Clinical preseptor :
dr. Edi Nirwan, Sp.S., M.Biomed
apt. Defi Oktafia, S. Si., M. Farm Klin
Disusun oleh :
SYALSHABILLAH (2202055)
SYERLI SARI UTAMI (2202056)
ZAMORA MELINDRAWITA (2202060)
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “SPONDILITIS
SERVICAL + HIPERTENSI + DM + DISPEPSIA” Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi.
Dalam proses penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan banyak terima kasih kepada :
1 Bapak dr. Edi Nirwan, Sp.S., M.Biomed selaku preseptor yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan sehingga
makalah ini dapat diselesaikan.
2 Bapak apt. Defi Oktafia, S.Si., M.Farm. Klin selaku preseptor yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan sehingga
makalah ini dapat diselesaikan.
3 Ibu apt. Diska Wazani Amanike, S.Farm selaku Apoteker di bangsal neuro
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan
sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
4 Ibu apt. Tiara Tri Agustini, M. Farm selaku preseptor yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan sehingga makalah
ini dapat diselesaikan.
5 Staf Bangsal Neurologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi yang telah memberikan bantuan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini.
Terimakasih atas semua bimbingan, bantuan dan dukungan yang telah
diberikan kepada penulis. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua untuk
perkembangan ilmu pengetahuan pada masa mendatang khususnya tentang
penyakit SPONDILITIS SERVICAL + HIPERTENSI + DM + DISPEPSIA.
Penulis menyadari makalah ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
b. Penatalaksanaan Bedah
Indikasi untuk pembedahan pada spondilitis tuberkulosa secara umum
mencakup defisit neurologis (perburukan neurologis akut, paraparesis), deformitas
spinal dengan instabilitas atau nyeri, tidak menunjukkan respon terhadap terapi
medis (kifosis atau instabilitas yang terus berlanjut), abses paraspinal yang besar,
biopsi diagnsotik. Indikasi pembedahan mencakup faktor klinis (keterlibatan
saraf, paraplegia, dan abses retrofaring besar yang menyebabkan gangguan
ventilasi atau menelan), faktor pengobatan (defisit persisten atau progresif saat
pemberian terapu konservatif yang sesuai, faktor imejing yaitu keterlibatan
panvertebral (skoliosis atau kifosis berat pada foto polos,destruksi global pada CT
atau MRI) atau kompresi ekstradural (kompresi medula spinalis akibat jaringan
granulasi pada MRI) dan faktor pasien (spasme yang menyakitkan atau kompresi
akar saraf).
Dengan indikasi yang tepat, tindakan bedah lebih unggul dalam mencegah
perburukan neurologis, mempertahankan stabilitas, pemulihan dan mobilisasi
segera. Oguz et al (2008) menerapkan suatu sistem klasifikasi untuk panduan
terapi dan membagi spondilitis tuberkulosa menjadi tiga tipe.
2.2. Hipertensi
2.2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah kelainan sistem sirkulasi darah yang mengakibatkan
peningkatan tekanan darah diatas nilai normal atau tekanan darah ≥140/90 mmHg
(Kemenkes.RI, 2014). Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana
tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko
terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan
(Aisyiyah Nur Farida, 2012).
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang
berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5
juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya.
Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-
masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala penyakit
hipertensi adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung
berdebar-debar, mudah Ielah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan
mimisan (Kemenkes.RI, 2014) .
2.3.1 Definisi
2.3.3 Klasifikasi
2.3.6
2.4. Dispepsia
Antihiperasiditas
a. Antasida
Golongan antasida ini termasuk yang mudah didapat dan murah.
Antasida akan menetralisir sekresi asam lambung. Antasida
biasanya mengandung zat yang tidak larut dalam air seperti natrium
bikarbonat, Al (OH)3, Mg (OH)2, dan magnesium trisiklat
(kompleks hidrotalsit). Pemberian antasida tidak dapat dilakukan
terus-menerus, karena hanya bersifat simtomatis untuk mengurangi
nyeri. Magnesium trisiklat merupakan adsorben nontoksik, namun
dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk
senyawa MgCl2. Zat magnesium bersifat pencahar sehingga
menyebabkan diare sedangkan aluminium menyebabkan konstipasi
oleh sebab itu kedua zat ini dikombinasikan.
b. NaHCO3 Antasida jenis ini larut dalam air dan bekerja cepat,
Namun zat utama NaHCO3 dapat menyebabkan darah bersifat basa
(alkalosis) jika dosisnya berlebih. Terlepasnya senyawa
karbondioksida dari kompleks obat ini dapat mennyebabkan
sendawa.
c. Kombinasi Bismut dan Kalsium Kombinasi antara Bi dan Ca dapat
membentuk lapisan pelindung pada lesi di lambung. Namun obat
ini dijadikan pilihan terakhir karena bersifat neurotoksik yang
menyebabkan kerusakan otak dengan gejala kejang-kejang dan
kebingungan aatau yang dikenal dengan ensefalopati. Selain itu,
dapat menyebabkan konstipasi, dan kalsium dapat menyebabkan
sekresi asam lambung yang berlebih. Kelebihan kalsium dapat
menyebabkan hiperkalsemia.
d. Sukralfat Golongann sukralfat yang sering dikombinasikan dengan
aluminium hidroksida, dan bismuth koloidal dapat digunakan untuk
melindungi tukak lambung agar tidak teriritasi asam lambung
dengan membentuk lapisan dinding pelindung.
Antikolinergik
Antikolinergik Obat yang termasuk golongan ini obat yang agak
selektif yaitu pirenzepin yang bekerja sebagai anti reseptor muskarinik
yang dapat menekan sekresi asam lambung sekitar 28% sampai 43%.
Kerja obat pirenzepin tidak spesifik dan juga memiliki efek sitoprotektif.
a. Antagonis Reseptor H2
Antagonis reseptor H2 Obat yang termasuk golongan obat
ini adalah simetidin, nizatidin, roksatidin, dan famotidin. Ranitidin
merupakan yang paling banyak digunakan dalam pemilihan obat
golongan ini, namun telah ditarik dari peredaran karena adanya
Nitrosodimethylamine (NDMA) pemicu kanker. Golongan obat ini
banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensial
seperti tukak peptik dengan mekanisme penghambatan reseptor H2
sehingga sekresi asam lambung berkurang.
b. Pompa Proton Inhibitor
Proton pump inhibitor (PPI) Obat-obat yang termasuk
golongan PPI adalah omeprazol, esomeprazol lansoprazol, dan
pantoprazol. Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung
pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung pada pompa
proton yang merupakan tempat keluarnnya proton (ion H+).
c. Sitoprotektif
Obat yang termasuk golongan ini prostaglandin sinetik
seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain bersifat
siroprotektif juga dapat menekan sekresi asam lambung oleh sel
parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan prostaglandin endogen,
yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan
produksi mucus, dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa,
serta membentuk lapisan protektif yang bersenyawa dengan protein
sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas.
d. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini yaitu cisapride, domperidon,
dan metoclopramide. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati
dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah
refluks dan memperbaiki asam lambung.
e. Golongan anti depresi
Obat yang termasuk golongan ini adalah golongan trisiclic
antidepressants (TCA) seperti amitriptilin. Obat ini biasanya
dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti depresi dan
cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak
jarang keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan
cemas dan depresi. Pengobatan untuk dispepsia fungsional masih
belum jelas. Beberapa pengobatan yang telah didukung oleh bukti
ilmiah adalah pemberantasan helicobacter pylori, PPI, dan terapi
psikologi. Pengobatan yang belum didukung bukti: antasida,
antispasmodik, bismuth, terapi diet, terapi herbal, antagonis
reseptor H2, misoprostol, golongan prokinetik, selective serotonin-
reuptake inhibitor, sukralfat, dan antidepresan.
Terapi Non-Farmakologi
Nama Ny. NE
No. MR 427xxx
Umur 52 tahun
Berat badan 70 kg
Agama Islam
Data Klinik Normal IGD 27/1 28/11 29/11 30/11 01/12 02/12 03/12
26/11
Suhu (°C) 36.5-37.5 36,8 36 36,5 36 36,5 36,1 36
Nadi (x/menit) ≤ 110/ mnt 79 79 78 68 77 79 72
Nafas (x/menit) 12-20/mnt 20 - 19 - - - -
120/80 148/10 165/10 145/10 162/10
TD 173/91 160/100 161/100
(mmHg) 4 0 2 4
Nilai
Data labor 26/11/22 27/11/22 28/11/22 29/11/22 30/11/22 1/12/22 2/12/22 3/12/22
normal
Gula darah 75-115
- - - - - - -
puasa mg/dl
Total 150-200
- - - - - - -
kolesterol mg/dl
60-150
Trigliserida - - - - - - -
mg/dl
HDL >55
- - - - - - -
kolesterol mg/dl
LDL <150
- - - - - - -
kolesterol mg/dl
2,4-5,7
Asam urat - - - - - - -
mg/dl
W : 12-
Hb - - - - - - -
14 gr%
150-450
Trombosit ribu/mm3
- - - - - - -
Hematokrit W : 35-
- - - - - - -
(HCT) 45 vol %
3,5-5,5
Kalium - - - - - - -
MEq
135-147
Natrium - - - - - - -
mEq
100-106
Chlorida - - - - - - -
mEq
3.3 Catatan Perkembangan Pasien Oleh Dokter
Tgl S O A P
26/11/
-
2022 - -
29/11/
- - - -
2022
Methyl Prednisolone 2 x
30/11/ Neyri pinggang TD : 165/100 62.5 iv
Spondilisis cervical TB + DM
2022
Eperison HCL 3 x 1
02/12/
- - - -
2022
03/1/2
- - -
022
Tgl S O A P
26/11/2022 - - - -
27/11/2022 - - - -
28/11/2022 - - - -
29/11/2022 Mual (+), nyeri perut TD : 161/100, Nadi -Perubahan terapi dokter- Monitoring efek obat dan
(+), nyeri bahu (-) 68x/menit, skala nyeri 2 efek samping obat
Cefixime 200mg (stop)
30/11/2022 - - - -
01/12/2022 - - - -
02/12/2022 - - - -
03/12/2022 - - - -
3.5 Assesment (Terapi Farmakologi)
30/1 √ √ √ √
1. Asering infus - 26/11
1
Omeprazole 20
26/12 √ √ √ √ √ √ √ √
2. mg kaps - 3/11
1
2x1
Cefixime 200
29/1 √ √ √
3. mg - 26/11
1
2x1
Metformin 500
03/1 √ √ √ √ √ √ √ √
4. mg - 26/11
2
3x1
Metaneuron
(metrdinazol
29/1 √ √ √
5. 500 mg + - 26/11
1
diazepam 2 mg)
3x1
Blocad 8 mg 30/1 √ √ √ √
6. - 26/11
1x1 1
Patracet
(parasetamol + 30/1 √ √ √ √ √ √ √ √
7. - 26/11
tramadol) 1
3x1
Ondansetron inj √ √ √ √ √ √
8. - 27/11 3/12
2x1 √
Antasida tab √ √ √ √ √ √
9. - 27/11 3/12
3x1 √
MST 10 mg √ √ √
10. - 28/11 1/12
1x1
OAT 29/1 √
11. - 28/11
1x5 1
Vitamin B6 29/1 √
12. - 28/11
1x1 1
Cefepime inj √ √ √ √
13 - 28/11 2/12
2x1
Methyl
Prednisolone
√ √ √
14 - 30/11 2/12
2 x 6,25 iv
Eperison
√ √ √
15 - 30/11 2/12
3x1
3.5.1 Tinjauan Obat
1. Asering Infus
Efek Samping
Edema (pembengkakan pada anggota tubuh yang terjadi
karena penimbunan cairan di dalam jaringan)
Hiperglikemia
Hipokalemia
Oliguria (jumlah urine yang keluar sedikit)
Farmakokinetika -
Perhatian Hindari Pemberian Asering pada pasien gagal ginjal, pra
op dan dengan sepsis berat
Gambar sediaan
2. Omeprazole
Komposisi Omeprazole
Kelas terapi PPI
Indikasi Tukak lambung dan tukak duodenum, tukak lambung dan
duodenum yang terkait dengan AINS, lesi lambung dan
duodenum, regimen eradikasi H. pylori pada tukak peptik,
refluks esofagitis, Sindrom Zollinger Ellison.
Mekanisme Membentuk metabolit sulfenamida aktif yang secara ireversibel
Kerja mengikat dan menonaktifkan hidrogen-kalium ATPase (pompa
proton atau asam), menghalangi langkah terakhir dalam sekresi
asam klorida. Sekresi asam dihambat sampai tambahan
hidrogen-kalium ATPase disintesis, menghasilkan durasi kerja
yang lama.
Dosis 20mg 2x1 kapsul
3. Cefixime
Komposisi Cefixime 200 mg
Kelas terapi Antibiotic
Indikasi Untuk infeksi parah atau infeksi yang sulit disembuhkan
(intractable) dosis ditingkatkan sampai 200 mg dua kali sehari
Mekanisme Kerja Cefixime mengikat protein pengikat penisilin spesifik (PBP)
yang terletak di dalam dinding sel bakteri, menyebabkan
penghambatan tahap ketiga dan terakhir dari sintesis dinding
sel bakteri. Lisis sel kemudian dimediasi oleh enzim autolitik
dinding sel bakteri seperti autolisin; ada kemungkinan cefixime
mengganggu inhibitor autolysin.
4. Metformin
Komposisi Metformin
Kelas terapi Antidiabetes
Indikasi Diabetes mellitus tipe 2, terutama untuk pasien dengan berat
badan berlebih (overweight), apabila pengaturan diet dan
olahraga saja tidak dapat mengendalikan kadar gula darah.
Metformin dapat digunakan sebagai monoterapi atau dalam
kombinasi dengan obat antidiabetik lain atau insulin (pasien
dewasa), atau dengan insulin (pasien remaja dan anak >10
tahun). Lihat juga keterangan di atas.
Dosis Dewasa & anak > 10 tahun: dosis awal 500 mg setelah
sarapan untuk sekurang-kurangnya 1 minggu, kemudian 500
mg setelah sarapan dan makan malam untuk sekurang-
kurangnya 1 minggu, kemudian 500 mg setelah sarapan,
setelah makan siang dan setelah makan malam. Dosis
maksimum 2 g sehari dalam dosis terbagi.
Pemberian Obat Oral
Kontraindikasi Gangguan fungsi ginjal, ketoasidosis, hentikan bila terjadi
kondisi seperti hipoksia jaringan (sepsis, kegagalan
pernafasan, baru mengalami infark miokardia, gangguan
hati), menggunakan kontras media yang mengandung iodin
(jangan menggunakan metformin sebelum fungsi ginjal
kembali normal) dan menggunakan anestesi umum
(hentikan metformin pada hari pembedahan dan mulai
kembali bila fungsi ginjal kembali normal), wanita hamil
dan menyusui.
Efek Samping Anoreksia, mual, muntah, diare (umumnya sementara), nyeri
perut, rasa logam, asidosis laktat (jarang, bila terjadi hentikan
terapi), penurunan penyerapan vitamin B12, eritema, pruritus,
urtikaria dan hepatitis.
Perhatian Lihat keterangan di atas, tentukan fungsi ginjal (menggunakan
metoda sensitif yang sesuai) sebelum pengobatan sekali atau dua
kali setahun (lebih sering pada atau bila keadaan diperkirakan
memburuk).
Gambar sediaan
5. Metaneuron
Komposisi Metampiron dan Diazepam
Kelas terapi Antiinflamasi Non Steroid
Indikasi Mengurangi rasa sakit, mengurangi demam, mencegah
pembekuan darah dan dalam dosis yang lebih tinggi,
mengurangi peradangan.
Dosis 1 kaplet, di minum 3 x sehari. Diminum sesudah makan.
Pemberian Obat Oral
Kontraindikasi Depresi pernapasan, gangguan hati berat, miastenia gravis,
insufisiensi pulmoner akut, kondisi fobia dan obsesi, psikosis
kronik, glaukoma sudut sempit akut, serangan asma akut,
trimester pertama kehamilan, bayi prematur; tidak boleh
digunakan sendirian pada depresi atau ansietas dengan depresi.
Efek Samping Mengantuk, kelemahan otot, ataksia, reaksi paradoksikal dalam
agresi, gangguan mental, amnesia, ketergantungan, depresi
pernapasan, kepala terasa ringan hari berikutnya, bingung.
Kadang-kadang terjadi: nyeri kepala, vertigo, hipotensi,
perubahan salivasi, gangguan saluran cerna, ruam, gangguan
penglihatan, perubahan libido, retensi urin, dilaporkan juga
kelainan darah dan sakit kuning, pada injeksi intravena terjadi:
nyeri, tromboflebitis dan jarang apneu atau hipotensi.
Perhatian Dapat mengganggu kemampuan mengemudi atau
mengoperasikan mesin, hamil, menyusui, bayi, lansia, penyakit
hati dan ginjal, penyakit pernapasan, kelemahan otot, riwayat
penyalahgunaan obat atau alkohol, kelainan kepribadian yang
nyata, kurangi dosis pada lansia dan debil, hindari pemakaian
jangka panjang, peringatan khusus untuk injeksi intravena,
porfiria.
Gambar sediaan
6. Blocand
Komposisi Candesartan Cilexetil
Kelas terapi ARB
Indikasi Antihipertensi
Mekanisme Kerja Terapi hipertensi, pasien gagal jantung dan gangguan fungsi
sistolik ventrikel kiri bilamanaACEI tidak dapat ditolerir
tubuh.
Dosis Hipertensi : 8 mg sekali sehari. Dosis dapat disesuaikan dengan
respons tubuh pasien. Dosis maksimal 32 mg 1–2 kali sehari.
(Dipiro et al, 2015)
Hipertensi :16 mg PO / hari, CHF : dosis inisial 4 mg / hari,
DM : 32 mg / hari (Medscape, 2017)
Pemberian Obat Oral
Kontraindikasi Hipersensitif, kerusakan hati berat/kolestasis, hamil dan
menyusui.
Efek Samping Sakit kepala, reaksi alergi: gatal-gatal; sulit bernapas;
pembengkakan pada wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan
(drugbank)
Farmakokinetika Absorbsi : diabsorbsi di saluran gastrointestinal, bioavailabilitas
absolut sekitar 15%. Waktu mencapai puncak plasma 3-4 jam.
Distribusi : VD=0,13 L/Kg. Ikatan protein plasma >99%
Metabolisme : candesartan cilextil mengalami hidrolisis ester di
saluran GI menjadi bentuk aktif candesartan
Ekskresi : melalui urin dan empedu dalam bentuk tak berubah
dan meabolit inaktif. (Drugbank)
Perhatian Riwayat angiodema, hipovolemia, resiko hipotensi, perhatikan
penggunaan pada pasien gangguan ginjal, lakukan penyesuaian
dosis.
Gambar sediaan
7. Patracet
Komposisi Tramadol dan Paracetamol
Kelas terapi Analgetik
Indikasi Nyeri akut dan kronik berat
Mekanisme Kerja
Dosis
Pemberian Obat Oral
Kontraindikasi Intoksisasi akut dengan alcohol, hipnotik, epilepsi tak
terkontrol, obstruksi saluran cerna, ileus paralitik.
Efek Samping Pusing, sedasi, rasa lelah, sakit kepala, berkeringat, ruam kulit,
mulut kering, mual, muntah dan dispepsia
Perhatian Pasien dengan cedera kepala, gangguan fungsi hati dan dan
ginjal berat, hipereksresi bronkus, peningkatan resiko kejang,
syok, ibu hamil dan laktasi.
Gambar sediaan
8. Ondansentron Inj
Komposisi Ondansentron
Indikasi mual dan muntah akibat kemoterapi dan radioterapi, pencegahan
mual dan muntah pasca operasi.
Dosis Dewasa, kemoterapi dan radioterapi yang menyebabkan muntah
tingkat sedang: oral: 8 mg, 1-2 jam sebelum terapi atau injeksi
intravena lambat 8 mg sesaat sebelum terapi, dilannjutkan dengan 8
mg oral tiap 12 jam sampai dengan 5 hari
Pemberian Obat Oral, Parenteral
Kontraindikasi hipersensitivitas, sindroma perpanjangan interval QT bawaan.
Efek Samping Sangat umum: sakit kepala; umum: sensasi hangat atau
kemerahan, konstipasi, reaksi lokasi injeksi, tidak umum: kejang,
gangguan gerakan (termasuk reaksi ekstrap iramidal seperti reaksi
distoni, oculogyric crisis, diskinesia), aritmia.
Peringatan/ hipersensitivitas terhadap antagonis 5HT3 lainnya, kepekaan
perhatian terhadap perpanjangan interval QT, obstruksi intestinal subakut,
operasi adenotonsillar, kehamilan, menyusui, gangguan hati
sedang dan berat (maksimal 8 mg/hari).
Farmakokinetika Eliminasi
Eksresi : oleh ginjal
Stabilitas Pada suhu 20-25 °C
Gambar Sediaan
9. Antasida
Komposisi Alumunium hidroksida magnesium hidroksida
Kelas terapi Antasida
Indikasi Mengatasi kembung
Mekanisme Kerja Menetralkan asam lambung
Dosis 1-2 tablet dikunyah 4 kali sehari dan sebelum tidur atau bila
diperlukan. Suspensi: 1-2 sachet (7-14 mL), 3-4 kali sehari,
anak > 8 tahun: ½ -1 sachet, 3-4 kali sehari.
Pemberian Obat Oral
Kontraindikasi Hipofosfatemia, porfiria
Efek Samping Konstipasi, diare, mual, muntah, sakit kepala, pusing,
gangguan irama jantung dan ruam kulit.
Farmakokinetika Absorbsi : sekitar 17-30% alumunion klorida diserap dan
magnesium klorida akan diserap di secara lambat di usus halus
Distribusi : aksi puncak dan distribusi antasida bervariasi.
Metabolisme : tidak mengalami metabolism apapun karena
akan vepat di ekskresikan di ginjal.
Eksreksi : alumunion klorida akan diserap diginjal pada pasien
dengan ginjal normal.
Perhatian Pemberian antasida bersama-sama dengan obat lain sebaiknya
dihindari karena mungkin dapat mengganggu absorpsi obat
lain. Selain itu, antasida mungkin dapat merusak salut enterik
yang dirancang untuk mencegah pelarutan obat dalam lambung
Gambar sediaan
10. MST
Komposisi Morfin Sulfat
Kelas terapi Analgetik Opioid
Indikasi Meredakan nyeri sedang sampai berat
Mekanisme Kerja Menghambat sinyal saraf nyeri ke otak, sehingga tubuh tidak
merasakan sakit untuk sementara.
Dosis Dosis terapi 1x10 mg, untuk nyeri berat yang tidak dapat
dikendalikan dengan opioid yang lebih lemah : dosis awal 20-
30 mg setiap 12 jam.
Pemberian Obat Oral
Kontraindikasi Depresi nafas akut, alkoholisme akut, penyakit hati akut, ileus
paralifik; peningkatan tekanan intrakanial atau cedera kepala.
Efek Samping Mual dan muntah, kosntipasi, rasa mengantuk. Dosis yang
lebih besar menyebabkan depresi nafas, hipotensi dan
kekakuan otot.
Farmakokinetika Absorbsi : Morfin diserap dalam lingkungan basa usus bagian
atas dan mukosa rektal. Ketersediaan hayati morfin adalah 80-
100% dan terdapat metabolisme lintas pertama yang signifikan,
oleh karena itu dosis oral 6 kali lebih besar daripada dosis
parenteral untuk mencapai efek yang sama.
Distribusi : Volume Distribusi Morfin adalah 5,31L/kg
Metabolism : morphine sulfat di metabolism oleh glukuronidasi
oleh UGT2B7.
Eksresi : 70-80% dari dosis yang diberikan diekskresikan
dalam waktu 48 jam. Morfin sebagian besar dieliminasi dalam
urin dengan 2-10% dari dosis diperoleh kembali sebagai obat
induk yang tidak berubah. 7-10% dari dosis morfin sulfat
dieliminasi dalam feses.
Perhatian Hati-hati pada pasien dengan hipotensi, hipotiroidisme, asma,
hipertrofi prostat, gangguan konvulsi. Hati-hati pada wanita
hamil dan menyusui; kurangi dosis atau hindari pada gangguan
fungsi hati, gangguan fungsi ginjal dan penderita lansia.
Gambar sediaan
11. OAT
Komposisi
Kelas terapi
Indikasi
Mekanisme Kerja
Dosis
Pemberian Obat
Kontraindikasi
Efek Samping
Farmakokinetika
Perhatian
Gambar sediaan
12. Vitamin B6
Komposisi Piridoksin
Kelas terapi Vitamin
Indikasi Mencegah neuritis perifer akibat penggunaan Isoniazid.
Mekanisme Kerja Vitamin B6, terutama dalam bentuk koenzim biologis aktif
piridoksal 5'-fosfat, terlibat dalam berbagai reaksi biokimia,
termasuk metabolisme asam amino dan glikogen, sintesis asam
nukleat, hemogloblin, sphingomyelin dan sphingolipid lainnya,
dan sintesis neurotransmiter serotonin, dopamin, norepinefrin
dan asam gamma-aminobutyric (GABA).
Dosis
Pemberian Obat Oral
Efek Samping Mual, sakit perut, berkurangnya selera makan dan sakit kepala
Farmakokinetika Absorbsi : Vitamin B6 mudah diserap dari saluran pencernaan,
kecuali pada sindrom malabsorpsi. Pyridoxine diserap terutama
di jejunum. Cmax piridoksin dicapai dalam 5,5 jam.
Distribusi : Metabolit aktif utama piridoksin, piridoksal 5'-
fosfat, dilepaskan ke dalam sirkulasi (terhitung setidaknya 60%
dari vitamin B6 yang bersirkulasi) dan sangat terikat dengan
protein, terutama dengan albumin.
Metabolisme : Pyridoxine adalah prodrug yang terutama
dimetabolisme di hati. Skema metabolisme piridoksin sangat
kompleks, dengan pembentukan metabolit primer dan sekunder
bersamaan dengan interkonversi kembali menjadi piridoksin.
Metabolit utama piridoksin adalah asam 4-piridoksik.
Eliminasi : Metabolit utama piridoksin, asam 4-piridoksik,
tidak aktif dan diekskresikan dalam urin
Gambar sediaan
13. Cefepime
Komposisi Cefepime
Kelas terapi Antibiotic
Indikasi Profilaksis infeksi nosokomial
Mekanisme Kerja Cefepime mengganggu dinding sel bakteri dengan mengikat
dan menghambat transpeptidase yang dikenal sebagai protein
pengikat penisilin (PBPs), yang merupakan enzim yang terlibat
dalam tahap akhir sintesis lapisan peptidoglikan. Hal ini
menyebabkan lisis dan kematian mikroorganisme yang rentan.
Cefepime memiliki spektrum aktivitas in vitro yang luas yang
mencakup bakteri Gram-positif dan Gram-negatif
Dosis Pemakaian intravena atau intramuskular: 1 g setiap 12 jam.
Pengobatan dilakukan selama 7-10 hari tergantung beratnya
infeksi. Untuk pasien dengan gangguan fungsi hati tidak
diperlukan penyesuaian dosis. Perlu penyesuaian dosis pada
kelainan fungsi ginjal: Bersihan kreatinin lebih kecil atau sama
dengan 10 mL/menit, 250 mg/hari; Bersihan kreatinin 11-30
mL/menit, 500 mg/hari; Bersihan kreatinin 30-60 mL/menit, 1
g setiap 12 jam. (PIONAS)
Pemberian Obat Injeksi atau parenteral
Efek Samping Hipersensitif: kemerahan, pruritus, demam. Saluran cerna:
mual, muntah, diare, konstipasi, nyeri abdomen, dispepsia
Kardiovaskular: takikardia, nyeri dada. Pernapasan: batuk,
nyeri di tenggorokan, dispnea. SSP: sakit kepala, pusing,
insomania, paretesia, ansietas, bingung. Lainnya: astenia,
berkeringat, vaginitis, edema perifer, nyeri, nyeri punggung.
Kadang terjadi reaksi lokal seperti flebitis dan radang pada
tempat injeksi intravena
Farmakokinetika Distribusi : Rata-rata volume distribusi Cefepime adalah 18,0 L
14. Methyprednisolon
Komposisi Methylprednisolone
Kelas terapi Antiinflamasi
Indikasi Sebagai anti inflamasi atau imunosupresi pada beberapa
penyakit hematologi, alergi, inflamasi, neoplasma maupun
autoimun.
Mekanisme Kerja Kortikosteroid yang berikatan dengan reseptor glukokortikoid
memediasi perubahan ekspresi gen yang menyebabkan efek
multipel selama berjam-jam hingga berhari-hari.
Glukokortikoid menghambat apoptosis dan demarginasi
neutrofil; mereka menghambat fosfolipase A2, yang
menurunkan pembentukan turunan asam arakidonat; mereka
menghambat NF-Kappa B dan faktor transkripsi inflamasi
lainnya; mereka mempromosikan gen anti-inflamasi seperti
interleukin-10.
Dosis
Pemberian Obat Parenteral
Kontraindikasi Diabetes mellitus, tukak peptic/duodenum, infeksi berat,
hipertensi atau gangguan sistem kardiovaskular lainnya
Efek Samping Gangguan cairan dan elektrolit, hiperglikemia, glikosuria,
mudah mendapat infeksi, pasien tukak peptic mungkin dapat
mengalami perdarahan atau perfolasi, osteoporosis dan miopati
psikosis
Farmakokinetika Adsobsi : Metilprednisolon intravena memiliki Tmax 2,5 jam. Kira-
kira 1/10 dosis metilprednisolon oral atau IV akan mencapai vitreous
humor (gel yang mengisi ruang antara lensa mata dan retina di dalam
bola mata manusia).
Distribusi : rata-rata volume distribusi metilprednisolon adalah
1,38L/kg.1
Metabolisme : metilprednisolon diperkirakan sebagian besar
dimediasi oleh 11-beta-hidroksisteroid dehidrogenase dan 20-
ketosteroid reduktase.
Eksresi : Methylprednisolone dan metabolitnya telah
dikumpulkan dalam urin manusia. Sebuah penelitian pada
anjing menunjukkan 25-31% eliminasi dalam urin dan 44-52%
eliminasi dalam feses (Drugbank)
15. Eperison
Komposisi Eperison Hydroclorida
Kelas terapi antispasmodik
Indikasi Untuk kejang atau keram otot
Mekanisme Kerja Melemaskan otot rangka, mengurangi kekuatan kontraksi otot,
dan otot polos pembuluh darah. Obat ini juga berguna untuk
meningkatkan sirkulasi darah dan menekan refleks nyeri.
Dengan begitu, rasa sakit dan tegang pada otot bisa berkurang
Dosis Dewasa : 1 tab 3 kali sehari
Pemberian Obat Oral
Kontraindikasi Hipersensitivitas
Efek Samping Rasa lemah, pusing, insomnia, gangguan hematologic dan
gastrointestinal, ruam dan gangguan berkemih
Farmakokinetika -
Perhatian Gangguan hati, anak dan ibu hamil
Gambar sediaan