Kelompok 6
1. Sudiman Hataul
2. Nurul Izzah H.P
3. Ermelinda Koibur
4. Anugrawati
5. Andi Ikhma Sabaniyah
6. Janeth Anastahsia Rumaropen
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................3
A. Definisi....................................................................................................
B. Tahap Perkembangan Psikosial Menurut Ericson...................................3
C. Tahap Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud................6
D. Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget......................................7
E. Tahap Perkembangan Moral Menurut Piaget..........................................9
F. Pohon Masalah........................................................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA RENTANG
KEHIDUPAN BAYI, TODDLER PRA SEKOLAH..............................10
A. Asuhan Keperawatan Sehat jiwa pada Toddler.......................................12
B. Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Pra Sekolah...............................15
BAB IV PENUTUP.................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Sehat Jiwa Pada Rentang Kehidupan Bayi, Toddler dan Pra Sekolah”
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada Dosen Pengampu dan juga kepada semua pihak yang telah mendukung
penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan dan semoga
makalah ini dapat menambah pemahaman dan wawasan pembaca tentang Asuhan
Keperawatan Jiwa.
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Jiwa secara umum disebutkan bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas hidup yang
baik, menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan,
dan gangguan lain yang dapat mengganggu Kesehatan Jiwa; menjamin setiap
orang dapat mengembangkan potensi kecerdasan; memberikan pelindungan dan
menjamin pelayanan Kesehatan Jiwa bagi ODMK (Orang dengan Masalah
Kejiwaan) dan ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) berdasarkan hak asasi
manusia; memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan
berkesinambungan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif;
menjamin ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya dalam Upaya Kesehatan
Jiwa; meningkatkan mutu Upaya Kesehatan Jiwa sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi; dan memberikan kesempatan kepada ODMK
dan ODGJ untuk dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai Warga
Negara Indonesia. Sehingga target kesehatan jiwa adalah (1) sehat jiwa tetap
sehat, (2) risiko gangguan jiwa jadi sehat jiwa dan (3) gangguan jiwa jadi mandiri
dan produktif
Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan
mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kesehatan Jiwa dapat
dicapai apabila seluruh konflik dalam tahap perkembangan dapat terselesaiakan
dengan baik.
Berdasarkan teori perkembangan oleh para ahli, diyakini bahwa
penyimpangan yang terjadi saat dewasa dipengaruhi oleh perkembangan saat
anak-anak. Masa bayi berada dalam kandungan hingga beberapa tahun pertama
lahirnya merupakan periode yang istimewa. Banyak hal istimewa yang terjadi
dalam rentang masa tersebut sehingga masa tersebut diistilahkan dengan the
Golden age, yakni suatu masa emas dalam rentang kehidupan manusia. Berbagai
penelitian mengungkapkan bahwa pertumbuhan otak berlangsung dengan
kecepatan yang tinggi dan mencapai proporsi terbesar yakni hamper seluruh dari
jumlah sel otak yang normal selama janin berada dalam kandungan seorang ibu.
Kemudian berlangsung agak lambat dengan proporsi yang lebih sampai anak
berusia 24 bulan. Setelah itu praktis tidak ada lagi pertambahan sel-sel neuron
baru, walaupun proses pematangannya masih berlangsung sampai anak berumur
4
tiga tahun. Sebagian ahli ada yang mengatakan proses pematangan sel-sel neuron
tersebut masih dapat berlangsung lebih dari tiga tahun, yakni hingga anak berusia
empat atau lima tahun.
Berdasarkan kajian neurologi, bahwa ketika anak dilahirkan, otak bayi
tersebut mengandung sekitar 100 milyar neuron yang siap melakukan sambungan
antar sel selama tahun-tahun pertama. Otak bayi tersebut berkembang sangat pesat
dengan menghasilkan bertrilyun-trilyun sambungan antar neuron yang banyaknya
melebihi kebutuhan. Sambungan yang trilyunan tersebut harus diperkuat melalui
berbagai rangsangan psikososial. Karena bila sambungan tersebut tidak diperkuat
dengan ransangan psikososial akan mengalami antrofi (penyusutan) dan musnah
yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kecerdasan anak. Dalam kajian
lain diungkapkan bahwa, sekitar 50 % kapabilitas kecerdasan manusia terjadi
ketika anak berumur 4 tahun. 80 % telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan
mencapai titik kulminasi ketika anak berumur sekitar 18 tahun. Sementara itu
disisi lain, dalam penelitian di bidang psikologi, fisiologi, dan gizi juga
menyodorkan temuan yang memperkuat hasil riset di atas yang menunjukkan
bahwa separuh dari perkembangan kognitif anak berlangsung dalam kurun waktu
antara konsepsi dan umur 4 tahun, sekitar 30 % umur 4 – 8 tahun dan sisanya
yaitu 20 % berlangsung dalam umur 8 – 17 tahun. Jika dalam periode ini tidak
tersedia zat gizi yang memadai, maka kapasitas otak yang terbentuk tidak
maksimum, sehingga mengakibatkan lemahnya kecerdasan intelektual sang
anak.2 Hasil riset tersebut mengisyaratkan pada kita semua bahwa perkembangan
yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan
perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya, dan sesudah
masa itu perkembangan otak anak akan mengalami stagnasi. Itulah sebabnya
mengapa masa ini disebut dengan masa emas (golden age) karena setelah lewat
masa ini, berapun kapabilitas kecerdasan yang dicapai oleh masing-masing
individu tidak akan mengalami peningkatan lagi.
Oleh karenanya, penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui
tahap perkembangan sehat jiwa pada rentang kehidupan Bayi, Toddler dan Pra
sekolah serta Standar Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan pada setiap
tahapnya.
B. TUJUAN
1. Mengetahui Tahap Perkembangan anak
2. Mengetahui perkembangan Normal pada Toddler dan Pra Sekolah
3. Memahami Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Rentang Kehidupan: Toddler dan
Pra Sekolah
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
PENGERTIAN TAHAP TODDLER
Adalah tahap perkembangan anak usia 2-3 tahun dimana pada usia ini anak akan belajar
mengerjakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhannya secara mandiri
(Otonom). Menurut Ericson tahap psikosoial pada masa toddler adalah Otonomi Vs
Perasan Malu dan Keragu-raguan.
B.
C. Kesiapan peningkatan perkembangan kanak kanak adalah tahap perkembangan
anak usia 18 – 36 bulan ketika pada usia ini anak belajar melatih
kemandiriannya untuk melakukan tindakan yang ditunjukkan dengan anak
mempelajari lingkungan sekitar, dan ingin mengendalikan diri. Jika anak tidak
mampu mencapai tugas perkembangan pada masa ini, anak akan cenderung
merasa malu, ragu – ragu dan kurang percaya diri ( Keliat, dkk., 2015 )
D.
6
memungkinkan jadi penakut, ragu-ragu dan khawatir terhadap dunia luar,
terutama kepada manusia yang lain.
3. Inisiatif Vs Kesalahan.
Masa Bermain, berlangsung pada usia 3-6 tahun. Tahap ini
menumbuhkan inisiatif, suatu masa untuk memperluas penguasaan dan
tanggung jawab. Selama tahap ini anak menampilkan diri lebih maju dan
lebih seimbang secara fisik maupun kejiwaan, jika orang tua mampu
mendorong atau memperkuat kreativitas inisiatif dari anak. Akan tetapi jika
orang tua tidak memberikan kesempatan anak untuk menyelesaikan tugas-
tugasnya maka anak akan tumbuh sebagai pribadi yang selalu takut salah.
4. Kerajinan VS Inferioritas.
Masa Usia Sekolah, berlangsung antara usia 6-11 tahun, pada masa ini
berkembang kemampuan berfikir deduktif, disiplin diri dan kemampuan
berhubungan dengan teman sebaya serta rasa ingin tahu akan meningkat. Ia
mengembangkan suatu sikap rajin dan mempelajari ganjaran dari ketekunan
dan kerajinan, perhatian pada alat-alat permainan dan kegiatan bermain
berangsur- angsur digantikan oleh perhatian pada situasi-situasi produktif
dan alat-alat serta perkakas-perkakas yang dipakai untuk berkerja. Apabila
lingkungan orang tua dan sekitarnya, termasuk sekolah dapat menunjang
akan menumbuhkan pribadi yang rajin dan ulet serta kompeten. Akan tetapi
lingkungan yang tidak menunjang menumbuhkan pribadi-pribadi anak yang
penuh ketidakyakinan atas kemampuannya ( inkompeten atau inferior ).
7
5. Identitas Vs Kekacauan Identitas.
Masa Adolesen, berlangsung pada usia 12/13-20 tahun. Selama masa ini
individu mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri,
perasaan bahwa ia adalah manusia unik, namun siap untuk memasuki suatu
peranan yang berarti di tengah masyarakat, entah peranan ini bersifat
menyesuaikan diri atau sifat memperbaharui, mulai menyadari sifat-sifat
yang melekat pada dirinya sendiri, seperti aneka kesukaan dan
ketidaksukaannya, tujuan-tujuan yang dikejarnya di masa depan kekuatan
dan hasrat untuk mengontrol nasibnya sendiri. Inilah masa dalam kehidupan
ketika orang ingin menentukan siapakah ia pada saat sekarang dan ingin
menjadi apakah ia di masa yang akan datang ( masa untuk membuat
rencana-rencana karier ). Masa ini mengembangkan perasaan identitas ego
yang mantap pada kutup positif dan identitas ego yang kacau pada kutub
negatif.
6. Keintiman VS Isolasi.
Masa Dewasa Muda, berlangsung antara usia 20-24 tahun. Pada masa
ini, mereka mengorientasikan dirinya terhadap pekerjaan dan teman
hidupnya. Menurut Erickson, masa ini menumbuhkan kemampuan dan
kesediaan meleburkan diri dengan diri orang lain, tanpa merasa takut merugi
atau kehilangan sesuatu yang ada pada dirinya yang disebut Intimasi.
Ketidakmampuan untuk masuk kedalam hubungan yang menyenangkan
serta akrab dapat menimbulkan hubungan sosial yang hampa dan terisolasi
atau tertutup ( menutup diri ).
7. Generativitas Vs Stagnasi.
Masa Dewasa Tengah, berlangsung pada usia 25-45 tahun. Generativitas
yang ditandai jika individu mulai menunjukkan perhatiannya terhadap apa
yang dihasilkan, keturunan, produk-produk, ide-ide, dan keadaan
masyarakat yang berkaitan dengan kehidupan generasi-generasi mendatang
adalah merupakan hal yang positif. Sebaliknya, apabila generativitas lemah
atau tidak diungkapkan maka kepribadian akan mundur dan mengalami
kemiskinan serta stagnasi, jika pada usia ini kehidupan individu didominasi
oleh pemuasan dan kesenangan diri sendiri saja. Individu negatif tidak
menunjukkan fungsi-fungsi produktif, baik sebagai perseorangan maupun
sebagai anggota masyarakat.
8
8. Integritas Vs Keputusasaan.
Masa Usia Tua, berlangsung diatas usia 65 tahun. Tahap terakhir dalam
proses epigenetis perkembangan disebut Integritas. Integritas paling tepat
dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah
memelihara benda-benda dan orang-orang, produk-produk dan ide-ide, dan
setelah berhasil menyesuaikan diri dengan keberhasilan-keberhasilan dan
kegagalan-kegagalan dalam hidup. Sedangkan keputusasaan tertentu
menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap
kondisi-kondisi sosial dan historis, belum lagi kefanaan hidup dihadapkan
kematian, ini dapat memperburuk perasaan bahwa kehidupan ini tak berarti,
bahwa ajal sudah dekat, ketakutan akan, dan bahkan keinginan untuk mati.
Masa ini menunjukkan positif, jika memiliki kepribadian yang bulat utuh
yang ditandai sikap bijaksana, rasa puas terhadap masa hidupnya dan tidak
takut menghadapi kematian. Sebaliknya, kepribadian yang pecah selalu
menunjukkan pribadi yang penuh keraguan, merasa selalu akan menerima
kegagalan dan merasa selalu dibayangi kematian.
F. Tahap Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud
Perkembangan Psikoseksual terdiri dari beberapa fase, dimana pada
perkembangan setiap fase mempunyai ciri tersendiri dan anatara satu fase
dengan fase yang lain saling berhubungan. Fase-fase tersebut adalah:
1. Fase Oral (0-1 tahun)
Adalah fase pertama yang menunjukan bahwa bayi mendapat kepuasan dan
kenikmatan yang bersumber pada mulut. Rasa lpar dan haus mendorongnya
untuk mengenal hubungan social. Pada saat haus bila tak menyusu ibunya,
bayi akan masukan jari-jari tangannya ke mulut sebagai pengganti kepuasan
oral.
2. Fase Anal (1-3 tahun)
Pada fase ini anak berfokus pada kepuasan di daerah anus, terutama pada
saat BAB. Pada fase ini waktu yang tepat latih kedisiplinan pada anak
terutama tentang toilet training.
3. Fase Phalik (3-5 tahun)
Pada fase ini anak memperoleh kepuasan pada daerah kelamin. Anak mulai
ada ketertarikan pada perbedaan alat kelamin laki-laki dan perempuan. Pada
anak laki-laki lebih dekat dan terkait pada ibunya. Kedeketan ini disertai
dengan gairah seksual dan perasaan cinta yang disebut odipus kompleks.
Tetapi perasaan ini menimbulkan rasa kecemasan terhadap ayahnya yang
dianggap sebagai saingan. Konflik ini akan terselesaikan bila sesorang anak
sudah dapat menerima, menyukai dan mengagumi saingannya.
9
4. Fase Laten (5-12 tahun)
Fase ini merupakan masa tenang, walaupun sebenarnya terdapat kecemasan
dan ketakutan yang terjadi pada fase sebelumnya namun perasaan tersebut
ditekan atau disembunyikan. Anak laki-laki lebih suka bergaul dengan
teman segendernya, demikian anak perempuan. Anak mencari figur ideal
diantara orang dewasa yang berjenis kelamin sama dengannya.
5. Fase Genetalia
Fase ini ditandai dengan maturnya alat-alat reproduksi dan kepuasan pada
daerah kelamin. Rasa cintanya terhadap anggota keluarga dialihkan pada
orang lain yang berlawanan jenis. Pengalaman masa sebelumnya menjadi
bekal untuk memasuki masa dewasa.
10
Tahap ini pada umur 2-4 tahun, anak telah mampu menggunakan bahasa
dalam mengembangkan konsep nya, walaupun masih sangat sederhana.
Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek.
Karakteristik tahap ini adalah:
1) Self counter nya sangat menonjol.
2) Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal
dan mencolok.
3) Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk
kriteria yang benar.
4) Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat
menjelaskan perbedaan antara deretan.
b. Tahap Intuitif
Tahap ini pada umur 4 - 7 tahun, anak telah dapat memperoleh
pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik
kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu,
pada usia ini, anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara
simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang luas.
Karakteristik tahap ini adalah :
1) Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang
disadarinya.
2) Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang
lebih kompleks.
3) Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
4) Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia
mengerti terhadap sejumlah objek yang teratur dan cara
mengelompokkannya.
5) Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6
tahun, dan kekekalan volume pada usia 7 tahun. Anak memahami
bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu
dikelompokkan dengan cara yang berbeda.
11
b. anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan
pengaturan masalah (ordering problems) ia tidak sepenuhnya menyadari
adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya.
c. Taraf berpikirnya sudah dapat dikatakan maju. Anak sudah tidak
memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.
12
anak-anak mulai tidak menggunakan dan menaati aturan dari suara hati.
Moralitas otonom disebut pula sebagai moralitas kerja sama. Moralitas
tersebut muncul ketika dunia sosial anak itu meluas hingga meliputi makin
banyak teman sebaya. Dengan terus-menerus berinteraksi dan bekerja sama
dengan anak lain, gagasan anak tersebut tentang aturan dan karena itu juga
moralitas akhirnya berubah.
13
a. Anak mengenal namanya sendiri
b. Anak bertanya segala hal yang baru atau asing menurutnya
c. Anak melakukan kegiatannya sendiri dan tidak mau dibantu
d. Anak sering mengatakan “tidak” atau “jangan”
e. Anak mulai bergaul dengan orang lain dan mau berpisah dengan orang
tua
f. Anak mulai belajar untuk mengikuti kegiatan keagamaan
g. Rasa malu terjadi jika anak secara jelas menyadari dirinya sendiri karena
pemaparan negative
h. Keraguan anak akan berkembang jika orang tua secara jelas membuat
malu/mempermalukan anak di hadapan orang lain, maka sebaiknya orang
tua dapat memberikan sikap yang arif ketika anak menjalani masa ini.
3. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Kemandirian
a) Mengenal dan mengakui namanya
b) Sering menggunakan kata “jangan/tidak/nggak”
c) Banyak bertanya tentang hal/benda yang asing baginya
d) Mulai melakukan kegiatan sendiri dan tidak mau diperintah,
misalnya minum sendiri, makan sendiri, berpakaian sendiri.
e) Mulai bergaul dengan orang lain tanpa diperintah
f) Mulai bermain dan berkomunikasi dengan anak lain diluar kelua
rganya.
g) Hanya sebentar mau berpisah dengan orangtua.
h) Menunjukkan rasa suka dan tidak suka.
i) Mengikuti kegiatan keagamaan yang dilakukan keluarga
j) Mampu menyatakan akan buang air besar dan buang air kecil
2) Ragu-ragu dan malu
a) Tidak berani melakukan sesuatu/kegiatan
b) Merasa takut melakukan sesuatu
c) Merasa terpaksa dalam melakukan tindakan
3) Motorik kasar
a) Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan selama
paling sedikit 2 hitungan
4) Motorik halus
a) Mampu membuat garis lurus
5) Berbicara, berbahasa dan kecerdasan
14
a) Mampu menyatakan keinginan paling sedikit dengan 2
kata.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Kesiapan peningkatan perkembangan Toddler
Intervensi Generalis
1) Memberikan mainan sesuai perkembangan anak
2) Melatih dan membimbing anak untuk melakukan kegiatan secara
mandiri
3) Memberikan pujian pada keberhasilan anak
4) Tidak menggunakan kalimat perintah tetapi memberikan alternatif
pilihan
5) Tidak melampiaskan kemarahan atau kekesalan dalam bentuk
penganiayaan fisik pada anak (memukul, menjambak, menendang
dll)
6) Melibatkan anak dalam kegiatan agama keluarga
7) Hindarkan suasana yang dapat membuat anak merasa tidak aman
(menakut- nakuti, membuat terkejut, kalimat negatif, mencela)
8) Bila anak mengamuk, lindungi dari bahaya cidera, terjatuh, terluka
9) Membimbing anak untuk BAK/BAB di toilet
15
Intervensi Spesialis
1) Terapi stimulasi perkembangan psikososial anak usia 2-3 tahun
16
i. Anak mengenal jenis kelaminnya
j. Belajar ketrampilan baru melalui permainan
3. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Mampu menyelesaikan tugas dari sekolah/rumah
2) Mempunyai rasa bersaing misal ingin lebih pandai dari
teman, meraih juara pertama
3) Terlibat dalam kegiatan kelompok
4) Mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya
5) Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sederhana
misal merapikan tempat tidur,menyapu dll
6) Memiliki hobby tertentu, misal naik sepeda, membaca
buku cerita, menggambar
7) Memliliki teman akrab untuk bermain
8) Tidak ada tanda bekas luka penganiayaan
b. Diagnosa Keperawatan
Kesiapan peningkatan perkembangan Pra Sekolah
Intervensi
1) Pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
a) Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak
b) Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang
17
c) Kaji pemberian vitamin dan imunisasi ulangan (booster)
d) Ajarkan kebersihan diri
6) Mengembangkan kecerdasan
a) Kaji perkembangan kecerdasan anak
18
b) Bimbing anak dengan imajinasinya untuk menggali kreatifitas,
bercerita
c) Bimbing anak belajar ketrampilan baru
d) Berikan kesempatan dan bimbing anak membantu melakukan
pekerjaan rumah sederhana
e) Ajari pengenalan benda, warna, huruf, angka
f) Latih membaca, menggambar dan berhitung
19
BAB III
PENUTUP
Masa anak usia dini atau masa kanak-kanak merupakan masa yang menuntut
perhatian ekstra kerena masa itu merupakan masa yang cepat dan mudah dilihat serta
diukur. Jika terjadi hambatan perkembangan maka akan mudah untuk dilakukan
intervensi sehingga tercapai kedewasaan yang sempurna. Masa Anak Usia Dini atau
masa kakak - kanak sering disebut dengan istilah The Golden Age, yakni masa
keemasan, dimana segala kelebihan atau keistimewaan yang dimilki pada masa ini tidak
akan dapat terulang untuk kedua kalinya. Itulah sebabnya masa ini sering disebut
sebagai masa penentu bagi kehidupan selanjutnya. Pada kondisi the golden age ini juga
merupakan suatu peluang emas untuk intervensi yang dapat memacu dalam
perkembangan kehidupan anak.. Apabila masa itu dilepas begitu saja dari pengawasan
orang tua atau para pendidik, maka biasanya akan merugikan anak dalam pertumbuhan
selanjutnya.
20
Untuk memastikan setiap perkembangan anak dari bayi, Toddler hingga Pra
sekolah berjalan secara normal, diperlukan keterlibatan semua pihak, baik pengasuh
maupun orang tua. Bagi keluarga Hendaknya keluarga selalu memantau dan mengontrol
perkembangan Anak dari Bayi khususnya perkembangan psikososial karena pola
perkembangan psikososial sangatlah berpengaruh terhadap pola perkembangan anak
selanjutnya dalam melakukan orientasi dan komunikasi terhadap orang lain dan dunia
luar, dan untuk perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti secara teoritis
mengenai perkembangan psikososial bayi, Toddler dan anak Pra sekolah karena ini
sangat penting dan berpengaruh terhadap bagaimana cara perawat dalam melakukan
komunikasi pada saat akan melakukan tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Askep_Jiwa,_Toddler,_Pra_Sekolah,_Usia_Sekolah_dalam_https://www.scribd.com/
document_downloads/direct/410089756?
extension=docx&ft=1623504432<=1623508042&user_id=370634616&uahk=P
ChMdrSZEEx5ml-nTBqf6IBKUKI (Diakses Tanggal 12 Juni 2021)
Askep_Sehat_Jiwa_Bayi_dalam_https://www.scribd.com/document_downloads/
direct/379967270?
extension=docx&ft=1623504126<=1623507736&user_id=370634616&uahk=S
UeaKAuWjXRENGUpAe0DQDl0dgA (Diakses Tanggal 12 Juni 2021)
21
Mansur, H. 2014. Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan Edisi 2. Jakarta : Salemba
Medika
Purwanto, Teguh. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Slavin, Robert E. 2011. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa Media.
22