Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.

M
DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI
RUANG KRONIS PRIA II
RSJD ABEPURA
Oleh
JANET TANDI SAPPA
144011.01.18.130
Latar Belakang

 Menurut data WHO tahun 2016, terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta
orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia.
 Sedangkan di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas (2018) didapatkan estimasi prevalensi
orang yang pernah menderita skizofrenia di Indonesia sebesar 1,8 per 1000 penduduk.
 Kondisi dari Provinsi Papua dan Papua Barat juga mengalami kenaikan skizofrenia dari 1,2
tahun 2013 menjadi 4,5% pada tahun 2018; gangguan emosional dari 4,2 menjadi 8,5%;
sedangkan depresi diangka 4,0%.
 (ODGJ) di Jayapura pada tahun 2013 dan 2018 meliputi Skizofrenia meningkat dari 1,7%
menjadi 7,0%; depresi mengalami peningkatan tipis diangka 6% menjadi 6,1%; sedangkan
mental emosional dari 6 menjadi 9,8%.
 Berdasarkan dari semua data yang didapatkan di atas, terutama data RSJD Abepura
(Jayapura) yang menderita penyakit skizofrenia dari tahun 2018 dan 2019 meningkat
menjadi 7,0%; sehingga penulis tertarik untuk mengangkat dan menyusun karya tulis
ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. M dengan Perilaku
Kekerasan di Ruang Kronis II Pria RSJD Abepura “.
Konsep Dasar Medis
Definisi Perilaku Kekerasan

 Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku kekerasan dapat
dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku
kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan
atau perilaku kekerasan terdahulu (Damaiyanti, 2012).
 Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut
(Saragih,dkk, 2014). Menurutnya perilaku kekerasan ini dapat berupa muka masam, bicara
kasar, menuntut dan perilaku yang kasar disertai kekerasan.
 Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang yang
diarahkan pada diri sendiri (dapat berupa melukai diri sendir atau membiarkan diri dalam
bentuk penelantaran diri), orang lain (dengan melakukan Tindakan agresif pada orang lain)
atau lingkungan seperti perilaku lingkungan (Yusuf dkk, 2015).
Penyebab Perilaku Kekerasan

Menurut Direja (2011), faktor terjadinya perilaku kekerasan terdiri atas :


a). Faktor predisposisi antara lain :
 Faktor psikologis
 Faktor sosial budaya
 Faktor biologis

b). Faktor presipitasi antara lain :


 Klien
 Interaksi
 Lingkungan
Rentang Respon Perilaku Kekerasan

Menurut Damaiyanti, M & Iskandar (2014), perilaku kekerasan merupakan status rentang
respon emosi dan ungkapan kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik.
Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses penyampaian pesan dari
individu. Dan Rentang respon kemarahan individu dimulai dari respon adaptif sampai pada
respon maladaptif.
Tanda Dan Gejala

Deden Dermawan Rusdi (2013) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut :
 Fisik
 Verbal
 Perilaku
 Emosi
 Intelektual
 Spiritual
 Sosial
 Perhatian
Pohon Masalah Perilaku Kekerasan
Mekanisme Koping Perilaku Kekerasan

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diharapkan pada penatalaksanaan stress dan
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri (Stuart, 2013).
Menurut Prabowo (2014) mekanisme koping yang digunakan pada klien dengan perilaku
kekerasan untuk melindungi dirinya antara lain :
 Sublimasi
 Proyeksi
 Represi
 Reaksi Formasi
 Deplacment
Penatalaksanaan Perilaku Kekerasan

Menurut Prabowo (2014) penatalaksanaan pada klien dengan perilaku kekerasan


antara lain :
 Farmakoterapi
 Terapi Okupasi
 Peran Serta Keluarga
 Terapi Somatik
 Terapi Kejang Listrik ( ECT )
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Definisi Pengkajian
Menurut Stuart (2011) pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengetahui status Kesehatan klien. Tahap pengkajian
terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Pengkajian
dilakukan secara komprehensif. Untuk mendapatkan informasi yang lengkap dalam
mengembangkan daftar diagnosis keperawatan pada klien (Vaughans, 2013). Metode
pengumpulan data dapat menggunakan observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, dan studi
dokumentasi. Hasil pengkajian dapat berupa data subjektif yang berasal dari klien dan data
objektif yang berasal dari pengamatan perawat serta studi dokumentasi yang dilakukan.

Menurut Damaiyanti & Iskandar (2012) : Faktor Penyebab Perilaku Kekerasan Pada
dasarnya pengkajian pada klien perilaku kekerasan ditunjukan pada semua aspek, yaitu
biopsikososial-kultural-spiritual.
 Analisa Data
Dengan melihat data subyektif dan objektif dapat menentukan permasalahan yang dihadapi
pasien. Dan dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui penyebab, afek dari masalah
tersebut. Dari hasil analisa data inilah dapat ditentukan diagnosa keperawatan (Keliet, 2011).
 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status Kesehatan atau
masalah actual atau resiko dalam rangka megidentifikasi dan menentukan intervensi
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah Kesehatan
klien yang ada pada tanggung jawabnya (Tarwoto & Wartonah, 2011). Dan masalah
keperawatan yang mungkin akan muncul untuk masalah perilaku kekerasan adalah :
1. Harga diri rendah
2. Perilaku kekerasan
3. Koping individu tidak efektif
4. Perubahan Presepsi sensori : Halusinasi
5. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain dan lingkungan
Lanjutan Intervensi
Lanjutan Intervensi
Lanjutan Intervensi
Lanjutan Intervensi
Tabel 2.2 Implementasi
Lanjutan Implementasi
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.
M DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI
RUANG KRONIS PRIA II
RSJD ABEPURA
PEMBAHASAN

Asuhan Keperawatan ini dilakukan di RSJ Abepura dimana RSJ ini merupakan satu-
satunya RSJ yang di provinsi papua. Visi Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura
Jayapura adalah terwujudnya pelayanan kesehatan jiwa secara paripurna, dan Misi
Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura Jayapura adalah Menyediakan sarana dan
prasarana secara memadai, menyediakan sumberdaya manusia (SDM) secara
memadai, dan Melaksanakan standar operasional prosedur secara optimal. Dan
sedangkan untuk Motto Rumah Sakit Jiwa Abepura Jayapura adalah Tersenyum
(Terampil dalam bekerja, simpatik dalam penampilan, nyaman dalam perasaan,
unggul dalam pemikiran, dan manusiawi dalam berpikir).
Pengkajian Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Tn. M selama 3x pertemuan dari
tanggal 15 sampai 17 maret 2021 di ruang kronis pria 2 RSJD Abepura dengan Perilaku
kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura didapatkan data bahwa Tn. M yaitu
klien mengekspresikan secara fisik kemarahannya dengan tatapan mata yang tajam, Klien
terlihat tegang saat di wawancara dan klien tampak marah saat di ajak berbicara. Setelah
dilakukan pengkajian yang lebih spesifik, didapatkan data bahwa klien pernah mengalami
perilaku kekerasan yang ditunjukkan dengan adanya Riwayat memukul saudaranya
dirumah karena pasien ini merupakan pasien lama yang sudah keluar rumah sakit dan
putus obat.
Sedangkan menurut Damaiyanti, M & Iskandar (2014) tentang rentang respon
marah yang dimulai dari respon asertif, frustasi, pasif, agresif, sampai dengan kekerasan.
Bahwa hal tersebut sesuai dengan teori dan Faktor psikologis menjadi faktor penyebab
timbulnya perilaku kekerasan. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa pengkajian yang
dilakukan penulis tidak jauh bedanya dengan teori menurut damaiyanti, M & Iskandar
(2014) tentang respon perilaku kekerasan dan faktor psikologis.
Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan pada Tn. M penulis merumuskan 3
masalah keperawatan Yaitu : Perilaku Kekerasan, Harga Diri Rendah, dan Halusinasi Audio
(Pendengaran), Menurut Dermawan (2013) masalah keperawatan yang mungkin muncul pada
klien dengan perilaku kekerasan yaitu harga diri rendah, perilaku kekerasan, koping individu tidak
efektif, gangguan persepsi sensori : halusinasi dan resiko mencederai diri sendiri orang lain dan
lingkungan. Menurut Rachmania, D. (2016) masalah keperawatan yang mungkin muncul pada
klien dengan perilaku kekerasan yaitu halusinasi, harga diri rendah, dan perilaku kekerasan.
Hal ini sejalan dengan Cahyo Baskoro (2020) masalah keperawatan yang yang menyertai
pada klien perilaku kekerasan yaitu perilaku kekerasan, harga diri rendah, perilaku kekerasan,
koping individu tidak efektif, dan resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Dengan demikian penulis merumuskan bahwa tidak ada perbedaan antara teori dan kasus.
Namun ada dua diagnosa yang ada dalam teori yang tidak masuk pada kasus. Tn. M adalah
Perilaku kekerasan, Harga diri rendah dan Halusinasi Audio (Pendengaran). Hal ini terjadi karena
penulis hanya merumuskan diagnosa, effect, core problem, dan causa di karenakan pada saat
dilakukan pengkajian kepada klien Tn. M hanya ketiga diagnosa ini yang ditemukan.
Intervensi Keperawatan
Intervensi yang penulis berikan pada Tn. M dengan diagnosa keperawatan utama yaitu perilaku kekerasan,
adalah bina hubungan saling percaya dengan komunikasi teraupetik, mengidentifikasi penyebab perilaku
kekerasan dengan membantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal, mengidentifikasi
tanda dan gejala perilaku kekerasan dengan membantu tanda dan gejala perilaku kekerasan, mengidentifikasi
akibat perilaku kekerasan dengan menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien, dan mendemonstrasikan
cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan dengan cara relaksasi Tarik nafas dalam, dan memukul bantal.
Menurut Prabowo (2014) intervensi pada klien dengan perilaku kekerasan antara lain : Farmakoterapi,
Terapi okupasi, Peran serta keluarga, Terapi somatic, dan Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy
( ECT ).Menurut Rosdahl, Caroline Bunker. (2014) intervensi pada klien dengan perilaku kekerasan antara lain :
Farmakoterapi, Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy ( ECT ). dan Peran serta keluarga.
Hal ini sejalan dengan Videbeck (2011) keberhasilan perawat di rumah sakit dapat sia-sia tidak diteruskan
di rumah yang kemudian mengakibatkan klien harus dirawat Kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal
asuhan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat klien di rumah, sehingga kemungkinan
kekambuhan dapat dicegah.
Dengan demikian penulis merumuskan bahwa tidak ada perbedaan antara Intervensi yang diberikan
penulis kepada Tn. M saat melakukan pengkajian dengan Intervensi menurut teori Prabowo (2014), penelitian
menurut Videbeck (2011), dan penelitian Rosdahl, Caroline Bunker (2014).
Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang diberikan penulis pada Tn. M dengan diagnosa keperawatan perilaku
kekerasan adalah Tindakan mandiri yang penulis berikan pada Tn. M yaitu SP1P, dan SP2P, dimana SP1P yaitu
Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, Mengidentifikasi tanda dan gejala Perilaku kekerasan,
Mengidentifikasi Perilaku kekerasan yang dilakukan, Mengidentifikasi akibat Perilaku kekerasan, Menyebutkan
cara mengontrol Perilaku kekerasan, Membantu pasien mempraktekan latihan cara mengontrol Perilaku kekerasan
secara fisik 1 tarik nafas dalam, Membantu pasien mempraktekan latihan cara mengontrol Perilaku kekerasan
secara fisik 1 tarik nafas dalam, dan Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian. Dan untuk SP2P
yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik
2 : memukul bantal, dan menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.
Menurut Carrol (2012), Tindakan keperawatan yaitu Tindakan mandiri, dan Tindakan kolaborasi antara
perawat dengan dokter atau tenaga Kesehatan lainnya di Rumah sakit.Sedangkan menurut Tarwoto & Wartonah
(2011), Tindakan keperawatan digolongkan menjadi tiga yaitu Tindakan mandiri, Tindakan delegasi, dan
Tindakan kolaborasi.
Berdasarkan uraian di atas penulis merumuskan bahwa tidak di temukan kesenjangan antara teori dengan
kasus. Namun penulis hanya melakukan tindakan secara mandiri yakni SPIP, dan SPIIP. Sedangkan tindakan
delegasi dan kolaborasi belum dilakukan yakni SPIIIP, SPIVP, dan SPVP. Tetapi akan di lanjutkan oleh perawat
dan tim medis lainnya di ruangan.
Hal ini di karenakan keterbatasan waktu.mandiri yakni SPIP, dan SPIIP. Sedangkan tindakan delegasi dan
kolaborasi belum dilakukan yakni SPIIIP, SPIVP, dan SPVP. Tetapi akan di lanjutkan oleh perawat dan tim medis
lainnya di ruangan. Hal ini di karenakan keterbatasan waktu.
Evaluasi Keperawatan
Setelah penulis melakukan Asuhan keperawatan selama tiga hari ( 15-17 Maret 2021 ) di Ruang Kronis
Pria 2 RSJD Abepura, hasil evaluasi yang di dapatkan penulis adalah tiga masalah keperawatan yang
muncul saat melakukan pengkajian, tetapi penulis merumuskan bahwa cuman satu diagnosa prioritas
yang penulis lakukan kepada klien Tn. M dengan masalah keperawatan Perilaku kekerasan.
Hasil Evaluasi penulis pada Tn. M dengan diagnosa keperawatan utama yaitu perilaku kekerasan selama
tiga kali pertemuan adalah :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya di tandai dengan :
 Klien mau membalas salam
 Klien mau menjabat tangan
 Klien mau menyebutkan nama
 Klien mau tersenyum
 Klien mau kontak mata
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan ditandai dengan :
 Klien mengungkapkan perasaannya
 Klien mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal
Lanjutan Evaluasi Keperawatan
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
 Klien mengungkapkan perasaan jengkel/kesal
 Klien menyimpulkan tanda dan gejala jengkel/kesal yang dialaminya
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan ditandai
dengan :
 Klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
 Klien mengetahui cara yang biasa dilakukan untuk menyelesaikan masalah
5. Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
yaitu :
 Klien dapat melakukan Teknik Tarik nafas dalam
 Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik : memukul bantal.
PENUTUP
 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. M di Ruang Kronis Pria 2 RSJD Abepura
pada tanggal 15 sampai 17 Maret 2021 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil pengkajian dengan masalah keperawatan Perilaku Kekerasan penulis
mendapatkan data subjektif yaitu keluarga pasien mengatakan pasien suka memukul saudaranya
dirumah, dan sering menutup telinganya sambil berjaln mondar-mandir, dengan tatapan mata yang
tajam dan tampak marah, pasien merupakan pasien lama yang sudah keluar rumah sakit dan putus
obat, pasien tidak mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan selalu menyendiri. Dan
data objektif yaitu Pasien selalu bertingkah laku bingung dan melukai dirinya dengan cara
membenturkan dahinya ke tempat tidur atau tembok, pasien tampak tegang dan gelisah. Dan untuk
masalah keperawatan Harga diri rendah penulis mendapatkan data objektif yaitu pasien tidak
mampu berinteraksi dengan kelompok maupun masyarakat dalam kegiatan, dan dalam berinteraksi
dengan orang lain pasien masih memikirkan apa yang harus dijawabnya, dan jawaban yang
dikeluarkan dari mulut pasien selalu singkat saja. Dan untuk masalah keperawatan yang ketiga yaitu
Halusinasi Audio (Pendengaran) penulis mendapatkan data objektif yaitu ketakutan saat mendengar
suara-suara lain yang membuat wajah pasien menjadi
datar, pasien berjalan mondar-mandir, dan dan karena pasien tidak dapat memenuhi terapi oral dan
dukungan dari keluarga.
2. Berdasarkan hasil masalah keperawatan penulis mendapatkan 3 masalah
keperawatan yaitu Perilaku Kekerasan, Harga Diri Rendah, dan Halusinasi Audio
(Pendengaran),
3. Berdasarkan masalah keperawatan aktual “ Perilaku Kekerasan “ Penulis
memberikan intervensi, Yaitu Tarik napas dalam, dan Memukul bantal.
4. Implementasi yang dilakukan penulis pada Tn. M dengan perilaku kekerasan
sesuai dengan intervensi keperawatan yang diberikan pada Tn. M adalah : melakukan
SP1P, dan SP2P.
5. Hasil Evaluasi penulis pada Tn. M dengan masalah keperawatan utama yaitu perilaku kekerasan selama
tiga kali pertemuan adalah :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya di tandai dengan :
 Klien mau membalas salam
 Klien mau menjabat tangan
 Klien mau menyebutkan nama
 Klien mau tersenyum
 Klien mau kontak mata
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan ditandai dengan :
 Klien mengungkapkan perasaannya
 Klien mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan :
 Klien mengungkapkan perasaan jengkel/kesal
 Klien menyimpulkan tanda dan gejala jengkel/kesal yang dialaminya
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan ditandai dengan :
 Klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
 Klien mengetahui cara yang biasa dilakukan untuk menyelesaikan masalah
5. Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan yaitu :
 Klien dapat melakukan Teknik Tarik nafas dalam
 Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik : memukul bantal.
Saran

1. Manfaat untuk Mahasiswa


 Menambah informasi dan menambah wawasan penulis dalam melakukan studi kasus dan
mengaplikasikan ilmu tentang asuhan keperawatan pasien dengan masalah perilaku
kekerasan.
2. Manfaat untuk Institusi
 Untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan Asuhan Keperawatan Jiwa dengan
kasus perilaku kekerasan di Ruang Kronis II Pria RSJD Abepura. 
3. Manfaat untuk Lahan
 Dapat memberikan masukan dalam pelayanan Kesehatan yaitu dengan memberikan dan
mengajarkan strategi pelaksanaan Tindakan keperawatan pada keluarga dan terutama untuk
pasien sebagai salah satu cara untuk meningkatkan koping keluarga dan pasien serta dapat
menjadikan peran keluarga untuk ikut aktif berpartisipasi dalam mengimplementasikan
strategi pelaksanaan dalam asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai