Anda di halaman 1dari 44

TERAPI SPIRITUAL MENDENGARKAN ASMAUL HUSNA PADA

PASIEN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG MADRIM


RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO
PROVINSI JAWA TENGAH

Di Sususun Oleh :

Ana Nur Afifah (1808002)


Cita Puspita Sari (1808004)
Danang Danu F. (1808005)
Eri Andani (1808009)
Irma Nur Diana (1808014)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYA HUSADA
SEMARANG
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. J DENGAN
GANGGUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG MADRIN
RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH ” .

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.


Kami menyadari bahwa makalah ini dapat tersusun berkat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Ns. Khusnul Aini, M. Kep.Sp.Kep. J selaku dosen pembimbing dalam praktik


keperawatan jiwa yang telah memberikan bimbingannya,

2. Titik Suerni, M. Kep.Sp.Kep. J selaku CI di ruang Madrin RSJD Dr. Amino


Gondohutomo yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan baik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan


baik pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dan siapa saja yang membacanya.

Semarang, 12 Desember 2018

Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri
dalam menghadapi stresor di lingkungan sekitar dengan selalu berpikir positif
dalam keselarasan tanpa adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara
internal maupun eksternalyang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir
dan Muhith, 2011). Menurut WHO kesehatan jiwa adalah berbagai
karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (Direja, 2011).
Salah satu gangguan jiwa adalah perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan
adalah suatu kadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain
(Yosep dalam Damaiyanti, 2012).
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa
jumlah prevalensi gangguan jiwa berat nasional sebesar 1,3 permil.
Prevalensi psikosis tertinggi di Yogyakarta dan Aceh masing-masing 2,7% ,
sedangkan yang terendah di Kalimantan Barat sebesar 0,7% di Jawa Tengah
sendiri sebesar 2,3% menempati posisi ke empat terbesar bersama Bali
dibawah Sulawesi Selatan sebesar 2,6%. Prevalensi penduduk indonesia yang
gangguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah 11,6%,
sedangkan yang terendah di Lampung sebesar 1,2% dan di Jawa Tengan
sendiri sebesar 4,7% (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan data Kabid Keperawatan Dr. Amino Gondohutomo provinsi
Jawa Tengah hasil rekapitulasi laporan tahun 2014 dari bulan Januari - April
jumlah gangguan jiwa sebanyak 789 orang dengan kasus Resiko Perilaku
Kekerasan sebanyak 378 pasien (47,90%) sedangkan pada tahun 2015 bulan
Januari hingga September pasien gangguan jiwa berjumlah 5.339 pasien dan
pasien yang didiagnosa keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan berjumlah
2.258 orang pasien (42,30%). Di Indonesia peningkatan jumlah penderita
gangguan jiwa cukup banyak hal ini dikarenakan dari berbagai aspek
misalnya keadaan ekonomi yang rendah, konflik yang sering terjadi, bencana
dimana-mana (Direja, 2011).
Berdasarkan data di ruang Madrim dari bulan November terdapat 45
klien dan yang mengalami Resiko Perilaku Kekerasan sebanyak 19 klien.
Berdasarkan wawancara dengan perawat sebagian klien yang dirawat sudah
pernah mengalami gangguan jiwa dan pernah di rawat di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan jurnal Alifudin, Ahmad. Dkk yang berjudul “Pengaruh
Mendengarkan Asmaul Husna Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien
Resiko Perilaku Kekerasan Di Rsjd Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah” didapatkan hasil bahwa ada pengaruh mendengarkan asmaul husna
terhadap tingkat kecemasan pada pasien resiko perilaku kekerasan (Alifudin,
Ahmad. dkk, 2016).
Berdasarkan jurnal Saputri, Laela Dwi.dkk tentang “pengaruh terapi
spiritual mendengarkan ayat suci Alquran terhadap kemampuan mengontrol
emosi pasien resiko perilaku kekerasan di RSJD Dr Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa tengah” didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan terapi mendengarkan ayat suci alquran terhadap kemampuan
mengontrol emosi pada pasien resiko perilaku kekerasan (Saputri, dkk. 2015).
Terapi religi dapat mempercepat penyembuhan, hal ini telah dibuktikan
oleh berbagai para ahli seperti yang dilakukan oleh Ahmad Al Khadi, direktur
utama Islamic Medicine Institude for Eduation and Research di Florida
Amerika Serikat melakukan presentasi tentang hasil penelitiannya dengan
tema pengaruh Al quran pada manusia dalam persfektif fosiologi dan
psikologi hasil penelitian tersebut terdapat penurunan depresi, kesedihan,
memperoleh ketenangan jiwa menunjukkan hasil positif bahwa
mendengarkan ayat suci Alquran memiliki pengaruh yang signifikan dalam
menurunkan ketegangan urat saraf reflektif (Ahmad dalam jurnal Saputri, L.
D, dkk. 2015).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pratika (2014) yang berjudul
pengaruh terapi religi mendengarkan ayat suci al-quran terhadap penurunan
perilaku kekerasan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo menunjukkan bahwa
ada pengaruh terapi religi yang dilakukan pada pasien perilaku kekerasan
untuk peneurunan perilaku salah satunya mendengarkan ayat suci al-quran
(surat An-nas, Al-iklas, Al-falaq dan Yasin).

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Setelah membahas kasus ini diharapkan mengerti dan memberikan
asuhan keperawatan pada pasien perilaku kekerasan.
2. Tujuan Khusus
     Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan
b. Merumuskan diagnosa untuk klien dengan perilaku kekerasan
c. Membuat perencanaan untuk klien dengan perilaku kekerasan
d. Melakukan implementasi pada klien dengan perilaku kekerasan
e. Membuat evaluasi pada klien dengan perilaku kekerasan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. RESIKO PERILAKU KEKERASAN


A. Masalah Utama
Perilaku kekerasan.

B. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
konstruktif  (Yosep, 2013).
Perilaku kekerasan merupakan bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak memiliki
tujuan khusus tetapi lebih merujuk pada suatu perangkat perasaan-
perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Rusdi,
2013).

C. Tanda dan Gejala


1. Fisik
a. Mata melotot/ pandangan tajam
b. Tangan mengepal
c. Rahang mengatup
d. Wajah memerah
e. Postur tubuh kaku
2. Verbal
a. Mengancam
b. Mengumpat dengan kata-kata kotor
c. Suara keras
d. Bicara kasar, ketus
3. Perilaku
a. Menyerang orang lain
b. Melukai diri sendiri/ orang lain
c. Merusak lingkungan
d. Amuk/ agresif

D. Penyebab
1. HDR (Harga Diri Rendah) 
a. Pengertian

Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga,


tidak berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (keliat, 2011). Harga
diri rendah situasional merupakan perkembangan persepsi
negatif tentang harga diri sebagai respons seseorang terhadap
situasi yang sedang dialami (Wilkinson, 2012).

Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan


tentang diri atau kemampuan diri yang negative terhadap diri
sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
dalam mencapai keinginan(Herman, 2011). Gangguan harga
diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap
diri sendiri, yang menjadikan hilangnya rasa percaya diri
seseorang karena merasa tidak mampu dalam mencapai
keinginan (Fitria, 2009).

b. Tanda dan Gejala


Menurut Carpenito, L.J (2012); Keliat, B.A (2011) 
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan
akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan
sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi
sinar pada kanker
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak
akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/
mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3) Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya
tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
4) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien
tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan,
misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
6) Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri
kehidupan. (Yosep, 2013).

E. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-
tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya,
seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah
dll. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk
mencederai diri orang lain dan lingkungan.

F. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku Kekerasan/amuk Core Problem

Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah


(Budi Ana Keliat, 2013)
G. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji
1. Masalah keperawatan:
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perilaku kekerasan / amuk
c. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku
kekerasan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Data Subyektif :

1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.


2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika  sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
a) Mata merah, wajah agak merah.
b) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak,
menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
c) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan
tajam.
d) Merusak dan melempar barang-barang.
e) Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif
a) Mata merah, wajah agak merah.
b) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
c) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan
tajam.
d) Merusak dan melempar barang-barang.
e) Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data subyektif: 
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri
hidup.

H. DiagnosaKeperawatan
Perilaku kekerasan

I. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa : perilaku kekerasan
Tujuan Umum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan:

a. Bina hubungan saling percaya :salam terapeutik, empati, sebut


nama perawat dan jelaskan tujuan
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku

Tindakan:

a. Beri kesempatan mengungkapkan


b. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan
klien dengan sikap
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku

Tindakan :

a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan


saat jengkel/kesal.
b. Observasi tanda perilaku
c. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang
dialami
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.

Tindakan:

a. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa


b. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang
biasa
c. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya
selesai?"
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku

Tindakan:

a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.


b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
c. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahan.

Tindakan :

a. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.


b. Diskusikan cara lain yang sehat. Secara fisik :tarik nafas dalam
jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
c. Secara verbal : katakana bahwa anda sedang marah atau kesal /
tersinggung
d. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada
Tuhan untuk diberi kesabaran.
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku

Tindakan:

a. Bantu memilihcara yang paling tepat.


b. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah
c. Bantu mensimulasikan cara yang telah
d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
e. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel /
marah.
8. Klien mendapat dukungan dari

Tindakan :

a. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui


pertemuan
b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).

Tindakan:

a. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi,


efek dan efeksamping).
b. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama
klien, obat, dosis, cara dan waktu).
c. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat
yang dirasakan.
2. TERAPI SPIRITUAL ASMAUL HUSNA
1. Spiritual
A. Pengertian

Spiritualitas adalah hubungan dengan yang maha kuasa dan maha

pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu.

Kata spiritual sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Untuk

memahami pengertian spiritual dapat dilihat dari berbagai sumber.

Menurut Oxford English Dictionary, untuk memahai makna spiritual

dapat diketahui dari arti kata-kata berkut ini : persembahan, dimensi

supranatural, berbeda dengan dimensi fisik, perasaan atau pernyataan

jiwa , kekudusan, sesuatu yang suci, pemikiran yang intelektual dan

berkualitas, adanya perkembangan pemikiran dan perasaan , adanya

perasaan humor, ada perubahan hidup, dan berhubungan dengan

organisasi keagamaan. Sedangkan berdasarkan etimologinya spiritual

berarti sesuatu yang mendasar, penting, dan mampu menggerakkan

serta memimpin cara berfikir dan bertingkah laku seseorang.

Berdasarkan konsep keperawatan, makna spiritual dapat

dihubungkan dengan kata-kata : makna, harapan, kerukunan, dan

sistem kepercayaan (Dyson, 2015). Para ahli keperawatan

menyimpulkan bahwa spiritual merupakan sebuah konsep yang dapat

diterapkan pada seluruh mausia. Spiritual juga merupakan aspek yang

menyatu dan universal bagi semua manusia. Setiap orang memiliki

dimensi spiritual. Dimensi ini mengintegrasi, memotivasi,

menggerakkan, dan mempengaruhi seluruh aspek hidup manusia.

B. Fungsi dan tujuan psikoterapi islami


Disamping sebagai suatu ilmu yang dapat berguna untuk semua umat

manusia, psikoterapi mempunyai fungsi dan tujuan yang jelas nyata,

komplit, dan mulia. Fungsi psikoterapi islami itu sendiri yaitu

(Hamdani, 2010) :

a. Understanding. Memberikan fungsi pemahaman atau

pengertian tentang manusia dan problematika dalam kehidupan

serta agar manusia tersebut dapat berusaha untuk mencari

situasi yang baik.

b. Control. Memberi potensi yang dapat mengarah aktifitas setiap

hamba Allah agar tetap dalam penjagaan, pengawasan, dan

pengendalian dari Allah.

c. Prediction. Seseorang yang memiliki potensi ini dapat

digunakan sebagai dasar dalam melakukan analisis ke depan

tentang segala peristiwa, kejadian dan bimbingan, tuntutan dan

pengajaran dari Alaah SWT.

C. Bentuk metode psikoterapi

Dalam melakukan pelepasan diri dari lingkaran setan itu selain

biasanya dengan menggunakan metode melakukan ibadah utama yang

seperti shalat wajib, puasa, dzikirullah, berdoa, membawa al quran dan

sholawat kepada Nabi SAW dan dilakukan dengan kerja psikologi

umum dan secara spiritual (An Najar, 2013).

Dalam proses psikoterapi membutuhkan interaksi verbal yang aktif

anatara pasien dengan terapis, karena selain untuk membangun suatu


kepercayaan dalam proses terapi, interaksi verbal juga dapat berguna

dalam pemberian stimulus terhadap kerja kognitif pasien (George dan

Chrestiani, 2014).

Psikoterapi melalui al quran dalam ayat ayat al quran sesungguhnya

terdapat keutamaan yang sangat besar dalam menjernihkan hati dan

membersihkan jiwa.

D. Pengertian Al-Asma’ Al-Husna

Kamus kontemporer arab indonesia mengartikan al asma al husna

dengan “nama-nama allah yang berjumlah 99”. Istilah ini diambil dari

bebrapa ayat al quran yang menegaskan bahwa allah mempunyai

berbagai nama terbaik, melalui nama itu, umat islam bisa mengetahui

keagungan allah dan menyeru dengan nama-nama tersebut ketika

berdoa dan mengharap kepadanya.

Selain itu , kata al husna menunjukkan bahwa nama-nama yang di

sandang allah menunjukkan sifat-sifat yang amat sempurna dan tidak

sedikitpun tercemar dengan kekurangan. Sebagai contoh bagi manusia

kekuatan diperoleh melalui sesuatu yang bersifat materi seperti otot-

otot yang berfungsi dengan baik, dengan kata lain manusia

membutuhkan hal tersebut. Untuk memiliki kekuatan. Namun

kebutuhan tersebut tidak mungkin sesuai dengan kebesaran allah ,

sehingga sifat kuat bagi allah hanya dapat dipahami dengan

menyingkirkan segala hal yang mengandung makna kekurangan dan

kebutuhan.
E. Nilai-nilai sosial dalam Al-Asma’ Al-Husna

1. Kepekaan sosial

Kepekaan sosial secara sederhana dapat diartikan sebagai

kemampuan seseorang untuk bereaksi secara cepat dan tepat

terhadap objek atau situasi sosial tertentu yang ada di sekitarnya.

Bentuk kepekaan sosial lainnya adalah keberanian meminta maaf

bila melakukan kesalahan, serta menghargai orang lain yang

memiliki kondisi yang berbeda.

2. Kepedulian sosial

Kepedulian sosial adalah perasaan bertanggung jawab atas

kesulitan yang dihadapi oleh orang lain dan seseorang tersebut

terdorong untuk melakukan sesuatu untuk membantunya.

Kepedulian sosial dalam kehidupan bermasyarakat lebih kental

diartikan sebagai perilaku baik seseorang terhadap orang lain di

sekitarnya.

3. Kerukunan

Kerukunan merupakan kondisi dan proses tercipta dan

terpeliharanya pola-pola interaksi yang beragam diantara unit-unit

yang otonom. Kerukunan mencerminkan hubungan timbal balik

yang ditandai oleh sikap saling menerima, saling mempercayai,

saling menghormati dan menghargai, serta sikap saling memaknai

kebersamaan.

F. Cara meneladani sifat-sifat Allah yang terkandung dalam Al-Asma Al-


Husna

a. Dengan meningkatkan ma’rifah melalui pengetahuan dan

ketaqwaan. Dalam tahapan ini seorang hamba dituntut untuk

mempelajari dan menyakini kebesaran sifat-sifat Allah.

b. Membebaskan diri dari perbudakan syahwat dan hawa nafsu.

Kesucian sifat Allah tidak akan dapat meresap kepada hamba

yang kotor akan perbudakan nafsu syahwat yang diikutinya,

sehingga penting sekali hamba berjuang dan mengalahkan

nafsu yangsering kali membuatnya lalai akan Allah SWT.

c. Dengan menyucikan jiwa dengan berakhlak dengan akhlak

allah.

BAB III
PROGRAM ASKEP INOVASI

1. Kasus
Tn. J Tn. JK Tn. F
No Identitas Klien
.
A. Nama Tn. J Tn JK Tn. F
Umur 38 Tahun 40 Tahun 31 Tahun
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Laki-laki
Agama Islam Nasrani Islam
Pendidikan Tidak tamat sekolah S1 Manajemen SMP
Pekerjaan Tidak bekerja Tidak bekerja Karyawan swasta
Tgl MRS 27/11/2018 1/12/2018 1/12/2018
Tgl Pengkajian 6/12/2018 3/12/2018 4/12/2018
No. CM 00020706 00020603 000129385
Ruang Rawat Madrim Madrim Madrim
Dx Medis Skizofreni tak terinci Gangguan afektif Skizofrenia tak
bipolar terinci
Penanggung Tn. C Tn. D Ny. R
Jawab
Hubungan Klien Adik kandung klien Adik kandung Kakak kandung klien
B. Alasan Masuk : 1 bulan sebelum 5 hari sebelum masuk 3 hari sebelum
masuk rumah sakit, rumah sakit, klien masuk rumah sakit,
klien mengeluh tidak mengeluh sulit tidur, klien mulai marah-
bisa tidur, 1 minggu sering mondar- marah dan
klien tampak gelisah, mandir tidak jelas, mengamuk,
mondar-mandir tidak sering mainan air, mengganggu anak
jelas, suka bicara klien mudah perempuan, merusak
sendiri, diajak bicara tersinggung dan barang – marang,
tidak nyambung, 3 marah-marah tertawa sendiri,
hari sebelum masuk bicara ngelantur dan
rumah sakit klien sulit tidur.
mulai marah-
marah,mudah
tersinggung, dan
sering merusak
barang-barang
dirumah
C. Faktor Klien pernah Klien mengatakan Klien mengatakan
Predisposisi : mengalami pernah mengalami pernah mengalami
gangguan jiwa gangguan jiwa di gangguan jiwa di
dimasa lalu, klien masa lalu. Klien masa lalu. Klien
pernah dirawat di pernah di rawat di pernah di rawat di
RSJD dengan RSJD terakhir pada RSJD Amino
keluhan yang sama, tahun Maret 2018. Gondohutomo
klien keluar masuk klien mengatakan terakhir pada tahun
RSJD ±16 x, terakhir pada saat remaja 2018. pengobatan
dirawat bulan Klien pernah sebelumnya kurang
agustus 2018. mengkonsumsi berhasil karena klien
Pengobatan NAPZA pada tahun tidak rutin minum
sebelumnya kurang 1999, dan klien obat dan tidak
berhasil karena klien terdiagnosa kontrol. Klien
tidak rajin control HIV/AIDS pada mengatakan pernah
dan klien tidak tahun 1999/ pada saat melakukan aniaya
teratur minum obat. klien masih remaja. fisik terhadap rekan
Klien mengatakan Klien mengatakan kerjanya karena
pernah melakukan sejak terdiagnosa berebut cewek. Klien
aniaya fisik pada HIV klien dijauhi pernah melakukan
tahun 2016 yaitu oleh orang-orang aniaya seksual yaitu
memukul saudara terdekat karena takut sealu menggoda dan
klien tanpa sebab jika tertular. Klien memegang atau
yang jelas. pada saat remja meraba anak gadis.
Klien belum pernah sering mengikuti Klien pernah
mengalami aniaya tawuran antar teman mengalami
seksual baik sebagai sekolah. Klien penolakan dari
pelaku, korban, mengatakan belum orang-orang disekir
maupun saksi. menikah, klien klien karena kondisi
Klien pernah pernah bekerja kejiwaan klien yang
mengalami korban sebagai sales sandal terganggu.
penolakan dari dan sepatu sejak Masyarakat takut
masyarakat dan tahun 2012 - 2017 jika klien menyakiti
orang- orang dan pada tahun 2018 orang lain dan anak
disekitar klien klien tidak gadis yang ada di
karena kondisi bekerja.Klien lingkungannya
kejiwaan klien yang mengatakan sehingga klien
terganggu. pengobatan dikucilkan
Masyarakat takut sebelumnya kurang masyarakat. Klien
jika klien menyakiti berhasil karena klien pernah mengalami
orang lain, sehingga sering lupa minun kekerasan dalam
klien dikucilkan obat. keluarga pada klien
masyarakat. Klien pernah berusia 15 tahun.
Klien mengatakan melakukan aniaya Klien juga pernah
belum pernah fisik sebagai pelaku menlakukan
mengalami pada tahun 2000-an, kekerasan yaitu
kekerasan dalam klien pernah pernah memukul
keluarga. Namun memukul/ bertengkar rekan kerjanya hanya
pernah melakukan dengan temannya. karena berebut
kekerasan terhadap Pada tahun 2017 perempuan. Klien
salah satu anggota klien pernah belum pernah
keluarganya. Yaitu memukul adik melakukan tindakan
memukul Ayah klien kandungnya tanpa krimital seperti
karena marah sebab. Klien tidak tawuran yang dapat
keinginannya tidak pernah melakukan membuat klien
terpenuhi. aniaya seksual baik berurusan dengan
Klien belum pernah sebagai pelaku, kepolisian. Klien
mengalami atau kornan, maupun pernah mengalami
melakukan tindakan saksi. Klien pernah penolakan dari
criminal yang dapat mengalami orang-orang disekitar
berurusan dengan penolakan dari karena penyakit
polisi baik sebagai orang-orang disekitar kejiwaan klien.
pelaku,korban klien karena penyakit Anggota keluarga
maupun saksi. yang klien derita klien tidak ada yang
Anggota keluarga pada tahun 1990-an. mengalami gangguan
klien tidak ada yang Klien pernah jiwa. Klien
mengalami melakukan tindakan mengatakan pernah
gangguan jiwa. kekerasan kepada mengalami
Klien mengatakan anggota keluarga pengalaman masa
pernah mengalami yaitu pada adik lalu yang tidak
kejadian tidak kandung klien. Klien menyenangkan yaitu
menyenangkan yaitu klien pernah saat klien berusia 15
saat klien masih mengikuti tawuran tahun klien pernah
kecil, klien pernah pada saat remaja. mengalami
dibully teman- Anggota keluarga kekerasan oleh
temannya yang ada klien tidak ada yang keluarganya dan
di desa bahwa klien mengalami gangguan klien di kucilkan di
adalah orang yang jiwa. Klien masyarakat.
aneh, sehingga mengatakan pernah
banyak orang yang memengalami masa
menjauhi klien. lalu yang
Klien saat masih menyakitkan yaitu
kecil tidak ketika pada tahun
mempunyai teman 1990-an klien
dekat. menderita penyakit
HIV yang membuat
klien mengalami
penolakan dari
orang-orang di
sekitar klien, klien
mengalami trauma
karena sering diejek
sebagai sumber
penyakit sehingga
klien merasa sedih
dan sakit hati jika
klien mengingat
kejadian tersebut.

Masalah 1. Resiko Perilaku 1. Respon pasca 1. Resiko perilaku


Keperawatan : kekerasan trauma kekerasan
2. Respon pasca
trauma
D. Pemeriksaan TD : 120/90 mmHg TD : 140/90 mmHg TD : 120/90 mmHg
Fisik N : 94 x/menit N : 92x/ menit N : 89x/ menit
S : 36,4˚C S : 36, 5 oC S : 36, 7oC
TB : 173 cm TB : 162 cm TB : 165 cm
BB : 72 kg BB : 55 kg BB : 65 kg
IMT : 24 (BB Ideal) IMT : 21 (BB ideal) IMT : 24 (BB ideal)
Keluhan fisik : (-) Keluhan fisik : (-) Keluhan fisik : (-)
E. Psikososial Klien adalah anak ke Klien adalah anak ke Klien adalah anak ke
2 dari 4 bersaudara. tiga dari empat 3 dari 3 bersaudara.
Klien mempunyai 1 bersaudara. Semua Klien tinggal dengan
kakak laki-laki, 1 saudaranya adalah ibu dan kakaknya.
adik perempuan dan laki-laki. Klien Komunikasi dalam
1 adik laki-laki. tinggal berdua keluarga baik, klien
Klien tinggal dengan ibunya selalu menceritakan
bersama Ayah, Ibu, karena ayahnya masalahnya pada
Kakak dan adik laki- sudah meninggal ibunya. Pengambilan
lakinya. Sedangkan pada tahun 2016, keputusan di dalam
adik perempuan kedua kakaknya anggota keluarga
klien tinggal sudah menikah dan diambil oleh
bersama suaminya, memiliki rumah kakaknya. Klien
klien tidak terlalu sendiri, begitu juga mengatakan
dekat dengan dengan adik klien. menerimakeadaan
keluarganya. Klien sangat dekat fisik tubuhnya dari
Komunikasi dalam dengan ibu dan ujung rambut sampai
anggota keluarga adiknya. Klien selalu ujung kaki. Klien
baik tidak ada bercerita kepada adalah seorang laki-
hambatan, jika ada adiknya ketika ada laki berusia 31 tahun
masalah diselesaikan masalah. Komunikasi belum menikah.
dengan cara antar keluarga baik. Pendidikan terakhir
kekeluargaan. Pengambilan klien yaitu SMP.
Pengambilan keputusan diambil Klien bekerja
keputusan dalam oleh ibunya dengan sebagai supir box,
keluarga diambil cara kekeluargaan. namun sekarang
oleh kepala keluarga. Klien mengatakan klien sudah tidak
Klien mengatakan menerima keadaan bekerja karena di
menerima keadaan fisik tubuhnya dari rawat di RSJD. Klien
fisik tubuhnya dari ujung rambut sampai ingin segera sembuh
ujung rambut sampai ujung kaki. Klien dan kembali bekerja
ujung kaki. adalah seorang laki- lagi. Klien
Klien adalah seorang laki berusia 40 tahun, mengatakan malu
laki-laki berusia 38 belum menikah, karena dianggap
tahun, belum lulusan fakultas aneh oleh kakaknya
menikah, tidak tamat manajemen UNIKA dan orang-orang di
sekolah dan tidak tahun 2000-an dan sekitarnya.
bekerja. belum bekerja. Klien Masalah
Klien tidak tidak mempunyai keperawatan : Harga
mempunyai pekerjaan tetap, diri rendah
pekerjaan tetap, kegiatan sehari-hari
hanya membantu klien hanya Klien mengatakan
kedua orang tua menonton tv dan orang yang sangat
dirumah. Pemenuhan bermain game. berarti dalam
kebutuhan sehari- Kebutuhan sehari- hidupnya adalah
hari dipenuhi oleh hari klien dipenuhi ibunya. Klien
orang tua, klien oleh orang tua. Klien mengatakan sering
mengatakan mengatakan mengikuti
mempunyai impian mempunyai impian perkumpulan motor
untuk bekerja dan untuk bekerja dan vespa di lingkungan
membangun rumah memiliki keluarga. rumahnya. Klien
tangga. Klien mengatakan mengatakan tidak
Klien mengatakan semenjak klien ada masalah atau
malu bertemu dirawat di rumah hambatan saat
dengan tetangga sakit jiwa klien berhubungan dengan
karena takut merasa malu jika orang lain.
dianggap sebagai pulang nanti klien
orang gila. takut di cap sebagai Spiritual :
orang gila Klien mengatakan
beragama islam,
Masalah 1. Harga diri rendah 1. Harga Diri Rendah klien jarang sholat,
Keperawatan : kronik klien sholat jika
2. Gangguan Peran klien dipaksa oleh
Klien mengatakan perawat.
Klien mengatakan orang yang sangat
orang yang sangat berarti dalam
berarti bagi klien hidupnya adalah ibu Masalah
adalah kedua orang dan adiknya.klien keperawatan :
tuanya. Klien mengatakan rajin depresi spiritual
mengatakan tidak mengikuti kegiatan
pernah mengikuti kemasyarakatan di
kegiatan di sekitar kompleks
masyarakat, klien perumahan. Klien
sehari-hari hanya mengatakan tidak
berdiam diri di malu bertemu dan
rumah. Klien berbincang-bincang
mengatakan malu dengan teman-teman
untuk berbicara disekitar rumah.
dengan tetangga atau Spiritual:
orang-orang di Klien mengatakan
sekitar klien karena sudah masuk islam
klien merasa sekitar 1 tahun, klien
tetangga klien bisa menulis
menganggap klien bismillah, menghafal
adalah orang yang surat-surat pendek,
aneh. klien percaya adanya
Tuhan yang
Masalah Isolasi sosial menciptakan seluruh
Keperawatan : alam semesta. Klien
mengatakan sejak di
Spiritual : rumah sakit klien
Klien adalah seorang berusaha untuk sholat
muslim dan percaya 5 waktu bersama
adanya Tuhan, teman-teman di
namun dalam ruangan.
beribadah klien
masih malas-
malasan, seperti
tidak rutin sholat 5
waktu. Klien
mengatakan ketika
klien beribadah
dirumah bersama
orang tua, dan
selama dirumah sakit
klien terkadang
sholat berjamaah
dengan klien lain.

Masalah Depresi spiritual


Keperawatan:

F. Status Mental Penggunaan pakaian Penggunaan pakaian Status Mental :


sesuai, klien sesuai, klien Klien berpenampilan
berpakaian rapi, berpakaian rapi, sesuai, rambut
klien mandi dan rambut lurus, klien panjang dan
ganti baju mandiri, mandi dan ganti baju berantakan, pasien
klien mandi mandiri, klien cukup berkumis dan
menggunakan alat memperhatikan berjangot. Klien
mandi (sabun, penampilan dan mandi 2 kali sehari
shampoo), rambur kebersihan. Klien menggunakan sabun,
pendek dan rapi, berbicara dengan klien jarang
rambut bersih tidak nada keras, terkadang menggosok gigi,
ada ketombe. Klien berbicara ngelantur, klien jarang keramas,
dalam berbicara klien mudah klien mengganti baju
terkadang keras, tersinggung. 2 kali sehari.
lambat, atau
membisu, klien tidak Masalah keperawatn:
mampu mengawali Defisit perwatan diri.
pembicaraan, klien
tidak menjawab klien dalam
pertanyaan yang berbicara keras,
diberikan perawat. lambat dan kurang
jelas, klien mudah
Masalah Kerusakan Resiko perilaku tersinggung, klien
keperawatan : komunikasi verbal kekerasan tidak mampu
mengawali
Klien tampak agitasi Klien tampak pembicaraan, saat di
atau gerakan motorik kompulsif yaitu tanya oleh perawat
yang menunjukkan melakukan kegiatan terkadang jawaban
kegelisahan ketika yang sama berulang- klien ngelantur.
diajak bicara. Klien ulang, seperti mandi,
tampak mondar- mencuci muka dan
mandir. tangan. Masalah
keperawatan:
Masalah Risiko tinggi cidera Risiko tinggi cidera Kerusakan
Keperawatan: komunikasi verbal

Klien mengatakan Klien mengatakan Klien bicara dengan


khawatir. senang berada di RSJ nada tinggi sering
karena temannya berjalan mondar-
Masalah Ketakutan banyak. mandir. Klien
Keperawatan: mengatakan sering
merasa sedih dan
Klien tampak labil, Klien labil, mudah khawatir.
ketika ditanya klien marah dan mudah
menunjukkan tersinggung. Masalah
ekspresi dan emosi keperawatan:
yang berubah-ubah. Ansietas
Terkadang tampak
snyum-senyum Klien mempunyai
sendiri terkadang afek datar ketika
tampak murung. diajak berbicara
klien tidak ada
Masalah Kerusakan interaksi Risiko perilaku perubahan roman
Keperawatan: sosial kekerasan muka pada saat ada
stimulus yang
Klien tampak kurang Klien tidak mampu menyenangkan atau
kooperatif, klien mempertahankan menyedih. Klien
tidak mampu kontak mata, klien tampak kooperatif,
mempertahankan tampak kooperatif, klien tidak mampu
kontak mata, saat saat ditanya klien mempertahankan
ditanya terkadang selalu menjawab kontak mata, klien
klien hanya diam pertanyaan yang di saat diajak bicara
saja. berikan. terkadang
jawabannya tidak
Masalah Kerusakan sesuai dengan apa
Keperawatan: kominikasi yang ditanyakan.
Klien tidak Klien tidak
Klien tidak mengalami gangguan mengalami gangguan
mengalami sensori persepsi. sensori persepsi.
gangguan sensori Klien berbicara Klien berbicara
persepsi. Klien berbelit-belit namun berbelit-belit namun
dalam berbicara sampai pada tujuan sampai pada tujuan
berbelit-belit namun atau pertanyaan yang atau pertanyaan yang
sampai pada tujuan diajukan perawat. diajukan perawat.
atau pertanyaan yang
diajukan perawat.

Masalah Kerusakan Kerusakan Kerusakan


keperawatan: komunikasi komunikasi komunikasi

Klien tidak Klien mengatakan Klien tidak


mengalami dirinya adalah mengalami gangguan
gangguan isi pikir seorang pengusaha isi pikir atau waham.
atau waham. Klien dan sudah sering Klien menyadari
menyadari bahwa jalan-jalan keluar bahwa klien sedang
klien sedang berada negeri dan seluruh berada di RSJD,
di RSJD, klien tau pulau di Indonesia. klien tau siapa yang
siapa yang diajak diajak bicara, klien
bicara, klien tidak Masalah keperawatan tidak mengalami
mengalami : gangguan proses disorientasi waktu,
desorientasi, klien pikir : waham tempat dan orang.
masih tau dan kebesaran Klien tidak
mengerti waktu, mengalami gangguan
tempat, dan orang. Klien menyadari dalam memori, klien
Klien mengalami bahwa klien sedang dapat mengingat
gangguan dalam berada di rumah sakit kejadian yang terjadi
memori, klien tidak jiwa, klien tidak pada masa lalu, klien
dapat mengingat mengalami dapat mengingat
kejadian yang terjadi disorientasi waktu, kenapa klien dibawa
pada masa lalu, tempat dan orang. ke RSJD. Klien
kejadian 1 bulan Klien tidak ketika diajak bicara
terakhir. Klien ketika mengalami gangguan mudah beralih dari
diajak berbicara daya ingat karena satu obyek ke obyek
klien mudah beralih klien masih bisa yang lain. Tingkat
dari satu obyek ke menjelaskan kegiatan konsentrasi klien
obyek lain, klien sehari-hari dan alasan baik, klien dapat
tidak mampu pertama kali klien menjawab
menjawab masuk rumah sakit. pertanyaan misal 40
pertanyaan misal 50- Tingkat konsentrasi + 30 hasilnya 70.
30. klien tidak klien baik, klien klien tidak mampu
mampu mengambil mampu menjawab mengambil
keputusan secara pertanyaan misal 60- keputusan secara
mandiri. Klien 30 hasilnya 30. Klien mandiri, klien jika
mengingkari belum mampu mengambil
penyakit yang mengambil keputusan harus
diderita, klien keputusan secara bermusyawarah dulu
menyalahkan mandiri, klien jika dengan kakak dan
keluarganya kenapa mengambil ibunya. Klien
klien sampai dirawat keputusan harus menyadari kenapa
di RSJD Dr. Amino bermusyawarah dulu klien harus dirawat
Gondohutomo. dengan keluarga. di RSJD.
Klien menyadari
penyakit yang
diderita sehingga
sehingga klien harus
dirawat di rumah
sakit jiwa.

Masalah Perubahan proses


keperawatan: pikir
G. Kebutuhan Klien mengatakan Klien mengatakan Klien mengatakan
persiapan makan 3 kali sehari makan 3 kali sehari makan 3 kali sehari
pulang dengan nasi, lauk tanpa bantuan orang dengan nasi, lauk,
pauk dan buah. Klien lain. Klien dapat pauk dan buah. Klien
selalu menghabiskan BAB/BAK secara selalu menghabiskan
makanannya, mandiri, klien tau makanannya, klien
terkadang klien dimana klien harus selalu minta untuk
minta untuk tambah BAB/BAK. Klien tambah nasi dan
nasi ketika merasa mandi lebih dari 2 selalu minta lauk
makanan dari RS kali, klien mandi dari klien lain. Klien
sangat enak. Klien menggunakan sabun, mampu mengambil
mampu mengambil klien rajin dan membereskan
dan membereskan menggosok gigi makanannya sendiri.
makanannya sendiri. menggunakan pasta Klien mampu
Klien mampu gigi dan klien rajin BAB/BAK secara
BAB/BAK secara keramas mandiri, klien tau
mandiri, klien tau menggunakan dimana klien harus
dimana klien harus shampoo. Klien dapat BAB/BAK. Klien
BAB/BAK. Klien memilih pakaian dan mandi 2 kali sehari
mandi 2 kali sehari, penggunaan pakaian yaitu pagi dan sore.
klien jarang sesuai. Klien tidur Klien jarang
menggosok gigi, siang 3-4 jam sehari, menggosok gigi,
klien rajin keramas, tidur malam 6-8 jam klien menggunakan
klien mandi sehari, klien sabun mandi, klien
menggunakan sabun mengatakan setelah tidur siang 5-6 jam
mandi, menggunting bangun tidur badan sehari, tidur malem
kuku, klien klien terasa lebih 6-8 jam sehari, klien
mencukur jenggot segar. Klien mampu mengatakan setelah
atau rambut jika minum obat sendiri, bangun tidur badan
diingatkan oleh klien ingat kapan lebih segar. Klien
perawat. Kondisi klien harus minum jika minum obat
badan klien cukup obat. Klien harus dengan
bersih, tidak bau mengatakan jarang bimbingan dan
badan namun klien pergi ke pusat motivasi dari
bau mulut karena kesehatan untuk perawat. Klien
jarang menggosok memeriksakan jarang memeriksakan
gigi. Klien mampu kesehatannya. kesehatannya ke
berpakaian sendiri, Keluarga sangat pelayanan kesehatan.
pakaian yang mendukung untuk Keluarga sangat
digunakan sesuai dan kesembuhan klien mendukung untuk
rapi, klien ganti baju sehingga keluarga kesembuhan klien
2 kali sehari yaitu akan rutin untuk sehingga keluarga
pagi dan sore, klien mengajak kontrol akan rutin mengajak
tidak menggunakan kesehatan jiwa klien kontol dan
alas kaki. Klien tidur dan akan sering mengingatkan klien
siang dari jam 13.00 mengingatkan klien minum obat. Klien
WIB sampai jam untuk rajin minum mengatakan dirumah
15.00 WIB. Tidur obat. Klien klien mampu
malam jam 20.00 mengatakan dirumah mengambil dan
WIB sampai jam klien mampu menyajikan makanan
05.00 WIB. Ketika mengambil dan sendiri, klien mampu
bangun tidur klien menyajikan makanan membersihkan
merasa tubuhnya di meja makan, klien rumah dan menjaga
lebih segar. Klien mampu kerapian, klien
tidak mengalami membersihkan rumah mampu mencuci
gangguan tidur. dan menjaga pakaian sendiri, klien
Klien mengatakan kerapian, klien yang mengatur
minum obat 2kali mampu mencuci keuangan adalah
sehari, jenis obat pakaian sendiri, klien ibunya.
Clozapin 2 x 50 mg, mengatakan yang
klien minum obat mengatur keuangan
dengan bantuan dirumah adalah
bimbingan dan ibunya.
motivasi dari
perawat untuk
minum obat. Klien
mengatakan setelah
sembuh dan keluar
dari rumah sakit
klien akan rajin
kontrol dan minum
obat. Keluarga klien
sangat mendukung
untuk kesembuhan
klien sehingga
keluarga akan rutin
untuk membawa
klien kontrol. Klien
mengatakan dirumah
klien mampu
mengambil dan
menyajikan makanan
di meja makan, klien
mampu
membersihkan
rumah dan menjaga
kerapian, klien
mampu mencuci
pakaian sendiri,
klien mengatakan
yang mengatur
keuangan dirumah
adalah ibunya.
H. Pola Mekanisme Mekanisme koping Mekanisme koping Mekanisme koping
Koping klien Maladaptif maladaptif karena maladaptif karena
karena saat klien saat klien mengalami saat klien marah
mengalami masalah masalah atau klien klien melampiaskan
atau marah klien sedang marah klien dengan memukul
biasanya merusak biasanya merusak orang disekitarnya.
barang-barang atau barang atau memukul
memukul orang orang disekitarnya.
disekitarnya.

Masalah Mekanisme koping Mekanisme koping Mekanisme koping


Keperawatan: tidak efektif maladaptif maladaptif
I. Masalah Klien memiliki Klien mengatakan Klien mengatakan
Psikososial dan masalah hubungan tidak ada masalah tidak ada masalah
Lingkungan dengan lingkungan dengan lingkungan dengan lingkungan
sekitar karena klien disekitar hanya saja disekitar hanya saja
merasa malu dan klien khawatir bahwa klien malu dengan
takut jika orang- keadaannya akan lingkungan di
orang akan diketahui oleh orang sekitarnya karena
menangkap klien lain. Klien di rumah masalah
sebagai orang yang di terima dengan baik kejiwaannya.
aneh. oleh keluarganya.
Klien pada masa Masalah
Masalah -Harga Diri Rendah remaja sering keperawatan: harga
Keperawatan: -Isolasi Sosial mengikuti kenakalan diri rendah
remaja seperti
tawuran, minum-
minuman keras, dll
J. Pengetahuan Klien masih belum Klien mengatakan Klien mengatakan
Kurang Tentang mengetahui tentang mampu menahan kurang mengetahui
penyakit dirinya untuk tentang penyakit
kejiwaannya, faktor memukul orang- yang diderita dan
penyebab, dan orang yang suka obat-obatan yang
sistem pendukung mengganggunya. harus dikonsumsi.
dalam mengatasi
penyakitnya.

Masalah Pengetahuan kurang Pengetahuan kurang Pengetahuan kurang


keperawatan: tentang penyakit tentang cara tentang penyakit
mengontrol emosi
K. Aspek Medik
Diagnosa Skizofrenia tak Gangguan afktif Skizofrenia tak
Medik: terinci bipolar terinci
Terapi Medik: Clozapine 2 x 50 mg Serogel 2 x 200 mg Chlorpromazine 2 x
Merlops 1 x 200 mg 300 mg
Resperidon 2 x 2 mg

2. Analisa Data
Tn. J
No. Data Fokus Masalah Keperawatan
1. DS : klien mengatakan mudah tersinggung, Resiko perilaku
ingin marah-marah tanpa sebab, ingin merusak kekerasan
barang-barang di sekitar jika marah.
DO: klien tampak berbicara keras, klien tampak
labil, emosi klien berubah-ubah ketika diajak
bicara, klien senyum-senyum sendiri, terkadang
tangan klien mengepal seperti ingin memukul.
2. DS : klien mengatakan malu jika bertemu Harga diri rendah
dengan tetangga, klien tidak mau kondisinya
diketahui oleh orang lain, klien takut dianggap
aneh oleh orang-orang di sekitar klien.
DO : klien mondar-mandir, lebih senang
menyendiri, tidak bisa mempertahankan kontak
mata jika diajak bicara, tidak mau menatap
lawan bicara, klien tidak mampu mengawali
pembicaraan.
3. DS : klien mengatakan jika marah klien merusak Resiko mencederai diri
barang dan terkadang memukul orang yang ada atau orang lain
di sekitar.
DO : mata klien melotot, tangan mengepal,
mondar-mandir, tidak mampu mempertahankan
kontak mata.

Tn. JK
No. Data Fokus Masalah Keperawatan
1. Ds : klien mengatakan mudah tersinggung, ingin Resiko perilaku
mengamuk, pernah memukul orang lain serta kekerasan
ingin memukul orang-orang yang
mengganggunya
Do : klien bicara kasar, kacau mudah
tersinggung emosi labil
2. Ds : Klien mengatakan dirinya adalah seorang Gangguan isi pikir:
pengusaha dan sudah sering jalan-jalan keluar waham kebesaran
negeri dan seluruh pulau di Indonesia.
Do : klien terkadang bicara ngelantur, mondar
mandir, tidak bisa mempertahankan kontak mata
3 Ds : klien mengatakan jika marah klien merusak Resiko mencederai diri
barang atau memukul orang di sekitarnya. atau orang lain
Do : masih suka ngomel-ngomel bicara dengan
nada kasar, mata klien melotot, mudah
tersinggung
Tn. F
No. Data Fokus Masalah Keperawatan
1. Ds : klien mengatakan suka marah-marah dan Resiko perilaku
kepala sering pusing, klien mengatakan pernah kekerasan
memukul orang lain ketika marah
Do : pandangan mata tajam, tangan mengepal,
mata klien melotot, nada bicara tinggi
2. Ds :klien malu dengan lingkungan di sekitarnya Harga diri rendah
karena masalah kejiwaannya.
Do : klien lebih sering di kamar daripada
berkumpul dengan klien lain, klien tidak mampu
mempertahankan kontak mata, klien tidak
mampu mengawali pembicaraan
3. Ds : klien mengatakan jengkeljika klien marah Resiko menciderai diri
atau jengkel klien memukul orang yang ada di atau orang lain
sekitarnya
Do : bicara dengan nada tinggi, pandangan mata
klien tajam, klien mudah tersinggung.

4. Pohon Masalah
Tn. J
Resiko mencederai diri atau orang lain

Resiko perilaku kekerasan


Harga diri rendah

Tn. JK
Resiko mencederai diri dan orang lain

Resiko perilaku kekerasan

Waham

Tn. F
Resiko mencederai diri dan orang lain

Resiko perilaku kekerasan

Harga diri rendah

5. Catatan Perkembangan

No. Inisial Pengkajian Tanggal/ Implementasi Terapi Evaluasi


Jam
1 Tn. J Klien 17/12/18 Sesi 1 : Mendengarkan
mengatakan Asmaul Husna.
masih suka
marah-marah, 09.00 Terapi I : Klien diajarkan Terapi I :
masih jengkel, terknik relaksasi Gejala :
tidak mampu mendengarkan Asmaul 1. Mata tajam
menahan Husna 2. Otot tegang
emosi, mudah 3. Nada suara tinggi
tersinggung. Kemampuan :
1. Klien belum mampu
mengikuti kegiatan
dengan baik.
2. Klien belum mampu
mengontrol emosi.
3. Klien belum mampu
fokus terhadap terapi
yang diberikan.

Terapi II :
Gejala :
16.00 Terapi II : Klien diajarkan 1. Nada suara tinggi
terknik relaksasi 2. Pandangan tajam
mendengarkan Asmaul Kemampuan :
Husna 1. Klien belum mampu
mengikuti kegiatan
dengan baik.
2. Klien belum mampu
mengontrol emosi.
3. Klien belum mampu
fokus terhadap terapi
yang diberikan.

Terapi I :
18/12/18 Sesi 2 : Mendengarkan Gejala :
Asmaul Husna. 1. Nada suara tinggi
2. Gelisah
09.00 Terapi I : Klien diajarkan 3. Mondar-mandir
terknik relaksasi Kemampuan :
mendengarkan Asmaul 1. Klien belum mampu
Husna mengikuti kegiatan
dengan baik.
2. Klien mampu
mengontrol emosi.
3. Klien belum mampu
fokus terhadap terapi
yang diberikan.

16.00 Terapi II : Klien diajarkan Terapi II :


terknik relaksasi Gejala :
mendengarkan Asmaul 1. Nada suara tinggi
Husna. 2. Tenang
Kemampuan :
1. klien mampu
mengikuti kegiatan
dengan baik.
2. klien mampu
mengontrol emosi.
3. klien mampu fokus
terhadap terapi yang
diberikan.
4. Klien mampu
menyanyikan Asmaul
Husna.

19/12/18 Sesi 3 : Mendengarkan Terapi I :


Asmaul Husna. Gejala :
1. Tenang
09.00 Terapi I : Klien diajarkan 2. Tidak berbicara kasar
terknik relaksasi Kemampuan :
mendengarkan Asmaul 1. klien mampu
Husna mengikuti kegiatan
dengan baik.
2. klien mampu
mengontrol emosi.
3. klien mampu fokus
terhadap terapi yang
diberikan.
4. Klien mampu
menyanyikan Asmaul
Husna.

16.00 Terapi II : Klien diajarkan Terapi II :


terknik relaksasi Gejala :
mendengarkan Asmaul 1. Tenang
Husna. 2. Tidak berbicara kasar
Kemampuan :
1. Klien mampu
mengikuti kegiatan
dengan baik.
2. Klien mampu
mengontrol emosi.
3. Klien mampu fokus
terhadap terapi yang
diberikan.
4. Klien mampu
menyanyikan asmaul
husna.

2 Tn. JK Klien 17/12/18 Sesi 1 : Mendengarkan


mengatakan Asmaul Husna.
masih mudah
tersinggung, 09.00 Terapi I : Klien diajarkan Terapi I :
belum mampu terknik relaksasi Gejala :
mengontrol mendengarkan Asmaul 1. Mata tajam
emosi, suka Husna 2. Otot tegang
teriak-teriak. 3. Nada suara tinggi
Kemampuan :
1. Klien belum mampu
mengikuti kegiatan
dengan baik.
2. Klien belum mampu
mengontrol emosi.
3. Klien belum mampu
fokus terhadap terapi
yang diberikan.

16.00 Terapi II : Klien diajarkan Terapi II :


terknik relaksasi Gejala :
mendengarkan Asmaul 1. Nada suara tinggi
Husna 2. Pandangan tajam
3. Gelisah
Kemampuan :
1. Klien belum mampu
mengikuti kegiatan
dengan baik.
2. Klien belum mampu
mengontrol emosi.
3. Klien belum mampu
fokus terhadap terapi
yang diberikan.

18/12/18 Sesi 2 : Mendengarkan Terapi I :


Asmaul Husna. Gejala :
1. Nada suara tinggi
09.00 Terapi I : Klien diajarkan 2. Mondar-mandir
terknik relaksasi Kemampuan :
mendengarkan Asmaul 1. Klien belum mampu
Husna mengikuti kegiatan
dengan baik.
2. Klien mampu
mengontrol emosi.
3. Klien belum mampu
fokus terhadap terapi
yang diberikan.

16.00 Terapi II : Klien diajarkan Terapi II :


terknik relaksasi Gejala :
mendengarkan Asmaul 1. Nada suara tinggi
Husna. 2. Tenang
Kemampuan :
1. Klien mampu
mengikuti kegiatan
dengan baik.
2. Klien belum mampu
mengontrol emosi.
3. Klien mampu fokus
terhadap terapi yang
diberikan.
4. Klien mampu
menyanyikan Asmaul
Husna.

19/12/18 Sesi 3 : Mendengarkan


Asmaul Husna.

09.00 Terapi I : Klien diajarkan Terapi I :


terknik relaksasi Gejala :
mendengarkan Asmaul 1. Tenang
Husna 2. Tidak berbicara kasar
Kemampuan :
1. Klien mampu
mengikuti kegiatan
dengan baik.
2. Klien mampu
mengontrol emosi.
3. Klien mampu fokus
terhadap terapi yang
diberikan.
4. Klien mampu
menyanyikan Asmaul
Husna.
16.00 Terapi II : Klien diajarkan Terapi II :
terknik relaksasi Gejala :
mendengarkan Asmaul 1. Tenang
Husna 2. Tidak berbicara kasar
3. Tidak berbicara kasar
4. Tatapan mata tidak
tajam
Kemampuan :
1. Klien mampu
mengikuti kegiatan
dengan baik.
2. Klien mampu
mengontrol emosi.
3. Klien mampu fokus
terhadap terapi yang
diberikan.
4. Klien mampu
menyanyikan asmaul
husna.

3 Tn. F Klien 17/12/18 Sesi 1 : Mendengarkan


mengatakan Asmaul Husna.
masih suka
jengkel, 09.00 Terapi I : Klien diajarkan Terapi I :
mudah terknik relaksasi Gejala :
tersinggung, mendengarkan Asmaul 1. Mata tajam
ingin memukul Husna 2. Otot tegang
orang lain jika 3. Nada suara tinggi
ada yang Kemampuan :
mengganggu. 1. Klien belum mampu
mengikuti kegiatan
dengan baik.
2. Klien belum mampu
mengontrol emosi.
3. Klien belum mampu
fokus terhadap terapi
yang diberikan.

16.00 Terapi II : Klien diajarkan Terapi II :


terknik relaksasi Gejala :
mendengarkan Asmaul 1. Nada suara tinggi
Husna 2. Pandangan tajam
3. Mondar-mandir
Kemampuan :
1. Klien belum mampu
mengikuti kegiatan
dengan baik.
2. Klien belum mampu
mengontrol emosi.
3. Klien belum mampu
fokus terhadap terapi
yang diberikan.

18/12/18 Sesi 2 : Mendengarkan Terapi I :


Asmaul Husna. Gejala :
1. Nada suara tinggi
09.00 Terapi I : Klien diajarkan 2. Mondar-mandir
terknik relaksasi 3. Tatapan mata tajam
mendengarkan Asmaul Kemampuan :
Husna 1. Klien belum mampu
mengikuti kegiatan
dengan baik.
2. Klien mampu
mengontrol emosi.
3. Klien belum mampu
fokus terhadap terapi
yang diberikan.
16.00 Terapi II : Klien diajarkan Terapi II :
terknik relaksasi Gejala :
mendengarkan Asmaul 1. Nada suara tinggi
Husna. 2. Tenang
Kemampuan :
1. Klien mampu
mengikuti kegiatan
dengan baik.
2. Klien belum mampu
mengontrol emosi.
3. Klien mampu fokus
terhadap terapi yang
diberikan.
4. Klien mampu
menyanyikan Asmaul
Husna.

19/12/18 Sesi 3 : Mendengarkan


Asmaul Husna.

09.00 Terapi I : Klien diajarkan Terapi I :


terknik relaksasi Gejala :
mendengarkan Asmaul 1. Tenang
Husna 2. Tidak berbicara kasar
Kemampuan :
1. Klien mampu
mengikuti kegiatan
dengan baik.
2. Klien mampu
mengontrol emosi.
3. Klien mampu fokus
terhadap terapi yang
diberikan.
4. Klien mampu
menyanyikan Asmaul
Husna.

16.00 Terapi II : Klien diajarkan Terapi II :


terknik relaksasi Gejala :
mendengarkan Asmaul 1. Tenang
Husna 2. Tidak berbicara kasar
Kemampuan :
1. Klien mampu
mengikuti kegiatan
dengan baik.
2. Klien mampu
mengontrol emosi.
3. Klien mampu fokus
terhadap terapi yang
diberikan.
4. Klien mampu
menyanyikan asmaul
husna.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Efektifitas Pemberian Terapi Asmaul Husna pada Pasien dengan Perilaku


Kekerasan.
Pada penelitian ini dipilih Asmaul Husna dan teknik relaksasi
sebagai intervensi dalam meningkatkan kadar relaksasi karena asmaul
husna merupakan salah satu keyakinan umat Islam dalam memberikan
ketenangan. Asmaul husna ialah Nama-nama Allah Yang Agung nan
Mulia yang apabila diamalkan dengan baik dan benar, si pengamalnya
juga akan mendapatkan limpahan keagungan dan kemuliaan dari Sang
Pemilik Keagungan dan Kemuliaan itu sendiri. Sehingga si pengamal akan
memiliki keagungan dan kemuliaan di mata Allah sang Pemilik
Keagungan dan Kemuliaan, di mata para makhluk-Nya dan di mata
manusia. Istilah “Al Asmaul Husna” diartikan sebagai Nama-nama Allah
yang memiliki keagungan dan kemuliaaan, yang apabila diucapkan
berulang kali oleh seseorang maka orang tersebut akan tergerak hatinya
untuk menghayati makna yang terkandung di dalamnya dan kemudian
menimbulkan kekuatan sendiri dalam jiwanya untuk melakukan hal-hal
yang diisyaratkan oleh Asma yang dibacanya. Hasil intervensi lantunan
asmaul husna efektif mengontrol emosi pada pasien dengan resiko
perilaku kekerasan. Saat diberikan terapi asmaul husna selama 15 menit
pada responden sebagian responden mengatakan terapi ini menenangkan
fikiran dan membuat nyaman.
Meskipun terapi mendengarkan lantunan asmaul husna merupakan
suatu kegiatan mendengarkan wirid asmaul husna yang dipadukan dengan
musik, responden juga terlihat ikut mengucapkan asmaul husna baik
sebagian maupun semuanya. Hal ini menunjukkan bahwa responden
sebagai muslim mengimami dan meyakini asmaul husna sebagai suatu
bentuk kedekatan hamba-Nya kepada sang penciptaNya. Ketika orang
mengimani asmaul husna dapat menimbulkan kekuatan atau ketenangan
dalam dirinya. Jika kita melihat hal ini dari sisi kebutuhan spiritualitas
maka kondisi ini merupakan gambaran perasaan hubungan transpersonal
seseorang dengan sang Pencipta. Potter dan Perry (2015) mengatakan
bahwa salah satu fungsi spiritualitas adalah menciptakan hubungan
transpersonal dalam hal ini hubungan transpersonal seseorang dengan
Tuhannya.
Terapi lantunan asmaul husna ini juga merupakan salah satu
bentuk terapi dengan pendekatan religi. Pendekatan ini diyakini dapat
membuat seseorang menjadi tenang jiwanya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Ng, T.P, Ma S.Z.N, Peak C.C, dan Ee H.K. (2016) yang juga
menemukan bahwa seseorang yang tidak mempunyai agama menunjukkan
prevalensi masalah kesehatan jiwa yang tinggi.
Lantunan asmaul husna sebagai terapi religi/spiritual sangat efektif
dalam mengontrol emosi. Spiritualitas mencegah memburuknya penyakit
dan meningkatkan kesejahteraan fisik dan emosional karena adanya
hubungan antara spiritual dan kesehatan fisik.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad
Alifudin dkk (2016), yang menyatakan bahwa ada pengaruh
mendengarkan asmaul husna terhadap tingkat kecemasan pada pasien
resiko perilaku kekerasan dengan nilai p value (0,000) < α (0,05). Menurut
yosep (2009) Resiko perilaku kekerasan adalah perilaku agresif disertai
marah dan salah satu dorongan untuk melakukan tindakan dalam bentuk
destruktif dan masih terkontrol.
Penelitian yang dilakukan oleh Laela dewi (2015) yang berjudul
terapi mendengarkan al-qur’an terhadap kemampuan mengontrol marah
pasien resiko perilaku kekerasan didapatkan ada pengaruh mendengarkan
al-qur’an terhadap kemampuan mengontrol marah.
B. Keberhasilan Terapi
Setelah dilakukan terapi Asmaul Husna pada pasien dengan resiko
perilaku kekerasan terjadi perubahan tingkat emosional yaitu klien tampak
lebih tenang, mampu mengontrol emosi, mampu berbicara baik, tatapan
mata tidak tajam, nada bicara tidak tinggi, mampu mengikuti kegiatan
terapi dengan baik, mampu menyanyikan Asmaul Husna secara bersama-
sama. Hal ini membuktikan bahwa terapi mendengarkan Asmaul Husna
efektif untuk mengontrol emosi pada pasien dengan resiko perilaku
kekerasan.
Didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Alifudin
dkk (2016), hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
mendengarkan asmaul husna terhadap tingkat kecemasan pada pasien RPK
dengan nilai p-value 0.000 sedangkan nilai z hitung 6.34. hal ini karena
dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau
keselarasan dengan dunia luar, mendapatkan kekuatan ketika sedang
menghadapi stres emosional. Rekomendasi dari penelitian ini adalah
perawat dapat menggunakan terapi mendengarkan asmaul husna untuk
menurunkan tingkat kecemasan pasien resiko perilaku kekerasan.
C. Lembar Kemampuan Pasien

Inisial Gejala Kemampuan


Tn. J 1. Tenang 1. Klien mampu mengikuti
2. Tidak berbicara kasar kegiatan dengan baik.
2. Klien mampu mengontrol
emosi.
3. Klien mampu fokus
terhadap terapi yang diberikan.
4. Klien mampu menyanyikan
asmaul husna.

Tn. JK 1. Tenang 1. Klien mampu mengikuti


2. Tidak berbicara kasar kegiatan dengan baik.
3. Tatapan mata tidak tajam 2. Klien mampu mengontrol
emosi.
3. Klien mampu fokus
terhadap terapi yang diberikan.
4. Klien mampu menyanyikan
asmaul husna.

Tn. S 1. Tenang 1. Klien mampu mengikuti


2. Tidak berbicara kasar kegiatan dengan baik.
2. Klien mampu mengontrol
emosi.
3. Klien mampu fokus
terhadap terapi yang diberikan.
4. Klien mampu menyanyikan
asmaul husna.

D. Kendala Dalam Melakukan Terapi


Dalam melakukan terapi mendengarkan Asmaul Husna, Peneliti memiliki
kendala sebagai berikut :
1. Klien masih sulit untuk diajak melakukan terapi
2. Klien masih sulit diajak komunikasi
3. Klien belum mampu mengikuti terapi dengan tenang
4. Klien belum mampu fokus untuk mengikuti terapi dengan baik

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah diberikan terapi asmaul husna selama 15 menit pada responden
dapat disimpulkan sebagian responden mengatakan terapi ini
menenangkan fikiran dan membuat nyaman. Pada pasien dengan resiko
perilaku kekerasan terjadi perubahan tingkat emosional yaitu tampak lebih
tenang, mampu mengontrol emosi, mampu berbicara baik, tatapan mata
tidak tajam, nada bicara tidak tinggi, mampu mengikuti kegiatan terapi
dengan baik, mampu menyanyikan asmaul husna secara bersama-sama.
Hal ini membuktikan bahwa terapi mendengarkan asmaul husna efektif
untuk mengontrol emosi pada pasien dengan resiko kekerasan.
B. Saran
Ada beberapa hal yang dapat di sarankan, antara lain :
1. Bagi RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan, bahwa
pemberian terapi mendengarkan asmaul husna yang dilakukan secara
intensif dan efektif dapat meningkatkan kemampuan klien resiko
perilaku kekerasan dalam mengontrol emosi.
2. Bagi keperawatan
Tindakan keperawatan bagi pasien gangguan jiwa khususnya resiko
perilaku kekerasan dapat di intervensi menggunakan terapi
mendengarkan asmaul husna untuk mengontrol emosi.
3. Pada penelitian selanjutnya
Penelitian ini di harapkan dapat menjadi acuan pelaksanaan lain di area
yang sama dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda,
dengan menggunakan terapi mendengarkan asmaul husna pada kasus
yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai