PASIEN HYPOGLIKEMIA
Oleh :
MURNINING TYAS DWI SANTOSO
NIM : 01.1.19.00864
Puji syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih
Anugerah-Nya, Penyertaan-Nya, Perlindungan-Nya serta Petunjuk-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan “ Laporan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “
Laporan ini kami susun sebagai penugasan pelaporan asuhan keperawatan
mulai tanggal 14 Desember sampai dengan 19 Desember 2020. Dalam
kesempatan ini dengan suka cita saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Selvia David Richard, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua STIKES yang telah
memberi kesempatan kepada kami untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan
di Rumah Sakit Baptis Kediri.
2. Tri Sulistyarini, A.Per Pen., M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik Prodi
DIII STIKES Baptis Kediri yang memberikan kesempatan dan bimbingan
kepada kami dalam melaksanakan kegiatan praktik belajar klinik.
3. Seluruh rekan - rekan mahasiswa keperawatan DIII Tingkat II Semester III
STIKES Rumah Sakit Baptis Kediri serta berbagai pihak yang tidak dapat kami
sebutkan satu per satu, atas kerja sama dan dukungannya sehingga laporan ini
dapat terselesaikan.
Saya menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan
saran dalam perbaikan langkah selanjutnya sangat saya harapkan.
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
BAB I LANDASAN PENDAHULUAN
1. ANATOMI FISIOLOGI
2. KONSEP HYPOGLIKEMIA
1.1 Definisi
1.2 Etiologi
1.3 Klasifikasi
1.4 Patofisiologi
1.5 Komplikasi
1.6 Penatalaksanaan
1.7 Manifestasi klinis
1.8 Pemeriksaan penunjang
3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Kaprodi Keperawatan Diploma III
1. ANATOMI FISIOLOGI
Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2008)
a. Anatomi Pankreas
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster
didalam ruang retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa
diarah kronio - dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas dihubungkan dengan
corpus pankreas oleh leher pankreas yaitu bagian pankreas yang lebarnya
biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika superior berada dileher
pankreas bagian kiri bawah kaput pankreas ini disebut processus unsinatis
pankreas.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
1) Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
2) Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya
namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung kedalam darah.
Pankreas manusia mempunyai 1-2 juta pulau langerhans, setiap pulau
langerhans hanya berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah
kapiler.
Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel alfa, beta dan
delta. Sel beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak terutama
ditengah setiap pulau dan mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan
bungkusan insulin dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi antara spesies
satu dengan yang lain. Dalam sel B, molekul insulin membentuk polimer yang
juga kompleks dengan seng. Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini mungkin
karena perbedaan dalam ukuran polimer atau agregat seng dari insulin. Insulin
disintesis di dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian diangkut ke aparatus
golgi, tempat ia dibungkus didalam granula yang diikat membran. Granula ini
bergerak ke dinding sel oleh suatu proses yang tampaknya sel ini yang
mengeluarkan insulin ke daerah luar dengan eksositosis. Kemudian insulin
melintasi membran basalis sel B serta kapiler berdekatan dan endotel fenestrata
kapiler untuk mencapai aliran darah. Sel alfa yang mencakup kira-kira 25 % dari
seluruh sel mensekresikan glukagon. Sel delta yang merupakan 10 % dari seluruh
sel mensekresikan somatostatin.
Pankreas dibagi menurut bentuknya :
1) Kepala (kaput) yang paling lebar terletak di kanan rongga abdomen, masuk
lekukan sebelah kiri duodenum yang praktis melingkarinya.
2) Badan (korpus) menjadi bagian utama terletak dibelakang lambung dan di
depan vertebra lumbalis pertama.
3) Ekor (kauda) adalah bagian runcing di sebelah kiri sampai menyentuh pada
limpa (lien)
b. Fisiologi Pankreas
Pankreas disebut sebagai organ rangkap, mempunyai dua fungsi yaitu
sebagai kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Kelenjar eksokrin menghasilkan
sekret yang mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak, dan
karbohidrat. Sedangkan endokrin menghasilkan hormon insulin dan glukagon
yang memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat.
Kelenjar pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh
berupa hormon-hormon yang disekresikan oleh sel-sel dipulau langerhans.
Hormon-hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon yang merendahkan
kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang dapat meningkatkan glukosa
darah yaitu glukagon.
Fisiologi Insulin : Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel dipulau
langerhans menyebabkan timbulnya pengaturan secara langsung sekresi beberapa
jenis hormone lainnya, contohnya insulin menghambat sekresi glukagon,
somatostatin menghambat sekresi glukagon dan insulin.
Pankreas menghasilkan :
1) Garam NaHCO3 : membuat suasana basa
2) Karbohidrase : amilase ubah amilum → maltosa
3) Dikarbohidrase : a.maltase ubah maltosa → 2 glukosa
4) Sukrase ubah sukrosa → 1 glukosa + 1 fruktosa
5) Laktase ubah laktosa → 1 glukosa + 1 galaktosa
6) Lipase mengubah lipid → asam lemak + gliserol
7) Enzim entrokinase mengubah tripsinogen → tripsin dan ubah pepton → asam
amino
Kepulauan Langerhans membentuk organ endokrin yang menyekresikan
insulin, yaitu sebuah homron antidiabetika, yang diberikan dalam pengobatan
diabetes. Insulin ialah sebuah protein yang dapat turut dicernakan oleh enzim-
enzim pencerna protein dan karena itu tidak diberikan melalui mulut melainkan
dengan suntikan subkutan.
Insulin mengendalikan kadar glukosa dan bila digunakan sebagian
pengobatan dalam hal kekurangan seperti pada diabetes, ia memperbaiki
kemampuan sel tubuh untuk mengasorpsi dan menggunakan glukosa dan lemak.
Pada pankreas paling sedikit terdapat empat peptida dengan aktivitas
hormonal yang disekresikan oleh pulau-pulau (islets) Langerhans. Dua dari
hormon-hormon tersebut, insulin dan glukagon memiliki fungsi penting dalam
pengaturan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Hormon ketiga,
somatostatin berperan dalam pengaturan sekresi sel pulau, dan yang keempat
polipeptida pankreas berperan pada fungsi saluran cerna.
Hormon Insulin : Insulin merupakan protein kecil, terdiri dari dua rantai
asam amino yang satu sama lainnya dihubungkan oleh ikatan disulfida. Bila kedua
rantai asam amino dipisahkan, maka aktivitas fungsional dari insulin akan hilang.
Translasi RNA insulin oleh ribosom yang melekat pada reticulum endoplasma
membentuk preprohormon insulin -- melekat erat pada reticulum endoplasma
--membentuk proinsulin -- melekat erat pada alat golgi – membentuk insulin --
terbungkus granula sekretorik dan sekitar seperenam lainnya tetap menjadi
proinsulin yang tidak mempunyai aktivitas insulin.
Insulin dalam darah beredar dalam bentuk yang tidak terikat dan memilki
waktu paruh 6 menit. Dalam waktu 10 sampai 15 menit akan dibersihkan dari
sirkulasi. Kecuali sebagian insulin yang berikatan dengan reseptor yang ada pada
sel target, sisa insulin didegradasi oleh enzim insulinase dalam hati, ginjal, otot,
dan dalam jaringan yang lain. Reseptor insulin merupakan kombinasi dari empat
subunit yang saling berikatan bersama oleh ikatan disulfide, 2 subunit alfa
(terletak seluruhnya di luar membrane sel) dan 2 subunit beta (menembus
membrane, menonjol ke dalam sitoplasma). Insulin berikatan dengan subunit alfa
-- subunit beta mengalami autofosforilasi -- protein kinase -- fosforilasi dari
banyak enzim intraselular lainnya.
Insulin bersifat anabolik, meningkatkan simpanan glukosa, asam-asam
lemak dan asam-asam amino. Glukagon bersifat katabolik, memobilisasi glukosa,
asam-asam lemak dan asam-asam amino dari penyimpanan ke dalam aliran darah.
Kedua hormon ini bersifat berlawanan dalam efek keseluruhannya dan pada
sebagian besar keadaan disekresikan secara timbal balik. Insulin yang berlebihan
menyebabkan hipoglikemia, yang menimbulkan kejang dan koma.
Defisiensi insulin baik absolut maupun relatif, menyebabkan diabetes
melitus, suatu penyakit kompleks yang bila tidak diobati dapat mematikan.
Defisiensi glukagon dapat menimbulkan hipoglikemia dan kelebihan glukagon
menyebabkan diabetes memburuk. Produksi somatostatin yang berlebihan oleh
pankreas menyebabkan hiperglikemia dan manifestasi diabetes lainnya.
1) Sintesis Insulin
Insulin disintesis oleh sel-sel beta, terutama ditranslasikan ribosom
yang melekat pada retikulum endoplasma (mirip sintesis protein) dan
menghasilkan praprohormon insulin dengan berat molekul sekitar 11.500.
Kemudian praprohormon diarahkan oleh rangkaian "pemandu" yang bersifat
hidrofibik dan mengandung 23 asam amino ke dalam sisterna retikulum
endoplasma.
Struktur kovalen insulin manusia: Di retikulum endoplasma,
praprohormon ini dirubah menjadi proinsulin dengan berat molekul kira-kira
9000 dan dikeluarkan dari retikulum endoplasma.
Molekul proinsulin diangkut ke aparatus golgi, disini proteolisis serta
pengemasan ke dalam granul sekretorik dimulai. Di aparatus golgi, proinsulin
yang semua tersusun oleh rantai B — peptida (C) penghubung — rantai A,
akan dipisahkan oleh enzim mirip tripsin dan enzim mirip karboksipeptidase.
Pemisahan itu akan menghasilkan insulin heterodimer (AB) dan C
peptida. Peptida C dengan jumlah ekuimolar tetap terdapat dalam granul, tetapi
tidak mempunyai aktivitas biologik yang diketahui.
2) Sekresi Insulin
Sekresi insulin merupakan proses yang memerlukan energi dengan
melibatkan sistem mikrotubulus-mikrofilamen dalam sel B pada pulau
Lengerhans. Sejumlah kondisi intermediet turut membantu pelepasan insulin :
Glukosa apabila kadar glukosa darah melewati ambang batas normal yaitu 80-
100 mg/dL maka insulin akan dikeluarkan dan akan mencapai kerja maksimal
pada kadar glukosa 300-500 mg/dL. Dalam waktu 3 sampai 5 menit sesudah
terjadi peningkatan segera kadar glukosa darah, insulin meningkat sampai
hampir 10 kali lipat. Keadaan ini disebabkan oleh pengeluaran insulin yang
sudah terbentuk lebih dahulu oleh sel beta pulau langerhans pancreas. Akan
tetapi, kecepatan sekresi awal yang tinggi ini tidak dapat dipertahankan,
sebaliknya, dalam waktu 5 sampai 10 menit kemudian kecepatan sekresi
insulin akan berkurang sampai kira-kira setengah dari kadar normal. Kira-kira
15 menit kemudian, sekresi insulin meningkat untuk kedua kalinya, sehingga
dalam waktu 2 sampai 3 jam akan mencapai gambaran seperti dataran yang
baru, biasanya pada saat ini kecepatan sekresinya bahkan lebih besar daripada
kecepatan sekresi pada tahap awal. Sekresi ini disebabkan oleh adanya
tambahan pelepasan insulin yang sudah lebih dahulu terbentuk dan oleh adanya
aktivasi system enzim yang mensintesis dan melepaskan insulin baru dari sel.
Naiknya sekresi insulin akibat stimulus glukosa menyebabkan
meningkatnya kecepatan dan sekresi secara dramatis. Selanjutnya, penghentian
sekresi insulin hampir sama cepatnya, terjadi dalam waktu 3 sampai 5 menit
setelah pengurangan konsentrasi glukosa kembali ke kadar puasa.
Peningkatan glukosa darah meningkatkan sekresi insulin dan insulin
selanjutnya meningkatkan transport glukosa kedalam hati, otot dan sel lain,
sehingga mengurangi konsentrasi glukosa darah kembali ke nilai normal.
Insulin dilepaskan pada suatu kadar batas oleh sel-sel beta pulau langerhans.
Rangsangan utama pelepasan insulin diatas kadar basal adalah
peningkatan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah puasa dalam keadaan
normal adalah 80-90 mg/dl. Insulin bekerja dengan cara berkaitan dengan
reseptor insulin dan setelah berikatan, insulin bekerja melalui perantara kedua
untuk menyebabkan peningkatan transportasi glukosa kedalam sel dan dapat
segera digunakan untuk menghasilkan energi atau dapat disimpan didalam hati.
2. KONSEP HYPOGLIKEMIA
1.1 DEFINISI
Menurut (Rudi, 2013) Hipoglikemi adalah suatu keadaan dimana
kondisi seseorang mengalami penurunan pada kadar gula dalam darah dibawah
normal. Dapat dikatakan jumlah gula dalam darah mengalami penurunan saat
dilakukannya cek GDS dimana didapatkan jumlah dibawah 60 mg/dl atau
dibawah 80 mg/dl dengan gejala klinis. Saat tubuh mengalami penurunan gula
darah, tubuh akan merespon yang dimana ditandai dengan gejala klinis
diantaranya klien akan merasakan pusing, tubuh lemas dan gemetaran,
pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang klien bisa sampai hilang kesadaran. Keadaan seperti
ini akan dapat terjadi apabila dalam pemberian obat dan insulin diberikan
dalam jumlah yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh,
mengkonsumsi makanan yang terlalu sedikit ataupun karena sering melalukan
aktivitas yang berat. Pada keadaan hipoglikemi berat dimana jumlah kadar gula
dalam darah berada dibawah 10 mg/dl, akibat yang akan dialami oleh tubuh
dapat mengalami kejang hingga dapat terjadinya koma.
1.2 ETIOLOGI
Penyebab terjadinya Hipoglikemi menurut (Kedia, 2011) :
1) Dosis pemberian insulin yang kurang tepat
Pengobatan diabetes di pergunakan untuk mengatur kadar gula darah
tetap baik sehingga membuat pasien akan merasa nyaman dan menghindari
terjadinya Hipoglikemi, di perlukan kerja sama yang baik antara pasien dan
dokter dalam menurunkan resiko terjadinya komplikasi diabetes. Kombinasi
yang di lakukan dalam pemberian penyediaan insulin sangatlah penting untuk
kita dapat lebih memperhatikan ketepatan dalam pemberian insulin sesuai
dengan kebutuhan yang sesuai dengan kondisi gula darah yang di alami.
2) Kurangnya asupan karbohidrat karena menunda atau melewatkan makan
Menunda sarapan bagi penderita diabetes dalam jangka waktu yang
lama di pagi hari dapat menyebabkan terjadinya Hipoglikemi atau kadar
glukosa darah menjadi terlalu rendah. Lupa atau membiarkan diri terlalu sibuk
hingga melewatkan waktu makan bisa berbahaya bagi penderita diabetes. Lupa
makan akan menyebabkan kadar glukosa dalam darah menjadi terlalu rendah,
jika dibiarkan tanpa penanganan lebih lanjut pada keadaan Hipoglikemi maka
kondisi ini akan menjadi parah, menyebabkan rasa linglung dan pingsan.
Hipoglikemi yang semakin parah dapat menimbulkan terjadinya kejang, koma,
hingga kematian. Kadar insulin yang di dapatkan untuk gula dalam darah
haruslah seimbang dengan makanan yang akan di konsumsi, namun jika
makanan yang di konsumsi kurang dan tidak bisa menyeimbangi dosis insulin
yang di dapatkan maka akan terjadi keadaan dimana ke seimbangan di dalam
tubuh akan terganggu dan mengakibatkan kadar gula semakin rendah.
3) Konsumsi alkohol
Pada kondisi tubuh yang normal, lever merupakan bagian organ yang
menyimpan dan mensekresi glukosa ke dalam sel-sel tubuh sebagai penopang
saat seseorang sedang tidak makan. Lever juga berfungsi dalam membersihkan
tubuh dari racun (detoksifikasi). Lever tidak bisa mensekresi glukosa dan
membersihkan racun secara bersamaan. Jadi ketika keadaan lever melakukan
detoksifikasi, organ tersebut akan berhenti mensekresi glukosa. Organ lain
seperti pankreas di dalam tubuh kita juga dapat memproduksi hormon insulin,
hormon yang dimana dapat mengendalikan kadar gula darah dan mengubahnya
menjadi sumber energi bagi tubuh. Jika fungsi kegunaan pada pankreas
terganggu, maka produksi insulin bisa tidak maksimal dan membuat kadar gula
darah menjadi kacau.
4) Peningkatan pemanfaatan karbohidrat karena latihan atau penurunan berat
badan
Aktivitas fisik dan olahraga sangat penting dalam mengontrol diabetes.
Namun, jika olahraga yang di lakukan terlalu berlebihan, olahraga juga dapat
menurunkan kadar gula darah hingga di bawah batas normal. Olahraga sedang
hingga berat bisa menyebabkan kadar gula darah turun selama 24 jam setelah
olahraga. Tubuh menggunakan dua bahan bakar, yaitu gula dan lemak dalam
memperoleh energi, gula yang di gunakan berasal dari darah, hati dan otot.
Gula tersimpan di dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen. Olahraga bisa
menurunkan kadar gula darah dan glikogen yang tersimpan, tubuh memang
dapat mengisi kembali penyimpanan glikogen tersebut. Namun, prosesnya
membutuhkan waktu yang tidak singkat 4 - 6 jam, bahkan 12 - 24 jam jika
aktivitas yang di lakukan terlalu berat. Selama pengisian atau pengembalian
penyimpanan glikogen tersebut klien diabetes memiliki risiko tinggi
mengalami penurunan kadar gula dalam darah.
1.3 KLASIFIKASI
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s
Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus,
menjabarkan 4 kategori utama diabetes didalam (Corwin, 2009), yaitu :
1) Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) / Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I.
Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan
oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar
gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2) Tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) / Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II.
Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten
insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan
pertama adalah dengan diet dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah
menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin
dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi
paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka
yang obesitas.
3) DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik) obat,
infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik
gangguan endokrin.
4) Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak
mengidap diabetes.
1.4 PATOFISIOLOGI
Menurut (Kedia, 2011) pada Diabetes Mellitus type 2, Hipoglikemi
terjadi akibat adanya kelebihan insulin dan juga terjadinya gangguan
pertahanan fisiologis yaitu terdapat penurunan pada plasma glukosa. Glukosa
sendiri merupakan bagian terpenting di dalam tubuh sebagai bahan bakar
metabolisme yang harus ada untuk otak. Terjadinya penurunan kadar gula
dalam darah akan berkaitan pada system saraf pusat, sistem pencernaan dan
sistem peredaran darah.
Menurut (Setyohadi, 2012) konsentrasi glukosa yang dimiliki dalam
darah yang normal berjumlah 70-110 mg/dl. Penurunan jumlah kadar glukosa
dalam darah akan memicu respon pada tubuh, dimana ketika tubuh mengalami
penurunan kadar gula dalam darah akan memicu terjadinya penurunan
konsentrasi insulin secara fisiologis, serta akan membuat tubuh kehilangan
kesadaran. Oleh karena itu, jika jumlah kadar gula yang di suplai oleh darah
mengalami penurunan, tentunya akan mempengaruhi fungsi kerja otak. Saat
tubuh ingin melakukan aktivitas yang banyak, otak akan sangat bergantung
pada suplai glukosa yang akan di berikan secara terus-menerus dari dalam
jaringan system saraf pusat. Di saat otak kehilangan suplai glukosa yang di
butuhkan, tubuh akan merespon dan secara berlanjut akan terjadi penurunan
kesadaran sehingga mengakibatkan terjadinya pola nafas tidak efektif.
Ketergantungan yang dimiliki otak pada setiap menit suplai glukosa yang
dimiliki melalui sirkulasi di akibatkan karena ke tidak mampuan otak dalam
pemenuhan kadar cadangan glukosa sebagai glikogen di dalam otak. Selain itu
juga otak tidak dapat mencampurkan glukosa dan hanya dapat menyimpan
cadangan glukosa dalam bentuk glikogen namun dalam jumlah yang kecil.
Oleh karena itu, fungsi kerja otak yang normal akan sangat bergantung pada
konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi.
1.5 KOMPLIKASI
Menurut teori (Jevon, 2010) Hipoglikemia merupakan gangguan tingkat
kesadaran yang dapat berubah kapan saja yang dimana dapat menyebabkan
gangguan pernafasan, selain itu Hipoglikemia juga dapat mengakibatkan
kerusakan otak akut. Hipoglikemia yang berkepanjangan parah bahkan dapat
menyebabkan gangguan neuropsikologis, sampai dengan terjadinya gangguan
neuropsikologis berat karena efek Hipoglikemi berkaitan dengan system saraf
pusat yang biasanya di tandai oleh perilaku dan pola bicara yang abnormal dan
menurut Hipoglikemi yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan
otak yang permanen, Hipoglikemi juga dapat menyebabkan koma sampai
kematian.
1.6 PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Kedia, 2011) pengobatan yang dapat di berikan pada pasien
dengan penyakit Hipoglikemi tergantung pada keparahan dari Hipoglikemi.
Hipoglikemi ringan mudah di obati dengan asupan karbohidrat seperti
minuman yang mengandung glukosa, tablet glukosa, atau dengan
mengkonsumsi makanan ringan. Sedangkan pada Hipoglikemi berat di
butuhkannya bantuan eksternal, antara lain :
1. Dekstrosa
Pada keadaan pasien yang tidak mampu menelan glukosa karena
pingsan, kejang atau adanya perubahan status mental, pada keadaan darurat
dapat diberikannya dekstrosa dalam air dengan konsentrasi 50% dimana
dosis biasanya yang di berikan kepada orang dewasa, sedangkan pemberian
konsentrasi 25% yang biasanya akan di berikan kepada anak-anak.
2. Glukogen
Tidak seperti dekstrosa, yang dalam pemberiannya harus di berikan
melalui intravena, glukogen dapat di berikan pada klien dengan melalui
subkutan (SC) atau intramuskular (IM) yang dimana akan di lakukan oleh
perawat yang memang sudah pengalaman dalam memberikan glokugen.
Dalam hal ini tentunya akan dapat mencegah terjadinya ke terlambatan
dalam memulai pengobatan yang dapat di lakukan secara darurat.
B. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Airway
Menilai kepatenan jalan nafas, apakah pasien dapat bernafas dengan
bebas ataukah adanya penumpukan sekret yang dapat menghalangi jalan nafas.
Jika di dapatkan adanya obstruksi, maka harus di lakukan chin lift / jaw thrust,
suction, guedel airway dan intubasi trakea.
b. Breathing
Apabila jalan nafas tidak memadai, maka harus di lakukan pemberian
oksigen serta memposisikan pasien dengan semi fowler.
c. Circulation
Untuk dapat menilai sirkulasi atau peredaran darah, maka perlu di
lakukan cek capillary refill, pemberian infus, auskultasi adanya suara nafas
tambahan, segera memberikan bronkodilator, memantau frekunsi pernafasan,
pantau terjadinya tanda-tanda sianosis dan kegelisahan serta memonitor
tekanan darah. Penilaian ulang akan di perlukan apabila di dapati kondisi
pasien yang tidak stabil.
d. Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar
sepenuhnya, hanya dapat merespon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar.
Mengkaji tingkat mobilisasi pasien, memposisikan pasien pada semi fowler,
ekstensikan kepala untuk dapat memaksimalkannya ventilasi, serta segera
berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien atau dapat sesuaikan dengan
anjuran yang di berikan dokter.
2. Diagnosa Keperawatan
SDKI
KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH
D.0027
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
Definisi
Variasi kadar glukosa darah naik/turun dari rentang normal.
Penyebab
Hipoglikemia
1. Penggunaan insulin atau obat glikemik oral
2. Hiperinsulinemia (mis. insulinoma)
3. Endokrinopati (mis. kerusakan adrenal atau pituitari)
4. Disfungsi hati
5. Disfungsi ginjal kronis
6. Efek agen farmakologis
7. Tindakan pembedahan neoplasma
8. Gangguan metabolik bawaan (mis. gangguan penyimpanan lisosomal,
galaktosemia, gangguan penyimpanan glikogen)
Gejala dan tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Mengantuk 1. Gangguan koordinasi
2. Pusing 2. Kadar glukosa dalam
darah/urine rendah
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
1. Palpitasi 1. Gemetar
2. Mengeluh lapar 2. Kesadaran menurun
3. Perilaku aneh
4. Sulit bicara
5. Berkeringat
Kondisi Klinis Terkait
1. Diabetes melitus
2. Ketoasidosis diabetik
3. Hipoglikemia
4. Hiperglikemia
5. Diabetes gestasional
6. Penggunaan kortikosteroid
7. Nutrisi parenteral total (TPN)
3. Intervensi
SLKI
KESTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH
L.05022
Definisi
Kadar glukosa darah berada pada rentang normal.
Ekspektasi : Meningkat
Kriteria Hasil Menurun Cukup Sedang Cukup Meningka
Menurun Meningkat t
Koordinasi 1 2 3 4 5
Kesadaran 1 2 3 4 5
Kriteria Hasil Meningk Cukup Sedang Cukup Menurun
at Meningk Menurun
at
Mengantuk 1 2 3 4 5
Pusing 1 2 3 4 5
Lelah/lesu 1 2 3 4 5
Keluhan lapar 1 2 3 4 5
Gemetar 1 2 3 4 5
Berkeringat 1 2 3 4 5
Mulut kering 1 2 3 4 5
Rasa haus 1 2 3 4 5
Perilaku aneh 1 2 3 4 5
Kesulitan bicara 1 2 3 4 5
Kriteria Hasil Membur Cukup Sedang Cukup Membaik
uk membur membaik
uk
Kadar glukosa dalam 1 2 3 4 5
darah
Kadar glukosa dalam 1 2 3 4 5
urine
Palpitasi 1 2 3 4 5
Perilaku 1 2 3 4 5
Jumlah urin 1 2 3 4 5
SIKI
MANAJEMEN HIPOGLIKEMIA
I.03115
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola kadar glukosa darah rendah.
Tindakan
Observasi
- Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
- Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia
Terapeutik
- Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu
- Berikan glukagon, jika perlu
- Berikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai diet
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Pertahankan akses IV, jika perlu
- Hubungi layanan medis darurat, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan membawa karbohidrat sederhana setiap saat
- Anjurkan memakai identitas darurat yang tepat
- Anjurkan monitor kadar glukosa darah
- Anjurkan berdiskusi dengan tim perawatan diabetes tentang penyesuaian
program pengobatan
- Jelaskan interaksi antara diet, insulin/agen oral dan olahraga
- Ajarkan pengelolaan hipoglikemia (mis. tanda dan gejala, faktor resiko
dan pengobatan hipoglikemia)
- Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah hipoglikemia (mis.
mengurangi insulin/agen oral dan/atau meningkatkan asupan makanan
untuk berolahraga)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dekstrose, jika perlu
- Kolaborasi pemberian glukagon, jika perlu
4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan
pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi)
dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan perubahan pada pertahanan
daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh,
pemantapan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi pesan tim medis
serta mengupayakan rasa aman, nyaman dan keselamatan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana
mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan
secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pengkajian
1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 46 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status marital : Menikah
Pendidikan :-
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Asuransi :-
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Saunggaling, Kec. Bululawang, Kab. Malang
Tanggal Masuk : 14 Desember 2020
Tanggal Pengkajian : 16 Desember 2020
No Register :-
Diagnosa Medis : Hypoglikemia
Genogram
: Perempuan
: Laki-laki
: Hubungan pernikahan
: Hubungan perkawinan
: Tinggal serumah
: Pasien
5) Riwayat sosiokultural :
Pasien adalah seorang ibu yang yang membantu suaminya mencari
nafkah dengan berjualan. Ketika di rumah sakit pasien dirawat sama
suaminya yang selalu menemani pasien selama menjalani pengobatan.
Di rumah sakit pun pasien sangat kooperatif dalam menjalani perawatan
dan selalu aktif dalam menanyakan perkembangan penyakit yang
dialami. Pasien beragama islam, saat menjalani perawatan tak lupa selalu
menyempatkan waktu beribadah dengan istri nya sesuai kepercayaannya
pada Allah.
6) Review Pola Sehat Sakit
Saat sehat : Pasien mengatakan melakukan aktivitas selayaknya istri
yang membantu suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pasien
selalu melakukan tugasnya sebagai seorang ibu untuk membersihkan
rumah. Selain itu, pasien juga menyempatkan waktu untuk berkumpul
bersama keluarga besarnya.
Saat sakit : Selama sakit, pasien hanya bisa berbaring di tempat tidur.
Pasien tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya dan keterbatasan
pasien yang tidak bisa melakukan aktivitas tanpa bantuan suaminya.
Suami pasien semakin giat mencari nafkah unruk keperluan keluarga dan
biaya pengobatan sang istri.
7) Pola fungsi kesehatan Gordon
(1) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien menyadari bahwa bahwa dirinya sakit, tetapi pengetahuan
pasien tentang penyakit yang di derita tersebut cukup kurang, hal
tersebut dapat dibuktikan dengan pasien tidak mengetahui apa itu
hypoglikemia, makanan/minuman apa saja yang dapat dikonsumsi dan
apa saja faktor yang mengakibatkan penyakit tersebut dapat terjadi di
dalam dirinya.
(2) Pola nutrisi dan metabolik
Sebelum sakit : Pada saat sebelum sakit pasien makan cukup sering 2-
3x sehari dengan 1 porsi nasi lauk tempe, tahu, daging, sop, kacang
dan kangkung.
Selama sakit : Pada saat sakit pasien tidak dapat makan sendiri dengan
baik, pasien mendapat makanan dalam bentuk cair (susu bubuk yang
di cairkan) yang di berikan melalui selang NGT setiap pagi jam 09.00
dan sore hari jam 16.00 sejumlah 200 cc.
(3) Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Pada saat sebelum sakit, suami pasien mengatakan
bahwa pasien memiliki eliminasi yang baik. Pasien BAB setiap pagi
hari dan BAK dengan baik dan tidak ada masalah ataupun
hambatan/kesulitan.
Selama sakit : Pada saat pasien mulai di rawat/ MRS pasien terpasang
kateter namun urine yang dikeluarkan tidak pernah banyak dan pasien
memakai diapers, pasien tidak pernah BAB saaat MRS.
(4) Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit : Pada saat sebelum sakit aktivitas pasien di rumah
yaitu memasak, membersihkan rumah dan mengurus rumah serta
membantu suaminya berjualan.
Selama sakit : Pada saat sakit pasien hanya terbaring di tempat tidur.
Pasien nampak lemah, pasien tidak dapat menggerakkan tubuhnya,
pasien tidak dapat mengeluarkan kata-kata saat bicara, pasien hanya
dapat mengeluarkan gerangan.
(5) Pola kognitif dan persepsi
Pasien mengatakan bahwa mengalami gangguan sensori penglihatan
yang kurang baik, namun pasien mengatakan kakinya mengalami
pembengkakan secra terus menerus oleh sebab itu yang
mengakibatkan aktivitas pasien terganggu total. Pasien juga
mengalami gangguan proses pikir dibuktikan dengan kemampuan
pasien dalam merepon semua pertanyaan dari perawat maupun
keluarga kurang cepat merepon dengan baik.
(6) Pola Persepsi Konsep Diri
Gambaran diri : Pasien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang
paling disukai dan bagian tubuh yang tidak disukai dirasa biasa-biasa
saja tidak ada yang istimewa baginya.
Identitas diri : Status pasien adalah seorang ibu yang seharusnya tidak
mengalami sakit dan membuat keluarganya termasuk suaminya
khawatir memikirkan kondisinya.
Peran : Pasien sangat sedih karena tidak dapat membantu suaminya
mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga nya.
Ideal diri : Pasien berharap bisa cepat sembuh dan semua organ
tubuhnya dapat berfungsi dengan baik dan normal kembali. Pasien
juga berharap supaya keluarga tetap mendukung dalam doa dan secara
mental agar cepat sembuh dari penyakitnya.
Harga diri : Pasien merasa tidak punya harga diri karena pasien belum
bisa memberikan yang terbaik untuk keluarganya dan merasa merepoti
terus menerus karena penyakit yang dialami.
(7) Pola tidur dan Istirahat
Sebelum sakit : Pada saat sebelum sakit pasien biasanya tidur dengan
baik dan tidak ada masalah, tidur siang jam 11.00 dan bangun pada
jam 13.00. Saat malam hari pasien selalu tidur jam 22.00 jika tidak
ada pekerjaan yang di kerjakan dan selalu bangun saat subuh jam
05.00.
Selama sakit : Pada saat sakit pasien selalu tidur dan terbaring di atas
tempat tidur, pasien tidak dapat beristirahat dengan tenang, nampak
ketika pasien selalu mengeluarkan gerangan dan pasien selalu merasa
gelisah.
(8) Pola peran dan hubungan
Pada saat sakit, keluarga pasien memahami keadaan pasien
dikarenakan kondisinya. Suami pasien juga mengatakan bahwa
hubungan pasien dengan keluarga nya sangat baik, tetangga bahkan
masyarakat sekitar ketika pasien sedang sakit, banyak yang
berdatangan bergantian dalam merawat pasien di rumah sakit.
(9) Pola seksual- Reproduksi
Pasien mengatakan mempunyai anak 2 yang keduanya perempuan.
Pasien mengatakan kedua anaknya belum menikah dan masih tinggal
satu rumah, pasien belum mengalami menopause dan tidak mengalami
gangguan seksualitas apapun atau gangguan penyakit menular.
(10) Pola Toleransi Stres-koping
Pasien mengatakan jika pasien sedang mengalami masalah, pasti
selalu cerita kapada suami. Selain itu, juga cerita masalahnya ke anak-
anaknya dan mertuanya. Semenjak sakit, pasien juga berharap
dukungan dari keluarga agar pasien cepat sembuh dan pulang.
(11) Pola Nilai- Kepercayaan
Pasien mengatakan dirinya menganut agama Islam dan sebelum
dirawat di rumah sakit pasien menjalankan ibadah sholat 5 waktu
dengan khusyuk di rumah bersama dengan keluarganya, tetapi selama
dirawat di rumah sakit pasien tidak menjalankannya dikarenakan
kondisi pasien yang kurang memungkinkan. Pasien hanya dapat
berdoa diatas tempat tidur, pasien yakin kalau penyakit yang sedang
dideritanya adalah ujian dari Allah SWT dan pasien yakin kalau bisa
sembuh dan dapat melakukan aktivitas dengan normal.
ANALISA DATA
NAMA PASIEN : Ny. M
UMUR : 46 Tahun
NO. REGISTER :-
DATA OBYEKTIF (DO) FAKTOR YANG MASALAH
DATA SUBYEKTIF (DS) BERHUBUNGAN/RISIKO KEPERAWATAN
(E) (SDKI)
DS : Pasien mengeluh Hipoglikemia Ketidakstabilan
pusing disertai nyeri seperti Kadar Glukosa Darah
tertekan dan dialami secara (D.0027)
tiba-tiba, skala nyeri 5,
nyeri hilang timbul durasi 3
menit.
DO :
- Glukosa darah puasa
menurun 54 mg/dL
- Pasien tampak
gemetar
- Pasien tampak
berperilaku aneh
- Pasien tampak sulit
bicara
- Pasien tampak
berkeringat
DS : Ketidakseimbangan Gangguan Pertukaran
- Pasien mengeluh ventilasi - perfusi Gas (D.0003)
pusing
- Penglihatan pasien
kabur
DO :
- Pasien tampak
gelisah
- PCO2 meningkat
97,0 mmHg
- PO2 menurun 74,6
mmHg
- Tekanan nadi lemah
- Warna kulit pasien
pucat
- Adanya suara napas
tambahan (ronchi)
TTV
TD : 122/72 mmHg
N : 85 x /menit
R : 13x /menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah berhubungan dengan Hipoglikemia
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan ventilasi -
perfusi
Edukasi Diet (I.12369) a. Mengetahui kebiasaan pola makan saat ini dan
Observasi masa lalu
a. Identifikasi kebiasaan pola makan saat ini dan masa lalu b. Mengetahui persepsi pasien dan keluarga tentang
b. Identifikasi persepsi pasien dan keluarga tentang diet diet yang diprogramkan
yang diprogramkan c. Mengetahui keterbatasan finansial untuk
c. Identifikasi keterbatasan finansial untuk menyediakan menyediakan makanan yang akan dikonsumsi
makanan d. Untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada
Terapeutik pasien
d. Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan e. Untuk bertanya tentang diet yang diprogramkan
pendidikan kesehatan f. Melakukan rencana makanan tertulis sesuai yang
e. Berikan kesempatan pasien dan keluarga bertanya diprogramkan
f. Sediakan rencana makan tertulis, jika perlu g. Mengetahui makanan yang diperboleh dan dilarang
Edukasi saat menjalankan program diet
g. Informasikan makanan yang diperbolehkan dan dilarang h. Mengganti bahan makanan sesuai diet yang
h. Anjurkan mengganti bahan makanan sesuai dengan diet diprogramkan
yang diprogramkan i. Melakukan olahraga sesuai toleransi pasien
i. Anjurkan melakukan olahraga sesuai toleransi j. Untuk konseling masalah diet yang diprogramkan
Kolaborasi
j. Rujuk ke ahli gizi dan sertakan keluarga, jika perlu
Dukungan Ventilasi (I.01002) a. Mengetahui adanya kelelahan otot bantu napas pada
Observasi pasien
a. Identifikasi adanya b. Mengetahui efek perubahan posisi terhadap status
kelelahan otot bantu napas pernapasan
b. Identifikasi efek c. Mengetahui status respirasi dan oksigenasi yang
perubahan posisi terhadap status pernapasan mempengaruhi kualitas napas pasien
c. Monitor status respirasi d. Mengetahui kepatenan jalan napas pasien
dan oksigenasi (mis. frekuensi dan kedalaman napas, e. Memantau ketenangan pasien
penggunaan otot bantu napas, bunyi napas tambahan, f. Mengetahui posisi nyaman pasien
saturasi oksigen) g. Melakukan teknik relaksasi napas dalam yang baik
Terapeutik dan benar
d. Pertahankan kepatenan jalan napas h. Mengajarkan posisi mandiri dan senyaman
e. Berikan posisi semi fowler atau fowler mungkin
f. Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin i. Mengetahui teknik batuk efektif dengan baik dan
Edukasi benar sesuai kebutuhan pasien
g. Ajarkan melakukan j. Untuk meringankan napas pasien
teknik relaksasi napas dalam
h. Ajarakan mengubah
posisi secara mandiri
i. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
j. Kolaborasi pemberian a. Mengetahui indikasi saat dilakukan fisioterapi dada
bronkodilator, jika perlu pada pasien untuk mengurangi produksi sputum
b. Mengetahui status pernapasan termasuk kecepatan,
irama, suara napas dan kedalaman napas setiap kali
observasi
c. Memeriksa segmen paru yang mengandung sekresi
Fisioterapi Dada (I.01004) berlebih pada pasien
Observasi d. Untuk mengetahui jumlah dan karakter sputum
a. Ide e. Memposisikan pasien sesuai dengan area paru yang
ntifikasi indikasi dilakukan fisioterapi dada (mis. mengalami penumpukan sputum
hipersekresi sputum, sputum kental dan tertahan, tirah f. Menggunakan bantal untuk membantu pengaturan
baring lama) posisi pada pasien
b. Mo g. Melakukan fisioterapi dada 2 jam setelah makan
nitor status pernapasan (mis. kecepatan, irama, suara agar tidak mengganggu sistem pencernaan saat
napas dan kedalaman napas) melakukan fisioterapi dada
c. Per h. Mengetahui tujuan dan prosedur dilakukannya
iksa segmen paru yang mengandung sekresi berlebihan fisioterapi dada
d. Mo i. Melakukan batuk segera setelah tindakan selesai
nitor jumlah dan karakter sputum dilakukan
Terapeutik j. Mengambil napas perlahan melalui hidung selama
e. Pos proses fisoterapi dilakukan.
isikan pasien sesuai dengan area paru yang mengalami
penumpukan sputum
f. Gu
nakan bantal untuk membantu pengaturan posisi
g. La
kukan fisioterapi dada setidaknya dua jam setelah makan
Edukasi
h. Jel
askan tujuan dan prosedur fisioterapi dada
i. Anj
urkan batuk segera setelah prosedur selesai
j. Aja
rkan inspirasi perlahan dan dalam melalui hidung selama
proses fisioterapi
TINDAKAN KEPERAWATAN
2. 2 15-12-20/
07.10 a. Memonitor kecepatan aliran oksigen 10 Mhs. Nining
lpm
07.30 b. Memonitor posisi alat terapi oksigen Mhs. Nining
08.00 c. Melakukan ttv secara berkala melalui Mhs. Nining
ventilator
08.30 d. Memonitor tingkat kecemasan pemberian Mhs. Nining
oksigen
09.00 e. Memonitor integritas mukosa hidung Mhs. Nining
akibat pemasangan oksigen
09.30 f. Membersihkan sputum atau secret Mhs. Nining
dengan dilakukan suction
10.00 g. Mempertahankan kepatenan jalan nafas Mhs. Nining
10.30 h. Berkolaborasi dengan tim medis dalam Mhs. Nining
penentuan dosis oksigen
11.00 i. Berkolaborasi dengan tim medis pada Mhs. Nining
penggunaan oksigen
EVALUASI KEPERAWATAN
1 15-12-20/
21.30 S : Pasien masih mengeluh pusing, tidak Mhs. Nining
mengantuk
O : Pasien tidak berkeringat, produksi urine Mhs. Nining
normal, kadar gula dalam darah masih menurun
A : Masalah teratasi sebagian Mhs. Nining
P : Intervensi masih dilanjutkan Mhs. Nining
1 16-12-20/
19.00 S : Pasien tidak merasa pusing dan tidak Mhs. Nining
mengantuk
O : Pasien tidak merasa gelisah, tidak Mhs. Nining
berkeringat produksi urine dan kadar gula
kembali normal
A : Masalah teratasi Mhs. Nining
P : Intervensi dihentikan Mhs. Nining
EVALUASI KEPERAWATAN
2 15-12-20/
22.30 S : Pasien masih mengeluh pusing, penglihatan Mhs. Nining
sudah mulai jelas
O : Pasien sudah tidak gelisah, warna kulit mulai Mhs. Nining
lembab, PCO2 masih meningkat, PO2 masih
menurun, masih ada suara napas tambahan
(ronchi)
A : Masalah teratasi sebagian Mhs. Nining
P : Melanjutkan intervensi Mhs. Nining
2 16-12-20/
16.00 S : Pasien sudah tidak mengeluh pusing dan Mhs. Nining
penglihatan sudah jelas
O : PCO2 normal, PO2 normal, suara napas Mhs. Nining
berangsur membaik
A : Masalah teratasi Mhs. Nining
P : Intervensi dihentikan Mhs. Nining
STIKES RS. BABTIS KEDIRI
PRODI KEPERAWATAN DIPLOMA III