Anda di halaman 1dari 95

KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN LATIHAN PERNAPASAN PADA PASIEN


PASCABEDAH HEMOROID DENGAN MASALAH
NYERI DI ZAAL BEDAH RSUD LAHAT
TAHUN 2019

Di susun untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)


Pada Program Studi D-3 Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Palembang

Oleh :
DIA TRISNA
(NIM:PO.71.20.5.16.049)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
LAHAT TAHUN 2019

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul :
Pemberian latihan pernapasan pada pasien pascabedah hemoroid dengan masalah
nyeri di zaal bedah RSUD Lahat tahun 2019
Oleh : Dia Trisna
NIM : PO.71.20.5.16.049
telah di periksa dan disetujui serta layak untuk dipertahankan di hadapan Tim
Penguji Sidang Ujian Karya Tulis Ilmiah pada Program Studi DIII Keperawatan
Lahat Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Palembang.

Lahat, Juni 2019


Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Eri Fauziah,SPd,I,M.Kes Hj.Lusiana,SKM,M.kes


NIP. 196412121987032009 NIP.196709221991022001

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Dia Trisna NIM PO.71.20.5.16.049 dengan judul
Pemberian Latihan Pernapasan pada Pasien Pascabedah Hemoroid dengan
Masalah Nyeri di Zaal Bedah RSUD Lahat tahun 2019 telah di pertahankan di
depan dewan penguji pada tanggal 19 Juni 2019

Dewan Penguji
Penguji Ketua Penguji Anggota I Penguji Anggota II

Eri Fauziah,SPd,I,M.Kes Sumitro Adi Putra Kamesyworo,S.ST.,MM


NIP. 196412121987032009 NIP.197603082000031001 NIP.197304261907031006

Mengetahui,
Ka. Prodi Keperawatan Lahat

H. A. Gani,.SPd,.SKM.,S.Kep,.M.Kes
NIP. 196609041989031003

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Sebagai Sivitasi Akademik Poltekes Kemenkes Palembang Prodi Keperawatan


Lahat,Saya yang bertanda dibawah ini :
Nama : Dia Trisna
NIM : PO.71.20.5.16.049
Program Studi : DIII Keperawatan Lahat
Institusi : Poltekkes Kemenkes Palembang

Menyatakan dengan sebenarnya bahawa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat di buktikan Karya Tulis Ilmiah ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Lahat, Juni 2019


Pembuat Pernyataan

Dia Trisna
NIM PO.71.20.5.16.049

Mengetahui :
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Hj.Lusiana,SKM,M.kes
Eri Fauziah,SPd,I,M.Kes
NIP. 196412121987032009 NIP.196709221991022001

iv
PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA TULIS ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai Sivitasi Akademik Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi Keperawatan


Lahat, Saya Yang Bertanda Tangan Dibawah Ini:
Nama : Dia Trisna
NIM : PO.71.20.5.16.049
Program Studi : DIII Keperawatan Lahat
Jurusan : Keperawatan
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi Keperawatan Lahat Hak Bebas Royalti

Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas Karya Tulis Ilmiah saya

yang berjudul :

“Pemberian Latihan Pernapasan pada Pasien Pascabedah Hemoroid dengan

Masalah Nyeri di Zaal Bedah RSUD Lahat tahun 2019” .

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Nonekslusif ini Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi Keperawatan Lahat berhak

menyimpan, mengalih mediakan/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan

data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak

Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Prodi Keperawatan Lahat


Pada tanggal : Juni 2019
Yang Menyatakan

( Dia Trisna )

NIM : PO.71.20.5.16.049

v
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul
“Pemberian Latihan Pernapasan pada Pasien Pascabedah Hemoroid dengan
Masalah Nyeri di RSUD Lahat tahun 2019”ini dengan sebaik-baiknya. Penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini di buat dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada Diploma III Keperawatan Poltekes
Kemenkes Palembang Prodi Keperawatan Lahat.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Muhammad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku Direktur
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang.

2. Ibu Devi Mediarti, S.Pd,S.kep,.M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang.
3. Bapak H.Abdul Gani,SPd.,SKM.,S.kep.M.kes. selaku Ka.Prodi D3
Keperawatan Lahat.
4. Ibu Rumentalia Sulistini,S.Kep,Ns,M.Kep. selaku dosen pembimbing
utama yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran, serta teliti,
bijaksana, sangat cermat dalam memberikan masukan dan motivasi dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
5. Ibu Hj.Lusiana,SKM,M.Kes. selaku pembimbing pendamping yang telah
rela meluangkan waktu, selalu memotivasi, memberi semangat dan sangat
cermat dalam memberikan masukan untuk karya tulis ilmiah ini.
6. Bapak Lukman,S.Kep,Ns,MM,.M.Kep. selaku penguji utama
7. Bapak Kamesyworo,S.ST.,MM. Selaku penguji pendamping
8. Para Dosen beserta Staf Poltekes Kemenkes Palembang Prodi
Keperawatan Lahat yang telah membantu menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini.
9. Terima kasih kepada Kedua orang tuaku yang selalu memberikan
dukungan baik moral maupun material selama menempuh pendidikan di
Poltekes kemenkes palembang Prodi DIII Keperawatan Lahat, hingga

vi
terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.
10. Teman-teman Sealmamater Tingkat III Angkatan XV terutama kamar 1
Tersayang yang telah berjuang bersama menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir ini.serta semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,
yang telah memberikan dorongan dan bantuannya dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini, dan teman-teman yang ikut serta memberikan saran
dan kritik sehingga penelitian ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Semoga Tuhan melimpahkan karunia serta rahmatNya untuk kita semua.
Penulis juga meminta maaf apa bila dalam karya tulis ilmiah ini terdapat
kesalahan pada penulisan nama dan atau gelar. Akhirnya penulis mengharapkan
karya tulis ilmiah ini dapat berguna untuk peningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatan.
Lahat, Juni 2019
Penulis

Dia Trisna

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS.....................................v
KATA PENGANTAR.................................................................................vi
DAFTAR ISI................................................................................................vii
DAFTARLAMPIRAN.................................................................................xii
ABSTRAK...................................................................................................xiii
ABSTRACT.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................3
C. Tujuan Penelitian.............................................................................4
D. Manfaat Penelitian...........................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Hemoroid..................................................................6
1. Definisi ................................................................................6
2. Klasifikasi............................................................................7
3. Etiologi.................................................................................8
4. Patofisiologi.........................................................................9
5. Manifestasi klinis.................................................................10
6. Komplikasi...........................................................................11
7. Pemeriksaan penunjang........................................................11
8. Penatalaksanaan...................................................................12
B. Pathway............................................................................................17
C. Asuhan Keperawatan Teoritis..........................................................18
D. Konsep Masalah...............................................................................29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan studi kasus.....................................................................34

viii
B. Subjek studi kasus............................................................................34
C. Fokus studi kasus.............................................................................34
D. Kerangka konsep..............................................................................34
E. Definisi operasional fokus studi.......................................................35
F. Instrumen pengumpulan data...........................................................36
G. Metode pengumpulan data...............................................................36
H. Tempat dan waktu studi kasus.........................................................36
I. Analisis dan penjajian data..............................................................37
J. Etika studi kasus...............................................................................37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Lahat.......................................39
B. Karakteristik Subjek Penelitian........................................................41
C. Hasil Studi Kasus.............................................................................42
1. Anamnesis.................................................................................42
2. Pola Fungsi Kesehatan..............................................................43
3. Hasil Pemeriksaan fisik.............................................................46
4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium..............................................48
5. Terapi pasien ............................................................................49
6. Analisa data ..............................................................................50
7. Diagnosa keperawatan .............................................................52
8. Intervensi keperawatan..............................................................53
9. Implementasi keperawatan........................................................54
10. Evaluasi keperawatan ...............................................................59
D. PEMBAHASAN
A. Pengkajian keperawatan.............................................................62
B. Diagnosa keperawatan...............................................................64
C. Intervensi keperawatan..............................................................65
D. Implementasi keperawatan ........................................................66
E. Evaluasi keperawatan.................................................................67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan......................................................................................68
B. Saran ................................................................................................69

ix
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat izin penelitian

Lampiran 2 : Surat selesai penelitian

Lampiran 3 : Lembar Konsultasi dengan Pembimbing

Lampiran 4 : Lembar Pengajuan Judul

Lampiran 5 : Informed Consent

Lampiran 6 : SAP

Lampiran 7 : SOP Relaksasi Napas Dalam

Lampiran 8 : Lembar Ceklist

Lampiran 9 : Leaf Leat

Lampiran 10: Format Pengkajian

xi
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI D-3 KEPERAWATAN LAHAT

Karya Tulis Ilmiah, Juli 2019


Dia Trisna
Pemberian Latihan Pernapasan pada Pasien Pascabedah Hemoroid dengan
Masalah Nyeri di Zaal Bedah RSUD Lahat Tahun 2019

Xii + 70 Halaman + 10 Lampiran

ABSTRAK

Hemoroid sering dikenal dengan penyakit embeien atau wasir adalah


pembengkakan dan peradangan pembuluh vena pada anus. salah satu
penyebabnya aktifitas fisik dan sering mengejan saat BAB. Tujuan di lakukan
pemberian latihan pernapasan untuk menurunkan nyeri pada pasien pascabedah
hemoroid di RSUD Lahat tahun 2019. Metode pengumpulan data yang di gunakan
adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Dari hasil pengkajian hingga
evaluasi peneliti menunjukan ada penurunan nyeri. sebelum di lakukan latihan
pernapasan pada subjek I skala nyeri 8 dan subjek II skala nyeri 7. setelah
diberikan latihan pernapasan nyeri pada kedua subjek dengan skala nyeri 4, subjek
I tekanan darah : 120/90 mmHg, nadi : 80 kali/menit, pernapasan : 20 kali/menit,
suhu : 36,50c. Pada subjek II tekanan darah : 120/70 mmHg, nadi : 80 kali/menit,
pernafasan : 20 kali/menit, suhu : 36,0c. Kepada tenaga kesehatan RSUD Lahat di
harapkan dapat menerapkan pemberian latihan pernapasan sesuai SOP di rumah
sakit.

Kata Kunci : Pascabedah Hemoroid, Penurunan Nyeri, Latihan Pernapasan


Daftar pustaka : 17 (2002-2018)

xii
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI D-3 KEPERAWATAN LAHAT

Scientific Writing, July 2019


Dia Trisna
Giving Respiratory Training in Postoperative Hemorrhoid Patients with Pain
Problems in Zaal Lahat Hospital Surgery in 2019

Xiii + 70 Page + 10 Appendix

ABSTRACT

Hemorrhoids often known as hemorrhoids or hemorrhoids are swelling and


inflammation of the veins in the anus. one of the causes is physical activity and
often straining during bowel movements. The aim was to provide breathing
exercises to reduce pain in postoperative hemorrhoid patients in Lahat Hospital in
2019. Data collection methods used were interviews, observation, and physical
examination. From the results of the study to the evaluation of the researchers,
there was a decrease in pain. before breathing exercises on subject I scale pain 8
and subject II scale pain 7. after being given breathing exercises pain in both
subjects with a scale of pain 4, subject I blood pressure: 120/90 mmHg, pulse: 80
times / minute, breathing: 20 times / minute, temperature: 36,50c. In subject II
blood pressure: 120/70 mmHg, pulse: 80 times / minute, respiration: 20 times /
minute, temperature: 36.0c. It is expected that the health staff of Lahat Hospital
will apply the provision of breathing exercises according to the SOP in the
hospital.

Keywords: Postoperative Hemorrhoids, Decreased Pain, Respiratory Exercises


Bibliography : 17 (2002-2018)

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hemoroid sering dikenal dengan penyakit embeien atau wasir adalah

pembengkakan dan peradangan pembuluh vena pada anus. Populasi

penduduk 50% akan mengeluh gejala hemoroid selama hidupnya dan gejala

hemoroid rentan terjadi pada usia 45-60 tahun. Penderita hemoroid usia

kurang dari 20 tahun sangat jarang akan tetapi wanita lebih sering menderita

hemoroid di bandingkan laki laki. Wanita hamil, penderita cedera saraf

spinal, konstipasi kronis dan hipertensi mempunyai resiko menderita

hemoroid lebih tinggi (Handaya, 2017).

Menurut data World Health Organization (WHO) angka kejadian

hemoroid terjadi di seluruh negara 54% mengalami gangguan hemoroid

(Garay, 2011). dari data WHO tahun (2008), jumlah penderita hemoroid di

dunia adalah berkisar 230 juta orang (Alodokter & Hijrayanti, 2015).

Prevalensi hemoroid di Amerika Serikat berkisar 1 diantara 26 orang

atau 3,82% atau 104 juta populasi. Sepertiga dari 10 juta penduduk Amerika

Serikat dengan hemoroid memerlukan pengobatan yang mengakibatkan 1,5

juta penduduk berhubungan dengan penulisan resep pertahun. Dari data

penyebab perdarahan saluran cerna bagian bawah dan kelainan terbanyak

yang di temukan pada pemeriksaan kolonoskopi didapatkan bahwa pecahnya

hemoroid merupakan penyebab tertinggi. Prevalensi secara statistik

ekstapolasi dari hemoroid di Indonesia yaitu 9.117.318 penduduk

(Simadibrata, 2014).

xiv
Menurut data Depkes (2008), prevalensi hemoroid di Indonesia adalah

5,7%, dari total populasi atau sekitar 10 juta orang (Mustofa & Hijrayanti,

2015). Di Indonesia berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan yang

diperoleh dari rumah sakit di 33 provinsi terdapat 355 rata rata kasus

hemoroid, baik hemoroid eksternal maupun internal (Kemenkes, 2009).

Sedangkan menurut data yang ada di Medical Record Rumah Sakit Daerah

Lahat tahun (2012) hingga (2014) di peroleh 14 orang penderita hemoroid

(Hijrayanti, 2015).

Apa bila hemoroid tidak segera ditangani akan menimbulkan

komplikasi yaitu pendarahan yang dapat menyebabkan anemia, trombosit,

hemoroid strangulasi, luka, infeksi, dan benjolan pada anorektal (Mardalena,

2018). Pada umumnya hemoroid derajat 3-4 penatalaksaan dilakukan dengan

operasi terbuka yaitu hemoroidektomi di lakukan dengan cara pemotongan

jaringan hemoroid (Handaya, 2017). Saat ini hemoroidektomi masih dianggap

sebagai gold strandard untuk penyembuhan hemoroid, karena berkinerja

baik. Namun akibat dari prosedur bedah hemoroidektomi tersebut, setelah

operasi akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat seperti dalam jurnal yang

menjelaskan bahwa nyeri pasien pascabedah hemoroidektomi menjadi

masalah besar, dan perlu mendapat pengelolaan yang lebih baik (Gallardo &

Kristani, 2017).

Maka penatalaksanaan nyeri menjadi prioritas setelah operasi

hemoroidektomi dilakukan, Akibat jika nyeri tidak segera ditangani maka

dapat berpengaruh pada fisiologis, psikologis dan peilaku dari seseorang

tersebut (Zakiyah & Kristani, 2017).

xv
Pentingnya upaya penurunan nyeri dilakukan karena setelah

pembedahan rektal akan menimbulkan nyeri, Teknik relaksasi di percaya

dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang

menunjang nyeri dari beberapa penelitian, bagaimana pun telah menunjukan

bahwa relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi (Smeltzer &

Bare, 2012).

Maka perawat berperan aktif dalam memberikan asuhan keperawatan

pada pasien pascabedah hemoroid dengan masalah keperawatan nyeri

berhubungan dengan iritasi, tekanan, sensitivitas, pada area rectal atau anal

sekunder akibat penyakit anal rectal dan spasme sfingter pascabedah

hemoroid (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).

Berdasarkan latar belakang diatas, upaya penurunan nyeri pada pasien

pascabedah hemoroidektomi menjadi priotitas utama. Maka penulis tertarik

untuk menjelaskan dan melakukan study kasus hemoroid dengan judul

“Pemberian Latihan Pernapasan Pada Pasien Pascabedah Hemoroid dengan

Masalah Nyeri di Zaal Bedah RSUD Lahat”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

menyusun Karya Tulis Ilmiah tentang bagaimana pemberian latihan

pernapasan pada pasien pascabedah hemoroid dengan masalah nyeri di zaal

bedah RSUD Lahat

xvi
C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan laporan tugas akhir adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penulis adalah mampu melakukan latihan pernapasan

upaya penurunan nyeri pada pasien pascabedah hemoroid di zaal bedah

RSUD lahat.

2. Tujuan khusus

a) Untuk mampu melakukan observasi pada pasien pascabedah hemoroid

dengan masalah nyeri.

b) untuk mampu melakukan tindakan terapeutik pada pasien pascabedah

hemoroid dengan masalah nyeri.

c) untuk mampu memberikan edukasi latihan pernapasan pada pasien

pascabedah hemoroid dengan masalah nyeri di zaal bedah rumah sakit

umum daerah lahat.

D. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi Mahasiswa atau Penulis

Memberikan pengalama kepada penulis untuk mengaplikasikan materi

atau ilmu yang di dapatkan oleh mahasiswa secara langsung pada pasien

pascabedah hemoroid.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menjadikan bahan acuan dan bahan pertimbangan dalam

penyusunan materi pembelajaran tentang ilmu keperawatan dengan

xvii
pascabedah hemoroid dan di harapkan mampu sebagai bahan acuan dalam

penyusunan laporan tugas akhir selanjutnya.

3. Bagi Profesi

untuk memberikan informasi, sambungan pikiran dan menambah

pengetahuan serta saran dalam melaksanakan asuhan keperawatan nyeri

pascabedah hemoroid

4. Bagi Rumah Sakit

a. laporan tugas akhir ini dapat di gunakan sebagai referensi untuk

mengembangkan ilmu kesehatan khususnya di bidang keperawatan.

b. Agar dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, khususnya pada

pasien dengan nyeri pada kasus pascabedah hemoroid.

5. Bagi Masyarakat

Laporan tugas akhir ini di harapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai cara penanganan nyeri pada kasus pascabedah op

hemoroid.

xviii
BAB II

TINJAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Hemoroid

1. Definisi

Hemoroid sering dikenal dengan penyakit embeien atau wasir adalah

pembengkakan dan peradangan pembuluh vena pada anus (Handaya,

2017).

Hemoroid adalah pelebaran dari pembuluh-pembuluh vena di

dalam pleksus hemoroidalis (Muttaqin, 2011). pelebaran pembuluh darah

vena hemoroid mengakibatkan penonjolan membran mukosa yang

melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho & Mardalena, 2018).

Penyakit hemoroid merupakan gangguan anorektal yang sering

ditemukan. Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi dari pleksus arteri-

vena di saluran anus yang berfungsi sebagai katup untuk mencegah

inkontinensia flatus dan cairan (Sudarsono, 2015).

Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembulu darah vena

di daerah anus yang berasal dari plexsus hemorrhoidalis (Simadibrata,

2014).

Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.

Hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50-an 50% individu mengalami

berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena yang terkena (Jitowiyono &

Kristiyanasari, 2012).

xix
2. Klasifikasi

a) Hemoroid Internal

Hemoroid internal adalah pembengkakan yang terjadi dalam

rectum. pembengkakan jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit karena

hanya ada sedikit saraf di daerah rectum. tanda yang dapat di ketahui

adalah pendarahan saat buang air besar. Masalahnya jadi tidak

sederhana lagi apabila hemoroid internal ini membesar dan keluar ke

bibir anus yang menyebabkan rasa sakit. Hemoroid yang terlihat

berwarna merah muda ini dapat masuk sendiri setelah sembuh, tetapi

bisah juga di dorong masuk. Hemoroid internal di bagi menjadi empat

yaitu : (Mardalena, 2018).

1.)Derajat I :

a) Terdapat perdarahan merah segar pada rectum pasca defekasi.

b) Tanpa di sertai rasa nyeri

c) Tidak terdapat prolaps

d) Pada pemeriksaan anaskopi terlihat permulaan dari benjolan

hemoroid yang menonjol kedalam lumen.

2.)Derajat II :

a) Terdapat perdarahan atau tanpa perdarahan sesudah defekasi

b) Terjadi prolaps hemoroid yang dapat masuk sendiri (reposisi

spontan).

3.)Derajat III:

a) Terdapat perdarahan atau tanpa perdarahan sesudah defekasi

b) Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat masuk sendiri jadi

xx
harus di dorong dengan jari atau reposisi manual.

4.)Derajat IV :

a) Terdapat perdarahan setelah defekasi.

b) Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat di dorong masuk

(meskipun sudah di reposisi akan keluar lagi).

b.) Hemoroid Eksternal

Hemoroid eksternal di klasifikasikan sebagai akut dan kronik.

Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus, dan

sebenarnya merupakan hematoma.bentuk ini sangat nyeri dan gatal karena

ujung ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri (Mardalena, 2018).

3. Etiologi

Penyebab terjadinya hemoroid saat ini belum pasti (Alba dan Abbas, 2007),

akan tetapi masih bisa di hubungkan dengan adanya faktor genetik atau

keturunan dan faktor resiko yang ada. Faktor resiko hemoroid antara lain :

a. Faktor mengedan pada buang air besar yang sulit atau pola buang air

besar yang salah (lebih banyak memakai jamban yang duduk, terlalu

lama duduk di jamban sambil membaca, merokok dll).

b. Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor usus, tumor

abdomen dll).

c. Kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan perubahan

hormonal).

d. Usia tua

xxi
e. Konstipasi kronik atau sembelit

f. Diare kronik atau diare akut yang berlebih.

g. Hubungan seks peranal

h. Kurang minum air dan kurang makan makanan berserat (sayur dan buah).

i. Kurang olah raga atau imobilisasi

j. Obesitas

k. Batuk berat

l. Diet pedas

m. Asupan alkohol

n. Aktivitas yang berlebihan

o. Penggunaan kertas toilet kering di gabung dengan metode pembersihan

basah setelah defikasi (Simadibrata, 2014).

4. Patofisiologi

Hemoroid adalah bantalan jaringan di bawah ikat dibawah lapisan epitel

saluran anus. Sebagai bantalan, maka ia berfungsi untuk : (Jitowiyono &

Kristiyanasari, 2012).

1. Mengelilingi dan menahan anastomosis antara arteri rektalis superior

dengan vena rektalis superior, media, dan inferior.

2. Mengandung lapisan otot polos di bawah epitel yang membentuk masa

bantalan.

3. Memberi informasi sensorik penting dalam membedakan benda padat,

cair, atau gas.

4. Secara teoritis manusia memiliki tiga buah bantalan pada pascabedah,

xxii
anterior kanan, dan lateral kiri.

5. Kelainan-kelainan bantalan yang terjadi adalah pembesaran, penonjolan

keluar, trombosit, nyeri, dan perdarahan yang kemudian di sebut atau

menjadi ciri dari hemoroid

5. Manifestasi Klinis

tanda dan gejala pada hemoroid (Mardalena, 2018).

a) perdarahan

keluhan paling sering dan timbul pertama kali umumnya adalah berwarna

merah segar setelah buang air besar (BAB) keluarnya darah ini biasanya

tanpa di sertai nyeri dan gatal di anus. Pendarahaan dapaat juga timbul di

luar waktu BAB, misalnya penderita lanjut usia.

b) benjolan

benjolan muncul pada anus, benjolan ini dapat menciut atau teruduksi

spontan atau manual , di mana ini merupakan karakteristuik hemoroid.

c) nyeri dan rasa tidak nyamaan

rasa nyeri dan tidak nyaman akan timbul jika ada komplikasi thrombosis

atau sumbatan komponen darah di bawah anus, benjolan keluar anus,

polip rektum dan skin tag.

d) basah gatal dan kurangnya higienitas anus

hemoroid interna pada umumnya menunjukan tanda pengeluaran cairan

dari selaput linder anus dan di sertai pendarahan. Situasi ini dapat sedikit

memalukan karena membuat pakaian menjadi basah. Rasa basah dan

gatal tersebut mungkin dapat menyebabkan pembengkakkan kulit

xxiii
6. Komplikasi

Komplikasi Hemoroid yang paling sering adalah perdarahan banyak yang

menimbulkan anemia dan presyok atau syok, infeksi dapat terjadi sebagai

komplikasi, persyok atau syok pada penderita hemoroid dapat terjadi apa

bila perdarahannya banyak sekali (Simadibrata, 2014).

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada hemoroid meliputi antara lain : (Nurarif &

Kusuma, 2015).

a. Pemeriksaan colok dubur

Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum.

Pada hemoroid interna tidak dapat di raba sebab tekanan vena di

dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.

b. Anoskop

di perlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar.

c. Proktosigmoidoskopi

untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses

radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.

8. Penatalaksanaan

penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksanaan medis dan

xxiv
penatalaksanaan bedah (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).

a. Penatalaksanaan medis

Di tunjukan untuk hemoroid interna derajat I sampai III atau semua

derajat hemoroid yang ada kontra indikasi operasi atau pasien yang

menolak operasi.

1) Non farmakologi

Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan cara

memperbaiki defekasi. Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup,

perbaikan pola makan dan minum, perbaikan pola atau cara

defekasi. Perbaikan defekasi di sebut Bowel Management Program

(BMP) yang terdiri atas diet, cairan, serat, tambahan, pelicin feses,

dan perubahan perilaku defekasi ) defekasi dalam posisi jongkok

atau squatting). Selain itu, lakukan tindakan kebersihan lokal

dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali

sehari. Dengan peredaman ini eksudat atau sisa tinja yang lengket

dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila di biarkan.

(Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).

2) Farmakologi

Bertujuan untuk memperbaiki defekasi dan meredakan atau

menghilangkan keluhan atau gejala. Obat-obatan farmakologis

hemoroid dapat di bagi atas empat macam, yaitu :

a. Obat yang memperbaiki defekasi

Terdapat dua macam obat yaitu suplemen serat (fiber suplemen)

xxv
dan pelicin tinja (stoot softener). Suplemen serat komersial yang

banyak di pakai antara lain psylium atau isphaluga Hsk (ex;

vegeta, mulax, metamucin, mucofalk) yang berasal dari kulit biji

plantago ovate yang di keringkan dan digiling menjadi bubuk.

Obat ini bekerja dengan cara membesarkan volume tinja dan

meningkatkan peristaltikusus. Efek samping antar lain kentut

dan kembung. obat kedua adalah laxant atau pencahar (ex;

laxadine, dulcolax, dll) (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).

b. Obat simptomatik

Bertujuan untuk nmenghilangkan atau mengurangi keluhan rasa

gatal, nyeri atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan

misalnya anusol, boraginol N/S dan faktu. Sediaan yang

mengandung kartikostiroid digunakan untuk mengurang radang

daerah hemoroid atau anus contoh obatnya misalnya Ultraproct,

Anusol NC, Scheriproct (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).

c. Obat penghenti pendarahan

Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau

pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus

bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika

berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding pembulu darah

(Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).

d. Obat penyembuh dan pencegah serangan

Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 3x2 tablet selama 4

xxvi
hari, lalu 2x2 tablet selama 3 hari. Pengonatan ini dapat

memberikan perbaikan terhadap gejala inflamasi, kongesti,

edema, dan prolaps (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).

3) Minimal invasif

Bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan

penyakit dengan tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu

invasif antara lain skleroterapi hemoroid atau ligasi hemoroid atau

terapi laser. Dilakukan jika pengobatan farmakologis tidak berhasil

(Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).

b. Penatalaksanaan tindakan operatif

Di tunjukan untuk hemoroid interna derajat IV dan eksterna atau

semua derajat hemoroid yang tidak berespon terhadap pengobatan

medis (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).

1. Prosedur ligasi pita karet

2. Hemoroidektomi kriosirurgi

3. Laser N.d YAG

4. Hemoroidektomi.

c. Penatalaksanaan tindakan non operatif

1. Fotokoagulasi inframerah, diatermi bipolar, terapi laser adalah

tekhnik terbaru yang di gunakan untuk melekatkan mukosa ke otot

yang mendasarinya

2. Injeksi larutan sklerosan ju vga efektif untuk hemoroid berukuran

kecil dan berdarah membantu mencegah prolaps (Jitowiyono &

Kristiyanasari, 2012).

xxvii
Nursing Assesment :

a. Personal Hygiene yang baik terutama di daerah anal

b. Menghindari mengejan selama defekasi

c. Diet tinggi serat

d. Bedrest atau tirah baring untuk mengurangi pembesaran

hemoroid.

Jenis penatalaksanaan hemoroid (Handaya, 2018).

1. Rubber band ligation

Benjolan anus di lakukan peningkatan dengan karet menggunakan alat

khusus.

2. Operasi terbuka

Hemoroid di lakukan dengan cara pemotongan jaringan hemoroid tingkat

3-4.

3. Milligan dan morgan ( open pediculear hemorroidektomi)

Dengan menjepit hemoroid menggunakan 3 klem, di lakukan di seksi

hemoroid, melakukan pengikatan pada pangkal pembuluh darah vena,

dengan hasil akhir luka terbuka.

4. Park (semi-open pedicular hemoroidektomi)

Teknik ini dilakukan hemoroidektomi sub mukosa, melakukan pengikatan

(ligasi) pada pangkal (pedical) pembuluh darah vena hemoroidalis di

anjurkan dengan melakukan penjahitan mukosa dan kulit (Handaya 2018).

5. Ferguson’s (closed pedicular hemorrhoidectomy)

Teknik operasi hemoroidektomi Ferguson’s di lakukan hemoroidwktomi

submukosa dsn ligasi melakukan pengikatan (ligasi) pada pangkal

xxviii
(pedikel) pembuluh darah vena hemoroidalis di lanjutkan dengan

melakukan penjahitan mukosa dengan jahitan mukosa dan kulit

(mukokutan).

B. PATHWAY

Pathway dari Hemoroid


Penurunan relative venous
Kehamilan obesitas
return di daerah perianal
(yang di sebut dengan efek
tourniquet)
xxix
Konstipasi dan mengejan
dalam jangka yang lama

Aliran vena balik terganggu


Duduk terlalu lama
Tekanan periver meningkat -
Sering angkat beben berat pelebaran vena anus
(hemoroid)
Kondisi penuaan
Peradangan pada pleksus
Hipertensi portal (sirosis
hemoroidalis
hepatis)

Membesar di luar rectum


Membesar di spinchter

Ruptur vena Vena menegang


Intolerasi aktivitas
Perdarahan

anemia Operasi
Resiko syok
(hemoroidektomi)
(hipovolemik)

Pre operasi Continuitas jaringan

ansietas Ujung saraf rusak Port d’ entree kuman

Nyeri di persepsikan Pelepasan


Resiko infeksi
prostaglandin

Gangguan rasa nyaman nyeri Gangguan defekasi konstipasi

Sumber :Nurarif & Kusuma, 2015.

C. Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis

xxx
sehingga masalah kesehatan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik,

mental, sosial maupun spritual dapat di tentukan. tahap ini mencakup tiga

kegiatan yaitu pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah

kesehatan serta keperawatan (Amelia & Hijrayanti, 2015).

Adapun pengkajian pada pascabedah operasi hemoroid (Jitowiyono &

Kristiyanasari, 2012).

a. Keluhan Utama.

Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB, dan

juga ada benjolan pada anus atau nyeri pada saat defekasi (Mardalena,

2018).

b. Riwayat Kesehatan Sekarang:

1. Apakah ada rasa gatal, terbakar dan nyeri selama defekasi?

2. Adakah nyeri abdomen?

3. Apakah terdapat perdarahan dari rectum? Berapa banyak, seberapa

sering, apa warnanya ?

4. Adakah mukus atau pus?

5. Bagai mana pola eliminasi pasien? Apakah sering menggunakan

laksatif?

c. riwayat penyakit dahulu

Adapun yang harus di tanyakan pada riwayat penyakit dahulu

(Mardalena, 2018).

1) Apakah pasien pernah menderita hemoroid sebelumnya?

2) sembuh atau terulang kembali?

3) apakah pasien tidak mendapat tindakan pembedahan sehingga

xxxi
hemoroid kembali kambuh.?

d. Riwayat diet :

1) Bagai mana pola makan pasien?

2) Apakah pasien mengkonsumsi makanan yang mengandung serat?

e. Riwayat pekerjaan :

Apakah pasien melakukan pekerjaan yang memerlukan duduk atau

berdiri dalam waktu lama?

f. aktivitas dan latihan

Seberapa sering latihan dan tingkat aktivitas yang dapat menimbulkan

nyeri?

g. pemeriksaan fisik

Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di

tengkuk dan di menempel pada tempat tidur.pada saat inspeksi, hemoroid

eksternal mudah terlihat terutama sudah mengandung trombus. Hemoroid

prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa.untuk

membuat prolaps dapat di lakukan dengan meminta pasien untuk

mengejan (Mardalena, 2018).

h. inspeksi

1) Pada inspeksi, perhatian jika ada benjolan sekitar anus.

2) Benjolan akan terlihat pada saat prolapsi

3) Warna benjolan terlihat kemerahan

4) Benjolan terletak di dalam (Mardalena, 2018).

i. Palpasi

Palpasi atau rektal toucher di lakukan dengan menggunakan sarung

xxxii
tangan steril di tambah vaselin.perawat memasukan satu tangan di dalam

anus untuk mencari benjolan berkonsistensi keras dan juga

memungkinkan pendarahan (Mardalena, 2018).

j. pemeriksaan diagnostik antara lain (Reeves, 1999).

1) Pemeriksaan colok dubur

2) Anorektoskopi untuk melihat kelainan anusdan rectum

3) Pemeriksaan rectal atau palpasi digital

4) Proctoscopi atau colonoskopy untuk menunjukan hemoroid internal.

(Mardalena, 2018).

2. Diagnosis keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien hemoroid.

(Nurarif & Jitowiyono, 2015).

a. Nyeri berhubungan dengan iritasi,tekanan dan sensitivitas pada area

rectal sekunder akibat penyakit anorectal dan spasme sfingter pascabedah

operatif.

b. Resiko infeksi

c. Intoleransi aktifitas

d. Ansietas berhubungan dengan pembedahan dan rasa malu.

3. Intervensi

a. Nyeri berhubungan dengan iritasi,tekanan dan sensitivitas pada area rectal

sekunder akibat penyakit anorectal dan spasme sfingter pascabedah

xxxiii
operatif

1) Definisi

Nyeri adalah peristiwa yang tidak menyenangkan pengalaman sensori

atau emosional pada seseorang yang berkaitan denngan kerusakan

jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat

yang menimbulkan penderitaan atau sakit (Riyadi & PPNI, 2016).

2) Batasan karakteristik

a. Perubahan tekanan darah

b. Perubahan frekuensi jantung dan pernapasan

c. Mengekspresikan prilaku misal gelisah,merengek,menangis.

d. Masker wajaah (misal mata kurang bercahya, tampak kacak, gerakan

mata bercampur, atau tepat pada suatu fokus meringis.

e. Sikap melindungi area nyeri, perubahan posisi untuk menghindari

nyeri.

f. Melaporkan nyeri secara verbal

g. gangguan tidur (Nurarif & Kusuma, 2015).

3) Kriteria hasil

a) mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri).

b) Pasien melaporkan nyeri hilang

c) Pasien mengungkapkan menghilangkan nyeri.

d) Pasien menunjukan penggunaan intervensi terapeutik (misal

keterampilan relaksasi) untuk menghilangkan nyeri.

e) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

xxxiv
(Nurarif & Mardalena, 2018).

4) Intervensi :

a) Kaji karakteristik, intensitas dan lokasi nyeri untuk membantu

menentukan intervensi dan memberikan dasar untuk perbandingan

dan evaluasi terhadap terapi.

b) Observasi tanda tanda vital, Perubahan frekuensi jantung

menunjukan bahwa pasien mengalami nyeri.

c) Kaji hal hal yang dapat menimbulkan nyeri, menghindari stimulus

yang dapat mengakibatkan peningkatan nyeri seperti mengurangi

fekuensi dan durasi kontak dengan bagian yang di rasa nyeri.

d) Ajarkan teknik relaksasi yang di gunakan untuk mengurangi

stimulus nyeri, dan mengalihkan perhatian terhadap nyeri

e) Kolaborasi berikan analgesik sesuai indikasi untuk menghilangkan

nyeri sedang sampai berat (Mardalena, 2018).

5) Rasionl:

1) Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi

tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi

dan ketidak efektifan intervensi.

2) Tanda yang membantu mengidentifikasi frekuensi voleme jantung

3) Dapat menunjukan dengan tepat pencetus atau faktor pemberat yg

menyebabkan nyeri atau mengidentifikasi terjadinya komplikasi.

4) Membantu memfokuskan kembali perhatian dan membantu untuk

mengatasi nyeri atau rasa tidak nyaman secara lebih efektif.

5) Menurunkan nyeri dan rasa tidak nyaman, meningkatkan istirahat

xxxv
(Doenges, 2012).

b. Resiko infeksi

1) Definisi :

Resiko infeksi adalah mengalami peningkatan resiko terserang

organisme patogenik (Nurarif & Kusuma, 2015).

2) Faktor resiko :

a. Penyakit kronik

b. Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemanjanan

patogen

c. Gangguan peritalsik

d. Kerusakan integritas kulit

e. Penurunan kerja siliaris

f. Merokok, Stasik cairan tubuh

g. Trauma jaringan, stasis jaringan tubuh

h. Penurunan hemoglobin

i. Imunosupresi, supresi respon inflamasi

j. Paksinasi tidak adekuat, wabah, prosedur invasif, dan malnutrisi

(Nurarif & Doenges, 2015).

3) Kriteria hasil :

a) pasien bebes dari tanda dan gejala infeksi

b) mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang

mempengaruhi penularan serta penatalaksanaan.

c) Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

xxxvi
d) Jumlah leukosit dalam batas normal

e) Menunjukan prilaku hidup sehat (Nurarif & Kusuma, 2015).

4) Intervensi :

a) tetap pada fasilitas kontrol infeksi, sterilisasi dan prosedur atau

kebijakan aseptik.

b) Uji kesterilan semua peralatan

c) Periksa kulit untuk memeriksa adanya infeksi yang terjadi

d) Sediakan pembalut yang steril

e) Berikan anti biotik sesui petunjuk

5) Rasional :

a) Tetapkan mekanisme yang di rancang untuk mencegah infeksi.

b) Benda benda yang di paket mengkin tampak steril, meskipun

demikian setiap benda harus di periksa kesterilannya, adanya

kerusakan pemaketannya, efek lingkungan pada paket, dan teknik

pengiriman. Sterilisasi paket atau kedaluarsa, nomor lot atau seri

harus di dokumentasikan jika perlu.

c) Gaangguan pada integritas kulit atau dekat dengan lokasi operasi

adalah sumber kontaminasi luka

d) Mencegah kontaminasi lingkungan yang baru.

e) Dapat di berikan secara profilaksis bila di curigai terjadinya

infeksi atau kontaminasi (Doenges, 2012).

c. Intoleransi aktivitas

1. Definisi :

Intoleransi aktivitas adalah ketidak cukupan energi psikologis atau

xxxvii
fisiologis untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari hari

yang yang harus atau yang ingin di lakukan (Nurarif & PPNI, 2016).

2. Batasan karakteristik :

a) Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas.

b) Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas

c) perubahan EKG mencerminkan aritmia dan iskemia

d) ketidak nyamanan setelah aktivitas

e) menyatakaan merasa letih dan lemah (Nurarif & Kusuma, 2015).

3. kriteria hasil :

a) berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa di sertai peningkatan

tekanan darah, nadi dan pernapasan.

b) Mampu melakukan aktifitas sehari hari atau ADLs secara mandiri.

c) Tanda tanda vital normal

d) Energi psikomotor

e) Level kelemahan

f) Mampu berpindah tanpa bantuan alat

g) Status kardiopulmunari adekuat, sirkulasi status baik, pertukaran

gas dan ventilasi adekuat (Nurarif & Kusuma, 2015).

4.Intervensi :

a) Berikan lingkungan tenang, pertahankan tirah baring bila di

inginkan.

xxxviii
b) pantau dan batasi pengunjung

c) Berikan bantuan dalam aktivitas bila perlu, memungkinkan pasien

pasien untuk melakukannya sebanyak mungkin

d) Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien, termasuk aktivitas

yang di pandang pasien perlu tingkatkan aktivitas sesuai toleransi

(Doenges, 2012).

5. Rasional :

a) Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen

tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.

b) Membantu bila perlu, hargai diri di tingkatkan bila pasien

melakukan sesuatu sendiri.

c) Meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal

dan memperbaiki tonus atau stamina tanpa kelemahan,

meningkatkan harga diri dan rasa terkontrol (Doenges, 2012).

d) Ansietas berhubungan dengan pembedahan dan rasa malu.

1) Definisi :

Ansietas adalah perasaan tidak nyaman, kekawatiran yang samar,

perasaan takut terhadap objek yang tidak jelas secara spesifik yang di

sebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat

kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan

memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi

ancaman itu (Nurarif & PPNI, 2015).

2) Batasan karakteristik :

xxxix
a) Prilaku (Gelisa, insomnia, kontak mata yang buruk, agitasi,

menginai, tampak waspada).

b) Affektif (gelisah, kesedihan mendalam, ketakutan, perasaan tidak

adekuat, berfokus pada diri sendiri, gugup senang berlebihan,

bingung, menyesal, ragu, tidak percaya diri dan kawatir.)

c) Fisiologis (wajah tegang, tremor tangan, peningkatan keringat,

peningkatan ketegangan suara bergetar)

d) Simpatik (anoreksia, diare, mulut kering, wajah merah, jantung

berdebar debar, peningkatan tekanan darah dan nadi, peningkatan

reflek, kesulitan bernapas, dan lemah kekuatan otot.)

e) Parasimpatik (penurunan denyut nadi, letih, gangguan tidur,

kesemutan pada ekstremitas, sering BAK.)

f) Kognitif (menyadari gejala fisiologi, bloking pikiran, kesulitan

berkonsentrasi, penurunan untuk pemecahan masalah) (Nurarif &

Kusuma, 2015).

3) Kriteria hasil :

a) Tampak rileks dan pasien mampu mengidentifikasikan dan

mengungkapan gejala cemas.

b) mengidentifikasi, mengungkapakn dan menunjukan teknik untuk

mengontrol cemas.

c) Vital sign dalam batas normal

d) ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukan

berkurangnya kecemasan (Nurarif & Kusuma, 2015).

4) Intervensi :

xl
a) Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalah yang

di hadapinya.

b) Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi

keinginan untuk sembuh dan mungkin menghalangi proses

penyembuhannya

c) Berikan informasi yang akurat dan jawab dengan jujur (Doenges,

2012).

5) Rasional :

a) Kebanyakan pasien mengalami masalah yang perlu untuk di

ungkapakan dan di beri respon dengan informasi yang akurat

untuk meningkatkan koping terhadap situasi yang sedang di

hadapinya.

b) Pasien mungkin secara tidak sadar memperoleh keuntungan

seperti terlepas dari tanggung jawab, perhatian dan kontrol dari

yang lain. Ini perlu untuk di kerjakan secara positif untuk

meningkatkan penyembuhan.

c) Memungkinkan pasien untuk memuat keputusan yang di dasarkan

atas pengetahuannya (Doenges, 2012).

4. Evaluasi

Kriteria yang di harapkan pada evaluasi dari penyakit hemoroid adalah

nyeri berkurang atau hilang, eliminasi kembali normal, pasien dapat

xli
menerima secara nyata kondisi secara positif, dan infeksi tidak terjadi.

D. Konsep Masalah

1. Konsep Dasar Nyeri

a. pengertian

Nyeri adalah peristiwa yang tidak menyenangkan, pengalaman sensori

atau emosional pada seseorang yang berkaitan denngan kerusakan

jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat

yang menimbulkan penderitaan atau sakit (Riyadi & PPNI, 2016).

b. Etiologi

1. agen pencedera fisiologis misalnya inflamasi, iskemia, neoplasma

2. agen pencedera kimiawi misalnya, terbakar, bahan kimia iritan

3. agen pencedera fisik misalnya abses, amputasi, terbakar,

terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan

fisik berlebihan (PPNI, 2016).

c. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala nyeri yaitu mengeluh nyeri, tampak meringis,

bersikap proktektif misalnya waspada, posisi menghindari nyeri,

gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah

meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses

berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri. kondisi

klinis terkait yaitu kondisi pembedahan, cedera traumatis, dan

infeksi (PPNI, 2016).

d. Penilaian nyeri PQRST

xlii
1. Povokatif / paliatif

Apa kira-kira penyebab rasa nyeri?

2. Qualitas / quantitas

Seberapa berat keluhan nyeri ? atau bagai mana rasanya ?

3. Region / radiasi

Lokasi nyeri di rasakan ? apakah menyebar atau tidak?

4. Skala seviritas

a. 0-1 : tidak nyeri

b. 2 : nyeri sedikit

c. 3-4 : nyeri ringan

d. 5-6 : nyeri sedang

e. 7-9 : nyeri berat

f. 10 : nyeri tak tertahankan

5. Timing

Kapan nyeri di rasakan? Seberapa sering? Apakah secara

mendadak atau bertahap?

2. Konsep Latihan Pernapasan

a. Definisi

1. Latihan pernapasan adalah latihan menggerakan dinding dada untuk

meningkatkan bersihan jalan napas, meningkatkan perkembangan

paru, menguatkan otot-otot napas, dan meningkatkan relaksasi dan

rasa nyaman (PPNI, 2018).

2. Teknik relaksasi napas dalam merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan yang mengajarkan kepada pasien bagaimana cara

xliii
melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara

maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan,

Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas

dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan

oksigenasi darah (Smeltzer & Bare dalam Ariyanto, 2018).

a. Tujuan

Tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan

ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi

paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress

fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan

menurunkan kecemasan (Smeltzer & Bare dalam Ariyanto, 2018).

b. Indikasi

Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri. Karena

beberapa penelitian mengatakan relaksasi napas dalam

efektif dalam menurunkan nyeri (Smeltzer & Bare dalam

Ariyanto, 2018).

c. Prosedur pelaksanaan :

a) Tahap prainteraksi

a. Membaca status pasien

b. Mencuci tangan

c. Menyiapkan alat

b) Tahap orientasi

a. Memberikan salam teraupetik

b. Validasi kondisi pasien

xliv
c. Menjaga perivacy pasien

d.Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan

kepada pasien dan keluarga

3. Tahap kerja

a. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya jika ada

ynag kurang jelas.

b. Atur posisi pasien agar rileks tanpa beban fisik.

c. Instruksikan pasien untuk tarik napas dalam sehingga

rongga paru berisi udara.

d. Intruksikan pasien secara perlahan dan menghembuskan

udara membiarkanya keluar dari setiap bagian anggota

tubuh, pada waktu bersamaan minta pasien untuk

memusatkan perhatian betapa nikmatnya rasanya.

e. Instruksikan pasien untuk bernapas dengan irama normal

beberapa saat ( 1-2 menit).

f. Instruksikan pasien untuk bernapas dalam, kemudian

menghembuskan secara perlahan dan merasakan saat ini

udara mengalir dari tangan, kaki, menuju keparu-paru

kemudian udara dan rasakan udara mengalir keseluruh

tubuh.

g. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan

tangan, udara yang mengalir dan merasakan keluar dari

ujung-ujung jari tangan dan kaki dan rasakan kehangatanya.

h. Instruksiakan pasien untuk mengulangi teknik-teknik ini

xlv
apa bila rasa nyeri kembali lagi.

i. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien untuk

melakukan secara mandiri.

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi hasil kegiatan

b. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

c. Berpamitan dengan pasien

d. Cuci tangan

e. Dokumentasi hasil (Ariyanto, 2018).

xlvi
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus

Rancangan studi kasus ini adalah penelitian deskriptif study kasus dengan

pemberian latihan pernapasan pada pasien pascabedah hemoroid dengan

masalah nyeri di zaal bedah Rumah Sakit Umum Daerah Lahat. Pendekatan

yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi

pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Subjek Studi Kasus

Subjek yang digunakan dalam studi kasus keperawatan adalah pasien dengan

kasus yang diteliti secara rinci dan mendalam. Adapun subjek yang diteliti

berjumlah 2 orang pasien yakni dengan kasus dan masalah keperawatan yang

sama, yaitu pasien pascabedah hemoroid dengan masalah nyeri.

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi ini adalah pemberian latihan pernapasan pada pasien pascabedah

hemoroid dengan masalah nyeri.

D. Kerangka Konsep
1. Observasi nyeri dan ttv pasien
pascabedah hemoroid
Nyeri pada pasien
2. Terapeutik latihan pernapasan
pascabedah
hemoroid atau relaksasi napas dalam
3. Edukasi latihan pernapasan
pada nyeri pascabedah
hemoroid

xlvii
E. Definisi Operasional Fokus Studi

Adapun definisi istilah pada studi kasus ini adalah :

1) Hemoroid

Hemoroid sering dikenal dengan penyakit embeien atau wasir adalah

pembengkakan dan peradangan pembuluh vena pada anus (Handaya,

2017).

2) Pascabedah operasi hemoroid adalah suatu tindakan keperawatan

setelah operasi terbuka di lakukan atau disebut hemoroidektomi.

operasi terbuka hemoroidektomi ini di lakukan dengan cara

pemotongan jaringan hemoroid untuk tingkat 3-4 (Handaya, 2018).

3) Nyeri

Nyeri adalah peristiwa yang tidak menyenangkan, pengalaman sensori

atau emosional pada seseorang yang berkaitan denngan kerusakan

jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat

yang menimbulkan penderitaan atau sakit (Riyadi & PPNI, 2016).

4) Latihan pernapasan

Latihan pernapasan adalah latihan menggerakan dinding dada untuk

meningkatkan bersihan jalan napas, meningkatkan perkembangan paru,

menguatkan otot-otot napas, dan meningkatkan relaksasi dan rasa

nyaman (PPNI, 2018).

5) Relaksasi napas dalam

Teknik relaksasi napas dalam merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan yang mengajarkan kepada pasien bagaimana cara

melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara

xlviii
maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan,

Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas

dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan

oksigenasi darah (Smeltzer & Bare dalam Ariyanto, 2018).

F.Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen atau alat pengumpulan data pada studi kasus ini menggunakan

format pengkajian asuhan keperawatan, yang meliputi pengkajian

keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi

keperawatan dan evaluasi keperawatan.

G. Metode Pengumpulan Data

metode pengumpulan data yang digunakan :

1. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien, keluhan

utama, riwayat penyakit sekarang, dahulu, keluarga, Sumber data dari

pasien, keluarga, perawat lainnya).

2. Observasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA: inspeksi,

palpasi, perkusi, auskultasi) pada sistem tubuh pasien.

3. Studi dokumentasi dan status pasien.

H. Tempat dan Waktu Studi Kasus

Lokasi penelitian pada studi kasus ini di zaal bedah Rumah Sakit Umum

Daerah Lahat dan penelitian ini dilakukan selama 3 hari pada bulan Mei

Tahun 2019.

xlix
I. Analisis dan Penyajian Data

1. Analisa data

Teknik analisis data adalah suatu metode atau cara untuk mengolah sebuah

data menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut menjadi mudah

untuk dipahami. Dalam studi kasus ini, terdapat dua jenis data yakni data

subjektif dan data objektif. Data subjektif dianalisis berdasarkan apa yang

ditemukan peneliti pada pasien. Sedangkan data obyektif dianalisis

berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan dengan

nilai normal.

2. Penyajian data

Teknik penyajian data merupakan cara bagaimana untuk menyajikan data

sebaik-baiknya agar mudah dipahami oleh pembaca. Untuk studi kasus ini,

data disajikan secara narasi sebagai data pendukungnya. Kerahasiaan dari

responden dijamin dengan jalan kerahasiaan identitas dari responden.

J. Etika Studi Kasus

Pertimbangan etika dalam penelitian ini dilaksanakan dengan memenuhi

prinsip-prinsip the Five Right of Human Subjects in Research (Macnee dalam

Tim Pendidikan dan Pelatihan AIPViKI, 2017).

Lima hak tersebut meliputi hak untuk self determination; hak terhadap

privacy dan dignity; hak terhadap anonymity dan confidentiality; hak untuk

mendapatkan penanganan yang adil dan hak terhadap perlindungan dari

ketidaknyamanan atau kerugian (AIPVIKI, 2017).

a. Hak untuk self determination, pasien memiliki otonomi dan hak untuk

l
membuat keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas dari

paksaan untuk berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini atau untuk

mengundurkan diri dari penelitian ini.

b. Hak terhadap privacy dan dignity berarti bahwa pasien memiliki hak untuk

dihargai tentang apa yuang mereka lakukan dan apa yang dilakukan

terhadap mereka serta untuk mengontrol kapan dan bagaimana informasi

tentang mereka dibagi dengan orang lain.

c. Hak terhadap anonymity dan confidentiality, maka semua informasi yang

didapat dari pasien harus dijaga dengan sedemikian rupa sehingga

informasi individual tertentu tidak bisa langsung dikaitkan dengan pasien,

dan pasien juga harus dijaga kerahasiaan atas keterlibatannya dalam

penelitian ini. Hak untuk mendapatkan penanganan yang adil memberikan

individu hak yang sama untuk dipilih atau terlibat dalam penelitian tanpa

diskriminasi dan diberikan penanganan yang sama dengan menghormati

seluruh persetujuan yang disepakati, dan untuk memberikan penanganan

terhadap masalah yang muncul selama partisipasi dalam penelitian.

d. Hak terhadap perlindungan dari ketidaknyamanan dan kerugian

mengharuskan agar pasien dilindungi dari eksploritasi dan peneliti harus

menjamin bahwa semua usaha dilakukan untuk meminimalkan bahaya

atau kerugian dari suatu penelitian, serta memaksimalkan manfaat dari

penelitian.

BAB IV

li
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Lahat

1. Sejarah Singkat Rumah

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lahat didirikan pada tahun

1919 oleh Belanda, berasal dari penyediaan Barak P3K untuk tenaga kerja

yang membuat terowongan kereta api antara Lahat dan Tebing Tinggi.

Bangunan berupa Barak tersebut kemudian berkembang setelah beberapa

tenaga kesehatan Belanda dan orang Indonesia turut membantu masalah

kesehatan dan kecelakaan kerja yang terjadi dalam masa pembuatan

terowongan. Seluruh bangunan barak tersebut saat ini telah musnah, hanya

tersisa satu buah bangunan tua yang sudah tidak dipakai lagi.

Sampai dengan tahun 1992, RSUD Lahat berstatus Rumah Sakit

Kelas D dan baru tahun 1993 ditingkatkan menjadi Kelas C. Pada tahun

2001 nama Rumah Sakit Umum Lahat berubah menjadi Kantor Pelayanan

Kesehatan RSD Lahat. Pada tahun 2008 nama Rumah Sakit Lahat berubah

lagi menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Lahat. Sesuai

dengan rencana perubahan status rumah sakit dan dari hasil studi kelayakan,

melalui Surat Keputusan Keputusan Bupati Lahat No:

103/KEP/RSUD/2013 tanggal 8 maret 2013 telah dibentuk menjadi Satuan

Kerja Perangkat Daerah yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) Secara Penuh setelah

memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan lainnya yang telah

ditentukan. Maka resmi Rumah Sakit Umum Daerah Lahat menjadi

badan layanan umum daerah (BLUD).

lii
2. Motto

“melayani dengan ramah , anda sehat kami bangga”

Resposif, adil, mutu, aman dan harmonis.

3. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Lahat

a. Visi

visi rumah sakit daerah lahat yaitu terwujudnya rumah sakit dengan

pelayanan prima menuju lahat bangkit 2018

b. Misi

misi rumah sakit daerah lahat yaitu mewujudkan peningkatan mutu

pelayanan sesuai standar akreditasi rumah sakit

4. Janji, Tujuan, dan Sasaran Rumah Sakit Umum Daerah Lahat

a. Janji

1. Memberikan pelayanan secara profesional sesuai standar mutu dan

hak azazi

2. Membangun prinsip kebersamaan dalam menjalankan pelayanan

3. Menjaga nama baik dan rahasia Rumah sakit dalam segala dalam

segala tindakan

b. Tujuan

1. Meningkatkan kualitas pelayan kesehatan secara berkesinambungan

2. Mewujudkan SDM kesehatan dengan kompetensi sesuai standar

c. Sasaran

1. Meningkatkan jumlah pasien yang dilayani

2. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana

3. Meningkatkan tingkat kepuasan pasien

liii
4. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga terkait

5. Meningkatkan kompetensi, keahlian dan keterampilan SDM

6. Meningkatkan jumlah pegawai sesuai kebutuhan dan standar.

B. Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian asuhan keperawatan pada pasien 1 Tn. M dan pasien 2

Tn.M yang mengalami Pascabedah Hemoroid dengan masalah nyeri di

RSUD Lahat tahun 2019.

1. Subjek studi kasus I

Pasien pertama bernama Tn.M yang berumur 34 tahun berjenis

kelamin laki-laki, lahir pada tanggal 07 September 1985. Pasien 1

dirawat di Zaal Bedah RSUD Lahat pada tanggal 22 Mei 2019 dengan

nomor rekam medis 27.29.32. Pasien 1 beragama islam. Bertempat

tinggal di Desa Paduraksa, Kec, Kikim Timur, Kab. Lahat. Pendidikan

SMP, pekerjaan petani, 23 mei 2019 di lakukan pengkajian.

Penanggung jawab dari Pasien 1 adalah istrinya berinisial Ny.Y,

berusia 32 tahun, beragama islam, pendidikan SMA dengan pekerjaan

petani.

2. Subjek studi kasus II

Pasien kedua bernama Tn.M yang berumur 53 tahun berjenis kelamin

laki-laki, lahir pada tanggal 01 januari 1966. Pasien 2 dirawat di Zaal

Bedah RSUD Lahat pada tanggal 26 Mei 2019 dengan nomor rekam

medis 17.03.81. Pasien 2 beragama islam. Bertempat tinggal di desa

kota raya kab. lahat Pendidikan SD, pekerjaan petani. pengkajian

liv
dilakukan tanggal 27 mei 2019. Penanggung jawab dari pasien 2

adalah istrinya yang berinisial Ny.E, berusia 45 tahun, beragama

islam, pendidikan SMP dengan pekerjaan ibu rumah tangga.

C. Hasil Studi Kasus

1. Anamnesis

a. subjek studi kasus I

keluhan utama pasien 1 Saat masuk rumah sakit pasien mengeluh

nyeri dan ada benjolan di bagian anus. Saat Pengkajian tanggal 23 mei

2019 pasien mengeluh nyeri luka setelah operasi di bagian anus.

Riwayat penyakit sekarang Pasien 1 pada tanggal 22 mei 2019 di

bawa istrinya ke IGD RSUD Tn.M mengatakan ada benjolan terasa nyeri

di anus dan sudah 5 hari bab keluar darah Tn.M tidak pernah berobat

sebelumnya. pada tanggal 23 mei 2019 nyeri setelah operasi hemoroid di

rasakan seperti di sayat sayat pisau di bagian anus, dengan skala nyeri 8,

nyeri di rasakan terus menerus.

Riwayat kesehatan terdahulu Pasien 1 Tn.M mengatakaan tidak

pernah di rawat sebelumnya, tidak pernah menderita penyakit keturunan

atau penyakit kronis, tidak pernah menderita hemoroid sebelumnya dan

tidak pernah di opersai sebelumnya. Riwayat kesehatan keluarga pasien 1

Tn.M keluarga tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya.

b. Subjek studi kasus II

Keluhan utama pasien 2 Tn.M Saat masuk rumah sakit pasien

lv
mengeluh nyeri di bagian anus dan susah bab Saat Pengkajian pasien

mengeluh nyeri luka setelah operasi di bagian anus.

Riwayat penyakit sekarang Pasien 2 pada tanggal 26 mei 2019 di

bawa istri dan anaknya ke IGD RSUD Tn.M mengatakan mengeluh nyeri

di bagian anus dan susah BAB, keluar darah saat BAB 4 hari yang lalu, 27

mei 2019 di lakukan pengkajian setelah operasi hemoroid dilakukan nyeri

bertambah seperti di sayat sayat pisau di bagian anus dengan skala nyeri 7,

nyeri di rasakan terus menerus.

Riwayat kesehatan terdahulu Pasien 2 Tn.M mengatakaan tidak

pernah di rawat sebelumnya, tidak pernah menderita penyakit hemoroid

sebelumnya dan tidak pernah di opersai sebelumnya, pasien mempunyai

riwayat darah tinggi sudah 1 tahun yang lalu.riwayat kesehatan keluarga

pasien 2 Tn.M keluarga tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya

2. Pola Fungsi Kesehatan

a. subjek studi kasus I

Pada pengkajian pasien 1 Tn.M di dapatkan pada pola nutrisi

sebelum sakit pasien suka makan nasi, jarang makan buah, tidak

melakukan diet, tidak ada pantangan makanan, makan porsi sedang tiga

kali sehari dengan menu nasi, lauk dengan sedikit sayur, minum ±1400

ml/ hari. dan selama sakit pasien makan habis dengan menu bubur dan

sayur, minum ±1800 ml/hari. Pada pola eliminasi didapatkan sebelum

sakit pasien BAB 1 kali dalam sehari, dengan konsistensi padat, sering

mengejan saat BAB, kadang menahan BAB, terkadang keluar darah saat

lvi
BAB, BAK lancar 3-4 kali sehari sebanyak ±200 cc warna kekuningan

ke kamar mandi secara mandiri, selama sakit pasien belum BAB selama

di rumah sakit, BAK 2-3 kali sehari sebanyak ±100 cc warna

kekuningan ke kamar mandi di bantu keluarga.

Pada pola aktivitas dan latihan sebelum sakit pasien melakukan

aktivitas secara mandiri, beraktivitas terlalu banyak duduk, maupun

mengangkat benda berat, selama sakit setelah operasi pasien takut

untuk bergerak, untuk melakukan kebutuhan sehari-hari dibantu oleh

keluarga. Pada pola istirahat tidur pasien sebelum masuk rumah sakit 7-8

jam / hari. Sedangan setelah masuk rumah sakit istirahat tidurnya 5-6

jam/hari. Pasien 1 di rumah sakit tidak mandi dan hanya dibersihkan

menggunakan handuk kecil basah atau washlap dan untuk kebersihan

personal hygine di tempat tidur 2x sehari. Pasien 1 selama dirumah sakit

menggosok gigi 2x sehari, untuk mengganti pakaian di di lakukan secara

mandiri. Pada persepsi sensori dan kognitif pasien sadar, orientasi baik,

pasien mengatakan nyeri setelah operasi seperti disayat-sayat pisau bagian

anus dengan skala nyeri 8 dan nyeri dirasakan terus menerus.

b. subjek studi kasus II

Pada pengkajian pasien 2 Tn.M di dapatkan pada pola nutrisi

sebelum sakit pasien makan nasi dan lauk sebanyak 3x1 porsi sehari,

jarang makan buah, tidak suka makan sayur, tidak melakukan diet, tidak

ada pantangan makanan, minum ±1600 ml/ hari. dan selama sakit pasien

makan habis dengan menu bubur dan sayur, minum ±1700 ml/hari.

Pada pola eliminasi didapatkan sebelum sakit pasien BAB 1 kali dalam

lvii
sehari, dengan konsistensi padat,sering mengejan saat BAB, kadang

menahan BAB, terkadang keluar darah saat BAB, BAK lancar 3-4 kali

sehari sebanyak ±400 cc warna kekuningan, ke kamar mandi secara

mandiri, selama sakit pasien belum BAB selama di rumah sakit, BAK 2-

3 kali sehari sebanyak ±200 cc warna kekuningan, ke kamar mandi di

bantu keluarga.

Pada pola aktivitas dan latihan sebelum sakit pasien melakukan

aktivitas secara mandiri, tidak beraktivitas terlalu banyak duduk,

maupun mengangkat benda berat, selama sakit setelah operasi pasien

takut untuk bergerak, untuk melakukan kebutuhan sehari-hari dibantu

oleh keluarga. Pada pola istirahat tidur pasien sebelum masuk rumah sakit

6-7 jam / 24 jam. Sedangan setelah masuk rumah sakit istirahat tidurnya 5-

6 jam/ 24 jam. Pasien 2 di rumah sakit tidak mandi dan hanya dibersihkan

menggunakan handuk kecil basah atau washlap dan untuk kebersihan

personal hygine di tempat tidur. 2 x sehari. selama dirumah sakit

menggosok gigi 1x sehari, untuk mengganti pakaian di di lakukan secara

mandiri. Pada persepsi sensori dan kognitif pasien sadar, orientasi baik,

pasien mengatakan nyeri setelah operasi seperti disayat-sayat pisau bagian

anus dengan skala 7 dan nyeri dirasakan terus menerus.

Berdasarkan 2 subjek penelitian diatas, dapat disimpulkan pola

nutrisi kedua pasien masih cukup baik akan tetapi kurang makan yang

berserat, pola aktivitas kedua pasien sudah baik,, pola eliminasi pasien 1

dan pasien 2 mengalami masalah susah BAB dan sering mengejan saat

BAB terkadang keluar darah saat BAB, pola istirahat tidur kedua pasien

lviii
mendapatkan istirahat yang cukup, pola kebersihan diri kedua pasien

sudah baik dalam melakukannya, pola koping keluarga pada kedua pasien

mendapatkan keputusan tindakan yang baik.

3. Hasil Pemeriksaan fisik

Tabel 3.1

Hasil Pemeriksaan Fisik

Identitas Pasien 1 Pasien 2


Keadaan Kesadaran : Composmentis Kesadaran : Composmentis

Umum Keadaan umum : lemah Keadaan umum : lemah

TTV : TTV :

1. TD : 120/80 mmHg 1. TD : 130/80 mmHg

2. Nadi : 80x/menit 2. Nadi :90x/menit

3. RR : 20x/menit 3. RR : 20x/menit

4. Suhu : 36,7 0c 4. Suhu : 37,2 0c

Kepala Bentuk simetris, tidak ada Bentuk simetris, tidak ada

benjolan benjolan
Mata Konjungtiva ananemis, sclera Konjungtiva ananemis, sclera

putih putih
Hidung Lubang hidung simetris, Lubang hidung simetris,

bersih. bersih.
Mulut Gigi rapi,bibir kering, tidak Gigi rapi,bibir lembab, tidak

ada stomatitis,lidah bersih. ada stomatitis, lidah bersih.


Telinga Bersih, tidak ada serumen, Bersih, tidak ada serumen,

simetris simetris
Thorak Bentuk simetris, pergerakan Bentuk simetris, pergerakan

dada kiri dan kanan sama dada kiri dan kanan sama

lix
Punggung Punggung simetris tidak Punggung simetris tidak

dan tulang terdapat luka terdapat luka

belakang
Abdomen Inspeksi : perut datar Inspeksi : perut datar

Palpasi : tidak ada nyeri Palpasi : tidak ada nyeri

tekan, tidak ada lesi tekan, tidak ada lesi


Genetalia Bersih Bersih

Anus : terdapat luka operasi Anus : tedapat luka operasi di

di anus, terpasang tampon anus, terpasang tampon

kassa, tidak terdapat banyak kassa, tidak terdapat banyak

pendarahan karna tidak pendarahan karna tidak

merembas sampai ke kassa. merembas sampai ke kassa.


Ekstremitas Atas : Dapat bergerak tangan Atas : Dapat bergerak tapi

kiri terpasang infuse lemas, tangan kiri terpasang

tutofusin gtt 20 x/ menit. infuse tutofusin gtt 20 x/

Bawah : Dapat bergerak, menit.

teraba hangat Bawah : Dapat bergerak,

teraba hangat
Kulit dan Turgor kulit baik, capillary Turgor kulit baik, capillary

kuku refill time <2 detik, kulit refill time <2 detik, kulit

bersih bersih

4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Tabel 4.1

Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Hasil
NO Pemeriksaan Nilai Rujukan
Pasien 1 Pasien 2
1. WBC 6,9 6,7 3,5 – 10,0 109 /l

lx
2. LYM 1,8 1,9 0,5 – 5,0 109 /l

3. LYM% 26,6 28,3 15,0 – 50,0 %

4. MID 0,2 0,4 0,1 – 1,5 109 /l

5. MID% 3,3 7,1 2,0 – 15,0 %

6. GRA 4,9 4,4 1,2 – 8,0 109 /l

7. GRA% 70,1 64,4 35,0 – 80,0 %

8. HGB 15,7 15,3 11,5 – 16,5 g /dl

9. MCH 29,3 29,6 25,0 – 35,0 pg

10. MCHC 35,8 37,5 31,0 – 38,0 g /dl

11. RBC 5,37 3,20 3,50 – 5,50 1012 /l

12. MCV 81,7 79,1 75,0 – 100,0 fl

13. HCT 43,9 25,3 35,0 – 55,0 %

14. RDWa 56,1 55,2 30,0 – 150,0 fl

15. RDW% 10,7 11,7 11,0 – 16,0 %

16. PLT 263 154 100 – 400 109 /l

17. MPV 8,4 9,3 8,0 – 11,0 fl

18. PDWa 10,9 12,4 0,1 – 99,9 fl

19. PCT 0,22 0,08 0,01 – 9,99 %

20. P-LCR 15,2 24,8 0,1 - 99,9 %

5. Terapi pasien

Tabel 5.1

Terapi pasien

No Terapi
Pasien 1 Pasien 2
.
1. IVFD tutofusin gtt 20 tetes per IVFD tutofusin gtt 20 tetes per

menit menit

lxi
2. IVFD kalbumin gtt 20 tetes per IVFD kalbumin gtt 20 tetes per

menit menit
3. Inj. Broadced 2 x 1 gram / 24 Inj. Ketorolac amp 3 x 1 gram /

jam 24 jam
4. Inj. Ketorolac amp 3 x 1 gram / Ceftriaxone 2 x 1 gram / 24 jam

24 jam
5. Inj. Ranitidin amp 2 x 1 gram / Inj. Ranitidin amp 2 x 1 gram / 24

24 jam jam
6. Inj. Asam traneksamat 3 x 1 Inj. Asam traneksamat 3 x 1 gram

gram / 24 jam / 24 jam

6. Analisa data

Pasien 1

Analisa data Etiologi Masalah

Data subyektif : Aliran vena balik terganggu Nyeri

pasien mengatakan nyeri Tekanan periver meningkat

setelah operasi seperti pelebaran vena anus (hemoroid)

disayat-sayat pisau Peradangan pada pleksus

bagian anus dengan (hemoroidalis)

skala 8 dan nyeri membesar di luar rectum

dirasakan terus menerus. vena menegang

Data obyektif : ruptur vena

Keadaan umum pasien perdarahan

tampak lemah, bagian operasi hemoroidektomi

anus terpasang kassa, Continuitas jaringan

tampak menahan nyeri Ujung saraf rusak

lxii
dengan ekspresi wajah

meringis kesakitan, skala Pelepasan prostaglandin

nyeri 8. Nyeri di persepsikan

TTV :

TD : 120/80 mmHg Gangguan rasa nyaman nyeri

Nadi : 80x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 36,7 0c

capillary refill time <

2 detik.
Pasien 2

Analisa data Etiologi Masalah

Data subyektif : Aliran vena balik terganggu Nyeri

Pasien mengatakan nyeri Tekanan periver meningkat

setelah operasi seperti di pelebaran vena anus (hemoroid)

sayat sayat pisau bagian Peradangan pada pleksus

anus dengan skala 7 dan (hemoroidalis)

nyeri dirasakan terus membesar di luar rectum

menerus. vena menegang

Data obyektif : ruptur vena

Keadaan umum pasien perdarahan

tampak lemah, bagian operasi hemoroidektomi

anus terpasang kassa, Continuitas jaringan

tampak menahan nyeri Ujung saraf rusak

dengan ekspresi wajah

lxiii
meringis kesakitan, skala Pelepasan prostaglandin

nyeri 7. Nyeri di persepsikan

TTV :

TD : 130/80 mmHg Gangguan rasa nyaman nyeri

Nadi : 90x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 37,2 0c

capillary refill time <

2 detik.
Berdasarkan kesimpulan dari analisa antara pasien 1 dan pasien 2

di dapatkan pasien menyatakan nyeri setelah operasi seperti di sayat sayat

pisau bagian anus pasien 1 dengan skala nyeri 8 dan pasien 2 dengan skala

nyeri 7 nyeri di rasakan terus menerus, wajah tampak meringis kesakitan,

yang menimbulkan permasalahan nyeri.

7. Diagnosa keperawatan

Setelah didapatkan data dari pengkajian yang di lakukan secara

menyeluruh maka di buatlah analisa data dan membuat kesimpulan

diagnosa keperawatan. Berikut adalah analisa data dari hasil pengkajian

kepada pasien dengan data subjektif pasien menyatakan nyeri setelah

operasi seperti di sayat sayat pisau bagian anus pasien 1 dengan skala nyeri

8 dan pasien 2 dengan skala nyeri 7 nyeri di rasakan terus menerus, data

objektif pasien 1 wajah pasien tampak meringis kesakitan, Tekanan darah

120/80 mmHg, nadi 80x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,7 0c, capillary refill

lxiv
time < 2 detik. Data objektif pasien 2 wajah pasien tampak meringis

kesakitan, Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 90x/menit, RR 20x/menit,

Suhu 37,2 0c, capillary refill time < 2 detik. Berdasarkan data di atas maka

di tegakkan diagnosa keperawatan pada pasien 1 dan 2 yaitu Nyeri

berhubungan dengan sensitivitas pada area rectal sekunder akibat spasme

sfingter pascabedah operatif.

8. Intervensi keperawatan

Pada tanggal 23 mei 2019 pada pasien 1 Tn.M dan pada tanggal 27

mei 2019 pasien 2 Tn.M di lakukan perencanaan keperawan yang sama

dengan diagnosa yang sama yaitu dengan diagnosa keperawatan Nyeri

berhubungan dengan sensitivitas pada area rectal sekunder akibat spasme

sfingter pascabedah operatif. bertujuan setelah di lakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam di harapkaan Kriteria hasil : mampu

mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non

farmakologi untuk mengurangi nyeri). Pasien melaporkan nyeri hilang,

Pasien menunjukan penggunaan intervensi terapeutik (misal keterampilan

relaksasi) untuk menghilangkan nyeri, Menyatakan rasa nyaman setelah

nyeri berkurang, intervensi yang di lakukan terhadap nyeri pascabedah

hemoroid yaitu dengan Observasi nyeri dan ttv pasien pascabedah

hemoroid, pemberian Terapeutik latihan pernapasan dan lakukan Edukasi

latihan pernapasan pada nyeri pascabedah hemoroid. Rasionalnya

Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi

tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi,

lxv
menurunkan nyeri dan rasa tidak nyaman, membantu memfokuskan

kembali perhatian dan membantu untuk mengatasi nyeri atau rasa tidak

nyaman secara lebih efektif.

9. Implementasi keperawatan

a. Subjek studi kasus I

Penulis akan memaparkan implementasi mulai tanggal 23 mei

2019 Tindakan keperawatan tanggal 23 mei 2019 jam 14.00 WIB

melakukan observasi nyeri secara komprehensif. Data subyektif :

pasien mengatakan nyeri setelah operasi seperti disayat-sayat pisau

bagian anus dengan skala 8 dan nyeri dirasakan terus menerus. Data

obyektif : pasien tampak menahan nyeri dengan ekspresi wajah

meringis kesakitan. Jam 14.10 wib mengukur TTV. Data subyektif :

pasien mengatakan bersedia dilakukan tindakan. Data obyektif :

tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi : 80 kali/menit, pernafasan : 20

kali/menit, suhu : 36,780c. Jam 14.20 WIB mengajarkan latihan

pernapasan yaitu dengan teknik relaksasi napas dalam. Data subyektif :

pasien mengatakan lebih enakan, tapi masih nyeri, skala 7. Data

obyektif : pasien tampak lebih rileks, pasien sudah bisa melakukan

napas dalam dengan baik. Jam 14.35 wib melakukan edukasi latihan

pernapasan terhadap nyeri paasca bedah hemoroid. Data subjektif :

pasien mengatakan mampu menjelaskan penyebab nyeri dan cara

mengurangi nyeri. Data objektif : pasien tampak mengerti tentang

penyebab nyeri dan cara mengurangi nyeri luka operasi dengan

lxvi
relaksasi napas dalam.

Tindakan keperawatan tanggal 24 mei 2019 jam 10.00 WIB.

melakukan observasi nyeri secara komprehensif. Data subyektif :

pasien mengatakan nyeri setelah operasi, seperti disayat-sayat pisau

bagian anus dengan skala 7 dan nyeri dirasakan terus menerus. Data

obyektif : pasien tampak menahan nyeri dengan ekspresi wajah

meringis kesakitan. Jam 10.10 wib mengukur TTV. Data subyektif:

pasien mengatakan bersedia dilakukan tindakan. Data obyektif : tekanan

darah : 110/80 mmHg, nadi : 82 kali/menit, pernafasan : 20 kali/menit,

suhu : 360c Jam 10.20 WIB. mengajarkan latihan pernapasan yaitu

dengan teknik relaksasi napas dalam. Data subyektif : pasien

mengatakan lebih enakan, tapi masih nyeri, skala 6. Data obyektif :

pasien tampak lebih rileks, pasien bisa melakukan nafas dalam dengan

baik. Jam 10.35 wib melakukan edukasi latihan pernapasan terhadap

nyeri paascabedah hemoroid. Data subjektif : pasien mengatakan

mampu menjelaskan penyebab nyeri dan saat nyeri timbul bisa

mengontrol nyeri dengan relaksasi napas dalam. Data objektif : pasien

tampak mengerti tentang penyebab nyeri dan cara mengurangi nyeri

luka operasi dengan relaksasi napas dalam.

Tindakan keperawatan tanggal 25 mei 2019 jam 11.00 WIB

melakukan observasi nyeri secara komprehensif. Data subyektif :

pasien mengatakan nyeri setelah operasi seperti disayat-sayat pisau

bagian anus dengan skala 5 dan nyeri dirasakan terus menerus. Data

obyektif : pasien tampak menahan nyeri dengan ekspresi wajah

lxvii
meringis kesakitan. Jam 11.10 WIB. Mengukur TTV. Data subyektif

: pasien mengatakan bersedia dilakukan tindakan. Data obyektif :

tekanan darah : 120/90 mmHg, nadi : 80 kali/menit, pernafasan : 20

kali/menit, suhu : 36,50c. Jam : 11.20 WIB. mengajarkan latihan

pernapasan yaitu dengan teknik relaksasi napas dalam. Data subyektif :

pasien mengatakan lebih enakan, tapi masih nyeri, skala 4. Data

obyektif : pasien tampak lebih rileks, pasien bisa melakukan nafas

dalam dengan baik. Jam 10.35 wib melakukan edukasi latihan

pernapasan terhadap nyeri paasca bedah hemoroid. Data subjektif :

pasien mengatakan mampu menjelaskan penyebab nyeri dan saat nyeri

timbul bisa mengontrol nyeri dengan relaksasi napas dalam. Data

objektif : pasien tampak mengerti tentang penyebab nyeri dan cara

mengurangi nyeri luka operasi dengan relaksasi napas dalam.

b. Subjek studi kasus II

Penulis akan memaparkan implementasi mulai tanggal 27 mei

2019 Tindakan keperawatan tanggal 27 mei 2019 jam 12.00 WIB.

melakukan observasi nyeri secara komprehensif. Data subyektif : pasien

mengatakan nyeri setelah operasi seperti disayat-sayat pisau bagian

anus dengan skala 7 dan nyeri dirasakan terus menerus. Data obyektif :

pasien tampak menahan nyeri dengan ekspresi wajah meringis

kesakitan. Jam 12.10 wib mengukur TTV. Data subyektif : pasien

mengatakan bersedia dilakukan tindakan. Data obyektif : tekanan

darah : 130/80 mmHg, nadi : 90 kali/menit, pernafasan : 20 kali/menit,

suhu : 37,20c. Jam : 12.15 WIB. mengajarkan latihan pernapasan yaitu

lxviii
dengan teknik relaksasi napas dalam. Data subyektif : pasien

mengatakan lebih enakan, tapi masih nyeri, skala 6. Data obyektif :

pasien tampak lebih rileks, pasien sudah bisa melakukan nafas dalam

dengan baik. Jam 14.35 wib melakukan edukasi latihan pernapasan

terhadap nyeri paasca bedah hemoroid. Data subjektif : pasien

mengatakan mampu menjelaskan penyebab nyeri dan cara mengurangi

nyeri. Data objektif :pasien tampak mengerti tentang penyebab nyeri

dan cara mengurangi nyeri luka operasi dengan relaksasi napas dalam.

Tindakan keperawatan tanggal 28 mei 2019 jam 10.00 WIB

melakukan observasi nyeri secara komprehensif. Data subyektif :

pasien mengatakan nyeri setelah operasi seperti disayat-sayat pisau

bagian anus dengan skala 6 dan nyeri dirasakan terus menerus. Data

obyektif : pasien tampak menahan nyeri dengan ekspresi wajah

meringis kesakitan. Jam 10.10 wib mengukur TTV. Data subyektif :

pasien mengatakan bersedia dilakukan tindakan. Data obyektif : tekanan

darah : 120/80 mmHg, nadi : 85 kali/menit, pernafasan : 20 kali/menit,

suhu : 36,30c Jam 10.20 WIB. mengajarkan latihan pernapasan yaitu

dengan teknik relaksasi napas dalam. Data subyektif : pasien

mengatakan lebih enakan, tapi masih nyeri, skala 5. Data obyektif :

pasien tampak lebih rileks, pasien bisa melakukan nafas dalam dengan

baik. Jam 10.35 wib melakukan edukasi latihan pernapasan terhadap

nyeri paascabedah hemoroid. Data subjektif : pasien mengatakan

mampu menjelaskan penyebab nyeri dan saat nyeri timbul bisa

mengontrol nyeri dengan relaksasi napas dalam. Data objektif : pasien

lxix
tampak mengerti tentang penyebab nyeri dan cara mengurangi nyeri

luka operasi dengan relaksasi napas dalam.

Tindakan keperawatan tanggal 29 mei 2019 jam 11.00 WIB

melakukan observasi nyeri secara komprehensif. Data subyektif :

pasien mengatakan nyeri setelah operasi seperti disayat-sayat pisau

bagian anus dengan skala 5 dan nyeri dirasakan terus menerus. Data

obyektif : pasien tampak menahan nyeri dengan ekspresi wajah

meringis kesakitan. Jam 11.10 WIB. mengukur TTV. Data subyektif :

pasien mengatakan bersedia dilakukan tindakan. Data obyektif : tekanan

darah : 120/70 mmHg, nadi : 80 kali/menit, pernafasan : 20 kali/menit,

suhu : 36,0c Jam 11.20 WIB mengajarkan latihan pernapasan yaitu

dengan teknik relaksasi napas dalam. Data subyektif : pasien

mengatakan lebih enakan, tapi masih nyeri skala 4. Data obyektif :

pasien tampak lebih rileks, pasien bisa melakukan napas dalam dengan

baik. Jam 10.35 WIB. melakukan edukasi latihan pernapasan terhadap

nyeri paascabedah hemoroid. Data subjektif : pasien mengatakan

mampu menjelaskan penyebab nyeri dan saat nyeri timbul bisa

mengontrol nyeri dengan relaksasi napas dalam. Data objektif :pasien

tampak mengerti tentang penyebab nyeri dan cara mengurangi nyeri

luka operasi dengan relaksasi napas dalam, pasien mampu menjelaskan

kembali apa yang sudah di jelaskan perawat

10. Evaluasi keperawatan

lxx
a. Subjek studi kasus I

Setelah melakukan implementasi sesuai dengan perencanaan,

maka perawat membandingkan hasil tindakan dengan kriteria hasil

yang sudah ditetapkan Evaluasi harus dilakukan secara periode tidak

hanya satu kali saja untuk menentukan adanya perubahan atau

perbaikan kondisi pasien

Evaluasi pada hari rabu tanggal 23 mei 2019 jam 17.00 WIB

Subyektif : pasien mengatakan sudah lebih enakan, nyeri setelah operasi

seperti disayat-sayat pisau bagian anus skala nyeri berkurang sedikit

skala 7 dan nyeri dirasakan terus menerus. Obyektif : pasien tampak

menahan nyeri dengan ekspresi wajah meringis kesakitan, tekanan

darah : 120/80 mmHg, nadi : 80 kali/menit, pernafasan : 20 kali/menit,

suhu : 36,780c. Masalah teratasi sebagian. Planning : Intervensi

dilanjutkan : observasi nyeri secara komprehensif dan ttv pasien

melakukan latihan pernapasan yaitu dengan teknik relaksasi napas

dalam saat nyeri muncul dan melakukan edukasi latihan pernapasan

terhadap nyeri pascabeda hemoroid.

Evaluasi pada hari kamis tanggal 24 mei 2019 jam 14.00 WIB

Subyektif : pasien mengatakan sudah lebih enakan, nyeri setelah

operasi seperti disayat-sayat pisau bagian anus nyeri berkurang sedikit

skala 6 nyeri dirasakan terus menerus. Obyektif : pasien tampak

menahan nyeri dengan ekspresi wajah meringis kesakitan, tekanan

darah : 110/80 mmHg, nadi : 82 kali/menit, pernafasan : 20 kali/menit,

lxxi
suhu : 360c. Masalah teratasi sebagian. Planning : Intervensi

dilanjutkan; observasi nyeri secara komprehensif dan ttv pasien,

melakukan latihan pernapasan yaitu dengan teknik relaksasi napas

dalam saat nyeri muncul dan melakukan edukasi latihan pernapasan

terhadap nyeri pascabeda hemoroid.

Evaluasi pada hari jumat tanggal 25 mei 2019 jam 17.00 WIB

Subyektif : pasien mengatakan sudah lebih enakan, nyeri setelah operasi

seperti disayat-sayat pisau bagian anus nyeri berkurang sedikit skala 4

nyeri dirasakan terus menerus. Obyektif : pasien tampak menahan nyeri

dengan ekspresi wajah meringis kesakitan, tekanan darah : 120/90

mmHg, nadi : 80 kali/menit, pernafasan : 20 kali/menit, suhu : 36,50c

Masalah teratasi sebagian. Planning : Intervensi dilanjutkan; observasi

nyeri secara komprehensif, melakukan latihan pernapasan yaitu dengan

teknik relaksasi napas dalam saat nyeri muncul dan melakukan edukasi

latihan pernapasan terhadap nyeri pascabeda hemoroid.

b. Subjek studi kasus II

Evaluasi pada hari sabtu tanggal 27 mei 2019 jam 17.00 WIB

Subyekti: pasien mengatakan sudah lebih enakan, nyeri setelah operasi,

seperti disayat-sayat pisau, bagian anus, skala nyeri berkurang sedikit

skala 6 dan nyeri dirasakan terus menerus. Obyektif : pasien tampak

menahan nyeri dengan ekspresi wajah meringis kesakitan, tekanan

darah : 130/80 mmHg, nadi : 90 kali/menit, pernafasan : 20 kali/menit,

suhu : 37,20c. Masalah teratasi sebagian. Planning : Intervensi di

lxxii
lanjutkan : observasi nyeri secara komprehensif dan ttv pasien lakukan

latihan pernapasan yaitu dengan teknik relaksasi napas dalam saat nyeri

muncul, dan melakukan edukasi latihan pernapasan terhadap nyeri

pascabeda hemoroid.

Evaluasi pada hari minggu tanggal 28 mei 2019 jam 16.00 WIB.

Subyektif : pasien mengatakan sudah lebih enakan, nyeri setelah operasi

seperti disayat-sayat pisau bagian anus nyeri berkurang sedikit skala 5

nyeri dirasakan terus menerus. Obyektif : pasien tampak menahan nyeri

dengan ekspresi wajah meringis kesakitan, tekanan darah : 120/80

mmHg, nadi : 85 kali/menit, pernafasan : 20 kali/menit, suhu : 36,30c

Masalah teratasi sebagian. Planning : Intervensi dilanjutkan; observasi

nyeri secara komprehensif dan ttv pasien, melakukan latihan

pernapasan yaitu dengan teknik relaksasi napas dalam saat nyeri

muncul, dan melakukan edukasi latihan pernapasan terhadap nyeri

pascabeda hemoroid.

Evaluasi pada hari senin tanggal 29 mei 2019 jam 17.00 WIB

Subyektif: pasien mengatakan sudah lebih enakan, nyeri setelah operasi

seperti disayat-sayat pisau bagian anus nyeri berkurang sedikit skala 4

nyeri dirasakan terus menerus. Obyektif : pasien tampak menahan

nyeri dengan ekspresi wajah meringis kesakitan, tekanan darah :

120/70 mmHg, nadi : 80 kali/menit, pernafasan : 20 kali/menit, suhu :

36,0c. Masalah teratasi sebagian. Planning : Intervensi dilanjutkan;

observasi nyeri secara komprehensif, melakukan latihan pernapasan

yaitu dengan teknik relaksasi napas dalam saat nyeri muncul, dan

lxxiii
melakukan edukasi latihan pernapasan terhadap nyeri pascabeda

hemoroid.

D. PEMBAHASAN

Berdasarkan tujuan dan hasil penulisan karya tulis ilmiah dan hasil studi

kasus maka pada bagian ini akan membahas tentang perbandingan antara

teori dan praktek atau kasus yang di temukan selama asuhan keperawatan

pada pasien Tn.M berumur 34 tahun pada pascabedah hemoroid dengan

masalh nyeri di zaal bedah rumah sakit umum daerah lahat. yang akan di

bahas pada proses keperawatan yaitu tahap pengkajian , diagnosa

keperawatan, intervensi , implementasi, dan evaluasi.

1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan

sistematis sehingga masalah kesehatan keperawatan yang di hadapi

pasien baik fisik, mental, sosial maupun spritual dapat di tentukan. tahap

ini mencakup tiga kegiatan yaitu pengumpulan data, analisis data dan

penentuan masalah kesehatan serta keperawatan (Amelia & Hijrayanti,

2015). Teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah wawancara,

observasi, dan pemeriksaan fisik. Menurut teori pada tahap pengkajian

keluhan utama pasien Saat masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri dan

ada benjolan di bagian anus. pada tanggal 23 mei 2019 di lakukan

pengkajian nyeri setelah operasi hemoroid di rasakan seperti di sayat

sayat pisau di bagian anus dengan skala nyeri 8 nyeri di rasakan terus

lxxiv
menerus. berdasarkan tanda dan gejala terjadi hemoroid rasa nyeri dan

tidak nyaman akan timbul jika ada komplikasi thrombosis atau sumbatan

komponen darah di bawah anus, benjolan keluar anus, polip rektum dan

skin tag. (Mardalena, 2018). Pada umumnya hemoroid derajat 3-4

penatalaksaan dilakukan dengan operasi terbuka yaitu hemoroidektomi di

lakukan dengan cara pemotongan jaringan hemoroid (Handaya, 2017).

Pada pola nutrisi sebelum sakit pasien suka makan nasi, jarang

makan buah, tidak melakukan diet, tidak ada pantangan makanan,

sedikit makan sayur, dan selama sakit pasien makan habis dengan menu

bubur dan sayur. pola eliminasi sebelum sakit pasien BAB 1 kali dalam

sehari, dengan konsistensi padat, sering mengejan saat BAB, terkadang

keluar darah saat BAB, kadang menahan BAB. Pada pola aktivitas dan

latihan sebelum sakit pasien melakukan aktivitas secara mandiri,

beraktivitas terlalu banyak duduk, maupun mengangkat benda berat,

selama sakit setelah operasi pasien takut untuk bergerak, untuk

melakukan kebutuhan sehari-hari dibantu oleh keluarg. Pada persepsi

sensori dan kognitif pasien sadar, orientasi baik, pasien mengatakan nyeri

setelah operasi, seperti disayat-sayat pisau bagian anus dengan skala nyeri

8 dirasakan terus menerus.

dari pengkajian yang di dapatkan faktor penyebab terjadinya

hemoroid sering mengedan pada buang air besar yang sulit atau pola

buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban yang duduk,

terlalu lama duduk di jamban sambil membaca, merokok , Kurang minum

air dan kurang makan makanan berserat (sayur dan buah), dan Aktivitas

lxxv
yang berlebihan (Simadibrata, 2014).

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis terhadap

gangguan kesehatan atau proses kehidupan tentang respon dari

individu, keluarga, kelompok atau komunitas (NANDA, 2015). Setelah

didapatkan data dari pengkajian yang di lakukan secara menyeluruh

maka di buatlah analisa data dan membuat kesimpulan diagnosa

keperawatan.

Berikut adalah analisa data dari hasil pengkajian kepada pasien

dengan data subjektif pasien menyatakan nyeri setelah operasi seperti

di sayat sayat pisau bagian anus skala nyeri 8 di rasakan terus menerus,

data objektif wajah pasien tampak meringis kesakitan, Tekanan darah

120/80 mmHg, nadi 80x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,7 0c, capillary

refill time < 2 detik. Berdasarkan data di atas maka di tegakkan

diagnosa keperawatan Nyeri berhubungan dengan sensitivitas pada area

rectal sekunder akibat spasme sfingter pascabedah operatif (Jitowiyono,

2015).

Nyeri adalah peristiwa yang tidak menyenangkan pengalaman

sensori atau emosional pada seseorang yang berkaitan denngan

kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau

lambat yang menimbulkan penderitaan atau sakit (Riyadi & PPNI,

2016). Pada masalah keperawatan nyeri akut dapat di pengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu agen pencedera fisik misalnya abses, amputasi,

lxxvi
terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,

latihan fisik berlebihan (PPNI, 2016).

Diagnosa keperawatan diangkat di sesuaikan dengan kondisi klien

pada saat pengkajian intervensi data, dan hasil analisa data serta data

data pendukung untuk mengangkat diagnosa tersebut.

3. Intervensi keperawatan

Setelah menentukan diagnosa keperawatan maka tahap selanjutnya

adalah membuat perencana keperawatan yang di arahkan untuk

mengatasi atau mengurangi keparahan masalah yang muncul (NANDA,

2015).

Rencana tindakan keperawatan yang di lakukan yaitu dengan

observasi nyeri dan ttv pada pasien pascabedah hemoroid, berikan

terapeutik latihan pernapasan dengan teknik relaksasi napas dalam

untuk mengurangi nyeri dan lakukan secara berulang apa bila nyeri

timbul kembali, lakukan edukasi latihan pernapasan terhadap nyeri

pascabedah hemoroid (PPNI, 2018).

Teknik relaksasi napas dalam merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan yang mengajarkan kepada pasien bagaimana cara

melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara

maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan,

Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam

juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi

darah (Smeltzer & Bare dalam Ariyanto, 2018).

lxxvii
4. Implementasi keperawatan

Berdasarkan tindakan keperawatan yang di lakukan penelitian

yaitu di lakukan selama 3 x 24 jam dengan tindakan keperawatan yang

sama terhadap pasien pascabedah hemoroid yang bertujuan untuk

menurunkan nyeri tindakan keperawatan yang di lakukan adalah

mengobservasi nyeri dan ttv pada pasien pascabedah hemoroid,

memberikan tindakan terapeutik dengan teknik relaksasi napas dalam

serta melakukan edukasi latihan pernapasan terhadap nyeri pascabedah

hemoroid. Teknik relaksasi napas dalam mengajarkan kepada pasien

bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan

inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas

secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik

relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan

meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare dalam Ariyanto,

2018).

Implementasi yang di rencanakan telah di laksanakan pasien dapat

memperaktekan latihan pernapasan dengan teknik relaksasi napas

dalam. Tujuannya untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara

pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi

batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu

menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan (Smeltzer &

Bare dalam Ariyanto, 2018).

lxxviii
5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan tahap dilakukan perbandingan hasil antara

subjek penelitian dengan kriteria hasil yang sudah di tetapkan dalam

perencanaan apakah sudah teratasi seluruhnya atau hanya sebagian.

Berdasarkan tindakan keperawatan yang dilakukan selama 3 x 24 jam

yang telah di lakukan oleh penulis di lakukan evaluasi keperawatan

dengan diagnosa Nyeri berhubungan dengan sensitivitas pada area

rectal sekunder akibat penyakit anorectal dan spasme sfingter

pascabedah operatif. Sehingga intervensi di lanjutkan mengobservasi

nyeri dan ttv pada pasien pascabedah hemoroid, memberikan latihan

pernapasan dengan teknik relaksasi napas dalam serta melakukan

edukasi latihan pernapasan terhadap nyeri pascabedah hemoroid.

Evaluasi yang dilakukan selama selama 3 hari mengalami

penurunan skala nyeri dari hari pertama skala nyeri 8 menjadi skala

nyeri 4. Dari evaluasi penelitian di atas dapat di simpulkan pemberian

latihan pernapasan yang di ajarkan penulis efektif dalam penurunan

nyeri .

lxxix
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan studi kasus pada 2 subjek yaitu subjek

penelitian 1 insial Tn.M dan subjek penelitian 2 inisial Tn.M dengan latihan

pernapasan dengan teknik relaksasi napas dalam dengan tujuan untuk

menurunkan nyeri pascabedah hemoroid di zaal bedah rumah sakit umum

daerah lahat tahun 2019 yang telah di lakukan selama 3 x 24 jam., maka

penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dari hasil evaluasi pengkajian

pada kedua subjek yang mengalami nyeri pascabedah hemoproid setelah

diberi intervensi keperawatan latihan pernapasan di ketahui mengalami

penurunan nyeri dari skala 8 menjadi skala nyeri 4. Kesimpulan sebagai

berikut :

1. Melakukan observasi nyeri dan ttv pasien pada subjek I. Data

subyektif : pasien mengatakan sudah lebih enakan, nyeri setelah operasi

seperti disayat-sayat pisau bagian anus skala nyeri 4 nyeri dirasakan

terus menerus. Data Obyektif : pasien tampak menahan nyeri dengan

ekspresi wajah meringis kesakitan, tekanan darah : 120/90 mmHg,

nadi : 80 kali/menit, pernafasan : 20 kali/menit, suhu : 36,5 0c .pada

subjek II data subyektif : pasien mengatakan sudah lebih enakan, nyeri

setelah operasi seperti disayat-sayat pisau bagian anus skala nyeri 4

nyeri dirasakan terus menerus. Data obyektif : pasien tampak menahan

nyeri dengan ekspresi wajah meringis kesakitan, tekanan darah : 120/90

mmHg, nadi : 80 kali/menit, pernafasan : 20 kali/menit, suhu : 36,50c

lxxx
2. Melakukan terapeutik latihan pernapasan dengan melakukan teknik

relaksasi napas dalam. Pada kedua subjek I dan II terdapat data

subyektif : pasien mengatakan lebih enakan, tapi masih nyeri, skala 4.

Data obyektif : pasien tampak lebih rileks, pasien bisa melakukan

nafas dalam dengan baik.

3. Melakukan edukasi latihan pernapasan pada pasien nyeri pascabedah

hemoroid, pada subjek I dan II terdapat Data subjektif : pasien

mengatakan mampu menjelaskan penyebab nyeri dan saat nyeri timbul

bisa mengontrol nyeri dengan relaksasi napas dalam. Data objektif :

pasien tampak mengerti tentang penyebab nyeri dan cara mengurangi

nyeri luka operasi dengan relaksasi napas dalam, pasien mampu

menjelaskan kembali apa yang sudah di jelaskan perawat

B. Saran

Ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan, di harapkan saran ini

bisa di terima dan di pertimbangkan sebaik-baiknya untuk meningkat

kualitas asuhan keperawatan pada selanjutnya.

1. Bagi Poltekes Kemenkes Palembang Kampus Lahat

Hasil penelitian ini di harapkan bisa untuk memberikan masukan bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan di harapkan dapat

di gunakan sebagai refrensi untuk meningkatkan kualitas pelajaran bagi

mahasiswa poltekes kemenkes palembang prodi keperawatan lahat

khusunya di bidang keperawatan dalam implementasi pemberian latihan

lxxxi
pernapasan pada pasien pascabedah hemoroid.

2. Bagi RSUD Lahat

Hasil penelitia ini di harapkan dapat di jadikan sebagai bahan

pertimbangan di meningkatkan pelayanan kesehatan.

4. Bagi pengembangan dan penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini di harapkan dapat di gunakan sebagai dasar

pengembangan model-model intervensi keperawatan lainya khusunya

dalam pemberian latihan pernapasan pada pascabedah hemoroid dengan

masalah nyeri.

5. Bagi pembaca

Diharapkan hasil karya tulis ilmiah ini bermanfaat dalam menambah

wawasan dan menjadi acuan atau referensi untuk dikembangkan dalam

memberikan asuhan keperawatan pada klien terutama mengenai upaya

penurunan nyeri.

DAFTAR PUSTAKA

lxxxii
AIPVIKI. (2017). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Pendidikan Diplom III
Keperawatan Indonesia. Jakarta : Asosiasi Institusi Pendidikan Vokasi
Keperawatan Indonesia
Ariyanto, Danu. (2018). Kudus: Jurnal Tindakan keperawatan Relaksasi Napas
Dalam.(15maret).
(https://www.scribd.com/document/388566180/Jurnal-Tindakan
Keperawatan-Relaksasi-Napas-Dalam)
Doenges, Marilynn E. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk
Perencanaan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Fitri, Selly Karina. (2017), Penilaian Nyeri PQRST(1).
Https://id.scribd.com/document/344686629/penilaian-Nyeri-Pqrst.
(diakses 15 mei 2019).
Handaya, Adeodatus Yuda. (2017). Deteksi Dini Dan Atasi 31 Penyakit Saluran
Cerna (digestif). Yogyakarta: Rapha Publishing.
Hijrayanti, Aulia. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Tn”l” Dengan Diagnosa
Post Op Hemoroid di Ruangan Bedah Rumah Sakit Daerah Lahat.
Karya Tulis Ilmiah. Akademi Keperawatan Pemkab Lahat.
Jitowiyono, Sugeng & Kristiyanasari, Weni. (2012). Asuhan Keperawatan Post
Operasi. Cetakan Kedua,Yogyakarta: Huha Medika.
Kristanti, Natalia. (2017). Upaya Penurunan Nyeri Pada Klien Post
Hemoroidektomi. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Mardalena, Ida. (2018). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic Noc Jilit 1, Cetakan
Pertama, Jogjakarta: Mediaction.
PPNI, Tim Pokja SDKI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Cetakan Pertama, Jakarta
Selatan: Dewan Pengurusan Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SDKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Cetakan Kedua, Jakarta
Selatan: Dewan Pengurusan Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Riyadi, Sujono & Harmoko H. (2016). Standar Operating Procedure Dalam
Praktek Klinik Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Simadribrata, Marcellus. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI Jilit 2.
Cetakan Pertama, Jakarta Pusat: Internal Publishing.
Smeltzer, Suzanne C & Bare Brenda G. (2002). Buku Ajaran Keperawatan
Medikal-Bedah. Edisi 8 vol 2. Cetakan Pertama. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Sudarsono, Danar Fahmi. (2015). Diagnosa Dan Penanganan Hemoroid. Jurnal
Majority Volume 4, Nomor 6 Halaman 31.
Supripjono, Moch Agus. (2009). Hemorrhoid. Jurnal Sultan Agung Volume
XLIV, No 118 Halaman 23.

lxxxiii
lxxxiv
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN LAHAT

Jl. Srikaton No.81 Lk. III Pagar Agung Lahat Provinsi Sumatera Selatan. Telepon.(0731)
324257 Faximile 321654
INFORMED CONSENT

(Persetujuan Menjadi Partisipan)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat

penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan

oleh Dia Trisna dengan judul Pemberian Latihan Pernapasan Pada Pasien Pascabedah

Hemoroid Dengan Masalah Nyeri di Rumah Sakit Umum Daerah Lahat.

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada pasien ini secara sukarela tanpa

paksaan. Bila selama penelitian saya menginginkan mengundurkan diri, maka saya dapat

mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Lahat, 2019

Saksi yang memberikan

Persetujuan

............................... ................................

Peneliti

Dia trisna

Lampiran Standar Operasional Prosedur

lxxxv
Standar Operasional

Prosedur (SOP) Bobot Nilai


mampu Tidak

Relaksasi Fafas Dalam mampu

Pengertian Teknik relaksasi nafas dalam

merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan yang mengajarkan

kepada klien bagaimana cara

melakukan napas dalam, napas

lambat (menahan inspirasi secara

maksimal) dan bagaimana

menghembuskan napas secara

perlahan.
Tujuan menurunkan intensitas nyeri dan

menurunkan kecemasan.
Kebijakan Pasien dengan nyeri hemoroid
Petugas Perawat
Peralatan
Prosedur A. Tahap prainteraksi

Pelaksanaan 1) Menbaca status pasien

2) Mencuci tangan

3) Meyiapkan alat.

B. Tahap orientasi

1) Memberikan salam teraupetik

lxxxvi
2) Validasi kondisi pasien

3) Menjaga perivacy pasien

4) Menjelaskan tujuan dan prosedur

yang akan dilakukan kepada pasien

dan keluarga

C. Tahap kerja

1) Berikan kesempatan kepada pasien

untuk bertanya jika ada ynag kurang

jelas

2) Atur posisi pasien agar rileks tanpa

beban fisik

3) Instruksikan pasien untuk tarik nafas

dalam sehingga rongga paru berisi

udara

4) Intruksikan pasien secara perlahan

dan menghembuskan udara

membiarkanya keluar dari setiap

bagian anggota tubuh, pada waktu

bersamaan minta pasien untuk

memusatkan perhatian betapa

nikmatnya rasanya.

5) Instruksikan pasien untuk bernafas

dengan irama normal beberapa saat

( 1-2 menit)

lxxxvii
6) Instruksikan pasien untuk bernapas

dalam, kemudian menghembuskan

secara perlahan dan merasakan saat

ini udara mengalir dari tangan, kaki,

menuju keparu-paru kemudian

udara dan rasakan udara mengalir

keseluruh tubuh.

7) Minta pasien untuk memusatkan

perhatian pada kaki dan tangan,

udara yang mengalir dan merasakan

keluar dari ujung-ujung jari tangan

dan kai dan rasakan kehangatanya

8) Instruksiakan pasien untuk

mengulani teknik-teknik ini apa bial

ras nyeri kembali lagi

9) Setelah pasien merasakan

ketenangan, minta pasien untuk

melakukan secara mandiri.

D. Tahap terminasi

1) Evaluasi hasil kegiatan

2) Lakukan kontrak untuk kegistsn

selanjutnya

3) Berpamitan dengan pasien

4) Cuci tangan

lxxxviii
5) Dokumentasi hasil (Ariyanto, 2018).

lxxxix
SATUAN ACARAH PENYULUHAN ( SAP)
Cabang ilmu : Keperawatan Medikal Bedah
Topik : Latihan Pernapasan pada Pasien Pascabedah Hemoroid
dengan Masalah Nyeri.
Tanggal : Juni, 2019.
Waktu : 25 Menit
Tempat : Rumah Sakit Umum Daerah Lahat
Sasaran : pasien pascabedah hemoroid
Metode : ceramah, tanya jawab.
Media : Leaf Leat
Materi : Terlampir
Pemateri : Dia Trisna
Tujuan umum
Mampu melakukan latihan pernapasan upaya penurunan nyeri pada pasien
pascabedah hemoroid di zaal bedah RSUD lahat.
Tujuan khusus

Setelah di lakukan penyuluhan diharapkan pasien

d) Mampu mendefinisikan penyakit hemoroid.

e) Mampu mengetahui penyebab hemoroid.

f) Mampu mengetahui tanda dan gejalah hemoroid

g) Mampu mengetahui komplikasi penyakit hemoroid.

h) Mampu mengetahui pentingnya melakukan latihan pernapasan pada pasien

pascabedah hemoroid.

i) Mampu melakukan teknik latihan pernapasan atau relaksasi napas dalam

untuk mengurangi nyeri pascabedah hemoroid.

Kegiatan Penyuluhan

No Tahap Kegiatan Waktu


1 Pendahuluan 1. Memberi salam terapeutik 5 Menit
2. Menjelaskan tujuan
3. Kontrak waktu

xc
2 Penyajian 1. Mendefinisikan penyakit hemoroid 15 menit

2. Menjelaskan penyebab hemoroid.

3. Menjelaskan tanda dan gejalah hemoroid

4. Menjelaskan komplikasi penyakit

hemoroid.

5. Menjelaskan pentingnya melakukan latihan

pernapasan pada pasien pascabedah

hemoroid.

6. Menjelaskan teknik latihan pernapasan

atau relaksasi napas dalam untuk

mengurangi nyeri pascabedah hemoroid

3 Penutup 1. bertanya. 5 menit


2. Menjelaskan tentang hal – hal yang
kurang dimengerti oleh pasien
pascabedah hemoroid
3. Salam terapeutik
Evaluasi

a) Mampu mendefinisikan penyakit hemoroid.

b) Mampu mengetahui penyebab hemoroid.

c) Mampu mengetahui tanda dan gejalah hemoroid

d) Mampu mengetahui komplikasi penyakit hemoroid.

e) Mampu mengetahui pentingnya melakukan latihan pernapasan pada pasien

pascabedah hemoroid.

f) Mampu melakukan teknik latihan pernapasan atau relaksasi napas dalam untuk

mengurangi nyeri pascabedah hemoroid.

Materi Penyuluhan

xci
9. Definisi

Hemoroid sering dikenal dengan penyakit embeien atau wasir adalah

pembengkakan dan peradangan pembuluh vena pada anus (Handaya, 2017).

10. Etiologi

p. Faktor mengedan pada buang air besar yang sulit atau pola buang air besar

yang salah (lebih banyak memakai jamban yang duduk, terlalu lama duduk di

jamban sambil membaca, merokok dll).

q. Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor usus, tumor

abdomen dll).

r. Kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan perubahan

hormonal).

s. Usia tua, Konstipasi kronik atau sembelit, Diare kronik atau diare akut yang

berlebih.

t. Hubungan seks peranal, Kurang minum air dan kurang makan makanan

berserat (sayur dan buah).

u. Kurang olah raga atau imobilisasi, Obesitas, Batuk berat, Diet pedas, Asupan

alkohol, Aktivitas yang berlebihan.

v. Penggunaan kertas toilet kering di gabung dengan metode pembersihan basah

setelah defikasi (Simadibrata, 2014).

11. Manifestasi Klinis

tanda dan gejala pada hemoroid (Mardalena, 2018).

e) perdarahan

berwarna merah segar setelah buang air besar (BAB) keluarnya darah ini

biasanya tanpa di sertai nyeri dan gatal di anus. Pendarahaan dapaat juga

xcii
timbul di luar waktu BAB, misalnya penderita lanjut usia.

f)benjolan

benjolan muncul pada anus, benjolan ini dapat menciut atau teruduksi spontan

atau manual

g) nyeri dan rasa tidak nyamaan

rasa nyeri dan tidak nyaman akan timbul jika ada komplikasi thrombosis atau

sumbatan komponen darah di bawah anus, benjolan keluar anus, polip rektum

dan skin tag.

h) basah gatal dan kurangnya higienitas anus

menunjukan tanda pengeluaran cairan dari selaput linder anus dan di sertai

pendarahan. Situasi ini dapat sedikit memalukan karena membuat pakaian

menjadi basah. Rasa basah dan gatal tersebut mungkin dapat menyebabkan

pembengkakkan kulit

12. Komplikasi

Apa bila hemoroid tidak segera ditangani akan menimbulkan komplikasi yaitu

pendarahan yang dapat menyebabkan anemia, trombosit, hemoroid strangulasi,

luka, infeksi, dan benjolan pada anorektal (Mardalena, 2018).

Pentingnya upaya penurunan nyeri dilakukan karena setelah pembedahan

rektal akan menimbulkan nyeri, dengan melakukan Latihan pernapasan adalah latihan

menggerakan dinding dada untuk meningkatkan bersihan jalan napas, meningkatkan

perkembangan paru, menguatkan otot-otot napas, dan meningkatkan relaksasi dan rasa

nyaman (PPNI, 2018).

Teknik relaksasi di percaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan

ketegangan otot yang menunjang nyeri dari beberapa penelitian, bagaimana pun

telah menunjukan bahwa relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi

xciii
(Smeltzer & Bare, 2012).

13. Prosedur Pelaksanaan :

j. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya jika ada ynag kurang

jelas.

k. Atur posisi pasien agar rileks tanpa beban fisik.

l. Instruksikan pasien untuk tarik napas dalam sehingga rongga paru berisi

udara.

m. Intruksikan pasien secara perlahan dan menghembuskan udara

membiarkanya keluar dari setiap bagian anggota tubuh, pada waktu

bersamaan minta pasien untuk memusatkan perhatian betapa nikmatnya

rasanya.

n. Instruksikan pasien untuk bernapas dengan irama normal beberapa saat ( 1-2

menit).

o. Instruksikan pasien untuk bernapas dalam, kemudian menghembuskan

secara perlahan dan merasakan saat ini udara mengalir dari tangan, kaki,

menuju keparu-paru kemudian udara dan rasakan udara mengalir keseluruh

tubuh.

p. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan, udara yang

mengalir dan merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan kai dan

rasakan kehangatanya.

q. Instruksiakan pasien untuk mengulangi teknik-teknik ini apa bila rasa nyeri

kembali lagi.

r. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien untuk melakukan secara

mandiri (Ariyanto, 2018).

xciv
xcv

Anda mungkin juga menyukai