Kelompok 6
1. Sudiman Hataul
2. Nurul Izzah H.P
3. Ermelinda Koibur
4. Anugrawati
5. Andi Ikhma Sabaniyah
6. Janeth Anastahsia Rumaropen
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A.Latar Belakang.......................................................................................................1
B.Tujuan …………………………………………………………………………2
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................3
A. Definisi....................................................................................................3
B. Tahap Perkembangan Psikosial Menurut Ericson...................................3
C. Tahap Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud................6
D. Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget......................................7
E. Tahap Perkembangan Moral Menurut Piaget..........................................9
F. Pohon Masalah........................................................................................9
BAB III KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA RENTANG
KEHIDUPAN TODDLER DAN PRA SEKOLAH...............................................10
a.PENGKAJIAN ……………………………………………………………………
b. DIAGNOSA ……………………………………………………………………..
c. PERENCANAAN ………………………………………………………………….
BAB IV PENUTUP.................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Rentang Kehidupan
Toddler dan Pra Sekolah” untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Dosen Pengampu
dan juga kepada semua pihak yang telah mendukung penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan
dan semoga makalah ini dapat menambah pemahaman dan wawasan pembaca tentang Asuhan Keperawatan
Jiwa.
B. TUJUAN
1. Mengetahui Tahap Perkembangan anak
2. Mengetahui perkembangan Normal pada Toddler dan Pra Sekolah
3. Memahami Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Rentang Kehidupan Toddler dan Pra Sekolah
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
PENGERTIAN TAHAP TODDLER
Adalah tahap perkembangan anak usia 2-3 tahun dimana pada usia ini anak akan belajar mengerjakan
segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhannya secara mandiri (Otonom). Menurut Ericson tahap
psikosoial pada masa toddler adalah Otonomi Vs Perasan Malu dan Keragu-raguan.
Kesiapan peningkatan perkembangan kanak kanak adalah tahap perkembangan anak usia 18 – 36 bulan
ketika pada usia ini anak belajar melatih kemandiriannya untuk melakukan tindakan yang ditunjukkan
dengan anak mempelajari lingkungan sekitar, dan ingin mengendalikan diri. Jika anak tidak mampu
mencapai tugas perkembangan pada masa ini, anak akan cenderung merasa malu, ragu – ragu dan kurang
percaya diri ( Keliat, dkk., 2015 )
Perkembangan psikososial pada usia toddler usia 18 bulan – 3 tahun, adalah proses perkembangan
kemampuan anak untuk mengembangkan kemandirian dengan cara memberi kebebasan dan membiarkan
anak untuk mempelajari dunianya.Bila anak tidak difasilitasi untuk kebutuhannya, seperti terlalu dilindungi
atau dikendalikan, maka anak - anak akan merasa ragu-ragu, takut, tidak berani dan malu untuk
melakukan aktifitasnya sehingga anak akan bergantung pada orang lain. Sebab itu penting bagi orangtua
atau pengasuh untuk memahami dan memiliki kemampuan dan pengetahuan dalam menstimulasi anak
untuk mencapai tugas perkembangannya yaitu kemandirian.
3.Kerajinan VS Inferioritas.
Masa Usia Sekolah, berlangsung antara usia 6-11 tahun, pada masa ini berkembang kemampuan berfikir
deduktif, disiplin diri dan kemampuan berhubungan dengan teman sebaya serta rasa ingin tahu akan
meningkat. Ia mengembangkan suatu sikap rajin dan mempelajari ganjaran dari ketekunan dan kerajinan,
perhatian pada alat-alat permainan dan kegiatan bermain berangsur- angsur digantikan oleh perhatian pada
situasi-situasi produktif dan alat-alat serta perkakas-perkakas yang dipakai untuk berkerja. Apabila lingkungan
orang tua dan sekitarnya, termasuk sekolah dapat menunjang akan menumbuhkan pribadi yang rajin dan ulet
serta kompeten. Akan tetapi lingkungan yang tidak menunjang menumbuhkan pribadi-pribadi anak yang penuh
ketidakyakinan atas kemampuannya ( inkompeten atau inferior ).
5.Keintiman VS Isolasi.
Masa Dewasa Muda, berlangsung antara usia 20-24 tahun. Pada masa ini, mereka mengorientasikan dirinya
terhadap pekerjaan dan teman hidupnya. Menurut Erickson, masa ini menumbuhkan kemampuan dan
kesediaan meleburkan diri dengan diri orang lain, tanpa merasa takut merugi atau kehilangan sesuatu yang ada
pada dirinya yang disebut Intimasi. Ketidakmampuan untuk masuk kedalam hubungan yang menyenangkan
serta akrab dapat menimbulkan hubungan sosial yang hampa dan terisolasi atau tertutup ( menutup diri ).
6.Generativitas Vs Stagnasi.
Masa Dewasa Tengah, berlangsung pada usia 25-45 tahun. Generativitas yang ditandai jika individu mulai
menunjukkan perhatiannya terhadap apa yang dihasilkan, keturunan, produk-produk, ide-ide, dan keadaan
masyarakat yang berkaitan dengan kehidupan generasi-generasi mendatang adalah merupakan hal yang positif.
Sebaliknya, apabila generativitas lemah atau tidak diungkapkan maka kepribadian akan mundur dan
mengalami kemiskinan serta stagnasi, jika pada usia ini kehidupan individu didominasi oleh pemuasan dan
kesenangan diri sendiri saja. Individu negatif tidak menunjukkan fungsi-fungsi produktif, baik sebagai
perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat.
7.Integritas Vs Keputusasaan.
Masa Usia Tua, berlangsung diatas usia 65 tahun. Tahap terakhir dalam proses epigenetis perkembangan
disebut Integritas. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah
memelihara benda-benda dan orang-orang, produk-produk dan ide-ide, dan setelah berhasil menyesuaikan diri
dengan keberhasilan-keberhasilan dan kegagalan-kegagalan dalam hidup. Sedangkan keputusasaan tertentu
menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap kondisi-kondisi sosial dan historis,
belum lagi kefanaan hidup dihadapkan kematian, ini dapat memperburuk perasaan bahwa kehidupan ini tak
berarti, bahwa ajal sudah dekat, ketakutan akan, dan bahkan keinginan untuk mati.
Masa ini menunjukkan positif, jika memiliki kepribadian yang bulat utuh yang ditandai sikap bijaksana, rasa
puas terhadap masa hidupnya dan tidak takut menghadapi kematian. Sebaliknya, kepribadian yang pecah selalu
menunjukkan pribadi yang penuh keraguan, merasa selalu akan menerima kegagalan dan merasa selalu
dibayangi kematian.
5.Fase Genetalia
Fase ini ditandai dengan maturnya alat-alat reproduksi dan kepuasan pada daerah kelamin. Rasa cintanya
terhadap anggota keluarga dialihkan pada orang lain yang berlawanan jenis. Pengalaman masa sebelumnya
menjadi bekal untuk memasuki masa dewasa.
B.Tahap Intuitif
Tahap ini pada umur 4 - 7 tahun, anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak
abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini,
anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman
yang luas.
Karakteristik tahap ini adalah :
1)Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya.
2)Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
3)Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
4)Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah objek yang teratur
dan cara mengelompokkannya.
5)Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia
7 tahun. Anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu dikelompokkan dengan
cara yang berbeda.
a.anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan
kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat
konkret. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam
dirinya
b.anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah (ordering problems)
ia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya.
c.Taraf berpikirnya sudah dapat dikatakan maju. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik
perseptual pasif.
F.Pohon Masalah
kemandirian
Perkembangan sistem syaraf pusat memberikan kesiapan keadaan anak untuk lebih
meningkatkan pemahaman dan penguasa terhadap tubuhnya. Proporsi tubuh anak berubah secara
dramatis, tulang kakinya tumbuh dengan cepat, namun pertumbuhan tengkoraknya tidak secepat
usia sebelumnya. Pertumbuhan tulang-tulangnya semakin besar dan kuat, pertumbuhan giginya
semakin lengkap dan komplit sehingga dia sudah menyenangi makanan padat. Untuk
perkembangan fisik anak sangat diperlukan gizi yang cukup, baik protein, vitamin dan mineral
serta karbohidrat (Yusuf, 2015).
b.Perkembangan keterampilan
Ketrampilan motorik pada anak meliputi :
1.Motorik halus.
Ketrampilan menulis, menggambar sendiri, mewarnai gambar, menggunakan gunting, bermain
tanah liat atau palm, menyisir rambut, berpakaian sendiri dan membuat kue-kue.
2.Motorik kasar
Kegiatannya antara lain melompat dan berjalan cepat, memanjat, naik sepeda roda tiga,
berenang, lompat tali, keseimbangan berjalan diatas pagar, sepatu roda dan menari.
3.Perkembangan bahasa
Pada usia pra sekolah kemampuan melakukan gerakan dan kemampuan berbahasa yang
bertujuan semakin meningkat. Anak ingin tahu, bertanya bermacam-macam, melakukan
aktivitas atau tugas untuk mendapatkan rasa kebiasaan. Belajar berbicara merupakan sarana
pokok dalam sosialisasi dan untuk memperoleh kemandirian. Untuk meningkatkan komunikasi
anak-anak harus meningkatkan kemampuan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain.
4.Perkembangan emosional
d.Perkembangan sosial
Tanda-tanda perkembangan sosial antara lain :
1.Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga maupun dalam
lingkungan bermain.
2.Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
3.Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain.
4.Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain atau teman sebayanya
Masalah perilaku pada usia prasekolah banyak terjadi karena tugas-tugas perkembangan pada
suatu periode tertentu tidak terpenuhi sehingga menimbulkan masalah. Beberapa masalah umum
perilaku anak yang sering muncul :
a.Tidak patuh
Ada 3 bentuk ketidakpatuhan: melakukan instruksi tapi terpaksa, tidak mau metakukan instruksi,
atau sengaja melakukan yang bertolak belakang dengan instruksi
b.Temper tantrum
Temper tantrum merupakan kemarahan yang meledak-ledak yang berupa hilangnya kontrol diri
berbentuk menjerit-jerit, memaki, merusak barang, dan berguling-guling di lantai. Anak yang lebih kecil
biasanya muntah atau mengompol, kadangkala ada juga yang menyerang orang lain dengan menyepak dan
memukul.Temper tantrum sering terjadi pada anak usia prasekolah terutama 2 sampai 4 tahun ketika anak
pertama kali berusaha menunjukkan negativisme dan kemandiriannya. Setelah lebih besar (5 - 12 tahun) anak
sudah bisa mengutarakan pikirannya secara verbal sehingga temper tantrum akan berkurang.Penyebabnya
biasanya karena reaksi instingtif saat frustrasi, diserang atau keinginan tidak terpenuhi, meniru,
ketidakmampuan mengutarakan isi hati secara komunikatif.
c.Agresif: verbal atau fisik
Perilaku Agresif adalah perilaku yang dapat menimbulkan luka pada diri sendiri atau orang lain.
Agresi bisa berupa agresi fisik seperti memukul, menyepak, melempar, mendorong, meludahi,
dll. dan bisa berupa agresi psikis seperti memanggil nama dengan tidak hormat, mengejek,
memerintah, memberi label, bertengkar, dan mengancam.Anak yang agresif cenderung impulsif,
mudah marah, tidak matang, sukar menerima kritik dan mudah frustrasi.
d.Impulsif
Anak yang imputsif bertindak secara spontan secara mendadak, memaksa, dan tidak sengaja. la
tidak memikirkan akibat dari tindakannya. Anak usia prasekolah masih wajar jika menunjukkan
beberapa peritaku impulsif mengingat kematangan kognitif dan emosinya masih belum
berkembang sepenuhnya. Namun untuk kasus-kasus yang ekstrim, impulsivitas dapat
disebabkan oleh penyebab organik, kecemasan (karena cemas tidak dapat berpikir rasiona), dan
pengaruh budaya atau pengasuhan.
e.Terlalu aktif
Perlu dibedakan anak yang terlalu aktif dari anak yang hiperaktif. Hiperaktivitas ditandai dengan
kegiatan yang tidak terarah dan tidak tepat. Anak yang hiperaktif tidak mampu memusatkan
perhatian, impulsif dan tidak bisa diam. Anak yang terlalu aktif biasanya masih bisa mengikuti
kegiatan belajar, namun pada saat tertentu ia menjadi sangat aktif dan jika ditelusuri
penyebabnya bisa dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal seperti kondisi emosi,
kejenuhan betajar, kebutuhan akan perhatian, dtl. Sedangkan faktor eksternal bisa karena
manajemen kelas yang kurang baik, pelajaran kurang menantang, ataupun karena karakteristik
guru.
g.Suka melamun
Melamun merupakan kegiatan yang wajar pada anak-anak. Melamun menjadi masalah ketika
dilakukan pada saat yang tidak tepat. Jika anak melamun sampai tidak dapat memperhatikan
instruksi guru dan metaksanakan tugasnya maka melamun menjadi masalah. Kegiatan melamun
berlebihan dapat terjadi ketika realita kehidupan anak tidak mernuaskan sehingga lebih memilih
berkhayal daripada memikirkan kenyataannya. Apalagi jika kehidupan sehari-harinya
membosankan. Selain itu perilaku melamun bisa jadi sebenarnya bukan melamun. Anak yang
mengidap epilepsy ringan juga sering tampak seperti melamun, padahal sebenarnya pada saat
itu ia sedang mengatami serangan ringan sehingga sempat kehilangan kesadaran setama
beberapa detik (Woolfotk, 1995).
h.Egois
Anak yang egois hanya peduli dengan dirinya sendiri, hanya berfokus pada kesejahteraan dirinya
sendiri tanpa peduti orang lain. Anak usia prasekolah umumnya masih egosentris karena
dunianya masih terpusat pada dirinya sendiri, karena merasa dirinya dan dunia sekitarnya
adalah satu. Mulai usia 4 atau 5 tahun keterampitan berkomunikasi mulai berkembang. Anak
mulai sadar bahwa ada dirinya dan orang lain di luar dirinya, pada usia 5 atau 6 tahun anak
menyadari bahwa peritakunya dapat berakibat pada orang lain.Beberapa indikator peritaku egois
yang bermasalah: interaksi dengan anak lain tidak produktif, konsep diri negatif, memandang
orang lain secara negatif, tidak merasa memiliki datarn kelompok, sulit menjalin relasi dengan
anak lain, tidak melihat partisipasinya dalarn ketompok sebagai “kita” metakukan sesuatu
bersama-sama tapi lebih sebagai apa yang “saya” inginkan.
Penyebab perilaku egois dapat dikarenakan berbagai ketakutan, seperti takut dekat dengan orang
lain, takut ditotak, dan takut perubahan. Anak yang banyak merasakan ketakutan seringkali
memandang berbagai perubahan datam hidupnya sebagai sesuatu yang mengancam dirinya. la
memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya dan memahami sudut pandang orang lain
dianggap sebagai suatu perubahan yang menakutkan. Anak yang egois seringkali khawatir
dengan dampak-dampak negatif dari perilakunya sehingga ia tidak mau berbagi perasaan dan ide
sehingga ia terjebak dalarn suatu pola berpaku pada dirinya sendiri.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA RENTANG KEHIDUPAN
TODDLER, PRA SEKOLAH
a. Pengkajian
1) Kemandirian
a) Mengenal dan mengakui namanya
b) Sering menggunakan kata “jangan/tidak/nggak”
c) Banyak bertanya tentang hal/benda yang asing baginya
d) Mulai melakukan kegiatan sendiri dan tidak mau diperintah,
misalnya minum sendiri, makan sendiri, berpakaian sendiri.
e) Mulai bergaul dengan orang lain tanpa diperintah
f) Mulai bermain dan berkomunikasi dengan anak lain diluar kelua
rganya.
g) Hanya sebentar mau berpisah dengan orangtua.
h) Menunjukkan rasa suka dan tidak suka.
i) Mengikuti kegiatan keagamaan yang dilakukan keluarga
j) Mampu menyatakan akan buang air besar dan buang air kecil
2) Ragu-ragu dan malu
a) Tidak berani melakukan sesuatu/kegiatan
b) Merasa takut melakukan sesuatu
c) Merasa terpaksa dalam melakukan tindakan
3) Motorik kasar
a) Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan selama
paling sedikit 2 hitungan
4) Motorik halus
a) Mampu membuat garis lurus
5) Berbicara, berbahasa dan kecerdasan
a) Mampu menyatakan keinginan paling sedikit dengan 2
kata.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Kesiapan peningkatan perkembangan Toddler
1
a) Mengembangkan rasa kemandirian dalam melakukan kegiatan
sehari – hari
b) Bekerjasama dan memperlihatkan kelebihan diri diantara orang
lain.
2) Untuk keluarga
a) Menjelaskan perilaku yang menggambarkan perkembangan
psikososial
b) Menjelaskan cara menstimulasi perkembangan anaknya
(kemandirian)
c) Mendemonstrasikan dan melatih cara memfasilitasi
perkembangan kemandirian anak
Intervensi Generalis
1) Memberikan mainan sesuai perkembangan anak
2) Melatih dan membimbing anak untuk melakukan kegiatan secara
mandiri
3) Memberikan pujian pada keberhasilan anak
4) Tidak menggunakan kalimat perintah tetapi memberikan alternatif
pilihan
5) Tidak melampiaskan kemarahan atau kekesalan dalam bentuk
penganiayaan fisik pada anak (memukul, menjambak, menendang
dll)
6) Melibatkan anak dalam kegiatan agama keluarga
7) Hindarkan suasana yang dapat membuat anak merasa tidak aman
(menakut- nakuti, membuat terkejut, kalimat negatif, mencela)
8) Bila anak mengamuk, lindungi dari bahaya cidera, terjatuh, terluka
9) Membimbing anak untuk BAK/BAB di toilet
Intervensi Spesialis
1) Terapi stimulasi perkembangan psikososial anak usia 2-3 tahun
2
g. Toddler belajar menunda kesenangan yang diinginkan
Objektif :
1.Anak banyak bertanya tentang hal baru / benda asing
2.Anak melakukan kegiatan sendiri
3.Anak mulai bermain dan berkomunikasi dengan orang di luar keluarga
4.Anak hanya sebentar mau berpisah dengan orang tua
3
a.Menunjukkan rasa suka dan tidak suka
b.Melakukan kegiatan keagamaan bersama keluarga
Tindakan Keperawatan
Tindakan pada kanak kanak
Tindakan Keperawatan ners
1.Latih anak merawat diri : mandi, makan, berpakaian, toileting
2.Latih anak melakukan kegiatan rumah tangga yang sederhana secara mandiri
3.Hindari menggunakan kata perintah dan suasana yang membuat anak bersikap negates
4.Berikan mainan sesuai perkembangan
5.Latih anak mengenai tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan
6.Latih disiplin dan tata karma
7.Libatkan anak dalam kegiatan keagamaan
Tindakan Keluarga
Tindakan keperawatan ners : Tindakan keperawatan ners pada keluarga diberikan
kepada orang tua dan pengasuh ( care giver ) dari kanak kanak, kegiatannya yaitu
1.Jelaskan perkembangan yang harus dicapai kanak kanak
2.Latih cara memfasilitasi kemandirian kanak kanak merawat diri : makan sendiri,
mandi sendiri, berpakaian sendiri, toileting sendiri
3.Latih cara memfasilitasi kemandirian kanak kanak dalam kegiatan rumah tangga yang
sederhana
4.Ajarkan cara melatih dengan : jelaskan, beri contoh, damping, motivasi, dan beri
pujian
5.Diskusikan tanda penyimpangan dan cara mengatasinya serta penggunaan Pelayanan
Kesehatan
4
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik kanak kanak yang dilakukan oleh Trihardi,
Keliat, dan Hastono ( 2009 ) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik mampu
meningkatkan kemampuan keluarga dalam mmberikan stimulasi perkembangan usia
kanak kanak : Wuryaningsih, Keliat, dan Mustikasari ( 2014 ) menunjukkan bahwa
terapi kelompok terapeutik kanak kanak mampu meningkatkan pencapaian tugas
perkembangan kemandirian anak, kemampuan ibu dalam menstimulasi aspek
perkembangan kanak kanak secara holistic ( motoric, kognitif, bahasa, emosi,
kepribadian, spiritual, dan psikososial ) serta kemampuan kader kesehatan jiwa
membantu keluarga memfasilitasi perkembangan otonomi kanak kanak serta
meningkatkan kemampuan orang tua dalam menstimulasi kanak kanak
5
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PRA SEKOLAH
a. Pengkajian
1) Mampu menyelesaikan tugas dari sekolah/rumah
2) Mempunyai rasa bersaing misal ingin lebih pandai dari
teman, meraih juara pertama
3) Terlibat dalam kegiatan kelompok
4) Mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya
5) Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sederhana
misal merapikan tempat tidur,menyapu dll
6) Memiliki hobby tertentu, misal naik sepeda, membaca
buku cerita, menggambar
7) Memliliki teman akrab untuk bermain
8) Tidak ada tanda bekas luka penganiayaan
b. Diagnosa Keperawatan
Kesiapan peningkatan perkembangan Pra Sekolah
Intervensi
1) Pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
a) Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak
b) Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang
c) Kaji pemberian vitamin dan imunisasi ulangan (booster)
d) Ajarkan kebersihan diri
6
b) Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar
(kejar-kejaran, papan seluncur, sepeda, sepak bola, tangkap bola
dll)
c) Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik
halus (belajar menggambar, menulis, mewarnai, menyusun
balok dll)
d) Menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk
bermain di rumah
6) Mengembangkan kecerdasan
a) Kaji perkembangan kecerdasan anak
b) Bimbing anak dengan imajinasinya untuk menggali kreatifitas,
bercerita
c) Bimbing anak belajar ketrampilan baru
d) Berikan kesempatan dan bimbing anak membantu melakukan
pekerjaan rumah sederhana
e) Ajari pengenalan benda, warna, huruf, angka
7
f) Latih membaca, menggambar dan berhitung
8
1. Menyampaikan ide, gagasan, inisiatif yang tinggi, dan fantasi
2. Sering bertanya dan mengungkap keinginan
3. Menyebutkan nama dan jenis kelaminnya
4. Senang, gembira, cemas ringan, marah, percaya diri dan berani
Objektif :
1. Membaca, menyebut nama benda dan fungsinya
2. Berjalan di papan titian, berlari, bermain lompat tali, lompat karung,
mengerjakan pekerjaan rumah dan mengikuti kegiatan agama
3. Menggambar, menulis, dan menggunting pola
4. Mudah bersosialisasi
Tujuan Asuhan Keperawatan
1. Kognitif, anak mampu :
a.Berinisiatif untuk bermain pada alat – alat rumah tangga
b. Menciptakan kreativitas dan senang berkhayal
c. Memahami perbedaan benar dan salah
d. Mengenal beberapa warna
e. Merangkai kata dan kalimat
f. Mengenal jenis kelamin
3.Afektif, klien :
a. Senang bermain dengan teman sebaya
b. Mampu mengekspresikan rasa senang, sedih, marah secara wajar
Tindakan Keperawatan
Tindakan pada anak pra sekolah
1. Latih anak kebersihan diri
2. Bantu anak mengembangkan keterampilan motoric : bermain dengan melibatkan
aktivitas fisik, ciptakan lingkungan yang aman bagi anak, beri kesempatan
sukses
9
3. Latih untuk mengembangkan keterampilan bahasa : Ajak anak berkomunikasi
dengan sopan santun, beri contoh yang benar
4. Latih anak mengembangkan keterampilan psikososial : motivasi anak untuk
bermain dengan teman sebaya dan mengikuti perlombaan
5. Latih anak memahami identitas dan peran sesuai jenis kelamin : Ajari anak
mengenal perbedaan jenis kelamin
6. Bantu anak mengembangkan kecerdasan : Bantu anak menggali kreativitasnya,
bimbing anak mengembangkan keterampilan baru, latih anak mengenal huruf,
angka, warna dan benda, serta latih anak membaca, menggambar dan berhitung
7. Bantu anak mengenal dan memahami nilai moral : Terapkan nilai agama dan
budaya positif pada anak, latih kedisiplinan pada anak
8. Beri pujian pada pencapaian anak terhadap tugas rumah / tugas sekolah
9. Ajak anak berdiskusi tentang pengalaman yang menyenangkan, rencana /
gagasan / ide
10. Latih disiplin : Waktu belajar, waktu bermain dll
10
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik anak pra sekolah yang dilakukan oleh
Damayanti, Keliat Hastono, dan Daulima ( 2010 ) menunjukkan bahwa terapi
kelompok terapeutik anak pra sekolah mampu meningkatkan kemampuan kognitif
dan psikomotor ibu serta perkembangan inisitif anak pra sekolah ; Setyaningsih dan
keliat ( 2012 ) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik anak pra sekolah
mampu meningkatkan kemampuan ibu dalam menstimulasi perkembangan anak pra
sekolah dan peningkatan kemampuan inisiatif anak pra sekolah : Ricky, Keliat dan
Gayatri ( 2013 ) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik anak pra sekolah
mampu meningkatkan secara bermakna pencapaian aspek perkembangan dan
perkembangan inisiatif pada anak pra sekolah : Reknoningsih, Mustikasari, dan
Wardani ( 2014 ) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik anak pra sekolah
mampu meningkatkan perkembangan inisiatif anak pra sekolah dan kemampuan ibu
dalam melakukan stimulasi perkembangan serta Khoirunnisa, Daulima, dan
Mustikasari ( 2017 ) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik anak pra
sekolah mampu meningkatkan perkembangan inisiatif anak pra sekolah dan
kemampuan ibu, serta kemampuan kader kesehatan stimulasi perkembangan anak
pra sekolah
11
BAB III
PENUTUP
Masa anak usia dini atau masa kanak-kanak merupakan masa yang menuntut
perhatian ekstra kerena masa itu merupakan masa yang cepat dan mudah dilihat serta
diukur. Jika terjadi hambatan perkembangan maka akan mudah untuk dilakukan
intervensi sehingga tercapai kedewasaan yang sempurna. Masa Anak Usia Dini atau
masa kakak - kanak sering disebut dengan istilah The Golden Age, yakni masa
keemasan, dimana segala kelebihan atau keistimewaan yang dimilki pada masa ini tidak
akan dapat terulang untuk kedua kalinya. Itulah sebabnya masa ini sering disebut
sebagai masa penentu bagi kehidupan selanjutnya. Pada kondisi the golden age ini juga
merupakan suatu peluang emas untuk intervensi yang dapat memacu dalam
perkembangan kehidupan anak.. Apabila masa itu dilepas begitu saja dari pengawasan
orang tua atau para pendidik, maka biasanya akan merugikan anak dalam pertumbuhan
selanjutnya.
Untuk memastikan setiap perkembangan anak dari bayi, Toddler hingga Pra
sekolah berjalan secara normal, diperlukan keterlibatan semua pihak, baik pengasuh
maupun orang tua. Bagi keluarga Hendaknya keluarga selalu memantau dan mengontrol
perkembangan Anak dari Bayi khususnya perkembangan psikososial karena pola
perkembangan psikososial sangatlah berpengaruh terhadap pola perkembangan anak
selanjutnya dalam melakukan orientasi dan komunikasi terhadap orang lain dan dunia
luar, dan untuk perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti secara teoritis
mengenai perkembangan psikososial bayi, Toddler dan anak Pra sekolah karena ini
sangat penting dan berpengaruh terhadap bagaimana cara perawat dalam melakukan
komunikasi pada saat akan melakukan tindakan keperawatan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Askep_Jiwa,_Toddler,_Pra_Sekolah,_Usia_Sekolah_dalam_https://www.scribd.com/
document_downloads/direct/410089756?
extension=docx&ft=1623504432<=1623508042&user_id=370634616&uahk=P
ChMdrSZEEx5ml-nTBqf6IBKUKI (Diakses Tanggal 12 Juni 2021)
Askep_Sehat_Jiwa_Bayi_dalam_https://www.scribd.com/document_downloads/
direct/379967270?
extension=docx&ft=1623504126<=1623507736&user_id=370634616&uahk=S
UeaKAuWjXRENGUpAe0DQDl0dgA (Diakses Tanggal 12 Juni 2021)
Mansur, H. 2014. Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan Edisi 2. Jakarta : Salemba
Medika
Purwanto, Teguh. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Slavin, Robert E. 2011. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa Media.
13