OLEH:
EMIRENSIANA INGKE BULU
NIM: 1809074
OLEH:
EMIRENSIANA INGKE BULU
NIM: 1809074
ii
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN (NYERI)
DI KELURAHAN DIRATANA KECAMATAN LOLI
KABUPATEN SUMBA BARAT
OLEH
Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang Prodi Keperawatan Waikabubak
Pada Tanggal 23 Juni 2021
Penguji I Penguji II
Mengetahui
Ketua Program Studi Keperawatan Waikabubak
iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
tepat waktu. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan Program Studi
Keperawatan Waikabubak Poltekkes Kemenkes Kupang.
Penulis menyadari bahwa, dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat
diselesaikan karena adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. R. H. Kristina SKM.,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kupang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menempuh pendidikan Di Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang Program
Studi Keperawatan Waikabubak
2. Ibu Uly Agustine, S.Kp.,M.Kep selaku ketua Program Studi Keperawatan
Waikabubak Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang yang telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan pendidikan baik secara akademis
maupun klinik di Program Studi Keperawatan Waikabubak
3. Ibu Verayanti Albertina Bata S.Kep.Ns.,MPH selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
4. Bapak Petrus Belarminus S.Kep.Ns.,M.Kep selaku dosen penguji yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan kritik, saran yang
membangun dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
5. Bapak Bulu Gawi sebagai Lurah Di Kelurahan Diratana yang telah mengizinkan
kami untuk melakukan praktek kerja lapangan.
6. Bapak/Ibu dosen dan semua staf kampus Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kupang Prodi Keperawatan Waikabubak yang telah membekali dan membantu
penulis dengan pengetahuan selama berada di bangku perkuliahan.
7. Bapak Yohanes Bulu Ngongo sebagai Ayah yang telah mendoakan, mendukung
dan memotivasi penulis dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
v
8. Ibu Erni Lipa Kuji Rowa sebagai Ibu yang telah mendoakan, mendukung dan
memotivasi penulis dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Rovina Damiana Rowa, Heldigart Sri Erlinda Bulu sebagai kakak dan Ronald
Aprioner Bulu, Alexsandros Oliver Bulu, Stevania Marici Bulu sebagai adik yang
telah mendukung penulis dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Ferdinand S S Dairo yang telah membantu, mendukung, dan memotivasi
penulis dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis
vi
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN DENGAN
HIPERTENSI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN
(NYERI)
DI KELURAHAN DIRA TANA KECAMATAN LOLI
KABUPATEN SUMBA BARAT
Emirensiana Ingke Bulu1, Verayanti A. Bata2, Petrus Belarminus3
vii
DAFTAR ISI
viii
b. Etiologi Hipertensi .....................................................................................16
c. Anatomi Fisiologi Hipertensi ....................................................................17
d. Patofisiologi Hipertensi .............................................................................20
e. Pathway Hipertensi ....................................................................................21
f. Manifestasi Klinis Hipertensi ....................................................................22
g. Komplikasi Hipertensi ...............................................................................22
h. Penatalaksanaan Hipertensi .......................................................................23
i. Pencegahan Hipertensi ..............................................................................24
C. Konsep Lansia ..........................................................................................25
a. Pengertian Lansia ......................................................................................25
b. Batasan-BatasanLansia ..............................................................................25
c. Status Sehat Pada Lansia Di Indonesia ......................................................25
d. Proses Penuaan ..........................................................................................26
e. Karakteristik Lansia ...................................................................................26
f. Perubahan System Kardiovaskular Pada Lansia ......................................26
BAB III METODOLOGI PENULISAN
A. Rancangan Studi Kasus .............................................................................28
B. Subyek Studi Kasus ...................................................................................28
C. Fokus Study Kasus ....................................................................................28
D. Defenisi Operasional ................................................................................28
E. Tempat dan Waktu.....................................................................................28
F. Metode Pengumpulan Data .......................................................................29
G. Penyajian Data ...........................................................................................29
H. Etika Studi Kasus ......................................................................................29
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Studi Kasus.......................................................................................31
a. Pengkajian Keperawatan ...........................................................................31
b. Diagnose Keperawatan ..............................................................................46
c. Intervensi Keperawatan .............................................................................47
d. Implementasi Keperawatan .......................................................................49
e. Evaluasi Keperawatan ...............................................................................49
ix
2. Pembahasan ...............................................................................................52
a. Pengkajian Keperawatan ...........................................................................52
b. Diagnose Keperawatan ..............................................................................53
c. Intervensi Keperawatan .............................................................................53
d. Implementasi Keperawatan .......................................................................54
e. Evaluasi Keperawatan ...............................................................................54
3. Keterbatasan Studi Kasus ..........................................................................55
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan ..................................................................................................56
2. Saran.............................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................58
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR BAGAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah kaadaan dimana tekanan darah mengalami
peningkatan yang memberikan gejala berlanjut pada organ target di tubuh.
Hal ini dapat menimbulkan kerusakan yang lebih berat, misalnya stroke
(terjadi pada otak dan menyebabkan kematian yang cukup tinggi), penyakit
jantung koroner (terjadi kerusakan p embuluh darah jantung), dan
hipertrofi ventrikel kiri (terjadi pada otot jantung). Hipertensi juga dapat
menyebabkan penyakit gagal ginjal, penyakit pembuluh lain dan penyakit
lainnya (Syahrini, 2012).
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg. Hipertensi
dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer dan
esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang
dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung,
dan gangguan anak ginjal. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala,
sementara tekanan darah yang terus menerus tinggi dalam jangka waktu
lama dapat menimbulkan komplikasi oleh karena itu, hipertensi perlu
dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala
(Sidabutar, 2009).
Hipertensi akan menjadi sangat berbahaya jika tidak segera di
tangani karena hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh
darah sehingga bisa terjadi serangan jantung, gagal jantung, gagal ginjal
dan kemungkinan penyakit lainnya. Hipertensi juga bisa merusak pembuluh
darah dan organ-organ lain dalam tubuh, jika di biarkan dan tidak segera
dilakukan perawatan maka hipertensi bisa menimbulkan penyakit-penyakit
serius lainnya seperti kehilangan penglihatan, terbentuk aneurisma dan
demensia vaskuler (Sadock, 2013).
1
Kejadian hipertensi akan bertambah dengan bertambahnya umur
seseorang. Pada usia 25-44 tahun kejadian hipertensi mencapai 29%, pada
usia 45-64 tahun mencapai 51% dan pada usia lebih dari 65 tahun mencapai
65% (Warjiman et al, 2020). Meningkatnya penyakit darah tinggi
mengakibatkan jumlah kematian serta terjadinya resiko komplikasi akan
semakin bertambah setiap tahunnya. Penyebab keadaan ini karena
hipertensi angka kejadiannya masih sangat tinggi di Wilayah yang
berpenghasilan rendah dan terjadi pada usia lanjut. Diperlukan solusi
terbaik untuk mengatasi hipertensi. Solusi diharapkan dapat menurunkan
angka kejadian hipertensi, menurunkan resiko terjadinya komplikasi, dan
mengurangi resiko terhadap penyakit bagian kardiovaskuler (E Suprayitno
& Wahid, 2019).
Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur
45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi
sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan
13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3%
tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
penderita hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya hipertensi sehingga
tidak mendapatkan pengobatan.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2019
menyatakan terdapat 1 miliar kasus hipertensi diseluruh dunia. prevalensi
hipertensi akan terus meningkat tajam dan diprediksi pada tahun 2025
sebanyak 29% orang dewasa diseluruh dunia terkena hipertensi. Hipertensi
telah mengakibatkan kematian sebanyak 8 juta orang setiap tahun, dimana
1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara yang 1/3 populasinya menderita
hipertensi sehingga dapat menyebabkan peningkatan beban biaya kesehatan
(Depkes,2017).
Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620
orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar
427.218 kematian (Riskesdas, 2018).
2
Berdasarkan data Dinkes NTT, Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT) merupakan salah satu dari 34 provinsi di Indonesia yang memiliki
kasus hipertensi tertinggi setiap tahunnya. Berdasakan data hasil
pengumpulan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota serta dari sarana pelayanan
kesehatan (facility-based data), pada tahun (2016) jumlah kejadian
hipertensi di NTT berjumlah 880 (8,8%) kasus, tahun (2017) berjumlah
2.580 (25,8%) kasus tahun (2018) berjumlah 3.410 (34,1%) kasus (Dinkes
NTT, 2018).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Barat,
melaporkan bahwa jumlah penderita Hipertensi ditahun 2020 sebanyak
3267 kasus. Berdasarkan laporan Data Dinkes Kesehatan Kabupaten
Sumba Barat jumlah kasus hipertensi mengalami peningkatan. Oleh karena
itu peran perawat dan peran keluarga sangat diperlukan (Dinkes Sumba
Barat, 2020).
Berdasarkan data tersebut penulis tertarik untuk melaksanakan
pengelolaan kasus asuhan keperawatan dalam bentuk studi kasus dengan
judul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. M L dengan Hipertensi
dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Nyaman( Nyeri) di Kelurahan
Dira Tana”.
3
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan gerontik pada pasien dengan
hipertensi dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman nyaman (Nyeri)?
C. Tujuan Studi Kasus
Menggambarkan asuhan keperawatan gerontik pada pasien dengan hipertensi
dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman nyaman (Nyeri).
D. Manfaat Studi Kasus
a) Bagi Masyarakat
Membudayakan pengelolaan pasien hipertensi dalam pemenuhan
kebutuhan rasa aman nyaman( Nyeri )
b) Bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
Menambah keluasan ilmu dan teknologi keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan rasa aman nyaman (Nyeri) pada hipertensi
c) Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset
keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan pemenuhan
kebutuhan rasa aman nyaman (Nyeri).
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
b. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri
kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi enam bulan dan ditandai adanya peningkatan
tegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,
biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari enam bulan. Hal
yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri
kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi ke
dalam beberapa kategori, diantaranya nyeri tertusuk dan nyeri terbakar.
Tabel 1.2 Perbedaan Nyeri Akut dan Kronis
Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis
6
c. Stimulus Nyeri
Seseorang dapat menoleransi, menahan nyeri (pain tolerance), atau
dapatmengenali jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri (pain
threshold). Terdapat beberapa jenis stimulasi nyeri, diantaranya sebagai
berikut
a. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya
kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor.
b. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya
penekanan pada reseptor nyeri.
c. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.
d. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteri koronaria yang
menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat.
e. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik
d. Teori Nyeri
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya ransangan nyeri, diantaranya
sebagai berikut (Long 1989).
1. Teori Pemisahan (Specificity Theory). Menurut teori ini, ransangan sakit
masuk ke medula spinalis(Spinal Cord) melalui kornu dorsalis yang
bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan
menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensori
tempat ransangan nyeri tersebut diteruskan.
2. Teori pola (Pattern Theory). Ransangan nyeri masuk melalui akar
ganglion dorsal ke medula spinalis dan meransang aktivitas sel T. Hal ini
mengakibatkan suatu respon yang meransang ke bagian yang lebih tinggi,
yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot
berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri.
3. Teori pengendalian gerbang (Gate Control Theory). Menurut teori ini,
nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang keduanya berada
dalam akar ganglion dorsalis. Ransangan pada serat saraf besat akan
meningkatkan aktivitas substansi gelatinosa yang mengakibatkan
tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terlambat dan
7
menyebabkan hantaran ransangan terhambat. Ransangan serat besar dapat
langsung meransang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan
kedalam medula spinalis melalui serat eferen dan reaksinya
mempengaruhi aktivitas sel T. Ransangan pada serat kecil akan
menghambat aktivitas substansia gelatinosa dan membuka pintu
mekanisme, sehingga meransang aktivitas sel T yang selanjutnya akan
menghantarkan ransangan nyeri.
4. Teori Transmisi dan Inhibisi. Adanya stimulus pada nociceptor memulai
transmisi impuls-impuls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi
efektif oleh neurotransmiter yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls
nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang
memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogen opiate sistem
supresif.
e. Faktor-faktor yang Memengaruhi Nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di
antaranya sebagai berikut:
a. Arti Nyeri.
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan,
merusak, dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan dan
pengalaman.
b. Persepsi Nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif tempatnya
pada korteks (pada fungsi evaluatif kognitif). Persepsi ini dipengaruhi
oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nociceptor.
c. Toleransi Nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
memengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
memengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-
obatan, hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian,
8
kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sementara itu faktor
menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,
nyeri tidak kunjung hilang, sakit dan lain-lain.
d. Reaksi Terhadap Nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap
nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis dan menjerit. Semua
ini merupakan bentuk respons nyeri yang dapat dipengaruhi oleh
beberaopa faktor, seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman
masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa
takut, cemas, usia dan lain-lain.
f. Asuhan Keperawatan Dalam Kebutuhan Rasa Aman Nyaman Nyeri
a) pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan. Untuk itu, diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam
menangani masalah klien sehingga dapat memberi arah terhadap
tindakan keperawatan
Pengkajian pada masalah nyeri (gangguan rasa aman nyaman) yang
dapat dilakukan adalah mengkaji riwayat nyeri;keluhan nyeri seperti
lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan waktu serangan.
Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST:
• P (Pemacu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau
ringannya nyeri
• Q (Quality) dari nyeri, apakah seperti rasa nyeri tajam, tumpul,
atau tersayat
• R (Region), yaitu daerah perjalanan nyeri
• S (Severity), yaitu tingkat keparahan atau intensitas nyeri.
• T (Time), yaitu lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
9
Intensitas nyeri dapat diketahui dengan bertanya kepada klien melalui skala
nyeri berikut:
SKALA NYERI
a. Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk mengetahui:
1) Identitas meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa
yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan
darah dan diagnosa medis.
2) Aktivitas Istirahat
Gejala: kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
3) Sirkulasi
Gejala: riwayat hipertensi, jantung koroner
Tanda: kenaikan tekanan darah, denyutan nadi jelas, bunyi jantung
mur-mur, distensi vena jugularis.
10
4) Integritas Ego
Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
marah, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda: gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan yang
meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan
pola bicara
5) Eliminasi
Gejala: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi,
riwayat penyakit ginjal), obstruksi.
6) Makanan/Cairan
Gejala: makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol), mual, muntah, perubahan berat badan (naik/turun),
riwayat penggunaan diuretic.
Tanda: berat badan normal atau obesitas, adanya edema.
7) Neurosensori
Gejala: keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital,
gangguan penglihatan
Tanda: status mental, isi bicara, proses berpikir, memori, perubahan
retina optic. Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman
tangan.
8) Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: nyeri hilang timbul pada tungkai, angina, nyeri abdomen
atau massa
9) Pernafasan
Gejala: dyspnea yang berkaitan dengan aktivitas kerja, takipnea,
batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda: bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi atau
penggunaan alat bantu pernafasan.
10) Keamanan
Gejala: gangguan koordinasi, cara berjalan.
11
b) Diagnosa Keperawatan Perawat menggunakan hasil pengkajian
untuk menentukan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan
individu, diagnosis keperawatan keluarga dengan lansia, ataupun
diagnosis keperawatan pada kelompok lansia.
Terdapat beberapa diagnosis yang berhubungan dengan masalah
nyeri, diantaranya :
a. Nyeri akut akibat fraktur panggul
b. Nyeri kronis akibat arthritis
c. Gangguan mobilitas akibat nyeri pada ekstremitas
d. Kurangnya perawatan diri akibat ketidakmampuan
menggerakkan tangan yang disebabkan oleh nyeri persendian
e. Cemas akibat ancaman peningkatan nyeri
c) Perencanaan Keperawatan
a. Mengurangi dan membatasi faktor-faktor yang menambah nyeri.
Menggunakan berbagai teknik noninvasif untuk memodifikasi
nyeri yang dialami.
b. Menggunakan cara-cara untuk mengurangi nyeri yang optimal,
seperti memberikan analgesik sesuai dengan program yang
ditentukan.
d) Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan
a. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya ketidak
percayaan, kesalah pahaman, ketakutan, kelelahan, dan kebosanan.
1. Ketidak percayaan
Pengakuan perawat akan rasa nyeri yang di derita pasien dapat
mengurangi nyeri. Hal ini dapat dilakukan melalui pernyataan
verbal, mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai
keluhan nyeri pasien, dan mengatakan kepada pasien bahwa
perawat mengkaji rasa nyeri pasien agar lebih dapat memahami
tentang nyerinya.
12
2. Kesalah pahaman
Mengurangi kesalah pahaman pasien tentang nyerinya akan
mengurangi nyeri, hal ini dilakukan dengan memberitahu pasien
bahwa nyeri yang dialami sangat individual dan hanya pasien
yang tahu secara pasti tentang nyerinya.
3. Ketakutan
Memberikan informasi yang tepat dapat mengurangi ketakutan
pasien dengan mengganjurkan pasien untuk mengepresikan
bagaimana mereka menangani nyeri.
4. Kelelahan
Kelelahan dapat memperberat nyeri. Untuk mengatasinya,
kembangkan pola aktivitas yang dapat memberikan istirahat yang
cukup.
5. Kebosanan
Kebosanan dapat meningkatkan rasa nyeri, untuk mengurangi
nyeri dapat digunakan pengalih perhatian yang bersifat
terapeutik. Beberapa tehnik pengalih perhatian adalah bernafas
pelan dan berirama, memijat secara perlahan, menyanyi
berirama, aktif mendengarkan musik, membayangkan hal-hal
yang menyenangkan, dan sebagainya.
b. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik
seperti :
1) Teknik Latihan Pengalihan :
a) Menonton televisi
b) Berbincang-bincang dengan orang lain
c) Mendengarkan music
2) Tehnik Relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan mengisi
paru-paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan,
melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta
13
mengulangi hal yang sama sambil terus konsentrasi hingga
dapat rasa nyaman, tenang, dan rileks.
3) Stimulasi Kulit:
a) Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
b) Menggosok punggung
c) Menggunakan air hangat dan dingin
d) Memijat dengan air mengalir
c. Pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna mengganggu atau
memblok stransmisis stimulus agar terjadi perubahan persepsi
dengan cara mengurangi kortikal terhadap nyeri. Jenis analgesiknya
adalah narkotika dan bukan narkotika. Jenis narkotika digunakan
untuk menurunkan tekanan darah dan menimbulkan depresi pada
fungsi vital, seperti respirasi. Jenis bukan narkotika yang paling
banyak dikenal di masyarakat adalah aspirin, asetaminofen, dan
bahan anti inflamasi nonsteroid. Golongan aspirin (Asetysalicylic
Acid) diguakan untuk memblok rangsangan pada sentral dan perifer,
kemungkinan menghambat sintesis protagladin yang memiliki
khasiat setelah 15-20 menit dengan efek puncak obat sekitar 1-2
jam. Aspirin juga menghambat agregrasi trombosit dan antagonis
lemah terhadap vitamin K, sehingga dapat meningkatkan waktu
perdarahan dan protombin bila diberikan dalam dosis yang tinggi.
Golongan asetaminofen sama dengan seperti aspirin, akan tetapi
tidak menimbulkan perubahan kadar protombin dan jenis nonsteroid
anti inflamatory drug (NSAID), juga dapat menghambat
prostaglandin dan dosis rendah dapat berfungsi sebagai analgesik.
Kelompok obat ini meliputi ibuprofen, mefenamic acid, fenoprofen,
naprofen, zomepirac, dan lain-lain.
d. Pemberian stimulator listrik yaitu dengan memblok atau mengubah
stimulus nyeri dengan stimulus yang kurang dirasakan.bentuk
stimulator metode stimulus listrik meliputi:
14
1. Trancutanneus electrical stimulator (TENS), digunakan untuk
mengendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan
menempatkan beberapa elektrode diluar.
2. Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator merupakan
alat stimulator sumsum tulang belakang dan epidural yang di
implan di bawah kulit dengan transistor timah penerima yang
dimasukkan ke dalam kulit pada daerah epidural dan columna
vetebrae.
3. Stimulator Columna Vertibrae, sebuah stimulator dengan stimulus
alat penerima transistor dicangkok melalui kantong kulit
intraklavikula atau abdomen, yaitu elektroda ditanam
melalui pembedahan pada dorsum sumsum tulang belakang.
e) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai
kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri, diantaranya
hilangnya perasaan nyeri, menurunnya intensitas nyeri, adanya
respons fisiologis yang baik, dan pasien mampu melakukan
aktivitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri.
15
B. Konsep Dasar Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau tekanan
diastolik atau kedua-duanya. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten diatas 140 mmHg untuk tekanan sistoliknya, diatas 90 mmHg untuk
tekanan diastoliknya (Brunner & Suddarth, 2015).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak
hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita
penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah makin tinggi
tekanan darah, makin besar resikonya (NANDA, 2015).
Penyakit hipertensi pada lansia adalah penyakit dimana tekanan darah
systole lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastole lebih dari 90 mmHg
(Maryan dalam (Yasa et All, 2017).
Hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan
darah manusia secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi
hanya jadi masalah bila tekanan darah tersebut persisten. Tekanan darah
tersebut membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah
(termasuk jantung dan otak) menjadi tegang (Palmer, 2005).
b. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan
tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon Neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi.
b. Obesitas: Terkait dengan tingkat ensurin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c. Stress karena lingkungan
d. Hilangnya Elastisitas jaringan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
16
e. Pada orang lanjut usia,penyebab hipertensi disebabkan terjadinya
perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung
menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah
kehilangan elastisitas pembuluh darah, dan meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer.
c. Anatomi fisiologi
a. Sistem Kardiovaskuler yang terdiri dari jantung vaskuler lakteri, vena
kapiler, dan limfatik fungsi utama kardiovaskuler adalah
menghantarkan darah yang kaya akan oksigen ke seluruh tubuh dan
memompakan darah dari seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi paru-
paru di oksigenasi
b. Fisiologi
Sistem Kardiovaskuler berfungsi sebagai sistem regulasi melakukan
mekanisme yang berfariasi dan merespon seluruh aktivitas tubuh
salah satu contoh adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar
aktivitas jaringan dapat terpenuhi pada keadaan tertentu.
Darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital seperti
jantung, otak untuk memelihara sistem sirkulasi organ tersebut.
1. Darah
Komponen darah merupakan alat pembawah (carier) pada sistem
kardiovaskuler, secara normal volume darah yang berada dalam
sirkulasi pada seorang laki-laki dengan berat badan 70 kg berkisar 8%
dari berat badan atau sekitar 500 ml dari jumlah tersebut
2. Curah Jantung
Tubuh manusia memiliki berbagai mekanisme kontrok regulasi yang
digunakan untuk meningkatkan suplai secara efektif ke jaringan yaitu
dengan meningkatkan jumlah cairan jantung kardio output
pengaturan curah jantung bergantung pada hasil perkalian denyut
jantung (heart rate) dengan volume sekuncup (sruke volume).
17
3. Denyut Jantung
Denyut jantung normalnya berkisar 70 X/menit denyut jantung ini di
kontrol oleh jantung melalui mekanisme regulasi nodus- SA dalam
keadaan normal, regulasi denyut jantung dipengaruhi saraf-saraf
simpatis melalui sistem syaraf otonom
4. Tekanan Vena
Kembalinya darah ke jantung disebabkan oleh adanya tekanan
gradien, ketika darah di pompa oleh jantung tekanan arteri berkisar
120 mmHg pada saat sistolik dan 70 mmHg pada saat diastolik
tekanan ini akan menurun bersamaan dengan pergerakan darah keluar
menuju arteri, kapiler, venula, sistem vena mempunyai daya
kapasitonsi yang sangat besar dan berpengaru terhadap perubahan
tekanan yang kecil
5. Ruang Jantung
a. Atrium kanan memiliki lapisan dinding yang tipis berfungsi
sebagai tempat penyimpanan darah. Darah mengalir dari vena
sirkulasi sistemis kedalam ventrikel kanan dan kemudian ke paru-
paru, darah yang berasal dari pembuluh darah vena kiri masuk
kedalam atrium kanan melalui vena cava superior, inferior dan
sinus koronarius.
b. Ventrikel kanan memiliki bentuk yang unik yaitu bulan sabit yang
bergerak untuk menghasilkan kontraksi bertekanan rendah yang
cukup untuk mengalirkan darah kedalam arteri pulmonalis,
sirkulasi pulmonal merupakan sistem aliran darah bertekanan
rendah dengan resistensi yang jauh lebih kecil terhadap aliran
darah yang berasal dari ventrikel kanan.
c. Atrium kiri menerima darah yang sudah di oksigenasi dari paru-
paru melalui vena pulmonalis tidak dapat kutub sejati antara vena
pulmonalis dan atrium kiri. Oleh karena itu darah akan mengalir
kembali ke pembuluh paru-paru bila terdapat perubahan tekanan
dalam atrium kiri (retrograde)
18
d. Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi
untuk mengatasi tahanan sirkulasi simetris dan mempertahankan
aliran darah kejaringan-jaringan ferifer.
6. Katub Jantung
a. Katub Antriorentrikuler terletak antara antrium dan ventrikel,
mempunyai tiga buah daun katub yang disebut katub trikuspidalis
sedangkan katub yang terletak antara antrium kiri dan ventrikel kiri
mempunyai dua buah daun katub yang disebut mitral.
b. Katub Semilunar terdiri atas dua katub yaitu semilunar pulmonari
dan katub semilunal aorta, katub semilunar pulmonari dan katub
semilunal pulmonari terletak pada arteri pulmonaris memisahakan
arteri pulmonaris dengan ventrikel kanan. Katub semilunal aorta
terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
19
d. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontraksi dan relaksasi pembuluh darah,
terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jarak saraf simpatis, yang berlanjut kebawah kekorda spinalis, dan
keluar dari kolumna medulla spinalis keganglia simpatis ditoraks dan
abdomen. Ransangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis keganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
meransang serabut saraf pasca ganglion kepembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norefinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstiktor. Pada saat ini
bersamaan ketika sistem saraf simpatis meransang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga teransang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Korteks adrenal menyekresi efinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid
lainnya yang dapat memperkuat respons vasokontriksi pembuluh darah.
Vasokontriksi yang menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal
menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang di lepaskan merangsang pembentukan angio I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat,yang pada akhirnya
merangsang sekresi aldosterone oleh tubulus ginjal, menyebabkan tekanan
volume intravaskuler ( Aspiani, 2016).
20
e. Pathway Hipertensi
Umur, jenis kelamin, Life Style (makanan, minuman beralkohol,merokok).
Hipertensi
Vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
Peningkatan afterlood
Nyeri akut
21
f. Manifestasi Klinis ( tanda dan gejala )
Tanda gejala pada penderita hipertensi menurut Nurarif dan Kusuma (2016)
adalah sebagai berikut:
a. Tidak ada gejala, seringkali hal ini mengakibatkan banyak penderita
hipertensi mengabaikan kondisinya karena memang gejala yang tidak
dirasakan.
b. Gejala yang lazim, beberapa memerlukan pertolongan medis
dikarenakan mereka mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan,
sesak nafas, gelisah, mual, kesadaran menurun.
Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai
berikut :
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Pusing
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdenging
g. Komplikasi
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung (Kartikasari, 2015).
a. Otak
Stroke timbul karena adanya perdarahan di otak, tekanan intra kranial yang
meningkat, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan darah tinggi. Stroke terjadi pada hipertensi kronik, apabila
arteri yang mendarahi otak mengalami hipertropi, sehingga aliran darah
menjadi berkurang.
b. Kardiovaskular
Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi dapat menyebabkan
terjadinya iskemia jantung. Beban kerja jantung pada hipertensi akan
meningkat. Jantung akan memompa darah secara terus menerus yang dapat
menyebabkan pembesaran ventrikel kiri sehingga darah yang dipompa oleh
22
jantung berkurang. Apabila pengobatan yang dilakukan tidak tepat, maka
dapat menimbulkan komplikasi gagal jantung kongestif.
c. Ginjal
Ginjal yang kronik dapat terjadi jika ada kerusakan progresif yang
diakibatkan tekanan tinggi pada kapiler ginjal dan glomerolus. Pada
kerusakan glomerolus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit
fungsional ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi
hipoksia dan kematian ginjal. Membran glomerulus yang mengalami
kerusakan akan menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga sering
dijumpai edema sehingga dari tekanan osmotik koloid plasma yang
berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik.
h. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi dilakukan sebagai upaya pengurangan resiko
naiknya tekanan darah dan pengobatannya. Dalam penatalaksanaan
hipertensi upaya yang dilakukan berupa upaya farmakologis (obat-obatan)
dan upaya nonfarmakologis (memodifikasi gaya hidup). Beberapa pola
hidup sehat yang dianjurkan olah banyak pedoman adalah dengan
penurunan berat badan, mengurangi asupan garam, olahraga yang
dilakukan secara teratur, mengurangi komsumsi alkohol dan berhenti
merokok. Dalam penatalaksanaan hipertensi perawat memiliki peran dalam
mengubah perilaku sakit penderita dalam rangka menghindari suatu
penyakit atau memperkecil resiko dari sakit yang diderita. Perawat
mempunyai peran sebagai educator tentang informasi hipertensi dalam
menambah pengetahuan pasien dan dapat membentuk sikap yang positif
agar dapat melakukan perawatan hipertensi secara mandiri sehingga
komplikasi dapat dicegah (Cahyono, 2015).
23
Ada beberapa makanan yang harus dihindari oleh penderita hipertensi
sebagai berikut;
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi seperti otak, minyak kelapa,
gajih/lemak
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium seperti
biskuit, crackers, kripik dan makanan kering yang asin
3. Makanan dan minuman dalam kaleng seperti sarden, sosis, karnet, soft
drink, sayuran seta buah-buahan dalam kaleng.
4. Makanan yang diawetkan seperti dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan
asin, udang kering, telur asin, selai kacang
5. Susu Full Cream, mentega margarine, keju, mayonnaise, serta sumber
protein hewani yang tinggi kolestrol seperti daging merah, kuning telur,
kulit ayam.
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, terasi, saus tomat, saus sambal,tauco serta
bumbu penyedap lain pada umumnya mengandung garam natrium.
i. Pencegahan Hipertensi
1. Mengkonsumsi makanan sehat
2. Mengurangi konsumsi garam, jangan sampai berlebihan
3. Mengurangi konsumsi kafein yang berlebihan seperti the dan kopi
4. Berhenti merokok
24
C. KonsepLansia
1. Pengertian Lansia
Lansia menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya (WHO, 2016). WHO juga memberi batasan yaitu usia
pertengahan (middle age) antara 45-59 tahun, usia lanjut (elderly) antara6-74
tahun, dan usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun, serta usia sangat tua (Very
Old) diatas 90 tahun. Sementara Kementrian Kesehatan RI (2016), lansia atau
lanjut usia adalah kelompok yang memasuki usia 60 tahun keatas.
Lansia atau lanjut usia adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup
seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari
periode terdahulu yang lebih menyenangkan,atau beranjak dari waktu yang
penuh manfaat (Sarwono, 2015).
Lansia yaitu bagian proses tumbuh kembang dimana manusia tidak secara
tiba-tiba menjadi tua,tetapi berkembang dari bayi, anak, remaja, dan menjadi tua
(Pujianti, 2016)
2. Batasan-batasan lansia
WHO memberi batasan yaitu usia pertengahan (middle age) antara 45 sampai
dengan usia 59 tahun, usia lanjut tua (old) dari 75 sampai dengan usia 90 tahun,
serta usia sangat tua lebih dari 90 tahun (Nugroho, 2016).
3. Status Sehat pada Lansia di Indonesia
Status kesehatan para lansia di Indonesia, penyakit atau keluhan yang sering
didengar yaitu penyakit hipertensi. Banyak lansia wanita yang menderita atau
mengeluh penyakit hipertensi tersebut ( Kementrian Kesehatan RI, 2014).
25
4. Proses Penuan
Penuaan terjadi baik secara fisiologis dan patologis. Bila seseorang telah
mengalami penuaan fisiologis, mereka tua dalam keadaan sehat (Healthy
Aging). Penuaan sesuai dengan kronologis seperti usia, dipengaruhi oleh faktor
endogen, perubahan dimulai dari sel - jaringan - organ - sistem pada tubuh
(Pudjiastuti dan Utomo, 2016).Penuaan banyak dipengaruhi oleh faktor seperti
faktor eksogen, yaitu berupa lingkungan, sosial budaya, gaya hidup disebut
penuaan sekunder. Penuaan itu tidak sesuai, dengan kronologis usia dan
patologis. Faktor eksogen juga dapat memengaruhi faktor endogen, sehingga
dikenal sengan faktor resiko. Faktor resiko tersebut yang menyebabkan
terjadinya penuaan patologis (Pudjiastuti dan Utomo, 2016).
5. Karakteristik Lansia
Menurut Budi Anna Keliat (1999). Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut
a) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat 2 UU No. 13
tentang kesehatan).
b) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampe spiritual, serta dari kondisi
adaptif hingga kondisi maladaptif.
c) Lingkungan tempat tinggal yang berfariasi proses penuaan pada
lansia.
6. Perubahan pada system kardiovaskuler pada lansia dan implikasi klinik
a. Perubahan pada sistem Kardiovaskuler
Jantung pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural maupun
fungsional. Penurunan yang terjadi berangsur-angsur sering terjadi
ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan
penurunan kebutuhan darah yang teroksigenasi.
Jumlah detak jantung saat istirahat pada orang tua yang sehat tidak ada
perubahan, namun detak jantung maksimum yang dicapai selama latihan
berat badan berkurang. Pada dewasa muda, kecepatan jantung dibawah
tekanan yaitu, 180-200 x/menit kecepatan jantung pada usia 70-75 tahun
menjadi 140-160 x/menit.
26
b. Perubahan Struktur.
Pada fungsi fisiologis, faktor gaya hidup berpengaruh secara signifikan
terhadap fungsi kardiovaskuler. Gaya hidup dan pengaruh lingkungan
merupakan faktor penting dalam menjelaskan berbagai keragaman fungsi
kardiovaskuler pada lansia, bahkan untuk perubahan tanpa penyakit
terkait.
Secara singkat beberapa perubahan dapat diidentifikasi pada otot jantung,
yang mungkin berkaitan dengan usia atau penyakit seperti penimbunan
amiloid, degenerasi basofilik, akumulasi lipofusin, penebalan dan
kekakuan pembuluh darah, dan peningkatan jaringan fibrosis. Pada lansia
terjadi perubahan ukuran jantung yaitu hipertrofi dan atrofi pada usia 30-
70 tahun.
Berikut ini merupakan perubahan struktur yang terjadi pada sistem
kardiovaskular akibat proses menua:
a. Penebalan dinding ventrikel kiri karena peningkatan densitas
kolagen dan hilangnya fungsi serat-serat elastis. Implikasi dari hal
ini adalah ketidakmampuan jantung untuk distensi dan penurunan
kekuatan kontraktil.
b. Jumlah sel-sel peacemaker mengalami penurunan dan berkas his
kehilangan serat konduksi yang membawah impuls ke ventrikel.
Implikasi dari hal ini adalah terjadi disritmia.
c. Sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan tidak lurus kerena
peningkatan serat kolagen dan hilangnya serat elastis dalam medial
arteri. Implikasi dari hal ini adalah penumpulan respon baroreseptor
dan penumpulan respon terhadap panas dan dingin.
d. Vena meregang dan mengalami dilatasi. Implikasi dari hal ini
adalah vena menjadi tidak kompeten atau gagal dalam menutup
secara sempurna sehingga mengakibatkan terjadinya edema pada
ekstermitas bawah dan penumpukan darah.
27
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
28
6. Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara
Menurut Sugiono (2016, hlm. 317) menyatakan bahwa wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, tetapi juga apabila penelitipeneliti ingin mengetahui hal hal dari
responden yang lebih mendalam.
b. Observasi
Menurut Marshall dalam buku (sugiono, 2016, hlm. 310) bahwa melalui
observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku
tersebut. Dalam proses observasi, peneliti akan langsung mengamati
perilaku/sikap objek penelitian serta mendapatkan gambaran yang lebih
jelas untuk mencapai suatu tujuan penilitian.
7. Penyajian Data
Pada penilitian studi kasus asuhan keperawatan gerontik pada pasien hipertensi
dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis rasa aman nyaman nyeri menggunakan
penyejian textular. Penyajian tekstuler adalah penyajian data dengan
menggunakan narasi atau kata-kata terkait informasi atau data yang
dikumpulkan, seperti “pasien mengatakan nyeri pada kepala”.
8. Etika Studi Kasus
Etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam
penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan
manusia, maka segi penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2014)
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut:
1. Justice (keadilan)
Justice atau keadilan adalah prinsip yang terkandung dalam bioetik. Justice
adalah suatu prinsip dimana seseorang tenaga kesehatan wajib memberikan
perlakuan yang adil untuk semua pasiennya.
29
2. Beneficience (bermanfaat untuk orang lain)
Beneficience adalah prinsip bioetik dimana tenaga kesehatan melakukan
suatu tindakan untuk kepentingan pasiennya dalam asuhan untuk membantu
mencegah atau menghilangkan bahaya atau hanya sekedar mengobati
masalah-masalah sederhana yang dialami pasien.
3. Autonomy
Dalam prinsip ini tenaga kesehatan wajib menghormati martabat dan hak
manusia, terutama hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Pasien diberi
hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan sesuai dengan
keinginannya sendiri. Autonomy pasien harus dihormati secara etik, dan
disebagian negara dihormati secara legal. Akan tetapi perlu diperhatikan
bahwa dibutuhkan pasien yang dapat berkomunikasi dan pasien yang sudah
dewasa untuk menyetujui atau menolak tindakan medis. Melalui Informed
Consent, pasien menyetujui tindakan medis secara tertulis. Informed
consent menyaratkan bahwa pasien harus terlebih dahulu menerima dan
memahami informasi yang akurat tentang kondisi mereka, jenis tindakan
medik yang diusulkan, resiko dan juga manfaat dari tindakan tersebut.
30
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
2. Riwayat Keluarga
Pasangan Hidup :Tn. D.B.D
Status Kesehatan :Sehat
Umur :71 Tahun
Pekerjaan :Pensiun
Kematian :-
Tahun Meninggal :-
Penyebab Kematian :-
Anak-Anak :-
31
3. Riwayat Pekerjaan
a. Riwayat pekerjaan saat ini
Pasien mengatakan selama sakit pasien lebih banyak tinggal dirumah
b. Riwayat pekerjaan sebelumnya
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien memiliki usaha tenun dan bisnis jual
beli babi, pasien juga bekerja di kebun
c. Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan
Pasien mengatakan sumber pendapatan saat ini dari hasil kebun dan sawah yang
dikelola oleh anaknya
4. Riwayat Linkungan Hidup
Tipe Tempat Tinggal : Permanen (Milik Sendiri)
Jumlah Kamar : 4 kamar
Jumlah orang yang ada di rumah : 8 orang
5. Riwayat Rekreasi
Hobi/minat : Pasien mengatakan bahwa Ia hobi menenun
Liburan/perjalanan lainnya : Pasien mengatakan biasanya anak anaknya
mengajaknya ke pantai untuk rekreasi
6. Sistem pendukung klien
Pasien mengatakan jika pasien sakit pasien langsung berobat ke dokter.
7. Deskripsi kekhususan
Pasien mengatakan sebelum tidur biasanya pasien bersama keluarga menonton
televisi dan berdoa bersama, pasien juga mengatakan biasa merayakan ulang tahun
cucunya
8. Status kesehatan saat ini
a. Status kesehatan umum selama setahun terakhir
Pasien mengatakan pernah masuk rumah sakit dan koma selama lima hari
b. Status kesehatan umum selama 5tahun terakhir
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit selama lima tahun terakhir,
kecuali batuk pilek karena perubahan cuaca
c. Keluhan umum saat ini
Pasien mengatakan nyeri pada kepala.
32
d. Pengetahuan/ pemahaman terhadap masalah kesehatan ( diet khusus, aktifitas)
Pasien mengatakan memahami penyakit yang dialaminya,pasien menuruti diet
yang dianjurkan dokter, aktivitas pasien saat ini hanya kerja yang tidak berat di
sekitar rumah.
e. Obat- obatan yang di konsumsi (nama, dosis, tanggal resep di berikan)
Pasien mengatakan bahwa Ia sedang mengkonsumsi obat hipertensi setiap malam,
nama obat Candesartan Cilexetil, 1 X sehari.
9. Pola-pola kesehatan
a. Pola Makan
Pasien mengatakan dalam sehari pasien makan 3 kali, jenis makanan yang di
konsumsi seperti nasi, sayur-sayuran dan lauk pauk, pasien selalu menghabiskan
1 porsi makanannya
b. Pola Eliminasi Urin
Pasien mengatakan BAK sebanyak 3-4 kali sehari, warna urin jernih, bau
amoniak, tidak ada alat bantu BAK dan tidak ada keluhan saat BAK
c. Pola Eliminasi Bowel
Pasien mengatakan BAB 1-2 kali sehari, warna feses kuning, konsistensi lembek,
bau khas feses, tidak ada alat bantu BAB dan tidak ada keluhan saat BAB
d. Pola Aktivitas
Aktivitas pasien setiap hari nonton televisi, bersih-bersih sekitar rumah dan ikut
anak dan menentunya ke sawah.
e. Pola Tidur
Pasien mengatakan biasanya pasien tidur siang sekitar 2 jam, di malam hari pasien
tidur jam 10 dan bangun jam 4 pagi.
f. Pola personal Hygiene (mandi, berpakaian, keramas, gosok gigi)
Pasien mengatakan untuk mandi, berpakaian, keramas dan gosok gigi dilakukan
sendiri setiap hari.
33
10. Tinjauan Sistem
Beri tanda chek ya atau tidak untuk setiap gejala yang dialami
Umum Ya Tidak
Mudah lelah √
Merasa berat badan menurun √
Nafsu makan menurun /meningkat √
Demam √
keringat malam √
Kesulitan tidur √
Sering pilek/infeksi √
Integument Ya Tidak
Luka/lesi pada kulit √
Pruritus √
Perubahan warna kulit √
Perubahan tekstur kulit √
Sering memar √
Penyembuhan luka cepat /lambat √
Hemopoetik Ya Tidak
Perdarahan abnormal ( gusi, faces, urine) √
Pembengkakan kelenjar limfe √
Anemia √
Riwayat transfuse darah √
Kepala Ya Tidak
Sakit kepala/nyeri kepala √
Trauma kepala masa lalu √
Gatal-gatal di kulit kepala √
Rambut rontok/mudah tercabut √
Kulit kepala bersih √
Rambut bersinar/bersih √
Mata Ya Tidak
Perubahan penglihatan √
Kaca mata √
Nyeri pada mata √
Air mata berlebihan √
Bengkak di sekitar mata √
Diplopia √
Kabur √
34
Telinga Ya Tidak
Perubahan pendengaran √
Tinitus √
Vertigo √
Alat bantu dengar √
Mulut Ya Tidak
Sakit tenggorokan √
Lesi √
Perubahan suara √
Kesulitan menelan √
Perdarahan gusi √
Karies √
Gigi palsu √
Leher Ya Tidak
Kekakuan √
Nyeri tekan √
Benjolan/masa √
Keterbatasan gerak √
Payudara Ya Tidak
Benjolan /masa √
Nyeri tekan √
Bengkak √
Keluar cairan dari puting susu √
Perubahan pada puting susu √
Pernapasan Ya Tidak
Batuk √
Sesak napas √
Hemoptysis √
Sputum √
Wheezing √
Ronchi √
RR :24 x/menit
35
Kardiovaskuler Ya Tidak
Nyeri / ketidaknyamanan √
Palpitasi √
Sesak napas √
Dispnoe pada aktivitas √
Dispnoe nocturnal proksimal √
Ortopnea √
Mur –mur √
Edema √
Varies √
Gastrointestinal Ya Tidak
Disfagia √
Nyeri ulu hati √
Mual dan muntah √
Hematemesis √
Perubahan nafsu makan √
Ikterik √
Benjolan/masa √
Diare √
Konstipasi √
Melena √
Hemoroid √
Perdarahan rectum √
Perkemihan Ya Tidak
Disuria √
Frekuensi √
Urine menetes √
Ragu-ragu saat berkemih √
Hematuria √
Poliuria √
Oliguria √
Nokturia √
Inkontinensia √
Nyeri saat berkemih √
Batu √
Infeksi √
36
Genitoreproduksi wanita Ya Tidak
Lesi √
Dispareunia √
Nyeri pelvic √
Perdarahan √
Penyakit kelamin √
Perubahn aktifitas seksual √
Menopause √
Musculoskeletal Ya Tidak
Nyeri persendian √
Kekakuan √
Pembengkakan sendi √
Deformitas √
Spasme √
Kram √
Kelemahan otot √
Masalah cara berjalan √
Nyeri punggung √
Kekuatan otot √
37
Psikososial Ya Tidak
Cemas √
Depresi √
Insomnia √
Menangis √
Gugup √
Takut √
Sulit berkonsentrasi √
38
12. INDEKS KATZ
Berikan tanda check pada kondisi pasien
Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, berpakaian, ✓
berpindah ke kamar kecil, dan mandi
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup
sehari- hari kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup
sehari-hari kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup
sehari-hari kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup
sehari-hari kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup
sehari-hari kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil dan satu fungsi tambahan
39
13. Pengkajian Status Kognitif /Afektif
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE ( SPMSQ)
Skor No Pertanyaan Jawaban
+ -
1 Tanggal berapa hari ini ? Tanggal 17
2 Hari apa sekarang ini ? Tidak tau
3 Apa nama tempat ini ? KM 06
4 Berapa nomor telefon anda? Tidak ada
a. Dimana alamat anda? (
tanyakan bila tidak memiliki
telepon)
5 Berapa umur anda ? 69 tahun
6 Kapan anda lahir ? 19 maret
1951
7 Siapa Presiden Indonesia Jokowi Dodo
sekarang ?
8 Siapa Presiden sebelumnya? Tidak tau
9 Siapa nama kecil ibu anda? Tidak tau
10 Kurang 3 dari 20 dan tetap Tidak tau
pengurangan 3 dari setiap
angka baru semua secara
menurun
Jumlah kesalahan total 4
Keterangan :
1. Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3-4 kerusakan intelektual ringan
3. Kesalahan 5-6 kerusakan intelektual sedang
4. Kesalahan 7-10 kerusakan intelektual berat
Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan subyek, dengan kriteria
pendidikan yang sama.
40
MINI MENTAL STATE EXAM (MMSE)
Menguji Aspek-aspek Kognitif dari fungsi mental
Nilai maksimum Pasien Pertanyaan
Orientasi
5 2020 Tahun
Hujan Musim
17 Tanggal
Rabu Hari
Bulan Desember Bulan apa sekarang ?
5 Indonesia Dimana kita (Negara
bagian)
Sumba Barat Wilayah
Waikabubak Kota
Rumah sakit
Registrasi
3 Kursi Nama 3 objek : 1 detik
Meja untuk mengatakan
Bunga masing – masing
kemudian tanyakan
klien ketiga objek
setelah anda telah
mengatakannya. Beri 1
point untuk jawaban
yang benar. Kemudian
ulangi sampai ia
mempelajari
ketiganya. Jumlahkan
percobaan dan catat.
Percobaan : sepatu, tas,
buku.
Perhatian dan kalkulasi
5 Seri 7’ seperti 1
point untuk
kebenaran. Berhenti
setelah 5 jawaban.
Bergantian eja “
kata” kebelakang
Mengingat
3 Kursi Minta ulang untuk
Meja mengulang ketiga
Bunga objek di atas berikan
point 1 untuk
kebenaran
41
3 Nama pensil dan
melihat ( 2 point )
mengulang hal berikut
: “ tidak ada jika, dan
atau tetapi” ( 1 Point)
Total 14
42
INVENTARIS DEPRESI BECK
Skor Uraian
A. Kesedihan
Saya sangat sedih tidak bahagia dimana saya tak dapat
menghadapinya
Sangat galau / sedih sepanjang waktu dan tak dapat keluar darinya
Saya merasa sedih dan galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimis
Saya merasa bahwa masa depan saya sia –sia dan sesuatu tidak
dapat membaik
Saya merasa tidak mempunyai apa – apa untuk memandang ke
depan
Saya merasa berkecil hati mengalami masa depan
0 Saya begitu tidak pesimis atau hati kecil tentang masa depan
C. Rasa Kegagalan
3 Saya merasa gagal sebagai orang tua (suami istri)
Bila Saya melihat kehidupan ke belakang, semua yang dapatsaya
lihat ke belakang hanya kegagalan
Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
Saya merasa tidak gagal
D. Ketidakpuasan
Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasaan dari apapun
Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
Saya tidak puas
E. Rasa bersalah
Saya merasa seolah – olah sangat buruk atau tak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
Saya merasa buruk / tak berharga sebagai bagian dari waktu yang
baik
Saya merasa tidak benar-benar bersalah
F. Tidak menyukai diri-sendiri
Saya benci diri saya sendiri
Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak merasa kecewa dengan diri-sendiri
Saya merasa kecewa dengan diri-sendiri
G. Membahayakan diri-sendiri
Saya merasa membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai
kesempatan
Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan
diri – sendiri
43
H. Menarik diri dari sosial
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
peduli pada mereka semuanya
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
mempunyai sedikit perasaan pada mereka
Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain dari pada sebelumnya
I. Keragu-raguan
Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
Saya berusaha mengambil keputusan
Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan gambaran diri
Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen
dalam penampilan saya dan ini membuat saya tak menarik
Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada
sebelumnya
K. Kesulitan kerja
Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
melakukan sesuatu
Memerlukan tambahan untuk melakukan sesuatu
Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
Saya lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
Saya merasa lebih baik dari biasanya
Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
M. Anoreksia
Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya
Penilaian
Depresi tidak ada atau minimal 0-4
Depresi ringan 5-7
Depresi sedang 8-15
Depresi berat 16↑
Dari Beck AT, Beck RW, screening depressed patients in family practice (1972)
44
APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Suatu alat singkat yang digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
Selalu =2
Kadang-kadang =1
Tidak pernah =0
No Uraian Fungsi Skore
1 Saya puas bahwa saya dapat Adaption 2
kembali pada keluarga ( teman-
teman ) saya untuk membantu pada
waktu sesuatu menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga ( Paerthenership 2
teman-teman ) saya membicarakan
sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan
saya
3 Saya puas bahwa keluarga ( teman- Growth 1
teman ) saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru
4 Saya puas bahwa keluarga ( teman- Affection 2
teman ) saya mengekspresikan efek
dan merespon terhadap emosi-
emosi saya, seperti marah, sedih
atau mencintai
5 Saya puas dengan cara teman-teman Resolve 1
saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama
45
ANALISA DATA
No Data Fokus Penyebab Masalah
1 DS: pasien mengatakan nyeri Peningkatan Nyeri Akut
kepala Tekanan Vaskuler
P: Nyeri bertambah saat Serebral
beraktivitas dan nyeri
berkurang saat
beristirahat
Q: Pasien mengatakan nyeri
seperti tertusuk-tusuk
R: Pasien mengatakan nyeri
dikepala
S: Skala nyeri pasien 6
(nyeri sedang)
T: Pasien mengatakan
nyeri hilang timbul
selama 1-4 menit
DO: pasien tampak lemah
• pasien tampak meringis
kesakitan
• pasien tampak memijat
ringan daerah yang nyeri
(kepala)
• TD: 160/80 mmHg
• Nadi: 100 x/menit
• suhu:36,50C
• RR:24 x/menit
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
46
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
keperawatan hasil keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda 1. Untuk
berhubungan tindakan vital pasien mengetahui
dengan keperawatan normal /
peningkatan selama 3 x 24 jam tidaknya
tekanan diharapkan nyeri tanda-tanda
vaskuler pasien dapat vital pasien
serebral berkurang dengan 2. kaji nyeri pasien 2. untuk
kriteria hasil: mengetahui
• pasien kualitas nyeri
mengatakan yang
nyeri kepala dirasakan
berkurang pasien
• skala nyeri 3. Kaji skala nyeri 3. untuk
pasien dalam pasien mengetahui
batas normal tingkat
(0-4) keparahan
• pasien tampak nyeri yang
nyaman dirasakan
• tekanan darah pasien
dalam batas 4. Kaji hal yang 4. untuk bisa
normal (120/80 dapat menghindari
mmHg) meningkatkan hal yang dapat
atau meningkatkan
meringankan nyeri
nyeri
8. Berikan 8. untuk
pendidikan menambah
47
kesehatan pengetahuan
tentang pasien tentang
hipertensi penyakit
misalnya hipertensi.
pengertian,
penyebab, tanda
dan gejala serta
pencegahan.
48
D. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi keperawatan
Hari I
No Hari Jam Implementasi Hari Evaluasi Paraf
Dx tanggal keperawatan tangg keperawatan
al,
Jam
1 Senin, 10:30 1. Mengkaji tanda- Senin, S:
12 tanda vital pasien 12 • pasien
April 2. Mengkaji nyeri April mengatakan
2021 pasien 2021 masih nyeri
3. Mengkaji skala nyeri • skala nyeri
pasien Jam: pasien 6
4. Mengkaji hal yang 14:40 • pasien
dapat meningkatkan mengatakan
atau mengurangi nyeri bertambah
nyeri saat beraktivitas
5. Mengajarkan tehnik • pasien
relaksasi (nafas mengatakan
dalam) mengerti dengan
6. Menganjurkan untuk pendidikan
meminum obat kesehatan yang
hipertensi diberikan
(candesartan O:
cilexetil, 1 x sehari) • TD: 160/80
secara teratur mmHg, N: 100
7. Menganjurkan untuk x/menit, RR: 24
kontrol ke x/menit, S:
puskesmas o
36,5 C
8. Memberikan • pasien tampak
pendidikan belum bisa
kesehatan tentang mengontrol
hipertensi misalnya nyerinya
pengertian, • pasien tampak
penyebab,tanda mengerti dengan
dan gejala serta pendidikan yang
pencegahan. diberikan
A:Masalah nyeri
belum
teratasi
P:Lanjutkan
intervensi
nomor 1, 2, 3,
4, 5, 6, 7, 8
49
Hari Ke II
No Hari Jam Implementasi Hari Evaluasi Paraf
Dx tanggal keperawatan tangga keperawatan
l, jam
1 Selasa, 10:3 1. mengkaji tanda- Selasa, S:
13 April 0 tanda vital pasien 13 • pasien
2021 2. Mengakaji nyeri April mengatakan
pasien 2021 masih nyeri
3. Mengkaji skala • skala nyeri
nyeri pasien Jam: pasien 4
4. Mengkaji hal yang 15:00 • pasien
dapat mengatakan
meningkatkan atau nyeri akan
mengurangi nyeri meningkat jika
5. Mengajarkan teknik pasien
relaksasi (nafas beraktivitas dan
dalam) nyeri berkurang
6. Menganjurkan saat istirahat
untuk meminum O:
obat hipertensi • TD:150/90
(candesartan mmHg
cilexetil, 1 x sehari) • N: 98 x/menit
secara teratur • RR: 24 X/menit
7. Menganjurkan • S: 36oC
untuk kontrol ke
• Pasien tampak
puskesmas
belum bisa
mengontrol nyeri
A:Masalah nyeri
belum teratasi
P:Intervensi
nomor 1, 2, 3,
4, 5, 6,7, 8
dilanjutkan.
50
Hari III
No Hari Jam Implementasi Hari Evaluasi Paraf
Tanggal Keperawatan Tanggal Keperawatan
, Jam
1 Rabu, 14 10: 1. mengkaji tanda- Rabu, S:
April 30 tanda vital pasien 14 April • pasien
2021 2. Mengakaji nyeri 2021 mengatakan
pasien nyeri berkurang
3. Mengkaji skala Jam • skala nyeri
nyeri pasien 14:20 pasien 2
4. Mengkaji hal yang • pasien
dapat mengatakan
meningkatkan nyeri akan
atau mengurangi meningkat jika
nyeri pasien
5. Mengajarkan beraktivitas dan
teknik relaksasi nyeri berkurang
(nafas dalam) saat istirahat
6. Menganjurkan O:
untuk meminum • TD:140/80
obat hipertensi mmHg
(candesartan • N: 98 x/menit
cilexetil, 1 x • RR:24 X/menit
sehari) secara • S:36,5oC
teratur
• Pasien tampak
7. Menganjurkan
sudah bisa
untuk kontrol ke
mengontrol
puskesmas
nyeri
A:Masalah nyeri
teratasi
P:Intervensi di
hentikan
51
2. Pembahasan Studi Kasus
Pada pembahasan ini, penulis akan menguraikan teori dan kasus nyata
pada pasien dengan masalah Hipertensi dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman
nyaman nyeri.
Pendekatan proses keperawatan gerontik, dimulai dari pengkajian keperawatan
gerontik, diagnosa keperawatan gerontik, intervensi keperawatan gerontik,
implementasi keperawatan gerontik dan evaluasi keperawatan gerontik.
A. Pengkajian Keperawatan Gerontik
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya, (Manurung, 2011). Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
darah persisten diatas 140 mmHg untuk tekanan sistoliknya, diatas 90 mmHg
untuk tekanan diastoliknya (Brunner &Suddarth, 2015).
Menurut Nurarif dan Kusuma (2016) tanda dan gejala hipertensi yaitu sakit
kepala, rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk, pusing, berdebar atau detak
jantung terasa cepat, telinga berdenging, sesak nafas, lemas, kelelahan, mual,
kesadaran menurun.
Hasil pengkajian pada Ny. M L didapatkan data hasil pemeriksaan fisik tekanan
darah 160/80 mmHg, nadi 100 x/menit, pernapasan 24 x/menit, suhu 36,5oC,
keluhan yang disampaikan: pasien mengatakan nyeri pada kepala dengan skala
6 (nyeri sedang).
Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan pengkajian pada Ny. M L ditemukan
kesamaan antara teori dan kasus nyata. Pada hasil pengkajian yang telah di
lakukan, di dapatkan hasil pengkajian Ny. M L mengatakan nyeri pada kepala.
52
B. Diagnosa Keperawatan Gerontik
Menurut long, (1989) terdapat beberapa diagnosa keperawatan yang
muncul antara lain : nyeri akut akibat peningkatan tekanan darah, nyeri kronis
akibat artrhitis, gangguan mobilitas akibat nyeri pada ekstermitas, cemas akibat
ancaman peningkatan nyeri, kurang perawatan diri akibat ketidakmampuan
menggerakkan tangan yang disebabkan oleh nyeri persendian.
Diagnosa yang dijumpai pada Ny. M L dengan hipertensi yaitu: Nyeri akut
akibat peningkatan tekanan darah. Nyeri terjadi diawali adanya faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya hipertensi (usia, jenis kelamin,
merokok, stress, kurang olahraga, faktor genetik, alkohol, konsentrasi garam,
obesitas), hipertensi menyebabkan peningkatan tekanan vaskuler pembuluh
darah.
Dapat disimpulkan bahwa dari hasil kasus nyata dan teori terjadi kesamaan
yaitu diagnosa nyeri akut akibat peningkatan tekanan darah.
53
Dapat disimpulkan dari hasil intervensi keperawatan pada kasus nyata dan
teori terjadi kesamaan. Namun tidak semua intervensi pada teori di laksanakan
karena rencana keperawatan yang di berikan menyesuaikan kondisi pasien.
54
• S:36,5oC
• Pasien tampak sudah bisa mengontrol nyeri
Dalam penulisan studi kasus ini, banyak kendala yang penulis temui
sehingga permasalahan ini dapat mempengaruhi studi kasus. Kendala yang
ditemukan adalah:
55
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Asuhan keperawatan gerontik pada Ny. M L dengan diagnosa medis
hipertensi dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman nyaman (nyeri) di Kelurahan
Diratana, di lakukan pada tanggal 12 april sampai dengan 14 april 2021.
Hasil pengkajian pada Ny. M L didapatkan data pasien mengatakan nyeri pada
kepala dengan skala 6 (sedang), hasil pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan
darah pasien 160/80 mmHg, nadi 100 x/menit, RR 24 x/menit, suhu 36,50C.
Berdasarkan data tersebut penulis merumuskan diagnosa keperawatan yaitu
nyeri akut berhubungan dengan peningkatan vaskuler serebral.
Sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan intervensi yang
dilakukan pada pasien adalah kaji tanda-tanda vital, kaji nyeri pasien, kaji skala
nyeri pasien, kaji hal yang dapat meningkatkan atau meringankan nyeri,
anjurkan tehnik relaksasi (nafas dalam), anjurkan untuk meminum obat
hipertensi secara teratur, anjurkan untuk kontrol ke puskesmas, berikan
pendidikan kesehatan tentang hipertensi misalnya pengertian, penyebab, tanda
dan gejala serta pencegahan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 kali kunjungan diharapkan nyeri pasien dapat berkurang
dan tekanan darah dalam batas normal.
Selanjutnya penulis melakukan implementasi dengan melaksanakan intervensi
yang telah ditetapkan selama 3 kali kunjungan.
Hasil evaluasi adalah tujuan tercapai yaitu nyeri pasien berkurang dengan skala
2 (ringan), tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 98 x/menit, RR 24 x/menit, suhu
36,50C. Namun tetap menjalankan pengobatan hipertensi yang sedang
dijalaninya.
56
2. Saran
a. Bagi masyarakat
Setelah masyarakat mengetahui apa itu penyakit Hipertensi dan
penatalaksanaan dari penyakit Hipertensi diharapkan masyarakat dapat
memahami penyakit Hipertensi dan dapat melakukan pencegahan dengan
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Bagi Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
Diharapkan dapat menambah keluasaan wawasan dalam bidang keperawatan
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Hipertensi dan
tindakan asuhan yang diberikan kepada pasien.
c. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengalaman nyata bagi peneliti dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Hipertensi.
57
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Reni Yuli. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta:
Trans Info Media.
Brunner & suddarth. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 12
Volume 1. Jakarta : EGC
Dinas Kesehatan NTT, 2017. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur
2017, Kupang: Kementrian kesehatan RI.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Barat (2020). Data Kabupaten Sumba Barat.
2020: Waikabubak.
Hidayat, A.A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
58
Palmer A. (2005). Simple guide tekanan darah tinggi. Ahli bahasa dr Elizabeth
yasmine. Editor Rina Astikawati, Amalia Safitri. Jakarta : Erlangga
Sidabutar R.P dan Wiguno P. 2009. Hipertensi Esensial, Ilmu Penyakit Dalam Jilid
11, Jakarta: FK-UI
World Health Organization (WHO). 2016. Asthma Fact Sheets. Diunduh dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs307/en/ 16 November 2016.
Yasa, et al. (2017). Analisi Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Right Issue Pada
Perusahaan Go Public Yang Tercatat di BEL. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, Vol. 18, No.2, Hal. 1343-1368.
59
FORMAT PENGKAJIAN GERONTIK
( PENGKAJIAN INDIVIDU )
A. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Klien/ Data Biografis
Nama : ……………………………………………
Tempat Tanggal Lahir : ……………………………………………
Jenis Kelamin : ……………………………………………
Suku : ……………………………………………
Pendidikan Terakhir : ……………………………………………
Agama : ……………………………………………
Status Perkawinan : ……………………………………………
TB/BB : ……………………………………………
Alamat /Telpon : ……………………………………………
2. Riwayat Keluarga
Pasangan
Hidup :……………………………………
Status Kesehatan : ……………………………………
Umur : ……………………………………
Pekerjaan : ……………………………………
Kematian : ……………………………………
Tahun meninggal : ……………………………………
Penyebab kematian : ……………………………………
Anak – anak : ……………………………………
3. Riwayat Pekerjaan
a. Riwayat pekerjaan saat ini
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
b. Riwayat pekerjaan sebelumnya
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
c. Sumber – sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
4. Riwayat lingkungan hidup
Tipe tempat tinggal :……………………………
Jumlah kamar :……………………………
Jumlah orang yang tinggal di rumah :……………………………
Derajat privasi :……………………………
5. Riwayat rekreasi
Hobby /minat :……………………………………………………
Liburan /perjalanan atau rekreasi lainnya
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
6. Sistem pendukung : ( dokter, perawat, klinik, dan perawatan kesehatan
di Panti )
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
7. Deskripsi kekhususan ( hari khusus yang dirayakan, kebiasaan
sebelum tidur )
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
8. Status kesehatan saat ini
Status kesehatan umum selama setahun terakhir
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
Status kesehatan umum selama 5 tahun terakhir
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
Keluhan utama saat ini
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
Pengetahuan / pemahaman terhadap masalah kesehatan ( diet khusus,
aktifitas)
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
Obat – obatan yang dikonsumsi ( nama, dosis, tanggal resep diberikan)
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
9. Pola – pola kesehatan
a. Pola makan
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
b. Pola eliminasi urin
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
c. Pola eliminasi bowel
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
d. Pola aktivitas
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
e. Pola tidur
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
f. Pola personal hygiene ( mandi, berpakaian, keramas, gosok gigi)
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
Integument Ya Tidak
Luka/lesi pada kulit
Pruritus
Perubahan warna kulit
Perubahan tekstur kulit
Sering memar
Penyembuhan luka cepat /lambat
Hemopoetik Ya Tidak
Perdarahan abnormal ( gusi, faces, urine)
Pembengkakan kelenjar limfe
Anemia
Riwayat transfuse darah
Kepala Ya Tidak
Sakit kepala/nyeri kepala
Trauma kepala masa lalu
Gatal – gatal di kulit kepala
Rambut rontok/mudah tercabut
Kulit kepala bersih
Rambut bersinar/bersih
Mata Ya Tidak
Perubahan penglihatan
Kaca mata
Nyeri pada mata
Air mata berlebihan
Bengkak di sekitar mata
Diplopia
Kabur
Telinga Ya Tidak
Perubahan pendengaran
Tinitus
Vertigo
Alat bantu dengar
Leher Ya Tidak
Kekakuan
Nyeri tekan
Benjolan/masa
Keterbatasan gerak
Pembesaran kelenjar tiroid
Payudara Ya Tidak
Benjolan /masa
Nyeri tekan
Bengkak
Keluar cairan dari puting susu
Perubahan pada puting susu
Pernapasan Ya Tidak
Batuk
Sesak napas
Hemoptysis
Sputum
Wheezing
Ronchi
RR : …………………x/menit
Kardiovaskuler Ya Tidak
Nyeri / ketidaknyamanan
Palpitasi
Sesak napas
Dispnoe pada aktivitas
Dispnoe nocturnal proksimal
Ortopnea
Mur –mur
Edema
Varies
Gastrointestinal Ya Tidak
Disfagia
Nyeri ulu hati
Mual dan muntah
Hematemesis
Perubahan nafsu makan
Ikterik
Benjolan/masa
Diare
Konstipasi
Melena
Hemoroid
Perdarahan rectum
Perkemihan Ya Tidak
Disuria
Frekuensi
Urine menetes
Ragu – ragu saat berkemih
Hematuria
Poliuria
Oliguria
Nokturia
Inkontinensia
Nyeri saat berkemih
Batu
Infeksi
Musculoskeletal Ya Tidak
Nyeri persendian
Kekakuan
Pembengkakan sendi
Deformitas
Spasme
Kram
Kelemahan otot
Masalah cara berjalan
Nyeri punggung
Kekuatan otot
Psikososial Ya Tidak
Cemas
Depresi
Insomnia
Menangis
Gugup
Takut
Sulit berkonsentrasi
Keterangan :
5. Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
6. Kesalahan 3-4 kerusakan intelektual ringan
7. Kesalahan 5-6 kerusakan intelektual sedang
8. Kesalahan 7-10 kerusakan intelektual berat
Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan subyek, dengan kriteria
pendidikan yang sama
MINI MENTAL STATE EXAM (MMSE)
Menguji Aspek – aspek Kognitif dari fungsi mental
Nilai Pasien Pertanyaan
maksimum
Orientasi
5 Tahun
Musim
Tanggal
Hari
Bulan apa sekarang ?
5 Dimana kita (Negara
bagian)
Wilayah
Kota
Rumah sakit
Registrasi
3 Nama 3 objek : 1 detik
untuk mengatakan
masing – masing
kemudian tanyakan
klien ketiga objek
setelah anda telah
mengatakannya. Beri 1
point untuk jawaban
yang benar. Kemudian
ulangi sampai ia
mempelajari ketiganya.
Jumlahkan percobaan
dan catat. Percobaan :
sepatu, tas, buku.
Perhatian dan kalkulasi
5 Seri 7’ seperti 1 point
untuk kebenaran.
Berhenti setelah 5
jawaban. Bergantian eja
“ kata” kebelakang
Mengingat
3 Minta ulang untuk
mengulang ketiga objek
di atas berikan point 1
untuk kebenaran
3 Nama pensil dan melihat
( 2 point ) mengulang hal
berikut : “ tidak ada jika,
dan atau tetapi” ( 1
Point)
Total 14
B. Analisa Data
No Masalah Interpretasi ( Etiologi ) Data – data
1
2
3
4
C. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Mahasiswa Praktikan
( )
SAP HIPERTENSI
A. Pengertian
Hipertensi merupakan tekanan darah atau yang biasa dikenal di
kalangan masyarakat yaitu tekanan darah tinggi dimana tekanan sistolik
diatas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg (Oktaviarini, et
al, 2019).
B. Penyebab
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik, hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau
peningkatan tekanan darah perifer. Akan tetapi ada beberapa factor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi.
1. Genetika: respon neurologi terhadap stress atau kelainan
eskresi atau transport Na.
2. Obesitas: terkait dengan tingkat insulin yang tinggi
mengakibatkan tekanan darah meningkat
3. Stress karena lingkungan
4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arteroklerosis pada orang
tua serta pelebaran pembuluh darah.
C. Tanda Dan Gejala
1. Tanda dan gejala secara umum
Menurut (Black, 20 Dalam Reni Yuli Aspiani, 2016)
a. Sakit kepala ( rasa berat di tengkuk )
b. Rasa pegal dan tidak nyaman di tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh.
d. Detak jantung berdebar atau terasa cepat
e. Telinga berdenging
f. Palpitas
g. Kelelahan
2. Tanda dan gejala nyeri akut
Gejala dan tanda mayor:
a) Subjektif
• Mengeluh nyeri
b) Objektif
• Tampak meringis
• Bersifat protektif (misalnya; waspada, posisi
menghindari nyeri
• Gelisah
• Frekuensi nadi meningkat
• Sulit tidur
Gejala dan tanda manor
a) Subjektif (tidak tersedia)
b) Objektif
• Tekanan darah meningkat
• Proses berpikir terganggu
• Menarik diri
• Berfokus pada diri sendiri
3. Tanda dan gejala dari pemeliharaan kesehatan tidak efektif
Gejala dan tanda mayor:
a) Subjektif (tidak tersedia)
b) Objektif
• Kurang menunjukkan perilaku yang adaptif terhadap
perubahan lingkungan
• Kurang menunjukkan minat untuk perilaku sehat
• Tidak mampu menjalankan perilaku sehat
D. Faktor resiko
1. Obesitas : Terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
2. Kebiasaan merokok : Merokok menyebabkan hipertensi karena nikotin
yang terkandung didalam rokok memiliki kecenderungan untuk
menyempitkan pembuluh darah dan arteri yang dapat menyebabkan
plak.
3. Mengkomsumsi garam berlebihan : Dalam diet DASH (Dietary
Approaches To Stop Hipertensi) kita diwajibkan untuk membatasi
asupan nutrisi (garam) hanya 2/3 sendok the setara dengan 1500 mg
natrium.
4. Alkohol : Mengkomsumsi lebih dari takaran alcohol yang di sarankan,
bisa meningkatkan resiko hipertensi.
E. Upaya Pencegahan
1. Cek kesehatan secara berkala
2. Hindari kegemukan
3. Hindari merokok
4. Hindari alkohol
5. Hindari stress
6. Olahraga teratur/ aktivitas fisik
7. Batasi pemakaian garam
8. Istirahat cukup
F. Diet Hipertensi
1. Pengertian
Diet hipertensi adalah diet bagi penderita hipertensi yang bertujuan
untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan
tekanan darah menuju normal, selain itu diet hipertensi juga bertujuan
untuk menurunkan faktor resiko hipertensi lainnya seperti berat badan
berlebihan, tinggi kolesterol dan asam urat dalam darah.
2. Tujuan
Membantu menghilangkan nutrisi garam atau mengurangi air dalam
jaringan tubuh dan menurunkn tekana darah pada hipertensi.
3. Syarat-syarat diet
a) Cukup energi, protein, mineral dan vitamin
b) Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit
c) Jumlah natrium disesuaikan dengan berat ringannya hipertensi
4. Makanan yang dianjurkan atau boleh dikomsumsi
a) Pisang
b) Sayur hijau kecuali daun singkong, daun melinjo dan bijinya
c) Buah-buahan kecuali durian
d) Yogurt dan olahan susu lainnya yang rendah lemak
e) Susu skim
f) Oatmeal
g) Ikan
5. Makanan yang dihindari atau dibatasi
a) Makanan yang mengandung garam, seperti makanan cepar saji,
makanan kemasan.
b) Makanan banyak mengandung gula
c) Makanan berlemak
d) Makanan dan minuman mengandung alkohol
e) Contoh jus penurun hipertensi yang mudah di buat dan peroleh
bahan-bahannya :
• Jus ketimun seledri
5-7 iris mentimun segar ditambah 2-3 sendok irisan
seledri
DAFTAR PUSTAKA