Anda di halaman 1dari 7

Program Studi DIII Keperawatan

Universitas Kusuma Husada Surakarta


Fakultas Ilmu Kesehatan
2020

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN


RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Syah Fitroh Mukti Saputri1, Maula Mar’atus2


1
Mahasiswa Prodi D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
akhuithuwputri@gmail.com
2
Dosen Prodi D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
maula.mar’atus@ukh.ac.id

ABSTRAK

Resiko Perilaku Kekerasan merupakan perilaku seseorang yang menunjukkan


bahwa pasien dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, lingkungan baik secara
fisik, emosional, seksual, dan verbal. Salah satu tindakan keperawatan jiwa mandiri
yang dapat diajarkan pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan yaitu terapi jadual
kegiatan aktivitas sehari- hari. Tujuan dari studi kasus ini untuk mengetahui gambaran
pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan.
Jenis penelitihan ini adalah deskrif dengan menggunakan metode pendekatan studi
kasus. Subyek penelitihan yang diteliti sebanyak satu subyek dengan pasien resiko
perilaku kekerasan dengan menggunakan terapi jadual harian untuk mengontrol perilaku
kekerasan dan menjadikannya suatu kebiasaan yang dilakukan secara berulang. Tempat
penelitihan ini dilakukan diruang Nakula RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta. Hasil studi
kasus ini menunjukan pemberian asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan resiko
perilaku kekerasan yang dilakukan dengan terapi jadual kegiatan sehari-hari selama
tujuh hari menunjukan adanya penurunan tanda dan gejala perilaku kekerasan yang
awalnya sebelum diberikan tindakan terapi jadual menunjukan 9 tanda dan gejala
perilaku kekerasan setelah dilakukan terapi jadual menjadi 3 tanda dan gejala perilaku
kekerasan. Rekomendasi dengan pemberian terapi jadual kegiatan harian dapat
menurunkan tanda dan gejala perilaku kekerasan dan peningkatan kemampuan klien
dalam mengontrol perilaku kekerasan secara mandiri dan menjadikannya suatu
kebiasaan.

Kata kunci: Resiko Perilaku Kekerasan,Terapi Jadual


PENDAHULUAN bermusuhan, mengamuk, Ingin berkelahi,
Menurut Data Riset Kesehatan Dasar menyalahkan dan menuntut. Intelektua l :
(2018) menunjukkan bahwa 7 dari 1000 Mendominasi, kasar, berdebat,
rumah tangga terdapat anggota keluarga meremehkan. Spiritual : Merasa diri
dengan skizofrenia. Lebih dari 19 juta berkuasa, merasa diri benar, mengkritik
orang berusia diatas 15 tahun terkena pendapat orang lain, menyinggung
gangguan mental emosional dan Lebih perasaan orang lain, tidak perduli dan
dari 12 juta orang berusia diatas 15 tahun kasar. Sosial : Menarik diri, pengasingan,
diperkirakan telah mengalami penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
despresi.WHO (2010) menyebutkan Perhatian : Mencuri, melarikan diri,
angka bunuh diri di Indonesia mencapai penyimpangan seksual.
1,6 hingga 1,8% per 100.000 jiwa (Riset Intervensi pada pasien dengan
kesehatan dasar,2019). Sedangkan perilaku kekerasan dapat dilakukan
prevelansi gangguan jiwa mengalami dengan pemberian terapi general dan
peningkatan dibuktikan bahwa pada efektifitas jadual kegiatan sehari-hari.
tahun (2013) adalah 6% untuk usia 15 terapi general antara lain menggunakan
tahun keatas atau sekitar 14 juta strategi pelaksanaan pasien ada 4 cara
orang,(Kemenkes RI,2018). Prevalasi antara lain SP 1 ( Identifikasi penyebab,
gangguan jiwa berat, seperti skinofrenia tanda-tanda, jenis perilaku kekerasan
adalah 1,7 per 1000 penduduk atau yang dilakukan dan Latihan cara
sekitar 400.000 orang (Riset Kesehatan mengontrol perilaku kekerasan secara
Dasar, 2013). American Psychiatric fisik : tarik nafas dalam dan pukul bantal,
Associaton menyebutkan dari beberapa SP 2 (Latih minum obat), SP 3 (Latih
penelitian melaporkan bahwa kelompok secara verbal 3 cara yaitu
individu yang didiagnosa mengalami mengungkapkan, meminta, dan menolak
skizofrenia mempunyai insiden lebih dengan benar), SP 4 (Latih Latih cara
tinggi untuk mengalami perilaku mengontrol perilaku kekerasan dengan
kekerasan (APA,2000, dalam Prasetya, berdoa). Intervensi tersebut dilakukan
2018). Resiko Perilaku Kekerasan kepada pasien lalu pasien setiap harinya
merupakan perilaku seseorang yang diberikan terapi jadual untuk mengevalasi
menununjukkan bahwa pasien dapat kemampuan pasien dalam mengontrol
membahayakan diri sendiri, orang lain, perilaku kekerasan (Prasetya,2018).
lingkungan baik secara fisik, emosional, Hasil penelitian Prasetya (2018)
seksual, dan verbal (Sutejo,2019). menunjukan bahwa terapi jadual kegiatan
Tanda dan gejala perilaku kekerasan sehari-hari selama 7 hari mampu
menurut Azizah dkk (2016) meliputi : mengontrol perilaku kekerasan yang
Fisik : Wajah merah ,Mata dilakukan pasien Skizofrenia di RSJD dr
melotot/pandangan tajam, Tangan Arif Zainudin Surakarta. Ada perbedaan
mengepal, Rahang mengantup, Wajah penurunan tanda dan gejala perilaku
tegang, Postur tubuh kaku, Mengepalkan kekerasaan antara pasien yang diberikan
tangan, Jalan mondar – mandiri:Verbal : teraapi jadual dan pasien yang tidak
Bicara kasar ,Suara tinggi, membentak , diberikan terapi jadual yaitu terdapaat
berteriak, Mengancam secara verbal, penurunan respon verbal, perilaku,
Mengancam secara fisik, Mengumpat emosi, intelektual dan respon fisik.
dengan kata-kata kotor, Suara keras, Hasil penelitian yang dilakukan
Ketus. Perilaku : Melempar benda, prasetya (2018) menunjukan pemberian
Memukul benda/orang lain, Menyerang terapi jadual kegiatan sehari-hari mampu
orang lain, Merusak lingkungan, Agresif. menurunkan tanda dan gejala perilaku
Emosi : Tidak adekuat, tidak aman dan kekerasan. Pengalaman dan pengamatan
nyaman, rasa terganggu, jengkel, peneliti pada pasien yang mengalami
resiko perilaku kekerasan sering ditandai mengatakan jika mengamuk ada
dengan perilaku marah, mengamuk, keinginan untuk memukul orang tersebut,
pandangan mata tajam, tangan mengepal, Pasien mengatakan saat ini belum cerai
berteriak, postur tubuh kaku, berbicara tetapi pisah rumah, Pasien mengatakan
kotor, gelisah, jalan mondar mandir sering mengamuk setelah ditinggal istriya
Setelah dilakukan pemberian jadual pisah rumah. Pasien mengatakan mudah
kegiatan sehari-hari secara kongnitif tersinggung. Data obyektif saat observasi
pasien meningkat, psikomotor pasien selama wawancara yaitu Pembicaraan
meningkat dan kemandirian pasien dalam klien cepat dan keras saat diajak
mengontrol resiko perilaku kekerasan mengobrol, tatapan mata yang tajam,
meningkat karena sudah menjadikan wajah pasien terlihat tegang dan gelisah,
kebiasaan. postur tubuh kaku, Pasien terlihat kurang
Berdasarkan latar belakang diatas rapi dengan rambut berantakan tidak
maka penulis melakukan studi kasus pada disisir, kuku klien terlihat panjang, gigi
pasien dengan resiko peilaku kekerasan bewarna kuning, memakai sandal
di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif bewarna biru dan menggunakan baju
Zainudin Surakarta dengan evaluasi rumah sakit jiwa, Pasien terllihat labil
pemberian terapi jadual aktivitas kegiatan dan mudah emosi.
sehari – hari dan terapi general. Data pengkajian dalam kasus
tersebut memenuhi syarat bahwa perilaku
METODE yang dialami klien termasuk kepada
Jenis penelitihan ini adalah deskriptif golongan resiko perilaku kekerasan.
dengan menggunakan metode pendekatan Rencana keperawatan pada pasien
studi kasus. Pada khasus ini, subyek perilaku kekerasan adalah setelah
penelitihan yang diteliti sebanyak satu dilakukan tindakan keperawatan jiwa
subyek dengan pasien resiko perilaku selama 7x 24 jam diharapkan pasien
kekerasan. Tempat penelitihan ini dapat mengontrol marahnya dengan
dilakukan diruang Nakula RSJD dr. Arif kriteria hasil : pasien dapat membina
Zainudin Surakarta dengan waktu hubungan saling percaya, mampu
pengambilan kasus dimulai pada tanggal mengidentifikasi penyebab, tanda dan
17 Februari sampai 23 Februari 2020. gejala, akibat penatalaksanaan cara
Metode untuk pengumpulan data pada mengontrol perilaku kekerasan, mampu
studi kasus ini dengan menggunakan menyebutkan kerugian dan manfaat
wawancara, observasi dan studi kasus minum obat, dapat menjadikan kegiaaan
yang ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah menjadi suatu kebiasaan, mampu
dr.Arif Zainudin Surakarta. Etika studi mendemonstrasikan cara mengontrol
kasus yang penulis gunakan informed perilaku kekerasan, mampu
consent, anonymity, dan confidentiality. mengidentifikasi cara konstruktif atau
cara-cara sehat dalam mengungkapkan
HASIL kemarahan dan dapat menghafal dan
Hasil pengkajian pada pasien, pasien melakukan berdoa (minimal 2 kegiatan).
bernama Tn.A berusia 39 tahun dia Cara mengontrol perilaku kekerasan
masuk Rumah Sakit Jiwa dr. Arif dengan cara terapi general yaitu Sp 1 (
Zainudin Surakarta. Data pengkajian Identifikasi perilaku kekerasan & latih
pada pasien didapatkan data subyektif cara fisik), Sp 2 (Latih minum obat), Sp 3
adalah Pasien mengatakan sering (Latih cara verbal dengan baik), Sp 4
mengamuk dan membanting barang (Latih cara berdoa) dan pemberian jadwal
dirumah dan saat marah tidak pulang ke sehari – hari.
rumah, Pasien mengatakan sering Pemberian jadwal sehari-hari
mengumpat saat marah, Pasien dilakukan untuk memonitor kegiatan
pasien, jadual harian meliputi lembar mengontrol marah dengan berdoa, dzikir
kertas yang sudah diisi kegiatan klien daan sholat 5 waktu. Data obyektif :
sehari-harinya dari jam 05.00-21.00 dari pasien terlihat mampu dalam
bangun tidur hingga tidur kembali. mempraktikan latihan fisik ( nafas dalam
Kegiatan yang dilakukan antara lain jam dan pukul bantal ) obat, verbal dan
05.00 wib bangun tidur dan spiritual. pasien terlihat rileks saat
membersihkan tempat tidur, jam 05.15 mempraktikkan. Assesment pasien yaitu
wib sholat subuh, jam 05.30 mandi, jam masalah resiko perilaku kekerasan belum
06.00 makan pagi, jam 06.15 minum teratasi (+). Planning yaitu Hentikan
obat, 07.00 olah raga pagi, 08.00 tensi intervensi.
pagi, 08.30 mengobrol dengan teman,
09.20 menonton tv, 10.00 senam pagi, PEMBAHASAN
10.10 mengajarkan teknik relaksasi nafas Pengkajian
dalam dan pukul bantal/kasur, 10.30 Pengkajian adalah sebagai dasar
minum bubur ,10.40 Rehab, 11.10 tensi utama dari proses keperawatan. Tahap
siang, 11.20 terapi aktivitas kelompok, pengkajian terdiri dari pengumpulan data
11.45 menonton tv dan mengobrol, 12.00 dan perumusan masalah klien. Data yang
makan siang dan sholat Dzuhur, 12.30 dikumpulkan melalui data biologis,
melatih verbal, 13.00 -15.00 tidur siang, psikologis, sosial dan spiritual
15.10 sholat ashar, 15.30 mengobrol dan (Keliat.Budi.A 1998 dalam Azizah
menonton tv, 16.00 mandi sore, 16.15 2016). Hasil pengkajian pada pasien,
mengajarkan teknik nafas dalam, 16.30 pasien bernama Tn.A berusia 39 tahun ia
makan sore, 16.45 minum obat sore, masuk Rumah Sakit Jiwa dr. Arif
17.00 melatih verbal, 17.30 sholat Zainudin Surakarta. Data pengkajian
magrib,18.00 tensi malam, 19.00 sholat pada pasien didapatkan data subyektif
isya,19.15 dikir, 19.30 dzikir, 20.00 adalah Pasien mengatakan sering
menonton tv, 20.50 membaca doa tidur, mengamuk dan membanting barang
21.00 tidur. dirumah dan saat marah tidak pulang ke
Pada studi kasus ini diberikan rumah, Pasien mengatakan sering
tindakan SP 1-4 dengan memasukannya mengumpat saat marah, Pasien
kedalam jadual kegiatan harian. Dihari mengatakan jika mengamuk ada
pertama dan kedua diberikan SP 1 latihan keinginan untuk memukul orang tersebut,
fisik (identifikasi masalah, tarik nafas Pasien mengatakan saat ini belum cerai
dalam dan pukul bantal), dihari ketiga, tetapi pisah rumah, Pasien mengatakan
keempat dan kelima diberikan SP 2 (latih sering mengamuk setelah ditinggal istriya
obat), dihari ke enam diberikan SP 3 ( pisah rumah. Pasien mengatakan mudah
latih verbal), dan dihari ketujuh (latih tersinggung. Data obyektif saat observasi
spiritual). Setelah itu ditulis dilembar selama wawancara yaitu Pembicaraan
jadual kegiatan harian supaya tidak lupa. klien cepat dan keras saat diajak
Hasil evaluasi selama 7 hari. Data mengobrol, tatapan mata yang tajam,
obyektif yaitu pasien mengatakan sudah wajah pasien terlihat tegang dan gelisah,
mempraktekkan tarik nafas dalam dan postur tubuh kaku, Pasien terlihat kurang
pukul bantal tadi pagi, pasien rapi dengan rambut berantakan tidak
mengatakan sudah patuh minum obat, disisir, kuku klien terlihat panjang, gigi
sudah hafal tetang 6 benar minum obat, bewarna kuning, memakai sandal
keuntungan dan kerugian minum obat, bewarna biru dan menggunakan baju
pasien mengatakan sudah meminta rumah sakit jiwa, Pasien terllihat labil
permen kepad temannya dan menolak dan mudah emosi. Hasil pengkajian ini
dengan baik ajakkan temannya, pasien sesuai dengan penelitian (Prasetya,2018)
mengatakan sudah melakukan cara gejala umum perilaku kekerasan seperti
marah, mengamuk, melotot, pandangan pekerjaan sumber daya untuk
tajam, tangan mengepal, berteriak, menyelesaikan sekumpulan tugas dalam
agresif dan mengarah ke resiko perilaku jangka waktu tertentu yang artinya jadual
kekerasan. Hal tersebut penulis menarik adalah suatu tahap pengambilan
kesimpulan bahwa pasien mengalami keputusan. Jadual bertujuan untuk tidak
resiko perilaku kekerasan jika tidak bisa lupa dalam melakukan suatu tindakan
mengontrol marah dan jengkelnya. Dapat dan tidak kembali melakukan perilaku
dibuktikan sesuai dengan tanda dan kekerasan. Metode pemberian terapi
gejala perilaku kekerasan. penjadualan dengan menggunakan buku
Diagnosa Keperawatan penjadualan yang akan digunakan oleh
Dari data pengkajian subyektif dan pasien. Strategi pelaksanaan terapi jadual
obyektif yang didapatkan bahwa pasien yang diberikan selama 1 minggu sesuai
sering memperlihatkan mengancam dengan penelitian sebelumnya yang
secara fisik, verbal, emosional kepada dilakukan oleh Prasetya (2018). Setelah
orang lain atau lingkungan sekitar, pasien dilakukan tindakan terapi jadual terjadi
termasuk ke dalam diagnosa resiko perubahan tanda dan gejala perilaku
perilaku kekerasan sesuai yang sudah kekerasan pasien.
dijelaskan (Prasetya,2018). Data Evaluasi
pengkajian dalam kasus ini penulis Peneliti melakukan observasi
menyimpulkan bahwa perilaku pasien sebelum dan setelah dilakukan terapi
termasuk kepada golongan resiko jadual kegiatan sehari-hari. Pada evaluasi
perilaku kekerasan. ini menunjukkan adanya penurunan tanda
Intervensi dan gejala perilaku kekerasan pada
Menurut sutejo (2019) strategi pasien dengan menggunakan terapi
pelaksanaan pasien dengan resiko jadual. Hal ini dibuktikan dengan lembar
perilaku kekerasan ada 4 cara antara lain observasi yang tercantum pada diagram
SP 1 (Identifikasi penyebab, tanda-tanda, penurunan tanda dan gejala perilaku
jenis perilaku kekerasan yang dilakukan kekerasan yang awalnya pasien
dan latihan cara mengontrol perilaku menunjukan 9 dari 10 tanda dan gejala
kekerasan secara fisik : tarik nafas dalam perilaku kekerasan seperti marah,
dan pukul bantal), SP 2 (Latih minum mengamuk, pandangan mata tajam,
obat), SP 3 (Latih secara verbal 3 cara tangan mengepal, berteriak, postur tubuh
yaitu mengungkapkan, meminta, dan kaku, berbicara kotor, gelisah, jalan
menolak dengan benar), SP 4 (Latih mondar mandir. Dan setelah dilakukan
Latih cara mengontrol perilaku kekerasan terapi jadual, pasien masih menunjukan
dengan berdoa). Berdasarkan hasil 3 tanda dan gejala perilaku kekerasan
penelitian yang sudah dilakukan penulis yaitu tangan mengepal, postur tubuh
memberikan terapi general (SP1, SP2, kaku, jalan mondar-mandir. Menurut
SP3, SP4) dan pemberian terapi jadual penelitian sebelumnya yang dilakukan
aktivitas kepada pasien selama 7 hari oleh Prasetya (2018) setelah dilakukan
menurut teori dari sesuai dengan terapi terapi jadual sehari – hari pengetahuan
jadual yang dilakukan oleh Prasetya pasien mengalami peningkatan, dan
(2018) menjadikan pasien mandiri dalam
Implementasi keperawatan mengontrol perilaku kekerasan sehingga
Setelah menyusun intervensi mejadikannya suatu kebiasaan karena
penulis selanjutnya melakukan berulang-ulang dilakukan. Pasien mampu
implementasi pada Tn.A dengan mengontrol emosi dan secara kongnitif
memberikan terapi jadual kegiatan akan selalu mengingat cara strategi dalam
sehari-hari. Menurut Sriyanto dan Hasan mengontrol perilaku kekerasan. Pasien
(2015) Jadual adalah suatu proses yang mampu dalam mengontrol perilaku
kekerasan dengan terapi jadual dan terapi fasilitas buku penjadualan harian
general (SP1, SP2, SP3 & SP4) secara yang menarik di setiap bangsal
optimal dapat menurunkan tanda dan khususnya pasien perilaku
gejala perilaku kekerasan. kekerasan.
2. Bagi Perawat
Diharapkan perawat dapat
Grafik Penurunan Tanda
dan Gejala Perilaku meningkatkan asuhan keperawatan
Kekerasan jiwa kepada setiap pasien perilaku
Sebelum
Terapi
kekerasan dibangsal dengan
Jadual menggunakan penjadualan dan terapi
Setelah
Terapi
general (latihan fisik, obat, verbal
10 Jadual dan spiritual) sehingga pasien dapat
8 mengontrol perilaku kekerasan dan
Terapi menjadikannya suatu kebiasaan.
6 Jadual
dilakuka 3. Bagi Institusi Pendidikan
4 n selama Diharapkan institusi pendidikan
17
2 Februari dapat memberikan pembelajaran
0 2020- 23 tambahan tentang asuhan keperwatan
SebelumSetelah jiwa khususnya dalam terapi
penjadualan dan memberikan
bimbingan kepada mahasiswa yang
Grafik 1 Penurunan Tanda dan Gejala praktik sehingga penulis dapat
Perilaku Kekerasan (Tn.A) melakukan asuhan keperawatan jiwa
secara optimal.
Berdasarkan grafik diatas didapatkan 4. Bagi Penulis
data bahwa pemberian tindakan terapi Diharapkan penulis dapat
jadual berpengaruh dalam penurunan memanfaatkan waktu seefektif
tanda dan gejala resiko perilaku mungkin, sehingga dapat
kekerasan. memberikan asuhan keperawatan
jiwa pada pasien secara optimal
KESIMPULAN dirumah sakit jiwa.
Pememberian terapi jadual aktivitas
sehari-hari pada pasien dengan resiko DAFTAR PUSTAKA
perilaku kekerasan dapat menurunkan
tanda dan gejala perilaku kekerasan. Azizah, M.L. ,Zainuri, I. ,& Akbar, A.
Terbukti dari setelah diberikan terapi (2016). Buku Ajar Keperawatan
jadual dan terapi general terjadi Profesional. Jakarta : Pustaka
penurunan tanda dan gejala perilaku Pelajar.
kekerasan sebelum diberikan terapi Kemenkes RI. (2019). Laporan Nasional
jadual 9 dan setelah dilakukan intervensi Rist Kesehatan Dasar (riskesdas).
3. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
SARAN www.kemkes.go.id diperoleh
1. Bagi Istitusi Pelayanan Kesehatan tanggal 15 November 2019
Diharapkan rumah sakit jiwa dapat Kemenkes RI. (2018). Laporan Nasional
memberikan pelayanan yang optimal Rist Kesehatan Dasar (riskesdas).
kepada pasien dan keluarga pasien Jakarta : Badan Penelitian dan
sesuai visi dan misi rumah sakit. Pengembangan Kesehatan.
Dengan adanya penjadualan www.kemkes.go.id diperoleh
diharapkan rumah sakit memberikan tanggal 15 November 2019
Prasetya. (2018). Efektifitas Jadual
Aktivitas Sehari-hari Terhadap
Kemampuan Mengontrol Perilaku
Kekerasan. Jurnal Kesehatan Panca
Bhakti Lampung, vol.1 hal 18-28.
www.scholar.google.co.id
diperoleh tanggal 2 November
2019
Sutejo. (2019). Keperawatan
Jiwa.Yogyakarta : Pustaka Baru

Anda mungkin juga menyukai