1 Mahasiswa Prodi D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta akhuithuwputri@gmail.com 2 Dosen Prodi D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta maula.mar’atus@ukh.ac.id
ABSTRAK
Resiko Perilaku Kekerasan merupakan perilaku seseorang yang menunjukkan
bahwa pasien dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, lingkungan baik secara fisik, emosional, seksual, dan verbal. Salah satu tindakan keperawatan jiwa mandiri yang dapat diajarkan pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan yaitu terapi jadual kegiatan aktivitas sehari- hari. Tujuan dari studi kasus ini untuk mengetahui gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan. Jenis penelitihan ini adalah deskrif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subyek penelitihan yang diteliti sebanyak satu subyek dengan pasien resiko perilaku kekerasan dengan menggunakan terapi jadual harian untuk mengontrol perilaku kekerasan dan menjadikannya suatu kebiasaan yang dilakukan secara berulang. Tempat penelitihan ini dilakukan diruang Nakula RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta. Hasil studi kasus ini menunjukan pemberian asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan resiko perilaku kekerasan yang dilakukan dengan terapi jadual kegiatan sehari-hari selama tujuh hari menunjukan adanya penurunan tanda dan gejala perilaku kekerasan yang awalnya sebelum diberikan tindakan terapi jadual menunjukan 9 tanda dan gejala perilaku kekerasan setelah dilakukan terapi jadual menjadi 3 tanda dan gejala perilaku kekerasan. Rekomendasi dengan pemberian terapi jadual kegiatan harian dapat menurunkan tanda dan gejala perilaku kekerasan dan peningkatan kemampuan klien dalam mengontrol perilaku kekerasan secara mandiri dan menjadikannya suatu kebiasaan.
Kata kunci: Resiko Perilaku Kekerasan,Terapi Jadual
PENDAHULUAN bermusuhan, mengamuk, Ingin berkelahi, Menurut Data Riset Kesehatan Dasar menyalahkan dan menuntut. Intelektua l : (2018) menunjukkan bahwa 7 dari 1000 Mendominasi, kasar, berdebat, rumah tangga terdapat anggota keluarga meremehkan. Spiritual : Merasa diri dengan skizofrenia. Lebih dari 19 juta berkuasa, merasa diri benar, mengkritik orang berusia diatas 15 tahun terkena pendapat orang lain, menyinggung gangguan mental emosional dan Lebih perasaan orang lain, tidak perduli dan dari 12 juta orang berusia diatas 15 tahun kasar. Sosial : Menarik diri, pengasingan, diperkirakan telah mengalami penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran. despresi.WHO (2010) menyebutkan Perhatian : Mencuri, melarikan diri, angka bunuh diri di Indonesia mencapai penyimpangan seksual. 1,6 hingga 1,8% per 100.000 jiwa (Riset Intervensi pada pasien dengan kesehatan dasar,2019). Sedangkan perilaku kekerasan dapat dilakukan prevelansi gangguan jiwa mengalami dengan pemberian terapi general dan peningkatan dibuktikan bahwa pada efektifitas jadual kegiatan sehari-hari. tahun (2013) adalah 6% untuk usia 15 terapi general antara lain menggunakan tahun keatas atau sekitar 14 juta strategi pelaksanaan pasien ada 4 cara orang,(Kemenkes RI,2018). Prevalasi antara lain SP 1 ( Identifikasi penyebab, gangguan jiwa berat, seperti skinofrenia tanda-tanda, jenis perilaku kekerasan adalah 1,7 per 1000 penduduk atau yang dilakukan dan Latihan cara sekitar 400.000 orang (Riset Kesehatan mengontrol perilaku kekerasan secara Dasar, 2013). American Psychiatric fisik : tarik nafas dalam dan pukul bantal, Associaton menyebutkan dari beberapa SP 2 (Latih minum obat), SP 3 (Latih penelitian melaporkan bahwa kelompok secara verbal 3 cara yaitu individu yang didiagnosa mengalami mengungkapkan, meminta, dan menolak skizofrenia mempunyai insiden lebih dengan benar), SP 4 (Latih Latih cara tinggi untuk mengalami perilaku mengontrol perilaku kekerasan dengan kekerasan (APA,2000, dalam Prasetya, berdoa). Intervensi tersebut dilakukan 2018). Resiko Perilaku Kekerasan kepada pasien lalu pasien setiap harinya merupakan perilaku seseorang yang diberikan terapi jadual untuk mengevalasi menununjukkan bahwa pasien dapat kemampuan pasien dalam mengontrol membahayakan diri sendiri, orang lain, perilaku kekerasan (Prasetya,2018). lingkungan baik secara fisik, emosional, Hasil penelitian Prasetya (2018) seksual, dan verbal (Sutejo,2019). menunjukan bahwa terapi jadual kegiatan Tanda dan gejala perilaku kekerasan sehari-hari selama 7 hari mampu menurut Azizah dkk (2016) meliputi : mengontrol perilaku kekerasan yang Fisik : Wajah merah ,Mata dilakukan pasien Skizofrenia di RSJD dr melotot/pandangan tajam, Tangan Arif Zainudin Surakarta. Ada perbedaan mengepal, Rahang mengantup, Wajah penurunan tanda dan gejala perilaku tegang, Postur tubuh kaku, Mengepalkan kekerasaan antara pasien yang diberikan tangan, Jalan mondar – mandiri:Verbal : teraapi jadual dan pasien yang tidak Bicara kasar ,Suara tinggi, membentak , diberikan terapi jadual yaitu terdapaat berteriak, Mengancam secara verbal, penurunan respon verbal, perilaku, Mengancam secara fisik, Mengumpat emosi, intelektual dan respon fisik. dengan kata-kata kotor, Suara keras, Hasil penelitian yang dilakukan Ketus. Perilaku : Melempar benda, prasetya (2018) menunjukan pemberian Memukul benda/orang lain, Menyerang terapi jadual kegiatan sehari-hari mampu orang lain, Merusak lingkungan, Agresif. menurunkan tanda dan gejala perilaku Emosi : Tidak adekuat, tidak aman dan kekerasan. Pengalaman dan pengamatan nyaman, rasa terganggu, jengkel, peneliti pada pasien yang mengalami resiko perilaku kekerasan sering ditandai mengatakan jika mengamuk ada dengan perilaku marah, mengamuk, keinginan untuk memukul orang tersebut, pandangan mata tajam, tangan mengepal, Pasien mengatakan saat ini belum cerai berteriak, postur tubuh kaku, berbicara tetapi pisah rumah, Pasien mengatakan kotor, gelisah, jalan mondar mandir sering mengamuk setelah ditinggal istriya Setelah dilakukan pemberian jadual pisah rumah. Pasien mengatakan mudah kegiatan sehari-hari secara kongnitif tersinggung. Data obyektif saat observasi pasien meningkat, psikomotor pasien selama wawancara yaitu Pembicaraan meningkat dan kemandirian pasien dalam klien cepat dan keras saat diajak mengontrol resiko perilaku kekerasan mengobrol, tatapan mata yang tajam, meningkat karena sudah menjadikan wajah pasien terlihat tegang dan gelisah, kebiasaan. postur tubuh kaku, Pasien terlihat kurang Berdasarkan latar belakang diatas rapi dengan rambut berantakan tidak maka penulis melakukan studi kasus pada disisir, kuku klien terlihat panjang, gigi pasien dengan resiko peilaku kekerasan bewarna kuning, memakai sandal di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif bewarna biru dan menggunakan baju Zainudin Surakarta dengan evaluasi rumah sakit jiwa, Pasien terllihat labil pemberian terapi jadual aktivitas kegiatan dan mudah emosi. sehari – hari dan terapi general. Data pengkajian dalam kasus tersebut memenuhi syarat bahwa perilaku METODE yang dialami klien termasuk kepada Jenis penelitihan ini adalah deskriptif golongan resiko perilaku kekerasan. dengan menggunakan metode pendekatan Rencana keperawatan pada pasien studi kasus. Pada khasus ini, subyek perilaku kekerasan adalah setelah penelitihan yang diteliti sebanyak satu dilakukan tindakan keperawatan jiwa subyek dengan pasien resiko perilaku selama 7x 24 jam diharapkan pasien kekerasan. Tempat penelitihan ini dapat mengontrol marahnya dengan dilakukan diruang Nakula RSJD dr. Arif kriteria hasil : pasien dapat membina Zainudin Surakarta dengan waktu hubungan saling percaya, mampu pengambilan kasus dimulai pada tanggal mengidentifikasi penyebab, tanda dan 17 Februari sampai 23 Februari 2020. gejala, akibat penatalaksanaan cara Metode untuk pengumpulan data pada mengontrol perilaku kekerasan, mampu studi kasus ini dengan menggunakan menyebutkan kerugian dan manfaat wawancara, observasi dan studi kasus minum obat, dapat menjadikan kegiaaan yang ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah menjadi suatu kebiasaan, mampu dr.Arif Zainudin Surakarta. Etika studi mendemonstrasikan cara mengontrol kasus yang penulis gunakan informed perilaku kekerasan, mampu consent, anonymity, dan confidentiality. mengidentifikasi cara konstruktif atau cara-cara sehat dalam mengungkapkan HASIL kemarahan dan dapat menghafal dan Hasil pengkajian pada pasien, pasien melakukan berdoa (minimal 2 kegiatan). bernama Tn.A berusia 39 tahun dia Cara mengontrol perilaku kekerasan masuk Rumah Sakit Jiwa dr. Arif dengan cara terapi general yaitu Sp 1 ( Zainudin Surakarta. Data pengkajian Identifikasi perilaku kekerasan & latih pada pasien didapatkan data subyektif cara fisik), Sp 2 (Latih minum obat), Sp 3 adalah Pasien mengatakan sering (Latih cara verbal dengan baik), Sp 4 mengamuk dan membanting barang (Latih cara berdoa) dan pemberian jadwal dirumah dan saat marah tidak pulang ke sehari – hari. rumah, Pasien mengatakan sering Pemberian jadwal sehari-hari mengumpat saat marah, Pasien dilakukan untuk memonitor kegiatan pasien, jadual harian meliputi lembar mengontrol marah dengan berdoa, dzikir kertas yang sudah diisi kegiatan klien daan sholat 5 waktu. Data obyektif : sehari-harinya dari jam 05.00-21.00 dari pasien terlihat mampu dalam bangun tidur hingga tidur kembali. mempraktikan latihan fisik ( nafas dalam Kegiatan yang dilakukan antara lain jam dan pukul bantal ) obat, verbal dan 05.00 wib bangun tidur dan spiritual. pasien terlihat rileks saat membersihkan tempat tidur, jam 05.15 mempraktikkan. Assesment pasien yaitu wib sholat subuh, jam 05.30 mandi, jam masalah resiko perilaku kekerasan belum 06.00 makan pagi, jam 06.15 minum teratasi (+). Planning yaitu Hentikan obat, 07.00 olah raga pagi, 08.00 tensi intervensi. pagi, 08.30 mengobrol dengan teman, 09.20 menonton tv, 10.00 senam pagi, PEMBAHASAN 10.10 mengajarkan teknik relaksasi nafas Pengkajian dalam dan pukul bantal/kasur, 10.30 Pengkajian adalah sebagai dasar minum bubur ,10.40 Rehab, 11.10 tensi utama dari proses keperawatan. Tahap siang, 11.20 terapi aktivitas kelompok, pengkajian terdiri dari pengumpulan data 11.45 menonton tv dan mengobrol, 12.00 dan perumusan masalah klien. Data yang makan siang dan sholat Dzuhur, 12.30 dikumpulkan melalui data biologis, melatih verbal, 13.00 -15.00 tidur siang, psikologis, sosial dan spiritual 15.10 sholat ashar, 15.30 mengobrol dan (Keliat.Budi.A 1998 dalam Azizah menonton tv, 16.00 mandi sore, 16.15 2016). Hasil pengkajian pada pasien, mengajarkan teknik nafas dalam, 16.30 pasien bernama Tn.A berusia 39 tahun ia makan sore, 16.45 minum obat sore, masuk Rumah Sakit Jiwa dr. Arif 17.00 melatih verbal, 17.30 sholat Zainudin Surakarta. Data pengkajian magrib,18.00 tensi malam, 19.00 sholat pada pasien didapatkan data subyektif isya,19.15 dikir, 19.30 dzikir, 20.00 adalah Pasien mengatakan sering menonton tv, 20.50 membaca doa tidur, mengamuk dan membanting barang 21.00 tidur. dirumah dan saat marah tidak pulang ke Pada studi kasus ini diberikan rumah, Pasien mengatakan sering tindakan SP 1-4 dengan memasukannya mengumpat saat marah, Pasien kedalam jadual kegiatan harian. Dihari mengatakan jika mengamuk ada pertama dan kedua diberikan SP 1 latihan keinginan untuk memukul orang tersebut, fisik (identifikasi masalah, tarik nafas Pasien mengatakan saat ini belum cerai dalam dan pukul bantal), dihari ketiga, tetapi pisah rumah, Pasien mengatakan keempat dan kelima diberikan SP 2 (latih sering mengamuk setelah ditinggal istriya obat), dihari ke enam diberikan SP 3 ( pisah rumah. Pasien mengatakan mudah latih verbal), dan dihari ketujuh (latih tersinggung. Data obyektif saat observasi spiritual). Setelah itu ditulis dilembar selama wawancara yaitu Pembicaraan jadual kegiatan harian supaya tidak lupa. klien cepat dan keras saat diajak Hasil evaluasi selama 7 hari. Data mengobrol, tatapan mata yang tajam, obyektif yaitu pasien mengatakan sudah wajah pasien terlihat tegang dan gelisah, mempraktekkan tarik nafas dalam dan postur tubuh kaku, Pasien terlihat kurang pukul bantal tadi pagi, pasien rapi dengan rambut berantakan tidak mengatakan sudah patuh minum obat, disisir, kuku klien terlihat panjang, gigi sudah hafal tetang 6 benar minum obat, bewarna kuning, memakai sandal keuntungan dan kerugian minum obat, bewarna biru dan menggunakan baju pasien mengatakan sudah meminta rumah sakit jiwa, Pasien terllihat labil permen kepad temannya dan menolak dan mudah emosi. Hasil pengkajian ini dengan baik ajakkan temannya, pasien sesuai dengan penelitian (Prasetya,2018) mengatakan sudah melakukan cara gejala umum perilaku kekerasan seperti marah, mengamuk, melotot, pandangan pekerjaan sumber daya untuk tajam, tangan mengepal, berteriak, menyelesaikan sekumpulan tugas dalam agresif dan mengarah ke resiko perilaku jangka waktu tertentu yang artinya jadual kekerasan. Hal tersebut penulis menarik adalah suatu tahap pengambilan kesimpulan bahwa pasien mengalami keputusan. Jadual bertujuan untuk tidak resiko perilaku kekerasan jika tidak bisa lupa dalam melakukan suatu tindakan mengontrol marah dan jengkelnya. Dapat dan tidak kembali melakukan perilaku dibuktikan sesuai dengan tanda dan kekerasan. Metode pemberian terapi gejala perilaku kekerasan. penjadualan dengan menggunakan buku Diagnosa Keperawatan penjadualan yang akan digunakan oleh Dari data pengkajian subyektif dan pasien. Strategi pelaksanaan terapi jadual obyektif yang didapatkan bahwa pasien yang diberikan selama 1 minggu sesuai sering memperlihatkan mengancam dengan penelitian sebelumnya yang secara fisik, verbal, emosional kepada dilakukan oleh Prasetya (2018). Setelah orang lain atau lingkungan sekitar, pasien dilakukan tindakan terapi jadual terjadi termasuk ke dalam diagnosa resiko perubahan tanda dan gejala perilaku perilaku kekerasan sesuai yang sudah kekerasan pasien. dijelaskan (Prasetya,2018). Data Evaluasi pengkajian dalam kasus ini penulis Peneliti melakukan observasi menyimpulkan bahwa perilaku pasien sebelum dan setelah dilakukan terapi termasuk kepada golongan resiko jadual kegiatan sehari-hari. Pada evaluasi perilaku kekerasan. ini menunjukkan adanya penurunan tanda Intervensi dan gejala perilaku kekerasan pada Menurut sutejo (2019) strategi pasien dengan menggunakan terapi pelaksanaan pasien dengan resiko jadual. Hal ini dibuktikan dengan lembar perilaku kekerasan ada 4 cara antara lain observasi yang tercantum pada diagram SP 1 (Identifikasi penyebab, tanda-tanda, penurunan tanda dan gejala perilaku jenis perilaku kekerasan yang dilakukan kekerasan yang awalnya pasien dan latihan cara mengontrol perilaku menunjukan 9 dari 10 tanda dan gejala kekerasan secara fisik : tarik nafas dalam perilaku kekerasan seperti marah, dan pukul bantal), SP 2 (Latih minum mengamuk, pandangan mata tajam, obat), SP 3 (Latih secara verbal 3 cara tangan mengepal, berteriak, postur tubuh yaitu mengungkapkan, meminta, dan kaku, berbicara kotor, gelisah, jalan menolak dengan benar), SP 4 (Latih mondar mandir. Dan setelah dilakukan Latih cara mengontrol perilaku kekerasan terapi jadual, pasien masih menunjukan dengan berdoa). Berdasarkan hasil 3 tanda dan gejala perilaku kekerasan penelitian yang sudah dilakukan penulis yaitu tangan mengepal, postur tubuh memberikan terapi general (SP1, SP2, kaku, jalan mondar-mandir. Menurut SP3, SP4) dan pemberian terapi jadual penelitian sebelumnya yang dilakukan aktivitas kepada pasien selama 7 hari oleh Prasetya (2018) setelah dilakukan menurut teori dari sesuai dengan terapi terapi jadual sehari – hari pengetahuan jadual yang dilakukan oleh Prasetya pasien mengalami peningkatan, dan (2018) menjadikan pasien mandiri dalam Implementasi keperawatan mengontrol perilaku kekerasan sehingga Setelah menyusun intervensi mejadikannya suatu kebiasaan karena penulis selanjutnya melakukan berulang-ulang dilakukan. Pasien mampu implementasi pada Tn.A dengan mengontrol emosi dan secara kongnitif memberikan terapi jadual kegiatan akan selalu mengingat cara strategi dalam sehari-hari. Menurut Sriyanto dan Hasan mengontrol perilaku kekerasan. Pasien (2015) Jadual adalah suatu proses yang mampu dalam mengontrol perilaku kekerasan dengan terapi jadual dan terapi fasilitas buku penjadualan harian general (SP1, SP2, SP3 & SP4) secara yang menarik di setiap bangsal optimal dapat menurunkan tanda dan khususnya pasien perilaku gejala perilaku kekerasan. kekerasan. 2. Bagi Perawat Diharapkan perawat dapat Grafik Penurunan Tanda dan Gejala Perilaku meningkatkan asuhan keperawatan Kekerasan jiwa kepada setiap pasien perilaku Sebelum Terapi kekerasan dibangsal dengan Jadual menggunakan penjadualan dan terapi Setelah Terapi general (latihan fisik, obat, verbal 10 Jadual dan spiritual) sehingga pasien dapat 8 mengontrol perilaku kekerasan dan Terapi menjadikannya suatu kebiasaan. 6 Jadual dilakuka 3. Bagi Institusi Pendidikan 4 n selama Diharapkan institusi pendidikan 17 2 Februari dapat memberikan pembelajaran 0 2020- 23 tambahan tentang asuhan keperwatan SebelumSetelah jiwa khususnya dalam terapi penjadualan dan memberikan bimbingan kepada mahasiswa yang Grafik 1 Penurunan Tanda dan Gejala praktik sehingga penulis dapat Perilaku Kekerasan (Tn.A) melakukan asuhan keperawatan jiwa secara optimal. Berdasarkan grafik diatas didapatkan 4. Bagi Penulis data bahwa pemberian tindakan terapi Diharapkan penulis dapat jadual berpengaruh dalam penurunan memanfaatkan waktu seefektif tanda dan gejala resiko perilaku mungkin, sehingga dapat kekerasan. memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien secara optimal KESIMPULAN dirumah sakit jiwa. Pememberian terapi jadual aktivitas sehari-hari pada pasien dengan resiko DAFTAR PUSTAKA perilaku kekerasan dapat menurunkan tanda dan gejala perilaku kekerasan. Azizah, M.L. ,Zainuri, I. ,& Akbar, A. Terbukti dari setelah diberikan terapi (2016). Buku Ajar Keperawatan jadual dan terapi general terjadi Profesional. Jakarta : Pustaka penurunan tanda dan gejala perilaku Pelajar. kekerasan sebelum diberikan terapi Kemenkes RI. (2019). Laporan Nasional jadual 9 dan setelah dilakukan intervensi Rist Kesehatan Dasar (riskesdas). 3. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. SARAN www.kemkes.go.id diperoleh 1. Bagi Istitusi Pelayanan Kesehatan tanggal 15 November 2019 Diharapkan rumah sakit jiwa dapat Kemenkes RI. (2018). Laporan Nasional memberikan pelayanan yang optimal Rist Kesehatan Dasar (riskesdas). kepada pasien dan keluarga pasien Jakarta : Badan Penelitian dan sesuai visi dan misi rumah sakit. Pengembangan Kesehatan. Dengan adanya penjadualan www.kemkes.go.id diperoleh diharapkan rumah sakit memberikan tanggal 15 November 2019 Prasetya. (2018). Efektifitas Jadual Aktivitas Sehari-hari Terhadap Kemampuan Mengontrol Perilaku Kekerasan. Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, vol.1 hal 18-28. www.scholar.google.co.id diperoleh tanggal 2 November 2019 Sutejo. (2019). Keperawatan Jiwa.Yogyakarta : Pustaka Baru
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu