Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


PARKINSON

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Klinik II

Di susun oleh :
Erna Ratmawati 213218057
Nisa Dewi Yuniar 213218043
Satria Adi S 213218047
Siswatiningsih 213218042
Siti Aniroh 213218050

S1 ILMU KEPERAWATAN
STIKES JENDERAL AHMAD YANI
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum,wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Askep
Parkinson ” tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini merupakan salah satu
tugas kelompok yang di berikan kepada kami sebagai materi kuliah yang harus di
pahami dan di mengerti maksudnya. Dalam penulisan makalah ini kami merasa
masih banyak kekurangan - kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi
untuk itu kritik dan saran yang membangun semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan makalah kami.
Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini. Maka kami selaku
penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Cimahi, 16 Maret 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

A. DEFINISI ..................................................................................................... 1

B. ETIOLOGI ................................................................................................... 1

C. EPIDEMIOLOGI ......................................................................................... 3

D. PATOFISIOLOGI ........................................................................................ 3

E. MANIFESTASI KLINIS ............................................................................. 4

F. PATHWAY .................................................................................................. 6

G. KOMPLIKASI ............................................................................................. 7

H. DATA PENUNJANG .................................................................................. 7

I. PENATALAKSANAAN MEDIS ................................................................ 8

J. PENATALAKSANAAN ............................................................................. 9

K. INTERVENSI ............................................................................................ 12

L. EVALUASI ................................................................................................ 13

BAB II ................................................................................................................... 14

PENGKAJIAN KASUS ........................................................................................ 14

A. BIODATA .................................................................................................. 14

B. RIWAYAT KESEHATAN ........................................................................ 14

C. PEMERIKSAAN FISIK ............................................................................ 14

D. ROS (Review Of System) .......................................................................... 15

E. PENGKAJIAN SARAF KRANIAL .......................................................... 16

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................................... 16

ii
G. INTERVENSI ............................................................................................ 16

BAB III ................................................................................................................. 20

PENUTUP ............................................................................................................. 20

A. KESIMPULAN .......................................................................................... 20

B. SARAN ...................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

iii
BAB I

A. DEFINISI
Penyakit Parkinson merupakan suatu gangguan neurologis progsesif
yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan
mengatur gerakan karateristik yang mucul berupa bradikinesia (perlambatan
gerakan), tremor dan kekakuan otot.
Parkinsonisme merupakan istilah dari suatu sindrom yang ditandai
dengan tremor ritmik, bradikinesia, kekakuan otot dan hilangnya refleks-
refleks postural. Kelainan pergerakan diakibatkan oleh defek jalur
dopaminergic (produksi dopamine) yang menghubungkan subtansia nigra
dengan korpus striatum (nucleus kaudatus dan nucleus lentikularis). Basal
ganglia adalah bagian dari sistem ekstrapiramidal dan berpengaruh untuk
mengawali, modulasi, mengakhiri pergerakan, serta mengatur gerakan-gerakan
otomatis.

B. ETIOLOGI
Etiologi Parkinson primer belum diketahui, masih belum diketahui.
Terdapat beberapa dugaan, di antaranya ialah infeksi oleh virus yang non-
konvensional (belum diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yang sudah
umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum di ketahui, terjadinya
penuaan yang prematur atau dipercepat.
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi
nigara. suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak
dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan
gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Mekanis-me bagaimana kerusakan itu
belum jelas benar.
Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai
berikut:
1. Usia

1
2

Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200
dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahu. Hal ini berkaitan dengan reaksi
mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada
substansia nigra, pada penyakit perkinson.
2. Geografi
Di Libya 31 dari 100.000 orang, di Buinos aires 647 per 100.000 orang.
Faktor resiko yang mempengaruhi perbedaan angka secara geogerafis ini
termasuk adanya perbedaan genetik, kekebalan terhadap penyakit dan
paparan terhadap faktor lingkungan.
3. Periode
Fluktuasi jumlah penderita penyakit partinson tiap periode mungkin
berhubungan dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik, misalnya
proses infeksi, industrialisasi ataupun gaya hidup.
4. Genetik
Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningkatkan faktor
resiko menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari
70 tahun. Meskipun sangat jarang, jika disebabkan oleh keturunan, gejala
parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.
5. Faktor Lingkungan
a. Perkerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan mental yang lebih tinggi dan
lama
b. Infeksi
Paparan Virus influenzaintrautero diduga turut menjadi faktor
predesposisi penyakit parkinso melalui kerusakan substansia nigra.
Penelitian pada hewan menunjukan adanya kerusakan subtansia nigra
oleh infeksi nocaridia astroides.
c. Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan setress oksidatif,
salah satu mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson,
sebaliknya, kopi merupakan neuroprotektif.
3

d. Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penykit parkinson, meski
peranannya masih belum jelas benar.
e. Stress dan depresi
Beberapa penelitian menunjukan depresi dapat mendahului gejala
motorik. Depresi dan setress dihubngkan dengan penyakit parkinson
karena pada stress dan depresi terjadi peningkatan turnover
katekolimin yang memacu stress oksidatif.

C. EPIDEMIOLOGI
Penyakit parkinson lebih sering pada usia 60 tahun. Perubahan psikologis pada
SSP mencakup hilangnya neuron berpigmen dan adanya badan Lewy pada
substansia nigra tanpa menyebab yang diketahui. Seiring dengan penyakit
memburuk, seluruh pergerakan semakin lamban, termasuk mengunyah,
menelan dan bicara dan pasien menjadi emobil. Diam atau emobilitas penuh
akan terlihat paling sering saat pasien mulai bergerak.

D. PATOFISIOLOGI
Penyakit parkinson diakibatkan oleh pembusukan dopaminergik
neurons di dalam substansia nigra, bagian dari basal ganglia yang menhasilkan
dan menyimpan neurotransmitter dopamine. Substansi nigra memainkan suatu
peran kritis di dalam extrapyramidal sistem motor, yang mana bertanggung
jawab untuk mengendalikan postur dan koordinasi dan pergerakan volunter.
Basal ganglia menjadi anggota caudate nucleus, putamen, dan globus
pallidus. Di bawah ini adalah strukturdari nucleus yang Lebih kecil, termasuk,
nucleus yang subthlamic, nukleus merah, dan substansia nigra. Secara normal
rangsangan basal ganglia mengakibatkan perbaikan dari aktivitas motor
volunter melalui keseimbangan neurotransmitters acetylcolin dan dopamin.
Dopamine, yang mana diproduksi oleh substansia nigra, diteruskan
kepada putamen dan caudate nucleus dan mempunyai suatu efek yang bersifat
mencegah pergerakan. Acetylcholine, yang mana diproduksi sepanjang seluruh
4

basal ganglia, mempunyai suatu excitatory yang mempengaruhi pergerakan.


Pembusukan substansia nigra mengakibatkan ketidak seimbangan excitatory
acetylcholin dan bersifat mencegah dopamin. Penghabisan dopamin yang
relatif itu mengakibatkan dominasi oleh aktivitas cholinergic, menimbulkan
karakteristik gejala kekakuan otot, tremor, dan bradykinesia (melambatnya
gerakan).

E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda dan gejala utama penyakit Parkinson:
1. Menggeletar (pada jari, tangan, kaki, rahang dan / atau muka)
2. Kaku pada anggota badan (tangan, kaki dan / atau tubuh badan – Rigidity)
3. Pergerakan badan yang perlahan (Bradykinesia)
4. Masalah ketidakseimbangan postur dan koordinasi badan yang dapat
mengakibatkan jatuh.
Penyakit Parkinson dimulai secara samar-samar dan berkembang
secara perlahan. Pada banyak penderita, pada mulanya Penyakit Parkinson
muncul sebagai tremor (gemetar) tangan ketika sedang beristirahat, tremor
akan berkurang jika tangan digerakkan secara sengaja dan menghilang selama
tidur.Stress emosional atau kelelahan bisa memperberat tremor. Pada awalnya
tremor terjadi pada satu tangan, akhirnya akan mengenai tangan lainnya,
lengan dan tungkai. Tremor juga akan mengenai rahang, lidah, kening dan
kelopak mata.
Pada sepertiga penderita Penyakit Parkinson, tremor bukan merupakan
gejala awal; pada penderita lainnya tremor semakin berkurang sejalan dengan
berkembangnya penyakit dan sisanya tidak pernah mengalami tremor.
Penderita Penyakit Parkinson mengalami kesulitan dalam memulai
suatu pergerakan dan terjadi kekakuan otot. Jika lengan bawah ditekuk ke
belakang atau diluruskan oleh orang lain, maka gerakannya terasa kaku.
Kekakuan dan imobilitas bisa menyebabkan sakit otot dan kelelahan.
Kekakuan dan kesulitan dalam memulai suatu pergerakan bisa menyebabkan
berbagai kesulitan. Otot-otot kecil di tangan seringkali mengalami gangguan,
5

sehingga pekerjaan sehari -hari (misalnya mengancingkan baju dan mengikat


tali sepatu) semakin sulit dilakukan.
Penderita Penyakit Parkinson mengalami kesulitan dalam melangkah
dan seringkali berjalan tertatih-tatih dimana lengannya tidak berayun sesuai
dengan langkahnya. Jika penderita Penyakit Parkinson sudah mulai berjalan,
mereka mengalami kesulitan untuk berhenti atau berbalik. Langkahnya
bertambah cepat sehingga mendorong mereka untuk berlari kecil supaya tidak
terjatuh. Sikap tubuhnya menjadi bungkuk dan sulit mempertahankan
keseimbangan sehingga cenderung jatuh ke depan atau ke belakang.
6

F. PATHWAY
7

G. KOMPLIKASI
Komplikasi terbanyak dan tersering dari penyakit Parkinson yaitu
demensia, aspirasi, dan trauma karena jatuh.

H. DATA PENUNJANG
Data penunjang pada penderita Parkinson diantaranya:
1. Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi
neuropatologi. Secara umum didapatkan atropi yang bilateral, simetris,
sering kali berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr).
2. Pemeriksaan neuropsikologik
Penyakit alzheimer selalu menimbulkan gejala demensia. Fungsi
pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya
gangguan fungsi kognitif umum danmengetahui secara rinci pola defisit
yang terjadi. Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang
ditampilkan oleh beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti
gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian dan pengertian
berbahasa.
3. CT Scan dan MRI
Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat
kwantifikasi perubahan volume jaringan otak pada penderita alzheimer
antemortem. Pemeriksaan ini berperan dalam menyingkirkan kemungkinan
adanya penyebab demensia lainnya selain alzheimer seperti multiinfark dan
tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh danpembesaran ventrikel
keduanya merupakan gambaran marker dominan yang sangat spesifik pada
penyakit ini. Tetapi gambaran ini juga didapatkan pada demensia lainnya
seperti multiinfark, parkinson, binswanger sehingga kita sukar untuk
membedakan dengan penyakit alzheimer.
8

4. EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis.
Sedang pada penyakit alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat
pada lobus frontalis yang non spesifik.
5. PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan penurunan aliran
darah, metabolisma O2, dan glukosa didaerah serebral. Up take I.123
sangat menurun pada regional parietal, hasil ini sangat berkorelasi dengan
kelainan fungsi kognisi danselalu dan sesuai dengan hasil observasi
penelitian neuropatologi.
6. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)
Aktivitas I. 123 terendah pada refio parieral penderita alzheimer.
Kelainan ini berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit
kogitif. Kedua pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara
rutin.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis pada penderita Parkinson dapat dilakukan dengan
medikamentosa seperti:
1. Antikolinergik untuk mengurangi transmisi kolinergik yang berlebihan
ketika kekurangan dopamin.
2. Levodopa, merupakan prekursor dopamine, dikombinasi dengan
karbidopa, inhibitor dekarboksilat, untuk membantu pengurangan L-dopa
di dalam darah dan memperbaiki otak.
3. Bromokiptin, agonis dopamine yang mengaktifkan respons dopamine di
dalam otak.
4. Amantidin yang dapat meningkatkan pecahan dopamine di dalam otak.
5. Menggunakan monoamine oksidase inhibitor seperti deprenil untuk
menunda serangan ketidakmampuan dan kebutuhan terapi levodopa.
9

J. PENATALAKSANAAN
1. Pengkajian
Pengumpulan data subjektif dan objektif pada klien dengan gangguan
system persarafan meliputi anamnesis riwayat penyakit,pemeriksaan
fisik,pemeriksaan diagnostic, dan pengkajian psikososial.
a. Kaji saraf kranial, fungsi serebral (koordinasi) dan fungsi motorik.
b. Observasi gaya berjalan dan saat melakukan aktivitas.
c. Kaji riwayat gejala dan efeknya terhadap fungsi tubuh.
d. Kaji kejelasan dan kecepatan bicara.
e. Kaji tanda depresi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang
abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan
bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi
abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi
biasanya menandakan adanya patah tulang.
b. Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang) Kifosis (kenaikan
kurvatura tulang belakang bagian dada) Lordosis (membebek,
kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)
c. Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas,
dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
d. Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan
ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau
adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
e. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah
satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi
10

neurologist yang berhubungan dengan caraberjalan abnormal (mis.cara


berjalan spastic hemiparesis – stroke, cara berjalan selangkah-
selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar –
penyakit Parkinson).
f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau
lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi
dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian
kapiler.
g. Mengkaji fungsional klien
1) KATZ Indeks Termasuk katagori yang mana:
 Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan
pakaian, pergi ke toilet, berpindah,dan mandi.
 Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas.
 Mandiri, kecuali mandi, dan satu lagi fungsi yang lain.
 Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu lagi fungsi yang
lain.
 Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu
 Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan
satu fungsi yang lain.
 Ketergantungan untuk semua fungsi diatas.
Keterangan:
Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari
orang lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap
tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu.
11

2) Indeks ADL BARTHEL (BAI)


No Fungsi Skor Keterangan
1 Mengendalikan rangsang 0 Tak terkendali/ tak teratur (perlu pencahar).
pembuangan tinja 1 Kadang-kadang tak terkendali (1x seminggu).
2 Terkendali teratur
2 Mengendalikan rangsang 0 Tak terkendali atau pakai kateter
berkemih 1 Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1x/24
jam)
2 Mandiri
3 Membersihkan diri (seka 0 Butuh pertolongan orang lain
muka, sisir rambut, sikat 1 Mandiri
gigi)
4 Penggunaan jamban, masuk 0 Tergantung pertolongan orang lain
dan keluar (melepaskan, 1 Perlu pertolongan beberapa kegiatan tetapi
memakai celana, dapat mengerjakan sendiri beberapa kegiatan
membersihkan, menyiram) yang lain
2 Mandiri
5 Makan 0 Tidak mampu
1 Perlu ditolong memotong makanan
2 Mandiri
6 Berubah sikap dari berbaring 0 Tidak mampu
ke duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk
2 Bantuan minimal 1 orang
3 Mandiri
TOTAL SKOR (SKOR BAI):
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
12

3. Diagnosa
a. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan bradikinesia,
regiditas otot dan tremor.
b. Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan kesulitan.
c. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan
kemampuan bicara dan kekakuan otot wajah ditandai dengan.
K. INTERVENSI
Dx.1 Tujuan : meningkatkan mobilitas
Kriteria Hasil:
1. Bantu klien melakukan olah raga setiap hari seperti berjalan,
bersepeda, berenang, atau berkebun.
2. Anjurkan klien untuk merentangkan dan olah raga postural sesuai
petunjuk terapis.
3. Mandikan klien dengan air hangat dan lakukan pengurutan untuk
membantu relaksasi otot.
4. Instruksikan klien untuk istirahat secara teratur agar menghindari
kelemahan dan frustasi.
5. Ajarkan untuk melakukan olah raga postural dan teknik berjalan
untuk mengurangi kekakuan saat berjalan dan kemungkinan belajar
terus.
6. Instruksikan klien berjalan dengan posisi kaki terbuka.
7. Buat klien mengangkat tangan dengan kesadaran, mengangkat kaki
saat berjalan, menggunakan sepatu untuk berjalan, dan berjalan
dengan langkah memanjang.
8. Beritahu klien berjalan mengikuti irama musik untuk membantu
memperbaiki sensorik.
Dx.2 Tujuan : mengoptimalkan status nutrisi.
Kriteria Hasil:
1. Ajarkan klien untuk berpikir saat menelan-menutup bibir dan gigi
bersama-sama, mengangkat lidah dengan makanan di atasnya,
13

kemudian menggerakkan lidah ke belakang dan menelan sambil


mengangkat kepala ke belakang.
2. Instruksikan klien untuk mengunyah dan menelan, menggunakan
kedua dinding mulut.
3. Beritahu klien untuk mengontrol akumulasi saliva secara sadar
dengan memegang kepala dan menelan secara periodik.
4. Berikan rasa aman pada klien, makan dengan stabil dan
menggunakan peralatan.
5. Anjurkan makan dalam porsi kecil dan tambahkan makanan
selingan (snack).
6. Monitor berat badan.
Dx.3 Tujuan: memaksimalkan kemampuan berkomunikasi.
Kriteria Hasil:
1. Jaga komplikasi pengobatan.
2. Rujuk ke terapi wicara.
3. Ajarkan klien latihan wajah dan menggunakan metoda bernafas
untuk memperbaiki kata-kata, volume, dan intonasi.
4. Nafas dalam sebelum berbicara untuk meningkatkan volume suara
dan jumlah kata dalam kalimat setiap bernafas.
5. Latih berbicara dalam kalimat pendek, membaca keras di depan kaca
atau ke dalam perekam suara (tape recorder) untuk memonitor
kemajuan.
L. EVALUASI
1. Klien mengikuti sesi terapi fisik, melakukan latihan wajah 10 menit 2
kali sehari.
2. Klien dapat makan 3 kali dalam porsi kecil dan dua kali snack, tidak ada
penurunan berat badan.
3. Tidak adanya kesulitan dalam berbicara, kata-kata dapat dipahami
BAB II
PENGKAJIAN KASUS

A. BIODATA
1. Identitas pasien
Nama, Usia : terjadi pada umur 40 - 60 tahun, jenis kelamin : dapat terjadi
pada wanita dan laki – laki, alamat, pekerjaan.
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Biasanya pasien dan keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sulit untuk
berjalan.
2. Riwayat penyakit sekaran
Sulit melakukan aktifitas sehari-hari , tidak bisa menelan, terjadi tremor
dan penurunan ketajaman penglihatan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada pasien dan keluarga apakah pasien pernah menderita
penyakit yang menyerang saraf pusat seperti ensefalitis dan meningitis.
4. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya keluarga pasien ada yang mengalami penyakit seperti pasien.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum: klien lemah
2. Kesadaran: composmentis
3. Tanda-tanda vital: S: normal (36,50- 37,50C)C; N : Bradikardi (60-100 x/
menit); RR : Takipneu (18-24x/ menit),TD : 130/85mmHg.
4. Kepala : biasanya mesosepal, rambut hitam, bersih, biasanya adanya nyeri
kepala.
5. Mata : anemis, ikterik tidak ada , reflek pupil terhadap cahaya ada.
6. Hidung : biasanya ada pernapasan Cuping hidung,tidak ada secret dan
epitaksis.
7. Telinga : biasanya tidak ada serumen, bentuk simetris.
8. Leher: Palpasi :biasanya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

14
15

9. Dada
inspeksi : biasanya bentuk dada normal, pengembangan dada simetris,
tidak ada retraksi dinding dada,tidak ada otot bantu pernafasan,tidak ada
nyeri pada dada, tidak ada pembesaran jantung, pengembangan paru kanan
– kiri simetris.
Palpasi :pada jantung tidak teraba ictus cordis,
Perkusi : bunyi jantung pekak, bunyi paru – paru sonor seluruh lapang
pandang.
Auskultasi :biasanya tidak ada suara bising atau gallop dan pernafasan
vesikuler.
10. Abdomen
Inspeksi :biasanya abdomen tampak rata, tidak ada pembesaran
Auskultasi : Bising usus menurun (5-12x/menit)
Palpasi :biasanya ada pengerasan pada regio kiri bawah,
Perkusi :hypertimpani
11. Genetalia
Inspeksi :biasanya tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid
Palpasi :biasanya tidak ada pembesaran genetalia
Ekstremitas : terjadi kekakuan dan kelemahan karena penyakitnya dan
kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi.
D. ROS (Review Of System)
1. B1 (Breathing)
a. Sistem pernafasan meningkat ( normal : 18- 24 x/mnt )
b. Palpasi taktil premitus seimbang kanan dan kiri
c. Perkusi resonan pada seluruh lapangan paru
d. Auskultasi tidak terdengar bunyi nafas tambahan.
2. B2 (Blood)
Nadi meningkat ( normal : 60-100x/mnt), tekanan darah meningkat (normal
: 110/70 – 120/80 mmHg), tidak terdengar bunyi jantung tambahan.
3. B3 (Brain )
16

Pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada


sistemlainnya.
4. B4 ( Bladder )
Berkurangnya volume pengeluaran urin berhubungan dengan penurunan
perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
5. B5 ( Bowel )
Pemenuhan Nutrisi menurun dikarenakan disfagia.
6. B6 ( Bone )
Ada penurunan aktifitas disebabkan karena ada penurunan kekuatan otot.
E. PENGKAJIAN SARAF KRANIAL
1. Saraf I : tidak ada kelainan pada fungsi penciuman
2. Saraf II: tes ketajaman penglihatan turun
3. Saraf III,IV,VI : Gangguan konstruksi otot – otot bola mata.
4. Saraf V : Terjadi kekakuan pada wajah, wajah seperti topeng
5. Saraf VII : terjadi penurunan rasa pada lidah
6. Saraf VIII : tidak ada tuli konduksi dan tuli persepsi.
7. Saraf IX danX :paralisis otot orofaring, kesulitan berbicara,mengunyah
dan menelan.
8. Saraf XI : tidak ada atrofi sterno kleidomastoideus dan trapezius,
kemampuan mobilisasi leher baik
9. Saraf XII : Lidah simetris, indra pengecapan mengalami kelumpuhan dan
pengecapan pada dua pertiga lidah sisi kelumpuhan kurang tajam.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan otot.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan menelan
3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan
aktivitas fisik umum.
G. INTERVENSI
1. Dx 1 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Kelemahan otot
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam pasien
mampu melakukan aktifitas fisik sesuai kemampuannya.
17

Kriteria hasil:
K : Pasien mampu menunjukkan peningkatan kemampuan dan
berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan.
A : Pasien mengatakan tidak terjadi kekakuan saat beraktivitas
P : Pasien melakukan aktifitas sehari – hari dengan sendiri sesuai
kemampuanya.
P : Pasien pada saat beraktifitas tidak mengalami kekakuan,dan kelemahan
otot ,Kekuatan Otat : mengalami peningkatan atau normal

2. Dx 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan kesulitan menelan


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x24 jam
diharapkan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil:
K: Pasien mengetahui cara meningkatkan nafsu makan.
A : Pasien tidak malas untuk makan.
P : Pasien menghabiskan makanan porsi makan yang diberikan.
18

P : BB seimbang ,Hb (12-14g/dl), Albumin (4- 5,2 g/dl) klien tidak nampak
lemas.

3. Dx 3 : Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan


penurunan aktivitas fisik umum
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam
diharapkan pola defekasi klien bisa normal kembali
Kriteria hasil:
K : pasien mengetahui cara mengatasi kesulitan BAB
A : pasien mengatakan BAB normal kembali
P : pasien mampu mendemonstrasikan cara mengatasi kesulitan BAB.
P : Bising usus normal 5-12 x/mnt, feses normal, tidak teraba massa pada
kuadran kiri bawah.
19
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Parkinson (paralysis agitans) atau sindrom Parkinson (Parkinsonismus)
merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis
akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra
ke globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency).
Tanda dan gejala yang timbul biasanya adalah tremor,kekakuan, melemahnya
gerakan,akinesia/bradikinesia,ketidakseimbangan.Penyeba penyakit ini adalah
usia,ras,genetic,toksin,cedera kranio serebral.Penatalaksanaan medis yaitu
Antikolinergik ,Levodopa,Bromokiptin,Amantidi.

B. SARAN
Orang yang menderita Parkinson ini harus segera dilakukan pengobatan baik
dengan terapi obat kimia atau herbal.Selain itu juga harus memperhatikan
etiologi seperti ras genetik,toksin usia serta gejala yang muncul seperti
tremor,ketidakseimbangan daya tahan tubuh.Oleh karena itu dijaga keadaan
tubuh kita dalam memenuhi gizi yang cukup.

20
DAFTAR PUSTAKA

DOENGES,ME.2000,Rencana Asuhan Keperawatan,edisi 3,Jakarta:EGC


Kemp Charles. 2010: Klien Sakit Sterminal Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Nanda Internasional. 2009-2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Wilkinson,JM,2007,buku saku diagnosis keperawatan,edisi 7,Jakarta:EGC
Penyakit Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Prince & Wilson Lorraine M. 2005: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Saputra Lindon. 2009: Kapita Salekta Kedokteran Klinik Edisi Terbaru. Binarupa
Aksara

21

Anda mungkin juga menyukai