Anda di halaman 1dari 74

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF DAN MENJELANG AJAL

PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT PARKINSON

OLEH KELOMPOK : 09

1. Afria Wenda (2021082024027)

2. Agustela Wenay (2021082024011)

3. Ermmelinda .L.Gaol (2022082024012)

4. Jhon Sineri (2022082024026)

5. Grethin S. B ( 2022082024048)

6. Hasriati ( 2022082024043)

7. Nurul Izzah. H.P ( 2022082024008)

8. Sudiaman Hataul (2022082024027)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat

serta karunia-Nya kepada kelompok sehingga makalah kami yang berjudul ”Asuhan

Keperawatan pasien dengan Penyakit Parkinson ” dapat diselesaikan sesuai dengan

rencana.

Dalam penyelesaian makalah ini penyusun mendapatkan bantuan dari berbagai

pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan terimakasih kepada dosen selaku dosen

pembimbing matakuliah Keperawatan Paliatif dan menjelang ajal, juga kepada

teman-teman yang telah memberikan dukungan serta semua pihak yang membantu

penyusun.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

penyusun menerima saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan.Atas saran dan

kritiknya, penyusunucapkan terimakasih.

Jayapura, September 2022


Penyusun

Kelompok 9
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR…………………………………………………………i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………....4

1) Latar Belakang Masalah ………………………………………...……..4


2) Rumusan Masalah ……………………………………………………...5
3) Tujuan ………………………………………………………………….5
4) Manfaat ………………………………………………………………...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….….6
A. KONSEP PENYAKIT ……………………………………………………6

B. ASKEP PARKINSON

1) Pengertian………………………………………………………..……6
2) Anatomi fisiologi…………………………………………………..….7
3) Etiologi…………………………………………………………….…11
4) Manifestasi klinis……………………………………………….……13
5) Patofisiologi…………………………………………………….……15
6) Web of Caution (Pathway)………..……………………………………….17
7) Pemeriksaan fisik…………………………………………………….18
8) Pemeriksaan penunjang dan interpretasi……………………………..19
9) Penatalaksanaan penyakit……………………………………...……..21
BAB III KESIMPULAN …………………………………………………..32
a. Kesimpulan…………………………………………………………….. 32
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………33
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf

(neurodegenerative) yang bersifat progressive, ditandai dengan ketidakteraturan

pergerakan (movement disorder), tremor pada saat istirahat, kesulitan pada saat

memulai pergerakan, dan kekakuan otot.

Tanda-tanda khas yang ditemukan pada penderita diantaranya resting

tremor, rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural. Tanda-tanda motorik

tersebut merupakan akibat dari degenerasi neuron dopaminergik pada system

nigrostriatal. Namun, derajat keparahan defisit motorik tersebut beragam.

Tanda- tanda motorik pasien sering disertai depresi, disfungsi kognitif,

gangguan tidur, dan disfungsi autonom.

Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan

wanita seimbang. 5 – 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala

awalnya muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada
usia 65 tahun. Secara keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 %

di seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 – 64

tahun sampai 3,5 % pada usia 85 – 89 tahun. Di Amerika Serikat, ada sekitar

500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk

210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita. Rata-rata

usia penderita di atas 50 tahun dengan rentang usia-sesuai dengan penelitian

yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Sumatera dan Jawa- 18 hingga 85

tahun. Statistik menunjukkan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki

lebih banyak terkena dibanding perempuan (3:2) dengan alasan yang belum

diketahui.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dasar teori dan konsep dasar asuhan keperawatan pada
pasien dengan Tumor Ocular?

C. Tujuan
Untuk mengetahui konsep dasar teori dan konsep dasar asuhan keperawatan pada
pasien dengan kondisi Parkinson

D. Manfaat
Sebagai bahan acuan dan pemahaman konsep mengenai konsep dasar teori dan
konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan kondisi Parkinson.

E. Metode Penulisan
Makalah ini ditulis dengan teknik deskriptif kualitatif dimana data-data bersifat
sekunder. Makalah ini ditunjang dari dari data-data studi kepustakaan yaitu dari
buku-buku literatur penunjang masalah yang dibahas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Parkinson
a. Pengertian
Penyakit parkinson adalah gangguan neurologik progresif yang
mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan
mengatur gerakan.karakteristik yang muncul berupa bradykinesia
(Gerakan menjadi lebih Lambat).
Saat ini perkembangan keperawatan paliatif modern yang sangat pesat
di tunjang dengan meningkatnya jumlah kasus penyakit terminal dengan
kebutuhan akan end life care. Pada arah perawatan yang berfokus pada
keluarga adalah perawatan paliatif. Karena unsur penting dalam prosese
merawat pasien adalah keluarga, dimana pasien berada dalam keadaan
terminal untuk menuju proses kematian yang damai. Selain Kanker dan
Stroke,penyakit paru obstruktif,gagal jantung,cystic
fibrosis,parkinsonisme,penyakit menular seperti hiv/aids dan penyakit
genetic berada dalam keadaal terminal. Metode pencaraian artikel
menggunakan 4 basis elektronik yaitu berupa google candikia,pubmed,
researchgate dan garuda portal, dengan kata kunci tinjauan
hidupbereavement,keluarga, kesejahteraan spiritual. Kelompok intervensi
yang diberikan baevemen life riview dan spiritual well-being dapat di
simpulkan bahwa pemberian beavemen life iview kepada keluaraga
pasien.
Hal ini karena tinjauan hidup berkabung mampu mencerminkan dan
mengatasi perasaan negative dalam keluarga pasien dengan mengubah
perasaan negative tersebut menjadi hal- hal positif, Sehinga pasien
keluarga dapat menerima kondisi / peristiwa duka yang menimpa anggota
keluarganya. Kata kunci:
Bereavement life review,keluaraga, spiritual well- being ABSTRAK
latar Belakang saat ini perkembnagan perawatan paliatif modern yang
sangat di tunjang dengan meningkatnya kasus penyakit terminal dengan
kebutuhan akan perawatan akhir hayat.dalam arahanya, perawatan yang
berfokus pada keluarga adalah perawatan paliatif.
Karena unsur penting dalam proses pengobatan bagi pasien adalah
keluarga, dimana pasien berada dalam kondisi terminal untuk
menuunproses kematia yang damai.selain kanke dan stroke, penyakit paru
obstruktif kronik, penyakit degenerative, gagal jantung,cystic
fibrosis,Parkinson, penyakit meular seperti HIV /AIDS dan penyakkt
genetic adalah terminal.

Hal ini di karenakan ti jauna hidup bergabung mampu mereplesikan dan


mengatasi perasaan negative pada keluarga pasien dengan mengubah
perasaan tersebut mejadi hal yang positif , sehingga keluarga pasien dapat
menerima kondisi / duka yang menimpa anggota keluarganya.
Peran perawat dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien dapat di
tunjukkan dengan empati, kasih syang, mendengarkan cerita pasien,
memperlakukan pasien dengan hormat,berkomunikasi dan berinteraksi
dengan,membantu pasien menemukan makna dan tujuan hidup,
mendukung pasien dengan budayanya, dan keyakinan agama, memulikan
iman/ keyakinan pasien ,menemukan harapan, cinta dan pengampunan.
Pasien paliatif mengalami banyak perubahan baik fisik maupun
spiritual sehingga pasien membutuhkan peran perawat dan keluarga
dalam memberikan dukungan spiritual jarang dilaksanakan karena
pengobatan hanya berfokus pada fisik pasien .Pemenuhan kebutuhan
spiritual sangat diperlukan untuk menigkatkan mekanisme koping.
Perawat sebagai perawat keperawatan yang komprehensip harus
mampu memenuhi kebutuhann spiritual pasien untuk membantu pasien
menemukan makna dan tujuan hidup,mendukung pasien dengan
budayanya.dan keyakinan agama,memulikan iman/ keyakinan pasien,
menemukan harapan,cinta, dan pengampunan.
Perawatan paliatif adalah suatu pendekatan yang bertuuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi
masalah yang berkitan dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui
pencegahan dan eliminasi melalui identifikasi dini dan penilaian yang
teratur serta penanganan nyeri dan masalah lain , fisik,psikososial dan
spiritual.

Penyakit terminal merupakan penyakit yang progresif yaitu penyakit


yang mengarah pada kematian yang memerlukan pendekatan dengan
perawatan paliatif sehingga dapat meningkatan kualiatas hidup setiap
individu. Sasaran kebijakan perawatan paliatif semua pasien ( Dewasa &
Anak-Anak) dan anggotan keluarga, lingkunagn yang memmbutuhka
perawatan paliatif dimanapun pasien berada di seluruh Indonesia.
Penyediaaan perawatan paliatif: Dokter, perawat,tenaga kesehatan lainnya dan
ternag terkait serta instansi terkait.

Prinsif perawatan paliatif adalah menghormati/ menghargai martabat


dan harga diri pasien ,dukuangan untuk pengasuh, pearawatan paliatif adalah
menghormati / menghargai diri pasien dan keluarga pasien , dkungan untuk
pengasuh,Perawatan paliatif adalah pendekatan yang kompoten dan penuh
kasih saying,mengembangkan dukuangan professionall dan social untuk
perawatan paliatif anak.
b. Anatomi fisiologis
1) Pengetian
 System saraf adalah system yang mengatur dan mengandalikan
semua kegiatan aktifitas tubuh kita sepertai, berjalan, menggerakan
tanggan, mengunya makanan dan lainnya.
 System syaraf tersususn dari jutaan serabut sel saraf (neuron) yang
berkumpul membentuk suatu berkas(faskulum) neurin adalah
komponen utama dalam system saraf.

2) Fungsi
 Sestem saraf sebagai sistem kordinasi mempunyai 3 ( Tiga ) fungsi
utama yaitu :
 Pengatur/pengendali kerja organ tubuh
 Pusat pengendali tanggapan
 Alat komunikasi dengan dunia luar.

Struktur sel saraf

Sruktur sel saraf (Neuron)


 Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang
di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel.
Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf,
yaitu dendrit dan akson (neurit).
 Dendrit berfungsi menangkap dan
mengirimkan impuls ke badan sel saraf,
sedangkan akson berfungsi mengirimkan
impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson
biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit
pendek.

Jenis sel saraf

Terdapat 5 (lima) jenis sel saraf berdasarkan bentuk, yaitu:

 Unipolar neuron
 Bipolar neuron
 Interneuron
 Pyramidal cell
 Motor neuron

Terdapat 3 (tiga) jenis sel saraf berdasarkan fungsi yaitu:

o Sel Saraf Sensorik (saraf Aferen)


 Berfungsi menghantarkan rangsangan dari reseptor (penerima rangsangan)
ke sumsum tulang belakang.
o Sel Saraf Motorik (saraf Eferen)
 Berfungsi menghantarkan impuls motorik dari susunan saraf pusat ke
efektor.
o Sel Saraf Penghubung/ intermediet/ asosiasi
 Merupakan penghubung sel saraf yang satu dengan sel saraf yang lain.

Sistem saraf

Berdasarkan letak kerjanya Sistem Saraf terdiri atas 3 bagian yaitu :

1. Sistem Saraf Pusat

Otak dan Sumsum Tulang Belakang

2. Sistem Saraf Perifer/ tepi


12 pasang saraf serabut otak (saraf cranial) dan 31 pasang saraf sumsum
tulang belakang (saraf spinal)

3. Sistem Saraf Autonom/ saraf tak sadar

Susunan saraf simpatik,Susunan saraf parasimpatik

OTAK

Otak terbagi menjadi 3 bagian yaitu : Otak besar (Cerebrum), Otak kecil
(Cerebellum), Otak tengah (Mesencephalon)
Otak besar (Serebrum)

Berfungsi untuk untuk pengaturan semua aktivitas mental yaitu berkaitan dengan
kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar
terletak di bagian depan otak. Terdiri atas : Bagian belakang (oksipital) →pusat
penglihatan. Bagian samping (temporal) →pusat pendengaran. Bagian tengah
(parietal) →pusat pengatur kulit dan otot terhadap panas, dingin, sentuhan, tekanan.
Antara bagian tengah dan belakang →pusat perkembangan kecerdasan, ingatan,
kemauan, dan sikap.

Otak kecil (Cerebellum)

Berfungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan otot tubuh


serta menyeimbangkan tubuh. Letak otak kecil terdapat tepat di atas batang otak.

Otak Tengah (Mesensefalon)


Terletak di depan otak kecil dan jembatan varol (menghubungkan otak kecil bagian
kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang). Di
depan otak tengah (diencephalon), Talamus (Pusat pengatur sensoris), Hipotalamus
(Pusat pengatur suhu, Mengatur selera makan, Keseimbangan cairan tubuh). Bagian
atas ada lobus optikus (pusat refleks mata).

Pelindung otak

Tengkorak. Ruas-Ruas Tulang Belakang. Tiga Lapisan Selaput Otak (Meningen).


Durameter : Bersatu dengan tengkorak (melekat pada tulang) ARACHNOID :
Bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik, berisi cairan
serobrospinal (cairan limfa) PIAMETER : Penuh dengan pembuluh darah, di
permukaan otak, suplai oksigen dan nutrisi, mengangkut sisa metabolisme.
c. Etiologi
Parkinson merupakan suatu kondisi neurodegeneratif yang progresif
akibat kematian sel-sel dopaminergik /sel-sel otak pada subtansia nigrat
(Prof.Zullies).Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang
tidak dikehendaki (involuntary).Akibatnya,penderita tidak bisa
mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak di sadarinya.Dan
penyebab kematian sel-sel Snc belum di ketahui dengan pasti tetapi
faktor-faktor yang kemungkinan menjadi penyebab adalah :
genetic,lingkungan,umur,ras,cedera cranioserebral,stres emosional.
(Sudoyo aru)
Parkinson di sebabkan oleh rusaknya sel-sel otak ,tepatnaya di
subtansi nigra.suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang
tidak di kehendaki.akibatnya penderita tidak bisa mengatur /menahan
gerakan-gerakan yang tidak bisa di sadari.
Beberapa hal yang di duga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai
berikut :

1. Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai
200 dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun.hal ini berkaitan dengan
reaksi mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neurona,terutama
pada substansi nigrat,pada penyakit parkinson.
2. Genetik
Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningkatkan
faktor resiko penderita menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali
pada usia lebih dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70
tahun,meskipun sangat jarang.jika di sebabkan oleh keturunan,gejala
parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.

3. Faktor lingkungan
a. Axenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat
menimbulkan kerusakan mitokondria.

b. Pekerjaan
Lebih banyak orang dengan paparan mental yang lebih tinggi
dan lama.

c. Infeksi
Paparan virus influensa intrautero turut menjadi faktor-faktor
presdiposis penyakit parkinson melalui kerusakan subtansia
nigrat.

d. Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stres
oksidatif,salah satu mekanisma kerusakan neuronal pada
penyakit parkinson.sebaliknya kopi merupakan neuroprotektif.

e. Trauma Kepala
Cidera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit
parkinson,meski peranya masih belum jelas benar.

f. Stres dan Depresi


Beberapa penelitian menunjukan depresi dapat mendahului
gejala motorik .Depresi dan stres di hubungkan dengan
penyakit parkinson karena pada stres dan depresi terjadi
peningkatan turnover kotekolamin yang memacu stres oksidati.
Parkinson di klasifikasi sebagai berikut : (Sudoyo Ayu)

a. Primer atau idiopatik

 Penyebab tidak di ketahui

 Sebagian besar merupakan penyakit parkinson


 Ada peran toksin yang berasal dari lingkungan

 Ada peran faktor genetic,bersifat sporadis

b. Sekunder atau akuisita

 Timbul setelah terpajan suatu penyakit/zat

 Infeksi dan infeksi otak (ensefalitis)

 Terpapar kronis oleh toksin

 Efek obat

 Paska stoke (vaskular)

 Lain-lain : hipotiroid,hipoparatiroit,tumor atau trauma


otak,hidrosefalus bertekan normal.
c. Sindrom parkinson plus : timbul bersama dengan dengan gejala
neurologi
d. Kelainan degenerative diturunkan (heredode generative disorders)

d. Manifestasi klinis
Gejala parkinson dapat muncul pada usia berapa pun,tetapi onset rata-
rata gejala terjadi pada usia 60 tahun dan jarang di temukan pada usia 30
tahun.
Penyakit parkinson memiliki gejala klinis seperti berikut ;

1. Tremor
Biasanya merupakan gejala pertama pada penyakit parkinson dan bermula
pada satu tangan kemudian meluas pada tungkai sisi yang sama.kemudian
sisi yang lain juga akan turut terkena.kepala,bibir dan lidah sering tidak
terlihat.frekuensi tremor berkisar antara 4-7 gerakan perdetik dan
terutama timbul pada keadaan istirahat dan berkurang bila ekstremitas di
gerakan.

2. Bradikinesia ( pergerakan lambat),hilang secara spontan


Gerakan volunter menjadi lambat dan memulai suatu gerakan menjadi
sulit.ekspresi muka atau gerakan mimik wajah berkurang (Muka
Topeng).Gerakan-gerakan otomatis yang terjadi tanpa disadari waktu
duduk juga menjadi sangat kurang.bicara menjadi lambat dan menonton
dan volume suara berkurang (hipofonia).

3. Hipokinase (Berkurangnya gerakan)


4. Ragiditas
Pada permulaan rigiditas terbatas pada satu ekstremitas atas dan hanya
terdektesi pada gerakan pasif .pada stadiun lanjut,rigidifas menjadi
menyeluruh dan lebih berat dan memberikan tahanan jika persendian di
gerakan secara pasif.Rigiditas timbul sebagai reaksi terhadap regangan
pada otot agonis dan antagonis.

5. Hilangnya refleks postural.


Meskipun sebagian peneliti memasukan sebagai gejala utama,namun pada
awal stadium penyakit parkinson gejala ini belum ada.hanya 37%
penderita penyakit parkinson yang sudah berlangsung selama 5 tahun
mengalami gejala ini.keadaan ini di sebabkan kegagalan integrasi dan
saraf propioseftif dan labirin dan sebagai kecil impuls dari mata,keadaan
ini mengakibatkan penderita mudah jatuh

6. Wajah Parkinson
Seperti telah di utarakan bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi
muka seprta mimik.muka menjadi seperti topeng .kedipan mata
berkurang,di samping itu kulit muka seperti berminyak dan ludah sering
keluar dari mulut.

7. Mikrografia
Bila tangan yang dominan terlibat ,maka tulisan secara graduasimenjadi
kecil dan rapat.pada beebrapa kasus hal ini merupakan gejala dini.

8. Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol


9. Demensia
Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual
progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungisional,sehingga
mengakibatkan gangguan fungsi sosial,pekerjaan dan aktifitas sehari-
hari.kelainan ini berkembang sebagai konsekuensi patologi penyakit
parkinson di sebut kompleks parkinsonism demensia.
10. Gangguan saraf otonom (sulit tidur,berkeringat,hipertensi ortostatik).
11. Depresi
Sekitar 40% penderita penyakit parkinson terdapat gejala depresi.hal ini
dapat di sebabkan kondisi fisik penderita yang mengakibatkan keadaan
yang menyedihkan seperti kehilangan pekerjaan,kehilangan harga diri dan
meras di kucilkan.

12. Disphalgia(kesulitan menelan )


13. Perubahan status mental
(depresi,demensia,ansietas,apatis,halusinasi/psikosis).
Wajah seperti topeng
e. Patofisiologi
Dua hipotesis yang disebut juga sebagai mekanisme degenerasi
neuronal ada penyakit Parkinson ialah: hipotesis radikal bebas dan hipotesis
neurotoksin.
1. Hipotesis radikal bebas
Diduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamine dapat merusak
neuron nigrotriatal, karena proses ini menghasilkan hidrogren
peroksid dan radikal oksi lainnya. Walaupun ada mekanisme
pelindung untuk mencegah kerusakan dari stress oksidatif, namun
pada usia lanjut mungkin mekanisme ini gagal.
2. Hipotesis neurotoksin
Diduga satu atau lebih macam zat neurotoksik berpera pada
proses neurodegenerasi pada Parkinson.
Pandangan saat ini menekankan pentingnya ganglia basal dalam
menyusun rencana neurofisiologi yang dibutuhkan dalam melakukan
gerakan, dan bagian yang diperankan oleh serebelum ialah
mengevaluasi informasi yang didapat sebagai umpan balik mengenai
pelaksanaan gerakan. Ganglia basal tugas primernya adalah
mengumpulkan program untuk gerakan, sedangkan serebelum
memonitor dan melakukan pembetulan kesalahan yang terjadi seaktu
program gerakan diimplementasikan. Salah satu gambaran dari
gangguan ekstrapiramidal adalah gerakan involunter.
Dasar patologinya mencakup lesi di ganglia basalis (kaudatus,
putamen, palidum, nukleus subtalamus) dan batang otak (substansia
nigra, nukleus rubra, lokus seruleus).
Secara sederhana , penyakit atau kelainan sistem motorik dapat
dibagi sebagai berikut :
a. Piramidal ; kelumpuhan disertai reflek tendon yang
meningkat dan reflek superfisial yang abnormal
b. Ekstrapiramidal : didomonasi oleh adanya gerakan-gerakan
involunter
c. Serebelar : ataksia alaupun sensasi propioseptif normal
sering disertai nistagmus
d. Neuromuskuler : kelumpuhan sering disertai atrofi otot dan
reflek tendon yang menurun
Patofisiologi depresi pada penyakit Parkinson sampai saat ini
belum diketahui pasti. Namun teoritis diduga hal ini berhubungan
dengan defisiensi serotonin, dopamin dan noradrenalin.
Pada penyakit Parkinson terjadi degenerasi sel-sel neuron yang
meliputi berbagai inti subkortikal termasuk di antaranya substansia
nigra, area ventral tegmental, nukleus basalis, hipotalamus,
pedunkulus pontin, nukleus raphe dorsal, locus cereleus, nucleus
central pontine dan ganglia otonomik. Beratnya kerusakan struktur ini
bervariasi. Pada otopsi didapatkan kehilangan sel substansia nigra dan
lokus cereleus bervariasi antara 50% - 85%, sedangkan pada nukleus
raphe dorsal berkisar antara 0% - 45%, dan pada nukleus ganglia
basalis antara 32 % - 87 %. Inti-inti subkortikal ini merupakan
sumber utama neurotransmiter. Terlibatnya struktur ini
mengakibatkan berkurangnya dopamin di nukleus kaudatus
(berkurang sampai 75%), putamen (berkurang sampai 90%),
hipotalamus (berkurang sampai 90%). Norepinefrin berkurang 43%
di lokus sereleus, 52% di substansia nigra, 68% di hipotalamus
posterior. Serotonin berkurang 40% di nukleus kaudatus dan
hipokampus, 40% di lobus frontalis dan 30% di lobus temporalis,
serta 50% di ganglia basalis. Selain itu juga terjadi pengurangan
nuropeptid spesifik seperti met-enkephalin, leu-enkephalin, substansi
P dan bombesin.
Perubahan neurotransmiter dan neuropeptid menyebabkan
perubahan neurofisiologik yang berhubungan dengan perubahan
suasana perasaan. Sistem transmiter yang terlibat ini menengahi
proses reward, mekanisme motivasi, dan respons terhadap stres.
Sistem dopamin berperan dalam proses reward dan reinforcement.
Febiger mengemukakan hipotesis bahwa abnormalitas sistem
neurotransmiter pada penyakit Parkinson akan mengurangi
keefektifan mekanisme reward dan menyebabkan anhedonia,
kehilangan motivasi dan apatis. Sedang Taylor menekankan
pentingnya peranan sistem dopamin forebrain dalam fungsi-fungsi
tingkah laku terhadap pengharapan dan antisipasi. Sistem ini berperan
dalam motivasi dan dorongan untuk berbuat, sehingga disfungsi ini
akan mengakibatkan ketergantungan yang berlebihan terhadap
lingkungan dengan berkurangnya keinginan melakukan aktivitas,
menurunnya perasaan kemampuan untuk mengontrol diri.
Berkurangnya perasaan kemampuan untuk mengontrol diri sendiri
dapat bermanifestasi sebagai perasaan tidak berguna dan kehilangan
harga diri.
 Ketergantungan terhadap lingkungan dan ketidakmampuan
melakukan aktivitas akan menimbulkan perasaan tidak berdaya dan
putus asa. Sistem serotonergik berperan dalam regulasi suasana
perasaan, regulasi bangun tidur, aktivitas agresi dan seksual.
Disfungsi sistem ini akan menyebabkan gangguan pola tidur,
kehilangan nafsu makan, berkurangnya libido, dan menurunnya
kemampuan konsentrasi. Penggabungan disfungsi semua unsur yang
tersebut di atas merupakan gambaran dari sindrom klasik depresi.
Apatis, rasa tidak berharga, rasa tidak berguna tidak ada harapan,
putus asa.

f. Web of Caution (Pathway)


FaktorPredisposisi Di SubstansiNigra Depaminmeniisdalamsubstasinigrad Kehilangankelolasubstasinigra
:Usia& Arteriosclerosis, alamkorpusstritur
Postensefalitis, IndusiObat, Dan
KeracunanLogamBerat

Globus palidesmengeluarkanimplus
yang abnormal
Kehilangankelolasubstasinigra

Kerusakancontrol Impulsglobuspalidusinitidakmelakuk
garakanvolunter yang aninhibisiterhadapkortekspiramidali
Manifestasipsikiatri memilikiketangkasansesuaideng sdanekstrapiramidalis
angerakanotomatis

Perubahankepribadian, psikosis,
demensia, dankonfusiakut

Gangguan N. VII Gangguan N. III

Kongnitifpenurunanpersepsimenurun Regreditasdeserebrasi Gangguankontraksiotot-otot bola


mata

Perubahangayaberjalan, Gangguankonferensi
Kekurangankomunikasi verbal kekakuandalamberaktifitas
Pandangankabur
Kopingindividutidakefektif

Perubahanpersepsisensorik visual
Perubahanaktifitasfisikumum Hambatanmobilisasifisik

g. Pemeriksaan Fisik
konstipasi Resikojatuh
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tumor otak meliputi pemeriksaan fisik
umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda
vital, B1 (Breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel),
B6 (Bone).
Termorritmikbradikinesia Gangguan N.IX, X Manifestasiotomatis
a. Pernapasan B1 (Breath)
Adanya peningkatan irama pernapasan (pola napas tidak teratur) dan
Perubahanwajahdansikaptubauh KesulitanMenelan
sesak napas terjadi karena tumor mendesak otak sehingga hermiasi
Berkeringat, kulitberminyak, sering
dermatitis
dan kompresi medulla oblongata. Bentuk dada dan suara napas klien
rasahlelahberlebihanototterasanyeri
normal, tidak menunjukkan batuk, adanya retraksi otot bantu napas,postural,
, hipotensi
penurunankemampuanbatukefektif
dan biasanya memerlukan alat bantu pernapasan dengan kadar
Ketidakseimbangannutrisikurangda
konstipasi rikubutuhantubuh
oksigen 2 LPM.

b. Kardiovaskular B2 (Blood)
Desak ruang intracranial akan menyebabkan peningkatan tekanan
intracranial sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Selain itu terjadi ketidakteraturan irama jantung (irreguler) dan
brakikardi. Klien tidak mengeluhkan nyeri dada, bunyi jantung
normal, akral hangat, nadi bradikardi.

c. Persyarafan B3 (Brain)
1) Penglihatan (mata) : penurunan penglihatan, hilangnya
ketajaman atau diplopia
2) Pendengaran (telinga) : Terganggu bila terkena lobus
temporal
3) Penciuman (hidung) : mengeluh bau yang tidak biasanya,
pada lobus frontal
4) Pengecapan (lidah) : ketidakmampuan sensasi (parastesia
atau anesthesia) dan beberapa manifestasi klinis yang muncul
akibat tumor otak berdasarkan lokasinya (Lobus). Dapat
dilihat pada bagian manifestasi klinis hal. 6 (enam).

d. Perkemihan (Bladder)
Gangguan control sfinter urine, bentuk alat kelamin normal, uretra
normal, produksi urin normal.

e. Pencernaan (Bowel)
Mual dan muntah terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial
sehingga menekan pusat muntah pada otak. Gejala mual dan muntah
ini biasanya akan diikuti dengan penurunan nafsu makan pada
pasien, kondisi mulut bersih dan mukosa lembab.

f. Musculoskeletal (Bone)
Keterbatasan pergerakan anggota gerak karena kelemahan bahkan
kelumpuhan. Kemampuan pergerakan sendi bebas, kondisi tubuh
kelelahan.
h. Pemeriksaan Penunjang Dan Interpretasi

a) EEG
Berguna untuk mengientifikasi bangkitan yang suklinis.sedang pada
penyakit alzheimer di dapatkan perubahan gelombang lambat pada
lobus frontalis yang non spesifik.

b) CT-SCAN Dan MRI


Mrupakan metode yeng bersolusi tinggi untuk melihat kwantifikasi
perubahan volume jaringan otak pada Alheimer
antemortem.Pemeriksaan ini berperan dalam menyingkirkan
kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya.Artropi Kortikal
menyeluruh dan pembesaran ventrikel keduanya merupakan gambaan
marker dominan yang sangat spesifik pada penyakit ini.MRI kepala
(Biasanya terjadi atrofi kortikal difuse,sulki melebar,hidrosefalus eks
vakuo).Penyakit parkinson merupakan penyakit kronis yang
membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang
untuk saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini,tetapi
pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul.

c) Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat di tegakkan tanpa adanya konfirmasi
neuropatologi.secara umum di dapatkan atropi yang
bilateral ,simetris,seringkali berat otaknya berkisar 1000gr (850-
1250gr)

d) Pemeriksaan neuropsikologik
Penyakit alzheimer selalu menimbulkan gejala demensia .Fungsi
pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak
adanya gangguan fungsi kognitif umum.test psikologis ini juga
bertujuan untuk menilai fungsi yang di tampilkan oleh beberapa
bagian otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori,kehilangan
expresi,kalkulasi,perhatian,dan pengertian berbahasa.

e) PET(Positron Emission tomography)


Pada penderita alzheimer ,hasil PET di temukan penurunan aliran
darah,metabolisma 02,dan glukosa di daerahserebral,Up take I.123
sangat menurun pada regional parietal,hasil ini sangat berkorelasi
dengan kelainan fungsi kognisi dan selalu dan sesuai dengan hasil
observasi peneliti neuropatologi.

i. SPECT (Single photon Emission Computed Tomography)


Kelainan ini berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan
defisit kogitif.pemeriksaan (SPECT DAN PET ) tidak di gunakan
secara rutin.
j. Penatalaksanaan Penyakit
Penyakit parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan
penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang.Pada saat ini tidak
ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini,tetapi pengobatan dan
operasi dapat mengatasi gejala yang timbul.
Pengobatan penyakit parkinson bersifat indifidual dan
simtomatik,obat-obatan yang biasa diberikan adalah untuk pengobatan
penyakit atau menggantikan atau meniru dopamin yang akan memperbaiki
tremor,rigiditas,dan slowness.perawatan pada penderita penyakit
parkinson bertujuan untuk memperlambat dan menghambat
perkembangan dari penyakit itu.perawatan ini dapat di lakukan dengan
pemberian obat dan terapi fisik seperti terapi berjalan,terapi
suara/berbicara dan pasien di harapkan tetap melakukan kegiatan sehari-
hari.

 Penatalaksanaan Medis
1. Medis
Sasaran tindakan adalah untuk meninggikan dopamin,terapi obat-
obatan mencangkup
antihistamin,antikolinergik,amantidin,levodopa,inhibitor
mohoamine oksidasi (MOA) dan anti depresi.Beberapa obat-
obatan ini menyebabkan efek samping psikiatri pada lansia.
Terapi obat-obatan

a) Terapi Antikoligenik
Contohnya Benzotropine
(Cogentin) ,trihexyphenidyl(Artane).
Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit
parkinson dan untuk mengaluskan pergerakan.serta efektif
untuk mengontrol tremor dan kekakuan parkinson.obat-
obatan ini dapat di gunakan dalam kombinasi dengan
levodopa.efek samping menyangkut ; Penglihatan
kabur,wajah memerah,Ruam pada wajah,konstipasi,Retensi
urin,dan kondusi akut.Tindakan Intraokular di pantau ketat
karena obat-obat ini kontraindikasi pada pasien dengan
glaukoma sedikit sekalipun.pasien-pasien dengan
hiperplasia prostatic di pantau terhadap adanya tanda-tanda
retensi urin.

b) Carbidopa /levodopa
Levodopa merupakan pengobatan utama untuk
penyakit parkinson.di dalam otak levodopa di rubah
menjadi dopamin.L-dopa akan di ubah menjadi dopamin
pada neuron dopaminergik oleh L-aromatik asam amino
dekarboksilase (dopa dekarboksilase).walaupun
demikian ,hanya 1-5% dari L-Dopa memasuki neuron
dopaminigenik,sisanya di metabolisme di sembarang
tempat, mengakibatkan efek samping yang luas.levodopa
mengurangi tremor,kekuatan otot dan memperbaiki
gerakan.penderita penyakit parkinson ringan bisa kembali
menjalani aktifitasnya secara normal. obat ini di berikan
bersama carbidopa untuk meningkatkan efektifitasnya dan
mengurangi efek sampingnya .

c) COMT inhibitors
Contoh entacapone (Comtan),Tolcapone (tasmar).untuk
mengontrol fluktuasi motor pada pasien yang
menggunakan obat levodopa.Tolcapone adalah
penghambat enzim COMT, memperpanjang efek L-
Dopa .tapi karena efek samping yang berlebihan seperti
liver toksik,Maka jarang di gunakan.jenis yang
sama ,entacapone,tidak menimbulkan penurunan fungsi
liver.

d) Agonis dopamin
Agonis dopamin seperti bromokriptin (Parlodel),pergolid
(Permax),Pramipexol
(Mirapex),Ropinirol,Kabergolin,Apomorfin dan Lisurid
dianggap cukup efektif untuk mengobati gejala
Parkinson.Obat ini bekerja dengan merangsang reseptor
dopamin,akan tetapi obat ini juga menyebabkan penurunan
reseptor dopamin secara progresif yang selanjutnya akan
menimbulkan peningkatan gejala parkinson.obat ini dapat
berguna untuk dapat mengobati pasien yang pernah
serangan yang berfluktuasi dan diskinesia sebagai akibat
dari levodopa dosis tinggi.Apomorfin dapat diinjeksikan
subkutan,dosis rendah yang di berikan setiap hari dapat
mengurangi fluktuasi gejala motorik.

e) MAO-B inhibitors
Contohnya selegiline (Eldepryl),Rasagaline
(Azileck).Inhibitor MAO diduga berguna pada penyakit
parkinson karena neuotransmisi dopamine dapat di
tingkatkan dengan mencegah perusaknya.selegiline dapat
pula memperlambat memburuknya sindrom
parkinson,dengan demikian terapi levodopa dapat di
tangguhkan selama beberpa waktu.Berguna untuk
mengendalikan gejala dari penyakit parkinson.yaitu untuk
mengaluskan pergerakan.selegilin dan rasagilin
mengurangi gejala dengan menghabisi monoamin oksidase
B (MAO-B),sehingga menghambat perusakan dopamin
yang di keluarkan oleh neuron dopaminergik.metabolitnya
mengandung L-amphetamin and L-methamhetamin.efek
sampingnya adalah insimnia.kombinasi dengan L-dopa
dapat meningkatkan angka kematian,yang sampai saat ini
tidak bisa diterangkan secara jelas,efek lain dari kombinasi
ini adalah stomatitis.

f) Amantadine (Symmetrel)
Berguna untuk perawatan
akinesia,dyskinesia,kekakuan,gemetaran.

g) Inhibitor dopa dekarboksilasi dan levodopa


Untuk mencegah agar levodopa tidak diubah menjadi
dopamin di luar otak,maka levodopa dikombinasikan
dengan inhibator enzim dopa dekarboksilase.untuk maksud
ini dapat di gunakan karbidopa atau benserazide
(madopar).Dopamin dan karbidopa tidak dapat menembus
sawar-otak-darah.dengan demikian lebih banyak levodopa
yang dapat menembus sawar-otak-darah,untuk kemudian
dikonversi menjadi dopamine di otak.

h) Terapi neuroprotektif
Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari
kematian sel yang diinduksi progresifitas penyakit.adapun
yang sering digunakan diklinik adalah monoamine oxidase
inhibitors (selegiline and rasagiline),dopamine agonis,dan
complek 1 mitochondrial fortifier coenzyme Q10.

2. DeepBrain Stimulatium (DBS)


Pada tahun 1987,diperkenalkan pengobatan dengan cara
memasukan elektroda yang memancarkan implus listik frekuensi
tinggi terus-menerus kedalam otak.terapi ini disebut deep brain
stimulation (DBS).DSB adalah tindakan minimal invasif yang
dioperasikan melalui panduan komputer dengan tingkat kerusakan
minimal untuk mencangkokkan alat medis yang disebut
neurostimulator untuk menghasilkan stimulasi elektrik pada
wilayah target di dalam obat yang terlibat dalam pengendalian
gerakan.terapi ini memberikan stimulasi elektrik rendah pada
thalamus.stimulasi ini digerakan oleh alat medis implant yang
menekan tremor.terapi ini memberikan kemungkinan penekanan
pada semua gejala dan efek samping,dokter menargetkan wilayah
subthalamic nucleus (STN) dan globus pallidus (GP)sebagai
wilayah stimulasi elektris.pilihan wilayah target tergantung pada
penilaian klinis,DBS direkomendasikan bagi pasien dengan
penyakit parkinson tahap lanjut (Stadium 3 atau 4) yang masih
memberikan respon terhadap levodopa.pengendalian parkinson
dengan terapi DBS menunjukan keberhasilan 90%.Berdasarkan
penelitian ,sebanyak 8 atau 9 dari 10 orang yang menggunakan
terapi DBS mencapai Peningkatan kemampuan untuk melakukan
aktifitas normal sehari-hari

3. Operasi
Operasi untuk penderita parkinson jarang dilakukan sejak
ditemukannya levodopa.Operasi dilakukan pada pasien dengan
parkinson yang sudah parah dimana terapi dengan obat tidak
mencukupi.Operasi dilakukan thalatotomi dan stimulasi thalamik.

4. Pencangkokan Saraf
Cangkok sel stem secara genetik untuk memproduksi dopamin
atau sel stem yang berubah menjadi sel memproduksi dopamin
telah mulai dilakukan.percobaan pertama dilakukan adalah
randomized double-blind sham-placebo dengan pencakokan
dopaminergik yang gagal menunjukan peningkatan mutu hidup
untuk pasien dibawah umur.

5. Terapi fisik
Sebagian terbesar penderita parkinson akan merasa efek baik
dari terapi fisik.pasien akan termotivasi sehingga terapi ini bisa
bisa dilakukan di rumah,dengan diberikan petunjuk atau latihan
contoh diklinik terapi fisik.Program terapi fisik pada penyakit
parkinson merupakan program jangka panjang dan jenis terapi
disesuaikan dengan perkembangan atau perbukukan
penyakit,misalnya perubahan pada rigiditas,tremor dan hambatan
lainnya.latihan fisik yang teratur,termasuk yoga,taihic,ataupun tari
dapat bermanfaat dalam menjaga dan meningkatkan
mobilitas,fleksibilitas,keseimbangan,dan range of motion.latihan
dasar selalu di anjurkan ,seperti membawa tas,memakai
dasi ,mengunyah keras,dan memindahkan makanan di dalam
mulut.

a) Terapi Suara
Perawatan yang paling besar untuk kekacauan suara
yang di akibatlkan oleh penyakit parkinson adalah dengan Lee
Silverman voice treatment (LSVT).LSVT fokus untuk
meningkatkan volume suara.suatu studi menemukan bahwa
alat elektronik yang menyediahkan umpan balik indra
pendengaran atau frequency auditory feedback (FAF)untuk
meningkatkan kejernian suara.
b) Terapi Gen
Pada saat sekarang ini,penyelidikan telah dilakukan
hingga tahap terapi gen yang melibatkan penggunaan virus
yang tidak berbahaya yang di kirim ke bagian otak yang di
sebut subthalamic nucleus (STN).Gen yang digunakan
memerintahkan untuk memproduksi sebuah enzim yang
disebut glutamic acid decarboxylase (GAD) yang mempercepat
produksi neurotransmitter (GABA).GABA bertindak sebagai
penghambat langsung sel yang terlalu aktif di STN.

6. Nutrisi
Vitamin C dan vitamin E dosis tinggi secara teori dapat
mengurangi kerusakan sel yang terjadi pada pasien parkinson.kedua
vitamin tersebut di perlukan dalam aktifitas enzim superoxide
dismutase dan katalase untuk menetralkan anion superoxide yang
dapat merusak sel.Belum lama ini,Koenzim Q10 juga telah digunakan
dengan cara kerja yang mirip dengan vitamin A dan E.MitoQ adalah
suatu zat sintesis baru yang memiliki struktur dan fungsi mirip dengan
koenzim Q10.
B. Proses Keperawatan Parkinson
1. Pengkajian
1) Pengkajian
Pengumpulan data subjektif dan objektif pada klien dengan gangguan
system persarafan meliputi anamnesis riwayat penyakit,pemeriksaan
fisik,pemeriksaan diagnostic, dan pengkajian psikososial.
2) Anamnesa
Identitas klien meliputi nama,umur (lebih sering pada kelompok usia
lanjut, pada usia 50-an dan 60-an),jenis kelamin (lebih banyak pada laki-
laki), pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
masuk rumah sakit, nomer register,diagnosis medis.
Keluhan utama yang sering menjadi alas an klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor
menyeluruh,kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural.

2. Diagnosis Keperawatan
1) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan dan kelemahan
otot
2) Defisit perawatan diri berhubungan dengan tremor dan gangguan motorik
3) Konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktifitas fisik
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan
5) Hambatan komunikasi verbal brhubungan dengan penurunan siklus darah
ke otak kekakuan otot wajah.
6) Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan pada penglihatan
3. Intevensi
NO. Masalah Keperawatan Planing SLKI Intervensi SIKI
1. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Dukungan ambulasi (SIKI :
fisik yang keperawatan 2x24 jam I.06171)
berhubungan dengan mobilitas fisik meningkat Observasi
penurunan kekuatan (SLKI : L.05042) 1. Identifikasi adanya nyeri
otot ditandai dengan Dengan kriteria : atau keluhan fisik
kekakuan otot 1. Pergerakan lainnya.
menurun ekstermitas 2. Identifikasi toleransi fisik
(SDKI : D.0054) meningkat(5) melakukan ambulasi
2. Kekuatan otot 3. Monitor frekuensi
meningkat(5) jantung dan tekanan
3. Rentang Gerak darah sebelum memulai
(ROM) ambulasi.
meningkat(5) 4. Monitor kondisi umum
4. Gerakan terbatas selama malakukan
menurun (5) ambulasi .
5. Kelemahan fisik
menurun (5)
Teraupetik
1. Fasilitasi aktifitas
ambulasi dengan alat
bantu (mis tongkat,kruk)
2. Fasilitasi melakukan
mobilitasi fisik,
3. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi.

Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
2. Anjurkan melakukan
ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus di
lakukan (mis.berjalan
dari tempat tidur ke kursi
roda,berjalan dari tempat
tidur ke kamar
mandi ,berjalan sesuai
toleransi)

2. Konstipasi Setelah di lakukan tindakan Menajemen eliminasi fekal ( SIKI


berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam di : I.04152)
aktivitas fisik harian harapkan eliminasi fekal Observasi
yang berhubungan membaik (SLKI : L.04033) 1. Identifikasi masalah usus
Dengan kriteria dan penggunaan obat
dengan pengeluaran 1. Kontrol pengeluaran pencahar
fases lama dan sulit fases meningkat (5) 2. Identifikasi pengobatan
( SDKI :D.0149 ) 2. Keluhan defekasi yang berefek pada
lama dan sulit kondisi gestrointetinal
menurun (5) 3. Monitor buang air besar
3. Mengenjang saat (misalnya, wama,
defekasi menurun frekuensi, konsitensi,
(5) volume)
4. Konsisten fases 4. Monitor tanda dan gejala
membaik(5) diare kontipaksi atau
5. Frekuensi defekasi impaksi
membaik (5) Terapeutik
6. Peristaltic usus 1. Memberikan air hangat
membaik (5) setelah makan
2. Jadwalkan waktu
defekasi bersama pasien
3. Sediakan makanan
tinggi serat
Edukasi
1. Jelaskan makan yang
membantu meningkatkan
keteraturan peristaltic
usus
2. Anjurkan mencatat
warna, frekuensi,
konsistensi, volume
vases
3. Anjurkan meninkatkan
aktivitas fisik, sesui
toleransi
4. Anjurkan menggunakan
asupan makanan yang
membantu meningkatkan
pembentukan gasd
5. Anjurkan mengkonsumsi
makanan yang
menganding tinggi serat
6. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan, jika tidak
ada kontrandikasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat supositoria anal, jika
perlu
3. Defisit nutrisi kurang Setelah di lakukan tindakan Menejemen nutrisi
dari ketidak mampuan keperawatan 2x24 jam di (SIKI : I.031119)
menelan makanan harapkan status nutrisi Obsrvasi
yang di tandai dengan membaik ( SLKI : L.03030) 1. Identifikasi nutrisi
otot menelan lemah Dengan kriteria 2. Identifikasi alergi dan
dan penurunan berat 1. Frekuensi makan intoleransi makanan
badan membaik (5) 3. Identifikasi makanan
( SDKI : D.0819 ) 2. Napsu makan yang di sukai
membaik (5) 4. Identifikasi kebutuhan
3. Bising ususmembaik kalori dan jenis nutrisi
(5) 5. Identifikasi perlunya
4. Memberane mukasa mengunakan selang
membaik (5) nasolgastritis
5. Berat badan 6. Montor asupan makanan
membaik(5) 7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeotik
1. Lakukan oral hygiene
sebelum makan,jika
perlu
2. Fasilitasi menentukan
pedoman diet ( mis.
Piramida makanan)
3. Sajikan makanan yang
menarik dan suhu yang
sesuai
4. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencega
konstipasi
5. Berikan makan tinggi
kalori dan tinggi protein
6. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian
makanan melalui
nasigratrik jika asuhan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk
jika perlu/ mampu
2. Ajarkan diet yang di
programkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
( mis. Anti nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahlih
gizi untuk menentukan
jumlah intervensi yang di
berikan
4. Gangguan komunikasi Setalah di lakukan tindakan Program komunikasi: devisit
verbal berhubunggan keperawatan 3x24 jam di bicara
dengan gangguan hareapkan komunikasi verbal (SIKI :I.13492)
musculoskeletal di meningkat (SLKI: L.13118) Observasi
tandai dengan sulih Dengan kriteria 1. Monitor kecepatan,
menggunakan ekspresi 1. Kemampuan tekanan, kuantitas,
wajah atau tubuh yang berbicara meningkat volume dosn diksi bicara
sulit menggungkapkan (5) 2. Monitor proses kognitif,
kata-kata 2. Kemampuan anatomis, dan fisiologis
SDKI : D.0119) mendengar yang berkaitan dengan
meningkat(5) berbicara
3. Kesesuaian ekspresi 3. Monitor frustasi, marah,
wajah/tubuh depresi atau hal lain yang
meningkat(5) menggangu bicara
4. Pemahaman 4. Identifikasi perilaku
komunikasi emosyonal dan fisik
membaik (5) sebagai bentuk
komunikasi
Terapeutik
1. Gangguan metode
komunikasi alternative
(mis: menulis berkedip,
papan komunikasi
dengan gambar dan
huruf, isyarat tangan, dan
computer)
2. Sesuai gaya komunikasi
dengan
kebutuhan(mis:berdiri di
depan pasien, dengarkan
dengan seksama,tunjukan
satu gagasan atau
pemikiran sekaligus,
berbicara dengan
berlahan dan hindari
teriakan, gunakan
komunikasi tertulis, atau
meminta bantu keluarga
untuk memahami ucapan
pasien.
3. Modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan
bantuan
4. Ulangi apa yang di
sampaikan pasien
5. Berikan dukungan
psikologis
6. Gunakan juru bicara jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan berbicara
perlahan
2. Anjurkan pasien dan
keluarga proses
kognitif,anatomis dan
fisiologis yang
berhubungan dengan
kemampuan berbicara
Kolaborasi
1. Rujuk ke alhi patologis
bicara atau terapis
5. Koping tidak efektif Setelah di lakukan tindakan Dukungan pengambilan keputusan
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam di SIKI : I.09265)
ketidak cukupan harapkan status koping 1. Observasi persepsi
persiapan untuk membaik (SLKI : L.09086) mengenal masalah dan
menghadapi stressor di Dengan kriterian informasih yang memicu
tandai dengan 1. Kemampuan konflik
menggunakan memenuhi peran Terapeutik
mekanisme koping sesuai usia 1. Fasilitasi mengklarifikasi
yang tidak sesuai meningkat (5) nilai dan harapan yang
SDKI : D.0096) 2. Perilaku koping membantu membuat
adaptif meningkat pilihan
(5) 2. Diakusikan kelebihan
3. Verbalisasi dankekurangan dari
kemampuan setiap solusi
mengatasi masalah 3. Fasilitasi melihat situasi
meningkat (5) secara realistic
4. Verbalisasi 4. Motivasi
pengambilan mengungkapkan tujuan
masalah meningkat perawatan yang di
(5) harapkan
5. Verbalisasi 5. Fasilitasi pengambilan
kemampuan diri keputusan secara
meningkat (5) kolaborasitif
6. Hormati hak pasien
untuk tindakan pada
pasien, keluarga dan
tenega kesehatan lainnya
Edukasi
1. Informasikan alternative
solusi secara jelas
2. Berikan informasi yang
di berikan pasien
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain
dalam memfasilitasi
pengambilan keputusan
6. Defisit pengetahuan Setelah di lakukan tindakan Edukasi proses penyakit
berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam di (SIKI : I.12445)
kurang terpapar harapkan tingkat Observasi
informasi di tandai pengetahuan membaik 1. Identifikasi kemampuan
dengan menannyai (SLKI : L.12111) klien dan keluarga
masalah yang di hadapi Dengan kriteria menerima informasi
(SDKI: D.0111) 1. Pertanyakan Terapeutik
masalah yang di 1. Sediakan media
hadapi menurun (5) pendidikan kesehatan
2. Persepsi yang keliru 2. Jadwalkan pendidikan
terhadap masalah kesehatan yang sesuai
menurun (5) kesepakatan
3. Menjalani 3. Berikan kesempatan
pemeriksaan yan pasien untuk bertanya
tepat menurun (5) Edukasi
1. Jelaskan definisi,
penyebeb, gejala dan
faktor resiko penyakit
2. Jelaskan proses
patofisiologis munculnya
penyakit
3. Jelaskan danda dan
gejala yang di timbulkan
oleh penyakit
4. Ajarkan cara meredakan
atau mengatasi gejala
yang di rasakan
5. Informasikan keadaan
pasien saat ini
4. Implementasi

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana

tindakan disusun dan ditujukan pada nursing oders untuk membantu

klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah

membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang

mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan

kesehatan dan memfasilitasi koping. Terdapat 3 tahap dalam tindakan

keperawatan, yaitu persiapan, perencanaan dan dokumentasi (Nursalam,

2009 : 127).

Kegiatan implementasi pada klien dengan parkinson adalah

membantunya mencapai kebutuhan dasar seperti :

1. Melakukan pengakajian keperawatan untuk mengidentifikasi

masalah baru atau mamantau status atau masalah yang ada.

2. Melakukan penyuluhan untuk membantu klien mamperoleh

pengetahuan baru mangenai kesehatan mereka sendiri atau

penatalaksanaan penyimpangan.
3. Membantu klien membuat keputusan tentang perawatan kesehatan

dirinya sendiri.

4. Konsultasi dan rujuk pada profesional perawatan kesehatan

lainnya untuk memperoleh arahan yang tepat.

5. Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan,

mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan.

6. Membantu klien untuk melaksanakan aktivitas mereka sendiri.

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yan menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,

rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Tujuan

evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai

tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan

dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan

yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan

(Nursalam, 2009 : 135).

Evaluasi dapat dibagi dua, yaitu evaluasi hasil atau formatif dilakukan

setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil sumatif dilakukan

dengan membandingkan respons klien pada tujuan khusus dan umum

yang telah ditentukan.


Problem-Intervention-Evaluation adalah suatu singkatan masalah,

intervensi dan evaluasi. Sistem pendokumentasian PIE adalah suatau

pendekatan orientasi-proses pada dokumentasi dengan penekanan

pada proses keperawatan dan diagnosa keperawatan (Nursalam,

2009 :

207)

Proses dokumentasi PIE dimulai pengkajian waktu klien masuk diikuti

pelaksanaan pengkajian sistem tubuh setiap hari setiap pergantian jaga

(8 jam), data masalah hanya dipergunakan untuk asukan keperawatan

klien jangka waktu yang lama dengan masalah yang kronis, intervensi

yang dilaksanakan dan rutin dicatat dalam “flowsheet”, catatan

perkembangan digunakan untuk pencatatan nomor intervensi

keperawatan yang spesifik berhubungan dengan masalah, intervensi

langsung terhadap penyelesaian masalah ditandai dengan “I”

(intervensi) dan nomor masalah klien, keadaan klien sebagai pengaruh

dari intervensi diidentifikasikan dengan tanda “E” (Evaluasi) dan

nomor masalah klien, setiap masalah yang diidentifikasi dievaluasi

minimal setiap 8 jam (2009 : 208).


BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
I. Identitas Klien

Nama : Tn.O

Umur : 91 Th

Jenis kelamin : Laki- Laki

Status : Sudah menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pensiunan guru

Suku : Piliang

Alamat : abepura

No Mr : 498943

Tanggal masuk : 30-05-2022


Tangga pengkajian : 07-06-2022

Diagnosa medis : Parkinson + HT

Penanggung jawab

Nama : Ny. R
Umur : 55 Th
Hub keluarga : Anak kandung
Pekerjaan : Guru

II. Alasan Masuk


Klien masuk ruang penyakit dalam pria , pada jam 13.45

WIB, dengan keluhan tiba-tiba pingsan, penurunan kesadaran, lemah.

Kemudian klien langsung di bawa ke Rumah Sakit Dok 2 jayapura lalu

klien di rujuk ke RSUD dok 2 pada hari yang sama. Pada tanggal 30 mei

2018 jam 14.00 WIB klien mengalami penurunan kesadaran dengan

tanda-tanda vital klien saat di IGD, TD: 135/77 mmHg, RR: 22

kali/menit, HR: 80 kali/menit, T: 36,1, kesadaran: samnolen, KU: Berat.

III. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Saat dilakukan pengkajian didapatkan data keluarga mengatakan klien

batuk berdahak, banyak nya penumpukan sputum di tenggorokan

pasien dan klien tidak bisa menelan. Klien tampak sesak napas, dan

bagian ekstremitas tampak lemah dan klien tampak tremor terjadi pada

jari-jari tangan. Tanggal 7 juni 2018 TTV klien : TD: 135/77 mmHg,

HR: 80 kali/menit, RR 25 kali/menit GCS= E: 4, M: 6 ,V: 5. Klien

tidak ada mual dan muntah, kejang tidak ada, klien tampak terpasang

kateter no.16, klien tampak terpasang slang NGT,klien tampak

terpasang O2 2 liter/menit dan IVFD Asering 20 TPM. Urine out put:

200 cc/12 jam.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


Saat dilakukan pengkajian keluarga mengatakan klien pernah di rawat

di rumah sakit sebelumnya dengan penyakit asma.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Saat dilakukan pengkajian keluarga mengatakan anggota keluarga

mempunyai penyakit keturunan yaitu Hipertensi.

Genogram

Keterangan :

= Perempuan = Laki-laki meninggal

= Laki-laki = Perempuan meninggal

= Klien laki-laki = Serumah

dengan klien

Narasi dari Genogram:


Keluarga A mempunyai tiga orang anak laki-laki, yaitu yang pertama laki-laki

(meninggal), kedua laki-laki (Tn. O), ketiga laki-laki (meninggal). Keluarga B

mempunyai enam orang anak, anak pertama perempuan, anak kedua, ketiga, keempat

dan kelima yaitu laki-laki (meninggal), anak yang keenam perempuan (Ny. S).

Kemudian anak kedua (Tn.O) dari keluarga A menikah dengan anak keenam (Ny.S)

dari keluarga B dan mempunyai anak enam orang. Anak pertama dari Tn.O (klien)

perempuan sudah meninggal, kedua laki-laki, ketiga laki-laki, keempat perempuan,

kelima laki-laki, dan yang keenam perempuan. Semua anak klien sudah menikah, dan

klien sekarang tinggal serumah dengan anak yang keempat, ditandai dengan garis

putus-putus yang tergambar pada genogram.

IV. Pemeriksaan fisik umum

a. Tingkat Kesadaran : Compos mentis

b. GCS : E 4 M6 V5= 15

c. BB/TB : 42 Kg/ 165 Cm

d. Keadaan umum : Lemah


e. Tanda- tanda vital : TD = 121/73 mmHg

Nadi = 80 x/menit

Pernafasan = 25 x/menit
Suhu = 36,5 C

1. Kepala

 Rambut
I : Rambut klien tampak bersih berwarna putih sudah beruban,

rambut, tampak lurus, tidak ada tampak lesi, udem, tidak

tampak ketombe

P : Tekstur rambut baik, dan tidak rontok.

• Mata

I : Mata tampak simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis,

sklera ikterik, diameter pupil isokor 2mm, penglihatan agak

kabur, tidak menggunakan alat bantu penglihatan.

P : Tidak ada teraba massa pada kedua mata klien, reflek cahaya

(+/+).

• Telinga

I : Simetris kiri dan kanan, tidak ada pendarahan, tidak ada

serumen, telinga bersih, pendengaran kurang baik.

P : Tidak ada nyeri tekan pada tragus, tidak ada masa pada
telinga.

• Hidung

I : Hidung tampak simetris kiri dan kanan, klien terpasang NGT,

tidak ada tampak lesi, tidak ada polip, tidak ada secret pada

rongga hidung, tidak ada tampak cuping hidung.

P : Tidak teraba massa dan perdangan pada hidung klien.


• Mulut dan gigi

I : Keadaan mulut tampak simetris, mukosa mukosa bibir tampak

kering, tidak ada sariawan, gigi tidak lengkap, terdapat caries,

tidak ada lesi dan udem.

P : Tidak teraba massa pada mulut klien, mulut berbau, tidak ada

kelainan pada bibir seperti bibir sumbing.

• Tenggorokan

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 juni 2018 didapatkan

data klien bicara tidak jelas, klien mengalami kesulitan menelan,

klien terpasang slang NGT, dan banyak penumpukan sputum.

2. Leher

Simetris kiri dan kanan, Vena jugularis tidak terlihat tapi teraba, warna

leher klien tampak kuning langsat, klien mengalami kesulitan saat

menelan, dan tidak ada pembengkan kelenjar tiroid., dan tidak ada

terdapat lesi

3. Thorax

a. Paru- paru

I : Dada simetris kiri dan kanan, pergerakan ada normal, frekuensi

nafas 25x/i irama pernafasan tidak teratur, tidak ada penonjolan

tulang ataupun lesi, warna kulit putih, tidak ada terdapat

sianosis, tidak ada penarikan dinding dada (retraksi) tidak ada


bekas luka lecet, tidak ada menggunakan otor bantu pernafasan

seperti otot perut.

P: Tidak ada pembengkakan masa/benjolan, ketika klien

mengucapkan angka 77 getaran dinding dada sama, tidak ada

nyeri tekan.

P : Terdengar bunyi sonor disemua lapang paru

A: Terdengar bunyi nafas snoring (ngorok), tidak ada suara nafas

tambahan.

b. Jantung

I : Dada simetris kiri dan kanan, iktus cordis tidak tampak, tidak

ada bekas luka, tidak terdapat sianosis, sentral tidak terlihat

getaran dinding jantung dan tidak ada pembesaran pada

jantung.

P: Tidak ada pembengkakan/benjolan tidak ada nyeri tekan lepas.

P: Bunyi jantung redup pada batas jantung.

Batas jantung kanan atas : ICS II Linea Para Sternalis Dextra.

Batas jantung kanan bawah : ICS IV Linea Para Sternalis

Dextra.

Batas jantung kiri atas : ICS II Linea Para Sternalis Sinistra.

Bata jantung kiri bawah : ICS IV Medio Clavicularis Sinistra.


A: Bunyi jantung I (lup) dan bunyi jantung II (dup), tidak ada bunyi

tambahan, Teratur dan tidak ada bunyi tambahan seperti murmur

dan gallop.

4. Abdomen

I : Simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas operasi, warna kulit sama,

tidak ada terdapat lesi.

A: Bising usus 12x/i di kuadran ke 3 kanan bawah abdomen.

P: Hepar tidak teraba, tidak ada nyeri tekan lepas pada kuadran kanan

bawah abdomen, tidak ada luka bekas operasi pada abdomen.

P: Terdengar bunyi tympani pada anterior bawah kiri.

5. Punggung

Tidak teraba bengkak, simetris kiri dan kanan, dan tidak ada lesi pada

punggung, dan juga tidak ada dukubitus pada punggung.

6. Ektermitas

Bagian Atas : Kedua tangan tampak lemah dan tremor,tangan kanan

terpasang infus asering 20 tpm tidak ada edema, keadaan selang infus

bersih.

Bagian Bawah: Kaki tampak lemah dan tremor, kaki klien tampak

simetris kiri dan kanan, akral klien terasa hangat


Kekutan otot

3333 3333

3333 3333

Normal Kekuatan otot

i. Nilai 5: mampu melawan gravitasi dan melawan tahanan ii. Nilai

4: mampu melawan gravitasi dan sedikit melawan tahanan iii. Nilai

3: mampu melawan gravitasi sebentar iv. Nilai 2: mampu bergeser

v. Nilai 1: bila diberi ransang ada tonus vi.

Nilai 0: tidak ada tonus (hemiplagi =

lumpuh)

7. Genetalia

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 juni 2018 didapatkan

Keadaan genetalia Tampak bersih dan lengkap, klien terpasang slang

khateter no.16 dan pempers (urine output 200 cc/12 jam), tidak ada

kelainan pada genetalia, keadan genetalia bersih

8. Integumen

Kulit tampak bersih, terdapat lesi dibagian paha, turgor kulit kering,

klien tidak berkeringat, klien tidak lembab, kulit sudah mengkerut.


9. Refleks

1. Refleks Bisep : saat dilakukan pemeriksaan dengan cara fleksikan

sebagian lengan klien pada siku, saat dilakukan pukulan sedikit

kebawah dengan menggunakan palu reflek ke ibu jari, tampak

adanya sedikit fleksi pada siku, dan kontraksi biseb pada ibu jari

klien.

2. Refleks Trisep: adanya sedikit ekstensi pada tangan klien.

3. Refleks Patela: tidak bisa dilakukan pemeriksaan karena klien

masih lemah dan tremor

4. Reflek Babinski: saat dilakukan pemerksaan pada klien dengan

cara menggoreskan pena ke telapak kaki klien, mulai dari tumit,

kemudian jantung telapak kaki menuju ibu jari, hasil yang didapat

jari-jari klien menekuk kebawah, Babinski klien negatif.

10. Persyarafan

• N 1 (Olfaktorius /penciuman)

Saat dilakukan pengkajian pemeriksaan pada N1,klien bisa

membedakan bau dengan baik.

• N II (opticus/ketajaman penglihatan)

Saat dilakukan pengkajian pemeriksaan pada N II,klien tidak bisa

melihat huruf/angka yang di lihatkan,penglihatan klien sudah

kabur dan tidak jelas karna faktor usia,klien bisa melihat jelas

menggunakan alat bantu penglihatan yaitu kaca mata.


• N III, IV dan VI (okulomotorius, trokhlearis dan abdusen

/mengangkat kelopak mata)

Saat dilakukan pengkajian pada N III, IV dan VI, pada saat klien

disuruh untuk buka mata dan mengangkat kelopak mata klien bisa

melakukannya tidak ada gangguan pada otot mata, saat klien di

minta untuk mengikuti obyek yg dilihatkan klien tidak bisa

melakukan nya karna penglihatan yang kabur karna faktor usia.

• N V (trigeminus/otot wajah)

Saat dilakukan pengkajian pada N V tidak ada gangguan, pada saat

di sapukan kapas gulung kecil di dahi klien dan sinus paranasal

klien langsung ada reflek berkedip.

• N VII (facialis/ekspresi wajah, indra perasa 2/3 lidah anterior).

Saat dilakukan pengkajian di minta klien untuk tersenyum,

mengangkat alis mata, dan mengkerutkan dahi, menutup mata

klien mampu melakukannya dan pada saat klien diminta untuk

membedakan rasa yang ditempatkan pada ujung sisi lidah bagian

depan klien tidak bisa karna klien terpasang slang NGT.

• N VIII (vestibulokoklearis/keseimbangan dan pendengaran) Pada

saat dilakukan pengkajian N VIII kemampuan pendengaran klien

sudah terganggu karna faktor usia.

• N IX dan X (glosofaringeus dan vagus/menelan)


Saat dilakukan pengkajian pada N IX dan N X klien tidak bisa

menelan karna klien terpasang slang NGT saat bicara klien

mengeluarkan suara serak.

• N XI (aksesorius)

Saat dilakukan pengkajian pada N XI klien bisa menggerakkan

kepala dan pada saat diminta untuk mengangkat bahu klien tidak

bisa karna kelemahan otot dan tremor.

• N XII (Hipoglasus/kekuatan otot lidah)

Pada saat klien diminta untuk menjulurkan lidah klien mampu

melakukannya dan klien mampu menggerakkan lidah keatas

kebawah lalu kesisi yang lain.


V. Data Biologis

Tabel 3.1

No Aktivitas Sehat Sakit

1. Makanan dan minuman


Nutrisi makan
- Menu Nasi, lauk, sayuran Susu melalui NGT
- Porsi 1 porsi Diit habis 100 cc/porsi
- Makanan kesukaan Lotek Tidak ada
- Pantangan Tidak ada Makanan pedas
Minum
- Jumlah 5-6 gelas/hari ±300 cc/hari
melalui NGT
- Minuman kesukaaan Air putih Tidak ada
- Pantangan Tidak ada Kopi, minuman
beralkohol
2. Eliminasi
BAB
- Frekuensi 1x sehari Kuning 1x selama di rawat
- Warna Khas Kuning
- Bau Lunak Khas
- Konsistensi - Tidak ada Lunak
Kesulitan Ada
BAK 5x/hari
- Frekuensi Kekuningan 3-4x/hari
- Warna Pesing Kuning
Cair Pesing
- Bau
Tidak ada Cair
- Konsistensi
Tidak ada
- Kesulitan
-
3. Istirahat dan tidur Malam hari
7-8 jam/hari Siang, malam hari
- Waktu tidur
Tidak ada 4-5 jam
- Lama tidur
Tidak ada
- Hal yang
mempermudah Tidak ada
Ada
tidur
- Kesulitan tidur
4. 2x sehari
2x sehari Selama dirawat hanya
Personal hygiene
2x sehari di lap setiap pagi,
- Mandi
- Cuci rambut 2x seminggu belum ada cuci rambut
- Gosok gigi selama dirawat.
- Potong kuku

V. Riwayat Alergi

Klien mengatakan tidak ada alergi obat maupun alergi makanan.

VI. Data Psikologis

• Perilaku non verbal

Klien tampak gelisah dan meringis kesakitan pada area genetalia.

• Perilaku verbal

Klien dapat berkumunikasi dan mampu mempertahankan kontak

mata dan klien mampu pertanyaan dengan yang diajuakan.

• Emosi

Klien mampu meengontrol emosinya dengan baik selama di rawat

di rumah sakit.

• Persepsi penyakit

Klien sangat yakin dan percaya bahwa penyakit yang dideritanya

sekarang dapat sembuh.

• Konsep diri

Klien yakin akan sembuh kalien tampak percaya diri

• Adaptasi
Klien mampu berorientasi dengan baik, klien tau dimana ia

sekarang dan klien agak sulit berkomunikasi karena pendengaran

yang sudah berkurang karna faktor usia.

VII. Data Sosial Ekonomi

Klien berasal dari keluarga ekonomi yang kurang, klien bekerja sebagai

mekanik bengkel, Klien menggunakan BPJS sebagai alat untuk

membayar Rumah Sakit.

VI. Data sosial

1. Pola komunikasi

Klien mampu berkomunikasi tapi agak sulit karena pendengarannya

mulai berkurang karna faktor usia.

2. Orang yang dapat memberi rasa nyaman

Pasien saat ini ditemani oleh anak dan istri klien tampak nyaman

dengan keluarganya tersebut.

3. Orang yang paling berharga

Klien mengatakan keluarga orang yang paling berharga baginya

adalah keluarga.

4. Hubungan keluarga dan masyarakat

Klien menjalin hubungan yang baik dengan keluarga maupun

masyarakat.
X. Data Spritual

Klien yakin terhadap tuhan dan percaya penyakit ini adalah ujian dari

yang Maha kuasa, klien yakin dengan agamanya, klien sebelum sakit

sholat 5 waktu sehari semalam, saat ini klien belum ada melakukan

ibadah.

XI. Data Penunjang

Tabel 3.2

Hematologi Tanggal 31-05-2022

PARAMETER NILAI RUJUKAN


HGB 15.1 [g/dL P 13.0- 16.0 W 12.0-14.0
]
RBC 4.98 [10^6 P 4.5- 5.5 W 4.0- 5.0
/ul]
HCT 44.1 [%] P 40.0- 48.0 W 37.0- 43.0
MCV 88.6 [fl]
MCH 30.3 [pg]
MCHC 34.2 [g/dl]
RDW-SD 42.6 [fl]
RDW-CV 13.4 [%]
WBC 9.59 [10^3 5.0-10.0
/ul]
EO% 0.2 [%] 1-3
BASO% 0.2 [%] 0-1
NEUT% 88.0 [%] 50-70
LYMPH% 4.4 [%] 20-40
MONO% 7.2 [%] 2-8
EO% 0.02 [10^3
ul]
BASO% 0.02 [10^3
ul]
NEUT% 8.44 [10^3
ul]
LYMPH% 0.42 [10^3
ul]
MONO% 0.69 [10^3
ul]

Chemistry Result (Serum/Plasma) Tanggal : 31 – 05 – 2022

Tabel 3.3

Parameter Hasil Nilai Rujukan

ALT 17 u/L u/L 0 – 41


mg/dl
AST 40 0 – 37
mg/dl
C-Chol 246 mg/dl 0 – 201
mg/dl
C-HDL 81 mg/dl 30 – 71
GluK 69 74 – 106
Urea 19 15 – 43
C-LDL 155 0 – 130
ANALIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tabel 3.4

Tanggal 31-05-2022
Kimia Klinik Nilai Normal
Kalium : 3,91 (3,5-5,5) mEq/l
Natrium: 126,0 (135-147) mEq/l
Klhorida: 90,6 (100-106) mEq/l
Ureum darah: 33 (20-40) mg %
Kreatinin darah: 0,9 (0,6-1,1 mg %
Hemoglobin: 13,9 (14-16) g/dl
Leukosit: 5.100 (p:5.000- w:10.000)
XII. Data pengobatan

TABEL 3.5

PENGOBATAN
N Obat Dosis Tanggal Fungsi Obat
o non /
Parent Satua
eral n

1 Amlodipin 07-06-2018 Untuk mengatasi hipertensi atau


tekanan darah tinggi
07-06-2018
2 Azitharomicin Antibiotik golongan makrolida
yang fungsinya untuk
mengobati penyakit infeksi
akibat bakteri, seperti infeksi
saluran nafas (bronkitis dan
3 Simvastatin pneumonia), sinusitis, radang
tenggorokan

07-06-2018 Membantu menurunkan


kolesterol dan lemak jahat
(seperti LDL, trigliserida) dan
meningkatkan kolesterol baik
(HDL) dalam darah

4 Urinter 08-06-2018 Untuk mengobati infeksi


saluran kemih baik yang akut
maupun kronis
5 Patral
08-06-2018 Terapi jangka pendek untuk
meredam nyeri sedang sampai
berat
6 Flumucil 09-06-2018 Untuk mengobati
penyakitpenyakit pada saluran
pernapasan yang ditandai
dengan dahak yang berlebihan

No Obat Dosis/Satuan Tanggal Fungsi Obat


Parenteral
1 Inj. Ceftriaxone 250 mg 2x1 07-06-2018
Ampul Antibiotik yang fungsi
nya untuk mengobati
berbagai macam infeksi
bakteri
2 Inj. bisolvon 4 mg 1x1 07-06-2018 Mengobati gangguan
Ampul saluran pernapasan yang
disebabkan oleh
dahak/mukus yang
berlebihan
3 Inj. Manitol 100 mg 07-06-2018 Meningkatkan
Vial pembentukan urine oleh
ginjal yang fungsinya
membantu pengeluaran
natrium dan air dalam
tubuh sehingga kadar
cairan yang beredar
dalam pembuluh darah
akan menurun

4 Inj. Flumucil 150 mg 2x1 07-06-2018 Untuk mengobati


Ampul penyakit-penyakit
pada saluran
pernapasan yang
ditandai dengan dahak
yang berlebihan

5 Infus Asering 20 tts/i 07-06-2018 Untuk perwatan darh


Kolf dan kehilangan cairab,
tingkat kalsium yang
rendah, ketidak
seimbangan elektrolit,
natrium yang rendah,
kadar kalium yang
rendah, kadar
magnesium yang rendah
dan kondisi lainnya
6 Citicoline 500 mg 2x1 07-06-2018 Mengobati penyakit
ampul Alzeimer dan jenis

dimensia lainnya, luka


dikepala, penyakit otak
seperti Stroke, hilang
ingatan, penyakit
Parkinson
7 Furosemide / 10 mg 1x1/2 07-16-2018 Untuk mengurangi cairan
lasix berlebihan dalam tubuh
(edema) yang disebabkan
oleh kondisi seperti gagal
jantung, penyakit hati,
dan ginjal
8 Infus 750 mg Vial 07-06-2018 Obat golongan antibiotik
levofloxacin quinolone yang dapat
digunakan untuk
mengobati infeksi
bakteri, seperti infeksi
saluran kemih,
pneumonia, sinusitia,
infeksi kulit jaringan
lunak, dan infeksi prostat
9 Nebu NaCl 0.3% 3x1 07-06-2018 Untuk mengencerkan
dahak
10 Infus 12 tpm 08-16-2018 Untuk memperkuat
cliniclenovit tulang, pengganti calsium
XIII. Data Fokus

a) Data Subjektif

- Keluarga mengatakan klien batuk berdahak.

- Keluarga mengatakan klien sesak nafas.

- Keluarga mengatakan aktifitas klien dibantu.

- Keluarga mengatakan klien mengalami riwayat hipertensi. -

Keluarga mengatakan ekstremitas klien lemah dan tremor.

- Keluarga sering bertanya-tanya tentang penyakit yang diderita

oleh klien.

- Keluarga mengatakan ADL klien harus di bantu.

- Keluarga mengatakan sangat khawatir dengan kondisi klien


saat

ini.

- Keluarga mengatakan klien sulit bergerak mika-miki.

- Keluarga mengatakan klien tidak bisa menelan.

b) Data Objektif
- Klien tampak gelisah.

- Klien tampak terpasang slang O2 2liter/menit.

- Klien tampak terpasang slang NGT.

- Klien tampak terpasang infus Asering 20 tpm.

- Klien tampak terpasang kateter no.16.

- Klien tampak batuk berdahak.

- Frekuensi nafas 25 x/menit.

- Aktivitas klien tampak di bantu oleh keluarga.

- Reflek cahaya klien tampak +/+.

- Klien tampak tremor.

- Klien tampak keterbatasan gerak sendi.

- Klien tampak letih.

- Klien tampak terbaring di tempat tidur.

- Klien tampak lelah.

- Mata klien tampak cekung.

- Klien mendapat terapi :

• Terapi amlodipin 10 mg 1x1 tablet.


• Terapi azitromicin 1 mg 1x1 tablet.

• Terapi simvastatin 20 mg 1x1 tablet.

• Terapi urinter mg 2x1 tablet.

• Terapi patral mg 3x1 tablet.

• Terapi flumucil syrup 3x1.


- Kekuatan otot : 3333 3333

3333 3333

- TTV

S: 36,5 C P: 25 kali/menit

N: 99 kali/menit TD : 121/73 mmhg.

- Keadaan mulut klien tampak kering,kurang bersih,agak berbau.

- Klien terpasang saturasi.

- Keluarga tampak tidak mengerti dengan keadaan pasien.

- Keluarga sering bertanya-tanyabtentang penyakit klien.


ANALISA DATA

Tabel 3.6
No Data Etiologi Masalah

1 DS Keluarga mengatakan Peningkatan Ketidak


- klien batuk berdahak. produksi secret di efektifan
Keluarga mengatakan jalan nafas bersihan jalan
- klien sesak nafas. nafas
Klien mengatakan klien
- gelisah.

DO Klien tampak terpasang O2


- 2 liter/menit.
Klien tampak
- batuk berdahak.
Klien tampak gelisah.
- RR: 25x menit.
-
2 Gangguan dan Hambatan
neuromaskular, mobilitas
kekakuan fisik
kelemahan otot
DS Keluarga
- mengatakan
ekstremitas klien lemah
dan klien tremor.
- Keluarga mengatakan
aktifitas klien dibantu.
- Keluarga mengatakan
klien tampak gelisah.
- Keluarga mengatakan
klien tidak bisa
melakukan aktifitas
seperti biasanya.
DO
- Klien tampak terbaring
lemah.
- Klien tampak sulit

menggerakkan
ekstremitas.

- Klien tampak di bantu dalam


aktivitas.
- Ekstremitas bawah tampak
terpasang kateter no.16
- Klien tampak lemah dan tremor
- TD= 121 mmHg, N= 80
x/menit, P= 25 x/menit
- Kekuatan otot klien

3333 3333
3333 3333

3 DS Kelemahan Defisit

- Keluarga mengatakan
neuromaskular, perawatan
ADL harus di bantu
menurunnya kekuatan diri
- Keluarga mengatakan
otot klien susah
untuk menelan makanan
DO

- Keadaan mulut klien tampak


kering,kurang bersih, agak
berbau.
- Klien tampak dibantu dalam
melakukan aktifitas.

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatn

produksi secret di jalan nafas.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromaskular,

kekakuan dan kelemahan otot

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan neuromaskular,menurunnya

kekuatan otot

Intervensi
Tabel 3.7

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Ketidakefektifan • Respiratory status: ventilation Terapi oksigen
bersihan jalan nafas • Respiratory status: airway a. Kaji adanya bunyi nafa
berhubungan dengan Patency. b. Atur posisi fowler dan
penigkatan produksi • Aspiration control c. Penuhi hidrasi cairan v
secret di Setelah dilakukan tindakan keperawatan air putih dan pertahan
jalan nafas selama 3x24 jam jalan nafas kembali ml per hari.
efektif . d. Lakukan pemasangan O
Kriteria hasil : e. Lakukan pengisapan le
a. Menunjukkan jalan nafas yang f. Ajarkan teknik relaksas
paten(klien tidak merasa g. Lakukan fisioterapi dad
tercekik, irama nafas, frekuensi h. Ajarakan teknik batuk
nafas dalam rentang normal,
i. Kolaborasi pemberian
tidak ada suara nafas abnormal).
b. Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu.
c. Saturasi O2 dalam batas normal.

2 Hambatan mobilitas Joint movement : active Exercise therapy:ambulation


fisik b.d gangguan Mobility level a. Monitoring vital sign s
neurovaskuler Self care : ADLs dan lihat respon pasien
kekakuan dan Transfer performance b. Konsultasikan dengan
kelemahan otot Setelah dilakukan tindakan rencana ambulansi ses
keperawatan selama 3x24 jam c. Bantu klien untuk men
kelemahan otot yang dirasakan klien berjalan dan cegah ter
berkurang d. Ajarkan pasien atau
Kriteria hasil : tentang teknik ambula
a. Klien meningkat dalam aktivitas e. Kaji kemampuan pasie
fisik. f. Latih pasien dalam p
b. Mengerti tujuan dari peningkatan ADLs secara man
mobilisasi. kemampuan.
c. Memverbalisasi perasaan dalam g. Dampingi dan bantu
peningkatan kekuatan dan dan bantu penuhi kebu
kemampuan berpindah. h. Berikan alat bantu jika
d. Memperagakan i. Ajarkan pasien bagaim
penggunaan alat. berikan bantuan jika d
e. Bantu untuk mobilisasi (walker). j. Communication enh
deficit.
k. Communication en
visual deficit.
l. Anxiet reduction
m. Active listening

3 Defisit perawatan Self care: ADLs Self Care Assistance


diriberhubungan Dalam waktu 2x24 jam keperwatatan diri a. Monitor kemampuan klien untuk perawatan
dengan kelemahan klien terpenuhi diri yang mandiri
neuro maskular, Kriteria hasil b. Kaji kemampuan dan tingkat penurunna dal
menurunnya a. Klien dapat menunjukkan skala 0-4 untuk melakukan ADL.
kekuatan , perubahan gaya hidup untuk c. Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien
kehilangan kontrol otot kebutuhan merawat diri. dan bantu klien bila perlu.
b. Klien mampu melakukan d. Rencana kan tindakan untuk defisit
aktivitas perawatan diri sesuai penglihatan seperti tempat makanan dan
dengan tingkat kemampuan pengamatan dalam suatu tempat, dekatkan
- mengidentifikasi personal atau tempat tidur kedinding.
masyarakat yang dapat e. Modifikasi lingkungan.
membantu f. Kaji kemampuan komunikasi untuk BAK,
kemampuan menggunakan urinal pispot,
antarkan ke kamar mandi bila kondisi
memungkinkan.
g. Identifikasi kebiasaan BAB
h. Anjurkan minum dan meningkatk
aktivitas.
i. Kolaborasi supositoria dan pencahar.
j. Konsul ke dokter terapi okupasi.
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN

Penyakit parkinson adalah penyakit neurodegenerative yang

bersifat kronis progresif merupakan penyakit terbanyak kedua setelah

Alzeimer. Penyakit ini memiliki dimensi gejala yang sangat luas

sehingga baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi

kualitas hidup penderita maupun keluarga.

Tanda-tanda khas yang ditemukan pada penderita diantaranya

resting tremor, rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural.


Tanda-tanda motorik tersebut merupakan akibat dari degenerasi

neuron dopaminerik pada sistem nigrostriatal. Namun, derajat

keparahan defisit motorik tersebut beragam. Tanda-tanda motorik

pasien sering disertai depresi, disfungsi kognitif, gangguan tidur, dan

disfungsi autonom.

DAFTAR PUSTAKA
 Tim Pokja SDKI PPNI (2020). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia –
Definisi dan indikator diagnostic Edisi 1. DPP PPNI.

 Tim Pokja SLKI PPNI (2020). Standar Luaran Keperawatan Indonesia edisi
1. DPP PPNI.
 Tim Pokja SIKI PPNI (2020). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
edisi 1.DPP PPNI
 Amin hudaNurarif,Hardi Kusuma (2015).Asuhan keperawatan berdasarkan
diaknosa medis dan NANDA edisi revisi jilid 1,2,3. Jogjakarta :Media action
 Arif mansur (2017).kapita selecta kedoteran Edisi 3.jilid2. Jakarta :Media
Aesculapius.Google book diadop pada tanggal 31 Agustus 2022.
 https://health.tribunnews.com (2021)mengenal-abses-otak-penumpukan-
nanah-akibat-infeksi-dan-menyebabkan-pembengkakan-otak
 https://www.alomedika.com/penyakit/neurologi/miasthenia/gravis/diagnosis
 https://Tirto.id/terapi-musik-untuk-penderita-parkonson-bo4Q

Anda mungkin juga menyukai