Disusun oleh :
KELOMPOK 6
1. ALFA L.W. YENSENEM
2. JULIAN P. KRISPUL
3. NUR W.S RAHMAWATI
4. NURUL IZZAH H.P
5. OKTO W. NAINGGOLAN
6. SAHAKA ROMBOUW
7. ZAHARIA
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang masa esa, karena berkat rahmatnya
dan kurunianya lah kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan medical bedah 1
tentang GAGAL GINJAL
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yg sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada dosen yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan
kepada kami untuk membuat tugas makalah ini.
Jayapura ,
19 september 2019
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………….
BAB II PEMBAHASA
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………
KESIMPULAN
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Gagal Ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuannya untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan normal. Gagal ginjal
dibagi menjadi dua kategori yaitu gagal ginjal kronik dan gagal ginjal akut. (Price & Welson,
2006)
Pada gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu
beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal
(ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat.
Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan.
Sehingga biasanya diketahui setelah jatuh dalam kondisi parah. Gagal ginjal kronik tidak
dapat disembuhkan. Pada penderita gagal ginjal kronik, kemungkinan terjadinya kematian
sebesar 85 %.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien
gagal ginjal.
2. Agar mahasiswa dapat memahami pengertian gagal ginjal akut dan kronik
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala pada pasien gagal ginjal akut dan
kronik.
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT GAGAL GINJAL
A. Anatomi Fisiologi
Ginjal merupakan organ berpasangan. Beratnya ± 125 gr, terletak pada posisi disebelah
lateral vertebralis torakalis bawah, beberapa cm dsebelak kanan dan kiri garis tengah. Organ
ini terbungkus oleh jaringan ikat tipis disebut kapsula renis. Disebelah anterior dipisahkan
kavum abdomen dan isinya oleh lapisan peritoneum. Disebelah posterior dilindungi oleh
dinding toraks bawah. Darah dialirkan kedalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar
dari dalam ginjal melalui vena renalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena
renalis membawa darah kembali kedalam vena kava inverior. Urin terbentuk dalam unit-unit
fungsional ginjal dalam nefron.
Ginjal terdiri dari bagian external (korteks), bagian internal (medulla), setiap ginjal terdiri
dari ± 1 juta nefron. Fungsi nefron adalah proses pembentuka urin dimulai dari darah
mengalir lewat glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron (tersusun atas
jonjot-jonjot kapiler) mendapat darah lewat vasa aferen dan mengalir balik lewat fasa
eferen. Ketika darah berjalan melewati struktur ini, filtrasi terjadi (air dan molekul-molekul
kecil akan dibiarkan lewat, molekul besar tetap bertahan dalam aliran darah) cairan (filtrate)
disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan memasuki tubulus ± 20% plasma
lewat glomerulus disaring dalam nefron dengan jumlah sekitar 180 liter flitrat/hari
Fungsi Ginjal
Menurut Sherwood (2011) mengatakan bahwa ginjal memiliki fungsi yaitu:
a. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
b. Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam pengaturan
jangka panjang tekanan darah arteri
c. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
d. Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
e. Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.
B. Pengertian
Penyakit Gagal Ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan
volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan normal. Gagal ginjal dibagi menjadi dua
kategori yaitu gagal ginjal kronik dan gagal ginjal akut. (Price & Welson, 2006)
Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya
secara normal. Pada kondisi normal, pertama-tama darah akan masuk ke glomerulus dan
mengalami penyaringan melalui pembuluh darah halus yang disebut kapiler. Di glomerulus,
zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak terpakai dan beberapa yang masih terpakai serta
cairan akan melewati membran kapiler sedangkan sel darah merah, protein dan zat-zat yang
berukuran besar akan tetap tertahan di dalam darah. Filtrat (hasil penyaringan) akan
terkumpul di bagian ginjal yang disebut kapsula Bowman. Selanjutnya, filtrat akan diproses
di dalam tubulus ginjal. Di sini air dan zat-zat yang masih berguna yang terkandung dalam
filtrat akan diserap lagi dan akan terjadi penambahan zat-zat sampah metabolisme lain ke
dalam filtrat. Hasil akhir dari proses ini adalah urin (air seni).
Gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau terluka
dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri . Penyakit gagal ginjal lebih sering
dialami mereka yang berusia dewasa , terlebih pada kaum lanjut usia .
Secara umum, gagal ginjal adalah penyakit akhir dari serangkaian penyakit yang menyerang
traktus urinarius.
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni Gagal Ginjal Akut (acute renal failure =
ARF) dan Gagal Ginjal Kronik (chronic renal failure = CRF).
Gagal ginjal kronik adalah kemunduran fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel
dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseibangan
metabolik,caira dan elektrolit yang mengakibatkan uremia atau azotemia. (Brunner &
Suddarth,2000)
Kegagalan ginjal menahun merupakan suatu kegagalan fungsi ginjal yang berlangsung
perlahan-lahan, karena penyebab yang berlangsung lama,sehingga tidak dapat menutupi
kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit. (Purnawan Junadi,1989)
C. Penyebab
1. Penyebab gagal ginjal akut menurut (Brunner & Suddarth,2000)
a. Kondisi Pre Renal (Hipoperfusi ginjal)
Kondisi pre renal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan turunnya laju
filtrasi glomerulus. Kondisi klinis yang umum yang menyebabkan terjadinya hipoperfusi
renal adalah :
Penipisan volume
Hemoragi
Kehilangan cairan melalui ginjal (diuretic,osmotic)
Kehilangan cairan melalui saluran GI (muntah,diare)
Gangguan efisiensi jantung
Infark miokard
Gagal jantung kongestif
Disritmia
Syok karsinogenik
Vasodilatasi
Sepsis
Anafilaksis
Medikasi antihipertensif
D. Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi dalam 3 stadium
1. Stadium I
Penurunan cadangan ginjal, ditandai dengan kehilangan fungsi nefron 40-75%. Passion
biasanya tidak mempunyai gejala, karena sisa nefron yang ada dapat membawa fungsi-
fungsi normal ginjal.
2. Stadium II Insufisiensi ginjal
Kehilangan fungsi ginjal 75-90% pada tingkat ini terjadi kreatinin serum dan nitrogen urea
darah, ginjal kehilangan kemampuannya untuk mengembangkan urin pekat dan azotemia
3. Stadium III Payah gagal ginjal stadium akhir atau uremia
Tingkat renal dari GGK yaitu sisa nefron yang berfungsi <10%. Pada keadaan ini kreatinin
serum dan kadar BUN akan meningkat dengan menyolok sekalisebagai respon terhadap GFR
yang mengalami penurunan sehingga terjadi ketidakseimbangan kadar ureum nitrogen
darah dan elektrolit, pasien diindikasikan untuk dialysis.
E. Patofisiologi
a) Terdapat empat tahapan terjadinya gagal ginjal akut menurut (Brunner & Suddarth,2000):
1. Periode Awal
Merupakan awal kejadian penyakit dan diakhiri dengan terjadinya oliguria
2. Periode Oliguri
Pada periode ini volume urine kurang dari 400 ml/24jam, disertai dengan peningkatan
konsentrasi serum dari substansi yang biasanya diekskresikan oleh ginjal (urea,kreatinin,
asam urat, kalium dan magnesium). Pada tahap ini untuk pertama kalinya gejala uremik
muncul dan kondisi yang mengancam jiwa seperti hiperkalemia terjadi.
3. Periode Diuresis
Pasien menunjukkan peningkatan jumlah urine secara bertahap.,disertai tanda
perbaikan glumerulus. Nilai laboratorium berhenti meningkat dan akhirnya menurun. Tanda
uremik mungkin masih ada,sehingga penatalaksanaan medis dan keperawatan masih di
perlukan. Pasien harus dipantau ketat akan adanya dehidrasi selama tahapan ini, jika terjadi
dehidrasi, tanda uremik biasanya meningkat.
4. Periode Penyembuhan
Merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal dan berlangsung selama 3-12 bulan
Nilai laboratorium akan kembali normal
Namun terjadi penurunan GFR permanen 1%-3%.
F. Manifestasi Klinik
a) Manifestasi klinik Gagal Ginjal Akut menurut (Brunner & Suddarth,2000):
Hampir setiap system tubuh dipengaruhi ketika terjadi kegagalan mekanisme pengaturan
ginjal normal. Pasien tampak sangat menderita dan letargi disertai mual persisten, muntah,
dan diare. Kullit dan membrane mukosa kering akibat dehidrasi, dan nafas mungkin berbau
(sector uremik). Manifestasi system saraf pusat mencakup rasa lemah, sakit kepala, kedutan
otot, dan kejang.
1. Perubahan Haluaran Urin.
Haluaran urin sedikit, dapat mengandung darah, dan gravitasi spesifiknya rendah (1010
normalnya 1015-1025)
2. Peningkatan BUN dan Kadar Kreatinin.
Terdapat peningkatan yang tetap dalam BUN dan laju peningkatannya bergantung pada
tingkat katabolisme (pemecahan protein), perfusi renal dan masukkan protein.
3. Hiperkalemia.
Pasien yang mengalami laju filtrassi glomerulus tidak mampu mengeksresikan kalium.
4. Asidosis meabolik.
Pasien oliguria akut tidak dapat mengeliminasi matan metabolic seperti sustansi jenis asam
yang dibentuk oleh proses metabolic normal.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Elektrokardiogram (EKG), Perubahan yang terjadi berhubungan dengan ketidakseimbangan
elektrolit dan gagal jantung.
2. Kajian foto toraks dan abdomen, Perubahan yang terjadi berhubungan dengan retensi
cairan.
3. Osmolalitas serum, Lebih dari 285 mOsm/kg
4. Pelogram Retrograd, Abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
5. Ultrasonografi Ginjal, Untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi
pada saluran perkemihan bagian atas
6. Endoskopi Ginjal, Nefroskopi, Untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan
pengangkatan tumor selektif
7. Arteriogram Ginjal, Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular
H. Penatalaksanaan Medik
1. Terapi medis pada pasien Gagal Ginjal Akut menurut (Brunner & Suddarth,2000):
Gagal ginjal memiliki kemampuan pulih yang luar biasa dari penyakit. Oleh karena itu,
tujuan penanganan gagal ginjal akut adalah untuk menjaga keseimbangan kimiawi normal
dan mencegah komplikasi sehingga perbaikan jaringan ginjal dan pemeliharaan fungsi ginjal
dapat terjadi.
a. Dialysis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti
hyperkalemia, pericarditis dan kejang.
b. Penanganan hyperkalemia keseimbangan cairan dan elektrolit merupkan masalah utama
pada gagal ginjal akut; hyperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada
gangguan ini.
c. Mempertahankan keseimbangan cairan. Penatalaksanaan keseimbangan cairan didasarkan
pad berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum,
cairan yang hilang, tekanan darah, dan status klinis pasien.
d. Pertimbangan nutrisional. Diet protein dibatasi sampai 1g/kg selama fase oligurik untuk
menurunkan pemecahan protein dan mencegah akumulasi produk akhir toksik.
e. Cairan IV dan diuretic. Aliran darah ke ginjal yang adekuat pada banyak pasien dapat
dipertahankan melalui cairan IV dan medikasi.
f. Koreksi asidosis dan peningkatan kadar fosfat. Jika asidosis berat terjadi, gas darah arteri
harus dipantau; tindakan ventilasi yang tepat harus dilakukan jika terjadi masalah
pernafasan.
2. Terapi medis pada pasien Gagal Ginjal Kronik :
a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya. Waktu yang paling tepat untuk terapi penyakit
dasarnya adalah sebelum terjadinya penurunan LFG, sehingga pemburukan fungi ginjal tidak
terjadi. Pada ukuran ginjal yang masih normal secara ultrasonografi,biopsi dan pemeriksaan
histopatologi ginjal dapat menentukan indikasi yang tepat terhadap terapi spesifik.
b. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid. Penting sekali untuk mengikuti dan
mencatata kecepatan penurunan LFG pada pasien penyakit GGK, hal ini untuk mengetahui
kondisi komorbid yang dapat memperburuk keadaan pasien.
c. Memperlambat pemburukan (progresis) fungsi ginjal. Faktor utama penyebab perburukan
fungsi ginjal adalah terjadinya hiperfiltrasi glomerulus. Dua cara penting untuk mengurangi
hiperfiltrasi glomerulur adalah pembatasan asupan protein dan terapi farmakologis.
d. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular. Pencegahan dan terapi
terhadap penyakit kardiovaskular merupakan hal yang penting, karena 40 s.d. 45% kematian
penyakit GGK disebabkan penyakit kardiovaskular
e. Pencegahan dan terapi komplikasi. Penyakit ginjal kronik mengakibatkan berbagai
komplikasi yang manisfestasinya sesuai dengan derajat penurunan fungsi ginjal yang terjadi.
f. Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transpalasi ginjal. Terapi pengganti ginjal
dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15ml/menit.
Terapi pengganti tersebut dapat berupa hemodialisis, peritoneal dialisis atau transplantasi
ginjal.
f. Integritas Ego
• Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
• Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
g. Eliminasi
• Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut
• Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
• Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, oliguria.
h. Makanan / cairan
• Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan (malnutrisi).
• Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan
amonia)
• Penggunaan diuretik
• Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir)
• Perubahan turgor kulit/kelembaban.
• Ulserasi gusi, pendarahan gusi/lidah.
i. Neurosensori
• Sakit kepala, penglihatan kabur.
• Kram otot / kejang, syndrome “kaki gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan
dan kelemahan, khususnya ekstremiras bawah.
• Gangguan status mental, contah penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor.
• Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang.
• Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
j. Nyeri / kenyamanan
• Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki.
• Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah.
k. Pernapasan
• Napas pendek, dispnea, batuk dengan / tanpa sputum kental dan banyak.
• Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman.
• Batuk dengan sputum encer (edema paru).
l. Keamanan
• Kulit gatal
• Ada / berulangnya infeksi
• Pruritis
• Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara aktual terjadi peningkatan pada
pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal.
• Ptekie, area ekimosis pada kulit
• Fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi
m. Seksualitas
• Penurunan libido, amenorea, infertilitas
n. Interaksi sosial
• Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran
biasanya dalam keluarga.
o. Penyuluhan / Pembelajaran
• Riwayat DM (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis heredeter, kalkulus
urenaria, maliganansi.
• Riwayat terpejan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.
• Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini / berulang.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data dari pasien. Kemungkinan
diagnosa keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai berikut :
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebih dan
retensi cairan serta natrium.
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
c. Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah.
d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan
diagnostik, dan rencana tindakan.
3. Intervensi
Dx
NO Tujuan dan KH Intervensi Rasional
kep
1 1 Tujuan - Kaji status cairan : - Pengkajian
Mempertahankan berat tubuh • Timbang berat merupakan dasar
ideal tanpa kelebihan cairan. badan harian dan data dasar
• Keseimbangan berkelanjutan
Kriteria hasil : masukan dan untuk memantau
• Menunjukkan pemasukan dan haluaran perubahan dan
pengeluaran mendekati • Turgor kulit dan mengevaluasi
seimbang adanya oedema intervensi.
• Turgor kulit baik • Distensi vena leher Keperawatan
• Membran mukosa lembab • Tekanan darah, Medikal Bedah
• Berat badan dan tanda vital denyut dan irama edisi 8 vol 2,
stabil nadi Brunner &
• Elektrolit dalam batas normal - Batasi masukan Suddart, hal
1452)
cairan
- Pembatasan
cairan akan
menentukan
berat badan ideal,
haluaran urine
dan respons
terhadap terapi.
(Keperawatan
Medikal Bedah
edisi 8 vol 2,
Brunner &
Suddart, hal
- Jelaskan pada 1452).
pasien dan keluarga - Sumber
kelebihan cairan
rasional yang tidak
pembatasan diketahui dapat
diidentifikasi.
(Keperawatan
Medikal Bedah
edisi 8 vol 2,
Brunner &
Suddart, hal
- Pantau kreatinin 1452).
dan BUN serum
- Pemahaman
meningkatkan
kerjasama pasien
dan keluarga
dalam
pembatasan
cairan
(Keperawatan
Medikal Bedah
edisi 8 vol 2,
Brunner &
Suddart, hal
1452).
- Perubahan ini
menunjukkan
kebutuhan dialisa
segera. (Rencana
Asuhan
Keperawatan
Medikal Bedah,
vol 1, Barbara
Ensram, hal 156).
- Mendorong
latihan dan
aktivitas dalam
batas-batas yang
dapat ditoleransi
dan istirahat yang
- Anjurkan untuk adekuat.
beristirahat setelah (Keperawatan
dialisis Medikal Bedah
edisi 8 vol 2,
Brunner &
Suddart, hal
1454).
- Istirahat yang
adekuat
dianjurkan
setelah dialisis,
yang bagi banyak
pasien sangat
melelahkan.
(Keperawatan
Medikal Bedah
edisi 8 vol 2,
Brunner &
Suddart, hal
1454).
4 4Tujuan: - Bila mungkin atur - Individu yang
Ansietas berkurang dengan untuk kunjungan berhasil dalam
adanya peningkatan dari individu yang koping dapat
pengetahuan tentang penykit mendapat terapi. pengaruh positif
dan pengobatan. untuk membantu
pasien yang baru
Kriteria hasil : didiagnosa
mempertahankan
Mengungkapkan pemahaman harapan dan
tentangkondisi, pemeriksaan mulai menilai
diagnostic dan rencana tindakan. perubahan gaya
Sedikit melaporkan perasaan hidup yang akan
gugup atau takut. diterima.
(Rencana Asuhan
Keperawatan vol
1, Barbara
Engram hal 159).
4. Implementasi
a. Membantu Meraih Tujuan Terapi
- Mengusahakan agar orang tetap menekuni pantangan air yang sudah dipesankan.
- Mengusahakan agar orang menekuni diet tinggi karbohidrat disertai pantangan sodium,
potassium, phosphorus dan protein.
- Tenekuni makanan bahan yang mengikat fosfat.
- Memberikan pelunak tinja bila klien mendapat aluminium antacid.
- Memberikan suplemen vitamin dan mineral menurut yang dipesankan.
- Melindungi pasien dari infeksi.
- Mengkaji lingkungan klien dan melindungi dari cedera dengan cara yang seksama.
- Mencegah perdarahan saluran cerna yang lebih hebat dengan menggunakan sikat gigi yang
berbulu halus dan pemberian antacid.
b. Mengusahakan Kenyamanan
- Mengusahakan mengurangi gatal, memberi obat anti pruritis menurut kebutuhan.
- Mengusahakan hangat dan message otot yang kejang dari tangan dan kaki bawah.
- Menyiapkan air matol buatan untuk iritasi okuler.
- Mengusahakan istirahat bila kecapaian.
- Mengusahakan agar klien dapat tidur dengan cara yang bijaksana.
c. Konsultasi dan Penyuluhan
- Menyiapkan orang yang bisa memberi kesempatan untuk membahas berbagai perasaan
tentang kronisitas dari penyakit.
- Mengusahakan konsultasi bila terjadi penolakan yang mengganggu terapi.
- Membesarkan harapan orang dengan memberikan bantuan bagaimana caranya mengelola
cara hidup baru.
- Memberi penyuluhan tentang sifat dari CRF, rasional terapi, aturan obat-obatan dan
keperluan melanjutkan pengobatan. (Keperawatan Medikal Bedah, Barbara C. Long).
5. Evaluasi
Pertanyaan-pertanyaan yang umum yang harus diajukan pada evaluasi orang dengan
kegagalan ginjal terdiri dari yang berikut.
- Apakah terdapat gejala-gejala bertambahnya retensi cairan?
- Apakah orang menekuni pesan diet dan cairan yang diperlukan?
- Apakah terdapat gejala-gejala terlalu kecapaian?
- Apakah orang tidur nyenyak pada malam hari?
- Apakah orang dapat menguraikan tentang sifat CRF, rasional dan terapi, peraturan obat-
obatan dan gejala-gejalayang harus dilaporkan?
BAB IV
ASKEP PADA KASUS PASIEN GAGAL GINJAL
A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : Tn.S
Umur : 41 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Status Perkawinan : Sudah menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Makassar / WNI
Pendidikan : SMA Sederajat
Pekerjaan : karyawan
Alamat : Aryoko
2. Identitas Penanggung
Nama : Ny.A
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Status Perkawinan : Sudah kawin
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa / WNI
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan klien : Istri pasien
Alamat : Aryoko
B. KELUHAN UTAMA :
1. Keluhan utama saat MRS
- Pasien mengatakan lemas, mual, dan nafsu makan menurun
2. Keluahan Utama saat pengkajian
- lemas
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
- Pasien mengatakan memiliki darah tinggi dan DM
Upaya yang telah dilakukan
- Pasien mengatakan berobat ke puskesmas
Terapi yang telah diberikan
- Tidak ada
D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
- pasien mengatakan 3 bulan lalu berobat ke puskesmas , dengan keluhan
lemas, dan tangan kanan dan kaki kanan tidak bisa di gerakkan
3. Pola eliminasi
a. BAB
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
FREKUENSI 1-2 x/hari, pagi 1 /2 hari
malam
KONSISTENSI Lunak Lunak
berbentuk
WARNA Kuning Kuning
kecoklatan
BAU Khas Khas
KELUHAN Tidak ada Tidak ada
PENGGUNAAN ALAT Tidak ada Tidak ada
BANTU
b. BAK
KETERANGAN SBELEUM SAKIT SAAT SAKIT
FREKUENSI 3-4 x/hari 3-4 x/hari
JUMLAH 250 cc sekali BAK 250 cc sekali BAK
WARNA Kuning pucat Kuning pucat
BAU Amoniak Amoniak
MASALAH YANG
DISARANKAN
TOTAL PRODUKSI URINE 600 cc /hari 600cc/hari
PENGGUNAAN ALAT BANTU Tidak ada Tidak ada
4. Pola aktivitas
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
MOBILITAS RUTIN mengantar mobilisasi diatas
makanan tempat tidur
mandiri
WAKTU SENGGANG Olahraga Berbaring
MANDI Mandiri Dibantu
BERPAKAIAN Mandiri Mandiri
BERHIAS Mandiri Mandiri
TOILETING Mandiri Bantuan sebagian
MAKAN MINUM Mandiri Bantuan sebagian
TINGKAT Mandiri Bantuan sebagian
KETERGANTUNGAN
PENGGUNAAN ALAT BANTU Tidak ada Tidak ada
5. Pola istirahat-tidur
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
JUMLAH JAM TIDUR SIANG 1 jam 5 Jam
8. Pola hubungan-peran
- pasien mengatakan hubungan dengan keluarga selalu harmonis dan baik
dengan masyarakat sekitar
9. Pola fungsi seksual-seksualitas
- pasien mengatakan Ingin istri selalu ada di sampingnya
H. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan umum
Keadaan/penampilan umum: Lemah
Kesadaran : Compoamentis GCS : 14-15
BB sebelum sakit : 72 kg TB :170 cm
BB saat ini : 64 kg
BB ideal : 1,53%
Status gizi :
Status Hidrasi :
Tanda tanda vital :
TD : 160/100 mmHg Suhu : 36 oC
N : 84 x/mnt RR : 20x/mnt
2. Kepala
Inspeksi
- Bentuk : kepala pasien bulat dan simetris
- Rambut : rambut tampak hitam, pertumbuhan merata
- kebersihan : terlihat agak lepek dan kusam
- ketombe : terdapat sedikit ketombe
- lesi : tidak terdapat lesi
Palpasi
- tidak ada nyeri tekan, massa dan benjolan
Muka
Inspeksi
- Bentuk : terlihat simetris
- Raut Muka : Lemas
- Warna : sawo matang
- Kebersihan : bersih, tidak terdapat jerawat
- Luka : tidak ada
Palpasi
- Tidak terdapat nyeri tekan
Mata
Inspeksi
- Bentuk : Simetris kiri dan kanan
- Kelopak Mata : tidak ada pembengkakan
- Sclera : putih bersih (tidak ikterik)
- Konjungtiva : anemis
- Pupil : reflek normal kanan dan kiri mengecil saat terkena rangsangan cahaya
- Pergerakan Bola Mata : normal bergerak spontan dan ketajaman penglihatan
normal
Palpasi
- tidak ada nyeri tekan dan TIO tidak mengalami peningkatan
Telinga
Inspeksi
- Bentuk : simetris
- Warna : merata dengan sekitarnya
- Kebersihan : tidak terdapat serumen, tidak ada perdarahan, tidak terdapat
lesi
- Membran Timpani : dapat terlihat (berkilau)
Palpasi
- tidak ada nyeri tekan
Hidung dan Sinus
Inspeksi
- Bentuk : simetris lubang kanan dan kiri
- Kebersihan : terlihat bersih tidak ada secret dan tidak ada pembengkakan
Palpasi
- tidak ada nyeri tekan dan pembengkakan di bagian hidung dan sinus
- Potensi Pernafasan : normal antara kiri dan kanan
Mulut
Inspeksi
- Bibir : mukosa bibir terlihat kering
- Lidah : terdapat banyak bintik putih
Palpasi
- tidak ada nyeri tekan dan benjolan
3. Leher
Inspeksi
- bentuk simetris dan warna merata, tidak terdapat masa
- Tiroid : tidak terlihat
Palpasi
- tidak ada nyeri tekan,
- tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid
4. Thoraks (dada)
Inspeksi
- Bentuk : Normal chest
- Warna : Merata dan sekitar tidak ada lesi
- Inspirasi & Ekspirasi : Normal
Palpasi
- tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan
Perkusi
- ICS 2 midklavikula dextra dan sinistra bunyi sonor
Auskultasi
- suara nafas vesikuler (normal) dan tidak terdapat suara tambahan
Jantung
Inspeksi
- Denyut apeks dapat terlihat
Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan dan denyut apeks dapat teraba
Perkusi
- Kanan atas : ICS 2 Linea sternalis dextra
- Kanan bawah : ICS 4 linea parasternalis dextra
- Kiri atas : ICS 2 Linea Parasternalis sinistra
- Kiri bawah : ICS 4 Mideal Kavikularis sinistra
Auskultasi
BJ 1
- Mitral : LUB
- Trikuspidalis : LUB
BJ 2
- Aorta : DUB
- Pulmonalis : DUB
Payudara dan Ketiak
Inspeksi
- Bentuk : Simetris kiri dan kanan
- Warna : Merata dengan sekitar payudara
- Vasikularis : tidak terdapat vasikularis pada payudara
- tidak terdapat pembengkakan pada payudara dan ketiak
Palpasi
- tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan pada payudara dan ketiak
5. Abdomen
Inspeksi :
- Bentuk : Simetris (tidak asites)
- Umbilikal terlihat bersih
- Tidak terdapat jaringan parut pada perut
Auskultasi
- Bising Usus 10x/menit
Perkusi
- Hepar : bunyi pekak
- Lien : bunyi timpani
- Usus : bunyi timpani
Palpasi
- Hepar : teraba, tidak terdapat pembengkakan dan nyeri tekan
- Lien : teraba, tidak terdapat pembengkakan dan nyeri tekan
- Ginjal : teraba dan tidak ada nyeri tekan
- Kandung Kemih : tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat distensi urin
6. Tulang belakang
Inspeksi
- Tampak simetris kiri dan kanan
- Tidak ada luka
Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan dan benjolan
7. Ekstremitas
Atas
Inspeksi
- Kedua tangan tampak simetris antara kiri dan kanan
- Tidak ada luka
- Kulit berwarna sawo matang
Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan dan pembengkakan
- Tidak terdapat piting edema
Bawah
Inspeksi
- Kaki kanan tampak ada pembangkakan
Palpasi
- Teraba tengang pada otot kaki kanan
- Kekuatan otot
Atas Bawah
Kiri 5 5
Kanan 5 5
- Clubing of the finger : tidak ada ( normal )
- Capillary refil time : 3 detik
- Refleks patalogis : normal
9. Pemeriksaan neurologis
12 Pasang syaraf kranial
NI : Okfaktorius / penghidungan :
- pasien dapat mencium bau makanannya sendiri
N.II : Optikus / Penglihatan :
- Pasien bisa melihat dengan baik
N.III : Okulomotorius / kontaksi pupil :
- jika di beri cahaya pupil mengecil
N.IV, VI : Troclearis, Abdusen :
- pergerakan mata pasien baik mampu mengikuti jari perawat dengan 8 arah
N.V : Trigeminus :
- sensoris : pasien dapat menerima rangsangan dari perawat
- reflek kornea : reflek kornea pasien baik
N.VII : Fasialis :
- Gerakan Mimik pasien saat dikaji tersenyum
- Pengecapan : Lidah bagian depan pasien dapat merasakan
manisnya gula
N.VIII : Vestibulokoklearis :
- fungsi pendengaran : pasien mampu mendengar dengan baik
N.IX dan N.X : Glosofaringeus dan fagus :
- reflek menelan : pasien mampu
menelan dengan baik
- Suara : suara pasien terdengar dengan
baik dan jelas
N.XI : Aksesorius :
- -pasien mampu menggerakkan kepala ke samping dan ke
- Belakang
- -pasien mampu mengangkat bahu
N.XII : Hipoglasus :
- Gerakan lidah : pasien mudah menelan dengan baik
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Telah didapatkan hasil laboratorium tanggal 19 september 2019, yaitu leukosit: 5,3
rb/ul (normal: 3,8 – 10,6), eritrosit 2,7 jt/ul (normal: 4,4 – 5,9), hemoglobin 9,2 gr/dl
(normal: 13,2 – 17,3), hematokrit 26% (normal: 40-52), trombosit 285 rb/ul (normal:
150 – 440), MCV 95,0 fl (normal: 80 – 100), MCH 33,9 pg (normal: 26 -34), MCHC
35,8 g/dl (normal: 32-36), RDW: 13,8% (normal <14) GDS : 143 mg/dl (normal <110),
Ureum: 226 mg/dl (normal: 13-43), kreatinin : 21,40 mg/dl (normal <1,2).
2. Radiologi
Tidak dilakukan pemeriksaan radiologi
J. TERAPI
NO NAMA OBAT METODE DOSIS (dalam JAM
PEMBERIAN mg) PEMBERIAN
1 CaCO3 Oral 3 x 1 mg Per 8 jam
KLASIFIKASI DATA
ANALISA DATA
PENGELOMPOKAN MASALAH
NO PENYEBAB / ETIOLOGI
DATA KEPERAWATAN
1 DS:Pasien Mual Nutrisi kurang dari
mengatakan mual, kebutuhan tubuh
Pasien mengatakan
nafsu makan
menurun,
DO : pasien makan
habis 1/2 porsi,
membran mukosa
kering,
DO : teraba edema
pada kaki kanan,
turgor kulit sedang,
capilary refil 3 detik,
3 DS : Pasien Kurang sumber Defisien pengetahuan
mengatakan tidak pengetahuan
mengetahui penyakit
yang diderita,
DO : pasien bertanya
tentang penyakitnya,
pasien dan keluarga
bertanya tentang
pengobatan
DO : pasien tampak
tidak rapih , mulut
pasien terasa bau
tidak sedap
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, didapatkan diagnosa sebagai berikut :
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
2. Kekurangan volume cairan
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, diet, dan kebutuhan pengobatan
4. Intoleransi aktivitas
5. Defisit perawatan diri personal hygiene
C. PERENCANAAN
Berdasarkan diagnosa yang didapat, rencana tindakan yang akan dilakukan antara lain:
DX
NO TUJUAN dan KH INTERVENSI
KEP
1 1 Tujuan: - Kaji status, pola dan kebiasaan makan klien
Nutrisi klien terpenuhi - Berikan makanan sedikit tapi sering
setelah dilakukan - Berikan makanan yang mudah ditelan dan
tindakan keperawatan hangat
selama 3x24 jam - Catat jumalah porsi makanan yang
Kriteria hasil: dihabiskan
- Mual berkurang - Timbang BB tiap 3 hari sekali
- Nafsu makan - Kolaborasi dalam pemberian antiemetik
meningkat ( ranitidin 2x1 ampul @2ml, 25 mg/ml,
- Makan habis 1 porsi ondansentron 2x1 ampul (@2ml,2 mg/ml)
- Berat badan tetap/
bertambah
- Tidak ada edema pada
tungkai
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
DX
Tgl Jam Implementasi Respon Klien Ttd
Kep
2/6/14 14.1 1 - Mengkaji pola makan - Klien mengatakan mual
5 klien - Klien mengatakan makan
3x sehari dengan diet
lunak
-
mengerti tentang
- penyakit GGK
-
16.0
0
4&5 Libatkan keluarga dalam
Keluarga membantu klien
pelaksanaan tindakan
mandi sore hari
keperawatan
E. EVALUASI KEPERAWATAN
DX
Tgl EVALUASI TTD
Kep
3/6/1 1 S : - Klien mengatakan masih mual
4 - Klien mengatakan nafsu makan menurun
O : - klien menghabiskan makan ½ porsi
- BB: 65kg
- TB: 170 cm
- Hasil lab: ureum: 282 mg/dl (normal: 13-43)
A : - masalah belum teratasi
P : - intervensi dipertahankan
- Menganjurkan klien makan sedikit dan sering
- Mencatat jumlah porsi makanan yang habis
2 S : - Klien mengatakan haus berkurang
- Klien mengatakan minum 1 ltr/hari
O : - membrane mukosa lembab
- Turgor kulit sedang
- Balance cairan -200cc
- TTV : TD: 150/100 mmHg
N: 88x/menit
RR: 20x/menit
S: 36,4 0C
A : - masalah belum teratasi
P : - intervensi dilanjutkan
- Catat hasil input dan output
- Menganjurkan klien membatasi cairan 2,5 ltr/hari
3S : - Klien dan keluarga mengatakan sudah mengerti tentang
penyakit GGK
O :- klien dan keluarga dapat menjawab semua pertanyaan yang
diajukan dengan benar
- Klien tidak bertanya lagi pada perawat
A : - masalah teratasi
P : - intervensi dipertahankan
4 S : - Klien mengatakan masih terasa lemas
O : - Aktivitas dibantu perawat dan keluarga
A : - masalah belum teratasi
P : - intervensi dilanjutkan
- Dorong klien melakukan aktivitas sesuai kemampuan
5 S : - Klien mengatakan masih terasa lemas
O : - klien tampak rapih
A : - masalah belum teratasi
P : - intervensi dilanjutkan
- Berikan bantuan dengan aktivitas yang diperlukan
4/6/1 1 S : - Klien mengatakan masih mual
4 - Klien mengatakan masih lemas
O : - klien menghabiskan makan ½ porsi (1700 kkal)
- BB: 64kg
- TB: 170 cm
- Hasil lab: ureum: 282 mg/dl (normal: 13-43)
A : - masalah belum teratasi
P : - intervensi dipertahankan
- Menganjurkan klien makan sedikit dan sering
2 S : - Klien mengatakan haus berkurang
- Klien mengatakan minum 1,5 ltr/hari
O : - membrane mukosa lembab
- Turgor kulit elastis
- Balance cairan -105cc
- TTV : TD: 150/100 mmHg
N: 84x/menit
RR: 20x/menit
S: 35,8 0C
- Hasil lab: natrium: 137 mmol/L (normal 135-155)
Kalium : 4,8 mmol/L (normal 3,6 – 5,5)
Klorida : 100 mmol/L (normal 98-109)
A : - masalah belum teratasi
P : - intervensi dipertahankan
- Catat hasil input dan output
- Menganjurkan klien membatasi cairan 2,5 ltr/hari
4 S : - Klien mengatakan masih terasa lemas
O : - Aktivitas dibantu perawat dan keluarga
A : - masalah belum teratasi
P : - intervensi dilanjutkan
- Dorong klien melakukan aktivitas sesuai kemampuan
5 S : - Klien mengatakan masih terasa lemas
O : - klien tampak rapih
A : - masalah belum teratasi
P : - intervensi dilanjutkan
- Berikan bantuan dengan aktivitas yang diperlukan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya
secara normal. Pada kondisi normal, pertama-tama darah akan masuk ke glomerulus dan
mengalami penyaringan melalui pembuluh darah halus yang disebut kapiler. Di glomerulus,
zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak terpakai dan beberapa yang masih terpakai serta
cairan akan melewati membran kapiler sedangkan sel darah merah, protein dan zat-zat yang
berukuran besar akan tetap tertahan di dalam darah. Filtrat (hasil penyaringan) akan
terkumpul di bagian ginjal yang disebut kapsula Bowman. Selanjutnya, filtrat akan diproses
di dalam tubulus ginjal. Di sini air dan zat-zat yang masih berguna yang terkandung dalam
filtrat akan diserap lagi dan akan terjadi penambahan zat-zat sampah metabolisme lain ke
dalam filtrat. Hasil akhir dari proses ini adalah urin (air seni).
Secara umum, gagal ginjal adalah penyakit akhir dari serangkaian penyakit yang menyerang
traktus urinarius.
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni Gagal Ginjal Akut (acute renal failure
= ARF) dan Gagal Ginjal Kronik (chronic renal failure = CRF). Penyakit gagal ginjal
akut adalah suatu penyakit dimana ginjal tidak dapat lagi menjalankan fungsinya sebagai
organ pembuangan, ginjal secara relatif mendadak tidak dapat lagi memproduksi cairan
urine yang merupakan cairan yang mengandung zat-zat yang sudah tidak diperlukan oleh
tubuh dan harus dikeluarkan dari tubuh. Gagal ginjal kronik adalah kemunduran fungsi
ginjal yang progresif dan irreversibel dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keseibangan metabolik,caira dan elektrolit yang mengakibatkan uremia
atau azotemia. (Brunner & Suddarth,2000).
Penyebab gagal ginjal akut dapat dibedakan menjadi tiga kelompok besar,
yaitu : Kondisi Pre Renal (Hipoperfusi ginjal), Kondisi Intra Renal (kerusakan actual jaringan
ginjal), Kondisi Post Renal (Obstruksi Aliran Urine)
Sedangkan penyebab gagal ginjal kronik antara lain : Diabetes Melitus, Glumeruloneritis
kronis, Pielonefritis, Hipertensi tak terkontrol, Obstruksi saluran kemih, Penyakit ginjal
polikistik, Gangguan vaskuler, Lesi herediter, Agen toksik (timah,kadmium dan merkuri).
B. SARAN
Setelah penulis memberikan asuhan keperawatan pada Ny.B dengan gagal ginjal maka
berdasarkan pengalaman yang berkaitan dengan masalah keperawatan tersebut, penulis
akan memberikan saran yang bertujuan agar dapat lebih memperbaiki dan mengoptimalkan
pelayanan perawatan di rumah sakit, diantaranya :
1. Untuk klien dan keluarga baiknya memeriksakan kesehatan secara rutin, agar kesehatannya
dapat terkontrol dan dapat terdeteksi sejak dini jika ada tanda atau gejala yang
menunjukkan resiko terjadinya gagal ginjal.
2. Untuk institusi pendidikan dapat menyediakan buku-buku sumber yang lebih lengkap lagi
sebagai pedoman untuk melakukan asuhan keperawatan yang lebih baik.
Daftar Pustaka
Bararah, Taqiyyah dan Jauhar Mohammad. 2013. Asuhan Keperawatan Edisi Ke-1. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Bararah, Taqiyyah dan Jauhar Mohammad. 2013. Asuhan Keperawatan Edisi Ke-2. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Brunner & Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Medah Edisi Ke-8. Jakarta:
EGC