OLEH :
NPM : 200202034
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan pada kami, dan atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan keperawatan preeklamsia dan eklamsia”
Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan pihak terkait. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang membantu baik secara
moral maupun material, terutama kepada :
Ns Rosetty sipayung M.Kep, selaku Koordinator Profesi Ners dan sebagai Ketua Stase
Keperawatan Maternitas, sekaligus Dosen pengajar Keperawatan Maternitas
kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, dengan demikian kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka
penyempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca, akhir kata kami
mengucapkan terimah kasih.
penyusun
May Thent
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Peningkatan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin sesuai dengan pre-eklamsia. Di
Negara maju,penyakit ini merupakan penyebab utama kematian maternal,dan inggris
kebanyakan kematian ini berhubungan dengan asuhan suboptimal,terutama pemberi asuhan
intrapartum ( kaunitz et al.,1985;DoH,1996 )
Eklamsia merupakan kelainan akut pada wanita hamil,dalam persalinan atau nifas,yang
ditandai dengan timbulnya kejang dan /atau koma.Biasanya sebelumnya wanita hamil itu
menunjukkan gejala-gejala preeklamsia (kejang –kejang dipastikan bukan timbul akibat kelainan
neurologic lain ).
1.2 Tujuan
a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada pasien dengan preeklamsia dan
eklamsia
b. Dapat merumuskan masalah membuat diagnose keperawatan pada pasien dengan
preeklamsia dan eklamsia
c. Dapat membuat perencanaan pada pasien dengan preeklamsia dan eklamsia
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang
telah dilakukan pada pasien dengan preeklamsia dan eklamsia
1.3 Manfaat
1. Sebagai salah satu sumber informasi bagi mahasiswa,serta sebagai salah satu persyaratan
dalam untuk mememnuhi tugas perkuliahan.
2. Maanfaat ilmiah
Sebagai bahan masukan atau informasi bagi perawat,maupun tenaga kesehatan lainnya
dalam menangani kasus khususnya yang berkaitan dengan preeklamsia dan eklamsia
3. maanfaat institusi
Sebagai acuhan yang diharapkan dapat bermanfaat dalam mengemmbangkan institusi dan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PREEKLAMSIA
2.1.1 Defenisi
Preeklamsia dan eklamsia merupakan kumpulan gejala yang pada ibu hamil,bersalin,dan
selama nifas ,yang terdiri atas trias gejala,yaitu hipertensi,proteinuria,dan edema,kadang –
kadang disertai konvulsi sampai koma.Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan
vascular atau hipertensi sebelumnya.
Pre–eklampsi adalah suatu sindrom klinik dalam kehamilan viable/usia kehamilan > 20
minggu dan atau berat janin 500 gram yang ditandai dengan hypertensi, protein urine dan
oedema.
Pada pre–eklampsi sering terjadi peningkatan tekanan darah disertai protein urine akibat
kehamilan terutama pada komplikasi primigravida terjadi setelah usia 20–40 minggu kecuali jika
terjadi penyakit trofoblastik.
2.1.2 Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti.Teori yang terkenal sebagai penyebab
preeklamsia adalah teori iskemia plasenta.Akan tetapi,teori ini belum dapat menerangkan semua
hal yang berkaitan dengan preeklamsia.Teori yang dapat diterima adalah teori yang dsapat
menerangkan hal-hal berikut.
2.1.3 patofisiologi
1. Pada preeklamsia,terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.
2. Pada biopsi ginjal,ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus.
3. Pada beberapa kasus,lumen arrteriola sedemikian empitnya sehingga hanya dapat dilalui
oleh satu sel darah merah.Dengan demikian,jika semua arteriola dalam tubuh mengalami
spasme,tekanan darah akan naik,dalam usaha mengatasi kenaikan tekanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat dicukupi.
4. Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbuhan air yang berlebihan
dalam ruang interstitial,belum diketahui sebabnya,mungkin karena retensi air dan garam.
5. Poteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomeurus.
2.1.4 Klasifikasi
Preeklamsi di bagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Preeklamsi Ringan :
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi berbaring terlentang, atau
kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, kenaikan sistolik 30 mmHg/lebih. Cara pengukuran
sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, dan sebaiknya 6 jam.
2) Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat).
3) Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan kuwalitatif 1+ & 2+ pada urine
kateter atau midstream.
&Redman,1994 )
Diagnosis harus dipertimbangkan untuk ibu yang mungkin mengenai janin atau tanda lain
seperti :
Nyeri epigaster,
Nyeri kepala/gangguan penglihatan
IUGR,dan
Perhatikan : Edeman tidak lagi dipertimbangkan sebagai tanda efektif pre-eklamsia,satu-
satunya perkecualiannya bila terdapat edema fasial awitan cepat.
2.1.5 Penataklasaan
a. Pencegahan
1) Pemeriksaan antenatal yang bermutu dan teliti, mengenali tanda – tanda sedini mungkin
(PER) supaya tidak menjadi berat.
2) Harus selalu waspada kemungkinan terjadinya pre eklampsi kalau ada faktor –faktor
predisposisi.
3) Berikan penjelasan tentang :
- Manfaat istirahat dan tidur demi ketenangan yang dapat mencegah PER menjadi PEB.
- Pentingnya mengatur diit rendah lemak serta karbohidrat tinggi protein, kurangi garam karena
garam dapat mencegah terjadinya oedema dan dapat menurunkan berat badan.
- Suplementasi magnesium yang berpengaruh terhadap pathogenesis pre – eklampsi dan
persalinan pre term, juga dapat menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
- Suplementasi kalsium, defisiensi kalsium pada diit ibu hamil meningkatkan resiko pre –
eklampsi, kekurangan kalsium yang terlalu lama akan menyebabkan. dikeluarkannya kalsium
dari jaringan otot pembuluh darah maka akan terjadi vasokontriksi dan meningkatkan tekanan
darah.
b. Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah :
- Untuk mencegah terjadinya pre eklampsi dan eklampsi
- Hendaknya janin lahir hidup
- Trauma pada janin seminimal mungkin
c. Diet
1) Tujuan Diet :
- Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
- Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
- Mencegah dan mengurangi retensi garam atau air
- Mencapai keseimbangan nitrogen
- Menjaga agar penambahan BB tdk melebih normal
- Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyakit baru pada saat
kehamilan atau setelah melahirkan.
2) Syarat Diet
- Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat makanan diberikan secara berangsur,
sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan . Penambahan energi tidak lebih dari 300
Kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
- Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air. Penambahan BB
diusahakan dibawah 3 kg/bulan atau dibawah 1 Kg/minggu.
- Protein tinggi (1½ – 2 g/kg berat badan).
- Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tdk jenuh tunggal dan lemak tdk jenuh ganda.
- Vitamin cukup; vit C & B6 diberikan sedikit lbh tinggi.
- Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.
- Bentuk makanan disesuaikan dg kemampuan pasien.
- Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan
cairan yg keluar melalui urine, muntah, keringat dan pernafasan.
2) Urinalisis
- Ditemukan protein dalam urine
3) Pemeriksaan Fungsi hati
- Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
- LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
- Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul
- Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-45 u/ml)
- Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N= <31 u/l)
- Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
4) Tes kimia darah
- Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
5) Ultrasonografi
- Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas
janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
6) Kardiotografi
- Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
B. EKLAMSIA
1.Pengertian
Eklamsia adalah kondisi mirip konvulsi epilepsingrand mal yang dialami ibu,baik tanpa
atau disertai diagnosis satu gangguan hipertensi.Bila konvulsi terjadi prenatal atau selama
persalinan,ibu dan janinnya dapat terancam dan kritis.ventilasi berhenti selama konvulsi
sehinnga bayi yang telah terganngu beresiko mengalami hipoksia.
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas
ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-
gejala preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri). (Wirjoatmodjo,2000: 49).
2. Klasifikasi
Eklampsia di bagi menjadi 2 golongan :
a. Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan (ini paling sering
terjadi),
1) kejadian 15% sampai 60 %
2) serangan terjadi dalam keadaan hamil
b. Eklampsia intrapartum ialah eklampsia saat persalinan
1) Kejadian sekitar 30 % sampai 35 %
2) Saat sedang inpartu
3) Batas dengan eklampsia gravidarum sulit ditentukan
c. Eklampsia postpartum ialah eklampsia setelah persalinan
1) Kejadian jarang
2) Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir
3. Etiologi
Etiologi dan patogenesis Preeclampsia dan Eklampsia saat ini masih belum sepenuhnya
dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini sering disebut “the
disease of theories”. Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk dapat menerangkan
terjadinya Preeklampsia adalah : factor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah, dan
keadaan dimana jumlah throphoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan
ketidakmampuan invasi throphoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan dua.
Prawirohardjo, S. (2008)
4. Patofisiologi
Pada eklampsia di jumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang
tinggi dari pada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma
dan mengatur retensi air dan natrium.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan
gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat
janin sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenasi.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah dalam ginjal menurun, sehingga
menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam
hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi
garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomerulus dan
tingkat penyerapan kembali oleh tubulus.
Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada beberapa
arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina disebabkan oleh edema
intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan. Setelah persalinan berakhir,
retina melekat lagi dalam 2 hari samapai 2 bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan
gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan
aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia. Komplikasi
disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa resistensi pembuluh
darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi pada eklampsia. Sehingga aliran
darah ke otak dan pemakaian oksigen pada eklampsia akan menurun.
Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk sementara.
Asidum latikum dan asam organic lain naik, dan bicarbonas natrikus, sehingga menyebabkan
cadangan alakali turun. Setelah kejang, zat organic dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk
dapat berekreasi dengan asam karbonik menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan demikian,
cadangan alkali dapat pulih kembali. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat.
Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada
eklampsia. (Notoatmodjo, S. (2010)
6. Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin, usaha utama adalah melahirkan
bayi hidup dari ibu yang menderita preeclampsia dan eklampsia.
a. Terhadap janin dan bayi.
1) Solution plasenta
Karena adanya tekanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah sehingga
terjadi hematom retoplasenta yang menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas.
2) Asfiksia mendadak, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim.
3) Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas membran sel
darah merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik hemolisis
yang dikenal karena ikterus.
b. Terhadap ibu
1) Hiprofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah, biasanya dibawah 100mg
persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.
8. Penatalaksanaan
a. Penanganan Kejang :
1) Beri obat anti konvulsan.
2) Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka, sedotan, masker O2 dan tabung
O2).
3) Lindungi pasien dengan keadaan trauma.
4) Aspirasi mulut dan tonggorokkan.
5) Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi.
6) Beri oksigen 4-6 liter / menit.
b. Penanganan Umum :
1) Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan diastolic diantara 90-100
mmHg.
2) Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih).
3) Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload.
4) Kateterisasi urine untuk mengeluarkan volume dan proteinuric.
5) Jika jumlah urine kurang dari 30 ml / jam.
6) Infus cairan dipertahankan 1 1/8 ml/jam.
7) Pantau kemungkinan oedema paru.
8) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu
dan janin.
9) Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung setiap jam.
10) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru. Jika ada oedema paru hentikan
pemberian cairan dan berikan diuretic.
11) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beadside.
12) Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%, selama 5 menit. Diikuti dengan
MgSO4 (50%) 5 gr 1ml dengan 1 ml lignokain 2% (dalam setopril yang sama) pasien akan
merasa agar panas sewaktu pemberian MgSO4.
13) Dosis pemeliharaan : MgSO4 (50%) 5 gr + lignokain 2% (1ml) 1 m setiap 4 jam kemudian
dilanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang terakhir.
14) Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi pernafasan minimal 16 / menit. Refleks Patella
(+), urin minimal 30 ml / jam dalam 4 jam terakhir.
15) Stop pemberian MgSO4, jika : frekuensi pernafasan < / >
16) Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan ventilator. Beri kalsium glukonat 2 gr
( 20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai
2.2 TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia dan eklampsia adalah :
a. Identitas pasien dan penanggung jawab
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun.
b. Riwayat kesehatan ibu sekarang
Terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan
kabur.
c. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya
Penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM.
d. Riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan
pre eklampsia atau eklampsia sebelumnya.
e. Riwayat penyakit
Ada hubungan genetik yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan
meningkatkan resiko empat sampai delapan kali.
f. Pola nutrisi
Jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan.
g. Psiko sosial spiritual
Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan
moril untuk menghadapi resikonya.
h. Pemeriksaan Fisik :
- Pemeriksaan tekanan darah, nadi dan pernafasan minimal setiap 2 sampai 4 jam untuk
menetapkan nilai dasar dan memantau perubahan kecil sepanjang masa hamil.
- Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.
- Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema.
- Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress.
- Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM (jika refleks +).
- Edema dievaluasi pada wajah, ekstremitas dan sacrum setiap 4 jam ; kedalaman ditentukan
dengan melakukan penekanan pada area di atas tulang.
- Berat badan ditentukan setiap hari pada waktu yang sama kecuali tirah baring ketat.
- Refleks tendon dalam dievaluasi setiap 4 jam terhadap hiperaktivitas dari tendon bisep, trisep
atau achiles.
- Edema pulmoner ditentukan setiap 4 jam sekali dengan melakukan auskultasi.
- Pelepasan plasenta dikaji setiap jam dengan memeriksa perdarahan vagina atau rigiditas uterus.
- Breathing : Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau tanpa sputum,
riwayat merokok, penggunaan obat bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.
i. Pemeriksaan penunjang
- Protein urine ditentukan setiap jam bila dipasang kateter (hasil +3 menandakan kehilangan 5
mg protein dalam 24 jam).
- Berat jenis urine ditentukan setiap jam bila dipasang kateter (hasil yang didapat 1,040
berhubungan dengan oliguria dan proteinuria).
- Hitung sel darah lengkap (termasuk hitung trombosis).
- Pemeriksaan pembekuan (termasuk waktu perdarahan, PT, PTT, dan fibrinogen).
- Enzim hati (Laktat Dehidrogenase (LDH), Aspartat aminotransferase (AST) (SGOT), Alanin
aminotransferase (ALT) (SGPT).
- Kimia darah (BUN, kreatinin, glukosa, asam urat).
- Pemeriksaan silang darah.
- Hematokrit, Hemoglobin, trombosis.
- Laboratorium : protein urine dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3
gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif.
- USG : untuk mengetahui keadaan janin
- NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin.
j.Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1 DS :
Klien mengatakan kalau ia merasa nyei
pada kepala, kadang-kadang mual dan
muntah, kakinya bengkak. Perfusi jaringan Hipertensi,
Vasospasme
DO :
TD : 140/90 mmHg
Udem pada kedua ekstremitas
Hb :11 gr %
2 DS :
Klien mengatakan sempat minum obat
dan jamu peluntur kehamilan tetapi
tidak berhasil.
Cidera pada janin
Fetal distress
DO :
TD : 140/90 mmHg
kehamilan 39-40 mg,
Hb : 11 gr %
Reduksi urine (-)
Gerakan janin < 10x/jam.
3 DS :
Klien mengatakan merasa cemas
menjelang persalinan. Ancaman cidera pada
kecemasan
DO : bayi
Klien tampak cemas
Nadi : 92x/menit
RR : 22x/menit
2.2.3 Intervensi
No Diagnose Tujuan Intervensi Rasional
2.2.4 IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intervensi keperawatan dimana awalan kata
pada intervensi ditambah dengan kata kerja misalnya jika pada intervensi keperawatan kaji TTV
maka pada implementasi keperawatan mengkaji TTV.(Judith M.W.2007).
2.2.5 EVALUASI
- Evaluasi adalah suatu proses yang berkesinambungan. Untuk menjadi efektif, evaluasi perlu
didasarkan pada criteria yang dapat diukur yang mencerminkan hasil akhir perawatan yang
diharapkan.
- Ibu dan janin tidak menderita gejala sisa akibat per eklampsia atau penatalaksanaannya
- Ibu tidak akan mengalami eklampsia atau komplikasi yang berat
- Janin tidak akan mengalami distress
- Bayi baru lahir akan dilahirkan dalam kondisi optimal tanpa suatu efek akibat penyakit
maternal dan penatalaksanaannya.
- Ibu akan melahirkan dalam kondisi optimal tanpa suatu akibat pada kondisi dan
penatalaksanaannyaKeluarga akan mampu berkoping secara efektif terhadap keadaan ibu yang
beresiko tinggi, penatalaksanaan dan hasil akhirnya
- Jika hasil akhir bagi ibu atau bagi janin tidak menguntungkan, keluarga dibantu untuk
mengatasi kehilangan dan kesedihan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . EGC : Jakarta.
https://sp1r1tgr4zy.wordpress.com/2013/04/04/makalah-eklamsia/
Corwin Elizabeh.J.2009 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih bahasa Tim penerbit
PSIK UNPAD, Jakarta: EGC
Price, Silvia A, 2006. Patofisiologi, volume 2, Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Manjoer, Arif, dkk. (2009). Kapita Selekta Edisi Ketiga Jilid Ketiga.Jakarta: Media
Aesculapius
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed rev, Jakarta: Rineka Cipta
Prawirohardjo, S. (2008). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : YBP
http://binbask.blogspot.com/2013/01/askep-preeklampsia.html
https://copoarya.wordpress.com/keprawatan/asuhan-keperawatan-preeklamsia/