsjd Surakarta. Diakses tanggal 7 Juni
2017, pukul 05.05
Sari, Nina Permata & Istichomah. 2015. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang
Resiko Perilaku Kekerasan (RPK) Terhadap Pengetahuan Keluarga Dalam
Merawat Pasiei di Poli Jiwa RSJDDr. RM. Soedjarwadi Klaten Jawa
Tengah.Diakses tanggal 18 Januari 2017, pukul 21.32
Sembiring, elyani. 2011. Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap
Kemampuan Pasien Perilaku Kekerasan Dalam Mengendalikan Perilaku
Kekerasan Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.
http://repository.usu.ac.id. Diakses tanggal 19 Januari 2017 jam 07.27 wib .
Sulistyono, dkk. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di Rsjd Surakarta.
http://repository.unri.ac.id. Diakses tanggal 10 Januari 2017, Pukul 20.05
Supardi, Sudibyo dan rustika. 2013. Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan.
Jakarta:TIM

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC

Wibowo, dkk. 2013. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Persepsi


Sesi I-III terhadap Kemampuan Mengenal dan Mengontrol Perilaku
Kekerasan pada Pasien Perilaku Kekerasn di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang.Diakses tanggal 18 Januari 2017, pukul 09.52
Yosep, Iyus. 2013. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Lampiran 6

Format Skrining Klien yang megalami Skizofrenia dengan Perilaku


Kekerasan

1. Apakah klien pernah dirawat atau rawat jalan di Rumah Sakit?

Ya Tidak

2. Apakah klien dengan perilaku kekerasan pernah memilliki tanda gejala


berikut ?

a. Marah tanpa sebab

b. Kadang bicara kasar

c. Menggepalkan tangan

d. Mengatupkan rahang

e. Suara tinggi, menjerit atau berteriak

f. Melempar atau memukul benda

g. Memukul atau melukai orang lain

h. Emosi labil

i. Gelisah

Jika klien memenuhi nilai ceklis √ ≥5 maka klien termasuk perilaku


√ maka klien tidak termasuk
kekerasan, jika klien dengan nilai ceklis <5
perilaku kekerasan.

3. Apakah klien dengan perilaku kekerasan pernah mengunjungi Puskesmas


Nanggalo 1 tahun terakhir?

Ya Tidak

4. Apakah klien pernah mendengar suara-suara, atau melihat bayangan,


mencium bau-bau yang berhubungan dengan halusinasi ?
Ya Tidak
Lampiran 7

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn.F
Umur : 23 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Jl. Agam Raya no 346, Siteba
Tanggal Pengkajian: 22 Mei 2017

II. KELUHAN SAAT DIKAJI


Saat pengkajian pada Tn.F klien mengeluh sering marah-marah jika
keinginannya untuk membeli sesuatu tidak dipenuhi. Klien kadang saat
sedang marah klien bicara terdengar keras (membentak), pandangan klien
tajam sering mondar-mandir bahkan pernah sampai memukul ibunya dan
berkata-kata kotor ke ibunya. Klien pernah mencederai diri nya sendiri dan
orang lain (ibu) karena keinginannya tidak dipenuhi. Klien tampak sering
bicara dan tertawa sendiri. Klien minum obat tidak teratur, Klien juga
mengeluh sering mendengar suara-suara yang sering mengganggunya.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan bahwa keluarga klien mengatakan
klien pernah dipukul oleh kepala sekolahnya pada tahun 2007 pada saat itu
klien berada dikelas 6 SD dengan alasan klien memukul-mukul meja didalam
kelas. Pada saat itu setelah klien dipukul klien hanya diam saja. Sejak
kejadian itu klien didiagnosa dengan skizofrenia pada tahun 2007. Klien
pernah dirawat di RSJ. HB. Sa’anin Padang sebanyak 4 kali dengan penyebab
yang sama seperti sebelumnya karena melukai orang lain. Keluarga klien
mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami penyakit seperti
klien. Tidak ada penolakan dalam masyarakat dengan gangguan jiwa yang
dialami klien saat ini. Klien pernah mengalami penganiyayaan fisik saat
disekolah.tidak ada kekerasan dalam rumah tangga dan tidak pernah
mengalami tindakan kriminal. Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang pernah menderita ini sebelumnya.Pengalaman Masa Lalu yang
Tidak Menyenangkan : Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan bahwa
keluarga klien mengatakan klien pernah dipukul oleh kepala sekolahnya pada
tahun 2007 pada saat itu klien berada dikelas 6 SD dengan alasan klien
memukul-mukul meja didalam kelas.

IV. PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda vital : TD :110/70 mmHg N : 81 x/menit S : 36,8 °C P :


20x/menit
2. Ukuran : TB : 159 cm BB : 45 Kg
3. Keluhan Fisik : Klien mengatakan ketergantungan obat dan klien kaku.

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan :
: Perempuan : Klien
: Laki-laki : Hubungan keluarga
: Meninggal ------ : Tinggal serumah

Jelaskan : Klien merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Klien berumur 23
tahun. Klien belum menikah, klien tinggal bersama kakak dan kedua orang
tuanya. Hubungan klien dengan keluarga terjalin dengan erat dan sangat baik.
Orang yang terdekat klien adalah ibu klien.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien mengatakan mengatakan menyukai seluruh
anggota tubuhnya.
b. Identitas diri : Klien mengatakan ia sebagai anak ke 2. Klien
mengatakan ia dulunya pernah bersekolah
c. Peran diri : Klien mengatakan sekarang ia hanya dirumah
membantu orang tua.
d. Ideal diri :Klien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya
dan bisa sekolah kembali.
e. Harga diri : Klien mengatakan tidak ada masalah yang
berhubungan dengan keluarga dan orang lain.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Klien memiliki orang-orang terdekat dalam kehidupannya sebagai
tempat mengadu, meminta bantuan dan sokongan terutama ibunya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Klien mengatakan aktif dalam acara yang diadakan dilingkungannya,
misalkan acara di bulan Agustus.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam behubungan dengan
orang lain. Klien sering keluar rumah untuk bergabung dengan teman-
teman yang lain yang berada dilingkungannya.
Masalah keperawatan : Tidak ada Masalah

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan beragama islam dan semua yang dimiliki adalah
pemberian Tuhan.
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan tidak pernah melaksanakan ibadah.Tidak ada
mengikuti kegiatan ibadah
Masalah keperawatan : Tidak ada Masalah

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan

√Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak seperti


tidak sesuai biasanya
Jelaskan : Klien tampak tidak rapi dan kotor, klien malas mandi,klien
jarang mandi, kebersihan gigi dan mulut klien tampak kotor.

2. Pembicaraan
√ Cepat Keras Gagap √
Inkoheren
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai
pembicaraan
Jelaskan :Klien saat proses wawancara klien menjawab pertanyaan dnegan cepat
dan kadang-kadang tidak ada hubungan yang dibicarakan.

Masalah Keperawatan :
________________________________________________
3. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang √ Gelisah Agitasi
Tik Grimasen TremorKompulsif
Jelaskan :
__________________________________________________________
Masalah Keperawatan :
_____________________________________________

4. Alam perasaaan
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir
√ Gembira
berlebihan
Jelaskan
:___________________________________________________________
Masalah Keperawatan :
______________________________________________

5. Afek
Datar Tumpul Labil√ Tidak sesuai
Jelaskan :
__________________________________________________________
Masalah Keperawatan :
_____________________________________________

6. lnteraksi selama wawancara


Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
Kontak mata (-) √ Defensif Curiga

Jelaskan : Klien saat berinteraksi tampak sering kali mempertahankan


pendapatnya.
Masalah Keperawatan :
_____________________________________________
7. Persepsi

√ Pendengaran Penglihatan Perabaan


Pengecapan Penghidu
Jelaskan : Klien sering mendengar suara-suara, suara yang menyuruh klien untuk
meminta membeli sesuatu, suaranya itu muncul 4 kali sehari, klien kadang
megikuti suara itu.

Masalah Keperawatan : Halusinasi

8. Proses Pikir

sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi

√ flight of idea blocking pengulangan


pembicaraan/persevarasi

Masalah Keperawatan :
______________________________________________

9. Isi Pikir
Obsesi √ Fobia Hipokondria
Depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis
Jelaskan :
__________________________________________________________
Masalah Keperawatan :
______________________________________________

10. Tingkat kesadaran


bingung sedasi stupor
Disorientasi
waktu tempat orang √
Jelaskan :
............................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
______________________________________________

11. Tingkat konsentrasi dan berhitung

√mudah beralihtidak mampu konsentrasi


Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan :
................................................................................................
...................
Masalah Keperawatan :
_____________________________________________

12. Kemampuan penilaian

√ Gangguan ringan gangguan bermakna


Jelaskan :
..........................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
______________________________________________
13. Daya tilik diri
mengingkari penyakit yang dideritamenyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan :
...........................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
______________________________________________

VII. Mekanisme Koping


Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebih

Teknik relaksasi bekerja berlebihan


Aktivitas konstruktif menghindar
Olahraga √ mencederai diri

Lainnya _______________ lainnya : __________________


Masalah Keperawatan :
_______________________________________________

VIII. Masalah Psikososial dan Lingkungan:


Klien mengalami masalah dengan pendidikannya karena partisipan masih
ingin melanjutkan sekolahnya namun karna kondisi klien saat ini dan
masalah ekonomi.
X. Pengetahuan Kurang Tentang:
Penyakit jiwa sistem pendukung
Faktor presipitasi √
penyakit fisik
Koping obat-obatan
Lainnya :
______________________________________________________
XI. Aspek Medik
Diagnosa Medik : Skizofrenia
Terapi Medik : Chlorpromazine 100 mg 1 x 1
Haloperidol 3 x 1
FORMAT ANALISA DATA
No Data Masalah
1. Ds:
- Klien mengatakan suka
marah-marah jika keiginan
tidak dipenuhi
- Klien mengatakan pernah
melukai ibunya Perilaku kekerasan
- Klien mengatakan kalau
marah mengumpat dengan
kata-kata kotor
Do:
- Klien tampak gelisah
- Emosi klien tampak labil
- Mata klien tampak merah saat
sedang marah

2 Ds: Gangguan persepsi :


- Klien mengatakan pernah Halusinasi
mendegar suara-suara
- Klien mengatakan suara
terdengar sering dalam sehari
DO :
- Klien mengatakan mendengar
suara-suara
- Klien tampak gelisah
- Klien berjalan mondar mandir
3 DS : Defisit Perawatan Diri
- Klien mengatakan malas
mandi
- Klien mengatakan BAK
kadang ditempat tidur
DO:
- Penampilan klien tampak
tidak rapi dan kotor,
- kebersihan gigi dan mulut
partisipan tampak kotor.

FORMAT DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tanggal Tanggal Paraf


Keperawatan Muncul Teratasi
1. Perilaku Kekerasan 22 Mei 2017 25 Mei 2017
2. Gangguan persepsi: 22 Mei 2017 28 Mei 2017
Halusinasi
3 Defisit Perawatan Diri 22 Mei 2017 31 Mei 2017
C. FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa Intervensi Keperawatan
O Keperaw Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
atan
1 Perilaku Pasien mampu Setelah 2-6x Strategi pelaksanaan 1
: pertemuan: pasien
Kekerasa
1. Membina Klien mampu 1. Membina hubungan saling
n hubungan mengontrol percaya.
saling perilaku 2. Mengidentifikasi
percaya kekerasan penyebab,tanda &gejala
2. Mengidenti dengan cara: perilaku kekerasan yang
fikasi 1. Latihan dilakukan, akibat perilaku
penyebab minum obat kekerasan
marah yang benar 3. Latihan mengontrol
3. Menjelaska dan baik perilaku kekerasan dengan
n perasaan 2. Latihan minum obat(6
saat tarik napas benar,jenis,fungsi,dosis,fre
terjadinya dalam dan kuensi,cara)
marah pukul bantal 4. Memasukkan kedalam
4. Menjelaska 3. Latihan jadwal harian.
n perilaku dengan cara
saat marah verbal Strategi Pelaksanaan 2
5. Menyebutk 4. Latihan pasien
an cara dengan cara 1. Mengevaluasi tanda dan
mengontrol spiritual gejala PK
marah. 2. Mengevaluasi latihan
minum obat
3. Melatih cara mengontrol
marah dengan latihan fisik
1 dan 2
4. Memasukkan pada jadwal
kegiatan

. Strategi Pelaksanaan 3
pasien
1. Evaluasi latihan
mengontrol marah 1 dan 2
2. Melatih cara mengontrol
marah dengan cara verbal
3. Memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan
.
Strategi Pelaksanaan 4
Pasien
1. Mengevaluasi kegiatan
latihan 1,2, dan 3
2. Memberi pujian
3. Melatih mengonrol marah
dengan spritual
Memasukkan kedalam
jadwal kegiatan harian
Keluarga Setelah Strategi Pelaksanaan 1
mampu: dilakukan 2-6 Keluarga:
1. Mengidenti kali 1. Diskusikan masalah yang
fikasi kunjungan: dirasakan dalam merawat
masalah Keluarga pasien.
yang mengerti dan 2. Jelaskan pengertian,
diderita mampu penyebab,tanda &gejala,
klien menerapkan PK yang dilakukan,
2. Mengidenti perawatan akibat PK
fikasi pada klien 3. Jelaskan cara merawat
penyebab dengan PK
marah masalah 4. Latih merawat pk dengan
3. Menjelaska Perilaku minum obat (6 benar,
n perasaan Kekerasan jenis,fungsi,dosis,frekuen
saat si ,cara)
terjadinya 5. Anjurkan membantu klien
marah memasukan kedalam
4. Menjelaska jadwal harian.
n perilaku Strategi Pelaksanaan 2
saat marah Keluarga:
5. Menyebutk 1. Mengevaluasi kegiatan
an cara keluarga dalam
mengontrol merawat pasien latihan
marah. minum obat. Beri
pujian
2. Melatih keluarga cara
mengontrol marah
dengan latihan fisik 1
dan 2
3. Anjurkan membantu
klien memasukan
kedalam jadwal harian.
Strategi Pelaksanaan 3
Keluarga:
1. Evaluasi kegiatan
keluarga melatih
mengontrol marah
dengan minum obat
dan latihan fisik 1 dan
2
2. Melatih keluarga cara
mengontrol marah
dengan cara verbal
3. Anjurkan membantu
klien memasukan
kedalam jadwal harian.

Strategi Pelaksanaan 4
Keluarga:
1. Mengevaluasi kegiatan
keluarga dalam latihan
1,2, dan 3
2. Memberi pujian
3. Melatih keluarga
mengonrol marah
dengan spritual
4. Anjurkan membantu
klien memasukan
kedalam jadwal harian.
5. Menganjurkan follow
up ke fasilitas
pelayanan kesehatan
secara teratur

2 Ganggua Pasien Setelah 2-4x Strategi Pelaksanaan 1


n mampu: pertemuan: Pasien:
persepsi Megontrol Klien mampu 1. Mengidentifikasi
sensori: halusinasi mengontrol halusinasi: isi,
Halusina yang dialami halusinasi frekuensi, waktu
si dan denga cara terjadi, situasi
Pendeng melaksanakan 1. Latihan pencetus, perasaan,
aran cara menghard respon
mengontrol ik 2. Jelaskan cara
halusinasi 2. Latihan mengontrol
melalui minum halusinasi:hardik, obat,
strategi obat yag berckap cakap,
pelaksanaan benar dan melakukan kegiatan
tindakan baik 3. Latih cara mengontrol
keperawatan 3. Latihan halusinasi dengan
sehingga bercakap minum obat (6
halusinasi cakap benar,jenis,fungsi,dosis
pasien bisa dengan ,frekuensi,cara)
berkurang atau orang lain 4. Masukan ke jadwal
hilang. 4. Latihan kegiatan untuk latihan
bercakap minum obat
cakap
sambil Strategi pelaksanaan 2
beraktivit Pasien:
as 1. Evaluasi kegiatan
menghardik dan
berikan pujian.
2. Lati mengontrol
halusinasi dengan cara
menghardik
3. Masukkan ke jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik dan
minum obat
Strategi Pelaksanaan 3
Pasien:
1. Evaluasi kegiatan
pertama dan kedua
yang telah dilatih dan
berikan pujian
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
bercakap cakap saat
terjadi halusinasi
3. Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk ketiga
latihan yang telah
diajarkan

Strategi Pelaksanaan 4
Pasien:
1. Evaluasi latihan
pertama, kedua dan
ketiga yang telah
dilatih dan berikan
pujian.
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
melakukan kegiatan
harian
3. Masukkan jadwal
kegiatan untuk
keempat latihan yang
telah dilatih
Keluarga Setelah Strategi Pelaksanaan 1
mampu: dilakukan 2- Keluarga:
Mengidentifik 4kali 1. Diskusikan masalah
asi masalah kunjungan: yang dirasakan dalam
yang diderita Keluarga merawat pasien
klien dan mengerti dan 2. Jelaskan pengertian,
Membantu mampu tanda dan gejala, dan
klien untuk menerapkan proses terjadinya
mengontrol perawatan halusinasi (gunakan
halusinasi pada klien booklet)
dengan 3. Jelaskan cara merawat
masalah halusinasi
halusinasi 4. Latih cara merawat
halusinasi: cara minum
obat
5. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal
dan memberikan
pujian
Strategi Pelaksanaan 2
Keluarga:
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam dalam
merawat/ melatih
pasien minum obat,
berikan pujian
2. Jelaskan cara
menghardik
3. Latih cara memberi
dan membimbing
minum obat
4. Anjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
memberi pujian.
Strategi Pelaksanaan 3
Keluarga:
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam melatih
pasien memberikan
obat, meghardik, beri
pujian
2. Jelaskan cara bercakap
cakap dan melakukan
kegiatan untuk
mengontrol halusinasi
3. Latih dan sediakan
waktu untuk bercakap
cakap dengan pasien
terutama saat
halusinasi
4. Anjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
memberi pujian.

Strategi Pelaksanaan 4
Keluarga:
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
membimbing klien
melaksanakan cara
mengontrol hal;usinasi
yang pertama, kedua,
dan ketiga, beri pujian
2. Jelaskan follow up ke
RSJ/PKM tanda
kambuh, rujukan
3. Anjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
memberi pujian
3 Pasien mampu Setelah 2-4x Strategi Pelaksanaan 1
: pertemuan: Pasien:
Defisit
1. Membina Klien mampu 1. Mengidentifikasi tanda
Perawata hubungan mencegah dan gejala defisit
saling defisit perawatan diri
n Diri
percaya perawatan diri 2. Jelaskan pentingnya
2. Melakukan dengan cara: kebersihan diri, cara dan
kebersihan 1. Latihan alat kebersihan diri
secara cara 3. Melatih cara menjaga
mandiri perawat kebersihan diri
3. Melakukan an mandi,cuci rambut,sikat
berhias/ber kebersih gigi, potong kuku
dandan an diri 4. Masukan ke jadwal
secara 2. Latihan kegiatan untuk latihan
mandiri cara kebersihan diri
4. Melakukan berhias/ Strategi pelaksanaan 2
makan berdand Pasien:
dengan an 1. Evaluasi kegiatan cara
baik 3. Latihan merawat kebersihan diri
5. Melakukan makan 2. Latihan cara
BAB/BAK dan berhias/berdandan
secara minum 3. Masukkan ke jadwal
mandiri secara kegiatan untuk latihan
mandiri menghardik dan minum
4. Latihan obat
BAB/B Strategi Pelaksanaan 3
AK Pasien:
secara 1. Evaluasi kegiatan
mandiri pertama dan kedua yang
telah dilatih dan berikan
pujian
2. Latih cara makan dan
minum yang baik
3. Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk ketiga
latihan yang telah
diajarkan
Strategi Pelaksanaan 4
Pasien:
1. Evaluasi latihan
pertama, kedua dan
ketiga yang telah
dilatih dan berikan
pujian.
2. Latih cara BAB/BAK
yang baik
3. Masukkan jadwal
kegiatan untuk
keempat latihan yang
telah dilatih
Keluarga Setelah Strategi Pelaksanaan 1
mampu: dilakukan 2- Keluarga:
Mengidentifik 4kali 1. Diskusikan masalah yang
asi masalah kunjungan: dirasakan dalam merawat
yang diderita Keluarga pasien
klien dan mengerti dan 2. Jelaskan pengertian,
Membantu mampu tanda dan gejala, dan
klien untuk menerapkan proses terjadinya defisit
mengatasi perawatan perawatan diri
defisit pada klien 3. Jelaskan cara merawat
perawatan diri dengan defisit perawatan diri
masalah defisit 4. Melatih dan membimbing
perawatan diri keluarga cara merawat
kebersihan diri
5. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
Strategi Pelaksanaan 2
Keluarga:
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam dalam
merawat/ melatih pasien
cara merawat kebersihan
diri berikan pujian
2. Melatih dan membimbing
keluarga cara berdandan
3. Anjurkan membantu klien
sesuai jadwal dan
memberi pujian.
Strategi Pelaksanaan 3
Keluarga:
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam melatih
pasien merawat
kebersihan diri, cara
berdandan beri pujian
4. Melatih dan membimbing
keluarga cara makan dan
minum yang baik
2. Anjurkan membantu klien
sesuai jadwal dan
memberi pujian.
Strategi Pelaksanaan 4
Keluarga:
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
membimbing klien
melaksanakan cara
merawat kebersihan diri
yang pertama, kedua, dan
ketiga, beri pujian
2. Jelaskan follow up ke
RSJ/PKM tanda kambuh,
rujukan
3. Anjurkan membantu klien
sesuai jadwal dan
memberi pujian
D. FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

NO Hari/ Tanggal Diagnosa Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf


Keperawatan Perawat
1 Senin/ 22 Mei Perilaku Strategi pelaksanaan 1 pasien : S:
2017 Kekerasan 1. Membina hubungan saling percaya. - Klien mengatakan nama klien
10.00 WIB 2. Mengidentifikasi penyebab,tanda Tn.A
&gejala perilaku kekerasan yang - Klien mengatakan bersedia untuk
dilakukan, akibat perilaku kekerasan dikunjungi selama 10 hari
3. Latihan mengontrol perilaku kekerasan dirumahnya
dengan minum obat(6 O:
benar,jenis,fungsi,dosis,frekuensi,cara) - Klien tampak menerima perawat
4. Memasukkan kedalam jadwal harian. - Klien mulai tampak kooperatif
- Klien tampak sudah mulai bisa
mengulangi yang dijelaskan
A: Hubungan saling percaya
P : Strategi pelaksanaan 1 pasien
2 Selasa/ 23 Mei Strategi pelaksanaan 1 pasien : S:
2017 1. Membina hubungan saling percaya. - Klien mengatakan mengetahui
12.30 WIB 2. Mengidentifikasi penyebab,tanda Klien mengadakan merasa kaku
&gejala perilaku kekerasan yang setelah minum obat
dilakukan, akibat perilaku kekerasan O:
3. Latihan mengontrol perilaku - Klien tampak mengerti dengan
kekerasan dengan minum obat (6 prinsip obat dan cara minum obat
benar,jenis,fungsi,dosis,frekuensi,car - Klien dapat mengulanginya lagi
a) A: Masalah teratasi
4. Memasukkan kedalam jadwal harian. P : Strategi pelaksanaan 2 pasien
Strategi Pelaksanaan 1 Keluarga: S:
1. Mendiskusikan masalah yang - Keluarga mengatakan mengerti
dirasakan dalam merawat pasien. tentang penyakit yang dialami
2. Menjelaskan pengertian, klien
penyebab,tanda &gejala, PK yang - Keluarga mengatakan mengerti
dilakukan, akibat PK tentang pengertian, penyebab dan
3. Jelaskan cara merawat PK tanda gejala pk
4. Melatih merawat pk dengan minum O:
obat (6 benar, - Keluarga tampak antusias saat
jenis,fungsi,dosis,frekuensi ,cara) berinteraksi
5. Anjurkan membantu klien - Keluarga mampu mengajarkan
memasukan kedalam jadwal harian. cara minum obat yang benar
kepada klien
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 2 keluarga

3 Selasa/ 23 Mei Strategi Pelaksanaan 2 pasien S:


2017 1. Mengevaluasi tanda dan gejala PK - Klien mengatakan mengetahui
16.00 WIB 2. Mengevaluasi latihan minum obat cara mengontrol marah
3. Melatih cara mengontrol marah dengan - Klien bisa mengontrol marah
latihan fisik 1 dan 2 dengan tarik napas dalam dan
4. Memasukkan pada jadwal kegiatan pukul bantal
O:
- Klien tampak mengerti dengan
latihan fisik 1 dan 2
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 3 pasien
Strategi Pelaksanaan 2 Keluarga: S:
1. Mengevaluasi kegiatan keluarga - Keluarga mengatakan mengerti
dalam merawat pasien latihan minum tentang penyakit yang dialami
obat. Beri pujian klien
2. Melatih keluarga cara mengontrol - Keluarga mengatakan mengerti
marah dengan latihan fisik 1 dan 2 tentang pengertian, penyebab dan
3. Anjurkan membantu klien tanda gejala pk
memasukan kedalam jadwal harian. - Keluarga mengerti tentang
latihan fisik 1 dan 2
O:
- Keluarga tampak antusias saat
berinteraksi
- Keluarga mampu mengajarkan
cara mengontrol marah dengan
latihan fisik yang benar kepada
klien
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 3 keluarga
4 Rabu/ 24 Mei . Strategi Pelaksanaan 3 pasien S:
2017 1. Evaluasi latihan mengontrol marah 1 dan - Klien mengatakan mengetahui
12.30 WIB 2 cara menontrol marah dnegan
2. Melatih cara mengontrol marah dengan bercakap-cakap
cara verbal O:
3. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan - Klien tampak mengerti dengan
. latihan yang diajarkan
- Klien dapat mempraktekannya
saat marah
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 4 pasien
Strategi Pelaksanaan 3 Keluarga: S:
1. Evaluasi kegiatan keluarga melatih - Keluarga mengatakan mengerti
mengontrol marah dengan minum obat tentang cara mengontrol marah
dan latihan fisik 1 dan 2 dengan cara verbal
2. Melatih keluarga cara mengontrol marah O:
dengan cara verbal - Keluarga mampu mengajarkan
3. Anjurkan membantu klien memasukan cara mengungkapkan marah
kedalam jadwal harian. dengan verbal yang benar kepada
klien
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 4 keluarga
5 Kamis/ 25 Mei Strategi Pelaksanaan 4 Pasien S:
2017 4. Mengevaluasi kegiatan latihan 1,2, dan 3- - Klien mengatakan mengetahui cara
10.00 WIB 5. Memberi pujian menontrol marah cara spiritual
6. Melatih mengonrol marah dengan
spritual - O:
Memasukkan kedalam jadwal kegiatan - Klien tampak mengerti dengan
harian latihan yang diajarkan
- Klien dapat mempraktekannya
saat marah
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 4 pasien

Strategi Pelaksanaan 4 Keluarga: S:


1. Mengevaluasi kegiatan keluarga - Keluarga mengatakan mengerti
dalam latihan 1,2, dan 3 tentang cara mengontrol marah
2. Memberi pujian dengan cara spiritual
3. Melatih keluarga mengonrol marah O:
dengan spritual - Keluarga tampak antusias saat
4. Anjurkan membantu klien berinteraksi
memasukan kedalam jadwal harian. - Keluarga mampu mengajarkan
Menganjurkan follow up ke fasilitas cara minum obat yang benar
pelayanan kesehatan secara teratur kepada klien
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan dioptimalkan
keluarga
6 Kamis/25 Mei Gangguan Strategi Pelaksanaan 1 Pasien: S : Klien mengatakan mengerti tentang sp
2017 persepsi: Melatih klien mengontrol halusinasi obat dan paham tentang 6 benar cara
15.00 WIB Halusinasi pendengaran dengan cara minum obat minum obat serta cara mengatasi efek
dengan benar samping dari obat
1. Melakukan salam terapeutik. O : Klien tampak bias melakukannya setelah
2. Mengevaluasi perasaan klien diarahkan tetapi masih dibantu
3. Menjelaskan tujuan pertemuan A : Masalah teratasi
4. Melakukan kontrak topik, waktu dan P : Optimalkan kemampuan SP 1 halusinasi
tempat dengan klien Lanjutkan kemampuan SP 2 halusinasi
5. Menjelaskan sp obat dan 6 cara minum
obat yang baik dan benar serta efek
samping dari obat dan cara mengatasi
efek samping tersebut
6. Menyuruh klien menyebutkam kembali
tentang sp obat dan cara minum obat
yang baik dan benar dan memberikan
pujian
7. Melakukan evaluasi subjektif dan
objektif terhadap latihan sp obat yang
diajarkan pada klien
8. Melakukan rencana tindak lanjut
9. Melakukan kontrak topik (mengontrol
halusinasi pendengaran dengan cara
menghardik ), waktu dan tempat
selanjutnya.

Strategi Pelaksanaan 1 Keluarga: S : Keluarga mengatakan sudah mengerti


1. Melakukan salam terapeutik. tentang sp obat dan paham tentang 6
2. Mengevaluasiperasaan keluarga benar cara minum obat
3. Menjelaskan tujuan pertemuan O : Keluarga tampak bias paham setelah
4. Melakukan kontrak waktu dengan diarahkan
keluarga A : Masalah teratasi
5. Mendiskusikan masalah yang dirasakan P : Optimalkan kemampuan pasien sesuai
dalam merawat klien jadwal dengan melatih kemampuan SP
6. Jelaskan pengertian, tanda gejala, dan 1 halusinasi dan berikan pujian
proses terjadinya halusinasi dengan
menggunakan leflet
7. Menjelaskan 6 benar dalam
memberikan obat
8. Melatih cara memberikan / membimbing
minum obat
9. Menganjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberi pujian
10. Melakukan kontrak topic (melatih klien
mengontrol halusinasi pendengaran
dengan cara menghardik ), waktu dan
tempat untuk pertemuan selanjutnya .

7 Jumat/26 Mei Strategi pelaksanaan 2 Pasien: S : Klien mengatakan sudah bisa melakukan
2017 Melatih klien mengontrol halusinasi cara menghardik untuk mengontrol
13.30 WIB pendengaran dengan cara menghardik suara-suara palsu
1. Melakukan salam terapeutik. O : Klien tampak bisa melakukannya setelah
2. Mengevaluasi kembali 6 cara minum diarahkan
obat dengan benar A : Masalah teratasi
3. Memberikan pujian P : Optimalkan kemapuan SP 2 halusinasi
4. Menjelaskan tujuan pertemuan
5. Melakukan kontrak topik, waktu dan
tempat dengan klien
6. Menjelaskan dan mempraktekan cara
mengontrol halusinasi pendengaran
dengan cara menghardik
7. Menyuruh klien mempraktekan cara
mengontrol halusinasi pendengaran
dengan cara menghardik dan
memberikan pujian
8. Melakukan evaluasi terhadap latihan
kegiatan menghardik yang diajarkan
pada klien
9. Melakukan rencanatindak lanjut
10. Melakukan kontrak topik (mengontrol
halusinasi pendengaran dengan cara
bercakap-cakap saat terjadi halusinasi ),
waktu dan tempat selanjutnya.

Strategi Pelaksanaan 2 Keluarga: S: Keluarga mengatakan sudah mengerti


1. Melakukan salam terapeutik. tentang sp 2 yaitu melatih klien dengan
2. Mengevaluasi perasaan keluarga cara menghardik
3. Menjelaskan tujuan pertemuan O : Keluarga tampak sudah paham setelah
4. Melakukan kontrak waktu dengan diarahkan
keluarga A : Masalah teratasi
5. Mengevaluasi kegiatan keluarga dalam P : Optimalkan membantu pasien sesuai
merawat/melatih pasien menghardik dan jadwal dengan melatih kemampuan SP
memberikan obat 1 dan 2 halusinasi dan berikan pujian
6. Memberikan pujian
7. Melatih keluarga merawat halusinasi
dengan cara menghardik
8. Menganjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberi pujian
9. Melakukan kontrak topik (melatih klien
mengontrol halusinasi pendengaran
dengan cara bercakap-cakap saat terjadi
halusinasi ), waktu dan tempat untuk
pertemuan selanjutnya .

8 Sabtu/ 27 Mei Strategi Pelaksanaan 3 Pasien: S : klien mengatakan sudah bisa melakukan
2017 mengontrol halusinasi pendengaran dengan kegiatan mengontrol halusinasi dengan
14.00 WIB cara bercakap-cakap saat terjadi halusinasi cara bercakap cakap saat terjadi
1. Melakukan salam terapeutik. halusinasi
2. Mengevaluasi perasaan klien O : Klien tampak bisa melakukannya setelah
3. Mengevaluasi kembali 6 cara minum diarahkan
obat dengan benar dan cara menghardik A : Masalah teratasi
4. Memberikan pujian P : Optimalkan kemapuan SP 3 Halusinasi
5. Menjelaskan tujuan pertemuan pendengaran
6. Melakukan kontrak topik, waktu dan
tempat dengan klien
7. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi
pendengaran dengan cara bercakap-
cakap saat terjadi halusinasi
8. Menyuruh klien mempraktikan cara
bercakap-cakap saat terjadi halusinasi
9. Memberikan pujian
10. Melakukan evaluasi subjektif dan
objektif terhadap latihan kegiatan
(bercakap-cakap saat terjadi halusinasi)
yang diajarkan pada klien
11. Melakukan rencana tindak lanjut
12. Melakukan kontrak topik (yaitu
mengajarkan SP 4 yaitu mengontrol
halusinasi dengan melakukan kegiatan
harian), waktu dan tempat selanjutnya.

Strategi Pelaksanaan 3 Keluarga: S: Keluarga mengatakan sudah mengerti


1. Melakukan salam terapeutik. tentang sp 3 yaitu melatih klien dengan
2. Mengevaluasi perasaan keluarga cara bercakap-cakap saat terjadi
3. Menjelaskan tujuan pertemuan halusinasi
4. Melakukan kontrak waktu dengan O : Keluarga tampak sudah paham setelah
keluarga diarahkan
5. Mengevaluasi kegiatan keluarga dalam A : Masalah teratasi
merawat/melatih pasien menghardik dan P : Optimalkan membantu pasien sesuai
memberikan obat dan bercakap-cakap jadwal dengan melatih kemampuan SP
saat terjadi halusinasi 1,SP 2 dan SP 3 halusinasi dan berikan
6. Memberikan pujian pujian
7. Melatih keluarga merawat halusinasi
bercakap-cakap saat terjadi halusinasi
8. Menganjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberi pujian
9. Melakukan kontrak topik (melatih klien
mengontrol halusinasi pendengaran
dengan cara melakukan kegiatan harian
saat terjadi halusinasi ), waktu dan
tempat untuk pertemuan selanjutnya .
9 Minggu/ 28 Mei Strategi Pelaksanaan 4 Pasien: S : klien mengatakan sudah bisa melakukan
2017 Melatih klien mengontrol halusinasi kegiatan mengontrol halusinasi dengan
11.00 WIB pendengaran dengan cara melakukan cara bercakap cakap saat terjadi
kegiatan harian saat terjadi halusinasi halusinasi
O : Klien tampak bisa melakukannya setelah
1. Melakukan salam terapeutik. diarahkan
2. Mengevaluasi perasaan klien A : Masalah teratasi
3. Mengevaluasi kembali 6 cara minum P : Optimalkan kemapuan SP 3 Halusinasi
obat dengan benar dan cara menghardik pendengaran
dan bercakap-cakap dengan orang lain
saat terjadi halusinasi
4. Memberikan pujian
5. Menjelaskan tujuan pertemuan
6. Melakukan kontrak topic (mengontrol
halusinasi pendengaran dengan cara
melakukan kegiatan harian saat terjadi
halusinasi) , waktu dan tempat dengan
klien
7. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi
pendengaran dengan cara melakukan
kegiatan harian saat terjadi halusinasi
yaitu dengan cara menyapu rumah
8. Menyuruh klien mempraktikan cara
menyapu rumah
9. saat terjadi halusinasi
10. Memberikan pujian
11. Melakukan evaluasi subjektif dan
objektif terhadap latihan kegiatan
(melakukan kegiatan harian saat terjadi
halusinasi) yang diajarkan pada klien
12. Melakukan kontrak topik (yaitu
mengevaluasi kegiatan SP 1,2,3 dan 4
Strategi Pelaksanaan 4 Keluarga: S: Keluarga mengatakan sudah mengerti
1. Melakukan salam terapeutik. tentang sp 4 yaitu melatih klien dengan
2. Mengevaluasi perasaan keluarga cara melakukan kegiatan harian saat
3. Menjelaskan tujuan pertemuan terjadi halusinasi
4. Melakukan kontrak topik, waktu dengan O : Keluarga tampak sudah paham setelah
keluarga diarahkan
10. Mengevaluasi kegiatan keluarga dalam A : Keluarga melakukan kegiatan mandiri
merawat/melatih pasien, menghardik dan tanpa arahan.
memberikan obat dan bercakap-cakap P : Optimalkan membantu pasien sesuai
saat terjadi halusinasi jadwal dengan melatih kemampuan SP
11. Memberikan pujian 1,SP 2, SP 3 dan SP 4 halusinasi dan
13. Melatih keluarga merawat halusinasi berikan pujian
dengan cara melakukan kegiatan harian
yaitu dengan menyapu rumah
12. Menganjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberi pujian
10. Melakukan kontrak topik ( menilai
kemampuan keluarga dalam melatih
klien merawat halusinasi ), waktu dan
tempat untuk pertemuan selanjutnya .

10 Senin/ 29 Mei Defisit Strategi Pelaksanaan 1 Pasien: S: Klien mengatakan sudah mengerti
2017 Perawatan 1. Mengidentifikasi tanda dan gejala defisit sedikit tentang sp 1 cara merawat
10.00 WIB diri perawatan diri kebersihan diri
2. Jelaskan pentingnya kebersihan diri, cara O : Klien tampak masih diarahkan
dan alat kebersihan diri A : Masalah teratasi
3. Melatih cara menjaga kebersihan diri P : Optimalkan membantu pasien sesuai
mandi,cuci rambut,sikat gigi, potong jadwal dengan melatih kemampuan SP
kuku 1
4. Masukan ke jadwal kegiatan untuk
latihan kebersihan diri

Strategi Pelaksanaan 1 Keluarga: S: Keluarga mengatakan sudah mengerti


1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan tentang sp 1 yaitu melatih klien dengan
dalam merawat pasien cara menjaga kebersihan diri
2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, O : Keluarga tampak sudah paham setelah
dan proses terjadinya defisit perawatan diarahkan
diri A : Masalah teratasi
3. Jelaskan cara merawat defisit perawatan P : Optimalkan membantu pasien sesuai
diri jadwal dengan melatih kemampuan SP
4. Melatih dan membimbing keluarga cara 1
merawat kebersihan diri
5. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberikan pujian

11 Selasa/ 30 Mei Strategi pelaksanaan 2 Pasien: S: Klien mengatakan sudah bisa tahu
2017 1. Mengvaluasi kegiatan cara merawat tentang berhias
12.30 WIB kebersihan diri O : Klien tampak sudah paham namun
2. Latihan cara berhias/berdandan masih diarahkan
3. Masukkan ke jadwal kegiatan untuk A : Masalah teratasi
latihan menghardik dan minum obat P : Optimalkan membantu pasien sesuai
jadwal dengan melatih kemampuan SP
2
Strategi Pelaksanaan 2 Keluarga: S: Keluarga mengatakan sudah mengerti
1. Mengevaluasi kegiatan keluarga dalam tentang sp 2 yaitu melatih klien dengan
dalam merawat/ melatih pasien cara cara berhias
merawat kebersihan diri berikan pujian O : Keluarga tampak sudah paham setelah
2. Melatih dan membimbing keluarga cara diarahkan
berdandan A : Masalah teratasi
3. Anjurkan membantu klien sesuai P : Optimalkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberi pujian. jadwal dengan melatih kemampuan SP
2
12 Selasa / 30 Mei Strategi Pelaksanaan 3 Pasien: S: Klien mengatakan sudah mengerti
2017 1. Mengevaluasi kegiatan pertama dan tentang sp 3 dan 4 yaitu melatih klien
16.00 WIB kedua yang telah dilatih dan berikan dengan cara makan dan minum baik dan
pujian BAB/BAK dengan baik
2. Latih cara makan dan minum yang baik O : Klien tampak melkukannya mandiri
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk A : Masalah teratasi
ketiga latihan yang telah diajarkan P : Optimalkan membantu pasien sesuai
jadwal dengan melatih kemampuan SP
1, 2,3 dan 4
13 Rabu/ 31 Mei Strategi Pelaksanaan 3 Keluarga: S: Keluarga mengatakan sudah mengerti
2017 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam tentang sp 3 yaitu melatih klien dengan
10.00 WIB melatih pasien merawat kebersihan diri, cara makan dan minum baik
cara berdandan beri pujian O : Keluarga tampak sudah paham setelah
2. Melatih dan membimbing keluarga cara diarahkan
makan dan minum yang baik A : Masalah teratasi
3. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal P : Optimalkan membantu pasien sesuai
dan memberi pujian. jadwal dengan melatih kemampuan SP
1,SP 2 , SP 3 defisit perawatan diri dan
berikan pujian

14 Rabu/ 31 Mei Strategi Pelaksanaan 4 Pasien: S: Klien mengatakan bisa BAB/BAK secara
2017 1. Mengevaluasi latihan pertama, kedua mandiri
14.00 WIB dan ketiga yang telah dilatih dan berikan O : Klien tampak sudah paham setelah
pujian. diarahkan
2. Latih cara BAB/BAK yang baik A : Masalah teratasi
3. Masukkan jadwal kegiatan untuk P : Optimalkan membantu pasien sesuai
keempat latihan yang telah dilatih jadwal dengan melatih kemampuan SP
1,SP 2 , SP 3 dan SP 4 defisit perawatan
diri dan berikan pujian

Strategi Pelaksanaan 4 Keluarga: S: Keluarga mengatakan sudah mengerti


1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam tentang 4 yaitu melatih klien dengan
membimbing klien melaksanakan cara cara BAB/BAK dengan baik
merawat kebersihan diri yang pertama, O : Keluarga tampak sudah paham setelah
kedua, dan ketiga, beri pujian diarahkan
2. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM tanda A : Masalah teratasi
kambuh, rujukan P : Optimalkan membantu pasien sesuai
3. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal jadwal dengan melatih kemampuan SP
dan memberi pujian 1,SP 2 , SP 3 dan SP 4 defisit perawatan
diri dan berikan pujian.
FORMATPENGKAJIANKEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : Tn.A
Umur : 33 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Jl. Berok Raya no 33, Siteba
Tanggal Pengkajian: 22 Mei 2017
II. KELUHAN SAAT DIKAJI
Saat pengkajian pada Tn.A klien mengeluh sering marah tanpa sebab karena
sudah 2 minggu tidak minum obat karena obatnya belum diambil oleh
keluarga, klien mengatakan sering melamun. Klien juga pada saat marah
pernah sampai melemparkan barang-barang yang ada dirumahnya. Klien
tampak bicara dengan nada yang tinggi dan keras. Klien kadang klien juga
sering mendengar suara-suara yang mengganggunya
III. FAKTOR PREDISPOSISI
Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan bahwa keluarga klien mengatakan
sebelumnya klien pernah pergi merantau pada saat kelas 3 SMA di Tanjung
Balai disana klien ditawari untuk dijodohkan oleh sesorang dengan anaknya
namun klien menolak karena ingin membahagiakan orang tuanya terlebih
dahulu, setelah kejadian itu klien sering melamun dan mulai marah-marah
dan pernah memukul ibunya. Klien pernah dibawa ke RSJ.HB.Sa’anin.
Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit seperti klien. Tidak ada penolakan dalam masyarakat dengan
gangguan jiwa yang dialami klien saat ini. Klien tidak pernah mengalami
penganiyayaan fisik , tidak ada kekerasan dalam rumah tangga dan tidak
pernah mengalami tindakan kriminal.

Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa


Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah
mengalami sakit seperti klien.

3. PEMERIKSAAN FISIK
4. Tanda vital : TD : 100/70 mmHg N :78 x/menit S :370CP : 20x/menit
5. Ukuran : TB : 163 cm BB : 60 Kg
6. Keluhan Fisik : Klien mengatakan sering merasa kaku dan pusing
4. PSIKOSOSIAL

5. Genogram

Keterangan :

: Perempuan : Klien

: Laki-laki : Hubungan keluarga

: Meninggal --------- : Tinggal serumah

Jelaskan :
___________________________________________
Masalah Keperawatan :
___________________________________________
6. Konsep diri
f. Gambaran diri :Klien mengatakan tidak menyukai bagian
kakinya
g. Identitas diri :Klien merupakan anak ke 2, klien mengatakan
dulunya seorang pemain bola.
h. Peran diri :Klien mengatakansekarang hanya bekerja
membantu orang tua dirumah.
i. Ideal diri :Klien mengatakan ingin sembuh dan bisa bermain
bola lagi dan bekerja seperti teman-temannya.
j. Harga diri :Klien mengatakan merasa tidak mampu, merasa
tidak berguna, mudah putus asa dan
kurang percaya diri.

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

7. Hubungan Sosial
d. Orang yang berarti
Klien memiliki orang-orang terdekat dalam kehidupannya sebagai
tempat mengadu, meminta bantuan dan sokongan terutama ibunya.
dan. Partisipan beragama islam partisipan rajin melaksanakan ibadah.
e. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan dimasyarakat. Klien
mengatakan malas ikut dalam kegiatan.

f. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain


Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain .

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah


8. Spiritual
c. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan beragama islam dan semua yang dimiliki adalah
pemberian Tuhan.

d. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan rajin melaksanakan ibadah. Klien rajin shalat dan
puasa.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

5. STATUS MENTAL
14. Penampilan

√Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak seperti


tidak sesuai biasanya
Jelaskan :
...................................................................................................................

15. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis √ Lambat Membisu Tidak mampu memulai
pembicaraan
Jelaskan :
__________________________________________________________ _____
________________________________________________________________
______
Masalah Keperawatan :
________________________________________________

16. Aktivitas Motorik:


√ Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Tik Grimasen TremorKompulsif
Jelaskan :
__________________________________________________________
Masalah Keperawatan :
_____________________________________________

17. Alam perasaaan


Sedih Ketakutan √ Putus asa Khawatir Gembira
berlebihan
Jelaskan
:___________________________________________________________
Masalah Keperawatan :
______________________________________________

18. Afek
Datar Tumpul Labil√ Tidak sesuai
Jelaskan :
__________________________________________________________
Masalah Keperawatan :
_____________________________________________

19. lnteraksi selama wawancara


Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

√ Kontak mata (-) Defensif Curiga


Jelaskan :
__________________________________________________________
Masalah Keperawatan :
_____________________________________________
20. Persepsi

√ Pendengaran Penglihatan Perabaan


Pengecapan Penghidu
Jelaskan : Klien mengatakan sering mendengar suara-suara, suara-suara itu
meminta partisipan untuk tidur, suara itu muncul hampir setiap hari. Klien hanya
diam dan menghindari suara itu.

Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi:halusinasi


21. Proses Pikir

sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi

flight of idea √ blocking pengulangan


pembicaraan/persevarasi
Jelaskan : Klien tampak saat berinteraksi tiba-tiba berhenti saat berbicara dan
kemudian melanjutkan kembali
22. Isi Pikir
Obsesi Fobia √
Hipokondria
Depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis
Jelaskan :
__________________________________________________________
Masalah Keperawatan: Tidak ada
23. Tingkat kesadaran

√ bingung sedasi stupor


Disorientasi
waktu tempat orang
Jelaskan :
............................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
______________________________________________
24. Memori


Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek
gangguan daya ingat saat ini konfabulasi
Jelaskan :
............................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
______________________________________________

25. Tingkat konsentrasi dan berhitung


mudah beralihtidak mampu√ konsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan :
................................................................................................
...................
Masalah Keperawatan :
_____________________________________________

26. Kemampuan penilaian

√ Gangguan ringan gangguan bermakna


Jelaskan :
..........................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
______________________________________________
27. Daya tilik diri


mengingkari penyakit yang dideritamenyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan :
...........................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
______________________________________________

6. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah √ reaksi lambat/berlebih

Teknik relaksasi bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif menghindar


Olahraga mencederai diri

Lainnya _______________ lainnya : __________________


Masalah Keperawatan :
_______________________________________________

7. Masalah Psikososial dan Lingkungan


Klienmengalami masalah yang berhubungan dengan lingkungan. Klien
jarang ikut bergabung dengan teman-temannya di lingkungan sekitar, karena
merasa tidak percaya diri dan merasa tidak mampu.

XII. Pengetahuan Kurang Tentang:


Penyakit jiwa sistem pendukung
Faktor presipitasi √ penyakit fisik
Koping obat-obatan
Lainnya :
______________________________________________________

XIII. Aspek Medik


Diagnosa Medik : Skizofrenia
Terapi Medik : Chlorpromazine100 mg, Haloperidol 2x1, Diazepam 1x1

FORMAT ANALISA DATA


No Data Masalah
1. Ds:
- Klien mengatakan suka
marah-marah karena belum
minum obat
- Klien mengatakan pernah
melukai ibunya Perilaku kekerasan
- Do:
- Klien tampak gelisah
- Emosi klien tampak labil

2 Ds: Gangguan persepsi : Halusinasi


- Klien mengatakan pernah
mendegar suara-suara
- Klien mengatakan suara
terdengar ketika klien sedang
sendiri
DO :
- Klien mengatakan mendengar
suara-suara
- Klien tampak gelisah
- Klien berjalan mondar mandir
- Klien kadang suka melamun

3 DS : Harga Diri Rendah


- Klien mengatakan merasa
tidak mampu,
- Klien mengatakan merasa
tidak berguna,
- Klien mengatakan mudah
putus asa dan kurang percaya
diri.
-
DO:
- Kontak mata klien kurang
- Klien tampak sering melamun

FORMAT DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tanggal Tanggal Paraf


Keperawatan Muncul Teratasi
1. Perilaku Kekerasan 22 Mei 2017 25 Mei 2017
2. Gangguan persepsi: 22 Mei 2017 28 Mei 2017
Halusinasi
3 Harga Diri Rendah 22 Mei 2017 31 Mei 2017
C. FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa Intervensi Keperawatan
O Keperawa Tujuan Kriteria Intervensi
tan Hasil
1 Perilaku Pasien mampu : Setelah 2- Strategi pelaksanaan 1 pasien
6. Membina 6x 5. Membina hubungan saling
Kekerasa
hubungan pertemua percaya.
n saling n: 6. Mengidentifikasi
percaya Klien penyebab,tanda &gejala
7. Mengidentif mampu perilaku kekerasan yang
ikasi mengontro dilakukan, akibat perilaku
penyebab l perilaku kekerasan
marah kekerasan 7. Latihan mengontrol perilaku
8. Menjelaskan dengan kekerasan dengan minum
perasaan cara: obat(6
saat 5. Latihan benar,jenis,fungsi,dosis,freku
terjadinya minum ensi,cara)
marah obat 8. Memasukkan kedalam jadwal
9. Menjelaskan yang harian.
perilaku saat benar
marah dan Strategi Pelaksanaan 2 pasien
10. Menyeb baik 7. Mengevaluasi tanda dan
utkan cara 6. Latihan gejala PK
mengontrol tarik 8. Mengevaluasi latihan minum
marah. napas obat
dalam 9. Melatih cara mengontrol
dan marah dengan latihan fisik 1
pukul dan 2
bantal 10. Memasukkan pada jadwal
7. Latihan kegiatan
dengan
cara 11. Strategi Pelaksanaan 3 pasien
verbal 6. Evaluasi latihan mengontrol
8. Latihan marah 1 dan 2
dengan 7. Melatih cara mengontrol
cara marah dengan cara verbal
spiritual 8. Memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan
.
Strategi Pelaksanaan 4 Pasien
7. Mengevaluasi kegiatan
latihan 1,2, dan 3
8. Memberi pujian
9. Melatih mengonrol marah
dengan spritual
Memasukkan kedalam jadwal
kegiatan harian
Keluarga Setelah Strategi Pelaksanaan 1
mampu: dilakukan Keluarga:
6. Mengidentif 2-6 kali 6. Diskusikan masalah yang
ikasi kunjunga dirasakan dalam merawat
masalah n: pasien.
yang Keluarga 7. Jelaskan pengertian,
diderita mengerti penyebab,tanda &gejala,
klien dan PK yang dilakukan, akibat
7. Mengidentif mampu PK
ikasi menerapka 8. Jelaskan cara merawat PK
penyebab n 9. Latih merawat pk dengan
marah perawatan minum obat (6 benar,
8. Menjelaskan pada klien jenis,fungsi,dosis,frekuensi
perasaan dengan ,cara)
saat masalah 10. Anjurkan membantu klien
terjadinya Perilaku memasukan kedalam jadwal
marah Kekerasan harian.
9. Menjelaskan Strategi Pelaksanaan 2
perilaku saat Keluarga:
marah 4. Mengevaluasi kegiatan
10. Menyebutka keluarga dalam merawat
n cara pasien latihan minum
mengontrol obat. Beri pujian
marah. 5. Melatih keluarga cara
mengontrol marah dengan
latihan fisik 1 dan 2
6. Anjurkan membantu klien
memasukan kedalam
jadwal harian.
Strategi Pelaksanaan 3
Keluarga:
4. Evaluasi kegiatan
keluarga melatih
mengontrol marah dengan
minum obat dan latihan
fisik 1 dan 2
5. Melatih keluarga cara
mengontrol marah dengan
cara verbal
6. Anjurkan membantu klien
memasukan kedalam
jadwal harian.

Strategi Pelaksanaan 4
Keluarga:
6. Mengevaluasi kegiatan
keluarga dalam latihan
1,2, dan 3
7. Memberi pujian
8. Melatih keluarga
mengonrol marah dengan
spritual
9. Anjurkan membantu klien
memasukan kedalam
jadwal harian.
10. Menganjurkan follow up
ke fasilitas pelayanan
kesehatan secara teratur

2 Ganggua Pasien Setelah 2- Strategi Pelaksanaan 1 Pasien:


n persepsi mampu: 4x 5. Mengidentifikasi
sensori: Megontrol pertemua halusinasi: isi, frekuensi,
Halusinas halusinasi yang n: waktu terjadi, situasi
i dialami dan Klien pencetus, perasaan,
Pendenga melaksanakan mampu respon
ran cara mengontro 6. Jelaskan cara mengontrol
mengontrol l halusinasi:hardik, obat,
halusinasi halusinasi berckap cakap,
melalui strategi denga cara melakukan kegiatan
pelaksanaan 5. Latih 7. Latih cara mengontrol
tindakan an halusinasi dengan minum
keperawatan meng obat (6
sehingga hardi benar,jenis,fungsi,dosis,fr
halusinasi k ekuensi,cara)
pasien bisa 6. Latih 8. Masukan ke jadwal
berkurang atau an kegiatan untuk latihan
hilang. minu minum obat
m
obat Strategi pelaksanaan 2 Pasien:
yag 4. Evaluasi kegiatan
benar menghardik dan berikan
dan pujian.
baik 5. Lati mengontrol
7. Latih halusinasi dengan cara
an menghardik
berca 6. Masukkan ke jadwal
kap kegiatan untuk latihan
cakap menghardik dan minum
denga obat
n Strategi Pelaksanaan 3 Pasien:
orang 4. Evaluasi kegiatan
lain pertama dan kedua yang
8. Latih telah dilatih dan berikan
an pujian
berca 5. Latih cara mengontrol
kap halusinasi dengan
cakap bercakap cakap saat
sambi terjadi halusinasi
l 6. Masukkan pada jadwal
berakt kegiatan untuk ketiga
ivitas latihan yang telah
diajarkan

Strategi Pelaksanaan 4 Pasien:


4. Evaluasi latihan pertama,
kedua dan ketiga yang
telah dilatih dan berikan
pujian.
5. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
melakukan kegiatan
harian
6. Masukkan jadwal
kegiatan untuk keempat
latihan yang telah dilatih
Keluarga Setelah Strategi Pelaksanaan 1
mampu: dilakukan Keluarga:
Mengidentifika 2-4kali 6. Diskusikan masalah yang
si masalah yang kunjunga dirasakan dalam merawat
diderita klien n: pasien
dan Membantu Keluarga 7. Jelaskan pengertian,
klien untuk mengerti tanda dan gejala, dan
mengontrol dan proses terjadinya
halusinasi mampu halusinasi (gunakan
menerapka booklet)
n 8. Jelaskan cara merawat
perawatan halusinasi
pada klien 9. Latih cara merawat
dengan halusinasi: cara minum
masalah obat
halusinasi 10. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
Strategi Pelaksanaan 2
Keluarga:
5. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam dalam
merawat/ melatih pasien
minum obat, berikan
pujian
6. Jelaskan cara menghardik
7. Latih cara memberi dan
membimbing minum
obat
8. Anjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
memberi pujian.
Strategi Pelaksanaan 3
Keluarga:
5. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam melatih
pasien memberikan obat,
meghardik, beri pujian
6. Jelaskan cara bercakap
cakap dan melakukan
kegiatan untuk
mengontrol halusinasi
7. Latih dan sediakan waktu
untuk bercakap cakap
dengan pasien terutama
saat halusinasi
8. Anjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
memberi pujian.

Strategi Pelaksanaan 4
Keluarga:
4. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
membimbing klien
melaksanakan cara
mengontrol hal;usinasi
yang pertama, kedua, dan
ketiga, beri pujian
5. Jelaskan follow up ke
RSJ/PKM tanda kambuh,
rujukan
6. Anjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
memberi pujian
3 Harga Pasien Setelah 2- Strategi Pelaksanaan 1 Pasien
Diri mampu: 4x 1. Identifikasikan
Rendah Meningkatkan pertemua kemampuan melakukan
kepercayaan n: kegiatan dan aspek
diri yang Klien positif pasien (buat
dimiliki klien mampu daftar kegiatan)
dan melatih meningkat 2. Bantu pasien menilai
kemampuan kan kegiatan yang dapat
yang dimiliki kepercaya dilakukan saat ini (pilih
klien melalui n diri yang dari daftar kegiatan):
strategi dimiliki buat daftar kegiatan yang
pelaksanaan klien dapat dilakukan saat ini.
tindakan dengan 3. Bantu pasien memilih
keperawatan cara: salah satu kegiatan yang
sehingga klien 9. Mengka dapat dilakukan saat ini
tidak lagi ji untuk dilatih
merasa putus kemam 4. Latih kegiatan yang
asa dan merasa puan dipilih (alat dan cara
lebih berarti. yang melakukanya0
dimiliki 5. Masukan pada jadwal
klien kegiatan untuk latihan
serta dua kali per hari.
melatih
kegiata Strategi Pelaksanaan 2 Pasien
n yang 1. Evaluasi kegiatan
pertama pertama yang dilatih dan
. berikan pujian.
10. Latihan 2. Bantu klien memilih
kegiata kegiatan yang kedua
n kedua untuk dilatih
yang 3. Latih kegiatan yang
telah kedua (alat dan cara)
disepak 4. Masukan pada jadwal
ati kegiatan untuk latihan :
dengan dua kegiatan masing-
klien. masing dua kali per hari.
11. Latihan
kegiata Strategi Pelaksanaan 3 Pasien
n ketiga 1. Evaluasi kegiatan pertama
yang dan kedua yang telah dilatih
telah dan berikan pujian
disepak 2. Bantu klien memilih
ati kegiatan yang ketiga untuk
dengan dilatih
klien. 3. Latih kegiatan ketiga ( alat-
12. Latihan cara)
kegiata 4. Masukan pada jadwal
n ke- kegiatan untuk latihan: tiga
empat kegiatan, masing-masing dua
yang kali perhari.
telah
disepak Strategi Pelaksanaan 4 Pasien
ati 1. Evaluasi kegiatan
dengan pertama, kedua dan
klien. ketiga yang telah dilatih
dan berikan pujian.
2. Bantu klien memilih
kegiatan keempat yang
akan dilatih.
3. Latih kegiatan keempat (
alat dan cara)
4. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan:
empat kegiatan masing-
masing dua kali per hari

Keluarga Setelah SP 1 Keluarga:


mampu: dilakukan 11. Diskusikan masalah yang
Mengidentifika 2-4kali dirasakan dalam merawat
si masalah yang kunjunga pasien
diderita klien n: 12. Jelaskan pengertian,
dan Membantu Keluarga tanda dan gejala, dan
klien untuk mengerti proses terjadinya Harga
meningkatkan dan Diri Rendah (gunakan
kepercayaan mampu booklet)
diri klien menerapka 13. Diskusikan kemampuan
n atau aspek positif klien
perawatan yang pernah dimiliki
pada klien sebelum dan setelah
dengan sakit.
masalah 14. Jelaskan cara merawat
Harga Diri Harga Diri Rendah
Rendah. terutama memberikan
pujian semua hal yang
positif pada klien.
15. Latih keluarga
memberikan tanggung
jawab kegiatan pertama
yang dipilih klien:
bimbing dan berikan
pujian.
16. Anjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
memberikan pujian.

SP 2 Keluarga:
9. Evalusi kegiatan keluarga
dalam membimbing klien
melaksanakan kegiatan
pertama yang dipilih dan
dilatih klien, beri pujian
10. Bersama keluarga
melatih klien dalam
melakukan kegiatan
kedua yang dipilih klien.
11. Anjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
memberi pujian.

SP 3 Keluarga:
9. Evalusi kegiatan keluarga
dalam membimbing klien
melaksanakan kegiatan
pertama dan kedua yang
telah dipilih dan dilatih,
beri pujian
10. Bersama keluarga
melatih klien dalam
melakukan kegiatan
ketiga yang dipilih.
11. Anjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
memberi pujian.

SP 4 Keluarga:
7. Evalusi kegiatan keluarga
dalam membimbing klien
melaksanakan kegiatan
pertama, kedua, dan
ketiga yang telah dipilih
dan dilatih, beri pujian
8. Bersama keluarga
melatih klien dalam
melakukan kegiatan
keempat yang dipilih.
9. Jelaskan follow up ke
RSJ/PKM tanda kambuh,
rujukan
Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal dan memberi pujian.
D. FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

NO Hari/ Tanggal Diagnosa Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf


Keperawatan Perawat
1 Senin/ 22 Mei Perilaku Strategi pelaksanaan 1 pasien : S:
2017 Kekerasan 5. Membina hubungan saling percaya. - Klien mengatakan nama klien
15.00 WIB 6. Mengidentifikasi penyebab,tanda Tn.F
&gejala perilaku kekerasan yang - Klien mengatakan bersedia untuk
dilakukan, akibat perilaku kekerasan dikunjungi selama 10 hari
7. Latihan mengontrol perilaku kekerasan dirumahnya
dengan minum obat(6 O:
benar,jenis,fungsi,dosis,frekuensi,cara) - Klien tampak menerima perawat
8. Memasukkan kedalam jadwal harian. - Klien mulai tampak kooperatif
- Klien tampak sudah mulai bisa
mengulangi yang dijelaskan
A: Hubungan saling percaya
P : Strategi pelaksanaan 1 pasien
2 Selasa/ 23 Mei Strategi pelaksanaan 1 pasien : S:
2017 5. Membina hubungan saling percaya. - Klien mengatakan mengetahui
10.00 WIB 6. Mengidentifikasi penyebab,tanda cara mengontrol marah dengan
&gejala perilaku kekerasan yang minum obat
dilakukan, akibat perilaku kekerasan - Klien mengatakan merasa kaku
7. Latihan mengontrol perilaku setelah minum obat
kekerasan dengan minum obat (6 O:
benar,jenis,fungsi,dosis,frekuensi,car - Klien tampak mengerti dengan
a) prinsip obat dan cara minum obat
8. Memasukkan kedalam jadwal harian. - Klien dapat mengulanginya lagi
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 2 pasien
Strategi Pelaksanaan 1 Keluarga: S:
6. Mendiskusikan masalah yang - Keluarga mengatakan mengerti
dirasakan dalam merawat pasien. tentang penyakit yang dialami
7. Menjelaskan pengertian, klien
penyebab,tanda &gejala, PK yang - Keluarga mengatakan mengerti
dilakukan, akibat PK tentang pengertian, penyebab dan
8. Jelaskan cara merawat PK tanda gejala pk
9. Melatih merawat pk dengan minum O:
obat (6 benar, - Keluarga tampak antusias saat
jenis,fungsi,dosis,frekuensi ,cara) berinteraksi
10. Anjurkan membantu klien - Keluarga mampu mengajarkan
memasukan kedalam jadwal harian. cara minum obat yang benar
kepada klien
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 2 keluarga

3 Selasa/ 23 Mei Strategi Pelaksanaan 2 pasien S: Klien mengatakan paham dnegan latihan
2017 5. Mengevaluasi tanda dan gejala PK mengontrol marah dengan latihan fisik
6. Mengevaluasi latihan minum obat O: Klien tampak mempraktekkannya
17.00 WIB 7. Melatih cara mengontrol marah dengan A: Masalah Teratasi
latihan fisik 1 dan 2 P: Strategi pelaksanaan 3
8. Memasukkan pada jadwal kegiatan

Strategi Pelaksanaan 2 Keluarga: S:


4. Mengevaluasi kegiatan keluarga dalam - Keluarga mengatakan mengerti
merawat pasien latihan minum obat. Beri tentang penyakit yang dialami
pujian klien
5. Melatih keluarga cara mengontrol marah - Keluarga mengatakan mengerti
dengan latihan fisik 1 dan 2 tentang pengertian, penyebab dan
6. Anjurkan membantu klien memasukan tanda gejala pk
kedalam jadwal harian. O:
- Keluarga tampak antusias saat
berinteraksi
- Keluarga mampu mengajarkan
cara latihan fisik 1 dan 2 yang
benar kepada klien
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 3 keluarga
4 Rabu/ 24 Mei 12. Strategi Pelaksanaan 3 pasien S: Klien mengatakan bisa mengontrol marah
2017 1. Mengevaluasi latihan mengontrol marah
dengan cara verbal
10.00 WIB 1 dan 2
2. Melatih cara mengontrol marah dengan O: Klien tampak tenang
cara verbal
Klien bisa mempraktekkannya
3. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 4

Strategi Pelaksanaan 3 Keluarga: S:


1. Mengevaluasi kegiatan keluarga - Keluarga paham tentang cara
melatih mengontrol marah mengontrol marah dengan cara
dengan minum obat dan latihan verbal
fisik 1 dan 2 O: Keluarga tampak membimbing klien
2. Melatih keluarga cara mengontrol Keluarga mampu mengajarkan cara
marah dengan cara verbal verbal kepada klien
7. Anjurkan membantu klien A: Masalah teratasi
memasukan kedalam jadwal harian. P : Strategi pelaksanaan 4 keluarga

5 Rabu/ 24 Mei Strategi Pelaksanaan 4 Pasien S:


2017 1. Mengevaluasi kegiatan latihan 1,2, dan - Klien mengatakan rajin shalat
3 dan Memberi pujian dan beribadah
14.00 WIB 2. Melatih mengontrol marah dengan - Klien mengatakan bisa
spritual mengontrol marah dengan
3. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan spiritual
harian O:
- Klien tampak tenang
A: Masalah teratasi
P: Optimalkan SP 1, SP 2, SP 3 dan SP 4dan
masukan dalam jadwal harian
Strategi Pelaksanaan 4 Keluarga: S:
5. Mengevaluasi kegiatan keluarga dalam - Keluarga mengatakan mengerti
latihan 1,2, dan 3 cara mengontrol marah dengan
6. Memberi pujian spiritual
7. Melatih keluarga mengonrol marah O:
dengan spritual - Keluarga tampak antusias saat
8. Anjurkan membantu klien memasukan berinteraksi
kedalam jadwal harian. - Keluarga mampu mengajarkan
9. Menganjurkan follow up ke fasilitas cara spiritual kepada klien
pelayanan kesehatan secara teratur A: Masalah teratasi
P : Bantu optimalkan SP 1, SP 2, SP 3 dan
SP 4 dan masukan dalam jadwal harian
6 Kamis/25 Mei Gangguan Strategi Pelaksanaan 1 Pasien: S:
2017 persepsi: 1. Mengidentifikasi halusinasi: isi, - Klien mengatakan masih
14.00 WIB Halusinasi frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, mendengar suara-suara
perasaan, respon - Klien mengatakan ketika suara
2. Menjelaskan cara mengontrol itu datang klien hanya diam saja
halusinasi:hardik, obat, berckap cakap, O:
melakukan kegiatan - Klien tampak sering melamun
3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan - Klien tampak mengerti dengan
minum obat (6 obat-obatnya
benar,jenis,fungsi,dosis,frekuensi,cara) A: Masalah teratasi
4. Masukan ke jadwal kegiatan untuk P: Strategi pelaksanaan 2 pasien
latihan minum obat

Strategi Pelaksanaan 1 Keluarga: S:


1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan - Keluarga mengatakan klien
dalam merawat pasien sering melamun
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan - Keluarga mengatakan mengerti
gejala, dan proses terjadinya halusinasi tentang cara merawat klien
(gunakan booklet) - Keluarga mengerti cara
3. Melatih cara merawat halusinasi mengontrol halusinasi dengan
cara minum obat minum obat
4. Anjurkan membantu pasien sesuai O:
jadwal dan memberikan pujian - Keluarga tampak mengerti
dengan cara mengontrol
halusinasi dengan cara minum
obat
A: Masalah teratasi
P: Strategi pelaksanaan 2 keluarga
7 Jumat/26 Mei Strategi pelaksanaan 2 Pasien: S:
2017 1. Mengevaluasi kegiatan menghardik dan - Klien mengatakan masih
berikan pujian. mendengar suara-suara
11.00 WIB 2. Latih mengontrol halusinasi dengan cara - Klien mengatakan
menghardik mempraktekkan dengan cara
3. Masukkan ke jadwal kegiatan untuk menghardik
latihan menghardik dan minum obat O:
- Klien tampak mengerti dengan
cara menghardik dan
mempraktekkannya
A: Masalah teratasi
P: Strategi pelaksanaan 3 pasien
Strategi Pelaksanaan 2 Keluarga: S:
1. Mengevaluasi kegiatan keluarga dalam - Keluarga mengatakan klien
dalam merawat/ melatih pasien minum sering melamun
obat, berikan pujian - Keluarga mengerti cara
2. Menjelaskan cara menghardik mengontrol halusinasi dengan
3. Latih cara memberi dan membimbing cara menghardik secara mandiri
minum obat O:
4. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal - Keluarga tampak bisa
dan memberi pujian. membimbing klien secara
mandiri
A: Masalah teratasi
P: Strategi pelaksanaan 3 keluarga
8 Sabtu/ 27 Mei Strategi Pelaksanaan 3 Pasien: S:
2017 1. Mengevaluasi kegiatan pertama dan - Klien mengatakan suara-suara
kedua yang telah dilatih dan berikan sudah mulai berkurang
11.00 WIB pujian - Klien mengatakan ketika suara
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan itu datang klien mempraktekkan
bercakap cakap saat terjadi halusinasi cara bercakap-cakap
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk O:
ketiga latihan yang telah diajarkan - Klien tampak bisa
mempraktekkannya
A: Masalah teratasi
P: Strategi pelaksanaan 4 pasien
Strategi Pelaksanaan 3 Keluarga: S:
1. Mengevaluasi kegiatan keluarga dalam - Keluarga mengerti cara merawat
melatih pasien memberikan obat, klien dengan mengontrol
meghardik, beri pujian halusinasi dengan cara bercakap-
2. Menjelaskan cara bercakap cakap dan cakap
melakukan kegiatan untuk mengontrol O:
halusinasi - Keluarga tampak mengerti
3. Latih dan sediakan waktu untuk dengan cara mengontrol
bercakap cakap dengan pasien terutama halusinasi dengan cara bercakap-
saat halusinasi cakap
4. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal A: Masalah teratasi
dan memberi pujian. P: Strategi pelaksanaan 4 keluarga

9 Minggu/ 28 Strategi Pelaksanaan 4 Pasien: S:


Mei 2017 1. Mengevaluasi latihan pertama, kedua - Klien mengatakan suara-sura
13.00 WIB dan ketiga yang telah dilatih dan berikan sudah mulai berkurang
pujian. - Klien mengatakan ketika suara
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan itu datang klien melakukan
melakukan kegiatan harian kegiatan yang bermanfaat
3. Masukkan jadwal kegiatan untuk O:
keempat latihan yang telah dilatih -Klien tampak bisa mengontrol
halusinasi dnegan melakukan
kegiatan harian
A: Masalah teratasi
P: Bimbing klien dalam optimalkan SP
1,SP 2, SP 3 dan SP 4
Strategi Pelaksanaan 4 Keluarga: S:
1. Mengevaluasi kegiatan keluarga dalam - Keluarga mengerti cara merawat
membimbing klien melaksanakan cara klien mengontrol halusinasi
mengontrol hal;usinasi yang pertama, dengan melakukan kegiatan
kedua, dan ketiga, beri pujian harian
2. Menjelaskan follow up ke RSJ/PKM O:
tanda kambuh, rujukan - Keluarga tampak mengerti
3. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dengan cara mengontrol
dan memberi pujian halusinasi dengan cara melatih
kegiatan harian secara mandiri
A: Masalah teratasi
P: Bantyu optimalkan SP 1,SP 2, SP 3 dan
SP 4 klien dalam mengontrol halusinasi
10 Senin/29 Mei Harga Diri SP 1 : Melatih klien meningkatkan S : Klien mengatakan sudah bisa menyapu
2017 Rendah kemampuan melakukan kegiatan pertama O : Klien tampak bias melakukannya setelah
12.00 WIB (Menyapu). diarahkan
10. Melakukan salam terapeutik. A : Masalah teratasi
11. Mengevaluasiperasaan klien P : Optimalkan kemampuan SP 1 HDR
12. Melakukan kontrak waktu dengan klien Lanjutkan SP 2 HDR
13. Menjelaskan dan mempraktekan cara
menyapu
14. Menyuruh klien mempraktekan menyapu
15. Melakukan evaluasi terhadap latihan
menyapu yang diajarkan pada klien
16. Melakukan rencana tindak lanjut
17. Melakukan kontrak waktu selanjutnya.
Strategi pelaksanaan 1 Keluarga: S : Keluarga klien mengatakan klien
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan mengatakan sudah bisa menyapu
dalam merawat klien O : Keluarga tampak membimbing klien
2. Mendiskusikan kemampuan atau aspek melakukannya setelah diarahkan
positif partisipan yang pernah dimiliki A : Masalah teratasi.
sebelum dan setelah sakit. P : Optimalkan kemampuan SP 1 HDR
3. Latih keluarga memberikan tanggung Lanjutkan SP 2 HDR
jawab kegiatan pertama yang dipilih
klienbimbing dan berikan pujian

11 Senin/ 29 Mei SP2 : Melatih klien meningkatkan S:


2017 kemampuan melakukan kegiatan kedua - Klien mengatakan sudah bisa
(mengelap kaca) mengelap kaca
16.00 WIB 1. Mengevaluasi kembali cara menyapu - Klien mengatakan senang
2. Melakukan kontrak waktu dengan klien melakukannya
3. Menjelaskan dan mempraktekan cara
mengelap kaca yang benar O:
4. Menyuruh klien mempraktekan cara - Klien tampak bisa melakukannya
mengelap kaca yang benar setelah diarahkan
5. Melakukan evaluasi terhadap latihan A : Masalah teratasi
kegiatan (mengelap kaca) yang diajarkan P : Lanjutkan SP 3 HDR
pada klien
6. Melakukan rencanatindak lanjut
7. Melakukan kontrak waktu selanjutnya.

Strategi Pelaksanaan 2 Keluarga S : Keluarga mengatakan sudah bisa


1. Mengevaluasi kembali kegiatan kedua mengelap kaca
2. Membimbing keluarga untuk latihan O : Keluarga tampak mengerti dengan
kedua kegiatan yang dilatih
3. Beri pujian dan masukan dalam jadwal A : Masalah teratasi
harian. P : Optimalkan kemampuan SP 2 HDR
Lanjutkan SP 3 HDR

12 Selasa /30 Mei SP3 : Melatih klien meningkatkan S : Klien mengatakan sudah bisa
2017 kemampuan melakukan kegiatan ketiga O : Klien tampak bias melakukannya setelah
11.00 WIB (melipat kain) diarahkan
1. Mengevaluasi kembali cara menyapu, A : Masalah teratasi
mengelap kaca P : Optimalkan kemampuan SP 3 HDR
2. Melakukan kontrak waktu dengan klien Lanjutkan SP 4 HDR
3. Menjelaskan dan mempraktekan cara
melipat kain yang benar
4. Menyuruh klien mempraktekan cara
melipat kain yang benar
5. Melakukan evaluasi terhadap latihan
kegiatan (melipat kain) yang diajarkan
pada klien
6. Melakukan rencanatindak lanjut
7. Melakukan kontrak waktu selanjutnya.

Strategi Pelaksanaan 3 Keluarga S : Keluarga mengatakan klien tidak malas


1. Mengevaluasi kembali kegiatan pertama lagi
dan kedua Keluarga mengatakan klien sering
2. Membimbing keluarga untuk latihan membantu
ketiga O : Keluarga tampak membimbing klien
3. Beri pujian dan masukan dalam jadwal melakukan melipat kain setelah
harian diarahkan
A : Masalah teratasi
P : Optimalkan kemampuan SP 3 HDR
Lanjutkan SP 4 HDR

13 Rabu/ 31 Mei SP4 : Melatih klien meningkatkan S : Klien mengatakan sudah bisa mengelap
2017 kemampuan melakukan kegiatan ketiga meja secara mandiri
16.00 WIB (mengelap meja) O : Klien tampak bisa melakukannya setelah
1. Mengevaluasi kembali cara menyapu, diarahkan
mengelap kaca, melipat kain A : Klien melakukan kegiatan mandiri tanpa
2. Melakukan kontrak waktu dengan klien arahan.
3. Menjelaskan dan mempraktekan cara P : Optimalkan kemampuan SP 1, SP 2, SP
mengelap meja yang benar 3 dan SP 4 HDR
4. Menyuruh klien mempraktekan cara
mengelap meja yang benar
5. Melakukan evaluasi terhadap latihan
kegiatan (mengelap meja) yang diajarkan
pada klien
6. Melakukan rencanatindak lanjut
7. Melakukan kontrak waktu selanjutnya.

Strategi Pelaksanaan 4 Keluarga: S : Keluarga mengatakan klien sudah mulai


1. Mengevaluasi kembali kegiatan keluar rumah untuk berolahraga
pertama, kedua dan ketiga Keluarga mengatakan mampu
2. Membimbing keluarga untuk latihan membimbing klien dalam kegiatan
keempat keempat secara mandiri
3. Beri pujian dan masukan dalam O : Keluarga tampak bisa membimbing klien
jadwal harian melakukannya setelah diarahkan secara
4. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM mandiri
tanda kambuh, rujukan A : Masalah teratasi
P : Optimalkan kemampuan SP 1, SP 2, SP
3 dan SP 4 HDR
Lampiran 10

Dokumentasi

KUNJUNGAN 1

KUNJUNGAN 2

KUNJUNGAN 3

KUNJUNGAN 4
KUNJUNGAN 5

KUNJUNGAN 6

KUNJUNGAN 7

KUNJUNGAN 8
KUNJUNGAN 9

KUNJUNGAN 10

KUNJUNGAN 11

KUNJUNGAN 12
KUNJUNGAN 13

KUNJUNGAN 14
KUNJUNGAN 1

KUNJUNGAN 2

KUNJUNGAN 3

KUNJUNGAN 4
KUNJUNGAN 5

KUNJUNGAN 6

KUNJUNGAN 7

KUNJUNGAN 8

KUNJUNGAN 9
KUNJUNGAN 10

KUNJUNGAN 11

KUNJUNGAN 12
KUNJUNGAN 13

KUNJUNGAN 14

Anda mungkin juga menyukai