Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA RENTANG

KEHIDUPAN: BAYI, TODDLER, DAN PRA SEKOLAH

Kelompok 6

1. Sudiman Hataul
2. Nurul Izzah H.P
3. Ermelinda Koibur
4. Anugrawati
5. Andi Ikhma Sabaniyah
6. Janeth Anastahsia Rumaropen

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDRAWASIH
JAYAPURA
2022

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................3
A. Definisi....................................................................................................
B. Tahap Perkembangan Psikosial Menurut Ericson...................................3
C. Tahap Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud................6
D. Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget......................................7
E. Tahap Perkembangan Moral Menurut Piaget..........................................9
F. Pohon Masalah........................................................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA RENTANG
KEHIDUPAN BAYI, TODDLER PRA SEKOLAH..............................10
A. Asuhan Keperawatan Sehat jiwa pada Toddler.......................................12
B. Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Pra Sekolah...............................15
BAB IV PENUTUP.................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Sehat Jiwa Pada Rentang Kehidupan Bayi, Toddler dan Pra Sekolah”
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada Dosen Pengampu dan juga kepada semua pihak yang telah mendukung
penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan dan semoga
makalah ini dapat menambah pemahaman dan wawasan pembaca tentang Asuhan
Keperawatan Jiwa.

Jayapura, 16 September 2022


Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Jiwa secara umum disebutkan bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas hidup yang
baik, menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan,
dan gangguan lain yang dapat mengganggu Kesehatan Jiwa; menjamin setiap
orang dapat mengembangkan potensi kecerdasan; memberikan pelindungan dan
menjamin pelayanan Kesehatan Jiwa bagi ODMK (Orang dengan Masalah
Kejiwaan) dan ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) berdasarkan hak asasi
manusia; memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan
berkesinambungan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif;
menjamin ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya dalam Upaya Kesehatan
Jiwa; meningkatkan mutu Upaya Kesehatan Jiwa sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi; dan memberikan kesempatan kepada ODMK
dan ODGJ untuk dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai Warga
Negara Indonesia. Sehingga target kesehatan jiwa adalah (1) sehat jiwa tetap
sehat, (2) risiko gangguan jiwa jadi sehat jiwa dan (3) gangguan jiwa jadi mandiri
dan produktif
Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan
mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kesehatan Jiwa dapat
dicapai apabila seluruh konflik dalam tahap perkembangan dapat terselesaiakan
dengan baik.
Berdasarkan teori perkembangan oleh para ahli, diyakini bahwa
penyimpangan yang terjadi saat dewasa dipengaruhi oleh perkembangan saat
anak-anak. Masa bayi berada dalam kandungan hingga beberapa tahun pertama
lahirnya merupakan periode yang istimewa. Banyak hal istimewa yang terjadi
dalam rentang masa tersebut sehingga masa tersebut diistilahkan dengan the
Golden age, yakni suatu masa emas dalam rentang kehidupan manusia. Berbagai
penelitian mengungkapkan bahwa pertumbuhan otak berlangsung dengan
kecepatan yang tinggi dan mencapai proporsi terbesar yakni hamper seluruh dari
jumlah sel otak yang normal selama janin berada dalam kandungan seorang ibu.
Kemudian berlangsung agak lambat dengan proporsi yang lebih sampai anak
berusia 24 bulan. Setelah itu praktis tidak ada lagi pertambahan sel-sel neuron
baru, walaupun proses pematangannya masih berlangsung sampai anak berumur

4
tiga tahun. Sebagian ahli ada yang mengatakan proses pematangan sel-sel neuron
tersebut masih dapat berlangsung lebih dari tiga tahun, yakni hingga anak berusia
empat atau lima tahun.
Berdasarkan kajian neurologi, bahwa ketika anak dilahirkan, otak bayi
tersebut mengandung sekitar 100 milyar neuron yang siap melakukan sambungan
antar sel selama tahun-tahun pertama. Otak bayi tersebut berkembang sangat pesat
dengan menghasilkan bertrilyun-trilyun sambungan antar neuron yang banyaknya
melebihi kebutuhan. Sambungan yang trilyunan tersebut harus diperkuat melalui
berbagai rangsangan psikososial. Karena bila sambungan tersebut tidak diperkuat
dengan ransangan psikososial akan mengalami antrofi (penyusutan) dan musnah
yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kecerdasan anak. Dalam kajian
lain diungkapkan bahwa, sekitar 50 % kapabilitas kecerdasan manusia terjadi
ketika anak berumur 4 tahun. 80 % telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan
mencapai titik kulminasi ketika anak berumur sekitar 18 tahun. Sementara itu
disisi lain, dalam penelitian di bidang psikologi, fisiologi, dan gizi juga
menyodorkan temuan yang memperkuat hasil riset di atas yang menunjukkan
bahwa separuh dari perkembangan kognitif anak berlangsung dalam kurun waktu
antara konsepsi dan umur 4 tahun, sekitar 30 % umur 4 – 8 tahun dan sisanya
yaitu 20 % berlangsung dalam umur 8 – 17 tahun. Jika dalam periode ini tidak
tersedia zat gizi yang memadai, maka kapasitas otak yang terbentuk tidak
maksimum, sehingga mengakibatkan lemahnya kecerdasan intelektual sang
anak.2 Hasil riset tersebut mengisyaratkan pada kita semua bahwa perkembangan
yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan
perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya, dan sesudah
masa itu perkembangan otak anak akan mengalami stagnasi. Itulah sebabnya
mengapa masa ini disebut dengan masa emas (golden age) karena setelah lewat
masa ini, berapun kapabilitas kecerdasan yang dicapai oleh masing-masing
individu tidak akan mengalami peningkatan lagi.
Oleh karenanya, penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui
tahap perkembangan sehat jiwa pada rentang kehidupan Bayi, Toddler dan Pra
sekolah serta Standar Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan pada setiap
tahapnya.

B. TUJUAN
1. Mengetahui Tahap Perkembangan anak
2. Mengetahui perkembangan Normal pada Toddler dan Pra Sekolah
3. Memahami Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Rentang Kehidupan: Toddler dan
Pra Sekolah

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
PENGERTIAN TAHAP TODDLER
Adalah tahap perkembangan anak usia 2-3 tahun dimana pada usia ini anak akan belajar
mengerjakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhannya secara mandiri
(Otonom). Menurut Ericson tahap psikosoial pada masa toddler adalah Otonomi Vs
Perasan Malu dan Keragu-raguan.
B.
C. Kesiapan peningkatan perkembangan kanak kanak adalah tahap perkembangan
anak usia 18 – 36 bulan ketika pada usia ini anak belajar melatih
kemandiriannya untuk melakukan tindakan yang ditunjukkan dengan anak
mempelajari lingkungan sekitar, dan ingin mengendalikan diri. Jika anak tidak
mampu mencapai tugas perkembangan pada masa ini, anak akan cenderung
merasa malu, ragu – ragu dan kurang percaya diri ( Keliat, dkk., 2015 )
D.

E. TAHAPAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL


Perkembangan Psikososial Menurut Erikson, dibagi menjadi 8 tahap sebagai
berikut:
1. Kepercayaan Dasar VS Kecurigaan Dasar Pada Masa Bayi
Masa Bayi, berlangsung antara 0-1 tahun, kepercayaan dasar yang paling
awal terbentuk selama tahap sensorik-oral yang ditunjukkan oleh bayi lewat
kapasitasnya untuk tidur dengan tenang, menyantap makanan dengan
nyaman dan membuang kotoran dengan santai. Setiap hari jam-jam jaganya
meningkat, bayi itu menjadi semakin biasa dengan kebiasaannya dan
pengalaman-pengalaman inderawi yang dibarengi dengan perasaan yang
menyenangkan dan orang -orang yang bertanggung jawab menimbulkan
kenyamanan ini menjadi akrab dan dikenal oleh bayi.
Kebiasaan-kebiasaan, konsistensi, dan kontinuitas sehari -hari dalam
lingkungan bayi merupakan dasar paling awal bagi berkembangnya suatu
identitas psikososial. Perkembangan pada masa ini, sangat tergantung pada
kualitas pemeliharaan ibu. Apabila kualitas pemeliharaan atau pengetahuan
tentang perawatan anak ibu cukup maka akan dapat menumbuhkan
kepribadian yang penuh kepercayaan, baik terhadap dunia luar maupun
terhadap diri sendiri. Sebaliknya, jika tidak terpenuh anak akan

6
memungkinkan jadi penakut, ragu-ragu dan khawatir terhadap dunia luar,
terutama kepada manusia yang lain.

2. Otonomi Vs Perasaan Malu dan Keragu-raguan Pada Masa Toddler


Masa Kanak- Kanak Permulaan, berlangsung pada usia 2-3 tahun yang
menentukan tumbuhnya kemauan baik dan kemauan keras, anak
mempelajari apakah yang diharapkan dari dirinya, apakah kewajiban-
kewajiban dan hak-haknya disertai apakah pembatasan-pembatasan yang
dikenakan pada dirinya. Orang tua dapat mendorong atau memaksa anak
melakukan yang patut, sesuai batas kemampuannya. Hal ini akan
menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Apabila orang tua melindungi
anak berlebihan atau tidak peka terhadap rasa malu anak di hadapan orang
lain dapat menumbuhkan pribadi pemalu dan ragu-ragu yang bersifat
menetap.

3. Inisiatif Vs Kesalahan.
Masa Bermain, berlangsung pada usia 3-6 tahun. Tahap ini
menumbuhkan inisiatif, suatu masa untuk memperluas penguasaan dan
tanggung jawab. Selama tahap ini anak menampilkan diri lebih maju dan
lebih seimbang secara fisik maupun kejiwaan, jika orang tua mampu
mendorong atau memperkuat kreativitas inisiatif dari anak. Akan tetapi jika
orang tua tidak memberikan kesempatan anak untuk menyelesaikan tugas-
tugasnya maka anak akan tumbuh sebagai pribadi yang selalu takut salah.

4. Kerajinan VS Inferioritas.
Masa Usia Sekolah, berlangsung antara usia 6-11 tahun, pada masa ini
berkembang kemampuan berfikir deduktif, disiplin diri dan kemampuan
berhubungan dengan teman sebaya serta rasa ingin tahu akan meningkat. Ia
mengembangkan suatu sikap rajin dan mempelajari ganjaran dari ketekunan
dan kerajinan, perhatian pada alat-alat permainan dan kegiatan bermain
berangsur- angsur digantikan oleh perhatian pada situasi-situasi produktif
dan alat-alat serta perkakas-perkakas yang dipakai untuk berkerja. Apabila
lingkungan orang tua dan sekitarnya, termasuk sekolah dapat menunjang
akan menumbuhkan pribadi yang rajin dan ulet serta kompeten. Akan tetapi
lingkungan yang tidak menunjang menumbuhkan pribadi-pribadi anak yang
penuh ketidakyakinan atas kemampuannya ( inkompeten atau inferior ).

7
5. Identitas Vs Kekacauan Identitas.
Masa Adolesen, berlangsung pada usia 12/13-20 tahun. Selama masa ini
individu mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri,
perasaan bahwa ia adalah manusia unik, namun siap untuk memasuki suatu
peranan yang berarti di tengah masyarakat, entah peranan ini bersifat
menyesuaikan diri atau sifat memperbaharui, mulai menyadari sifat-sifat
yang melekat pada dirinya sendiri, seperti aneka kesukaan dan
ketidaksukaannya, tujuan-tujuan yang dikejarnya di masa depan kekuatan
dan hasrat untuk mengontrol nasibnya sendiri. Inilah masa dalam kehidupan
ketika orang ingin menentukan siapakah ia pada saat sekarang dan ingin
menjadi apakah ia di masa yang akan datang ( masa untuk membuat
rencana-rencana karier ). Masa ini mengembangkan perasaan identitas ego
yang mantap pada kutup positif dan identitas ego yang kacau pada kutub
negatif.

6. Keintiman VS Isolasi.
Masa Dewasa Muda, berlangsung antara usia 20-24 tahun. Pada masa
ini, mereka mengorientasikan dirinya terhadap pekerjaan dan teman
hidupnya. Menurut Erickson, masa ini menumbuhkan kemampuan dan
kesediaan meleburkan diri dengan diri orang lain, tanpa merasa takut merugi
atau kehilangan sesuatu yang ada pada dirinya yang disebut Intimasi.
Ketidakmampuan untuk masuk kedalam hubungan yang menyenangkan
serta akrab dapat menimbulkan hubungan sosial yang hampa dan terisolasi
atau tertutup ( menutup diri ).

7. Generativitas Vs Stagnasi.
Masa Dewasa Tengah, berlangsung pada usia 25-45 tahun. Generativitas
yang ditandai jika individu mulai menunjukkan perhatiannya terhadap apa
yang dihasilkan, keturunan, produk-produk, ide-ide, dan keadaan
masyarakat yang berkaitan dengan kehidupan generasi-generasi mendatang
adalah merupakan hal yang positif. Sebaliknya, apabila generativitas lemah
atau tidak diungkapkan maka kepribadian akan mundur dan mengalami
kemiskinan serta stagnasi, jika pada usia ini kehidupan individu didominasi
oleh pemuasan dan kesenangan diri sendiri saja. Individu negatif tidak
menunjukkan fungsi-fungsi produktif, baik sebagai perseorangan maupun
sebagai anggota masyarakat.

8
8. Integritas Vs Keputusasaan.
Masa Usia Tua, berlangsung diatas usia 65 tahun. Tahap terakhir dalam
proses epigenetis perkembangan disebut Integritas. Integritas paling tepat
dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah
memelihara benda-benda dan orang-orang, produk-produk dan ide-ide, dan
setelah berhasil menyesuaikan diri dengan keberhasilan-keberhasilan dan
kegagalan-kegagalan dalam hidup. Sedangkan keputusasaan tertentu
menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap
kondisi-kondisi sosial dan historis, belum lagi kefanaan hidup dihadapkan
kematian, ini dapat memperburuk perasaan bahwa kehidupan ini tak berarti,
bahwa ajal sudah dekat, ketakutan akan, dan bahkan keinginan untuk mati.
Masa ini menunjukkan positif, jika memiliki kepribadian yang bulat utuh
yang ditandai sikap bijaksana, rasa puas terhadap masa hidupnya dan tidak
takut menghadapi kematian. Sebaliknya, kepribadian yang pecah selalu
menunjukkan pribadi yang penuh keraguan, merasa selalu akan menerima
kegagalan dan merasa selalu dibayangi kematian.
F. Tahap Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud
Perkembangan Psikoseksual terdiri dari beberapa fase, dimana pada
perkembangan setiap fase mempunyai ciri tersendiri dan anatara satu fase
dengan fase yang lain saling berhubungan. Fase-fase tersebut adalah:
1. Fase Oral (0-1 tahun)
Adalah fase pertama yang menunjukan bahwa bayi mendapat kepuasan dan
kenikmatan yang bersumber pada mulut. Rasa lpar dan haus mendorongnya
untuk mengenal hubungan social. Pada saat haus bila tak menyusu ibunya,
bayi akan masukan jari-jari tangannya ke mulut sebagai pengganti kepuasan
oral.
2. Fase Anal (1-3 tahun)
Pada fase ini anak berfokus pada kepuasan di daerah anus, terutama pada
saat BAB. Pada fase ini waktu yang tepat latih kedisiplinan pada anak
terutama tentang toilet training.
3. Fase Phalik (3-5 tahun)
Pada fase ini anak memperoleh kepuasan pada daerah kelamin. Anak mulai
ada ketertarikan pada perbedaan alat kelamin laki-laki dan perempuan. Pada
anak laki-laki lebih dekat dan terkait pada ibunya. Kedeketan ini disertai
dengan gairah seksual dan perasaan cinta yang disebut odipus kompleks.
Tetapi perasaan ini menimbulkan rasa kecemasan terhadap ayahnya yang
dianggap sebagai saingan. Konflik ini akan terselesaikan bila sesorang anak
sudah dapat menerima, menyukai dan mengagumi saingannya.

9
4. Fase Laten (5-12 tahun)
Fase ini merupakan masa tenang, walaupun sebenarnya terdapat kecemasan
dan ketakutan yang terjadi pada fase sebelumnya namun perasaan tersebut
ditekan atau disembunyikan. Anak laki-laki lebih suka bergaul dengan
teman segendernya, demikian anak perempuan. Anak mencari figur ideal
diantara orang dewasa yang berjenis kelamin sama dengannya.
5. Fase Genetalia
Fase ini ditandai dengan maturnya alat-alat reproduksi dan kepuasan pada
daerah kelamin. Rasa cintanya terhadap anggota keluarga dialihkan pada
orang lain yang berlawanan jenis. Pengalaman masa sebelumnya menjadi
bekal untuk memasuki masa dewasa.

G. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget


Perkembangan kognitif merupakan suat proses genetic, yaitu suatu proses yang
didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan system syaraf. Dengan
makin bertambahnya umur seorang, maka makin komplekslah susunansel
syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya.
1. Tahap Sensori Motor (umur 0-1,5 tahun)
Ciri pokok perkembangan berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah
demi langkah. Kemampuan yang dimilki antara lain:
a. Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek
lainnya
b. Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara
c. Suka memperhatikan sesuatu lebih lama
d. Mendefinisikan sesuatu dengan manipulasinya
e. Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah
tempatnya

2. Tahap pra Operasional (1,5-7 tahun)


Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol
atau bahasa tanda dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap
ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif
a. Tahap Preoperasional

10
Tahap ini pada umur 2-4 tahun, anak telah mampu menggunakan bahasa
dalam mengembangkan konsep nya, walaupun masih sangat sederhana.
Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek.
Karakteristik tahap ini adalah:
1) Self counter nya sangat menonjol.
2) Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal
dan mencolok.
3)  Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk
kriteria yang benar.
4) Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat
menjelaskan perbedaan antara deretan.
b. Tahap Intuitif
Tahap ini pada umur 4 - 7 tahun, anak telah dapat memperoleh
pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik
kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu,
pada usia ini, anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara
simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang luas.
Karakteristik tahap ini adalah :
1) Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang
disadarinya.
2) Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang
lebih kompleks.
3) Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
4)  Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia
mengerti terhadap sejumlah objek yang teratur dan cara
mengelompokkannya.
5) Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6
tahun, dan kekekalan volume pada usia 7 tahun. Anak memahami
bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu
dikelompokkan dengan cara yang berbeda.

3. Tahap Operasional Konkret (umur 7 – 11 tahun )


Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah
a. anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan
ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki
kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang
bersifat konkret. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk
memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya

11
b. anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan
pengaturan masalah (ordering problems) ia tidak sepenuhnya menyadari
adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya.
c. Taraf berpikirnya sudah dapat dikatakan maju. Anak sudah tidak
memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.

4.  Tahap operasional formal (umur 11 tahun - dewasa) : 


Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir
abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir "kemungkinan". Model
berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-dedutive dan inductive sudah mulai
dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan
mengembangkan hipotesa.
Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat :
a.  Bekerja secara efektif dan sistematis.
b.  Menganalisis secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan dua
kemungkinan penyebabnya, C1 dan C2 menghasilkan R, anak dapat
merumuskan beberapa kemungkinan.
c.  Berpikir secara proporsional, yakni menentukan macam-macam
proporsional tentang C1, C2 dan R misalnya.
d.  Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi.
Pada tahap ini mula-mula Piaget percaya bahwa sebagian remaja
mencapai formal operations paling lambat pada usia 15 tahun.
Perkembangan kognitif juga terjadi cukup pesat, anak dapat mengingat
serangkaian keterampilan mengumpulkan benda yang sejenis dan mulai
menghargai orangtua atau guru.

H. Perkembangan Moral Menurut Piaget


Tahap perkembangan moral menurut Piaget (dalam Slavin, 2011) berlangsung
dalam 2 (dua) tahap, yaitu:
1. Tahap Heteronomous (Tahap Realisme Moral) usia 4-7 tahun
Selama periode heteronom, seorang anak selalu dihadapkan terhadap orang
tua atau orang dewasa lain yang memberitahukan kepada mereka manakah
hal yang salah dan manakah hal yang benar. Pada usia ini, seorang anak
akan memikirkan bahwa melanggar aturan akan selalu dikenakan hukuman
dan orang yang jahat pada akhirnya akan dihukum. Selain itu Piaget (dalam
Slavin, 2011) menegaskan bahwa anak pada usia kanak-kanak awal menilai
sebuah perilaku yang jahat adalah hal yang menghasilkan konsekuensi
negatif sekalipun maksudnya adalah sebuah kebaikan.
2. Tahap Moralitas otonom (Moralitas Kerjasama) usia 7-12 tahun

12
anak-anak mulai tidak menggunakan dan menaati aturan dari suara hati.
Moralitas otonom disebut pula sebagai moralitas kerja sama. Moralitas
tersebut muncul ketika dunia sosial anak itu meluas hingga meliputi makin
banyak teman sebaya. Dengan terus-menerus berinteraksi dan bekerja sama
dengan anak lain, gagasan anak tersebut tentang aturan dan karena itu juga
moralitas akhirnya berubah.

I. Diagnosa Keperawatan Sehat Jiwa


1. Kesiapan peningkatan perkembangan infant
2. Kesiapan peningkatan perkembangan Toddler
3. Kesiapan peningkatan perkembangan pre school
4. Kesiapan peningkatan perkembangan usia sekolah
5. Kesiapan peningkatan perkembangan remaja
6. Kesiapan peningkatan perkembangan dewasa awal
7. Kesiapan peningkatan perkembangan dewasa
8. Kesiapan peningkatan perkembangan Lansia
9. Kesiapan Peningkatan Perawatan diri
10. Kesiapan Peningkatan pengetahuan
11. Kurang Perawatan Diri
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA RENTANG KEHIDUPAN:
TODDLER DAN PRA SEKOLAH

A. ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA RENTANG KEHIDUPAN


TODDLER
1. PENGERTIAN TAHAP TODDLER
Adalah tahap perkembangan anak usia 2-3 tahun dimana pada usia ini anak
akan belajar mengerjakan segala sesuatu yang berkaitan dengan
kebutuhannya secara mandiri (Otonom). Menurut Ericson tahap psikosoial
pada masa toddler adalah Otonomi Vs Perasan Malu dan Keragu-raguan.
Toddler mulai belajar keterampilan social:
a. Individual (membedakan dirinya dengan yang lainnya)
b. Berpisah dengan orang tuanya
c. Kontrol terhadap fungsi tubuhnya
d. Berkomunikasi dengan kata-kata
e. Berperilaku social yang pantas
f. Interaksi egosentrik dengan yang lain
g. Toddler belajar menunda kesenangan yang diinginkan

2. KARAKTERISTIK NORMAL PRILAKU TODDLER

13
a. Anak mengenal namanya sendiri
b. Anak bertanya segala hal yang baru atau asing menurutnya
c. Anak melakukan kegiatannya sendiri dan tidak mau dibantu
d. Anak sering mengatakan “tidak” atau “jangan”
e. Anak mulai bergaul dengan orang lain dan mau berpisah dengan orang
tua
f. Anak mulai belajar untuk mengikuti kegiatan keagamaan
g. Rasa malu terjadi jika anak secara jelas menyadari dirinya sendiri karena
pemaparan negative
h. Keraguan anak akan berkembang jika orang tua secara jelas membuat
malu/mempermalukan anak di hadapan orang lain, maka sebaiknya orang
tua dapat memberikan sikap yang arif ketika anak menjalani masa ini.

3. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Kemandirian
a) Mengenal dan mengakui namanya
b) Sering menggunakan kata “jangan/tidak/nggak”
c) Banyak bertanya tentang hal/benda yang asing baginya 
d) Mulai melakukan kegiatan sendiri dan tidak mau diperintah,
misalnya minum sendiri, makan sendiri, berpakaian sendiri.
e) Mulai bergaul dengan orang lain tanpa diperintah
f) Mulai bermain dan berkomunikasi dengan anak lain diluar kelua
rganya.
g) Hanya sebentar mau berpisah dengan orangtua.
h) Menunjukkan rasa suka dan tidak suka.
i) Mengikuti kegiatan keagamaan yang dilakukan keluarga
j) Mampu menyatakan akan buang air besar dan buang air kecil
2) Ragu-ragu dan malu
a) Tidak berani melakukan sesuatu/kegiatan
b) Merasa takut melakukan sesuatu
c) Merasa terpaksa dalam melakukan tindakan
3) Motorik kasar
a) Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan selama
paling sedikit 2 hitungan
4) Motorik halus
a) Mampu membuat garis lurus
5) Berbicara, berbahasa dan kecerdasan

14
a) Mampu menyatakan keinginan paling sedikit dengan 2
kata.

b. Diagnosa Keperawatan
1) Kesiapan peningkatan perkembangan Toddler

c. Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan
1) Untuk anak
a) Mengembangkan rasa kemandirian dalam melakukan kegiatan
sehari – hari
b) Bekerjasama dan memperlihatkan kelebihan diri diantara orang
lain.
2) Untuk keluarga
a) Menjelaskan perilaku yang menggambarkan perkembangan
psikososial
b) Menjelaskan cara menstimulasi perkembangan anaknya
(kemandirian)
c) Mendemonstrasikan dan melatih cara memfasilitasi
perkembangan kemandirian anak
d) Merencanakan tindakan untuk menstimulasi perkembangan
kemandirian anaknya.

Intervensi Generalis
1) Memberikan mainan sesuai perkembangan anak
2) Melatih dan membimbing anak untuk melakukan kegiatan secara
mandiri
3) Memberikan pujian pada keberhasilan anak
4) Tidak menggunakan kalimat perintah tetapi memberikan alternatif
pilihan
5) Tidak melampiaskan kemarahan atau kekesalan dalam bentuk
penganiayaan fisik pada anak (memukul, menjambak, menendang
dll)
6) Melibatkan anak dalam kegiatan agama keluarga
7) Hindarkan suasana yang dapat membuat anak merasa tidak aman
(menakut- nakuti, membuat terkejut, kalimat negatif, mencela)
8) Bila anak mengamuk, lindungi dari bahaya cidera, terjatuh, terluka
9) Membimbing anak untuk BAK/BAB di toilet

15
Intervensi Spesialis
1) Terapi stimulasi perkembangan psikososial anak usia 2-3 tahun

B. ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA RENTANG KEHIDUPAN PRA


SEKOLAH
1. PENGERTIAN TAHAP PRA SEKOLAH
Tahap perkembangan anak usia 3-6 tahun dimana pada usia ini anak akan
belajar berinteraksi dengan orang lain, berfantasi dan berinisiatif,
pengenalan identitas kelamin, meniru

2. KARAKTERISTIK NORMAL PRILAKU TODDLER


a. Anak suka mengkhayal dan kreatif
b. Anak punya inisiatif bermain dengan alat-alat di rumah
c. Anak suka bermain dengan teman sebaya
d. Anak mudah berpisah dengan orang tua
e. Anak mengerti mana yang benar dan yang salah
f. Anak belajar merangkai kata dan kalimat
g. Anak mengenal berbagai warna
h. Anak membantu melakukan pekerjaan rumah sederhana

16
i. Anak mengenal jenis kelaminnya
j. Belajar ketrampilan baru melalui permainan

3. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Mampu menyelesaikan tugas dari sekolah/rumah
2) Mempunyai rasa bersaing misal ingin lebih pandai dari
teman, meraih juara pertama
3) Terlibat dalam kegiatan kelompok
4) Mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya
5) Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sederhana
misal merapikan tempat tidur,menyapu dll
6) Memiliki hobby tertentu, misal naik sepeda, membaca
buku cerita, menggambar
7) Memliliki teman akrab untuk bermain
8) Tidak ada tanda bekas luka penganiayaan

b. Diagnosa Keperawatan
Kesiapan peningkatan perkembangan Pra Sekolah

c. Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan
1) Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
2) Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus
3) Mengembangkan ketrampilan berbahasa
4) Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial
5) Pembentukan indentitas dan peran sesuai jenis kelamin
6) Mengembangkan kecerdasan
7) Mengembangkan nilai-nilai moral
8) Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan

Intervensi
1) Pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
a) Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak
b) Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang

17
c) Kaji pemberian vitamin dan imunisasi ulangan (booster)
d) Ajarkan kebersihan diri

2) Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus


a) Kaji kemampuan motorik kasar dan halus anak
b) Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar
(kejar-kejaran, papan seluncur, sepeda, sepak bola, tangkap bola
dll)
c) Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik
halus (belajar menggambar, menulis, mewarnai, menyusun
balok dll)
d) Menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk
bermain di rumah

3) Mengembangkan ketrampilan bahasa


a) Kaji ketrampilan bahasa yang dikuasai anak
b) Berikan kesempatan anak bertanya dan bercerita
c) Sering mengajak komunikasi
d) Ajari anak belajar membaca
e) Belajar bernyanyi

4) Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial


a) Kaji ketrampilan adaptasi psikososial anak
b) Berikan kesempatan anak bermain dengan teman sebaya
c) Berikan dorongan dan kesempatan ikut perlombaan
d) Latih anak berhubungan dengan orang lain yang lebih dewasa

5) Membentuk indentitas dan peran sesuai jenis kelamin


a) Kaji identitas dan peran sesuai jenis kelamin
b) Ajari mengenal bagian-bagian tubuh
c) Ajari mengenal jenis kelamin sendiri dan membedakan dengan
jenis kelamin anak lain
d) Berikan pakaian dan mainan sesuai jenis kelamin

6) Mengembangkan kecerdasan
a) Kaji perkembangan kecerdasan anak

18
b) Bimbing anak dengan imajinasinya untuk menggali kreatifitas,
bercerita
c) Bimbing anak belajar ketrampilan baru
d) Berikan kesempatan dan bimbing anak membantu melakukan
pekerjaan rumah sederhana
e) Ajari pengenalan benda, warna, huruf, angka
f) Latih membaca, menggambar dan berhitung

7) Mengembangkan nilai moral


a) Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan pada anak
b) Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yang
positif
c) Kenalkan anak terhadap nilai-nilai mana yang baik dan tidak
d) Berikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak
e) Latih kedisplinan

8) Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan


pertumbuhan dan perkembangan
a) Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak
b) Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadap anak
c) Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudah dilakukan
keluarga
d) Anjurkan keluarga untuk tetap rutin membawa anaknya ke
fasilitas kesehatan (posyandu, puskesmas dll)
e) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan bergizi
seimbang
f) Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan
normal pada usia pra sekolah

19
BAB III
PENUTUP

Masa anak usia dini atau masa kanak-kanak merupakan masa yang menuntut
perhatian ekstra kerena masa itu merupakan masa yang cepat dan mudah dilihat serta
diukur. Jika terjadi hambatan perkembangan maka akan mudah untuk dilakukan
intervensi sehingga tercapai kedewasaan yang sempurna. Masa Anak Usia Dini atau
masa kakak - kanak sering disebut dengan istilah The Golden Age, yakni masa
keemasan, dimana segala kelebihan atau keistimewaan yang dimilki pada masa ini tidak
akan dapat terulang untuk kedua kalinya. Itulah sebabnya masa ini sering disebut
sebagai masa penentu bagi kehidupan selanjutnya. Pada kondisi the golden age ini juga
merupakan suatu peluang emas untuk intervensi yang dapat memacu dalam
perkembangan kehidupan anak.. Apabila masa itu dilepas begitu saja dari pengawasan
orang tua atau para pendidik, maka biasanya akan merugikan anak dalam pertumbuhan
selanjutnya.

20
Untuk memastikan setiap perkembangan anak dari bayi, Toddler hingga Pra
sekolah berjalan secara normal, diperlukan keterlibatan semua pihak, baik pengasuh
maupun orang tua. Bagi keluarga Hendaknya keluarga selalu memantau dan mengontrol
perkembangan Anak dari Bayi khususnya perkembangan psikososial karena pola
perkembangan psikososial sangatlah berpengaruh terhadap pola perkembangan anak
selanjutnya dalam melakukan orientasi dan komunikasi terhadap orang lain dan dunia
luar, dan untuk perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti secara teoritis
mengenai perkembangan psikososial bayi, Toddler dan anak Pra sekolah karena ini
sangat penting dan berpengaruh terhadap bagaimana cara perawat dalam melakukan
komunikasi pada saat akan melakukan tindakan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Aprilistyawati. 2013. Keperawatan Psikiatri Dan Kesehatan Jiwa. Penerbit Imperium:


Yogyakarta

Askep_Jiwa,_Toddler,_Pra_Sekolah,_Usia_Sekolah_dalam_https://www.scribd.com/
document_downloads/direct/410089756?
extension=docx&ft=1623504432&lt=1623508042&user_id=370634616&uahk=P
ChMdrSZEEx5ml-nTBqf6IBKUKI (Diakses Tanggal 12 Juni 2021)

Askep_Sehat_Jiwa_Bayi_dalam_https://www.scribd.com/document_downloads/
direct/379967270?
extension=docx&ft=1623504126&lt=1623507736&user_id=370634616&uahk=S
UeaKAuWjXRENGUpAe0DQDl0dgA (Diakses Tanggal 12 Juni 2021)

Dariyo, A. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung : PT


Refika Aditama

Golden Age : Masa Efektif Merancang Kualitas Anak dalam https://www.jurnal.ar-


raniry.ac.id/index.php/bunayya/article/viewFile/1322/982 (Diakses Tanggal
13 Juni 2021)

21
Mansur, H. 2014. Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan Edisi 2. Jakarta : Salemba
Medika

Keliat, B. A. 2006. Modul IC-CMHN. Jakarta : Fakultas Ilmu Keperawatan


Universitas Indonesia

Purwanto, Teguh. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Rudolp, M Abraham. Buku Ajar Pediatri Udolp Volume 1. EGC

Slavin, Robert E. 2011. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa Media.

22

Anda mungkin juga menyukai