Di Sususun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. J DENGAN
GANGGUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG MADRIN
RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH ” .
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri
dalam menghadapi stresor di lingkungan sekitar dengan selalu berpikir positif
dalam keselarasan tanpa adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara
internal maupun eksternalyang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir
dan Muhith, 2011). Menurut WHO kesehatan jiwa adalah berbagai
karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (Direja, 2011).
Salah satu gangguan jiwa adalah perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan
adalah suatu kadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain
(Yosep dalam Damaiyanti, 2012).
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa
jumlah prevalensi gangguan jiwa berat nasional sebesar 1,3 permil.
Prevalensi psikosis tertinggi di Yogyakarta dan Aceh masing-masing 2,7% ,
sedangkan yang terendah di Kalimantan Barat sebesar 0,7% di Jawa Tengah
sendiri sebesar 2,3% menempati posisi ke empat terbesar bersama Bali
dibawah Sulawesi Selatan sebesar 2,6%. Prevalensi penduduk indonesia yang
gangguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah 11,6%,
sedangkan yang terendah di Lampung sebesar 1,2% dan di Jawa Tengan
sendiri sebesar 4,7% (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan data Kabid Keperawatan Dr. Amino Gondohutomo provinsi
Jawa Tengah hasil rekapitulasi laporan tahun 2014 dari bulan Januari - April
jumlah gangguan jiwa sebanyak 789 orang dengan kasus Resiko Perilaku
Kekerasan sebanyak 378 pasien (47,90%) sedangkan pada tahun 2015 bulan
Januari hingga September pasien gangguan jiwa berjumlah 5.339 pasien dan
pasien yang didiagnosa keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan berjumlah
2.258 orang pasien (42,30%). Di Indonesia peningkatan jumlah penderita
gangguan jiwa cukup banyak hal ini dikarenakan dari berbagai aspek
misalnya keadaan ekonomi yang rendah, konflik yang sering terjadi, bencana
dimana-mana (Direja, 2011).
Berdasarkan data di ruang Madrim dari bulan November terdapat 45
klien dan yang mengalami Resiko Perilaku Kekerasan sebanyak 19 klien.
Berdasarkan wawancara dengan perawat sebagian klien yang dirawat sudah
pernah mengalami gangguan jiwa dan pernah di rawat di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan jurnal Alifudin, Ahmad. Dkk yang berjudul “Pengaruh
Mendengarkan Asmaul Husna Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien
Resiko Perilaku Kekerasan Di Rsjd Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah” didapatkan hasil bahwa ada pengaruh mendengarkan asmaul husna
terhadap tingkat kecemasan pada pasien resiko perilaku kekerasan (Alifudin,
Ahmad. dkk, 2016).
Berdasarkan jurnal Saputri, Laela Dwi.dkk tentang “pengaruh terapi
spiritual mendengarkan ayat suci Alquran terhadap kemampuan mengontrol
emosi pasien resiko perilaku kekerasan di RSJD Dr Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa tengah” didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan terapi mendengarkan ayat suci alquran terhadap kemampuan
mengontrol emosi pada pasien resiko perilaku kekerasan (Saputri, dkk. 2015).
Terapi religi dapat mempercepat penyembuhan, hal ini telah dibuktikan
oleh berbagai para ahli seperti yang dilakukan oleh Ahmad Al Khadi, direktur
utama Islamic Medicine Institude for Eduation and Research di Florida
Amerika Serikat melakukan presentasi tentang hasil penelitiannya dengan
tema pengaruh Al quran pada manusia dalam persfektif fosiologi dan
psikologi hasil penelitian tersebut terdapat penurunan depresi, kesedihan,
memperoleh ketenangan jiwa menunjukkan hasil positif bahwa
mendengarkan ayat suci Alquran memiliki pengaruh yang signifikan dalam
menurunkan ketegangan urat saraf reflektif (Ahmad dalam jurnal Saputri, L.
D, dkk. 2015).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pratika (2014) yang berjudul
pengaruh terapi religi mendengarkan ayat suci al-quran terhadap penurunan
perilaku kekerasan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo menunjukkan bahwa
ada pengaruh terapi religi yang dilakukan pada pasien perilaku kekerasan
untuk peneurunan perilaku salah satunya mendengarkan ayat suci al-quran
(surat An-nas, Al-iklas, Al-falaq dan Yasin).
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Setelah membahas kasus ini diharapkan mengerti dan memberikan
asuhan keperawatan pada pasien perilaku kekerasan.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan
b. Merumuskan diagnosa untuk klien dengan perilaku kekerasan
c. Membuat perencanaan untuk klien dengan perilaku kekerasan
d. Melakukan implementasi pada klien dengan perilaku kekerasan
e. Membuat evaluasi pada klien dengan perilaku kekerasan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
konstruktif (Yosep, 2013).
Perilaku kekerasan merupakan bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak memiliki
tujuan khusus tetapi lebih merujuk pada suatu perangkat perasaan-
perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Rusdi,
2013).
D. Penyebab
1. HDR (Harga Diri Rendah)
a. Pengertian
E. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-
tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya,
seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah
dll. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk
mencederai diri orang lain dan lingkungan.
F. Pohon Masalah
Data Subyektif :
H. DiagnosaKeperawatan
Perilaku kekerasan
Tindakan:
Tindakan:
Tindakan :
Tindakan:
Tindakan:
Tindakan :
Tindakan:
Tindakan :
Tindakan:
(Hamdani, 2010) :
Chrestiani, 2014).
membersihkan jiwa.
dengan “nama-nama allah yang berjumlah 99”. Istilah ini diambil dari
berbagai nama terbaik, melalui nama itu, umat islam bisa mengetahui
kebutuhan.
E. Nilai-nilai sosial dalam Al-Asma’ Al-Husna
1. Kepekaan sosial
2. Kepedulian sosial
sekitarnya.
3. Kerukunan
kebersamaan.
allah.
BAB III
PROGRAM ASKEP INOVASI
1. Kasus
Tn. J Tn. JK Tn. F
No Identitas Klien
.
A. Nama Tn. J Tn JK Tn. F
Umur 38 Tahun 40 Tahun 31 Tahun
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Laki-laki
Agama Islam Nasrani Islam
Pendidikan Tidak tamat sekolah S1 Manajemen SMP
Pekerjaan Tidak bekerja Tidak bekerja Karyawan swasta
Tgl MRS 27/11/2018 1/12/2018 1/12/2018
Tgl Pengkajian 6/12/2018 3/12/2018 4/12/2018
No. CM 00020706 00020603 000129385
Ruang Rawat Madrim Madrim Madrim
Dx Medis Skizofreni tak terinci Gangguan afektif Skizofrenia tak
bipolar terinci
Penanggung Tn. C Tn. D Ny. R
Jawab
Hubungan Klien Adik kandung klien Adik kandung Kakak kandung klien
B. Alasan Masuk : 1 bulan sebelum 5 hari sebelum masuk 3 hari sebelum
masuk rumah sakit, rumah sakit, klien masuk rumah sakit,
klien mengeluh tidak mengeluh sulit tidur, klien mulai marah-
bisa tidur, 1 minggu sering mondar- marah dan
klien tampak gelisah, mandir tidak jelas, mengamuk,
mondar-mandir tidak sering mainan air, mengganggu anak
jelas, suka bicara klien mudah perempuan, merusak
sendiri, diajak bicara tersinggung dan barang – marang,
tidak nyambung, 3 marah-marah tertawa sendiri,
hari sebelum masuk bicara ngelantur dan
rumah sakit klien sulit tidur.
mulai marah-
marah,mudah
tersinggung, dan
sering merusak
barang-barang
dirumah
C. Faktor Klien pernah Klien mengatakan Klien mengatakan
Predisposisi : mengalami pernah mengalami pernah mengalami
gangguan jiwa gangguan jiwa di gangguan jiwa di
dimasa lalu, klien masa lalu. Klien masa lalu. Klien
pernah dirawat di pernah di rawat di pernah di rawat di
RSJD dengan RSJD terakhir pada RSJD Amino
keluhan yang sama, tahun Maret 2018. Gondohutomo
klien keluar masuk klien mengatakan terakhir pada tahun
RSJD ±16 x, terakhir pada saat remaja 2018. pengobatan
dirawat bulan Klien pernah sebelumnya kurang
agustus 2018. mengkonsumsi berhasil karena klien
Pengobatan NAPZA pada tahun tidak rutin minum
sebelumnya kurang 1999, dan klien obat dan tidak
berhasil karena klien terdiagnosa kontrol. Klien
tidak rajin control HIV/AIDS pada mengatakan pernah
dan klien tidak tahun 1999/ pada saat melakukan aniaya
teratur minum obat. klien masih remaja. fisik terhadap rekan
Klien mengatakan Klien mengatakan kerjanya karena
pernah melakukan sejak terdiagnosa berebut cewek. Klien
aniaya fisik pada HIV klien dijauhi pernah melakukan
tahun 2016 yaitu oleh orang-orang aniaya seksual yaitu
memukul saudara terdekat karena takut sealu menggoda dan
klien tanpa sebab jika tertular. Klien memegang atau
yang jelas. pada saat remja meraba anak gadis.
Klien belum pernah sering mengikuti Klien pernah
mengalami aniaya tawuran antar teman mengalami
seksual baik sebagai sekolah. Klien penolakan dari
pelaku, korban, mengatakan belum orang-orang disekir
maupun saksi. menikah, klien klien karena kondisi
Klien pernah pernah bekerja kejiwaan klien yang
mengalami korban sebagai sales sandal terganggu.
penolakan dari dan sepatu sejak Masyarakat takut
masyarakat dan tahun 2012 - 2017 jika klien menyakiti
orang- orang dan pada tahun 2018 orang lain dan anak
disekitar klien klien tidak gadis yang ada di
karena kondisi bekerja.Klien lingkungannya
kejiwaan klien yang mengatakan sehingga klien
terganggu. pengobatan dikucilkan
Masyarakat takut sebelumnya kurang masyarakat. Klien
jika klien menyakiti berhasil karena klien pernah mengalami
orang lain, sehingga sering lupa minun kekerasan dalam
klien dikucilkan obat. keluarga pada klien
masyarakat. Klien pernah berusia 15 tahun.
Klien mengatakan melakukan aniaya Klien juga pernah
belum pernah fisik sebagai pelaku menlakukan
mengalami pada tahun 2000-an, kekerasan yaitu
kekerasan dalam klien pernah pernah memukul
keluarga. Namun memukul/ bertengkar rekan kerjanya hanya
pernah melakukan dengan temannya. karena berebut
kekerasan terhadap Pada tahun 2017 perempuan. Klien
salah satu anggota klien pernah belum pernah
keluarganya. Yaitu memukul adik melakukan tindakan
memukul Ayah klien kandungnya tanpa krimital seperti
karena marah sebab. Klien tidak tawuran yang dapat
keinginannya tidak pernah melakukan membuat klien
terpenuhi. aniaya seksual baik berurusan dengan
Klien belum pernah sebagai pelaku, kepolisian. Klien
mengalami atau kornan, maupun pernah mengalami
melakukan tindakan saksi. Klien pernah penolakan dari
criminal yang dapat mengalami orang-orang disekitar
berurusan dengan penolakan dari karena penyakit
polisi baik sebagai orang-orang disekitar kejiwaan klien.
pelaku,korban klien karena penyakit Anggota keluarga
maupun saksi. yang klien derita klien tidak ada yang
Anggota keluarga pada tahun 1990-an. mengalami gangguan
klien tidak ada yang Klien pernah jiwa. Klien
mengalami melakukan tindakan mengatakan pernah
gangguan jiwa. kekerasan kepada mengalami
Klien mengatakan anggota keluarga pengalaman masa
pernah mengalami yaitu pada adik lalu yang tidak
kejadian tidak kandung klien. Klien menyenangkan yaitu
menyenangkan yaitu klien pernah saat klien berusia 15
saat klien masih mengikuti tawuran tahun klien pernah
kecil, klien pernah pada saat remaja. mengalami
dibully teman- Anggota keluarga kekerasan oleh
temannya yang ada klien tidak ada yang keluarganya dan
di desa bahwa klien mengalami gangguan klien di kucilkan di
adalah orang yang jiwa. Klien masyarakat.
aneh, sehingga mengatakan pernah
banyak orang yang memengalami masa
menjauhi klien. lalu yang
Klien saat masih menyakitkan yaitu
kecil tidak ketika pada tahun
mempunyai teman 1990-an klien
dekat. menderita penyakit
HIV yang membuat
klien mengalami
penolakan dari
orang-orang di
sekitar klien, klien
mengalami trauma
karena sering diejek
sebagai sumber
penyakit sehingga
klien merasa sedih
dan sakit hati jika
klien mengingat
kejadian tersebut.
2. Analisa Data
Tn. J
No. Data Fokus Masalah Keperawatan
1. DS : klien mengatakan mudah tersinggung, Resiko perilaku
ingin marah-marah tanpa sebab, ingin merusak kekerasan
barang-barang di sekitar jika marah.
DO: klien tampak berbicara keras, klien tampak
labil, emosi klien berubah-ubah ketika diajak
bicara, klien senyum-senyum sendiri, terkadang
tangan klien mengepal seperti ingin memukul.
2. DS : klien mengatakan malu jika bertemu Harga diri rendah
dengan tetangga, klien tidak mau kondisinya
diketahui oleh orang lain, klien takut dianggap
aneh oleh orang-orang di sekitar klien.
DO : klien mondar-mandir, lebih senang
menyendiri, tidak bisa mempertahankan kontak
mata jika diajak bicara, tidak mau menatap
lawan bicara, klien tidak mampu mengawali
pembicaraan.
3. DS : klien mengatakan jika marah klien merusak Resiko mencederai diri
barang dan terkadang memukul orang yang ada atau orang lain
di sekitar.
DO : mata klien melotot, tangan mengepal,
mondar-mandir, tidak mampu mempertahankan
kontak mata.
Tn. JK
No. Data Fokus Masalah Keperawatan
1. Ds : klien mengatakan mudah tersinggung, ingin Resiko perilaku
mengamuk, pernah memukul orang lain serta kekerasan
ingin memukul orang-orang yang
mengganggunya
Do : klien bicara kasar, kacau mudah
tersinggung emosi labil
2. Ds : Klien mengatakan dirinya adalah seorang Gangguan isi pikir:
pengusaha dan sudah sering jalan-jalan keluar waham kebesaran
negeri dan seluruh pulau di Indonesia.
Do : klien terkadang bicara ngelantur, mondar
mandir, tidak bisa mempertahankan kontak mata
3 Ds : klien mengatakan jika marah klien merusak Resiko mencederai diri
barang atau memukul orang di sekitarnya. atau orang lain
Do : masih suka ngomel-ngomel bicara dengan
nada kasar, mata klien melotot, mudah
tersinggung
Tn. F
No. Data Fokus Masalah Keperawatan
1. Ds : klien mengatakan suka marah-marah dan Resiko perilaku
kepala sering pusing, klien mengatakan pernah kekerasan
memukul orang lain ketika marah
Do : pandangan mata tajam, tangan mengepal,
mata klien melotot, nada bicara tinggi
2. Ds :klien malu dengan lingkungan di sekitarnya Harga diri rendah
karena masalah kejiwaannya.
Do : klien lebih sering di kamar daripada
berkumpul dengan klien lain, klien tidak mampu
mempertahankan kontak mata, klien tidak
mampu mengawali pembicaraan
3. Ds : klien mengatakan jengkeljika klien marah Resiko menciderai diri
atau jengkel klien memukul orang yang ada di atau orang lain
sekitarnya
Do : bicara dengan nada tinggi, pandangan mata
klien tajam, klien mudah tersinggung.
4. Pohon Masalah
Tn. J
Resiko mencederai diri atau orang lain
Tn. JK
Resiko mencederai diri dan orang lain
Waham
Tn. F
Resiko mencederai diri dan orang lain
5. Catatan Perkembangan
Terapi II :
Gejala :
16.00 Terapi II : Klien diajarkan 1. Nada suara tinggi
terknik relaksasi 2. Pandangan tajam
mendengarkan Asmaul Kemampuan :
Husna 1. Klien belum mampu
mengikuti kegiatan
dengan baik.
2. Klien belum mampu
mengontrol emosi.
3. Klien belum mampu
fokus terhadap terapi
yang diberikan.
Terapi I :
18/12/18 Sesi 2 : Mendengarkan Gejala :
Asmaul Husna. 1. Nada suara tinggi
2. Gelisah
09.00 Terapi I : Klien diajarkan 3. Mondar-mandir
terknik relaksasi Kemampuan :
mendengarkan Asmaul 1. Klien belum mampu
Husna mengikuti kegiatan
dengan baik.
2. Klien mampu
mengontrol emosi.
3. Klien belum mampu
fokus terhadap terapi
yang diberikan.
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah diberikan terapi asmaul husna selama 15 menit pada responden
dapat disimpulkan sebagian responden mengatakan terapi ini
menenangkan fikiran dan membuat nyaman. Pada pasien dengan resiko
perilaku kekerasan terjadi perubahan tingkat emosional yaitu tampak lebih
tenang, mampu mengontrol emosi, mampu berbicara baik, tatapan mata
tidak tajam, nada bicara tidak tinggi, mampu mengikuti kegiatan terapi
dengan baik, mampu menyanyikan asmaul husna secara bersama-sama.
Hal ini membuktikan bahwa terapi mendengarkan asmaul husna efektif
untuk mengontrol emosi pada pasien dengan resiko kekerasan.
B. Saran
Ada beberapa hal yang dapat di sarankan, antara lain :
1. Bagi RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan, bahwa
pemberian terapi mendengarkan asmaul husna yang dilakukan secara
intensif dan efektif dapat meningkatkan kemampuan klien resiko
perilaku kekerasan dalam mengontrol emosi.
2. Bagi keperawatan
Tindakan keperawatan bagi pasien gangguan jiwa khususnya resiko
perilaku kekerasan dapat di intervensi menggunakan terapi
mendengarkan asmaul husna untuk mengontrol emosi.
3. Pada penelitian selanjutnya
Penelitian ini di harapkan dapat menjadi acuan pelaksanaan lain di area
yang sama dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda,
dengan menggunakan terapi mendengarkan asmaul husna pada kasus
yang berbeda.