Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA RENTANG KEHIDUPAN

TODDLER, DAN PRA SEKOLAH

Kelompok 6

1. Sudiman Hataul
2. Nurul Izzah H.P
3. Ermelinda Koibur
4. Anugrawati
5. Andi Ikhma Sabaniyah
6. Janeth Anastahsia Rumaropen

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDRAWASIH
JAYAPURA
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A.Latar Belakang.......................................................................................................1
B.Tujuan …………………………………………………………………………2
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................3
A. Definisi....................................................................................................3
B. Tahap Perkembangan Psikosial Menurut Ericson...................................3
C. Tahap Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud................6
D. Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget......................................7
E. Tahap Perkembangan Moral Menurut Piaget..........................................9
F. Pohon Masalah........................................................................................9
BAB III KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA RENTANG
KEHIDUPAN TODDLER DAN PRA SEKOLAH...............................................10
a.PENGKAJIAN ……………………………………………………………………
b. DIAGNOSA ……………………………………………………………………..
c. PERENCANAAN ………………………………………………………………….
BAB IV PENUTUP.................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Rentang Kehidupan
Toddler dan Pra Sekolah” untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Dosen Pengampu
dan juga kepada semua pihak yang telah mendukung penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan
dan semoga makalah ini dapat menambah pemahaman dan wawasan pembaca tentang Asuhan Keperawatan
Jiwa.

Jayapura, 16 september 2022


Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa secara umum
disebutkan bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjamin setiap orang
dapat mencapai kualitas hidup yang baik, menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari
ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat mengganggu Kesehatan Jiwa; menjamin setiap orang
dapat mengembangkan potensi kecerdasan; memberikan pelindungan dan menjamin pelayanan
Kesehatan Jiwa bagi ODMK (Orang dengan Masalah Kejiwaan) dan ODGJ (Orang Dengan Gangguan
Jiwa) berdasarkan hak asasi manusia; memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi,
komprehensif, dan berkesinambungan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif;
menjamin ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya dalam Upaya Kesehatan Jiwa; meningkatkan
mutu Upaya Kesehatan Jiwa sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
memberikan kesempatan kepada ODMK dan ODGJ untuk dapat melaksanakan hak dan kewajibannya
sebagai Warga Negara Indonesia. Sehingga target kesehatan jiwa adalah (1) sehat jiwa tetap sehat, (2)
risiko gangguan jiwa jadi sehat jiwa dan (3) gangguan jiwa jadi mandiri dan produktif
Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,
spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,
dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kesehatan Jiwa
dapat dicapai apabila seluruh konflik dalam tahap perkembangan dapat terselesaiakan dengan baik.
Berdasarkan teori perkembangan oleh para ahli, diyakini bahwa penyimpangan yang terjadi saat
dewasa dipengaruhi oleh perkembangan saat anak-anak. Masa bayi berada dalam kandungan hingga
beberapa tahun pertama lahirnya merupakan periode yang istimewa. Banyak hal istimewa yang terjadi
dalam rentang masa tersebut sehingga masa tersebut diistilahkan dengan the Golden age, yakni suatu
masa emas dalam rentang kehidupan manusia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa pertumbuhan
otak berlangsung dengan kecepatan yang tinggi dan mencapai proporsi terbesar yakni hamper seluruh
dari jumlah sel otak yang normal selama janin berada dalam kandungan seorang ibu. Kemudian
berlangsung agak lambat dengan proporsi yang lebih sampai anak berusia 24 bulan. Setelah itu praktis
tidak ada lagi pertambahan sel-sel neuron baru, walaupun proses pematangannya masih berlangsung
sampai anak berumur tiga tahun. Sebagian ahli ada yang mengatakan proses pematangan sel-sel neuron
tersebut masih dapat berlangsung lebih dari tiga tahun, yakni hingga anak berusia empat atau lima tahun.
Berdasarkan kajian neurologi, bahwa ketika anak dilahirkan, otak bayi tersebut mengandung
sekitar 100 milyar neuron yang siap melakukan sambungan antar sel selama tahun-tahun pertama. Otak
bayi tersebut berkembang sangat pesat dengan menghasilkan bertrilyun-trilyun sambungan antar neuron
yang banyaknya melebihi kebutuhan. Sambungan yang trilyunan tersebut harus diperkuat melalui
berbagai rangsangan psikososial. Karena bila sambungan tersebut tidak diperkuat dengan ransangan
psikososial akan mengalami antrofi (penyusutan) dan musnah yang pada akhirnya akan mempengaruhi
tingkat kecerdasan anak. Dalam kajian lain diungkapkan bahwa, sekitar 50 % kapabilitas kecerdasan
manusia terjadi ketika anak berumur 4 tahun. 80 % telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai
titik kulminasi ketika anak berumur sekitar 18 tahun. Sementara itu disisi lain, dalam penelitian di bidang
psikologi, fisiologi, dan gizi juga menyodorkan temuan yang memperkuat hasil riset di atas yang
menunjukkan bahwa separuh dari perkembangan kognitif anak berlangsung dalam kurun waktu antara
konsepsi dan umur 4 tahun, sekitar 30 % umur 4 – 8 tahun dan sisanya yaitu 20 % berlangsung dalam
umur 8 – 17 tahun. Jika dalam periode ini tidak tersedia zat gizi yang memadai, maka kapasitas otak yang
terbentuk tidak maksimum, sehingga mengakibatkan lemahnya kecerdasan intelektual sang anak.2 Hasil
riset tersebut mengisyaratkan pada kita semua bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4
tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya,
dan sesudah masa itu perkembangan otak anak akan mengalami stagnasi. Itulah sebabnya mengapa masa
ini disebut dengan masa emas (golden age) karena setelah lewat masa ini, berapun kapabilitas kecerdasan
yang dicapai oleh masing-masing individu tidak akan mengalami peningkatan lagi.
Oleh karenanya, penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tahap perkembangan sehat
jiwa pada rentang kehidupan Bayi, Toddler dan Pra sekolah serta Standar Asuhan Keperawatan yang
dilaksanakan pada setiap tahapnya.

B. TUJUAN
1. Mengetahui Tahap Perkembangan anak
2. Mengetahui perkembangan Normal pada Toddler dan Pra Sekolah
3. Memahami Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Rentang Kehidupan Toddler dan Pra Sekolah
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
PENGERTIAN TAHAP TODDLER
Adalah tahap perkembangan anak usia 2-3 tahun dimana pada usia ini anak akan belajar mengerjakan
segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhannya secara mandiri (Otonom). Menurut Ericson tahap
psikosoial pada masa toddler adalah Otonomi Vs Perasan Malu dan Keragu-raguan.

Kesiapan peningkatan perkembangan kanak kanak adalah tahap perkembangan anak usia 18 – 36 bulan
ketika pada usia ini anak belajar melatih kemandiriannya untuk melakukan tindakan yang ditunjukkan
dengan anak mempelajari lingkungan sekitar, dan ingin mengendalikan diri. Jika anak tidak mampu
mencapai tugas perkembangan pada masa ini, anak akan cenderung merasa malu, ragu – ragu dan kurang
percaya diri ( Keliat, dkk., 2015 )

Perkembangan psikososial pada usia toddler usia 18 bulan – 3 tahun, adalah proses perkembangan
kemampuan anak untuk mengembangkan kemandirian dengan cara memberi kebebasan dan membiarkan
anak untuk mempelajari dunianya.Bila anak tidak difasilitasi untuk kebutuhannya, seperti terlalu dilindungi
atau dikendalikan, maka anak - anak akan merasa ragu-ragu, takut, tidak berani dan malu untuk
melakukan aktifitasnya sehingga anak akan bergantung pada orang lain. Sebab itu penting bagi orangtua
atau pengasuh untuk memahami dan memiliki kemampuan dan pengetahuan dalam menstimulasi anak
untuk mencapai tugas perkembangannya yaitu kemandirian.

B. TAHAPAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL MENURUT ERICSON

Perkembangan Psikososial Menurut Erikson, dibagi menjadi 7 tahap sebagai berikut:


1.Otonomi Vs Perasaan Malu dan Keragu-raguan Pada Masa Toddler
Masa Kanak- Kanak Permulaan, berlangsung pada usia 2-3 tahun yang menentukan tumbuhnya kemauan baik
dan kemauan keras, anak mempelajari apakah yang diharapkan dari dirinya, apakah kewajiban-kewajiban dan
hak-haknya disertai apakah pembatasan-pembatasan yang dikenakan pada dirinya. Orang tua dapat mendorong
atau memaksa anak melakukan yang patut, sesuai batas kemampuannya. Hal ini akan menumbuhkan rasa
percaya diri pada anak. Apabila orang tua melindungi anak berlebihan atau tidak peka terhadap rasa malu anak
di hadapan orang lain dapat menumbuhkan pribadi pemalu dan ragu-ragu yang bersifat menetap.
2.Inisiatif Vs Kesalahan.
Masa Bermain, berlangsung pada usia 3-6 tahun. Tahap ini menumbuhkan inisiatif, suatu masa untuk
memperluas penguasaan dan tanggung jawab. Selama tahap ini anak menampilkan diri lebih maju dan lebih
seimbang secara fisik maupun kejiwaan, jika orang tua mampu mendorong atau memperkuat kreativitas
inisiatif dari anak. Akan tetapi jika orang tua tidak memberikan kesempatan anak untuk menyelesaikan tugas-
tugasnya maka anak akan tumbuh sebagai pribadi yang selalu takut salah.

3.Kerajinan VS Inferioritas.
Masa Usia Sekolah, berlangsung antara usia 6-11 tahun, pada masa ini berkembang kemampuan berfikir
deduktif, disiplin diri dan kemampuan berhubungan dengan teman sebaya serta rasa ingin tahu akan
meningkat. Ia mengembangkan suatu sikap rajin dan mempelajari ganjaran dari ketekunan dan kerajinan,
perhatian pada alat-alat permainan dan kegiatan bermain berangsur- angsur digantikan oleh perhatian pada
situasi-situasi produktif dan alat-alat serta perkakas-perkakas yang dipakai untuk berkerja. Apabila lingkungan
orang tua dan sekitarnya, termasuk sekolah dapat menunjang akan menumbuhkan pribadi yang rajin dan ulet
serta kompeten. Akan tetapi lingkungan yang tidak menunjang menumbuhkan pribadi-pribadi anak yang penuh
ketidakyakinan atas kemampuannya ( inkompeten atau inferior ).

4.Identitas Vs Kekacauan Identitas.


Masa Adolesen, berlangsung pada usia 12/13-20 tahun. Selama masa ini individu mulai merasakan suatu
perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah manusia unik, namun siap untuk memasuki
suatu peranan yang berarti di tengah masyarakat, entah peranan ini bersifat menyesuaikan diri atau sifat
memperbaharui, mulai menyadari sifat-sifat yang melekat pada dirinya sendiri, seperti aneka kesukaan dan
ketidaksukaannya, tujuan-tujuan yang dikejarnya di masa depan kekuatan dan hasrat untuk mengontrol
nasibnya sendiri. Inilah masa dalam kehidupan ketika orang ingin menentukan siapakah ia pada saat sekarang
dan ingin menjadi apakah ia di masa yang akan datang ( masa untuk membuat rencana-rencana karier ). Masa
ini mengembangkan perasaan identitas ego yang mantap pada kutup positif dan identitas ego yang kacau pada
kutub negatif.

5.Keintiman VS Isolasi.
Masa Dewasa Muda, berlangsung antara usia 20-24 tahun. Pada masa ini, mereka mengorientasikan dirinya
terhadap pekerjaan dan teman hidupnya. Menurut Erickson, masa ini menumbuhkan kemampuan dan
kesediaan meleburkan diri dengan diri orang lain, tanpa merasa takut merugi atau kehilangan sesuatu yang ada
pada dirinya yang disebut Intimasi. Ketidakmampuan untuk masuk kedalam hubungan yang menyenangkan
serta akrab dapat menimbulkan hubungan sosial yang hampa dan terisolasi atau tertutup ( menutup diri ).
6.Generativitas Vs Stagnasi.
Masa Dewasa Tengah, berlangsung pada usia 25-45 tahun. Generativitas yang ditandai jika individu mulai
menunjukkan perhatiannya terhadap apa yang dihasilkan, keturunan, produk-produk, ide-ide, dan keadaan
masyarakat yang berkaitan dengan kehidupan generasi-generasi mendatang adalah merupakan hal yang positif.
Sebaliknya, apabila generativitas lemah atau tidak diungkapkan maka kepribadian akan mundur dan
mengalami kemiskinan serta stagnasi, jika pada usia ini kehidupan individu didominasi oleh pemuasan dan
kesenangan diri sendiri saja. Individu negatif tidak menunjukkan fungsi-fungsi produktif, baik sebagai
perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat.

7.Integritas Vs Keputusasaan.
Masa Usia Tua, berlangsung diatas usia 65 tahun. Tahap terakhir dalam proses epigenetis perkembangan
disebut Integritas. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah
memelihara benda-benda dan orang-orang, produk-produk dan ide-ide, dan setelah berhasil menyesuaikan diri
dengan keberhasilan-keberhasilan dan kegagalan-kegagalan dalam hidup. Sedangkan keputusasaan tertentu
menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap kondisi-kondisi sosial dan historis,
belum lagi kefanaan hidup dihadapkan kematian, ini dapat memperburuk perasaan bahwa kehidupan ini tak
berarti, bahwa ajal sudah dekat, ketakutan akan, dan bahkan keinginan untuk mati.
Masa ini menunjukkan positif, jika memiliki kepribadian yang bulat utuh yang ditandai sikap bijaksana, rasa
puas terhadap masa hidupnya dan tidak takut menghadapi kematian. Sebaliknya, kepribadian yang pecah selalu
menunjukkan pribadi yang penuh keraguan, merasa selalu akan menerima kegagalan dan merasa selalu
dibayangi kematian.

C.Tahap Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud


Perkembangan Psikoseksual terdiri dari beberapa fase, dimana pada perkembangan setiap fase mempunyai ciri
tersendiri dan anatara satu fase dengan fase yang lain saling berhubungan. Fase-fase tersebut adalah:

1.Fase Oral (0-1 tahun)


Adalah fase pertama yang menunjukan bahwa bayi mendapat kepuasan dan kenikmatan yang bersumber pada
mulut. Rasa lpar dan haus mendorongnya untuk mengenal hubungan social. Pada saat haus bila tak menyusu
ibunya, bayi akan masukan jari-jari tangannya ke mulut sebagai pengganti kepuasan oral.

2.Fase Anal (1-3 tahun)


Pada fase ini anak berfokus pada kepuasan di daerah anus, terutama pada saat BAB. Pada fase ini waktu yang
tepat latih kedisiplinan pada anak terutama tentang toilet training.

3.Fase Phalik (3-5 tahun)


Pada fase ini anak memperoleh kepuasan pada daerah kelamin. Anak mulai ada ketertarikan pada perbedaan
alat kelamin laki-laki dan perempuan. Pada anak laki-laki lebih dekat dan terkait pada ibunya. Kedeketan ini
disertai dengan gairah seksual dan perasaan cinta yang disebut odipus kompleks. Tetapi perasaan ini
menimbulkan rasa kecemasan terhadap ayahnya yang dianggap sebagai saingan. Konflik ini akan terselesaikan
bila sesorang anak sudah dapat menerima, menyukai dan mengagumi saingannya.

4.Fase Laten (5-12 tahun)


Fase ini merupakan masa tenang, walaupun sebenarnya terdapat kecemasan dan ketakutan yang terjadi pada
fase sebelumnya namun perasaan tersebut ditekan atau disembunyikan. Anak laki-laki lebih suka bergaul
dengan teman segendernya, demikian anak perempuan. Anak mencari figur ideal diantara orang dewasa yang
berjenis kelamin sama dengannya.

5.Fase Genetalia
Fase ini ditandai dengan maturnya alat-alat reproduksi dan kepuasan pada daerah kelamin. Rasa cintanya
terhadap anggota keluarga dialihkan pada orang lain yang berlawanan jenis. Pengalaman masa sebelumnya
menjadi bekal untuk memasuki masa dewasa.

D.Perkembangan Kognitif Menurut Piaget


Perkembangan kognitif merupakan suat proses genetic, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme
biologis perkembangan system syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seorang, maka makin komplekslah
susunansel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya.

1.Tahap Sensori Motor (umur 0-1,5 tahun)


Ciri pokok perkembangan berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah. Kemampuan yang
dimilki antara lain:
A.Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek lainnya
B.Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara
C.Suka memperhatikan sesuatu lebih lama
D.Mendefinisikan sesuatu dengan manipulasinya
E.Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya

2.Tahap pra Operasional (1,5-7 tahun)


Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda dan mulai
berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif
A.Tahap Preoperasional
Tahap ini pada umur 2-4 tahun, anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsep nya,
walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek.
Karakteristik tahap ini adalah:
1)Self counter nya sangat menonjol.
2)Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
3) Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar.
4)Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan.

B.Tahap Intuitif
Tahap ini pada umur 4 - 7 tahun, anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak
abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini,
anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman
yang luas.
Karakteristik tahap ini adalah :
1)Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya.
2)Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
3)Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
4)Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah objek yang teratur
dan cara mengelompokkannya.
5)Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia
7 tahun. Anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu dikelompokkan dengan
cara yang berbeda.

C.Tahap Operasional Konkret (umur 7 – 11 tahun


Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah

a.anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan
kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat
konkret. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam
dirinya

b.anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah (ordering problems)
ia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya.

c.Taraf berpikirnya sudah dapat dikatakan maju. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik
perseptual pasif.

D. Tahap operasional formal (umur 11 tahun - dewasa) : 


Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan
menggunakan pola berpikir "kemungkinan". Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-
dedutive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan
mengembangkan hipotesa.
Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat :
a.Bekerja secara efektif dan sistematis
b.Menganalisis secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan dua kemungkinan penyebabnya, C1 dan
C2 menghasilkan R, anak dapat merumuskan beberapa kemungkinan.
c. Berpikir secara proporsional, yakni menentukan macam-macam proporsional tentang C1, C2 dan R
misalnya.
d. Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi.
Pada tahap ini mula-mula Piaget percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal operations paling lambat
pada usia 15 tahun. Perkembangan kognitif juga terjadi cukup pesat, anak dapat mengingat serangkaian
keterampilan mengumpulkan benda yang sejenis dan mulai menghargai orangtua atau guru.

E.Perkembangan Moral Menurut Piaget


Tahap perkembangan moral menurut Piaget (dalam Slavin, 2011) berlangsung dalam 2 (dua) tahap, yaitu:
1.Tahap Heteronomous (Tahap Realisme Moral) usia 4-7 tahun
Selama periode heteronom, seorang anak selalu dihadapkan terhadap orang tua atau orang dewasa lain yang
memberitahukan kepada mereka manakah hal yang salah dan manakah hal yang benar. Pada usia ini, seorang
anak akan memikirkan bahwa melanggar aturan akan selalu dikenakan hukuman dan orang yang jahat pada
akhirnya akan dihukum. Selain itu Piaget (dalam Slavin, 2011) menegaskan bahwa anak pada usia kanak-
kanak awal menilai sebuah perilaku yang jahat adalah hal yang menghasilkan konsekuensi negatif sekalipun
maksudnya adalah sebuah kebaikan.
2.Tahap Moralitas otonom (Moralitas Kerjasama) usia 7-12 tahun
anak-anak mulai tidak menggunakan dan menaati aturan dari suara hati. Moralitas otonom disebut pula sebagai
moralitas kerja sama. Moralitas tersebut muncul ketika dunia sosial anak itu meluas hingga meliputi makin
banyak teman sebaya. Dengan terus-menerus berinteraksi dan bekerja sama dengan anak lain, gagasan anak
tersebut tentang aturan dan karena itu juga moralitas akhirnya berubah.

F.Pohon Masalah

kemandirian

Simulasi tumbang (18


bulan – 3 tahun) optimal

Pengetahuan keluarga yang


efektif
TAHAP PRA SEKOLAH
A.DEFINISI
PENGERTIAN TAHAP PRA SEKOLAH
Tahap perkembangan anak usia 3-6 tahun dimana pada usia ini anak akan belajar berinteraksi dengan orang
lain, berfantasi dan berinisiatif, memberi gagasan dan ide melakukan kegiatan sendiri, dengan tujuan tertentu.
Dukungan dan pujian akan mengembangkan konsep diri positif. Jika anak prasekolah tidak mampu mencapai
perkembangannya maka anak pra sekolah akan mengembangkan rasa bersalah ( Keliat, dkk., 2015 )

B.Perkembangan Anak Usia Prasekolah


Anak usia pra sekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 3-6 tahun, ketika anak
mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria dan wanita, dapat mengatur diri dalam
buang air (toilet training) dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya atau
mencelakakan dirinya (Yusuf, 2015). Perkembangan anak dipengaruhi oleh lingkungan, dimana
keadaan normal atau tidak normal dipengaruhi oleh konflik pribadi individu dan hubungan
individu dengan masyarakatnya. Ada beberapa macam perkembangan umum pada anak usia pra
sekolah adalah :
a.Perkembangan fisik
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya.dengan
meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut berat badan dan tinggi badan.

Perkembangan sistem syaraf pusat memberikan kesiapan keadaan anak untuk lebih
meningkatkan pemahaman dan penguasa terhadap tubuhnya. Proporsi tubuh anak berubah secara
dramatis, tulang kakinya tumbuh dengan cepat, namun pertumbuhan tengkoraknya tidak secepat
usia sebelumnya. Pertumbuhan tulang-tulangnya semakin besar dan kuat, pertumbuhan giginya
semakin lengkap dan komplit sehingga dia sudah menyenangi makanan padat. Untuk
perkembangan fisik anak sangat diperlukan gizi yang cukup, baik protein, vitamin dan mineral
serta karbohidrat (Yusuf, 2015).

b.Perkembangan keterampilan
Ketrampilan motorik pada anak meliputi :
1.Motorik halus.
Ketrampilan menulis, menggambar sendiri, mewarnai gambar, menggunakan gunting, bermain
tanah liat atau palm, menyisir rambut, berpakaian sendiri dan membuat kue-kue.
2.Motorik kasar
Kegiatannya antara lain melompat dan berjalan cepat, memanjat, naik sepeda roda tiga,
berenang, lompat tali, keseimbangan berjalan diatas pagar, sepatu roda dan menari.
3.Perkembangan bahasa
Pada usia pra sekolah kemampuan melakukan gerakan dan kemampuan berbahasa yang
bertujuan semakin meningkat. Anak ingin tahu, bertanya bermacam-macam, melakukan
aktivitas atau tugas untuk mendapatkan rasa kebiasaan. Belajar berbicara merupakan sarana
pokok dalam sosialisasi dan untuk memperoleh kemandirian. Untuk meningkatkan komunikasi
anak-anak harus meningkatkan kemampuan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain.
4.Perkembangan emosional

Beberapa jenis emosi yang berkembang pada anak pra sekolah :


a.Takut
Pembicaraan, peniruan dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan berperan
penting dalam menimbulkan rasa takut.
b.Cemas
Salah satu perasaan cemas yang timbul pada anak adalah dimana anak berada pada lingkungan
yang asing, yang berbeda dengan lingkungan tempat tinggalnya.
c.Marah
Penyebab marah yang paling umum adalah pertengkaran mengenai permainan, tidak tercapainya
keinginan dan serangan dari anak lain. Ungkapan marah pada anak antara lain : menangis,
berteriak, menggertak, menendang, melompat-lompat atau memukul.
d.Cemburu
Anak merasa tidak senang terhadap orang lain yang dipandang telah mencurahkan kasih sayang
kepadanya. Sumber yang dapat menimbulkan rasa cemburu selalu bersifat situasi sosial dan
hubungan dengan orang lain.
e.Gembira
Diantaranya terpenuhinya kebutuhan jasmaniah (makan dan minum), keadaan jasmaniah yang
sehat, diperolehnya kasih sayang, ada kesempatan bergerak (bermain secara leluasa) dan
memiliki mainan yang disenanginya.
f.Kasih sayang
Anak merasa senang apabila diberi perhatian dan perlindungan terhadap orang lain, hewan atau
benda. Apaila orang tua dan saudaranya menaruh kasih sayang kepada anak, maka diapun akan
menaruh kasih sayang kepada mereka.
g.Ingin tahu
Anak mempunyai perasaan ingin mengenal, mengetahui segala sesuatu atau obyek-obyek, baik
yang bersifat fisik atau kongkrit.
c.Perkembangan intelektual

Meningkatnya kemampuan intelektual terutama kemampuan berpikir dan melihat hubungan-


hubungan dengan meningkatnya kemampuan untuk menjelajah lingkungan karena bertambah
besarnya kemandirian dan mengendalikan motorik serta meningkatnya kemampuan bertanya
dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti orang lain. Maka pengertian anak akan
orang lain, benda dan situasi meningkat dengan pesat. Anak mulai memperhatikan hal-hal yang
kecil yng tadinya tidak diperhatikan. Dengan demikian anak tidak lagi bingung kalau
menghadapi benda-benda, situasi atau orang-orang yang memiliki unsur-unsur yang sama.

d.Perkembangan sosial
Tanda-tanda perkembangan sosial antara lain :
1.Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga maupun dalam
lingkungan bermain.
2.Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
3.Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain.
4.Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain atau teman sebayanya

C.Masalah-masalah pada anak usia pra sekolah


1.Masalah umum yang sering terjadi

Masalah perilaku pada usia prasekolah banyak terjadi karena tugas-tugas perkembangan pada
suatu periode tertentu tidak terpenuhi sehingga menimbulkan masalah. Beberapa masalah umum
perilaku anak yang sering muncul :

a.Tidak patuh
Ada 3 bentuk ketidakpatuhan: melakukan instruksi tapi terpaksa, tidak mau metakukan instruksi,
atau sengaja melakukan yang bertolak belakang dengan instruksi
b.Temper tantrum
Temper tantrum merupakan kemarahan yang meledak-ledak yang berupa hilangnya kontrol diri
berbentuk menjerit-jerit, memaki, merusak barang, dan berguling-guling di lantai. Anak yang lebih kecil
biasanya muntah atau mengompol, kadangkala ada juga yang menyerang orang lain dengan menyepak dan
memukul.Temper tantrum sering terjadi pada anak usia prasekolah terutama 2 sampai 4 tahun ketika anak
pertama kali berusaha menunjukkan negativisme dan kemandiriannya. Setelah lebih besar (5 - 12 tahun) anak
sudah bisa mengutarakan pikirannya secara verbal sehingga temper tantrum akan berkurang.Penyebabnya
biasanya karena reaksi instingtif saat frustrasi, diserang atau keinginan tidak terpenuhi, meniru,
ketidakmampuan mengutarakan isi hati secara komunikatif.
c.Agresif: verbal atau fisik

Perilaku Agresif adalah perilaku yang dapat menimbulkan luka pada diri sendiri atau orang lain.
Agresi bisa berupa agresi fisik seperti memukul, menyepak, melempar, mendorong, meludahi,
dll. dan bisa berupa agresi psikis seperti memanggil nama dengan tidak hormat, mengejek,
memerintah, memberi label, bertengkar, dan mengancam.Anak yang agresif cenderung impulsif,
mudah marah, tidak matang, sukar menerima kritik dan mudah frustrasi.

d.Impulsif
Anak yang imputsif bertindak secara spontan secara mendadak, memaksa, dan tidak sengaja. la
tidak memikirkan akibat dari tindakannya. Anak usia prasekolah masih wajar jika menunjukkan
beberapa peritaku impulsif mengingat kematangan kognitif dan emosinya masih belum
berkembang sepenuhnya. Namun untuk kasus-kasus yang ekstrim, impulsivitas dapat
disebabkan oleh penyebab organik, kecemasan (karena cemas tidak dapat berpikir rasiona), dan
pengaruh budaya atau pengasuhan.

e.Terlalu aktif
Perlu dibedakan anak yang terlalu aktif dari anak yang hiperaktif. Hiperaktivitas ditandai dengan
kegiatan yang tidak terarah dan tidak tepat. Anak yang hiperaktif tidak mampu memusatkan
perhatian, impulsif dan tidak bisa diam. Anak yang terlalu aktif biasanya masih bisa mengikuti
kegiatan belajar, namun pada saat tertentu ia menjadi sangat aktif dan jika ditelusuri
penyebabnya bisa dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal seperti kondisi emosi,
kejenuhan betajar, kebutuhan akan perhatian, dtl. Sedangkan faktor eksternal bisa karena
manajemen kelas yang kurang baik, pelajaran kurang menantang, ataupun karena karakteristik
guru.

f.Kurang mampu berkonsentrasi


Beberapa anak kurang mampu berkonsentrasi. Anak yang kurang mampu berkonsentrasi bisa
jadi memang mengatami Gangguan Pemusatan Perhatian atau attention deficit disorder), tapi
juga ada kemungkinan disebabkan oleh faktor emosional ataupun terlalu banyak minat. Rentang
konsentrasi anak usia 2 tahun rata-rata 7 menit, usia 3 tahun rata-rata 9 menit, usia 4 tahun rata-
rata 12 menit, usia 5 tahun rata-rata 14 menit. Anak yang mengalami gangguan pemusatan
perhatian menunjukkan semua atau hampir sernua ciri-ciri: sering tidak bisa memberi perhatian
untuk hal-hal yang bersifat rinci dan membuat kesalahan karena peritakunya yang kurang
perhitungan, sering mengatami kesutitan untuk tetap memperhatikan apa yang sedang
dilakukannya, sering seolah-olah tidak mendengar walaupun diajak berbicara secara langsung,
sering tidak mampu mengikuti petunjuk dan gagal menyelesaikan tugas, sering mendapat
kesutitan dalam mengatur tugas & aktivitasnva sendiri. Sering menghindar atau mencoba untuk
tidak melaksanakan tugas-tugas yang memerlukan konsentrasi atau pemusatan perhatian dalarn
waktu yang lama, sering kehilangan barang, mudah terganggu, mudah lupa melaksanakan
aktivitas sehari-hari, sering menggoyang-goyangkan jari-jari tangan dan kaki atau bergerak-
gerak di kursinya, sering berlari-lari atau memanjati benda-benda di tempat yang tidak
semestinya, cenderung sulit bermain dengan diam, sering bergerak atau berbuat seolah-olah
dipacu mesin, sering berbicara tanpa berhenti, sering menjawab dengan cepat sebeturn
pertanyaan selesai, cenderung sulit untuk menunggu gilirannya, dan sering memotong
pembicaraan atau menyela permainan yang sedang berlangsung. Penyebab kurangnya perhatian
antara lain karena gangguan perkembangan syaraf, temperamen, gangguan perceptual
(penglihatan atau pendengaran), tidak dapat membedakan antara figure dan latar belakang
(misatnya tidak dapat membedakan mana suara yang bising atau mana suara guru), tidak dapat
memahami keurutan seringkali bingung dan menjadi tampak seperti tidak memperhatikan.
Kecemasan dan rasa tidak aman, kurangnya kernatangan emosi juga dapat menjadi penyebab
kurangnya kernampuan untuk memusatkan perhatian.

g.Suka melamun
Melamun merupakan kegiatan yang wajar pada anak-anak. Melamun menjadi masalah ketika
dilakukan pada saat yang tidak tepat. Jika anak melamun sampai tidak dapat memperhatikan
instruksi guru dan metaksanakan tugasnya maka melamun menjadi masalah. Kegiatan melamun
berlebihan dapat terjadi ketika realita kehidupan anak tidak mernuaskan sehingga lebih memilih
berkhayal daripada memikirkan kenyataannya. Apalagi jika kehidupan sehari-harinya
membosankan. Selain itu perilaku melamun bisa jadi sebenarnya bukan melamun. Anak yang
mengidap epilepsy ringan juga sering tampak seperti melamun, padahal sebenarnya pada saat
itu ia sedang mengatami serangan ringan sehingga sempat kehilangan kesadaran setama
beberapa detik (Woolfotk, 1995).

h.Egois

Anak yang egois hanya peduli dengan dirinya sendiri, hanya berfokus pada kesejahteraan dirinya
sendiri tanpa peduti orang lain. Anak usia prasekolah umumnya masih egosentris karena
dunianya masih terpusat pada dirinya sendiri, karena merasa dirinya dan dunia sekitarnya
adalah satu. Mulai usia 4 atau 5 tahun keterampitan berkomunikasi mulai berkembang. Anak
mulai sadar bahwa ada dirinya dan orang lain di luar dirinya, pada usia 5 atau 6 tahun anak
menyadari bahwa peritakunya dapat berakibat pada orang lain.Beberapa indikator peritaku egois
yang bermasalah: interaksi dengan anak lain tidak produktif, konsep diri negatif, memandang
orang lain secara negatif, tidak merasa memiliki datarn kelompok, sulit menjalin relasi dengan
anak lain, tidak melihat partisipasinya dalarn ketompok sebagai “kita” metakukan sesuatu
bersama-sama tapi lebih sebagai apa yang “saya” inginkan.

Penyebab perilaku egois dapat dikarenakan berbagai ketakutan, seperti takut dekat dengan orang
lain, takut ditotak, dan takut perubahan. Anak yang banyak merasakan ketakutan seringkali
memandang berbagai perubahan datam hidupnya sebagai sesuatu yang mengancam dirinya. la
memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya dan memahami sudut pandang orang lain
dianggap sebagai suatu perubahan yang menakutkan. Anak yang egois seringkali khawatir
dengan dampak-dampak negatif dari perilakunya sehingga ia tidak mau berbagi perasaan dan ide
sehingga ia terjebak dalarn suatu pola berpaku pada dirinya sendiri.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA RENTANG KEHIDUPAN
TODDLER, PRA SEKOLAH

a. Pengkajian
1) Kemandirian
a) Mengenal dan mengakui namanya
b) Sering menggunakan kata “jangan/tidak/nggak”
c) Banyak bertanya tentang hal/benda yang asing baginya 
d) Mulai melakukan kegiatan sendiri dan tidak mau diperintah,
misalnya minum sendiri, makan sendiri, berpakaian sendiri.
e) Mulai bergaul dengan orang lain tanpa diperintah
f) Mulai bermain dan berkomunikasi dengan anak lain diluar kelua
rganya.
g) Hanya sebentar mau berpisah dengan orangtua.
h) Menunjukkan rasa suka dan tidak suka.
i) Mengikuti kegiatan keagamaan yang dilakukan keluarga
j) Mampu menyatakan akan buang air besar dan buang air kecil
2) Ragu-ragu dan malu
a) Tidak berani melakukan sesuatu/kegiatan
b) Merasa takut melakukan sesuatu
c) Merasa terpaksa dalam melakukan tindakan
3) Motorik kasar
a) Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan selama
paling sedikit 2 hitungan
4) Motorik halus
a) Mampu membuat garis lurus
5) Berbicara, berbahasa dan kecerdasan
a) Mampu menyatakan keinginan paling sedikit dengan 2
kata.

b. Diagnosa Keperawatan
1) Kesiapan peningkatan perkembangan Toddler

c. Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan
1) Untuk anak

1
a) Mengembangkan rasa kemandirian dalam melakukan kegiatan
sehari – hari
b) Bekerjasama dan memperlihatkan kelebihan diri diantara orang
lain.
2) Untuk keluarga
a) Menjelaskan perilaku yang menggambarkan perkembangan
psikososial
b) Menjelaskan cara menstimulasi perkembangan anaknya
(kemandirian)
c) Mendemonstrasikan dan melatih cara memfasilitasi
perkembangan kemandirian anak

Intervensi Generalis
1) Memberikan mainan sesuai perkembangan anak
2) Melatih dan membimbing anak untuk melakukan kegiatan secara
mandiri
3) Memberikan pujian pada keberhasilan anak
4) Tidak menggunakan kalimat perintah tetapi memberikan alternatif
pilihan
5) Tidak melampiaskan kemarahan atau kekesalan dalam bentuk
penganiayaan fisik pada anak (memukul, menjambak, menendang
dll)
6) Melibatkan anak dalam kegiatan agama keluarga
7) Hindarkan suasana yang dapat membuat anak merasa tidak aman
(menakut- nakuti, membuat terkejut, kalimat negatif, mencela)
8) Bila anak mengamuk, lindungi dari bahaya cidera, terjatuh, terluka
9) Membimbing anak untuk BAK/BAB di toilet

Intervensi Spesialis
1) Terapi stimulasi perkembangan psikososial anak usia 2-3 tahun

Toddler mulai belajar keterampilan social:


a. Individual (membedakan dirinya dengan yang lainnya)
b. Berpisah dengan orang tuanya
c. Kontrol terhadap fungsi tubuhnya
d. Berkomunikasi dengan kata-kata
e. Berperilaku social yang pantas
f. Interaksi egosentrik dengan yang lain

2
g. Toddler belajar menunda kesenangan yang diinginkan

1. KARAKTERISTIK NORMAL PRILAKU TODDLER


a. Anak mengenal namanya sendiri
b. Anak bertanya segala hal yang baru atau asing menurutnya
c. Anak melakukan kegiatannya sendiri dan tidak mau dibantu
d. Anak sering mengatakan “tidak” atau “jangan”
e. Anak mulai bergaul dengan orang lain dan mau berpisah dengan orang
tua
f. Anak mulai belajar untuk mengikuti kegiatan keagamaan
g. Rasa malu terjadi jika anak secara jelas menyadari dirinya sendiri karena
pemaparan negative
h. Keraguan anak akan berkembang jika orang tua secara jelas membuat
malu/mempermalukan anak di hadapan orang lain, maka sebaiknya orang
tua dapat memberikan sikap yang arif ketika anak menjalani masa ini.

Tanda dan Gejala


Subjektif :
1.Anak mengenal dan menyebutkan namanya sendiri
2. Anak sering menggunakan kata “ Jangan / tidak / nggak “

Objektif :
1.Anak banyak bertanya tentang hal baru / benda asing
2.Anak melakukan kegiatan sendiri
3.Anak mulai bermain dan berkomunikasi dengan orang di luar keluarga
4.Anak hanya sebentar mau berpisah dengan orang tua

Tujuan Asuhan Keperawatan


1.Kognitif, anak mampu :
a.Mengenal dan menyebutkan nama
b.Mengembangkan kemampuan komunikasi

2.Psikomotor, anak mampu :


a.Mengembangkan kemampuan motoric kasar dan halus
b.Melakukan kegiatan sendiri

3.Afektif, anak mampu :

3
a.Menunjukkan rasa suka dan tidak suka
b.Melakukan kegiatan keagamaan bersama keluarga

Tindakan Keperawatan
Tindakan pada kanak kanak
Tindakan Keperawatan ners
1.Latih anak merawat diri : mandi, makan, berpakaian, toileting
2.Latih anak melakukan kegiatan rumah tangga yang sederhana secara mandiri
3.Hindari menggunakan kata perintah dan suasana yang membuat anak bersikap negates
4.Berikan mainan sesuai perkembangan
5.Latih anak mengenai tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan
6.Latih disiplin dan tata karma
7.Libatkan anak dalam kegiatan keagamaan

Tindakan Keluarga
Tindakan keperawatan ners : Tindakan keperawatan ners pada keluarga diberikan
kepada orang tua dan pengasuh ( care giver ) dari kanak kanak, kegiatannya yaitu
1.Jelaskan perkembangan yang harus dicapai kanak kanak
2.Latih cara memfasilitasi kemandirian kanak kanak merawat diri : makan sendiri,
mandi sendiri, berpakaian sendiri, toileting sendiri
3.Latih cara memfasilitasi kemandirian kanak kanak dalam kegiatan rumah tangga yang
sederhana
4.Ajarkan cara melatih dengan : jelaskan, beri contoh, damping, motivasi, dan beri
pujian
5.Diskusikan tanda penyimpangan dan cara mengatasinya serta penggunaan Pelayanan
Kesehatan

Tindakan Pada Kelompok


1.Tindakan keperawatan ners : Edukasi kelompok Ibu / Orangtua / Pengasuh
2.Tindakan keperawatan spesialis : Terapi kelompok terapeutik kanak – kanak
a.Sesi 1 : Stimulasi perkembangan aspek motoric
b.Sesi 2 : Stimulasi perkembangan aspek kognitif dan bahasa
c. Sesi 3 : Stimulasi perkembangan aspek emosional dan kepribadian
d. sesi 4 : Stimulasi perkembangan aspek moral dan spiritual
e. Sesi 5 : Stimulasi perkembangan aspek psikososial
f.Sesi 6 : Monitoring dan evaluasi pengalaman dan manfaat latihan

4
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik kanak kanak yang dilakukan oleh Trihardi,
Keliat, dan Hastono ( 2009 ) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik mampu
meningkatkan kemampuan keluarga dalam mmberikan stimulasi perkembangan usia
kanak kanak : Wuryaningsih, Keliat, dan Mustikasari ( 2014 ) menunjukkan bahwa
terapi kelompok terapeutik kanak kanak mampu meningkatkan pencapaian tugas
perkembangan kemandirian anak, kemampuan ibu dalam menstimulasi aspek
perkembangan kanak kanak secara holistic ( motoric, kognitif, bahasa, emosi,
kepribadian, spiritual, dan psikososial ) serta kemampuan kader kesehatan jiwa
membantu keluarga memfasilitasi perkembangan otonomi kanak kanak serta
meningkatkan kemampuan orang tua dalam menstimulasi kanak kanak

5
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PRA SEKOLAH
a. Pengkajian
1) Mampu menyelesaikan tugas dari sekolah/rumah
2) Mempunyai rasa bersaing misal ingin lebih pandai dari
teman, meraih juara pertama
3) Terlibat dalam kegiatan kelompok
4) Mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya
5) Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sederhana
misal merapikan tempat tidur,menyapu dll
6) Memiliki hobby tertentu, misal naik sepeda, membaca
buku cerita, menggambar
7) Memliliki teman akrab untuk bermain
8) Tidak ada tanda bekas luka penganiayaan

b. Diagnosa Keperawatan
Kesiapan peningkatan perkembangan Pra Sekolah

c. Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan
1) Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
2) Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus
3) Mengembangkan ketrampilan berbahasa
4) Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial
5) Pembentukan indentitas dan peran sesuai jenis kelamin
6) Mengembangkan kecerdasan
7) Mengembangkan nilai-nilai moral
8) Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan

Intervensi
1) Pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
a) Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak
b) Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang
c) Kaji pemberian vitamin dan imunisasi ulangan (booster)
d) Ajarkan kebersihan diri

2) Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus


a) Kaji kemampuan motorik kasar dan halus anak

6
b) Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar
(kejar-kejaran, papan seluncur, sepeda, sepak bola, tangkap bola
dll)
c) Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik
halus (belajar menggambar, menulis, mewarnai, menyusun
balok dll)
d) Menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk
bermain di rumah

3) Mengembangkan ketrampilan bahasa


a) Kaji ketrampilan bahasa yang dikuasai anak
b) Berikan kesempatan anak bertanya dan bercerita
c) Sering mengajak komunikasi
d) Ajari anak belajar membaca
e) Belajar bernyanyi

4) Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial


a) Kaji ketrampilan adaptasi psikososial anak
b) Berikan kesempatan anak bermain dengan teman sebaya
c) Berikan dorongan dan kesempatan ikut perlombaan
d) Latih anak berhubungan dengan orang lain yang lebih dewasa

5) Membentuk indentitas dan peran sesuai jenis kelamin


a) Kaji identitas dan peran sesuai jenis kelamin
b) Ajari mengenal bagian-bagian tubuh
c) Ajari mengenal jenis kelamin sendiri dan membedakan dengan
jenis kelamin anak lain
d) Berikan pakaian dan mainan sesuai jenis kelamin

6) Mengembangkan kecerdasan
a) Kaji perkembangan kecerdasan anak
b) Bimbing anak dengan imajinasinya untuk menggali kreatifitas,
bercerita
c) Bimbing anak belajar ketrampilan baru
d) Berikan kesempatan dan bimbing anak membantu melakukan
pekerjaan rumah sederhana
e) Ajari pengenalan benda, warna, huruf, angka

7
f) Latih membaca, menggambar dan berhitung

7) Mengembangkan nilai moral


a) Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan pada anak
b) Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yang
positif
c) Kenalkan anak terhadap nilai-nilai mana yang baik dan tidak
d) Berikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak
e) Latih kedisplinan

8) Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan


pertumbuhan dan perkembangan
a) Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak
b) Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadap anak
c) Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudah dilakukan
keluarga
d) Anjurkan keluarga untuk tetap rutin membawa anaknya ke
fasilitas kesehatan (posyandu, puskesmas dll)
e) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan bergizi
seimbang
f) Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan
normal pada usia pra sekolah

KARAKTERISTIK NORMAL PRILAKU PRA SEKOLAH


a. Anak suka mengkhayal dan kreatif
b. Anak punya inisiatif bermain dengan alat-alat di rumah
c. Anak suka bermain dengan teman sebaya
d. Anak mudah berpisah dengan orang tua
e. Anak mengerti mana yang benar dan yang salah
f. Anak belajar merangkai kata dan kalimat
g. Anak mengenal berbagai warna
h. Anak membantu melakukan pekerjaan rumah sederhana
i. Anak mengenal jenis kelaminnya
j. Belajar ketrampilan baru melalui permainan

Tanda dan Gejala


Subjektif :

8
1. Menyampaikan ide, gagasan, inisiatif yang tinggi, dan fantasi
2. Sering bertanya dan mengungkap keinginan
3. Menyebutkan nama dan jenis kelaminnya
4. Senang, gembira, cemas ringan, marah, percaya diri dan berani

Objektif :
1. Membaca, menyebut nama benda dan fungsinya
2. Berjalan di papan titian, berlari, bermain lompat tali, lompat karung,
mengerjakan pekerjaan rumah dan mengikuti kegiatan agama
3. Menggambar, menulis, dan menggunting pola
4. Mudah bersosialisasi
Tujuan Asuhan Keperawatan
1. Kognitif, anak mampu :
a.Berinisiatif untuk bermain pada alat – alat rumah tangga
b. Menciptakan kreativitas dan senang berkhayal
c. Memahami perbedaan benar dan salah
d. Mengenal beberapa warna
e. Merangkai kata dan kalimat
f. Mengenal jenis kelamin

2.Psikomotor, anak mampu :


a.Mempertahankan kesehatan fisik
b. Melakukan kegiatan fisik sesuai usianya
c. Membantu pekerjaan rumah tangga yang sederhana
d. Melakukan permainan yang diajarkan
e. Mencoba hal baru dan pantang menyerah

3.Afektif, klien :
a. Senang bermain dengan teman sebaya
b. Mampu mengekspresikan rasa senang, sedih, marah secara wajar

Tindakan Keperawatan
Tindakan pada anak pra sekolah
1. Latih anak kebersihan diri
2. Bantu anak mengembangkan keterampilan motoric : bermain dengan melibatkan
aktivitas fisik, ciptakan lingkungan yang aman bagi anak, beri kesempatan
sukses

9
3. Latih untuk mengembangkan keterampilan bahasa : Ajak anak berkomunikasi
dengan sopan santun, beri contoh yang benar
4. Latih anak mengembangkan keterampilan psikososial : motivasi anak untuk
bermain dengan teman sebaya dan mengikuti perlombaan
5. Latih anak memahami identitas dan peran sesuai jenis kelamin : Ajari anak
mengenal perbedaan jenis kelamin
6. Bantu anak mengembangkan kecerdasan : Bantu anak menggali kreativitasnya,
bimbing anak mengembangkan keterampilan baru, latih anak mengenal huruf,
angka, warna dan benda, serta latih anak membaca, menggambar dan berhitung
7. Bantu anak mengenal dan memahami nilai moral : Terapkan nilai agama dan
budaya positif pada anak, latih kedisiplinan pada anak
8. Beri pujian pada pencapaian anak terhadap tugas rumah / tugas sekolah
9. Ajak anak berdiskusi tentang pengalaman yang menyenangkan, rencana /
gagasan / ide
10. Latih disiplin : Waktu belajar, waktu bermain dll

Tindakan pada keluarga


Tindakan keperawatan ners : Keluarga diberikan kepada orang tua dan pengasuh ( care
giver ) dari anak pra sekolah, kegiatannya yaitu :
1.Jelaskan perkembangan yang harus dicapai anak pra sekolah
2. Latih cara memfasilitasi inisiatif anak pra sekolah, hindarkan menyalahkan tetapi
lebih kepada membimbing
3. Sediakan permainan dan kegiatan yang mendorong inisiatif
4. Ajarkan cara mendorong inisiatif : bertanya ide / gagasan / keinginan anak : fasilitasi
dan damping serta beri pujian
5. Menyepakati waktu penggunaan smartphone dan media social
6. Diskusikan tanda penyimpangan dan cara mengatasinya serta pelayanan kesehatan

Tindakan pada kelompok


1. Tindakan keperawatan ners : Edukasi kelompok anak dan ibu / orang tua /
pengasuh di seekolah / masyarakat
2. Tindakan keperawatan spesialis : Terapi kelompok terapeutik anak pra sekolah
a.Sesi 1 : Stimulasi perkembangan aspek motoric
b. Sesi 2 : Stimulasi perkembangan aspek kognitif dan bahasa
c. Sesi 3 : Stimulasi perkembangan aspek emosional dan kepribadian
d. Sesi 4 : Stimulasi perkembangan aspek moral dan spiritual
e. Sesi 5 : Stimulasi perkembangan aspek psikososial
f. Sesi 6 : Monitoring dan evaluasi pengalaman dan manfaat latihan

10
Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik anak pra sekolah yang dilakukan oleh
Damayanti, Keliat Hastono, dan Daulima ( 2010 ) menunjukkan bahwa terapi
kelompok terapeutik anak pra sekolah mampu meningkatkan kemampuan kognitif
dan psikomotor ibu serta perkembangan inisitif anak pra sekolah ; Setyaningsih dan
keliat ( 2012 ) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik anak pra sekolah
mampu meningkatkan kemampuan ibu dalam menstimulasi perkembangan anak pra
sekolah dan peningkatan kemampuan inisiatif anak pra sekolah : Ricky, Keliat dan
Gayatri ( 2013 ) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik anak pra sekolah
mampu meningkatkan secara bermakna pencapaian aspek perkembangan dan
perkembangan inisiatif pada anak pra sekolah : Reknoningsih, Mustikasari, dan
Wardani ( 2014 ) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik anak pra sekolah
mampu meningkatkan perkembangan inisiatif anak pra sekolah dan kemampuan ibu
dalam melakukan stimulasi perkembangan serta Khoirunnisa, Daulima, dan
Mustikasari ( 2017 ) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik anak pra
sekolah mampu meningkatkan perkembangan inisiatif anak pra sekolah dan
kemampuan ibu, serta kemampuan kader kesehatan stimulasi perkembangan anak
pra sekolah

11
BAB III
PENUTUP

Masa anak usia dini atau masa kanak-kanak merupakan masa yang menuntut
perhatian ekstra kerena masa itu merupakan masa yang cepat dan mudah dilihat serta
diukur. Jika terjadi hambatan perkembangan maka akan mudah untuk dilakukan
intervensi sehingga tercapai kedewasaan yang sempurna. Masa Anak Usia Dini atau
masa kakak - kanak sering disebut dengan istilah The Golden Age, yakni masa
keemasan, dimana segala kelebihan atau keistimewaan yang dimilki pada masa ini tidak
akan dapat terulang untuk kedua kalinya. Itulah sebabnya masa ini sering disebut
sebagai masa penentu bagi kehidupan selanjutnya. Pada kondisi the golden age ini juga
merupakan suatu peluang emas untuk intervensi yang dapat memacu dalam
perkembangan kehidupan anak.. Apabila masa itu dilepas begitu saja dari pengawasan
orang tua atau para pendidik, maka biasanya akan merugikan anak dalam pertumbuhan
selanjutnya.
Untuk memastikan setiap perkembangan anak dari bayi, Toddler hingga Pra
sekolah berjalan secara normal, diperlukan keterlibatan semua pihak, baik pengasuh
maupun orang tua. Bagi keluarga Hendaknya keluarga selalu memantau dan mengontrol
perkembangan Anak dari Bayi khususnya perkembangan psikososial karena pola
perkembangan psikososial sangatlah berpengaruh terhadap pola perkembangan anak
selanjutnya dalam melakukan orientasi dan komunikasi terhadap orang lain dan dunia
luar, dan untuk perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti secara teoritis
mengenai perkembangan psikososial bayi, Toddler dan anak Pra sekolah karena ini
sangat penting dan berpengaruh terhadap bagaimana cara perawat dalam melakukan
komunikasi pada saat akan melakukan tindakan keperawatan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aprilistyawati. 2013. Keperawatan Psikiatri Dan Kesehatan Jiwa. Penerbit Imperium:


Yogyakarta

Askep_Jiwa,_Toddler,_Pra_Sekolah,_Usia_Sekolah_dalam_https://www.scribd.com/
document_downloads/direct/410089756?
extension=docx&ft=1623504432&lt=1623508042&user_id=370634616&uahk=P
ChMdrSZEEx5ml-nTBqf6IBKUKI (Diakses Tanggal 12 Juni 2021)

Askep_Sehat_Jiwa_Bayi_dalam_https://www.scribd.com/document_downloads/
direct/379967270?
extension=docx&ft=1623504126&lt=1623507736&user_id=370634616&uahk=S
UeaKAuWjXRENGUpAe0DQDl0dgA (Diakses Tanggal 12 Juni 2021)

Dariyo, A. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung : PT


Refika Aditama

Golden Age : Masa Efektif Merancang Kualitas Anak dalam https://www.jurnal.ar-


raniry.ac.id/index.php/bunayya/article/viewFile/1322/982 (Diakses Tanggal
13 Juni 2021)

Mansur, H. 2014. Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan Edisi 2. Jakarta : Salemba
Medika

Keliat, B. A. 2006. Modul IC-CMHN. Jakarta : Fakultas Ilmu Keperawatan


Universitas Indonesia

Purwanto, Teguh. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Rudolp, M Abraham. Buku Ajar Pediatri Udolp Volume 1. EGC

Slavin, Robert E. 2011. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa Media.

13

Anda mungkin juga menyukai