OLEH :
LUSIANTI.N
PO.76.3.04.20.1.082
LUSIANTI.N
PO.76.3.04.20.1.0832
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat dan karunianya sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan studi
kasus di RSUD dr. La Palaloi Maros dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. dr. Sri Syamsinar Rachma, S.Ked selaku Direktur RSUD dr. La. Palaloi
Maros
2. H. Andi Salim, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Mamuju
3. Nurbaya S.Gz, M.Gizi selaku ketua prodi Gizi Poltekkes Kemenkes
Mamuju
4. Andi Syamsul Bahri, S.ST selaku kepala instalasi Gizi RSUD dr. La
Palaloi Maros, yang bersedia menerima kami untuk melakukan PKL di
RSUD dr. La Palaloi Maros
5. Kasma, S.ST selaku pembimbing lahan yang telah meluangkan waktunya
untuk membimbing selama PKL AGK.
6. Muh. Hasyim SKM, M.Kes selaku pembimbing institusi yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing kami.
7. Ny. Ry yang bersedia menjadi pasien dalam pelaksanaan kasus besar
asuhan gizi.
8. Seluruh staf dan pegawai instalasi Gizi RSUD dr. La Palaloi Maros yang
telah memberikan bantuan moral bagi penulis, selama proses kegiatan
PKL.
9. Sahabat seperjuangan angkatan 2020 jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Mamuju yang telah bekerja sama selama PKL di RSUD dr. La palaloi
Maros
10. Teristimewa penulis menhanturkan terimakasih kepada keluarga
khususnya orang tua tercinta atas segala doa dan pengorbanan yang
diberikan baik moral maupun material.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan PKL AGK (Asuhan
Gizi Klinik) ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
tetap mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi
perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi gizi merupakan bagian dari perawatan penyakit dan kondisi klinis
yang harus diperhatikan agar pemberian diet pasien harus sesuai dengan
fungsi organ, kemudian harus dievaluasi. Gizi mempengaruhi penyembuhan
penyakit pada pasien di rumah sakit. Malnutrisi berdampak pada lamanya
perawatan, terjadinya komplikasi penyakit, meningkatnya biaya pengobatan
dan kematian.Kondisi tersebut disebabkan karena ketidakseimbangan
antara asupan dan kebutuhan zat gizi.
Tuberculosis paru adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis) yang
sebagian besar kuman Tuberkulosis menyerang paru-paru namun dapat
juga menyerang organ tubuh lainnya. Kuman tersebut berbentuk batang
yang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan.
Oleh karena itu, disebut juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA) dan cepat
mati jika terpapar sinar matahari langsung namun dapat bertahan hidup
beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab (Muttaqin, 2012).
Hepatitis adalah peradangan pada organ hati yang disebabkan
infeksi bakteri, virus, proses autoimun, obat-obatan, perlemakan, alkohol dan
zat berbahaya lainnya. Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus Hepatitis B yang merusak hati dengan masa inkubasi 14-160 hari.
Penyebaran penyakit melalui darah dan produknya, suntikan yang tidak
aman, transfusi darah, proses persalinan, melalui hubungan seksual.
(Kemenkes RI, 2016)
Sirosis merupakan tahap akhir yang dicapai oleh berbagai penyakit
hatikronis setelah bertahun tahun atau beberapa dekade dengan
perkemabangan yang lambat. Pada beberapa kasus, hepato-cellular
carcinoma (HCC) muncul pada pasiean sirosis sehingga pecengahan sirosis
sebenarnya juga merupakan pencegahan HCC ( Wiegand dan berg,2013).
Gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh
terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu perlu
pelayanan gizi yang berkualitas pada individu dan masyarakat. Pelayanan
gizi merupakan salah satu sub sistem dalam pelayanan kesehatan
paripurna, yang berfokus kepada keamanan pasien. Dengan demikian
pelayanan gizi wajib mengacu kepada standar yang berlaku. Mengingat
masih dijumpai kejadian malnutrisi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya maka perlu upaya pendekatan yang lebih strategis.
Pelayanan asuhan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang
dimulai dari proses Asesmen gizi (pengkajian gizi), Diagnosis gizi, Intervensi
gizi, Monitoring dan Evaluasi gizi, yang sering disingkat ADIME (Asesmen,
Diagnosa, Intervensi, Monitoring & Evaluasi). Sebelum dilakukan asesmen
gizi (pengkajian gizi), diperlukan skrining gizi untuk mengetahui risiko
penurunan status gizi.Jika hasil skrining menyatakan pasien berisiko terjadi
penurunan status gizi, maka dilakukan dukungan gizi melalui Proses Asuhan
Gizi Terstandar (PAGT) atau Nutrition Care Process (NCP).Pada saat ini
dituntut pelayanan gizi yang berkualitas sesuai dengan standar Nasional dan
Internasional.
Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) harus dilaksanakan secara
berurutan dimulai dari langkah assesment, diagnosis, intervensi, dan
monitoring dan evaluasi gizi (ADIME). Langkah-langkah tersebut saling
berkaitan satu dengan lainnya dan merupakan siklus yang berulang terus
sesuai respon/perkembangan pasien.
General weakness adalah kelemahan yang merupakan suatu keluhan
yang paling sering diutarakan oleh pasiem. Kelemahan adalah penurunan
fungsi nprmal dari satu atau lebih otot manusia, tingkat tenaga yang rendah
dan perasaan mudah letih setelah melakukan aktivitas. Kelelahan
merupakan salah satu keluhan yang paling sering diutarakan oleh pasien.
Kelelehan dikolerasikan dengan tingkat tenaga yang rendah dan tidak
spesifik, atau perasaan mudah letih setelah melakukan aktivitas. Kelelahan
atau fatigue perlu dibedakan dengan weakness atau kelelahan, dimana
weakness merupakan pernurunan fungsi normal dari satu atau lebih otot
manusia.
Diabetes melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan
dalam satu jawaban yang jelas dan singkat, tapi secara umum dapat
dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang
merupakan akibat dari sejumlah faktor. Pada diabetes mellitus didapatkan
defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. Diabetes
melitus diklasifikasikan atas DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM pada
kehamilan. Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia, terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Sembilan puluh
persen dari kasus diabetes adalah DMT2 dengan karakteristik gangguan
sensitivitas insulin dan/atau gangguan sekresi insulin. DMT2 secara klinis
muncul ketika tubuh tidak mampu lagi memproduksi cukup insulin unuk
mengkompensasi peningkatan insulin resisten.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang
menyebabkan kematian. Hipertensi selain dikenal sebagai penyakit, juga
merupakan faktor risiko penyakit jantung, pembuluh darah, ginjal, stroke dan
diabetes mellitus. Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di
pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena
jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu
fungsi organorgan lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal.
Dipsnea atau sesak napas adalah gejala yang umum terlihat sebagai
perasaan nyeri karena kesulitan bernapas, napas menjadi pendek (sesak
napas) dan pasien merasa tercekik pada saat bernapas. Adanya
penggunaan otot-otot pernapasan tambahan seperti otot sterno-
kleidomastoideus, scalenus, trapezius dan pectoralis mayor. Selain itu
kadang-kadang juga disertai pernapasan cuping hidung, akipnea dan
hiperventilasi. Akipnea adalah meningkatnya frekuensi pernapasan melebihi
frekuensi pernapasan normal yaitu sampai 20 kali per menit, dan takipnea ini
dapat muncul dengan atau tanpa dispnea. Hiper ventilasi adalah
meningkatnya pentilasi untuk mempertahankan pengeluaran karbon dioksida
normal.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan
dalam rongga pleura. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin
merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus
(Soemantri, 2008). Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat
penumpukan cairan dalam rongga pleura berupa transudat dan eksudat
yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan
absorbsi di kapiler dan pleura viseralis.
Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru dimana asinus terisi
dengan cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke
dalam dinding dinding alveoli dan rongga interstisium yang ditandai dengan
batuk disertai nafas cepat dan atau nafas sesak pada anak usia balita
(Ridha, 2014). Menurut Nurarif & Kusuma (2015) Pneumonia adalah salah
satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari suatu
infeksi saluran pernafasan bawah akut dengan batuk dan disertai dengan
sesak nafas disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma
(fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai
eksudasi dan konsolidasi
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan gizi pada pasien rawat inap di RSUD
dr. La Palaloi Maros.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan penapisan gizi (Nutrition Screening) pada
pasien rawat inap di RSUD dr. La Palaloi Maros.
b. Mampu melaksanakan asuhan gizi (pengkajian gizi, penegakan
diagnosa, rencana intervensi dan monitoring evaluasi) pada pasien
rawat inap di RSUD dr. La Palaloi Maros.
c. Mampu melaksanakan pengkajian gizi (Nutrition assesment) pada
pasien tanpa komplikasi atau pasien komplikasi dengan kondisi
kesehatan umum.
d. Mampu melaksanakan asuhan gizi untuk pasien sesuai kondisi klinis,
biokimia, sosial budaya, dan kepercayaan sebagai golongan umur.
e. Mampu melakukan monitoring dan evaluasi asuhan gizi atau
makanan pasien.
f. Mampu melakukan konseling gizi/mendidik pasien dalam rangka
promosi kesehatan, pencegaha penyakit dan terapi gizi untuk kondisi
tanpa komplikasi.
g. Mampu melakukan edukasi gizi pada pasien di RSUD dr. La Palaloi
Maros.
h. Mampu mendokumentasikan kegiatan pelayanan gizi di RSUD dr. La
Palaloi Maros.
BAB II
HASIL KEGIATAN
A. Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan
skrining/penapisan gizi oleh perawat eruangan dan penetapan diet awal
(preksripsi diet awal) oleh dokter. Skrining gizi berutjuan untuk
mengidentifikasi pasien yang beresiko, tidak beresiko malnutrisi atau kondisi
khusus. Kondisi khsusus yang dimaksud adalah pasien dengan kelainan
metabolik, hemodialisis anak, geriatric, kanker dengan kemoterapi/radiasi,
luka bakar, pasien dengan imunitas menurun, sakit dan sebagainya.
Idealnya skrining gizi dilakukan pada pasien baru dalam 1/24 jsm
setelah pasien masuk rumah sakit. Metode skrining sebaiknya singkat, cepat
dan disesuaikan denan kondisi dan kesepakatan dimasing-masing rumah
sakit. Bila hasil skrining menunjukkan pasien beresiko malnutrisi, maka
dilakukan pengkajian/assesment gizi dan dilanjutkan dengan langkah-
langkah proses asuhan gizi terstandar oleh dietisien. Pasien denga status
gizi baik atau tidak beresiko malnutrisi maka dilakukan proses skrining
setelah 1 minggu. Jika hasil skrining ulang beresiko malnutrisi maka
dilakukan proses asuhan gizi terstandar. Pasien sakit kritis atau kasus sulit
yang beresiko gangguan gizi berat akan lebih baik jika ditangani secara tim.
Bila rumah sakit mempunyai tim asuhan gizi/nutrition Support Tim (NST)/Tim
Terapi Gizi (TTG)/Tim dukungan gizi, maka berdasarkan pertimbangan
pasien tersebut dirujuk kepada tim.
1. Tujuan Kegiatan
a) Untuk mengenali resiko malnutrisi atau kejadian malnutrisi pada
pasien.
b) Untuk mengidentifikasi pasien terhadao masalag gizi sebagai dasar
dilakukannya assesment dan intervensi gizi.
3. Hasil Kegiatan
hasil kegiatan screening gizi pasien dapat dilihat pada tabel berikut :
1. Tujuan Kegiatan
Tujuan proses asuhan gizi terstandar yaitu untuk membantu seseorang
dalam memecahkan masalah gizi dengan mengatasi berbagai faktor
pemicu pada ketidak seimbangan atau perubahan status gizi. Tujuan ini
dicapai melalui beberapa langkah yang telah tersusun dalam PAGT.
Proses dimulai dengan pengumpulan data yang kemudian diidentifikasi
masalah gizi dan penyebabnya. Ketepatan dalam menentukan akar
permasalahan akan memperngaruhi pemeilihan intervensi yang sesuai.
Berdasarkan gejala dan tanda masalahan gizi tersebut dapat dimonitor
dan diukur perkembangannyaa untuk menentukan tindakan selanjutnya.
3. Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan pengkajian Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
terlampir.
I
R