A
DENGAN HIV/AIDS DI RUANG PENYAKIT
PENYAKIT DALAM
PRIA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
ABEPURA
Oleh:
Kelompok 3
2
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami ucapkan puji syukur kehadirat Allah ta’ala, karena atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa
shalawat dan salam Penulis haturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, Sang
Sebaik-baik teladan. Makalah ini merupakan hasil diskusi yang disusun dengan
persiapan yang maksimal. Untuk itu, kami ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada bapak aswami selaku pembimbing di Akademi
Keperawatan RS Marthen Indhey.
Diharapkan kritik dan saran agar bisa menjadi lebih baik lagi .
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang………………………………………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………..1
BAB II...............................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................2
A. KONSEP DASAR MEDIS………………………………………………………2
1. Definisi HIV/AIDS…………………………………………………………….2
2. Klasifikasi……………………………………………………………………...3
3. Etiologi…………………………………………………………………………3
4. Manifestasi Klinis……………………………………………………………..4
5. Patofisiologi……………………………………………………………………5
6. Pathway………………………………………………………………………..6
7. Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………7
8. Penatalaksanaan………………………………………………………………7
9. Komplikasi……………………………………….…………………………….8
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN………………………………………10
1. Pengkajian……………………………………………………………………10
2. Diagnosa Keperawatan………………………………………………………11
3. Rencana Keperawatan………………………………………………………11
4. Implementasi…………………………………………………………………12
5. Evaluasi……………………………………………………………………….12
BAB III...........................................................................................................................13
TINJAUAN KASUS.......................................................................................................13
BAB IV............................................................................................................................38
PENUTUP.......................................................................................................................38
A. KESIMPULAN………………………………………………………………….38
B. SARAN…………………………………………………………………………..38
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...39
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bersama, AIDS adalah suatu penyakit yang
belum ada obatnya dan belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus
HIV, sehingga penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sangat
berbahaya bagi kehidupan manusia baik sekarang maupun waktu yang
datang. Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari segi
fisik maupun dari segi mental. Mungkin kita sering mendapat informasi
melalui media cetak, elektronik, ataupun seminar-seminar, tentang betapa
menderitanya seseorang yang mengidap penyakit AIDS. Dari segi fisik,
penderitaan itu mungkin, tidak terlihat secara langsung karena gejalanya baru
dapat kita lihat setelah beberapa bulan. Tapi dari segi mental, orang yang
mengetahui dirinya mengidap penyakit AIDS akan merasakan penderitaan
batin yang berkepanjangan. Semua itu menunjukkan bahwa masalah AIDS
adalah suatu masalah besar dari kehidupan kita semua. Dengan
pertimbangan-pertimbangan dan alasan itulah kami sebagai pelajar, sebagai
bagian dari anggota masyarakat dan sebagai generasi penerus bangsa, merasa
perlu memperhatikan hal tersebut. Oleh karena itu kami membahasnya dalam
makalah ini dan mengangkat judul “HIV/AIDS Dan Cara
Penanggulangannya”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah rumusan yang disusun untuk memahami apa dan
bagaimana masalah yang diteliti. Adapun rumusan masalah dari makalah ini
adalah:
1. Apakah HIV/AIDS itu?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Definisi HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan
AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang
bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit
yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di
permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh
manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit
yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh
manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4
berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem
kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai
CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus
bisa sampai nol).
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency
Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat
menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh
manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar
seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak
sistem pertahanan tubuh ini,sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai
jenis penyakit lain).
HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup
dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan
jatuh ke dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya
keadaan AIDS ini ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat
4
virus, bakteri, parasit maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal
dengan infeksi oportunistik.( Jayanti, Evi. 2008.)
2. Klasifikasi
Pada tahun 2006, World Health Organization (WHO) mengelompokkan
berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem
tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV
a. Stadium I (Tanpa gejala)
Infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS
b. Stadium II (Ringan)
Termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran
pernapasan atas yang berulang
c. Stadium III (Lanjut)
Termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari
sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.
d. Stadium IV (Parah)
Termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus
atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah
indikator AIDS.
3. Etiologi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai virus
penyebab AIDS. Virus ini termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili
lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya
nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur. Virus ini
mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag,
pol, env. Terdapat lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang
penting dalam patogenesis penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu
protein Tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana produk gen virus
terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya.
Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk menentukan virulensi dari
infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk ekspresi protein struktural
5
virus. Rev membantu keluarnya transkrip virus yang terlepas dari nukleus.
Protein Nef menginduksi produksi khemokin oleh makrofag, yang dapat
menginfeksi sel yang lain.
4. Manifestasi Klinis
Menurut KPA (2007) gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor
(umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi):
a. Gejala mayor:
1) Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
2) Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3) Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
4) Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
5) Demensia/ HIV ensefalopati
b. Gejala minor:
1) Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2) Dermatitis generalisata
3) Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
4) Kandidias orofaringeal
5) Herpes simpleks kronis progresif
6) Limfadenopati generalisata
7) Retinitis virus Sitomegalo
Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research
(MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.
a. Fase awal Pada awal infeksi
mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi
kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit
kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah
bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita
HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain.
b. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun
atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan
6
penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai
memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah
bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan
menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek.
c. Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih
setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi
tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.
5. Patofisiologi
Setelah virus masuk dalam tubuh maka target utamanya adalah
limfosit CD4 karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul
permukaan CD4. Virus ini mempunyai kemampuan untuk mentransfer
informasi genetik mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim
yang disebut reverse transcriptase. Limfosit CD4 berfungsi
mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting. Hilangnya
fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon imun yang progresif.
Setelah infeksi primer, terdapat 4-11 hari masa antara infeksi
mukosa dan viremia permulaan yang dapat dideteksi selama 8-12 minggu.
Selama masa ini, virus tersebar luas ke seluruh tubuh dan mencapai organ
limfoid. Pada tahap ini telah terjadi penurunan jumlah sel-T CD4. Respon
imun terhadap HIV terjadi 1 minggu sampai 3 bulan setelah infeksi,
viremia plasma menurun, dan level sel CD4 kembali meningkat namun
tidak mampu menyingkirkan infeksi secara sempurna. Masa laten klinis
ini bisa berlangsung selama 10 tahun. Selama masa ini akan terjadi
replikasi virus yang meningkat. Diperkirakan sekitar 10 milyar partikel
HIV dihasilkan dan dihancurkan setiap harinya. Waktu paruh virus dalam
plasma adalah sekitar 6 jam, dan siklus hidup virus rata-rata 2,6 hari.
Limfosit T-CD4 yang terinfeksi memiliki waktu paruh 1,6 hari. Karena
cepatnya proliferasi virus ini dan angka kesalahan reverse transcriptase
HIV yang berikatan, diperkirakan bahwa setiap nukleotida dari genom
HIV mungkin bermutasi dalam basis harian.
7
Akhirnya pasien akan menderita gejala-gejala konstitusional dan
penyakit klinis yang nyata seperti infeksi oportunistik atau neoplasma.
Level virus yang lebih tinggi dapat terdeteksi dalam plasma selama tahap
infeksi yang lebih lanjut. HIV yang dapat terdeteksi dalam plasma selama
tahap infeksi yang lebih lanjut dan lebih virulin daripada yang ditemukan
pada awal infeksi.
Infeksi oportunistik dapat terjadi karena para pengidap HIV terjadi
penurunan daya tahan tubuh sampai pada tingkat yang sangat rendah,
sehingga beberapa jenis mikroorganisme dapat menyerang bagian-bagian
tubuh tertentu. Bahkan mikroorganisme yang selama ini komensal bisa
jadi ganas dan menimbulkan penyakit.
6. Pathway
Virus HIV masuk
8
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Serologis
1) Tes antibody serum : Skrining Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan diagnosa
2) Tes blot western : Mengkonfirmasi diagnosa Human
Immunodeficiency Virus (HIV)
3) Sel T limfosit :Penurunan jumlah total
4) Sel T4 helper ( CD 4 ) :Indikator system imun (jumlah <200 )
5) T8 ( sel supresor sitopatik ) :Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar
dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan
supresi imun.
6) Kadar Ig : Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau
mendekati normal
b. Histologis : pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina,
luka, sputum, dan sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi :
parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.
c. Neurologis : EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
d. Sinar X dada ; Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial tahap
lanjut atau adanya komplikasi lain
e. Penatalaksanaan
f. ARV ( Anti Retro Virus )
1) Pemberian ARV bertujuan untuk : mengendalikan replikasi HIV,
memelihara dan meningkatkan fungsi imunologis, meningkatkan
sel CD4, menurunkan komplikasi HIV
2) Pemberian ARV harus memperhatikan stadium klinis dan jumlah sel
CD4 (untuk penderita dewasa) sebagai berikut:
a) Stadium lanjut ( AIDS ) tanpa memikirkan jumlah sel CD4 atau
limfosit total.
9
b) Stadium klinis III dengan jumlah sel CD4 <350/mmk untuk
mendukung pengambilan keputusan.
c) Stadium klinis I atau II dengan jumlah sel CD4 <200/mmk atau
limfosit total < 1.200/mmk.
d) Komplikasi
g. Tuberkulosis (Infeksi TBC).
Suatu pemicu terjadinya kematian tertinggi dari pengidap HIV
AIDS ialah penyakit Tuberkulosis / TBC. Penyakit ini dapat dialami
oleh pengidap penyakit HIV AIDS dikarenakan oleh serangan infeksi
dari bakteri Tuberkulosis. Tubuh penderita akan mengalami demam,
batuk berdarah, lemah & mengalami kekurangan daya untuk
melakukan aktifitas ringan. Dan ini merupakan suatu infeksi ringan
yang umum dan sering dijumpai dari pengidap penyakit HIV AIDS.
h. Infeksi Herpes
Herpes merupakan sebuah penyakit yang paling umum dialami
oleh pengidap penyakit HIV AIDS, sehingga keadaan penyakit ini
dapat menjadi lebih kronis. Virus akan berdiam didalam tubuh
pengidapnya sehingga pada sistem imunitas tubuh yang melemah,
maka infeksi bisa menyerang kapan saja. Infeksi yang ditampakkan
pada herpes yaitu timbul dibagian kulit dan alat kelamin. Akan tetapi,
pengidap HIV AIDS mampu menghadapi keadaan yang lebih serius
jika virus telah menyerang ke bagian mata, jantung, paru-paru dan
saluran pencernaan.
i. Tipes
Tipes gampang melanda dan menyerang pengidap penyakit HIV
AIDS, penyakit ini dapat terjadi diakibatkan oleh infeksi dari bakteri
Salmonella yang adanya didalam air / pada jenis makanan yang kurang
bersih. Tipes juga merupaka sebuah kondisi penyakit yang amat umum
dialami oleh pengidap penyakit HIV AIDS, seingga membuat penyakit
berkembang dengan cepat & memicu terjadinya infeksi yang kronis.
Beberapa gejala tipes yang kerap dijumpai ialah sakit perut, diare,
10
demam, mual serta muntah. Perawatan sangat dibutuhkan oleh
pengidap penyakit HIV AIDS jika telah terserang oleh penyakit tipes
ini.
j. Gagal ginjal
Pengidap penyakit HIV AIDS juga rentan terserang oleh penyakit
yang terjadi akibat infeksi bakteri / peradangan dibagian organ ginjal.
penyakit ginjal ini bisa mengakibatkan pengidapnya mengalami
gangguan pada sistem kemih. Kadang-kadang penyakit ini juga
dijumpai oleh pengidap penyakit HIV yang terkait pada tahap sedang /
tahap pengembangan virus didalam tubuh.
k. Radang Kulit,
Merupakan suatu infeksi yang amat umum untuk pengidap
penyakit HIV AIDS. Kulit mereka akan jadi amat sensitif sehingga
rentan terhadap infeksi virus candida. Penyakit radang kulit ini
mengakibatkan infeksi yang serius dibagian selaput lendir, lidah,
tenggorokan & vagina. Penyakit ini dapat amat menyakitkan, apalagi
ketika virus telah menginfeksi bagian dalam tubuh.
l. Radang selaput otak (meningitis)
Meningitis merupakan sebuah penyakit yang menjadi ancaman
yang berbahaya dan amat serius bagi pengidap penyakit HIV AIDS.
Peradangan bisa terjadi di daerah selaput & cairan yang ada pada sum-
sum tulang belakang & otak. Infeksi ini bisa mengakibatkan pusing
dan sakit kepala yang luar biasa. Pengidap penyakit HIV AIDS
seringkali tidak bisa tertolong akibat infeksi meningitis.
m. Penyakit Neurologis
Semua macam penyakit yang berkaitan dengan system syaraf
merupakan ancaman untuk pengidap penyakit HIV AIDS. Terjadinya
penyakit ini ditandai dengan system syaraf yang melemah akibat
infeksi bakteri & virus didalam tubuh pasien. Beberapa gejala awal
dari penyakit ini seperti, mengalami cemas, lupa ingatan, tidak mampu
11
berjalan & mengalami perubahan keadaan mental. Dan bahkan
beberapa pengidap juga dapat mengalami penyakit demensia.
n. Kanker
Pengidap penyakit HIV AIDS juga akan mengalami resiko untuk
terserang kanker. Tubuh yang terserang penyakit ini diakibatkan oleh
infeksi dari berbagai bakteri & virus yang terus berkembang didalam
tubuh dan organ tubuh lainnya. Suatu jenis penyakit kanker yang amat
aktif pada pengidap penyakit HIV AIDS ialah sarkoma Kaposi
(penyakit kanker yang timbul didaerah pembuluh darah). Terjadinya
penyakit ini ditandai dengan warna kulit yang berubah menjadi merah,
ungu / merah muda. Penyakit ini juga bisa melanda bagian organ lain
seperti paru-paru & semua saluran pencernaan.
12
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan kekuatan otot pernafasan
b. Diare b.d proses infeksi
c. Risiko infeksi b.d imunodefisiensi seluler
3. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa 1 (ketidakefektifan pola nafas)
Tujuan : pola nafas normal
KH :
1) tidak ada sesak nafas,
2) tidak ada kelainan irama nafas
3) tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan
Intervensi
1) Kaji TTV
2) Kaji irama pernafasan
3) Kaji ada tidaknya penggunaan otot bantu pernafasan
4) Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan pasien
5) Ajarkan posisi semi fowler untuk mengoptimalkan pernafasan
6) Kolaborasi pemberian obat bronkodilator
b. Diagnosa 2 (Diare)
Tujuan : produk eliminasi fekal dapat berbentuk fisiologis
KH :Diare tidak ada
Intervensi
1) Monitor turgor kulit pasien
2) Berikan cairan infuse sesuai kebutuhan
3) Ajarkan pasien untuk tidak megonsumsi makanan yang bergas
dan pedas.
4) Instruksikan pasien dan keluarga untuk mendokumentasikan
produk feses (volume, warna, frekuensi, dan konsistensi).
13
5) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam penentuan diet pasien
c. Diagnosa 3 (Risiko Infeksi)
Tujuan : Kontrol infeksi yang adekuat
KH : Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi dan leukosit
dalam rentang normal
Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda infeksi
Rasional : untuk mengetahui ada tidaknya proses infeksi
2) Gunakan alat pelindung diri
Rasional : untuk mencegah penularan infeksi baik dari perawat
ke pasien begitu juga sebaliknya
3) Instruksikan untuk menjaga personal hygiene
Rasional : untuk melibatkan keluarga secara langsung dalam
membatu tugas perawat terutama dalam menjaga kebersihan
diri pasien
4) Berikan terapi antibiotik bila perlu
Rasional : antibiotik dapat membunuh dan menghambat
pertumbuhan bakteri
4. Implementasi
Implementasi adalah fase latihan perawat menerapkan atau
melaksanakan rencana tindakan yang telah di tentukan dengan tujuan
kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal.{Nursalam 2008}
5. Evaluasi
Tindakan Setelah dilaksanakan tindakan keprawatan diharapkan:
a. Pola nafas pasien efektif
b. Pasien diare berkurang atau pasien tidak diare lagi
c. Menghendari terjadinya resiko infeksi pada pasien
14
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk rumah sakit : 31 Januari 2020/08.30 WIT
Tanggal pengkajian : 01 Februari 2020/06.30 WIT
NO REG Medis : 940218
Ruangan : penyakit dalam Pria RSUD
Diagnosa Medis : HIV/AIDS
1. IDENTITAS
a. Identitas pasien
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki – laki
Umur : 35 tahun
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Biak
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Abepura
b. Identitas Penanggung
Nama : Ny. H
Jenis kelamin : Perempuan
Umur/tanggal lahir : 25 tahun
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Biak
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan klien : Anak
15
Alamat : Abepura
2. KELUHAN UTAMA
a. Keluhan utama saat MRS
Sesak
b. Keluhan saat pengkajian
Sesak
c. Keluhan yang menyertai
Lemas, nyeri perut, badan terasa panas
16
6. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Klien mengatakan dikeluarganya tidak mempunyai penyakit keturunan.
GENOGRAM :
Keterangan:
Perempuan
laki-laki
klien
Tinggal serumah
17
2) Klien mengatakan saat klien sakit, klien tidak langsung
memeriksakan kesehatan ke klinik terdekat.
c. Pola eliminasi
1) BAB
2) BAK
d. Pola aktivitas
18
WAKTU
Menonton Tv Beristirahat
SENGGANG
MANDI Mandiri 2x / hari Dibantu 1x / hari
BERPAKAIAN Mandiri Dibantu
BERHIAS Berhias Tidak berhias
TOILETING Mandiri 4x / hari Dibantu 3x / hari
MAKAN MINUM Mandiri 3x / hari Mandiri 3x / hari
TINGKAT
KETERGANTUN Tidak ada Dibantu sebagian
GAN
PENGGUNAAN
Tidak ada Tidak ada
ALAT BANTU
19
i. Pola fungsi seksual-seksualitas
Klien sudah menikah dan mempunyai anak satu.
j. Pola mekanisme koping
Klien mengatakan jika ada masalah klien menceritakann ke
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran
Kualitatif : Composmentis
Kuantatif : GCS 15 (E4, V5, M6)
Eye 4 : Dapat membuka mata spontan
Verbal 5 : Berorientasi dengan baik
Motorik 6 : Dapat melakukan gerakan sesuai perintah
BB sebelum sakit : 60kg
BB saat ini : 50 kg
BB ideal : 63 kg
TB : 170 cm
Status gizi : 17,3 (kurang bobot)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 90/70 mmhg
Suhu badan : 39,5°C
Nadi : 100 x/menit
Respirasi : 29 x/menit
2. Kepala
a. Inspeksi
Keadaan rambut dan hygiene kepala
Warna rambut : Hitam
Penyebaran : Merata
Mudah rontok : Tidak, mudah rontok
20
b. Palpasi
Benjolan : Tidak ada
Tidak terdapat nyeri tekan.
3. Muka
a. Inspeksi
Simetris/tidak : Simetris antara dextra dan sinistra
Bentuk wajah : Oval
Ekspresi wajah : Tampak meringis
b. Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada
4. Mata
a. Inspeksi
Konjungtiva : Anemis
Sclera : Kekuningan
Pupil : Isokor
Reflek pupil : Miosis
Pengelihatan : Visus 6/6
b. Palpasi
Tekanan bola mata : Tidak ada tekanan intraokuler (TIO)
5. Hidung
a. Inspeksi
Polip : Tidak ada
Keadaan septum : Tidak ada
Secret : Tidak ada
Radang : Tidak ada
Membran mukosa : Tidak kemerahan
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
6. Telinga
a. Inspeksi
Lubang telinga : Tampak serumen
21
Pemakaian alat bantu : Tidak ada
b. Palpasi
Nyeri tekan/ tidak : Tidak ada
Pendengaran : Normal
7. Mulut
a. Inspeksi
1) Gigi
Keadaan gigi : Tampak kuning
Karang gigi/karies : Terdapat karies
Pemakaian gigi palsu : Tidak ada
2) Gusi : merah
3) Lidah : Bercak putih
4) Sariawan : Ada
5) Bibir
pucat/tidak : Pucat
Basah/kering/pecah : Kering
Mulut berbau : Berbau
Kemampuan berbicara : Normal
8. Leher
a. Inspeksi
Kelenjar tyroid : Tidak terlihat
b. Palpasi
Kelenjar tyroid : Tidak teraba
Kelenjar limfe : Tidak membesar
9. Thorax dan pernafasan
a. Inspeksi
Bentuk dada : Normal chest
Frekuensi pernafasan : 29 x/menit
Sesak nafas : Tampak
Retraksi intercostal : Tampak
Suara batuk : Ada
22
Penggunaan alat bantu : O2 Simple mask 8 liter/menit
b. Palpasi
Vocal fremitus : Sama
Massa/nyeri : Tidak ada
c. Auskultasi
Suara nafas : Vesikuler
Suara tambahan : Ronchi
d. Perkusi
Suara perkusi : Sonor
10. Jantung
a. Inspeksi
Bentuk dada : Simetris dextra dan sinistra
b. Palpasi
Denyut apeks : Terlihat
c. Perkusi
Pembesaran jantung : Tidak terdapat
Batas jantung kanan :
ICS II Linea sternalis dextra
ICS VI Linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri :
ICS II Linea parasternalis sinistra
ICS VI linea Media klavikularis sinistra
d. Auskultasi
Bunyi Jantung :
BJ 1
Katub mitral terdengar bunyi LUB pada linea klafikularis ICS 4
Katup trikuspidalis terdengar bunyi LUB pada media klavikularis.
ICS 5
BJ 2
23
Katup Aorta terdengar bunyi DUB pada parasternalis dextra ICS 2
Katub pulmonalis terdengar bunyi DUB pada parasternalis sinistra
ICS 2.
11. Abdomen
a. Inspeksi
Membuncit : Tidak ada
Simetris : Simetris dextra dan sinistra
Ada luka : Tidak ada
Asites : Tidak ada
b. Auskultasi
Peristaltik : 38x/m
c. Palpasi
Hepar : Teraba
Lien : Teraba
Ginjal : Teraba
Nyeri tekan : Terdapat nyeri tekan
d. Perkusi
Bunyi perkusi : Tymphanni
12. Tulang belakang
a. Inspeksi
Tampak tegak
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
13. Ekremitas
a. Ekremitas atas
Motoric
1) Kekuatan otot kanan/kiri : 5/5
Terpasang infus RL 20 Tpm pada tangan kiri
2) Clubing off finger : Tidak ada
3) Capillary refill time : > 2 detik (Normal)
4) Refleks patalogis : Normal
24
b. Ekremitas bawah
Motoric
1) Gaya berjalan : Klien dalam berjalan
2) Kekuatan kanan/kiri : 5/5
3) Clubing off finger : Tidak ada
4) Capillary refill time : > 2 detik (Normal)
5) Refleks patalogis : Normal
6) Akral : Teraba panas
14. Genetalia dan anus(Perempuan)
a. Inspeksi
Kebersihan daerah genetalia : Tampak bersih
Tidak adanya pendarahan
Tidak ada luka robek atau trauma
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
15. Status neurologi syaraf
Syaraf kranial
a. N.I (Olfaktorius)/Penghidung
Dapat membedakan bau parfum dan minyak angin.
b. N.II (Optikus)/Penglihatan
Dapat membedakan warna dengan baik
c. N.III, IV, VI (Okulomotorik, Trachealis, Abdusen)
Kontriksi pupil : Baik
Gerakan kelopak mata : Mampu mengikuti gerakan 6 arah
Pergerakan kelopak mata kebawah dan kedalam : Mampu bergerak
tanpa paksaan
d. N.V (Trigeminus)
Sensibilitas/Sensori : Normal
Reflek dagu : klien mampu membuka dan menutu mulut
Reflek cornea : klien reflek pada saat di beri rangsangan
menutup mata
25
e. N.VII (Facialis)
Gerakan Mimik : Klien tampak meringis
Pengecapan 2/3 lidah bagian depan : terganggu
f. N.VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran baik
g. N.IX, X (Glosofaringeus dan Vagus)
Reflek Menelan : Terganggu
Reflek Muntah : Normal
Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : terganggu
h. N.XI (Assesorius)
Memalingkan kepala kekiri dan kekanan Klien mampu
Mengangkat bahu : Klien mampu
i. N.XII (Hypoglosus)
Pergerakan lidah Klien mampu menggerakan dengan baik.
26
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 31 Januari 2020 pukul 10.30
WIT
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
HEMOGLOBIN 10 gr/dl 13 – 16 gr/dl
LEUKOSIT 17200rb/ul 5 – 14,5 rb/ul
ERITROSIT 2,20 jt/ul 3,8 – 5,8 jt/ul
TROMBOSIT 309 ribu/ul 181 – 521 ribu/ul
D. TERAPI OBAT
METODE JAM
NO NAMA OBAT DOSIS
PEMBERIAN PEMBERIAN
1. RL IVFD 500 cc /8 JAM
2. PCT IVFD 15 ml /8 JAM
3. KETOROLAC IV 30 mg /8 JAM
4. ONDANSENTRON IV 4 mg /8 JAM
5. RANITIDINE IV 50 mg /8 JAM
6. ZODOVUDIN ORAL 200 mg /12 JAM
7. LODIA ORAL 2 mg /8 JAM
O2 Simple mask 8
8. 8 liter/menit
liter/menit
27
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF
Klien mengatakan : Klien tampak :
Sesak Keadaan umum : Sakit sedang
Lemas, nyeri perut, badan terasa panas Kesadaran
lemas selama 2 minggu hingga tidak bisa Kualitatif : Composmenti
beraktivitas, nyeri perut disertai sesak Kuantatif : GCS 15(E4,V5, M6)
nafas, kemudian pada tanggal 31 januari BB sebelum sakit : 60 kg
2020 klien memeriksakan diri ke RSUD BB saat ini : 50 kg
Abepura. BB ideal : 63 kg
TB : 170 cm
sebelumnya sering mengalami demam dan
Status gizi : 17,3 (kurang bobot)
Diare tetapi klien tidak memeriksakan diri
Tanda-tanda vital
RS.
Tekanan darah : 90/70 mmhg
tinggal dilingkungan yang berdebu dan Suhu badan : 39,5°C
padat penduduknya. Nadi : 100 x/menit
sering mengonsumsi minuman bersoda dan Respirasi : 29 x/menit
jarang minum air putih. Ekspresi wajah meringis.
Penurunan nafsu makan, Mual muntah dan Konjungtiva anemist.
susah menelan.
Sclera kekuningan.
Porsi makan klien 1/2 porsi dihabiskan.
Gigi kuning. Terdapat karies.
Bab encer 4x sehari.
Terdapat bercak putih pada lidah.
Aktifitas klien dibantu sebagian.
Terdapat sariawan.
Perasaan waktu bangun lemas.
Bibir pucat dan kering.
Tampak retraksi interkosta.
Suara batuk ada
Suara nafas tambahan ronchi.
O2 Simple mask 8 liter/menit
Peristaltic usus 38x/menit.
Terdapat nyeri tekan pada perut.
Terpasang infus RL 20 tpm pada tangan
kiri.
Akral teraba panas.
Crt >2 detik.
Hasil pemeriksaan lab :
Hemoglobin : 10 gr/dl
Leukosit : 17200rb/ul
Eritrosit : 2,20 jt/ul
Hasil pemeriksaan kimia darah :
GDS : 226 mg/dl
Hasil vct antibody :
SDHIV-1/2 : Reaktif.
Terapi obat :
RL : 500 cc
PCT : 15 ml
Ketoralac : 30 mg
Ondansentron : 4 mg
Ranitidine : 50 mg
28
Zodovidium : 200 mg
Lodia : 2 mg
29
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS : Virus Hiv masuk Ketidak
Klien mengatakan : ↓ Efektifan Pola
Sesak Permukaan limfosit CD4 Nafas
↓
DO : Menyebar keseluruh tubuh dan
Klien tampak : organ limfoid
Keadaan umum : Sakit sedang ↓
Kesadaran Penurunan jumlah limfosit CD4
Kualitatif : Composmentis ↓
Kuantitatif : GCS 15 Imunosupresi menyerang system
TTV kekebalan system tubuh
TD : 90/70 mmhg ↓
Suhu badan : 39,5°C System respirasi
Nadi : 100 x/menit ↓
Respirasi : 29 x/menit Penurunan kekuatan otot
pernafasan
Tampak retraksi interkosta.
↓
Suara batuk ada. Infeksi pada system pernafasan
Suara nafas tambahan ronchi. ↓
O2 Simple mask 8 liter/menit Ketidak efektifan pola nafas
30
Kuantitatif : GCS 15 Sel yang terinfeksi mati
TTV ↓
TD : 90/70 mmhg Imunitas tubuh menurun
Suhu badan : 39,5°C ↓
Nadi : 100 x/menit Tubuh rentang terhadap infeksi
Respirasi : 29 x/menit ↓
Peristaltic usus 38x/menit. Infeksi pada system pencernaan
Terdapat nyeri tekan pada ↓
perut. Peningkatan peristaltic usus
↓
Diare
4. DS : Klien terinfeksi Hiv Kekurangan
Klien mengatakan : ↓ Volume Cairan
jarang minum air putih. Virus beredar dalam
lemas darah/jaringan mukosa
↓
Mual muntah dan susah
Virus menginfeksi sel yang
menelan.
mempunyai molekul CD4
Bab encer 4x sehari. ↓
Masuk kedalam sel target dan
mereplika diri
DO :
↓
Klien tampak :
Sel yang terinfeksi mati
Keadaan umum : Sakit sedang ↓
Kesadaran Imunitas tubuh menurun
Kualitatif : Composmentis ↓
Kuantitatif : GCS 15 Tubuh rentang terhadap infeksi
BB SS : 60 kg ↓
BB saat ini : 50 kg Infeksi pada system pencernaan
BB ideal : 63 kg ↓
TB : 170 cm Peningkatan peristaltic usus
Status gizi: 17,3 (kurang bobot) ↓
TTV Diare
TD : 90/70 mmhg ↓
Suhu badan : 39,5°C Output cairan meningkat
Nadi : 100 x/menit ↓
Respirasi : 29 x/menit Kehilangan cairan abnormal
Bibir pucat dan kering. (muntah,diare,demam)
Peristaltic usus 38x/menit. ↓
Terdapat nyeri tekan pada Kekurangan volume cairan
perut.
GDS : 226 mg/dl
5. DS : Klien terinfeksi Hiv Ketidak
Klien mengatakan : ↓ Seimbangan
Penurunan nafsu makan, Mual Virus beredar dalam Nutrisi Kurang
muntah dan susah menelan. darah/jaringan mukosa Dari Kebutuhan
DO : ↓ Tubuh
Klien tampak : Virus menginfeksi sel yang
Keadaan umum : Sakit sedang mempunyai molekul CD4
Kesadaran ↓
Kualitatif : Composmentis Masuk kedalam sel target dan
Kuantitatif : GCS 15 mereplika diri
BB SS : 60 kg ↓
BB saat ini : 50 kg Sel yang terinfeksi mati
↓
31
BB ideal : 63 kg Imunitas tubuh menurun
TB : 170 cm ↓
Status gizi: 17,3 (kurang bobot) Tubuh rentang terhadap infeksi
TTV ↓
TD : 90/70 mmhg Infeksi pada system pencernaan
Suhu badan : 39,5°C ↓
Nadi : 100 x/menit Infeksi jamur
Respirasi : 29 x/menit ↓
Bibir pucat dan kering. Peradangan pada mulut
Terdapat bercak putih pada ↓
lidah. Sulit menelan
↓
Terdapat sariawan.
Ketidak seimbangan nutrisi
Konjungtiva anemist. kurang dari kebutuhan tubuh
Hemoglobin : 10 gr/dl
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Prioritas
1. Ketidak Efektifan Pola Nafas Berhubungan Dengan Infeksi System Pernfasan.
2. Hipertermi Berhubungan Dengan Peningkatan Suhu Tubuh.
3. Diare Berubungan Dengan Peningkatan Peristaltic Usus.
Kekurangan Volume Cairan Berhubunga Dengan Kehilangan Cairan Abnormal
4.
(Muntah,Diare,Demam).
Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan Dengan
5.
penurunan nafsu makan.
32
33
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PADA NY.S DENGAN
STROKE DIRUANG PENYAKIT DALAM WANITA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA
NAMA PASIEN : Tn.A TANGGAL MRS : 31 Januari 2020
34
GCS 15 Posisi Semi Fowler. A:
TTV Masalah Belum
TD : 4. Lanjutkan kolaborasi 4. Memenuhi 07.20 4. Melanjutkan Teratasi.
90/70 mmhg Dengan Tim medis kebutuhan oksigen Kolaborasi Dengan
Suhu badan : dalam pemperian dalam tubuh. Tim medis dalam P:
39,5°C terapi oksigen yang pemperian terapi Lanjutkan
Nadi : dilembabkan sesuai oksigen yang Intervensi 1, 2, 3
100 x/menit protokol. dilembabkan sesuai Dan 4.
Respirasi : protokol.
29 x/menit Hasil :
Tampak Terpsang O2 nasal
retraksi canul 8 liter.
interkosta.
Suara batuk
ada.
Suara nafas
tambahan
ronchi.
O2 Simple
mask 8
liter/menit
2 Hipertermi Setelah Dilakukan 1. Observasi ttv klien . 1. Mengetahui 07.00 1. Mengobservasi ttv klien. S:
Berhubungan Tindakan perubahan ttv Hasil : Klien
Dengan Keperawatan 1x8 klien. TTV : Mengatakan:
Peningkatan Suhu Jam Di Harapkan TD : 90/70 mmhg Badan tidak
Tubuh. hipertermi Klien SB : 39,5°C terasa panas.
teratasi. ND : 100 x/menit
Di Tandai Dengan : Dengan Kriteria RR : 29 x/menit O:
Hasil : Klien Tampak :
DS : Keluhan badan 2. Lakukan kompres 2. Membuat 07.30 2. Melakukan kompres TTV
panas hilang hangat diaksila,dahi pelebaran pembulu hangat diaksila, dahi dan TD : 90/70
Klien
Suhu badan dan lipatan paha. darah dan lipatan paha. mmhg
mengatakan :
35
Badan terasa menurunkan suhu SB : 37°C
panas. dalam rentang badan. Hasil : ND : 100
norma (36,5- Klien Tampak x/menit
DO : 37°). dikompres pada dahi dan RR : 28
Keadaan umum lipatan paha. x/menit
: Sakit sedang 3. Lanjutkan kolaborasi 3. Membantu 07.35 Akral teraba
Kesadaran dalam pemberian penurunan panas. 3. Melanjutkan kolaborasi dingin.
Kualitatif : obat Antipiretik. dalam pemberian obat
Composmentis antipiretik. A:
Kuantitatif : Hasil : Masalah Teratasi.
GCS 15 Klien diberikan terapi
TTV pct drip 15 ml. P:
TD : Intervensi
90/70 mmhg dihentikan.
Suhu badan :
39,5°C
Nadi :
100 x/menit
Respirasi :
29 x/menit
Bibir pucat dan
kering.
Akral teraba
panas.
Leukosit :
17200rb/ul
3. Diare Berubungan Setelah Dilakukan 1. Hindari produk 1. Produk susu,lemak 07.40 1. Menghindari produk S:
Dengan Tindakan susu,lemak dan serat dan serat tinggi susu,lemak dan serat Klien
Peningkatan Keperawatan 1x8 tinggi. menyebabkan tinggi. Mengatakan
Peristaltic Usus. Jam Di Harapkan konsistensi BAB Hasil : masih diare encer
diare klien dapat jadi lebih cair. Klien tidak 4x sehari.
teratasi. mengonsumsi susu,
36
Ditandai Dengan : Dengan Kriteria lemak dan serat tinggi.
Hasil : O:
DO : Tidak ada nyeri 2. Menganjurkan untuk TTV
perut. 2. Anjurkan untuk 2. Mengurangi 07.45 menjaga kebersih TD : 90/70
Klien
Konsistensi menjaga kebersihan kontaminasi bakteri makanan dan cuci mmhg
mengatakan :
feses lunak. makanan dan cuci yang masuk tangan sebelum makan. SB : 37°C
Nyeri perut tangan sebelum kedalam tubuh. Hasil :
Frekuensi ND : 100
Bab encer 4x makan. Klien mencuci tangan x/menit
sehari. defekasi
sebelum makan. RR : 28
normal.
x/menit
DO : Suara peristaltic 3. Melanjutkan kolaborasi
usus normal (5- Peristaltic
Klien tampak : 3. Lanjutkan kolaborasi 3. Mengurangi 10.00 dalam pemberian anti usus
Keadaan umum 30x/menit). dalam pemberian anti frekuensi BAB. diare. 35x/menit.
: Sakit sedang diaere. Hasil :
Kesadaran Klien mendapat obat A:
Kualitatif : lodia 2mg (oral). Masalah Belum
Composmentis Teratasi.
Kuantitatif : 4. Mengkaji ulang
GCS 15 4. Kaji ulang frekuensi 4. Mengetahui tingkat 07.50 frekuensi defekasi dan P:
TTV defekasi dan suara keparahan diare. suara peristaltic usus. Lanjutkan
TD : peristaltic usus. Hasil : Intervensi 1, 2, 3
90/70 mmhg Klien belum BAB Dan 4.
Suhu badan : Suara peristaltic usus
39,5°C 35x permenit.
Nadi :
100 x/menit
Respirasi :
29 x/menit
Peristaltic usus
38x/menit.
Terdapat nyeri
tekan pada
perut.
37
4. Kekurangan Setelah Dilakuk 1. Edukasi kepada klien 1. Menambah 07.55 1. Mengedukasi kepada S:
Volume Cairan an Tindakan tentang manfaat pengetahuan klien klien tentang manfaat
Berhubunga Keperawatan cairan bagi tubuh. dan keluarga. cairan bagi tubuh. Klien
Dengan Kehilangan 1x24 Jam Di Hasil : Mengatakan
Cairan Abnormal Harapkan Klien memahami lemas, mual dan
(Muntah,Diare,Dem kekurangan tentang manfaat cairan masih diare.
am). volume cairan bagi tubuh.
dapat teratasi.
Ditandai dengan : 2. Motivasi klien untuk 2. Mengurangi tanda- 2. Memotivasi klien untuk
O:
Dengan Kriteria cukup minum sesuai tanda dehidrasi. minum cukup air sesuai
DS : kebutuhan. kebutuhan.
Hasil : TTV
Klien Hasil : TD : 90/70
mengatakan : Intake Klien minum air mineral mmhg
jarang minum sebanding 2 botol(250 ml). SB : 37°C
air putih. dengan out put. 08.05 ND : 100
lemas Tidak ada 3. Lanjutkan kolaborasi 3. Menambah intake 3. Melanjutkan kolaborasi x/menit
Mual muntah tanda-tanda dengan tim medis cairan dalam tunuh. dalam pemberian anti RR : 28
dehidrasi. dalam pemberian diare. x/menit
dan susah
cairan parenteral, Hasil :
menelan.
antipiretik, dan anti Klien mendapat terapi Peristaltic
Bab encer 4x diare. cairan RL : 500 cc usus
sehari. Pct drip : 15ml 35x/menit.
lodia 2mg (oral). Intake :
RL = 1 botol
DO : (500ml)/
Klien tampak : 4. Catat intake dan 4. Mengetahui. 4. Mencatat intake dan
output. output dari jam 08.00- 8jam
Keadaan umum Pct drip = 1
08.00 13.40.
: Sakit sedang botol
Hasil :
Kesadaran (15ml) /
Intake :
Kualitatif : 8jam
Composmentis RL = 1 botol (500ml)/
Kuantitatif : 8jam Ketorolac =
Pct drip = 1 botol 1 Amp 30
GCS 15
(15ml) / 8jam mg (1ml) /
BB SS :
38
60 kg Ketorolac = 1 Amp 30 8jam
BB saat ini : mg (1ml) / 8jam Ondansentro
50 kg Ondansentron = 1 Amp n = 1 Amp
BB ideal : mg (4ml) / 8jam 4mg (4ml) /
63 kg 8jam
Ranitidine = 1 Amp
TB : Ranitidine =
500mg
170 cm 1 Amp
Status gizi: Makan = 200 cc
500mg
17,3 (kurang Minum = 250 cc
Makan = 200
bobot) 08.10 AM = 5x50 kg/BB
cc
TTV = 250
TD : Minum =
90/70 mmhg Output : 250 cc
Suhu badan : Urin =0,5 x 50 AM = 5x50
kg
39,5°C =25 cc/kg bb/jam /BB
Nadi : =25cc/kgbb/8 jam = 250
100 x/menit =200cc/kgbb/8jam x 5
Respirasi : Output :
Total urine = 1000
29 x/menit cc/kg/8 jam Urin =0,5 x
Bibir pucat dan IWL
50
kering. =25 cc/kg
= 10 ml/kg x 50/8 jam
Peristaltic usus bb/jam
= 500
38x/menit. =25cc/kgbb/8
400c = 500+(30/100 x jam
Terdapat nyeri 500) =200cc/kgbb/
tekan pada = 500 + 150 8jam x 5
perut. = 650 cc/8 jam.
Total urine =
GDS :
1000 cc/kg/8
226 mg/dl.
jam
IWL
= 10 ml/kg x
50/24 jam
= 500
39
400c =
500+(30/100
x 500)
=500 + 150
=650cc/8 am
A:
Masalah Belum
Teratasi.
P:
Lanjutkan
Intervensi 1, 2, 3
Dan 4.
5. Ketidak Setelah Dilakukan 1. Edukasi kepada klien 1. Menambah 09.30 1. Mengedukasi kepada S:
Seimbangan Nutrisi Tindakan tentang manfaat pengetahuan klien klien tentang maanfaat
Kurang Dari Keperawatan 1x8 nutrisi untuk proses tentang nutrisi. nutrisi untuk proses Klien
Kebutuhan Tubuh Jam Di Harapkan penyembuhan. penyembuhan. Mengatakan
Berhubungan kebutuhan nutrsi Hasil : nafsu makan
penurunan nafsu klien terpenuhi. Klien memahami menurun.
makan. manfaat nutrisi bagi
Dengan Kriteria tubuh.
Ditandai dengan : Hasil : O:
2. Berikan makan 2. Meningkatkan 2. Memberikan makan
DS : BB dalam dengan porsi kecil nafsu makan. dengan porsi kecil tapi Keadaan
Klien rentang normal tapi sering. sering. umum :
mengatakan : (63 kg). Hasil : Sakit sedang
Penurunana Nafsu makan Klien mengikuti anjuran Kesadaran
nafsu
40
makan,Mual perawat. Kualitatif
muntah dan meningkat. :
susah menelan. 3. Motivasi klien untuk 3. Meningkatkan 09.45 3. Memotivasi klien untuk Composment
DO : makan dalam kondisi nafsu makan. makan dalam kondisi is
Klien tampak : hangat. hangat. Kuantitatif
Keadaan umum Hasil : : GCS 15
: Sakit sedang Klien mengikuti anjuran. BB
Kesadaran SS : 60
Kualitatif : 4. Lanjutkan kolaborasi 4. Mencegah dan 4. Melanjutkan kolaborasi kg
Composmentis dengan tim medis mengurani mual dengan tim medis dalam BB saat
Kuantitatif : dalam pemberian anti dan muntah. pemberian anti emetic. ini : 50 kg
GCS 15 emetik Hasil : BB
BB SS : Klien mendapat terapi ideal : 63
60 kg Ondansentron 4mg/jam. kg
BB saat ini : 10.00 TB
50 kg : 170 cm
BB ideal : Status gizi:
63 kg 17,3 (kurang
TB : bobot)
170 cm TTV
Status gizi: TD : 90/70
17,3 (kurang mmhg
bobot) SB : 37°C
TTV ND : 100
TD : x/menit
10.00
90/70 mmhg RR : 28
Suhu badan : x/menit
39,5°C
Nadi : A:
100 x/menit
Respirasi : Masalah Belum
29 x/menit Teratasi.
Bibir pucat dan
41
kering.
Terdapat
bercak putih P:
pada lidah. Lanjutkan
Terdapat Intervensi 1, 2, 3
sariawan. Dan 4.
Konjungtiva
anemist.
Hemoglobin :
10 gr/dl.
42
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang
salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel
darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker
atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai
CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau
limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh
manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar
antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang
terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan
semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol).
B. SARAN
Mahasiswa harus lebih memahami tentang asuhan keperaawatan pada
gangguan system IMUN “HIV” sehingga mampu menerapkannya di lahan
praktik demi memberi pelayanan kesehatan yang baik bagi klien. Jika ada tugas
kelompok mungkin yang lain bisa ikut ambil bagian,karena ini tugas kelompok
tapi rasa individu. Mungkin lain kali bisa diberikan tugas individu saja bapak/ibu
dosen tercinta.
43
DAFTAR PUSTAKA
44