Anda di halaman 1dari 33

MODUL PRAKTIKUM

KEPERAWATAN GERONTIK
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

HERI HERMANSYAH

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KUNINGAN 2020

MODUL PRAKTIKUM
KEPERAWATAN GERONTIK
PROGRAM STUDI S1KEPERAWATAN
Modul ini Ditetapkan Berdasarkan SK Ketua
Nomor :
Tanggal :

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KUNINGAN 2020

MODULPRAKTIKUM
KEPERAWATAN GERONTIK
TAHUN 2020

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

Modul praktikumini Disusun Berdasarkan Kurikulum Inti Pendidikan Ners


Indonesia

Masa Berlaku s.d Tahun 2022


Penyusun:
Ns. Heri Hermansyah, S.Kep.,M.KM

Kuningan, Agustus 2020


Mengetahui

Ketua STIKKU Ketua Program Studi S1 Keperawatan

H. Abdal Rohim, S.Kp., M.H Ns. Nanang Saprudin, S.Kep., M.Kep


BAB I
A.Deskripsi Bahan Ajar
Fokus Praktik Keperawatan Gerontik adalah penerapan konsep dasar dan teori-teori
yang terkait dengan usia lanjut yang mencakuprespon individu terhadap proses
penuaan baik bio-psiko-sosio/kultural, dan melakukan asuhan keparwatan gerontik
sesuai dengan masalah kesehatan yang lazim pada lansia dalam berbagai tatanan
pelayanan baik di Rumah Sakit, panti wredha, keluarga, maupun di masyarakat.
B. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan kegiatan praktikum keperawatan gerontik, mahasiswa
mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia dalam berbagai tanatan
pelayanan kesehatan sesuai dengan konsep dan prinsip keperawatan gerontik.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pra interaksi pada klien gerontik
b. Mengkaji status kesehatan klien gerontik dalam konteks asuhan
keperawatan individu maupun kelompok
c. Menganalisa data yang diperoleh untuk penentuan diganosa keparwatan
d. Merumuskan rencana keperawatan (prioritas masalah, tujuan/kriteria
hasil dan rencana tindakan keperawatan) dalam meningkatkan status
kesehatan klien lanjut usia.
e. Melaksanakan tindakan-tindakan keperawatan yang sesuai dan tepat
berdasarkan kondisi klien dengan menggunakan pendekatan prevensi
primer, sekunder, dan tersier.
f. Mengevaluasi asuhan keperawatan berdasarkan pada hasil yang
diharapkan dan melakukan tindak lanjut.
g. Mendokumentasikaan proses keperawatan yang telaah dilakukan.
C.Bobot SKS dan Lama Pelaksanaan Praktikum
JumlahSKS Praktikum : 1 SKS
Lama Pelaksanaan : 100 Menit x 14 Pertemuan
D. Tata Tertib
1. Setiap mahasiswa wajib mengikuti kegiatan praktikumdengan kehadiran 100%
2. Mahasiswa diharuskan mengisi daftar hadir yang telah disediakan
3. Mahasiswa wajib datang tepat waktu sesuai denganjadwal praktikum yang telah
disepakati
4. Apabila mahasiswa tidak dapat hadir karena alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka mahasiswa wajibdibebani tugas tambahan sesuai
dengan kesepakatan
5. Tugas askep individu dan/ataulaporan tugas kelompok (proyek inovasi dan
terapi modalitas/TAK) dikumpulkan selambat-lambatnya 1 minggu setelah
kegiatan praktikum keperawatan gerontik selesai

BAB II
A. Tempat Praktik
Pelaksanaan kegiatan praktikum keperawatan gerontikdilakukan di Laboratorium
STIKKU
B. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran kegiatan praktikum keperawatan gerontik yaitu berupa
demonstrasi, diskusi, pre dan post conference, serta penugasan individu atau
kelompok.
C. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar yang harus dicapai dalam kegiatan praktikum keperawatan gerontik
yaitu sebagai berikut:
1. Mengkaji status kesehatan klien
a. Pengkajian MMSE
b. Pengkajian Katz Indeks
c. Pengkajian Barthel Indeks
2. Menyusun rencana perawatan dan implementasi
a. ROM
b. Keagle Exercise
c. Senam Lansia
d. Terapi Modalitas (Terapi Musik)
MODUL PRAKTIKUMPENGKAJIAN MMSE
MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK SEMESTER VI REGULER
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

A. Pengertian
Mini-Mental State Examination (MMSE) adalah suatu skala terstruktur yang terdiri dari
30 poin yang dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu orientasi, registrasi, perhatian,
kalkulasi, mengulang kembali, dan bahasa (Konchannet al, 2009)
B. Tujuan
Untuk mengukur kemampuan kognitif dan status mental klien lansia
C. Indikasi
Indikasi penggunaan mini mental state examination (MMSE) adalah pada pasien-pasien
dengan kecurigaan dementia.Diagnosis dementia dicurigai bila ada dua atau lebih
domainkognitif yang mengalami penurunan.MMSE juga digunakan untuk melakukan
follow up klinis pada pasien dengan gangguan kognitif (misalnya untuk menilair espon
terhadap terapi), menilai derajat keparahan dan perburukan demensia, untuk
mengambil keputusan inisiasi atau penghentian obat antidementia, untuk membuat
perkiraan terkait prognosis, dan karakterisasi beban akibatdemensia di populasi.
D. Prinsip
MMSE adalah alat deteksi dan penunjang diagnostik, namun tidak bisa digunakan
sebagai kriteria tunggal untuk penegakandiagnosis demensia.
E. Alat dan Bahan
1. Lembar Format Pemeriksaan MMSE
2. Pensil/Pulpen
3. Kertas
F. Prosedur
Tindakan I.
Pengkajian
 Amati apakah pasien bisa melihat dan mendengar pemeriksa dengan jelas
,misalnya dengan menanyakan nama pasien. Pastikan apakah pasien
menggunakan alat bantu dengar atau kacamata.
 Amati apakah pasien mengalami kecacatan/kelumpuhan.
 Kaji apakah pasien mengalami pasca cidera (jatuh).
II. Perencanaan
a. Pemeriksaan ini bisa membuat pasien tidak nyaman, oleh karenanya sangat
penting menjaga rapport yang baik sebelum dan selama pemeriksaan, serta
menjaga pasien agar senyaman mungkin.
b. Memintapersetujuan pasien sebelum melakukan pemeriksaan dan jelaskan
tujuan dilakukannya pemeriksaan.
c. Situasi pemeriksaan dibuat senyaman mungkin bagi pasien untuk
meminimalkan stress.
d. Perkenalkan diri dan sampaikan bahwa pemeriksa akan melakukan
pemeriksaan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini untuk
menghindari timbulnya resistensi selama pemeriksaan.

III. Pelaksanaan
a. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
b. Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya pemeriksaan
c. Mengkaji fungsi kognisi dan mental pasien dengan mengikuti tahapan
pemeriksaan sebagai berikut :
 Orientasi
Untuk orientasi waktu, tanyakan tanggal hari ini. Minta pasien
menyebutkan hari, tanggal, bulan ,tahun, dan musim. Tanyakan kembali
informasiyang belum pasien sebutkan. Berikan skor 1 untuk setiap
jawaban benar. Skor maksimal adalah 5.Untuk orientasi tempat, tanyakan
mengenai tempat pasien berada saat ini (negara, provinsi,kota atau
kabupaten, rumah sakit, serta ruang atau lantai). Berikan skor 1 untuk
setiap jawaban benar. Skor maksimal adalah 5.
 Registrasi
Beritahukan kepada pasien bahwa pemeriksa akan menyebutkan 3 buah
benda dan minta pasien untuk mengingatnya. Kemudian sebutkan 3 nama
benda pelan-pelan dengan jarak 1 detik. Skor ditentukan berdasarkan
jumlah benda yang bisa disebutkan ulang oleh pasien pada percobaan
pertama. Ulangi tahap ini sampai 6 kali, nilai apakah pasien bisa
menyebutkan ke tiga nama benda. Beri skor 1 untuk setiap namabenda
yang benar.
 Atensi dan Kalkulasi
Minta pasien untuk melakukan pengurangan mulai dari 100 dikurangi 7,
dan seterusnya sampai 5 kali operasi pengurangan. Skor sesuai dengan
jumlah jawaban yang benar. Bila pasien tidak mampu berhitung, minta
pasien mengeja dari belakang kata yang terdiri dari 5 huruf. Misalnya
AISYAH, dieja menjadi H-A-Y-S-I-A. Skor sesuai dengan jumlah huruf
yang ditempatkan secara benar.
 Recall/Mengulang Kembali
Minta pasien mengulang kembali nama 3 benda yang disebutkan pada
saat pemeriksaan registrasi. Berikan skor sesuai dengan jawaban yang
benar.
 Bahasa
1) Menyebutkan
Minta pasien untuk menyebutkan dua nama benda yang ditunjukkan,
misalnya pensil dan kertas. Berikan skor sesuai dengan jawaban yang
benar.

2) Pengulangan
Minta pasien untuk mengulangi kalimat “tanpa kalau dan atau tetapi”.
Berikan skor 1 bila pasien mampu mengulangi kalimat dengan benar.
3) Perintah Tiga Langkah
Berikan secarik kertas pada pasien, kemudian katakan, “Ambil kertas
ini dengan tangan kanan, lipat dua, dan letakkan di lantai”. Berikan
skor 1 untuk setiap tahapan yang benar.
4) Membaca
Siapkan selembar kertas yang tertulis perintah dalam huruf besar
“ANGKAT TANGAN KIRI ANDA”. Minta pasien untuk membaca
perintah dan melakukannya. Berikan skor 1 bila pasien mampu
melakukan perintah dengan benar.
5) Menulis
Berikan selembar kertas kosong dan alat tulis, kemudian minta pasien
untuk menulis sebuah kalimat. Berikan skor 1 bila kalimat yang ditulis
mengandung subjek dan predikat.
6) Meniru Gambar Segilima
Tunjukan gambar dua buahsegilima yang saling berpotonganseperti
gambar berikut,

Kemudian minta pasien untuk menyalinnya. Skor 1 diberikan bila


pasien bisa menggambar 2segilima dengan benar dan keduanya
saling berpotongan.
d. Interpretasi Hasil Pemeriksaan (Kemenkes, 2017)  Skor 0-10 : Fungsi kognitif
global buruk
 Skor 11-20 : Fungsi kogniitif global sedang
 Skor 21-30 : fungsi kognitif global masih relatif baik

IV. Evaluasi

a. PenentuanSkoring Hasil Pemeriksaan


 Skor dihitung berdasarkan jawaban yang sebenarnya dari pasien.
Pemeriksa tidak boleh memberikan skor berdasarkan asumsi atau
mengoreksi jawaban pasien berdasarkan asumsi tersebut. Misalnya
pada pasien yang mengalami depresi, pemeriksa tidak boleh berasumsi
bahwa pada depresi terjadi penurunan konsentrasi sehingga pasien
kesulitan menghitung, kemudian hal ini mempengaruhi skor yang
diberikankepada pasien.
 Bila pasien mempunyai keterbatasan fisik yang menghalanginya untuk
melakukan salah satu komponen pemeriksaan, maka perlu dilakukan
penyesuaian skor maksimal yang bisa dicapai pasien. Contoh: Seorang
pasien yang mengalami kebutaan, maka dia tidak bisa membaca
perintah, menulis kalimat, dan meniru gambar. Maka skor maksimal
yang bisa dicapai adalah 27. Bila dalam pemeriksaan pasien ini
mendapat skor 15, maka skor penyesuaian didapatkan dengan cara
mengalikan skor pasien dengan 30, kemudian dibagi dengan skor
maksimal yang bisa dicapai, yaitu 27. Hasilnya adalah 16,6. Skor
penyesuaian harus dibulatkan karena hasil penilaian MMSE selalu
bulat. Maka skor penyesuaian pasien ini adalah 17.
 Setiap item pemeriksaan ditanyakan maksimal 3 kali. Bila pasien tidak
merespon setelah3 kali ditanyakan, berikan nilai nol. Bila pasien
memberikan jawaban yang salah, maka berikan nilai nol dan
pertanyaan tidak perlu diulang.
 Rentang skor MMSE adalah 0-30. Skor kurang dari 24 mengindikasikan
adanya hendaya kognitif, misalnya ada delirium, amnesia, atau
dementia. Namun untuk pasien yang pendidikannya lebih rendah dari
SMA, sering kali digunakan cut off yang lebih rendah, yaitu skor 21.
Skor 21-23 menunjukkan adanya hendaya kognitif ringan. Skor
antara17-23 juga disebut sebagai probable dementia, sedangkan skor <
17 disebut sebagai definitif dementia. Sebuah tinjauan oleh Arevalo-
Rodriguez (2015) menyebutkan bahwa cut off untuk MMSE sebaiknya
disesuaikan dengan tingkat pendidikan pasien, yaitu:
- Pasien dengan pendidikan kurang dari 6 tahun, cut off
yang digunakan adalah < 17;
- Pendidikan 7-8tahun, menggunakan cut off <20; - Cut
off < 23 untuk pendidikan yang lebih tinggi.
b. Edukasi Pasien
Edukasi yang perlu diberikan setelah penggunaan MMSE adalah terkait
dengan hasil pemeriksaannya. Perlu dijelaskan kepada pasien dan
keluarganya bahwa MMSE hanyalah alat bantu untuk menegakkan adanya
gangguan kognitif. Hasil yang jelek pada pemeriksaan MMSE
tidakberartibahwa pasien pasti menderita dementia.
V. Dokumentasi
a. Waktu Pelaksanaan
b. Hasil Pemeriksaan
c. Nama Pemeriksa
G. Tes Formatif
1. Apa tujuan pemeriksaan MMSE?
2. Apa saja indikasi dilakukannya pemeriksaan MMSE?
3. Apa saja kategori yang dinilai dalam pemeriksaanMMSE?
4. Apa saja yang perlu dievaluasi setelah pemeriksaan MMSE selesai dilakukan?
5. Apa prinsip pemeriksaan MMSE?
H. Daftar Pustaka
Kemenkes, RI. (2017). JUNKIS INSTRUMEN Pengkajian Pasien Geriatrik (P3G).
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kochann, R., Cerveira, M.O., Camozzato, A., & Chaves, M.L.F. (2009). Evaluation of the
Mini-Mental State Examination scores according to different age and
education strata, and sex, in a large Brazilian healthy sample. Dementia &
Neuropsychologia. Vol 3(2) pp88-93.
MODUL PRAKTIKUM PENGKAJIANKATZ INDEKS
MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK SEMESTER VI REGULER
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

A. Pengertian
Katz Indeks adalah instrumen atau alat ukur untuk melihat status fungsional pada klien
lanjut usia dengan mengukur kemampuan mereka dalam melakukan aktivitas sehari-
hari.
B. Tujuan
Untuk mendeteksi/mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan lansia dalam
menjalankan aktivitas sehari-harinya sehingga dapat dilakukan perencanaan perawatan
yang tepat.
C. Indikasi
Indikasi pemeriksaan Katz Indeks adalah pada pasien-pasien lanjut usia, pasien yang
mengalami gangguan keseimbangan dan/atau dalam masa pemulihan/rehabilitasi.
D. Prinsip
Katz Indeks membentuk suatu kerangka kerja untuk mengkaji kehidupan hidup mandiri
lansia atau bila ditemukan terjadi penurunan fungsi maka akan disusun titik fokus
perbaikannya.
E. Alat dan Bahan
1. Lembar FormatPengkajian Katz Indeks
2. Pensil/Pulpen
F. Prosedur Tindakan I.Pengkajian
 Kaji catatan medical record pasien
 Amati apakah pasien bisa melihat dan mendengar pemeriksa dengan jelas
,misalnya dengan menanyakan nama pasien. Pastikan apakah pasien
menggunakan alat bantu dengar, kacamata, atau alatbantu jalan.
 Amati apakah pasien mengalami kecacatan/kelumpuhan.
 Kaji apakah pasien mengalami pasca cidera (jatuh).

II. Perencanaan
a. Pemeriksaan ini bisa membuat pasien tidak nyaman, oleh karenanya sangat
penting menjaga rapport yang baik sebelum dan selama pemeriksaan, serta
menjaga pasien agar senyaman mungkin.

b. Memintapersetujuan pasien sebelum melakukan pemeriksaan dan jelaskan


tujuan dilakukannya pemeriksaan.
c. Situasi pemeriksaan dibuat senyaman mungkin bagi pasien untuk
meminimalkan stress.
III. Pelaksanaan
a. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
b. Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya pemeriksaan
c. Mengkaji fungsi kemandirian pasien dengan menggunakan panduan
pengkajian/pemeriksaan KatzIndeksseperti berikut ini:
Aktivitas Mandiri (Skor1) Tergantung
(Skor 0)
Mandi Melakukan mandi secara mandiri atau Perlu bantuan lebih dari
memerlukan bantuan hanya untuk bagian satu bagian
tubuh, perlu tertentu saja misalnya punggung atau
bantuan total. bagian yang mengalami gangguan

Berpakaian

Bisa memakai pakaian sendiri, Perlu lebih dalam


kadang
perlu bantuan untuk menalikan berpakaian atau
sepatu. bahkan

perlu bantuan total.

Ke Toilet Bisa pergi ke toilet sendiri, membuka, Perlu bantuan dalam


melakukan BAB BAK sendiri. eliminasi

Berpindah

Bisa berpindah tempat sendiri Perlu bantuan


tanpa dalam
bantuan, alat bantu gerak berpindah dari bed
diperkenankan ke

kursi roda, bantuan

dalam berjalan.

Eliminasi Bisa mengontrol eliminasi Inkontinensia sebagian


atau total baik bladder
maupun bowel.
Aktivitas Mandiri (Skor
1) Tergantung (Skor 0)

Makan Bisa melakukan makan sendiri. Makanan


Perlu bantuan dalam
dipersiapkan oleh orang lain makan, nutrisi parenteral
diperbolehkan.

d. Mengidentifikasi hasilpemeriksaan
Hasil interpretasi yang ditetapkan dari pengkajian/pemeriksaan Katz Indeks
dalam ADL terdiri dari dua kategori yaitu kemandirian tinggi (index A, B, C, D)
dan kemandirian rendah/ketergantungan(E, F dan G).Adapun penjabarannya
sebagai berikut:
 Katz Indeks A yaitu kemandirian dalam 6 aktivitas yaitu makan,
kontinen, berpindah, kekamar kecil, berpakaian dan mandi.
 KatzIndeksB yaitu kemandirian dalam 5 aktivitas.
 Katz Indeks C yaitu kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan
satu fungsi tambahan.
 KatzIndeksD yaitu kemandirian dalam semua hal kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan.
 Katz Indeks E yaitu kemandiri dalam semua hal kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambhan.
 KatzIndeksFyaitu kemandirian dalam semua hal kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
 KatzIndeksG yaitu ketergantungan terhadap keenam fungsi tersebut.
IV. Evaluasi
a. Mengemukakan pada pasien mengenai hasil pemeriksaan/pengkajian
b. Memberikan edukasi terhadap pasienterkait hasil pemeriksaan
c. Menilai respon pasien terhadap hasil pemeriksaan yang dilakukan

V. Dokumentasi
a. Waktu Pelaksanaan
b. Hasil Pemeriksaan
c. Nama Pemeriksa
G. Tes Formatif
1. Apa tujuan pemeriksaan/pengkajian Katz Indeks?
2. Bagaimana pelaksanaan pemeriksaan/pengkajian Katz Indeks?
3. Apa saja komponen yang dinilai dalampemeriksaan/pengkajian Katz Indeks?
4. Apa saja hasil kategori interpretasi hasil pemeriksaan/pengkajian Katz Indeks?
5. Apa saja indikasi dilakukannya pemeriksaan/pengkajian Katz Indeks?
H. Daftar Pustaka
Festi, Pipit W.(2018). Buku Ajar Lansia “Lanjut Usia, Perspektif dan
Masalah”.Surabaya:UM Surabaya Publishing.
Kemenkes, RI. (2017). JUNKIS INSTRUMEN Pengkajian Pasien Geriatrik (P3G).
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Tabloski, Patricia A. (2014).Gerontological Nursing Third Edition.NewJersey: Pearson
Education.

MODUL PRAKTIKUM PENGKAJIANBARTHEL INDEKS


MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK SEMESTER VI REGULER
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

A. Pengertian
Barthel Indeks merupakan alat ukur atau instrumen pengkajian untuk mengukur
kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas.
B. Tujuan
a. Untuk mengukur kemampuan fungsional lansia
b. Untuk mengetahui tingkat kemandirian dan ketergantungan lansia
c. Untuk mengetahui bantuan atau tingkat pelayanan keperawatan yang
dibutuhkan oleh lansia
C. Indikasi
Indikasi pemeriksaan Barthel Indeks adalah pada pasien-pasien lanjut usia, pasien yang
mengalami gangguan keseimbangan dan/atau dalam masa pemulihan/rehabilitasi.
D. Prinsip
Barthel Indeks membentuk suatu kerangka kerja untuk mengkaji kehidupan hidup
mandiri lansia atau bila ditemukan terjadi penurunan fungsi maka akan disusun titik
fokus perbaikannya.
E. Alat dan Bahan
1. Lembar Format PengkajianBarthelIndeks
2. Pensil/Pulpen
F. Prosedur Tindakan I. Pengkajian
 Kaji catatan medical record pasien
 Amati apakah pasien bisa melihat dan mendengar pemeriksa dengan jelas
,misalnya dengan menanyakan nama pasien. Pastikan apakah pasien
menggunakan alat bantu dengar, kacamata, atau alat bantu jalan.
 Amati apakah pasien mengalami kecacatan/kelumpuhan.
 Kaji apakah pasien mengalami pasca cidera (jatuh).
II. Perencanaan
a. Pemeriksaan ini bisa membuat pasien tidak nyaman, oleh karenanya sangat
penting menjaga rapport yang baik sebelum dan selama pemeriksaan, serta
menjaga pasien agar senyaman mungkin.
b. Memintapersetujuan pasien sebelum melakukan pemeriksaan dan jelaskan
tujuan dilakukannya pemeriksaan.
c. Situasi pemeriksaan dibuat senyaman mungkin bagi pasien untuk
meminimalkan stress.

III. Pelaksanaan
a. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
b. Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya pemeriksaan
c. Mengkaji fungsi kemandirian pasien dengan menggunakan format pengkajian
Barthel Indeks seperti berikut ini:
NO KRITERIA SKOR KETERANGAN
Dengan Mandiri
Bantuan

1 Makan 5 10
2 Minum 5 10
3 Berpindah dari kursi 5-10 15
roda ke tempat tidur,
sebaliknya
4 Personal toilet 0 5
(cuci
muka,menyisir
rambut, gosok
gigi)
5 Keluar masuk toilet 5 10
(mencuci pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
6 Mandi 5 15
7 Jalan di permukaan 0 5
datar
8 Naikturun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10
11 Kontrol bladder (BAK) 5 10
12 Olah raga/latihan 5 10
13 Rekreasi/pemanfaatan 5 10
waktu luang

d. Menginterpretasikan hasil pengkajian


Jumlah Skor >125 : Mandiri
Jumlah Skor 65-125: Ketergantungan sebagian
Jumlah Skor <65 : Ketergantungan total

IV.Evaluasi
a. Mengemukakan pada pasien mengenai hasil pemeriksaan/pengkajian
b. Memberikan edukasi terhadap pasien terkait hasil pemeriksaan
c. Menilai responpasien terhadap hasil pemeriksaan yang dilakukan
V.Dokumentasi
a. Waktu Pelaksanaan
b. Hasil Pemeriksaan
c. Nama Pemeriksa
G. Tes Formatif
1. Apa tujuan pemeriksaan/pengkajianBarthelIndeks?
2. Bagaimana pelaksanaan pemeriksaan/pengkajianBarthel Indeks?
3. Apa saja komponen yang dinilai dalam pemeriksaan/pengkajianBarthel Indeks?
4. Apa saja hasil kategori interpretasi hasil pemeriksaan/pengkajianBarthel Indeks?
5. Apa saja indikasi dilakukannya pemeriksaan/pengkajianBarthel Indeks?
H. Daftar Pustaka
Festi, Pipit W.(2018). Buku Ajar Lansia “Lanjut Usia, Perspektif dan
Masalah”.Surabaya:UM Surabaya Publishing.
Kemenkes, RI. (2017). JUNKIS INSTRUMEN Pengkajian Pasien Geriatrik (P3G).
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Tabloski, PatriciaA.(2014).Gerontological Nursing Third Edition.New Jersey: Pearson
Education.
MODUL PRAKTIKUM LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM)
MATA KULIAHKEPERAWATAN GERONTIK SEMETER VI REGULER
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKKU

A. Pengertian
Range of Motion (ROM) adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan
terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, di mana klien menggerakan masing-masing
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif(Potter dan
Perry,2006).

B. Tujuan
1. Mempertahankanatau memelihara kekuatan otot;
2. Memelihara mobilitas persendian;
3. Merangsang sirkulasi darah;
4. Mencegah kelainan bentuktulang.
C. Indikasi
1. Pasien yang mengalami hambatan mobilitas fisik.
2. Pasien yang mengalami keterbatasan rentang gerak.
D. Prinsip
ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehinga tidak melelahkan pasien.dan/atau
mencederai pasien
E. Alat dan Bahan
1. Sarung tangan/Handscoon
2. Minyak/Lotion bila perlu
F. Prosedur Tindakan
I. Pengkajian
 Melakukan verifikasi program terapi
II. Perencanaan
a. Tindakanini bisa membuat pasien tidak nyaman, oleh karenanya sangat
penting menjaga rapport yang baik sebelum dan selama tindakan
dilakukan, serta menjaga pasien agar senyaman mungkin.
b. Meminta persetujuan pasien sebelum melakukan tindakan dan jelaskan
tujuan dilakukannyatindakan tersebut.
c. Situasi selama tindakan berlangsung dibuat senyaman mungkin bagi
pasien untuk meminimalkan stress.
III. Pelaksanaan
a. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
b. Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannyatindakan
c. Mengatur posisipasien
d. Melatih gerak sendi pasien dengan mengacu pada petunjuk pelaksanaan
tindakan ROM sebagai berikut:
 ROM Leher, Spina, dan Servical
Gerakan Penjelasan Rentang

Fleksi Menggerakan dagu menempel ke dada rentang 45°


rentang 45°
Gerakan

Penjelasan

Rentang

Ekstensi

Mengembalikan kepala ke posisi tegak

rentang 45°
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh rentang 40-45°
mungkin

Fleksi lateral

Memiringkan kepala sejauh mungkin

rentang 40-45°

sejauh mungkin kearah setiap bahu


Rotasi

 ROMBahu

Memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler


rentang 180°

Gerakan

Penjelasan

Rentang

Fleksi Menaikan lengan dari posisi di samping rentang 180°


tubuh ke depan ke posisi di atas kepala

Mengembalikan lengan ke posisi


di
Ekstensi rentang 180°
samping tubuh

Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang tubuh, rentang 45-60°


siku tetap lurus

Abduksi
Menaikan lengan ke posisi rentang 180°
samping di
atas kepala dengan telapak
tangan jauh

dari kepala

Adduksi Menurunkan lengan ke samping dan rentang 320°


menyilang tubuh sejauh mungkin

Rotasi dalam Dengan siku fleksi, memutar bahu rentang 90°


dengan menggerakan lengan sampai
ibu

Gerakan Penjelasan Rentang

jari menghadap ke dalam dan ke


belakang

Rotasi luar Dengan siku fleksi, rentang 90°


menggerakan lengan sampai ibu
jari ke atas dan samping kepala

Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan rentang 360°


lingkaran penuh

 ROM Siku

Gerakan Penjelasan Rentang

Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan rentang 150°


bahu bergerak ke depan sendi bahu
dan tangan sejajar bahu

Ekstensi Meluruskan siku dengan menurunkan rentang 150°


tangan
 ROM Lengan Bawah
Gerakan Penjelasan Rentang

Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan rentang 70-90°


sehingga telapak tangan menghadap ke

Gerakan Penjelasan Rentang

atas

Pronasi Memutar lengan bawah sehingga telapak rentang 70-90°


tangan menghadap ke bawah

 ROM Pergelangan Tangan


Gerakan Penjelasan Rentang

Fleksi Menggerakan telapak tangan ke sisi rentang 80-90° bagian dalam


lengan bawah

Ekstensi

Mengerakan jari-jari tangan rentang 80-90°


sehingga
jari-jari, tangan, lengan bawah
berada

dalam arah yang sama

Hiperektensi Membawa permukaan tangan dorsal ke rentang 80-90°


belakang sejauh

Abduksi

Menekuk pergelangan tangan rentang 30°


miring ke
ibu jari

Adduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang 30-50°


arah lima jari

 ROMJari-Jari Tangan
Gerakan Penjelasan Rentang

Gerakan Penjelasan Rentang

Fleksi Membuat genggaman rentang 90°

Ekstensi

Meluruskan jari-jari tangan rentang 90°

Hiperektensi Menggerakan jari-jari tangan ke belakang rentang 30-60°


sejauh mungkin

Abduksi

Mereggangkan jari-jari tangan rentang 30°


yang satu
dengan yang lain

Adduksi Merapatkan kembali jari-jari tangan rentang 30°

 ROM Ibu Jari


Gerakan Penjelasan Rentang

Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang rentang 90°


permukaan telapak tangan rentang

Ekstensi

Menggerakan ibu jari lurus rentang 90°


menjauh dari
tangan

Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping rentang 30°

Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan tangan rentang 30°

Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari


-jari -
tangan pada tangan yang sama

 ROM Pinggul

Gerakan Penjelasan Rentang

Fleksi Mengerakan tungkai ke depan dan atas rentang 90-120°

Ekstensi

Menggerakan kembali ke samping

rentang 90-120°

tungkai yang lain


Hiperektensi Mengerakan tungkai ke belakang tubuh rentang 30-50°

Abduksi

Menggerakan tungkai ke samping

rentang 30-50°

menjauhi tubuh

Adduksi

Tungkai kembali ke posisi media dan melebihi jika mungkin


30-50°

Rotasi dalam
Memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain
rentang 90°

Rotasi luar

Memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain


rentang 90°

Sirkumduksi

 ROM Lutut

Menggerakan tungkai melingkar


-

Gerakan

Penjelasan

Rentang

Fleksi

Mengerakan tumit ke arah belakang paha


rentang 120-130°

Ekstensi

Mengembalikan tungkai kelantai


rentang 120-130°

 ROM Kaki

Gerakan Penjelasan Rentang

Inversi Memutar telapak kaki ke samping dalam rentang 10°

Eversi Memutar telapak kaki ke samping luar rentang 10°

 ROM Jari-Jari Kaki


Gerakan Penjelasan Rentang

Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke bawah rentang 30-60°

Ekstensi Meluruskan jari


-jari kaki rentang 30-60°

Abduksi Menggerakan jari-jari kaki satu dengan rentang 15°


yang lain

Adduksi Merapatkan kembali bersamasama rentang 15°

IV. Evaluasi
a. Menilai respon yang diberikan pasien setelah atau selama tindakan
latihan ROM dilakukan. Respon verbal didapatkan dari klien mengatakan
tidak merasa kaku lagi dia area sendi yang dimaksud. Respon non verbal
dapat dilihat dari gerak-gerik klien, misalnyaklien tidak terlihat sulit untuk
menggerakkan sisi tubuhnya yang awalnya terasa kaku, dll.
b. Beri reinforcement positif
c. Lakukan kontrak untukkegiatan selanjutnya
d. Mengakhiri kegiatan dengan baik
V. Dokumentasi
a. Waktu Pelaksanaan
b. HasilTindakan
c. NamaPelaksana Tindakan
G. TesFormatif
1. Apa yang dimaksud dengan latihan ROM?
2. Apa saja indikasi dilakukannya latihan ROM?
3. Bagaimana mekanisme ROM pada sendi pinggul dan lutut?
4. Bagaimana mekanisme ROM pada sendi kaki dan jari?
5. Apa tujuan pelaksanaan tindakan ROM?
H. Daftar Pustaka
Batticaca, F. B (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Garrison, S. J (2003). Handbook of Physical Medicine and Rehabilitation. Edisi II.


Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Reese, N. B (2009). Joint Range of Motionand Muscle Length Testing. Edisi II.St.
Louis: Elsevier Health Sciences.
MODUL PRAKTIKUMKEAGLE EXERCISE
MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK SEMESTER VI
REGULER
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

A. Pengertian
Keagle Exercise atau senam kegel adalah latihan yang digunakan untuk
memperkuat otot dasar panggul.
B. Tujuan
1. Menguatkan otot-otot yang panggul
2. Untuk mengatasi inkontinensia urine
B. Prinsip
Senam kegel akan efektif hanya bila dilakukan secara teratur dan kontinu.
C. Indikasi
1. Pria danwanita yang memiliki masalah inkontinensia
2. Wanita yang sudah mengalami menopause untuk mempertahankan kekuatan
otot panggul
3. Wanita yang mengalami prolaps uteri (turunnya rahim) karena melemahnya
otot dasar panggul dan melebar pasca persalinan, juga untuk wanita yang
mengalami masalah seksual.
D. Alat dan Bahan
1. Matras/Karpet/Kursi
2. Arloji
3. TapeRecorder + lagu (pelengkap)
4. Peralatan eliminasi jikadiperlukan
E. Prosedur Tindakan I. Pengkajian
 Melakukan verifikasi program terapi
II. Perencanaan
a. Tindakan ini bisa membuat pasien tidak nyaman, oleh karenanya sangat
penting menjaga rapport yang baik sebelum dan selama tindakan
dilakukan, serta menjaga pasien agar senyaman mungkin.
b. Meminta persetujuan pasien sebelum melakukan tindakan dan jelaskan
tujuan dilakukannya tindakan tersebut.
c. Situasi selama tindakan berlangsung dibuat senyaman mungkin bagi
pasien untuk meminimalkan stress.
III. Pelaksanaan
a. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
b. Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya tindakan
c. Mengatur posisi pasien(bisa duduk atau berbaring)
d. Instruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul.
e. Instruksikan klien untuk mengencangkan otot-otot di sekitar anus,
dengan cara kaki ditekuk dan mengangkat pantat ditahan 5 sampai 10

detik (seperti menahan air urine saat ingin buang air kecil).

f. Kemudian minta klien merelaksasikanotot-otot secara keseluruhan


g. Ulangi latihan tersebut selama kuranglebih15 menit.
IV. Evaluasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan yang dilakukan
b. Berikan reinforcement positif.
c. Lakukan kontrak untuk latihan atau exercise selanjutnya
V. Dokumentasi
a. Waktu Pelaksanaan
b. Hasil Tindakan
c. Nama Pelaksana Tindakan
F. Tes Formatif
1. Apa yang dimaksud dengan keagle exercise?
2. Apa tujuan dari latihan senam kegel?
3. Posisi apa yang dianjurkan untukmelakukan senam kegel?
4. Apa saja indikasi latihan senam kegel?
5. Mengapa lansia perlu diberikan tindakan latihan senam kegel?
G. Daftar Pustaka
Anggriyana T.Wi & Atiqah, P. (2010). Senam Kesehatan. Nuha Medika, Yogyakarta.

Park and Kang, (2014). “Effect of Kegel Exercises on the Management of Female
Stress Urinary Incontinence: A Systematic Review of Randomized
Controlled Trials”, Hindawi Publishing Corporation Advances in Nursing
Volume 2014, Article ID 640262,10 pages
http://dx.doi.org/10.1155/2014/640262

Stocsklager, Jaime L., (2008). Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik, Edisi 2,
Jakarta.
MODUL PRAKTIKUMSENAM LANSIA
MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK SEMESTER VI
REGULER PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

A. Pengertian
Senam lansia adalah senam yang dilakukan oleh klien lanjut usia yang melibatkan
semua otot dan persendian (Suarti, 2009).
B. Tujuan
1. Untuk menurunkan tekanan darah
2. Memperbaiki pasokan oksigen dan proses metabolisme
3. Membangun kekuatan dan daya tahan tubuh
4. Menurunkan lemak
5. Meningkatkankekuatanotot dan sendi.
C. Indikasi
Ada beberapa indikasi dalam melakukan senam lansia seperti gangguan tidur,
gangguan keseimbangan, hipertensi, merasa kesulitan dalam konsentrasi serta
gangguan emosi dan mental.
D. Prinsip
1. Selalu memperhatikan tekanan darah sebelum dan sesudah senam
2. Latihan dilakukan secara bertahapdanteratur
E. Alat dan Bahan
-
F. Prosedur Tindakan I. Pengkajian
 Melakukan verifikasi program terapi
II. Perencanaan
a. Tindakan ini bisa membuat pasien tidak nyaman, oleh karenanya sangat
penting menjaga rapport yang baik sebelum dan selama tindakan
dilakukan, serta menjaga pasien agar senyaman mungkin.
b. Meminta persetujuan pasien sebelum melakukan tindakan dan jelaskan
tujuan dilakukannya tindakan tersebut.
c. Situasi selama tindakan berlangsung dibuat senyaman mungkin bagi
pasien untuk meminimalkan stress.
III. Pelaksanaan
a. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
b. Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya tindakan
c. Mengatur posisi pasien (pasien dalam posisi berdiri)
d. Simulasikan senam lansia dengan tahapansebagai beriku:
1) Pemanasan
Sebelum mengawali senam sebaiknya tarik nafas selama 3 sampai
5 kali, setelah itu letakkan kedua tangan disamping badan,
pandangan lurus kedepan, lalu buka kedua kaki sekitar 30 cm
kemudian senam dapat dimulai.
2) Gerakan Inti
 Gerakan muka (fungsinya untuk mengencangkan kulit muka
agar tidak kaku), yang terdiri dari dua gerakan:
• Pertama ucapkan a, i, u, e, o sebanyak 5 kali
• Kedua ucapkan ha-ha, hi-hi sebanyak 5 kali
 Gerakan kepala (fungsinya untuk meregangkan otot-otot
kepala agar peredaran darah yang melewati kepala dapat
beredar secara lancar), anggugkkan kepala keatasbawah
dalam hitungan 1 sampai 8 dilakukan sebanyak 5 kali,
setelah itu anggukkan kekirikanan dalam hitungan 1 sampai
8 dilakukan sebanyak 5 kali.
 Gerakan Tangan
• Pertama gerakan jari tangan membuka dan menutup
hitungan dari 1 sampai 8 mulai dari dilakukan
sebanyak 5 kali, (gerakan ini fungsinya untuk
mengurangi kekakuan pada telapak tangan dan jari-
jari tangan.
• Kedua gerakan tepuk tangan dengan salah satu jari
menekuk mulai dari hitungan 1 sampai 8 sebanyak 5
kali, gerakan ini fungsinya untuk mengurangi resiko
DM atau sering disebut penyakit gula.
• Ketiga gerakan menyatukan kedua telapak tangan
dengan cara tepuk tangan dan posisi tangan sejajar
dengan dada mulai dari hitungan 1 sampai 8
dilakukan sebanyak 5 kali, gerakan ini fungsinya
untuk memperlancar kerja jantung dan mengurangi
penyakit jantung.
• Keempat dengan merentang kedua tangan ke
samping kanan dan kiri lalu memutar pergelangan
tangan mulai dari hitungan 1 sampai 8 sebanyak 5
kali, gerakan ini dilakukan untuk mengurangi beban
kerja jantung dan juga mengurangi kekakuan pada
otot-otot dari pundak sampai jari tangan.
• Kelima masih merentangkan kedua tangan ke
samping kanan dan kiri, dengan tangan mengepal
(menggenggam) naik turun mulai dari hitungan 1
sampai 8 dilakukan sebanyak 5 kali, gerakan ini
fungsinya untuk mengoptimalkan kerja jantung dan
juga mengurangi kekakuan otot pada tangan dan
pergelangan tangan.
 Gerakan kaki, dilakukan untuk mengurangi kejadian asam
urat dan memperlancar peredaran darah dari jantung ke
seluruh tubuh.
• Dalam posisi berdiri dilakukan gerakan jinjit-
jinjit secara bergantian kaki kanan dan kiri
mulai dari hitungan 1 sampai 8 sebanyak 5
kali.
• Salam posisi duduk dengan luruskan kaki
denganmengayunkan telapak kaki mulai dari
hitungan 1 sampai 8 dilakukan sebanyak 5
kali.
3) Pendinginan
Tarik nafas secara perlahan-lahan dan sedalam mungkin,
pertahankan selama 10 hitungan kemudiankeluarkan udara
seperlahan mungkin.
IV. Evaluasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan yang dilakukan
b. Berikan reinforcement positif.
c. Lakukan kontrak untuk latihan atau exercise selanjutnya
V. Dokumentasi
a. Waktu Pelaksanaan
b. Hasil Tindakan
c. Nama Pelaksana Tindakan
G. Tes Formatif
1. Apa yang dimaksud dengansenam lansia?
2. Apa tujuan dari latihan senamlansia?
3. osisi apa yang dianjurkan untuk melakukan senamlansia?
4. Apa saja indikasi senam lansia
5. Mengapa lansia perlumelakukansenamlansia?
H. Daftar Pustaka

Wanarni. (2010). Menjadi Lansia Tangguh dan Bugar Berkat Senam Lansia. Jakarta :
Dokter Kota PT Temprint.

MODUL PRAKTIKUM TERAPI MUSIK


MATA KULIAHKEPERAWATAN GERONTIK SEMETER VI
REGULER PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKKU

A. Pengertian
Terapi musik adalah keah;ian menggunakan musik atau elemen musik untuk
meningkatkan, mempertahankan, serta mengembalikan kesehatan mental, fisik,
emosional, dan spiritual.
B. Tujuan
Memberikan efek relaksasi bagi tubuh sehingga pasien dapat menjadi lebih rileks
dan tenang.
C. Indikasi
Terapi musik diberikan pada lansia dengan gangguan kenyamanan(nyeri),
kecemasan, kesulitan tidur, dan depresi.
D. Prinsip
Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik dapat disesuaikan dengan keinginan
pasien, misalnya musik klasik, instrumentalia, musik berirama santai, orkestra, atau
musik modern lainnya.
E. Alat danBahan
1. MP3 Player
2. Headset/ headphone
F. Prosedur Tindakan I. Pengkajian
 Melakukan verifikasi program terapi
II. Perencanaan
a. Mengidentifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan
kontraindikasi
b. Memberi salam dan panggil lansia dengan namanya
c. Menjelaskantujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada
lansia/keluarga
III. Pelaksanaan
a. Memberikan kesempatan lansia bertanya sebelum kegiatan dilakukan
b. Menanyakan keluhan utama lansia
c. Menjaga privasi lansia.
d. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
e. Menetapkan perubahanpada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan
seperti relaksasi, stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit.
f. Membantu lansia untukmemilih posisi yang nyaman.
g. Membatasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung,
panggilan telepon selama mendengarkan musik.
h. Mendekatkan perlengkapan musik dengan lansia.
i. Memastikan perlengkapan musik dalam kondisi baik.
j. Menyalakan musikdan melakukan terapi musik.
k. Memastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras.
l. Menghindari menghidupkanmusik dan meninggalkannya dalam waktu
yang lama.
m. Mengidentifikasi pilihan musik lansia untuk terapi selanjutnya
IV. Evaluasi
a. Mengevaluasi hasil kegiatan (kenyamanan lansia)
b. Memberikan umpan balik positif
c. Kontrak pertemuan selanjutnya.
V. Dokumentasi
a. Waktupelaksanaan
b. Hasil tindakan
c. Pelaksana tindakan
G. Tes Formatif
1. Apa yang dimaksud dengan terapi musik?
2. Apa saja indikasi terapi musik pada lansia?
3. Apa saja persiapan alat dan bahan untuk tindakan terapi musik pada lansia?
4. Bagaimana metode pelaksanaan tindakanterapi musik pada pasien lansia?
5. Apa tujuan pemberian tindakan terapi musik pada lansia?
H. Daftar Pustaka
Maryam, S., Ekasari, M. F., Rosidawati, Jubaedi, A. (2008). Mengenal Usia Lanjut
dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Merlianti, A. (2014). Pengaruh Terapi Musik terhadap Kualitas Tidur Penderita


Insomnia pada Lanjut Usia di Panti Jompo Graha Kasih Bapa Kabupaten
Kebun Raya. Jurnal Publikasi Mahasiswa Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura. Vol 1 No 1. Diakses dari
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article.

Anda mungkin juga menyukai