VANY ANGGRAINI
NIM : 143110272
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
VANY ANGGRAINI
NIM : 143110272
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan Judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Perilaku Kekerasan
Di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota
Padang Tahun 2017” Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini, sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan penyusunan
penelitian. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Renidayati, S.Kp, M.Kep, Sp. Kep. Jiwa selaku pembimbing I yang telah
mengarahkan membimbing dan memberikan masukan dengan penuh kesabaran
dan perhatian dalam menyusun penelitian ini.
2. Bapak Idrus Salim, SKM, M. Kes selaku pembimbing II yang telah
mengarahkan membimbing dan memberikan masukan dengan penuh kesabaran
dan perhatian dalam menyusun penelitian ini
3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang
4. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M. Kep selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang
5. Bapak Drg. Darius, selaku pimpinan Puskesmas Nanggalo Kota Padang beserta
staf yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian
6. Bapak Ibu dosen serta staf Prodi Keperawatan Padang yang telah memberikan
pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan
7. Teristimewa kepada orang tua dan saudara tercinta yang telah memberikan
semangat dan dukungan serta restu yang tak dapat ternilai dengan apapun
8. Rekan- rekan seperjuangan mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI Padang Program Studi D-III Keperawatan Padang, serta semua
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis menyelesaikan Proposal ini.
Akhir kata, peneliti berharap karya tulis ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi
peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan
semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah
SWT. Semoga nantinya dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
keperawatan. Amin.
Peneliti
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017
Vany Anggraini
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Perilaku Kekerasan di Kelurahan
Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun
2017
Isi: xiii + 76 halaman +1 gambar + 2 bagan+ 2 tabel+10 lampiran
ABSTRAK
Hasil laporan yang didapatkan di Puskesmas Nanggalo pada tahun 2016 jumlah
kunjungan pasien jiwa berdasarkan wilayah kerja totalnya yaitu 525 orang,
diantaranya terdiri dari 251 orang pada Kelurahan Surau Gadang, 187 orang di
Kurao Pagang, 9 orang di Gurun Laweh dan 78 orang yang di luar Wilayah
(Puskesmas Nanggalo, 2016). Hasil laporan jumlah pasien skizofrenia yang
tertinggi ada di kelurahan Surau Gadang adalah 63 orang. Hasil survey yang
ditemukan klien dan keluarga datang ke Puskesmas Nanggalo untuk mengambil
obat saja ke Puskesmas dan keluarga tidak dilatih untuk penerapan strategi
pelaksanaan. Tujuan penelitian ini untuk menerapkan asuhan keperawatan pada
klien perilaku kekerasan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Kota Padang Tahun 2017.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang berbentuk studi kasus,
populasi seluruh klien skizofrenia sebanyak 63 dan sampelnya sebanyak 15 nama
yang diambil untuk 2 partisipan sesuai kriteria yang ditentukan adalah Tn.F dan
Tn.A. Waktu penelitian yang dilakukan mulai dari bulan Januari sampai bulan
Juni 2017. Waktu pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan tanggal 22 Mei
2017 sampai 31 Mei 2017.
Hasil penelitian yang didapatkan pada klien dengan perilaku kekerasan klien
sering mengeluh marah tanpa sebab, klien melukai diri sendiri dan orang lain dan
klien tampak mondar mandir. Diagnosa keperawatan perilaku kekerasan,
halusinasi, harga diri rendah dan defisit perawatan diri telah dilakukan
implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan dalam
penerapan strategi pelaksanaan. Evaluasi keperawatan yang didapatkan keduanya
telah mampu secara mandiri menerapkan strategi pelaksanaan yang telah
diajarkan sebelumnya.
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
LEMBAR ORISINALITAS ............................................................................ v
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Lampiran 1. Ganchart
Agama : Islam
Ibu : Maiyarni
Riwayat Pendidikan
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental sejahtera yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian utuh dari
kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan
manusia. Kesehatan jiwa mempunyai rentang sehat – sakit jiwa yaitu sehat
jiwa, masalah psikososial dan gangguan jiwa ( Keliat et al., 2016).
Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO) terdapat sekitar 450
juta orang di dunia mengalami gangguan jiwa. WHO menyatakan setidaknya
ada satu dari empat orang didunia mengalami masalah mental, dan masalah
gangguan kesehatan jiwa yang ada di seluruh dunia sudah menjadi masalah
yang sangat serius (Yosep, 2013).
Secara umum klasifikasi gangguan jiwa menurut hasil Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) gangguan jiwa berat atau
kelompok psikotik dan (2) gangguan jiwa ringan meliputi semua gangguan
mental emosional yang berupa kecemasan, gangguan alam perasaan dan
sebagainya. Sedangkan yang termasuk gangguan jiwa berat salah satunya
yaitu skizofrenia (Yusuf, dkk, 2015).
Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang ditandai adanya
penyimpangan dasar dan adanya perbedaan dari pikiran, disertai dengan
adanya ekspresi emosi yang tidak wajar (Sulistyono, dkk, 2013).Menurut
Videbeck (2008) klien dengan skizofrenia memiliki karakteristik gejala
positif yaitu meliputi adanya waham, halusinasi, disorganisasi pikiran, bicara
dan perilaku yang tidak teratur yaitu berupa perilaku kekerasan. Berdasarkan
gejala positif tersebut yang menyita perhatian cukup besar pada masalah
keperawatan jiwa adalah masalah perilaku kekerasan.
Perilaku kekerasan ini dapat berupa muka masam, bicara kasar, menuntut dan
perilaku yang kasar disertai kekerasan (Saragih,dkk, 2014). Menurut
Kusumawati (2010), perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik
pada diri sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah
yang tak terkontrol (Direja, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Keliat tahun 2003 tentang pentingnya edukasi
pada klien dengan menggunakan standar asuhan keperawatan (SAK) cara
mengontrol marah baik secara : 1. Fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal,
memukul bantal atau kasur, 2. Secara verbal : katakan secara verbal jika
sedang marah atau kesal, 3. Secara sosial : latihan manajemen perilaku, 4.
Secara spiritual (Putri, 2010). Selain itu, dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasaan dapat dilakukan dengan
berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial atau
aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan kesadaran
klien (Afnuhazi, 2015).
Menurut Keliat dan Akemat 2004 terapi Aktivitas Kelompok juga merupakan
salah satu bentuk terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan seperti pada pasien
perilaku kekerasan (Wibowo, dkk, 2013). Salah satu terapi aktivitas
kelompok yang dapat digunakan untuk mengatasi perilaku kekerasan adalah
stimulasi persepsi dalam upaya memotivasi dan mengurangi perilaku
maladaptif (Wibowo, dkk, 2013).
Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun
2015 bahwa puskesmas Nanggalo berada pada posisi kedua dari 22
puskesmas dengan jumlah didapatkan klien dengan gangguan psikotik dan
skizofrenia sebanyak 569 orang (DKK, 2015). Hasil laporan yang didapatkan
di Puskesmas Nanggalo pada tahun 2016 jumlah kunjungan pasien jiwa
berdasarkan wilayah kerja totalnya yaitu 525 orang, diantaranya terdiri dari
251 orang pada Kelurahan Surau Gadang, 187 orang di Kelurahan Kurao
Pagang, 9 orang di Kelurahan Gurun Laweh dan 78 orang yang di luar
Wilayah. Sedangkan kunjungan pasien jiwa berdasarkan kasus tahun 2016
yang tertinggi yaitu psikotik dengan jumlah 472 orang (Puskesmas Nanggalo,
2016).
Berdasarkan data diatas dan survey awal yang dilakukan peneliti pada saat
praktek lapangan keperawatan jiwa-komunitas di Puskesmas Nanggalo pada
bulan Oktober 2016 didapatkan hasil wawancara dengan klien dan keluarga
perilaku kekerasan mengatakan klien sering marah-marah tanpa sebab,
kadang klien kalau sedang marah memukul benda-benda yang ada
disekitarnya, dan kemudian ia merasa lega dan puas setelah melakukan itu.
Klien dan keluarga rutin kontrol ke puskesmas untuk mengambil obat.
Upaya yang telah dilakukan klien untuk mengontrol marahnya hanya dengan
menarik napas dalam dan pukul bantal. Keluarga klien masih kurang paham
tentang cara mengontrol marah pada pasien.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana mendeskripsikan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Perilaku Kekerasan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang tahun 2017?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada klien dengan Perilaku
Kekerasan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang tahun 2017.
2. Tujuan khusus
a. Mampu mendeskripsikan konsep dasar asuhan keperawatan pada klien
dengan perilaku kekerasan.
b. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada klien dengan kasus
perilaku kekerasan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang.
c. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada klien
dengan perilaku kekerasan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang.
d. Mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan pada klien dengan
perilaku kekerasan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang.
e. Mampu mendeskripsikan implementasi keperawatan pada klien
dengan perilaku kekerasan di Keluraha Surau Gadang Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang.
f. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada klien dengan
perilaku kekerasan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang.
g. Mampu mendeskripsikan pendokumentasian pada klien dengan
perilaku kekerasan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang.
D. Manfaat Penulisan
1. Penulis
Penulisan ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan penulis dalam mendeskripsikan asuhan
keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan di Kelurahan Surau
Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang yang telah
dipelajari.
2. Pemenggang Program Puskesmas Nanggalo
Bagi pemegang Program Keperawatan Jiwa dapat mengembangkan
program kesehatan jiwa yang dapat memfasilitasi penanganan masalah
gangguan kesehatan jiwa pada klien dengan perilaku kekerasan.
3. Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan dapat memberikan gambaran dan wawasan
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam asuhan pada klien
dengan perilaku kekerasan di klinik maupun di komunitas masyarakat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi
terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman.
Marah juga merupakan reaksi atau ungkapan perasaan terhadap keadaan
yang tidak menyenangkan seperti kecewa, tidak puas, tidak tercapai
keinginan sehingga dapat membangkitkan suatu perilaku kekerasan sebagai
suatu cara untuk melawan dan menghukum (Dalami,dkk, 2014).
2) Faktor Psikologis
Psychoanalitytical Theory; Teori ini mendukung bahwa perilaku
agresif merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat
bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting. Pertama,
insting hidup yang diekspresikan dengan seksualitas dan kedua,
insting kematian yang diekspresikan dengan agresivitas.
Frustation-agression theory; teori yang dikembangkan oleh
pengikut freud ini berawal dari asumsi bahwa bila usaha seseorang
untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan, maka akan
timbul dorongan agresif yang pada gilirannya akan memotivasi
perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau objek yang
menyebabkan frustasi. Jadi hampir semua orang yang melakukan
tindakan agresif mempunyai riwayat perilaku agresif.
Pandangan psikologi lainnya mengenai perilaku agresif,
mendukung pentingnya peran dari perkembangan predisposisi atau
pengalaman hidup. Ini menggunakan pendekatan bahwa manusia
mampu memilih mekanisme koping yang sifatnya tidak merusak.
Beberapa contoh pengalaman tersebut :
a) Kerusakan otak organik, retardasi mental, sehingga tidak
mampu untuk menyelesaikan secara efektif.
b) Severe emotional deprivation atau rejeksi yang berlebihan
pada masa kanak-kanak.
c) Terpapar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk
child abuse atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga.
Kemudian perilaku juga termasuk dalam faktor psikologi Perilaku
Reinforcment yang diterima pada saat melakukan kekerasan dan
sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua
aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan
(Keliat, 1996 dalam Muhith, 2015).
b. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan akan mengeluarkan respon marah apabila
dirinya merasa terancam. Ancaman tersebut dapat berupa luka secara
psikis. Ancaman dapat berupa internal dan eksternal. Contoh stressor
eksternal yaitu serangan secara psikis, kehilangan hubungan yang
dianggap bermakna, dan adanya kritikan dari orang lain. Sedangkan
contoh dari stressor internal yaitu merasa gagal dalam bekerja, merasa
kehilangan orang yang dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang
diderita (Muhith, 2015).
Faktor presipitasi dapat bersumber dari pasien, lingkungan atau
interaksi dengan orang lain. Kondisi pasien seperti ini kelemahan fisik
(penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang
kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula
dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah
pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintainya atau pekerjaan dan
kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi yang
proaktif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan (Prabowo,
2014).
Menurut Dalami,dkk tahun 2014 stressor presipitasi yang muncul pada
pasien perilaku kekerasan yaitu :
a. Ancaman terhadap fisik : pemukulan, penyakit fisik
b. Ancaman terhadap konsep diri : frustasi, harga diri rendah
c. Ancaman eksternal : serangan fisik, kehilangan orang atau benda
berarti
d. Ancaman internal : Kegagalan,kehilangan perhatian
3) Hubungan Sosial
Menggambarkan orang yang paling berarti dalam hidup pasien,
dan upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah, kelompok apa
saja yang diikuti dalam masyarakat, peran dalam kelompok,
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
4) Spiritual
Nilai keyakinan, kegiatan ibadah atau menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan.
g. Status Mental
1) Penampilan
Melihat penampilan pasien dari ujung rambut sampai ujung kaki
apakah ada yang tidak rapi, penggunaan pakaian sesuai, cara
berpakaian.
2) Pembicaraan
Biasanya pada klien perilaku kekerasan ketika bicara nada suara
keras, tinggi, menjerit atau berteriak.
3) Aktivitas motorik
Agitasi (gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan),
kompulsif (kegiatan berulang-ulang), grimasem (otot-otot wajah
yang berubah-ubah dan tidak terkontrol). Seperti menggepalkan
tangan, merusak barang atau benda, rahang mengatup.
4) Afek dan Emosi
a) Afek
Biasanya klien labil, emosi cepat berubah-rubah dan tidak
sesuai, emosi bertentangan dan berlawanan dengan stimulus
a) Emosi
Biasanya klien memiliki emosi yang tidak adekuat, tidak aman
dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, bermusuhan,
mengamuk serta menuntut.
5) Interaksi selama wawancara
a) Kooperatif, berespon dengan baik terhadap pewawancara
b) Tidak kooperatif, tidak dapat menjawab pertanyaan dengan
spontan
c) Mudah tersinggung
d) Bermusuhan
e) Kontak kurang, tidak menantap lawan bicara
f) Curiga
6) Persepsi sensori
Persepsi ini meliputi persepsi mengenai pendengaran, penglihatan,
pengecapan, penghidu.
7) Proses pikir
a) Sirkumtansial, pembicaraan yang berbelit tapi sampai pada
tujuan.
b) Tangensial, pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai
pada tujuan.
c) Kehilangan asosiasi, pembicaraan tidak ada hubungan antara
satu kalimat dengan kalimat yang lain.
8) Isi pikir
Biasanya klien memiliki ambang isi fikir yang wajar, dimana ia
selalu menanyakan kapan ia akan pulang dan mengharapkan
pertemuan dengan keluarga dekatnya.
9) Tingkat kesadaran
Biasanya klien tampak bingung dan kacau (perilaku yang tidak
mengarah pada tujuan).
10) Memori
a) Gangguan mengingat jangka panjang, tidak dapat mengingat
kejadian.
b) Gangguan mengingat jangka pendek, tidak dapat mengingat
dalam minggu terakhir.
11) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Menilai tingkat konsentrasi klien apakah mudah beralih atau tidak
mampu berkonsentrasi.
g) Pemeliharaan kesehatan
Biasanya tentang perawatan lanjut yang dilakukan klien.
h) Aktivitas di dalam rumah
Observasi kemampuan pasien dalam mengolah dan
menyajikan makanan, merapikan rumah, mengatur kebutuhan
biaya sehari-hari.
i) Aktivitas di luar rumah
Biasanya menggambarkan kemampuan pasien dalam belanja
untuk keperluan sehari-hari.
h. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga
dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping
yang konstruktif dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme
koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego
seperti displacement, sublimasi, proyeksi, represi, dan resaksi formasi.
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Perlu dikaji tentang masalah dengan dukungan kelompok, maslah
berhubungan dengan lingkungan dan masalah pendidikan, pekerjaan,
perumahan ekonomi, pelayanan kesehatan.
j. Pengetahuan
Biasanya pasien mempunyai masalah yang berkaitan dengan
pengetahuan yang kurang tentang penyakit atau gangguan jiwa.
k. Aspek medis
Pada klien perilaku kekerasan biasanya mendapatkan obat untuk klien
skizofrenia seperti haloperidol, clorpromazine dan anti kolinergik.
2. Psikodinamika Gangguan Jiwa dengan Perilaku Kekerasan
Faktor Faktor
Predisposisi Presipitasi
1. Genetik
2. Gangguan Timbulnya
otak
Stress
Ansietas
Marah
Marah
berkepanjangan
Pengembangan kemarahan
Bermusuhan
3. Pohon Masalah
Perilaku Kekerasan
Core problem
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan diterapkan sesuai dengan data yang didapat,
walaupun saat ini tidak melakukan perilaku kekerasan tetapi pernah
melakukan atau mempunyai riwayat perilaku kekerasan dan belum
mempunyai kemampuan mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan
tersebut.
Masalah keperawatan yang mungkin muncul untuk masalah perilaku
kekerasan adalah :
a. Resiko perilaku kekerasan
b. Perilaku kekerasan
c. Harga diri rendah
5. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
Perilaku Outcome tambahan Manajemen Perilaku
untuk mengukur batasan 1. Berikan pasien
Kekerasan
karakteristik : tanggung jawab
1. Kepercayaan diri terhadap
2. Harga diri perilakunya
3. Afek sesuai 2. Komunikasi
situasi harapan bahwa
4. Pengendalian pasien dapat tetap
rangsangan mengontrol
5. Perasaan mampu 3. Konsultasikan
memperdayakan dengan keluarga
diri dalam rangka
6. Mengenali mendapatkan
adanya informasi
hubungan mengenai kondisi
bersifat kognisi dasar
kekerasan pasien
7. Kesadaran 4. Tahan diri dari
terhadap adanya mendebat atau
hubungan yang melakukan tawar-
bersifat menawar untuk
kekerasan menetapkan
8. Interaksi sosial batasan perilaku
positif 5. Batasi rutinitas
9. Hubungan 6. Hindari interupsi
interpersonal 7. Tingkatkan
positif aktivitas fisik,
10. Usaha bunuh dengan cara yang
diri tidak ada tepat
11. Perilaku 8. Gunakan suara
mencederai diri bicara yang
tidak ada lembut dan
rendah
9. Jangan
memojokan
pasien
10. Alihkan arah
perhatian dari
sumber yang
menyebabkan
agitasi
11. Hindari proyeksi
dari gambaran
yang mengancam
12. Turunkan
motivasi perilaku
agresif
13. Berikan
penghargaan
apabila pasien
dapat mengontrol
diri
14. Berikan obat
sesuai kebutuhan
15. Lakukan
penegkangan
pada tangan/kaki
sesuai dengan
kebutuhan.
2. Ketidakefektifan NOC : NIC :
koping individu Kontrol diri terhadap 1) peningkatan
depresi koping
1) Selalu a. bantu pasien dalam
mempertahankan mengidentifikasi
kebersihan diri tujuan jangka pendek
Pengetahuan; dan jangka panjang
menajemen stress yang tepat
1) Pengetahuan yang b. bantu pasien dalam
maksimal akan memeriksa sumber-
faktor penyebab sumber yang tersedia
stress untuk memenuhi
2) Pengetahuan yang tujuan-tujuannya
maksimal akan c. bantu pasien untuk
faktor yang menyelesaikan
meningkatkan masalah dengan cara
stress yang konstrukstif
3) Mengetahui teknik d. gunakan pendekatan
pengurangan stress yang tenang dan
yang efektif memberikan jaminan
4) Mengetahui teknik e. berikan suasana
relaksasi yang penerimaan
efektif f. bantu pasien untuk
Kesadaran diri mengidentifikasi
1) Mampu informasi yang dia
membedakan diri paling tertarik untuk
dengan orang lain dapatkan
2) Mampu g. dukung sikap
membedakan diri (pasien) terkait
dengan lingkungan dengan harapan yang
3) Mengakui realistis sebagai
kemampuan mental upaya untuk
pribadi mengatasi perasaan
4) mengenali ketidak berdayaan
keterbatasan h. evaluasi kemampuan
mental secara pasien dalam
pribadi membuat keputusan
i. cari jalan untuk
memahami
perspektif pasien
terhadap situasi yang
penuh stress
j. dukung aktivitas-
aktivitas sosial dan
komunitas (agar bisa
dilakukan
k. tumbuhkan cara
penyaluran
kemarahan yang
konstruktif
2) Manajemen
perilaku
a. Komunikasi harapan
bahwa pasien dapat
tetap mengontrol
perilakunya
b. Atur batasan
bersama pasien
c. Tahan diri dari
mendebat atau
melakukan tawar
menawar pada pasien
untuk menetapkan
batasan (prilaku)
d. Tingkatkan aktivitas
fisik dengan cara
yang tepat
e. Gunakan suara
bicara yang lembut
dan lemah
f. Acuhkan prilaku
yang tidak tepat
g. Berikan penghargaan
apabila pasien dapat
mengontrol diri
Sumber: Diagnosis Keperawatan NANDA,NIC-NOC 2016
Intervensi keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah atau mengontrol
perilaku kekerasannya
6) Pasien dapat mencegah atau mengontrol perilaku kekerasannya
secara fisik, spiritual, sosial dan dengan terapi psikofarmaka
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan
agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan
saudara. Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina
hubungan saling percaya adalah :
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini
dan yang lalu
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku
kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku pasien yang biasa dilakukan
pada saat marah secara :
a) Verbal
b) Terhadap orang lain
c) Terhadap diri sendiri
d) Terhadap lingkungan
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara :
a) Fisik : Pukul bantal, tarik nafas dalam
b) Obat
c) Spiritual : Shalat, berdoa sesuai kenyakinan pasien
7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
a) Latihan nafas dalam dan pukul bantal-kasur
b) Susun jadwal latihan nafas dalam dan pukul bantal-kasur
8) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial atau
verbal
a) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik.
b) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
6. Implementasi Keperawatan
Sebelum tindakan keperawatan dimanifestasikan perawat perlu
memvalidasi apakah rencana tindakan yang ditetapkan masih sesuai
denagn kondisi pasien saat ini (here and now). Perawat juga perlu
mengevaluasi diri sendiri apakah mempunyai kemampuan interpersonal,
intelektual, dan teknikal sesuai denagn tindakan yang akan
dilaksanakan. Setelah tidak ada hambatan lagi, maka tindakan
keperawatan bisa diimplementasikan (Yusuf, dkk, 2015).
Saat memulai untuk implementasi tindakan keperawatan, perawat harus
membuat kontrak dengan pasien dengan menjelaskan apa yang akan
dikerjakan dan peran serta pasien yang diharapkan. Kemudian penting
untuk diperhatikan terkait dengan standar tindakan yang telah ditentukan
dan aspek legal yaitu mendokumentasikan apa yang telah dilaksanakan.
7. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi ada dua macam yaitu
evaluasi proses atau evaluasi formatif, yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, dan evaluasi hasil atau sumatif, yang dilakukan
dengan membandingkan respons pasien pada tujuan khusus dan umum
yang telah ditetapkan. Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP,
yaitu sebagai berikut (Yusuf, dkk, 2015) :
S: Respons subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O: Repons objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A: Analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data
yang kontraindikasi terhadap masalah yang ada.
P: Tindak lanjut berdasarkan analisis respons pasien.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah struktur penelitian sebagai pengikat semua unsur
dalam satu proyek penelitian untuk mencapai tujuan bersama. Desain
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang bersifat
deskriptif yang mendeskripsikan atau menguraikan fenomena atau situasi
masalah disuatu tempat (Lapau, 2012). Penelitian deskriptif yang berbentuk
studi kasus bertujuan untuk menggambarkan bagaimana asuhan keperawatan
pada klien perilaku kekerasan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Kota Padang tahun 2017.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang. Waktu penelitian di mulai dari bulan Januari sampai
dengan bulan Juni 2017. Penelitian dilakukan mulai tanggal 22 Mei 2017
sampai 31 Mei 2017 selama 10 hari dengan jumlah kunjungan sebanyak 14
kali kunjungan.
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau
individu individu yang karakteristiknya hendak diteliti (Djawranto dalam
Kuntjojo, 2009).Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien yang
menderita gangguan jiwa skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas
Nanggalo Kota Padang. Data skizofrenia yang tercatat dari Puskesmas
Nanggalo di Kelurahan Surau Gadang tahun 2016 sebanyak 63 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian individu yang ditarik atau diambil dari populasi,
yang benar-benar akan diteliti, diukur, yang kemudian akan digunakan
untuk menggambarkan kondisi atau sifat populasi (Bagyono, 2013).
terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling. Teknik sampling merupakan suatu
proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi
yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili populasi (Hidayat,
2012). Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien skzofrenia yang
mengalami perilaku kekerasan dengan halusinasi di Kelurahan Surau
Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Jumlah perilaku
kekerasan di Kelurahan Surau Gadang adalah 15 orang.
BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS
A. Deskripsi Kasus
Deskripsi kasus menjelaskan pelaksanaan asuhan keperawatan mulai dari
pengkajian sampai evaluasi di kelurahan Surau Gadang yang dilakukan mulai
pada tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan 31 Mei 2017. Didapatkan 2 orang
partisipan dengan jumlah kunjungan sebanyak 14 kali kunjungan
Psikososial Partisipan anak ke dua dari tiga Partisipan anak ke empat dari
bersaudara partisipan tinggal lima bersaudara partisipan
bersama kakak dan kedua orang tinggal bersama ibu dan adiknya.
tuanya. Partisipan belum menikah. Ayah partisipan sudah
Gambaran diri partisipan meninggal pada tahun 2013.
mengatakan menyukai seluruh Partisipan seorang laki-laki
anggota tubuhnya. Identitas diri, berusia 33 tahun dan belum
partisipan dulunya bersekolah. menikah. Gambaran diri
Peran diri, sekarang partisipan partisipan mengatakan tidak
hanya dirumah membantu orang menyukai bagian kakinya.
tua. Ideal diri, partisipan ingin Identitas diri partisipan dulunya
sembuh dari penyakitnya dan bisa seorang pemain bola. Peran diri
sekolah kembali. Harga diri, klien sekarang partisipan hanya
mengatakan tidak ada merasa bekerja membantu orang tua
malu dan tidak berguna. dirumah. Ideal diri partisipan
Hubungan sosial partisipan baik berharap bisa sembuh dan bisa
partisipan memiliki orang terdekat bermain bola lagi dan bekerja
yaitu ibu partisipan. Partisipan seperti teman-temannya. Harga
aktif dalam acara yang diadakan diri, partisipan merasa tidak
dilingkungannya. Tidak ada mampu, merasa tidak berguna,
hambatan partisipan dalam mudah putus asa dan kurang
berhubungan dengan orang lain. percaya diri.
Partisipan mengatakan partisipan Hubungan sosial partisipan baik
beragama islam namun partisipan kliem memiliki orang terdekat
tidak pernah melaksanakan yaitu ibu partisipan. Partisipan
ibadah. jarang mengikuti kegiatan
dimasyarakat dan tidak ada
hambatan partisipan dalam
berhubungan dengan orang lain
tidak ada. Partisipan beragama
islam partisipan rajin
melaksanakan ibadah.
Status Mental Penampilan partisipan tampak Penampilan partisipan kurang
tidak rapi dan kotor, klien malas rapi, kebersihan gigi dan mulut
mandi, partisipan jarang mandi, partisipan tampak bersih.
kebersihan gigi dan mulut Saat diajak interaksi selama
partisipan tampak kotor. wawancara kontak mata
Saat diajak interaksi selama partisipan kurang.
wawancara partisipan defensif Partisipan bicara lambat.
(selalu berusaha mempertahankan Afek partisipan labil. Aktivitas
pendapatnya). motorik partisipan lesu dan
Partisipan bicara cepat dan gelisah.
kadang-kadang inkoheren. Afek Alam perasaan partisipan sering
partisipan labil. merasa sedih dan putus asa.
Aktivitas motorik partisipan Proses pikir partisipan tampak
tampak gelisah. blocking.
Alam perasaan partisipan tampak Partisipan tidak mampu
gembira berlebihan. Proses pikir berkonsentrasi, saat interaksi
partisipan tampak flight of ideas partisipan tampak hipokondria
(pembicaraan partisipan meloncat (merasa adanya gangguan pada
dari satu topik ke topik lain). organ dalam tubuhnya).
Tingkat konsentrasi partisipan Partisipan tampak bingung.
mudah dialihkan, saat interaksi isi Persepsi partisipan sering
pikir partisipan tampak fobia pada mendengar suara- suara, suara-
kejadian masa lalu. suara itu meminta partisipan
Partisipan mengetahui orientasi untuk tidur, suara itu muncul
waktu, tempat dan orang. Persepsi hampir setiap hari. Klien hanya
partisipan sering mendengar diam dan menghindari suara itu.
suara-suara, suara yang menyuruh Partisipan mengalami gangguaan
klien untuk meminta membeli kemampuan penilaian ringan.
sesuatu, suaranya itu muncul 4 Partisipan menyadari gejala
kali sehari dan partisipan penyakit pada dirinya.
mengikuti suara itu.
Kemampuan penilaian pada
partisipan mengalami gangguan
kemampuan penilaian ringan.
Partisipan menyadari gejala
penyakit pada dirinya.
Mekanisme koping Partisipan memiliki mekanisme Partisipan memiliki mekanisme
maladaptif (Displacement) karena maladaptif (Displacement)
reaksi berlebihan mengamuk jika karena reaksi berlebihan/ lambat
keinginannya tidak segera dan kadang menghindar
dipenuhi bahkan kadang
mencederai diri
Masalah Partisipan mengalami masalah Partisipan mengalami masalah
dengan pendidikannya karena yang berhubungan dengan
psikososial dan
partisipan masih ingin lingkungan partisipan.
lingkungan melanjutkan sekolahnya namun Partisipan jarang ikut bergabung
karna kondisi partisipan saat ini dengan teman-temannya di
dan masalah ekonomi lingkungan sekitar, karena
merasa tidak percaya diri dan
merasa tidak mampu.
Aspek Medik Diagnosa medis partisipan adalah Diagnosa medis partisipan
skizofrenia. Partisipan meminum adalah skizofrenia. Partisipan
obat yaitu terdiri dari meminum obat yang terdiri dari
Chlorpromazine 100 mg 1 x 1 Chlorpromazine 100 mg
Haloperidol 3 x 1 Haloperidol 2x1, Diazepam 1x1
Diagnosa Diagnosa keperawatan yang Diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada partisipan yang ditemukan pada partisipan yang
Keperawatan
pertama adalah perilaku kekerasan pertama adalah perilaku
yang ditandai dengan partisipan kekerasan ditandai dengan
mengeluh sering marah-marah partisipan mengeluh sering
,partisipan tampak bicara marah tanpa sebab,saat
terdengar keras (membentak), partisipan sedang marah
pandangan partisipan tajam sering partisipan sering mondar-
mondar-mandir. mandir,partisipan berbicara
dengan nada yang keras.
Menurut Muhith (2015) data pengkajian awal yang harus diketahui pada
pasien perilaku kekerasan yaitu muka merah, pandangan tajam, nada
suara tinggi dan partisipan sering memaksakan kehendaknya.
Teori yang dikembangkan oleh Freud yang berawal dari asumsi bahwa
bila usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan,
maka akan timbul dorongan agresif yang akan dirancang untuk melukai
orang atau objek yang menyebabkan frustasi. Selain itu terpapar
kekerasan selama perkembangan juga akan menimbulkan perilaku
kekerasan (Muhith, 2015).
Berdasarkan teori diatas bahwa asumsi penulis adalah faktor predisposisi
yang dialami oleh partisipan 1 dan patisipan 2 ini merupakan bagian dari
faktor psikologis, bahwa pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
yang berupa frustasi terhadap diri sendiri, keinginan yang tidak tercapai
dan terpapar kekerasan selama masa perkembangan menjadi faktor
timbulnya perilaku kekerasan pada partisipan.
Menurut Direja (2011) tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dilihat
dari pengkajian status mental dalam pembicaraan dengan nada keras,
kasar, mengancam dan aktivitas motorik tanga mengepal, tegang, muka
merah, menyerang orang lain dan melukai diri sendiri dan orang lain.
Berdasarkan teori diatas bahwa asumsi penulis tentang terapi medik yang
biasanya diberikan pada perilaku kekerasan adalah Chlorpromazine dan
haloperidol. Berdasarkan efek samping yang ditimbulkan harusnya
partisipan mendapatkan obat Trihexyphenidyl untuk mengatasi kaku atau
gangguan menelan yang ditimbulkan dari efek obat tersebut. Untuk itu,
peran perawat disini adalah perlunya kolaborasi dalam pemberian obat
Trihexyphenidyl untuk mencegah kaku dari efek samping obat.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan jiwa pada partisipan 1 dengan
perilaku kekerasan yaitu halusinasi sebagai penyebab, perilaku kekerasan
sebagai coreproblem, dan resiko menciderai lingkungan dan orang lain
sebagai akibat. Sedangkan pada partisipan 2 dengan perilaku kekerasan
yaitu harga diri rendah sebagai penyebab, perilaku kekerasan sebagai core
problem, dan halusinasi sebagai akibat. Teori menurut Prabowo (2014)
pohon masalah pada partisipan perilaku kekerasan yaitu harga diri rendah
(cause), perilaku kekerasan (core problem) dan resiko menciderai orang
lain dan lingkungan (effect).
Menurut teori Dermawan & Rusdi (2013) tanda gejala perilaku kekerasan
muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengatupkan rahang dengan
kuat, bicara kasar, suara tinggi, menjerit atau berteriak, mengancam
secara verbal dan fisik, melempar atau memukul benda atau orang lain
dan merusak barang atau benda
4. Implementasi Keperawatan
Pada partisipan 1 implementasi keperawatan yang telah dilakukan untuk
diagnosa keperawatan pertama perilaku kekerasan tindakan yang telah
dilakukan yaitu identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku
kekerasan, akibat perilaku kekerasan, latihan mengontrol rasa marah
strategi pelaksanaan 1 perilaku kekerasan dengan cara minum obat
,latihan strategi pelaksanaan 2 perilaku kekerasan dengan cara latihan
fisik tarik napas dalam dan pukul bantal, latihan strategi pelaksanaan 3
perilaku kekerasan dengan mengungkapkan, meminta dan menolak
dengan baik, latihan strategi pelaksanaan 4 perilaku kekerasan dengan
cara spiritual. Kemudian dimasukan kedalam jadwal harian.
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pada pengkajian prinsip yang harus diperhatikan pada data fokus yang
didapatkan berdasarkan observasi dan wawancara pada pengkajian data
fokus yang didapatkan yaitu sering marah-marah, pandangan tajam, nada
suara tinggi, melempar atau memukul benda tau orang lain. Pada faktor
predisposisi berdasarkan hasil penelitian bahwa data fokus yang perlu
dikaji yaitu faktor psikologis. Dimana pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan dapat menjadi alasan terjadinya perilaku kekerasan. Pada
pengkajian status mental juga dapat dilihat dari tanda gejala yang
muncul. Pengobatan pada perilaku kekerasan juga harus diperhatikan
jenis dan efek samping obat, untuk dapat melakukakan kolaborasi dalam
mengatasi efek samping obat agar klien tidak malas untuk minum obat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada partisipan 1 dan 2 yaitu diagnosa prioritas
perilaku kekerasan, halusinasi dan pada partisipan 1 defisit perawatan diri
sedangkan pada partisipan 2 harga diri rendah. Perbedaan yang didapatkan
pada diagnosa ketiga yaitu pada partisipan 1 defisit perawatan diri karena
berdasarkan pohon masalah yang menjadi core problem adalah perilaku
kekerasan dan tida ada memiliki tanda gejala harga diri rendah. Sedangkan
pada partisipan 2 ditemukan diagnosa harga diri rendah dan sesuai dengan
pohon masalah perilaku kekerasan yang menjadi core problem perilaku
kekerasan yang menjadi causa harga diri rendah dan effect halusinasi.
3. Intervensi keperawatan
Pada intervensi dapat disimpulkan penulis telah membuat perencanaan
sesuai teoritis yang ada dan diharapkan dapat mengatasi masalah pasien.
Pada diagnosa perilaku kekerasan melakukan strategi pelaksanaan untuk
mengontrol rasa marah dengan cara minum obat secara teratur (jelaskan 6
benar, jenis, fungsi,frekuensi), latihan fisik tarik napas dalam dan pukul
bantal, latihan verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak dengan
cara yang baik) serta latihan cara spiritual.
Pada diagnosa kedua halusinasi melatih partisipan untuk minum obat
(jelaskan 6 benar, jenis, fungsi,frekuensi) mengontrol halusinasinya,
keluarga mampu melatih menghardik, keluarga mampu mengajak
bercakap-cakap, keluarga mampu mengajak partisipan untuk melakukan
aktivitas dan keluarga mampu follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan
secara teratur.
Pada diagnosa defisit perawatan diri melatih partisipan cara-cara
perawatan kebersihan diri,melatih pasien berdandan/berhias, melatih
pasien makan dan minum secara mandiri, dan mengajarkan pasien
melakukan BAB dan BAK secara mandiri.
Pada diagnosa harga diri rendah membina hubungan saling
percaya,identifikasikan kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif
pasien (buat daftar kegiatan), buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan
saat ini, latih kegiatan yang dipilih (alat dan caramelakukanya), latih
kegiatan yang kedua (alat dan cara), latih kegiatan ketiga ( alat-cara),latih
kegiatan keempat ( alat dan cara).
Perawat dapat menerapakan intervensi yang telah dibuat sesuai dengan
SOP yang telah ditetapkan.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan merupakan implementasi dari
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun dengan harapan hasil
yang dicapai sesuai dengan tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil penelitian implementasi yang dilakukan baik kepada
individu maupun keluarga terdiri dari 4 strategi pelaksanaan yang harus
dilakukan dengan diagnosa utama perilaku kekerasan, halusinasi, defisit
perawatan diri dan harga diri rendah.
5. Evaluasi Keperawatan
Pada evaluasi untuk masalah keperawatan sudah dapat teratasi.Faktor
pendukung bagi peneliti dalam mengumpulkan data dimana klien dan
keluarga kooperatif dalam memberi informasi yang dibutuhkan untuk
kelengkapan data. Pada diagnosa keperawatan pertama keluarga dan
partisipan mampu mengontrol marah dengan latihan minum obat secara
mandiri, mampu latihan fisik secara mandiri, mampu latihan secara verbal
dan spiritual secara mandiri. Pada diagnosa keperawatan halusinasi
keluarga dan partisipan mampu mengontrol halusinasi secara mandiri
dengan minum obat, latihan menghardik, bercakap-cakap dan melakukan
aktivitas.
Pada diagnosa defisit perawatan diri melatih partisipan cara-cara
perawatan kebersihan diri,melatih pasien berdandan/berhias, melatih
pasien makan dan minum secara mandiri, dan mengajarkan pasien
melakukan BAB dan BAK masih dibantu. Pada diagnosa harga diri
rendah partisipan mampu menggali aspek positif pada diri klien dan
keluarga juga mampu secara mandiri membantu partisipan.
B. Saran
1. Penulis
Penulisan ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan penulis dalam mendeskripsikan asuhan
keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan di Kelurahan Surau
Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang yang telah dipelajari.
2. Pemenggang Program Puskesmas Nanggalo
Bagi pemegang Program Keperawatan Jiwa dapat mengembangkan
program kesehatan jiwa yang dapat memfasilitasi penanganan masalah
gangguan kesehatan jiwa pada klien dengan perilaku kekerasan.
3. Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan dapat memberikan gambaran dan wawasan
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam asuhan pada klien dengan
perilaku kekerasan di klinik maupun di komunitas masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
---------------------------. 2013
Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Lampiran 6
Ya Tidak
c. Menggepalkan tangan
d. Mengatupkan rahang
h. Emosi labil
i. Gelisah
Ya Tidak
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn.F
Umur : 23 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Jl. Agam Raya no 346, Siteba
Tanggal Pengkajian: 22 Mei 2017
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
: Perempuan : Klien
: Laki-laki : Hubungan keluarga
: Meninggal ------ : Tinggal serumah
Jelaskan : Klien merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Klien berumur 23
tahun. Klien belum menikah, klien tinggal bersama kakak dan kedua orang
tuanya. Hubungan klien dengan keluarga terjalin dengan erat dan sangat baik.
Orang yang terdekat klien adalah ibu klien.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien mengatakan mengatakan menyukai seluruh
anggota tubuhnya.
b. Identitas diri : Klien mengatakan ia sebagai anak ke 2. Klien
mengatakan ia dulunya pernah bersekolah
c. Peran diri : Klien mengatakan sekarang ia hanya dirumah
membantu orang tua.
d. Ideal diri :Klien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya
dan bisa sekolah kembali.
e. Harga diri : Klien mengatakan tidak ada masalah yang
berhubungan dengan keluarga dan orang lain.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Klien memiliki orang-orang terdekat dalam kehidupannya sebagai
tempat mengadu, meminta bantuan dan sokongan terutama ibunya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Klien mengatakan aktif dalam acara yang diadakan dilingkungannya,
misalkan acara di bulan Agustus.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam behubungan dengan
orang lain. Klien sering keluar rumah untuk bergabung dengan teman-
teman yang lain yang berada dilingkungannya.
Masalah keperawatan : Tidak ada Masalah
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan beragama islam dan semua yang dimiliki adalah
pemberian Tuhan.
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan tidak pernah melaksanakan ibadah.Tidak ada
mengikuti kegiatan ibadah
Masalah keperawatan : Tidak ada Masalah
2. Pembicaraan
√ Cepat Keras Gagap √
Inkoheren
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai
pembicaraan
Jelaskan :Klien saat proses wawancara klien menjawab pertanyaan dnegan cepat
dan kadang-kadang tidak ada hubungan yang dibicarakan.
Masalah Keperawatan :
________________________________________________
3. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang √ Gelisah Agitasi
Tik Grimasen TremorKompulsif
Jelaskan :
__________________________________________________________
Masalah Keperawatan :
_____________________________________________
4. Alam perasaaan
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir
√ Gembira
berlebihan
Jelaskan
:___________________________________________________________
Masalah Keperawatan :
______________________________________________
5. Afek
Datar Tumpul Labil√ Tidak sesuai
Jelaskan :
__________________________________________________________
Masalah Keperawatan :
_____________________________________________
8. Proses Pikir
Masalah Keperawatan :
______________________________________________
9. Isi Pikir
Obsesi √ Fobia Hipokondria
Depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis
Jelaskan :
__________________________________________________________
Masalah Keperawatan :
______________________________________________
. Strategi Pelaksanaan 3
pasien
1. Evaluasi latihan
mengontrol marah 1 dan 2
2. Melatih cara mengontrol
marah dengan cara verbal
3. Memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan
.
Strategi Pelaksanaan 4
Pasien
1. Mengevaluasi kegiatan
latihan 1,2, dan 3
2. Memberi pujian
3. Melatih mengonrol marah
dengan spritual
Memasukkan kedalam
jadwal kegiatan harian
Keluarga Setelah Strategi Pelaksanaan 1
mampu: dilakukan 2-6 Keluarga:
1. Mengidenti kali 1. Diskusikan masalah yang
fikasi kunjungan: dirasakan dalam merawat
masalah Keluarga pasien.
yang mengerti dan 2. Jelaskan pengertian,
diderita mampu penyebab,tanda &gejala,
klien menerapkan PK yang dilakukan,
2. Mengidenti perawatan akibat PK
fikasi pada klien 3. Jelaskan cara merawat
penyebab dengan PK
marah masalah 4. Latih merawat pk dengan
3. Menjelaska Perilaku minum obat (6 benar,
n perasaan Kekerasan jenis,fungsi,dosis,frekuen
saat si ,cara)
terjadinya 5. Anjurkan membantu klien
marah memasukan kedalam
4. Menjelaska jadwal harian.
n perilaku Strategi Pelaksanaan 2
saat marah Keluarga:
5. Menyebutk 1. Mengevaluasi kegiatan
an cara keluarga dalam
mengontrol merawat pasien latihan
marah. minum obat. Beri
pujian
2. Melatih keluarga cara
mengontrol marah
dengan latihan fisik 1
dan 2
3. Anjurkan membantu
klien memasukan
kedalam jadwal harian.
Strategi Pelaksanaan 3
Keluarga:
1. Evaluasi kegiatan
keluarga melatih
mengontrol marah
dengan minum obat
dan latihan fisik 1 dan
2
2. Melatih keluarga cara
mengontrol marah
dengan cara verbal
3. Anjurkan membantu
klien memasukan
kedalam jadwal harian.
Strategi Pelaksanaan 4
Keluarga:
1. Mengevaluasi kegiatan
keluarga dalam latihan
1,2, dan 3
2. Memberi pujian
3. Melatih keluarga
mengonrol marah
dengan spritual
4. Anjurkan membantu
klien memasukan
kedalam jadwal harian.
5. Menganjurkan follow
up ke fasilitas
pelayanan kesehatan
secara teratur
Strategi Pelaksanaan 4
Pasien:
1. Evaluasi latihan
pertama, kedua dan
ketiga yang telah
dilatih dan berikan
pujian.
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
melakukan kegiatan
harian
3. Masukkan jadwal
kegiatan untuk
keempat latihan yang
telah dilatih
Keluarga Setelah Strategi Pelaksanaan 1
mampu: dilakukan 2- Keluarga:
Mengidentifik 4kali 1. Diskusikan masalah
asi masalah kunjungan: yang dirasakan dalam
yang diderita Keluarga merawat pasien
klien dan mengerti dan 2. Jelaskan pengertian,
Membantu mampu tanda dan gejala, dan
klien untuk menerapkan proses terjadinya
mengontrol perawatan halusinasi (gunakan
halusinasi pada klien booklet)
dengan 3. Jelaskan cara merawat
masalah halusinasi
halusinasi 4. Latih cara merawat
halusinasi: cara minum
obat
5. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal
dan memberikan
pujian
Strategi Pelaksanaan 2
Keluarga:
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam dalam
merawat/ melatih
pasien minum obat,
berikan pujian
2. Jelaskan cara
menghardik
3. Latih cara memberi
dan membimbing
minum obat
4. Anjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
memberi pujian.
Strategi Pelaksanaan 3
Keluarga:
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam melatih
pasien memberikan
obat, meghardik, beri
pujian
2. Jelaskan cara bercakap
cakap dan melakukan
kegiatan untuk
mengontrol halusinasi
3. Latih dan sediakan
waktu untuk bercakap
cakap dengan pasien
terutama saat
halusinasi
4. Anjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
memberi pujian.
Strategi Pelaksanaan 4
Keluarga:
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
membimbing klien
melaksanakan cara
mengontrol hal;usinasi
yang pertama, kedua,
dan ketiga, beri pujian
2. Jelaskan follow up ke
RSJ/PKM tanda
kambuh, rujukan
3. Anjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
memberi pujian
3 Pasien mampu Setelah 2-4x Strategi Pelaksanaan 1
: pertemuan: Pasien:
Defisit
1. Membina Klien mampu 1. Mengidentifikasi tanda
Perawata hubungan mencegah dan gejala defisit
saling defisit perawatan diri
n Diri
percaya perawatan diri 2. Jelaskan pentingnya
2. Melakukan dengan cara: kebersihan diri, cara dan
kebersihan 1. Latihan alat kebersihan diri
secara cara 3. Melatih cara menjaga
mandiri perawat kebersihan diri
3. Melakukan an mandi,cuci rambut,sikat
berhias/ber kebersih gigi, potong kuku
dandan an diri 4. Masukan ke jadwal
secara 2. Latihan kegiatan untuk latihan
mandiri cara kebersihan diri
4. Melakukan berhias/ Strategi pelaksanaan 2
makan berdand Pasien:
dengan an 1. Evaluasi kegiatan cara
baik 3. Latihan merawat kebersihan diri
5. Melakukan makan 2. Latihan cara
BAB/BAK dan berhias/berdandan
secara minum 3. Masukkan ke jadwal
mandiri secara kegiatan untuk latihan
mandiri menghardik dan minum
4. Latihan obat
BAB/B Strategi Pelaksanaan 3
AK Pasien:
secara 1. Evaluasi kegiatan
mandiri pertama dan kedua yang
telah dilatih dan berikan
pujian
2. Latih cara makan dan
minum yang baik
3. Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk ketiga
latihan yang telah
diajarkan
Strategi Pelaksanaan 4
Pasien:
1. Evaluasi latihan
pertama, kedua dan
ketiga yang telah
dilatih dan berikan
pujian.
2. Latih cara BAB/BAK
yang baik
3. Masukkan jadwal
kegiatan untuk
keempat latihan yang
telah dilatih
Keluarga Setelah Strategi Pelaksanaan 1
mampu: dilakukan 2- Keluarga:
Mengidentifik 4kali 1. Diskusikan masalah yang
asi masalah kunjungan: dirasakan dalam merawat
yang diderita Keluarga pasien
klien dan mengerti dan 2. Jelaskan pengertian,
Membantu mampu tanda dan gejala, dan
klien untuk menerapkan proses terjadinya defisit
mengatasi perawatan perawatan diri
defisit pada klien 3. Jelaskan cara merawat
perawatan diri dengan defisit perawatan diri
masalah defisit 4. Melatih dan membimbing
perawatan diri keluarga cara merawat
kebersihan diri
5. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
Strategi Pelaksanaan 2
Keluarga:
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam dalam
merawat/ melatih pasien
cara merawat kebersihan
diri berikan pujian
2. Melatih dan membimbing
keluarga cara berdandan
3. Anjurkan membantu klien
sesuai jadwal dan
memberi pujian.
Strategi Pelaksanaan 3
Keluarga:
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam melatih
pasien merawat
kebersihan diri, cara
berdandan beri pujian
4. Melatih dan membimbing
keluarga cara makan dan
minum yang baik
2. Anjurkan membantu klien
sesuai jadwal dan
memberi pujian.
Strategi Pelaksanaan 4
Keluarga:
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
membimbing klien
melaksanakan cara
merawat kebersihan diri
yang pertama, kedua, dan
ketiga, beri pujian
2. Jelaskan follow up ke
RSJ/PKM tanda kambuh,
rujukan
3. Anjurkan membantu klien
sesuai jadwal dan
memberi pujian
D. FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
7 Jumat/26 Mei Strategi pelaksanaan 2 Pasien: S : Klien mengatakan sudah bisa melakukan
2017 Melatih klien mengontrol halusinasi cara menghardik untuk mengontrol
13.30 WIB pendengaran dengan cara menghardik suara-suara palsu
1. Melakukan salam terapeutik. O : Klien tampak bisa melakukannya setelah
2. Mengevaluasi kembali 6 cara minum diarahkan
obat dengan benar A : Masalah teratasi
3. Memberikan pujian P : Optimalkan kemapuan SP 2 halusinasi
4. Menjelaskan tujuan pertemuan
5. Melakukan kontrak topik, waktu dan
tempat dengan klien
6. Menjelaskan dan mempraktekan cara
mengontrol halusinasi pendengaran
dengan cara menghardik
7. Menyuruh klien mempraktekan cara
mengontrol halusinasi pendengaran
dengan cara menghardik dan
memberikan pujian
8. Melakukan evaluasi terhadap latihan
kegiatan menghardik yang diajarkan
pada klien
9. Melakukan rencanatindak lanjut
10. Melakukan kontrak topik (mengontrol
halusinasi pendengaran dengan cara
bercakap-cakap saat terjadi halusinasi ),
waktu dan tempat selanjutnya.
8 Sabtu/ 27 Mei Strategi Pelaksanaan 3 Pasien: S : klien mengatakan sudah bisa melakukan
2017 mengontrol halusinasi pendengaran dengan kegiatan mengontrol halusinasi dengan
14.00 WIB cara bercakap-cakap saat terjadi halusinasi cara bercakap cakap saat terjadi
1. Melakukan salam terapeutik. halusinasi
2. Mengevaluasi perasaan klien O : Klien tampak bisa melakukannya setelah
3. Mengevaluasi kembali 6 cara minum diarahkan
obat dengan benar dan cara menghardik A : Masalah teratasi
4. Memberikan pujian P : Optimalkan kemapuan SP 3 Halusinasi
5. Menjelaskan tujuan pertemuan pendengaran
6. Melakukan kontrak topik, waktu dan
tempat dengan klien
7. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi
pendengaran dengan cara bercakap-
cakap saat terjadi halusinasi
8. Menyuruh klien mempraktikan cara
bercakap-cakap saat terjadi halusinasi
9. Memberikan pujian
10. Melakukan evaluasi subjektif dan
objektif terhadap latihan kegiatan
(bercakap-cakap saat terjadi halusinasi)
yang diajarkan pada klien
11. Melakukan rencana tindak lanjut
12. Melakukan kontrak topik (yaitu
mengajarkan SP 4 yaitu mengontrol
halusinasi dengan melakukan kegiatan
harian), waktu dan tempat selanjutnya.
10 Senin/ 29 Mei Defisit Strategi Pelaksanaan 1 Pasien: S: Klien mengatakan sudah mengerti
2017 Perawatan 1. Mengidentifikasi tanda dan gejala defisit sedikit tentang sp 1 cara merawat
10.00 WIB diri perawatan diri kebersihan diri
2. Jelaskan pentingnya kebersihan diri, cara O : Klien tampak masih diarahkan
dan alat kebersihan diri A : Masalah teratasi
3. Melatih cara menjaga kebersihan diri P : Optimalkan membantu pasien sesuai
mandi,cuci rambut,sikat gigi, potong jadwal dengan melatih kemampuan SP
kuku 1
4. Masukan ke jadwal kegiatan untuk
latihan kebersihan diri
11 Selasa/ 30 Mei Strategi pelaksanaan 2 Pasien: S: Klien mengatakan sudah bisa tahu
2017 1. Mengvaluasi kegiatan cara merawat tentang berhias
12.30 WIB kebersihan diri O : Klien tampak sudah paham namun
2. Latihan cara berhias/berdandan masih diarahkan
3. Masukkan ke jadwal kegiatan untuk A : Masalah teratasi
latihan menghardik dan minum obat P : Optimalkan membantu pasien sesuai
jadwal dengan melatih kemampuan SP
2
Strategi Pelaksanaan 2 Keluarga: S: Keluarga mengatakan sudah mengerti
1. Mengevaluasi kegiatan keluarga dalam tentang sp 2 yaitu melatih klien dengan
dalam merawat/ melatih pasien cara cara berhias
merawat kebersihan diri berikan pujian O : Keluarga tampak sudah paham setelah
2. Melatih dan membimbing keluarga cara diarahkan
berdandan A : Masalah teratasi
3. Anjurkan membantu klien sesuai P : Optimalkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberi pujian. jadwal dengan melatih kemampuan SP
2
12 Selasa / 30 Mei Strategi Pelaksanaan 3 Pasien: S: Klien mengatakan sudah mengerti
2017 1. Mengevaluasi kegiatan pertama dan tentang sp 3 dan 4 yaitu melatih klien
16.00 WIB kedua yang telah dilatih dan berikan dengan cara makan dan minum baik dan
pujian BAB/BAK dengan baik
2. Latih cara makan dan minum yang baik O : Klien tampak melkukannya mandiri
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk A : Masalah teratasi
ketiga latihan yang telah diajarkan P : Optimalkan membantu pasien sesuai
jadwal dengan melatih kemampuan SP
1, 2,3 dan 4
13 Rabu/ 31 Mei Strategi Pelaksanaan 3 Keluarga: S: Keluarga mengatakan sudah mengerti
2017 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam tentang sp 3 yaitu melatih klien dengan
10.00 WIB melatih pasien merawat kebersihan diri, cara makan dan minum baik
cara berdandan beri pujian O : Keluarga tampak sudah paham setelah
2. Melatih dan membimbing keluarga cara diarahkan
makan dan minum yang baik A : Masalah teratasi
3. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal P : Optimalkan membantu pasien sesuai
dan memberi pujian. jadwal dengan melatih kemampuan SP
1,SP 2 , SP 3 defisit perawatan diri dan
berikan pujian
14 Rabu/ 31 Mei Strategi Pelaksanaan 4 Pasien: S: Klien mengatakan bisa BAB/BAK secara
2017 1. Mengevaluasi latihan pertama, kedua mandiri
14.00 WIB dan ketiga yang telah dilatih dan berikan O : Klien tampak sudah paham setelah
pujian. diarahkan
2. Latih cara BAB/BAK yang baik A : Masalah teratasi
3. Masukkan jadwal kegiatan untuk P : Optimalkan membantu pasien sesuai
keempat latihan yang telah dilatih jadwal dengan melatih kemampuan SP
1,SP 2 , SP 3 dan SP 4 defisit perawatan
diri dan berikan pujian
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn.A
Umur : 33 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Jl. Berok Raya no 33, Siteba
Tanggal Pengkajian: 22 Mei 2017
II. KELUHAN SAAT DIKAJI
Saat pengkajian pada Tn.A klien mengeluh sering marah tanpa sebab karena
sudah 2 minggu tidak minum obat karena obatnya belum diambil oleh
keluarga, klien mengatakan sering melamun. Klien juga pada saat marah
pernah sampai melemparkan barang-barang yang ada dirumahnya. Klien
tampak bicara dengan nada yang tinggi dan keras. Klien kadang klien juga
sering mendengar suara-suara yang mengganggunya
III. FAKTOR PREDISPOSISI
Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan bahwa keluarga klien mengatakan
sebelumnya klien pernah pergi merantau pada saat kelas 3 SMA di Tanjung
Balai disana klien ditawari untuk dijodohkan oleh sesorang dengan anaknya
namun klien menolak karena ingin membahagiakan orang tuanya terlebih
dahulu, setelah kejadian itu klien sering melamun dan mulai marah-marah
dan pernah memukul ibunya. Klien pernah dibawa ke RSJ.HB.Sa’anin.
Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit seperti klien. Tidak ada penolakan dalam masyarakat dengan
gangguan jiwa yang dialami klien saat ini. Klien tidak pernah mengalami
penganiyayaan fisik , tidak ada kekerasan dalam rumah tangga dan tidak
pernah mengalami tindakan kriminal.
3. PEMERIKSAAN FISIK
4. Tanda vital : TD : 100/70 mmHg N :78 x/menit S :370CP : 20x/menit
5. Ukuran : TB : 163 cm BB : 60 Kg
6. Keluhan Fisik : Klien mengatakan sering merasa kaku dan pusing
4. PSIKOSOSIAL
5. Genogram
Keterangan :
: Perempuan : Klien
Jelaskan :
___________________________________________
Masalah Keperawatan :
___________________________________________
6. Konsep diri
f. Gambaran diri :Klien mengatakan tidak menyukai bagian
kakinya
g. Identitas diri :Klien merupakan anak ke 2, klien mengatakan
dulunya seorang pemain bola.
h. Peran diri :Klien mengatakansekarang hanya bekerja
membantu orang tua dirumah.
i. Ideal diri :Klien mengatakan ingin sembuh dan bisa bermain
bola lagi dan bekerja seperti teman-temannya.
j. Harga diri :Klien mengatakan merasa tidak mampu, merasa
tidak berguna, mudah putus asa dan
kurang percaya diri.
7. Hubungan Sosial
d. Orang yang berarti
Klien memiliki orang-orang terdekat dalam kehidupannya sebagai
tempat mengadu, meminta bantuan dan sokongan terutama ibunya.
dan. Partisipan beragama islam partisipan rajin melaksanakan ibadah.
e. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan dimasyarakat. Klien
mengatakan malas ikut dalam kegiatan.
d. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan rajin melaksanakan ibadah. Klien rajin shalat dan
puasa.
5. STATUS MENTAL
14. Penampilan
15. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis √ Lambat Membisu Tidak mampu memulai
pembicaraan
Jelaskan :
__________________________________________________________ _____
________________________________________________________________
______
Masalah Keperawatan :
________________________________________________
18. Afek
Datar Tumpul Labil√ Tidak sesuai
Jelaskan :
__________________________________________________________
Masalah Keperawatan :
_____________________________________________
√
Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek
gangguan daya ingat saat ini konfabulasi
Jelaskan :
............................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
______________________________________________
√
mengingkari penyakit yang dideritamenyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan :
...........................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
______________________________________________
6. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Strategi Pelaksanaan 4
Keluarga:
6. Mengevaluasi kegiatan
keluarga dalam latihan
1,2, dan 3
7. Memberi pujian
8. Melatih keluarga
mengonrol marah dengan
spritual
9. Anjurkan membantu klien
memasukan kedalam
jadwal harian.
10. Menganjurkan follow up
ke fasilitas pelayanan
kesehatan secara teratur
Strategi Pelaksanaan 4
Keluarga:
4. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
membimbing klien
melaksanakan cara
mengontrol hal;usinasi
yang pertama, kedua, dan
ketiga, beri pujian
5. Jelaskan follow up ke
RSJ/PKM tanda kambuh,
rujukan
6. Anjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
memberi pujian
3 Harga Pasien Setelah 2- Strategi Pelaksanaan 1 Pasien
Diri mampu: 4x 1. Identifikasikan
Rendah Meningkatkan pertemua kemampuan melakukan
kepercayaan n: kegiatan dan aspek
diri yang Klien positif pasien (buat
dimiliki klien mampu daftar kegiatan)
dan melatih meningkat 2. Bantu pasien menilai
kemampuan kan kegiatan yang dapat
yang dimiliki kepercaya dilakukan saat ini (pilih
klien melalui n diri yang dari daftar kegiatan):
strategi dimiliki buat daftar kegiatan yang
pelaksanaan klien dapat dilakukan saat ini.
tindakan dengan 3. Bantu pasien memilih
keperawatan cara: salah satu kegiatan yang
sehingga klien 9. Mengka dapat dilakukan saat ini
tidak lagi ji untuk dilatih
merasa putus kemam 4. Latih kegiatan yang
asa dan merasa puan dipilih (alat dan cara
lebih berarti. yang melakukanya0
dimiliki 5. Masukan pada jadwal
klien kegiatan untuk latihan
serta dua kali per hari.
melatih
kegiata Strategi Pelaksanaan 2 Pasien
n yang 1. Evaluasi kegiatan
pertama pertama yang dilatih dan
. berikan pujian.
10. Latihan 2. Bantu klien memilih
kegiata kegiatan yang kedua
n kedua untuk dilatih
yang 3. Latih kegiatan yang
telah kedua (alat dan cara)
disepak 4. Masukan pada jadwal
ati kegiatan untuk latihan :
dengan dua kegiatan masing-
klien. masing dua kali per hari.
11. Latihan
kegiata Strategi Pelaksanaan 3 Pasien
n ketiga 1. Evaluasi kegiatan pertama
yang dan kedua yang telah dilatih
telah dan berikan pujian
disepak 2. Bantu klien memilih
ati kegiatan yang ketiga untuk
dengan dilatih
klien. 3. Latih kegiatan ketiga ( alat-
12. Latihan cara)
kegiata 4. Masukan pada jadwal
n ke- kegiatan untuk latihan: tiga
empat kegiatan, masing-masing dua
yang kali perhari.
telah
disepak Strategi Pelaksanaan 4 Pasien
ati 1. Evaluasi kegiatan
dengan pertama, kedua dan
klien. ketiga yang telah dilatih
dan berikan pujian.
2. Bantu klien memilih
kegiatan keempat yang
akan dilatih.
3. Latih kegiatan keempat (
alat dan cara)
4. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan:
empat kegiatan masing-
masing dua kali per hari
SP 2 Keluarga:
9. Evalusi kegiatan keluarga
dalam membimbing klien
melaksanakan kegiatan
pertama yang dipilih dan
dilatih klien, beri pujian
10. Bersama keluarga
melatih klien dalam
melakukan kegiatan
kedua yang dipilih klien.
11. Anjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
memberi pujian.
SP 3 Keluarga:
9. Evalusi kegiatan keluarga
dalam membimbing klien
melaksanakan kegiatan
pertama dan kedua yang
telah dipilih dan dilatih,
beri pujian
10. Bersama keluarga
melatih klien dalam
melakukan kegiatan
ketiga yang dipilih.
11. Anjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
memberi pujian.
SP 4 Keluarga:
7. Evalusi kegiatan keluarga
dalam membimbing klien
melaksanakan kegiatan
pertama, kedua, dan
ketiga yang telah dipilih
dan dilatih, beri pujian
8. Bersama keluarga
melatih klien dalam
melakukan kegiatan
keempat yang dipilih.
9. Jelaskan follow up ke
RSJ/PKM tanda kambuh,
rujukan
Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal dan memberi pujian.
D. FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
3 Selasa/ 23 Mei Strategi Pelaksanaan 2 pasien S: Klien mengatakan paham dnegan latihan
2017 5. Mengevaluasi tanda dan gejala PK mengontrol marah dengan latihan fisik
6. Mengevaluasi latihan minum obat O: Klien tampak mempraktekkannya
17.00 WIB 7. Melatih cara mengontrol marah dengan A: Masalah Teratasi
latihan fisik 1 dan 2 P: Strategi pelaksanaan 3
8. Memasukkan pada jadwal kegiatan
12 Selasa /30 Mei SP3 : Melatih klien meningkatkan S : Klien mengatakan sudah bisa
2017 kemampuan melakukan kegiatan ketiga O : Klien tampak bias melakukannya setelah
11.00 WIB (melipat kain) diarahkan
1. Mengevaluasi kembali cara menyapu, A : Masalah teratasi
mengelap kaca P : Optimalkan kemampuan SP 3 HDR
2. Melakukan kontrak waktu dengan klien Lanjutkan SP 4 HDR
3. Menjelaskan dan mempraktekan cara
melipat kain yang benar
4. Menyuruh klien mempraktekan cara
melipat kain yang benar
5. Melakukan evaluasi terhadap latihan
kegiatan (melipat kain) yang diajarkan
pada klien
6. Melakukan rencanatindak lanjut
7. Melakukan kontrak waktu selanjutnya.
13 Rabu/ 31 Mei SP4 : Melatih klien meningkatkan S : Klien mengatakan sudah bisa mengelap
2017 kemampuan melakukan kegiatan ketiga meja secara mandiri
16.00 WIB (mengelap meja) O : Klien tampak bisa melakukannya setelah
1. Mengevaluasi kembali cara menyapu, diarahkan
mengelap kaca, melipat kain A : Klien melakukan kegiatan mandiri tanpa
2. Melakukan kontrak waktu dengan klien arahan.
3. Menjelaskan dan mempraktekan cara P : Optimalkan kemampuan SP 1, SP 2, SP
mengelap meja yang benar 3 dan SP 4 HDR
4. Menyuruh klien mempraktekan cara
mengelap meja yang benar
5. Melakukan evaluasi terhadap latihan
kegiatan (mengelap meja) yang diajarkan
pada klien
6. Melakukan rencanatindak lanjut
7. Melakukan kontrak waktu selanjutnya.
Dokumentasi
KUNJUNGAN 1
KUNJUNGAN 2
KUNJUNGAN 3
KUNJUNGAN 4
KUNJUNGAN 5
KUNJUNGAN 6
KUNJUNGAN 7
KUNJUNGAN 8
KUNJUNGAN 9
KUNJUNGAN 10
KUNJUNGAN 11
KUNJUNGAN 12
KUNJUNGAN 13
KUNJUNGAN 14
KUNJUNGAN 1
KUNJUNGAN 2
KUNJUNGAN 3
KUNJUNGAN 4
KUNJUNGAN 5
KUNJUNGAN 6
KUNJUNGAN 7
KUNJUNGAN 8
KUNJUNGAN 9
KUNJUNGAN 10
KUNJUNGAN 11
KUNJUNGAN 12
KUNJUNGAN 13
KUNJUNGAN 14