Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

DENGAN PARKINSON

Makalah

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memyelesaikan

Mata Ajaran Keperawatan Gerontik

Diajukan Oleh :

Kelompok 7

PUTRA JULIANSYAH (171101102 )


RAYYAN RANOS (171101113)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DARUSSALAM


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
LHOKSEUMAWE
TAHUN 2020

1
LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA


DENGAN PARKINSON

Diajukan Oleh
Kelompok 7

PUTRA JULIANSYAH (171101102 )


RAYYAN RANOS (171101113)

Telah disetujui untuk diseminarkan


Lhokseumawe, 10 Januari 2021

Pembimbing

Ns. Linda Adriani, M. Kep

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala
rahmat dan hidayahnya yang tercurahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan
mkalah ini. Sholawat dan salam semoga dilimpahkan olehNya kepada suri
tauladan Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan semua pengikutnya yang
setia hingga akhir zaman.

Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan


Parkinson” bertujuan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah
keperawatan gerontik di Stikes Darussalam Lhokseumawe.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan


dan kelemahan. Maka dari itu kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang
konstruktif dari pembaca, untuk membangun perbaikan makalah ini.

Lhokseumawe, 10 Januari 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 4


A. Pengertian ................................................................................... 4
B. Etiologi........................................................................................ 5
C. Patofisiologi................................................................................. 5
D. Klasifikasi.................................................................................... 6
E. Manifestasi Klinis........................................................................ 7
F. Komplikasi.................................................................................. 8
G. Pemeriksaan Diagnostik.............................................................. 9
H. Pengobatan.................................................................................. 9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................... 11


A. Pengkajian................................................................................... 11
B. Diagnosa Keperawatan................................................................ 15
C. Intervensi Dan implementasi....................................................... 26

BAB IV PENUTUP....................................................................................... 21
A. Kesimpulan.................................................................................. 21
B. Saran............................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif yang

ditandai dengan gejala seperti resting tremor (tremor pada saat istirahat),

rigiditas (hipertoni pada seluruh gerakan), bradikinesia (berkurangnya

gerakan di tubuh) dan gejala yang lain seperti kedipan mata berkurang,

gangguan motorik, wajah tanpa ekspresi maupun gangguan daya ingat oleh

karena penurunan kadar dopamin ( Kouli,A, 2018).

Parkinson biasanya terjadi pada usia 65 hingga 70 tahun. Kasus

sebelum usia 40 tahun terjadi kurang dari 5%. Onset yang lebih awal bisa

terjadi pada seseorang yang memiliki riwayat genetik. Monogenetik dari

PD jarang ditemukan, tetapi dapat ditemukan pada etnis tertentu. Secara

umum faktor genetik terlibat sekitar 5-10% dari kasus parksinson.

Parkinson terjadi lebih sering pada pria daripada wanita. Prevalensi

penyakit ini berkisar 100-200 per 100.000 orang dan insiden tahunannya

sekitar 15 per 100.000 orang. ( Kouli,A, 2018).

Patologi pada PD ditandai oleh hilangnya intervasi neuron

dopaminergik di subsantia nigra. Kerusakan neuron dopaminergik ini secara

seluler berkaitan dengan agregasi α-synuclein, yang membentuk Lewy

bodies dan Lewy neurites. Neurodegerasi PD tidak terbatas hanya pada

neuron dopaminergik di substantia nigra, namun juga melibatkan sel-sel

yang berlokasi di area otak lain yang saling terkoneksi. Fase pre-motor atau
5
prodromal dimulai sekitar 12-14 tahun sebelum PD terdiagnosis.

Kerusakan awalnya terjadi pada sistem saraf otonom perifer dan atau

olfactory bulb, dengan patologi yang kemudian menyebar ke sistem saraf

pusat, lalu ke struktur bawah batang otak hingga akhirnya memengaruhi

substantia nigra. ( Weil,R, 2018).

Menurut data dari Global Burden of Disease, Injuries, and Risk

Factors Study (GBD) 2015, Parkinson merupakan penyakit dengan

prevalensi, disabilitas dan kematian yang peningkatannya paling cepat di

antara penyakit neurologi lainnya, seperti Alzheimer.

Menurut studi analisis sistematik menyatakan bahwa pada tahun

2016, terdapat 6,1 juta orang dengan penyakit Parkinson di seluruh dunia.

Jumlah penderita Parkinson sebanyak 6,1 juta mengalami peningkatan

sebanyak 2,4 kali lipat dibandingkan tahun 1990 di mana penderita

berjumlah hanya 2,5 juta orang di seluruh dunia. Penderita Parkinson yang

berjenis kelamin pria lebih banyak dibandingkan wanita, penderita pria

berjumlah 3,2 juta orang dan wanita berjumlah 2,9 juta orang. Di antara

seluruh jumlah penderita Parkinson pada 2016, 2,1 juta orang berasal dari

negara dengan indeks sosiodemografik tinggi, 3,1 juta berasal dari negara

dengan indeks sosiodemografik menengah, dan 0,9 juta berasal dari negara

dengan indeks sosiodemografik rendah. Prevalensi penyakit Parkinson

meningkat sering pertambahan umur setelah umur 50 tahun, dengan puncak

yaitu umur 85-89 tahun dan menurun setelah umur 89 tahun. ( GDB, 2016)

6
Parkinson menyebabkan 211.296 kematian dan 3,2 juta orang

hidup dengan disabilitas di seluruh dunia pada tahun 2016. Total kasus

kematian akibat penyakit Parkinson di Indonesia berjumlah 1100 kematian,

menempati peringkat ke-12 di dunia atau peringkat ke-5 di Asia pada tahun

2002. Sedangkan pada tahun 2014, prevalensi mortalitas akibat Parkinson

di Indonesia adalah 0,75 per 100.000 populasi. (L. C. Tan, 2018).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan parkinson ?

2. Apa etiologi parkinson ?

3. Apa saja manifestasi klinis parkinson ?

4. Bagaimana patofisiologi parkinson ?

5. Bagaimana asuhan keperawatan gerontik dengan penyakit parkinson ?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan

parkinson.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui konsep parkinson pada lansia

b. Untuk mengetahui memahami asuhan keperawatan pada lansia

dengan penyakit parkinson

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian parkinson

Penyakit parkinson merupakan suatu gangguan neurologis

progresif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk

mengontrol dan mengatur gerakan. Karakteristik yang muncul berupa

bradikinesia (perlambatan gerakan), tremor, dan kekakuan otot (Smeltzer,

2012)

Penyakit parkinson adalah penyakit gangguan saraf kronis dan

progresif yang ditandai dengan gemetar, kekakuan, berkurangnya

kecepatan gerakan, dan ekspresi wajah kosong seperti topeng dengan

salivasi berlebihan. (Nurarif, 2015)

Parkinson (Paralisis agitans) merupakan penyakit/ syndrome

pergerakan yang disebabkan oleh gangguan pada ganglia basalis dan

substansia nigra dalam menghasilkan dopamin, ditandai dengan

tremorritmik, bradikenisia, kekakuan otot, dan hilangnya refleks-refleks

postural. Basal ganglia adalah bagian dari sistem ekstrapiramidal dan

berpengaruh untuk mengawali, modulasi, dan mengakhiri pergerakan,

serta pengaturan gerakan-gerakan otomatis. (tarwoto dkk, 2007)

B. Etologi

Penyebab parkinson adalah adanya kemunduran atau kerusakan

sel- sel saraf pada basal ganglia sehingga pembentukan serta sumber

dopamine menjadi sedikit atau berkurang. Faktor penyebab kemunduran


8
dari basal ganglia itu sendiri masih belum diketahui, namun kemungkinan

disebabkan karena faktor keturunan, trauma, infeksi, pengobatan, terpapar

racun, atherosklerosis dan tumor basal ganglia (Ginsberg,L, 2008).

Menurut menurut Tarwoto dkk, 2007 ada beberapa penyebab

parkinson di antaranya yaitu :

1. parkinsonisme primer/idiophatik → penyebabnya tak diketahui

2. parkinsonisme sekunder

1) post infeksi

2) post CVA (Arteriosklerotik)

3) obatan (drug induced) → reserpin,obat-2 psikiatri

4) keracunan gas CO,Mn

5) neurosyphilis

6) post trauma kapitis

C. Patofisiologi

Dopamin memiliki konsentrasi yang tinggi di bagian-bagian otak

tertentu, namun pada penyakit parkinson konsentrasi dopamin menipis

dalam substansi anigra dan korpus striatum. Penipisan kadar dopamin dalam

basal ganglia yang berhubungan dengan adanya bradikinesia, kekakuan dan

tremor. (Jankovic. J, 2002)

Parkinsonisme arteriosklerosis terlihat lebih sering terjadi pada

kelompok usia lanjut. Kondisi ini menyertai ensefalitis, keracunan, atau

toksisitas (mangan, karbon monoksida), hipoksia atau dapat akibat pengaruh

obat. (Jankovic, 2002)

9
D. Klasifikasi

Menurut Jankovic.J,2002, Untuk kondisi Parkinson ada lima

stadium yaitu :

1. Stadium I : sedikit unilateral mengalami gangguan keseimbangan dan

perasa, tetapi seluruh ADL setiap hari dapat di lakukan dengan baik.

2. Stadium II : bilateral gangguan keseimbangan dan perasa  terutama pada

badan sehingga mengalami kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari

terutama dalam menyelesaikan aktivitas tersebut masih dapat dilakukan.

3. Stadium III ; semua gejala Parkinson muncul, sehingga pasien

mengalami kesulitan dalam aktivitas sehari-hari terutama dalam berjalan.

4. Stadium IV : pasien tidak bisa lagi berjalan namun masih dapat duduk

dan berdiri sehinggga semua  ADL harus di bantu.

5. Stadium V : Pasien tinggal tidur di tempat tidur.

Menurut Tarwoto dkk, 2007 parkinson dapat diklasifikasikan

menjadi enam kategori berdasarkan proses terjadinya, yaitu:

1. Parkinson primer (idiopatik) dimana penyebabnya tidak diketahui.

2. Parkinson postencephalitis, parkinson yang disebabkan oleh encephalitis.

3. Parkinson latorgenik, parkinson karena obat-obatan, seperti obat

psikotropik dan antipsikosik.

4. Parkinson juvenile, parkinson yang terjado dibawah usia 40 tahun.

5. Parkinson sekunder, disebabkan oleh kerusakan substansia nigra akibat

trauma, iskemik.

10
6. Pseudoparkinson (parkinson semu), merupakan gabungan dari beberapa

penyebab parkinson seperti pada hipotiroid.

E. Manifestasi Klinis

Manifestasi utama penyakit parkinson adalah gangguan

gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya

refleks postural. Tanda awal meliputi kaku ekstremitas dan menjadi kaku

pada bentuk semua gerakan. Pasien mempunyai kesukaran dalam memulai,

mempertahankan, dan membentuk aktifitas motorik dan pengalaman lambat

dalam menghasilkan aktivitas normal. (Jankovic.J, 2002)

Bersamaan dengan berlanjutnya penyakit, mulai timbul tremor,

seringkali pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang

lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral.

Karekteristik tremor dapat berupa: lambat, gerakan membalik (pronasi-

supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu jari

terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil di antara jari-jari.

Keadaan ini meningkat bila pasien sedang berkonsentrasi atau merasa

cemas, dan muncul pada saat pasien istirahat. (Jankovic.J, 2002)

Karakteristik lain penyakit ini mempengaruhi wajah, sikap

tubuh, dan gaya berjalan. Terdapat kehilangan ayunan tangan normal.

Akhirnya ekstremitas kaku dan menjadi terlihat lemah. Karena hal ini

menyebabkan keterbatasan otot, wajah mengalami sedikit ekspresi

dimana saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata), raut

wajah yang ada muncul sekilas. (Jankovic.J, 2002)

11
Terdapat kehilangan refleks postural, dan pasien berdiri dengan

kepala cenderung ke depan dan berjalan seperti didorong. Kesukaran dalam

berputar dan hilangnya ke seimbangan (salah satunya kedepan atau

kebelakang) dapat menimbulkan sering jatuh. Gambaran Klinis Parkinson:

1. Kepala membungkuk kedepan.

2. Tremor kepala dan tangan.

3. Gerakan tangan memutar.

4. Cara berjalan dengan kaki terseret dan seperti didorong.

5. Berdiri kaku.

6. Hilangnya reflek postural

7. Akinesia.

8. Ekspresi wajah seperti topeng.

9. Kehilangan berat badan.

Seringkali pasien ini memperlihatkan tanda-tanda depresi, depresi

ini belum ditetapkan apakah depresi sebagai reaksi terhadap gangguan

atau berhubungan dengan abnormalitas biokimia. Manifestasi mental

muncul dalam bentuk penurunan kognitif, persepsi dan penurunan

memori (ingatan). Beberapa manifestasi psikiatrik (perubahan

kepribadian, psikosis, demensia, konfusi akut) umumnya terjadipada lansia.

F. Komplikasi
Menurut Tarwoto dkk, 2007 Komplikasi yang mungkin terjadi
pada pasien dengan parkinson adalah:
1. Gangguan motorik
2. Kerusakan berjalan, keseimbangan dan postur
3. Gangguan autonom
12
4. Dimensia
5. Depresi
G. Pemeriksaan diagnostik
Tidak ada test diagnostik khusus pada pasien parkinson, pada
pasien parkinson test diagnostik umumnya untuk mengetahui efek samping/
komplikasi seperti adakah skoliosis, kelemahan otot. Analisis yang spesifik
melalui pemeriksaan cairan serebrospinalis yang menunjukkan adanya
penurunan kadar dopamin. (Tarwoto,dkk:2007)
Penegakan diagnostik hanya didasarkan pada tanda dan gejala
klinis serta pemeriksaan neurologis. Gejala khas yang ditemukan pada
pasien parkinson adalah: tremor, kekakuan, bradikinesia, dan ketidak
setaibilan postur. Gambar pemindaian PET (positon Emission Tomografi)
dan SPECT (Single Proton Emision Theraphy) dapat menunjukkan
penurunan aktifitas dopamin, sedangkan CT scan dan MRI dapatdigunakan
untuk menyingkirkan kemungkinan kelainan neurologi akibat penyakit
vaskular ataupun atropi serebri. (Hartono, A, 2010)
H. Pengobatan
Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit parkinson
(Hartono, A, 2010) :
1. Antikolinergik.
Benzotropine(Cogentin), trihexyphenidyl (Artane). Berguna
untuk mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk
menghaluskan pergerakan, mengontrol tremor dan kekakuan.
2. Carbidopa/levodopa.
Merupakan preparat yang paling efektif untuk menghilangkan gejala
Derivat dopamin-agonis-ergot berguna jika ditambahkan kedalam
levodopa untuk mempelancar fluktasi klinis.

13
3. Obat-obat antihistamin
Untuk menghilangkan tremor. Preparat antivirus, Amantandin
hidroklorida, digunakan untuk mengurangi kekakuan, tremor dan
bradikinestesia.
4. Inhibitor MAO untuk menghambat pemecahan dopamine.

14
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah
sakit, nomor register, dan diagnosa medis. Keluhan utama yang sering
menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah penurunan daya ingat, hipersalivasi, dan gangguan gerak
ekstremitas.
2. Riwayat penyakit saat ini
Pada anamnesa, klien mengeluhkan adanya gangguan gerak,
tremor, kesulitan melakukan ADL.. Pada beberapa kasus, keluarga sering
mengeluhkan bahwa klien sering mengalami gemetaran, gangguan
berjalan, serta resiko terjatuh.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat
hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, penggunaaan obat-obatan
anti ansietas dalam jangka waktu yang lama.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyebab penyakit Parkinson ditemukan memiliki hubungan
genetik yang jelas. Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga
meningakatkan faktor resikomenderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali
pada usia kurang dari 70 tahundan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun.
Meskipun sangat jarang, jika disebabkan oleh keturunan, gejala
parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.
5. Pengkajian Psiko Sosio Spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk
menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau
15
pengaruhnya dalam masyarakat. Adanya perubahan hubungan dan peran
kerana klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan
bicara. Pola persepsi dan konsep diri didapatkan klien merasa tidak
berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif.
6. Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengrah pada keluhan-
keluhan klien, oemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data
dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per
sistem dan terarah(B1-B6) dengan fokus pemeriksaan pada B3(Brain) dan
dihubungkan dengan keluhan-keluhan klien serta B6 (Bone) yang spesifik
pada ekstrimitas.
a. Keadaan Umum
Klien dengan penyakit Parkinson umumnya mengalami
gangguan motorik, terjadi tremor, kekakuan, hipersalivasi.
b. B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernapasan berkaitan dengan hipoventilasi,
inaktivitas, aspirasi , makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi
pembersihan saluran napas.
1) Inspeksi, didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan
untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napas,
dan penggunaan otot bantu napas.
2) Palpasi, taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
3) Perkusi, adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.
4) Auskultasi, bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, ronkhi
pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan
batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien dengan
inaktivitas.
c. B2 (Blood)
Hipotensi postural berkaitan dengan efek samping pemberian
obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem
saraf otonom.
16
d. B3 (Brain)
Pengkajian B3(brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih
lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.Inspeksi umum
didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan status kognitif
klien.
1) Pemeriksaan Fungsi Serebri
a) Status mental
Biasanya status mental klien mengalami perubahan yang
berhubungan dengan penurunan status
b) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung
pada perubahan status kognitif klien.
2) Pemeriksaan saraf cranial
a) Saraf I. Biasanya pada klien dengan penyakit Parkinson tidak
ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.
b) Saraf II. Hasil tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan
sesuai tingkat usia. Klien dengan penyakit Parkinson
mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
c) Saraf III, IV, VI. Pada beberapa kasus penyakit Parkinson
biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada nervus ini.
d) Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada nervus
ini.
e) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal.
f) Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
berhubungan proses senilis dan penurunan aliran darah
regional.
g) Saraf IX dan X. Didapatkan kesulitan dalam menelan makanan
yang berhubungan dengan perubahan status kognitif.
h) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.

17
i) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
3) Sistem Motorik
a) Inspeksi umum, pada tahap lanjut, klien akan mengalami
perubahan dan penurunan pada fungsi motorik secara umum.
b) Tonus otot didapatkan meningkat.
c) Keseimbangan dan koordinasi, didapatkan mengalami
gangguan karena adanya perubahan status kognitif dan
ketidakkooperatifan klien dengan metode pemeriksaan.
4) Pemeriksaan Refleks
Pada tahap lanjut penyakit Parkinson, sering didapatkan
bahwa klien kehilangan refleks postural , apabila klien mencoba
untuk berdiri klien akan berdiri dengan kepala cenderung ke depan
dan berjalan dengan gaya berjalan seperti di dorong. Kesulitan
dalam berputar dan hilangnya keseimbangan(salah satunya ke
depan atau ke belakang) dapat menimbulkan sering jatuh.
5) Sistem Sensorik
Sesuai berlanjutnya usia, klien dengan penyakit Parkinson
mengalami penurunan terhadap sensorik secara progresif.
Penurunan sensorik yang ada merupakan hasil dari neuropati yang
dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara
umum.
e. B4 (Bladder)
Pada tahap lanjut, beberapa klien sering berkemih tidak pada
tempatnya, biasanya yang berhubungan dengan penurunan status
kognitif pada klien Parkinson. Penurunan refleks kandung kemih yang
bersifat progresif dan klien mungkin mengalami inkontinensia urin,
ketidak mampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidak
mampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol
motorik dan postural.
f. B5 (Bowel)
18
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan
nutrisi yang kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan
status kognitif. Karena penurunan aktifitas umum, klien sering
mengalami konstipasi
g. B6 (Bone)
Pada tahap lanjut biasanya didapatkan adanya kesulitan untuk
beraktivitas karena gangguan koordinasi gerak, kelemahan umum dan
penurunan status kognitif menyebabkan masalah pada pola aktifitas
dan pemenuhan aktivitas sehari-hari. Adanya gangguan keseimbangan
dan koordinasi dalam melakukan pergerakan disebabkan karena
perubahan pada gaya berjalan dan kaku seluruh gerakan akan
memberikan risiko pada trauma fifik bila melakukan aktivitas
B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh
karena faktor biologis. (00002)
2. Resiko cedera berhubungan dengan resiko kelemahan, ketidakmampuan
untuk mengenali / mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan. (00035)
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan konsep neuro
psikiatrik, ketidakmampuan mengontrol tidur. (00198)
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan kognitif,
keterbatasan fisik.

19
C. Intervensi Keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh
karena faktor biologis. (00002)
Data Fokus Noc Nic

Ketidakseimbangan nutrisi NOC: ▪Kaji adanya alergi makanan


kurang dari kebutuhan tubuh a. Nutritional status: ▪Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Berhubungan dengan : Adequacy of nutrient jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Ketidakmampuan untuk b. Nutritional Status : food ▪Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
memasukkan atau mencerna and Fluid Intake serat untuk mencegah konstipasi
nutrisi oleh karena faktor c. Weight Control ▪Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
biologis, psikologis atau ekonomi. Setelah dilakukan tindakan makanan harian.
DS: keperawatan selama….nutrisi ▪Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
- Nyeri abdomen kurang teratasi dengan ▪Monitor lingkungan selama makan
- Muntah indikator: ▪Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
- Kejang perut ❖ Albumin serum jam makan
- Rasa penuh tiba-tiba setelah ❖ Pre albumin serum ▪Monitor turgor kulit
makan ❖ Hematokrit ▪Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein,
DO: ❖ Hemoglobin Hb dan kadar Ht
- Diare ❖ Total iron binding capacity ▪Monitor mual dan muntah
- Rontok rambut yang berlebih ❖ Jumlah limfosit ▪Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
- Kurang nafsu makan jaringan konjungtiva
- Bising usus berlebih ▪Monitor intake nuntrisi
- Konjungtiva pucat ▪Informasikan pada klien dan keluarga tentang
- Denyut nadi lemah manfaat nutrisi
▪Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan
suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga
intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
▪Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama
makan
▪Kelola pemberan anti emetik:.....
▪Anjurkan banyak minum
▪Pertahankan terapi IV line
▪Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval

20
2. Resiko cedera berhubungan dengan resiko kelemahan, ketidakmampuan
untuk mengenali / mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan. (00035)

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko Injury NOC : NIC : Environment Management (Manajemen


Risk Kontrol lingkungan)
Faktor-faktor risiko : Immune status ▪ Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
Eksternal Safety Behavior ▪ Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai
- Fisik (contoh : rancangan Setelah dilakukan tindakan dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien
struktur dan arahan keperawatan selama…. Klien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
masyarakat, bangunan dan atau tidak mengalami injury dengan ▪ Menghindarkan lingkungan yang berbahaya
perlengkapan; mode transpor kriterian hasil: (misalnya memindahkan perabotan)
atau cara perpindahan; ❖ Klien terbebas dari cedera ▪ Memasang side rail tempat tidur
Manusia atau penyedia ❖ Klien mampu menjelaskan ▪ Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan
pelayanan) cara/metode untukmencegah bersih
- Biologikal ( contoh : tingkat injury/cedera ▪ Menempatkan saklar lampu ditempat yang
imunisasi dalam masyarakat, ❖ Klien mampu menjelaskan mudah dijangkau pasien.
mikroorganisme) factor risiko dari ▪ Membatasi pengunjung
- Kimia (obat-obatan:agen lingkungan/perilaku personal ▪ Memberikan penerangan yang cukup
farmasi, alkohol, kafein, ❖ Mampumemodifikasi gaya ▪ Menganjurkan keluarga untuk menemani
nikotin, bahan pengawet, hidup untukmencegah injury pasien.
kosmetik; nutrien: vitamin, ❖ Menggunakan fasilitas ▪ Mengontrol lingkungan dari kebisingan
jenis makanan; racun; polutan) kesehatan yang ada ▪ Memindahkan barang-barang yang dapat
Internal ❖ Mampu mengenali membahayakan
- Psikolgik (orientasi afektif) perubahan status kesehatan ▪ Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga
- Mal nutrisi atau pengunjung adanya perubahan status
- Bentuk darah abnormal, contoh kesehatan dan penyebab penyakit.
: leukositosis/leukopenia
- Perubahan faktor pembekuan,
- Trombositopeni
- Sickle cell
- Thalassemia,
- Penurunan Hb,
- Imun-autoimum tidak
berfungsi.
- Biokimia, fungsi regulasi
(contoh : tidak berfungsinya
sensoris)
- Disfugsi gabungan
- Disfungsi efektor
- Hipoksia jaringan
- Perkembangan usia (fisiologik,
psikososial)
- Fisik (contoh : kerusakan
kulit/tidak utuh, berhubungan
dengan mobilitas)

21
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan konsep neuro
psikiatrik, ketidakmampuan mengontrol tidur. (00198)

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

Gangguan pola tidur NOC: NIC :


berhubungan dengan: ❖ Anxiety Control Sleep Enhancement
- Psikologis : usia tua, ❖ Comfort Level - Determinasi efek-efek medikasi
kecemasan, agen biokimia, ❖ Pain Level terhadap pola tidur
suhu tubuh, pola aktivitas, ❖ Rest : Extent and - Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
depresi, kelelahan, takut, Pattern - Fasilitasi untuk mempertahankan
kesendirian. ❖ Sleep : Extent ang aktivitas sebelum tidur (membaca)
- Lingkungan : kelembaban, Pattern - Ciptakan lingkungan yang nyaman
kurangnya privacy/kontrol Setelah dilakukan - Kolaburasi pemberian obat tidur
tidur, pencahayaan, medikasi tindakan keperawatan
(depresan, selama …. gangguan
stimulan),kebisingan. pola tidur pasien teratasi
Fisiologis : Demam, mual, posisi, dengan kriteria hasil:
urgensi urin. ❖ Jumlah jam tidur
DS: dalam batas normal
- Bangun lebih awal/lebih ❖ Pola tidur,kualitas
lambat dalam batas normal
- Secara verbal menyatakan ❖ Perasaan fresh
tidak fresh sesudah tidur sesudah tidur/istirahat
DO : ❖ Mampu
- Penurunan kemempuan mengidentifikasi hal-
fungsi hal yang
- Penurunan proporsi tidur meningkatkan tidur
REM
- Penurunan proporsi pada
tahap 3 dan 4 tidur.
- Peningkatan proporsi pada
tahap 1 tidur
- Jumlah tidur kurang dari
normal sesuai usia

22
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan kognitif,
keterbatasan fisik.

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Defisit perawatan diri NOC : NIC :


Berhubungan dengan : ❖ Self care : Activity of Self Care assistane : ADLs
penurunan atau kurangnya Daily Living (ADLs) ▪ Monitor kemempuan klien untuk
motivasi, hambatan Setelah dilakukan tindakan perawatan diri yang mandiri.
lingkungan, kerusakan keperawatan selama …. ▪ Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat
muskuloskeletal, kerusakan Defisit perawatan diri bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,
neuromuskular, nyeri, teratas dengan kriteria hasil: berhias, toileting dan makan.
kerusakan persepsi/ kognitif, ❖ Klien terbebas dari bau ▪ Sediakan bantuan sampai klien mampu
kecemasan, kelemahan dan badan secara utuh untuk melakukan self-care.
kelelahan. ❖ Menyatakan ▪ Dorong klien untuk melakukan aktivitas
kenyamanan terhadap sehari-hari yang normal sesuai
DO : kemampuan untuk kemampuan yang dimiliki.
ketidakmampuan untuk mandi, melakukan ADLs ▪ Dorong untuk melakukan secara
ketidakmampuan untuk ❖ Dapat melakukan ADLS mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
berpakaian, ketidakmampuan dengan bantuan tidak mampu melakukannya.
untuk makan, ▪ Ajarkan klien/ keluarga untuk
ketidakmampuan untuk mendorong kemandirian, untuk
toileting memberikan bantuan hanya jika pasien
tidak mampu untuk melakukannya.
▪ Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
▪ Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-
hari.

23
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit parkinson merupakan suatu gangguan neurologis
progresif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk
mengontrol dan mengatur gerakan. Karakteristik yang muncul berupa
bradikinesia (perlambatan gerakan), tremor, dan kekakuan otot (Smeltzer
dan Bare, 2012)
. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus,
genetik, toksisitas, atau penyebab lainnya yang tidak diketahui. Pada
penyakit Parkinson dopamin menipis dalam subtansia nigra dan korpus
stratum. Penipisan kadar dopamin dalam basal ganglia berhubungan dengan
adanya bradikinesia, kekakuan, dan tremor. Aliran darah serebral regional
menurun pada klien dengan penyakit Parkinson, dan ada kejadian demensia
yang tinggi.
Klasifikasi penyakit Parkinson adalah Sindrom paraparkinson
( parkins plus ), Parkinsonismus sekunder/ simtomatik , dan Parkinsonismus
primer/idiopatik paralysis agitans.
Ada beberapa terapi yang digunakan untuk pengobatan penyakit
Parkinson, diantaranya terapi obat (farmokologi), deep brain simulations
(DBS), terapi fisik, terapi suara, terapi gen, pencangkokan syaraf, operasi,
terapi neuroprotekstif, nutrisi, qigong dan botox.
Penatalaksanaan medis meliputi pemberian Antihistamin, terapi
anti koligenergik, amantadin hidrokhlorida, terapi levodopa, Derivat Ergoet-
Angonis Dopamin, Inhibitor MAO, dan antidepresan.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien Parkinson
dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

24
DAFTAR PUSTAKA

Kouli A, Torsney KM, Kuan W. Parkinson’s disease: Etiology,


neuropathology, and pathogenesis. Parkinson’s Disease: Pathogenesis
and Clinical Aspects. Stoker TB, Greenland JC (Editors). Brisbane:
Codon Publications; 2018.
Weil RS, Costantini AA, Schrag AE. Mild cognitive impairment in Parkinson’s
disease Curr Neurol Neurosci Rep (2018) 18:17.
GBD 2016 Parkinson's Disease Collaborators, Global, regional, and national
burden of Parkinson's disease, 1990–2016: a systematic analysis for the
Global Burden of Disease Study 2016, 2018, 17 (11)P939-953
L. C. Tan, Epidemiology of Parkinson’s disease, 2013, 18 (3) 231 – 238

Corwin, E. J., 2007. Handbook of Pathophysiology 3rd Edition. Philadelphia:


Lippincott Williams & Wilkins.Ethel Sloane. (2003). Anatomi dan
fisiologi untuk pemula. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Hartono, A. 2010. Patofisiologi: aplikasi pada praktik keperawatan. Jakarta:
EGC.                                                
Hall, A. C. G. &. J. E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Herdman, T., & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing
Diagnoses: Definitions and Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley
Blackwell.
Hogan-Quigley, B., Palm, M. L., & Bickley, L. S. (2012). Bate's Nursing Guide
to Physical Examination and History Taking. Philadelphia: Wolters
Kluwer Health | Lippincott Williams & Wilkins.
Ignatavicius, D. D., & Workman, M. L. (2013). Medical-Surgical Nursing:
Patient-Centered Collaborative Care (7th ed.). St. Louis, Missouri:
Elsevier Inc.
Jankovic. J, Tolosa. E, 2002. Parkinson’s Disease And Movements Disorders
4th.Philadelpia : Lippincott &Wilkins. Pp 91-99, 39-53
Kasper, D. L., Fauci, A. S., Hauser, S. L., Jameson, J. L., Longo, D. L., &
Loscalzo, J. (Eds.). (2015). Harrison's Principles of Internal Medicine
(19th ed.). New York: McGraw-Hill Education.
Kumar, V., Abbas, A. K. & Aster, J. C., 2008. Buku Ajar Patologi Robbins.
Jakarta: EGC.
Lemone, et al., 2014. Medical Surgical Nursing : Critical Thinking For Person
Centred Care. 2nd Edition ed. Australia: Pearson Australia Group.
Lewis, S. L. et al., 2014. Medical-Surgical Nursing : Assesment and Management
of Clinical Problems. St. Louis: Elsevier Mosby, Inc.

25
Maurice Victor, Allan H. Ropper, Raymond D, (2000). Adams & Victor's
Principles Of Neurology 7th edition. Parkinson Disease (Paralysis
Agitans)
Nurarif, A. H. & Kusuma, H., 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction
Publishing.
Price, S. A. & Wilson, L. M., 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. & Jong, W. d., 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L. & Cheever, K. H., 2010. Brunner &
Suddarth's Textbook of Medical-Surgical Nursing 12th Edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Sudoyo, A. W., 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.
Tarwoto, dkk. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: CV.Sagung Seto.
Tortora, G. J. & Derrickson, B., 2014. Principles of Anatomy and Physiology.
USA: John Wiley and Son Inc.

26

Anda mungkin juga menyukai