PENDAHULUAN
1
biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan
fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang
sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan
bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada
yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan
secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).
Mengingat pentingnya keperawatan komunitas ini maka pada makalah ini
kami membahas mengenai keperawatan kelompok khusus agregat lansia.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui pengertian dari kelompok khusus pada agregat lansia.
2. Mengetahui lingkup pelayanan pada usia lanjut.
3. Mengetahui askep pada agregat dalam komunitas kesehatan lansia :
gangguan kognitif
BAB II
PEMBAHASAN
A.Konsep Lansia
2.1 Pengertian Kelompok Khusus Pada Agregat Lansia
Kelompok khusus adalah sekelompok masyarakat atau individu yang
karena keadaan fisik, mental maupun social budaya dan ekonominya perlu
mendapatkan bantuan, bimbingan dan pelayanan kesehatan dan asuhan
keperawatan, karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan mereka dalam
memelihara kesehatan dan keperawatan terhadap dirinya sendiri.
2
Perawatan kelompok khusus adalah upaya di bidang keperawatan
kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada kelompok – kelompok individu
yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan kesehatan dan
kesehatan serta rawan terhadap masalah tersebut yang dilaksanakan secara
terorganisir dengan tujuan meningkatkan kemampuan kelompok dan derajat
kesehatannya, mengutamakan upaya promotif dan preventif dengan tidak
melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan kepada mereka yang
tinggal di panti dan kepada kelompok – kelompok yang ada di masyarakat,
diberikan oleh tenaga keperawatan dengan pendekatan pemecahan masalah
melalui proses keperawatan.
Salah satu dari kelompok khusus yaitu kelompok khusus agregat lanjut
usia (lansia). Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya
antara usia 65 dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastis dan
ahli demografi memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus
meningkat sampai abad selanjutnya (Potter & Perry, 2005). Lanjut usia
merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan
batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi,
aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah
penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya
terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta
sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai
beban. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi
memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa
kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban
keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004). Menurut Constantinidies menua
(menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan - lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia
(WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middleage) adalah kelompok
3
usia 45-59 tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun,
Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very
old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena
perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi
pada tingkat kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota
komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif. Hanya sedikit yang telah
kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri, bingung atau merusak
diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan
mereka.
4
Ditujukan pada usia lanjut dengan gangguan fungsional yang ringan/
mengalami ketergantungan ringan dan tidak menghendaki tinggal di
dalam keluarga
7) Perawatan harian/day care
Adalah pelayanan yang diberikan oleh perawat profesional kepada
usia lanjut di lingkungan masyarakat selama beberapa jam dalam
setiap harinya, ditujukan pada usia lanjut yang mengalami gangguan
atau kemunduran fisik dan kognitif yang membatasi kemandiriannya,
tidak mengalami sakit yang parah, dimana keluarga memiliki
keterbatasan sumber daya dalam merawat.
5
b. Jumlah Usia lanjut cenderung melonjak di masa-masa mendatang
c. Pada Usia Lanjut terjadi perubahan fisik dan psikososial
d. Usia lanjut lebih berfokus pada dirinya sendiri
e. Usia lanjut memiliki kemampuan memaksimalkan kemandiriannya,
membangun hubungan sosial, dan memelihara kehidupan yang
berkualitas
f. Kebutuhan khusus usia lanjut : peningkatan kesehatan dan pncegahan
penyakit
6
Ada beberapa kesalahan yang sering ditemui di masyarakat tentang
konsep lansia yaitu :
a. Tidak dapat hidup secara mandiri
b. Usia kronologis seseorang mempengaruhi proses menua
c. Kemampuan intelektual di usia tua akan menurun
d. Lansia tidak dapat hidup produktif/ aktif
e. Lansia Resisten terhadap perubahan
f. Lansia berharap adanya keamanan sosial
7. Health Needs
Dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan pada lansia perlu memperhatikan
hal-hal di bawah ini :
7
a. Nutrisi : dalam rangka mempertahankan berat badan yang
optimal/seimbang (rendah lemak, cukup kalori, tinggi protein), hindari
penggunaan obat laxative, cukup minum dan makanan tinggi serat
b. Jaga kesehatan gigi
c. Latihan fisik/ olah raga, diawali dengan pemanasan
d. Jaminan keuangan
e. Kebutuhan psikososial : kemampuan koping, peningkatan kemandirian,
interaksi sosial.
f. Kebutuhan keamanan/keselamatan : menghindari cedera/jatuh,
keamanan pengobatan.
g. Kebutuhan Spiritual : mempersiapkan diri akan kematian
h. Screening/ pemeriksaan kesehatan untuk deteksi dini penyakit dan
penyembuhan
8. Health Problems
Masalah-masalah kesehatan yang sering dialami lansia yaitu :
a. Alzheimer
b. Arthritis
c. Cancer
d. Depression
e. Diabetic
f. Cardiovascular
g. Osteoporosis
B. Gangguan Kognitif
2.3 Pengertian Gangguan Kognitif
Gangguan kognitif (cognitive dissorder) meliputi gangguan dalam
pikiran atau ingatan yang menggambarkan perubahan nyata dari tingkat
fungsi individu yang sebelumnya (APA, 2000). Gangguan kognitif tidak
memiliki dasar psikologis; gangguan ini disebabkan oleh kondisi fisik atau
8
medis, atau penggunaan obat atau putus zat, yang mempengaruhi fungsi dari
otak.
2.4 Klasifikasi Gangguan Kognitif
2.4.1 Delirium
2.4.1.a Pengertian Delirium
Delirium berasal dari bahasa latin, de berarti dari dan lira
berarti garis atau alur. Hal ini berarti pergeseran dari garis, atau
norma, dalam persepsi, kognisi dan perilaku. Delirium
mencakup keadaan kebingungan mental yang ekstreem dimana
orang mengalami kesulitan berkonsentrasi dan berbicara jelas
serta masuk akal. Orang yang terkena delirium mungkin
mengalami kesulitan untuk mengabaikan stimulus yang tidak
sesuai atau mengalihkan perhatian mereka pada tugas yang baru.
Orang-orang dalam kondisi delirium mungkin mengalami
halusinasi yang menakutkan ,terutama halusinasi visual .
Gangguan dalam persepsi juga sering terjadi.
2.4.1.b Penanganan Delirium
Terapi diawali dengan memperbaiki kondisi penyakitnya dan
menghilangkan faktor yang memberatkan seperti:
1. Menghentikan penggunaan obat
2. Obati infeksi
3. Suport pada pasien dan keluanga
4. Mengurangi dan menghentikan agitasi untuk pengamanan
pasien
5. Cukupi cairan dan nutrisi
6. Vitamin yang dibutuhkan
2.4.2 Demensia
2.4.2.a Pengertian Demensia
Demensia ini biasa disebut kepikunan—merupakan
deskriptif umum bagi kemunduran kemampuan intelektual
hingga ke titik yang melemahkan fungsi sosial dan pekerjaan.
Demensia ini terjadi secara sangat perlahan selama bertahun-
tahun. Kelemahan kognitif dan behavioral yang hampir tidak
terlihat dapat dideteksi jauh sebelum orang yang bersangkutan
menunjukan hendaya yang tampak jelas (Small dkk., 2000).
2.4.2.b Penanganan Demensia Vaskular
9
Mengontrol kondisi yang mempengaruhi kesehatan jantung
dan pembuluh darah biasanya dapat menurunkan kemungkinan
memburuknya demensia vaskular, dan juga kadang mencegah
penurunan lebih lanjut. Dokter mungkin meresepkan obat untuk:
- Menurunkan tekanan darah
- Mengurangi kadar kolesterol
- Mencegah darah dari pembekuan dan menjaga kebersihan
arteri
- Membantu mengontrol gula darah jika Anda memiliki
diabetes
10
BAB III
ASKEP PADA AGREGAT DALAM KOMUNITAS KESEHATAN
LANSIA : GANGGUAN KOGNITIF
3.1 Persiapan
Kegiatan praktik keperawatan komunitas diawali dengan
penerimaan mahasiswa yang dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2019,
dikantor Kepala Desa Suka Dame Dusun III dan IV. Dalam acara serah
tersebut mahasiswa mendapat penjelasan dari bapak kepala desa dan
dilanjutkan dengan orientasi di wilayah dusun. Selanjutnya mahasiswa
melanjutkan kegiatan sebagai berikut: mengidentifikasi tokoh-tokoh
masyarakat dilakukan melalui pertemuan dnegan aparat pemerintah, tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh remaja, kader puskesmas, serta membuat
kontrak waktu dengan masyarakat.
Melalui proses penajajakan dan observasi serta wawancara pada
pertemuan pertama diperoleh data-data masyarakat mengenai Berdasarkan
pengkajian, selama 6 bulan terakhir riwayat penyakit yang terjadi pada
Desa Dusun III dan IV, Desa Suka Dame adalah masalah gangguan
kognitif. Berdasarkan data-data diperoleh tersebut, ,mahasiswa membuat
kuisioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut
11
masalah gangguan kognitif yang kemudian akan menyusun langkah-
langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah gangguan kognitif
yang terjadi pada lansia.
3.2 Deskripsi Daerah PBL
Kelompok PBL mendapatkan lokasi di Dusun III dan IV, Desa Suka
Dame. Dengan demikian maka pengamatan kelompok yang meliputi data
umum dan data khusus.
3.3 Pelaksanaan
3.3.1 Pengkajian
Dilihat dari geografisnya, Dusun III dan IV adalah bagian dari desa
Suka Dame yang merupakan dusun pinggiran kota dengan luas
dusun IV ± 80 ha, dan dusun VII ± 60 ha. Lokasi pengkajian yang
dilakukan adalah di dusun III dan IV.
Jumlah kepala keluarga yang ada di Dusun III dan IV sebanyak
180KK dan 300 jiwa.
Berikut Lampiran data-data yang berkaitan dengan Demografi masyarakat
yang ada di Dusun III dan IV.
DIAGRAM KUISIONER 1.
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Masyarakat Desa Suka Dame Dusun III Dan
IV
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa masyarakat di desa suka dame dusun III
dan IV mayoritas perempuan adalah 60%.
12
DIAGRAM KUISIONER 2
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Masyarakat Desa Suka Dame Dusun III dan IV
7% WIRASWASTA
28% IRT
24%
PNS
10% BURUH
31%
PEGAWAI BUMN
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa pekerjaan desa suka dame mayoritas IRT
sebesar 31%
Distribusi Frekuensi Hipertensi Masyarakat Desa Suka Dame Dusun III Dan IV
13
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang mengalami
hiperentensi adalah 60%.
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang
mengkonsumsi garam adalah 46%.
DIAGRAM PERTANYAAN KUISIONER 3. HIPERTENSI
14
Distribusi Frekuensi merokok pada Masyarakat Desa Suka Dame Dusun III Dan
IV
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang merokok
sebanyk 75%.
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang
mengkonsumsi makanan berlemak sebanyak 73%.
15
DIAGRAM PERTANYAAN KUISIONER 5. HIPERTENSI
Distribusi Frekuensi yang mengkonsumsi alkohol pada Masyarakat Desa Suka
Dame Dusun III Dan IV
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang
mengkonsumsi garam sebanyak 78%.
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang tidak rajin
berolahraga sebanyak 75%.
16
DIAGRAM PERTANYAAN KUISIONER 1. RA (RHEUMATOID
ARTRITIS)
Distribusi Frekuensi Masyarakat Desa Suka Dame Dusun III Dan IV yang pernah
mengalami RA (Rheumatoid Athirtis)
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang pernah
mengalami RA adalah sebanyak 70% dan yang tidak pernah 30%.
DIAGRAM PERTANYAAN KUISIONER 2. RA (RHEUMATOID
ARTRITIS)
Distribusi Frekuensi yang sering mengalami nyeri pada Masyarakat Desa Suka
Dame Dusun III Dan IV
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang
sering mengalami nyeri sebanyak 72%.
17
DIAGRAM PERTANYAAN KUISIONER 3. RA (RHEUMATOID
ARTRITIS)
Distribusi Frekuensi yang sering mengalami kebas/kesemuan pada Masyarakat
Desa Suka Dame Dusun III Dan IV
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang sering
mengalami kebas/kesemutan sebanyak 78%.
DIAGRAM PERTANYAAN KUISIONER 4. RA (RHEUMATOID
ARTRITIS)
Distribusi Frekuensi yang mengalami pembengkakan di area tangan/kaki pada
Masyarakat Desa Suka Dame Dusun III Dan IV
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa
yang mengalami pembengkakan di area tangan/kaki sebanyak 72%.
18
DIAGRAM PERTANYAAN KUISIONER 5. RA (RHEUMATOID
ARTRITIS)
Distribusi Frekuensi yang pernah memeriksa penyakitnya ke pelayanan
kesehatanya pada Masyarakat Desa Suka Dame Dusun III Dan IV
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang pernah
memeriksa penyakitnya ke pelayanan kesehatan sebanyak 87%.
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang minum obat
secara teratur sebanyak 20 % dan yang meminum obat kadang-kadang jika nyeri
kambuh sebanyak 38%.
19
DIAGRAM PERTANYAAN KUISIONER 1. GOUT (Asam Urat)
Distribusi Frekuensi pengetahuan masyarakat tentang GOUT (Asam Urat) pada
Desa Suka Dame Dusun III Dan IV
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang tahu tentang
penyakit asam urat sebanyak 95%.
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang pernah
mengalami penyakit asam urat sebanyak 52%.
20
DIAGRAM PERTANYAAN KUISIONER 3. GOUT (Asam Urat)
Distribusi Frekuensi mengalami pembengkakan di area kaki Desa Suka Dame
Dusun III Dan IV
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang mengalami
pembengkakan di area kaki sebanyak 52%.
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang mengalami
nyeri di area kaki sebanyak 52%.
21
DIAGRAM PERTANYAAN KUISIONER 5. GOUT (Asam Urat)
Distribusi Frekuensi memakan sejenis kacang-kacangan pada Desa Suka Dame
Dusun III Dan IV
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang memakan
sejenis kacang-kacangan sebanyak 58%.
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang memakan
makanan berlemak sebanyak 92%.
22
DIAGRAM PERTANYAAN KUISIONER 1. DM (Diabetes Melitus)
Distribusi Frekuensi mengetahui penyakit DM (Diabetes Melitus) pada Desa Suka
Dame Dusun III Dan IV
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang mengetahui
tentang DM sebanyak 95%.
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang mengalami
DM sebanyak 62%.
23
Distribusi Frekuensi sering makan manis-manisan pada Desa Suka Dame Dusun
III Dan IV
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang suka makan
manis-manisan sebanyak 55%.
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang mengalami
luka yang susah sembuh dan gatal sebanyak 58%.
24
DIAGRAM PERTANYAAN KUISIONER 5. DM (Diabetes Melitus)
Distribusi Frekuensi memakan makanan berlemak pada Desa Suka Dame Dusun III Dan
IV
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang memakan
makanan berlemak sebanyak 85%.
25
Distribusi Frekuensi mengalai nyeri di area luka pada Desa Suka Dame Dusun III
Dan IV
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang mengalami
nyeri di area luka sebanyak 55%.
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang mengetahui
penyakit demensia sebanyak 95%
26
DIAGRAM PERTANYAAN KUISIONER 2. DEMENSIA
Distribusi Frekuensi mengalami penyakit Demensia pada Desa Suka Dame Dusun
III Dan IV
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa yang mengalami
penyakit delirium sebanyak 42%
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa merasa
kebingungan sebanyak 57%
27
.DIAGRAM PERTANYAAN KUISIONER 4. DEMENSIA
Distribusi Frekuensi mengalami depresi pada Desa Suka Dame Dusun III Dan IV
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa mengalami
depresi sebanyak 53%
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa kesulitan
berkomunikasi sebanyak 70%
28
.DIAGRAM PERTANYAAN KUISIONER 6. DEMENSIA
Distribusi Frekuensi konsentrasi menurun pada Desa Suka Dame Dusun III Dan
IV
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas dari 300 jiwa konsentrasi
menuruni sebanyak 77%
b. Pernah mengalami
kebingungan : 57% pernah
mengalami kebingungan,
43% lansia tidak pernah
mengalami kebingungan
29
lansia kesulitan dalam
berkomunikasi, 30% lansia
tidak kesulitan dalam
berkomunikasi
c. Sering mengalami
kebas/kesemutan : 78%
pernah mengalami
kebab/kesemutan, 22% lansia
tidak pernah mengalami
kebab/kesemutan.
d. Pernah mengalami
Pembengkakan di
tangan/kaki : 72% pernah
mengalami Pembengkakan di
tangan/kaki, 28% lansia tidak
pernah mengalami
Pembengkakan di
tangan/kaki
30
lansia tidak pernah
memeriksa penyakit ke
pelayanan kesehatan
b. Pernah mengalami
kebingungan : 57% pernah
mengalami kebingungan,
43% lansia tidak pernah
mengalami kebingungan
31
3.3.4 PERENCANAAN/INTERVENSI
a. PRIORITAS MASALAH
b. Intervensi Keperawatan
32
mpuan kesempatan
dalam pada
menerima kelompok
informasi lansia untuk
mempraktikk
an cara
mengatasi
kurang
konsentrasi
dengan baik
dan benar
5.Lakukan
kerjasama
dengan
puskesmas
dan posbindu
3.3.5 Implementasi
Dx.Keperawatan Hari/tannggal Kegiatan
Kurang Jumat/31 Mei 2019 1. Lakukan pendekatan secara
konsentrasi b/d formal dengan masyarakat
ketidakmampuan 2. berikan penyuluhan tentang cara
mengatasi kurang konsentrasi pada
lansia dalam
lansia
menerima 3.Demonstrasika cara mengatasi
informasi kurang konsentrasi pada lansia
4. Beri kesempatan pada kelompok
lansia untuk mempraktikkan cara
mengatasi kurang konsentrasi pada
lansia dengan baik dan benar
3.3.6 Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi meliputi evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses dari
pelaksanaan diagnosa keperawatan pertama di Desa Suka Dame Dusun III Dan IV
adalah 100% peserta hadir, 90% peserta terlibat aktif dalam diskusi dan
pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai alokasi waktu. Evaluasi hasil yang dapat
diketahui adalah melalui peningkatan pengetahuan keluarga lansia tentang cara
33
mengatasi kurang konsentrasi dengan baik dan benar yang dapat dilihat dari
antusias keluarga dan lansia dalam mempraktikan cara mengatasi kurang
konsentrasi pada lansia dengan baik dan benar.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelompok
khusus adalah sekelompok masyarakat atau individu yang karena keadaan
fisik, mental maupun social budaya dan ekonominya perlu mendapatkan
bantuan, bimbingan, pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan, karena
ketidakmampuan dan ketidaktahuan mereka dalam memelihara kesehatan dan
keperawatan terhadap dirinya sendiri. Salah satu agregat kelompok khusus
adalah agregat lansia.
Lanjut usia (lansia) merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan batasan lanjut
usia yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis
penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara
terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu
semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
34
kematian. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai
beban.
4.2 Saran
a. Dibutuhkan peran perawat komunitas untuk membantu menyelesaikan
masalah kesehatan pada komunitas lansia.
b. Dibutuhkan peran serta keluarga dan anggota masyarakat untuk mendukung
keberhasilan intervensi asuhan keperawatan pada komunitas lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Durand, V.Mark., Barlow, David H., 2007. Intisari Psikologi Abnormal Edisi
Keempat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Nolen Susan, Hoksema. 2011. Abnormal Psychology Fifth Edition. McGrow Hill
35