KEPERAWATAN GERONTIK
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH :
HERI HERMANSYAH
MODUL PRAKTIKUM
KEPERAWATAN GERONTIK
PROGRAM STUDI S1KEPERAWATAN
Modul ini Ditetapkan Berdasarkan SK Ketua
Nomor :
Tanggal :
MODULPRAKTIKUM
KEPERAWATAN GERONTIK
TAHUN 2020
BAB II
A. Tempat Praktik
Pelaksanaan kegiatan praktikum keperawatan gerontikdilakukan di Laboratorium
STIKKU
B. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran kegiatan praktikum keperawatan gerontik yaitu berupa
demonstrasi, diskusi, pre dan post conference, serta penugasan individu atau
kelompok.
C. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar yang harus dicapai dalam kegiatan praktikum keperawatan gerontik
yaitu sebagai berikut:
1. Mengkaji status kesehatan klien
a. Pengkajian MMSE
b. Pengkajian Katz Indeks
c. Pengkajian Barthel Indeks
2. Menyusun rencana perawatan dan implementasi
a. ROM
b. Keagle Exercise
c. Senam Lansia
d. Terapi Modalitas (Terapi Musik)
MODUL PRAKTIKUMPENGKAJIAN MMSE
MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK SEMESTER VI REGULER
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
A. Pengertian
Mini-Mental State Examination (MMSE) adalah suatu skala terstruktur yang terdiri dari
30 poin yang dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu orientasi, registrasi, perhatian,
kalkulasi, mengulang kembali, dan bahasa (Konchannet al, 2009)
B. Tujuan
Untuk mengukur kemampuan kognitif dan status mental klien lansia
C. Indikasi
Indikasi penggunaan mini mental state examination (MMSE) adalah pada pasien-pasien
dengan kecurigaan dementia.Diagnosis dementia dicurigai bila ada dua atau lebih
domainkognitif yang mengalami penurunan.MMSE juga digunakan untuk melakukan
follow up klinis pada pasien dengan gangguan kognitif (misalnya untuk menilair espon
terhadap terapi), menilai derajat keparahan dan perburukan demensia, untuk
mengambil keputusan inisiasi atau penghentian obat antidementia, untuk membuat
perkiraan terkait prognosis, dan karakterisasi beban akibatdemensia di populasi.
D. Prinsip
MMSE adalah alat deteksi dan penunjang diagnostik, namun tidak bisa digunakan
sebagai kriteria tunggal untuk penegakandiagnosis demensia.
E. Alat dan Bahan
1. Lembar Format Pemeriksaan MMSE
2. Pensil/Pulpen
3. Kertas
F. Prosedur
Tindakan I.
Pengkajian
Amati apakah pasien bisa melihat dan mendengar pemeriksa dengan jelas
,misalnya dengan menanyakan nama pasien. Pastikan apakah pasien
menggunakan alat bantu dengar atau kacamata.
Amati apakah pasien mengalami kecacatan/kelumpuhan.
Kaji apakah pasien mengalami pasca cidera (jatuh).
II. Perencanaan
a. Pemeriksaan ini bisa membuat pasien tidak nyaman, oleh karenanya sangat
penting menjaga rapport yang baik sebelum dan selama pemeriksaan, serta
menjaga pasien agar senyaman mungkin.
b. Memintapersetujuan pasien sebelum melakukan pemeriksaan dan jelaskan
tujuan dilakukannya pemeriksaan.
c. Situasi pemeriksaan dibuat senyaman mungkin bagi pasien untuk
meminimalkan stress.
d. Perkenalkan diri dan sampaikan bahwa pemeriksa akan melakukan
pemeriksaan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini untuk
menghindari timbulnya resistensi selama pemeriksaan.
III. Pelaksanaan
a. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
b. Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya pemeriksaan
c. Mengkaji fungsi kognisi dan mental pasien dengan mengikuti tahapan
pemeriksaan sebagai berikut :
Orientasi
Untuk orientasi waktu, tanyakan tanggal hari ini. Minta pasien
menyebutkan hari, tanggal, bulan ,tahun, dan musim. Tanyakan kembali
informasiyang belum pasien sebutkan. Berikan skor 1 untuk setiap
jawaban benar. Skor maksimal adalah 5.Untuk orientasi tempat, tanyakan
mengenai tempat pasien berada saat ini (negara, provinsi,kota atau
kabupaten, rumah sakit, serta ruang atau lantai). Berikan skor 1 untuk
setiap jawaban benar. Skor maksimal adalah 5.
Registrasi
Beritahukan kepada pasien bahwa pemeriksa akan menyebutkan 3 buah
benda dan minta pasien untuk mengingatnya. Kemudian sebutkan 3 nama
benda pelan-pelan dengan jarak 1 detik. Skor ditentukan berdasarkan
jumlah benda yang bisa disebutkan ulang oleh pasien pada percobaan
pertama. Ulangi tahap ini sampai 6 kali, nilai apakah pasien bisa
menyebutkan ke tiga nama benda. Beri skor 1 untuk setiap namabenda
yang benar.
Atensi dan Kalkulasi
Minta pasien untuk melakukan pengurangan mulai dari 100 dikurangi 7,
dan seterusnya sampai 5 kali operasi pengurangan. Skor sesuai dengan
jumlah jawaban yang benar. Bila pasien tidak mampu berhitung, minta
pasien mengeja dari belakang kata yang terdiri dari 5 huruf. Misalnya
AISYAH, dieja menjadi H-A-Y-S-I-A. Skor sesuai dengan jumlah huruf
yang ditempatkan secara benar.
Recall/Mengulang Kembali
Minta pasien mengulang kembali nama 3 benda yang disebutkan pada
saat pemeriksaan registrasi. Berikan skor sesuai dengan jawaban yang
benar.
Bahasa
1) Menyebutkan
Minta pasien untuk menyebutkan dua nama benda yang ditunjukkan,
misalnya pensil dan kertas. Berikan skor sesuai dengan jawaban yang
benar.
2) Pengulangan
Minta pasien untuk mengulangi kalimat “tanpa kalau dan atau tetapi”.
Berikan skor 1 bila pasien mampu mengulangi kalimat dengan benar.
3) Perintah Tiga Langkah
Berikan secarik kertas pada pasien, kemudian katakan, “Ambil kertas
ini dengan tangan kanan, lipat dua, dan letakkan di lantai”. Berikan
skor 1 untuk setiap tahapan yang benar.
4) Membaca
Siapkan selembar kertas yang tertulis perintah dalam huruf besar
“ANGKAT TANGAN KIRI ANDA”. Minta pasien untuk membaca
perintah dan melakukannya. Berikan skor 1 bila pasien mampu
melakukan perintah dengan benar.
5) Menulis
Berikan selembar kertas kosong dan alat tulis, kemudian minta pasien
untuk menulis sebuah kalimat. Berikan skor 1 bila kalimat yang ditulis
mengandung subjek dan predikat.
6) Meniru Gambar Segilima
Tunjukan gambar dua buahsegilima yang saling berpotonganseperti
gambar berikut,
IV. Evaluasi
A. Pengertian
Katz Indeks adalah instrumen atau alat ukur untuk melihat status fungsional pada klien
lanjut usia dengan mengukur kemampuan mereka dalam melakukan aktivitas sehari-
hari.
B. Tujuan
Untuk mendeteksi/mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan lansia dalam
menjalankan aktivitas sehari-harinya sehingga dapat dilakukan perencanaan perawatan
yang tepat.
C. Indikasi
Indikasi pemeriksaan Katz Indeks adalah pada pasien-pasien lanjut usia, pasien yang
mengalami gangguan keseimbangan dan/atau dalam masa pemulihan/rehabilitasi.
D. Prinsip
Katz Indeks membentuk suatu kerangka kerja untuk mengkaji kehidupan hidup mandiri
lansia atau bila ditemukan terjadi penurunan fungsi maka akan disusun titik fokus
perbaikannya.
E. Alat dan Bahan
1. Lembar FormatPengkajian Katz Indeks
2. Pensil/Pulpen
F. Prosedur Tindakan I.Pengkajian
Kaji catatan medical record pasien
Amati apakah pasien bisa melihat dan mendengar pemeriksa dengan jelas
,misalnya dengan menanyakan nama pasien. Pastikan apakah pasien
menggunakan alat bantu dengar, kacamata, atau alatbantu jalan.
Amati apakah pasien mengalami kecacatan/kelumpuhan.
Kaji apakah pasien mengalami pasca cidera (jatuh).
II. Perencanaan
a. Pemeriksaan ini bisa membuat pasien tidak nyaman, oleh karenanya sangat
penting menjaga rapport yang baik sebelum dan selama pemeriksaan, serta
menjaga pasien agar senyaman mungkin.
Berpakaian
Berpindah
dalam berjalan.
d. Mengidentifikasi hasilpemeriksaan
Hasil interpretasi yang ditetapkan dari pengkajian/pemeriksaan Katz Indeks
dalam ADL terdiri dari dua kategori yaitu kemandirian tinggi (index A, B, C, D)
dan kemandirian rendah/ketergantungan(E, F dan G).Adapun penjabarannya
sebagai berikut:
Katz Indeks A yaitu kemandirian dalam 6 aktivitas yaitu makan,
kontinen, berpindah, kekamar kecil, berpakaian dan mandi.
KatzIndeksB yaitu kemandirian dalam 5 aktivitas.
Katz Indeks C yaitu kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan
satu fungsi tambahan.
KatzIndeksD yaitu kemandirian dalam semua hal kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan.
Katz Indeks E yaitu kemandiri dalam semua hal kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambhan.
KatzIndeksFyaitu kemandirian dalam semua hal kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
KatzIndeksG yaitu ketergantungan terhadap keenam fungsi tersebut.
IV. Evaluasi
a. Mengemukakan pada pasien mengenai hasil pemeriksaan/pengkajian
b. Memberikan edukasi terhadap pasienterkait hasil pemeriksaan
c. Menilai respon pasien terhadap hasil pemeriksaan yang dilakukan
V. Dokumentasi
a. Waktu Pelaksanaan
b. Hasil Pemeriksaan
c. Nama Pemeriksa
G. Tes Formatif
1. Apa tujuan pemeriksaan/pengkajian Katz Indeks?
2. Bagaimana pelaksanaan pemeriksaan/pengkajian Katz Indeks?
3. Apa saja komponen yang dinilai dalampemeriksaan/pengkajian Katz Indeks?
4. Apa saja hasil kategori interpretasi hasil pemeriksaan/pengkajian Katz Indeks?
5. Apa saja indikasi dilakukannya pemeriksaan/pengkajian Katz Indeks?
H. Daftar Pustaka
Festi, Pipit W.(2018). Buku Ajar Lansia “Lanjut Usia, Perspektif dan
Masalah”.Surabaya:UM Surabaya Publishing.
Kemenkes, RI. (2017). JUNKIS INSTRUMEN Pengkajian Pasien Geriatrik (P3G).
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Tabloski, Patricia A. (2014).Gerontological Nursing Third Edition.NewJersey: Pearson
Education.
A. Pengertian
Barthel Indeks merupakan alat ukur atau instrumen pengkajian untuk mengukur
kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas.
B. Tujuan
a. Untuk mengukur kemampuan fungsional lansia
b. Untuk mengetahui tingkat kemandirian dan ketergantungan lansia
c. Untuk mengetahui bantuan atau tingkat pelayanan keperawatan yang
dibutuhkan oleh lansia
C. Indikasi
Indikasi pemeriksaan Barthel Indeks adalah pada pasien-pasien lanjut usia, pasien yang
mengalami gangguan keseimbangan dan/atau dalam masa pemulihan/rehabilitasi.
D. Prinsip
Barthel Indeks membentuk suatu kerangka kerja untuk mengkaji kehidupan hidup
mandiri lansia atau bila ditemukan terjadi penurunan fungsi maka akan disusun titik
fokus perbaikannya.
E. Alat dan Bahan
1. Lembar Format PengkajianBarthelIndeks
2. Pensil/Pulpen
F. Prosedur Tindakan I. Pengkajian
Kaji catatan medical record pasien
Amati apakah pasien bisa melihat dan mendengar pemeriksa dengan jelas
,misalnya dengan menanyakan nama pasien. Pastikan apakah pasien
menggunakan alat bantu dengar, kacamata, atau alat bantu jalan.
Amati apakah pasien mengalami kecacatan/kelumpuhan.
Kaji apakah pasien mengalami pasca cidera (jatuh).
II. Perencanaan
a. Pemeriksaan ini bisa membuat pasien tidak nyaman, oleh karenanya sangat
penting menjaga rapport yang baik sebelum dan selama pemeriksaan, serta
menjaga pasien agar senyaman mungkin.
b. Memintapersetujuan pasien sebelum melakukan pemeriksaan dan jelaskan
tujuan dilakukannya pemeriksaan.
c. Situasi pemeriksaan dibuat senyaman mungkin bagi pasien untuk
meminimalkan stress.
III. Pelaksanaan
a. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
b. Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya pemeriksaan
c. Mengkaji fungsi kemandirian pasien dengan menggunakan format pengkajian
Barthel Indeks seperti berikut ini:
NO KRITERIA SKOR KETERANGAN
Dengan Mandiri
Bantuan
1 Makan 5 10
2 Minum 5 10
3 Berpindah dari kursi 5-10 15
roda ke tempat tidur,
sebaliknya
4 Personal toilet 0 5
(cuci
muka,menyisir
rambut, gosok
gigi)
5 Keluar masuk toilet 5 10
(mencuci pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
6 Mandi 5 15
7 Jalan di permukaan 0 5
datar
8 Naikturun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10
11 Kontrol bladder (BAK) 5 10
12 Olah raga/latihan 5 10
13 Rekreasi/pemanfaatan 5 10
waktu luang
IV.Evaluasi
a. Mengemukakan pada pasien mengenai hasil pemeriksaan/pengkajian
b. Memberikan edukasi terhadap pasien terkait hasil pemeriksaan
c. Menilai responpasien terhadap hasil pemeriksaan yang dilakukan
V.Dokumentasi
a. Waktu Pelaksanaan
b. Hasil Pemeriksaan
c. Nama Pemeriksa
G. Tes Formatif
1. Apa tujuan pemeriksaan/pengkajianBarthelIndeks?
2. Bagaimana pelaksanaan pemeriksaan/pengkajianBarthel Indeks?
3. Apa saja komponen yang dinilai dalam pemeriksaan/pengkajianBarthel Indeks?
4. Apa saja hasil kategori interpretasi hasil pemeriksaan/pengkajianBarthel Indeks?
5. Apa saja indikasi dilakukannya pemeriksaan/pengkajianBarthel Indeks?
H. Daftar Pustaka
Festi, Pipit W.(2018). Buku Ajar Lansia “Lanjut Usia, Perspektif dan
Masalah”.Surabaya:UM Surabaya Publishing.
Kemenkes, RI. (2017). JUNKIS INSTRUMEN Pengkajian Pasien Geriatrik (P3G).
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Tabloski, PatriciaA.(2014).Gerontological Nursing Third Edition.New Jersey: Pearson
Education.
MODUL PRAKTIKUM LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM)
MATA KULIAHKEPERAWATAN GERONTIK SEMETER VI REGULER
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKKU
A. Pengertian
Range of Motion (ROM) adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan
terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, di mana klien menggerakan masing-masing
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif(Potter dan
Perry,2006).
B. Tujuan
1. Mempertahankanatau memelihara kekuatan otot;
2. Memelihara mobilitas persendian;
3. Merangsang sirkulasi darah;
4. Mencegah kelainan bentuktulang.
C. Indikasi
1. Pasien yang mengalami hambatan mobilitas fisik.
2. Pasien yang mengalami keterbatasan rentang gerak.
D. Prinsip
ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehinga tidak melelahkan pasien.dan/atau
mencederai pasien
E. Alat dan Bahan
1. Sarung tangan/Handscoon
2. Minyak/Lotion bila perlu
F. Prosedur Tindakan
I. Pengkajian
Melakukan verifikasi program terapi
II. Perencanaan
a. Tindakanini bisa membuat pasien tidak nyaman, oleh karenanya sangat
penting menjaga rapport yang baik sebelum dan selama tindakan
dilakukan, serta menjaga pasien agar senyaman mungkin.
b. Meminta persetujuan pasien sebelum melakukan tindakan dan jelaskan
tujuan dilakukannyatindakan tersebut.
c. Situasi selama tindakan berlangsung dibuat senyaman mungkin bagi
pasien untuk meminimalkan stress.
III. Pelaksanaan
a. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
b. Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannyatindakan
c. Mengatur posisipasien
d. Melatih gerak sendi pasien dengan mengacu pada petunjuk pelaksanaan
tindakan ROM sebagai berikut:
ROM Leher, Spina, dan Servical
Gerakan Penjelasan Rentang
Penjelasan
Rentang
Ekstensi
rentang 45°
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh rentang 40-45°
mungkin
Fleksi lateral
rentang 40-45°
ROMBahu
Gerakan
Penjelasan
Rentang
Abduksi
Menaikan lengan ke posisi rentang 180°
samping di
atas kepala dengan telapak
tangan jauh
dari kepala
ROM Siku
atas
Ekstensi
Abduksi
ROMJari-Jari Tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Ekstensi
Abduksi
Ekstensi
ROM Pinggul
Ekstensi
rentang 90-120°
Abduksi
rentang 30-50°
menjauhi tubuh
Adduksi
Rotasi dalam
Memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain
rentang 90°
Rotasi luar
Sirkumduksi
ROM Lutut
Gerakan
Penjelasan
Rentang
Fleksi
Ekstensi
ROM Kaki
IV. Evaluasi
a. Menilai respon yang diberikan pasien setelah atau selama tindakan
latihan ROM dilakukan. Respon verbal didapatkan dari klien mengatakan
tidak merasa kaku lagi dia area sendi yang dimaksud. Respon non verbal
dapat dilihat dari gerak-gerik klien, misalnyaklien tidak terlihat sulit untuk
menggerakkan sisi tubuhnya yang awalnya terasa kaku, dll.
b. Beri reinforcement positif
c. Lakukan kontrak untukkegiatan selanjutnya
d. Mengakhiri kegiatan dengan baik
V. Dokumentasi
a. Waktu Pelaksanaan
b. HasilTindakan
c. NamaPelaksana Tindakan
G. TesFormatif
1. Apa yang dimaksud dengan latihan ROM?
2. Apa saja indikasi dilakukannya latihan ROM?
3. Bagaimana mekanisme ROM pada sendi pinggul dan lutut?
4. Bagaimana mekanisme ROM pada sendi kaki dan jari?
5. Apa tujuan pelaksanaan tindakan ROM?
H. Daftar Pustaka
Batticaca, F. B (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Reese, N. B (2009). Joint Range of Motionand Muscle Length Testing. Edisi II.St.
Louis: Elsevier Health Sciences.
MODUL PRAKTIKUMKEAGLE EXERCISE
MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK SEMESTER VI
REGULER
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
A. Pengertian
Keagle Exercise atau senam kegel adalah latihan yang digunakan untuk
memperkuat otot dasar panggul.
B. Tujuan
1. Menguatkan otot-otot yang panggul
2. Untuk mengatasi inkontinensia urine
B. Prinsip
Senam kegel akan efektif hanya bila dilakukan secara teratur dan kontinu.
C. Indikasi
1. Pria danwanita yang memiliki masalah inkontinensia
2. Wanita yang sudah mengalami menopause untuk mempertahankan kekuatan
otot panggul
3. Wanita yang mengalami prolaps uteri (turunnya rahim) karena melemahnya
otot dasar panggul dan melebar pasca persalinan, juga untuk wanita yang
mengalami masalah seksual.
D. Alat dan Bahan
1. Matras/Karpet/Kursi
2. Arloji
3. TapeRecorder + lagu (pelengkap)
4. Peralatan eliminasi jikadiperlukan
E. Prosedur Tindakan I. Pengkajian
Melakukan verifikasi program terapi
II. Perencanaan
a. Tindakan ini bisa membuat pasien tidak nyaman, oleh karenanya sangat
penting menjaga rapport yang baik sebelum dan selama tindakan
dilakukan, serta menjaga pasien agar senyaman mungkin.
b. Meminta persetujuan pasien sebelum melakukan tindakan dan jelaskan
tujuan dilakukannya tindakan tersebut.
c. Situasi selama tindakan berlangsung dibuat senyaman mungkin bagi
pasien untuk meminimalkan stress.
III. Pelaksanaan
a. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
b. Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya tindakan
c. Mengatur posisi pasien(bisa duduk atau berbaring)
d. Instruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul.
e. Instruksikan klien untuk mengencangkan otot-otot di sekitar anus,
dengan cara kaki ditekuk dan mengangkat pantat ditahan 5 sampai 10
detik (seperti menahan air urine saat ingin buang air kecil).
Park and Kang, (2014). “Effect of Kegel Exercises on the Management of Female
Stress Urinary Incontinence: A Systematic Review of Randomized
Controlled Trials”, Hindawi Publishing Corporation Advances in Nursing
Volume 2014, Article ID 640262,10 pages
http://dx.doi.org/10.1155/2014/640262
Stocsklager, Jaime L., (2008). Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik, Edisi 2,
Jakarta.
MODUL PRAKTIKUMSENAM LANSIA
MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK SEMESTER VI
REGULER PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
A. Pengertian
Senam lansia adalah senam yang dilakukan oleh klien lanjut usia yang melibatkan
semua otot dan persendian (Suarti, 2009).
B. Tujuan
1. Untuk menurunkan tekanan darah
2. Memperbaiki pasokan oksigen dan proses metabolisme
3. Membangun kekuatan dan daya tahan tubuh
4. Menurunkan lemak
5. Meningkatkankekuatanotot dan sendi.
C. Indikasi
Ada beberapa indikasi dalam melakukan senam lansia seperti gangguan tidur,
gangguan keseimbangan, hipertensi, merasa kesulitan dalam konsentrasi serta
gangguan emosi dan mental.
D. Prinsip
1. Selalu memperhatikan tekanan darah sebelum dan sesudah senam
2. Latihan dilakukan secara bertahapdanteratur
E. Alat dan Bahan
-
F. Prosedur Tindakan I. Pengkajian
Melakukan verifikasi program terapi
II. Perencanaan
a. Tindakan ini bisa membuat pasien tidak nyaman, oleh karenanya sangat
penting menjaga rapport yang baik sebelum dan selama tindakan
dilakukan, serta menjaga pasien agar senyaman mungkin.
b. Meminta persetujuan pasien sebelum melakukan tindakan dan jelaskan
tujuan dilakukannya tindakan tersebut.
c. Situasi selama tindakan berlangsung dibuat senyaman mungkin bagi
pasien untuk meminimalkan stress.
III. Pelaksanaan
a. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
b. Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya tindakan
c. Mengatur posisi pasien (pasien dalam posisi berdiri)
d. Simulasikan senam lansia dengan tahapansebagai beriku:
1) Pemanasan
Sebelum mengawali senam sebaiknya tarik nafas selama 3 sampai
5 kali, setelah itu letakkan kedua tangan disamping badan,
pandangan lurus kedepan, lalu buka kedua kaki sekitar 30 cm
kemudian senam dapat dimulai.
2) Gerakan Inti
Gerakan muka (fungsinya untuk mengencangkan kulit muka
agar tidak kaku), yang terdiri dari dua gerakan:
• Pertama ucapkan a, i, u, e, o sebanyak 5 kali
• Kedua ucapkan ha-ha, hi-hi sebanyak 5 kali
Gerakan kepala (fungsinya untuk meregangkan otot-otot
kepala agar peredaran darah yang melewati kepala dapat
beredar secara lancar), anggugkkan kepala keatasbawah
dalam hitungan 1 sampai 8 dilakukan sebanyak 5 kali,
setelah itu anggukkan kekirikanan dalam hitungan 1 sampai
8 dilakukan sebanyak 5 kali.
Gerakan Tangan
• Pertama gerakan jari tangan membuka dan menutup
hitungan dari 1 sampai 8 mulai dari dilakukan
sebanyak 5 kali, (gerakan ini fungsinya untuk
mengurangi kekakuan pada telapak tangan dan jari-
jari tangan.
• Kedua gerakan tepuk tangan dengan salah satu jari
menekuk mulai dari hitungan 1 sampai 8 sebanyak 5
kali, gerakan ini fungsinya untuk mengurangi resiko
DM atau sering disebut penyakit gula.
• Ketiga gerakan menyatukan kedua telapak tangan
dengan cara tepuk tangan dan posisi tangan sejajar
dengan dada mulai dari hitungan 1 sampai 8
dilakukan sebanyak 5 kali, gerakan ini fungsinya
untuk memperlancar kerja jantung dan mengurangi
penyakit jantung.
• Keempat dengan merentang kedua tangan ke
samping kanan dan kiri lalu memutar pergelangan
tangan mulai dari hitungan 1 sampai 8 sebanyak 5
kali, gerakan ini dilakukan untuk mengurangi beban
kerja jantung dan juga mengurangi kekakuan pada
otot-otot dari pundak sampai jari tangan.
• Kelima masih merentangkan kedua tangan ke
samping kanan dan kiri, dengan tangan mengepal
(menggenggam) naik turun mulai dari hitungan 1
sampai 8 dilakukan sebanyak 5 kali, gerakan ini
fungsinya untuk mengoptimalkan kerja jantung dan
juga mengurangi kekakuan otot pada tangan dan
pergelangan tangan.
Gerakan kaki, dilakukan untuk mengurangi kejadian asam
urat dan memperlancar peredaran darah dari jantung ke
seluruh tubuh.
• Dalam posisi berdiri dilakukan gerakan jinjit-
jinjit secara bergantian kaki kanan dan kiri
mulai dari hitungan 1 sampai 8 sebanyak 5
kali.
• Salam posisi duduk dengan luruskan kaki
denganmengayunkan telapak kaki mulai dari
hitungan 1 sampai 8 dilakukan sebanyak 5
kali.
3) Pendinginan
Tarik nafas secara perlahan-lahan dan sedalam mungkin,
pertahankan selama 10 hitungan kemudiankeluarkan udara
seperlahan mungkin.
IV. Evaluasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan yang dilakukan
b. Berikan reinforcement positif.
c. Lakukan kontrak untuk latihan atau exercise selanjutnya
V. Dokumentasi
a. Waktu Pelaksanaan
b. Hasil Tindakan
c. Nama Pelaksana Tindakan
G. Tes Formatif
1. Apa yang dimaksud dengansenam lansia?
2. Apa tujuan dari latihan senamlansia?
3. osisi apa yang dianjurkan untuk melakukan senamlansia?
4. Apa saja indikasi senam lansia
5. Mengapa lansia perlumelakukansenamlansia?
H. Daftar Pustaka
Wanarni. (2010). Menjadi Lansia Tangguh dan Bugar Berkat Senam Lansia. Jakarta :
Dokter Kota PT Temprint.
A. Pengertian
Terapi musik adalah keah;ian menggunakan musik atau elemen musik untuk
meningkatkan, mempertahankan, serta mengembalikan kesehatan mental, fisik,
emosional, dan spiritual.
B. Tujuan
Memberikan efek relaksasi bagi tubuh sehingga pasien dapat menjadi lebih rileks
dan tenang.
C. Indikasi
Terapi musik diberikan pada lansia dengan gangguan kenyamanan(nyeri),
kecemasan, kesulitan tidur, dan depresi.
D. Prinsip
Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik dapat disesuaikan dengan keinginan
pasien, misalnya musik klasik, instrumentalia, musik berirama santai, orkestra, atau
musik modern lainnya.
E. Alat danBahan
1. MP3 Player
2. Headset/ headphone
F. Prosedur Tindakan I. Pengkajian
Melakukan verifikasi program terapi
II. Perencanaan
a. Mengidentifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan
kontraindikasi
b. Memberi salam dan panggil lansia dengan namanya
c. Menjelaskantujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada
lansia/keluarga
III. Pelaksanaan
a. Memberikan kesempatan lansia bertanya sebelum kegiatan dilakukan
b. Menanyakan keluhan utama lansia
c. Menjaga privasi lansia.
d. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
e. Menetapkan perubahanpada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan
seperti relaksasi, stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit.
f. Membantu lansia untukmemilih posisi yang nyaman.
g. Membatasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung,
panggilan telepon selama mendengarkan musik.
h. Mendekatkan perlengkapan musik dengan lansia.
i. Memastikan perlengkapan musik dalam kondisi baik.
j. Menyalakan musikdan melakukan terapi musik.
k. Memastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras.
l. Menghindari menghidupkanmusik dan meninggalkannya dalam waktu
yang lama.
m. Mengidentifikasi pilihan musik lansia untuk terapi selanjutnya
IV. Evaluasi
a. Mengevaluasi hasil kegiatan (kenyamanan lansia)
b. Memberikan umpan balik positif
c. Kontrak pertemuan selanjutnya.
V. Dokumentasi
a. Waktupelaksanaan
b. Hasil tindakan
c. Pelaksana tindakan
G. Tes Formatif
1. Apa yang dimaksud dengan terapi musik?
2. Apa saja indikasi terapi musik pada lansia?
3. Apa saja persiapan alat dan bahan untuk tindakan terapi musik pada lansia?
4. Bagaimana metode pelaksanaan tindakanterapi musik pada pasien lansia?
5. Apa tujuan pemberian tindakan terapi musik pada lansia?
H. Daftar Pustaka
Maryam, S., Ekasari, M. F., Rosidawati, Jubaedi, A. (2008). Mengenal Usia Lanjut
dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.