Anda di halaman 1dari 28

ASKEP PREEKLAMSIA DAN EKLAMSIA

OLEH :

NAMA : MAY THENT GUSTAVIAN DAELI

NPM : 200202034

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan pada kami, dan atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan keperawatan preeklamsia dan eklamsia”

Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan pihak terkait. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang membantu baik secara
moral maupun material, terutama kepada :

Ns Rosetty sipayung M.Kep, selaku Koordinator Profesi Ners dan sebagai Ketua Stase
Keperawatan Maternitas, sekaligus Dosen pengajar Keperawatan Maternitas

kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, dengan demikian kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka
penyempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca, akhir kata kami
mengucapkan terimah kasih.

Medan, 17 April 2020

penyusun

May Thent
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Istilah “pre-eklamsi” telah menggantikan istilah “toksemia”. Terdapat 5 % pada semua


kehamilan sebagai komplikasi, 20% pada kehamilan nullipara, 40% pada wanita dengan
penyakit ginjal kronik. Keterlambatan diagnosis dan ketidakpastian pengobatan bisa berakhir
dengan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin yang signifikan.
Pre-eklamsia adalah kondisi khusus dalam kehamilan,ditandai dengan peningkatan
tekanan darah ( TD ) dan proteinuria.Bisa berhubungan dengan kejang ( eklamsia ) dan gagal
organ ganda pada ibu,sementara komlikasi pada janin meliputi restriksi pertumbuhan dan
abrupsio plasenta ( shennan & chappell,2001 )

Peningkatan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin sesuai dengan pre-eklamsia. Di
Negara maju,penyakit ini merupakan penyebab utama kematian maternal,dan inggris
kebanyakan kematian ini berhubungan dengan asuhan suboptimal,terutama pemberi asuhan
intrapartum ( kaunitz et al.,1985;DoH,1996 )

Eklamsia merupakan kelainan akut pada wanita hamil,dalam persalinan atau nifas,yang
ditandai dengan timbulnya kejang dan /atau koma.Biasanya sebelumnya wanita hamil itu
menunjukkan gejala-gejala preeklamsia (kejang –kejang dipastikan bukan timbul akibat kelainan
neurologic lain ).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan khusus

a. Mampu menerapkan asuhan keperawatan pasien dengan preeklamsia dan eklamsia


b. Menganalisa hubungan antara beberapa faktorrisiko terhadap terjadinya preeklamsia dan
eklamsia pada saat kehamilan

1.2.2 Tujuan khusus

a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada pasien dengan preeklamsia dan
eklamsia
b. Dapat merumuskan masalah membuat diagnose keperawatan pada pasien dengan
preeklamsia dan eklamsia
c. Dapat membuat perencanaan pada pasien dengan preeklamsia dan eklamsia
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang
telah dilakukan pada pasien dengan preeklamsia dan eklamsia

1.3 Manfaat

1. Sebagai salah satu sumber informasi bagi mahasiswa,serta sebagai salah satu persyaratan
dalam untuk mememnuhi tugas perkuliahan.
2. Maanfaat ilmiah
Sebagai bahan masukan atau informasi bagi perawat,maupun tenaga kesehatan lainnya
dalam menangani kasus khususnya yang berkaitan dengan preeklamsia dan eklamsia

3. maanfaat institusi
Sebagai acuhan yang diharapkan dapat bermanfaat dalam mengemmbangkan institusi dan

penulisan askep pada PE dan E.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Teoritis Medis

A. PREEKLAMSIA

2.1.1 Defenisi
Preeklamsia dan eklamsia merupakan kumpulan gejala yang pada ibu hamil,bersalin,dan
selama nifas ,yang terdiri atas trias gejala,yaitu hipertensi,proteinuria,dan edema,kadang –
kadang disertai konvulsi sampai koma.Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan
vascular atau hipertensi sebelumnya.
Pre–eklampsi adalah suatu sindrom klinik dalam kehamilan viable/usia kehamilan > 20
minggu dan atau berat janin 500 gram yang ditandai dengan hypertensi, protein urine dan
oedema.
Pada pre–eklampsi sering terjadi peningkatan tekanan darah disertai protein urine akibat
kehamilan terutama pada komplikasi primigravida terjadi setelah usia 20–40 minggu kecuali jika
terjadi penyakit trofoblastik.

2.1.2 Etiologi

Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti.Teori yang terkenal sebagai penyebab
preeklamsia adalah teori iskemia plasenta.Akan tetapi,teori ini belum dapat menerangkan semua
hal yang berkaitan dengan preeklamsia.Teori yang dapat diterima adalah teori yang dsapat
menerangkan hal-hal berikut.

1. Mengapa frekuensi menjadi tinggi pada primigravida,kehamilan ganda,hidramnion,dan


mola hidatidosa.
2. Mengapa frekuensi bertambah seiring dengan tuannya kehamilan,umumnya pada tiwulan
III.
3. Mengapa terjadi perbaikan keadaaan penyakit ,jika terjadi kematian janin dalam
kandungan.
4. Mengapa frekuensi lebih rendah pada kehamilan berikutnya.
5. Penyebab timbulnyabhipertensi,proteinuria,edema,dan konvulsinsampai koma.

2.1.3 patofisiologi

Pre-eklamsia berhubungan dengan implatansi abnormal plasenta dan invasi dangkal


tromboblastik yang diakibatkannya ( pijnenborg,1994 )
Mengakibatkan berkurangnya perfusi plasenta.arteria spiralis maternal ( juga disalah artikan
sebagai arteria uterina ) gagal mengalami vasodilatasi fisiologis normalnya ;aliran darah
kemudian mengalami hambatan akibat perubahan aterotik yang menyebabkan obstruksi didalam
pembuluh darah.

Patologi peningkatan tahanan sirkulasi utero-plasenta dengan gangguan aliran darah


intervilosa,dan berakibat iskemiadan hipoksia yang bermanisfestasi selama paruh
keduakehamilan ( Graham et al.,2000)

1. Pada preeklamsia,terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.
2. Pada biopsi ginjal,ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus.
3. Pada beberapa kasus,lumen arrteriola sedemikian empitnya sehingga hanya dapat dilalui
oleh satu sel darah merah.Dengan demikian,jika semua arteriola dalam tubuh mengalami
spasme,tekanan darah akan naik,dalam usaha mengatasi kenaikan tekanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat dicukupi.
4. Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbuhan air yang berlebihan
dalam ruang interstitial,belum diketahui sebabnya,mungkin karena retensi air dan garam.
5. Poteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomeurus.

2.1.4 Klasifikasi
Preeklamsi di bagi menjadi 2 golongan yaitu :
a.    Preeklamsi Ringan :
1)    Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi berbaring terlentang, atau
kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, kenaikan sistolik 30 mmHg/lebih. Cara pengukuran
sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, dan sebaiknya 6 jam.
2)    Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat).
3)    Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan kuwalitatif 1+ & 2+ pada urine
kateter atau midstream.

b.    Preeklamsi Berat


1)    TD 160/110 mmHg atau lebih.
2)    Proteinuria 5gr atau lebih perliter.
3)    Oliguria (jumlah urine <500cc/24 jam).
4)    Adanya gangguan serebri, gangguan visus, dan rasa nyeri pada efigastrium.
5)    Terdapat edema paru dan sianosis.

2.1.5 Manisfestasi klinis


Tanda dan Gejala
a.    Sakit Kepala terutama daerah frontalis
b.    Rasa nyeri di daerah epigastrium
c.    Penglihatan menjadi kabur
d.    Terdapat mual sampai muntah
e.    Gangguan pernafasan sampai cianosis
f.     Terjadi gangguan kesadaran
praktisi tidak bisa menyandarkan hanya pada TD dan proteinuria saja untuk
mendiagnosis per-eklamsia karena hanya merupakan tanda klinis kerusakan organ akhir.tepat
dibawah 50% dari semua ibu dengan eklampsia tidak menderita hipertensi atau proteinuria
sebelumnya ( Douglas

&Redman,1994 )

Diagnosis harus dipertimbangkan untuk ibu yang mungkin mengenai janin atau tanda lain
seperti :

 Nyeri epigaster,
 Nyeri kepala/gangguan penglihatan
 IUGR,dan
 Perhatikan : Edeman tidak lagi dipertimbangkan sebagai tanda efektif pre-eklamsia,satu-
satunya perkecualiannya bila terdapat edema fasial awitan cepat.

2.1.5 Penataklasaan

a.    Pencegahan
1)    Pemeriksaan antenatal yang bermutu dan teliti, mengenali tanda – tanda sedini mungkin
(PER) supaya tidak menjadi berat.
2)    Harus selalu waspada kemungkinan terjadinya pre eklampsi kalau ada faktor –faktor
predisposisi.
3)    Berikan penjelasan tentang :
-       Manfaat istirahat dan tidur demi ketenangan yang dapat mencegah PER menjadi PEB.
-       Pentingnya mengatur diit rendah lemak serta karbohidrat tinggi protein, kurangi garam karena
garam dapat mencegah terjadinya oedema dan dapat menurunkan berat badan.
-       Suplementasi magnesium yang berpengaruh terhadap pathogenesis pre – eklampsi dan
persalinan pre term, juga dapat menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
-       Suplementasi kalsium, defisiensi kalsium pada diit ibu hamil meningkatkan resiko pre –
eklampsi, kekurangan kalsium yang terlalu lama akan menyebabkan. dikeluarkannya kalsium
dari jaringan otot pembuluh darah maka akan terjadi vasokontriksi dan meningkatkan tekanan
darah.
b.   Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah :
-       Untuk mencegah terjadinya pre eklampsi dan eklampsi
-       Hendaknya janin lahir hidup
-       Trauma pada janin seminimal mungkin

Penanganan menurut klasifikasi :


1)    Pre eklampsi ringan
-       Pengobatan hendaknya bersifat simtomatik dan selain rawat inap maka penderita dapat dirawat
jalan dengan skema periksa ulang yang sering misalnya 2x seminggu.
-       Penanganan pada penderita rawat inap atau rawat jalan adalah istirahat di tempat tidur, diit
rendah garam dan berikan obat – obatan seperti valium tablet 5 mg dosis 3x sehari atau
fenilbarbitol tablet 30 mg dengan dosis 3x sehari.
-       Diuretika dan obat antihypertensi tidak dianjurkan, karena obat ini tidak begitu bermanfaat
bahkan bisa menutupi tanda dan gejala pre eklampsi.
-       Dengan cara diatas biasanya pre eklampsi ringan jadi tenang dan hilang. Ibu hamil dapat
dipulangkan dan diperiksa ulang lebih sering dari biasanya.
-       Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap, monitor keadaan janin. Bila keadaan
mengijinkan barulah dilakukan induksi persalinan pada kehamilan > 37 minggu.
2)    Pre eklampsi berat
Pada usia kehamilan < 37 minggu, Jika janin menunjukkan maturitas paru maka
penanganannya adalah sebagai berikut :
-       Berikan suntikan sulfat magnikus dengan dosis 8 gram ini kemudikan disusul 4 gram im tiap 4
jam (selama tidak ada komplikasi). Jika ada perbaikan jalannya penyakit pemberian sulfat
magnicus dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre eklampsi ringan
(kecuali ada komplikasi). Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa dan keadaan janin dimonitor serta
berat badan ditimbang seperti pada pre eklampsi ringan sambil mengawasi gejala. Jika dengan
induksi persalinan atau tindakan lain sesuai keadaan.
-       Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda – tanda kematangan paru janin makan
penatalaksanaan kasus sama dengan kehamilan diatas 37 minggu.
Pada usia kehamilan > 37 minggu :
-       Penderita rawat inap, istirahat mutlak dan tempatkan di kamar isolasi, berikan diit rendah
garam dan tinggi protein. Berikan suntikan 5 gram / Im. 4 gr bokong kanan dan 4 gr bokong kiri,
suntikan dapat diulang tiap 4 jam dengan dosis 4 gram. Syarat pemebriannya adalah reflek patela
positif, diurisis 100 cc dalam 4 jam terakhir, respirasi 16x/mnt dan harus tersedia antidotumnya
kalsium glukonas 10% dalam ampul 10 cc, infus dekstrose 5% dan RL.
-       Berikan obat antihipertensi
-       Diuretika tidak diberikan kecuali terdapat oedema dan kegagalan jantung kogestif.
-       Setelah pemberian sulfat magnicus dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi.
-       Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forceps jadi ibu dilarang mengejan.
-       Jangan berikan methergin post partum kecuali pada perdarahan atonia uteri.
-       Pemberian SM kalau tidak ada kontra indikasi kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4
jam dalam 24 jam post partum.
-       Bila ada indikasi obstetrik dilakukan secsio sesaria.

c.    Diet
1)    Tujuan Diet :
-       Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
-       Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal 
-       Mencegah dan mengurangi retensi garam atau air 
-       Mencapai keseimbangan nitrogen
-       Menjaga agar penambahan BB tdk melebih normal 
-       Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyakit baru pada saat
kehamilan atau setelah melahirkan.
2)    Syarat Diet
-       Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat makanan diberikan secara berangsur,
sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan . Penambahan energi tidak lebih dari 300
Kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
-       Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air. Penambahan BB
diusahakan dibawah 3 kg/bulan atau dibawah 1 Kg/minggu.
-       Protein tinggi (1½ – 2 g/kg berat badan).
-       Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tdk jenuh tunggal dan lemak tdk jenuh ganda.
-       Vitamin cukup; vit C & B6 diberikan sedikit lbh tinggi.
-       Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.
-       Bentuk makanan disesuaikan dg kemampuan pasien.
-       Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan
cairan yg keluar melalui urine, muntah, keringat dan pernafasan.

2.1.6 Pemeriksaan diagnostic

a.    Pemeriksaan laboratorium


1)    Pemeriksaan darah
-       Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil
adalah 12-14 gr% )
-       Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
-       Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3)

2)    Urinalisis 
-       Ditemukan protein dalam urine
3)    Pemeriksaan Fungsi hati
-       Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
-       LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
-       Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul
-       Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-45 u/ml) 
-       Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N= <31 u/l)
-       Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
4)    Tes kimia darah
-       Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
5)    Ultrasonografi 
-       Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas
janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
6)    Kardiotografi
-       Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.

B. EKLAMSIA

1.Pengertian

Eklamsia adalah kondisi mirip konvulsi epilepsingrand mal yang dialami ibu,baik tanpa
atau disertai diagnosis satu gangguan hipertensi.Bila konvulsi terjadi prenatal atau selama
persalinan,ibu dan janinnya dapat terancam dan kritis.ventilasi berhenti selama konvulsi
sehinnga bayi yang telah terganngu beresiko mengalami hipoksia.

Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas
ditandai dengan timbulnya kejang atau koma,  dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-
gejala preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri). (Wirjoatmodjo,2000: 49).

2.    Klasifikasi
Eklampsia di bagi menjadi 2 golongan :
a.    Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan (ini paling sering
terjadi),
1)    kejadian 15% sampai 60 %
2)    serangan terjadi dalam keadaan hamil
b.    Eklampsia intrapartum ialah eklampsia saat persalinan
1)    Kejadian sekitar 30 % sampai 35 %
2)    Saat sedang inpartu
3)    Batas dengan eklampsia gravidarum sulit ditentukan
c.    Eklampsia postpartum ialah eklampsia setelah persalinan
1)    Kejadian jarang
2)    Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir

3.    Etiologi
Etiologi dan patogenesis Preeclampsia dan Eklampsia saat ini masih  belum sepenuhnya
dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini sering disebut “the
disease of theories”. Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk dapat menerangkan
terjadinya Preeklampsia adalah : factor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah, dan
keadaan dimana jumlah throphoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan
ketidakmampuan invasi throphoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan dua.
Prawirohardjo, S. (2008)

4.    Patofisiologi
Pada eklampsia di jumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang
tinggi dari pada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma
dan mengatur retensi air dan natrium.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan
gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat
janin sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenasi.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah dalam ginjal menurun, sehingga
menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam
hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi
garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomerulus dan
tingkat penyerapan kembali oleh tubulus.
Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada beberapa
arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina disebabkan oleh edema
intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan. Setelah persalinan berakhir,
retina melekat lagi dalam 2 hari samapai 2 bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan
gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan
aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia. Komplikasi
disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa resistensi pembuluh
darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi pada eklampsia. Sehingga aliran
darah ke otak dan pemakaian oksigen pada eklampsia akan menurun.
Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk sementara.
Asidum latikum dan asam organic lain naik, dan bicarbonas  natrikus, sehingga menyebabkan
cadangan alakali turun. Setelah kejang, zat organic dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk
dapat berekreasi dengan asam karbonik menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan demikian,
cadangan alkali dapat pulih kembali. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat.
Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada
eklampsia. (Notoatmodjo, S. (2010)

5.    Manifestasi klinis


Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-kejang atau koma.
Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi :
a.    Tingkat awal atau aura ( invasi )
Berlangsung 30–35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan kosong),
kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke kanan dan ke kiri.
b.    Stadium kejang tonik
Seluruh otot menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok
kedalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit, berlangsung
kira–kira 20–30 detik.
c.    Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang–ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan
menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti
dan sianosis. Setelah berlangsung 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar,
menarik nafas, seperti mendengkur.

d.    Stadium koma


Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam–jam. Kadang antara
kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.

6.    Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin, usaha utama adalah melahirkan
bayi hidup dari ibu yang menderita preeclampsia dan eklampsia.
a.    Terhadap janin dan bayi.
1)    Solution plasenta
Karena adanya tekanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah sehingga
terjadi hematom retoplasenta yang menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas.
2)    Asfiksia mendadak, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim.
3)    Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas membran sel
darah merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik hemolisis
yang dikenal karena ikterus.
b.    Terhadap ibu
1)    Hiprofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah, biasanya dibawah 100mg
persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.

2)    Perdarahan otak


Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita eklampsia.
3)    Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu.
Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat akan terjadinya
apopleksia serebri.
4)    Edema paru – paru
5)    Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum.
Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-
enzimnya.
6)    Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis, peningkatan
enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Sindroma HELLP
dapat timbul pada pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.
7)    Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel
endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah
anuria sampai gagal ginjal.
8)    Komplikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang-kejang
pneumonia aspirasi, dan DIC.
9)    Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.

7.    Pemeriksaan penunjang


a.    Pemeriksaan laboratorium
1)    Darah rutin
2)    Pemeriksaan darah lengkap
b.    Pemeriksaan diagnostik
1)    Ultrasonografi
2)    Elektrokardiograf

8.    Penatalaksanaan
a.    Penanganan Kejang :
1)    Beri obat anti konvulsan.
2)    Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka, sedotan, masker O2 dan tabung
O2).
3)    Lindungi pasien dengan keadaan trauma.
4)    Aspirasi mulut dan tonggorokkan.
5)    Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi.
6)    Beri oksigen 4-6 liter / menit.
b.    Penanganan Umum :
1)    Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan diastolic diantara 90-100
mmHg.
2)    Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih).
3)    Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload.
4)    Kateterisasi urine untuk mengeluarkan volume dan proteinuric.
5)    Jika jumlah urine kurang dari 30 ml / jam.
6)    Infus cairan dipertahankan 1 1/8 ml/jam.
7)    Pantau kemungkinan oedema paru.
8)    Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu
dan janin.
9)    Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung setiap jam.
10) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru. Jika ada oedema paru hentikan
pemberian cairan dan berikan diuretic.
11) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beadside.
12) Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%, selama 5 menit. Diikuti dengan
MgSO4 (50%) 5 gr 1ml dengan 1 ml lignokain 2% (dalam setopril yang sama) pasien akan
merasa agar panas sewaktu pemberian MgSO4.
13) Dosis pemeliharaan : MgSO4 (50%) 5 gr + lignokain 2% (1ml) 1 m setiap 4 jam kemudian
dilanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang terakhir.
14) Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi pernafasan minimal 16 / menit. Refleks Patella
(+), urin minimal 30 ml / jam dalam 4 jam terakhir.
15) Stop pemberian MgSO4, jika : frekuensi pernafasan < / >
16) Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan ventilator. Beri kalsium glukonat 2 gr
( 20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai
2.2 TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia dan eklampsia adalah :
a.    Identitas pasien dan penanggung jawab
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun.
b.    Riwayat kesehatan ibu sekarang
Terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan
kabur.
c.    Riwayat kesehatan ibu sebelumnya
Penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM.
d.    Riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan
pre eklampsia atau eklampsia sebelumnya.
e.    Riwayat penyakit
Ada hubungan genetik yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan
meningkatkan resiko empat sampai delapan kali.
f.     Pola nutrisi
Jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan.
g.    Psiko sosial spiritual
Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan
moril untuk menghadapi resikonya.
h.    Pemeriksaan Fisik :
-       Pemeriksaan tekanan darah, nadi dan pernafasan minimal setiap 2 sampai 4 jam untuk
menetapkan nilai dasar dan memantau perubahan kecil sepanjang masa hamil.
-       Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.
-       Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema.
-       Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress.
-       Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM (jika refleks +).
-       Edema dievaluasi pada wajah, ekstremitas dan sacrum setiap 4 jam ; kedalaman ditentukan
dengan melakukan penekanan pada area di atas tulang.
-       Berat badan ditentukan setiap hari pada waktu yang sama kecuali tirah baring ketat.
-       Refleks tendon dalam dievaluasi setiap 4 jam terhadap hiperaktivitas dari tendon bisep, trisep
atau achiles.
-       Edema pulmoner ditentukan setiap 4 jam sekali dengan melakukan auskultasi.
-       Pelepasan plasenta dikaji setiap jam dengan memeriksa perdarahan vagina atau rigiditas uterus.
-       Breathing : Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau tanpa sputum,
riwayat merokok, penggunaan obat bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.

i.      Pemeriksaan penunjang
-       Protein urine ditentukan setiap jam bila dipasang kateter (hasil +3 menandakan kehilangan 5
mg protein dalam 24 jam).
-       Berat jenis urine ditentukan setiap jam bila dipasang kateter (hasil yang didapat 1,040
berhubungan dengan oliguria dan proteinuria).
-       Hitung sel darah lengkap (termasuk hitung trombosis).
-       Pemeriksaan pembekuan (termasuk waktu perdarahan, PT, PTT, dan fibrinogen).
-       Enzim hati (Laktat Dehidrogenase (LDH), Aspartat aminotransferase (AST) (SGOT), Alanin
aminotransferase (ALT) (SGPT).
-       Kimia darah (BUN, kreatinin, glukosa, asam urat).
-       Pemeriksaan silang darah.
-       Hematokrit, Hemoglobin, trombosis.
-       Laboratorium : protein urine dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3
gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif.
-       USG : untuk mengetahui keadaan janin
-       NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin.

j.Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1 DS :
Klien mengatakan kalau ia merasa nyei
pada kepala, kadang-kadang mual dan
muntah, kakinya bengkak. Perfusi jaringan Hipertensi,
Vasospasme
DO :
TD : 140/90 mmHg
Udem pada kedua ekstremitas
Hb :11 gr %

2 DS :
Klien mengatakan sempat minum obat
dan jamu peluntur kehamilan tetapi
tidak berhasil.
Cidera pada janin
Fetal distress
DO :
TD : 140/90 mmHg
kehamilan 39-40 mg,
 Hb : 11 gr %
Reduksi urine (-)
Gerakan janin < 10x/jam.

3 DS :
Klien mengatakan merasa cemas
menjelang persalinan. Ancaman cidera pada
kecemasan
DO : bayi
Klien tampak cemas
Nadi : 92x/menit
RR : 22x/menit

2.2.2 Diagnosa keperawatan


a.    Perubahan perfusi jaringan b/d Hipertensi, Vasospasme siklik,  Edema serebral.
b.    Resiko tinggi cedera pada janin b/d fetal distress.
c.    Kecemasan b/d ancaman cedera pada bayi sebelum lahir.

2.2.3 Intervensi
No Diagnose Tujuan Intervensi Rasional

1 Perubahan perfusi jaringan Tidak terjadi 1. Monitor intake 1.Dengan


b.d. Hipertensi, vasospasme dan dan outout setiap memonitor intake
Vasospasme siklik, Edema perfusi jaringan hari. dan output maka
serebral. dengan 2. Kontrol akan dapt
k/h: tetesan infus diketahui tingkat
- klien akan  MgSO4. toleransi/ fungsi
mengalami 3. Monitor tubuh.
vasodilatasi oedema yang 2. Cairan MgSO4
ditandai dengan tampak. berguna untuk
diuresis, 4. Anjuran klien mengurangi
penurunan untuk istirahat vasospasme,
tekanan darah, atau tidur dengan dengan
edema. posisi berbaring menurunnya
pada salah satu vasospasme akan
sisi tubuhnya. membantu
5. Kontrol Vital meningkatkan
Sign secara perfusi ginjal,
Berkala. mobilisasi cairan
ekstravaskuler dan
diuresis sehingga
oedema dapat
dikurangi.
3. Dengan
memonitor
oedema yang
tampak dapat
diketahui keadaan
oedema
merupakan
indicator keadaan
cairan tubuh.
4. Dengan istirahat
tidur dengan posisi
berbaring pada
salah satu sisi
tubuhnyaakan
memaksimalkan
aliran darah dan
meningkatkan
diuresis.
5. dengan
mengontrol vital
sign dapat
diketahui keadaan
umum klien dan
dapat menentukan
tindakan
selanjutnya.

2 Resiko tinggi cedera pada Setelah 1. Monitor DJJ 1. Peningkatan


janin b/d fetal distress. dilakukan sesuai indikasi. DJJ sebagai
tindakan 22. Kaji tentang indikasi terjadinya
perawatan tidak pertumbuhan hipoxia, prematur
terjadi fetal janin. dan solusio
distress pada 3. Jelaskan plasenta.
janin dengan adanya tanda- 2. Penurunan
Kriteria hasil : tanda solutio fungsi plasenta
 - tidak terjadi plasenta ( nyeri mungkin
cedera pada klien perut, diakibatkan karena
perdarahan, hipertensi
rahim tegang, sehingga timbul
aktifitas janin IUGR.
turun ). 3. Ibu dapat
4. Kaji respon mengetahui tanda
janin pada ibu dan gejala solutio
yang diberi SM. plasenta dan tahu
5. Kolaborasi akibat hipoxia bagi
dengan medis janin.
dalam 4. Reaksi terapi
pemeriksaan dapat menurunkan
USG dan NST. pernafasan janin
dan fungsi jantung
serta aktifitas
janin.
5. USG dan NST
untuk mengetahui
keadaan atau
kesejahteraan
janin.

3 Kecemasan b/d ancaman Ansietas dapat 1.Bina hubungan 1. Dengan


cedera pada bayi sebelum teratasi dengan yang membina
lahir. Kriteria hasil: menyenangkan hubungan yang
- Tampak rileks, dan saling menyenangkan
dapat istirahat percaya. dan saling percaya
dengan tepat. 2.Berikan diharapkan akan
- Menunjukkan perhatian pada menimbulkan rasa
ketrampilan klien dan percaya klien
pemecahan tunjukan sikap terhadap perawat
masalah. yang bersahabat. sehingga akan
3. Kontrol vital terbentuk suatu
sign. komunikasi yang
4. Jelaskan pada lancar dan ini akan
klien tentang mempermudah
penyebab dalam pencapaian
penyakitnya, hal- tujuan.
hal yang dapat 2. Klien merasa
memperburuk diperhatikan dan
keadaan mempunyai taman
penyakitnya, yang akan
Prosedur membantu
perawatan dan sehingga
pengobatan serta menimbulkan rasa
hal-hal yang percaya terhadap
harus dipatuhi perawat yang
klien selama dapat mengurangi
mengalami kecemasan klien.
perawatan. 3. Dengan
5. Motivasi klien mengontrol vital
agar mau sign akan
mengekspresikan diketahui
perasaannya perubahan vital
secara verbal. yang dapat
6. Beri terapi menjadi gambaran
sentuhan. tingkat kecemasan
klien klien
sehingga dapat
ditetapkan
intervensi
selanjutnya.
4. penjelasan yang
ringkas dan jelas
mengenai
penyakitnya,
penyebab penyakit
dan prosedur
pengobatan,
memberikan
pengertian pada
klien sehingga
persepsi yang
keliru dan
membingungkan
dapat dihindari
dengan demikian
kecemasan klien
dapat berkurang.
5. Dengan
mengekspresikan
perasaan
diharapkan klien
merasa sedikit lega
telah
mengungkapkan
masalahnya
sehingga akan
mengurangi
kecemasan klien.
6. Dengan terapi
sentuhan
diharapkan klien
merasa masih ada
yang
memperhatikannya
sehingga klien
tidak merasa
sendiri dalam
menghadapi
masalahnya.

2.2.4 IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intervensi keperawatan dimana awalan kata
pada intervensi ditambah dengan kata kerja misalnya jika pada intervensi keperawatan kaji TTV
maka pada implementasi keperawatan mengkaji TTV.(Judith M.W.2007).

2.2.5 EVALUASI
-       Evaluasi adalah suatu proses yang berkesinambungan. Untuk menjadi efektif, evaluasi perlu
didasarkan pada criteria yang dapat diukur yang mencerminkan hasil akhir perawatan yang
diharapkan.
-       Ibu dan janin tidak menderita gejala sisa akibat per eklampsia atau penatalaksanaannya
-       Ibu tidak akan mengalami eklampsia atau komplikasi yang berat
-       Janin tidak akan mengalami distress
-       Bayi baru lahir akan dilahirkan dalam kondisi optimal tanpa suatu efek akibat penyakit
maternal dan penatalaksanaannya.
-       Ibu akan melahirkan dalam kondisi optimal tanpa suatu akibat pada kondisi dan
penatalaksanaannyaKeluarga akan mampu berkoping secara efektif terhadap keadaan ibu yang
beresiko tinggi, penatalaksanaan dan hasil akhirnya
-       Jika hasil akhir bagi ibu atau bagi janin tidak menguntungkan, keluarga dibantu untuk
mengatasi kehilangan dan kesedihan. 
DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . EGC :                   Jakarta.
https://sp1r1tgr4zy.wordpress.com/2013/04/04/makalah-eklamsia/
Corwin Elizabeh.J.2009 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih bahasa    Tim penerbit
PSIK UNPAD, Jakarta: EGC
Price, Silvia A, 2006. Patofisiologi, volume 2, Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Manjoer, Arif, dkk. (2009). Kapita Selekta Edisi Ketiga Jilid Ketiga.Jakarta: Media            
Aesculapius
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed rev, Jakarta:            Rineka Cipta
Prawirohardjo, S. (2008). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal   dan Neonatal.
Jakarta : YBP
http://binbask.blogspot.com/2013/01/askep-preeklampsia.html
https://copoarya.wordpress.com/keprawatan/asuhan-keperawatan-preeklamsia/

Anda mungkin juga menyukai