Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Disusun oleh:
Nama: Novita Damayanti
NIM: 21210005

Dosen Pengampu: Renti Aprisyah, M.Pd.

JURUSUSAN PG PAUD
FAKULTAS SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA
PARUNG
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian 6
BAB 2 PEMBAHASAN 7
2.1 Pengertian Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini 7
2.2 Sejarah Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini 9
2.3 Ruang Lingkup Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini 12
2.4 Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini 13
2.5 Tugas-tugas Perkembangan Masa Bayi dan Kanak-kanak 14
2.6 Permasalahan yang Terjadi Pada Perkembangan Anak Usia Dini 17
2.7 Perkembangan Anak Menurut Al-Quran dan Hadits 20
2.8 Manfaat Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini 23
BAB 3 PENUTUP 25
3.1 Kesimpulan 25
DAFTAR PUSTAKA 26

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak pakar memberikan definisi tentang psikologi. Secara bahasa psikologi
berasal bahasa Yunani yaitu dari dua kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa
dan logos berarti ilmu, dengan demikian psikologi adalah ilmu jiwa atau disebut
juga ilmu yang mempelajaritentang jiwa manusia.
Sebagian psikolog menyatakan jiwa dapat dipelajari melalui tingkah laku
yang muncul sebagai ekspresi jiwa dari seseorang. Pendapat ini didukung oleh
para tokoh aliran psikologi behavioristik. Tetapi kelompok lain menyatakan jiwa
dapat dipelajari dari hakikat dan esensinya sebagai pendorong seseorang untuk
berperilaku, sehingga perilaku yang sama mungkin didasari oleh dorongan yang
berbeda. Pendapat ini didukung oleh para tokoh psikologi kognitif dan
humanistik.
Anak-anak usia dini berada pada masa keemasan (golden age). Masa ini
disebut masa keemasan sebab pada usia ini terjadi perkembangan yang sangat
menakjubkan dan terbaik sepanjang hidup manusia. Perkembangan yang
menakjubkan tersebut mencakup perkembangan fisik dan psikhis.
Ada yang menyebut bahwa masa golden age anak adalah dari usia 0 – 5 th
namun ada pula yang menyatakan bahwa masa emas pertumbuhan anak adalah
dari usia 0-8 tahun. Usia dini adalah waktunya seorang anak mengalami
perkembangan secara kognitif, fisik, sosial dan emosional. Menyaksikan seorang
anak mengalami perkembangan motorik, kognitif, emosi, bahasa dan sosial adalah
suatu hal yang menakjubkan bagi orangtua atau pengasuhnya.
Pendidikan bagi anak usia dini adalah suatu pendidikan yang sengaja
dilakukan bagi anak yang berada di usia 0 – 8 tahun. Pendidikan ini dapat
dilakukan dalam jalur pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah, dan
bentuk pendidikan pun dapat dilakukan di Taman Kanak-kanak, Play Group,
Tempat Penitipan Anak, atau di TKA/TPA dan RA. Artinya, bentuk pendidikan
seperti apapun yang diikuti anak usia dini pada intinya adalah sama, untuk

4
membantu meningkatkan derajat dan kualitas anak didiknya, dan membantu
proses perkembangan anak seoptimal mungkin.
Menyaksikan seorang anak mengalami perkembangan yang pesat seringkali
membuat para orang tua takjub dan kewalahan, bahkan tidak bisa mengikuti
secara detil perkembangan si anak. Studi tentang perkembangan manusia adalah
sebuah materi yang kaya dan bervariasi.
Walaupun semua orang memiliki pengalaman sendiri mengenai
perkembangannya, namun terkadang sulit untuk benar – benar memahami
bagaimana tepatnya manusia tumbuh, berubah dan belajar. Membicarakan
psikologi anak usia dini, juga tidak dapat dilepaskan dari kajian tentang kognitif,
afektif dan psikomotorik yang diperlukan dalam psikologi pendidikan yang perlu
diketahui orang tua dan guru.
Untuk itu di dalam makalah ini akan menjelaskan psikologi perkembangan
anak usia dini secara menyeluruh seperti definisi, ruang lingkup, fungsi dan
manfaat. Psikologi perkembangan anak usia dini telah berkembang dari waktu ke
waktu. Oleh sebab itu teori-teori perkembangan anak juga mengalami
perkembangan yang pesat. Berbagai profesi yang membutuhkan pengetahuan
tentang psikologi perkembangan anak usia dini, di antaranya dokter anak dan guru
Pendidikan AnakUsia Dini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud pengertian psikologi perkembangan anak usia dini?
2. Bagaimana sejarah perkembangan psikologi perkembangan anak usia dini?
3. Apa saja ruang lingkup psikologi perkembangan anak usia dini?
4. Apa saja Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini?
5. Apa saja Tugas-tugas Perkembangan Masa Bayi dan Kanak-kanak?
6. Bagiamana Permasalahan yang Terjadi Pada Perkembangan Anak Usia Dini.
7. Bagaimana perkembangan anak menurut Al-Qur’an dan Hadist?
8. Apa saja manfaat mempelajari psikologi perkembangan anak usia dini?

5
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian psikologi perkembangan anak usia dini.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan psikologi perkembangan anak usia
dini.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup psikologi perkembangan anak usia dini.
4. Untuk mengetahui Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini.
5. Untuk mengetahui Tugas-tugas Perkembangan Masa Bayi dan Kanak-kanak?
6. Untuk mengetahui Permasalahan yang Terjadi Pada Perkembangan Anak Usia
Dini.
7. Untuk mengetahui perkembangan anak menurut Al-Qur’an dan Hadist.
8. Untuk mengetahui manfaat mempelajari psikologi perkembangan anak usia
dini.

6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Psikologi Anak Usia Dini
Psikologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang membahas perilaku, tindakan
atau proses mental dan pikiran, diri atau kepribadian yang terkait dengan proses
mental. Hutchinson’s Encyclopedia menyatakan psikologi adalah studi sistematis
tentang perilaku manusia, mencakup peranan instink, budaya, fungsi berpikir,
inteligensi, dan bahasa. Dari beberapa pendapat ahli, penulis berpendapat bahwa
psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji dan meneliti proses mental dan
perilaku seseorang. Proses tersebut diketahui seorang pengkaji atau peneliti
psikologi melalui penelitian yang bersifat kuantitatif atau kualitatif.
Perkembangan dalam bahasa Inggris disebut development. Santrock
mengartikan perkembangan adalah pola perubahan yang dimulai sejak masa
konsepsi dan berlanjut sepanjang kehidupan. Di dalam istilah perkembangan
termasuk istilah perkembangan dan pertumbuhan. Perkembangan berorientasi
proses mental sedangkan pertumbuhan lebih berorientasi pada peningkatan ukuran
dan struktur. Perkembangan berlangsung seumur hidup sedangkan pertumbuhan
mengalami batas waktu tertentu. Perkembangan berkaitan dengan hal-hal yang
bersifat fungsional, sedangkan pertumbuhan bersifat biologis. Misalnya
pertumbuhan tinggi badan dimulai sejak lahir dan berhenti pada usia 18 tahun.
Sedangkan perkembangan fungsional mata misalnya mengalami perubahan
pasang surut mulai lahir sampai mati.
Menurut Hurlock pada dasarnya dua proses perkembangan yaitu
pertumbuhan atau evolusi dan kemunduran atau involusi terjadi secara serentak
dalam kehidupan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan tidak
hanya bermakna kemajuan tetapi juga kemunduran. Perkembangan mencakup hal-
hal yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Di dalam perkembangan anak usia dini
juga terjadi proses perubahan yang bersifat kemajuan dan kemunduran, misalnya
anak-anak tumbuh gigi tetapi pada saat yang sama anak mengalami sakit akibat
pertumbuhan gigi tersebut.

7
Anak-anak usia dini berada pada masa keemasan (golden age). Masa ini
disebut masa keemasan sebab pada usia ini terjadi perkembangan yang sangat
menakjubkan dan terbaik sepanjang hidup manusia. Perkembangan yang
menakjubkan tersebut mencakup perkembangan fisik dan psikhis. Dari segi fisik
anak mengalami perkembangan yang sangat luar biasa, mulai dari pertumbuhan
sel-sel otak dan organ tubuh lainnya sampai perkembangan kemampuan motorik
kasar seperti berjalan, berlari, melompat, memanjat, dan sebagainya.
Usia dini merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat
menentukan perkembangan masa selanjutnya. Erickson mengemukakan  bahwa
“masa kanak-kanak merupakan gambaran manusia sebagai manusia. Perilaku
yang berkelainan pada masa dewasa dapat dideteksi pada masa kanak-kanak”.
Karakteristik Umum atau sifat-sifat Anak Usia Dini, sebagai berikut:
1) Unik, artinya sifat anak itu berbeda satu sama lainnya.
2) Egosentris, artinya anak lebih cenderung melihat dan memahami sesuatu dari
sudut pandang dan kepentingannya sendiri.
3) Aktif dan Energik, artinya anak lazimnya senang melakukan aktivitas.
4) Rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.
5) Eksploratif dan berpetualang, maksudnya terdorong oleh rasa ingin tahu yang
kuat, anak lazimnya menjelajah, mencoba dan mempelajari hal-hal baru.
6) Spontan, artinya perilaku yang ditampilkan anak umumnya relatif asli dan tidak
tertutupi sehingga merefleksikan apa yang ada dalam perasaan dan pikirannya.
7) Senang dan kaya dengan fantasi, artinya anak senang dengan hal-hal yang
imajinatif.
8) Masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu.
9) Daya perhatian yang pendek
10) Bergairah untuk belajar.
11) Semakin menunjukkan minat terhadap teman
Disamping erkembangan fisik lainnya yang tidak kalah pentingya adalah
perkembangan kemampuan motorik halus yang merupakan kemampuan
melakukan koordinasi gerakan tangan dan mata, misalnya menggenggam, meraih,
menulis, dan sebagainya. hal menakjubkan, dari kemampuan berinteraksi dengan

8
orang tua sendiri sampai kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Mulai
kemampuan berpikir sensori-motoris sampai kemampuan berpikir pra operasional
konkrit. Anak-anak pada tahap sensori motoris hanya dapat memahami sesuatu
setelah menggunakan inderanya, tetapi kemudian pemahaman tersebut
berkembang pada tahap pra operasional konkrit menjadi pemahaman terhadap
benda bercampur dengan imajinasi anak. Perkembangan kemampuan kognitif ini
memberikan sumbangan yang besar terhadap kemampuan bahasa, kemampuan
emosional, kemampuan moral, bahkan kemampuan agama. Pada usia dini anak
belajar kata pertama yang diikuti ribuan kata berikutnya. Pada usia dini anak
mulai berinteraksi dengan orang di sekitarnya, mulai dari orang tuanya sampai
masyarakat lingkungannya. Pada usia dini anak mulai dapat membedakan baik
dan buruk, dan pada usia dini pula anak-anak mulai mengenal nama Tuhan dan
agamanya.
Terdapat perbedaan pendapat di antara para ahli tentang batasan usia dini. Di
dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal
1 ayat 14 dinyatakan bahwa anak usia dini adalah anak usia 0-6 tahun. Bredekamp
seorang ahli pendidikan anak usia dini menyatakan anak usia dini adalah anak
usia 0-8 tahun.
Berdasarkan berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi
perkembangan anak usia dini adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji dan
meneliti proses perkembangan mental, perilaku, dan fisik anak antara usia 0-8
tahun.
2.2 Sejarah Perkembangan Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini
Pada zaman dahulu anak dipandang sebagai miniatur orang dewasa, sehingga
diperlakukan sebagai orang dewasa dengan fisik yang lebih kecil. Anak-anak
dipandang dengan sudut pandang filosofis yang berbedabeda. Aliran-aliran
filsafat yang membahas tentang perkembangan anak antara lain aliran empirisme,
aliran nativisme, dan aliran naturalisme.
Para tokoh aliran “Empirisme” atau disebut juga aliran enviromnetalisme
berpendapat bahwa anak dilahirkan tanpa potensi apapun, anak lahir sebagai
“papan kosong” (tabula rasa). Perkembangan individu itu sepenuhnya ditentukan

9
oleh faktor lingkungan/pendidikan, sedangkan faktor dasar/pembawaan tidak
berpengaruh sama sekali. Aliran empririsme ini menjadikan faktor
lingkungan/pembawaan maha kuasa dalam menentukan perkembangan seseorang
individu. Tokoh aliran ini adalah John Locke.
Jhon Locke lahir di Wrington, Inggris pada tanggal 29 Agustus tahun 1632
dan meninggal pada tanggal 28 Oktober 1704 di Essex, Inggris. Dia menggagas
teori berdasarkan tradisi Francis Bacon. John Locke diberi gelar Bapak
Liberalisme Klasik. Sebagian ahli sejarah berpendapat teori liberalism John Lock
direfleksikan pada Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat. Pendapat John
Locke yang selalu dipandang sebagai ide besar empirisme adalah pikiran adalah
tabula rasa (batu tulis yang kosong).
Locke percaya bahwa pengalaman masa anak-anak sangat menentukan
karakteristik seseorang ketika dewasa. Locke menyarankan para orang tua untuk
menghabiskan waktu bersama anak-anak mereka dan membantu anak-anaknya
menjadi anggota masyarakat yang berguna.
Dalam pandangan para filosof yang beraliran “Nativisme” anakanak
membawa dosa asal (original sin view) yang menentukan perkembangan anak.
Anak-anak dipandang lahir ke dunia sebagai makhluk yang jahat. Tujuan dari
merawat anak adalah memberikan penyelamatan dan menghapus dosa dari
kehidupan anak. Tokoh utama aliran ini yang terkenal adalah Schopenhauer
seorang pendeta agama Katolik.
Schopenhauer lahir di kota Danzig, Jerman pada tanggal 22 Pebruari 1788
dan meninggal dunia pada tanggal 21 September 1860. Schopenhauer telah
menulis beberapa buku di antaranya yang paling banyak membahas tentang
nativisme adalah The World as Will and Representation. Schopenhauer menjadi
dosen di Universitas Berlin pada 1820.
Schopenhauer menyakini kepribadian dan intelektual adalah bersifat turunan
(heredity). Menurutnya keberanian dan kebaikan diturunkan dari orang tua,
demikian sikap penakut diwarisi dari orang tua yang penakut. Dia menyebutkan
pendapatnya dengan argumen heditas yang bersifat mekanistis. Schopenhauer
meyakini kecerdasan diwarisi dari ibu dan karakter kepribadian diwarisi dari ayah.

10
Pada awal abad ke-18 muncul teori naturalisme memandang anak membawa
kebaikan alami (innate goodness view). Potensi baik ini berkembang dengan cara-
melihat, berpikir, dan merasa tentang alam. Alam seperti guru yang mendorong
anak mengembangkan kemampuan berbedabeda di tingkat pertumbuhan yang
berbeda. Teori ini dikemukakan Jean Jecques Rousseau (1712-1778) dalam
bukunya yang berjudul Emile. Belajar dari alam anak-anak mungkin berubah
mungkin tidak, tetapi anak tetap saja sebagai pribadi yang baik, utuh, dan kuat.
Karena anak pada dasarnya baik, maka sebaiknya para orang tua atau guru
mengizinkan anak untuk tumbuh alami dengan cara belajar dari alam, sehingga
orang tua sebaiknya mengurangi batasan-batasan dalam eksplorasi alam pada
anak.
Di akhir abad ke-18 metode penelitian dalam mengumpulkan datadata tentang
anak usia dini berkembang dengan pesat dan menjadi salah ilmu pengetahuan
yang berkelas. Pada awal abad ke-19 metode penelitian yang dapat digunakan
untuk mengumpulkan data-data tentang anak usia dini mencakup metode-metode
penelitian kualitatif dan kuantitaif. Penelitian-penelitian yang bersifat kuantitatif
antara lain metode penelitian eksprimen, ex post facto, survey, dan korelasi dapat
digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan psikologis
anak usia dini.
Pengukuran kecerdasan anak dengan menggunakan metode tes telah digagas
Alfred Binet. G. Stanley Hall menggunakan angket dalam sebuah penelitian yang
melibatkan 400 anak di sekolah-sekolah Boston untuk mendapatkan informasi
tentang hal-hal yang diketahui anak tentang diri mereka sendiri. Piaget juga telah
melakukan pengamatan terhadap perkembangan kognitif anak.
Berbagai penelitian tentang perkembangan anak telah menggunakan berbagai
metode penelitian untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan
perkembangan anak. Sebagaimana persyaratan dalam pengembangan sebuah
disiplin, penelitian-penelitian tentang perkembangan anak harus terus menerus
dilakukan.
2.3 Ruang Lingkup Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini

11
Perkembangan anak usia dini mencakup berbagai aspek. Secara umum
perkembangan anak usia dini mencakup perkembangan fisik, sosial, emosi, dan
kognitif. Namun beberapa ahli mengembangkan menjadi aspek-aspek
perkembangan yang lebih terinci.
Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146 tahun
2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini pada pasal 5
dinyatakan bahwa aspek-aspek pengembangan dalam kurikulum PAUD
mencakup: nilai agama, nilai moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-
emosional, dan seni.
Santrock menyatakan perkembangan anak usia dini mencakup aspek
perkembangan fisik, kognitif, sosial-emosional, konteks sosial, moral, bahasa,
identitas diri, dan gender. Kail dan Reese menjelaskan bahwa ruang lingkup
perkembangan anak usia dini mencakup perkembangan kemandirian, moral,
sosial, bahasa, fisik, dan kognitif.
Bukatko dan Daehler menyatakan perkembangan anak usia dini mencakup
perkembangan otak, keterampilan motorik, fisik, persepsi, bahasa, kognitif,
inteligensi, emosi, konsep diri, nilai-nilai, dan gender. Johnston dan Halocha
menyatakan perkembangan anak usia dini mencakup perkembangan sosial,
emosional, fisik, spasial, kognitif, dan bahasa. Berk menyatakan ruang lingkup
perkembangan anak mencakup perkembangan fisik, kognitif, kecerdasan, bahasa,
emosi, sosial, dan moral. Gestwicki menyatakan perkembangan menjadi basis
pembelajaran anak usia dini adalah perkembangan fisik, sosial-emosional,
kognitif, bahasa, dan literasi. Feeney dkk menyatakan perkembangan anak usia
dini mencakup perkembangan kognitif, fisik, sosial, dan emosional.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak
usia dini mencakup delapan aspek yaitu: perkembangan fisik, perkembangan
kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan sosial, perkembangan moral,
perkembangan emosional, perkembangan kepribadian, dan perkembangan agama.
2.4 Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini
Perkembangan berkenaan dengan keseluruhan kepribadian individu anak,
karena kepribadian individu membentuk satu kesatuan yang terintegrasi. Secara

12
umum dapat dibedakan beberapa aspek utama kepribadian individu anak, yaitu
aspek intelektual, fisik-motorik, sosio-emosional, bahasa, moral dan keagamaan.
Perkembangan dari tiap aspek kepribadian tidak selalu bersama-sama atau
sejajar, perkembangan sesuatu aspek mungkin mendahului atau mungkin juga
mengikuti aspek lainnya. Pada awal kehidupan anak, yaitu pada saat dalam
kandungan dan tahun-tahun pertama, perkembangan aspek fisik dan motorik
sangat menonjol. Selama sembilan bulan dalam kandungan, ukuran fisik bayi
berkembang dari seperduaratus milimeter menjadi 50 sentimeter panjangnya.
Selama dua tahun pertama, bayi yang tidak berdaya pada awal kelahirannya, telah
menjadi anak kecil yang dapat duduk, merangkak, berdiri, bahkan pandai berjalan
dan berlari, bisa memegang dan mempermainkan berbagai benda atau alat.
Aspek intelektual perkembangannya diawali dengan perkembangan
kemampuan mengamati, melihat hubungan dan memecahkan masalah sederhana.
Kemudian berkembang ke arah pemahaman dan pemecahan masalah yang lebih
rumit. Aspek ini berkembang pesat pada masa anak mulai masuk sekolah dasar
(usia 6-7 tahun). Berkembang konstan selama masa belajar dan mencapai
puncaknya pda masa sekolah menengah atas (usia 16-17 tahun).
Perkembangan aspek sosial diawali pada masa kanak-kanak (usia 3-5 tahun).
Anak senang bermain bersama teman sebayanya. Hubungan persebayaan ini
berjalan terus dan agak pesat terjadi pada masa sekolah (usia 11-12 tahun) dan
sangat pesat pada masa remaja (16-18 tahun). Perkembangan sosial pada masa
kanak-kanak berlangsung melalui hubungan antar teman dalam berbagai bentuk
permainan.
Aspek bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi dan suara,
berlanjut dengan meraban. Pada awal masa sekolah dasar berkembang
kemampuan berbahasa sosial yaitu bahasa untuk memahami perintah, ajakan serta
hubungan anak dengan teman-temannya atau orang dewasa. Pada akhir masa
sekolah dasar berkembang bahasa pengetahuan. Perkembangan ini sangat
berhubungan erat dengan perkembangan kemampuan intelektual dan sosial.
Bahasa merupakan alat untuk berpikir dan berpikir merupakan suatu proses
melihat dan memahami hubungan antar hal. Bahasa juga merupakan suatu alat

13
untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan komunikasi berlangsung dalam suatu
interaksi sosial. Dengan demikian perkembangan kemampuan berbahasa juga
berhubungan erat dan saling menunjang dengan perkembangan kemampuan
sosial. Perkembangan bahasa yang berjalan pesat pada awal masa sekolah dasar
mencapai kesempurnaan pada akhir masa remaja.
Perkembangan aspek afektif atau perasaan berjalan konstan, kecuali pada
masa remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun). Pada masa
remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi
rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya. Pada
masa remaja tengah, rasa senang datang silih berganti dengan rasa duka,
kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa akrab bertukar dengan
kerenggangan dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir yaitu
pada usia 18-21 tahun.
Aspek moral dan keagamaan juga sudah berkembang sejak anak masih kecil.
Peranan lingkungan terutama lingkungan keluarga sangat dominan bagi
perkembangan aspek ini. Pada mulanya anak melakukan perbuatan bermoral atau
keagamaan karena meniru, baru kemudian menjadi perbuatan atas prakarsa
sendiri. Perbuatan prakarsa sendiripun pada mulanya dilakukan karena adanya
kontrol atau pengawasan dari luar, kemudian berkembang karena kontro dari
dalam atau dari dirinya sendiri. Tingkatan tertinggi dalam perkembangan moral
adalah melakukan sesuatu perbuatan bermoral karena panggilan hati nurani, tanpa
perintah, tanpa harapan akan sesuatu imbalan atau pujian. Secara potensial
tingkatan moral ini dapat dicapai oleh individu pada akhir masa remaja, tetapi
faktor-faktor dalam diri dan lingkungan individu anak sangat berpengaruh
terhadap pencapaiannya.
2.5 Tugas-tugas Perkembangan Masa Bayi dan Kanak-kanak
Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul dalam suatu
periode tertentu dalam kehidupan individu. Tugas tersebut harus dikuasai dan
diselesaikan oleh individu, sebab tugas perkembangan ini akan sangat
mempengaruhi pencapaian perkembangan pada masa perkembangan berikutnya.
Jika seorang individu gagal menyelesaikan tugas perkembangan pada satu fase

14
tertentu, maka ia akan mengalami kegagalan dalam pencapaian tugas
perkembangan masa masa berikutnya. Akibatnya individu akan mengalami
kesulitan dalam menghadapi kehidupan pada masa-masa selanjutnya.
Pada setiap masa perkembangan individu, ada berbagai tugas perkembangan
yang harus dikuasainya, namun dalam makalah ini hanya akan disampaikan tugas
perkembangan untuk masa bayi dan masa kanak-kanak.
Pada beberapa bulan pertama dari kelahirannya, aspek yang memegang
peranan penting dari bayi adalah sekitar mulutnya. Mulut bukan hanya alat untuk
makan dan minum, tetapi juga alat komunikasi dengan dunia luar. Bayi
mendapatkan beberapa pengalaman dan rasa senang melalui sentuhan-sentuhan
dengan mulutnya. Baru selanjutnya dengan mata, telinga dan tangan yang
berperan sebagai alat penghubung dengan dunia luar. Dengan berpusat pada
mulut, dibantu dan dilengkapi dengan alat-alat indera dan anggota badan, bayi
mengadakan hubungan dan belajar tentang dunia sekitar. Melalui interaksi dengan
menggunakan alat tersebut dengan lingkungannya, bayi memperoleh kesan dan
memahami lingkungannya.
Pada tahun kedua, seorang bayi telah mulai belajar berdiri sendiri, di samping
ketergantungannya yang masih sangat besar terhadap orang tuanya. Bayi berusaha
memecahkan beberapa permasalahan yang dihadapinya. Hal ini sangat
berpengaruh besar terhadap berkembangan kepribadiannya. Pada tahun berikutnya
anak mulai dapat mengontrol cara-cara buang air, dan ia juga mulai mengadakan
eksplorasi terhadap lingkungannya.
Pada tahun keempat dan kelima, anak sudah mencapai kesempurnaan dalam
melakukan gerakan seperti berjalan, berlari, meloncat dan sebagainya.
Gerakangerakan ini sangat berperan sekali dalam perkembangan selanjutnya. Pada
akhir masa kanak-kanak, anak bukan sja mencapai kesempurnaan dalam gerakan-
gerak fisik, tetapi juga telah menguasai sejumlah kemampuan intelektual, sosial
bahkan moral. Beberapa tugas perkembangan yang muncul dan harus dikuasai
oleh anak pada masa ini adalah :

15
1. Belajar berjalan. Pada usia sekitar satu tahun, tulang dan otot-otot bayi telah
cukup kuat untuk melakukan gerakan berjalan. Berjalan merupakan puncak dari
perkembangan gerak pada masa bayi.
2. Belajar mengambil makanan. Makanan merupakan kebutuhan biologis utama
pada manusia. Dengan diawali oleh kemampuan mengambil dan memakan sendiri
makanan yang dibutuhkannya, bayi telah memulai usaha memenuhi sendiri
kebutuhan hidupnya.
3. Belajar berbicara. Bicara merupakan alat berpikir dan berkomunikasi dengan
orang lain. Melalui tugas ini anak mempelajari bunyi-bunyi yang emngandung arti
dan berusaha mengkomunikasikannya dengan orang-orang di sekitarnya. Melalui
penguasaan akan tugas ini anak akan berkembang pula kecakapan sosial dan
intelektualnya.
4. Belajar mengontrol cara-cara buang air. Pengontrolan cara buang air bukan
hanya berfungsi menjaga kebersihan, tetapi juga menjadi indikator utama
kemampuan berdiri sendiri, pengendalian diri dan sopan santun. Anak yang sudah
menguasai cara-cara buang air dengan baik, termasuk tempat dan pemeliharaan
kebersihannya, pada tahap selanjutnya akan mampu mengendalikan diri dan
bersopan santun.
5. Belajar mengetahui jenis kelamin. Dalam masyarakat akan selalu ditemui
individu dengan jenis kelamin pria atau wanita, walaupun ada juga yang
berkelainan. Anak harus mengenal jenis-jenis kelamin ini baik ciri-ciri
biologisnya maupun sosial kulturalnya serta peranan-peranannya. Pengenalan
tentang jenis kelamin sangat penting bagi pembentukan peranan dirinya serta
penentuan bentuk perlakuan dan interaksi baik dengan jenis kelamin yang sama
maupun berbeda dengan dirinya.
6. Menguasai stabilitas jasmaniah. Pada masa bayi, kondisi fisiknya sangat labil
dan peka, mudah sekali berubah dan kena pengaruh dari luar. Pada akhir masa
kanak-kanak, ia harus memiliki jasmani yang stabil, kuat, sehat, seimbang agar
mampu melakukan tuntutan-tuntutan perkembangan selanjutnya.
7. Memiliki konsep sosial dan fisik walaupun masih sederhana. Anak hidup dalam
lingungan fisik dan sosial tertentu. Agar dapat hidup secara wajar dan

16
menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya, anak dituntut
memiliki konsep-konsep sosial dan fisi yang sesuai dengan kemampuannya. Anak
harus sudah mengetahui apa itu binatang, manusia, rumah, baik, jahat dan lain-
lain.
8. Belajar hubungan sosial yang baik dengan orang tua, serta orang-orang dekat
lainnya, karena akan selalu berhubungan dengan orng lain, baik dalam
keluarganya maupun di lingkungannya, maka ia dituntut untuk dapat membina
hubungan baik dengan orang-orang tersebut. Anak dituntut dapat menggunakan
bahasa yang tepat dan baik, bersopan santun. 9. Belajar membedakan mana yang
baik dan tidak baik serta pengembangan hati nurani. Pergaulan hidup selalu beriisi
dan berlandaskan moral. Sesuai dengan kemampuannya anak dituntut telah
mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana yang tidak baik. Lebih jauh ia
dituntut untuk melakukan perbuatan yang baik dan menghindarkan perbuatan
yang tidak baik. Diharapkan kebaikankebaikan ini menjadi bagian dari hati
nuraninya.
2.6 Permasalahan yang Terjadi Pada Perkembangan Anak Usia Dini
a. Permasalahan Perkembangan Fisik Anak Usia Dini
Penyebab Anak Cacat Fisik
- Peristiwa kelahiran
Di negara sedang berkembang, penyebab cacat mental yang utama adalah
kerusakan pada otak saat kelahiran. Kehamilan yang tidak di control, bimbingan
persalinan yang tidak tepat, bantuan persalinan salah, fasilitas persalinan yang
kurang memadai banyak mengakibatkan kerusakan pada otak anak.
- Infeksi
Anak menderita infeksi yang merusak otak seperti meningitis, encephalitistu
berkulosis, dan lain-lain. Sekitar 30%-50% dari mereka yang mengalami
kerusakan otak akibat penyakit-penyakit tersebut menderita deficit neorologikdan
cacat mental
- Malnutrisi berat

17
Kekurangan makanan bergizi semasa bayi dapat mengganggu partumbuhan
dan fungsi susunan syaraf pusat. Malnutrisi ini kebanyakan terjadi pada kelompok
ekonomi lemah.
-Kekurangan yodium
Kekurangan yodium dapat mempengaruhi perkembangan mental anak,
termasuk salah satu penyebab cacat mental. Untuk mengenal anak cacat mental
secara dini, beberapa gejala ini dapat dijadikan indicator.
b. Permasalahan Perkembangan Intelektual dan Emosi Anak Usia Dini
Usia dini merupakan masa yang paling baik untuk meletakan dasar yang
kokoh bagi perkembangan mental - emosional dan potensi otak anak yang akan
mempengaruhi kejiwaan anak. Teori dan penelitian Daniel Goleman tentang
kecerdasan emosi (Emotional Intelligence/ EQ), mengingatkan bahwa
keberhasilan hidup manusia tidak semata-mata ditentukan oleh kecerdasan
intelektual (IQ) seperti yang dipahami sebelumnya, tetapi justru ditentukan
oleh emotional intelligence. Kecerdasan emosi ini sangat terkait dengan belahan
otak kanan.
Hasil penelitiannya menunjukan bahwa:
Keberhasilan seseorang di masyarakat sebagian besar (80%) ditentukan oleh
kecerdasan emosi (EQ).Sehingga anak yang kurang dalam pemenuhan kebutuhan
perkembangan emosi senantiasa akan mengalami gangguan emosi dan perilaku
seperti, agresif secara verbal dan/atau fisik yang bisa membahayakan dirinya atau
orang lain, menarik diri atau tidak percaya diri, pencemas dan juga bisa hiperaktif,
yang mengakibatkan kurang perhatian dalam kegiatan disekolah secara optimal
dan selalu menunjukan skala rendah dalam pencapaian program pembelajaran
yang telah ditargetkan
Perkembangan emosi yang dibutuhkan anak usia dini meliputi segala bentuk
hubungan yang erat, hangat dan menimbulkan rasa aman serta percaya diri
sebagai dasar dari perkembangan selanjutnya, yang ini mutlak perlu diperhatikan
oleh orang tua ataupun guru sejak dini
Apabila masalah perkembangan emosi pada anak kurang diperhatikan atau
tidak dipenuhi dan tidak segera ditangani maka akan berakibat vital terhadap

18
pertumbuhan dan perkembangan anak, baik tingkat kecerdasan (IQ), kecerdasan
emosional (EQ), serta kecerdasan spiritual (SQ).
c. Permasalahan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena bahasa
merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
bahasa, seorang dapat menyampaikan ide, pikiran, perasaan kepada orang lain,
baik secara lisan atau secra tertulis.
Tidak menutup kemungkinan akan ditemukan anak usia dini yang mengalami
kesulitan  dalam berbahasa, tidak mampu memahami bahasa lisan, tidak mampu
mengutarakan isi hati dengan kaimat, berbicara tidak jelas, gagap, dsbnya.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa bahasa merupakan alat yang penting
untuk berkomunikasi bagi setiap orang. Seorang anak akan mengembangkan
kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain.
Penguasaan  keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan
penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa  seseorang tidak akan dapat
berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya 
menggunakan bahasa, sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan
oleh anak. 
Apabila tingkat perkembangan bicara berada dibawah tingkat kualitas
perkembangan bicara anak yang umumnya sama yang dapat diketahui dari
ketepatan penggunaan di dalam kosa kata (bahasa) anak tersebut pada saat
bersama teman sebayanya bercakap-cakap/berbicara menggunakan kata-kata terus
dianggap muda diajak bermain dengan kata-kata. Keterlambatan berbicara tidak
hanya mempengaruhi penyesuaian akademis dan pribadi anak pengaruh yang
paling serius adalah terhadap kemampuan membaca pada awal anak masuk
sekolah.
Salah satu penyebab tidak diragukan lagi paling umum dan paling serius
adalah ketidakmampuan mendorong/memotivasi anak berbicara, bahkan pada saat
anak mulai berceloteh. Apabila anak tidak diberikan rangsangan (stimulasi)
didorong untuk berceloteh, hal ini akan menghambat penggunaan didalam
berbahasa/kosa kata yang baik dan benar.

19
Kekurangan dorongan tersebut merupakan penyebab serius keterlambatan
berbicara anak terlihat dari fakta bahwa apabila orang tua tidak hanya berbicara
kepada anak mereka tetapi juga menggunakan kosa kata yang lebih luas dan
bervariasi, adapun kemampuan anak didalam berbicara yang berkembang sangat
pesat dan cepat yaitu contohnya : anak-anak dari golongan yang lebih atau
menengah yang orang tuanya ingin sekali menyuruh mereka (anak) belajar
berbicara lebih awal (cepat) dan lebih baik.
Sangat kurang kemungkinannya mengalami keterlambatan berbicara pada
anak. Sedangkan anak yang berasal dari golongan yang lebih rendah yang orang
tuanya tidak mampu memberikan dorongan tersebut bagi mereka, apakah
kekurangan waktu/karena mereka tidak menyadari betapa pentingnya suatu
perkembangan bicara pada anak didik tersebut.

2.7 Perkembangan Anak Menurut Al-Qur’an dan Hadist.


Al Qur’an dan hadits sebagai sumber utama pengetahuan Islam telah
memberikan batas-batas perkembangan sekalipun tidak secara tegas dan eksplisit.
Hal ini karena adanya variasi dan diferensiasi individual serta kekuasaan Tuhan
yang sering ditampakkan dalam beberapa individu dengan kelainan-kelainannya.
Di samping sifat Al Qur’an sendiri yang universal sehingga dapat berjalan
sepanjang masa dan berlaku untuk seluruh tempat.
Berdasarkan pengertian dan sifat perkembangan di atas, serta beberapa
landasan yang ditemukan dalam Al Qur’an dan Hadits, fase perkembangan anak
dalam perspektif Islam dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Fase Thufulah Awal/Kanak-kanak awal (0-7 tahun)
Fase ini terdiri dari: Fase as shobiy (fase menyusui dari usia 0-2 tahun), fase
thufulah (fase awal atau kanak-kanak awal yakni usia 2-7 tahun), fase thufulah
(yakni fase akhir kanak-kanak, yakni 7-14 tahun). Fase ini merupakan momentum
yang sangat penting, lantaran janin telah memasuki fase barunya di dunia yang
asing baginya. Pengaruh eksternal mulai bersinggungan dengannya, berupa
nutrisi, interaksi orang, dan jenis pendekatan pada sang bayi.

20
Dalam tafsir Maraghi, diterangkan bahwa hikmah menyusui ialah agar
kepentingan bayi benar-benar diperhatikan. Air susu adalah makanan utama bagi
bayi pada umur seperti ini. Dan ia sangat memerlukan perawatan yang seksama
dan tidak mungkin dilakukan oleh orang lain kecuali ibunya sendiri.
b. Fase pra Tamyiz/kanak-kanak (2-7 tahun)
Fase ini diambil dari rentangan usia yang disebutkan Nabi, bahwa ajarilah
anakmu untuk menjalankan sholat pada usia 7 tahun. Juga sabda beliau yang
menyatakan bahwa usia tujuh tahun pertama seorang anak adalah layaknya raja.
Sedang Al Qur’an memberi batas dua tahun untuk masa menyusui. Jadi dari
hadits Nabi dapat dipahami bahwa masa pra Tamyiz itu sampai 7 tahun, kemudian
dibatasi oleh ayat Al Qur’an 2 tahun tentang perintah menyusui, maka untuk
sampai 7 tahun ada masa antara, yakni 2-7 tahun, itulah yang disebut dengan masa
kanak-kanak.
Sekitar usia 4-5 tahun, anak dapat menguasai bahasa ibu serta memiliki sifat
egosentris, usia 5 tahun baru tumbuh rasa sosialnya dan usia 7 tahun anak mulai
tumbuh dorongan belajar. Dalam membentuk diri anak pada usia ini, Rasulullah
menganjurkan dengan cara belajar sambil bermain karena dinilai sejalan dengan
tingkat perkembangan usia ini.
Oleh karena itu, fase ini biasa juga disebut dengan tahun pra sekolah. Di
mana anak mulai belajar mandiri dan menjaga diri mereka sendiri,
mengembangkan keterampilan kesiapan bersekolah (mengikuti perintah,
mengidentifikasi huruf). Pada fase ini anak-anak gemar sekali melakukan
penjelajahan terhadap lingkungannya.
c. Fase Thufulah Akhir/kanak-kanak akhir (7-14 tahun)
Fase ini lazim disebut sebagai masa sekolah. Anak sudah mempunyai
kemampuan untuk belajar menulis, membaca dan berhitung. Jean Piaget
menyebut masa ini dengan fase operasi konkret (7-11) dan operasi formal (11-15).
Pada zaman khalifah Abbasiyah, negara membatasi usia wajib belajar bagi anak-
anak, minimal tujuh tahun. Karena pelajaran membaca dan menulis pada anak
kurang dari usia tersebut dianggap dapat melemahkan asmani dan akal mereka. Di

21
sini artinya, betapa fase perkembangan anak sangat penting diperhatikan sebagai
acuan didaktis.
Pendidikan anak usia dini merupakan stimulasi pada anak sejak lahir sampai
usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian stimulus pendidikan yang akan
membantu pertumbuhan dan perkembangan anak agar mereka siap untuk
memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam pandangan Islam, segala hal pasti
memiliki dasar hukum baik itu dari dalil naqliyah maupun dalil aqliyah. Begitu
juga halnya dengan pelaksanakan pendidikan pada anak usia dini. Berkaitan
dengan pelaksanaan pendidikan anak usia dini, Allah berfirman :
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur" (QS.An Nahl: 78)
Berdasarkan ayat tersebut di atas, dipahami bahwa anak lahir dalam keadaan
lemah tak berdaya dan tidak memiliki pengetahuan apapun, tetapi Allah
membekali anak yang baru lahir tersebut dengan pendengaran, penglihatan dan
hati nurani (otak). Dengan ini manusia dapat membedakan di antara segala
sesuatu, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak.
Kemampuan dan indera diperoleh seseorang secara bertahap. Semakin
bertambah usia seseorang maka bertambah pula kemampuan pendengaran,
penglihatan, dan akalnya hingga sampailah ia pada usia matang dan dewasanya.
Dengan bekal pendengaran, penglihatan dan hati nurani (akal) itu, anak pada
perkembangan selanjutnya akan memperoleh pengaruh sekaligus berbagai didikan
dari lingkungan sekitarnya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah:
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang
menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani ataupun Majusi”. (HR.
Bukhari, Abu Daud, Ahmad)
Meskipun anak lahir dalam keadaan lemah dan tidak mengetahui apa-apa,
tetapi ia lahir dalam keadaan fitrah. Maka dari itu untuk memelihara dan
mengembangkan fitrah yang ada pada anak, orang tua wajib memberikan didikan
positif kepada anak sejak lahir.

22
Bagi manusia, kepala merupakan pusat penyimpanan informasi alat
indera.Kepala mengatur Indera pendengaran, penglihatan, penciuman dan indera
perasaan.Tatkala azan yang berisi kalimah Takbir dan kalimah Tauhid, meyentuh
pendengaran si bayi, maka kalimah azan tersebut awal keindahan yang sesuai
dengan fitrah dirinya. Pada waktu itu si bayi belum dapat merasakan apa- apa,
hanya kesadarannya dapat merekam nada-nada dan bunyi-bunyi kalimah adzan
yang diperdengarkan kepadanya. Kalimah tersebut dapat mencegah jiwanya dari
kecenderungan kemusyrikan serta dapat memelihara dirinya dari kemusyrikan.
Selain hal-hal yang dilakukan saat anak masih bayi, dalam masa anak usia
dini ada beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua sebagai bentuk praktek atas
apa yang telah diajarkan dan dicontohkan. Salah satu hal yang perlu ditanamkan
pada diri anak sejak dini adalah kesadaran untuk mengerjakan sholat wajib.Sesuai
dengan firman Allah :
“Perintahkan keluargamu untuk mengerjakan sholat dan bersabar atasnya ” (QS.
Thaha:132).
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “ajarkan sholat pada anak-anak
disaat berumur 7 tahun” (HR. At- Tirmidzi). Maka sejak anak masih berusia dini,
orang tua perlu menjadi teladan yang baik seperti membiasakan anak ikut shalat
berjamaah sekeluarga untuk memberi contoh dan memicu timbulnya keinginan
dari anak itu sendiri.
Teladan yang baik merupakan hal terpenting dalam mendidik anak.seperti
yang telah diketahui bahwa seorang anak itu suka meniru tingah laku orang
tuanya, bila orang tua memberikan teladan yang baik kepada anaknya maka anak
tersebutakan menjadi pribadi yang baik, begitu juga sebaliknya. Maka orang tua
perlu memperhatikan dan tidak menganggap enteng masalah ini.

2.8 Manfaat Mempelajari Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini


Sebagaimana dijelaskan di atas, psikologi perkembangan anak usia dini telah
berkembang dari waktu ke waktu. Oleh sebab itu teori-teori perkembangan anak
juga mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai profesi yang membutuhkan

23
pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak usia dini, di antaranya dokter
anak dan guru Pendidikan Anak Usia Dini.
Di dalam pasal 20 Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, seorang
guru berkewajiban:
a. merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,
serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
b. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni;
c. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga,
dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
d. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru,
serta nilai-nilai agama dan etika; dan
e. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuanbangsa. Pengetahuan tentang
psikologi perkembangan anak usia dini dapat membantu guru merencanakan,
melaksanakan, dan menilai hasil pembelajaran sesuai dengan perkembangan anak.
Dalam upaya meningkatkan keprofesionalan guru, khususnya guru PAUD, di
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dinyatakan bahwa seorang
guru PAUD harus memiliki 4 (empat) kompetensi agar dapat menjadi guru
profesional. Keempat kompetensi tersebut mencakup kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Salah
satu indikator dari kompetensi pedagogik pada guru PAUD adalah menguasai
karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan
intelektual.
Dengan mempelajari psikologi perkembangan anak usia dini calon guru
PAUD dapat mendapatkan manfaat antara lain: pertama, memahami dan
menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual sehingga dapat memberikan materi pembelajaran yang

24
sesuai dengan perkembangan anak. Kedua, dapat memilih solusi yang tepat dalam
permasalahan pembelajaran yang dihadapi anak di sekolah. Ketiga, dapat menjadi
tempat bertanya para wali murid jika menghadapi masalah anak di rumah.
Keempat dapat mengembangkan berbagai strategi pembelajaran yang sesuai
dengan perkembangan anak. Kelima, guru dapat melakukan penilaian yang tepat
bagi perkembangan kemajuan belajar anak. Keenam guru dapat menggabungkan
pengasuhan dan pembelajaran.
Di samping manfaat di atas bagi guru-guru PAUD yang ingin melaksanakan
penelitian pengembangan kemampuan anak dapat menentukan indikator
ketercapaian perkembangan yang sesuai dengan teori. Penelitian reflektif tersebut
akan membantu guru mengatasi berbagai masalah pembelajaran yang berkaitan
dengan perbedaan individu anak usia dini.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari materi Anak Usia Dini dalam diatas, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan awal dan primer yang membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani pada anak . Dalam hal ini
peran orang tua juga sangat penting. Pada periode usia dini, anak harus memenuhi
aspek-aspek perkembangan seperti moral, bahasa, kognitif, emosi, social, dan
agama. Setiap anak pasti memiliki perkembangan yang berbeda, karena pola asuh
mereka yang tentunya juga tidak sama. Risalah Hadist Nabi telah
menunjukkanakan vitalnya pendidikan anak usia dini.Dalam pandangan Islam,
anak merupakan amanah bagi orang tuanya. Hatinya yang bersih dan fitrah
merupakan harta yang sangat berharga. Didikan yang baik akan tumbuh dengan
baik pada diri anak. Sebaiknya dalam membina dan mendidik anak harus
memperhatikan tahapan-tahapan seperti membiasakan anak untuk mengerjakan
sholat, memberikan teladan yang baik, menjauhkan mereka dari teman-teman
yang buruk, melindungi mereka dari hal-hal yang merusak akhlak mereka, dan
mengajarkan nilai-nilai kebajikan dalam ajaran Islam.

25
Dalam upaya mendidik dan mengembangkan anak untuk mencapai
perkembangannya seoptimal mungkin, maka para pendidik anak usia dini perlu
memahami siapa anak didiknya dan bagaimana perkembangan anak itu sendiri.
Anak berbeda dengan orang dewasa atau orang tua, anak memiliki karakteristik
dan dunianya sendiri, dan anak memiliki potensi untuk dapat berkembang selama
lingkungannya memberikan pengaruh-pengaruh yang positif bagi upaya
pengembangannya.

DAFTAR PUSTAKA

Mursid. 2009. Kurikulum dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sebuah
Harapan Masyarakat. Aktif Media. Semarang.
Masganti Sit. 2015. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini Jilid 1. Medan:
Perdana Publishing.
Moh Faishol Khusni. Fase Perkembangan Anak dan Pola Pembinaanya Dalam
Perspektif Islam. Martabat: Jurnal Perempuan dan Anak. Pusat Studi Gender dan
Anak (PSGA) IAIN Tulungagung.
Ernawulan Syaodih. Psikologi Perkembangan Anak. Universitas Pendidikan
Indonesia.
Abidatul Chasanah. 2019. Anak Usia Dini Dalam Pandangan Al-Quran, Al-
Hadist Serta Pendapat Ulama. MAFHUM: Jurnal Ilmu al-Qur’an dan Tafsir
Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.
ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN AL-QURAN,
AL-HADIST SERTA PENDAPAT ULAMA
(https://dosenpsikologi.com/psikologi-perkembangan-anak-usia-dini)

26

Anda mungkin juga menyukai