Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN GADAR DENGAN PENYAKIT

STORE ISKEMIK PADA NY. U DI RUMAH SAKIT

BHYANGKARA MEDAN SUMATRA UTARA

OLEH :

KELOMOK 2

Shintiya Putri Br Tarigan (200202054)


Mega Oktafia Sianturi (200202035)
May Thent Gustavian Daeli (200202034)
Rut Imanita Sihombing (200202048)
Sarah monica simatupang (200202051)
Ridho marwara (200202047)
Fanny fadillah (200202020)
Yuliana romayanti (200202070)

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat –
nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “ ASUHAN
KEPERAWATAN GADAR DENGAN PENYAKIT STORE ISKEMIK” yang diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah “KEPERAWATAN GADAR” Makalah ini berisi tentang
PENYAKIT STROKE ISKEMIK

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari tuhan akhirnya makalah ini dapat selesai.

Semoga makalah ini dapat memberikan ilmu kepada pembaca,demikian kata yang
saya sampaikan kami ucapkan terima kasih.

Medan, April,2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................1
1.3 Tujuan ...................................................................................................................1
1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................2

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................2

2.1 Konsep Stroke .....................................................................................................2


2.1.1 Definisi Stroke ............................................................................................3
2.1.2 Etiologi Stroke ............................................................................................3
2.1.3 Patofisiologi Stroke ....................................................................................3
2.1.4 Tanda dan Gejala Stroke..............................................................................3
2.1.5 Manifestasi Klinis .....................................................................................3
2.1.6 Komplikasi ................................................................................................4
2.2 Laju Endap Darah Pada Stroke ...........................................................................4
2.2.1 jumlah Eritrosit Pada Stroke ............................................................................4
2.3 Hasil Penelitian Terkait .....................................................................................4
2.4 Kerangka Konseptual ..........................................................................................4
2.5 Hipotesis Penelitian .............................................................................................4

BAB III : KASUS

DAFTAR PUSTA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stroke merupakan salah satu penyakit degeneratif terbesar di dunia yang tidak dapat
dihindari dengan mudah baik oleh kalangan remaja maupun sudah lanjut usia. Menurut
laporan World Health Organization, penyakit degeneratif seperti stroke diperkirakan
akan terus meningkat di seluruh dunia terutama pada negara-negara berkembang dan
negara miskin. Diprediksi pada tahun 2030 masyarakat yang menderita stroke akan
mencapai 52 juta jiwa pertahun. Peningkatan prevalensi stroke di kawasan Asia
Tenggara juga selalu mengalami peningkatan hingga pada tahun 2014 ditemukan
terdapat 4,4 juta orang mengalami stroke (WHO, 2014).

Negara Singapura, angka kematian akibat stroke menurun dari 99 menjadi 55 per
100.000 penduduk seiring dengan meningkatnya mutu pelayanan dan teknologi
kesehatan. Sementara di Thailand kematian akibat stroke adalah 11 per 100.000
penduduk. Hal ini mengakibatkan jumlah penderita pasca stroke selamat dengan
kecacatan (disability) meningkat di masyarakat (Khairatunnisa & Sari, 2017).

Berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan di Indonesia, 12,1 % penduduk sudah


terdiagnosa stroke (RISKESDAS, 2018). Hasil yang sama juga terjadi di RSUD
Wangaya dengan data penyakit stroke yang selalu meningkat dari tahun 2014 – 2018
yang mencapai 13,88 %.

Hasil penelitian pada pasien stroke non hemoragik yang dilakukan di RS Haji Medan
menunjukkan bahwa 5,4 % pasien stroke non hemoragik mengalami ketergantungan
dalam melakukan aktivitas makan, 67,6 % pasien membutuhkan bantuan untuk mandi,
29,7% pasien membutuhkan bantuan orang lain dalam berhias dan 56,8% membutuhkan
bantun dalam penggunaan toilet. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui jika pasien
stroke non hemoragik lebih banyak membutuhkan bantuan dalam hal mandi (Harahap
and Siringoringo, 2016).

Stroke menjadi salah satu masalah kesehatan utama bagi masyarakat. Hampir di seluruh
dunia stroke menjadi masalah yang serius dengan angka morbiditas dan mortalitas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan angka kejadian penyakit kardiovaskuler. Serangan
stroke yang mendadak dapat menyebabkan kecacatan fisik dan mental serta kematian,
baik pada usia produktif maupun lanjut usia (Dewi & Pinzon, 2016).

Stroke dapat terjadi karena adanya gangguan suplai darah ke otak yang tidak adekuat.
Ketika aliran darah ke otak terganggu, maka oksigen dan nutrisi tidak dapat dikirim ke
otak. Kondisi ini akan mengakibatkan kerusakan sel otak mati (Ismatika, 2017).
Perubahan pola hidup seperti makan tidak teratur, kurang olahraga, jam kerja berlebihan
serta konsumsi makanan cepat saji sudah menjadi kebiasaan lazim yang berpotensi
menimbulkan serangan stroke. Stroke juga bisa menyerang orang di usia produktif dan
usia tua, yang berpotensi menyebabkan masalah baru dalam pengembangan kesehatan
nasional di masa depan. Cahyani, N. D. W. I., Studi, P., Iii, D., Kesehatan, A., Tinggi, S.,
Kesehatan, I., & Medika, I. C. (2017).

Bila terdapat sangat banyak eritrosit maka laju endap darah akan terjadi penurunan dan
bila sedikit eritrosit maka laju endap darah akan mengalami peningkatan .Cahyani, N. D.
W. I., Studi, P., Iii, D., Kesehatan, A., Tinggi, S., Kesehatan, I., & Medika, I. C. (2017).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah:
Apakah ada perbandingan laju endap darah dan jumlah eritrosit pada psien stroke
iskemik dan hemoragik di BHYANGKARA MEDAN?

1.3 Tujuan Makalah


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbandingan laju endap darah dan jumlah eritrosit pada psien
stroke iskemik dan hemoragik di BHYANGKARA MEDAN.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui karakteristik pasien stroke di BHYANGKARA MEDAN.
2. Untuk mengetahui perbandingan laju endap darah dan jumlah eritrosit pada
psien stroke iskemik dan hemoragik di BHYANGKARA MEDAN.
3. Untuk mengetahui jumlah laju endap darah dan jumlah eritrosit pada psien
stroke iskemik dan hemoragik di BHYANGKARA MEDAN.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stroke
2.1.1 Definisi
Stroke atau Cerebrovascular disease adalah tanda-tanda klinis yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global karena adanya sumbatan atau
pecahnya pembuluh darah di otak dengan gejala-gejala yang berlangsung lama 24
jam atau lebih (Arifianto, Sarosa, & Setyawati, 2014; Pribadhi, dkk, 2019).

Stroke adalah gangguan tiba-tiba suplai darah ke otak. Sebagian besar stroke
disebabkan oleh penyumbatan arteri tiba-tiba (stroke iskemik). Stroke lainnya
disebabkan oleh pendarahan ke jaringan otak ketika pembuluh darah pecah (stroke
hemoragik) (Clinic, 2018).

Menurut Sari (2016), stroke yaitu suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah
ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu, karena sebagian sel-sel otak mengalami
kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh
darah otak.

2.1.2 Etiologi
Dharma (2018) menyatakan bahwa penyebab dari stroke yaitu:
1. Kekurangan suplai oksigen yang menuju ke otak.
2. Pecahnya pembuluh darah di otak larena kerapuhan darah otak.
3. Kelebihan lemak dalam tubuh sehingga menyebabkan adanya sumbatan atau
bekuan darah di otak.
4. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di otak.

Stroke dapat disebabkan oleh arteri yang tesumbat ata bocor (stroke iskemik) dan
dapat disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah (stroke hemoregik). Beberapa
orang mungkin mengalami gangguan sementara aliran darah ke otak (transient
ischemic attack/TIA) yang tidak menyebabkan kerusakan permanen (Haryono &
Utami, 2019).
1. Stroke Iskemik
Sekitar 80% kasus stroke adalah stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi ketika
arteri ke otak menyempit atau terhambat, menyebabkan aliran darah sangat
berkurang (iskemia). Stroke iskemik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
sebagai berikut:

a. Stroke trombotik
Stroke trombotik terjadi ketika gumpalan darah (trombus) terbentuk disalah
satu arteri yang memasuk darah ke otak. Gumpalan tersebut disebabkan oleh
deposit lemak (plak) yang menumpuk di arteri lainnya.
b. Stroke embolik
Sroke embolik terjadi ketika gumpalan darah atau debris lainnnya menyebar
dari otak dan tersapu melalui aliran darah. Jenis gumpalan darah ini disebut
embolus. Stroke embolik berkembang setelah oklusi arteri oleh embolik yang
terbentuk diluar otak. Sumber umum embolus yang menyebabkan stroke
adalah jantung setelah infark miokardium atau fibrilasi atrium, dan embolus
yang merusak arteri karotis komunis atau aorta.

2. Stroke Hemoregik
Stroke hemoregik terjadi ketika pembuluh darah di otak bocor atau pecah.
Pendarahan otak dapat disebabkan oleh banyak kondisi yang memengaruhi
pembuluh darah, antara lain:
a. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol (hipertensi).
b. Overtreatment dengan antikoagulan (pengence darah).
c. Melemahnya dinding pembuluh darah (aneurisma).
Penyebab perdarahan yang kurang umum adalah pecahnya jalinan abnormal
pembuluh darah berdinding tipis (malaformasi arteriovenosa).

3. Serangan Iskemik Transien (TIA)


Transient Ischemic Attack (TIA) adalah periode sementara dari gejala yang
mirip dengan gejala stroke. Penurunan sementara pasokan darah ke bagian otak
menyebabkan TIA dan biasanya berlangsung ±5 menit. Seperti stroke iskemik,
TIA terjadi ketika bekuan atau debris menghalangi aliran darah ke bagian
sistem saraf. Namun, pada kasus TIA tidak ada kerusakan jaringan permanen
dan tidak ada gejala menetap. Mengalami TIA membuat seseorang berisiko
lebih besar untuk mengalami stroke yang sebenarnya dan dapat menyebabkan
kerusakan permanen nantinya. Jika seseorang mengalami TIA, kemungkinan
ada arteri yang tersumbat atau menyempit yang mengalah ke otak atau sumber
gumpalan di jantung.

4. Trombosis serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemik jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan
kongesti di sekitarnya. Trombosis dapat terjadi akibat aterosklerosis,
hiperkoagulasi pada polisitemis, arteristis (radang pada artei) dan emboli.

5. Hemoragi (perdarahan)
Pendarahan intrakraminal atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subaraknoid atau kedalam jaringan otak sendiri sebagai akibat dari pecahnya
pembuluh darah. Pecahnya pembuluh darah di akibatkan oleh adanya
aterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jarigan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga
terjadi infark otak, edema dan mungkin herniasi otak.

6. Hipoksia umum
Hipoksia umum disebabkan oleh hipertensi yang parah, henti jantung paru, dan
curah jantung turun akibat aitmia yang mengakibatkan aliran darah ke otak
terganggu.

7. Hipoksia setempat
Hipoksia setempat diakibatkan oleh spasme arteri serebral yang disertai
perdarahan subaraknoid dan vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala
migren.
2.1.3 patofisiologi
Patofisiologi pertama stroke adalah penyakit jantung atau pembuluh darah yang
mendasarinya. Manifestasi sekunder di otak adalah hasil dari satu atau lebih dari
penyakit yang mendsari atau faktor risiko. Patologi utama termasuk hipertensi,
aterosklerosis yang mengarah ke penyakit arteri koroner, dislipidemia, penyakit
jantung, dan hiperlipemia. Dua jenis stroke yang dihasilkan dari penyakit ini
adalah stroke iskemik dan hemoregik (Haryono & Utami, 2019).
1. Stroke iskemik
Stroke iskemik atau stroke penyumbatan disebabkan oleh oklusi cepat dan
mendadak pada pembuluh darah otak sehingga aliran darah terganggu. Jaringan
otak yang kekurangan oksigen selama lebih dari 60 sampai 90 detik akan
menurun fungsinya. Trombus atau penyumbatan seperti aterosklerosis
menyebabkan iskemia pada jaringan otak dan membuat kerusakan jaringan
menurun sekitarnya akibat proses hipoksia dan anoksia. Sumbatan emboli yang
terbentuk di daerah sirkulasi lain dalam sistem peredaran darah yang biasa
terjadi di dalam jantung atau sebagai komplikasi dari fibrilasi atrium yang
terlepas dan masuk ke sirkulasi otak.
Oklusi akut pada pembuluh darah otak membuat rajat otak,yaitu daerah inti dan
daerah penumbra. Daerah inti adalah daerah atau bagian otak yang memiliki
aliran darah kurang dari 10cc/100g jaringan otak yang memiliki otak tiap menit.
Daerah ini berisiko menjadi nekrosis dalam hitungan menit. Lalu daerah
penumbra dalah daerah otak yang aliran darahnya terganggu tetapi masih lebih
baik dari pada daerah inti karena daerah ini masih mendapat suplai perfusi dari
pembuluh darah lainnya. Daerah penumbra memiliki aliran darah 10-25cc/100g
jaringa otak tiap menit. Daerah penumbra memiliki prognosis lebih baik di
bandingkan dengan daerah inti. Defisit neurologis dari stroke iskemik tidak
hanya bergantung pada luas daerah inti dan penumbra, tetapi juga pada
kemampuan sumbatan menyebabkan kekakuan pembuluh darah atau
vasospasme. Kerusakan jaringan otak akibat oklusi atau tersumbatnya aliran
darah adalah suatu proses biomolekular yang bersifat cepat dan progresif pada
tingkat seluler, proses ini disebut dengan kaskade iskemia (ischemic cascade).
Setelah aliran darah terganggu, jaringan menjadi kekurangan oksigen dan
glukosa yang menjadi sumber sumber utama energi untuk menjalankan proses
potensi membran. Kekurangan energi ini membuat daerah yang kekurangan
oksigen dan gula darah tersebut menjalankan metabolisme anaerob.
Metabolisme anaerob ini merangsang pelepasan senyawa glutamat. Glutamat
bekerja pada reseptor di sel-sel saraf, menghasilkan ifluks natrium dan kalsium
.
2. Stroke Hemoragik
Stroke Hemoragik disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah yang disertai
ekstravasasi darah perenkim otak akibat penyebab nontraumatis. Stroke
perdarahan sering terjadi pda pembuluh darah yang melemah. Penyebab
kelemahan pembuluh darah terserang pada stroke adalah aneurismadan
malaformasi arteriovenous (AVM). Ekstravasasi darah ke parenkim otak ini
berpotensi merusak jaringan sekitar melalui kompresi jaringan akibat dari
perluasan hematoma.
Faktor predisposisi dari stroke hemoragik yang sering terjadi adalah
peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah adalah salah satu faktor
hemodinamika kronis yang menyebabkan pembuluh darah mengalami
perubahan struktur atau kerusakan vaskular. Perubahan struktur yang terjadi
meliputi lapisan elastik eksternal dan lapisan adventisia yang membuat
pembuluh darah menipis. Peningkatan tekanan darah yang mendadak dapat
membuat pembuluh darah pecah.
Ekstravasasi darah ke parenkim otak bagian dalam berlangsung selama beberapa
jam dan jika jumlahnya melalui peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan
tersebut dapat menyebabkan hilangnya suplai darah ke jaringan yang terkena
dan pada akhirnya dapat menghasilkan infark. Selain itu, darah yang keluar
selama ekstravasasi memiliki efek toksik pada jaringan otak sehingga
menyebabkan peradangan jaringan otak. Peradangan jaringan otak ini
berkontribusi terhadap cedera otak sekunder setelahnya. Proses dan onset yang
cepat pada stroke perdarahan yang cepat, penanganan yang cepat dan tepat
menjadi hal yang penting (Haryono & Utami, 2019).

2.1.4 Gejala
Gejala sisa pada stroke mencakup komplikasi diantaranya 80% pasien stroke
mengalami penurunan parsial atau total gerakan dan kekuatan lengan atau tungkai
di salah satu sisi tubuh (kelumpuhan parsial disebut paresis, kelumpuhan total
disebut paralisis). Selain itu 30% mengalami masalah komunikasi atau tidak
mampu berbicara, selanjutnya 30% mengalami kesulitan menelan (disfagia),
10%mengalami masalah melihat benda-benda disatu sisi (hemianopia) 10% lagi
mengalami gangguan koordinasi saat duduk, berdiri atau berjalan, 30% mengalami
orientasi ki kanan bahkan tidak menyadari masalahnya. Hingga 70% mengalami
gangguan suasana hati, 20% merasakann nyeri bahu. Kurang dari 10% mengalami
kejang atau epilepsi, bahkan menderita sakit kepala (Mariana, 2014).

Stroke bukan lagi penyakit yang asing bagi masyarakat luas belakang ini. Stroke
juga merupakan suatu penyakit kegawatan yang membutuhkan penatalaksanaan
segera karena dapat mengancam jiwa. Selain dapat menyebabkan kematian, stroke
juga dapat menyebabkan kecacatan sehingga penderita tidak dapat bekerja seperti
sedia kala yang berdampak besar pada permasalahan sosial dan ekonomi
penderitanya (Itami, dkk, 2020). Masalah keperawatan yang sering terjadi pada
pasien stroke adalah perubahan perfusi jaringan otak, hambatan mobitas fisik,
risiko gangguan integritas kulit, kerusakan komunikasi verbal, risiko
ketidakseimbangan nutrisi (Wacaksono, 2017).

2.1.5 Manifestasi Klinis


Menurut (Haryono & Utami, 2019) menyaakan bahwa manifestasi klinis stroke
yaitu:
1. Kesulitan berbicara dan kebingungan
Pasien mengalami kesulitan untuk mengucapkan kata-kata dan/atau mengalami
kesulitan memahami ucapan.
2. Kelumpuhan atau mati rasa pada wajah, lengan, atau kaki
Penderita stroke bisa mengalami mati rasa tiba-tiba, kelemahan atau
kelumpuhan di wajah, lengan atau kaki. Hal ini sering terjadi di satu sisi tubuh.
3. Kesulitan melihat dalam satu atau kedua mata
Penderita stroke akan mengalami gangguan penglihatan, seperti pandangan
kabur atau hitam di satu atau kedua mata.
4. Sakit kepala
Sakit kepala yang tiba-tiba dan parah, yang mungkin disertai dengan muntah,
pusing, atau perubahan kesadaran, mungkin menunjukan seseorang mengalami
stroke.
5. Kesulitan berjalan
Penderita stroke mungkin tersandung atau mengalami pusing mendadak,
kehilangan keseimbangan, atau kehilangan koordinasi.

2.1.6 Komplikasi
Stroke dapat menyebabkan cacat sementara atau permanen, terganggu pada berapa
lama otak kekurangan aliran darah dan bagian mana yang terdampak. Komplikasi
yang bisa terjadi antara lan (Haryono & Utami, 2019):
1. Kelumpuhan atau hilangnya gerakan otot
Penderita stroke bisa menjadi lumpuh di satu sisi tubuh atau kehilangan kendali
atas otot-otot tertentu, seperti otot-otot di satu sisi wajah atau bagian tubuh lain.
Terapi fisk dapat membantu penderita kembali ke aktivitas yang terkena
kelumpuhan, seperti berjalan, makan, dan berdandan.
2. Kesulitan berbicara atau menelan
Stroke dapat memengaruhi kontrol otot-otot di mulut dan tenggorokan,
sehingga sulit bagi penderitanya untuk berbicara dengan jelas (disartria),
menelan (disfagia), atau makan. Penderita stroke juga mungkin mengalami
kesulitan dengan bahasa (afasia), termasuk berbicara atau memahami ucapan,
membaca, atau menulis. Terapi dengan ahli bahasa bicara dapat membantu.
3. Kehilangan memori atau kesulitan berpikir
Banyak penderita stroke juga mengalami kehilangan ingatan. Selain itu,
penderita stroke juga dapat mengalami kesulitan berpikir, membuat penilaian,
dan memahami konsep.
4. Masalah emosional
Orang-orang yang mengalami stroke lebih sulit mengendalikan emosi mereka
atau mereka mungkin mengalami depresi.
5. Rasa sakit
Nyeri, mati rasa, atau sensasi aneh lainnya dapat terjadi di bagian tubuh yang
tekena stroke. Misalnya, stroke dapat menyebabkan seseorang mati rasa di
bagian lengan kirinya, sehingga penderita tersebut mengembangkan sensasi
kesemutan yang tidak nyaman di lengan itu.
6. Orang juga mungkin sensitif terhadap perubahan suhu setelah stroke, terutama
dingin ekstrem
Komplikasi ini dikenal sebagai nyeri stroke sentral atau sindrom nyeri sentral.
Kondisi ini umumnya berkembang beberapa minggu setelah stroke dan dapat
meningkat seiring waktu. Orang yang mengalami stroke mungkin menjadi
lebih menarik diir dan kurang sosial atau lebih implusif. Mereka mungkin
membutuhkan bantuan perawatan dan melakukan pekerjaan sehari-hari.
.
2.2 Laju endap darah [ada stroke
Laju endap darah adalah pemeriksaan yang bertujuan mengukur laju sel darah
merah mengendap dalam darah yang belum membeku, dengan satuan milimeter
per jam (mm/jam)
LED menggambarkan komposisi plasma dan perbandingan antara eritrosit dan
plsma. Darah dimasukkan dalam tabung berlumen kecil dan diletakkan tegak lurus.
Nilai LED pada keadaan normal relatif lebih kecil karena gravitasi diimbangi oleh
tekanan keatas (Ibrahim,2006). LED merupakan pemeriksaan tertua dalam dunia
kedokteran klinis, murah, sederhana dan bermanfaat merupakan indikator non
spesifik bagi penyakit atau pemantawaan yang bermanfaat bagi perkembangan
penyakit. Pengukuran Laju Endap Darh dapat dipengaruhi oleh faktor eritrosit,
faktor plasma dan faktor teknik. (Ibrahim, 2006). Pengukuran Laju Endap Darah
(LED) banyak menggunakan metode Westergren. Hal ini karena Nazarudin et
al.,/Jlabmed Vol 3 No 1 (2019) 10-14 11 metode Westergren sangat sederhana dan
Internasional Commite Standarization In Hematology (ICSH) telah merekomendasi
sebagai metode dasar ngaruhi oleh 2 faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor -
faktor yang mempengaruhi pemeriksaan Laju Endap Darah yaitu faktor internal
adalah faktor dalam darah itu sendiri yaitu Fibrinogen, eritrosit, dan globulin
sedangkan faktor eksternal yaitu letak tabung (pipet), diameter tabung (pipet), suhu
ruangan, dan getaran.
2.2.1 Jumlah eritrosit pada stroke

Eritrosit adalah sel darah yang bisa dihitung atau diukur kadarnya. Tinggi atau
rendahnya eritrosit dapat menentukan beberapa penyebab masalah kesehatan yang
Anda alami.  

Jumlah sel darah merah atau eritrosit normal adalah:

1. Pria: 4,7 hingga 6,1 juta sel darah merah per mikroliter darah

2. Wanita: 4,2-5,4 juta sel darah merah per mikroliter darah

3. Anak-anak, 4,0 hingga 5,5 juta sel darah merah per mikroliter darah

Stroke iskemik merupakan stroke yang terjadi karena adanya sumbatan aliran darah ke
otak yang disebabkan oleh dua hal, yaitu faktor dari pembuluh darah dan atau
perubahan pada sel-sel darah. Perubahan pada sel-sel darah itu terutama berupa 2 JOM
FK Vol 2, No 1, Februari 2015 peningkatan jumlah sel darah merah8 sehingga nilai
hematokrit meningkat. Peningkatan hematokrit menyebabkan viskositas darah akan
meningkat. Walaupun peningkatan viskositas darah tidak hanya disebabkan oleh
peningkatan hematokrit, tetapi bila kadar hematokrit lebih dari 46%, maka viskositas
darah akan meningkat dengan tajam. Peningkatan viskositas darah yang terus-menerus
ini akan menyebabkan tekanan aliran darah ke otak yang mengakibatkan tekanan arteri
naik sehingga jantung harus berkontraksi lebih kuat untuk mengalirkan darah ke sel-sel
otak dan seluruh sel tubuh. Selain itu, viskositas darah yang meningkat juga akan
mengaktifkan sel pembeku darah. Sel-sel ini bisa menyebabkan terbentuknya trombus
dan emboli. Trombus yang terbentuk akan semakin menutup pembuluh darah sehingga
aliran darah ke otak bisa berkurang.

Trombus yang lepas menjadi emboli dan bisa menyangkut ke seluruh pembuluh darah
di tubuh, termasuk di arteri serebral. Inilah yang akan menyebabkan terjadinya iskemik.
Dengan demikian, hematokrit yang meningkat merupakan salah satu faktor resiko
stroke iskemik.8.9,11 Hematokrit yang meningkat disebabkan oleh pembentukan sel
darah merah yang terlalu banyak atau eritrositosis. Eritrositosis terdiri atas eritrositosis
absolut dan eritrositosis relatif. Eritrositosis absolut disebabkan oleh banyak hal, seperti
merokok, diabetes mellitus tipe 2, hipertensi, yang mana juga merupakan faktor risiko
untuk terjadinya stroke iskemik. Faktorfaktor resiko ini berinteraksi secara sinegis
dengan peningkatan kadar hematokrit. Pada diabates melitus tipe 2, penghantaran
glukosa dan oksigen untuk masuk ke dalam sel terganggu. Penghantaran oksigen yang
berkurang akan memicu pembentukan sel darah merah sehingga terjadi peningkatan
hematokrit. Hal ini menyebabkan peningkatan kadar oksigen. Peningkatan kadar
oksigen tidak disertai oleh penghantaran yang baik. Penghantaran oksigen ke seluruh
tubuh terutama otak tetap terganggu karena viskositas darah yang meningkat. Pembuluh
darah yang sudah kecil akan menjadi lebih kecil.

Hal ini menyebabkan beban jantung juga meningkat. Tekanan darah pun akan
meningkat. Rokok mengandung zat karbon monoksida (CO). CO yang dihisap oleh
perokok akan meningkatkan kadar karboksi hemoglobin sebanyak 2-6%. CO dapat
menimbulkan desaturasi Hb, menurunkan langsung peredaran oksigen ke seluruh
tubuh, mengurangi kemampuan eritrosit untuk membawa oksigen. Hal ini
menyebabkan tubuh melakukan mekanisme kompensasi dengan memproduksi eritrosit
lebih banyak. Kadar hematokrit akan meningkat.
BAB III
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT
IDENTITAS

Diagnosa Medis: Stroke Hemoragik

Nama : Ny. S Jenis Kelamin : L/P Umur :

Agama : Muslim Status Perkawinan : Menikah Pendidikan :


TRIAGE P1 P2 P3 P4
PRIMER SURVEY

GENERAL IMPRESSION

Keluhan Utama :

Saat dilakukan pengkajian klien tidak bisa mengatakan kata-kata dengan jelas.

Mekanisme Cedera :

Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) :  Baik  Tidak Baik, ... ... ...

Diagnosa Keperawatan:
AIRWAY
………

Kriteria Hasil (NOC): Kepatenan jalan


nafas
Jalan Nafas :  Paten  Tidak Paten
Setelah dilakukan tindakan selama
Obstruksi :  Lidah  Cairan  Benda Asing  N/A 2x12 jam status pernafasan pasien
tidak terganggu dengan kriteria hasil :
Suara Nafas: Stidor Snoring  Gurgling
 N/A 1. Tidak ada suara nafas tambahan
2. Frekuensi pernafasan normal
Keluhan Lain: pasien muntah, terdapat sekresi bercampur
darah.
Intervensi (NIC):

1. Monitor status pernafasan dan


oksigenisasi
2. Buka jalan nafas dengan teknik
chin lift atau jaw thrust
3. Identifikasi kebutuhan
aktual/potensial untuk
memasukkan alat membuka jalan
nafas
4. Posisikan klien untuk
memaksimalkan ventilasi
5. Posisikan pasien untuk
meringankan sesak nafas
6. Auskutasi suara nafas, catat area
yang ventilasinya menurun atau
tidak dan adanya suara nafas
tambahan
Edukasi keluarga pasien tentang
keadaan pasien
Diagnosa Keperawatan:
BREATHING
………………….

Gerakan dada :  Simetris  Asimetris Kriteria Hasil (NOC) :

Irama Nafas :  Cepat  Dangkal  Normal Setelah dilakukan tindakan selama


2x12 jam status pernafasan pasien
Pola Nafas :  Teratur  Tidak Teratur tidak terganggu dengan kriteria hasil :
Retraksi otot dada :  Ada  N/A 1. Tidak ada suara nafas
tambahan
Sesak Nafas :  Ada  N/A  RR :12 x/mnt
2. Frekuensi pernafasan normal
Batuk :  Efektif  Tidak efektif

Hasil AGDA :....................


Intervensi (NIC):
Bunyi nafas : .....................
1. Monitor status pernafasan dan
Keluhan Lain: pasien tampak menggunakan otot bantu oksigenisasi
pernafasan, tampak retraksi dada, nafas pasien tampak 2. Buka jalan nafas dengan teknik
dangkal dan lambat, pasien mengalami aspirasi. RR: chin lift atau jaw thrust
12x/mnt, pola nafas dangkal dan lambat. 3. Identifikasi kebutuhan
aktual/potensial untuk
memasukkan alat membuka
jalan nafas
4. Posisikan klien untuk
memaksimalkan ventilasi
5. Posisikan pasien untuk
meringankan sesak nafas
6. Auskutasi suara nafas, catat
area yang ventilasinya
menurun atau tidak dan adanya
suara nafas tambahan
7. Edukasi keluarga pasien
tentang keadaan pasien
3.
Diagnosa Keperawatan:
CIRCULATION
…………………

Akral :  Hangat  Dingin Kriteria Hasil : … … …

Nadi :  Teraba  Tidak teraba

Sianosis :  Ya  Tidak Contoh Intervensi :

CRT :  < 2 detik  > 2 detik 1. Lakukan CPR dan Defibrilasi


2. Kontrol perdarahan
Pendarahan :  Ya  Tidak ada 3. ……
4. ……
Nyeri dada :

Karakteristik Nyeri :

Edema :

Lokasi Edema: Keluhan Lain: Warna kulit tampak pucat,


CRT > 3 dtk, nadi teraba lemah. N: 78x/mnt, JVP
meningkat > 6 cm

DISABILITY Diagnosa Keperawatan:

……………………….
Respon : Alert  Verbal  Pain  Unrespon Kriteria Hasil : … … …
PRIMER SURVEY

Kesadaran:  CM  Delirium  Somnolen  ... ... ...

GCS :  Eye  Verbal  Motorik Contoh Intervensi :

Pupil :  Isokor  Unisokor  Pinpoint  1. Berikan posisi head up 30 derajat


Medriasis 2. Periksa kesadaran dann GCS tiap 5
menit
Refleks Cahaya:  Ada  Tidak Ada 3. … … …

Keluhan Lain: ukuran pupil isokor (sama ka/ki), reflek 4. … … …


5. … … …
pattela (-), reflek babinsky (-)
Diagnosa Keperawatan:
EXPOSURE
…………………..
Deformitas:  Ya  Tidak Kriteria Hasil : … … …

Contusio :  Ya  Tidak

Abrasi :  Ya  Tidak Contoh Intervensi :

Penetrasi : Ya  Tidak 1. Perawatan luka


2. Heacting
Laserasi : Ya  Tidak 3. ………
4. ………
Edema : Ya  Tidak

Keluhan Lain:

Suhu : 36,80C, tidak terdapat injuri pada


pasien
SECONDARY SURVEY

Diagnosa Keperawatan:
ANAMNESA

Riwayat Penyakit Saat Ini : Keluarga mengatakan 1 Kriteria Hasil : … … …


minggu yang lalu, sekitar pukul 14.00 WIB, saat
mengikuti kegiatan pengajian di mushola, klien duduk
berdampingan dengan jamaah lain dan tiba-tiba jatuh tidak Intervensi :
45 sadarkan diri, tidak ada muntah, tidak kejang,
kemudian oleh keluarga dibawa ke IGD RSU H. Adam 1. … … …
Mlaik Medan, TD klien saat masuk 215/110 mmHg dan 2. … … …
dianjurkan untuk rawat inap. Klien sudah mendapat terapi
dari dokter dan sudah dilakukan CT Scan, hasilnya terjadi
perdarahan intra serebral.

Alergi :
Medikasi :

Riwayat Penyakit Sebelumnya: Keluarga mengatakan


bahwa klien menderita hipertensi sudah lama kira-kira 2
tahun, namun jarang dikontrolkan karena klien menolak
untuk periksa. Setiap kali sakit klien hanya minum obat
yang dibeli di warung, obat yang biasa dibeli adalah obat
sakit kepala. Klien akan periksa ke dokter jika kondisi
sudah lemah dan tidak berdaya. Keluarga mengatakan
klien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya
karena penyakit hipertensi.

Makan Minum Terakhir:

Even/Peristiwa Penyebab:

Tanda Vital :

BP : N: S: RR :

PEMERIKSAAN FISIK Diagnosa Keperawatan:

1. … … …
2. … … …

Kepala dan Leher: Kriteria Hasil : … … …

Inspeksi: Kulit kepala bersih, rambut berwarna hitam


sebagian beruban, mukosa bibir kering, tampak pernafasan
cuping hidung, pupil Isokor Intervensi :

Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, tidak ada 3. … … …
tumor 4. … … …

Dada:

Inspeksi: bentuk dada simetris, tampak retraksi dada dan


penggunaan otot bantu pernfasan

Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, teraba


Y SURVEY
kembang kempis dada

Perkusi perkusi jantung : pekak, perkusi paru – paru :


sonor.

Auskultasi terdengar auskultasi ronchi pada paru – paru


pasien, Bunyi Jantung I II Reguler (normal)

Abdomen:

Inspeksi : simetris

Auskultasi : bising usus 18x/mnt,

Perkusi : Timpani

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Pelvis:

Inspeksi ... ...

Palpasi ... ...

Ektremitas Atas/Bawah:

Atas: Tangankanan mengalami kelemahan dan tangan kiri


bisa digerakkan secara leluasa. Kekuatan otot kanan 4 dan
kiri 5. Tangan kiri terpasang infus Asering 20 tpm. Kuku
pada jari tangan terlihat bersih.

Bawah : kaki kanan mengalami kelemahan dankiritidak


terjadi kelemahan, anggota gerak lengkap, tidak terdapat
edema,kekuatan otot kanan 2 dan kiri 5. Kuku pada jari
kaki terlihat bersih.

Punggung :

Inspeksi: Bentuk punggung simetris, tidak terdapat luka,


terdapat jerawat di punggung sebelah atas, kulit berwarna
sawomatang.
Neurologis :

I. Olfaktorius (Sensorik) (Pasien dapat membedakan


bau minyak wangi dan bauk the).
II. Optikus (Sensorik) (Tidak ada gangguan
penglihatan)
III. Okulomotor (Motorik) (Dilatasi reaksi pupil
normal, terjadi pengecilan pupil ketika ada
pantulan cahaya).
IV. Troklearis (Motorik) (Tidak ada gangguan dalam
pergerakan bola mata).
V. Trigeminalis (Sensorik) (Motorik Wajah perot
Sedikit ada gangguan pada saat mengunyah)
VI. Abdusens (Motorik) (Tidak dapat menggerakkan
bola mata ke samping).
VII. Fasiali (Motorik) (Terdapat gangguan pada saat
bicara, bicara pelo)
VIII. Vestibulokoklear (Sensorik) (Tidak ada gangguan
pendengaran)
IX. Glosofaringeus (Sensorik) (Motorik terdapat
kesulitan dalam menelan).
X. Vagus (Sensorik Motorik) (Tidak ada gangguan)
XI. Asesorius (Spinal) (Sensorik Anggota badan
sebelah kanan suah digerakkan dan dapat
mengangkat bahu sebelah kiri)
XII. Hipoglosus (Motorik) (Respon lidah tidak baik,
klien tidak bisa menggerakkan lidah dari sisi yang
satu ke yang lain, terdapat kesulitan dalam
menelan).

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 RONTGEN

Hasil: ...........................

 CT-SCAN

Hasil:……………………..

 USG

Hasil: ……………………………

 EKG

Hasil ……………………………..

 ENDOSKOPI
Hasil:...................................

 AGDA

Hasil: Analisa Gas Darah -pH 7,17 (7,35-7,45) - pCO2


67,6 mmHg

(35,00-45,00) - pO2 72,60 mmHg

 Darah Lengkap

Hasil:……………………………

 Enzim jantung

Hasil:…………..

 Lain-lain, ... ...

Hasil :.............................................

TERAPI:

Cairan:...............

Obat-obatan:.................

Lainnya:...........

Tanggal Pengkajian : TANDA TANGAN PENGKAJI:

Jam :

Keterangan :

NAMA TERANG :
Diagnosa Implementasi Evaluasi
BAB VI

Anda mungkin juga menyukai