Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

PARKINSON

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Hj. Nunung Herlina, S.Kep., M.Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

ARIYANDA SAPUTRA ( 2011102411111 )

LULU KHAIRIYAH ( 2011102411101)

NUR’AINI APRILIA (2011102411132)

NIKE ANDRILA ( 2011102411190 )

NIKEN ALINDA ( 2011102411061 )

RORI AGUSTIAWAN FARONIKA (2011102411035)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PRODI S1 KEPERAWATAN

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami panjatkan puji syukur
kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah tentang Parkinson.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga bisa
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Parkinson ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi
untuk pembaca.

Samarinda, 9 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..............................................................................................................................................4
Latar Belakang................................................................................................................................................4
RUMUSAN MASALAH................................................................................................................................5
TUJUAN.........................................................................................................................................................5
MANFAAT.....................................................................................................................................................5
BAB II................................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................................................6
Pengertian Parkinson......................................................................................................................................6
ETIOLOGI......................................................................................................................................................6
MANIFESTASI KLINIS................................................................................................................................8
PATOFISIOLOGI..........................................................................................................................................8
PATHWAY..................................................................................................................................................10
PEMERIKSAAN PENUNJANG.................................................................................................................11
PENATALAKSANAAN..............................................................................................................................12
KOMPLIKASI..............................................................................................................................................12
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................................................14
Intervensi......................................................................................................................................................19
IMPLEMENTASI.........................................................................................................................................26
EVALUASI..................................................................................................................................................26
BAB III.............................................................................................................................................................28
PENUTUP........................................................................................................................................................28
Kesimpulan...................................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................29
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat progresif dan terutama ditandai
oleh gejala motorik seperti tremor, bradikinesia, kekakuan, dan ketidakstabilan postural.1 Penyakit
Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif kedua yang paling lazim setelah penyakit Alzheimer,
dan mempunyai risiko enam kali lipat untuk berkembang menjadi demensia.2 Penyakit parkinson paling
banyak terjadi pada usia lanjut dan jarang terjadi dibawah usia 30 tahun. Mulai muncul biasanya pada
usia 40-70 tahun dan mencapai puncak pada dekade keenam dan ketujuh. Penyakit parkinson yang mulai
sebelum umur 20 tahun disebut juga sebagai Juvenile Parkinsonism. Penyakit parkinson lebih banyak
terjadi pada laki-laki dibanding perempuan dengan rasio 3:2. Penyakit Parkinson meliputi lebih dari 80 %
parkinsonism.
Prevalensi penyakit parkinson mencapai 160 kasus dalam 100.000 populasi dengan insiden sekitar 20
kasus dalam 100.000 populasi.4 Data yang ada di Amerika Serikat menunjukkan bahwa penyakit
parkinson mempengaruhi sekitar 1 juta penduduk amerika dan 60.000 diantaranya didiagnosis menderita
penyakit parkinson setiap tahunnya. Usia rata rata didiagnosis adalah 60 tahun meskipun sekitar 15%
didiagnosis sebelum usia 50 tahun dan dikatakan sebagai penyakit parkinson onset muda.5 Di indonesia
insiden penyakit parkinson diperkirakan sebanyak 10 orang setiap tahunnya dan estimasi sementara
terdapat sekitar 200.000-400.000 penderita dimana laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan
perbandingan 3:2.
Kejadian penyakit parkinson akan meningkat seiring dengan peningkatan harapan hidup. Di 10
negara dengan populasi terbanyak didunia dan 5 negara dengan populasi terbanyak di Eropa Barat,
jumlah penderita penyakit Parkinson diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dari 4,6 juta pada tahun
2005 menjadi 9,3 juta pada tahun 2030. Begitu juga di 6 negara terpadat di Asia termasuk Indonesia
diprediksikan jumlah penderita penyakit parkinson akan meningkat lebih dari dua kali lipat dari 2,57 juta
pada tahun 2005 menjadi 6,17 juta pada tahun 2030.
Penyakit parkinson merupakan penyakit yang progresifitasnya memburuk
seiring dengan berjalannya waktu. Selain gejala motorik utama yang meliputi
tremor, bradikinesia, dan kekakuan, penderita penyakit parkinson juga dapat
mengalami gejala seperti hipokinesia, akinesia, hipomimia, hipophonia,
meneteskan air liur, mikrografia dan langkah `yang memendek. Disamping itu,
penderita penyakit parkinson akan terlihat memiliki postur yang membungkuk dan
kehilangan refleks postural normal dimana hal ini dapat menimbulkan ketidakseimbangan dan
menyebabkan jatuh pada penderita. Gejala-gejala diatas mengakibatkan kualitas hidup penderita penyakit
parkinson menurun secara signifikan. Penyakit Parkinson umumnya ditandai sebagai gangguan gerak
atau motorik, namun beberapa tahun terakhir spektrum klinis penyakit Parkinson jauh lebih luas
mencakup juga banyak domain non motorik.
Pada sebagian penderita, gejala non motorik dapat ditemukan pada stadium lanjut dan frekuensinya
meningkat seiring dengan lamanya perjalan penyakit namun menurut penelitian para ahli, gejala non
motorik ini juga dapat terjadi pada awal perjalanan penyakit. Meskipun gejala motorik digunakan untuk
menegekan diagnosis penyakit parkinson namun gejala non motorik juga sangat penting karena secara
signifikan dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya, mengurangi harapan hidup, memperpanjang
durasi rawat inap, meningkatkan beban pengasuh serta biaya medis.

RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari parkinson?
2. Apa penyebab dari terjadinya parkinson?
3. Bagaimana manifestasi klinis penyakit Parkinson ?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit Parkinson ?
5. Bagaimana pathway penyakit Parkinson ?
6. Bagaiman komplikasi dari parkinson?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Parkinson ?

TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui cara memberikan asuhan
keperawatan komprehensif pada pasien parkinson.

MANFAAT
1. Mengerti apa itu Parkinson
2. Mengerti apa penyebab terjadinya Parkinson
3. Mengerti komplikasi dari Parkinson
4. Mengerti asuhan keperawatan pada pasien dengan Parkinson
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Parkinson
Penyakit parkinson adalah gangguan neurologik progresif yang mengenai pusat otak yang bertanggung
jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan. Karakteristik yang muncul berupa bradikinesia (pelambatan
gerakan), tremor dan kekakuan otot.

Parkinsonisme merupakan istilah dari suatu sidrom yang ditandai dengan tremor ritmik, bradikinesia,
kekakuan otot, dan hilangnya refleks-refleks postural. Kelainan pergerakan diakibatkan oleh defek
jalur dopamnergik (produksi dopamin) yang menghubungkan substansia nigra dengan korpus striatum
(nukleus kaudatus dan nukleus lentikularis). Ganglia basalis adalah bagian dari system ekstrapiramidal dan
berpengaruh untuk mengawali, modulasi, dan mengakhiri pergerakan serta mengatur gerakan-gerakan
otomatis karekteristik yang muncul berupa bradikinesia (pelambatan gerakan), tremor, dan kekakuan otot.
Penyakit ini bersifat progresif lambat yang menyerang usia pertengahan atau lanjut, dengan onset khas pada
50-an dan 60-an.

Parkinson adalah penyakit neurologik kronik, progresif yang disebabkan karena hilangnya
neurotranmitter dopamine di otak sehingga terjadi gangguan kontrol pergerakan yang ditandai adanya tremor
pada tangan, kekakuan, bradikinesia (lambat dalam pergerakan) (Black, 2009). Parkinson (paralisis agitans)
merupakan penyakit/syndrome pergerakan yang disebabkan oleh gangguan pada ganglia basalis dan
substansia nigra dalam menghasilkan dopamin, ditandai dengan adanya tremor ritmik, bradikinesia,
kekakuan otot dan hilangnya refleks-refleks postural. Basal ganglia adalah bagian dari system
ekstrapiramidal dan berpengaruh untuk mengawali, modulasi dan mengakhiri pergerakan serta pengaturan
gerakan-gerakan otomatis. Penyakit parkinson pertama kali ditemukan oleh james parkinson
tahun 1817 dengan istilah paralisis agitans dan baru pada tahun 1887 jean matin charcot memberi nama
penyakit parkinson. Angka kejadian pada penyakit parkinson meningkat seiring meningkatnya usia. Usia
yang paling banyak adalah pada 50 tahun ke atas. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan hampir seimbang
(Hickey, 2003).

Sindrom yang ditandai dengan adanya tremor waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia dan hilangnya reflex
postural akibat penurunan kadar dopamine oleh berbagai macam sebab. Disebut juga dengan sindrom
Parkinson. (Sudoyo W, dkk, 2006). Parkinsonisme adalah gangguan yang paling sering melibatkan sistem
ekstrapiramidal, dan beberapa penyebab lain. sangat banyak kasus besar yang tidak diketahui sebabnya atau
bersifat idiopatik. Parkinsonisme idiopatik mengarah pada penyakit parkinson atau agitasi paralisis. (Sylvia
A. Prince, dkk, 2006).

Parkinsonisme adalah suatu sindrom klinis berupa rigiditas (kekuatan), bradikinasia, tremor, dan
instabilitas postur. (Williams F.Ganong, dkk, 200

B. ETIOLOGI
Penyebab parkinson adalah adanya kemunduran atau kerusakan sel-sel saraf pada basal ganglia sehingga
pembentukan serta sumber
dopamine menjadi sedikit atau berkurang. Faktor penyebab
kemunduran dari basal ganglia itu sendiri masih belum diketahui,
namun kemungkinan disebabkan karena faktor keturunan, trauma,
infeksi, pengobatan, terpapar racun, atherosklerosis dan tumor basal
ganglia (Ginsberg Lionel, 2008).
Etiologi parkinson primer belum diketahui. Terdapat beberapa dugaan, diantaranya ialah: infeksi oleh
virus yang non- konvensional (belum diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum,
pemaparan terhadap zat anti toksin yang belum di ketahui, terjadinya penuaan yang prematur atau
dipercepat.Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, terpatnya di substansi nigra. Suatu kelompok sel
yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki. Akibatnya penderita tidak bisa mengatur/menahan
gerakan–gerakan yang tidak disadari. Mekanismebagaiman kerusakan itu belum jelas benar. Beberapa hal
yang diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut:
1) Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari 10.000 penduduk pada usia 80
tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neurona, terutama pada
substansi nigra, pada penyakit parkinson.
2) Geografi
Faktor resiko yang mempengaruhi perbedaan angka secara geografis ini termaksud adanya perbedaan
genetik, kekebalan terhadap penyakit dan paparan terhadap faktor lingkungan.
3) Periode
Flukultasi jumlah penderita pnyakit arkinson tiap periode mungkin berhubungan dengan hasil pemaparan
lingkungan yang episodik, misalnya proses infeksi, indistrialisasi ataupun gaya hidup.
4) Genetik
Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningkatkan faktor resiko penderita menderita penyakit
parkinson sebesar 8,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun, Meskipun
sangat jarang. jika disebakan oleh keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.
5) Faktor lingkungan.
Xenobiotik berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menimbulkan kerusan mitokondria.
6) Pekerjaan
Lebih banyak orang dengan paparan mental yang lebih tinggi dan lama.
7) Infeksi
Paparan virus influensa intrautero turut menjadi faktor faktor presdiposis penyakit parkinson melalui
kerusakan substansia nigra.
8) Diet
Komsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu mekanisma kerusakan neuronal
pada penyakit parkinson. Sebaliknya kopi merupakan neuroprotektif.
9) Trauma kepala
Cidera kranio serebral bisa menyebakan penyakit parkinson, meski perannya masih belum jelas benar.
10. Stress dan depresi

Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala motorik. Depresi dan stress dihubungkan
dengan penyakit parkinson karena pada stress dan depresi terjadi peningkatan turnover kotekolamin yang
memacu stress oksidati.

Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak dan faktor-faktor lainnya
seperti :
1. Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala penyakit Parkinson,
2. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau penyebab lain
yang tidak diketahui.
3. Parkinson juga disebabkan oleh obat antara lain: reserpin (serpasil), phenithiszzives, butrophenous
(contohnya haloperidol)

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi utama penyakit parkinson adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh,
kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural. Tanda awal meliputi kaku ekstremitas dan menjadi kaku
pada bentuk semua gerakan. Pasien mempunyai kesukaran dalam memulai, mempertahankan, dan
membentuk aktifitas motorik dan pengalaman lambat dalam menghasilkan aktivitas normal. Bersamaan
dengan berlanjutnya penyakit, mulai timbul tremor, seringkali pada salah satu tangan dan lengan, kemudian
ke bagian yang lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. Karekteristik tremor
dapat berupa: lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, dan
gerakan ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil di antara jari-jari. Keadaan ini meningkat
bila pasien sedang berkonsentrasi atau merasa cemas, dan muncul pada saat pasien istirahat. Karakteristik
lain penyakit ini mempengaruhi wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan. Terdapat kehilangan ayunan tangan
normal. Akhirnya ekstremitas kaku dan menjadi terlihat lemah. Karena hal ini menyebabkan keterbatasan
otot, wajah mengalami sedikit ekspresi dimana saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata),
raut wajah yang ada muncul sekilas. Terdapat kehilangan refleks postural, dan pasien berdiri dengan
kepala cenderung ke depan dan berjalan seperti didorong. Kesukaran dalam berputar dan hilangnya ke
seimbangan (salah satunya kedepan atau kebelakang) dapat menimbulkan sering jatuh.
Gambaran Klinis Parkinsonisme
a. Kepala membungkuk kedepan.
b. Tremor kepala dan tangan.
c. Gerakan tangan memutar.
d. Cara berjalan dengan kaki terseret dan seperti didorong.
e. Berdiri kaku.
f. Hilangnya reflek postural.
g. Akinesia
h. Ekspresi wajah seperti topeng
I Kehilangan berat badan.
j. Mengeluarkan air liur.

D. PATOFISIOLOGI
Penurunan dopamin dalam korpus striatum mengacaukan keseimbangan antara dopamin
(penghambat) dan asetilkolin (perangsang). Inilah yang menjadi dasar dari kebanyakan gejala penyakit
Parkinson 9,10. Sampai saat ini belum diungkapkan dengan baik bagaimana berkurangnya dopamin di
striatum yang menyebabkan gejala parkinson (tremor, rigiditas, dan aknesia) Suatu teori mengemukakan
bahwa munculnya tremor diduga oleh karena dopamin yang disekresikan dalam nukleus kaudatus dan
putamen berfungsi sebagai penghambat yang merusak neuron dopamingik di substansia nigra sehingga
menyebabkan kaudatus dan putamen menjadi sangat aktif dan kemungkinan menghasilkan signal
perangsang secara terus menerus ke sistem pengaturan motorik kortikospinal. Signal ini diduga merangsang
otot bahkan seluruh otot sehingga menimbulkan kekakuan dan melalui mekanisme umpan balik
mengakibatkan efek inhibisi penghambat dopamin akan hilang sehingga menimbulkan tremor. Akinesia
didiga disebabkan oleh karena adanya penurunan dopamin di sistim limbic terutama nukleus accumbens,
yang diikuti oleh menurunnya sekresi dopamin di ganglia basalis. Keadaan ini menyebabkan menurunnya
dorongan fisik untuk aktivasi motorik begitu besar sehingga timbul akinesia
E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi.
Secara umum didapatkan atropi yang bilateral, simetris, sering kali berat otaknya
berkisar 1000 gr (850-1250gr).
2. Pemeriksaan neuropsikologik
Fungsi pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya
gangguan fungsi kognitif umum danmengetahui secara rinci pola defisit yang
terjadi. Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan
oleh beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan
ekspresi, kalkulasi, perhatian dan pengertian berbahasa.
3. CT Scan dan MRI
Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat kwantifikasi
perubahan volume jaringan otak pada penderita Alzheimer antemortem. Pemeriksaan
ini berperan dalam menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya
selain alzheimer seperti multiinfark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh
dan pembesaran ventrikel keduanya merupakan gambaran marker dominan yang
sangat spesifik pada penyakit ini. Tetapi gambaran ini juga didapatkan pada demensia
lainnya seperti multiinfark, parkinson, binswanger sehingga kita sukar untuk
membedakan dengan penyakit alzheimer.
4. EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada
penyakit alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis
yang non spesifik.
5. PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan penurunan aliran darah, metabolisma
O2, dan glukosa didaerah serebral. Up take I.123 sangat menurun pada regional
parietal, hasil ini sangat berkorelasi dengan kelainan fungsi kognisi dan selalu dan
sesuai dengan hasil observasi penelitian neuropatologi.
6. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)
Aktivitas I. 123 terendah pada refio parieral penderita alzheimer. Kelainan ini
berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua
pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin.
G. PENATALAKSANAAN

1. Terapi Farmakologis
Kebanyakan gejala pada Parkinson disebabkan oleh berkurangnya dopamin, maka
kebanyakan obat ditujukan untuk meniru aksi dopamin. Setiap individu memiliki
gejala dan masalah Parkinson yang dapat berbeda, maka tata laksana tiap individu
perlu disesuaikan.
2. Terapi Nonfarmakologis
Fisioterapi dan aktivitas fisik, terapi okupasi, terapi bicara dan bahasa, merupakan
modalitas yang penting untuk meningkatkan kondisi pasien dan menghambat
progresivitas penyakit.

H. KOMPLIKASI
a. Kondisi depresi
Mental yang terguncang karena terdiagnosis penyakit kronis seperti penyakit
Parkinson, sangatlah wajar. Walau begitu, kondisi depresi juga dapat menyerang
penderita penyakit ini, sebagai akibat dari perubahan kimiawi di dalam otak.
Parkinson dapat menimbulkan depresi, akibat perubahan hormon serotonin, yang
mengatur suasana hati. Disebutkan, setengah dari penderita penyakit Parkinson
mengalami kondisi depresi klinis, pada beberapa titik dalam hidup mereka.
b. Sulit berbicara dan mengunyah
Berbicara dapat menjadi sulit bagi penderita penyakit Parkinson, seiring berjalannya
waktu. Karena penyakit ini memengaruhi otot, ucapan penderita pun menjadi sulit
untuk dimengerti. Perubahan kemampuan berpikir juga mengakibatkan penderitanya
menjadi sukar untuk berkomunikasi. Karena otot rahang dan mulut melemah,
penderitanya juga menjadi sulit untuk mengunyah. Kesulitan mengunyah dan menelan
ini dapat membuat makanan tersangkut di kerongkongan, dan berpotensi masuk ke
paru-paru, yang dapat menimbulkan penyakit pneumonia.
c. Demensia
Penyakit Parkinson merupakan gangguan yang utamanya memengaruhi pergerakan
tubuh. Walau begitu, penyakit ini juga bisa mengganggu bagian otak, yang
mengontrol pikiran dan ingatan. Pada 50-80% penderita penyakit Parkinson, terdapat
timbunan protein abnormal yang disebut badan Lewy di otak. Jenis timbunan protein
ini juga ditemukan pada penderita demensia dengan badan Lewy.
d. Gangguan usus dan kandung kemih
Komplikasi penyakit Parkinson lainnya yakni gangguan pada usus dan kandung
kemih. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyampaian pesan, dari otak menuju
kandung kemih dan usus. Beberapa gangguan usus dan kandung kemih, sebagai
komplikasi dari penyakit Parkinson yakni sering buang air kecil, mengompol (saat
tertawa, berolahraga, atau bersin), dan aliran urine yang lemah. Selain itu, penderita
penyakit Parkinson juga dapat terkena diare, kondisi konstipasi, dan keluarnya feses
tanpa sengaja.
e. Gangguan tidur
Orang yang menderita penyakit Parkinson juga sering mengalami gangguan tidur,
dibandingkan orang seusia mereka yang tidak mengalami penyakit ini. Beberapa
gangguan tidur yang dirasakan penderita penyakit Parkinson yakni insomnia,
mengalami mimpi buruk, mengantuk di siang hari, dan sulit bernapas saat tidur
(apnea). Berbicara saat tidur dan terus-menerus ke kamar mandi, juga mungkin
dialami.
f. Masalah tekanan darah
Penyakit Parkinson memengaruhi kinerja sistem saraf otonom, yang bertanggung
jawab dalam mengendalikan aliran dan tekanan darah. Karena sistem tersebut
terganggu, para penderita penyakit Parkinson juga mengalami gangguan pada
tekanan darah mereka, baik tekanan darah rendah, maupun tekanan darah tinggi,
seperti hipertensi ortostatik. Tak hanya itu, gangguan tekanan darah pada orang
dengan penyakit Parkinson, juga dapat menimbulkan masalah pada jantung.
g. Disfungsi seksual
Komplikasi penyakit Parkinson juga dapat berupa masalah pada seksualitas
penderitanya. Disfungsi seksual tersebut, dapat berupa libido yang rendah, kesulitan
untuk mencapai orgasme, disfungsi ereksi atau impotensi pada pria, atau vagina
kering pada wanita. Penurunan gairah dan fungsi seksualitas tersebut, dapat terjadi
karena penurunan neurotransmiter dopamin. Dopamin merupakan senyawa kimiawi
otak, yang berperan untuk menciptakan rasa senang. Depresi dan gangguan
kecemasan, juga bisa menjadi pemicu disfungsi seksual pada orang yang menderita
penyakit Parkinson.
h. Gangguan indera penciuman
Berkurangnya kemampuan inderapenciuman pada penderita penyakit Parkinson,
sering terabaikan. Menurut para ahli, gangguan penciuman tersebut bisa terjadi,
karena adanya penumpukan protein abnormal, yang disebut dengan alfa-sinuklein.
Protein tersebut menumpuk di bagian otak yang mengontrol kemampuan penciuman
manusia.
i. Memproduksi air liur berlebih
Menurut ahli, pasien penyakit Parkinson dapat memproduksi air liur dalam jumlah
berlebih. Air liur berlebih dapat menyebabkan kondisi mulut yang tidak higienis,
dampaknya otot mulut dan bibir rentan terhadap infeksi serta mudah tersayat karena
lapisan luar yang melunak. 
j. Merasakan nyeri dan mudah lelah
Ketika salah satu komplikasi terjadi pada pasien, efeknya dapat membuat Anda
merasakan nyeri dan kelelahan. Kurang tidur pada malam hari merupakan salah satu
penyebab utama orang yang menderita Parkinson merasa lelah sepanjang hari.
Penyakit Parkinson tidak hanya menyebabkan kelelahan biasa, tetapi jugam
menyebabkan kelelahan sedemikian rupa sehingga pasien bahkan mungkin tidak
memiliki energi untuk bangun dari tempat tidur. Menurut ahli, sekitar 10% pasien
Parkinson umumnya mengalami nyeri sejak awal gejala pertama. Hampir setiap
pasien Parkinson mengalami nyeri di beberapa titik waktu. Nyeri bisa berupa pegal,
perih, perih dan berdenyut. Untungnya, berbagai komplikasi penyakit Parkinson dapat
dikendalikan. Pengendalian tersebut dapat dilakukan melalui terapi, maupun
pemberian obat-obatan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Pengumpulan data subjektif dan objektif pada klien dengan gangguan
system persarafan meliputi anamnesis riwayat penyakit,pemeriksaan
fisik,pemeriksaan diagnostic, dan pengkajian psikososial.
B. Anamnesis
Identitas klien meliputi nama,umur (lebih sering pada kelompok usia
lanjut, pada usia 50-an dan 60-an),jenis kelamin (lebih banyak pada laki-laki),
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk
rumah sakit, nomer register,diagnosis medis.
Keluhan utama yang sering menjadi alas an klien untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor
menyeluruh,kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural.
1. Riwayat penyakit saat ini
Pada anamnesis, sering klien mengeluh adanya tremor pada salah satu
tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang lain, dan akhirnya bagian kepala,
walaupun tremor ini tetap unilateral. Karakteristik tremor dapat berupa
lambat,gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak
tangan, dan gerakan ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pir
di antara jari-jari. Keadaan ini meningkat bila klien sedang berkonsentrasi atau
merasa cemas dan muncul pada saat klien istirahat. Keluhan lainnya pada
penyakit meliputi adanya perubahan pada sensasi wajah,sikap tubuh dan gaya
berjalan. Adanya keluhan rigiditas deserebrasi, berkeringa,kulit berminyak dan
sering menderita dermatitis seboroik, sulit mewnelan, konstipasi, dan
gangguan kandung kemih yang diperberat oleh obat-obat antikolinergik dan
hipertrofi prostat.
2. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan
tentang adanya riwayat hipertensi,diabetes mellitus, penyakit jantung,
anemia,penggunaan obat-obat antokoagulan aspirin,vasodilator, dan
penggunaan obat anti kolinergik dalam jangka waktu lama.
3. Riwayat penyakit keluarga
Walaupun tidak ditemukan adanya hubungan penyakit Parkinson
dengan sebab genetic yang jelas, perawat perlu melakukan pengkajian riwayat
penyakit pada keluarga. Pengkajian dilakukan dengan menanyakan apakah ada
anggota keluarga terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes mellitus.
Hal ini diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat
mempercepat progresifnya penyakit.
C. Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data yang diperoleh dari
pengajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per system ( B1-
B6) dan terarah dengan focus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 dan
dihubungkan dengan keluhan klien.
D. Keadaan umum
Klien dengan penyakit Parkinson umumnya tidak mengalami penurunan
kesadaran. Adanya perubahan pada tanda vital, yaitu brakikardi,hipotensi,dan
penurunan frekuensi pernafasan.
1. B1 (BREATHING)
Gangguan fungsi pernafasan yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas,
aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran
nafas.Inspeksi,ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan kemampuan untuk
batuk efektif,peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot bantu
nafas. Palpasi, ditentukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Perkusi, ditemukan
adanya suara resonan pada seluruh lapang paru. Auskultasi, ditemukan bunyi nafas
tambahan seperti nafas berbunyi,stridor,ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi
secret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering ditemukan pada klien
inaktivitas.
2. B2 (BLOOD)
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga
gangguan pada pengatur tekanan darah oleh system saraf otonom.
3. B3 (BRAIN)
Pengkajian B3 (BRAIN) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada system lainnya.
Pada inspeksi umum ditemukan perubahan pada gaya berjalan,tremor secara umum pada
seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan.
- Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga bergantung
pada penurunan aliran darah serebri regional mengakibatkan perubahan
pada status kognitif klien.
- Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental: biasanya mengalami perubahan yang berhubungan dengan
penurunan status kognitif, penurunan persepsi,dan penurunan memori baik
jangka pendek dan memori jangka panjang.
- Pemeriksaan saraf cranial
Saraf I : Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak ditemukan
kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.
Saraf II : hasil uji ketajaman pengelihatan mengalami perubahan sesuai
tingkat usia, biasanya klien lanjut usia dengan penyakit Parkinson
mengalami penurunan ketajaman pengelihatan.
Saraf III, IV dan VI : gangguan saraf okulomotorius: sewaktu melakukan konvergensi
pengelihatan menjadi kabur karena tidak mampu
mempertahankan kontraksi otot-otot bola mata.
Saraf V : pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya ditemukan
perubahan pada otot wajah.adanya keterbatasan otot wajah
menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami penurunan,saat
bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata).
Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal
Saraf VIII : adanya tuli konduksi dan tuli persepsi yang berhubungan dengan
proses senilis dan penurunan aliran darah regional.
Saraf IX dan X : Ditemukan kesulitan dalam menelan makanan.
Saraf XI : Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII : lidah simetris,tidak di temukan deviasi pada satu sisi dan tidak
ada fasikulasi.indra pengecap normal.

- System motorik
a. Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan,tremor secara umum pada
seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan. klien sering mengalami rugiditas
deserebrasi.
b. Tonus otot, ditemukan meningkat
c. Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan karena adanya
kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan,tremor secara umum pada
seluruh otot,dan kuku pada seluruh gerakan.
- Pemeriksaan refleks
Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk
berdiri,klien akan berdiri dengan kepala cenderung ke depan dan berjalan
dengan gaya berjalan seperti di dorong. kesulitan dalam berputar dan
hilangnya keseimbangan (salah satunya ke depan atau ke belakang) dapat
menimbulkan sering jatuh.
- Sistem sensorok
Sesuai berlanjutnya usia,klien dengan penyakit Parkinson mengalami
penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik
yang ada merupakan hasil dari neuropati.

4. B4 (BLADDER)
Penurunan refleks kandung kemih perifer di hubungkan dengan disfungsi kognitif dan
persepsi klien secara umum. Klien mungkin mengalami inkontinensia urine, ketidak
mampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidak mampuan untuk menggunakan
urinal karena kerusakan control motorik dan postural. Selama priode ini, dilakukan
kateterisasi intermiten dengan teknik steril.
5. B5 (BOWEL)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurangf
karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot, dan adanya tremor menyeluruh. Klien
sering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.
a. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon.
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Adakah ada kebiasaan merokok,
penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olahraga (lama frekwensinya),
karena dapat mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
2. Pola nutrisi dan metabolism. Klien biasanya akan mengalami gangguan
pemenuhan nutrisi akibat pembatasan intake makanan atau minuman sampai
peristaltik usus kembali normal.
3. Pola Eliminasi. Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi
kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat tidur akan
mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola eliminasi alvi akan mengalami
gangguan yang sifatnya sementara karena pengaruh anastesi sehingga terjadi
penurunan fungsi.
4. Pola aktifitas. Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena
rasa nyeri, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu
lamanya setelah pembedahan.
5. Pola sensorik dan kognitif. Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan
serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap
orang tua, waktu dan tempat.
6. Pola Tidur dan Istirahat. Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang
sangat sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
7. Pola Persepsi dan konsep diri. Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya
kebiasaan gerak segala kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami kecemasan
tentang keadaan dirinya sehingga penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
8. Pola hubungan. Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat. penderita
mengalami emosi yang tidak stabil.
2. Diagnosa keperawatan
1) Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kendali otot (d.0054)
2) Risiko konstipasi d.d aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan
(d.0052)
3) Deficit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan dan mengabsorbsi
nutrient (d. 0019)
4) Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan musculoskeletal ditandai dengan
sulit menggunakan ekspresi wajah atau tubuh dan sulit mengungkapkan kata-
kata (d.0119)
5) Koping tidak efektif b.d ketidakcukupan persiapan untuk menghadapi stressor
(d.0096)
6) Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi ditandai dengan
menanyakan masalah yang dihadapi (d.0111)

Intervensi
N SDKI SLKI SIKI
o
1 Ganggu Setelah dilakukan Dukungan ambulasi (SIKI :I.06171)
. an tindakan keprawatan Observasi
mobilita 2x24 jam mobilitas 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
s fisik Fisik meningkat fisik lainnya
b.d (SLKI : L.05042) 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
penurun Dengan kriteria : ambulasi
an Pergerakan ektremitas 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
kendali meningkat (5) darah sebelum melakukan ambulasi
otot Kekuatan otot 4. Monitor kondisi umum selama
(d.0054 meningkat (5) melakukan ambulasi
) 3. Rentan
g gerak Terapeutik
(ROM) 1.Fasilitasi aktifitas ambulasi dengan alat
mening bantu (mis.tongkat,kruk)
kat (5) 2.fasilitasi melakukan mobilisasi fisik,jika
4. Geraka perlu
n 3.libatkan keluarga untuk membantu pasien
terbata dalam meningkatkan ambulasi
s Edukasi
menuru 1.jelaskan tujuan danprosedur ambulasi
n (5) 2.anjurkan melakukan ambulasi dini
5. Kelam 3.ajarkan ambulasi senderhana yang
ahan harusdilakukan (mis.berjalan dari
fisik tempat tidur ke kursi roda,berjalan dari
menuru tempat tidur ke kamar mandi,berjalan
n (5) sesuai toleransi)

1.
k

F
as
ili
ta
si
Fasili
tasi

2 Risiko Setelah dilakukan Manajemen eliminasi fekal (SIKI: I.04152)


. konstipa tindakan keperawatan Observasi
si d.d …x24 jam diharapkan 1.Identifikasi masalah usus dan penggunaan
aktivitas eliminasi fekal obat pencahar
fisik membaik (SLKI: 2.Identifikasi pengobatan yang berefek pada
harian L.04033) kondisi gastrointestinal
kurang Dengan kriteria 3.Monitor buang air besar (misalnya, warna,
dari 1.kontrol pengeluaran frekuensi, konsistensi, volume)
yang feses meningkat (5) 4. Monitor tanda dan gejala diare, kontipasi,
dianjurk 2. keluhan defekasi atau impaksi
an lama dan sulit Terapeutik :
1. Berikan air hangat setelah
(d.0052 menurun (5)
makan
) 3. mengejan saat
2. Jadwalkan waktu defekasi bersama
defekasi menurun (5)
pasien
4. konsistensi feses
3. Sediakan makanan tinggi serat
membaik (5)
Edukasi
5. frekuensi defekasi
1. Jelaskan makanan yang membantu
membaik (5)
meningkatkan keteraturan peristaltic
6. peristaltic usus
usus
membaik(5)
2. Anjurkan mencatat warna, frekuensi,
1.
konsistensi, volume feses
3. Anjurkan meningkatkan aktivitas
fisik, sesuai toleransi
4. Anjurkan pengurangan asupan
makanan yang meningkatkan
pembentukan gas
5. Anjurkan mengkonsumsi
makanan yang mengandung tinggi
serat
6. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan, jika tidak ada kontraindikasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat supositoria
anal, jika perlu

3 Defisit Setelah dilakukan Manajemen nutrisi (SIKI : I.03119)


. nutrisi tindakan Observasi
b.d keperawatan..x24 jam 1.identifikasi status nutrisi
ketidak diharapkan status 2.identifikasi alergi dan intoleransi makanan
mampu nutrisi 3.identifikasi makanan yang disukai
an membaik(SLKI : 4.identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
mencer L.03030)dengan nutrient
na kriteria 5.identifikasi perlunya penggunaan selang
makana 1.frekuensi makan nasogastric
n dan membaik(5) 6.monitor asupan makanan
mengab 2.nafsu makan 7.monitor berat badan
sorbsi membaik(5) 8.monitor hasil pemeriksaan laboratarium
nutrient 3.bising usus Terapeutik :
(d. membaik (5) 1. melakukan oral hygiene sebelum makan
0019) 4.membrane mukosa jika perlu
membaik(5) 2. fasilitasi menentulan pedoman diet
5.berat badan (Mis.piramida makanan)
membaik(5) 3.sajikan makanana secara menarik dan suhu
yang sesuai
4.berikan makanan tinggi serat untuk
mencagah konstipasi
5.berikan makanana tinggi kalori dan tinggi
protein
6.berikan sumplemen makanan jika perlu
7.hentikan pemberian makan melalui selang
nasigastric jika asupan oral dapat di toleran si
Edukasi
1.anjurkan posisi dudik jika mampu
2.ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis.pereda nyeri,antiemetic) jika perlu
2.kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan
jumlah interpensi yang diberikan
kolab
orsi
4 Ganggu Setelah dilakukan Promosi komunikasi deficit berbicara ( SIKI :
. an tindakan I.13492)
komuni keperawatan..x24 jam Observasi
kasi diharapakan 1.Monitor kecepatan, tekanan,
verbal komunikasi verbak kuantitas, volume dasn diksi bicara
b.d meningkat 2.Monitor proses kognitif, anatomis,
ganggua (SLKI :L.13118) dan fisiologis yang berkaitan dengan
n dengan keriteria bicara
musculo 1.Kemampuan 3.Monitor frustrasi, marah,depresi atau
skeletal berbicara meningkat hal lain yang menganggu bicara
(d.0119 (5) 4.Identifikasiprilakuemosional
) 2.kemampuan dan fisik sebagai bentuk komukasi
mendengafr Terapeutik
meningkat(5) 1.Gunakan metode Komunikasi
3.kesesuaian ekspresi alternative (mis: menulis, berkedip,
wajah atau tubuh papan Komunikasi dengan gambar dan
meningkat(5) huruf, isyarat tangan, dan computer)
4.pemahaman 2.Sesuaikan gaya Komunikasi dengan
komunikasi membaik kebutuhan (mis: berdiri di depan
pasien, dengarkan dengan seksama,
tunjukkan satu gagasan atau pemikiran
sekaligus, bicaralah dengan perlahan
sambil menghindari teriakan, gunakan
Komunikasi tertulis, atau meminta
bantuan keluarga untuk memahami
ucapan pasien.
3.Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bantuan
4.Ulangiapayangdisampaikan
Pasien
5.Berikan dukungan psikologis
6.Gunakan juru bicara,jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan berbicara perlahan
2. Ajarkan pasien dan keluarga proses
kognitif, anatomis dan fisiologis
yang berhubungan dengan
kemampuan berbicara
Kolaborasi
1. Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis

5 Koping Setelah dilakukan Dukungan pengambilan keputusan


. tidak tindakan keperawatan (SIKI : I.09265)
efektif 3x24 jam diharapkan Observasi
status koping 1. Identifikasi persepsi mengenal
b.d
membaik (SLKI : masalah dan informasi yang memicu
ketidakc
L.09086) konflik
ukupan
Dengan kriteria Terapeutik
persiapa 1. Kemampuan 1. Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan
n untuk harapan yang membantu membuat
mengha peran sesuai
pilihan
dapi usia
Diakusikan kelebihan dan
meningkat (5) kekurangan dari setiap solusi
stressor
2. Perilaku 3. Fasilitasi melihat situasi secara
(d.0096
koping realistic
)
adaptif 4. Motivasi mengungkapkan
meningkat (5) tujuan perawatan yang diharapkan
3. Verbalisasi
5. Fasilitasi pengambilan
keputusan secara kolaboratif
mengatasi
6. Hormati hak pasien untuk menerima
masalah
meningkat (5) atau menolak informasi
Verbalisasi 7. Fasilitasi menjelaskan
pengakuan
masalah keputusan kepada orang lain, jika
meningkat (5)
perlu
4. Verbalisasi
kemampuan 8. Fasilitasi hubungan antara pasien,

diri meningkat keluarga, dan tenaga kesehatan


(5) lainnya
Edukasi
1. Informasikan alternative solusi
secara jelas
2. Berikan informasi yang diminta
Pasien
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain dalam memfasilitasi
pengambilan keputusan
6 Defisit Setelah dilakukan Edukasi proses penyakit
(SIKI : I.12445)
. pengeta tindakan Observasi
huan keparawatan …x24 1. Identifikasi kemampuan pasien dan
b.d jam diharapkan keluarga menerima informasi
kurang tingkat pengetahuan Terapeutik
1. Sediakan materi dan media
terpapar membaik (SLKI :
pendidikan kesehatan
informa L.12111) Dengan
2. Jadwalkan pendidikan
si kriteria
kesehatan sesuai kesepakatan
ditandai 1. Pertanyaan
3. Berikan kesempatan pasien
dengan tentang
untuk bertanya
menany masalah
Edukasi
akan yang 1. Jelaskan definisi, penyebab,
masalah dihadapi gejalan dan faktor resiko
yang menurun (5) Penyakit
dihadap 2. Persepsi 2. Jelaskan proses patofisiologi
i yang keliru munculnya penyakit
(d.0111 terhadap
3. Jelaskan tanda dan gejala yang
) masalah
ditimbulkan oleh penyakit
menurun (5)
4. Jelaskan kemungkinan munculnya
3. Menjalani komplikasi
pemeriksaan 5. Ajarkan cara meredakan atau
ya ng tepat mengatasi gejala yang dirasakan
menurun (5) 6. Informasikan keadaan pasien saat
ini

IMPLEMENTASI
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
pada nursing oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan
dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping. Terdapat 3 tahap dalam tindakan keperawatan,
yaitu persiapan, perencanaan dan dokumentasi (Nursalam, 2019 ). Kegiatan
implementasi pada klien dengan parkinson adalah membantunya mencapai
kebutuhan dasar seperti :
1. Melakukan pengakajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah
baru atau mamantau status atau masalah yang ada.
2. Melakukan penyuluhan untuk membantu klien mamperoleh
pengetahuan baru mangenai kesehatan mereka sendiri atau
penatalaksanaan penyimpangan.
3. Membantu klien membuat keputusan tentang perawatan kesehatan
dirinya sendiri.
4. Konsultasi dan rujuk pada profesional perawatan kesehatan lainnya
untuk memperoleh arahan yang tepat.
5. Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan,
mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan. Membantu klien untuk
melaksanakan aktivitas mereka sendiri

EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yan menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan
mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan
(Nursalam, 2019 : 135).
Evaluasi dapat dibagi dua, yaitu evaluasi hasil atau formatif dilakukan setiap
selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil sumatif dilakukan dengan
membandingkan respons klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan.
Problem-Intervention-Evaluation adalah suatu singkatan masalah, intervensi dan
evaluasi. Sistem pendokumentasian PIE adalah suatau pendekatan orientasi-proses
pada dokumentasi dengan penekanan pada proses keperawatan dan diagnosa
keperawatan (Nursalam, 2019 )
Proses dokumentasi PIE dimulai pengkajian waktu klien masuk diikuti
pelaksanaan pengkajian sistem tubuh setiap hari setiap pergantian jaga (8 jam), data
masalah hanya dipergunakan untuk asukan keperawatan klien jangka waktu yang
lama dengan masalah yang kronis, intervensi yang dilaksanakan dan rutin dicatat
dalam “flowsheet”, catatan perkembangan digunakan untuk pencatatan nomor
intervensi keperawatan yang spesifik berhubungan dengan masalah, intervensi
langsung terhadap penyelesaian masalah ditandai dengan “I” (intervensi) dan nomor
masalah klien, keadaan klien sebagai pengaruh dari intervensi diidentifikasikan
dengan tanda “E” (Evaluasi) dan nomor masalah klien, setiap masalah yang
diidentifikasi dievaluasi minimal setiap 8 jam (Nursalam, 2019)
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit parkinson ditandai oleh gejala rigiditas, tremor dan bradikinesia. Trias
gejala ini dijumpai pada berbagai penyakit. Penyakit parkinson yang idiopatik
merupakan jenis yang paling sering dijumpai dan didapatkan pada usia menengah
atau lanjut. Penyakit parkinson merupakan keadaan dimana didapatkan insufisiensi
dopamin di susunan saraf pusat. Pengobatan ditujukan untuk memperbaiki sistem
dopaminergik di otak. Sebagian besar penderita akan mendapatkan manfaat dari
terapi fisik. Program terapi fisik adalah jangka panjang dan harus disesuaikan
dengan gejala. Penyakit parkinson merupakan penyakit yang kronis yang
membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini
tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi
dapat mengatasi gejala yang timbul. Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan
gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalan penyakit itu belum bisa dihentikan
sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani pasien
sepanjang hidup. Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progres
hingga terjadi total disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak
general, dan dapat menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada
setiap pasen berbeda-beda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi.
Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek
samping pengobatan terkadang dapat sangat parah.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesi
Sylvia A. Prince, dkk, .(2016).Clinical profile of Parkinsonism and Parkinson’s
disease in Lagos, Southwestern Nigeria. Journal of BMC Neurology. 10:1-6
Black,. 2019. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.
Jakarta:InternaPublishing pp. 851-4
Ginsberg Lionel, .(2018). BukuPanduan Tatalaksana Penyakit Parkinson dan
Gangguan Gerak Lainnya. Depok: PERDOSSI.
Hall dan Guiton, .(2018). Hubungan derajat klinis dan gangguan kognitif pada Pasien
Parkinson dengan menggunakan montreal cognitive assesment versi Indonesia
(MoCa-INA). Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin.
Hendrik, .(2013). Diagnosis dan terapi deep brain stimulation pada penyakit
parkinson. Jurnal Sinaps, 1(1), 67 - 84.
Nursalam, .(2019). Gambaran fungsi kognitif penderita parkinson di poliklinik saraf
RSUP Dr. R.D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic, 4(1).

Anda mungkin juga menyukai